Anda di halaman 1dari 278

KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN


POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU)
PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)
BAGI PETUGAS PELAKSANA POSBINDU PTM

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
TAHUN 2016

i
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

ii
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang atas ijin-Nya, Kurikulum dan Modul Pelatihan Posbindu
PTM Bagi Petugas Pelaksana Posbindu PTM telah selesai disusun.
Buku ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang akan
menyelenggarakan pelatihan Posbindu PTM di masyarakat.

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyebab kematian tertinggi


di dunia maupun di Indonesia. Upaya pengendalian PTM harus dilakukan
mulai dari upaya promotif, pencegahan, deteksi dini, pengobatan dan
rehabilitatif. Untuk mengembangkan upaya pengendalian PTM di Indonesia,
diperlukan sumber daya manusia yang memadai. Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu PTM) adalah peran serta masyarakat dalam melakukan deteksi
dini dan pemantauan terhadap faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya
yang dilaksanakan secara terpadu, rutin dan periodik. Pelaksana Posbindu
PTM diharapkan mampu berperan aktif dalam masyarakat sebagai motor
penggerak dalam pengendalian PTM.

Kurikulum dan Modul Pelatihan Posbindu PTM Bagi Petugas Pelaksana


Posbindu PTM ini bertujuan untuk menjadi pedoman bagi narasumber/
fasilitator dalam melaksanakan proses pembelajaran serta sebagai petunjuk
bagi peserta latih dalam mengikuti pelatihan. Kurikulum dan Modul Pelatihan
Posbindu PTM Bagi Petugas Pelaksana Posbindu PTM ini telah didusun oleh
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian PTM secara sistematis dengan
melibatkan lintas program dan lintar setor yang berkaitan.

Akhir kata, kepada tim penyusunan, saya sampaikan penghargaan


dan terima kasih atas kerja kerasnya sehingga buku ini dapat terselesaikan
dengan baik. Agar buku ini semakin sempurna, maka segala saran dan
masukan sangat diharapkan.

Jakarta, Januari 2016


Direktur Pencegahan dan Pengendalian
& Penyakit Tidak Mular
Kementerian Kesehatan RI

dr. Lily S. Sulistyowati, MM


NIP 195801131988032001

i
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

ii
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

KATA SAMBUTAN

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang atas ijin-Nya, Kurikulum dan Modul Pelatihan Posbindu
PTM Bagi Petugas Pelaksana Posbindu PTM yang telah selesai disusun.
Saat ini, Indonesia menghadapi tiga beban penyakit dalam pembangunan
kesehatan yaitu disatu pihak masih banyaknya penyakit infeksi yang harus
ditangani, penyakit menular baru dan penyakit menular yang sudah lama
hilang muncul kembali, sementara itu Penyakit Tidak Menular (PTM) semakin
meningkat. PTM merupakan penyakit yang seringkali tidak terdeteksi karena
tidak bergejala dan tidak ada keluhan. Biasanya ditemukan dalam tahap
lanjut sehingga sulit disembuhkan dan berakhir dengan kecacatan atau
kematian dini. Keadaan ini menimbulkan beban pembiayaan yang besar
bagi penderita, keluarga dan negara.
PTM ini dapat dicegah melalui pengendalian faktor risiko, yaitu merokok,
kurang aktifitas fisik, diet yang tidak sehat, dan konsumsi alkohol. Peningkatan
kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap faktor risiko PTM sangat
penting dalam pengendalian PTM. Untuk itu diperlukan pemberdayaan dan
peran serta masyarakat yang dikenal dengan kegiatan pembinaan terpadu
(Posbindu) PTM.
Buku ini disusun sebagai panduan bagi tenaga kesehatan di Provinsi
dalam menyelenggarakan pelatihan berjenjang kepada kabupaten dan kota
di seluruh Indonesia.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan buku ini. Semoga kontribusi yang diberikan merupakan
bagian dari amal kebaikan.
Demikian, semoga buku ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya
dan memberi manfaat sebesar-besarnya bagi semua pihak.

Jakarta, Maret 2016


Direktur Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit

dr. H. Mohammad Subuh, MPPM


NIP 196201191989021001

iii
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

iv
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................... i


KATA SAMBUTAN ....................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................. v

BAGIAN 1 KURIKULUM PELATIHAN POSBINDU PTM


BAB I PENDAHULUAN ....................................................... 3
A. Latar Belakang ................................................... 3
B. Filosofi Pelatihan ................................................. 7
BAB II PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI ..................... 7
A. Peran .................................................................. 7
B. Fungsi ................................................................ 7
C. Kompetensi ......................................................... 7
BAB III TUJUAN PELATIHAN ............................................... 8
A. Tujuan Umum .................................................... 8
B. Tujuan Khusus ................................................... 8
BAB IV STRUKTUR PROGRAM ........................................... 8
BAB V GARIS BESAR PROSES PEMBELAJARAN ............ 10
BAB VI DIAGRAM ALIR PROSES PEMBELAJARAN .......... 22
BAB VII PESERTA DAN FASILITATOR .................................. 23
BAB VIII PENYELENGGARA DAN TEMPAT
PENYELENGGARAAN ............................................. 24
BAB IX EVALUASI ................................................................ 25
BAB X SERTIFIKAT .............................................................. 27

BAGIAN 2 MATERI PELATIHAN POSBINDU PTM


Materi Dasar 1 : Kebijakan dan Strategi Pencegahan dan
Pengendalian PTM .................................. 33
Materi Dasar 2 : Konsep Posbindu PTM ............................. 43

v
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Materi Inti 1 : Penyakit Tidak Menular ............................ 55


Materi Inti 2 : Pengukuran dan Pemeriksaan Fakor
Risiko PTM ............................................... 73
Materi Inti 3 : Upaya Pengendalian FR PTM .................. 103
Materi Inti 4 : Penanggulangan Gangguan Indera dan
Fungsional ................................................ 139
Materi Inti 5 : Surveilans FR PTM Berbasis Posbindu
PTM .......................................................... 161
Materi Inti 6 : Pemanatauan dan Penilaian .................... 169
Materi Penunjang 1 : Membangun Komitmen Belajar (BLC) ..... 181
Materi Penunjang 2 : Rencana Tindak Lanjut (RTL) .................. 193
Materi Penunjang 3 : Anti Korupsi .............................................. 199
LAMPIRAN SKENARIO POSBINDU PTM ................................... 255
AKREDITASI PELATIHAN POSBINDU PTM BAGI PETUGAS
PELAKSANA POSBINDU PTM ................................................... 266

vi
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

KURIKULUM
PELATIHAN POSBINDU PTM
BAGI PETUGAS PELAKSANA POSBINDU PTM

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
TAHUN 2016

1
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

2
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Tidak Menular (PTM) utama (kardiovaskuler, kanker,
diabetes melitus, penyakit paru obstruktif kronik) terutama
di negara berkembang telah mengalami peningkatan kejadian
PTM dengan cepat sehingga berdampak pada peningkatan angka
kesakitan dan kematian. Global status report on NCD World
Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60%
penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena PTM.
Diabetes Melitus menduduki peringkat ke-6 sebagai
penyebab kematian. International Diabetes Federation (IDF)
menyatakan bahwa lebih dari 371 juta orang di dunia yang berumur
20-79 tahun memiliki diabetes. Sedangkan Indonesia merupakan
negara urutan ke-7 dengan prevalensi diabetes tertinggi, di bawah
China, India, USA, Brazil, Rusia dan Mexico. Diperkirakan pada
tahun 2020 PTM akan menyebabkan 60% kematian dan 43% dari
seluruh angka kesakitan di dunia.Di wilayah Asia Tenggara pada
tahun 2003 tercatat 51% penyebab kematian diakibatkan oleh
PTM sehingga menimbulkan 44% Disability Adjusted Life Years
(DALYs).
Dalam kurun waktu tahun 1995-2007, kematian akibat
PTM mengalami peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit
Stroke 12,1 per 1000, Penyakit Jantung Koroner 1,5%, Gagal
Jantung 0,3%, Diabetes Melitus 6,9%, Gagal Ginjal 0,2%, Kanker
1,4 per 1000, Penyakit Paru Kronik Obstruktif 3,7%. Lebih lanjut
dinyatakan bahwa prevalensi merokok 36,3%, dimana prevalensi
perokok laki-laki 68,8% dan perempuan 6,9%, kurang aktivitas
fisik 26,1%, kurang konsumsi sayur dan buah 93,6%, asupan
makanan yang berisiko PTM seperti makanan manis 53,1%,

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

3
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

makanan asin 26,2%, makanan tinggi lemak 40,7%, makanan


berpenyedap 77,3%, gangguan mental emosional 6,0%, obesitas
umum 15,4%,dan obesitas sentral 26,6%.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 dan
2013, menunjukkan peningkatan prevalensi beberapa penyakit
tidak menular seperti penyakit stroke sebesar 0,83 per mil
menjadi 12, 1 permil. Diabetes Melitus dari 1,1 persen menjadi
2,1 persen, dan Penyakit Asma 3,5 persen menjadi 4,5 persen.
Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 menunjukan bahwa Prevalensi
penduduk Indonesia usia 5 tahun keatas mengalami gangguan
pendengaran 2,6%; ketulian 0,09%; serumen prop 18,8% dan
sekret di liang telinga 2,4%. Prevalensi katarak penduduk semua
umur mencapai 1,8%, sedangkan prevalensi kebutaan penduduk
umur ≥6 tahun sebesar 0,4%. Prevalensi disabilitas penduduk
lebih dari 15 tahun sebesar 11.0 %.
Peningkatan prevalensi PTM berdampak terhadap
peningkatan beban pembiayaan kesehatan yang harus ditanggung
negara dan masyarakat. Penyandang PTM memerlukan biaya
yang relatif mahal, terlebih bila kondisinya berkembang semakin
lama (menahun) dan terjadi komplikasi hingga terjadi kondisi
disabilitas.
Data Pusat Pembiayaan Jaminan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI pada tahun 2012 memperlihatkan bahwa PTM
menghabiskan biaya pengobatan yang cukup besar bila
dibandingkan dengan biaya pengobatan tertinggi dari seluruh
penyakit menular. Pembiayaan Hemodialisis pada kasus Gagal
Ginjal Kronik sebesar Rp. 227.493.526.119,00 dan pada penyakit
kanker sebesarRp. 144.689.231.240,00 sementara pembiayaan
untuk TBC sebesar Rp. 106.502.636.171,00.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka diperlukan strategi
pengendalian PTM yang melibatkan peran serta masyarakat.
Bentuk pemberdayaan masyarakat adalah melalui kegiatan
Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM. Selanjutnya untuk

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

4
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

terlaksananya kegiatan Posbindu PTM tersebut diperlukan


pelatihan bagi Petugas Pelaksana Posbindu PTM. Pelatihan
Posbindu PTM ini perlu dilaksanakan untuk meningkatkan petugas
Posbindu PTM agar dapat menyelenggarakan Posbindu PTM
antara lain melakukan deteksi dini faktor risiko PTM dan tindak
lanjutnya secara mandiri.
Adapun untuk memperoleh suatu pelatihan yang bermutu dan
terstandarisasi maka diperlukan sebuah kurikulum terakreditasi
guna mencapai kompetensi sesuai dengan yang diinginkan,
maka untuk dapat menyelenggarakan pelatihan tersebut, perlu
disusun suatu Kurikulum Pelatihan Posbindu PTM bagi Petugas
Pelaksana Posbindu PTM sesuai dengan kaidah kediklatan.
Pada penyelenggaraan Pelatihan Posbindu PTM bagi Petugas
Pelaksana Posbindu PTM, kurikulum ini dapat dipergunakan
sebagai acuan dan pedoman sesuai dengan standar pelatihan
yang berlaku.

B. Filosofi Pelatihan
Pelatihan Posbindu PTM bagi Petugas Pelaksana Posbindu
PTM diselenggarakan dengan memperhatikan :
1. Prinsip Andragogy, yaitu bahwa selama pelatihan peserta
berhak :
a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya mengenai
kegiatan dalam program pengendalian penyakit tidak
menular
b. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapat, sejauh berada
di dalam konteks pelatihan.
c. Dihargai keberadaannya dengan tidak dipermalukan,
dilecehkan maupun diabaikan.

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

5
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

2. Berorientasi kepada peserta, dimana peserta berhak untuk :


a. Mendapatkan bahan belajar tentang pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular (PTM)
b. Mendapatkan kelompok masyarakat peduli penyakit tidak
menular yang mempunyai relevansi dengan pelatihan ini,
dapat melakukan pengendalian faktor risiko PTM pada
masyarakat di sekitarnya
c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki baik
secara visual, auditorial, lisan maupun keterampilan
d. Belajar dengan modal pengetahuan yang dimiliki
masing-masing tentang pencegahan dan pengendalian
PTM
e. Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik secara
terbuka.
f. Melakukan evaluasi (bagi penyelenggara maupun
fasilitator) dan evaluasi tingkat pemahaman dan
kemampuan dalam pencegahan dan pengendalian PTM.
3. Berbasis kompetensi (Competency Based) yang
memungkinkan peserta untuk :
a. Mengembangkan ketrampilan langkah demi langkah
dalam memperoleh kompetensi yang diharapkan dalam
menyelenggarakan pengendalian PTM
b. Memperoleh sertifikat setelah dinyatakan berhasil
mendapatkan kompetensi pada akhir pelatihan.
4. Belajar sambil berbuat (Learning By Doing) yang
memungkinkan peserta untuk :
a. Mempunyai kesempatan membahas tentang faktor risiko
PTM
b. Melakukan pengulangan ataupun perbaikan yang dirasa
perlu.

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

6
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

BAB II
PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI

A. Peran
Setelah mengikuti pelatihan, peserta berperan sebagai
penyelenggara Posbindu PTM di masyarakat.

B. Fungsi
Dalam melaksanakan perannya, peserta berfungsi dalam:
1. Menjelaskan pengukuran dan pemeriksaan faktor risiko PTM
di masyarakat
2. Menjelaskan upaya pengendalian faktor risiko PTM
di masyarakat
3. Menjelaskan upaya pengendalian gangguan indera dan
fungsional di masyarakat
4. Melakukan surveilans faktor risiko PTM berbasis Posbindu
PTM di masyarakat
5. Melakukan pemantauan dan penilaian penyelenggaraan
Posbindu PTM di masyarakat.

C. Kompetensi
Untuk menjalankan fungsinya, peserta memiliki kompetensi
dalam:
1. Menjelaskan pengukuran dan pemeriksaan faktor risiko PTM
di masyarakat.
2. Menjelaskan upaya pengendalian faktor risiko PTM
di masyarakat
3. Menjelaskan penanggulangan gangguan Indera dan
identifikasi gangguan fungsional di masyarakat
4. Melakukan surveilans faktor risiko PTM berbasis Posbindu
PTM di masyarakat
5. Melakukan pemantauan dan penilaian Posbindu PTM
di masyarakat.
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

7
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

BAB III
TUJUAN PELATIHAN

A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu
menyelenggarakan Posbindu PTM di masyarakat sesuai dengan
pedoman umum dan petunjuk teknis Posbindu PTM.

B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pelatihan, peserta dapat :
1. Menjelaskan Penyakit Tidak Menular (PTM) di masyarakat
2. Menjelaskan pengukuran dan pemeriksaan faktor risiko PTM
di masyarakat
3. Menjelaskan upaya pengendalian faktor risiko PTM
di masyarakat
4. Melakukan upaya penanggulangan gangguan Indera dan
identifikasi gangguan fungsional di masyarakat
5. Melakukan surveilans faktor risiko PTM berbasis Posbindu
PTM di masyarakat
6. Melakukan pemantauan dan penilaian menyelenggarakan
Posbindu PTM di masyarakat.

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

8
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

BAB IV
STRUKTUR PROGRAM

WAKTU
NO MATERI PELATIHAN JML
T P PL
A MATERI DASAR
1. Kebijakan Pencegahan dan 2 0 0 2
Pengendalian PTM di Masyarakat
2. Konsep Posbindu PTM di Masyarakat 2 0 0 2
Sub total “A” : 4 0 0 4
B MATERI INTI
1. Penyakit Tidak Menular (PTM)
di Masyarakat 2 0 0 2
2. Pengukuran dan Pemeriksaan Faktor
Risiko PTM di Masyarakat 1 3 0 4
3. Upaya Pengendalian Faktor Risko PTM
di Masyarakat 2 4 0 6
4. Penanggulangan Gangguan Indera dan
Identifikasi Gangguan Fungsional
di Masyarakat 2 3 0 5
5. Surveilans Faktor Risiko PTM Berbasis
Posbindu PTM di Masyarakat 2 8 0 10
6. Pemantauan dan Penilaian
Penyelenggaraan Posbindu PTM
di Masyarakat 1 1 0 2
Sub total “B” 10 19 0 29
C MATERI PENUNJANG
1. Membangun Komitmen Belajar (BLC) 0 2 0 2
2. Rencana Tindak Lanjut (RTL) 1 1 0 2
3. Budaya Anti Korupsi 3 0 0 3
Sub total “C” 4 3 0 7
JUMLAH 18 22 0 40

Keterangan :
T = Teori, P = Penugasan, PL = Pratik Lapangan
1 JPL adalah 45 menit.

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

9
BAB V
GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

1. MATERI DASAR
Materi Dasar 1 : Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian PTM di Masyarakat
Alokasi Waktu : 2 jpl (T=2, P=0, PL=0)
Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta mampu memahami kebijakan pencegahan dan
pengendalian PTM di Masyarakat

Tujuan Pokok Bahasan / Sub


Pembelajaran Metode Media Alat Bantu Referensi
Pokok Bahasan
Khusus

10
Setelah selesai 1. Situasi pencegahan • Curah • Bahan • Laptop 1. Pedoman Umum
mengikuti dan pengendalian PTM pendapat Tayang • LCD Posbindu PTM,
pelatihan, 2. Strategi pencegahan • CTJ • Modul • Flipchart Kemenkes RI, Tahun

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


peserta mampu dan pengendalian PTM (Ceramah • Spidol 2014
menjelaskan 3. Kegiaan pokok Tanya 2. Petunjuk Teknis
kebijakan pencegahan dan Jawab) Posbindu PTM,
pencegahan pengendalian PTM Kemenkes RI, Tahun
dan 2014
pengendalian
PTM di
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Mayarakat
Materi Dasar 2 : Konsep Posbindu PTM di Masyarakat
Alokasi Waktu : 2 jpl (T=2, P=0, PL =0)
Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta mampu memahami konsep Posbindu PTM di
Masyarakat.
Tujuan Pokok Bahasan / Sub
Pembelajaran Metode Media Alat Bantu Referensi
Pokok Bahasan
Khusus

Setelah selesai Konsep Posbindu PTM: • Curah • Bahan • Laptop 1. Pedoman Umum
mengikuti 1. Konsep Dasar pendapat Tayang • LCD Posbindu PTM,
pelatihan, Posbindu PTM • CTJ • Modul • Flipchart Kemenkes RI, Tahun
peserta mampu 2. Langkah-langkah (Ceramah • Spidol 2014
menjelaskan penyelenggaraan Tanya 2. Petunjuk Teknis

11
konsep Posbindu PTM Jawab) Posbindu PTM,
Posbindu PTM 3. Pelaksanaan Posbindu Kemenkes RI, Tahun
di masyarakat PTM 2014

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


3. Buku Pintar
Posbindu PTM Seri
1, Penyelenggaraan
Posbindu PTM,
Kemenkes RI, Tahun
2014
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
2. MATERI INTI
Materi inti 1 : Penyakit Tidak Menular (PTM) di Masyarakat
Alokasi Waktu : 4 jpl (T=1, P=3, PL=0)
Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta mampu menjelaskan penyakit tidak menular (PTM) di
masyarakat.
Tujuan Pokok Bahasan / Sub
Pembelajaran Metode Media Alat Bantu Referensi
Pokok Bahasan
Khusus
Setelah mengikuti Faktor risiko PTM : • Curah • Ban Tayang • Laptop 1. Pedoman Umum Posbindu
pelatihan, peserta 1. Faktor Risiko yang tidak dapat di Pendapat • Modul • LCD PTM, Kemenkes RI, Tahun 2014
mampu: ubah • CTJ (Ceramah • Video PTM • Flipchart 2. Petunjuk Teknis Posbindu PTM,
1. Menjelaskan Faktor 2. Faktor Risiko yang dapat Tanya Jawab) • Spidol Kemenkes RI, Tahun 2014

12
Risiko PTM di di ubah • Pemutaran • Video player 3. Buku Pintar Posbindu PTM Seri
Masyarakat Video 2, Penyakit Tidak Menular dan
2. Menjelaskan Jenis Jenis PTM : • Curah • Bahan Tayang • Laptop Faktor Risiko PTM, Kemenkes
PTM di Masyarakat 1. Penyakit Jantung : Pendapat • Modul • LCD RI, Tahun 2014

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


- Penyakit Jantung Koroner • CTJ (Ceramah • Video PTM • Flipchart 4. Buku Pintar Posbindu PTM Seri
- Stroke Tanya Jawab) • Spidol 4, Upaya Pengendalian Faktor
- Hipertensi • Pemutaran • Video player Risiko, Kemenkes RI, Tahun
2. Kanker : video 2014
- Kanker Payudara 5. Buku Pintar Posbindu PTM Seri
- Kanker Leher Rahim 6 Upaya Pengendalian, Penyakit
3. Penyakit Diabetes Melitus Kanker, Kemenkes RI, Tahun
4. Penyakit Paru Menahun : 2014
- Obstruktif Kronik
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

- Asma Bronkhiale
5. Peanggulangan Gangguan
Indera dan Identifikasi gangguan
fungsional
Materi inti 2 : Pengukuran dan Pemeriksaan Faktor Risiko PTM di Masyarakat
Alokasi Waktu : 4 jpl (T=2, P=3, PL=0)
Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu menjelaskan pengukuran dan pemeriksaan faktor risiko
PTM di masyarakat.
Tujuan Pokok Bahasan / Sub
Pembelajaran Metode Media Alat Bantu Referensi
Pokok Bahasan
Khusus
Setelah mengikuti Pengukuran dan pemeriksaan • Curah • Bahan Tayang • Laptop 1. Pedoman Umum Posbindu
pelatihan, peserta faktor risiko PTM : Pendapat • Modul • LCD PTM, Kemenkes RI, Tahun 2014
mampu menjelaskan 1. Wawancara • CTJ (Ceramah • Buku • Flipchart 2. Petunjuk Teknis Posbindu PTM,
pengukuran dan 2. Tinggi Badan Tanya Jawab) Monitoring FR • Spidol Kemenkes RI, Tahun 2014
pemeriksaan faktor 3. Berat Badan • Demonstrasi PTM • Meja 3. Buku Pintar Posbindu PTM Seri

13
risiko PTM di 4. Lingkar Perut • Bermain Peran • Buku • Kursi 2, Penyelenggaraan Posbindu
Masyarakat 5. Tekanan Darah Pencatatan • Alat Ukur Tinggi PTM, , Kemenkes RI, Tahun
6. Kadar Gula Darah Hasil Kegiatan Badan 2014
7. Kadar Kolesterol Posbindu PTM • Timbangan BB 4. Buku Pintar Posbindu PTM Seri

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


8. Arus Puncak Ekspirasi • Panduan • Pita Ukur 3, Pengukuran Faktor Risiko
9. Pemeriksaan Sadari Demonstrasi • Tensi Digital PTM, Kemenkes RI, Tahun 2014
10. Pemeriksaan IVA • Panduan • Glukometer
11. Pemeriksaan gangguan Bermain Peran • Alat Ukur Lipid
indera & fungsional Darah
• Peakflow Meter
• IVA kit
• Kartu E Chart
• Occluder
• Pin Hole
• Tali 6 meter
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Materi inti 3 : Upaya Pengendalian Faktor Risiko PTM di Masyarakat
Alokasi Waktu : 6 jpl (T=2, P=4, P=0)
Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu menjelaskan upaya pengendalian faktor risiko PTM di
masyarakat.
Tujuan Pokok Bahasan /
Pembelajaran Metode Media Alat Bantu Referensi
Sub Pokok
Khusus Bahasan
Setelah mengikuti pelatihan, Pengertian dan tahapan • Curah • Bahan tayang • Laptop 1. Pedoman Umum
peserta mampu: upaya pengendalian FR pendapat • Modul • LCD Posbindu PTM,
1. Menjelaskan pengertian PTM: • CTJ (Ceramah • Pemutaran Video • Flipchart Kemenkes RI, Tahun
dan tahapan upaya a. Pengertian Tanya Jawab) • Spidol 2014
pengendalian faktor b. Tahapan • Video PTM 2. Petunjuk Teknis

14
risiko PTM di masyarakat c. Teknik • Video player Posbindu PTM,
Kemenkes RI, Tahun
2. Melakukan upaya Upaya pengendalian faktor • Curah • Bahan tayang 2014
pengendalian faktor risiko PTM : Pendapat • Buku saku upaya berhenti • Laptop 3. Buku Pintar

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


risiko PTM di a. Upaya Berhenti Merokok • CTJ (Ceramah merokok • LCD Posbindu PTM Seri
masyarakat b. Aktivitas fisik Tanya Jawab) • Modul • Flipchart 4, Penyelenggaraan
c. Diet Sehat Gizi Seimbang • Demonstrasi • Lembar/leaflet KIE • Spidol Posbindu PTM,
d. Pengendalian Stress • Pedoman Angka • Food model Kemenkes RI, Tahun
e. Pengobatan Tradisional Kecukupan Gizi Food 2014
Model
• Lembar Status mini rokok
• Kuesioner Adiksi Nikotin
(Fagerstorm)
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

• Buku Monitoring FR PTM


• Buku Pencatatan Hasil
• Panduan Demonstrasi
• Panduan Bermain Peran
Materi inti 4 : Upaya Penanggulangan Gangguan Indera dan Identifikasi Gangguan
Fungsional di Masyarakat.
Alokasi Waktu : 5 jpl (T=2, P=3, PL=0)
Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu menjelaskan upaya penanggulangan gangguan indera
dan fungsional di masyarakat

Tujuan Pokok Bahasan / Sub


Pembelajaran Metode Media Alat Bantu Referensi
Pokok Bahasan
Khusus
Setelah mengikuti Gangguan Indera: • Curah • Bahan • Laptop 1. Pedoman Umum Posbindu
pelatihan, 1. Pengertian Gangguan Pendapat tayang • LCD PTM, Kemenkes RI, Tahun
peserta mampu indera • Ceramah • Modul • Flipchart 2014
menjelaskan 2. Upaya penanggulangan • Tanya • Panduan • Spidol 2. Petunjuk Teknis Posbindu

15
Upaya Gangguan Indera Jawab simlasi • Poster PTM, Kemenkes RI, Tahun
Penanggulangan 3. Pengertian Gangguan • Demontrasi PERMADI 2014
Gangguan Indera Fungsional • Snellen 3. Buku Saku Gangguan
dan Identifikasi 4. Upaya Penanggulangan chart/ Pnglihatan, Kemenkes RI,

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


Gangguan GangguanFungsional Tumbling E Tahun 2016
Fungsional di 4. Pedoman Penanggulangan
Masyarakat. Gangguan Penglihatan dan
Kebutaan, Kemenkes RI,
Tahun 2016
5. Buku Saku Gangguan
Pendengaran dan Ketulian,
Kemenkes, Tahun 2016
6. Pedoman Penanggulan
Gangguan dan Ketulian,
Kemenkes RI, Tahun 2016
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Materi inti 5 : Survelians Faktor Risiko PTM Berbasis Posbindu PTM di masyarakat
Alokasi Waktu : 10 jpl (T=2, P=8, PL=0)
Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu melakukan surveilans faktor risiko PTM berbasis
Posbindu PTM di masyarakat.
Tujuan Pokok Bahasan / Sub
Pembelajaran Metode Media Alat Bantu Referensi
Pokok Bahasan
Khusus
Setelah mengikuti Surveilans Faktor Risiko PTM : • Curah • Bahan tayang • Laptop 1. Pedoman Umum Posbindu
pelatihan, peserta 1. Pengertian Pendapat • Modul • LCD PTM, Kemenkes RI, Tahun
mampu: 2. Sumber Data • CTJ (Ceramah • Flipchart 2014
1. Menjelaskan 3. Langkah-langkah Tanya Jawab • Spidol 2. Petunjuk Teknis Posbindu
Surveilans Faktor PTM, Kemenkes RI, Tahun

16
Risiko PTM di 2014
masyarakat 3. Buku Pintar Posbindu PTM
Seri 5, Respon Cepat PTM
2. Melakukan Pengisian Instrumen Posbindu • Curah • Bahan tayang • Laptop dan Cedera, Kemenkes RI,

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


Pengisian PTM : Pendapat • Modul • LCD Tahun 2014
Instrumen 1. Web Portal PTM • CTJ (Ceramah • Buku Monitoring FR • Flipchart 4. Buku Pedoman
Posbindu PTM di 2. Aplikasi Surveilans Posbindu Tanya Jawab) PTM • Spidol Penyelenggaraan Sistem
masyarakat PTM • Simulasi • Buku Pencatatan • Internet Surveilans Epidemiologi
3. Penggunaan Aplikasi Surveilans Hasil Kegiatan • Alat Kesehatan, Depkes RI, 2014
Posbindu PTM Posbindu PTM Pencatatan 5. Buku Pedoman
• Formulir dan Pelaporan Penyelenggaraan Sistem
Rekapitulasi FR PTM (Android) Surveilans Epidemiologi
PTM Penyakit Menular dan Tidak
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

• Aplikasi Sistem Menular Terpadu, Depkes RI


Informasi Posbindu 2014
PTM 6. Buku Pedoman Surveilans
• Skenario simulasi PTM, Kemenkes RI, 2014
Materi inti 6 : Pemantauan dan Penilaian penyelenggaraan Posbindu PTM di masyarakat
Alokasi Waktu : 2 jpl (T=1, P=1, PL=0)
Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu melakukan pemantauan dan penilaian penyelenggaraan
Posbindu PTM di masyarakat.
Tujuan Pokok Bahasan / Sub
Pembelajaran Metode Media Alat Bantu Referensi
Pokok Bahasan
Khusus
Setelah mengikuti 1. Pemantauan dan penilaian • Curah • Bahan tayang • Laptop 1. Pedoman Umum Posbindu
pelatihan, peserta hasil penyelenggaraan Posbindu Pendapat • Buku pintar • LCD PTM, Kemenkes RI, Tahun
mampu: PTM • CTJ (Ceramah • Buku pencatatan • Flipchart 2014
1. Menjelaskan 2. Pengisian instrumen Tanya Jawab) posbindu PTM • Spidol 2. Petunjuk Teknis Posbindu
pemantauan pemantauan hasil kegiatan • Latihan • Instrumen PTM, Kemenkes RI, Tahun

17
dan penilaian Posbindu PTM pengisian pemantauan hasil 2014
penyelenggaraaan instrumen kegiatan Posbindu 3. Buku Pedoman
Posbindu PTM hasil kegiatan PTM Penyelenggaraan Sistem
2. Mengisi instrumen Posbindu PTM • Petunjuk latihan Surveilans Epidemiologi

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


pemantauan hasil pengisian instrumen Kesehatan, Depkes RI, 2003
kegiatan Posbindu hasil kegiatan 4. Buku Pedoman
PTM Posbidu PTM Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi
Penyakit Menular dan Tidak
Menular Terpadu, Depkes RI
2003
5. Buku Pedoman Surveilans
PTM, Kemenkes RI, 2014
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
3. MATERI PENUNJANG
Materi Penunjang 1 : Membangun Komitmen Belajar/Building Learning Commitmen (BLC)
Alokasi Waktu : 2 jpl (T=0, P=2, PL=0)
Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu membangun komitmen belajar di kelas sesuai dengan
pedoman kediklatan:
Tujuan Pokok Bahasan / Sub
Pembelajaran Metode Media dan Alat Bantu Alat Bantu
Pokok Bahasan Referensi
Khusus
Setelah mengikuti materi • Buku Panduan Dinamika
ini, peserta mampu: Kelompok (LAN 2010 dan
1. Melakukan perkenalan 1. Perkenalan dan pencairan • Curah • Modul Pusdiklat Aparatur)
dan pencairan diantara peserta, fasilitator pendapat • Bahan tayang • Depkes RI, Pusdiklat Kesehatan,

18
diantara peserta, dan panitia • Permainan • Laptop 2004, Kumpuan Games dan
fasilator dan panitia • Diskusi • LCD Energizer, Jakarta.
kelompok • Flipchart • Munir, Baderal, 2001, Dinamika
2. Merumuskan 2. Kesepakatan tentang • Spidol Kelompok, Penerapannya Dalam

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


kesepakatan harapan peserta terhadap • Meta plan Laboratorium Ilmu Perilaku,
tentang harapan nilai, norma, kekhawatiran • Jadwal dan alur pelatihan Jakarta
peserta terhadap mencapai harapan dan • Norma/tata tertib standar pelatihan
pelatihan, nilai, kontrol kolektif yang • Panduan permainan
norma, kekhawatiran disepakati bersama sebagai
mencapai harapan komitmen belajar
dan kontrol kolekif
yang disepakati
bersama sebagai
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

komitmen belajar
3. Menetapkan 3. Organisas kelas
organisasi kelas
Materi Penunjang 2 : Rencana Tindak Lanjut
Alokasi Waktu : 2 jpl (T=1, P=1, PL=0)
Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu merumuskan kegiatan tentang pelaksanaan Posbindu
PTM di masyarakat.

Tujuan Pokok Bahasan / Sub


Pembelajaran Metode Media dan Alat Bantu Referensi
Pokok Bahasan
Khusus
Setelah mengikuti materi
ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan 1. RTL : • CTJ (Ceramah • Flipchart • Kebijakan Daerah dalam

19
pengertian dan tujuan a.Pengertian RTL Tanya Jawab) • Spidol mengembangkan RPAM
penyusunan RTL b.Tujuan penyusunan RTL • Curah • Mata plan • Pusdiklat SDM Kesehatan,
Pendapat • Kain tempel BPPSDM, bekerja sama dengan
2. Menjelaskan format 2. Format penyusunan RTL • Latihan • LCD Projector Direktorat Komunitas, Depkes

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


penyusunan RTL menyusun RTL • Presentasi RI, Modul Pelatihan Manajemen
• Presentasi Puskesmas, 2008
3. Menyusun RTL 3. Penyusunan RTL • Lembar/Format RTL • Pusdiklat SDM kesehatan,
• Panduan latihan BPPSDM Depkes RI,
bekerjasama dengan
Pusat P2JK Depkes RI,
Modul Pelatihan Veritikator
Jamkesmas, 2007
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Materi Penunjang 3 : Budaya Anti Korupsi
Alokasi Waktu : 3 jpl (T=3, P=0, PL=0)
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu memahami Anti Korupsi

Tujuan Pokok Bahasan / Sub Pokok Bahasan


Pembelajaran Metode Media dan Referensi
Khusus Alat Bantu

Setelah mengikuti
pelatihan, peserta mampu 1. Undang-undang Nomor 20
menjelaskan : Tahun 2001 tentang Perubahan
1. Konsep Korupsi 1. Konsep Korupsi • Ceramah • Modul Atas Undang-undang Nomor
a. Definisi Korupsi tanya jawab • Bahan tayang 31 Tahun 1999 tentang
b. Ciri-ciri Korupsi • Curah • Komputer/ Pemberantasan Tindak Pidana
c. Bentuk/Jenis Korupsi pendapat laptop Korupsi
d. Tingkatan Korupsi • Pemutaran film • LCD 2. Instruksi Presiden Nomor 1

20
e. Penyebab Korupsi • Flip chart Tahun 2013
f. Dasar Hukum tentang Korupsi • White board 3. Keputusan Menteri Kesehatan
• Spidol (ATK) Nomor 232/MENKES/SK/
2. Konsep anti korupasi 2. Konsep anti Korupsi • Sound system VI/2013 tentang Strategi
a. Definisi anti korupsi • Film Komunikasi Pekerjaan dan

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


b. Nilai-nilai Anti Korupsi dokumenter/ Budaya Anti Korupsi
c. Prinsip-prinsip Anti Korupsi kartun animalsi
3. Upaya pencegahan 3. Upaya Pencegahan Korupsi dan Pemberantasan
korupsi dan Korupsi
pemberantasan a. Upaya pencegahan korupsi
korupsi b. Upaya pemberantasan korupsi
c. Prinsip-prinsip anti korupsi
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Tujuan Pokok Bahasan / Sub Pokok Bahasan
Pembelajaran Metode Media dan Referensi
Khusus Alat Bantu

4. Tatacara pelaporan 4. Tata Cara Pelaporan Dugaan Pelanggaran Tindak


dugaan pelanggaran Pidana Korupsi
tindak pidana korupsi a. Laporan penyelesaian hasil penanganan
pengaduan masyarakat
b. Tatacara penyampaian pengaduan masyarakat
c. Tim penanganan pengaduan masyarakat
terpadu di lingkungan Kemenkes
d. Pencacatan pengaduan

5. Gratifikasi
5. Gratifikasi a. Pengertian gratifikasi
b. Aspek hukum
c. Gratifikasi dikatakan sebagai tindak pidana

21
korupsi
d. Contoh gratifikasi
e. Sanksi gratifikasi

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

BAB VI
DIAGRAM ALIR PROSES PEMBELAJARAN

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

22
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

BAB VII
PESERTA DAN FASILITATOR

A. KRITERIA
1. Kriteria peserta :
- Penyelenggara posbindu PTM yang berlatar belakang
pendidikan kesehatan (min D3)
- Berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Puskesmas

2. Jumlah peserta dalam 1 kelas: 25 - 30 orang.

B. Pelatih/Fasilitator
Kriteria Fasilitator:
1. Menguasai substansi materi yang akan diajarkan.
2. Mempunyai latar belakang pendidikan Minimal S1 Kesehatan
3. Diutamakan pernah mengikuti pelatihan TOT / TPPK
4. Widyaiswara
5. Tim PPTM Dinas Kesehatan Provinsi.

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

23
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

BAB VIII
PENYELENGGARA DAN TEMPAT
PENYELENGGARAAN

A. Penyelenggara
Penyelenggara pelatihan ini adalah Dinas Kesehatan
Provinsi, Kabupaten/Kota, Puskesmas, dan institusi lain yang
bersedia menyelenggarakan.

B. Tempat Penyelenggaraan
Tempat penyelenggaraan pelatihan dapat dilakukan di aula
desa, gedung pertemuan, balai desa, dan tempat lainnya yang
mendukung pelatihan.

