Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BIOREMEDIASI

“BIOVENTING”

Oleh:
Kelas B1 / Kelompok 2
Ayu Melanie (J3M116014)
Dafa Terra Hutapea (J3M116022)
Silmi Puspita Ramdhani (J3M116121)
Sarah Ahmad Nursahlan (J3M216192)

Dosen:
Ivone Wulandari Budiharto SSi MSi

Asisten Dosen:
Febram Gumari AMd
Monica Ayu R AMd
Restu Ihsan AMd

PROGRAM STUDI TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pencemaran lahan di Indonesia akibat berbagai dampak dari
pembuanganlimbah dan sebagainya menyebabkan kualitas lahan semakin
menurun. Untuk mengatasi pencemaran lahan tersebut, maka dilakukanlah proses
remediasi. Remediasi adalah proses atau upaya pemulihan lahan yang tercemar
oleh adanya polutan dan zat-zat kimia lainnya. Sementara bioremediasi merupakan
penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan. Saat
bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme
memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut,
dari senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Teknik bioremediasi
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu in-situ dan ex-situ. Perbedaan teknik
bioremediasi in-situdan ex-situ adalah, teknik bioremediasi ex-situ pengolahannya
dilakukan di tempat lain sehingga perlu pemindahan, sedangkanteknik
bioremediasi in-situ pengolahannya dilakukan di tempat pencemaran
tanpapemindahan. Teknik bioremediasi in-situ umumnya diaplikasikan pada lokasi
tercemar ringan atau pada lokasi yang tidak dapat dipindahkan. Salah satu
contohteknik bioremediasi in-situ adalah bioventing (Hapsari, 2012).
Salah satu contoh bioremediasi in-situ yaitu bioventing, proses penyediaan
oksigen ke tanah yang terkontaminasi dengan tujuan merangsang degradasi
mikroba kontaminan. Sebuah setup bioventing khas adalah appealingly sederhana:
blower atau kompresor terhubung ke satu atau lebih udara paskan sumur dan
serangkaian sumur pemantulan tanah-gas (Hellekson, 1999).
Bioventing dikenal sebagai teknologi setelah tahun 1988, ketika para peneliti
di Hill Air Force Base, Utah, menyimpulkan bahwa proporsi yang signifikan dari
penurunan kontaminan adalah bukan karena penguapan, tetapi biodegradasi (US
EPA, 1995).

1.2. Tujuan
Bioventing bertujuan untuk merangsang dan memaksimalkan biodegradasi
serta mengobati kontaminasi petrokimia.

1.3. Manfaat
Lebih rendah biaya dibandingkan dengan teknologi remediasi lainnya, in-situ
bioremediasi terus menjadi diteliti dan diterapkan untuk membantu menutup situs
tertentu, yaitu, mengurangi toksin ke tingkat yang aman.
BAB II
METODE KERJA

2.1. Metode Umum


2.1.1. Melakukan pengecekan karakteristik tanah tercemar yang akan
dilakukan bioventing.
a. Pengumpulan Data terkait Areal yang cocok untuk dilakukan bioventing
Pengecekan karakteritik tanah perlu dilakukan untuk mengetahui keadaan
tanah dan kondisi tanah tercemar akibat tumpahan minyak, bensin atau senyawa
yang mengandung BTEX hidrokarbon minyak bumi. Pengecekan karakteristik
tanah membutuhkan informasi dan peninjauan data yang dibutuhkan untuk
mengetahui jenis senyawa apa yang terkandung dalam kontaminan tanah dan
langkah untuk pengelolaan lahan atau tanah yang tercemar seperti jenis-jenis
senyawa yang kontaminan apa saja yang cocok untuk dilakukan metode
bioventing, penyebaran potensi kontaminan senyawa tersebut juga potensi
adanya sumber kontaminasi yang berkelanjutan. Jenis zona tanah tak jenuh
sangat cocok untuk bioventing seperti tanah berpasir dimana masih terdapat
rongga-rongga yang dapat membuat udara dapat masuk ke dalam tanah.

