Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN TERPADU


DENGAN PENDEKATAN IPE-CP

OLEH
KELOMPOK : 20
JORONG : PANDAN GADANG
NAGARI : SUNGAI TANANG
KECAMATAN : BANUHAMPU
KABUPATEN : AGAM

M. JHONATHAN WIDAKDO 201110059


AULYA FAJRIATI 201110005
CARDILLA MEIDA PUTRI 203110125
DEBY NURUL SYAFDA 203210209
ZAHARA NABILA 204110360
ANNISA LUTHIA 204110285
DINDA SINDU UTAMI 204210405
AZZARATUL JANNAH 205110446
ANNISA FITRI 192210652
ANNISA AULIA UTAMI 196110732

POLTEKKES KEMENKES PADANG


TAHUN 2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan Terpadu (PKL-T) dengan pendekatan


Interprofesional Education and Collaborative Practices (IPE-CP) mahasiswa
Poltekkes Kemenkes Padang di Nagari Sungai Tanang tahun ajaran 2022/2023 ini
telah diperiksa dan mendapatkan persetujuan.

Kabupaten Agam, 15 Maret 2023

Pembimbing Ketua Kelompok

Dr. Hj. Metri Lidya, S.KP, M. Biomed M. Jonathan Widakdo


NIP. NIM : 201110059

Mengetahui,
Ketua PKL Terpadu

Dr. Yuliva, S.SiT, M. Kes


NIP. 19730710 199302 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini dalam kurun waktu yang telah ditetapkan. Judul laporan ini adalah
“Laporan Praktek Kerja Lapangan Terpadu Dengan Pendekatan Konsep
IPE-CP”.
Selama proses pembuatan laporan ini, penulis banyak mendapat bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan bimbingan dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, masih
banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya, oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat diharapkan agar dapat memperbaiki laporan ini.
Akhir kata penulis ucapkan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca sekalian dan terutama bagi penulis sendiri dapat memenuhi
salah satu syarat mata kuliah PKLT IPE-CP.

Agam, 15 Maret 2023

Kelompok 20

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Tujuan IPE-CP...........................................................................................................4
C. Manfaat IPE-CP.........................................................................................................4
D. Sistematika Laporan...................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................6
A. Konsep IPE-CP..........................................................................................................6
B. Konsep Problem Solving Cycle..................................................................................8
C. Pengendalian Stunting di Masyarakat.........................................................................9
BAB III METODE PELAKSANAAN..................................................................................14
A. Tahapan, Waktu dan Tempat PKL-T........................................................................14
B. Sasaran PKL-T.........................................................................................................17
C. Assessment (Level Individu, Keluarga dan Masyarakat)..........................................17
D. Community Diagnosis..............................................................................................20
E. Penyusunan POA dan Ganttchart.............................................................................21
F. Implementasi Program Intervensi.............................................................................22
G. Monitoring dan Evaluasi..........................................................................................22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................................23
A. Gambaran Umum Lokasi PKL.................................................................................23
B. Hasil Assessment dan Prioritas Masalah..................................................................25
C. POA..........................................................................................................................36
D. Implementasi Kegiatan.............................................................................................56
E. Hasil Monitoring dan Evaluasi Kegiatan..................................................................57
F. Faktor Pendukung dan Penghambat.........................................................................66
BAB V PENUTUP................................................................................................................67

iv
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 DAMPAK STUNTING TERHADAP KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA ...11


GAMBAR 2 FAKTOR PENYEBAB STUNTING.................................................................12
GAMBAR 3 PROGRAM KEGIATAN INTERVENSI...........................................................13
GAMBAR 4 SASARAN PKL-T......................................................................................17
GAMBAR 5 PETA WILAYAH JORONG BALAI BATINGKAH..........................................23

v
DAFTAR TABEL

TABEL 1 COMMUNITY ASSESSMENT...........................................................................18


TABEL 2 IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN KOMUNITAS.....................................25
TABEL 3 IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN INDIVIDU KELUARGA.......................27
TABEL 4 PRIORITAS MASALAH...................................................................................33
TABEL 5 RENCANA INTERVENSI KOMUNITAS.............................................................34
TABEL 6 RENCANA INTERVENSI KELUARGA DAN INDIVIDU......................................35

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran………………………………………………………………………..69

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Praktik kolaborasi antar profesi merupakan pendekatan yang sangat penting
dalam intervensi dan pelayanan program kesehatan. Tidak ada satu profesi kesehatan
pun yang dapat menangani permasalahan kesehatan yang kompleks tanpa kerjasama
dengan profesi kesehatan yang lain. Praktik kolaborasi bukan hanya diperlukan demi
keselamatan pasien, tetapi juga untuk meningkatkan kepuasan serta terciptanya mutu
pelayanan kesehatan yang baik. Apabila tidak dilakukan kerjasama tim yang baik,
maka dalam menghadapi kompleksitas permasalahan kesehatan akan berpotensi
terjadinya fragmanted care, pelayanan yang tumpang tindih, konflik interprofesional,
serta keterlambatan dalam pelayanan.

Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang (Poltekkes Kemenkes


Padang)sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi kesehatan vokasional dan
professional, bertujuan menghasilkan tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan
akademik dan keterampilan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan,
dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.
Salah satu ciri tenaga kesehatan yang professional tersebut adalah memiliki
kompetensi kerjasama inter-profesi, meliputi kemampuan dalam memahami norma
dan etik pelayanan kesehatan, menghargai tugas dan tanggungjawab inter-profesi,
menjalin kerjasama tim, kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien.

Salah satu upaya untuk menghasilkan tenaga kesehatan profesional di


Poltekkes Kemenkes Padang adalah dengan melakukan praktik belajar lapangan
yang melibatkan proses belajar dan kerjasama antar profesi dan bidang keilmuan
pada seluruh program studi di lingkungan Poltekkes Kemenkes Padang. Proses
pembelajaran ini dikenal dengan nama Praktek Kerja Lapangan Terpadu (PKL-T).
Kegiatan PKL-T merupakan suatu penerapan ilmu dan teknologi oleh mahasiswa
dalam bidang kesehatan khususnya bidang keilmuan pada 6 (enam) jurusan di
lingkungan Poltekkes Kemenkes Padang yaitu Kesehatan Lingkungan, Keperawatan,
Gizi, Kebidanan, Kesehatan gigi dan Promosi Kesehatan.

1
Pelaksanaan PKL-T dilaksanakan pada semester akhir pembelajaran dan
sudah dirintis sejak tahun akademik 1992/1993 dengan lokasi di berbagai kabupaten
di Propinsi Sumatera Barat.Sejak tahun ajaran 2015/2016, pelaksanaan PKL-terpadu
menggunakan pendekatan konsep pembelajaran dan kerjasama inter-profesi atau
yang lebih dikenal Sejak tahun ajaran 2015/2016, pelaksanaan PKL-terpadu
dipertajam dengan pendekatan konsep pembelajaran dan kerjasama inter-profesi atau
yang lebih dikenal dengan istilah Interprofesional Education dan Collaborative
Practices (IPE-CP). Hal ini sejalan dengan perkembangan tuntutan pelayanan
kesehatan yang paripurna yang berpusat pada kebutuhan pasien dan melibatkan
kolaborasi interprofesi. Untuk menyiapkan tenaga kesehatan kompeten dan mampu
bekerjasama dalam tim, pengalaman belajar yang melibatkan inetraksi peserta didik
dari dua atau lebih latar belakang keilmuan yang berbeda merupakan suatu
keharusan. Adopsi konsep yang dipopulerkan oleh Badan Kesehatan dunia
(WHO,2010) ini dimaksudkan agar setiap peserta didik dengan latar profesi tertentu,
dapat belajar dari, tentang dan dengan profesi lain dalam membangun kerjasama
yang efektif untuk meningkatkan hasil pelayanan kesehatan yang lebih optimal.

Dengan melakukan aktifitas bersama untuk menyelesaikan suatu masalah


yang dapat dilihat dari berbagai macam perspektif profesi,akan meningkatkan
kesadaran diri tentang keterbatasan profesi, meningkatkan pemahaman arti
pentingnya kerja tim profesi dan pada akhirnya memunculkan perasaan penghargaan
antar anggota tim kesehatan. Dari kegiatan ini calon-calon professional tahu
bagaimana menjadikan pelayanan yang efektif dan efisien yang berfokus pada
kebutuhan pasien. Ketika para peserta didik mampu bekerjasama secara inter-profesi,
mereka akan lebih siap memasuki dunia kerja sebagai bagian dari tim pelayanan
kesehatan. Hal ini merupakan salah satu kunci untuk mengubah mindset dalam
pelayanan kesehatan dari ego profesi masing-masing menjadi sebuah tim yang kuat
dan tergantung satu sama lain dalam pelaksanaan berbagai upaya program kesehatan.

Pelaksanaan PKL-T dengan konsep IPE-CP di Poltekkes Kemenkes Padang


dilakukan melalui implementasi empat domain utama IPE (Etika Profesi; Wewenang
dan Tanggung jawab profesi; Kerjasama tim; Komunikasi) melalui pendekatan
Siklus Pemecahan Masalah (Problem Solving Cycle). Metode pembelajaran dibagi
kedalam dua tahap, yaitu tahap pembekalan berupakuliah secara klasikal, diskusi dan
penugasan kelompok, terkait domain IPE-CP dan Problem Solving Cycle,

2
dilanjutkan dengan Praktik Lapangan berupa implementasi siklus pemecahan
masalah (community assessment, community diagnosis, program intervention,
monitoring and evaluation) kekelompok sasaran di tingkat Nagari, Jorong atau Desa.
Seluruh rangkaian kegiatan tersebut dilakukan mahasiswa secara berkelompok yang
berasal dari berbagai program studi di lingkungan Poltekkes Kemenkes Padang.

Pada tahun akademik 2022/2023, pelaksanaan PKL-T dengan pendekatan


IPE-CP mengaktualisasikan transformasi kesehatan Indonesia yaitu layanan primer
dan penanganan stunting sebagai focus utama dalam penyusunan rencana kegiatan
intervensi. Transformasi Layanan Primer merupakan pilar pertama dalam
transformasi kesehatan Indonesia, dimana dalam penerapannya memiliki fokus
memperkuat aktivitas promotif preventif untuk menciptakan lebih banyak orang
sehat, memperbaiki skrining kesehatan serta meningkatkan kapasitas layanan primer.

Pemilihan transformasi kesehatan layanan primer sebagai bentuk kepedulian


Poltekkes Padang untuk mendukung program perubahan pemerintah sistem
kesehatan. Dalam RPJMN 2020-2024, Pemerintah menjadikan penurunan prevalensi
stunting sebagai salah satu indicator keberhasila pembangunan kesehatan, dimana
prevalensi stunting diharapkan dapat diturunkan dari 30.8% menjadi 14% di tahun
2024. Melihat capaian penurunan stunting di tahun 2022, dimana prevalensi di
tingkat nasional baru mencapai 21.6%, dapat disimpulkan bahwa dalam kurun waktu
satu tahun mendatang, pemerintah harus bekerja keras untuk dapat menurunkan
stunting sebesar 7,6% per tahun, sehingga dapat mencapai target di tahun 2024.

Propinsi Sumatera Barat data tahun 2021 prevalensi stunting sebesar 23,3,
tapi tahun 2022 terjadi menjadi 25,2 diatas angka nasional sebesar 21,6%. Sedangkan
Kabupaten Agam Pada tahun 2017 prevalensi stunting tercatat 14,8 persen yang
kemudian naik menjadi 28,4 persen di 2018. Menurut SSGI tahun 2021, Data
Kabupaten Kota, Kabupaten Agam pada angka 19.1% dan naik menjadi 24,6 %
tahun 2022 (lebih tinggi dari data Nasional 21,6%). Sehubungan dengan masalah ini,
Pemerintah Kabupaten Agam memprioritaskan pencegahan terhadap stunting dengan
berbagai terobosan. Kekinian, pemerintah setempat meluncurkan inovasi bertajuk
Dapur Sehat Atasi Stunting (Dahsat) (Dinas kesehatan Kab. Agam).

Pada sisi kejadian penyakit non infeksi (degeneratif) pelayanan kesehatan


pada pada penderita diabetes melitus di Kabupaten Agam Tahun 2020 sebanyak

3
1.544 jiwa dari 2.600 jiwa (59.3%). Penyakit Infeksi untuk cakupan penemuan kasus
TB + di Kabupaten Agam dari tahun ketahun masih belum memuaskan, terjadi
penurunan cukup tajam di Kabupaten Agam tahun 2016 sebanyak 343 kasus
(54.44%) dari yang ditetapkan sebanyak 630 kasus dan pada tahun 2017 Dinas
Kesehatan Agam, pencapaian sebanyak 363 kasus (46.83%), masalah ini masih
menjadi fokus penanganan di Kabupaten Agam di tahun mendatang.

Sesuai dengan masalah prioritas PKL-T IPE-CP tahun ajaran 2022/2023 ini,
telah ditetapkan dua kecamatan di Kabupaten Agam sebagai lokasi fokus , yaitu
Kecamatan IV Koto dan Banuhampu. Pemilihan lokasi berdasarkan Angka stunting
pada balita di Kabupaten Agam, kondisi sekarang menunjukan tren penurunan sesuai
data aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat (e-
PPGBM). Kasus stunting bisa ditekan di tengah merebaknya pandemi Covid-19.

Kegiatan pembelajaran inter-profesi yang dirancang dalam PKL-T tahun ini


diharapkan dapat membantu masyarakat dan pemerintah daerah dalam percepatan
penanggulangan stunting, khususnya pada individu dan keluarga yang berisiko.
Tema yang dipilih dalam pelaksanaan PKL-T IPE-CP pada tahun akademik
2022/2023 adalah“Melalui PKL Terpadu dengan Pendekatan Inter-Profesional
Education Collaborative Practice ( IPE-CP ) , kita dukung Tranformasi Kesehatan
Layanan Primer untuk mewujudkan masyarakat Sehat dan bebas stunting tahun
2023”.

