KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
TAHUN 2016
i
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
ii
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang atas ijin-Nya, Kurikulum dan Modul Pelatihan Posbindu
PTM Bagi Petugas Pelaksana Posbindu PTM telah selesai disusun.
Buku ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang akan
menyelenggarakan pelatihan Posbindu PTM di masyarakat.
i
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
ii
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang atas ijin-Nya, Kurikulum dan Modul Pelatihan Posbindu
PTM Bagi Petugas Pelaksana Posbindu PTM yang telah selesai disusun.
Saat ini, Indonesia menghadapi tiga beban penyakit dalam pembangunan
kesehatan yaitu disatu pihak masih banyaknya penyakit infeksi yang harus
ditangani, penyakit menular baru dan penyakit menular yang sudah lama
hilang muncul kembali, sementara itu Penyakit Tidak Menular (PTM) semakin
meningkat. PTM merupakan penyakit yang seringkali tidak terdeteksi karena
tidak bergejala dan tidak ada keluhan. Biasanya ditemukan dalam tahap
lanjut sehingga sulit disembuhkan dan berakhir dengan kecacatan atau
kematian dini. Keadaan ini menimbulkan beban pembiayaan yang besar
bagi penderita, keluarga dan negara.
PTM ini dapat dicegah melalui pengendalian faktor risiko, yaitu merokok,
kurang aktifitas fisik, diet yang tidak sehat, dan konsumsi alkohol. Peningkatan
kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap faktor risiko PTM sangat
penting dalam pengendalian PTM. Untuk itu diperlukan pemberdayaan dan
peran serta masyarakat yang dikenal dengan kegiatan pembinaan terpadu
(Posbindu) PTM.
Buku ini disusun sebagai panduan bagi tenaga kesehatan di Provinsi
dalam menyelenggarakan pelatihan berjenjang kepada kabupaten dan kota
di seluruh Indonesia.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan buku ini. Semoga kontribusi yang diberikan merupakan
bagian dari amal kebaikan.
Demikian, semoga buku ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya
dan memberi manfaat sebesar-besarnya bagi semua pihak.
iii
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
iv
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
DAFTAR ISI
v
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
vi
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
KURIKULUM
PELATIHAN POSBINDU PTM
BAGI PETUGAS PELAKSANA POSBINDU PTM
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
TAHUN 2016
1
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
2
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Tidak Menular (PTM) utama (kardiovaskuler, kanker,
diabetes melitus, penyakit paru obstruktif kronik) terutama
di negara berkembang telah mengalami peningkatan kejadian
PTM dengan cepat sehingga berdampak pada peningkatan angka
kesakitan dan kematian. Global status report on NCD World
Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60%
penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena PTM.
Diabetes Melitus menduduki peringkat ke-6 sebagai
penyebab kematian. International Diabetes Federation (IDF)
menyatakan bahwa lebih dari 371 juta orang di dunia yang berumur
20-79 tahun memiliki diabetes. Sedangkan Indonesia merupakan
negara urutan ke-7 dengan prevalensi diabetes tertinggi, di bawah
China, India, USA, Brazil, Rusia dan Mexico. Diperkirakan pada
tahun 2020 PTM akan menyebabkan 60% kematian dan 43% dari
seluruh angka kesakitan di dunia.Di wilayah Asia Tenggara pada
tahun 2003 tercatat 51% penyebab kematian diakibatkan oleh
PTM sehingga menimbulkan 44% Disability Adjusted Life Years
(DALYs).
Dalam kurun waktu tahun 1995-2007, kematian akibat
PTM mengalami peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit
Stroke 12,1 per 1000, Penyakit Jantung Koroner 1,5%, Gagal
Jantung 0,3%, Diabetes Melitus 6,9%, Gagal Ginjal 0,2%, Kanker
1,4 per 1000, Penyakit Paru Kronik Obstruktif 3,7%. Lebih lanjut
dinyatakan bahwa prevalensi merokok 36,3%, dimana prevalensi
perokok laki-laki 68,8% dan perempuan 6,9%, kurang aktivitas
fisik 26,1%, kurang konsumsi sayur dan buah 93,6%, asupan
makanan yang berisiko PTM seperti makanan manis 53,1%,
3
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
4
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
B. Filosofi Pelatihan
Pelatihan Posbindu PTM bagi Petugas Pelaksana Posbindu
PTM diselenggarakan dengan memperhatikan :
1. Prinsip Andragogy, yaitu bahwa selama pelatihan peserta
berhak :
a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya mengenai
kegiatan dalam program pengendalian penyakit tidak
menular
b. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapat, sejauh berada
di dalam konteks pelatihan.
c. Dihargai keberadaannya dengan tidak dipermalukan,
dilecehkan maupun diabaikan.
5
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
6
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
BAB II
PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI
A. Peran
Setelah mengikuti pelatihan, peserta berperan sebagai
penyelenggara Posbindu PTM di masyarakat.
B. Fungsi
Dalam melaksanakan perannya, peserta berfungsi dalam:
1. Menjelaskan pengukuran dan pemeriksaan faktor risiko PTM
di masyarakat
2. Menjelaskan upaya pengendalian faktor risiko PTM
di masyarakat
3. Menjelaskan upaya pengendalian gangguan indera dan
fungsional di masyarakat
4. Melakukan surveilans faktor risiko PTM berbasis Posbindu
PTM di masyarakat
5. Melakukan pemantauan dan penilaian penyelenggaraan
Posbindu PTM di masyarakat.
C. Kompetensi
Untuk menjalankan fungsinya, peserta memiliki kompetensi
dalam:
1. Menjelaskan pengukuran dan pemeriksaan faktor risiko PTM
di masyarakat.
2. Menjelaskan upaya pengendalian faktor risiko PTM
di masyarakat
3. Menjelaskan penanggulangan gangguan Indera dan
identifikasi gangguan fungsional di masyarakat
4. Melakukan surveilans faktor risiko PTM berbasis Posbindu
PTM di masyarakat
5. Melakukan pemantauan dan penilaian Posbindu PTM
di masyarakat.
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
7
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
BAB III
TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu
menyelenggarakan Posbindu PTM di masyarakat sesuai dengan
pedoman umum dan petunjuk teknis Posbindu PTM.
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pelatihan, peserta dapat :
1. Menjelaskan Penyakit Tidak Menular (PTM) di masyarakat
2. Menjelaskan pengukuran dan pemeriksaan faktor risiko PTM
di masyarakat
3. Menjelaskan upaya pengendalian faktor risiko PTM
di masyarakat
4. Melakukan upaya penanggulangan gangguan Indera dan
identifikasi gangguan fungsional di masyarakat
5. Melakukan surveilans faktor risiko PTM berbasis Posbindu
PTM di masyarakat
6. Melakukan pemantauan dan penilaian menyelenggarakan
Posbindu PTM di masyarakat.
8
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
BAB IV
STRUKTUR PROGRAM
WAKTU
NO MATERI PELATIHAN JML
T P PL
A MATERI DASAR
1. Kebijakan Pencegahan dan 2 0 0 2
Pengendalian PTM di Masyarakat
2. Konsep Posbindu PTM di Masyarakat 2 0 0 2
Sub total “A” : 4 0 0 4
B MATERI INTI
1. Penyakit Tidak Menular (PTM)
di Masyarakat 2 0 0 2
2. Pengukuran dan Pemeriksaan Faktor
Risiko PTM di Masyarakat 1 3 0 4
3. Upaya Pengendalian Faktor Risko PTM
di Masyarakat 2 4 0 6
4. Penanggulangan Gangguan Indera dan
Identifikasi Gangguan Fungsional
di Masyarakat 2 3 0 5
5. Surveilans Faktor Risiko PTM Berbasis
Posbindu PTM di Masyarakat 2 8 0 10
6. Pemantauan dan Penilaian
Penyelenggaraan Posbindu PTM
di Masyarakat 1 1 0 2
Sub total “B” 10 19 0 29
C MATERI PENUNJANG
1. Membangun Komitmen Belajar (BLC) 0 2 0 2
2. Rencana Tindak Lanjut (RTL) 1 1 0 2
3. Budaya Anti Korupsi 3 0 0 3
Sub total “C” 4 3 0 7
JUMLAH 18 22 0 40
Keterangan :
T = Teori, P = Penugasan, PL = Pratik Lapangan
1 JPL adalah 45 menit.
9
BAB V
GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN
1. MATERI DASAR
Materi Dasar 1 : Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian PTM di Masyarakat
Alokasi Waktu : 2 jpl (T=2, P=0, PL=0)
Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta mampu memahami kebijakan pencegahan dan
pengendalian PTM di Masyarakat
10
Setelah selesai 1. Situasi pencegahan • Curah • Bahan • Laptop 1. Pedoman Umum
mengikuti dan pengendalian PTM pendapat Tayang • LCD Posbindu PTM,
pelatihan, 2. Strategi pencegahan • CTJ • Modul • Flipchart Kemenkes RI, Tahun
Mayarakat
Materi Dasar 2 : Konsep Posbindu PTM di Masyarakat
Alokasi Waktu : 2 jpl (T=2, P=0, PL =0)
Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta mampu memahami konsep Posbindu PTM di
Masyarakat.
Tujuan Pokok Bahasan / Sub
Pembelajaran Metode Media Alat Bantu Referensi
Pokok Bahasan
Khusus
Setelah selesai Konsep Posbindu PTM: • Curah • Bahan • Laptop 1. Pedoman Umum
mengikuti 1. Konsep Dasar pendapat Tayang • LCD Posbindu PTM,
pelatihan, Posbindu PTM • CTJ • Modul • Flipchart Kemenkes RI, Tahun
peserta mampu 2. Langkah-langkah (Ceramah • Spidol 2014
menjelaskan penyelenggaraan Tanya 2. Petunjuk Teknis
11
konsep Posbindu PTM Jawab) Posbindu PTM,
Posbindu PTM 3. Pelaksanaan Posbindu Kemenkes RI, Tahun
di masyarakat PTM 2014
12
Risiko PTM di di ubah • Pemutaran • Video player 3. Buku Pintar Posbindu PTM Seri
Masyarakat Video 2, Penyakit Tidak Menular dan
2. Menjelaskan Jenis Jenis PTM : • Curah • Bahan Tayang • Laptop Faktor Risiko PTM, Kemenkes
PTM di Masyarakat 1. Penyakit Jantung : Pendapat • Modul • LCD RI, Tahun 2014
- Asma Bronkhiale
5. Peanggulangan Gangguan
Indera dan Identifikasi gangguan
fungsional
Materi inti 2 : Pengukuran dan Pemeriksaan Faktor Risiko PTM di Masyarakat
Alokasi Waktu : 4 jpl (T=2, P=3, PL=0)
Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu menjelaskan pengukuran dan pemeriksaan faktor risiko
PTM di masyarakat.
Tujuan Pokok Bahasan / Sub
Pembelajaran Metode Media Alat Bantu Referensi
Pokok Bahasan
Khusus
Setelah mengikuti Pengukuran dan pemeriksaan • Curah • Bahan Tayang • Laptop 1. Pedoman Umum Posbindu
pelatihan, peserta faktor risiko PTM : Pendapat • Modul • LCD PTM, Kemenkes RI, Tahun 2014
mampu menjelaskan 1. Wawancara • CTJ (Ceramah • Buku • Flipchart 2. Petunjuk Teknis Posbindu PTM,
pengukuran dan 2. Tinggi Badan Tanya Jawab) Monitoring FR • Spidol Kemenkes RI, Tahun 2014
pemeriksaan faktor 3. Berat Badan • Demonstrasi PTM • Meja 3. Buku Pintar Posbindu PTM Seri
13
risiko PTM di 4. Lingkar Perut • Bermain Peran • Buku • Kursi 2, Penyelenggaraan Posbindu
Masyarakat 5. Tekanan Darah Pencatatan • Alat Ukur Tinggi PTM, , Kemenkes RI, Tahun
6. Kadar Gula Darah Hasil Kegiatan Badan 2014
7. Kadar Kolesterol Posbindu PTM • Timbangan BB 4. Buku Pintar Posbindu PTM Seri
14
risiko PTM di masyarakat c. Teknik • Video player Posbindu PTM,
Kemenkes RI, Tahun
2. Melakukan upaya Upaya pengendalian faktor • Curah • Bahan tayang 2014
pengendalian faktor risiko PTM : Pendapat • Buku saku upaya berhenti • Laptop 3. Buku Pintar
15
Upaya Gangguan Indera Jawab simlasi • Poster PTM, Kemenkes RI, Tahun
Penanggulangan 3. Pengertian Gangguan • Demontrasi PERMADI 2014
Gangguan Indera Fungsional • Snellen 3. Buku Saku Gangguan
dan Identifikasi 4. Upaya Penanggulangan chart/ Pnglihatan, Kemenkes RI,
16
Risiko PTM di 2014
masyarakat 3. Buku Pintar Posbindu PTM
Seri 5, Respon Cepat PTM
2. Melakukan Pengisian Instrumen Posbindu • Curah • Bahan tayang • Laptop dan Cedera, Kemenkes RI,
17
dan penilaian Posbindu PTM pengisian pemantauan hasil 2014
penyelenggaraaan instrumen kegiatan Posbindu 3. Buku Pedoman
Posbindu PTM hasil kegiatan PTM Penyelenggaraan Sistem
2. Mengisi instrumen Posbindu PTM • Petunjuk latihan Surveilans Epidemiologi
18
diantara peserta, dan panitia • Permainan • Laptop 2004, Kumpuan Games dan
fasilator dan panitia • Diskusi • LCD Energizer, Jakarta.
kelompok • Flipchart • Munir, Baderal, 2001, Dinamika
2. Merumuskan 2. Kesepakatan tentang • Spidol Kelompok, Penerapannya Dalam
komitmen belajar
3. Menetapkan 3. Organisas kelas
organisasi kelas
Materi Penunjang 2 : Rencana Tindak Lanjut
Alokasi Waktu : 2 jpl (T=1, P=1, PL=0)
Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu merumuskan kegiatan tentang pelaksanaan Posbindu
PTM di masyarakat.
