BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Sasaran
Sasaran kegiatan untuk mendapatkan perencanaan dokumen Amdal pembangunan
jalan sirtu di Kecamatan Ketti, yaitu ruas jalan dari Desa Luhuleli – Tutuwaru.
Kabupaten Maluku Barat Daya merupakan daerah kepulauan karena didominasi oleh
wilayah pesisir dan memiliki 48 buah pulau yakni 16 Pulau berpenghuni dan 32 Pulau yang tidak
berpenghuni (baik pulau kecil maupun besar) termasuk di dalamnya 6 buah pulau terlua r yang
berada di kawasan perbatasan Negara, dengan luas wilayah sebesar 72.426,58 km2, terdiri dari
sekitar 63.778 km2 atau 88,05 persen lautan dan 8.648 km2 atau 11,92 persen daratan, dan
terkonsentrasi pada gugus pulau yaitu :
1) Gugus Pulau-pulau Babar dengan luas daratan 2.446,2 km2
2.1.2. Topografi
Dilihat dari kondisi fisik, bentuk lahan di Kabupaten Maluku Barat Daya, meliputi da taran
(0– 3%), landai/ berombak (3 – 8%), bergelombang (8 – 15%), agak curam (15 – 30%), curam
(30 – 50%) dan sangat curam (> 50%). Untuk bentuk lahan khusus pulaupulau besar adalah
sebagai berikut:
1) Pulau Wetar: berbukit dan bergunung (pegunungan) dengan ketinggian 200 - 1000 m dpl, di
bagian ujung Timur dan Barat terdapat puncak-puncak dengan ketinggian > 1000 m dpl.
Dataran rendah terdapat di pesisir Barat dan Selatan.
2) Pulau Kisar: berbukit dan landai di daerah pesisir pantai. Sekilas tampak seperti buki t-bukit
karang sepanjang pesisir yang jarang penduduknya, hal ini dikarenakan bentuk pulau Kisar
yang seperti wajan/kuali/penggorengan, dimana pemukiman penduduk terletak di bagian
tengah pulau sedangkan sekeliling pulau merupakan tebing dan bukit-bukit karang.
3) Pulau Romang: berpegunungan dengan ketinggian antara 400– 700m. - Pulau Damer:
berbentuk kerucut dan bergunung-gunung dengan puncak tertinggi Wuarlali 870m, dengan
daerah pantai yang relatif terjal.
4) Pulau Leti: berbentuk deretan bukit, sebelah timur lebih tinggi dari pada bagian barat. Daerah
rendah terdapat dibagian pesisir pantai.
5) Pulau Moa: berbukit-bukit karang rendah, deretan barat terdapat 2 puncak masing-masing
Puncak Kogotea dan Limar, sedangkan bagian Timur terdapat 2 puncak masing-masing Kuli
(Kerbau) dan Watumermora.
6) Pulau Babar: berbentuk bulat, bergunung-gunung dan berbukit dengan puncak tertinggi 825
m dpl, dan lereng-lereng curam terdapat di timur laut. Bentuk lahan secara makro relief dibagi
atas: (1) dataran, berbukit dan bergunung. Bentuk lahan pada gugus pulau Babar meliputi
dataran (0 – 3%), landai/ berombak (3 – 8%), bergelombang (8 – 15%), agak curam (15 –
30%), curam (30 – 50%) dan sangat curam (> 50%).
2.1.3. Geologi
Secra geologis di Kabupaten Maluku Barat Daya dapat dijalaskan dan diuraikan sebagai
berikut:
1) Kepulauan Pulau-Pulau Terselatan.
Satuan/informasi terdiri atas : alluvium (kerakal, kerikil, pasir, lanau, berupa endapan sungai
dan pantai), batu gamping Koral, batuan gunung api tua (lava, breksi dan tuf berbatu apung),
formasi Alor (lava dan breksi bersusunan andesit sampai basal, bersisipan batu pasir dan tuf),
formasi naumatang (lava dasit, breksi, aglomerat bersusunan dasit, disisipi batupasir tufan ,
tuf dan batupasir gampingan), batuan terobosan (diorit, granodiorit, granit dan dasit), batuan
gunung api riolit sakir (lava riolit), formasi Tihu (Breksi, lava dan tuf bersusunan andesit basal)
dan Granodiorit Tamenang (Granodiorit bertekstur porfir). Struktur dan tektonika: termasuk
dalam Busur Banda Bergunung api, akan tetapi gunung api yang masih giat tidak dijumpai.
Struktur geologi yang terdapat didaerah ini berupa sesar dan lipatan yang lemah. Sesar
didaerah ini memiliki dua arah utama yaitu timurlaut -baratdaya dan hamper timur-barat atau
sejajar pulau. Sesar - sesar tersebut berupa sesar geser senistral dan sesar turun.
2) Kepulauan Lemola.
Satuan / formasi batuan sebagai berikut : alluvium (pasir, kerikil dan kerakal mengandung
pecahan ganggang, coral dan moluska, endapan pantai) batu gamping koral (batu gamping
terumbu, setempat membentuk undak-undak, sisipan tufa gampingan berbatu apung), batu
gamping Klastik, batu gamping berlapis baik, Batu gamping merah (batu gamping klastika,
setempat bersisipan tipis serpih dan batupasir), serpih (sisipan batupasir sebagian
2.1.4. Klimatologi
Secara Klimatologi Wilayah Maluku Barat Daya beriklim kering karena tingkat curah hujan
yang rendah ( 200 mm/tahun) dan suhu rata-rata harian yang relatif tinggi. Berikut penjelasan
beberapa komponen iklim wilayah Maluku Barat Daya:
1) Musim
a) Musim Timur (musim kemarau) berlangsung dari bulan April sampai Oktober. Musim
Barat berlangsung dari bulan Oktober sampai Februari. Musim hujan pada bulan
Desember sampai Februari.
b) Musim pancaroba berlangsung dalam bulan Maret/ April dan Oktober/ November.
c) Bulan April sampai Oktober bertiup angin Timur Tenggara. Angin kencang bertiup pada
bulan Januari dan Februari diikuti dengan hujan deras dan laut bergelora.
d) Bulan April sampai September bertiup angin Timur Tenggara dan Selatan sebanyak 91%
dengan angin Tenggara dominan 61%
e) Bulan Oktober sampai Maret bertiup angin Barat Laut sebanyak 50% dengan angin Barat
Laut dominan 28%
2) Curah Hujan
Curah hujan di Kabupaten Maluku Barat Daya termasuk dalam kategori rendah, yaitu 1000
mm per tahun terdapat di Pulau Wetar, Kisar dan Kepulauan Lemola, dan antara 1000 - 2000
mm pertahun terdapat di Pulau Babar.
3) Suhu
Suhu rata–rata untuk tahun 2018 sesuai data dari Stasiun Meteorologi, klimatologi dan
Geofisika adalah 27,47 OC dengan suhu minimum absolut rata-rata 23,5 OC dan suhu
maksimum absolut rata-rata 33,2 OC.