b. Pengecekan gas pada tanah yang terindikasi tercemar oleh hidrokarbon


Jika penentuan lokasi sudah di tetapkan dilakukan pengecekan gas pada
tanah yang terduga terkena kontaminasi. Dimana kontaminasi tanah tercemar
cukup dangkal biasanya kurang dari 20 kaki atau kurang dari 6,1 meter.
Pengecekan gas harus dilakukan untuk menentukan apakah ada kondisi oksigen
yang terbatas pada tanah. Oksigen salah satu indikator yang baik untuk melihat
kehadiran bakteri yang mampu menurunkan kontaminan kekhawatiran karena
gas tanah di vadose atau zona yang tidak tercemar menunjukan nilai konsentrasi
oksigen yang setara dengan udara ambien. Tujuan lain dari pengecekan gas
tanah pada lokasi tercemar untuk membantu dalam menggambarkan tungkat
kontaminasi suatu areal dan lokasi yang cocok untuk lubang sumur dan titik
pemantauan pada tanah yang tercemar.
Data konsentrasi gas oksigen tanah, karbon dioksida, dan TPH dapat
memberikan nilai tingkat kontaminasi bawah permukaan dan potensi untuk in
situ bioventing. Konsentrasi oksigen umumnya lebih rendah di sekitar yang
terkontaminasi tanah daripada di tanah yang bersih, menunjukkan bahwa
aerobik biodegradasi menipiskan oksigen.
Metode yang dilakukan untuk pengujian karakteristik tanah dengan
menggunakan alat soil probe kit dilakukan dengan penggalian tanah.
pengumpulan data gas tanah selama bioventing Investigasi adalah untuk
menemukan area di mana penambahan oksigen paling efisien akan
meningkatkan biodegradasi bahan bakar. Survei gas tanah harus fokus pada
lokasi area dengan konsentrasi oksigen terendah. Penggalian lokasi dapat
dilakukan dibeberapa lokasi pengujian 1-7 lubang jika konsentrasi kontaminasi
yang lebih rendah (misalnya, kurang dari 1.000 mg / kg TPH) berpotensi
menjadi terurai oleh pasokan oksigen alami, dan tidak ada remediasi aktif akan
diperlukan. Jika kadar hidrokarbon lebih tinggi hadir (di atas 1.000 mg / kg),
suplai oksigen alami kemungkinan tidak akan memadai untuk mempertahankan
biodegradasi dan, lebih mungkin, beberapa faktor lain membatasi sehingga
diperlukan dilakukannya bioventing in situ pada areal tersebut. Akibat
bioventing hanya cocok pada tanah yang tidak jenuh maka tanah sampel gas
hanya dikumpulkan pada kedalaman mulai dari 2-6 kaki atau setara 0.61 – 2
meter kembali lagi tergantung pada tanah nya jenis apa. Alat pengecekan gas
tidak didorong lebih dalam karena jika kebih dalam dan menembus ground
water metode bioventing tidak dapat dijalankan / tidak cocok dengan keadaan
tersebut.

c. Melakukan pengecekan dan melihat karakteristik tanah


Paling penting adalah menentukan konsentrasi dan distribusi kontaminan.
Karena variasi besar dalam distribusi kontaminan di sebuah situs, sejumlah
besar sampel tanah harus dikumpulkan untuk menggambarkan secara memadai
vertikal dan luas lateral kontaminasi. Bagian teknik untuk mencari lokasi yang
tepat untuk pengeboran tanah. Pengambilan sampel, kehadiran visual (atau
ketiadaan) kontaminasi, deskripsi tanah, dan litologi. Sampel tanah harus diberi
label dan disimpan dengan benar segera setelah pengumpulan dan di cek di
laboraturium.
Semua lubang bor sebaiknya diisi sebagai ventilasi titik sumur atau titik
pemantauan. Jika ini tidak mungkin, lubang bor harus ditinggalkan sesuai
dengan negara yang berlaku atau peraturan federal. Biasanya, pengabaian
lubang bor dicapai dengan penimbunan dengan bentonit atau nat. Hasil dari
Inisiatif Bioventing, direkomendasikan untuk diukur termasuk hidrokarbon
aromatik (BTEX), kadar air, dan ukuran partikel. Pengukuran BTEX dan TPH
diperlukan untuk penggambaran gumpalan kontaminan. nutrisi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba dan pernafasan, nutrisi lainnya dapat
urea dan NPK.