19
pengertian dan tujuan a.Pengertian RTL Tanya Jawab) • Spidol mengembangkan RPAM
penyusunan RTL b.Tujuan penyusunan RTL • Curah • Mata plan • Pusdiklat SDM Kesehatan,
Pendapat • Kain tempel BPPSDM, bekerja sama dengan
2. Menjelaskan format 2. Format penyusunan RTL • Latihan • LCD Projector Direktorat Komunitas, Depkes
Setelah mengikuti
pelatihan, peserta mampu 1. Undang-undang Nomor 20
menjelaskan : Tahun 2001 tentang Perubahan
1. Konsep Korupsi 1. Konsep Korupsi • Ceramah • Modul Atas Undang-undang Nomor
a. Definisi Korupsi tanya jawab • Bahan tayang 31 Tahun 1999 tentang
b. Ciri-ciri Korupsi • Curah • Komputer/ Pemberantasan Tindak Pidana
c. Bentuk/Jenis Korupsi pendapat laptop Korupsi
d. Tingkatan Korupsi • Pemutaran film • LCD 2. Instruksi Presiden Nomor 1
20
e. Penyebab Korupsi • Flip chart Tahun 2013
f. Dasar Hukum tentang Korupsi • White board 3. Keputusan Menteri Kesehatan
• Spidol (ATK) Nomor 232/MENKES/SK/
2. Konsep anti korupasi 2. Konsep anti Korupsi • Sound system VI/2013 tentang Strategi
a. Definisi anti korupsi • Film Komunikasi Pekerjaan dan
5. Gratifikasi
5. Gratifikasi a. Pengertian gratifikasi
b. Aspek hukum
c. Gratifikasi dikatakan sebagai tindak pidana
21
korupsi
d. Contoh gratifikasi
e. Sanksi gratifikasi
BAB VI
DIAGRAM ALIR PROSES PEMBELAJARAN
22
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
BAB VII
PESERTA DAN FASILITATOR
A. KRITERIA
1. Kriteria peserta :
- Penyelenggara posbindu PTM yang berlatar belakang
pendidikan kesehatan (min D3)
- Berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Puskesmas
B. Pelatih/Fasilitator
Kriteria Fasilitator:
1. Menguasai substansi materi yang akan diajarkan.
2. Mempunyai latar belakang pendidikan Minimal S1 Kesehatan
3. Diutamakan pernah mengikuti pelatihan TOT / TPPK
4. Widyaiswara
5. Tim PPTM Dinas Kesehatan Provinsi.
23
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
BAB VIII
PENYELENGGARA DAN TEMPAT
PENYELENGGARAAN
A. Penyelenggara
Penyelenggara pelatihan ini adalah Dinas Kesehatan
Provinsi, Kabupaten/Kota, Puskesmas, dan institusi lain yang
bersedia menyelenggarakan.
B. Tempat Penyelenggaraan
Tempat penyelenggaraan pelatihan dapat dilakukan di aula
desa, gedung pertemuan, balai desa, dan tempat lainnya yang
mendukung pelatihan.
24
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
BAB IX
EVALUASI
25
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
26
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
BAB X
SERTIFIKASI
27
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
TIM PENYUSUN
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POSBINDU PTM
BAGI PETUGAS PELAKSANA POSBINDU PTM
PENGARAH
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
TIM PENYUSUN
dr. Lily S. Sulistyowati, MM
Dr. Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes
drg. Dyah Erti Mustikawati, MPH
Titi Sari Renowati, SKM, MScPH
dr. Lily Banonah Rivai, MEpid
dr. Niken Wastu Palupi, MKM
dr. Aries Hamzah, MKM
dr. Sylviana Andinisari, MSc
Robert Meison Saragih, M.Kes
dr. Rainy Fathiyah
Merry Natalia Panjaitan, M.Kes
drg. Sri Sugiharti, M.Kes
drg. Siti Nur Anisah, MPH
Mujayanto, MPH
Ir. Dunanty RK Sianipar, MPH
dr. M. Nur Rahmad R
dr. Sorta Rosniuli, MSc
dr. Agung S, MARS
dr. Rezavitawanti
dr. Tristiyenny P, M.Kes
Rindu Rachmiaty, SKM
Resti Dwi Hasriani, SKM
Aisyah, S.Si
KONTRIBUTOR
dr. Tiersa Vera Junita
dr. Uswatun Hasanah
dr. Masitah Sari Dewi
Punto Dewo, SKM, M.Kes
Devi Suhailin, SKM
Lili Lusiana, SKM
PROVINSI
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Timur, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara
28
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
MODUL PELATIHAN
POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU)
PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)
BAGI PETUGAS PELAKSANA POSBINDU PTM
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
TAHUN 2016
29
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
30
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
DASAR 1
MATERI DASAR 1
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT TIDAK MENULAR
31
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
32
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
MATERI DASAR 1
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
I. DESKRIPSI SINGKAT
Dengan terbentuknya Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) di Kementerian
Kesehatan pada tahun 2005, maka Kebijakan Nasional
diterapkan dengan penekanan pada pengendalian faktor risiko,
pencegahan penyakit, deteksi dini, dan tindakan promosi
kesehatan. Pendekatan utama yang dipilih dalam melakukan
Pencegahan dan pengendalian PTM didasarkan pada pelayanan
kesehatan dasar yang melibatkan multisektor dan profesional/
peran serta masyarakat. Program pokok mengacu pada kebijakan
pemerintah tentang kesehatan, jejaring, sosialisasi, advokasi,
dan pencegahan dan pengendalian PTM yang berbasis pada
pemberdayaan masyarakat, surveilans penyakit tidak menular,
serta deteksi dini.
33
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
B. METODE
- Curah pendapat
- Ceramah tanya jawab
C. MEDIA
- Bahan tayang
- Modul
D. ALAT BANTU
1. Laptop
2. LCD
34
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
3. Flipchart
4. Spidol
E. DURASI: 90 menit
35
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
36
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
POKOK BAHASAN 2
STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PTM
1. Memobilisasi dan memberdayakan masyarakat dalam
pengendalian faktor risiko PTM melalui program yang
berbasis masyarakat, seperti Posbindu PTM.
2. Meningkatkan akses yang berkualitas kepada masyarakat
untuk deteksi dini dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM.
3. Meningkatkan tatalaksana PTM (kuratif-rehabilitatif) yang
efektif dan efisien.
4. Memperkuat jejaring kerja dan kemitraan pengendalian PTM.
5. Mengembangkan penelitian dan pengembangan kesehatan
terkait PTM.
6. Mengembangkan dan memperkuat sistem surveilans
epidemiologi faktor risiko PTM termasuk monitoring dan
sistem informasi. Dioptimalkan untuk surveilans faktor risiko
PTM berbasis masyarakat dan registri PTM.
7. Meningkatkan dukungan dana yang efektif untuk pengendalian
PTM berdasarkan kebutuhan dan prioritas.
POKOK BAHASAN 3
KEGIATAN POKOK PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PTM
1. Melaksanakan review dan memperkuat aspek legal
pengendalian Penyakit Tidak Menular di Unit Pelaksana
Teknis (UPT), Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota, dan Puskesmas.
2. Advokasi PPTM kepada Pemerintah (pusat dan daerah)
secara intensif dan efektif dengan fokus pesan “Dampak PTM
(ancaman) terhadap pertumbuhan ekonomi negara/ daerah”.
3. Surveilans faktor risiko dan registri PTM yang mampu laksana
dan didukung regulasi memadai dan menjamin ketersediaan
37
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
38
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
VII. REFERENSI
1. PP 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang
mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi
Kesehatan
2. Permenkes No. 30 tahun 2013 tentang Pencantuman
Informasi Kandungan Gula Garam dan Lemak serta Pesan
Kesehatan pada Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji
3. Pedoman Umum PPTM, 2006
4. Riskesdas 2007, Riskesdas 2010, Riskesdas 2013
5. Stranas Penerapan Pola Konsumsi Makanan dan Aktivitas
Fisik, 2011
6. Pedoman Advokasi PPTM, 2011
7. Pedoman Puskesmas Pelayanan PTM, 2012
8. Pedoman Umum Pengendalian DM, Depkes RI, 2010
9. Pedoman Umum Pengendalian Asma, 2006
10. Pedoman Umum Pengendalian PPOK, 2008
11. Pedoman Umum Pengendalian Jantung dan Pembuluh
Darah, 2007
12. Pedoman Penyelenggaraan Posbindu PTM, Kemenkes RI,
2013
13. Pedoman Umum Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker
Leher Rahim, Kemenkes RI, 2012
14. Pedoman Umum Penanggulangan Gangguan Indera,
Kemenkes RI, 2016.
39
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
VIII. EVALUASI:
1) Jelaskan mengapa pengendalian PTM diperlukan?
2) Jelaskan bagaimana langkah-langkah kegiatan pengendalian
PTM dapat dilakukan?
40
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
DASAR 2
MATERI DASAR 2
KONSEP POSBINDU PTM
41
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
42
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
MATERI DASAR 2
KONSEP POSBINDU PTM
I. DESKRIPSI SINGKAT
Salah satu strategi dalam meningkatkan pembangunan
kesehatan adalah pemberdayaan dan peningkatan peran serta
masyarakat termasuk dunia usaha. Masyarakat diberi fasilitas
dan bimbingan dalam mengembangkan wadah untuk berperan,
dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk mengenali masalah
di wilayahnya, mengidentifikasi, merumuskan dan menyelesaikan
permasalahannya sendiri berdasarkan prioritas dan potensi yang
ada. Dalam menentukan prioritas masalah, merencanakan,
melaksanakan, memantau, dan menilai kegiatan, masyarakat
perlu dilibatkan sejak awal.
Potensi dan partisipasi masyarakat dapat digali dengan
maksimal, sehingga solusi masalah lebih efektif dan dapat
menjamin kesinambungan kegiatan. Upaya pengendalian PTM
dibangun berdasarkan komitmen bersama dari seluruh elemen
masyarakat yang peduli terhadap ancaman PTM melalui Posbindu
PTM.
Pengembangan Posbindu PTM merupakan bagian integral
dari sistem pelayanan kesehatan, berdasarkan persoalan PTM
yang ada di masyarakat, dan mencakup berbagai upaya promotif
dan preventif serta pola rujukannya.
43
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Diskusi Kelompok
Fasilitator memandu dan memfasilitasi peserta untuk secara
aktif berdiskusi dan tanya jawab mengenai pokok bahasan.
Simulasi
1. Fasilitator mengajak peserta untuk simulasi Posbindu
PTM.
2. Diskusi, sharing
B. METODE :
1. Curah Pendapat
2. Ceramah Tanya Jawab
C. MEDIA :
1. Buku Pintar
2. Bahan Tayang
44
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
D. ALAT BANTU :
1. Laptop
2. LCD
3. Flipchart
4. Spidol
E. Durasi : 90 menit
V. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1
KONSEP DASAR POSBINDU PTM
A. Pengertian
Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat
dalam kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut
dini faktor risiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan.
Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan
dini terhadap PTM mengingat hampir semua faktor risiko
PTM pada awalnya tidak memberikan gejala.
Posbindu PTM menjadi salah satu bentuk upaya
kesehatan masyarakat atau UKM yang selanjutnya
berkembang menjadi upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) dalam pengendalian faktor risiko PTM
dibawah pembinaan puskesmas.
B. Tujuan
Meningkatkan kewaspadaan dini masyarakat terhadap
faktor risiko PTM melalui pemberdayaan dan peran serta
dalam deteksi dini, pemantauan faktor risiko PTM dan tindak
lanjut dini
C. Sasaran Kegiatan
Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat,
berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas.
45
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
D. Wadah Kegiatan
Penyelenggaraan kegiatan Posbindu PTM dapat
dilakukan di lingkungan tempat tinggal dalam wadah desa
/ kelurahan ataupun fasilitas publik lainnya seperti sekolah
dan perguruan tinggi, tempat kerja, tempat ibadah, pasar,
terminal dan lain sebagainya.
