Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FISIKA RADIASI

“Sinar Kosmis”

OLEH

Kelompok :3
Nama Anggota :
1. Amelia Hajar
2. Maria Yainta Dhiu
3. Yulinda Aleng

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan kasih
karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul “Sinar Gamma”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Radiasi.
Dalam penulisan makalah ini penulis dibantu oleh beberapa pihak dalam memberikan
arahan dan pikiran, karena itu penulis mengucapkan terimakasih atas segala dukungan yang
diberikan untuk menyelesaikan makalah ini.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Namun karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis,
penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu diharapkan saran
dan kritikan yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang, Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penghertian Sinar kosmik
2.2 Spektrum Energi untuk Sinar Kosmik
2.3 Komposisi Sinar Kosmik
2.4 Aliran Sinar Kosmik
2.5 Deteksi Sinar Kosmik
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau
gelombang. Pengertian tentang radiasi dan gelombang dapat dijelaskan pada kejadian
berikut. Apa yang Anda lakukan jika Anda melihat kolam air tenang yang pada
permukaannya mengapung beberapa helai daun? Secara spontan mungkin Anda akan
melempar kerikil ke kolam tersebut. Dapat Anda lihat bahwa pada lokasi jatuhnya kerikil
akan muncul riak, yang kemudian akan menyebar dalam bentuk lingkaran. Riak-riak
tersebut adalah gelombang dan memperlihatkan pergerakan energi yang diberikan oleh
kerikil, dan energi tersebut menyebar dari lokasi jatuhnya kerikil ke segala arah. Ketika
riak mencapai daun, daun tersebut akan terangkat naik ke puncak gelombang.
Berdasarkan kejadian tersebut dapat dilihat bahwa untuk mengangkat sesuatu
diperlukan energi. Karena itu, terangkatnya daun memperlihatkan bahwa gelombang
mempunyai energi, dan energi tersebut telah bergerak dari lokasi jatuhnya kerikil ke lokasi
terangkatnya daun. Hal yang sama juga berlaku untuk berbagai jenis gelombang dan radiasi
lain.
Salah satu karakteristik dari semua radiasi adalah radiasi mempunyai panjang
gelombang, yaitu jarak dari suatu puncak gelombang ke puncak gelombang berikutnya.
Radiasi terdiri dari beberapa jenis, dan setiap jenis radiasi tersebut memiliki panjang
gelombang masing-masing. Ditinjau dari massanya, radiasi dapat dibagi menjadi radiasi
elektromagnetik dan radiasi partikel.
Radiasi elektromagnetik adalah radiasi yang tidak memiliki massa. Radiasi ini
terdiri dari gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak, sinar-X, sinar
gamma, dan sinar kosmik. Radiasi partikel adalah radiasi berupa partikel yang memiliki
massa, misalnya partikel beta, alfa dan neutron. Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang
dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang. Jika suatu inti tidak stabil, maka inti
mempunyai kelebihan energi. Inti itu tidak dapat bertahan, suatu saat inti akan melepaskan
kelebihan energi tersebut dan mungkin melepaskan satu atau dua atau lebih partikel atau
gelombang sekaligus.
Tanpa kita sadari, sebenarnya kita hidup dalam lingkungan yang penuh dengan
radiasi. Radiasi telah menjadi bagian dari lingkungan kita semenjak dunia ini diciptakan,
bukan hanya sejak ditemukan tenaga nuklir setengah abad yang lalu. Terdapat lebih dari 60
radionuklida yang berdasarkan asalnya dibagi atas 2 kategori:
1. Radionuklida alamiah: radionuklida yang terbentuk secara alami, terbagi menjadi dua
yaitu:
 Primordial: radionuklida ini telah ada sejak bumi diciptakan.
 Kosmogenik: radionuklida ini terbentuk sebagai akibat dari interaksi sinar kosmik
2. Radionuklida buatan manusia: radionuklida yang terbentuk karena dibuat oleh manusia.
Radionuklida terdapat di udara, air, tanah, bahkan di tubuh kita sendiri. Setiap hari
kita terkena radiasi, baik dari udara yang kita hirup, dari makanan yang kita konsumsi
maupun dari air yang kita minum. Tidak ada satupun tempat di bumi ini yang bebas dari
radiasi.
