Anda di halaman 1dari 12

GEREJA PROTESTAN MALUKU

(THE PROTESTANT CHURCH IN THE MOLUCCAS)


(ANGGOTA PGI)
MAJELIS PEKERJA HARIAN SINODE
ASSEMBLY OF SYNOD
ADDRESS : JALAN MAYJEN. D.I. PANJAITAN No. 2 – AMBON 97124
TELP. (0911) 352248-342442; FAX: (0911) 312440, 314151; Email: gereja.protestan.maluku@gmail.com; Website: http://sinodegpm.org

EVALUASI LAPANGAN DAN DOKUMEN UKL/UPL


PEMBANGUNAN TPA LIMBAH B3 FASILITAS KESEHATAN PROVINSI MALUKU DI SULI
KABUPATEN MALUKU TENGAH

I. PENGANTAR
Pembangunan nasional adalah suatu strategi berbudaya untuk melindungi seluruh
masyarakat dan warga negara Indonesia. Seiring dengan itu, pembangunan fasilitas sosial
atau publik merupakan bagian dari strategi perlindungan terhadap seluruh masyarakat yang
untuk itu mesti dijalankan dengan perencanaan yang matang, terukur dan
bertanggungjawab. Dalam kondisi dewasa ini, pembangunan suatu infrastruktur atau
fasilitas publik harus memperhatikan dan menjadikan keseimbangan lingkungan sebagai
paradigma dasarnya. Konsep ramah lingkungan merupakan paradigma global yang
diakselerasi dalam berbagai kebijakan pembangunan sarana-prasarana terkait pemanfaatan
areal pembangunan itu sendiri. Selain itu konsep ramah lingkungan turut memperhatikan
kelangsungan hidup manusia di sekitar areal pembangunan dan keseimbangan ekosistem,
termasuk harus menjamin terawatnya daerah tangkapan air tanah sebagai sumber energi
yang saat ini sedang dalam krisis.
Biro Lingkungan Hidup GPM, dalam hal ini merasa perlu melakukan kajian dan evaluasi
atas aktifitas pembangunan TPA B3 Fasilitas Kesehatan Provinsi Maluku di Suli, Kecamatan
Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah dengan menjadikan konsep ramah lingkungan sebagai
paradigma dasarnya. Kajian dan evaluasi ini dibuat berkaitan dengan pembangunan TPA B3
tersebut yang menurut kami tidak melalui mekanisme yang diwajibkan oleh ketentuan
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 pasal 1 ayat (2) adalah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan
hukum. Karena itu,
2

berdasarkan aduan dari masyarakat, MPH Sinode GPM menugaskan Biro Lingkungan Hidup
untuk melakukan peninjauan langsung ke lapangan dan melakukan pengamatan serta
komunikasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Maluku perihal proyek tersebut.
Atas dasar itulah kami menyampaikan hasil kajian dan evaluasi ini sebagai bahan
pertimbangan Pemerintah Daerah Maluku, cq Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Maluku
berkaitan dengan pembangunan infrastruktur tersebut.

II. ANALISIS PROYEK

Pembangunan Dan Uji Coba Insinerator serta Fasilitas Penunjang di Desa Suli Kecamatan
Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah

1. SUMBER DATA PROYEK (‘pengadaan.id’ )


NAMA PAKET : Penyediaan Fasilitas Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Provinsi Maluku
UNIT : LPSE Kementrian LHK
PAGU : Rp. 7.724.796.000,00 (8,0 M)
TAHAP : Pengumuman Pasca kualifikasi
TANGGAL : 15 Mei 2021
METODE : Tender – Pascakualifikasi Satu File-harga Terendah system gugur
LOKASI PEKERJAAN : Wayame, Kel. Hative Besar – Ambon (Kota)
JADWAL : 15 Juni 2021 – 11 November 2021

2. HASIL EVALUASI LAPANGAN DAN DOKUMEN LINGKUNGAN (UKL-UPL)


1. Terdapat perbedaan Nama rencana Usaha dan / atau Kegiatan pada Tahap Awal
(Tender) dengan Dokumen Lingkungan:
Tahap Awal : Penyediaan Fasilitas Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Provinsi Maluku.
Dokumen LH : Pembangunan Dan Uji Coba Insinerator serta Fasilitas Penunjang
di Desa Suli Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah.
3

