Anda di halaman 1dari 13

LAMPU PENDAR

Sejarah
Penelitian awal
Fenomena pendaran (fosforesens) pada beberapa jenis batu dan material lain selama
ratusan tahun, bahkan sebelum dipahami cara kerjanya Sejak pertengahan abad XIX,
eksperimen memperlihatkan suatu nyala terjadi dari bejana kaca hampa udara yang dilewati
arus listrik. Penjelasan pertama kali dilakukan sekitar tahun 1845 oleh ilmuwan
berkewarganegaraan Inggris, Sir George G. Stokes dari Universitas Cambridge. Dia
menamakan fenomena ini sebagai fluorescence dari kata flourite, yaitu nama sebuah mineral
yang dapat berpendar. Penjelasan ini berdasarkan sifat alamiah listrik dan fenomena cahaya
yang dikembangkan pada tahun 1840an oleh Michael Faraday dan James Clerk Maxwell,
keduanya ilmuwan dari Inggris.Pada tahun 1857, seorang ilmuwan dari Perancis, Alexandre
E. Becquerel menginvestigasi dua macam fenomena pendaran (fosforesens dan fluoresens).
Dia berteori tentang pembuatan tabung pendaran serupa dengan yang dibuat pada masa kini.
Becquerel bereksperimen dengan melapisi tabung vakum dengan material yang dapat
berpendar dan kemudian menjadi dasar pengembangan lampu pendar selanjutnya.

Lampu generasi awal


Lampu pendar pertama dipatenkan dengan dokumen paten U.S. Patent No. 889,692
pada tahun 1901 oleh Peter Cooper Hewitt (1861-1921), seorang berkebangsaan Amerika
Serikat. Lampu pendar tersebut bekerja dengan uap raksa tekanan rendah dan adalah
prototipe pertama dari lampu pendar masa kini. Lampu tersebut digunakan untuk studio
fotografi dan industri.Pada tahun 1927, Edmund Germer, Friedrich Meyer, dan Hans Spanner
mematenkan lampu dengan uap bertekanan tinggi dengan U.S. Patent No. 2,182,732 dan
berikutnya George Inman bekerja sama dengan General Electric (GE) untuk membuat lampu
pendar yang praktis. Lampu tersebut pertama dijual pada tahun 1938 dan dipatenkan pada
tanggal 14 Oktober 1941 dengan U.S. Patent No. 2,259,040. Paten inilah yang kemudian
dianggap menjadi dasar dari pembuatan lampu pendar modern.Sedangkan lampu hemat
energi (LHE) masa kini pertama dikembangkan oleh Edward E. Hammer, seorang insinyur
dari General Electric saat terjadi krisis energi tahun 1970an.Walaupun pihak pimpinan GE
menyukai rancangan tersebut, mereka memutuskan untuk tidak memasarkannya pada saat itu
karena LHE membutuhkan fasilitas produksi baru yang akan memakan biaya $25 juta.
Rancangan lampu tersebut pada akhirnya bocor dan disalin oleh pihak-pihak lain

Penjelasan
Lampu pendar adalah salah satu jenis lampu lucutan gas yang menggunakan daya
listrik untuk mengeksitasi uap raksa. Uap raksa yang tereksitasi itu menghasilkan gelombang
cahaya ultraungu yang pada gilirannya menyebabkan lapisan fosfor berpendar dan
menghasilkan cahaya kasatmata. Lampu pendar mampu menghasilkan cahaya secara lebih
efisien daripada lampu pijar. Lampu pendar dikenal dalam dua bentuk utama.Yang pertama
berbentuk tabung panjang atau yang umum dikenal dengan lampu TL (tubular lamp) atau
lampu neon dan yang kedua berukuran lebih kecil dengan tabung ditekuk menyerupai spiral,
umum disebut dengan sebutan lampu hemat energi (LHE).