Berdasarkan hal ini, maka pemnulis akan menjelaskan pada makalah ini tentang
Sinar Kosmik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa itu sinar kosmik
2. Jelaskan Spektrum Energi untuk Sinar Kosmik
3. Jelaskan Komposisi Sinar Kosmik
4. Jelaskan Aliran Sinar Kosmik
5. Bagaimana cara mendeteksi Sinar Kosmik
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu sinar kosmik
2. Untuk mengetahui Spektrum Energi untuk Sinar Kosmik
3. Untuk mengetahui Komposisi Sinar Kosmik
4. Untuk mengetahui Aliran Sinar Kosmik
5. Untuk mengetahuicara mendeteksi Sinar Kosmik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penghertian Sinar kosmik
Dalam astrofisika, sinar kosmik adalah radiasi dari partikel bermuatan berenergi
tinggi yang berasal dari luar atmosfer Bumi. Sinar kosmik dapat berupa elektron, proton
dan bahkan inti atom seperti besi atau yang lebih berat lagi. Kebanyakan partikel-partikel
tersebut berasal dari proses-proses energi tinggi di dalam galaksi, misalnya seperti
supernova. Dalam perjalanannya, sinar kosmik berinteraksi dengan medium antarbintang
dan kemudian atmosfer bumi sebelum mencapai detektor. Hampir 90% sinar kosmik yang
tiba di permukaan Bumi adalah proton, sekitar 9% partikel alfa dan 1% elektron.
Kosmogenesis
Sumber radiasi kosmik berasal dari luar sistem tata surya kita, dan dapat berupa
berbagai macam radiasi. Radiasi kosmik ini berinteraksi dengan atmosfir bumi dan
membentuk nuklida radioaktif yang sebagian besar mempunyai umur-paro pendek,
walaupun ada juga yang mempunyai umur-paro panjang.
Menguak misteri sinar kosmik.
Sepuluh tahun terakhir, para ilmuwan melakukan sebuah percobaan ambisius.
Percobaan itu berupaya menjelaskan misteri sinar kosmik dan partikel yang sulit dipahami,
yang dikenal sebagai neutrino. Mereka mengubur ribuan sensor di bawah permukaan es
Antartika sepanjang lebih dari satu mil. Sensor itu untuk merekam kilatan cahaya biru yang
dilepaskan pada saat sinar dan partikel berenergi tinggi bertabrakan dengan atom dalam es.
Dengan merekam pola cahaya dari tabrakan, itu memungkinkan para ilmuwan untuk
menentukan dari galaksi manakah mereka berasal.
Analisa tersebut dibangun berdasarkan hasil IceCube Neutrino Observatory, atau
yang disebut dengan 'Teleskop' oleh ilmuwan, yang dibangun jauh di dasar lapisan es
Antartika. Para ilmuwan berharap bahwa ketika observatorium selesai, mereka nantinya
dapat mengidentifikasi aliran energi tinggi sinar kosmik dan neutrino yang melewati
galaksi secara akurat.
"Sinar Kosmik ditemukan 100 tahun lalu, tetapi kita masih tidak tahu di mana
mereka berasal," kata Profesor Subir Sarkar, seorang astrofisikawan di Oxford University
yang memimpin keterlibatan Inggris pada percobaan IceCube.
Sinar kosmik merupakan partikel energi tinggi di angkasa luar yang diduga berasal
dari sisa-sisa bintang mati. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa sinar kosmik galaksi
dapat mengubah iklim bumi, mempengaruhi cuaca, memicu badai dan menutupi awan.
Belum ada jawaban yang pasti akan teori ini. Namun, ilmuwan berharap agar mereka
menemukan jawabannya lewat eksperimen IceCube.
Antartika adalah tempat terbaik untuk melakukan eksperimen ini. Permukaan es-
nya sangat jelas, hampir sepenuhnya bebas dari gelembung udara dan distorsi lainnya.
Peneliti yang terlibat dalam proyek yang dipimpin oleh University of Wisconsin Madison.
Mereka kini, sedang mempertimbangkan cara baru untuk memperluas area percobaan.
Radiasi kosmik energi rendah pula lah yang dapat merusak defibrilator kardioverter
implan (ICD) model lama yang masih tertanam pada sekitar 26 ribu orang. ICD adalah alat
untuk memperbaiki irama detak jantung bagi orang yang pernah dioperasi karena serangan
jantung di zaman dahulu.
Pesawat komersial biasanya terbang pada ketinggian dari 10 ribu hingga 12 ribu
meter. Dalam ketinggian ini, radiasi kosmik sekitar 100 hingga 300 kali lebih kuat daripada
permukaan laut. Di atas Concorde, yang terbang pada ketinggian 18 ribu meter, laju
paparan hampir dua kali lebih tinggi daripada pesawat subsonik biasa.
Sinar kosmik tersusun dari aneka ragam partikel sub atom. Ini artinya mereka
adalah partikel yang merupakan bagian dari atom atau lebih kecil dari atom. Sebagian besar
sinar kosmik adalah proton. Yang lainnya tersusun dari inti beberapa jenis atom, sehingga
memiliki proton dan neutron. Yang paling umum adalah inti atom helium, yang memiliki
2 proton dan 2 neutron (juga disebut partikel alpha). Yang lain adalah inti karbon, oksigen,
besi, kalsium dan tipe atom lainnya. Sejumlah kecil sinar kosmik adalah elektron. Tidak
peduli apa, sinar kosmik bergerak sangat cepat dan memiliki energi sangat besar.
