Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENCEMARAN RADIOAKTIF

Oleh:
Khairul Fathoni (26040117120055)
Yosi Yananda Sijabat (26040117130074)
Akmal Rifki Hidayat (26040117140057)

Ilmu Kelautan B

Dosen Pengampu:
Ir. Endang Supriyantini, M.Si

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persoalan lingkungan hidup disebabkan berbagai hal, salah satunya
pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan populasi manusia yang semakin tinggi
menyebabkan aktifitas ekonomi juga meningkat pesat. Kegiatan
ekonomi/pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran
dan perusakan lingkungan hidup sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem
yang menjadi pendukung kehidupan menjadi rusak. Hal tersebut merupakan
beban sosial yang pada akhirnya manusia pula yang akan menanggung biaya
pemulihannya. Menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 1997 tentang
pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa arah pembangunan jangka
panjang Indonesia adalah pembangunan ekonomi dengan bertumpukan pada
pembangunan industri yang diantaranya menggunakan berbagai jenis bahan
kimia dan zat radioaktif. Disamping menghasilkan produk yang bermanfaat bagi
masyarakat, industrialisasi juga menimbulkan ekses antara lain dihasilkannya
limbah yang apabila dibuang kelingkungan akan dapat mengancam lingkungan
hidup itu sendiri, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Pencemaran adalah salah satu permasalahan yang terus meningkat seiring dengan
perkembangan perekonomian industrial.
Pencemaran merupakan masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,
energi dan/ atau komponen lain ke dalam suatu lingkungan. Pencemaran juga bisa
berarti berubahnya tatanan (komposisi) lingkungan oleh kegiatan manusia dan
proses alam, sehingga kualitas lingkungan tersebut menjadi kurang atau tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Pencemaran dapat terjadi di
beberapa lingkungan seperti lingkungan air, tanah, dan udara. Pencemaran air
merupakan masuknya limbah ke dalam air yang mengakibatkan fungsi air turun
sehingga tidak mampu lagi mendukung aktifitas manusia dan menyebabkan
timbulnya masalah penyediaan air bersih. Pencemaran tanah merupakan
masuknya limbah ke dalam tanah yang mengakibatkan fungsi tanah turun
(menjadi keras dan tidak subur) sehingga tidak mampu lagi mendukung aktivitas
manusia. Sedangkan pemcemaran udara adalah masuknya limbah ke dalam udara
yang mengakibatkan fungsi udara turun sehingga tidak mampu lagi mendukung
aktifitas manusia. Pencemaran lingkungan dapat terjadi dikarenakan beberapa
faktor penyebab yang salah satunya yaitu masuknya bahan radioaktif ke dalam
lingkungan.
Pencemaran radioaktif merupakan masuknya bahan radioaktif ke dalam
suatu lingkungan yang berdampak pada kerusakan komponen biotik dan abiotik
yang ada di dalamnya. Pencemaran radioaktif dapat disebut juga sebagai
pencemaran radiobiologis. Dampak yang disebabkan oleh pencemaran radioaktif
di dalam suatu lingkungan sangat berbahaya. Perlu adanya analisis yang
dilakukan untuk mengetahui solusi apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi
atau menghilangkan pencemaran radioaktif di suatu lingkungan. Oleh karena itu,
makalah ini akan membahas tentang pencemaran radioaktif dalam suatu
lingkungan dan solusi penanganannya.

