3
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SUNGAI BANGKONG
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Jl. Alianyang No.1 Telp. (0561) 732420,767525, Fax. (0561) 732420, email: rsjdsungaibangkong@gmail.com
PONTIANAK
KodePos : 78116
LEMBAR PENGESAHAN
Disahkan di : Pontianak
Pada Tanggal : 12 September 2018
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Buku Pedoman Pelayanan Unit Linen rumah sakit jiwa
daerah sungai bangkong ini berhasil disusun. Buku ini diharapkan mampu menjadi pedoman
bagi semua pegawai di Unit Linen dan Laundry dan pihak-pihak yang terkait di
lingkungan Rumah Sakit jiwa daerah sungai bangkong dalam menjalankan
kegiatan pengelolaan linen rumah sakit.
Terima kasih yang sebesar besarnya, kami haturkan kepada Direktur Rumah
Sakit jiwa daerah sungai bangkong yang telah memberikan dukungan moril dan
materiil dalam pembuatan pedoman ini, para pejabat struktural dan tenaga fungsional
di lingkungan Rumah Sakit jiwa daerah sungai bangkong yang telah memberikan
masukan dalam proses penyusunan pedoman ini, serta seluruh staf di Rumah jiwa
daerah sungai bangkong yang telah dan akan berpartisipasi aktif mulai dari proses
penyusunan, pelaksanaan sampai pada proses monitoring dan evaluasi pedoman ini.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit dan pihak-pihak lainnya yang
terkait dengan penyelenggaraan akreditasi rumah sakit. Akhirnya saran dan koreksi demi
perbaikan buku pedoman ini sangat kami harapkan.
Penyusun
5
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN iii
A. Latar Belakang ..................................................................................................
B. Tujuan ................................................................................................................ 1
C. Ruang Lingkup Pelayanan ................................................................................. 2
D. Batasan operasional ........................................................................................... 2
E. Landasan Hukum .............................................................................................. 2
BAB II. STANDAR KETENAGAAN 5
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ...................................................................
B. Distribusi Ketenagaan ........................................................................................ 7
C. Pengaturan Jaga ................................................................................................. 9
BAB III. STANDAR FASILITAS 10
A. Denah Ruanga ...................................................................................................
B. Standar Fasilitas ................................................................................................ 11
BAB IV. TATA LAKSANA PELAYANAN GIZI 12
A. Tujuan ................................................................................................................
B. Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit Jiwa Sungai Bangkong ..................... 18
BAB V. LOGISTIK DAN PEBIAYAAN 19
A. Logistik ..............................................................................................................
B. Pembiayaan ........................................................................................................ 26
BAB IV. KESELAMATAN PASIEN 30
A. Keamanan Makanan ..........................................................................................
B. Higiene dan Sanitasi Makanan ........................................................................... 31
C. Higiene Tenaga Penjamah Makanan .................................................................. 33
D. Higiene Peralatan Pengolahan Makanan ............................................................. 33
E. Sanitasi Air dan Lingkungan ............................................................................... 34
BAB VII. KESELAMATAN KERJA 34
A. Pengertian ............................................................................................................
B. Tujuan ................................................................................................................... 36
C. Prosedur Keselamatan Kerja ............................................................................... 36
BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU 36
A. Tujuan Pengawasan dan Pengendalian Mutu .....................................................
B. Macam Pengendalian Mutu ................................................................................ 39
BAB IX. PENUTUP ............................................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 44
45
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengelolaan linen adalah suatu kegiatan yang dimulai dari pengumpulan linen
kotor dari masing-masing ruangan. Pengangkutan, pencucian, penyetrikaan,
penyimpanan dan penggunaan kembali yang sudah bersih. Linen adalah bahan dan
kain yang digunakan di rumah untuk kebutuhan pembungkus kasur, bantal, dan alat
instrument steril lainnya.
Unit laundry rumah sakit sebagai unit penyediaan pelayanan kesehatan
berupaya untuk mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah
sakit, salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah :
rendahnya angka infeksi nosokomonial untuk mencapai keberhasilan tersebut maka
perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit.
Pelayan linen dan laundry yang terpusat merupakan salah satu mata rantai
yang penting untuk pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya penekanan
kejadian infeksi untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan linen sangat
bergantung pada unit penunjang lain, seperti unsure pelayanan medik, fasilitas medik,
farmasi, rumah tangga (logistik umum), pemeliharaan rumah sakit dan fasilitas
penyediaan air bersih, sehingga apabila terjadi hambatan pada salah satu unit di atas
maka akhirnya akan menggangu proses penyediaan linen bersih.
