Anda di halaman 1dari 25

Pengolahan limbah radioaktif

Limbah radioaktif diklasifikasikan


berdasarkan tingkat aktivitasnya menjadi 4
macam klasifikasi:
1. Limbah radioaktif tingkat aman.
2. Limbah radioaktif tingkat rendah
3. Limbah radioaktif tingkat sedang.
4. Limbah radioaktif tingkat tinggi.
Limbah radioaktif tingkat aman
• Limbah yang mengandung zat radioaktif begitu kecil
(sama dengan atau lebih kecil clearance level seperti
yang diberikan pada referensi Safety Series No. 111-
G-1.5, IAEA) shg tidak dianggap sebagai sumber
radioaktif, dan dapat dikecualikan dari pengawasan
Badan Pengawas Tenaga Nuklir(BAPETEN). Penetapan
clearance level didasarkan pada nilai batas dosis
tahunan bagi anggota masyarakat sebesar lebih kecil
atau sama dengan 0,01 mSv.
• Berupa nuklida umur paro pendek, shg dapat
disimpan pada fasilitas penyimpanan tanah dangkal.
Limbah radioaktif tingkat rendah
• Limbah radioaktif dengan aktivitas di atas
tingkat aman, tetapi di bawah tingkat
sedang dengan tenaga panas di bawah 2
kW/m3 yang tidak memerlukan penahan
radiasi selama penanganan pd keadaan
normal dan pengangkutan.
Limbah radioaktif tingkat sedang
• Limbah dengan aktivitas di atas tingkat
rendah tetapi di bawah tingkat tinggi yang
tidak memerlukan pendingin dan penahan
radiasi selama penanganan dalam keadaan
normal dan pengangkutan
Limbah radioaktif tingkat tinggi
• Limbah radioaktif dengan tingkat aktivitas di atas
tingkat sedang, yang memerlukan pendingin dan
penahan radiasi dalam penanganan pada keadaan
normal dan pengangkutan, termasuk bahan bakar
nuklir bekas.
• Limbah radioaktif aktivitas tinggi (High Level
Waste/HLW) diolah dengan cara pemadatan untuk
menjaga kestabilan limbah. Limbah hasil pengolahan
disimpan selama 30-50 tahun untuk pendinginan.
Kemudian disimpan pada tanah dalam yang disebut
sbg penyimpanan lestari.
Pengolahan limbah radioaktif
• Ada 3 pendekatan fundamental yang dipakai
untuk pengelolaan limbah radioaktif cair
sebagai dasar metode pengolahan, yaitu:
1. Limbah diencerkan dan didispersikan.
2. Limbah disimpan untuk meluruh (delay
and decay).
3. Limbah diolah dengan metode alih
tempat/reduksi volume/transformasi dan
conditioning.
Kegiatan pengelolaan limbah radioaktif
1. Pengumpulan dan pengelompokan limbah.
2. Pengangkutan limbah radioaktif mentah dari fasilitas
yang menimbulkannya ke instalasi pengolahan.
3. Monitoring sebelum pengolahan.
4. Pengolahan.
5. Monitoring limbah yang sudah selesai diolah
sebelum dibawa ke fasilitas penyimpanan.
6. Pengangkutan blok hasil olahan dari instalasi
pengolahan ke fasilitas penyimpanan.
7. Penimpanan akhir (Ultimate Wastes Disposal).
8. Monitoring lingkungan.
Penampungan Limbah Radioaktif Cair

1. Penampungan limbah cair mempergunakan saluran dan tangki penampung


(apabila volume limbah besar), atau dengan wadah.
2. Wadah berupa botol plastik di tempatkan dalam ember atau baki yang dapat
menampung seluruh isi botol tersebut bila tumpah atau bocor, kecuali
limbah yang karena sifat kimianya harus ditampung dalam botol gelas.
3. Wadah yang diberi bahan penyerap dapat dipergunakan untuk menampung
limbah cair sehingga menjadi bentuk padat.
4. Semua wadah penampungan harus diberi tanda yang jelas dengan tulisan
dan/atau warna yang menunjukkan maksud penggunaannya.
5. Bilamana mungkin, perlu juga dicantumkan dan dicatat jumlah aktivitas
yang ditampung dalam setiap wadah atau tangki penampung.
6. Untuk dapat menentukan golongan limbah sesuai dengan aktivitasnya maka
perlu dicatat tingkat penyinaran radiasi, aktivitas total, waktu paro dan sifat
mudah terbakar atau tidak.
7. Bilamana perlu wadah-wadah penampungan harus diberi penahan radiasi.
8. Pemindahan limbah radioaktif dari tempat kerja hanya dapat dilaksanakan
oleh pekerja yang ditunjuk dan diawasi oleh Petugas Proteksi Radiasi.
9. Jumlah aktivitas dan jenis limbah yang ditampung, disalurkan, ditanam atau
cara lain, harus dicatat.
Penampungan Limbah Radioaktif Padat
1. Wadah penampungan limbah radioaktif padat harus selalu tersedia di
setiap tempat kerja yang menggunakan zat radioaktif yang
diperkirakan menimbulkan limbah radioaktif.
2. Wadah penampungan limbah radioaktif padat dapat berupa drum
atau tong tertutup yang bagian dalamnya dilapisi dengan kantong
plastik atau kertas kedap air yang kuat dan mudah diambil supaya
dengan demikian limbah dapat dipindahkan tanpa menimbulkan
kontaminasi.
3. Drum atau tong tersebut sebaiknya dibuka dan ditutup dengan kaki.
4. Limbah padat yang mudah dibakar ditampung dalam kertas kedap air
atau kantong plastik tebal.
5. Bahan-bahan tertentu seperti polyvinyl chloride (plastik), dengan
volume yang besar mungkin perlu ditampung tersendiri, karena bahan
tersebut menimbulkan gas asam pada waktu pembakaran dan besar
kemungkinannya menimbulkan karat pada baja dan komponen-
komponen instalasi pembakaran yang terbuat dari baja tahan karat.
Metode Penundaan dan Peluruhan (Delay and Decay)

