Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gelombang zat, atau gelombang pengarah (pemandu) telah
menjadi bagian khasanah ilmu Fisika pada tahun 1925 dengan ditandai
oleh munculnya hipotesa de-Broglie. Hipotesa tentang gelombang
pengarah sangat diilhami oleh studi mengenai gerak elektron dalam atom
Bohr. Gelombang zat yang senantiasa menyertai gerak suatu zarah
melengkapkan pandangan tentang dualisme zarah gelombang. Dengan
demikian perbedaan antara cahaya dan zarah, atau lebih tegasnya antara
gelombang dan zarah menjadi hilang. Gelombang cahaya dapat
berperilaku sebagai zarah, sebaliknya zarah dapat berperilaku sebagai
gelombang. Pandangan semacam itu sangat berbeda dengan persepsi
manusia tentang gejal-gajal fisik konkret yang dialami nya sehari-hari.
Sejak abad ke-20 teori-teori klasik mulai dipertanyakan kesahihannya
untuk dipergunakan di tingkat atom yang sub-atom. Satu tahun setelah
postulat de-Broglie disebarluaskan seorang ahli fisika dari Austria, Erwin
Schrodinger berhasil merumuskan suatu persamaan diferensial umum
untuk gelombang de-Broglie dan dapat ditunjukkan pula kesahihannya
untuk berbagai gerak elektron. Persamaan diferensial ini yang selanjutnya
dikenal sebagai persamaan gelombang Schrodinger sebagai pembuka jalan
ke arah perumusan suatu teori mekanika kuantum yang komprehensip dan
lebih formalistik. Pada tahun 1927, satu tahun setelah Schrodinger
merumuskan persamaan gelombangnya, Heisenberg merumuskan suatu
prinsip yang bersifat sangat fundamental. Prinsip ini dirumuskan pada
waktu orang sedang sibuk mempelajari persamaan Schrodinger dan
berusaha keras untuk dapat memahami maknanya. Pada tahun 1926,
Heisenberg juga muncul dengan suatu cara baru untuk menerangkan garisgaris spektrum yang dipancarkan oleh sistem atom. Pendekatannya sangat
lain, karena yang digunakannya adalah matriks. Hasil yang diperoleh

dengan cara ini sama dengan apa yang diperoleh melalui persamaan
Schrodinger. Mekanika kuantumnya Heisenberg dikenal sebagai mekanika
matriks. Secara kronologis prinsip Heisenberg muncul sesudah
dirumuskannya persamaan Schrodinger. Tetapi sebagai suatu prinsip
teoritik hal itu merupakan suatu hal yang fundamental, dan dapat
disejajarkan dengan teori kuantum Einstein, postulat de-Broglie, dan
postulat Bohr. Oleh karenanya dalam pembahasannya prinsip Heisenberg
ditampilkan lebih dahulu dari persamaan Schrodinger. Teori Planck
tentang radiasi thermal, teori einstein tentang foton, teori Bohr tentang
atom Hidrogen, dan postulat de-Broglie tentang gelombang zat, serta
prinsip Heisenberg dikenal sebagai teori kuantum lama. Dalam teori
kuantum lama terkandung hampir semua landasan bagi suatu teori yang
dapat menguraikan perilaku sistem-sistem fisika pada tingkat atom dan
sub-atom.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun masalah yang dihadapi berdasarkan latar belakang diatas adalah,
1.
2.
3.
4.

Apa yang dimaksud Persamaan Schrodinger ?


Bagaimana asal usul Persamaan Schrodinger terjadi ?
Apa sajakah resep Persamaan Schrodinger ?
Bagaimana Pembenaran yang ditimbulkan dari Persamaan
Schrodinger?

1.3 Tujuan Makalah

Tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai mata
kuliah Fisika Kuantum. Selain itu, penyusun berharap dengan adanya
makalah ini dapat menambah wawasan mahasiswa mengenai Pembenaran
Persamaan Schrodinger dan Resep Schrodinger, serta untuk mengetahui
dan mendalami penerapan Persamaan Schrodinger.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembenaran Persamaan Schrodinger