1.2. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang perncemaran radioaktif.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang sumber pencemaran
radioaktif.
3. Mahasiswa dapat mengetahui tentang cara penanganan terhadap
lingkungan yang tercemar radioaktif.
II. PEMBAHASAN

2.1. Pencemaran Radioaktif


Menurut Suwandeni et al. (2015), radioaktivitas adalah kemampuan inti
atom yang tidak stabil untuk memancarkan radiasi dan berubah menjadi inti yang
stabil. Proses perubahan ini disebut peluruhan dan inti atom yang tidak stabil
disebut radionuklida. Unsur yang mengandung inti tidak stabil memancarkan
radiasi, disebut zat radioaktif. Peluruhan adalah perubahan inti atom yang tidak
stabil menjadi inti atom lain, atau perubahan suatu unsur radioaktif menjadi unsur
yang lain. Radioaktivitas lingkungan, 87% disebabkan oleh sumber-sumber
radiasi alam umumnya ditemukan dalam kerak bumi yang terdiri atas radiasi
radon (51%), radiasi kosmik (10%), radiasi interna (12%), radiasi eksterna-
gamma (14%) dan disebabkan oleh radiasi buatan sebanyak (13%), serta yang
terdiri atas kegiatan medik (12%) dan lain-lain (1%). Aktivitas dari radiasi
buatan relatif sangat kecil dibandingkan dengan aktivitas radiasi alam.
Pencemaran Radioaktif adalah pencemaran lingkungan yang disebabkan
oleh limbah radioaktif akibat terjadinya ledakan reaktor-reaktor atom dan bom
atom, akibat hasil tumpahan atau kemalangan semasa penghasilan atau
penggunaan radionuklid (radioisotop) serta nukleus tidak stabil yang memiliki
tenaga berlebihan. Limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan atau bahan serta
peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena
pengoperasian instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan radiasi pengion
yang tidak dapat digunakan lagi. Limbah radioaktif dibagi menjadi tiga yaitu,
limbah radioaktif tingkat rendah., sedang dan tinggi. Limbah radioaktif tingkat
rendah adalah limbah radioaktif dengan aktivitas di atas tingkat aman (clearance
level) tetapi di bawah tingkat sedang, yang tidak memerlukan penahan radiasi
selama penanganan dalam keadaan normal dan pengangkutan. Limbah radioaktif
tingkat sedang adalah limbah radioaktif dengan aktivitas di atas tingkat rendah
tetapi di bawah tingkat tinggi yang tidak memerlukan pendingin, dan
memerlukan penahan radiasi selama penanganan dalam keadaan normal dan
pengangkutan. Limbah radioaktif tingkat tinggi adalah limbah radioaktif dengan
tingkat aktivitas di atas tingkat sedang, yang memerlukan pendingin dan penahan
radiasi dalam penanganan pada keadaan normal dan pengangkutan, termasuk
bahan bakar nuklir bekas (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2002 Tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif).

2.2. Jenis - Jenis Radionuklida


Menurut Suwandeni et al. (2015), secara garis besar terdapat 2 jenis
radionuklida, yaitu radionuklida alam dan radionuklida buatan. Radionuklida
alam bisa dikelompokkan menjadi radionuklida primordial, radiasi kosmik dan
radionuklida kosmogenik. Radionuklida primordial ini ada sejak terbentuknya
alam semesta, dan terdiri dari radionuklida deret uranium dengan induk uranium
(238U) dan ujung akhir nuklida stabil timbal (206Pb). Peningkatan kadar uranium,
thorium dan sejenisnya berada di air laut di daerah yang kaya radioaktivitas alam,
238 235
karena uranium alam terdiri dari U dan U (dengan kelimpahan, berturut-
turut, sekitar 99.3% dan 0.7%) maka di bumi terbentuk radionuklida dari kedua
deret ini. Radionuklida Kosmogenik terbentuk melalui reaksi antara radiasi
kosmik dengan inti atom utama di lapisan atmosfer rendah seperti N, O dan Ar
dihasilkan sekitar 20 radionuklida. Penduduk bumi selalu dihujani radiasi kosmis
baik yang berasal dari bintang-bintang sekitar galaksi kita sendiri (galaksi
Bimasakti), gugus bintang pada galaksi-galaksi lain di luar bimasakti serta dari
matahari yang merupakan bintang terdekat dengan bumi.
Radionuklida buatan dapat dikelompokkan menjadi radionuklida yang
muncul karena pembangkitan listrik tenaga nuklir, radionuklida yang diproduksi
untuk kedokteran, dan industri serta radionuklida yang muncul akibat percobaan
nuklir. Radionuklida pembangkitan listrik tenaga nuklir berasal dari industri yang
berkaitan dengan pembangkitan listrik tenaga nuklir terdiri dari penambangan
uranium, pengolahan menjadi bahan bakar, fabrikasi bahan bakar, pembangkitan
listrik dalam reaktor, penyimpanan dan pengolahan ulang bahan bakar bekas dan
penyimpanan limbah radioaktif. Pada setiap tahapan produksi bahan bakar
tersebut akan dihasilkan bahan radioaktif, dengan jenis dan jumlah yang berbeda-
beda . Penggunaan radioaktif untuk kesehatan juga sudah sangat banyak, dan
sudah berapa juta orang di dunia yang terselamatkan karena pemanfaatan
radioaktif ini. Sebagai contoh sinar X untuk penghancur tumor atau untuk foto
tulang, terapi tumor dan kanker serta penentuan kerapatantulang.

