Anda di halaman 1dari 591

PROSES RADIASI DALAM

INDUSTRI, STERILISASI RADIASI, DAN


APLIKASI TEKNIK NUKLIR DALAM
HIDROLOGI

Risalah Perlemuan llmiah


[akarta, 7 - 8 Desember 1988
Diselenggarakan Olch
Pusat Aplikasi rsotop dan Radiasi - Batan

@ PUSAT APLIKASI ISOTOP DAN RADIASI - BATAN, JAKARTA, 1989


PROSES RADIASI DALAM
INDUSTRI, STERILISASI RADIASI, DAN
APLIKASI TEKNIK NUKLIR DALAM
HIDROLOGI

RISALAM Pt:RIEMUAN ILMIAH


PROSES RADIASI OALAM
INOUSTRI, STERll lSASI RAOIASI, OAN
APLIKASI TEKNIK NUKLIR OALAM HIDROLOGI
DISELENGGARAKAN OLEH
PUSAT APLIKASI ISOTOP DAN RADIASI - BATAN
JAKARTA, 7 - II DESEMBER 1988

PUSAT APLIKASI ISOTOP DAN RADIASI - BATAN


JAKARTA, 1989
PENYUNTING :
I. Dr Ir. WicJj.111g Herry Sisworo Ketu,1
2. Ir. Munsiah 1\il<Jha Wakil Ketua
I. urs, Bagyo Socrninto Sekretaris
4. Or. Pratiwi Sapto Anggora
s. Ors. F. Suhadi Anggota
I>. Dr. Ir. Moch. Isrnachin Anggola
7. Ora. Ny. Nazlv Hllmy Anggota
8. Hendrarno, M.Sc. Anggota
9. Ir. H. Sundardi Anggota

ALAMAT : l,usat Aplikasi lsotop dan Rndinsi - BATAN


Kotak Pos Nu. 2 Kebavoran tama
Jakarta 1 2240
PENGANTAR

Salah satu tugas pokok Badan Tenaga Atan Nasional (Batan) ialah mengembangl<an
sains clan tel<nologi nuklir serta menyebarluask.an hasil-hssilnya kepada masyarakat
untuk di.manfaatkan. Dalam rangka pemanfaatan dan pengevaluasian hasil penelitian
dengan menggun.akan teknik nuklir tersebut, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi
(PAIR), Batan telah menyelenggarakan pertem.ian ilrni.ah pada tanggal 7 dan 8
Dcsember 1988.
Perterruan tersebut membaha.s hasil penelitian yang memanfaatkan teknik nuklir
di bidang industri cum hidrologi serta hasil-hasil penelitian proses radiasi dan
sterilisasi. Sebanyak 56 buah mnk.:il:ih hasil penelitian dan pengkajian dibahas
dalam pertemuan tersebut, tiga makalah diantaranya disajikan oleh pakar teknologi

nuklir dari luar negeri. Seperti pada pertem.ian-perte:ruan terdahulu, peser-
ta pertemuaan ilmiah kali ini juga tcrdiri atas peneliti dari Batan dan instansi
lain. Makalah yang disajikan dalam pertem.Jan tersebut berikut pembahasannya yang
disajikan dalam bentuk tanya-jawab diterbitkan dalam buku "Risalah PertEmUan
llmiah Proses Radiasi dalam Industri, Sterilisasi, clan Teknil<. Nuklir dalam
Bidrologi".
Akhirulkata penyunting ingin menyampaikan terima kaaih kepada saoua p ihak
sehingga memungkinkan diterbitkannya buku ini. Semoga penerbitan buku ini dapat
bermanfaat bagi para peneliti dan iilmMan yang benninat mendalami dan mengem-
bangkan lebih lanjut pemanfaatan sa ins ,diin teknologi nuklir.
'I

'•
'

Penyunting

\
SAMBUTAN Pjs. OIKEKTUR JENOERAL
BA DAN TENAGA ATOM NASIONAL

Para undangan dan peser te pertemuan yang saya hormati,

Asalamu'alaikuTI Warohnatullahi Wabarokatuh,

P1.1ji clan syukur k i ta panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas
perkenan-Nya k i ta seroa dcpat bcrkumpul di sini dalam keadaan sehat wal 'a fiat
untuk menghadiri ccara Pcmbukaan Pertemuan Ilmiah Proses Radiasi dalam lndustri,
Sterilisasi, d<in Tcknik Nuklir dalam Ridrologi. Kepada para peserta dari instansi
di luar SATAN saya ucapkan selamat datang di Pusat Aplikasi lsotop dan Radiasi.
I'd like also to welcane to all of the guest speakers who will partisipate to the
Scientific Meeting on Radiation Processing in Industry Sterilization, and Nuclear
Techniques in Ridrology.
Sesuai dengan Iaporan Kelua Pani t ia bahwa pertemuan ilmiah ini di ikut i oleh
Iebih kurang 130 orang peser ta dar i berbagai inscansi , baik pemerintah maupun
swasta, hal ini mencerminkan minat yang cukup besar untuk mengetahui manfaat ~
proses radiasi dalam industri, sterilisasi, dan teknik nuklir dalam hidrologi.

Saudara-saudara sekalian,
BATAN sebagai salah satu instansi pemerintah berkewajiban untuk melaksanakan
tugas dan fungsi~ya mendukung pembangunan sesuai dengan amanat Garis-garis Besar
Haluan Negara. Oleh karena itu, pembinaan kE!JllBlllpuan nasional dalam teknologi nuk-
lir, terniasuk pembinaan sumber daya manusia, perlu dilakuk<ln secara terus-menerus
seirama dengan tahapan pembangunan naa ional . Sehubungan dengan itu, pemanfaatan
dan pemasyarakatan sains dan teknologi nuklir di berbagai sektor pembangunan
merupakan salah satu program SATAN, yang telah dan ak.an terus dilaksanakan melalui
berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan aplikasi isotop dan radiasi.
Sementara itu, seperti kit.a ketahui, pcnelitian tcntang pemanfaatan proses
radiasi ciao radioisotop dan industri serta berbagai bidang kegiatan lain telah
banyak membuahkan hasil yang diharapkan dapat turut meningkatkan kesejahtera-
an rakyat. Di negara maju, proses radiasi sudah digunakan untuk menunjang per-
kembangan industri, antara lain dalam bidang sterilisasi, modifikasi polimer, dan
pengawetan bahan pangan. Teknik perunut radioisotop telah d igunakan antara lain

i
untuk me:nbantu .memecahkan berbagai masaloh dalam proses industri, ser ta dalam
bidang hidrologi. Di Indonesia, pene l i t ian clan ~ngembangan dalam bidang ini sudah
cukup banyak di Iakukan , tetapi pemanfaatan hasil-hasil penelitian lersebut masih
perlu disebarluaskan. Pertemuan yang di.se lenggarakan ini eerupakan salah satu
upaya yang dilakukan oleh BATAN da l am memperkenalkan manfaat sains dan teknologi
kepada masyarakat, khususnya cenaga il:niah clan tenaga' peneliti yang bekerja di
perguruan tinggi dan lembaga-lembaga penelitian serta l<alangan induscr i swasta.
SATAN secara teratur setiap tahun menyelenggarakan seminar t ingkat nasional
beberapa aspek bi.dang pcne l i t ian untuk memberikan wadah kanunikasi ilmiah
antarpakar. Kemarin ccngga l 6 Desember 1988, d i tempat yang sama ini telah dibuka
Pertemuan Para Eksckutif Di Bi.dang SLerilisasi Radiasi dimaksudkan untuk
menyajikan clan mendiskusikan berbaga i informasi yang diperoleh melalui kegiatan
penelitian dengan menggunakari teknik nuklir serra untuk mendapatkan umpan balik
yang dapat dimanfaatkan BATAN bagi pengembangan lebih lanjut program penelitian
dan pcngembangan di bidang apl ikas i isotop dan radiasi. llarapan Saya, melalui
pertcmuan mi, yang akan mendiskusil<an perkembangan terakhir basil penelitian
apl ikas i teknik nuklir di bidang sterilisasi, polimerisasi, pengawetan bahan
pangan, industri, clan hidrologi, diharapl<an akan capat mernberikan infonnasi yang
lengkap tentang s tat.us teknologi nuklir dalam berbagai bidang tersebut sehingga.
pemanfaatan isotop clan radiasi dapat dikembangkan dan digunakan oleh lingkungan ·
yang lebih luas, terutama dalam upaya menunjang kelancaran pelaksanaan program
penbangunan nasional.
Terima kas ih , Wasalairu 'a l a iktm Warohnatullahi Wabaral<Bt11h.

Jakarta, 7 Desember 1988


P2s. Direktur Jenderal
Badan Tenaga At<n Nasional

Soekotjo Joedoatmodjo

ii
LAPORAN KETCA PAl\'.ITIA PERTEMUAN ILMIAH
PROSES RADIASl DALAM INDUSTRI, STERJLISASI. DAN
TEKNIK NUKLIR DALAM HIOROU>Gl

Bapak Direktur Jendral SATAN yang kami honnati,


Para undangan dan peser ta per tcmuan ilmiah yang terhormat,

Asalamu'alaikl.lll Warohnatullahi Wabarokatuh.


Pada kesempatan yang berbahagia in i , pcrtama-tama perkenankanlah saya meng-
,
ucapkan selamat datang di Pusat Apl ikasi lsotop dan Radiasi, kepada senrua paser ta
Pertemuan Ilmiah Proses Radiasi dalam Industri, Stcrilisasi dan Teknik Nuklir
dalam Hidrologi. Atas n.ama panitia perkenenkan'lah saya menyampaikan laporan penye-
lenggaraan pertemuan ini.
Pertemuan semacam ini merupakan pertemuan yang sudah rutin diselenggarakan
oleh Pusat Aplikasi lsotop dan Radiasi yang digunakan scbagai, fon.rn untuk menge-
nrukakan dan mengka ii hasil-hasil pene l i t ian dalam bi dang-bi dang tcrtentu.

Ibu-ibu dan Bapak-bapak yang kami bormat i ,


Di dal.am perke:nbangannya, terlihat bahw·d kegiatan penelitian aplikasi teknik
nuklir ini dari masa ke masa aiakin meluas dan mendalam. Pada dewasa ini apl ikas i
isotop dan radiasi yang berkembang di Indones ia Lelah mencakup bidang-bidang snea-
ra lain: kedokteran, pertanian, peternakan, hidrologi, lingkungan, bioteknologi,
industri, geologi, dan geofisika. Masing-masing bi.dang masih dapat dibagi menjadi
kegiatan - kegiatan yang lebih terinci dimana isotop dan radiasi tetap dapat ber-
peran. Melihat perkembangan tersebut sungguh sangat sul i t untuk menyediakan suatu
forum yang d~pat menampung seluruh kegiatan penelitian aplikasi. Oleh karena itu,
sejak beberapa lama d ipandang perlu untuk menyelenggarakan forun pertemuan i lmiah
yang hanya membahasbid;ing-bidang tertentu, seperti yang diselenggarakan sekarang
ini hanya meliputi bi.dang proses radiasi, industri, dan hidrologi.

Ibu-ibu/Bapak-bapak dan peserta yang kami hormat i ,


Pertemuan ilmiah kali. ini tercatat dihadiri oleh lebih kurang 130 peserta
yang berasal dari lembaga pemerintah, universitas, pusat - pusat penelitian dan
tidak ketinggalan p ihak swasta juga banyak yang berminat. Data ini memberikan
indikasi bahwa apl ikas i isotop dan radiasi makin aendapatkan perhatian dari
berbagai kaiangan. Jl.llllah makalah yang akan disajikan adalah 56 judul, yang ter-
diri dari 3 makalah sebagai makalah undangan dan 53 makalah peserta. Makalah
peserta dari luar BATAN sebanyak 7 makalah, terdiri dari 3 makal ah pescrta dari
luar negeri dan 4 makal ah dari instansi dalam negeri. Makalah undangan masing-
masing akan dihawakan oleh Dr. Gilmore mengena i uji tak merusak (NOT), Dr. Rao
mengenai hidrologi, dan Dr. Hayagawa mengenai proses radias i .
Si.dang pertemuan selama dua hari ini terdiri dari sidang pleno, yang akan
berlang~ung setelah acara pembukaan, dan sidang kelompok, yaitu kelompok yang ter-
diri d<lri dua kelompok, yaitu sterilisasi d.'.ln proses radiasi serta kelompok
industri dan hidrologi.
Kepada Bapak Pjs. Dirjen BATAN, kami ucapkan terima kasih atas perkenannya
menghadiri dalam acara pembukaan. Selanjutnya, kami mohon kesediaan Bapak untuk
memberikan sambutan dan sekaligus membuka pertemuan ilmiah yang akan diselenggara-
kan sampai besok, tanggal 8 Descmber 1988.
Teri.ma kasih. Wasalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Jakarta, 7 Desenber 1988


Ketua Panitia

Ir. Wandowo

iv
OAFTAR ISi

Sambutan Pjs. Direktur Jenderal Badan Tenaga Atan Nasional............. i

l..aporan Ketua Panitia Pertemuan llmiah Proses Rlldiasi dalam industri


Sterilisasi dan Teknik Nuklir Dalam Hidrologi iii

MAl<AI..Afl UNDANGAN

NDr develoµnent and future directions


ROYGil..H)RE ..........••....••.••...•.•...................•...••.•••.•.• I

Environmental isotope technique in hydrological investigations


S.M. RAO ..•..•..............................•..•••...•••...•.•......•.. XI
Current status of radiation processing in Japan
N. HAYAKAWA .•• , ••.•• , ••.•• , ••••••..•••••.•.••••••••••••••••.••.•..•...• XXVll

MAKAIAH PESERTA

lndustri dan Hidrologi


Penelitian tingk.:lt kesempurnaan pencampuran batuan fosfat dengan fosfat
cair menggunakan perunut radioisotop di pabrik Triple Super Phospate.
PIJGUH MARTIYASA, WAN!lOOO, TNOROJONO, MAURITZ L. T.. AGUN:; s .. dan
TCM1YH.................•.......•..•.........•.•.....•....••••••...••.• l
Penyeli~~~an kebocoran Dust Chamber Prilling Tower PIJSRI IV Palembang
dengan Au.
SYAFAINI, ALIP, M. SUD.JANA K., INDROJONO, PASION S., dan MURSANTO . . . . • . 11

Penentuan L111Ur karang laut dengan metode radiokarbon.


SUPRA'IMAN clan lNDKOJONO • • • • • • • • • . • • • • • • . • • . • • . • • • • • . • • . • • • • • • . • • • . • • • • • , 19

Studi pencampuran Al pada proses peleburan ulang dengan metode perunut


radioaktif.
ACtm:: SANTOSO, INDROJOOO, 'IRIJONO, dan mlMY H .. , . • . . . . . . . • . . • . • . . . . . . . 27

Pengukuran konsentrasi sedimen suspensi menggunakan hamburan balik gamna


241Am.
Sll{)N PETRUS GURUSIN:;A dan T~ HUTABARAT 39
Pengnkuran RID pada proses penggilingan akhir terak semen dengan
menggunakan isotop lantanum-140.
INDROJONJ., AGUNG S. , TRIJONO, MAURITZ L. T., dan S. ABBAS RAS . . . . . . . . . . . 47
Studi air tanah Semarang menggunakan isotop alam.
INDROJON:J, SYAFALNI, ZAENAL ABIDIN, ALIP, DJIJOOO, dan AGUS MARTINUS . . . 57
Pcncntuah umur air tanah dcngan penanggalan radiokarbon 14c.
SYAFAf.lolI, Wl\N!Ja\D, INJ)l{WOOO, Al.IP, dan AGUS MARTINllS .. .. . .. .. .. .. .. .. . 69

Deucer iim dan oksigen-18 di da Iam air hujan.


DJIJONO, ZAENAL AJHVlN, INDROJONO, PASTON S., dan DARMAN ............... 77
Penentuan klasifikasi air tanah dengan diagram Piper Trilinier dan
diagram Stitf.
N. LAKSMINlNCPURI, ZAINAL ABIDIN, INDROJONO, dan AGUS MARTINUS ....•.... 89
Penentuan Laju angkut an sedimen Bed dengan radioperunut.
SIMCl'I pgfRUS GURUSINGA dan ~QJRSANTO ...•..•..•...•. 105
Aplikasi tekn ik isotop alam da lam sistcrn geotermal.
ZAlN.l\L ADIDIN, INDROJONO, WAN00'10, M. SUDJANA K., SYAFAINI, PRIYAITTO,
AMIR ~'AUZl, NUGROHO, dan SUNARYO . .. . .. . .. .. • . .. .. • .. . .. • .. . .. .. . . .. . .. . 123

Studi pengukuran debit sungai dengan Total Counc Method.


SYAFAINI, INDROJONO, &in TARYOKO ..... .... ................•.......•..... 139

Rembasan air di dalam profil tanah podsolik merah kunine di Nakau -


larnpnng.
M.M. MJTROSUIJARDJO, WIDJANG H. SISWORO, HAVID RllSJlD, <Ian J. PRAWIRO-
SUNANTRI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 149
Laju angkutan sedirnen suspens i sunga i Ci sadane.
· S l.MON l'F.TRUS C. S. , dan HARl YONO .. . . . . .. .. . .. . .. .. .. .. . .. .. • • .. . • .. .. .. . 163

Pelapisan papan par t ike l secara radtas i dengan bahan peIapi.s prapolimer
lananer.
Ci\TOT TRIMUtYADI, F. SIJNDi\RDI, dau DARSONO . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . 179
Pe Iapisan kayu pol imct i l me cakr i.Lat kopolirncr dari kayu puspa pres.
MARGA UTAMA dan YANl'l SABARI'JAH • • • • • . . . . • . • • • . • . . . . • . . • • . • . . . • • • • • • . • . . 189

Pengaruh dietil amin dan t.r ic t i l am in pada curing secara radiasi


pol.iestcr tak jenuh-stiren.
StX;IAlffO DANU, M. ROESlAN, dan SHD~AJAT ISKANDAR •.•.......••. ,.•..•. .•. 203

Daya tahan kayu p las t ik tcrhadap penggerek kayu di laut.


H. MUSLICH, NIJRWATT H., dan MARCA UTAMA .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. 211

Stabiliras dimensi dan peningkatan kekuatan kRy11 dengan polimerisasi


rad ia s i .
NURWATI llADJlll, ~W{GA UTAMA, dan SURJONO SURJOKL:SUMO . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 221
Resistensi kayu tusam-poli.ester at i rcn ter.hadap t igo j eni s jamur perusak.
kayu.
GINUK SUM.<\RNl, JASNI, dan MARC.A UTAMA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . • • . . . . . . 231

Pembuatan bahan pe lap is pennukaan untuk c11ri ng dengan berkas elektron


cepar ,
i'.NIK SUNARti'I clan SURTIPAN'Tl S. 239
Pelapisan permukaan lantai parket s~ra radiasi dengan bahan pelapis
larcmer.
SL'C.a.ARTO DANU, GATOT TRlMULYADI, ANIK SUNARNI, dan DARSONO . . . • • . • • . • . . . 247

Kalibrasi dosimeter perspeks merah.


KIC.lCY L.T.K. clan GUNAWAN . . . . . . • . • . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . • . . . . . . . . . . . 257

Larutan fero-kupr i sul fat pre-iradiasi sebagai dosimeLer.


MIRZAN T. RAZAK, KICKY L.T.K., dan MOH. RUJWAN 267

Pengaruh penyimpanan dau pemanasan pada rapat opt ik polietilen


tereftalat pasca 1radiasi berkas elekt~on.
KICKY L.T.K., GUNAWAN, dan ROSMLNA D.L.T. 277

Studi metode hamburan s inar-x sudut kec i l .


KRISNA MURNI L., TOCA SU.ClilN, dan AIBERT SIIDIBI~ 287

Sterilisasi dan Proses Radiasi

Pengaruh bahan pengaweL sekunder pada kestabilan lateks a lam i radi asi .
HARGA UTAMA . • . . . . • . . . • . • . • . . . • . • . . • . . . • . . . . . • • • • • • • • • . . . . . . . • • • • . • • • • • • 2 97

Kopolimerisasi radiasi emulsi campuran glisidil metakrilat, vinil


aset.at , dan N-1..iuLll akr Ll at . Pengaruh kadar bahan pengernulsi Tween-20.
ARLIZ ZUBIR dan F. SUNDARDI . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . 307
Stud'i pembuatan kondan Iat.eks al em i rad ias i .
MARGA UTAMA, M. SUMARTI, HE.RWINARNl S., SUDRADJAT I., D. J.RAMANl, S. lMI
SHOLIKHATI, F. SUNDARDI, R. WAHYU SlMI'IBA, dan SUDllRMADI .. . .. .. . .. .. .. . 315

Bahan pemeka untuk vulkani sas i radiasi lateks alam. I. Kanbinasi monomer
akr i Iat monofungsional-karbontctraklorida (ccl4).
Yi\NTl SABARINAH S. clan F. SUNDi\RDI .. . .. . . 329
Sifat fisik dan mekanik vulkanisat campuran karer alrun dan kopolimer
karet alam stiren.
MARGA UTAMA, W. SOFIARTI, dan S. l<ARTCWAROOYO . . . . . . . .. . . . . . . . . .. . . . . . . . 339

Kopolimerisasi radiasi moocmer metilmetakrilat pada karet alam.


SUDRAJAT ISl<ANDAR, r. SUNDARDI, K. MAKUUOU, dan DIAN T. . . . . . . . . . . . . . . . 347

Modification of natural rubber latex and its application.


F. YCSHII, K. MAKUUGFII, 1. ISHIGAKI, M. lJfAMI\, S. ISKANDAR, KADARIJAH
S .• ARLIS Z.H., DIAN I., K. SLMl\RTI, HERW1NARNI S., SIT! U.S., and F.
SUNDARDI ·· ···· ··· 359

Kopolimerisasi radiasi stiren pada lateks radiasi.


ARLIS ZUBIR, MARGA UTAMa, dan F. Sll'lDARDI . . .. .•.. 369

Kopolimerisasi tempel monaner ~t1A pada latek karet alam. Pengaruh waktu
kediaman dan aditif.
KADARIJAH, F. SUNDARDI, K. MAKUUCHI, dan S. ISKANDAR . . . . . . . • . . . . . . . . . . • 379
Penggunaan lateks_ kopolimer KA-PM!-IA sebagai bahan perekat; kayu Iapi.s,
KADARIJAH, I. MARLIYANTI, F. SUNUAl!Dl, DARSONO, dan DIAN I. .. . ... .. . .. . 393
Pembuatan saning tangan dokter dari lateks alam iradiasi.
HERWINARNI S., MADE SUMARTI, dan MARGA UTAMA . . .. . .. .. . .. .. .. .. . . . .. .. . . 403
Application of Nl-f.l on radiation processing.
N. HAYAKAWA ..........•...................................•.•.....•• ••.. 415
Pengaruh bahan pengemas pada mangga iradiasi.
HARSONO S. dan NlJNSIAH M. . . . . • . . . . . . . . . . . . • . . • • . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . • . . • 425
Pengaruh iradiasi ga[Illl8 pada karakteristika kimia biji kopi.
RAHAYUNINGSIH C. dan Z. I. PURWANTO . . . . . . . . . . . .. . . .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . 441
Studi pengaruh iradiasi dan bahan pengemas untuk meningkatkan mutu biji
kakao.
HARSONO SOEDARMAN • • • • • . . • . . . • • • • • . • • • • • • • . • • . • • . • • • • • • • • • • • • • • . . • • • • • • • 453
Pendinginan sebi'.lgai suatu cara mengatasi kerusakan sayur.
D. MARDIN UMAR . • . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . • . . . • . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • 463
Penggunaan iradiasi untuk memperpanjang daya s impan jamur merang
(Vol variella vol.vacea) segar ,
MUNSIAH M. dan DEWI S.P. .. .. . . .. .. .. . . .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. . . . . .. . . .. .. 475
Perubahan kadar vitamin C jarnur merang (Volvariella ""lvar.e.. ) akibat
iradiasi ganma .
ARYANTI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 485
Pencegahan perturnbuhan J.spergil.l us dan produks i aflatoksin pada bahan
pangan dengan iradiasi.
HARSONO S., TAMIKAZU K., dan RAHAYUNINGSIH C , .. . . . 491
Paparan radiasi di sekitar IRPASENA dan IRKA.
Ml\DE SUMATRA, KICKY L.T.K., dan PUGUH MARTIYASA .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 501
Effect of electron beam irrarliation on polymer materials in the
sterilization.
F. YOSHI!, K. ~IAKUUCHI, and I. ISHIGAKI .................... ' . 507
Pengaruh iradiasi g~ pada suapensi prokain benzilpenisilin dalam
oleum olivan.sn.
RAHAYUNI!'CSIH C., NAZT.Y H., dan CITRA W.A. . . .. . .. . .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. 515
Pengaruh iradiasi dosis sterilisasi pada gelatin dan kapsul gelatin.
ERIZAL, NIKHAM, dan NAZLY H. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 523
Pengaruh pengurasan dan iradiasi pada mikrot>a air kolarn iradiator
kobalt-60.
N. llUMY, RAHAYUNINGSIH C. , dan TATY ERLINDA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . 535
Efek kanbinasi vakun clan iradiasi ganma pada daya tahan spora Bae.illus
pum.i.lus dan Bacillus cereus dalan kondisi kering.
NIKl:IAM dan NAZLY HIU1Y . • • . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . • • . • • . . . . . . • • . • • • . 543

Pengekangan enzim papain dengan iradiasi ganma.


RAHAYUNINGS IR C. , NAZLY HIU1Y, clan CANDRAWATI . . . . . . . . . • . . • . . • . . • . • • . . . • 549

'.

.!
NOT DEVELOPMENT ANO FUTURE OIROCTION.S

Roy C,ilmour*

SUMMA RV
Recently Senator Button the Minister
The grovth in the application of for Industry Technology and Commerce
t ota I quality management potencially outlined the measure• be;ng taken by
has great significance in the way Non thP Austral ilan Government to impliment
-destructive Testing is applied in in- the recoamendations of the Foley Re-
dustry to produce manufactured pcoducts pnrt. Why you may ask are the delibe-
with a quality satisfying a customer's rations of an Australian Government
requirements. The effect total ~uality Committee of possible interest to a
management has on NDT personnel tra- Conference being held in Indonesia For
ining, NOT equipment and the a~credit- several reasons.
ation of NOT laboratories is discussed a) This ~eport is the first time a com-
as is the work of the IAEA in a Regi- prehensive assessment has been made
onal Industrial Project in the Asia and in Australia of the sy8tems which
Pacific Region. had evolved to set standards and
conduct accreditations and whether
INTRODUcnON these systems were helping to deve-
In September 1986 the Australian lop efficient, competitive and ex-
Government established a Committee of port oriented industries producing
Review of Standards, Accredit at ion and quality goods and services. These
Quality Control aud Assuranc.,. The Com- are surely queatione all responsible
mittee ~as asked to ~xamlne lhe naLi- Governments must aak no aatter what
ona l systems of standards, accredita- country they come from and as citi-
tion and quality as they apply to the zens of these countries it is im-
manufacturing and service sectors. In portant to our well being that the
June 1987 the Co11111ictee's report, term- systems are effective.
ed the Foley Report after the Co11111ittee b) While th is paper is primarily about
Chairman, was tabled in Parliament. Non Destructive Testing (NOT), ave-
ry important aspect of any attempt
to produce quality goods efficiently
• UNfll'/fAEA Regional ln~u•trlal Project and competitively, and specifically

l
about the work of the International Japanese industry in gaining export
Atomic Energy Agency in an KDT pro- markets has been achieved through dedi-
ject which the Agency is conduct- cation to quality at all levels in an
ing io Asia and the Pacific, the organisation. Japan places great em-
paper does consider some of the phasis on its people, on efficient work
matters raised by the Foley Report processP~ and on service in drder to
in particular the importance of fo- meet the expectations of its customers.
llowing international standards "nd
The Japanese "total quality ma-
accreditation both of which are im-
11total
nagement11 or quality control"
portant elements of the Il\£A NDT
approach is spreading rapidly through
project.
North America and Europe through and
c) The future development of NDT is ve-
countries such as Korea and Taiwan. It
ry dependent on the decisions ~ade
by Government's and industry. The
is spreading rapidly because it gives
firms practising it an advantage in the
Australian Government's reaction co
international market place. Total qua-
the Foley Repot is an example of the
lity control is many steps ahead of the
initiatives being taken by one de-
:low obsolete method of "inspecting in"
veloped country which may be of in-
quality at the end of production lines
terest to others. The consequences
with its emphasis on fault detection
of these decisions will have an im-
leading to costly reworking and product
pact on the way NOT is performed in
recall.
the future and by whom it is per-
formed. Enlightened orgaoisat;o~s now aim
to ''build in'' quality ~tall stages of
rhP produetion cycle> from product de-
TOTAL QUALITY MAN.-GEMENT
velopment and production planning co
One of the motivation8 hehiod the marketing and after-sal@s service. The
Australian Government's decision to set vhole work force strives to achieve
up the Foley Committee was the need to quality, with chief executives taking
improve the competiveness of Australian final responsibility for it. Designing
produced goods on the world market. It and building quality into goods and
wat recognised that often Australian services results in o~ganisations that
goods did not meet the quality requi- operate core smoothly, more cost ef-
rements of customers. Quality can be fectively aod with greater market ori-
defined simply as meeting customec ex- entation. It also brings a substantial-
pectations. ly higher recurn on investment.
Much of che relentless success of The Australian Government incends

lI
to eotablish lhe infrastructure which by an acceptance code.
promot~s lhe lotal quality management NDT is unfortunately still being
approucb to quality in goods and ser- used by many organisations in this re-
vices. The infrastructure will comprise gion not only in Australia to "inspect
internationally recognised standards in" quality to products. Often onlY.
setting and accreditation systems, qua- after a product has been completed and
lity awareness including industry sup- is ready for acceptance by the customer
port progra11111es, education and training is :fl>T carried out. And often only then
for quality, and uniform use of stan- because the customer wants a report to
dards, accreditation and quality in all say that NDT has been carried out. The
federal, State and ~ocal goverament uneducated manufacturer is often quite
lo
purchasing and regulatory activities. upset when advised that a part is de-
The introduction of total quality fective and often puts unwarranted pre-
management principles is flowing into ssure on the NOT personnel to declare
all countries in the region and it is that the part is acceptible.
worth while examining the impact this
Moreover the standards used by NDT
will have on the future use of NDT in
personnel may be quite inappropriate to
the region.
the component being inspected. This in
not necessarily the fault of the NOT
IMr.\C'f 0:-1 NON-Ot:STRtJCTIVE TESTING
pcrsonn~l. It iG more coDDonly because
~Dt is the application of ins- the manufacturer and the customer arc
pection procedures which do not damage unavare of what quality is required.·
a component in order to assess whether The concept of "fitness for purpose" is
the component meats its design require- appropriate here. It is unnecessary to
ments. There are more than 30 tech- demand that the quality of construction
niques which can be classified as NOT of a pedestrian overpass be the same as
and the list is groving. However the a long span cable stayed bridge carry-
most COOl!Donly applied metho~s, the 5 ing heavy road traffic. It is not the-
basic methods, are ultrasonic inspec- refore the job of NDT to locate eve-
tion. radiography using x-~ays or gaaaa ry discontinuity in a component only
rays, mag.netic particle inspection, those discontinuities which reduce the
liquid penet<ant inspection and eddy required quality of the component.
current inspection. These five are NDT as a consequence of the total
c onmon Ly used to locate surface and quality management principle will in
internal flaws which are then assessed the future be applied much more often
to determine whether they are pet"Eitted in the production cycle and its results

III
will be used to give immediate feed compare the signal amplitude with a
back to the production process. NOT reference signal and can calculate the
will be used by process workers to as- posit ion (depth and di st a nee from a
sess the products they themselves have referenc.e point) of • reflector. It is
made. This use of relatively unskilled possible that, in the future, instru-
personnel to carry out NOT inspections ments will incorporate artificial in-
will require changes to be made to NOI tPlligence so that it will be possible
equipment. The equipment will have to to compare the response from a dis-
beco~e much simpler to operate. will continuity with a libr4ry of response
have tobe independent of varying opera- e~velopes so that the probable defect
tor skills and experience, will have to type and si•e can be displayed with the
guide the operator through the cali- required action based on a particular
bration and set up stages, will have to acceptanrP criteria.
produce the final report automatic.ally
and will have to record the test re- N~F.O F'OR NOT EDUCATION AND TRAINING

sults for subsequent analysis or future Even with the provision of more
comparison if required. advanced NDT equipment to make the job
Some of those chane,Ps a r e a Lr e ady of inspection easier and fool proof, it
apparent. Modern eddy current instru- well still be necessary to have well
ments, for instancP., do not require the trained NOT technicians and technolo-
operator to sele~t any of the parame- gists who are trained in the "quality
ters himself whilP in the field. Every ethic" to develop new inspection proce-
setting of th~ instrument can be pro- dures, to set ac c ept ance levels, to
grammed in the laboratory by the opcr"- analyse test results etc. The training
tor or by a supervisor and recalled of NDT technicians and technologists is
•t the work site by a couple of key at an early stage of d~velopment in
strokes. Programme modules can be de- masc countries in tl1e Asia and Pacific
veloped which contain a complete set of Region. This was recognised in the late
instructions in text, "'•ith cal .ibratioo 1970 "s whe" an evaluation 1Jas made of
data, and anticipated displays from go- the ce g Lous by Lhe Inter nae ional Atomic
od and bad parts can be stored io th~s~ Energy Agency.
programme modules.
Modern ultrasonic equip~~nl can T1ta.<.~i.<.ng Ac.U.v.<.:t.le.6 06 l11.te.1t-
calibrate itself for a required test tto..t.lo nal A.tom.le EneAgy A9e.nc.y. As a
r ange , can measure the angle of an ang- result of this evaluation, the IAEA im-
1~ probe, ca11 give the range of a maxi- plemented a largescale regions project
mum ~ignal, can compare che signal, can on the industrial application of iso-

IV
copes and radiation technology fundod Trinidad and Tobago, Uruguay and Ve-
by the United Nations Development Pro- ne eue l a .
gramme (UNDP) with financiHl contri- the IAEA's contribution to re-
bution from the Governments of Japan gional and national training in NOT in
and Australia. Non-dest~uctive testiag the first plt ..s e or the project in tho:
(NOT) is one of the sub projects in Asi• and Pac Lf Lc Region was to produce
this Regional Industrial rroject. 13 a core group of trained NDT pe r sonne l
countries are currently participating who t oday form the backbone of NDT
in "'hat is now the second phase of this activities in all the countries par-
sub project neme Ly , Aus t r a l La , Bangla- ticipating in the project. Some of
desh, Ch i ria , India, Indonesia. Japan, those trained are today serving as
Rep. of Korea, Malaysia, Pakistan, Phi- experts for the Project. The project
lippines, Singapore, Sri Lanka, and has also laid the foundations for many
Thailand. DPR Korea joined the project National ND"!" certification schemes mo-
in February 1988 and Vietnam will begin delled on and 150 draft standard. The
to participate in 1989. project has also helped to establish
The Development Objectives of the NDT societies in Sri Lanka, Thailand
NDT Sub Project are to: and Malaysia and to revitalise the
a. Train professional and technical NDT society in the Philippines.
staff, Since the start of the second
b. Promote a"'areness of the benefits of phase in 1986 there have been 7 re-
NOT to management, gional training courses and 3 regio-
c. Introduce new NDT techniques, pro- nal workshops. In additional the Agency
cedures, standards and equipment re- has provided experts mainly from within
sulting in advances in the state of the region to assist at 30 national
the art, and training courses. It is encouraging to
d. Assist national authorities to set note that in the years 1987 and 1988 an
up and put into practice and har- additional 44 national training courses
monize national qualification and were conducted in five of the countries
certification schemes for NOT per- in the region using the Agency guide-
sonnel. lines but with no other assistance from
The IAEA bas a similar project in thP. AgP.ncy. ~ome of the countries in
Latin America and the Caribbean in- the region are Also u~ing the AgP-ncy's
volving 16 countries, ArgentinA, 8Ar- technical assistance progrannne to con-
bados , Bolivia, Brazil, Chile, Colom- duct additional NOT training courses.
bia, Dominican Rapub l Lc, Ecu ado r , Gua- to nominate fellows for fellowship
temala, Guyana, Jamaica, Mexico, Peru, visits and to receiva guidance on the

v
establishment of NOT societies and the did not have a national qualificati-
conduct of National Certifying Bodies. on and c e.r t i f i c ar Loo scheme such as

Thailand, Indonesia, Philippines, Pa-


N[[D FOR N.\TION.'1 QUALIFICATION ANDC£RTIFI· kistan, Malaysia, Sri Lanka, Bangla-
CATION SCHl!.MES
desh, and Singapore, there are clearly
The Agency is very interested in advantages to following the lSO Stan-
promoting national qualific~tion and dard. They immediately align themselves
c~rtification schemes and in the fu- with an International Standar which has
ture harmonisation of these schemes been prepared by a sob committee co-
between participating countries. This morising Argentina, Australia, Austria,
is consistent with the Poley Reporq's 6Taz:il, Canada, Chile, China. Czecho-
suggestion that tt"aining in the "qu- slowakia, Denmark, France, German Fed.
ality ethic" should be followed by Rep., Icaly, Jam~ica, Japan, Mexico,
accreditation and that International Netherlands, Peru, Philippines, South
standars should be used whenever po- Africa, Sri Lanka, Sweden, Trinidad and
ssible. ln this case a national qu- Tobago, United Kingdom, United States
alification and certification scheme and U.S.S.R. The proposed ISO document
leads to accreditation of the NOT per- is still only a draft but it has
sonnel. Later in this paper accre- progressed to the prepublication stage
ditation of NOT organisations will be of standard development with only two
discussed. In order to encourage the countries voting against it, namely
countries in the region to adopt a U.S.A. and W. Germany. In both cases
qualification and certification model the main basis for objection has been
which is internationally accepted, the the Standard's requirement that certi-
Agency has been involved in the work of fication can not be carried out by
the International Standards Organisa- employers of NOT personnel and that a
tion Technical Committee 135 Sub-Commi- National Certifying Body must be formed
ttee 7 which is developing a standard to administer the certification pro-
on the Qualification and Ceertifica- cedures. The next meeting of the ISO
tion of NOT Personnal. The Agency has sub committee is in Jamaica in December
also been encouraging member countries 1988.
to join TCl3~ SC7 as P members so that
they can have some influence on the NOT L<\80KA1'0RY ACCREDITATION

development of the Standard. One •hnu Id not be tieve hoveve r


For countries in the Asia and thAt rhP. performance of an NDT tech-
Pacific Regional Industrial Project nieirin in the work place is suddenly
which when the Project began in 1981 going to improve when they receive

VI
cutification in an NOT t echn i que . An tional accreditation programs. These
NDf t echn ic i an t s work performance is countries include Canada, Denmark,
governed by many f~clorH, for instance, France, the United States, and the
the quality of his training, the equip- United Kingdom.
ment he has available, his ability to In Australia the organisation
work to •pecified codes and standars, which is responsible for laboratory
and his experiance in inspecting a accreditation is called the National
particular component. Many of the Association of Testing Authorities,
factors which lead to a satisfactory Australia. Similar organisations now
NOT inspection depend not only on the exist io this region in Hong Kong,
NDT technician but also on the or- Singapore and Malaysia.
ganisation for which works. The same is
true for any testing facility be it
FlffURE OIROCTION Of 11\t:" NOT SUBPROJF.CI
mechanical, electrical or chemical. The
Foley Report emphasises the importance The sub project has progressed in
of accrediting organisations to carry most countries to the stage ~here the
out quality management. Accreditation first examinationR in accordance with
is the provision of an assurance to the national sta~dards on Qualificatio~ and
customer that a product or servicP. Certific.~rinn of NDT personnel are
complies with certain standars or spe- being planoed. In the first step to
cifications. It is iocreasinely the region~l hafmOnisation of NDT schemes a
case that a customer will c.arry out a R~eional Board is being for~ed to re-
quality assurance audit of a manu- view the NOT examinations being offered
facturer to determine whether the ma- 1n the countries in the region.
nufacturer's quality control system is Initially the Review Board will
effective. In many industrialised coun- consider the Level 3 examinations being
tries there are now Laboratory Accredi- conducted 3fter level 3 Regional Train-
tation Organization which ce r ry out ing Courses in 1989. However ic is
this role of registering laboratori- hoped that this will be extended to
es for a specified range of tests include national training courses. The
depending on the equipment available, next phase of the project if it is
the competancc of the personnel and concidcred necessary by participating
their experience, and the adntinis- countries wi:ll move towards mut.ue I
tration and technical control being recognition of qualification and certi-
applied in the laboratory. fication schemes be-tween countries.
There ar e presently twenty co- It is also intended that tbe proj-
untries which have established na- ect, now that training irt the five

VII
basic NOT techniques Ls under control, lity management intomanufacturing
will expand in to more specialised
industries emphasises the importance of
techniques. For example a Regional Se- nondestructive testing techniques at
minar on Neutron Radiography is planned all stages of the production cycle. To
for 1989 as is a Workshop on the NDT of utilise NDT correctly, well trained
Non-metallic Materials and requests personnel are required 9ith suitable
have been received to organise courses equipment and with support organisa-
in acoustic emission, vibration analy- tions which can provide administrative
sis, critical defect sizing using ul- support and technical control. The IA.EA
trasonics and leak testing. Regional Industrial Project is working
with participating Governments to deve-
CONCLUSIONS
lop the necessary human resource• to
The introduction of total qua- satisfy these requir~ments.

VIII

b
DlSClJS5ION ans that the ability of NOT personnel
can vary significantly frnm company to
LILI M. MOELJADI: company. Recently ASNT introduced the
Which method can be used, if we sugge~l centralised certification of level 3
there is a crack in a bridge! personnel but level I and 2 are still
certified by the employer.
ROY GlLMOliR
I. If the crack has been produced in SOFIARTI W.
service due to fatique or stress SpeHking of the aim of the NOT is to
corrosion, it will normally be on "Build in" quality at all stages of the
the surface and can be located with production cycle, how far the NOT is
the magnetic particle (assuming a used in an industry in developeq coun-
steel bridge) or liquid penetrant tries, up to now 1
methods. The choice depends on sur-
face condition and access - magne- ROY GILMOUR :
tic particle is preferahlP. Tf the I do not think it is routinely done in
cracks are at bolt holes, Eddy r.ur- developP.d countries. It varies, howe-
rent probes could be used. ver, dep~nding on the industry. In high
2. For internal cracking e.g. heat af- speed production lines, for example,
fectd zone cracking or lamellar tea- the production of welded tube, in sta-
ring, ultrasonics is best. inless steel, NDT syst~m~ have been
used for some time. The NDT system does
'WANDO'WO : not control the process but simply mn-
What is actually the significant dif- nitors the quality aiter manufacture.

ference between ASNT and ISO Standard? The trend will be for the results of
lht< NOT inspection to give a feed back
ROY GILMOUR to the manufacturi~g process. This can
The ISO Standard does not allow an em- be done witll friction welding and spot

ployer to certify his own staff whereas welding processes. In heavy engineering
the ASNT recommended practice (SNT-IA) research work has been don~ Gonitoring
does allow this. The ISO Standar requ- the weld quality as the weld is being
ires the establishment of a national made. As defects such as slag inclu-
certifying body which has the responsi- sions and porosity are introduced they
bility for ensuring that NDT personnel can be located and repaired before sub-
are trained satisfactorily aad meet the sequent welding is carried out. I don't
certifying hodies examination require- think this approach is used as yet in
ments.The ASNT rP.com~ended practice me- production but it will be in the near

IX
future. I bel:eve thac new induscries
for NDT for its Regional Training
being established in the developing co- Courses. It has only produced one
untries have a unique opportunity to rlassroo~ training course notes in
move into building in quality by nes- ultrosooics level 2 - this essenci-
calling such NDT systems.
ally follows the ICNDT Syllabus. The
syllabi used by the IAEA are con-
NITA SUHARTINI :
ta~ned in !AEA TE:C. DOC 407. If no
What kind of NOT method used in Austr~- lext book is available meeting the
lia for inspection?
syllabus, the expert usually selects
ROY GILMOUR : the most appropriate of available
All t he normal methods plus acoustic texts and adds supplementary mate-
~mission, although the latler is only rial.
used in a few specialized areas. 2. The LAEA training course at the re-
gional level are to show natinnal
KABUL M. : experts the standard required at na-
I. What is the difereocise, the NDT tional courses. Participants at re-
training course by IA&A and NDT tra- gional courses ar@ nominated by the
ining course by ASNT? 3ational NOT coordinator after con-
2. How he condition of candidate became sultation with a National NDT Com-
participant of NDT trAining cour$e mittee-thPy are often people invol-
by IAEA? ved in teaching at Nation~l Training
Courses. The are later selected by
ROY GILMOUR the IAEA. The IAEA does not issue
I. The TAEA has used the syllabi pro- level I, 2 + 3 c:ertificates since is
duced by thQ lnlern3tional Committee is not certifying authority.

x
El'IVIRONMENTAL 1$01'01'E Tt:CllNIQLJE IN llYOROLOGICl\L INVESTIGl\TION

S. M, Rao*

INTRODUCTION data help lead to valuable information


Modern scientific hydrology inva- such as the age of the water re80urC.t!S,
riably includes isotope techniques as ics source of salinity and the exis-
essential tools to obtain a fuller un- rence of ace Ive recharge to the water
derstanding of any hydrological system body.
or sub-system. These techniques are 'Interpretation of stable isotope
18 16 '
based on the analyses and interpreta- data (D/H or 0/ OJ 1s based mainly
on isotopic fractionation during eva-
tion of the naturally present environ-
poration and condensation episodes.
mental Lsot opa compositions in water
Concentration of radioactive isotopes
r~sources, on the injection and tracing
14 3
liko C and H helps in determining
of selected radioactive tracers in lo-
the age of the water body once we know
calised water bodies and on the inter-
the input function of the isotope to
action of nuclcaT radiation from sealed
the water body. A few examples of ap-
isotopic sources ~ith water bearing
plication of these techniques are given~
soils. This presentation is ~estrictcd
below.
to a discussion on the applications of
environmental isotopic such as O/H,
INTllRCONNl!CTION Ol!TWEl!N TltB SHALLpW •
1a01160 , 3H , 14C etc.
ANO' Df?EP AQUIFERS IN THE CAUVERY DELTA'
Environmental isotopes present in AREA IN TAMIL NADU
water could either be part of the water As part of an investigation to
molecule and hence conservative or may study the feasibiliti of artificial re-
be part of dissolved species and hence charge of groundwater aquifers in the
non-conservative. Stable isotopes li.ke Cauvery da Lt a ar e a (Fig. I) an isotope
and radioactive 3a
2H) 180
D (or and study was undertaken to ferify whether
are examples of the first type whereas the shallow and deep water-bearing zo-
. 14c and 36c1 are of the second type. oes are interconnected
Analyses of their compositions in water
samples and their interpretation along Hydlwge.o.logy. The area under study
with geochemical and hydrogeological (in Tamil Nadu, South India) consists
of Quaternary alluvium deposited by the
• UHDP/lAEA Realonal Industrial Project Cauvery river and its distributaries.

Xt
lt consiscs of sand, silt and clay and deep zones and surface waters (ri-
extending to a depth of 30 m and is ver channeJs, canals, ponds, etc.) were
followed by Pliocene formation. The collected in January and May 1985 and
shallow aquifer in the Quaterna=y for- 180
analysed for 0, and chloride. The
mation is at a depth of 10 to 20 m values are presenred in Table VIII. The
while the deep aquifer in the Pliocene 6 D- o18o plot is shown in Fig. J.
formation is present at depths ranging From the figure it can hP ~PPn

from 40 to 80 m. the geological r.rnss- tha~ rhP. shallow >.one and deep tone
section is shown in Fig. 2. From the samples f~ll into two distinct groups.
geological section it is clear that the The shdllow zone sa?:lples generally show
deposition of the shallo~ and deep aqu- enr i cbed values compa r ed to deep zone
ifer is very erTatic and the thickness samples. Isotope enrichment could be
of the int~rvening clay, clayey sand or due to recharge from the surface chan-
gravel also v~rics. The clay and sand nels to the shallow aquifer. Tile source
contents of the aquifer also differ wi- of r ecb ar ge to the deeper zone could
dely. possibly b~ !ro:o remote outcrop areas.
18
P~ezome,t,'Uc VILta. Piezomctric lt!- The 6 o-Cl plot is shown in Fig.
vels in nine diffP.rP.:nr.P lorH:tion,:; in 4. From the figure it c an be seen t hs t

the areA WPYP oh~erved and data for


mos~ of the deep zone samples have de-
18 0
J~n111try and l'lay 1985 are g i ven iii Ta-
ple~ed r, O values around -2 /oo and
varying chloride contents from 40 co
ble J. As can be seen from the table,
140 ppm. Both the shallow and deep ~one
the waler level difference between che
shallow and deep zone is negligible in
samples from Peralam (piezometer 41253)

Kadichambady, H~nganallur and Pattam.


and Keernur (piezometer 41255) show

From the geological cross-sec[ion ic


similar chloride content even though
isotopically they are different.
can be seen tha[ thc1c <:1re no clay
bauds between tt.t:: two C:tQui.(~rs in these
Comparison of isotopP. r e su l t s for
places and ht11C~ 110 d , fference in vater
January and May samples shnw that while
level. In mosc ocher places there are some ~h~llnw zone samples show further
intervening clay bands which cause rhe enrirhment in 6D, 6180, the deep zone
underlying aquifers to be semi-con- ~Amples do not show any change (except
fined. This semi con r Ined cond I r i on is piezomcters in Kadichambndy, Manganal-
responsible for the significant diffe- lur). This confirms that the shallow
rence in water levels. zone groundwater are recharged by sur-
I6o.top~ S~~dq. Sampels from the face vater which evaporates and hence
above p Lezomet e rs coppiug the shallow they get enriched isotopically. lo Ka-

XII
diachambady and.Manganallur the deep sation is not due to the evaporation of
zone sample& abow some enrichmenl oC rain waters. Also, the ir18o line (Fig.
isotopic coepcs it Icn, hence some Lnr e r+
7) corresponds to the so called the
conneccion may be possible. This if meteoric vater li~• and this suggests
further confirmed from the sub-surface that the water was not subjected to
lithology of the wells as there are no evaporation. This blows that the infil-
intervening clay bands between the two tration is a rapid process.
zones, and the piezometric levels of The stable isotope compositions of
shallow and deep zones are similar. At any one ~uurce at different periods re-
other places the deep zone samples do mained reasonably constant, though the-
not show any change in isotopic compo- re is variability from one source to
sition; clay bands are present between another. The picture that emerges is
the two zones their piezometric levels that there are many discontinuous ~ones
are also different. Hence no direct in- and in each single zone the water is
terconnection is possible. well mixed. It was also seen from the
The shallow and deep zones gene- lithology, pH, conductivity and the
rally appear to be different aquifers stable isotope logs that the water is
with possible interconnections at a few stratified, probably because the cir-
places. culation in each fracture has its own
inlet and outlet. Obviously this ia a
Caot Study 06 1-U.ge-t. ~iger(Fig. very important information for water
5) is an arid to semi-arld count ey , The
resource management. Pumping tests will
rainfall varies from 100 mm in the be needed to see that water extraction
north to 500 mm in southern region is optimum.
which is naturally more populated. In
many regions water occurs only in crys- Carbon-14 value varied from about
talline rocks (mainly granodiorite). 80% to more than 120% modern this cle-
In the areas studied, the alkali- arly means that at least in some places
nity showed a good correlation with post nuclear waters occur in the cir-
conductivity (Fig. 6). This indicates culation. the tritium measurements (ex-
the salinisation process. In the unsa- pressed in TR) show that except for
turated zone, the silicate rocks react three samples (less than 16 TR), all
with water in the presence of co2 and sa111ples contain high tritium suggesting
cause leaching kaolinite etc. On the mixing with recent water. this is only
other hand, there is no correlation to be expected in the geological condi-
between D or 180 content and the con- tion of the unconfined or semiconfined
ductivity, indicating that the salini- aquifer.

XUI
It may be th.us concluded that (I) The environmental isotopes deu-
the regional aquifers are compartmenta- terium, ocygen-18, sulphur-34, tritium
li2ed into isolated circulatio~! and and major, minor and trace chemical
are characterized by specific modes and species were used to study the salini-
periods of recharge, (2) these aquifers zati~n of the Minjur aquifer.
are recharged rapidly, without evapo-
ration, during rains and exceptlonally HydMge.o!Og,(,cal Se.t-Up. The hydro-
during heavy flooding. geologica l section of the Kort~liyar
The homogenization is rapid and alluvium in the eastern part of the
complete in each system. Minjur aquifer (study area) appears to
" : ",: r' be divided into thre.e z one s at about
SEAWA1'F.it IN'ntlJSION 1N1·0 l .. lE COASrAL
20 m, 40 m, a~d ~5 m, ~ith intervening
MINJUll AQUIFER
clay layers. The clay layers may not
Progressive increase in the sali- be conr i nuous and some interconnection
nity of the coastal Minjur aquifer between the v.one is possible. The pic-
north of Madi:as city (Fig. 8) is caus- 2ometric levels are different for the
ing concern to the city water supply three ~ones. However the piczometric
authorities and to the i.ndustries in levels show similar season fluctuations
the region. The Public Works Depart- in all of them. In the western part of
~ent, Tamil Nadu, has carried out de- the aquifers the zones are not well
tailed studies on this aquifer, using defined.
resistivity sounding, hydrogeological
and water quality tests. All its stu-
The extraction of groundwater by
dies indicated sea water intrusion into
the Public Works Department from 1969
the aquifer. Howefer, the existencA
onwards, combined with an increase in
of pockets of hypersaline groundwaters
private extraction, created a pronoun-
(i.e. salinity greater than sea water)
ced depression in the piezometric head
in the area indicated that othP.r sour-
below mean sea level, particularly du-
ces such as marine connate waters in
ring the nonmonsoon period from March
the coastal zone could not be ruled
to October in the eastern part of the
ouc. The Buckingham Canal and the En-
aquifer, facilitating sea water intru-
nore Canal are relatively stagnant sea
sion.
water canals made for coastal inland
Salt pan activity; In the eastern
water navigation. Their contribution to
part of the project area salt pan acti-
the groundwater salinity may not hP. in-
vity was significant until a few years
significant. ago.

XIV
Sant:JUng 6v1t. Env.i.lt01ime1i.ta.l 'lootopu eastern part naa~ the salt pans have
and Che.role.al Spec,(.~. the first set of variable salinity, ranging from 1500
EC

Aamples for environmental isotopes (D, to 22.000 ps/cm and chloride content
. 180 and 3HJ and wajor ion chemistry from 280 to 8.000 ppm. As these samples

was collected in April 1983. Samples have enriched Na+ and K+ and depleted
were collected from piezomecers cover- ca2• an d Mg 2+ wit
• h respect to sea water

ing the three zones, observation bore- their salinization process may be dif-
wells in and near the salt pans, pro- ferent from that of deep zone waters.
duction wells and surface waters such Shallow water salinity can possibly be
as the Buckingham canal, Ennore canal, allribuled to contribution of salts
Kortaliyar river and sea water. The from the Solt pans.
location of the samples collected are The salinity of the deep groundwa-

shown in Fig. 8. Subsequently samples ter reduce• progressively from east to


were rollected for sulphur-34 and for west of the project area. In lhe ves-
some minor and trace chemical species tern side the groundwater is generally
also. fresh, as is the case vith the produc-
tion wells along the Kortaliyar river.
These well samples have EC values rang-
Ma.jolt 1o11 C/ielnWbty. The salinity ing from 400 to 1300 ps/cm and chloride
of deep ~one piezometers in the eastern content ranging from 30 to 220 ppm.
pa rt of the aqu i. fe.r Ls s i.mi l a r to sea
wate~. In the solt pan area some poc- 11Ww1t and T1tace. Io1i ChemiAbtJ,i.
kets have been ~ncouncered where the Strontium ~ Lithium Measure-
salinity of the groundwater is higher ments. A few samples from the eastern
than that of sea water, e.g. sample No. part of the Minjur aquifer vere ana-
67 (EC-65.000 ps/cm and chloride con- l yse d f or S r Z+ and Lt.+ • The results are
tent • 27.800 ppm) and sample No. 75 presented in Table 2. [tis seen that
(EC• 77.000 us/cm and chloride conteut Sr 2+ and Li+ concencration as well as
• 34.000 ppm). The deep grondwater sam- Sr2+/Cl-, l.i+ /Cl- ration of deep zone
ples are characterized by depleted Na•. saline waterR in piezometer Nos 4, 38A
and K+ ion with corresponding enrich- and 11520A ~nd 11521A are enriched
. c a2• and Mg2+ ions
ment rn . compare d to compared to se water. The enrichment of
sea water. Hence they possibly repre- S r Z+ artd L1,+. Ln t h ese watP.rs suggests
sent intruded sea water whose compo- that these species are being dissoled
sition has been modified by c at i on ex- or otherwise added by reaction with the
change process. aquifer matrix. This enrichment also
The shallow grounwaters in the indicates that the intruded sea water

xv
has been in co~tact with the aquifer Env.VWivr.eit.tal 1hc:t.opu.
matrix for a considerable period of 18
Stable Isotopea .ft,!!!!! __2. The re-
time for the above enrichment to take sults are presented in 60- o18o as
place. Hence these deep saline ground-
~ell as o18o-ct- plots and shown in
water with s~linities similar Lo or
Figs 9 and JO. ~rom oO- o18o and
higher than that of sea water may be 18 -
Ii o-cl
plots the following obscrva-
t of ci l i as regards
ou ecu ac oe pre senc-

cio~ can be made.


day sea water.
Surface \laters

Iodide and Bromide Measurements. (a) The EC aod chloride content of sur-
Samples from piezometers 38A, 388, face waters such as Buckingham ca-
JJ520A, 8, C and sea water were analy- nal, Ennorc canal, etc. are similar
sed for iodide and bromide. The results in composition to sea water. They
obtalned are given i~ Table II. have enriched stable isotopic con-
18
tent end on a 6 0- Ii 0 plot Call
The T-/Cl of the hypersaline gro- on an evaporation line as expect~d
undwAter is similar to the sea water of surfac~ waters.
v•lue. The !-/Cl- in entrapped connate (b) Sea water sampled from the Minjur
marine waters is reported to be much coast is used as endone of the
higher than sea wacer value. Hence the in the and /lo- 6 180
hypersaline groundwater (sample No. 67) plots for identifying sea
does not appear co be of connate ori- water-fresh water mixtures in deep
gin. groundwaters.

The bromide concentration of hy- Production Well Sacples in The


persaline groundvacer from piezometer l<iescern Side of~ Project Area. Pro-
38A (sample No. 67) is similar Lo that duction wells in the western side of
of sea waater, and its Br-/Cl ratio is the Minjur aquifer are fresh waters. On
lower than the sea water Br /Cl ratio. Ii 0- ii 18o plot most of them fall near
The salinization of groundwater by le- the meteoric line 60 • 8 o18o + JO.
aching of salts produces a Br Cl ratio Tilese samples have been considered as
much lower than sea water values. Hence the ocher end member in identifying sea
the hypersalinity of sample No. 67 co- water-fresh water mixtures.
uld possibly be due to the salt water
from the salt pans (lower Br-/Cl-) mix- Piezometer Samples.
ing with the intruded sea water in the (a) Top zone samples; All top zone sam-
deeper zone. ples in and near the salt pans in

XVI
the eastern side are saline
"i lh 3 fall slightly away Crom the sea wa-
few excepc Ions such as sample No. ter point. This may be due to the
71 (piezometer 11520C) and sample contribution of evaporated salt wa-
No. 69 (piezometer 38C). A hypers a- ter from salt pans co deeper zone.
line pocket is present at No. 15
(piezometer 11531C). lop zone sali- Sulphur-)~_. A few piezometer sam-
180, ples from the salt pan area as well as
ne samples fall on the oD- 6
regression line 6D c 5.5 618o-s.7 sea water (Bay of Bengal) were collec-
( r2 = 0.90) (n • 8). The 34
equation ced and analysed for the 6 S of their
shows a distinct evaporation ef- suplhates. The CDT (Canon Diablo Tri-
feet. The salinity of samples in olite) values are persented in Table
and near the salt pans is hence [11. can hP. seen from the table
As the
either due to evaporated salt vater 34 2- 0
sea water 6 S (aq so4 ) is 21.6 /oo
from the salt pans contributing to which is close to the reported present-
the shallow zone, or due to contri- 34s
day marine sulphate (6 20%).
bution from the Buckingha:n canal. The o34s (a~ so42-) values of deep
concentrations of salts by evapo- zone highly saline piezometer samples
ration appear responsible for the 38A. 11521A and 4 are in the range bet-
hypersalinity of piezometer sample vPen 16.5 to 17.5°/oo, slightly lower
No. 75. than the value for present-day ocean·
(h) OP.P.P zone samplP.•; Hany deep zone sulphate. It is well established that
samples from the easter sidP of thP 34
the 6 S content of oceanic sulphate
aquifer in the salt pan a~ea have bas remained co~stant over the uppe~
salinity close to that of sea wa- Tertiary and Quaternary (6). The deple-
ter. On the 6 D- 6180 and ~180-Cl-. tion in 6 34s (So42-) in these piezo-
plots they fall near the sea water neter samples may be the result of (a)
point. Samples from piezometers mixir\g with old evaporation which have
such as sample No. 76, sample No. depleted o34s (so42-) or (b) mixing of
60 and sample No. 62 with interme- marine sulphate ( o34s • 20°/oo) with
diate salinily fall approximat~ly sulphate derived by bacterial oxidation
on the mixing line between sea wa- of sulphides (isotop:cally lighter).
ter and fresh water in the 60- o18o
plot. Hence the salinity here is Tritium. Environ.mental tritium in
obviously due to sea water conta- a few piezometer samples as well as sea
mination. Sample No. 67 and 80 have water samples has been measured. Re-
salinity greater than sea water. On sults obtained are presented in Table
the 6 D- o18o plot both of them IV. From the data it is seen that the

XVII
deep ~one piezometer samples in the (2) From the geochemical modifications
salt pan area have low tritium contents observed and environmental tritium
(-2 to 3 TR). As the sea water tritium there apperart< to be significant
content is -7 TR the deep zone piezo- retPntion of sea vater in the coas-
meter samples in the salt pan area tal sediments during intrusion.
represent intruded sea water with a re- (3) The pocket of hypersaline "ater ne-
sidence time of 10 to 15 years in the ar the coast does not appe~r to be
aquifer. This confir1ll the enrichment of coonate origin but is attribu-
observed for Sr 2 and Li in the sam-
+ +
table to the salt waters infiltrat-
ples and thus these waters have limited ing from salt pans to the deeper
bydraulic contact with present-day sea zones.
water. Th~ tritium value of hypersaline (4) The groundwater velocity measure-
groundwater from piezometer 38A (sample ments of some selected piezometer
No. 67) as 3 TR fur~her confirm& that near the salt pan area showed that
the$e waters are not of connate origin. the intrusion rate of salt water
A top zone hypersaline sample from pic- cowards the well field is low near
zometer (11531C) has s tritium content the coast, but he interface has a
of 8 TR, i~dicacing the presence of mo- velocity of a few metres per day.
dern waters. Hence the salinity of this
top zone piezometer sample is due to
REF'Ell£l<CES
flushing of sales in•s3lts pans by mo-

dern waters. I. RAO, S.M., Isotopic studies on sea


water intrusion and interrelations
between water bodies: •nm~ field
example, Isotope Techniques in Wa-
ter Resources Development (Proc.
CONCLUSIONS
Simp. Vienna, 1987), IAEA, Vienna
( 1987) 403.
( I) The progressive in the sa-
increuse
2. FONTES, J-Ch, Progress and pros-
linity of the deep wells in the pects of new tools in isotope hy-
ea&tern side of the aquifer is at- drology, Proc. Workshop on Isotope
Hydrology, B.A.R.C., Bombay, India
LribuLable to sea water intrusion. ( 1983) I.

XVIII
Table l. Isotopic composition of piezometer samples
from cauvery delta area

~v luu1-• zeee ()al11! l"C(-CICI C'io.li!'.O:C :(;' , .. ')". 1'11"10 t.lllohCk io•(.. f'11J':,.
p111-1c.1.'40 • \ - ,11.1110.. ~r' ~..o tf>'irl lmJ ~ 10•1
~.~... ...,..,
,,.., •• 11111
,
ipp 10'1
""'
..,,.
'10111 1\lffJo(f


\
."' 'I '',,
Jl .., -0.1 l.ll
-0 ,,
" 10) -.i.J
!,

.. -
M•,•w.ll'-1
(.till&)

1.ll!)Jj
•'
•'
»
:o

••
,."
' ..
').a·"
"
;o

."
-ol
-1~0
-1-
•IJ. !
·• «J
-r.u
-e u
- II
-1),,
Hl

'"
~.)7
•.n
ll
n

""
-14
·11.6
.. J t
· ll.:
_.,,IO
-1,T
-c.r
-1.·

.'"'.,
Knr'tllllr -4..!
•' "' JI) 121
!U!JJJ t;.s _q f.
,."" "·..,,''
Ill -I j l·U

,. '".
..... 0 .. ,,, ...
•'
•9.} •J.66
- IJ .i -~.11 4,1] '"" ·14.l -1.69

.
" . ..
:.n
,," •O.t
-.a I
-0.IT
~I .ll '·'°
6.i'9
""
.. IJ.1
-.i)
_, l
• 1.lo6
•I.fl

'· lt1C1t11tllll•
·'• 10
"' -9.6
"' l9
.. ,4 J
•.,,6.)

". -U.I
1.UD?)
" '·'° " _,.
•l.0
),f~•llt
:.a1:,,, •' "" . ·I.;
. ..
-ll.:-9 l.~

""
•I I -e 11

,,..
·1; ,,11) • 1,r/1

'
' "
!.IJ?
u,
ur
·I~ 0
.... , )
..0.}T
-l.J ,...... '"
"' -10.1
- .10.7
-!>...
·1.3

Table 2. Strontium and lithium data

,,,,.~....·. ,)
l,l'JC1·

_,
•• "
•• • HJ. 1.1 )( ,••.•

t•i,....... "('~· ,,, or ,. 1(1t! , • • •o'


Nv 'II\ "
'· ,.:.,,,,...,.....,..
Nu IAll
.. " "I ~ 1(111 , • 11 m" " I' 14•.

'· l'ir,.••IC'tn
" "' •),0 .... II ti.Io 1.t x u1·•
N,., 1131tlA

~. •...,.--'t•
Nt>. IU)IA '" .. 'c )I t0·•

" ..
,..,. ,.,... ''- ,, 1 II I ,l,f, >< M>'

Table 3, Iodide and bromide data


!;"'''Ill\' I lh t'I 1.n )11 .o-
Nu 11f• tlJ\i IJ•I• IU0) lflf! 1n•t

I.
·-----·-·-··---
l'W-t•••°"t"• •
-
111X101
N., ,t~A "' J (, >e HI,.

t. ,..,.,, ......,,., .,.


,.,,., "" 'II'°''
-'· l'K'lllllll"h:t 11 1 'IX IU 1 lJ X IU 1
No 11.'l'QA

·I. I '' " h) • 1.l x 10·•

,,
" 2.t. x
, ... ~ ... lll(t\'O
I llAI 4.Z ,. IU ' 2.3. IU'

"''· "'ror
... Ill talO 2 'I • m' 1.1 • Hi 1

XIX
Table 4. 634s (AQ soti- ) of samples from
the minjur ~qui fer
... ~·•cc
"""""' 5'.lflf~c ., ....,.,..
"" " ror
..
~11111;<.11! (I'll ,.,... w11

,, Su...-.,(, ,,
, l'lclllt ..nc1u·No•• IUllA .," 21;·~

"'" 16.S

.. Pirt.1•Utl'ltt Mei...

l'Ot,,.-.'"i:'' N1· ,'.ltA .,'" "'"


""'
1'.S
16.•
l'~''""•IC• N11. .tlllt
•• "'"
,,. 19.l

' l'IU!N•ltlt"f HI! '"21(' .<I ss

Table 5. Environmental tritium data


--~- ...
... "'"'''"'' .ll•111•
Ni..
T1ilillmc-• rr~J
-----·
,..,,,,. . "' )!

.,.,
'·' t l.f
rhw1mt1cr N,., 4 •> ,,, * 1-6
1•1a.,., ......., ""· ;u111 J,, t 1.6
• l'IC1'\rnC!tf ~•. ll"lttA 1.9 t 1.•
l'i,,.,,, • .,. ,....
·',, 11'11 !\
" J,l 1 1.6
l"t(t•~ oe•u Wo. I l'l'A s.~ .t 1.6
'""'•~11($Cf llJ.\ I(;

'
j\;f!
" ,,, :l l

l'kt.0•1>l~ICI "'"· I
" ).8 ::t 1,6

....
.
•0-11' 10'17'
,,. J)' l"'-1 r-r--t -
Fig, J. Map showing the locations of piezometers

xx
vtti ....
l~:;!":~I ....
·- -
ct.HD

f:'·~~·:J

Fig, 2. Cauvery delta hydrogeological aectiona


-A-A' and c-c' in Fig. 1 •
SCAU:

r .---,_

...
..
_,,_, ... , n\. Ol1\

,•• . '"•
A •

iotn

....,.
••
..o'•
...e
''I
JO ,o· .,, , , I

••
••
··:--.-~~ •i .. UJ.e.4
...
O
....
; ~

• ... /'". , ..
•....
"'•el•'

... ·"~ ..., '• , u.r
"' ' .. 'l' •-'
••• ..... ..~....AU•r
. "'"~-
tl!f.111 ••
••• . ..._/ // .. b.• 0"1J W.11 S•~•t
o- '"" ,•

~~.~,~--.c,~--.",----~
. . . . -~.,---~--~--~--~--~,
,,..0 .....
·-.-~--.;---:;--:i-.;· .. , ..(.,,.,
.. t fJ

Fig, 3. Isotope study of aquifer intPrcon- Fig. 4. 6180-cobloride plot, Cauvery


nection in Cauvery delta delta

XXI
-- llOh1•t••
--- Antt\MI ll'l•M ttmp«&bltts

- --·--
Fig, S, laotope study area, Niger

IJOO
.... .,..
. ·-
.• l.lilll••

;; 1000

•;
..
~
100
a '"'

~
e ... •
~
0
g
u ... .~ . . .•:.a.•••:
:
.,;o• • ..: •
,.. ,,.. r ,
~"' ... ,. .
-.8> • • ••

••
¥

At.LU.Mrt I••• 1."'>


• • ' ..
Fig. 6, Conductivity-alkalinity correlation
in Niger aquifers

0 ..... '0

e U,'WO
• ii>

""..
•'•• •

!

~
s
•••
~ -~ .(,.

. .
l$
... •


.,.L.._.....:~--~------------ •
• • • '
Fig. 7. Deutcriu....-Oxygen-18 for Niger
aquifers

XXII
t'ig. 8. Location of piezometers and obser-
vation wells in Hinjur

..... ·-j'
••
.. - ·-. ·-. ... ·-·· t-
,..._

..,, /
/
.,.,//
/
/

''"'. ...... _/- .. :=--


/ ,,1"

..
...
···-1
·----
·--
· -·--
-
- ·~
.. .
7-../.. _
-/
/-
,/ L.ll!f.....-

·-· .. . / .,::':,'..
., .. ~ ~ ~ .. •I .t C: ..
. :
ii ,f
.......
..
• •I ..

4 .. ,'"
18
Fig. 9. 60-ll 0 plot of samples from the Fig, 10. 6 18 O-chlorlde plot of sam-
Minjur aquifer ples from the Hinjur aquifer

[)IS('llSSION

DJIONO R A 0 :
We are have beeo measuring the rainfall The global meteoric line with slope 8
of Jakarta area, expP~ially in PAIR. We is a rP ference 1 iae for comparing.

met that the slope of local meteoric


180
water line is SD~ b.l\ f> + 8. lt ZAINAL AIHDrN :
mean that chis result is less than glo- In concact with your paper, especially
bal meteoric water line (slope 8). in the salinization in our area. As you
Why it could be done? know, chac the solinacation come from

XXIII
many sources. Sv<:h as, from can not wa- age, specially c oe eec r Ion f ac t or of
Cf:!r, Io eear i cu water, s ea water. Could e,I Jc ?

you explain me, about rilation of iso-


tope stable (0 & 180) to the age of wa- R A 0
ter ? Correction of carbon-14 data for age-
datiog of groundwater is a very complex
RA 0 ; problem, not fully solved as yet. M•Y I
Connette brioes u:rc rep()t"leO to have en- refer you to Prof. Pontes's chepr e r in
riched oxygen-IA ( .<;18o = ~3"/oo). This the lAEA Guidebook on isotope techni-
helps in deciding whether a given hy- ques in hydrology. My personal opinion
persaline water is c onnat e . Th is has to i.s uncorrected carbon-14 age is usually
be interpreted along with nt he r geoche- sufficient for most hydrological studi-
mical and hydrogcologic<•l information. es. 1 t is important• however, to in-
Poleowaters belonging to the previous terpret the data along with tritium,
plurial episodes have severally deple- stable isotopes, chemistry etc.
ted 9table isotops contents and a smal-
ler d._,utfl'ri um t="xCt1,:t~. O.ITONO :
Sin~e rhP. 3n c.ontP.nt in t~e global wa-
ter gy~cem is resulted from previous
N. LAXSMININCPURl : nuclear testing bomb (in 1962 or so),
content '
One of the table that you shown, there 3 1in
it mean that H the water
is a high tritium concentration. why ? ~y~tcm will decrease continoualy from
(in India) tim•• r o rime. 1,; it still significance
3H
to apply environmental as a tool for
R A 0 ; hydrological invQst igation s inee the
1 think you are refering Lo Lhe work on content will be coming very low ?
Sa lal Hydroelectric Pr o jec r . ThP. rrn-
jert is situated in North lndi~. In the RA 0
higher latitudes of Lnd La , the ra i n Due to the large number of nuclear re-
fall had a high tritium content wjth " actors and power stations operating in
maximum of 300-LtOO TR. Th is m"y be com- the nor t.he ru hemisphere, the tritium
pared to European maxim> of about 2000 con t ent; Lu the r~infall continues to be
TR or so. signi ficanr.

SUPRATHAN ; A L I P ;
Would you ple~sc c.xpliene me. about re- I. interconnection between shallow and
14c
lation between and ground warer deep age wifers. What is the minimum

XXIV
we t.e r samplt:& you have taken from preventive/remedial measures. I do not
the inveSllgat Ion area to interpret have experience in such measu~es.
and conclude your investigation~
2. Did you get significant value of M.H. MITROSUHAROJO:
Deuterium and 180 contain of your In studying soil water, we could use
samples to distinguish shallow and stable isotope and labile isotope as
deep wells, because sometinacs there tracers you have explained that we co-
is a mixing between shallow and deep uld use meteoric isotope Deutrium and
3
wells (water) ? . B. Do you have problem in low concen-
tration? If we want to use these iso-
RA 0 : tope as reactor product, is it possible
? Evaporation is one problem that re-
January 85 and thP ~PC'Onrl time in dure the ronr:P.ntration of isotopic tra-
May, 1985.
ml.
Each sample was
Special sampling
to obtain from rigut depths.
device ....
about 20
used
cer. Is it possible

R A 0 :
to minimize 7

18
2. 0& 0 values in the shalow & deep Soil moisture movement in uneatu~ated
.ligrifcrs were quite distincly d if- ~one as well as water balance in the
fcrcnt at most plnces. In some pla- root zone in agricultucal hydrology arc
ces where the~e was mixing, the invt:stigated u s i ng injected ar-tificial
d i Efe eenc e was not significant. This L~ilium as tcitiated water or some ra-
work has been reported in the :AEA diotracet complexes such K3 * Co(CN)6:
Isotope Hydrology Symposiu11 in 1987 Some studies on soil water evaporation
in Vienna (Pages 403-425). have also been carried out using en-
180.
vironmental D or ln all cases,
TOMMY HUTABARAT
evaporation loss of tracer is not a
How the way of th~ best but easy to
problem. Reactor produced isotopes in
solve sea water intrusioo a:od what pos-
suitable chemical compositions can be
sible can be applied in Indonesia ?
used for soil water studies.

R A 0 :
M.T. SAMS!NAB D. :
Isotope methods along with othe• tech- Is the modern scientific. "Environmental
niques of hydrological investigation
Isotnp~ Techniques in Hydrology Inves-
help in characterising the intrusion tigation cAn assist to detect the exis-
problem and Lnd i e at.e the degre of seve- ting of effluent in the water? (Sea
rity. It is up co the hydrogeologists water).
and engineers ro design and execute the
R A O :

Enviroo~nta I i sor opes are not often


u~ed for pollution studies in the coas-
tal environment. Artifici~lly injected
radioactive tracers and also activable
trccers are extensively used in many
countries to evaluate the effectiveness
of the existing effluent disch•rge sys-
tems or for designing oew out falls.

XXVI
CURRENT STA1'US Of RADIATION PROCESSING IN JAPAN

N. H11yakawa

ABSTRACT

fhe r es ear cn and dr1i .. 1np ... ent vorts 0.!'11 the r.11d••tion processing La C'•Yewtd. they include bi1h pt0.tlymec
... terlal• f1H' s e l ece Ive sl?pal'ation, •nvi.ron•nt$l con&e-r-vetion, i111111obili&ation of bioloa.ic•l •ub•tanc:e••
•nd: dev•lopnel'lt of l'"adia(ion pi-oc~••irig. The lndust.-iel ipplic•tion vC Lh• r•diation PT~Ct:tlin&, IUCl\ II
radietion cro••\\nkil)g, t•di•tion curing, •nd l'ddiation gc-•Ctin1, are alao introductd.

ll'ITRODUCTION at Osaka. They are listed in Table 2.


These facilities are used for R & D
Use of radiation for industry is
works descrived below.
one of the important field for the pea-
ceful use of nuclear powP.r. Many R & D
works on the radiation processing have HIGH POLYMER MATERIALS FOR SELECTIVE SEPARATION
been done during past 30 years in Ja- Recovery of useful metals such as
pan. Their industrial application has uranium and lithium from sea water is
been steadly increasing. In this re-
important for the future resource. Re-
view, R & D works under progress at covery of useful metal and removal of
Takasaki Radiation Chemistry Research harmful metal from wast water are also
Establishment (TRCRE) are introduced at important for effective use of resource
first and next, the processes which and for envi~onmental conservation. ln
used practically in the industrial com- this field, polymer materials used for
panies are descrived. selective separation are formed and

IU,OIATION FACILITIES OF T.RCRE


tested.
In Fig. I, A process for chelating
..
membrane is shown (I). The base is po-
As shown .in Tab le I , TRCRE has fo-
60co rous polyethylene hollow fiber. After
ur .. -ray .irradiation facilities at
irradiation by eloctron beam, the base
Takasaki and two at Osaka branch. One
polymer was reacted in the vapor of ac-
of the celles at Takasaki is used for
rylonitrile. Finary, the cyano groups
low dose irradiation (100 R/H). Three
were converted in to amidoxlm groups
accelerators are at Takasaki and two which form chelation complex with me-
tal. Ihe test results are Shoun in Fig.
• Taka.saki Radiation ChemistTy Research
Est·ablishment JAl!Rl
1 2. Cu 2+ and Mn 2+. ions are resolved with

XXVII
same concentration in co feed solution £HVlllONMENTAL
. CONSEIMTJON
.
and concentration in downstreein solu-
In this field, ·radiation 'treatment
tion were periodically measured. The
of ehaust gas, wast water treatment and
concentration is plotted against sam-
swage treatment using radiation proce-
pling time. The feed solution and down-
eded. The swage treatment are now in
streem solution were separated by the
the stage of design and cost analysis.
chelation membrane. In down streem so-
In the study on the exhaust gas treat-
lution, the concentration of cu2• is
ttent, removal of so2 aod NOX from coal
clearly high. This indicate that selec-
flue was QXamined by using combination
tive transfer of Cu2• is occured. This
process of electron bea~ irradiation
membrane was tested for rerovery of
and the adition of ammonia. In Fig. 3,
uranium from sea water and found to ad-
schematic diagram of exp.,rimental appa-
sorb uranium at a sufficiently high
ratus is shown. Ammonia and ozone were
rate (0.66 mg uranium per lg of adsor-
added to model coal flue and the mic-
bent for 25 days) (2).
[urc is irradiated by electron beam.
The advantages of the radiation-
After removal of solid products using
induced grafting <method ar~ (cl loving:
electric presipitator, amount of so2
(I) It is applicable to ""Y shape of
the base polymer. (2) Chemically and and NOx were analized. In this process,
I
mechanically St'1bl" pol)llller can make the addition of ammonia and ozone is
functional. (3) Any catalyst in the the main point. An example of experi-
process ie unnecessary. The radi~cion mental result is shown in Fig. 4. More
grafting was also applied to fono the than 95% of NO is removed even at
x
highly selective membran.,s, such as IOO"C. The efficiency at high tempe-
crown ether on polymer chains aod the rature is b"cause the coal flue e~haust
materials .for absorption o! toxic ga- gas is hot. In the waste water treat-

ses. In the latter case. stylene was ment, purification and disinfection we-

radiation grafting of fibrou~ polypro- re examined. For the changes of che-

pylene and the benzen rings were sulfo- mical oxygene demand (DOD) in waste

nated. The acidic adsorbent was tested water, large effect was obaerved when

for abaorptio11 of a1111Donia and found it both biological treatment and electron

is very effective compared with the beam irradiation carried out simultane-

co111111ertial adsorbent mat and the char- ous as shown in Fig. 5. In the radi•-

coal fiber. tion disinfection study the large de-


crease of colitic germs va& obeerv"d by
the irradiation of 104 rad aa shown in
Fig. 6. Practical u•e of this process

XXVl!I
will be revewed. tural waste, and radiation sterization
of medical supplies proceed. For these
topics, details are descrived else whe-
MlotOBll.lZ.ATK>N OF BIOWCICAI, SUBSJ'A"Ct
re in this proceeding.
Radiation polym4i!rization at low
temperature is used to immobilize th~
RADIATION PROCESSING IN INOUSTRY
biological substance for effective use
of them. In the b i omaas process whose The industrial application of ra-
target is the production of glucose and diation pcoc es s i.ug has been ste¥dily
its various fermentation product$ from increase in the field, such as radia-
cellulosic waste, immobillzed cellu- tion sterilization of medical supplies,
lase-proclucing microbial cell and yeast radiation crosslilnking, and radiation
for fermentation were used for r i s i ng curing. Especially, the radiation pro-
the efficiency of the process (Fig ... ) cessing using electron accelerator has
(4). In this process, immobilization been growing steadily. In Japan, as
was achieved by the ads ocpt ion of mi- shown in Table 3, the number of the ac-
crobial cells •nd y~•St cells on the celerator has been installed. Commer-
particularly radiation polymerized po- cial use of gamma irradiation is also
lymer. For slow release of drug such as increasing as shown in Table 4.
Six
anticancer agent, the immobilization 60(; 0
• irradiation facilities are in·
was carried out such way that the drug operation for the medical supplies. The
was mixed with monomer in very thin number of the medical supplies sterili-
glass ampoule and irradiated at -78°C. zed by radiation has steadily increase
Thus obtained needle like polymer in- with an increase in the commercial ir-
cluding drug is useful for inplanta- radiation facilities. Now, more than
tion. For the c i sp l at i n (anticancer 20% of the cuntry 's medical sup.plies
agent) in copolymer of diethylene gly- such as syringes, catherters, dialyzer
col dimetbacrylat and polyethylenegly- for airtificial kidney, etc. stearized
col dimethacrylate, 70 days were re- by radiation.
quired for 100% release of 6 mg drug The electron accelerator is ap-
during in fifo test (5). plied to several industrial fields as
shown in Table 3.
0£VELOPMENrOF RADIATION PROCESSING
I). Crosslinking.
In this field, mod i I Ic at Lon 9£ na- Technology of radiation is applied
tural rubbe~ lat~x, radiation curing of for the production of beac resistant
epoxy resins, up grading of agricul- wire and cable, ~lastic foams, shrinca-

XXtX
ble cubes 6nd sheets and radial tires. rosion protection for welding line of
Commercial application for wire and steel pipes, etc. 1. ·.
cable insulation materials is the first
ii). Radiation Curing.
and the biggest field of radiation pro-
cessing in Japan. Crosslinking improves Sevaral electron beam paint curing
.pr oces s es have been commercialized in
heat resiscibilicy, resistibilicy for
Japan. The :.ncrit of radiation cur i ng is
chemicals, cracking resiscibility, and
mechanical strength of insulator. The th~t it takes very short curing time,

produces are polyethylene or polyvinyl- **low a few second and carried out wi-

chloride insulated thin r~hles in which thout heat and solvent. A new type of

the diameter of conductor is below 0.75 roof tile with high durability and
2
mm, mainly 0. I - 0.3 2
....
These wires hardness is produced by this process.
are used for wiring in car and tele- Commercial electron curing processes
vision. are recentry expending in the printing
In the process of radi3l tire pro- field, pri~ting of food packaging and
duction, radiation crosslinkiog is ap- of plastic sheets are carried out with
plied to pretreatment of rubber sheet. use of electron beam curing.
, In the production of polyelhylene
iii). Radiation Grafting.
foam, polye,thy!ene with foamin°g ~eagent
R~~iation ~rafting is well known"
is irradiated for crosslinking. The
to be on~ of the most promising methoda
c.ro.sslinking makes Lite loam st.able. Ma-
lo modify polyme,ic materials. However,
jor uses of roamed polyethylene are
commerci.l ized technology is .few in th is
interior of cars, shock absorbing ma-
field. One example is battery separa-
terials such as cushon. and building
tor. The s epar e r o r is produced by pre-
macerials for heac insul~cio~ and sound
irradiat ion grafting of acrylic acid
absorption.
or wethacrylic acid onto polyethylene.
Tubes and sheet which formed by This membrane has a high electric con-
hot stretch of crosslinking poly~eric ductivity and excellent durability. It
materials are return to the original is used in silver oxide primary cell
site (before stretching) by heating. and in nickel-cadmium secondary bat-
This paticular character is used for tery.
production of heat shrinkahl~ tubes a~d
sheets. The application nf the shrink-
REFERENCES
able macerials are widPly preaded, i.e,
packAging for food and other products,
I. SOCOU, T., and OKAMOTO, J., Nihon-
insuJarinn of ~lectrical pares, cor- kagakukaisi, 9 ( 1988) 1601.

XlCX
2. SAITO, K., AICh Journal, 34 411 4. KAl!TSU, I., et.al., Radiat. Phys.
( 1988). Chem. 29 191 (1987).

3. TOKUNAGA, O., and MACHI, S., Cen- 5. YOSIDA, M., et.al., Biomaterials,
siryokukogyo 33 22 (1987). (1988) to be publish.

XXXI
GAMMA-RAY IRRADIATION FACIUTIES

r--·-

f----

2 C•gt j,unsc:mc10
'·' ~c-ncil type:
u 0,. Rod t>•f>t

Tablt' ll

ELECTRON ACCELERATORS
,,.,,,.
1 JO C.oclc:,oll·Wtlton lYSH! c:lcclfon
' ( 1()1'
•«c:le11t0f (Ov1I :>c:im1
Uerlron Acc:cleutut 1
l jC.1K1dc: trf)f IOyrumiuo"'> e-lectro.n
J

low {11.irgy flf'(.1tOnAcct-k-f.1l(lf 1.a.\.aulu 0)


I· "'
100
1.10'

•J .. 10'
•«e1c:1110.
lit1c-.1r <•,hodtt. :.clf~thiC"tdc:d ty~
e:IKttO" "'tc'tlC'filOt
----
:~
"'""de Cr.11U Acc.c-lc-,11c• us t,S • 101 v1 n de: c:;,..n eolecuon 1ccelc:r11or
'1ilh 001.c: It.ale: fl~oon
A«c-lc:t<1IOI lS 1.S I ltf Tr"tn•lo·miet 1ypc: tlrnron accc-lc:r1101

'L1 • .0- •»cllpfU .... 1~ high•lflC'td COflve:'(Of ,:,I ICI) """''"

'l'llbl'-· 11 J L"'rgi1: se;.:alc Co-6> lrra:Slators in Japan

locaclon s ee ~ capacitl(~Cl) tl{!e;:icatiot'I


Osaka 19S9 0.6S ... e, ~lc1·i.ltzation, Plastics
•odificarion
Cunwa ( TRCA!:) 19G-1. 2.4 H&C,stc-riliz•tion. plastic:s
abdlflcation
l<>et'ilgi 1969 0.6 stieriliiatim, pl11tiee
tll0di.f1catt-vn
Cun1r.\ 1972 3.0 s:C"rJli"Eattcn. pla9tie•
aodifleation
Hokk•ido 1973 1.0 taod irradtetion (potato)
S1ga BISI r.s a1:1!ril1t:atlo!l
Ok1no1wa 1984 e, ):3 :st~rilti•tlcn or Nelori fly
Y11manasi 1983 6.0 stl!r1lizatlol"I
Sip 196? ):.$. ste.r1li:r.•t1on
Hirosira 1987 6.0 st•ril iaatlon
Mcit .. 1966 3.0 st~rll 1 zatlon

x:xxu
l:able IV Electron accelerators !nstaUed 1n Japan

No. eMl'i~(keV)
aeelicatlon
basic research 64 l 7SkV - 3MV

OJring so 200kV - 3f(V

cross linking (wire & cable) 38 300kV 2t4V

(radial tyres) 9 SOOkV 800kV


crosslinklng
cross linking (shrinkable tube & sheet) 8 300kV - 3MV

crossl i.~king (plastic fo"'1) 6 SOOkV lMV


e xha sut; gas trctncnt) 5 SOOkV - 2MV
others (t;raft,
total 180

( 1rrad) ( ·~d.Ct•on; cu"


i CH1CH2t0-'VVV'v-----~(0·7~Hi;,
CHl C"CN i CHi~H h 0 ~·-·
C>N
....
{~do.ctm4ttcn)
]~·-·- m
"'..... r. ...
---- -i Ctl1CH ~
I
,,:HiCH~ •
• ~-NOH •
'NH2 uo!!---~---,,,,_!.~...,._,~--,..,_~......J
1-'iq. 1 SytUhti.1~ of (hcl1t1n~ ••t111bfl'1C"
'° 7.0 30 40 50
T·1me (h)

f"l(J. 2 Ch.,nr:c-• in tho COActftlfltlon or Cu•• (0)


•~ Ma•· Ce) tliro-.cll the 11nidoxltnt men••
b..-an~
l
l•11ial cvnJ1t1on in A crll 1idt: met~I Ion• 0. 015
rnotU ei1hcir ·C~•· or Ma•·. pH: e. Jniti1l condi·
1.on t• 'J «11Mdc.0. ~ M·lt,SOt. Mcmbr•tt• I l.·ow
dcn .. cr P£. Fvnction•l 1roup: f, 0 mrq/1

~''°'' be.,...
l:i
f 1..,....
I [d'~ I
i0
tnf'teo eeJ ..

flow !.00 NO/N01


conl•of U\1olyz~, ~n1lrLer

l"li.NU J~S01
0 o, "'•
v;al'Y1'\

-N, •Nt

XXXIII
0

0
o, :mo,:.,,..
NH_ :i~
~) , - mi I •
"' lll 14(1

Teap. t •q
f'1q. 4 Teaperature eependeece , of ,;0x reeeve

. . '
Jj

"-._c- l!'rart{ation(l) 12 .
r.
~
....."
~a

·- u
10

6
....,
40 • -
0
0
6


!
20
0
0 0.1 0. 2 O.J
Dose (lGy)
0 • 8
Disinfection of ~aste wet•r
Dose (lGy) b1 electron irradiation
(2KPV,0.2-loA)
Fi q. 5 Changes of CX)D in veate vater
with electcOtl irradiation
(2MeV. I,.,!)

~iq. I Biomass prn<.r~~ fnr ~~llulosic W3ste

Cellulo.::sic rr~·trea_,,, 1S.ccha~hcac1> fermentation Preeuc;


waste J 4-tOJJ irradtat101l
I

Pro:!uc:tlon of i:;.,obllhatio,;
ce l Ic l ase of ye11st

'carr1~r. prtlduct:on :..o,ili~et1on of


j 1ty radt{ttion polyoc:r1zati:tn. ~ ccllulaSAt-produc.ing
nlcrubi.al ce 1:

XXXIV
2. Government policy is very kern for
lllSCU~~ION
food irr3diation.
WANDOWO:
In lndustri~l radiation processing, H.T. SA.HSTNAH O. :
which radiation sources (electrone ac- Please, give us •ome examples about the
celerator or 60r.o) will be more compe- usogc of the dPvelopment of radiation
titive to be used ln the future? processing in agriculture (estate) in
Japan?
N. HAYAlC.AWA :
Electron accelerator is better. N. HAYAKAWA:
t do not know, about this problem. At
SUTJIPTO SUOIRO : lbar•gi, gamma-field is operating and
Radiation of waste is economically or the works will proceed. At Okinawa ne-
not? ronfly sterilization facility is ope-
tating.
N. HAYAKAWA r
some plants of sewage irradiation are ROCHESTRI SOFYAN
now operating in USA and West Germany, Im interested in the figure about the
it will re~ches conunercial level. influence or biological treatment, ir-
radiation, and combin~tion of biologi-
NAZIR ABDULLAH don SUHARNl S. : cal treatment and i~radiation on COO.
I. What kiod of lcradiatEtd food commo- What kind of biological treatment 7 The
dities already got government appro- figure shows that there was no effect
val for consum~rs 1 of biological treatment on COD, but on
2. What is your government policy in the other hand COD was effected by bio-
international Lrade, docs your go- logical treatment if biological tre-
vernment accept itcadiated commodi- atment combined with irradiation. How
ties from other countries ? can it be explained from the chemical
mechanism point of view?
N. HAYAKAWA:
I. Sprout inhibition o[ potato is only N. llAYAKAllA:
one facility foe food irradiation at I agree wish you, this figure compares
Rtart of potato irradiaLion, rouny irradiation ~fter biological tTeatment

people against it. Now, still some and some cime ~pplication.
people against food irradiation.

xxxv
PENELITIAN TINGKAT KESEMPURNAAN PENCAMPURAN DATUAN FOSFAT DENCAN
FOSFAT CAIR MENGGUNAKAN PERUNUT RAOIOISOTOI' OJ l'AllKIK. 'l'Kll'Lt:: SUPER
PHOSPHATE

Puguh Martiyasa•, Wandowo•, Indrojono*, Mauritz L.T.*,


Agung S.*, dan Tomi tt.•

ABSTRAK

PtN!LITIAN TINCKAT IUISl!Kl'URllAAN PtNCAMPUl\AN BATUAN FOSrAT DEHCAH FOSPAT CAIR HIHMCUllAXA!I P!IUlllrT
R.ADIOlSOT'OP 01 PA8RlK TRIPLE SUP!K PHOSPHATt. Telah dil•ku~•n peneliti•o untuk .c:naet•hui ke1••pura•1n
ptncampur&n 1nlar• )atuan loifit"'"dengan toafat Cai~ dtnaaa perunut radiol1ocop Lantanu .... 140. ti~aKat
keae•purnaan pena•m?uran dittntukan betd•••rkan h11il tl•?angan baku •••p•l dlbaai cacah r•t•·~ata a .. pa1
yan• telah dikorekai dengsn cac1h later belakang dan t1Ktor pelurvhan. Haail ptnelitian •enunjuk~an
tingkat keseapurna~n pencampuran aecara r~lacif. Untuk laju pTo~uks! (ROF) 80 ton/Jam, ~••c•pu~n••n
penCAmpuran adalah 69.5%.

ABSTRACT

RAOICTJ\ACER INVESTIGATION DH THt HOHOCENITY O~CKEE OF PHOSPHATt ROCl WITll iIQUID PHOSP11AT8 AT TH8
TRIPLE SUP!R. PHOSPKAT! PU.NT. lnve•tlgatlon v1ts c•t•icd out to detctmint che ho111101•ni\y de&t•• of th•
•ixing proce•& be:w~en photphat~ rock end liquid photph1te using r1diot~•cer lent•n~m-140. Homoaenic.y
degrct i5 ba~ed on ch~ result of sample stand~Td devLac.i~n divided vh1t t•mple net count av. Th• re•ult
shoved tha.c hocnoj\enity degree is e e Lac ive . Cn the p~r,,meter Rate of t'roduc! (ROP) 80 c.ons/h it 69,5%.