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

24
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

BAB IX
EVALUASI

i. Evaluasi Terhadap Peserta


Evaluasi peserta melalui : pre dan post test

ii. Evaluasi Terhadap Pelatih


Evaluasi terhadap pelatih dilakukan untuk mengetahui
keberhasilan pelatih dalam menyampaikan materi. Evaluasi
dilakukan oleh peserta. Aspek yang dinilai adalah:
- Penguasaan materi
- Ketepatan waktu
- Sistematika pembelajaran
- Penggunaan metoda dan alat bantu
- Empati, gaya dan sikap terhadap peserta
- Penggunaan bahasa dan volume suara
- Pemberian motivasi belajar kepada peserta
- Pencapaian tujuan pembelajaran umum
- Kesempatan tanya jawab
- Kemampuan menyajikan
- Kerapihan pakaian
- Kerjasama antar tim pengajar.

iii. Evaluasi Terhadap Penyelenggaraan


Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap penyelenggaraan
pelatihan meliputi :
- Efektifitas penyelenggaraan
- Relevansi program diklat dengan pelaksanaan tugas
- Persiapan dan ketersediaan sarana diklat
- Hubungan peserta dengan penyelengara pelatihan
- Hubungan antar peserta
- Pelayanan kesekretariatan
- Kebersihan dan kenyamanan ruang kelas

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

25
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

- Kebersihan dan kenyamanan auditorium


- Kebersihan dan kenyamanan ruang makan
- Kebersihan dan kenyaman asrama
- Kebersihan toilet
- Kebersihan halaman
- Pelayanan petugas resepsionis
- Pelayanan petugas ruang kelas
- Pelayanan petugas auditorium
- Pelayanan petugas ruang makan
- Pelayanan petugas asrama
- Pelayanan petugas keamanan
- Ketersediaan fasilitas olah raga, ibadah, kesehatan

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

26
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

BAB X
SERTIFIKASI

Peserta yang telah mengikuti pelatihan ini sekurang-kurangnya


95% dari alokasi waktu pelatihan (JPL) dan dinyatakan berhasil
menurut hasil evaluasi belajar, mendapatkan 1 (satu) Angka Kredit
untuk waktu pelatihan 40 jam pelajaran, dan ditanda tangani oleh
Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan.

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

27
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

TIM PENYUSUN
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POSBINDU PTM
BAGI PETUGAS PELAKSANA POSBINDU PTM

PENGARAH
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

TIM PENYUSUN
dr. Lily S. Sulistyowati, MM
Dr. Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes
drg. Dyah Erti Mustikawati, MPH
Titi Sari Renowati, SKM, MScPH
dr. Lily Banonah Rivai, MEpid
dr. Niken Wastu Palupi, MKM
dr. Aries Hamzah, MKM
dr. Sylviana Andinisari, MSc
Robert Meison Saragih, M.Kes
dr. Rainy Fathiyah
Merry Natalia Panjaitan, M.Kes
drg. Sri Sugiharti, M.Kes
drg. Siti Nur Anisah, MPH
Mujayanto, MPH
Ir. Dunanty RK Sianipar, MPH
dr. M. Nur Rahmad R
dr. Sorta Rosniuli, MSc
dr. Agung S, MARS
dr. Rezavitawanti
dr. Tristiyenny P, M.Kes
Rindu Rachmiaty, SKM
Resti Dwi Hasriani, SKM
Aisyah, S.Si

KONTRIBUTOR
dr. Tiersa Vera Junita
dr. Uswatun Hasanah
dr. Masitah Sari Dewi
Punto Dewo, SKM, M.Kes
Devi Suhailin, SKM
Lili Lusiana, SKM

PROVINSI
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Timur, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara

28
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

MODUL PELATIHAN
POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU)
PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)
BAGI PETUGAS PELAKSANA POSBINDU PTM

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
TAHUN 2016

29
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

30
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

DASAR 1
MATERI DASAR 1
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT TIDAK MENULAR

31
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

32
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

MATERI DASAR 1
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

I. DESKRIPSI SINGKAT
Dengan terbentuknya Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) di Kementerian
Kesehatan pada tahun 2005, maka Kebijakan Nasional
diterapkan dengan penekanan pada pengendalian faktor risiko,
pencegahan penyakit, deteksi dini, dan tindakan promosi
kesehatan. Pendekatan utama yang dipilih dalam melakukan
Pencegahan dan pengendalian PTM didasarkan pada pelayanan
kesehatan dasar yang melibatkan multisektor dan profesional/
peran serta masyarakat. Program pokok mengacu pada kebijakan
pemerintah tentang kesehatan, jejaring, sosialisasi, advokasi,
dan pencegahan dan pengendalian PTM yang berbasis pada
pemberdayaan masyarakat, surveilans penyakit tidak menular,
serta deteksi dini.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta latih mampu
memahami kebijakan dan strategi dalam pencegahan dan
pengendalian PTM

B. Tujuan Pembelajaran khusus:


1. Peserta latih mampu menjelaskan kebijakan pencegahan
dan pengendalian PTM
2. Peserta latih mampu menjelaskan strategi pencegahan
dan pengendalian PTM
3. Peserta latih mampu menjelaskan kegiatan pokok
pencegahan dan pengendalian PTM

33
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

III. POKOK BAHASAN DAN ATAU SUB POKOK BAHASAN:


A. Kebijakan pencegahan dan pengendalian PTM
B. Strategi pencegahan dan pengendalian pengendalian PTM
C. Kegiatan pokok pencegahan dan pengendalian PTM

IV. BAHAN BELAJAR


Buku Pedoman Umum

V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


A. LANGKAH-LANGKAH :
Presentasi
1. Fasilitator menjelaskan secara singkat tujuan
pembelajaran, pokok bahasan, dan metode yang
digunakan (5 menit)
2. Fasilitator menyampaikan masing-masing pokok bahasan
dengan menggunakan tayangan power point (5 menit)
3. Fasilitator menjelaskan masing-masing pokok bahasan
dengan menggunakan tayangan power point (60 menit)
4. Fasilitator memandu peserta untuk curah pendapat
masing-masing pokok bahasan dengan menggunakan
tayangan power point (20 menit)

B. METODE
- Curah pendapat
- Ceramah tanya jawab

C. MEDIA
- Bahan tayang
- Modul

D. ALAT BANTU
1. Laptop
2. LCD

34
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

3. Flipchart
4. Spidol

E. DURASI: 90 menit

VI. URAIAN MATERI


POKOK BAHASAN 1
KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PTM
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini
dihadapkan pada Triple Burden Disease yaitu penyakit menular,
penyakit tidak menular dan re-emerging disease. Dengan
berubahnya tingkat kesejahteraan di Indonesia, pola penyakit
saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang ditandai
dengan beralihnya penyebab kematian yang semula didominasi
oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (PTM),
sekaligus menghadapi tantangan penyakit-penyakit yang muncul
kembali seperti HIV/ AIDS, TB dan malaria. Perubahan pola
penyakit tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan
yang selaras pula dengan perubahan perilaku masyarakat, transisi
demografi, sosial ekonomi, dan budaya.
PTM menjadi salah satu tantangan dalam pembangunan
bidang kesehatan, dimana kelompok masyarakat yang terpapar
mayoritas adalah usia produktif, mereka yang diperlukan oleh
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara sebagai sumber
daya manusia yang menanggung beban pembiayaan hidup dan
generasi penerus yang pada usia tumbuh kembang.
PTM berpotensi besar menghambat pertumbuhan ekonomi
dan pencapaian target MDGs karena tingginya biaya yang harus
dikeluarkan negara untuk mengobati PTM. PTM adalah isu kedua
setelah HIV/ AIDS (tahun 2002) yang akan diangkat pada level
global di PBB agar mendapat perhatian dan komitmen politik
dari Pemerintah, untuk menanggulanginya. Karena PTM dapat

35
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

dicegah, setiap daerah dihimbau agar memprioritaskan program


pencegahannya. Ancaman PTM dan beban yang diakibatkannya
dianggap sebagai “salah satu tantangan terbesar pembangunan
dalam abad ke-21”.
Kebijakan dan Strategi Pengendalian PTM tergantung dari
kebijakan dan strategi masing-masing daerah, begitu juga dengan
penerapannya tergantung pada daerah kerja masing-masing
dengan didasari mencakup seperti dibawah ini :
1. Mengembangkan dan memperkuat program pengendalian
faktor risiko PTM.
2. Mengembangkan dan memperkuat deteksi dini faktor risiko
PTM
3. Meningkatkan dan memperkuat manajemen, dan kualitas
peralatan untuk deteksi dini faktor risiko PTM
4. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam
pengendalian faktor risiko PTM.
5. Mengembangkan dan memperkuat sistem surveilans
epidemiologi faktor risiko PTM.
6. Meningkatkan pemantauan program pengendalian faktor
risiko PTM.
7. Mengembangkan dan memperkuat pengelolaan sistem
informasi PTM
8. Mengembangkan dan memperkuat jaringan untuk
pengendalian faktor risiko PTM.
9. Meningkatkan advokasi dan diseminasi pengendalian faktor
risiko PTM.
10. Mengembangkan dan memperkuat sistem pendanaan
pengendalian faktor risiko PTM.

36
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

POKOK BAHASAN 2
STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PTM
1. Memobilisasi dan memberdayakan masyarakat dalam
pengendalian faktor risiko PTM melalui program yang
berbasis masyarakat, seperti Posbindu PTM.
2. Meningkatkan akses yang berkualitas kepada masyarakat
untuk deteksi dini dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM.
3. Meningkatkan tatalaksana PTM (kuratif-rehabilitatif) yang
efektif dan efisien.
4. Memperkuat jejaring kerja dan kemitraan pengendalian PTM.
5. Mengembangkan penelitian dan pengembangan kesehatan
terkait PTM.
6. Mengembangkan dan memperkuat sistem surveilans
epidemiologi faktor risiko PTM termasuk monitoring dan
sistem informasi. Dioptimalkan untuk surveilans faktor risiko
PTM berbasis masyarakat dan registri PTM.
7. Meningkatkan dukungan dana yang efektif untuk pengendalian
PTM berdasarkan kebutuhan dan prioritas.

POKOK BAHASAN 3
KEGIATAN POKOK PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PTM
1. Melaksanakan review dan memperkuat aspek legal
pengendalian Penyakit Tidak Menular di Unit Pelaksana
Teknis (UPT), Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota, dan Puskesmas.
2. Advokasi PPTM kepada Pemerintah (pusat dan daerah)
secara intensif dan efektif dengan fokus pesan “Dampak PTM
(ancaman) terhadap pertumbuhan ekonomi negara/ daerah”.
3. Surveilans faktor risiko dan registri PTM yang mampu laksana
dan didukung regulasi memadai dan menjamin ketersediaan

37
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

“evidence based” untuk advokasi kepada penentu kebijakan,


perencanaan, dan pelaksanaan program PTM prioritas.
4. Promosi kesehatan dan perlindungan “population at risk”
PTM yang efektif dan didukung regulasi memadai melalui
“Health in All Policy” untuk menjamin pelaksanaannya
secara terintegratif melalui “Triple Acs” (active cities, active
community and active citizens) dengan kerja sama lintas
program, kemitraan lintas sektor, pemberdayaan swasta/
industri dan kelompok masyarakat madani.
5. Deteksi dan tindak lanjut dini PTM secara terintegrasi dan
fokus pada faktor risikonya, melalui “Community Base
Intervension and Development”, yang didukung oleh sistim
rujukan dan regulasi memadai, dengan kerja sama lintas
profesi dan keilmuan, lintas program, kemitraan, lintas sektor,
pemberdayaan swasta/industri, dan kelompok masyarakat
madani.
6. Tatalaksana pasien PTM (kuratif-rehabilitatif) yang efektif dan
efisien, yang didukung kecukupan obat, ketenagaan, sarana/
prasarana, sistem rujukan, jaminan pembiayaan dan regulasi
memadai, untuk menjamin akses pasien PTM dan faktor risiko
terhadap tatalaksana pengobatan baik di tingkat pelayanan
kesehatan primer, sekunder, maupun tersier.
7. Jejaring kerja dan kemitraan pengendalian PTM yang terdiri
sub jejaring surveilans, promosi kesehatan, dan manajemen
upaya kesehatan, baik di tingkat pusat maupun daerah.
8. Penelitian dan pengembangan kesehatan yang menjamin
ketersediaan informasi, insidensi, dan prevalensi PTM dan
determinannya, yang menghasilkan teknologi intervensi
kesehatan masyarakat/ pengobatan/ rehabilitasi dalam bentuk
“Best Practice”, dan intervensi kebijakan yang diperlukan.

38
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

VII. REFERENSI
1. PP 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang
mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi
Kesehatan
2. Permenkes No. 30 tahun 2013 tentang Pencantuman
Informasi Kandungan Gula Garam dan Lemak serta Pesan
Kesehatan pada Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji
3. Pedoman Umum PPTM, 2006
4. Riskesdas 2007, Riskesdas 2010, Riskesdas 2013
5. Stranas Penerapan Pola Konsumsi Makanan dan Aktivitas
Fisik, 2011
6. Pedoman Advokasi PPTM, 2011
7. Pedoman Puskesmas Pelayanan PTM, 2012
8. Pedoman Umum Pengendalian DM, Depkes RI, 2010
9. Pedoman Umum Pengendalian Asma, 2006
10. Pedoman Umum Pengendalian PPOK, 2008
11. Pedoman Umum Pengendalian Jantung dan Pembuluh
Darah, 2007
12. Pedoman Penyelenggaraan Posbindu PTM, Kemenkes RI,
2013
13. Pedoman Umum Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker
Leher Rahim, Kemenkes RI, 2012
14. Pedoman Umum Penanggulangan Gangguan Indera,
Kemenkes RI, 2016.

39
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

VIII. EVALUASI:
1) Jelaskan mengapa pengendalian PTM diperlukan?
2) Jelaskan bagaimana langkah-langkah kegiatan pengendalian
PTM dapat dilakukan?

40
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

DASAR 2
MATERI DASAR 2
KONSEP POSBINDU PTM

41
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

42
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

MATERI DASAR 2
KONSEP POSBINDU PTM

I. DESKRIPSI SINGKAT
Salah satu strategi dalam meningkatkan pembangunan
kesehatan adalah pemberdayaan dan peningkatan peran serta
masyarakat termasuk dunia usaha. Masyarakat diberi fasilitas
dan bimbingan dalam mengembangkan wadah untuk berperan,
dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk mengenali masalah
di wilayahnya, mengidentifikasi, merumuskan dan menyelesaikan
permasalahannya sendiri berdasarkan prioritas dan potensi yang
ada. Dalam menentukan prioritas masalah, merencanakan,
melaksanakan, memantau, dan menilai kegiatan, masyarakat
perlu dilibatkan sejak awal.
Potensi dan partisipasi masyarakat dapat digali dengan
maksimal, sehingga solusi masalah lebih efektif dan dapat
menjamin kesinambungan kegiatan. Upaya pengendalian PTM
dibangun berdasarkan komitmen bersama dari seluruh elemen
masyarakat yang peduli terhadap ancaman PTM melalui Posbindu
PTM.
Pengembangan Posbindu PTM merupakan bagian integral
dari sistem pelayanan kesehatan, berdasarkan persoalan PTM
yang ada di masyarakat, dan mencakup berbagai upaya promotif
dan preventif serta pola rujukannya.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan pembelajaran umum :
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menyelenggarakan
Posbindu PTM.
B. Tujuan pembelajaran khusus :
1. Peserta mengetahui konsep Posbindu PTM

43
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

2. Peserta mengetahui langkah-langkah penyelengaraan


Posbindu PTM
3. Peserta mampu melaksanakan Posbindu PTM

III. POKOK BAHASAN DAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


A. Konsep Posbindu PTM
B. Langkah-langkah Penyelenggaraan Posbindu PTM
C. Pelaksanaan Posbindu PTM

IV. LANGKAH LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


A. LANGKAH-LANGKAH :
Presentasi
1. Fasilitator menjelaskan secara singkat tujuan
pembelajaran, pokok bahasan, dan metode yang
digunakan.
2. Fasilitator menyampaikan masing-masing pokok bahasan
dengan menggunakan tayangan powerpoint.

Diskusi Kelompok
Fasilitator memandu dan memfasilitasi peserta untuk secara
aktif berdiskusi dan tanya jawab mengenai pokok bahasan.

Simulasi
1. Fasilitator mengajak peserta untuk simulasi Posbindu
PTM.
2. Diskusi, sharing

B. METODE :
1. Curah Pendapat
2. Ceramah Tanya Jawab

C. MEDIA :
1. Buku Pintar
2. Bahan Tayang

44
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

D. ALAT BANTU :
1. Laptop
2. LCD
3. Flipchart
4. Spidol

E. Durasi : 90 menit

V. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1
KONSEP DASAR POSBINDU PTM
A. Pengertian
Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat
dalam kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut
dini faktor risiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan.
Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan
dini terhadap PTM mengingat hampir semua faktor risiko
PTM pada awalnya tidak memberikan gejala.
Posbindu PTM menjadi salah satu bentuk upaya
kesehatan masyarakat atau UKM yang selanjutnya
berkembang menjadi upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) dalam pengendalian faktor risiko PTM
dibawah pembinaan puskesmas.

B. Tujuan
Meningkatkan kewaspadaan dini masyarakat terhadap
faktor risiko PTM melalui pemberdayaan dan peran serta
dalam deteksi dini, pemantauan faktor risiko PTM dan tindak
lanjut dini

C. Sasaran Kegiatan
Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat,
berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas.

45
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

D. Wadah Kegiatan
Penyelenggaraan kegiatan Posbindu PTM dapat
dilakukan di lingkungan tempat tinggal dalam wadah desa
/ kelurahan ataupun fasilitas publik lainnya seperti sekolah
dan perguruan tinggi, tempat kerja, tempat ibadah, pasar,
terminal dan lain sebagainya.
Kegiatan ini dapat berlangsung secara bersama-sama
atau terintegrasi dengan kegiatan masyarakat yang sudah
aktif dan secara rutin berkumpul atau berkelompok seperti
majelis taklim, karang taruna, Persatuan Diabetesi Indonesia
(PERSADIA), Klub Jantung Sehat, kelompok kebaktian,
dan lain-lain. Kegiatan ini juga dapat dikembangkan pada
kelompok masyarakat khusus seperti kelompok Jemaah Haji,
anak sekolah, pekerja/karyawan, pengemudi di perusahaan
angkutan/ Perusahaan Otobus (PO) di terminal, kelompok
masyarakat adat, kelompok masyarakat keagamaan,
petani/ nelayan, masyarakat binaan negara di lembaga
pemasyarakatan dan lain-lain

E. Pelaku Kegiatan
Penyelenggaraan Posbindu PTM dilakukan oleh petugas
pelaksana posbindu PTM yang berasal dari kader kesehatan
yang telah ada atau beberapa orang dari masing-masing
kelompok/ organisasi/ lembaga/ tempat kerja yang bersedia
menyelenggarakan posbindu PTM, yang dilatih secara khusus,
dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor
risiko PTM di masing-masing kelompok atau organisasinya.
Pelaksanaan Posbindu PTM dibina oleh Puskesmas
penanggung jawab wilayah tersebut dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota setempat. Petugas Pelaksana Posbindu
PTM memiliki kriteria antara lain, mau dan mampu melakukan
kegiatan Posbindu PTM minimal bisa membaca dan menulis,
lebih diutamakan berpendidikan minimal SLTA atau sederajat.

46
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

F. Klasifikasi Posbindu PTM


Berdasarkan jenis kegiatan deteksi dini, pemantauan dan
tindak lanjut dini yang dapat dilakukan oleh Posbindu PTM,
maka dapat dikelompokan menjadi 2 kelompok Posbindu
PTM, yaitu :
a. Posbindu PTM Dasar meliputi pemeriksaan deteksi dini
faktor risiko yang dilakukan dengan wawancara terarah
melalui penggunaan instrumen atau formulir untuk
mengidentifikasi riwayat penyakit tidak menular dalam
keluarga dan yang telah diderita sebelumnya, pengukuran
berat badan, tinggi badan, lingkar perut, Indeks Massa
Tubuh (IMT), analisa lemak tubuh, pemeriksaan tekanan
darah, serta penyuluhan, pemeriksaan gangguan indera
penglihatan dan pendengaran.
b. Posbindu PTM Utama meliputi kegiatan Posbindu
PTM Dasar ditambah dengan pemeriksaan gula darah,
kolesterol total, trigliserida, pengukuran arus puncak
ekspirasi (APE), konseling dan pemeriksaan IVA serta
pemeriksaan klinis payudara, yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan terlatih (Dokter, Bidan, perawat kesehatan /
tenaga analis laboratorium / lainnya)

G. Kemitraan
Dalam penyelenggaraan Posbindu PTM pada tatanan
desa/kelurahan perlu dilakukan kemitraan dengan forum
desa/kelurahan siaga untuk mendapatkan dukungan
dari pemerintah daerah. Selain itu kemitraan dengan pos
kesehatan desa/kelurahan, industri, dan klinik swasta
perlu dilakukan untuk mendukung implementasi dan
pengembangan kegiatan. Kemitraan dengan pihak swasta
sebaiknya menggunakan pola kesetaraan, keterbukaan dan
saling menguntungkan melalui fasilitasi Puskesmas.

47
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

POKOK BAHASAN 2
LANGKAH-LANGKAH PENYELENGGARAAN POSBINDU
PTM
A. Identifikasi Kelompok Potensial yang ada di Masyarakat
Langkah persiapan untuk mengindentifikasi kebutuhan
masyarakat diawali dengan pengumpulan data dan informasi
besaran masalah PTM yang ada, sarana-prasarana
pendukung dan sumber daya manusia yang tersedia dalam
kelompok tersebut.
Informasi ini didapat secara langsung dari masyarakat
melalui berbagai metode sebagai berikut wawancara,
pengamatan, angket, teknik Participatory Rural Appraisal
(PRA) atau Pemahaman Partisipatif Pedesaan dan fokus
diskusi kelompok terarah.
Selain itu, informasi juga didapatkan dari data RS
Kabupaten / Kota, Puskesmas, Profil Kesehatan Daerah,
Riskesdas, atau hasil survei lainnya. Informasi ini dapat berupa
besaran masalah penyakit tidak menular dan dampaknya
terhadap pembiayaan kesehatan.

B. Sosialisasi dan Advokasi


Sosialisasi dan advokasi dilakukan kepada kelompok
masyarakat potensial terpilih tentang besarnya permasalahan
PTM yang ada, dampaknya bagi masyarakat dan dunia
usaha, strategi pencegahan dan pengendalian serta tujuan
dan manfaat kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor
risiko PTM melalui Posbindu PTM. Kegiatan ini lakukan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat agar diperoleh
dukungan dan komitmen dalam menyelenggarakan Posbindu
PTM.
Pertemuan sosial¬isasi dan advokasi dapat dilakukan
beberapa kali. Pada pertemuan sosialisasi dan advokasi
tersebut akan teridentifikasi kelompok/ lembaga/ organisasi
yang bersedia menyelenggarakan Posbindu PTM.

48
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

C. Pelatihan Tenaga Pelaksana Posbindu PTM


Pelatihan bertujuan untuk memberikan pengetahuan
tentang PTM faktor risiko, dampak, dan upaya yang
diperlukan dalam pencegahan dan pengendalian PTM,
memberikan pengetahuan tentang Posbindu PTM,
memberikan kemampuan dan keterampilan dalam memantau
faktor risiko PTM dan memberikan ketrampilan dalam
melakukan konseling serta tindak lanjut lainnya, kepada
Petugas Pelaksana Posbindu PTM, dengan lama pelatihan
3 (tiga) hari.

D. Pengorganisasian dan Pembagian Peran


Setelah Petugas Pelaksana Posbindu PTM dilatih,
langkah yang dilakukan :
1. Melaporkan kepada pimpinan organisasi/lembaga atau
pimpinan wilayah.
2. Mempersiapkan dan melengkapi sarana yang dibutuhkan.
3. Menyusun rencana kerja.
4. Memberikan informasi kepada sasaran.
5. Melaksanakan wawancara, pengukuran, pemeriksaan,
pencatatan dan pelaporan serta rujukan bila diperlukan
setiap bulan.
6. Melaksanakan konseling.
7. Melaksanakan penyuluhan berkala.
8. Melaksanakan kegiatan aktifitas fisik bersama.
9. Membangun jejaring kerja.
10. Melakukan konsultasi dengan petugas bila diperlukan.
Petugas pelaksana Posbindu PTM harus memahami
semua peranan dan kriteria sebagai koordinator, penggerak,
pemantau, edukator dan pencatat

E. Pembiayaan
Dalam menyelenggarakan Posbindu PTM agar dapat
berlangsung secara berkelanjutan, diperlukan pembiayaan

49
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

yang memadai. Pembiayaan dapat berasal dari pemerintah,


swasta, kelompok masyarakat/lembaga atau pihak lain yang
peduli terhadap persoalan penyakit tidak menular.

POKOK BAHASAN 3
PELAKSANAAN POSBINDU PTM
A. Waktu
Posbindu PTM diselenggarakan dalam sebulan sekali,
bila diperlukan dapat lebih dari satu kali dalam sebulan untuk
kegiatan pengendalian faktor risiko PTM lainnya, misalnya
olahraga bersama, sarasehan dan lainnya. Hari dan waktu
yang dipilih sesuai dengan kesepakatan serta disesuaikan
dengan situasi dan kondisi setempat.

B. Tempat
Tempat pelaksanaan adalah tempat yang sudah
disepakati dan menjadi tempat rutin kelompok tersebut
melaksanakan kegiatan. Khusus pemeriksaan IVA dan CBE
memerlukan tempat yang tertutup. Posbindu PTM dapat
dilaksanakan di rumah warga pada lingkungan pemukiman,
balai desa/kelurahan, ruang perkantoran/klinik perusahaan,
ruangan khusus di sekolah, ruangan di lingkungan tempat
ibadah, polindes, poskesdes, poskestren atau tempat tertentu
yang disediakan oleh masyarakat secara swadaya.

C. Pelaksanaan Kegiatan
Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 (lima) kegiatan,
namun dalam situasi-kondisi tertentu dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama. Kegiatan
tersebut berupa pelayanan deteksi dini dan tindak lanjut
sederhana terhadap faktor risiko penyakit tidak menular,
termasuk rujukan ke Puskesmas. Adapun kegiatan tersebut
adalah sebagai berikut:

50
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

 Meja 1 : Registrasi, yaitu kegiatan mencatat data


individu pasien sesuai buku monitoring FR PTM yang
ada. Pada pelaksanaan monitoring, kondisi faktor risiko
PTM harus diketahui oleh yang diperiksa maupun yang
memeriksa. Masing-masing peserta harus mempunyai
alat pantau individu berupa Kartu Monitoring faktor
Risiko PTM , untuk mencatat kondisi faktor risiko PTM.
Kartu ini disimpan oleh masing-masing peserta, dan
harus selalu dibawa ketika berkunjung ke Posbindu dan
ketika melakukan perjalanan. Tujuannya agar setiap
individu dapat melakukan mawas diri dan petugas dapat
melakukan/ memberi saran tindak lanjut yang diperlukan
sesuai dengan kondisi yang dialami/ditemukan.
Format buku monitoring FR PTM mencakup identitas,
waktu kunjungan, jenis faktor risiko PTM dan tindak lanjut.
Pada buku monitoring FR PTM ditambahkan keterangan
golongan darah dan status pasien PTM yang berguna
sebagai informasi medis jika pemegang kartu mengalami
kondisi darurat di perjalanan.
Hasil dari setiap jenis pengukuran/ pemeriksaan
faktor risiko PTM pada setiap kunjungan peserta
ke Posbindu dicatat pada buku monitoring FR PTM oleh
masing-masing petugas pelaksana posbindu monitor
faktor risiko. Bila positif hasilnya ditandai dengan contreng
(v) pada kolom yang tersedia. Demikian pula tindak
lanjut yang dilakukan oleh petugas pelaksana posbindu
konselor/edukator
 Meja 2 : Wawancara, menggunakan teknik wawancara
yang terlatih.
 Meja 3 : Pengukuran, yaitu kegiatan yang mengukur TB,
BB, IMT, Lingkar Perut, pemeriksaan indera penglihatan
dan pendengaran.
 Meja 4 : Pemeriksaan, yaitu kegiatan yang memeriksa
tekanan darah, kadar glukosa darah, kadar kolesterol dan

51
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

kadar trigliserida darah, pemeriksaan klinis payudara,


fungsi paru sederhana.
 Meja 5: Konseling dan edukasi.

VI. REFERENSI
A. Buku Pedoman Pengendalian DM, Depkes RI, 2009
B. Buku Kurikulum dan Modul DM, Depkes RI, 2006
C. Buku Petunjuk Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan
Kanker Leher Rahim, Kemenkes RI, 2012
D. Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Posbindu PTM,
Kemenkes RI, 2014
E. Buku Petunjuk TeknisPenyelenggaraan Posbindu PTM,
Kemenkes RI, 2014
F. Buku Pintar Posbindu PTM Seri 1, Kemenkes RI, 2014

VII. EVALUASI
Memantapkan pemahaman materi :
a. Fasilitator menuliskan pada kertas HVS tentang konsep dasar
Posbindu PTM meliputi pengertian, tujuan, bentuk kegiatan,
sasaran kegiatan, dan langkah pengembangan Posbindu
PTM di tempat masing-masing.
b. Kertas yang telah tertulis dibagikan kepada seluruh peserta.
c. Setiap peserta diminta menulis apa yang diketahuinya
berdasarkan pemahaman masing-masing. Selanjutnya setiap
peserta diminta ke depan untuk menempelkan kertas yang
telah dibagikan, kemudian mencari padanan yang sesuai
untuk ditempelkan dalam kelompok yang sama.
d. Fasilitator memandu peserta bersama-sama mencocokkan
sudah betul atau belum pengelompokan tersebut dan minta
untuk mendiskusikan sesama peserta.

52
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

MATERI INTI 1
MATERI INTI 1
PENYAKIT TIDAK MENULAR

53
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

54
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

MATERI INTI 1
PENYAKIT TIDAK MENULAR

I. DESKRIPSI SINGKAT
Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab
kematian utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus
kematian yang terjadi di seluruh dunia, di mana sekitar 29 juta
(80%) justru terjadi di negara yang sedang berkembang (WHO,
2010). Peningkatan kematian akibat PTM di masa mendatang
diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% (44 juta kematian)
dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini
timbul akibat pertumbuhan penduduk dan peningkatan usia
harapan hidup, terutama pada negara-negara berkembang.
Selain itu, perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang
cenderung tidak sehat ikut berpengaruh terhadap peningkatan
terjadinya PTM.
Di Indonesia, telah terjadi transisi epidemiologi penyakit,
di mana penyebab kematian akibat Penyakit Menular mengalami
penurunan dalam kurun waktu tahun 1995 -2007 dari 44,2%
menjadi 28,1%, namun sebaliknya kematian akibat PTM mengalami
peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 menunjukkan prevalensi PTM antara lain Penyakit
Stroke 12,1 per 1000, Penyakit Jantung Koroner 1,5%, Gagal
Jantung 0,3%, Diabetes Melitus 6,9%, Gagal Ginjal 0,2%, Kanker
1,4 per 1000, Penyakit Paru Kronik Obstruktif 3,7% dan gangguan
pendengaran 2,6%; ketulian 0,09%; serumen prop 18,8% dan
sekret di liang telinga 2,4%. Prevalensi katarak penduduk semua
umur mencapai 1,8%, sedangkan prevalensi kebutaan penduduk
umur ≥6 tahun sebesar 0,4%. Prevalensi disabilitas penduduk
lebih dari 15 tahun sebesar 11.0 %.
Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak
menunjukkan tanda klinis secara khusus sehingga menyebabkan
setiap individu tidak mengetahui dan menyadari kondisi kelainan

55
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

yang terjadi pada dirinya. Riset Kesehatan Dasar pada tahun


2013 menunjukan bahwa 69,6% dari Diabetes Melitus dan 63,2%
dari Hipertensi masih belum terdiagnosis. Di sisi lain, masyarakat
yang memiliki kesadaran untuk memeriksakan kesehatannya
secara rutin masih jauh dari harapan. Hal ini berimplikasi terhadap
keterlambatan dalam penanganan dan menimbulkan komplikasi
PTM, bahkan berakibat kematian lebih dini.
Pengetahuan tentang PTM perlu diberikan agar dapat
meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat
terhadap PTM melalui penyebarluasan informasi secara efektif.
Dengan adanya buku ini diharapkan tingkat pengetahuan petugas
pelaksana Posbindu PTM semakin bertambah dan menjadi
bekal dalam melakukan promosi kesehatan sesuai dengan
kemampuannya.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan pembelajaran umum :
Setelah mengikuti materi ini peserta mengetahui dan mampu
menjelaskan PTM.
B. Tujuan pembelajaran khusus :
1. Peserta mampu menjelaskan faktor risiko PTM
2. Peserta mampu menjelaskan jenis-jenis PTM

III. POKOK BAHASAN DAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


A. Faktor Risiko PTM
B. Jenis-jenis PTM

IV. BAHAN BELAJAR


A. Modul Pelatihan Posbindu PTM 2014
B. Buku Pedoman Umum Posbindu PTM, Kemenkes RI, 2014
C. Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posbindu PTM,
Kemenkes RI, 2014

56
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

D. Buku Pintar Posbindu PTM Seri 2, 2014


E. Buku Pintar Posbindu PTM Seri 6, 2014

V. LANGKAH LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


A. LANGKAH-LANGKAH :
Presentasi
- Fasilitator menjelaskan secara singkat tujuan
pembelajaran, pokok bahasan dan metode yang
digunakan.
- Fasilitator menyampaikan masing-masing pokok bahasan
dengan menggunakan tayangan powerpoint.

Curah Pendapat
Fasilitator memandu dan memfasilitasi peserta untuk secara
aktif berdiskusi dan tanya jawab mengenai PTM.

B. METODE :
1. Curah pendapat
2. Ceramah Tanya Jawab
3. Pemutaran Video

C. MEDIA :
1. Buku pintar
2. Power point
3. Video PTM

D. ALAT BANTU :
1. Laptop
2. LCD
3. Flipchart
4. Spidol
5. Video player

E. Durasi : 135 menit

57
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

VI. URAIAN MATERI


POKOK BAHASAN 1
FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR
Faktor risiko Penyakit Tidak Menular adalah suatu kondisi
yang secara potensial berbahaya dan dapat memicu terjadinya
penyakit tidak menular pada seseorang atau kelompok tertentu.
Faktor risiko Penyakit Tidak menular dibedakan menjadi 2
kelompok, yaitu:
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah, antara lain: umur, jenis
kelamin dan penyakit keturunan (genetik)
2. Faktor risiko yang dapat diubah, antara lain :
a. Faktor risiko perilaku, seperti : merokok, diet rendah
serat, konsumsi garam berlebih, kurang aktifitas fisik,
dan stress
b. Faktor risiko lingkungan : polusi udara, jalan raya dan
kendaraan yang tidak layak jalan, infrastuktur yang tidak
mendukung untuk pengendalian PTM serta stress sosial
c. Faktor risiko fisiologis, seperti : obesitas, gangguan
metabolisme kolesterol dan tekanan darah tinggi

Jika faktor risiko PTM yang dapat dirubah tidak dikendalikan,


maka secara alami penyakit akan berjalan menjadi fase akhir
PTM seperti penyakit Jantung koroner, stroke, Diabetes Mellitus,
PPOK, kanker, asma, gangguan cidera dan fungsional.
Sebelum menjadi fase akhir, PTM dapat dideteksi secara dini
dengan menemukan adanya faktor fisiologis seperti : obesitas,
tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, lemak darah tinggi,
benjolan payudara, lesi prakanker dan lain-lain.

58
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

POKOK BAHASAN 2
JENIS-JENIS PENYAKIT TIDAK MENULAR
1. PENYAKIT JANTUNG :
a. Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Pengertian :
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang
terjadi akibat penyempitan pembuluh darah koroner
dan dapat menyebabkan serangan jantung.

Gejala dan Tanda :


- Rasa tertekan seperti ditimpa beban berat , rasa sakit,
terjepit, atau terbakar di dada. Nyeri ini menjalar
ke seluruh dada, bahu kiri, lengan kiri, punggung
(di antara kedua belikat), leher dan rahang bawah
,terkadang di ulu hati sehingga dianggap sakit maag
- Dirasakan seperti tercekik atau rasa sesak
- Lamanya 20 menit bahkan lebih.
- Disertai keringat dingin, rasa lemah, berdebar,
terkadang sampai pingsan.

b. Stroke
Pengertian :
Stroke adalah kejadian sakit tiba-tiba yang ditandai
dengan adanya lumpuh pada sebagian sisi tubuh,
bicara pelo dan dapat disertai turunnya kesadaran yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah ke otak
akibat sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak.
Aliran darah ke daerah otak terputus karena gumpalan
darah, endapan plak atau karena pecahnya pembuluh
darah otak sehingga sel-sel otak mengalami kekurangan
oksigen serta energi dan menyebabkan kerusakan otak
permanen yang berakibat kecacatan-kematian dini.

59
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Gejala dan Tanda :


Penilaian Serangan Stroke dengan “SEGERA KE RS”
yaitu:
- Senyum yang tidak simetris
- Gerak anggota tubuh yang melemah atau tidak
dapat digerakkan secara tiba-tiba
- Suara yang pelo, parau atau menghilang
- Keseimbangan dan Kesadaran Terganggu
- Rabun atau Gangguan Penglihatan tiba-tiba
- Sakit Kepala

c. Hipertensi
Pengertian :
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu
keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg
dan atau tekanan diastolik ≥ 90 mmmHg. Seringkali
hipertensi terjadi tanpa gejala, sehingga pasien tidak
merasa sakit

Gejala dan Tanda :


- Sakit kepala
- Kelelahan
- Mual dan muntah
- Sesak napas
- Napas pendek (terengah-engah)
- Gelisah Pandangan menjadi kabur
- Mata berkunang-kunang
- Mudah marah
- Telinga berdengung
Sulit tidur
- Rasa berat di tengkuk

60
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

2. KANKER :
a. Kanker Payudara
Pengertian :
Kanker payudara adalah keganasan sel yang berasal dari
sel kelenjar dan jaringan penunjang payudara, namun
tidak termasuk kulit payudara.

Gejala dan Tanda :


- Adanya perubahan ukuran dan bentuk payudara
- Adanya lipatan atau cekungan pada kulit payudara
- Keluar cairan nanah atau darah dari putting susu
- Benjolan atau penebalan di dalam payudara
atau bawah lengan. Jika ada benjolan dan dapat
digerakkan seperti karet dan bergerak ketika ditekan
dengan jari, tidak perlu khawatir, tetapi jika benjolan
keras, bentuk tidak rata dan tidak terasa sakit dan
tidak bergerak ketika ditekan.

b. Kanker Leher Rahim


Pengertian :
Keganasan yang terjadi dan berasal dari sel leher rahim.

Gejala dan Tanda :


- Perdarahan saat berhubungan intim
- Perdarahan diluar masa menstruasi
- Keputihan yang berbau busuk
- Keputihan bercampur darah
- Nyeri saat berhubungan intim
- Nyeri panggul
- Gangguan saat Buang Air Kecil atau Besar

3. PENYAKIT DIABETES MELITUS


Pengertian :
Suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar gula
dalam darah melebihi nilai normal, yaitu hasil pemeriksaan

61
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

gula darah vena sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dL dan gula darah
vena puasa (GDP) ≤ 126 mg/dL.

Gejala dan Tanda :


Gejala klasiknya adalah :
- Banyak minum (polidipsi)
- Banyak makan (polifagi)
- Banyak kencing (poliuri)
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.