Kegiatan ini dapat berlangsung secara bersama-sama
atau terintegrasi dengan kegiatan masyarakat yang sudah
aktif dan secara rutin berkumpul atau berkelompok seperti
majelis taklim, karang taruna, Persatuan Diabetesi Indonesia
(PERSADIA), Klub Jantung Sehat, kelompok kebaktian,
dan lain-lain. Kegiatan ini juga dapat dikembangkan pada
kelompok masyarakat khusus seperti kelompok Jemaah Haji,
anak sekolah, pekerja/karyawan, pengemudi di perusahaan
angkutan/ Perusahaan Otobus (PO) di terminal, kelompok
masyarakat adat, kelompok masyarakat keagamaan,
petani/ nelayan, masyarakat binaan negara di lembaga
pemasyarakatan dan lain-lain
E. Pelaku Kegiatan
Penyelenggaraan Posbindu PTM dilakukan oleh petugas
pelaksana posbindu PTM yang berasal dari kader kesehatan
yang telah ada atau beberapa orang dari masing-masing
kelompok/ organisasi/ lembaga/ tempat kerja yang bersedia
menyelenggarakan posbindu PTM, yang dilatih secara khusus,
dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor
risiko PTM di masing-masing kelompok atau organisasinya.
Pelaksanaan Posbindu PTM dibina oleh Puskesmas
penanggung jawab wilayah tersebut dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota setempat. Petugas Pelaksana Posbindu
PTM memiliki kriteria antara lain, mau dan mampu melakukan
kegiatan Posbindu PTM minimal bisa membaca dan menulis,
lebih diutamakan berpendidikan minimal SLTA atau sederajat.
46
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
G. Kemitraan
Dalam penyelenggaraan Posbindu PTM pada tatanan
desa/kelurahan perlu dilakukan kemitraan dengan forum
desa/kelurahan siaga untuk mendapatkan dukungan
dari pemerintah daerah. Selain itu kemitraan dengan pos
kesehatan desa/kelurahan, industri, dan klinik swasta
perlu dilakukan untuk mendukung implementasi dan
pengembangan kegiatan. Kemitraan dengan pihak swasta
sebaiknya menggunakan pola kesetaraan, keterbukaan dan
saling menguntungkan melalui fasilitasi Puskesmas.
47
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
POKOK BAHASAN 2
LANGKAH-LANGKAH PENYELENGGARAAN POSBINDU
PTM
A. Identifikasi Kelompok Potensial yang ada di Masyarakat
Langkah persiapan untuk mengindentifikasi kebutuhan
masyarakat diawali dengan pengumpulan data dan informasi
besaran masalah PTM yang ada, sarana-prasarana
pendukung dan sumber daya manusia yang tersedia dalam
kelompok tersebut.
Informasi ini didapat secara langsung dari masyarakat
melalui berbagai metode sebagai berikut wawancara,
pengamatan, angket, teknik Participatory Rural Appraisal
(PRA) atau Pemahaman Partisipatif Pedesaan dan fokus
diskusi kelompok terarah.
Selain itu, informasi juga didapatkan dari data RS
Kabupaten / Kota, Puskesmas, Profil Kesehatan Daerah,
Riskesdas, atau hasil survei lainnya. Informasi ini dapat berupa
besaran masalah penyakit tidak menular dan dampaknya
terhadap pembiayaan kesehatan.
48
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
E. Pembiayaan
Dalam menyelenggarakan Posbindu PTM agar dapat
berlangsung secara berkelanjutan, diperlukan pembiayaan
49
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
POKOK BAHASAN 3
PELAKSANAAN POSBINDU PTM
A. Waktu
Posbindu PTM diselenggarakan dalam sebulan sekali,
bila diperlukan dapat lebih dari satu kali dalam sebulan untuk
kegiatan pengendalian faktor risiko PTM lainnya, misalnya
olahraga bersama, sarasehan dan lainnya. Hari dan waktu
yang dipilih sesuai dengan kesepakatan serta disesuaikan
dengan situasi dan kondisi setempat.
B. Tempat
Tempat pelaksanaan adalah tempat yang sudah
disepakati dan menjadi tempat rutin kelompok tersebut
melaksanakan kegiatan. Khusus pemeriksaan IVA dan CBE
memerlukan tempat yang tertutup. Posbindu PTM dapat
dilaksanakan di rumah warga pada lingkungan pemukiman,
balai desa/kelurahan, ruang perkantoran/klinik perusahaan,
ruangan khusus di sekolah, ruangan di lingkungan tempat
ibadah, polindes, poskesdes, poskestren atau tempat tertentu
yang disediakan oleh masyarakat secara swadaya.
C. Pelaksanaan Kegiatan
Posbindu PTM dilaksanakan dengan 5 (lima) kegiatan,
namun dalam situasi-kondisi tertentu dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama. Kegiatan
tersebut berupa pelayanan deteksi dini dan tindak lanjut
sederhana terhadap faktor risiko penyakit tidak menular,
termasuk rujukan ke Puskesmas. Adapun kegiatan tersebut
adalah sebagai berikut:
50
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
51
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
VI. REFERENSI
A. Buku Pedoman Pengendalian DM, Depkes RI, 2009
B. Buku Kurikulum dan Modul DM, Depkes RI, 2006
C. Buku Petunjuk Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan
Kanker Leher Rahim, Kemenkes RI, 2012
D. Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Posbindu PTM,
Kemenkes RI, 2014
E. Buku Petunjuk TeknisPenyelenggaraan Posbindu PTM,
Kemenkes RI, 2014
F. Buku Pintar Posbindu PTM Seri 1, Kemenkes RI, 2014
VII. EVALUASI
Memantapkan pemahaman materi :
a. Fasilitator menuliskan pada kertas HVS tentang konsep dasar
Posbindu PTM meliputi pengertian, tujuan, bentuk kegiatan,
sasaran kegiatan, dan langkah pengembangan Posbindu
PTM di tempat masing-masing.
b. Kertas yang telah tertulis dibagikan kepada seluruh peserta.
c. Setiap peserta diminta menulis apa yang diketahuinya
berdasarkan pemahaman masing-masing. Selanjutnya setiap
peserta diminta ke depan untuk menempelkan kertas yang
telah dibagikan, kemudian mencari padanan yang sesuai
untuk ditempelkan dalam kelompok yang sama.
d. Fasilitator memandu peserta bersama-sama mencocokkan
sudah betul atau belum pengelompokan tersebut dan minta
untuk mendiskusikan sesama peserta.
52
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
MATERI INTI 1
MATERI INTI 1
PENYAKIT TIDAK MENULAR
53
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
54
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
MATERI INTI 1
PENYAKIT TIDAK MENULAR
I. DESKRIPSI SINGKAT
Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab
kematian utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus
kematian yang terjadi di seluruh dunia, di mana sekitar 29 juta
(80%) justru terjadi di negara yang sedang berkembang (WHO,
2010). Peningkatan kematian akibat PTM di masa mendatang
diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% (44 juta kematian)
dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini
timbul akibat pertumbuhan penduduk dan peningkatan usia
harapan hidup, terutama pada negara-negara berkembang.
Selain itu, perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang
cenderung tidak sehat ikut berpengaruh terhadap peningkatan
terjadinya PTM.
Di Indonesia, telah terjadi transisi epidemiologi penyakit,
di mana penyebab kematian akibat Penyakit Menular mengalami
penurunan dalam kurun waktu tahun 1995 -2007 dari 44,2%
menjadi 28,1%, namun sebaliknya kematian akibat PTM mengalami
peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 menunjukkan prevalensi PTM antara lain Penyakit
Stroke 12,1 per 1000, Penyakit Jantung Koroner 1,5%, Gagal
Jantung 0,3%, Diabetes Melitus 6,9%, Gagal Ginjal 0,2%, Kanker
1,4 per 1000, Penyakit Paru Kronik Obstruktif 3,7% dan gangguan
pendengaran 2,6%; ketulian 0,09%; serumen prop 18,8% dan
sekret di liang telinga 2,4%. Prevalensi katarak penduduk semua
umur mencapai 1,8%, sedangkan prevalensi kebutaan penduduk
umur ≥6 tahun sebesar 0,4%. Prevalensi disabilitas penduduk
lebih dari 15 tahun sebesar 11.0 %.
Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak
menunjukkan tanda klinis secara khusus sehingga menyebabkan
setiap individu tidak mengetahui dan menyadari kondisi kelainan
55
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
56
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Curah Pendapat
Fasilitator memandu dan memfasilitasi peserta untuk secara
aktif berdiskusi dan tanya jawab mengenai PTM.
B. METODE :
1. Curah pendapat
2. Ceramah Tanya Jawab
3. Pemutaran Video
C. MEDIA :
1. Buku pintar
2. Power point
3. Video PTM
D. ALAT BANTU :
1. Laptop
2. LCD
3. Flipchart
4. Spidol
5. Video player
57
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
58
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
POKOK BAHASAN 2
JENIS-JENIS PENYAKIT TIDAK MENULAR
1. PENYAKIT JANTUNG :
a. Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Pengertian :
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang
terjadi akibat penyempitan pembuluh darah koroner
dan dapat menyebabkan serangan jantung.
b. Stroke
Pengertian :
Stroke adalah kejadian sakit tiba-tiba yang ditandai
dengan adanya lumpuh pada sebagian sisi tubuh,
bicara pelo dan dapat disertai turunnya kesadaran yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah ke otak
akibat sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak.
Aliran darah ke daerah otak terputus karena gumpalan
darah, endapan plak atau karena pecahnya pembuluh
darah otak sehingga sel-sel otak mengalami kekurangan
oksigen serta energi dan menyebabkan kerusakan otak
permanen yang berakibat kecacatan-kematian dini.
59
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
c. Hipertensi
Pengertian :
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu
keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg
dan atau tekanan diastolik ≥ 90 mmmHg. Seringkali
hipertensi terjadi tanpa gejala, sehingga pasien tidak
merasa sakit
60
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
2. KANKER :
a. Kanker Payudara
Pengertian :
Kanker payudara adalah keganasan sel yang berasal dari
sel kelenjar dan jaringan penunjang payudara, namun
tidak termasuk kulit payudara.
61
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
gula darah vena sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dL dan gula darah
vena puasa (GDP) ≤ 126 mg/dL.
62
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
b. Asma Bronchiale
Pengertian :
Suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik
saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas
bronkus, sehingga menyebabkan gejala episodik
berulang berupa mengi, sesak napas, rasa berat
di dada, dan batuk terutama malam atau dini hari. Gejala
episodik tersebut timbul sangat bervariasi dan bersifat
reversibel (dapat kembali normal baik dengan atau tanpa
pengobatan).
63
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
b. GLAUKOMA
Pengertian :
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola
mata meningkat sehingga mengakibatkan kerusakan
syaraf penglihatan.
Glaukoma merupakan penyakit bawaan dan/atau
degeneratif yang umumnya pada usia 40 (empat puluh)
tahunan serta menduduki peringkat kedua penyebab
kebutaan.
64
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
c. KELAINAN REFRAKSI
Pengertian :
Kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan sinar oleh
media penglihatan yang terdiri dari kornea, cairan mata,
lensa, badan kaca atau panjang bola mata, sehingga
bayangan benda dibiaskan tidak tepat di daerah makula
lutea tanpa bantuan akomodasi.
Faktor genetik menyumbang 30% peluang terhadap
kejadian gangguan refraksi. Disamping itu kelainan
refraksi disebakan oleh pola hidup dan pola diet yang tidak
sehat, seperti perilaku penggunaan gadget berlebihan,
kebiasaan membaca yang salah (penerangan kurang,
membaca sambil berbaring, huruf tulisan terlalu kecil,
dll), dan pola makan yang kurang mencukupi nutrisi untuk
mata.
65
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
66
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
f. SUMBATAN SERUMEN
Pengertian :
Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea dan
kelenjar serumenosa bercampur epitel skuamosa yang
terdapat di kulit sepertiga luar liang telinga
67
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
VII. REFERENSI
A. Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus, Direktorat PPTM,
Ditjen PP dan PL, 2009.
B. Petunjuk Teknis Pengendalian Diabetes Melitus di Puskesmas,
Direktorat PPTM, Ditjen PP dan PL, 2012.
C. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Melitus,
Direktorat PPTM, Ditjen PP dan PL, 2010.
D. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit
Diabetes Melitus, Direktorat PPTM, Ditjen PP dan PL, 2009.
E. Kurikulum dan Modul Diabetes Melitus, Direktorat PPTM,
Ditjen PP dan PL, 2008.
F. Practical Approach to Lung Health (PAL), 2010.MPOWER,
WHO.
G. Pedoman Pengendalian PPOK, Direktorat PPTM, Ditjen PP
dan PL, 2011.
H. Pedoman Pengendalian DM, Direktorat PPTM, Ditjen PP dan
PL, 2009.
I. Buku Pintar Posbindu PTM Seri 2, Kemenkes RI, 2014
J. Buku Pintar Posbindu PTM Seri 6, Kemenkes RI, 2014.
68
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
VIII. EVALUASI
PETUNJUK :
a. Diskusikan secara kelompok.
b. Fasilitator membagi 3 kelompok dan memberikan soal
sebagai berikut :
SOAL:
a. Apakah yang anda ketahui tentang Faktor Risiko PTM ?
b. Apa saja jenis-jenis Penyakit Tidak Menular (PTM) yang
diketahui ?
69
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
70
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
MATERI INTI 2
MATERI INTI 2
PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN
FAKTOR RISIKO PTM
71
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
72
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
MATERI INTI 2
PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN
FAKTOR RISIKO PTM
I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam melaksanakan pengendalian penyakit tidak menular
diperlukan cara pengukuran faktor risiko PTM pada seseorang
yang benar sehingga diperoleh informasi faktor risiko PTM
yang dimilikinya. Cara pengukuran tersebut diperoleh melalui
wawancara dan pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan
oleh kader pelaksana Posbindu PTM, kemudian apabila
didapatkan faktor risiko yang mengarah kepada PTM disarankan
agar melakukan konfirmasi lanjutan berupa pemeriksaan dan
penanganan di fasilitas kesehatan.
