Anda di halaman 1dari 58

PEDOMAN PELAYANAN LOUNDRY

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH


SUNGAI BANGKONG

JALAN ALIANYANG NO.1 PONTIANAK


Telp.(0561) 732420,767525, Fax. (0561) 732420,
email: rsjdsungaibangkong@gmail.com
Kode Pos : 78116

3
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SUNGAI BANGKONG
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Jl. Alianyang No.1 Telp. (0561) 732420,767525, Fax. (0561) 732420, email: rsjdsungaibangkong@gmail.com
PONTIANAK
KodePos : 78116

LEMBAR PENGESAHAN

BUKU PEDOMAN PELAYANAN LOUNDRY

Dipersiapkan dan disusun oleh


Instalasi Loundry

Disahkan di : Pontianak
Pada Tanggal : 12 September 2018

Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah


Sungai Bangkong Prov.Kalbar

dr. Batara Hendra Putra Sianipar


Pembina TK I
4NIP. 19760613 200604 1 012
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Buku Pedoman Pelayanan Unit Linen rumah sakit jiwa
daerah sungai bangkong ini berhasil disusun. Buku ini diharapkan mampu menjadi pedoman
bagi semua pegawai di Unit Linen dan Laundry dan pihak-pihak yang terkait di
lingkungan Rumah Sakit jiwa daerah sungai bangkong dalam menjalankan
kegiatan pengelolaan linen rumah sakit.
Terima kasih yang sebesar besarnya, kami haturkan kepada Direktur Rumah
Sakit jiwa daerah sungai bangkong yang telah memberikan dukungan moril dan
materiil dalam pembuatan pedoman ini, para pejabat struktural dan tenaga fungsional
di lingkungan Rumah Sakit jiwa daerah sungai bangkong yang telah memberikan

masukan dalam proses penyusunan pedoman ini, serta seluruh staf di Rumah jiwa
daerah sungai bangkong yang telah dan akan berpartisipasi aktif mulai dari proses
penyusunan, pelaksanaan sampai pada proses monitoring dan evaluasi pedoman ini.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit dan pihak-pihak lainnya yang
terkait dengan penyelenggaraan akreditasi rumah sakit. Akhirnya saran dan koreksi demi
perbaikan buku pedoman ini sangat kami harapkan.

Pontianak 12 September 2018

Penyusun

5
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN iii
A. Latar Belakang ..................................................................................................
B. Tujuan ................................................................................................................ 1
C. Ruang Lingkup Pelayanan ................................................................................. 2
D. Batasan operasional ........................................................................................... 2
E. Landasan Hukum .............................................................................................. 2
BAB II. STANDAR KETENAGAAN 5
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ...................................................................
B. Distribusi Ketenagaan ........................................................................................ 7
C. Pengaturan Jaga ................................................................................................. 9
BAB III. STANDAR FASILITAS 10
A. Denah Ruanga ...................................................................................................
B. Standar Fasilitas ................................................................................................ 11
BAB IV. TATA LAKSANA PELAYANAN GIZI 12
A. Tujuan ................................................................................................................
B. Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit Jiwa Sungai Bangkong ..................... 18
BAB V. LOGISTIK DAN PEBIAYAAN 19
A. Logistik ..............................................................................................................
B. Pembiayaan ........................................................................................................ 26
BAB IV. KESELAMATAN PASIEN 30
A. Keamanan Makanan ..........................................................................................
B. Higiene dan Sanitasi Makanan ........................................................................... 31
C. Higiene Tenaga Penjamah Makanan .................................................................. 33
D. Higiene Peralatan Pengolahan Makanan ............................................................. 33
E. Sanitasi Air dan Lingkungan ............................................................................... 34
BAB VII. KESELAMATAN KERJA 34
A. Pengertian ............................................................................................................
B. Tujuan ................................................................................................................... 36
C. Prosedur Keselamatan Kerja ............................................................................... 36
BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU 36
A. Tujuan Pengawasan dan Pengendalian Mutu .....................................................
B. Macam Pengendalian Mutu ................................................................................ 39
BAB IX. PENUTUP ............................................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 44
45
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengelolaan linen adalah suatu kegiatan yang dimulai dari pengumpulan linen
kotor dari masing-masing ruangan. Pengangkutan, pencucian, penyetrikaan,
penyimpanan dan penggunaan kembali yang sudah bersih. Linen adalah bahan dan
kain yang digunakan di rumah untuk kebutuhan pembungkus kasur, bantal, dan alat
instrument steril lainnya.
Unit laundry rumah sakit sebagai unit penyediaan pelayanan kesehatan
berupaya untuk mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah
sakit, salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah :
rendahnya angka infeksi nosokomonial untuk mencapai keberhasilan tersebut maka
perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit.
Pelayan linen dan laundry yang terpusat merupakan salah satu mata rantai
yang penting untuk pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya penekanan
kejadian infeksi untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan linen sangat
bergantung pada unit penunjang lain, seperti unsure pelayanan medik, fasilitas medik,
farmasi, rumah tangga (logistik umum), pemeliharaan rumah sakit dan fasilitas
penyediaan air bersih, sehingga apabila terjadi hambatan pada salah satu unit di atas
maka akhirnya akan menggangu proses penyediaan linen bersih.
Dalam menjalankan kegiatan unit laundry bertanggung jawab langsung kepada
Kabag SDM bagian umum secara tepat, cepat, aman dan terpadu.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud
Pedoman ini dimaksud untuk memudahkan staff/karyawan dalam melaksanakan
pelayanan linen sehingga semua proses dapat dilaksanakan sesuai dengan sasaran
mutu berdasarkan ketentuan/standar yang telah ditetapkan.

2
2. Tujuan
Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen di laundry di rumah sakit jiwa daerah
Sungai Bangkong Pontianak.
Khusus
- Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen dirumah sakit jiwa
daerah Sungai Bangkong
- Sebagai pedoman kerja untuk mendapatkan linen bersih, kering, rapi, utuh dan
siap pakai.
- Sebagai pedoman meminimalisasikan kemungkinan untuk terjadinya infeksi
silang/nosokomial.
- Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung kontraktor dan lingkungan dan
terpapar bahaya potensial.
- Untuk menjamin ketersediaan linen di setiap unit di rumah sakit jiwa daerah
Sungai Bangkong
Sasaran
- Terpenuhinya kebutuhan linen diseluruh unit/ruangan keperawatan, serta unit-
unit lain yang berhubungan dengan sasaran mutu.
- Terwujudnya penyelenggaraan pelayanan linen dan laundry dalam suatu
kesatuan prosedur kerja yang telah ditetapkan.
Tercapainya efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pelayanan linen dan laundry
di rumah sakit jiwa daerah Sungai Bangkong.
C. Ruang Lingkup Pelayanan Linen dan Laundry
Ruang lingkup pelayanan linen laundry meliputi:
1. Pengambilan linen
2. Pemilahan linen
3. Penimbangan dan perendaman linen
4. Pencucian dan pemerasan linen
5. Pengeringan linen
6. Penyetrikaan linen
7. Pelipatan linen

3
8. Pendistribusian linen

9. Pencatatan dan pelaporan

D. Batasan Operasional
1. Pengambilan Linen
Pengambilan linen kotor dilakukan oleh petugas laundry ke ruangan dengan
menggunakan APD dan menggunakan troli tertutup. Linen yang infeksius
ditempatkan dalam kantong pastik warna kuning dan sudah dikasih label, sedangkan
linen non infeksius ditempatkan dalam wadah tersendiri yang tertutup.
2. Pemilahan Linen
Linen dipilah dan di hitung di laundry sesuai tingkat kekotoran, warna dan infeksius,
kemudian linen dimasukkan ke dalam troli untuk non infeksius dan troli tertutup
untuk linen infeksius.

