PEMINATAN:
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA
TEMPAT PKM:
PT PLN (PERSERO) WILAYAH RIAU
DAN KEPULAUAN RIAU
NAMA MAHASISWA:
DIANA PUTRI : 16011070
SITI MARDHOTILLAH : 16011077
SURI RAMADHANA : 16011229
Laporan PKM ini telah diperiksa, disetujui dan siap untuk dipertahankan
Dihadapan TIM Penguji PKM Program Studi Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Hang Tuah Pekanbaru
Menyetujui,
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Pratikum Kesehatan ini tepat pada waktunya.
Dalam penulisan laporan PKM ini kami banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak H. Ahmad Hanafi, SKM, M.Kes , selaku Ketua STIKes Hang Tuah
Pekanbaru.
2. Bapak Ahmad Satria Efendi, SKM, M.Kes , selaku Ketua Prodi Ilmu
Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
3. Bapak Ir. Antonius max Dip. SM. selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan ilmu, motivasi dan solusi baik dari pelaksanaan PKM hingga
penulisan laporan PKM.
4. Bapak Hendri Robi. S. selaku Pembimbing Lapangan yang selalu memberikan
ilmu, motivasi dan solusi selama proses Pratikum Kesehatan Masyarakat
hingga penulisan laporan PKM ini.
5. Bapak Vick Nawan, selaku Senior Manager SDM & Umum di PT. PLN UIW
Riau dan Kepulauan Riau yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan
PKM di wilayah kerjanya.
Dalam penyusunan laporan PKM kami berusaha membuat yang terbaik,
akan tetapi dengan keterbatasan yang ada kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam laporan Pratikum Kesehatan Masyarakat (PKM) ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,
agar laporan PKM menjadi lebih baik. Semoga laporan PKM, bermanfaat
khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.
Kelompok
ii
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
iii
BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 39
A. Kesimpulan .......................................................................................... 39
B. Saran ..................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Klarifikasi Poin Dalam Penentuan Metode USG ................................ 19
Tabel 2 Penetapan Prioritas Masalah ............................................................... 19
Tabel 3 Alternatif Dan Prioritas Pemecahan Masalah ..................................... 21
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Peta Lokasi PT. PLN IUW Riau dan Kepri .................................... 7
Gambar 2 Logo PT. PLN ................................................................................ 10
Gambar 3 Ketenagaan ...................................................................................... 11
Gambar 4 Struktur Organisasi PT. PLN UIW Riau dan Kepri ........................ 22
Gambar 5 Fishbone Masalah Ergonomi ........................................................... 20
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktikum Kesehatan Masyarakat (PKM) adalah kegiatan intrakurikuler
terstuktur yang merupakan wadah bagi mahasiswa untuk mempelajari sistem
kesehatan termasuk sistem keselamatan dibidang pelayanan kesehatan
masyarakat dan perusahaan yang dalam proses pelaksanaannya bekerja dengan
suatu instansi yang sesuai dengan bidang ilmunya. PKM ini pada dasarnya
merupakan kegiatan belajar di institusi yang melibatkan mahasiswa sehingga
nantinya mampu menggambarkan suatu kegiatan berdasarkan tujuan,
komponen-komponen dan proses kegiatan. Pengalaman yang diperoleh dari
PKM ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan,
mengetahui proses sistem perusahaan serta terlibat dalam komunikasi dan
pendekatan secara akademik dan operational selanjutnya diharapkan
mahasiswa dapat menemukan masalah yang dihadapi dari kegiatan,
menganalisis serta memberikan saran serta pemecahannya.
Kesenjangan antara pendekatan akademik dan pendekatan operasional
dapat dibahas bersama melalui program diskusi yang melibatkan mahasiswa,
pembimbing akademik dan pembimbing laporan PKM.
Pengertian Inspeksi adalah tindakan untuk melihat sesuatu yang dari
dekat guna mempelajari sesuatu hal secara lebih lanjut untuk melihat apakah
aturan sedang diikuti atau tidak serta untuk menemukan berbagai masalah yang
ada.