Lampu TL (Fluorescent Lamp) adalah lampu listrik yang memanfaatkan gas NEON
dan lapisan Fluorescent sebagai pemendar cahaya pada saat dialiri arus listrik. Tabung lampu
TL ini diisi oleh semacam gas yang pada saat elektrodanya mendapat tegangan tinggi gas ini
akan terionisasi sehingga menyebabkan elektron-elektron pada gas tersebut bergerak dan
memendarkan lapisan fluorescent pada lapisan tabung lampu TL. Karakteristik Lampu TL
(Fluorescent Lamp) Karakteristik dari lampu TL ini, adalah mampu menghasilkan cahaya
output per watt daya yang digunakan lebih tinggi daripada lampu bolam biasa (incandescent
lamp) Sebagai contoh, sebuah penelitian menunjukkan bahwa 32 watt lampu TL akan
mengjasilkan cahaya sebesar 1700 lumens pada jarak 1 meter sedangkan 75 watt lampu
bolam biasa (lampu bolam dengan filamen tungsten) menghasilkan 1200 lumens. Atau
dengan kata lain perbandingan effisiensi lampu TL dan lampu bolam adalah 53 : 16. Efisiensi
disini didefinisikan sebagai intensitas cahaya yang dihasilkan dibagi dengan daya listrik yang
digunakan. Prinsip Kerja Lampu TL (Fluorescent Lamp) Ketika tegangan AC 220 volt di
hubungkan ke satu set lampu TL maka tegangan diujung-ujung starter sudah cukup utuk
menyebabkan gas neon didalam tabung starter untuk panas (terionisasi) sehingga
menyebabkan starter yang kondisi normalnya adalah normally open ini akan closed
sehingga gas neon di dalamnya dingin (deionisasi) dan dalam kondisi starter closed ini
terdapat aliran arus yang memanaskan filamen tabung lampu TL sehingga gas yang terdapat

didalam tabung lampu TL ini terionisasi. Pada saat gas neon di dalam tabung starter sudah
cukup dingin maka bimetal di dalam tabung starter tersebut akan open kembali sehingga
ballast akan menghasilkan spike tegangan tinggi yang akan menyebabkan terdapat lompatan
elektron dari kedua elektroda dan memendarkan lapisan fluorescent pada tabung lampu TL
tersebut. Perstiwa ini akan berulang ketika gas di dalam tabung lampu TL tidak terionisasi
penuh sehingga tidak terdapat cukup arus yang melewati filamen lampu neon tersebut.
Lampu neon akan tampak berkedip. Selain itu jika tegangang induksi dari ballast tidak cukup
besar maka walaupun tabung neon TL tersebut sudah terionisasi penuh tetap tidak akan
menyebabkan lompatan elektron dari salah satu elektroda tersebut. Besarnya tegangan spike
yang dihasilkan oleh trafo ballast dapat ditentukan oleh rumus berikut : Jika proses starting
up yang pertama tidak berhasil maka tegangan diujung-ujung starter akan cukup untuk
menyebabkan gas neon di dalamnya untuk terionisasi (panas) sehingga starter closed. Dan
seterusnya sampai lampu TL ini masuk pada kondisi steady state yaitu pada saat
impedansinya turun menjadi ratusan ohm . Impedansi dari tabung akan turun dari dari ratusan
megaohm menjadi ratusan ohm saja pada saat kondisi steady state. Arus yang ditarik oleh
lampu TL tergantung dari impedansi trafo ballast seri dengan impedansi tabung lampu TL.
Selain itu karena tidak ada sinkronisasi dengan tegangan input maka ada kemungkinan pada
saat starter berubah kondisi dari closed ke open terjadi pada saat tegangan AC turun
mendekati nol sehingga tegangan yang dihasilkan oleh ballast tidak cukup untuk
menyebabkan lompatan elektron pada tabung lampu TL