PF,NDAHULUAN suatu siscem dari bahan-bahan, seperti

Pupuk Triple Super Phosphate dibu- cairan, gas. tepung. dan adonan uncuk

~t dari campurao batua~ fosfat dcngan


suatu penelitian, antara lain proses

fos(~t cair. Kesempu~naan pencampuran


pencampuran, geraka~ suatu komponen su-

dari kedua bahan baku tersebut akan atu material dalam suatu laju aliran.

menentukan kualit~s pupuk Triple Super Tehnik perunut dapat juga memberikan

Phosphate yang d i p r oduks i . Ulltuk menge- informasi dalam menentukan karakteris-

t ahu i cingkat ke s empu cu aen peucempur en ,


tik •istem pemrosesan dalao rangka me-

penelitiannya dilakukan dengen menggu- naikk•n P.fisiensi dan produktivitas (I)


140La. Perunut radioisotop dapat d ide fi-
nakan perunut radioisotop
Penggunaan penurut radioaisotop nis ikan sebagai bahan yang ditambahkan
kepada bahan induk dan akan mengambil
telah banyak diaplikasikan di bidaog
untuk mempelajari dinamika bagian dalam semua proses yang dialami
industri
oleh bahan induk tersebut. Syarat bahan
perunut yang ditambahkan harus mempu-
~ Pusat Aplik•si lSQtOp d•n Radiasi, SATAN nyai sifat fisik serupa dengan bahan

1
induk dan penambahan bahan perunut ke- si fat fisik se rupa dcngan bab an induk.
pada batan induk ridak boleh mengganggu Oleh karena itu, LaCL3 (fase air) yang
proses yang dialami oleh bah an induk. diinjeksikan ke dalam fosfat cair di-
llcngan demikian, informasi yang d;per- anggap akan mewakili bahan induk fos-
oleh dar i bahan perunut akan DIPrupa- fat cair yang akan mengalan1i proses
kan in formas i dari bah an ioduk. Hal ini pencampuran dcngan fosfat di dalam cone
dapat dimungkinkan karena radioisotop mixer. Usilha untuk mengiajeksikan la-
memancarkan radiasi yang dapat menem- rut.an perunut dengan kecepatan konstan
bus wadah dari s is t em s eh i ngga dapa t pada pipa yang mengal:rkan fosfat cair
dideteksi dari luar sistea tanpa meng- ke dalam ~mixer dapat dilakukan,
ganggu k~Adaan sistem tersebut atau karena tidak ada inlet yang dapat meng-
dengan cara pengambilan sampel untuk injeksikan larutan perunut pada input
keoudian dicacah. fosfat cair ke cone mixer. Usaha kedua
PPn~litian ini bercujuan untuk me- adalah mencoba menginjeksikan larut-
nPntukan tingkat kcsempurnaan p~da se- an perunut dengan kecepatan konstan
tiap parameter laju produksi (ROP). langsung ke dalam ~mixer dengan pe-
rantaraan suatu pipa gelas. Dengan cara
OAllllN £/AN METOOt
ini diharapkan, bahwa larucan perunut
Bahan. Bahan pe runur yang d i guna- yang diinjeksikan masih dapaC mensimu-
kan ialah Lanthanum-£40 dalam suatu lasi per.campuran fosfat r,: .a i r . N·amun,
lacutan senyawa Lact3, yaitu radio- dari percobaan pendahulu.:.n, ternyata
isotop pemancar sinar gamma. Peralatan bahwa larucan perunut tidak dapac turun
yang digunakan dalam percobaan ini ter- ke dalam ~mixer, hahkan terjadi
diri atas monitor saku, survey meter. aliran balik sehingga cara ini pun
lembaran dan balok Pb, jerigen plastik, cidak dapat dilakukan. Oleh karena itu,
ember plastik, masker, sekop, merinelli cara ketiga ditempuh dengan menginjek-
plastik, pompa peristaltik, kertas mft- sikan larutan perunut r tB kecepatannya
rang, lembaran p Las t i k , sarung t angan , konstan _pada batuan 'osfat yang meng-
alat cacah saluran tunggal dengan de- alir 'daiarn belt ~e~ ysng mcnuju kc
tektor sintilasi dan tanda-tandA ra- ~ mix~r. Cara in1 me~ang bclum dapat
diasi. mengg~mharkan keada~n sebenarnys harga
/.1e.tode. Metode yang digunakan pada dari ringkat kesempurn~3n pencampuran
pcnelician ini ialah metode tPknik pe- antAra fosfat cair dan batuan fosfat.
runut. Di dalam pPndahuluan dikemukakan Harga tingkat kcsemp~rnaan pencampuran
bahwa syarat (lPrunut yang ditaJlbah- yang akan dipcroleh adanya harga rela-
kan kepada bah~n induk harus mempunyai tif dari tingkat kesempurnaan pencam-

2
p•Jran untuk parameter yung bersangkut- meter, menurut MARTIN & HARBLSON (3)
an. Altcrnatif ini ditampuh dansan ang- ialah 66.645 pSv/jam. Perlu diingat
gapan bahwa b at uan fosfat yang r e r l a» bahwa isotop yang digunakan pada perco-
pisi larutan perunvt ukan terdisLribusi baan ini merupakan sumber terbuka, maka
relatif merata di dalam cone mixer. potcnsi bahaya radiasi tidak hanya be-
Menurnt SM RAO (5) tingkat kcscmpurnaan rupa bahaya eksterna, tetapi juga ba-
pcncampuran dapat d i t ant ukan d cng an l1aya jnterna. Oleh karena itu, satiap
formula : tahap pekerjaan yang dilakukan semua
pekerja harus menggunakan peralatan

TP - [ri - (!in-rte>] x 100% proteksi


ti
radiasi
t omb ar an dan
Secora lengkop~
balok Pb unto.k p r o t ek a i
sepcr-

Catalan TP • Tingkat k(:!sempurnaan bahaya radiasi ekscerna serLa memperhi-


penc smpu ran r c l ot i f tungkan lama waktu bekerjanya. Proteksi
<fn-1 • Sta~dar dcvi~si sampel bah:tya r ad i as i interna digunakan mas-
• Cocah r~to-rata sampel ker, sarung tangan karet, jaM lab dan
(net} lain-lain.
PeR.cdU>anaru1 l'Vtcobaan. Pc l ak s ao aan Tohap Pengence~an Radlol•otop.
perccbaan tcrba~i atas 4 tahap sebagai
140L·•.
u Da 1 am tah ap . .
101, pengenceran
berikut. Tahap pe11genceran r1.1dioisotop
140Lo (Lac13) al<Hvitas 6 mCi/5cc di-
J..ac13, tahap i n jek s i lat-utan pc runut ,

tahap pengambilan sarnp~l, d~n tahap lnkuka:> dengan aquades hingga volumenya
ps r s Lapan serta pencacah~11. Percobaan menjodi 4 liter. Tata kerja proses pc-

tiga k a Li sesu<:1i ngenccran dapat dilihat pada Gambar I.


dilakukan sebanyak
jumlah parameter, ya i t u laju Talw.p InjeJul LMtd<m PeJ>:ww..t. La-
dengan
laju produksi 80 rutao pcrunut di dalam jerigen plastik
pr oduks i 70 ton/jam,
too/jam dan laju produksi 90 ton/jam. hasil pengenccran, diinjeksikan ke ha-
Pada setiap tahapan percobaau, tuan fosfat dengan kecepatan konstan

faktor lain yang harus diperhituagkan 200 ml/jam selama S men it . Tata kerja
Si Cot tahap injeksi dapat dilihat pada Gambar
ialah faktor protcksi radiasi.
140ia menu- 2.
f isik dari radioisotop
sebaga i Talw.p Pe.ngamblia•1 Sctmpel. Sampel
nit FITZGERALD JJ (2) ialah
.k 140L . r ad i as I diambi l dar i belt conveyor product pad a
b eTi ut. a 1soto~ pemancar
j a r ak 110 meter dari out ~ cone
y dan s 1 emah, energi y • 1.)97 MeV
waktu paro mixer. Setiap pengambilan sampel dil•-
(100%) dan 0.487 MeV (42%).
Iler- kukan pada 4 titik yang berbeda, tetapi
40.2 jam dan toksisitas sedang.
maka pada satu cross section yang sama~
das.arkan s i fat fis ik tersebut,
eksterna pada jarak Rentang waktu pengambilan antara cross
papa ran radj3~i

3
scccion satu dengan yang lain secara patkaa data seperri pada Tabel 7. Hasil
bcrurutan ialah menit sebanyak 8 yang diperoleh tPrlihat bahwa ada ke-
kali. Jumlah sampel yang dia:nbil setiRp cenderungan unr uk l a ju produksi e inggi
peogambilan 0,5 kilogram. diperlukan wAktu pencampuran di dalam
Tahap PeJ:.¢-i.apan Samp~l dan P~- ~ mixer lebih lama dan seb3liknya
calurn. Setiap Sampel d i hancur k an dan untuk la;u produksi rendah menunjukkan
dihaluskan sehingga diperoleh ~ubuk tingkAC kesempurnaan pencampuran belum
sampe I yaop; mempu:Jyai cacahan mer a ta. optim~I di3anding dengan laju produksi
Pencacahan dilakukan dengan menggunakan menengab. Keadaan demikian mungkin di-
detektor sintilasi dan perangkat penca- ~ebabkan oleh karakteristik cone mixer
cah saluran tunggal sPla~a 100 detik/ yang me1:>berikan b as i I optimal pada laju
sampel. Hasil cacahRn yang diperoleh produksi tertentu.
dinormalisir pRda berat I kilogra~ se-
KESIMPULAN
hingga diperoleh besar cacahan untuk
setiap kiloer•m sampel. nc e i has i 1 dan pembahas an d i at as
disimpulkan bahwa pencampuran
HASIL DAN PEMBAHASAN
antara b3tuan fosfat dan fosfat cair
Tirik pengambilan sampel setiap acmpunyai hacga optimal pada parameteT
cross section dapat dilihat pada Gambar laju p~oduksi tertentu, yaitu 69.5.t.
3, sPdangkan hasil cacah~n selurub san:- Disarankan untuk dilakukan perco-
pel rPrtera pada Tabel I sampai dengan baan ulang dengan menggunakan batuan
J untuk seciap par.71mcccr yang dia.11ati. fosfat yang dilabel dengan rad~oisotop
Dari Tabel I sanpai dengan 3 tee- sebagai bahan perunut. Batuan fosfat
l ihat bahwa pengam~ilan sampel awal yang telah dilabel digunakan sebagai
don akhir tidak mcmberikan hasil cacah- perunut yang diinjesdikan pada batuan
an yang baik .stau tidak masuk anomali fosfat yang akan bercampur di dalam co-
aktivitas. Anomali aktivitas terlihat ne mixer dengan fosfat cair. Jika
pada SQmpel nomcr 3,4151 dan 6 un- keadaan dan situasi lapangan memung-
tuk parameter laju produksi 70 con/jam kinkan per!~ dipertimbangkan penggunaan
dan laju produksi 80 ton/jam, sedangkan 32?
perunut dalam bentuk asam yang
unr uk paeameter laju pcoduks i 90 ton/ diinjck.sikan pada bahan induk fosfac
jam anomali aktivicaa tcrlihat pada cair. Dengan demikian, idealisme pene-
nomcr 4,5, 6, dan 7. Data anomali ak- litian akan lebih didekati.
livitas uncuk setiap parameter tertera
UCAl'AI< TE RIMA ICASIH
pada Tabel 4 sampai dcngan 6.
Tingkat k•~empurnaan pencampuran Penulis mengucapkan cerima kasih
dihicung mcnurut RAO SH. (5) dan dida- kepada Mr. RAO SM. cenaga ahli UNDP da-
lam bidang perunut atas saran dan bim- 4. BADAN TENAGA ATOM NASIONAL, Ketentu-
an Keselaaatan Kerja terhadap
bingan yang diberikan sela111'1 percobaao
Kadiasi, Jakarta (19H3).
dilakukan.
5. RAO, S.H., Travel Report UNDP/!AEA
ReRiooal Industrial Project, RAS/
86/07), Jakarta (1987). Unpublish-
DAFTAR PUSTAl(A ed.

6. lAEA, Radiotracer in Industry and


Geophysics, Proceedings Series
J. RIDWAN, M., Pengantar Ilmu Pengeta- TARA, Vienna (1967).
huan dan Teknologi Nuklir, Batan,
Jakarta (1978) 565.
1. BADAN TENAGA ATOM NASIONAL. Seminar
penggunaan isotop dan radiasi
2. FITZGERALD, J.J., Applied Radiation
Protection and Control - Volume I, dalam industri, BATAN, Jakarta
Cordon and Breach Science ·Publis- (1977) dan (1986).
hers, New York (1978) 104.
8. MICHALIK, J .S., Industri Ill Applica-
3. MARTIN, A., and HARBISON, S.A., An tion of Radioisotope Techniques in
Introduction to Radiation Protect- Poland, IA! 2015/DN/l/A, Warzawa
ion, Third edition, London (1986). (1985)

5

Q
• c

• •
18llbar 1. Prosts pt':\f"f:n«l'&l'I A. Jab&r•n Pb, a. Jert1~
pla:stll, c. Tlnde r&dlasi, E, lerta• 11erM'IJ,
F. u.b..T•n p:a.s~l ... dvi G, Pekerja l'"1.dt&si •

• •

C .. bal' l, P-;.pa p.e-rlsta.lttl Can alat ln)al'I lsctop


A. Le:nb.ran ""• I. J~rl&n plutlk beTlsi
ptniaut l1oOtop, C. Pc.pa peT11ttltlk1 4.a11
n. Alar taj~tst tsotop.

c
--- ---
8 0

Gamtar 3. Penampang belt conveyor


product t enpa t sampel
diambil.

6
l'ak .. 1 I. ll•t• cac-1)un .t•llC)fl sf'11rh• tl&~ottk"t r•c1k l11 t1r
.,._
l1k1n1 Jan fe .. tor prluNhl• ur'tuk paru~1er (lOI')
1f'J tCln/JM,

ltel°""l IUa tac.•". ,,,,~.


pel 110110r
• • c

70.,) 6',75
'O·"' 1~ •• ,
• 64,t.\ 51."' '6,,l6 ,,,,70
'

1l.)l.7' >S6.67 ,,.7),'7Z 1)?1 ,,,
,,,.,,,
''''·'o ·~7.)0 113),l?

' 1)67,)S asz,01


100'·'' ~"..,,,,~'
' ''"'·>> 11}),,. 1109, 76
? 60,lto ».? ..
''·''
11.••
?).)?
g
"·" "'· 10 s•.z'

Ta~I Z. 0.t.A u.c.allAn .u.-l s•lloel.- dlkor1k1l cec.ah ltt&r ti.a


lakana d .. f1ktor ,.1ur\lh1n \llt~k p1r ... t1r (lOP) •
IO ttn/J••·

hl.09p0l SU.a Cac-.a.Mll. C,sfk1


pt'I ftOllOr
• • c D

''·a,,4t,,, "·'' '°'·''


,,,,, ..
10'11U

l
...11,,0,
·"
,••• oz
,,..,,,,',°.'
•'
'''·''
l.l,,Oli ,.,,,0 ,,.,,0
"' ,,,
)

6
'"·~
lt,,,.
tt90,6tt
)1),0l
)H,9'
52' )?,,, .
? ,.. ,,, ,.,,, to,11 119,\0

b ?l.ll '11.•7 70.l)


''·''
Tah•I J. 01t1 caah•n ••pcl •tbeh• dll:orelst c.acil l&t&J" btl1tu1
dtn fal.tor J>tlUT'll'\ta untut par ... tar (IU)P) • 10 tor\{j•.

S.lcmpoli s-... C:.calt*", C\'-•1'11 .•


p•1 ft09l01' I c
A 0

,,, .. , 7),)5 10),11 ,,,,70

l 701Z\ 6S,•6 78,7• 71,11


&9,71 1z.•z l),J?
"·''
)


.,,,,,,
&10, ,0

)
'''·''
}a&.•2
1909,)\

)81,,,
1tl,70
,.,,,,
6 ,,,,,,2 )SO, 7} 101),1! tat,ra
? )ll ,,, ,,, ... , 1112,)J 160,19
! 70.'S ?~·'' 78.7• 7•.71

7
Tabcl 4. rt.ta c•cah&n ~I s~tel•h dikoretJt :1c1b latar belaklP'I
daft faitor ~e)urut..1n u!'ltuk ;tar•neter (kOP) • 10 t.:mlj•.•·

. , ....
l~lonpn.k: SC.-
, •
C.cth1n1


C~/~
r D

> '"'"~j.t l~?. ,, ,,,, .. ·'" 1286.?8

• 121&~\2 1L76,8l ,72 ... 19 12,,,00


) 1'96.•• 78),)9 9••.)? .i.11,zo

~ n•.» 206),lO 2'0}0,6& 0

Tt~l s. D•t• cacal--..an "Uf9e' s~tel1l\ d!korelrsl t•t•h l•t•r belak:e.nJ


daft fa\tor r-luM.•n untcl oaraacter (AO,.)"' 10 t-on/jlftl

'k-e\G'lllpo~ sa•
Caclh.111, Cps/<t
pt I ri<-nT' A l c D

Ait.S,07 eco. 'YI


) '-0\ ,70
''°·" Z99,2S
• >IYI ,?6 ·~9.26 •6D,D)

~ 261,92 \06,00 2•&,00 220,}6

2c&100 2)C,)I! \oO'},O) 0


6

fits.I e, '·•tic•tU•r.. sapel \Clelah Jlkorek~i ca.¢Aft


jatar hal1k.im.C
<an Ca) ~o. ~hnuhaa \19~Ut par.-:er (Pl'!P) • 90 ton/ja•.

k°~lonpok SIM- <".-cal1an1 cr:s1k1


p<I n~MOr A • c 0

• 201 .se 18),,'tZ 72'),1)

,,, .. ,,6
&0,99
86),81
) )1S,O! )12,9)

E 1'-'' ·'s ,, , •}1 9ll, 18 870,,7


..,,os
? ,09 ,)1 2)0,01 102' ,'io

Tabel 7. U.t• 11.sil per••t1it1an c:iaataL f•n<:&a~tan l"cl&ti! yu.,1 di-


capai Wttllk s.ettlp p1r .. tee ,

P1:r1111ec:~r
..
,., ,..,,
Cttail re1 S~Md-&r
Sa!J)!I fn-1
de1'l t•l Ttn1k•t P"' ..
CIJ!lj?Urllll (\)

•••'
....
lOP•

acP. 90
70 ••n/ja•
&o •••/J••
,,,.,, .. '''·''
121'

,.,2,2)
.» t.so.oa
101.?t
,,~,,.,
,9,)"
z.1.2"

8,
PISKUSI t l d ek ado keinglnan untuk meneol;:1ng

mel~lui injeksi sepcrti tersebut di


PAIOI!.. S. : a t a s , ya i t u l.aCL3 diinjeksikan k e da'l8m
Apakah Anda tidak mencoba ROP • ton/ 7' sistem asum fosfat melalui mortalin
jam dan ROP • 8:> ton/jam yang muogkln tonk?
hasilnya lebih baik?
PUGUH MARTIYASA:
PUGUll MARTIYflSA Ya, kem i memang b e r k e Lug i nau melakukan .._

Kami t i dak mc Lakukan b a l i t u dalam re- penelltian Lcbih lanjuL.


nelitiao ini. Perlakuan penelitian kami
lakukan sesuai dengan pei'~jntaan pa- Nl\l\WTKARYA:

brik. I. Apakah anomali aktivitas dalam p~r-


cobaan Anda tidak dipengaruhi oleh
i .
penggunaan ra d io1sotop 140L a ?
NITA S.
Apakah yang Anda maksud den~an '"tidak 2. Bagaimana hasilnya jika Anda menggu-
mengganggu proses yang dialami bah~n nakan isotop yang sama dengan bah<in
i nduk oleh perunut" ? induk 1

PUGUH MARTIYASA: l'lJGUH MAK'flYASA :

Perunut yang dibcrikan/dicampurkan ke-' I. Anoma l i aktivitas tel ah dikoreksi


pada saLMh ""t" hahan induk akan menga- dengan perhitungan '#aktu paruh (hat f
lami proses yang ~ama dengan proses live) .
yang diperlakukan terhadap bahan induk 2. Hasilnya akan lebih baik. Namun,
itu. Perunut tersebut h s r us memiliki pertimbangan yang perlu diperhatikan
sifat fisik yang sama dengan bahan ialah tingkat toksisitas isotop yang
induk. Dengan demikian, proses p~rc~m- digunakan dan efisiensi penggunaan-
puran tidak terganggu oleh perunut so- nya.
hingga informasi da~i perunut merupakan
informasi b ahan induk pu I a, SIMON PETRUS GURUSlNGA
I. Angka 3, 4, S, 6, dan 7 pada tabel
INDROJONO : datA mP.rupakan variabel apa?
Isotop diinjcksikan ke dalam batuan 2. Data c~rAhan kelompok A, B, C. dan D
fosfat. Akan tetapi, sctelah percobaan terdapac pPrbP.daan mencolok. Mengapa
selesai ternyata eda tcmpat Lnjeksi terjadi demikiAn?
yang sebetulnya lebih ideal, yaitu d3ri 3. A!)akah ada hubungan antara waktu
mortalin tonk (zat anti busa) yang di- pencampuran dan tingkat homogenitas

injeksikan ke da l am asam fosfrt. Ap akah c:ampuran?

9
"''
PUGUH MARTIYASA : makin c i ngg i (sempurna).
I. Angka-angka t e r sobuc me nun j uk k an va-
riabel cress sect ion pengombilan
s ampo 1 . R~ntang waktu pcngambilan ZATNAL ABIDIN dan SUWIRMA s. :
sampel yang satu d~ng9n y ang Lai n I. Bagr:iimana cat"a menentukan ROP d ar i
ad~)Ah satu meni t. Oengan demikian, c.;;cahanyang Anda dapatkan dari pe-
v a r iabe l perrg amb i l an s ampe l se sue i nelician in i ?
dengan rcntang wakcu -pengiuj~k~ian ? . Mengapa Anda mcmil ih i so t op 140
La
radioi$Otop. eebagai perunut ?
2. l/ntuk ROP t i ngg i , ada kecenderungan
batuan fosfat mengal~mi rotasi dan PUGUH MARTJYASA:
I
ge r akan pe l i n t i r st:h.ingga t e r j ad i I. ROP ditentukan secara manual sesuai
perbedc'lan cac.ahan r~dict.si yang men- dcngan permintaan pabrik.
140La
c o l ok , Namun, pe:1c~<.:ahan tersebut 2. lsotop kami pilih karena hal
tidak pernah men.ga.lami d~viasi yang her ikut :
jauh berbeda pad~ •etiap titik apa- * E w I. 59 Mev.
bilu homogenitus lelnh t'.ercap.:ti. +. Tiugkat coksisicasnya • sedang.
3. Waktu pencampur<111 di dalam cone mi- ~ Tl/2 = 40.2 jam.
xcc ak e n be rpeugaruh pada homoge;ii- • Tidak mengganggu proses.
ca s , ya i t u mak i n J arna proses pe rt-' * Tidak menenpe l pada wadah sis-
c ampu ran , maka t ingkar bomogen i c as tern.

10
l'ENYELIDIKAN KEl30CORAN DUST CllAMBER PRILLING l'OWER PUSRI IV DI
PALEMBANG DENGAN I 98Au

Syafulni*, Alip*, M. Sudjuna K.*, Indrojono*, Paston S.*, dan


Mursanto*

ADSTRAK

198Au.
PENYELlD'lKAK lCEBCCORAN OUST CHAHBt:R Pi:tll.lNG TOWER ttUSKl rv -- PAltMBANG DE!iGl\N Sest.tai. dcng•rt
m.a.salah yang diberikan PT. pUSif Palclflbil1\&,-peii'e1icii~e'ol:alisa&i 'ltebococan Oust ~hamber pr.i.liog tower
Pv•ti IV telah dilakukan deng•n perunut radioisotop Au (HA~Cl)), 8erd•s•r ieocount yana dibuat dari
h•~lil ana:i1is cacah4n. maka keboc.or•n ~~ ch.,.1nber dapec ditt:\tuRan lo\aliJasiny.a.

ABSTRACT

198Au.
LeAKAC&S JNV£ST1CATIOU Of DUST CHAMBER p:i.11.rNr. 10WER PUSRl IV PALEMBANG BY UStNC According to
the pTob!~m of PT. PUSRl Pal~~b•nc. inv••tigation hes h~~" c•l§Aed out to loc•te the letk•At• of dutC
chamber prillna eeve r PUSRI rv by uelng Tl)dic:ii•otope tTaceT" Au (HAuCll). Tho reault• of (Oun.tin&
analy,.i.11 by making the- i11oeount, the lc;,ka,Ett-S of dvst ch•m.be-r c:~n "'" loe.atieed.

PEN OAHU LUM<


pert inthsinek•n ka.raikteristik perunut
AplikaRi perunut •adioisotop telah rad i o akt if i tu send] r i s e r t a wa.ktu pa-

banyak dimanfaatkan uutuk memecahkan ruhnya.

berbagai masalah dalam llidang industri Secara umum, perunut yang ideal
dan hidrotogi. Hal i.ni d imungk.Lnkan ka- digunakan adalah:
rena radioisotop memancctrk.on radiasi Dapat mengikuti secara sempurna alir
(misalnya radiasi-y) yang dapat, inenem- an yang dipelajari. tanpa hilang da-
bus materi dan dapat dimonitor g~- ri aliran oleh proses fisika atau

rakannya. kimia.
Suatu perunut radioisocop harus Mcmilcki toksitas r,endah.
dapat menggambarkan sifat-sifat sistem Dapat didetcksi. dengan sensitivitas
(bahan) yang diselidiki. Persyaracan yang tinggi dan dapat diukur secara
untuk memilih perunut radioisotop yang tepat.
cocok dengan jen i s penelitian adalah Tidak mengkontaminasi tempat pcncli-
sangat tergantung deugao tujuan peneli- t Lan ( pe r-cobaan) .

tian yang akan dicapai dengan mem- Harganya r e Lat i J mu r ah.


Pada kenyataannya sangat sulil untuk
menemukan perunut yang memenuhi seluruh
• Puset Aplikasi lsotop dan Radiasi, ~/I.TAN persyaratan di atas (I).

11
Met-ode serapan untuk mcncnt.ukan - Aktivitas yang diinjeksikan + 300 mCi
lokasi kebocoran reservoir dengan meto- pada saat injeksi.
de perunut radioisotop adalah (2): Dust chamber priling tower PUSRI
I. Penyelidikan dengan pendistribusian IV diperkirakan me•punyai volume akhir
inenggunakan awa_n pe r unut 'ad io<:1kt i ( setelah diisi adalah ~ 120 m3 yang akan
di atas dasar reservoir. mempunyat. ak t1. f i1tas IBAu pada saat
2. P•runul radioaktif diinjeksikan ke injeksi adalah 2,5 x I0-3 pCi/ml dan
d~lam <:1ir <lan kemudian secara cerus akan menjadi 2,0 x 103 µCi/ml pada saac
mene r us Lerserap oleh perrnukaan ba- pembuangan, sehingga masih dalam batas
han yang diselidiki pada cempac bo- yang diizinkan bagi pekerja radiasi.
coran (berakumulasi). Untuk memperkirakan jumlah/aktivi-
tas yang dibutuhka~ dapac digunakan
Sesuai dengan perm.intaan PT. PUSRI
metode pengenceran yang biasa dipakai
untuk mempelajari kebocoran dust cham-
yaitu;
ber priling tower PUSRI IV, maka telah
dilaksanakan penetitian pada bulan
V2 x A2
Agustus 1988. Penelitian ini menggu-
198 Al ------
nakan Au dalao senyawa HAuC13. (pe-
VI
mancar radiasi y) dengan waktu paruh
2,7 hari untuk mempelajari sistem. Pe- VI• volume mula-mu~a
mi 1 ihan perunut tersebut didasarkan Al~ aktivitas mula;mula
atas sifatnya yang dapat mP.nP.mpPl pada V2 volume setelah pengenceran
media/tepi Lubang bocoran yang dila- A.2 • aktivicas setelah pengenceran
luinya dan dihAr~~k~n ~kan bera~umulasi dengan asumsi bahwa aktivitas kerja,
pada l11h;::ing hocoran tersebut. De.ngan setelah pengenceran diusahakan diantara
dP.mikian ]Ptak atau lokasi kebocoran batas yang diizinkan dan aktivitas
akan dapac ditentukan. konsentrai minimum ~ang dapat dideceksi
oleh alat ukur radiasi. Dan diharuskan
BAHAN DAN METOIJ£
11tempunyai konsentrai di bawah batas
Radioisotop yans digunakan dalam yang dii~inkan sewaktu dial:rkan ke
penelitian ini adalah radioisotop 198Au lingkungan (alam).
dengan sifat-sifat sebag~i berikuc~ Prinsip dari metode yang digunakan
.: Energi adalah 0,4111 (99%) dan 0,68
. .
a d a l a h ra d 101sotop, 198A u dimasukkan ke

l1eV( I%). dalam dust chamber yang telah berisi


- Waktu paruh 2,7 hari. air (sistem yans dipelajari), kemudian
- remancar radiaai gamma (y). d<llam s e Lang waktu t er cenru diperkira-
- Scnyawa llAuC t 1. k<ln radioisotop 198Au telah bergerak

12
inenurul arah alirun bersom" air ke lo- dalan Gambar I ini.
I
kosi >ocornn. Radioisotop yang bcrge-
rak bersama air tersl!bul diharapkaq
bcrnkumulnsi pada lokasi-lokasi bocoran
dan scsudah diadakan penp,cringan dan i;"

pemae r s ihan, d ilakukan pencacahan pad a


tempat yang telah diteatukan. Oengan
c B A
data cacahan tcr~cbut dibuat isorount
rPmpHt penel it[~n d~n sPlanjutnyA Ak~o Canba.r 1. Pe~h~iiAn titik pengambilan SiUtlP~l
pad• dust ch3~her.
didapatkan ga~baron penyebaran rt~ri pP-
tunut radioaktif yang melcwati 1ubang-
Lubang bocoran. Seluruh dust chamber dibagi ke
Untuk mendapatkan sampel yang be- dalam 41 daerab peogarr.bilan sampcl yang
nar , ~chamber d i bag i ke dalam bebe+ susunannya scperti te!"lihRt pada Gambar
rapa titik penganbilan scpcrti tcrlihal 2.

U Pf_002_.

G•mba~ 2. PeneGtUan 41 d2erah pena~ilan sablpel psda


suatu dust chamber.

13
HASIL l)AN PE,\1UAllASA1' SPr.ra umum dapat d ikatakan bahwa
tempat yang terjadi anomali cacahan
Dari data (Tabet I dan Cambar 3)
yang digambarkan pada isocount (Gambar
yar.g didapatkan set<>lah dilakukan pen-
I) adalah merupakan lokasi bocoran dust
c ac ahan pad a Loka s i Y·•"8 t e l ab d i t en -
chamber. Untuk dinding dust chamber
t uk an (gridding), maka dinding dust
sebelah luar yang didasarkan pada data
chamber scbclah dalam (A') yang mem-
cacahan yang didapatkon setinggi satu
punyai latar belakang 90-100 cps dapat
meter d3ri dasar dust ch~mbcr mcnunjuk-
dir.yatakao tidak terdapat anomali bo-
kan tidak tcrdapat bocoran dan demikian
coran. Kal ini disebabkan tidak terda-
JUga untuk dinding sebelah dalao yang
patnnya cacahan ber•ih yang melebihi
diamati setinggi 65 cm.
cacahan latar belakang. Demikian juga
un tuk tit ik pengukur an pada E, E' dan F
(d i nd i ng s ebe I ah l ua r dusL chamber).
DaLa-data yang tcrdapat pada titik l(ESIMPULAN

A1, E, E.', da:-. F sangat sulir dikoreksi


Dari diskusi dan data di atas
karena terdapaLnya pengaruh cacahan da-
dapat disi~pulkan,
ri bocoran ya~g cerjadi pada lantai da-
I. Bocoran dari dust chamber dapat di-
sar dust chamber. Oengan demikian dalam
lokalisasi dcngan membuat isocount.
penelilian ini Lidak dilakukan koreksi
2. Tidak Lcrdapatnya bocoran yang ber-
terhadap data-data cacahan.
asal dari dind~ng dust chamber.
Ana tis is data ke se luruhan ada lah
menggunakan isocount (isocacahan) yanR
OAFTAR PUSTAKA
ditunjukkan pada Gamhar 3. Dengan Gam-
bar i.n i dapat dilokal is as i bocoran yang
I. EVANS, G.V., Tracer Technique in Hy-
terjadi pada dust chamber. Penentuan drology, Int. J. Appl. Radiat.
inf didasarkan atas anggapan bahva ra- Ls ct. •• 3Li. I, Per:gamun Press Ltd.,
(1983) 451.
nini<otop akan terakumulasi pada lu-
bang/titik hnrnran, sehingga apabila 2. OWCZARCZYK, A .• SZ.Pil.OWSKI. s .. sorp-
t ion method for leakage locali-
dibuatkan i.c;ocount-nya maka t.empat+ zation in water reservoir of hy-
rempat yang terrlRpAt hocoran dapat drotechnical plants, Isotope Hy-
drology 1983, lAEA, Vienn• (1984)
diLantukan. 709.

14
Tlh~ '· Dn• U.d\ c.
,. .... ••hlili ., ,.....
,. .. ,, .......
...
t-• NPI rf ,.,. thO

,,,,,• •• • • •• •
.
( I
!CH) (CH)

..
(ell) (U'I) (UIJ
'"'' !<ff)

,. .... . .. .,,... ... , Ill II

,. ,., ...
... ... ... '"... ....
I I•• UI
"' Ill II
>U
"'
I ..
"'
... "''" .'". "'......
I

••••
.• Ill II)

•••
'" ......
IU Ill

"' ••• ••
It

" ... '" ...


U1 "'... ll
IU
.... . "'.. ..
Ill

" ... ... •. ••.


••,, '"
' ...
"' ta: It)

..
II

••• ... ... "'" ..."'... .


IU

•••
..." II• ..... ..." "'...... ...,..
"' ... . ••..
IM
"'
"' ... ...
I ..
II
11•
II ..
111

, .. ... . .
IU
"'. . "'"
ltl
Ill

lJI
"' .. 1•

.... . ... . .. .".. ...


II'

.
•••"
IN I ..
1•
ttl Ill It

. . ....
UI I ..

••...
"'
."' ...
m
.•.• ......... ,..
I"
IN u•
JU
1•
"' Ill
IU

"' "' •• ..
...... ....
llt

".....
11•
.....
111

... ...... ••. .. ...... '"...


IOI Jll I .. tu
Ill 1• I ..
lit

, ..
IM llt
..." flt

..."... ... ... "'..... ...... "...


llO

"..
1•0

... "'... ". ...... "'.... . "'


Ill ...
lit m

, .. "". ... ..... ""..


u· H
u

" ...
J)•

...".
. . .ll

.
...
"'
.
..~,. ... "'... ...... "''"... "'
".
"'
... '"... ... ...
U5
1•1 Ill IH
tll

""'..
...
tu
...
"'..". "'
"'
1'1
"..
.....",.. " '" ".,. "'......,. '".... "
Ill u•
UI

.."., "
Ill
... "...
..."
JI
",, '" "
••
·.~"· '" ....
11
...
"'" " ".. ,, ..
II'
l)
"' u ... . "
" "'., .. ....
...
"' "'.. '" .,••
..".. " .,, ....
II
"
.......
M
""
•• "'
u
.. ..
•• "

..." ..."'. . .."" .."""... "'... ...


lfl
" u
,,.
",.
Ill
" ••..
....
JI•

"'
u
, .. ...,,. . .. ".. ..
.
••..... IJ! """ "' ...'" . . •...
'" •• UI

" u•
"
..._._.. , .... tm•d ..- &..- - ,_. •• ...._..
PrUHtil ,._, l\IU.t If
I' .,.aJlll!. ,., .. ,_.llJl.a •ttt• .-:r 1 4u J, 11 la.li ,.-t~I.,... Mt ..n t •• >
4• ttltNh7'•
n,1• ••,A, •. c, o, '• t•,.,..' t.,..t '1lU..• ..,.rtt ,._.. ....... I 6ul r.

15

Cacchan pe
et dettik

lsocount dust chamber prll Il ns tower PUSRI IV


Palemban1 •

16
dengan cara membagi reservoar mcnjadi
DISKUSI '
bagian-bagian tertentu (griddlng) dan
HUSTAMAN dan M.M. MITROSUHAROJO: setelah data pencacahan diperoleh lalu
Kami mohon penjelasantentang alasaa dibuat isocount cempac penelitian ter-
198Au
Anda me~ggunakan radioisotop da- sebut.
lam penelician ini 1
SlMON PETRUS GURUS!NGA
SYAi'ALNl : Sela in 198A u, apakah ada raclioisotop
. . 198A u d e- lain yang d~pat diguoakan sebagai peru-
A 1 asan penggunaan ra d 101sotop
11ga11 senyawa HAu c13 ialah didasarkan nut dalam penelitiao serupa? Setelah
atas sifat perunut tersebut d~pat me- Anda melakukan penelitian ini, apakah
nemp~l pada media/tepi lubang bocoran ada cara lain yang lebih baik untuk
yang dilalui dan akan berakumulasi di oiengevaluasi data penelitian yang ma-
lokasi bocoran itu. salahnya sama?

NITA S. :
SYAFALNI :
Kami mohon penjelasan tentang cara me-
Di sampi~g 198Au, radioisotop lain yang
lakukan pencacahan (counting) terhadap
hasil pelepasan rsdioisotop dalam pe- dapat digunakan sebagai perunut untuk
penelitian se rupa ini 1'a1ah , 51cr dalam
nelitian ini ?
se~yawa 51 Cr Cl3. Cara lain
.
yang lebib
baik untuk mengevaluasi data pe~elitian
SYAFALNI :
Pencocahan perunut radioaktif dilakukan adalah dengaa sistem komputer.

!7
l'FNENTUAN UMUR KARA NC LAUT Ul:l'l(;AN METOOE RADIOKARllON

Supratman*, <lan lndrojoncft

ABSTRAK

PENENTUAN UMtjk KARA~O LA\IT OtNGAN HfTODt RADJOlC.AIBOM. T•l.h dil•ku~~n r-n~litian umur karang laUt
dengan eet ode radiokarbvn Ji labor•torlum Uidrologi PAJR•IATAff. K•r•rta leut y111nt ditentukan u21urnr• em.P•t
buah da r I Srila:igka aar u buiih doiri. S1 ... ud i L, Jndo.,«>aia. K;;1ra.ag Ja1..t d_an a•811l oltsal"r sto1ndar SRH 4990 C
NBS dikonvcrsikan ke eensen . Sampe~ bcn.sen ini dic.,cah denga1:1 s.inti.i.asi cair Paclt"r~ Tri-C•rb 469 C.
Hasil ~tdua cacahan neto ini dib~ndlngk~n sr(rlah dil•kuli.ao korck•l den dinor••Ji~111~i. Korek•i yar.g
dilakukan terhadap umur r~dLokarbOn k3r~n~ laul. aeli~uti harg• waktu paruh dan cf•K re•erv~ir.

ABSTilAC.T

RAOtOCAR&ON iJAilf{C o.,· C·ORAL. A •tudy of rada.oc: ... rbnn dating of coral waa carritd out in hydrology
lab0(3tOry ~t PA[R-!ATAN. Four ~ample~ (co. Ceyloa and on- ~~le froa Srandil. lndcnelil have been
observed. cee at end oxalic •cld stOJndard of SRH 4990 converted to beeeene , lht beneeue were coated vith
liquid scintillation ccwnc ec Pacll.•rd Tri. CaTb 460 C. Ketto cour.t result ol 5aaplts a.nd standard art:
compared after correction ~nd norm~ti~acion vas done co~ccction va• done ~g~in•t half live val~e and
reservoir efftct.

PEKDAHULUAN hidup dalam kondisi kcseimbangan at-


mosfir. Dalan ?enelician ini akcivi-
Teknik pcnanggalan radiokarbon un- 14
ta< C karang taut pada saac kematian
luk penentuan UBUr karang laut sangac
se~ara representatif oleb 0,9S pecsen
penting untuk dikemba.,gkan karena da-
asam oksalac standar SRM 4990 C NBS.
pat menyajikan informasi yang sangat
Tujuan pP.nelitian ini adalah untuk
dibutuhkan oleh para ahli arkeologi
mempelajari aplikasi penanggalan dengan
aseanology dan geologi. Oalare ?enang-
l!letode 14 C dart . k arang l aut.
galan radiokarbon karang laut ada dua 14
Masalab pnkok penanggalan C ka-
hal pPnting yang ?erlu ditentukan.
14c rang laut adalah menentukan kandungan
Pert~rna, renentuan aktivitas sisa 14
aktivitas sisa C pada karang I aut . Ni-
dalam karang taut pada saat dilakukan
lai ini kemudian dikonversikan ke da-
periangg.a Lan , Keclua. penentuan akr iv i t as
lam UClUT. Umur yang dimak~ud meru?a-
14 C karang laut pada saat terlepas dari kan perkiraan sejak vaktu kematian ka-
reservoir karbon dLmana karang laut rang laut, yaitu setelah ia tP.rlepas
dari lingkungannya atau reservoi~ kar-

-• Pus;it Apliltasi Iso top din Radiasi, UTAN


bon di mana karang lauc terbentuk. Hal

19
penting yang haru; cliperhatikan yakni pengendspan. Kontacinasi oleh endapan
. . 14c
.Jkt1v1tas selama karang laut hidup sekunder ini terjadi akibat gerakan de-
hinges mati selalu dalam k~seimbangan posit. Faktor lain adalah ketidakim-
deng~n 14 C d i1 acmos f er. bangan yang a:elintasi permukaan udara-
laul aLau dilusi air permukaan oleh air
14c rendah.
TEORI
dalam dengan kanduni-:an Ba-
gian karang laut yang sering terkon-
Bany ak faktor yong mcrnpengaruhi caminasi ialah jaringan lunak bagian
14c
kelimpahan dalam karang laut. luar. Hal ini terjadi diakibatkan per-
TA da~ POLACH (3) konsentrasi asal gerakan air taut selama karang laut (I)
,.
karang laut pada waklu pertumbuhan' ada- terdepos it.
Lah da lam kese imbangan dengan kon sen>
14c
Penyebab lain variasi kandungan
t ras i da~i bikarbonat HC03 dan co2 •14c karang laut adalah kandungan radio-
yang terlarut di dalam air laut. Dalam isotop yang tergabung mcmasuki karang
s emua ... kas us air l aut konsent r as'I 14c
laut melalui proses fotosintesis. Frak-
tidak dalam keseimbangan dengan 14c di si isotop ini dalam karang laut meng-
atmos f er. Konsentrast . 14( .
1uga b erva-
akibatkan kesalahan sistematik kec i I
riasi dari tempat ke tempat dan lebih terhadap hasil penanggalan 14 C. Kesa-
banyak dipengaruhi oleh kcndisi lokal, lahao i1\l dapat di~liminasi saat kom-
seperci pengaruh garis lintang, arus posisi isutup karbon stabil pada ka-
Laut, dan kedalaman. rang lauL diukur dengan spektrometer
mas s a • (4)
Menurut RANKAMI\ (6) hal penting
14c Penyajian hasil pengukuran aktlvi-
mengenai kelimpahan dalam karang 14c
cas sisa karang lauc yang lebih
laut adalah adanya kontaminasi OlC'h
Leliti dilakukan dengan relasi pengu-
karbon tua atau masa kini. tni terjadi
kuran, koreksi, dan normalisasi akti-
setelah karang laut lepas dari siklus 14c
vie as sisa A terhadap keseim-
hidupnya. Masuknya karbon tua atau masa
bangan . . .
a~t1v1tas
~Pie reservoir
. (A )
kini menyebabkan per.tambahan Af~u pc- on
11, karang laut. Hubungan antara kaduA ak-
ngurangan kandunaan C karAng laut.
tivicas identik dengan pers•maan pelu-
Bahan biogenik dan non-bioePnik karbon,
ruhan radioaktif yang dinyatakan dalam
misalnya seny~w~ humus. akar pengganseu
persarnaan natematik sebagai berikut :
dari VPBPt~si lain, jarnur dan tumbuhan
li11•111r yang me l eka t pada ka r ang lout,
14c.
A s n •A on exp(-~)
dapat mempengaruhi j uml eh Sclain
itu cndapan karbonat tua atau muda
t s tahun kematian, di pez-h i tungk an se-
dapat bergabung octclah lerjad; proses jak karang laut terlepae dari kon-

20
disi ke•eiinbangan Ji Jalaal' reseT- 613c • - 25 per ~il relotif tcrhada?
voir POB.
~ • konstanta peluruhan .
rad•oakt1 i f 14 C.
Henurut STUtVER (7) dalam pelapor-
14c
dD has i l peuanggeLau dipakai tahun

Penyelesaian pc r s amaan rl i :lt:.c; de- ~ujukan dasar 1950 AD. Hol lui sesuai
14 t pembuatan a!.iato
ngan ~aktu paroh r. ~~68 tahu,, untuk dcngan ahun oks a Iat

tahun kcma t i an (t) <tdalah standar NBS. Untuk itu seriap hasil
yang diperoleh dilaporkan scbagai tahu~
t = - 8033 ln (A
on
/A
sr.
) ssebelum sekarang/3P
tahun 1950 yaitu
14
AD. Pada umumnya penanggalan C meng-

'Pcncntu.an (t) mcnurut STUlVER dan guoakan barga waktu paroh lama, 5568 j~-

POLACll (8) cukup dengan mengetahuhi ra- 30 tabun. Nacun acapkali untuk stu~i

sio aktivitas a tau cacahan per menit, bidang tertentu dipakai juga harga wak-

yaitu pe r band i ngan cpm ya~g teracaat i tu paroh baru, 5730 + 40 tahun. Dala:n
'
car i aktivitas pene l i t iao In i d i paka i h;irga w;ikt11
karang taut terhadap
acau c acah an nero per menit, reservoir rob lama.

yang ditentukan dalam kondis: yang OLSONS (4) menyatakan dalaf pe-

sama . nang&alan sampel non-terrestrial m~-

FAURE U) standar peoanggalan 14c 53lnya k3r3ng laut, koreksi terhadap

in i adalah 95 per sen aktivitas alau


h~sil pcnanggalan adalah suatu keharus-
14c
an. Laut yang merupakan reservoir
laju cacahan asam oksalat standar dad
untuk k~rang laut tidak menu~jukkan
Biro Standar Nasional ADcrika Se~ikat
kondisi keseimbangan dengan reservoir
pad a tahun 1950 AO. Akt Iv i t as standar
14c atmosfer. Ke clalam air laut songat ruem-
pri~er adalah newakili akt:vitas
14c.
standar kayu lerrestrial tahun 1950 AD. pengarubi kandungan Penipisan a~-
14
tivitas C pada Teservoir no~-at~osfer.
Aktivitas kayu tersebut telah dikoreksi
ini ekuivalen dengan umur reservoir
terhadap kayu yane tunbuh dalam tahun
tersehut yang dinyatakan sebagai umur
1890 A(). nat penting dalrua peoanggalan
radiokarbon nyata dari massa air laut.
'4c adalah melaporkan niJa; o13c dari
karang laut dan standar. lni dapat di-
TATA K~RJI\ •·
1.akuk.3n dengan pengukuran at-au perk.ira-
an relati[ terhadap POB. Sesuai den&an Pad a penelitian ini, karang laut
... fk .. 13cd·
perJan11an ra SL 1sotop 1 dalao dan asam oksalat SRM 4990 C NBS di-
semua s ampe I yang r e r l eoas d a r i kondisi konversikan ke bensen. Henurut CALF (I)
1 i.ugkungauuya d iuasukkao ke da l am pec- ada tiga prinsip reaksi ki~~a dalam
hLt uugan ak t i v i t as dengan no rma Li s as i konversi karang laut ke bensen dan dua

21
prinsip untuk aSa~ oksalat standar. da dengan yang terdapat dalam litera-
Tahap pertaoa sintesis gas karbondi- tur ( 3) . N1· 1 a a· 6 13c t a· ap k ar ang 1 aut
oksida. Gas ini r c r bencuk has:.1 reaksi dimasukkao ke perh i t.uugan laju c ac ahan
karang laut dcngan larutan HCl. Taha9 dan merupakan fakLor koreksi. Tiap ca-
kedua adalah s:ntesis gas asetilen. cahon sampel karang laut dan asam ok-
Proses ini melalui sintesis liciuc kac- salat srandar di~urangi dengan cacah
b i dayang selanjutnya dihidrolisis cen- latar belakang. Kedua cacahan dikoreksi
jadi gas asetilen. Proses berikutnya dengan 13c selanjutnya dinormalisasi
atlalah konversi gas asetilen ke bensen dengan nilai 613c = -25 per mil(7). Hal
.pada vanadiutt katalis yang diaktivasi ini menghasilkan ~ilai perbandingan la-
·pada alumina silikat. Sedangkan proses ju cacahan sampel karang laut terhadap
sinresis bensen dari asam cksalat stan- asam oksalat standar yang ternormalisa-
dar dimulai dari proses pemb~ntukan gas Ri. Basil rasio kelima karang laut ber-
,asct ilen. harga negatif.
Jumlah sampel benzen yang dicac.ab Umur radiokarbon karang Laut di- •

dengan sintilasi cair Packard Tri Carh hitung berdasarkan rasio laju cacahan
460C sebanyak delapan buab. Tiap sampeL sampel karang Laut terhadap standar
sP.r~ra bergantian dan individual dica- yang dinormalisa!i. Perhitungan umur
c~h selama 20 menit, dengan jumlah si- i~i dipakai dua harga waktu paroh.
.k Lus 85 k a l i , Oongan ini akan d i pc r> Nanrun dem ik Lan , perk Lr aao umur yang
oleh lama cacahan total 1700 ~~nit per paling baik adalah berdasarkan pada
6ampcl. Hasil kedua cacahan ini diban- pemakaian harga wakcu paroh lama. Ma-
dingkar. setelah dikurangi cacahan latar salah penting dalam penanggalan radio-
belakang, dikoreksi fraksi isotop 13c karbon bahan non-terrestrial, seperti
dan d Lnoruat Lsas L. Basil rasio ini ada- karang laur adalah koreksi umur radio-
lah v a r i abe I langsung yang dipakai karbon akibar efek reservoir (4). Lerak
menghirung umur karang laut. geografik daerah asal kedua sampel ka-
rang laut yang diteliti adalah di ka-
HASIL DAN PElllBAllASAN wa~an laut.ah Indonesia. Sampai saat ini
u1tur radiokarhon nyata air permukaan
Data cacahan pengukurAn sampel
Laut untuk beberapa tempat telah di-
ben~Pn kAr~ng taut dan asam oksalat
ketahui. Na.... n umur radiokarbon nyaca
Rtandar SRM 4990 C NBS dianaliscs &eca-
air pecmukaan lautan Indonesia belum
ra statistik. Nilai 613c masing-ma-
diketahui.
sing sampel k3r3ng laut ditcntukan se-
~ara terpisah olch staf Ridrologi PAIR. Dilihat dari letak geografik kedua
Hasil yang diperoleh tidak jauh berbe- cempac asal karang Laut, diasumsikan

22
bahva 11mur r ad i.ok ar bon ny a t a air per- bensen u"vat dilak\lkOTI·
mukann adalah 450 + 35 tahun (3). Harea
OAFTAR PUS1 AKA
in i d i pe r o Leh dar i t i t e r at ur yanp,

berlaku untuk daerah Australia. Pertim- I. C/\U', G. E., A Proc edur e for the pre-
paration of benzene from radio-
bangao ini didasarkan atas letak geo- carbon NJlS oxa L'i r ocid standart,
grafik antara Australia dan Srilaneka Radiocarbon, XX 2 ( 1980) 169.

yang sama letaknye di k.:iwasao lautan 2. GAURE,G., Principle of i ao t opes geo-


14c ny at a t e r-: logy, John Wiley aad Sons, New
Indonesia. llarga umur
York (1977).
sebut selanjutnya dijadikan faktor ko-
reksi atas efek reservoir. Hasil pc- 3. GUPTA, S.K., and POL'1-CH, H.A., Ra-
diocarbon doting practices at /\NU,
nanggalan lima sacpel karang laut di- Handbook, Radiocarbon Laboratory
Research School of Pacific Stu-
cantumkan pada Tabel l. dies, ANC, Canberra ( 1985).

'• · OLSQ!{, I.U .• Dating non-terrescrial


KESIMPULAN material, PACT 8-IV,2., Groningen
( 1981).
I. Bensen hasil sintesis dari karang
5. OLSON, t.U., and ERIKSSON, K.C., Re-
laut dan asam oksalat standar SRM marks on rArliocarbon dating of
4990 C NBS yang d i.c acah dengan sin- shell ma t e r i a L in sea sediment,
Progress in Oceanography., Vol.3.
ti 1 asi cair Packard Tri-Carb 460 C ( 1965).
d•pat mcngh8•ilknn data cac~1an ra-
6. RANK1\MA, K., Progres in isotope gee-
diokarbon. 1 ogy, Sci~nce Publisher a Di vis ion
2. Rooio cacahan asam oks•l•t standar of John Wiley and Sons, New York
( 196'.I).
SRM 4990 C terhadap karanP, t aut; ada-
14c data
lah parameter pcntins dalAm pe- 7. STUlVf.R, M. , Workshop on
reporting, Radiocarbon, 22.. 3
11entuan umur radi.okarbon kacans la- (1980) 964.
u~.
8. srurvsn, M.' and POLACH. H \~ .• Dis-
3. Metodc p"111111ggalan r nd Loka rbon ko- cuss inn reporting of C dato,
r ad i ocarbon .!.1 3 ( 1973) ~55.
ran3 lauL dengnn ~arnpal berbcntuk

23
'Tabel r , Hasil PentulOJ ran u"" r l(B J'l\fll' 1A!lT

... ·-1 11 'c to/OOJ D14c f0/00} ,.,.. .. l'IOde'm (XJ Y.,r
T t •
14c "'" •
11 lO ""'

r. ar ..· Gl ·1.05.t.0.2 .. 4.S,l• ± ,,12 S0,41 ~ 0,611


''" ! 101
2. Sr .. 02 -i.•7t0.2 - 144,78,t S,)2 6S,S2 ,t 0,512 3495 ± 68
), Sr .. OJ • 1.n,t 0,2 .. ••t.t7:_2.93 Sl,80 .t 0,291 51.0 ! )I

•• Ar - 04 - l,OS .t 0,l .. 64),00 .! 1,47 lS, 10 ! 0,147 151! ! ,•


5. lnindll +·O,'.Pt ! 0,2 - lM,Sl !. 6,27 10,0S !. 0,6J6 l.840 .! ''

. Jl1•,.U1111Nlt1M 11ni11r ny.ttt11 r.ltdtC)k•rhio MallJIA .t1r ·~I). t'. ir..nun 14.:'

24
DISKUSI h as i l Lcbor ar o r i wn l a i n dnpat d i ks r aknu
s ama .
H.J. D. LATU PAPU/\ :
llnrl:i r a 1 alt menyatakan bahwa k.::i r-r11tg lauL ~'AIJJIL 5.
rli Aust :1Jl ia sanra kead[Jannya dengan

kat1tng l aut di Indonesia. Kami mohon yi~ld


sen) L«utu mclewati beberapa
pPojelosan tentang pernyataan ini me - proceso. Apakah hasll penelitian inl
ngi\:gat sifatl li.ut-laut di Lndonesia teluh ~ikonveTsi dengon yield proces~
ad a k•rngilman.• Mii.salnya, ada keraglllllan i tu dan be r epa yield proccos p ada t iap
sif~t ~ntJr,,. lau~
'
Band a dau l aut Ji:11,.,A ? 1
tahnp SintetiiS ters~but?

SUPRATMAN
vnug kam i 01ak5udl;tan bukan k c s arna an iln- SUPRATMAN :

t a ra ka r ang l<:tu~ di Austrt1 lia den di T<lhapan proses petnbPntukan c6H6 dari

Indon~sia, utelCJinkan k am i meng amb i.L 1•


ko r ang laut d an asam ok s a l a t scsua l
a. i r ' dcngan standar NBS adal~h scbagai bcri-
l:arga umur yang 11yata dilri ni.aoso

kawasaa Aus t r a l i e yang k am i, gun-..- kut. 'l'ahap I, s i nt c s i s e:;is C02 hasil


laut
ki:in sebagai faktor kOt"cksi e fc:k re- rcaksi Ca co3 + HCl. Tahap II, •intes:s
sc r voar acas sampel karang laul dari gas c2H2 haoil re•~si co2 dengao litium

~rnndi l dan sril.anka. p l us air b eb a s karbon pada suhu tinggi


•• (900°C) di reaktor. Tahap Tl!, sintes~s
H1\RWU<AKYA : c6H6 has i l proses pol 'ime r i.s a s i. d engan

.\pakah basil penelit'ian ini Lelah d i gu-' katalis v~nadium.


nakau oleh l cmbaga lain d an Andol b e k c r t- CzHz polimcrisasi> C6H6
ja s ama dengan LON (Lembaga Oseouologi
Yield process sintesis bens~n dari ka-
Nasional) ?
rang taut biasanya di atas 701.

SUPilATMAtl :
ZAINAL AlllDIN :
Pene lit i an in i ada l ah pen el i tian pen-
;Apakah •da J>Prbedean antara cara pcngu-
dahuluan s ampa i s eka r ang nas i t nya be Ium
ku r an urau r k a r arig l aut d an penguk_uLan
dimanfaatkan oleh lembaga lain. Kerja
air taneh (ground water) dengan menggu-
sama yaug dilakukan hanya dalam hal pe- 14 C ?. Bagaimana
. pengarun.
nakan mccode
sampcl. ],,ON memberikan sampel
' 13 C t cr hadap peneotnan umur k ar ang la-
pemband i ng yang, telah d i ukur di labora- 14 C i. tu ?
ut dengan metode penanggalan ,
torium lain. Hasil pengukuran kami dan

.t

25
SUPRA IMAN : dilakukan dengan spektrometer massa.
Cara pengukuran umur karang laut daa 13c yang d idapat d igunakan se-
Jlarga 6
pengukuran air tanah dengan metode pe- baga i faktor koreksi sesuai dengan ru-
nanggalan 14 C dalam hal persiapan sam- m11s pe1uruhan radioisotop. Koreksi yang
pel dan pencacahan tidak berbeda. Pe- kami Lakukan tc lah sesuai dengan kon-
ngukuran 6
13
C pada sampel karang laut' 14c.
vens i pe l apor an hasil penanggalan

26
STUOI PENl:AMPURAN Al. PADA PROSES P~LEBURAN ~LANG DENCAN METODE
PERUNUT RADIOAKTIF

Agung Sunt o so v, Ln d r oj ono'", Trijonu", Jan Tommy II.*

~HSTRAK

SfUDl l'f:MC,\HPURA~l Al fll.llA PR:OSI.S PELEIUitt\"I l~l.Al\C OtJltC.A~ tCE'TOl)t FEftl1Nl,;i RADIOAKTlf. Teleb dilakukan
•uat1,1 pcncliciain \Ui:u~lmc:i.:tntok.en rlrrAj.1t hono£cnat,1~ i)aduan Al. h#sil dari prostt peJet:uran u.la.na dengan
mengg1,1nakon 1aotop C.t" ee r a L. Pros•.s P~lebur-~n Ul:,n,t Al.m.iniWll )'tllnJ dilak1,;klt\ ini aec:ara s1ri1 beear
l~~ditt ata~ bcberepa tahap4n pro••~. y~ltu pros~A rhareing. proses netting. protea atitrin1. procta
caatin~, dan proJc:i hC10Cgenl:.i:ina. De1'ajal hOAOsenit~~ d1rll!ntukan btrdasarkan til'l3kat kemetal11n penye-
baran l3ULvp Cr-51 metal yang dllcp3akac ketika pco.ses p.,ltburan aedan.e: Hrlanaaun1. P«rcobaan d1lakuken
aebanyak enan k•li, tiae pcrcobaen pcrtaa'l>t dile\~kan d•~gan vaktu pen!adukan 25 menit, tedan,kan tiga
ptrcobaan cerakhlr dil~~~k•n dengen wektu pengaduk~n IS ~enlt. Aktivit~~ i~otop yant diaunekan untuk
percobaen jni, adalah 8 mti/2,5 5taa. tiaail pencaaaten •cnW\jukktn b~h~• derajat kl'>"'Ogenitae pedu1n Al
yang diha1-ilkaa u~tuk 1<ten1.m perc4;11J;u1n teraetK.lt t>cr~iaar •ckit.11r 96t. Di lill!l..t'ing itu, dil)•roleh hatil
yang oenunjukkan bahwa ada pengaruh varia•i vakcu peng•dukan terh•dap nilai derejat bo~ogenitaa. ~alaupu~
tid•k terjedi ?•da tahapan pros~• ctsting d~n prose& ho.ogeniring.

A6STRACT

StUD'! OM TKE Al eilXtNC OF REMELTlrfG t'KOCESS US)~ P.AOIOTIACER M~tOD. An investigation to <lettrC'line
honottnity inde~ of Al alloy produced after reqaltin& pr<Kess U$ine Cr mf:t•l h•• been C3rried out. The
reaeltiog process ccns i ec ed of cha:-ging, oelt:.ng. stirrit13, casting, aod h~~eenicing. The index e f
hnMOgenizint vas dttercintd based O~ the honotene1ly degree 41scributjun of Cr oetal di$pettion ~hich
w~~ •~leased when ctt:Lel:ing Proces$ W3$ in Proeress. The expe:rlvenc waa c~rried out in 2 different
blendln& c Iee , L.e . : 25 nd 1Jnd 15 ninutes vith an activity of 3 mCi/2..5 gr. The rciults showed cl11t the
hom9gcn~icy index of Al alloy "''as about 9a. lt was found that in the stiring Proceat the bleodi.ns time
was in proportion co the hOC10ger,eity inde~. but •OC in ca1ting. and ~oooge~1&ing Proce11~

PENOAHULUAN tas dan efisiensi kcrja sistem peralat-


an pabrik. Kerja si$tem peralatan yang
setiap kegiatan industri, efekcif menghasllkan benda produk yang
efisiensi dan efektivitas sualu sisten s~dangkan kerja sistem
berkualicas,
pro•Ps merupakan dua parameter yang cu- perala:an yang efisien akan dapat rnene-
kup parvt i.og , a t au rlapat juga d ik a t akan
kan kebutuhan energi (ongkos produksi)
bahwa kerja siste~ peralatan yang efex-
ke tingkat yang rendah.
tif dan eflsien sangat diperlukan da- Salah satu industri proses p~le-
lam setiap kegiacan industri. Jika d~- buran u~ang aluminium yang cerlecak di
t e l u su r i., hamp i.r s at Lap p r ob Leraa tek-
kawasan industri Pulogadung saat ini
nis y~ng muncul dalaia kegiatan iodus- sedang menghadapi problema teknis yang
tri bersumber pada probleca efektivi-
!;~rupa dengan probleoa yang telah dise-
butkan di ar as , Adapun problema teknis
• Pusat Aplikasi lsotop d-1!. Radta.si, BA.TAN yang dihadapi :nduscri tersebut, aatara

27
lain sebag•i berikut. cairan aluminium+ logam lain yang su-
I. Ke.su1ican dalam penentuan waktu dah t e r carapu r s e car c mc r.at a dituangkan
c•tnpur optir.ial (rnixing ti~e) proses ke dalam bejana pencetakan. Pada saat
st iring. yan8 Sama, pcndingina~ dilakukan secara
2. Kesulitan dalam pcncntuan derajac tiba-t:ba tcrhadap cairan Al dengan
hcmogenitas produk Al yang dihasil- car" m.cnyemprotkan air ke dalam bejana
kan pada tahapan proses tercentu. tersebut. Hasil proses pencetakao iui
berupa paduan Al yang berbentuk silln-
der. Paduan ini kaya akan bangun mole-
Secara gar is be s ar , proses pelebura.n
kul B dan miskin banaun cnolekul a.· Pa-
ulang aluminiun terbagi menjadi bebera-
duan Al ini1 ket1Udian dipotong-pocong
pa tahapan proses, yaitu proses charg-
sehingga diperoleh ukuran yang lebih
i!.t.a•proses celting, proses stirring,
pendek. Selanjulnya paduan Al ini dima-
proses castir'tg, dan proses homogeniz-
sukkan ke dalam cungku pemanasan untuk
ing. Pada proses peleburan ulang ini,
cenjalani proses homogenizing. Setelah
aluminium scrab (fraksi, di atas 90%)
proses ini selesai diharapkan paduan Al
tlic•rnpur dengan beberapa jenis logam
yang kaya akan bangun 1110lekul a dan se-
lain, kemudian dilebur bersama-sama pa-
dikit 111engandung bangun 8 dapat dipero-
dn ternpcratur 760°C. Logam-logan yang
oleh. Jadi, pada proses ini tidak ter-
dicampurkan/dipadukan, antara lain
jadi proses peleburan maupun proses
Hg, Si, Fe, Bi, scsuai dengan j e-
pencampuran (ho11101enitin1).
n is paduan yang diinginkan (I). Secara
skematis kelina, tahapan prn~es terse- TEORI
but dapat digambarkan seh•gai berikut. Aplikasi perunut ~adioaktif telah

.,

Proses char.cing f-1 Pl'Oses &c)tini ~ PTos:es stirTin1

Prose' ca.sting "}--1 Proses hmftog:ie-nit.ing

Ca11lhar I. Tahapan proses pelehurAn uJana aluainlvn.

Proses rharging, melting, dan banyak dilakukan pada berbagai bidang


stirring dilaksanakan pada suatu cung- industri, dengan tujuan untuk mempela-
ku peleburan, sedangkan proses c.iscing jari dinamika suatu sistem, misalnya
(pencetakan/penuangan) dilakuk'3n pada tentang discribusi waktu tinggal (resi-
fasilitas tersendiri. Proses casting ~ time distribution/RTO), afek ke-

28
lainan proses terhadap vakcu tinggal Dal am mempelajari suatu sistem
dan distribusi waktu tinggal, karaktcr- proses, teknik stimulus-respona sering
istik model alirao, waktu cam9ur (~ digunakan. An~lisis terhadap respons
~ Ine ) (Z). E'erunut dapat didefinl-
t
dapat mc3bcrikan informasi tentang sis-
5;kan sebagai suatu baban yang ditai:i- tem yang sedang diamati. Stimulus ada-
bahkan kepada "bahan induk" dan akan lab pemasultan radioperunut pada input
mengambil bagian dalam setiap proses sistea dan mencalat kejadian-kejadian
yang dialami oleh bahan induk te=sebut. yang merupakan respons, pada output
Keidentik~n sifat perunut dengan sifat s i scee (3). Dalam bal In i , respons yang
bahan induk, karena unsur kimia zat pe- diberikan sistem bcrupa konsenlrasi pe-
runut merupnkan salah Ra:tu unsur ki.,ia runut yang merupakan fungsi waklu. Pa-
yang terdapat pad a bahan induk. Si fat da perunut radioaktif, konsentrasi da-
lain yang tidak kalah 9enting ialah pac disertakan dengan laju cacahan.
sifat radioaktivitasnya. Radiasi yang Kurv" Jaju cacahan C(t} terhadap wakru
dipancarkan oleh pcrunut dapat meoembus (t) da r i sistem tersebut disebut kurva
wadah sistcn sehingga memunskiakan pc- RTO (RPsideace Time Distribution) (3).

man t auan ke l akuan s i s t em da e i luar Secara sederbana, prinsip metode pe-


lingkungan sistem tersebut. Oengan dua runut radioaktif dapat digambarkan se-
sifat utama ini, hQm?ir seluruh proses bagai berikut : (Gambar 3).
kimia-fisika dalam iudustri dapat di- Prinsip pelaksanaao perunut r~dio-

pantau karakteristiknya (2,3). aktif dapat dijaba~kan sebagai beri-

- - -- 1-1-1
Jo
~
Gari"tar l. PTins!p tekni~ J)c'"TUJ\llt ra~ioattif.
I • Pintu 1ruut.:k sis,te• fl ,. Octckto:-
0 Pintu ketuar ststew R • Ra~e~eter
s • Tan~ai pengaffW P = Pett'k.&JI kurva

c-~~~-·(inpu~~=.J--1 Sfstee proses H~--·-~_•_P_•n_(_o_u_tp_u_t_)


_ _j

r.aw.har .3. Prtnstp Jllttode perunut radioaltttf.

29
kut. Ls o t op (bertindak s eb aga i pe runut
DH= (I - (Sn/c)) x 100% .... (*)
radioaktif) d•lara jumlah lerLentu dlma-
Keter.:rnr,an: DI! s, De r a j at, Homogenitas
s okkan ke da lam pintu c1~suk s i s t.em , Se-
SD Standard Deviasi Sa1:1-
lama selang waktu terL~nLu, isocop ini
pd
akan bercampur dengcin siscem untuk me-
C ~ Cacahan rata-rata sam-
ug i kut i d i nami k a proses yang terjadi
pet
pada s l st em t e r sebut • Pemant auan t e rb a-
dap distribus waktu keluar material Harga waktu campur optimal dapat lang-
(exit time ditri_!lution) dilakukan padn sung ditentuk~n Melalui pengamatan kor-
pintu keluar sistem tersebut (2,3,4,). va respon~ yang diperoleh.
Data yang diperoleh kemudian di "plot"
'•
kan pada kertas grafik. Variabel waktu
TATA KERJA
diletakkan pada sumbu absis, sedangkan
data cacahan ditempatkan pada sumbu Seperti sudah dikem!-Jka~an di muka ,
ordinat. Kurva respons yang diperoleh tujuan penelitian ini ~da~ah mencuba
sudah tentu menggambarkan karakteristik memperkirakan waktu campur bptimal yang
sistem tersebut (lihat Gambar 2,3). diperlukan untuk proses stirring (pro-
·suatu proses dikatnkan telah mencapai f
ses Pencampurao) dan menentukan dera-
derajat homogenitas optimal jika stan- jat homogenit•S paduan almunium yang
dar deviasi data sampel yang diperoleh dihasilkan pada suacu cahapan proses
t
Cl"'

{) waktu c1111pnT optimal


------- tel•h homo1een -------
<'.amhaT 4, Kurvtt l'espon iist•• proses,

telah mencapai harga yang r<>latif kon- tertcncu. Tujuan pertama penelitian ini
scan (4,5,7).
dapar d i ke t akan kurang memberikan haslt
Untuk mendapAtkan harga ek•ak dc- yang memuaskan. Hal inl ldikarenakan
rajat homogenitAR dapat dipergunakan proses stirring yang hendhk diteliti
formula berikut (4)
tidak dilakukan oleh suatu ~esin peng-
'
30
aduk tPrtAntu, tetapi dilakukan oleh r ungku peleburan pada s aat proses
t enaga m~nu,; i a . Ak ibat nya , kec e par an •tirr:ng akan dimulai dengan akti-
pengadukan yang dihasilk~n tidak kon- vitas 8 mCi/2,5 gram
s t an , Dangan dem i k i an , ,:; i fAr s i s t em 2. Pengadukan pada prn•A• stirring di-
ters~but pun tidak menentu, ~Phinee~ lakukan selama 25 menit.
akhirnya data yang diperolch tidak rla- J. Pengambilan sampel dilaksaoakan p•-
pat di anal is is. da akhir proses •tirring sebanyak 8
Dalam pcrcobaan ini, perunut yang buah, diambil pada 8 lokasi yang
digunakan adalah (51cr} metal yang me- bctbcd;,. Sampelo ini disebut sampel
!'l)pi!ltan Ls or op pcmanc ar s i no r dengan atirrin~ (1 ihat Gambar Sa.}.
•energi sek i t e r 0,,323 Hcv. Pe r coboan di- 4. Sampcl stirrin& kemudian diukur
lakukan sebanyak enam kali dcng-00 mcng- perQlo.han radioaktivitasnya dengan
gunakao aktivitas sekitat 8 mCi/2,5 5 kali pcngukuran untuk setiap pec-
gram, untuk setiap percobaan. Injeksi rnukaannya.
. Lsot op d i l ekukeu p .. da se ac akun dilaku- 5. Selanjutnya dilakukan pengambilan
kan p ruse s stirc.irtg uie La l.u i "j cndc t a"
sampel casting secar a acak yang
t anur pe Lebur an • Pengarab i l en s aupe ; di- dilaksanakan selel~1 proses casting
lakukan pada akhir proses stLrring (Al atau sebelum proses hotnogcnizing
masih berupa cairan panas), pada tnhap ( lihar Gambar I}. .Juml ah s ..mpe L
akhir proses casting dan pads tahap untuk se t Lap pengambilan adalah 5
proses homogenizing. Gambnran di bawah buah dan d ilanjutkan dengan pcngu-
ini akan menunjukkan secara sederhana kuran perolehan radiasioya.
bebo.rapa bentuk sampel. Sampel-sampel 6 . .l'engukuran dilakukan 5 kali untuk
ini kemudian dicacah perolehan radio- sctiap permukaannya (lihat Gambar
akLifnya untuk memperolch gambaran dis- 5b.).
tri~usi penyebarannya. Distribusi pe- 7. Sampel casting yang telah diberi
nyebaratl ini akan membcrikan gambaran tanda kemudiar. dimasukkan ke dalam
juga tentang distribusi penyeba:an un- tungku pemanasan untuk di homogeni-
sur-unsur (logam) lain yang tercampur zing. Setelah proses hocogenizing
dalam proses tersebut. Data ini kemu- selesai, sampel bertat1da dipisah-
dian diolah dengan nenggunakan ?ersama- kan dan dianggap sebagai sampel
an (*} y•ng berlaku untuk semua tahapan homogenizing.
proses.
8. Pengukuran perolehan radiasi terha-
$ecara singkat, tata kerja perco- dap sampel homogenizing di.l k akukan
baan adalah sebagai berikut. seper.ti pengukur.an ter.hadap sampel
51 k s1i k an k e casting.
I. Isotop Cr d'11nJe
..

31
9. Percobaan dengan i.oaktu pengadukan dicapai pada percobaan terakhir (PCT-
25 rncnit, dilakukan sebanyak 3 ka- 14). dengan harga DH• 83,733%. Unruk
1i u l an gan dan d i har i
koJe T8, T9, parameter SOR, harga terendah dicapai
TI 0, •e•ua i dengan kode yang d: gu- pada pcrcobaan pcrtama (PCTS}, scdang-
nakan pabr-ik kan ha r ga SOR tcrtinggi d i c apa i pads
If... 'figa pe r c ob aan bc r i kut nya ncnggu- pe rcobnan t c r-akh i r (PCTl4}, Oihat Ta-
nakan waktu p~ngadokan 15 MCni r bel I dan 2). Secara keseluruhan, dari
dengan kode percobaan Tll, ~12, kc!caac:t pe r c ob aan t e r s ebu t , k e s impu l au
T If•. dapac dicarik bahwa proses pengadukan
pa~a percobaan pertama memberikan basil
._!'__ _,,,, l'- ••-''j ~''--~/' terbaik sebaliknya pengadukan yang
dilakukan pada proses terakhir (PCTI~
menberikan hasil yang kurang memadai:
Kesimpulan ini tampaknya cukup berkore'
lasi dengan kondisi ketika percobaan1
pcrcobaan tersebut dilakukan.
PPrroha~n pPrtarn~ hingg~ kP
seCik.it banyak d i l akukan kcnt r o l ter-

ha~ap ~~klu peng•dukan sesua; dengan
rencana percobaan yang telah disusun.
Akib~cny~. waktu pcngDduka~ mcmang ccn-
dcru~g lchih lama da~ipada ~akcu peng-
aduk an norma l (yang sckitar 15 :nenit}.
Peratk1tan Ra] ini tentu mengakibatka~ derajat
bavah
homogenitas hasil proses pencampuran
tcrscbuc menjadi lebih ti~ggi, diban-
r.amh~Y Sh, SNllpel f.TO~c~ C3Stln~ dan hoaofenl~ini dir.gkan dengan derajat homogenitas pro-
het-hentl;lc ~ t l i ndcr.
ses pencampuran dengan waktu pengadukan
yar.g r e l ar iv lebih singkat. Cukup Log i s
HASll. DAN PEMB~llASAN j i !1a ~arga OH ket iga perco':>aan terakhir

PhO~e.l. ~J.Lvti.ng.
Oata yang tel ah
relatif lebih rendah. ..
d i o l ah ( t ihar Tabel 1-7) h ar ga DH k ee-' Cal..ti.ng. Data terolch pro-
P~04e.b
n am pe r c ob aan , ke se l c ruhannya berada di ses casting (lihat Tabcl 3 dan 4} mec-
alas g a 83%. DH tertinggi d i.capa i
hnr perl ihatkan dengan jelas bahwa proses
pad a pc r c obaan pert .•m• ( PCT8), ya ic11 ca~ring r.w.ninelc;:atkan ha·rga DH proses
94, 74 I%, s edangk an h<1rga DH terentlah ""hel1Jmnya (proses stirring). Tiga per-

32
cobaan pettama (l'!;T8, P!ff9, P!;TIO) de- ..!..!!.&. (waktu pengadukan lj menit) dan
ngan DH ct: atas nilai 90% berubah men- nila; DH proses stirring (waktu pe-
jadi sekitar 96%. Begitu pula ke t i ga ngadukan lebih dari 25 menit).
percobaan terakhir (PSTll, PSTl2, PST- 3. Proses homogenizing tidak mening-
14) dengan DH di bawah 90% berubah mcn- katkan nilai DH proses casting pada
jadi s•kitar 96% JUga. Perubahan nilai tingkat kepercayaan 99%.
OH yang tampaknya cukup signifikan ini 4. Penentuan waktu pengadukan (blend-
sebenarnya mengejutkan mengingat pada ~ timg) secara teknis su l i r dila-
proses casting lidak cerj~di pergerak- kukac karena kccepatan pene;1du;can
an-pergerakan (pergeseran-pergeseran) yang tidak tetap.
molekul yang berarti bila dibandingkan
dcngan pcrgcrak4n-pcrgcrakan yang tcr-
DAfTAR PUSTAKA
jadi pada proses stireing. Uji statis-
tik (uji t) yang dilakukan pada tingkat I. BENTO (1988), ~omunikasi Prib8rli.
kepercayaan 90% tidak memberikan beda 2. CHARLTON, J.S., Radioisotop Techni-
yang nyata. Artinya, pada tingkat ke- ques for Problen Solving In In-
dus t r i a l Pr oc es s Plants, Le one e d
percayaa~ 90%, proses stirring dan pro- Hill. Glasgow and London (1986).
ses casting dianggap memil iki nilai DH
3. SAHTOSO, A., Menentuk3n pola al i r an
yang Sama. proses pembakaran bahan baku se-
cen dengan metode pcrunut radioak-
PM~ e..1 flomcgettb;htg. Me I a Lui uj i t if , Sk i ps i , Universitas Indone-
statistik dapat dibuktikan, b6hwa pro- sia, Jakarta (1987).
ses hocogenizing tidak meningkatkan ni- 4. IAEA, Laboratory Manual on The of
lai OH proses casting pada tingkat ke- Radiotracer Techr.ique~ in T~dus-
cry and EovironmenLal Pollution,
perc ay aau 99%. Ar t Luya , nilai DH kedua (Technical Report Series No. 161),
t ahapan pr os e s Le r s ebut, U iau~ga.p sa11la. IAEA, Vienna (197S).
Perbedaan nilai OH yang taopak dapa~ 5. LEVENSPIEL, O., Chem:cal Reaction
dianggap sebagai kesalahan pengambilao Engineering, Jo~n Wiley and Son
Inc., New York (1962).
sampel.
6. LJUKGGREN, K., Review of the use of
radioactive tracers for evaluat-
ing parameters pertaini~g to the
KESIMPULAN
flow of material in pla:ll and na-
tural system, Radioisotopes Tra-
I. llarga derajat hcmogen i t as paduan l\l ·ccrs in lncust~y and Geophysics,
(Proc. Symp., Prague, 1966), lAEA,
has i l proses peieburan ulang ada l ah Vienna (1967) 303.
96%.
7. RAO, S.M., Radiotracer in Mixing
2. Terdapat perbedaan yatoi; cukup ber- Studies, UNDP/IAEA R~gional Indus-
art i antara nilai DP. proses stirr- trial Prujecl, Jakarta (1988).

33
Tabet J. nata proses ~u._. (P-reh.orno1eni ting) terotah,

No. Parameter PCT& PCT9 PC'T10


.:

I: 1 MEAN 1940 cpe/s 816 cpn/1 1334 c)'9!1


2 ~rw lO ,19 c:pm 15,18 CJ* 22,66 •!"'
1:1 l SOM 1,556\ 1,866\ 1,698\
4 SOR 3,567' 4,266\ 3,894\
s l1H 96 ,433\ 95,734\ 96,106\

PCT8 I PC •Proses castJns


T8 • Proses lce .. 8
PCT9 PC • Proses c1stinr
T9 • Pro:!lies lc• ..9
PC'l'lO PC • Pr.)ses ca.stins
TlO • Pro1t1 ke.10

34

'
7ab~l 4. Oat~ prosos e.a~ting (pr~hn•ogoniztna) ternl~h.

No. Parameter PCTll PCT12 Pc:rl4


~---- ------.
l MF.Ai'/ 148~ cpm 1472 cpm 1448 cpm
2 SOM 43.'7 cr.rn 27,49 cpm lS,77 cp11
J SOM 2. 944\ 1,868\ 1.089\
4 SDR s, 784\ 2,401\ 2,498\
s l1H 96,216\ 97 ,599\ 97 ,502\

PCll~ PC • Pro~cs C{lStinjf


Tl l •Prose' ko-11
PCTl2 PC • Proses casting
Tl2 • Proses ke-l2
PCT14 Pl: c Proses casting
T14 •Proses ke-14

Tab&l s. Dato pro~es homogcnt iina tcrnIM.

----·-
No. Par Meter l'lrrs PHT9 PHTlO

l Mf:A~ 1781 Cpll 806 cpm 1290 cpm


'
J
SOM
SIJM
Zl,73 cpm
l,220\
16,54 cpra
4,052\
2S,04 <pm
1,940\
4 SOR z , 796\ 4,706\ 4,448\
s l1H 97. 202\ 95,294\ 95,552\

PllT8 Pll • PTo~e' honogefl.tz.ing


TS • P1·0Scs ke-8
FHT9 PH - Proses ho11ogeniting
T9 • Proses kc-9
PHTIO PU •Proses hoeogenizing
no .. Proses ~e-10

tahel b. nata prose~ honogeni~lnt terol~h.

No. Parameter PHTll PH112 PHT14

l MF.r.N 1391 CJ>!' 1360 CpOI 1.,45 cpm


2 SOM li:t,94 cpm 18,78 cpm 21,99 CJll'
3 SOM 1,361\ 1,381\ 1,634\
•5 SOR
OH
l,122"
96,8?8%
J, 166\
96,834\
a, 748\
96,252,

arn i PH Proses homo~ni2in1


Tll Proses ke ... 11
PHTl2 Pf! .. fTOSes homogP.ni zing
T12 • Preae s ke-12
l'HT14 Pit .. PTOses homo;enitina
Tl4 • Proses ke-14

35
iahtl '. OeTaj3t hoa>nni t as ,

:fOlllQI perc:o"1alJ\ "t irrins r.3:$ ti ri~ Ho110tcni ii n.e

1:(T8) ~4.741' 9b,43l\ 97.2021:


-
II : {'l'Jj 91.Sl•\ 95,734\ 95.294\
11 I: (T!O) 94. 460\ 95, 106\ 95,221\
IV: (Tl!) 88,S33\ 96, 216\ 96,8,n
V:(Tl2) 8S,L49\ 9? ,599\ 96,834\
VJ:(Tl4) 83,133\ 97 ,502\ 96, 252\
~--- ----
Wak~v pencadukan I, JI, rtr : 25 aenit
WJktu pcngadutcan t», V, VI : lS. aen.it
1: (TS) • Pncobun pert a.. (prostt /batcl>/ ke-8}
II:(T9J Percobaan k<dua {proses /batcl>/ ke-9)
11 r : (TlO) Percohaan ktti11 (proses /batch/ ke-10)
!V: (TU) • Pen:ohaan henpat (prosos /batch/ ke-llj
v: (Tl2) • Percoboan hi iH {proses /batch/ ke-12)
VI: (Tl4) Porco)laan keenaa (proses /batch/ ke-14}

36
DISKUSI

SIMON PETRUS CURUSlNCA: rtg:tTuh i s i f::1t isotop.


Kami mohon penjelasan tentang ~asalah
be r iku t . ZAINAL ABIOIN:
I. Kritcria homogenltas pros~s pe~e- Dari hasil penelitian ini, apa yAne da-
buran da l am pene l I r Lan Ando . pat Anda rekomendasi~an kepada pih•k
2. Faktor-foktor yang be r pcngc r uh tcr- industri aluoinium?
h~dap homogcnitas tcrscbut.
3. Hubungan antara fakcor-faktor itu ACUNC SANTOSO:
dan pcrunut seb~gal indikator untuk Hasil penelitian mcnunjukkan bahwa har-
mcnilai homogeoitas. 8" tingkat homogenitas pelcburan ulang
Al bcrkis3r 96%. Meskipun nilai ini
ACUNC SA'.'lTOSO : masih di bawah 98%, akan tctapi mutu
I. Suatu senyawa/material yang terdiri produk yang dihasilkan masih dapat
at as zar A, 8, C, dan D, d i.kat akan diteri~a oleh konswaen. Oleh aebab itu,
mempunyai cingkat homogenitas 100%, hasil ini bagaimanapun memberikan in-
arahila pada su;itu satuan volu- formasi yang berharga bagi pihak pa-
m~ ma r e r i a l r ar sebut t e r dapat suatu brik. Karena sebelumnya tidak pernah
kompo~i~i yAnt konstan ntau meratet djlakukan csaha-usaha untuk mertdapatkan
(dibanrlingkan dPnean satu satu"o vo- he:tr-gct t i ogkac bomogenic:as.
lume y•nJ l~in).
2. Fak tor - f'ak t or y~ne mcmpr.ngaruhi SUWIRMA S.
tingkat homogen i t a s dalam proses p e+ 8agaimana cara Anda untuk mengetahui
lebucan ulang alumoniom iAIAh r in&kat homogen i t as suatu campuran Al
- Waktu peng adukan , j i k.a kur,..ng dAlam pen£>1 t r r an ini ?
da r i 15 men it.
- Suhu (harus di acas titik lebur AGUNG SANTOSO:
untuk proses peleburan) Tingkat homogenitas dapat diketahui de-
3. Hubungun langsung antara wakcu pe- ngan pencacahao radiasi dari paduan Al.
ngadukan dan umur p~ruh isotop, yai- Semakin rata data cacahan, maka homo-
tu waktu paruh isotop harus cukup genitas campuran Al makin baik.
besar dibandingkan waktu pengadukan.
Akan tetapi, tidak terlalu tinggi N. LAKSMININCPURI :
sehingga memerlukan pemanc:auan yang ,\pa:.il<> suhu lebih tinggi atau tebih
t~rl~lu lama setelah peneli~ian se- rcndah dari oso•c, apakah berpengaruh
Le s a i di I akukan , Suhu t i.dek mempe- tcrhad~p proses homogenizing?

37
AGtJ!'IG S1\NTOSO : 2. s.. 1um pernah diperbandingkan hasil
Pada suhu 650"C, p.>d""" Al bc1 um s empar dari kedua cara cersebut.
malebur Y•ng berarti Li<lak ferjadi pen-
c ampur a» an t.ar a molekul-mulekul pem-
bentuk paduan Al t e r s ebut , Jadi, pada llENDIG WTNARNO :
sul1u di bawah citik leburny• tidak akao I. Onlam makalah dikatakan, bahwo pc-
mengubah h ar ge t i ngk a t homogen it •S. ogadukan selama + 15 men£t mcrupakon
Hipotcsis ini ternyata sesuai de11gan waktu optimal, sedaogk.:i.n pcnumbah-
has i I pencl it i an , Proses homogen i z i ng an w~ktu pcngndukan tidak menambah
se nd i r i be r ru juan mempe rkaya b augun trngkat homoge~itas. Apakah ini su-
mo leku I ci dan mempe r scd i k i L b angu» 8 , dah dlcoba?
tanpa harus terj~di pRTPhur~n. 2. He,,gapa d a Lam pe ecobe an mas ih j uga
diLakukan pengadukan selama 25 menit
HARWTKARYA : (tidak IS meait saja). Dan dari data
I. Apak•h ada matod• lain untuk me- p~rcobaan juga menghasilkan harga
nPntukan de r-aj a r bomogeo i t ac s e l a in derajat homogenitas yang berbeda.
mctode pe r unuc ?
2~ Ka l.au Md~11 apHkoh pe r uah d ibnu- At.UNG SANTOSO:
dingk~n dan mctode mdou yang lehil1 I. Suduh . Silakan Saudar lihat pada ta-
baik?
bel yang ada, di sana jelas terlihat
bahwa tingkat homogenitas tidak bc-
AGUNG SANTOSO : rubah atau tetap pada harga 96%,·
I. Add, y~;lu ~engan menggunakan ~lat mcskipun waktu pengadukan ditambah
tert~ntu. Hnrga al~c ini s~ogat ma- menjadi 35 mP.nit.
hal, ar.cinya korang seimbang dengan 2. PPnggunaan waktu 25 menit bertujuan
nilai produk Al yang dihasilkao. uo ruk menguj i I ap akah waktu rs men it
Tanpa al;ic ini belum cliLer.iukan m"to- benar-benar merupakan waktu optimal.
d" lain yang dapat digunakan untuk Perlu dicatat waktu optimal 15 menit
menenr.ukan h ar ga t i ngka r homogen i=- merupakan informasi dari pihak pa-
tas. Pen.dapat yang sama clikemuk.,.kan brlk, bukan hasil pcnelitian yang
pu l <t o l eh pi hak pabri k . kami lakukan.

38


PENGUKURAN KONSENTRASl SED!MEN suseexst MENGGUNAKAN HAMBURAN BALJK
GAMMA 241Am

Simon Petrus G.S.*, dan Tommy H.*


'

A8STRAK
241Aa.
PENCUKUR.\N KONS£11T1'ASI ~F.OIMEN SUSPENSI HENG~UNAKAN KAHBUl<AN BALI~ CAllHA Ttlah dilakuka24~tr•
cob•an untuk •cng1i1kur koni•t1.tras.i s.ediroen •uApensi dengan 11ena1unakan eereee ha•bura~ balik g&11111a . Am.
Hoisii pt:ngi111aatan menut1jul(ken bahv01 ltonsentcasi 111ini.C11..1m yang d<tp3t f1>rd•teksi ttki.tar 550 ppm, II.al ini
ataberikan ~•r•p~o bahwa ~ctode tecs~but d3p3t digunak•n untuk peneliti~n angkutan teditDen •utpensi
sungai.

ABSTRACT

1Am
HEAS~REH.t~T OF SUSPRN0£0 $!01M£NT CONCENTlATlON USlNC ?~ G~ $CATTERlNC. A experiC\f:nt wat
carried out co dcter•ine suJptnded eedi~•nt (oncen:r•tion by using Am 1aam1 back scattering. Tht
res~lts of study showed lh•l ainimu~ detec•ble conccnt~ation cf •~•p•aded sus~-.nAion vas about.550 ppm.
t t may .Jlso open the pos1ibi.lily o{ u:Jius chi$ tct;h':\ique for the iaea•ur<eoenc of be us"d foe the con-
centration of suspended sedi!Jlent in natural slrt'<1r1s.

PENDAHULUAl'I
cem interaksi sinar gamm3 dengan sedi-
men susvensi dan detektor, alac pengu-
Heberapa macam alat ukur konsen-
kur cersebut meuopunyai dua mecam tipe
trasi sedimen suspensi yang dapat di-
yaitu tipe transruisi dan cipe hambur-
pergunakan langsung di lapangan dengan
an bali.k. Tipe transmisi menggunakan
memanfaatkan sumber gamma dan instru-
sumber 109cd dan 241Am dikembangkan
men nuklir telah dibuat negara-negara
oleh FLORKOWSKI dan CAMERON (4) serca
maju ( 1,2). Alat-alat tersebut telah
McHENRY (5). 'l'ipe hamburan balik dikem-
diuji di laboratorium sedimentologi
bangkan oleh ARKHANGELSKI (6) dan GAD-
USDA. Hasil pengujian tersebut menun-
NER (7). Hasil percobaan FLORKOWSKI
jukkan bahva ciap jenis alat meoiliki
telah membuktikan bahwa uncuk jenis
dayaguna k orapa r a t i f , Kamun demikian ji-
sunber gamma dan decektor yang sama,
ka diba::idinekan dengan 11etode konven-
alat pengukur sedimen suspensi ti-
sional, ternyata teknik nuklir yang me-
pe haoburan balik lebih sensicif dari-
manfaatkan hamburan garmna lebih mengun-
pada tipe tranomisi (8).
tungkan (J). Pada percobaan ini dibuat alat
Ditinjau dari Gcgi pengaturan sis-
pengukur konsent~asi sedimen suspensi
24 l
menggunaka.n sumber gamma Am dan de-
------·--·-···----
• Pusat Aplik•si lsotop dan Radlasi, BATAN tektor sintilasi NaI(Tl) denean codi-

39
fikasi t i pe haraburan balik. Pengaruh untuk oemperoleh ~isbah (ratio) cacahan
beberapa faklur ditinjau untu~ menda- dengan cacahan air yang mengandunp;
patkan keoa~puan aplikasi. sedioen suspensi di dalac bak kedua.
Penambahan sedimen ke dalao bak kedua
BAHAN DAN METODE dilakukan secara b'ertabap untuk menda-
patkan beberapa hkrga nisbah cacahan.
I
Alat pengukur konsentrasi sedimcn
Pencacahan terhadar sedimen suspensi di
suspens: terdiri dari aucber &"""""
dalam bak kedua dflakukan setelah air
. 24111-,, energ1. 60 k ev , detektor sin-
dan bahan sedime~ bercampur merara.
tilasi NaI(Tl) ukuran 1,5 incl x 1,0
Sebagai alat pengaduk digunakan pompa
inci, skaler Saphymo Srat SPP-3 buatan air Ho~eate FX 2522-Nl, memiliki kemam-
Prancis dengan bentuk seperti dicun-
puan l!W!ngaduk air dan bahan sedirnen
jukkan Gambar I. Jara!< antara Su:!lber e1enjadi tersuspensi merata dalam waktv
dengan detektor 40 era sesuai ketentu~n
5 .,..nit. Pengadukan berlangsung kontinu
alat pengukur konsentrasi s ed imen sus-
agar sedimen tetap tersuspensi atau
pensi yang dibuat Badan
Tenaga At°"1 tidak ada bagian yang mengendap. Sete-
Int~rnasional dan Sadan Tenaga Atom lah pencacahan dengan ulangan 5 kali,
Prancis (8). Di antara sumber dan de-
diambil eedimen suspensi sebanyak 5
~cktor dipasang c iina.h h Ir ae tebal 7,5
contoh dan konaentrasinya diukur dengan
cm, sehingga detcktor hanya ctenangkap metode pcngu~p.30 menggunak3n oven tcm-
sinar gamma yang terhambur setelah ber- pe r ar ur I05°C selarna 24 jam dan tim-
inceraksi dengan sedimen suspensi. Sum- bangan elektronik Sartorius 2462. Se-
ber 241110 dan timah hiram berada di bagai sedioen suspensi digunakan 2
dalam tabung aluminium tebal 2 !!ID di- macam bahan. Pertama menggunakan kria-
ameter 52 ror.i, dibuat sedemikian rupa tal Na2so4 dan yang kedua menggunakan
sehingga kedap terhadap air. lumpur ya"g d iambil dari aungai Cisada-
n~. Tangg~rang.
Untuk percobaan pengukuran konsen-
rrasi sedimen suspensi digunakan dua
HASIL l>AN P'EMBAHASAN
bak dari bahan fibreglass masing4113-
sing berukuran Im x Im x Im. Balt per- Faktor pengaruh volulDE!. Pengaru~
tama dan kedua diisi dengan air bersih volume sangat pencing diketahui teruta-
masing-~asing 0,8 m.3 Pada bak dibuat ma untu!c menghindari terjadinya kesa-
Skala kedalaman air 10, 20, 30, 40, 50, lahan pengukuran. Karena itu aebelum
60~ 70. dan 80 cm yang digunakan untuk dilakukan pangukuran konsentrasi aedi-
pedoman posisi alat. Air di dalam bak men 1u1penai, terlebih dahulu dilaku-
pertama dimanfaatkan sebagai pe~banding kao parcobaan peneni:uan daerah penem-

40
patan alat ukur (probe) yang sesuai di material di dasar air. Karena itu pe-
dalam air. Dimana pada daerah tersebut n~upatmya pada sungo.i yang dangkal
alat ukut tidak akan mengalami pengaruh (kedal•cuan lebih kecil dart 60 cm),
udara atas permukaan air dan material alat ukur itu tidak dapat diperguna-
yang ada di dasar air. Percobaao ini kan. Hal ini nerupukan suatu kelemahan
telah dilakukan dengan menempatkan alat jika dibandingkan d~ngan alat ukur tipe
ukur pada kedalaman yang berbeda di transmisi gamma yang dapat digunakan
dalam air. Diperoleh bahwa apabiia mulai dari kedalaman air 25 cm (3,4).
letak alat ukur makin mendekati per- Sesuai dengan uraian tadi, apHbila alat
mukaao air, c•cahan makin bertambah ukur digunakan unto.ik rnengukur konsen-
besar (Gambar 2). Hal ini diRebabkan trasi sedimen suspensi di dalam suatu
&ebagian dari sinar gamma berinteraksi sungai. walaupun alat berada di dalam
dengan udara yang memiliki s i f at ko+ volu:ne pengukuran, kesalahan masih
efisien absorbsi dan densitas kecil. mungkin dapat terjadi disebabkan pe-
Apabila alac ukur mendekati dasar air, ngaruh oater ial hanyut pada saat peng-
cacahan makin kecil disebabkan sebagian ukuran d i Lakukan . Dimana material ter-
dari sinar gamma berinteraksi dengan sebut hanyut melintasi daerah interak-
material yang memiliki sifat koefisi- si hambu=an balik gamma dan detektor.
en absorbsi dan densitas lebih besar Faktor pengaruh macam sedimen sus-
daripada air. Diantara kedua daerah pensi. Pada percobaan interaksi ham-
tersebut terdapat su•tu daerah dimaua buran bsLtk gamma dengan sedimen sus-
pengukuran tidak cerpengaruh udara be- pensi telah diperoleh hubungan aotara
bas dan material di da•ar air. Daerah u Lsbeh c ac eb an dengan k ons enc r as i sus-
ini lazim disebut volume pengukuran pensi seperti ditunjukkan pada Gamb~r
yan~ terhindar dari pengaruh. Dari 3, met11punyai bentuk pe r s aeiaan regre-
kenyacaan ini dapat dikeciukakan bahwa ssi unLuk Na2so4 adalah:
pangukur an h arnbu r an b a l i k gamma sangat
mudah dipengaruhi oleh material yang R • -0,036 C + 1027,30
berada di daerah jangkauan interaksi
dan untuk lurnpur sungai Cisadane ada-
hamburan. Dalam kaitannya dengan kurva
lah,
tersebut dipcroleh pengertian babwa
pengukuran ini mcmbutuhkan volumP. peng- R = -0,038 C ~ 992,~0
ukuran deogan kedalaman air minimum 60
cm. Dengan demikian radius hamburan Ternyata kedua macam bahan tersebut
batik terhadap detektor tida~ lagi bcr- mcmberikan persamaan regTessi atau hu-
ada dalam jangkouan faktor pengaruh bungan antara nisbah cacahan dengan
udara bebas di acas permukaan air dan konsentrasi s-uspenei yang berbeda. Di-

41
perkirakan pe r-hed aan d i s e babx an bahan tclah dipcroleh. Rasil pengukuran di-
suspensi yana dia~bil dori sungai Cis~- bandingkan de-ngan basil pengukuran ana-
cane meciliki pa r amct e r kiMia aateri- lisis cont oh di Labor a r or i cm d i tuujuk-
al lcbih bcsar daripada Na2so4. Ual ini kan pada Tabet I.
menyebabkan hagburan balik gauma yang Pada Tabel rersebut dapac di lihat bahwa
tercacah mengalaoi absorbs i l eb ih be sar hasil pcngukuran konsenrrasi sedimen
di da I am auspens i yang bahannya dar i suspensi di lapanean mengguna~an alat
24 I
sungai Cisadane daripada sus?ens: yang ukur harnburan balik gamma Am tidak
> ' I 1bahannya dari Na2so4. Makin besar pa- berbeda nyata dengan rnerode analisis
ra~eter kimia material suatu suspensi contoh (konvensional). Tetapi rnetode
makfn besar pula absorbsi sinar gaa:ia konvensional menbutuhkan personil lebih
(5,6). Karena itu alat ukur tersebut banyak dan waktu perolehan data lebih
akan baik diaplikasikan untuk uengu- Jana. Se':>agaioana telah d ike t ahu i apli-
kur konsentrasi scdimen suspensi pada '<~~ i ;a 1 at ukur i ni hanya dapat di laku-

Tahel 1. P~nroknT'lllT\ d"ng:an alat ulcur nu'k,;T d•n s"~lfsi~


cont oh sediarn suspeasi.