4) Kelembaban
Rata-rata kelembaban menurut stasiun meteorologi, klimatologi dan geofiska tahun 2018
adalah 78,8 persen; penyinaran matahari rata-rata 59,1 persen; dan tekanan udara rata–rata
1.011,2 milibar.
1) Di Kabupaten Maluku Barat Daya hanya ada 1 Danau yaitu : Danau Tihu yang terleta k di
Pulau Wetar Kabupaten Maluku Barat Daya.
2) Di Kabupaten Maluku Barat Daya Sungai yang berair sepanjang tahun tercatat sebanyak 35
sungai. Yaitu 2 buah di pulau moa, (Wemusin, Sahlan); 4 buah di pulau babar,yaitu (Waslieta,
Tepa, Tutuwang, Yaltubung); 29 buah di pulau wetar, yaitu (Sabir, Linwau, Arnau, Metasau,
Ilputih, Hiay, Saur, Naumaang, Mailun, Harkai, Ouw, Ehaw, Komu, Metawaki, Uhak, Wasiri,
Mataula, Hae, Nabar, Mareas, Eray, Pilae, Kalijodoh, Piray, Emasing, Repang, Henesa, Oung,
Mahuan). Berikut Daerah Aliran Sungai (DAS) sesuai Kepres No 12 Tahun 2012.
Gambar 2.7. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Maluku Barat Daya
Tabel 2.1. Luas Areal, Luas Panen dan Produksi Komoditi Pertanian Tanaman Pangan dan
Holtikultura di Kab.MBD Tahun 2020
Tabel 2.2. Luas Tanaman dan Produksi Komoditi Perkebunan di Kabupaten Maluku Barat Daya
Tahun 2020
Potensi daging ternak ini dapat mencukupi kebutuhan warga Kabupaten Maluku Barat
Daya maupun daerah lain dan juga menjadi sumber pendapatan bagi warga. Data dari Dinas
Pertanian tahun 2020 menujukan produksi daging sapi sangat tinggi jika dibandingkan dengan
jenis ternak yang lain. Lebih jelasnya produksi ternak di Kabupaten Maluku Barat Daya dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
Tabel 2.4. Produksi Daging Ternak (Kg) Menurut Jenis Ternak Kabupaten Maluku Barat Daya
Tahun 2020
Tabel 2.7. Objek Wisata di Kabupaten Maluku Barat Daya Tahun 2020
2) Kawasan strategis dari sudut pandang pertahanan dan keamanan yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat
a) Kawasan Strategis 6 Pulau Perbatasan di Perairan Maluku Barat Daya
Terdapat 6 pulau perbatasan yang berada pada perairan yang berbatasan langsung
dengan negara lain, diantaranya: P. Wetar, P. Lirang, P. Marsela, P. Metimarang, P. Letti
dan P. Kisar. Pulau-pulau tersebut menjadi kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertahanan dan keamanan.
b) Kawasan Strategis Ilwaki (Pulau Wetar)
Kawasan strategis Ilwaki merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertahanan dan keamanan. Kawasan strategi ini di prioritaskan karena mempunyai
pengaruh yang sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan
dan keamanan negara. Disamping itu, mengacu pada struktur ruang nasional Ilwaki
menjadi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) untuk kepentingan pertahanan dan
keamanan.
4) Kawasan strategis dari sudut pandang kepentingan pendayagunaan sumber daya alam atau
teknologi tinggi
a) Kawasan Strategis Pertambangan Desa Lurang (Pulau Wetar) dan Kawasan
Pertambangan Desa Hila (Pulau Romang) Adanya minat dan kecenderungan investasi
swasta dan pemerintah yang cukup tinggi di Desa Lurang
b) Kawasan Strategis Desa Tani Tepa-Manuwui (Pulau Babar) Upaya untuk
mengembangkan hasil pangan, tanaman padi mulai dikembangkan di Desa Manuwui,
yang didukung irigasi.
5) Kawasan strategis dari sudut pandang fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
a) Daerah Konservasi Gunung Kerbau di Pulau Moa Mengingat keberadaannya yang vital
sebagai berkembang biaknya perternakan, khususnya kerbau moa, untuk itu harus
dilindungi.
b) Kawasan Danau Tihu (Pulau Wetar) Kawasan ini adalah kawasan danau yang merupakan
tempat berkembang biaknya berbagai jenis flora dan fauna yang juga berpotensi menja di
kawasan wisata alam.
Tabel 2.8. Kriteria dan Sebaran Lokasi Rawan Bencana Kawasan di Kabupaten Maluku Barat
Daya
2.1.9. Demografi
Secara administratif pemerintahan, Kabupaten Maluku Barat Daya terdiri dari 17
Kecamatan, 1 Kelurahan, 117 Desa dan 45 dusun. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 2.10. Jumlah Kecamatan, Kelurahan, Desa Tahun 2021
2.2.3. Penataan Ruang dalam Pemeliharaan dan Perlindungan Kualitas dan/atau Fungsi
Lingkungan Hidup
Penataan ruang menyangkut seluruh aspek kehidupan sehingga masyarakat perlu
mendapat akses dalam proses perencanaan tersebut. Selain itu, penataan ruang tidak hanya
untuk kepentingan sektor ekonomi tetapi juga harus memperhatikan aspek lingkungan. Menurut
Devas and Rakodi (1993), setiap pembangunan harus memperhatikan aspek-aspek lingkungan
seperti:
1) Meminimalisasi dampak dari pembangunan dan kegiatan-kegiatan pada perubahan ekologi
2) Meminimalisasi risiko akibat adanya perubahan-perubahan terhadap bumi, seperti kerusakan
lapisan ozon, pemanasan global yang disebabkan emisi Karbon Dioksida, perubahan iklim
lokal yang disebabkan banjir, kekeringan, penebangan liar
3) Meminimalisasi polusi udara, air, dan tanah
4) Adanya jaminan dan pembangunan yang berkelanjutan serta berwawasan lingkungan
Sedangkan menurut Keraf dalam Kodoatie & Sjarief (2010) menyebutkan bahwa terdapat
9 prinsip etika lingkungan lingkungan yang wajib ditaati dalam pembangunan, meliputi:
1) Hormat terhadap alam (respect for nature)
2) Bertanggung jawab kepada alam (responsibility for nature)
3) Solidaritas kosmis (cosmic solidarity)
4) Peduli kepada alam (caring for nature)
5) Tidak merugikan (no harm)
6) Hidup selaras dengan alam (living harmony with nature)
7) Keadilan
8) Demokrasi
9) Integritas moral
Dapat diketahui bahwa penataan ruang memiliki peranan penting dalam usaha
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2009
dijelaskan bahwa untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan keselamatan
masyarakat, wajib di dasarkan pada Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dan perencanaan
Wilayah jasa penyimpan air di Pulau Jawa tersebar di 1) dataran fluvial di pesisir utara
Jawa Barat, di sebagian pesisir utara jawa tengah dan banten, 2) pegunungan vulkanik di jawa
Gambar 2.9. Muatan Kegiatan dalam setiap Tahapan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup berdasarkan UUPLH No 32 Tahun 2009
b) Jalan 4/2 UD, adalah tipe jalan dengan empat lajur dua arah tak terbagi
ALIH FUNGSI
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dapat dialihkan fungsinya untuk kepentingan umum
dengan persyaratan dan kriteria sebagai berikut :
a. Dilakukan Kajian Kelayakan Strategis;
b. Disusun Rencana Alih Fungsi Lahan
c. Dibebaskan kepemilikan haknya dari Pemilik;
d. Disediakan Lahan Pengganti.