B. Tujuan IPE-CP
1. Tujuan Umum
Memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa dalam kompetensi
Interprofessional Education–Collaborative Practice (IPE-CP) dalam praktek
kerja lapangan terpadu.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan proses pengkajian/assessment masalah dan
factor penyebab stunting (penyakit infeksi, pola asuh, konsumsi gizi,
PTM) pada level individu, keluarga berisiko (penyakit degeneratif) dan
masyarakat dengan penerapan empat domain kompetensi IPE-CP.

4
b. Mahasiswa mampu melakukan perumusan diagnosis masalah dan faktor
penyebab stunting pada level individu, keluarga berisiko dan masyarakat
dengan penerapan empat domain kompetensi IPE-CP.
c. Mahasiswa mampu melakukan intervensi promotive preventif
penanggulangan stunting pada level individu, keluarga berisiko dan
masyarakat dengan penerapan empat domain kompetensi IPE-CP.
d. Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap upaya
promotif preventif penanggulangan stunting pada level individu, keluarga
berisiko dan masyarakat dengan penerapan empat domain kompetensi
IPE-CP.

C. Manfaat IPE-CP
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa memperoleh pengalaman belajar dalam menerapkan ilmu
yang sudah diperoleh di bangku kuliah secara nyata di wilayah lokasi
PKL-T dengan konsep IPE-CP, khususnya dalam upaya intervensi
penanggulangan stunting pada individu, keluarga dan kelompok yang
berisiko.
b. Mahasiswa memiliki pengalaman belajar dalam implementasi tahap-
tahap problem solving dengan pendekatan IPE-CP, khususnya dalam
upaya penanggulangan masalah stunting pada kelompok sasaran.
2. Bagi Pemerintah
Dengan adanya kegiatan PKL-Terpadu diharapkan dapat membantu
peningkatan cakupan program intervensi spesifik dan sensitive dalam upaya
penanggulangan stunting.
3. Bagi Masyarakat
a. Masyarakat memiliki perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan)
yang mendukung upaya penanggulangan stunting khususnya pada 1000
hari pertama kehidupan.
b. Masyarakat memiliki kemampuan untuk mengenal, memutuskan,
melakukan tindakan, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan
pelayanan kesehatan khususnya dalam penanggulangan stunting.

5
D. Sistematika Laporan
Laporan ini merupakan hasil dari pelaksanaan PKL Terpadu konsep IPE-CP,
dengan tema stunting. Laporan ini disusun berdasarkan aturan yang telah
dijelaskan pada buku panduan dan dibagi dalam lima bab, dengan uraian sebagai
berikut :
1. BAB I (Pendahuluan) diulas tentang latar belakang, tujuan, manfaat, dan
sistematika laporan.
2. BAB II (Tinjauan Pustaka) diulas tentang konsep IPE-CP, konsep problem
solving cycle, dan pengendalian stunting di masyarakat.
3. BAB III (Metode Pelaksanaan) diulas tentang tahapan, waktu, dan tempat
PKL-T, sasaran PKL-T, community assesment (level individu, keluarga, dan
masyarakat), community diagnosis, penyusunan POA, implementasi program
intervensi, monitoring dan evaluasi.
4. BAB IV (Hasil dan Pembahasan) diulas tentang gambaran umum lokasi PKL,
hasil assesment dan prioritas masalah, POA dan Gantt Chart, implementasi
kegiatan, hasil monitoring dan evaluasi kegiatan, faktor pendukung dan
penghambat.
5. BAB V (Penutup) diulas tentang kesimpulan, saran.
6. Lampiran

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep IPE-CP
1. Pengertian
Menurut World Health Organization (2010), IPE didefenisikan
sebagai proses pembelajaran dimana dua atau lebih profesi belajar dengan,
dari, dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas
outcome pelayanan kesehatan.
IPE merupakan pendekatan proses pendidikan dua atau lebih disiplin
ilmu yang berbeda berkolaborasi dalam proses belajar-mengajar dengan
tujuan untuk membina interdisipliner/interaksi interprofessional yang
meningkatkan praktek disiplin masing-masing.
Dalam menerapkan konsep IPE-CP dibutuhkan komunikasi yang baik
antar profesi karena dengan adanya komunikasi interprofesi yang sehat, dapat
menimbulkan terjadinya pemecahan masalah, berbagai ide, dan pengambilan
keputusan bersama dalam penanganan masalah kesehatan sehingga akan
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan meningkatkan kepuasan
pasien.

2. Domain Kompetensi IPE-CP


a. Norma/nilai etik dalam profesi
Kompetensi value dan etik antar profesi adalah bekerja bersama dengan
profesi lain untuk mempertahankan iklim saling menghargai dan berbagi
nilai serta etik bersama.
b. Peran dan tanggung jawab masing-masing profesi
Kompetensi peran dan tanggung jawab adalah dengan menggunakan
pengetahuan tentang peran profesi sendiri dan peran profesi lain di dalam
tim untuk mengkaji dan memberikan pelayanan yang tepat kepada klien
dan populasi.
c. Komunikasi antar profesi
Kompetensi komunikasi antar profesi adalah berkomunikasi dengan klien,
keluarga klien, komunitas, dan profesi kesehatan lain dengan cara yang
tepat dan bertanggung jawab untuk mendukung pendekatan tim.

7
d. Kerjasama tim
Kompetensi untuk bekerja di dalam tim adalah dengan mengaplikasikan
nilai-nilai membangun kelompok dan membangun prinsip dinamika
kelompok untuk melaksanakan fungsi tim secara efektif.

3. Metode Pembelajaran dengan IPE-CP


Ada 3 metode pembelajaran dengan konsep IPE-CP yaitu sebagai berikut :
a. Kuliah klasikal
IPE dapat diterapkan pada mahasiswa menggunakan metode pembelajaran
berupa kuliah klasikal. Setting perkuliahan melibatkan beberapa pengajar
dari berbagai disiplin ilmu (team teaching) dan melibatkan mahasiswa dari
berbagai profesi kesehatan. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum
terintegrasi dari berbagai profesi kesehatan. Kuliah dapat berupa sharing
keilmuwan terhadap suatu masalah atau materi yang sedang dibahas.
b. Kuliah tutorial/praktek
Setting kuliah tutorial dapat dilakukan dengan diskusi kelompok kecil yag
melibatkan mahasiswa yang berasal dari berbagai profesi kesehatan.
Mereka membahas suatu masalah dan mencoba mengidentifikasi dan
mencari penyelesaian dari masalah yang dihadapi. Modul yang digunakan
adalah modul terintegrasi. Skills praktek merupakan metode yang baik bagi
IPE karena dapat mensimulasikan begaimana penerapan IPE secara lebih
nyata. Dalam pembelajaran skills ini, mahasiswa dapat mempraktekkan
cara berkolaborasi dengan mahasiswa dari berbagi profesi dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada pasien. Pada akhir tutorial, satu
kelompok mahasiswa yang terdiri dari minimal 4 profesi dari 6 profesi
yang ada di lingkungan PoltekkesKemenkes Padang (kesling, gizi,
keperawatan, kebidanan, keperawatan gigi dan promkes) diharapkan dapat
menyusun community assesment, diagnosis dan rencana intervensi dengan
pendekatan Collaborative Practice antar profesi. Dosen pembimbing
berupa team teaching dari berbagai profesi dan bertugas sebagai
tutor/fasilitator dalam diskusi tersebut.
c. Kuliah profesi/klinis-lapangan
Pendidikan profesi merupakan pendidikan yang dilakukan di rumah sakit
atau di komunitas. Pada pendidikan profesi mahasiswa dihadapkan pada

8
situsai nyata di lapangan untuk memberikan pelayanan kepada pasien
nyata. Praktek Lapangan dilakukan di komunitas, pada lingkup wilayah
mikro yaitu Jorong. Pada saat praktik lapangan, mahasiswa melakukan
pengkajian pada kelompok sasaran dan memberikan pelayanan kepada
masyarakat, keluarga dan individu yang berisiko mengalami masalah
stunting. Selama proses praktik lapangan, masing-masing kelompok
dibimbing oleh tim dosen pembimbing yang memahami konsep IPE-CP.

B. Konsep Problem Solving Cycle


1. Community Assessment
Community assessment merupakan kegiatan analisis situasi berdasarkan data-
data terkait masalah kesehatan prioritas dan factor penyebabnya pada level
individu, keluarga dan komunitas. Data yang dibutuhkan dapat bersumber
dari data sekunder Program Kesehatan dan data primer yang dikumpulkan
langsung dari kelompok sasaran. Pada tahapan community assessment,
kelompok IPE-CP diharapkan dapat mengidentifikasi kebutuhan data yang
diperlukan untuk menetapkan community diagnosis dan intervensi.
2. Community Diagnosis
Community diagnosis bertujuan untuk menetapkan masalah/risiko terjadinya
masalah dan prioritas factor yang berperan pada kejadian stunting, baik pada
individu, keluarga maupun masyarakat. Diagnosis dirumuskan secara
berkelompok berdasarkan data pada tahap assessment. Rumusan diagnosis
dapat dibuat untuk level individu, keluarga atau masyarakat. Pada tahapan ini
kelompok IPE-CP diharapkan dapat melakukan interaksi interprofesi sesuai
dengan 4 domain IPE-CP. Pada akhir tahap diagnosis, diharapkan setiap tim
dapat membuat satu rumusan masalah untuk setiap sasaran dengan format
Problem (P) – Etilogi (E)– Sign / Symptoms (Ss). Dari tahapan diagnosis,
diharapkan setiap kelompok mendapatkan rumusan masalah kesehatan
prioritas pada level individu, keluarga dan masyarakat.
3. Intervensi
Tahap intervensi dimulai dengan penyusunan rencana intervensi atau plan of
action (POA), dengan mempertimbangkan karakteristik masalah pada setiap
level serta kemampulaksanaan (fesibility) dari segi waktu, tenaga dan
sumberdaya lainnya. Setelah itu, akan muncul ganttchart kegiatan yang
9
membantu dalam memanage waktu dan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Perencanaan dan implementasi program intervensi dilakukan menggunakan
konsep kemitraan, pemberdayaan dan advokasi dalam edukasi/pelayanan
kesehatan. Perencanaan kegiatan intervensi dituangkan dalam matriks POA
yang memuat informasi tentang :
a. Rumusan masalah pada level individu, keluarga dan komunitas
b. Program intervensi yang akan dilakukan
c. Tujuan dan target kegiatan intervensi
d. Sasaran intervensi (siapa, berapa banyak, dimana)
e. Kegiatan yang akan dilaksanakan (persiapan, pelaksanaan, monev)
f. Waktu, tempat dan metode pelaksanaan
g. Mitra kerja atau pihak yang terkait
h. Penanggung jawab kegiatan
i. Sumber daya yang dibutuhkan
4. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap
kelompok IPE-CP terhadap implementasi rencana yang sudah disepakati. Hal
ini bertujuan agar mahasiswa dapat menilai tingkat keberhasilan kerja
kelompok dengan melihat indicator input-proses-output dalam rangka
implementasi IPE-CP. Evaluasi dilakukan pada tahap akhir kegiatan dengan
menilai output kegiatan secara keseluruhan dan presentase capaian dari target
yang direncanakan. Hasil evaluasi kegiatan kemudian ditungkan dalam
bentuk laporan kegiatan PKL-T secara keseluruhan.

C. Pengendalian Stunting di Masyarakat


1. Pengertian Stunting dan Dampak yang Ditimbulkan
Stunting adalah gangguan tumbuh kembang pada balita, disebabkan
oleh kekurangan gizi secara kronis dan atau penyakit infeksi berulang,
terutama pada periode 1000 HPK (ibu hamil (270 hari) sampai anak usia 2
tahun (730 hari), ditunjukkan oleh PB atau TB di bawah -2SD standar
pertumbuhan WHO serta gangguan perkembangan seperti perkembangan
motorik, sosio-emosional dan bahasa. Sedangkan definisi stunting menurut
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-
scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD

10
(severely stunted) (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Sekretariat Wakil Presiden, 2017).
Anak dengan perawakan pendek dikatakan stunting jika disertai
dengan gangguan perkembangan seperti kemampuan daya ingat yang kurang,
apatis, rewel, dan kemampuan motoric yang tidak sesuai dengan umur. Dari
berbagai hasil penelitian, anak-anak stunting memiliki kemampuan IQ 10
point lebih rendah dari pada anak normal. Menurut laporan UNICEF tahun
2010, ada beberapa dampak stunting pada anak :
a. Anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam
bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun.
Stunting yang parah pada anak, akan terjadi defisit jangka panjang dalam
perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar
secara optimal di sekolah.
b. Pengaruh gizi pada usia dini yang mengalami stunting dapat menganggu
pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Stunting pada
usia lima tahun cenderung menetap sepanjang hidup, kegagalan
pertumbuhan usia dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh
menjadi wanita dewasa yang stunting dan mempengaruhi secara
langsung pada kesehatan dan produktivitas, sehingga meningkatkan
peluang melahirkan BBLR.
c. Stunting terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung
menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar
meninggal saat melahirkan.
d. Jika kondisi buruk terjadi pada masa golden period perkembangan otak
(0-2 tahun) maka tidak dapat berkembang dan kondisi ini sulit untuk
dapat pulih kembali. Hal ini disebabkan karena 80-90% jumlah sel otak
terbentuk semenjak masa dalam kandungan sampai usia 2 (dua) tahun.
Apabila gangguan tersebut terus berlangsung maka akan terjadi
penurunan skor tes IQ sebesar 10-13 point (Supariasa, 2011).