Kebanyakan partikel yang mencapai Bumi terbentuk ketika radiasi dari luar angkasa
berinteraksi dengan partikel yang ada di atmosfer dan dihambat oleh lapisan ozon.
Bintik tersebut adalah radiasi kosmis yang tertangkap antena televisi, 10% darinya
berasal dari Big Bang Radiasi kosmik juga sebuah bentuk radiasi elektromagnet yang ada
di seluruh alam semesta. Radiasi kosmik adalah salah satu sumber utama radiasi latar
belakang di Bumi. Radiasi latar belakang adalah radiasi yang selalu ada di lingkungan; ia
dapat berasal dari sumber alam seperti gas radon dan dari sumber buatan manusia seperti
pembangkit listrik tenaga nuklir. Radiasi latar belakang kosmik khusus ada di lingkungan
yang berasal dari matahari dan sumber lain di luar angkasa. Sumber lain radiasi kosmik
yang paling penting bagi astronomi adalah radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik
(CMB) karena berasal langsung dari Big Bang.
Tahun 1964, Robert H Dicke, Jim Peebles dan David Wilkinson, astrofisikawan
dari Universitas Princeton bersiap mencari radiasi gelombang mikro dalam daerah
spektrum khusus. Dicke dan kawan-kawan berpendapat kalau Big Bang harusnya
menghamburkan bukan hanya materi yang mengembun menjadi galaksi namun juga
melepaskan sejumlah besar radiasi. Dengan alat yang teliti, radiasi ini mestinya dapat
diamati. Di tahun yang sama pula, hanya 60 km dari lokasi Dicke dkk, Arno Penzias dan
Robert Wilson mendeteksi radiasi ini dalam panjang gelombang 7.35 centimeter. Dan
karenanya mereka berdua lah yang memperoleh Nobel fisik
Radiasi gelombang mikro kosmik (CMB) menjadi bukti utama keberadaan Big
Bang. Hal ini karena spektrum CMB sangat menyerupai spektrum teoritis dari apa yang
dikenal sebagai benda hitam, yang berarti sebuah benda dalam keseimbangan
termal. Keseimbangan termal berarti benda tersebut telah cukup lama untuk tenang pada
keadaan alaminya. Contohnya arang bara panas yang berpendar tidaklah berada dalam
kondisi keseimbangan termal yang baik. Spektrum benda hitam juga hanyalah pendekatan
kasar terhadap spektrum batu ember yang menyala. Namun ternyata Alam semesta berada
dalam keseimbangan termal yang sangat baik (pada dasarnya karena skala waktu untuk
tenang jauh lebih lambat daripada skala waktu ekspansi alam semesta). Dan karena radiasi
dari masa sangat awal tersebut harusnya memiliki spektrum sangat mendekati benda hitam.
Sebelumnya sudah dicari berbagai sumber yang mungkin untuk menjelaskan CMB
selain bekas Big Bang, namun segala usaha untuk menafsirkan asal CMB karena fenomena
astrofisika masa kini (bintang, galaksi radio, dsb) kandas. Karenanya, satu-satunya
penjelasan yang memuaskan untuk keberadaan CMB berada dalam fisika Alam Semesta
awal.
Ledakan Supernova
Ledakan bintang atau supernova adalah salah satu kejadian spektakuler yang terjadi
di alam semesta, menghasilkan jumlah energi yang sama dengan triliunan bom nukliryang
diledakkan pada saat bersamaan. Ledakan yang dahsyat ini selalu diikuti oleh
pancaran radiasi gamma (γ) dan pancaran radiasi partikel sub-atomik yang sangat kuat
intensitas radiasinya.
MenurutDavid Schramm, seorang ahli astronomi dari Amerika, ledakan supernova
yang memancarkan radiasi Gamma (γ) dan radiasi partikel sub-atomik yang sangat kuat
tersebut dapat sampai ke atmosfer bumi dan merusak lapisan ozon. Hal ini dapat
menyebabkan kematian, bahkan kepunahan makhluk hidup di bumi.
Dari penelitian para ahli astronomi, sekitar 65 juta tahun yang lalu terjadi ledakan
supernova yang sangat dahsyat. Ledakan ini diperkirakan menjadi salah satu peyebab
kepunahan dinosaurus dan sejenisnya, serta hewan terbang atau burung yang bergigi.