2.3. Sumber Pencemar Radioaktif


Pencemaran radioaktivitas lingkungan, baik yang melalui udara maupun
air, pada akhirnya akan dapat mencemari manusia. Menurut Zaman et al. (2007),
untuk dapat mengetahui masalah pencemaran radioaktivitas lingkungan terlebih
dahulu harus diketahui kemungkinan sumber-sumber pencemaran radioaktivitas
lingkungan, yang antara lain dapat berasal dari:
a. Penambangan, Pengolahan dan Proses Kimia Bahan Nuklir
b. Proses Pengkayaan dan Fabrikasi Bahan Bakar Nuklir
c. Operasi Reaktor Nuklir
d. Reprocessing Bahan Bakar
e. Pengelolaan Limbah Radioaktif
f. Proses Pembuatan Radionuklida
g. Penggunaan Radioisotop di Bidang Riset, Industri dan Kedokteran
h. Proses Dekontaminasi dan Dekomisioning suatu Fasilitas Nuklir
i. Akselerator
j. Pemakaian Bahan Bakar Fosil
k. Percobaan dan Ledakan Bom Atom
Pada perairan sungai biasanya terdapat radionuklida yang berasal dari
jatuhan debu radioaktif ataupun dari alam (batuan) dengan konsentrasi yang
sangat rendah atau kecil. Di samping itu dimungkinkan pula adanya tambahan
radioaktif yang berasal dari radionuklida buangan industri (seperti: industri plat
logam, kertas, plastik, tekstil, kertas, pertambangan, pupuk tanaman, dan lain-
lain) yang hanyut terbawa air. Air sungai merupakan air yang mengalir dari hulu
ke hilir yang biasanya berupa aliran air dari mata air, limpasan air hujan maupun
dari penambahan buangan air domestik atau industri. Pembuangan limbah ke
sungai akan membuat ekosistem sungai menjadi tercemar. Selain itu, unsur
radioaktif yang terlarut dalam air akan menyebabkan terkontaminasinya
ekosistem tersebut. Sedimen adalah padatan yang dapat langsung mengendap jika
air didiamkan tidak terganggu selama beberapa waktu. Padatan yang mengendap
tersebut terdiri dari partikel–partikel padatan yang mempunyai ukuran relatif
besar dan berat sehingga dapat mengendap dengan sendirinya. Begitu juga
dengan unsur radioaktif dalam sistem perairan dapat mengendap di dasar sungai.