11
Gambar 1 Dampak Stunting terhadap
kualitas Sumber Daya Manusia

2. Faktor Penyebab Stunting


Bappenas (2018) menyebutkan bahwa faktor yang menyebabkan
terjadinya stunting dapat dikelompokkan ke dalam :
a. Faktor penyebab langsung  asupan gizi yang tidak memadai yang
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, khususnya dalam periode
1000 HPK dan status kesehatan seperti kejadian infeksi yang berulang.
Asupan zat gizi yang kurang dan kejadian infeksi dapat terjadi secara
terpisah maupun secara simultan dan memiliki interaksi satu sama lain.
b. Faktor tidak langsung  ketahan pangan keluarga, khususnya akses
terhadap pangan bergizi (makanan), lingkungan sosial yang terkait dengan
praktik pemberian makanan bayi dan anak (pengasuhan), akses terhadap
pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan (kesehatan), serta
kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana air bersih dan
sanitasi (lingkungan). Keempat factor tersebut mempengaruhi asupan gizi
dan status kesehatan anak.
c. Keempat determinan tidak langsung dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
menjadi akar permasalahan, meliputi pendapatan dan kesenjangan
ekonomi, perdagangan, urbanisasi, globalisasi, sistem pangan, jaminan
sosial, sistem kesehatan, pembangunan pertanian dan pemberdayaan
perempuan. Untuk mengatasi penyebab stunting, diperlukan prasyarat
pendukung yang mencakup komitmen politik dan kebijakan untuk
pelaksanaan, keterlibatan pemerintah dan lintas sektor, dan kapasitas untuk
melaksanakannya

12
Gambar 2 Faktor Penyebab Stunting

3. Program Preventif, Promotif stunting


Upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi, yaitu
intervensi gizi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi
gizi sensitive untuk mengatasi penyebab tidak langsung. Selain mengatasi
penyebab langsung dan tidak langsung, diperlukan prasyarat pendukung yang
mencakup komitmen politik dan kebijakan pelaksanaan, keterlibatan
pemerintah dan lintassektor, serta kapasitas yang memadai.
Intervensi gizi spesifik merupakan kegiatan yang langsung mengatasi
terjadinya stunting seperti asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit
menular, dan kesehatan lingkungan. Intervensi spesifik ini umumnya
diberikan oleh sector kesehatan. Terdapat tiga kelompok intervensi gizi
spesifik :
a. Intervensi prioritas, yaitu intervensi yang diidentifikasi memilik dampak
paling besar pada pencegahan stunting dan ditujukan untuk menjangkau
semua sasaran prioritas;
b. Intervensi pendukung, yaitu intervensi yang berdampak pada masalah gizi
dan kesehatan lain yang terkait stunting dan diprioritaskan setelah
intervensi prioritas dilakukan.
c. Intervensi prioritas sesuai kondisi tertentu
Intervensi gizi sensitif mencakup : (i) Peningkatan penyediaan air
bersih dan sarana sanitasi; (ii) Peningkatan akses dan kualitas
pelayanangizi dan kesehatan; (iii) Peningkatan kesadaran, komitmen dan
praktik pengasuhan gizi ibu dan anak; (iv) serta Peningkatan akses pangan

13
bergizi. Intervensi gizi sensitive umumnya dilaksanakan di luar
Kementerian Kesehatan. Sasaran intervensi gizi sensitive adalah keluarga
dan masyarakat dan dilakukan melalui berbagai program dan kegiatan
sebagaimana tercantum di dalam.

Gambar 3 Program Kegiatan Intervensi

14
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Tahapan, Waktu dan Tempat PKL-T


1. Tahapan PKL-T
a. Persiapan, terdiri dari:
2) Persiapan pedoman IPE-CP Poltekkes Kemenkes Padang
3) Persiapan kepanitiaan IPE-CP Poltekkes Kemenkes Padang, terdiri
dari steering commitee dan organizing commitee. Melalui surat
keputusan Direktur Poltekkes Kemenkes Padang.
4) Persiapan Buku pedoman IPE-CP Poltekkes Kemenkes Padang,
disiapkan oleh panitia dengan mengembangkan sesuai kebutuhan
operasional kegiatan IPE-CP.
5) Persiapan mahasiswa sebagai peserta IPE-CP Poltekkes Kemenkes
Padang. Kejelasan jumlah mahasiswa yang diikutkan pada pada IPE-
CP sesuai dengan data administrasi akademik.
6) Persiapan tempat/lahan pelaksanaan IPE-CP Poltekkes Kemenkes
Padang.
7) Persiapan pembiayaan IPE-CP, terdiri dari Biaya perjalanan dinas
(kegiatan penjajakan dan supervisi), belanja modal (konsumsi
pembekalan, konsumsi penutupan dan pembukaan, ATK, dan), honor
bimbingan dan jasa lahan.
b. Pembekalan dosen pembimbing
Pelaksanaan pembekalan dosen pembimbing bertujuan untuk
menyamakan persepsi pada proses bimbingan IPE-CP diikuti oleh dosen
pembimbing atau dosen penanggung jawab mata kuliah yang berkaitan dengan
PKL Terpadu.
Materi yang disampaikan pada saat pembekalan pembimbing adalah
sebagai berikut:
a. Konsep dasar PKL terpadu dengan model IPE-CP
b. Core Kompetensi IPE-CP (Kode etik, peran dan tugas profesi dalam
pelayanan kesehatan, komunikasi interprofesional, kerjasama/team work
building)

15
c. Konsep Problem solving Cycle dalam penanganan masalah kesehatan
d. Mekanisme pelaksanaan PKL terpadu
e. Proses bimbingan PKL f. Proses evaluasi pencapaian kompetensi
c. Pembekalan Mahasiswa

Pembekalan mahasiswa dilaksanakan setelah pembekalan


pembimbing dengan metode pembelajaran klasikal, tutorial dan role play.
Materi pembekalan mencakup:

2) Konsep dasar PKL terpadu dengan pendekatan IPE-CP


3) Profil Kesehatan Lokasi PKLPembekalan dosen pembimbing
4) Core Kompetensi IPE-CP (Kode etik, peran dan tugas profesi dalam
pelayanan kesehatan, komunikasi interprofesional, kerjasama/team
work building)
5) Konsep Problem solving Cycle dalam penanganan masalah kesehatan
6) Mekanisme pelaksanaan PKL terpadu
7) Proses bimbingan PKL
8) Proses evaluasi pencapaian kompetensi

Setting kuliah tutorial secara daring dilakukan dengan kelompok (ada 3


kelompok besar) yang melibatkan mahasiswa yang berasal dari berbagai
profesi kesehatan. Mereka membahas permasalahan kesehatan yang terjadi di
lokasi PKL dan mencoba mencari alternatif penyelesaian dari masalah yang
dihadapi dengan konsep IPE-CP. Pada akhir kuliah tutorial, setiap kelompok
mahasiswa yang terdiri dari profesi gizi, keperwatan, kebidanan, kesling
keperawatan gigidan promosi kesehatan diharapkan dapat menyusun
rencana intervensi dengan pendekatan Collaborative Practice antar profesi.
Dosen pembimbing team teaching dari berbagai profesi dan bertugas
sebagai tutor/fasilitator dalam kuliah tutorial tersebut. Dalam pelaksanaan
tutorial, dosen pembimbing diharapkan menggunakan beberapa
kasus/masalah kesehatan serta cara pemecahannya secara IPE-CP.

d. Pelaksanaan, terdiri dari:


Pelaksanaan PKL-T pada TA 2022/2023, terkait dengan upaya
pencegahan stunting serta masalah kesehatan berkaitan dengan kejadian
stunting tersebut pada Kelompok Sasaran 1000 HPK yaitu ibu hamil dan

16
Ibu menyusui dan anak 0-23 bulan, pada Kelompok Sasaran Usia
Lainnya yaitu Rematri dan WUS, Anak 24-59 bulan (PAUD). Jumlah
sasaran sebanyak 10-12 KK untuk prioritas balita stunting dan kelompok
yang berisiko. Program dan kegiatan yang dilakukan pada tahap program
intervensi antara lain berupa:
a) Intervensi Prioritas yaitu
 Antenatal care/pemeriksaan kehamilan
 Pemberian TTD bumil
 PMT Bumil KEK/keluarga miskin
 Promosi dan konseling ASI
 Promosi dan konseling pemberian makan bayi dan anak
(PMBA)
 Tatalaksana gizi kurang dan gizi buruk
 PMT anak gizi kurang
 Imunisasi dasar lengkap
 Promosi dan pemantauan tumbuh kembang
 TTD Remaja putri
 Tata laksana anak gizi kurang dan gizi buruk
 Promosi dan konseling pemberian makan bayi dan anak
(PMBA)
 Tatalaksana gizi kurang dan gizi buruk
 PMT anak gizi kurang
b) Intervensi Pendukung yaitu : •
 Kelas bumil
 Pendampingan bumil konsumsi TTD
 Suplementasi kalsium
 Peningkatan pengetahuan/keterampilan dalam perawatan
kehamilan, konsumsi makanan dan persiapan persalinan
 Pemberian Vit A dosis tinggi utnuk ibu nifas dan balita
 Suplementasi zinc untuk anak diare
 Manajemen terpadu balita sakit
 Kelas ibu balita

17
 Pendampingan konsumsi PMT anak gizi kurang
 Pos gizi untuk anak gizi kurang
 Peningkatan kapasitas ibu dan keluarga dalam pola asuh anak
 Pemeriksaaan kesehatan gigi dan mulut
 Pendampingan konsumsi TTD rematri
 Promosi gaya hidup sehat
 Suplementasi zinc untuk anak diare
 Manajemen terpadu balita sakit
 Kelas ibu balita
 Pendampingan konssumi PMT anak gizi kurang
 Pos gizi untuk anak gizi kurang
 Peningkatan kapasitas ibu dan keluarga dalam pola asuh anak
 Pemeriksana gigi dan mulut balita
 Pola hidup bersih dan sehat
1) Identifikasi kelompok berisiko dari data sekunder (catin/WUS yang
mengalami Kekurangan Energi Kronik, ibu hamil berisiko tinggi, bayi
dengan BBLR, bayi / balita dengan BB kurang, kurus atau pendek,
balita dalam keadaan sakit).
2) Validasi data individu dan keluarga yang termasuk kelompok berisiko
melalui Kunjungan Rumah (home visit) secara bertim sesuai profesi
3) Lakukan assessment (pengkajian) terhadap individu dan keluarga
bersiko.
4) Membuat diagnosis dan prioritas masalah
5) Menyusun perencanaan intervensi (POA) dan Ganttchart
6) Melakukan implementasi masalah
7) Monitoring dan evaluasi masalah
3. Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi dengan sasaran:
1) Pemahaman konsep dan implementasi konsep IPE-CP (Kode etik
profesi, pemahaman peran dan tugas masing-masing profesi dalam
yankes, komunikasi interprofesional, kerjasama tim kesehatan) dalam
pelaksanaan PKL Terpadu.

18
2) Penguasaan konsep dan implementasi Problem Solving Cycle dalam
pencegahan dan penanganan stunting.

Pelaksanaan evaluasi dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:


1) Tahap pembekalan (mencakup aspek pengetahuan dan sikap terkait
konsep PKL Terpadu dengan IPE-CP dan stunting)
2) Tahap Bimbingan I (mencakup sikap dan keterampilan dalam
pencegahan dan penanganan stunting dengan pendekatan IPE-CP)
3) Tahap Bimbingan II (mencakup sikap dan keterampilan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi intervensi level
komunitas, keluarga dan individu serta sikap dan keterampilan terkait
stunting.
2. Waktu
Waktu belajar efektif adalah 184 jam atau setara dengan 23 hari efektif
pembelajaran. Pelaksanaan PKL dengan pendekatan IPE-CP akan
dilaksanakan pada tanggal 27 Februari sd 17 Maret 2023. Rincian waktu
dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2. Rincian waktu pelaksanaan PKL-IPE CP tahun 2022-2023
3. Tempat.
Pelaksanaan PKL Terpadu dengan pendekatan IPE-CP Poltekkes Kemenkes
Padang TA 2022/2023 dilakukan pada 2 Kecamatan yaitu :
a. Kecamatan Banuampu dengan jumlah 44 jorong.
b. Kecamatan IV Koto dengan jumlah 24 jorong
Daerah ini dipilih berdasarkan data prevalensi stunting di Kabupaten
Agam yang relatif masih sangat tinggi (25,2 %) yang ada di Provinsi
Sumatera Barat.
Kriteria wilayah yang dibutuhkan untuk pelaksanaan PKL sbb :
a. Sesuai dengan kebutuhan pencapaian kompetensi IPE-CP
b. Ada kesediaan/izin/dukungan dari pemerintah camat setempat
c. Tersedianya data/informasi kesehatan yang cukup untuk kegiatan
perencanaan.
d. Tersedianya sumber daya kesehatan dilokasi praktek (petugas
kesehatan, fasilitas kesehatan, dan partisipasi masyarakat).

19
B. Sasaran PKL-T

Gambar 4 Sasaran PKL-T

C. Assessment (Level Individu, Keluarga dan Masyarakat)


Community assessment merupakan kegiatan analisis situasi berdasarkan data-
data terkait masalah kesehatan prioritas dan factor penyebabnya pada level
individu, keluarga dan komunitas. Data yang dibutuhkan dapat bersumber dari
data sekunder Program Kesehatan dan data primer yang dikumpulkan langsung
dari kelompok sasaran. Pada tahapan Community assessment, kelompok IPE-CP
diharapkan dapat mengidentifikasi kebutuhan data yang diperlukan untuk
menetapkan community diagnosis dan intervensi.