73
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
b. METODE :
1. Curah Pendapat
2. Ceramah Tanya Jawab
74
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
3. Demonstrasi
4. Bermain peran
c. MEDIA :
1. Modul
2. Bahan Tayang
3. Buku Monitoring FR PTM
4. Buku Pencatatan Hasil Kegiatan Posbindu PTM
5. Skenario
d. ALAT BANTU :
1. Laptop
2. LCD
3. Flipchart
4. Spidol
5. Meja
6. Kursi
7. Pita Ukur
8. Tensi Digital
9. Alat Ukur Tinggi Badan
10. Timbangan Berat Badan
11. Glukometer
12. Alat Ukur Lipid Darah
13. Peakflow meter
14. CO Analyzer
15. IVA Kit
16. Kartu E-Chart
17. Occluder atau penutup mata dengan pinhole
18. Tali pengukur, ukuran 6 meter
75
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
76
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
77
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
78
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
79
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
80
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
BB (kg)
IMT =
TB2 (m)
Contoh :
BB = 50kg,
TB = 160cm;1,60m
IMT = 50/(1,60)2=50/2,56=19,53
81
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
82
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
83
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
4. Tekanan darah
a. Pengukuran Tekanan Darah dengan Tensimeter
Digital
Pengukuran ini untuk mendapatkan data tekanan
darah pada penduduk.
1) Alat dan Bahan:
a) Tensimeter Digital
b) Mancet besar
c) Batu baterai AA
2) Cara Pengukuran:
a) Prosedur sebelum pengukuran
1) Pemasangan baterai
84
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
2) Penggantian baterai
(a) Matikan alat sebelum mengganti
baterai.
(b) Keluarkan baterai jika alat tidak
akan digunakan selama lebih dari
3 bulan.
(c) Jika baterai dikeluarkan >30 detik,
maka tanggal/ waktu perlu disetting
kembali.
(d) Buang baterai yang sudah tidak
terpakai pada tempat yang sesuai.
(e) Jika tanda baterai bersilang muncul,
segera ganti baterai dengan yang
baru.
(f) Walaupun tanda baterai bergaris
muncul, saat masih dapat
digunakan untuk mengukur
sebentar, akan tetapi baterai harus
segera diganti.
85
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
3) Prosedur pengukuran
a) Tekan tombol “START/STOP” untuk
mengaktifkan alat.
86
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
87
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
88
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
89
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
90
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Kelompok berisiko :
1. Usia pertengahan
2. Perokok, mantan perokok
3. Mempunyai gejala pernapasan (batuk, sesak)
91
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
92
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
3. Fungsi tombol
a. Kembali ke fungsi pengukuran :
Tekan M / F selama 2 (dua) detik
Lalu tekan save / enter untuk kembali ke fungsi
pengukuran
b. Menghapus rekaman data:
Tekan M/F selama ± 2 (dua) detik, “Clr” akan
muncul di layar
Tekan save / enter untuk konfirmasi menghapus
semua rekaman data
93
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
94
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
95
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
96
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
97
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
98
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Tabel 1
Definisi berdasarkan World Health Organization
(WHO – ICD10)
99
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Sumber :
Rif’ati, dr. Lutfah. Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) versi 6 di Indonesia Tahun 2015-
2016. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan. 2015.
100
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
101
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
102
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
103
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
VII REFERENSI
VIII EVALUASI
Evaluasi pelatihan dilaksanakan dengan memainkan peran
penyelenggaraan Posbindu PTM.
104
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
MATERI INTI 3
UPAYA PENGENDALIAN
FAKTOR RISIKO
PENYAKIT TIDAK MENULAR
MATERI INTI 3
105
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
106
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
MATERI INTI 3
KONSELING FAKTOR RISIKO PTM
I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam pemantauan faktor risiko PTM melalui Posbindu PTM,
petugas pelaksana Posbindu PTM akan menemukan warga
sehat tanpa faktor risiko, berisiko dan penyandang PTM. Masing-
masing memerlukan informasi dan konseling sesuai kondisi yang
dialaminya. Oleh karena itu, petugas pelaksana Posbindu PTM
harus mampu melaksanakan konseling faktor risiko PTM dengan
tepat dan benar. Konseling faktor risiko PTM adalah upaya untuk
membantu para warga menemukan masalah yang berkaitan
dengan faktor risiko dan cara mengatasi sesuai kemampuan yang
dimiliki.
107
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
d. Pengendalian Stress
e. Pengobatan Tradisional
Diskusi Kelompok
Fasilitator memandu dan memfasilitasi warga untuk secara
aktif berdiskusi dan tanya jawab mengenai pokok bahasan.
Roleplay
Fasilitator memandu dan memfasilitasi warga untuk secara
aktif melakukan praktek konseling Faktor Risiko PTM.
B. METODE :
1. Curah pendapat
2. CTJ (Ceramah Tanya Jawab)
3. Demonstrasi
4. Role play
C. MEDIA :
1. Buku Pintar Posbindu PTM
2. Bahan tayang (slide powerpoint)
3. KIE
4. Angka Kecukupan Gizi
108
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
D. ALAT BANTU :
1. Laptop
2. LCD
3. Flipchart
4. Spidol
5. Video player
6. Food model
109
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Teknik konseling :
Sampaikan assalamualaikum, atau selamat pagi, apa
kabar dengan pandangan mata yang tertuju pada warga,
wajah tersenyum dan bersahabat
Untuk anak remaja pakai bahasa yang sesuai
Segera persilakan masuk dan duduk.
110
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Teknik konseling :
Mulailah dengan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan
yang bersifat terbuka agar warga berbicara banyak
Jadilah pendengar yang baik dan aktif, tunjukkan perhatian
sepenuhnya kepada warga, tatap matanya dan kemudian
lakukan refleksi isi, refleksi perasaan atau kombinasi
Fokuskan pembicaraan pada topik bahasan, jangan
menggurui dan jangan menghakimi
Pakai bahasa verbal dan non verbal.
Teknik konseling :
Jelaskan pada warga tentang bahaya merokok bagi dirinya
maupun orang lain. Jelaskan pula keuntungan apabila
berhenti merokok
Gunakan media KIE (komunikasi informasi dan edukasi)
misalnya: lembar balik, poster, leaflet, dan lain-lain agar
informasi yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami
warga
Gunakan bahasa yang sederhana, jelas, singkat, nada
suara yang lembut dan jangan sekali-sekali mengambang.
Teknik konseling :
Ajak warga dengan ramah melakukan kajian tentang
kondisi dan kehendaknya
Bila anda mempunyai keterbatasan dalam menguasai
materi, tawarkan pada warga untuk melakukan konseling
pada orang yang lebih berkompeten. Lakukan rujukan pada
petugas konseling lain yang jelas nama dan alamatnya.
111
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Teknik konseling :
Jelaskan pada warga secara singkat tentang bahaya
merokok bagi dirinya maupun orang lain. Jelaskan
pula keputusan yang sudah ditetapkan warga dengan
kesadarannya sendiri
Katakan kapan akan datang lagi dan ingatkan bahwa anda
akan menghubunginya pada waktu yang akan datang
Ucapkan terima kasih atas kedatangannya dan sampaikan
salam kepada warga sebelum berpisah.
Teknik konseling :
Ajak warga melakukan kajian konsekuensi dan penetapan
keputusan
Tumbuhkan niat dan rasa percaya diri warga untuk
melakukan keputusannya
Jelaskan pada warga bahwa anda selalu membantu warga
apabila ada kesulitan
112
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
POKOK BAHASAN 2
KEGIATAN KONSELING FAKTOR RISIKO PTM
SUB POKOK BAHASAN 1
UPAYA BERHENTI MEROKOK
a. Dampak Merokok
Rokok dan produk tembakau yang dikonsumsi manusia
umumnya merupakan daun tanaman (Nicotiana tabacum,
nicotiana rustica dan spesies lainnya ) yang dibakar, dihisap,
dihirup atau dikunyah. Terdapat 2550 bahan kimia dalam daun
tembakau olahan.Beberapa bahan kimia cepat menimbulkan
gangguan kesehatan, kerusakan paru dan melemahnya stamina.
Bila dibakar, asap rokok mengandung sekitar 4000 zat kimia,
43 di antaranya beracunseperti nikotin (pestisida), CO (gas
beracun), tar (pelapis aspal), arsen (racun semut), DDT
(insektisida), HCN (gas racun), formalin (pengawet mayat),
ammonia (pembersih lantai), cadmium (batubaterai), dan sejumlah
bahan radioaktif.
Produk tembakau apapun bentuknya berbahaya untuk
kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat.Bahaya
terhadap kesehatan perorangan dibedakan atas perokok aktif dan
perokok pasif. Pada perokok aktif, bahaya mengancam segenap
organ tubuh sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini,
dengan gangguan fungsi hingga kanker, seperti pada jantung dan
pembuluh darah (penyakit jantung koroner dan stroke), saluran
pernafasan (PPOK, asma dan kanker paru), saluran cerna (kanker
mulut, kanker lidah dan kanker nasofaring), dan gangguan sistem
reproduksi dan kehamilan (kecacatan janin, keguguran, infeksi
panggul dan kanker serviks) serta organ lainnya. Perokok pasif
terancam mengalami gangguan fungsi hingga timbulnya kanker
pada organ-organ tubuh perokok pasif dewasa dan anak.
113
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
114
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
115
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
3) Ekonomi
Di Indonesia terdapat lebih dari 50 juta orang yang
membelanjakan uangnya secara rutin untuk membeli
rokok. Data tahun 2010 memperlihatkan keluarga termiskin
membelanjakan 12%, sementara keluarga terkaya sebesar
7% pengeluaran bulanannya untuk membeli rokok. Berbagai
penelitian telah membuktikan bahwa kebiasaan merokok
akan menurunkan kemampuan ekonomi keluarga miskin yang
banyak terdapat di negara berkembang. Berhenti merokok
akan memberikan peluang lebih besar dalam mengalokasikan
sumber daya keuangan untuk menyediakan makanan bergizi
bagi keluarga, pendidikan dan upaya memperoleh pelayanan
kesehatan
116
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
117
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
118
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
119
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
120
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
121
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
IMT = BB (kg)
TB (m) 2
Bila Pria TB < 160 cm dan perempuan < 150 cm tidak perlu
dikurangi 10%, sehingga rumusnya menjadi : BBI = ( Tinggi
Badan – 100)
122
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Contoh perhitungan :
Seorang laki-laki berusia 30 tahun memiliki tinggi badan 170 cm
dan berat badan 70 kg bekerja sebagai pegawai kantor.
IMT = 70
(1,7)2
= 24,2 pre obesitas
123
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
124
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
125
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
b. Lemak Sedang
1 satuan penukar mengandung 75 kkal, 7 g protein, 5 g lemak
126
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
c. Tinggi Lemak
1 satuan penukar mengandung 150 kkal, 7 g protein, 5 g
lemak
Penukar 4 : Sayuran
Sayuran A
Bebas dimakan, kandungan energi dapat diabaikan
Baligo, gambas (oyong), jamur kuping segar, ketimun, labu air,
lobak, selada air, selada, tomat
127
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Sayuran B
1 satuan penukar – 1 gls (100 g) mengandung 25 kkal, 1 g protein,
5 g karbohidrat
Bayam, bit, buncis, brokoli, caisim, daun pukis, daun wuluh,
genjer, jagung muda, jantung pisang, kol, kembang kol, kapri
muda, kangkung, kucai, kacang panjang, kecipir, labu siam, labu
wuluh, pare, pepaya muda, rebung, sawi, tauge kacang hijau,
terong, wortel.
Sayuran C
1 satuan penukar – 1 gls (100 g) mengandung 50 kkal, 3 g protein,
10 g karbohidrat
Bayam merah, daun katuk, daun melinjo, daun pepaya, daun
singkong, daun talas, kacang kapri, kluwih, melinjo, nangka muda,
tauge kacang kedelei.
Penukar 5 : Buah
1 satuan penukar mengandung 50 kkal, 5 g protein, 12 g karbohidrat
128
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Penukar 6 : Susu
a. Susu tanpa lemak
1 satuan penukar mengandung 75 kkal, 7 g protein, 6 g lemak, 10
g karbohidrat
129
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Penukar 7 : Lemak
1 satuan penukar mengandung 50 kkal, 7 g protein, 5 g lemak
a. Lemak tidak jenuh
b. Lemak jenuh
130
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
131
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
132
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
133
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
134
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Food Model
Dalam melakukan penyuluhan dan konseling diet sehat gizi
seimbang diperlukan sarana untuk membantu menerangkan kepada
peserta Posbindu PTM agar dapat lebih mengerti, lebih memahami
dan mau melakukan apa yang dianjurkan dalam memilih, mengolah
dan mengonsumsi makanan berupa alat tiruan/model bahan makanan/
makanan yang disebut dengan food model.
135
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
136
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
137
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
138
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
139
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
VII. REFERENSI
A. Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus, Direktorat PPTM,
Ditjen PP dan PL, 2009.