Oehit3su~gai ton5entras.! suspens i Errcr Persert


(n /sl (ag!'.I<) error
(\)
C".anaa 241 All ContOl'I

2•.a,12 71Z,1 684,6 .. 21.6 4


308, 12 792,3 776,1 -1S;6 2
383 ,64 1224,6 1251,l ·26,7 2
495,78 1642,8 1578,3 -64,5 4
547 ,17 2032,2 2108,2 •76,0 4
595,73 2176,3 2314,S •138,0 6
611,4S 2695,7 2588,6 -10? ,o 4

suacu sunga i apab i l a dikalihra,;i rtteng- kan pada aliran yang kedalamannya lebih
gun;il(An bahan suspens i berasal d ar i b.e$ar dari &O cm. Akibatnya pengukuran
sungai bersangkutan. SebagaiEana dike- sedimen sulit dilakukan secarA inte-
tahui bahwa kandungan unsur di dalam gr~l yang diatur oengikuti kodalaoan
sedimen suspensi pada suatu sungai da- sungai, sedangkan metode konvensional
pat berbeda dengan sungsi yang lain. ha! itu mudah dilakukan.
Aplikasi di lapangan. Alar ukur
241 KES!MPULAN
hamburan balik sa"""a AR telah diuji
di sungoi Cisadane Tannflerang dengnn Alat ukur hamburan balik gamma
~enggunakan pcrsa~nnn Xalibrasi yang 241Am
dapat nengukur konsentrasi se-

42
di men suspens i a Ii r an sungd i. th._•t1)!Ht1 1. FLORKO\iSl<I, T., "Po r c eb l c Radioiso-
tope Gauttes tor Susperided Sedi-
1•ier.:pC'rhnt i cnn fa':c.cor pcn~nruh vo l uce ccru s", l<nt0~P Hydrology. (Proc.
dan k~Librasi. S~11sicific~s pcn3u~ur~n Syrop., Vienna 1970), IAEA, Vienna
( 1970).
!<.onlientrasl nus pensI r.1ak.in tcs:a.r <lcn~~..:T'l

mak i n be s a r nya pe r oe daao koc f Ls i en ab- 4. PAPAl)()Pl\ULUS, J., ZlEGLER, C.A.,


"Rad i o i sor ope c ecnn i qucs for no-
sorbsi rnn s s a aru.a r a air dan .,::h•!n st-- n i t or inr, sediment r-nncnn t r a t i on
d j mc1n. En erg l gar'tl.ltt r ondnh ~•:r1:;at s err- in r ive r and streams", Radioi-
•otopes lnstrurr~nt in Industry ~no
sit ll terhadap po r ubahan kump:>sis• ki- Geophys:cs 1, (Proc. Symp., ViPn,n
1111~ s ed imco . 196'.i), IAEfl, v i enna (1966) )18.

5. Akl<HANC<.:LSKl, M.M., t.pl:cation of


Radioacc Ive Isotopes fo1 [nvest L.-
UCAl'/\N 1'1:1mlA KASlll gat ion of Suspended Sediment in
R:vers, Heat Eng. Hydrodynamic TV.
Pr-rtu l i$ mt·n~u<:apkan t e r i eia ka.;ih AEC Tr 4206 (1963).
kcp.:.1da s t af Se d iment ol cg i dan llidrclogi
6. Ct.MF.ROii, J. F. , BOURNE, M. S. , A gamma
Pr\ CR yDng c e l ch ~ci11b.:1ntu d an 1ocl.:t!<.lta.- scattering soil density gauge
for subsurface measure~ent, Int.
Application Radiation l•otopes 3
( 1953).

OAVl'AK l'USTA KA 7. Guidchnok on Nee tear r'ccan Iques in


Hydr:>lof\y, !AEA, Vie:mn ( 198)).
I. McHENRY, J. R. , nn d COLLE:HAll, Ii. I .. ,
PE!r r or nance l e ar+s ed iar.cnt
o( nuc 8. RAKOC7.I, L .• Critical Review of Nuc-
c onc eru r ut ion ~au~es. lsot ope s 10 lear Suspended Sediment GaufieS,
Ryd~olosyl (Pr oc . Syrn?., Vienna. Paper presented at the 1AEA panel;
1967), lAEA, Vienna ( 1967). 207. N.1clcar Techniques in Sedimento-
logy (1971).
2. ~cHENRY, J.R., A two prob~ Nuclear
ucv i c e for Oelernining t.he Ot:.-nsity
o f Sr d iment . t.and Erosion, Preci-
p i t at i on , Hyd r or-c t r j , Soll Mo:stu-
r e , iA!:i!I 6 5 ( 19M) .

43
....
~t
N

..!i. !"
~.~
.:: !!
~ "'~<
.. = ;Ii
f .....a.
- UJ,) 08

1:1
1
-
c 1;1
'11
.-::;::::::.: ..,._. E

:!

111
-- - ...
~
•...
111 ! E• "a
0
1,1 0 • ~
-" ~.
--~1--·-
w
111 c
"
~c
'1' 0
""...
J,I -
."';;....
"•
11[
I, ___ / ! I I

~
..
• -- ..,,
w
§
I I w
.!!

..a...
v: ,..

-~...." .e
~ -to
!i ti
-"....
0.

44
l i.
~
~

.•
i 2I
'. \

\
"

. ,.
g
e
1
G

'
..
1--t--11---_.._-ll --i---lV- ~

c
jaroot (cm.I
Cn.mtiar !. furva hubu~gan ~nt•~a peneap~t~n raogk•ian
t!l c•01tao hak k;a)ihras:. dc~an c:acah•tl.

1,1-,---------------------~
QNo SO
2 ~
1
0 Lumoi:r c1sod11no

0,9

o·~
~ C>
~o 0,8
"0
_!::.-
)(
~~

~.7

-~-
' c

C•g!tl
(x 1000)

Camhar 3. Ku:va kalihrasi konsentra..~i suspensi.

45
DISKUSI plockan ~otara c ac ah an dan ppm l a.r ut an
yang konscntrasinya tinggi (2, 4, dan 6
ZAINAL ABIDIN : ppm) ?
Bagaimon.il hubungao uu r a r a ak c i.v i t a s
sumbcr yang d i pakn i r e rb adup I imit pe- TOMMY HUTABARAT:
ng\lkurun? Anda ben~r., terima kasih atas koreksi
An d-a ,

TOMMY HUTABARAT:
24 I
Sumbe£ Ana d i p i Lih , k ar ene memi Li k i
ener g i r e oduh s eh i ngga dup a t flendeteksi HARIYONO ;
konse11trasi yang sangat reudah (MDC Apakah a lat yang t e lah Anda 0set up",

550 ppm pada jarak s.d = 40 cm). Secara juga berlaku pada daerah-tlaerah yang
rumus c:idak ada bubuugen , ak an t e t ap i pengaruh isotop alamnya sangat besar,
secara logika untuk ~ktivitas yang ren- misalnye pada daerah-daerah yang seki-
dah ~ 0 berarti tidak dapat digunakan. ta ru y a b any ak batuan uranium ?
Judi, bebe r apu re Ie r e ns i yang kar.ii da-
patkan untuk p~n~litian ini digunakan TOMMY HUTABARAT
akc i v i c as be e k i sar an t a r a 100 mCi-200
Alat ini tidak dapat berlaku pada doe-
mCi.
r..Jh-dcr~rah yang Anda maksudkan. Kele-

NITA S. dan ALTP: mahan tersebut perlu dipcrbaiki.

Mengapa pada saat pembuatan kurva ka-


TNDROJONO
librasi menggunakan Na2so4• sedangkan
83gaimana c~ra pcngukuran sedimen sus-
pada saat pengukuran di lapaagan meng-
241 pensi apabila sungainy• berbeda-beda,
gunakan Am 1 Apakah tidak akan ter-
tcrutuma hcrbeda dalam komposi3i mi-
jadi pcnyimpangan ?
neral yang terkandung dalam sedimen
suspensL tersebut? Apakah grafik kali-
TOMMY HUTABARAT:
hrasi ini berlaku untuk semua sungai?
Kami anggap N2so4 memiliki param~tPr
material yang tirl~k j'4uh herheda dengan
s en,. i men
'('lilTAmPtPr S1JSpens1.
. 241A m mo-

iniliki ene-rgi rendah dan vaktu paruhnya TOMMY HUTABARAT:


panjang. Hal itu tidak menimbulkan pe- Grafik kalibrasi tidak berlaku untuk

nyiinpanga!l. semua sungai karena komposisi minc-


ralnya berbeda. Jadi, setiap pengukuran
SYAf"ALNI suatu sungai harus dibuatkan grafik
Apakah tidak keliru hubungan yang di- kalibrasi masing-masing.

46
srum RTD rAIJA PROSES PENGGILINGAN AKHIR ThRAK SE~IEN DENGAN MENGCUNAKAN
ISOTOP LANTANIJM 140

rndro j ono ", i\gung s .>, Tr i j nno ", M;iurit:: l .. T.*, d an

S. Ab h as R;is•

AUSTl!Ak

STUOI R1'0 PADA PROSES PlNCClL[NCAN Al.HtR 'ttRAIC. SEMUf DENG.AN HENCCUHAKAN LANtANUX- 1r.o. Te\•h
:iil:Jku!trin IJ\H'l(.U p<'ncliti;in \lntuk a<-•pcl.aja1'i Dl$lribusi. "•"'"' Ti.negal (Reaidc-ncc rime Oist.-ibuti.on .1r. .iu
~TO) dan ~•It.cu j~ag3at Jt.tte-Tala. (KXT) p.ada rro.se.s P~nuiling•• A~;ir Tc-r•~ Semen. P~Tunut radioakt1f
y;,ng digvnak•n La. dcngan .iiktivi:.as JC bCi untuk .setiap \ll•nga1' percob••u yang dilakuk•i.. ll•sil
~engamacan m~nunjutk~n bahwa barga M~T untuk kc c~pal ptr~obaan tlOak taoa. Dari kurva RTO dap~t
d(ketahul bahwa penyebab perb~daan ini ialah ~dan71 pr°''' ptnggilinaan ¥11Qg, sehingga ceng•kibatkan
:c:jadiny~ ekor panj•ng pada kurva r•ns terbEntuk. Peogaruh 1ni secara l•nasung l!lengakibatkan me~siknya
llorg:1 Mkf, Gan untuk seti•p percobaan, pe'"bedaan11ya tid•k saa•, terg•ntung ;>ada Lingkat ef~ktivitas
tahapan pro~P~ ~Pbelynnv~.

AUSTRACT

SfUOi Oti THE CEt!F.t-'T Ct.ttiXER RTO OJii' FINAL HlLLlHC fKOCt::>~ USI~ LAHTANUK-140. An Ieve s r t gac t cn lo
Jcl ererine the Res Idence Time 0 I st r ibut ioc; ( RtD) and Mtan R1fbdence T1Dt {HIT) on t.:eaent Cl I n'lter l n the
,.·i·,31 Mil lint Pr oce ss has been carried ovt. A ra::Sio.tracer La v;11s used with an act1•1ty ot )0 IC(:i for
\•v1•t'v eiq)f'tioenl. The t:xpt:rime•t vas carTied our (our t iocs. The retu1t s.noved that The 11.R! v~lues 1n
t husr- cxpe r r iecn; were di:ftrt:"lt. froc Tbe 110 cur•r it c~ld ~th,. vas due to tht r ee i t t Ing as
n;in,f.,.-;t11r! in th•• l!\op; e ai l of th,. curve.

PENDAHULUAN panj~ng 5 meter. Peralatan ini disebut


Cement Mills. Untuk ~end;:i~atkan semen
Ualo~ indtL~tri sc~cn salah sacu yang bcrukuran sekitar 170 mesh, Ce-
taharan proses yang cukup penting ada- ment Kills harus diputar dengan l a ju
Jah Proses Penggilingan Akhir Terak (dalaG satuan rph) yang konstan. Ruang
Semen, Pada proses 1n1 t e r ak screen d"l""' Cement Mills terbagi 2 sektor.
(87%) d i.campur dcngan gypsum C3X}, yang Ruarrg AYal dan Ruang Akh i.r. Bola-bola
kemudian secara bersa<1a-sama d~haocur- ba j a !)ada Ruang Awai be r fungs i untuk
kan hingga halos. Hasil akhir proses raenb ancu s-kan terak se!!len gypsum,
penagi 1 ingan in i Lah yang b i as a disebut sedangkan bola-bola baja pada Ruang
sph;:iea i .~e-t'len. Akhir l>erfungsi untuk menghaluskaunya.
T~hap pcnghalusan terak se~en di- { lihat Gacl>ar I} ( I).
l akuk an di da l aer s uar u pe r a Lat an yang
Tera!< semen + gyp sun (selanjutnya
berbentuk silinder, tcrbu3t dari b3-
disebut t e r ak semen a tau semen} yang
ja dengan di~cctcr 2,5 neter dan
keloar dari Cement Mills, kemudian ber-
• Pusat Aplikasi lsotop ~an kadiasi, BAiA>l gerak mecoasuki Bejana Pemisah. Pada

47
bejana ini but iran $c1:11~11 Y.:lilY,, Oe 1 uu: l ah nu:~ne1Llt1k<ta v1akt~ tiil[;g<:l ra t a-t r a-'
r.H~nf·ar•1i uh,~Jrun 170 l.!l,:!.t,;h ak au i.! i oral!- La Lera~ st~~n, s~l~1na btcada dala~1

kon kemb a J i me nu ju p i nt u lilasuk CeC'lent CcocnL Mills scrla menenLuka~ disLri-


Mi.Lis, untuk d i g i Li ng u l ang , S~dat;'r.~<.an bus i wakrt1 c inggal nya.

0 0 0 0 ~
·O * 0 0 0 0 O·
" oc
e, 0 0
. 0 0 0 0

*00 * 0 . "' ,, c- ,, 0
"

G~~har 1. Skctsa ccmment mills.

TEORI
bur i r an e cmcn yang Lelah me nc apo L 1.1kur-
an 170 mcsh , be rge r ek raenu ju Ccmcn t Si- .I i ku k i ncraat i k a dan d i nara i k a s e>

lo5. Debu semen yang c:jmbul akibat l{clo1~1iJ1,)k 1u<-•l..l't' i e l ye:tnt; t er 1 Lh a t Llolo1:i
pr os c s pengg iLi ng an .i n i , dikumpulkan tiUHlu prus~s Lerlenlu da9HL dlkelahui
d.oltlrn Ou.SL Collector. Pr os es ini ak an secara pa~Li, ra~ka ~eta distribusi gc-
bc ru l anr, k embe Li j i k a s emen yang d Lh a-' r ak an ma r e r ia l r e r sebut dapat; dipero-
~ltka'l b e Lun merir apa i uku r an lch s cc a ra t ongkap . Hal jnj be r ar r i
dur d (I}. kar akr e r Lsr ik bejana sebagai a lat pe-
Adapun r u j u an penelit Lau ini a dn-: mr<>ses dapal diLenrukan. Sangar dl-

I
I ~
I

r- •· 3

J I_. f
L
-~---··
_--Lo
Gttmh.=tT 2, Sirkuit tertutup proses rena11tllingnn llkhil" rel"S\c $emen.
r . 1.0Jt-a3i, l:ijeksl f sc t cp 4. uust cc l tect.er-
2. Cement mil ls S, Cement s t los
3. Be J sne pe11i sah 6. Oetek tor. recorder , seal er

48
s ayangk an , me sk i pun ide t e r sebut s angat sar.p~l yang d i Lekukun t i dak mens-
bagus, peudekatan lcchadap nodcl ini ganggu jalannya proses yang sedans
poda prakteknyn suliL dilakuLan (2). be r l ang sueg .

0.11 om banyak kasus i:a Iorrms 1 5. Wa!<tJ paruh isotop yang d i gunakan

te~ltanr, karakteristik s uat u ~ukup propors iontt l dengan 1 amonyo

~istc~ ~liran material tidak dipcr- v~rcohaa1l, akan t et ap i tidak t erlalu

1 uk an , nt au <leni~an k at a t ai o h anya
l i.ngg i , $(•11 in~ga ~ ida~ mcobahaya$.an

·1chornpa info rnas i (cinio:al) yang he- lingkungan.

r 11 l -hN11 l d i per luk an da lam meoC i s a in 6. Tidak be rbahaya (l>cracun).

sunru bn j cnu ( a l ar ) :J('mroses. l n forrax i


Te.o.U llui.de.nc.e Tim~ V.U:t.M..bu.t.i.ori
mlni~~l tPr~Phut yailu Oistribus! Waktu
(RTV). Hudah d i pah am i bahwa suatu
TinP,g;:il. l n fo r'rra s i ini d apat d i pe r o l eh
fraksi material yRng Lerlibat dalam
sccarc nod ah , ua l a l u i suat u r'Ptod~ yang 1
suat,u proses tel"tentu racmi Li k i I i nt a s an
d i scbut "No lode St imu Lus+Rc spons e " ( 7).
(rutcl yans berbeda dengan 1 i n r as ar;
I
fr ak s i 13innya (pada proses dan saat

dar [ ~1ctode Slimulus Respons y;lnl~ ,.,..... ). Sab.aga i, c oa t oh PtOSR.S

udu l uh Mclodt> Pe r unut Radioakt i r. Sti- Penggili~gan Akhir Tcrak.


nu Ius ada Lah ptau11;~ ..ik an z.at r ad i oa'ct if '1iandaikan suatu fraksi t a r ak s·e-

>•.1nr, (berLintl>.k ~"'brig;,-) i perucut ) dit c.eo A hct3cr.:tk rnel3lui lintasan "a",
I c1 :r jum Lah (kuns eru 1 <IS i} tcrte:itu ke beg i t u jus11 f r ak s I terak semen "B" dan

di! lam p int u mnsuk C:nled ~isti-:a pro- "C" serta bergcrak raela1u£ lint.J.san "b"
ses. Sedangkan r e s pon s atl(f 1 C:fh "kc jadi- da, "c0 ~Gambar 3}.
I .
an-ke j ad i an" pada p i nt,u ke l us r s i s t em Dcnean 1elas dapat terlihat bahwa
(outlet) yang me r upakan in fo rmas i pe11- unt:uk meoc.apai pintu kc luar (outlet)
ti11g tentanR, "watak" sistcm yang st>- Ceeieut Hills, k.e tiga f r ak s i. terak
dong dia.maci (2,J). semen t e r s ebut; mem~liki jarak lintas
Ciri - ciri Mecode Perunut Radioakcif yang be rbeda . Perbedaan jarak lintos
jet as berpengaruh Lerlladap waktu tin-

I. Mengl{unakao z at r ad i oak t i f s ebage i las, yan3 ridak lain meC"upakan waktu

perunut. tinggat terak semen selama berada dalam


2. Secara k in i a+I i s ik s if at pcrunut bejana proses. Pengaruh ini Lidak sela-
ident:k dengan s i fat material sis- tu r i ebal, balik, artinya wakt u Liug-
lt.>tll. gal yang lau~ tidak selalu diakibatkaa
.) . Dap at, d idet eks i pada !<onsencrasi oleh karena jarak lintas yang panjang.
rP n rl;ih • Pecahaman ini merupakan hal yang perlu
4. OPtPk.c:i, injeksi,. raaupun pengaeb ilan diaengerti dalam menganalisis data RTD.

49
De ngan de nik i an set iap I r ak s i t e r ak men net.e r i a I un t uk t inggal da l am beja-
s eracn secar a ek s ak me mi l ik i waktu Liri- na proses, selama proses berlangsung.
Las yang berbcda. Hal ini menirnbulkan l~arameter ini me r unak an momen pertama
pengercian baru yang didetinisikan se-
1u1 pads kurva RTD. Secara matel!\8tis ·ni-
bagai nr sr r Iocs t wal<t·J T'i ngg a L (Resi- lai 1u1 dapat diperoleh melalui persama-
dence Tirac l)istributjo~/RTO) (2,4). an di bawah ini (2,3,4}

<~arnhar 3. Ilustrasi heda waktu lir.tas.

Selanjutnya, setidok-rirtakoya di- fc(t), t.dt


~1 • t • u1 •
lc(t),dt ----------------- (2)
pe r luk an .1 pa r ame t c r unt uk mengambarkan
karaktPriAcik suatu ~istem proses. Ke-
Nilai t secara teori dapat diperQla~
ri e~ny~~ s ec ar a me t amat is d apa t d ipe r->
berdasa~kan rumusan berikut :
oleh dari data/kurva RTD. rar/lRCter-
t • V/Q ·------·---·--·-·--·----···-···--- (l)
p a r ame t c r t c r s cbut yaitu : v •volume hcjana
Q • debel allr&n tat
VJ,~:t.lli.bu;,.i. (Vo.k.tu T-inggal (RTV). Penyimpangan t terhii.dap tth merupakan
tf ncuk mendapatkan k u r va RTD yang di- pc cun juk bahwa prose s yaug sedang be• -
peroleh d&ri. dat<J pcrcobaan digunaknn laug sung oe r j a l au c i.dak nurmi:ll/:JpLi-
Pung s i d i s t r Lbus i wakta c i nggo I (RTD). iua L,

Funssi ini dinotasikan dcnga~ lambang


E(t) atau E(O) sesuai dcngan persamaan Va/Ua11ce.. Merupakan parameter sis-
berikut ini : tern yang menggambarkan d i s t r Ibus i pe-
nyebar an mat e r i a l. Pada kurva RTD var t-
F.(t) • C(t) (I)
ance me rupakan momen kedua f'z, yAne
IC(t).dt
secara ttal'ematis nilainya di r e n r uk an
dimana: C(t) • cocahan koluarJn
E(t) • fungsi diStTihusi waktu tinggal oleh r unus an berikut (2,:l,4):
{keluar)

2 l(t-1)2.c(t) .dt
". IJ ... --..,..-,.......,--
Wa k:tu. T-i.119 g o.l Ro..ca -11.0..ta (Miff!. • lc(t) .dt ------------------ (4)
\.Jaktu t inggal r a t.a+r at e a da Lah vekt u
rata-rata yanz secara statistik merupa Pada Hln d an V<tr Lance be r l aku a t ur an
kan waktu yang diperlukan sejumlah ele- penjumlahan, sehingga :

50
....... menycbut model ini sebegai Bloc~ Series
i
2
t,

.,
2
tz •
2 2
ti •

. ......
'·2
) ......-------- (5)
Model. Da l an mens i.nut e s i sistem a l i.r an
• • • •2 + "J • •n yang bendnk diauati, model ini paling
banyak digunakan orang. Parameter model
Ni I a i variance bo rband i ng Iurus tcr-
untuk Model Bejana Berderet ini di-
ha<lap I ana proses pencampurttn (rnda
notasikan dengan lambane "n". Pada 01.0-
proses pengg ii i nga n secara t i dak sc-
de 1 ini d iasumsikan bejana penr ose s
ngaja lerjatli proses pencampuran). Se-
s i ~t.('m t e r bng i ac as "n" jum l ah be j ana
makin lama proses berlangsun& semakin
y;:ing hPrvo111mA s~rna, dan dirangkai se-
tinggi hurga varianc~rya (1 lh~t GamhRr
cara sari (berderet) sebagaiMana ter-
4).

I"' (11'1\

a'--···- er• 0-'



Pros es
a~al mediu7 akh i r

GatnhttT 4, ll us t r-as t var t auce .

P1V1.ame..te1t Model. Seperti telah di- 1 ihat pada Gamb ar 5 di bawah ini (2,
ke t ahu i sec ar a luas bahwa pola a l i r an 3,4).
ideal terdiri atas Z tipe, Pola Aliran Pungsi distribusi Model Bejana Berderet
Piston Clde·al Plur. Flow) clan Pola Al t r- dapat ditullskan sebagai berikut :
an Pencarnpuran Semruraa (Ideal Well
n n-1 -r,e
Mixed Flo\-1). Bc j ana proses yang me ng+

C(9) • n e e ----------·····-··-··--- (6)


(n- .1)
has i l kan kedua jenis a Li r an tersebut
dimana: C(e} • fraksi konsentra.si perur.ut pada
disebut Plug Flo~ Reactor dan Well saat e
C(e) •CIC
Mixed Flow Reactor. Pola all ran r iil e • pergandinran w•ktu t terhadap
t • tit
<non ideal) yang e.e r upak an pendekatan n • jomla.~ helan• (vessel}
n • bilan1an par&11eter model
terhadap pola aliran ideal t ar d i r i a t as
3 t i pc , ya i t u po l a etl i r-an mo<IPl hPj:.n::t Untuk n = I pola aliran yang terjadi
berderer., pola aliran nodel dispersi adalah Ideal Well Mixed Flow. Sedangkan
aksial, dan kombinasi. unr uk n = oo , pola a Li r an yang tP.rjadi
a. Pola Al i r an Model Bejana ada l ah Tde;il Plug Flow (2,3,4).
Serderet. Alr,:arhum S.l(. .La i n dari lndia llntuk menP.ntnk;:in harea paratr.eter

51
model dizunakan metode rnomcn. Oiasuc- berikut
s ikanperunut r ad i oakt if dengan konsen-
trasi tertentu diasu~sikan di dala~ M1 • 'i: dar. Mz • r2 .(n+l)/(n) ------------ (15)

..
*· ..
..
n:unh~r 5. Ho~~J hcjana h~rderet.

inlet sistPrn, dan dipcroleh konsentrasi Ga bun nan pe r s araaan ( 14) d an pe r s ama an
outlet t..(t). Peneo t uan n i La i tnooen (ii (JS) dipcrolch bc~arnya nilai bilangan
l
~eJ,ftar titik nol, selanjutnya sebagai pDrnmctcr model yaitu:
be r i kur (I,) :
- 2
•• t/<1 ---------------------·---------- (16)

"
n
= J
o
,n, C:(t).dt, W'ltll): n" o,t,2,3 ,. (?)
b. Pola a Li r an model d i ape r a i ak-
sial dan kombinasi. Model Aliran Dis-
persi Aksial jarang dipergunakan, ka-
Dengan nenggunakan 'l'ranstormasi l.aplace rena l cb ih rumit dalam pener apeunye .
dan lntergral Konvolasi (4), dapat di- Sedangkan Model Kombinasi (Model Mul-
perlihatkan bahwa: tiparameter) hanya d i gunakau b i l a ke
dua mode I selainnya memberikan hasil
ftOl!len perta.ma ~•A
1 I • o I/o o ------------- {9)
ana l i s i s yang kurang memuaskan. Hodel
•011en kedua •i • A2 • o2ta2 ···----~·--- (10)
ini biasanya digunakan untuk mensi-
diman.: a0 • r0C(tl .dt • rc1 ------------ (Ill
mulasi siscem aliran yang rumit dan
I OC(t) .~t ----------- (12) komp Iek s . Pada maka l ah ini model aliran
ic(tl.dt • (13)
Distribusi Aksial dan Hodel Multipa-
rameter tidak akan dibahas secara ter-
Dari persamnan-persarnaan di atas akan
r inc i.
diperoleh harga parameter sistem (4)
ya i t u
9AHAN DAN METOPE
A1 • t • M'RT rlan Varianc:~ o 2 • A2 - Al2 -- (14)
Pana percobaan ini digunakan
Dua morsen percama Eung s i d i s r r i hus i I. Lsot op La-140
Model Bejana Berderet dlpProleh sebagai 2. Energi Isotop I ,6 Mev

52
J. Waktu par uh "0 jao dakai.
4. Benlvk L,q rur an Lt"!C 10. Pcralatao dirnatikan, limbah ra-
3
dioaktif dikumpulkan pada tempat khu-
5. Limb~<h E'awder (bubuk) se-
sus , j ika pcr cobaan tel ah benar-benar
"'"" se l e s a i .
6. Pera la tan 0fltf'k.Lor, recordeC"
$l;C"Ale!r, t e l e t ec t or
sac ae a r ing~as pP 1 ;1!<sa.naan ekspe- llASIL DAN rE.'llUAHASAN

r imcn i ni , dapat d i ur u i kan ~pb;ie.,,i ber-


Hasil penelitian disajikan pada
ikut Tabel Data Analisis, dan kurva Uistri-
I. De t ek t or 1 r e c o r do r , 1:1aufJ11n sca-
busi Wakt~ Tinggal (RTO).
ler d i t emp a t k an pada p i nt u mas uk (out-

let) Ce~~nt Mills. Untuk vroses pcngg i 1 i ngnn akh i r


2. Kontcncr + isotop aerta pcra- terak scRe~. oilai MRT terbaik adalah
.ata11 injeksi disia~~oo di sekitar pin- n i lai yang terendah. Scmakin rendah
tu ra~suk (inlet) Cemco t Mills. harga HRT !Jada pr ose s ini se:maki n
3. Detektor, reco~der, scaler ser- rcndah pula encrgi yang di per Luk an .
to ccletector dinyalakan, kenudi::an cn- Oengan demikian proses pada ~ercobaan
<.:c111t-t11 Lat ur be Lakang diukur <lan d i c a- pecta:"l.1 ~e~berikan has1l rerbaik. yaitu
I. ii. l . 13, 1~4 ~enil. Sebaliknya unluk tahapa~
4. Waktu injek•i ditctapkan dan proses sebelJnnya yaitu proses pencam
di he r i i.ahukau kc padc s e Lu r uh ?e.rsonil puran pada Slending Silos hargo MRI
pencac ar data maupun v1;;:11)~a.1ubil s erroc l , yang rendah s angat dihindari. Harg<i MRT

melalui walkie Lalkie. yang tinggi dapat disebabkan oleh fil~-

5. Isocop di Lepask a« pada saat nurunnya laiu putar ~ement Mills alou
yang telah d l r e c apkan . olch bal lain yang be r s i fat lebfa ~en-
6. see aea berkala d ilakukan penca- dasar, yaic"u proses pencampuran bah an
tatan data Maupun pengambilan sampel. mentah semen (raw meal) yang kuraog
7. Tira protcksi radiasi aengawasi sempurM. Akibat ini timbul karena
dan cenc at at I a ju papa ran di sekicar rendahny8 harga Blending ~aktor, yang
lokasi eksperimen. pada gclirannya menyebabkan nilai Mo-
8. Pengumpulan data dihencikan ji- dulus Silica kurang dari 1,9. Jika r e r+
ka l a ju c:acahao tc I ah mendekati atau j~di terak seoPn yang dihasilkan men-
sana dengan laju c acahan l at ar be La-' j~di sangat keras, sehingga sulit d:-
kang . giling/dihancurkan, atau dengan kata
9. Eks pe r i men ~e duet dapat lang- lain diperlukan proses penggilingan
sung 'd i Lak s anak an j i ke memang di!tehen- yang berulang kali. Hal inilah yang

53
nenyebabkan n i La i MRt racn j ad i t ingg i . Semen bervariasi antara 13 me3it
Meskipun pcn ingkat an harga de r a j at h Lngga 16 rten i t .
homogenitas bu~an merupak3n tu.iuan 2. Tcrdqpqt tahapao pengulangan (re-

Tabet 1. Data analjsis

No. PttTAJlleter Pere. I Pete. TI fet'c. ?II Pere, I\'

MRT 13,154 lS,039 16,578 16,36S


2
l
l
• 4J,603 119,192 119',551 102,305
n J,97S 1,899 2 ,229 '2,616
4 p 1,000 1,000 1,000 1,000
s R o,ooo o,ooo 7 • 10"8 6 • 10"8

Satuan MRT • 111enlt


a2 • 11entt2
n • tidal( ado
p • tldak ado
R • tidal< ad•

uteMa prosea penggLlit1g~n 1 akan cecapi sirkulasi) pada Proses Penggilingan


· n i la i var icuco o2 yana r Ingg I sangat Akhir Terak Semen.
d i hs r epkan hnrup i r pada set Lap proses 3. Ada indikasi bahwa Proses Pencampur.-
(llhat Gambnr 6,7,8,9). an Pada Blending Silos berjalan ku-
Sepcrci Lelah dlsinggung di acas rang sempurna/opt imal.
liahwa nar ga pa r amar e r s i s t.cm untuk
ldcal Well Mixed Plow yaicu n • I.
OAF'TAR PlJSTAKA
Sehingga n i lai parameter model a l i r an
~ada rerco~aan kc dua (n = 1,899) I. HERMANU, ANSARI., ( 1987) Kcmunika-
menbe r Ik an .i nd i kas i h ahwa po l a aliran s i Pribadi.
t.e r ak semen paua saat. it u nendekat i
2. LEVENSPIEL, 0., Chemi.c a l Reaction
po I a a 1 i r an l'encampuran Sempurna , ~ngineering, John Wiley and Son.
Tnc, New York, (1962).
Unt11k data yang akural nkan dl-
peroleh harga P • I dan R • 0. Lnl 3. SANTOSO, A., Menentukan Pola Alirao
be rare i data pe r unur pada pcrcobaan 1 Proses Pembakaran Bahan Boku Se-
me11 Derigan Metode Perunut Radi-
dan JI membe r i kan has i t yang t e rba i k oekt i f , Skripsi, Univ. Indonesia,
()). Jakarta (I 987).

4. CH1\RLTON, J.S., Radioisotop Ter.hni-


que• for Problem - Solving In-
KF.SIM~ULAN duscry Process, Leonard Hill, Lon-
don (1986).
I. MKT proses Pcnggilingan Akhir Terak

54
OISKUSI p ud a proses RTD in i 1
2. Selain Lantanum-40 adakah isotop la-
SIMON PETRUS GURUSINGA
in ydng dapat dipergunukan untuk
Data yang diperoleh t ent.unya be rben cuk
distribusi. R~RRimana curo mcnontukan penelitiar. serupa ini?

RTD be r dus a rk an kurv a t~r"~ebut, s e su-


ai d~ne~n ~n~l isis mat~matik/~tatistik MAURITZ L. TOBTNG :
I. Karakteristik ioutup yang perlu di-
d i s t r i bu s i, ·r
Apakah bany~k radioisotop yang digu- perhatikan, antara lain sebagai be-

nakan te l ah Se imb ang dcngan bubun yang rikut.


akan dirunut {ditracer). Bugaim~na c~r~
a. Radioisotop harus dapat berasosi-
asi dengan material sis tern yang
menentukan banyaknya perunut yang se-
d ipe lajari.
suai t c rh adep sue cu mas sa semen
dirunuL. b. Waktu paruhnya cukup pendek, te-
tapi proporsional dengan lama
pe rc ob ann .
INDROJONO
~. RRdioisotop harus memancarkan ra-
Penentuan RTD dapat dilakukan dengan
di~si gamma dan dapat didcteksi
perhitungan mat.ema t i s h a rgn MR'I n , r2.
pada konsentr~si rendah.
dari kurva RTD (secara grafis) dan se-
d. Radioisotop t idak berbahaya • · (be-
cara s t.a t i s t i k .
racun).
Banyaknya radioisotop yang digunakan
diatur sedcmikian rupa s~hingga efisicn 2 . R ad i101sotop
. 24 Na dapat .
d1gunakan un-
tuk pcnelitian serupa ini.
dan dapat dideteksi dcngan detektor
siotilasi. Pengacuca11 cersebut, ~nLar~
lain, perlu mempe rh at i kan volume dan f'AIDIL S. I

debit serta kandisi sist•m (dinding be- Berapa persen akurasi antara tcori dan

j ana , dll) yang d i pe l a j a r i , pe r cob aan ?

LILI M. MOELJAO[ : lNDROJONO :


I. Karakterist ik apa dan bag a irnana v ang Persentase akurasi dapat mencapai seki-
d apa t d i paka i sebaga i isotop perunur tar 90%.

55
tr.Jr,,jun(•*, Sy··~·:1J1:1·':, -·•<'1:·11 .\!li
d:i n ·\gus ;::11·: 1 ::\::· :'

/IBSTR/IK

STUIJ I A I K 'l'f\NAll SEM.,MHG MF.N(.CUN/'JtAN tSOTOf (\LA,.'1. Se::1:u,! <iujr, t ee Le tak <h. pr<Jp in,.. i Ja..,a T~ngoli j;>OS
o;;~k·lf'.l .lt\ be s ar kc per I ut'I~~ 11 i r he r it j hnya di pen uh 1 (l;;,r i n i e suour bor . i\n.., L l ~ 1li Ir i d rok imia dan i 'ol <>? e lam
0(
} 0, \~I), Tritium, d.)1i di1t,unakan untuk. mC'l"lp('l<ljori asal~u1ul <11i:- tanah dan penOug:.ian penyusupan .<1ir
t aut , Ka$i) a1)nl isis l1idrokimia dan iSfJCOfl ala111 meriunjukk<'ln b:ihva. ar r tanah y<1ng ter::lapa.t dalam (Ol'IJl8Si
l)rt·~~i vulknoik t1dak nda l1obungnofly::t dCfnt.an f<irmo15i l~innya. /;rah .l(trakao :iir t enah umumnya d'ri Selatan
'«.(I 1J1i1rn .. .;~cara umuo ui e t11noh ynnr, t~rd<1;>:,l di rl.1la11. form.as~ del ro gAr.:tnR dan al uv i uer d3p.1t diaSUJll'"
s ik an be r es a l dar I f(lr'lflasi d;1mar (Se t et en}.

ABSTRACT

STUOL Q}' ·rH::: SUl.i\ltAtl<; G.ROUNDWATER USlNG l;NV IROllMF.NTAI. rSOTOPt:S, Scvarueg ill located in the middle ct
Java Lsl end wh(::h i.!- mosr of the vare r dc'1i'nd of rhis area is f't!f.illed wit!- deep wells. j'he analysis cf
l1)·dr<1r!11•miiHry ruu1 e nv l r oncenr a t Ls<JC01)('~ whic:h Ls cons i st of 6 0, 6Deuteriua, 'rr'itium, and Carbon-14 is
u,.1•d t o :Hudy tn(: origin nr r-r>('h:1t'&t• :1rf>,'\ nnd ae a water Iot ru s icn , Tile ce su l t of hydrochemistcy 3nd env i-'
ru111:11~nt:i.l isotopes an;')ly~i$ i nd i c ae cs that the q,rr'111nctwtlff'r uhich. is in volcanic br ecc i a does not have ar1y
f"t-1;11 i<>i• 11i::h t nc othc.- !or'r.iacions. Ct-nei::al ly 1h1;1 d l eect Icn of gr()vnrlw:trrr fl.ow is from the aouth to the
uur-t b , An<lly:-;ir. r e aolt 11r vet c r somplc•!: c.nkrn f1<Ym s;tir.ans dPll.t de s c e ib e s the indir.-At)nn nf sea water
i nr. r us i ou , C:!-'111• l ~ 11 r , undc s- ~ -rQ11p w;-.'·" r wb i r-h is in thr .:1 l l uv £ ur:i f()rm;it lcn c- ~" be asecoed f -rn"' rlnmar
I 111 110'H i 1)11.

P~NOAHULU/IN
tjRa kr.lo~pok, yaitu air tanah tertekan
Pcn~liLiun ve~d~huluan :11r lanah yang terdapat di dalam cndapan aluvium,
dae ah r Sc!r.ttJrt1ng dn, sck i tar nya t o l ah air r anah t e r t ckan yang c e r dapat di
dirinLis mulni tahun 1982 yang dibantu c!aP.rah formasi damar , dan air tanah
o l eh Oirektorat Geol.ogi 'rat a Lin$~kungan yanp, t<;rdapat di dalam breksi vulkanik
Bandung yang d i l anjut kan t ahun I 986. (Ga"1bar I) (I). Sebagian besar sumur
Oi dae rah Semar ang dnn s ok i r a r nya bor bcrloka~i ni daerah all~vium (Delta
p.1da s aat t.e r sebut r er c at zn, t idak ku- earan~) yang mempunyai se!titar ISO buah
rnng dar i 255 buah scmur bor pada bcr- sumur bor dcngan dehir rata-rata 22,2
bana i k eda l aman , Be r d a s a r k an hirlrc>~Pn- l /rticnit d:~n [:ja.cih tervs ber.ke.mbang ke
l og i a i r r anah ~Pn1;irH11R :~d.:1lah a ir ta- daerah yang Lebih tinggi, ya~tu foraasi
nah r er r ekan y.ang d i ke l ompckk an ncoj ad i da~ar dan broksi vulkanik (I).
Tujuan penolitian ini adalah untuk
,. f'us1tt ApJ'l>:<1.s1 t sot op dan Radiasi, UATAN raen&ctahui asal-usul 3ir tanahJ daerah

57
i1·1lh1\1 ( tt·chHrg': ~-r~:·i). dnn s e j auh 1;;t.1n.:l ~ru) Uen~<tn j a r ak t i t i k pengambilan s a-
p1-.>s1·s f nr r usI (pt'11;·1.(::.11~ynn) air l aut d: t u s anpa i dua k i l omr-co r .
<:!.lt\1 ;ill Scma r nnr: dan :->l·~or.. i l ~t rnya. Unruk analisis trlrium <lan hidcu-
k i mi a .. s ampe I sebany ak dua liter dima-
llAHAN OAN METOOE sukkan kc do l nm j e r i gen p Las ttk , se-
180
da ngkan un t uk analisis dan Deute-
Penelit·j.nn h i dr o l og i d< ngan 1 mcng-
rium s anpe l d ima sukkan ke dalam bnt o I
(vial).
11~~.:t11 earn J'l~n?.~tmbil sampo l air t anah ,
PP.ngambilan sampel untuk analisis
ni r xung a i , d an nat a air di daer ah Se-
dilakukan dengan mengendapkan
·1.,nnn dan Je~~it.'.lrnya. Ana l is is sis-
co3 at au HC03 yang t e r I amt. llntnk
ri.r; di l akukun ci{•nca~ p~nd,,1<~r.:in h i dr o-
itu ke dal~n kira-kira 60 li~er air
:.~C'ol1>:-!i, ann li is s Is ot op a l a-n ynnr. r o r -

• . I • 18 • • t s nah di t amb ahk an RaC I. rad a kond is i


t1 _1.1 l.:. r 1 0. Deur er i.um, Tr 1 t i um, dan 2
dun r cagcn tcrtcntu s ampa i t ar beu tuk
111 C y.:.tllf.~ <J ,tlll•.J:.lr'll~ d e.ngan ana 1 1Sl.S
• . · . h.1-
e ndapen llaco3. Enda?'m B<>C03 d.i c empar+
tlrflkir•lin ion+i on Cl, flC03, so4 .. J'.!g, Ca,
kan dalsM botol sampal.
K. · C.iu Hn. 180
Ana l i s i s dan Deutcriu:n d i l a-
di 1 uk aanukun
kukan deuga« mcnggunaka
n Spektrornmeter.
hc.·her<•f>U r oha o , y a i t u Me>j 1982, A8ti~tus
ma s s a model Sjra 9 VG. Ana l Ls i s h i dr o-
l?flf\, llktolwr 19A6, Juni lq87, dan Ok-
ki•la dilaksan•kan dengan spekcro~ete•
1 obc-r- 1987 yung cc r d i r i de r i If\ Hampel
serapan :icom (AAS) uncuk k•tion dan
;,j., ~u11f~·1i/Lnut dun 55 sampel a ir t anah
s pokr r omet ar ultra violet uncuk 0:t11io1'I
(Tulw I J).

l><'rL i yang dilakukan pada penel.irian Untuk ana l i s is tritium di l akukan


pc•no;,huluan, samoe l air ranah diambil p~mekacan konse~trasi tritium dengan
Sf'C"nrn pe r iod ik dar i suaur+sunur bnr j;ilan mengelektrolisis 600 gram air
ya1'lg dipilih nccarn ac~k di daerah pe- menjadi 20 gram air. Ke dalam sampel
ne I i e i an . Pengamb i Lsn saepe l air t er-- y~ng t a l ab d Lpe k a t k.an d i t anbahkan sin-
s e-but Ji pe-r t Irnbangk.an be ruas arkan zone t i lat or kernud i an d ic acah dengan penca-
akifer. letaknya pada fnrna1i gcolngi c~h nintilaci cair.
(~lluvium, de It a garnng, f o rmns i da-
1:iar. dan nretcs i vulkanik). ker i nr,g ian Ana l i s i s
14 c d i l akukan dengan
d;iri muk a l aut, dnn j;ira!<nya dar i pan- nguhah 8aC03 nenjadi c6H6 dengan alat
l a i , Pe11y,::irnh i, 1 an ~;:inpP) air .1111n~:i i ca- sintesis ben•en (2),
Re ak s i k i mi any a ad a'l ah sebagai be r i kuc
zone b r ck s i vu lk an Lk s orapa i Id lir (mu- (2):
a l Iuv iun p;,da kcda l anan 60 - 100 m.
180
Has i l anal i s i s Deut e r i.un dan
·- .. ;· :>c
dnpn r n;<'n;:ung!rnpltan adanya proses per-

~ 4Ll -·~-~---··-- - ... ubahan ~ir tanah. Hal ini ~ungkin disn-
;'(::) - at u0·~ bahkan o)eh evaporasi atau peTCa~puran
L ,,c .• ------. air Laut .
' '
... _ .. ~ f\~>H l i s is h icJ rok. i r-t i e rner:tpe r l ih at kan
kHj .. l i-: ++
s ifat Ca
v an. id i em
H r.~+) untu~ d~m~r dar sifat karbonst
A + -
prir.<'r (tla ·, K , Cl ) untu!(; ti l luvium.
/\ i iv i t ne
Ad~11ya introsi air lauc JUga jclas
(' ('ilh dcngan pcnt•;1t·\lh r. int i Lns i ea i r
t e r l Lhat. dengan na iknya !candunga:t kh l or
(•,SC) dau uraur o i r r anah dihilun~~ de-
air anah dari Iokas i no. 24, 37,
t 34
n:· an C'UITIU.S
(Ga~bar l) y~ng terlecak di cepi pan-
ca i.
··1·
l - f.:.!bl lu Unt11k kandungan tritium terlibat
c
bahva air tanah dar i furaasi damar
C : 7. mode r n kn rl>o1. sarno·· I
l~bih Auda daci foroasi aluviun.
OM-l9m-l 8 Hasi ldan Veu.t.eM.wn.
analisis terhadap 73 saopel yang ter-
llMll. OAN fE:>IDAlti\SAN diri atas sampel air tanah, air sungai.
dan air Laul disajikan parlP. Tabet 3.
:;1.urJ,i., l'C11·:lflh·ilr·crn (I•. Secara stn- lfilai r at a+cat a r.16o dan 6D a t r- t"'4:n-=ih
c anah a I I u- pada formasi geologi alluvium, delta
viu~ dan Brcksi vul~anlk berbeda nya- gar~ng, for~asi daoar, dan formasi
t», t e t ap i ant a ca a i r t;1nah alluvium brcksi vulkanik adalah sebagai berikut
dnn dnma r c i dnk , r o r ut ae-a air t anah (Tabcl I) :

T•b•I 1, Ha,.ll •n.altsls 110 cf.an d'C'UteTtt:a-7l sui,:eJ dr t11nM1


air $Uflt,.•i atau ail" l•t,

·''o ••

Al)UViG• -"6,19S !. 2,761 ... 6,056 !. 0 ,JOS6


8Te-ksl w)~•trlt ... sa,99 .:. 3. 2" '""·s•2 !. o ,401
OelCt i•:r•n1 ...16,617 :. l,276 ..6,04S .:_ O,.Cll
o-• ... ss,12z ~ 1.1s1 .6,0lS !. O,lll

~s,3,11 ! 1,ta•

59
Sctalah dilakukan uji beda statis- air sungai/.laut. Yang keraungklnan d i se-
t .i k terhadap s cmua , s ampe I di at as , babkan oleh penguapan ataupun percam-
l"(=rnyata h any a 50 air sungai yang be r+ puran dengan air suugai/laut uila di-
'.')(~da ny at a dcngan air yang l a Innya , bandingkan dengan sludi pendahuluan ma-
ycng raungk i n d i s ebabk an k a r eaa var Las i upun d i beud i ngkan dengan a i.r meceorik.
6 D d a r I air sungo I dau a i r Laut yang Apabi la d i t e Laah hubungan ant ar a log Cl.
tcrdap~t dal~n samµ~l a<lalah besar. 18
(ppm) d an 6 0 (Gambar 5) unt uk air
Be r.da s a rk au dat a ana l i s t s pada Ta- sungai/laut r.iaka secara umum dapat
be I I d an Taud 3 dapar d i kat akan bah- d i kac ak an semak In ke hulu sernakin ren-
18
wa kandungan f. O dan ¢0 air tanah akan dah nilai o18o yang diikuti dengan me-
mak i n menine,kat apab i t a diurut d ar i nurunnya konsentrasi Ct.
sctatan (Ungaran) ke utara. Nilai ra-
Hid11J.Jh..lmla.. Dari ana l Is Ls h i dro-
r a-rae a unt ux b reks I vu l k an i k berbeda
k i rai a yang disaj ikan dalarn Tabel dan
nya t a dari Delta garnng , formasi damar
Gambar I, maka secara umum dapat mem-
dan aluviura d an hal ini l!lengs.ar,1barkan
berikan gambaran bahva untuk ion Cl/ Na
sunbe r o i r yang terdapat pada breks i
pada no. 2, 3, 12, 22, 33, kandunp;-
uutkanik berbeda tlari yan~ lainnya.
an r.1 da lam air tanah meni.ngkar (untuk
Grafik hubungan s18o dan 60 yang, sarnpe I yang diambil lebih dari satu ka-
dapa c dilihat pada Gambar 3 dan 4 ada- li). Demikian juga bila dilihat i so-
lah rnempunyai pcrsamaan, kontur untuk Ct (Gambar 2) maka terli-
hat bahwa kenaikan Cl terjadi dari sP.-
6D 0, 685) latan ke utara. Hal ini menggambark•n
air tanah di daerah delta garang dipe-
untuk 5:> sampcl air tanah dan untuk air ngaruhi oleh interusi air Laut. Sela in
sungni/laut nempunyai persamnn, itu terdapat isokontur yang mengarah ke
nomor 52 (kedalarnan JOO meter.) dan no.
23 menunjukkan beRarnya konsentrasi
ion Cl (>1500 ppm). Hal ini juga da-
Bila d ibeud i ngkan de ngan has i L pada pat ~enggambarkan adanya penyusupan air
studi pendahuluan slope yang didapat- laut.
ltan Lebih kcc iI (60=6,69o180 + 3,9 Titit.i.um. Dari analisis Tritium se-
18
r an ah ) clan 60 e S,7 F. 0 1.52 cara umum air tanah yang berasal dari
(sungai/laut). Kalau kita lihat persa- Breksi vulkanik mempunyai nilai rats-
mann uaum air metaorik adalah 50 = 8 raca untuk tritium adalah J.346 • 2.2
~18o + 10 hal ini menerangkan bahwa TU (Tritium Unit), dan air tanah yang
adanya proses perubahan air tanah dan asak ru .. adalah air tanah delta garang

60
dongan "ilni rota-rota untuk triLium KESIMPULAN

ndal"h l.Z45 + l.06'TU. lnl adalah di- Dari data dan pembahasan di 3las
scbabkan ka r ena umuanya air tan ah dae-
dapat disimpulkan:
rah delta garang bersumber dari t empat
I. Data isotop stabil &18o dan 60 meng-
y•nc agak jauh dibandingkan denRan yang garnuarkan bahwa adonya pcrbedaan
I .1 i nnyn , dac r ab Inbuh (recharge area) ant ar a
14c
Ka11bo11-14. Hnr uk anal i s i s yang air tanah breksi vulkanik dan yang
dil1ks1nakan terh~d•p sampel no. 49, lainnya.
12, 20, ~a. dan ]) adalah sebag•i har- 2. Untuk air t anah formasi damar , allu-
i.kut (Tab(• I 2) : viu~. dan delta garang adalah b~r-
Apabila diperhatikan lokasi dari sumur asal dari sumber yang sama (dari se-
14
bur yang me~punyai dala C dapal di- latan).
perkirakan bahwa air t•nah dari brek- 3. Sesuai dengan 6180 dan 6U unt uk
si vulkanik adalah berbeda dnri air lo- anal i s i s 14 c men-;.njukkan bahwa air
nuh form~si lainnya ini d ir uo jukkan t anah dari breksi vulkanik berbeda
hahva umur No. 20 lebih tua dati umur d~ri air tanah formasi lainnya.
air t anah no. l2 dan no. )) dengan 4. Air tanah di daerah breksi vulkanik
·~edalamannya adalah benar dan secara umum ada1ah lebih muda dar i
untuk forn:asi lainrrya dapat di.katakan air tanah foTmasi '~innya.
air tan~1nya berasal dari selatan (Gam- S. Dari annlisis hidrokimia da~at dite-
bn r 2). Demean kata lain, dapat d ikar a- r angk an , bahwa telah t ar j ad i penyu-
h~n h~hw~ ~ir rnpngalir dari sRlatan ke •upan air laut terhadap daerah rlP.lta
utara. garang.

1'•hel 2. H•sll •1·,allsls lf•rhC>n•l4 fu-..ur at1' tanllh).


···-----·---·
lflftvr (tahun)
-·--
Pot'll:lsl

1.2 u lS17 Alluvium


20 60 .c1•a llN):. \IU]\:anik
33 100 975 Da.naT
48 •• l97tS Delta

•• ue 30540 AllU\'i\9,

61
OAHAR PUSTAXA

I. !NDROJOHO, ABIDIN, Z., dan WA!IDOl/O.,


2. WANDOWO, Groundwater Studjes in Ja-
"Stutll ocndahuluan air tanah Se-
mara:lg ~eng;gunakan isotop alan.0, karta and Vacinity, Centre foT the
Aplikasi lsotop dan Radiasi, (Si=- application isotopes and radiati-
posium III, Jakarta, 1986), BATAN, on, National Atomic E~erg,y Agency,
Jakarta (1985).
Jakarta C 1988) 13S.

62

~

~l
~-
~
~l
(i ...

...ii .
';l!I

-.
l!
:_~

.]'-'l...
--'"~.-:.
.
f.

,.
1"1'•

.;.
ij
• ~,,.l
~1
~ii ........
::.-.~.~::. ;~·;;;
,~~-t<t
·~ ! ...
'";~·-.·~ '.!!;~~
•5
~2
~ ;.?:.~~-=.
-o-,...., ..... ,.,,. ....
• .... 6-

.~

9 'iii

•s '::;t
~

.!? •
q
t:

-e

·~•
·;;.:l
.•
~
·'
• ·t•


c:
• : H :t
~ vr
...
:
~ ri
•..."• j

63
••

,.
,.

.. \
·" ;

'
'

....._,_... ,_,.... . _... _

..... ..._.__.

Ga.nti•r L, PQta lokasi' pengae.hl l 11n conteh air tanah di daerah Seuran1.

64

.
.
···-·-·"·-·....-~

65
r-'
• J
l

:i
• c
' :
k
;
E
t ;:
~ •I!
• ~
~
c,
l c

-e

'
;
I i
~
c•

... -•.
• ~ -:c l "~

,~
' •
~.•• •
0

·:::
e • o• •
w
c

..~.·-

• ••
", I


~
~·•·
~<
• = c.~.
r
I
"
t
b
•• c~
~ f
!
' .
• 0
~ 0
• ~0 • : : ~ ?.:. s
~·.
N
' N
"• '
'
( •\)
' '
U01.J$\fl:)(J
' •
\
'
~ r1
L c
& •
-e
• ~ ,
0
0 ..
0
!
!:'
~
~
~
~
••'
•~ "~
0

.---------··--

:
"
Q
Q
~
e
~
e .-
"'
..•
~ "
~
0


\\
;; ~
J ' 0 •;; D
•• ~
0•
c

. ••
;

"0 ~
D
..g
s
\~ ~ ~ ~
.\_ t~ '\ 0 .;
~uu.. ~
~
l
v~

·~. -
c.
••
\
.." • " s .. 0
~ •
~
"
N

•• ( udd IJ) 101


r ~
,._
••
~-
;.

I :•
·-
r . ~.,•
r

0 ~ ~
' '

66
OlSKUSI l!ARWIKARYA:
I. Apakah kriteria uncuk menggunakan
M. RTZA ;
met ode anal is is hidrokimi a dau ana-
Perige r t i au masa l ah forma,;; :_ Ad A 1 <-th m:eru-
lisis i s ocop ?
pakan kunpul au S.Jtu.111 l i r o l ng i bacu-
2. Se la in kedua metcde tersebu:, a p11kah
on . Jad i , St"ht•11a rny('t (. ,;d ..rk ado forma.s i
ada metode lain ? Jika aca, apck ah
br eks i vu Lc nn i e y.•11~ ad a huny.i s ... tuan
pe rnah <libJndingkan monH yang I ebih
litologi b,.,,,k..si vu Icun i c dan aluvi"l ba'ik?
sc d ime n ,

lNDROJONO I.
lNDROJONO:
Pada prinsipnya makin
,
~ .. .
banyak datu
Te r ima k a s ih a t a s kOmPntar Aodu.
yang dipunyai makin baik hasil ana-
lisisnya. Dalam hal ini, mcmang ann-
ACUNC S. dan HlRZAN, T. RAZAK: lisis isotop alam dan analisis hi-
I. Apa manf l da-:i Li t
a at ungsung pe ne Lao

drokioia dilakukan bersama k3ren~


air t3n.:th in i ?
dari data ini akan saling menopang.
2. Bogaim~na rnctodc pcngambildn data
2. Ketode lain yaitu hidrokimia dongan
nya/s<tmpel ?
pisomecer. .Oalac hal ini, umur tidak
dapat d i ke t ahu i ,
INDROJONO :
I. Dupn t nengetuhui a s a l usul e i r t.rcu;;1h
Scmoc-ang sch iuggo akan s augar ber-- M.M. MlTROSUHARDJO:
gun<.1 b ag i k e l e s t a r i an air t anah , I. Apa alasan Aoda memi]ih Sem~'dn~ se-

t e r u t ama penyelamati.ln daerah imbuh. bagai lokasi penelitian ~


2. c~1~ pengambilan ~"mpel, yaitu de- 2. Hasil peneliti<in ini me~,unjukk<)n

ngan j a Lan pengambilan langsung di- bahwa di Se-marr.tng mengalami beb1'r~pa


l ok es i. dan air yang d i amb i ! harus proses geologis. Kenurut Anda, ba-
langsung berasal dari sumur bor (ti- gaimaoa ke::nungkinan terjadinya hal
dak boleh dlambil dari bak pena~- demikian ?
pung}
- Untuk diambil + 60 1 dan IHDROJONO:
diubah menjadi karbonat untuk I. Alasan dipilihnya Semarang antara
dianalisis di laboratorium. lain sebagai berikut.
- Untuk tritium dan bidrokimia di- a. Semarang masih merupakan kota
ambil sampel + 2 l. pantai yang sedang berkembang
Untu~ 0 6 180-diambil s ampe I se- dan data ke dalaman air tanah-
banyak ~ 20 ml. nya masih cckup jelas (respon

67
pemilih vo rmu l a r e r h adap .pemin- us e l r-u suI Ji1 i anah d an i nt r us i air la-
ta data rukop baik, ti~~k sc- ut sehugai b~cikuc.
porci di Jakurta). a. Air c an ah da I aa umumnya mengandu1"1g
b. Arl;.iny~ su~tu pcrtanyaan dari 14c
tritium dao yang r e La t i f kecil
nirektorat Geologi Tat~ liog- (tua). Ak1tn r e cap i. , 180 dan D-nya
kunga~ yang ingin mcngetahui tergancung pada daerah masukkan dan
a s a l e-u s u I a Le tanilh di Sema..-ang dae r ah yang di lewat inya (geoterm• 1).
2. Semarang s cbc t u Lnyn i dak mengalami
t
b. Air taut u:numnya meng andung 18 O dan
pro&c~ geologi~, tetapi kalau yang D sangat besar, tetapi harga tritium
dimak:;ud intrusi oif lout memang 14
acau C-nya berga~tung pAda ked•-
muJ~i cerlihat disekilar ke dal~man lamannya.
.,. 100 m -t 2-3 km d e r] g s r Ls panr a i ,
karena ;1danya eksploitasi air tanah TOMMY HUTABARAT:
Y""S be r l e b i h d i b and i ngk an dengan
Pada makalah Anda tertu Ii s : uncuk 6 180
recharganya (mc1sukk41n11yJ).
dan deuterium di1Dk11kan uji beda sta-
tistik terhadap seluruh sampel di atas.
SUPRATMi\N :
Kami molto:l f)Pnjelasan?
Bag:-1~ma1l;1 huhung.l11 ketimpaha11 i s o t op
180,
a Lam (6 5 D, Tritium, d an 1\:) de- lNDRO,JONO :
nRan HSal-uAul air tan~h dan intrusi
Maksudnya di s i n i .i a l ah untuk me l i h at
a i r- Lau t ,
I1argn rHta-r~c~ d a~1. '
Q 18 0 & 6 D u11tu k
suar u 1~1...iJ1 t e r z e nf u , a pak ah ada per-
I Nil ROJO NO ;
bed••n yang cukup nyDta atau tidak dl-
ltuhu1"1g;in ke l iutpahan i so top a Lam dengan
lihat d~ri harga tcrsebut.

68
l'l:NENTU1\N lJMlJn All{ fANAll 1)1·.NCAN l'ENANGGALAN RADIO KARBON 14c

AUSTHAK

111
PEKl!N'l'llrtN (;MUR A :R T,\:-1!\ll 1:f.~G1,N i't:N.\:-lt.(;A1.AH II.AI> LUK.ti,~~CN C. IJmur •• L r t eaeb di dae r ah J•kar C \I c e lab
rJ 1, ~ l i r I denj!an 11~mak.a. 1 «ec cde pen .. rip;~a: 1;.r, ; ,.d j v} •.1 rho<• C, lt~ tJ:: l pene l l t i tn in i. menunj\lkk•.a bahwa •it'
t•n•h d•ut'•h Jekatt>!I "•"11.;d t e da11 arrth !lf!lat•r'I kc .Jt1tr0t c&en tuaur laut

AllSTRAC.T

s·ruov "~ THE r.,~our1ut..•A1~;. A<.~Jo


If! ltt.rJlOCAHISON OATtNC:. Gtoundwt't<:r age of Jak3rta region was
1 ove a t j &~ t cd b/ ntd ioe<i t be.I\ :J~c. ,.,t R•• «u I 1 '( c t thr•
t l'(.'1l(1i1ue ... xoc rt mt:n • c;l\owed r; b.)r, J akar ta gfOl\:l.dwat"! ':
flew f?um c.h1 ~ovth r,c the ~~Yth ~nd no?lh ~~~C

rr:NOAHU lUAN
kicarnya dun :;~Lctln ltu, juga diguna-
Prncl iLiiln hidroluRi ~Jr lanuh de- kan uncuk penelician-pecelitian hidro-
n~un menggun.J.kiln tcknik pen.inggalan logi yang lain seperti peuelitian ke
11,
r nd i ok n r huu <: t(•l.;d1 hHl'1ynk d i Iukuk.iu ooco r an dam untuk melengkapi data-da-
<)l~h hnnyak n~gora di dunia. Secara ta hodrologi bawah permukaan.
urnum da l am b Id ang h i d ro Log L peuge t a- Secnra ceori banyak radioisocop
hu an t.eru ung umur air t anah s ang at ber-- alam yong dapat digunakan untuk penar.g-
man f au t untuk menya j i k an i nf orraas i yang g a l an air t anah . lsotop-isotop bi di-
d ipc r Iukan un ruk pe-scncuan s i fa t+s I> hasilkan antara lain dari reaksi inti
[aL akifer seperti kecepatan aliran yang tcrjadi di atmosfir bumi karena
rata-rata ataupun informasi yang diper- pengaruh neutron-neut=on dari sinar
t ukan unt uk menyusun rencana peue t t- kosmis, hasil indusrri (pusat tenaga
ti an a i r t anah secar a reRional. nuklir) akrivitas meliter (bom nuklir
Di PusaL Aplikasi Csotop dan ~adi- atau thermonuklir). Setelah dilakukan
as i ap l ika~i pcnangga lnn r ad i oka rbon hP.rbagai radioisotop ya~g mernenuhi per-
telah dieuoaka3 secara EUtin. S~jak syaratan secara praktis mudah diterap-
t ahun 1981 r o l ah d i l akukan pene Li t I>- kan dalam bidang hidrologi adalah pe-
nanggalan deng•n Tritium d~n Radio-
karbon. Tritium digunakan untuk mempe-
··-------
" Put.nt Apl.ika~i Iso top dttn ::tadia~i. DATA~ lajari perputaran air tanah yang ber-

69
langsung singkal (air t anah dangkal) Dan dengan mensubrirusikan 'l' 5730
14r. cahun maka dengan demikian,
da~ radiokarbon <llsu~akan ncmpela-
jari perputaran air tanah un<uk jangka
p;.1:1ja~g ( 500-40. 000 t ahun l . c = 8270 ln Ao/A (dalam tahun)

TEORJ Dalam penanggalan radiokarbon ini


dikemukakan dua n:acaI'I cara penentuan
S ccara rut1n. .
1sotop ra d i1o~~t1
•. . f 14 C
1.Jf!Ur ai r t anah . Cara langsung seba-
d i bas i, l kan s ac a r a t e r us menerus pada
gairaana dikem'-lkakan di at as k i t a kcnal
atmosfir bumi. Melalui serangka;an pro- •
dengan penentuan tanp.:i korcksi (un-
~1<·S (or os inc<'~is dao p ronc s+p r oacs fik-
adjusted age) dan yang la.innya dise-
s a s i karoon 1 a innya, scmue bah~n-bahan
but pcncntuan dcngan koreksi (adjusted
organik hidup yang ada di bumi me-
14 age). Nilai adjusted age didapatkan de
ngnndung C:. Ka r enc per j a Lanan waktu,
14c ~gan ~uaru koreksi dari Ao (2)
tersebut menga1ami pcluru~an dan •
pcugor•JngHn ti:1gkat r ad i oekc j v i tas -ae
100 (& - SC)
ngikuci hukum pcl a ruhno zal r ad i oakt Lf . A,,,= 'G + E x (l + 2 E/1000)
0• - 6C
tl:i I in i menyebabkan senyawa a tau bahan
E = adalah kandcngan J 3c yang ce r l arut
yang mengandunp, ka r hon dapar dicenrukan dalam sampel
umur nya dengan mcngukur nkt i v i r as
14c .SC = adalah kandung.ln 13c
13 skifer karbonat
.SC = ada Lah kandungan c canah s aat im-
ynng t~rtinggal pada scnyawa acau bahan buh
14c
t e r sebur . in l ah i sot cp radioakrif
yttng mempunya i vakru pn r oh 1' I /2 = 5730 Ni La i yang digunakan dalam pe rh i tungan

t;ihun dun C!lt'!m.:.incarkan radiasi beta ini adalah

ne)tati t. 6C = 0
tc -25 +I> 1%
c = 8 +/- 0.5%

Dan u~cuk rnenghi•ung tanpa koreksi


Sesua i dengun hukura pet uruhan r a- (unadjusted age) digunakan Ao= JOO%

dioaktif dori suatu iAotop radioaktif

Bl'HAN DAN ME'TOl>E

14
t = (T~/ln 2) ln A0/A Dalam pelaksanaan analisis Cun-
l~k pcnanggalan radiokarbon 14 c dilaku-
kao pengaobilan sampel laogsung di la-
A "" aktivitas speAifik yang diukur
A0a nk t i.v i r as s pe• if ik mul.3-aiula
pangan dan oengendapkan !t11rbonac dalam
t ~ 1'aktu air tanah sebagai BaC03.

70
14 C dal3m
J\Jnt untuk mcnP,ntr.bil contoh c ir Aktivil'1S senyawa benzena.
da r i Il\EA (I, lc.:rnnt t 0011 I kcmudian dicacah dcng~n pencacah sinti-
cerbuat lasi rair {LSC) dcng~r. pcnambnhan sin-
?<.>lycLhyl~nt- dc.·11~~~111 vc l ume 60 l ~ter. tilator pad~ sampcl bcnzona.
VI Id l l'<·rse~uc cukup ~nl uk mrndnpatkJn
dua ~r11a karbon de11gan konscn Lr as i KASIL DAN PEMBAllASAN
kirJ-kfra 200 ppm 4ikdrbonac 14c
Hasil a,nlisis daerah untuk
s~mpcl air. Onln~ pnng~nbilan sao~el
J~karta dapat dilihat pada Tabel I dan
yang pe r l u d i pe r hu t i k qn i a l uh mengh i n- 14c
Cambar I. Hasil analjsis dari con-
d~rkan ke~ungkioan
kontak o,tara san9cl
toh air ccnggambarkan tidak terdapat
ci('.)ng;;.in a ~1'llosJ i r dengan tujuan agar pe-
1~c ilubun&an antara omur dar. :.tedalae1 aki-
ngot or an ,-atmos r LC:
·; se-
fcr. Data unur air rata-rata adalah se-
minimal mungk i n .
h:lg~i hPTi~<Ut
Pr-ngr-nd apnn HAC:Clj cl i I -Rk11!-::ln drne:in
- umur rata-rala pada ~edalaman 0 -
po namh nbnn Ri:iC 12 p;•d:• pH 8, ~,. untuk
60 ~ecer • 10.318 + 13,6 th
mombcn r uk
- umur r~t3-rata pada kedalarnan 60 -
d i pe r ccpa t dcng an pcriamb ahan k:_ra-kira
150 meter= 22.0C6 + 17,5 tb
S gt'-.ic1 FttS04 7H20 kt: da l acs a ampe I
- umur rata-rata pada kedalaman )50 -
scbelun penaenda-pan. Setelah re~ksi
250 meter= 33.258 + 17,2 tahon •
•ci<· I C'~:J i di r nmbuh p r n s c o I ( r e age o uncuk
Ber de aa r ke n dar a ini dcpo t d i k a cak an
koagu l as L}.
~~hwa semakin delao l6pisan ak i, fer
Pcncnrunn r ad i ck ...i r bon dengan a Lat.
S(:Oitlk in t.ua umur air dan
penc::ic:;ih sintiln5i cair dilakukan u~-
deuri k i an dce r ah icbuhnya seCJakin j auh
nean rnerubah 8aC03 mcnjadi benz~aa
( 2).
<.lcnga~ a lat slncesls benzena . Rcaksi
Apabila dibuac gar i.s iso-urnur-1 ya-
k ir:1j;.) d:tri proses pengendapan BaC'J 3
i cu garis yang meoghubungkan umur a;r
di se i i kaa sebagai bcrikut (2),
yang sama, maka jelas terlihat bahwa
umur ~i~ semak:n ke arah utara semakin
tua Gambar tersebut juga
2. Caobar
BaC03 + 2HC1 ------->Gael • H 20 +co,-
2
01eoperlitatkan dengan jelas adanya ke-
2co2 + !!Li -------> 2C + 4 Li20 lompok-kelompok umur air tua. Hal ini
700°C
diduga karena di dacrahtanahnya air
lC • :tLi ----------> Li2c2
700 - B00°C tPrbanyak d i anb i l , Diduga air tan ah
Li2C2 ... 21120 -------> t2H2 + 2Li_0

berger a~ dari selatan kc utara . l\s al
air ta:iah di d aa r ah Jakarta di per-
------------->
kat e l i,s kirakan dari selatan (Depok, Pasar

7l
)1iflggu) (2). Berdasark<in dat a t;J'klT air
dengan r.)pnghitung ant ar a j ar ak di «

t a nah ini iuga dapat d ih i t ung kec epat an bar.i rlPngan wa~tu.
r a t.a+r a t a ge r akan air t anah ,

DAFTAR rtJSTAl(J\
kESIMPULAN

Oari h as i l dart d i s kua i di ~•t.-l::; dH- I. lAEI\, r.uidcbook on Nuc l e ar I'e chn i-:
pat di s irnpu l k;:inbahva , que s in Hydrology (Technic;il re-
14c ports s cr ies No. 9 I), IA£A, Vienna
I. Dengan ~n,,J isis dap a r d i e cnt.uka» (1983).
a r ah d an dae r ah imhuh a i r ta:lah ter-
2. WA~ID0\.10, Groundwater studies in Ja-
~~hut. karta and vacinity, c~ntrc for the
14 Application of Isocopcs and Ra-
2. IJ<:>ngan da r" C k it n dapar r.><'aperki
diatlor:, ~ational Atomic Enct'gy
r ak an kec cpa c sn r~1ta-r;)tt1 eir t.?.nah A~.-n~y, ( 198l).

72
T•t•el 1. lla.sl 1 i.nall$J"
I<r alr :a.it_,. Al .1., ... , •.

·- k"nle ~dP)aflliln
( . )
"c
(>.)

~·l.l,••>
Mlutlt'd •tir
(tal:un)
11n-adjustcd
(t.hut1)
•t•

,.1 ~p. l!I


"'"· ..~
..... ti
",""... ./n,I'
f.fl'•• )'<tJf-t1,4\1
1tt.1't1
. .,. ,....
7.~~
ZI. 7Z2
'· ,,
tl.2,0
J:'·
2,lbZ
~l
t·• "zc J,?1
..
55 f -· I'
S6 r _, 0,198
! I • 1,,1 s , 011. ,,3211
•'
(o4
I .C•
,_,
~-~ "s:
•r b.b16

,.
(I~.
I)

211J
~-11
,.1!'.
s.ts
.,,
"••,.
.14,6)

....... , 1S,,./11$
l .!84
l.2)1
"'9 • ./112)
27,066
.:rir,, ~ .. 20 t•.6S t .OSI. o.26?
• !;:t1-l0
•• ;c,
1:.r. (.IS.M)(-14.621
f·l6.tl•f-16 "'~
ll.~89
11. ill
ll.9U
Zl.227
~('lj
I!
111 .. 6?
.-.J'.i
'"
JS<:-
100 .\l,1t't \l ,l.4~
2,607
34.114
16 ~P-'f:; 11)(1 r .. ?: .00)(-19.UOJ 1.:lll 1. J&9
Ii
'"
. _,
c;p.}
...
15" '-IS.OO)f-l•.g11 SJ. t•r. l• .191
2.19t

..·-·
in :se< •.601
•;., \S.7Aq
"so ....
...P·l l
,..
111

ll
111-<18
... ;i;
. ,,,.
:ls
10<
19. ll

l"> • .&.4t
••. 'lf>

10, ll)
4S.662
40,246
ll.O?l
.-.ss 9,00.l
.17
... s~
I>!
11:
.t7_1~
'·"' It. 2•1
"
2!18 c;?. 11 •!
"'·' .. ~
JCi.:!11
J.0.184
,.," Ci?-: I!
!'P-ll'I '"'
'"'••!.
.J./11,tU
, }, Fr lA,OOl ~.tl
!IJ

,.
20'J
~l'·l
~P"-1
sP.1f• :oc
•• . .. .
·IS. 4~
)).411Mo
ll, 'l•
Sl. 174
16.929
JJ. ~2
c;p_f) 100 17 .eas
"•o
)9 •• 2~
<if'.Ji
ISO
... -16>.SK ?'O ••l.$,.
.... 5241
20.S3S-
ton .1•.1! l9,0lt ]9 .134
•? N-3<
,,_ J 1 1•.!3 ]7 ,4./119 J?,,SJ
2ZI
",, . -'t "''
i5~ -21,ll 4,lt' ? .Mil
210 ··~A
p.68(1t) ,,,
10)
.IS.C.,. ~.S20
4 .79~
4 ,Sl3
•6. S24
2:,919
t-1 .21, 16.
"!A;9 L-l 100 "' .ltl.13
.. 19,'-S
l,llS
1.11()
6.f~
7,155
t-8 l1S

~••·
),.$61
••11 1.-9
"'" 1 ~{ l I)
!IS
•s (.16.S.&) t- lb,SO) 1.6$6 2.092:
2.as
5-1 120
!: J 'i-2 1~ .1 e , ss 7.696>
<-1 2.&Sl
"''
..
21~ 7 .34S
s-~ 80
6.014
61 !.-6 100
s.11 9S JS,939
ss .rs .ee 27. 21• 26.701
201 .S-21
g~ s .. 24 16 1.t62
'6,Zl~
M S-2S IJ6 61,8!4
so SP-Sl l(O
ll,7'16 22,5
I w.1s Z!.O {-14. "O) ( -11. 26)
J SP-78 l<O r.19.11>< .1!) ·°'> 11.940 27,951
1ZO
?O•
~P-12
SP..66(1V) ,.,
21~ lt.17

f-l0.7JJ( 20.1<)
8.415

)6.•01
',$11
1 ,6S-•
14.72•
11 l.Rt-wrl.L 2$0 0

212
,. .t.RT·lCl':l.l.
w.•s
?SC
1SS .}6.•~ 2'.t,297
37.•••
:t.S.6•

,.
29 W·'l
SP.73
l!O
16l -J9.l2 Sl,04~
"'' .see
S0,911
20•
,,"
SP-7l
w.so
16l .J9,16 S8.9&&
"·*'
47. 508
•.24
w.7;
""
ISO -16,1(;
.. )6.17
26,221
c7.1&9
?6,614
tl,1''
51
•• •.2) '""
rse 12.3G3

73
~··' I
"
.... ·1. •.

a 0
,,, r
eoo !
-ee J o

~ ... I "
'- II U u n., '
u 0

..!:,. 149- 11 " OJ rt U>

s
l"i 120 0 " " c

.!!

rt •

, "
u.,, "
..• ...
•o
H1o·uooo

" :)
0
,, .. nrJPru
"
0

,.1,
rn
"
"
.. n ,, 0
»,

2'(1 _,,. ,!Q_,__,. - --r----- --r-· - ----,·-- 1·-- -,-.


o I• M 00
1J"'"' (¥ HN10 ti1hl1"li

.\
• : p,,_n311ftb!lan 'C:C>l'ltoh mula-1Wl1 1·61
P•t• sitU••i Jak.t.rt•
o,: PenfAmbtl!" r.~ntoh ulana•n dan 1•1cttarnya
JO : ll'nuT x Ul taflun

Ganbar 2. Peta 't~o ..wnur 11ir t1111ah J1ka,.t11,

74
~--·-

..

•.'

. __ ,._
.... .__~--

75
fllSKU~l 3. Ap~k~h ada metode lain? Kal~u ada
pPrn;.chk;;.h dibandingkan, manct yang
SURTIPANTI : lehib baik ?
Be r ap a jum1 ~h cont oh (del.iJra I i.ter) y~ng
Qipa-rlukan uucuk setiil? <1nalisis? SYAfALNl :
I. Hubongan umur air tanah dcngan kebo-
SYAFAl.NI : coran dapat diketahui d~ngon menga-
Jumlilh c on r nh yang d i amb i I tergantung n a Li s is sampel air da r L sumur penga-
pada kon$;Pntrilsi nco3. Umumnya dibutuh- matan dau resecvoar. Datanya dapac
ka11 + 60 Liter yang konscntrasi bikar- digu~~kan uncuk memperkirakan apakah
bonat da I am a i e minimal 200 ppm. Jika umur reservoar itu sama atau :idak.
k on s erst-r-a s i b ik ar bonc t sangat rend ah, 2. !\rah aliran air tanah terutama dise-
pcug smb i Lan cont oh biCJsanya di l i pCttdui;t- babkan oleh perbedaan tinggi permu-
kan atau lebih.
kaan a i rnya , y.1ng dapat diperjelas
dengan penencuan umurnya.
SllWlllMA S. ; 3. Hetodc lain ada, tetapi kami belum
1\puktJh manf«atuy(~ bila umur a i r tancth llC?mbandingkannya.
telah diketahui?

AGUNG SANTOSO
SYAFALN l : Lemboga mana yang memanfAAt~an hasil
Pe nge c ahuan t ent.ang umur air t anah da- pen~litia~ umur air r~n~h ini? Sebe-
pc.- t d iman f aa t kan unt uk : tnenentukao ke- r apa jr1uh akur as i data yang d i pe e o l eh ?
cepatan r~ta-cut~ per~erakan air ta- HcneApA penelitian umur air t~nah mcng-
ncth, mcrencanakan pt-nelltian air tanah eunakan mctode penanggalan r ad i ok a r bon
sccara regionJl, dan pcndugaa~ daPYAh 14 c,
. bukan isotop/senyawa lainnya?
imbuh (richarge nrca) air tanah.
SYAFALNT ;
HARWIKARYA : Hasil pcnel i t i an dapat dirnanfaatkan
1. Bctgaimana huh11ngan panel i c i an umur olch PU, Geologi, dan tata lingkungan
air tRnAh rl~ngun kabocoran? hirlup. Tingkal akurasi data belum per-
'J. Melihat h as I l pe r cob aan , bahwa air nah dilakukan pengujian, tetapi dapat
tanah di Jakarta bergcrak dari Se- dibandingkan dengan data geologi (ana-
latan ke UtAc~. Ap~kah hal ini disc- lisis hidrokimia). Isocop lain yang
b abkan o l cb t i ngg i rendahnya d ae r ah , dapat digunakan untuk penelitian serupa
kc rcn a d ae r eh Selatan lebih tinggi ? ini ialah
3H dan 36c1.

76
DEUThKllJ\1 DAN OKSIGEN 11\ 01 l>ALAM AIH HUJAN

llj ijono*, Z;1onal 1 nd ro j o no"; dan


l)~1n11;1n*

AUSTKAK
OEUTER IUH DAN OK.S lCBN- IA n I OAl.AH Al lt HUJAN, J{<J nd\ln~•n dcUt<· r 1 um (Ian olc.ai gen- 18 di dal am ~ i r huj an
diket.ahui a•ngat bcrv3rie~i c\'lrsanr,10P, dar i w;)ktu dan rPmpot d:mttna cut:i.h hujan t tu diaJ1llti.
feklu•-fektoT yang fflCi:npenR~ruhi di .. nt1r4ny;i ~uhu udaru , jumlah cur ab hujan , dan faktor-faktor gtograti!t
luinnr•. yaitu g-.rta lir.t1.1nR dGn ketinp;gi,.n, Ann) i!li.s tel#h dilakukc1r1 t e rbede p cont ob air hujan J•karta
yang d t .. mb ~ ~ cnu 1-. i tal:lun I 91\4 ·1~mpa i d.inR3n t "'hun 198 7. Ha~ i I pene l i. t l an :nenun jukk an bahwa kandungan
deuterium dam ukaiKe:n-18 di Jek.o.rt..-. ~d.:il<'.'ti nor0013.l unru~ dee r ah tropi~ ye i e u denian slope Jebih kec!l dari
metecric ~line ti~i.k pada penKel'!)bi I·"'"' contoh 1:<•1..o1r:J "",..i;in m1n.1pun sccar" bu l anart ,

AOSTRACT

OEUTER1UH IN THE RA.lN WA1'EFl. Deut e r i cm and oxygcn-18 content of rain vater
AllO OXYCEN-18 knovn Lo
vary coo~idct<'l>ly wilh time
and loc3ti<>n. [t i$ influenced by many factors such a' tt!111perature.
precipitati~n. ancl geogr-;t~ld.cat factor:.: (laLitude and ;iltiludc). Anal~·Bis was ce r r ied out on the rain
water s~mples of Jakorta at~~ with collcclcJ from 19$A to 1987. Th~ result~ of chis investigation sbova
that deuterium a1ld oxygen-HS (;<J11t.1:nlt of Jekur1 a rain vut e r ,,.,.,.. aorme l for lhe t rop i ce l, art<' with s t ope
less then ee t eor Ic vet er t tne both ltu dai1v ,,nd monthly s.:1mplini; --~ ve l L.

Pf.Nl.lAHU LUAN Lan ah dan tersimpan di dalam tan ah s e-

hagai I\ roundwa t e2:_ (air tan ah) atav da-


Sudah lama d ikc raho I b~hwa Air di
pat juga sel>agai surface water (air
bumi i n l menga Lam i e i r-ku Las I t c r us me-

neru8 yang l)erbentuk penguapan~ prr.si- pcmukaan). Sel>agian air t anah dan per-
mukaan tersebut akan keluar kembali
p i t as i , dan penr.aliran ke Laut. Air
01enr,uap d ar i pcrmukaan Laue d an t an ah ..
sebagai air limpasan (runoff).
Sirkulasi terus menerus anlaca air
Scsudah mt<ngalami beber apa p r o s e s k e-'
laut dan air daratan ini disebut daur
mudian jatub lagi kc laut atau dai:atan
b i dr o Log i . Namun s irkulas i in i Lldak
sebagai bujon. Namun tldak semua air
merata, seperti kita lihat bahwa tertla-
hujan ini dapal mencapai tanah di per-
pat perbedaan presipitasi dari nusim ke
mukaao bumi kartina sebagian ak.:in terta-
musim dan dar i wilayah ke wiiayah yang
h an o t eb daun-daun dan menguap kembali
l~in. Faktor-faktor yang mempengaruni
ke udara. Air hujan yang da!)at mcncapai
keti<lAk-merataan presipitasi tersebut
bumi ak an be r i.nf i Lt r as i. masvk ke do lam
diantarAnya ialah kondisi meteorologi
(suhu udAra, tekanan udara, dan arah

• Pu:io~t ,\plik3$i ~SO{Op den Rudia.~l, AATA1i


angin) dan kondisi topografi .

77
Vap yang terkondensasi dan jaruh akan ntempengar11hj t i ngg i da r i pada ja-
ke daratan dalam rangkaian proses daur ruhnya '>i:t i ra:1 cur ah hu j an , Kandungan
hidrolcgi seperti yang disebutkan di deuteri11m dan oksigen-JS dari air hujOJn
at as at au lazim di s ebut pr e s i.p i t as i ak.an d i peng ar uha oleh suatu kesetim-
jumlahnya selalu dinyatakan dalao mm. bangan antara butir-butir air hujan dan
Sedangkan intensitas curah hujan adalah suhu udar~ dimnna butir-hutir tersebut
j11n11Ah r-ur ah ~11j;:in dalam satuan waktu jatuh dan besarnya buti.t:aa air hujan.
dan biasanya d i.n y a t ak an d~hm mm/hulan. Dalam Tabel I dinyar akan hubungan ant.a-
180
Kandungan deuterium dan di da- ra butiran, ketinggian, dan waktu yang
Lam air hujan t e r rrya t a i ku t he•• var i as i dicapai sampai di permukaan tanah.
pada pe r be daan intc:·asjtets d an cur ah hu- DANSGARD menerangkan bahwa kan-
jan s e r t a musirn dau Jok as Lnya . DANSGARD dungan deuterium dan Q-18 akan menu-
(3) menemukan huoungan yang sangat ba- run pada suhu udara kondensasi. hal
gus antara kandungan rata-rata oksigen- mana dinyatakan sehubungan dengan pro-
18 air huj an dan r at a=r at a suhu udar a , ses pcnd;nginan pada kondisi Rayleigh.
180
DANSGARD juga mendapatka~ bahwa kon- Kandungan deuterium dan menurun
sent r as i i sot cp hcr ar dal.am air segar dengan kena ikan ket ingg ian wi l ;iyah, dan
menurun tcrhadap ketinggian tanah serta beruhah-ubah pada musim yang berbeda.
garis lintang dari lokasi pcngamatan-
nya. 'r'abel 1, llu'xmgan Antara but f ran •ir hujan , l\'aktu,
dan Jarak tempuh.
Pcnclitian ini hPrtujuan untuk
mend;ipAtkan h1Jbunean anlara kandungan f!nt 11'ar. \\'iiktn .}$1'1'"11lc
Ir.ml ('le< I k) (m)
r>~si.gen-lR don deuterium pada contoh
air hujan Jakarta y~ng diambil mul~i 0.01 i' • .t S.l
0.05 % 380
tahun 198~ sampai tahun 1987. 0,015 171 920
0.1 253 1600
o.1s 375 3000
TEORI

£vapolta4.i.. Pada kenya t a ann ys b ahwa Faktor fraksionasi tcrgantung dD~i suhu
curah hujan berasal dari kondensasi dan kelembapan udara.
yang diocbabkan olch pcndingina-n suhu 6entuk umum dari rumus faktor frak-
udara. Apabila udara mulai jcnuh dcngan sionasi adalah sebagai berikut :
uap a i r , pendinginan ak an mcnurunkan a = p/p'
kandungan air kepada .suatu batas ka- dimana pa Tekanan uap isocop ringan
pasitas uap yang terjadi pada suhu yang molekul air (H 016)
2
tertenru. Kondisl lni akan bcrubah pada p1 = Tckanan uap isotop molekul
perbedaan keringgian wilayah, sehlngga air yang lebih berat (HOO atau H 180)
2

78
Pada suhu r uang p;t111l>~.ird mempc r o leh V&ng&nuh Jumtah Cuxah flujan
har~a sebagai berikuL [Amo101.t ~~£ectJ •. Di daer~h t ro p i s s e-
~lJ " 1.08 dan ''· 1 r ~ l.(HI 'J pc r t i J'ud ono s i u , pang a rub juml 'lh cur ah
'o
l'~.i'l!j/Ut uh $t1.IW llrl<llt<< [I ~.rll)';:,~.Ll:1vw hujan akon songat terasa tcrhadap kan-

I 6..\ec.t). Kondon s as L isot e rma l t iduk dungan deuterium d3n oksigen-18 di da-

pe r uah L<'rjadi di atmosfir burnt . rormu- lam ~ir hujan. Kctinggian awan dun pada

•i pres~pitnsi dis~hah~an olch proses umurany a k e Lemb apan ud ar a yang t:.nggi


pe nd i ng i nan . M{tka dar i pada i t u kit a Li- me!lycbal.Jki::lu s nd i.k i t. r s l ar if pent;aya.ln

cl:1k d a pn r s e car a umum rnenggunnkan kon- oi en ponp,ua1rn11 s<·waktu jatuhnya but Lr an


po s i s i Ls or op da r i j uml.uh pr o s i p it as I air hu jan . l'<ida mus i m hu j au k andungan

scb aga i, inrlik;isi kondens a s i suhu urlnr a • 180 akan depleted d~n sebaliknya pnda
Komposisi i s orop yang ter<l;ipnl pada air mu s i tu kenar au. Dllta d a r i, lAEA (5) me-
hujan loknl mcrupaknn fungsi daripJd~ nyutakau bahwa setiap penambahnn cu~ah
beb~r~pa pnramcle~, antara lain kondisi hujan JOO mm akan meningk.atkan deplc-
t e rmod inure ik s e Jemn p r oce s pendinginan. t ion sebaoyak 1%. Dal~ kandungan isotop
Proses pend ing i nan di baw.:ih k ond i s i ala~ disclurut dunia di d•lam aic h,1jan
Kayleigh u1~urnny.:l d i guo aknn .:;c-b~1;;,:ii. pa- tlan pr o s i p i t as I mcnunjuk.kan hubungan
c okan , yan~ d i s iu i ak an t c r l ihc r bahwt1 J i n ic r s ebaga i he r i kut :
i) 1 /j U d a r l kondensar no ik t e rhudnp pc- rn<s.) =a ou1u+ 10
rubeh an suho ud ar a . GanllJ~• rnr-rape r t-
Walaupun demikian beberapa negara
I i hat kan hubongnn ant ar a suhu udora dan w i, layah t. idak se lamanya mcnpunya i
d an ..', 180. l1ubungan antara kandungan deutrium dan
oksip,r>n-18 yang dengan slope yanr, sa-
ma. Su::ir11 w i l ayah atau daerah yang

curah huj~nnya relati f sedikic. hu-

·'I.:",.-.:. il- ~!i-·-· i / 1


y
buor,ao dt•uteirum dan ok.sigen-18 memi-
liki •lope yana lebib kecil daripada 8-
••
11
1/:1
,; II •

'/.11 II /, .:

, . Ill / , I '
I : I. BAllAN DAN Mt;l'ODE

'I If
_,.I. I // - _'.
I l ?v.n!Jumputa.n Sa.mpe.f. Pe ng urnp u l art
I
sampel dan Pembacaan jumlah cucah hujan
'/ ii' ' . dilakukan disebuah stasiun curah hujan
-;vl .:
.;:.,•
.
,,
··--·-r.'f,~'"~"IJ'P!_._
,''J
yang di Let akkan di komplek PAlR Pas ar
Gamhar l. uubungan antara subu Ju~at, Jakarta. Dua rr.acam cara yang
udarn dan ol8o pada
kondisi Paylcigh. dilakukan yaitu pembacaan dan pengam-

79
bilan sampel secara harian dao secara Ocean Water).
bulanan. Jumlah curah hujao dicatat Preparasi deuterium dilakukan de-
dalam mm, dilakukan setiap pagi hari ngan cara mereaksikan JO ml sampel de-
puku l 9, untuk data cur ah hujan seh;iri ngan zinc dan dipanas~an pada suhu
sebelumnya. Pengambilan contoh air un- 450°C selama 30 menit.
tuk bulanan dilakukan dengan noenggu- H20 +Zn-----> ZnO + H2

nakan penampung curah hujan khsus, Preparasi oksigen-18 dilakukan dengan


yaitu suaru penampung ~urah hujan yang jalan mengocok 2 ml sampel dengan co2
bag i an permukaan air hujan d ilapis i
selama 8 jam. Reaksi isotop exchaoge-
parafin .nil sehingga air hujan cidak
nya adalah sebagai berikut:
dapat menguap. Dengan demiki<1n diha-
rapkan bahwa kandungan deuterium dan H2o aco3_ • H+.
180 t;dak mengalami ~vaporasi. Conroh + H218D ~ Cl60180 + H2160
air diambil tiap akhir bulan untuk
dianalisis sebagai data bulanan disam-
ping data harian yang diambil setiap HA.SIL DAN PEMBAHASAN
hari hujan. Pensumpulan ccntoh dilaku-
Tabel 2 menunjukkan basil penga-
kan mulai tahun 198~ sampai sekarang.
matan curah hujan harian pada Lahun
Spe.2.tMme.te.11. Mal.a.. Alat yang di- 1986 disercai dengan hasil analisis
pergunak4n untuk mengan~lisis sa~pcl kandungan deuterium dan oksigen-lBnya.
ialah spektrometer mao3 Tipe SIRA 9 dan Jumlah curah hujan tahun 1986 adalah
ISOPREP 18 bu<1tan Inggris tahun 1984. 2532 mm dengan intensicas rata-rata •
Tabung g~s kamar pengion divakUftl sampai 211 ""1l/bulan. Grafik hubungan antara
lxlO-g mBar. U~tuk menganalisis contoh kandungan deuterium dan oksigen-18 dari
deuterium diperlukan tegangan tioggl curab hujan harian di Jakarta seperti
sampai 4100 volt dan untuk oksigen -18 yang terlihat paa GaJ:tbar 2 menunjukkan
diperlukan tegangan tinggi 2600 volt. hubungan linear dengan persamaan seba-
Elektron diakelerasl m~lewati medan gai berikut
magnit permanen dan tlitangkap menggu- 616 + 4.02 (r ~ 0,81)
0
nakan kolektor. Arus kolektor akan di- Hasil penelitian ini ternyata mendapat-
teruskan kepada head amplifier yang kan harga slope yang lebih kecil dari
selanjutnya aka~ diolah 1<enggunakan harga slope meteoric water line ( s8).
komputer Packard
tipe 868. Rasio Hal ini menurut CRAIG (I) adalah wajar
spektrometer masa masih harus dikali- dan sesuai dengan teori yang disebutkan
brasi untuk mendapatkan deuterium atau terdahulu bahwa di daerah tropis dP.ng~n
oksigen-18 terhadap SMOW (Standard Mean suhu udara rata-rata berkisar antara

80
28°C dan kelembapan udara 6S% akan Persomaan linier yang menunjukkan hu-

memunBkiflkaa r e r jadiny<1 pcnguapan dari- bungan antara kandungan deuterium de-


puda botjran-butiran cutah huji:in se- ngao oksigen-18 pada curah hujan bu-

vakt u iatuh . hnan adalah scb aga i ber ikut

•1
...
- I.I
s•I ~
,,
" '-'
-;. ~3
'"
- e: ,., r-,

- :' o
_,.
- :3 IJ
-
-90t-.
J (1 (;I \.u.uu.Ji,..uM.Jij,.++• 1
•J .. ro19en-1e
H'"M"'' h• •ttf1t•1tuk...wJa.HMM111•ru+11
<%.>
•t1*!t" !!!hW"
111 '"'"!!"! ....
°'. ' ;-;.- 1 ~ 1 l- J '.)- 9 - 8 - -;· - ..; - s- 4 - :;:;. - 2 - 1 0

Ganba1· 2. llubunga.n &nt•-r• kandun1an deuteritn da.n oksi1.-n-l8


;ia<la curah \ujan hari1n.