Tabel 1 Community Assessment

No Level Target Sasaran Data yang dikumpulkan


1. Individu  Ibu hamil  Karakteristik individu
(khususnya ibu (umur, jenis kelamin,
hamil KEK, status gizi dan
Anemia, kesehatan, social
 Anak 12-23 bulan ekonomi)
 Anak 24-60 bulan  Faktor prilaku
 Balita (disesuaikan dengan
underweight data yang dibutuhkan
(BB/U kurang - inter-profesi)
2SD)  Akses terhadap layanan
 Balita kesehatan (focus pada

20
kurus/wasting intervensi spesifik dan
(BB/TB< -2SD) sensitive
 Balita pendek penanggulangan
(TB/U<-2SD) stunting)

Keluarga  Keluarga dengan  Karakteristik keluarga


anggota (social ekonomi, jumlah
keluarga ART, sumber daya yang
/individu bersiko, dimiliki)
terutama yang  Prilaku bersiko dalam
berasal dari keluarga terkait
keluarga miskin, determinan stunting
berpendidikan (polaasuh)
rendah, dan  Kualitas Lingkungan
tinggal di tempat tinggal
lingkungan
dengan sanitasi
yang kurang
layak
Komunitas  Tim pendamping  Jenis dan potensi
stunting tingkat organisasi
jorong (Wali kemasyarakatan yang
Jorong, Bidan dapat mendukung
desa, PKK, Kader program penanggulangan
posyandu Kader stunting
PM)
 PAUD
 TK

Data sekunder seperti karakteristik demografi, profil kesehatan, keadaan


social ekonomi antara lain dapat diperoleh dari Dinas terkait, Puskesmas dan
Pemerintahan Desa/Nagari/Kelurahan dan perangkatnya. Data-data tersebut dapat
digunakan untuk melakukan diagnosa di level komunitas atau masyarakat
kelurahan di level RW. Selain data sekunder, setiap kelompok juga diharapkan

21
untuk mengumpulkan data primer pada individu dan keluarga yang berisiko.
Identifikasi keluarga yang berisiko mengalami masalah stunting dapat dilakukan
berbasis data sekunder yang tersedia dan atau informasi dari puskesmas, serta
pemerintahan kelurahan, juga masyarakat sekitar.

1. Jenis Data
a. Data Kualitatif
Yaitu data yang disajikan dalam bentuk verbal, yang termasuk data
kualitatif yaitu gambara umum lokasi PKL-T, karakteristik individu,
karakteristik keluarga, serta karakteristik komunitas.
b. Data Kuantitatif
Data yang dapat diukur dan dihitung secara langsung, yang termasuk data
kuantitatif yaitu jumlah penduduk, jumlah balita, jumlah ibu hamil, jumlah
bayi dan jumlah remaja putri.
2. Sumber Data
Sumber data adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Sumber data pada
PKL-T ini ada 2 yaitu:
a. Sumber data sekunder
Yaitu data yang didapatkan dan diperoleh dari pengelola program gizi,
bidan desa, puskesmas, rumah desa sehat dan aplikasi pencatatan
pelaporan program gizi berbasi masyarakat (e-PPGBM).
b. Sumber data primer
Sumber data primer ada data yang dikumpulkan langsung oleh
mahasiswa, adapun yang menjadi sumber data primer adalah kuesioner,
dan dokumentasi 10 kk binaan serta komunitas
3. Teknik Pengumpulan
a. Wawancara
Dilakukan dengan menggunakan insrument untuk melakukan community
assesment pada sasaran yang telah didapatkan.Wawancara dilakukan
kepada ketua jorong, KPM dan keluarga yang dijadikan sasaran.
b. Observasi
Dilakukan dengan pengamatan langsung pada saat assesment
4. Teknik Pengolahan Data
a. Editing/Validasi

22
Yaitu melihat kembali data sekunder yang telah didapatkan dan
memvalidasinya kepada wali jorong, pustu, bidan desa dan kpm. Selain
itu, juga melihat kembali hasil kuesioner bila ditemukan kekurangan dan
kesalahan dalam pengumpulan data maka dapat diperbaiki.
b. Coding
Yaitu proses pengkodean data yang telah dikumpulkan.
c. Entry
Yaitu proses pemindahan data ke komputer sehingga didapatkan data
yang akan dianalisis.
d. Clening
Yaitu membersihkan data untuk mecegah kesalahan data

D. Community Diagnosis
Metode yang digunakan dalam kegiatan PKL-T/IPE-CP Poltekkes Kemenkes
RI Padang adalah dengan metode problem solving circle. Tahapan problem
solving yang digunakan dengan pendekatan ADIME (assessment, diagnosis,
intervensi, monitoring dan evaluasi). Community diagnosis diartikan sebagai
sebuah deskripsi atau gambaran mengenai kesehatan warga (masyarakat dan
penduduk) dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat
setempat baik secara kuantitatif dan kualitatif.

Diagnosa komunitas merupakan upaya yang sistematis yang meliputi upaya


pemecahan masalah kesehatan keluarga sebagai unit primer komunitas.
Masyarakat adalah lokus penegakkan diagnosis komunitas. Penelitian ini melihat
prioritas masalah kesehatan dan faktor risiko masalah kesehatan khususnya
masalah stunting di nagari Saning Bakar jorong Balai Batingkah.
Dalam pengambilan data primer, digunakan kuesioner untuk menggali
informasi dari responden. Sedangkan untuk data sekunder menggunakan data
yang berasal dari puskesmas, bidan desa, kader dan ketua jorong untuk
menemukan masalah yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat di
daerah bersangkutan. Dari tahapan diagnosis, diharapkan setiap kelompok
mendapatkan rumusan masalah kesehatan prioritas pada level individu, keluarga
dan masyarakat dengan menggunakan metode Problem – Etiologi – Symptoms.

23
E. Penyusunan POA dan Ganttchart
Setelah mendapatkan rumusan masalah kesehatan prioritas maka langkah
berikutnya adalah penyusunan rencana intervensi atau plan of action (POA) dan
Gantchart kegiatan dengan mempertimbangkan karakteristik masalah pada setiap
level serta kemampulaksanaan dari segi waktu, tenaga dan sumber daya lain.
Perencanaan program intervensi dilakukan menggunakan konsep kemitraan,
pemberdayaan dan advokasi dalam edukasi dalam pelayanan kesehatan.
Perencanaan kegiatan intervensi dituangkan dalam matriks POA yang memuat
informasi tentang :
1. Rumusan masalah
2. Program intervensi yang dilakukan
3. Tujuan kegiatan intervensi
4. Target kegiatan intervensi
5. Input kegiatan intervensi
6. Proses kegiatan intervensi
7. Output kegiatan intervensi
8. Waktu pelaksanaan kegiatan
9. Penanggungjawab kegiatan
10. Sumber daya yang dibutuhkan

F. Implementasi Program Intervensi


Upaya percepatan perbaikan gizi tidak saja untuk Indonesia melainkan upaya
global pada semua Negara yang memiliki masalah stunting. Upaya tersebut
diinisiasi oleh World Helth Assembly (WHA) 2012. Adapun target yang telah
ditetapkan dalam upaya penurunan stunting antara lain: menurunnya prevalensi
stunting, wasting, dan mencegah terjadinya overweight pada balita, menurunnya
prevalensi anemia pada wanita usia subur, menurunkan prevalensi Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR), meningkatkan cakupan ASI eksklusif. Sebagai salah satu
Negara anggota PBB dengan prevalensi stunting yang tinggi turut berupaya dan
berkomitmen dalam upaya percepatan perbaikan gizi Scaling Up Nutrition (SUN)
masyarakat. Upaya untuk perbaikan gizi tersebut tidak terlepas dari rencana
jangka panjang, menengah, dan jangka pendek dengan mengacu kepada undang-
undang yang telah ditetapkan. Kerangka penanganan stunting :

24
1. Intervensi gizi spesifik  berkontribusi sebanyak 30%. Intervensi ini ditujukan
kepada anak dalam 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Kegiatan ini
umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan dan bersifat jangka pendek, hasilnya
dapat dicatat dalam waktu relatif pendek.
2. Intervensi gizi sensitif  berkontribusi sebanyak 70%. Intervensi yang
ditujukan melalui berbagai kegiatan pembangun di luar sektor kesehatan.
Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK.

G. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap
kelompok terhadap implementasi rencana yang sudah disepakati. Bertujuan agar
mahasiswa dapat menilai tingkat keberhasilan kerja kelompok dengan melihat
indicator input-proses-output dalam rangkain implementasi IPE-CP. Setiap
kelompok mahasiswa dituntut untuk dapat menetapkan indicator monitoring pada
setiap langkah intervensi yang mencakup Community Assessment, Community
Diagnosis dan Program intervensi, serta menggunakan indicator tersebut untuk
melakukan movev, mengidentifikasi factor pendukung dan penghambat serta
memberikan feedback untuk upaya perbaikan. Sedangkan, evaluasi dilakukan
pada tahap akhir kegiatan dengan menilai output kegiatan secara keseluruhan dan
presentase capaian dari target yang direncanakan.

25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi PKL


1. Batas Wilayah
a. Sebelah utara : Padang Lua
b. Sebelah selatan : Hutan Lindung
c. Sebelah timur : Cingkariang
d. Sebelah barat : Pinang

Gambar 5 Peta Wilayah Jorong Balai Batingkah

2. Gambaran Ekonomi dan Pertumbuhan


Penduduk
Masyarakat Balai Batingkah
merupakan masyarakat yang rata-rata
mata pencaharian penduduknya
bertani dan berladang. Selain itu juga
ada warga yang bekerja sebagai
pegawai negeri, pegawai swasta maupun wirausaha. Masyarakat Saning Bakar
dikenal dengan masyarakat perantau, termasuk dengan warga yang tinggal di
jorong Balai Batingkah. Rata-rata penduduk berusia 20-80 Tahun, dan
kebanyakan adalah penduduk berusia lansia. Hal ini dikarenakan masyarakat
yang merantau dan hanya pulang sekali setahun ketika lebaran idul fitri atau
lebaran idul adha. Kepadatan penduduk tidak merata, karena ada beberapa
wilayah yang padat penghuni, namun di daerah bagian belakang kebanyakan
hanya ada rumah kosong yang tidak berpenghuni. Selain itu, kebanyakan
rumah hana berpenghuni 2 atau 3 orang saja.
Jumlah Penduduk : 986 penduduk

26
Jumlah KK : 225 KK

3. Potensi Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan


Masyarakat jorong balai batingkah memiliki potensi yang sangat besar
dalam mengembangkan usaha berjualan ikan bilis dan pensi. Hal ini
disebabkan karena keduanya sangat banyak di temukan di daerah tersebut.
Selain itu, karena banyaknya lahan sawah yang tersedia memungkinkan
masyarakat untuk dapat mengelola pertaniannya dengan baik, sehingga dapat
menghasilkan beras yang berkualitas tinggi dan dapat dijual, tidak hanya di
wilayah saniang bakar, namun dapat di jual ke luar daerah.
Kehidupan sosial budaya masyarakat masih erat akan budaya adat.
Masyarakat masih berpatokan jika ada permasalahan dalam wilayah, harus
diselesaikan secara bersama-sama dan keputusan dari pada datuak-datuak
(orang yang dituakan) di wilayah jorong tersebut.
Kebersihan wilayah jorong balai batingkah ada yang sudah bersih dan
adapula yang kurang bersih. Setiap rumah sudah tersedia tempat sampah,
namun demikian, masih saja ditemui sampah-sampah yang bertebaran di
jalanan. Masyarakat biasanya membuang sampah rumah tangganya di tiang-
tiang yang telah disediakan di sekitar wilayah, dan akan dijemput setiap hari
Senin nya. Selain itu, juga ada beberapa masyarakat yang membakar
sampahnya di lahan kosong dekat Masjid Al-Furqon.
Kebisingan wilayah jorong balai batingkah termasuk sedang. Hal ini
dikarenakan wilayah jorong yang terletak di tepi jalan raa saning bakar, jadi
banyyak kendaran yang berlalu lalang.
Sarana Ibadah : Masjid Raya Saning Bakar, Musholla Nurul Huda,
Musholla Istiqlal, Musholla Al-Furqon
Sarana Pendidikan : SD N. 29 Saning Bakar, MTS Muhammaddiyah
Sarana Kesehatan : Bidan desa, Puskesmas Pembantu
B. Hasil Assessment dan Prioritas Masalah
Pengkajian yang digunakan yaitu community diagnosis yang terdriri atas
diagnosa, etiologi dan symptoms

Tabel 2 Identifikasi Masalah Kesehatan Komunitas

No Masalah Etiologi Symptomps

27
Kesehatan/Diagnosa
1. Resiko melahirkan anak Rendahnya asupan energi a. Ibu hamil memiliki Hb
dengan panjang badan dan protein dan prilaku < 11 gr%
kurang dari 48 cm yang tidak memadai b. Ibu memiliki penyakit
anemia
c. Ibu terlalu muda
d. Ibu hamil terlalu sering
melahirkan dan dengan
jarak yang dekat
e. Ibu hamil mengalami
gigi berlubang
f. Ibu hamil tidak
mengkonsumsi tablet Fe
yang diberikan

2. Resiko stunting pada a. Infeksi berulang (diare) a. Anak BAB lebih 3x


balita b. Kurangnya asupan dalam sehari dengan
makanan yang bergizi konsistensi cair
c. Lambatnya b. Ibu tidak mengetahui
pertumbuhan dan penyebab dari diare
perkembang pada balita anaknya
d. Tidak menerapkan c. Ibu tidak tahu
Perilaku Hidup Bersih pencegahan diare pada
dan Sehat (PHBS) anaknya
d. Anak mengalami diare
berulang dalam kurun
waktu 3 bulan terkahir
e. Anak tampak lemas
dan pucat
f. Berat badan anak turun
g. Nafsu makan anak
turun
h. Tinggi badan dan Berat
badan anak tidak sesuai