3) Segala kegiatan usaha yang melakukan eksploitasi terhadap sumber daya alam, baik yang
terbarukan maupun yang tidak terbarukan.
4) Setiap usaha yang memanfaat lingkungan hidup dan berpotensi terhadap pemborosan dan
kemerosotan sumber daya alam.
5) Setiap usaha yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan, serta
lingkungan sosial dan budaya.
6) Setiap usaha yang bisa mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam
dan perlindungan cagar budaya (situs sejarah)
7) Setiap usaha yang memungkina terjadi introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad
renik
8) Setiap usaha yang beroperasi untuk pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non
hayati
9) Setiap usaha yang mempunyai risiko tinggi dalam mempengaruhi pertahanan negara
10) Setiap usaha yang memanfaatkan teknologi dan diperkirakan bisa memberikan potensi besar
untuk mempengaruhi lingkungan hidup.
Untuk alasan ekonomis dan praktis, seorang penyusun laporan AMDAL dapat
mempergunakan sistem pakar sebagai alternatif dari tenaga ahli. Sistem ini tidak memiliki
kemampuan untuk menulis sebuah laporan AMDAL secara keseluruhan. Tetapi, sistem ini
mampu memberikan bantuan dalam penyusunan laporan AMDAL. Sistem ini mampu
menyelesaikan masalah dengan mengaplikasikan pengetahuan ahli yang telah terkandung da lam
basis data sistem.
Akibat rumitnya interaksi antar faktor-faktor lingkungan yang ada, analisa dampak juga
membutuhkan metodologi yang tepat guna dan efektif. Dalam perkembangannya, telah banyak
sekali metodologi yang dipergunakan dalam proyekproyek AMDAL, sehingga telah berkembang
pula metode perbandingan dan klasifikasinya. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan
dan kelemahan tiap metodologi AMDAL. Ada beberapa studi komparatif metodologi yang dapat
dilakukan, di antaranya Dickert (1974), Drobny-Smith (1973), Warner (1974), Warner-Bronley
Prosedur AMDAL ini biasanya terdiri dari beberapa poin, diantaranya sebagai berikut :
1) Proses Penapisan
Proses penapisan pada AMDAL (proses seleksi wajib AMDAL) ini merupakan suatu proses
di dalam menentukan, apakah rencana kegiatan atau aktivitas ini wajib menyusun amdal atau
juga tidak. Di indonesia, proses penapisan tersebut biasanya dilakukan dengan sistem
penapisan hanya 1 langkah saja.
Ketentuan di dalam suatu rencana kegiatan atau aktivitas yang perlu menyusun dokumen
amdal atau juga tidak, dapat atau bisa dilihat dari keputusan Menteri Negara LH nomor 17
tahun 2001 mengenai jenis rencana usaha atau kegiatan yang memang wajib untuk
dilengkapi dengan adanya amdal.
2) Proses Pengumuman
Segala rencana aktivitas yang dilakukan sertajuga diwajibkan didalam membuat amdal, maka
akan wajib untuk kemudian mengumumkan segala sesuatu rencana kegiatannya tersebut
kepada masyarakat dari sebelum pemrakarsa itu dengan melakukan penyusunan AMDAL.
Pengumuman tersebutharus dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab dan juga oleh
pemrakarsa aktivitas/kegiatan.
Tata cara danjuga bentuk pengumuman serta tata cara didalam penyampaian pendapat,
saran, serta juga tanggapan itu harus diatur didalam Keputusan Kepala BAPEDAL NO 08 thn
2000. Yang isinya mengenai keterlibatan masyarakat dan juga keterbukaan informasi di
dalam proses AMDAL.
3) Proses Pelingkupan
Pelingkupan adalah proses awal di dalam menentukan lingkup permasalahan dan juga
mengidentifikasi, dampak penting yang terkait itu dengan sebuah rencana kegiatan. Tujuan
dari pelingkupan tersebut ialah untuk menetapkan suatu batas wilayah studi, mengidentifikasi
dampak penting lingkungan, serta juga menetapkan tingkat kedalaman studi.
Tujuan lainnya ialah menetapkan lingkup studi, menelaah kegiatan atau aktivitas lain yang
telah terkait dengan rencana kegiatan atau aktivitas yang sudah dikaji. Hasil akhir dari proses
pelingkupan tersebutialah dokumen KA-ANDAL. Saran serta juga masukan dari masyarakat
tersebutharus menjadi suatu bahan pertimbangan, di dalam proses pelingkupan.
Jenis-jenis studi AMDAL berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 dibagi
menjadi berikut :
1) AMDAL Proyek
AMDAL yang berlaku bagi satu kegiatan yang berada dalam kewenangan satu instansi
sektoral. Misalnya rencana kegiatan pabrik tekstil yang mempunyai kewenangan memberikan
ijin dan mengevaluasi studi AMDALnya ada pada Departemen Perindustrian
2) AMDAL Terpadu/Multisektoral
AMDAL yang berlaku bagi suatu rencana kegiatan pembangunan yang bersifat terpadu, yaitu
adanya keterkaitan dalam hal perencanaan, pengelolaan dan proses produksi, serta berada
dalam satu kesatuan ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi.
3) AMDAL Kawasan
AMDAL yang ditujukan pada satu rencana kegiatan pembangunan yang berlokasi dalam satu
kesatuan hamparan ekosistem dan menyangkut kewenangan satu instansi.
Gambar 2.14. Skema Visi Kementerian Lingkungan Hidup Periode 2005 – 2009
Secara integratif, institusi KLH digambarkan dalam “Rumah Kementerian Negara Lingkungan
Hidup”, yang setiap komponen diberikan makna sebagai berikut (Kementerian Negara
Lingkungan Hidup, 2005):
2.5.2.3. Struktur Peraturan Dan Perundangan Mengenai Lingkungan Hidup Dan Amdal
Peraturan perundang-undangan (PUU) secara umum di Indonesia memiliki hierarki yang
seharusnya satu sama lain saling mendukung. Menurut TAP MPR RI No, 3 Tahun 2000 Pasal 2,
tata urutan PUU Republik Indonesia terdiri dari:
1) Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 beserta amandemennya,
2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat RI (TAP MPR) termasuk GBHN,
3) Undang-undang,
4) Peraturan Pemerintah Pengganti,
5) Peraturan Pemerintah,
6) Keputusan Presiden,
7) Peraturan Daerah.
Adapun beberapa produk hukum berikut tidak secara langsung terkait dengan hierarki
sebagaimana ditetapkan dalam TAP MPR:
1) Instruksi Presiden,
2) Keputusan dan Peraturan Menteri,
3) Keputusan Kepala LPND,
4) Keputusan Kepala Daerah.