B. Petunjuk Teknis Pengendalian Diabetes Melitus di Puskesmas,
Direktorat PPTM, Ditjen PP dan PL, 2012.
C. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Diabetes
Melitus, Direktorat PPTM, Ditjen PP dan PL, 2009.
D. Practical Approach to Lung Health (PAL), MPOWER, WHO, 2010
E. Pedoman Pengendalian PPOK, Direktorat PPTM, Ditjen PP dan
PL, 2011.
F. Pedoman Kader Pemanfaatan Tanaman Obat untuk Kesehatan
edisi VII, Kementerian Kesehatan, 2012
VII. EVALUASI
Setelah selesai pembahasan, mintalah warga untuk latihan
melakukan konseling secara bergantian.Fasilitator mengamati
dan memberikan masukan untuk perbaikan.
140
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
MATERI INTI 4
PENANGGULANGAN GANGGUAN
INDERA DAN FUNGSIONAL
MATERI INTI 4
141
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
142
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
MATERI INTI 4
PENANGGULANGAN GANGGUAN INDERA DAN
FUNGSIONAL
I. DESKRIPSI SINGKAT
Indera penglihatan sangat menentukan kualitas sumber daya
manusia, karena 83% informasi sehari-hari masuknya melalui jalur
penglihatan sedangkan melalui pendengaran 11%, penciuman
3,5%, peraba 1,5% dan pengecap 1,0%.
Pada Global Data on Visual Impairment dari World Health
Organization (WHO) tahun 2010 menunjukkan bahwa penyebab
utama gangguan penglihatan yang dapat dicegah adalah
gangguan refraksi yang tidak terkoreksi (42%) dan katarak (33%),
sedangkan penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah
adalah katarak (51%) dan glaukoma (8%). Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi
kebutaan pada penduduk Indonesia mencapai 0,4%. Yang
sangat memprihatinkan adalah bahwa sekitar 80% dari para
penyandang gangguan penglihatan dan kebutaan ini seharusnya
dapat dicegah atau diobati. Oleh karena itu, upaya promotif-
preventif sangat penting untuk dilakukan. Data tersebut menjadi
dasar untuk memfokuskan Program Pengendalian Gangguan
Penglihatan dan Kebutaan: katarak, gangguan refraktif, dan
glaukoma. Prioritas Penanggulangan Gangguan pendengaran
dan ketulian meliputi: OMSK (Otitis Media Superatif Frank),
NIHL (Gangguangan Pendengaran Akibat Bising), Presbituris
(Gangguangan Pendengaran pada Lansia) dan serumen.
143
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
144
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Curah Pendapat
Fasilitator memandu dan memfasilitasi peserta untuk secara
aktif berdiskusi dan tanya jawab mengenai Gangguan Indera
Mata Penglihatan dan Pendengaran.
B. METODE :
1. Curah pendapat
2. Ceramah Tanya Jawab
3. Simulasi
C. MEDIA :
1. Buku Seri
2. Power point
3. Skenario
D. ALAT BANTU :
1. Laptop
2. LCD
3. Flipchart
4. Spidol
5. Penggaris
6. Kartu E-Chart
7. Occluder
8. Pinhole
9. Tali pengukur sepanjang 6 meter
10. Lampu senter
11. Arloji
145
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
146
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Konjungtiva
Merupakan lapisan tipis yang berada di mata yang
berguna melindungi sklera (area putih dari mata).
Kornea
Merupakan bagian depan dari bola mata yang bentuknya
menyerupai mangkok dan transparan karena tak
mengandung pembuluh darah. Kornea ini mendapat
nutrisi makanan dari daerah limbus yang mengandung
pembuluh darah.
Sklera
Sklera adalah Iisan terluar yang membungkus 4/5 bagian
bola mata.
Retina
Retina melapisi 2/3 bagian dalam posterior bola mata.
Retina terdiri dari lapisan jaringan saraf ( sensoris retina)
dan jaringan pigmen retina.
147
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
148
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
2. Diabetes
Jika memiliki diabetes, harus melakukan pemeriksaan
katarak setiap 3 bulan. Hal ini dikarenakan kadar gula
darah bisa mempengaruhi pembentukan katarak
di mata.
3. Usia
Kebanyakan orang mengembangkan masalah
katarak karena usia. Sebenarnya ini adalah salah
satu masalah mata yang paling umum di alami
banyak manula. Kelompok usia 60-an dan di atas
ada pada kategori risiko tinggi katarak.
4. Keturunan
Keluarga memiliki sejarah buruk tentang mata, Jika
keluarga ada yang terkena katarak, harus lebih
berhati-hati karena berisiko besar menderita masalah
yang sama.
149
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
150
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
151
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
152
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
B. INDERA PENDENGARAN
1. ANATOMI TELINGA
153
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
154
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
155
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
3) Kemasukan serangga
Khusus serangga hidup, teteskan baby oil atau
minyak sayur secukupnya. Sebaiknya pada suhu
hangat di liang telinga agar serangga mati. Lalu
tarik daun telinga ke belakang bawah dan ke depan
bawah dengan maksud agar serangga tenggelam
dalam larutan cairan kemudian dapat dikeluarkan
dengan memiringkan kepala. Hati – hati bila curiga
gendang telinga sudah berlubang sebelumnya.
Catatan !
Segera bawa ke dokter jika terdapat perdarahan,
keluar cairan dari gendang telinga, sakit telinga
hebat, gangguan pendengaran dan tidak yakin bila
benda asing sudah keluar.
C. GANGGUAN FUNGSIONAL/DISABILITAS
1. Pengertian
Penyandang disabilitas ialah orang yang memiliki
keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam
jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan
156
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
157
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
158
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
159
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
VII. REFERENSI
A. Buku Tindakan Paramedis Terhadap Kegawatan dan
Pertolongan Pertama. Edisi 2. Jakarta:EGC
B. Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan
di Puskesmas, Kemenkes RI, 2010
C. Buku Kurikulum dan Modul Pelatihan Kesehatan Indera untuk
Perawat Puskesmas, Kemenkes RI 2012
D. Buku Manual Program Rehabilitasi Bersumberdaya
Masyarakat, Depkes RI, 1997.
VIII. EVALUASI
PETUNJUK :
a. Diskusikan secara kelompok.
b. Fasilitator membagi 3 kelompok dan memberikan soal
sebagai berikut :
160
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
SOAL:
a. Apakah yang anda ketahui tentang Indera Mata dan telinga ?
b. Apa saja jenis-jenis kegawatdaruratan/trauma pada Indera
Penglihatan dan Pendengaran yang diketahui ?
161
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
162
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
MATERI INTI 5
MATERI INTI 5
SURVEILANS FAKTOR RISIKO PTM
BERBASIS POSBINDU PTM
163
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
164
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
MATERI INTI 5
SURVEILANS FAKTOR RISIKO PTM
BERBASIS POSBINDU PTM
I. DESKRIPSI SINGKAT
Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai
beban ganda. Penyakit infeksi dan menular masih memerlukan
perhatian besar, sementara itu terjadi peningkatan penyakit tidak
menular. Tingginya permasalahan PTM di Indonesia memerlukan
upaya pengendalian melalui promosi, deteksi dini, pengobatan
dan rehabilitasi. Upaya tersebut didukung oleh penyediaan data
dan informasi yang tepat dan akurat. Oleh karena itu perlu dibuat
suatu sistem surveilans tentang faktor risiko PTM.
165
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Diskusi
1. Fasilitator mengajak warga untuk simulasi pokok bahasan
di wilayah kerja masing-masing
2. Fasilitator memandu warga untuk diskusi, curah pendapat.
B. METODE
1. Curah pendapat
2. Ceramah tanya jawab
3. Simulasi
C. MEDIA
1. Buku Pintar
2. Power Point
3. Buku Monitoring FR PTM
4. Buku Pencatatan Hasil Kegiatan Posbindu PTM
D. ALAT BANTU
1. Laptop
2. LCD
3. Flipchart
4. Spidol
166
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Sumber Data
a. Survei berkala
b. Pencatatan faktor risiko PTM di Posbindu PTM
c. Pencatatan faktor risiko PTM di Puskesmas
d. Pencatatan faktor risiko PTM di Rumah Sakit
e. Laboratorium
167
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
POKOK BAHASAN 2
PENGISIAN INSTRUMEN POSBINDU PTM
Web Portal PTM
Portal Web PTM, adalah sebuah media komunikasi dan
informasi berbasis web sebagai tempat untuk berinteraksi antara
Dit. PPTM dengan masyarakat serta instansi terkait.
- Pengenalan tentang struktur menu yang ada di portal Web
PTM
- Langkah-langkah pendaftaran sebagai pengguna biasa di
portal Web PTM
- Langkah-langkah melakukan login di portal Web PTM
(frontend)
- Langkah-langkah berdiskusi/membuat topik pada forum
- Langkah-langkah melakukan login di portal Web PTM
(backend)
- Langkah-langkah mengelola konten: artikel, media.
168
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
VII. REFERENSI
A. Buku Pedoman Pengendalian DM, Depkes RI, 2006
B. Buku Kurikulum dan Modul DM, Depkes RI, 2006
C. Buku Petunjuk Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan
Kanker Leher Rahim, Kemenkes RI, 2012
D. Buku Petunjuk Teknis Kecelakaan Lalu lintas, Kemenkes RI,
2012
E. Buku Petunjuk Teknis Cedera dan Tindak Kekerasan,
Kemenkes RI 2012
F. Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Posbindu PTM,
Kemenkes RI, 2014
G. Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posbindu PTM,
Kemenkes RI, 2014
H. Buku Pintar Posbindu PTM Seri 1, Kemenkes RI, 2014
I. Buku Kader Se Pintar Posbindu PTM Seri 1, Kemenkes RI,
2014
169
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
VII. EVALUASI
Petunjuk Praktik :
a. Peserta dibagi kelompok.
b. Kepada setiap kelompok diberikan tugas untuk melakukan
pengukuran dan pemeriksaan faktor risiko PTM secara
bergantian.
c. Peserta diminta untuk mengisi hasil pengukuran dan
pemeriksaan faktor risiko PTM di buku monitoring FR PTM
dan buku pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM
d. Peserta diminta untuk mengisi hasil pengukuran dan
pemeriksaan faktor risiko PTM di aplikasi surveilans berbasis
Android
170
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
MATERI INTI 6
MATERI INTI 6
PAMANTAUAN DAN PENILAIAN
171
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
172
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
MATERI INTI 6
PEMANTAUAN DAN PENILAIAN
I. DESKRIPSI SINGKAT
Pemantauan bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan
yang dilaksanakan sesuai dengan rencana dan target yang
diharapkan agar dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah
dan hambatan yang dihadapi serta menentukan alternatif
pemecahan masalah.
Penilaian dilakukan secara menyeluruh terhadap berbagai
aspek dimulai dari awal kegiatan, selama pelaksanaan kegiatan,
hasil kegiatan. Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui sejauh
mana tingkat perkembangan kegiatan posbindu PTM dalam
penyelenggaraannya, sehingga dapat dilakukan pembinaan.
Hasil pencatatan dan pelaporan kegiatan posbindu PTM
merupakan sumber data penting dalam upaya pemantauan dan
penilaian perkembangan kegiatan posbindu PTM. Pemantauan
kegiatan dilakukan setiap 1 (satu) bulan sekali dan penilaian
indikator dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali. Hasil pemantauan
dan penilaian sebagai bahan informasi untuk menilai kinerja
kegiatan posbindu PTM dan bahan untuk menyusun rencana
kegiatan berikutnya.
173
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
B. METODE
1. Curah pendapat
2. Ceramah tanya jawab
3. Latihan
174
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
C. MEDIA
1. Buku Pintar
2. Bahan Tayang
3. Buku pencatatan posbindu PTM
4. Instrumen Pemantauan hasil kegiatan posbindu
D. ALAT BANTU
1. Laptop
2. LCD
3. Flipchart
4. Spidol
E. DURASI : 90 menit
175
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
176
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
3. Partisipatif
Pelaksanaan kegiatan pemantauan dan penilaian dilakukan
dengan melibatkan secara aktif dan interaktif para pelaku
program PTM.
4. Akuntabel
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian harus dapat
dipertanggungjawabkan secara internal maupun eksternal.
5. Tepat waktu
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian harus dilakukan
sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.
6. Berkesinambungan.
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan secara
berkesinambungan agar dapat dimanfaatkan sebagai umpan
balik bagi penyempurnaan kebijakan.
7. Berbasis indikator kinerja.
Pelaksanaan pemantauan dan penilaian dilakukan
berdasarkan kriteria kinerja, baik indikator masukan, proses,
luaran, manfaat maupun dampak.
177
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Cakupan posbindu:
178
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
ditetapkan dan merah bila kurang atau sama dengan nilai yang
ditetapkan
POKOK BAHASAN 2
PENGISIAN INSTRUMEN PEMANTAUAN DAN PENILAIAN
HASIL KEGIATAN PTM
Penilaian dilakukan secara menyeluruh terhadap aspek
masukan, proses, keluaran atau output termasuk kontribusinya
terhadap tujuan kegiatan. Tujuan penilaian adalah untuk
mengetahui sejauh mana tingkat perkemban¬gan kegiatan
Posbindu PTM dalam penyelenggaraannya, sehingga dapat
dilakukan pembinaan.