1. Limbah cair yang pada waktu awal mengandung zat radioaktif


dengan konsentrasi di bawah nilai batas baku mutu yang
diizinkan dapat langsung dibuang ke saluran pembuangan.
2. Limbah radioaktif cair beraktivitas sangat rendah dapat
diencerkan sehingga mencapai nilai batas yang diizinkan
untuk dibuang.
3. Limbah cair dapat diolah  melalui metode penundaan dan
peluruhan sehingga dapat diperoleh konsentrasi di bawah
nilai batas baku mutu.
4. Peluruhan radioanuklida berlangsung secara spontan dan
tidak dipengaruhi oleh faktor fisik seperti temperatur,
tekanan dan bahan kimia apapun.
Prosedur Pemilihan Teknologi Pengolahan Limbah
Radioaktif Cair
Jika terdapat limbah cair yang sudah tidak dapat dipakai
ulang lagi maka perlu pertanyaan sbg berikut:
1. Suspensi padatan dlm limbah perlu dipisahkan/tidak.  Jk
perlu dipisahkan maka diolah melalui filtrasi atau
sedimentasi atau sentrifugasi.
2. Apabila tidak maka perlu ditinjau apakah komposisi
utamanya zat organik atau bukan. Jk komposisinya zat
organik maka limbah cair dpt diolah dengan
pembakaran (insinerasi).
3. Apabila komposisinya bukan zat organik maka perlu
ditinjau apakah kandungan radioaktivitasnya bermuatan
ion? Jk bermuatan ion radioaktivitasnya maka dpt diolah
melalui proses pertukaran ion.
4. Apabila tidak merupakan muatan ion maka perlu ditinjau
apakah zat terlarut dapat dipisahkan dengan teknologi
membran. Apabila iya maka limbah tersebut diolah
dengan osmosis balik atau ultrafiltrasi.
5. Apakah limbah mengandung dua atau lebih cairan
dengan beda titik didih signifikan? Apabila iya maka
limbah cair bisa didestilasi, namun jika tidak maka
dipilih pemrosesan dengan evaporasi.
6. Jika limbah cair mengandung padatan, pemilihan
pengolahannya dapat pula dievaluasi dengan suatu
analisa, apakah suspensi padat dapat dipisahkan? Apabila
tidak maka perlu ditinjau apakah komposisi utamanya
zat organik atau bukan? Apabila komposisinya zat
organik maka limbah cair tersebut diolah dengan
teknologi transformasi.
7.Apabila  komposisinya  bukan  zat  organik 
maka  perlu ditinjau apakah konsentrasi total zat
padat terlarut cukup rendah untuk penggunaan
teknologi pemindahan? Apabila konsentrasi total zat
padat terlarut cukup rendah maka limbah cair
tersebut dapat diolah dengan teknologi pemindahan.
8.Apabila tidak maka limbah tersebut diolah dengan
teknologi pemekatan. Apabila suspensi zat padat
dapat dipisahkan dari limbah cair maka limbah
tersebut diolah dengan teknologi pemindahan dan
pemekatan.
9. Selanjutnya teknologi conditioning dilakukan thd
hasil transformasi/pemindahan/pemekatan.
Prosedur Pemilihan Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif Padat

• Jikakita mempunyai limbah padat kering, maka muncul


pertanyaan:
1. Apakah limbah padat itu bila didekontaminasi murah
biayanya.  Apabila ya maka padatan  didekontaminasi  u/
dapat digunakan kembali.
2. Jika biaya dekontaminasi tidak murah maka muncul
pertanyaan apakah dengan teknologi reduksi volume
biayanya akan murah.  Bila tidak (biayanya mahal) maka
padatan dapat dibuang atau disimpan.  Bila ya (biaya
reduksi volume murah), maka muncul pertanyaan
3. Apakah teknologi pemekatan biayanya lebih murah dari
pada teknolog transformasi.  Bila tidak, dilakukan
pemekatan dengan teknologi transformasi, bila ya
dilakukan teknologi pemekatan.
Prosedur Pemilihan Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif Gas