Inspeksi adalah pemeriksaan secara detail dan cermat terhadap suatu
objek apakah sesuai atau tidak dengan aturan dan standar yang telah
ditetapkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan studi
lapangan (Wawancara) Inspeksi adalah suatu kegiatan penilaian terhadap suatu
produk apakah produk itu baik atau rusak ataupun untuk penentuan apakah
suatu Lot dapat diterima atau tidak berdasarkan metode dan Standart yang
sudah di tentu kan.
1
2
Tanpa adanya fungsi inspeksi pada suatu kelompok atau organisasi maka
elemen-elemen organisasi dapat berbuat seenaknya dan hasil kerja tidak
memenuhi standar sehingga dapat mengancam kelangsungan organisasi atau
perusahaan tersebut. Inspeksi ada yang di lakukan secara rutin atau mendadak,
inspeksi mendadak di lakukan tiba–tiba tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Biasanya hal ini di lakukan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang lebih
nyata untuk mengetahui kondisi real di lapangan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan menciptakan terwujudnya
pemeliharaan tenaga kerja yang baik, dengan ditanamkan pada diri masing-
masing individu karyawan di dalam pembinaan agar mereka menyadari arti
penting keselamatan kerja bagi dirinya maupun perusahaan guna menghindari
terjadinya “nearmiss” hingga kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan
dampak cedera atau bahkan kematian. Untuk melindungi keselamatan pekerja
atau buruh guna mewujudkan produktifitas kerja yang optimal diselenggarakan
upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di
Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya
angka kecelakaan kerja. Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Padahal
tenaga kerja adalah faktor penting bagi kegiatan perusahaan, karena perusahaan
tidak bisa lepas dari yang namanya tenaga kerja.
Menurut Anjani, et, al. (2014:2) menjelaskan bahwa faktor keamanan
dan perlindungan dalam bekerja menjadi faktor yang mempengaruhi untuk
bekerja. Pada saat karyawan mendapatkan keamanan dan perlindungan saat
bekerja mereka akan melakukan pekerjaan dengan baik dengan perasaan yang
tenang. Melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
salah satu faktor dalam memberi jaminan perlindungan dalam bekerja yang
dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
PT PLN (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
berbentuk Perusahaan Perseroan (Persero) berkewajiban untuk menyediakan
tenaga listrik bagi kepentingan umum. Potensi bahaya yang ditimbulkan dari
3
perusahaan ini sangat besar salah satunya adalah tersengat arus listrik, terjatuh
dari ketinggian tiang, tertimpa alat-alat berat yang digunakan pada saat proses
kerja dilapangan serta risiko-risiko bahaya lainnya yang sangat rawan bagi para
pekerja teknik tersebut.
PT PLN (Persero) juga tidak luput untuk memenuhi semua tuntutan
dalam memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada
karyawannya, sesuai dengan Undang-undang yang telah ada yaitu tentang
keselamatan kerja No. 1 tahun 1970. Dengan adanya jaminan tersebut karyawan
PT PLN (Persero) akan merasa aman pada saat mereka bekerja.
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga peralatan sudah
menjadi kebutuhan pokok pada lapangan pekerjaan.Artinya peralatan dan
teknologi merupakan salah satu penunjang yang penting dalam upaya
meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping
itu,akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi
bahaya potensial yang mungkin akan timbul. Hal ini tentunya dapat di cegah
dengan adanya antisipasi berbagai resiko. Antara lin kemungkinan terjadinya
penyakit akibat kerja, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan
kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebkan kecacataan dan kematian.
Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian
antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal
sebagai pendekatan ergonomi.
Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang
ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-
ketentuan pokok tenaga kerja merupakan subjek dan objek pembangunan.
Ergonomi yang bersasaran akhir efisiensi dan keserasian kerja memiliki arti
penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subjek maupun objek. Akan tetapi
sering kali suatu tempat kerja mengesampingkan aspek ergonomi bagi para
pekerjanya, hal ini tentunya sangat merugikan para pekerja itu sendiri.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, dan ditemukan masalah
yang bersumber dari tenaga kerja di PT. PLN Unit Induk Wilayah Riau dan
Kepulauan Riau (UIW Riau dan Kepri) Kota Pekanbaru, tepatnya pada
4
pekerja yang bekerja di dalam ruangan atau perkantoran. Tenaga kerja yang
bekerja di perkantoran PT PLN UIW Riau dan Kepri, melakukan segala
tugasnya setiap hari dengan menggunakan komputer. Pada saat observasi,
tenaga kerja masih banyak yang kurang memperhatikan posisi bekerja yang
baik, sehingga menyebabkan resiko terkena berbegai macam bahaya penyakit
akibat kerja.