4
3. Penimbangan dan Perendaman Linen
Linen ditimbang kemudian linen dimasukkan ke dalam bak untuk linen
infeksius di rendam pakai chlorine 0,5 % selama 10 – 15 menit setelah itu direndam
pakai air panas selama 10 – 15 menit
4. Pencuciaan dan Pemerasan Linen
Pencucian linen dilakukan dengan memasukkan linen infeksius ke mesin cuci
dengan kapasitas 14 kg, dengan memprogram berat, untuk linen non infeksius
dimasukkan mesin cuci non infeksius dengan program sedang untuk tingkat kotoran
sedang dan linen jenis tebal atau ringan untuk tingkat kekotoran ringan dan linen
jenis tipis dan ukuran kecil setelah itu dimasukkan ke dalam mesin pemeras.
5. Pengeringan Linen.
Pengeringan linen menggunakan mesin pengering untuk meminimalkan terjadinya
infeksi nosokomial
6. Penyeterikaan dan Pelipatan Linen Disinfeksi
Linen yang telah di keringkan di bawa ke ruang pelipatan kemudian dilipat dan di
setrika kemudian di sendirikan di rak penyimpanan linen bersih berdasar ruang
masing-masing.
7. Pendistribusian
Petugas linen laundry mengantar linen bersih ke ruangan dengan membawa buku
penyerahan linen. Linen dihitung dan di cocokkan dengan jumlah linen pagi oleh
petugas linen laundry dan ruangan kemudian linen dimasukkan dalam plastik dan
dimasukkan ke troli bersih dan di bawa ke ruangan masing-masing
8. Perbaikan Linen
Ruangan mengirim linen yang rusak ke laundry dan petugas laundry bertugas
memperbaiki linen yang rusak, jika linen tidak bisa diperbaiki, laundry memberitahu
ke ruangan, linen dimasukkan inventaris rusak
9. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan yang dilakukan di linen laundry antara lain: pencatatan linen yang
disetorkan ke laundry, pencatatan linen yang di distribusikan, dan linen rusak,
pelaporan chemical, plastik, linen rusak.

5
Dasar Hukum :
1. UU No. 23 Tahun 192 tentang Kesehatan.
2. UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelola Lingkungan Hidup.
3. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
4. PP No. 85/1999 tentang Perubahan PP No.18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Berbahaya dan Racun.
5. PP No. 20 Tahun 1990 tentang Pencemaran Air.
6. PP No. 27 Tahun 1999 tentang AMDAL.
7. Permenkes RI No.472/Menkes/Peraturan/V/1996 tentang Penggunaan Bahan
Berbahaya bagi Kesehatan.
8. Permenkes RI No.416/Menkes/Peraturan/IX/1992 tentang Penyediaan Air Bersi
dan Air Minum.
9. Permenkes RI No.986/Menkes/Peraturan/XI/1992 tentang Penyehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
10. Keputusan Menteri Keseharan RI No.983/Menkes/SK/XI/1992 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit.
11. Kepmen LH NO.58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi
Kegiatan Rumah Sakit.
12. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia Tahun 1992 tentang Pengelolaan
Linen.

6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1 Kualifikasi Sumber Daya manusia.


Kualifikasi tenaga :
1. ka.Sub Unit Loundry minimal S1 atau D3 kesling.
2 Tenaga non medis : minimal pendidikan SMU
3 Tenaga penunjang : minimal SMU

JUMLAH
NAMA JABATAN PENDIDIKAN SERTIFIKASI
KEBUTUHAN
Pengalaman kerja 1
Ka. Sub. Unit Laundry S1 atau minimal
D3 kesling minimal 5 tahun
Tenaga non medis Minimal SMU - Pelatihan interna 4
- Minimal kerja 3
tahun
Tenaga penunjang Minimal SMU - Pelatihan interna 1

2.1.1. Pola Ketenagaan Laundry


No. Jenis Pendidikan Pendidikan/sertifikasi Jumlah Tenaga
1. Ka. Sub. Unit Laundry S1 atau D3 kesling 1
2. Tenaga non medis Minimal SMU 4
3. Tenaga penunjang Minimal SMU 1

7
2.1.2 Distribusi Ketenagaan Dan pengaturan Jaga
N Jabatan Fungsi Jadwal kerja
o
1 Manajerial Senin- jumat
[mengikuti jam Jam 07.00 – 16.00
Ka. Sub. Unit Laundry
kerja]

2Tenaga non medis Tenaga laundry Senin – minggu


Pagi 1 jam7.00 – 16.00

8
BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1. Denah Ruang.


Ada pada lampiran.

3.2. Pembagian Ruang Laundry Dan Sediaan Fasilitas


1. Ruang penerimaan linen kotor
a. Meja pencatatan
b. Timbangan
c. Tempat kereta linen kotor diberi alas dan tutup kedap air
2. Ruang pemilahan linen kotor
a. Bak, timba untuk tempat hasil pilahan
b. APD ( sepatu, google, scoret plastik, kaos tangan, masker, penutup
kepala )
3. Ruang pencucian dan pengeringan
1) Ruang pencucian dan pengeringan linen RS
a. Mesin cuci ( non infeksius dan infeksius )
b. Mesin peras
c. Mesin pengering/blower
d. Timba untuk hasil cucian kering
4. Ruang penyeterikaan linen
a. Seterika biasa
b. Seterika roll
c. Meja lipat
5. Ruang penyimpanan linen
a. Rak penyimpan
6. Ruang distribusi linen
a. Kereta distribusi
b. Penutup kedap air

9
3.3. Lingkup Sarana Pelayanan
Kegiatan pencucian terdiri dari :
1) Pengumpulan
a. Pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius dimulai dari
sumber dan memasukkan linen dalam tempat yang berbeda. Kresek /
bak kuning untuk linen infeksius, linen non infeksius ditempatkan
pada tempat yang berbeda.
b. Kotoran seperti feses, muntahan di bersihkan di ruangan.
c. Linen dari ruangan khusus IGD dan rawat inap akan diambil oleh
sirkulair laundry
d. Selain IGD dan rawat inap linen diantar dan diambil sendiri oleh
petugas ruangan
2) Penerimaan
a. Menimbang linen dari tiap ruangan ( infeksius dan non infeksius )
b. Memilah disesuaikan dengan jenis linen, bentuk linen, tingkat
kekotorannya untuk dilakukan penghitungan jumlah dan pencatatan.
c. Setelah pemilahan selesai, linen ditimbang ulang untuk disiapkan
masuk mesin cuci sesuai kapasitas mesin.
3) Pencucian
a. Linen dimasukkan mesin sesuai jenis linen infeksius dan non infeksius
b. Mesin cuci terbagi 2 : khusus infeksius, dan non infeksius
4) Pengeringan
Setelah proses pencucian linen dikeringkan
5) Penyeterikaan
Setelah proses pengeringan selesai, linen diseterika dan dilipat
6) Penyimpanan
a. Linen dipisahkan sesuai jenis
b. Linen baru disimpan di bagian bawah

10
7) Distribusi
a. Linen diantar berdasarkan kebutuhan ruangan
b. Linen diambil berdasarkan kebutuhan ruangan
8) Pengangkutan
a. Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan
kantong untuk membungkus linen kotor
b. Menggunakan kereta dorong yang berbeda
c. Waktu pengangkutan linen kotor dan linen bersih tidak boleh
bersamaan

3.4. Persyaratan Khusus


1) Tersedia keran air bersih dengan kualitas dan tekanan aliran yang
memadai.
2) Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat saluran
pembuangan air limbah
3) Mesin cuci dibedakan sesuai jenis linen yang berbeda ( infeksius dan non
infeksius )
4) Tersedia saluran air limbah tertutup yang dilengkapi dengan pengolahan
awal, (pre treatment) khusus laundry sebelum dialirkan ke IPAL RS
5) Tidak disarankan untuk penyimpanan linen kotor
6) Standart kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak
3
mengandung 6 x 10 spora spesies Bacillus per inci persegi
7) Prasarana listrik yang memadai

3.5. Peralatan Dan Bahan Pencuci.


1) Peralatan
a. Mesin cuci / washing machine
b. Mesin peras / washing extractor
c. Mesin pengering / drying tumbler
d. Mesin penyeterika / flatwork ironer

11
2) Bahan pencuci
a. Detergent
Mempunyai peran menghilangkan kotoran yang bersifat asam secara
global
b. Bleach / pemutih
Mengangkat kotoran / noda, mencemerlangkan linen, berlaku
sebagai desinfektan. Linen berwarna (ozone), line putih (chlorine)
c. Softener
Melembutkan linen, diberikan pada akhir proses pencucian

12
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1. Manajemen Laundry


4.1.1. Administrasi Dan Pengelolaan
a. Pengorganisasian selengkapnya diatur dalam pedoman organisasi
laundry
b. Tindakan pencucian di Laundry dilaksanakan kerjasama antara laundry
dan unit terkait yang membutuhkan pencucian linen
c. Pelayanan di Laundry dikoordinasi dan dikepalai oleh S1 atau D3
kesling..
d. Peyananan pencucian linen dilakukan oleh petugas / pekerja laundry
sesuai dengan tugasnya.