Seringkali disertai dengan gejala penyerta, seperti :


- Gatal-gatal
- Mengantuk
- Kesemutan
- Mata kabur
- Impotensi
- Keputihan pada wanita.

4. PENYAKIT PARU MENAHUN :


a. Penyakit Paro Obstruktif Kronik (PPOK)
Pengertian :
Penyakit kronik saluran napas yang ditandai dengan
hambatan aliran udara ke dalam paru-paru (khususnya
udara ekspirasi). Penyakit ini tidak sepenuhnya
reversibel (dapat kembali normal), bersifat progresif
(semakin lama semakin memburuk).

Gejala dan Tanda :


- Sesak napas
- Batuk berdahak kronik
- Gejala bersifat progresif lambat (semakin lama
semakin memburuk).

62
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

b. Asma Bronchiale
Pengertian :
Suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik
saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas
bronkus, sehingga menyebabkan gejala episodik
berulang berupa mengi, sesak napas, rasa berat
di dada, dan batuk terutama malam atau dini hari. Gejala
episodik tersebut timbul sangat bervariasi dan bersifat
reversibel (dapat kembali normal baik dengan atau tanpa
pengobatan).

Tanda dan Gejala :


- Batuk berdahak
- Sesak napas dan berbunyi (mengi)
- Ditemukan riwayat keluarga dengan asma dan alergi

5. GANGGUAN INDERA PENGLIHATAN DAN


PENDENGARAN
Gangguan Penglihatan dan Kebutaan
a. KATARAK
Pengertian :
Katarak menurut World Health Organization (WHO)
adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang
menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi
karena faktor usia namun dapat juga terjadi pada anak
– anak yang lahir dengan kondisi tersebut. Katarak juga
dapat terjadi setelah trauma, inflamasi atau penyakit lain-
nya.

Jenis Katarak berdasarkan Patogenesis /Penyebab :


• Katarak Senilis, yaitu katarak akibat proses degen-
erasi ketuaan, 90% dari kasus katarak
• Katarak Traumatika, yaitu akibat ruda paksa pada
lensa

63
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

• Katarak Komplikasi , yaitu katarak akibat penyakit


mata dan penyakit system sistemik seperti diabetes,
obat-obatan, gangguan metabolism dan lain-lain
• Katarak Kongenital, yaitu katarak sejak lahir

Gejala dan Tanda :


• Penglihatan/ pandangan mata kabur, suram atau
seperti ada bayangan awan atau asap
• Sulit untuk melihat pada malam hari
• Mata menjadi sangat sensitif terhadap cahaya
• Ada lingkaran putih saat memandang sinar
• Lensa kacamata sering tidak menjadi jelas atau
harus lebih sering berganti.
• Penglihatan mata menjadi ganda
• Membutuhkan cahaya terang untuk membaca atau
ketika beraktifitas
• Sering mengganti kacamata atau lensa kontak
karena ketidaknyamanan
• Warna memudar atau cenderung menguning saat
melihat
• Pandangan ganda jika melihat dengan satu mata

b. GLAUKOMA
Pengertian :
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola
mata meningkat sehingga mengakibatkan kerusakan
syaraf penglihatan.
Glaukoma merupakan penyakit bawaan dan/atau
degeneratif yang umumnya pada usia 40 (empat puluh)
tahunan serta menduduki peringkat kedua penyebab
kebutaan.

Gejala dan Tanda :


Rasa sakit hebat yang menjalar ke kepala disertai mual
dan muntah, mata merah dan bengkak, tajam penglihatan

64
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

sangat menurun dan melihat lingkaran-lingkaran seperti


pelangi.

Deteksi Dini Glaukoma


• Melakukan pengukuran tekanan bola mata secara
rutin setiap 3 tahun, terutama bagi orang yang
usianya di atas 40 tahun.
• Faktor risiko lain yang perlu diwaspadai adalah
mereka yang memiliki riwayat keluarga penderita
glaukoma, Myopia tinggi dgn DM atau Hipertensi
• Pemeriksaan mata rutin yang disarankan adalah
setiap enam bulan sekali, khususnya bagi orang
dengan risiko tinggi. Untuk mengukur tekanan bola
mata kerusakan mata yang diderita dilakukan tes
lapang pandang mata.
• Periksakan tekanan bola mata bila mata kemerahan
dan sakit kepala berat.

c. KELAINAN REFRAKSI
Pengertian :
Kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan sinar oleh
media penglihatan yang terdiri dari kornea, cairan mata,
lensa, badan kaca atau panjang bola mata, sehingga
bayangan benda dibiaskan tidak tepat di daerah makula
lutea tanpa bantuan akomodasi.
Faktor genetik menyumbang 30% peluang terhadap
kejadian gangguan refraksi. Disamping itu kelainan
refraksi disebakan oleh pola hidup dan pola diet yang tidak
sehat, seperti perilaku penggunaan gadget berlebihan,
kebiasaan membaca yang salah (penerangan kurang,
membaca sambil berbaring, huruf tulisan terlalu kecil,
dll), dan pola makan yang kurang mencukupi nutrisi untuk
mata.

65
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Ada 4 macam kelainan refraksi :


a) Hipermetropia, yaitu keadaan kelainan refraksi
dimana sinar-sinar sejajar yang masuk ke mata
tanpa akomodasi (dalam keadaan instirahat) dibias
di belakang retina, sehingga tajam penglihtan tidak
terfokus dengan baik. Keadaan ini dapat diperbaiki
dengan menggunakan kaca mata/lensa sferis plus
(+).
b) Miopi, yaitu kelainan refraksi dimana sinar-sinar
sejajar yang masuk ke dalam bola mata tanpa
akomodasi akan dibiaskan di depan retina, sehingga
tajam penglihatan menurun. Keadaan ini dapat
diperbaiki dengan menggunakan kaca mata/lensa
sferis minus (-).
c) Astigmatisme, yaitu suatu keadaan dimana meridien
komponen refraksi kurvaturanya tidak sama sehingga
sinar yang masuk bola mata tidak dapat difokuskan
pada satu titik di retina. Keadaan ini dapat diperbaiki
dengan menggunakan kacamata lensa silindris.
d) Presbiopia, yaitu suatu perubahan fisiologis pada
usia 40 tahun atau lebih dimana daya akomodasi
berkurang sehingga kemampuan untuk melihat
dekat/membaca berkurang. Keadaan ini dapat
dikoreksi dengan pemberian kacamata untuk jauh
(bila perlu) dengan tambahan lensa sferis (+) untuk
membaca.

Gangguan Pendengaran dan Ketulian


d. OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)
Pengertian :
Yang dimaksud dengan Otitis Media Supuratif Kronik
(OMSK) adalah infeksi ditelinga tengah, disertai robekan
(perforasi) membran timpani dan keluarganya sekret ke
telinga luar terus menerus atau hilang timbul.

66
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Gejala dan Tanda :


- OMA (Otitis Media Akut)
- Bisul dibelakang telinga
- Didahului ISPA (Pilek/rhinitis, faringitis, dll)

e. GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING


(NIHL)
Pengertian :
Tuli akibat bising adalah kurang pendengaran atau tuli
akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam
jangka waktu yang cukup lama, biasanya diakibatkan
oleh bising lingkungan kerja.

Gejala dan Tanda :


Riwayat bekerja di lingkungan bising (bandara, pelabuhan
laut, pabrik, bengkel, ruang praktek SMK Teknik mesin,
jalan raya dan lain-lain) terjadi ketulian secara perlahan-
lahan akibat pajanan bising, biasanya pada kedua telinga.

f. SUMBATAN SERUMEN
Pengertian :
Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea dan
kelenjar serumenosa bercampur epitel skuamosa yang
terdapat di kulit sepertiga luar liang telinga

Gejala dan tanda :


- Terdapat cairan di liang telinga
- Pendengaran berkurang jika daun telinga ditarik
- Telinga berdengung
- Rasa nyeri bila serumen menekan telinga

67
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

g. PRESBIKUSIS (GANGGUAN PENDENGARAN PADA


LANSIA)
Pengertian :
Tuli saraf jenis sensorineural (saraf) frekuensi tinggi
terutama diatas 2000 Hz. Umumnya terjadi pada usia
lanjut, simetris pada kedua telinga.

Gejala dan tanda :


- Berkurangnya kemampuan mendengar
- Berkurangnya kemampuan mengerti percakapan

VII. REFERENSI
A. Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus, Direktorat PPTM,
Ditjen PP dan PL, 2009.
B. Petunjuk Teknis Pengendalian Diabetes Melitus di Puskesmas,
Direktorat PPTM, Ditjen PP dan PL, 2012.
C. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Melitus,
Direktorat PPTM, Ditjen PP dan PL, 2010.
D. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit
Diabetes Melitus, Direktorat PPTM, Ditjen PP dan PL, 2009.
E. Kurikulum dan Modul Diabetes Melitus, Direktorat PPTM,
Ditjen PP dan PL, 2008.
F. Practical Approach to Lung Health (PAL), 2010.MPOWER,
WHO.
G. Pedoman Pengendalian PPOK, Direktorat PPTM, Ditjen PP
dan PL, 2011.
H. Pedoman Pengendalian DM, Direktorat PPTM, Ditjen PP dan
PL, 2009.
I. Buku Pintar Posbindu PTM Seri 2, Kemenkes RI, 2014
J. Buku Pintar Posbindu PTM Seri 6, Kemenkes RI, 2014.

68
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

K. Pedoman Teknis Penanggulangan Gangguan Penglihatan


& Kebutaan, Direktorat P2PTN, Ditjen P2P, Kemenkes RI,
2016.
M. Pedoman Teknis Penanggulangan Gangguan Pendengaran
& Ketulian, Direktorat P2PTN, Ditjen P2P, Kemenkes RI,
2016.

VIII. EVALUASI
PETUNJUK :
a. Diskusikan secara kelompok.
b. Fasilitator membagi 3 kelompok dan memberikan soal
sebagai berikut :

SOAL:
a. Apakah yang anda ketahui tentang Faktor Risiko PTM ?
b. Apa saja jenis-jenis Penyakit Tidak Menular (PTM) yang
diketahui ?

Fasilitator menjelaskan dan memberikan masukan untuk


perbaikan.

69
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

70
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

MATERI INTI 2
MATERI INTI 2
PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN
FAKTOR RISIKO PTM

71
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

72
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

MATERI INTI 2
PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN
FAKTOR RISIKO PTM

I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam melaksanakan pengendalian penyakit tidak menular
diperlukan cara pengukuran faktor risiko PTM pada seseorang
yang benar sehingga diperoleh informasi faktor risiko PTM
yang dimilikinya. Cara pengukuran tersebut diperoleh melalui
wawancara dan pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan
oleh kader pelaksana Posbindu PTM, kemudian apabila
didapatkan faktor risiko yang mengarah kepada PTM disarankan
agar melakukan konfirmasi lanjutan berupa pemeriksaan dan
penanganan di fasilitas kesehatan.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melaksanakan
pengukuran faktor risiko PTM
B. Tujuan Pembelajaran Khusus :
Setelah sesi ini selesai, peserta mampu :
1. Menjelaskan tahapan pengukuran faktor risiko PTM
2. Menjelaskan pengukuran dan pemeriksaan faktor risiko
PTM

III. POKOK BAHASAN DAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


A. Tahapan pengukuran faktor risiko PTM
B. Pengukuran dan pemeriksaan faktor risiko PTM

IV. BAHAN BELAJAR


1. Modul Pelatihan Posbindu PTM
2. Bahan Belajar (buku-buku yang berhubungan dengan materi
ini)

73
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

V. LANGKAH LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


a. LANGKAH-LANGKAH:
Presentasi
Fasilitator menjelaskan secara singkat tujuan pembelajaran,
pokok bahasan, dan metode yang digunakan (5 menit).
Fasilitator menjelaskan dan mendemonstrasikan pokok
bahasan 2 :Pengukuran dan pemeriksaan faktor risiko PTM
secara garis besar tentang
1. Wawancara
2. Tinggi Badan
3. Berat Badan
4. Lingkar Perut
5. Tekanan Darah
6. Kadar Gula Darah
7. Kadar Kolesterol
8. Gangguan indera penglihatan dan pendengaran
9. Arus Puncak Ekspirasi
10. Pemeriksaan Sadari dan IVA
dengan menggunakan bahan tayang (70 menit)

Bermain peran (105 menit)


- Fasilitator membagi peserta menjadi 6 kelompok, masing-
masing kelompok mendapat satu kasus untuk menyusun
skenario bermain peran (5 menit)
- Fasilitator memandu dan memfasilitasi peserta untuk
bermain peran (10 menit)
- Masing-masing kelompok bermain peran sesuai dengan
skenario (90 menit, @15 menit)

b. METODE :
1. Curah Pendapat
2. Ceramah Tanya Jawab

74
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

3. Demonstrasi
4. Bermain peran

c. MEDIA :
1. Modul
2. Bahan Tayang
3. Buku Monitoring FR PTM
4. Buku Pencatatan Hasil Kegiatan Posbindu PTM
5. Skenario

d. ALAT BANTU :
1. Laptop
2. LCD
3. Flipchart
4. Spidol
5. Meja
6. Kursi
7. Pita Ukur
8. Tensi Digital
9. Alat Ukur Tinggi Badan
10. Timbangan Berat Badan
11. Glukometer
12. Alat Ukur Lipid Darah
13. Peakflow meter
14. CO Analyzer
15. IVA Kit
16. Kartu E-Chart
17. Occluder atau penutup mata dengan pinhole
18. Tali pengukur, ukuran 6 meter

DURASI : 180 menit

75
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

VI. URAIAN MATERI


POKOK BAHASAN
PENGUKURAN FAKTOR RISIKO PTM
PENGUKURAN FAKTOR RISIKO PTM YANG DAPAT
DILAKUKAN OLEH PETUGAS PELAKSANA POSBINDU PTM
NON KESEHATAN :
A. CARA PENGUKURAN
1. Pengukuran dengan wawancara
Hal-hal yang perlu diwawancara berkaitan dengan faktor
risiko PTM antara lain : riwayat merokok, kebiasaan
minum minuman manis, kopi dan beralkohol, kegiatan
aktifitas fisik/olah raga, kebiasaan makan sayur dan
buah, kebiasaan makan dengan kandungan tinggi
karbohidrat, lemak tinggi dan asin, tekanan darah tinggi,
sering mengalami stres, riwayat penyakit dahulu dan
riwayat penyakit keluarga berkaitan dengan penyakit
tidak menular.
Pada saat wawancara perlu memperhatikan tata cara
pelaksanaan wawancara berikut:
a) Perkenalkan diri Anda kepada narasumber
sebelum wawancara dimulai dan kemukakan tujuan
wawancara.
b) Mulai wawancara dengan pertanyaan yang ringan
dan bersifat umum. Lakukanlah pendekatan tidak
langsung pada persoalan, misalnya lebih baik
tanyakan dulu soal kesenangan atau kebiasaan/
hobinya. Jika dia sudah asyik berbicara, baru
hubungkan dengan persoalan yang menjadi topik
Anda.
c) Dengarkan pendapat dan informasi secara saksama,
usahakan tidak menyela agar keterangan tidak
terputus. Jangan meminta pengulangan jawaban
dari narasumber.
d) Hindari pertanyaan yang berbelit-belit.

76
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

e) Harus tetap menjaga suasana agar tetap informatif.


Hindari pertanyaan yang menyinggung dan
menyudutkan narasumber.
f) Harus pandai mengambil kesimpulan, artinya tidak
semua jawaban dicatat.
g) Hasil dicatat pada kartu hasil.
h) Beri kesan yang baik setelah wawancara.
i) Jangan lupa ucapkan terima kasih.

2. Pengukuran dengan menggunakan alat


Pengukuran Kegemukan/ Obesitas
Untuk menentukan kegemukan/ obesitas diperlukan data
berat badan (BB), tinggi badan (TB), dan lingkar perut.
Dengan mengetahui BB dan TB, maka dihitung Indek
Massa Tubuh (IMT) dengan rumus :
BB (kg)
IMT =
TB2 (m)

a) Pengukuran Berat Badan


Timbangan berat badan sangat sederhana
penggunaannya, namun diperlukan pelatihan
oleh petugas kesehatan agar masyarakat/kader
kesehatan mengerti dan dapat menggunakannya
secara baik. Pedoman penggunaan timbangan berat
badan ini harus dipelajari dengan benar untuk hasil
yang optimal.
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam
menggunakan timbangan:
1). Persiapan :
(a) Ambil timbangan dari kotak karton dan
keluarkan dari bungkus plastiknya.
(b) Letakan alat timbang pada lantai yang keras
dan datar.

77
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

(c) Responden yang akan ditimbang diminta


membuka alas kaki dan jaket serta
mengeluarkan isi kantong yang berat seperti
kunci.
(d) Pastikan timbangan pada nilai pengukuran
pada angka 0.
2). Prosedur penimbangan :
(a) Responden diminta naik ke alat timbang
dengan posisi kaki tepat di tengah alat
timbang tetapi tidak menutupi jendela baca.
(b) Perhatikan posisi kaki responden tepat di
tengah alat timbang, sikap tenang (JANGAN
BERGERAK-GERAK) dan kepala tidak
menunduk (memandang lurus kedepan).
(c) Jarum di kaca jendela alat timbang akan
bergerak dan tunggu sampai diam/ tidak
berubah (STATIS).
(d) Catat angka yang ditunjuk oleh jarum
berhenti dan isikan pada Kartu Hasil berat
badan
(e) Minta responden turun dari alat timbang.
(f) Jarum pada alat timbang akan berada pada
posisi 0 secara otomatis.
(g) Untuk menimbang responden berikutnya,
ulangi prosedur a s/d f
(h) Demikian pula untuk responden berikutnya.

b) Pengukuran Tinggi Badan


Pengukuran tinggi badan (cm) dimaksudkan untuk
mendapatkan data tinggi badan semua kelompok
umur.
(1) Alat Pengukur tinggi badan : microtoise dengan
kapasitas ukur 2 meter dan ketelitian 0,1 cm.
(2) Prosedur Pengukuran Tinggi Badan

78
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

(a) Minta responden melepaskan alas kaki


(sandal/sepatu), topi (penutup kepala).
(b) Pastikan alat geser berada diposisi atas.
(c) Responden diminta berdiri tegak, persis
di bawah alat geser.
(d) Posisi kepala dan bahu bagian belakang,
lengan, pantat dan tumit menempel pada
dinding tempat microtoise di pasang.
(e) Pandangan lurus ke depan, dan tangan
dalam posisi tergantung bebas.
(f) Gerakan alat geser sampai menyentuh
bagian atas kepala responden. Pastikan
alat geser berada tepat di tengah kepala.
Dalam keadaan ini bagian belakang alat
geser harus tetap menempel pada dinding.
(g) Baca angka tinggi badan pada jendela baca
ke arah angka yang lebih besar (ke bawah).
Pembacaan dilakukan tepat di depan angka
(skala) pada garis merah, sejajar dengan
mata petugas.
(h) Apabila pengukur lebih rendah dari yang
diukur, pengukur harus berdiri di atas
bangku agar hasil pembacaannya benar.
(i) Pencatatan dilakukan dengan ketelitian
sampai satu angka dibelakang koma
(0,1 cm). Contoh 157,3 cm; 160,0 cm;
163,9 cm. Isikan ke dalam Buku Monitoring
FR PTM.

79
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Tabel 1. Cara Pengukuran Tinggi Badan dengan Microtoise

Yang perlu diperhatikan :


1. Keterbatasan microtoise adalah memerlukan
tempat dengan permukaan lantai dan dinding

80
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

yang rata, serta tegak lurus tanpa tonjolan atau


lengkungan di dinding.
2. Bila tidak ditemukan dinding yang rata dan
tegak lurus setinggi 2 meter, cari tiang rumah
atau papan yang dapat digunakan untuk
menempelkan microtoise.

c) Menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) dan BB


Ideal

BB (kg)
IMT =
TB2 (m)
Contoh :
BB = 50kg,
TB = 160cm;1,60m
IMT = 50/(1,60)2=50/2,56=19,53

Tabel 2. Nilai IMT dan Risiko Penyakit

No. Nilai IMT Klasifikasi Risiko Penyakit

1. ≤ 18,5 BB Kurang Rendah


2. 18,5 - 22,9 BB Normal Rata-rata
3. 23 - 24,9 Gemuk dengan Meningkat
risiko
4. 25,0 - 29,9 Obesitas Sedang
Tingkat I
5. ≥30 Obesitas Berbahaya
Tingkat II

* Mengacu pada standar WHO WPR/IASO/IOTF dalam


The Asia-Pasific Perspective : Redefining Obesity and its
Treatment, dan diadop Perkeni 2006.

81
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

3. Pengukuran lingkar perut


Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui
ada tidaknya obesitas abdominal/ sentral. Jenis obesitas
ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit
kardiovaskular dan diabetes melitus.
1) Alat yang dibutuhkan:
a) Ruangan yang tertutup dari pandangan umum.
Jika tidak ada gunakan tirai pembatas.
b) Pita pengukur
c) Spidol atau pulpen
2) Cara Pengukuran Lingkar Perut :

Tabel 3. Cara Pengukuran Lingkar Perut

1 Jelaskan pada responden tujuan


pengukuran lingkar perut dan tindakan
apa saja yang akan dilakukan dalam
pengukuran.

2 Untuk pengukuran ini responden


diminta dengan cara yang santun
untuk membuka pakaian bagian atas
atau menyingkapkan pakaian bagian
atas dan raba tulang rusuk terakhir
responden untuk menetapkan titik
pengukuran

3 Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk


paling bawah

82
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

4 Tetapkan titik ujung lengkung tulang


pangkal paha/panggul

5 Tetapkan titik tengah di antara


di antara titik tulang rusuk
terakhir titik ujung lengkung
tulang pangkal paha/panggul
dan tandai titik tengah tersebut
dengan alat tulis.

6 Minta responden untuk berdiri tegak


dan bernafas dengan normal (ekspirasi
normal).

7 Lakukan pengukuran lingkar perut


dimulai/diambil dari titik tengah kemudian
secara sejajar horizontal melingkari
pinggang dan perut kembali menuju titik
tengah diawal pengukuran.

8 Apabila responden mempunyai perut


yang gendut ke bawah, pengukuran
mengambil bagian yang paling buncit
lalu berakhir pada titik tengah tersebut
lagi.

9 Pita pengukur tidak boleh melipat dan


ukur lingkar pinggang mendekati angka
0,1 cm.

83
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Hal yang perlu diperhatikan:


1) Pengukuran lingkar perut yang benar dilakukan
dengan menempelkan pita pengukur diatas kulit
langsung. Pengukuran diatas pakaian sangat tidak
dibenarkan
2) Apabila responden tidak bersedia membuka/
menyingkap pakaian bagian atasnya, pengukuran
dengan menggunakan pakaian yang sangat tipis
(kain nilon, silk dll) diperbolehkan dan beri catatan
pada kuesioner
3) Apabila responden tetap menolak untuk diukur,
pengukuran lingkar perut tidak boleh dipaksakan dan
beri catatan pada kuesioner.

Tabel 4. Lingkar Perut dan Risiko Penyakit

No. Lingkar Perut Jenis kelamin Risiko Penyakit


1. ≥ 90 cm Laki-laki Meningkat
2. ≥ 102 cm Laki-laki Sangat meningkat
3. ≥ 80 cm Perempuan Meningkat
4. ≥ 88 cm Perempuan Sangat meningkat

4. Tekanan darah
a. Pengukuran Tekanan Darah dengan Tensimeter
Digital
Pengukuran ini untuk mendapatkan data tekanan
darah pada penduduk.
1) Alat dan Bahan:
a) Tensimeter Digital
b) Mancet besar
c) Batu baterai AA
2) Cara Pengukuran:
a) Prosedur sebelum pengukuran
1) Pemasangan baterai

84
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

(a) Balikkan alat, hingga bagian bawah


menghadap keatas.
(b) Buka tutup baterai sesuai tanda
panah.
(c) Masukkan 4 buah baterai “AA”
sesuai dengan arah yang benar.

Gambar 3. Pemasangan Baterai Pada Tensimeter


Digital

2) Penggantian baterai
(a) Matikan alat sebelum mengganti
baterai.
(b) Keluarkan baterai jika alat tidak
akan digunakan selama lebih dari
3 bulan.
(c) Jika baterai dikeluarkan >30 detik,
maka tanggal/ waktu perlu disetting
kembali.
(d) Buang baterai yang sudah tidak
terpakai pada tempat yang sesuai.
(e) Jika tanda baterai bersilang muncul,
segera ganti baterai dengan yang
baru.
(f) Walaupun tanda baterai bergaris
muncul, saat masih dapat
digunakan untuk mengukur
sebentar, akan tetapi baterai harus
segera diganti.

85
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

3) Prosedur pengukuran
a) Tekan tombol “START/STOP” untuk
mengaktifkan alat.

Gambar 4. Cara Mengaktifkan Tensimeter


Digital

b) Sebelum melakukan pengukuran tekanan


darah, responden sebaiknya menghindar
kegiatan aktivitas fisik seperti olah raga,
merokok, dan makan, minimal 30 menit
sebelum pengukuran. Dan juga duduk
beristirahat setidaknya 5- 15 menit sebelum
pengukuran.
c) Hindari melakukan pengukuran dalam
kondisi stres. Pengukuran sebaiknya
dilakukan dalam ruangan yang tenang dan
dalam kondisi tenang dan posisi duduk.
d) Pastikan responden duduk dengan posisi
kaki tidak menyilang tetapi kedua telapak
kaki datar menyentuh lantai. Letakkan
lengan kanan responden di atas meja
sehinga mancet yang sudah terpasang
sejajar dengan jantung responden.
e) Singsingkan lengan baju pada lengan bagian
kanan responden dan memintanya untuk
tetap duduk tanpa banyak gerak, dan tidak
berbicara pada saat pengukuran. Apabila
responden menggunakan baju berlengan
panjang, singsingkan lengan baju ke atas
tetapi pastikan lipatan baju tidak terlalu ketat

86
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

sehingga tidak menghambat aliran darah


di lengan.
f) Biarkan lengan dalam posisi tidak tegang
dengan telapak tangan terbuka ke atas.
Pastikan tidak ada lekukan pada pipa
mancet.
g) Ikuti posisi tubuh, lihat gambar dibawah.

Gambar 5. Posisi Pengukuran Tekanan Darah

h) Jika pengukuran selesai, manset akan


mengempis kembali dan hasil pengukuran
akan muncul. Alat akan menyimpan hasil
pengukuran secara otomatis.
i) Tekan “START/STOP” untuk mematikan
alat. Jika Anda lupa untuk mematikan alat,
maka alat akan mati dengan sendirinya
dalam 5 menit.

4) Prosedur penggunaan manset


a) Masukkan ujung pipa manset pada bagian
alat.
b) Perhatikan arah masuknya perekat manset.
c) Pakai manset, perhatikan arah selang.

Gambar 6. Cara Pemasangan Manset Pada


Tensimeter Digital

87
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

d) Perhatikan jarak manset dengan garis siku


lengan ± 1 ~ 2 cm.

Gambar 7. Cara Pemasangan Manset Pada


Lengan

e) Pastikan selang sejajar dengan jari tengah,


dan posisi lengan terbuka keatas.
f) Jika manset sudah terpasang dengan benar,
rekatkan manset.
g) Pastikan cara menggunakan manset dengan
baik dan benar, sehingga menghasilkan
pengukuran yang akurat.
h) Catat angka sistolik, diastolik dan denyut
nadi hasil pengukuran tersebut pada formulir
hasil pengukuran dan pemeriksaan.

Gambar 8. Contoh Angka Hasil Pengukuran


Tensimeter Digital

i) Pengukuran dilakukan dua kali, jarak antara


dua pengukuran sebaiknya antara 2 menit
dengan melepaskan mancet pada lengan.
j) Apabila hasil pengukuran satu dan kedua
terdapat selisih > 10 mmHg, ulangi
pengukuran ketiga setelah istirahat selama

88
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

10 menit dengan melepaskan mancet pada


lengan.
k) Apabila responden tidak bisa duduk,
pengukuran dapat dilakukan dengan posisi
berbaring, dan catat kondisi tersebut di
lembar catatan.

Tabel 5. Interpretasi Hasil Pengukuran


Tekanan Darah

No. Tekanan Darah Klasifikasi

1. < 120/<80 mm/Hg Normal


2. 120-139/80-90 mm/Hg Prehipertensi
3. 140-150/90-99 mm/Hg Hipertensi derajat 1
4. >160/>100 mm/Hg Hipertensi derajat 2

(JNC VII, 2003)

PENGUKURAN FAKTOR RISIKO PTM YANG DAPAT


DILAKUKAN OLEH PETUGAS PELAKSANA POSBINDU PTM
KESEHATAN :
1. Pemeriksaan Kadar Gula Darah Sewaktu, Kolesterol Total
dan Trigliserida
Cara menggunakan peralatan :
a. Cek kondisi alat dan bahan strip. Sesuaikan kode yang
tertera dalam pot penyimpanan strip dengan Kode yang
muncul di layar alat. Bila tidak sesuai tampilan segera
lakukan penyetelan agar kode alat dapat sesuai dengan
yang tertera dalam pot penyimpanan bahan strip.
b. Masukkan tes strip bila gambar strip tes muncul.
c. Bersihkan ujung jari (jari manis/tengah/telunjuk) dengan
kapas yang telah dibersihkan dengan alkohol, keringkan.
d. Tusukkan lancet/autoclix pada ujung jari secara tegak

89
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

lurus, cepat dan tidak terlalu dalam setelah dilakukan


pengusapan ujung jari dengan alkohol.
e. Usap dengan kapas steril kering setelah darah keluar
dari ujunng jari. Tekan ujung jari ke arah luar.
f. Sentuhkan satu/dua tetes darah sampai memenuhi
tengah medan test. Baca hasil yang muncul dilayar
monitor.

Sampel darah : Kapiler

Pengelolaan Sampah Infeksius:


Setelah dilakukan pengukuran, seluruh bahan habis pakai
dibuang dalam tempat sampah yang disediakan khusus
dan dapat ditanam/dikubur dalam lubang yang cukup dalam
ataupun dapat dikirimkan ke Puskesmas setempat untuk
dimusnahkan.

2. Peak Flow Meter


Peak flow meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur
kemampuan seseorang mengeluarkan udara dari paru secara
maksimal (arus puncak ekspirasi/ APE).

Pengukuran arus puncak ekspirasi ini bermanfaat untuk :


1. Deteksi dini gangguan saluran pernapasan (asma,
PPOK)
2. Menilai ada tidaknya sumbatan pada saluran pernapasan

Pengukuran arus puncak ekspirasi dilakukan pada pasien


usia ≥ 35 tahun dengan kriteria :
1. Perokok / mantan perokok (perokok yang telah berhenti
merokok minimal satu bulan, sebelum penilaian dilakukan)
2. Terpapar dengan polutan di tempat kerja, bahan kimia,
asap kayu bakar di dalam rumah
3. Mempunyai gejala atau keluhan : infeksi saluran
pernafasan berulang, keluhan batuk kronik berulang

90
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

dengan atau tanpa dahak, sesak nafas dengan atau


tanpa mengi, gejala pernapasan bersifat progresif.

Kelompok berisiko :
1. Usia pertengahan
2. Perokok, mantan perokok
3. Mempunyai gejala pernapasan (batuk, sesak)

Kelompok masyarakat yang bekerja di wilayah pertambangan


(batu bara, asbes), pabrik (asbes, baja, mesin, perkakas
logam, tekstil, kapas, semen dan bahan kimia) penggergajian
kayu, daerah pasca erupsi gunung berapi, daerah kebakaran
hutan, pekerja khusus (salon, cat, foto copy), polantas,
petugas penjaga pintu tol.

Peak Flow Meter


Fitur
1. Sensor
a. Mengukur arus puncak ekspirasi
b. Unit sensor dapat dipisahkan dari mesin dan dicuci
dengan tangan jika kotor
c. Tiriskan dan diamkan sehingga kering, sebelum
memasukkannya kembali
2. Bagian Utama
a. Menampilkan dan menyimpan hasil pengukuran
b. Jangan mencucinya
3. Tombol kontrol
a. M/F : ukur / fungsi
b. < : teruskan ke kiri
c. > : teruskan ke kanan
d. Save / Enter : simpan / masuk
4. Baterai / kompartemen
Menggunakan 3 (tiga) buah baterai AAA (1,5 Volt)

91
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Petunjuk Penggunaan Alat


1. Untuk pengukuran Arus Puncak Ekspirasi (APE)
Untuk mendapatkan nilai terbaik, dilakukan pengukuran
APE 3 (tiga) kali berturut-turut.
a. Pasang mouth piece di bagian input dari Peak Flow
Meter
b. Tekan tombol M/F
c. Tanda “L / MIN” disamping kanan angka 000 akan
berkedip
d. Setelah mengambil napas dalam, tahan napas
selama 2 – 5 detik
e. Tempatkan mulut pada mouth piece
f. Kemudian tiup dengan mulut sekeras dan secepat
mungkin (± 2 detik)
g. Unit akan berbunyi dalam 2 (dua) detik dan hasil
pengukuran akan muncul di layar, misal : 536 liter/
menit
h. Ulangi langkah b – g untuk pengukuran kedua dan
atau ketiga
i. Peak flow meter tidak akan mencatat hasil pengukuran
bila meniupnya pelan atau lebih dari 4 (empat) detik
j. Alat akan mengeluarkan bunyi beep 3 (tiga) kali
sebagai peringatan
k. Tekan tombol save / enter selama 2 (dua) detik, alat
akan mengeluarkan bunyi beep 3 (tiga) kali, dan
menyimpan secara otomatis nilai hasil pengukuran

2. Untuk mencari data yang disimpan


a. Tekan < untuk data lama, tekan > untuk data
berikutnya
b. Jika sudah tidak ada data berikutnya, maka akan
muncul “FFF” di layar

92
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

3. Fungsi tombol
a. Kembali ke fungsi pengukuran :
 Tekan M / F selama 2 (dua) detik
 Lalu tekan save / enter untuk kembali ke fungsi
pengukuran
b. Menghapus rekaman data:
 Tekan M/F selama ± 2 (dua) detik, “Clr” akan
muncul di layar
 Tekan save / enter untuk konfirmasi menghapus
semua rekaman data

Tabel 6 : Nilai APE yang normal pada laki-laki (liter/ menit)

93
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Tabel 7 : Nilai APE yang normal pada perempuan (liter/menit)

3. PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN


Definisi : Prosedur ini digunakan untuk mengukur
ketajaman penglihatan individu.
Alat yang diperlukan :
Kit Ophtalmologi Komunitas, yang terdiri dari :
1. Kartu E yang telah disederhanakan atau Tumbling E

94
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

2. Occluder atau penutup mata dengan pinhole flexible

3. Tali pengukur 6 meter dengan penanda/multiple


cincin di kedua ujungnya dan penanda pada 1 meter
& 3 meter

Tujuan pemeriksaan yaitu untuk mengukur ketajaman


penglihatan seseorang. Ketajaman penglihatan diukur
dengan ‘E’ Snellen optotypes ukuran 12 (VA 6/12), 18 (VA
6/18) dan 60 (VA 6/60) di 6 meter. Ukuran 60 juga dapat
digunakan pada jarak 3 atau 1 meter untuk mengukur VA
dari 3/60 dan 1/60 masing-masing. VA pengukuran terbaik
dilakukan di siang hari, di halaman atau di jalan. Jarak
diukur dengan tali/pita khusus dengan panjang 6 meter,
dengan sebuah cincin / simpul pada kedua ujungnya dan
satu di tengah-tengah (3 meter).

Metode Pengukuran Tajam Penglihatan

a) Perkenalkan diri dan berikan penjelasan singkat


cara pemeriksaan serta cara penggunaan occluder
atau penutup mata dan pinhole pada responden.
Responden diminta untuk menunjuk arah kaki huruf
E yang terlihat (arah ke atas, ke bawah, kanan,

95
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

atau kiri). Dapat dijawab dengan isyarat arah tangan


sesuai arah kaki huruf E.
b) Pemeriksa menempatkan satu cincin di jari sebagai
penanda, terperiksa/responden melakukan hal yang
sama dengan cincin di ujung pita lainnya.
c) Pemeriksaan dimulai dari mata kanan dengan mata
kiri tertutup tanpa menggunakan pinhole. Upayakan
mata tidak tertekan.
Catatan :
Ketika tes dilakukan upayakan mata responden
tidak memicing saat huruf tidak terlihat. Sarankan
untuk mengedipkan mata sebentar dengan tujuan
membasahi mata, karena kemungkinan mata kering
sehingga pandangan kabur
d) Pemeriksaan dimulai dari jarak 6 meter. Responden
diminta untuk menunjukkan arah kaki E, dimulai dari
huruf E yang paling besar terlebih dahulu. Tekniknya
adalah optotype atau kartu E diputar-putar sebelum
responden membaca, pemeriksa mengubah arah dari
ujung terbuka. Rotasi ini harus dalam berbagai arah
untuk menghindari responden menghafal. Kriteria
untuk visi pada tingkat tertentu 4 jawaban berturut-
turut yang benar, atau benar 4 dari 5 pemeriksaan.
e) Tes dilakukan sebanyak 4 kali, apabila jawaban
benar semua maka dilanjutkan pada tes yang lebih
sulit yaitu huruf yang lebih kecil.
f) Apabila terdapat kesalahan saat menjawab, ulangi
terlebih dahulu sampai dengan 5 kali. Minimal 4 dari
5 jawaban benar. Apabila kurang dari 3 jawaban yang
benar dari jarak 6 meter, catat di kartu pemeriksaan
pada kolom “tanpa pinhole” untuk hasil pemeriksaan
terakhir pada 6/60 (untuk huruf yang paling besar),

96
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

6/18 (untuk huruf ukuran sedang), atau 6/12 (untuk


huruf ukuran paling kecil).
g) Ulangi pemeriksaan pada jarak 3 meter dengan teknik
diatas apabila semua jawaban benar di jarak 6 meter.
Apabila responden dapat menjawab benar minimal 4
kali dari 5 tes, maka pemeriksaan dilakukan di jarak
1 meter dan pada kartu pemeriksaan di kolom “tanpa
pinhole” ditulis hasil pemeriksaan terakhir pada 3/60
(untuk huruf yang paling besar), 3/18 (untuk huruf
ukuran sedang), atau 3/12 (untuk huruf ukuran paling
kecil).
h) Ulangi pemeriksaan pada jarak 1 meter dengan
teknik diatas apabila semua jawaban benar di jarak
3 meter. Apabila responden tidak dapat menjawab
benar minimal 4 kali dari 5 tes, maka pada kartu
pemeriksaan di kolom “tanpa pinhole” ditulis hasil
pemeriksaan terakhir pada 1/60 (untuk huruf yang
paling besar), 1/18 (untuk huruf ukuran sedang),
atau 1/12 (untuk huruf ukuran paling kecil).
i) Mata dengan tajam penglihatan lebih baik daripada
6/12 tidak perlu diperiksa menggunakan pinhole.
Setiap mata dengan tajam penglihatan kurang
dari 6/12 harus diperiksa untuk ketajaman dengan
menggunakan pinhole. Jika orang tersebut memakai
kacamata, tempatkan pinhole di depan kacamata.
j) Catat hasil pengukuran terakhir pada kolom dengan
pinhole, kemudian lakukan pemeriksaan dengan
pinhole yang dimulai dari besar huruf terakhir
yang dapat dilihat responden. Misalkan tes terakhir
berhenti di jarak 3 meter dengan ukuran huruf paling
besar (3/60), maka pemeriksaan dengan pinhole
dimulai dari jarak 6 meter dengan huruf yang paling
kecil (6/12).