d. Dilakukan tes respirasi in-situ dan pengujian permeabilitas tanah


Tes respirasi in situ terdiri dari menempatkan secara sempit titik
pemantauan gas tanah yang disaring ke dalam tak jenuh zona tanah yang
terkontaminasi dan ventilasi tanah ini dengan udara yang mengandung gas
pelacak diam (biasanya helium) untuk periode pengujian dilakukan 24 jam atau
lebih. Tingkat respirasi in situ dapat digunakan untuk menghitung laju aliran
udara yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada lokasi yang
akan di biodegradasi. Pengujian di tempat memberikan perkiraan permeabilitas
gas tanah yang paling akurat. Data ini digunakan untuk merancang sistem skala
penuh, khususnya untuk ventilasi ruang sumur, untuk mengukur peralatan
blower, dan untuk memastikan bahwa seluruh situs menerima pasokan udara
kaya oksigen untuk menopang biodegradasi in situ. Permeabilitas gas tanah,
atau permeabilitas intrinsik, bisa didefinisikan sebagai kapasitas tanah untuk
aliran fluida dan bervariasi sesuai dengan ukuran butir, keseragaman tanah,
porositas, dan kadar air.
Metode yang terkenal yaitu drawdown method developed by Paul Johnson
at Arizona. Metode ini melibatkan suntikan atau ekstraksi udara dengan laju
konstan dari satu ventilasi dengan baik saat mengukur tekanan / vakum
perubahan dari waktu ke waktu di beberapa titik pemantauan di tanah jauh dari
sumur ventilasi. Johnson mengembangkan komputer HyperVentilate program
untuk menyimpan data lapangan dan menghitung gas tanah permeabilitas. Ini
atau program lain yang tersedia secara komersial dapat digunakan untuk
mempercepat perhitungan dan data proses presentasi keadaan tanah dan nilai
perubahannya lamanya pengujian 1-10 hari. Jika laju aliran seperti itu tidak
dapat dicapai, oksigen tidak dapat dipasok pada tingkat yang sesuai dengan
permintaannya. Jika permeabilitas gas tanah atau jari-jari pengaruh tinggi (lebih
besar dari 0,01 darcy atau RI lebih besar dari interval yang disaring dari lubang
sumur), ini bagus indikator yang memungkinkan mungkin layak di situs dan
melanjutkan ke sampling tanah dan desain skala penuh sesuai. Jika salah satu
permeabilitas gas tanah atau jari-jari pengaruhnya rendah (kurang dari 0,01
darcy atau RI kurang dari interval yang disaring dari lubang sumur), ini
mungkin menunjukkan bahwa bioventing tidak layak.

2.1.2. Melakukan perencanaan rancangan sistem bioventing yang akan di


gunakan
Perencanaan rancangan sistem bioventing perlu dilakukan untuk membuat
sistem bioventing yang sesuai dengan tanah yang terkontaminasi. Langkah
dalam merancang sistem bioventing tentukan sistem aliran udara yang
dibutuhkan ijeksi, ekstraksi atau keduanya, menentukan laju aliran udara yang
dibutuhkan untuk biodegradasi pada tanah tercemar yang dibutuhkan, jarak
yang baik dalam memaksimalkan proses biodegradasi tanah. Merancang desain
blower, lubang sumur, kontrol untuk pemantauan dan perpipaan.
Titik-titik pemantauan gas tanah digunakan untuk tekanan dan tanah
pengukuran gas dan merupakan komponen yang sangat penting dari sistem
bioventing. Konstruksi pemantauan yang tepat poin sangat penting untuk
memonitor tekanan lokal dan konsentrasi gas tanah. Sedapat mungkin, itu poin
pemantauan harus ditempatkan di tanah yang terkontaminasi dengan lebih dari
1.000 mg / kg total hidrokarbon minyak bumi. jika titik-titik pemantauan tidak
berada di tempat yang terkontaminasi tanah, data respirasi yang berarti di lokasi
tidak bisa dikumpulkan.