Dalam menjalankan kegiatan unit laundry bertanggung jawab langsung kepada
Kabag SDM bagian umum secara tepat, cepat, aman dan terpadu.
2
2. Tujuan
Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen di laundry di rumah sakit jiwa daerah
Sungai Bangkong Pontianak.
Khusus
- Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen dirumah sakit jiwa
daerah Sungai Bangkong
- Sebagai pedoman kerja untuk mendapatkan linen bersih, kering, rapi, utuh dan
siap pakai.
- Sebagai pedoman meminimalisasikan kemungkinan untuk terjadinya infeksi
silang/nosokomial.
- Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung kontraktor dan lingkungan dan
terpapar bahaya potensial.
- Untuk menjamin ketersediaan linen di setiap unit di rumah sakit jiwa daerah
Sungai Bangkong
Sasaran
- Terpenuhinya kebutuhan linen diseluruh unit/ruangan keperawatan, serta unit-
unit lain yang berhubungan dengan sasaran mutu.
- Terwujudnya penyelenggaraan pelayanan linen dan laundry dalam suatu
kesatuan prosedur kerja yang telah ditetapkan.
Tercapainya efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan linen dan laundry
di rumah sakit jiwa daerah Sungai Bangkong.
C. Ruang Lingkup Pelayanan Linen dan Laundry
Ruang lingkup pelayanan linen laundry meliputi:
1. Pengambilan linen
2. Pemilahan linen
3. Penimbangan dan perendaman linen
4. Pencucian dan pemerasan linen
5. Pengeringan linen
6. Penyetrikaan linen
7. Pelipatan linen
3
8. Pendistribusian linen
D. Batasan Operasional
1. Pengambilan Linen
Pengambilan linen kotor dilakukan oleh petugas laundry ke ruangan dengan
menggunakan APD dan menggunakan troli tertutup. Linen yang infeksius
ditempatkan dalam kantong pastik warna kuning dan sudah dikasih label, sedangkan
linen non infeksius ditempatkan dalam wadah tersendiri yang tertutup.
2. Pemilahan Linen
Linen dipilah dan di hitung di laundry sesuai tingkat kekotoran, warna dan infeksius,
kemudian linen dimasukkan ke dalam troli untuk non infeksius dan troli tertutup
untuk linen infeksius.
4
3. Penimbangan dan Perendaman Linen
Linen ditimbang kemudian linen dimasukkan ke dalam bak untuk linen
infeksius di rendam pakai chlorine 0,5 % selama 10 – 15 menit setelah itu direndam
pakai air panas selama 10 – 15 menit
4. Pencuciaan dan Pemerasan Linen
Pencucian linen dilakukan dengan memasukkan linen infeksius ke mesin cuci
dengan kapasitas 14 kg, dengan memprogram berat, untuk linen non infeksius
dimasukkan mesin cuci non infeksius dengan program sedang untuk tingkat kotoran
sedang dan linen jenis tebal atau ringan untuk tingkat kekotoran ringan dan linen
jenis tipis dan ukuran kecil setelah itu dimasukkan ke dalam mesin pemeras.
5. Pengeringan Linen.
Pengeringan linen menggunakan mesin pengering untuk meminimalkan terjadinya
infeksi nosokomial
6. Penyeterikaan dan Pelipatan Linen Disinfeksi
Linen yang telah di keringkan di bawa ke ruang pelipatan kemudian dilipat dan di
setrika kemudian di sendirikan di rak penyimpanan linen bersih berdasar ruang
masing-masing.
7. Pendistribusian
Petugas linen laundry mengantar linen bersih ke ruangan dengan membawa buku
penyerahan linen. Linen dihitung dan di cocokkan dengan jumlah linen pagi oleh
petugas linen laundry dan ruangan kemudian linen dimasukkan dalam plastik dan
dimasukkan ke troli bersih dan di bawa ke ruangan masing-masing
8. Perbaikan Linen
Ruangan mengirim linen yang rusak ke laundry dan petugas laundry bertugas
memperbaiki linen yang rusak, jika linen tidak bisa diperbaiki, laundry memberitahu
ke ruangan, linen dimasukkan inventaris rusak
9. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan yang dilakukan di linen laundry antara lain: pencatatan linen yang
disetorkan ke laundry, pencatatan linen yang di distribusikan, dan linen rusak,
pelaporan chemical, plastik, linen rusak.