4.1.2. Pelayanan Laundry


a. Koordinator laundry bertanggung jawab terhadap pengembangan
implementasi dan memelihara atau menegakkan kebijakan serta
prosedur yang ditetapkan dan dilaksanakan
b. Penanggung jawab koordinator laundry mempunyai tanggung jawab
untuk memelihara atau mempertahankan program pengendalian mutu
yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
c. Mempunyai tanggung jawab untuk memantau dan menelaah seluruh
pelayanan laundry yang ditetapkan dan dilaksanakan.
d. Bilamana penanggung jawab laundry berhalangan maka ditunjuk
koordinator dri tenaga / petugas laundry
1) Tugas
(a) Mengkoordinasi kegiatan pelayanan laundry sesuai dengan
sumber daya manusia, sarana, prasarana dan peralatan yang
tersedia

13
(b) Melakukan koordinasi dengan bagian/ instalasi terkait.
(c) Mengawasi pelaksanaan pelayanan laundry setiap hari.
(d) Mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan
laundry
(e) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan membuat laporan
kegiatan berkala.
2) Tanggung Jawab
(a) Menjamin kompetensi sumber daya manusia
yang melaksanakan pelayanan laundry
(b) Menjamin sarana, prasarana dan peralatan sesuai dengan
kebutuhan pelayanan dan standar.
(c) Menjamin dapat terlaksananya pelayanan laundry yang
bermutu dengan mengutamakan keselamatan pasien.
(d) Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi sumber daya
manusia pelayanan laundry secara berkesinambungan.
(e) Pelaksanaan pencatatan, evaluasi dan pembuatan laporan
kegiatan di dalam rumah sakit.
(f) Pelaksanaan program menjaga mutu pelayanan laundry dan
keselamatan pasien di dalam rumah sakit.

4.1.3 Staf Laundry


(b) Untuk semua staf laundry harus disiplin tinggi terhadap ketaatan
peraturan yang ada di laundry
(c) Menjaga kesehatan dan kebersihan diri
(d) Petugas laundry harus bebas dari kuman-kuman yang mudah
ditularkan ( karena sangat sulit ditentukan).
(e) Perlengkapan petugas laundry ( baju kerja dan APD lengkap)

4.2 Alur Masuk Dan Keluar Laundry


1. Alur Masuk untuk Petugas
a. Petugas laundry masuk lewat pintu linen bersih

14
b. Masuk ruang ganti sesuai dengan jenis kelamin (ruang ganti pria dan
perempuan) .
c. Petugas mengganti baju luar dengan baju khusus laundry
d. Mengenakan topi / penutup kepala
2. Alur Keluar untuk Petugas
a. Untuk alur keluar petugas Sandal disimpan di rak sepatu yang telah
disediakan di ruang ganti dan tidak boleh dipakai keluar.
3. Alur masuk untuk pengantar linen kotor : masuk lewat pintu terima linen
kotor
4. Alur masuk pengambil linen bersih : masuk lewat pintu ruang linen
bersih

4.3 Pembersihan Laundry


1. Pembersihan rutin/harian
Pembersihan rutin yaitu pembersihan sebelum dan sesudah penggunaan
laundry agar siap pakai
2. Pembersihan sewaktu
Pembersihan bila ada kotoran, tumpahan dari linen infeksius,
pembersihan mesin setelah menuangkan chemical, pembersihan setelah
pemakaian ruang pemilahan linen selesai

4.4 Pengolahan Linen


Pembagian jenis linen : infeksius dan non infeksius
Pembagian warna linen : putih dan berwarna

4.5 Pemakaian Mesin


Mesin terbagi 2 : mesin untuk linen infeksius dan linen non infeksius.

15
4.6 Pelaporan
Pelaporan hasil laundry dalam bentuk hard copy dan soft copy.

Dibuat dalam laporan kinerja laundry dan laporan bulanan

4.7 Perawatan Alat Dan Mesin


Perawatan dan perbaikan dilakukan oleh BPS bila tidak memungkinkan
dilakukan perbaikan sendiri maka memanggil tekhnisi dari luar

4.8 Pelayanan Laundry


1. Melayani kebutuhan Rumah Sakit
2. Melayani cucian/laundry luar ( cucian linen rumah tangga )

16
BAB V
LOGISTIK

5.1 Pengadaan Alat Dan Bahan Di Laundry


1. Pengadaan barang medis
Alur : kepala instalasi menulis permintaan di buku order non stock
disesuaikan anggaran yang sudah dibuat di TOR dan bila ada alat atau
bahan diperlukan di luar TOR. Meminta persetujuan dari Wakil
Direktur pelayanan. Kemudian dibawa ke bagian inventory.
Bila pemakaian barang/ alkes rutin bisa langsung di order dari farmasi.
Barang medis : masker, topi
2. Pengadaan barang non medis
Alur : kepala instalasi menulis permintaan di buku order non stock
disesuaikan anggaran yang sudah dibuat di TOR dan bila ada alat atau
bahan diperlukan di luar TOR. Meminta persetujuan dari Wakil
Direktur pelayanan. Kemudian dibawa ke bagian inventory.
Bila pemakaian barang rutin bisa langsung di order dari gudang
logistik.
Barang medis : alat tulis, barang cetakan, keperluan rumah tangga,
bahan chemical, sabun

5.2 Persediaan Barang


1. Bahan pencuci / chemical untuk linen RS
2. Bahan pencuci untuk linen rumah tangga
3. Perlengkapan alat tulis, pengepakan

17
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

6.1. Pengertian.
Keselamatan Pasien / Patient Safety adalah keadaan dimana pasien bebas dari
harm atau cedera, yang dapat meliputi penyakit, cedera fisik, psikologis, sosial,
penderitaan, cacat, kematian dan lainnya, yang seharusnya tidak terjadi.
Di Laundry , Keselamatan Pasien bertarti semua standar prosedur
operasional yang sudah dibuat untuk kegiatan pelayanan laundry harus ditaati,
tidak ada kesalahan pemberian bahan chemical, pencucian yang bersih sehingga
pasien merasa nyaman dan bebas dari efek samping yang ditimbulkan dari
pengelolaan linen yang tidak benar

6.2 Tujuan.
Memenuhi standar keselamatan pasien melalui pemakaian linen oleh
pasien tanpa menimbulkan efek samping yang ditimbulkan dari pengelolaan linen
yang tidak benar.

6.3 Tata Laksana Keselamatan Pasien.


Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit :
a. Mulai dengan membuat standar prosedur operasional (SPO)
b. Melakukan SPO di semua segi pelayanan laundry
c. Mencatat dan menuliskan laporan kejadian bila terjadi kejadian yang
tidak diharapkan (KTD)
d. Kepala Instalasi bersama pihak yang terkait melakukan penyelidikan
terhadap KTD, mencari jalan keluar bila perlu merubah system
sehingga lebih baik dan lebih aman untuk pasien, membuat tindak
lanjut dan mensosialisasikan tindak lanjut untuk dilakukan bersama dan
mengevaluasi system yang baru tersebut
e. Melaporkan Indikator keselamatan pasien setiap bulan dalam rapat
kerja bulanan dengan direksi yaitu :

18
a. Kejadian yang berhubungan dengan efek samping yang ditimbulkan
dari pengelolaan linen
b. Kejadian yang berhubungan dengan satndar pengendalian infeksi ( cuci
tangan )
f. Melakukan semua standar pengendalian infeksi
g. Memilih chemical yang bermutu dan aman bagi linen yang dipakai
pasien

19
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

7.1 Pengertian

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah salah satu bentuk


upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman , sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktifitas kerja .

Penyakit Akibat Kerja ( PAK ) dan Kecelakaan Kerja ( KK ) di kalangan


petugas kesehatan belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan
dan penyakit akibat kerja dibeberapa negara maju dari beberapa pengamatan
menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi.Sebagai factor penyebab
adalah kurangnya kesadaran pekerja, serta kualitas ketrampilan pekerja yang
kurang memadai , sehingga meremehkan resiko kerja, contohnya tidak
menggunakan APD pada saat pengambilan chemical, pemilahan linen

7.2 Tujuan
Tujuan dari Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah supaya
setiap pekerja laundry aman dari kecelakaan akibat kerja, termasuk aman dari
paparan cairan tubuh yang infeksius dan zat-sat kimia lainnya.