Permenaker nomor 5 tahun 2018 memuat syarat-syarat yang lebih
lengkap tentang K3 Lingkungan Kerja untuk menciptakan lingkungan kerja
yang lebih sehat dan selamat. Ada hal-hal baru yang dimuat dalam
Permenaker No 5/2018 ini yaitu salah satunya factor ergonomic, Faktor
Ergonomi, adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja,
disebabkan oleh ketidaksesuaian antara fasilitas kerja yang meliputi cara
kerja, posisi kerja, alat kerja, dan beban angkat terhadap tenaga kerja.
Penjelasan tersebut meliputi pengumpulan data antropometri pekerja dan
penggunaannya, desain lay out tempat kerja, desain manual handling di
tempat kerja, dan penilaian batas beban angkat aman.
Masalah ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti faktor
pengetahuan,kesadaran bahkan social budaya yang ada di tempat kerja. Oleh
karena itu, maka kelompok melakukan intervensi berupa promosi kesehatan,
edukasi tentang posisi duduk atau posisi bekerja yang baik sehingga
terjadinya kesesuaian antara fasilitas kerja, posisi kerja, alat kerja, dan beban
kerja terhadap Tenaga kerja berupa spanduk petunjuk posisi bekerja yang
baik untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pekerja sehingga
diharapkan para pekerja akan selalu bekerja dalam keadaan aman dan selamat
dan agar pekerja dapat terhindar dari penyakit akibat kerja.
Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditetapkan masalah mengenai
“Upaya Peningkatan Pengetahuan Pekerja Tentang Permasalahan Ergonomi
Pada Pekerja Di Bagian Perkantoran PT. PLN (Persero) Unit Induk Wilayah
Riau Dan Kepulauan Riau (UIW Riau dan Kepri)”.
5
B. Tujuan PKM
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu dalam mengimplementasikan ilmu yang
diperoleh pada saat perkuliahan sesuai dengan peminatan K3
(keselamatan dan kesehatan kerja) terhadap aspek-aspek kesehatan
masyarakat yang ada di tempat PKM.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam kegiatan ini antara lain:
a. Mampu mengidentifikasi dan memecahkan permasalahan manajerial
PT. PLN Unit Induk Wilayah Riau dan Kepulauan Riau (UIW Riau
dan Kepri) Kota Pekanbaru dengan keadaan dan tujuan yang hendak
di capai.
b. Memiliki kemampuan dalam menerapkan aspek manajemen yang
berhubungan dengan permasalahan PT. PLN Unit Induk Wilayah Riau
dan Kepulauan Riau (UIW Riau dan Kepri) Kota Pekanbaru
c. Mahasiswa mampu menilai resiko dan mengetahui seberapa besar
kerugian yang ditimbulkan.
d. Mahasiswa mampu mengendalikan resiko dan pencegahan
permasalahan K3.
C. Manfaat PKM
Adapun manfaat dari pelaksaan dari PKM ini antara lain:
1. Bagi Mahasiswa
Untuk menambah wawasan serta pengalaman bagi mahasiswa
dalam melakukan PKM dan mengembangkan kemampuan penelitian
dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama masa
perkuliahan khususnya dalam bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3).
6
2. Bagi PT. PLN Unit Induk Wilayah Riau dan Kepulauan Riau (UIW Riau
dan Kepri)
Sebagai pemenuhan fungsi bagi perusahaan yang telah dijalankan
secara akademik, serta memberikan kesempatan dan fasilitas dalam
penerapan studi khususnya bagi mahasiswa STIKes Hangtuah
Pekanbaru.
3. Bagi STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Dapat menjadi informasi serta acuan tambahan bagi STIKes Hang
Tuah Pekanbaru selanjutnya yang berhubungan dengan Praktikum
Kesehatan Masyarakat (PKM) dan terciptanya pola kemitraan yang baik
dengan perusahaan tempat mahasiswa melaksanakan PKM.
BAB II
GAMBARAN UMUM
7
8
Gambar 4.