5
Dasar Hukum :
1. UU No. 23 Tahun 192 tentang Kesehatan.
2. UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelola Lingkungan Hidup.
3. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
4. PP No. 85/1999 tentang Perubahan PP No.18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Berbahaya dan Racun.
5. PP No. 20 Tahun 1990 tentang Pencemaran Air.
6. PP No. 27 Tahun 1999 tentang AMDAL.
7. Permenkes RI No.472/Menkes/Peraturan/V/1996 tentang Penggunaan Bahan
Berbahaya bagi Kesehatan.
8. Permenkes RI No.416/Menkes/Peraturan/IX/1992 tentang Penyediaan Air Bersi
dan Air Minum.
9. Permenkes RI No.986/Menkes/Peraturan/XI/1992 tentang Penyehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
10. Keputusan Menteri Keseharan RI No.983/Menkes/SK/XI/1992 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit.
11. Kepmen LH NO.58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi
Kegiatan Rumah Sakit.
12. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia Tahun 1992 tentang Pengelolaan
Linen.
6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
JUMLAH
NAMA JABATAN PENDIDIKAN SERTIFIKASI
KEBUTUHAN
Pengalaman kerja 1
Ka. Sub. Unit Laundry S1 atau minimal
D3 kesling minimal 5 tahun
Tenaga non medis Minimal SMU - Pelatihan interna 4
- Minimal kerja 3
tahun
Tenaga penunjang Minimal SMU - Pelatihan interna 1
7
2.1.2 Distribusi Ketenagaan Dan pengaturan Jaga
N Jabatan Fungsi Jadwal kerja
o
1 Manajerial Senin- jumat
[mengikuti jam Jam 07.00 – 16.00
Ka. Sub. Unit Laundry
kerja]
8
BAB III
STANDAR FASILITAS
9
3.3. Lingkup Sarana Pelayanan
Kegiatan pencucian terdiri dari :
1) Pengumpulan
a. Pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius dimulai dari
sumber dan memasukkan linen dalam tempat yang berbeda. Kresek /
bak kuning untuk linen infeksius, linen non infeksius ditempatkan
pada tempat yang berbeda.
b. Kotoran seperti feses, muntahan di bersihkan di ruangan.
c. Linen dari ruangan khusus IGD dan rawat inap akan diambil oleh
sirkulair laundry
d. Selain IGD dan rawat inap linen diantar dan diambil sendiri oleh
petugas ruangan
2) Penerimaan
a. Menimbang linen dari tiap ruangan ( infeksius dan non infeksius )
b. Memilah disesuaikan dengan jenis linen, bentuk linen, tingkat
kekotorannya untuk dilakukan penghitungan jumlah dan pencatatan.
c. Setelah pemilahan selesai, linen ditimbang ulang untuk disiapkan
masuk mesin cuci sesuai kapasitas mesin.
3) Pencucian
a. Linen dimasukkan mesin sesuai jenis linen infeksius dan non infeksius
b. Mesin cuci terbagi 2 : khusus infeksius, dan non infeksius
4) Pengeringan
Setelah proses pencucian linen dikeringkan
5) Penyeterikaan
Setelah proses pengeringan selesai, linen diseterika dan dilipat
6) Penyimpanan
a. Linen dipisahkan sesuai jenis
b. Linen baru disimpan di bagian bawah
10
7) Distribusi
a. Linen diantar berdasarkan kebutuhan ruangan
b. Linen diambil berdasarkan kebutuhan ruangan
8) Pengangkutan
a. Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan
kantong untuk membungkus linen kotor
b. Menggunakan kereta dorong yang berbeda
c. Waktu pengangkutan linen kotor dan linen bersih tidak boleh
bersamaan
11
2) Bahan pencuci
a. Detergent
Mempunyai peran menghilangkan kotoran yang bersifat asam secara
global
b. Bleach / pemutih
Mengangkat kotoran / noda, mencemerlangkan linen, berlaku
sebagai desinfektan. Linen berwarna (ozone), line putih (chlorine)
c. Softener
Melembutkan linen, diberikan pada akhir proses pencucian
12
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
13
(b) Melakukan koordinasi dengan bagian/ instalasi terkait.
(c) Mengawasi pelaksanaan pelayanan laundry setiap hari.
(d) Mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan
laundry
(e) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan membuat laporan
kegiatan berkala.
2) Tanggung Jawab
(a) Menjamin kompetensi sumber daya manusia
yang melaksanakan pelayanan laundry
(b) Menjamin sarana, prasarana dan peralatan sesuai dengan
kebutuhan pelayanan dan standar.
(c) Menjamin dapat terlaksananya pelayanan laundry yang
bermutu dengan mengutamakan keselamatan pasien.
(d) Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi sumber daya
manusia pelayanan laundry secara berkesinambungan.
(e) Pelaksanaan pencatatan, evaluasi dan pembuatan laporan
kegiatan di dalam rumah sakit.