Baik hukum Newton, persamaan Maxwell, maupun persamaan


Schrodimger tidak dapat diturunkan dari seperangkat asas dasar, namun
pemecahan yang diperoleh darinya ternyata sesuai dengan pengamatan
percobaan. Persamaan Cshrodinger hanya dapat dipecahkan secara eksak
untuk beberapa potensial sederhana tertentu; yang paling sederhana adalah
potensial konstan dan potensial osilator harmonik. Kedua kasus sederhana
ini memang tidak fisis, dalam artian bahwa pemecahannya tidak dapat
diperiksa kebenarannya dengan percobaan-tidak ada contoh di alam yang
berkaitan dengan gerak sebuah pertikel yang terkukung dalam sebuah
kotak satu dimensi, ataupun sebuah osilator harmonik mekanika kuantum
ideal (meskipun kasus seperti ini seringkali merupakan hampiran yang
cukup baik bagi situasi fisis yang sebenarnya). Namun demikian, brbagai
kasus sedrhana ini cukup bermanfaat dalam memberikan gambaran
tentang teknik umum pemecahan persamaan Schrodinger yang akan
dibahas dalam bab ini.
Kita bayangkan sejenak bahwa kita adalah Erwin Schrodinger dan
sedang meneliti suatu persamaan diferensial yang akan menghasilkan
pemecahan yang sesuai bagi fisika kuantum. Akan kita dapati bahwa kita
dihalangi oleh tidak adanya hasil percobaan yang dapat kita gunakan
sebagai bahan perbandingan. Oleh karena itu, kita harus merasa puas
dengan hal berikut-kita daftarkan semua sifat yang kita perkirakan akan
dimiliki persamaan kita, dan kemudian menguji macam persamaan
manakah yang memenuhi semuan criteria tersebut.
1. Kita tidak boleh melanggar hukum kekekalan energy. Meskipun kita
hendak mengorbankan sebagian besar kerangka fisika klasik, hukum
kekekalan energy adalah salah satu asas yang kita inginkan tetap
berlaku. Oleh karena itu, kita mengambil
K+V=E
(5.1)
Berturut-turut, K, V, dan E adalah energy kinetic, potensial, total.
(karena kajian kita tentang fisika kuantum ini dibatasi pada keadaan
takrelativistik, maka K= 1/2mv = p/2m; E hanyalah menyatakan
jumlah energy kinetic dan potensial, bukan energy massa relativistic).

2. Bentuk persamaan diferensial apa pun yang kita tulis, haruslah taat
asas terhadap hipotesis deBrogile-jika kita pecahkan persamaan
matematikanya bagi sebuah partikel dengan momentum p, maka
pemecahan yang kita dapati haruslah berbentuk sebuah fungsi
gelombang dengan sepanjang gelombang

yang sama dengan h/p.

dengan menggunakan persamaan p = hk, maka enrgi kinetic dari


gelombang deBrogile partikel bebas haruslah K = p/2m = k/2m.
3. Persamaanya haruslah berperilaku baik, dalam pengertian
matematika. Kita mengharapkan pemecahannya memberikan informasi
kepada kita tentan porbalitas untuk menemukan partikelnya; kita akan
terperanjat menemukan bahwa, misalnya, probalitas tersebut berubah
secara tidak kontinu, karena ini berarti bahwa partikelnya menghilang
secara tiba-tiba dari suatu titik dan muncul kembali pada titik lainnya.
Jadi, kita syaratkan bahwa fungsinya haruslah bernilai tunggal-artinya,
tidak boleh ada dua probalitas untuk menemukan partikel di satu titik
yang sama. Ia harus pula linear, agar gelombangnya memiliki sifat
superposisi yang kita harapkan sebagai milik gelombang yang
berperilaku baik.
Dengan memilih bernalar dalam urutan terbalik, akan kita
tinjau terlebih dahulu pemecahan dari persamaan yang sedang kita
cari. Anda telah mempelajari di depan tentang gelombang tali, yang
memiliki bentuk matematik y(x,t) = A sin (kx- t , dan gelombang
electromagnet, yang memiliki pula bentuk serupa E(x,t) = E0 sin (kx
t dan B(x,t) = B sin (kx t . Oleh karena itu, kita
0
postulatkan bahwa gelombang deBrogile partikel bebas (x ,t )
memiliki pula bentuk sebuah gelombang dengan amplitude A yang

merambat dalam arah x positif. Katakanlah t = 0, jadi dengan


mendifinisikan

sebagai

, maka
(5.2)

Persamaan diferensial, yang pemecahannya adalah


, dapat mengandung turunan terhadap x atau t , tetapi ia haruslah
hanya bergantung pada pangakat satu dari

atau (

tidak boleh muncul. Didepan telah didapati bahwa


, sehingga satu-satunya cara untuk memperoleh suku
yang mengandung

adalah dengan mengambil turunan kedua dari


terhadap x.