2. Terdapat perbedaan Lokasi Rencana Usaha dan / atau Kegiatan pada Tahap Awal
(Tender) dengan Dokumen Lingkungan:
 Tahap Awal : Wayame Kelurahan Hative Besar, Kota Ambon
 Dokumen LH : Desa Suli Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah.
Berdasarkan 2 (dua) indikator perbedaan di atas, maka Dokumen ini Tidak Sesuai
Pemeriksaan Standar PPLH. Berdasarkan PP. 22 Tahun 2021, Pemrakarsa harus
mengajukan Perubahan Dokumen ke Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Pusat.
3. Dokumen terindikasi copy-paste sebab dalam lembaran Dokumen terdapat Daftar
Tabel Rencana Kerja Pembukaan Lahan Tanaman Pisang Abaka. Tetapi, di dalam isi
dokumen tidak terdapat informasi tentang Daftar Tabel tersebut apalagi substansi
Dokumen tidak berhubungan dengan Pembukaan Lahan Tanaman Pisang Abaka.
Artinya dokumen ini tidak melalui Proses Penilaian/Pemeriksaan.
4. PM. LHK P.04 Tahun 2021 menyatakan bahwa PENGOLAHAN LIMBAH B3 SECARA
TERMAL MENGGUNAKAN INSINERATOR dengan skala semua besaran adalah WAJIB
AMDAL dan Kewenangannya adalah Pemerintah Pusat (PP. 5 Tahun 2021).
Itu berarti, Dokumen ini (UKL-UPL) tidak bisa diterima sebagai Dokumen
Lingkungan sesuai peruntukannya (Pembangunan Fasilitas Pengolahan Limbah B3
dari Fasilitas Kesehatan dengan menggunakan Insinerator).
5. Lokasi kegiatan dan/atau Usaha telah sesuai dengan RTRW Kabupaten Maluku
Tengah bahwa lokasi tersebut berkategori APL. Namun, perlu juga dipertimbangkan
bahwa area tersebut dan sekitarnya merupakan daerah resapan air dan tangkapan
air (berdasarkan Kep.Men. LHK P.38 Tahun 2019 daerah resapan air merupakan
salah satu Kawasan Lindung). Begitu juga, daerah tersebut merupakan daerah
sumber air panas bumi, lokasi pembangunan fasilitas pendidikan (UKIM), selain
perkebunan Sagu. Sehingga jika, lokasi tersebut akan dijadikan sebagai TPA Limbah
B3 tentunya dalam masa waktu di atas 5 tahun dimungkinkan terjadi penurunan
kualitas lingkungan daerah setempat.
6. Sesuai dengan RTRW Kabupaten Maluku Tengah 2011-2031 tentang Peta Multi
Resiko Bencana, Lokasi Usaha dan/atau kegiatan berada pada area berskala sedang
4

dan tinggi sehingga sangat berdampak pada kegiatan dan/atau usaha yang
direncanakan.
7. Berdasarkan hal-hal di atas, kami memberi masukan agar Lokasi Rencana Kegiatan
dan/atau Usaha yang sedang telah melanggar ketentuan-ketentuan dasar yang
seharusnya diperhatikan dan dipatuhi, sesuai amanat UU 32 Tahun 2009.

III. KAJIAN AKADEMIK

TPA adalah tempat pembuangan akhir. Tempat pembuangan akhir sampah adalah
tempat untuk menyingkirkan sampah sehingga aman. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
atau tempat pembuangan sampah (TPS) ialah tempat untuk menimbun sampah dan
merupakan bentuk tertua perlakuan sampah (Wikipedia: 2011). Sebagaimana kita ketahui
bahwasanya pada tahap akhir dari pengelolaan sampah adalah pembuangan akhir sampah.
Pada tahap ini apabila dalam pengelolaannya tidak dilakukan dengan baik dapat
menimbulkan berbagai masalah, baik pada lingkungan maupun kesehatan manusia.
Tentang Pengelolaan Sampah, hal ini sudah diatur dalam Undang-Undang No. 18
tahun 2008 merupakan upaya nyata dari niat pemerintah untuk mengelola sampah dengan
baik. Pada pasal 40 ayat 1 menjelaskan bahwa:
“Pengelola sampah yang secara melawan hukum dan dengan sengaja melakukan
kegiatan pengelolaan sampah dengan tidak memperhatikan norma, standar,
prosedur, atau kriteria yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat,
gangguan keamanan, pencemaran lingkungan, dan/atau perusakan lingkungan
diancam dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat)tahun paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
dan paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Dalam pengelolaan TPA akan berdampak kepada lingkungan dan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBI) menjelaskan “ Pengertian dampak secara umum, dampak
adalah segala sesuatu yang ditimbulkan akibat adanya‘sesuatu’. Dampak itu sendiri juga bisa
berarti, konsekuensi sebelum dan sesudah adanya ‘sesuatu’.
Menurut pengertian itu, sesuatu tersebut maka TPA, dan konsekuensi sebelum dan
sesudah adanya sesuatu yaitu adanya sampah dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar,
5