2.1.3. Pelaksanaan bioventing pada lahan atau tanah yang tercemar.


Setelah kedua tahapan dilakukan pelaksanaan bioventing dapat dilakukan
dengan memasangkan alat berupa SVE atau soil vacum extraction untuk
menginjeksikan udara atau oksigen pada tanah yang terkontaminasi
hidrokarbon pada kedalaman tertentu. Dengan terpasang nya alat tersebut
dalam jangka waktu 60-120 hari cukup mempercepat biodegradasi dalam tanah
tercemar karena proses bakteri membutuhkan oksigen untuk memakan bahan
tercemar dan diuraikan menyadi senyawa yang lebih sederhana sehingga tidak
berbahaya bagi lingkungan dan mikroorganisme dalam tanah. keberhasilan
bioventing tergantung pada kemampuan untuk memindahkan udara melalui
tanah,ukuran partikel atau pengukuran permeabilitas sangat penting. Saat ini,
metode penggalian akan terlalu mengganggu, jadi Bioventing adalah satu-
satunya pilihan pengobatan yang efektif biaya tersedia mencapai $90.000 . Jika
kontaminasi hadir di bawah gedung, Sistem bioventing harus dirancang untuk
memastikannya kontaminan tidak naik ke bangunan.

2.2. Metode Jurnal


Metode bioventing sesuai jurnal ini diambil dari penelitian bioremediasi tanah
yang dilakukan oleh Putri M (2013) dengan judul Bioremediasi Tanah yang
Terkontaminasi Minyak Bumi dengan Metode Bioventing terhadap Penurunan
Kadar Total Petroleum Hydrocarbon dan BTEX.

2.2.1. Penyiapan Sampel Tanah


Teknik bioremediasi dengan bioventing merupakan bioremedias yang in-
situ yaitu prosesnya dilakukan di tempat asli terjadinya pencemaran. Metode
yang dilakukan oleh Putri (2013) adalah sebuah penelitian untuk penugasan.
Maka dari itu lokasi yang digunakan bukan lokasi tercemar yang sesungguhnya
melainkan dibuat ulang sehingga dapat menyerupai lokasi asli dengan
menggunakan sampel tanah yang berasal dari Pusat Pengembangan dan
Penelitian Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPPTMGB) Lemigas Jakarta
ditambahkan dengan crude oil sebanyak 5% b/b.

2.2.2. Isolat Bakteri dan Nutrisi


Metode bioventing dapat dilakukan dengan menambahkan bakteri
pendegradasi atau juga menggunakan bakteri lokal yang terdapat dalam tanah.
Pada metode ini, dilakukan penambahan bakteri Bacillus subtilis untuk
membantu mengoptimalkan proses degradasi. Bacillus merupakan bakter yang
memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi pada lingkungan tempat tinggalnya.
Bakteri ini mampu menggunakan komponen organik sebagai sumber makanan.
Peremajaan isolate bakteri Bacillus subtilis dilakukan pada media cair
Nutrient Broth (NB) sebanyak 5 liter dengan presentase 10% v/v dan 15% v/v
untuk dicampurkan ke tanah sebagai perlakuan. Untuk meningkatkan
pertumbuhan isolate bakteri pemecah minyak, maka sampel yang digunakan
ditambahkan nutrisi. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini ditambahkan urea dan
NPK sebagai asupan nutria mikroorganisme. Urea dan NPK merpakan jenis
nutrisi yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas mikroba dan
bersifat biodegradable.