12
13
14
A. Uraian Kegiatan
Pratikum kesehatan masyarakat (PKM) dilaksanakan selama 30 hari
dimulai dari tanggal 9 Maret sampai dengan 9 April 2020, kegiatan setiap
harinya dimulai pada pukul 08.00 wib sampai dengan 17.00 wib di PT PLN
UIW Riau dan Kepulauan Riau. Adapun kegiatan yang dilakukan sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan PKM
a. Melakukan sosialisai PKM oleh tim PKM prodi kesmas STIKes
Hangtuah Pekanbaru.
b. Mahasiswa mengajukan tempat pkm kepada tim PKM prodi kesmas
STIKes Hangtuah Pekanbaru.
c. Mengurus surat izin ke tempat pkm.
d. Melakukan koordinasi dengan semua pihak yang terkait dengan
kegiatan PKM.
e. Penetapan dosen pembimbing akademik yang dilakukan oleh tim
PKM prodi kesmas Stikes Hangtuah Pekanbaru.
2. Waktu dan Tempat PKM
Waktu pkm: 9 Maret S/D 9 April 2020.
Tempat Pkm: PT PLN UIW Riau dan Kepulauan Riau.
3. Teknis Pelaksanaan
Kegiatan PKM dilaksanakan di PT PLN UIW Riau dan Kepri dan
Kota Pekanbaru. Bukan hanya bimbingan dan masukan dari pembimbing
lapangan, tetapi juga dari staff K3 lainnya di lingkungan tersebut. Bentuk
observasi kegiatan yang dilakukan bukan hanya di kantor administrasi
saja, tetapi juga turut melakukan observasi langsung ke lapangan, yaitu
pada saat inspeksi ikut menangani pada saat indikasi bahaya, serta ikut
mengawasi pada saat ada perbaikan disalah satu bidang kegiatan k3
lainnya.
16
17
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan salah satu proses yang boleh
dikatakan paling penting diantara proses lainnya. Identifikasi masalah
merupakan proses mengenali masalah-masalah yang ada di lokasi PKM
dengan membandingkan teori yang didapat dikelas dengan fakta dilapangan.
Pengidentifikasian masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan
survey, maupun observasi. Masalah-masalah yang akan di identifikasi
merupakan awal untuk menentukan prioritas masalah yang nantinya akan di
intervensi.
Setelah melakukan observasi selama beberapa hari pada masa PKM,
ditemukan masalah yang dianggap perlu untuk di intervensi yaitu masih
rendahnya tingkat kesadaran pekerja tentang masalah ergonomi yang ada di
lingkungan kerja dan penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh
(ergonomi) pekerja di bagian perkantoran PT PLN UIW Riau dan Kepulauan
Riau.
Masalah yang dijumpai dilapangan sama-sama memiliki dampak
negatif terhadap pekerja, yaitu ergonomi memiliki dampak kelelahan fisik,
kelelahan yang patologis, serta psikologis pada pekerja, dan masalah tentang
APD pada pekerja. Dari dua masalah yang di jumpai dilapangan berdasarkan
hasil diskusi dengan pembimbing akademik, priotas masalah yang kami ambil
yaitu penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh (Ergonomi).
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pekerja di PT PLN
UIW Riau dan Kepulauan Riau, kurangnya tingkat pengetahuan pekerja akan
masalah ergonomi disebabkan beberapa hal salah satunya masih kurangnya
18
pengetahuan dan kesadaran pekerja cara kerja dan lingkungan kerja yang
berisiko yang menyebabkan dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja.
Berdasarkan uraian diatas maka kelompok mengangkat masalah
tentang “upaya peningkatan pengetahuan pekerja tentang permasalahan
ergonomi pada pekerja di bagian perkantoran PT PLN UIW Riau dan
Kepulauan Riau”.
Tabel 2.