Ledakan supernova dalam skala kecil dapat terjadi pada matahari yang energi
radiasinya dipancarkan di bumi. Ledakan supernova yang terjadi pada matahari memiliki
skala lebih kecil dibandingkan dengan ledakan supernova yang terjadi pada bintang -
bintang di alam, karena ukuran matahari jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan ukuran
bintang - bintang di alam. Ukuran bintang ada yang ratusan atau ribuan kali ukuran
matahari.
Sinar Kosmik
Sinar kosmik merupakan partikel energi tinggi di angkasa luar yang diduga berasal
dari sisa-sisa bintang mati. Namun, IceCube mendeteksi bahwa partikel-partikel itu tiba
bukan dalam kondisi "seragam" dari semua arah. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
sinar kosmik galaksi dapat mengubah iklim bumi, mempengaruhi cuaca, memicu badai dan
menutupi awan. Seperti dilansir Livescience.com, edisi 30 Juli 2010, studi menunjukkan
bahwa sinar kosmik berlebih datang dari satu bagian di langit, dan sinar kosmik yang
kurang kadarnya datang dari bagian lain.
2.2 Spektrum Energi untuk Sinar Kosmik
Sinar kosmik merupakan energi partikel subatomik bermuatan, yang berasal di luar
angkasa. Mereka mungkin menghasilkan partikel sekunder yang menembus atmosfer bumi
dan permukaan. Sinar panjang adalah sejarah sebagai sinar kosmik yang dianggap radiasi
elektromagnetik. Sinar kosmik paling utama (mereka yang memasuki atmosfer dari ruang
angkasa dalam) terdiri dari partikel subatomik akrab stabil yang biasanya terjadi di Bumi,
seperti proton, inti atom, atau elektron. Namun, sebagian kecil adalah partikel stabil
antimateri, seperti positron atau antiproton, dan sifat yang tepat dari sebagian kecil yang
tersisa adalah area penelitian aktif. Sekitar 89% dari sinar kosmik proton sederhana atau
inti hidrogen, 10% adalah inti helium atau partikel alfa, dan 1% adalah inti elemen berat.
Inti ini merupakan 99% dari sinar kosmik. Elektron menyendiri (seperti partikel beta,
meskipun sumber utama mereka tidak diketahui) merupakan lebih dari 1% yang tersisa.
Berbagai energi partikel mencerminkan berbagai sumber. Kisaran asal dari proses
pada Matahari (dan mungkin bintang lain juga), untuk yang belum diketahui mekanisme
fisik di terjauh alam semesta teramati. Ada bukti bahwa sinar kosmik energi yang sangat
tinggi yang dihasilkan selama periode jauh lebih lama dari ledakan sebuah bintang tunggal
atau peristiwa galaksi tiba-tiba, menunjukkan proses percepatan beberapa yang mencakup
jarak yang sangat jauh dalam hal ukuran bintang. Mekanisme tidak jelas produksi sinar
kosmis pada jarak galaksi ini sebagian hasil dari fakta bahwa (tidak seperti radiasi lainnya)
medan magnet di galaksi kita dan galaksi lain tikungan arah sinar kosmik parah, sehingga
mereka tiba hampir secara acak dari segala arah, menyembunyikan petunjuk apapun dari
arah sumber awal mereka. Sinar kosmik dapat memiliki energi lebih dari 1020 eV, jauh
lebih tinggi dari 1012-1013 eV bahwa akselerator partikel Terestrial dapat menghasilkan.
Sinar kosmik yang diperkaya dengan lithium, berilium, dan boron berkaitan dengan
kelimpahan relatif dari unsur-unsur di alam semesta dibandingkan dengan hidrogen dan
helium, dan dengan demikian dianggap memiliki peran utama dalam sintesis ketiga unsur
melalui proses " sinar kosmik nukleosintesis ". Mereka juga menghasilkan beberapa disebut
isotop stabil dan radioisotop cosmogenic di Bumi, seperti karbon-14. Dalam sejarah fisika
partikel, sinar kosmik adalah sumber penemuan positron, muon, dan pi meson.
Sinar kosmik menulis bagian dari radiasi latar belakang alam di Bumi, rata-rata
sekitar 10-15% dari itu. Namun, orang yang hidup di ketinggian yang lebih tinggi dapat
memperoleh beberapa kali lebih banyak radiasi kosmik dari pada permukaan laut, dan awak
penerbangan jarak jauh dapat melipatgandakan radiasi pengion paparan tahunan mereka.
Karena intensitas sinar kosmik jauh lebih besar di luar atmosfer bumi dan medan magnet,
diharapkan memiliki dampak besar pada desain pesawat ruang angkasa yang aman dapat
mengangkut manusia dalam ruang antarplanet.
2.3 Komposisi Sinar Kosmik
Sinar kosmik secara luas dapat dibagi menjadi dua kategori: primer dan sekunder.