-------~
"'t''
V1
.
.2 ~J

- 3 (,) .. >
,,,
- '"' t_l - 0

..

C~bar l, Muhc.J:r.itan antara kandunga.n de-\JteriUll dan o\$11en·18 di


dallJl cur•h hujan.

Data cucah hujan yang diamati berdasar- 6D = 6.62 6018 + 2.93


kan bulanan sepcrti yang terlihat pada r = O.R4
Tabel 3 mt!nunjukkan slope yang hamµir
sama dengan data curah hujan harian. Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa pada

81
curah hu j an yang Leb ih kecil da r i 10 .mm Pada penelitian ini tidak dapat
apabila dip;sahkan akan mcnunjukkan tcrlihat ge j a l a ya·ng jelas adanya
slope yang berbeda dari slope curah fluktuasi yang ditimbulkan oleh peru-
hu j an sec a r a k as e Lur uh an , Den i k Lau juga bahan suhu udara (temperature effect).
parla curah hujan yang lebih besar dari Suhu udara di rempac pengamatan ber-
70 mm ter lihat Lcb i.h mendekat i s J ope kisar antara 25-32°C dengan auhu udara
dari nctcoric water 1 i ue . Hal ini dise- rata-rata 29.s·~. fluktuasi suhu udara
babkan oleh pengaruh jumlah curah hujan hanya disebabkan oleh pe rubahan antara
(amount effect). siang dan malam dan bukan ol P.h peru-
ancara oksigen-18 dan bah an nus im.
jumlah curah hujan dapar dilihat pada
KESIMPULAN
Gambar 4. fer•amaan Ratis regresi li-
near dari hubungan antara kandungan Dari hasil-hasil penelitian ini
oksigcn-18 dengan jumlah cur•h hujan dapat ditarik kesimpulan diantaranya
adalah scbagai berikut ad• I ah sebagai be.rikut :
6o1R = 0.01 C - 0.4 Kandungan deuterium dan oksigen-18
r 0.87 di Jakarta adalah normal untuk daerah
Oi •ini bcrarti hahw<> sertap kenaikan tropis yaitu dengan slope l~uih kecil
curah hujan 100 mm akan menurunkan dari metcori.c water line baik pada pe-
kandungan oksigeo-18 sebanyak 1,5%. ngambilan c:ontoh ha r i an maupun bulanan.
Gambar 4. ll a s il pene Li L ian c idak menun jukka»

··-·-- ···- -·---'···--·-- ----··-····-·----·---·----.

......
"' ll :t
l I~) •"
c-. •••

I. ur.&t, nu Jan <~1111\)

Gamhar 4. Hubu.n1an antar• ~•ndun1An oll~taen.. 13 denaan jumlah cu...


rah huji.n.

82
DAFTAR PUSTAKA
pengaruh pcrubahan suhu udara terhadap
kanduogan deuterium dan oksige~-18.
I. CRAIG, H., Isotopic variation in me-
Perlu diadakan pad a
peneliLian teroic waters, Science 133 ( 196 I)
yang berbeda garis Llntang dan 1702.

kctinggian karena keduanya banyak ber- 2. DANSGAARD, W., The isotopic compo-
s1t1on of natural waters, Medd.
dalam mcmpengaruhi terjadinya Crocnland, ! (1961) 165.
fraksionasi curah hujan.
3. DANSGAARD. W .• Stable isotopes in
Basil penP.litian ini dapat di~er- precipitatio~s, Tell~•. 16 ( .... )
gunokan untuk pengembangan pcnelitian
mas a Lah air t anah dan kcset imbangan air 4 . ENHALT , D • , KNOT , K • , Ni\CEL , J . F ••
limposan di daerah Jakarta dan seki- Deuterium and oxygen-18 in the
rain water, J. Geophys:c Res. 68
tarnya. (1968) 3775.

5.IAEA, Statistical Tratment of Env:ron-


mental Isotope Data in Precipita-
tion (Tech~ical Repo•t Series No.
206), IAl!A, Vienna (1981).

83
Tet'iel z .. Oat&, .:.urttl• h~J•:• tusri•n di J1.lc11rt11 lal)r.l J, llttu curah h'.lJ 11.n bulantn di J1karta,
------- ----- -·-··-···---·-
,..... t .
.... . ---· 180
Date Oxyren-JiJ Rainfall ll•if' Total 2"
(..,)
ol!·-:Jan-lfl ·9.69 -11, 9S S2.J2
tl-Jan .. 66 -4, l!? -19,60 ll.34 34,Ul 407
1•-Jan-!6 -l .6~ -28.60 $1.24 a4,02 259 .6,2 -46, 9
)S-Jan-86
l 7-Jan-116
ll-J;in-86
..~. ?·1
0.6t
.!l,6·i
-l!.4,"10
.. 16, 00
6.SO
6, 8Ei
13, '12
26, lb
34,0.!
84,0S
84,0t,
,.,
'"'
,6
- 7, l
-8.8
-S9. 7
-64,9
·4,1 -18,6
26-Jan ..66 .J. 4t' -11.40 7S.67 $4,0S- .sr. l
27-Jan ..86
28-Jan-86
-1, 4S
-.4.04
-18.6S 9.40
S,08
34 .1 t·
84, 12
"'
262
·8, I
.4.1 -15. ~
195 "'·6 ~9.1
03 .. Feb-E6 -8,45 -43,40 72, 14 8S,OJ 12l -2,S .10.s
24-f•b-66 .. J,69 -29,00 24.64 as .i>i 200 -7.l .s2.2
02 ..N1,r-E6 •6,Sf ·Si,70 $S,•a 8S,OJ 1> .2.0 .!J.O
IS-141.r-e6 -6,22 -sa.se S2,U, 85,0S 327 -4.a -)2.4
02-Apr-E6 .1.11 -60,.SS 64,?7 a:;.01 )69 .s.2 -16,6
oO ..APT-86 -1. ,. .. ~?.t'S S9,6P es.oa 11 .. z.s ..11,4
lS·Apr-86 ·S.61 .. 42,as 21.08 •s.10 1 i4 .s • .s .J0,4
lP-Apr .. 86 .S.37 -10,65 C0.64 as.11 1&3 .... 2 -18,9
04-May-86 ..6.91 ·I .10 42,20 65,12 1S6 .$.4 ·16.6
06,May-86 -7 ,07 -44,00 28,70
oa ..... y .. s6
11 ..tf•y-&6
.. 1.11
.1,21
.22,Js
·22.20
8,20
4l, 1S
86,01
16.02
16,03
215
2&1
315
..1.2
.6,6
-9.3
... 1.•
-47.1
-61,t
12 ..KJy-&6 -8,24 .. 11.a.s 16.64 •6.04 418 .6,S -42,l
14-Hay-16 ...s,os ·24,lQ tt.os 16,0S 256 ..s.o -19, 7
li->lay-&6 -2,S6 .. 11.1s 12. lt .6.06 166 ..1.s ..41;4
26-May-<16 l.84 7.10 l.56 •6.0? 120 -4,l -ll,l
l0-May·86 .S.JI -22,30 58,42 16.08 2oa -3,3 -13,4
OJ..Jun_.. 86 .J,67 -12.10 10.41 86.09 265 ·1.6 .o. 9
I l-J1,1r,.86 -6.15 -42,30 60,H 16,10 224 -4 ..7 .21.0
1>-JUJ1-86 ·•8,32 -63.20 60,20 86,11 349 .s.1 ..41.l
16-Jur...86 ·8,52 ..67 ,lO 52.10 36,12 lt8 -10,3
Ot-Jul-9& ·0,87 -~0.)0 43, 18 &7,04 191 ..s.o .1s.o
12-Ju;-86 .1. J 0 ·10,50 6,3!. ,, .01 179 ·6,1
1$-Jul-86 -2.14 J0,2J 87.0l S98 -6.&
20-Jul-86 -1.37 -1.90
'·"l '1,0S 161 .s.•
21-Jul-86
Zl ..Jt.tl·86
O.Sl
.s.ss
.2. 40
-ls. ss
4.32
2,0l
.87,06 119 .s.•
.J,8
'1,01 96
26-..lv1·86 .~.61 -12. 75 2S,40 87 .ea 8 -4.4
os-.1.ua·e6
06-/.ut-86
-l,24
-4,G2 "''·~
·26,'2'4
44,20
JS.SO
10·/.l•l'"I)(> ~3.7J -23,70 St,S6
l"-AUJ-Mfl .. 4,43 .. 30, 10 .,o·.10
Ol,Sep-6& -1.ge -c.so S,33
09-!ep .. 86 .-.12,31 -91,lQ 16,76
11 ·Sep-8~ -4. 9<; -56. ;o s. 14
14-Se:p-8!> -8,84 -S4.SO JS. 8&
15-~ep-8!> -6.63 .sa.s« l4, 41>
16·Sep•8!t .1.sz -47, 75 i19, l4
tO-&cp-AS -2,72 -s. es 9,91
'2~-Sep-8S. -J.il -16. 9S. 33, 73
21 -i:.r.p-8!. .a, g,.. -1.1,6.'i 25. 91
2J Sttp .. e.;
0 .J,19 -13,0S '\l s~
28-Sep-ft.6 -3.66 -16.10
03-0ct-86 .o, s~ J,66 13,IP
04 ..C·tt·BS .2.01 .3. ss lS,OS
0~-l'Ct-86 -J .111 .. 1. 1 !i 19, !ifl
09-(lct-86 -4,52 .. 16,10 'l!, 11
20 ..oce .. 8.S -0.9b 0,10 26,96
2S-Oct~86 .. 8.42 -53,0S 39,11
26-0ct-111\ _, .91 .!>0.60 11.11.6
29--0et·86 .7 .~2 -45.40 l0.2!
03-Nov-8!J •l,04 .11.10 25.15
o•·Pl'ov.-8!. ·4.85 ·33,90 47.SO
os ..lt)v ..86 -4.1! .rs.ss 16,26
06-f'i'ov-86 ·S,4S ... 49,15 23.11
10-Jl'ov-86 •6.41 -40,JS '4,)2
12 .. "°v..
11-Hov-86
86 -7,68
1,4'1
-61,lO
..s.10
·4,S7
31,SO
24 ..Mov.. &~ .. J.'25 .."2.60 Sl,11
26-Nov-86 .7 ,96 ..19.IO so.ss
l1·Hov-86 .l.92 .. a-z.1s
ll-Ote-86 .3,01 .. 11.ss 45,47
ll-Otc .. 86 •l,63 -62, se 145, 30
14 ..oec-16 .. ,,tn -65,SS 3P.1Z
lS•Oec·8lJ -10.24 -65,95 71.12
l6·1lec;.. 86 -13,40 .t2.'40 ae.01
24·0ee .. 86 .s.s1 ·39,JS 4), 18

84
':· t;:• \1

-: l I;-,

.. Cur ah huj an
l di PAIR (mm)
l \)(t -
I

~·-' G-.J..=...L.'!.-'L.:-:L•-'.:'·L
•A z Cl
Ta-.ur, 1~84

,--···---- -- ··--- ----


! ';(il -- ---
'

·I o ·' -

-io:o~· '---

Cur ah huj an
20 fl ..___
r di PA IR (mm) -

I ~ ,_
,., -, ..., . .,_
·=·
Tahun \!'10:~

85
,. 1J II -

Curah hujan
,-
di PAIR (mm)
I"'·'

~ J.,. . ,I;,._ -1; .L. _].,


·' . -··. ~
"

.. ~ ···-··--· -·'

,,,, . --· ··-·-··- ..... ----···-··· --·-·---·


, , ..
I

r
· 1· Curah huj an
di: PAIR (1191)

r aJ·,un 19'Ci7
·---··- ········-·--··· ~.... ----··-

86
DISKUSI SUPRATHAN:
Oalam paper Anda dimuat hubungan linier
LlLI H. HOELJADI antara kandungan rata-rata deuterium
Tingk11t penguapan yang diperbolehkan, dan oksigcn-18ialah6D•8o180 + 10.

mengingat penguapan sang"t bcrpengaruh Apakah rumus ini merupaltan rumus empi-

~alam peneliLj~ll ini? ris atau tPnritis, kami mohon penje-


lasan lebib lanj11t.

OJIJONO:
Penguapan scbesar apapun tidak diper- OJIJONO:
kcnankan Karena akan 01emberikan hasil Rumus itu i:nerupakan rt.tmus empiris hasil

analisis yang salah. Jadi, mutlak tidak IAEA dari 93 stasion d; seluruh dunia.

diperkenankan terjadinya pcnguapan. Secara teoritis, hasilnya hampir sama.

HARWIKARYA AGUNG SANTOSO:


I. Hasil pengamatan Saudara, apakah te- nasil peneliti•n menuojukkan slope (hu-
180
lah digunakan untuk membantu pene- buogan kandungan dan Deuterium da-
litian air tanah recharge area dan lam air hujaa) lcbih rendah dari harga

ground water? slope ra~a-rata dunia. Apa arti lanjut

2. Dari hasil pengamatan slope deute- (aldbatnya) bagi kondisi alam d an iklim

rium & oksigen-18 di Jakarta lebih daerah sekitar Jakarta? Apakah ada ni-

kec. i. l dari slope rata-rata dunia, Lai batas bagi harga penyimpangan slope

apakah ini juga d i pengaruh i oleh cersebuc.?

tinglco:1t po l us i ud a r a ?
DJlJONO
OJlJONO: Arti lanjut (akibatnya) yang membaha-
I. Hasi I pengamacan t e l ah digunaltan ua- yakan tidak ada kareaa ini hanya nieru-
tuk membantu dan justru merupakan paltan suatu Ci Ti yang justru dapat
dasar bagi penelitian air tanah dan dijadikan jad diri (indentic.as). Nilai
intrusi air laut di Jakarta. Sedang batas bagi peny impangan slope tidak
penelitian recharge area belum dila- pernah ada. Jadi, hal itu sangat ter-
kukan di Jakarta. gantung pada kondisi alam itu sendiri.
2. Polusi tidak mempengaruhi kandungan
O dan 180. Selama polusi itu ti-
dak mempengarubi ltelembapan dan suhu
udara di Jakarta.

87
l'[NENTUAN KLASIFIKASI Alll l'ANAH DENGAN DIAGRAM !•APER TRILINIER DAN
OIAGRAM STIFF

N.lnksmini11gpuri*, Z'1innl Ab i d i n ", Indrojono*, dun


:\gus~lurtinus~

ABSTRAK

PENENTUA" Kl.ASIFIKASI AJR Ti\NJ\ll :>t:NCAN OI1\CRAH PlPER TRJt,JNttR DAN UlACRAH STIFF. felah di:"l\uka"
anterpretasi hasil analisis t:idrokirnlr1 vncvk conech Semarang den Jakarra df!nt;:in 1111r,..igl•n11lr~n i:li.a&'""m pip~·r
t r i Hn Ie e dan sriff. Krtlu" rlingram t e r sebue d~p:tl Menjt-•l.o.i::\an kla~il~kasi tenta.ng a1t1l-usul e i e to:in.:sh d.:i~
pro!'t,.~ intrusi air taut. Dtj)~m kl1udfik~roi piper t r Lt i e t e e , air ton.oh Scmnraf'ig dan Jakerta te:rletak p•d~
l 9-ub-d•'°'r.:11h. i;ub-d.ierall itu .ad3l3h H.5 .. Cn-H(OJ, Nl'.l-K-HC01, dan Na-K-Cl • .\denya tntrusl air laut ttrlihat
pada <:ontoh no. 24, 14, 43, dan )7 (Sent.eu'ang sere, ... nu.' 103.91 (Jakarta) y•og let1i;kuJtt puda tn1lt dae:t,th
N;,.. K•(l • Ad4pun da liu11 d ia~Tnm St i ( (, ail' t cu1,;ih y~"* be ,-ss1:1 l dit t J ~umber 1ang be rbeda mempunyai pol a yang.
bel'b~da pu1a.

ABSTRACT

D£TERH1NATJON OF CROV~DWA1eR CLASSIFICATION USING PIPER TR!Llll!ER AND AND STIFF DIAGRAMS.
fnfprrrf?ti:1(ir'ln ·~f h7drh(ht>mi!i:try ;11Hdy11do: .,,Alt rnrrit"d our fol' ~111nf1IP~ or S11t1MT1tnt ar.d Jakarta using Piper
rrllinier and Sti..ff diagrams. Both of dia&Ta1ns can d i s c r ib e t ae c t as s Lf tc eeion (If gtovndw<1t .. T OTiein .tnd
1ia.:t v.11ter lntrv~i<.>n pr cc e s s , In the piper trilinier f•las:cific:::ation, Sc:m.al"ang and Jakat>ta. sr:.uod~a.te.r Iles
in l sub ;,rcas. 1'l1c sub aecae arc H~-C.1-!IC03, Na .. l< ... HC:o1, .:ind Na~X-C.l. Sea vee ee intrvaion pe es enc e of S•-
maraag c eu be seen in ss10ples no. z1,,
)4, ltJ, aod 17 whereas Jakat·tc\ i n sa111plee no. 10),?7 wbic•• ia
1o<:ated on Na-K-Cl sub arcn. lri the Stiff diagr<im, gru1Jr1<J·.,<1<.cr- whit.:h 1;omc;:l1 ''"""'' d i Lf e r eru, soorce h.i>&
dirtrtcnt p~ctern.

fENDAHULUAN lapiSQn $CSU~j dengan keadaqn topo


grafi. Dalam pergerakkannya, ai~ tanoh
Ai r fllcrupoOJkan s aLuh satu kebutuhan
berinLeraksi dengan lapisan balu~n yang
pokok bagi manusia dalam kelangsungan
dilalui. Mineral yang turuL meny~r-
hidupnya. Air yang ada di alam terdiri
tainya mcngalami peristiwa kimia-fisika
at as tiga macam , yaitu air huj an , air
dengan melalui mekanisme kesetimbangan
perraukaao , da~ air t anah . Ketiganya itu
serta terjadi pelarutan dan pertukaran
saling bergantungan dan berada dalam
ion (ion exchange), sehingga kandungan
s i s t om s i k l.us hidrologi. Air hu j an tu-
kimiawinya mempunyai c i r i+c i r i khusus
run ke pe rmukaan bumi dari atmosfir ~
( I).
kemudian merembes ke dalam tanah dan
Klasifikasi dan asal-usul air ta-
mencapai lapisan penampung air Caki-
nah berdasa~i(an analisis mineral yang
fer). Alir•n •ir t•n•h dalam lapisan
la rut dapat dijelaskan dengan meng-
ak i Ie r be r.ge r ak mengikuti kPmirine;::i:n
gun3kon diagram Stit= dan diagram Piper
Trilinier. Lcbih jauh kedua diagram
' Pusnt; Aplika$i ts crop den Ra.Jia.si. E!A'i'Ah tersebut juga dapat nenggambarkan ada-

89
nya proses pe r campu r e..n d a r i s umbo r air nya sumbe r air tanah b e r as a L dar i air
l:-.ndh yang bc r b ed o a Lau intrusi air huj an . Air c c r sebuc ma1;uk/meresap ke
luul. Minaral yang dianalisis terdir~ d a I am t anah mc La I u ; permukaan bum i ,
do r i' i' .
On- J.On Na + , K+, C··2+,
a 'ln2
r 0 +, Cl , kcmudian menga1am£ pcristiwa pe~kolasi
2-
llC01 , d an S04 . Da I em d i ag r cm set ff, dan (llt\·asi mencapai zone jenuh.
jumleh miliekivalen kation dan anion Air hujan banyak membawa mineral-
menggambarkan poliJ-pol..:. tertentu dari mineral yang berasal dari pelarutan
ai r t anah , seclangkan u11t.uk dittgr;1nl pi- parrikel-partikel di atmosfir, anlora
pe r ke s ct Imbangun kelompuk k ar ion deru lain nitrat, ktorida, sulfat, kalsium,
an ion di pr oyaks ikan pad a b i dang i nt an oatrivm, bikarbonac, dan mag~esium.
yang menggambarkan origin air tanah Kandungan mineral-mineral tersebut da-
( I) . la11 air hujan tergantung pada gar i s
pantai yang pada umumnya mengalami pe-
Ka11du119a11 K,(.mi.ru-Oi. Ahr. Ta11ah, Kan-
nurunan konsencrasi a9abila jaraknya
dungan kimiawi air tanah rliteotukan
scmakin jauh dar i ga r i s pantai (4).
olch unnur-un.!iur k i mi a d an b i o l og i ,
Se lain l t1.1 k"eiar.an i ndus t r i dan gunung
ke odung an se d imen, dun subu . Hal ter-
ap i juga dapat mempeng arub i konsentra-
s e but; 5ungat pent ing di d.;J lam pcnentu-.
si Lon=Lon terscbut dalam air hujan.
.a n kualitus a i t- t;.tn(th un t uk beberapa
Sunbcr terbes1r klorida adalah air
µ~nggunat.tn, s epe r t i sumbe r air unt uk
l~ut, tetapi ratio Cl/Na dalam air ca-
OUIUtn, lrig~si. induslri. pentlingin,
nal1 umumnya lebih keci1 dari air laut,
pemana~. pembangkit tenaga. Knndungan
hal ini mcnunjukkan kelebihan Na, yang
mi.neral air c anah yang dibawa dimulai
mungk i u he r a.su L dari tanah ( J).
dari proses pelarucan parcikel di ac-
mosfir dan reaksl-reaksl yang terjadi
akibat inceraksi dari batuan yang di- ra koncinu air bergerak ke bawah dan

lalui sampai air t3nah keluar melalui akb i ruya menjadi air t anab yang se-

ma t a air a tau d i pompa d ar i sumur b or . la11Jut11ya berinteraksi dengan unsur-


Oengan demikian, kandungan kimiawi air unsur ra~ah dan batuan dalam akifer.
ranah dapar men~njukkan asal-usul dan Air canah cenderung mempunyai kua-
s e j a r ahnya , Fnktor-faktor yang mcm- litas yang baik, kecuali bila be,ada
(lPneAruhi. k andung an kimi;:iwi a ir r an ah
dalam aki(er yang sangat dalam atau
adalah nujan di atmosfir, be,rada d;.lam daerah kaya mineral atau
minQral, dan bntuan dalam tanah serta sirkulasi yang bersencuhan dengan air
leaching (palindisn) (I). tanah brine (evaporites). Umumnya air
tanah yang melalui batuan igneos dan
Ul'IOCl.lt-W'tl>U.Jt K,(m.i.o. ,\,(Ji. liuJan. Umum- bacua11 kriscal mempunyai mucu yang pa-

90
l iug b ai k dengan konscnt r a s i gara11 kelompok k4lsium-bikarbonal, kalslum-

umumnya di bawah IOU mg/I dan jarang natrium-klu1 ida , n~txiuro-~al~ium-mas-


s e kn l i di at as 500 mg/I (I). nesium-klcridd-sulfat, den scbagainya
Air dapat juga menjadi sadah ter- (Piper, 194q. Peng.,loinpokkan air .i n i,
ganrung pads mineral-mineral dalam b a-: dapat 11embantu penggaml>a11;t11 secara umutn
t u.m , s epe r t i s ili ka t i ngg i, magne s rum
t1pe-tipe dan asal-usul geokimia air
yang t i ngg i , scdik j r axnm , at au sedikit t anah ( 7).
ul k:-1 Li. Air dari b ;.--1t11r1n volkanik juga

be rrnut.u be i k , bias an ya kandunp,~n HCOJ


Untuk mengctahui klasifikasi serta ke-
r e l at i f tinggi. Ocmiki"'n pc l e de:ngan
~ungkin~n tc~jadinya p-oReS incrusi air
batuan s cd irsen . Air ya:>g berasal dari
laut den ~~al-usul lokasi d~Ti studi
Ootuan ~andstone kett1ungkinar1 mempunyai
hidrokimia diguoakan diagram stiff dan
N'1 dan Hco3 yang t ingg i , a ed angkun y<1ng
diagram piper t r i Li oe r (C'1rnbar la dan
berasal dari d.i.ei:ah shale ai.cnya At:.-
lb). ~cdua diagram tcrsebut menggam-
d ik l t as am dan me nganduug Fe, 5014, drtn
barkan pol<1 atau bentuk khas d.,ri 111a-
t' t Ingg l . 8<;1tuan k apu r me111punyai a:r
sing-masing su~ber (2).
yang s ed ik Lt alkali dan tteag<mdung C<t
2 1 0 J 2
dan Mg relatif tinggi. I I I
Air di daerah yang alluvial ••<'- r.....:"• - ~·1
- I-
/ /
...
ra IC
ng ac dung bat uan sed imen mengandung Ca,
r-, \ 'n
Mg, HC03• dan so4. Umumaya Na dan Cl - i./
d i;>engaruhi oleh banyaknya pelindian
lo
' 0

(IP•chingl, konsentrosi di lapisan per-


'=-I-
mukaan tanah ~~rra kontak dengnn air ~- -
c onuat e pada ak i f o r ym•e dalam. Jika «4Dll•:tT Ia. Uiagram Stiff.

mcngandun~ batuan. karbonat. air di dae-


ini ukan mengandung Ca. Mf;, dan
I .
Ba t uan g i.ps um d an itnhidrat me-

cupakan p~nyumbang Co dnn S04.

Garam-garam yong terlaTut dalam


air r anah t erut ana t e r d i r L da r i, Na, Ca,
Mg, K, Cl , S04, HC03, don
Klasifikasi air tanah digambarkan
ngan menggunakan diagram piper er i 1 i- so
nier dan di.,gram stiff. Mcnurut diagram •
f.'.atlon5>
Cl
Arl1>n ..

piper air t anah dikelompokkan menjadi (i.1-llfiar th, fii&tr:i:m piper ttf~lnil!r.

91
V.{0,g-1.0.m st.i.~6. niagram s t i Lf per- di sebelah kiri sedangkan ion-ion ~e-
t ama kali d i kemuk ak an oleh HENRY /L gacif diplot di sebelah kanan. Lalu
STIFF, JR (6). Ciri-ciri dari si s cee pada pold rersebuc diberi skala. Sacuan
po1.a ini adalah grafit<1 sep-erri yang kimia yar.g dipergunakan adalah epm.
diperlil•etknn pada Gambar 2. hercpa Apabila titik-titik dari anicn dan
g a r is ho r i sout e l yang dlperpanjang ke lu.tion telah digambarkan pada grafik,
kanao d an ke kir l d.rr i ga r i s vc r e Ike I m:Jka masing- masing ticik dihubungkan
P" da c i t i k no l. ton- ion pos it i f di I' lot dengan gs r i s , aepe r t I yang diperli-

Slcala (cpr}

Ca.Jllhar 2, Sistca enalls!s J>')l• dl&fl'A• Stlff,

.. - r•

C:a / J HC 3
M• ... 'I so
Fe
' ./ co

r.am~ar 3, ~tnde i:enss..,,ann pola herdasar dh.p'UI Stiff.

92
hut kan pada Gan>Uur 3, y<Jng s e Lan ju t nyu ' DAHAN DAN METODE

membentuk poln terluLup. Diagram stiff


Pei:igamb.Ua1i Co.V:oh/ Samy;Q,f.. Con toh
pada Gambar 4 mempe r Lib a t k au tipe-tipe
a i t' t auah diambi l da r i aumur bor dan
air scperti tipe fresh water, tipe air
mata air di Jakarta, Semarang, dan
but, t arur an kimia, don oil Ci~Ld
sekicarnya. Untuk keperlusn analisis
brines (6).
hidrokimia, cuntoh air tanah dimuaukkan
ke dalam botol ptastik ~atu liter.

naetode grafik in i, semun kel i.mpah an Semua contoh yang diambll dianalisis

unsur-unsur yang kccil dijumlahkan de- langsung di tempac pengambil.,n contoh,

ngan tiga unsur mayor yang ma~ine-ma- ant ar e lain! suhu, pH, kunduktiviti,

sing dihubungkan dengan sifat kimiany~. dan turbiditi. Umumnya contoh air tanah

Air dalam metode ini digambarkan hanya dibedakan at as tiga kedalaman be r de-'

menguodung tiga unsut kation dan tiga sarkan pada daerah akifer (3). Lihat

unsur anion. Kons~ntrasL dari unsur- Gambar 8 dan 9 (peta) terlampir.

unsur terlarut dihitung dalam bentuk


A~al..i..J..U, fLi.d1toft.£m-i.ll, Ana l Ls i s
pcrscn ekivalen (7).
dengan
eontoh air ranab dilakukan
Dlagram ini menggambarkan gabungan sulfat
mencntukan kandungan ion-ion
ti'ga bidang yang berbeda, dun b i dang 2- ) , k l o r (Cl-), magne s i um (M 2+)
($04 g '
berbentuk s eg i t i.g a terletak di kiri kalium
kaleium (ca2•), nat r ium (Na•),
be:tw<.1h dau kanan bewah , masing-rnasing
(K•), dan bikarbonat (HC03-).
meruvak~n kelompok katlon dan anion, seb aga i ·
Anal is is cont oh air di I akuk an
satu bldan~ lil~i berbentuk intan me-
berikut :
rupakan proyeksi dari bidang segitiga
a). Analisis anion RC03 . Anal is is
anion dan kation. Bidttng intan itu akan
anion 11co3 - dila\!:.ukan dengan met o-
memperlihatkan secara keselucuhan sifat
de titra•i alkalimetri (volumetri),
kimia air. Bidang inran dibagi men-
contoh a;r. tanah diticar dengan
j"di 4 sub-daerah seperti Gambar S.
I adalah daerah Mg-Ca-Hco3• larutan asam Rulfat (H2so4) 0,01 N
Subdaerah
dengan indikaror merah metil.
()50%), sub-daerah 2 adalah daerah
Na-K-Hco3• (>50%), sub dae e ah 3 adalah b). Analisis anion Cl-. Analisis anion

daerah Na-K-Cl-so4 (>50%) dun sub Cl dilakukan de'.'lgan menambahkan


daerah 4 adalab d ..erah
Mg-Ca--Cl-SO 4 larutan Fe (NH4} (so4)2. 12 H20 dan

(>SO~). Sacuan yang d i pe r guuakan pad a 1'1rutan jenuh Hg (CNS)2 dalam eta-
ketiga bidang tersebur di alas ma- nol ke dalam contoh air, lalu di-
sing-masir1g dibagi dalam 100 pe r se o buat kalibrasi standar Cl 100 ppm,
ek iva Ien ()). pengukuran dilakukan dengan meng-

93
gunakan Spcktrometer UV-Visible pa- cont ob , k.emudian kalibrasi s t andar
d a panj ang gelombang 456 nm. d'.buac dari larutan standar Ca JOO
ppm dengan konsentrasi yang ber-
c). Ana l i s i s anion Ana li s i s
beda, kemudian dibubuhi larutan K
anion ini dilakukan deng~n mcoam-
10.000 ppm. Pengukuran kation ini
bahkan larutan HCL I: 10 dan larutan
d ; 1 akukan deogao memperguoakan
BcCl2 stabil ke dalam contoh, lalu
Spektrometer Serapan Atom (AAS).
di buat, kali.brasi s r.anda r 120 ppm
g). Analisis kation K+. Analisis kacion
dPngan kon~enrr~~i yang berbeda dan
in i di lakukan dengan meoa:nbahkan
pe r l ak uan yang s oma scpcrti contoh.
laruran Cs 10.000 ppm kedala:n con-
K12mudian diukur dengan Spe-ktr-ometer
r oh , kemudian kalibrasi standar
UV-Vis pad a p.•nj"nl\ g e l ornb<mg 650
dibuat dari larutan standar K JOO
nm.
ppm dengan konsentrasi yang ber-
d). Anulisis kation Na
be<lQ, kcmudian ditambahkan larutan
t i on ini d'i Lakuk an dengan me:-aam-
C:s 10.000 ppm. Penguku r en kation
bahkan l~rutan K 10.000 ppm ke
ini dilakukfln dengan mempergunakan
de l em c ont oh , k emud i an d Lbua t k a-'
Spektrometer Serapan Atom (AAS).
l i br a s i s t and ar Na 100 ppm d engan

kunH~ntrasi yang berhcda dan dibu-


HASIL DAN PEMDAHASAN
buhi La rut an K 10.000 ppm. Kan-
dungan fon narr'.um d i t en t uk an de- Berdasarkan has i I i nt e rpr e t as i
ngan menggunakan Spck.trometcr Se- analisis hidrokimia yang dilakukan de-
rap•n Atom (Atomic Absorption Spec- ngan menggunakan diagram Piper rrili-
trometry). n i er dan diagram Stiff 11nt11k c ont oh air
cl. Anal i s i s ke t ion Mg2+ Anal is is k a-' t anah Jakarta dan SAmRrRng d{peroleh
tion in l dilakukan deng an rr.enam- gamhnrnn tPnt•ng a s a l r-u au L dan proses
hahk an larutan L~ 10.000 ppm ke pcrr-.amp11r;en (mi x i ng ) air tanah.
dRlam cont oh air tanah, kemudian Secara umum, kelompok air tanah
dibuat ka l Ibr as i s t nnd a r larutan Na men~mpati sub-sub daerah pada bidang
100 ppn: dcngnn konsentrnsi y•ne intan dari diagram piper, yang me-
borbeda dan dibubuhi larucan K rupnk~n proycksi dari mineral yang
10.000 ppm. Pengukuran .
kal10n M•2+
b terlarut dali•m air tanah (Cl-, HCO'.l - ,
di 1 akuk an dcngan mcu gguuak an Spek- 2- + + 2+ 2+
S04 , K , Na , Ca , Mg ) se r t a me11g-
tromctcr Scrap<>n Atom (AAS). gembe rkan s e ce r e k~s~luruhan sifat ki-
f). •
Anu 1 l SlS k at1on
• c a Z+ . Ana 1 1aLs
· . ka- mi a air (5). Keeu1pat sub+daar ah terse-
tion ini dilakukan dengan menQm- but mc~sing-cnttsing menggambarkan ion-ion
bah La r ur an La 10.000 ppm ke d a Lam yang menonjol dari air tanah (>50%).

94
P.JdU Gamb o r 6, t.amp ak k c l ompok uir 24, 43, dan 37 menunjukkan tingkat in-
tuo~h terscbor honya p~dli tiga sub trusi yang te~jadi pada kow~ean terse-

daer ab , y a tcu sub dae r ah Na-K-HC03, but.


Mg-C11-tu;u3, don Na-K-Cl. Seba ran al r
neml k Lan h a l nya unt.ok c on t oh air
t unuh t i duk d i j umpa i pad a sub daerah
t anab Ja.kart~ yang urnuumy a me rupek an

Mg-Ca-Cl-S04. Hal ini berarti tidak ada


air t anah pe rmukaan dengan kednlaman
ni r tanah yang melewati/berasal da r i
antara 18-~7 m, letakuya pada di~gram
b1t11•n kapur. gipsum, dan anhldrat.
piper tersebar pada sub daerah Mg-Ca-
Pada contoh air tanah Semarang, Hco3, Na-K-Hco3• dan Na-K-Cl. Sama hal-
untuk sumber no. 9, l!I, 20, 22, 33, 35, nya dengan contoh air t snah Semarang,
40, dan 41 pada peta geolo~i Semarang ,;ph;.iran cont oh air t anah Jakarta t ida~
terletak di daerah forreasi damar dan di jumpa i pada sub-daerah Ca-Mg-Cl-S 04 •
dalam diagram stiff termasuk dalam Pada sunbe r no. 70, 71, 77. 78, 79, 80,
kPlnmpnk Mg-r.a-HC03, sedangkan no. 2, 81, dan 83 dalam diagram piper terletak
3, S, 6, 12. 34, dan 50 merupakan pada <uh daerah )1g-r.a-HC03. Henurut
ke lompok N,.-k-HC03 dan tcr Le r ak pact. Piper (5), sub-daecah ini termasuk sub
f o rmas i ge o l og i al luvium/dclta g ar ong . daeroh l yang didominasi oleh alkali
Oengan diagram stiff, t"mpak perbeda- c anah dun o a am lemah. Contoh air t.llnah
~n bentuk dari kcdua daet~h terscbut tersebut dj ~tas diperkirakan berasal
(dae r eh Mg-Cu-HCOJ dun Na-K-HC03} se- da~i ukifer ata~ di d~er~h coastal-
pert i yang terlih6t p<Jda Cambar 7 (lam- plain sedimen, sedangk3n no. 6~, JS, 76
vi rCl\I J). Kedua contoh di atas dengan terma•uk kelompok Na-K-HC03 yang dipcr-
j e l as merape r Li ha t k an b41hwa diagram pt- kirakan b~'asal dari batuan sandstone
per dan di<Jgram stiff dapat membedakan (I). Prnl a d i.ag r am stiff kedua kelompok
dua asal sumber air tan~• dan batuan tersebut juga memperlihalka11 perbedaan
yang dilewaci. Untuk kelompok No-K-Cl pola-pola yang terbenluk (Gambar 7).
yaitu no. 24, 37, dan 43, umumnya Dengan demikian, kedua diagram in: da-
tcrletak di daerah pantai pada formasi pat membedakan dengan jelas dua asal
allv;um/delta garang dcngan kedalaman sumber a1r tanah dari kedua concoh di
lebih dari 80 m. Hal tersebut me- atas serta batuan yang dilewati. Ke-
nuojukkan adanya proses percampuran air lompok Na-K-Cl seperti no. IU3 dan 97
ranah dengan air laut (intrusi). Pola yang pada peta geologi Jakarta terletak
pe r cunpur an Antara air tanah dari cli. tepi pantai menunjukkan adanya pro-
kelompok Na-K-RC03 dan air laut terli- "P" percamporan air tanah dengan air
ha t p ada diagram piper. Letak t it i k air laut (intrusil. Pola yang cerbentok
tanah pada dacrah Na-K-Cl seperti no. pada Gambar 6 memperlihatkan tingkat

95
iotrusi ~ir ta~ah d~nz~n air l~ul ydnfl dan no. 24. 4 3' 37 (kclompuk Na-
terjadi pado daer"h rPr<ebut. K-Ci). Letak titik air lanah pad a
Oengan demikinn~ kedua diagram 1ni dac r-uh Na-1<-Cl yang ditunjukkan Olc>h
de?ngan j c l a s d apa t merabo dak an pcrb~daan no. 24. 43,37 (Semarang) dan No.
~sal sumhPr air tanah dan batUiJn yang 103,97 (J•karta) menunjukkan tingkac
d i l cva r i . intrus~ alr Laue yang terjadi pada
kawa~an cersebut
KESIMPULAN
DAFTAK rvSTAKA

Bcber•pa hol yang dnpat d i s I 111- BOUW~K, M.A., Groundwater


, I. Hyd r o l.o-
pulkan setclah 111elakukan intcrpreLasi gy. Mc. Graw-Hill Book Compaoy,
New York ( 1978).
hasil anali~js hidroklmia air tan~h
dc ng an me t cd s d ia g r am Piper r r il in Io r 2. TNORO.JONO, ABIDIN, Z., dun WANDO-
WO, "Studi pendahuluan groundwater
dan diagram SLiff adalah RPbHRai be- Semarang menggunakan ieotop slam",.
c i ku t , Aplik<osi Isotop dan Radiasi (Sim-
?OSiurn lll, Jakarta, 1986). BATAN,
.Jak a r t a ( 1988) 135.
J. Kelompok-kelompok ai e tarwlo dopat
dibcd-'tknn dcngan mclihat .L:eb3rannya 3. Wl\NDOWO. INDROJONO, Ml\111/RllNG, S.,
SYJ\f'ALNT, dan AB I DIN, Z., Ground-
t.:lmpnk water Scudles in Jakarta and Vi-
t e r s e ba r di t ig:.1 sub due rah p(,lda c in i ty , Centre fo.,- The Application
Isotopes and Rad i.ac i on , National
bidanR lntan (hidang proyeksi), ya-
Atomic ~nergy Agency, Ja~art~
i eu dac rah Mg-<: .. -Hco3, NH-K-HCo3; (1985).

dun Nu-K-Cl (Gambnr 6). Le t ak tirik 4. M~KCADO, A., The Use of hydroche-
pcdc sub+sub dae r eh-rdae r-ah mcnunl mieal pattern in catbonat send and
sandstone aquifers to identity
jukkun asal ~umber dLJ11 batuan yang inL rus i on and flushing r>f saline
di l ewac i. water, Groundwater 23 5 (1983)
638.
2. Dengan di ogr am sr t r r tarnpak pul.a
p~rbedaan poln yang terbcntuk (Cam- 5. PIPER, H.A., A grafik procedure in
the geochemical interpretation of
btt r 7). Perbed<tan pol a i J1 I me nun- wacer an~lyses. Transaction Ameri-
jukkan dom:in1:1si ion-ion pada air can Geophysical Uniun 25 ( 1944)
914.
tanah yang dapa t d i paka i se bagn i
petunjuk untuk menentukan asal-usul 6. STIFF, HENRY, interpre-
A. J. R., The
tation of chemi c a I water ana lys i s
scrta batunn yang dilcwati. by means of p•ttern, Journal of
3. Adanya pcrcampurnn air tanoh dPngan Petroleum Technology, (1951) 15.
air Laut (intrusi) tampak p•da dia- 7. D'AMORE, F., SCANDIFFIO, G., and
g r am piper (t.AmhHr 6) un r uk contoh PAN1CHL, C., Some observations on
the ~h~mlcal w~ter analyses,. Geo·
no. 5, 6, 34 (kelompok Na-K-HC03) thermlcs E_ 2/3 ( 1983) 141.

96
Tatiel I, ll,15 It !!1'11di:d:. hhln1 .. i111l.1 :. i r 1:innl' (1i1n1lr1u1r. (l1'n ,J,'11-.1r1 n ,

lode
,.
••lrl"' l c.,r. K N;i
. •r.ni .. C. I :C:ll4 .. :>eptt-. Pormas!
<rrml er,,;.) (r""l
'"""' 11'1'"' !r""'l (•)

• •s Z.I~ 12. :rs 7 ,70 JJ!~ .so J20.SIJ 9Z,JS Sl,8S 72


••.
Gar ans


t
Jl
18.
1.00
l ,SO
11.sn
II>. Jij
24.f.7
12. 1S
J 2. 7f;
.t?. ,,
.11l. :tS
2l>.45
4,to
2,SS
7,09
10,80
7,41
134.00
I«• I>'>
4!'.19
119.on
44 .!)2
15<1.68
2,116.60
311.)tt
4~1.65
347. 70
30.40
29,IO
!i.•3
6fl.)3
l l .(11
110.00
11"' .00
24,AI
Sil. 15
• 6, 24
9J
ss
80
so
.... ,
Oar/al L
A.ll/s•r

A.11 /J•T
o .......
20
,.
22

"
S,66
l4.l8
~.so
2~.Jfl
20.31
76.15
4l. 1~.
7'1.1~
s.ro
8.00
9.iJ!i
.'l • .!S
If). 89
2S,45
lhl,50
J.4 .so
120.11
314.lS
lt9,93
$41 ,G(I
J, 18
17.20
117 .zs
3J.JO
2,Sl
6.1!8
34, '/5
20.-'l
..
60
LOO
JOO
O../bo~
DuaT
C.r/al l
Oa/1lt

..
3S 23,38 63, 7~. ,. ,!15 28,50 127 ,88 ll.~S 9,58 100 All/~AT
17. ')4
37 I JS.00
21.5.0
$13,110
4.lft
!;75.~0
27.2S
JOf>, 7S, 123.4.00
~'00.4~ 21.69
S,76
zs.oo "'6I Gar/al I
n,,.,l'

~·"'
·'''· 2~
43 56.25 51,50 ~7.)0 sso.eo . 1~0.tJ6 SSS.SO 3l.6J Cerl•IL
2 4,15 JD.(>D 1.~o 1:;r..on 2~2.JJ ;\·9,0ti. 56. .. SO u Geral'll
7~. s
S')
40
34
1. 7S
13.
s.sn
ll)
6.25
11.so
1 tt.15
··"'
4,llS
5,.\S
154.37
I.I ,ll>
l '10,$Q
2113.96
JUU.43
i.l5,8S
4n.B~
11, 6~P
130,75
29.~
S4, 75
1
All/3ar
''"~•1'
All/tat
l!i.f:f) l,AO ,,i'l 1.11n 118,80 I, 31 I, 44 4o
·' 64
70 ~ .cr ll,!t!t i,XJ
I''·"" 8!t,98 lZ.30 1,""
"
11
11 ti·"''
s, l!l
2. (IS
2:' ,!16
o. tc
3.'>9
2. !i I
10,1)(1
15,2S
I ~7 .21
J ,c12
2,Jf)
I, 1,
c.oo
2>
20
18 2. 5,J s , is c.s 1 )(),IUI :~J.SO ra , '~ n.oo 18
10 !.,~7 • 22,0S I. Ill I(., l~. 71.111 lJ,91 tt,.'\J u
sn l. Pl 23.fl 0. l.l 1(1, ou f.4 ,SS 19,2~ 1:. 00 18
81 3. P.1 ia.so tl,23 ••• 7') 55,03 l-'· 7!) n.oo 21
8J 6.7S io.oo 1.65 !I-. ?,~. lrJ4.• n4 ?,So 4. S.l 18
103 124l,SK 124,1'.'? 12,Sl 7t<P. 71 f.96,01 681 .u i49,71 18
97 150,CO ,\5(1. ~$ 6,25 175.73 lrJ6fl. 7 7H. JR 90
~oo. '"
5 ~;~ur:11n3
J • JAkA:'ttt
C:fir •
,11
r.nr;inS!
!\lh••f•mi.
..... ,. flri">:!' i

97
/

'.l~lf'~nr .a;. Suhdtlerat: pada ht dil.r.P


Lnt an (pro'>'e>l:$i).
1, Subdac r ab M.1t-C::i.-rrr:r.3
2. f.uhd:lcrP.h Nti- ~-llCO~
s. Suh,-t:1croh Nn-K-r: J .. Sf'l4
1. 't•hil:tt:rFh ~·1r.-r~-r1-.~n11

G.11mlH1r fl. ri111p·ttm pit'or- trl Ji nl er untuk 11iT t11nM1


~C'l!l8t;u'll! ,,,.,. ,l111'1lrl11,

• =i :r.lr l11n·111i $~mura:i1;


t. .. ai,- t11na): JrikAY'\.t

98
• • s • ' 2 I
• 1 2 l • •
s •• l

2 I ~ I 2 J •s > J 2 I 0 I I J $

i:. +I( r.1


t;;t ++ ncr.~
\ij! •• ~~·
· &Ol lS

,,, --~ -- --- 97


J7

--
70

74

7>
<: ~-
---
----=-
l

6
••
..
49
-
, ::.. '°
---~
76 2

77 12

r~ar 7. ntagr&11 stiff a~r tanah


78 "' Jatarta d911 Se1t1aran,.

79 -"'> 21

80 l•

31 ~---- _> ,,
6l ~ lA

99
/"
/
./

.....
,_

.,.. . .

·~ ....- .
I •

/
..

..'

....... ·---· ···-


'. /
'

Cmr.l>ar 8, Peta t.itik sampling air r annh Semar-ang .

100
,..,

l
r ,

"'.,
...
, ,' ....... '•'
.: .. I
·""·

< \ ..
J",· .

.;,:,
Gambar 9. Peta titik sampling air tanah Jak~rta.

101
OISKUSJ N. LAKSMlNlNGPURI :
Pola-pola yang terbentuK pado diagram
AGUNG SANTOSO: •tiff adalah pola yang terbentuk dari
Apakah analisis contoh air tanah dapat jumlah mili ekivalcn kation dan anion,
didasarkan pada kandungan ion-ion se- sehingga dengan melihat pola-pola yang
lain ion sulfat, klor, magnesiUll, kal- terbentuk dengao khas untuk mas Ing-raa-
sium, nacrium, dan bikarbonat? sing sumber kits dapat mengetahui usal
-usul air t•nah berdasarkan dominasi
N. LAKSMJNTNGPURI : ion-ionoya (kandungan mineral).
Analisis contoh air dapat didasarkan
pada kandungan ion-ion seperti yang An- HARWIKARYA:
da "<'butkan. Dari kesimpulan, dapat diketahui asal
sumber air tanah dan batuan yang di-
A L 1 P : lewaci. Apakah percobaan ioi sesuai
Jika Anda menemukan suatu lokasi yang
de~gan makalah I.8 yang mengambil ke-
kandungan Cl-nya cukup tinggi, apakah simpulan bahwa air tanah Jakarta ber-
Anda akan sclalu mengambil kesimpulan gerak dari Utara ke Selatan ? Lalu
bahwa lokasi tersebut adn indikasi in- bagaimaua mengenal asal-usul air tanah
trusi air laut? Hal ini perlu dije- Jakarta?
La sk an karena fonaas i yang dilalui oleh
ground vacer daerah penelitian mungkin N. l.AKSMTNINGPl'Rl :
akan mengandung Cl yang cukup berarri, Benar. A~al-usul air tanah Jakarta di-·
walaupun leta~nya jauh dari kemungkinan tentukan dengan berdasarkan hasil ana-
adanya intrusi air laut. lisis kandunsan ion - ionnya sehingga
dengan interpretasi mclalui ga.mbaran
N. LAKSM!NINGPURI : pcda diagram stiff den piper c r i tinier,
Kami cidak selalu menyimpulkan d1>mikian y~rlg menggambarkan asal-usul ail' t anah .
karena mungkin juga kandungan Cl yang Hisalnya, Na-K-BC03 diperkirakan dari
tinggi itu hP~~RaJ dari air tanah yang batuan sandsLone dan sebagainya (lihat
b~r~~ncuhan dengan aki!er yang san~at pada simposium hidrologi tahun 1986).
~~l~m atau connate water.

NITA S. :
AGUSTIN SUMARTONO Ciri-ciri khusus apa saja yang terdapac
Kami mohon penjelas~n tcntnng maksud pada mineral yang mengalami peTisci~a
di3grDm stiff itu apa? kimia-fisika dengan melalui mekanisme

102
kesetimbangan, pe l acucun , dan pe r cu-
beTat schingga ion-ion tcrsebut akan
karan ioa? masuk ke lapLsan tanah terdalam seperti
d ae r ah Ca-Hco3• Scbaliknya ion-ion yang

N. LAKSHININGPURI : r i ugan akan t i nge l di pe rmuk aan (lapis-


Ciri-c.iri kh,usus dengan ke j ad i a» pe r t u- an pe r111ukaan) e eb ingga dengan dcmikian,
karan ion, air tanah yang u~ras~l da- do111iuC1si Lou+ i.on terscbut dapat mcmbe-
ri hujan, akan meaangkap ion-ion ya11g rlkan ciri-ciri khusus.

103
PENENTUAN LJ\JU ANGKUTAN SEL>IMEN UEI) DENCAN RADIOPERUNUT

Simon Petrus Gurus inga*, da n Murs;into•

AOSTRAK

PEt~£NTUAN LAJU ANCl<ll'('AH SEDTMEN BEU OENGAN RADlOPERUNUT. Pene l It Lan taju anakutiO seditatn bed telah
d!\•kwK1n dl sunaai Ci••d•o~. T~ng~reng. Percoh••n pettnma menxRun•k•n pe~tnd••n peTmuk••n p•tir denaan
. C~ •ebagai b#han perunut. Hasil pen~lirian menunjukkan bshwa laju •nakutan tediiaen bed 2,01'
ton/a.heri.. Pc:C"cob~an kedu.J d•ogan ro1Higcu·H1k~ll penendaen eeas e pas Lr irldiu11 dtpetoleh laju 1ngkut1n
41edicnen bed 3,620 tor./m.hari. l.c.bil-1 t an Ivc 1rlnl1 d i ne l a i a r i ll'ltkanisme etoti-depoait stdimen bed di b1iw1h
p~ng•ruh ko~di1i hidrulik.

ABSTRACT

DETERMlNATION Of SROfMEN Bt:U TRAf\SPORT RA'fE USING RAOlOTllACER. Series of e)tperi11enc e o study •tdimeo
bed trenspot"t were51~articd out :'IC the Clsad11ne ~i·.rcr. Tanj?.£rang. The flrtt experiment u!led t·Jtf•ce
labelling i,.tnd tJith (:t'. Results of thi." r)(perinent indicated the r ar e of sedim.en bed tranaport i.t 2.01'
tonlm.~~y. The 3econd CKpcriaent u•~d mas5 l#belling icidium sand. Results obtained from the: tecond
experimenl :j1n)wed th3t. at:dimcn bed tri!ni;port Ls 1.fi?() con/m.day. Futhec ctudy vas conducted ee the effect
-e r sc·dtiaen bed t'•u&ion dcp<>.!\ition unde1: the hydrauli·: r.nnditiona.

PEND,\HUlLAI< kini teltih berkembang di beberapa ne-


gara. HHsil pcnelitian itu menunjukkan
Penggunaan perunut r ad i oak t i f un-
bahwa pembuatan perunut terdiri dari
tuk mempelajari pergerakan scdimen bed
dua mac am metode y a Lt u penandaan per-
tel ah banyak mcmbantu t>Pnyelesaian
mukCleill pasir alam dengan larutan ra-
beberapa mas o l ah s ed imen t c l cg i . geofi-
dioakLi[ dan pengaktifan pasir buatan
sika dan teknik s i p i I (I ,2). Pe runut,
yang rnengandung unsur iridium dan scan-
dimaksud paling banyak digunakan un-
dium. Apab i l a bahan perunut tersebut
ruk manen t uk an efisiensi peng,erukan pe -
dilepaskan ke dasar sungai kemudian
l abunan yang telah me ng a Lam i pendang-
pergerakannya diamati menggunakan ins-
kalan disebabkan akumulasi depooic se-
trumen nuklir, diperoleh gambaran jelas
d imen (3,~).
tentan~ dinamika sedioen bed.
Khusus untuk µeoentuan laju ang-
Laju angkutan sedirnen bed dapat
kut an sed imen be.d pada alican sungai,
ditentukan dengan menggunakan persamaan
penelitiannya dirintis HUBBEL (5) dan
keseimhangan cac.ahan ~6). Penelitian
yang d il akukan ANONYME (7) dan SAUZAY
11 ?usat Aplika.si tsotop dan fl,3di.Rsi, B.ATAt-1
(8), memboktikan bahwa penentuan laju

105
51
ongkucan sedimen bed br.rdasarkan persa- Kalibrasi .~cmhPr Cr tcrhada.p pas.ir
maan keseimbangan cacahan memberikan Penungganean. dan kal:bra<i sumbcr
192
h as i 1 y;ine mPn111ask.an d ibandingkan de- lT terhadap pasir Priangon dilaku-
nean mPtOrl~ konvensional. kan dengao reetode yang s ama • Dctektor
P~da pcaclitian ini akao diJ~kukan di l empat ken sedemikian r upa di dalam
pcncntuan laju angkutan scdimcn bed d! b'1k yane telah be r i s i pa sir dan air.
eunga i (;isr.dare, dengan raengg annkun dua Let11k detektor s CHI di Ci Las permukaan
mocam pe~unut pada loka~i yang berbeda. pasir dan 25 cn1 d i bawah pcr aokaan alr.
Mc l ii l u i pe r coba an d iharnpkail a Ii.an di - Di dalam pasir cerdapat susunan pipa-
pc r o Lc h pola dinamika sedimcn bed dan pipa paralon yang mas i.ng-mas Lng pan-
"""'"J.,hn ap Li.k as i pe runur rad ioakr iC janenya dengan lebar bak.
sama Pipa
·~~agai snrana unruk menenrukan !aju paralon berdia~eLer cm digunakan
angkuLan dan patron-patron pergcrakan seba~ai cempat lintasan atau pennaturan
sed!men bed. SI 192
lecak sumber Cr maupun Ir pada ina-
~inr.-~"~inp, percobaan kalibrasi. Pipa
rPr/lPh"t di susun dengon kedalaman yang
UAHAN DAN METOO~.
bPrvariasi, sch~ngga dari percob&an
I o/ill.li, Pe ne.£ i.u.w. Pe r cobaan dj - 3kon dipcrolch panilaian reepons d~Lek-
lnkuka11 f>"d" sung:ii Cioadanc di Oesa tor tcrhadop pcrubRhan kedalamen oumber
5I 192
Penun~nung~n lcrlctak lchih kurang 7 km Cr mauptJI'> Ir. (Gambar I).

ke arah aLas llendung Ba r u Ta11l!e<h•1&·


l'IVUUt!Lt Ra.dWak..tl6. Oar i kedua lo-
dan di Desa Prianga~ tcrlrta.\ lebih
k as i tcrsebut r e Ian dia:nbil cont.oh s e-
kurong ll km dari Bendung lersebut.
dime:i bed, keoud i an d i ana l i.s i s d ist r i-
Pnda lokasi perl.J.ma. dilakukan !)eneliti-
busi ukuran butiran mcnggunakan sede-
on angkut an sed imen bed dengan rr.enJ;.&u-
51cr. reta:i ukuran ayakan. Bentuk distri-
nakan perunut radioaktif sedang-
busi ukuran butirao ini dimanfaRtkan
kan pada lokasi kedua dilakukao peneli-
s ebaga i pHun juk pada penyiapan bah an
tian dengan menggunakan perunul radio-
pPrnnot~ Peaandaan perm".Jkaan pasir de-
a k c1.f 1921 r. SI
ngan Cr dilakukan mengikuti metode
Ka.f..i.b1ra.'1 ..L VP.i:e.izi:o11.. Pe r Lcngkapan yang tclah dilakukan OSTERBERG (J) dan
ka Li.b r a s i terdiri dari, bak besi ukuran CAY.PBE.LL (9). Bahan pasir yang akan di-
2 tr. x m x 1,3 ., . sumber Sier, da11 tandai dcn~an
51cr
diambil dari sungai
. 192lr' detektor sin:ilasi Na I (Tl), Cisadane Oesa Penungg angau , Pas i r !.ni
p i p a pe r e l on , d a n s e Lang p La s r i k , Bahan dibersibkan dari bahaa yang melekat
pa s i r d i amb Ll d e r i duo l ck as i , y~icu t.l!permukaan butiran menggunaka" a:r dan
de s a Pe nungg angan don de sa Pr i.a-1s~an. asam klorida, kemudian dikeringkan dan

106
selanjutnya dinycik dengan ukuron y~ng 48% ; A12o3 19% ; Tio2 si:: ; Cao 17%-

t e Lah d i.gunakan pada nna l. i sis dist r i bu-r MgO 5,72% ; K2o 5%; dan lr 0 ,28%).

si butiran. Gelas ini d ihnncurk an d an ditumbuk, ke-

r.. lcmct.er lr<>l ley ri!'l,<'ittor


~knla ~r 'nl'<1han detektQf

. .......... "'~.......
------------
. -

T •
. .... . . . . . . . ....
' . .''

Deng<;an car a demikian pc Le ukul"'<ln bu- mud i an d i ay ak rne nggun akan ayak an yang

Li ran Uolaau J)E:' ruuut me n j ad i serupa de- t c Lah d i pak.a i, p ad a analisis distribusi
ngnn ukuraa but, i re1n s ed imen bed p ada ukuran butiran. agar scsuai dcngo.n di.s-

lokasi terscbut. Seuanyak 10 k;,; pasir tribusi ukuran butiran pada lokasi ter-

ber s ih tersebut dimasukkan ke dalam s ebut . Sebanyak 0,2S kg b ahan i.n i, di-
drum khusus dibuat untuk proses pcnan- k i r i.m ke PPTN Bandung untuk diaktifk.an
192
daan . Ui da Lam drum telah d i isi 1000 menjadi pa~ic radioa~tif Ir, cara
51crc13 scpcrci ini lazim disehut penandaan ma-
air yang dicampur dengan 200 ml
aktifitas I Ci. Bahan i n i d Imas ak cli ssa. Selanjutnya setelah waktu tunggu 3
192rr
at as pe r ahu selama 3 jam. Dianbil con- bari aktivitas pasir 0' 25 ci
51cr, diinjeksikan menggunakan alat khusus
toh pasir bertanda radioaktif dan
dilakukan penguj i an ke Luo tu ran penan- da r i at as pe r ahu ke dasat sungai pada

daan. Setelah pengguJ ran membukt ikan tltik yang t e Lah d i t enrukan , Lok as i di
bahwa 51cr tclah nempPl balk pada per- desa Priaogan.
mukaan but i ran pas ir, bahwa pe runur di
dalao' drum d i Ln j ek s i k.an ke d a s a r sung a i Penuntaua.1i PvumLLt. Pemantauan di-

pada titik ya~g telah d:tcntuk•n. Pada lakukan menggunakan detektor Nal(Tl)
lokasi kedua, bahan pe r unut; me rupak an yang sebelumnya telah dikalihrasi. De-

gel as c r ans pa r an. yang meng·andung (Sio2, tektor dan skaler serta perlAngkapan

107
lain~ya dibawa ke sungai mcnggunaka~ ngaruh hidrolik aliran yang sama. Ke-
pe r ahu bcrmotor c crnpc L 12 PK. Untuk pc+ nya.taan ini telah pula membuktikan,
t un juk l i nr e san pe r ahu d i ben r angk an ta- bahwa pada sungai Cisadane dengan per-
1i plastik dari pinggir kiri ke ping- be d aan j a r ak 10 km ant a r a l okas.i yang
gir kanan dan tit:k-titik pelacakan pe- satu dengan lainnya memiliki distribu-
runut r ad i oakt Lr d.i t un jukk au pada tali si ukuran butiran sedimen bed yang sa-
yang Lelah d i be r i t anda-t ande . Pada ma. o; samping icu Gambar 2 menunjuk-
tanda-canda lni perahu dihentikan dan kan pula bahwa sedimen bed pada kedua
dilambatkan ke tali kemudian detektor macam lokasi termasuk kelas sed~men bed
diturunkan di da~ar sungai untuk men- berbutiran halus.
cacah perunut radloaktif. Pemantauan
dimulai dari titik penginjeksian peru- i'e119i:vw.h )Mak Ve..tektoJt. TeJchadap
PvJnUka.an S11.dlll'q.n B~.d. Faktor ini di-
nut atau bent ang cali pe r t ama kemud i an
perhatikan karena jarak detcktor yang
be rge r ak mengikut i a ti r an ke bentang
belum sesuai dapat me:nimbulkan kesa-
tali kcdua dan seterusnya dan ber-
lahan khususnya ponggunaan detekror me-
akhir pada suatu daerah dimana cacahan
nurut tujuannya dan dapat pula mcng-
s ama rlPngan J at •r he I •k,.ng.
akibatkan kcsalahan interpretasi data~
Untuk itu telah dilakukan percobaan
HASIL DAN PEr.tDAllASAN 51 192
mcnggunakan sumber Cr dan Ir, di-
tempatkan pada posisi yang sama di
bawah pe rmukaan pas Lr d l dalam ko t ak
pa nifat fisika sedimen bed dipela- besi sep~rti dilunjukkan pada Gambar I.
jari meJalui distribusi ukuran dan be- Pad a percobaan diperoleh responss
rat. jenis butiran. Distribusj uku can detekcor ma kin ber~urang apabila
butiran sedimen bed darl k~du(j lokasi decektor makin manjauhi permuka-
penclit Ian d il u11jukk"11 pada Gambar 2. an sed;men bed, dan mulai dari jarak 5
Be r a t jcnjs but Lr an s ed Imen bed da r i cm dari permukaan sedimen responss
lokasi desa Penunggangan adalah 2,67, detektor menuju konstan (Gambar 3)
dan dari lokast desa Priangan adalah memberikan pengertian, bahwa pada
2,68. Pada percobaan ini diperoleh posisi decektor sangat dekat dengan
bahwa kedua lokasi Lersebut memiliki permuknon sedimen bed, respons detektor
192 •
sitat distribusi ukuran butiran, dan terhadap sumber Tr berbeda nyata
berot jenis yang tidak berbeda. Hal ini 51cr.
dengan sumber Hal ini
menunjukkao bahwa sedimen hcd pa- diperkirakan karena kedua macam RPmb~r
da lokasi yang dimaksud mempunyai si- tP.rt;Phur mPMi 1 iki energi gamma be ebe da ,
fat yang Sama. d an be r sda di bawah pc- .<:Phinee" walaupun boncuk kurva sama

10!1
tetapi kurva response dctcktor ter- kedalaman ?. (cm) di bawah permukaan
~I ree- b•d. Respon d•t~ktor terhadap sumber
hadap Cr bcrada di
bawub kurvo
µ011~ detektor tcrhadap 192Ji-. Di G.Jm- ganuna l>era<J• di pe rmukuan sedimen bed

ping itu d Lpe r o l eh pcnge r t i an te!tnik atau z • 0 en, dipcroleh r 2,60

yaitu pembuatan perangk~t detektor cps /f!C i/m 2 unt uk sumber


51 Cr dan F°
0
192rr.
(set up) s edeurik i a» r upa 47 ,SO un t uk sumbor Karakteristik
perlu diacur
sehingga apabila perangkat cersebut konstanta attenuasi gamoca (r> 0,15
- I 51
dimasukkan ke dasar air untuk mendi- cm sumbe r Cr dan = 0, J J sua:iber

teksi radioaktif yang terkubur di dalam . IY2 Ir. Scbaga imana t e Lah di:tetahui
pasir, posisi datektor horizontal 5 cm bahwa s ed i men yang digunakan memiliki

di at as pe rraukaan sedimen bed. s i fat kimla d<iH fisika yang sama,

re•pon• dctektor terhadap sumber tetapi diperoleh harga respons detek-

dan 1921r memi l ik i karakteristlk s aea , tor pada z s 0 Cm sangat berl>eda.


maka pc r cob aan di l~bOl"<.ltorium maupun Uiperkirakan disebabka:i enetgi gaoma
di lapangan dilakukan menggll~•k•n pe- rata-rata kedua macam sumber tersebut
rangk3t detcktoc yang sama. berbeda, berinteraksi dengan sedimen
yang s ama , sebagai
Karena itu bahan
~l
pe r unut d i but uhkan ak t i.v i t as Cr lcbih
1921r.
l ib r as i hertujuan mand ap ac knn hubungnn be s ar dar i pcda
anL.ar-a rc:opons detektor dcng~n perubah-
51 Cr m~upun •~?. l( d1' Pe11e1ttua.11 La.ju Aiightt.tt\ii Sed.i.men
on 1etak sum ber 5I
Bed Vi!.11ga.11 Cit. Percobaan te lah di-
dalam so d Imcn bed. Pede bnk k a l i br as i
lakukan 2 k a Li , pe r t auia dilakukan di
tel.ah d i b ua t pe r angke t dc t ckr o r ~ ctn
51cr
musim huj.an menggunakau pertinut
horizontal di at as pe'rmukacn s e d imen
I, I Ci, dan kedua d i l akukan di rtu s in
bed. Melalui percobaan in i d i.per o l eh 51 Pada
panas menggunakan Cr I, 2 Ci.
r e spons de t ekt.o r me rupakan f ung s i, peru-
percobaan pertama setelah perunur di-
bahan keda Lamau s umbe r • Untuk. s umbe r
injcksikanJ hujan turun terus-mcnerus
51cr ditunjukkan p~dA GAmbar 4 deng2n h ar i Lopas hari, dan sungai baa j i r . ~c.-
persamaHn rcgrcssi, mant auan pcrunut t i dak dapat d l l aks a-
f' • 2' 60 e - o , 15 z
z nakan sesuai dcngan jadwal yang telah
192 di t cnt.ukan , Sebelas hari ke:nudian. pc-
Untuk sumbe~ Ir ditunjukkan pada
mantauan dapat dJliiku'kan dan di pe ro-
Cambar 5 dengan persamaan regressi,
!eh cacahan pada titik i o j sk s i dan
4 7, 50 e - ()' 13 z
1

F ?.
bebcrapa Lat~~ meter kc hilir ~rl~lah
di mana F adalah respons dctcktor sama dcngon cac<1l:an latar balakang. Te-
2z
(cpS/f!Ci/m ) terhadap sumbe r gamma p ad a t ap i, pad a dae r an 250 m hingga 280 m

109
dari ti r i k i njek s i , ditemukan cacahan kan dengan meninjeksikan p<>runut pa sir
hanya 2 kali cacahan latar belakang. 51cr
bertanda 1,0 Ci pada cicik yang
Penilaian dad hasil pemantauan ini sama, kemudian d i l akuk an pemantauan me--
membuat rencana peng amat an pada h ar i nurut jadwal waktu yang telah direnca-
berikutnya ditiadakan, dan percobaan nakan . Oat A pemantauan memberikan dis-
pe r t.ama dianggap selesai. Walau demiki- tribusi-distribusi cacahan seperti di-
an, data yang celah dipP.rolph s~ngat tunjukkan pada Gambar S 12 yang me-
be rman f aat • Data teri:;Ph11t menun jukkan wakili gambaran tcntang dina~ik3 sc-
bahwa debit <•mzai cukup bcsar bertu- d Iman bed. Pada peman r auan s angat. je l as
rut-lurut rPrjR<li dapat mengakibatkan diketahui sedimen bed di dasar sungai
per unur r e r seb ar luas d an terkubur cu- cende r ung b er ge r'ak dao be r d i s pe r s i ke
kup da l am di bavah permukaan bed. Ka- arah longitudinal daripada ke a r ah
5I
l"ena aktivitas perunut Cr p~da pasir transvcr~al. SedLmen beTgerak kontinu
cukup kecil, dan telah terkubur terlalu melintasi puncak-puncak dan lembah-
dalam mengakib~ckan pcrunut tersebut lembah bed tanpa mengalami ban yak
s ebag i an b e s a r r i dak r c rc ccnh • Kenyata- perubahan arah sebagaimana arah arus dl
an ini m~mbukt j.k an , b ahwa penent can 18- bag i an d as s r sunga i . Di b ag Lan -b ag i an
Ju srigkut an s c d im<•n bed be r dn s a r kan das a r sungai yang reudah d i Li nt as i
per~omaan keseimbsngn cacahan tidak da- perunut diperoleh c•caban lebih besar
pat rnembe r i kan has i 1 s ebage imana yang daripada bagian-bagian dasar sungai
djharapkan. Ka.rcfla CJE'1tt!nlu(ln laju ang- yang tinggi. Hal ini sebagai pertanda
kutan sed imen be d menggunakan persama- bahwa sebagian dari perunut bcrakumu-
an t er sebut membut.uhknn var i abe l rebal lasi lebih banyak pada tempat yang
pc cge r aken s cd i111er1 bed. Sedangkan vari- lcbih rendah di dasar sungai. Kenyataan
abe l i t u me rupakan konversi has i l ca- ini membuktikan bahwa pada tempat
c eh an+c ac ahau perunuc sepanjang 1 intas- tersebut merupakan deposit sedimen ber-
an pergnrak•nnya. Dcngan demiklan dapat sifat sementara, yang mana pada suatu
d i ar r Ik au , apab i l a data pemanr auan ti- saac dapat berubah karena pengaruh de-
dak uienunjukkan suat u distribusi ca- bit sungai dan perubahan arah arus.
c ahan , t.eba l pe r ge r ak an s ed Lmen bed
titlak dapar diperkirakan. Karena itu Analisis distribusi-distribusi ca-
pene l i ti an sebaiknya dilakukan pada cahan mcnunjukkan bahwa makin jauh
mu!!iim ketnarau, acau pada waktu di mana pcrunut be rd i spe r s i • makin be rkur ang

banjir c Idak akan tcr.jadl s e Lama pene- kccepatan pergerakan perunut dan makin
lltian berlangsung. bcrtambah dalam butiran perunut terku-
bur di dalam lingkungan sedimeo bed.
Percobaan ulangan telah dilaku- Keseimbangan akan tercapai setelah ke-

110
cc pot an parunut 'menjodJ konstan de- ketahui melalui pergeta~an-pergernkan

ngnn menunjukkan t~bal p<'rgerakan ;ierunut. Pada bagian-bagian tertentu dl

scdimcn oed tertcnlu. Pada pPr~obaan dasar sunga i d i pe r o Leh cacahan lcbih
i.n i d ipe r o l eh kecepatlln angkut an r at a-
tinggi dari pada sekelilingnya. Tetapi

rat a 4 ,0 'meter p<!r har i dan tPhal setelah beberapa hari kemudian pada se-
pergerak~n ncdimen bed= 18,8 cm. n~ri lang waktu tersebut tclah terjadi per-
kcdua variabel tcrsebut diperoleh laju ubahan debil sungai, bagian-bagian ca-

a1115kut.an sedimon bed adnlah 2,0IS ton c ahan l s b ib t i ngg i, cadi be rubah memm-

per 111 ( Lcb ar penampang dasa r a ti ran) jukkan c•~•han lebih rendah. Kenyataan

per harl. ini mcmbuktikan bahwa sedimen bed yang


telah terdi•trcbusi pada suatu tempat
dapat t<?r<?rosl lagi apabila terjadi
Peo-iel'l.tc.utn t.o.]u. AV!!J h u..ta.11 Sedi.me.n
perubahao kecepat•n aliran. Oistribu-
de.119a11 192 111.. Percobaan di l ak s anakan di
si cacahan terhadap perubahan jarak
Ocaa Priangan dengan menginjekRikan pe-
192
diapersi peru~ut yang telah diperoleh
runut Cr ke dasa~ sungai Cis~dane
dDri analisis data pem~ntauan ditunjuk-
p a da saat mus im k cma r Lu , scbaga i kc-
kan padn gambar (13-19). Melal11i dis-
lanjutan dari porcobaan yang tcl•h di-
tribuai-distribusi c ac ahan c e r sebut, di-
lakukan dengan m~nggunakan pe r umat;
peroleh kcc cpa t an s ad i men bed ad a l ah
Sier. Hosil pP.mantauan pcrunut radioak- 9' 17 meter per hur i deng~n tebal an.g-
192 •
Lif Ir menunj11kkan bahwa pergerak- kutan 14 ,80 cm dan diperoleh laju ang-
an sedim<?n bed terdiri dari dua macam kutan scdimen bed adalah 3,62 ton per
gejala y•itu crosi rl•n dP.posit yang me- 111t.:t e i: per hari. Dari hasil ana li s i s i7' j
rupakan satu kesatuan ~ebagai dinami- ditujukan bahwa keccpat~n s<?dimen bed
ka angkutan. Oengan demikian dinamika lebil1 besar dan tebal nngkutan le-
angkut en mcmbe r i.k.ao pengectian t errt ang bih kecil tlaripada yang telah diper-
perpindahan scb ag i cn d ar i populasi se- o l eh menggunakan perunut Sier. Pcrbe-
dinen bed pada suatu titik di aliran daan tersebut diperkirakan bukan disc-
at as (upstream) dan bc r akunu l a s i, pada babkan perunut yang berbeda, tetapi ka-
titik lain di aliran bawah (downstream) rena lokasi yang berbeda.
tlan tempat sedimen yang tclah berpin-
dah t ad i di isi Lag i oleh sedimcn yang
KESIMPULAr-;
cerangkut datl aliran atasnya. Din~mi-
ka seperti ini berlangsung kontinu dan Penandaan pcrmukaan butiran pasir

secara alami proses ercsi-dcposiL pada ·'


vtiltftao i .
ra d 101sotop SIC r, dan pcng~ktL . f -
192
setiap tirik di sepanjang aliran tl~ da- an 1>asi! Ir dapat; d i gun akan s ebaga i

erah pcnelitian sangat j9las dapat tlr- bahan pe r urru t; untuk pe n ert tu a n k uan t. i.r a-'

111
tif dan kualitatif sedimen bee ~liran of sedimen transportation and
Alluvial Stream Problems. Wi-
sung a i , khusus pada d ae ran+dao r ab al i r «
)cy Eastern Limited, New Delt.i
~n y~ng sedimen bcdnya domi~afl pasir. ( 1977).
Oalom kaitan ini aplikasi kedu~ macam r a-:
J. OSTERBERG, C., Chromium-51 as a
perunut ters£but dapat dikem~angkan djoactive tracer of Columbia r i-
ver water at sea, Science 1)0
terucama di daer~h topograrendah dan
( 1965), 1585.
daP.r.alt mu a r a , Di mana pad a k edua dae-
4. HUBBEL, D.W., and SAYRE, W.W., "Sand
rah ini paling la z i m me nga l am i pcn-
transport study with radioactive
d~"gkalan -akibat ungkuttan scdimcn. Ha- tracers, Proceeding of the Ame r ,
Soc. of Ctem. Eng. Ameo Sc Chem,
sil pcnclitian ini tclah memhuktikan,
Hydraulics Devision 90 (1963).
boh~o analisis kualitat~f angkutan se-
5. GIBERT, A., and CORDIERO, S.A., Ge-
dimen bed melalui pcrunut radiosktif
neral method for
sand labelling
memberik.Jn arti pcnting tentang meka- with radioactive nuclidcs, Int. J.
App. Radiation Isotopes 13 ( 1962)
~ismc pcrgcrakAn sedi~en bed di bawah
4 I.
pcogaroh h idrodinamika 3 l i ran.
6. LEAN. G. H. • and CRICKNORE. w. J. ' "Me-
thod for measuring sand rr~n~-
port usi:lg radioactive tracers",
UCAPAN TERIMA KASIH Radioisotopes in Hydrology (Proc.
Symp., To:<yn, 1961), TA.F.A, Vienna
(1963).
Penu l is aenguc apkan tPrinta kasih
kepada staf scdtmPnrolop,i rlan hidrologi 7. ANONYKE. The application of radio-
isotopes to the study o( bed lu-
PAIR-Bl\TJ\N Y""2 rP l "h membantu ?enel i-
ad movement and transport in ri-
t i a~. Juea rerima kasih kepada staf vers: Report on a meeting of ex-
perts, (STI/~EP/101), lAEA, Vienna
hidrqlogi DPU Pcngairan Tangerang, dnn ( 1966).
terlma kasih kcpacia Ir. W~ndowo kcpala
8. lAEA, Tracer Techniques in Sediment
Pusac Aplikasi dan Radlnsi (PAIR) yang
Transport, (Technical Report
telah nemberik~n banya~ 5aran. Series No. 145), IAEA, Vienna
( 1973).

9. CAHPBELL, B.L., and SEATO!l BERRY,


DAFT AR PllST AKA
B.W. ,51"Surfacc labelling of sand
with Cr by thermal decompS~iti-
I. CRJ\F, W.H., Eydr cu l i c s of sedimcn on of ammonium d Icb eonet e Cr" 1

transport. Mccraw Hill Hook Com- Isocopes in Hydrology (Proceed-


pany. New York St (1971). ing of a Symposium Vienna, 1967),
IAEA, Vienna (1967) 227.
4. GARDE, R.J., RAYU. R.K.G., Mechanics

112
,., . I
,;

·-
i
~
v

;;•
···1

,, ~.I
Ola11eter sedtaen bed (-}

Ga~nt l. Oistrlbusl ukur•n hutiren se:lt'rle.n tltJ S'Jnl•J Cl~ada.ne.

SO
192tr

,.
i.abr:r g1:11ma
51t:T
umi.er it""""•
N

....•
v, so
....
-
e~
" lO
v0
"'• v

~
g 10
~
"•
~

., l • s 6
J<lr\111< h<J-dct~\;U>T' (~'ll)

r;;:;mo''' s. t11T ..'~ r'::.J>OYI dett'lf:nT" d.e~aan pe1'u1:ahan jaTak rJa.ri peraikaen
Sfdi tnen h.,.rl.

113
$0

:o

0,1

, . L_ l (CM.I

•• 10

'i~fthnr 5. Kurva kalil:rasl t\lllf'leor 192tr,

20 40 EO

Canf'iat 6. lh.1jpitn •l'IRkutan pe1'\U\Ut


SI c~ (1?-S~1~87),
51r.-r
P11:runu1 d1tnje1111kan tanta•I 1a ..s.1S117: jarak d~.tP•rsi
lonfltud1nal SS 111; J•r•k dari tltik Jnjekst le J)Jt•t pafl·
tasf l.S n; \:~ec:pltAr 11n1tlt\H&n ~e1·unvt 16 n/h•ri: tehai per-
r,.r•l»~r. pe runue '*•3 ""

114
.vu-
1HI

!fJll
,~·
YO
'I
:I
" •n
:::: ! I
'
r· 70
I
•"
-~!j ""
o3 ~·
•IO

so
r
20
10

0 10
'" 60 •• 100 120 1•0 1&0
Ja1'•~ (•)
1&0 200

51r.r
G-.bar 7. t>i•1T•n1 engkutan ptrunut (21-S .. 1987).
ferunut ~1r.r ctlln,eksi,11n tfinJlll 18-S-1987; J•r•k dlspersl
lon.ltuoeltnal 255 ·~ J•rek darl titll. lnjeksi ke p.uat 1r•-
fJ.tul 46 •J kecapata" •ns""t•n perunut lS•l 1t1/h•rl: teb&L
ptrcer•lqu1. f.•TUn\J.t "•' e111. '

..
t e;

11. ~


0 40 so 120 160 100 240 280
Jard (Ill)

f't•~r.l••n,t.l.utAR pet\m\lt ·Cr (4-6-1!181}.


Pervnut 51r.r dlii.Jekstkan tanigal 18·5·1987t 'a.rile dlspersi
lon.1ltu4in~l 290 •; J•rak da1'i tltlk tnjekal ke pusat cr•-
fltasl JOS •: lt~cepllt•n .,.at.ut••' l)erunut 6,6S 111/hari; tebaJ
per,er•k•n perunut 5 ,& e11.

115
"]
Fl
I r K
·1 I\ i\
"
~

..! •

~
c
'

s

I
I
vi
s l

0 110 160 240 280 J?O


,.,,,. (fft)

r... ~~1"q. f\i•ir•• •"l~t~ p~ Strr (?1.1\.11)1171.


P~r1tnut Slfr ~llaJttSSk.111 tlftlftll )l\.S-19 .. 1; '*Tait disperst
longitudf,..-1 lll •: J•T•k 11..ri 1ic-i\: lnjet1oi tee p1,1sat JT•-
flte,( 141 •: \'"c:..,.l•• "'l\uta:n p'"rvnut ~.'-• .Vke1'lJ t..,tl
~"'r\•'r't•aA P""' .. '' CJ, 7 .....


c
~ .
'

• 100 200 lOO


Jar-a\: Col
400

~taar•• aarl:utan pervntn si,J


f22-6-ltJl7)
SI
f•runut Cr dilaje\stkaa t•ragat 18·~·1917: Jarak d1$'Perst
tan1it11d.iaa: !SS•: jarat '''i
titlk ~n·el<si ke pus11 t rr• ..
ltt•~I 154 a; ket:.P.p•t•• 1ntkctan ••f'U•ui 41C a/l\art; tet.a>
~ttt•r& .. ar\ p~hlfnU 14,0 at.

116
s


8
~
" s
l
~
~
§ 2

0 IOO 200 300


Ja:r•lr (a)
Ganb11.r 11. l'>i•1r• anak.utao poruTNt St(r (2-7 .. )987).
51
t•runut Cr dltnjekti\•n t•n•tal 11·5-1987: J•r•k dltp•~sl
lonaltu~l~•1 )66 •: ''ral. dart titl\ injektl k• pusat 1ra-
flt1sl 180 11; kecepa.tan anputa.n )>erunut •,O M/hlrl; te"•1
peTf!erU .. 1 peoru.nut 18,$ .:•,

i\/jlt

J!iO·

~
100

2SO
\
2

.!. .
• 1

~c
,

0 1qo.

10

0 40 80 120 J60 zoo 240


~~arP (•)
192£r
r.~•T 12, Oi•gru •njlk\ltan pe~t (7-1-ltll),
192
Pet'Unut Jr dltajtlcs1Jt1n tanat•I r. .. J-1988; jar&lt dlspers'
lon1it11d.ln1l 2.lS •i jJral 4arl ti1:1k 1nje'ks1 k• pusat gra~
fitqi 60 n.; lr..ecepat.n &."'\lkutan pcr ..nut JO •fhar.i; tcihal
per11:e-rt.k•r\ peninut S, 4 c-.

117
•11:,
i
I\

,I
.'•H• .. I I
I
;::C· .'(II•
)
I
\
" l611
!i
•·
"

,:;•
120
~

••
•o

0 100 too 300

G.l•har 13. Oiap .. an1kut1n peronut. 1921,. (1? .. 1-198$).


J•tllll (.:) ~·
Peru."1.\1t S92tr dltnjeksikan t:an11•l S-1-ttllJ ,.r~ dl•poni
Jongitu4lnal 4J.S 11; jarall darl tltlk injell•l ke pu.1at sr•-
titui 80 •• ko;epatan anrlcutan parunut ll,J •/harl; teb•1
peraeralcan penHwt 6 cm.