28
dengan usianya
i. Asupan nutrisi kurang
dari 80% seperti anak
hanya makan 2x sehari
dengan hanya
mengkonsumsi
karbohidrat dan protein
hewani
j. Kategori TB <-2 SD
k. Adanya kebersihan gigi
dan mulut yang buruk
l. Pemberian imunisasi
yang tidak lengkap.
m. Kurangnya pemberian
MPASI pada balita.
n. Kebiasaan pengasuhan
ibu dan pelayanan
kesehatan yang kurang
o. Lingkungan tempat
tinggal yang tidak
bersih
3. Resiko remaja putri a. Status gizi remaja putri a. Berat badan remaja
melahirkan bayi stunting yang kurang putri yang kurang
b. Ketidakpatuhan remaja (IMT<18,5)
dalam mentaati b. LILA remaja putri
program kesehatan <23,5 cm
(penggunaan tablet Fe) c. Remaja putri
mengeluhkan lelah dan
sering pusing
d. Rematri tidak patuh
mengkonsumsi obat Fe
yang telah diberikan

Tabel 3 Identifikasi Masalah Kesehatan Individu Keluarga

29
Karakteristik
No. Problem/Risks Etiologi Sign/Symtoms
Individu

1. Nama : Ny. N Tergolong Kurangnya a. Ibu berusia 33 tahun


kelompok risiko pengetahuan b. LILA ibu 30 cm
Umur : 33 tahun
melahirkan bayi ibu mengenai c. HbSag (+)
Pekerjaan : Ibu stunting apa itu HbSag, d. Penambahan BB
RT kondisi sebelum dan setelah
lingkungan kehamilan 7,7 Kg
rumah yang e. Tidak cukup
kurang mengkonsumsi tablet
memadai Fe
f. Pengetahuan dan
sikap klien dalam
perawatan kehamilan
tidak memadai

2. Nama : Ny. H Tergolong Kurangnya a. Ibu berusia 28 tahun


kelompok risiko pengetahuan b. LILA ibu 24,5 cm
Umur : 28 tahun
melahirkan bayi ibu mengenai c. Ibu hamil dengan
Pekerjaan : Ibu stunting apa itu anemia, anemia (HB 9,2)
RT kondisi d. Penambahan BB
lingkungan sebelum dan setelah
rumah yang kehamilan 6,6 Kg
kurang e. Tidak cukup
memadai mengkonsumsi tablet
Fe
f. Jarak kehamilan
dengan anak terakhir
1,5 tahun
g. Ibu hamil dengan
karies gigi
h. Kebersihan dan udara
dalam rumah kurang

30
baik

3. Nama : Ny. M Tergolong Kurangnya a. Ibu berusia 26 tahun


kelompok risiko pengetahuan b. LILA ibu 32 cm
Umur : 26 tahun
melahirkan bayi ibu mengenai c. Ibu hamil dengan
Pekerjaan : Ibu stunting apa itu anemia anemia (HB 10,8)
RT d. Penambahan BB
sebelum dan setelah
kehamilan 9,7 Kg
e. Tidak cukup
mengkonsumsi tablet
Fe

4. Nama : Ny. E Tergolong Kurangnya a. Ibu berusia 32 tahun


kelompok risiko pengetahuan b. LILA ibu 30,5 cm
Umur : 32 tahun
melahirkan bayi ibu mengenai c. Penambahan BB
Pekerjaan : Ibu stunting kondisi sebelum dan setelah
RT lingkungan kehamilan 5,7 Kg
rumah yang d. Jarak kehamilan
kurang dengan anak terakhir
memadai 8 tahun
e. Ibu hamil dengan
karies gigi
f. Kebersihan dan udara
dalam rumah kurang
baik

5. Nama : Ny. N Tergolong Kurangnya a. Ibu berusia 28 tahun


kelompok risiko pengetahuan b. LILA ibu 25 cm
Umur : 28 tahun
melahirkan bayi ibu mengenai c. Ibu hamil dengan
Pekerjaan : Ibu stunting apa itu anemia anemia (HB 10,3)
RT d. Penambahan BB
sebelum dan setelah
kehamilan 5,3 Kg
e. Tidak cukup

31
mengkonsumsi tablet
Fe
f. Jarak kehamilan
dengan anak terakhir
19 bulan
g. Ibu hamil dengan
karies gigi
6. Nama : Ny. NS Tergolong Kurangnya a. Ibu berusia 23 tahun
kelompok risiko pengetahuan b. LILA ibu 26 cm
Umur : 23 tahun
melahirkan bayi ibu mengenai c. Ibu hamil dengan
Pekerjaan : Ibu stunting perawatan anemia (HB 11,1)
RT selama d. Penambahan BB
kehamilan, sebelum dan setelah
kondisi kehamilan 1,7 Kg
lingkungan e. Jarak kehamilan
rumah yang dengan anak terakhir
kurang 3,5 tahun
memadai f. Ibu hamil dengan
karies gigi
g. Kebersihan dan udara
dalam rumah kurang
baik
7. Nama : An. AA Tergolong Pola asuh yang a. Tidak ada imunisasi
kelompok balita tidak memadai b. Riwayat ISPA
Umur : 1 tahun
dengan stunting dan kualitas c. TB/U pendek, BB/U
2 bulan
lingkungan kurang
BB : 6,8 kg yang buruk d. Kebersihan dan

TB : 69 cm serta riwayat udara dalam rumah


penyakit ISPA kurang baik
e. BB : 6.8 kg
f. TB : 69 cm
g. TB/U : -2,55 SD
(Pendek)

32
h. BB/U : -2,75 SD
(Kurang)
8. Nama : An. AS Tergolong Pola asuh yang a. Imunisasi tidak
kelompok balita tidak memadai lengkap
Umur : 3 tahun
dengan risiko dan kualitas b. TB/U pendek
1 bulan
stunting lingkungan c. Kebersihan dan
BB : 12,1 kg yang buruk udara dalam rumah

TB : 92 cm kurang baik
d. BB : 12,1 kg
e. TB : 92 cm
f. TB/U : -1,33 SD
(Pendek)
g. BB/U : -1,54 SD
(Normal)
9. Nama : An. FP Tergolong Pola asuh yang a. Imunisasi tidak
kelompok balita tidak memadai lengkap
Umur : 1 tahun
dengan risiko dan kualitas b. Riwayat diare dalam
8 bulan
stunting lingkungan 1 bulan terakhir
BB : 9,8 kg yang buruk c. TB/U pendek

TB ; 77 cm serta riwayat d. Penambahan BB


diare tidak sesuai usia
e. Kondisi rumah tidak
memenuhi
persyaratan rumah
sehat
f. BB : 9.8 kg
g. TB : 77 cm
h. TB/U : -2,44 SD
(Pendek)
i. BB/U : -1,38 SD
(Normal)
10. Nama : An. MR Tergolong Pola asuh yang a. Tidak ada imunisasi
kelompok balita tidak memadai b. Riwayat ISPA
Umur : 2 tahun
dengan stunting dan kualitas c. TB/U pendek, BB/U
33
9 bulan lingkungan kurang
yang buruk d. Kebersihan dan
BB : 11 kg
serta riwayat udara dalam rumah
TB ; 86 cm penyakit ISPA kurang baik
e. BB : 11 kg
f. TB : 86 cm
g. TB/U : -2,37 SD
(Pendek)
h. BB/U : -1,69 SD
(Normal)
11. Nama : An. RL Tergolong Pola asuh yang a. Imunisasi tidak
kelompok balita tidak memadai lengkap
Umur : 1 Tahun
dengan stunting dan kualitas b. Riwayat ISPA
3 Bulan
lingkungan c. TB/U pendek
yang buruk d. Kebersihan dan
serta riwayat udara dalam rumah
penyakit ISPA kurang baik
e. BB : 8,5 kg
f. TB : 70 cm
g. TB/U : -2,42 SD
(Pendek)
h. BB/U : -1,68 SD
(Normal)
12. Nama : An. AK Tergolong Pola asuh yang a. Tidak ada imunisasi
kelompok balita tidak memadai b. TB/U pendek, BB/U
Umur : 4 Tahun
dengan risiko dan kualitas kurang
3 Bulan
stunting lingkungan c. Kebersihan dan
yang buruk udara dalam rumah
kurang baik
d. BB : 12,3 kg
e. TB : 94,5 cm
f. TB/U : -2,33 SD
(Pendek)

34
g. BB/U : -2,29 SD
(Kurang)

Masalah Kesehatan Komunitas


1. Resiko melahirkan anak dengan panjang badan kurang dari 48 cm berhubungan
dengan rendahnya asupan energi dan protein dan prilaku yang tidak memadai
ditandai dengan Ibu hamil memiliki LILA < 32,5 cm, Hb < 11 gr%, penyakit
anemia, Ibu terlalu muda dan sering melahirkan dan dengan jarak yang dekat.
2. Resiko stunting pada balita berhubungan dengan infeksi berulang (diare),
kurangnya asupan makanan, lambatnya pertumbuhan dan perkembang pada
balita, penyediaan air bersih yang tidak memenuhi syarat dan tidak menerapkan
PHBS ditandai dengan anak BAB lebih 3x dalam sehari dengan konsistensi cair,
ibu tidak mengetahui penyebab dari diare anaknya, anak mengalami diare
berulang dalam kurun waktu 3 bulan terkahir, anak tampak lemas dan pucat,
tinggi badan dan berat badan anak tidak sesuai dengan usianya, kategori TB <-2
SD, adanya kebersihan gigi dan mulut yang buruk, pemberian imunisasi yang
tidak lengkap, dan lingkungan tempatt tinggal yang tidak bersih
3. Resiko remaja putri melahirkan bayi stunting berhubungan dengan status gizi
remaja putri yang kurang serta ketidakpatuhan remaja dalam mentaati program
pemerintahan ditandai dengan berat badan remaja putri yang kurang
(IMT<18,5), LILA remaja putri <23,5 cm, remaja putri mengeluhkan lelah dan
sering pusing, rematri tidak patuh mengkonsumsi obat Fe yang telah diberikan.

35
PRIORITAS MASALAH

No. Masalah Kesehatan A B C D E F G H I J TOTAL PRIORITAS


1 Risiko melahirkan anak dengan Panjang badan kurang 3 4 5 3 3 4 4 3 3 3 35 2
dari 48 cm
2 Risiko kejadian stunting pada anak balita 4 4 5 4 3 4 4 3 3 3 37 1
3 Resiko remaja putri melahirkan bayi stunting 3 3 5 3 4 4 4 3 3 3 35 3

Tabel 4 Prioritas Masalah

Keterangan:
A. Resiko terjadi
B. Resiko parah
C. Pentensial untuk penkes
D. Minat masyarakat
E. Sesuai dengan program pemerintah
F. Adanya tempat
G. Tersedianya waktu
H. Adanya faskes
I. Dana
J. Sumberdaya
Skore :
1. Sangat rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat tinggi

36
RENCANA INTERVENSI KOMUNITAS

Tabel 5 Rencana Intervensi Komunitas

NO. MASALAH RENCANA INTERVENSI


KESEHATAN
1 Risiko kejadian stunting 1. Pemeriksaan BB, TB dan LILA
pada anak balita 2. Pemberian PMT
3. Modifikasi resep makanan
4. Penyuluhan mengenai penyakit infeksi dan
pencegahan penyakit infeksi
5. Edukasi tentang sanitasi dasar kepada
keluarga
6. Penyuluhan mengenai karies gigi dan
demonstrasi cara menyikat gigi yang baik
dan benar
2 Risiko melahirkan anak 1. Penyuluhan mengenai anemia
dengan Panjang badan 2. Pemberian dan pendampingan bumil
kurang dari 48 cm konsumsi TTD
3. Edukasi dan pelayanan tentang ANC
4. PMT Bumil
3 Resiko remaja putri 1. Pemeriksaan TB, BB, IMT dan LILA
melahirkan bayi 2. Penyuluhan mengenai anemia dan
stunting sosialisasi tablet Fe
3. Penyuluhan mengenai Kesehatan
Reproduksi
4. TTD rematri
5. Promosi gaya hidup sehat

37
RENCANA INTERVENSI KELUARGA DAN INDIVIDU

Tabel 6 Rencana Intervensi Keluarga dan Individu

NO. MASALAH RENCANA INTERVENSI


KESEHATAN
1 Ibu Hamil yang Hb nya 1. Profesi Kesehatan Lingkungan
rendah dan memiliki a. Edukasi tentang PHBS
faktor resiko 2. Profesi Gizi
melahirkan anak yang a. Edukasi tentang gizi seimbang
stunting b. Edukasi mengenai nutrisi ibu hamil
3. Profesi Keperawatan
a. Edukasi tentang anemia
4. Profesi Kesehatan Gigi
a. Pemeriksaan gigi dan mulut
b. Edukasi mengenai karies gigi
5. Profesi Kebidanan
a. Melakukan pelayanan ANC
b. Memberikan tablet Fe
2 Balita dengan penyakit 1. Profesi Kesehatan Lingkungan
infeksi (ISPA dan a. Edukasi tentang cara mencuci tangan yang
diare) benar dan menggunakan air bersih
2. Profesi Gizi
a. Edukasi tentang gizi seimbang dan PMT
b. Pengukuran antropometri
3. Profesi Keperawatan
a. Edukasi tentang ISPA dan diare
b. Demonstrasi pembuatan oralit
4. Profesi Kesehatan Gigi
a. Pemeriksaan gigi dan mulut
b. Edukasi mengenai karies gigi
c. Demonstrasi menyikat gigi yang benar
5. Profesi Kebidanan
a. Edukasi tentang pola asuh ibu pada anak
b. Pemantauan tumbuh kembang anak