2.2.3. Material dan Metode Bioventing


Parameter-parameter kualitas tanah yang akan diteliti berdasarkan cemaran
yang terdapat pada tanah yaitu total petroleum hidrokarbon (TPH) dan BTEX.
Peralatan yang digunakan terdiri dari reactor kaca berukuran 50 x 50 x 20 cm3
sebanyak 2 buah, 8 blower, tanah yang terontaminasi minyak, pipa, lubang
monitor.

Sumber: Putri M (2013)


Sumber: Putri M (2013)

2.2.4. Tahap Pengukuran


Pengukuran dilakukan sebeum dan selama proses bioremediasi
berlangsung. Pengukuran yang dilakukan sebelum proses berlangsung meliputi
kadar C, N, dan P untuk mengetahui kebutuhan tambahannya. Kemudian nilai
pH, temperature, jumlah mikroorganisme TPH dan BTEX awal digunakan
untuk melihat laju penurunan ataupun kenaikannya selama proses bioremediasi.

2.2.5. Proses dan Analisis Data


Penambahan bakteri Bacillus subtilis pada proses bioremediasi dapat
meningkatkan proses degradasi hidrokarbon pada tanah yang terkontaminasi
minyak bumi . Proses bioremediasi dengan metode bioventing dapat
menurunkan TPH dari 5% sampai 0.5% selama 5 minggu untuk konsentrasi
10% v/v dan dari 5% sampai 1.21% selama 5 minggu untuk konsentrasi 15%
v/v. Hal tersebut sudah memenuhi baku mutu bedasarkan Kepmen LH No. 128
Tahun 2003 yaitu Kandungan TPH sebesar 1%. Injeksi udara dan penambahan
bakteri pada proses bioremediasi dapat menurunkan kadar kontaminan
hidrokarbon aromatik berupa BTEX dengan kadar penurunan (% Biodegradasi)
paling besar dari perlakuan sebesar 66,65% (perlakuan control) dan 37.69%
(perlakuan dengan bakteri 15% v/v).
Pada penelitian ini dilakukan juga perlakuan kontrol yaitu perlakuan tanpa
menggunakan bantuan bakteri tambahan. Bakteri yang digunakan hanya bakteri
lokal yang terdapat pada tanah. Terbukti dengan pemberian nutrisi urea dan
NPK dengan jumlah yang sama dengan perlakuan menggunakan bakteri,
perlakuan control dapat menurunkan kadar BTEX.
BAB III
PEMBAHASAN
Teknik bioremediasi secara insitu dengan metode bioventing juga memiliki
kekurangan dan kelebihan. Kelebihan metode bioventing meliputi: hasil konsentrasi
kontaminan yang sudah diolah umumnya mencapai 10%, dapat mengolah kontaminan
bahan terlarut termasuk VOC, SVOCs, bahan bakar, minyak (hirokarbon), senyawa
peledak, dan logam terlarut., air yang sudah diolah dapat dikembalikan ke tempat
semula dari air tanah tersebut, daerah yang diolah dapat berada di atas air tanah maupun
dalam air tanah dan dapat menahan kontaminan supaya tidak menyebar lebih luas di
air tanah, membutuhkan waktu pengobatan biasanya sekitar 6 bulan sampai 2 tahun
dalam kondisi optimal, low cost sekitar $40-$90.000 (Hellekson, 1999)
Metode bioventing juga memiliki beberapa kekurangan. Pertama, konsentrasi
kontaminan sangat tinggi dapat menjadi racun mikroorganisme dan dengan demikian
dapat menghalangi bioventing. Kedua yaitu metode bioventing ini tidak berlaku untuk
kondisi tertentu, seperti permeabilitas tanah yang rendah dan kandungan liat yang
tinggi. Ketiga yaitu pada beberapa Negara umumnya memerlukan izin untuk sumur
injeksi udara.
Bioventing merupakan metode bioremediasi menggunakan mikroba indigenous
dalam mendegradasi konstituen organik yang diadsorbsi oleh tanah pada lapisan tidak