Sinar kosmik yang berasal dari sumber astrofisika adalah sinar kosmik primer. Sinar
kosmik primer berinteraksi dengan materi antar menciptakan sinar kosmik sekunder.
Matahari juga memancarkan sinar kosmik energi yang rendah terkait dengan jilatan api
matahari. Hampir 90% sinar kosmik proton, sekitar 9% adalah inti helium (alfa partikel)
dan hampir 1% adalah elektron. Rasio hidrogen untuk inti helium (28%) adalah sama
sebagai rasio kelimpahan primordial unsur elemen ini (24%). Fraksi yang tersisa terdiri dari
inti berat lainnya yang produk akhir nuklir sintesis, produk dari Big Bang, terutama lithium,
berilium, dan boron.Ini inti cahaya muncul dalam sinar kosmik dalam kelimpahan yang
jauh lebih besar (~ 1%) dibandingkan di atmosfer matahari, di mana kelimpahan mereka
adalah sekitar 10-9% bahwa helium.
Perbedaan kelimpahan adalah hasil dari cara sinar kosmik sekunder terbentuk.
Karbon dan oksigen inti bertabrakan dengan materi antar bintang untuk membentuk
lithium, berilium dan boron dalam proses yang disebut spallation sinar kosmik. Spallation
juga bertanggung jawab untuk menunjukkan jumlah ion skandium, titanium, vanadium,
dan mangan dalam sinar kosmik yang dihasilkan oleh tabrakan inti besi dan nikel dengan
materi antar bintang.
Eksperimen satelit telah menemukan bukti dari beberapa antiproton dan positron
dalam sinar kosmik primer, meskipun tidak ada bukti dari inti atom antimateri kompleks,
seperti anti-helium inti (anti-alpha) partikel. Antiproton tiba di Bumi dengan maksimal
energi karakteristik dari 2 GeV, menunjukkan produksi mereka dalam proses fundamental
berbeda dari proton sinar kosmis.
1.4 Aliran Sinar Kosmik
Fluks sinar kosmik yang masuk pada bagian atas atmosfer tergantung pada angin
matahari, medan magnet bumi, dan energi dari sinar kosmik. Angin matahari berkurang
kecepatannya partikel yang masuk dan blok beberapa partikel dengan energi bawah sekitar
1 GeV. Jumlah angin matahari tidak konstan karena perubahan aktivitas matahari. Dengan
demikian, tingkat fluks sinar kosmik bervariasi dengan aktivitas matahari. Medan magnet
bumi mengalihkan sebagian dari sinar kosmik, sehingga menimbulkan pengamatan bahwa
fluks ini rupanya tergantung pada lintang, bujur, dan sudut azimut. Garis-garis medan
magnet membelokkan sinar kosmik ke arah kutub, sehingga menimbulkan aurora.
Pada jarak ~ 94 AU dari Matahari, angin matahari mengalami transisi, yang disebut
shock terminasi, dari supersonik untuk kecepatan subsonik. Daerah antara shock
pemutusan dan heliopause bertindak sebagai penghalang sinar kosmik, penurunan fluks
pada energi yang lebih rendah sekitar 90%.Di masa lalu, diyakini bahwa fluks sinar kosmik
tetap cukup konstan sepanjang waktu. Namun, penelitian terbaru menunjukkan 1,5 sampai
2 kali lipat milenium-skala waktu perubahan fluks sinar kosmik dalam empat puluh ribu
tahun terakhir. Besarnya energi fluks sinar kosmik di ruang antar bintang sangat sebanding
dengan energi lain ruang dalam: rata-rata energi sinar kosmik kepadatan sekitar satu
elektron-volt per sentimeter kubik ruang antar bintang, atau ~ 1 eV/cm3, yang sebanding
untuk kepadatan energi dari cahaya bintang terlihat sebesar 0,3 eV/cm3, bidang galaksi
kepadatan energi magnetik (diasumsikan 3 microgauss) yang adalah ~ 0,25 eV/cm3, atau
latar belakang gelombang mikro kosmik (CMB) radiasi energi kepadatan di ~ 0,25 eV/cm3.
Namun, sinar kosmik, tidak seperti komponen energi lain di atas, terdiri dari partikel
pengion, dan ini jauh lebih merusak proses biologi dari energi sederhana menyarankan.
Sebagaimana dicatat di bawah, sinar kosmik membuat rata-rata 10 sampai 15% dari radiasi
latar belakang pengion pada manusia di Bumi, tetapi komponen ini dapat beberapa kali
lebih besar untuk orang yang hidup pada ketinggian yang lebih tinggi.