38
C. POA
RENCANA KEGIATAN KOMUNITAS KELOMPOK 37 JORONG BALAI BATINGKAH
NAGARI SANIANG BAKA TAHUN 2022

No Masalah Rencana Tujuan Sasaran Waktu Tempat Dana PJ


kesehatan
11
Resiko a. Memberikan a. Keluarga mampu Keluarga Kamis/ Rumah Masyarakat Mutia Tri Allda
stunting edukasi mengenai mengenal masalah dengan balita 24-03-22 Keluarga (@10.000, Hukama Aribi
pada balita diare dan b. Keluarga mampu untuk garam Vanessa Rahmadani
akibat dari pencegahannya membuat oralit dan gula) Umairo Uswatun H.
diare serta stunting c. Untuk melihat
akibat diare bagaimana status
b. Mendemonstrasika gizi balita
n cara pembuatan d. Masyarakat mampu
cairan oralit mengetahui dan
sederhana memahami
c. Melakukan mengenai penyebab
pengukuran IMT dan pencegahan
d. PMT kepada stunting pada balita
balita
Stunting a. Penyuluhan a. Untuk Keluarga Senin/ Surau Masyarakat Nahdatul Awalia

39
pada balita tentang meningkatkan dengan balita 28-03-22 Nurul Huda @50.000 Dinda Silfani
pencegahan pengetahuan ibu yang beresiko
stunting balita terhadap stunting
pencegahan
stunting
b. Edukasi dan b. Tercukupinya
penyuluhan asupan kebutuhan
tentang gizi gizi dengan gizi
seimbang seimbang
c. Demontrasi
modifikasi resep
(nugget ikan bili)

PHBS a. Edukasi mengenai a. Meningkatkan a. Masyarak Rabu / Halaman Masyarakat Rani Nabilla Fahmi
Rumah air minum yang pengetahuan at jorong 23-03-22 surau nurul (@150.000) Wiwi Putri Dewi
Tangga baik dan bersih tentang PHBS agar balai huda (untuk Catrine Permata Sari
yang tidak b. Penyuluhan dapat mencegah batingkah pembelian Hukama Aribi
baik mengenai PHBS terjadinya stunting yang air mineral Mutia Tri Allda
c. Gotong royong di mempuny dan snack)
wilayah jorong ai balita
d. Senam jantung b. Tokoh
sehat masyarak

40
at
Karies gigi a. Melakukan a. Meningkatkan Mahasiswa Fitria Rahmadani
dan CTPS penyuluhan pengetahuan tentang Anak Balita Selasa/ SD. N 29 (@15.000) Rani Nabilla Fahmi
tentang karies gigi karies gigi dan anak 22-02-22 Saning (untuk Wiwi Putri Dewi
b. Demontrasi b. Meningkatkan sekolah kelas Bakar pembelian
menyikat gigi kebersihan gigi dan 1-5 odol dan
c. Melakukan mulut sabun cair)
penyuluhan dan c. Meningkatkan
demonstrasi cara pengetahuan
mencuci tangan mengenai
dengan sabun bagaimana cara
mencuci tangan
dengan baik
Risiko ibu a. Pemberian Tujuan Umum :
hamil PMT Untuk meningkatkan Ibu Hamil Sabtu/ Rumah Puskesmas Irsyadul Husni
melahirkan b. Pemberian Fe pengetahuan ibu 26-03-22 Keluarga Catrine Permata Sari
bayi c. Penyuluhan hamil. Fitria Rahmadani
stunting mengenai Tujuan Khusus :
anemia dan a. Ibu mengetahui
resiko pengertian makanan
perdarahan seimbang untuk pibu
d. Edukasi

41
tentang gizi hamil.
seimbang dan b. Untuk mencukupi
ASI ekslusif asupan kebutuhan
e. Penyuluhan gizi dengan PMT
tentang gigi c. Untuk mencukupi
berlobang asupan Fe ibu hamil
dan karies
gigi

Resiko a. Pemberian TTD Tujuan Umum :


remaja putri b. Pemberian Untuk meningkatkan Remaja Putri Sabtu/ Musholla Mahasiswa Irsyadul Husni
melahirkan penyuluhan pengetahuan remaja 19-03-22 Istiqlal (@52.000) Nahdatul Awalia
bayi mengenai putri tentang anemia Rani Nabila Fahmi
stunting Anemia Tujuan Khusus :
c. Pemberian a. Untuk mengetahui
penyuluhan pengertian dan
mengenai gaya manfaat TTD
hidup sehat b. Untuk meningkatkan
Pengetahuan tentang
anemia
c. Untuk mengetahui
tentang makanan

42
tinggi Fe dan manfaat
konsumsi makanan
tinggi Fe

Ketua Sekretaris

Catrine Permata Sari Mutia Tri Allda


NIM. 194110321 NIM. 193110180

Kepala Jorong Balai Batingkah

Amrizal

43
RENCANA KEGIATAN KELUARGA DAN INDIVIDU KELOMPOK 37 JORONG BALAI BATINGKAH
NAGARI SANIANG BAKA TAHUN 2022

No Masalah
Rencana Kegiatan Tujuan Target Waktu Tempat Dana Evaluasi PJ
. Kesehatan
1. Masalah 1. Memberikan 1. Meningkatkan Ny. N yang Jumat,18 Rumah Keluarga 1. Klien dapat Mahasiswa
pada Ny. N penyuluhan pengetahuan tergolong Maret 2022 Ny. N @5000 mengatasi masalah
mengenai anemia klien tentang dalam yang akan dialami
a. Ibu
dan hepatitis B pada anemia dan kelompok setelah melahirkan
hamil
ibu hepatitis B resiko
b. Hepatitis
melahirkan
B (+) 2. Memberikan 2. Meningkatkan 2. Meningkatnya
bayi yang
konseling gizi pengetahuan pengetahuan
PB <48 cm
mengenai klien tentang mengenai
pentingnya peran pentingnya peran pentingnya gizi
gizi sebagai gizi dalam masa
penunjang dalam kehamilan untuk
memperbaiki menghindari resiko
keadaan klien melahirkan anak
3. Meningkatkan dengan panjang
3. Memberikan
pengetahuan badan <48 cm
edukasi tentang
tentang rumah

44
rumah sehat sehat

3. Meningkatnya
4. Meningkatkan
4. Edukasi tentang pengetahuan tentang
pengetahuan
karies gigi dan rumah sehat
tentang karies
karang gigi
gigi dan karang
gigi
4. Meningkatnya
pengetahuan
mengenai karies gigi
dan dampaknya

2. Masalah 1. Edukasi ibu 1. Meningkatkan Ny. H yang Sabtu, 26 Rumah Ny. Keluarga 1. Meningkatnya Mahasiswa
pada Ny. H mengenai anemia pengetahuan ibu tergolong Maret 2022 H @5000 pengetahuan ibu
dan pentingnya tentang anemia dalam mengenai anemia
a. Ibu
meminum tablet Fe dan pentingnya kelompok dan pentingnya
hamil
mengkonsumsi resiko meminum tablet Fe
b. Anemia 2. Edukasi Ibu
tablet Fe melahirkan
(Hb 9,2) mengenai peran gizi 2. Ibu dapat
bayi yang
c. Kebersih seimbang sebagai 2. Meningkatkan mengkonsumsi
PB <48 cm
an dalam penunjang dalam pengetahuan ibu PMT dan tablet Fe
rumah memperbaiki gizi tentang gizi sesuai arahan yang
kurang ibu

45
baik dan 3. Memberikan seimbang telah diberikan
tidak makanan tambahan
3. Untuk 3. Meningkatnya
memenu ibu hamil (biskuit
mencukupi sikap dan perilaku
hi syarat ibu hamil) dan
asupan klien untuk hidup
rumah pemberian tablet Fe
kebutuhan nutrisi bersih dan sehat
sehat
dengan PMT dan
d. Karies 4. Meningkatnya
4. Memberikan asupan Fe
gigi pengetahuan
konseling tentang
4. Meningkatkan mengenai karies
rumah sehat dan
pengetahuan gigi dan dampaknya
PHBS
tentang rumah
sehat
5. Edukasi tentang
karies gigi dan 5. Meningkatkan
karang gigi pengetahuan
tentang karies
gigi dan karang
gigi

3. Masalah 1. Edukasi gizi 1. Meningkatkan Ny. M yang Sabtu, 26 Rumah Keluarga 1. Meningkatnya Mahasiswa
pada Ny. M seimbang untuk pengetahuan tergolong Maret 2022 Ny.M @5000 pengetahuan dan
memenuhi gizi pada tentang gizi dalam perilaku klien
a. Ibu
masa kehamilan seimbang bagi kelompok mengenai

46
Hamil ibu hamil resiko pemenuhan gizi
melahirkan selama kehamilan
b. Anemia 2. Memberikan 2. Meningkatkan
bayi yang
(Hb edukasi mengenai pengetahuan 2. Meningkatnya
PB <48 cm
10,8) anemia dan tentang anemia pengetahuan ibu
dan
dampaknya dan dampak yang hamil mengenai
perdarahan
dapat anemia dan
ditimbulkan dampak yang
ditimbulkan

4. Masalah 1. Edukasi tentang 1. Meningkatkan Ny. E yang Kamis/ 24 Rumah Ny. Keluarga 1. Meningkatnya Mahasiswa
pada Ny. E gizi seimbang pada pengetahuan tergolong Maret 2022 E @5000 pengetahuan dan
masa kehamilan tentang gizi dalam perilaku klien
a. Ibu
seimbang kelompok mengenai
Hamil
resiko pemenuhan gizi
2. Memberikan 2. Meningkatkan
b. Karies melahirkan selama kehamilan
konseling tentang pengetahuan
gigi bayi yang
anemia dan cara tentang anemia 2. Meningkatnya
PB <48 cm
pencegahannya dan cara pengetahuan
pencegahannya mengenai anemia
3. Memberikan dan cara
3. Meningkatkan
edukasi tentang pencegahannya
pengetahuan
PHBS
tentang PHBS 3. Meningkatnya

47
4. Meningkatkan pengetahuan
4. Penyuluhan pengetahuan tentang PHBS
mengenai karies mengenai karies
gigi dan gigi dan
dampaknya bagi 4. Meningkatnya
dampaknya bagi
kehamilan pengetahuan
kehamilan
mengenai karies
gigi dan
dampaknya

5. Masalah 1. Memberikan 1. Meningkatkan Ny. N yang Senin, 28 Rumah Ny. Keluarga 1. Meningkatnya Mahasiswa
pada Ny. N edukasi mengenai pengetahuan tergolong Maret 2022 N @5000 pengetahuan klien
anemia & tentang anemia dalam mengenai anemia
a. Ibu
pentingnya dan pentingnya kelompok dan pentingnya
Hamil
mengkonsumsi mengkonsumsi resiko mengkonsumsi
b. Jarak tablet Fe tablet Fe melahirkan tablet Fe
kehamila BBLR,
2. Edukasi gizi 2. Meningkatkan 2. Meningkatkan
n yang perdarahan
seimbang pada masa pengetahuan pengetahuan dan
terlalu
masa kehamilan mengenai gizi perilaku klien
dekat
seimbang mengenai
c. Anemia pemenuhan gizi
3. Memberikan 3. Meningkatkan
konseling tentang pengetahuan

48
d. Karies alat kontrasepsi mengenai alat selama kehamilan
gigi kontrasepsi
4. Penyuluhan 3. Meningkatnya
mengenai karies gigi 4. Meningkatkan pengetahuan ibu
dan dampaknya pengetahuan mengenai alat
mengenai karies kontrasepsi

4. Meningkatnya
pengetahuan
mengenai karies
gigi dan
dampaknya bagi
kehamilan

6. Masalah 1. Edukasi gizi 1. Meningkatkan Ny. NS Jumat, 25 Rumah Ny. Keluarga 1. Meningkatkan Mahasiswa
pada seimbang pada masa pengetahuan yang Maret 2022 NS @5000 pengetahuan dan
Ny.NS kehamilan tentang gizi tergolong perilaku klien
seimbang dalam mengenai
a. Ibu
kelompok pemenuhan gizi
Hamil 2. Memberikan 2. Meningkatkan
resiko selama kehamilan
konseling tentang pengetahuan
b. Usia ibu melahirkan
rumah sehat mengenai rumah 2. Meningkatnya
masih bayi yang
sehat pengetahuan dan
muda PB <48 cm
perilaku klien

49
c. Tidak 3. Edukasi tentang cara 3. Meningkatkan untuk hidup bersih
memenu menyikat gigi yang pengetahuan dan sehat
hi syarat baik dan benar mengenai karies
3. Meningkatnya
Rumah gigi dan cara
pengetahuan
Sehat menyikat gigi
mengenai karies
yang baik dan
d. Karies gigi dan
benar
gigi dampaknya
4. Meningkatkan
pengetahuan
tentang cara
menyikat gigi

7. Masalah 1. Edukasi gizi 1. Meningkatkan An. A yang Sabtu, 26 Rumah An. Keluarga 1. Meningkatnya Mahasiswa
pada An. A seimbang pada pengetahuan tergolong Maret 2022 A @5000 pengetahuan
balita tentang gizi dalam mengenai gizi
a. Balita
seimbang kelompok seimbang pada
2. Penyuluhan
b. Tidak balita balita
mengenai stunting 2. Meningkatkan
ada dengan
dan pencegahannya pengetahuan 2. Meningkatnya
imunisa- stunting
mengenai pengetahuan
si 3. Penyuluhan
stunting dan mengenai ISPA dan
mengenai ISPA dan
c. Riwayat cara pencegahannya
pencegahannya

50
ISPA melalui PHBS pencegahannya melalui PHBS

d. TB/U 4. Penyuluhan 3. Meningkatkan 3. Meningkatnya


pendek, mengenai imunisasi pengetahuan pengetahuan
BB/U tentang ISPA dan mengenai imunisasi
5. Pemberian
kurang pencegahannya
makanan tambahan 4. Meningkatnya
melalui PHBS
pengetahuan dan
6. Memberikan
4. Balita dapat perilaku klien untuk
konseling tentang
menghabiskan hidup bersih dan
rumah sehat
makanan sehat
tambahan yang
5. Meningkatnya
diberikan
pengetahuan tentang
5. Meningkatkan rumah sehat
pengetahuan
tentang rumah
sehat