LAMPU PIJAR
Sejarah
Pengembangan lampu pijar sudah dimulai pada awal abad XIX Sejarah lampu pijar
dapat dikatakan telah dimulai dengan ditemukannya tumpukan volta oleh Alessandro Volta.
Pada tahun 1802, Sir Humphry Davy menunjukkan bahwa arus listrik dapat memanaskan
seuntai logam tipis hingga menyala putih. Lalu, pada tahun 1820, Warren De la Rue
merancang sebuah lampu dengan cara menempatkan sebuah kumparan logam mulia platina
di dalam sebuah tabung lalu mengalirkan arus listrik melaluinya. Hanya saja, harga logam
platina yang sangat tinggi menghalangi pendayagunaan penemuan ini lebih lanjut. Elemen
karbon juga sempat digunakan, namun karbon dengan cepat dapat teroksidasi di udara; oleh
karena itu, jawabannya adalah dengan menempatkan elemen dalam vakum. Pada tahun 1870an, seorang penemu bernama Thomas Alva Edison dari Menlo Park, negara bagian New
Jersey, Amerika Serikat, mulai ikut serta dalam usaha merancang lampu pijar. Dengan
menggunakan elemen platina, Edison mendapatkan paten pertamanya pada bulan April 1879.]
Rancangan ini relatif tidak praktis namun Edison tetap berusaha mencari elemen lain yang
dapat dipanaskan secara ekonomis dan efisien. Pada tahun yang sama, Sir Joseph Wilson
Swan juga menciptakan lampu pijar yang dapat bertahan selama 13,5 jam. Sebagian besar
filamen lampu pijar yang diciptakan pada saat itu putus dalam waktu yang sangat singkat
sehingga tidak berarti secara komersial. Untuk menyelesaikan masalah ini, Edison kembali
mencoba menggunakan untaian karbon yang ditempatkan dalam bola lampu hampa udara
hingga pada tanggal 19 Oktober 1879 dia berhasil menyalakan lampu yang mampu bertahan
selama 40 jam

Karakteristik
Jenis lampu incandenscent ini biasa disebut lampu pijar, lampu pijar akan
memancarkan cahaya ketika ada arus listrik melewati filamen kawat pijar pada lampu dan
kemudian memanasi filamen tersebut. Pembuatan lampu pijar juga didasarkan pada beberapa
faktor, yaitu temperatur filamen, campuran gas yang di isikan, efficacy (im/W), dan umur
lampu. Tahanan filamen tungsten akan semakin tinggi jika temperatur naik, sehingga
kenaikan tegangan akan mengakibatkan menaiknya tahanan yang juga akan terjadi sedikit
kenaikan arus yang mengalir. Tahanan filamen kira-kira seperempat belas dari keadaan
temperatur normal dalam keadaan dingin. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam
karakteristik lampu pijar ini adalah pengaruh perubahan tegangan terhadap lampu.

PrinsipKerja
Prinsip kerja dari lampu pijar tersebut adalah dengan cara menghubung singkat listrik
pada filamen carbon (C) sehingga terjadi arus hubung singkat pada yang mengakibatkan
timbul panas. Panas yang terjadi dibuat hingga suhu tertentu sampai mengeluarkan cahaya,
Lampu incandescent terasa sangat panas karena temperatur tabung umumnya mencapai 2700
kelvin, masa kerja lampu ini antara 750-2000 jam

Konstruksi

Komponen utama dari lampu pijar adalah bola lampu yang terbuat dari kaca, filamen
yang terbuat dari wolfram, dasar lampu yang terdiri dari filamen, bola lampu, gas pengisi,
dan kaki lampu.

1. Bola lampu
2. Gas bertekanan rendah (argon,neon,nitrogen)
3. Filamen wolfram
4. Kawat penghubung ke kaki tengah
5. Kawat penghubung ke ulir
6. Kawat penyangga
7. Kaca penyangga
8. Kontak listrik di ulir
9. Sekrup ulir
10. Isolator
11. Kontak listrik di kaki tengah

1.Bola lampu

Selubung gelas yang menutup rapat filamen suatu lampu pijar disebut dengan bola
lampu. Macam-macam bentuk bola lampu antara lain adalah bentuk bola, bentuk jamur,
bentuk lilin, dan bentuk lustre. Warna bola lampu antara lain yaitu bening, warna susu atau
buram, dan warna merah, hijau, biru, atau kuning

2.Gas pengisi

Pada awalnya bagian dalam bola lampu pijar dibuat hampa udara
namun belakangan diisi dengan gas mulia bertekanan rendah seperti
argon, neon, kripton, dan xenon atau gas yang bersifat tidak reaktif
seperti nitrogen sehingga filamen tidak teroksidasi. Konstruksi lampu
halogen juga menggunakan prinsip yang sama dengan lampu pijar biasa,
perbedaannya terletak pada gas halogen yang digunakan untuk mengisi
bola lampu.