''" ~
!;\(I

~
JIO

N
1\
!'. ••
"
'i 70
f
§ so
ll
30

10

0 200 ~ 600
Jar.a. (o)
191rr
Gllllbar 14, Oi•P•• an~ut•n peni.nut (20 .. 1.1t8S).
1'2tr
tenJnut diinjetstkan tan11al $.t~l~81; Jarak dltpersi
ton.1Studtnal 630 •: Jirak dart o;tcik l'1jelttl kc JNSlt fr&'"
fit••I 115 "·i ll~c.epatan an,tut111 porunut 8,57 11/hari; ttibal
per1erld.a" pe.-unut 91S QI,

118
100

to

"'
~ ,o

...II.• 60

~u SD

8• ~
JO
io

10

.a
lJ 200 400
~~~
600 80l'
J'._n.): '•)
1'21T
CMb•r rs , Di•trr .. ualt.1t&ft ,.:l'\IOut (2-2.ltU).
IU
Pfl'UMlt IT dJlnJ•k•iklJ\ t.nu.•• i·l-1911: J•nl 41•P•r•S
lona-leudiMI f60 •O jat-.1 4&.rl t-lt:ll loj ... tl le pu•at ST'I•
fltul ISO a; \.c-c.p•tu •ft:tllvt_.. ~l s.6 ./ll•:rl: t•kl
p•rp.1'd:an fe-1'\U!."t 9,S ao •

..,,,
.
ll~ so
K
40
i
!

j 20'

10
~..--.----..---...-~~,.
0 0,2 o.• o.6 o .. •
;
I
..
JaT'•k (.) a 1000
192
c.-rl6. Diasr- an1btan pC'.l"\lftUt tr (lE·2·1'A).
P•TU1Nt 192t.,. 4JJaJtlc1lll.an tuanl s-1 .. 1tu: Jaralt 41speJ"d
lo.nrttudibal l02S •; jar-It dert tttik inJeksl te PP•t IT•·
fitast 2lS a: k•c~t&ft ..akutan perutut S,Cf a/11.ari; tebal
perrerak&n penmut 11,s o.

119
... ,
.... 1

I
I

I
~· - I

e, ,, I 'I
::: I I
.. I<•
I
!
~
IS I
s• 10

s
• 0 0;2 o.4 o.• o,a,. 1,2
Jo.V (IO) x 1000
1'2rr
GabaT 17. Di•tr- ~taa JMrwut (a..3 ...19a11.
'•TU!IVt.
lt2Jr fttejelt.stk:aa talll.Jal $-1 ..ltla: Jarak 411}'9rt1
lon1ttudl'fiel 1.17S •: Jank ffrl 'titik lll,Jeb! ke pu.llt l'fl•
flt•st 100 •1 kec.pttN M,tutu parun1.1t 11,2t IV'hut; teb&J
,.raeYal•ft ,.~ ll.,IO e.,.

'•]
1.:..

",. y
" I
Q

~ ..
16

..
~
M
n
to
• •
s 6
4

0
'
0 0,4 0,6 •••
Jar~
(Ill z 1000
Cmh•r 11. Di•CT•• •l't~1:aft peNllNt 192tr (JC .. J ..1911).
Pel"IJIWt 1,01tr 4ttnJelcsttf.!\ t ... t .. J S..l-1911; Jara'k ftsperst
lon11tudl·aa1 lJOS •; Jara'.t dart tltik lnJeUt l• pwat sn-
fttasl no•i teC'eJ•t•f' .nP:uc.a• pnvn-ut t,17 •/h•t"ll tebal
P•TfcT•k•n P"l"\INlt 14 ,., -=-·

120
DlSKUSI kedua lok~•i itu berbeda diseb1>bkan
olch :

SUPRA'i'MAN :
1. :\pakah .:t~todc pene l i c i an i11i ::l..apat

d Lt ernpkun un t uk s sd i aen ".' Laut ? I<emi ri ngan


aliran
2. Kritcria apa sajd yang p~rlu diper-
11atiknn dalam pemi.ihan isotop y3ng Dees Penunggangan 0,0016
akan cl ipaka i s ebaga l pe e unut da lam Des a Priangan 0,0230
studi sedimen bed?

SIMON PF.TRUE GlRUSINGA


t. Studi deogan mctode inl juga dapat
d i Lakuk an di 1 »u r , t er ap i sul it me- A 1. 1 P :
I. Apakah ada hubungan antars debit 3 Lr
nge s t inas i, I a j o augkut ae s cd ineo bed
danar Laut karcna pengaroh Arus gC'-
sungai dan laju sedimen?
2. Apakah penelitiaa tersebut dapet di-
l ombang yrtr.g t i dak menct1tu.
ap1ikasikan di daerah mua1a su~g~i.
2. Kri.tcria pcmi:ihaa i s o t op .,d,.lah !COP-

mc,g1,gac arus pasang surut ~kan sa-


bag•i berikut.
a. LU~fi lokas i pemi 1 ~han. ngat berpPngaruh tcrhadap gerakan

b. Waktu (lamanya) pe no l j t j art itu scd irn""n ?

dapal di:c;elesajkan.
c. Waktu paruh raUi.nisotop. SIMO~ PETRUS GURUSINGA:
I is ika k e auhu r ec . I. Ada hubung<'*n aatat'A debit sungai dan
d. Aspck
l~ju scdimen~ Makjn besar debit raca
-Tata &ung3i per ha~i, makin hP.sar
AGUl\C SANTOSO:
Perbedaan hasil pcnelltian d i k a t ak au
pula :3ju 3~gkutan sedimen bed per

diseb~b;con olch lokasi yaur, be~beda. har i ,

Apakah kcsimpu)an tni didukung data 2. Pcuclitia, itu, oetodc~ya dapat di-
ap)ikasikan di daerah muara, tQtapi
at au h anya berdasarkan dengan ya11g mc-
mang cukup bP.ralasc.n d an kuat ? [aktor arus - pasang surut perlu
dipert illbangk,aa dau memang per Lu

S lMON PETRUS CURUS Tr<GA : d ikctabui faktor t"rsebut terhadap

Dater pcndukung monunj ukk an :iah·•a h as i I laju sedimen.

121
APLIKASI TEKNIK ISOTOP ALAM llAL1\~ SISTEM GF.:O'fER.\IAL

Zai11al Abidin*, Indrojono•, Wandowo*, M. Su<ljunA K.*,


Syofulni*, 1•r1yilnto**, A11:ir Fuuzi**, Nugroho••, dan
Sunar yo " *

ABSTRAK

180, 3K. 14t)


AP:.l:<ASt TEKtilK isorn« 0,11,l,AM SLSTEM CE-OTER."'.AL. Aplilt.t1sS tP.kni'A. isotop a\am ( C, dan
u" t uk ~ks pl or .1.S { g~ot •rm .. I oe11-.c.q;5a:q~ P" r A1i:ut y.'\tl& amat pent lna,. Hal ini di d11 s at k en 3 t ae adanyt' per obeh eo
lllotop dan ki111ie alt tilna11 k<1.1e11a berlr.tcir:.kJl dP.n&i'" l'l'll1t,na. Analisis i~otop e l em eeebe r Iken infOl'.'f!l;tS.)
t~11t<!tln1?, 1i&tcm,1nr.otc~111al. eepc e t I nrif:iti den din;lflli.ka t t u ida , rl~n mensevalui!S~ subu e e se rvc i r . ~a11'
unali.sl.\l i.s11Lup 0, D. d;>n t1:I t iu:11 eel eh mcmberik.:i11 lrdik,.si ca:tt'1ng prt,.n&i gecc erme l pede kl!lor.npck C.
Pituh~ .... Kaiaha.. dan c;;. vt t Ls , Sirkul1nd e i r ta.ooh d.:ilaia dan suhu ee s e evc l r )l")O"r. <:ituti-jukkan olth
luu1du'lgan trlti~m )'ang kur eng de r I l 'ru , slope gari.~ linier <2, ae r r e ok&ig•n-18 shift

ABSTRACT
10f
11 1•1wJCATtO~
1 NATUlt\l,. ISOTOPES TtCHN[Q:JK IN CEOTHERHAI.. SYSTP.M. Apl~catlo11 of isotope t ecbn rqve (ISO,
I). H • and 4c) p:ay" the role in &coc.hcr-ma.l exploration. lt is based ('In rbe isotopic and c:hecnicol
excnaege <!ue tu allgm.it inr ea ac c i oo . N.i.rnr;,I t ece cpc e nnalysis d i.sc r i bed s cee informAr:o.rt on ~el.lthP,rrnal
system, $\J<.'.'6 U.1' ()ri;tij ind [Jui.d Jy11.t~11ic. and .o:.l:ia ettilMtcd r-e-re ev e i e temper.atut. Re;,ult of t sce cpe
analysis of 0, u. and M ln<.Jil~,-.ced RCOthcnnttl pUtt:utial in C":lu$tt'tS of p.,tu!i~. K3r4ha, Wilis mnun1:.:"t.
0<-'<'P g rouove t e r c1rC\lltttio1"1 ;1nd r eae rvo t r r empe r atur e more tt1a.n >1so•c iihowed by tritium content of lie~~
ch~n I TU. linicr retr~ssion slope <2 ~nd oxygen-18 shift. ·

PENOAHULUl\N terus ditingkatkan untuk masa menda-


tang. Untuk kegiatan eksµ~orasi, selain
Indonesi~ mempunyai suobet geotP.r-
penelitian secara geologi, geokimia,
mal yang potcnsi3l, ha1 Lni didasarkan
dan geofisikn, penelitian secara iso-
dari keadaan gcologi bahwa Indonesia
.rnp mempunyai peranan penting dalam
me r upakan d ae r ah pc r t emuan t lga Lem-
meneungkapkan sejarah flui.da geotermal.
pengun bumi,•yaltu lempengan Asia, Eu-
Aplik~•i lsocop alam dalam sistem geo-
roasia, don Pa8ifjk. Oaerah gcoterm~l
t e rma l mnl iputi penyelidikan t ent ang
mcm~njung mcnyusuri punggung Sumatra,
asal d an cl inam i k a fluida s e r t a evaluas i
Jawa, Nusa tcnggora, Kepulauan Maluku,
suhu reser.voir s~otermal (Isotope geo-
dan Sulawesi Ut~rQ.
t he rmcms t er ) , Lsor op a lam yang d i guna-
Pemanfast:an s umb e r gcc cc rma I un-
k~n d a I am penelitiAn ini antara La i n
tuk cncrgi listrik telah dimulai dan J3c, d an 14c.
180, 0, JH • Metnde ini
d:do.sarkan atas adanya per is ti w~ in-
teraksi antara air tanah dengan b:ituan
Puse.t Aplikasl I so top dan RuJi~s t , 8AT..,N
Oinas Geoterrnal Pertamina panas (magma) pada suhu )150°C. In-

123
teraksi tersebut menimbulkan perubahan permukaan berupa magma s~ha.gai $il.lmher
yang spesifik cerhadap kandungan isotop panas geotermal dengan suhu lebih dari
alam fluida geotermal (I). iooo-c cs>.
Tulisan ini memuat hasil pPnPli- Penetrasi dalam dari air tanah
tian kcrjasama antAra Ratan dan Dinas yang melewati daerah magma mendapatkan
Gectermal Pertamina mengenai inventa- p~ODs mclalui proses konduksi, dan mem-
r i s as i data .i s o t op d ae r ah ge ot c rma I di bcntuk aliran konveksi, serta mempunyai
Jawa Barat, Jawa Tengah. dan Jawa Ti- suhu >150°C. Pada kondisi tertentu me-
mur. Penelitian ini bcrtuju~n untuk La Lu i z ona patahan atau kar ena s t r uk t ur
mendap~t.kan pcn~fsiran tcnt~ng sis- geologi fluida geotermal naik ke permu-
titt gcotermal menggunakan metode isotop kaan menjadi mata air panas, fumarola,
a lam. solfata~, dan geyser (5). Umumnya eks-
Data isotop secara jelas membeci ploatasi geotermal dilakukan pada for-
indikasi adanya potensial geotermal di masi akiver yang mengandung air panas
beberapa lokasi. Proses sir~ulasi dalam (reservoir geocermal) yang ditutup oleh
(deep sirculation) air tanah, ketinggi- lapisan impermeabel.
an suhu, proses pencampuran dengan air
I40.top Alam Va.tam S.U.tem Ge.o.:t(')t-
lanah dangkal dan proses ba~ah permu-
mal. Dalam sistem geotermal inter-
kaan yang cerjadi terhadap fluida dapat
aksi air tanah den~an batuan panas
d i ke c ahu L.
(magma) dapat menimbulkan perubahan
Pembahasan has i1 pene I it i an pada
komposisi isotop alam air tanah. Pe-
culisan ini dibatasi hanya untu~ ke-
rubaban itu disebabkan oleh reak$;i
lompok G. Tangkuban Perahu, G. Patuha,
percukaran isotop antara air tanah dan
G. karaha, dan G. Wilis. 180
batuan, terutama dengan hatuan.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
TEORI
82 160 + S1-
. 18
0 -----> 82 18O +Si- 16 O
SumbeA Geo.teJt.1!"1l, Sumber geoter-
ma ] peda umunya ditandai den.gan ada- Reaksi ini sangat dipengaruhi oleh su-
nya kegiatan gu1Lung api dan oleh adanya bu, lamanya kontak dan jumlah kandungan
;nata a i r p"ric.ts, solfatar> geyser. UmUD- 180
dalam batuan. Setelah mengalami
nya guou11g lipi di Indonesia ~erjadi 180
reaksi tersebut komposisi dalam
dori proses penunjaman lempeng samu- flu1da menjadi diperkaya I hingga 10%
dra ke bawah masa kontinen (subduction (2). Beberapa contoh pertukaran ok s i>
~). Proses tersebut di atas meng- gen pada beberapa lapangAn geotermal
akibatkAn terjadinya pelelehan massa di dunia terlihat pada gamhAr di bawah
sam1•dra dan kemudian naik ke bawah ini (6).

124
Cambar tersebut mempPrljhatkan bahwa, atmosfir yang larut dalam air tanah.
pada semua lup~ne•n geotermal n a I am reservoir. I 4c menga l am1. pengeo-
18
kandungan 0 saja yung mPnga- CPr•n dengan isotop karbon berasal dari

:::r--·-··-~. , ·-·- --- --·-


.. I) .

• ··- --· •1 ••• I ...::f:==:=:::::::;::::!,~:..::.:::..-_,


110-•••..-• .•
........ h ...••- •"•'""""

"
_______.........~-. .....
~~~§~~~·~·-:·
...... ......... =·--"'
..1 ----0
/
. .
/,

. .
I
AS--~··-+··
·-··· --
... 1
4-- ..... ..., .....
- .. . -----
-....---
-
--4---------·~.....i
k""°flcti1l9l JSlj d;n 0 pad.a )lplntlT+ a~tetwal di d11ni&,

14
·tami pengkayaan akibat inter•ksi dengan magma yang tidak mengandung C. Den!l;an
magma, sedangkan kandungan daut e r ium demikian kandungannya dalam sistem ini
fluida tidak mengalami pcrubahan (pP.ng- mAnjAdi sangat kecit (<l pmc) (3).
kayaan), ini disebabkan umumnya magma
tidak mengandung isotop hidrogen, se- Kompo.1>.l.6.l t sots» At.ttm Pada i.Ja.ta
hingga komposiei deuterium tetap menun~ lviJt Pruux.6, Mata air panas berasal dari
jukkan komposisi recharge (6). reservoir dan keluar dipermukaan mela-
Tritium dan karbon-14 adalah iso- lui lapisan pervious dan zona patahan.

top alam yang bersifat radioaktif. Dc-' Fluida panas pada saat naik ke permuka-
lam sistem geotermal dapat digunakan an meogalami kehilangan suhu melalui
unluk menentukan dating, s irkulasi flu- peristiwa konduksi, pencampuran dengan
itla, dan proses mixing. Tritium seperti Air tAnAh dangkal dan penguapan bawah
juga deuterium dalam reservoir geoter- pe rmuka an (~ ~) (4). Pada pe-
mal tidak mengalami reaksi pertukaran rist i~a ko~duksi kehilangan panas dise-
isotop. Kandungannya dalam teservoiT babkan oleh transfer ke lapiRan batuan
sangat kecil (<I TU), karena sifat impermeabcl dalam sistem yang teriso-
peluruhan z~t radioaktif. Air tanah me- lasi. Dengan demikian tidak ada keh;-
nempvh waktu lama untuk mencapai r~scr- langan uap ·a tau c a i ran serta perubah-
vo i r (3). an komposisi isotop alam. Percampuran
Karbon-14 borasal dari co2 bebas fluida dengan air t anah dangkal terjadi

125
pada bagian atas atau lapisan pervioo$
0-374 •c terhadap distribusi isotop da-

sistem geotermal. Prust'S ini r e r jad i lam kedua fasa itu, diperoleb bahwa
kandungan 18 0 pada fasa cair
~eogalami
pada berbagat kedalaman tlan suhu. Pcng-
ence r an fluida oleh ai r L.anah dang- pe rrgk aye an pada be rbag» i sunu di bawab
. . ( su h u k r1t1s
. . 180
kal mempengaruhi komposisi isutop alam, suhu kr1t1k , 37S°C).
. . 1s0 3 .• 14c Unruk deuterium (titik kritis 221°C) di
terutama k ompos1s1 , H, uan
. • d 14 . bawah suhu kric.ik f as e c a i e mengalami
(4) . K ao dungan tr1t1um an C menJa-
di lebih besar. Scperti ~ikecahui air pengkayaan dan ?sda suhu antara 221°C-
tanah dan~kal merupakan air "moder3 2800C aengalami depleted, baru kemudian

recharge" mempunyai kandungan rri t iu:n meagalami pengkayaan kembali pada suhu

dan 14c masing-oasing berkisar ancara di atas 280°C (4). Distribusi komposisi
180 dan D dalam fas• cair~n dalam pro-
J-5 TU dan 50-70 pmc. Pengaruh per-
180 ses ini diproyeksikan ke dalam bentuk
cnmpuran mengakibatkan kandungan
mcnjadi depleted. Perhitungan mengenai kurva hubungan 180 terhadap 0 scperti

percampuran fluida geotermal dengan air gambar di bawah ioi (4).


tanHh dangkal seperti yang dikemukakan
di
air
bawah ini, dapat menentukan
tanah a t au kandungan
180
£raksi
fluida,
..
apabila salab satu dapat ditentukan
( 7).
••
so
1a 0 ~tA ~ir
X. panas - (:-x)

l8o fluid•
••
di eane , X - fraksi fluid.an dan ( :-1)

Proses pengu4p3n bawah pennukaan


.
~
~
'
·-
0·11 ------
'
(~loss) terhadap fluida pana& me- Craft\: liuburtJM 11O tan O ftutd1 fHtj!nral p1d1 b•rb•f•t
proses pe:111"J1S" suho t lnafl.
nimbulkan perubahan ~uhu yang disertai
. 180 d
pcrubahan 1socop an D . Hekanisme
perubahannya sangat kompleks, ksrena DAHAN D"N M ETOOE

pada berbagai pecubahan s~hu, ada dis-


tr ibus i keset imllangan i socop d ianc::1ra Pada penelitiAn ini pengambilan
fasa cairan dan uap. Berdasarkan cks- contoh dilakukan terhAdap mata air pn-

perimeo yang dilakukau oleh Botir.g.::a nas, mata air dingin yang tersebar di

d .. n t'riedman ( 1975) padu suhu ant ar c docrah penelitian dan Air kawah serta

126
air sung a i . Jumlah cont oh yang dia.ibil dan Mayeda dengan cara reaksi kese-
di 4 kalompok masing-masing terdiri 24 timbangan dengan gas co2 dan pengukuran
rontoh mRta air panas deagao suhu ber- ratio iMotop co2. Analisis isotop hi-
k ise r antara 30°C hingga 79°C, 16 con- drogen (D) d1lakukan dengan cara me-
toh mata air dingin dAn sungai. dan II r~aksikan 10 ul contoh dengao Zn (BDH)
contoh air kaw~h dangan suhu berKi~Ar menjadi gas hidrogen. Ratio isotop di-
antara 60°C hingga 90°C. Daerah pene- ukur mcnggunakan spekrrometer massa de-
litian terdlri dari ngao sistem casukan ganda, SIRA-9, VG-
Isogas (6). Kesalahan relatif pen~ukur-
5 kelompok di Jawa Barat masing-ma-
an masing-masing 0, IS% untuk 18c dan
sing ~- ~atuha, G. Tangkuban Perabu,
1,6% untuk D.
G. Karaha, G- Wayang Windu, dan G.
Analisis tritium dan karbon-14 di-
Ciremai-
lakuk~n dengan cara pcngkayaan tritium
- I kelompok di Jawa Tengah, G. Telomo-
dan s:ntesis ben1.en. Sinar B yang di-
yo.
pancark~n oleh 3H don 14r. diukur meng-
- I kelompok di Jawa Timur, G. Wilis.
gunakan pP.ncacah sint\1a~i cair.
P enentuan - .
k ompos1~l -
~~olop180 , D ,
3H dan 14c dilakukan ma~ing-masing
llASIL OAN PEM8Al!ASAN
terhadap contoh mata air pana~. air
16c
kawah (.crater water), mata air d i ng Iu , Ber dasark.au has1· 1 ana 1 ts1s
· . , D,

dan air sungai. .3a dari 24 concoh mata air panas, 16


Pengambilan contoh untuk analisis contoh mata air dingin dan I I contoh
180 dan D dilakukan dengan cara men- air ka~ah serta analisis karbon-1~ dari
dekatkan atau memasukan botol gelas 3 contoh mata air panas, maka di-
berukuran 20 ml ke dalam Lubaog mata ungkapkan secara singkat manifestasi
air panas, untuk menghindari pengaruh geotermal. U~tuk inteTpretasi dluuat
pcnguapan. Botol ditutup hingga kedap korva hubungan antara oksigen-18 daa
dan tidak mengandung ge:embung udara. deute:riutt.
11.
Sedangkan untuk analisis C perlu 18c
Analisis dan D d~ri contoh
diperhatikan pH cootoh dan ko1taminasi
m.1to air dingin pada berbagai elevasi
gas C02 d~ri atm~sfir (3). Parameter
di'1Ilggap sebagai wakil dari air hujan
lain yang di ukur scbaga.i data penun j ang
(~ir meteorik). Dari data analisi~ itu
adalah elevasi letak contob, keadaan
d~perolch garis meteorik lokal dengan
geologi setempat, pH, konduktivitas.
persamaan
suhu, dan debit mata 3i~.
Komposisi ·
i.sotop o k s1gen
· c18c)
18c
ditentukan mcnggunQk~n mctode Epstein D 7,91 + 25

127
di mana koefisien korclasi (r) gdalah dungan tritium ya.ng e uk up kec.il yaitu
0,9. Caris meteorik lokal ini m~rupa- 0,7 TU dan ko~duktivitas yang tinggi
kan tempat kedudukan komp0si~i recharge sebesar 3300 us. Hal ini jelas mata air
18c
. dan D dari fluida geotenial. p~nas Telag3 Bodas mencerminkan ada-
Interprecasi sccara umum dari ke- ny3 sumber geotermal dengan suhu cukup
18c
1, k e l ompok me l a Iu i kurva hubungar. tinggi d3n merupakan sirkulasi dalam.
d~n D, d~ta tritium. dan konduktivit~s, Gunwig (~.U.U.. Ada 2 mata air panas
nampak potensi gcotermal cerlihat pada pada kelompok ini yang merupakan mata
kelompok G. P~tuta, G. Karaha, dan G. air pocensial dan menunjukkan mata air
Wilis. yang terisolasi. Mata air padosan No. I
Gunung Pa..tuha.. Maca air panas no. dan 2 ini mempunyai komposisi isotop
I, 7, 8, 9, 14, dan 6 merupakan hubung- - 180 da~ D yang hampir sama yaitu
an s aru ga r i s l i n i er dengan slope 1,95 -1,2% d•n -32,3%. Apabila titik re-
dan r ~ 0,8, ir.i menunjukkaa ada proses charge dianggap adalah mata dingin
penguapan yang tcrjadi pada suhu ting- den8an kompos is i i.1' ot op dan D
gi T>IS0°C, dan diperkirakan recmpunyai adala~ -7,8% dao -41,8%, maka mata air
18c - - nempunya1 - 18 0 s h li f t sebesar 6,2%
komposisi dan 0 recharge -I0.8%0 101
dan -59%0. Data l~itium ~elompok ini dipcrkirak.:an meropunyai suhu reservoir
mcmpcrl~hatkan adanya sirkulasi air ta- >200°C. Dcmikian pula keterangan ini
nah datam dan proses percampura~. Hal didukung olcb doto tritium sebesar 0,4
ini ditunjukkan oleh b~sarnya ka~dungan TU, data konduktivit~s 15300 us.
tritium bcrvariasi dari 0-4,6 TU.
GUlllil1g T a.ngk.u.ba.11 Pe1ta.hu. Bubungan
Gunung Ka.Jtaha.. Sumber potensi geo- diantara mata air panas membentuk ga-
tcrmal jelas tcrlihat pada mata air ris linier dengan slope 5 dan variasi
panas Telaga 8odas (no. I). Hubungan kAndungan tritium antara 2 hingga 3 TU.
garis linier untuk mata air panas no. Hal ini memhPri petunjuk adanya proses
I, 2, 3, dan 4 menu~ju~•an slope ,,4 penguapan pada s uhu <60°C dan bercampur
dan rm 0,99. Hal ini jelas merupakan dengan ail' t anah dangkal at au "recent

~roses penguapnn ~ada suhu cinggi. De- water".


ngan menganggap mate air dingin Tclag~ Data ana t -1s1s
. I BC , d an D air
- r,~aw~n"

Bodas (no. 2) merupakan titik recharge dari kc-4 kelompok tersebut di atas
- - 18c d
µ~da komposis: an D - •
mas1ng-mas1ng jelas menunjukk.in proses "heated pool"

-9,2%. dc.n -48,lX:. ~ matc_a mata ai':' panas dengan suhu >I00°C. Kendungan tritium
no. mempunyai oksigen shift dar i bervetciasi dar i, 0 hi!lgga 4 ,S TU, ini

interaksi dengan magma scbesar 3,21. berarli bahwa air kawah dapat bcrasal
Uala di acas ditopang dengan data kan- dari air- hu j an , air t anab dangkat ac au

128
sirkulasi dalam. Oalam hasil analisis tinggi di permukaan dan mem-
bawah
180, O, 3 H, dan ''· C dan k urva hubungan perkirakan suhu reservoir.
180 fengaruh air tanah dangkal terha-
t.e rnadap deuterium dapal dilihat
pado lampiran dibelakang. dap sumber geotermal (mata air panas)
pada daerah yang meropunyai curah hu.ian
tinggi, umwnnya sangat dominan.
l(ESIMPlJlAN

Penyelidikan sistem geotermal me- DAFTAR PUSTHA


lalui mata air panas yang tersebar pada
daerah yang diselidi<i dengan mer.g- I. BARBIER. E., FANELLI, M .. and CON-
gunakan metoda isotop alam, merupa- PIA.'ITUH, R,., Lsc t o pe s ir. Geo-
termal Encrgi Exploration, IAEA,
kan studi awal yang sangat be=ma~fa- Bull, 25. (1982) i
at dalam rangka me~entukan studi yang 2. BARNES, H.L., Gechemistry of Hydco-
lebih mendalam terhadap lubang bor un- thermal Ore Oeposits, second edi-
tion, John Wilcy & Sons. Inc.
tuk eksploatasi geotermal menjadi ener-
(1979).
g i listrik.
3. FRITZ, P., AND FONTES,.J.CH., Hand
Mata ajr C.. Tangkuban Pecahu tidak
Book of Environmental Isotope Ge-
mP.namrakkan adanya porP.n~ial, lebih da- ochemistry, I, The tetestrial en-
vironmental A, Elsevier (1980).
ri 80 l mengalami percampuran dengao
air tanah dangkal. c. TRUESDELL, A.H. , NATHENSON, M. , AND
RYE, R.O., The Effect of Subsur-
Pada kelompok G. Patuha, G. Ka-
face Boiling and Dilution on the
raha, dan G. Wili~ dari uraian di acas Isotopic Composition of Yellow-
stone thermal walerr:;, J. Geephys.
terlihac ada~ya potensial geotermal. Res, 82, 26 (1977), 3694 - 3704.
Un tuk C. pccuho tercermn in pada m.;Jta
5. WAHL, E:.F., Geothermal Energy ULi-
Ai~ no. 6, I, 9, dan 14. Pada mata air
John Wiley & Sons,
lization.
no. Tc1aga Sodas jclas mcnccrainkan (1977).
adanya sumber geotermal sedangkan untuk
6. IAEA, Guidebook on Nudear Techni
G. Wilis potensial geotermal teclibat qucs in Hydrology, (technical Re-
ports Series no. 91), lAEA, Vi-
pQda mata air no. I dart 2 Padosan. enna (1983).
Hasil analisis isotop alam dengan
7. MCKEl'ZIE, W.P., AND TRUESDELL, A.H.,
j•las dapat menggambarkan proses yang C:eothermal Reser·voir Ternpe r a t ur
Lt' r j ad I do l am s Ls tent geotermal, seperti Estimated from the Oxygen Compo-
sition of Sulfat and Water from
adanya proses percampuran dengan air Hot springs and Shallow or;JJ
tanah dangkal, proses pe,guapan subu Hole, Geothermic, 5 (1977) 1983.

129
> • •
>
'c
•u '~• •• c••c • .: :.
0


D

j u• ~• ~•
c

.
' c
~• ~ J
• ' u
'• '• '• ':; :;'
!• ~• o~•
<•~ ~ s
•'• !

0
;
D

• i iul l l ...

....
0
~ ;a
0 0 "0 :::0 N0 N0 0" "
• • • :::
0 0
..
... ., ti
•• •• ••
~ I"
•I •f •I •I
o t ~ ~ ~ i f t ~
..; o,;Nr:..;;o
····-----------------··--------
s g

..• :.. ..c:. ....,"


0 0 0 c 0 0

0
..
•I • •I
.• •
•,; :;:,; ,;•
0
•I

•• ..•• ••
,.; ,; ,; ,;
•I •I

.. .. .. "0 0 0 . ~ . . .,.. ............



0

"
0

0
..
0
•• •• •• ••
"..
N
0
.. ..•• " ..,'
0
.....
;, .;\' ~
• •
,; "
' • '' "' ~ .,"
"O ::>
0
~
" "
s
0
• ••
'
0
;
. ...
. -a.,"
c
c "'

s I ~ ~ ~ ~- ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ I
---------------------------- .... 0. "
.....ll

1
- ~ ~ 4 ~ " - N • N ~ ~ 4
~~
-------··------··------------- ... c
I ;;
: " .... .
~~
I ;;; " c
!-----------····-··------------- 0. c

.. g ,; ~ ~ ~. • ~. .. ~. ;. ~ ~. I
"
c ::>
~ aa~""N<:>•o ..... ., ... .. <>
~
3
"
" -a..
u .. • u u u·1 .. GI
c ..
IJ -e

.. .....
Q..

........
El

! •
...
J! e,
• s. ~..
0

! ••
"''"'

130
~
~ 'i
•• r•• I
.:;
t•
• 1
~
•.. ••
L
~..,,t- u
=
"'
t
••

........................
~..

-
-•
• .. . .
... . ~
- > 1
.cU~
04 .

;:; "" -e ~
",; 0 .. r. n.;
"" 0
•I

~
•• ••
t:
•I •I •I

.; r<
...
0 g s ...
0 0

0
0
c g "
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 e
•I •t •I •I •I •I tI •• •I ,,
...:
::l • i ~
' ::. ~

0)

0 ~ ,.: 0 a:~ ,.:


......
j. ' I

.........
II)

"
,.. ~
~ 0 ~ 0 ~
•I
.. .
•I
t'lo

•I
• N t'lo
0 0 ~ 0
"

..
,,., • .; • •I
N

•I
N
0
~
~ ~ ~
.. ,,..
¢. I\
~
......
..,...
ID

~ ~ " -: "'.•• t'.


I ~ I ~ ~ "/ 'I '
•> •> •> •> • •> •> •
' ' :ii.
~

0
e-,

" ~
~
....
e
0.

-;1·~-:-~-~-~-~-~··~-~-~·-~-·~--~--~-i·· 1 .....

··;--;-;··;-;_-;~;··;··;··;··;··;··;··;··;-:···1
: ",..,..., .. ,~,._,.,,..,...~·r:;'
····-······-····---··-········-······-····---··---······

0
•• L

,;
"
•• " •• I
I
~~]~~~~~~--
..
~ ~~~~- : ~ ~~~~--~~~~·: ~~--~ ~~~]
..:.•

t
•• .., • ID

• %
~ %
t ~L s.. •
! L

131
•- ' c c
•• ; •c
" c'•
••c "• •• • .•
e
• •
no ..
f ~
• ~• -e
!:. c
-·.
u
e
v ,.•
..••
M
~ '• •'
• ••
!~
~

~ ••
c~
.
·····~······--······------··-----······-······----··--··

·'
# ~ # # • " ,. •
0 0 .;
0 0
0 0 0
. ' . ' . ' ... ' . '
0
•I +t •f • I •I •I • I •I .' .'
0 .:
#

0 - -
"; e- ~ ~ "'! ~
• •
...0 .,;
0 s,; .
0
0 0
•.

!!
••

...,,;•
•• ••

z
•• •• ti •• ••

••
ti ••
...

••

..
;;
••

• ! • .
• .: "
,,; .:

.......
• ~ti. ~ ~ ~ ~. • ....,; ,.;, • .......
"
~
.. ~
•I •I
0
•I
0
•I
~
•I
~
•f •I
~
•I
~
•• •I •• •• .• .. •. ' ...
••
'
...
..•
'
•,,; •.;
.. ·~
'


•,; •,,;
• • • . •"
~ ,. ,;
• ,, "c

"'.
s•
•,

;.
•>
~ ~
•> >• •> •> ; ; ;
••' ..
"
;...
......
N ro

- ; . I . ~ . . ~ . ; ... . ~
.· ........,
.....
... Ii ~
"... ..:. "'.;
...., 0
,,; "., "
..• ... •• .......
0 ,
.. " ". "'"'
)

• • • " "" ~"Ii


".
0 G
~
-~i----=--··--
.. ~
=---"""'':"""l
]
~=
. ..
,,_,, ,, ,,
. . ..
"-II

i
: ""°"' elo ... £ "'!
~W')_.,,I
• . ..
........
..,. ...
..."". ...."
0

! ... 0

132
... - ....
''
!1
•&
s ~.•· -
•••'
~ ~e e

. ~·

.....
< , •
CV•
t:
,,• •
0

····-··········-··················-····


..
.' .. 0 0 0 c

- .
,:,
0
,, ,,
..
0
•" ~"
• .1 ,_
ll

,., •,; • ,, ...."
Q
,, ,,
....r•"'
a •I •I
"
• "'" ,;• ~
"•
"' 0 .,
,;
7 • ii;
' ' "'
-e
."'"
•,
8,.
"
•, •, ,

'"~,., 0" ...4
~
• ,

.. .. .. .. .. .. .. .. - ..

• ,
..""
m

"
-
r

.. .. ..
.. .. - .. .. ..
·1 ,;
<•
"
..
~
Q
s ..;
...'
.. .. .. .. .. .. ..
c,
.~
.; vi
<
..
- ,,.. .. .. ..
•.. .. .. .. .. .. •.. .. .. • .. '.. .. .. Ivi
..
-"c,

•••
>
e- ,,.
~I,
.,
~

.:
...... r .
..• ,, .. I

Q ,.•, !fl
...
0
u • • I
w
u u
I
.., • .• ..
"j "'j "'i "'
j
\
• ·•

133
,
... . ,/

o ......... , ...
!\ '""" ..

.. ......
'Q •• , ..........

. ·----1- --------·-"'-----···-
t80 :\)
1~o
(.-r•fl\ ~uhu~11n d.an n tluidt ''°tenntl fltrth J1w1 ~·r•t,

I·•

-: /

·•
110
f'J
C~aflk hubunran JSO dan ~ !1uida aeoter.nal taeTah G\mvi;1 TanJlu~ rerabu,

l34

·•

»

.. / .. .t

"o (I)
Grtfll tn.:bun&fn ltO dtn 0 (JuJt• l~~teTMI tiacr•)r t'-w.w:I f'•t~ •

• 10

_,(. -·
;
-lC
.... --~
_.,
~
A
.. !.O

,
-60

-10 -.• _7 -.4 - ~~-s


__ ._•
"o f\J
r.ratik tiubu11J&n 180 W • f'lu1da a~t~nal (l.aetil Gu:iunt '1111-.s.

135
_, .
._20

-:,\0


-··
-50

,.
-1'6

-- -·- -
.10.-· -9 -:8
-----'-·
110 Cll
-· ..l .2

GT1li1t 'lvhunaan 18n dar. O (lulda 1~terNI ilaerah X.vth Karaha.

136
DISKUSI ZA INAL AS IDIN :
l . Akurasi mc t odc ini cukup tinggi. Ha-
18 0 d an n d engan s pek -
st·1 ano J 1s1s
• ·
NTTA S. :
t r omc t c r maas a :

Apok oh man Iuo t yanp, dapat d i pe r o l oh d a-


ri pc11clitian tcntong
3 H irti? t..18 o - 0, 15%
AD • 1,16%
2. Hotode ini bersifat saling mcngisi
ZALNAI. ABlOIN :
t e rb sdap me t.ode geokimia dan geofi-
t-t~nr;-.;.Jtny~ La l ah untuk mcnge c ahu i si.r-
s ika , Metode isotop alam inl tidak
kulasi air tQnah.
d apa t rne ne nr uk an s ec ar a kese]uruhan

sepcrti halnya mP.tnde geokimia/geo-


H/\RWIKARY/\ :
fisiku. Sebalikny~, metode isotop
Apnk ah da t a pcuc Li c iun du r i 4 'l ok as i
alam d~pat menentukan (mengevaluasil
icu telah dapat digun~kun untuk menduga
suhu gt;l:oterm·al s e c ar a c epat dan aku-
jumlah ene~gl panas bumi, j~ngka waktu-
rat.
11y;1, da n menghicung daya Li s e r i k yang
J. Seperti telah kami kemukakan, p~ne-
akeu d i.ltets i I ki111 ?
liti<tn suatu sistern geotermal perlu
pula penelitian gcologi, geokimia,
Z/\ 11\/\L All ID Iii :
dan gc-ofisika.
Bc)um d apa t , t e t ap i ji.kC1 l1J~11vuratu(
re s e rvoar mcncrrpa i minimal JJO - 200°C ED[ S. :

dapar d iman (aa tkan uncuk pcmbungk it tt!- Hal-hal "l>" yong berpengaruh terhadap
naga li5trik. Perl-itungan wakcu dapot lntcraksi ant8ra air tanah dan batuan

dilakukau dengan penelitian g•Oflslka. m<.1gma dalam hal percukoran oksigen-18?

/\t;UNG SA;.!TOSO : ZAINAL ABlDlN

I. ticjo~h manakah akurasi daro yang di- B~berapa hal yang mempengaruhi reaksi

peroleh metode ini ? pertukaran oksigen itu ialah : kandung-


2. /\pLJkah kelemahan a tau ke Leb ih an me- ao 180 bacuan, jenis b acuan , waktu kon-

r ode i n i j i k a d iband ingkan t.e rb ad e p rak, dan temperatur.


metode l<1jn,
3. Mecode i sot op a l am ini merupakan mc- II. LAKSMININGPURI :

Lode pelengkap atnukah metode yang f;agaimanakah c a r a pengambilan sampel <Ii


tc 1 ah anda l (tan pa bancuan metode lapangan geotermal, mengingac panas dan
lalnl ? tekanan yang tinggi?

137
ZAINAL Alll01N b. CHt + 820 co + "2·
Pengamb ilan sampel dilakukan dengan c . s1 o • "2'80 ~ s1~o4 + "2'60
4
alat khusus tergantung pada keperluan.
Pengambilan sampel dari mata air panas SIJPRATMAN
bersuhu 50-roo•c dapat dilakukan dengan I. Kami CDohon penjelas.an ten tang ke-
cara biasa. Akan tetapi, pengambilan mungkinan penggunaan r ad i ekarbon
sampel uap digunakan alat khusus. untuk Studi geotermal, mengingat
jumlah isotop ini dalam slstem geo-
KABUL M. : tcrmal sangat sedikit.
Metode y~ng Anda gunakan ini telah man- 2. Bagaimana dapat dibedakan bahwa air
tap (established) untuk diaplikasikan pan as yang keluar di permukaan bumi
ataukah sedaog dikembangkan? itu berasal dari sistem geotermal
a tau bukan ,
ZAINAL ABIDlN :

Aplikasi metode ini celah mantap dilak- ZAillAL ABIDIN


sanakan di n~gara-negara Selandia baru, 14c
I. Radiokarbon jarang digunakan un-
Itali, Amerika Serikac yang telah maju
cuk scudi geotenaal, tetapi kar-
eksploitasi geotermalnya. Untuk Indone-
b:>n-13 meoyat.akan bahva asalnya dari
sia~ penerapannya b~ru dilakuksn kali
magma.
ini dan masih perlo ditingkatkan kete-
2. IJmumnya air panas berasal dari sis-
rampilan pelaksa3nnya.
tcm geotermal, namun, dapat pula
berasal dari gradien ke dalamao. Hal
MAURITZ L. TOBING: Ltu dapat pu l a d ike c ehu i da r i de-

Salah sacu hasil penelitian ini adalah posit mineralnya, misalnya endapan

evaluasi suhu geocermal. Apakah Anda kalsit di gunung Circmai.

juga mengevaluasi dengao parameter la-


in unluk mengecahui pocensi panas bumi
icu?

ZAINAL ABIUlN:
Pada penelitian ini, suhu hanya diper-
kirakan lebih dari 100°C berdasarkan
slope subsurface evaporasi. Penenruan
isocop geotermometer akan dilakukan di
Kamojang berdasarkan kesetimbangan:
a. "2'80 + r.'602 ~ c'ao2 • "2'60

138
STUOI PliNGUKURAN 'IJElllT :SUNGAI l)t;~G.\N TO.l'AL COUNT METHOD

Synfalni*, Indrojono*, dan Taryono*

AllSTRAK

STUD[ PENCU~t.:RAN U£8;1T St!~A I O~NGAN tOTAL COUI'-.,. Mt.TROD, ,\pl ik.&1~ 1 met ode nuk l i r tOt<91 count (iiho1
unL\l'k f>t<n~Jkur·rt1' deb J l :-vng;• i r .,.1,...1, bct.11y.11<. di i,.,k-;;k$n dot o:n h idTologi. PengBun~~n l~n~ Rr
~ebagai uee unut t.:.i<:{O.llk.tif r e Lah ll~l.Hunl~u»kun deng.in me r ode konver.siOn.::tl current eiece e dan didapatkan
bahva l)engukuran de t r k~do., :ier,ode c e r sebot · ..on.l.:th t:idak bt"rbeda --

ABSTRACT

,:,·rvn11~i; c~ Ju':-ri.1. i;our-:1' HL'tHUIJ 1-'(l.< :J:.'.'fl::.ttt'IN~Nl. rdV:.kFLO~'. +\flpllcation of nuclear 1,_ethod by M~ing
t.VLd I , :11.sn1.. uc~ c.t1-o..1 1 ",. r 1 v e t f 1 vv mo .. :~u tl·tY•'-'~•t.,;. h:.v• •)I
be eu ..., 1 rlr 11!1 ed in 'lyd l'O logy. The used of K8t ( Br}
dS rad:n111;t.iv0;: r s ec v r ..,,,s :om~alC'd vi·h t.h•: .,•urro•nt me r.ee .:inrl it vni> fount that foT both mechods are not
sl~ntfltttnr!y CllffrTnnt.

rEt-.OAHULU,\N cacoh rnral) dengan teknik injeksi se-


s a at ,
Pengukurun debit sungai yan~ dice-
Secar" umum, ms r ode nuklir (total
1 ir i e ang at d l pe r Luk cn e eka l I da l am
~L~ ncth~) cersebuc digunakan untuk
liidrolo~i. He c odc k onve os Ionn l mong-
pengukuron ~p:ibila penggunaan mP.tode
~un~k~n current meter merupskun ou~tu
current meter yang biasa digunakon ti-
tcknik ya11g ba i k , Lell•Pi men i mbu l knn
d~k mungkln diterapkon korena keadaan
kesutican dalam pengukuron bilo torjudi
~tb~gai berikut: debit sungai terlalu
debit ynng sangat ue sur d sn ban j Lr .
dcras, air Hungai sang•t dangkol, pc-
Pengukuran debit sering sek~ll diguno-
nompang nunga: HUI.it untuk ditentukon,
knn untuk kalihrasi bendung dan kall-
d~n hila air membawa bahan yang akan
br as i s c a s Iuo pcngukur dcbit/aliran.
membahnyakan ~nt meter.
Os lam ccknik nukl.ir hidrologi, peng-
Pcnclltiao ini borcujuan untuk
ukur~n dnhit dapat d i.lakukan dcng11n
memhandi~gkon metode nuklir (~l ££::_
t<tknik pengenrPrlln isotop yang salah
unl method) dengan metode konvensional
satuny• diaplikasikao ol~h TTMBLI5
curr~nt meter yang dilakukan di Sungai
~.O.JR. dan PETERKA A. J. (1), y~ng dl-
Cimanuk huln Jawa Barat.
kenal deng•n total .c:_o~ method (m~tode
TEORI

• luSBt Ap1ikasj lSOtop dan Radia~i, BATA~ Apabila tarutan perunut radio-

139
csocop dengan aktivitas A currie (ci) A aktivitas perunut radioaktif
dan volume vi d i Lnj ek s i.k an sesaat ke Na total cacahan selama larutan peru-
dalam suatu aliran dengan konsentrasi out tersebut melewati detektor
c I (ci/cm3} di hu l u sungai dan di hilir F faktor kalibrasi yang menyatakan
sungai telah terjadi percampuran yang hubungan antara konsentrasi perunut
ho~ogen dengan catatan tidak terjadi dan cacahan.
penambahan ataupuo pengurangan jumlab Salah satu hal terpenting yang
perunut, maka (1,2} menentukan berhasil atau tidaknya per-
A a c I vi I c dv I) cobaan ini adalah tergantung pada homo-
A aktivitas total pecuout radioiso- genitas percampuran antara perunut dan
cop air. Jar2k ~inimum antara titik injeksi
cl• konsentrasi perunut aula-mula dan tempar pengukuran yang percampur-
vI .c v o Lume perunut mula-·mula annya homo~en. dikenal sebagai mixing
c konsentrasi perunut di dv length (L), Beberapa percobaan telah
dv a Perubahan volUllle yang lewat pada dilakukan untuk menentuk~n L, salah
wakcu dt satu diantaranya adalah (1,30),
Diketahui, bahwa keseimbangan perunut L • 200 Q113 Cuntuk injeksi di
uotuk debit suatu aliran adalah, pinggir sungai)
Q - dv/dc atau dv • Q de 2) La 50 Q113 (untuk injekoi di te-
Bila persamaan I dan 2 disubcitusikan ngah sunga i )
pada Q konstan, maka hasilnya akan Q •debit perkiraan
memberikan,

kemudian
cl vi
-
debit
Q I c dt BAHAN DAN METOOE
Q
PVt~n da11 &than Nuk..UA. Per-
Q - cl vi I /cdt = A/ r c de 3)
alaean utama yang digunakan untuk me-
I c dt adalah konstan uncuk penampang
tode nuklir ialah deeektor sintilasi
r e r cent,u .
kedap air yang terdiri atas kristal
Nilai I c de dapat dihitung dengan
Nal(Ti) dengan photomultiplier yang di-
deeektor dan cacahan yang tercatat pada
hubungkan denga~ kabel sepanjang kir!l-
deeektor adalah
kira 75 m ke ratemeter SPF3 dan Scal~r
dN --. c de at au N • F I c dt
BCP522 buatan Perancis.
sehingga, N/F & f c dt 4)
Radioisotop yang digunakan dalam
Hasil subsitusi persamaan 3 dan 4 ad!I- 82 Rr
. . a d a 1 ah 1sotop
perco baan 1n1 . dalam
lah,
senyawa KBr yang diperoleh PPTN
dari
Q - F A/N 5) Bandung dan larutan utama yang akan di-
Q •debit aliran
gunakan untuk kalibrasi d•n pengukuran

140
d i s i.apkan Ji l.11;.+1 •. :, •· Kal.ibr .. s i d.rr i Me,tcde. Pene I it ion int di I akuke n
dotrktnr dHlum buk kalibrJsi di1unu- di sungai Cimanuk l1ulu di daerah Garut,
-7 ,J.iwi.l Hors-Jt. Pe r cob aan di\nkukan dalam 4
k.1n r,.irl1~)l~oto1> <IPl'lf~;1n konscn t rus i lO
uc i /ml. peri ode pengmtatan. ya i tu bulan Sep-
\ul'lte.nt r·i<'.t<'N. PL·ngukur-1,tn debit
t embe r 1982, hu Lrn Januari 19RJ, bulan

scc a r a konvcns Lonu l U ig.l11\;1k •.to al dt. y;u1g


Marel 19!11, dan bulan April 198J. Pemi-

d.rp.rt menguk u r dcc cpa r an d.11'1 al i r an


lihan woktu [,i dida1arkao atas tingRi
muk~ air yang song~t tergantunR pa<la
y~111g rt i sr-bur cur r eut m('lt~r.
mu s im {akh i r eus im keU'IAr;1;u dau mu s rm
82ttr
l<P./.r.irtl"I! trrn t en]«, Is or op hujnn), s ehi ugge d(pcroleh data yang
ud a l ah i sor op pcncuc ar s i nur gHmmu ( Y J berv~riasi tcrhadap tinggi muko air.
dcngun e ner g i 111H.-.ra O,SS Hev s d . i 1,46 re Lak san acn pc r cobo an ado l ah seoh~e~ i
Mav (E ,.,,tA-rnt.1 0.90) M<:v) mcnpuuve i b.;rikul.
wuk r u paruh 36 j am, Akl iv i las yang 1. T~mpal i n j ck s i, d i p i Li h di tepi s u-'
tcrd~t~ksi d~l~m air adal~h 2 x ngai deng~~ mengingat alat injeksi
pci/ml dttn batas m~ksi~•m yang tersedia.
cl~i~inkan (MPC) dJlarn air minum 2. PencacuhJn dilakukan pada tempat pe-
-4 µci/ml.
3 x 10 ng ame cun yang t e l ah d i t ent uk an de-
dengan rumus j a r ak (L • ZOO Q113).
l.Jh seb .... nynk b8f> t''ucuhan P<' r- Mtlr'I i t urj -'
3. U111 uk menentukan f ak t.o r kal ibrasi F,
tuk k cn s e n t r ..Js j i s or op ),6 x 10-7 µci/ ka L t nr.is i. di l akukan dengan meogguna-
1111. ,\d<1 pun kon s ent. r~15 i isotop makfiimum
kan drum.
Ui Lf:11tp<tt pe nguk ur e n .JS c ac ah an per o ... r i ka l i br as i di atas , k ons eo r r as i
de L i k yang sHma de ngan Z 100 cuc ahe n p<'r Jt.aksimem r ad i o i so rop yang d i das a rk an
n1enit Jt;1u k a l au d i nyut.e kan ua l am kon- tempat
at as c.ac ahan yang diperoleh
se11tr~si radio:soLop ~dal~h 2100/686 " pc:>gam~tan d apa t dihitung. Jumlab ak t i+
(J ,6 x I0-7 fJC"i /ml) = I, 102. x 10
-o pd/ vitas yang diinjeksikan ditetapkan ber-
ml. Oengan dem1k1on, konsentro1i isocop das aekun pada b c s a e oya pc r k ir axo debit
d i sunga i Ci111;;.111,1k mul u i da r i t empat.
sungai tcrtiebut.
peugukur an ke hi l Lr mak s imun aUalull
I, 102 x 10-6 pci/ml dlbagi 3 x 10-4 sa-
ma dengan I /300 MPG n i r m.i num dau in i HASIL DAI'< PEMBAllASAI'<
ado l ah
betul-betul am"n bngi masyarakot ling- Berdasarkan pada kousep analilis
kungan , 4:1pd l<.1gi bll':i diingat bahwa data hidrologi, hubungan ant ar a muka
makin ke hilir sungu~ sudHh trntu ra- air dan debit air pada suatu aliran sa-
t! i o i sor op sud ah mak in tc r euc e r kan . 1 ur an t ar buka , secara umum, pat'sama-

141

II
.mny a adalah seb~gai bor ikur (3). 7-3-1'11'3 ydng k e Iua r dari d ae r al; ~.<:c~eJ?.:.
R
Q A (H-Ho) . ~ t i m i r s n ya , Penyimpangan i n i mung-
Q ~debit ktn ;ok,J i d is ebabk an o l en k e s a l ah an
R tuuk a air (II-Ho ada l ah ke da- pel~ks~~aan injeksi dari radioisotop,
l aman "'i r ) ~C>d.:n~k.in unt uk r ur r eru, :ueLer
.~ clan 8 ad.t l ah kons t ant a , llasil hasiloya keluar dari acceptance limits
y.111g did;-1p:·1l k.-in c1.:1ri pengukur aa yang deng.rn probabil it.y 95% ada l ah 110. 27
d r l akuk an P"d" 1~11?/ 1'181 dapar dilihaL r~nsg~l 7-1-1983 dan no. SO tangga1
poda TNbel I, Gambar I dan 2. AnAlisis 7-3- l•nn. Penyimpangan ini mungkin di-
stQtistik d3ri ha~il pengukuran iaetode sebabk~n pengukuran debit yAng deras
nuk1 i r dun curre:it., ~ didapatkan s e--
da~ besar sulit dilakukan.
b age i bcrikut. Gambar 1 dan 2 menunjukkan bahw~
netode ouklir dan metode current meter
t.le.•t.o d« Nuk.!i.Jt. PersatlliJan gar f s tidak bcrbcda karena confidence limits
longkung debit deng~n metode nuklir
lengkung debit rata-rata untuk mecode
adalah nuk!ir adalah Q .!... 1,010175 dan untuk
Q • 0,002504 (ft-15,761)2 dengan
current meter Q .!... 2,7909, sehinggo pcr-
koef1sien korelasi
samdon leugk.uog debit kedua metode ter-
r 0.979, Rtandmr dev!asi •3,~9H6
sebut lerletak di dalam daerah confi-
dan confidence limits lengkung
dence limits lengkung debit rata-rata.
debit ada l ah .!. l,017S dengan Kenyataan di lapangan menunjukken
probability 95%. bahwa pengukuran dengan current mecer
hanya dapat dilakukan terhadap debit
sampai ketinggian muka air sebesar 219
ca. Hal ini disebabkan oleh kesulitan
t::u1t.1t.e.n.t Me.:tv:.. Pe r s aaaan garis
dalam penencuan penampang sungai dan
Lengkung debit dengan current ~ecer
bahaya yang disebabkan oleh detasnya
adalah
debit sungai pada tinggi muka air yang
Q • 0,002503 (H-16,209)2 dengan
lPbih daTi 219 cm. K~nyataan ini seRuai
koefisien korelasi
dPngAn hR~ i 1 pPnP1 it i ;in ~Phe 1 umny;i y;ing
r • 0.966, standar deviasi •3,8917
ml'nggun~kAn current m"t"r (4). Pengu-
dan confidence limits len&kung
kuran dengan metode nuklir dapat dila-
dAbit adalah .!. 2,7909 d~ngan
kukan sampai ketinggian muka air yang
probability 95%.
tidak terbatas dengan catatan bahwa air
Rcrd:tsarkan p ad a hos il pcrh i t·~ngan
aunga i tidak melimpas ke Iua r .
stati~tik terhadap metode nuklir di
alas, hanya penguku r en no. 46 tangg .. l

142
KESIMPULAN "Use of radioisotopes for open
ch<1nn~L flow measurements", Radio-
H~Ril penelitian Ln i dupat d i s Im- isotopes in Hydrology (Proceeding
of Symposium, Tokyo, 1963), 1A£A,
p11lk~n seb~g:1i bcrikut Vienna (1963) 37.
J. Kecode nuklir da~ metode current
2. CASPAR E. and ONCESCU, Radioactive
rr.cccr mcmpunya i has j l yang t i dak tracer In hydrology, ElHevier Pu-
hcrbcd .... blishing Co., Amsterdam (1972).
2. M"tode nuklir dupat mengukur debit J. U~ TKOCH,P.llydrologic data analysis,
yang sJngat besar d~~ d~r~R. Tl!PHY Brussel ( 1987).

4. lAEA Guidebook on Nuclear techniques


fJM'TARPUSTAKA in Hydrology (TPchnic~l reports
s e r i es , No. 91), IAEA, Vienna
I. TTKlll..lN L. o. JI( and pi-;n:HKA A. J. (198)).

143
'r•b.l 1, H••U ,.lltU•'lltlll •tbh t<111t1t 111-.IL"' •to61 "1Ukllr
"'" ••tocl• no'l•llt •1t•r,

.... ,.
. ,.
Tt111t•I O\ir.ho· Ot'bll •1r (• /dt)
lil.<kt "'
top (.Ct) (c:•)
,. ••• '·"
I 1•·•·•2
:•·•·•?
J ti 1)7
••• 7, 4C4

'• 20-1-82 $'I~


··••
~" '" 8. 77$

•• ••.. ...••
lt-0-12 1 s • 4)

••"'
t . ())f
• 20·1-82
t' 19 8. n1:e

•'
l !I' ;:9 •.91 t , 0( 3
2J-t-~2 10' ,.
T ?I •9·42 l 4 JI '' $2&
• 'bit
• 21·1·82
• 2l-• ·62' 0.4b
• ,, •• J.83)

••"••
• '411
Ill 22•1•02 It. ?!. 1 && ' Cl. 41.'&
·•=
" 22 .....

. '".." .."..
~ 2t)
11 22·9·12
ll.2l·•·ll3
•• 2J•f•82
1612J·f·lll
a. 31
15. 2t
!>' •• "•• 8.~!le
e $4111
J,0$1

&.18)
1•'23·•·•2 e . ?65
" ••• "
..
24-t-•2 t.O) 10 ~ 121
10 2·•·•·•2 l$' 24
•••• •••••
.,
lt t•-•·•2
20' 24 ·•·•2
... 6.lt3
8. 4 t
21·• ·•2 ti.22 s.~e.
..
....
7. tit

"24 21)-•·•t
2~ f•f\1·13 I )Z"' 1 .(•St
Cll·J·OJ :1.11
•• ,, ,,.•• 23' 32

"'.
2! (ll•J-113 22. 2 I HI. 315
28 (.11·1•1) 22 ••• 12•.•"
ZT (17·1·83
28 Of·J•03
20 01·1·03
3(} O!•J•9:3
11.
15. t
t• .... ... 215

"' SJ .112
3t.·ce
22.1•
••
••
32
08· l ·113
(11·1·&3 14.nt "' r au .Jr>.147
41. 44

..
3.l Cl~-1-13 , o•. a&a
34 10-1-e:i 2(1.)1
" "'
.,,
••• 2 lS. 12
30 '10-10.93
.,. •2. ,,,

. . ......
11-1-.13 •2 .• .,..
12·1-1) Iii?
"
31
.,.
40
02-3-8)
0.J·.J·-03
0&-.J·IJ
14. i I
JO, 36
10, 11
i0.t2
JI. 3T
IJ;)
31,ll
.ll, 411
53.102

43' J •
Cl.
Cl
n&-3•13
Clll-3•f3
14.0?
JO, 12
." "'"''""'
,, • ft 3T .t2
30.0)

...•..,•• .,,, .
•, (.ll-3-13 14. If 3&.f3
44
tt
Clf·J·ll
Ot·3·13 l2t ,,,.,
,, •.• 4
•• 07-)-1)
•••• 2~. ,.,
41 0'·3-13
41 Of-l-8.3 l)'
10,4
••.
.. '",,....
32.t
71.~&
., .e r
ee , ltl

... '""'
•• 01 .. .1-e.!l 70. .J
SCI 01 .. J ..I) 14 • '" ,, • tf4
ti 07 .. 3 .. 91 fl.I
SI ee- J• t~ 111. 22 , •• 11
53 01. 3·t) Ii,) e ... ,,
SI 01-l·tJ
SS Ol•4•1J)
51 (.11-4·•~
l(J.07
,, • !·4 ..."'
'·"' •••
111~
~t.3 ,. ·"'
" " .."'
.. 1.0•
~' (12·•·•' Ir> ti~ )O.t2
, JU,t

•' ,,"
~·· (.IJ·•-t)
(.12-•·•>
&i 1 e , IT 41. ••

..."'
10 03· ·-·) lt,!12 14U HI.ti
fl 03·4-l')
42
"3
03·C·&)
03-•·•3
",, . .", If.ISi

,. i.'11
'~ 31
4ti.J
JJ,4
IC (14~4•8.l II I!>!> !17.69
6$ (lt-4-83 13. •2 It, (l'I l 4(1 so. 12
•oc Cit· 4·0:1 11, :4 IS.T4 lC(I CI, 0,
'' 04-4-1) ••• ••••
..
'' (14·4·13
It Ot- t·fJ
ro os-•-o3
& '!If
•••
:11. 411
30' ?t ."'....
14(1
10(1, •Ot
31'' 2

..."'..."'
••• 20
05·4-t) '. 41 JI' I 1 ,. '21
1'2 OS·4-tJ
13 Cl!l·4-ll)
14 oe-t-1.J It. OJ
•••
'16.6
"24 ·~ 72
,5 ot .. ••I)
ll ee- ••13
14. 42 11.er
.,, so.~t
It.!>
lf

..
''
,. 1u·-
04·4·13
10 01·•·•3
01·•·1U
•·•3
01·•·1)
1, ('If

I, 64
10' ,,
"a• ..•1"
,,, tit
...
'I:::
......
SI.,.,
f4, Tll
41' , ...
••••
tt.J

M,N. • *to.111 11\lllltr


:.w. • C11 ....•nt •U•P

144
melode nukhr

•••

-......
D
no

~
...,,.
'i
gc ..... 0
.., .
••
••

"' '"'
ttO . ,

G.ab•r I, ltJbunt•~ ut•.r• ..._ .. •lr da" deb-lt ..,.,,su-kM Mto••


11.u\l rr ,

_.... __ ""*"'
,..
-...
no

....

~•
-, ,,.
u
1'0

!
~0
.....
~
••
ee

__ .....__

Gub1r t : Hubunj&n ant.t.-ra w:uk• air , .. del:i t aeri..gvall:lft M':ode nu-


k• 1 r tan cutTc~t att~r.

145
OISKUSI
SYAFAtNl :
Hal i tu rr.U1l&kin s aj a terjadi k a r ena

peodangk .. l<Jn dari sungai, sedangkao pe-


ogukurannys tidak menunjukkAn batas da-
L'UCUH MAR1'YASA : sa.:- muku air.
Apukah jc1\is ulir111l fl11idi1 dup~t ber-
pc·uguruh r e rb adnp h.Js i 1 C!.4:tCi!han nu·.1otode T~HU HERO DALMAN:
t ot e l count iui ? I. PcrnilhkJn d i Lsk s anak an penguj ian pa-
da rumu~ cep i r i s dengan mengguntiknn

SYt\!'ALllT 111et-schot (•chat pengukur) yang kon-


Jc·1lis u l t r co £luidu d apu t berpengaruh ve .. s~onal djb•nding dengan 111cnggu-
p{jdA husjl cact11ttt11 mt:todc ini kurcno nakan meLod~ 11ukllr 7
cue ah an r e r geur ung pttdo dt:1lsit11~ e a i r ou
2. Apokah meL<>de lnl dspat dil~repkon
i 1 u. Aka11 t ccup I , has i I c .• cuh it u c idJk
untuk pab r i k 11akanan. Cai ran yang
Lt:fllt'Ollurull h i l a kal ibrusiuy~ m•·ng~u11J-
diukur adal~h bnhan makanan?
ku n c(t i rru y~us:; sumc:1 dcug.11• At1mpelnyt1.

SYAFALNT :
AGUNG S., MAURITZ L.T., duo Ml\Rr.A I. KJmi belv<n pe r nah me l akukon pengu-
UT/\MA : jian unt uk mcrnperbandingkan kedua
Ar>.•k:i'n keunggulun mHode ~ ~ mc t ode d i mak sud .
( t••ku ik uuk 1 i r ) j i ka di band lngkan dE"- 2. Hctode ini dapat ditP.rapkan untuk
1:g,1n mutode k ouvens ioua l (cur eeut mt!- pabrik makanan dcng~n perSy8r~tan
tcr). tertentu.

SYAFALNr A L I P :
Metode total count lebih cepat, lebih t. Menurut Aot.le:a, metode mana yang lebih
tel:tit dan lcbih ekonomis d~tipada mP- akur ar antara current meter dan t c k--
tode cvcrcnt meter. nik nuk Li r ?
2. Hal apa yang paling meuen rukan h as i I

TOMMY H. :
pengukuran dengan ceknik nuklir?

Penguko r ao dcb i c dilakukan pada hu l u


Sunga I Ci.manuk, c e t up i, p ad a grafik hu- SYAFALNI :
bungun auc ar a t i ngg i muka air d ao deb i r I. Kedua metode itu mcmeli~i akurasi

ada keccntl~t'l.lugan bahw~ tioggi muk.,. air y~ng Sama karena telab diakui secara
~U cm nemberikan h~rga deb i t, h amp i r 0 inte.rnasinnal.

( nol). Api!kah ha! in i mungk in rcr j ad i ? 2. Hal-hal yang paling mcnentukan hasil

146
peugukur an denguu t ekn l k nukl Ir la- N[Tll S.
t uh : C11rn ap11 yang 4 ls11n~Jt411 •llltllk 11"og~til•i.
u , Homogenitttij pe11c1an:pura.1 di t~·mpJl kt•llJ I Ilun p111guk11r an d!!ll8Qll Curren f 'm•=
p<'ngukurun, t er p11da ,,11 ran a1111,111i yan11 m!lmlHki
b , ~rrunut tlduk hi lu11g (tt•rRerup) muka alr yang t I ngg i T
,qeJ.imd per j e l auou .

r . ~·~11e11tu11n kol i br as Iuya . SYllPl\Llll


Ko•ulitan itu d~pat diatasi dengan me=
IAkllkHn ~al<t rnp11I1t• !.

147
IU'MUAS/\N Alli Ill )1\LAM l'ROFIL T/\N/\H l'OUSOLIK MERAH KUNING DI NAKAU-
LAMl'UM;
•'
'
1'-t.~: •• \'i Ll'"!"-l'ht1f\lj· *, \\'i,l.i:t1l1· .:.<\."*, ll:Jvi.i l':l.$jid*. dun
.J. lra-. J 1' ~lU!l.'lii l ri i\ ...
I

AllSTRAK

llEXBASt\N AlK Ul OALAM t'ROflL TANl\H fCO!)(JLlJ H£KAH KUtflt:C 01 tiAkAl'. LAHPUd'C. S1.1alu pt.ntlitian untuk
me111pelajati rt:mb~a<111 air di dwlao rro(il l<Jr.<th pt11:tol lk ..erah kunin11t (i N1kau, Kotabutni, L,acpunc. telah
di1Akt1lt ..n ;tAd;i tt11:A:m k.f'~r•11 r.thun 1986. Pada pl!ra\ ranah da:ar b•ru\ur ..n 4 ._ x S tn ta:npa vegela1i.
di I .1kukan p•nl';fi.en:tnRan ai c sebouyak 6)7, !> OJll, pefll'Jlii.aanny• d itu:up den.gin pl 1at lk lfmbar1n vntuk Wlfl'IC•g•h
hilani"Y• ai.r kacen• pen~~ap.-:1. EcMba5"'n _.;, dip...,::.tau d-.ri p•rubal1.an yang di.a11U11li p.tda ltandungao air di
pct~k yang •cnerim~ gca~nK~" dan ~i sekilatnya. Dl sampLog ttu juge dila,uk•~ pengukuraa kandugen air den
kcrapat•n tane.h mc:njclPna gcnong;:n dilokukan. Neut con Moisture Met.et C.iguft~;.,:an ut'.tu.k ae.ngukvr kandun.gen
air di dalam taneh dar ~.!Density Meter digun•kan vntuk acnguku~ kcrapat•n tenah. Hoail percobaan
m~nunjvkk~n ad•nya r~mb-•a, ~i~ di dal..,, pTofil t•~•h y ..~~ •angat cep•t. Rc~b•t•n ke •r•h kedalamon tanah
t~rut••• terjad~ d1 acas kcdala~an I~ ~n. ~rdang re..b•&•ft '~ •r•b saapin• teru.tem.e terjadl pada
kedl'lla1i1•n aul~c~ )0 ct." dit11 15( <u• t.t!'jlituh l~blh .jac-i ~•do luar petal\. yang 111ene1:ima genangan. Lapi•1tn
l<1nah y.tng :;>adal dan 1tt(''1$ \lijump;ij p•da kediltlin•ou~ i!nl.•ta ISO.,:• dan 100 <:111

AOS'fkAt"r

SOIL WAT~K MUYEHLHT lN T€£ ktO Y~LLOM POOSOLl~ Pt«JflLE AT NA1'AU, LAHrUM;. A field experiment v•s
carried out to study toil vattr •ovel!llC!nt io the soil ~rofile of upla~d Red Yellov Yodtolic, •t Mak•u,
Kotabumi, La•puna, Ln the dry .... ,on of 1966. A flat are• of 4 • •) •. free from vegecacion, •••flooded
by 6)7,5 mm of watet. The area vat covereO by pl•~cic eheet ~o protect veter lost thto~&)'I evaporation.
Hov~ment of water in the soil profile (veTtica: •nd latEr•l> up to a depth of 2• vaa monitortd by ~eutron
Hoistur~ HtteY. 8~fore floodin&, a mrasureC!litnt of soil v•ter and tulk dtnsity of 1oil over the ptofile
ver e" cnadP-. Gamma denaity ee re e wa.t u..sed in the .easur.-lft('nC: of bulk densicy. Result of thit experiment
~hoved that a raptd aovemtnt tock place in the soil profile. Dovnvard movement of veter v•• ob•ervtd
mainly up to a depth of ISO cm. L•tecal ftllJVent"RC: vaa observed mainly at 30 - ISO cm depth to 1urroun6in1
<t1r~~ nv••r 4 1111 ..-w.1y frn• sbe herder of the flooded p}\lt H•td pan of !:Oll was found 41t a dtpth bet wen 150
ce. aod mu cm

PF.NOAllULUAN a.cm.a5ulr.i lapi5an tanah yang lebih dalam


den dapat ~enguap kcmbali kc atmoofir
Ai:- hujan 1uerupak.un surabe r air
bebas (1,2). Banyaknya aiT yang tcr-
ut ama uag i pe e r an Lan laban ke r i ng . Air
simpan pada lapisan tanah perrnukaan
hujaa yang rnasuk kc dalam canah menjadi
suatu lahan kering dipengaruhi oleh
cadangan air baik uncuk kebucuhan ta-
jenis tanah dan distribusi curah hujan.
naman maupun untuk kebutuhan lainnya.
Sctie:&p jenis tanah dapat mempunyai
Air yang ~asuk profil canah dapac me-
!r.ondisi yang berbeda, bahkan jenis
ngisi pori-~ori atau rongga-rongga di
tana.h yang .sac.a dapal memiliki koudisi
dala~ tanah pcrmukaan dan diteruskao
yang berbeda. Rongga-rongga di dalam
tanah dapat cerisi air lebih banyak
Pusat Aplikar.i Iao top dan Ftadiasi, MTA.'f
•· Pu sat Pene lit lan Tanah , fog or meskipun juga mudab berpindah ke tempat

149
I ~1111. l.np Ls an t an ah yang 1>adar ku r aug DAHAN DAN MIZTODC

meng:11)clu11r, por !-por i knusuanyu pnr i- Suatu per.::obaan Lapangan 1111Luk


por i rnakro, SC'hingga hanyn i cr isI air nonent ukan r cmbas an a i r di da l ara t an ah
dt1l1rn juml ah se d ik i t. . lle~dasar'<nn has l t d i Lakuk an di ranah podsolik rne r ah ku-
pe>n)\arnarnn dnr i t.ahun I '184 - I 9R~, jun- nin11 Mnknu
d('k8t Kolabumi, l,mnpunit
1 Ah uic c~rsimpnn pada l~~i~an tanah Ucara, p•dn musim ke~ara11 1986. Tanah
p .. rm11~,1nn se t.ebe l 70 c1:1 fJadn Lanah tQrSQb~L morupnkan lahAn kering yang
pod so l i k mrrnh kun ing Nnknu dek at Ko- burtQk• t ur li.aL dangan kandungan pas i r
t abumi , l...ttmpung lltnra be rk i s ar an t ar a anc ar a 10 - 15%, debu 15 - IR%, l i at,
l 18 - 174 mm 0). Sr'rt.ine,'ain pad a t anah 70 - 72%, k andung
an ¥han organik I, 72
LaLoso: PH~nr Ju~nt, JRkArrn berkisar - 3, 90%, don n Ll a i tuknr kat ion pad a pH
anL11rH 310 - 112.3 l!l(U d a Lam kuru1\ vak t u 7 a~tara 3,5 - 4,6 mcilOO g lanah (6).
IJ ninc1u (4). Apabil• dihandingk3n de- Pttnk berukuran 4 x 5 m dibu~t dengan
111:,;in e ur ah h u j nn c ohunan aek i t s r 2000 membuat. pemat ang pade bs t.a s t cp i nya ,
mr:i di Nakou clan ~90 ram di Pa s s r .Jumat mcnber::.ihkttn veget as i dan me r ar akan
.sel.:-11;1,t4 1111)in8gu, Lc.•rlihntlah l>Oh\·10 oe;- pe rmuka an r nnah , P•da c engah pecak
baciiJn IJl.'~Ulr" air h u jun L Ldak t e rs ir-r- t e r scbut d ipasAnr, 2 buah acces. ~
p an prid a la pinn» pe rmukaan , !;uatu pene-: her j a r ak 11+0 cm , cegak I ur us mc ncerbus
) it inn µerlu d i l akuknn untuk men~eta- profil tanah sampai kedalaman 220 ~m.
hui l aju pcrrrnhatian Jun kch i langnn air. D! luar petak canah tcrsebuc di atas
JJef"·ai)t auan pt;i.r"(?r.'lhn~:nn a j r di d21 lam ivP.·H dl1:tin.011g 2 bu.rah access tubes .n>a-
lt1n.:ih p ad a 1<.011dtr.i lcip.:irir.13n pe r l u di- sinv.-masbp, m darl
ber jar ak 2 don 4
lukukun <lcng1an ~npot dun Lanpa rucr"u- pcmatan~. Petak percobaan digenangi dc-
nak L anoh . 0 I ~h lcarAuA i tu pon3gunalln
n~an air sebanyak 12,75 ~3 acau 637,5
Neutron Moisture Me.l!!,. d i po r Luke n (S}.
mm, yang sebe lumnya sud ah dised i sk an
Nc..• u L r or. J-toisture Meter pada bak pennmpung . Pada s aa t s cmua air
neLrun cepo( ; .:ipobila netron cepat inJ
genansan menjelang habi.s meresap ke
be rbcn t ur an dcnf~an arom ll maka c ne r+
da lam t anah , pernukaar per ak tanah dan
sin ya akan cepal ~cnuru~ sekitarnya diLuCup dengan plastik lem-
mcn j ad i netrun Lamba t y~11g dHpllt t~r-
boran untuk r.icnccgah hilangnya air
c arnh • C.::•cah.'.Jn uLocn 11 Ji tlcil(;lrn L~t1al1
malalui penguapan. Pemantauan kandungan
menp,g;tmbnrk;,in be s a r ny a k<11u.lunt;;,tiu <ti r •
air di dalam t~nah dilakukan sejak se-
Pene ac ahan d apar di I nkuk an dengun c epat,
mua air gcnuoaan habis meresap ke da-
sch ingg a adanya pe rubahan k andungan air
lam tanoh hinggo sckitor 2 minggu
ca par di k~tahui.
aesudahnya di masing-masing access tu-
bes dengan interval kedalaman 15 cm.

150
Sebagai alat pemantau disunakan NeutrO<I tanah di bawah kedalaman 90 - 150 c~.
Moisture MeteT buatan Troxler, OSA, Sedangkan kerapatan tanah di bawah
model 1255 dan menggunakan scaler model kedalaoan 150 - 200 cm jauh lebih beaar
2601. Menjelang pcnggenangan dilaksana- dibandingkan dengan kerapatan tanab la-
kan juga pengukuran kandungan air di pisan di atasnya. Hal ini menunjukkan
masing-masing access tube dan peng- adanya rongga-rongga di dalam, tanah
ukuran ke~apatun l3n3hnyo dcngan mcng- yang diketemukan pada kedalaman t anah
&unakan Camm.a Ocni;ity Meter, buatan aotara 45 - 90 cm. Di samping ilu juga
Troxler, USA, mdcl 1351 dan scaler mo- di~eteaukan lap.lsan lanah yang padat
del 2601, pada interval kedalainan 15 daa keras pada kedalaman di bawah 150
cn , &ampai kedalaman 2 m , Perhitungan cm. Adanya rongga-roagga di dalam tanah
kandungan air dan kerapatan tallah <li- akan memungki~kaa terisi air dengan
la.ku!can dengan kurva kalibrasi yang .._.dah pada saat bujan turun akan
telah dibuat s~bdumnya. Sedangkan tetapi, air di dalam rongga-rongga ini
pertghi t ougan jumlah air tersimpan di akan mudah terdrainase baik ke arah
dalam tanah adalah perkalian antara dalam maupun samping. Adanya lapisan
kandungan air datac satuan isi dengaa tanah yang padat dan keras akan sulit
kedalaman terukur. ditembus air, sehingga perembasan air
dari atas ke ba~ah dan dari bawah kc
atas berjalan secara lambat. Mengenai
ASIL DAN PEMDAHASllN
penyebaran nilai kerapatan tanah ke
Tanah pod sol ik
arah samping atau lateral ternyata juga
merah kuning yang digunakan untuk me-
terdapat perbedaan yang nyata baik di
laksanakan percob3on ternyata mem-
dalan pecak yang menerima genangan air,
punyai kerapatan tidak <eragam. Tabel I
c:aaupun di Iuarnya , Hal i ni menunjukkan
menyajikan rata-rata kcr~palan tanah
adanya vari~~i kerapatan tanah dari
sampai kedalaman 2 m di 4 lokasi, se-
satu lokasi ke lokasi yang lain. Ber-
dan3 Tabel 2 menyajikan rata-rata ke-
dasarkan hasil pengalllatan adanya va-
rapatan tanah dari 4 lokasi pengamatan
riasi kerapatan tanah yang cukup luas
pada setiap interval kedalaman tanah 15
terutama diakibatkan oleh adanya be-
cm. Dari Tabel tersebut dapat dike-
kas-bekas akar pohon-pohon yang sudah
mukak~n bah~a kerapatan antara keda-
lapuk.
laman 45 - 90 cm lebib kecil daripada
kerapacan tanah di atas maupuo di ba- Remba.1>(U1 A.l11. Ke Va.lam. Tabel 3
wahnya. Kerapalan tanah di atas keda- menyajikan jumlah air yang tersimpan
laman 45 ere sampai permukaan tanah ti- pada lapisan tanah per~ukaan sampai
dak berbeda nyata dengan kerapatan beberapa kedalaman sejak menjelang

151
pengsenangan di t,akukan c
SAM("' bebera9a ~edelacan 150 cm ha~pir konscan sejak
hari aesudahnya. Dari T•hPI tersebut sebelum penggenan~an dilakukan, waktu
terlihat juml3h air yang terdapal di penggenangan berakhir sampai 10 harl
dola~ tanah tcrtingsi pada saac c0, bcri!rntnya. Kejadian ini d i perkuat; oleh
yoicu pada soot tepat penggenar.gan d!lr"kerapatan tanah yang sangat besar
bt1rokhir, pa<!a lapiaan conoh a3mpei yang cardapat pada kPnalAoan di bawah
kt:ddeo1011 co,
60, 90, 120, dan 150 cm. ISO cm.
Sesuduh ~&tu hari setelah penggenangan
Reml:aoan A(,11. La.teJ!tl.l. Tabet 4 me-
bcrakhir t ernyat a bany&lwya air yang
terdapat pa<la lapisan t<111ah sartpai .
oyajlkan data t e nt.ang j uml ah air ta"
ca-rata dari beberapa hari pengamatan
ke<lataman 150 cm sudah hacipir konstan
sejak sebelu~ penggenangan dilakukan
meskipun masih lebih tingei bila di-
sa11pai lU hari sesudah genangan berld<hir
bandingkan deoenn sebelum penggenangan
yang terdapat pada beberapa kecebalan
dilakukan. Bahkan untuk lapisan taoah
lapisan taoah permukaan di dalam petak
permukaan sampai kedalaman 30 cm jum-
yang menerima genaogan dan sekitarnya.
lah air yang terdapat pada lapisao ini
Sedangkan Tabel 5 rr.enyajikan jumlah air
s udah konstan setelah J l""' peng-
rata-ratai pada setiap pada setiap
gPnangan terakhir. Hal ini l'lenunjukka:l
interval kPdalaman tanah 30 cm, pada
b ahua s emua air gPnane,an sangat cc pat
m3sing-masing waktu peng~matan. Data
mereobas ke dalao t~nAh. Bila dibao-
pada tabel-tabel tersebut mPnyatakan
dingkan dengan jumla~ air gPnangan yan~
adanya perbedaan jumlah air tersimpan
dibcrikan, yaitu 12,75 cm2 per 20 ~2
luas pctak arau 637,5 ac, maka nyata pada lapisan tanah. Besarnya jumlah air
sekali terlihat bah11a sebagi~u besar tersimpan pada lokasi yang rnenerima

air tidak tinggal pa<la petak yang di- genangao dac: lokasi berjarak 2 m di
genangi sampai pada kedalaroan 150 cm. luar pelak pada umumnya tidak berbeda.
Data menunjukkan bahwa air yang ter- Perbedaan hanya terdapat pada jcmlah
dapat pada lapisan tanab sam~ai ke- air di lapisan tanab pe rmuk aao s empa i

dalaman 150 cm tertinggi hanya 846 mm kedalaman 30 c~. Sedangkan bila di-
itupun bila dikurango deogan jUJ:llah air bandingkan dengan lokasi di luar petak
yang sudah ada sebelum penggeoangan berjarak 4 o, jelas terlihac adanya
dilakukan tinggal 86 cm. Hal ini jelas perbedaan. Jumlah air pada l okas i ini
menunjukkan adanya drainasi air. Gambar terlihar lebih kecil bila dibanding
memberikan petunjuk bahwa sebagian pada lokasi yang oenercma genangan,
besar jumlah air tidak terdrainase ke uncuk lapisan tanah sa~~ai kedalaman
kedala~An ni hAwah 150 cm. Data me- 60, 90, 120, dan 150 cm. Bila dilihat
nunjukkan bahva kilncbnz!ln a i r di baeah dari jumlah air pada interval kedalaman

H2
30 cm dari wak~u ke waktu terlihat rongga-rongga di dalam tanah yans
terdapat di sekitar 4 m dari lokasi
bahwa adanya perbedaan antara petak
genan~an. ~danya nilai koetisien kera-
i11Ul ~1enangan dan tokasi
yang tnt'nt:t be r-'
garnan (KK) antara 30 - 33,S7. rnenyatakan
jarak 4 m di luar pelak u auya terjadL
adanya variasi yang cukup besar tentang
sejak e,enangan berakhir sampai 3 h ar i
penyebaran data tambahan air pada la-
berikutnya, sesudah itu tidak berbeda
pisan-lapisan tanah di lokasi yang
lagi untuk waktu-wakcu berikutnya. Hal
m•norima genangan dan sekitaroya. Tabel
ini nenunjukkan adanya rembasnn air
7 menunjukkan adanya perubahan jumlah
yang cepat ke arab lateral pada lapisan
tambahan air yang cepat berubah dari
tanah di bawah kedalaman 30 cm sampai
wak cu ke waktu. Besarnya jumlah tam-
pada kedalaman tanah 150 cm.
bahan air genangan yang habis meresap
Twroahan Ju.mlah Ai..Jt V~m lap.Uan kc d'1lam tanah pada saat t0 akan sege-
Ta.1u:U1. Air genangan yang d i.be r ik en pada ra hab i s ber p i ndah mengi s i rongga-
pe t ek be rukur an 4 ct x 5 ru, t e rnyat a rongga di dalam tanah pada petak yang
Lidak hanya meningkatkan j umlah air digenangi dan lokasi di sekitarnya. Be-
pada lapisan tanah di lokasi yang di- S<t r nya jo1olah t ambahan air berasal dar i
genangi tetapi juga meningkatkan jumlah a.ir genauga11 terbesar terdapat pada
air dalam lapisan-lapisan tanah di lo- pe t ak yttng raene r ima genangan p ada saat

kasi sekitar petak yang menerima ge-


t
o· yaitu 86 mm dan kemudian menurun ·
pada sampai 22 mm tercapai pada hari
nangan. Adanya tambahan volume air pada
kc-9 sesudah genangan berakhir, yang
lapisan-lapisan tanah di petak yang di-
terdapat pada lapisan tanah sampai
genangi dan di 1okasi sekitarnya ter-
kedalaman 150 cm. Jumlah tambahan air
lihat pada Tabel 6 dan Tabel 7. Dari
yang terdapat pada lokasi berjarak 2 m
tabel 6 dapat dikemukakan bahwa secara
dan 4 m dari petak yang menerima
umum tambahan air yang terdapat pada gt!nan~an besarnya bervariasi, masing-
petak yang menerima genangan dan lokasi masing antaca 44 - 20 lnl)I. dan antara
di luar petak berjarak 2 m tidak 50 - 29 mm. Bila dibandingkan dengan
berbeda, perbedaan hanya terlihat pada jumlah air genangan yang diberikan pada
Lap i s an t anah pc rmukaan s ampa i, keda- petak seluas 20 m2 ini, yaitu 12,75 m3,
Laman 30 cm, Scdangkan pado Loka s i.
atau 637, 5 mm, maka jumlab air tambahan
be r j a r ak 4 r.1 dari pe t ak yang me ne r i r-a yang terdapat di lokasi genangan dan
genangan pada umumnya lebih kecil sekitaYnya sampai jarak 4 m besarnya
jumlahnye ta~bahao air. Perbedaan nen- masih lebih kecil dari jumlah air yang
jadi lenyap blla dilil1at sampai keda- nihPrikan. Hal ini menunjukkan adanya
lacan 150 crn. Hal ini menyaca~an bahwa rembesan air ke areal yang lebih luas
air roercmbes sangat cepat dan rneneisi lagi.

153
KESIMPULAN ini. Kepada DR. RJK Myers Expert tNOP
Dari hasil penelitian ini dapat Project No. CNS/78/074 (Cropping Sys-
ditarik kesimpulan scbagai beri~ut : li:?r.•), ucepau r e r ima k as Ih dis1:u::Jpaikan

I. Tanah podsolik merah kuning Nakau atas bimbingan dan naseharnya. Ucapan
dekat Kotabumi, Lampung utara yang terioa kasih juga tertuju kepada Ahmad
digunakan untuk melakukan percobaan Hasanudin dan kepada siapa saja yang
ini mempunyai kerapatan tanah yang telah membantu pelaksanaan penelitian
be rvar Las i penyebc r annyc • bo i k kc ini.
arah vcrtikal maupun lateral. Rong-
DAFTAR PUSTAKA
ga•rongga terdapar kedataman
antara
30 - 150 cm. Pada keda.laman anr ar a I. BAVF.R,r..ri., Soil Physics, John Wiley
& Sons, New York ( 1956).
150 - 200 cm tcrdapat lapisan padat
keras. 2. HILLEL, D., Introduction to Soil
Physics, Academic Press, New York,
2. Laju rembasan air di dalam tan ah London, ( 1982).
sangat cepat. Kembasan kc arah ke-
3. MITROSUHAROJO, M.M., S!SWOKO, W.H.,
dalaman tan ah terutama t er jadi di RASJID, s.. dan PRAWIRO SUM/\NTRI,
atas kedal enan 150 cm. Rembasan air J., "Air tauuh l<:!rdtodia bag I ta-
naman pada tanah podsolik merah
ke arah lateral terutama terjadi an· kun i ng di Nakau·Laa1pung", l\plikasl
tara kednlam~n 30 - 150 cm. Pembe- Isotop dan Radiasi (Risalah Sim-
pos i um TTT, Jak•rta, 19A6), BAT/IN,
ri an air gpnangan ~:n, ~ mm cepat Jakarta (1988), 579.
h8bis meresap ke dalam tanah dan pa-
4. MITROSUHARDJO, M.M., ABDULLAH, N.,
da saat itu pula air sudah mengisi SISWORO, W.H., SIRllANDO, H.W., dan
rongga-rongga tanah di lokasi ber- SUMARNA, N •• "Pe ranan seresah dan
pcroupukan N di dalam pening-
jarak 4 m dari petak yang menecima k at an produksi tanaman jagung",
genangan. Aplikas i Isotop dan Rad i as i (Ri-
salah simposiurn III, Jakarta,
J. Jumlah air yane dapat be r t ahan pada 1986), BATAN, Jakarta ( 1988), 553.
Lap Ls au t auah pe r mukaan hall)'Ci s ed i>
5. NIELSEN, D.R., REICHARDT, K., and
kit neskipun baru saja tanah Dene- llEIRENGA, P .J., "Char ac r e r i eat ion
rima geoangan. of field measured soil W3tcr pro-
perties", Isotope and Kadi at ion
TP.chniquP.s in Soi 1 Physics and
IrriRation Studies, (Proc. Symp.
UCAPAr; TERIMA ·KASIH Aix-En-l:'rovence, 1983), IAEA, Vi-
ann a ( 1983).

Penulis mengucapkan terima kasih 6. Draft Progress Report of Result


from field Experiment 1982/1983
kepada Kepala PAIR-BATAN, Jakarta, dan throught 1984/1985 to the National
l(ppala Pus at P~nP.litiA:n T'a nah Rngor, Upland Working Group, AARD-lFDC
Joint Project of Efficient Use cf
yang nemunekinkan dilakukan penelitian Fertilizers, Bogor 5 May ( 1986).

154
T•h•I 1. Rat1·ra1a kerapat•ll tan.-h .t••t-"1 \e.h.l-•n
l 1111 pi'dl 4 lD1t•j.j l""-"•-•t•ll.

'-*-d.•1-..n t•n..lh Xtr•i>etan ta."'l&h

• • • • • (;ft •••.•.• 1/m


s .........
15 1,197
1 1 , 18l
}O 1. 148
II 1,U-4
•5 1,035
III 1. 169
Go o,9a9
IV 1,236
15 0,96}
6,2" 90 1 • OJ3i
0,060
•O) 1. ,,,
J dan 11 l:>kast ill d.... pe ta>: yan.c Moeri1111 lit.'lu•an 12C 1,215
,,
fl I • lok1al !iet'j•r•lt 1 • c!arl pc ta.\ ya-r11 dt tcn.ar;1i
lalcast llc-rj1'ra~ ' " dart Mt•~ >-•n.t di.tertv,11
1}5 '.221
',248
1~c
165 , ,405
1er '.498
19'; t , ';2:8

"
11ttr (O.O'S)
612 "
0, 108

-aheJ J. Juril&h •lr ter,~.,..n 4•1u lapisan ta.n.1)1 pe1'91Ul:u.n .sehc1Ult


Jat1 'e!t.Ml1'h a~,....n••n di lalt:J.•••i.a.n.

-
Waktu
Ctl 0·3C ca 0-60 c. 0.,90 c. 0-IJ:O ca
•• hari •• . .
pp 1}2 278 4Z2 581 760
0 156 }18 486 662 846
n.125 •52 }10 472 648 828
0,25 146 }O} 46} 6}6 814
o, 5 141 }02 460 6}0 805
o, 75 ••• 299 451 621 800
14) }00 459 6}1 809
144 296 451 622 198
145 297 452 G24 U9
146 298 454 625 800
145
14,
298
29}
456
•••
625
618 ,,,
199

6 143 294 450 622 797


1 142 29} '47 616 191
•s 14>
140
292
2$9
448
4}9
618
60$
192
782
10 10 292 •u 6u 790
0,8" o.s
5 e " 12
0,9 " 0,8 "
1}
pp ""~k.tu pcndtlo •e~jeJ•~i pen11en:tftt:.An
w11k tu O 1up.ai 10 wsktu seja.l air Sl!:\A..'ll•n habi..s--wresap \e d•1••
ta:ta.t. Stlb!l~l Jn t-~ri ~ri1¢.t1f"ftV;11

155
Tahel •. JUllJah a1r tersi~pan dal1111 lapisan tanah pernukaan pa1a petak
yant aoneri"' gtn•ntt•n din teklt·arnya.

Lapisan J\AJfl ah •Ir tersll'llpan da1a• tan.ti •NT rr


t•n&li A • r. (0 ,OS)

• • • c ..... ................ ... .. ........... ... ' ...


0 - }0 144 1}9 14} } 2,}
0 - 60 296 291 293 5 2,2
0 - 90 452 456 446 1 1,9
0 - 120
0 - 150
623
798
626
804
604
163

9
1,6
1,5

••& • Jok11S pad• p1i1k yana 1t1tn1rl•a 1enan1an


lok11i berJari) 2 • dirt Mt•k y1n1 diten•n•1
r. • lo\:nst herjartk • 'It dtrl pet•) r•n• di•on111\at

'ra>i,.1 ~. At1tt11·r11t11 Jv~t11.h 1\1" ter,im.pon d1l11ti1 lntcrvi\l lteda111Mn tan•h


,\l'I tn, sa..,al \:e<latn1u'I 150 c111.

W•k.•.u llNT
( t) (0,01)

.................. 111r1,, ......... ... \

1 S2 155

170 161 151 15 6,2


16> 16~ 152 5 2,}
161 159 HO 5 z,,
155 155 148 4 1,9
2 160 161 151 6 2,5
7
4'
160
t60
16~
159
151
154 ,,,
},O

5 159 1GI 155 },2


6 160 16} 156 },5
7 158 16) 155 },2
8
9
•59
156
162
161
155
152 ,,,
},O

10 158 16} 156 },7

pp 1111kto pende\: ll!tn,tlanr ge11a111·an .tl!akukAn ~·


i.11_1n ,. "'·~kn1 ,fihit.u::i1 ll~ja}( '1"1?Ml.fl ~ir !Jt"n:ing:u• 'inl-.l" ner~~~I"

156
~··•1t1h t 8111h1ah11.n 11.i r pad111 t11;-h~r1t11• Ct1'• l Japtian
Tnhel •• P"t6•Tlt•
I nnAh t'ej 11\', «~rAn~A~ ~~rakhlr r.4;mp•1 \(') h11ri hf"t I liu tnv1.
h1•r11<11l till rt :ii r Re'11t11t""·

l.1pis3n .f11"'l :.II l•"'••h11n ,i, ..... .,


(0,05)
tan11h A f.

. " <.• ................ "" .................


. .. ..
\

0 - lO n
~~"
ll
14 ''
30,0
~}.9
0 60 l~
0 - 90 }2 ae If> 5 }},l

0
0
-
-
120
150
n
42 .,
ll 70
4l
8 }l,8
,2,0

A • •ckul p1d1 pet•k y11nt 1M11•rlll1 1er1-.r1•n


·" • lukas~ t1.11rj11r•k 1 '"Jv.rt fCt.11.'k Y•"'i (iccn11.ntl
r. .. lU~•!'i l•l'!Tj11ral< 4 "'<l•ri patt\lt yans; rH9eTu1i111I

t ,,·~~I 1l;iny11~nyn ta.M_.han air pada l11pi.S•r c11n1ih ptnruk.,an ~Pte\:f J


lSO MYI, h~TA~al daTI •lr l"'rAn~An ~l'\I ~\hrtik11n .

•1\111,ah tr..,.,t-oli11.n o~ T l\aca-r•tll


Wali.t11
( t)
• • r

"' . ......................
, •• hacJ.,. ............... .........
0 8~ ,, 50 56

0~25
u.5c
l
2
·~
S4

49
'9
>o

)0
16

}9
H
}O
42

''}2
••}2
,.
43

40
"
} 2'1

•5 }9 2} }6
''
..
}} }O }8 H
6 )1 '1 4} 40
1 n 42 }9
8 }2 }S }9 }5

1n
9 Z2
lO .,
5} 29
42
28
)8
,8
'Rata-rata

(ONT '
41

2f>,7\
''
(O,OS) 1okA!!i 8
11:ik tu
i nt~Tllk'I i ,.
rr,

15 7
---·- e (v/\•)
0

30

60

,0

120
"
~

r~ 15<

~
• 180
~

• ! 210

<:Mbar t , landUn1an 1.lT dt de1 .. -profil t•'f\t.h d11ld satwi.n


voJUM (8), t•da s••t Mnjol1n1 1e11an1andilakv-
'kan (pp)• tepat pada ~••t air l\abls •restp (t0),
1(t1), SC ts), daft tO(t10) hart l'l•rtkutnya.

158
DISKUSI karena erosi, maka tanah sukar di-
tembus air seperti lapisan dalam
yang teramati pada penelitian ini.
TEHU HERU DALMAN :
Kalau galian tanah ditimbun, umumnya
I. Apa ruanfaat penelitian rembe~un air
berasal dari lapisan dalam yang ti-
di dalam profit tanah podsolik mcrah
dak mudah ditembus air, seperti yang
kun ing di Nakau, Lampung bagi pe c an L
sekarang terdapat ditepi Way Rarem.
secara konkrit?
2. Dari pengamatan visual, tanah di
lNOROJONO
Lampung tidak tembus air karena sa-
I. Apa sumber radiasi yang digunakan
ngat keras. Hal ini terbukti karena
dan berapa besar aktivitasnya?
mudah erosi bila hujan tiba. Mohon
2. Berapa volume ukur alat tersebut
penjelasan hal tersebut sehubungan
(kemampuan alat mengukur kerapatan
dengan hasil peuelitian Anda?
dan kelembapannya?

H.H. HITROSUHARDJO:
1. Manfaat bagi petani antara lain : H.M. MITROSUHARDJO:
a. Informasi tentang adauya kelem- I. Neutron Moisture Heter yang dipakai
241Am-8e
bapan tanah mudah merosot (ke- menggunakan sumber radiasi
ring) bila tidak turun hujan da- dengan aktivitas 100 mCi. Gamma Den-
lam beberapa hari, maka perlu sity Heter yang dipakai menggunakan
ada usaha pengawetan kelembapan sum b er ra d i1as1 . I 37C o d engan ak t1v1-
, .

tanah. misal pemakaian mulsa. as 5, 1 mCi.


t

b. Agar petani m@nggunakan tid;ok ha- 2. Volume ukur alat yang dipakai adalah
nya pup1,1k bua t an , t e t ap i juga de- sebagai berikut :
n2an purnk-pupuk ;ilam, sP.pP.rti - Neutron Moisture Meter mempunyai
pupuk kandang, kompos, sisa-si$a radius neutron cloud bervariasi
panen, dan lain-lain, untuk me- tergantung pada kelembapan tanah.
ngurangi laju kehilangan nutrisi Pada kondisi 100% air r~diusnya =
tanah karena pembilasan air hu- 12,5 cm, pada kondisi tanah ba$ah
ian. = 15 cm, sedangkan pada kondisi
c. ~\gar pe t an i mc Lakuk.an uaaha pen- kapas i t as Lapang - 17,5 cm, pada
ccgahan c~osi tanah . kondisi tanah kering udara lebib
2. Tanah Lampung memang mudah tererosi, besar lagi (di atas 25 cm).
day·a ikat an tar a butir-but Lr r an ah - Untuk Gamma Density Heter, radius
tidak kuat terutama pada tanah bagi- sekitar 15-20 cm untuk kondisi ta-
an st as • Tan ah yang sud ah me nge lupas nah normal tanpa pemadatan. Kalau

159
ada kebutuhan lebih jauh hisa di- hidroul:k Rouductivltinya dalam kon-
lakukan [P< kerPhalan lebih terin- d is i lapangan.
ci~
MARCA U. dan N. 1.AKSMININGP.URI :
Di dalam salah satu tabel yang Anda
SUDRAJAT ISKANOAR
tunjukkan pada kedalaman 60-75 cm kera-
I. Bagaimana c ar a Anda menentukan ke r a-
p~tannya lebih kecil bila dibandingkan
patan tanah?
dengan kedalaman 30-50 cm, dan pada
2. Apa cindakan lanjut dari penelitian
kedalaman > 75 cm kerapatannya lebih
ini ?
besar. Kami mohon penjclasan?

M.M. HITROSUHARDJO: M.H. HITROSUHARDJO


I. Penentuan kerapatan tanah dil.akukan Mengenai adanya variasi kerapatan tanah
13 7
dengan hamburan s inar-0 da ri CO di dalam pr o f i l tanah, dapa t; di terong-
yang menjadi sumber radioaktif pada k an s ebaga i. hP.rikut.
alat CaDDna Density Meter model 1351 Daerah pene) iri.i:an ini ME>rttpakan daerah

buatan Troxler. Hamburan sinar-y yang dahu l unya hut an kemud i an ditebang
dari sumber di dalam probe yang dAn rlij~dikaa kebun karet, pada zaman
dimasukkan di dal~m acceestub~ di penjajahan Belanda. Sekarang ini meru-
profit tanah, mengalami bcnturDn- pakan daerah terbuka yang dikuasai oleh
benturan dengan butic-butir tanah, Perkebunan Karet Nakau, didekat dDerah
dideteksi dengan detektor yang ter- trarlsmisras i. Adanye r onggu+r onggu di
dapat di dalam probe di atas source, dalam tanah ini diduga sebagDi rongga
setcrusnya d i r ubah men j ad i augke bekas tempat akar pohon-pohonan yang
cacahan yang terbaca pada soater. sudah menjadi busuk. Tanah di permukaan
Ratio cacahan sample/stantlar kemu- menjadi padat kembali, sedangkan rongga
dian diplotka~ dalam kurve standar -rongga di dalam tanah digunakan uncuk
sebagai sumbu tegak, sedangkan sumbu lalu lintas air hujan yang meresap k~
datarnya ialah kerapatan tanah dalam da Lam t a nah , sehingga t e r j ad i semacam

kondisi lapang. Setelah dikoreksi e r os i a tau pengikisan dan pengendap-


dengan kandungan air dalam satuan an pada lapisan tanah di bawah rongga
volume diperoleh nilai kerapatan ca- -rongga tersebut.
nah.
2. Setelah penelitian ini, kami mencoba KABUL H. :

ntelakukan penelitian serupa pada I. Mengapa percobaan ini dilakukan ha-


jenis tanah lain untuk mendapatkan nyH terbatas pada kedalaman 2 m?
informasi tentang rembesan air dan 2. Apakah dalam percobaan rersebut ada

160
kaitannyu dP~gan p~n~ntua~ lahtln tingan untuk mcmanfaatkan hasil peneli-
pert•ni•n •tau mendirikan gedung 1 tian se r upa ini ?

H.M. MITROSUHARDJO: M.M. MITROSURARDJO:


I. Percobaan in i menggunakan ke d a l aman Badan/lembaga yang paling berkepen-
tanah sampai 2 m, karerta budid~ya tingan terhadap hasil penelitian ini
tonaman dilahan kerlng yang mempu- ialah lembaga yang bergerak di bidang
uya i, perakaran hanya s empa i sek i tat' budidaya tanaman di lahan kering dan
30 cna untuk tanaman palawiju den lembaga yang bergerak di bidang air ta-
sekitar 80 cm untuk tanamt:tn k~yu-ktt- nah.
yuan, maka k ed a l amau 2 111 i ni s udah Cou t oh , u1iin!<:1at perrt i ng ialah dengan
jauh melampaui lapisan perakaran ta- mengetahui kondisi peresapan air dan
naman. rertu dijelaskan bahwa, dae- rembesan airnya yang begitu cepat, maka
rah lokasi percobaao ini terletak di di dalam melakukan budidaya pertanian
daerah yang profilnya masih asli. lahan kering pertu disertai dengan usa-
2. Percobaan ini tidak ada hubungannya ha untuk mencegah hilangnya air melalui
dengan lahan pertanion dan :nendiri- evaporasi, misalnya dengan penutupan
kan gedung, tet8pi m~mpvnyai manfaat tanah dengan mulsa,dan usaha mengurangi
bllgi kcduanya. terbilasuya nucrisi tanah dan pupuk de-
ngan jalan memakai pupu~ kandang, daun
SOEDIYATMO:
-daunan dan bahan-bahan s~sa panen.
pa!am penelitian ini, apakah sebagian
I
dar i a Lr tanah Lidak be r a .s a l d ar i pe'r-:
1uukaan ? Oolam Ital yang dem i i
k an , d e r i
LILI M. MOELJADI:
Apakah penelitian yang anda lakukan ini
mana asal air tanah tersebut?
dapat dikerjakan untuk kedalaman l~bih
M.M. MITROSUHARDJO dari 200 cm ?
Air tanah berasal dari air hujAn. y~~e
memA1;uki p rof i l t~1n~h d an d i r e ruskan M.M. MITROSUHARDJO:
penyebarannya di dalam tanah baik ke Penelitian dapat dilakukan untuk keda-
dalam maupun lateral. Dalam penelitian laman sampai sekitar 5 m, mengingat
ini, sumber air yang menggantikanya panjangnyo kabcl penggantu~g probe
ialah air dari bak penampung yang dia- (source & dctektor) pada alat Neutron
lirkan ke dalam petak percobaan. Moisture Meter ini 6 m. Kemungkioan
yang didapatkan tidak jauli berbeda,
AGUNG SANTOSO: me11gingal adanya Japisan yang padat dan
Lembaga manakah yang paling berkepen- keras pada kedalaman di bawah 150 cm

161
sekitar 200 ~m d3n untuk l~pisan yang M.M. MITROSUHARDJO:
lebih dalam l•p,i kcmungkinan tidak ba- I. Sample tanah b e rukur an 5 m x 4 m ka-
nyak be r va r i a s i. ke r-apa r nrmyn , mi ambil ukuran yang dipakai IAEA
dalam Tracer Manual no. 171 on c r ops
CANORA dan HARWfKARYA: and <oil• Vienn~ 1976. Mengenai me-
I. Apakah sampcl tanah berukuran 5 m x wakil i a tau t idaknya tergantung ke-
4 m yang dipakai dapat dianggap me- ragaman kondisi tanah. Oleh karen3
Wi.lkili kondisi tetnC1li d i Nnkau s ec ar a itu, penelltian lebih lonjut pcrlu
ke s e l ur uh an ? dilakukall.
2. Apa saran Anda untuk mengac~si maRa- 2. Saran komi ialah agar dilakukan usa-
l ah yang t e r j ad i pada k ond i s i t anah ha pengawetan ke l embapan t anah , mi-
tersebut ? salnya dt!ngan penggunaan mulsa. Me-
ngenai laju alr yang cepac mererebes
ini dnpat muncul ke permukaan seba-
gai sumber air di beberap3 tempat.

162
LAJU Al'\CKUTAN SEDIMEN SUSPEl'\SI SUNCAI CISAOANE

Simuu l'c t ru s l; .:, . •, Jan lw r Lyono"

ABSTRAK

LAJU ANCK~TAN. StOlHtN SUSP£NS1 $\lllCAI CISADAN£. felah ~i\•kuk•n peoRukuran konsentrasl ltdimen
su.tp~nsi sun111 C1sadane •en11unakan h•aburan t•:il ,._.. Ao. Penilaian debit aedimtn 1uspcnsi
merupak•n fungsi tinier logaritaa terltadap debit 5ung•i. Laju angkulan ~triode tlh~n 1986-1987 adalah
I. IA4.808 ton per tahun.

ABSTRACT

THt tt>.TE OF SUSPENDEO SEOlKEM t:RANSPOR1 Al


4~l$.\bA..N:E lll\1£R. An experi~nr ., .... carried out to study
cbe c cecene e ae Iee of .tuspet\ded •td1acnt t,1::;.ing A• g._..,, bac:k5c<1Jt1n·ing. Su.tpended sedi'llltnt r.tit ina as I
LogaT"it111ic liniear !ucu~cion. The Te•ulta of study sh:wed that tt"~sport rate of •u•p<end•d during )966 And
1987 val I, 184.808 con per ye•t.