(5.3)

Perlu ditekankan bahwa yang kita lakukan disini bukanlah


suatu penurunan; kita hanya sekedar membentuk suatu persamaan
diferensial dengan ketiga sifat berikut : (1) ia taat asas dengan
kekekalan energi; (2) ia linear dan bernilai tunggal; (3) ia memberikan
pemecahan partikel bebas yang sesuai dengan sebuah gelombang
deBrouglie tunggal. Persamaan (5.3) adalah persamaan Schrdinger
waktu-bebas satu dimensi. Meskipun gelombang nyata selain
bergantung pada koordinat ruang dan juga waktu , dan bahwa alam
kita bukan berdimensi satu melainkan tiga, kita dapat belajar mengenai
matematika dan fisika dari mekanika kuantum dengan mempelajari
berbagai pemecahan.

2.2 Resep Schrodinger


Mengingat teknik untuk memecahkan Persamaan (5.3) bagi
berbagai bentuk potensial V (yang pada umumnya bergantung pada
x),adalah hamper sama, maka kita dapat menyusun saja suatu daftar urutan
langkah, seperti dibawah ini, yang perlu diterapkan untuk memperoleh
pemecahannya. Anggaplah kita diberi suatu V (x)tertentu yang diketahui,
dan kita ingin memperoleh fungsi gelombang (x) dan enegi E. Ini adalah
contoh persoalan umum yang dikenal sebagai persamaan nilai eigen
(pribadi , baca:aigen). Akan kita temukan bahwa persamaan ini hanya
memperkenankan pemecahan dengan nilai energy tertentu E saja, yang
dikenal sebagai nilai eigen energy.
1

Mulailah dengan menuliskan persamaan (5.3) untuk V(x) yang


bersangkutan. Perhatikan jika potensialnya berubah secara tidak
kontinu [ V(x) mungkin saja dapat tidak kontinu, tetapi (x) tidak
boleh ], maka untuk daerah x(ruang) yang berbeda perlu kita tuliskan
pula persamaan yang berbeda. Contoh contoh kasus seperti ini akan

disajikan dalam pasal 5.4


Dengan menggunakan teknik matematika yangs esuai pada bentuk
persamaan yang ditulis, carilah suatu fungsi matematika (x) sebagai
pemecahan bagi persamaan bagi persamaana diferensial yang
bersangkutan. Karena tidak ada teknik khusus yang kami uraikan
untuk memecahkan berbagai persamaan diferensial, maka kita hanya
akan belajar dari sejumlah contoh mengenai bagaimana mendapatkan

pemecahan tersebut.
Pada umumnya, kita dapati banyak pemecahan yang memenuhi.
Dengan menerapkan syarat-syarat batas, maka beberapa dari antara
pemecahan itu dapat dikesampingkan dan semua tetapan( integrasi)

yang tidak diketahui dapat ditentukan. Biasanya, penerapan syaratan


4

yang menentukan pemilihan nilai-nilai eigen energy.


Jika anda sedang mencari pemecahan bagi suatu potensial yang
berubah secara tidak kontinu, maka anda harus menerapkan
persyaratan kekontinuan pada (dan juga d/dk pada batas antara

daerah daerah ketidak kontinuan.


Tentukanlah semua tetapan (integrasi) yang belum diketahui, misalnya
tetapan A dalam persamaan (5.2).Metode penentuan ini akan diuraikan
dalam pasal berikut.
Sekarang , marilah kita tinjau salah satu contoh dari isika klasik
yang memerlukan beberapa teknik pemecahan yang sama seperti pada
[ersoalan persoalan khas fisika kuantum. Persyaratan kekontinuan
pada batas antara dua daerah adalah sesuatu yang seringkali diterapkan
dalam berbagai persoalan klasik. Untuk mengilustrasikannya akan kita
pelajari persoalan klasik berikut :

