Anda di halaman 1dari 5

Tugas 1 Pengantar Rekayasa dan Desain :

Lampu Neon
Sejarah Lampu Neon

Georges Claude, lahir 4 September 1870, di


kota Paris. Ia adalah pencetus atau penemu
lampu neon. Awal cerita pada 1902, insinyur dan
ahli kimia ini berusaha mengembangkan aliran
listrik ke dalam tabung gas neon. Ia berhasil
membuat lampu neon (neon berasal dari bahasa
Yunani neos, yang berarti gas baru), berwarna
merah. Karena merasa tertarik, ia lalu
menambah jumlah tabung dan mengisinya
dengan neon. Setelah itu ia mendapatkan tabung
neon yang sesungguhnya untuk pertama kalinya.
Pada awalnya lampu buatan Georges Claude ini
memiliki panjang sekitar 38 kaki(sekitar 115 cm).

Setelah itu Claude mengembangkan teknologi neon buatannya itu.


Ia menemukan elektroda-elektroda nonreaktif yang cukup untuk
menangani gempuran ion tanpa membuatnya panas. Temuan itu
membuka cakrawala bagi perawatan tabung-tabung neon sehingga
menjadi awet digunakan. Ia juga mulai mencoba memperkecil dimensi
lampunya itu mengatur ulang tempat penyimpanan dan penyaluran gas
serta memperkecil ukuran transformer lampunya.

Di puncak kariernya, George Claude sempat membuat pusat listrik


tenaga KEPL di Teluk Matanzas dekat Kuba, tahun 1930. Pusat tenaga
listrik ini dengan daya 22 KW hanya dapat bekerja selama dua minggu
karena dihancurkan oleh angin topan sehingga pipa untuk masukan airnya
rusak total. Proyek itu kemudian dihentikan. Lima tahun kemudian, Claude
membangun pembangkit lain. Kali ini di pantai Brazil, namun projek
tersebut mengalami nasib yang sama hancur oleh cuaca dan ombak.

Hampir sepenuh masa hidupnya, George Claude dengan


penemuannya mengabdi pada dunia. Ia meninggal pada 23 Mei 1960, saat
berusia 90 tahun. Jasadnya boleh dikuburkan. Namun pemikiran dan
penemuannya tidak habis dimakan zaman.

Karakteristik Lampu Neon


Lampu neon adalah lampu listrik yang memanfaatkan gas-gas
seperti gas neon dan lapisan Fluorescent sebagai pemendar cahaya pada
saat dialiri arus listrik. Tabung lampu TL ini diisi oleh semacam gas neon
yang pada saat elektrodanya mendapat tegangan tinggi gas ini akan
terionisasi sehingga menyebabkan elektron-elektron pada gas neon (yang
terdiri dari bermilyar-milyar atom neon dimana masing-masing atom neon
memiliki 10 elektron yang mengorbit pusatnya) tersebut bergerak dan
memendarkan lapisan fluorescent pada lapisan tabung lampu Neon.
Tegangan spike atau tegangan yang dipakai lampu neon untuk
mengionisasi elektron-elektron dalam gas neon dapat kita rumuskan
dengan rumus

di
V =L
dt

Selain menggunakan gas neon, lampu neon pun menggunakan gas-


gas lainnya untuk memperkaya warna yang dihasilkan oleh lampu neon.
Berikut ini tabel gas-gas yang biasa dijadikan sebagai pengisi lampu neon:

NO Nama Gas Warna Yang Dihasilkan


1 Neon Merah Jingga
2 Helium Merah Jambu Keunguan
3 Argon Ungu Kebiruan
4 Kripton Ungu Pucat
5 Xenon Hijau Kebiruan
Warna-warna sisanya merupakan campuran dari beberapa gas-gas
tersebut.

Cara Kerja Lampu Neon

Pada prinsip dasar kerja lampu ini


menggunakan sistem emisi-elektron yang
bergerak dari katoda menuju anoda pada
tabung lampu akan menabrak atom-atom
gas yang ada di dalam tabung tersebut,
sehingga akibat tabrakan atom tersebut
terjadilah pelepasan energi dalam bentuk cahaya. Pada awalnya sebagian
besar literatur menyebutkan, lampu neon ciptaan Georges Claude,
memiliki sebuah tabung kaca tertutup yang mengandung sangat sedikit
udara, sedikit air raksa, bubuk putih fosfor, dan dua elektroda (katoda dan
anoda) pada setiap ujung tabung. Selain itu terdapat transformer yang
mengatur aliran listrik ke tabung. Begitu saklar dihidupkan transformer
mengaliri listrik ke dalam tabung. Aliran listrik tersebut meloncat (arc) dari
katoda ke anoda sehingga menguapkan air raksa menjadi ion. Gas air
raksa mengeluarkan sinar ultraviolet yang tidak tampak yang membentur
bubuk putih fosfor sehingga menghasilkan
Lampu Neon
cahaya yang memancar.