2.4. Dampak Pencemaran Radioaktif


Menurut Sarjiati (2018), Beberapa zat radioaktif ada yang dengan
mudah diserap tubuh dan bertahan. Iodin akan diserap oleh kelenjar tyroid,
sedangkan strontium akan diserap oleh tulang. Zat radioaktif tersebut dapat
merusak gen sehingga sebagian gen akan mati, rusak, atau bermutasi. Hal yang
paling membahayakan dari radiasi nuklir adalah tidak dapat dirasakan oleh lima
pancaindera manusia. Ketika kita terpapar radiasi nuklir, kita tidak merasakan
apa-apa dan gejalanya timbul bisa seminggu, setahun, atau beberapa tahun
kemudian. Gejala yang sering timbul adalah mual, muntah, kelelahan, rambut
rontok, diare, dan gejala tersebut tergantung dari level paparan radiasi. Radiasi
nuklir juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit kanker dan leukimia.
Menurut Udiyani (2015), apabila tubuh manusia terkena radiasi maka
partikel-partikel radiasi akan secara langsung mengadakan interaksi dengan
bagian yang terkecil dari sel, yakni atom-atom yang ada di sel. Adapun interaksi
tersebut dapat berlangsung secara langsung maupun tidak langsung. Pencemaran
radioaktif mempengaruhi biologis manusia, yaitunya efek genetik dan somatik.
Efek genetik timbul karena kerusakan molekul DNA pada sperma atau ovarium
akibat radiasi. Atau, bila radiasi berinteraksi dengan makro molekul DNA, dapat
memodifikasi struktur molekul ini dengan cara memecah kromosom atau
mengubah jumlah DNA yang terdapat dalam sel melalui perubahan informasi
genetik sel. Efek somatik tergantung pada lamanya terkena radiasi sampai
pertama timbulnya gejala kerusakan radiasi. Selanjutnya diklasifikasikan sebagai
efek somatik jangka pendek atau jangka panjang.
Radioaktif dapat masuk kelaut dan mempengaruhi lingkungan laut
termasuk biota biota laut. Jika biota laut itu dimakan oleh manusia maka zat
radioaktif akan terakumulasi dalam organ dan mungkin akan menimbulkan
kerusakan pada organ. Radioaktif pada ekosistem laut menjadi kekhawatiran
yang serius bagi masyarakat yang mengkonsumsi basil laut. Zat radioaktif
terakumulasi dalam biota laut langsung melalui rantai makanan dalam ekosistem
laut. Jika biota laut mengalami peningkatan aktivitas spesifik dalam tubuhnya,
kemudian menjadi produk laut dan dikonsumsi manusia sebagai sumber protein,
maka kemungkinan tingkat radioaktivitas dalam tubuh manusia akan meningkat.
Radioisotop yang masuk dalam tubuh memiliki target organ tertentu. Radioisotop
akan menuju organ target dan terdeposisi di organ tersebut. Radioisotop dalam
organ target akan meradiasi organ Efek yang mungkin muncul misalnya
timbulnya kanker dan kematian sel organ. Akibatnya organ tidak dapat berfungsi
dengan semestinya dan mengganggu kesehatan manusia ( Jurnpeno, 1998).

2.5. Penanganan Limbah Radioaktif


Menurut Santoso (2004), pengelolaan limbah radioaktif bertujuan
meningkatkan keselamatan dan tekno ekonomi karena perubahan karakteristik
limbah. Dasar konsep pengelolaan ini adalah reduksi volume (insenerator dan
kompaksi untuk limbah padat) dan pemisahan radionuklirda cair (evaporasi,
filtrasi dan penukar ion). Perubahan komposisi (pengendapan menggunakan
bahan kimia khusus). Berikut skema penanganan limbah radioaktif