PENDAHULllAN kepentingan-kepentingan nasion~l (I, 2,


3). Henyadari rentetan akibat yang
Beberapa tahun cerakhir ini m~- dapat ditimbulkan oleh angkutan sedi-
salah kekeruhan air sungai menjadi ncn suspeosi, para pakar dari berba-
perhatian para ilttuan. Ral ini karena gai disiplin ilmu telah melakukan ber-
antara lain munculnya masalah penurunan begai jcnis pcnelitian dalalll rangka
kualitas air sungai, pendangkalan air aenemukan cara untuk mengatasi atau
sungai, waduk benduogan, dan saluran mengurangi laju ~ngkutan sedimen sus-
irigasi. eenurunan kapasitas saluraa pensi. Usaba ini semakin ditingkatkan
dan banjir, terutama pada daerah-daerah baik dalam ruang lingkup maupun da Lam
bertopografi rendah. Penurunan kapasi- penyediaan dana.
tas waduk dan bendungan juga meogaki- Al i r an sunga i merupakan suatu sis-
batkan gangguan pada sistem pe~bang- tem yang terdiri dari berbagai macam
kit tenaga listrik dan sistem irigasi. faktor dan komponea. Olch kareaa itu,
Berbagai hal tersebut di atas telah masalah angkutan sedimen suspensi juga
memhawa akibat yang lebih Luas. bukan dipengaruhi berbaga.i macam faktor (4).
saja bagi daerah pe~ukiman sepanjang Salah satu faktor yang berkaitaa lang-
a l i r an s ung a i , t e t ap i j11z::1 menyangkut sung dengan angkuLan sedimen suspensi
adalah debit sungai. Makin besar de-
• Pusat A~likasi lsotop dan Radias1. 8ATAi~ bit sungai makin pekat kekeruhan air

163
sungai bersangkucan yang berarti makin SCL6 pe/16.L
A lat yang d ipergunakan ada-
besar angkutan sodirnen suspensi (5, lah alat pengukur hamburan balik ga~ma
6. 7). .24 'Am yang telah dikalibrasi. Lebar
Pad a pc.r cobaan ir.i akau d i Lakukan sungai ~isadane pada lokasi tersebut 90
pengukuran konscntrasi sedimen suspensi m. Pada ?inggir kiri dan kanan dipasang
mcnggunakan metode harnburan balik gamma Liang yang dihubungkan dengan tali
24 1An
. pada kond i s i sunaa i yang bcrva- plaslik. Pada benrangan tali diberi
r i as i .
Oi san:ping i r u , d i kunpu Lkan data tanda yang m•n11nj11kkan pembag i an 1 e ha r
cur ah hu j an , karena pe rubah an debit sungai m•njadi sembilan w1layah yattu
sunga i. dipengaruhi oleh cur ah hu j an di A, B, C, D, F., P, G, H, dan I. Sebagai
d~PrAh aliran sungni yang diteliti. petunjuk pcngukuran alat pengukuT di-
MP1.::tlui pPrf'oh;i;in ini d i har apk an akan tempatka~ pada posisi O,? n dan P.,8 D
dipernlPh hPnr11k huhung an ant a r a kon- di man a D ada I ah keda l aman . Pen211k11rrin
s en t r a s i s ed i men s us peo s i ;:it .::111 rlAhi r dilakukan dengan rnenurunkan a lat peng-
angkut an sedimcn s uspe ns i de ng an debit ukur ke dalam air dari atas per ahu dan
sun1;;>i. Selanjutnya dapat d i h i t ung l a j u untuk monjai;a kes t ab i lan pcrahu tet:-

angku t an s e d imeo s uapena i. c.~h.unan dalam sebut di ikatkan pada tali yang tel ah
c~tu~n ton per t~t,un. dibcntongknr. dar i, liang di k edua b e l ah
sisi sungai. Data debit sungai Cisadane
pada lokasi inl dipcrolch daci hasii
OAHJ\N (}A!\ .\!ET()l)E
peng1.1kuran rutin yang d i Lakuko» Dina~
Lck.a.o<'. l'e.M,li)°.,(4n. Lok as i y.1:ig d 1- Pekerjaan vmum, daerah Ta~gcrang. Di
p i. l i h uut.uk pene Li t i an t e c Le t ak di de s a samping itu data curah hujan harian di-
Penunggangan, 1'anger ang, Jawa Baral, pe r o l.eh dar i be rb aga i s t ss iun p engu+

sckitar 7 km d a r i Bendung l'asac Bnru kuran curoh hujan di daerah aliran su-

Tangerang ke a rah atas al i r an (~ps- ngai.


t ream) .
Daer ah aliran sungai Cisa-
dane dalom r u1111 r; c akupan bendunR in i
HASIL DAN PE~~BAHASAN
mempunyai luas sckicnr 107.000 h~kcar
denga11 bentuk anak sungai dan geol.ogi
Hasil Pengukuran konsencrasi se-
seper[i ditunjukkan pada Gambar I. Ban-
dir.tcn s os pens I yang d i l akukan pada ma-
dung Pus ar Baru be r Iungs i sebaga i sua-
sing-masing wilayah penampang sungai
cu sistem irir.nsi, pcn~cndalian ban-
menunjukkan bahwa konsentrasi pada ti-
jir, dan surnber pengolahan air minum
t i k pcng1Jkuron 0,2 D cenderung lebih
serta keperluan pabrik.
kec i l dar i pada O,!l 0 (Cambar 2-11). Hal
'.ni diperkirakan karena sedimen yanr,

•.64
tcrsuspensi cenderung bergerak kc arah di ~ana C5 adalah konsentrasi sedimen
bawah menuju dasar sungai daripada ke suspensi (mg/l) dan Q adalah debit
w
arah atas menuju permukaan air. Kecen- sungai (m3 /s).
derungan tersebut berada di bawah pe- Hubungan antara debit sungai dan debit
ngaruh gaya grafirasi dan ukuran bu- sedimen suspensi lazim disebut penila-
tiran. Kare.n11 pPnearuh gaya grafita.- ian debit suspensi (suspension-dis-
si, makin besar ukuran butiran sus- charge rating) ditunjukkan pada Gambar
pensi makin bcsar kccepatan butiran 13 dengan persamaaa regresi:
bergerak ke bawah. Bersamaan dengao = 0 02 Q 2,46.
()
pengaruh grafitasi terdapat pula pe- s ' w
ngaruh aliran-3liron turbulen lokal. di mana Qs adalah debit sedimen suspen-
Ali ran t u r bc l cn i o i mCmbv1.•t S;c:-neras i si dalam satuan ton per hari. Persama-
olakan-olakan sehingga sedimen bergerak an tersebut membedkan pengertian bahwa
ce esuapens I dar i. daerah konaent r as i le- dengan mengetahui debit sungai, banyak-
bih tinggi ke daerah konsentrasi le- nya augkuton Sedi111t!n su:;pen:>i dapat
bih rendah. Dengan mckanismo demikian dild tung. Deb i t s ed i oen telah dihitung
berarti grafitasi dan curbu l eus i 111el11- l>erUa•arkan anggapan bahwa debit sedi-
puny a i peug aruh ycaug domi uau olaS gra- men s ec ar a Lang sung hanya meningkat
d Leu kouseur r as i sed imeu s uspens i 1neng- karena perubahan debit sungai. Karena
ikutl kedalaman sungai. kemungkinan lain dapat pula terjadi
Kons e n t ras i r at.u= rnt a ant.ar a ma- dimana pad a mus~m kernarau yang seha-
sing-masing strip tidak menunjukkan va- rusnya debit sedimen kec Ll saat debit
riasi yang nyata untuk debit aliran ter- sungai kecil, tetapi ternyata debit
tentu. Hal ini memberikan pengertian sedimen besar, disebabkan kegiatan-ke-
bahwa dengan debit aliran tertentu, giatan manusia di sepanjang daerab
konsentrasi integral cenderung homogen aliran sungai dan longsoran pada tem-
sepanjang penampang aungai. Konsentra- pat-tempat tertentu. Keadan seperti
si Redimen s ns pens j, berubah cepat meng- ini, dianggap tidak mempunyai hubung-
ikuti perubahan debit sungai , Hubungnn an deogan persamaan tersebut. Dengan
mPnggunakan data debit har:an telah di-
antara konsentrasi dengan debit la~im
hitung debit sedimen bulanan ditunjuk-
diaebut penilaian konsentras i s us pens i
kan pada Tabel 1. diperoleh angkutan
(e..-pen•ion concentration rating) di-
sedi~en suspensi paling besar terjadi
tunjukkan pada gambar (12) dengan per-
pada musim hujan dan paling kecil pa-
aamaan regrcsi
dD musim kemarau. Hal ini disebabkan di
musim hujan, tanah tererosi dan ma-
cs ~ 0,21 Qw 1•46.
suk ke aliran sungai lebih banyak da-

165
ripada musi~ kemarau. SebagaiEana tc- sedimen suspensi merupakan salah satu
lah d:kctahui nujan merupakan penyebab cara untuk menilai keadaan erosi DAS
utama cerjadinya erosi tanah dan ter- yang be r s angkut an , Dimana has i l terse-
bawa aliran permukaan memasuki su- but dapat digunakan sebagai acuan pada
ngai. Karena itu, sedimen yang tclah penelitian erosi.
ad;, di dalam sungai dominan bersumber Pendugaan laju angkutan sedim~n
dari tanah daerah aliran sunxai ber- suspensi berdasarkan hubungan antara
sangkutan. Walaupun banyaknya angkutan debit sedimen dengan deh;t sungai. te-
sedimcn merupakan fungsi debit se- lah dibuktikan mPmherikan hasil yang
dangkan debit sungai berada di bawah menuaskan. K~rena itu, persamaan regre-
pe nga ruh cur ah hu j an , r et ap ; kedua si yang telah diperoleh diharapkan ma-
macam variabel tersebut (debit sungai ~in dapat dipe~gunakan untuk oenentu-
dan curah hujan) cidak menunjukkan kan laju angkutan sedimen auspe.ne i un-
bentuk hubungan yang jelas dan tetenrn. tuz tahun mendatang khusus pada lokasi
Hal ini diperkirakan ka~ena hanyak fak- ya~g Sao.a. Perhitungan sepcrti itu di-
c or- faktor la in yang r cr-ur berpenga- perlukan untuk menganalisis rata-rata
r uh . angkutan sedimen suspcnsi cahunan dan
perubahan yang mungkin terjadi pada
Berpedoman pada anr,gapan tad: dan
t.3hun tcrscbut.
d a t a debit h ar i an , selanjucnya dihituog
b au ynknya engkuz ao scd imen aus pens i
KESIMPULAN
mcl~lui penampang sungai pada loka~i
pcngukuran konsentrasl suspensi. Oiper- Konsentrasi sedimen suspensi makin
oleh laju angkutan sedi~en suspensi besar r.iengikuti kedalaman sungai pada
I. 184 .808 ton per c ahuo . IC la: ini lokasi tidak jauh dari bendung Pasar
mertbe r i k an pengertian bahwa sedicten Baru. Konsentrasi integral sepanjang
susper.si yang telah t e r angkut sejumlah penampang sungai cenderung homogen. Pe-
I. 184 .808 ton pee tahun 11ccupakan hasil nilaian konsentrasi suspensi atau de-
sumba11gan dari 107.000 hekcar Daerah bit suspensi diperoleh dalam bcntuk
Al h an Sunga i, (DAS} yang eel ah meng- logarit~a dan melalui pe:tilaian ini
a l ami proses crosi. Dimana setiap laju angkutan sedireen suspensi dapat
hektar tanah di dalam cakupan DAS telah ditentukan. Menggunakan data debit ha-
tercrcsi I I con per hcktar per tahun rian cahun 1986-1987 secara kumulatif
yang mengakibatkan kekeruhan air sungai diperoleh laju angkutan sedimen suspen-
d3lan bcncuk sedimen suspensi. Daci si sungai Cisadane I. 184.808 con per
analisis ini dapat pula dinyatakan tahun atau raca-rala 98.734 to:> per hu-
hahwa melalui pengukuran konsenlcasi lan.

166
Penilaian lebih lanjut diperlukan simple radioisotopes X-ray trans-
mJ.ssion gauge for measuring sus-
data debit harian - tahun 1987 1988 dan pended sediment concentration in
seterusuya untuk menganalisis laju ang- ~ivers'', Radioisotopes Instruments
in Industry and Geophysies (Proc.
kutan rata-rata tahunan dan perubahan- Symp. Vienna, 1965), TAF.A, Vienna,
perubahannya. I (1966) 395.

3. ANGUENOT, &.C., A Nuclear Gauges in


sedimentology (Technicttl Reports
UCAPAN TEIUMA KASlll Series No. 145), IAEA. Vienna
( 1973) 203.
Kepada seluruh staf Subbidang Se-
4. IAEA, Tracers Techniques in Sedi-
dimentologi PAIR kami ucapkan terima ment Transport (Technical Reports
kasih atas penyelesaian penelitian ini. Series, No. 145), IAEA, Vienna
( 1973) 217.
Teri ma kas ih JU&" untuk Sri Bunga ,
Mahasiswa Jurusan Fisika FMIPA-UI, yang 5. PAPADOPOULOS,J., ZIEGLER, C.A., "Ra-
dioisotopes technique• for moni-
telah r urur ambi.l bag i an da l ae pC!neli- toring rsedimt!llt concentration in
tian~ rivers and stt'ams", Radioiso-
tope Instruments in Industry and
Geophysics (Proc. Symp. Vienna,
1965), lAEA, Vienna ( 1966) 318.

' OAFTAR PUSTAKA b. FLORKOWSKI, S. K., "Ferformance of


nuclear sediment con~entration
gauge", Isotope Hydrology (Proc.
I. ~cHENRY, J .R., COLEMAN, N.1... "Pe r+ Symp. Vienna, 1970), IAEA, Vienna
forRR1nce of nuclear sediment con- ( 1970) 545.
centration gauges", Isotopes in
Hydrology (Proc. Symp. Vienna, 7. GRAF, W.H., Hydraulics of Sedimen~
1967), lAEA, Vienna ( 1967) 207. Transport, Graw hill Book Com-
Mc
pany, New York, St. Louis, San
2. FLORKONSKt, T. • CA11ERON. J.E.~ "A- l'ranci•co, ( 1971).

167
l'ab~l l, jlrliit ;editact• suspcns r tahur. 19~6 • l!U!:

• l<HIY.8' I ,.,; 1'986

'.),, Q, Q.
JUf'li 19R:6
Q,
. ~~--
'1,. Q,
·-·---
I 14, ss '.i 2. s s l 7 I, JS SSS2. J2 s 7 ,0(· J.flB.40
1 '->6,Sl }6t .OS l26.8J 1634. :cl 40. 7 l 161.lJ
3 47 ,66 237. 29 114.K' 2064. ;3 3~ . .i.s 9K,9fl
•s su.ee
4l. Sl
2·;, . .'I.
18!>. s1
sa.11
76.l~
lS!l,tb
1s:..t3
su. IJ
2-9,t:.
l'.()
lJ •.lO
,()4

• 39,99
, ,8,99
15.t ,O.'i
l?-t~.~J:
74.41
6',:S2
709. 74
~]>I. 11
1ll. ii
28, l;
c:.~.22
4S.tt
R 8fl. ~R 1()4,,$6 Sfl . .tr. 112,16 S9, 4• 148.96
9 12.81 67-4. l6 71 .6~ 646.74 S9.S5 410.lS
)) 99,92 l.4fi5. l~ 63.0S 47~. 14 88.3k 1093.59
II 54,#ll ll.t,63 1211,61 2726,C? tS,OS106,60
12 .,, . 7~ 790,92 86.61 1030.99 ~7.11SS.2.?9
u "~. 4'.s 911,90 t.8.4ri >71,41 lb, I~ 120 ... ti
14 86.63 103l, ~II 54.&4 l3S,ll8 48,0) 241 ..., ..
rs 82,22 907, !9 19. 'Jl '!'40.S9 1~2. J? 4119 -~"'
is SJ.42 314, IS 168.43 S191,17 SS, 4l S.17 ,29
4 !I, 4 7 24 7, l] 9).St ll4:',l? -SJ. 7• •as .oc.
"
18 J9.99 lS.f,12
24Sl,17
!.4,J!.
71, 76
496, 16
649,18
J79.7i
SJ,43
6211.94
314,29
"
2)
21
12J,l'
139.42
58,81
l.324, S9
l~J.3. 93
S.7 .4!
48. 13
375.3S
250,60
4fi.3i
39,28 14] ,-48
22l.80
11 46,ll i1,3, "'.'6 S7 ,-44 l7S.S2 55,40 ]4l.b$
41,47 )9 .96 l54 ,03 '1159,9C
:10,&b
"2;" 106.ll
72,18
163.Sl
1699. 58
653,Sb
311. ](l
51,44
ll6.t0
2$t.28
S?,6S
50,SJ
318.90
427.16
26 6S.3t S16,Sl lS,O~ 111 .cs 47 ,99 2oll, JS
27 68, 71 SRJ,41 12,9£ ss.so J69.44 36523.08
2H 46,ll 2?1, jJ :U.19 4).64 18, 1; 14()6,56
29 19.93 JS4.03 53.60 116. 16 S0,6S 429 .zs
36 q] .3, l203.S3 129,6S 2780.fl ~I .JS -441.SJ
JI 69.:H 596. 02 44,1!) 17'/ ,651

T,,t11 2•?Sl. S8 32196,47 S12.t4 ,97

r11n1J:•I l\~ustus l9Sb SeptMtJer 1986 Ok ecber 1986


Q. Q~ Cl,. G, \ 'I,

19.S2 14n.sf, ,,0, S9 i'9, 7~ 10, 1S '6Mi. 6~


l~.46
S7 .6s
11.4.6?
378,9'.)
161 .10
76.74
4743,62
7ES ,6S
S7 ,3? 3,•, 10
116.9f> 21S6 18
4 4Q,76 263. 8] lOJ.41 22141,01 73, 73 titl. ~4
> Jl$ .9(1 3125.34 135,28 l087 ,03 152.19 4lll.Oi
6 l M) .86 .\4UY,b1 /t.44 7Sl.ll 62,00 457. 9-C·
7 tJ2 .06 2°S09,411i 5t ,4S 286,41 J) .ss t:U, rl4

••
A:t ,42 68!!,64 44,~I 200.56 '46.7Z 2:25,3:!
£9,4S I I 16, l t J 26, ll 17$l,26 }l ,J9 lW.92
10 ~0.08 41'>.~9 S7. 22 111 .PP 241, 84
II 60,46 415.95 51,S2 287 .lll
"'· 12
11~.8.t ?IM. ::9
12 @2.19 906,33 49.01 2S4 ,10 78.49 801. gg
ll 46.87 227.71 4S.8S 212,6? se, 2a lll.$17
t• 106.93 t 7ll. 26 53.21 lll.98 4S,6S 21l.l1
I> 70.98 bJI ,90 SI.SS 287. 79 60 •. lfi 423,33
16 50,6~ 11S, S9 46, P.7 127.73 J!i,91. 111,.19
17 1?,8? 15J, 19 !t3, 12 1232.l!i 30,$4 r9,JI\
1• lS,ll 11?. b~ s 1, 71 Z'?O. 2' 4a.a~ 2~1. 6~
l9 31,JS R'>.4' l&.77 142,Jl ll.86 11>2 ,JI
20 l0.9S •2.01 l6.8; 126,DS 17 .Iii. 1,\4,6)
21 l0.08 76.Sl 14,6? 716, !2 24. l l 4.4.47
22 29.6S 73, 85 111.09 1944. 00 21, 41 lJ,37
'"2S
24
19 ... 4
J0,09
72,S1
76,5':
136,ll
110.9,
3114,96
1891.42
21. 2t
JO. lit
11.69
•u~
48,0S 147, 09 70,61 621,89 '1, s: lJs.JJ
26 61 ,l6 441, 71 116,54 2619. 43 S2.48 lOO.SS
21 I }~.96 3182,17 16. SS 760 .99 56.!.7 S6J.~O
a 41, 1~
18J ·'' SB.&1 Jtt, 26 ~6,01 !>47 .67
29 32 .l7 &o,g9 9?, 11 lit.II. lS 13. JS 69•.oo
lO 31 ,61 86,40 9S,g6 1!20,63 76.7S 76S,SO
ll 29. 44 12,Sl 112,70 19'tf.11

Total 22002. II 513~0.~;\ 13801,57

168
169
t
!

T~luk

• l4 1(1(

ro-o::i
L!.;..!J

tok;1111
D fo11ns votcentc l'llck,s

eene l i ti an ~ G;anteng forq.ation

~ojona;nanik rorlfl.ltlon

170
Leb~r •>ir•n 95,) m 3
i)ehtt at i ren (~) • t44, 72 111 1~

4 I c D t
, G H

0 I I.
I I I
I 63~,8 6li,6 S9Jp
St ,J
I
6lt,3
I
6li,J
I 6~1.•I 6•~,6
I
I
I
I
I I
1 I I I I I
I I I I I
I I I
I I I I
I I I ?tq,1 767l•

I
721~> 7S~.· 761,6
I
I 71Jt3
I 7!1 ,,l
I
I
I
7~·12
I
I
I
I I
II I
I I I
I
I
I
·I

I
I
I
ledalMU (ol

(,phtr l. VenllJkUran kon~el\t1•Sj ~Cdi•eo )U~pCl'l'i (mt/I) rnd~ pen~~pan- -ltr,n

lt'lliar alLr•n
9!.,2" J
Oebit •li r•n (~) • J08,12 11 /s
4 • t: 0 f
, G II
0
6Al:.7
I
I
I
I
76S~S
I

71·~· ••d.•
I
I

I
I
I
97j,l
I
649~3
I
. ~.,
I
I

II
.,s
I

'"I'I
I I I
I I I I
I·I
I
I I' I
'
I I
I
I I

2
79~3
I
I I

.,,~,
I
,,,,.
I
I
'''I'I
I
I

9zL1
I
I
!l?;l
I
I

915~6
I
I
agzp
I
I I
14112

I I I I I I
I I I I I I
I I I I
I
J
ledal••n (ao)

C'.. Mar 3. Pcnsukuran k-onsentr1si &edunen suspen$1 (•t/1) pada pen•pt;1l1· •1iran.

171
---.
!.t-ha1 a 11 r;111 ~ti,S m
lll"h1' o Ii rflll ro,.i
lf1 ,6.t 111.lts

•'. II ( <; H
0
I I I
I I I I I I
I I I
I I Jo11f ,• uos , 1 l 1 H ,8 usr.e
ti:l)f ,o! I 119~,l lU~,7 '·"~ ,J
I
105~.' I
I
I
I
I
I '
I
I I I
I I I I
I I I I I
I I I I I I
I I
I I I l I
II
101.1 '
I
I I
I
I I I
I
I
I
,I I Jd6,6
I
I
I
11211.s
I
I
: lJl,6
I
I
Jlli~,J
I
I
I
12lj!,J
I
I
1;!24,(,
I
I
lll~,7
)19~,.
I
I

Kedat annn
' ·"--
I I I
I
I

C•J
r.aal)a.r ~ v ...nmk11 ra11 k<ins~nt ras : &c<l1 mtn .-.11'ltCn'> i ( ttg/ n l\.<i:\11 per.an.p11.n11 11 lt ran.

--,
I r1 ••11' 11l1ren ~11,! 111
0-('bl t II' r at- (<'\,>) .. ~:}'),IR I" t 1,

·' • r n , n II
" I I I I I I
I I 16$31,~ I I
1$~~. 4
1t.2:~r"' I )6) •• 6 I
, I
t(o1/,1
,
I
,
I
161f,7
I
I
I
I
I
IIi 71, ~ I
I
16].l,7

lI
1601!2
I
I
I I I
I I
I
I
I
I
I
I '
I
I
I I
,
I
I
I I
I
I
I I I
I I
I
'
I I
I
I
I I I
I
I

.., ,
I I I I
I
I
tMk.s I I I I I I
I
I
I
I
I , I
I
I
1681::1,3 I 111: 4
I ' 118, ~
h192~·
I
I
j
I
HJ6~, 4
I I
I
I

'
I
I
17.tll,
I
1
I I
I
J6St, 7
I
I

IC•dt lAma?\
I
I
I I
I /' I I

r.11mh:r.r :. J'i:nauk u1 ilfl knr.'lt.1rirr•~ i ,.,r1 I iru!l'I r.11<1reu:i1' (ns/ I) p11:I.; per.Mnpip;i i 1.u•111\,

172
.,,,, . ,111J•:11
oti .. :11 ''i~)
m
•,41, I ' "'1t,
'
0
A r.
I
0

I
• I
r.
I
H
I
I
I
2oe~.1
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
1
I
I 2051,.f
I
I II '
I
I
I
I
I
l 996~ 4
I
199~,z 2oi)2,2
I
I
206-,7
I '
I ... 1.1 u1•·•
I 201,,J I
I
I
I
I
I
I I I
I
I II I
I
I
I I I
I
I
I
I
I II I I
I II I I I I I
I
I I
I I
I
I
I
I
I I I
J
wf,
I
1
I

20•1.1 2oj1 .•
I

I
I
I
211,,L
I
2141,J
I
2016}1
I
'tlf·'I
I
I
I
I
,
I
Zll&,1
I '
I
I
I
I
'
I I I
I I I
I
ICe.dala.11.1" (•)
r.sah•T 6, F~~rvkur•n \Qnt~ntr•~l .!U:rli•en $ll.$l"'CA$1 {11J/l) peda per1111npan1 allran.

IA:har 1Jiran 97,~ •


!lehi t 1Ji rar ~) • S9S,1)
3
m /s

A •I c 0 ! , 0 H ,.
0 I
I
, I
I I
I
I
I
I I
~Llt•' I
I
1
I
I
I
'
l19t.1
I
I
I
2.2U,jl
I
I
2so•I • 2!_!l, 1
I
I
I
lllf .s 2111.'I 217~,l
I
220>,6 I
I I
I I
I I
l
I
I
I
I
I
I
I
I I
I
' '
I
''
I
I
I
I
I ''
I
I

II '
I I I
I
I
'
I
'
ll':l!,b 2~ll,6
I
22•i·'
2JJ~,3
I 229,,<4
I
I
I
'
2361. 7
its.{•
I
I
221~l2
I

I
I 'I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I I I
I
I I

1~C•1•••n (11)

c..... , 7 Pen_gvlcuran \011icntrasi ~edilnen suspcnsi (•s/l) pid• pon•llljlll'll 1li.Tan.

173
lzh, 1 •1tr;u, 'J4,t· If
fw:l'tit" •Ii r•n ((),,,) 10•.•s .,l ,~
,\ • ,, r c
I
I
I 'I I
ti

I
I
I
I I
I I I I I
I I I I I I
\1:0.' I I I I I
I 1111., 11'-'·6 I I ,.,j,l 32<¥.s ~,,, .. 2
I I I I lllt ·' I I
s1f1,, I I
I I r llPt.1 I
I I I
I I I I I
I
I
I I
I
r
I
I I
I
I
I
I
I
I
I I
I

I I I I I I I
I I I I I I I
l29t ,3 I I I I I
l I I I lll~) I
I I
I
I
l2MI ·'
Hi},< I
I
I l~~.· I
I
1~'-'Js
I I HIJfl >ll>a,, I I I
4 I I Jla.,l I I
I I r
I I I
I I
I I

~ JttJ1 IMl.•n r ...


GaMar v. Pensuiar•r. k.t11'M"n(r:u.~ \et:hten '\D<i..pe1sl f•.,g/1) P•"• ~tLaapan1 •lira.a,

174
lekaT nllTan 99,0"
i.tnt 11li1"1r. (<\,) 1b1, Z2 ,._l/s

-·-"
t 'I
•I " I
e II
•I I
I

l.
I I I
I I I I I I
I
I
l.'ft2,4
I
I
I
I
I
I .ml.• I
I
JJOil ll9:it•I
I Jlllp:1 I
I
I
.}ll>", l
I llt j, s I J28,,4 mjl,1 I
I I
I
I
I I I I
I I I I
I I I I I
I I
I •I I I I I
I I
I I
I I •I I
I I 'I I
I
I
I
34\6, l
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
•I
•I
I
I
I
I l43t·'
I
I
I
I
I
I
345~··
s•u,1
I
I
I I I
3•~,6 I lJ912 '1
I I I I
I I I
l ]41,,8 I H~,l I
lllli' ,l l I I
I I I
• I I
I
I
I
I
I I

s
Ked•l-...n (•J
GU1b1r ic , Pen1ukuT1n kon:.t"nt1~1'i ,,lhmtn ~uspen~i (ma/1) p1rl11 penMtpal'lf allr•n.

l.ehl'r 1tiran 99,2 •


ne~i t alir•~ (~) • lllo,'!I a3/s
,. ,. c H
c • • " H

I I' l I
I I
I I I
I
I
I I •I I
I
I
Jll It ' I I I I
~~4 t' ~
)461,~
I H,P,1 147~,4
I
I u21.• lS4~,z JS~,2
I I I I
I J4&4,1 I
I I I
•I I
I
I
I I '
I
I
I I I
I I I
I
•I I
I
I
I I I
I
I I I
I I I I
I I I
I I
I I I I I I I I
I I I I I I
I I I I
I I I I I
I
I •I I I I I

, ..
3S8j,' I I I l.6f19.s

,..
I I I 161.,2
I I 3601,J I
l60l.4 I I I I
JS91,6
I
Jstj, 1 I
I
I I
I I
• I
I
I
I
J I
I
361~,2
I
I
I
I I
I
s
Ked1l••11n (•)

t;Amhar ll. l'enJtUli.uran \cll':lo::ntrasi sedi1'cn SU.~Jiel)si l•~/I) pada p~nu.pan1 aliran

175
' '""5_.
'

-•
"! ~
J
i
..
5

i

:i
~
J

. .........
·.
.

~
....

' . ' . .......


-.

176
OISKUSI
SIHON PETRUS CURUSlNGA:
I. Makin basar kecepatan arus •unBai
ACUllC SAHTOSO: makin tinggi aedlmea auspeaai yang
I. Paktor - faktor apa yang mempeng•- terangkut.
ruhi penentuttn pcrsamoan QS - 0.02 2. Peraa•aan teraebut diperoleh berda-
Qw2'46 dan berapa IQma wok.tu yang sark4o •nali•ia data dengan
dibutuhkan untuk aelakukan p<neli- kutt•lt1si r eg ee s i s edc rhana (y • ax +
tlan ini 7 b) kemutJijn hasilny• dibuat dalam
2. Apak"h •da kemungkinan koeflsien bencuk pe~•ema•n eksponcnsial, diaa-
persamaan t~raebut mengalaai p~ru- na a dan b sebagai konstanta.
bahan unluk 5-10 t11huu m.eodatang ? 3. Pecsamaan ini hanya dapat diandalkan
u~cuk sungai Cisadan< pada loka1i
SIMON PETRUS CURUSINCA: penel itian.
I. Paktor-faktor yang •e•p~ng,.ruhi pe-
ne~cuan persamaan tersebut ialah ka- SUDRAJAT ISKAJIDAR :

librasi alat. Pelaksanaan penelitian Kenurut basil evaluaai Anda, aedimen


ini membutuhkan waktu setahun. yanR terangkut sesuai dengan besar ke-
2. Kemungkinan itu ada, kareoa itu un- cilnya debit. Selanjutnya basil anali-
tuk memperkirakan angkutan
sedimen sis bulanan terlihat ancara bulan yang
suspensi, pada 5-10 tahun mendataog, satu dan lainnya aedlzen yang ter11ngkut
perlu dilakukan pengamatan ulang un- berbeda. Faktor-faktor apa yang menye-
tuk memperoleh hubungan Qs vs Qw di- babkaa perbedaa~ ini 7
waktu itu.

SIMON PETRUS GURUSI~CA:


MAURITZ t. TOSINC
Perbedaan angkutan sedimea suapenai bu-
Rumus ~Cs - 0.21 Qw1•46 (I)
lanan disebabkan oleh curah hujan bulan
d8n Q• - 0.02 q.,2·46 (2).
berbeda dan faktor-faktor ya~g mem-
l. Baga iman hubungan aotara Cs dan Qs
pengaruhi debit sungai tcrutama adalah
(arti fisi•)
~ dAn apa k a h persamaan
curah hujau tersebut.
ini secara ~mpiris?
2. Bagiamana cara ~nentukan harga fak-
tor ekcponensial 1,46 dan 2,46 serca SUPRATMAI\ :
0,21 dan 0,02 cersebut?
Ootuk celakukan penelitian s~rupA ini,
3. R""'us/pcrsaa:ian iai sudah dapat di-
•pal:ah dapat digunakan sedimen suspensi
andalkan dianalisis untuL beberapa
buatan yang dilabel (ditandai) dengan
kondisi sungai maupun laut? radioisotop?

177
SIMON PETRUS CURUSINGA : cersebut dan bagaima~a akurasi hasil
Hal itu dapar dilakukan, cecapi perlu pengukurannya ?
dipertimbangkan masalah proceksi radia-
si cerhadap r ja maupun l ingkungan
peke SIMON PETRUS GURUSINGA:
dengan menggunakan perunuc radioakcif. Alal ukur ini mempunyai MPC 500 ppm
Di samping icu, telah dapac diperki- akurasi pengukuran makin baik j'.ka kon-
r ak an bahva mP.nee,irnakAn f"Pl"nnut 1 eb i h sent r as i sedimen suapans i m~k{n t i ngg i ,
sulit pekerjaannyn d3n menganalisis da- Oleh kar~na icu. penggunaannya baik pa-

canya dalam ~enca~i hubungan ancara da saat debit sungai mulai naik hinssa
konsentras~ pcrunut dcngan konsentrasi ra:1ksimum.
Gcdimcn su3pcnsi.
NURWATI HADJIB:
N. LAKSMININGPURI : I. Apakah ha s i I penelitian yang berupa
Acas dasar apakah Anda menggunakan persamaan Qs • 0,02 ciw2·'6 berlaku
24 I
Am sebaaai perunul, sedangkan 5Cla- untuk scluruh dacrah aliran sungai
24 I (DAS) baik hutu maupue hilir, IJA~
in sumber sinar gum:na Am, nda su!llber
sinar g•mma lainnya? yang lerlutup hutan dan tcrbuka.
Bagai:nana pengaruh curah hujan pada
SIMON PETRUS GURUSINGA: DAS sete:npat?
241Am 2. Apakah diteliti juga sedimen suspen-
dipakai b1,1kan sebagai perunut,
mcalainknn berfungsi 6ebag::ai sumbcr gam- si secar~ kualitRtif, kArena ha] ini
"'a Y'""8 Laogsuog bcrintcraksi secure pPnt i ng unruk keper luan pe r t an i an ?
hamburan dengan butiran halu& sedimen
su speus i . Sumber 241 Am b e r s .r rat memao- SIMON P&TRUS GURUSINGA:
c a r k au e ue rgi 8<lQ1111<l r endah (60 kev) dan I. Persamaa3 Qs • 0,02 Qw2•46 hanya
vakt u paruh 458 tahun. Energi gauaa berlaku pada penampang sungai di lo-
seperci ini agak scsuai uncuk media kasi pe~cobaan. Curah hujan mempe-
yang bersifar memiliki koefisien ab- ng a r uh i e r os i ,
sorbsi rendah. Ada sumber lain yang 2. Pada persamaan tersebut telah ter-
dapat digunakao, yaitu 109cd dengan ~ambar keadaan kualitas sedicen sus-
energi 22 kev waktu paruh 453 hari. pensi. Namun, untuk analisis kuali-
tatif dibutuhkan penelitian beberapa
A L I P : sunga i sehingga diperoleh pengertian
~~mpni seberapa besar ~onsentrasi sus- yang jelas tentang kualitas sedimen
pensi yang dapac diukur dengan ~ecode suspensi pada suatu sung3i.

178
l'ELAl'JSAN PAPAN PARTIKEL SECARA RADIASI OENCAN BA HAN l'ELAPIS rRAPOLIMER
LAROMER

Ga tot Trimulyadi*, F. Sundardi*, dan Dars ouc"

ABSTffAK

PELAPISAN PAPAN PART1XEL SECARA ltAOlASI DE~CAN BAl!AI Ptl.APtS PltAP<>LIMER UROHER. Telah dip•lojed
berbeg1i konditt protea peltpit•n ~•pan pertittl dena1n oetode poliotri•••i radi11i poli••ter akril•t,
tpok1i a&rilat den 1101'\00.er Tr1ktif tripopilto atlk.ol dtakrllat. Irradt••i -•P•l"tunakan b1rkaa •l•ktrcn
)00 keV, 20 •A din aln1r ultra violet 10.4 kV. Sitat fl1ik h••il p•laplaan. yaitu keker111n dan d1y1
rek•t dit~1lu11i. K11il yana dlperoleh aeou1juklao bahv• ha~i1 p~lapi•an deng•n 1i•t•• pol11114'r1111i
tadiatl unt·Jk lepi11n dater lebih b&iic diball\dl•aJta.,, d~ngan l1pi11n d•••i- •e:•p•rauaakan cat 1-.alai. Doti•
irradie•i 30 kCy l.lntok lapl••n d•••r den 30 ltCy l•pi••r. •t•• ... tlikl d•y• rek•t yan1 baik. Pea poll-.r
epokai akrllat lebih tahan ttrhedap bah•ft ktaia diba~dlngkan poliaater akrilat. P.da pro••• curing
m«•p•rgun•k•n lampu ul,ra violet, fotolnlaiato~ .leg.cure 184 lcbih balk di~anding\an be~aotenUn dltambah
trietanolamin. J~•Jah irgac~rc ya8g diperlukao 1%. d•n bca&ofenon 51 dic ...b.Jl trietanol&11in )%.

ABSTRACT

~O[AT[ON CURINC SUilF.r.O:. COAT1NC OF PARTICLE ~RD USU:C t.AAOHE..l PUPOLYHE:R AS COATING MATERIAL. An
inveatigation ha• been carried out rea~rdins the cooditioa• of coatieg o• particle bo.rd utlng radiation
pol)"Uleriaatio:'I method with pcl7cattt'acrylate. epox)'•C~7late and t:e•ctive acnomer tripropyleuea,lycol
diacrylace. The irr•di•cioo doae wctc 2C, )0, 40. 50, 60 kCy using electron beam •od UV light. The
phyt1ical properties aucl1 •• bardnea•. •nd •dhesion h1v" bten eval\.•le4. It ia sbovn that baae coat
produced by radi.ation surtace CO•tina ia better tba.n proch.1tcd using C:Olllmet'Cial e11ulaian paint. The.,
opti~~M condition ot ~r~adi1tion is )0 kGy tor base co•t artd SO kCy for top coat, chat will be able to.
produce • goOd adhe•1on. The che•ieal tesittantce of epoxyacrylate coating is better than that
polyet1Ceracrylate. tn UV cvring. irgacure phoroini,iaccr i• better than that the mixture of benzophenon
and triethanolamine. The optiaum concentrat!Oo of irgacure is JZ dnd ~he •ixturt of ben&ophenon acd
triethar.otamine are .51 and )%.

PF.NDAHULUAN telah dikerjakan oleh negara maju,


misalnya Prancis, Amerika, Belgia (2).
Indonesia adalab negara penghasil
Permukaan papan partikel yang dilapisi
kayu terbesar di Asia. Salab satu pro-
memiliki sifat fisik lebih baik •~-
duk industrinya adalah papan
partikel
3 hingga ~eningkatkan nil•inya.
dengan kapasitas terpasang 245.000 m.
Pe~ilihan proses pelapisan permu-
(I) yang banyak dipergunakan untuk meu-
kaan merupakan faktor kunci. karena
be 1, bah an bangunan dan peralatan ruaah
memegang peranao penting dalam mempe-
tangga.
ngaruhi bentuk, sifat, scrta biaya dari
Teknik pelapisan permuk~~n ka-
yu produk yang dibasilkan.
dengaa metode pol imP>ri s as i r ad i as i
Tulisan ini membahas berbagai pro-
ses pe l ap i aan pennukaan papan pa ct Ike l
• Pus3t Aplik1si Isotop dan Radiasi, SATAN dengan mempergunakao metode pollmer-

179
Lsasi radiasi dengan berkas elektron kedua-duanya mempergunakan sistem po1i-
300 keV, 50 mA dan lampu UV 10,4 kW merisasi dengan mernpergunakan berkas
serta seperangkat mesin peagerjaan elektron atau sinar UV.
kayu. .Faktor pent i ng proses polimer-
1'11.c.& e s Pe11.ta.ma, Papan part ikel
isasi radiasi, misalnya dosis radiasi,
dihaluskan permukaannya dengan mesin
pengujian sifat fisik film misalnya
ampelas mempergunakan kertas ampelas
kekerasan, daya rekat telah diuji dan
dengan keha lusan 240 mesh. Lapisan
kP.tahanan t s rh ad ap hah;in kimi a j uga
dasar yang terdiri acas pra-polimer,
dievaluasi.
monomer reaktif, Tio2 talk dan z at
warna dihaluskan dengan mesin penghalus
DAHAN DAN MF.TOl)E disk mills, kemudian dilapiskan pada
permukaan papan partikel mempergunakan
Papan partikel yang dipergunakan
alat pelapis tipc roll dengan ketebalan
dalam percobaan ini produksi pabrik
film 60-80 g/m2 dan diir4di'1si dengan
unit pr oduk s i ~t•riakanc:-ana Sukabumi.
vari•si dosis 20, 30, 40, 50, kCy (20
Bahan pra-polirner yang dipergunakan ia-
rnA) kemudian dihaluskan lagi permu-
lah produksi BASF dengan nama dagang
kaannya dengan mesin ampelas. Lapisan
Laromer dan monomer reaktif cripropi-
.acas dibuat variasi komposisi pra-po-
len-glikol diakrilst. Sumber irrsdiasi
limer dengan mo~omer reaktif dan dila-
yang dipergunakan adalah mesin pemer-
piskan pada permukaan papan partikel
cepat berkaa elektron 300 keV, 50 mA
dengan mempergunakan alat pelapis tirai
dan lampu UV tunggal berkekuacan 10,4 2
dengan ketebalan film 100-120 g/m •
kW dan dilengkapi seperangkat mesin
atau dengan alat pelapis tipe roll
pengerjaan kayu, yaitu mesin pengamplas
dengan menambahkan fotoinisiator untuk
dan mesin pelapis permukaan ripe roll
curin1 denaan ainar uv. Untuk menantu-
dan tirai.
kan dosis optimum, bahan pelapis dila-
Call.a. Pe.rte e.1t.j aatt. Ada dua mac am piskan pada lempengan aluminium kemu-
proses pengerjaan, yaitu pertama mem- dian diiradi;i•i d•n ditentukan fr•k•i
pergunakan lapisan dasar dengan eis- pada t annye lit;\ngan ak•trak•i •elAtnn 16
tem curing dengan berkas elektron dan jam memperguMk•n aks t r ak t or dnn pe+
va r i as i dos i s 20, 30, 40, 50, kCy (20 larut aseton.
mA) atau mcmpergunakan sinar UV. Yang P~a~~ K[dua, Papan partikel di-
kedua ialah dengan eempergunakan la- haluskan permukaannya dan dilapiskan
pisao dasar konvensional, yaitu cat dengan cat konvensional dan dikeringkan
emulsi dan dikeringkan pada udara ter- dengan udaca luar selama 5 jam, ke-
buka selama 5 jam. Untuk lapisan acas, mudian dihaluskan dan dilapiskan dengan

180
voriosi komposisi resin dengan ket~- bil~ curine aempurna dan untuk menge-
balan lapisan 100-200 g/m2. tahuinya dapAt dilihat fraksi gel bila

Pe.ngujia.11, Pengujian s Lf a t fisik diekstraksi dengan aseton. Tabel 2 me-


nunjukkan bahwa oligomer laromer dosis
hasil pelapisan meliputi hal-hal seba-
optimal ialah 50 kt.y.
gai berikut. I. Kekerasan mempergunakan
pensil standar (ASTM-3363-74). 2. Da- La.p-U.an Va.60.Jt Mempe1tguru:dian Ca..t
ya rekat (tape adhesion) mempergunakan Ko11vel'L6iord, Yada proses ini 1<. .. rena
standar ASTM 2571-71. 3. Ketahanan ter- cat mengandung·air, maka selama ptoses
hadap bahan kimia meliputi pengujian pengeringan papan partikel akan me-
terhadap 1% Na2co3, 5% CH3COOH, 5% lengkung sehingga proses ini hanya baik
NaOH, 50% alknhol dan petroleum ben- untuk papan partikel yang tebal. Juga
'
zene. proses pengampelasan juga sulit sehing-
ea harus dilakukan dengan mesin ampelas
tAngan. Daya rekat lapisan dasar dan
llASIL DAN PEMUAllAS.AN
atas kurang baik bila dibandingkan
Proses pelapisan permukaun pap~n dcngan lapisan dasar sistem polimeri-
pa r t i ke l . Pada penelitian
ini, r ad i as i sasi radiasi k11rena ikatan yang terjadi
untuk lapisan dasar mempergunakan dosis hanya merupakan ikatan fisis (Tabel 3).
20, 30, 40, dan 50 kGy, sedangkan untuk Bila. proses pelapisan atas mempergu- ·
lapisan atas 50 kGy. Kekerasan dan daya nakan mesin pelapis tirai sehingga
2
rekat h as i L pelapisan 't er t e r a pada diperoleh ketebatan 100 - 120 g/cm,
Tabet I. Tabel ini men~njukkan bahwa maka kekerasannya yang diperoleh ber-
dosis lapi•11n dasar saogat mempengaruhi kisar anL:1ra 2 H - 3 H.
daya rekat hasil pelapisan makin tingg: Cu,t<:ng Lapi6 <ln MM Ve1\9a>t Shta!t
doa.i s i r r ad i as i nya , day a r ekat nya makin UV, Ada dua tipe formulasi dasar yang
rcndah , Untuk mendapatkan rekatday a dipergunakan, yaitu pertama tipe ber-
yang baik, lapisan dasar tidak perlu warna dengan bahan pengisi citan (IV)
cur in& scmpur na , sehingga bila diira- oksida dan kedua traosparan dengan
diasi lagi dcngan lapisan atas akan bahan pengisi talk. Dipergunakan dua
terjadi ikatan kimia antar• lapisan macam fotoinisiator, irgacure 164 dan
dasar dan ata5. kombinasi benzofenon dan crietanolamin
Pe>19dltuh f)o,i,,i,t, Lap.i.!>aJI At.o.,t,. Si fat dengan variasi jenis pra polimer. Hasil
fisik hasil pelapisan dengan variasi yang diperoleh dari proses pelapisan
dosis pada berbagai komposisi tertera lapisan d11sar dengan menggunakan titan
pada Tabet 2. Tabet ini menunjukkan (IV) oksida lebih keras dibandingkan
bahwa kekerasan mencapai optimal apa- yang transparan. Hal ini terjadi karena

181
pori-pori permukaan kayu tertutup titan akrilat ta~2n terhadap asam, basa, dan
(LV) oksida sehinga kekerasan a~alnya pela~ut, curing mempergunakan berkas
ad al.ab k ek e r a s an t lean (I\') oksidanya, <:lekrron maupun dengao sinar UV (Tabel
sedangkan pada lapisan dasar trans- 5).
paran. karena seba~ian resin ma~uk ~e
dn l am kayu ,
maka kekerasan ava l nya ada- KESIMPLL\.'I

lah kekerasan film yang terbentuk.


pelapisan denga~
ttasil sistem
Pe.11.gcJtu/L Fol.o-in.U,.fot:oJt, Foroini- polimerisasi radiasi unt uk lapisan
s i ar or some r s t at i rgacure 184 lebih dasar lebih baik dibandingkan dengan
balk daripada benzofenon (Tabel 4). lapisan dasar oempergunakan cat eoulsi.
Irgacure 174 mengabsorpsi energi sinar Untuk mcndapatkan daya rekat yang baik
UV akan membelah membentuk radikal- antara lapisan dasar dan atas dosis
radikal s~bagai bcrikut. iradiasi lap~san dasar 30 kGy dao

0-~-;0
,..,

Irgacure merupakan focoinisiator yang Japi•an atas 50 kGy. Lapisan dasar


.re akt if dan efisien ur:tuk gugus fung- siste~ polimerisasi radiasi yang mem-
sional akrilat (3). Fotoinis;acor ben- r,:.rgun:-t':can Ti02 {u:otif berwarna) le-
zo:enon, h~rus ditambah amine sebagai bih keras dibandingkan dengan komposisi
donor hidrogen dengan mekanisme sebagai transparan.
berikuc : Untuk lapisan atas, pr3-polimer

11':\_c-~
'--=../ II \==./-
h• l ~--''3-~)·
(~- \...=/
o

+ •-11 ~-t-0'
\=7 I -
.;: . ,,o
O!'

Karena adanya gugus amine maka ada epoksi akrilat l eb ih b a i k dibsndingkan


pengaruh kckuningan. dengan poliester akrilat, yaitu lebih
tahan terhadap bahan kimia. I'ro.aes cu-
Resin poliester akrilat tidak tahan ring memp~rgunakctn ultra vio- lampu
terhadap basa, tetapi cahan terhadap let, fotoinisiatur irgacure leloih baik
a.sam dan pelarut. Resin poliester diba~dingkan benzofe:ion ditamloah Lcie-

182
tanolamin. Jumlah irgacurc yang dipcr- curing, Tecnical paper Socicnty of
manufacturing, Michigan (1975).
lukan 3% dan beuzofeoon 5% dit~mbah 3%
trietanolamia. 3. LESLIE, R., Photo inisiators An
overviews of mechanisms and Appli..:
cations, J. of Radiation curing,
July (1983).
UCAPAN TERIMA K/\SIH

4. Amer.Soc.of Testing Materials, Film


Penulis mengucapkan terima kasih hardness by pencil test, ASTM
kepada Saudara Bilter Sinaga, Sarimin, D-3363, Philadelphia ( 1974).
Jumsah, dan rekan-rekan kelompok po-
5. UMDP/IAEA, Radiation curing of sur-
limer atQs scg~l~ bantuan yang dibcri- face coating of wood product, UNDP
kan sehingga pcnelitian ini dapat ter- Regional Industrial Training De-
monstration, Jakarta (1985).
laksana dengan baik.
6. PASTERNACK, C., Pundamental aspects
of ultra violet light and electron
DAfTAR PUSTAKA beam curing, J. of Radiation Cu-
ring, ~ 3 ( 1982), 12.
1. APKINDO, Directory of Plywood lndus-
try in Indonesia (1986). 7. CHARLESBY. A., Atomic Radiation and
Polymer, London, Pergamon Press
2. NA8!.0, S.V., Aplication of electron (1960).

183
ICtftlpostsi
Japtsatl <huar
Kcmposlsi
laptss.n ot•s
nes rs l•- Per.Juj1ai ha,tl ptl•pJs•n
p~s~tl clasar
( \ ) ( \ ) ( ~Gy } Kekerasft1t Daya re., at

PF.-46
TPGO< u
42 .. P£-S!i-
lPGDA •
.. so
so
20
30
·4H x
Ti~
ia'l
Zat "m&. ..
.
• Jo
8
2
40
so
511

"'
SH
~
x
xx
b. l:A~lll • 60
TPflOA : 40
20
so ,.,,,,
<H x
x
•O xx
so 5" xxx
'ot1s lapls11n at:u: ! 50 kr.y (20.A.)
X. • O - 10\ terkel"J~s
XX • 10 - 25\ terkel~ras
XXX • 2S - SO\ ttrkelupas
XiXX • dt atas 501 terke:ups5

TabeJ Z, .Iii f.at f:~a: ~011pn$isi lapiitan ates dtngal' vur las r dost s .

Koel:i<1s !sJ
( \ J
.\(} .,
Kc<~t'R!on
.50 60 JO
Fn1._11l
40
xi:I, \
so 60
(k~y> (ktiy) (kf.y) (kGy) (kr.y) (kGy) (kt.y; (kGy)

PF.-SS = Sn
TPG~A • so "' •II
"I sn E.(, ,.i !.IZ • ~ ~6,4 96,7

Fl! SS • 60 :J.ll 4H sn Sii 81,3 91,J 96,S !:lb,li


iPGOA • lO
PF.-46 • 60 lU 411 ,,, fib,4
TrGl)A - 4U '" 94,2 96,4 96,a
PE-•Hi • so JU 411 83,J 9S,l
TP\.llA ..
e1.-B1
so "' '" 9b,l SIS,S

60 31( SI! !)(, 7


Tl'GO.\ ..
1::1... e.1 • '"
so :'II
'" 5H 86,4 ~6,4 96,1

TPGl'A • 50 '" '" Sii lil,3 %,I 96,2 90,~

Tabel l. ~lftit f!sik ha•il Japtsan t.tas denssn


)apisan Ja,al' cat eriulsi tr.I,

Koapoiif.i H11$l I pcta;>l:i,an


laplitln
' AUi'\

( ) licke'tasan fl&}·a. re.l.'11t

'· PF.·'1tl
TPGDA
70
lO
211 Xl

1, Pe-46 • 60 211 xx

••
'l'l>r.J>A • 40
Pll-C.~
'· T?COA
l:.\•8l
., 50
..
.
1.0
~o
311

:.lo't
·,,~

'l'?GOA • •O
(l.A.!)
Tr'GDA • St!
. so ~q xx

184
Tilbel 4. Slfat fi si!I hast l pe I apt 1'&n pro!l•I <:urlna nenpeT1un1kan
llApu ultra vfolet.

Po1W1lul for•v1u1 Put.,11·1siator


1api••n ~ ...... lapl3an •t•s
N111& l\

' "" x
I\
DR x
7\
..
I, Pe-•6 • 42 •• EA~81 • 70 Jr-1•curt llot •H x 4H 4H x
l?GOA • 18
no2 • 30
Talk 8 .
TP<iOA • 30
flftnlt>lttflOll + 3, • II
tr1etanolutn • 211 2H

lat 2 b, PP.~46 • 10 lr11curc ll• ]fl x !H x JH x


"!'-rM lenr.ofenon • l\ II xx x x
~rlete.nola•U\
lH
'"
2. Pl-46 • 6J •• IA~•l • 70
TPC:OA • JO
ITt•CUre 114
lanr.ofe11on • 3\
trl•i.•nol•ln
3H
HI ..
• 2H
H l
• JH
H
•x
b, •e ..
46 • 10 ltt•cure 114 211 • 2H x
'" x
TPGOA • SO left~Ofll11011
trlatanol•1n
+ 3\
• l H x H x

·LaJl••n datar dlradla•l d•n1an herka• •l•~tron, do1fa 30 ltCy


-t.aplt&n •tu 1H9'Pft1'1undan 1.-pi, lN det11•n lt11c•p~t.1n le,anweyor
3.0 a/eenlt (dua kali dl)ew1.tkan)
• ~ • kelet'asan, OR• daya rekat

Tatiol s, kctahan.1n tapJa.a1t att.'I 1.urh11dap hahan kt,.ja.

IC0111p1;11l1l Pro!le:o
lqltan 1.ta.a cu,.ln1
r.uJCOlll NaOll C7lls0fl N•2C:l)l PR
(SI) (S\J (SOI) (1')

I, PE"""6 70 •• BeT~as •
TPCOA se eleltron'
b. UJ travlotec •
2. P&-SS • so •• e.r>:as •
TPGOA • so elekt1on
b. UJtravlolet •
·l. IA·ll • iO a. 8•r1ta1
fFOOi\ • 30 eJe\tron
b. Ultra\'1olet

Kollpo•l•l ltp!iiaft 4aiiay i EA.·31 • 63,~ TPCOA. • 2?\; Tstt • JO\


IT..Stasl '•pitan. dastr denlJ!n heTka• e)ektrOf\ 30 kBy,

. , ,,
l\o•i• teptita.n atas : a. berta.s el~lt.tron SO kGy (20 11\A}
· b. 1.11travtotet l 11/aenitt 2 k•11,
Fotoinl1iator iraaeure S\ '
... Pt • petnleUll tien&eft

• 185
OISKll~I dik~I <ehi~r.r.~ lerj~Ji ~a-~n silAng
KJ u (.;u-ini_! dt?ng.an u .. tro violet. r e ak-

s1nyJ .1P 1~ ldlnbat sehLnggct pertber1lukan

1k.itan s 1 Jang ju~• I ambat dan ha I ini


SllWlRHll S. :
jui;.i d1 pt ng aruh I o l.eh b any aknya Forn-
Un•11k ko r ah.m.rn lt'r'h~d1p 7.cJt k1•tJ.
i r s r.rr
s or d.m lamanya r ad i as i 111 t r a

.tp.tk.,h dJ l nkukau pcnguj i an dcnK"" dSJOt


v r olet . x •• 1a~ fotoiojsj1torny11 t1i1ombal1
k"" 1 , ~··pert 1 u1so4, ur;o3• llCI d11n k.1-
bJnyaknya, prose&nya tidak rknn<>mis ka-
1 ~•'' t'·l.1h d i c oha bJg ..1i1T-JO•i h.,~.iluy .. ? rend hJr~.iuyo maha L,

OARSONO : 1lllRWIK1\KYA, !SMT M., SUDiJATMO :


Pl1'0Kuji.Jn ket.1han.1n tt'rh.tdJp .1-..·m kudl I. OiLinj.111 ddrl scgi ekonom1, apaknh
r I d ak di l.1kuk.un 1c~reo.1 mt:OULUl Slur'td<tr ndnL1nya hJr"a R.fltU lcmht-1• d a pa L
llSTM t id<1k udn . "MllPN I lJ r d Iband Ing dcngau l api san
d..i.S,T Cal cm.alco1 ?
NltA ft. : 2. 1·,,.i ~P·' yang Anda lnkukan dun berJ-
M' nr..tpo pc•nc·ncu.111 Ll'"rh.t•t. p p.1rl;1( .:in And.t pa l umd Wilk l unya Sl'h i nggo Sdudar &

lakuk.tn (kSt•·•ktiL sc-l ..:w . .1 16 IJII tl;tn at_•- m•mg•m> i I kes .mpu l aro bahw• po 1 imeri-
og.ipa menggu111:1kan a~t!LOn? sas i r,.d1asi J~bih b•ik daripada
!Jpisdn dJsac cat emuhi 1
IJll RSONO :

OARSONCl :
16 j.uu c.1gar frl-lk•;L p.1drlt.01n)il t1.1"llt1p I. K.•"'' belun: m<'ngl itung aspek ck.en"-
dau k.onstun. Aseton diguna1cnn d;ilA• pc- 111snyll
ne Li t ian in1 kar~nR nliRO•<•r d:tpiit la- 2. TC'S d1 l:ikukdn terlrndap keknr a san do11
r u t dcug11n hJ k dJldta 1'.'-«"tl')n. ouy~ rek.tlnV•. Pa:uor l amanyn r•-
nyinp~""" lidak berpens.nuh tcrharl•p
Ml\RSONGKO: k~k~•a~an d~o ddya rPk~l t~tsQbul.

prns ... s ~8 drn~an ht>rkas t>ll'ktrnn AlllK ~•• don ARI.JS 7.1.'BIR

lcbtl1 balk dnripadJ m~ngg~n~kdn ult1A doripada
vinlrt 1 bt•nzo~no~ dnu 11pn Cungsi c r i e c snc-

l.1ml n ?
LlARSONO :
Kt•l"~na pr osc s ~nit dcngJn t1f'ngP,11"lakun DARSONO

b~rk.i.~ e l ekr r cn rC'..lkAL be r j1-t .-.n tJcng1tn If•) it...J t o r j ad i k a r e ua Catutnlsi.ntnr

Ct"pJt me La Lu i pcmhrntuk:io r.Hrtik.al-r .. - ~g:a~ 18L yJng trenyt•r"aJJ s inar ul era

I Ill\


viol~t t1kJn membelah dan membentuk r;J- oycbabka~ tcrjadinya transparan? Apa-
d ik.,]-r.,dikal. lrgacu~c 111erupakan fo- kah t~ipropilcn glikol akrilat diganti
toini~iotor yaug reaktif dan efisien dengan metakrilat?
untuk gugus fungsiunal. Fungsi trieta-
nolamin ialah bertindak s~bagai donor DARSONO:
h Ldr ogen , Penyebabnya adalah larouer. Tripropilen
glikol akrilat tidak diganti dengan me-
SYAFALNI takr i l at .
Apakah fungsi dari bahan-bahan campuran
d•lam penelitian ini? LILI M. MOELJADI:
Apakah fuogsi berkas elektron dalam pe-
DARSONO nelit ian ini 7
Fungsi bahan camputan itu sebagai be~i-
kut.
DARSONO
e , Tripropilcn glikol d i ak r Ll at bL·<-
fungs i. aeb aga i pc l ae ur larot1c.·r (1;1n
K,·rkas l·lt·ktrco he r f uug s i, unruk memben-
zat ini be~sifat teuktif.
tuk radikal dan ikatan silane.
b. Ti o2 dan talk s eb aga i hah;111 pcng i s i
(filler).
Clt.1JK S.
Ap~lab Anda telah menguji daya awet
MAURITZ I,•• T. :
ba~il penelitian terhad~p serangan or-
Bagaimana cara Anda menguji mutu kt!r<1-
ganisme perusak kayu, seperti rayap dan
taan pelapisan pada permukaan papao dan
jamur?
apabila terjadi pelapisan yang tidak
merata, bagaimana mengatasinya?
DARSONO:
Kami belum melakukan hal itu.
DARSONO :
Pengujian mutu pelapisan kami lakukan
HERWINARNl S.
secara acak, artinya pengujian tidak
Apakah Anda telab menguji daya tahan
dilakukan terhadap seluruh permukaan
hasil penelician ini cerbadap air hujan
pa pan. Apahil• terjadi ketidakrata-
at au air taut ?
an pelapisan, maka perlu diperhatikao
terhadap kebersihan lokasi percobaan
DARSONO
dan penambahan silico~ oil.
K""'i belttm melaltukan penelitian hal
itu.
FAIDIL :
Pada komposisi ini zet epekah yang me-

187
N. LAKSMlNINGPURT ; {laromer), apakah dapat diperoleh di
B~gaimana pTospek da~i percobaan Anda Indonesia?
bagi masydrakat umum {uncuk dipasar- 3. Kalau tidak (2) apakah ada kemung-
kan)? kinao lain untuk memanfaatkao bahan
yang ada di dalam negeri r
DARSONO;
Prospek percobaan pelapisan permukaan DARSONO;
papan partikel untuk masyarakat cukup I. Tindak lanjut dari penelitian ini
besar dan tergantung pada selera ma~y~- ialah mempelajari aspek ekonomi.
r akat pemakai/konsumen. 2. Bahan laromer tersebut berasal dari
Jerman, yaitu dengan merek dagang PE
SUDR!l.IAT lSKANDAR : 46, PE SS, dan EA 81.
I. Apa tind"k lanjuc. Anda setelah pcne- 3. Ada, yaicu bahan pelapi~ lain yang
1 it i an ini dilakukan ? diproduksi oleh Pardic Jaya, TaRg•-
2. 8ahan penelitian yang Anda lakukan rang.

188
KUALITAS KAYU P()LIMETll METAKRILAT KOPOLIMER DARI KAYU PUSPA PRESS

Marga Utama*, dan Yanti Sabari11ah*

ABS'TRAK

KUALITAS KA1U fOLlKETlL METAKRll..Af KOPOLtMER DARI J.AYU fVSPA PRESS. Protet poltmeriaalL redia•i
mr•tLl metak.rll•t dala.m ahuttle kay1,1 pu1p1 preas, bai.k uaur pohon ()0 Cl•n JO t•hun) ••upun lok••i k•yv di.
d•l•m pohon b•rbtd1, pad• do1i1 i(adi11i 40 kCy tcl•h dilaka•n•kan. S1fat fi1ik daq ~•k1ntk k1y1.11 7al~v
bttlt ,ieni1. keket111n, lttteauhan pukul, dan kete1uh1n ttkan aejajar ••t•t t•l•h diev1lu11i. Ma1il >''"'I
dipecoleh •tnunjukkan. b1hv1 persent11e kenaikan umur ahuttlt kayu pu•p• pr111 yana di•~dlfika1L lalah
antatl 99-122% ateu dati ttkltar 320-)7~ ••~jadi 600-8~0 Ja• beraantuog pada UlllUt pohon k1yu dan lok11i
kayu di dale• pohon.

ABSTRACT

THE QUALITr OF PRESSED ~USPA WOOD POLl'KtT'H"lL MBTHACkYLAT& COFOLYH!R. The radiaetion polia•rizatlon
of methyl •ethacrylete on tbuttle of ptetttd puapa wood vic.h the d1Cference in the •ac of tree (~O and 70
years old) and l~cat~on of vood in th• tree •t tht irradiation dose ot 40 kCy h•• b•cn car~i•4 out.
Ph)'ticel and mechanical prop•'rtiee of the vood euch •• 1pecific grefity. heTClnt••· impact tttcrtsc.ht and
fttenath paraltl to araln hat been evaluated. The resultt 1howed that th~ pert•ntaae Ln incrcaeing of
working tl•• of ahuttle pceoared fr011 the •odified pu•P• vere around 99-1121 or from J20-l7' hour• up to
600•650 hours. which depends on tht 1gt of tree and location of wood in che tree.

PENDAllULUAN milihan yang tepat. Hal ini disebabkan


oleh adanya perbedaan tempat cumbuh,
Kebutuhan sandang makin hari makin
cuaca, umur, tinggi pohon dan sebagai~
meningkat sesuai dengan perkembangan
nya (3).
penduduk. Industri tekstil di Indonesia
Beberapa peneliti melapockan bahwa
pada tahun 1986 terdapat 2028 buah yang
kayu karet, puspa, pasang, saninten,
keseluruhannya memerlukan shuttle seki-
resah, tusam, dan kayu meranti setelah
tar 150.000 buah dengan nilai sekitar 4
dipolimerisasi radiasi dengan monomer-
mi lyar rupiah: Shuttle tersebut masih
monomer stiren, akrilonitril, metil me-
diimpor karena belum dapat diproduksi
takrilat, dan poliester dalam stiren,
di dalam negeri (1-2).
sifat fisik dan mekaniknya meningkat.
Kayu merupakan produk alam yang
Besarnya peningkatan sifat fisik dan
sifat fisik dan mekaniknya sangat he-
mekanik tersebut tergantung pada jenis
terogen. Oleh sebab itu, pemakaiannya
kayu, monomer, dan dosis iradiasi yang
untuk barang jadi kayu memerlukan pe-
digunakan pada proses polimerisasi ra-
d i as i tcrsebut (4-6).

• Pusat Apl!kll$j Isotop dan Rldi&s!, BATAl'I Kayu plastik yang diperoleh dengan

189
carA polimerisas~ radiasi poliester ke Mitsubishi Rayon Co Ltd., Jc pang.
delAm kayu puspa, pasang, dan kayu sa- !radiator gamma 611 Co dengan
ninten dengan dosis iradiasi 40 kCy, aktivitas 30.000 Curie, impregnator de-
untuk bahan da•at' 'slllit't'le menunjukkan ngan perlengkapannya berkapasitas 0,2
peningkatan WQUr pemaka i an 's'h'u·t·t'le di
m3, perlengkapan alat pembuat shuttle,
dalam mesin tenun otom3tis sebesar ma- misalnya mesin bubut, gergaji dan se-
s i ng-mae Lng 143, 42, d an 127% (7).
bagainya. Di samping itu, mesin tenun
Berdasarkan data tersebut, makalah merk Sakamoto digunakan untuk menguji
ini mcmbahas tentang sifat ahu~tle ka- ,,, ... umur pemakaian shuttle, dan untuk me-
yu puspa pada kondisi berbeda, yaitu nguji keteguhan tekan digunakan mesin
yang dipolimerisa4i r ad i aa i de ng an me- tekan merk Balwin type 60.
til metakrilat (~) pada dosis ira-·
Me.tode., T'eMMipan Cor.-toh Uj.,(. (Gam-
diasi 40 kGy. Shull le setengah jadi
bar I). Untuk membuat contoh uji yang
ya<>g berasal dacl kayu pus pa dengan
berupa dolok kayu maupun shuttle se-
umur, letak pengambilan kayu di dalam
tengah jadi dengan umur SO dan 70 tahun
pohcn dar I polio' kayu yang be rbada
dengan letak pengambilan kayu bagian
tempat tu~buhnya, 1merupakan faktor yang
luar d an dalam pada dua pohon kayu yang
dic~liLi. Di sa~ping itu, parameter
· berbeda cempat tumbuhnya caranya ada-
yang diduga mempe~garuhi kualitas shut-
' lah sebagai berikut. Dolok kayu ber- ~
tle, yaicu berat jenis, kekerasan, ke-
ukuran 4 x 5 x 40 cm3 diambil dari
teguhan tekan, ~eteguhan pukul, dan
pohon kayu puspa (Shima wall.ichi ) "
umur pemakaia:> sriuctle di dalam mes in
dengan ketinggian I meter dari tanah.
tenun ocomatis te\ah dievaluasi. Tujuan
Dolok kayu tersebuc dipres dengan
penelitian ini ialah di samping men- 2
tekanan 100 kg/ cm dalam auasana uap
dapackan informasi yang pasti tentang
air panas selama I jam, kemudian di
kualitas shuttle kayu puspa yang dimo-
angin-anginkan sampai kering udara yang
difikasi, juga sebagai bahan pertim-
kadar airnya sekitar 2%. Dolok kayu
bangan kemungkinan pembuatan shuttle
yang sudah kering langsung diimpregnasi
da.lam skala pabrik.
polimerisasi radiasi dengan MMA atau
dibuat shuttle setengah jadi.
T>.TA KERJA
1mp.'l.egM.U PoUmelW.Ml Ra.d.i.al.l.
8aha11. Kayu puspa (Shima wallichi) Proses impregnasi polimeriAasi radiasi
berumur 50 dan 70 tahun, diambil dari dolok kayu atau shuttle setengah jadi
hutan kayu di BandunR Selatan. Monomer dengan monomer MMA, prosedurny• dlse-
metil metakrilat (MMA) teknis buatan suaikan dengan penelitian yang lalu

190

..
(7), yaitu duo puluh cmp•I dolok k~yu d 1 dalam mes [ 11 t enun ocomat i s .
dan duo puluh empat shuttle setengah
jadi dimasukkan ke'.dalam tangki 1m- HASI~ UAN l'l·.M OA H llSAN
pregn~tor, divakumkan~ eompai tekananny~
Ka.ndungan PcUmeA da.n l'Vt&eJtta.6 e.
35 cm Hg selama 1 jam. Dalam keadaan
KonveJLl>l, Persentase konversi pada kayu
hampa udara diisj dengan MMA dan sc-
modifikasi yang diambil dari bagian da-
lanjutnya ditekan sampai 14 atmosfcr
lam dan luar tidak berbeda nyata, sc-
selama 18 jam. Oolok kayu daa shuttle
dangkan kayu yang umuruya lebih muda
setengah jadi yang sudah basah dengan
kandungan polimernya lebih besar (Tabel
MMA dibungkus dengan kertas aluminium
I). Hal ini disebabkan oleh daya pene-
sampai kedap udara, kemudian diiradiasi
trasi kayu yang lebib muda, lebih ba-
dengan sinar gatllllla 60co pada dosis
nyak sehingga monomer yang dikandung-
iradiasi 40 kGy. Poli MMA yang menempel
nya lebih banyak. Hasil penelitian yang
pada kayu atau shuttle dihilangkan,
lalu menunjukkan bahwa kayu yang berat
lalu diukur kandungan polimer dan per-
jenisnya tinggi akan menyerap monomer
sentase konv•rsi dengan menghitung se-
rendah dan bila diiradiasi naka persen-
lisih pertamh~han berat kayu sehelum
t<>S•• k andung an pol ime r ny a rendah ( 6, 7).
dan sesudah diprnscs, dan diuji sifnt
."16a:t r~,i.k. da.vi Mef><tl'.lk Ka!!U. Oleh
fisik dan mekanLknya.
karena shuttle merupakan barang jadi
Prosedur pengujian sifat fisik dan
kayu yang narus lahan terhadap ban-
mekanik kayu yang belum atau y3ng sudah
tingan, maka beberapa parameter penting
dimodifikasi, disesuaikan dengan metodP.
yang diduga langsung mempengaruhi kua~
ASTM D 143-52 (8), sedangkan uji umur
litas shuttle, yaitu berat jenis, keke-
pe1nakaian shuttle dilakukan di d a l am
rasan. keteguhan tekan sejajar serat
mes in tenun merk Sakamoto SO-AHC. Umur
dan tegak lurus serat, keteguhan pukul
shuttle dihitung lamanya shuttle berge-
arah radial dan tangensial diuji dan
r ak mondar -mand i r di d<tlCJDl mesin tenun

s ampa i rus ak .

P~rcobaan dil~kukan dengan r~a- t;e,taiC J e vi.i.~, Umumnya kayu yang


cangan acak lengkap, dengan percobaan mempunyai berat jcnie d~ bawah I, ti-
faktorial di mana umor, letak pengam- dak dapat digunakan untuk bahan dasar
bilan dolok kayu, di dala.m pohon , dan shuttle, karena shuttle tersebut dapat
letak tempat tumbub pohon merupakan cerbang bila dioperasikan di dalam me-
faktor-faktor yang diteliti. Parameter sin tenun ot.omatis. Usahil untuk mening-
yang diamati ialah sifat fisik dan me- katkan berat jenis kayu telah dilaku-
kanik kayu dan umur pemakaian shuttle kan, yaitu dengan menekan kayu tersebut

191
dalam ,;11;:11'ana uap air yang panas atau press yang dipoli~erisas radiasi dengan
dengan metode polimerisasi radiasi. Ha- campuran policstcr-stircn. kctcguhan
sil penelitian yang lalu menunjukkan tekan a e j a j a r serat meningkat (7 ,8).
bahva kayu puspa yang diteka~ dengan Hal yang sama terjad: pula kayu puspa
tekanan 100 kg/cm2 berac jenisnya me- press yang dipolimerisasi radiasi de-
nigkat dari 0,85 menj .. di 0,98 gram/cu?. ngan monomer MMA (Gambar 2,3). Di sam-
Tabel 2 menunjukke1n b ahwa kayu pu~pa ping icu, pada Tabel 5 menunjukkan bah-
yang berumur 50 cahun berat jenisnya wa keteguhan tekan kayu yang lebih tua
0,95 - 0,96 gram/cm3, dan 0,97 gram/a arau luar posisinya akan mempunyai ke-
cm3 pada kayu yang bcrumur 70 tahun. ceguhan rekan sejajar serat lebih ting-
Kayu puspa tekan yang diimpregnasi po~ gi daripada kayu yang lebih muda dan
1 imedsasi radiasi dengan KMA, berat, lebih dalam posis:nya. Hal ini diduga
jenisnya meningkat menjadi 1,27 kare.na' karena di sampin& kandungan polimer
adanya polimecil metakrilat·yang bPrada' yang lebih banyak, juga struktur kay~
di dalam mi~Pl k~yu.
Keke.ll.a~ an,
Tabe I 3 menunjukkan
I y»nQ labih ~ompak pada kayu yang lebih
tua.

banwa kekerasan kayu modifikasi di se-1


UmlA Pe.mak.tt.ian Sliu-te.e. d.i Va.lam
mua bagian pohon t~dak berbeda nyata,:
Ue.6.U1 Te.ium O.tcma.t.U. Shuttle yang dl-
walaupun kayu modifikasi yang berumur;
gunakan dalam penelitian ini ada l ah
lebih muda kekerasannya lebih cinggii
cipe Cop Change, artinya bila benang
karcna kandungan polimernya lPhih ba-i
putus maka shuttle akan berhenti secara
nyak. Sifat ini sanga~ mPnguntungkan;
I ocomatis. Putusnya benang tersebut di-
unt uk pembuata~ barang jadi kayu, ka-
sebabkan karena terjerat oleh shuttle
rena sifat yang dimilikinya homog•n.
yang cusak. Pada umumnya, kPrusakan
Ke.t.eg.u&.o.11 Pukul, Keteguhan pukul. shuttle terjadi pada bagian punggung
kayu puspa yang belum dan yang aadah (Gambar 4). Hal ini diseb~b~an oleh ga-
dimodifikasi menunjukkaa bahwa secara ya yang bekerja pada shuttle terpusat
umum keteguhan pukul arah tangensial pada bagian pnggung yaag mcrupakan gaya
pada seluruh bagian kayu tidak berbPd~ longitudinal.
nyata. Hal ~ni m~nciYlkan babwa kayu Gambar 5 menunjukkan bahwa shuttle
puspa tidak oengalami kerapuban, walau- yang dibuat dari kayu puspa modifikasi
pun sudah dipolimerias ~ radiasi dengan · mempunyai umur pemaka l an Leb ib lama da-
monom•r MMA. (Tabet~). ripada kayu puspa asli. Peningkatan
Ke.teguluut T~h.o.~. H~sil pengamat- umur pemakaian antara 100 sampai dengan
an t e r dahu l u menun jukkan bahwa dengan 122% bergantu~g pada umur poho~ dan
oaiknya kekcrasan atau berat jenis kayu posisi kayu di dalam pohon ilu.

192
KESIMPULAN 2. SUBE, A., Komunikasi pribadi (1986).

Kayu puspa press yang ber363l d3ri 3. SOEMAR.'IA, K., NGAl.OKF.N, A.G., S~R-
1.AN, A., THAIB, D., dan AHMAD, 8.,
kayu yang lebih tua umurnya dan yang Telaahan penerapan tebang habis
diimpregnasi dengan mctil metakrilat dengan peOl\ldaan buacan, Publikasi
Puslitbaog Kehutanan, 2 ( 1982).
dan diiradiasi pada dosis iradiasi 40
kGy mempunyai keteguhan tekan sejajar •.
.
UTAMA, M., "Perbaikan rifat fit is
dan mekaois kayu dengan w5tode
serat lebih besar daripada kayu yang polimerisasi sinar gamma Co"•
bera•al dari kayu ya~g lebih muda. Dahan Polimer di Indonesia (Dis-
kusi Ilmiah, Jakarta 1980), BPPT,
Sementara itu jenis, kekerasan aaupun Jakarta ( 1980) I.
keteguhan pukul tidak berbeda nyata.
S. GINOGA, B., Sl~AYUNG, B., KARNASU-
Umur pemakaian shuttle kayu puspa yang DIRDJA, S., dan SUYITNO, Pengaruh
dipolimerisasi radiasi dengan mon0U1er cingkac iradiasi terhadap sifat
fisis dan mekanis kayu karet yang
metil metakrilat lebih lama daripada diimpregnasi dengan poliester,
shuttle kayu press asli. Kenaikao per- Journal Penelitian Basil Hutan I
(19R4) I.
sentase umur pemakaian shuttle tersebut
di dalam mesin tenun ot·omatis antara 6. KARNASUDIRDJA, S., dan UTAMA, M.,
"Peningk..atan penggunaan kayo me-
99 ~AmpAi de.n&An 122X te.raantun& dari lalui proses polimerisasi radi-
umu~, dan posisi kayu asli. asi", Proses Radiasi (Risalah
SeQinar ~asional, Jakarta, 1986),
PAIR- BATAN, Jakarta (1986) 171.
UCAPAN TERIMA 1CASlll 7. UTAMA, M., SUYlTNO, SOEBIANTO, .Y.S.,
"Studi pembuatan kayu plastik
Penulis mengucapkao terima kasih untuk bah an das ar shuttle", Proses
RHdiasi (Risalah Seminar Nasional:
kepada Sdr. Waluyo, Kamat Yasin, Sa- Jakarta 1986), PAIR-BATAN, Jakarta
riadi yang telah membantu penulis dalam (1986) 105.
menyelesaikan penelitian int. Jugs ke-
8. AMER. SOC. TESTING MATERIALS. Stan-
pad a pimpinan pabrik tekstil PT KTSM da~d on vood, wood preservation
and related materials, AStM D
yang telah metnberi izin uji umur pe- 143-52, A$TM, Ph i Lade l phia ( 1976).
makaiao shuttle di dalam mesin tenuu
9. GA!(O,H., "Wood adhesive from natural
otomatis tidak lupa penu l i.s mengucapkan row materials", Applied Polymer
banyak terima kasih. (Symvosium XXX), Journal of Ap-
plied Science ( 1984) 105.

DAFTAR PUSTAKA

l . ANONIME, "Hasil pengolahan data pe-


rusahaan induscri besar dan se-
dang", Statistik lndustri 1986,
Jilid I., BPS, Jakarta (1986).

193
Tabel 1. Xandu.11gan pollmer den per aent.eae (\) konve r s L pad.a pro-
ses polimeTisasi rad1..s1 J.NA kc dalam kayu puspa pada
dosis 40 kGy .yan1 diallbil darl berbagai ~ondisl.

Para11ettr Po hon lJmur pohon 50 tahun •.bur pohon 10 tahun


ke Baaisn Oagian IJ.agian 8aatan
luar dalari luar dalatv

Kandunaan I lS 33 32 30
poli11er, (\) IT 36 32 33 ll
Per-een Icon- 80 80 81 8l
versi, (\) IT 81 82 82 79

·rabel 2. Btr&.t jenis Jceyu puspa pres yang b~ltim den yanr sudah
dipolimerisasi radiasi dengan MMA ~~da dosis lradiasi
4n kGy,

Perla1cuan Po hon lllr,ur poho:i SO tehun IJ!n'ur pohon 10 t~hun


j e
fJegian &vgian 8•11*'1 Bagi an
luar <la.Jam luar dal•

T'-npo pro- 0,96 0,98 0,97 0,99


ses II 0,98 0,98 0,97 0,99
Oenaan pro- I 1,21 I , 2• 1124 1,27
l'lfl!! II i , 21 1,24 J 124 1,27

Tahel 3, Kekerts1n kayu pu~p• pres (Jc.g) y1:1nx hc:]U'll\ dan yang sudah
dlpollmerlsosl.radlasl denRftJ\ MMA parla do•ls lradlasl 40
t:Gy.

Perl•kuan Pohon llmur pohon SO tahun llmur pohon 70 tahun


ke
Da1ian Bogl"" Baala1' aaa~an
lueir <lu. lam lUBT dalam

Tanpa pro· I 732 728 740 770


e es II 131 731 740 770
Oengan J)TO- I 749 784 806 808
••• II 7S4 790 612 811

194
2
T11ht'i •. Xete1uh.n pulul 1rah tanAtnsial (k1/a1) kayu puspa pres
Y'nl helt• din y111n1 scdih dlpoll•ti-isa.si radiasl d~n1an
M4A pada do•I• •o kGy.

Perlalcu•n Pohon llour pot.on SO t""'un Uour pohon 70 tahun


h
a.111111 a.,1an 1&111n 1a1un
luar dolu luar dal•

Tanp1 pt'O-
•••
I
II "
'9
so
so -.," ''
so
Oenaan PT•- l •1 so 51 50
ses II 47 so 50 50

2
Tabt>I :,, ~teauhan tekan 5ej1)ar serat (kg/en) kayu p~$p• pn:'
yan1 bel\D dan Y~I sudah dlpoliaertsasl radiasi de.~11.11
>+IA pada dosls iradlasl •o kG)'.

Per lakuan Po hon llllovT pohon SO uhun U.... pohon 70 tahun


I<• Bas Ian h1tan kgt1-n 11&1lan
luar dalu luu dalaa

Tanp• pro.. 617 611 679 662


ses II 613 622 675 651
O~naa.n pro- I 789 A7J 887 991
ses II ;92 S69 887 989

195

I I

Gubar- l, Pcrsillf*l1pe•1•bi Ju ~•ruoh pcrcobun.


• ~cm 4ru P"-15~ n • shuttle seten&llh J•dl
a poton1u •e1 lftUJIS tayu E • s.huttlt
C tayu J!bSpa. pres~

-

:"
"• '100
s;
••

r.oo 1-~~~~-=-~~-,-!..,.-~~~~~~-=-~~~~~~--'
·100 "SO 800
lekerasan (t.r)
C•-"'•" 2. flublaf•• utan keke?a.s.sn deftJU \:etefUh._t1 tekari •tJ•l•r
'erat.

"•
t
•... 500
:!.
:!.
• N
••
-~·-
.£ ~800
{
s 100
.:
.... ,J:J
--.0- ....
V>~ l--'"-~~-'-~-'=-~"'-~.._~~~~~~..._,~.._~~-.l
1' t 1.10 .ee
1.2s
Jeni'l l1:u/011J
lkr-at
C..,,ar l. Hllblallllft a.•t•T• bent J~I• dentin 1i•t~rll\at1 tel.an 1ajaj1.r
serat taru puspa s~helu. (0--0) d&l\ sesud.a.h dfpoli1Hris&1l
radiasi de•t•n Mi¥. p.41 d:ost.s lndlasi 40 .-Gy (t-t).

196
r
I

Gambar 4. Shuttle kayu plastik dari kayu puspa press yang sudah di-
gunakan di da18lll mesin tenun otoMatis.
P • daerah kerusakan shuttle akibat pemakaiannya.

1000

800

~ 600

i
~ 400

& ... ·~
f: ~~ r.· ..
~
;§ 200 ...._-"""'
·~:
. . ...
• , .. &.

•'

luar :lalan Iuan dalam


+---- 50 tahun-----<...- ---'JO tahun---

GambaT 5, Uniur pemakaian shuttle kayu puspa press yang belum ( rn)
dan yang sudah dipolimerisasi radiasi dengan MMA pada do-
sis iradiasi 40 kGy (II ) .

197
OlSKUSI MARGA UTAMA:
Proses pol;merisasi radiasi MMA ke da-
lam kayu dApat meningkatkan dens i t as ,

ka:rPn:.. ad any a pol i MMA yang mens is i


HARTATI : rongga kayu. Di samping sebagai bahon
I. ,\nda mcnyar akan bahva makio t ua kayu p~ngisi, MMA juga dapat mengadakan rc-
mempunye i kekuat an yang Lcb i h , s aya
aksi kimia dengan sellulosa kayut se-
ingin Lahu kira-kira sampai umur be- hingga kekuaton kayu pun mengalami pe-
rapa tahun umur kayu puspa mempunyai nlngkatan, karena terpcngDruh adanya
kekuatan yang optimal ? sifac PMMA yang lebih clasris, ulet,
2. Bagal~ana hubungan antara keuntungan dan kuat dari kayu aslinya.
ekonomi t e rhadap yang d i r ad i a s i dan
yang tidak, kareoa biaya radiasi ju- 1"£MU HERU DALMAN:
ga r idak murah ?
Apak:th F.odah ada penelitian perbanding-
an h a r ge dongcn b i eya yang dikeluarkan
MAl<CA l,J'rAM,\ : untuk pcm:.uatan shuttle tersebut sebe-
f. Kami belum tahu, sebab knyu yona lum dun ~c~udah diradiasi :
k am L da pa t knn h.1nyi.t yHng bc rumur 50
dan 70 tnhu11y srdangkan yanR berumr M,\ RG.\ UTAMA :
lain tidak bolch dite~anM. S~c~ra garis besar sudah dil~~uka~.
2. o~lam P«rt~i besar, biaya rudinsi
Pe rk i r aan pcn emb ab an biaya unt uk proses
dapac ditekan. YanK ielas, tcknik ini sckicar Rp 2.0DO,-/buah, •edang
ini d~pat meningkatknn kualitas k~- hur~H Rl1ultle sebelum dipruses sekitar
yu. Bila ba r ang j ad i kayu yang di- R1) 12.500,-.
produksi berni Lai ti nggi., m i s a Lnya
untuk shuttle, patung, maka biaya ISM TN fNGSlH :
radcas: relatif lebih murah. l. Apakah shuctle dari kayu puspa ini
s ud ah dip roduks i un tuk shuttle seca-
SLMON PETRUS GURUSTNGA : rli kumersil?
Ma\talab i.ni mcmbahas s i fat shuttle yang 2. llaga i mana per hand i ngan harganya de-
dipolimerisasi. Ken<!ikan densitcts dari ngan shuttle impor?
0,97 me n j ad i, 1.27, d a« juga '"Cn<:.ttlc.kttn 3. Apaka\•, <l:ilam uji pa~ai pada 'll<>Sin
s i fat ke t eguhan t e kau d au kett:RU~)Ofl pu- tenun diperhatikan penggunaan be-
kul. Mohun d i j e l as knn rne kan i sme proses nang yang belum (jenis aerat, warna,
perubahan sifac-sifat cersebut di da;am twist dan sebagainya) ? Mengingat
kayu? dilyci g~suk bld.nang t idak selalu sama.

198
MARCA UTAMA .: SURTIPANTI :
I. &clum, scdang dicari pengusaha yang I. Sampai berapa jauh hasil penelltian
mengeplikasikan h as i L penelitian ini ini sudah diaplikasikan?
2. Shuttle import dari Jerman berharga 2. Apakah sudah banyak industri yang
! Rp 20.000,- per biji, shuttle pro- menggunakan hasil penelitian Anda?
ses potimerisasi radiasi sekitar Rp
14.500,- pee biji. MARGA UTAMA:
3. 8enang yang d Lgunak an sania, karella I. Skala laboratorium sudah selesai,
kami hanya meneliti pengaruh umur siap untuk diaplikasikan skala pi-
pohon dan letak kayu di dalam pohon lot.
tersebut. 2. Samp3i saat ioi be1um ada, sedang
diusahakan penerapannya di pabrik
EOIH S. : shuttle.
I. Penelitian mengenai ketahanan pema-
kaian shuttel in; sudah lama berja- SUCIARTO:
lan, Kapan sasaran penelitian ini Umur pcmakaian shuttle kayu puspa pres
dapat digunakan o Ieh masyar ak at ? jauh lebih lama daripada tanpa perlaku-
2. Apakah tidak ada •huttle yang terbu- au polimerisasi radiasi. Berapakah umur
at dari bah~n lain? mi n LmaI yang biasa dipokai di pabrik-
pabrik? Dagaimaoa rencana aplikasi di-
MARCA UTAMA: masa depan?
I. Pcnclitian l~borato~ium sudah se-
lesai dan siap diaplikasikan skala MARGA UTAMA:
industri Tetapi biaya untuk skala Umur minimal yang dapat digunakan di
pilot sangat besar. kami menunggu psbrik tidak ada batasannya. Namun,
pihak swasta yang mau bekerja sama diharapkan shuttle dapat digunakan di
denga11 PAIR-SATAN. mesin tenun otomatis lebih dari 500
2. Sampai saat ini shut l h he uya dibuat jam. Bila ada pengusaha yang ingin men-
dari kayu. Bila digunakan b elran la- coba skala industri, kami siap memban-
in, misalnya plastik, akan menyebab- tu, karena penelitian skala laborato-
kan putusnya benang, kaTena ada gaya rium dianggap selP.sai.
elektro statis, sedangkan bila ter-
buat dari logam akan timbul panas ERNAWATI :
yang dapat merusak benang juga. Faktor apa yang menyebabkan kayu-kayu

199
di Indonesia tidak bisa dibuat shuttle volumenya banyak, bahkan kayu yang le-
? (apa sifac anacominya, mudah dirombak bih muda mungkin lebih lunak?
oleh organisme-organisme atau yang la-
in-Lain). MARGA UTAMA:
Setelah dipolimerisasi radiasi, k ayu
MllRGA UTAMA: yang lebih muda kekuatannya lebih ting-
Faktor iklim sangat menentukan kualitas gi karena adanya PMMA yang lebih banyak
kayu untuk bahan dasar shuttle, misal- (Tabel J).
nya pohon yang hidup 4 muaim. Secara
alami, pohon t.e r sebur sudah ce ruj I fi-
SOEDIJATMO :
siknya, yaitu dari mus:m dingin yang
Mohon dijelaskan mengenai kualitas sc-
ber suhu - 15°C, sampai musim p anas yang mua jenis kayu yang ada di Indonesia,
b~rsuhu ~ 30°C. Di daerab tropis, se- apakah •11rlah •da data yang merupakan
perti Indonesia yang mempunyai banya 2 h~•il penelitian yang mungkin sudah di-
musim, dengan perbedaan suhu sekitar lakukan di tempat lain/instansi lai~?
10°C, yaitu antara Z0-30°C menyebabkan
kayu yang dihasilkan oleh pohon ter- MARCA UTAMA:
sebut tldak Cahan bantingan. Mcnu~ut informasi dari Lembaga Peneli-
ti~n Hasil Hutan Bogor, sudah ada 80
SUWikMA S. : jenis kayu yang dapat digolongkan se-
Dari mana mendapatkan kayu yang berumur b aga i k ayu industri, yaitu yang dapat
70 tahun, berapa harga k ayu t e r sebur; diuGahakan pemakaiannya secara industri
per kubik dan secelah dibuat shuttlP dcngan kualitas bervariasi dari tipe I
yang d i rad i as i , apakah harganya tPr- (yang paling baik) sampai tipe Ill
jangkau oleh si pemakai? (y•mg paling jelek) yang s ece r a le11gkap
ada di Majalah Pengawetan Kayu di Indo-
MARGA UTAMA ne~ia, ka~angan Mata Wij~ya, R.A.A.
Pohon kayu puspa kami dapat •P~ara cuma dalam Majalah Kehutanan Indonesia I,
-cuma dari DepartemP.n P~rtanian dari tahun 1974, ha Laman 460-469.
daerah Bandung Selaran. Shuttle yang
diradiasi harganya dapat dijangkau oleh AGUS ISMANTO :
masyarakat, yait11 •ekltar Rp 14.500,-. I. Baga imana car a meletakkan sampel-
sampel per~obaan pada waktu mengada-
HERWINARNI : kan radiasi ?
Mengapa kayu yang lebih muda kckuatan- 2. Bagaimana car a menentukan besarnya
nya lebih tinggc, mcskipun kandungan radiasi ?

200
MARGA UTAMA:
1. Cara meletakan sampel/contoh untuk
ir3diasi adalah eebagai berikut.
A. Sumber sinar .. 60co
a. Contoh yang diira-
diasi diputar-balik
permukaannya agar
radiusi merata.
2. b..-ar dosis iradiasi
digunak-an dosimet~r .Fticke yang bi-
asa dikerjakan oleh PAIR-BATAN.

201
PENGARUH DIETIL AMIN DAN TRIETIL AMIN l'ADA CURING SECARA RADlASI
l'OLJESTER TAK JENUH STIREN

Sugiarto Danu•, M. Ruslan*, dan Sudradjat Tskandar•

ADSTIV.K

PBNCAIUlt O!ETIL AMlH DAN TRitT!L AHIM PADA CVRI!IG StCARA RADlASl POLlEST!R T•K JEHUll STlREH.
Penelitiao pcng•ruh dl•til amin (OEA) d•n t.t'i~t:.l e•in (TE.A) p.td• cu..-ins r••in polie1ter C'.f!'it j~nuh
ttlrtn telah dilakukan deng•n aenggun•~•o ..-.dia~. berk•• el~ktron. Dosia iT•4ia•i yang dipak•i 20. 40,
60, 80, 4an 100 kCy dan j•nnl•h DtA dan TEA 7•ng ditecbehkao I. ). dan St beret r•atn. P•ngaMtan
dilakukan terbadap kekentalaO te•i• d•n sif•t-sifat fita 7ang diha•ilkan. H•a11 percobaan ~•nunjukk•n
bahva penaobahan DEA den TEA ~enyebabkan kenaik•n ~~k~ncala..n resin d•n •ifat-aif•t fit~ 7ang dih•ailkan.
meliputi ael-ft'action, k•Atr•san, ade111, dal'l ketahanan ttrha.dap b•h•n k.i•i• Lie.t\•mbab baik deng•n
~enambahan DEA atau TEA. Pe~ggunaan DEA atau lEA 11 dapat oenurunkan dotl• iradiaai dari 100 kGy •enj•di
10 kCy pad• tingkat gel·fraccion ~0%.

ABSTRACT

EFFECT OP Ol!THYLAIU~ AHO TRIETHYLAHIKE O{l ltAOlAtlON CURli:& Of t:NSATURATED POLTtSTER • STYKl:NE.
Study oA the e.ffect of di.tthylam:Jne (DEA) •l"ld trietbylaaiat (TE.A) on tadiacion curing of u.r:.satur:ated
polyeater • acyr•n• have been dor.c using electron be•~ radiation. lrradiation ~01e u1ed wece 20, '0• 60.
80. and 100 kGy and th•~ atn0~nt of OF..A •nd lE.A added were I. l, and S we.%. Observation h•• been done
'res•~ding the viscoaity of r•aina. The proJM!rci~• of rhe filaa to be formed. The re1utt• 1hovtd that
addition of O!>. o~ T6A "ill increaalf th• viscosity nf rh11> resin.s and p'l"o~ertiea of th• films auch a•
gel-fraction·, h•irda.eae ... ~, es Iee , and chenoical e ee i ee ene e of the filas will be iaprovt.d by the addition·
of DE.A or T!.A. The •ddtcion of 1% of 0£A oir ~EA vill ~ ebl~ to r~duce i:radiacion doee fro• 100 kGy to
10 kCy at (ht g~l-ftactlun lcv~l of 901.

supaya r e r jad ; curing campuran ester·


PENDAHULUAN
vinil dan monomer vinil, dapac di-
PITTMAN dan JADA (I) menggunakan turunkan dengan penambahan bahan yang
ami na t er s i e r (dietil anilin, N-fenil mengandung nitrogen, yaitu 2-oksazolin,
diecanol amin, N-propil dietanol amio, di-n-butil amin, dan tetra metil guani-
N-isopropil dietanol aoin, dan N-n-bu- din sebanyak 0,3% berat.
til dietanol amin) pada curing prepo- TAKEZAKI dkk. (3) meneliti penga-
limer poli (dietilen glikol maleatl n1h hutil amin pada kecepatan polimer-
dengan stiren dan sebagai inisiacor isasi. Oiperoleb kesimpulan bahwa poli-
dipakai benzoil peroksid. Penal!lbahan merisasi radikal tidak hanya diawali
senyawa amina tersebut dapat menaikkan oleh radikal dari s~iren saja, tetapi
tegangan purus dan kekerasan Brinell. JUga radikal dari butil smin, dan te-
lienurut MANT (2) dosis iradiasi tapan laju peobentukan radikal but'l
a~in S kali lebih besar daripada radi-
• Pusat Aplikasi Isotop dao Radia>i, RATNI kal slireo.

203
Penelitian ~ni bertujuan rne~pela- 105 .!. 18 um menggunakan doctor-blade.
j ar i pengaruh penanbahan d i t ie L aml n Lapisan ditutup film po l i e t i Len tere-
don tC'i~til amin pada curing siscern ftalat tebal SO um dan kenudian dira-
poliester cak jenuh stiren menggunakan diasi menggunakan mesin berkas elektron
radiasi berkas elektron. pada tegangan 300 kV dan arus 20 mA.
Pada penggunaan kayu l~pis sebagai
substrat, diperlukan lapisan dasar me-
TATA KERJA
1.amic sandinp, sealer untuk menucu!) ce-
Balttrn - bahan. Anh iddda ftalat, lah dan pori-por:.
anhidrida maleat, dan propilen gliknl
Pe11gukwuui S~6ctt-6.i6ttt F..i.lm. Ge 1-
berasal dari P.T. Pardio J•ya, Tange-
., fract ion ditentukaa dengan ekstrak~i
rang, sed~ngkan dietil amin dan trietil
menggunakan a sa t on . Keke r as an d i uku r
ara i n dar i ~1erck.
dengan pens it .s.t and a r menu rut J [S K
Alo.:t - a.lat. Suuiber rad i as i )all).; 5~01 (5). Adesi anr ar a film dengan la-
di pak a] ada l ah me s i n be r k as elektron pis<ln da~nr diuji menurut l\STM D 2571 -
buatan Nissin-High Voltage Co., Ltd. 71 (6), dan ketahanan terhadap bahan-
Jepang. Alat tersebut mempunya i tegang- bahan kimia diuji dengan caca ~
an operasi tlan arus makslmum maslng- test.
masing 300 kV dan 50 mA.

s.<.1tte4~0. Sincesis poliester tak HASIL DAN PEMBAHASAN


ienuh dilakukan deogan memanaskan cam-
Penambahan senyawa DEA dan TEA me-
puran anhidrida ftalat, anhidrida malc-
nycbabkan perubahan kekenc a l an r es i n ,
at dan propilen glikol dengan pcrban-
d i ngan mnlP ;:imp;i l auhu Scmakil\ bc s ar konsentrasi Dli:A atau TEA
I 'n : 2,4 : 4,4 !\

yang ditambahkan semak i n Linggi kekea-


2oo•c dalam lah11 1Pher-empAt (4). Per-
be rat pol ie:qter
talan c empuraunya , Kek en t a l an juga ber-
bandingan t ak jenuh
dengan stiren adalah 7 : 3. Resin di- t amb ab dcngan bercambah vaktu peny im-
ranan. Gambar I menunjukkar. ke~entalan
tambah hidrokuinon sebanyak 150 ppm
r.esin setelah dicampur DEA dan TEA
scbagai inhibitor. DEA d an TEA ya~g
dltumbahkon scbanyak I, 3, dan 5% berat sebagai fungsi wakcu penyi~panan. Ke-
res in. naikan kekenralan yang disebabkan pe-
nambahan TEA r e l a r i f lebih t i ngg i da r i>
llUlcUiu..i. Resin yang sudah ditam- pada penambahao DEA.
bah lll!:A atau TEA d:lapiskan pada plat
aluminium (200 x 100 r. I mm) dat kayu Gd-qlt.a.CU.o11. Gambar 2 menunjukkan
lapis (200 Y. 100 x ~mm) dengan tebal pengaruh penambahan DEA pada cel-fracc-

204
ion fila yang d i r ad i e s L. Pada penum- ~A sealer dengan variasi lapisan atas
bahan DEA ant ar a I sampai dcngan 1,5:1:, terlihat pada Tabel 2. Oosis iradiasi
gel-fraction meucapa i rnak s i mum . Semak i.n d~n kadar DEA atau TEA mempengaruhi
tinggi dos Ls iradiasi s emak i.n scdikit adesi ao c o r o film dengan lap is an dasar.
jumlah DEA yang diperlukan unluk 111•11-
Semakin tinggi kadar DEA atau TEA se-
da9atkan gel-fraction maksimum. Pada makin rendah dosis yang dipcdukan agar
dosis iradiasi 20 kGy kadar DEA yang ade s inya memenuh i s tandar. Tan pa peoam-
optimal adalah :!_ 1,5% s edangkan pada balun DEA at au TEA diperlukan dosis 80
dosis iradiasi 100 kGy adalah + II. Hal kGy Sedangkan dengan penambahan 5% DEA

serupa terjadi pad a pcnaabahan TEA. a tau Tf.A hanya diperlukall 20 kGy.