3.Kaki lampu

Dua jenis kaki lampu adalah kaki lampu berulir dan kaki lampu bayonet yang dapat
dibedakan dengan kode huruf E (Edison) dan B (Bayonet), diikuti dengan angka yang
menunjukkan diameter kaki lampu dalam milimeter seperti E27 dan E14

LED (LIGHT EMITING DIODE)


Sejarah dan Pengembangan LED
Isamu Akasaki, Hiroshi Amano dan Shuji Nakamura dianugrahi Nobel Fisika 2014
karena kerja kerasnya melahirkan light emiting diode (LED) berwarna biru.LED berwarna
biru penting karena dua alasan. Pertama, cahaya biru memiliki bidang penerapannya
tersendiri dan kedua, LED biru adalah komponen penting dari cahaya putih yang melahirkan
LED putih. LED putih digunakan pada layar komputer dan telepon.

Cara kerja LED melibatkan dua bagian dari materi semikonduktor yang digabungkan
bersama. Semikonduktor adalah materi yang tidak menghantarkan listrik dengan baik, namun
memiliki fleksibilitas.Sifat fleksibilitas yang dimiliki semikonduktor ini bermanfaat bagi
pelaku teknologi. Contohnya, semikonduktor berjenis silikon jika digabungkan dengan unsur
yang berbeda maka akan mengubah sifatnya dalam menghantarkan listrik. Ada dua jenis
semikonduktor, tipe-n dan tipe-p. Untuk membuat tipe-n, unsur yang harus ditambah adalah
banyak sekali elektron. Berlebihnya elektron menyebabkan semikonduktor ini
menghantarkan listrik lebih baik.Semikonduktor tipe-p punya sifat terbalik. Cara
membuatnya adalah menambah elemen kimia yang punya defisit elektron dibandingkan
semikonduktor di sekitarnya. Namun, yang menarik adalah saat tipe-n dan tipe-p ditempelkan
bersama.Saat arus listrik dialirkan ke semikonduktor tersebut dan tipe-n memberikan elektron
ke tipe-p, maka muncul kilasan cahaya kecil. Warna dari cahaya tersebut ditentukan jenis
semikonduktornya. Walaupun LED merah dan hijau sudah ada sejak awal 1960, tidak
demikian dengan LED biru. Pertama kali muncul di pasaran 1989 dan dibuat dari silikon
karbit. Namun, bahan ini seperti silikon, dikenal tak efisien. Para pemenang Nobel Fisika
2014 telah menemukan cara menciptakan LED biru dengan gallium nitride. Hanya saja, lebih
sulit untuk menghasilkan sinar terang dari bahan tersebut. Sulit karena sangat susah
menciptakan kristal gallium nitride berkualitas tinggi. Biasanya, cara termudah adalah
menciptakan kristal dari struktur yang serupa. Namun, susunan atom gallium nitride yang
rumit membuat hal tersebut menantang.Sehingga, untuk membuat LED biru dibutuhkan
banyak lapisan materi yang lebih kompleks, menyimpang dari aturan kaku yang dibutuhkan
saat membuat tipe-p dan tipe-n. Secara teori LED biru dapat direkayasa menjadi warna hijau,
kuning atau oranye dengan cara menjadikan lebar lapisan kuantum berbeda-beda. Namun,
peran terbesar LED biru adalah kemampuannya menghadirkan LED putih. Cahaya putih
sebenarnya gabungan dari warna pelangi. Namun, mata manusia hanya mampu menangkap
tiga warna: merah, hijau dan biru. Sehingga, cahaya putih bisa dihasilkan dengan hanya
menggunakan tiga warna tersebut. Menggabungkan LED hijau dengan biru akan
menciptakan cahaya putih yang efisien, menyediakan sekitar 20 kali lebih banyak cahaya jika
dibandingkan sebuah lampu pijar biasa. LED putih punya peran penting dalam penciptaaan
back-light untuk layar komputer dan smartphone sehingga memungkinkan smartphone
tumbuh pesat seperti sekarang. Pengembangan LED biru membutuhkan ratusan jam trial and
error di laboratorium dengan cara melakukan prosedur serupa di bawah kondisi berbeda.