baik lingkungan alam maupun sosial masyarakat, selanjutnya berdasarkan Undang‐Undang


Lingkungan Hidup (UULH) tahun 2009, pasal 16 yaitu:
“Setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap
lingkungan wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan yang
pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah”.

Pada dasarnya semua usaha dan kegiatan pembangunan menimbulkan dampak


terhadap lingkungan hidup. Perencanaan awal suatu usaha atau kegiatan pembangunan
sudah harus memuat perkiraan dampaknya yang penting terhadap lingkungan hidup, guna
dijadikan pertimbangan apakah untuk rencana tersebut perlu dibuat analisis mengenai
dampak lingkungan (Koesnadi, 2009: 252).
Selanjutnya pemilihan suatu lokasi dalam perencanaan TPA menurut kriteria
regional berdasarkan Standart Nasional Indonesia (SNI) nomor 03-1341-1994 harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Kelayakan regional: Kriteria yang digunakan untuk menentukan zone layak atau zone
tidak layak dengan ketentuan menyangkut Kondisi geologi, Kemiringan lereng; Jarak
terhadap badan air; Jarak terhadap terhadap lapangan terbang; Kawasan lindung
atau cagar alam; Kawasan budidaya pertanian dan atau perkebunan; serta Batas
administrasi
2. Kelayakan penyisih: Kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik dari hasil
kelayakan regional dengan ketentuan antara lain; Luas lahan; Ketersediaan zone
penyangga kebisingan dan bau; Permeabilitas tanah; Kedalaman muka air tanah;
Intensitas hujan; Bahaya banjir; dan Jalur dan lama pengangkutan sampah.

Sementara itu menurut Azwar dalam Mukono 2006 persyaratan yang harus dipenuhi
dalam penentuan lokasi TPA adalah sebagai berikut :
1. Tidak dekat dengan sumber air minum atau sumber lain yang dipergunakan
manusia (mandi, mencuci dan sebagainya).
2. Tidak pada tempat yang sering terkena banjir.
6

3. Di tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia, jarak yang dipakai sebagai
pedoman adalah sekitar 2 km dari perumahan penduduk atau sekitar 15 km dari
laut.

Dengan demikian dalam pengelolaan sampah pada TPA Suli dilihat dari aspek
lingkungan, kesehatan, estetika dalam menimbulkan dampak mengingat lokasi yang ada
sangat dekat dengan kampus UKIM (±200m) dengan alasan penolakan sebagai berikut:
1. Aspek estetika akan mengganggu proses belajar mengajar di kelas karena kebisingan,
bau dan asap yang ditimbulkan dalam proses insinerasi atau pembakaran.
2. Aspek lingkungan akan berpengaruh dimana daerah ini merupakan lokasi yang dekat
dengan sumber air ini dibuktikan dengan adaya tanaman sagu. Indikator atau
petunjuk keberadan sumber air suatu wilayah dapat dilihat dengan adanya
keberadaan tanaman sagu. Jika sumber air tanah tercemar dengan adanya air lindi
yang berasal dari penumpukan sampah maka sangat berbahaya bagi manusia. Cairan
air lindi yang berasal dari TPA akan mengakibatkan tercemarnya sumber air berupa
tingginya konsentrasi padatan total pelarut, nitrat NO3), nitrit (NO2) dan asam fosfat
(HPO4), dan zat kimia lainya serta tak kalah berbahaya jika mengandung logam berat
(seperti Hg,Pb,Cd,Zn , Cu dll), dimana sifat logam berat adalah terakumulasi dalam
tubuh manusia atau hewan yang bersifat racun atau karsinogen (kanker).
3. Aspek Kesehatan dapat mengundang lalat dan nyamuk dimana kedua serangga ini
merupakan vector atau pembawah penyakit .
4. Aspek topografi daerah berada pada lokasi yang tinggi dengan demikian jika proses
air lindi akan mengalir dari tempat yang tinggi ke daerah yang lebih rendah dan lokasi
yang lebih rendah ini merupakan pemukiman penduduk yang memanfaatkan air
lewat sumur bor maka kemungkinan air sumur bor dapat tercemar.