8. Masalah 1. Edukasi gizi 1. Meningkatkan An. FP Jumat, 25 Rumah An. Keluarga 1. Meningkatkan Mahasiswa
pada An.FP seimbang pada pengetahuan yang Maret 2022 FP @5000 pengetahuan
balita tentang gizi tergolong tentang gizi
a. Balita
seimbang dalam seimbang
2. Penyuluhan
b. TB/U kelompok

51
pendek mengenai stunting 2. Meningkatkan balita 2. Meningkatkan
dan pengetahuan dengan pengetahuan
c. Penamb
pencegahannya mengenai risiko mengenai stunting
ahan
stunting dan stunting dan
BB 3. Penyuluhan
pencegahannya pencegahannya
tidak mengenai diare
sesuai dan 3. Meningkatkan 3. Meningkatkan
dengan pencegahannya pengetahuan pengetahuan
usia mengenai diare mengenai diare
4. Pemberian
dan dan
d. Riwaya makanan
pencegahannya pencegahannya
t diare tambahan
dalam 4. Balita dapat 4. Balita dapat
5. Memberikan
satu menghabiskan menghabiskan
konseling tentang
bulan makanan makanan
rumah sehat dan
terakhir tambahan yang tambahan yang
PHBS
diberikan diberikan
e. Kondisi
rumah 5. Meningkatkan 5. Meningkatkan
tidak pengetahuan pengetahuan
memen tentang rumah tentang rumah
uhi sehat dan PHBS sehat dan PHBS
persyar

52
atan
rumah
sehat
serta
kebersi
han
rumah
tidak
terjaga

9. Masalah 1. Edukasi gizi 1. Meningkatkan An. MR Sabtu, 26 Rumah An. Keluarga 1. Meningkatkan Mahasiswa
pada An. seimbang pada pengetahuan yang Maret 2022 MR @5000 pengetahuan
MR balita tentang gizi tergolong tentang gizi
seimbang dalam seimbang
a. Balita 2. Penyuluhan
kelompok
mengenai stunting 2. Meningkatkan 2. Meningkatkan
b. Riwaya balita
dan pengetahuan pengetahuan
t diare dengan
pencegahannya mengenai mengenai stunting
dan risiko
stunting dan dan
ISPA 3. Penyuluhan stunting
pencegahannya pencegahannya
mengenai diare
c. Rumah
dan ISPA dan 3. Meningkatkan 3. Meningkatkan
tidak
pengetahuan pengetahuan
memen

53
uhi pencegahannya tentang diare tentang diare dan
syarat dan ISPA serta ISPA beserta
4. Penuluhan tentang
rumah pencegahannya pencegahannya
rumah sehat
sehat
4. Meningkatkan 4. Meningkatkan
5. Pemberian
d. TB/U pengetahuan pengetahuan
makanan
pendek tentang rumah tentang rumah
tambahan
sehat sehat
e. Masala
6. Penyuluhan
h karies 5. Balita dapat 5. Balita dapat
tentang karies gigi
gigi menghabiskan menghabiskan
serta cara
makanan makanan
menyikat gigi
tambahan yang tambahan yang
diberikan diberikan

6. Meningkatkan 6. Meningkatkan
pengetahuan pengetahuan
mengenai mengenai karies
karies gigi dan gigi dan cara
cara menyikat menyikat gigi
gigi

10. Masalah 1. Edukasi gizi 1. Meningkatkan An. RL Sabtu, 26 Rumah An. Keluarga 1. Meningkatkan Mahasiswa
pada seimbang pada pengetahuan yang pengetahuan

54
An.RL balita tentang gizi tergolong Maret 2022 RL @5000 tentang gizi
seimbang dalam seimbang
a. Balita 2. Penyuluhan
kelompok
mengenai stunting 2. Meningkatkan 2. Meningkatkan
b. Imunisa balita
dan pengetahuan pengetahuan
si dasar dengan
pencegahannya mengenai mengenai stunting
tidak stunting
stunting dan dan
lengkap 3. Penyuluhan
pencegahannya pencegahannya
mengenai ISPA
c. Riwaya
dan 3. Meningkatkan 3. Meningkatkan
t ISPA
pencegahannya pengetahuan pengetahuan
d. TB/U tentang ISPA tentang ISPA dan
4. Penyuluhan
pendek dan pencegahannya
mengenai
pencegahannya
e. Kondisi imunisasi 4. Meningkatkan
rumah 4. Meningkatkan pengetahuan ibu
5. Pemberian
tidak pengetahuan balita tentang
makanan
memen ibu balita manfaat imunisasi
tambahan
uhi tentang manfaat dasar lengkap
persyar 6. Memberikan imunisasi dasar
5. Balita dapat
atan konseling tentang lengkap
menghabiskan
rumah rumah sehat
5. Balita dapat makanan
sehat
menghabiskan tambahan yang

55
makanan diberikan
tambahan yang
6. Meningkatkan
diberikan
pengetahuan
6. Meningkatkan tentang rumah
pengetahuan sehat
tentang rumah
sehat

11. Masalah 1. Edukasi gizi 1. Meningkatkan An. AK Sabtu, 26 Rumah An. Keluarga 1. Meningkatkan Mahasiswa
pada An. seimbang pada pengetahuan yang Maret 2022 AK @5000 pengetahuan
AK balita tentang gizi tergolong tentang gizi
seimbang dalam seimbang
a. Balita 2. Penyuluhan
kelompok
mengenai stunting 2. Meningkatkan 2. Meningkatkan
b. Imunisa balita
dan pengetahuan pengetahuan
si dasar dengan
pencegahannya mengenai mengenai stunting
tidak stunting
stunting dan dan
lengkap 3. Penyuluhan
pencegahannya pencegahannya
mengenai
c. Rumah
imunisasi 3. Meningkatkan 3. Meningkatkan
tidak
pengetahuan pengetahuan ibu
terjaga 4. Penuluhan
ibu balita balita tentang
kebersi mengenai PHBS
tentang manfaat manfaat imunisasi

56
hannya, 5. Pemberian imunisasi dasar dasar lengkap
sampah makanan lengkap
4. Dapat menerapkan
bersera tambahan
4. Meningkatkan PHBS dalam
kan
pengetahuan rumah
d. TB/U tentang PHBS
5. Balita dapat
pendek,
5. Balita dapat menghabiskan
BB/U
menghabiskan makanan
kurang
makanan tambahan yang
tambahan yang diberikan
diberikan

Gant Chart Rencana Kegiatan

Tanggal Kegiatan/ Hari ke


No Kegiatan PJ
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1
1 Koordinasi lurah, bindes, jorong, wali nagari Sma Mhsswa
2 Pemantauan dan mapping wilayah setempat Sma Mhsswa
3 Assessment tingkat komunitas Sma Mhsswa
4 Menyusun POA dan gantt chart Sma Mhsswa

57
5 Menentukan prioritas masalah dan menegakkan diagnosa Sma Mhsswa
6 MMJ (musyawarah masyarakat jorong) Sma Mhsswa
7 Intervensi
a. Penyuluhan mengenai diare dan ISPA Perawat
b. Pemberian penyuluhan tentang gizi seimbang pada balita Gizi
c. Penyuluhan dan pemberian PMT pada balita Perawat, Bidan
d. Penyuluhan mengenai karies gigi dan demonstrasi cara menyikat gigi Kepgi
e. Demonstrasi modifikasi makanan untuk meningkatkan asupan nutrisi Gizi
f. Penyuluhan mengenai anemia dan pemberian TTD pada remaja putri Bidan
g. Penyuluhan mengenai PHBS Sanitasi
8. Intervensi Keluarga
9 Monitoring dan evaluasi Sma Mhsswa
10. Penyusunan laporan Sma Mhsswa
11 Penutupan PKLT Sma Mhsswa

Saning Bakar, 18 Maret 2022

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Ketua Kelompk 37

Hj. Erwani, S.KM, M.Kes Catrine Permata Sari

58
D. Implementasi Kegiatan
1. Implementasi Komunitas
a. Penyuluhan pada rematri mengenai anemia dan promosi gaya hidup sehat
b. Penyuluhan dan demonstrasi cara menyikat gigi dan mencuci tangan yang
baik di SD N. 29 Saning Bakar
c. Penyuluhan mengenai tablet Fe dan pemeriksaan ANC pada ibu hamil
d. Penyuluhan mengenai PHBS pada masyarakat jorong
e. Melakukan kegiatan gotong royong
f. Penyuluhan tentang gizi seimbang dan pencegahan stunting pada ibu balita
g. Demonstrasi pembuatan makanan tambahan berupa modifikasi resep
(nugget ikan billis)
h. Melakukan senam sehat
i. Melakukan pemeriksaan kesehatan
2. Implementasi Individu Keluarga
a. Penyuluhan pada ibu balita mengenai penyakit infeksi seperti ISPA dan
Diare
b. Demonstrasi pada keluarga dengan balita mengenai pembuatan oralit
c. Edukasi kepada keluarga tentang gizi seimbang
d. Pengukuran antropometri pada balita
e. Pemeriksaan gigi dan mulut pada balita beserta keluarganya
f. Edukasi mengenai karies gigi
g. Demonstrasi menyikat gigi yang benar
h. Edukasi tentang cara mencuci tangan yang benar dan menggunakan air
bersih
i. Edukasi tentang pola asuh ibu pada anak
j. Pemantauan tumbuh kembang anak

59
E. Hasil Monitoring dan Evaluasi Kegiatan

Tabel 7 Monitoring dan Evaluasi Komunitas

No Kegiatan Intervensi Sasaran Target Pencapaian

1 Penyuluhan mengenai diare 20% 90 %


dan ISPA
6 Ibu balita yang
2 Penyuluhan tentang menjadi sasaran 20% 90%
pencegahan stunting utama

3 Pemberian penyuluhan 20% 75 %


tentang gizi seimbang pada
balita
20 ibu balita di
4 Penyuluhan dan pemberian 20% 75%
jorong balai
PMT pada balita
batingkah

5 Demonstrasi modifikasi 20% 75%


makanan untuk
meningkatkan asupan nutrisi
(nugget ikan billis)

6 Penyuluhan mengenai karies 20% 85%


gigi dan demonstrasi cara
40 anak SD N.
menyikat gigi
29 Saning Bakar
7 Penyuluhan dan demonstrasi 20% 85%
mengenai CTPS

7 Penyuluhan mengenai 20 Remaja Putri 20% 100%


anemia dan kesehatan Di Jorong Balai
reproduksi pada remaja putri Batingkah

8 Penyuluhan mengenai Masyarakat di 20% 60 %


PHBS Jorong Balai
Batingkah

60
Tabel 8 Monitoring dan Evaluasi Individu Keluarga

No Masalah Kesehatan Monitoring Evaluasi Para


Keluarga dan f
Individu
1. Masalah pada Ny. N a. Melakukan a. ibu hamil telah
a. Ibu hamil pemantauan dan mengerti dan
b. Hepatitis B (+) memberikan menerima saran untuk
pengetahuan pada melahirkan secara
ibu hamil tentang seksio sesarea serta
hepatitis B rajin untuk melakukan
b. Memberikan kontrol kehamilan
konseling gizi b. ibu mengerti dan akan
tentang pentingnya menerapkan makanan
asupan makananan bergizi seimbang
yang bergizi yang mendukung
seimbang untuk pertumbuhan janin
ibu hamil serta kesehatan ibu
c. Memberikan c. Ibu akan menerapkan
konseling tentang hidup sehat dan bersih
rumah sehat dan di rumah
PHBS d. Ibu mengerti dan akan
d. Memberikan melakukan apa yang
edukasi dan disampaikan serta
pemantauan pemantaun karies gigi
tentang karies gigi telah dilakukan
pada ibu hamil

2. Masalah pada Ny. H a. Memberikan a. Pengetahuan ibu


a. Ibu hamil edukasi ibu mengenai TTD telah
b. Anemia (Hb mengenai anemia meningkat
9,2) dan pentingnya b. Ibu telah diberikan
c. Kebersihan meminum tablet Fe tablet fe dan
dalam rumah b. Memberikan tablet pemantauan
kurang baik dan Fe pada ibu hamil meminum tablet fe

61
tidak memenuhi dan memantau ibu melalui buku KIA
syarat rumah hamil meminum telah dilakukan
sehat tablet fe melalui c. ibu mengerti dan akan
d. Karies gigi buku KIA menerapkan makanan
c. Memberikan bergizi seimbang
konseling gizi yang mendukung
tentang pentingnya pertumbuhan janin
asupan makananan serta kesehatan ibu
yang bergizi d. Ibu akan menerapkan
seimbang untuk hidup sehat dan bersih
ibu hamil di rumah
d. Memberikan e. Ibu mengerti dan akan
konseling tentang melakukan apa yang
rumah sehat dan disampaikan serta
PHBS pemantaun karies gigi
e. Memberikan telah dilakukan
edukasi dan
pemantauan
tentang karies gigi
pada ibu hamil

3. Masalah pada Ny. M a. Memberikan a. Pengetahuan ibu


a. Ibu Hamil edukasi ibu mengenai TTD telah
b. Anemia (Hb 10,8) mengenai anemia meningkat
dan pentingnya b. Ibu telah diberikan
meminum tablet Fe tablet fe dan
b. Memberikan tablet pemantauan
Fe pada ibu hamil meminum tablet fe
dan memantau ibu melalui buku KIA
hamil meminum telah dilakukan
tablet fe melalui c. Ibu mengerti dan akan
buku KIA menerapkan makanan
c. Memberikan bergizi seimbang
konseling gizi yang mendukung

62
tentang pentingnya pertumbuhan janin
asupan makananan serta kesehatan ibu
yang bergizi d. Ibu akan menerapkan
seimbang untuk hidup sehat dan bersih
ibu hamil di rumah
d. Memberikan e. Ibu mengerti dan akan
edukasi dan melakukan apa yang
pemantauan disampaikan serta
tentang karies gigi pemantaun karies gigi
pada ibu hamil telah dilakukan