Hasilnya, teknologi yang sekarang tersedia di mana pun dan berguna untuk masyarakat di
seluruh dunia

Pengertian LED
LED atau singkatan dari Light Emitting Diode adalah salah satu komponen elektronik
yang tidak asing lagi di kehidupan manusia saat ini. LED saat ini sudah banyak dipakai,
seperti untuk penggunaan lampu permainan anak-anak, untuk rambu-rambu lalu lintas, lampu
indikator peralatan elektronik hingga ke industri, untuk lampu emergency, untuk televisi,
komputer, pengeras suara (speaker), hard disk eksternal, proyektor, LCD, dan berbagai
perangkat elektronik lainnya sebagai indikator bahwa sistem sedang berada dalam proses
kerja, dan biasanya berwarna merah atau kuning. LED ini banyak digunakan karena
komsumsi daya yang dibutuhkan tidak terlalu besar dan beragam warna yang ada dapat
memperjelas bentuk atau huruf yang akan ditampilkan. dan banyak lagi
Pada dasarnya LED itu merupakan komponen elektronika yang terbuat dari bahan semi
konduktor jenis dioda yang mampu memencarkan cahaya. LED merupakan produk temuan
lain setelah dioda. Strukturnya juga sama dengan dioda, tetapi belakangan ditemukan bahwa
elektron yang menerjang sambungan P-N. Untuk mendapatkna emisi cahaya pada
semikonduktor, doping yang pakai adalah galium, arsenic dan phosporus. Jenis doping yang
berbeda menghasilkan warna cahaya yang berbeda pula.

LED konvensional terbuat dari mineral inorganik yang bervariasi, menghasilkan warna
sebagai berikut:
aluminium gallium arsenide (AlGaAs) - merah dan inframerah
gallium aluminium phosphide - hijau
gallium arsenide/phosphide (GaAsP) - merah, oranye-merah, oranye, dan kuning
gallium nitride (GaN) - hijau, hijau murni (atau hijau emerald), dan biru
gallium phosphide (GaP) - merah, kuning, dan hijau
zinc selenide (ZnSe) - biru
indium gallium nitride (InGaN) - hijau kebiruan dan biru
indium gallium aluminium phosphide - oranye-merah, oranye, kuning, dan hijau
silicon carbide (SiC) - biru
diamond (C) - ultraviolet
silicon (Si) - biru (dalam pengembangan)
sapphire (Al2O3) - biru

Cara Kerja LED


Karena LED adalah salah satu jenis dioda maka LED memiliki 2 kutub yaitu anoda
dan katoda. Dalam hal ini LED akan menyala bila ada arus listrik mengalir dari anoda
menuju katoda. Pemasangan kutub LED tidak boleh terebalik karena apabila terbalik
kutubnya maka LED tersebut tidak akan menyala. Led memiliki karakteristik berbeda-beda
menurut warna yang dihasilkan. Semakin tinggi arus yang mengalir pada led maka semakin
terang pula cahaya yang dihasilkan, namun perlu diperhatikan bahwa besarnya arus yang
diperbolehkan 10mA-20mA dan pada tegangan 1,6V 3,5 V menurut karakter warna yang
dihasilkan. Apabila arus yang mengalir lebih dari 20mA maka led akan terbakar. Untuk
menjaga agar LED tidak terbakar perlu kita gunakan resistor sebagai penghambat arus. Pada
saat ini warna-warna cahaya LED yang banyak ada adalah warna merah, kuning dan
hijau.LED berwarna biru sangat langka. Untuk menghasilkan warna putih yang sempurna,
spectrum cahaya dari warna-warna tersebut digabungkan, dengan cara yang paling umum
yaitu penggabungan warna merah, hijau, dan biru, yang disebut RGB. Pada dasarnya semua
warna bisa dihasilkan, namun akan menjadi sangat mahal dan tidak efisien. Dalam memilih
LED selain warna, perlu diperhatikan tegangan kerja, arus maksimum dan disipasi daya-nya.
Rumah (chasing) LED dan bentuknya juga bermacam-macam, ada yang persegi empat, bulat
dan lonjong