Contoh
Sebuah benda bermassa m dijatuhkan dari ketinggian H di atas
tangki air. Ketika memasuki air, ia mengalami gaya apung B yang lebih
besar daripada beratnya. (Kita abaikan gaya gesek (viskos) oleh air pada
benda Carilah perpindahan dan kecepatan benda, dihitung dari saat
dilepaskan hingga ia muncul kembali kepermukaan air.
Pemecahan
Kita pilih sebuah system koordinat dengan y positif keatas, dan
mengambil y=0 pada permukaan air. Selama benda jatuh bebas, ia hanya
dipengaruhi gaya gravitasi. Maka, dalam daerah 1(diatas air, hukum kedua
Newton memberikan
-mg = m
Yang memiliki pemecahan
v(t) = v - gt
y(t) = y + vt 1/2gt

v dan y adalah kecepatan dan ketinggian awal pada saat t=0. Ketika
benda memasuki air (daerah 2), gayanya menjadi B-mg, sehingga hukum
kedua Newton menjadi
B-mg = m
Yang memiliki pemecahan
v (t) = v +

g ) t

v (t) = y+vt +

g ) t

Keempat pemecahan ini memiliki empat koefisien tidak


tertentukan y, v, y, v (Perhatikan bahwa y dan v bukanlah
nilai pada saat t=0, tetapitetapan yang akan ditentukan kemudian). Kedua
tetapan pertama diperoleh dengan menerapkan syarat awal pada saat t=0
(ketika benda dilepaskan) y=H dan v = 0, karena benda dilepaskan
dari keadan diam. Oleh karena itu, pemecahan dalam daerah 1 adalah
v (t) = - gt
y(t) = H -1/2gt
Langkah berikut dalam penerapan syarat batas pada permukaan air .
Misalkan t adalah saat ketika benda memasuki air. Syarat batasnya
menghendaki bahwa v dan y kontinu pada daerah batas antara air dan
udara, yakni:
y(t) = y(t)
dan
v(t) = v(t)
Persyaratan pertama mengatakan bahwa benda nya tidak lenyap
pada suatu saat tertentu dan kemudian muncul kembali di suatu titik lain
pada saat berikutnya. Persyaratan kedua setara dengan mensyaratkan
lajunya berubah secara mulus pada permukaan air. [Jika syarat tidak

dipenuhi , maka v (t-t)

v (t-t) meskipun t

0, shingga

percepatan akan menjadi takhingga]. Untuk menerapkan syarat batas ini,


kita harus terlebih dahulu mencari t ketika y menjadi nol.
y(t) = H gt = 0
sehingga
t=
Dengan demikian, laju benda ketika menyentuh air v(t) adalah
v(t) = -gt = -g

Maka syarat batas memberikan


y(t) = y + v

+ (

g) (

)=0

dan
v(t) = v + (

g) (

)=-

Kedua persamaan ini dapat dipecahkan secara serempak untuk


memperoleh y dan v, yang menghasilkan v = - (B/m)
dan y = H (1 + B/mg). Jadi, pemecahan lengkap dalam daerah 2 adalah
v(t) = v(t) = H +

+ (
-

g) t

t+ (

g) t

Persamaana bagi v, y, dan v dan y memberikan perilaku gerak


benda dari saata t = 0 hingga ia muncul kembali ke permukaan air.
Hasil hasil ini dapat kita terapkan untuk menghitung sifat gerak
lainnyaa; sebagai contoh, kita dapat mencari kedalama maksimum yang
dicapai benda, yang terjadi ketika v=0 . Jika kita ambil t sebagai waktu
pada saat hal ini terjadi, maka
9

v(t) = -

+ (

g) t = 0

(t) =
Kedalaman D adalah nilai y pada saat t ini , yaitu
D = y(t) = (H +

+ (

g) t

D=Rangkuman kegiatan dalam kegiatan kita dalam contoh ini adalah :


kita menggunakan persamaan gerak untuk mencari pemecahan
persoalannya, kemudian menghitung semua tetapan tidak tentu dalam
pemecahan yang kita peroleh dengan menerapkan syarat awal dan syarat
batas, dan kita peroleh dengan menerapkan hasil pemecahan kita untuk
menghitung salah satu perilaku kemudian dari benda (dalam hal ini,
kedalam maksimum D). Prosedur yang sama akan kita terapkan pula pada
persoalan fisika kuantum.
Perilaku gerak bendanya diperlihatkan dalam Gambar 5.1 , yang
memperlihatkan percepatan, kecepatan, dan kedudukannya sebagai fungsi
dari waktu. Perhatikan bahwa v(t) dan y(t) kedua-duanya kontinu,
sebagaimana kita syaratkan pada penerapan syarat batas.
Andaikanlah airnya kita ganti dengan sebuah permukaan lantai
tegar yang memantulkan benda itu (yang juga tegar) secara elastic. Maka
untuk keadaan yang ideal, ketergantungan percepatan, kecepatan, dan
kedudukan benda sebagai fungsi dari waktu adalah seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 5.2. Perhatikan bahwa pada kasus ini, benda
menderita gaya tidak hingga ketika ia menyentuh permukaan lantai tegar,
sehingga kecepatannya berubah secara takkontinu, tetapi kedudukannya
berubah secara kontinu (ia tetap tidak menghilang seketika dan muncul
ditempat lain).
2.3 Beberapa Penerapan Schrodinger