7.3 Tata Laksana.


1. Gedung.
a. Laundry harus memiliki system ventilasi yang memadai dengan
sirkulasi udara yang adekuat.
b. Laundry harus mempunyai alat pemadam api yang tepat bahan
kimia berbahaya
c. Dua pintu / jalan harus disediakan untuk keluar dari kebakaran
dan terpisah sejauh mungkin

20
d. Tempat penyimpanan chemical didesign untuk mengurangi resiko
sampai sekecil mungkin
e. Harus tersedia alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ( P3K )
f. Sistem pembuangan limbah yang aman
2. Peralatan Laundry
a. Semua alat di laundry memiliki kemanan sedemikian rupa
sehingga pekerja tidak terpapar aliran listrik
3. Alat Pengaman Diri.
a. Cuci tangan harus dijadikan budaya dalam setiap melakukann
pekerjaan di laundry
b. Penggunaan Alat pengaman wajib dilakukan.
4. Monitoring Kesehatan
a. Monitoring Kesehatan pekerja laundry dilakukan setiap 1 tahun
sekali
b. Bila terjadi luka tusuk, akibat tertinggalnya benda tajam di linen
maka setiap pekerja wajib melakukan pemeriksaan / tes Panel
Hepatitis dan HIV.

21
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

JENIS PELAYANAN INDIKATOR STANDAR


Pelayanan Input 1. Ketersediaan pelayanan Tersedia
laundry laundry
2. Adanya Penanggung Ada SK Direktur
jawab pelayanan laundry
3. Ketersediaan fasilitas dan Tersedia
peralatan laundry
Proses 4. Ketepatan waktu 100 %
penyediaan linen untuk
ruang rawat inap dan
ruang pelayanan
5. Ketepatan pengelolaan 100 %
linen infeksius
Output 6. Ketersediaan linen 2, 5 - 3 set x
jumlah tempat
tidur
7. Ketersediaan linen steril 100 %
BAB III STANDAR
FASILITAS

Standar Fasilitas
Daftar Inventaris Peralatan di Linen Laundry
No Nama Alat Jumlah Keterangan
1 Mesin cuci LG kapasitas 14 kg + 2 buah
pemeras
2 Mesin cuci samsung otomatis 2 buah
kapasitas 16 kg
3 Mesin pengering/blower 1 buah
ring

ATK Jumlah keterangan


28 Tempat isolasi 1 buah
29 Perfurator 1 buah
30 Kalkulator 1 buah
31 Staples 1 buah
32 Rautan 1 buah
33 Stempel 1 buah
34 Cutter 1 buah
35 Gunting 1 buah
36 Penggaris besi 1 buah
8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Kebijakan yang berkaitan dengan falsafah dan tujuan


1. Bagian Laundry Rumah Sakit jiwa daerah sungai bangkong mulai penanganan
linen kotor sampai dengan bersih ke bagian ruangan.
2. Bagian Laundry Rumah Sakit jiwa daerah sungai bangkong menyelenggarakan
pelayanan laundry pada pukul 07.00 –16.00 WIB.
3. Bagian Laundry melakukan kegiatan secara koordinatif dengan semua bagian
pengguna linen.
4. Dalam upaya menjaga kualitas dan profesionalisme, Laundry memberikan pelayanan
dengan mengutamakan kepuasan pengguna dan di dukung sarana dan prasarana yang
ada.
5. Bagian Laundry melaksanakan evaluasi dan meningkatkan fungsi dan kualitas sesuai
tuntutan customer.

B. Kebijakan yang berkaitan dengan administrasi dan pengelolaan


1 Pelayanan laundry di Rumah Sakit jiwa daerah sungai bangkong hanya melalukan
proses penanganan linen kotor sampai dengan siap pakai.
2. Pelayanan Laundry menyimpan linen bersih sebelum di distribusikan ke masing –
masing bagian.
3. Petugas yang bekerja di pelayanan laundry bertugas sesuai jadwal SPO yang
ditetapkan.
4 Ketentuan tentang pelabelan linen untuk membedakan ruangan terlampir.
5 Ketentuan warna linen di seluruh rumah sakit.

C. Kebijakan yang berkaitan dengan staf dan pimpinan


1. Pelayanan Laundry di lengkapi dengan pimpinan dan staf yang ditetapkan sesuai
dengan Struktur Organisasi Rumah Sakit jiwa daerah sungai bangkong dan
dipimpin oleh seorang Kasie.

9
2. Sesuai dengan Stuktur Organisasi Rumah Sakit jiwa daerah sungai bangkong,
Unit Laundry berada dibawah Direktur Umum, dibantu Kepala Bagian Umum dan
kasie Linen Laundry dalam pengelolaan pelayanan laundry.
3. Kasie laundry membawahi Petugas Mesin Cuci, Petugas Setrika dan Petugas
Pencatatan dan Penyortiran yang masing – masing dilengkapi dengan uraian tugas,
kewenangan dan tanggung jawab.
4. Pertemuan rutin diadakan sedikitnya sebulan sekali untuk mengantisipasi
permasalahan yang timbul dan evaluasi peningkatan mutu pelayanan laundry.
5. Pertemuan lintas jalur dilaksanakan secara koordinatif dengan bidang lain sesuai
ketentuan dan kebutuhan.

D. Kebijakan yang berkaitan dengan fasilitas dan peralatan


1. Pemisahan linen infeksius dan non infeksius dilakukan di ruangan dengan
pembedaan tempat untuk linen infeksius dimasukkan ke dalam kantong plastik
warna kuning dan untuk yang non infeksius dimasukkan kantong plastik warna
putih.
2. Linen dihitung dan dimasukkan ke dalam troli yang tertutup dan berbeda untuk linen
yang infeksius dan linen non infeksius.
3. Linen infeksius yang sudah ditimbang sebanyak 20 kg langsung di rendam dengan
chlorin 0,5 % selama 10 – 15 menit setelah itu direndam dengan air bersih selama 10
– 15 menit setelah itu langsung dimasukkan ke mesin cuci yang berbeda untuk linen
yang infeksius dan linen non infeksius.
4. Ruang penanganan linen kotor harus terpisah dengan linen bersih.
5. Tersedia jadwal pembersihan lantai laundry maksimal 2x sehari.
6. Untuk menghindari kontaminasi, dalam melaksanakan tugas petugas menggunakan
Alat Pelindung Diri.
7. Kegiatan perencanaan kebutuhan, penyediaan, permintaan dan penyimpanan linen
dilakukan oleh bagian pengguna sesuai ketentuan.
8. Tersedia tempat cuci tangan dan antiseptic bagi petugas.
9. Semua kegiatan dilakukan sesuai prosedur.
10. Penanggung jawab kelancaran peralatan di atur sebagai berikut:
a. Kepala Bagian Pengadaan bertanggung jawab atas pengadaan peralatan dan bahan
pembersih.

10
b. Kepala Bagian bertanggung jawab atas pemeliharaan dan perbaikan peralatan,
gedung dan sarana yang lain.
c. Kasie Laundry bertanggung jawab atas pengelolaan fasilitas.
11. Sistem komunikasi diatur melalui telpon intern – extern.
12. Pengaturan tentang pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan
peralatan dilaksanakan secara berkala dan dilengkapi dengan jadwal pemeliharaan,
kalibrasi serta adanya prosedur perbaikan dan pergantian peralatan yang rusak.
13. Pengelolaan pengadaan dan penyediaan bahan pembersih sesuai prosedur yang
berlaku di Rumah Sakit jiwa daerah sungai bangkong dilengkapi dengan Surat
Permintaan Barang ke Pengadaan Dan Bukti Penerimaan Barang apabila barang
telah diterima.
14. Chemical yang dipergunakan di unit Laundry Rumah Sakit jiwa daerah sungai
bangkong.
a. Detergen cair liquide+ Pelembut
c. Chlorine 0,5 %

E. Kebijakan yang berkaitan dengan kebijakan dan prosedur


1. Pelayanan laundry di Rumah Sakit jiwa daerah sungai bangkong dilaksanakan
berdasarkan :
a. Buku Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia
b. Buku Pedoman Manajemen Linen Laundry 2004
c. Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
2. Pelayanan Laundry di Rumah Sakit jiwa daerah sungai bangkong dilakukan oleh
intern (oleh SDM bagian Laundry )
3. Pelayanan Laundry ( pencucian ) oleh internal SDM bagian Laundry dilakukan pada
jam kerja 07.00 – 16.00 WIB ( dua shift )
4. Pelayanan laundry dalam pengelolaanya selalu memperhatikan hygiene dari sanitasi
5. Pemakaian bahan dan prasarana untuk proses laundry memperhatikan bahan yang
efektif, aman bagi pemakai, tidak merusak kain dan lingkungan.
6. Adanya pemisahan ruang linen/ cucian kotor dan bersih
7. Adanya evaluasi dan monitoring hasil cucian dari aspek fisik ( kebersihan,
kelembutan, warna )
8. Adanya evaluasi proses laundry dan bahan pencuci

11
9. Adanya koordinasi antara bagian laundry dan bagian sanitasi dalam hal pengawasan
pengelolaan laundry yang terkait hygiene sanitasi, monitoring kualitas air bersih
untuk laundry, monitoring sanitasi orang banyak ( penanganan, kebisingan,
penghawaan )

F. Kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan staf dan program pendidikan


1. Adanya program peningkatan ketrampilan / pendidikan yang berkelanjutan tiap
tahun sesuai kebutuhan perorangan dan organisasi.
2. Adanya program pelatihan pengelolaan pencucian bagi tenaga pencucian.