Penetapan Prioritas Masalah
Masalah U S G Total Skor Rank
Posisi Bekerja Tidak
5 5 4 14 I
Baik/Benar (Ergonomi)
Tidak Menggunakan Alat
4 3 4 11 II
Pelindung Diri (APD)
Dalam hal ini yang menjadi prioritas masalah PT PLN UIW Riau
dan Kepulauan Riau Pekanbaru, adalah Posisi Bekerja Tidak Baik
(Ergonomi). Masalah karyawan/buruh/tukang Posisi Bekerja Tidak Baik
(Ergonomi) adalah disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara
pekerja dan lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peralatan
kerja. Untuk mendapatkan Prioritas masalah menggunakan Metode USG
yaitu dengan cara melihat dan wawancara langsung kepada perkerja
dilapangan ketika mengikuti kegiatan PKM dan juga mendapat masukan
dari pembimbing lapangan.
20
Man (manusia)
masih kurangnya pengetahuan
tentang ergonomi. Media (media)
ketidaksesuaian antara pekerja dan kurangnya media informasi
lingkungan kerja secara yang memberikan pengetahuan
menyeluruh termasuk peralatan tentang ergonomi.
kerja.
Posisi Bekerja
Tidak Baik/Benar
(ergonomi)
Method (metode)
Pengawasan terkait pemaikaian
ergonomic kurang berjalan dengan
Fasilitas (sarana )
baik
Meja dan kursi
Kurangnya pemberitahuan tentang
yang kurang sesuai
dampak ergonomi
Tata letak ruang
yang kurang sesuai
21
mengetahui tentang posisi bekerja yang baik dan benar. setelah dilakukannya
intervensi sekarang pekerja lebih menjaga posisi duduk pada saat bekerja
dengan posisi yang baik dan benar. Hal yang sama juga kami lihat dari aspek
pengetahuan pekerja yang sudah mengetahui tentang manfaaf bekerja dalam
posisi yang baik, sehingga mereka sangat setuju dengan intervensi yang
dilakukan oleh mahasiswa pratikum kesehatan masyarakat (PKM).
BAB V
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Defenisi Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untul
menyelaraskan antara segala fasilitas yang digunakan dalam
beraktivitas atau bekerja dengan kemampuan dan keterbatasan manusia
baik secara fisik maupun non fisik sehingga kualitas hidup secara
keseluruhan lebih baik. Ergonomi atau dikenal juga dengan human
Factors engineering merupakan sebuah disiplin keilmuan yang selalu
menempatkan manusia pada titik pusat perhatian (human centered
design) secara holistik dan integratif dalam sebuah sistem kerja dimana
manusia terlibat didalamnya.
Salah satu output dari penerapan ergonomi adalah terwujudnya
efisiensi, kenyamanan, dan keselamatan bagi pengguna suatu desain
produk. Dengan demikian suatu desain dikatakan kompatibel dengan
manusia pemakainya. Kaitannya dengan keselamaan dan kesehatan
kerja, ergonomi selalu konsen dan berusaha meningkatkan derajat
keselamatan dan kesehatan bagi setiap pekerja.
Melalui pendekatan ergonomi secara sistematik, holistik,
interdisipliner dan partisipatoris, maka angka sakit dan angka
kecelakaan ditempat kerja dapat diminimalkan. Dengan demikian
penghematan biaya operasional, biaya perawatan dan biaya klain
kecelakaan dan kesehatan dapat ditekan sekecil-kecilnya. Pada
akhirnya keuntungan juga meningkat, maka kesejahteraan pekerja
secara keseluruhan akan lebih baik.
Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan
untuk “fitting the Job to the worker”, sementara itu ILO antara lain
menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya
dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar
24
25
2. Sejarah Ergonomi
Ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949 sebagai
judul buku yang dikarang oleh Prof. Murrel. Istilah ergonomi
digunakan secara luas di Eropa.
Di Amerika Serikat dikenal istilah human factoratau human
engineering. Kedua istilah tersebut (ergonomi dan human factor) hanya
berbeda pada penekanannya. Intinya kedua kata tersebut sama-sama
menekankan pada performansi dan perilaku manusia. Menurut
Hawkins (1987), untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya dapat
digunakan sebagai referensi untuk teknologi yang sama.
Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya
manusia sejak 4000 tahun yang lalu. Perkembangan ilmu ergonomi
dimulai saat manusia merancang benda-benda sederhana, seperti batu
untuk membantu tangan dalam melakukan pekerjaannya, sampai
dilakukannya perbaikan atau perubahan pada alat bantu tersebut untuk
memudahkan penggunanya.