Namun sekarang lampu neon menggunakan starter dan ballast


sebagai pengganti transformer.

Starter pada lampu TL terdiri dari sebuah balon kaca


kecil yang diisi dengan gas mulia. Di dalam balon terdapat
dua elektroda dwi logam sebagai filamen. Jarak antara kedua
elektroda tersebut diatur dengan jarak tertentu sehingga
starternya akan menyala pada tegangan 100-200 V. Starter
berfungsi sebagai saklar penunda waktu (time delay switch)
yang dihubungkan pararel dengan dua kaki lampu TL. Lalu ada Starter
ballast.

Ballast pada dasarnya merupakan


kumparan hambat (choke coil) yang berinti besi.
Ballast pada lampu neon berfungsi memberikan
pemasangan awal pada elektroda guna
menyediakan elektron bebas dalam jumlah yang
banyak, Memberikan gelombang potensial yang
cukup besar untuk mengadakan bunga api antara
Ballast kedua elektrodanya. Disamping itu ballast
berfungsi untuk mengurangi pengaruh perubahan
gerakan sinar yang mengganggu (stroboscopic) dan mengurangi kerugian
sampingan (auxiliary losses). Oleh karena itu setiap lampu TL selalu
memiliki sebuah ballast yang direncanakan untuk daya, tegangan, dan
frekuensi yang disesuaikan dengan lampunya masing-masing

Ketika tegangan dihubungkan ke satu set lampu maka tegangan


diujung-ujung starter sudah cukup utuk menyebabkan gas neon didalam
tabung starter untuk panas (terionisasi) sehingga menyebabkan starter
yang kondisi normalnya open ini akan closed sehingga gas neon di
dalam starter mendingin (deionisasi) dan dalam kondisi starter closed ini
terdapat aliran arus yang memanaskan filamen tabung lampu sehingga
gas yang terdapat didalam tabung lampu ini terionisasi. Pada saat gas
neon di dalam tabung starter sudah cukup dingin maka bimetal di dalam
tabung starter tersebut akan open kembali sehingga ballast akan
menghasilkan spike tegangan tinggi yang akan menyebabkan terdapat
lompatan elektron dari kedua elektroda dan memendarkan lapisan
fluorescent pada tabung lampu tersebut.
Perstiwa ini akan berulang ketika gas di
dalam tabung lampu tidak terionisasi
penuh sehingga tidak terdapat cukup
arus yang melewati filamen lampu neon
tersebut. Lampu neon akan tampak
berkedip. Selain itu jika tegangan induksi
dari ballast tidak cukup besar maka
walaupun tabung neon TL tersebut sudah terionisasi penuh tetap tidak
akan menyebabkan lompatan elektron dari salah satu elektroda tersebut.
Jika proses starting up yang pertama tidak berhasil maka tegangan
diujung-ujung starter akan cukup untuk menyebabkan gas neon di
dalamnya untuk terionisasi (panas) sehingga starter closed. Dan
seterusnya sampai lampu TL ini masuk pada kondisi steady state yaitu
pada saat impedansinya turun menjadi ratusan ohm . Impedansi dari
tabung akan turun dari dari ratusan megaohm menjadi ratusan ohm saja
pada saat kondisi steady state. Arus yang ditarik oleh lampu TL
tergantung dari impedansi trafo ballast seri dengan impedansi tabung
lampu TL. Selain itu karena tidak ada sinkronisasi dengan tegangan input
maka ada kemungkinan pada saat starter berubah kondisi dari closed ke
open terjadi pada saat tegangan AC turun mendekati nol sehingga
tegangan yang dihasilkan oleh ballast tidak cukup untuk menyebabkan
lompatan elektron pada tabung lampu TL sehingga menyebabkan lampu
tak mampu bersinar.
Daftar Pustaka :

http://www.niaharyanto.com/2013/02/georges-claude-si-penemu-lampu-
neon.html

http://www.id.wikipedia.org/wiki/Lampu_pendar

http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/karakteristik-dan-prinsip-
kerja-lampu-tl-fluorescent-lamp/

http://www.energiterbarukanonline.blogspot.com/2013/02/definisi-lampu-
flourescent-artikel.html

http://woofrick.blogspot.com/2011/11/bagaimana-neon-menyala.html

Anda mungkin juga menyukai