Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT , atas rahmat dan karunia-
Nya penyusunan Buku Pedoman Imunisasi UPTD Puskesmas Simpenan dapat selesai
dengan baik. Buku Pedoman Imunisasi UPTD Puskesmas Simpenan ini merupakan
rangkuman dari Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas, Dirjen PPM & PL,
Depkes RI, Jakarta, 2005 dan berdasarkan referensi dari Permenkes No.12 Tahun 2017
Tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaksana imunisasi di UPTD
Puskesmas Simpenan dan tenaga kesehatan lain termasuk pengelola program kesehatan
di UPTD Puskesmas Simpenan dalam melakukan pelayanan imunisasi yang berkualitas.
Ucapan terima kasih disertai penghargaan yang tinggi kami sampaikan kepada
semua pihak yang telah memberikan masukan, saran dan kritik dalam penyusunan
pedoman pelayanan Imunisasi UPTD Puskesmas Sinpenan.
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari
pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberhasilan pembangunan
kesehatan sangat bereran penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing Sumber
Daya Manusia Indonesia. Keberrhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi
oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun
dalam satu program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data
dan informasi epidemiologi yang valid.
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda
(double burden), yaitu beban masalah penyakit menular dan penyakit degeneratif.
Pemberantasan penyakit menular sangat sulit karena penyebarannya tidak mengenal
batas wilayah administrasi. Imunisasi merupakan salah satu tindakan pencegahan
penyebaran penyakit ke wilyah lain yang terbukti sangat cost-effective. Menurut
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, Imunisasi merupakan salah
satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan salah satu
kegiatan prioritas Kementrian Kesehatan sebagai salah satu bentuk komitmen
pemerintah untuk mencapai Sustainable development Goals (SDGs) khususnya untuk
merunkan angka kematian pada anak.
Kegiatan Imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun
1977 kegiatan imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI)
dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulosa, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus
serta Hepatitis B. Beberapa penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia dan
merupakan komitmen global yang wajib diikuti oleh semua negara adalah eradikasi
B. Tujuan Pedoman
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadualan Penanggung jawab P2-Imunisasi di puskesmas
dikoordinir oleh Penanggung jawab masing-masing program sesuai dengan
kesepakatan. .
Kegiatan Petugas Unit terkait
C. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan kegiatan upaya P2P-Imunisasi dilakukan bersama oleh para
pemegang program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tri
bulanan/lintas sektor, dengan persetujuan kepala puskesmas.
P2P
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas Fisik
1.1. Spesifikasi ruangan (minimal 12 m² ) (Cukup Pencahayaan &
Ventilasi)
1.2. Outlet Listrik (Soket), minimal 1
1.3. Tempat cuci tangan dengan air mengalir
1.4. Lantai Keramik
2. Perlengkapan dalam ruangan
2.1. Meja dengan laci (Penyimpanan catatan)
2.2. Kursi (minimal 3 kursi di ruangan, berfungsi baik)
2.3. Lemari catatan dengan rak dan pintu berengsel serta kunci
2.4. Meja pemeriksaan / pelayanan
2.5. Tempat sampah
2.6. Safety Box
2.7. Poster Imunisasi, Lembar balik
2.8. Alat tulis ( Buku KIA, Register Imunisasi, Form Laporan, Form
KIPI)
3. Peralatan Rantai dingin
3.1. Ruang Vaksin
3.2. Outlet Listrik (Soket), 1 soket untuk satu lemari es
3.3. Tempat cuci tangan dengan air mengalir
3.4. Lantai Keramik
A. Lingkup Kegiatan
Berikut uraian rincian kegiatan program Imunisasi :