2) Ketetapan MPR RI
GBHN di dalam TAP MPR RI No. IV/MPR/1999 Visi: pada Bab III:
Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, maju dan
sejahtera, dalam wadah negara kesatuan RI yang didukung oleh manusia Indonesia yang
sehat, mandiri, beriman, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan
lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, serta
berdisiplin.
Bab III Misi 7:
Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha
kecil, menengah, dan koperasi, dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang
bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan, berbasis pada sumber daya alam dan
sumber daya manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan lingkungan
dan berkelanjutan.
Bab IV Arah Kebijakan bagian H. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
4) Peraturan Pemerintah
Terdapat lebih dari 85 Peraturan Pemerintah yang berkaitan langsung dengan pengelolaan
lingkungan hidup (lihat lampiran). Beberapa di antaranya merupakan peraturan pelaksanaan
UU No. 4 Tahun 1982 dan UU No. 23 Tahun 1997. Peraturan Pemerintah tersebut di
antaranya mengatur tentang AMDAL (PP 29 Tahun 1986, PP 51 Tahun 1993, dan PP 27
Tahun 1999), Pengendalian Pencemaran Air, penyertaan modal dalam industri pengolahan
limbah B3, Pengolahan Limbah B3, Pengendalian Pencemaran Laut.
5) Keputusan Presiden
Lebih dari 50 Keputusan Presiden yang terkait dengan pengelolaan lingkungan telah disusun
sejak tahun 1978. Keputusan ini sangat banyak jumlahnya mulai dari pengesahan konvensi
internasional perdagangan spesies langka, polusi, tata kerja institusi lingkungan. Daftar
keputusan tersebut dapat dilihat pada lampiran buku materi pokok ini.
Sebagai tambahan, terdapat banyak informasi tentang peraturan daerah yang terkait dengan
pengelolaan lingkungan karena penerapan kebijakan otonomi daerah. Jika pada masa
sebelumnya hanya terdapat 27 propinsi dan 287 kabupaten dan kota (pada tahun 1997,
sumber Kompas, 10 Maret 2007), maka setelah penerapan otonomi daerah menjadi 33
Pasal tersebut di atas selanjutnya menjadi landasan untuk pengaturan pada tingkatan
selanjutnya yaitu Peraturan Pemerintah (PP). Hingga saat ini sudah terdapat tiga PP yang
mengatur AMDAL dan berupa penyempurnaan dari peraturan sebelumnya, yaitu PP No. 29
Tahun 1986, No. 51 Tahun 1993, No. 27 Tahun 1997. Isi dari peraturan ini akan dikupas pada
modul selanjutnya yang menjelaskan tentang kerangka kerja dan sistem AMDAL.
Satu hal yang perlu dicatat di sini adalah bahwa pengaturan tentang AMDAL di Indonesia
sudah demikian banyak dan cukup maju. Hal ini karena memang AMDAL adalah satu
perangkat yang dikembangkan paling dahulu. PP No. 29 Tahun 1986 merupakan PP perta ma
yang merupakan turunan dari UU No. 4 Tahun 1982. Sebagai konsekuensinya, banyak sekali
peraturan yang terkait dengan AMDAL telah dikeluarkan oleh MENKLH ketika itu, MENLH,
ataupun Kepala Bapedal. Demikian pula berbagai Peraturan Daerah yang mengatur
pembentukan Komisi AMDAL.
Berbagai panduan tentang AMDAL dalam bentuk Keputusan Menteri LH dan Keputusan
Kepala Bapedal dapat dilihat pada lampiran. Pedomanpedoman ini senantiasa diperbaiki
untuk menyempurnakan pelaksanaan di lapangan.
Jelas bahwa untuk tingkat kebijakan makro dan perencanaan tata ruang dan berbagai
program pemerintah yang bersifat top down, dapat dikaji melalui pendekatan strategis.
Sementara itu AMDAL merupakan perangkat untuk kajian yang bersifat spesifik untuk proyek dan
lokasi tertentu serta menggunakan pendekatan dari bawah (bottom up).
Dengan demikian, sebenarnya pendekatan AMDAL kawasan, terpadu/multisektor, atau
regional yang telah dirancang dan dilaksanakan sejak tahun 1993 sedikit banyak telah
menyinggung area perencanaan makro dan strategis. Walaupun sejak awal hanya ditujukan
untuk efisiensi proses AMDAL dan estimasi dampak kumulatif. Beberapa kebijakan makro yang
Kebijakan AMDAL pada awalnya menetapkan bahwa proses AMDAL hanya diterapkan
dan diawasi pelaksanaannya oleh tingkat pusat (secara sektoral) dan tingkat propinsi saja.
Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah, pada perkembangannya proses AMDAL kemudian
dilaksanakan pula oleh pemerintah kota dan kabupaten. Sementara itu, di tingkat pusat yang
semula kewenangannya berada pada 14 departemen sektoral menjadi hanya di satu instansi
pusat saja yaitu di KLH. Hal ini telah diuraikan pada paparan mengenai perkembangan AMDAL
di Indonesia pada bagian sebelumnya. Pada saat ini kebijakan AMDAL mengikuti pola -pola
sebagai berikut.
1) Pemberian kewenangan pelaksanaan AMDAL yang lebih besar kepada Pemerintah Daerah.
2) Kewajiban Pelibatan Masyarakat dalam AMDAL.
3) Penerapan Valuasi Ekonomi dalam AMDAL.
1) Persyaratan Fisika
a) Tidak Berbau
Air yang berbau dapat disebabkan proses penguraian bahan organik yang terdapat
di dalam air.
b) Jernih
Air keruh adalah air mengandung partikel padat tersuspensi yang dapat berupa zat-
zat yang berbahaya bagi kesehatan. Disamping itu air yang keruh sulit didesinfeksi,
karena mikroba patogen dapat terlindung oleh partikel tersebut (Slamet, 2007).
c) Tidak Berasa
Air yang tidak tawar mengindikasikan adanya zat-zat tertentu di dalam air tersebut.
d) Suhu
Air yang baik tidak boleh memiliki perbedaan suhu yang mencolok dengan udara
sekitar (udara ambien). Di Indonesia, suhu air minum idealnya ± 3 °C dari suhu udara
di atas atau di bawah suhu udara berarti mengandung zat-zat tertentu (misalnya
fenol yang terlarut) atau sedang terjadi proses biokimia yang mengeluarkan atau
menyerap energi air (Kusnaedi, 2002).
e) TDS: Total Dissolved Solid/TDS
adalah bahan-bahan terlarut (diameter < 10 -6 -10 -3 mm) yang berupa senyawa-
senyawa kimia dan bahan-bahan lain (Effendi, 2002). Bila TDS bertambah maka
kesadahan akan naik. Kesadahan mengakibatkan terjadinya endapan/kerak pada
sistem perpipaan.
2) Persyaratan Kimia
Parameter kimiawi dikelompokkan menjadi kimia organik dan kimia anorganik.