(f) Pelaksanaan program menjaga mutu pelayanan laundry dan
keselamatan pasien di dalam rumah sakit.
14
b. Masuk ruang ganti sesuai dengan jenis kelamin (ruang ganti pria dan
perempuan) .
c. Petugas mengganti baju luar dengan baju khusus laundry
d. Mengenakan topi / penutup kepala
2. Alur Keluar untuk Petugas
a. Untuk alur keluar petugas Sandal disimpan di rak sepatu yang telah
disediakan di ruang ganti dan tidak boleh dipakai keluar.
3. Alur masuk untuk pengantar linen kotor : masuk lewat pintu terima linen
kotor
4. Alur masuk pengambil linen bersih : masuk lewat pintu ruang linen
bersih
15
4.6 Pelaporan
Pelaporan hasil laundry dalam bentuk hard copy dan soft copy.
16
BAB V
LOGISTIK
17
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
6.1. Pengertian.
Keselamatan Pasien / Patient Safety adalah keadaan dimana pasien bebas dari
harm atau cedera, yang dapat meliputi penyakit, cedera fisik, psikologis, sosial,
penderitaan, cacat, kematian dan lainnya, yang seharusnya tidak terjadi.
Di Laundry , Keselamatan Pasien bertarti semua standar prosedur
operasional yang sudah dibuat untuk kegiatan pelayanan laundry harus ditaati,
tidak ada kesalahan pemberian bahan chemical, pencucian yang bersih sehingga
pasien merasa nyaman dan bebas dari efek samping yang ditimbulkan dari
pengelolaan linen yang tidak benar
6.2 Tujuan.
Memenuhi standar keselamatan pasien melalui pemakaian linen oleh
pasien tanpa menimbulkan efek samping yang ditimbulkan dari pengelolaan linen
yang tidak benar.
18
a. Kejadian yang berhubungan dengan efek samping yang ditimbulkan
dari pengelolaan linen
b. Kejadian yang berhubungan dengan satndar pengendalian infeksi ( cuci
tangan )
f. Melakukan semua standar pengendalian infeksi
g. Memilih chemical yang bermutu dan aman bagi linen yang dipakai
pasien
19
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
7.1 Pengertian
7.2 Tujuan
Tujuan dari Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah supaya
setiap pekerja laundry aman dari kecelakaan akibat kerja, termasuk aman dari
paparan cairan tubuh yang infeksius dan zat-sat kimia lainnya.
20
d. Tempat penyimpanan chemical didesign untuk mengurangi resiko
sampai sekecil mungkin
e. Harus tersedia alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ( P3K )
f. Sistem pembuangan limbah yang aman
2. Peralatan Laundry
a. Semua alat di laundry memiliki kemanan sedemikian rupa
sehingga pekerja tidak terpapar aliran listrik
3. Alat Pengaman Diri.
a. Cuci tangan harus dijadikan budaya dalam setiap melakukann
pekerjaan di laundry
b. Penggunaan Alat pengaman wajib dilakukan.
4. Monitoring Kesehatan
a. Monitoring Kesehatan pekerja laundry dilakukan setiap 1 tahun
sekali
b. Bila terjadi luka tusuk, akibat tertinggalnya benda tajam di linen
maka setiap pekerja wajib melakukan pemeriksaan / tes Panel
Hepatitis dan HIV.
21
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Standar Fasilitas
Daftar Inventaris Peralatan di Linen Laundry
No Nama Alat Jumlah Keterangan
1 Mesin cuci LG kapasitas 14 kg + 2 buah
pemeras
2 Mesin cuci samsung otomatis 2 buah
kapasitas 16 kg
3 Mesin pengering/blower 1 buah
ring
9
2. Sesuai dengan Stuktur Organisasi Rumah Sakit jiwa daerah sungai bangkong,
Unit Laundry berada dibawah Direktur Umum, dibantu Kepala Bagian Umum dan
kasie Linen Laundry dalam pengelolaan pelayanan laundry.
3. Kasie laundry membawahi Petugas Mesin Cuci, Petugas Setrika dan Petugas
Pencatatan dan Penyortiran yang masing – masing dilengkapi dengan uraian tugas,
kewenangan dan tanggung jawab.
4. Pertemuan rutin diadakan sedikitnya sebulan sekali untuk mengantisipasi
permasalahan yang timbul dan evaluasi peningkatan mutu pelayanan laundry.
5. Pertemuan lintas jalur dilaksanakan secara koordinatif dengan bidang lain sesuai
ketentuan dan kebutuhan.