10

Persamaan Schrodinger dapat diterapkan dalam berbagai persoalan


fisika. Dimana pemecahan persamaan Schrodinger yang disebut fungsi
gelombang, memberikan informasi tentang perilaku gelombang dari
partikel.
1. Pada Partikel Bebas
Yang dimaksud dengan partikel bebas adalah sebuah partikel
yang bergerak tanpa dipengaruhi gaya apapun dalam suatu bagian

ruang, yaitu, F =

dV ( x)
=0 sehingga menempuh lintasan lurus
dx

dengan kelajuan konstan. Sehingga energy potensialnya nol.


Partikel bebas dalam mekanika klasik bergerak dengan momentum
konstan p, yang mengakibatkan energy totalnya jadi konstan. Tetapi
partikel bebas dalam mekanika kuantum dapat dipecahkan dengan
persamaan Schrodinger tidak bergantung waktu. Persamaan
Schrodinger pada partikel bebas dapat diperoleh dari persamaan (5.8)
berikut:
(5.7)
Untuk partikel bebas V = 0, maka persamaanya menjadi

( x)
= E(x)
2m
x

(5.8)

atau
(x)
x

2m
E(x)

(5.9)

atau

( x)
x

2 mE
(x) = 0

(5.10)

karena :

k = +

2 mE
k
atau E=

2m

11

(5.11)

Dengan demikian diperoleh :


(x)
=k (x )
x

(5.12)

(x) 2
+ k ( x )=0
x

(5.13)

Persamaan (5.14) adalah bentuk umumdari persamaan differensial


biasa berorde dua, dengan k adalah positif, dimana (x) merupakan
kuantitas kompleks yang memiliki bagian real (nyata) dan bagian
imajiner, maka :
( x) 2
+ k ( x )=0
x

(5.14)

Maka didapatkan
(x) = A sinkx + B cos kx
(5.15)
Pemecahan ini tidak memberikan batasan pada k, maka partikel
yang diperkenankan memiliki semua nilai (dalam istilah kuantum,
bahwa energinya tidak terkuantitas). Sedangkan penentuan nilai A dan
B mengalami beberapa kesulitan, karena integral normalisasi tidak
dapat dihitung dari -

hingga + , bagi fungsi gelombang itu.

2. Partikel dalam Sumur Potensial


Sumur potensial adalah yang tidak mendapat pengaruh potensial.
Hal ini berarti bahwa partikel selama berada dalam sumur potensial,
merupakan electron bebas. Kita katakana bahwa electron terjebak di
sumur potensial, dan kita anggap bahwa dinding potensial sangat
tinggi menuju , atau kita katakana sumur potensial sangat dalam.
Dalam gambar (5.1) berikut kita akan menggambarkan sumur
potensial. Daerah I dan daerah II adalah daerah-daerah dengan V =
, sedangkan di daerah II, yaitu antara 0 dan L, V =. Kita katakana

bahwa lebar sumur potensial ini adalah L.


V(x) = 0,
0 x L
V(x) =

x 0, x > L ,

12

Gambar 5.1 partikel dalam sumur potensial daerah II


Pada sumur potensial yang dalam, daerah I dan III adalah daerah
dimana kemungkinan berada electron bisa dianggap nol, 1(x) = 0 dan
2(x) = 0. Sedangkan pada daerah dua Kita dapat member spesifikasi
pada gerak partikel = 0 dan x = L disebabkan oleh dinding keras tak
berhingga. Sebuah partikel tidak akan kehilangan Energinya jika
bertumbukan dengan dinding, energy totalnya tetap konstan.
Dari pernyataan tersebut maka enrgi potensial V dari partikel itu
menjadi tak hingga di kedua sisi sumur, sedangkan V konstan di dalam
sumur, dapat dikatakan V memiliki Energi tak hingga, maka partikel
tidak mungkin ditemukan di luar sumur, sehingga fungsi gelombang
= 0 untuk 0 x L . Maka yang perlu dicari adalah nilai di dalam
sumur, yaitu antara x = 0 dan x = L. persamaan Schrodinger bebas
waktu adalah :
h d