4. Masalah pada Ny. E a. Memberikan a. Ibu mengerti dan


a. Ibu Hamil edukasi tentang akan menerapkan
b. Karies gigi kehamilan ibu di apa yang diajurkan
trimester II b. Ibu mengerti dan
b. Memberikan akan menerapkan
konseling gizi makanan bergizi
tentang pentingnya seimbang yang
asupan makananan mendukung
yang bergizi pertumbuhan janin,
seimbang untuk kesehatan ibu serta
ibu hamil dan ibu akan menerpkan
menganjurkan ibu makanan yang
banyak memakan mengandung
makanan yang kalsium
banyak c. Ibu mengerti dan
mengandung akan melakukan apa
kalsium seperti yang disampaikan
ikan, susu, brokoli, serta pemantaun
udang, tahu, karies gigi telah
kacang-kacangan dilakukan
c. Memberikan
edukasi dan
pemantauan

63
tentang karies gigi
pada ibu hamil

5. Masalah pada Ny. N a. Memberikan a. Pengetahuan ibu


a. Ibu Hamil edukasi ibu mengenai TTD telah
b. Jarak kehamilan mengenai anemia meningkat
yang terlalu dekat dan pentingnya b. Ibu telah diberikan
c. Anemia meminum tablet Fe tablet fe dan
d. Karies gigi b. Memberikan tablet pemantauan
Fe pada ibu hamil meminum tablet fe
dan memantau ibu melalui buku KIA
hamil meminum telah dilakukan
tablet fe melalui c. ibu mengerti dan
buku KIA akan menerapkan
c. Memberikan makanan bergizi
konseling gizi seimbang yang
tentang pentingnya mendukung
asupan makananan pertumbuhan janin,
yang bergizi kesehatan ibu serta
seimbang untuk ibu akan menerpkan
ibu hamil dan makanan yang
menganjurkan ibu mengandung
banyak memakan kalsium
makanan yang d. Ibu mengerti tentang
banyak alat kontrasepsi
mengandung yang akan
kalsium seperti digunakan dan akan
ikan, susu, brokoli, mendiskusikannya
udang, tahu, dengan suami
kacang-kacangan e. Ibu mengerti dan
d. Memberikan akan melakukan apa
konseling tentang yang disampaikan
alat kontrasepsi serta pemantaun
karies gigi telah

64
e. Memberikan dilakukan
edukasi dan
pemantauan
tentang karies gigi
pada ibu hamil

6. Masalah pada Ny.NS a. Memberikan a. Ibu mengerti dan akan


a. Ibu Hamil edukasi tentang menerapkan apa yang
b. Usia ibu masih kehamilan ibu di diajurkan
muda trimester III, b. Ibu mengerti dan akan
c. Tidak memenuhi persiapan menerapkan makanan
syarat Rumah melahirkan dan bergizi seimbang
Sehat tanda-tanda yang mendukung
d. Karies gigi persalinan pertumbuhan janin
b. Memberikan serta kesehatan ibu
konseling gizi c. Ibu akan menerapkan
tentang pentingnya hidup sehat dan bersih
asupan makananan di rumah
yang bergizi d. Ibu mengerti dan akan
seimbang untuk melakukan apa yang
ibu hamil disampaikan serta
c. Memberikan pemantaun karies gigi
konseling tentang telah dilakukan
rumah sehat dan
PHBS
d. Memberikan
edukasi dan
pemantauan
tentang karies gigi
pada ibu hamil

7. Masalah pada An. A a. Memberikan a. Memberikan


a. Balita konseling gizi konseling gizi tentang
b. Tidak ada tentang pentingnya pentingnya asupan
imunisasi asupan makananan makananan yang

65
c. Riwayat ISPA yang bergizi bergizi seimbang
b. TB/U pendek, seimbang untuk untuk balita dan
c. BB/U kurang balita dan melakukan
melakukan pengukuran
pengukuran antropometri
antropometri b. Ibu akan menerapkan
b. Memberikan hidup sehat dan bersih
konseling tentang di rumah
rumah sehat, PHBS c. Balita dapat
dan ISPA menghabiskan
c. Memberikan makanan tambahan
makanan tambahan yang diberikan
kepada balita d. ibu mengerti dan akan
d. Memberikan membawa anak untuk
edukasi tentang melakukan imunisasi
imunisasi sesuai jadwal yang
ditentukan

8. Masalah pada An.FP a. Memberikan a. Memberikan


a. Balita konseling gizi konseling gizi tentang
tentang pentingnya pentingnya asupan
b. TB/U pendek
asupan makananan makananan yang
c. Penambahan BB yang bergizi bergizi seimbang
tidak sesuai seimbang untuk untuk balita dan
dengan usia balita dan melakukan
melakukan pengukuran
d. Riwayat diare
pengukuran antropometri
dalam satu bulan
antropometri b. Ibu mengerti
terakhir
b. Memberikan mengenai diare dan
e. Kondisi rumah edukasi mengenai pencegahannya
tidak memenuhi diare dan c. Balita dapat
persyaratan rumah pencegahannya menghabiskan
sehat serta c. Memberikan makanan tambahan
kebersihan rumah makanan tambahan

66
tidak terjaga kepada balita yang diberikan
d. Memberikan d. Ibu akan menerapkan
konseling tentang hidup sehat dan bersih
rumah sehat dan di rumah
PHBS

9. Masalah pada An. MR a. Memberikan a. Memberikan


a. Balita konseling gizi konseling gizi tentang
tentang pentingnya pentingnya asupan
b. Riwayat diare dan
asupan makananan makananan yang
ISPA
yang bergizi bergizi seimbang
c. Rumah tidak seimbang untuk untuk balita dan
memenuhi syarat balita dan melakukan
rumah sehat melakukan pengukuran
pengukuran antropometri
d. TB/U pendek
antropometri b. Ibu akan menerapkan
e. Masalah karies b. Memberikan hidup sehat dan bersih
gigi edukasi mengenai di rumah
diare, ISPA dan c. Balita dapat
pencegahannya menghabiskan
serta edukasi makanan tambahan
rumah sehat yang diberikan
c. Memberikan d. Ibu dan Balita sudah
makanan tambahan mengerti dan akan
kepada balita menerapkannya
d. Memberikan
edukasi tentang
karies gigi serta
cara menyikat gigi

10 Masalah pada An.RL a. Memberikan a. Memberikan


. a. Balita konseling gizi konseling gizi tentang
tentang pentingnya pentingnya asupan
b. Imunisasi dasar
asupan makananan makananan yang
tidak lengkap
yang bergizi bergizi seimbang

67
c. Riwayat ISPA seimbang untuk untuk balita dan
balita dan melakukan
d. TB/U pendek
melakukan pengukuran
e. Kondisi rumah pengukuran antropometri
tidak memenuhi antropometri b. Ibu akan menerapkan
persyaratan rumah b. Memberikan edukasi hidup sehat dan bersih
sehat mengenai ISPA, di rumah
PHBS dan c. ibu mengerti dan akan
pencegahannya membawa anak untuk
c. Memberikan edukasi melakukan imunisasi
mengenai imunisasi sesuai jadwal yang
d. Memberikan ditentukan
makanan tambahan d. Balita dapat
kepada balita menghabiskan
e. Memberikan makanan tambahan
konseling tentang yang diberikan
rumah sehat e. Ibu akan menerapkan
hidup sehat dan bersih
di rumah

11 Masalah pada An. AK a. Memberikan a. Memberikan


. a. Balita konseling gizi konseling gizi tentang
tentang pentingnya pentingnya asupan
b. Imunisasi dasar
asupan makananan makananan yang
tidak lengkap
yang bergizi bergizi seimbang
c. Rumah tidak seimbang untuk untuk balita dan
terjaga balita dan melakukan
kebersihannya, melakukan pengukuran
sampah berserakan pengukuran antropometri
antropometri b. ibu mengerti dan akan
d. TB/U pendek,
b. Memberikan membawa anak untuk
BB/U kurang
edukasi mengenai melakukan imunisasi
imunisasi pada sesuai jadwal yang
balita

68
c. Memberikan ditentukan
edukasi mengenai c. Ibu akan menerapkan
PHBS dan rumah hidup sehat dan bersih
sehat di rumah
d. Memberikan d. Balita dapat
makanan tambahan menghabiskan
kepada balita makanan tambahan
yang diberikan

F. Faktor Pendukung dan Penghambat


1. Faktor Pendukung
a. Adanya dukungan dari Wali Nagari dan Sekretaris wali nagari di wilayah
Nagari Saning Bakar selaku pembimbing lapangan terhadap setiap
kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa dari Poltekkes Kemenkes RI
Padang.
b. Adanya dukungan dan kerjasama dari Ketua Jorong Balai Batingkah demi
terlaksananya seluruh kegiatan yang telah direncanakan oleh kelompok.
c. Adanya dukungan dari kader-kader yang ada di wilayah Jorong Balai
Batingkah demi terlaksananya kegiatan yang telah direncankan oleh
kelompok
d. Adanya partisipasi sebagian masyarakat terhadap kegiatan yang
dilaksanakan oleh kelompok.

2. Faktor Penghambat
a. Dana untuk pelaksanaan kegiatan kurang memadai
b. Kurangnya partisipasi dari sebagian masyarakat sehingga terhambatnya
kegiatan intervensi yang dilakukan.

69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan laporan praktek kerja lapangan terpadu dengan pendekatan IPE-
CP yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa apa
yang telah direncanakan berupa program bersama dapat dilaksanakan dengan
baik. Hal ini didukung oleh antusias warga yang mengikuti beberapa kegiatan
kami dan dilihat dari dukungan serta arahan warga kepada mahasiswa PKLT yang
sangat membantu dalam menjalankan program.
Disisi lain, terdapat beberapa hal yang mengharuskan program tidak dapat
berjalan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan, seperti kendala cuaca
yang tidak dapat diprediksi. Meskipun demikian kami tidak merasa begitu
kesulitan dalam melaksanakan program di jadwal pengganti, hal ini
mengakibatkan ketidaksesuaian perencanaan di POA dan pelaksanaan didalam
SAP.
Dari keuntungan dan kendala yang kami dapatkan selama menjalani masa
PKLT, keseluruhan Mahasiswa kelompok jorong balai batingkah dari berbagai
jurusan kesehatan sudah dapat terpenuhi. Bidang gizi pada balita total balita yang
berada di jorong balai batingkah ada 30 orang, balita yang menjadi sasaran balita
Stunting/pendek ada 6 orang dan balita gizi kurang ada 3 orang. Bidang
Kebidanan pada ibu hamil terdapat 6 orang ibu hamil yang menjadi sasaran,ibu
hamil dengan HB rendah 3 orang dan ibu menyusui ada 12 orang. Bidang
Kesehatan Gigi pada ibu hamil terdapat 3 orang ibu hamil dengan karies gigi dan
pada balita tidak ada yang terkena karies gigi. Bidang Keperawatan pada balita
terdapat 3 orang balita dengan diare dan 3 orang balita dengan ispa. Bidang
Kesehatan Lingkungan pada rumah sasaran ibu hamil dan balita dari 12 rumah
terdapat 7 buah rumah sehat,7 buah rumah yang menerapkan PHBS, dan 5 buah
rumah yang tidak mememenuhi syarat rumah sehat.

B. Saran-Saran
Kami menyadari bahwa dalam pelaksanaan PKLT masih banyak terdapat
kekurangan sehingga diperlukan adanya langkah untuk penyempurnaan. Maka
dari itu kami akan menampaikan saran-saran untuk kebaikan bersama :

70
1. Saran untuk mahasiswa PKLT selanjutnya
a. Perlu adanya usaha dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
aktif dalam kegiatan kemasyarakatan guna menambah pengetahuan
kesehatan.
b. Melakukan survei kepada warga sebaik-baiknya dan mendapatkan
informasi tentang lingkungan dan masyarakat sebanyak-banyaknya, agar
dapat merancang program kerja yang tepat untuk diberikan kepada warga,
dalam memajukan warga.
c. Tujuan dan sasaran program kerja dirancang sebaik-baiknya sesuai
dengan permasalahan warga yang sudah ada, agar dapat memberikan
jalan keluar yang tepat kepada warga atas permasalahan tersebut.
d. Jadikan pembekalan dari PKLT untuk mendapatkan informasi sebaik-
baiknya, agar waktu yang diberikan sebelum penerjunan dapat digunakan
untuk persiapan terjun secara langsung ke masyarakat.
e. Sebelum pelaksanaan PKLT, hendaknya mahasiswa mempersiapkan diri
semaksimal mungkin baik pengetahuan dan keterampilan serta mental.
f. Diharapkan selama menjadi mahsiswa PKLT, untuk tetap terbuka dan
sopan dalam menerima kritik dan saran dari masyarakat untuk
memudahkan mahsiswa PKLT berbaur dan memahami karakter
masyarakat.
g. Senantiasa mahasiswa PKLT mentaati norma-norma yang ada di
msyarakat baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
2. Saran untuk institusi pendidikan
a. Diharapkan kepada institusi pendidikan dalam penempatan lokasi PKLT,
sebaiknya mahasiswa PKLT diletakkan pada lokasi yang memang
membutuhkan banyak perubahan yang nantinya akan memberikan
motivasi lebih untuk mahasiswa PKLT belajar lebih banyak dalam
mengembangkan kemampuan sesuai bidang kesehatan.
b. Diharapkan kepada institusi pendidikan berkerjasama dengan dosen
bidang masing-masing jurusan untuk memverifikasi program kerja
individual, agar ilmu yang diberikan ke masyarakat tidak cendrung
“monoton” dari setiap angkatan PKLT.

71
LAMPIRAN

72

Anda mungkin juga menyukai