Kadar TEA y•ne optimal adalah 2% pad a Peng11jian ketahanan terhadap ba-

dos is i r ad ia s I 20 kCy dan I :t pad a dos is han kimia dilakukan dengan menggunakan

100 kGy (Gambar 3). Semak in tinggi Na2co3 1%, asam asetat si, etil alkohol

dos Ls iradiasi, semakin banyttk jul!llah 50%, dan petroleum bensen dengan cara
ikatan s Ll ang yang terbentuk sedangk an spot test. Penambahan DEA atau T~A me-
adanya DEA atau TEA meropercepat laju n ingkat kan ketahanan film temadap bahan
pembcnt ukan r ad i.ka l padc r-an t a I poli- k im i a , Penguj i an dengan air mendidih
e ste r dun mcnome r s r i ren seh i ngga mc- menunjukkan bahw;i hanya pada dos i s 20

nyebal.Jkau ken.a ikan gel-fraction. kCy dan t anpa penamh•han bahan ter-
Dari GaMb.ar 4 terlihat bohwe pe- •ebut, film tidak tahan t~rhadap air
nambahan DEA maupun Tl>A s ebanyok 1% rnendidih.
menyebabkan gel-fraction yang h amp i r Apabila dibandingkan pada kondisi
sama. Penggunaan bahan ters~but seba- yang Samu, film karet relatif kurang

nyakl% dapat menurunkan dosis dari JOO t ahan terhadap Na2 co.1 dibandingkan ter-
kGy menjadi 70 kGy paa tingkat gel- hadap as~m· asetat, alkohol. atau petro-

fraction 90:t. leum beozen. (Tal.Jel 3).

Sl~at-hl6at Fi.1.m. Tabel I menun-


KESLMPULA1'
jukkan bahwa penambahan DEA maupun TEA

dapat menajkan kPk~rasan film. Pada Penarnbahan DEA atau TEA meoyebab-
dosis 80 kGy penambahan 3% DEA mene- kaa kenaik;in kekentalan resin poliester
hasilkan film dengan kekerasan maksimum tak jenuh-stirPn, sehingga faktor pe-
4 H. Kckerasan maksimum S H dapat ny impanan meme r l uk an perhatian sebelum
dicapai denga~ penambahan TEA sebanyak pcmak a i an .
3% pada dosis 100 kGy. Dietil amin dan trietll ami~ menu-
Sifat adesi at1ta~a kayu lapis y3ng runkan dosis iradiasi yang diperlukan
sudah d i be r i Lap i s an das ar n1elamic s an - supaya terjadcnya curing. Pada penam-

205
bahan bahao-bahan tersPhur sebanyak 1%, Effect of polyrner-boun.cJ amine
un t uk mendapatkan gel-fr act ion 90% do- accelerators on the radicalini-
tiated curing of unsaturated po-
~is iradiasi dapat diturunkan dari JOO lyesters with styrene, Ind. Eng.
kGy menjadi sekicar 70 kCy. Chem. Prod. Res. Dev., 21 2 ( 1982)
/II L
Sifac-sifat film antara lain kcke-
rasan, adcsi terhadap lapisan dasar,
2. RAllXF.Y, M.W., U.S. Patent 3 882 003,
ketah~non terhadap asam, bahan pelaruc. 1975, l:t Chem. Tech. Rev. 88
( 1977) 204.
dan air mendidih lebih baik dibanding
canpa penambahan DEA alau TEA.
3. TAXEZAKI, J., OKADA, T., and SAKURA-
Efektivitas DEA dan TEA relatif DA, I., Radiation-induced polyrneT-
hampir sama terhadap curing poliester i z a t i on of styrene in amines. Rad.
Phys. and Chem. 18 5-6 ( 1981)
tak jenuh-stiren. I) 25-1132.

UCAPAN TERIMA KASIK 4. CURTIS, L.C., !!_ ~·· Investigation


of mal~ate-fumarace isomerization
in unsaturated polye•ters by nu-
Penulis me~gucapkan teri111a kasih
clear magnetic resonance, Ind.
kepada Sdr. Fx. Marsongko da~ para Eng. Chem. Prod. Res. Develop., 3
3 (1964) 218.
operator di fasilitas berkas elektron
yang te~ah membantu pelaksanaan pene- 5. JAPANESE INDUSTRIAL STANDARD,Testing
litian ini hingga selesai. Methods for Organic Coatings, JIS
R 5401 (1970) 72-75.

OAFTAR PUSTAKA 6. AMERICAN SOCIETY FOR TF.STINC AND


MATERIALS, Annual Book of ASTM
Standards, part 21, ASTM, Phi-
I . PITTHAN, C. (). , and JAUA, s .s .. ladelphia (1972) 474-477.

206
Tabel 1. Pen1aruh pen&Db•tuu\ DEA tan TEA pad• keL•r••en
!1111 polieste:r.

Dosi> Kekera_,a;i
(KGy}
l<:&dar Ol!A, \ Kadar TEA,.\

0 1 3 s 1 3 s

20 se 28 H8 H 20 H8 H
40 29 H 2H 2H II 211 3H
60 H 2H 311 lH 2H lH 4H
lH 4H 4H
80
100 lH
JH
4H
4H
4H '"
4H
3H
4H SH SH

Tab cl 2. Pen.&aruh pcnaab.ban DEA dan TtA pad& ade-si


antara fiJa denian lapi~&n das&~.

oosis .4cks1•), \ ttnuu


(kGy}
Wu Bil \ X.ad.aT 'Te..\ , \.
0 1 3 s 1 3 s

20 10 40 40 75 35 <O SS
40 45 40 as 100 45 70 100
60 45 65 95 100 ;s 90 Ill
so 100 100 100 100 90 100 100
100 100 100 100 100 100 100 100

'} Adesi dena:an \ tir.&f&l <SO\ tidak .esenuhi stand&r.

207
Tal)e1 l. Ket.Uuu lil• terh•dap bthe l.-i•ia di.ft t.JT ~didih
dcriaan c•r• s:-Ot test.•)

llh•a
pen1t1Jt
Oosls
(kGy)
....., lE>., \ ltadar
""'· \
s s
' I l l l

Sa!COl
.
20

61
1\
u
lot

M, u•t&t
..
lO

60
-
" &O
100

20 I

.
40
,A.lkot.ol
••• 60

100

20 I .I
Pet.role\llo •t
eee :W.) 60 ~
&O
IQCI

Air
..,
20

acndidth
••
&O

L . 100

., Pens.at aft di llkuku :ert\ld1p peTUb&ltU kl l•p p•nukaM


(~l111n1•t bcruba.h,e saictl'-lt ~nbe.h D tanp1 p111'\lb&h&n).

2011
10

·~~---·
, SI TEA
~~s\oe;
·:::.:---
-·-~
60 lJO

._____,_·-
~----~ l\ Tl!/. 8

~8 B=.
~· -<
8- 50
~· !\ D&A
ao '
.: ·-
~

!•• 40 ~~~~

v.-;:::;_;::::::-
1\ TS'.A
1\ Ot!A
*
.~~

.::•
60
... 20 lr.t;y
------
JO
_o -"'• •o f
•• •o 111;r
0•60ll.Cy
D • 80 k3y
A• 100 kGy

lO
0 2 J
••ktu r~ny,~pt.n•n. • s
j ..
6
"
l
K1d1r OEA, \
• 6

Gt.111b1t" 1. lekeni•t•u. tesln tetel&h pe':'lub1hen OEi\ dan 11lA GalftiG'I' 2. Gt.J ftaction fil• 1tb111i tun.a•• li:edat OEA
'eba11t fW\tti waktu pcnyl•P•n•n· y1nt dltamblll'Jtan.
tr : 2a.21•r.J

100

100 40
• ~
.---;_ fr= •=
o_ s
•o~ F. 6-0

~ / ~.-----·- t
;;
"'
O • tanpa DEA/TEA
.6 ,. OCA. 1\
~ ~u/
... t • 2U kGy
40
I
• • re;. 1\

J; • 40 k<:iy
,,• "::I • 60 k.Cy
o.aoltGy 20
40
b. • lOC kGy
f

L-.

-~ l J
Kad1.1· T~, \
• •
I
0 20 40 60
nosi.' I T1di1•i. ltGy
80 100

C•b•r 3. Ciel fTectlon fil• s11:•ft.l funsst kttrl•-r


1tA Y*"I dlte•bahkan.

209
l.l\SK llSI

SIMON PlffRUS GURUSrNG.\ : 3. Kegunaan apa saja dari hasil pembuat


Makin tinggi dosis radiasi, makin ting- resin poliester stiren ini? Oapat-
gi fraksigtl (%} pada DEA maupun TEA, kah dipakai untuk resin bahan teks-
Tetapi, bagaimana jika DEA dan TEA di- til?
gunak an 10-15 persen berat resin dengan
do s i s i r ad i a s L 20, 40, 60, 80, dim 100 M. ROESLAN:
kGy? J. Laju kecepatan pcnambahan radikal
dapat diukur dengsn alat ESR (Elec-
M. ROESLAN : tron Spin Resonance). Oalam peneli-
Pcnggunaan DEA don TEA JO - IS persen, tian tidak diukur karena alat ter-
tidak ada gunonya kareno pada penam- sebur helum ada.
baha~ maksimal 3 persen sif•t film ynng 2. DEA dan TEA me rupakan senyawa yang
d ihas i Ik an sudah ma.ks Ima l . Se l a in iru , peka terhadap radiasi dan mutlah rueu1-
kekentalannya akan rnak i n tingAi s ch i ng

bcntuk radikal-radikal yang •elan-


ga mempersulit pemilih.in al~t pelapis ju t ny a akan mempennudah terjadinya
·y•11g d ipuk a i pud a opt i kus iay e . reaksi polimerisasi ancara poliescer
dan s t i r cn .
I SM [N lNGSIH : J. Resin poliester-stiren selain dapar
I. Cara apa yang digunakan untuk ma- unruk pclapisan permukaan (surface
ngukur J a ju ke c eput an penambahan r a- coating) juga dipakai un t uk kancing
dikal ? ba ju , bar eng-bar eng tuang, dan lain-
2. Mengapa DEA dan Tt:A daput memperce- la in. Kemungk Inan dapat untuk cam-
pat l a ju penamb ah an r ad i ks l ? pur an b ahan t eks t i L,

210
DAYA TAHAN KAYU PLASTIK TERHADAP PENGGERF.K KAYU DI LAUT

M. Muslich"', Nurwati H.*, dan Marga Utama**

AUS1'KAK
DAYA TAHAK IU.YU fLASTIK TERKADAP Pt~CGtlAt l.AYU 01 1,.1tUT. KaJU plastik tel.ah ~itu•t deri jeungjing
(Albiiia (alcatarla L, F"ot.bt.tg.), 4-'Mr (Ag.ithJs locanthJtolI• Salisb.), den jati (Tecto.1• gr•nt!is L.f.)
dengan cnonoMr stireo dan intti\ •eta).rilat (tetA>. Pellllbu•t•n keyu pltstik mengt;un•kan aetOde polirr.eri1•11i
rediasi d~nean doait t4diaJi 20 da~ 40 kCy. Kayv pl1stik yang dih.asilkaa diuji terha(ap pe~g.gerek k1yu 41
leut di perair-'" pul•u Ra.mbut. H.asit penelitian aenunj..:kkan '>ahva kayu pl•stilt d•p•t •e:\ahan tetangan
p~nggerek kayu dl taut.

ABSTRACT

TH.Z USISTANCC OF \1000 PLAStlC COMPOSJT't A.CAttCST KARlMf BOK.t.KS. WoOd P\1tclc Compo•ite (\i/PC) fl'"O•
jt!ungj iog (Albii.I.t (alcat<11r.i.a L. fosber~.). d•.a.r {A9ath!s lor•nthi:Oli• Sal i1b.), •nd jeti ( Te!:CC:on•
grand!~ L.f.) with Atlren~ and methyl •ttacrylale (tO<A) moo09C'tS ~ere ••dt vith tadiation polimeri~ation
~ethods at 20 and &O kCy d~se• nf iradiatio~. Tht VPt vere ttsted •&•~net marine bortrs at Rambut lsland
sca,hnre. The result• showed chat th~~r VPC v~r~ not att•Cled by aacine borer$.

PENDAHULUAN
tersebut dari tahun ketahun semakin
Kayu di perairan pantai, di air meningkat, sedangkan ketersediaannya
laut atau sungai yang berair payau se- terasa berkurang sehingga perlu mencari
ring mengalami kerusakan yang disebab- jenis lain yang dapat dipakai sebagai
k•n .oleh penggerek kayu dari golongan penggantinya (3).
MnJl111<r.n cbn Crustacea. Oistribusi bi- Usaha untuk mencegah serangan pe-
natang ini sangat luas. hampir terda- nggerek kayu di laut sudah banyak di-
pat di se l u ruh per;:1.iran. Di perairan lakukan baik deogan perlengkapan tam-
tropik binatang tf!l"~PhUt dapat berkem- bahan seperti lapisao baja dan tembaga
bang dengan subur dan hisa dijumpai maupun deogan bahsn pengawet. Bahan
sepanjang tahun (1,2). pP.ngawet yang dapat menahan serangan
Kayu yang digunakan untuk perahu, pe:iggerek kayo di laut adalah garam
tisng pancang derm3ga> dan rumah pQn- campuran anorganik yang dapat berfik-
duduk yang didirikan di pantai tidak sasi baik, seperti ternbAga-khrom-arsen
luput dari sersngan pcnggerek kayu di (TCA), tembaga-khrom-boron (TCR), dan
laut. Biasanya kayu yang dipakai adalah tembaga-khrom-fluor (TCP). Usaba untuk
kelas awet 1-11, seperti jati, ulin, mencegah serangan penggerek kayu di
ltl«<bau. Kebutuhan kayu untuk kcpcrluan lauc dengan mQnggunakan bahan pengawet
tersebut masih menjadi ai.asalah m.eng-
Puslitbanf Hasil lh..1tan, Bogar
Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BJ.TAI( :ngat,

211
a. keyu yang akao d i guo akau di Lau t uj i s e l a i n kontrol, di.kirim kc JIATAN
harus mempunyai kekuatan mckQnis Jdkarta uncuk dibuat kayu plastik dc-
-yang tinggi d an k ayu tersebut auke e ngau metode polimerisasi radiasi meng-
diawetkan. gunakan monomer stiren d an metil me-
b. Karena pencucian di lctut sangat cakrilat (MMA}. Sumber radiasi yang di-
60co
tinggi, retensi bahan pengawet harus gunakan adalah iradiator gamma
besar, penetras inya hams. dalam d an dengan laju dosis 0,05 kGy/jam. Contoll
bahan pengawet yang digunakan harus uji tersebut, diberikan vakum sebesar
bertiksasi dcngan haik di dalam ka- 10 - 15 mm Hg setama 2 jam dan langsung
yu. Bahan pengawet yang ber f i ksas i diberi perlakuan sebagai berikut.
baik, mempunyai sifat sukar dimasuk-
monomer MMA dos is radia~i 20 kGy
kan ke dalam kayu. "·
b. monomer MMA dos is rad Las i 40 kC:y
Penggunaan bahar. pengawec yang tidak
c. monomer stiTen dos is radiAsi
tepat akan meycbabkan kerugian yang
20 kGy
t i dak ~Pilikit, olPh kr:irPna i tu, J>P.rlu
d. monomer stiren dos is radiasi
diusahakan e ar a penceg.:.;ih;.in yi>ng 1 a in
40 kGy
yang lebih monguntungkan (l,4).
Tulisan ini menyajikan basil pcne-
litian me ngena i d ay a tAh:.~n kayu p l as t i k

terhadap penggcrck kayu di laut. Cara pengujian. Pengujian terhadap


penggerek kayu di laut dilakukan di
BAllAN DAN M f."TODE perairan pulau Rambut. Contoh uji untuk

Bahan. Kayu y an g d igunakan ia- kontrol da11 yang dibuat menjadi kayu
1 ah jcungj ing ( Albizia J'.alcataria L. plastik dari tiap jenis kayu disediakan
Fosherg.), dam.or (Agathis loranthiFo- untuk empat kali ulangan. Semua contoh
lia Salisb. ), dan j a t i ( Tectona gr.anr!is uji disusun menjadi satu rakit seperti
L. f.) yang be ra s a l dari dee r ab l!ogor, tcrtera pada Gambar I dan dipasang di
laut selama dua bulan.

Pvr.a(C<,ta.rt, Peralatan yang diper-


gunaka~ 1.Jerupn pelampung, tali nilon, P<:ngamatan. Pada akhir pcngujian
pipa parolon, selang plastik, dau ban- dilakukan pengamatan contoh uji dengan
dul. jalan membelah contoh uji menjadi dua
Me:tcde., bagian dau menetapkan derajat serangan
rcnyediaan contoh ul.!.. Jenis ka- dengan menggunakan standar Nocdic Wood
yu tersebut dibuat contoh uji dengan Pce se r va t i on Council (NWPC) No. 1.4.2.
ukuran 2,~ cm x 5 cm x 40 cm. Contoh 2/73 (5), sebagai berikul.

212
Kondisi kayu OerajAt serangan ringan, pada kayu jati bahkan hampir
Tidak ada serangan 0 tidak ada serangan sama sekali. Peng-
SerAngan ringan I /3 gerek kayu yang oenyerang cenderung
Serangan sedang 2/3 dari famili Pholadidae. Hal ini mungkin
Ser.:Jngart berat disebabkan sifat kimia jenis kayu ter-
sebut sudah berubah. Keadaan yang demi-
Jenis penggerek yang menyerang dapat kian tidak menguntungkan bagi penggerek
dikcnal dari bekae lubang gerek, bentuk kayu yang memerlukan selulo•a sebagai
cangkuk dan palct pada contoh uji. sumber mekanannya terutama dari genus
TeredO· TURNER (8) menyatakan hRhwa,
HASIL DAN PEMBAHASAN genus Teredo punya enzim selulosa se-
hingga selulosa di dalam kayu dapat
Tabel 1 mcnunjukkan bahwa, contoh
dijadikan bahan makanannya. Famili Pho-
uji kayu jeungjing dan damar yang di-
l4didae p~da keadaan seperti ini ti-
pe r l uk an sebagai kontrol, cenderung
dak mcnjadi penghalang. SOUTHWELL dan
mendapat s er ang an berat de r i famili
BULTKAN (9) mcnyatakan bahwa, kandungan
Teredinidae yaitu 'J.'eredobart:schi Clapp.
silika, kerapatan atau kekerasan zat,
d an Ban Ida campanella ta. Holl/Roch.
dan zat ekstraktif yang bersifat racun
(Gambar 2 dan 3), sedang kayu jati yang
meskipun menduku~g ketahanan kayu ter-
diperlakukan sebagai koncrol hanya meu-
hadctp secaoga.1 Teredinidae, t e eep I men-
dapat serangan ringan dari famili Phu~
jadi penghalang bagi P!1oladidae. Pho-
ladidae, yaitu Martesia satriata Linne
ladidae ~erusak kayu hanya untuk tempat
(Gambar 4). ferbedaan serangan ini di-
tinggal saja. Hal ini terbukti telah
sebabkan tiap jenis kayu mempunyai daya
ditemukannya Pholadidae sebagai perusak
tahan alami yang berbeda. BIANCHI dan
kabel dan pelubang batu laulan Atlantic
GONCCRIJP (6,7) menyatakan bahwa, daya
dan Pasific (9).
tahan kayu terhadap serangan penggerek
kayu di laut tergantung pada kadar si- Hubungan antara derajat serangan
lika, kerapatan atau kekerasan kayu dao daa daya taban kayu plastik dapat
kandungan zat ekstraktif yang bersifac dilihat pada Gambar 5. Kayu plastik
racun terhadap binatang tersebut. yang diperoleh dengan metode poli-
Tabel 1 juga menuojukkan bahwa, merisasi monomer stiren dan MHA pada
kayu plRstik yang diperoleh dengan me- dosis 20 dan 40 kGy ke dalam kayu
tode poljmP.risasi monomer stiren dan jeungjiog, danar, dan jati mempunyai
Metil metakrilat (MHA) pad a dos is 20 daya tahan lebih baik daripada yang
dan 40 kGy ke da 1 am kayu jeungjing dan diperlakukan sebagai kontrol. Oengan
damar, ternyata hanya mendapat se~angan demikian pembuatan kayu plastik terse-

213
but dapat mempe.rpanjang umur pakai 4. MARTAWIJAYA, A., dan SliMARNI, G.,
untuk keperlu•n di laut. Aplikasi chlordane 8 EC unruk
proteksi kayu lapis, Proceedings
KESIMPULAN Forum Diskusi, Jakarta ( 1984).

S. ANONIM, Nordic Wood Preservation


Kayu jeungjing, damar, dan jati Council NWPC, standar for testing
lebih cahan cerhadap penggerek kayu di of wood preservatives. NWPC Stan-
dar No. I, 4.2.2/73 (1973).
laut se t.e l ah mengalami polimerisasi
radiasi dengan monomer stiren dan metil 6. BIANCHI, A.T.J., The resistance of
some Netherlands East Indian tim-
metakrilac (MMA) pada dosis iradiasi 20
bers against the attack of ship-
dan 40 kGy. worms (Teredo) Fifth Pacific Co-
• ngress, Canada (1933) .
DAFTAR PUSTAKA
7. GONGGRIJP, J.W.,Gegevens betreffende
een onderzoek naar Nederlandsch
I. ANONIM, Marine Borers and Methods of lndische houtsoorten, welke tegen
Preverving Timber Against Their de paalworm bestand zijn. Mede-
Attack (Technical Note No. 59), deelingen van het Boschbouwpro-
Princes Risl>0rough Laboratory efstation-.No. 25, llogor ( 1932).
( 1972).
8. TURNER, R.D., A Surv~ ~nd illustra-
2. HUSLICll, M., dan SUMARNt, G., Inten- ted catalogue of the ''Teredinidae,
sitas serangan penggerek kayu di Museum of Comparative Zoology,
Laut pada bebcrapa j e n i s kayu. Havard University, Cambridge,
Jurnal Penelician Hasil Hutan, 5, Mass. (1966).
4 (1988). -

3. SUPKIANA, N. , dan ABDURROUIM, S., 9. SOUTHWELL, C.R., and BULTMAN, J.O.,


Peng.a\oletc.n d.an keawetan a'lami. Marine bore~s resistance of un-
Kayu untuk industri perkApalan di treated woods over long periods. .. of
Indonesia, Bag. I. LPHH, Laporan ·immersion in tropical waters. Bi-
No, 109 (1978). ocropica 1_, I (1971).

214
-
• I

-·b

-
II II I

II • e
"

" " •

u


" •


. . - .. . II u •
l
<I

d_, budu.1
•-· C:Cn.ioti u)1
bi. Tall :n.tl::>n e, ,. • ....,""'.
~. ~el•n1 p1.,tt• seh•&•i jle•,..kat f. plpa p.aTalon

215
- ·-. . ·'··~·
0

Gamhar 2. Serangan penggerek kayu di laut pada cont oh uj i


kayu j eungjing.
a. kontrol
b. monomer MMA dos j s radlasi 20 kGy
c. monomer ~f.tA closis radi as I 40 k(;y
d. monomer stiren dosis rndiasi 20 kGy
e, monomer s t i r en dos Is radiasi '40 kGy
-- ----- -
-:-=--r:-=; ~-.
I ·1/'., ..... , - • 1.,1 1

. ·. . • . j I .

• •
I. I J

;:·
•••
v
, I ..
C'

\
0 G LJ
'.
..
'4
a

n..
"'~•·...·,
. 'I
fl'"'"' -~·\. .....
• ·k ·,.·,,..•~
~ .' ~~.:,.:· :
I ' (!
-.' .
,,, .... ·--. .......
Gambar 3. ~P.rangan penggerek kayu di laut pada contoh uji
kayu damar.
a, kontrol
h. monomer MMA do~is radiasi 20 kGy
c, mnnomer MMA dosi~ radiasi 40 kGy
d , monomer- s t Lr en do s i s radf as i 20 kGy
e. monomer stiren closis radiasi 40 kr.y

216

I' ...
' ·..
. .; ., I
11 I I'
,.I·
I
I
'1
I
I
I, ~.. " I
I
I j~Q 6
·:r f
i'>,

.i
'

+f. ·~'...·. ;;;• .


," r
,· ... ·l .
I' .,.\
·.J:
• ·1
~

'I

'1
c

Gaml>ar 4. Serangan penggerek kayu di laut pada cont.oh ujl


kayu jati.
a. kontrol
,, .
monomer MMA dosis radiasi 20 kGy
c. monomer MMA dosis radiasi 40 kGy
d. monomer stiren dosis radiasi 20 kGy
e • monomer stiren dosis radiasi 40 Kgy

....... ,, , , , ····~~~~-~ .. ~.~.Y.1:1.• J.~.~~J(Jlng dM

~
~0,5

~
Ji
·~ ko~~:l:~~ .. kayu .1ati

"'
C•,O
ao kGy 40 kCy 20 kGy 40 k\ly
MMA stirt.n.
IDI jeungJing ~ • ...,.,.
- j .. ti

Co11mtrar S, 1Hstoara.1t deTaJat $et"aitttn 'Ptnaa~el la)'U di laut


te~had4p kayu p:a!tlk,

217

OJSKllSJ dap binatang teraebut. Daya tahan
yang lebih tinggi dis~bahkan bahwa
sifat fisik & kimia kayu sudah beru-
SIMON PETRUS CURUStNGA :
bah. Ke adaan t e r sebut t idak mengun-
Mungkin berkurangnya serangan penggerek
cungk an Lag i penggerek kayu di I auc
disebabkan karcna rasa kayu itu ya~g
mem•rlukan selulosa sebagai
bc eubah b ag i. penggerek. J ik• kayu i ru
sumber makanannya terutama dan gens
rasanya lebih menyenangkan penggerek
Teredo, sehingga kayu tidak bisa di-
seteloh diiradi~si, mungkin makin ber-
gunakan sebagai sumber makanaonya.
t~mbah seraqgan penggerek serelah kayu
Sejalan uncuk famili Pholadidae re-
ttu diiradiasi. Kalau faktor rasa dia-
cap menyerang karena famil i tersebut
baikan, boleh jadi karena penggerek
merusak kayu hanya sebagai tempat
tidak mampu lag; menggerek kayu sntelah
t inggal.
diiradiasi. Mohon penjelasan keterangan
2. Masalah ekonomis belum pernah ditc-
ini ?
1 iti.

MUSLlCH :
Unruk kayu plastik memang ada ser•ngan F.RNAWATI
yang sangat kecil dun hanya pada pPrmu- TerlepHS dari pencemaran lautan> sistem
kaan. Dari binatang penyernngny~l yaitu mana yang le-·bih efecti.f an t a r a pema-
Pholadidae yang bukan t e rraa s uk pemakan kaian 28t-zat ~imi~ dan kayu plastik
kayu. Jadi, Pholadldae hany" melubangi terhadap serangan penggerek kayu di la-
untuk tempat tlnggal. uc (Mollusca dan Crustaceo) ?

xcus TSMANTO M. ROESLAN:


I. Apakah MMA d an stiren pad a percobu(ln Untuk sementara pemakaian bahan kimia
Anda bersifat racun tet:had<lp bina- so pert i TCA tembaga - chm arsen, TCB
tang Laut pcnggcrek kayu. sehingga l•mb•ga - chm Boron, TCP tembaga - chm
day a tnh0:nnya menjadi lehth tinggi Flour. Mas:h ada mas a Lah
dibanding k.,yu aslinya? Tolong di- Xayu yang digunakan di laut punya keku-
jclaskan. at an cembus cinggi sehingga su l i t di
2. J Lk a di b and i ngk au ant.ar a me code kayu awetkan.
p I as t ik d an m<<tode pe~gawetan dengan Pencucian di laut sangat tinggi se-
pestisidu lebih ekonomis yang mana? hingga Tetensi bahan pengawet harus
besar, penetrasi harus dalam, dan
MUSLICH : bahan pengawet harus berfiksasi baik
I. MMA dari s t i r en t i d ak be r acun r e rha- dalam kayu.

218
Bahan pcngawct yang bcrfiksa•i balk HARTATI :
biasanye mempunyai sifat suker dima- I. Pada penggunaan radiasi 20 kg d3n
.sukkan dalam kayu. stiren, pada kayu jati menunjukkan
Pemakaian bahao pengaw"t y .. ng tidak keruskan 0, mohon penjelasan apakeh
tepat berak.ibalk~n Se:&ngol mecusak kira-kira yang menyebabkan, karena
sehingga dengan d.,miki .. n dihkukan pada dosis yang sama dengan MMA ada
us aha penceg .. h y .. ng lebih efektif, kerusakan?
Ja~i pen~litiao ini baru pertama di- 2. Mengapa dipilih waklu 2 bulan pengu-
1 ..kukan. jian?

NUNlK S. : MUSLlCH:
J. Bagaimana pendapat Anda tentang laju I. O (no!) artinya t idak. ada kerusakan
/kecepatan biodeteriorasi di Pulau atau kcrusakan tersebut sangat kecil
Rambut terhadap tiga jenis kayu yang dan tidak berarti.
diamati ? 2. Menurut pengalaman kami, serangan
2. Bagaimana cara menentuk.an tingkat Lerbesar terjadi pada 0 - 7 minggu
kerusakan kayu terhadap serangan pertama sehingga untuk waktu 8 ming-
penggerek kayu. gu sudab dapat diharapkan hasil un-
cuk waktu yang lebih lama.
MUSLICH :
). Laju biodeteriorasi untuk kayu plas- MAURI::Z L. T. :
tik sangat rend ah 1 tetapi untuk kon- Dalam sedian kayu (jati, jeunjing,
trol cepa e , damar) untuk siap radiasi dengan berkas
2. (:ara menentukan tingkat kerusakan elektron. apakah kayu terse but sudah
kayu terhadap penggerek kayu: be bas dar i binatang yang akan meng-
X-ray--> biaya mahal ganggu mutu kayu tersebut, a tau apakah
- untuk lebih yakin contoh uji dibe- faktor tersebut tidak masalah dengan
lah mP.mAnjang, ke~udian amati dan AdAny;o proses radiasi (kGy tertentu)
dibandingkan dengan score menurut akan musnAh. 0Pngan cara apa untuk me-
NWPC (Nordic ~ood Phesurvation Co- ~getabui seCAYA dini bahwa kayu .ter-
uncil) sebut bebas/tidak ada binatang/r.ar.ing
* Tidak ada serangan • 0 yang akan menyerang mutu kayu?
* Serangan r rngan I /3
* Serangan sedans• 2/3 MUSLICH
* Serangan be•at • I Kayu yang digunakan semua bebas dari

219
semua c acat , termasuk b inatang taut.
Penggerek kayu di laut hidup pada
salin i t as ter cencu ba ik dar i golong-
an Crustacea maupun Mollusca. Jadi,
jelas kayu yang belum menyentuh air
laut tentunya masih bebas dari bina-
tang tersebut.

220
STABLILITAS OIMF.NSI llAN PEl'ilNGKATAN KEKUATAN KAYU OENGAN POLIMERISASI
RADIASI

Nurwati Hadjib*, Marga Utama**, dan Surjono Surjokusumo***

4BST11.AK

8TA8ILITAS Dt11tMSI DAN PENIHGk.ATAN KEKUATAN KAYU DEtlCAN POLlMtRlSASI RADlASl. Pttcobaaa pembuatan
tayu pltttik (Wood ~la5tic Composite, WPC) d•ri Jsti (Tectona gzandis L.r.). Agati• (Agat:h:i&
1or•nthi!oJia Sallsb.), dan Jeungjing (P•r•sor1•nthis l•lcatari• L. Nielten), mecilmetaktil1t dan ltiren
terta dosit r1dia1i 20 dan 40 kCy celah dilakukan. Katil 7an1 diperoleh mtnunjukk1n bahv1 kayu pla1tik
yaaa dibuat dengan mOnoraer H."'CA dan dotia iradiati 20 kC1 tvdah cukup dapat fk'nln3katkan atabilit••
dietnli dan kekuatan •ek•nlk keyu. Ka)u pl11tik yana dibuat d~ti kayu daua jaTu• •~•h-riken hasil yana
lebih bai~ dlbandin~ kayu daun lebar

ABSTRACT

WOOD OlleHSlON STABILITY ANU STRENGTH INCll!ASIHC BY RADIA7ION PDLIHERIZA7!0H. fh• reae•r<h of Wood
P11•tic Composi.tr (WPC) ••de from Jati (Tectona ·1rand1.• L.t.) A9atis (Agath.is lorAnthifcl.i.• S•lisb), and
Jeutigjing Pal.lSH(ef_anthi$ falcatari• L. Miel1e1n). with methylmiethacrylete ()O{A) end ~tiren•,
poli-eritation by Co s•mn~ r•y has been done. Tbe result showed that WPr. mPde from wood vich"""' 20 kCy
irradi•tion dose 4rc enough to lncrease the vood. dimension RtAhility and mechanical strength W?C ••de
(rOm. softhood ha.s better physical tnd mcchanlcal pTnp@'rties than UPC from hardwood.

PENDAHULUAN
papan mejemuk, laminasi, dan polimer-

Pada kon•truksi bangunan diper- isasi (3). Polimerisasi dapat dilakukan

lukan jenis kayu dengan kekuatan dan dengan bant1111n panas dan i r ad i as i ( 10).

sifaL fisik yang memenuhi persyaratan na.l 11m makalah ini disaj ikan infor-

keamanan dan persyaratan lainnya. Oleh m~• i kondisi yang optimal pada pem-

karena itu usaha untuk memperbaiki si- buatan kayu plastik dengan polimerisasi

fat kayu yang ada sangat diperlukan, r ad i asi , s eh i ngg a memenuhi pcrsyar~tan

sehingga dapat memenuhi persyratan yang sebagai bahan bangunan baik dimensi
dimaksud. SepeTti diketahui di Indone- maupun kekuatannya.

sia terdapat cukup banyak jen i s kayu


dengan sifat yang kurang menguntung-
DAHAN DAN METODE
kan. Untuk meningkatkan stabilitas di-
mensi dan kekuatan kayu terdapat bebe- Rahltlt, Bahan kayu yang diteliti
rapa cara, antara lain dengan pembuatan meliputi kayu jati (Tectona 9randis
L. F.), Agatis (A9athis loranthifolta
• Pus.1 i ttiang Has i 1 Hut an, Bo&or Salisb), dan Jeungjing (Paraseianthis
•• Pusat Apli~asi lsotcp dan Radiasi, BAT~N
••• f#kuJtas Kehutanan, tPB falcataria L. Fosberg). Ketiga j en i s

221
kayu tersebut berasal dari Bogor, Jawa aluminium diberi perlakuan sebagai ber-
Barat. Sedangkan bahan pembantu yang ikut:
digunakan adalah metilmetakrilat dan I. Monomer MMA dan dosis iradiasi 20
s t ir en , ke r r as Aluminium, air su l Lng kGy

se r t a parr1fin. 2. Monomer HMA dan dosis iradiasi 40


At<V., Alat yang digunakan dalam kGy
pembuatan contoh kayu yang akan diuji 3. Mo11on1~r st Ir en dan dos Ls iradiasi

adalan gergaji potong, meteran, im- 20 kGy


pregnator, pompa vakum, dan iradiator 4. Monomer stiren dan dosis iradiasi
60co. 40 kGy
Sedangkan alat-alat yang digu-
nakan dalam pengujian sifat f.isik dan 5. Kayu utuh tanpa monomer dan iradi-
I as i .
mekanik adalah alat ukur panjang dan
berat, tungky pengering, dan "uni- Setelah diiradiasi, kayu plastik
versal testing mechine''. yang dihasilkan dibiarkan di udara ter-
buka sampai kadar air kesetimbangan
M~ode. 'Tahap percobaan yang di-
(EHC).
lakukan dalam penelitian ini adalah
b. Pengujian sifat fisik dan mP-
pembuatan kayu plastik dan pengujian
kanik kayu. Kayu plastik yang telah
sifat fisik dan mekanik kay11 plastik.
mcncapai kadar air kesetimbangan diuji
a. Pe:mbuatAn kayu etastik. Peng-
sifat fisik (antara lain penyusutan dan
uj i an s i f At fisik dan meka.nik kayu
pengembangan) serta sifat mekaroik (an-
plastil< dengan menggunakan me code pe-
tara lain kekuatan lentur statik, ke-
ngujian cont oh kecil be bas ca.cat (se-
kuatan tekao sejajar serat, kekeras-
suai dengan standar BS 373-571). Untuk
an, kekuatan tarik, geser, dan belah).
kcpcrluan tcrscbut contoh diambil dari
Data yang diperoleh dari pengujian
papan-papan yang benar-benar bebas ca-
sifat fisik dan meka.nik kayu plastik
cat.
dianalisis bcrdasarkan pola acak leng-
Contoh kayu berupa stik ukuran 2,5
kap. Hasil rata-rata setiap perlakuan
x 2,5 K 40 cm d•larn kondisi kering
dibandingkan dengan kayu aslinya.
divakumkan selama 10 - 15 mm Hg. Se-
lajurnya dibiarkan terendam dalam mo-
llASIL DAN PEMBAHASAN
nomer selama 17 jam. Pada akhir pe-
rendaman permukaan kayu dibersihkan da- S.i.6a,t Fuu: Rata-rata kadar mo-
ri sisa monomer yang masih menempel di nomer pad a kayu plastik yang diuji
permukaaro dan dibungkus kertas alumi- bcrturut-turut adalah 2,40% pad a Jaci,
nium. Tahap selanjutnya kayu beserta .51,6~.% (>AdA Agat is, dan 46. 29% pad a
monomer yang, telah dibungkus kertas .TPungjing. Kadar monomer dalam kayu

222
plastik Agatis ~ebih linggi bila di- 61, 79l dari keneikan kekuatan patah
bandingkan dengan k~dua jenis kayu kayu plascik yang diuji di•ebabkan oleh
lainnya. Hal ini dis~babkHn karena pada karena pcrt3mbahan berat jenis kayu
kayu daun jarum terdapat noktah yang atau ksrena penambahan monomer, sedang-
lebih sederhana bila dibandingkan kayu kan selebihnya disebabkan oleh faktor
daun lebar, sehingga cairan lebih mudah lain selain berat jenis. Gambar hu-
berdifusi pada kayu daun jarum (8). bungan rcgresi tersebut dapat dilihat
3erat jenis kayu plastik pad a pada Gambar l .

umumnya lebih tinggi dari kayu aslinya, Bila dibandingkan dengan klasifi-

sedangkan perubahan dimensinya terlihat kas i kekuat ao kayu Indonesia (Tabel 3),
lebih rendah dad kayu aslinya ('Xabel maka dengan p~mbuatan ksyu plastik ke-
I). Penurunan perubahan dimensi di- kuatan kayu meningkat.
sebabkan adanya bahan monomer yang
berpolimerisasi di dalam rongga sel KESIMrULAN
(10), sehingga bahan tersebut merupa-
kan "bulking agent" di da l are sel d an Dari hasil penelitian yang dils-
menghambat perubahan dimensi kayu. kukan dapat disimpulkan.
I. Untuk memperoleh bahan bangunan yang
Si.6at Mehan~h. Sifat mekanik kayu cukup me11enuhi persyaratan, 01aka da-
plastik ternyata Jehih tinggi dari ka- pat digunakan monomer metil meta-
yu sslinya (Tabel I). Hal ini sesuai krilat (MMA) dengan dosis iradiasi
dengan hasil para peneliti sebelu111ny3
20 kGy.
(4, 6, 7, 9, 10). 2. Kayu daun jarum ternyata dapat meng-
Dari hasil analisis keragaman (Ta- hllsilkan kayu plastik yang lebih
bel 2) dapat disimpulkan bahwa per- baik daripada kayu daun lebar.
l akuan pembuatan kayu plastik mening- 3. Polimerisasi radiasi dapat digunakan
katkan kekuatan patah kayu, kekuatan
sebagai •lllah satu cara untuk sta-
geser, kekuatan belah, kekuacan tarik~
bilisasi dimensi dan meningkatkan
kekuat an reken se r t a kekuat an pukul,
kekuatan kilyu.
sedangkan modulus clastisitasnya tidak
menunjukkan perbedaan yang berarti. Hal
ini menunjukkan bahwa kayu plaatik yang DAF"TAR PIJSTAKA

dihasilkan kekuatan patahnya meningkat,


I. ANONlM, Vademecum Kehutanan Indone-
tetapi kekakuannya tetap. sia. Departemen Pertanian, Ditjen
Dari hubungao regresi linier se- Kehutanan. Jakarta.

derhana yang dibuat antara kekuatan


2. BOX, G.E.P., HUNTER, and HUNTER,
patah dengan berat jenisnya, l~-rnyata. J.S., Statistics for Experimen-

223
te~8. John Wiley & Sons, N.Y. pros~~ polimerisasi radiasi, Ri-
(1982). salah Seminar Nasional Proses
Rodiosi, 1986. Pusat Aplikasi Iso-
3. BROWN, H.P., PANSHIN, A.J., -and top dan Radiasi, BAiAN, Jalliarta
FORSAlTH, Text book of Wood ( 1986).
Technology. Vol. II, Mc.Craw-Hill
Book Co. N.Y. (1952). 7. SIAU, J.F., Flow in wood; Syracus
Univer~ity, Pre~s. New York
4. CINOGA, 8., SIPAYUNG, B., KARNASU- ( 197 I).
DIRJA, s., dan SUYITNo, Pengarun
Tlngkat Iradtasi Terhadar Sifac 8. UTAMA, M. , SUYITNO, S. , YANT I, S. ,
Pisis dan Mekanis Kayu Karet Yang "Stud i pembuatan kayu plasc ik
Uiimpregnasi Oengan Poliester un t uk bahan baku bhuttle", Proses
~riren, Journal Penelitian Hasil Rad~asi (Risalah Seminar Nasional,
Hu Lan !• 4 ( 1982) I. Jak rta, 1986), PAIR, SATAN, Ja-
kar a ( 1986).
S. JANTO, J.B., Pengetohuon Sifot-aifat
Kayu, Yayasan Kanisius, Jogyakarcn 9. WANGGARO, F.P., Wood [ta Structure
(1973) I. end Propreties. Forest Prod. Lab.,
Forest Service, USDA. The Pen-
6. KARNASUOIRJA, S., dan UTAMA, M., Pe- sylvania State University, Univ.
nigkatan p~nggunaan kayu mel~lui Park, Pa. 16802 ( 1972) 271 - 319.
'

224
T.. ~1 la. late-rat,• pc.rl•kwu 4•11 pers•" teth.dap kontrol tlfat titlt dan ..kani•.~•)IU pl•-t1%.

•<•-
.... ..
Jent•
,... ...
Perlll)u .. .., P•n)'Ufwt&n (\)
T
Pon1.-ht1n1•n

• T
(I) Ketos.1.ft~I'
•lk 011 ... >
Im l«lt
(111000)
....... ·~a..1
(ka/m l
·~ T

), J1tl •1b1CJ 0,661 1,674 1,,2c1 D,fr.•/1 1,)S) 11~2.,9'2 ,·.,,,:ui 2',21 u,,66.
(1~,1.:1) ( (,: ,54) (V:: ,40) (3~,sr) (1,2,84) . (zce , "'·) (1JZ,34) (2CZ,))) (179,ce)

•1bi•1 o,bl:i. 1,764 4,6"8 o,&",o ',6)1 819 ,914 149 ,OIJI 19,,490 18,'10
(106,~) {~,07) (91,97) ()!,Go) (,1 ,65) (143,40) ( 112,5)) ( 1,6,12) (1'5,80)

"lbl <1 o,E;s? 2.,2,46 ),076 o,44,q 1,644 911,m 1'T.l .3l9 22,096 21 .4!I
(1(,.\,78) '(C7,9.\J (6J,51) (4Z,i>o) (52,06) (t60,51) Cno,e6) (177,.zt) ''"·1T)
!Lzbtcl o,6,, ...~; 4,210 0 ,499 1,6?0 97',i~ 164,016 t6,4!1 16,57
(101,76) (~,21) (~S,t7} (25,02,) (51,)<)) (170,61) (12',)4} (1:12,lli!) ( 120,3')

• o,6,. z,,>4 4,81.;! 1,m ),1!i8 ~11,n 1)2.,4'0 12'46 ,,,77


I, ~·•t• •1b1(:2 o,m 1,&6' ),247 0,617 1,527 1276,006 1)0,)4. 14~ 1),'8
(1~.~) (56,58) ·(61 ,057) (W,'l!J) (5t ,47) (:!06,52) (105,41)) (11'1,'lll) (162,1)

•1b1<t o,556 2,)22 1.,168 0 ,1,58 1,891 1141,os 151 ,,. 11,6) 10,t.1
(1:!.l,,107) (71,?5) (78,ms) (15,43) (6,,73) ( 10~.,68) (1o6,28) (t)l,a!I) (1'1,21)
12b1C2 c,t:J"J :?,~1ti 4,49 C,t;l.9 , ,l62 ei.:o ,946 151,4!16 12.45 11 ,E9
( 1n ,co<;') (9<',4') (et,,4)0) (JI ,,6) (~6.~} (1o4:!,S8) (106,.:io) (141,aj (141,4')
•1'2<2 Cl,6)b :!,1l6 :?,"P.7 1,1!'1. 1,:-tSJ 84),oeL 16J,J6J 9,9!!' 9,7'
( 11.1 ;9~ )( (5 ,G.:) (51,27';1) (JC,87) (45,1'£) (1)5,~~. (.1)4,,4)' (118,)1) ( ne,20)

' o,w. J,.~nl ,,,1s 'l!,9~ ~ ,96'7 G17;6'74 ,~,&' . 8,41 8,25

S. JeurttJlnl 11b1c) o.1.a1 ; ,)S'!J& :?,864 o,6J6 1,~04 1,6:; ,;a, HX>,,Ji 11,)q 9.4'
(151 ,4)9) (29. 17) (~~.18) (:ill,~>) (:!9,19) (161,68) ' ( 1(6,60) (2"4,'19) '(227,8).
•1•2•l O,J'TZ 2,02-5 4,5(>) 0 ,791, 2,96) 514,l~ !la,1)6 6,7)·: 7,18
\ IJJ,e1') (4,,51) (?e,J6) (47,7) (71,93) ( ,.,.l,~) (161,66) (1~,61) < m..43)
"l•1•s c:,1.11 1.:i'19 . 2,296 c.roo o,668 61'.l,)52 107,622 e;iiz 7,96

.,...
( 147 ,04) (ZC ,9',) ()?,4)) (4'!,0!I) (16,20) (:13!1 ,)?) (11T ,.:is) (2dr ,12) (192~)
"lbz•s 0,)73
( ,,4, 17)
"i,200
(?.5,19)
2,640
(4!1,)4)
0,96'.3
(57,90)
0,9)5
(2:,67)
335,.500
(116,51)
80~
(iJ2, 16) (,,,,,,) ''"
(144,68)

' 0,27C 4,76) 5,r.:?) 1,66 4, 125 '81,964


"°· '11)6
4,204 4,14·

a • Jent• Wln«n•r·(M4A~ Stir.nl T • •tth tanaenslal l • kof\t1'01


b • «isl• r1dta1 l (20. 40) MOit • k11rtcrufl.lin tentv.t patah BJ• b•rat jent•
c • jt11.l• laru (Jatl, •l•tla, Jt\lhl)ln1) MDf. • a.odul\L, tlastlsitas lirnt~r It • uah radial

2ZS
Tab~l lb, Rata-rat! peTlaku.an da., petsen ttrhad1p kontrol ·slfat fJ.si$ dan metan11 k•)'U_fla.attk •

.lekera1.n
•l•i .
IC•~•I• tika.n
{1cJ/c» )
1t•t.e1uf'l•l'I J•rtlt
(k&/CA )
IC•t•l•I!'*" .... , ..••i.,.
(kf(CO,) (k1/co )
Ctr> ! serat
~ - T • 1

r, Jatl •ib1<:1 111.0,416 ~,'.?9~ ;:14,~ 1~6,180 1.4,701 15 ,9:>7 ·31:?,6) )~·,:19 il,14 23,00
(11,,106) (147,497) (m;r-) {;r1 ,56) ( 1Nl,;7)(11Q ,07)( 1.;e ,59)( u1;T.1)(254,66)(~r.z,64f

•1b2-c1 ~.521 1:n,~s ;))2,9)0 919,26 16,619 16,7.v, 304,53 .:12~,06 12,68 15,02
( 108; 15) ( 114,67) { !C7,74) (141,9)) (1?).>8)( 125,)6)( 121,43)( 116,9!1)( 114, 75)( 1;z,33)
•zb1<:1 193 ·""' 55).,)23 ,04,510 !C15,21 16,916 20t832 )3' ,99 ))!.,114 14.41 16',84
(!?J,27) (13',95) (98,54) (157.~) (124,9)) (15,~) (1'),94)(122,<0}(00,i.1)(148~'1)
a2blcl 647,778 532,817 )\5,$4 814,29 17,114 18,724 28);24 ~,98 •11,!lt 12,98
(116,7.:?) ( 12C,9B) ( 1<:0, 16) ( 1>.6,61) ( 12&,~)' ( 140, 18)( 112p4)('110,75) ( ,iot,42)( 1141)6)

.. '°'
I 726,)25 413,099 )09,012 61.J,16 1),357 250,'78
'' ,51.0 2TJ ~" t ,, 11,)5
'
2, Aa••h •1b1=2 857,8'7 4'4,SU 1~6,4)4 1133,91, 1e,m 1~;.730 21>2,o!I ,'2IJ;o;,:.1,.,, 1),16
(661,26) (157,77) (168,81) (2,6~) ( 172 ,51) (i54, 72) '(11;2,74)ci)2.0li(i?4,)2)( 141 ,66)
•1bzt2 .Slc,w. l.S0,9'1) 235,051 56'*,42 14,054 16,24) 2)7,86 ~,29 ~,n 10,10
(~'6,27) c 166,eo) ( 1'9 ,97) c 121,~c} ( '1:! ,53) ( 1~6,99)( 129·,51) ('120,5'1)( 121,68)( 115 ;1s)
' . .
1,6.1 ,)32 ~~ ..coo
•2h1C.2
~ 356,JS) (1JY,?;)
26!?,782 155,J7 14,S16
''·~
21,S,26 . %50,).) ·11,4~ 11 ,)7
( 15(',8~) (170·,75) (iJ6,8<)) (10!,61) (!:l.5,ZJ)(12',(i1)(1~.20)(121,;19)
•1bzc2 S4J.,t,J) 451,~6 J,(£ ,278 l.$1$,, 1 14,86 17 ,.,,· 219,29 22'~ 10,i) 10,1)
(419,67) (15C,~} c~o6,c.r.1) (112,'9) (11.l',Tt) (ne,77) (119,45)(113,J4)(116,18)(1o;,oi.J
l 1:!3 '7J ~00,347 17'll,19n l/.;?,)9 10,£()4 1Z119 183 ,Sll 199,29 8,1!1 9,29
J. JfunJJl~I a1b1c3 1)0, 147 )41,8)1 1R6,m 'i:?? ,50 ie ,fJ?? 1),C74 ~11,f'T 211,.)1 10,&.; 10,63
(420,10) (!sS,41) (190,)l) (21:),12) (11!,2)) ('29,)0)(1~7,10) (208,41>)(21~,06)(17418))
•1•2c3 1)9 .,610 280 ,2(:1) 1~,51l )70,3) 9,m ,, ,214 175,16 1&.;;10 7,88 s,oo
(J,50,~.) ( !S4,1.S) ( 1~'9 ,91} (198,77) (99,59) ( nc,~1)( ne, 15) ( 16) ,49)( 1~.42)(131 ,'8)
'2"1's 1.4,234 W5,o:?6 188,977 0),4JJ 8,081 ,, ,571, 199 ,55 164.,97 9,0) S,97
( 142,~4) ( 11) ,01) (190,31) c2n,01) C•s.z2l (114,47) (149,5) (!82..41)(179,11)(1471'3)
•-1>2•3 135,606 271,457 190,16) XIS.,2l 16,)76 12,5i& 157,63 1!l0,,. ,,112 ? ,~3
(4'7,72) (149,62) (191,,0) ( 16),82) ( 173,51) ( 1'4,)1) ( 12'1',lZ)(1~.,.,,( 114,79)(118,91)
I )C,~80 181 ,424 'l9 ,JOO 186,)1 9,438 10,111 126,19 101 ·'~ 5 ,(fT 6,oe
• • Jtnl1 110nc:ner fMHA: Stir•n) T • •Tah t•ftien•t•1 K • l~fttrc1l
b • ~•l• r•dt11-J (JG. 40) MOR• ketc1uhan lentuT P•tah 11! • ber1t' je11l1
e • Jent1 k•Yu (Jatt, •a•tl&, Jcun1Jtna) MOF. • 110du.lus el1lttslt1l )C11tur • P. ~ ara)i t'adlat

226
luadnt tf'n&&h
L_s T_;•_'•=•;_ ~;:::•::1 r.tt1ruu
- riti
MOE fl • T

Jatt. ••~1•\uu 4 2'7)46,2LCJ 1w.,08Cll 2euspi/' ~.1e, 122,.(l'i"' 19 ,;,a 1191l~


MifA VI ltlnn
kadittl 10
MQno .. ~ YI le4t.
VI 40
, 11M4,9e •. 241,81)
·1 12.1,292,&4"
""""" t16,L6
1'#>,,,
)0461,19 ,, .. ,,, . 47,)1.ti"'
161#
"·"..
1/1>099a
""..w
O,t1

ul o,ooe. 1,1.41 1.1847,CO


IContTOl Vt Perl•·
k~n

..
s l •• 20 2201),J6 SJ1',44 )49,116 1,itf , ·" 9966'14

-
kJt • (\) 16,,7 14,11? ' ,92 6 !1:,9; . ,,1~ 12.- ..
,. ,;.. 24"""
119482,66 . 2!6l0,7J. 'l61rt
(\) 70,04 )1,101 ~.101 94,99

4 ).36f0) '1. %6,;;• )'3092..,.


'13-6;.t06 . )0),22 16,74'0. 9 .5""': 29<llOe.,r
P••1U1.1en
1 6ttJJ.Ol!,2',.
Mi4A YI ltlt•n
Ra4lttl JO V• '0 '7319,Et '°"' .~ \ 2.1')),,.,'g • ,,.,, u;1i"'· 211.u,o?
MOM•J' VI
clttti
lte-
11776,77 968,8'4 ~.eo• 0,12

....
IO"!lt.-01 VI '•Tl1-'

s t •• """'~' 6J:l0,tl974 c,QJ


1),o61 27,!80 ,,.,.
ii (\) 88,961 ~.~ 92.,52
,2 (\)

' 1"85EO.11 1199 •7


• 2044),16 ·8)19,m )8,14,•
Jeun.1J Jn1, P•l'lakt.1M
:153'!,195 146,» 2(602,.22 U,)1 16, 16D

..
M4A. yt 1t.lr•n
1 116/pJ ,fl! 11(>.l ,}O 29,,, 1/),07 12,,,P.
lf4l11l 20 VI 'O
Moric.•t vs -.. ... .tJ97,1) .
, 2.5)/.,67. 11 • ?t:h, u 2·,tn• _0,11J'
''••t
....
lo•trol vs P•rl••

5 1 I I 29a,&s t0876,» 1on,ott o,,so ~r604. 1211,)1


'°•7)8
.
0: • (\) 19,)22 111,,76 9,61. 11,20 29,96'
•' (\)
)4,<61" 27,)Z1. ,, ,,~, 9J,too 161?a T1 ,ISIT

'.ost•,20). • 2,11 '.i>J'.(1,2~) • 4,3S • am~. nyat:a. 1)11.U. tar•f P,O,OS


r.01cc,201 • 4.'3 F.01Cl.2,0) • •.t •• ••1'4Jt!da ,.,. .. , •Y•t.a "PM• ,.,.._, P.o.o~

227
,_ ..·.
\S
.:
~ ...
~ .. ;
.: ~
"


1-

_,
. :

.•.. •
::! -.;
I-

j
..
...";.. ...•.
N ..

• •
-• -• -...--
...... ~~
~
......
~ ~


~
I-

228
T1h•l l. KIJJlllkG•i keku•t•n k~yu lfldQJ'letti•

Kcl•s ~r•t Jent~ Xtlluaten .:e~\1atan


ku1t lentur t~101n/11orat
l•11""'' lkl/tmZ}

I .>o,o )~ 100 )6SD


o,6 _ n.!'> 72;; • 1100 -'2S - 650
"
111
JV
0,4 - 0,6
<1,3 - 0,4
SOO - 72S
JQO • SQO
son • 42S
21~ • 300
v c 0 ,3 <.Jon (21S

l>uatlr." n~y O!o,,n i:;,.n,, l!J64.



1000
y. -lll,339 x.• J68l
Ri• 0,618

.....
••

"
B soo
• kt'.(\I J1tt
.!l D kt)'U11&tlt
O kayu jeunsJin1

i,~
Re-rat"·'Jenis
0
(lrP/(m1)
Ga11b1r- l. Oi•arna :i.rila.r '11Jbun&8n regrtsi ber11t jen'::t din M.OR'

229
PlSKUS!

YANT I SABARINAH

I. llagaimana prospek kayu p l as r i k yAng


dihuat dari kayu agatis di Indonesia 2. Kayu pinus telah dicoba, tapi kayu

saat ini, mengingat sifatnya yang plastik yang dihasilkan walaupun ku-

cukup baik. Apakab mungkin diproduk- ar , c a p i brittle d an perbandingan

si dan bagaimana popula•i kayu di kekuatan pa t ah t e rh adap berat t e r l a-

Indonesia ? lu tinggi.

2. Apakah pernah dicoba peningkatan mu-


tu kayu pi nus, karena popu IA.• i nya ISMININGSIH :
I. Dalam proses polimerisasi radisi ka-
yang cukup tinggi di Indone•iA •erra
bagaimana s i f a t+s ; fat unggu l. kayu yu + HMA/sliren, apakah dilakukan

pinus yang telah dimocli flkasi baik usaha tt:lrminasasi uncuk menghentikan

secara konvensionAl maupun radiasi ? efck "pas c Lr r ad Lar i on" (pasca ira-
diasi)?

NURWATT HADJTR : 2. Apakah telah diuji kcstabilan basil


I. ProRpPk kayu p l as t i k dad agatis ke s r sb i ho dimcnsi, apakah hasil
tPrg8ntung pada industri dan konsu- kayu plastik ini disimpan lama dan
menoya. Tetapi, s aac in L tclah ada digunakan dalam uji aplikasi (misal-
pe r us ah aan pallet s let tenun mesin nya untuk bahan bangunan, perabocHn
yang membuac percobaan. PotcOsi kayu dan lain-lai~) ?
~gatis cuku be aa r , s aat ini k ayu
tersebut selaln untuk indu~tri ba- NURll'ATI HADJIB
tang korek api, chopstick yana se- l. Ya.
muanya selain untuk keperluan dalam 2. Untuk stabilisasi kayu cel~1 disim-
negeri juga untuk ekspor. Pcrlu di- pan sampai be r e c.nya kons t ens (+ 3
ketahui pula kayu agatis mcrupakan bulan). Untuk aplikasi belum. Teta-
salah ••tu dari 18 jcnis kayu yang pi, untuk jcnis kayu lain, sepertl
harus diusahakan olch pengusaha hu- Puspa dan rasamala untuk alat renun
tan. sud ah terbukt i.

230
RESISTENSI KAYU TUSAM-POLIESTER STIREN TERHADAP TICA JEJ\lS JAM UR PERUSAK
KAYll

Ginuk SumaTni*, Jasni*, dan ~arga Utama**

ABSTRAK

RISIST!NSI l(l;YU TUSAll-POLltSTlll STlll&N TERHAJ>AI TIGA J881S JAKIJJI PllUSAI( lAYU. ltayu pla1tik ,...,
dibuet d1rl tuaam (?inu• rn.rku1Jl Juncb et de Yr.) diiapcean••i deng,.tn poli11t1r 1tir1n dan rtdiaai 40
kCy telab diuji tethtdap 3 jr:nie jaaut oe:u~•k kayv. Ra1il penelitian Y•~I dl,arol1b ••nunjukk•n •ahva
kayu tu•••-poliestet atiren belu• re1iatcn val1uoun 1udah ltbih t•h•~ terh1d10 11r1n11ft Ja.ur.

ABSTRACT

Tiil! ll!SISTAHCE Of PUIS PO~Y!ST!R STYREME 11-00D CCllPOSITt AGAlllST THiii UMDS or D&S'tllCTfllfG f1J11G11$.
Wood pl11tie composite (MPC) that ••de fro. pine vood (Plnus aa~Jru~11 Jua&h It de Vr.) i.ipre1nate4 witb
potyeater atyten and 40 kCy do1r: rtdiation baa been tett~ againlt thT·ee ltiftd• of d11tro1ln& ft.aoa1.1a. The
rc1ult1 1howed that pine ~olye1tet ltyrene vood c0ttpoalte ia oot telilt•DC to that thr•e kind• of ~ood
d~atroying fungus.

PENOAHULUAN kukan unt.uk memperpanjang umur pakai


kayu ialah dengan menggunakan bah an
Penggunaan jenis kayu yang tidak
kimia yang laz.im disebut bah an peng-
awet, yaitu kelas awet I, II, dan III
avet.. Se11ua bah an pcngawet adalah racun
dalam pembuatan bangunan mengakibatkan
sehingga dalam penanganannya barus ha-
umur pakai pendek aehingga memerlukan
ti-hati, agar tidak menimbulkan dampak
biaya pcrbaikan yang tinggi. Kadang-
yang negatif. Penggunaan bahan penga-
kadang kerusakan baru diketahui setelab
wet yang tidak tepat akan membab~yakan
keadaannya sangat parah sehingga barus
lingkungan. Mengingat permasalahan ter-·
diadakan penggantian yang banyak.
sebut, perlu diadakan upaya yang lain
Bebecapa pengalaman m.enunjukkan
uotuk inemperpanjang umur pakai kayu
bahwa pemakaian kayu yang termasuk je-
yang lebih aman. KSNT melaporkan bahwa
nis tidak awet, dalam jangka satu sam-
kayu plastik mempunyai sifat keawetan
pai lima tabun sudah tampak ada gejala
fisik/mekanik lebih baik dibandingkan
pelapukan atau bahkan sudah mengalami
dengaa kayu aslinya (I). Menurut 8AKIR
rusak parah.
CTNOGA dkk. (2) kayu plastik yaag di-
Salah satau cara yang banyak dila-
hnac dari irradiasi kayu karet (Hevea
brasiliensis Muell. Arg.) yang diim-
• Puslitbana ff4sil Hutan, 8ogor
•• Pu$at AplJkasi lsotop dan Rodiasi, 8ATAN pregnasi monom2r poliester-stiren dapat

231
meningkatkan sifat fisik/mekaniknya. ngan empac macam cara, yaitu:
Keawetan kayu karet (//evea bress» a. Vakum sebesar 60 cm Hg selama I jam
liens is Muel. Arg.) dan tusam (Pinus kemud i.an d imasukkan pol Le s t er st i ren

merkusii Jung et de Vr.) yang d i im- pada tekanan I arm, selama l jam.
pregnasi dengan monomer poliestcr sti- b. Vakum sebesar 60 cm Hg selama I jam
r cn dan d i i r adi as i 40 kGy lebih tinggi kemudian dimasukkan poliester stireo
daripada kayu aslinya. Kea"1et:in kayu yang dicarnpur de11gan aseton 30% pada
teraebut diuji terhadap serangga pe YU- tekanan I atrn. selama I jam.
sak k ayu , yaitu Cryptot:erme,c; cynocepha- c. Vakum scbesar 80 cm Hg selama I jam
lus Light, Coptoterl!les curvignathus kemudian dimasukkan poliester stiren
Holmgren, Heterobostrychus aequalis Wat pada tckanan I atm, selama I malam.

(3). d. Vakum sebcsar 60 cm Hg selama I jam

Untuk mempe r o l eh data keawetan ka- kcmudi.an dinasukkan poliest~r ~tiren

yu p l as c i k lebih l engkep , d i l akukae y~ng dicampur dcngan aseton 30% pad•


pe ne t i c Lan pengaruh rodiosi tekanan l atm, selama I malam.

po l i e sr.e r sriren pada kayu t us am (I'inus


Selanjurnya contoh uji yang sudah diim-
rner.kusli Jung ec de Vr.) terhadap se-
pregnasi polimerisasi radiasi t~rsebut
rangan 3 jenis jamur perusak kayu,
diuji daya tahan terhadap jamur perusak
yaitu schiZaphgllum commune, Pgcnoporus
kayu secara laboratorium di Pusat Pene-
sanquincus, dan Dacryopinax spathula-
litian dao Yengembangan Hasil Hutan,
ria.
Bogor. Banyaknya ulangan pada perlakuan
(a) terhadap jamur Schizophyllum commu-
DAHAN DAN METOVE ne• 3 kali, cerhadap Pycnoporus sangu-
ineus 4 kali, dan terhadap Dacryopinax
Ralurn. kayu t us asr-po Li e s t e r stiren
spathularla 5 kalo. Banyaknya ulangan
dengan kandungan pol i.mer 5 I, 6; 64, 7;
pada pc r Lakuan (h) terhadap jamur sota-
78,~; dan 88,8%. Tig" jE>ni.o jamur pP.ru-
znph11ll11m commune • 10 kali, terhadap
sak kayu, yaitu schizophyllurn commune,
Pyr.nnporus sanguineus 7 kali, dan ter-
Pycnopor11.~ -s;,nguineus, d an Dacryop1naz
hodap Dacryopinax sp~thuJariA 5 kali.
spathuJA.ri,•.
Bonyaknya ulangan pada perlakuan (c)
Me,tcde,, Contoh uji be rukur en 5 x t e rh ad ap j seruc Schizoph111lurn communR •
21/2 x 11/2 cm. Selain kcnt r o I , semua 7 k3li, terhadap Pycnoporus sanguinsus
contoh uj i rersebut d ik i r im ke BATAN 8 kali, dan terhadep Dacryopinax spa-
Jakarta untuk dlimpregnasi polim~ris~si thularia 8 koli. Banyaknye ulangan pada
radiasi dengon poliester sLiren pada pe r l akuen (d) terhadap Schizophyllum
dosis 40 kGy. Lmpregnasi dilakukan de- commune • 7 kali, terhadap Pycnoporus

232
sanguineus 9 kali dan terhadap l>Rcr11- HASIL DAN PEMBAHASAN
'
opinax spathularia 9 kali.
Oil. ihat dad banyaknya polimer
Penguji3n ini menggunakan piala
yang rnasuk ke dalarn kayu, car a imp reg-
Kolle. Kc dolam masing-masing piala
oasl dc11ga11 vakum sebesar 60 em Hg
terlebih dahulu dimasukkon 50 ml media
Se l(SUIO I jam kemud i an dimasukkan poli-
berisi campuran 2% bacto agar dan 5%
e s t e r s t l cen me rupak an cara yang paling
ekstrak malt, kemudian piala tersebut
baik karena menghasilkan kandungan po-
disumbat dengan kapas dan disterilkan
limer dalam kayu paling tinggi (88,81).
dalam autoklap se1ama 30 menit. Setelah
Kemudian disusul dengan cara vakum 60
maaing-masing piala ditulari deoga11
cm Hg selama I jam dan dimasukkan po-
jamur penguj i dan d Lb i e r kau e empa i pt! r-
liester stiren yang dicampur aseton
tumbuhan merata se Iu ruh pe rmukaao m~-
sebanyak JOX dapat menghas ilkan kan-
dia, yaitu sekitar tiga minggu, ke
dungan poliester stiren dalam kayu
dalam &eliap piala dimasukkan 2 buah
sebesar 78,4%. Semula penambahan aseton
contol1 uji yang terdiri dari I kontrol
bertujuan agar kanduagan poliester sti-
dan I kayu plastik. Serelah conroh uji
ren di dalam kayu lebih tinggi ternyata
dikeluarkan dari piala Kolle, diber-
tidak benar. Cara lain, yaitu dengan
sihkan dari mycelia jamur yang melekat
vakum 60 cm Hg I jam ditambah peren-
dan masing-masing ditimbang dalam kea-
daman I malam menurunkan kandungan po-
daan kering mutlak, kemudian dihitung
limer dalam kayu. KP.adaan ini tP.rjadi
persentase penurunan beratnya. Persen-
pu 1 A p<1dA ca r a y<11g mengg1.1nakan po li -
tase penurunan berat dipakai sebagai
@RtP.Y ~ti~eo maupun yang menggunakan
ukuran untuk menyatakan tingkat serang-
poliester •tiren yang ditambah aseton
an jamur y·ang bersangkutan. Tingkat se-
sebanyak 30% (Tabel I).
rangan jamur dinilai juga secara visual
Tampaknya makin tinggi kandungan
dengan menggunakan skala sebagai beri-
polimer di dalam kayu menyebabkan ada-
kut :
nya penurunan persentase pengurangan
I • tidak ada pelapukan
berat kayu (Tabel I). Besarnya persen-
2a • sebagian lapuk sedikit
tase pengurangan berat bergantung pada
2b • seluruhnya lapuk sedikit
jenis jamur yang menyerang. Hal ini
3a • sebagian lapuk hebat
d i.sebabkan k arena set1ap
·
Jenis· jamur
3b • seluruhnya lapuk hebat
niempunyai virulensi yang berlainatl.
4a • sebagian hancur
4b 2; s e Lur uh o ya h an cu r Hasil pengamatan be~upa nilai ra-
ta-rata persentase p~ngurangan berat

k ayu tusam yang d i irepr egnes i dengan po-


liester s t i r eu dan tidak diimpregnasi

233
atau kontrol yang diuji terhadap tiga penguji, karena persentase penurunan
jenis jamur perusak kayu dapac dilihac beracnya lebib dari S%. Hal tersebut
pada Tabel 2. Hasil pengamatan tersebut dapac diperkuac dengao adanya penga-
diolah berdasarkan uji t. Raca-rata matan secara visual terbadap serangan
persentase pengurangan berat kayu plas- setiap conto~ uji. Seluruh contoh uji
tik yang disebabkan oleh jamur Schi- yang diamati menunjukkan adanyA tandA
zop.~!lllt:m coJM1U11e I I , 5%; Pycnoporus pelapukan, walaupun hanya sedikit~ Pe-
sanguineus 9 ,05%; dan Dacr!/Opinar spa- lapukan terjadi baik pada sebagion dari
t.hularia 9,.52%. Dari tiga j en i s jomur permukaan atau seluruh contoh ujl (T3-
penguji tersebut, Sch.izoph!lllum comnun• be 1 ) ) .
merupaken jenis jamur yang paling ga-
nas. J4mur ini ce-rmasuk golongan "vhite-
XF$1MPULAN
rot", ya.itu jen Ls jamur yang mampu
mcrombak li~nin dan selulosa dari di~- Kayu tusam yang diimpregnaai de-

ding s~l (Tabel 2). ngan poliester stiren dengan barbagai


cara labih tahan terbadap aarangan ja-
Haail 4nalisiD mcmbukcikan bahwn
mur perusak kayu daripada kayu tanpa
~emua cnr4 lmprcgnasi menunjukkan pe-
diprose~, walaupun pengurangan beratnya
ngaruh yang nyata terhadap penurunan
masih lcbih tinggi dari 5%. Dengan de-
berat antara kayu plastik dan koutrol,
mikian kayu plastik cersebut terruasuk
setelah se~angan jamur~ Hal ini me~-
lic.Jak r es i s t en l~rl1aditp j amu r pe rus ek
buktikao bahwa semua cara impregnasi
kayu.
polimerisasi radiasi poliester-stiren
Diantara ketiga jenis jamur pe-
ke dalam kayu tusam dapat menghasilkan
nguji .. yaitu schizophyllum cOlll!!Une,
kayu plastik yang lebih tahan terhadap
Pycnopocus sanguineus, dan Daccyiopinax
serangan jamur daripada kontrol.
spathulari4 maka Schizophyllum commune
Walaupun hasil serangan ke tiga
merupakan jamur yang paling ganas, de-
jamur tersebut masib lebih reodah da-
ngan kemampuan menurunkan berat sampai
ripada kootrol, tetapi persentase pe-
11,54%.
nguranga.n beratnya masih lebih tinggi
dari 5%. Menuruc FINDLAY (1938), suatu
DAFTAR PUSTAKA
jenis kayu termasuk resistensi terhadap
jamur, jika menunjukkan penurunan berat I. KE!l'T, J.A., WINSTON, A., sorts, W.,
maksimal 5%. Jadi jelas bahwa semua and UPOYKE. L., "Manufacture of
wood-plastic combination by use of
cara i~pregnasi pada kayu tusam dengan gamma radiation", Industrial Uses
poliester stiren tidak menghasilkan ka- of L3rge R3diation Sources (Proc.
of Conf. Salzburg, 1963), IAEA,
yu plastik yang resisten cerhadap jamur Vienna, I (1973) 377.

234
2. GtNOGA, 8., SIPAYONG, 8., KARNASU- tik terhadap tiga jenie aerangga
OIRDJA, S., 'dan SUYITNO, Pengaruh perusal< kayu", Proses Radia&i (Ri-
tingkat iradiaai terhadap fisis salah Seminar Nasional, Jakarta,
dan mekanisme kayu karet yang di- 1986), PAIR-BATAN, Jakarta (1986)
impregnasi dengan poliester sti- 271.
ren, Journal Penelitian Hasil Bu-
tan, ~ (1984). 4. STEBL, R.G.D., and TORRIE, T. ll. ,
Principles and Produres of Sta-
3. SUMARNI, G., MARtAWIJAYA, A., dan tistic, MeGrav Hill Book Co. Inc.,
UTAMA, M., "Res istensi kayu plas- New York (1960).

235
!Abe) 1. Nilai rata-rata kandun~::n pollcster-stiren dalam kayu tusam. dan
persentase pengurangan herat akihat ser~ngan 'a:GUr perusak kayu

Perlakuan K11ndunRan pol!- Pen1urangan


mer (\) beret (\)

l. Xot1t.rol c 20,4
2. V4kum
3. vakUfrl d.:. tamhah
89,B -a.1
aaeton 78,4 9,3
•• Vakumdirendam sem.ei l.am
5. Vak-.:.m dl tambah a&eton, direndam sem4lam
64,7 11, 4.
Sl.4 11, 7

Tibet 2. Nilai rat:.-rata pengurangBn berat. akihat serangan 3 'enis Jaaur


p•rus•"k kayu pada katu tu~am-pottesler stiren

P!!'r)o.kuan Rata-rata peniuranaan b6rat (\)


.<;chiz.nphyllu1'1 P!JCnoporue O.cr1op11N1t
C't"l"'"une 11an9uJnou~ .,..tltul•rJ•

I. K.ontrol 18,0 20,6 22,7


2. Vakw:i ij,2 6,? 9,3",
l. Vakun dit4mbah aee ton IQ', 1 •).~
4, Vaku.m
8,4
direndan sell'\Al"-m 11. 1 10,? - 1.~13,
s. Vakum ditalrlhhh eaeccn,
dir~n(1am 9emal&.ftl.
'"'. (, 9,4 lQ., 1
6. Rata-rAt it pPrl~ltu~.,, i ~1c 1 I ,5'1
" ?,OS 9, S2

fabel 3. Ni h•i. der#Jat set'~ncara l jenis j,.mur penl3ak kayu pad1 kayu
t1.1,e11 ·pnJ fel'lter l'ltiren

Pel'lakuan
.')chl znpl'l!Jllu1'1 PIJcnoporus !Mer J.oplNir
eo,.une tU!ittgulneua •P.thul•.rl•

1. Kontrol
2, Vakutn 2• 2& 2.
J, Vakum ditfJ!llb&h aaetoo 2a 2• 2a
4. V•kwn 01rendan aellk\lam 2b 2a 2a
S. Vakum dlta.mbah aaeton, 2a 2• ~~
direndam semal&ffl.

2a • sebatian 1apuk sed.tkit


2b • se·luT"uhnya lat)uk •tdlkit
3h • se•luruhnya lapuk hehat:

236
OJSJ.USI

Eom SllllAOJl
1. Media jamur apa yang digunakan ?
Apakeh konteminasi jamur juga dila-
kukan dalam keadaan alami, •ebab hal
ini mungkin menghasilkan < 5 persen
? Apakah ada s t andnr penguj ian yang
lain?

GINt'K S, :
I. Bactru agar dan Mall t!ntract. Kon-
taminasi, tidak ada pengujian (kare-
na kullur murni dan satu cole-flask
unluk satu jeni~ jamur dan satu
cunt.oh uji). Ada, y .. itu s c andar
pengujian Indonesia (LPHB).

N. l.J\KSMIHINGPURl ;

llpak~h ada cara pcngawetan lain yang


tidak merusak, selaio dengan diiradiasi
?

GlNUK :;.
Ilda, yaicu
Bah an kimia, misaloya chlordane.
Na.PCP, dan creosote.
Cara pengawetan: Peleburan, peren-
da~an, dan vaklllll tekan.

237
PEMBUATAN BAHAN PELAPIS PERMUKAAN UNTUK CURING DENGAN DERKAS ELEKTRON
CEPAT

AnikSunarni-, dan Surtipanti S.*

A DST RAK

PEHBUAT~N BAHAN PELAPlS PERMUKAAN UNTUK C~RINC OENCAN BERKAS £LEKTRON CEPAT. Sintesis •poke! ok<ilat
untuk batian pelapis pennukaan kayJ dan •1uoinium dengan berkas e~ektron cepac ttl•h d~lakukan. Bahan ~aku
y1na dL&unakan be~~at ialah glitcdil metakTilat (GMA)! etile~ AlLkol dan trletil~n-~m1n •e~•&ti kecal11a•
tor. Ko&po1iai c;acipuran gliatdil metakrtlat d&1n et1ltt1 gl1k.ol lalah 2 : J tr1et1len-M11n .o.2% b~ra~
eeneee r • Kekentalan komposisi menc.-p<.1i 59 stroke/detik sampai peny!rnpanan 6 bu l en , dan do11s icad1a111-
optiaum untok lapi&an setebal 0,~ m~ pada kuyu dan alc~unlum ielah 60 \Gy.

ABSTRACT

S'l~THESJS OF SURt'ACE COATlNC FOR CUR:NC BY £1.ECTRON BE.AM. the ~y4t:'\eais of epo~y acry:ace for
tutface coating by electron be•m •cceler~tar has been c~rri~~ out. The rav mactriata used vert glycedyl
••tb•crylate, e ehv l cne glycol ond triccllyle1uuui11 o.t• c ar et ys e . The besc composition of glycedyl aethacry ..
late and t!tllylene ~lycol w.tt l ; I .:uni l r lcthyleneamine ul!ecJ was O. ZX of the ecncee e veight. The
viaco&ity of thl4 composili~11 w~~ )9 ulroke/second afcer 6 months storage. and thP. irradiat1on dosr
nccided vaa 60 kCy t or 0. !i '"'" (. h l<:k I) f co At in~ 011 wood

PENOAHULUAN

kan mutu kayu (I).


Penelitiao tentane sintcois bahan l'enelitian tentang sistesis bahan
pe Lap is pe emukaan kayu (su-rface co01-
pelapis kayu saat ini sedang dikembang-
ting) te l ah banyak d I l akukan b a i k seca- kan. Bermacam-macam bahan baku yang da-
ra konvens ione 1 maupun non konvens j-
pat digunakan seperti resin-resin pe-
one l. Tujuan dari pe l ap i s pe rmukaan La-: no l , pollester tak j annh , epoksi, poli-
lah untuk meliudun~i kayu SU!)aya Ca- vinil klorida asPtat dan lain-lain (2).
han terhad~p benluran-benruran, tidak Pada penelirian terdahulu telah di-
mengalami perubahan bentuk karena cuaca lakukan s rud i sintesis epoksi akrilat
(suhu), t ahan terhadap bahan k imi a se- untuk pelapis permukaan dengan berkas
perti asam, basa, dan pelarut organik, elektron, tetapi belum mcndapat pelapis
juga untuk mencegah rumbuhnya j amur
kayu yang diharapkan, karena dari segi
pada sunu yang lembab. Di samping untuk daya simpan belum memenuhi syarat (3).
melindu~gi kayu juga untuk meningkat- Dalam penelitian ini telah dilakukan
sintesis bahan pelapis perITTukaan kayu
rnenggunakan monomer glis•dil metakrilat
~ Pn<.•t Apllkasi Isotop den Radlasl, BATAN (GMA) yang direaksikan dengan etilen

239
glikol pada perbandingan tertentu. Se- talannya. Kemudian c~mpu~an tadi dio-
bap,ai katalisator digunakan triecil- leskan pada permukaan kayu yang sudah
anin dan gararn Hohr sebagai inhibitor, diha I usk an pPrrnukaannya, dan pad a lem-
dcngan pemanasan selama 8 jaa pada suhu peng: a Ium i n i um masi ng+masi ng bcrukur-
so0c. Reaksi yang diharapkan pad a an 10 x 20 c~. Tebal lapisan kira-ki-
sintesis ini ialah : ra 0,5 mm. Lempeng kayu dan al~mi~iuo
yang sud~h dilapisi diiradiasi de~gan

.... · 1- r 0 - '"2 - Cl\-/''2 •I berkas elektron pada dosis 60 kCy .


- 0 - Cll2 - ""J - C. •

eal o o
a2 ... ac .. cx2 -e .. e - c .. ac2
'\I0 I I
... Setelah diiradiasi
annya, daya rekatnya,
ditentukan
kadar hahan
kekeras-
yang
0 e11, cerlarut, ~an ketahanan terhadap baha~
e11 • j . . " .. o ... ai
1 f . ex, • o .. or:2 ... ca, - o - a.1 - i. k imi a ,
ai20 Oil (If Penen.t.ua~ Ke.lieJt.a1>an Tujuan penen-
"'• - • - g - i . ""• tuan ini ialah untuk menge r ahu i keke-
0 CM, rasan resin yang sudah rlliradiasi. Cara
pengujizn dilakukan dengan mengguna-
kan raetodP d~ri ASTM 3363 74. Alat yang
TATAKERJA
d i gunae an yaitu pensil yang mempunya i

Rahan. Bahan yang digunakan ialah 6H, SH, 4H, 3H, 2H, H, B, 2 B, dan 3 B.
g l ised.i I metakrilac (GMA), etilen gli- Cara menggoreskan yaitu dengan meletak-

kol, tri~til~ncmin, garam Hohr. dan ni- kan pens i L p ad a pc rmuk aan kayu yang

trogen cair. dilapisi dengan resin dcngan sudut 45°,


PeJ!Ctta..tan. alac yang digunakan ia- kemudian ditekan dan didorong ke depan.
Lah oesin berkas elekcron yang mem- Pen8il yacg tidak menyebabkan goresan
punyai energi 300 keV, alat gelas pena- pada permukaart, rnerupakan ukuran keke-

nas. rasan. Hasil dalam Tabel I.


P~o~~dUll., Glisedil metakrilac dan Pe.nmturui Ka.da.lt Bahan Tida~ LOJtut
ecilen glikol ditinbang masing-masing (Gel F~act.<.cn). Tujuan penelitian ini
sebanyak 100 dan 50 g. Kemudian dima- ialah unruk mengetahui berapa persen
suk'<an ke dalar.i labu bulac berleher ci- kadar bahan sintesis tadi yang terlarut
ga yang bervolume I Liter, ditambah dalam pelarut organik (aseton). Penen-
criecilamin sebanyak 0,2% dari berat tuan ini perlu d i l akukan 11nt11k menge-
monomer (GMA) dan ecilen glikol, dipa- tahui e f i s i en s i CnY"ing suatu komponen
o
naskan saopai su~u tetap 80 C selama 8 pe l ap i s k ayu , MPtode yang digunakan
jam. Setelah pcr.ianasan, didineinkan 11Pn11rnt K. MURATA (3), hasil terU.hat
sampai suhu kamar, dan diukur keken- pada Tahl'I 2.

240
Penentw:m Va.ya Re.lztt-t (fa.pe Adhe..s.i.- terbaik karPna persentase yang terkelu-
onl , Penenruan day a rckot di lakukan pas adalah paling kecil.
dengan menggunakan metode ASTN 0 2571- Dal.am Tabel 5, terlihat banwa pada
71 yaitu dengan c ar a membuat II garis semua perbandingan antara GMA dengan EG
dengan sudut 45
0
dan II garis lagi tidak tuhan terhadap larutan NaOH 5%.
dengan sudut 900 dengan garis pertama, Hal ini mungkln karena NaOH merupakan
menggunakan pisau yang tipis dan tajam, b'168 kuat.
sa111pai membentuk 100 buah kotak (Oacibar
I)·. Kemudian ditempel dengan sel.l.otape, KESIMPULAN

horisontal dan ditekan dibiarkan selaoa Kesimpulan hasil penelitian ini


30 menit. Setelah 30 111enit sellotape ialah bahwa dcngan perbandingan GMA dan
ditarik, kemudian dihitung jumlah yang hm dan
EG - 2: I, diikuti pemanasan 8
t'lengelupas. •uhu eo0c, dipcroleh epoksi ak r i Lat
Penert;tuo.n Ke.ken.talo:n, Dilakukau
yang mempunyai kekcntalan tetap selaroa.
dengan menggunakan viscosimeter. Hasil 6 bu l au . Kekerasan cpoksi akrilat yong
terlihat dalam Tabel 5. diradiasi 69 kGy, dan tahan terhadap
larutan asam asetat SX, alkohol 50%,
HASIL DAN PEMBAHASAN natrium karbonat \% petroleu~ benzcn.
Dalam Tabel I terlihat bahwa ke-
kent•l•n dari epoksi akrilat yang diha- UCAPAN TERIMA KASIH

silkan anrara 55-63 stroke/detik sedang Ucapan terima kasih kawi sampaikan
kekentalan y•ne baik adalah antara 50-
kepada Bapak f. Sundardi dan para staf
70 stroke/detik (4). lni berarti keken- serta teknisi di kelompok Polimer yang
talan dari epoks i akr i Lar tel ah memenu-
telah ikut menyumbangkan pikiran demi
hi syarat, dan setelah disimpan 6 bulan
lancarnya penelitian ini.
tidak mengalami perubahan.
Dalam Tabel 2 terlihat bahwa pada
DAFT AR· rusr AKA
perbandingan CHA dengan EG, 2: l dan do-
sis radiasi 60 kGy, diperoleh kekerasan
paling tinggi. I. GAY, E.W., Paint Handbook, ~c Graw-
Hill Book Company, Ne~ York
Dalac Tabel 3 terlihat pula bahwa (1981).
pada perbandingan GMA dcngan EG 2:1,
2. SADJIRUN, S., SUNARNI, R.A., Studi
diperol~h kadar bahan tidak terlarut si~tesis epoksi akrilat untuk pe-
tertinggi (88,5%). lapis pcrmukaan dengan berkas
elektron cepat (PAIR/T.183/1986),
Dalam Tabel 4 terlihat pula bahwa Pusat Aplikasi Isocop dan Radiasi,
perbandingan GMA dengao EG 2: I adalah SATAN, Jakarta (1986).

241
3. MURATA, K., "E.lectron Beam Curing of
Coating", Synthetic Resin R &- D
Department, Konsai Paint Co, Ltd.
(1980}:

4. GAIT, A.J., and HANCOCK, E.G., Plas-


tic and Synthetic Rubbers, Per-
gamon Press, Oxford (1970).

242
Tab•I l. H\lbvn1•n •ntat• ptrb•nillnl&ft CJ.4A dan £0 4tnt•n ¥i1ko1l-
t•' 111J)tlk.1i 1\l'J ltt y•n1 dJhullkan.

Yis•otitlt ( strokt/dot.i1l)

SS,$6
2 st,60
I 2 63,62

Tlbtl z, H'utiuni111ant•'I'• pert11n-dlnt•A (IMA dan EG d•n1an k1ket•tt11


pad• do1i' rldlui 60 ~Oy

h1'b•tl.d.i•1an ICetieru ..n penJl l


CMA d•n er, .St 28 t Hl til 113 HA

I I •
2 I • • • • •
I '
2 • • • •

• .
• t:•11or•1
tldillt ttr1ores •
H
k•'AIT•••" r•ntll
keker•••n penail

i•btl l, Hul:\l"l•rt '"'*'*


perk•ndlnaan GMA din EG dengan kail•r
b.tlt.n )'•na tidak larut p1d• 60 ltGy. ®'''
'-r'btndlnt•n RM dan P.C •.adar bah1n tldll. ltrut '(\)

I • a1,os
2
2
••,•s
IS ,SIS

Tl.bet •. lh.1buc.aat1 anta.ra 00. du EG d4!ln1an d•Y• nlt•t 'P9(11 do1t•


60 kGy.

11,so
2 oo,oo
s.ee

1"ab•1 S, Hubuntan •ntara OMA dan !G dt-n1an ktt•h•n•.n t•T'h-.iap


boll\tn tlala

Perbandlt11an ______ Jenl• bahan ki1'lt


CM.\ d111 EG Oi)CO()t NICI-I Petroleun S\ Al\
S\ S\ benaen

1 0 0 x 0 0
2 I 0 0 x 0 0
2 0 0 0 0

0 ttdak terkelupas
• .terlceluP•.J

243
OISKUSJ 3. Nc ncobu s i ote s ia b ahan pe l a p i s t.1e-

ngan mcnR~unakan hnl\an yang Ja:n.


4. Be 11., I •r'l aj e r l ,

M.M. MITROSUHARDJO
TOMMY Ht:TABARAT :
I. Apakah yang dimaksud dengan polapis-
Dasar apa yang digunakan dalam pemi-
an permukaan d3lam peneliti~n ini ?
Li.h.au t eb a l Lap i s an resin l25 mikron ?
Apakah pelapisan permukaan scpcr-
t i pe r n i ke I , form ik a c c au pc Lap i ae n ANIK SUNARNI :
y~ng loin, mohon pcnjclasan? Bila resin epoksi akrilat dilapiskan
2. Mcnurut penu l i s , bahan pelapis yang dengan a l at Curtain Coater, m.aka ke t e -
mana yang dianggap bagus dan murah? balan + 100-125 u, memakai rol cebal +
30-50 p. Dasar yang digunakan adalah
ANlK SUNARNI : tebal laposan. Lapisan antara 100-125 u
I. Pe I ap i s an pe rmuk aan da l am penel i t iun okon terjadi curing, apalagi yang tipis
Ln i ade l ah me l ap i skan ol.igomer pada tentunya lchih mudah curing.
bahan (kayu) La l u di iradias! agar
menjadi lapisan plastik. TSNt M., MARSONGKO, dan OARSONO :
2. Belum diteliti. Mengapa res'in epoksi yang Anda buat ti-
dak t ahan terhadap basa kuat (KaOH) ?
SUDRAJAT ISKANOAR:
I. Bahan pelapis permukaan untuk curing ANTK SUNARNl :
dengan berkas elektron, ada berapa Oalam resin epoksi ak r i Lat, ada male-.
macam yang Anda ketahui? line ester. Ester ini dengan basa kuat
2. Bagaimana dibanding dengan bahan pe- (N•OH) cerhidrolisis, sehingga memben-
tapis permukaan yang Anda teliti, t uk H2o yang :nudah menguap.
kekerasannya atau sifat lainnya ?
3. Bagaimana tindak lanjut penelitian HENOIG WINARNO :
Anda ini? I. Bil~mana terjadinya cpoksi ak(ilat,
4. Apakah aspek ekonomi sudah dipela- sebe1um ~tau sesudah diiradiasi dc-
j ar i ? ngan berkas ~lekt~on?
2. Apa yang terjadi jika tldak diiradi-
ANIK SUNARNI a s i ? Apa perbedaannya e nt ar a pe l a-
I. Banyak antara lain resin epoksi pis yang diiradiasi dan yang tidak
akrilac. poliester. dan polimetan. diiradiasi ?
2. Kekera$:An r as in epokRi ak r i l a r +n+ , 3. Bagaima~a pengaruh boh~n pelapis itu
lP.hih rPndAh dihAnding RA RI (BASF). techadap mikrobia perusak knyu, ro-

244
yap, dan sejeoisnyA? SUWIRMA S. :
4. Oapatkah i r r ad i as i di lakukan pada Apakah Anda melakukan pengujian keta-

bah an pelapis t anpa h""'" di lapiskan hanan ha~il pelapisan terhadap asam
dulu pada kayunya? kuat anorganik dan bagaimana hasilnya?

ANIK SUNARNl : .\NIK SUNARNI :


I. Resin cpoksi terjadi aebelum diira- Pengujian tidak dil3kukan, sebab dalam
d i as i . ASTM. ketahanan terhadap asam kuat ti-
2. Bila tidak diiradiasi tidak terj~di d«k di t akukan ,
curing. Dahan pelapis sebelum diira-
diasi bentuknya cair, dao scsudah HP.RWINARNI S. :
diiradiasi bcntuknya padat. Apakah dalam menguji kekerasan dengan
3. Peng.aruhnya belum d i t c l i t i . menggunakan kekerasan pensil. hasilnya
4. Rat itu tidak mungkin dilakukan. reprodusible/mewakili 1

M. SULISTYATl : AllIK SUNARNI:


Ata.s das ar opa pengu j i an keke r a scn di- Kurang reprodusible, sebetulnya ada be-
. lakukan dengan pena i I ? Mengapa l idok berapa ~lat yang lebih baik, yaitu de-
digunakan a I a t palu, ag•< r uhu bahw<1 ngan pendulum, brener, buop.

benar keras?
FAIDlL S.
AN{K SUNARNI : Apakah dosis 60 kGy merupakan dosis
Pengujian kekerasan dilakukan aca~ da- yang optimal ?
sar ASTH 3363-74. Pengujian kekerasan
dilakukan dengan pensil sebab alat yang ANIK SUNAl!.NI :
di~iliki laboratorium kami belum ada Ya, dnsis 60 kGy adalah dosis yang op-
yang lain. Pengujian kekerasan dengan t'.mal untuk mendapatkan hasil yang ba-
palu tidak biasa digunakan. Ada atat ik.
yang fungsinya seperti palu yang dise-
but "pendulum", tetapi dilaborator ium
kami tidak mempunyai.