G. Kebijakan yang berkaitan dengan evaluasi dan pengendalian mutu


3. Penilaian mutu pelayanan laundry melalui kuisioner yang ditujukan bagi pasien
rawat inap dan masukkan dari bagian pengguna dari ruangan masing-masing.
4. Evaluasi terhadap pelaksanaan SPO oleh kasie laundry melalui supervise kegiatan
sehari-hari.

H. Alur Pengiriman Linen Kotor dan Linen Bersih

Non
Linen kotor Infeksius Dikirim ke Dipisah,
yang dipakai unit laundry ditimbang,
pasien dicuci
Infeksius

Dikeringka
n,
disetrika

Linen Non
Steril

Tempa
t
Penyimpan
an
12
Distribu
si

13
I. DENAH RUANG LINEN DAN LAUNDRY

Gambar Denah Ruang Linen Dan Laundry


BAB V
LOGISTIK

Permintaan Barang ( Stock ) ke Logistik


Logistik merupakan segala sesuatu baik sarana, prasarana dan semua barang yang
diperlukan untuk laundry dalam rangka pelaksanaan pelayanan di rumah sakit.
Adapun prosedur yang perlu diperhatikan dalam proses permintaan barang (stock ) ke
logistik yaitu:
1. Petugas Administrasi / koordinator menulis bon permintaan barang ( stock ) secara
tertulis di form permintaan barang.
2. Bon permintaan dicek dan ditanda tangani oleh Kasie Laundry.
3. Petugas Administrasi / Koordinator menyerahkan bon permintaan kepada Petugas
Pengadaan.
4. Petugas Pengadaan menerima bon permintaan barang.
5. Pada hari berikutnya Petugas Administrasi / koordinator mengambil barang yang telah
diminta ke Pengadaan.
6. Petugas Administrasi / Koordinator melakukan pengecekkan antara bon permintaan
dengan barang yang diserahkan.
7. Apabila barang yang diserahkan sesuai dengan permintaan, Administrasi / koordinator
menandatangani penerimaan pada bon permintaan.
8. Barang yang telah diterima dicatat oleh petugas Administrasi / Koordinator ke dalam
kartu inventaris barang pengadaan.
9. Petugas Administrasi / koordinator menempatkan barang ke dalam lemari stock barang.
BAB VI KESELAMATAN
PASIEN

A. Pengertian
Merupakan suatu system yang membuat asuhan pasien di Rumah Sakit menjadi lebih
aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanaka suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya di ambil.

B. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan pelaksanaan keselamatan pasien ( Patient Safety ) :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya angka Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di Rumah Sakit.
4. Terlaksananya program- program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tdak Diharapkan ( KTD )

C. Keselamatan Umum
1. Aturan Umum Mencuci Tangan
Mencuci tangan merupakan aturan yang penting untuk mencegah penyebaran
infeksi, langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Tuangkan cairan anti septik / sabun ke telapak tangan secukupnya.
b. Gosokkan kedua telapak tangan.
c. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya.
d. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
e. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
f. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya.
g. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan
sebaliknya
h. Bilas kedua tangan dengan air mengalir
i. Keringkan kedua tangan dengan tissue.
2. Dengan memperhatikan 5 moment mencuci tangan sebagai berikut :
a. Sebelum Menyentuh Pasien.
b. Sesudah Menyentuh Pasien.
c. Sebelum Melakukan Tindakan Anti Septik.
d. Sesudah Terkena Cairan Tubuh Pasien.
e. Sesudah menyentuh Sekitar Lingkungan Pasien.

D. Alat Pelindung Diri


Jenis-jenis Alat Pelindung diri :
a. Sarung tangan melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan
melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada di tangan petugas kesehatan.
Sebelum memakai sarung tangan dan setelah melepas sarung tangan lakukan
kebersihan tangan menggunakan antiseptik cair atau handcrub berbahan dasar
alkohol. Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap pasien, sebagai
upaya untuk menghindari kontaminasi silang. Pemakaian sepasang sarung tangan
yang sama atau mencuci tangan yang masih bersarung tangan, ketika melakukan
perawatan di bagaian tubuh yang kotor kemudian berpindah ke bagian tubuh yang
bersih, bukan merupakan praktek yang aman.
b. Masker harus cukup besar untuk melindungi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan
rambut pada wajah ( jenggot ). Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar
sewaktu petugas kesehatan atau bagian bedah berbicara, batuk atau bersin serta
untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasiki hidung atau
mulut petugas kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka
masker tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua hal tersebut.
c. Alat Pelindung Mata melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain
dengan cara melindungi mata. Pelindung mata mencakup kacamata ( goggles )
plastik bening, kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor. Petugas kesehatan
harus menggunakan masker dan pelindung mata atau pelindung wajah, jika
melakukan tugas yang memungkinkan adanya percikancairan secara tidak sengaja ke
arah wajah. Bila tidak bersedia pelindung wajah, petugas kesehatan dapat
menggunakan kacamata pelindung atau kacamata biasa serta masker.
d. Topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan
rambut tidak tercampur ke linen. Topi harus cukup besar untuk menutupi semua
rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah perlindungan pada petugas,
tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi pemakaianya dari darah atau cairan
tubuh yang terpercik dari linen kotor infeksius.
e. Apron yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air untuk
sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus
mengenakan apron ketika melakukan penghitungan dan pemilahan linen kotor.
Apron akan mencegah cairan tubuh pasien yang ada di linen mengenai baju dan kulit
petugas kesehatan.
f. Pelindung Kaki digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam
atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Sepatu yang
tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di laundry.

Pemakaian APD di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Cara Menggunakan APD di Ruang Pemilahan :
a. Kenakan baju kerja sebagai lapisan pertama pakaian pelidung.
b. Kenakan pelindung kaki.
c. Kenakan sepasang sarung tangan.
d. Kenakan celemek plastik.
e. Kenakan masker.
f. Kenakan penutup kepala.
g. Kenakan pelindung mata.

Cara Melepas APD :


a. Disinfeksi sepasang sarung tangan.
b. Lepaskan celemek.
c. Lepaskan pelindung mata.
d. Lepaskan penutup kepala.
e. Lepaskan masker.
f. Lepaskan pelindung mata.
g. Lepas sarung tangan.
h. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih.

1. Prosedur Penanganan Kecelakaan di Laundry


a. Tertusuk Jarum
1. Segera keluarkan darah
2. Siram dengan air mengalir selama 10 – 15 menit.
3. Cuci dengan air sabun / desinfektan ( jika perlu bilas dengan alkohol 70 % )
4. Penanganan selanjutnya sesuai alur prosedur di bawah ini.

b. Terpajan Cairan Tubuh ( Kulit, Mata, Hidung dan Mulut )


1. Cuci dengan air mengalir selama 10 – 15 menit.
2. Untuk mata cuci dengan air mengalir dari pangkal ujung mata dekat hidung
dengan memiringkan kepala.
3. Untuk kulit cuci dengan air mengalir dan air sabun / desinfektan ( jika perlu, bilas
menggunakan alkohol 70 % ) dan keringkan dengan handuk bersih.
4. Penanganan selanjutnya sesuai alur prosedur.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Standar Pelayanan Keselamatan dan kesehatan


1. Dalam pelayanan di unit linen dan laundry diharapkan dari setiap petugas linen dan
laundry tetap memperhatikan dan mematuhi tentang kewaspadaan isolasi seperti
kebersihan tangan dan pemakaian APD sesuai SOP