1.5 Deteksi Sinar Kosmik
Kosmik sinar Bulan bayangan, seperti terlihat dalam muon sekunder terdeteksi 700
m di bawah tanah, pada detektor 2 Soudan Bulan seperti yang terlihat oleh Compton
Gamma Ray Observatory, dalam sinar gamma yang lebih besar dari 20 MeV. Ini diproduksi
oleh penembakan sinar kosmik dari permukaannya.
Sinar kosmik berbenturan dengan inti gas atmosfer, menghasilkan hujan, antara
lain, pion dan kaons, kerusakan yang menjadi muon. Ini muon dapat mencapai permukaan
bumi, dan bahkan menembus untuk beberapa jarak ke tambang dangkal. Muon mudah
terdeteksi oleh berbagai jenis detektor partikel seperti ruang awan atau ruang gelembung
atau detektor sintilasi. Muon Beberapa diamati oleh detektor terpisah pada saat yang sama
menunjukkan bahwa mereka telah diproduksi dalam acara mandi yang sama. Sinar kosmik
berdampak tubuh planet lain di tata surya yang terdeteksi secara tidak langsung dengan
mengamati emisi sinar gamma energi tinggi dengan sinar gamma teleskop. Ini dibedakan
dari proses peluruhan radioaktif oleh energi mereka lebih tinggi di atas sekitar 10 MeV.
Deteksi pada Sinar Kosmik
1. Deteksi oleh partikel track-etch teknik
Sinar kosmik juga dapat dideteksi langsung oleh detektor partikel kapal satelit
atau balon ketinggian tinggi. Dalam teknik perintis dikembangkan oleh Robert
Fleischer, P. Harga Buford, dan Robert M. Walker, lembar plastik bening, seperti 1/4
mil Lexan polikarbonat, ditumpuk bersama-sama dan terkena langsung sinar kosmik
dalam ruang atau dataran tinggi .Muatan inti menyebabkan kimia melanggar obligasi
atau ionisasi dalam plastik.Di bagian atas tumpukan plastik, ionisasi kurang karena
kecepatan tinggi sinar kosmik. Sebagai kecepatan sinar kosmik menurun karena
perlambatan dalam stack, ionisasi meningkat sepanjang jalan. Lembaran plastik yang
dihasilkan "tergores" atau perlahan dilarutkan dalam larutan natrium hidroksida hangat
kaustik, yang menghilangkan bahan permukaan pada tingkat yang lambat yang
dikenal.Para natrium hidroksida kaustik larut di tingkat yang lebih cepat di sepanjang
jalan dari plastik terionisasi. Hasil akhirnya adalah sebuah lubang berbentuk kerucut
atau lubang etch di plastik. Lubang etch ini diukur dalam mikroskop daya tinggi
(biasanya 1600X minyak imersi), dan tingkat etch diplot sebagai fungsi dari kedalaman
dalam plastik ditumpuk. Ini menghasilkan kurva unik untuk setiap inti atom dari Z 1-
92, memungkinkan identifikasi baik biaya dan energi dari sinar kosmik yang melintasi
tumpukan plastik.Semakin luas ionisasi sepanjang jalan, semakin tinggi biaya.
Teknik ini telah digunakan dengan sukses besar untuk mendeteksi tidak hanya
sinar kosmik, tapi fisi inti produk untuk detektor neutron.
2. Deteksi dengan mandi udara
Ketika sinar kosmik memasuki atmosfir bumi mereka bertabrakan dengan
molekul, terutama oksigen dan nitrogen, untuk menghasilkan riam miliaran partikel
yang lebih ringan, mandi udara disebut.
Semua partikel yang dihasilkan tetap dalam waktu sekitar satu derajat jalan
partikel primer.Partikel khas yang diproduksi di tabrakan tersebut dibebankan meson
misalnya positif dan negatif pion dan kaons.Ini kemudian membusuk menjadi muon
yang mudah terdeteksi oleh berbagai jenis detektor partikel.
Sebuah piranti pendeteksi sinar kosmik – dan bahkan mungkin sekaligus
melacak kehadiran Dark Matter – telah mengorbit pada wahana Endeavour. Detektor
tersebut bernama Alpha Magnetic Spectrometer (AMS), hasil rancangan nobelis
fisika Samuel Ting. AMS akan segera diinstal pada stasiun ruang angkasa internasional
ISS (International Space Station). Ting merancang AMS pada tahun 90-an, tapi
mengalami sejumlah kendala sehingga tertunda, salah satunya karenamusibah yang
menimpa ruang angkasa Columbia saat masuk ke atmosfer Bumi tahun 2003.
Peluncuran AMS juga menandai akhir dari era eksplorasi ruang angkasa karena
ini adalah misi terakhir program wahana ulang-alik NASA – pertama kali adalah misi
Columbia pada April 1981. Peluncuran dilakukan dari Kennedy Space Center di Florida
disaksikan oleh Presiden Amerika Serikat Barack Obama, yang memimpin perayaan
peringatan 30 tahun program wahana ruang angkasa NASA.