jenuh (vadoze) (Marsya Dyasthi dkk, 2013). Terdapatnya air tanah di bawah
permukaan tanah dapat dibagi dalam daerah jenuh dan daerah tidak jenuh. Dalam
daerah tidak jenuh terdiri atas rongga-rongga yang berisi sebagian oleh air, sebagian
oleh udara. Daerah tidak jenuh terletak di atas daerah jenuh hingga ke permukaan
tanah. Air yang berada di dalam daerah tidak jenuh dinamakan air mengambang atau
air dangkal. Daerah tidak jenuh dibagi menjadi daerah dangkal, daerah antara dan
daerah kapiler (Hari Wibowo, 2010).
Lokasi yang cocok untuk melakukan bioventing dipengaruhi oleh banyak faktor.
Salah satunya yaitu tergantung dari kemampuan mikroorganisme dalam menguraikan
kontaminan dan untuk mendistribusikan O2 dalam jumlah yang mencukupi pada sub-
surface. Permeabilitas juga mempengaruhi efektifitas bioventing. Permeabilitas udara
tergantung dari struktur tanah dan ukuran partikel tanah. Tanah dengan struktur dan
ukuran partikel yang seragam merupakan lapisan tanah yang permeabel sehingga
memudahkan pengolahan lahannya dalam proses bioventing. Sebaliknya, tanah dengan
kandungan clay dan silt yang tinggi akan lebih sulit diolah dengan proses bioventing.
Kelembapan tanah yang tinggi dapat menghambat permeabilitas dan potensial
udara pada proses bioventing. Permeabilitas udara yang lebih besar dari 10-9 cm2 akan
memudahkan pengolahan tanah terkontaminasi, sedangkan permeabilitas udara kurang
dari 10-10 cm2 akan menyebabkan aliran gas melewati retakan tanah atau material yang
lebih permeabel (Marsya Dyasthi dkk, 2013). Kisaran yang dapat diterima untuk pH
tanah dalam bioventing adalah antara 6 dan 8. Tanah dengan nilai pH di luar kisaran
ini sebelum bioventing akan membutuhkan pH penyesuaian sebelum dan selama
operasi bioventing (EPA, 1995).
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Bioventing terbukti dapat menurunkan kadar pencemar pada lahan tercemar
dengan meningkatkan laju degradasi mikroorganisme indigenus yang diinjeksikan
udara (oksigen). Metode bioventing ini cocok digunakan pada lahan yang tercemar
TPH dengan kondisi lahan tak jenuh. Tahapan secara umum dari metode
bioventing yaitu melakukan pengecekan karakteristik tanah tercemar yang akan
dilakukan bioventing, melakukan perencanaan rancangan sistem bioventing yang
akan digunakan, dan pelaksanaan bioventing pada lahan atau tanah yang tercemar.
DAFTAR PUSTAKA
Hapsari C, Putra L, Rahma R, Irawan R. 2012. Teknik Remediasi Tanah dan Air
Dengan Cara Bioventing. Bogor(ID): Jurnal Polusi Tanah dan Air Tanah,
Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor.

Hellekson, Diane.1999. Bioventing Principles, Applications and Potential. Student On-


Line Journal. Vol. 5 (2): 1-9.

Putri M, Firdaus Ali, dan Zulkifliani. 2013. Bioremediasi tanah yang terkontaminasi
minyak bumi dengan metode bioventing terhadap penurunan kadar totl
Petroleum Hydrocarbon dan BTEX. Universitas Indonesia. 1-20.

United States Environmental Protection Agency. 1995a. Bioventing Principles and


Practice Vol. 1: Bioventing Principles, Washington, D.C.

Wibowo, H. 2010. Laju infiltrasi pada lahan gambut yang dipengaruhi air tanah (study
kasus Sei Raya dalam Kecamatan Sei Raya Kabupaten Kubu Raya). Jurnal
Belian. 9(1) : 90-103.

Anda mungkin juga menyukai