1. Merencanakan dan menentukan jumlah sasaran program imunisasi
2. Menentukan target cakupan program imunisasi
3. Merencanakan kebutuhan vaksin dan logistik imunisasi lainnya
4. Menyusun RUK dan RPK program imunisasi.
5. Membuat jadwal pelayanan imunisasi
6. Menyiapkan pelayanan imunisasi
7. Melaksanakan pelayanan imunisasi di dalam dan luar gedung
8. Mengelola dan menjaga kualitas rantai vaksin (melakukan perawatan lemari
es harian, mingguan dan bulanan)
9. Memberikan penyuluhan imunisasi
10. Melaksanakan pemantauan KIPI
11. Melaksanakan Kegiatan Sweeping/ DOFU (Drop Out Follow Up ) imunisasi
12. Melaksanakan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait
13. Melaksanakan Kegiatan BIAS Campak dan BIAS DT/Td
14. Melaksanakan Pencatatan dan Pelaporan hasil kegiatan program imunisasi
a. Menginventarisir hasil imunisasi di posyandu, KIA dan BPS baik murni
maupun non murni
b. Mencatat pemasukan dan distribusi vaksin pada buku stok vaksin
c. Memantau dan mencatat suhu lemari es tempat penyimpanan vaksin
Pedoman Penyelenggaraan Program Imunisasi UPTD Puskesmas Simpenan
Page 12
d. Membuat dan menganalisa grafik PWS/analisa UCI bulanan dan
melaporkannya pada penanggung jawab UKM
e. Melakukan evaluasi hasil kegiatan program imunisasi
f. Melaksanakan konsultasi laporan hasil program imunisasi setiap bulan
pada penanggung jawab UKM dan Dinas Kesehatan Kabupaten
Tasikmalaya.
B. Metode/Strategi
Merupakan cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan upaya P2P-
Imunisasi Ada tiga strategi yaitu :
1. Strategi advokasi .
Merupakan kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau
mendukung pelaksanaan program. Advokasi adalah pendekatan kepada
pengambil keputusan dari berbagai tingkat dan sektor terkait dengan
kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meyakinkan para pejabat pembuat
keputusan atau penentu kebijakan bahwa program kesehatan yang akan
dilaksanakan tersebut sangat penting oleh sebab itu perlu dukungan kebijakan
atau keputusan dari pejabat tersebut.
Dukungan dari pejabat pembuat keputusan dapat berupa kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat
keputusan, surat instruksi, dana atau fasilitas lain.
2. Strategi kemitraan.
Tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dapat tercapai apabila ada
dukungan dari berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari
masyarakat dapat berasal dari unsur informal (tokoh agama dan tokoh adat)
yang mempunyai pengaruh dimasyarakat. Tujuannnya adalah agar para tokoh
masyarakat menjadi jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana
program dengan masyarakat sebagai penerima program kesehatan. Strategi ini
dapat dikatanan sebagai upaya membina suasana yang kondusif terhadap
kesehatan. Bentuk kegiatan dapat berupa lokakarya.
3. Strategi pemberdayaan masyarakat.
C. Langkah Kegiatan
Untuk terselenggaranya program P2P-Imunisasi di UPTD Puskesmas
Curugkembar, perlu ditunjang dengan managemen yang baik. Managemen Program
Imunisasi di puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematis
untuk menghasilkan puskesmas yang efektif dan efisiensi di bidang Imunisasi .
Managemen program imunisasi di puskesmas dilakukan dengan cara :
1. Perencanaan (Plan)
2. Pelaksanaan (Do)
3. Pengawasan (Cek)
4. Tindak lanjut dari pengawasan (Action)
Semua fungsi managemen tersebut harus dilakukan secara terkait dan
berkesinambungan.
1. Perencanaan
Perencanaan Program imunisasi adalah proses penyusunan rencana tahunan
puskesmas untuk mengatasi masalah dan kebutuhan dan harapan masyarakat
pada pogram imunisasidi wilayah puskesmas.
Langkah-langkah perencanaan program imunisasi yang dilakukan oleh
puskesmas mancakup hal-hal sebagai berikut :
a. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah dilakukan :
Berdasarkan ada tidaknya masalah, kebutuhan dan harapan masyarakat
terhadap
Program imunisasi.