Detektor AMS, yang bernilai USD 2 milyar dan dengan berat 7 ton,
menggunakan magnet silinder 0,15 Tesla, diameter 1 meter, dan tinggi 1 meter. Magnet
ini berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel yang datang berdasarkan momentum
dan muatan. Arah pembelokan gerak partikel di dalam medan magnet bergantung
apakah partikel tersebut materi atau antimateri, sedangkan gradien pembelokkan
ditentukan oleh kecepatan partikel tersebut. Dengan demikian, detektor dapat
membedakan jenis-jenis partikel yang beraneka ragam dalam sinar kosmik.
Pencarian Dark Matter
Para fisikawan secara khusus tertarik dengan positron berenergi tinggi (positron
adalah anti-partikel dari elektron), yang dapat dihasilkan dari tumbukan partikel Dark
Matter di dalam galaksi Bimasakti. Namun, kemampuan AMS untuk mendeteksi Dark
Matter mengundang kontroversi. Magnet di dalam detektor seharusnya adalah piranti
superkonduktor dengan kekuatan medan magnet 0,87 Tesla, yang menghabiskan waktu
hampir satu dekade untuk rancangan dan pembuatannya. Tapi, pada tahun 2010, para
ilmuwan tiba-tiba memutuskan untuk memakai magnet permanen yang lebih lemah yang
telah diuji coba di luar angkasa pada tahun 1998.
Perubahan ini dibuat untuk merespons keputusan ilmuwan memperpanjang masa
kerja ISS sampai tahun 2020 atau lebih. Magnet superkonduktor hanya memiliki suplai
helium cair (untuk pendingin) selama tiga tahun, sehingga dapat membuat AMS tidak
berfungsi pada sebagian besar masa kerja ISS. Sebagai tambahan, uji coba AMS di CERN
pada awal 2010 menunjukkan bahwa detektor tersebut lebih panas daripada yang
diharapkan – sehingga membuat helium cepat habis.
Meskipun sejumlah kritikan mengklaim bahwa konfigurasi baru ini
hanyamengurangi kemampuan detektor untuk menemukan Dark Matter, sebagian ilmuwan
lain yakin bahwa perubahan mendadak ini justeru akan memberikan kegagalan.
Strangelets
AMS juga dapat mendeteksi strangelets, yaitu materi yang terdiri dari kumpulan
quark up, down, dan strange dengan kerapatan yang luar biasa besar. Jenis baru materi ini
pertama kali diusulkan oleh Edward Witten pada tahun 1984, tapi belum pernah ditemukan
di dalam eksperimen. Strangelets dapat dihasilkan oketika sinar kosmik berenergi tinggi
menghantam atmosfer Bumi. Partikel-partikel ini diperkirakan memiliki rasio massa-
muatan yang sangat tinggi, yang berarti mereka seharusnya bergerak lurus dalam detektor
AMS.
AMS menggunakan serangkaian lembaran silikon yang diletakkan nyaris
berhimpitan di sepanjang lobang magnet. Lembaran silikon ini bertugas untuk
mendapatkan posisi partikel selama mereka bergerak di dalam magnet. Untuk
mengoptimalkan pergantian magnet sebanyak mungkin, tim AMS telah menggeser dua dari
lembaran silikon ini keluar lobang magnet. Para peneliti AMS mengklaim bahwa resolusi
momentum dari konfigurasi baru ini (dengan magnet permanen) berada di dalam 10% dari
yang mungkin dihasilkan oleh magnet superkondutor.
Tim AMS juga mengatakan bahwa perpanjangan masa eksperimen membuat AMS
dapat mengumpulkan data enam kali lebih banyak dan meningkatkan kemungkinan untuk
melihat kejadian-kejadian langka sinar kosmik,. Sebagai tambahan, jangkauan misi ini
dapat diperluas sepanjang siklus utuh Matahari, sehingga juga dapat mempelajari efek
Matahari terhadap fluks sinar kosmik.