179
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
180
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
VII.REFERENSI
1. Pedoman Umum Posbindu PTM, Kemenkes RI, Tahun 2014
2. Petunjuk Teknis Posbindu PTM, Kemenkes RI, Tahun 2014
(lampiran 7)
3. Buku Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans
Epidemiologi Kesehatan, Depkes RI, 2003
4. Buku Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans
Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Terpadu,
Depkes RI 2003
5. Buku Pedoman Surveilans PTM, Kemenkes RI, 2014
VII. EVALUASI
Petunjuk Praktik :
a. Peserta dibagi kelompok.
b. Kepada setiap kelompok diberikan tugas untuk menghitung
cakupan posbindu
c. Peserta diminta untuk mengisi format pengisian hasil
pemantauan dan penilaian pada lampiran 7 pada buku PeV
tunjuk Teknis Posbindu.
d. Fasilitator mengamati dan memberikan masukan perbaikan.
181
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
182
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
PENUNJANG 1
MATERI PENUNJANG 1
MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR
183
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
184
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
MATERI PENUNJANG 1
MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR
I. DESKRIPSI SINGKAT
Pada orientasi yang diselenggarakan unit utama, antara satu
peserta dengan peserta lainnya, dan antara peserta dengan panitia
biasanya belum saling mengenal, karena mereka berasal dari tempat
yang berbeda, dengan latar belakang sosial budaya, pendidikan,
pengetahuan, pengalaman, serta sikap dan perilaku yang berbeda.
Pertama kali berada dalam kelas, terlihat suasana kebekuan
(freezing) menyelimuti pikiran peserta. Ada kalanya perhatian peserta
belum fokus pada pelatihan, atensi mereka masih terpecah mengingat
keluarga yang ditinggal dan tuntutan pekerjaan ditempat tugas.
Demikian pula dengan pandangan terhadap panitia, ada kalanya
peserta latih segan berkomunikasi dengan panitia, kecuali terkait
dengan masalah administrasi serta hal-hal yang bersifat resmi. Kondisi
seperti itu akan menguras sebagian energi, yang jelas konsentrasi
terhadap kesiapan menerima materi pelatihan belum fokus. Pada
keadaan ekstrim, dapat terjadi apa yang disebut dengan “prustation
gestures”, yaitu sikap dan gerak gerik peserta yang konfrontasi, yang
ditandai dengan menggaruk-garuk belakang leher, nafas tersengal,
mengetok-ngetok meja, bercanda dengan teman, dan sering tidak
masuk kelas serta pulang sebelum pelatihan berakhir.
Oleh karena itu, panitia penyelenggara perlu merancang
suasana rileks, saling percaya, terbuka dikalangan peserta, tapi
saling menghargai, kemudian dibutuhkan suasana santai, tetapi tetap
konsentrasi menerima pelajaran serta menjaga nilai dan etika dalam
berkomunikasi serta senantiasa menyenangi kegiatan pelatihan.
Salah satu upaya pembelajaran menjadi kondusif, adalah pemberian
materi Membangun Komitmen Belajar diawal pelatihan, yaitu metoda
belajar mengajar dengan pencairan kelas (unfreezing), kemudian
disusul dengan permainan yang menggiring peserta mengenal dirinya,
185
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
186
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
B. METODE
1. Games
2. Diskusi Kelompok
C. MEDIA
Skenario
D. ALAT BANTU
1. Laptop
2. LCD
3. Flipchart
4. Spidol/ pena
5. HVS
6. Sedotan/ pipet
7. Kertas
E. DURASI : 90 menit
187
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
188
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
POKOK BAHASAN 2
PENCAIRAN KELAS
Menurut Havelock / pakar pembelajaran orang dewasa,
dikemukakan 3 (tiga) komponen yang harus ada dalam proses
pembelajaran, yaitu :
a. Litbangbar (penelitian, pengembangan dan penyebaran ilmu
pengetahuan dan teknologi)
b. Proses pemecahan masalah
c. Interaksi sosial
Dalam hubungannya dengan pelatihan sebagai suatu proses
pembelajaran, maka suasana kelas sebagai media interaksi antara
peserta latih dengan lingkungannya perlu diciptakan sedemikian
rupa sehingga kondisi peserta menghadapi situasi baru dapat
berjalan dengan baik.
Kegiatan pencairan kelas merupakan langkah awal
menciptakan hubungan yang intensif dan rileks tersebut, yakni
kegiatan memecah kebekuan suasana baru yang dalam bahasa
inggrisnya disebut unfreezing atau ice breaker. Singkatnya tujuan
permainan adalah mengolah raga atau denyut jantung yang
memunculkan aliran darah/oksigen ke otak sehingga masing-
masing individu lebih segar lalu kemudian mereka lebih bebas
dan lebih terbuka dilingkungannya.
Banyak sekali permainan untuk pencairan kelas, seperti :
keranjang buah, seni menerka gado-gado dan menyusun barisan.
Berikut dikemukakan permainan menyusun barisan.
Prosedur Kerja :
a. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing
terdiri dari 10 orang.
189
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
190
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Refleksi :
a. Bagaiman perasaan Anda setelah menyelesaikan permainan
ini?
b. Apa yang bisa dipelajari dari peristiwa yang terjadi ketika
proses menyusun barisan berlangsung?
c. Perilaku apa yang sempat diamati oleh setiap peserta yang
ditampilkan oleh sesama peserta selama proses berlangsung?
POKOK BAHASAN 3
MENGENAL DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN
Pengenalan diri sendiri biasanya dikaitkan dengan status
yang disandang (jabatan/strata sosial), jenjang pendidikan yang
diraih, keadaan ekonomi, dan lain-lain. Padahal status tersebut
harus ditanggalkan begitu memasuki pembelajaran di kelas dan
masing-masing peserta berbaur, dalam suatu kedudukan yang
setara, saling kerjasama, saling isi mengisi, saling terbuka dan
saling percaya.
Biasanya mengenal diri adalah dengan mengetahui hasil/
jawaban atas pertanyaan/tes yang telah disiapkan psikolog,
kemudian jawaban tersebut disesuaikan dengan kategori
kepribadian yang standar (potensi kepemimpinan, tingkat kejujuran,
tingkat kebertanggungjawaban, kecendrugan bersahabat dan lain
sebagainya).
Pengenalan diri dilakukan dengan permainan. Fasilitator
memberi tugas kepada peserta untuk melaksanakan kegiatan
atau untuk menjawab kuis/pertanyaan, dengan maksud untuk
melihat sikap dan perilaku sewaktu melaksanakan tugas tersebut
dan juga untuk mengetahui jawaban tes/kuis yang benar telah
mereka kerjakan. Kemudian peserta yang menilai dirinya
melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil/jawaban benar
atas tes/kuis selanjutnya membandingkannya dengan peserta
lainnya. Proses pelaksanaan mengerjakan tes/kuis bekerjasama,
191
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
patuh aturan dan beberapa sifat dan sikap lain akan menampak,
sedangkan jawaban tes/kuis yang benar akan memperlihatkan
tingkat kecerdasan, daya ingat, wawasan dan lain sebagainya.
192
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Toleransi
Toleransi antar sesama anggota harus dimiliki oleh setiap tim
yang solid sebab tanpa toleransi, sekuat apapun tim yang
dibangun pasti tidak akan bertahan lama.
Saling Menghormati
Seperti sikap toleransi, sikap saling menghormati juga sangat
dibutuhkan dalam membangun sebuah kerjasama tim yang
kokoh, tidak ada tim yang dapat bertahan jika sesama
anggotanya tidak saling menghormati. Saling menghormati
juga dapat dilihat pada saat mengeluarkan pendapat atau
ide, yaitu pada saat ide atau pendapat salah satu anggota tim
dikritik (dapat dilihat dari cara penyampaian kritik).
Mengutamakan Kepentingan Tim
Setiap hal yang dilakukan oleh anggota tim harus berdasarkan
kepentingan tim, tidak boleh ada unsur pribadi dalam
melaksanakan pekerjaan.
Mengadakan Acara
Sesekali adakan acara berkumpul bersama untuk
meningkatkan kekompakan tim, sehingga hubungan antar
sesama anggota menjadi semakin kuat. Setiap acara yang
dibuat harus melibatkan setiap anggota tim, tujuannya adalah
menjalin hubungan interpersonal dan memperkuat kerjasama
tim.
VII. REFERENSI
A. Depkes RI, Pusdiklat Kesehatan, 2002, Kumpulan Instrumen
Diklat, Energizer dan Game Diklat, Jakarta.
B. Handayani, MM, dkk, Efektifitas Pelatihan Pengenalan Diri
Terhadap Peningkatan Penerimaan Diri dan Harga Diri, Jurnal
Psikologi No. 2, 1998, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
193
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
VIII. EVALUASI
Buatlah kelompok yang terdiri dari 10 orang, kemudian
diskusikan siapa yang akan menjadi ketua. Setiap kelompok
diminta untuk memilih salah satu topik materi sebagai fokus pada
saat praktik, dan didiskusikan selama 20 menit. Selanjutnya
materi tersebut akan dibahas secara umum per masing-masing
kelompok.
194
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
MATERI PENUNJANG 2
RENCANA TINDAK LANJUT
PENUNJANG 2
195
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
196
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
MATERI PENUNJANG 2
RENCANA TINDAK LANJUT
I. DESKRIPSI SINGKAT
Penyusunan rencana tindak lanjut dilakukan setiap proses
pelatihan berakhir. Dengan adanya rencana tindak lanjut
diharapkan setiap peserta dapat memulai kegiatan secara terarah
dan terstruktur dengan baik. Yang paling baik rencana tindak lanjut
ini dibuat berdasarkan masalah yang ingin ditangani di wilayah
asal peserta berada.
197
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Simulasi ( 45 menit )
Fasilitator memandu peserta untuk simulasi pokok
bahasan di wilayah kerja masing-masing.
Diskusi, sharing.
B. METODE
1. Presentasi dan diskusi kelompok
2. Simulasi
C. MEDIA
1. Kertas kerja RTL
2. Flipchart
3. Spidol
4. LCD
5. Laptop
D. DURASI : 90 menit
198
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Pokok Bahasan 2
Penyusunan RTL Pelatihan
Komponen yang harus dicantumkan dalam rencana tindak lanjut
adalah sebagai berikut:
Kegiatan yang akan dilakukan
Kapan waktu pelaksanaannya
Tempat pelaksanaan kegiatan
Besar biaya yang diperlukan
Penanggung jawab kegiatan
VII. REFERENSI
A. Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Posbindu PTM,
Kemenkes RI, 2014
B. Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posbindu PTM,
Kemenkes RI, 2014
C. Buku Pintar Posbindu PTM Seri 1 – 6, Kemenkes RI, 2014
199
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
VII. EVALUASI
Buatlah Matriks
200
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
MATERI PENUNJANG 3
ANTI KORUPSI
PENUNJANG 3
201
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
202
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
MATERI PENUNJANG 3
ANTI KORUPSI
I. DESKRIPSI SINGKAT
Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat
mengkhawatirkan dan berdampak buruk luar biasa pada hampir
seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah menghancurkan sistem
perekonomian, sistem demokrasi, sistem politik, sistem hukum,
sistem pemerintahan, dan tatanan sosial kemasyarakatan di
negeri ini.
Upaya pemberantasan korupsi yang telah dilakukan selama
ini belum menunjukkan hasil yang optimal. Korupsi dalam berbagai
tingkatan tetap saja banyak terjadi seolah-olah telah menjadi
bagian dari kehidupan kita yang bahkan sudah dianggap sebagai
hal yang biasa. Jika kondisi ini tetap kita biarkan berlangsung
maka cepat atau lambat korupsi akan menghancurkan negeri ini.
Korupsi harus dipandang sebagai kejahatan luar biasa
(extra ordinary crime) yang oleh karena itu memerlukan upaya
luar biasa pula untuk memberantasnya. Upaya pemberantasan
korupsi– yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu (1) penindakan,
dan (2) pencegahan–tidak akan pernah berhasil optimal jika
hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa melibatkan peran
serta masyarakat.
Dalam rangka mempercepat pelaksanaan Instruksi
Presiden Nomor 1 Tahun 2013 tentang Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi perlu disusun Strategi Komunikasi
Pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan korupsi di
Kementerian Kesehatan sebagai salah satu kegiatan reformasi
birokrasi yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan agar para
Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Kesehatan
terhindar dari perbuatan korupsi.
203
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
204
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
2. Anti Korupsi
a. Konsep Anti Korupsi
b. Nilai-nilai anti korupsi
c. Prinsip-prinsip anti korupsi
3. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
a. Upaya pencegahan korupsi
b. Upaya Pemberantasan Korupsi
c. Strategi Komunikasi Anti Korupsi
4. Tata cara pelaporan dugaan pelanggaran TPK
a. Laporan
b. Pengaduan
c. Tata Cara Penyampaian Pengaduan
5. Gratifikasi
a. Pengertian Gratifikasi
b. Aspek Hukum
c. Gratifikasi merupakan Tindak Pidana Korupsi
d. Contoh Gratifikasi
e. Sanksi Gratifikasi
205
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
206
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
B. METODE
- Curah pendapat
- Ceramah tanya jawab
- Pemutaran Film
207
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
D. DURASI: 90 menit
A. Definisi Korupsi
Apa Arti kata “korupsi?
Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema
Andrea: 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary:
1960). Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari
kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari
bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption,
corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/
korruptie” (Belanda).
208
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
B. Ciri-Ciri Korupsi
Seperti apa ciri-ciri korupsi?
Ada 6 ciri korupsi adalah sebagai berikut:
1. dilakukan oleh lebih dari satu orang;
2. merahasiakan motif; ada keuntungan yang ingin diraih;
3. berhubungan dengan kekuasaan/ kewenangan tertentu;
4. berlindung di balik pembenaran hukum;
5. melanggar kaidah kejujuran dan norma hukum
6. mengkhianati kepercayaan
209
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
210
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
211
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
D. Tingkatan Korupsi
Ada 3 (tiga) tingkatan korupsi seperti uraian di bawah ini
1. Materi Benefit
Penyimpangan kekuasaan untuk mendapatkan
keuntungan material baik bagi dirinya sendiri maupun
orang kain. Korupsi pada level ini merupakan tingkat
paling membahayakan karena melibatkan kekuasaan
dan keuntungan material. Ini merupakan bentuk korupsi
yang paling banyak terjadi di Indonesia
212
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
213
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
214
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
2. Aspek Organisasi
Pada aspek organisasi, korupsi terjadi karena kurang
adanya keteladanan dari pimpinan, tidak adanya kultur
organisasi yang benar, sistem akuntabilitas di pemerintah
kurang memadai, kelemahan sistem pengendalian
manajemen, serta manajemen yang lebih mengutamakan
hirarki kekuasaan dan jabatan cenderung akan menutupi
korupsi yang terjadi di dalam organisasi.
Hal tersebut ditandai dengan adanya resistensi atau
penolakan secara kelembagaan terhadap setiap upaya
pemberantasan korupsi. Manajemen yang demikian,
menutup rapat bagi siapa pun untuk membuka praktik
korkupsi kepada publik.
215
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
216
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
217
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Tugas/ Latihan
1. Menurut Anda, apakah ciri-ciri korupsi seperti yang
telah Anda baca pada pokon bahasan ini sudah
menggambarkan kondisi yang Anda pernah ketahui di
lingkungan kerja Anda maupun di luar lingkungan kerja
Anda? Diskusikan dengan teman kelompok Anda!
2. Anda sudah menguasai konsep tentang korupsi dan
anti korupsi, silahkan Anda nilai apakah bentuk korupsi
dan perbuatan korupsi yang sudah Anda pelajari, sesuai
dengan konsep tersebut? Diskusikan kembali dengan
kelompok Anda
POKOK BAHASAN 2
ANTI KORUPSI
A. Anti Korupsi
Apa yang dimaksud “anti korupsi”?
Anti korupsi merupakan kebijakan untuk mencegah dan
menghilangkan peluang bagi berkembangnya korupsi.
Anti korupsi adalah pencegahan. Pencegahan yang dimaksud
adalah bagaimana meningkatkan kesadaran individu untuk
tidak melakukan korupsi dan bagaimana menyelamatkan
uang dan aset negara.
Peluang bagi berkembangnya korupsi dapat dihilangkan
dengan melakukan perbaikan sistem (sistem hukum, sistem
kelembagaan) dan perbaikan manusianya (moral dan
kesejahteraan).
218
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Berikut ini adalah uraian secara rinci untuk tiap nilai anti
korupsi
1. Kejujuran
Menurut Sugono kata jujur dapat didefinisikan
sebagai lurus hati, tidak berbohong, dan tidak curang.
Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting
bagi kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur pegawai
tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya
(Sugono: 2008).
219
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
2. Kepedulian
Menurut Sugono definisi kata peduli adalah mengindahkan,
memperhatikan dan menghiraukan (Sugono: 2008). Nilai
kepedulian sangat penting bagi seorang pegawai dalam
kehidupan di dunia kerja dan di masyarakat. Sebagai
calon pemimpin masa depan, seorang pegawai perlu
memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungannya, baik
lingkungan di dalam dunia kerja maupun lingkungan di
luar dunia kerja.
220
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
3. Kemandirian
Kondisi mandiri bagi pegawai dapat diartikan sebagai
proses mendewasakan diri yaitu dengan tidak bergantung
pada orang lain untuk mengerjakan tugas dan tanggung
jawabnya. Hal ini penting untuk masa depannya dimana
pegawai tersebut harus mengatur kehidupannya dan
orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya
sebab tidak mungkin orang yang tidak dapat mandiri
(mengatur dirinya sendiri) akan mampu mengatur hidup
orang lain. Dengan karakter kemandirian tersebut
pegawai dituntut untuk mengerjakan semua tanggung
jawab dengan usahanya sendiri dan bukan orang lain
(Supardi: 2004).
221
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
4. Kedisiplinan
Menurut Sugono definisi kata disiplin adalah ketaatan
(kepatuhan) kepada peraturan (Sugono: 2008). Dalam
mengatur kehidupan dunia kerja baik kerja maupun sosial
pegawai perlu hidup disiplin. Hidup disiplin tidak berarti
harus hidup seperti pola militer di barak militier namun
hidup disiplin bagi pegawai adalah dapat mengatur dan
mengelola waktu yang ada untuk dipergunakan dengan
sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas baik dalam
lingkup kerja maupun sosial dunia kerja.
Manfaat dari hidup yang disiplin adalah pegawai dapat
mencapai tujuan hidupnya dengan waktu yang lebih
efisien. Disiplin juga membuat orang lain percaya dalam
mengelola suatu kepercayaan. Nilai kedisiplinan dapat
diwujudkan antara lain dalam bentuk kemampuan
mengatur waktu dengan baik, kepatuhan pada seluruh
peraturan dan ketentuan yang berlaku di dunia kerja,
mengerjakan segala sesuatunya tepat waktu, dan fokus
pada pekerjaan.
5. Tanggung Jawab
Menurut Sugono definisi kata tanggung jawab adalah
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau
terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan
diperkarakan) (Sugono: 2008).
Pegawai adalah sebuah status yang ada pada diri
seseorang yang telah lulus dari penkerjaan terakhirnya
yang melanjutkan pekerjaan dalam sebuah lembaga
yang bernama organisasi. Pegawai yang memiliki
rasa tanggung jawab akan memiliki kecenderungan
menyelesaikan tugas lebih baik dibanding pegawai
yang tidak memiliki rasa tanggung jawab. pegawai
yang memiliki rasa tanggung jawab akan mengerjakan
tugas dengan sepenuh hati karena berpikir bahwa jika
222
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
6. Kerja keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata
”kemauan” menimbulkan asosiasi dengan ketekadan,
ketekunan, daya tahan, tujuan jelas, daya kerja,
pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan,
keteguhan, tenaga, kekuatan, kelaki-lakian dan pantang
mundur. Adalah penting sekali bahwa kemauan pegawai
harus berkembang ke taraf yang lebih tinggi karena
harus menguasai diri sepenuhnya lebih dulu untuk bisa
menguasai orang lain. Setiap kali seseorang penuh
dengan harapan dan percaya, maka akan menjadi lebih
kuat dalam melaksanakan pekerjaannya. Jika interaksi
antara individu pegawai dapat dicapai bersama dengan
usaha kerja keras maka hasil yang akan dicapai akan
semakin optimum.
Bekerja keras merupakan hal yang penting guna
tercapainya hasil yang sesuai dengan target. Akan tetapi
223
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
7. Sederhana
Gaya hidup pegawai merupakan hal yang penting
dalam interaksi dengan masyarakat di sekitarnya. Gaya
hidup sederhana sebaiknya perlu dikembangkan sejak
pegawai me-ngenyam masa penkerjaannya. Dengan
gaya hidup sederhana, setiap pegawai dibiasakan untuk
tidak hidup boros, hidup sesuai dengan kemampuannya
dan dapat memenuhi semua kebutuhannya. Kerap
kali kebutuhan diidentikkan dengan keinginan semata,
padahal tidak selalu kebutuhan sesuai dengan keinginan
dan sebaliknya.
Dengan menerapkan prinsip hidup sederhana, pegawai
dibina untuk memprioritaskan kebutuhan di atas
keinginannya. Prinsip hidup sederhana ini merupakan
parameter penting dalam menjalin hubungan antara
sesama pegawai karena prinsip ini akan mengatasi
permasalahan kesenjangan sosial, iri, dengki, tamak,
egois, dan yang sikap-sikap negatif lainnya lainnya.
Prinsip hidup sederhana juga menghindari seseorang
dari keinginan yang berlebihan.
8. Keberanian
Jika kita temui di dalam dunia kerja, ada banyak pegawai
yang sedang mengalami kesulitan dan kekecewaan.
Meskipun demikian, untuk menumbuhkan sikap
keberanian demi mempertahankan pendirian dan
keyakinan pegawai, terutama sekali pegawai harus
mempertimbangkan berbagai masalah dengan sebaik-
baiknya.
224
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
9. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak
berat sebelah, tidak memihak. Bagi pegawai karakter
adil ini perlu sekali dibina agar pegawai dapat belajar
mempertimbangkan dan mengambil keputusan secara
adil dan benar.
225
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
226
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
2. Transparansi
Adalah satu prinsip penting anti korupsi lainnya adalah
transparansi. Prinsip transparansi ini penting karena
pemberantasan korupsi dimulai dari transparansi dan
mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara
terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat
diketahui oleh publik (Prasojo: 2007).
Selain itu transparansi menjadi pintu masuk sekaligus
kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural
kelembagaan. Dalam bentuk yang paling sederhana,
transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran
untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena
kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan
modal awal yang sangat berharga bagi para pegawai
untuk dapat melanjutkan tugas dan tanggungjawabnya
pada masa kini dan masa mendatang (Kurniawan: 2010).
Dalam prosesnya, transparansi dibagi menjadi lima yaitu
1) proses penganggaran, 2) proses penyusunan kegiatan,
3) proses pembahasan, 4) proses pengawasan, dan 5)
proses evaluasi.
Proses penganggaran bersifat bottom up, mulai dari
perencanaan, implementasi, laporan pertanggung-
jawaban dan penilaian (evaluasi) terhadap kinerja
anggaran.
Proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan
terkait dengan proses pembahasan tentang sumber-
sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi
anggaran (anggaran belanja).
Proses pembahasan membahas tentang pembuatan
rancangan peraturan yang berkaitan dengan strategi
penggalangan (pemungutan) dana, mekanisme
pengelolaan proyek mulai dari pelaksanaan
227
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
3. Kewajaran
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran.
Prinsip fairness atau kewajaran ini ditujukan untuk
mencegah terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam
penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun
ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip kewajaran
ini terdiri dari lima hal penting yaitu komprehensif dan
disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran, dan informatif.
Komprehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan
keseluruhan aspek, berkesinam-bungan, taat asas,
prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui
batas (off budget), sedangkan fleksibilitas artinya adalah
adanya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan
228
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
4. Kebijakan
Prinsip anti korupsi yang keempat adalah prinsip
kebijakan. Pembahasan mengenai prinsip ini ditujukan
agar pegawai dapat mengetahui dan memahami kebijakan
anti korupsi. Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata
interaksi agar tidak terjadi penyimpangan yang dapat
merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi
ini tidak selalu identik dengan undang-undang anti-
korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan
mengakses informasi, undang-undang desentralisasi,
undang-undang anti-monopoli, maupun lainnya yang
dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus
mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran
negara oleh para pejabat negara.
Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat
kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur kebijakan.
Kebijakan anti-korupsi akan efektif apabila di dalamnya
terkandung unsur-unsur yang terkait dengan persoalan
korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung pada
kualitas dan integritas pembuatnya.
229
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
5. Kontrol Kebijakan
Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan.
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan
yang dibuat betul-betul efektif dan mengeliminasi semua
bentuk korupsi. Pada prinsip ini, akan dibahas mengenai
lembaga-lembaga pengawasan di Indonesia, self-
evaluating organization, reformasi sistem pengawasan di
Indonesia, problematika pengawasan di Indonesia.
Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi, evolusi dan
reformasi. Kontrol kebijakan berupa partisipasi yaitu
melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta
dalam penyusunan dan pelaksanaannya dan kontrol
kebijakan berupa oposisi.
Tugas/ Latihan:
Setelah Anda mempelajari modul ini, diskusikan di dalam
kelompok Anda tentang: Dampak pendidikan budaya anti
korupsi
230
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
POKOK BAHASAN 3
UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI
Uraian Materi
Korupsi masih terjadi secara masif dan sistematis. Praktiknya
bisa berlangsung dimanapun, di lembaga negara, lembaga
privat, hingga di kehidupan sehari-hari. Melihat kondisi seperti
itu, maka pencegahan menjadi layak didudukkan sebagai strategi
perdananya.
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan pengertian korupsi, faktor-
faktor penyebab korupsi, nilai-nilai yang perlu dikembangkan
untuk mencegah seseorang melakukan korupsi atau perbuatan-
perbuatan koruptif. dan prinsip-prinsip upaya pemberantasan
korupsi.