Pada awalnya perkembangan tersebut masih tidak teratur dan
tidak terarah, bahkan kadang-kadang terjadi secara kebetulan.
Perkembangan ergonomi modern dimulai kurang lebih seratus tahun
yang lalu pada saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an) secara
terpisah melakukan studi tentang waktu dan gerakan. Penggunaan
ergonomi secara nyata dimulai pada Perang Dunia I untuk
mengoptimasikan interaksi antara produk dengan manusia. Pada tahun
1924 sampai 1930 Hawthorne Works of Wertern Electric(Amerika)
melakukan suatu percobaan tentang ergonomi yang selanjutnya dikenal
dengan “Hawthorne Effects” (Efek Hawthorne). Hasil percobaan ini
memberikan konsep baru tentang motivasi di tempat kerja dan
menunjukan hubungan fisik dan langsung antara manusia dan mesin.
26
b. Proses kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai
dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran
antropometrinya. Hasur dibedakan ukuran antropometri barat dan
timur.
c. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas
kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih
banyak digunakan daripada kata-kata
d. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni,
dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu
berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot
dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
b. Keyboard
Keyboard adalah peralatan untuk input. Data atau
perintah dapat dimasukkan ke dalam komputer melalui
keyboard. Jadi, keyboard merupakan penghubung antara
manusia dan komputer. Jenis keyboard ada beberapa macam,
tetapi yang paling sering digunakan adalah jenis qwerty
(Mashud, 2008).
Sejak awal keyboard qwerty diciptakan belum terlalu
memperhatikan masalah ergonomi, sehingga sangat
memungkinkan timbulnya gangguan atau keluhan terhadap
tubuh manusia. Keyboard Qwerty ternyata belum memberikan
32
beban yang sama untuk jari- jari tangan kiri dan tangan kanan
(Mashud, 2008).
Pengguanaan keyboard adalah dengan meletakkan
pergelangan tangan dan jari segaris dengan lengan bawah,
untuk memberikan rileks pada otot dan tendon yang ada di
tempat tersebut (Sweere, 2005).
c. Monitor
Layar komputer atau monitor adalah peralatan untuk
menampilkan obyek yang akan ditampilkan. Obyek tersebut
bisa tulisan, angka, ataupun gambar. Bentuk layar komputer
juga terus mengalami perubahan. Monitor harus sejangkauan
lengan atau lebih jauh dari mata.
Kebijakan ergonomi konvensional umumnya menyarankan
bahwa pusat layar monitor seharusnya pada titik di mana
tatapan mata jatuh secara alamiah dan monitor harus agak
miring untuk menyesuaikan dengan sudut pandang seseorang.
Penyangga monitor yang dapat disesuaikan akan membantu
membuat penyesuaian (Ankrum, 2004).
Agar dapat bekerja dengan nyaman, monitor komputer
dirancang berpijak pada poros yang bisa digerakkan ke segala
arah, sehingga posisi dan jarak serta sudut kemiringannya dapat
diatur. Pekerjaan komputer merupakan jenis pekerjaan dekat
yang berbeda dengan jenis pekerjaan dekat lain dimana
33
d. Meja komputer
Beberapa persyaratan yang dibutuhkan untuk sebuah
meja komputer ergonomis adalah : (Mashud, 2008)
1. Meja dibuat dekat dengan pengguna agar terhindar dari
penjangkauan yang terlalu jauh.
2. Permukaannya harus dibuat sedemikian rupa agar tidak
memancarkan cahaya silau.
3. Memiliki tempat pergerakan kaki yang cukup.
4. Tinggi permukaan kerja untuk keyboard dibedakan dengan
tinggi untuk monitor komputer.
5. Mempunyai jarak yang cukup antara kursi dan monitor
komputer.
6. Cukup untuk ruang dari peralatan yang digunakan.
Konstruksi dan ukuran dari meja/ kursi harus disesuaikan
dengan ukuran dari tubuh manusia (antropometri) yang akan
menggunakannya. Kesesuaian ini akan menciptakan kenyamanan
dan efisiensi dalam bekerja. Ukuran yang sesuai dengan
antropometri orang Indonesia adalah sebagai berikut : (Mashud,
2005).