2. Melakukan Pemeriksaan Kesehatan setiap 3 bulan sekali


3. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja dan
memberikan bantuan kepada pekerja di Rumah Sakit dalam penyesuaian diri baik
fisik maupun mental terhadap pekerjaannya.
4. Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus sesuai dengan pajanan di
rumah sakit.
5. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik
pekerja
6. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi pekerja yang
menderita sakit.
7. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada pekerja Rumah Sakit yang akan
pensiun atau pindah kerja
8. Melakukan koordinasi dengan tim panitia pencegahan dan pengendalian infeksi
mengenai penularan infeksi terhadap pekerja dan pasien
9. Melakukan kegiatan surveilans kesehatan kerja
10. Melaksanakan Pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan dengan
kesehatan kerja (pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi,
psikososial dan ergonomi)
11. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan kesehatan kerja yang
disampaikan kepada direktur rumah sakit dan unit teknis di wilayah kerja rumah
sakit

B. Identifikasi bahaya/ancaman di Unit Laundry Rumah sakit


1. Bahaya mikrobiologi (debu dari serat linen yang mengandung virus tau
mikroorganisme)
Mikroorganisme tersebut antara lain:
a. Mycobacterium tubercolusis
Pencegahan:
- Meningkatkan pengertian dan kepedulian petugas rumah sakit terhadap
penyakit TBC dan penularannya
- Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik dalam ruangan instalasi
pencucian
- Menggunakan Alat pelindung diri (APD) sesuai SOP
- Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi terhadap bahan
dan alat yang digunakan
- Secara teknis setiap petugas harus melaksanakan tugas pekerjaan sesuai SOP
b. Virus Hepatitis B
Pencegahan:
- Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian petugas rumah sakit terhadap
penyakit hepatitis B dan penularanya
- Memberikan vaksinasi pada petugas
- Menggunakan APD sesuai SOP
- Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi terhadap bahan
dan peralatan yang dipergunakan terutama bila terkena bahan infeksi
- Secara teknis setiap petugas harus melaksanakan tugas pekerjaan sesuai SOP
c. Virus HIV
Pencegahan:
- Linen yang terkontaminasi berat ditempatkan dikantong plastik keras yang
berisi desinfektan, berlapis ganda, tahan tusukan, kedap air dan berwarna
khusus serta diberi label bahan menular/ AIDS selanjutnya di bakar
- Menggunakan APD sesuai SOP
2. Bahaya fisik (kebisingan mesin cuci, suhu panas faktor risiko),
a. Bising dalam kesehatan kerja di artikan sebagai suara yang dapat menurunkan
pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran) maupun
secara kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran), pajanan bising yang
dihasilkan mesin cuci intensitas relatif rendah (85 dB atau lebih), dalam waktu
yang lama membuat efek kumulatif yang bertingkat dan menyebabkan gangguan
pendengaran berupa Noise Induce Hearing Loss (NIHL)
- Pengendalian
 Sumber : mengurangi intensitas bising
 Desain akustik
 Menggunakan mesin/ alat yang kurang bising
 Media : mengurangi penerimaan bising
 Menjauhkan sumber dari pekerja
 Mengabsorbsi dan mengurangi pantulan bising secara akustik pada
dinding, langit langit dan lantai
 Menutup sumber bising dengan barrier
 Pekerja : mengurangi penerimaan bising
 Menggunakan APD berupa sumbat telinga (ear plug) yang dapat
menurunkan pajanan sebesar 6-30 dB atau penutup telinga (ear muff) yang
dapat menurunkan 20-40 dB
 Ruang isolasi untuk istirahat
 Rotasi pekerja untuk periode waktu tertentu antara lingkungan kerja yang
bising dengan yang tidak bising
 Pengendalian secara administratif dengan menggunakan jadwal kerja
sesuai NAB (Nilai Ambang Batas)
b. Cahaya
 Pencahayaan di instalasi pencucian perlu karena ia berhubungan langsung
dengan :
 Keselamatan kerja
 Peningkatan pencermatan
 Kesehatan yang lebih baik
 Suasana yang nyaman
 Petugas yang terpajan gangguan pencahayaan akan mengeluh kelelahan mata
dan kelainan lain berupa :
 Iritasi (konjungtivitis)
 Ketajaman penglihatan terganggu
 Akomodasi dan konvergensi terganggu
 Sakit kepala
 Pencegahan : dengan pencahayaan yang cukup sesuai dengan standard rumah
sakit (minimal 200 Lux)
c. Listrik
 Kecelakaan tersengat listrik dapat terjadi pada petugas laundry oleh karena
dukungan pengetahuan listrik yang belum memadai, yang sering terjadi
adalah kejutan listrik microshok dimana listrik mengalir ke badan petugas
melalui sistem peralatan yang tidak baik
 Efek kesehatan
 Luka bakar di tempat tersengat aliran listrik
 Kaku pada otot ditempat yang tersengat listrik
 Pengendalian :
- Enginering
 Pengukuran jaringan / instalasi listrik
 NAB (Nilai Ambang Batas) bocor arus 50 milliamper, 60 Hz (sakit)
 Pemasangan pengaman/ alat pengamanan sesuai ketentuan
 Pemasangan tanda- tanda bahaya dan indikator
- Administrasi
 Penempatan petugas sesuai ketrampilan
 Waktu kerja petugas digilir
- Memakai sepatu/ sandal isolasi
d. Panas
 Panas dirasakan bila suhu udara diatas suhu nyaman (26-28˚C) dengan
kelembaban antara 60-70%. Pada instalasi laundry panas yang terjadi adalah
panas lembab
 Pengukuran : dengan mempergunakan West Bulb Globe Temperatur (MBGT)
 Efek kesehatan :
- Heat syncope (pingsan karena panas)
- Heat disorder (kenaikan suhu tubuh yang dapat mengakibatkan
kekurangan cairan tubuh)
 Pengendalian
- Terhadap lingkungan
 Isolasi peralatan yang menimbulkan panas
 Menyempurnakan sistem ventilasi dengan pemasangan alat pendingin,
kipas angin untuk petugas, pemasangan blower untuk menarik udara panas
keluar ruangan
- Terhadap pekerja
 Menyediakan persediaan air minum yang cukup dan kalau perlu di
sediakan extra salt
 Hindarkan petugas yang berbadan gemuk dan berpenyakit kardiovaskuler
untuk bekerja di lingkungan panas
 Pengaturan waktu kerja dan istirahat berkaitan dengan suhu ruangan
- Secara administratif yaitu pengaturan waktu kerja dan istirahat berkaitan
dengan suhu ruangan
e. Getaran adalah faktor fisik yang di timbulkan oleh subjek dengan gerakan
osilasi
 Mesin pencucian yang bergetar dapat memajani petugas melalui transmisi/
penjalaran yang merambat melalui tangan atau lengan operator
 Efek kesehatan
 Terhadap sistem peredaran darah: dapat berupa kesemutan jari tangan
waktu bekerja, parese
 Terhadap sistem tulang, sendi dan otot, berupa gangguan osteoarticular
(gangguan pada sendi jari tulang)
 Terhadap sistem syaraf : parastesi, menurunnya sensivitas, gangguan
kemampuan membedakan dan selanjutnya atrofi
 Pemajanan terhadap getaran seluruh tubuh dengan frekuensi 4-5 Hz dan 6-
12 Hz dengan fenomena resonansi(kenaikan amplitudo getaran organ)
terutama berpengaruh buruk pada susunan saraf pusat
 Pengukuran : alat yang digunakan adalah Vibration Meter (alat untuk
mengukur frekuensi dan intensitas di area kerja)
 Pengendalian
 Terhadap sumber diusahakan menurunkan getaran dengan bantalan anti
vibrasi dan pemeliharaan mesin yang baik
 Pengendalian administratif dilakukan dengan pengaturan jadwal kerja
sesuai TLV (Treshold Limit Value)
 Terhadap pekerja tidak ada pelindung khusus, hanya dianjurkan memakai
sarung tangan untuk menghangatkan tangan dan perlindungan terhadap
gangguan vaskular
3. Bahaya kimia (detergen, desinfektan dan pewangi)
Penanganan zat-zat kimia di instalasi pencucian
a. Alkali adalah bubuk kekuningan dengan pH 12,0-13,0 yang bersifat bila terkena
panas akan terkomposis menjadi gas yang mungkin beracun dan iritasi, tidak
mudah terbakar, bahaya kesehatan yang mungkin ditimbulkan adalah iritasi mata,
iritasi kulit, bila terhirup menyebabkan edema paru, bila tertelan menyebabkan
kerusakan hebat pada selaput lendir
- Pertolongan pertama:
 Mata : cuci secepatnya dengan air sebanyak banyaknya
 Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi
 Terhirup : pindahkan dari sumber
 Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu
- Pertolongan selanjutnya dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda

- Tindakan pencegahan :
 Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat, peralatan pernapasan sendiri
 Memakai APD
 Penyimpinan dan pengangkatan : simpan di tempat aslinya, wadah tertutup,
di bawah kondisi kering, ventilasi yang baik, jauhkan dari asam dan
hindarkan dari suhu ekstrim
b. Detergen adalah serbuk putih berwarna biru dengan pH 11,0-12,00 yang bersifat
bila terkena panas akan terkomposisi menjadi gas yang mungkin beracun dan
iritasi, tidak mudah terbakar dapat menimbulkan bahaya kesehatan iritasi mata
dan kulit, bila terhirup menyebabkan edema paru, bila tertelan menyebabkan
kerusakan selaput lendir
- Pertolongan pertama
 Mata : cuci secepatnya dengan air sebanyak banyaknya
 Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi
 Terhirup : pindahkan dari sumber
 Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu
- Pertolongan selanjutnya dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda
- Tindakan pencegahan :
 Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat, peralatan pernapasan sendiri
 Memakai APD
 Penyimpinan dan pengangkatan : simpan di tempat aslinya, wadah tertutup,
di bawah kondisi kering, ventilasi yang baik, jauhkan dari asam dan
hindarkan dari suhu ekstrim
c. Emulsifier adalah larutan bening, tidak berwarna, kental, pH 10,0-11,0 bersifat
rusak oleh sinar matahari, stabil dan tidak mudah terbakar, bahaya kesehatan yang
mampu di timbulkan iritasi mata dan kulit, bila terhirup menyebabkan iritasi, bila
tertelan menyebabkan iritasi
- Pertolongan pertama
 Mata : aliri dengan air selama 15 menit
 Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air
 Terhirup : pindahkan dari sumber
 Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air, jangan berusaha untuk
muntah
- Pertolongan selanjutnya dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda
- Tindakan pencegahan :
 Kontrol teknis, gunakan ventilasi exhaust peralatan pernapasan sendiri
 Memakai APD
Penyimpinan dan pengangkatan: simpan di tempat sejuk dan kering, jauhkan
sinar matahari langsung, hindari sumber panas
d. Bleach (Oksigen Bleach dan chlorine Bleach) oksigen bleach bubuk putih
dengan pH 10,0-11,0, chlorine bleach bubuk putih dengan pH 8,0-9,0 (bubuk
pemutih berklorin) yang bersifat bereaksi dengan bahan pereduksi, tidak mudah
terbakar, beracun untuk ikan (dilarutkan dulu sebelum di buang ke selokan atau
sumber air), bahaya kesehatan yang di timbulkan iritasi berat pada mata, rasa
terbakar pada kulit, bila terhirup menyebabkan iritasi dan odem paru, bila tertelan
menyebabkan rasa terbakar
- Pertolongan pertama
 Mata : cuci secepatnya dengan air
 Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi
 Terhirup : pindahkan dari sumber
 Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu
- Pertolongan selanjutnya dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda
- Tindakan pencegahan :
 Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat, peralatan pernapasan sendiri
mungkin diperlukan untuk penggunaan yang lama
 Memakai APD
 Penyimpinan dan pengangkatan: simpan di tempat sejuk dan kering, jauhkan
dari asam, hindari sumber panas
e. Sour / penetral adalah bubuk berwarna biru dengan pH 4,0-5,0 yang berekasi
dengan asam akan mengeluarkan sulfur dioksida keluar, tidak mudah terbakar,
bahaya kesehatan yang di timbulkan iritasi berat pada mata, iritasi pada kulit, bila
terhirup menyebabkan iritasi, bila tertelan menyebabkan iritasi
- Pertolongan pertama
 Mata : cuci secepatnya dengan air
 Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi
 Terhirup : pindahkan dari sumber
 Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu
- Pertolongan selanjutnya dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda
- Tindakan pencegahan :
 Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat, peralatan pernapasan sendiri
mungkin diperlukan untuk penggunaan yang lama
 Memakai APD
 Penyimpinan dan pengangkatan : simpan di tempat sejuk dan kering, jauhkan
dari asam, hindari sumber panas
f. Softener adalah cairan pelunak dan pelembut kain berwarna merah muda, opak
dan mudah mengalir, pH 4,0-5,0 yang bersifat stabil tidak mengandung bahan
berbahaya, tidak mudah terbakar, bahaya kesehatan yang ditimbulkan iritasi pada
mata, iritasi pada kulit, bila terhirup menyebabkan iritasi, bila tertelan
menyebabkan iritasi
- Pertolongan pertama
 Mata: cuci secepatnya dengan air
 Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi
 Terhirup: pindahkan dari sumber
 Tertelan: cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu
- Pertolongan selanjutnya dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda
- Tindakan pencegahan:
 Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat, peralatan pernapasan sendiri
mungkin diperlukan untuk penggunaan yang lama
 Memakai APD
 Penyimpinan dan pengangkatan: simpan di tempat sejuk dan kering, hindari
suhu yang ekstrim
g. Starch adalah bahan pengkanji bubuk berwarna putih mudah tercurah bersifat
stabil, tidak mengandung bahan berbahaya, tidak mudah terbakar bahaya
kesehatan yang ditimbulkan iritasi pada mata, kemungkinan iritasi pada kulit, bila
terhirup menyebabkan iritasi, bila tertelan kemungkinan menyebabkan iritasi
- Pertolongan pertama
 Mata: cuci secepatnya dengan air
 Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi
 Terhirup: pindahkan dari sumber
 Tertelan: cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu
- Pertolongan selanjutnya dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda
- Tindakan pencegahan:
 Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat, peralatan pernapasan sendiri
mungkin diperlukan untuk penggunaan yang lama
 Memakai APD
 Penyimpinan dan pengangkatan: simpan di tempat sejuk dan kering, hindari
suhu yang ekstrim
h. Pemajana dengan antiseptik dalam waktu lama dapat menyebabkan dermatitis,
ekseme, alergi. Formaldehide merupakan komponen dari banyak antiseptik dan
desinfektan, zat ini dapat menyebabkan dermatitis kontak, gangguan saluran
pernafasan dan bersifat karsinogenik
- Perlindungan:
 Dengan memakai APD sesuai SOP
 Segera mencuci tangan sesudah bekerja
 Meningkatkan higienis perorangan
 Memperkuat daya tahan tubuh dengan gizi yang baik
4. Bahaya ergonomic (posisi kerja berdiri selama proses kerja sampai selesai)
Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi adalah penyesuaian tugas pekerjaan
dengan pekerja, posisi tubuh yang salah atau tidak alamiah atau sikap paksa dapat
menimbulkan kesulitan dalam melaksanakan kerja, mengurangi ketelitian, mudah
lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien
 Gejala: penyakit sehubungan dengan alat gerak yaitu persendian, jaringan
otot, saraf atau pembuluh darah (low back pain)
 Pengukuran: diniliai dari banyaknya keluhan yang ada hubunganya pada saat
melakukan pekerjaan
 Pengendalian
Cara mengangkat beban yang beratnya kurang dari 25 kg:
- Sebaiknya tidak di junjung karena akan memerlukan tenaga yang lebih
besar
- Mengangkat beban di samping
 Bila beban memiliki pegangan beban boleh di bawa di samping
 Sebelum mengangkat dekatkan kaki dan badan ke barang tersebut,
dan angkat dalam keadaan badan tegak dan tulang punggung lurus
- Mengangkat beban di depan
 Mendekat ke beban/ barang
 Renggangkan kedua kaki, barang berada di antara kedua kaki
sedikit di sebelah depan
 Luruskan tulang punggung (boleh melengkung) dan badan sedikit
di condongkan ke depan
 Badan diturunkan dengan sedikit membengkokkan lutut dan
panggul sampai tangan dapat mencapai barang
 Lengan atas harus sedekat atau serapat mungkin ke badan dan
tangan memegang barang
 Angkat barang keatas perlahan lahan jangan di sentakkan, sewaktu
mengangkat ke atas tulang punggung harus tetap lurus, tegangkan
dan kecangkan otot perut
- Cara mengangkat beban yang beratnya lebih dari 25kg
 Beban dapat di bagi dua
Bila beban dapat di bagi dua, beban tersebut boleh diangkat oleh
satu orang. Bagi dua beban dan pemikul, separuh beban di depan
dan separuh di belakang
 Beban tidak dapat di bagi
Dapat diangkat beramai ramai atau dengan cara membuat
penggantung dan mengankatnya dengan tongkat pemikul
- Posisi duduk
 Tinggi alas sebaiknya dapat disetel antara 38 dan 48 cm
 Kursi harus stabil dan tidak goyang atau bergerak
 Kursi harus memungkinkan cukup kebebasan bagi gerakan petugas
- Posisi berdiri
 Berdiri tidak lebih dari 6 jam
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan dan
cakupan program pelayanan seawal mungkin, yaitu dengan cara melakukan audit 1
bulan sekali yang dilakukan oleh IPCN untuk dapat menemukan dan selanjutnya
memperbaiki masalah dalam pelaksanaan program.Tujuan audit monitoring ini:
1. Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi atau disain dari sistem pelayanan
(bila perlu).
2. Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan yang dilaksanakan di
lapangan, sesuai dengan temuan-temuan dilapangan.
3. Hasil analisis dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam pemberian
pelayanan di rumah sakit. monitoring sebaiknya dilakukan sesuai keperluan dan
dipergunakan segera untuk perbaikan program.
Khusus dalam pelayanan linen di rumah sakit audit monitoring hendaknya
dilakukan secara teratur. Aspek-aspek yang dimonitor mencakup :
1. Sarana prasarana dan peralatan
2. Standard/pedoman pelayanan linen, SOP, kebijakan-kebijakan direktur , visi, misi
dan motto rumah sakit
3. Pengamatan dan pemeriksaan pada linen, yaitu warna yang kusam, pudar. Terdapat
bayangan dari barang yang dibungkusnya menunjukkan linen sudah menipis.
4. Dari perabaan bila ditarik terjadi perobekan/ lapuk.
5. Apabila ada penandaan tahun penggunaan, hitung umur lamanya.
Kelayakan pakai dan sisi infeksi dilakukan melalui uji kuman secara insidentil bila
dijumpai banyak terjadi indeksi di satu unit rawat inap atau lebih. Contoh diambil untuk
dilakukan swab dari kulit untuk kultur, sementara menunggu hasil kultur, monitoring
prosedur pencucian ditingkatkan.

B. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap proses akhir seperti pada tahap
pencucian, pengeringan dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka
kinerja dari pengolahan linen di rumah sakti. Tujuan dari evaluasi tersebut antara lain:
1. Meningkatkan kinerja pengelolaan linen rumah sakit
2. Sebagai masukan dalam perencanaan pengadaan linen, bahan kimia pembersihan
sarana dan prasarana kamar cuci
3. Sebagai acuan dalam perencanaan system pemeliharaan mesin-mesin.
4. Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya
manusia.
Salah satu cara yang mudah untuk melaksanakan evaluasi adalah dengan
menyebarkan kuisioner ke unit kerja pemakai linen secara berkala setiap semester atau
minimal setiap 1 tahun sekali. Sebagai responden diambil 2 atau 3 jenis petugas dilihat
dari fungsinya, misal kepala bangsal/ ruangan, perawat pelaksana dan petugas pelaksana
non perawatan/pekarya. Materi yang dievaluasi sesuai dengan tujuan antara lain:
1. Kuantitas dan kualitas linen
a. Kuantitas linen yang beredar di ruangan sangat menetukan kualitas pelayanan,
demikian pula linen yang berputar di ruangan yang diam akan mengakibatkan
linen yang satu cepat rusak dan linen yang lainnya terlihat belum digunakan.
b. Kualitas yang diutamakan dari linen adalah bersih (fisik linen), awet (tidak
rapuh) dan sehat (bebas dari mikroorganisme patogen).
2. Bahan kimia
a. Fisik dan karakteristik
Fisik dan karakteristik bahan kimia dapat berupa warna, butiran serta bau yang
khas dari bahan kimia. Untuk menjaga kualitas selalu dilakukan monitoring
setiap bahan kimia akan digunakan.
b. pH (power hidrogen) dan presentase bahan aktif
Bahan kimia yang digunakan memiliki pH dan bahan aktif seperti yang
dipersyaratkan dalam LDP (Lembar Data Pengaman) atau MSDSs. Informasi pH
penting dalam mengetahui kualitas bahan kimia yang akan digunakan apakah
mengalami perubahan pada saat penyimpanan dan penggunaan. Frekuensi
pemeriksaan dilakukan pada awal penggunaan, pertengahan dan akhir.
3. Baku mutu air bersih
a. Persyaratan Permenkes 416
Persyaratan dasar air yang digunakan adalah standard air bersih Depkes
(Permenkes 416) yaitu dilakukan monitoring sedikitnya 6 bulan sekali.
b. Persyaratan khusus kandungan besi dan garam-garam
Perlu dilakukan pemeriksaan awal untuk mengetahui adanya dua polutan
pengganggu tersebut. Jika standard yang diinginkan tidak dipenuhi, maka harus
dilakukan usaha untuk menurunkan tingkat polutan di air yang digunakan.
Sebaiknya sama dilakukan setiap 6 bulan sekali.
4. Baku mutu limbah cair
Berdasarkan PP No.85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dab Beracun, dengan lampiran dikategorikan sebagai limbah B3.
BAB IX
PENUTUP

Pengelolaan linen kotor di rumah sakit bukan hal yang bisa diabaikan, terutama
karena linen kotor merupakan sumber infeksi yang dapat menjadi perantara tertularnya
penyakit dari orang yang menderita penyakit infeksius ke orang lain yang mempunyai daya
tahan tubuh rendah. Linen kotor harus diawasi secara ketat alurnya, selain untuk mencegah
infeksi, kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih petugas kesehatan agar lebih berhati-hati
dengan kegiatan yang bersentuhan dengan linen kotor.
Pada hakikatnya sebagai petugas kesehatan harus mengetahui dampak dari linen kotor
untuk menghidari infeksi-infeksi yang akan ditimbulkan, maka diperlukan kesadaran dari
tiap individu untuk belajar dengan tujuan mengetahui dampak negatif yang akan
ditimbulkan dari linen kotor.
Pedoman Pelayanan Unit Linen dan Laundry rumah sakit jiwa daerah sungai bangkong
ini bertujuan untuk memberikan acuan yang jelas dan profesional dalam mengelola dan
melaksanakan kegiatan pengelolaan linen di rumah sakit. Selain itu, pedoman pelayanan
unit linen dan laundry ini akan bermanfaat bagi seluruh petugas yang berhubungan dengan
linen dan laundry untuk mengurangi paparan dari infeksi dan meningkatkan kesehatan dan
keselamatan kerja petugas.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya, PERDALIN DepKes RI 2008

Pedoman Pelayanan Linen Laundry di Rumah sakit, DepKes 2004


BAB IX PENUTUP

Pedoman pelayanan laundry mempunyai peranan penting untuk pedoman kerja bagi laundry
dalam memberikan pelayanan pengelolaan dan pencucian linen untuk memenuhi kebutuhan pasien,
sehingga mutu dan keselamatan pasien yang memakai linen RS dapat terjamin. Pedoman ini dapat
digunakan juga sebagai acuan kerja bagi tenaga laundry.
Penyusunan pedoman pelayanan laundry ini adalah merupakan langkah awal sebagai suatu proses
yang panjang sehingga memerlukan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak dalam penerapannya
untuk mencapai tujuan laundry dan tujuan rumah sakit.

METODE PENGELOLAAN LINEN DI RUMAH SAKIT JIWA


DAERAH SUNGAI BANGKONG PONTIANAK

1. Penjemputan Linen Kotor ke Ruang Rawat Inap


- Petugas laundry menjemput linen kotor ke ruang rawat inap.
- Linen kotor dimasukan ke dalam troli sesuai ragam jenis/tingkat kekotorannya (infeksius dan non-
infeksius).
- Kemudian petugas laundry membawa linen kotor ke ruang laundry.
STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI LAUNDRY
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SUNGAI BANGKONG
PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Direktur

dr. Batara Hendra Putra Sianipar


NIP. 19760613 200604 1 012

Kepala Seksi Penunjang Medik dan Non Medik

Beatrice mayana. S.Fam.Apt


Nip. 1984 0515 200903 2013

Ka. Instalasi Loundry

Ratna Sri Lestari


Nip.1976 0705 201001 2006

Pj. Linen kotor Pj. Linen Bersih


Pj. Administrasi

Sri Lestari Ngatiah


Kartika, A.Md
1981 0503 201001 2002 (Tenaga Kontrak )
1975 0403 201001 2004

Pontianak, April 2018


Mengetahui:
Kepala Seksi Penunjang Medik dan Non Medik

Beatrice Mayana. S.Fam.Apt


NIP. 1984 0515 200903 2013

Anda mungkin juga menyukai