• Limbah radioaktif gas (yang terbawa udara)


dapat diolah melalui teknologi alih tempat
menggunakan proses  absorpsi (scrubber)
dan atau filtrasi menggunakan hepa filter. 
Larutan absorben bekas selanjutnya
dievaporasi, sedangkan hepa filter bekas
dikompaksi.  Limbah radioaktif gas setelah
diolah dapat dilepas ke udara melewati
cerobong gas.
Tahapan pengelolaan limbah radioaktif
1. Pengolahan (Treatment) yang bertujuan
untuk mereduksi volume dengan cara
evaporasi, kompaksi, insinerasi atau
radionuclide removal. menggunakan
chemical treatment, filtrasi dan penukar ion.
2. Kondisioning yang bertujuan memudahkan
handling dan transportasi limbah serta
meminimalkan bahaya radiasi (faktor
shielding)
Pengolahan limbah cair

• Limbah cair yang dihasilkan pada saat operasi maupun


refueling ditampung ke dalam tangki penampungan
limbah  mentah untuk kemudian diolah dengan proses
evaporator,  filtrasi yang dilengkapi proses penukaran
ion, dan pengolahan secara kimia.
• Pengolahan awal akan menghasilkan konsentrat atau
sludge atau resin bekas yang kemudian dikondisioning di
dalam wadah limbah yang sesuai.
• Metode kondisioning, yang paling umum adalah dengan
metode immobilisasi menggunakan semen.
• Setelah proses kondisioning paket limbah lalu diangkut
dan disimpan di dalam fasilitas penyimpanan sementara.
Pengolahan limbah padat

• Untuk keperluan pengolahan, limbah padat


dapat diklasifikasikan menjadi 3, yakni
1. Limbah padat dapat dibakar.
2. Limbah padat dapat dikompaksi tetapi tidak
dapat dibakar
3. Limbah padat yang tidak dapat bakar dan
maupun dikompaksi.
• Selanjutnya gas buang yang berupa sisa-sisa
asam dinetralkan dengan soda api. Gas buang
yang keluar dr cerobong telah sepenuhnya
bebas dari komponen-komponen yang
berbahaya.
• Abu sisa pembakaran yang berupa oksida
logam di immobilisasi dengan semen dan
diwadahkan dalam drum 200 L. Setelah itu
limbah yang telah terimmobilisasi tersebut di
simpan di tempat penyimpanan sementara
Limbah padat dapat dibakar
• Direduksi volumenya dengan dibakar di dalam tanur
insenerasi pada temperatur 700oC - 1100oC.
• Gas buang yang ditimbulkan dari reaksi pembakaran dan
partikel ini dilewatkan melalui beberapa filter antara lain bag
house filter dan HEPA filter sehingga hampir 99,9 %-nya akan
terjebak di dalam filter.
• Gas buang yang berupa sisa-sisa asam dinetralkan dengan
soda api. Gas buang yang kemudian keluar dari cerobong telah
sepenuhnya bebas dari komponen-komponen yang berbahaya.
• Abu sisa pembakaran yang berupa oksida logam di
immobilisasi dengan semen dan diwadahkan dalam drum 200
L. Setelah itu limbah yang telah terimmobilisasi tersebut di
simpan di tempat penyimpanan sementara
Pengolahan limbah padat dapat dikompaksi
tetapi tidak dapat dibakar
• Pengolahan limbah dilakukan dengan kompaksi.
• Limbah dikumpulkan di dalam drum 100 L, proses
kompaksi dilakukan setelah limbah terkumpul cukup
banyak. Setelah dikompaksi drum 100 L yang berisi
limbah padat ditempatkan di dalam wadah drum 200
L.
• Setelah drum pertama terkompakkan dilanjutkan
drum 100 L ke dua dan dikompakkan, demikian
seterusnya sehingga tercapai jumlah drum 100 L
yang optimum
• Setelah proses kompaksi, koral dengan spesifikasi
tertentu dituangkan ke dalam anulus yang
terbentuk.
• Campuran pasta semen pasir  diinjeksikan ke
dalam anulus dan digetarkan untuk menjamin
infiltrasi dari pasta homogen.
• Setelah proses ini selesai paket limbah kemudian
disimpan di fasilitas penyimpanan sementara.
• Limbah  padat tidak dapat bakar dan tidak dapat
dikompaksi biasanya diolah dengan metode
immobilisasi langsung.
Pengolahan limbah gas

• Limbah gas harus diolah oleh pihak reaktor dengan


cara pengambilan radionuklida menggunakan filter
dan karbon aktif.
• Filter dan karbon aktif yang sudah jenuh dikirim ke
instalasi pengelolaan limbah radioaktif untuk diolah
sebagai limbah padat.
• Filter bekas diolah dengan cara super kompaksi atau
kompaksi 2 arah, sehingga reduksi volume yang
didapat maksimal.
• Sedangkan karbon aktif diolah dengan cara insenerasi,
dan abu yang ditimbulkan kemudian diimmobilisasi
dengan semen.
Contoh near surface disposal untuk limbah
aktivitas rendah sampai sedang
Desain deep geological disposal untuk limbah akivitas tinggi

Anda mungkin juga menyukai