2 m dx

= En

(5.16)

Dengan
d
=k
dx

(5.17)

Dimana

k=

2 mEn

(5.18)

sesuai dengan persamaan gelombang maka :

13

(x) = A sin kx + B cos kx

(5.19)

Pemecahan ini belum lengkap, karena belum ditentukan nila A


dan B, juga belum menghitung nilai energy E yang diperkenankan.
Untuk menghitungnya, akan diterapkan persyaratan bahwa (x) harus
kontinu pada setiap batas dua bagian ruang. Dalam hal ini akan dibuat
syarat bahwa pemecahan untuk x 0 dan x> 0 bernilai sama di x =
0. Begitu pula pemecahan untuk x L dan x < L haruslah bernilai
sama di x = L. jika x =0, untuk x 0 jadi harus mengambil (x) = 0
pada x = 0.
(0) = A sin 0 + B cos 0
(0) = 0 + B.1 = 0

(5.20)

Jadi, didapat B = 0. Karena = 0 untuk x L,

maka haruslah

berlaku (L) = 0,
(L) = A sin kL + B cos kL = 0

(5.21)

Karena telah didapatkan bahwa B = 0, maka haruslah berlaku:


A sin kL = 0

(5.22)

Disini ada dua pemecahan yaitu A = 0, yang memberikan (x) =


0 dan (x) = 0, yang berarti bahwa dalam sumur tidak terdapat
partikel (Pemecahan tidak masuk akal) atau sin kL = 0, maka yang
benar jika:
kL = ,2 .3 , . n=1,2,3 .
dengan :

14

(5.23)

k=

2 mEn = n
h

(5.24)

dari persamaan (5.23) dan persamaan (5.24) diperoleh bahwa energy


partikel mempunyai harga tertentu yaitu harga eigen. Harga eigen ini
membentuk tingkat energisitas yaitu:
En =

n
2 mL

(5.25)

Dimana enrgi yang kita tinjau disini berbeda dengan energy Born
dimana pada energy Born menyatakan enrgi tingkat atomic sedangkan
tingkat energy pada persamaan Schrodinger menyatakan tingkat
energy untuk electron.
Fungsi gelombang sebuah partikel di dalam sumur yang berenrgi En
ialah:

n = A sin

2 mEn

(5.26)

Untuk memudahkan E1 = / 2 mL , yang mana tampak


bahwa unit energy ini ditentukan oleh massa partikel dan lebar sumur.
Maka E = nE1 dan seterusnya. Karena dalam kasus ini energy yang
diperoleh hanya laju tertentu yang diperkenenkan dimiliki partikel. Ini
sangat berbeda dengan kaasus klasik, misalnya manic-manik (yang
meluncur tanpa gesekan sepanjang kawat dan menumbuk kedua
dinding secara elastic) dapat diberi sembarang kecepatan awal dan
akan bergerak selamanya, bolak-balik, dengan laju tersebut.
Dalam kasus kuantum, hal ini tidaklah mungkin, karena hanya
laju awal tertentu yang dapat memberikan keadaan gerak tetap,
keadaan gerak khusus ini disebut keadaan stasioner (disebut keadaan

15

stasioner karena ketergantungan pada waktu yang dilibatkan untuk


membuat (x,t),

| ( x , t)| tidak bergantung waktu). Hasil

pengukuran energy sebuah partikel dalam sebuah sumur potensial


harus berada pada salah satu keadaan stasioner, hasil yang lain tidaklah
mungkin. Pemecahan bagi (x) belum lengkap, karena belum
ditentukan tetapan A. untuk menentukannya, ditinjau kembali
+

persyaratan normalisasi, yaitu

| ( x )| dx=1.

karena (x) = 0

Kecuali untuk 0 x L sehinggaberlaku :


L

| A 2|si n2 ( kL ) dx=1
0

Maka diperoleh A =

(5.26)

2/L . dengan demikian, pemecahan lengkap

bagi fungsi gelombang untuk 0 x L adalah :

n =

2
L

sin

nx
L

n = 1,2,3

(5.27)

Dalam gambar 5.2 dan 5.3 akan dilukiskan berbagai tingkat


energy, fungsi gelombang dan rapat probalitas | |

yang mungkin

untuk beberapa keadaan terendah. Keadaan energy terendah, yaitu


pada n=1, dikenal sebagai keadaan dasar dan keadaan dengan energy
yang lebih tinggi (n 1 dikenal sebagai keadaan aksitasi.