97
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

k) Lakukan tes dengan pinhole sesuai tahapan


sebelumnya.
l) Lakukan pemeriksaan yang sama untuk mata kiri.
m) Apabila ditemukan hasil pemeriksaan ≤ 3/60,
disarankan agar responden dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Angka 3/60 menunjukkan
bahwa responden mengalami gangguan penglihatan.

Klasifikasi gangguan penglihatan yang digunakan sesuai


dengan International Classification of Diseases (ICD-10),
1992 dan revisi yang diusulkan oleh WHO (lihat Tabel 1):
- Tajam penglihatan 6/12 atau lebih baik dianggap
sebagai penglihatan normal
- Gangguan penglihatan Awal, tajam penglihatan
kurang dari 6/12 tapi setidaknya 6/18.
- Gangguan penglihatan Moderat, tajam penglihatan
kurang dari 6/18 tapi setidaknya 6/60.
- Gangguan penglihatan berat, tajam penglihatan
kurang dari 6/60 tapi setidaknya 3/60.
- ‘Kebutaan’ mengacu pada ketajaman visual kurang
dari 3/60.

98
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Tabel 1
Definisi berdasarkan World Health Organization
(WHO – ICD10)

Kebutaan (WHO – ICD 10)


Early visual impairment (EVI) : Tajam penglihatan < 6/12 – 6/18 pada
mata terbaik dengan koreksi yang ada
atau dengan koreksi terbaik atau pinhole
Moderate visual impairment : Tajam penglihatan < 6/18 – 6/60 pada
(MVI) mata terbaik dengan koreksi yang ada
atau dengan koreksi terbaik atau pinhole
Severe visual impairment : Tajam penglihatan < 6/60 – 3/60 pada
(SVI) mata terbaik dengan koreksi yang ada
atau dengan koreksi terbaik atau pinhole
Blindness : Tajam penglihatan < 3/60 pada mata
terbaik dengan koreksi yang ada atau
dengan koreksi terbaik atau pinhole
Visual impairment : Tajam penglihatan < 6/18 pada mata
terbaik dengan koreksi yang ada atau
dengan koreksi terbaik atau pinhole
Functional Low Vision : Seseorang dengan low vision adalah
yang memiliki gangguan pada fungsi
visual walaupun telah dilakukan terapi
dan/atau koreksi refraksi, dan tajam
penglihatan kurang dari 6/18 hingga
persepsi cahaya, atau lapang pandang
kurang dari 10 derajat dari titik fiksasi,
yang menggunakan, atau potensial
menggunakan penglihatannya untuk
melakukan kegiatan sehari-hari.*

* Kondisi lapang pandang tidak dipertimbangkan pada survei ini

99
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

FORM PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN


Tulis jawaban pada kolom yang tersedia, sedangkan beri tanda centang
( √ ) pada lingkaran yang tersedia sesuai dengan hasil pemeriksaan.

Sumber :
Rif’ati, dr. Lutfah. Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) versi 6 di Indonesia Tahun 2015-
2016. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan. 2015.

100
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

4. Pemeriksa Klinis Payudara


1. Pertama-tama, perhatikan
payudara sendiri. Berdirilah
didepan cermin dengan tangan
disisi tubuh dan lihat apakah ada
perubahan pada payudara. Lihat
perubahan dalam hal ukuran,
bentuk atau warna kulit, atau jika
ada kerutan atau ceruk pada kulit.

2. Perhatikan kembali kedua


payudara, pertama dengan kedua
tangan diangkat di atas kepala,
kemudian dengan kedua tangan
menekan pinggang agar otot dada
berkontraksi. Bungkukkan badan
untuk melihat apakah kedua
payudara menggantung seimbang.

3. Tekan dengan lembut masing-


masing puting dengan ibu jari dan
jari telunjuk untuk melihat apakah
ada cairan yang keluar.

4. Kemudian, lakukan perabaan


payudara, dapat dilakukan
sambil berdiri atau berbaring.
Jika memeriksa payudara sambil
berbaring, akan lebih membantu
bila meletakkan sebuah bantal di
bawah pundak sisi payudara yang
akan diperiksa. Angkat lengan kiri
ke atas kepala. Gunakan tangan
kanan untuk menekan payudara kiri

101
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

dengan ketiga jari tengah (telunjuk,


tengah, manis). Mulailah dari
daerah puting susu dan gerakkan
jari-jari dengan gerakan memutar
di seluruh permukaan payudara.
Rasakan apakah terdapat
benjolan atau penebalan. Pastikan
untuk memeriksa area di antara
payudara, di bawah lengan
dan di bawah tulang selangka.
5. Angkat lengan kanan ke atas
kepala dan ulangi pemeriksaan
untuk payudara sebelah kanan
menggunakan tangan kiri. Jika
payudara memiliki benjolan, harus
diketahui berapa banyak benjolan
yang teraba dan lokasinya. Bulan
berikutnya, harus diperhatikan
apakah terdapat perubahan ukuran
maupun bentuk dibandingkan
dengan bulan sebelumnya.
6. Pemeriksaan Kanker Leher Rahim
dengan Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat (IVA)

Pemeriksaan inspeksi visual dengan asam asetat


(IVA) adalah pemeriksaan oleh dokter/bidan terlatih
dengan mengamati serviks yang telah diberi asam
asetat/asam cuka 3-5 % dengan penglihatan mata
langsung (mata telanjang). Pemberian asam asetat itu
akan mempengaruhi epitel abnormal. Hasil positif jika
ditemukan bercak putih seperti sariawan setelah 1 menit
dioleskan asam cuka tersebut.

102
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Pemeriksaan ini juga bisa mendeteksi secara awal


kelainan mulut rahim, seperti servisitis, cervical wart,
cairan keputihan abnormal, polip, serviks oedema,
hipertropi, pertumbuhan atau adanya tukak. Temuan
dicatat, juga sebaiknya digambar skematik.

Empat Langkah Pemeriksaan IVA

Untuk memudahkan memahami, dapat dilakukan singkatan


1. Kanker
2. SSK
3. IVA
4. Krioterapi

103
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

VII REFERENSI

A. Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus, Direktorat PPTM,


Ditjen PP dan PL, 2009.
B. Petunjuk Teknis Pengendalian Diabetes Melitus di Puskesmas,
Direktorat PPTM, Ditjen PP dan PL, 2012.
C. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Melitus,
Direktorat PPTM, Ditjen PP dan PL, 2010.
D. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Diabetes
Melitus, Direktorat PPTM, Ditjen PP dan PL, 2009.
E. Kurikulum dan Modul Diabetes Melitus, Direktorat PPTM, Ditjen
PP dan PL, 2008.
F. Practical Approach to Lung Health (PAL), 2010.
G. MPOWER, WHO.
H. Pedoman Pengendalian PPOK, Direktorat PPTM, Ditjen PP dan
PL, 2011.
I. Pedoman Pengendalian DM, Direktorat PPTM, Ditjen PP dan
PL, 2009.
J. High blood pressure, http://www.cdc.gov/dhdsp/data_statistics/
fact_sheets/ fs_bloodpressure.htm (diakses 13 Agustus 2014)
K. Heart attack, http://www.cdc.gov/dhdsp/data_statistics/fact_
sheets/docs/ fs_heartattack.pdf (diakses 13 Agustus 2014)
L. Stroke, http://www.cdc.gov/dhdsp/data_statistics/fact_sheets/fs_
stroke.htm (diakses 13 Agustus 2014)
M. Buku Pintar Posbindu PTM Seri 3, 2014
N. Rif’ati, dr. Lutfah. Rapid Assessment of Avoidable Blindness
(RAAB) versi 6 di Indonesia Tahun 2015-2016. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan. 2015.

VIII EVALUASI
Evaluasi pelatihan dilaksanakan dengan memainkan peran
penyelenggaraan Posbindu PTM.

104
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

MATERI INTI 3
UPAYA PENGENDALIAN
FAKTOR RISIKO
PENYAKIT TIDAK MENULAR

MATERI INTI 3

105
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

106
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

MATERI INTI 3
KONSELING FAKTOR RISIKO PTM

I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam pemantauan faktor risiko PTM melalui Posbindu PTM,
petugas pelaksana Posbindu PTM akan menemukan warga
sehat tanpa faktor risiko, berisiko dan penyandang PTM. Masing-
masing memerlukan informasi dan konseling sesuai kondisi yang
dialaminya. Oleh karena itu, petugas pelaksana Posbindu PTM
harus mampu melaksanakan konseling faktor risiko PTM dengan
tepat dan benar. Konseling faktor risiko PTM adalah upaya untuk
membantu para warga menemukan masalah yang berkaitan
dengan faktor risiko dan cara mengatasi sesuai kemampuan yang
dimiliki.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan pembelajaran umum :
Setelah mengikuti materi ini petugas pelaksana Posbindu
PTM mampu melakukan konseling faktor risiko PTM.
2. Tujuan pembelajaran khusus :
a. Pelaksana Posbindu PTM mengetahui tahapan dan
kegiatan konseling faktor risiko PTM
b. Petugas pelaksana Posbindu PTM mampu melakukan
kegiatan konseling faktor risiko PTM

III. POKOK BAHASAN DAN ATAU SUB POKOK BAHASAN:


1. Pengertian, Tahapan dan Teknik Konseling Faktor Risiko
PTM
2. Konseling Faktor Risiko PTM:
a. Upaya Berhenti Merokok
b. Aktivitas Fisik
c. Diet Sehat Gizi Seimbang

107
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

d. Pengendalian Stress
e. Pengobatan Tradisional

IV. BAHAN BELAJAR


1. Modul Pelatihan Posbindu PTM
2. Bahan Belajar (buku-buku yang berhubungan dengan materi
ini)

V. LANGKAH LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


A. LANGKAH-LANGKAH:
Presentasi
• Fasilitator menjelaskan secara singkat tujuan
pembelajaran, pokok bahasan dan metode yang
digunakan
• Fasilitator menyampaikan masing-masing pokok bahasan
dengan menggunakan tayangan powerpoint.

Diskusi Kelompok
Fasilitator memandu dan memfasilitasi warga untuk secara
aktif berdiskusi dan tanya jawab mengenai pokok bahasan.
Roleplay
Fasilitator memandu dan memfasilitasi warga untuk secara
aktif melakukan praktek konseling Faktor Risiko PTM.

B. METODE :
1. Curah pendapat
2. CTJ (Ceramah Tanya Jawab)
3. Demonstrasi
4. Role play

C. MEDIA :
1. Buku Pintar Posbindu PTM
2. Bahan tayang (slide powerpoint)
3. KIE
4. Angka Kecukupan Gizi

108
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

5. Status Mini Rokok


6. Kuesioner Adiksi Nikotin (Fagerstorm)
7. Skenario

D. ALAT BANTU :
1. Laptop
2. LCD
3. Flipchart
4. Spidol
5. Video player
6. Food model

E. DURASI : 225 menit

VI. URAIAN MATERI


POKOK BAHASAN 1
PENGERTIAN, TAHAPAN DAN TEKNIK KONSELING FAKTOR
RISIKO PTM
Pada kegiatan ke-5 dari Posbindu PTM, warga yang ditemukan
mempunyai faktor risiko harus mendapatkan konseling. Konseling
ditujukan untuk membantu menemukan masalah yang berkaitan
dengan faktor risiko yang dialami warga dan membantu mencari
jalan keluar untuk mengendalikan faktor risiko yang mungkin
dialaminya.

Konseling adalah pemberian bimbingan oleh yang ahli


(konselor) kepada seseorang (konseli) dengan menggunakan
metode psikologis dsb; pengarahan; atau pemberian bantuan oleh
konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman
terhadap kemampuan diri sendiri meningkat dalam memecahkan
berbagai masalah; penyuluhan.

109
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Tahapan Konseling dalam melaksanakan Posbindu PTM :


a. Memahami faktor risiko PTM;
b. Lebih banyak mendengarkan dan tidak mengarahkan atau
mengambil keputusan;
c. Menyapa dan menjalin hubungan dengan warga posbindu
PTM;
d. Menggali permasalahan mengapa terjadi faktor risiko
pada warga. Misalnya faktor risiko kegemukan biasanya
terjadi karena asupan berlebih, malas bergerak, makanan
selingan yang banyak kalori;
e. Membantu mencari cara mengatasi masalah yang dihadapi;
f. Membantu menetapkan tindak lanjut yang harus dilakukan
warga agar faktor risiko PTM dapat dikendalikan.

Langkah-Langkah Teknik Konseling :


Secara umum dan sederhana langkah-langkah disingkat dengan
“SATU TUJU”, yaitu Sambut, Tanyakan, Uraikan, banTU, Jelaskan
dan Ulangi.

SA : Sambut kedatangan warga dengan memberi salam dan


berikan perhatian (mulai menciptakan hubungan yang baik).

Teknik konseling :
 Sampaikan assalamualaikum, atau selamat pagi, apa
kabar dengan pandangan mata yang tertuju pada warga,
wajah tersenyum dan bersahabat
 Untuk anak remaja pakai bahasa yang sesuai
 Segera persilakan masuk dan duduk.

T :Tanyakan kepada warga untuk menjajagi pengetahuan,


perasaan dan kebutuhan warga terkait dengan bahaya
merokok bagi kesehatan

110
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Teknik konseling :
 Mulailah dengan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan
yang bersifat terbuka agar warga berbicara banyak
 Jadilah pendengar yang baik dan aktif, tunjukkan perhatian
sepenuhnya kepada warga, tatap matanya dan kemudian
lakukan refleksi isi, refleksi perasaan atau kombinasi
 Fokuskan pembicaraan pada topik bahasan, jangan
menggurui dan jangan menghakimi
 Pakai bahasa verbal dan non verbal.

U : Uraian informasi yang sesuai dengan masalah warga

Teknik konseling :
 Jelaskan pada warga tentang bahaya merokok bagi dirinya
maupun orang lain. Jelaskan pula keuntungan apabila
berhenti merokok
 Gunakan media KIE (komunikasi informasi dan edukasi)
misalnya: lembar balik, poster, leaflet, dan lain-lain agar
informasi yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami
warga
 Gunakan bahasa yang sederhana, jelas, singkat, nada
suara yang lembut dan jangan sekali-sekali mengambang.

TU : Bantu warga untuk memahami keadaan dirinya serta


permasalahannya dan menetapkan alternatif pemecahan
masalah.

Teknik konseling :
 Ajak warga dengan ramah melakukan kajian tentang
kondisi dan kehendaknya
 Bila anda mempunyai keterbatasan dalam menguasai
materi, tawarkan pada warga untuk melakukan konseling
pada orang yang lebih berkompeten. Lakukan rujukan pada
petugas konseling lain yang jelas nama dan alamatnya.

111
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

J : Jelaskan lebih rinci konsekuensi dan keuntungan dari setiap


alternatif pemecahan masalah.

Teknik konseling :
 Jelaskan pada warga secara singkat tentang bahaya
merokok bagi dirinya maupun orang lain. Jelaskan
pula keputusan yang sudah ditetapkan warga dengan
kesadarannya sendiri
 Katakan kapan akan datang lagi dan ingatkan bahwa anda
akan menghubunginya pada waktu yang akan datang
 Ucapkan terima kasih atas kedatangannya dan sampaikan
salam kepada warga sebelum berpisah.

U : Ulangi beberapa informasi penting dan ingatkan bila warga


harus melakukan kunjungan ulang atau rujuk ke tempat
pelayanan lain bila diperlukan.

Teknik konseling :
 Ajak warga melakukan kajian konsekuensi dan penetapan
keputusan
 Tumbuhkan niat dan rasa percaya diri warga untuk
melakukan keputusannya
 Jelaskan pada warga bahwa anda selalu membantu warga
apabila ada kesulitan

112
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

POKOK BAHASAN 2
KEGIATAN KONSELING FAKTOR RISIKO PTM
SUB POKOK BAHASAN 1
UPAYA BERHENTI MEROKOK
a. Dampak Merokok
Rokok dan produk tembakau yang dikonsumsi manusia
umumnya merupakan daun tanaman (Nicotiana tabacum,
nicotiana rustica dan spesies lainnya ) yang dibakar, dihisap,
dihirup atau dikunyah. Terdapat 2550 bahan kimia dalam daun
tembakau olahan.Beberapa bahan kimia cepat menimbulkan
gangguan kesehatan, kerusakan paru dan melemahnya stamina.
Bila dibakar, asap rokok mengandung sekitar 4000 zat kimia,
43 di antaranya beracunseperti nikotin (pestisida), CO (gas
beracun), tar (pelapis aspal), arsen (racun semut), DDT
(insektisida), HCN (gas racun), formalin (pengawet mayat),
ammonia (pembersih lantai), cadmium (batubaterai), dan sejumlah
bahan radioaktif.
Produk tembakau apapun bentuknya berbahaya untuk
kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat.Bahaya
terhadap kesehatan perorangan dibedakan atas perokok aktif dan
perokok pasif. Pada perokok aktif, bahaya mengancam segenap
organ tubuh sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini,
dengan gangguan fungsi hingga kanker, seperti pada jantung dan
pembuluh darah (penyakit jantung koroner dan stroke), saluran
pernafasan (PPOK, asma dan kanker paru), saluran cerna (kanker
mulut, kanker lidah dan kanker nasofaring), dan gangguan sistem
reproduksi dan kehamilan (kecacatan janin, keguguran, infeksi
panggul dan kanker serviks) serta organ lainnya. Perokok pasif
terancam mengalami gangguan fungsi hingga timbulnya kanker
pada organ-organ tubuh perokok pasif dewasa dan anak.

113
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Gambar 8. Risiko Penyakit AKibat Merokok

b. Manfaat berhenti merokok

c. Manfaat Upaya Berhenti Merokok


1) Kesehatan
Risiko kematian akan jauh lebih berkurang dengan
menghentikan perilaku merokok, sejak 20 menit pertama
manfaat berhenti merokok sudah mulai ada, sehingga makin
cepat seseorang berhenti merokok akan mendapatkan
banyak manfaat serta memberikan usia harapan hidup yang
lebih panjang, secara umum dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:

114
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Tabel 1. Manfaat Berhenti Merokok

2) Mental dan Sosial


Hasil penelitian di Inggris dan Amerika menunjukkan bahwa
seorang mantan perokok akan lebih dihormati dibanding
orang yang masih merokok. Mantan perokok perempuan
akan dipandang lebih bijak, lebih berdisipin diri, dan lebih
menarik. Di Indonesia, Walikota Padang Panjang, Sumatera
Barat memberikan sertifikat penghargaan kepada warganya
sebagai apresiasi terhadap keberhasilan berhenti merokok
dan bagi rumah bebas asap rokok. Walikota Bogor, Jawa
Barat memberikan PIN penghargaan dengan beberapa
tingkatan menurut durasi berhenti merokok. Walikota

115
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Balikpapan, Kalimantan Timur memberikan penghargaan


berupa plakat kepada mantan perokok dan Ketua RT yang
mengembangkan lingkungan bebas asap rokok.

3) Ekonomi
Di Indonesia terdapat lebih dari 50 juta orang yang
membelanjakan uangnya secara rutin untuk membeli
rokok. Data tahun 2010 memperlihatkan keluarga termiskin
membelanjakan 12%, sementara keluarga terkaya sebesar
7% pengeluaran bulanannya untuk membeli rokok. Berbagai
penelitian telah membuktikan bahwa kebiasaan merokok
akan menurunkan kemampuan ekonomi keluarga miskin yang
banyak terdapat di negara berkembang. Berhenti merokok
akan memberikan peluang lebih besar dalam mengalokasikan
sumber daya keuangan untuk menyediakan makanan bergizi
bagi keluarga, pendidikan dan upaya memperoleh pelayanan
kesehatan

d. Kecanduan/ Adiksi Nikotin


Adiksi/ kecanduhan nikotin merupakan salah satu faktor kendala
berhenti merokok dari aspek biologis atau fisiologis. Nikotin
menempati ranking pertama yang menyebabkan kematian, adiksi,
dan tingkat kesulitan untuk tidak menggunakan lagi dibandingkan
dengan 4 zat lain seperti kokain, morfin, kafein dan alkohol. Adiksi
nikotin dapat membuat klien kembali merokok meskipun telah
mengalami berbagai penyakit.Hal ini ditunjukkan oleh terjadinya
kekambuhan merokok.
Nikotin mempengaruhi perasaan, pikiran, dan fungsi pada tingkat
seluler. Dalam waktu 4-10 detik setelah seorang perokok menghisap
sebatang rokok, nikotin pada asap rokok dapat mencapai otak.
Konsentrasi nikotin meningkat 10 kali lipat dalam sirkulasi arteri
sistemik setiap hisapan rokok.Saat seseorang menghisap asap
rokok, nikotin terekstraksi dari tembakau, terbawa masuk ke
dalam sirkulasi arteri dan sampai ke otak. Nikotin berdifusi cepat

116
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

ke dalam jaringan otak dan terikat dengan reseptor asetilkolin


nikotinik (nAChRs) subtipe α4β2 dan melepaskan dopamin yang
memberikan rasa nyaman.
Efek fisiologis ini yang seringkali membuat seorang perokok ingin
kembali merokok seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar . Siklus Adiksi Nikotin

Berhenti merokok bagi perokok merupakan pengalaman yang


tidak menyenangkan atau lebih ekstrim menyengsarakan secara
psikologis. Bagian paling sulit dari berhenti merokok adalah
kemampuan untuk menahan diri dari kebiasaan yang dilakukan
karena telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari
mereka seperti merokok setelah bangun pagi, sebelum sarapan
dan selama mereka istirahat di tempat kerja dan lain-lain. Perilaku
merokok ini terbentuk dari waktu/jam tertentu, jumlah rokok dan
jenis rokok.
Gejala yang timbul saat berhenti merokok sangat erat kaitannya
dengan faktor perilaku dan psikologis sehingga menjadi penting
melakukan pendekatan psikologis dan terapi perilaku. Tidak
adanya dukungan orang terdekat seperti teman atau keluarga
dapat menurunkan motivasi seseorang untuk berhenti merokok.

117
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Klien akan mencoba kembali merokok setelah berhasil berhenti


untuk sementara waktu atau tidak juga berhasil mengurangi
jumlah rokok yang dihisapnya tiap hari menjelang tanggal berhenti
yang telah ditetapkan. Pada keadaan ini perlu dipertimbangkan
peran teman-teman dan keluarganya yang mungkin masih bisa
membantu. Lingkungan yang tidak mendukung untuk berhenti
merokok akan memberikan stimulasi untuk tetap merokok
sehingga klien akan sulit untuk melepaskan merokok.

Gambar . Tips Berhenti Merokok

118
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

a. Teknik Konseling Pendekatan 3T dalam Upaya Berhenti


Merokok
Untuk membantu seseorang dalam upaya berhenti merokok,
di Posbindu PTM diperkenalkan dengan istilah Pendekatan
3 T yaitu:
(1T) Tanyakan,
(2T) Telaah,
(3T) Tolong dan Nasehati,
hal ini penting dan sangat diperlukan oleh tenaga pelaksana
Posbindu PTM. Pelaksana posbindu PTM bertanya kepada
peserta Posbindu apakah yang bersangkutan perokok atau
bukan, tanyakan apakah ada anggota keluarga yang merokok
di rumah. Apabila merokok dilanjutkan Telaah, apakah ada
keinginan untuk berhenti merokok, lalu Tolong dan nasehati
untuk berhenti merokok dan mewujudkan lingkungan rumah
bebas asap rokok.
Langkah 2T pertama ini dilakukan untuk memastikan,
apakah peserta Posbindu perokok dan mengkaitkannya agar
perokok tersebut dapat berupaya untuk berhenti merokok.
Jika perokok berkeinginan untuk berhenti merokok maka
sebagai pelaksana posbindu harus membantu (Tolong) untuk

119
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas), guna


dilakukan pengukuran kadar CO pernapasan, arus puncak
ekspirasi/APE, kadar nikotin dalam urine, dan konseling
berhenti merokok. Jika tidak ada keinginan untuk berhenti
merokok, perlu diberikan motivasi.

SUB POKOK BAHASAN 2


AKTIVITAS FISIK
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh dengan tujuan
meningkatkan dan mengeluarkan tenaga dan energi. Kurangnya
aktivitas fisik dapat menentukan kebugaran jasmani sedangkan
kebugaran jasmani dapat menggambarkan kondisi fisik seseorang
untuk mampu melakukan kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas
sehari-hari. Makin tinggi tingkat kebugaran jasmani seseorang makin
tinggi kemampuan fisik dan produktivitas kerjanya, misalnya seseorang
masih sanggup melakukan aktivitas fisik rutin dan mengisi waktu
senggangnya serta masih memiliki cukup tenaga untuk menghadapi
hal-hal yang bersifat mendadak. Selain itu masih mampu mengatasi
stres lingkungan yang dapat menganggu kesehatannya.
Dalam kegiatan sehari-hari contoh aktivitas fisik yang dapat
meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi adalah mencuci,
menyetrika, memasak, berkebun, mencuci mobil, dan lain-lain.
Sedangk an contoh aktivitas fisik yang dilakukan secara terukur dan
teratur dan mudah untuk dilakukan sehari-hari adalah berjalan kaki,
jogging, senam, bersepeda, renang, dan lain-lain.
Aktivitas fisik sebaiknya dilakukan minimal 5 kali 30 menit dalam
seminggu atau 3 kali 50 menit dalam seminggu.

Bagaimana beraktivitas fisik yang baik ?


Aktivitas fisik sebaiknya dilakukan secara baik, benar, teratur
dan terukur, serta pilihlah olahraga yang aman, mudah, murah dan
diminati agar terhindar dari risiko cidera dan gangguan kesehatan

120
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

lainnya, seperti jalan cepat, jogging / lari, senam, renang, bersepeda,


bulu tangkis, dan lain-lain sebagai contoh :
 Membersihkan rumah selama 10 menit, dua kali dalam sehari
ditambah 10 menit bersepeda atau jalan cepat
 Turun dari bus lebih awal menuju tempat kerja dan melanjutkan
jalan kaki sampai 20 menit, dan pada saat pulang berhenti di halte
yang menghabiskan 10 menit berjalan kaki
 Membatasi kegiatan yang menghabiskan waktu tanpa aktivitas
fisik, seperti menonton TV, main komputer dan Game terlalu
lama.

SUB POKOK BAHASAN 3


DIET SEHAT GIZI SEIMBANG
Gizi seimbang adalah susunan hidangan sehari-hari yang
mengandung berbagai zat gizi dalam jumlah dan kualitas yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh, untuk dapat hidup secara optimal.
Kebutuhan gizi seseorang ditentukan berdasarkan umur, jenis
kelamin, aktivitas fisik serta kondisi khusus (hamil dan menyusui).
Angka kebutuhan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan
seseorang (individu) untuk mencapai dan mempertahankan status
gizi adekuat. Berbeda dengan angka kecukupan gizi atau Angka
Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG), yaitu tingkat konsumsi
zat-zat gizi esensial yang dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan
gizi hampir semua orang sehat di suatu negara atau kecukupan gizi
untuk rata-rata penduduk.
Untuk memenuhi kebutuhan gizi dalam sehari, anda perlu
mengetahui :
 Kebutuhan energi (kalori)
 Daftar bahan makanan penukar
 Kebutuhan bahan makan sehari anda dalam penukar

121
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Diet Sehat dan Gizi Seimbang


 Makan makanan yang bervariasi (sumber tepung-tepungan lauk-
pauk, sayuran dan buah-buahan). Jumlah dan jenis makanan
yang dianjurkan sehari-hari adalah 3 makan utama (pagi, siang
dan malam) yang terdiri dari :
- 1 piring nasi atau penukarnya
- 1 potong ikan/ ayam/ daging atau penukarnya
- 1 potong tempe/ tahu atau penukarnya
- 1 mangkok sayuran atau penukarnya
- Buah-buahan

 Diantara waktu makan utama dapat ditambah dengan 2 kali


makanan selingan pada waktu siang dan sore.
 Batasi makan makanan berlemak, maksimal 5 sendok makan
minyak dalam sehari
 Batasi makan makanan manis/ gula, maksimal 4 sendok makan
gula dalam sehari
 Batasi makan makanan asin/ garam, maksimal 1 sendok teh
garam dalam sehari
 Minum air putih minimal 10 gelas per hari

Cara Menghitung Kebutuhan Kalori Sehari


1. Ketahui Berat Badan (dalam kg) dan Tinggi Badan (dalam m)
2. Hitung status gizi atau Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT = BB (kg)
TB (m) 2

3. Hitung Berat Badan Ideal (BBI)


BBIdeal = (Tinggi Badan – 100) – 10% (Tinggi Badan – 100)

Bila Pria TB < 160 cm dan perempuan < 150 cm tidak perlu
dikurangi 10%, sehingga rumusnya menjadi : BBI = ( Tinggi
Badan – 100)

122
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

4. Ketahui kebutuhan kalori per Kg BB Ideal berdasarkan jenis


kelamin
Tabel. Kebutuhan Kalori per Kg BBI Berdasarkan Jenis Aktivitas
Fisik Status Gizi

Jenis Kelamin Kalori per Kg BB


Laki-laki 30
Perempuan 25

5. Ketahui Jenis Aktivitas


Tabel. Pengelompokan Aktivitas pada Perempuan dan Laki-laki

Contoh perhitungan :
Seorang laki-laki berusia 30 tahun memiliki tinggi badan 170 cm
dan berat badan 70 kg bekerja sebagai pegawai kantor.
IMT = 70
(1,7)2
= 24,2 pre obesitas

123
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

BB Ideal = ( 170 – 100 ) – 10% ( 170 – 100 )


= 70 – 10% (70)
= 70 – 7 = 63 kg
Kebutuhan kalori sehari = 63 kg x 30 kalori x 1,58
= 2986,2kalori

Daftar Bahan Makanan Penukar


Daftar Bahan Makanan Penukar (DBMP) adalah penggolongan
bahan makanan berdasarkan nilai gizi yang setara.Penggunaan
DBMP dimaksudkan untuk memudahkan dalam menyusun menu
yang bervariasi dan sesuai dengan kebutuhan energi dan zat
gizi.Pengelompokkan bahan makanan pada DBMP berdasarkan
pada peranannya dalam pola menu makanan seimbang dan zat
gizi yang dikandungnya.
Untuk memudahkan penggunaan, bahan makanan dalam daftar
ini juga dinyatakan dengan alat ukuran dalam rumah tangga.
Di bawah ini dicantumkan keterangan singkatan ukuran rumah
tangga.
bh = buah g = gram
bj = biji kcl = kecil
btg = batang ptg = potong
btr = butir sdg = sedang
bsr = besar sdm = sendok makan
gls = gelas sdt = sendok the

124
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Penukar 1 : Sumber Karbohidrat


1 satuan penukar mengandung 175 kkal, 4 g protein, 40 g
karbohidrat

125
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Penukar 2 : Sumber Protein Hewani


a. Rendah Lemak
1 satuan penukar mengandung 50 kkal, 7 g protein, 2 g lemak

b. Lemak Sedang
1 satuan penukar mengandung 75 kkal, 7 g protein, 5 g lemak

126
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

c. Tinggi Lemak
1 satuan penukar mengandung 150 kkal, 7 g protein, 5 g
lemak

Penukar 3 : Sumber Protein Nabati


1 satuan penukar mengandung 75 kkal, 5 g protein, 3 g lemak, 7
g karbohidrat

Penukar 4 : Sayuran
Sayuran A
Bebas dimakan, kandungan energi dapat diabaikan
Baligo, gambas (oyong), jamur kuping segar, ketimun, labu air,
lobak, selada air, selada, tomat

127
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Sayuran B
1 satuan penukar – 1 gls (100 g) mengandung 25 kkal, 1 g protein,
5 g karbohidrat
Bayam, bit, buncis, brokoli, caisim, daun pukis, daun wuluh,
genjer, jagung muda, jantung pisang, kol, kembang kol, kapri
muda, kangkung, kucai, kacang panjang, kecipir, labu siam, labu
wuluh, pare, pepaya muda, rebung, sawi, tauge kacang hijau,
terong, wortel.

Sayuran C
1 satuan penukar – 1 gls (100 g) mengandung 50 kkal, 3 g protein,
10 g karbohidrat
Bayam merah, daun katuk, daun melinjo, daun pepaya, daun
singkong, daun talas, kacang kapri, kluwih, melinjo, nangka muda,
tauge kacang kedelei.

Penukar 5 : Buah
1 satuan penukar mengandung 50 kkal, 5 g protein, 12 g karbohidrat

128
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

*gula tidak mengandung vitamin dan mineral, sedangkan buah


merupakan sumber vitamin dan mineral

Penukar 6 : Susu
a. Susu tanpa lemak
1 satuan penukar mengandung 75 kkal, 7 g protein, 6 g lemak, 10
g karbohidrat

Bahan Makanan urt Berat (g)


Susu skim cair 1 gls 200
Susu skim bubuk 4 sdm 20
Yoghurt non fat 2/3 gls 120

b. Susu rendah lemak


1 satuan penukar mengandung 125 kkal, 7 g protein, 6 g lemak,
10 g karbohidrat

Bahan Makanan urt Berat (g)


Keju 1 ptg kcl 35
Susu kambing ¾ gls 165
Susu sapi 1 gls 200
Susu kental tak manis ½ gls 100
Youghurt susu penuh 1 gls 200

c. Susu tinggi lemak


1 satuan penukar mengandung 150 kkal, 7 g protein, 10 g lemak,
10 g karbohidrat

Bahan Makanan urt Berat (g)


Susu kerbau ½ gls 100
Susu penuh bubuk 6 sdm 30

129
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Penukar 7 : Lemak
1 satuan penukar mengandung 50 kkal, 7 g protein, 5 g lemak
a. Lemak tidak jenuh

Bahan Makanan urt Berat (g)


Avokad ½ bh bsr 60
Kacang almon 7 bj 10
Margarin jagung 1 sdt 5
Minyak bunga matahari 1 sdt 5
Minyak jagung 1 sdt 5
Minyak kacang tanah 1 sdt 5
Minyak kedelai 1 sdt 5
Minyak zaitun 1 sdt 5

b. Lemak jenuh

Bahan Makanan urt Berat (g)


Kelapa 1 ptg kcl 15
Kelapa parut 2 ½ sdm 15
Lemak babi / sapi 1 ptg kcl 5
Mentega 1 sdt 5
Minyak kelapa 1 sdt 5
Minyak inti kelapa sawit 1 sdt 5
Santan 1/3 gls 40

Penukar 8 : Makanan Tanpa Energi


Agar-agar, air kaldu, air mineral, cuka, gelatin, gula alternatif (aspartam,
sakarin), kecap, kopi, teh.

130
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Kebutuhan Bahan Makan Sehari Dalam Penukar


A. Menu 1200 kkal

Keterangan :* Ukuran Rumah Tangga

131
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

B. Menu 1500 kkal

Keterangan :* Ukuran Rumah Tangga

132
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

C. Menu 1700 kkal

Keterangan :* Ukuran Rumah Tangga

133
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

D. Menu 1900 kkal

Keterangan :* Ukuran Rumah Tangga

134
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Food Model
Dalam melakukan penyuluhan dan konseling diet sehat gizi
seimbang diperlukan sarana untuk membantu menerangkan kepada
peserta Posbindu PTM agar dapat lebih mengerti, lebih memahami
dan mau melakukan apa yang dianjurkan dalam memilih, mengolah
dan mengonsumsi makanan berupa alat tiruan/model bahan makanan/
makanan yang disebut dengan food model.

Gambar 5. Food Model

Diet pada Obesitas


Bila ada warga Posbindu PTM dengan obesitas, maka disarankan
untuk :
• Makan teratur dengan gizi seimbang
• Kurangi makan makanan sumber energi atau makanan yang
mengandung energi tinggi seperti :
o Makanan berminyak, berlemak dan bersantan
o Makanan manis
o Minuman beralkohol
• Makan banyak sayuran dan buah-buahan, minimal 5 porsi sehari
• Menurunkan berat badan tidak lebih dari 2 kg per bulan
• Meningkatkan aktivitas fisik secara teratur dan terukur, minimal
5 kali 30 menit dalam seminggu

135
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Diet pada Hipertensi


Tujuan diet pada hipertensi :
• Menurunkan atau mempertahankan tekanan darah sehingga
mencapai batas normal
• Mencegah / menghilangkan penimbunan garam

Cara pengaturan makan :


1. Batasi bahan makanan sumber natrium (garam)
2. Batasi makanan yang diawetkan
3. Cukup makan sayuran dan buah-buahan
4. Dalam memasak sebaiknya gunakan mentega yang tidak
mengandung garam
5. Gunakan bumbu-bumbu alami, seperti bawang merah, bawang
putih, kunyit, daun salam, asam, dan lain-lain.

Tabel. Bahan Makanan Dengan Kandungan Garam

136
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Diet pada Diabetes Melitus


Tujuan diet pada Diabetes Melitus adalah untuk mempertahankan
kadar gula darah sampai batas normal.

Cara pengaturan makan :


1. Batasi penggunaan karbohidrat kompleks, seperti nasi, lontong,
roti, ketan, jagung, kentang dan lain-lain
2. Hindari konsumsi sumber karbohidrat yang mudah diserap seperti:
• gula pasir, gula jawa,
• sirup, selai, manisan buah, susu kental manis, minuman
ringan, es krim,
• kue-kue manis, dodol, cake, bolu, abon
3. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak
diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu.
4. Penggunaan gula alternative dalam jumlah terbatas.

Diet pada Hiperkolesterol


Tujuan diet hiperkolesterol adalah untuk menurunkan asupan kolesterol
makanan serta menurunkan berat badan bila kegemukan.