10
b. Kepala Bagian bertanggung jawab atas pemeliharaan dan perbaikan peralatan,
gedung dan sarana yang lain.
c. Kasie Laundry bertanggung jawab atas pengelolaan fasilitas.
11. Sistem komunikasi diatur melalui telpon intern – extern.
12. Pengaturan tentang pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan
peralatan dilaksanakan secara berkala dan dilengkapi dengan jadwal pemeliharaan,
kalibrasi serta adanya prosedur perbaikan dan pergantian peralatan yang rusak.
13. Pengelolaan pengadaan dan penyediaan bahan pembersih sesuai prosedur yang
berlaku di Rumah Sakit jiwa daerah sungai bangkong dilengkapi dengan Surat
Permintaan Barang ke Pengadaan Dan Bukti Penerimaan Barang apabila barang
telah diterima.
14. Chemical yang dipergunakan di unit Laundry Rumah Sakit jiwa daerah sungai
bangkong.
a. Detergen cair liquide+ Pelembut
c. Chlorine 0,5 %
11
9. Adanya koordinasi antara bagian laundry dan bagian sanitasi dalam hal pengawasan
pengelolaan laundry yang terkait hygiene sanitasi, monitoring kualitas air bersih
untuk laundry, monitoring sanitasi orang banyak ( penanganan, kebisingan,
penghawaan )
Non
Linen kotor Infeksius Dikirim ke Dipisah,
yang dipakai unit laundry ditimbang,
pasien dicuci
Infeksius
Dikeringka
n,
disetrika
Linen Non
Steril
Tempa
t
Penyimpan
an
12
Distribu
si
13
I. DENAH RUANG LINEN DAN LAUNDRY
A. Pengertian
Merupakan suatu system yang membuat asuhan pasien di Rumah Sakit menjadi lebih
aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanaka suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya di ambil.
B. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan pelaksanaan keselamatan pasien ( Patient Safety ) :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya angka Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di Rumah Sakit.
4. Terlaksananya program- program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tdak Diharapkan ( KTD )
C. Keselamatan Umum
1. Aturan Umum Mencuci Tangan
Mencuci tangan merupakan aturan yang penting untuk mencegah penyebaran
infeksi, langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Tuangkan cairan anti septik / sabun ke telapak tangan secukupnya.
b. Gosokkan kedua telapak tangan.
c. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya.
d. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
e. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
f. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya.
g. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan
sebaliknya
h. Bilas kedua tangan dengan air mengalir
i. Keringkan kedua tangan dengan tissue.
2. Dengan memperhatikan 5 moment mencuci tangan sebagai berikut :
a. Sebelum Menyentuh Pasien.
b. Sesudah Menyentuh Pasien.
c. Sebelum Melakukan Tindakan Anti Septik.
d. Sesudah Terkena Cairan Tubuh Pasien.
e. Sesudah menyentuh Sekitar Lingkungan Pasien.
- Tindakan pencegahan :
Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat, peralatan pernapasan sendiri
Memakai APD
Penyimpinan dan pengangkatan : simpan di tempat aslinya, wadah tertutup,
di bawah kondisi kering, ventilasi yang baik, jauhkan dari asam dan
hindarkan dari suhu ekstrim
b. Detergen adalah serbuk putih berwarna biru dengan pH 11,0-12,00 yang bersifat
bila terkena panas akan terkomposisi menjadi gas yang mungkin beracun dan
iritasi, tidak mudah terbakar dapat menimbulkan bahaya kesehatan iritasi mata
dan kulit, bila terhirup menyebabkan edema paru, bila tertelan menyebabkan
kerusakan selaput lendir
- Pertolongan pertama
Mata : cuci secepatnya dengan air sebanyak banyaknya
Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi
Terhirup : pindahkan dari sumber
Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu
- Pertolongan selanjutnya dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda
- Tindakan pencegahan :
Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat, peralatan pernapasan sendiri
Memakai APD
Penyimpinan dan pengangkatan : simpan di tempat aslinya, wadah tertutup,
di bawah kondisi kering, ventilasi yang baik, jauhkan dari asam dan
hindarkan dari suhu ekstrim
c. Emulsifier adalah larutan bening, tidak berwarna, kental, pH 10,0-11,0 bersifat
rusak oleh sinar matahari, stabil dan tidak mudah terbakar, bahaya kesehatan yang
mampu di timbulkan iritasi mata dan kulit, bila terhirup menyebabkan iritasi, bila
tertelan menyebabkan iritasi
- Pertolongan pertama
Mata : aliri dengan air selama 15 menit
Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air
Terhirup : pindahkan dari sumber
Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air, jangan berusaha untuk
muntah
- Pertolongan selanjutnya dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda
- Tindakan pencegahan :
Kontrol teknis, gunakan ventilasi exhaust peralatan pernapasan sendiri
Memakai APD
Penyimpinan dan pengangkatan: simpan di tempat sejuk dan kering, jauhkan
sinar matahari langsung, hindari sumber panas
d. Bleach (Oksigen Bleach dan chlorine Bleach) oksigen bleach bubuk putih
dengan pH 10,0-11,0, chlorine bleach bubuk putih dengan pH 8,0-9,0 (bubuk
pemutih berklorin) yang bersifat bereaksi dengan bahan pereduksi, tidak mudah
terbakar, beracun untuk ikan (dilarutkan dulu sebelum di buang ke selokan atau
sumber air), bahaya kesehatan yang di timbulkan iritasi berat pada mata, rasa
terbakar pada kulit, bila terhirup menyebabkan iritasi dan odem paru, bila tertelan
menyebabkan rasa terbakar
- Pertolongan pertama
Mata : cuci secepatnya dengan air
Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi
Terhirup : pindahkan dari sumber
Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu
- Pertolongan selanjutnya dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda
- Tindakan pencegahan :
Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat, peralatan pernapasan sendiri
mungkin diperlukan untuk penggunaan yang lama
Memakai APD
Penyimpinan dan pengangkatan: simpan di tempat sejuk dan kering, jauhkan
dari asam, hindari sumber panas
e. Sour / penetral adalah bubuk berwarna biru dengan pH 4,0-5,0 yang berekasi
dengan asam akan mengeluarkan sulfur dioksida keluar, tidak mudah terbakar,
bahaya kesehatan yang di timbulkan iritasi berat pada mata, iritasi pada kulit, bila
terhirup menyebabkan iritasi, bila tertelan menyebabkan iritasi
- Pertolongan pertama
Mata : cuci secepatnya dengan air
Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi
Terhirup : pindahkan dari sumber
Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu
- Pertolongan selanjutnya dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda
- Tindakan pencegahan :
Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat, peralatan pernapasan sendiri
mungkin diperlukan untuk penggunaan yang lama
Memakai APD
Penyimpinan dan pengangkatan : simpan di tempat sejuk dan kering, jauhkan
dari asam, hindari sumber panas
f. Softener adalah cairan pelunak dan pelembut kain berwarna merah muda, opak
dan mudah mengalir, pH 4,0-5,0 yang bersifat stabil tidak mengandung bahan
berbahaya, tidak mudah terbakar, bahaya kesehatan yang ditimbulkan iritasi pada
mata, iritasi pada kulit, bila terhirup menyebabkan iritasi, bila tertelan
menyebabkan iritasi
- Pertolongan pertama
Mata: cuci secepatnya dengan air
Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi
Terhirup: pindahkan dari sumber
Tertelan: cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu
- Pertolongan selanjutnya dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda
- Tindakan pencegahan:
Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat, peralatan pernapasan sendiri
mungkin diperlukan untuk penggunaan yang lama
Memakai APD
Penyimpinan dan pengangkatan: simpan di tempat sejuk dan kering, hindari
suhu yang ekstrim
g. Starch adalah bahan pengkanji bubuk berwarna putih mudah tercurah bersifat
stabil, tidak mengandung bahan berbahaya, tidak mudah terbakar bahaya
kesehatan yang ditimbulkan iritasi pada mata, kemungkinan iritasi pada kulit, bila
terhirup menyebabkan iritasi, bila tertelan kemungkinan menyebabkan iritasi
- Pertolongan pertama
Mata: cuci secepatnya dengan air
Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi
Terhirup: pindahkan dari sumber
Tertelan: cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu
- Pertolongan selanjutnya dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda
- Tindakan pencegahan:
Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat, peralatan pernapasan sendiri
mungkin diperlukan untuk penggunaan yang lama
Memakai APD
Penyimpinan dan pengangkatan: simpan di tempat sejuk dan kering, hindari
suhu yang ekstrim
h. Pemajana dengan antiseptik dalam waktu lama dapat menyebabkan dermatitis,
ekseme, alergi. Formaldehide merupakan komponen dari banyak antiseptik dan
desinfektan, zat ini dapat menyebabkan dermatitis kontak, gangguan saluran
pernafasan dan bersifat karsinogenik
- Perlindungan:
Dengan memakai APD sesuai SOP
Segera mencuci tangan sesudah bekerja
Meningkatkan higienis perorangan
Memperkuat daya tahan tubuh dengan gizi yang baik
4. Bahaya ergonomic (posisi kerja berdiri selama proses kerja sampai selesai)
Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi adalah penyesuaian tugas pekerjaan
dengan pekerja, posisi tubuh yang salah atau tidak alamiah atau sikap paksa dapat
menimbulkan kesulitan dalam melaksanakan kerja, mengurangi ketelitian, mudah
lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien
Gejala: penyakit sehubungan dengan alat gerak yaitu persendian, jaringan
otot, saraf atau pembuluh darah (low back pain)
Pengukuran: diniliai dari banyaknya keluhan yang ada hubunganya pada saat
melakukan pekerjaan
Pengendalian
Cara mengangkat beban yang beratnya kurang dari 25 kg:
- Sebaiknya tidak di junjung karena akan memerlukan tenaga yang lebih
besar
- Mengangkat beban di samping
Bila beban memiliki pegangan beban boleh di bawa di samping
Sebelum mengangkat dekatkan kaki dan badan ke barang tersebut,
dan angkat dalam keadaan badan tegak dan tulang punggung lurus
- Mengangkat beban di depan
Mendekat ke beban/ barang
Renggangkan kedua kaki, barang berada di antara kedua kaki
sedikit di sebelah depan
Luruskan tulang punggung (boleh melengkung) dan badan sedikit
di condongkan ke depan
Badan diturunkan dengan sedikit membengkokkan lutut dan
panggul sampai tangan dapat mencapai barang
Lengan atas harus sedekat atau serapat mungkin ke badan dan
tangan memegang barang
Angkat barang keatas perlahan lahan jangan di sentakkan, sewaktu
mengangkat ke atas tulang punggung harus tetap lurus, tegangkan
dan kecangkan otot perut
- Cara mengangkat beban yang beratnya lebih dari 25kg
Beban dapat di bagi dua
Bila beban dapat di bagi dua, beban tersebut boleh diangkat oleh
satu orang. Bagi dua beban dan pemikul, separuh beban di depan
dan separuh di belakang
Beban tidak dapat di bagi
Dapat diangkat beramai ramai atau dengan cara membuat
penggantung dan mengankatnya dengan tongkat pemikul
- Posisi duduk
Tinggi alas sebaiknya dapat disetel antara 38 dan 48 cm
Kursi harus stabil dan tidak goyang atau bergerak
Kursi harus memungkinkan cukup kebebasan bagi gerakan petugas
- Posisi berdiri
Berdiri tidak lebih dari 6 jam
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan dan
cakupan program pelayanan seawal mungkin, yaitu dengan cara melakukan audit 1
bulan sekali yang dilakukan oleh IPCN untuk dapat menemukan dan selanjutnya
memperbaiki masalah dalam pelaksanaan program.Tujuan audit monitoring ini:
1. Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi atau disain dari sistem pelayanan
(bila perlu).
2. Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan yang dilaksanakan di
lapangan, sesuai dengan temuan-temuan dilapangan.
3. Hasil analisis dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam pemberian
pelayanan di rumah sakit. monitoring sebaiknya dilakukan sesuai keperluan dan
dipergunakan segera untuk perbaikan program.
Khusus dalam pelayanan linen di rumah sakit audit monitoring hendaknya
dilakukan secara teratur. Aspek-aspek yang dimonitor mencakup :
1. Sarana prasarana dan peralatan
2. Standard/pedoman pelayanan linen, SOP, kebijakan-kebijakan direktur , visi, misi
dan motto rumah sakit
3. Pengamatan dan pemeriksaan pada linen, yaitu warna yang kusam, pudar. Terdapat
bayangan dari barang yang dibungkusnya menunjukkan linen sudah menipis.
4. Dari perabaan bila ditarik terjadi perobekan/ lapuk.
5. Apabila ada penandaan tahun penggunaan, hitung umur lamanya.
Kelayakan pakai dan sisi infeksi dilakukan melalui uji kuman secara insidentil bila
dijumpai banyak terjadi indeksi di satu unit rawat inap atau lebih. Contoh diambil untuk
dilakukan swab dari kulit untuk kultur, sementara menunggu hasil kultur, monitoring
prosedur pencucian ditingkatkan.
B. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap proses akhir seperti pada tahap
pencucian, pengeringan dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka
kinerja dari pengolahan linen di rumah sakti. Tujuan dari evaluasi tersebut antara lain:
1. Meningkatkan kinerja pengelolaan linen rumah sakit
2. Sebagai masukan dalam perencanaan pengadaan linen, bahan kimia pembersihan
sarana dan prasarana kamar cuci
3. Sebagai acuan dalam perencanaan system pemeliharaan mesin-mesin.
4. Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya
manusia.