3) Persyaratan Mikrobiologi
Indikator organisme yang dipakai sebagai parameter mikrobiologi digunakan bakteri
koliform (indicator organism). Secara loboratoris total coliform digunakan sebagai indikator
adanya pencemaran air bersih oleh tinja, tanah atau sumber alamiah lainnya. Sedangkan
fecal coliform (koliform tinja) digunakan sebagai indikator adanya pencemaran air bersih
oleh tinja manusia atau hewan. Parameter mikrobiologi tersebut dipakai sebagai
parameter untuk mencegah mikroba patogen dalam air minum. Berdasarkan jumlah
bakteri koliform yang terkandung dalam 100 cc sampel air (Most Probability
Number/MPN), kondisi air dibagi kedalam beberapa golongan sebagai berikut:
a) Air tanpa pengotoran; mata air (artesis) bebas dari kontaminasi bakteri koliform dan
patogen atau zat kimia beracun.
b) Air yang sudah mengalami proses desinfeksi; MPN <50/100 cc
c) Air dengan penjernihan lengkap; MPN < 5000/100 cc
d) Air dengan penjernihan tidak lengkap; MPN > 5000/100 cc
e) Air dengan penjernihan khusus; MPN > 250.000/100 cc
f) MPN mewakili Most Probable Number, yaitu jumlah terkaan terdekat dari bakteri
koliform dalam 100 cc air.
4) Persyaratan Radioaktivitas
Zat radioaktivitas dapat menimbulkan efek kerusakan sel. Kerusakan tersebut dapat berupa
kematian dan perubahan komposisi genetik. Sel yang mati dapat tergantikan asalkan
Untuk penentuan Nilai Ambang Batas (NAB) Baku Mutu Air dapat dilihat detail pada
Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Padahal air adalah unsur alam yang penting bagi manusia dengan sifat mengalir dan
meresapnya. Akan tetapi, karena jalur-jalur aliran dan resapan air terhambat karena polutan,
timbullah banjir.
Musibah banjir dapat dibagi menjadi 2 berdasarkan akibat polusi air, antara lain: Banjir
bandang (banjir besar), yaitu: terjadi dari akibat meluap dari jalur-jalur aliran (sungai) dengan
volume ir yang sangat besar. Banjir genangan, yaitu: banjir lokal/setempat karena akibat dari
tergenangnya/terkonsentrasinya air hujan pada daerah tersebut yang mana saluran air
(drainase) dan lahan resapannya sangat terbatas sehingga air bisa masuk/menggenangi
lingkungan serta dalam rumah kita.
Penggunaan pada insektisida seperti DDT (Dhicloro Diphenil Trichonethan) oleh para
petani untuk memberantas hama tanaman serta serangga penyebar penyakit secara
berlebihan dapat mengakibatkan pencemaran terhadap air yang diserap oleh tanaman.
Sehingga terjadi pembusukan yang berlebihan diperairan dapat pula menyebabkan
pencemaran. Pembuangan sampah dapat mengakibatkan kadar O2 terlarut dalam air
semakin berkurang karena sebagian besar dipergunakan oleh bakteri pembusuk. Serta
pembuangan sampah organik yang dibuang ke sungai terus-menerus, selain mencemari air,
pada musim hujan akan timbul bencana banjir.
1) Penyebab Dari Timbulnya Pencemaran Air
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Sampah organik seperti air comberan menyebabkan peningkatan
kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya
oksigen yang dapat Analisis Kualitas Lingkungan Air 19 berdampak parah terhadap seluruh
ekosistem. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti
logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki
efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga
Akibat dari timbulnya air yang tercemar menurut situs Wikipedia, antara lain:
a) Dapat menyebabkan banjir
b) Erosi
c) Kekurangan sumber air
d) Dapat membuat sumber penyakit
e) Tanah longsor
f) Dapat merusak ekosistem sungai
Selain gas-gas tersebut diatas, di dalam udara/atmosfer terdapat uap air sebanyak sekitar
0.001% sampai 4% dari volume udara.
2) Belerang dioksida
Banyak menimbulkan penyakit pada saluran pernapasan, misalnya asma, bronchitis, yang
sering diikuti dengan timbulnya emphysema, di mana alveoli cenderung menjadi bersatu
sehingga memperkecil permukaannya. Kemudian diikuti dengan menyempitkan cabang-
3) Sulfur dioxide
Sumber-sumber SO2 buatan adalah pembakaran bahan bakar minyak, gas, batu bara
yang mengandung sulfur tinggi. Sedangkan sumber-sumber SO2 alamiah adalah gunung-
gunung berapi, pembusukan bahan organic oleh mikroba, dan reduksi sulfat secara
biologis.SO2 dikenal sebagai gas yang tidak berwarna bersifat iritan kuat bagi kulit dan
selaput lendir. Zat ini mudah diserap oleh selaput lendir saluran pernapasan bagian atas.
Dalam kadar rendah, SO2dapat menimbulkan spasme temporer otot-otot polos pada
bronkhioli. Zat ini juga dapat menyebabkan kanker.
4) Ozon
Efek kesehatan yang dapat timbul karena ozon terutama disebabkan karena ozon
bereaksi dengan segala zat organic yang dilaluinya. Ozon dapat memasuki saluran
pernapasan lebih dari SO2. Ozon akan mematikan sel-sel makrofag, mengstimulir
penebalan dinding arteri paru-paru dan apabila pemaparan terhadap ozon sudah berjalan
cukup lama, maka dapat terjadi kerusakan paru-paru yang disebut emphysema dan
sebagai akibatnya jantung akan melemah. Selain itu, ozon juga dianggap dapat
menyebabkan depresi pusat pernapasan, sehingga pengaturan ventilasi paru-paru dapat
terganggu.
Untuk penentuan Nilai Ambang Batas (NAB) Baku Mutu Udara Ambien dapat dilihat detail
pada Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Karlen et al. (1996) mengusulkan bahwa pemilihan indikator kualitas tanah harus
mencerminkan kapasitas tanah untuk menjalankan fungsinya yaitu:
1) Melestarikan aktivitas, diversitas dan produktivitas biologis
2) Limbah Industri
Kegiatan industri semakin hari semakin mengkhawatirkan. pasalnya, regulasi dari
pemerintah mengenai standar pembuangan limbah, industri sering tidak mendapat respon
positif. Belum lagi keberadaan oknum pemerintah yang menyalahgunakan kekuasaannya
untuk kepentingan pribadi, semua itu semakin memperparah polusi tanah dari hasil limbah
industri. Limbah industri sendiri terdiri dari limbah industri padat dan limbah i ndustri cair.
Untuk limbah industri padat yang biasanya berbentuk lumpur atau bubur mungkin kita
jarang melihatnya. Namun untuk limbah industri cair, hampir setiap industri besar maupun
kecil yang kita temui akan mengeluarkan limbah ini. Sebut saja industri skala kecil
3) Limbah Pertanian
Keberadaan zat-zat kimia yang awalnya ditujukan untuk membantu proses pertanian
justru malah menjadi sumber polusi tanah. Sebut saja zat-zat kimia seperti pupuk urea, DDT
dan pestisida, sisa-sisa dari zat tersebut. Dapat menyebabkan polusi dan dampaknya
hasil tanaman yang ditanam kurang sehat.