Cara pengaturan makan :


1. Bila kegemukan, lebih dulu dilakukan penurunan berat badan dan
meningkatkan aktivitas fisik.
2. Makan makanan tinggi serat, terutama beras merah, havermout
dan kacang-kacangan.
3. Hindari bahan makanan seperti :
• Produk makanan jadi : cake, biscuit, krakers berlemak, dan
kue-kue berlemak
• Daging kambing, jeroan, otak, sosis, sarden, kuning telur
(maksimal 3 butir/minggu), susu kental manis, susu full
cream,keju, es krim
• Makanan yang dimasak dengan santan dan digoreng
• Buah-buahan yang diawetkan seperti buah kaleng dan buah
kering
• Mentega, mayones, krim, santan kental

137
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

SUB POKOK BAHASAN 4


PENGENDALIAN STRES
Kita sering mendengar tentang stres sebagai suatu akibat yang
negatif dalam kehidupan yang modern ini. Stres merupakan suatu
respon adaptif individu terhadap situasi yang diterima seseorang
sebagai suatu tantangan atau ancaman keberadaannya. Secara
umum orang yang mengalami stres merasakan perasaan khawatir,
tekanan, letih, ketakutan, elated, depresi, cemas dan marah. Terdapat
tiga aspek gangguan seseorang yang mengalami stres yaitu gangguan
dari aspek fisik, aspek kognitif (pemikiran) dan aspek emosi. Gejala
fisik yang dialami seseorang yang stress ditandai dengan denyut
jantung yang tinggi dan tangan berkeringat, sakit kepala, sesak napas,
nause or upset tummy, constipation, sakit punggung atau pundak,
rushing around, bekerja lama-lama, tidak ada kontak dengan rekan,
fatique, gangguan tidur dan perubahan berat badan yang drastis.
Secara aspek kognitif atau pikiran, stress ditandai dengan lupa akan
sesuatu, sulit berkonsentrasi, cemas mengenai sesuatu hal, sulit untuk
memproses informasi, dan mengemukakan pernyataan-pernyataan
negatif terhadap diri sendiri. Dari aspek emosi, stres ditandai dengan
sikap mudah marah, cemas, dan cepat panik, ketakutan dan sering
menangis, dan mengalami peningkatan konflik interpersonal.
Hal-hal yang dapat menimbulkan stres disebut stressor, termasuk
banyaknya lingkungan organisasi yang menempatkan permintaan fisik
dan emosi seseorang. Pengelolaan stres yang baik adalah melakukan
perencanaan untuk setiap kegiatan, antara lain: tertawa, beristirahat
untuk memulihkan energi, latihan relaksasi pada lingkungan yang
damai. Teknik untuk mengelola stress antara lain: signal breath
(peningkatan kualitas udara), mendengarkan musik untuk berelaksasi,
visualisasi, dan stretching.

138
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

SUB POKOK BAHASAN 5


PENGOBATAN TRADISIONAL
Beberapa jenis tanaman obat tradisional yang berkhasiat dalam
pencegahan dan penanggulangan PTM. Dari Jenis tanaman tersebut
telah teruji secara manfaat dan juga berdasarkan tradisi warisan nenek
moyang, namun dalam penggunaannya sebaiknya berkonsultasi
dengan petugas kesehatan demi keamanan pengguna.
Tanaman obat terpilih yang berasal dari resep-resep empirik
masyarakat Indonesia dan telah digunakan lebih dari 3 generasi, dan
sudah diseleksi yaitu mempunyai data pendukung ilmiah, uji praklinik
(uji toksisitas dan uji manfaat) atau uji farmakologi sehingga aman dan
bermanfaat untuk mengatasi gangguan kesehatan.
Informasi ini diberikan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat dalam pemanfaatan tanaman tradisional sesuai dengan
kondisi PTM yang terjadi. Kondisi PTM yaitu penyakit asma, hipertensi,
diabetes melitus, gangguan indera penglihatan dan pendengaran.

139
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

VII. REFERENSI
A. Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus, Direktorat PPTM,
Ditjen PP dan PL, 2009.
B. Petunjuk Teknis Pengendalian Diabetes Melitus di Puskesmas,
Direktorat PPTM, Ditjen PP dan PL, 2012.
C. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Diabetes
Melitus, Direktorat PPTM, Ditjen PP dan PL, 2009.
D. Practical Approach to Lung Health (PAL), MPOWER, WHO, 2010
E. Pedoman Pengendalian PPOK, Direktorat PPTM, Ditjen PP dan
PL, 2011.
F. Pedoman Kader Pemanfaatan Tanaman Obat untuk Kesehatan
edisi VII, Kementerian Kesehatan, 2012

VII. EVALUASI
Setelah selesai pembahasan, mintalah warga untuk latihan
melakukan konseling secara bergantian.Fasilitator mengamati
dan memberikan masukan untuk perbaikan.

140
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

MATERI INTI 4
PENANGGULANGAN GANGGUAN
INDERA DAN FUNGSIONAL

MATERI INTI 4

141
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

142
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

MATERI INTI 4
PENANGGULANGAN GANGGUAN INDERA DAN
FUNGSIONAL

I. DESKRIPSI SINGKAT
Indera penglihatan sangat menentukan kualitas sumber daya
manusia, karena 83% informasi sehari-hari masuknya melalui jalur
penglihatan sedangkan melalui pendengaran 11%, penciuman
3,5%, peraba 1,5% dan pengecap 1,0%.
Pada Global Data on Visual Impairment dari World Health
Organization (WHO) tahun 2010 menunjukkan bahwa penyebab
utama gangguan penglihatan yang dapat dicegah adalah
gangguan refraksi yang tidak terkoreksi (42%) dan katarak (33%),
sedangkan penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah
adalah katarak (51%) dan glaukoma (8%). Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi
kebutaan pada penduduk Indonesia mencapai 0,4%. Yang
sangat memprihatinkan adalah bahwa sekitar 80% dari para
penyandang gangguan penglihatan dan kebutaan ini seharusnya
dapat dicegah atau diobati. Oleh karena itu, upaya promotif-
preventif sangat penting untuk dilakukan. Data tersebut menjadi
dasar untuk memfokuskan Program Pengendalian Gangguan
Penglihatan dan Kebutaan: katarak, gangguan refraktif, dan
glaukoma. Prioritas Penanggulangan Gangguan pendengaran
dan ketulian meliputi: OMSK (Otitis Media Superatif Frank),
NIHL (Gangguangan Pendengaran Akibat Bising), Presbituris
(Gangguangan Pendengaran pada Lansia) dan serumen.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan pembelajaran umum :
Setelah mengikuti materi ini peserta mengetahui dan mampu
melakukan deteksi dini gangguan penglihatan dan kebutaan
dan gangguan pendengaran dan ketulian.

143
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Tujuan pembelajaran khusus :


1. Melakukukan peran dan fungsinya sebagai petugas
pelaksana posbindu dalam program kesehatan indera
penglihatan dan pendengaran.
2. Melakukukan pemeriksaan mata dan telinga sederhana
3. Melakukan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan
mata dan telinga.
4. Melakukan identifikasi gangguan fungsional/disabilitas

III. POKOK BAHASAN DAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


Indera Penglihatan
1. Anatomi Mata
2. Pemeriksaan Mata Dasar dan Deteksi Dini Katarak, Glaukoma,
dan Kelainan Refraksi
3. Pertolongan pertama pada trauma mata
Indera Pendengaran :
1. Anatomi Telinga
2. Pemeriksaan Telinga Sederhana
3. Pertolongan pertama pada kegawatdaruratan telinga

IV. BAHAN BELAJAR


A. Modul Pelatihan Posbindu PTM 2014
B. Buku Seri Kader Posbindu PTM

V. LANGKAH LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


A. LANGKAH-LANGKAH :
Presentasi
- Fasilitator menjelaskan secara singkat tujuan
pembelajaran, pokok bahasan dan metode yang
digunakan.

144
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

- Fasilitator menyampaikan masing-masing pokok bahasan


dengan menggunakan tayangan powerpoint.

Curah Pendapat
Fasilitator memandu dan memfasilitasi peserta untuk secara
aktif berdiskusi dan tanya jawab mengenai Gangguan Indera
Mata Penglihatan dan Pendengaran.

B. METODE :
1. Curah pendapat
2. Ceramah Tanya Jawab
3. Simulasi

C. MEDIA :
1. Buku Seri
2. Power point
3. Skenario

D. ALAT BANTU :
1. Laptop
2. LCD
3. Flipchart
4. Spidol
5. Penggaris
6. Kartu E-Chart
7. Occluder
8. Pinhole
9. Tali pengukur sepanjang 6 meter
10. Lampu senter
11. Arloji

E. Durasi : 225 menit

145
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

VI. URAIAN MATERI


POKOK BAHASAN
A. INDERA PENGLIHATAN
1. ANATOMI MATA
Anatomi dan fisiologi Mata merupakan materi yang harus
diajarkan kepada petugas pelaksana posbindu PTM
untuk menetukan penatalaksanaan penyakit mata dan
gangguan penglihatan.
Struktur mata terletak dalam satu rongga orbita
yang berbentuk pyramid dengan puncaknya menuju
ke belakang.

Alis Mata (Super Cilia)


Sederetan bulu-bulu yang terletak paling atas dari
organ mata. Berfungsi untuk menahan kotoran/keringat
yang berasal dari atas juga berfungsi untuk kecantikan
(kosmetik).

Kelopak Mata (Palpebra)


Terdiri dari kelopak mata atas (palpebra superior) dan
kelopak mata bawah (palpebra inferior). Bagian Iuar dari
kelopak adalah kulit yang halus dan tipis yang mudah
digerakkan dari dasarnya.

146
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Konjungtiva
Merupakan lapisan tipis yang berada di mata yang
berguna melindungi sklera (area putih dari mata).

Kornea
Merupakan bagian depan dari bola mata yang bentuknya
menyerupai mangkok dan transparan karena tak
mengandung pembuluh darah. Kornea ini mendapat
nutrisi makanan dari daerah limbus yang mengandung
pembuluh darah.

Sklera
Sklera adalah Iisan terluar yang membungkus 4/5 bagian
bola mata.

Retina
Retina melapisi 2/3 bagian dalam posterior bola mata.
Retina terdiri dari lapisan jaringan saraf ( sensoris retina)
dan jaringan pigmen retina.

2. PEMERIKSAAN MATA DASAR


Langkah awal perlu dilakukan anamnesa pada peserta
posbindu yang meliputi :
1) Keluhan Utama
2) Riwayat penyakit sekarang
3) Riwayat penyakit dahulu yang berhubungnan dengan
penyakit sekarang
4) Riwayat pemakaian obat-obatan
5) Riwayat penyakit keluarga

Kelainan penampilan mata


Mata merah, perubahan lokal dari mata seperti ptosis,
bola mata menonjol, pertumbuhan tidak normal.

147
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Kelainan sensasi mata (nyeri, gatal, panas, berair,


mengganjal) Sakit, mata lelah, dan iritasi mata.
Keluhan-keluhan ini mungkin dijumpai keluhan-keluhan
tambahan yang lain seperti melihat benda melayang,
melihat kilat, sakit kepala, dan rasa sakit pada mata.
Bila anamnesis yang kita lakukan cukup baik dan teliti,
sehingga pemeriksaan yang kita lakukan dapat lebih
terarah.
Pemeriksaan visus (tajam penglihatan) Tumbling E
a. Pemeriksaan dilakukan menggunakan Kartu E-Chart
dengan jarak 6 meter antara responden dengan
optotip.
b. Periksa mata kanan penderita, penderita menutup
mata kiri dengan telapak tangan (palmar) tanpa
tekanan dilanjutkan dengan mata kiri. Lakukan
pemeriksaan dari baris atas sampai baris akhir. Catat
urutan baris akhir yang bisa di baca penderita.
c. Jika huruf paling atas tidak bisa dibaca penderita
maka lakukan tes jari tangan (finger tes).

Cara melakukan finger tes :


Acungkan satu atau lebih jari tangan kanan/kiri kamu
didepan penderita dari jarak 3 meter, 2 meter atau
1 meter. Setelah itu penderita disuruh menebak berapa
jumlah jari yang diacungkan. Apabila pada jarak 3 meter
penderita bisa menebak/melihat jari yang diacungkan
maka visusnya 3/60 (orang normal bisa melihat acungan
jari pada jarak 60 meter, sedangkan pasien hanya bisa
melihat pada jarak 3 meter). Apabila pasien tidak bisa
menebak/melihat acungan jari pada jarak 1 meter lakukan
tes goyangan tangan (waving hand tes).

Deteksi Dini Katarak


Katarak pada dasarnya merupakan kondisi mata
yang serius yang dapat menghalangi pandangan dan

148
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

akhirnya menyebabkan kebutaan. Salah satu jalan untuk


menyembuhkannya hanyalah dengan operasi. Oleh
karenanya, lebih baik mendeteksi katarak sebelum benar-
benar terkena. Katarak biasanya terjadi akibat penuaan
lensa mata. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat
membantu mendeteksi katarak sejak dini, seperti dilansir
Boldsky.
1. Pandangan kabur
Ada dua alasan penting yang menandai pandangan
kabur. Salah satunya adalah minus kacamata
yang perlu ditingkatkan atau terjadi pembentukan
katarak di mata. Ini adalah dua penyebab utama dari
pandangan kabur.

2. Diabetes
Jika memiliki diabetes, harus melakukan pemeriksaan
katarak setiap 3 bulan. Hal ini dikarenakan kadar gula
darah bisa mempengaruhi pembentukan katarak
di mata.

3. Usia
Kebanyakan orang mengembangkan masalah
katarak karena usia. Sebenarnya ini adalah salah
satu masalah mata yang paling umum di alami
banyak manula. Kelompok usia 60-an dan di atas
ada pada kategori risiko tinggi katarak.

4. Keturunan
Keluarga memiliki sejarah buruk tentang mata, Jika
keluarga ada yang terkena katarak, harus lebih
berhati-hati karena berisiko besar menderita masalah
yang sama.

149
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Deteksi Dini Glaukoma


Glaukoma adalah kerusakan penglihatan yang
biasanya disebabkan oleh meningkatnya tekanan bola
mata. akibat ketidak seimbangan antara produksi dan
pembuangan cairan dalam bola mata. Hal ini merusak
jaringan-jaringan syaraf halus yang ada di retina dan
di belakang bola mata.
Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar
di dunia setelah katarak. Kebutaan karena Glaukoma
tidak disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus
Glaukoma dapat dikendalikan.
Glaukoma disebut sebagai ‘pencuri penglihatan’ karena
sering berkembang tanpa gejala yang nyata. Penderita
Glaukoma sering tidak menyadari adanya gangguan
penglihatan sampai terjadi kerusakan penglihatan yang
sudah lanjut. Diperkirakan 50% penderita Glaukoma tidak
menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut.
Karena kerusakan yang disebabkan oleh Glaukoma
tidak dapat diperbaiki, maka deteksi, diagnosa dan
penanganan harus dilakukan sedini mungkin.
Secara umum, masyarakat awam sering menyamakan
gangguan glaokuma dengan katarak. Padahal pada
gangguan glaukoma ini penyempitan tepi penglihatan
terjadi secara perlahan. Sedangkan pada katarak,
penyempitannya langsung terasa karena penglihatan
sentralnya yang kabur. Sebelum menutup uraian ini, yang
patut menjadi catatan kita adalah orang dengan riwayat
diabetes mellitus, rabun jauh ataupun dekat sangat
potensial terserang gangguan gluokoma ini.

Deteksi Dini Kelainan Refraksi


Kelainan refraksi mata adalah adanya ketidaknormalan
mencakup bentuk mata yang bisa memicu terjadinya

150
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

minimnya daya tangkap terhadap bisa sehingga


mengaburkan pandangan.
Jenis kelainan refraksi mata ini bisa mencakup rabun
dekat, rabun jauh dan silinder. Gejala yang ditunjukkan
adalah seringnya menyipitkan mata ketika menatap objek
dari jarak dekat dan jarak yang jauh.
Beberapa penyebab terjadi kelainan refraksi ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor termasuk faktor genetik
dan kebiasaan-kebiasaan buruk.

3. PERTOLONGAN PERTAMA PADA TRAUMA MATA


Pertolongan pertama pada trauma mata ada beberapa
jenis, tergantung penyebabnya, sebagai berikut :
a. Pertolongan Pertama pada Trauma Mata (Benda
Asing)
- Saat benda asing masuk ke dalam mata, cobalah
untuk mengedip untuk beberapa detik agar air
mata mendorong partikel benda asing keluar
dari sudut mata.Jika berkedip tidak berhasil,
partikel mungkin menempel di dalam kelopak
mata. Tarik kelopak mata atas ke bagian bawah
lalu lepaskan kembali perlahan hingga sampai
ke tempatnya semula agar kelebihan air mata
juga ikut keluar, kemudian kediplah dengan
cepat.
- Jika partikel masih belum dapat terlihat, mintalah
bantuan orang lain untuk membalik kelopak
mata bagian atas, sementara korban melihat
ke bawah atau sebaliknya korban melihat ke atas
dan penolong membalik kelopak mata bawah.
- Pindahkan partikel dengan menggunakan ujung
tisu lembab atau sapu tangan. Sapukan ke arah
ujung mata dengan sangat perlahan.

151
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

- JANGAN gunakan kapas atau kain wol.


- Jika hal diatas tidak berhasil, basuh mata
dengan air mengalir atau rendam seluruhnya
dan kedipkan mata.
- Tutup mata dengan penutup kering dan bersih
- Bila mata masih terasa tidak nyaman setelah
beberapa jam, atau bila partikel benda asing
tidak dapat ditemukan, segera periksakan
ke dokter.
- JANGAN menggaruk mata untuk mengeluarkan
partikel benda asing karena akan menyebabkan
kerusakan lebih lanjut.
- JANGAN memasukkan atau memakai instrumen
apapun ke dalam mata
- PENTING: Bila serpihan logam atau kaca masuk
ke dalam mata, walau hanya menyebabkan nyeri
ringan hingga sedang, segera bawa ke petugas
medis.

b. Pertolongan Pertama pada Trauma Mata (Luka


Sekitar Mata)
- Perdarahan masif dapat terjadi dari luka sekitar
mata sehingga harus segera ditangani
- Tutup mata dengan perban atau kassa steril
- Bebat secara ringan (tidak terlalu kencang)
- Jika luka serius, atau bila luka dicurigai terjadi
pada mata itu sendiri, segera bawa ke dokter.

c. Pertolongan Pertama pada Trauma Mata


(Perdarahan pada Mata)
- Hempasan pada bola mata itu sendiri dapat
menyebabkan perdarahan pada bagian depan
mata di belakang kornea (bagian transparan
di depan iris dan pupil) dan keadaan ini serius.

152
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

- Segera tutup mata dengan perban atau kassa


steril
- Segera bawa ke dokter atau rumah sakit terdekat.

d. Pertolongan Pertama pada Trauma Mata (Luka


bakar api atau cairan panas pada Mata)
- Gunakan air dalam jumlah banyak untuk mencuci
benda panas yang masuk ke mata
- Rendam mata pada air dengan kelopak terbuka.
Hal ini akan membantu
- Cuci mata atau rendam mata seluruhnya untuk
minmal 5 menit
- Segera bawa ke dokter atau rumah sakit terdekat.

B. INDERA PENDENGARAN
1. ANATOMI TELINGA

Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu:


1. Telinga luar, terdiri dari :
- Daun telinga
- Liang telinga
- Membran timpani/gendang telinga.

153
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

2. Telinga tengah, terdiri dari :


- Rongga telinga tengah
- Tuba Eustchius
- Rongga Mastoid

3. Telinga dalam, terdiri dari 2 bagian:


- Bagian depan : bagian pendengaran disebut
koklea
- Bagian belakang : vestibulum dan kanalis
semisirkularis merupakan organ keseimbangan.

2. PEMERIKSAAN SEDERHANA TELINGA


Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk mengetahui
fungsi telinga. Secara sederhana dapat diperiksa dengan
suara bisikan. Pendengaran yang baik akan dengan
mudah mengetahui adanya bisikan
a. Cara pemeriksaan pendengaran dengan bisikan
1. Atur posisi pasien berdiri membelakangi anda
pada jarak sekitar 4,5-6 meter
2. Anjurkan peserta posbindu untuk menutup salah
satu telinga yang diperiksa
3. Bisikkan sesuatu bilangan (misalnya, tujuh enam)
4. Beri tahu peserta posbindu utnuk mengulangi
bilangan yang didengarkan
5. Periksa telinga sebelahnya dengan cara yang
sama
6. Bandingkan kemampuan mendengar pada
telinga kanan dan kiri peserta posbindu.
b. Cara pemeriksaan pendengaran dengan
menggunakan arloji
1. Pegang sebuah arloji disamping telinga peserta
posbindu
2. Minta peserta posbindu menyatakan apakah
mendengar detak arloji

154
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

3. Pindah posisi arloji perlahan - lahan menjauhi


telinga dan minta peserta posbindu menyatakan
bila tidak dapat mendengar lagi detak arloji
Normalnya detak arloji masih dapat di dengar
sampai jarak 30 cm dari telinga
4. Bandingkan telinga kanan dan kiri

3. PERTOLONGAN PERTAMA PADA TELINGA SAAT


KEMASUKAN BENDA ASING
Kecelakaan bisa terjadi dimana saja. Saat mandi, bermain
atau makan sekalipun. Tanpa di duga bisa mengeluh
karena telinganya kemasukan air, kemasukan benda
padat, atau kemasukan serangga.
1) Kemasukan air, dapat dilakukan:
- Keringkan daun telinga dan miringkan, agar air
dapat keluar. Lanjutkan dengan daun telinga
ditarik ke bawah lalu gerakkan ke depan dan
kebelakang.
- Minta melompat dengan memiringkan kepala
pada sisi telinga yang kemasukan air. Hal itu
akan membantu air keluar dengan pengaruh
gravitasi.
- Menguap atau mengunyah permen karet juga
akan membantu mengeluarkan air.
- Meniup telinga atau menggunakan angin dari hair
dryer bisa membantu evaporasi (penguapan) air
yang terjebak dalam ruang telinga.
- Menambahkan air ke dalam telinga yang
kemasukan air, lalu memiringkannya secepat
mungkin juga cukup membantu. Namun
hati-hati bila terdapat robekan pada gendang
telinga karena dapat menimbulkan infeksi.

155
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

2) Kemasukan benda padat


- Jangan sekali – kali mendorong dengan cutton
bud atau benda lain karena beresiko membuat
benda asing tersebut masuk lebih jauh ke liang
telinga tengah.
- Usahakan mengambil benda asing bila terlihat
jelas dengan menggunakan pinset secara
perlahan.
- Miringkan telinga yang kemasukan benda padat
agar pengaruh gravitasi bisa membantu benda
asing keluar.

3) Kemasukan serangga
Khusus serangga hidup, teteskan baby oil atau
minyak sayur secukupnya. Sebaiknya pada suhu
hangat di liang telinga agar serangga mati. Lalu
tarik daun telinga ke belakang bawah dan ke depan
bawah dengan maksud agar serangga tenggelam
dalam larutan cairan kemudian dapat dikeluarkan
dengan memiringkan kepala. Hati – hati bila curiga
gendang telinga sudah berlubang sebelumnya.

Catatan !
Segera bawa ke dokter jika terdapat perdarahan,
keluar cairan dari gendang telinga, sakit telinga
hebat, gangguan pendengaran dan tidak yakin bila
benda asing sudah keluar.

C. GANGGUAN FUNGSIONAL/DISABILITAS
1. Pengertian
Penyandang disabilitas ialah orang yang memiliki
keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam
jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan

156
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

lingkungan dan sikap masyarakat, dapat menemui


hambatan yang menyulitkan untuk berpatisipasi penuh
dan efektif berdasarkan kesamaan hak (Undang-Undang
No 19 tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi
Hak-hak Penyandang Disabilitas)
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, Pasal 139 menyatakan bahwa (1) Upaya
pemeliharaan kesehatan penyandang disabilitas harus
ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan
produktif secara sosial, ekonomis, dan bermartabat, dan
(2) Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan memfasilitasi penyandang
disabilitas untuk dapat tetap hidup mandiri dan
produktif secara sosial dan ekonomis. Selain itu untuk
menyesuaikan dengan kondisi aktual dan perkembangan
internasional, Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1997 tentang Penyandang Cacat diganti menjadi
Undang-Undang Penyandang Disabilitas yang telah
disahkan DPR pada tanggal 17 Maret Tahun 2016.
Jenis-jenis / Ragam disabilitas sesuai
Undang-Undang Penyandang Disabilitas antara lain :
 Disabilitas Fisik
 Disabilitas mental
 Disabilitas Intelektual
 Disabilitas Sensorik
Data menunjukkan bahwa 15 dari 100 orang di dunia
merupakan penyandang disabilitas. Sekitar 2 – 4 dari
100 orang tersebut termasuk dalam kategori penyandang
disabilitas berat. Data Riskesdas menunjukkan menurut
provinsi, prevalensi penduduk dengan disabilitas tertinggi
adalah Sulawesi Selatan (23,8%) dan terendah adalah
Papua Barat (4,6%). Penyebab disabilitas tertinggi
di Indonesia (kelompok umur 24 – 59 bulan) yaitu Tuna

157
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Netra, Tuna Wicara, Down Syndrome, Tuna daksa, Bibir


Sumbing, Tuna Rungu, Tuna Grahita dan Cerebral Palsy.
Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka
semakin bertambah kecenderungan penyandang
disabilitas disebabkan karena proses degeneratif.
Beberapa penyakit dan kondisi kesehatan dapat
berimplikasi menjadi gangguan fungsional/disabilitas,
demikian juga kejadian bencana alam, kecelakaan
lalu lintas serta konflik, dll. Selain itu, permasalahan
aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan masih
menjadi penghalang bagi penyandang disabilitas.

2. Upaya Pengendalian Gangguan Fungsional/Disabilitas


a. Pelayanan Posbindu untuk Penyandang Disabilitas
Sesuai amanat UU Penyandang Disabilitas,
Pemerintah, Pemerintah daerah dan swasta
wajib menyediakan pelayanan kesehatan untuk
Penyandang Disabilitas tanpa diskriminasi
sesuai dengan standar dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Upaya-upaya yang dilakukan dalam pengendalian
disabilitas, diantaranya :
• Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan
penyandang disabilitas
• Meningkatkan potensi penyandang disabilitas.
• Meningkatkan jangkauan masyarakat
penyandang disabilitas pada pelayanan
kesehatan dan pelayanan publik lainnya.
• Menghapuskan stigma dan diskriminasi pada
penyandang disabilitas.
Di dalam menyediakan pelayanan kesehatan
bagi penyandang disabilitas terlebih dahulu harus
dipahami bahwa keterbatasan pada penyandang

158
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

disabilitas dapat diatasi jika diupayakan aksesibilitas


fisik dan non-fisik dan mengakomodir prinsip-prinsip
sebagai berikut
a. Penghormatan pada martabat yang melekat,
otonomi individual, termasuk kebebasan
untuk menentukan pilihan, dan kemerdekaan
perseorangan;
b. Non diskriminasi;
c. Partisipasi penuh dan efektif dan keikutsertaan
dalam masyarakat;
d. Penghormatan atas perbedaan dan penerimaan
penyandang disabilitas sebagai bagian dari
keragaman manusia dan kemanusiaan;
e. Kesetaraan kesempatan;
f. Aksesibilitas;
g. Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan;
Untuk itu, pelayanan Posbindu juga wajib
menyediakan layanan untuk penyandang disabilitas
tanpa adanya stigma maupun diskriminasi.

b. Deteksi Penyandang Disabilitas di Posbindu


Deteksi penyandang disabilitas dan penemuan
kasus dapat diketahui dengan melakukan wawancara
pada peserta Posbindu. Riwayat disabilitas dapat
digali baik yang dialami peserta sendiri maupun
keluarganya. Melalui wawancara dapat diketahui
permasalahan disabilitas di wilayah kerja Posbindu.
Hasil wawancara tersebut dapat digunakan untuk :
- Mengetahui besaran masalah penyandang
disabilitas di wilayah tersebut
- Mengetahui kebutuhan penyandang disabilitas
- Merujuk kasus-kasus disabilitas yang perlu
penanganan lanjut

159
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

c. Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM)


RBM merupakan program pembinaan wilayah
dalam hal pencegahan kedisabilitasan, deteksi dan
rehabilitasi/habilitasi segala aspek kehidupan (PSIKI,
2007). Program ini bertujuan untuk memberdayakan
penyandang disabilitas dalam segala aspek
kehidupan, keluarga dan masyarakat.
Melalui Posbindu PTM dapat menjadi modalitas
untuk pembentukan RBM, manakala di wilayah kerja
Posbindu tersebut memang memiliki permasalahan
disabilitas yang memerlukan penanganan khusus,
terutama upaya pemberdayaan penyandang
disabilitas dan keluarganya.
Pembentukan RBM lebih lanjut dapat merujuk
pada buku Manual RBM.

VII. REFERENSI
A. Buku Tindakan Paramedis Terhadap Kegawatan dan
Pertolongan Pertama. Edisi 2. Jakarta:EGC
B. Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan
di Puskesmas, Kemenkes RI, 2010
C. Buku Kurikulum dan Modul Pelatihan Kesehatan Indera untuk
Perawat Puskesmas, Kemenkes RI 2012
D. Buku Manual Program Rehabilitasi Bersumberdaya
Masyarakat, Depkes RI, 1997.

VIII. EVALUASI
PETUNJUK :
a. Diskusikan secara kelompok.
b. Fasilitator membagi 3 kelompok dan memberikan soal
sebagai berikut :

160
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

SOAL:
a. Apakah yang anda ketahui tentang Indera Mata dan telinga ?
b. Apa saja jenis-jenis kegawatdaruratan/trauma pada Indera
Penglihatan dan Pendengaran yang diketahui ?

Fasilitator menjelaskan dan memberikan masukan untuk


perbaikan.

161
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

162
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

MATERI INTI 5
MATERI INTI 5
SURVEILANS FAKTOR RISIKO PTM
BERBASIS POSBINDU PTM

163
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

164
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

MATERI INTI 5
SURVEILANS FAKTOR RISIKO PTM
BERBASIS POSBINDU PTM

I. DESKRIPSI SINGKAT
Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai
beban ganda. Penyakit infeksi dan menular masih memerlukan
perhatian besar, sementara itu terjadi peningkatan penyakit tidak
menular. Tingginya permasalahan PTM di Indonesia memerlukan
upaya pengendalian melalui promosi, deteksi dini, pengobatan
dan rehabilitasi. Upaya tersebut didukung oleh penyediaan data
dan informasi yang tepat dan akurat. Oleh karena itu perlu dibuat
suatu sistem surveilans tentang faktor risiko PTM.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu melakukan
surveilans faktor risiko PTM berbasis Posbindu PTM

B. Tujuan Pembelajaran khusus :


1. Peserta mampu menjelaskan Surveilans Faktor Risiko
2. Peserta mampu melakukan Surveilans Faktor Risiko
PTM Di Posbindu PTM.

III. POKOK BAHASAN DAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


A. Surveilans Faktor Risiko PTM
B. Pengisian Instrumen Posbindu PTM

IV. BAHAN BELAJAR


A. Modul Pelatihan Posbindu PTM
B. Bahan Belajar (buku-buku yang berhubungan dengan materi
ini)

165
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


A. LANGKAH-LANGKAH :
Presentasi
1. Fasilitator menjelaskan secara singkat tujuan
pembelajaran, pokok bahasan, dan metode yang
digunakan
2. Fasilitator menyampaikan masing-masing pokok bahasan
dengan menggunakan tayangan powerpoint.’

Pengantar Diskusi Kelompok


Fasilitator memandu dan memfasilitasi warga untuk secara
aktif berdiskusi dan tanya jawab mengenai pokok bahasan.

Diskusi
1. Fasilitator mengajak warga untuk simulasi pokok bahasan
di wilayah kerja masing-masing
2. Fasilitator memandu warga untuk diskusi, curah pendapat.

B. METODE
1. Curah pendapat
2. Ceramah tanya jawab
3. Simulasi

C. MEDIA
1. Buku Pintar
2. Power Point
3. Buku Monitoring FR PTM
4. Buku Pencatatan Hasil Kegiatan Posbindu PTM

D. ALAT BANTU
1. Laptop
2. LCD
3. Flipchart
4. Spidol

166
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

E. DURASI: xxxx menit

VI. URAIAN MATERI


POKOK BAHASAN 1
SURVEILANS FAKTOR RISIKO PTM
Pengertian
Menurut WHO, surveilans adalah proses pengumpulan,
pengolahan, analisis, interpretasi data secara sistematik dan
terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang
membutuhkan untuk mengambil tindakan. Surveilans epidemiologi
tidak menular merupakan analisis terus menerus dan sistematis
terhadap penyakit tidak menular dan faktor risiko untuk mendukung
upaya pemberantasan penyakit tidak menular.

Gambar 1. Konsep Dasar Surveilans

Sumber Data
a. Survei berkala
b. Pencatatan faktor risiko PTM di Posbindu PTM
c. Pencatatan faktor risiko PTM di Puskesmas
d. Pencatatan faktor risiko PTM di Rumah Sakit
e. Laboratorium

167
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Langkah – Langkah Surveilans


a. Pengumpulan Data
b. Pengolahan Data dan Analisis Data
c. Interpretasi Data
d. Diseminasi Informasi

POKOK BAHASAN 2
PENGISIAN INSTRUMEN POSBINDU PTM
Web Portal PTM
Portal Web PTM, adalah sebuah media komunikasi dan
informasi berbasis web sebagai tempat untuk berinteraksi antara
Dit. PPTM dengan masyarakat serta instansi terkait.
- Pengenalan tentang struktur menu yang ada di portal Web
PTM
- Langkah-langkah pendaftaran sebagai pengguna biasa di
portal Web PTM
- Langkah-langkah melakukan login di portal Web PTM
(frontend)
- Langkah-langkah berdiskusi/membuat topik pada forum
- Langkah-langkah melakukan login di portal Web PTM
(backend)
- Langkah-langkah mengelola konten: artikel, media.

Aplikasi Surveilans Posbindu PTM


Aplikasi Surveilans PTM adalah aplikasi berbasis web (online)
yang berkaitan pendataan warga melalui layanan dengan untuk
menemukan kasus secara dini dan memberikan perlakuan tepat
guna dan tepat sasaran.
- Login sebagai kader Posbindu
- Membuat warga Posbindu baru
- Memasukkan data pemeriksaan warga Posbindu

168
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

- Membuat rujukan untuk warga Posbindu


- Menampilkan grafik tingkat posbindu
- Login sebagai pengguna lanjut: puskesmas dan kab/kota
- Membuat pengguna baru (kader Posbindu dan atau
Puskesmas)
- Membuat Posbindu baru
- Menampilkan grafik tingkat puskesmas dan kab/kota
- Mencoba aplikasi surveilans berbasis Android

VII. REFERENSI
A. Buku Pedoman Pengendalian DM, Depkes RI, 2006
B. Buku Kurikulum dan Modul DM, Depkes RI, 2006
C. Buku Petunjuk Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan
Kanker Leher Rahim, Kemenkes RI, 2012
D. Buku Petunjuk Teknis Kecelakaan Lalu lintas, Kemenkes RI,
2012
E. Buku Petunjuk Teknis Cedera dan Tindak Kekerasan,
Kemenkes RI 2012
F. Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Posbindu PTM,
Kemenkes RI, 2014
G. Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posbindu PTM,
Kemenkes RI, 2014
H. Buku Pintar Posbindu PTM Seri 1, Kemenkes RI, 2014
I. Buku Kader Se Pintar Posbindu PTM Seri 1, Kemenkes RI,
2014

169
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

VII. EVALUASI
Petunjuk Praktik :
a. Peserta dibagi kelompok.
b. Kepada setiap kelompok diberikan tugas untuk melakukan
pengukuran dan pemeriksaan faktor risiko PTM secara
bergantian.
c. Peserta diminta untuk mengisi hasil pengukuran dan
pemeriksaan faktor risiko PTM di buku monitoring FR PTM
dan buku pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM
d. Peserta diminta untuk mengisi hasil pengukuran dan
pemeriksaan faktor risiko PTM di aplikasi surveilans berbasis
Android

Fasilitator mengamati dan memberikan masukan perbaikan.

170
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

MATERI INTI 6
MATERI INTI 6
PAMANTAUAN DAN PENILAIAN

171
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

172
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

MATERI INTI 6
PEMANTAUAN DAN PENILAIAN

I. DESKRIPSI SINGKAT
Pemantauan bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan
yang dilaksanakan sesuai dengan rencana dan target yang
diharapkan agar dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah
dan hambatan yang dihadapi serta menentukan alternatif
pemecahan masalah.
Penilaian dilakukan secara menyeluruh terhadap berbagai
aspek dimulai dari awal kegiatan, selama pelaksanaan kegiatan,
hasil kegiatan. Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui sejauh
mana tingkat perkembangan kegiatan posbindu PTM dalam
penyelenggaraannya, sehingga dapat dilakukan pembinaan.
Hasil pencatatan dan pelaporan kegiatan posbindu PTM
merupakan sumber data penting dalam upaya pemantauan dan
penilaian perkembangan kegiatan posbindu PTM. Pemantauan
kegiatan dilakukan setiap 1 (satu) bulan sekali dan penilaian
indikator dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali. Hasil pemantauan
dan penilaian sebagai bahan informasi untuk menilai kinerja
kegiatan posbindu PTM dan bahan untuk menyusun rencana
kegiatan berikutnya.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah mengikuti pelatihan ini warga latih mampu melakukan
pemantauan dan penilaian terhadap kegiatan posbindu PTM.
B. Tujuan Pembelajaran khusus :
1. Peserta latih mampu memantau dan menilai hasil
kegiatan posbindu PTM
2. Peserta mampu membuat target jumlah peserta posbindu

173
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

3. Peserta mampu menilai kinerja layanan posbindu melalui


cakupan kegiatan posbindu PTM
4. Paserta mampu menilai besaran masalah berdasarkan
besaran faktor risiko di suatu wilayah.

III. POKOK BAHASAN DAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


A. Pemantauan dan penilaian hasil penyelenggaraan posbindu
PTM
B. Pengisian instrumen pemantauan dan penilaian hasil kegiatan
PTM

IV. BAHAN BELAJAR


Pedoman Umum dan Petunjuk Teknis Posbindu PTM

V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


A. LANGKAH-LANGKAH :
Presentasi
1. Fasilitator menjelaskan secara singkat tujuan
pembelajaran, pokok bahasan, dan metode yang
digunakan (5 menit)
2. Fasilitator menyampaikan masing-masing pokok bahasan
dengan menggunakan bahan tayang (15 menit)
3. Fasilitator memandu peserta untuk curah pendapat
masing-masing pokok bahasan dengan menggunakan
bahan tayang (20 menit)

Latihan Pengisian Instrumen


1. Fasilitator memandu dan memfasilitasi pesertaa untuk
pengisian pemantauan hasil kegiatan Posbindu PTM (45
menit)

B. METODE
1. Curah pendapat
2. Ceramah tanya jawab
3. Latihan

174
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

C. MEDIA
1. Buku Pintar
2. Bahan Tayang
3. Buku pencatatan posbindu PTM
4. Instrumen Pemantauan hasil kegiatan posbindu

D. ALAT BANTU
1. Laptop
2. LCD
3. Flipchart
4. Spidol

E. DURASI : 90 menit

VI. URAIAN MATERI


POKOK BAHASAN 1
Pemantauan bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan
sudah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, apakah
hasil kegiatan sudah sesuai dengan target yang diharapkan
dan identifikasi masalah serta hambatan yang dihadapi, untuk
menentukan alternatif pemecahan masalah,
Penilaian dilakukan secara menyeluruh terhadap aspek
masukan, proses, keluaran atau output termasuk kontribusinya
terhadap tujuan kegiatan. Tujuan penilaian adalah untuk
mengetahui sejauh mana tingkat perkemban¬gan kegiatan
Posbindu PTM dalam penyelenggaraannya, sehingga dapat
dilakukan pembinaan.