1. Tinggi meja
Tinggi permukaan atas dari meja kerja dibuat setinggi siku
dan disesuaikan dengan sikap tubuh pada waktu bekerja. Untuk
sikap duduk, tinggi meja yang diusulkan adalah 64 – 74 cm
36
4. Pengawasan (controlling)
Pengawasan adalah upaya untuk memeriksa apakah pelaksanaan
sudar sesuai dengan yang telah direncanakan. Pengawasan dilakukan
ketika sebelum dilaksanakan, sedang dilaksanakan dan selesai
pelaksanaan. Pengawasan sebelum pelaksanaan kegiatan adalah untuk
melihat bagaimana persiapan pelaksanaan yang akan dilaksanakan.
Pengawasan ketika sedang dilaksanakan adalah untuk melihat sejauh
mana keberhasilan dan apakah masih sesuai dengan perencanaan.
Sedangkan pengawasan yang dilakukan setelah pelaksanaan adalah
untuk melihat apakah pelaksanaan sesuai dengan perencanaan dan
apakah sesuai dengan target yang ditetapkan. Hasil observasi
menunjukkan bahwa target-target intervensi telah menjalankan
ergonomi sesuai dengan poster dan SOPnya. Hal ini menunjukkan
bahwa factor pengetahuan dan factor budaya atau kebiasaan turut
mempengaruhi tingkat ergonomi yang lebih baik lagi pada saat
bekerja.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah di identifikasi, masalah yang ada di PT PLN UIW Riau dan
Kepulauan Riau yaitu tentang permasalahan ergonomi di tempat kerja, saat
melaksanakan tugas dimana intervensinya berupa peningkatan pengetahuan,
kesadaran dan kemauan pekerja untuk megetahui dampak yang dapat timbul
karena posisi bekerja yang tidak baik atau benar. Selain dari segi
pengetahuan, intervensi juga dilakukan dengan cara memfasilitasi pekerja
dengan pemberian informasi (penyuluhan) tentang dampak posisi bekerja
yang salah dan bagaiman posisi bekerja yang baik dan benar. Intervensi
dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan dalam manajemen yakni, Plan, Do,
Check, Action.
Upaya peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja bahwa ada
beberapa pekerja yang sudah mengetahui dan ada juga yang belum
mengetahui tentang posisi bekerja yang baik dan benar. setelah dilakukannya
intervensi sekarang pekerja lebih menjaga posisi duduk pada saat bekerja
dengan posisi yang baik dan benar. Hal yang sama juga kami lihat dari aspek
pengetahuan pekerja yang sudah mengetahui tentang manfaaf bekerja dalam
posisi yang baik. Tetapi perlu juga peningkatan kualitas orangnya melalui
pelatihan atau sosialisasi seperti penyuluhan yang berkesinambungan tentang
posisi pada saat bekerja yang baik, tidak hanya itu cara kerja, SOP, peralatan
kerja serta infrastruktur yang ditingkatkan bias memenuhi ergonomic yang
disyaratkan untuk kerja yang baik, dan sesuai standar.
B. Saran
Mengingat pentingnya sumber daya manusia bagi suatu instansi, maka
sebaiknya dilakukan peningkatan kesejahteraan bagi pegawainya, khususnya
dibidang kesehatan seperti lebih menggiatkan lagi tentang posisi bekerja yang
39
40
http://awalbros.com/umum/posisi-ergonomis/
41
Lampiran 1
Sueat dari Kampus
Lampiean 2
Surat Persetujuan PT. PLN UIW Riau dan Kepri
LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING AKADEMIK
PRATIKUM KESEHATAN MASYARAKAT (PKM)
DI PT PLN (PERSERO) UIW RIAU DAN KEPRI
T.A 2019/2020
Mengetahui
Ketua PKM
Mengetahui
Ketua PKM
Paraf
No. Hari/Tanggal Catatan Tanda Tangan
Nama Pembimbing Pembimbing
Mahasiswa Datang Pulang
Lapangan Lapangan
Diana Putri ✔ ✔ ✔
Diana Putri ✔ ✔ ✔
Diana Putri ✔ ✔ ✔
Diana Putri ✔ ✔ ✔
Diana Putri ✔ ✔ ✔
DOKUMENTASI KEGIATAN
Lampiran 9
Poster
56