Keterangan:
T = Waktu (jam)
Analisis Parameter fisik dan kimia perairan bertujuan untuk menentukan sebaran spasial
karakteristik fisik kimia perairan antar stasiun pengamatan digunakan suatu pendekatan sidik
peubah ganda yang didasarkan pada Analisis Komponen Utama (Principle Componen Analisis,
PCA). Analisis ini adalah metode analisis deskriptif yang disajikan dalam bentuk grafik dan
matriks. Matriks data yang ditampilkan terdiri dari stasiun engamatan sebagai variabel individu
(baris) dan parameter kualitas air sebagai variabel kuantitatif (kolom).
Kebutuhan akan pembangunan semakin meningkat seiring dengan perkembangan
kebutuhan manusia dalam hal mencari keuntungan sebanyak-banyaknya dari hasil
pembangunan tersebut. Pembangunan dilakukan melalui berbagai pertimbangan, terutama
mengenai dampak yang dihasilkan dari kegiatan pembangun tersebut.
AMDAL merupakan suatu keharusan untuk mengidentifikasi dampak penting dari
kegiatan pembangunan yang akan dilakukan. Ekologi mencakup seluruh hubungan organisme
dengan lingkungannya merupakan dasar kajian AMDAL, yaitu sebagai dasar kajian untuk
mengkaji dampak penting dari suatu kegiatan pembangunan terhadap ekologi.
Gambar 2.24. Keadaan kuatitas lingkungan yang apabila tanpa proyek makin lama akan
makin meningkat kuatitasnya
Sebenarnya di alam tidak ada perkembangan keadaan lingkungan yang berbentuk garis
lurus, tetapi lebih berbentuk gelombang. Secara hipotesis, penggunaan data dan informasi
pada saat studi sebagai keadaan lingkungan di waktu akan datang sehingga seolah -olah
lingkungan tidak berubah, jelas tidak benar, kecuali kalau dinamika keadaan lingkungannya
relatif stabil seperti Gambar di bawah ini. Begitu pula apabila pendugaan dampak hanya
jangka pendek, misalnya tidak lebih dari 5 tahun, maka kesalahan penggunaan rona
lingkungan pada saat studi sebagai keadaan lingkungan di masa yang akan datang tanpa
proyek akan berkurang kesalahannya.
Gambar 2.26. Keadaan lingkungan yang sekalipun tidak ada proyek yang dibangun makin
lama akan makin buruk
Gambar 2.28. Keadaan lingkungan yang makin baik setelah dibangun pada waktu t1
Gambar 2.30. Dampak negatif pada jangka pendek tetapi memberikan dampak positif untuk
jangka panjang
Keadaan inilah yang menyebabkan diperlukan pendugaan dampak suatu proyek untuk jangka
pendek dan jangka panjang. Lingkungan masih dapat dibagi lagi menjadi tiga kelompok aspek
atau komponen besar sebagai berikut :
1) Komponen fisik kimia
2) Komponen biologi
3) Komponen sosial ekonomi
Tiap kelompok lingkungan tersebut terdiri dari berbagai komponen lingkungan yang lebih
kecil, sedangkan setiap proyek biasanya memberikan dampak positif pada suatu komponen
tetapi dapat memberikan dampak negatif pada komponen lain. Gambaran hipotetis tersebut
akan berubah menjadi berikut :
Gambar 2.32. Proyek yang menghasilkan dampak positif pada komponen lingkungan
tertentu tetapi juga memberikan dampak negatif pada komponen lingkungan lainnya
Metode informal dilakukan dengan instuisi, pengalaman dan analogi Proses pelaksanaan
prakiraan dampak yang dikutip dari Environmental Resources Limited (1984) oleh Soemarwoto
(1989) adalah seperti berikut :
Dari berbagai model ini maka yang paling banyak dipergunakan adalah model sederhana,
sebab cara ini akan lebih mudak diketahui dan dipelajari. Untuk mengetahui seluruh komponen
lingkungan dan seluruh aktivitas pembangunan yang diduga menimbulkan dampak dapat
dipergunakan metoda prediksi seperti "checklist", matrik interaksi, flow chart atau overlay. Namun
yang banyak dipergunakan karena pertimbangan mudah dilakukan adalah metode matrik
interaksi dan checklist.
Oleh karena dampak yang diduga ini terjadi pada waktu mendatang maka harus
dipertimbangkan adanya ketidakpastian. Untuk menjamin presisi pendugaan dampak dan
menanggulangi ketidakpastian ini maka perlu diketahui adanya kesesatan atau kesalahan yang
berasal dari bebarapa sumber. Sumber kesalahan dapat dimungkinkan berasal dari hal -hal
berikut ini :
1) Type of One Error atau Alpha Error
Tipe alpha error adalah kesalahan yang terjadi pada saat dilakukan penarikan kesimpulan.
Dari pendugaan terhadap dampak seluruh komponen lingkungan yang telah dilakukan harus
disimpulkan komponen apa saja yang terkena dampak cukup besar. Pada saat penarikan
kesimpulan bila terjadi kesalahan, maka kesalahannya ini disebut Alpha Error.
2) Type of Two Error atau Betha Error
Tipe kesalahan ini terjadi pada saat menentukan hipotesis yang diajukan. Dalam pemikiran
pakar mengenai suatu komponen lingkungan tertentu pasti telah ada hipotesis tentang
dampak yang mungkin akan timbul. Dalam memutuskan dampak yang sesuai dengan
hipotesis, biasanya akan terjadi kesalahan.
3) Type of S Error atau subject Error
Kesalahan dalam pendugaan dampak tipe ini, disebabkan oleh karena tidak baiknya dalam
menentukan unit cuplikan. Dengan unit cuplikan yang salah maka data dan informasi tentang
kondisi lingkungan dan deskripsi tentang rona lingkungan juga salah. Akibatnya dalam
pendugaan dampak juga terjadi kesalahaan. Misalnya dalam memprediksi dampak terhadap
kualitas air laut akibat kebocoran minyak dari depot di pantai, apabila sampel air yang diambil
Perlu dikemukakan bahwa dalam pendugaan dampak untuk waktu yang akan datang
maka masalah ketidakpastian patut mendapat perhatian dan pertimbangan. Masalah
ketidakpastian dapat dimasukkan dalam analisis probabilitas.
Pada hakekatnya seperti yang telah diterangkan pada uraian Prakiraan dampak terhadap
lingkungan sosial ekonomi budaya harus dilakukan langkah memperkirakan perubahan
lingkungan bila tak ada proyek dan bi1a ada proyek.
Dampak lingkungan yang dimaksud adalah selisih perubahan lingkungan bila ada proyek
dan tidak ada proyek. Hal ini digambarkan dalam skema berikut :
Penentuan besar konsentrasi gas dan debu di udara ambient pada setiap wilayah yang
dipengaruhi oleh kegiatan pembangunan, terutama adalah untuk pertimbangan pembuatan
wind-rose. Cara pembuatan wind-rose berturut-turut adalah sebagai berikut :
a) Pengumpulan data kecepatan angin dan arah angin setiap bulan selama paling sedikit 10
tahun,
b) Perhitungan kecepatan angin dan arah angin rata-rata setiap bulannya dari 10 tahun,
Didalam menggunakan rumus matematis pada metode formal, setelah diketemukan rumus
matematis yang tepat tidakan lebih lanjut adalah menentukan variabel prediktor. Variabel
predictor ini adalah variabel yang berubah-ubah sesuai dengan waktu atau sesuai dengan
perubahan kapasitas produksi (untuk suatu pabrik).