Pemantauan dilakukan dengan cara :


a. Analisis laporan hasil kegiatan Posbindu PTM
b. Kunjungan Lapangan pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM
c. Sistim Informasi Manajemen PTM.
d. Surveilans Faktor risiko PTM

175
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Pemantauan dan penilaian kegiatan Posbindu PTM dilakukan


sebagai berikut:
1. Pelaksana pemantauan dan penilaian adalah petugas
Puskesmas.
2. Sasaran pemantauan dan penilaian adalah para petugas
pelaksana Posbindu PTM.
3. Pemantauan kegiatan dilakukan setiap 1 (satu) bulan sekali
dan penilaian indikator dilakukan setiap 1 tahun sekali.
4. Hasil pemantauan dan penilaian ini dipergunakan sebagai
bahan peni¬laian kegiatan yang lalu dan sebagai bahan
informasi besaran faktor risiko PTM di masyarakat serta tingkat
perkembangan kinerja Kegiatan Posbindu PTM disamping
untuk bahan menyusun perencanaan pengendalian PTM
pada tahun berikutnya.
5. Hasil pemantauan dan penilaian kegiatan Posbindu PTM
disosialisasikan kepada lintas program, lintas sektor terkait
dan masyarakat untuk mengambil langkah-langkah upaya
tindak lanjut.

Pelaksanaan pemantauan dan penilaian hasil pelaksanaan


Kegiatan Posbindu PTM di masyarakat/lembaga/institusi, Provinsi
maupun Kabupaten/Kota, dengan memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1. Obyektif dan profesional
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan secara
profesional berdasarkan analisis data yang lengkap dan akurat
agar menghasilkan penilaian secara obyektif dan masukan
yang tepat terhadap pelaksa¬naan kebijakan pengendalian
PTM.
2. Terbuka/Transparan
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan secara
terbuka/transparan dan dilaporkan secara luas melalui
berbagai media yang ada agar masyarakat dapat mengakses
dengan mudah tentang informasi dan hasil kegiatan
pemantauan dan penilaian Kegiatan Posbindu PTM.

176
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

3. Partisipatif
Pelaksanaan kegiatan pemantauan dan penilaian dilakukan
dengan melibatkan secara aktif dan interaktif para pelaku
program PTM.
4. Akuntabel
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian harus dapat
dipertanggungjawabkan secara internal maupun eksternal.
5. Tepat waktu
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian harus dilakukan
sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.
6. Berkesinambungan.
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan secara
berkesinambungan agar dapat dimanfaatkan sebagai umpan
balik bagi penyempurnaan kebijakan.
7. Berbasis indikator kinerja.
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan
berdasarkan kriteria kinerja, baik indikator masukan, proses,
luaran, manfaat maupun dampak.

Pemantauan dan penilaian keberhasilan dari penyelenggaraan


kegiatan Posbindu PTM harus dilakukan dengan membandingkan
indikator yang telah ditetapkan sejak awal dan dibandingkan
dengan hasil pencapaiannya.

Penilaian Tingkat Perkembangan Posbindu PTM berdasarkan


penilaian terhadap tingkat perkembangan Posbindu yang
dilakukan sebagai bahan dasar perencanaan dan pengembangan
kegiatan serta intervensi pembinaan dalam dukungan penguatan
kapasitas Posbindu PTM terhadap upaya pengendalian faktor
risiko PTM di masyarakat.

Beberapa target hasil deteksi dini faktor risiko menjadi


indikator untuk perkembangan kegiatan Posbindu PTM yaitu
merokok, konsumsi buah dan sayur, aktivitas fisik, Konsumsi

177
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

minuman beralkohol, IMT, lingkar perut, tekanan darah, gula


darah, kolesterol total, trigliserida, pemeriksaan klinis payudara,
IVA, pemeriksaan fungsi paru (arus puncak ekspirasi), kadar
alkohol dalam darah, dan tes amfetamine urin.

Tingkat perkembangan Posbindu PTM dapat dilihat berdasarkan


indikator:
1. Cakupan kegiatan posbindu PTM dan
2. Proporsi faktor risiko PTM.

Cakupan Kegiatan Posbindu PTM


Indikator ini untuk menilai kinerja pelayanan posbindu melalui
cakupan kegiatan Posbindu PTM terhadap masyarakat di tingkat
desa/kelurahan. Puskesmas, kab/kota dan provinsi.

Cakupan kegiatan Posbindu PTM adalah prosentase penduduk


> 15 tahun yang melakukan pemeriksa faktor risiko PTM dibagi
dengan jumlah penduduk berusia ≥ 15 tahun.

Cakupan posbindu:

pddk > 15 tahun yang melakukan pemeriksaan faktor


risiko PTM
x 100 %
 jumlah penduduk berusia ≥ 15 tahun

Dengan indikator tersebut, maka diketahui sejauh mana kegiatan


Posbindu PTM pada suatu wilayah telah menjangkau masyarakat
sehingga dengan demikian pengelola program PTM dapat
melakukan pembinaan dan tindak lanjut terkait hal ini.

Hasil cakupan akan dikompilasi disetiap tingkatan mulai dari


desa / kelurahan, puskemas, kabupaten/kota dan provinsi serta
nasional dengan 2 kategori yaitu hijau jika melebihi nilai yang

178
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

ditetapkan dan merah bila kurang atau sama dengan nilai yang
ditetapkan

Proporsi Faktor Risiko PTM.


Indikator proporsi digunakan untuk menilai besaran masalah
berdasarkan faktor risiko di suatu wilayah. Proporsi faktor risiko
ini untuk kewaspadaan masyarakat dan pengelola program PTM
terhadap suatu faktor risiko di waktu tertentu dan prediksi atau
proyeksi PTM di masa datang, serta intervensi yang diperlukan.
Proporsi Faktor Risiko PTM adalah prosentase hasil faktor risiko
dari peserta Posbindu PTM yang melakukan pemeriksaan

Proporsi Faktor Risiko PTM:

 positif faktor risiko PTM


x 100 %
 peserta yang melakukan pemeriksaan pada posbindu PTM

Hasil proporsi akan dikompilasi disetiap tingkatan mulai dari desa/


kelurahan, puskemas, kabupaten/kota dan provinsi serta nasional
dengan 2 kategori yaitu merah jika melebihi nilai yang ditetapkan
dan hijau bila kurang atau sama dengan nilai yang ditetapkan.

POKOK BAHASAN 2
PENGISIAN INSTRUMEN PEMANTAUAN DAN PENILAIAN
HASIL KEGIATAN PTM
Penilaian dilakukan secara menyeluruh terhadap aspek
masukan, proses, keluaran atau output termasuk kontribusinya
terhadap tujuan kegiatan. Tujuan penilaian adalah untuk
mengetahui sejauh mana tingkat perkemban¬gan kegiatan
Posbindu PTM dalam penyelenggaraannya, sehingga dapat
dilakukan pembinaan.

179
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

No. Indikator Satuan Pemantauan Pencapaian

1 Frekuensi Penyelenggaraan Kegiatan Kali/bulan ………………..

2 Cakupan Pemeriksaan Obesitas % sasaran ………………..

3 Cakupan Pemeriksaan Tekanan Darah % sasaran ………………..

4 Cakupan Pemeriksaan Glukosa Darah % sasaran ………………..

5 Cakupan Pemeriksaan Lemak Darah % sasaran ………………..

6 Cakupan Konseling IVA dan CBE % sasaran ………………..

7 Cakupan IVA dan CBE % sasaran ………………..

8 Cakupan Pemeriksaan Fungsi Paru


Sederhana % sasaran ………………..

9 Cakupan aktifitas fisik bersama setiap


minggu Kali/bulan ………………..

10 Cakupan kegiatanpenyuluhan % sasaran ………………..

11 Frekuensi Penyuluhan Kali/bulan ………………..

12 Pelaksana kegiatan % masyarakat ………………..

13 Cakupan pesertapenyuluhan % sasaran ………………..

14 Pembiayaan kesehatan % masyarakat ………………..

15 Peserta mandiri % sasaran ………………..

16 Frekuensi Kerja sama dan Kemitraan Kal/bulan ………………..


17 Cakupan deteksi dini gangguan
penglihatan % sasaran ………………..
18 Cakupan deteksi dini gangguan
pendengaran % sasaran ………………..

180
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

VII.REFERENSI
1. Pedoman Umum Posbindu PTM, Kemenkes RI, Tahun 2014
2. Petunjuk Teknis Posbindu PTM, Kemenkes RI, Tahun 2014
(lampiran 7)
3. Buku Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans
Epidemiologi Kesehatan, Depkes RI, 2003
4. Buku Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans
Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Terpadu,
Depkes RI 2003
5. Buku Pedoman Surveilans PTM, Kemenkes RI, 2014

VII. EVALUASI
Petunjuk Praktik :
a. Peserta dibagi kelompok.
b. Kepada setiap kelompok diberikan tugas untuk menghitung
cakupan posbindu
c. Peserta diminta untuk mengisi format pengisian hasil
pemantauan dan penilaian pada lampiran 7 pada buku PeV
tunjuk Teknis Posbindu.
d. Fasilitator mengamati dan memberikan masukan perbaikan.

181
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

182
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

PENUNJANG 1
MATERI PENUNJANG 1
MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR

183
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

184
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

MATERI PENUNJANG 1
MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR

I. DESKRIPSI SINGKAT
Pada orientasi yang diselenggarakan unit utama, antara satu
peserta dengan peserta lainnya, dan antara peserta dengan panitia
biasanya belum saling mengenal, karena mereka berasal dari tempat
yang berbeda, dengan latar belakang sosial budaya, pendidikan,
pengetahuan, pengalaman, serta sikap dan perilaku yang berbeda.
Pertama kali berada dalam kelas, terlihat suasana kebekuan
(freezing) menyelimuti pikiran peserta. Ada kalanya perhatian peserta
belum fokus pada pelatihan, atensi mereka masih terpecah mengingat
keluarga yang ditinggal dan tuntutan pekerjaan ditempat tugas.
Demikian pula dengan pandangan terhadap panitia, ada kalanya
peserta latih segan berkomunikasi dengan panitia, kecuali terkait
dengan masalah administrasi serta hal-hal yang bersifat resmi. Kondisi
seperti itu akan menguras sebagian energi, yang jelas konsentrasi
terhadap kesiapan menerima materi pelatihan belum fokus. Pada
keadaan ekstrim, dapat terjadi apa yang disebut dengan “prustation
gestures”, yaitu sikap dan gerak gerik peserta yang konfrontasi, yang
ditandai dengan menggaruk-garuk belakang leher, nafas tersengal,
mengetok-ngetok meja, bercanda dengan teman, dan sering tidak
masuk kelas serta pulang sebelum pelatihan berakhir.
Oleh karena itu, panitia penyelenggara perlu merancang
suasana rileks, saling percaya, terbuka dikalangan peserta, tapi
saling menghargai, kemudian dibutuhkan suasana santai, tetapi tetap
konsentrasi menerima pelajaran serta menjaga nilai dan etika dalam
berkomunikasi serta senantiasa menyenangi kegiatan pelatihan.
Salah satu upaya pembelajaran menjadi kondusif, adalah pemberian
materi Membangun Komitmen Belajar diawal pelatihan, yaitu metoda
belajar mengajar dengan pencairan kelas (unfreezing), kemudian
disusul dengan permainan yang menggiring peserta mengenal dirinya,

185
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

dan mengenal teman-temannya, menyadari dan mengingat kembali


hakekat nilai yang baik, untuk kemudian menyepakati norma kelas
serta memilih pengurus kelas sehingga tercipta komitmen kelas dalam
mewujudkan proses belajar yang efektif.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan pembelajaran umum
Setelah mengikuti sesi ini peserta latih mampu menampilkan
norma kelas yang disepakati bersama.

B. Tujuan pembelajaran khusus


Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu :
a. Menampilkan suasana kelas yang rilek dan cair
b. Mengenal dirinya dan orang lain
c. Menyadari dan memilih nilai yang baik dalam pelajaran
yang efektif
d. Berpegang teguh pada norma kelas dalam proses
pembelajaran
e. Menyatakan setuju dengan kontrol kolektif
f. Menyepakati pengurus kelas

III. POKOK BAHASAN DAN ATAU SUB POKOK BAHASAN


A. Pengertian Membangun Komitmen Belajar
B. Pencairan (unfreezing/ice breaker)
C. Mengenal diri sendiri dan orang lain
D. Nilai-nilai dan norma harapan
E. Komitmen norma kelas
F. Kontrol efektif
G. Pemilihan pengurus kelas

IV. BAHAN BELAJAR


A. Departemen Kesehatan RI : Kumpulan Instrumen Diklat
(pegangan fasilitator), Pusdiklat, BPP-SDM Kesehatan,
Jakarta 2002

186
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

B. Instrumen panduan pencairan kelas, pengenalan diri dan


orang lain dan penciptaan norma kelas
C. Bahan belajar (buku-buku yang berhubungan dengan materi
ini)

V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


A. LANGKAH-LANGKAH
1. Fasilitator memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
sesi ini.
2. Fasilitator memandu peserta untuk aktif mengenai sesi
ini.

B. METODE
1. Games
2. Diskusi Kelompok

C. MEDIA
Skenario

D. ALAT BANTU
1. Laptop
2. LCD
3. Flipchart
4. Spidol/ pena
5. HVS
6. Sedotan/ pipet
7. Kertas

E. DURASI : 90 menit

187
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

VI. URAIAN MATERI


POKOK BAHASAN 1
PENGERTIAN MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR
Membangun komitmen belajar artinya membangun/
menyiapkan cara belajar yang baik. Pada beberapa pelatihan,
materi pembelajaran lain yang hampir sama dengan tujuannya
adalah dinamika kelompok, yakni suatu materi yang bertujuan
untuk mendinamisasi kelompok atau kelas sehingga peserta
dapat mengikuti pelatihan dengan baik. Beberapa definisi dan
pengertian Membangun Komitmen Belajar dikemukakan sebagai
berikut :
a. Pusdiklat Badan PPSDM Kesehatan, 2004, memberikan
pengertian sebagai berikut : “Suatu proses mempersiapkan
peserta diklat untuk mengikuti proses belajar, baik secara
individual, kelompok maupun menyeluruh dan mengubah
dirinya ke arah yang positif. Setiap individu harus senantiasa
melibatkan dirinya untuk secara terus menerus meningkatkan
kemampuan belajarnya.
b. Keputusan LAN RI, dimaksudkan agar peserta menciptakan
komitmen tentang kebiasaan dan berperilaku yang positif
dan menghindari kebiasaan dan perilaku negatif, agar
tercipta suasana pembelajaran yang kondusif dan semua
peserta akan memperoleh manfaat yang maksimal dari
proses pembelajaran yang diikutinya.
Berdasarkan pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa Membangun Komitmen Belajar adalah bahan ajar yang
menguraikan cara-cara mempersiapkan peserta latih untuk
mengikuti proses belajar yang efektif sehingga tercipta suasana
pembelajaran yang kondusif.
Pembelajaran materi ini dilaksanakan dimulai dengan
pencairan kelas, kemudian disusul dengan permainan yang
menggiring peserta saling mengenal dirinya, dan mengenal
teman-temannya, menyadari dan mengingat kembali hakekat

188
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

nilai yang baik, untuk kemudian menyepakati norma kelas serta


memilih pengurus kelas sehingga tercipta komitmen kelas dalam
mewujudkan proses belajar yang efektif.

POKOK BAHASAN 2
PENCAIRAN KELAS
Menurut Havelock / pakar pembelajaran orang dewasa,
dikemukakan 3 (tiga) komponen yang harus ada dalam proses
pembelajaran, yaitu :
a. Litbangbar (penelitian, pengembangan dan penyebaran ilmu
pengetahuan dan teknologi)
b. Proses pemecahan masalah
c. Interaksi sosial
Dalam hubungannya dengan pelatihan sebagai suatu proses
pembelajaran, maka suasana kelas sebagai media interaksi antara
peserta latih dengan lingkungannya perlu diciptakan sedemikian
rupa sehingga kondisi peserta menghadapi situasi baru dapat
berjalan dengan baik.
Kegiatan pencairan kelas merupakan langkah awal
menciptakan hubungan yang intensif dan rileks tersebut, yakni
kegiatan memecah kebekuan suasana baru yang dalam bahasa
inggrisnya disebut unfreezing atau ice breaker. Singkatnya tujuan
permainan adalah mengolah raga atau denyut jantung yang
memunculkan aliran darah/oksigen ke otak sehingga masing-
masing individu lebih segar lalu kemudian mereka lebih bebas
dan lebih terbuka dilingkungannya.
Banyak sekali permainan untuk pencairan kelas, seperti :
keranjang buah, seni menerka gado-gado dan menyusun barisan.
Berikut dikemukakan permainan menyusun barisan.
Prosedur Kerja :
a. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing
terdiri dari 10 orang.

189
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

b. Masing-masing kelompok menyusun satu barisan lurus


dari depan ke belakang menjadi barisan yang sejajar, siap
mengikuti aba-aba fasilitator dan mengikuti aturan permainan.
c. Fasilitator memerintahkan semua sub kelompok menyusun
barisan berdasarkan kriteria tertentu, misalnya :
- Berdasarkan tinggi badan : yang paling tinggi di depan,
yang paling rendah di belakang atau sebaliknya.
- Berdasarkan berat badan, yang paling berat dibelakang
dan yang paling ringan di depan atau sebaliknya.
- Berdasarkan nomor sepatu : yang paling besar di depan
dan ukuran yang paling kecil di belakang, atau sebaliknya
- Berdasarkan tanggal lahir L: tanggal lahir yang paling
awal di depan, yang paling akhir di belakan
d. Barisan yang merasa telah memenuhi kriteria berdasarkan
aba-aba fasilitator diharuskan jongkok, maka barisan yang
keseluruhan anggotanya jongkok terlebih dahulu adalah
calon pemenang, namun harus di cek lagi apakah sudah
betul urutannya
e. Barisan yang jongkok lebih dulu dan betul diberi nilai 100
f. Barisan yang jongkok selanjutnya (kedua) dan betul diberi
nilai 50
g. Barisan yang jongkok berikutnya (ketiga) dan betul, diberi
nilai 25
h. Barisan yang salah menyusun urutannya, diberi nilai nol
i. Kriteria barisan digelar berganti-ganti, sehingga setiap kali
berganti kriteria akan terjadi gerakan-gerakan peserta dari
seluruh barisan untuk menyesuaikan barisan dengan kriteria
terbaru yang diberikan fasilitator
j. Fasilitator mencatat perolehan nilai setiap barisan dari
setiap kriteria, kemudian dijumlah untuk memilih barisan
pemenangnya.
k. Kepada barisan yang kalah diberi hukuman berupa nyanyi
bersama sambil berjoget atau hukuman lainnya.

190
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Refleksi :
a. Bagaiman perasaan Anda setelah menyelesaikan permainan
ini?
b. Apa yang bisa dipelajari dari peristiwa yang terjadi ketika
proses menyusun barisan berlangsung?
c. Perilaku apa yang sempat diamati oleh setiap peserta yang
ditampilkan oleh sesama peserta selama proses berlangsung?

POKOK BAHASAN 3
MENGENAL DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN
Pengenalan diri sendiri biasanya dikaitkan dengan status
yang disandang (jabatan/strata sosial), jenjang pendidikan yang
diraih, keadaan ekonomi, dan lain-lain. Padahal status tersebut
harus ditanggalkan begitu memasuki pembelajaran di kelas dan
masing-masing peserta berbaur, dalam suatu kedudukan yang
setara, saling kerjasama, saling isi mengisi, saling terbuka dan
saling percaya.
Biasanya mengenal diri adalah dengan mengetahui hasil/
jawaban atas pertanyaan/tes yang telah disiapkan psikolog,
kemudian jawaban tersebut disesuaikan dengan kategori
kepribadian yang standar (potensi kepemimpinan, tingkat kejujuran,
tingkat kebertanggungjawaban, kecendrugan bersahabat dan lain
sebagainya).
Pengenalan diri dilakukan dengan permainan. Fasilitator
memberi tugas kepada peserta untuk melaksanakan kegiatan
atau untuk menjawab kuis/pertanyaan, dengan maksud untuk
melihat sikap dan perilaku sewaktu melaksanakan tugas tersebut
dan juga untuk mengetahui jawaban tes/kuis yang benar telah
mereka kerjakan. Kemudian peserta yang menilai dirinya
melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil/jawaban benar
atas tes/kuis selanjutnya membandingkannya dengan peserta
lainnya. Proses pelaksanaan mengerjakan tes/kuis bekerjasama,

191
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

patuh aturan dan beberapa sifat dan sikap lain akan menampak,
sedangkan jawaban tes/kuis yang benar akan memperlihatkan
tingkat kecerdasan, daya ingat, wawasan dan lain sebagainya.

MEMBANGUN KERJA SAMA TIM


Kerjasama dalam tim bearti melakukan aktivitas kerja bersama
lebih dari 1 (satu) orang dalam sebuah tim untuk mencapai satu
tujuan. Kerjasama dapat dikatakan sebagai sekumpulan orang
yang memiliki tujuan sama saling berinteraksi dalam kinerja
membentuk kolaborasi usaha pada setiap anggota kelompok
masing-masing.
Satu aspek dinamika tim adalah peran dan cara para
anggotanya berinteraksi dalam melaksanakan tugas. Anggota tim
berperan dalam memberi informasi, memprakarsai, menetapkan
standar atau aturan, menjelaskan, merangkum dan menguji
kesepakatan. Karena itu kerjasama tim (team work) mutlak
diperlukan. Kerjasama tim tidak akan terjadi bila anggota tim tidak
mampu dan tidak mau bekerjasama seperti:
a. menghargai orang lain
b. memperluas wawasan pengetahuan
c. mengungkapkan ide, pendapat dan tanggapan
d. bernegosiasi
Berikut ini merupakan cara untuk membangun kerjasama tim
yang solid :
 Terbuka
Sebuah tim yang solid harus saling terbuka satu sama lain
sehingga antar sesama anggota bisa saling mengkritik
(kritik membangun tentunya) dan mengevaluasi hasil kerja
tim. Bersifat terbuka antar sesama anggota tim juga dapat
meningkatkan kreatifitas dan produktifitas kerja asalkan
semuanya terarah dan terkontrol dengan baik.

192
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

 Toleransi
Toleransi antar sesama anggota harus dimiliki oleh setiap tim
yang solid sebab tanpa toleransi, sekuat apapun tim yang
dibangun pasti tidak akan bertahan lama.
 Saling Menghormati
Seperti sikap toleransi, sikap saling menghormati juga sangat
dibutuhkan dalam membangun sebuah kerjasama tim yang
kokoh, tidak ada tim yang dapat bertahan jika sesama
anggotanya tidak saling menghormati. Saling menghormati
juga dapat dilihat pada saat mengeluarkan pendapat atau
ide, yaitu pada saat ide atau pendapat salah satu anggota tim
dikritik (dapat dilihat dari cara penyampaian kritik).
 Mengutamakan Kepentingan Tim
Setiap hal yang dilakukan oleh anggota tim harus berdasarkan
kepentingan tim, tidak boleh ada unsur pribadi dalam
melaksanakan pekerjaan.
 Mengadakan Acara
Sesekali adakan acara berkumpul bersama untuk
meningkatkan kekompakan tim, sehingga hubungan antar
sesama anggota menjadi semakin kuat. Setiap acara yang
dibuat harus melibatkan setiap anggota tim, tujuannya adalah
menjalin hubungan interpersonal dan memperkuat kerjasama
tim.

VII. REFERENSI
A. Depkes RI, Pusdiklat Kesehatan, 2002, Kumpulan Instrumen
Diklat, Energizer dan Game Diklat, Jakarta.
B. Handayani, MM, dkk, Efektifitas Pelatihan Pengenalan Diri
Terhadap Peningkatan Penerimaan Diri dan Harga Diri, Jurnal
Psikologi No. 2, 1998, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

193
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

C. Munir, Baderel, 2001, Dinamika Kelompok : Penerapannya


Dalam Laboratorium IlmuPerilaku, Penerbit Universitas
Sriwijaya, Palembang.
D. Aunul, S. M.Si, Modul Etik UMB, Fakultas Ilmu Komunikasi,
Universitas Mercu Buana, Jakarta.

VIII. EVALUASI
Buatlah kelompok yang terdiri dari 10 orang, kemudian
diskusikan siapa yang akan menjadi ketua. Setiap kelompok
diminta untuk memilih salah satu topik materi sebagai fokus pada
saat praktik, dan didiskusikan selama 20 menit. Selanjutnya
materi tersebut akan dibahas secara umum per masing-masing
kelompok.

194
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

MATERI PENUNJANG 2
RENCANA TINDAK LANJUT

PENUNJANG 2

195
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

196
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

MATERI PENUNJANG 2
RENCANA TINDAK LANJUT

I. DESKRIPSI SINGKAT
Penyusunan rencana tindak lanjut dilakukan setiap proses
pelatihan berakhir. Dengan adanya rencana tindak lanjut
diharapkan setiap peserta dapat memulai kegiatan secara terarah
dan terstruktur dengan baik. Yang paling baik rencana tindak lanjut
ini dibuat berdasarkan masalah yang ingin ditangani di wilayah
asal peserta berada.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah sesi ini selesai, peserta mampu melakukan Rencana
Tindak Lanjut Pelatihan.

Tujuan Pembelajaran Khusus :


Setelah sesi ini selesai, peserta mampu :
A. Memahami arti Rencana Tindak Lanjut pelatihan
B. Membuat instrumen Rencana Tindak Lanjut pelatihan
C. Menerapkan Rencana Tindak Lanjut pelatihan di daerah
masing-masing

III. POKOK BAHASAN DAN ATAU SUB POKOK BAHASAN:


A. Pengertian RTL pelatihan
B. Penyusunan RTL pelatihan

IV. BAHAN BELAJAR


A. Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Posbindu PTM,
Kemenkes RI, 2014
B. Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posbindu PTM,
Kemenkes RI, 2014
C. Buku Pintar Posbindu PTM Seri 1 – 6, Kemenkes RI, 2014

197
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


A. LANGKAH-LANGKAH:
Presentasi ( 15 menit )
Fasilitator menjelaskan secara singkat tujuan pembelajaran,
pokok bahasan, dan metode yang digunakan.
Fasilitator menyampaikan masing-masing pokok bahasan
dengan menggunakan tayangan power point.

Diskusi Kelompok ( 60 menit )


Fasilitator memandu dan memfasilitasi peserta untuk aktif
dalam diskusi kelompok.

Simulasi ( 45 menit )
 Fasilitator memandu peserta untuk simulasi pokok
bahasan di wilayah kerja masing-masing.
  Diskusi, sharing.

B. METODE
1. Presentasi dan diskusi kelompok
2. Simulasi

C. MEDIA
1. Kertas kerja RTL
2. Flipchart
3. Spidol
4. LCD
5. Laptop

D. DURASI : 90 menit

VI. URAIAN MATERI


Pokok Bahasan 1
Pengertian RTL Pelatihan
Rencana tindak lanjut adalah rencana kegiatan yang harus
dilakukan pada tahap berikutnya, harus dinyatakan dalam satu

198
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

rangkaian kegiatan yang berkelanjutan. Termasuk didalamnya


adalah perubahan-perubahan yang perlu dilakukan, selaras
dengan perubahan kebutuhan dan masalah yang akan dihadapi
dilokasi asal peserta.

Pokok Bahasan 2
Penyusunan RTL Pelatihan
Komponen yang harus dicantumkan dalam rencana tindak lanjut
adalah sebagai berikut:
 Kegiatan yang akan dilakukan
 Kapan waktu pelaksanaannya
 Tempat pelaksanaan kegiatan
 Besar biaya yang diperlukan
 Penanggung jawab kegiatan

Kerangka laporan RTL adalah :


 Cover ditulis “Rencana Tindak Lanjut”
 Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan
 Rencana Tindak Lanjut
 Penutup

VII. REFERENSI
A. Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Posbindu PTM,
Kemenkes RI, 2014
B. Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posbindu PTM,
Kemenkes RI, 2014
C. Buku Pintar Posbindu PTM Seri 1 – 6, Kemenkes RI, 2014

199
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

VII. EVALUASI
Buatlah Matriks

No Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Pelaksana

Jelaskan cara pengisian:


Kegiatan : Diisi dengan topik/masalah yang akan ditangani
(misalnya; melakukan sosialisasi dengan Para Tokoh
masyarakat, dll).
Tujuan : Maksud/keinginan/harapan yang akan dicapai melalui
kegiatan tertentu.
Sasaran : Bisa perorangan, kelompok dan massa yang menjadi
tujuan kegiatan.
Waktu : Menunjukan kapan dan berapa lama kegiatan dapat
dilakukan.
Pelaksana : Penanggung jawab kegiatan dan yang akan
melakukannya.

200
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

MATERI PENUNJANG 3
ANTI KORUPSI

PENUNJANG 3

201
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

202
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

MATERI PENUNJANG 3
ANTI KORUPSI

I. DESKRIPSI SINGKAT
Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat
mengkhawatirkan dan berdampak buruk luar biasa pada hampir
seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah menghancurkan sistem
perekonomian, sistem demokrasi, sistem politik, sistem hukum,
sistem pemerintahan, dan tatanan sosial kemasyarakatan di
negeri ini.
Upaya pemberantasan korupsi yang telah dilakukan selama
ini belum menunjukkan hasil yang optimal. Korupsi dalam berbagai
tingkatan tetap saja banyak terjadi seolah-olah telah menjadi
bagian dari kehidupan kita yang bahkan sudah dianggap sebagai
hal yang biasa. Jika kondisi ini tetap kita biarkan berlangsung
maka cepat atau lambat korupsi akan menghancurkan negeri ini.
Korupsi harus dipandang sebagai kejahatan luar biasa
(extra ordinary crime) yang oleh karena itu memerlukan upaya
luar biasa pula untuk memberantasnya. Upaya pemberantasan
korupsi– yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu (1) penindakan,
dan (2) pencegahan–tidak akan pernah berhasil optimal jika
hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa melibatkan peran
serta masyarakat.
Dalam rangka mempercepat pelaksanaan Instruksi
Presiden Nomor 1 Tahun 2013 tentang Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi perlu disusun Strategi Komunikasi
Pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan korupsi di
Kementerian Kesehatan sebagai salah satu kegiatan reformasi
birokrasi yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan agar para
Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Kesehatan
terhindar dari perbuatan korupsi.

203
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Salah satu upaya yang dilakukan dalam pencegahan dan


pemberantasan korupsi adalah dengan memberikan pengertian
dan kesadaran melalui pemahaman terhadap konsep serta
penanaman nilai-nilai anti korupsi yang selanjutnya dapat menjadi
budaya dalam bekerja.
Agar muatan tentang anti korupsi dapat tersampaikan secara
standar pada setiap pelatihan bagi para PNS di lingkungan
Kementerian Kesehatan maka perlu disusun modul anti korupsi
sebagai pegangan fasilitator dalam menyampaikan materi.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah mempelajari materi ini, peserta mampu memahami
anti korupsi di lingkungan kerjanya
B. Tujuan Pembelajaran khusus:
Setelah mempelajari materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan Konsep Korupsi
2. Menjelaskan Anti Korupsi
3. Menjelaskan Upaya Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi
4. Menjelaskan Tata Cara Pelaporan Dugaan Pelanggaran
Tindakan Pidana Korupsi (TPK)
5. Menjelaskan Gratifikasi

III. POKOK BAHASAN DAN ATAU SUB POKOK BAHASAN:


Modul ini menguraikan tentang Anti Korupsi dengan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan di bawah ini
1. Konsep korupsi
a. Definisi korupsi
b. Ciri-ciri korupsi
c. Bentuk/ jenis korupsi
d. Tingkatan korupsi
e. Penyebab Korupsi
f. Dasar Hukum

204
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

2. Anti Korupsi
a. Konsep Anti Korupsi
b. Nilai-nilai anti korupsi
c. Prinsip-prinsip anti korupsi
3. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
a. Upaya pencegahan korupsi
b. Upaya Pemberantasan Korupsi
c. Strategi Komunikasi Anti Korupsi
4. Tata cara pelaporan dugaan pelanggaran TPK
a. Laporan
b. Pengaduan
c. Tata Cara Penyampaian Pengaduan
5. Gratifikasi
a. Pengertian Gratifikasi
b. Aspek Hukum
c. Gratifikasi merupakan Tindak Pidana Korupsi
d. Contoh Gratifikasi
e. Sanksi Gratifikasi

IV. BAHAN BELAJAR


1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 Tentang Pembe rantasan Tindak Pidana Korupsi
2. Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 Keterbukaan Informasi
Publik
3. Peraturan Pemerintah No 61 tahun 2010 Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008
4. Permenpan Nomor 5 tahun 2009
5. Permenkes No 49 tahun 2012 tentang Pedoman Penanganan
Pengaduan Masyarakat terpadu di lingkungan Kementerian
Kesehatan.
6. Permenkes nomor 134 tahun 2012 tentang Tim Pengaduan
Masyarakat
7. Instruksi Presiden nomor 1 tahun 2013

205
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 232/ Menkes/ SK/ VI/


2013 Tentang Strategi Komunikasi Pekerjaan dan Budaya
Anti Korupsi
9. Permenkes Nomor 14 tahun 2014 Kebijakan tentang
Gratifikasi bidang Kesehatan
10. Modul Anti Korupsi

V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


A. LANGKAH-LANGKAH :
Berikut merupakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran:

Langkah 1: Pengkondisian peserta


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas,
mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja,
materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok
bahasan yang akan disampaikan, sebaiknya dengan
menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi


Langkah pembelajaran:
Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai
urutan pokok bahasan dan sub pokok bahasan dengan
menggunakan bahan tayang. Fasilitator menyampaikan
materi dengan metode curah pendapat,ceramah dan tanya
jawab.

Langkah 3. Latihan Kasus


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan kasus korupsi yang
sering terjadi

206
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

2. Fasilitator membagi peserta menjadi beberapa kelompok


tiap kelompok terdiri dari 5 atau 6 orang peserta, untuk
kasus yang sama dikerjakan oleh 2 atau 3 kelompok
3. Peserta berdiskusi didalam tiap kelompok
4. Fasilitator meminta wakil dari setiap kelompok untuk
menyampaikan hasil diskusi kelompoknya (hanya satu
kelompok untuk satu kasus) dan kelompok lainnya
dengan kasus yang sama dapat memberikan komentar
atau sebagai penyanggah.
5. Fasilitator mengulas hasil diskusi yang terjadi di dalam
tiap penyajian hasil untuk tiap jenis kasus

Langkah 4. Rangkuman dan Kesimpulan


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui
penyerapan peserta terhadap materi yang disampaikan
dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang
disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan

B. METODE
- Curah pendapat
- Ceramah tanya jawab
- Pemutaran Film

C. MEDIA DAN ALAT BANTU


- Bahan tayang
- Papan dan kertas flipchart
- LCD projector
- Laptop
- White board
- Spidol
- Film dokumenter/ kartun animasi

207
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

D. DURASI: 90 menit

VI. URAIAN MATERI


POKOK BAHASAN 1
KORUPSI

Kapan korupsi itu mulai ada?


Korupsi sesungguhnya sudah lama ada terutama sejak
manusia pertama kali mengenal tata kelola administrasi. Pada
kebanyakan kasus korupsi yang dipublikasikan media, seringkali
perbuatan korupsi tidak lepas dari kekuasaan, birokrasi, ataupun
pemerintahan. Korupsi juga sering dikaitkan pemaknaannya
dengan politik.
Dasar atau landasan untuk memberantas dan menanggulangi
korupsi adalah memahami pengertian korupsi itu sendiri.
Pada bagian ini dibahas mengenai pengertian korupsi berdasarkan
definisi umum dan pendapat para pakar.

A. Definisi Korupsi
Apa Arti kata “korupsi?
Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema
Andrea: 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary:
1960). Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari
kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari
bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption,
corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/
korruptie” (Belanda).

208
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Arti kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan,


kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian.
Ada banyak pengertian tentang korupsi, di antaranya adalah
berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
didefinisikan “penyelewengan atau penggelapan uang negara
atau perusahaan, dan sebagainya untuk keperluan pribadi”.
Selanjutnya untuk beberapa pengertian lain, disebutkan
bahwa (Muhammad Ali: 1998):
1. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/ sogok,
memakai kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan
sebagainya;
2. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan
uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya; dan
3. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.

Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang


busuk, jahat dan merusak, berdasarkan kenyataan tersebut
perbuatan korupsi menyangkut: sesuatu yang bersifat amoral,
sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi
atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam
jabatan karena pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan
politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam
kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.

B. Ciri-Ciri Korupsi
Seperti apa ciri-ciri korupsi?
Ada 6 ciri korupsi adalah sebagai berikut:
1. dilakukan oleh lebih dari satu orang;
2. merahasiakan motif; ada keuntungan yang ingin diraih;
3. berhubungan dengan kekuasaan/ kewenangan tertentu;
4. berlindung di balik pembenaran hukum;
5. melanggar kaidah kejujuran dan norma hukum
6. mengkhianati kepercayaan

209
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

C. Jenis/ Bentuk Korupsi


Anda perlu tahu jenis atau bentuk korupsi

210
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Berikut ini adalah berbagai bentuk korupsi yang diambil


dari Buku Saku yang dikeluarkan oleh KPK atau Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK: 2006)
Berikut ini adalah beberapa bentuk korupsi dan perbuatan
korupsi:

211
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

D. Tingkatan Korupsi
Ada 3 (tiga) tingkatan korupsi seperti uraian di bawah ini
1. Materi Benefit
Penyimpangan kekuasaan untuk mendapatkan
keuntungan material baik bagi dirinya sendiri maupun
orang kain. Korupsi pada level ini merupakan tingkat
paling membahayakan karena melibatkan kekuasaan
dan keuntungan material. Ini merupakan bentuk korupsi
yang paling banyak terjadi di Indonesia

2. Penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power)


Abuse of power merupakan korupsi tingkat menengah
Merupakan segala bentuk penyimpangan yang dilakukan
melalui struktur kekuasaan, baik pada tingkat negara
maupun lembaga-lembaga struktural lainnya termasuk
lembaga pendidikan tanpa mendapatkan keuntungan
materi.
3. Pengkhianatan terhadap kepercayaan (betrayal of trust)
- Pengkhianatan merupakan korupsi paling sederhana
- Orang yang berkhianat atau mengkhianati

212
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

kepercayaan atau amanat yang diterimanya adalah


koruptor.
- Amanat dapat berupa apapun, baik materi maupun
non materi
- Anggota DPR yang tidak menyampaikan aspirasi
rakyat atau memanfaatkan jabatan untuk kepentingan
pribadi merupakan bentuk korupsi

E. Faktor Penyebab Korupsi


Agar dapat dilakukan pencegahan dan pemberantasan
korupsi maka perlu diketahui faktor penyebab korupsi. Secara
umum ada dua penyebab korupsi yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.

Berikut adalah faktor-faktor penyebab korupsi:


1. Penegakan hukum tidak konsisten: penegakan hukum
hanya sebagai make-up politik, sifatnya sementara,
selalu berubah setiap berganti pemerintahan.
2. Penyalahgunaan kekuasaan/ wewenang, takut dianggap
bodoh kalau tidak menggunakan kesempatan.