Salah satu cara yang mudah untuk melaksanakan evaluasi adalah dengan
menyebarkan kuisioner ke unit kerja pemakai linen secara berkala setiap semester atau
minimal setiap 1 tahun sekali. Sebagai responden diambil 2 atau 3 jenis petugas dilihat
dari fungsinya, misal kepala bangsal/ ruangan, perawat pelaksana dan petugas pelaksana
non perawatan/pekarya. Materi yang dievaluasi sesuai dengan tujuan antara lain:
1. Kuantitas dan kualitas linen
a. Kuantitas linen yang beredar di ruangan sangat menetukan kualitas pelayanan,
demikian pula linen yang berputar di ruangan yang diam akan mengakibatkan
linen yang satu cepat rusak dan linen yang lainnya terlihat belum digunakan.
b. Kualitas yang diutamakan dari linen adalah bersih (fisik linen), awet (tidak
rapuh) dan sehat (bebas dari mikroorganisme patogen).
2. Bahan kimia
a. Fisik dan karakteristik
Fisik dan karakteristik bahan kimia dapat berupa warna, butiran serta bau yang
khas dari bahan kimia. Untuk menjaga kualitas selalu dilakukan monitoring
setiap bahan kimia akan digunakan.
b. pH (power hidrogen) dan presentase bahan aktif
Bahan kimia yang digunakan memiliki pH dan bahan aktif seperti yang
dipersyaratkan dalam LDP (Lembar Data Pengaman) atau MSDSs. Informasi pH
penting dalam mengetahui kualitas bahan kimia yang akan digunakan apakah
mengalami perubahan pada saat penyimpanan dan penggunaan. Frekuensi
pemeriksaan dilakukan pada awal penggunaan, pertengahan dan akhir.
3. Baku mutu air bersih
a. Persyaratan Permenkes 416
Persyaratan dasar air yang digunakan adalah standard air bersih Depkes
(Permenkes 416) yaitu dilakukan monitoring sedikitnya 6 bulan sekali.
b. Persyaratan khusus kandungan besi dan garam-garam
Perlu dilakukan pemeriksaan awal untuk mengetahui adanya dua polutan
pengganggu tersebut. Jika standard yang diinginkan tidak dipenuhi, maka harus
dilakukan usaha untuk menurunkan tingkat polutan di air yang digunakan.
Sebaiknya sama dilakukan setiap 6 bulan sekali.
4. Baku mutu limbah cair
Berdasarkan PP No.85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dab Beracun, dengan lampiran dikategorikan sebagai limbah B3.
BAB IX
PENUTUP
Pengelolaan linen kotor di rumah sakit bukan hal yang bisa diabaikan, terutama
karena linen kotor merupakan sumber infeksi yang dapat menjadi perantara tertularnya
penyakit dari orang yang menderita penyakit infeksius ke orang lain yang mempunyai daya
tahan tubuh rendah. Linen kotor harus diawasi secara ketat alurnya, selain untuk mencegah
infeksi, kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih petugas kesehatan agar lebih berhati-hati
dengan kegiatan yang bersentuhan dengan linen kotor.
Pada hakikatnya sebagai petugas kesehatan harus mengetahui dampak dari linen kotor
untuk menghidari infeksi-infeksi yang akan ditimbulkan, maka diperlukan kesadaran dari
tiap individu untuk belajar dengan tujuan mengetahui dampak negatif yang akan
ditimbulkan dari linen kotor.
Pedoman Pelayanan Unit Linen dan Laundry rumah sakit jiwa daerah sungai bangkong
ini bertujuan untuk memberikan acuan yang jelas dan profesional dalam mengelola dan
melaksanakan kegiatan pengelolaan linen di rumah sakit. Selain itu, pedoman pelayanan
unit linen dan laundry ini akan bermanfaat bagi seluruh petugas yang berhubungan dengan
linen dan laundry untuk mengurangi paparan dari infeksi dan meningkatkan kesehatan dan
keselamatan kerja petugas.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya, PERDALIN DepKes RI 2008
Pedoman pelayanan laundry mempunyai peranan penting untuk pedoman kerja bagi laundry
dalam memberikan pelayanan pengelolaan dan pencucian linen untuk memenuhi kebutuhan pasien,
sehingga mutu dan keselamatan pasien yang memakai linen RS dapat terjamin. Pedoman ini dapat
digunakan juga sebagai acuan kerja bagi tenaga laundry.
Penyusunan pedoman pelayanan laundry ini adalah merupakan langkah awal sebagai suatu proses
yang panjang sehingga memerlukan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak dalam penerapannya
untuk mencapai tujuan laundry dan tujuan rumah sakit.
Direktur