Penyebab penurunan intensitas sinar kosmik dapat dianalisis dari pola penurunan
intensitasnya. Dengan menggunakan data intensitas sinar kosmik dari Calgary, data awan
magnet dari Magnetic Field Investigation (MFI), dan data Sudden Storm
Commencement(SSC) dari National Geophysical Data Center, diperoleh bahwa penurunan
dapat disebabkan oleh interplanetary shock, awan magnet, gabungan shock dan awan
magnet, serta penurunan yang bukan karena shock atau awan magnet. Analisis dilakukan
dengan membandingkan waktu mulainya penurunan intensitas sinar kosmik dengan waktu
tibanya awan magnet dan waktu terjadinya SSC
Bumi setiap saat dihujani oleh atom-atom yang terionisasi dan partikel subatomik
lain yang disebut sebagai sinar kosmik. Sinar kosmik terdiri dari partikel partikel yang
berenergi tinggi dan dibagi menjadi dua komponen yaitu partikel-partikel yang berasal dari
luar heliosfer (yang disebut sebagai sinar kosmik galaksi) dan yang berasal dari Matahari
(disebut sebagai partikel energetik). Energi yang dibawa oleh sinar kosmik umumnya
berkisar antara 100 MeV sampai 10 GeV (Crosby, 2007). Sinar kosmik mempunyai peran
yang cukup penting pada lingkungan Bumi. Sinar kosmik dapat mengakibatkan ionisasi
pada lapisan D di ionosfer, yaitu pada ketinggian 50 km – 90 km di atas permukaan Bumi.
Di samping itu sinar kosmik juga berpengaruh terhadap variabilitas iklim di Bumi karena
sinar kosmik ini dapat berinteraksi dengan atmosfer Bumi dan membentuk aerosol yang
membantu pembentukan awan. Jumlah awan yang terbentuk di atmosfer akan berpengaruh
pada jumlah sinar Matahari yang sampai ke permukaan Bumi. Banyaknya sinar kosmik
yang sampai di permukaan Bumi dipengaruhi oleh dua fenomena, yaitu angin surya dan
medan magnet Bumi. Angin surya merupakan plasma yang termagnetisasi yang berasal
dari Matahari, dan dapat menyapu partikel-partikel dengan energy di bawah 1 GeV. Angin
surya mempunyai variasi yang sesuai dengan aktivitas Matahari. Oleh sebab itu jumlah
sinar kosmik yang masuk ke atmosfer Bumi berbanding terbalik dengan aktivitas Matahari.
Medan magnet Bumi juga dapat mengurangi jumlah sinar kosmik yang sampai di Bumi.
Intensitas sinar kosmik di ekuator lebih rendah dari pada di kutub, karena partikel
bermuatan bergerak mengikuti garis medan magnet. Penurunan intensitas sinar kosmik
yang terjadi secara cepat disebut sebagai Forbush Decrease. Istilah inimenunjukkan
penurunan sinar kosmik yang terjadi dalam satu hari dan akanpulih kembali ke tingkat
intensitas sebelumnya atau ke tingkat intensitasyang baru beberapa hari kemudian
(Venkatesan dan Ananth, 1991).Sanderson et al. (1990) menunjukkan Analisis Penurunan
Intensitas Sinar Kosmik (Clara Y.Yatini) 37 bahwa penurunan sinar kosmik dapat
disebabkan oleh awan magnet. Awan magnet adalah suatu struktur dalam ruang antarplanet
yang mempunyai medan magnet kuat (Burlaga et al., 1981) dan terkait dengan lontaran
massa korona (Coronal Mass Ejection/ CME) dari Matahari (Badruddin, 2001). Awan
magnet dapat mengakibatkan perubahan signifikan pada sinar kosmik (Mishra et al., 2005)
karena medan magnet yang kuat dapat menyapu sinar kosmik yang menuju ke permukaan
Bumi. Adanya gelombang kejut di ruang antarplanet (interplanetary shock) juga
berpengaruh pada penurunan intensitas sinar kosmik (Webb dan Wright, 1990), karena
adanya shock dapat mempertinggi kecepatan angin surya yang dapat mengurangi intensitas
sinar kosmik. Pada tulisan ini akan dibahas beberapa pola yang tampak pada penurunan
intensitas sinar kosmik. Perbedaan pola ini dikaitkan dengan adanya interplanetary
shock dan awan magnet, untuk mengetahui dan membedakan penyebab utama dari
penurunan intensitas tersebut. Perbandingan dilakukan dengan melihat waktu
datangnya shock, waktu datangnya awan magnet, serta waktu mulainya penurunan
intensitas dan waktu intensitas minimum dari sinar kosmik.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sinar Kosmik adalah radiasi dari partikel bermuatan berenergi tinggi yang berasal
dari luar atmosfer Bumi. Sinar kosmik dapat berupa elektron, proton dan bahkan inti atom
seperti besi atau yang lebih berat lagi. Kebanyakan partikel-partikel tersebut berasal dari
proses-proses energi tinggi di dalam galaksi, misalnya seperti supernova. Dalam
perjalanannya, sinar kosmik berinteraksi dengan medium antarbintang dan kemudian
atmosfer bumi sebelum mencapai detektor. Hampir 90% sinar kosmik yang tiba di
permukaan Bumi adalah proton, sekitar 9% partikel alfa dan 1% elektron.

Anda mungkin juga menyukai