213
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

3. Langkanya lingkungan yang antikorup: sistem dan


pedoman antikorupsi hanya dilakukan sebatas formalitas.
4. Rendahnya pendapatan penyelenggara negara.
Pendapatan yang diperoleh harus mampu memenuhi
kebutuhan penyelenggara negara, mampu mendorong
penyelenggara negara untuk berprestasi dan memberikan
pelayanan terbaik bagi masyarakat.
5. Kemiskinan, keserakahan: masyarakat kurang mampu
melakukan korupsi karena kesulitan ekonomi. Sedangkan
mereka yang berkecukupan melakukan korupsi karena
serakah, tidak pernah puas dan menghalalkan segala
cara untuk mendapatkan keuntungan.
6. Budaya memberi upeti, imbalan jasa, dan hadiah.
7. Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah daripada
keuntungan korupsi: saat tertangkap bisa menyuap
penegak hukum sehingga dibebaskan atau setidaknya
diringankan hukumannya.
8. Budaya permisif/ serba membolehkan; tidak mau tahu:
menganggap biasa bila ada korupsi, karena sering
terjadi. Tidak peduli orang lain, asal kepentingannya
sendiri terlindungi

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Republik


Indonesia mengidentifikasi beberapa sebab terjadinya korupsi,
yaitu: aspek individu pelaku korupsi, aspek organisasi, aspek
masyarakat tempat individu, dan korupsi yang disebabkan
oleh sistem yang buruk

1. Aspek Individu Pelaku Korupsi


Korupsi yang disebabkan oleh individu, yaitu sifat tamak,
moral kurang kuat menghadapi godaan, penghasilan
kurang mencukupi untuk kebutuhan yang wajar,
kebutuhan yang mendesak, gaya hidup konsumtif, malas
atau tidak mau bekerja keras, serta ajaran-ajaran agama
kurang diterapkan secara benar.

214
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Aspek-aspek individu tersebut perlu mendapatkan


perhatian bersama. Sangatlah ironis, bangsa kita yang
mengakui dan memberikan ruang yang leluasa untuk
menjalankan ibadat menurut agamanya masing-masing,
ternyata tidak banyak membawa implikasi positif terhadap
upaya pemberantasan korupsi.
Demikian pula dengan hidup konsumtif dan sikap malas.
Perilaku konsumtif tidak saja mendorong untuk melakukan
tindakan kurupsi, tetapi menggambarkan rendahnya
sikap solidaritas sosial, karena terdapat pemandangan
yang kontradiktif antara gaya hidup mewah di satu sisi
dan kondisi kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok
bagi masyarakat miskin pada sisi lainnya.

2. Aspek Organisasi
Pada aspek organisasi, korupsi terjadi karena kurang
adanya keteladanan dari pimpinan, tidak adanya kultur
organisasi yang benar, sistem akuntabilitas di pemerintah
kurang memadai, kelemahan sistem pengendalian
manajemen, serta manajemen yang lebih mengutamakan
hirarki kekuasaan dan jabatan cenderung akan menutupi
korupsi yang terjadi di dalam organisasi.
Hal tersebut ditandai dengan adanya resistensi atau
penolakan secara kelembagaan terhadap setiap upaya
pemberantasan korupsi. Manajemen yang demikian,
menutup rapat bagi siapa pun untuk membuka praktik
korkupsi kepada publik.

3. Aspek Masyarakat Tempat Individu dan Organisasi


Berada
Aspek masyarakat tempat individu dan organisasi berada
juga turut menentukan, yaitu nilai-nilai yang terdapat
dalam masyarakat yang kondusif untuk melakukan
korupsi.

215
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Masyarakat seringkali tidak menyadari bahwa akibat


tindakannya atau kebiasaan dalam organisasinya secara
langsung maupun tidak langsung telah menanamkan dan
menumbuhkan perilaku koruptif pada dirinya, organisasi
bahkan orang lain.
`Secara sistematis lambat laun perilaku sosial yang
koruptif akan berkembang menjadi budaya korupsi
sehingga masyarakat terbiasa hidup dalam kondisi
ketidaknyamanan dan kurang berpartisipasi dalam
pemberantasan korupsi.

4. Korupsi yang Disebabkan oleh Sistem yang Buruk


Sebab-sebab terjadinya korupsi menggambarkan bahwa
perbuatan korupsi tidak saja ditentukan oleh perilaku
dan sebab-sebab yang sifatnya individu atau perilaku
pribadi yang koruptif, tetapi disebabkan pula oleh sistem
yang koruptif, yang kondusif bagi setiap individu untuk
melakukan tindakan korupsi. Sedangkan perilaku korupsi,
sebagaimana yang umum telah diketahui adalah korupsi
banyak dilakukan oleh pegawai negeri dalam bentuk
penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, sarana
jabatan, atau kedudukan. Tetapi korupsi dalam artian
memberi suap, juga banyak dilakukan oleh pengusaha
dan kaum profesional bahkan termasuk Advokat.
Lemahnya tata-kelola birokrasi di Indonesia dan maraknya
tindak korupsi baik ilegal maupun yang ”dilegalkan”
dengan aturan-aturan yang dibuat oleh penyelenggara
negara, merupakan tantangan besar yang masih harus
dihadapi negara ini. Kualitas tata kelola yang buruk ini
tidak saja telah menurunkan kualitas kehidkupan bangsa
dan bernegara, tetapi juga telah banyak memakan korban
jiwa dan bahkan ancaman akan terjadinya lost generation
bagi Indonesia. Dalam kaitannya dengan korupsi oleh

216
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

lembaga birokrasi pemerintah, beberapa faktor yang perlu


mendapatkan perhatian adalah menyangkut manajemen
Sumber Daya Manusia (SDM) dan penggajian pegawai
yang ditandai dengan kurangnya penghasilan, sistem
penilaian prestasi kerja yang tidak dievaluasi, serta tidak
terkaitnya antara prestasi kerja dengan penghasilan.
Korupsi yang disebabkan oleh sistem yang koruptif inilah
yang pada akhirnya akan menghambat tercapainya clean
and good governance. Jika kita ingin mencapai pada
tujuan clean and good governance, maka perlu dilakukan
reformasi birokrasi yang terkait dengan pembenahan
sistem birokrasi tersebut.
Jika awalnya kepentingan bertahan hidup menjadi
motif seseorang atau sejumlah orang melakukan tindak
pidana korupsi, pada tahap berikutnya korupsi dimotivasi
oleh bangunan sistem, yang hanya bisa terjadi karena
dukungan kerjasama antar sejumlah pelaku korkupsi,
pada berbagai birokrasi sebagai bentuk korupsi
berjamaah.

F. Dasar Hukum tentang Korupsi


Beberapa peraturan perundangan yang berkaitan dengan
korupsi adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1) dan Pasal
20 ayat (1);
2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor XI/ MPR/ 1998 tentang Penyelenggara
Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme;
4. UU no. 28 Th. 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

217
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999


Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);
5. UU no. 31 Th. 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3874); sebagaimana telah diubah dengan UU no.
20 Th. 2001;

Tugas/ Latihan
1. Menurut Anda, apakah ciri-ciri korupsi seperti yang
telah Anda baca pada pokon bahasan ini sudah
menggambarkan kondisi yang Anda pernah ketahui di
lingkungan kerja Anda maupun di luar lingkungan kerja
Anda? Diskusikan dengan teman kelompok Anda!
2. Anda sudah menguasai konsep tentang korupsi dan
anti korupsi, silahkan Anda nilai apakah bentuk korupsi
dan perbuatan korupsi yang sudah Anda pelajari, sesuai
dengan konsep tersebut? Diskusikan kembali dengan
kelompok Anda

POKOK BAHASAN 2
ANTI KORUPSI
A. Anti Korupsi
Apa yang dimaksud “anti korupsi”?
Anti korupsi merupakan kebijakan untuk mencegah dan
menghilangkan peluang bagi berkembangnya korupsi.
Anti korupsi adalah pencegahan. Pencegahan yang dimaksud
adalah bagaimana meningkatkan kesadaran individu untuk
tidak melakukan korupsi dan bagaimana menyelamatkan
uang dan aset negara.
Peluang bagi berkembangnya korupsi dapat dihilangkan
dengan melakukan perbaikan sistem (sistem hukum, sistem
kelembagaan) dan perbaikan manusianya (moral dan
kesejahteraan).

218
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

B. Nilai- nilai Anti Korupsi


Nilai-nilai anti korupsi yang akan dibahas meliputi kejujuran,
kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, pertanggung-jawaban,
kerja keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. Nilai-
nilai inilah yang akan mendukung prinsip-prinsip anti korupsi
untuk dapat dijalankan dengan baik.
Ada sembilan nilai anti korupsi yang cara gampangnya untuk
mengingatnya dengan jembatan keledai “Jupe mandi tangker
sebedil” sebagaimana digambarkan pada bagan di bawah ini

Berikut ini adalah uraian secara rinci untuk tiap nilai anti
korupsi

1. Kejujuran
Menurut Sugono kata jujur dapat didefinisikan
sebagai lurus hati, tidak berbohong, dan tidak curang.
Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting
bagi kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur pegawai
tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya
(Sugono: 2008).

219
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Nilai kejujuran dalam kehidupan dunia kerja yang


diwarnai dengan budaya kerja sangat-lah diperlukan.
Nilai kejujuran ibaratnya seperti mata uang yang berlaku
dimana-mana termasuk dalam kehidupan di dunia kerja.
Jika pegawai terbukti melakukan tindakan yang tidak jujur,
baik pada lingkup kerja maupun sosial, maka selamanya
orang lain akan selalu merasa ragu untuk mempercayai
pegawai tersebut.
Sebagai akibatnya pegawai akan selalu mengalami
kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang
lain. Hal ini juga akan menyebabkan ketidaknyamanan
bagi orang lain karena selalu merasa curiga terhadap
pegawai tersebut yang terlihat selalu berbuat curang
atau tidak jujur. Selain itu jika seorang pegawai pernah
melakukan kecurangan ataupun kebohongan, akan
sulit untuk dapat memperoleh kembali kepercayaan dari
pegawai lainnya. Sebaliknya jika terbukti bahwa pegawai
tersebut tidak pernah melakukan tindakan kecurangan
maupun kebohongan maka pegawai ter-sebut tidak akan
mengalami kesulitan yang disebabkan tindakan tercela
tersebut. Prinsip kejujuran harus dapat dipegang teguh
oleh setiap pegawai sejak masa-masa ini untuk memupuk
dan membentuk karakter mulia di dalam setiap pribadi
pegawai.

2. Kepedulian
Menurut Sugono definisi kata peduli adalah mengindahkan,
memperhatikan dan menghiraukan (Sugono: 2008). Nilai
kepedulian sangat penting bagi seorang pegawai dalam
kehidupan di dunia kerja dan di masyarakat. Sebagai
calon pemimpin masa depan, seorang pegawai perlu
memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungannya, baik
lingkungan di dalam dunia kerja maupun lingkungan di
luar dunia kerja.

220
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Rasa kepedulian seorang pegawai harus mulai


ditumbuhkan sejak berada di dunia kerja. Oleh karena
itu upaya untuk mengembangkan sikap peduli di
kalangan pegawai sebagai subjek kerja sangat penting.
Seorang pegawai dituntut untuk peduli terhadap proses
belajar mengajar di dunia kerja, terhadap pengelolalaan
sumber daya di dunia kerja secara efektif dan efisien,
serta terhadap berbagai hal yang berkembang di dalam
dunia kerja. pegawai juga dituntut untuk peduli terhadap
lingkungan di luar dunia kerja. Beberapa upaya yang
bisa dilakukan sebagai wujud kepedulian di antaranya
adalah dengan menciptakan. Sikap tidak berbuat curang
atau tidak jujur. Selain itu jika seorang pegawai pernah
melakukan kecurangan ataupun kebohongan, akan
sulit untuk dapat memperoleh kembali kepercayaan dari
pegawai lainnya. Sebaliknya jika terbukti bahwa pegawai
tersebut tidak pernah melakukan tindakan kecurangan
maupun kebohongan maka pegawai tersebut tidak akan
mengalami kesulitan yang disebabkan tindakan tercela
tersebut.

3. Kemandirian
Kondisi mandiri bagi pegawai dapat diartikan sebagai
proses mendewasakan diri yaitu dengan tidak bergantung
pada orang lain untuk mengerjakan tugas dan tanggung
jawabnya. Hal ini penting untuk masa depannya dimana
pegawai tersebut harus mengatur kehidupannya dan
orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya
sebab tidak mungkin orang yang tidak dapat mandiri
(mengatur dirinya sendiri) akan mampu mengatur hidup
orang lain. Dengan karakter kemandirian tersebut
pegawai dituntut untuk mengerjakan semua tanggung
jawab dengan usahanya sendiri dan bukan orang lain
(Supardi: 2004).

221
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

4. Kedisiplinan
Menurut Sugono definisi kata disiplin adalah ketaatan
(kepatuhan) kepada peraturan (Sugono: 2008). Dalam
mengatur kehidupan dunia kerja baik kerja maupun sosial
pegawai perlu hidup disiplin. Hidup disiplin tidak berarti
harus hidup seperti pola militer di barak militier namun
hidup disiplin bagi pegawai adalah dapat mengatur dan
mengelola waktu yang ada untuk dipergunakan dengan
sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas baik dalam
lingkup kerja maupun sosial dunia kerja.
Manfaat dari hidup yang disiplin adalah pegawai dapat
mencapai tujuan hidupnya dengan waktu yang lebih
efisien. Disiplin juga membuat orang lain percaya dalam
mengelola suatu kepercayaan. Nilai kedisiplinan dapat
diwujudkan antara lain dalam bentuk kemampuan
mengatur waktu dengan baik, kepatuhan pada seluruh
peraturan dan ketentuan yang berlaku di dunia kerja,
mengerjakan segala sesuatunya tepat waktu, dan fokus
pada pekerjaan.

5. Tanggung Jawab
Menurut Sugono definisi kata tanggung jawab adalah
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau
terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan
diperkarakan) (Sugono: 2008).
Pegawai adalah sebuah status yang ada pada diri
seseorang yang telah lulus dari penkerjaan terakhirnya
yang melanjutkan pekerjaan dalam sebuah lembaga
yang bernama organisasi. Pegawai yang memiliki
rasa tanggung jawab akan memiliki kecenderungan
menyelesaikan tugas lebih baik dibanding pegawai
yang tidak memiliki rasa tanggung jawab. pegawai
yang memiliki rasa tanggung jawab akan mengerjakan
tugas dengan sepenuh hati karena berpikir bahwa jika

222
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

suatu tugas tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat


merusak citra namanya di depan orang lain. pegawai
yang dapat diberikan tanggung jawab yang kecil dan
berhasil melaksanakannya dengan baik berhak untuk
mendapatkan tanggung jawab yang lebih besar lagi
sebagai hasil dari kepercayaan orang lain terhadap
pegawai tersebut. pegawai yang memiliki rasa tanggung
jawab yang tinggi mudah untuk dipercaya orang lain
dalam masyarakat misalkan dalam memimpin suatu
kepanitiaan yang diadakan di dunia kerja. Tanggung
jawab adalah menerima segala sesuatu dari sebuah
perbuatan yang salah, baik itu disengaja maupun tidak
disengaja. Tanggung jawab tersebut berupa perwujudan
kesadaran akan kewajiban menerina dan menyelesaikan
semua masalah yang telah di lakukan. Tanggung jawab
juga merupakan suatu pengabdian dan pengorbanan.

6. Kerja keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata
”kemauan” menimbulkan asosiasi dengan ketekadan,
ketekunan, daya tahan, tujuan jelas, daya kerja,
pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan,
keteguhan, tenaga, kekuatan, kelaki-lakian dan pantang
mundur. Adalah penting sekali bahwa kemauan pegawai
harus berkembang ke taraf yang lebih tinggi karena
harus menguasai diri sepenuhnya lebih dulu untuk bisa
menguasai orang lain. Setiap kali seseorang penuh
dengan harapan dan percaya, maka akan menjadi lebih
kuat dalam melaksanakan pekerjaannya. Jika interaksi
antara individu pegawai dapat dicapai bersama dengan
usaha kerja keras maka hasil yang akan dicapai akan
semakin optimum.
Bekerja keras merupakan hal yang penting guna
tercapainya hasil yang sesuai dengan target. Akan tetapi

223
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

bekerja keras akan menjadi tidak berguna jika tanpa


adanya pengetahuan. Di dalam dunia kerja, para pegawai
diperlengkapi dengan berbagai ilmu pengetahuan.

7. Sederhana
Gaya hidup pegawai merupakan hal yang penting
dalam interaksi dengan masyarakat di sekitarnya. Gaya
hidup sederhana sebaiknya perlu dikembangkan sejak
pegawai me-ngenyam masa penkerjaannya. Dengan
gaya hidup sederhana, setiap pegawai dibiasakan untuk
tidak hidup boros, hidup sesuai dengan kemampuannya
dan dapat memenuhi semua kebutuhannya. Kerap
kali kebutuhan diidentikkan dengan keinginan semata,
padahal tidak selalu kebutuhan sesuai dengan keinginan
dan sebaliknya.
Dengan menerapkan prinsip hidup sederhana, pegawai
dibina untuk memprioritaskan kebutuhan di atas
keinginannya. Prinsip hidup sederhana ini merupakan
parameter penting dalam menjalin hubungan antara
sesama pegawai karena prinsip ini akan mengatasi
permasalahan kesenjangan sosial, iri, dengki, tamak,
egois, dan yang sikap-sikap negatif lainnya lainnya.
Prinsip hidup sederhana juga menghindari seseorang
dari keinginan yang berlebihan.

8. Keberanian
Jika kita temui di dalam dunia kerja, ada banyak pegawai
yang sedang mengalami kesulitan dan kekecewaan.
Meskipun demikian, untuk menumbuhkan sikap
keberanian demi mempertahankan pendirian dan
keyakinan pegawai, terutama sekali pegawai harus
mempertimbangkan berbagai masalah dengan sebaik-
baiknya.

224
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Nilai keberanian dapat dikembangkan oleh pegawai dalam


kehidupan di dunia kerja dan di luar dunia kerja. Antara
lain dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan
dan membela kebenaran, berani mengakui kesalahan,
berani bertanggung jawab, dan lain sebagainya
Prinsip akuntabilitas dapat mulai diterapkan oleh
pegawai dalam kehidupan sehari-hari sebagai pegawai
Misalnya program-program kegiatan arus dibuat dengan
mengindahkan aturan yang berlaku di dunia kerja dan
dijalankan sesuai dengan aturan.

9. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak
berat sebelah, tidak memihak. Bagi pegawai karakter
adil ini perlu sekali dibina agar pegawai dapat belajar
mempertimbangkan dan mengambil keputusan secara
adil dan benar.

C. Prinsip-Prinsip Anti Korupsi


Setelah memahami nilai-nilai anti korupsi yang penting
untuk mencegah faktor internal terjadinya korupsi, berikut
akan dibahas prinsip-prinsip Anti-korupsi yang meliputi
akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol
kebijakan, untuk mencegah faktor eksternal penyebab
korupsi.

225
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Ada 5 (lima) prinsip anti korupsi seperti diilustrasikan pada


bagan di bawah ini
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan
pelaksanaan kerja. Semua lembaga mempertanggung
jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam
bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure),
baik pada level budaya (individu dengan individu) maupun
pada level lembaga (Bappenas: 2002). Lembaga-lembaga
tersebut berperan dalam sektor bisnis, masyarakat,
publik, maupun interaksi antara ketiga sektor.
Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai
alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan
perilaku administrasi dengan cara memberikan kewajiban
untuk dapat memberikan jawaban (answerability) kepada
sejumlah otoritas eksternal (Dubnik: 2005). Selain itu
akuntabilitas publik dalam arti yang paling fundamental
merujuk kepada kemampuan menjawab kepada
seseorang terkait dengan kinerja yang diharapkan (Pierre:
2007). Seseorang yang diberikan jawaban ini haruslah
seseorang yang memiliki legitimasi untuk melakukan
pengawasan dan mengharapkan kinerja (Prasojo: 2005).
Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam
mekanismenya, antara lain adalah akuntabilitas program,
akuntabilitas proses, akuntabilitas keuangan, akuntabilitas
outcome, akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas politik
(Puslitbang, 2001). Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas
harus dapat diukur dan dipertanggungjawabkan melalui
mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban atas
semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi atas kinerja
administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat
yang diperoleh masyarakat baik secara langsung maupun
manfaat jangka panjang dari sebuah kegiatan.

226
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

2. Transparansi
Adalah satu prinsip penting anti korupsi lainnya adalah
transparansi. Prinsip transparansi ini penting karena
pemberantasan korupsi dimulai dari transparansi dan
mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara
terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat
diketahui oleh publik (Prasojo: 2007).
Selain itu transparansi menjadi pintu masuk sekaligus
kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural
kelembagaan. Dalam bentuk yang paling sederhana,
transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran
untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena
kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan
modal awal yang sangat berharga bagi para pegawai
untuk dapat melanjutkan tugas dan tanggungjawabnya
pada masa kini dan masa mendatang (Kurniawan: 2010).
Dalam prosesnya, transparansi dibagi menjadi lima yaitu
1) proses penganggaran, 2) proses penyusunan kegiatan,
3) proses pembahasan, 4) proses pengawasan, dan 5)
proses evaluasi.
Proses penganggaran bersifat bottom up, mulai dari
perencanaan, implementasi, laporan pertanggung-
jawaban dan penilaian (evaluasi) terhadap kinerja
anggaran.
Proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan
terkait dengan proses pembahasan tentang sumber-
sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi
anggaran (anggaran belanja).
Proses pembahasan membahas tentang pembuatan
rancangan peraturan yang berkaitan dengan strategi
penggalangan (pemungutan) dana, mekanisme
pengelolaan proyek mulai dari pelaksanaan

227
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial dan


pertanggungjawaban secara teknis.
Proses pengawasan dalam pelaksanaan program dan
proyek pembangunan berkaitan dengan kepentingan
publik dan yang lebih khusus lagi adalah proyek-proyek
yang diusulkan oleh masyarakat sendiri. Proses lainnya
yang penting adalah proses evaluasi.
Proses evaluasi ini berlaku terhadap penyelenggaraan
proyek dijalankan secara terbuka dan bukan hanya
pertanggungjawaban secara administratif, tapi juga
secara teknis dan fisik dari setiap out put kerja-kerja
pembangunan.
Hal-hal tersebut merupakan panduan bagi pegawai untuk
dapat melaksanakan kegiatannya agar lebih baik.
Setelah pembahasan prinsip ini, pegawai sebagai
individu dan juga bagian dari masyarakat/ organisasi/
institusi diharapkan dapat mengimplementasikan prinsip
transparansi di dalam kehidupan keseharian pegawai.

3. Kewajaran
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran.
Prinsip fairness atau kewajaran ini ditujukan untuk
mencegah terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam
penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun
ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip kewajaran
ini terdiri dari lima hal penting yaitu komprehensif dan
disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran, dan informatif.
Komprehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan
keseluruhan aspek, berkesinam-bungan, taat asas,
prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui
batas (off budget), sedangkan fleksibilitas artinya adalah
adanya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan

228
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

efektifitas. Terprediksi berarti adanya ketetapan dalam


perencanaan atas dasar asas value for money untuk
menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan.
Anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari
adanya prinsip fairness.
Prinsip kewajaran dapat mulai diterapkan oleh pegawai
dalam kehidupan di dunia kerja. Misalnya, dalam
penyusunan anggaran program kegiatan kepegawaian
harus dilakukan secara wajar. Demikian pula dalam
menyusun Laporan pertanggung-jawaban, harus disusun
dengan penuh tanggung-jawab.

4. Kebijakan
Prinsip anti korupsi yang keempat adalah prinsip
kebijakan. Pembahasan mengenai prinsip ini ditujukan
agar pegawai dapat mengetahui dan memahami kebijakan
anti korupsi. Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata
interaksi agar tidak terjadi penyimpangan yang dapat
merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi
ini tidak selalu identik dengan undang-undang anti-
korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan
mengakses informasi, undang-undang desentralisasi,
undang-undang anti-monopoli, maupun lainnya yang
dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus
mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran
negara oleh para pejabat negara.
Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat
kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur kebijakan.
Kebijakan anti-korupsi akan efektif apabila di dalamnya
terkandung unsur-unsur yang terkait dengan persoalan
korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung pada
kualitas dan integritas pembuatnya.

229
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila


didukung oleh aktor-aktor penegak kebijakan yaitu
keKemenkesan, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan
lembaga pemasyarakatan.
Eksistensi sebuah kebijakan tersebut terkait dengan
nilai-nilai, pemahaman, sikap, persepsi, dan kesadaran
masyarakat terhadap hukum atau undang-undang
anti korupsi. Lebih jauh lagi, kultur kebijakan ini akan
menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam
pemberantasan korupsi.

5. Kontrol Kebijakan
Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan.
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan
yang dibuat betul-betul efektif dan mengeliminasi semua
bentuk korupsi. Pada prinsip ini, akan dibahas mengenai
lembaga-lembaga pengawasan di Indonesia, self-
evaluating organization, reformasi sistem pengawasan di
Indonesia, problematika pengawasan di Indonesia.
Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi, evolusi dan
reformasi. Kontrol kebijakan berupa partisipasi yaitu
melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta
dalam penyusunan dan pelaksanaannya dan kontrol
kebijakan berupa oposisi.

Tugas/ Latihan:
Setelah Anda mempelajari modul ini, diskusikan di dalam
kelompok Anda tentang: Dampak pendidikan budaya anti
korupsi

230
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

POKOK BAHASAN 3
UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI
Uraian Materi
Korupsi masih terjadi secara masif dan sistematis. Praktiknya
bisa berlangsung dimanapun, di lembaga negara, lembaga
privat, hingga di kehidupan sehari-hari. Melihat kondisi seperti
itu, maka pencegahan menjadi layak didudukkan sebagai strategi
perdananya.
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan pengertian korupsi, faktor-
faktor penyebab korupsi, nilai-nilai yang perlu dikembangkan
untuk mencegah seseorang melakukan korupsi atau perbuatan-
perbuatan koruptif. dan prinsip-prinsip upaya pemberantasan
korupsi.
Ada yang mengatakan bahwa upaya yang paling tepat untuk
memberantas korupsi adalah menghukum seberat-beratnya
pelaku korupsi. Dengan demikian, bidang hukum khususnya
hukum pidana akan dianggap sebagai jawaban yang paling tepat
untuk memberantas korupsi merupakan sebuah realita bahwa kita
sudah memiliki berbagai perangkat hukum untuk memberantas
korupsi yaitu peraturan perundang-undangan. Kita memiliki
lembaga serta aparat hukum yang mengabdi untuk menjalankan
peraturan tersebut baik keKemenkesan, kejaksaan, dan
pengadilan. Kita bahkan memiliki sebuah lembaga independen
yang bernama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang
kesemuanya dibentuk salah satunya untuk memberantas korupsi.
Namun apa yang terjadi? Korupsi tetap tumbuh subur dan
berkembang dengan pesat. Sedihnya lagi, dalam realita ternyata
lembaga dan aparat yang telah ditunjuk tersebut dalam beberapa
kasus justru ikut menumbuhsuburkan korupsi yang terjadi di
Indonesia.
Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa bekal penkerjaan
(termasuk Pekerjaan Agama) memegang peranan yang sangat
penting untuk mencegah korupsi. Benarkah demikian? Yang cukup

231
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

mengejutkan, negara-negara yang tingkat korupsinya cenderung


tinggi, justru adalah negara-negara yang masyarakatnya dapat
dikatakan cukup taat beragama.
Ada yang mengatakan bahwa untuk memberantas korupsi, sistem
dan lembaga pemerintahan serta lembaga-lembaga negara harus
direformasi.
Apa saja yang harus direformasi?
Reformasi ini meliputi reformasi terhadap:
- sistem
- kelembagaan maupun pejabat publiknya
- ruang untuk korupi harus diperkecil
- transparansi dan akuntabilitas serta
- akses untuk mempertanyakan apa yang dilakukan pejabat
publik harus ditingkatkan

Pada bagian atau bab ini, akan dipaparkan berbagai upaya


pencegahan dan pemberantasan korupsi yang dapat dan telah
dipraktikkan di berbagai negara. Ada beberapa bahan menarik
yang dapat didiskusikan dan digali bersama untuk melihat upaya
yang dapat kita lakukan untuk memberantas korupsi.

A. Upaya Pencegahan Korupsi


Berikut akan dipaparkan berbagai upaya atau strategi yang
dilakukan untuk memberantas korupsi yang dikembangkan
oleh United Nations yang dinamakan the Global Program
Against Corruption dan dibuat dalam bentuk United Nations
Anti-Corruption Toolkit (UNODC: 2004).

1. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi


Salah satu cara untuk memberantas korupsi adalah
dengan membentuk lembaga yang independen yang
khusus menangani korupsi. Sebagai contoh di beberapa
negara di-dirikan lembaga yang dinamakan Ombudsman.
Peran lembaga ombudsman--yang kemudian berkembang
pula di negara lain-- antara lain menyediakan sarana bagi

232
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

masyarakat yang hendak mengkomplain apa yang dilaku-


kan oleh Lembaga Pemerintah dan pegawainya. Selain itu
lembaga ini juga mem-berikan edukasi pada pemerintah
dan masyarakat serta mengembangkan standar perilaku
serta code of conduct bagi lembaga pemerintah maupun
lembaga hukum yang membutuhkan. Salah satu peran
dari ombudsman adalah mengembangkan kepedulian
serta pengetahuan masyarakat mengenai hak mereka
untuk mendapat perlakuan yang baik, jujur dan efisien
dari pegawai pemerintah (UNODC: 2004).

Bagaimana dengan Indonesia?


Kita sudah memiliki Lembaga yang secara khusus
dibentuk untuk memberantas korupsi. Lembaga tersebut
adalah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah memperbaiki
kinerja lembaga peradilan.
Apa saja yang sudah dilakukan oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mencegah dan
memberantas korupsi? Adakah yang masih harus
diperbaiki dari kinerja KPK yang merupakan lembaga
independen anti-korupsi yang ada di Indonesia?
Ada beberapa negara yang tidak memiliki lembaga
khusus yang memiliki kewenangan seperti KPK Namun
tingkat korupsi di negara-negara tersebut sangat rendah.
Mengapa?
Salah satu jawabannya adalah lembaga peradilannya
telah berfungsi dengan baik dan aparat penegak
hukumnya bekerja dengan penuh integritas.

Bagaimana dengan Indonesia?


Tingkat keKemenkesan, kejaksaan, pengadilan
dan Lembaga Pemasyarakatan. Pengadilan adalah

233
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

jantungnya penegakan hukum yang harus bersikap


imparsial (tidak memihak), jujur dan adil. Banyak kasus
korupsi yang tidak terjerat oleh hukum karena kinerja
lembaga peradilan yang sangat buruk. Bila kinerjanya
buruk karena tidak mampu (unable), mungkin masih
dapat dimaklumi.
Ini berarti pengetahuan serta ketrampilan aparat penegak
hukum harus ditingkatkan. Yang menjadi masalah
adalah bila mereka tidak mau (unwilling) atau tidak
memiliki keinginan yang kuat (strong political will) untuk
memberantas korupsi, atau justru terlibat dalam berbagai
perkara korupsi.
Di tingkat departemen, kinerja lembaga-lembaga audit
seperti Inspektorat Jenderal harus ditingkatkan. Selama
ini ada kesan bahwa lembaga ini sama sekali ‘tidak punya
gigi’ ketika berhadapan dengan korupsi yang melibatkan
pejabat tinggi.

Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik


adalah salah satu cara untuk mencegah korupsi.
Semakin banyak meja yang harus dilewati untuk mengurus
suatu hal, semakin banyak pula kemungkinan untuk
terjadinya korupsi. Salah satu cara untuk menghindari
praktik suap menyuap dalam rangka pelayanan publik
adalah dengan mengumumkan secara resmi biaya yang
harus dikeluarkan oleh seseorang untuk mengurus suatu
hal seperti mengurus paspor, mengurus SIM, mengurus
ijin usaha atau Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dsb.
Salah satu hal yang juga cukup krusial untuk mengurangi
risiko korupsi adalah dengan memperbaiki dan memantau
kinerja Pemerintah Daerah. Sebelum Otonomi Daerah
diberlakukan, umumnya semua kebijakan diambil oleh
Pemerintah Pusat. Dengan demikian korupsi besar-

234
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

besaran umumnya terjadi di Ibukota negara atau di


Jakarta. Dengan otonomi yang diberikan kepada
Pemerintah Daerah, kantong korupsi tidak terpusat hanya
di ibukota negara saja tetapi berkembang di berbagai
daerah. Untuk itu kinerja dari aparat pemerintahan di
daerah juga perlu diperbaiki dan dipantau atau diawasi
terbukti melakukan korupsi
Selain sistem perekruitan, sistem penilaian kinerja
pegawai negeri yang menitikberatkan pada pada proses
(proccess oriented) dan hasil kerja akhir (result oriented)
perlu dikembangkan. Untuk meningkatkan budaya kerja
dan motivasi kerja pegawai negeri, bagi pegawai negeri
yang berprestasi perlu diberi insentif yang sifatnya positif.
Pujian dari atasan, penghargaan, bonus atau jenis insentif
lainnya dapat memacu kinerja pegawai negeri.

2. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat


Salah satu upaya pencegahan korupsi adalah memberi
hak pada masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap
informasi (access to information). Sebuah sistem harus
dibangun di mana kepada masyarakat (termasuk media)
diberikan hak meminta segala informasi yang berkaitan
dengan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi hajat
hidup orang banyak. Hak ini dapat meningkatkan keinginan
pemerintah untuk membuat kebijakan dan menjalankannya
secara transparan.
Pemerintah memiliki kewajiban melakukan sosialisasi
atau diseminasi berbagai kebijakan yang dibuat dan akan
dijalankan.
Isu mengenai public awareness atau kesadaran serta
kepedulian publik terhadap bahaya korupsi dan isu
pemberdayaan masyarakat adalah salah satu bagian.

235
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

3. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik


Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan
mewajibkan pejabat publik untuk melaporkan dan
mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki baik sebelum
maupun sesudah menjabat.
Dengan demikian masyarakat dapat memantau tingkat
kewajaran peningkatan jumlah kekayaan yang dimiliki
khususnya apabila ada peningkatan jumlah kekayaan setelah
selesai menjabat.
Untuk kontrak pekerjaan atau pengadaan barang baik di
pemerintahan pusat, daerah maupun militer, salah satu cara
untuk memperkecil potensi korupsi adalah dengan melakukan
lelang atau penawaran secara terbuka. Masyarakat harus
diberi otoritas atau akses untuk dapat memantau dan
memonitor hasil dari pelelangan atau penawaran tersebut.
Untuk itu harus dikembangkan sistem yang dapat memberi
kemudahan bagi masyarakat untuk ikut memantau ataupun
memonitor hal ini yang sangat penting dari upaya memberantas
korupsi.
Salah satu cara untuk meningkatkan public awareness adalah
dengan melakukan kampanye tentang bahaya korupsi.
Sosialisasi serta diseminasi di ruang publik mengenai apa itu
korupsi, dampak korupsi dan bagaimana memerangi korupsi
harus diintensifkan. Kampanye tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan media massa (baik cetak maupun
tertulis), melakukan seminar dan diskusi.
Spanduk dan poster yang berisi ajakan untuk menolak segala
bentuk korupsi ‘harus’ dipasang di kantor-kantor pemerintahan
sebagai media kampanye tentang bahaya korupsi bahkan
memasukkan materi budaya anti korupsi menajdi bagian dari
pembelajaran pada pelatihan bagi aparatur sipil negara.
Salah satu cara untuk ikut memberdayakan masyarakat

236
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

dalam mencegah dan memberantas korupsi adalah dengan


menyediakan sarana bagi masyarakat untuk melaporkan
kasus korupsi.
Sebuah mekanisme harus dikembangkan dimana masyarakat
dapat dengan mudah dan bertanggung-jawab melaporkan
kasus korupsi yang diketahuinya. Mekanisme tersebut harus
dipermudah atau disederhanakan misalnya via telepon, surat
atau telex.
Di beberapa Negara, pasal mengenai ‘fitnah’ dan “pencemaran
nama baik” tidak dapat diberlakukan untuk mereka yang
melaporkan kasus korupsi dengan pemikiran bahwa bahaya
korupsi dianggap lebih besar dari pada kepentingan individu.
Pers yang bebas adalah salah satu pilar dari demokrasi.
Semakin banyak informasi yang diterima oleh masyarakat,
semakin paham mereka akan bahaya korupsi. Media memiliki
fungsi yang efektif untuk melakukan pengawasan atas
perilaku pejabat publik.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGOs baik tingat
lokal atau internasional juga memiliki peranan penting untuk
mencegah dan memberantas korupsi. Mereka adalah bagian
dari masyarakat sipil (civil society) yang keberadaannya tidak
dapat diremehkan begitu saja. Sejak era reformasi, LSM baru
yang bergerak di bidang Anti-Korupsi banyak bermunculan.
Sama seperti pers yang bebas, LSM memiliki fungsi untuk
melakukan pengawasan atas perilaku pejabat publik.
Mengacu pada berbagai aspek yang dapat menjadi penyebab
terjadinya korupsi sebagaimana telah dipaparkan dalam bab
sebelumnya, dapat dikatakan bahwa penyebab korupsi terdiri
atas faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal merupakan penyebab korupsi yang datangnya
dari diri pribadi atau individu, sedangkan faktor eksternal
berasal dari lingkungan atau sistem.

237
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya dapat dilakukan


dengan menghilangkan, atau setidaknya mengurangi, kedua
faktor penyebab korupsi tersebut.
Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilai
anti korupsi tertanam dalam diri setiap individu. Nilai-nilai anti
korupsi tersebut antara lain meliputi kejujuran, kemandirian,
kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana,
keberanian, dan keadilan.
Nilai-nilai anti korupsi itu perlu diterapkan oleh setiap
individu untuk dapat mengatasi faktor eksternal agar korupsi
tidak terjadi. Untuk mencegah terjadinya faktor eksternal,
selain memiliki nilai-nilai anti korupsi, setiap individu perlu
memahami dengan mendalam prinsip-prinsip anti korupsi
yaitu akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan,
dan kontrol kebijakan dalam suatu organisasi/ institusi/
masyarakat. Oleh karena itu hubungan antara prinsip-prinsip
dan nilai-nilai anti korupsi merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan.