16

Gambar 5.2 tingkat energy dalam sumur secara konstan

Gambar 5.3 probalitas keberadaan electron dalam sumur potensial


Kita lihat disini bahwa energy electron mempunyai nilai-nilai
tertentu yang diskrit, yang ditentukan oleh bilangan bulat n, Nilai
diskrit ini terjadi karena pembatasan yang harus dialami oleh 2 yaitu
bahwa ia harus berada dalam sumur potensial. Ia harus bernilai nol di
batas-batas dinding potensial dan hal itu akan terjadi bila lebar sumur
potensial L sama dengan bilangan bulat kali setengah panjang
gelombang. Jika tingkat energy untuk n = 1 kita sebut tingkat energy
yang pertama, maka tingkat energy yang kedua pada n=2, tingkat
energy yang ketiga pada n=3 dan sterusnya. Jika kita kaitkan dengan
bentuk gelombangnya, dapat kita katakana bahwa tingkat-tingkat
energy tersebut sesuai dengan jumlah titik simpul gelombang. Dengan

17

demikian maka diskritasi energy electron terjadi secara wajar melalui


pemecahan persamaan Schrodinger.
Persamaan (5.25) memperlihatkan bahwa selisih energy antara
satu tingkat dengan tingkat berikutnya, misalnya antara n=1 dan n=2,
berbanding terbalik dengan kuadrat lebar sumur potensial. Makin lebar
sumur ini, makin kecil selisih energy tersebut, artinya tingkat-tingkat
energy semakin rapat. Untuk L sama dengan satu satuan misalnya,
selisih energy untuk n=2 dan n=1 adalah E2 E1 = 3/8m dan jika L
10 kali lebih lebar maka selisih ini menjadi E2-E1= 0,03/8m.

Gambar 5.4 Pengaruh lebar sumur terhadap energy


Jadi makin besar L maka perbedaan nilai tingkat-tingkat energy akan
semakin kecil dan untuk L semakin lebar maka tingkat-tingkat energy
tersebut akan semakin rapat sehingga kontinyu.
2.3 Ketergantungan pada Waktu
Disini kita tidak akan meninjau metode pemecahannya secara terperinci,
tetapi hanya mengutip hasilnya.bila diketahui pemecahan tidak bergantung
waktu ( x ) dari persamaan schrodinger. Untuk energi E maka fungsi
gelombang bergantung waktunya ( x , t ) didapati menurut rumus
( x , t )= ( x ) eit

(5.36)

Frekuensi diberikan oleh hubungan deBroglie

18

(5.37)

Sebagaimana disebutkan dalam pasal 4.1 belum jelas apakah


energi E dalam hubungan deBroglie diatas harus energi total klasik energi
total relativistik karena kita tidak memperoleh petunjuk dari hubungan
E=h

bagi foton. Kita telah menggunakan hubungan klasik E=V+K

dan mengabaikan sumbangan energi diam pada E. Seharusnya menulis


E=V + K + m0 c 2 (tetapi karena kita hanya meninjau kasus dimana
v<<c, maka bentuk klasik mv2 bagi K sudah memadai). Penambahan
suku energi diam mengubah persamaan (2.2.9) dengan memperkenalkan
2

faktor

ei m c t / . Tetapi karena sifat-sifat terukur dari ( x , t )


0

bergantung pada

yakni hasil kali dengan konyugat

kompleksnya (complex conjugate) yang diperoleh dengan menggantikan i


dengan i, maka faktor tambahan ini tidak memberi akibat yang teramati,
sehingga kita dapat saja mengabaikannya. Untuk melihat bagaimana
it

perkalian dengan e

memberikan suatu gelombang, kita tinjau

bagaimana fungsi gelombang partikel bebas. Persamaan


( x )= A sin kx+ B cos kx

memberikan fungsi gelombang ( x , t ) ini

menjadi sederhana jika menuliskan kembali ( x )= A sin kx+ B cos kx


ikx
ikx
dalam bentuk eksponensial kompleks e
dan e
bentuknya

adalah
'

ikx

ikx

( x )= A e + B ' e

(5.38)