Macam-macam LED :
1. Dioda Emiter Cahaya .
Sebuah dioda emisi cahaya dapat mengubah arus listrik langsung menjadi cahaya. Dengan
mengubah-ubah jenis dan jumlah bahan yang digunakan untuk bidang temu PN. LED dapat
dibentuk agar dapat memancarkan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda.
Warna yang biasa dijumpai adalah merah, hijau dan kuning.
2. LED Warna Tunggal .
LED warna tunggal adalah komponen yang paling banya dijumpai. Sebuah LED warna
tunggal mempunyai bidang temu PN pada satu keping silicon. Sebuah lensa menutupi bidang
temu PN tersebut untuk memfokuskan cahaya yang dipancarkan.
3. LED Tiga Warna Tiga Kaki .
satu kaki merupakan anoda bersama dari kedua LED. Satu kaki dihubungkan ke katoda LED
merah dan kaki lainnya dihubungkan ke katoda LED hijau. Apabila anoda bersamanya
dihubungkan ke bumi, maka suatu tegangan pada kaki merah atau hijau akan membuat LED
menyala. Apabila satu tegangan diberikan pada kedua katoda dalam waktu yang bersama,
maka kedua LED akan menyala bersama-sama. Pencampuran warna merah dan hijau akan
menghasilkan warna kuning.

4. LED Tiga Warna Dua Kaki


Disini, dua bidang temu PN dihubungkan dalam arah yang berlawanan. Warna yang akan
dipancarkan LED ditentukan oleh polaritas tegangan pada kedua LED. Suatu sunyal yang
dapat mengubah polaritas akan menyebabkan kedua LED menyala dan menghasilkan warna
kuning.

5. Led Seven Segmen


biasanya digunakan untuk menampilkan angka berupa angka 0 sampai 9, angka angka
tersebut dapat ditampilkan dengan mengubah nyala dari 7 segmen yang ada pada led yang
disusun seperti gambar dibawah ini :

Kelebihan dari LED :

LED memiliki efisiensi energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lampu lain,
dimana LED lebih hemat energi 80 % sampai 90% dibandingkan lampu lain.
LED memilki waktu penggunaan yang lebih lama hingga mencapai 100 ribu jam.
LED memiliki tegangan operasi DC yang rendah.
Cahaya keluaran dari LED bersifat dingin atau cool (tidak ada sinar UV atau
energi panas).
Ukurannya yang mini dan praktis

Kelemahan LED

Suhu lingkungan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gangguan elektrik pada
LED.
Harga LED per lumen lebih tinggi dibandingkan dengan lampu lain.
Kelemahan dari LED di atas yang menyebabkan masyarakat lebih memilih
menggunakan
Cara penerangan biasa dengan lampu pijar maupun neon dibandingkan menggunakan
LED.

LED INFRAMERAH
LED Infra Merah merupakan salah satu jenis LED (Light Emiting Diode) yang dapat
memancarkan cahaya infra merah yang tidak kasat mata. Cahaya infra merah merupakan
gelombang cayaha yang berapa pada spectrum cahaya tak kasat mata. LED infra merah dpat
memacarkan cahaya infra merah pada saat diode LED ini diberikan tegangan bias maju pada
anoda dan katodanya. LED infra merah ini dapat memancarkan gelombang cahaya infra
merah karena dibuat dengan bahan khusus untuk memendarkan cahaya infra merah. Bahan
pembuatan LED infra merah tersebut adalah bahan Galium Arsenida (GaAs). Secara teoritis
LED infra merah mempuyai panjang gelombang 7800 (lamda) dan mempuyai daerah
frekuensi 3.104 sampai 4.104 Hz. Dilihat dari jangkah frekuensi yang begitu lebar, infra
merah sangat fleksibel dalam pengunaanya. LED ini akan menyerap arus yang lebih besar
dari pada dioda biasa. Semakin besar arus yang mengalir maka semakin besar daya pancarnya
dan semakin jauh jarak sapuannya

.
Cahaya infra-merah tidak mudah terkontaminasi atau teresonan dengan cahaya lain, sehingga
dapat digunakan baik siang maupun malam. Aplikasi dari LED infra merah ini dapat
digunakan sebagai transmitter remote control maupun sebagai line detektor pada pintu
gerbang maupun sebagai sensor pada robot. Aplikasi cahaya infra merah sendiri dapat
digunakan sebagai link pada jaringan telekomunikasi atau dapat juga dipancarkan pada fiber
optic. Sebagai receiver cahaya infra merah dapat digunakan foto dioda, foto transistor
maupun modul receiver infra merah.

TUGAS II
BAHAN-BAHAN LISTRIK

NAMA

:DENI.ARIANDI

NIM

:2014210002

FAK/JURUSAN :TEKNIK/ELEKTRO

Anda mungkin juga menyukai