Cara prakiraan dampak yang timbul pada komponen udara biasanya menggunakan rumus-
rumus matematis (Canter, 1977) sebagai berikut; dimana :
Misal :
Q =106 Ug/detik
V- = 1,0 m/detik
H = 30 m
Y = 0 m (di atas tanah)
Atau apabila menggunakan besaran angka pada rumus di atas dapat diketemukan :
Untuk menentukan perubahan kondisi berbagai parameter hidrologi pada waktu mendatang
dan dampak yang disebabkan oleh suatu kegiatan dapat dipergunakan berbagai cara seperti
berikut.
a) Polusi Air
Polusi terhadap air sering didefinisikan sebagai suatu proses masuknya polutan, yang
menyebabkan peningkatan konsentrasi polutan tersebut dalam periode waktu tertentu.
Hal ini akan mempengaruhi kondisi lingkungan perairan. Bila kondisi parameter air ini
mempengaruhi kesehatan, misalnya berkembangnya bakteri pathogen maka dikatakan
telah terjadi kontaminasi.
Terjadinya polusi air ini berakibat penggunaan air yang terbatas. Secara jelas terjadinya
polusi pada air akan mudah terlihat pada kondisi estetika yang menurun yang disebabkan
oleh minyak dan material pencemar yang terapung. Parameter hidrologi yang dapat
dipergunakan sebagai pedoman dalam memperkirakan dampak adalah parameter fisik,
kimia dan bakteriologis. Ketiga kelompok parameter fisik, kimia dan bakterilogis
sebenarnya berkaitan satu dan lainnya kondisi lainnya, sebab kondisi sesuatu parameter
air seringkali juga menentukan sifat dan kondisi parameter lainnya. Kadang-kadang
didalam kenyataan di alam akan sulit menentukan sumber pencemar, sebab seluruh
kegiatan di sepanjang sungai membuang limbahnya ke sungai. Oleh sebab itu perlu
ditentukan sumber pencemar mana yang paling berperan dalam mencemari perairan.
Untuk ini dapat dipergunakan rumus Ekivalen populasi (Population Equivalent) dari Canter
(1977) seperti berikut :
Dengan rumus ini akan dapat diketahui berapa besar suatu industri berperan dalam
mengetahui kondisi, perairan. Rumus ini dapat pula dipergunakan untuk memperkirakan
bagaimana industri yang akan didirikan akan mempengaruhi lingkungan. Untuk ini
diperlukan informasi spesifikasi limbah yang akan dikeluarkan oleh pabrik terutama BOD
dan jumlah limbah yang akan dikeluarkan per hari. Sementara itu untuk mengetahui
konsentrasi parameter anorganis dalam air dapat dipergunakan model matematis biasa.
Yaitu berapa banyaknya parameter tertentu seperti Hg, Cd, Pb, Al dan Cr dalam air yang
diperkirakan akan terkumpul dalam perairan dari industri yang akan didirikan.
Dengan cara perhitungan "time series" akan dapat dihitung besar perubahan kualitas
yang akan datang dengan dan tanpa proyek. Hal ini dapat dilihat pada rumus berikut :
Kt = Ko . 10rt
dimana :
Kt = konsentrasi parameter B3 diwaktu mendatang
Ko = konsentrasi parameter B3 saat ini
r = tingkat pertambahan setiap waktu tertentu (1 tahun)
Variabel r ini merupakan variabel prediktor yang harus diingat adalah r waktu
yang lalu akan berbeda dengan r yang akan datang karena adanya limbah
yang bertambah banyak
Dengan cara ini akan dapat diketahui kondisi lingkungan di waktu mendatang bagi
parameter bakteri ini.
Dengan mempergunakan nilai koefisien air larian (C) yang berbeda pada saat ini dan
waktu mendatang oleh perubahan penggunaan lahan maka akan dapat dihitung besaran
air lariannya.
• Parameter Vegetasi
Berbagai cara matematis dipergunakan untuk memprediksi perubahan lingkungan dan
dampak yang timbul akibat dari suatu kegiatan terhadap vegetasi alam, dengan
memperhitungkan berbagai parameter yaitu :
1) kerapatan (density)
2) keanekaragaman (diversity)
3) kekerapan (frequency)
4) dominasi (Dominancy)
5) Nilai penting (Importance)
Pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat.
Sedangkan pada departemen sosial menujukan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi
• Telepon. Dll
4) Pengembangan wilayah
a) Meningkatkan pemerataan pembangunan (dengan prioritas pembangunan didaerah
tertentu).
b) Meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa.
c) Terbuka lingkungan pergaulan dengan adanya pembukaan suatu wilayah.
d) Membuka isolasi wilayah dan cakrawala bagi penduduk.
Dapat disimpulkan bahwa dalam aspek ekonomi komponen yang penting untuk ditelaah
diantaranya :
1) Ekonomi rumah tangga (tingkat pendapatan, pola nafkah dan pola nafkah ganda).
2) Ekonomi sumber daya alam (pola penggunaan lahan, nilai tanah sumber daya alam dan
sumber daya lainnya).
3) Perekonomian lokal dan regional (memberikan nilai tambah, jenis dan jumlah aktivitas
ekonomi nonformal, distribusi pendapatan, efek ganda ekonomi, Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, fasilitas
umum dan fasilitas sosial, aksesibilitas wilayah).
4) Pengembangan wilayah.
Sedangkan komponen sosial yang penting untuk ditelaah diantaranya meliputi sebagai
berikut:
1) Komponen Demografi.
a) Struktur penduduk.
b) Tingkat kepadatan penduduk.
c) Pertumbuhan penduduk.
d) Tenaga kerja
2) Komponen Budaya.
a) Kebudayaan (adat istiadat, nilai dan norma budaya).
b) Proses sosial.
c) Warisan budaya (situs purbakala, cagar budaya).
d) Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha atau kegiatan.
3) Kesehatan Masyarakat.
6) Partnership
Pada kondisi ini masyarakat dan pemerintah setuju untuk berbagi tanggung jawab
perencanaan dan pengambilan keputusan terkait kebijakan pemerintah. Partnership dapat
bekerja paling efektif ketika ada basis kekuatan yang terorganisir di masyarakat yang dapat
dipertanggungjawabkan oleh para pemimpin warga negara.
7) Delegated Power
Kondisi yang hampir mirip dengan Placation namun sedikit lebih baik. Kondisi ini
memungkinkan warga untuk memperoleh keinginannya lebih baik dari placation.
Negosiasi yang dilangsungkan bersama pemerintah bisa memperoleh hasil yang memihak
kepada masyarakat untuk program tertentu.