Ada yang mengatakan bahwa upaya yang paling tepat untuk
memberantas korupsi adalah menghukum seberat-beratnya
pelaku korupsi. Dengan demikian, bidang hukum khususnya
hukum pidana akan dianggap sebagai jawaban yang paling tepat
untuk memberantas korupsi merupakan sebuah realita bahwa kita
sudah memiliki berbagai perangkat hukum untuk memberantas
korupsi yaitu peraturan perundang-undangan. Kita memiliki
lembaga serta aparat hukum yang mengabdi untuk menjalankan
peraturan tersebut baik keKemenkesan, kejaksaan, dan
pengadilan. Kita bahkan memiliki sebuah lembaga independen
yang bernama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang
kesemuanya dibentuk salah satunya untuk memberantas korupsi.
Namun apa yang terjadi? Korupsi tetap tumbuh subur dan
berkembang dengan pesat. Sedihnya lagi, dalam realita ternyata
lembaga dan aparat yang telah ditunjuk tersebut dalam beberapa
kasus justru ikut menumbuhsuburkan korupsi yang terjadi di
Indonesia.
Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa bekal penkerjaan
(termasuk Pekerjaan Agama) memegang peranan yang sangat
penting untuk mencegah korupsi. Benarkah demikian? Yang cukup
231
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
232
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
233
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
234
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
235
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
236
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
237
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
238
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
239
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
2. Perbaikan Sistem
- Memperbaiki peraturan perundangan yang berlaku,
untuk mengantisipasi perkembangan korupsi dan
menutup celah hukum atau pasal-pasal karet yang
sering digunakan koruptor melepaskan diri dari jerat
hukum.
- Memperbaiki cara kerja pemerintahan (birokrasi)
menjadi simpel dan efisien. Menciptakan lingkungan
kerja yang anti korupsi. Reformasi birokrasi.
- Memisahkan secara tegas kepemilikan negara
dan kepemilikan pribadi, memberikan aturan yang
jelas tentang penggunaan fasilitas negara untuk
kepentingan umum dan penggunaannya untuk
kepentingan pribadi.
- Menegakkan etika profesi dan tata tertib lembaga
dengan pemberian sanksi secara tegas.
240
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
3. Perbaikan manusianya
KPK terus berusaha melakukan pencegahan korupsi sejak
dini. Berdasarkan studi yang telah dilakukan, ditemukan
bahwa ada peran penting keluarga dalam menanamkan nilai
anti korupsi.
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa
ada peran penting keluarga dalam proses pencegahan
korupsi. Keluarga batih menjadi pihak pertama yang bisa
menanamkan nilai anti korupsi saat anak dalam proses
pertumbuhan. “Keluarga batih itu adalah pihak pertama yang
bisa menanamkan nilai anti korupsi ke anak. Seiring anak
tumbuh, nilai anti korupsi itu semakin mantap.
KPK menekankan pencegahan korupsi sejak dini. Sebabnya,
ketika seseorang sudah beranjak dewasa dan memiliki
pemahaman sendiri, penanaman nilai anti korupsi akan susah
ditanamkan. Ketika orang sudah dewasa, apalagi dia adalah
orang yang pandai dan cerdas, sangat susah menanamkan
nilai anti korupsi karena mereka sudah punya pemahaman
sendiri.
- Memperbaiki moral manusia sebagai umat beriman.
Mengoptimalkan peran agama dalam memberantas
korupsi. Artinya pemuka agama berusaha mempererat
ikatan emosional antara agama dengan umatnya
dan menyatakan dengan tegas bahwa korupsi
adalah perbuatan tercela, mengajak masyarakat
untuk menjauhkan diri dari segala bentuk korupsi,
mendewasakan iman dan menumbuhkan keberanian
masyarakat untuk melawan korupsi.
- Memperbaiki moral sebagai suatu bangsa. Pengalihan
loyalitas (kesetiaan) dari keluarga/ klan/ suku kepada
241
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Tugas/ Latihan:
Setelah Anda mempelajari modul ini bagaimana komentar
Anda terhadap:
242
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
POKOK BAHASAN IV
TATA CARA PELAPORAN DUGAAN PELANGGARAN TINDAK
PIDANA KORUPSI
Dalam menjalani aktivitas sehari-hari dilingkup perusahaan
mungkin kita melihat ada beberapa “oknum” pejabat yang
melakukan tindak pidana korupsi namun kita binggung bagaimana
cara melaporkan kasus tersebut..
Pengertian Laporan/ pengaduan dapat kita temukan didalam
Pasal 1 angka 24 dan 25 UU No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang
karena hak atau kewajiban berdasarkan undang-undang kepada
pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga
akan terjadinya peristiwa pidana.(Pasal 1 angka 24 KUHAP)
243
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
A. Laporan
Dari pengertian di atas, laporan merupakan suatu bentuk
pemberitahuan kepada pejabat yang berwenang bahwa
telah ada atau sedang atau diduga akan terjadinya sebuah
peristiwa pidana/ kejahatan. Artinya, peristiwa yang dilaporkan
belum tentu perbuatan pidana, sehingga dibutuhkan sebuah
tindakan penyelidikan oleh pejabat yang berwenang terlebih
dahulu untuk menentukan perbuatan tersebut merupakan
tindak pidana atau bukan. Kita sebagai orang yang melihat
suatu tidak kejahatan memiliki kewajiban untuk melaporkan
tindakan tersebut.
Selanjutnya, di mana kita melapor? Dalam hal jika Anda
ingin melaporkan suatu tindak pidana korupsi yang terjadi
di lingkungan kementerian Kesehatan, saat ini kementerian
Kesehatan melalui Inspektorat jenderal sudah mempunyai
mekanisme pengaduan tindak pidana korupsi.
Mekanisme Pelaporan
1. Tim Dumasdu pada unit Eselon 1 setiap bulan
menyampaikan laporan penanganan pengaduan
masyarakat dalam bentuk surat kepada Sekretariat
Tim Dumasdu. Laporan tersebut minimal memuat
informasi tentang nomor dan tanggal pengaduan, isi
ringkas pengaduan, posisi penanganan dan hasilnya
penanganan.
2. Sekretariat Tim Dumasdu menyusun laporan triwulanan
dan semesteran untuk disampaikan kepada Menteri
Kesehatan dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur
244
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
B. Pengaduan
Pengaduan yang dapat bersumber dari berbagai pihak
dengan berbagai jenis pengaduan, perlu diproses ke dalam
suatu sistem yang memungkinkan adanya penanganan
dan solusi terbaik dan dapat memuaskan keinginan publik
terhadap akuntabilitas pemerintahan.Ruang lingkup materi
dalam pengaduan adalah adanya kepastian telah terjadi
sebuah tindak pidana yang termasuk dalam delik aduan,
dimana tindakan seorang pengadu yang mengadukan
permasalahan pidana delik aduan harus segera ditindak
lanjuti dengan sebuah tindakan hukum berupa serangkaian
tindakan penyidikan berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Artinya dalam proses penerimaan pengaduan dari
masyarakat, seorang pejabat yang berwenang dalam hal ini
internal di Kementerian Kesehatan khususnya Inspektorat
Jenderal, harus bisa menentukan apakah sebuah peristiwa
yang dilaporkan oleh seorang pengadu merupakan sebuah
tindak pidana delik aduan ataukah bukan.
Penyelesaian Hasil Penanganan Pengaduan Masyarakat
Sekretariat Tim Dumasdu secara periodik melakukan
monitoring dan evaluasi (money) terhadap hasil ADTT/
Investigasi, berkoordinasi dengan Bagian Analisis Pelaporan
dan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (APTLHP). Pelaksanaan
money dan penyusunan laporan hasil money dilakukan sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku
pada Inspektorat Jenderal.
Penyelesaian hasil penanganan dumas agar ditindaklanjuti
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, berupa:
245
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
1. Tindakan administratif;
2. Tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi;
3. Tindakan perbuatan pidana;
4. Tindakan pidana;
5. Perbaikan manajemen.
246
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
247
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
Pencatatan Pengaduan
Pada dasarnya pengaduan disampaikan secara tertulis.
Walaupun peraturan yang ada menyebutkan bahwa
pengaduan dapat dilakukan secara lisan, tetapi untuk lebih
meningkatkan efektifitas tindak lanjut atas suatu perkara,
maka pengaduan yang diterima masyarakat hanya berupa
pengaduan tertulis.
Pencatatan pengaduan masyarakat oleh Tim Dumasdu
dilakukan sebagai berikut:
1. Pengaduan masyarakat (dumas) yang diterima oleh Tim
Dumasdu pada Unit Eselon I berasal dari organisasi
masyarakat, partai politik, perorangan atau penerusan
pengaduan oleh Kementerian/ Lembaga/ Komisi Negara
dalam bentuk surat, fax, atau email, dicatat dalam
agenda surat masuk secara manual atau menggunakan
aplikasi sesuai dengan prosedur pengadministrasian/
tata persuratan yang berlaku. Pengaduan yang
disampaikan secara lisan agar dituangkan ke dalam
formulir yang disediakan.
2. Pencatatan dumas tersebut sekurang-kurangnya memuat
informasi tentang nomor dan tanggal surat pengaduan,
tanggal diterima, identitas pengadu, identitas terlapor,
dan inti pengaduan.
248
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
POKOK BAHASAN V
GRATIFIKASI
A. Pengertian Grafitasi
APA itu GRATIFIKASI ?
Bagi sebagian orang mungkin sudah mengetahui apa
yang dimaksud dengan kata Gratifikasi. Tapi Saya lebih
senang menafsirkan kata tersebut dengan kata yang
mendefinisikan sesuatu yang berarti “gratis di kasih”.
Gratifikasi menurut kamus hukum berasal dari Bahasa
Belanda, “Gratificatie”, atau Bahasa Inggrisnya
“Gratification“ yang diartikan hadiah uang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,1998)
Gratifikasi diartikan pemberian hadiah uang kepada pegawai
di luar gaji yang telah ditentukan.
Menurut UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Penjelasan
Pasal 12 b ayat (1), Gratifikasi adalah Pemberian dalam arti
luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount),
komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan
fasilitas lainnya.
249
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
250
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
B. Landasan Hukum
Aspek hukum gratifikasi meliputi tiga unsur yaitu: (1) dasar
hukum, (2) subyek hukum, (3) Obyek Hukum
Ada dua Dasar Hukum dalam gratifikasi yaitu: (1) Undang-
undang Nomor 30 Tahun 2002 dan (2) Undang2-undang
No 20 Tahun 2001. Menurut undang-undang Nomor 30
tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi pasal 16: “ setiap PNS atau Penyelenggara Negara
yang menerima gratifikasi wajib melaporkan kepada KPK”.
Undang-undang nomor 20 tahun 2001, menurut UU No 20
tahun 2001 tentang pemberantasan tindak korupsi pasal 12
C Ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi
yang diterimanya kepada KPK. Ayat 2 penyampaian laporan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib dilakukan oleh
penerima gratifikasi paling lambat 30 hari kerja terhitung sejak
tanggal gratifikasi tersebut diterima.
Subyek hukum terdiri dari: (1) penyelenggara negara, dan
(2) pegawai negeri Penyelenggara negara meliputi: pejabat
negara pada lembaga tertinggi negara, pejabata negara
pada lembaga tinggi negara, menteri, gubernur, hakim,
pejabat lain yang memiliki fungsi startegis dalam kaitannya
dalam penyelenggaraan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku
251
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
D. Contoh Gratifikasi
Contoh pemberian yang dapat digolongkan sebagai
gratifikasi,antara lain:
252
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
E. Sanksi Gratifikasi
Sanksi pidana yang menerima gratifikasi dapat dijatuhkan
bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang:
1. Menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut
diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena
kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan
jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberi
hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya;
2. Menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut
diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
253
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
254
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
255
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
256
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
VII. REFERENSI
A. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
B. Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 Keterbukaan Informasi
Publik
C. Instruksi Presiden nomor 1 tahun 2013
D. Peraturan Pemerintah No 61 tahun 2010 Pelaksanaan Undang-
undang Nomor 14 Tahun 2008
E. Permenpan Nomor 5 tahun 2009
F. Permenkes No 49 tahun 2012 tentang Pedoman Penanganan
Pengaduan Masyarakat terpadu di lingkungan Kementerian
Kesehatan.
G. Permenkes nomor 134 tahun 2012 tentang Tim Pengaduan
Masyarakat
H. Permenkes Nomor 14 tahun 2014 Kebijakan tentang Gratifikasi
bidang Kesehatan
I. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 232/ Menkes/ SK/ VI/ 2013
Tentang Strategi Komunikasi Penkerjaan dan Budaya Anti Korupsi
J. Dr. Uhar Suharsaputra, M.Pd Budaya Korupsi dan Pendidikan
Tantangan bagi Dunia Pendidikan
K. KPK, Buku Saku Gratifikasi
VIII. EVALUASI
257
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
258
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
LAMPIRAN
SKENARIO POSBINDU :
Di RT 03 Kelurahan GALUR Kecamatan JOHAR BARU
direncanakan akan membentuk Posbindu PTM baru. Pak Laksana,
ketua RT 03 mengundang warganya untuk menghadiri rapat dalam
rangka pembentukan Posbindu PTM baru di wilayah RT 03 Kelurahan
GALUR Kecamatan JOHAR BARU.
259
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
260
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
261
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
262
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
263
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
264
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
265
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
266
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
267
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
268
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
269
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PTM
270