Mengenai Insinerator, Dwi Sasetyaningtyas (2018) menjelaskan bahwa insinerator


merupakan teknologi pengolahan sampah dengan cara dibakar dengan suhu tinggi minimal
1000 derajat celcius. Hasil pembakaran ini menciptakan residu atau produk sisa berupa
debu beracun atau toxicash, flue gas (CO2, H2O). Dijelaskan lebih lanjut bahwa segala jenis
7

incinerator, gasifikasi, pirolisis tetap akan menghasilkan produk residu beracun. Teknologi
ini, menurut Sasetyaningtyas, hanya akan mengubah bentuk polutan gas beracun menjadi
bentuk lain seperti kedalam ash, boiler slag, waste water, dll yang akhirnya akan dilepas ke
lingkungan, seperti ke sungai atau ke lingkungan TPA B3 berlokasi. Polutan ini berdampak
pada berbagai jenis penyakit seperti kanker, penyakit jantung, asma, strokes, cacat fisik dan
mental pada janin.
Satu hal yang tidak bisa diterima adalah insinerator sebagai fasilitas uji coba, sebab
fasilitas ini adalah jenis fasilitas yang memerlukan banyak limbah, karena kapasitasnya yang
besar (1 MWp), sehingga jika kapasitas limbah berkurang, akan merugi.
Dari segi pemanfaatan tenaga kerja, malah proyek daur ulang sampah lebih banyak
menyedot tenaga kerja ketimbang insinerator. Fasilitas ini memerlukan investasi yang besar
namun penyerapan tenaga kerja sangat sedikit. Sebagai contoh industri daur ulang di
Amerika Serikat menciptakan lebih dari 800.000 pekerjaan. Di Brescia, Italia, investasi
dibangun memakan biaya 400 juta USD dan mendapatkan subsidi 600 juta USD, namun
menciptakan 80 pekerjaan.
Hal-hal ini penting menjadi perhatian guna mencari solusi yang menolong kita dari
berbagai bentuk krisis lingkungan dewasa ini.

IV. PENUTUP

Berdasarkan kajian dan evaluasi itu, kami meminta Pemerintah Daerah Provinsi
Maluku untuk melakukan langkah-langkah yang tidak berdampak pada pelanggaran
ketentuan hukum yang berlaku, dan semata-mata menimbulkan efek jangka panjang kepada
derita masyarakat. Pengalihan lokasi proyek dari Wayame ke Suli adalah suatu bentuk
pelanggaran aturan normatif, apalagi tidak disertai dengan pentahapan AMDAL sesuai
ketentuan peraturan yang berlaku.
Artinya, Pembangunan TPA B3 Fasilitas Kesehatan di Suli, Kecamatan Salahutu,
Kabupaten Maluku Tengah telah menyalahi seluruh ketentuan peraturan yang berlaku
sehingga tidak harus diteruskan apalagi memiliki dampak yang merugikan masyarakat dan
lingkungan hidup secara tetap dan dalam waktu yang panjang. Di sisi yang sama,
8

pembangunan tersebut akan berdampak langsung pada proses pencerdasan sumber daya
manusia Maluku melalui Kampus UKIM Suli yang sedang dalam proses pembangunan.
Artinya pilihan lokasi ini sangat tidak populis dan berdampak kerugian bagi investasi
sumber daya manusia.
Pemerintah perlu mencari lokasi lain dengan ketentuan menjalankan secara
procedural sejak awalnya mekanisme yang diwajibkan oleh ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
9

Lampiran Dokumen Foto Lokasi


10
11

*Catatan : Dilarang mengabil foto dan menyebarkan tanpa menulis sumber dokumen foto.
12

Anda mungkin juga menyukai