Bersama masyarakat melalui survey mawas diri (SMD)
b. Menyusun usulan kegiatan (RUK)
Langkah puskesmas dalam menyusun usulan kegiatan program imunisasi
dilakukan dengan menetapkan :
Pedoman Penyelenggaraan Program Imunisasi UPTD Puskesmas Simpenan
Page 14
Kegiatan
Tujuan
Sasaran
Besar/Volume kegiatan
Waktu
Lokasi
Perkiraan kebutuhan biaya
c. Mengajukan usulan kegiatan
Usulan kegiatan yang telah disusun diajukan ke Dinas Kesehatan Kabupaten.
d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Setelah disetujui oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, maka disusun Rencana
Pelaksanaan Kegiatan dalam bentuk matrik. Bentuk format hampir sama
dengan RUK namun lebih detail dalam biaya dan waktu pelaksanaan.
RUK kemudian disosialisasikan pada tingkat Puskesmas kepada pemegang
upaya lainya pada saat lokakarya mini Puskesmas, tingkat Kecamatan maupun
tingkat desa pada acara pertemuan lintas sektor.
Dalam pertemuaan lintas sektor dapat dilakukan penggalangan kerjasama
atau membuat kesepakatan agar pihak terkait ikut serta menyukseskan
rencana kegiatan yang sudah di buat.
Setelah RPK disosialisasikan kemudian penanggungjawab upaya imunisasi
membuat Kerangka Acuan kegiatan serta Standart Operasional untuk
memudahkan dalm melaksanakan kegiatan. Contoh format kerangka acuan
dan SOP terlampir dalam buku pedoman ini.
2. Pelaksanaan
Dilakukan dengan tahapan berikut :
a. Mengkaji ulang RPK yang sudah disusun, mencakup jadwal pelaksanaan
kegiatan, target pencapaian lokasi dan rincian biaya serta tugas para
penanggung jawab dan pelaksanaan kegiatan.
b. Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk tiap petugas sesuai dengan rencana
pelaksanaan.
c. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Pada
waktu pelaksanaan kegiatan harus diperhatikan hal sebagai berikut :
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak,
baik resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang
terjadi pada petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus
diperhatikan karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja
melainkan menjadi sasaran banyak program kesehatan lainnya. Tahapan – tahapan
dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain :
1. Identifikasi Resiko.
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi
resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan. Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak
membuat perencanaan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang
ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran
harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak
dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk
Pedoman Penyelenggaraan Program Imunisasi UPTD Puskesmas Simpenan
Page 20
menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang
terjadi.
. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah
menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau
dampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal
ini perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko
atau dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang
berjalan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah berjalan
sesuai dengan perencanaan, apakah ada kesenjangan atau ketidaksesuaian
pelaksanaan dengan perencanaan. sehingga dengan segera dapat direncanakan
tindak lanjutnya. Tahap yang terakhir adalah melakukan Evaluasi kegiatan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan
dengan aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya
untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan
menghasilkan keluaran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator
sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang
ditemukan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.
Keberhasilan suatu program harus ditentukan dengan indikator, untuk upaya
pelayanan imunisasi indikator berdasarkan Standar Pelayanan Minimal yang telah
Pedoman Penyelenggaraan Program Imunisasi UPTD Puskesmas Simpenan
Page 23
ditentukan sesuai Kepmenkes no 43 tahun 2016 ,yang dimaksud dengan SPM adalah
suatu standart dengan batas–batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan
kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar pada masyarakat
yang mencakup jenis pelayanan, indicator dan nilai (BENCHMARK). Prinsip daripada
SPM adalah SUSTAINABLE (terus menerus), MEASUREBLE (terukur) dan FEASIABLE
(mungkin dapat dikerjakan).
Rani Fitriani
NIP -
Daftar Pustaka
Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas, Dirjen PPM & PL, Depkes RI, Jakarta,
2005
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), Dirjen P2 &PL,
Kemenkes RI 2013
Pengelolaan Cold Chain Petugas Imunisasi, Dirjen Pengendalian Penyakit & Penyehatan
lingungan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, Juni 2013