8) Citizen Control
Partisipasi masyarakat sangat diperhitungkan pada fase ini. Masyarakat memiliki peranan
besar dalam penentuan suatu kebijakan. Walaupun tidak seorang pun memiliki kendali
yang mutlak. Orang yang berada di institusi pemerintah berperan untuk menjamin
kebijakan sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Pokok substansi atas partisipasi
masyarakat. Kondisi ini sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat pada sistem
demokrasi. Minimnya tokenisme yang dilakukan pejabat negara dan kepentingan
masyarakat hendak terus didahulukan.
4) Pelibatan Masyarakat
Pelibatan masyarakat merupakan bagian proses pelingkupan. Pelibatan masyarakat
dilakuakan melalui pengumuman dan konsultasi publik. Pertemuan Konsultasi Masyarakat
dibutuhkan sebagai sosialisasi dari dampak dan manfaat dilaksankannya pekerjaan ini dan
sekaligus menampung masukan dan saran dari masyarakat sebagai masukan persyaratan
penyusunan KA-ANDAL. Konsultasi publik dilaksanakan sebanyak 3 kali.
B. Data Kualitatif
Analisis data kualitatif digunakan untuk menafsirkan dan memahami kualitas data yang
diperoleh dari pengumpulan data. Analisis data kualitatif sangat bergantung pada
interpretasi. Apabila kamu sudah mahir dalam melakukan pengumpulan data kualitatif,
maka akan cukup mudah untuk menginterpetasikannya dalam bentuk pemaparan atau
deskripsi yang lebih mendalam. Hal ini biasanya disertai dengan asumsi dan beberapa
pendapat atau rujukan dari referensi terpercaya.
Dalam analisis data kualitatif, penting untuk dapat mengembangkan pendekatan
sistematis. Ada empat langkah yang dapat kamu lakukan yaitu sebagai berikut:
a) Melakukan Peninjauan Data.
Sebelum melakukan analisis data apapun, penting untuk memahami data yang suda h
dikumpulkan dan meninjuanya secara berkala. Sebagai contoh, apabila data yang
dimiliki merupakan transkrip wawancara, baca kembali transkrip tersebut secara
menyeluruh hingga didapatkan gambaran umum mengenai hasil wawancara
tersebut. Kemudian berikan pendapat kamu pada temuan yang didapatkan. Hal ini
sebagai tanggapan awal yang mungkin nantinya akan berguna untuk menafsirkan
data.
C. Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang disajikan dalam bentuk numerik. Data ini dapat
diukur (measurable) atau dihitung secara langsung sebagai variabel angka atau bilangan.
Variabel dalam ilmu statistika adalah atribut, karakteristik, atau pengukuran yang
mendeskripsikan suatu kasus atau objek penelitian. Penelitian kuantitatif banyak
digunakan untuk menguji suatu teori, menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan
statistik, menunjukkan hubungan antarvariabel, dan ada pula yang bersifat
mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak
hal, baik itu dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial.
Analisis data kuantitatif adalah proses penggunaan metode statistik untuk
menggambarkan, meringkas, dan membandingkan berdasarkan jenis data yang
dikumpulkan. Dengan menggunakan analisis data kuantitaif memungkinkan
didapatkannya temuan evaluasi untuk memperkuat program organisasi yang
dilaksanakan. Analisis data kuantitatif biasanya digunakan untuk analisis data hasil
kuisioner.
D. Metode Prakiraan Dampak dan Penentuan Dampak Penting Uraian secara singkat dan
jenis tentang metode yang digunakan dalam studi Andal untuk memprakirakan besarnya
dampak lingkungan dan penentuan sifat pentingnya dampak.
a) Identifikasi dampak agar ditambahkan bagan alir, matriks dan daftar isian (checklist).
Mulai
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Tidak
Data Cukup
Ya
Analisis Data
1. Pengolahan data primer dan sekunder dengan metode pengolahan data kualitatif dan metode kuantitatif.
2. Melaksanakan konsultasi publik hasil pekerjaan (FGD).
3. Analisis kondisi sebelum dan sesudah pekerjaan
4. Analisis prakiraan, penentuan dan evaluasi dampak penting
5. Penyusunan dokumen KA ANDAL dan Dokumen ANDAL
6. Penyusunan dokumen RKL – RPL
7. Pelaksanaan Uji Publik Dokumen AMDAL
8. Penyerahan laporan AMDAL
Kesimpulan
Selesai
Minggu Ke-
No Rencana Kerja
1 2 3 4 5
4. Analisis Data
Nomor Kualifikasi yang dibutuhkan Kualifikasi yang diusulkan Posisi Pokok Pekerjaan
1 Team Leader Ahli Tata Sarjana Strata 2 (S2) Bidang Team Leader • Merencanakan, mengkoordinasi dan
Lingkungan, Sarjana Strata 2 (S2) Teknik Lingkungan, memiliki SKA Ahli Tata mengendalikan semua kegiatan dan
Teknik Lingkungan, memiliki Ahli Madya Teknik Lingkungan, Lingkungan personil yang terlibat dalam pekerjaan
Sertifikat Penyusun AMDAL memiliki Sertifikat Penyusun ini sehingga pekerjaan dapat
(KTPA), dengan pengalaman AMDAL (KTPA), berpengalaman diselesaikan dengan baik dan tepat
kerja minimal 6 tahun (Team lebih dari 6 tahun waktu.
Leader); • Mempersiapkan petunjuk pelaksanaan
kegiatan, baik dalam tahap pengumpulan
data, pengolahan dan penyajian akhir
dari hasil keseluruhan pekerjaan.
• Merencanakan dan melaksanakan
semua kegiatan dalam pekerjaan
yang mencakup seluruh pekerjaan serta
memberikan masukan kepada tenaga ahli
lainnya yang terkait.
• Bertanggung jawab terhadap kualitas,
kuantitas dan spesifikasi bahan-
bahan/material, kualitas Untuk
1 Asisten Ahli Sosial Ekonomi, Sarjana Strata 2 (S2) Bidang Ilmu Asisten Ahli • Merencanakan dan melaksanakan
Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Ekonomi Ekonomi / Ekonomi Pertanian / Sosial kegiatan pekerjaan yang mencakup
/ Ekonomi Pertanian / Perikanan / Perikanan / Agribisnis / Ekonomi Sosial Ekonomi serta memberikan
Agribisnis / Penyuluhan, dengan Penyuluhan, berpengalaman lebih masukan kepada tenaga ahli lainnya
minimal pengalaman 4 tahun. dari 5 tahun. yang terkait dalam pekerjaan ini.
• Membantu Team Leader dalam
memeriksa penilaian atau advist teknis
untuk seluruh hasil akhir pekerjaan Sosial
Ekonomi Budaya.
• Dalam melaksanakan tugas, Asisten Ahli
Sosial Ekonomi Budaya bertanggung
jawab kepada team leader.
3 Administrasi, Sarjana Strata 1 (S1) Sarjana Strata 1 (S1) Semua Administrasi • Administrasi dan Keuangan akan
Semua Jurusan, dengan Jurusan, dengan pengalaman membantu Team Leader dalam bidang
pengalaman minimal 4 tahun. lebih dari 4 tahun. penyusunan administrasi.
• Dalam melaksanakan tugas, Administrasi
dan Keuangan bertanggung jawab
kepada team leader.