B. Upaya Pemberantasan Korupsi


Tidak ada jawaban yang tunggal dan sederhana untuk
menjawab mengapa korupsi timbul dan berkembang demikian
masif di suatu negara. Ada yang menyatakan bahwa korupsi
ibarat penyakit ‘kanker ganas’ yang sifatnya tidak hanya kronis
tapi juga akut. Ia menggerogoti perekonomian sebuah negara
secara perlahan, namun pasti. Penyakit ini menempel pada
semua aspek bidang kehidupan masyarakat sehingga sangat
sulit untuk diberantas. Perlu dipahami bahwa dimanapun dan
sampai pada tingkatan tertentu, korupsi memang akan selalu
ada dalam suatu negara atau masyarakat.
Dalam pemberantasan korupsi sangat penting untuk
menghubungkan strategi atau upaya pemberantasan korupsi

238
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

dengan melihat karakteristik dari berbagai pihak yang terlibat


serta lingkungan di mana mereka bekerja atau beroperasi.
Tidak ada jawaban, konsep atau program tunggal untuk
setiap negara atau organisasi.
Upaya yang paling tepat untuk memberantas korupsi adalah
dengan memberikan pidana atau menghukum seberat-
beratnya pelaku korupsi. Dengan demikian bidang hukum
khususnya hukum pidana akan dianggap sebagai jawaban
yang paling tepat untuk memberantas korupsi. Benarkah
demikian?
Untuk memberantas korupsi tidak dapat hanya mengandalkan
hukum (pidana) saja dalam memberantas korupsi.
Padahal beberapa kalangan mengatakan bahwa cara untuk
memberantas korupsi yang paling ampuh adalah dengan
memberikan hukuman yang seberat-beratnya kepada pelaku
korupsi. Kepada pelaku yang terbukti telah melakukan
korupsi memang tetap harus dihukum (diberi pidana),
namun berbagai upaya lain harus tetap terus dikembangkan
baik untuk mencegah korupsi maupun untuk menghukum
pelakunya.
Adakah gunanya berbagai macam peraturan perundang-
undangan, lembaga serta sistem yang dibangun untuk
menghukum pelaku korupsi bila hasilnya tidak ada?.
Jawabannya adalah: jangan hanya mengandalkan satu
cara, satu sarana atau satu strategi saja yakni dengan
menggunakan sarana penal, karena ia tidak akan mempan
dan tidak dapat bekerja secara efektif. Belum lagi kalau kita
lihat bahwa ternyata lembaga serta aparat yang seharusnya
memberantas korupsi justru ikut bermain dan menjadi aktor
yang ikut menumbuhsuburkan praktik korupsi.

239
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

C. Strategi Komunikasi Pemberantasan Korupsi (PK)


1. Adanya Regulasi
KEPMENKES No: 232 Menkes/Sk/VI/2013, Tentang
Strategi Komunikasi Pemberantasan Budaya Anti Korupsi
Kementerian Kesehatan Tahun 2013.
- Penyusunan dan sosialisasai Buku panduan
Penggunaan fasilitas kantor
- Penyusunan dan sosialisasi Buku Panduan
Memahami Gratifikasi
- Workshop/ pertemuan peningkatan pemahaman
tentang antikorupsi dengan topik tentang gaya hidup
PNS, kesederhanaan, perencanaan keuangan
keluarga sesuai dengan kemampuan lokuS
- Penyebarluasan nilai-nilai anti korupsi (disiplin dan
tanggung jawab) berkaitan dengan kebutuhan pribadi
dan persepsi gratifikasi
- Penyebarluasan informasi tentang peran penting
dan manfaat whistle blower dan justice collaborator

2. Perbaikan Sistem
- Memperbaiki peraturan perundangan yang berlaku,
untuk mengantisipasi perkembangan korupsi dan
menutup celah hukum atau pasal-pasal karet yang
sering digunakan koruptor melepaskan diri dari jerat
hukum.
- Memperbaiki cara kerja pemerintahan (birokrasi)
menjadi simpel dan efisien. Menciptakan lingkungan
kerja yang anti korupsi. Reformasi birokrasi.
- Memisahkan secara tegas kepemilikan negara
dan kepemilikan pribadi, memberikan aturan yang
jelas tentang penggunaan fasilitas negara untuk
kepentingan umum dan penggunaannya untuk
kepentingan pribadi.
- Menegakkan etika profesi dan tata tertib lembaga
dengan pemberian sanksi secara tegas.

240
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

- Penerapan prinsip-prinsip Good Governance.


- Mengoptimalkan pemanfaatan eknologi, memper-
kecil terjadinya human error.

3. Perbaikan manusianya
KPK terus berusaha melakukan pencegahan korupsi sejak
dini. Berdasarkan studi yang telah dilakukan, ditemukan
bahwa ada peran penting keluarga dalam menanamkan nilai
anti korupsi.
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa
ada peran penting keluarga dalam proses pencegahan
korupsi. Keluarga batih menjadi pihak pertama yang bisa
menanamkan nilai anti korupsi saat anak dalam proses
pertumbuhan. “Keluarga batih itu adalah pihak pertama yang
bisa menanamkan nilai anti korupsi ke anak. Seiring anak
tumbuh, nilai anti korupsi itu semakin mantap.
KPK menekankan pencegahan korupsi sejak dini. Sebabnya,
ketika seseorang sudah beranjak dewasa dan memiliki
pemahaman sendiri, penanaman nilai anti korupsi akan susah
ditanamkan. Ketika orang sudah dewasa, apalagi dia adalah
orang yang pandai dan cerdas, sangat susah menanamkan
nilai anti korupsi karena mereka sudah punya pemahaman
sendiri.
- Memperbaiki moral manusia sebagai umat beriman.
Mengoptimalkan peran agama dalam memberantas
korupsi. Artinya pemuka agama berusaha mempererat
ikatan emosional antara agama dengan umatnya
dan menyatakan dengan tegas bahwa korupsi
adalah perbuatan tercela, mengajak masyarakat
untuk menjauhkan diri dari segala bentuk korupsi,
mendewasakan iman dan menumbuhkan keberanian
masyarakat untuk melawan korupsi.
- Memperbaiki moral sebagai suatu bangsa. Pengalihan
loyalitas (kesetiaan) dari keluarga/ klan/ suku kepada

241
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

bangsa. Menolak korupsi karena secara moral salah


(Klitgaard, 2001). Morele herbewapening, yaitu
mempersenjatai/ memberdayakan kembali moral bangsa
(Frans Seda, 2003).
- Meningkatkan kesadaran hukum, dengan sosialisasi dan
penkerjaan anti korupsi.
- Mengentaskan kemiskinan. Meningkatkan kesejahteraan.
- Memilih pemimpin yang bersih, jujur dan anti korupsi,
pemimpin yang memiliki kepedulian dan cepat tanggap,
pemimpin yang bisa menjadi teladan.

Bagaimana cara penanggulangan korupsi?


Cara penaggulangan korupsi adalah bersifat Preventif dan
Represif. Pencegahan (preventif) yang perlu dilakukan adalah
dengan menumbuhkan dan membangun etos kerja pejabat
maupun pegawai tentang pemisahan yang jelas antara milik
negara atau perusahaan dengan milik pribadi, mengusahakan
perbaikan penghasilan (gaji), menumbuhkan kebanggaan-
kebanggaan dan atribut kehormatan diri setiap jabatan dan
pekerjaan, teladan dan pelaku pimpinan atau atasan lebih
efektif dalam memasyarakatkan pandangan, penilaian dan
kebijakan, terbuka untuk kontrol, adanya kontrol sosial dan
sanksi sosial,dan pendidikan dapat menjadi instrumen penting
bila dilakukan dengan tepat bagi upaya pencegahan tumbuh
dan berkembangnya korupsi.
Sementara itu untuk tindakan represif penegakan hukum dan
hukuman yang berat perlu dilaksanakan dan apabila terkait
dengan implementasinya maka aspek individu penegak
hukum menjadi dominan, dalam perspektif ini pendidikan
juga akan berperan penting di dalamnya.

Tugas/ Latihan:
Setelah Anda mempelajari modul ini bagaimana komentar
Anda terhadap:

242
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

1. Berbagai upaya atau strategi yang dilakukan untuk


memberantas korupsi yang dikembangkan dalam Upaya
Pencegahan Korupsi secara tepat dan benar seperti yang
Anda pelajari pada modul ini, bagaimana pandangan Anda
terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh Indenesia?
2. Dalam pemberantasan korupsi sangat penting untuk
menghubungkan strategi atau upaya pemberantasan
korupsi dengan melihat karakteristik dari berbagai pihak
yang terlibat serta lingkungan di mana mereka bekerja atau
beroperasi. Bagaimana komentar Anda terhadap pernyataan
tersebut terkait dengan upaya Pemberantasan Korupsi
dengan benar.

Apakah Stra8tegi Komunikasi Pemberantasan Anti Korupsi


(PAK) seperti yang Anda pelajari pada pokok bahasan tersebut
yaitu dengan adanya regulasi, perbaikan sistem, dan perbaikan
manusianya, merupakan cara yang efektif untuk memberantas
korupsi. Diskusikan di dalam kelompok Anda!

POKOK BAHASAN IV
TATA CARA PELAPORAN DUGAAN PELANGGARAN TINDAK
PIDANA KORUPSI
Dalam menjalani aktivitas sehari-hari dilingkup perusahaan
mungkin kita melihat ada beberapa “oknum” pejabat yang
melakukan tindak pidana korupsi namun kita binggung bagaimana
cara melaporkan kasus tersebut..
Pengertian Laporan/ pengaduan dapat kita temukan didalam
Pasal 1 angka 24 dan 25 UU No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang
karena hak atau kewajiban berdasarkan undang-undang kepada
pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga
akan terjadinya peristiwa pidana.(Pasal 1 angka 24 KUHAP)

Sedangkan yang dimaksud dengan pengaduan adalah:

243
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak


yang berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk
menindak menurut hukum seorang yang telah melakukan tindak
pidana aduan yang merugikannya.(Pasal 1 angka 25 KUHAP)

A. Laporan
Dari pengertian di atas, laporan merupakan suatu bentuk
pemberitahuan kepada pejabat yang berwenang bahwa
telah ada atau sedang atau diduga akan terjadinya sebuah
peristiwa pidana/ kejahatan. Artinya, peristiwa yang dilaporkan
belum tentu perbuatan pidana, sehingga dibutuhkan sebuah
tindakan penyelidikan oleh pejabat yang berwenang terlebih
dahulu untuk menentukan perbuatan tersebut merupakan
tindak pidana atau bukan. Kita sebagai orang yang melihat
suatu tidak kejahatan memiliki kewajiban untuk melaporkan
tindakan tersebut.
Selanjutnya, di mana kita melapor? Dalam hal jika Anda
ingin melaporkan suatu tindak pidana korupsi yang terjadi
di lingkungan kementerian Kesehatan, saat ini kementerian
Kesehatan melalui Inspektorat jenderal sudah mempunyai
mekanisme pengaduan tindak pidana korupsi.

Mekanisme Pelaporan
1. Tim Dumasdu pada unit Eselon 1 setiap bulan
menyampaikan laporan penanganan pengaduan
masyarakat dalam bentuk surat kepada Sekretariat
Tim Dumasdu. Laporan tersebut minimal memuat
informasi tentang nomor dan tanggal pengaduan, isi
ringkas pengaduan, posisi penanganan dan hasilnya
penanganan.
2. Sekretariat Tim Dumasdu menyusun laporan triwulanan
dan semesteran untuk disampaikan kepada Menteri
Kesehatan dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur

244
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Negara dan Reformasi Birokrasi dan pihak-pihak terkait


lainnya.

B. Pengaduan
Pengaduan yang dapat bersumber dari berbagai pihak
dengan berbagai jenis pengaduan, perlu diproses ke dalam
suatu sistem yang memungkinkan adanya penanganan
dan solusi terbaik dan dapat memuaskan keinginan publik
terhadap akuntabilitas pemerintahan.Ruang lingkup materi
dalam pengaduan adalah adanya kepastian telah terjadi
sebuah tindak pidana yang termasuk dalam delik aduan,
dimana tindakan seorang pengadu yang mengadukan
permasalahan pidana delik aduan harus segera ditindak
lanjuti dengan sebuah tindakan hukum berupa serangkaian
tindakan penyidikan berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Artinya dalam proses penerimaan pengaduan dari
masyarakat, seorang pejabat yang berwenang dalam hal ini
internal di Kementerian Kesehatan khususnya Inspektorat
Jenderal, harus bisa menentukan apakah sebuah peristiwa
yang dilaporkan oleh seorang pengadu merupakan sebuah
tindak pidana delik aduan ataukah bukan.
Penyelesaian Hasil Penanganan Pengaduan Masyarakat
Sekretariat Tim Dumasdu secara periodik melakukan
monitoring dan evaluasi (money) terhadap hasil ADTT/
Investigasi, berkoordinasi dengan Bagian Analisis Pelaporan
dan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (APTLHP). Pelaksanaan
money dan penyusunan laporan hasil money dilakukan sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku
pada Inspektorat Jenderal.
Penyelesaian hasil penanganan dumas agar ditindaklanjuti
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, berupa:

245
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

1. Tindakan administratif;
2. Tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi;
3. Tindakan perbuatan pidana;
4. Tindakan pidana;
5. Perbaikan manajemen.

C. Tata Cara Penyampaian Pengaduan


Prosedur Penerimaan Laporan kepada Kemenkes adalah
Berdasarkan Permenkes Nomor 49 tahun 2012 tentang
Pengaduan kasus korupsi, beberapa hal penting yang perlu
diketahui antaranya.
Pengaduan masyarakat di Lingkungan Kementerian
Kesehatan dikelompokkan dalam:
1. Pengaduan masyarakat berkadar pengawasan; dan
2. Pengaduan masyarakat tidak berkadar pengawasan.
Pengaduan masyarakat berkadar pengawasan adalah:
mengandung informasi atau adanya indikasi terjadinya
penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang yang
dilakukan oleh aparatur Kementerian Kesehatan sehingga
mengakibatkan kerugian masyarakat atau negara.
Pengaduan masyarakat tidak berkadar pengawasan
merupakan pengaduan masyarakat yang isinya mengandung
informasi berupa sumbang saran, kritik yang konstruktif,
dan lain sebagainya, sehingga bermanfaat bagi perbaikan
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.
Masyarakat terdiri atas orang perorangan, organisasi
masyarakat, partai politik, institusi, kementerian/lembaga
pemerintah, dan pemerintah daerah.
Pengaduan masyarakat di lingkungan Kementerian
Kesehatan dapat disampaikan secara langsung melalui
tatap muka, atau secara tertulis/surat, media elektronik, dan
media cetak kepada pimpinan atau pejabat Kerrienterian
Kesehatan. Pengaduan masyarakat berkadar pengawasan

246
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

dapat disampaikan secara langsung oleh masyarakat kepada


Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan.
Pengaduan masyarakat tidak berkadar pengawasan dapat
disampaikan secara langsung oleh masyarakat kepada
sekretariat unit utama dilingkungan Kementerian Kesehatan.
Pengaduan masyarakat di lingkungan Kementerian
Kesehatan harus ditanggapi dalam waktu paling lambat 14
(empat belas) hari kerja sejak pengaduan diterima.
Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di
Lingkungan Kemenkes
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1144/Menkes/ Per/ VIII/ 2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Inspektorat Jenderal
mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di
lingkungan Kementerian Kesehatan, sehingga dalam
rangka melaksanakan fungsi tersebut perlu suatu pedoman
penanganan pengaduan masyarakat yang juga merupakan
bentuk pengawasan. Selain itu untuk penanganan
pengaduan masyarakat secara terkoordinasi di lingkungan
Kementerian Kesehatan telah dibentuk Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 134/ Menkes/ SK/ III/ 2012 tentang Tim
Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di Lingkungan
Kementerian Kesehatan (Tim Dumasdu) yang anggotanya
para Kepala bagian Hukormas yang ada pada masing-
masing Unit Eselon I di Kementerian Kesehatan. Pengaduan
masyarakat di lingkungan Kementerian Kesehatan ditangani
oleh Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di
Lingkungan Kementerian Kesehatan yang dibentuk oleh
Menteri berdasarkan kewenangan masing-masing.
Penanganan pengaduan masyarakat terpadu di lingkungan
Kementerian Kesehatan harus dilakukan secara cepat, tepat,
dan dapat dipertanggungjawabkan Penanganan pengaduan
masyarakat meliputi pencatatan, penelaahan, penanganan

247
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

lebih lanjut, pelaporan, dan pengarsipan.


Penanganan lebih lanjut berupa tanggapan secara langsung
melalui klarifikasi atau memberi jawaban, dan penyaluran/
penerusan kepada unit terkait yang berwenang menangani.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan pengaduan
masyarakat tercantum dalam Pedoman Penanganan
Pengaduan Masyarakat Terpadu di Lingkungan Kementerian
Kesehatan

Pencatatan Pengaduan
Pada dasarnya pengaduan disampaikan secara tertulis.
Walaupun peraturan yang ada menyebutkan bahwa
pengaduan dapat dilakukan secara lisan, tetapi untuk lebih
meningkatkan efektifitas tindak lanjut atas suatu perkara,
maka pengaduan yang diterima masyarakat hanya berupa
pengaduan tertulis.
Pencatatan pengaduan masyarakat oleh Tim Dumasdu
dilakukan sebagai berikut:
1. Pengaduan masyarakat (dumas) yang diterima oleh Tim
Dumasdu pada Unit Eselon I berasal dari organisasi
masyarakat, partai politik, perorangan atau penerusan
pengaduan oleh Kementerian/ Lembaga/ Komisi Negara
dalam bentuk surat, fax, atau email, dicatat dalam
agenda surat masuk secara manual atau menggunakan
aplikasi sesuai dengan prosedur pengadministrasian/
tata persuratan yang berlaku. Pengaduan yang
disampaikan secara lisan agar dituangkan ke dalam
formulir yang disediakan.
2. Pencatatan dumas tersebut sekurang-kurangnya memuat
informasi tentang nomor dan tanggal surat pengaduan,
tanggal diterima, identitas pengadu, identitas terlapor,
dan inti pengaduan.

248
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

3. Pengaduan yang alamatnya jelas, segera dijawab secara


tertulis dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari
kerja sejak surat pengaduan diterima, dengan tembusan
disampaikan kepada Sekretariat Tim Dumasdu pada
Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan.
Latihan:
Setelah Anda mempelajari pokok bahasan tersebut di atas, ada
dua hal penting yang perlu didiskusikan lebih lanjut di dalam
kelompok masing2, yaitu: perihal laporan dan pengaduan.
Apa beda yang prinsip antara laporan dan pengaduan dan
bagaimana tatacara untuk laporan dan pengaduan.

POKOK BAHASAN V
GRATIFIKASI
A. Pengertian Grafitasi
APA itu GRATIFIKASI ?
Bagi sebagian orang mungkin sudah mengetahui apa
yang dimaksud dengan kata Gratifikasi. Tapi Saya lebih
senang menafsirkan kata tersebut dengan kata yang
mendefinisikan sesuatu yang berarti “gratis di kasih”.
Gratifikasi menurut kamus hukum berasal dari Bahasa
Belanda, “Gratificatie”, atau Bahasa Inggrisnya
“Gratification“ yang diartikan hadiah uang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,1998)
Gratifikasi diartikan pemberian hadiah uang kepada pegawai
di luar gaji yang telah ditentukan.
Menurut UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Penjelasan
Pasal 12 b ayat (1), Gratifikasi adalah Pemberian dalam arti
luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount),
komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan
fasilitas lainnya.

249
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun


di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan
sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.
Ada beberapa contoh penerimaan gratifikasi, diantaranya
yakni:
- Seorang pejabat negara menerima “uang terima kasih”
dari pemenang lelang;
- Suami/ Istri/ anak pejabat memperoleh voucher belanja
dan tiket tamasya ke luar negeri dari mitra bisnis istrinya/
suaminya;
- Seorang pejabat yang baru diangkat memperoleh
mobil sebagai tanda perkenalan dari pelaku usaha di
wilayahnya;
- Seorang petugas perijinan memperoleh uang “terima
kasih” dari pemohon ijin yang sudah dilayani.
- Pemberian bantuan fasilitas kepada pejabat Eksekutif,
Legislatif dan Yudikatif tertentu, seperti: Bantuan
Perjalanan + penginapan, Honor-honor yang tinggi
kepada pejabat-pejabat walaupun dituangkan dalam
SK yang resmi), Memberikan fasilitas Olah Raga (misal,
Golf, dll); Memberikan hadiah pada event-event tertentu
(misal, bingkisan hari raya, pernikahan, khitanan dll).
Pemberian gratifikasi tersebut umumnya banyak
memanfaatkan momen-momen ataupun peristawa-peristiwa
yang cukup baik, seperti: Pada hari-hari besar keagamaan
(hadiah hari raya tertentu), hadiah perkawinan, hari ulang
tahun, keuntungan bisnis, dan pengaruh jabatan
Pengertian Gratifikasi menurut penjelasan Pasal 12B UU No.
20 Tahun 2001
Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang,
barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga,
tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.

250
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun


di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan
sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.
Pengecualian Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Pasal 12
C ayat (1) :
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B ayat
(1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang
diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.

B. Landasan Hukum
Aspek hukum gratifikasi meliputi tiga unsur yaitu: (1) dasar
hukum, (2) subyek hukum, (3) Obyek Hukum
Ada dua Dasar Hukum dalam gratifikasi yaitu: (1) Undang-
undang Nomor 30 Tahun 2002 dan (2) Undang2-undang
No 20 Tahun 2001. Menurut undang-undang Nomor 30
tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi pasal 16: “ setiap PNS atau Penyelenggara Negara
yang menerima gratifikasi wajib melaporkan kepada KPK”.
Undang-undang nomor 20 tahun 2001, menurut UU No 20
tahun 2001 tentang pemberantasan tindak korupsi pasal 12
C Ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi
yang diterimanya kepada KPK. Ayat 2 penyampaian laporan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib dilakukan oleh
penerima gratifikasi paling lambat 30 hari kerja terhitung sejak
tanggal gratifikasi tersebut diterima.
Subyek hukum terdiri dari: (1) penyelenggara negara, dan
(2) pegawai negeri Penyelenggara negara meliputi: pejabat
negara pada lembaga tertinggi negara, pejabata negara
pada lembaga tinggi negara, menteri, gubernur, hakim,
pejabat lain yang memiliki fungsi startegis dalam kaitannya
dalam penyelenggaraan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku

251
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Pegawai Negeri Sipil meliputi pegawai negeri spil sebagaimana


yang dimaksud dalam undang-undang kepegawaian, pegawai
negeri spil sebagaimana yang dimaksud dalam kitab undang-
undang hukum pidana, orang yang menerima gaji atau upah
dari keuangan negara atau daerah, orang yang menerima
gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima bantuan
dari keuangan negara atau daerah; orang yang menerima gaji
atau upah dari korporasi lain yang mempergunakan modal
atau fasilitas negara atau rakyat

Obyek Hukum gratifikasi meliputi: (1) uang (2) barang dan


(3) fasilitas

C. Gratifikasi Dikatakan Sebagai Tindak Pidana Korupsi


Gratifikasi dikatakan sebagai pemberian suap jika
berhubungan dengan jabatannnya dan yang berlawanan
dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai
berikut:
Suatu gratifikasi atau pemberian hadiah berubah menjadi
suatu yang perbuatan pidana suap khsuusnya pada seorang
penyelenggara negara atau pegawai negeri adalah pada
saat penyelenggara negara atau pegawai negeri tersebut
melakukan tindakan menerima suatu gratifikasi atau
pemberian hadiah dari pihak manapun sepanjang pemberian
tersebut diberikan berhubungan dengan jabatan ataupun
pekerjaannya.
Bentuknya: Pemberian tanda terima kasih atas jasa yang
telah diberikan oleh petugas, dalam bentuk barang, uang,
fasilitas

D. Contoh Gratifikasi
Contoh pemberian yang dapat digolongkan sebagai
gratifikasi,antara lain:

252
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

- Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima kasih


karena telah dibantu;
- Hadiah atau sumbangan dari rekanan yang diterima pejabat
pada saat perkawinan anaknya;
- Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat/ pegawai negeri
atau keluarganya untuk keperluan pribadi secara cuma-cuma;
- Pemberian potongan harga khusus bagi pejabat/ pegawai
negeri untuk pembelian barang atau jasa dari rekanan;
- Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari rekanan kepada
pejabat/pegawai negeri;
- Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara pribadi
lainnya dari rekanan;
- Pemberian hadiah atau souvenir kepada pejabat/pegawai
negeri pada saat kunjungan kerja;
- Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat/pegawai
negeri pada saat hari raya keagamaan, oleh rekanan atau
bawahannya.

Berdasarkan contoh diatas, maka pemberian yang dapat


dikategorikan sebagai gratifikasi adalah pemberian atau
janji yang mempunyai kaitan dengan hubungan kerja atau
kedinasan dan/ atau semata-mata karena keterkaitan dengan
jabatan atau kedudukan pejabat/ pegawai negeri dengan
sipemberi.

E. Sanksi Gratifikasi
Sanksi pidana yang menerima gratifikasi dapat dijatuhkan
bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang:
1. Menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut
diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena
kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan
jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberi
hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya;
2. Menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut
diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk

253
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu


dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;
3. Menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan
karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya;
4. Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,
membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan,
atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
5. Pada waktu menjalankan tugas, meminta, menerima,
atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum,
seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
lain atau kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya,
padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan
utang;
6. Pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima
pekerjaan, atau penyerahan barang, seolah-olah merupakan
utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut
bukan merupakan utang;
7 Pada waktu menjalankan tugas, telah menggunakan
tanah negara yang di atasnya terdapat hak pakai, seolah-
olah sesuai dengan peraturan perundangundangan, telah
merugikan orang yang berhak, padahal diketahuinya
bahwa perbuatan tersebut bertentangan dengan peraturan
perundangundangan; atau
8 Baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut
serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan,
yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau
sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya

Dari banyaknya proyek di Kemenkes, ada beberapa yang


disorot aparat penegak hukum karena diduga sarat dengan

254
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

praktik korupsi. Mulai dari kasus korupsi pengadaan alat


kesehatan untuk penanggulangan flu burung tahun kemudian
bertambah dengan kasus pengadaan alat kesehatan untuk
pusat penanggulangan krisis di Kementerian Kesehatan,
kasus pengadaan alat rontgen portable dan kasus pengadaan
alat bantu belajar mengajar pendidikan dokter.
Mengapa hal tersebut terjadi adalah akibat kesalahan
prosedur dalam pengadaan barang dengan menggunakan
metoda penunjukkan langsung yang tidak sesuai dengan
ketentuan.
Kasus lainnya yang juga terjadi di lingkungan Kementerian
Kesehatan khususnya tahun 2010 ke bawah adalah kasus
perjalanann dinas (perjadin). Banyak kecurangan yang
dilakukan pada kegiatan perjadin, pengurangan jumlah
hari, ketidaksesuaian antara pertanggungjawaban perjadin
dengan riil yang dikeluarkan, hingga perjadin fiktif. Kegiatan
lainnya yang juga menjadi perhatian adalah paket meeting
dan pelatihan berupa pengurangan jumlah hari, pengurangan
jumlah orang, volume pertemuan.
Hal lainnya yang juga sangat penting adalah tidak sesuainya
antara kegiatan yang diusulkan dengan rencana program
yang sudah disusun selama lima tahun
Pada modul ini akan dibahas secara detail tentang kasus
pengadaan barang dan jasa yang merupakan kasus
terbanyak.
Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) pemerintahan merupakan
salah satu sektor yang rentan penyimpangan,Kasus yang
ditangani KPK, 60 persen sampai 70 persennya terkait dengan
pengadaan barang dan jasa. Jadi, pengadaan barang dan
jasa memang rawan terjadinya korupsi. salah satunya dalam
bentuk tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme.
Salah satu faktor penyebab memungkinkan terjadinya

255
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

penyimpangan, masih lemahnya sistem pengawasan yang


dilakukan terhadap keseluruhan tahap dan proses PBJ
tersebut, sehingga menimbulkan kerugian negara yang
sangat besar.
Upaya pembenahan sistem PBJ sudah dilakukan dimulai dari
aspek normatif/ regulasi maupun teknis. Namun tentu saja
perbaikan sistem tersebut tidak dibarengi dengan perbaikan
pada aspek pengawasan. Ini tentu saja menjadi kerugian bagi
masyarakat sebagai penerima hasil proses PBJ.
Sistem pengawasan yang ada, baik di tingkat pusat (Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah/
LKPBJP), maupun yang ada diinternal pemerintah belum
sepenuhnya berfungsi dengan baik. Sehingga sangat
dimungkinkan terjadinya penyimpangan. Sistem pengadaan
barang dan jasa yang saat ini berlaku di Indonesia, masih
memiliki kelemahan dan belum secara efektif mampu
mencegah terjadinya korupsi. Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah sebagaimana diatur
dalam Kepres maupun Perpres, masih memungkinkan Panitia
Pengadaan dan Penyedia Barang/Jasa untuk melakukan
korupsi di setiap tahapannya. Kelemahan tersebut terbukti
dengan begitu besarnya kasus korupsi yang terkait dengan
pengadaan barang dan jasa pemerintah yang ditangani Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Dalam laporan tahunan KPK
hingga tahun 2012, kasus korupsi di sektor PBJ menjadi
kasus terbesar yang ditangani KPK tidak hanya di Kemenkes
saja namun di beberapa kementerian dan di daerah.
Beberapa hal yang sering terjadi di antaranya:
1. kegiatan pengadaan sering tidak tepat sasaran
2. Kemahalan harga versus kewajaran harga
3. Kekurangan kuantitas (volume kegiatan) program
versus volume kegiatan fisik
4. Kekurangan kualitas

256
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

VII. REFERENSI
A. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
B. Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 Keterbukaan Informasi
Publik
C. Instruksi Presiden nomor 1 tahun 2013
D. Peraturan Pemerintah No 61 tahun 2010 Pelaksanaan Undang-
undang Nomor 14 Tahun 2008
E. Permenpan Nomor 5 tahun 2009
F. Permenkes No 49 tahun 2012 tentang Pedoman Penanganan
Pengaduan Masyarakat terpadu di lingkungan Kementerian
Kesehatan.
G. Permenkes nomor 134 tahun 2012 tentang Tim Pengaduan
Masyarakat
H. Permenkes Nomor 14 tahun 2014 Kebijakan tentang Gratifikasi
bidang Kesehatan
I. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 232/ Menkes/ SK/ VI/ 2013
Tentang Strategi Komunikasi Penkerjaan dan Budaya Anti Korupsi
J. Dr. Uhar Suharsaputra, M.Pd Budaya Korupsi dan Pendidikan
Tantangan bagi Dunia Pendidikan
K. KPK, Buku Saku Gratifikasi

VIII. EVALUASI

257
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

258
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

LAMPIRAN

SKENARIO POSBINDU :
Di RT 03 Kelurahan GALUR Kecamatan JOHAR BARU
direncanakan akan membentuk Posbindu PTM baru. Pak Laksana,
ketua RT 03 mengundang warganya untuk menghadiri rapat dalam
rangka pembentukan Posbindu PTM baru di wilayah RT 03 Kelurahan
GALUR Kecamatan JOHAR BARU.

Pada hari yang sudah ditentukan warga RT 03 berkumpul untuk


Rapat pembentukan Posbindu PTM, jumlah warga yang hadir kurang
lebih 35 0rang. Dalam rapat tersebut disepakati untuk membentuk
POSBINDU PTM di RT 03, dan terpilih :
Ketua : Laksana
Sekretaris : Jelita
Bendahara : Slalu Sabar
Anggota Pokja 1 : Siti Maemunah
Anggota Pokja 2 : Maesaroh
Anggota Pokja 3 : Musdalifah
Anggota Pokja 4 : Clara Dewi
Anggota Pokja 5 : Bunga Lestari

Rencananya kegiatan akan di laksanakan minggu ke 3 tiap bulan


setiap hari Sabtu jam 11.00 di Sekretariat RT 03. Sasaran yang
diutamakan adalah semua warga yang berusia 15 tahun keatas
diharapkan hadir dalam tiap kegiatan Posbindu PTM. Jenis Kegiatan
yang dilaksanakan pada Posbindu PTM sesuai dengan Juklak/ Juknis
Posbindu dan Kemenkes. Untuk pendanaan dari kas RT/ Iuran warga/
Donatur tetap /Mencari sponsor.

Pada hari pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM semua warga


berkumpul di sekretariat RT 03, di Ruangan yang sudah disiapkan.
Petugas pelaksana Posbindu adalah :

259
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

1. Meja 1 : Ibu Siti Maemunah dengan tugas sebagai administrasi


pasien
2. Meja 2 : Ibu Maesaroh dengan tugas mewawancarai pasien
untuk mendapatkan data-data tentang kesehatan
pasien
3. Meja 3 : Ibu Musdalifah bertugas melakukan pengukuran BB,
TB, IMT dan Lingkar Perut, Gangguan Penglihatan
dan Gangguan Pendengaran
4. Meja 4 : Ibu Clara Dewi yang melakukan pemeriksaan Tekanan
darah , gula darah, dan Cholesterol total dengan
didampingi oleh Bidan Yuli dari Puskesmas Galur
dalam pemeriksaan tersebut.
5. Meja 5 : Ibu Bunga Lestari yang melakukan Edukasi mengenai
bahaya penyakit PTM seperti : Jantung, Diabetes,
Hipertensi, Stroke dan PPOK, Gangguan penglihatan
dan pendengaran, serta konseling tentang faktor
risiko yang dimiliknya. Setelah selesai melewati 5
meja, ibu Bunga menyarankan agar kartu monitoring
dibawa kembali ke meja 1 untuk pencatatan dan kartu
monitoring dibawa pulang pasien.

Pada hari pelaksanaan tanggal 18 Januari 2014, seorang warga


bernama ibu Melati pertama kali berkunjung ke Posbindu PTM RT 03
Kelurahan Galur, Johar Baru. Pertama kali datang ibu Melati menuju
ke meja 1 :
1. Meja 1 : Petugas pelaksana (ibu Siti) terlebih dahulu mengisi
nomor urut pendaftaran dan tanggal kunjungan
pertama, kemudian menanyakan data individu Ibu
Melati, didapatkan bahwa :
Nama Lengkap : Melati Mekarwangi
Nomor KTP : 32745421678764353
Tanggal lahir : 1 Juni 1972 (41 tahun)
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Betawi
Agama : Islam

260
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Alamat : Jalan Kebon, No.55 Rt.03


Galur, Johar Baru
Pendidikan terakhir : SMA
Status perkawinan : Menikah
Golongan darah : Tidak tahu
Data tersebut dicatat di buku monitoring FR PTM,
setelah itu ibu Melati diarahkan menuju meja 2.

2. Meja 2 : Petugas pelaksana (ibu Maesaroh) mewawancari


faktor risiko penyakit tidak menular yang ada pada
ibu Melati dengan menanyakan riwayat PTM apa
saja yang ada pada keluarga dan pada diri sendiri
yang telah di diagnosa oleh dokter, serta faktor risiko
perilaku. Hasil wawancara diketahui bahwa ibu melati:
• Memiliki riwayat asma, hipertensi dan kolesterol
tinggi pada keluarga
• Memiliki riwayat hipertensi dan kolesterol tinggi
pada diri sendiri
• Memiliki riwayat gangguan penglihatan pada diri
sendiri
• Tidak merokok, tetapi suami perokok berat dan
sering merokok di rumah (isi pada kolom hijau di
bulan 1)
• Suka minum yang manis-manis
• Kurang makan sayur dan buah (isi pada kolom
merah di bulan 1)
• Sering mengkonsumsi jeroan baik kambing
maupun sapi, sering makan goreng2an,
• Kurang berolah raga dan pekerja keras. (isi pada
kolom merah di bulan 1)
Hasil wawancara tersebut dicatat dalam buku
monitoring FR PTM, kemudian ibu melati diarahkan
menuju meja 3.

261
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

3. Meja 3 : petugas pelaksana (ibu Musdalifah) melakukan


pengukuran FR PTM, hasilnya didapatkan :
• Berat Badan : 63 kg (angka diisi pada kolom
bulan 1)
• Tinggi Badan : 150 cm
• IMT : 63 = 28  Obesitas (angka
(1,5)2 diisi pada kolom
merah di bulan 1)

• Lingkar perut : 83 cm (angka diisi pada kolom


merah di bulan 1)
Hasil pengukuran tersebut dicatat dalam buku
monitoring FR PTM, kemudian ibu Melati diarahkan
untuk ke meja 4.

262
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

4. Meja 4 : petugas pelaksana (ibu Clara) melakukan pemeriksaan


FR PTM didampingi Bidan Yuli, hasilnya didapatkan :

• Tekanan darah : 140/100 mmHg (angka


diisi pada kolom merah
di bulan 1)
• GDS : 180 mg/dl (angka diisi
pada kolom hijau di
bulan 1)
• Kolesterol total : 250 mg/dl (angka diisi
pada kolom merah di
bulan 1)
• Trigliserida : 121 mg/dl (angka diisi
pada kolom hijau di
bulan 1)
• Gangguan penglihatan : hasil wawancara
menunjukkan ibu
melati memiliki indikasi
gangguan penglihatan

263
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

264
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

5. Meja 5 : petugas pelaksana (ibu Bunga) melakukan edukasi


dan konseling kepada ibu Melati, dari hasil wawancara,
pengukuran dan pemeriksaan FR PTM didapatkan
bahwa ibu Melati FR PTM yaitu kurang makan sayur/
buah, kurang aktivitas fisik, obesitas, tekanan darah
tinggi dan kolesterol tinggi. Selain itu ibu melati
memiliki indikasi gangguan penglihatan.
Pertama-tama ibu Bunga melakukan perhitungan
kebutuhan kalori untuk ibu Melati sebagai berikut :
Disarankan pada Ibu Melati untuk melakukan :
• Penurunan berat badan, dengan mengurangi 500
kalori dari kebutuhan kalori sehari, sebagai berikut:
 BB Ideal = ( 150 – 100 ) – 10% ( 150 – 100 )
= 50 – 5 = 45 kg
 Ibu Melati adalah pekerja keras, jenis
aktivitasnya adalah 1,75.
 Kebutuhan kalori sehari
= 45 kg x 25 kalori x 1,75
= 1968.75 kalori – 500 kalori
= 1468.75 kalori
• Ibu Bunga, memberikan contoh menu sehari 1500
kalori menggunakan food model :

265
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

266
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

• Diet sehat gizi seimbang dengan :


o mengurangi konsumsi minuman manis,
o mengurangi konsumsi goreng-gorengan,
makanan berlemak dan berkolesterol tinggi,
diganti dengan makanan yang direbus atau
dipanggang
o Konsumsi makanan berserat tinggi, minimal 5
porsi sayur/buah per hari.
• Lakukan latihan fisik secara teratur minimal 3-5
kali dalam seminggu dengan durasi 30-50 menit
tiap kali latihan fisik.
•  konseling rokok untuk suami / perokok pasif ibu
Melati
• Konseling mengenai pencegahan dan
pengendalian gangguan penglihatan

267
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Hasil konseling ibu Melati kemudian dicatat dalam


buku monitoring FR PTM :

268
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

Disini dimotivasi untuk dirujuk sesuai dengan criteria pengendalian


PTM. Selesai konseling ibu Melati diarahkan kembali ke meja 1 untuk
pencatatan hasil kegiatan Posbindu dalam buku pencatatan dan
pelaporan hasil kegiatan Posbindu PPTM.

269
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM

270

Anda mungkin juga menyukai