Gambar 1. Diagram dasar Pengelolaan limbah Radioaktif


Sumber: Santoso (2004)
Menurut Supahar (1995), terdapat empat prinsip/teknik yang diterapkan
dalam pengelolaan limbah radioaktif, yaitunya pengenceran dan disperse, prinsip
pengenceran dan dispersi didasarkan pada anggapan bahwa lingkungan
mempunyai kapasitas terbatas untuk mengencerkan nuklida sampai tingkat tidak
membahayakan. Pembuangan limbah pada tingkat rendah dengan tingkat ini
dilakukan dengan menanam di dalam tanah, maka kebocoran radioaktifitas ke
dalam air tanah dapat dianggap sebagai suatu pengenceran dan akan menyebar
kesekelilingnya. Teknik selanjutnya yaitu penundaan dan peluruhan, radionuklida
akan kehilangan terkurangi keradioaktivannya karena peluruhan. Peristiwa ini
dapat diterapkan dalam pengelolaan limbah padat, cair, dan gas dengan tingkat
keradioaktivan sedang dan tinggi yang mengandung radionuklida dengan umur
paruh (half life) pendek. Teknik ketiga yaitu pemampatan, prinsip ini diterapkan
pada teknik-teknik pemnbersihan udara dan gas, pengolahan sampah cair dengan
cara pengendapan dan festilasi penukar ion dan penguapan, pengolahan sampah
padat dengan tingkat keradioaktivannya rendah dengan cara dibakar; pengepakan
dan penyaringan. Teknik terakhir yaitu pewadahan, prinsip ini diterapkan pada
penyimpanan limbah padat dalam ruang di dalam tanah atau gua pada struktur
geologi yang dalam Suatu cara untuk menangulangi proses perpindahan ialah
dengan menyatukan limbah radioaktif dalam fase padat yang mempunyai
kebocoran rendah, dan kemudian disimpan dalam ruangan dalam tanah atau gua
dibawah daerah aliran air tanah.
III.PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Pencemaran radioaktif merupakan masuknya bahan radioaktif ke
dalam suatu lingkungan yang berdampak pada kerusakan komponen
biotik dan abiotik yang ada di dalamnya.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan pencemaran radioaktif yaitu
kebocoran bahan radioaktif dari suatu industri berupa nuklir dan
limbah radioaktif.
3. Limbah radioaktif dikelola sedemikian rupa sehingga tidak
membahayakan masyarakat, pekerja dan lingkungan, baik untuk
generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Cara
pengelolaannya dengan mengisolasi limbah tersebut dalam suatu
wadah yang dirancang tahan lama yang ditempatkan dalam suatu
gedung penyimpanan sementara sebelum ditetapkan suatu lokasi
penyimpanan permanennya.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnpeno, E. B. 1998. Dampak Jatuhan Debu Radioaktif Kajian Tingkat
radioaktivitas Sr-90 dan Cs-137 dalam Biota Laut. Widyanuklida., 1(1): 1-
8.
Santoso, G. 2004. Studi Pengelolaan Limbah Radioaktif Padat Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir. Buletin Limbah., 8(2):11-16.
Sarjiati, U. 2018. Risiko Nuklir dan respon Publik Terhadap Bencana Nuklir
Fukushima di Jepang. Jurnal Kajian Wilayah., 9(1): 46-61.
Supahar. 1995. Pengelolaan Limbah Zat Radioaktif: Suatu Antisipasi Bahaya
Radiasi. Cakrawala Pendidikan., 14(2): 127-138.
Suwandeni I., N. Made, Ratnawati, I. Gusti, Darmayasa, I B. Gede. 2015. Uji
Kandungan Unsur Radioaktif dan Bakteri Pencemar Eschericia coli pada
Limbah Industri di Daerah Hilir Sungai Badung Desa Pamongan. Buletiin
Fisika., 16(1):7-14.
Udiyani, P.M., S. Kuntjoro., J.S Pane. 2015. Aktivitas dan Konsekuensi Dispersi
Radioaktif untuk Daerah Kota dan Pedesaan. Jurnal Pengembangan Energi
Nuklir., 17(2): 79-86.
Zaman, B., A. Taftazani dan R.P. Setnaningrum. 2007. Studi Analisa Dan Pola
Persebaran Radioaktivitas Perairan Dan Sedimen (Studi Kasus: Sungai
Code Yogyakarta). Berkalah Ilmiah Teknik Keairan., 13(4):1-10.

Anda mungkin juga menyukai