19

Tetapan A dan B dapat dicari dari tetapan A dan B jadi bagi fungsi
gelombang bergantung waktu yang bersangkutan , kita peroleh
( x , t )= ( A ' eikx + B ' eikx ) eit
A ' ei (kx t ) +B 'e

( kx+ t )

(5.39)

Suku pertama diruas kanan menyatakan suatu fungsi trigonometri


dengan fase ( kxt ) adalah sebuah gelombang yang bergerak dalam
arah x positif , suku kedua menyatakan suatu gelombang yang bergerak
dalam arah x negatif. Kuadrat nilai mutlak koefisien-koefisiennya
memberikan intensitas masing-masinggelombang ini, jadi gelombang yang
bergerak dalam arah x positif memiliki intensitas

| A '|2 dan yang

|B'|2

bergerak dalam arah x negatif

Andaikanlah kita memiliki seberkas partikel berenergi tunggal


yang bergerak dalam arah x positif yang dinyatakan oleh sebuah fungsi
gelombang dalam bentuk suku pertama dari persamaan (2.4). Maka
probabilitas untuk menentukan letak sebuah partikel diberikan oleh

| A '|2 . Ini adalah sebuah tetapan, yang tidak bergantung pada


kedudukan x sebuah partikel dapat ditemukan dimana saja pada sumbu x.
Jika fungsi gelombangnya mengandung amplitudo yang sama bagi kedua
gelombang ini (yakni | A '|=|B '| ), maka terdapat beberapa kedudukan
dimana rapat probabilitas

sama dengan nol. Terdapat sejumlah

titik pada mana probabilitas untuk menemukan partikel adalah nol. Seperti
halnya fisika klasik, apabila kita menjumlahkan dua gelombang dengan
ampliudo sama yang bergerak dalam arah berlawanan, maka kita
memperoleh sebuah gelombang berdiri, yang memiliki beberapa titik
tertentu (yang dikenal sebagai simpul ) pada mana amplitudo gelombang
resultan adalah nol untuk setiap saat.

20

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pernyatan setara bagi mekanika kuantum adalah yang di dalam
kurung kurawal. Apabila sebuah benda bergerak melewati perbatasan dua
daerah dimana berkerja {gaya potensial}, maka perilaku gerak dasar dari
benda dapat dicari dengan memecahkan { hukum kedua Newton,
persamaan Schodinger} { Kedudukan fungsi gelombang} selalu kontinu
pada daerah perbatasan, dan bahwa { kecepatan turunan d/dx} juga
kontinu apabila perubahan {gaya perubahan potensial} tetap berhingga.
Dalam kasus mekanika klasik, persoalan yang kita hadapi dicirikan
oleh hadirnyagaya tertentu F. dengan menuliskan hukum kedua newton
bagi gaya tersebut, kita pecahkan permasalahan matematikanya untuk
memperoleh kedudukan dan kecepatan partikelnya. Dalam kasus
elektromagnetik, kita berhadapan dengan persoalan yang dicirikan oleh
sekumpulan muatan dan arus.
Seperti halnya dalam fisika klasik, setiap personal menghendaki
teknik pemecahan yang agak berbeda , sehingga sulit untuk merumuskan
prosedur umum . Langkah-langkah pemecahaan yang diutarakan dalam
pasal ini, kiranya dapat member gambaran kepada anda mengenai arah
umum yang perlu diambil untuk mencari pemecahannya. Cara terbaik
untuk mempelajari teknik-tekni ini adalah dengan mempelajari semua

21

contoh soal yang disajikan dalam bab ini. Pada tahap ini resepnya tidak
lengkap, karena akita hanya membahas teknik matematika untuk
mendapatkan pemecahan (x) ; tetapi kita tidak membahas tafsiran
pemecahan tersebut atau penerapannya pada berbagai situasi fisis. Semua
ini akan kita bahas dalam beberapa pasal berikut.

DAFTAR PUSTAKA
Khusnul.PersamaanSchrodinger.
khusnull.weebly.com/uploads/1/1/4/4/11448634/cd_fismod_jadi.docx.
(diakses tanggal 5 mei 2013)
Krane, Kenneth.2011. Fisika Modern.Jakarta: UI-Press
Paradoks.Persamaan Schrodinger.
http://paradoks77.blogspot.com/2011/06/persamaan-schrodinger.html
(diakses tanggal 4 Mei 2013)

22

Anda mungkin juga menyukai