24!>
rELAPISAN PERMUKAAN LANT Al PARKE:TSECARA RADIASI OENGAN 8AHAN PELAPIS
LA ROMER

Sugiarto Oanu*, Cu to t 'l'rimulyadi*, An i k Suna r n i v , d an

fJa r s cno=

ABSTRAK

PF.l.APISAN PERMUWN LAM1AI PAR.KET Sf.C.ARA RAOIASl Ct:NGAN lj,\tlAN .t't'.1.APIS LAROME,R. Telah dilakuk•n
percobaan pelapi1an ptrmvk33n lantAi par~et aosaik den&~n men~gJnakao radiasi btrkas elektto~ dao
ultra•violcc (UV). Sebagai bahan pelapis dipakai scnyawa epoksi a~rilat dan poliester akrilat dengan na~a
dagang taroeer f.A-81 dan Laromer PE-46. ?ad• pe teoba3n pe nd•hu I uen d it cnc\l"""' kond i.s i i r-adlat i se r r e
Cormul~~i bahan pela~is yan@ meBberikun kon~isi permukaen yang baik dan 3i(ac kek~rasan dan ade1i yang
tin£gi. Has1J p~ngamatan mcn~njukkan b~h~b sifat-si{R lapiJan dipenRaruhi oleh do$iS iradiasi, tebal
l.api*"'"• itu111h .. 1 r;tdi11itl, dan sifat lapisa:-i dasar. K<>t11 nasl penggunaan Latomer P&-46 dan £,l\-8l, deog•n
t"adiasi berk~.s e Le kt e oo pad;i dosi.A ')0 11-Cy llnru..k pe apiaan dasat dan 50 1tCy untuk pelapisan •t•s
1nem.ber i kan s if• t L•pi •an yang t • rba ik . Ua• i l penguj i.&n labor.at ne- i 1.1111 ia•u(lun 1 apang•n mewibec iktn h.tr•pan
bahva d"'i t.c~i tcki1i$ proses. pe-laipi&ll!\ per111Ukaan denga.n teknik Tadiasi dap•t d~p .. k.-i unruk produksi
\11nl•i l)i.ifkl:'C,

ABSTRACT

co~tinR
RAOJ/;TlON SURFACE <.:OAT(NG
experiment
'
OF PARQUET Fl..OORJKG usrsc LAt<UKt:k AS COATING MATEJ\lALS.
of mcs3ic parquet flooring have been do~~ using clectrone
nte. surface
beam and ultra-violet (VY)
as radiation SOJfCts. Epoxy acrylalc ~nd polyester a~ryl3te with the trade name LarzyneT ~A-81 and L6tomer
PE-46 were used as the coating m~ccrial~. For the fitst ~~p~rimcnl irradiation and iturface condition ~ere
d,t~rminrd to get tine surrJc~ 9nd high hard~~s5 and adhesion. The rtsults showed chat the film
p?Opcrti.es were eff,..rfrd hy t:1hf! i r r ad i ac i cn dose. fil.P thickness, radiation. source and base coat. The
c:ornbi11.ati.on q( 1..aromer rE-46 and EA-81 <•~ C'OAting. •atcrSal5 .'lod e l ckt r oe beam v i rh the dose o! )0 kt;y for
b~3~ c e e r l eg 111nd SO kC)' (nr lop c:o.:iting, geve the be s t prnp~Ttir:i; of rbe films. The results o( either
l.11bor.,tC1YY or ric-ld r e s r , gav~ the hope that technical L,. lhc> s cr Iece coat inr. u"i!'lg radiation tecniq.J~ can
be used for parttuel flQl'u in,;, pr cduc t.eioe . ·

PENDAHULIJAN Menurut DALTON dan HILL (2), venir


yang telah diproses dengan cara impreg-
Salah satu aplikasi radiasi berkas
nasi kemudian diiradiasi dengan sinar
elektron adalah pelapisan pcrmukaan pa-
gamma dapat dipakai sebagai lantai se-
pi::iln kayu , di ant ar anya nnr uk pembuatan
telah diberi ola• kayu lapis atau papan
p i o t u dan mebel. Peros.::ihAAn-pP.rusahaan
partikel.
yang pertama ka.li menggunakan radiasi
Di Indonesia, penggunaan par ke t
berkas elektron untuk pelapisan permu-
jati untuk lantai telah mulai banyak
knan pintu dan m~bel secara komersial
dipakai. Parket mosaik jati yang ber.-
adalah Svedek dan Bruynzeel di Belanda,
Ferat dekoratif ini merupakan peman-
dan Fulda di Jerman Ba r a t. (I).
1faatan limbah kayu j at i . Beberapa pe-
rusahaan telah memproduksi, baik untuk

• Pu:s1t Aplik,a,$1 lsotop dan Radie..si • SAl'AN kebutuhan dalam neger1 maupun untuk
I
247
ekspor. Sebagi an perusabaan re lab meng- Tebal lapisan permukaan antara 40 - 60
ekspor dalam bentuk yang belu~ dilap:si µm bila me~akai alac pelapis tipe rol
permukaannya (J). dan 90 - 100 ~m bila memakai pelapis
Penelitian ini bekerja sama dengan tipe t i rsi .
PERUM PERHrTAN1 bertujuan uncuk mene- Pada percobaan pendahuluar. dila-
rapkan pengguaaan teknik radiasi (de- kukan proses dengan varia~i alat pela-
ngan berkas elektron dan UV) pada pe- pis> h~hP.n ~PlApi~, dan sumber radia-
lapisan permukaa~ parket mosaik. s i ~ t.aYomer yang dipakai dicampur dulu
deogan TPCDA dengan perbandingan berat
TATI\ KERJA 7 : 3. Komp~sisi cersebut mempunyai ke-
kentalan yang memungkinkan penggunaan
&:than-bahan. Parket mosaik tipe alat pelapis tipe rol maupun tirai.
haddon hall berukuran 30 x 30 x 0,8 cm Kekentalan dan berat jenis bah3n ter-
berasal dari PERUM PERHllTANI. Dahan pe- masi~g-masing 262
scbut cp dan 1,090
la pis adalah Laromer EA-81 dan Laro11er 3
g/cm • pada suhu 28°C. Untuk lapisan
PE-46 dan sebagai pengencer dipakai dasar, campuran ditambah talk sebagai
tr ipropilen g Ii kol diakri lat (TPCDA). bah an pengisi sebanyak 10% be rat
.~ahan-bahan tersebut buatao BASF.
campuran. Sebagai baban pelapis atas
A(t:vt-a.ta..t. rcng~mpelasan dilakukao campuran Laromer den TPGDA dilambah
dengan mesin ampeJas, sedangkan sebagai sil icoee+o i I (welling agent) sebanyak
a l ac pe l ap i s d i paka i mesin pelapis tipe 1%. Pada peaggunaan radiasi UV, bahan
rol dan tipe tirai. tr~diasi dilakukaa pelapis dicambah focoinisiaror benzofe-
dengan me s i n be e-ka s elektron buatan non d~n rrietanol amin sebanyak 34.
Nissin High Voltage? Co , , Ltd. yang Untuk mengetahui kekuaran lantai
mempunyai tegangan dan arus maksimu~ parket serelah dilapisi permukaannya,
masing-masing )00 kV dan 50 mA. Sum- 2 d.
se b anyak + 80 m 1pasang se b aga1.
be r radiasi UV mempuuyai d"ya 80 V/cm lanca: untuk pengujian lapangan. Peng-
buatan IST Strahlencechuik GmbH. amatan dilakukan secara visual.
Pengujian lapisan permukaan meli-
Pe.Jtcobaan. Proses pelapisan per-
puti kekerasan. adesi, kilap, kecahanan
mukaan dengan teknik radiasi meliputi
kikis, dan kecahanan terhadap baban ki-
proses pe Lap i s an dasar dan proses pe-
mia. Jenis pengujian. alat. metode1 dAn
lapisan atas. Pelapisan dasar maupun
s t andar pengujian yang tlipakai tP.rdapat
pelapisan atas terdiri atas proses
pad a Tabe 1 I •
pengampelasan, ?elapisan, dan iradia~i _
Pengampelasan dilakukan dengan MPSin
ampelas dengan kekasaran sampai 160.

248
HASll DAN PEMBAHASAN dipcroteh lapisan permukaan lantai par-
kct yang kekerasannya rendah.
Berbagai variasi peccobaao telnh
dilakukan untuk mcndapatkan kondisi la.piL>an Va.otVt V.bta.cUali.i. !ie.ngan UV
operas i yang menghas i lkan s ifat dan Setfanglza11 lap.Ua.n At.a.~ VP.l'tga.n 81'.1!.fuu
kondisi lapisan perm~kaan yDng b~ik. F.l?bhon. I.a pi s an yang dihas ilkan oleh
Variasi percobaan tersebut mcliputi pelapis ripe tirai lebih tebal d3ripadR
sumbe r r a d ia s i , bahan pe Lap i s , alat jika menggunakan patapis tipe rol .
pelapis, dosjs icQdiasi, konsentrasi Tabel 3 mcnunjukkan bahva pada kondi-
fotoinisiator, dan konsentrasi monomer si yang sama, kc~crasan lapisan yang

r eak t i f , dibasitkan dcngan pctapis tipe tirai


Pada penggunaan berkas elektron sctatu tebib tinggi daripada dengan
dipaka: tegangan alat 300 kV, arus 20 p~lapis tipe rol. Penagunaan tapisan
mA dan dosis JO kGy. Dosis untuk peta- alas PE-46 dao pelapis tipe tirai meng-
pisan dasar dan atas masing-masing JO hasilkao kekerasan 2 II, sedangkan apa-
dan SO kGy. Kondisi operasi yang lain bila memakai pelapis tipe rot loaoya F.
tidak memberikan hasil yang lebih baik. Perbedaan komposisi lapisan dasar ti-
Kekerasan permukaan mencapai maksia.Jm dak tampak berpengaruh pada kekerasan
pada dosis SO kGy. Pada penggunaan UV, lapisan. Laromer ~A-81 menghasitkan la-
dipakai kecepatan·konveyor 5 ~/menit. pisan yang lebih keras dibanding La-
03Y• UV 80 W/cm, dengan kadar fotojoi- romer PE-46. Adesi antara tapisan atas
siator benzofenon dao trietannl ~min dan dasar berbagai kombinasi, memenuhi
sebanyak 3% dipertukan 2 kati iradiasi standar. Apabila dibandingkan, dengan
agar curing terj~di se~purna. l"'ngunaan radiasi UV pelapisan dasar
dan afAs (Tabet 2), maka terlihat bahwa
L« p,U,an Va.o aJl d a. n Lap.(Aan AtM
radiasi dengan berkas e1ektron meng-
V.bt.arU.M.t dengan $.Ota.it UV, Tabet 2
hasitkan kekerasan penaukaan yang lebih
menunjukkan bahwa kekerasan lapisa~
yang menggunakan Laromer EA-81 lebih tinggi.

tinggi daripada dengan PE-G6. Perbedaan Lttp(A~t Va.JiaJL Vi.1ta.di.<1i.i. de.ngan


komposisi 1apis~n dasar tidak tampak Beitklll> Eteh..twn do.n Lap,(J,an At11.4 rlengM
berpengaruh pada kP.kerasan lapisan. UV, Tabet 4 menunjnkkan bahwa kekerasan
Adesi antaTa lapisan dasar dan lapisan tapisan yang dibasilkan dengan radiasi
atas kedua bahan petapis tersebut UV masih rendah, yaitu F, sedangka·n
mcmenuhi standar pengujian (% tinggat > ~dcsi pada berbaga variasi percobaan
50%). Pcngujian dcngan menggunakan UV acmcnubi standar. Apabita dibandingkan
dan fotoinisiato~ berupa campuran ben- dengan Tabet 2 yang menggunakan radiasi
LOfenon dan triecanol amio sebanyak 3% UV pada pelapisan dasar, tcrlihat bah-

249
va lapisan d as a r' mempengaruhi Lap i san Tabet 6. Adesi dan ketahana11 t"rhadap
permuk~an. RAdiA~i hP.rkas elektron pada bahan k im i a ii mac.am lantai par'ke t, A,B,C
pelapisan ~A~aY menghasilkan lapis3n d an D t i dak banyak berbeda. Urutan
yang lAhih keras apabila menggunakan kekerasan dari yang paling tinggi ada-
radiasi UV. lah C, D mcnysul kcmudian B dan A.
Ur ut an ke r ah anan kikis dari yang paling
Lap.Wan V11<1a.1t dan Laph o.n A:ta.~
tinggi adalah D, C, B kemudian A.
V.iMdU:uii de11gan Be11.ko.<1 EfP.h:t11,c11. Se-
perti pada kombinasi penggunaan radiasi
Kctahanan kikis lantai parket c dan D
rel at if hampir sama. Keempat mac am
be rkas e l ek tron dan UV (Tabe 1 4), tebal
lapisan berpengaruh pada kekerasan la- lantai parket c e r e ebur juga tahan ter-

pisan permukaan (Tabel 5). t.apisan atu hadap asam, basa, dan pelaruL organik.

yang diradiasi pada ·do•i• 50 kGy meng- Sampai dengan 10 bulan sejak di-

aunakan pelapie tipe tirsi dengan bahan pa s ang s e baga i Lanr a i , perubahan kon-

pelapis PE-46 nienahaailknn kekerasan 2H disi permukaan relatlf tidak banyak.

(Percobaan No. 2). Dengan kond i s i yang Pe"ubaha~ yang ada disebabkan goresan-
Sarna hanya mP.nghas i l k an keke r as ao F go"esan <ian cekungan-cekungan kccil.

apabila mPnggunakan pelapis tip~ rol. Apabila dibandingkan secara visual,

Perbeda•n dosis 50 dan 60 kGy tidak go:esar. dan cekungan yang tampak pada ~

menyP.babkan perbedaan kekarasan lapi•- dan D relatif lebih sedikit dibanding A

an. Pelapisa~ otas dengan PE-46 dan dan B. Urutao ini sesuai dengan nilai

pAlapis tipe r i r a i menghasilkan keke- kekerasan keempat macam 1anta: parker

rasan yang sama, yaicu 2H (Pcreobaan tersebut. Tidak tampak adanya perubah-

lo. 2 dan 3). Hal rang sama terlihat an kilap atau timbulnya retak yang

apabila pcrcobaan No. 5 dibandingkan masing-masing disebabkan oleh kikisan

dengan No. 6. atau bahan kimia dan adesi yang kurang


baik.
Uj~ Lap~gan, Hasil d•ri pengujian
kekerasan dan adesi yang rerdapat pa-
KESIMPUl..AN
da Tabel 2 sampai dAngan 5 dipilih
beberapa proses pPlapisan parmukaan ttasil dari percobaan lni dapat dl-
uncuk pengujian l ap angan . Pemil.i.han ini s i iapu l kun buhva f ak t o r bahan pelapis,
didasarkan pada perbedaan •lat pelapiR, tebal lapisan, sumber radiasi, dan do-
sumber TAdiaei, dan do•is iradiasi ser- sis yang d i pakaf , mempengaruhi ai!at
ta yang memberikan k&karaaan ti~ggi. lapis.an yang dihaailkan. Kondiai per-
F.mpat macam lantai parket dipilih untuk mukaan banyok dipengaruhi oleh keken-
pengujian lapangan. Sifat-oifat lapisRn talan dan laju dosis.
permukaan parket tersebut terdapat pada Laromer EA-61 (senyawa epoksi ak-

250
rilat) m~mbcrikon hosil yoag lcbih boik ring system for the finishing of
sheet wood product•, Special Re-
d~ripada Laromcr PE-46 (scnyowo polics- port for UNDP on Regional RCA
ter okrilet) untuk pelapisun lontai Project for Asia and Pacific on
!nd. of Isotopes and Rad. Iech.
parket. Radiasi berkas elektron mem-
UNOP-TAF.A, Vienna (1980) 397.
berikan hasil yatlg lebih baik de r i pa-
d(j r ad i as I UV deugan benz of enon dan 2. DALTON, F.L., HILLS, P.R .• ''The ra-
trletanol a~in sebagai fotoinisiator. diation polymerization of impreg-
nated fibrous materials : Recent
Dari segi teknis, pelapisan per- development in the United Kindom",
mukaan dengan tek~ik radiasi dapat di- Lurge Radiation Sources for In-
dustrial Processes, (Proc. Symp.
pakai untuk produksi lantai parket ber- Munich, 1969), IAEA, Vienna (1969)
lapis. 4 75.

IJCAPAN TERIMA Kl\SIH J. PERUM PERHUTANI, Perum Perhutani Se-


pintas Kilas (I-JI Agustus), Ja-
karta (1985) 30.
Penul is mengucapkan r o r ima kas i h
kepada Ir. F. Sundardi atas bimbingan 4. JAPANESE IKOUSTRlAL STANDARD, Test-
pe l aks anaan penelitian, Ir. Puryudoko ing'Mechods for Organic Coatings,
JTS K 5401 (1970) 72.
dari PERUM PERHUTANI yang telah me~g-
usahakan penyediaan parket mosaik, dan 5. AMERICAN SOCIETY FOR TESTlNG AND
Saudara Sungkono serta para operator di MATERIALS. Annual Hook of A~'l'H
Standards, part 21 ASTM. Pnila-
fas i l i t as be rkas e l ek t r on y~ne; t e lah delphia (1972) 474.
membantu penelitiun ini hingeA sPl~s~i.
6. AMERICAN SOCIETY FOR TESTING AND
IJAFTAR PUSTAKA MATERIALS. Annual Book of ASTM
Standards, part 27 ASTM, Ph ila-
I. FRENCH, D., A 1.4 meter elektron cu- de l ph La ( 1982) 104, 9I8.
f•b•l l, Alat, aetode. di.ft sta:lldP" pe~fuj1an l•pls•n pe,...,kun

Ko. Jeni.t PC'lll-1\lj tan Al•t Mctodc Standar Pu•t•lc·•


J":'lp,ian

l
lek•ruM
u ... 1
Penstl stalMlar
Ml'l.1:stae upe; C!'Oltut
JtS I. S&Ot ..10
AstM D 1S71-71
•s
• l:tl1p Glot•••tCT $pK\116f A~ 0 52J-10 6
• let.Delft !lt-'et•tett •S1'M D 110&-79 6

s
~- li•1•
l•t•hanaa
tiUd.• , ..
Ab:r-"i" ,.,_ .\S'TM D •0&-0 .. $1 6

r
'l·••
n,.4.
K-•t>
u.a1

ua
100
H
l

tA·ll
IA-11
Pll.. 6
l!A-11 ...• 100
100

•) •°"P'Ct 1 t l

b) IJOWlf'O.> 1.t 1
UtOMr/TflGOA • 1/lj
trlc~l .. an : )\ :
l.t1'0Mt'/TPCOA • 1/l; kfl'-OC~
"'"" IO'; kn 1ofenon dU\
lu \ r-tctanol uin
3\; Silicc.e 011 : I\
cl Ade•~ d•n1ar \ lin11•I >SO\ ..,..at.Oil ll&B4ar

i•b•I 3. lt.clta.sl l•pi~an das•r dett.t.•n IJ\I dan l•pi~•" •t•• d1mt•n
btrt.u etektJ'Olt.

••• P•l•.pl.au
..... du•r•)
.
.el.,, •• .,. ... . .
.., ... Alat
b) (eter&llUI Ade.J,
' lif\1.1•1

Pf-46
"-·•• ..... • IOD
pt ... , m
' l'E.-'6' 2 II ti
l

'5
•7
~-·
PE-•6

U-11
F.A--11
u.11
EA·ll
Pl-"
PE• .U
m
m
m
m
H

l"

2 H
10)

100"
..
U..11 U-ll m H 100

• U-11 U-8.1 m 2 H 100

&) ~sist : 1-TOHT /TPQ){». • 1/ l : T•J1t : 10\: kn1of.f'll.ot1 d&l'Itrl


etanol ui~ : l\
A.lit ;ie:1p-ts : tlpt TO)
l.e·C"e1)at.&n convenyot' : ~al.est. 1 x tradt1si
b) rc.;i.osi•i : L.rcecr/TPGDA • 7/3: Sl1lcone ot! : 1\
Alat ;.l&Jis: PTR ~ pelapts tipe r01. PTT .. P•lapts tlpe tiT'•l
OOtl.s : SO tGy.

252
T•b•I 4. lr.,.lui l•pJaan 4N•r 4••1M krku •!•.,ltun dM laplam ai.a.1
dft!CM 1N. A.l•t ,.11pl1 I ,el.,la tlpc TOI,

l Pt-4tl rt ... HI 100


2 PE-46 f..A-U F 100
I &A-11 Pf:--46 100
• EA-41 tA-11 ""r 100

a) to.posisi : LaromtttTPCOA • 7/l; T•ll : 10\, Dos.is : JO llGy


b)-lollposl11 : l.arme..r/lPGDA •~7/31 lm•ofeaQl~wi trlet1nol.,....S.1"1
:S\: stllc<N otl : J\
K1CtJ>•t1n kcmveyor : 58/._tt, 2 ·• ·1.t"Uiul.

T•bel ~. lre4i•ai
•l•ktt'on,
l•p•.$•n- ol.uu
·~ l•pl$•R at•t dtl't1a• ti.rka• •

... Peltplt&a 41111•>


•M•l"I ...... Pel.,Jtu"'a.tu~J le\e:ruu M1••1.
-··--------
A.l•t Dos ls ,\Cy
---- ' tln11.•l
Pf.C6 so ,.
..
P!-46 l'Tlt f
Pt--"'6 Pl-46 rrr so l H ••
I P!-4& pt: ..4b PIT 1H 92
•s P£.,.,6
P!-46
f.a-&1
u-•t
mt
PTT
so
se
H
.••
100


• Pf-46
EA-11
EA-U
FE-46
Pt-46
PTT
m
60
so
so
l "
l II
H ..
EA-11
,,,.
PTT
so
2 II 100
100
10'
f.A-1) EA-JI H
EA-II &U PTT so I H 100

•l io..,.1t1l i M.r•tt/T.ICDA t 7/lt Tat\ : '10\


Al..91t pelapi• : JM1l4Pi• tl,. rot •
Dost• : So ltGy
\) J01t10&l11 : &..r....r/Tl'GDA• 1/l; Silicone oil : 1\
Altt pel1pi1 : PTl .. pela,1.s tlpe rol, m - ~lapt.t tipe tltt..t

253
Tab•1 6. !ifat-.slfet tepl.sa.."' ~~kaan ,-.rtct Yant dip•t•' un~uk
,.nc~Jt:an l•panfan.

Proses

• •- --·-·-
c D

Pela~11a~ dasar
l•h.an J:•l•p1si.)
Al1i P•lspi.s
FE-44
P'nt
PS-•6
m ..,.
'E-'46 rE-4•
P'l1l
Tradi•si b. •1e.ktr..- b. •l•ktTon b. •1•kt.J"Cm b. • 1 •kt!'O'll
(lO kCy) (30 >G7) (lO >Cy) (lO kGy)
Pel•p1saa at•-'
Sall&A pelapt.s~) EA-31 EA-11 f.A-81 EA-81
Altt pelspi• m PTT PTT
lra.dJu1 ::.?> b. alel:tTon b. elektrcn b. •lettron
(SO \.Gy) (SG tGy) (60 kGy)
Sifat Japls•A
J:ekct-asan ~ H l. l H
Ades 1. ' tiara• l
lct&h&ntn\iUs
(vur index)
,,
100 100
1'
99
£9
9S
66
C.ta~n t>.han
klnl•
11 lap, ' .
•I •I
••
•>
"
•>
••
a) lo9S10.ttsi Laroen}'TPGD.\ • 1/l; Tat\ : ·1c'
b) tcmpoJ ls 1 t.ar-.ar /11"GOA • ?/l; Si 1 lc.Olle ol 1 : t \
Pad-a tradtul ••111an UV, ha.\at1 dlC!dl')&ll Mti.ofenon. «llltl
trlet:&Jlcl .. tn s~~•yak J\
') le(;Cf&tQ lfOft'IC)'OT 5 -.f..nlt, ckn&.~ l .. iTtdla•I
4) PeaauJi•n 4eftt•• tar• •pot te~t -.eftJSUn~an Na1co1 l\, asaa a..i:etat
S\, tlkoMl SO\, 4•:& ,_,,._..,,,_ h•1.et1o.
el 34tee11.uhl sla.ftd.a:r

254
DISKUSI ltt111vt'k/k4.'!l ihatan sehit1gga kerusakan
sisi tersebut dapat dihindarkan.

Pt:CUH MARTrYASI\ : HERWINARNI :


Pcn~uj i an y~;,8 11uino t e b i h t.:ko11:">utjs dc-' Hanakah yang lebih ekonomis, pelapisan
agan b~rk~~ ~l~klron al~u U.V. ? drngnn mcmakai laromer PE-46 atau laro-
ner EA-81 yang dicampur dengan TPGOA?
sue rARTD DANU ;
Pengujian dengan berkas elcktron lcbih SUGIARTO DAIW :
mahal daripada dengan U.V., Letapl s1- llarga 1 ar ome r PE-46 dan EA-81 hampir
fat pe rmuk aannya lebih ba ik. s ama , y•itu s s-k i r a r Rp 10.000,-/kg, se-
dangkan sif~t l~pisan lebih h•ik nPng•n
ROCHESTRI SOfYAN : EA-81. Jadi, untuk pelapisan atas baik
Ditinjau dar i pemaka i an bahan pe l ap is , dQri segi tek.nis maupun ekonomis, laro-
mann yAng 1~hih cfisien cura pC'lnpisan .,..., EA-81 lebih baik dibanding PE-46.
tip!.i! rol a t au pe l ap i s t i.pe tir:ii?
SUDRAJAT ISKANDAR:
SUCIARTO DhNU : I. Apakah aspek ekonomi sudah dipele-
'fcbal Lap i s an d cugun pc-lL1pi:; l pt· ro l j ar i ?, Ka l eu sudah b eg a imaue d Ib arr-
l<·~jh ti pis d ar i pad a d(:ng:1n JH:lapis l i- ding dengan pelapis non lradiasi?
pe t i r a i seh Lngg a l cb i h cfisi<'n, 1•~t.:1pi 2. Ragaimana perbandingan sifat-sifat
si fa t lapisan yang d i hux i l k ..01 sc.•tt.·1 ..h fisik metode radiasi dengan non ira-
r ad i as i ku ruug kcr as d i buud iug pe l ap ia d ias i ?
r i pe t ir a l. J. Tindak lanjut penelitian Anda bagai-
mana selanjutnya 1
SOEOIJATMO ; 4. Apakah keunggulan dan kekurangan de-
Apakah peningkatan mut<.: kayu dcngan ca- ngan teknik yang Anda pelajari?
ra pelapisan peremukaar. banya dart satu
muka dan memadai, se111entara kayu r cr - SUGillRTO DA:W:
sebuc akan tet~p mudah rusak dari sisi I. s~gi Pkonomis sudah dipelajari seca-
muka yang lain maupun dar i ar ah me l i-r- ra garis besar, tetapi belum diban-
tang meuurut kecebalannya? dingkan harganya dengao pelapis non
iradiasi.
sue lARTO OANU 2. Sifat fisik metode non iradiasi be-
Untuk kayu/papan, sisi yang tidak d_- lum diuji ser.ara lP.ngk~~. AdAny~
proses dapat t"USak. Untuk lantai packet kekerasa:n yang bisa dibandingkan
sisi yang tidak d i peo se s sudah tidak dPngnn radiasi berkas elektron ter-

255
had~p pelapisan dasa& dan atas ha-
silnya lebih keras.
3. Tindakan la~jut akan dilakukan sebo-
gai berikuc.
I. Mengenalkan produk lantoi porkct
iradiasi pada perusah~an yang
mungkin certarik sctclah dipela-
jari scgi ekonomisnya.
2. Hclanjutkao kecja sama dengan
Perum Perhutani uutuk mencoba
mera.asarkan produk.
4. Keunggulan teknik radiasi ialah ka-
pasitas produk~j ~angat besar dan
kekuC'angaouyc. !alah investasi modal
awal cukup besar.

256
KALIBRASI DOSIMETER PERSPEKS MERAH

Kicky L.T. K."', d an Gunaw;in"'

ABSTRAX

K.ALIBRASI OQS(MEtER PERSPEiS ~fti\M. Su•IV pttCOb~~n t~.~·


dilakukan untJk ~enentuk•n kurva katibi•~'
doslmetet ptl'tpcks M<"r.•h dcnaotn 11n:f'gv.u•.,~•n dns111:ct"' •• , 1l'k~ .seb•a•i dosimr:te.r pe111b•n<llng. Di •••pin&
l tu, jug• di tent uk~u pcng.1' \1'1 pcoy l21p.ar<1n, •\lh'.l p~ny 1apanan, den kel e•••P•:t
ce.la t t f pad• perubahen t •P•t
optik dosimeter per5pek& mer•h y.ang tclah d11r;,trtf,-,:t1~ H•~tl ••nunj-.ikllan be':tva pc:ny\npanan telama 72 jas,
suhu penyimpanan antar:.a 2U dan 1o•c scrt~ kelc~bapanrcl~l•I •rtar• 4J dan 601, tidak ~t•berik•n
pe:r•.1bahan yang bcrartl p:.ad• rap;,tt Optik dos,.,..t,•r y:tnP, telah d111"ad1•11. 'Kvrv• calibr.tsi dosimeter
pertpeka 111erah dip~roleh t.!ari pcta perub.ah•n r09p;,l Opl ik "'"' .1nit teb•l dengen (O$l.l tersel"•fi·

ABSTRACT

CALlBRATlO~ or RED PtRSPtX OOSEMJ:TEt. An exp.eri•t'nr ha• beer done to dtttraine the calibracio~ curve
of ?"ed per•pe:ic dose11tctc-r, 1,1:;i.ng a rrick" doaieetl!!r <lilt r ef ee eece dot1-e•t'r-.-r. The effect& of ltOt«ae time,
•tor•1• ttmperecure, and relatlv• hv•idity on the opti~•l den1icy of irr•di1t1d red per1pea do11•1t1r
were 1l•O dcc.,.rmi•~ed, T11" r~sul.t• thoved th•t atot1ge t 1ae up 72 hour•• 1tor•a• teaper•tuTe bec.t••r'I 20
and 3c•c and ee t e e t r humid.ly bec.v1t~n '90 •nd b0% did eec give •r-aaingfol effect• on t.he optic1l deT'ltity
o t 1 tr •d I :a t~d red perspex do);cmcle r , Ca I i\1: ol Ieo corv .. • ( reod ~rape.JC doac,..ct'e e "*•
obtained by plotting
optical den&1tv ~,·r
uni( 1hll•kn~s~ versus •h:sorbt'd dui.~

PEJ'IDAHULUAN kuan-perlakuan khusus seperti halnya


pada s i s t i m dosimeter k ire i a . AkC;tn teta-
Pada proses iradiasi dengan sinar
pi di lain pihak sistim uo~lmeler plas-
gatmna, diperlukan dos1me(er sebaga1 pe-
cik juga mccpunyai kelemahan yallu pada
ngukur dosis iradiasi agar dosis yang
u11umnya rapat opcik dosimeter yang le-
diterima bah an yang diiradiasi s es un :
i ah diiradiasi sangat dipengaruhi oleh
dengan yang direncanakan. Dosimeter jc-
faktor lingkungan seperti suhu ling-
nis ini lebih dikenal sebagai dosimeter
kungan, kelembapan relatif, dan lama
rutin. Pada saat ini banyak sislem do-
penyimpanan se~elah iradiasi (1). Salah
simeter berupa dosimeter plastik yang
satu dosimeter plastik yang semakin
dapat digunakan untuk maksud tersebut.
luas penggunaannya sebagai dosimeter
Keuntungan sistem dosimeter plastik.
rutin ialah dosimeter perspeks merah
baik yang berupa kepi~gan maupun yang
(2,3,4). Penentuan dosis iradiasi de-
be rups film tipi< a da l ab mud;>h da l am
ngan dosimeter perspeks merah didasar-
peoggunaannya, tid3k meaerlukan perla-
kan pzda perubahan rapat optik do-
simeter sebelum dan sesudah iradiasi,
• Pus~t Aplika$i I$Otop dan Radjasi. SATAN yang ditentukan secara spektrofotometri

251
pada panjang gelombang 640 nm (3). Alat. !radiator panorama serbaguna
Menurut WHITTAKER (4), kemampuan ukur dengan aktivitas pada saat pcrcobaan
dosi~ irad;asi dosimeter perspeks aerah dilakukao, sebesar 7,95 x 1014 Bq.
meliputi daerah dosis iradiasi ~ntara Tebal dosimeccr pcrspeka merah diukur
dan 50 kCy, dengan laju dosis antara dengan Thickness Dial Cage Micucoyo,
-5 - I
x 10 dan 1000 kCy detik , dengan Jepang. Spe kt c o fo t ome t e r Hitachi Model
ketelitian sckitar 2-3%. U-2000, digunaka~ u~cuk mengukur rapat
Pada dosis iradiasi di atas 40 kCy oplik dosimeter perspeks merah dan la-
hubungan ailtara dosis iradiasi dengan cutan Fricke.
perubahan rapal optik dosimeter pers- Pe.JU.la pan Vo.1i.<mete.1t Pl!.ltl> ~ht. /.lv.a.h
peks merah me~unjukkan suatu hubungan
ddn 11Ulcl<tui~. Perspeks merah yang telah
yang tidak linier, oleh karena itu pada dikeluarkan dari pembungkusnya, dicuci
penggunaannya, dosimeter perspek me- dengan cara mencelupkannya 5eca~a ber-
rah perlu terlebih dahulu dikalibrasi la~g-ulang ke dalam a!r suling yang
dengan dosimeter pembanding/acuan. diberi beberdpa tetes deterjen, kemu-
Dalam makalah ini di•ajikan hasil dian permukaan perspeks merah dibasuh
percobaan tentang kalibrasi dosiaetcr
dengan menggunakan kercas halus yang
perspeks merah dengan menggunakan do•i-
mengandung ecanol. Sece!ah rebal pers-
meter Frick~ ~ebagai dosimeter pe•ban-
peks merab diukur secara teliti, ra-
ding. Kalihrasi dilakukan hanya pada
pat opt i k sebelu:n i r ad i as i d i t entukan .
daerah yAng 1inier. Sela:n icu diamati
lradiasi perspeks merah dilakukan pada
jugA l)Pngaruh penyimpanan, suhu penyim-
laju dosis yang telah ditentukan dengan
panan~ dan kelembapan relatif pad3 ra-
dosimeter Fricke yaitu sekitar 4 kGy
pat optik dosimeter perspeks mcrab yang . -I
Jam Sedan~ d~sis iradiasi berkisar
tQlah diiradiasi.
antara 5 dan 50 kGy. Pengukuran rapat
optik perspeks merah sebelum dan sesu-
BAHAN DAN METOOE dah iradiasi dilakukan dengan spektro-
&than. Dosimeter P,crspck$ merah fotometPr p•da panj•ng gel.ombang 640
yang diguoakan dalam percobaan ini ada- nm.

lah tipe 4034 AS, buatan U.K. Panel on P~da pe-eobaa~ ini diamati juga
GaD1na and Electron Lr r ad i a t i on , lng- pengaruh ke lembapan relatif, auhu , dan

gris. Dosimeter be•upa kepingan ber- waktu penyimpanan pada perubahan rapat

ukuran panjang 38 mm~ lebar 12 mm serLa optik dosimeter setelah iradiasi.


cebal sekitar 3 mm. Dosimeter Fricke Pe-th.i..twtgo.n Vo6-U TvueJ!.llp. Dos i s
yang disiapkan menurut SCHESTED (5), terserap diukur dengan dosimeter Fric-
digunakan sebagai dosimeter acuan. ke, dan dihitung menurut SCHESTED (5)

251!
menggunakan persamaan, leb~
I lama akan menaikkan rapat optik
2 dosi'meter.
2,75
+
x IO
0,007 (t - 25)
MD
. . . . . . . . . ( I) l Gambar 3 menunjukkan bahwa rapat
opt~k dosimeter, setelah iradiasi, re-
Diinana, latif stabil setelah penyimpanan se-
D dosis terserap dalam Gy lama + 72 jam pada suhu kamar (26-30°C)
son perubahan rapat optik dosi- dengan kelembapah relatif antara 50 dan
meter Fricke, ditentukan se- 60%.
cara spektrofotometri pada Tabel 2 memperlihatkan hubungan
panjang gelo~bang 305 nm antara perubahan rapat optik dosimeter
t suhu saat di~akukan penentu- per tebal dosimeter perspeks merah dan
an perubahan rapat optik do- dosis terserap yang diukur dengan do-
simeter fricke (15°C<t<35°C) simeter Fricke. Dari data tersebut di-
buat kurva kalibrasi dosimeter perspeks
merah dengan persamaan garis, ~ - 0,006
HASIL DAN PEMBAHASAN X + 0,032 (r = 0,981), ~eperti terlihat
pada Gambar 4, dimana dosimeter pers-
Penentuan laju dosis dalam dae-
peks merah hanya dapat digunakan antara
rah untuk melakukan iradiasi dosimeter
dosis ~ dan 35 kGy.
perspeks merah, diukur dengan menggu-
nakan dosimeter Fricke. Tabel me-
KESIMPULAN
nunjukkan hasil penentuan laju dosis
pada daerah tersebut yaitu sebesar 4,55 Dari hasil percobaan diperoleh
kGy jam-1. Dengan demikian pada daerah kurva kalibrasi dosimeter perspeks me-
tersebut dapat dilakukan iradiasi do- rah sebagai dosimeter rutin untuk ~~-
simeter perspeks merah dengan dosis ngukuran dosis iradiasi pada daerah
terencana. anatara 5 dan 35 kGy. Dengan menggu-
Gambar menunjukkan bahwa rapat nakan kurva kalibrasi ini dosimeter
optik, setelah iradiasi, relatif stabil perspeks rnerah dapat digunakan sebagai
sampai suhu pemanasan ~ 30°C dan akan pemantau dosis iradiasi pada proses
mengalami kenaikan yang cukup besar pengawetan makanan, sterilisasi, dan
apabila suhu pe~anasan dinaikkan. proses radiasi lainnya.
Gambar 2 menunjukkan bahwa rapat Hasil percobaan juga menunjukkan
optik dosimeter, setelah iradiasi, re- bahwa peny imp ananc-s e Lama 72 jam, suhu
latif stabil setelah disimpan selama 12 penyimpanan antara 20 dan· 30°C dan
jam dalam ruang dengan kelembapan re- kelembapan relatif antara 40 dan 60%,
latif antara 30 dan 70%. Penyimpanan tidak memberikan perubahan pada rapat

259
opcik dosimeter perspeks merab yang IAEA, Vienna (1977).
celah diiradiasi.
2. CHADWICK, K.H., "Facility C•libraci-
on, the ~ommissioning of a Process
and Routine Monitoring Pe ac t i cas!",
UCAPAN TERIMA KASIH
Rad i.o s t e r i 1 'i z e t i cn of Med.i.cal Pro-
duces (Proc. Symp., Bombay, 1974)
Torima kasih disampaikan kepada TAEA, Vienna (1975) 69.
Sdr. Armanu dan Sdr. Bambang Prayicno,
3. Mc LAUCHl.ING, W.L., Topics in tad la-
scat Instalasi Iradiasi, Pusat Aplikasi tion dosimetry. Notas de Fisica IV
Isotop dan Kadiasi, Batan yang telah 2 ( 1981) 37.

membantu dalam pelaksanaan percobaan 4. WHITTAKER, II., "Red perspex dosime-


ini. try", Manual on Radiation
Dosi-
metry (HOLM. N.W., BERRY. R.J. •
Eds.), Marcel Dekker, Ne~ York
( 1970) 363.
DAFT AR PUST AKA

5. SCHES'fED, K1 "The Fricke dosimeter",


I . CHADWICK, K. H. ,EllLERMANll, D. A. E. , Manual on Radiatio~ Uosimetry
and Mc LAUGHLlN, W.L., Mancal of (HOLM, N.W., BERRY. R .. I., Rds.),
Food Irradi•ti~n Dosimetry, Tech- Herc cl Dekker, New York (1970)
nical Reports Series No. 178, 313.

260
,
Tabel I, Penentuan laju dosis den11n men11unake.n dosiMttr
Fricke, auhu pen1~kur•n 2soc.

1f11tt\l Perubah.an OOJ1S L•Ju doslf


lrtdhsl up•t optik terset•P (kGy JU1° )
(.. nit) (600) (kGy)

I 0,276 o,oa ... ss


l,S 0,414 0,11 4,SS
2 O,SS2 O,lS 4,55
2,S 0,691 0,19 4,56
3 0,828 0,23 4,55
J,S 0,9•S 0,27 4,SS
4 1, 104 0,30 4,55
4,S I, 242 o.34 4,SS

l.aju dosis rata-rata 4,SS

Tabel 2, Hubun .. n antara perub•h•n rap•t optik per tebt.l do•i-


•eter perspeks 11erah dan d~sls terserap y1n1 diukur
denJl1L dosimeter Frlcke.

llaktu Perubahan rapat optik per t•bal (601) --1, Dosh


iradiasi tel'serap
Ulan1an 1 UI 1U1tan 2 Ulanaan 3 Rata.-rata (kGy)
(J .. J (.!, sb) •

1 0,047 0,045 0,046 0,046 4,SS


(0, 001)
2 0,093 0,089 o,oaa 0,090 9,10
(0,003)
3 0,127 0,126 0,127 0,127 13,65
(0,001)
4 0.16~ 0.,161 0,162 0,162 lt,20
(0,001)
s o,189 0,192 0,189 0,190 22,75
(0,002)
0,212 0,112 o,2U 27,30
'7 0,213
0,231 0.2~ 0,232
(0,001)
0,232 31, llS
(0,002)
• 0,258 0,257 o,2ss
0,261
0,258
(0,001)
0,263
36,40
40,95
9 0,263 0,265
(0,002)
10 0,282 o,2so 0,279 o,2so 45,S.O
(0,002)
11 0,297 0,299 0,296 o,297 50,0S

• ·si.,Nl&•n baku

261
,

'I

~
..•:-

0 10 JO
...,..P_, .. l°c>
30 40 50

C...b.r 1. ,_,uull perqe•i


.siaeter
~•MA seiel6h
IM:fah.
ire.dla.s! :p-.d• r._,.t optlk do•

,_yUipe.a
Spc.~fo~a.e.teT

...
Hlt.a(hl U-2.00C•
1 2 jaa setel&h lrad:la1t
«•1~ nl•tif 401
'mJaas 1etoa~s

'•
g
.:!
.z•~
•••
~
§ O,l
k

A•
~
~
•• 0.1

;;
~=-
0,1
•c
""~

l: 0
0 20 ,0 6') 10 100
hl.-.,.an relattf (\)

GubaT 2 ....... ~ ktl••pan ra1atif p1.d1 ra}Mt Of'tlk do11 ..


••ta per;sprks ecrah.
Spettrofotc.ettr Hi t•dt.i u ..2000
PanJua 1•tceb&n1 6«1 ..
~u penYil!pl.nu.t 26 .. l0°C

262
••
~ o,•

D,l)'"o-~--o--~--~--o~,
•&. f""'>-<>------0--0--0-..._ ",, SO kOy
•--<>---<>--<>--0..-0-0, "'.o '0 kCy
•-->---<>---<>-~~~...._'o lO \Cy
•. ---......., "<>is •Gr
.........._020 kty
O ,I ----<>-~>--<>---v---o~~
c 10 kGy
-o-o--.JJ---=>----..___r>·--o-.
-......, S kGy

0 ro •o •o to 100
Peny\wpanan Jottlah irad\asi () ..}
~•ba.r l, Pe'n&•l'vh penyilrp.an.,... sttelah ltldla~~ p.4• npat O?ti\
dos.i:aet•r pttspirks _....h. 1•n1 dlir•dlasi P•d• berb11•i
do.s!.s.
Spe:\.trofoto•eter tlitachi IJ·2l'0C
ranj•n• •••omi~an.
Suhu penfi"P .. .,.
••o ,..so c
26 M 0
ICel~~btp•n relattl 60\

~
••
o ••

u,3

.,,..
::.. O,l ••
0

i•
k

• :o 20 JO
O!lsls t•r•erap (JtCy)
••
Caatiar •. ICu'rVt kaltbra1l dosj•et•r pers-ptks •rah.
Spe\trofoto9etet lltt•chl u~2000
PuJ•na 1.•l.-bMI 6.-o t1a 0
Su'hu p.nyt .,.,,-.i 26-JOC
IC•lnbapt.n relatlf so • 60\
0 titik percebl•

263
OISKUSI sebaga: dosimeter acuan d:gunakan dosi-
meter Fricke. Ke I ebihaa dosimeter pers-

MARSONGKO : pr.ks merah adalah sangat praktis dalam


Da pa c kah dosimeter pe r s pek s mer ah digu penggunaannya, murah, daa mudah dida-

nakao se.bagai dosimcte[" untvk berk.ets pat.

t!lekLcun?
HERWINARlil :
KLCKY LTK: Berapa cfisiensinya apabita untuk me-

Mc lihac kemampuan ukur pada laju ngukur dosis digunakan dosimeter pers-
dos is
-5 . - I peks m<.>rah?
antara Ix JO dan 1000 ~Gy det tk ,
maka dosim~cer ini dapat digunakan pada
KlCKY LTK. :
penentuan dosls iradiasi berkas elek-
tron, hanya faktor kete~alan yang men- Ketclitian ~ 3 persen. Kebaikan, yaitu

jadi masnlah, untuk bcrkas clektron praktis dalam pengerjaan dan persiapan-

yang di.hasilkan oleh mesin Pemercepat nytJ, mur al», d an eudeh d Ldapat • Kcburuk-

Elckcron yang ada di PAIR (300 kV, kannya. yaitu perubahan rapa( oprik

maks imum 50 mA), karcna fakror r eba l dosimeter setelah iradiasi sangat dipe-
dosimeter {+- lnm) dosimeter ini cidak ngaru:oi sunu dan ke lembapan re lat if
dapac. digunak:.n. (sutu ancara 20-30°C, kelcmbapan rela-
cif antara 40-60 persen).
HENOIC Wl!IARNO :
SUPRAOJAT lSKANDAR :
,\pakah kelebihan - kelebihan dos irsc t e r
I. Apa keunggulan dan kekurangan dosi- '
perspeks merah dibandingkan dcngan do-
meter perspeks merah 7
simeter fricke acau lainnya. sehingga
2. Apakah ada cara lain selain perspeks
hAru~ digunakan dosimeter perspeks rae-
merah yang lebih murah dan lebih bo-
rah. P11ciHh;i 1 p~cla pPnenkura.n dos i s yang
ik 1 • .-.. R: i l nya ?
l eb ih t ingi;i dari S kCy harus dikali-
brasi dulu terhadap dosimeter Fricke.
GUNAl~AN :
KTCKY LTK. : I. Ja~aban scpcrri pertanyaan lbu Her-
oo~imcter pcrspcks mcr~h digu~akan sc- winarn t .
bagai dosimeter rutin, scti~p dosimeter 2. renilihan dosimeter harus didasarkan
rutin atau dosimeter sekunder lainnya pada dosis irediasi yang diinginkan,
harus dikalibrasi terl~bih dahulu de- kemc-u1puan ukur dos i s dan laju do-
ng an dc s heet c r SCHodraY/acuan/prim.er se- sis dari dosimeter yang bersangkutan
be Lum dig1,.111ok.e:u1. Ooittm pe r cobaan ini (yang •kan digunakan) jadi tidak di-

264
dasarkan pada Mahal da~ murabnya
harga dosimeter tersehut. atau ha-
silnya lebih baik. Yalaupun harganya
murah dan hasilnya l@bih baik akan
tidak bercuna b~la ke.ampuan ukur
·dosisny• tidak 1 .. uai •angan deaia
iradiasi yang direncanak.n.

265
LARUTAN f'ERO-KUPRI SULFAT PHE-IRADIASI SEBAl;AJ UOSIMETER

:.lirzan T. Ra z z ak'", Ki c ky J..T.K.*. d an Moh. Ridwan*

ABSTRAK

L.AltrrA~ FERO-KUPRt SULfAt flt-{RAOtASl $£&.A.CAI OOSD1ETIR. Unluk •tngukur do•i• c•diaai aecapan 1inar
gan'rl'la ttlah digur.akaa larutan fero-kupri sulfat pre-icediesi. ~•d• daerah dosit D.) - 0,6 k~y~ ~idap1tk1n
b•h~a ?erubahan rapatan optik l•rutao yang d1ukuc dengan ~p~ttro(otmaeter p~d• JO) na berbend1r.g luru•
dengen dosii iradia1i ttr1er1p. kedapatulan1ao atau ketellt1an pengukur1n d1d~patkan aebeear 2,3%. Tat~
ktrja &ecera keseluruh1n lebih eudah dan aederbana dibandingkan dengan dOtlmeter l1ruc1n f1ro•kupt1
sulfaL tanpa pre-iradiesi. Dosis lradiasi data~ \Cy dapat dihltung dtngaa mtnggunakan ptr1aaa1r.: D •
6 98 ~ U)D di Gana !OD adalah peru~~ban rapat optik larutan aktbat iradiati, dengan deaiti•n laTutan fe-
c~-kuprl ~ulfat ~ap~c dlpakal sebaiai dosine:ter uotuk pen.ukuran dGaia ir•dlasi pada proaea penaawetan
bahan 111o1kanan.

A~STRAll

PRE-tRRADlAJlQN fCRRO-COPRlC SLT1.PHA'r£ SOLl.rtl06 AS A OOSttt.t:TU. Pti!!-irr .. 4:i.ation ferro-cupt'ic eolut.i.on


has bttn use~ as fur aeasurina the absorbed do~~ of ga.. a-ray. In the dose ran&e of O.S to 6.0 kGy. chc
char:~es or cpt icat den$lty of the ~olur •nn at lOS n• w.-re found to be li.nc•r with the ab.torbtd dose. The
average r epr oduc ib Lt l e y 11;11~ found to be 2.lt. The prep:tration of the solutit>tl relatively •i•plc compared
with th<it of nnn pre-irradlaced. The •bsorbed do.ac (O) eap•"-"> in \Cy can be calculaced uain1 an equatior.
: D • 6.98 'C eoo. whrrc WD ts the chang..-); of uplic-•l density iti )0~ rue of irt"adiated pre•irr&di•tion fe-
rro-cYpric aulph,,.tc ae lut Ioo , 'flu• tsulut lon ther~fore. -:an be use as a do&teeter .1y1te11 in food Le r a-
dlac.ion pCo<e&siuK•

PENDAHULU""
s i act e r .
Salah satu aspek yang harus d:ku- Larutan fero-kupri sulfat densan
asa1 dalam aplikas; dan pengembangan komposisi lmM fero-sulfat ditambah 10
teknologi radiasi ialah kemampuan me- ~ kupri-sulfat dalam asam sulfat 10
lakukan pengukuran dosis iradiasi. Se- o:M, telah digunakan sebagai dosimeter,
bab, setiap bahan yang diiradiasi akan yaitu ontuk mengukur dosis iradiasi
ceagalami efek/perubahan yang sehantling dalaro daerah 0,5 sampai 8,0 kGy, yang
dengan dosis iradiasi yang disPrapnya. dipcrlukan dalam proses pengawetan ba-
Oleh karena itu, agar efek itadiasi han nakanan (I). Akan tctapi, karena
dapat dikendalikan, dosis iradiasi ha- kescabilan larutan fero-kupri sulfat
rus diukur dengan menggunakan suar n sanga< pctca akan gangguan lingkungan
sistem pengukur dos is yang d is1>hut do- tcrutama gangguan zat pengotor organik
(2), maka selain disyaratkan agar la-
rutan dosimeter dibuat selalu segar/ba-
• Pusat ApJikas1 1,r.ito~ den Radia.$1, UTAN ru, juga aDpul gelas yang digunakan

267
~ebagai wadah dosimeter harus dicuci Ta.t.a Ke1tja.
b~rRih dPnean tara kerja yane cukup Pembttatan tarutan Dosimeter. La-
ru@i~ at~u tirlak sPderhAna (1). cur an dos imet c-r ft!ro-kupri sulfat pre-
1ujuan pcnelitian berikut i~l~h iradiasi ada l ah l s r ut an Ie r o+kupr i s u I>
untuk mcny e derh an ak an tat a ke r ja yang fat ya1)f~ aebe Ium Jlgunakan s ebag a i do-
d i pa r Luk an dosimeter fcro-kupri su Lf at , simeter diiradlasi tcrlabih dahulu.
}'a it u dengan ja Lan man i ngk a t.k an kesca- Komposis: La r ut an fero-'.<upri sulfat
bi I an l c rut an me l a l u i t ekn ik pre-i·ra- r e r scbur adalah Im.'! fero-amonium su t-
d ia s i . fat, 10 nM kupri-sulfat, dan I 0 :nM asam
su t rat . Dibuat dengan ja l an meI a r ut+
kan 0 ,392 gral!l fer o-unon i un su l fat.
dan 2,479 gram
BA HAN DAN TATA KERJ;..
kupr i+su l f ar , CuSo4.SH2). d a l am 12,5 ml
Ral1an dai'I Pvialc..trut, fero-actoniu•1 as;om su lfat. H2so4• 0. 8 N d an kenu-
su t f at , fe(NH4)2.6n2o (Merck), kupr i> d i an d Lencr-r k an dPng.:rn ~ i r- SL11 ing men-
sulfaL. Cuso4.SH20 (Merck), dan asam jadi I liter dalam labu c ak a r . Selc-
su l fat , H2So4 (Anal ar }, semuanya ada l ab lah dilakukan pre-iradiasi dengan dosis
bahan kimla berkualitas p.a. - 2 kCy, rap~t optik larutan fero-
Air suling tiga ranekap (rrirlP<r).
kupri suliat rersebut diukur dengan
d i buac di t abor ae or iun se su» i dPnf!-=an
spektrotoLometer pada 305 nm dan d;sc-
petunjuk tata kcrja ROU(S dan 7.AGORSKT
but sebagai har g a rapat opr ik awa I la-
( 4).
rut an dos nne r e r .
Ampul ge:as bcrukuran 5 ml, buatan
Sebanyak 5 ml larutan dosimeter
I ok aI ( UN-L:Pl, Bandung), d i gunakan
fero-kup~i sulfat pre-iradiasi tersebut
scbagai wad3h lat'utan dos:o.imecer.
dicasukkan kc dalam ampul gclas yang
!radiator 60co Gamma-Cell
220 sudah disiapka~. kcmudian ampul ditutup
(AECl.) yang pada waktu pene Li c i en ini
dcngan parafilm.
dilakukan mcmpun ya i ak r i v i r aa s ek i t a r
Pcrsi~pan Ampul ~~· Persiapan
2500 ~·
~1. Laju dosis pada kcdudukan
ampul gelas yang •kan digunakan sebagai
a<lalah s"besar 2,01 kGy/ja111,
wadah J a:-11l,.a1' dosimeter, bias an ya r um i t
diukur dengan dos ime t e r pt>oibauc.Jingt
dan memakan waktu. Misa:nya ampul ha-
?"r ickc.
rus direndam dala~ asam pencuci kalium
Spektroforomerer 3eckman model 26 bik.hromac s eraa Laman, d Lt ebus da l aa. ai r
( tJS/\) d ip,unakan uncuk t1engukur per- su , ing bebcr apa jam dan se sudah d.i.b Ll.as
ubahan rapat opLik larutan dosimeter masih harus dikc~ingkan da l sm over; ,
pada ~anjang gclombang JOS nm. Dalam percobaan ini, taLa kerja yang

268
rurnit tersebul dtcoba untuk disedorha- s imc t ar pamb and i.ng , ['ricke., s e dang tiOD
~akan, yailu mulo-mulQ ampul diisi de~ ada lah pa r ubah an r apa t opc Ik l aru t an
n~an lu~utan dosimeter ya1ig ~\1dall d!~11- d0Rin1t-1t•··-, )'~11lu seJ i£.;ih d s r i r apat op-
co rk an 100 k a Li , l(~:n11di,;.ln arnpu l d I lr.:J- Lik ~c~udoh d11rndiDsi dcngan rapot
dia•i ••lama 30 manic pado laju dooio op c ik a1·1nl.
2,01 kCy/jom. Se cc l nh l o r ut on cncc r don
anpo l, d ib i l as J •a1i donr,nn lnrut- llASIL OAl'I fFMUllllASAl'I

an dos Lnct.cr , rnta:C~ ampu l r e r se but. s udah


Basil pengukurao pet'uUe1han r~pat
niop untuk dipakai. Teknik persispan
optik sctclal1 laruta11 (era-kupri sulfat
nmpul seperti ini, lebih mudah dan le-
prc-iradiusi <liiradiasi dalam selang
bih hemat woktu dibandinr,kan <lengan ca-
waktu LerLenLu ditunjukkan pada Tabel
ra sebelumnya (3).
I. ll•<g• •impangan baku (s.b.) dari ha-
Lr ad i u s i , Seb~nyak S ampu l ge la s
si L pengukurnr; t e r s ebut be.se r r a dos Ls
yanJ> be r i e i. larutan doe ime t e r fero-ku-
ir~dia8i mcnlirut dosimeter Fr~cke, juga
pri ~ul(at pre-iradiasi 1 diiradinsi da-
tlicantumkon.
l am .L ra d i.ta tor s .1 n a r gamJ)1;.\, 60 Cu, G<tnnntt-
Sebagaimana lazim~ya dalam pengka-
Cc t I 220 (AF.CL) p•da Le ju dus is L.,-
jian suacu slsccm dosimeter, terlebih
. tap, 2, 0 I kGy I jam dun dengun v ar i as i,
dahu l u d iuj i apaksh pe rubah an atau efek
do•is dalam dacrah 0,5 - 8,0 kGy. Pa-
irad(asi sebanding de~gan dosis yang
da set i ap dosis yang d l amat i , d i t aku-
diserap. Kemudian ditinjau apakah etek
kan ulangan iradiasl sebanyak J kali.
t radt as i t e r sebuc berkedapatulangao
Per h i t ongau uos i s . Setel.ah d i i r a-
(_reproducible).
d i as i ,r apat opt ik larutan dosimeter
Berdasarkan data Tabel I dapat di-
d iukur l ang sung dengan spek t r o fct omet c r
buat kurv• huhungan antara perubahan
Bockaon 26 pada 305 nm dcngan teual ku-
rapat oplik dongan dosis iTadiasi seba-
vP.r I c.m. Dosis iradiasi tcrscr~p, ke·
Baimana di.runjukkan Gamba r I. Ternya-
l!lt1Clian d i r ont ukan be rdaaarkan perubah-
ta perubahan rapat cpt i k La rut an fero-
a~ r•p•t optik larutan dosimeter dengan
kupri pre-i r ad i as i oe rb and ing Iur us de-
menggunakan pPrsamaan :
ngan dosis icadiasi yang di.serap dalam
daeruh 0,5 sampai 6,0 kCy. Hal ini ber-
D k x 600 J./ art; La ru t an Ie ro-kupr ; sul fat hanya
mungkin digc:nakan bagi pengukuran dosis
di mana D adalah dos i s iradiasi ter- iradiasi dalam daerah rersebur.
serap dinyatakan dala~ kGy, k adalah Selanjurnya kedapatulangan a tau
suatu tetapan yang harganya didapatkan kctclitian pengukuran dapar dinyatakan
berdasarkan hasil kalibrasi dengan do- sA~ara kuantitatif dengan jalan menghi-

269
tung koefisien ~eragaman (K.~.) dari hasil ya~g· pernah didapat pada dosime-
perubahan rapat optik sebagai berikut : ter fero-kupri sulfat tanpa pre-iradia-
si, yaitu 2,63% (3).
~.K. = s.b./Y x 100% ..............•• 2/ Dengan kata lain, perlakuan pre-
iradiasi telah meningkafkan ketelitiJ
di mana s.b. adalah simpangan baku dan an pengukuran pada dosimeter fe~o-ku-
Y adalah harga perubahan rapat optik pri sulfat.
l'.:ata-rata. Perhitungan dosis iradiasi terse-
Dalam daerah dosis di mana per- rap dalam larutan dosimeter fero-ku-
ubahan
. rapat optik
dengan dosis iradiasi
berbanding
ya~g diserap, di-
lurus pri sulfat ·pre-iradiasi
ngan menggunaka~ persamaa
dilakukan
J./·
de-
Dalam hal
dapatkan harga K.K. sebesar 2,3%. ini perlu dilakukan 'terlebih dahu-
Harga K.K. tersebut cukup memuas- lu penentuan harga tetaparr k. Sesung-
kan dan lebih baik d i band i ngkan dengan guhnya kurva.hubungan antara perubahan

Tabel 1. Hasil pengukuran peruba~ah rapat optik dari


larutan dosimeter fero-kupri sulfat
pre- iradias i .
Selang wktu· CO.la Rapat optik Perubaha~ rapllt optik
No. ir.&aai Friclce awall bl.anko ~ UWiqad' Rata,:.!.ata 1.t'-
(llmlit) !ld>yl 600 600

1. 15 0,5 0,231 0,071 0,075 o,oo•


0,225 0,079
0,225 0;0711
2. 30 1 .o. 0,469 O, 1SO 0,1S2. 0,004
0,457 O,U9
o,461 o, 157
3. 60 2,0 0,239 0,289 0,286 0,004
0,236 0,281
0,210 0,289

~- 90 3,0 0,460
0,225
0,212
0,453
o,436
0,445
0,445 o,ooa

5. 120 4,0 0,236 o,557 0,5411 0,008


0,288 o,so
0,270 0,549
6. 150 s,o 0,307 0,706 0,708 0,002.
0,433 0,101
0,351 o, 710
7. 180 tS,O 0,484 O,BSO 0,843 0,006
0,326 0,837
0,432 0,842
e. 210 7,0 0,436 0,839 0,859 0,059 •·
0,417 0,926
0,252 0,812
9. 240 8,0 0,426 0,960 0,969 0,008
0,246 0,976
0,248 0,970

• •• b •• d111pan9an baku •
** Har9a parubahan rapat optik dari 3 kali ulangan dan
1atiap ulangan didapat dari haail rata~rata rapat
optik 5 ampul yang·d11radiaa1.

270
rapi;1t optik d eng en dos i s i rnd i as i pa diasi scrapao menurul dosimeter fero-
da Camber I, adalsb merupakan kurva kupri sulfat pre-ir~diasi dapat ditulis
ke l i.b r e s i . menjadi :

o - 6, 9S x eon . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
0
0
s
1p
I.. di 111ii;111;s D ada l ah dos i s ira-diasi serapan
~ 0.8
& •
/ dosi~~l~~ r~ro-kupri sulfat
asi dinyatakiill dalaru kGy, dan OD adalah
pre-iradi-

i 0,6 perubahan r apat opt i.k La rut an dosimeter


I
...•
A• l/l9.<Qo<.
&. 0, J\S fero-kupri sulfat pre-iradiasi .
" 0,4 •• . '· '" Sebagai perbandingan, p~rsamaan
"
J:. 1,2
yang digunakan unruk menghitung dosis
~.... 0,2
iradiasi serapan dalam dosimeter fero-
ct k:.ipri sulfat taopa pre-iradiasi adalah
Q.__..__._~~~~~_..__._~~
0 2 4 6 8 10 . (2)
DOSIS (kGyl
6,65 x 11JD kGy .... 5/
Citn:1bar J. l<urva kalibra.s: lnrutan dos1•ct~T
fero-kupri sulfa! pre-iTaliasi.

fada Tabel 2 ditunjukkan perban-


dingan hasil perhitungan dosis iradi-
Sebab, dosi s Lr ad i as i di s ini adalah asi pada dosimeter fero-kupri sulfat
dosis terukur mcnurul dosimeter pr.mban- pre-iradi.asi dan dosioeter pembanding,.
ding, Fricke. Harga letapan k, krmudi- Fr~cke. Perbedaan maksimal dari hasil
an dcngan mudah ditentukan dari sudut perhitungan kedua sistem dosimeter ter-
kemiringan kurva ka l ibr as i t.e r sebut , sebut adalah sebesar 6%. Umumnya perbe-
yaitu ; daan + 10% masih diperkenankan dalam
proses i~adiasi di industri.
t.00
1/k tangen ll ~ 1/ Sclar.j:.itnya hendak ditinjau me-
0
kanis11c rt>aksi yang terjadi dalam do-
di mana C\ ada l ah sudut kemir ini:an ku rva simeter lero-kupri sulfat untuk mendu-
ka l ibr as i dan D adalah dosis k a I i b r as i , kung pr~~h11Dan teori dan pelaksanaan
Fricke. Didaparkan harga t e t apan :.C.,. ya- dosimeter tersebut.
2,2 ~ 6,98 5ebagaiaana halnya dosimeter Fric-
itu :
0,315 ke, efek rad:asi yang berlangsung dalam
Dengan demikian, p~r$a~~an ,!/yang lan:tan fero-kupri sulfat ada l ah r e ak -
digunakan untuk perhicungan do$i~ ira- ~i o~si~asi ion fero. Fe~2,. membentuk

271
Tabe l 2. Ha.sil pen·gukuran dosis ira.dla$i menu.rut dosimeter
fero-kupri sulf1t pre-iradiasi dan dosiM~ter
Fricke.

Dosis Fricke· Oosis fero·kupri Perbedaan


( kGy ) sulfat pre-iradlasi ( \ l
( kGy )

e.so 0,52 •4
1,00 1,06 •6
l ,00 2 ,00 0
l,30 l, ic +l
4,30 3.8.J -4
S,00 4.94 -1
6,00 5,88 -2

ion feri, Fe+3. Reaksi oksidasi ter- ion fero menjadi ion feri dapat d i t u l i s
s ebut adalalt r e ak s i ion fero dengan secara sederhana sebagai berikut :
r ad i.ka l dan mo l ckut r eakt i t yang di- Radiolisis ·air
ha s i
Ikan dari radiolisis air. Karena di
dalam laruran fero-kupri sulfat terda- H"O
<
----> 11°. oa", e
aq.
H2°2 · ... • •6/
par pula ion kupri, maka j uml ah ior.
fero yang teroksidasi a tau jumlah ion Oksidasi
fcri yang terbentuk. uk an d ipengaruh i .
Harga C(Fe+3), yairu b i Langan y•ng me- r'e +Z + 011° -----> Fe +3 + OH ••.••••• 7/

nyarakan banyaknya ion for i yAng ter-


bent uk untuk ser i ap penyar apan e ne r=
gi sebesar 100 P.V/eram dari larutan
dosimeter fero-ku~ri sulfat, t<>rnyara '+2
Cu + H • ----- > C u + + H+ ••••••••••• 9/
_

lebih kecil dibandingkan dengan harga


G(Fe+3) dalam dosimeter Fricke. H0 + 02 ------> H0°2 ••••••••••.•. · .J.Q./
C(Fe+3) dosimeter fcro-kupri sul-
fat = 0,66 Ci./2 + 1i0° 2 ----> Cu+ + H+ + 02 .•. ·.!.!./
G(Fe+3) dosimeter Fricker 15,5
12 ------>Cu+ 12/
Cu + e
Karena harga G yang lebih kecil aq.
iru pulalah, dosimeter fero-kupri sul- Cu+ ... Fe+) +2 2
--->Pe +Cu+ .!.:'!_/
fat dapat mengukur dosis yang lebih
t i ngg i , Vaya ukur dosimeter Fricke me- Sebagaimana dosimerer Fricke, se-
1 ipuri daerah dosis 40 sampai 400 Gy. tiap satu rdikal OH0 akan mengoksida-
sedang dosimerer fero-kupri sulfat me- s a. satu .
ion F e +Z mernbentu
. k s at u .
1011
+3
liputi 500 - 8000 Cy (21. feri, Fe • sedang s atu molekul
Skema mekanisme reaksi akan n~ngoksidasi dua ion fero,

272
menbe~tuk dua ion fcri, Fe+3 (tihat bul tidak lagi berbanding lurus de-
rcaksi I./ dan 6/). ngan dosis iradiasi.yang diserap larut-
Radikal-radikal htdrogcn, H", dan an dosimeter. Sebagaimana halnya dida-
hidrogen dioksida, H0°7 serta elektron patkan pada dosis yang lebih besar dari
re rao lvsa i , e berfungsi mereduksi 6 kGy dalam percobaan ini. Di samping
aq
ion kupr i , Ion kupr i, yang terbentuk itu, kadar oksigen yang dikandung la-
selanjutnya bereaksi dengan ion fcri, rutan dosimeter juga dapat mempenga-
Fe +3 • yang sudah t erbent uk ( l ihat r e+ ruhi harga G( ~·e + 'l) sebagaimana d ila-
aksi 9/ sampai 13/). porkan oleh SJERGBAKKE (6) bahwa kadar
;al'.ga G(Fe+3) kemudisn dapat dihi- larutan jenuh oksigen dan larutan bebas
tung dengan menggunakan harga C dari udara masing-masing adalah 0,76 dan
hasil radiolisis air sebagai berikut~ 0,63.
Faktor lain yang menyebabkan pe-
•3 nyimpangan hubungan lurus antara dosis
G(Fo ) - 2~
2 2
0 • COii' - c". - G•.q- - "Ho·2 .... J!:.I
i r ad i.as i dan perubahan rapat opt i k
adalah bersumber pada teknik pengu~uran
Oengan memasukkan harga G dar i ha-
+1 rapat optik. Dalam hal ini, karena ra-
sil radiolisis air, maka harga G(J•'e )
pat opti~ relatif tinggi pada penyc-
dida~atkan 0,66.
r apan dos i s yang relatif t ingg i pula
Harga G hasil tadiolisis air ada-
pcngukurannya perlu dilakukan
lah (5),
pengenceran larutan ae•r dapat dikur
c. • e, 78 dengan spektrofotometer yang menganut
'"2°2
GOii' • 2,90 hukum Lambert-Beer. Dalam perr.nbaan

c.i· • ~.67 ini, untuk daerah dosis yang lehih

~o·z -. 0,12 bes3r dari 6 kCy, larucan dosimeter ha-


rus diencerkan 2 kali sebelum diukur
G 0.01
eaq.
dcngan spektrofotometer. Pengenceran
tersebut mcngundang terjadinya kesa-
Icadiasi pada dosis yang rP.latif
lahan.
Linggi akan menycbubkan perubahan harga
G(F•+J) terutama di samping terbentuk-
KESIMPULAll
nya radikal-radikal
basil radioliRis
air juga m~kanisme reaRsi oksidasi ter- Larutan fcro-kupri sulfat pre-ira-
ganggu. Mi•alnya pada dosis relatif diasi tcrbukti dapat digunakan sebagai
tl ngg i , radikal OH0 d apa t. terbcnt-uk le- suatu sistem dosimeter untok mengukur
bih banyak dan berlanjut membcntuk pe- dosis dalarn daerah 0,5 sampai 6,0 kGy.
roksida, H202. Akibatnya cfek yang cirn- Ketelitian d a Lara dae.rah tersebut dida-

273
patkan seb~sar 2.3~. DAFTAR PUSTAKA

Perhitungan dosis iradiasi serapan


dalam kGy dapat dilakukan dengan meng- I. SPLHKS, J.W.T., and WORDS, R.J., An
Inrroduction to Radiation Chemis-
gunakan persamaan D - 6,98 x OD, di try, John Willey 6 Sons, Inc., New
mana 00 adalah perubahan rapat optik York (1964).
La ru t an ·fero-kupri su l far pre-iradia.si 2. JAEA, Manual of Food Irradiation Do-
yang diukur dengan apektrofotometer simetry (Technical RP.port Series
~o. 178), IAEA, Vienna (1977).
pada 305 nm dan tebal kuvet I cm.
De:'lgau t ekn Ik pr e+ i r ad i a s i , r ar a
3. YATTM, S., dan AMIRUDDIN, A., Lapor-
an Teknik Pusat Penelitia~ Tenaga
kecja yar.g diperlukan dalam pelaksanaan Ato~ Pasar Jumat, SATAN, Jakarta
dosimeter fero-kupri sulfac dapat lebih ( 1970}.

discderhanakan. Ral ini membuka prospek 4. HOLM, N.W., and ZAGORSKI, Z.P., Ma-
penggunaan dosimeter fero-kupri sulfat nual on Radiation Dosimetcy (HOLM,
~.w., and B~RRY, R.J., Eds.),
untuk proses pengawetan bahan makanan Marcell Dekker Inc., New York
dengan i.radiasi. ( 1970).

5. FRICKE, H., and ED1'IN, H., Chemical


)osimerry Radiation (ATTlX, A.J.,
UCAPAN TEIUMA KASIH Ed.). Academic Press, ~ew York
( 1966}.
Kcpada Saudara Radi Harsono dan 6. ll1£RRRAKKF., E., SEHESTED, K. , and
Saudara Tri Hardono yang lelall meltbantu RA.MUSSEN~ L.D., Ihe reaction me-
chanism and rate ccnstants2in the
pelaksanaan iradiasi tli iradiacor gamna . . ~i ~
60 rad1olys1s of Fe - Cu solu-
. Co, Gamma-Cell 220 (AECL). tions, Radiar. Res. 66 (1976) 433 .
3~
OISKUSI harga C (Fe )-oya?
2. Ragaimana harga G-nya dibanding de-
ngan dosi0>eter fero-kupri su l f'at;
SUTJIPTO SUD11\0 tanpa pre iradiasi ?
I. Untuk penelitian dosimeter Fe-Cu, 3. Allpul yang digunal<an di "pre iradia-
apakah sebelum lradiasi pcrlu dibual si11 atQU tidak?
jenuh udara?
2. Larutan dosimeter tersebut berlaku HlRZAN T. RAZZAK:
'untuk laju dosis berapa? 3+
J. Harga C (Fe ) adalah 0,66.
3. Berapa harga G di sini? 2. H4cga G-nya sama.
3. YH, bcrsama-sama larutan fero-kupri
MIRZAN T. RAZZAK su l r .. r .
I. Tidak dibuat jenuh udara.
?. s~ma dPngan dosimeter Fricke. pada /1RLIS ZUBIR :
percohaa~ ini pengamatan dilakukan I. Hckanisme/proses yang terjadi se-
pada loj~ do<i< tPtap, y:1 j l u 2.01 vaktu dilakukao pre-iradiasi untuk
kGy/jam. menstabilkan larutan dosimeter fero
. 3. Harga G (Fe
3~
) - 0,66 . +kupr i sulfat ?
2. Kenapa dipilih dosis pre-iradiasi
TOMMY HUTl\Bl\RJIT : 1-2 kCy ?
Dari grafik hubung~n antaro dosis dan
C.OD t e r j ed i pcnyimpangan p ada dos i s HIRZAN T. RAZZAK:
k i r a-ek i e a 6 kCy. Mf:'.'k;::tt1i!;t1~ npa yang
I. ~ekanisme reaksi me~urut BJERRBAKKE,
tel" j ad i ?
E. dkk . (6).
2. Dosis cersebut sudah cukup untuk
MIRZAN T. RAZZA.K: menstabilkan larutan dosimeter.
Pcnyimpangan di sini terjadi karena da-
lam pcngukur an AOO dilakukan peng-
SYAFALNI
enceran ~chingga hat ini dapat menim-
Mekanis~e apa yang terjadi setelah di-
bulkan penyimpangan ha ege 0.0D dan
lakukan iradiasi pada fero-kupri sulfat
akibatnya tidak lagi berbanding lurus yang menyebabkan perubahan Japat op-
dengan dosis terserap. Mckanisme Teaksi
tik ?
menurut BJERRBAKKE, &. (6).
MTRZAN T. RAZZAK:
ROCHESTRI SOFYAN: Mekanisme yang terjadi ad al ah proses
I. Dosimeter fero-kupri sulfat pre-ira- oksidasi ion fero men j ad i ion feri. Re-'
d i as i ini apakah pemah ditentukan aksi menurur BJERRBAKKE, f.. dkk. (6).

275

.:
~.M. MJTROSUHADJO
I. Sampai. bacas be r apa jau1-, k ad ar fero
-kupr t sulfat dianggap cukup aman
cerhadap konsumen bahan maknnan yar.1:
diawetkan dcngan secara ini ?
Z. Penelitian Anda ini, tampaknya dapat
meningkatkan kerag~man yang lebih
tinggi. meskipun sccnra ••Ari•tlk
sudah cukup baik. ApAkAh sPhPnarnya
y•ng menjadi sasaran?

HIRZAN T. RAZZAK :
I. Dn•imctcr fcro-kupri nulfut lni di-
pukoi untuk pengukuran dosis iradl~-
~l tvr•ucap •aja, tidak untuk pe-
n111tw<1t~n makannn . Jadi, ridak perlu
di khmo111t i rknn kadar yang anon yang
un<la mnk.Aud.
2. So sar an j e l as adolah
untuk men.i ng-
kotkan daya kerja dan daya guna do-
simeter fero-kupri S•!f•• •~hingga
l ebi h 1nuduh d i gunakan l.1. cul, p engu-
kuran dosis iradi•Ri yane rliperlukan
dalam proses pPng~~etan bahan ma-
kan~n deogan car~ lradi~sl.

276
PENGAIWH l'ENYIMPANAN !)AN PEMANASAN l'AOA RAPATOPTIK l'OLIETILEN
TEREfTALAT PASCA IRAOIASI 1$ERKAS ELEKTRON

Kicky L.1".K.*, Gunawan*, 6an Rosmina D.L.T.*

A8STRAK

P[NCARUH PENYJMPAHAM DAN PF.HllNASAN PADA RAPAT OPTl~ POLir.TlLEN TER£FTALAT PASCA iKAIJlASI BERKAS
El..l;K.rRON. Suatu J'fll"<.nhAAn t e l ah dilal<ult.an untuk me11pelajari peogacull pen.yictpanan p•da suhu kanur dan
pe111:tna.1an p;.rt~ ke s c i en r~pat
eb l optikpo i e t i
l Len tereftalal pasca iradiasi. lt•sll yang deo Ipe l eh

menunj~kk~n b~hwa. untuk


••n•t•bilkan r~~At optik polietilen tecertal1l paac• itadi•si diperlukan
p4:'ny\mpanan sela111a 2 ~41111 eetetan pemana•~n pad• .,uhu so-c ee t am.a o.s jlt'll. •tau ptn7itnp.snan aelama ',5 ja•
setelah pe111tJn .. 11an pada •uhu .so•c sel~ma. I J<1n. al.au penyi11peo•" Af'l:ima 1.5 ja• Jetelah pemanas.')n pada
suhu 7~'C ~cl~&a O,~ j••·
~tau peoyimpenan t.cla•~ I ja• ••t•lah ~em..naswn p~dA subu 75'C selffllA 1 jam.
ttav penyimpansn $tla•a I jam set e l eb pe111.111••aao pada ~uhu 1oo•c scloma 0,.5 ja•, atau P*"Yi111p1nen $~la111.a
0,} ja• setelah pem~nasan pada suhu IOO'C 1elam• aj~m.

ABSTRACT

5fP~CT Of STORAGE A~1) 111\At tRtATKRNT ON Tile OPTICAL DRNSITY or &LECTRON BtAK IRRADIATED POLYETllYLENE
TEftEPHTRALATt:. An e eper teeec has !lf't::n dcoe to etudy the effect• of stor<tg,e at ambient tt:Dperac:ure and heat
treat~ent on optlcal den5ily sc•bilily or electran beaa iTr3diat•d polyechylene ttrephthaloce. Th4!
reaulls shoved th3t in ordcf to stabilize optic•l den3it1 of i~r~diated p~lyethyl~nP- terephthalate. the
samplt$ 5hould be stored fot 2 hours ~fter heat creatnc~l At tC011peretTe or so•c for O.S hour•, or scored
fOt ).5 bcur s af te r heal trc>atnenl at tcmp('t3(Ure or )O•C for 1 hours, ce e teeed tee l.S hO\JTS efrl"l' heat
trf':atcient J( t eeper et.ur e ot 7S'C for O.S hnur , Ot $toted tor I hour after heat cr.e•tncnt at t.•uperat1.1rtt
or 7~•c for I houts, or itortd for I hour a(tt"f heat ttCAtment ~t tempcr3~ure 1oo•c for 0.5 hcurs, or
storc:d for O.S hnttrs alter ht••\C treatment at t eepe rat ure of I00°C tor I hour ,

rENDAllUlUAl'I dosimeter, yaitu ~Alis~h antara r apat,


op t Lk dosimeter •P.belum dan sesudah
Polietilcn tereftalat celah lama iradiasi yang diukur dengan menggunakan
d i kene l dan d i gunak an sebagai dosime- •pektrofotomete·r pada panjang gP.lombang
t er , terutama dalam peoentuan dosis JZS nm (2, 3). Kelemahan dosimeter po-
iradiasi be rkas el.cktron (I). uae r an lieLilen tercftalat adalah rapat optik
pengukuran dosimeter ini melipuci dae- sett>luh il'<1diasi mcngala:ni penurunan
rah dosis antara JO kGy sampai 1000 dan b"ru akan stabil sctelah disimpa.n
kCy, bP.rg .. ntung pada ke t cba l annya , se- pada suhu k•1nar (26-30°C) se Lama ~ 2~
makin tipi~ rlo~imeter maka kemampuan jam. MenuruL BOAC dkk (I), lama pe-
pengukuran dosis "kan semakin tinggi nyimpanan setelalt iradia&i sangat bcr-
pula (2). Pengukuran dosis iradiasi di- gantuog pada tebal dosiUJeter serta
dasarkan pad" perubahan rapat optik besar dosis iradiasi yang ditcrima.
Kestabilan pengukuran rapat opcik dapaL
dipercepat, yaitu dengan menempat-
• P\lsat Aplika~i Is.otop d;an R.adiasi, BATAN

277
kan dosimeter yang telah diiradiasi ke diiradiasi dengan kondisi cegangan pe-
dalam bejana berisi oksigen (o2), de- mercepat sebesar 300 kV, arus berkas
ngan jalan demikian kestabilan peng- sebesar masing-masing 20, 30, 40, dan
ukuran dapat dicapai ••telah 4 - 6 jam 50 mA. Kecepacan konveyor diacur se-
(2).
hingga dosimeter menerima dosis ira-
Dalam percobaan ini, pengamatan diasi sekitar 50 kGy. Perubahan rapat
ditujukan kepada pengaruh pcnyimpanan opcik dosimeter diukur dengan meng-
dan pe!rulnasan pada rapat
optik po- gunakan spektrofotometer pada panjang
li'etilen tereftal.1t yang telah diira- gelombang 280 nm. Dosis terserap di-
diasi dalam usaha untuk mempercepat hitung menurut TANAKA dkk (5).
kestabilan pcngukuran rapac Oplik dan
penentuan dosis iradiasi.
Dosimeler PET yang telah
dipotong-
pocong sesuai dengan ukuran yang telah
BA HAN DAN METODe
ditentukan kemudian diiradiasi dengan
BahaH. Polietilen tcreftalat (PET) dusis 100, 150, 200, dan 250 kGy.
yang digunakan pada percoba~n lni ada- Iradiasi dilakukan pada kondisi tegang-
an pemercepat sebesar 300 kV, arus
' berupa
lab buatan Toyo Rayon Jepang,
lempengan dengan tebal 0,040 mm. Ke- berkas sebesar 20, 30, 40, dan 50 mA.

s e r agemae tebal b ah an sebe sa r + J ,5%.


dan pada ke cepat an konveyor t e r cenr u ·
Dalam pcnggunaannya, lempengan poli- sesuai dengan hasil percobaan terda-
ec ilen tereftalat dipotvng-potong se- hulu (Kalibrasi Kecepatan Konveyor Me-
hingga bcrukuran panjang 50 mm dan sin Pemercepat Elektron).
lebar 12 mm: Sebelum digunakan, lem-
pengan tersebut terlebih dahulu dicuci Pn.oou Pentt1Ul.6an da.n Peny,U,,i;ia.nan
dalam larutan ecanol, kemudian diba- PaU.e.W.en Te..1:.e6tatat, Pemanasan PET
suh dengao menggunaka11 kertas halus yang telah diiradiasi dilakukan dalam
(''tissue''). Dosimeter selulosa triase- oven suhu pada 50, 75, dan 100°C selama
tat (STA) cipe FTR-125 batch-I, buatan 30 dan 60 mcnit. Setelah itu dosimeter
Fuji Phot.o Film Co., Jepang d i gunakan d.isimpan p adn suhu kamar (26-30°C) pada
sebagai pembanding dosimeter PET. kelembapan relacif sekitar 60% selama
0; 0, 5; I ; I , 5; 2; dan 24 jam. Peru-
Ka.l.lbltJUi~ Kecepa.ta.n Khnveyo4 Me- bahan rapat optik, yaicu selisih rapat
6~n Peme1t.cepa..t Etek.tltott. Kalihrasi
di- optik scbelum dan sesudah iradiasi,
lakukan dengan menggunakan dosimeter diukur dengan menggunakan spektro-
STA. Dosimeter diletakkan pada keting- fototteter merk Perkin Elmer Lamda-5
gian 5 mm di atas knnveyor, kemudidn pada panjang gelombang 325 nm.

278
HASIL DAN PEMllAllASAN Tabet 2 dan 3 menunjukkan peru-
bah3n rapat optik PET pada pP.nyimpanan
Tebal pol ietilen tercftalat ialah
selama 2 ja:n secelah pemanasan pada
0,040 • 0,003 mm, sedang rapat op-
subu s~·c selama 0,5 jam dan penyim-
cik dosimeter sebelum iradiasi iolah
panan sclama 1,5 jam setelah pemana•an
0, 153 ~ 0,002. Rapac optik P~T sebelun
peda suhu yang sama selama I jam. TabP.l
iradiasi relatiC s~ma sebab itu dalam
4 dan 5 menunjukkan perubahan rapat
pcrcobaan ini penguku~an rapal optilr.
optik PET pada penyimpanan selama 1,5
dosiocter sebelum iradiasi tidak dila- · 75°C
Jam sete lb
a p~msoasan p3 d a suhu
kukan pada setiap pcngamacan.
selama 0,5 jam dan penyimpanan selama I
Tabel l menunjukkan hubungan an-
Jam setelah pemanasan pada suhu 75°C
tara kecepatan konveyor, arus berkas
selama I jam. Tabel 6 dan 7 menunjukkan
dan dos is ce r se r ap yang d iulr.ur de-
perubahao rapat optik PET pada pcnyim-
n Ran dosimeter STA. pemanasan
pan an selama I jam setelah
Iradiasi PET dilakukan pada lr.on-
pad a suhu 1oo•c selama 0,5 jam dan
veyor dan arus berkas seperti tersebuc jam setelah
peny i01panan selama 0,5
dalam Tabe 1 1, s e dang dos is irad i as i
pemanasan pada suhu 1oo•c selama I jam.
yang dikehendaki diatur dengan mela-
Hasil percobaan tersebut menunjukkan
kukan iradiasi berulang-ulang (mcrupa-
babwa pada dosis yang sama, arus ber-
kan kelipatan dosis 50 kGy). Dengan
kas yang merupakan fungsi laju dosis
cara demikian maka dengan mudah dapat
ternyata tidak berpengaruh nyata pada
dilakukan :radiasi dengan dosis sama
pcrubahan rapat optik PET (P<0,05).
dan a r-us berkas berbeda.
Cambar 3 menu~jukkan bubungan an~
C.ambar dan 2 menunjukkan pe-
cara perubahan rapat optik PET dan
ng ar uh penyimpanan setelah pemaoasan
dosis cerserap yan~ diukur dengan dosi-
pada perubah~n rapat optik PF.T yang di-
meter STA.
iradasi dengan dosis sebesar 100 kCy.
Kcotabilan rapat optik PET (sebesar
KESIMPULAN
0,064) terc3pai pada penyimpanan selama
2 jam setelah pemanasan pada suhu so•c H3sil percobaan ini dapat disim-
sclama 0,5 jam. Perubahan rapat op- pulkan scbagai berikut.
tik PET mcnunjukkan nilai yang sama I. Penyimpanan dan pemanasan sangar
(stabil) S•mpai pcnyimpanan selana 24 berberpengaruh dalam pencapaian ke-
jam. Pada Gambar 1 dan 2 terlibat pula st~bilan rapat optik polietilen te-
bahwa kestabilan perubahan r apac optik reftalat sctclab iradiasi (pasca
akan Leb ib c epat tercapai apabila suhu iradiasi).
dan Lama pemanas an dinaik.kan. 2. Pada dosis aama, aTus berkas yang

279
merupakan fu~gsi laju dosis tidak DAFTAR PUSTAKA

berpengaruh pada rapat optik poli-


I. llOAG, J . W. , DOLPHIN, G. W. , and ROT-
etilen tereftalat. BLAT, J., Radiation dosimetry ,by
transparent plastics, Radiation
Research 9 (19S8) 589.
UCAPAN TERIMA KASIH 2. RITZ, V. H. , A Note on mylar film
dosimetry, Radiation Research 15
Ucapan terima kasih disampaikan ( 1961) 460.
3. OSHIMA, Y., and TANAKA, R., Radiation
kepada Sdr. Bilter Sinaga dan Jumsah, dosimetry by polyethylene tereph-
scar Instalasi Iradi.asi, Pusat Aplikasi thalatc, NSJ-Tr-125, JAERI (1968).
4. TANAKA, R., YOO, Y.S., and TAMURA, N.
Isotop dan Radiasi, Batan yang telah The use of polycarbonate film in
high-level electron an<! gamma do-
membantu dalam pelaksana pecobaan ini. simetry, JAERI-M 7000 (1977).

280
'1'11h1•I I. lh1hun1111n 11ntnrn \ctcptt&i knnvcynr, nru' hl!r\R: d11n dn1l•
ter,eoro.p y1rna 1llulur dl!'flt&n <1os111e:tc1" ~c\uln:i• t.1l1t$ct11t.

~l)('f'pllllUI !\Yu~ bcrkall 1:r1.r, i~ t;rlltrap/pa~


konveyo1• ( m.\) ( kf:y j
hn/111en it)

5,'.J 20 50
h,) 30 50
10,,0 40 50
1?. .e 50 50

1.,l1tl 2, Per1ih:thl'ln ra;tat npttf Pl~T setcl.~h pcrr111n11~an padR ~ahu


~O'I('. ..,..,.1nma !l,!• '""' ~erta ~nytmrnnnr rwtcl•h J)cftAAas-
•11 ~~'""" i J~ll.

30 40

10() 0,06~ o,OG4 0,064 o,06l


(0,001) (0,001) (0,001) (0,001)

,~;o O,C71 0,071 0,012 0,073


(O,C{)1) (0,001) (0,001) ,(0,002)

?00 O,OH2 • 0,08J Q,06) o,063


(0,001) (0,001) (0.001) (0,001)

2',.10 C,097 0,097 0,096 n,097


(C':,OO;) (J,001) (0,001) (0,001)

•) reru,3han T11Pnl optik di~~rtat den&en ~inp&nRan h11ku


•lflri .'i 11lnnJ11n

fal.lt'l 3, Pe:uh1Jhan rapat Ol)ttk Pf.T $etelal'I 9e:man•111111 p1da $uhu


SOQC sclama. l j-am, :;ertn pe:nyl"'l)anar • .!l1::tel•h pcruina.sari
sclafU I ,S '&ll.

20 lO 40 so

100 0,064 o,062 o,064 o,063


(0,001) (0,001) (0 ,002) (0,001)

150 0,071 0,012 o,on o,on


(0,001) (0,001) (0,002) (0,002)

200 0,082 0,08) o,063 O,oSZ


(0,001) (0,001) (0,002) (0,001)
0,097 0,097 0,096 0,096
250
(0,002) (0,001) (0,001) (0,001 l

·1 Feruh,han l'ap"t. 1)p:l•. discrtA~ deria•.n ~tnpan1•n h&k\:


.rl11.rt l "111n~.11n.

281
T111),.! .t Pc.,.u+•:rh;in. rApi\t <>pti .,_ rfT .toe~t:lah pen:111n~1u1 pad;t sut.u
'~°<' .i;r:l1i1J:i 0,S Jn•. r.erc~ l'lt'r,yilflp•U•lln ~~lt:liah pc:na·
na:t.an 'lel.1111'$1 1,r. iAm.

Aru'I bt:)·~~:..
IJ04 i~ (ml.) Pcrubaha:i rap;it optik •)
tcrserap (k.Gy)
20 lO 40 so
100 0,063 0,06) :.'l,06it 0,064
(0,001! (0,001) p,002) (O,OOQ)
150 O,Cf12 0,071 o,.'72 0,072
(0,001) (0,001) (o,.;~1) (O,OOt)
2-00 o,oP.) o.ona 0,082 o,083
(0,002) (0,001) (0,001) (0,001)
2,0 0,0~6 0~7 0,:>96 0,095
m.ocn (0,001) (0,001) (0,001)

•) reruh.;i"~" rRpAt l)ptll dl1!('1't&l den2i1n .\lnp11n1i1n h.tlcu


1lari ' \1lan1An

T:thel s. P"};llhah::i, r::rrat optik Pf-:T r.ctetoh JIN•on1J:11u1 pMiA .suhu


7S C: !iel.1m;i J Jnm, .,('rt:r pen)':i11psnri.-. i:etel:ih p.t:1JAn"san
5<'l an1o1 1 j:im.

~ ,\tt.1:"1 hcTlc&~
Peruhah•n raria t optic. ')
"'" ;, -....;.;.~
terserap(k<o/J.
so
'" 30 40

1 co 0,061 0,064 0,064 o,06l


(0,001) (0,001) {0,001: (0,001)
1~0 0,012 0,071 0,012 0,072
(0,001) (0,00') (0,0011 (0,002)
20Q 0,00) 0,002 o,ot>2 0,063
(0,002) (0,001) (0,001: (0,001)
250 0,096 0,097 0,096 0,096
(0,0<\') (0,002) (0,001) (0,001)

• J r~rubahan rapat opttk dt!itTtlli si1f!Pana11n hnk11 ~h1ri


l li.elJ ulancar..,

282
T4b•1 6. Pcr8t'l'h1n 1·trp•t nptil< J't'.T aetcl•h pc~An1s•n po.da ~uhu
100 C sclnmi. 01S >n.111 r.ert& ptnyhnp:i.n111n se ee r ..h pema ..
n•9An aelt~• I jam,

f'trth•han r11rnt npt I k ·i

lO JO •• so

100 0,06J 0,064 0,06) 0,064


{0,001) (0,001) (0,001l (0,001)
·,~o 0,011 0,072 0,071 0;011
:0,001) (0,001) (0,001) (0,001)
200 O,()f\~' 0,082 0,002 0,082
(0,001) (0,001) (0,001) (0,~2)
250 o, oso 0,096 0,096 0,097
(0,001) (0,001) (0,001) (0,001)

"I re:ruhohnn rflp1tt nptik tHsertai dcnta.n !!lmp•naM b•\u


duri J 11lAftt11n.

T11hel '1, PcrMbnh1tn rnrnt ...rttk r1:T r.ctel1t'' pomanasin pad.a suhu
100 r: <iclan:i. J j:ilfl, ~cr:n. pc11y;np11nJJn :;etelaJ\ p~anas-
11n !\CI rnHl U ,;, ji'lm.

r~rut•eh•n rl'lpat opt ik •)

10 J~ •• so

100 0,063 0,064 0,063 0,065


(O,C01) (0,001) (0,001) (0,!)02)
150 O, C'71 n,·:".171 0,071 0,010
(0,901) (0,001) (0,001) (0,001)
200 o.caa 0,082 o,oa2 0,002
(0,002) (0,001) (0,001) (0,001)
2:;0 0,095 0,096 0,096 0,096
(0,00:?) (0,<><>1) (0,001) (0,001)

•) Pctub•han J'8f18t optik dl~er-t.at deng&n s,h1ptn1•n b1ku


dal'l l 'Jl•"I"'°·

283
0,1

T~.&.,ll."I ~~C('p.ll >CO kV


Jonis be:r\:as 20 ..
0,1
00
e
~
~ O,l
0
~
~
••
I
~

~
• o,o
~

,,.,
0 o,s
--. --- -·· r.s
--~~---
2,S
v.icu i:•n,l~&n1.ri CJ•>

(.nhar I. '•"f•nih pe'll7i.apu.art Ju pea1na.5-•11 p1da peruh1han r1p1t op.


tii pntie-tiltft t•rert .. l•t rant t!ii:dtui d~nga.ft dosts
110 •Gr-
• '" tanpe ,ea.anas.aa
0 • pt"btaltta• plllt'• 'lu•u 5A:C Sf>)UU 0,5 Ju
6 • ~,•,.•r p.11Ja '!i\lihu 75 C stlaaa 005 jo
O• ~•.s•r pad. u•u lCOl"c."lel•- 0,5 j,.n.

0,1~

tc.1an1an pc91e-rcep1t .. 300 kY


Aru.s berk1.) ?n a,t
- 0,11

!
:-•
: 0,1

ie
I
1i
..•
~

t__~~ --. ---.------.- -~--~-<~


e O,S • I ,S
Wa.ttu pmy1ap1111 (J•)
2
'·' 2•

C.1111b&:I' 2. hi:11n1h peayiapaAU. dan ~-1\ltaft p1d1 perU)LJiari Taf&t op ..


tt• polietllcr 1cr~lt•lat >•"I dliradlatl 4t":lllft dotls
... ICy,
.. • laHJI pcs.i!tL'IM\
0 .. pc-.rwisut p..da sl.Jhu sa°c; teJa..... , ..
A • peaana.s&n pada aoha 1~C sela,.. J•
a• r<t••n••.,, p-.f.a sd\u 1ooOc 51 la111a. J••

284
0,100 Tc1•111an
pe•ercep;i_t JOO lV
20 ...
""" Mr•as

0,0,0

g
.s
'
- .. 0,010
"0

..e
"•
0,010
/
1•
'~.•!
n,oht'I
/
>• IOO l>O l>O
Oos1s tttsnai> (t:er)

G....,•r l~ lluhu:nca.n a.."'lt•r• penlblh••


np1t optlt 4otta•t•T
polletl1t'ft tercftal•t dan dosit te:r-sl!.rlp ran1
diulur drtftl.,. dnsiaf:tC"r scl•los• t:.rl1sctat,

285
DISKUSI

MARSONCKO : t uk s i ne r o juga bisa a sal laju dos i s


Rerapa k e t e Li r i an do s i me ce r ini ? antara dan 1000 kGy, hasilnya akan
sama.
KICKY LTK:
Ketelition sekitar 3 pe~~en. SUTJIPTO SUOIRO:
I. Apakah prosedur dosimeter PET mereang
SOEDIJATMO :
harus d ipanaskan menuru.t pabr ik yang
Mengapa waktu yang dipilih merupakan membuat?
kelipatan-kelipatan setengah jam? 2. Perubahaan apa yang mungkin terjadi
se ce Lah peman·asan ?
KICKY LTK:
Bukan dipilih melainkan basil percoha- KICKY LTK:
an, yang dipilih hanya waktu r•manasan I. Tjdak ada prosedur tersebut dari pa-
pada setiap perubahan suhu, yaitu 0,5 brik yang membuat. Proses pemanasan
dan jam.
sctclah iradiasi adalah suatu usaha
uncuk mempercepat tertapainya kesta-
KAOARIJAH :
optik dosimeter PET.
bilan rapat
Dosimeter polietilen tereftalat yang
2. Iradiasi pada PET akan menghasilkan
Anda pelajari adalah untuk clektron be-
radjkal-radikal yang umumnya akan
am. BagairnAna kalau dipakai untuk sinar
terperangkap dalam PET trapped radi-
T, apakah sama hasilnya?
cals), untuk menentukan perubahan
yang terjadi harus ditentukan dengan
KICKY LTK :
ESR, di PAIR belum ada ~lat terse-
Bukan hanya untuk berk~s elektron, un- but.

286
STUDI METOOE HAMBURAN SJNAR-X SUOUT KECIL

Krisna Murni L.*, Toga Siagian**, dan Albert Sihombing*"•

AJSTRAK

ST~Dl HliTODI! HAJtllUltAK SI1"R-X SUDUT lfCI~. tolah dlp.loj•rl aetodt Ba•~vran Sinor-I Svdut Keell
untult l•rul•n •nctr. Uraian •<1:nc:atup duar e eer L, in1truaien:a1i SA.C-6 ShiMdzu. T•duk1i dat1 dan
•k•pariman d11~r. O•••r teori •••baba' 1ec1r1 khu•u• p.tn•nt~•n par.-.ettr Jarl-Jar{ 1tra1i, YOlUIMI dan
beret mol•kul pattikal ••l•lui 11.urv• lnt•ftlil•• it•Jll:M.tran p•rtlk~I. Ufttuk .._.,arlancar p.rou1, radukai
dGtk tal•h di1Iapkan proar .. ko-ipuc1r yana ••nahicuna lntan1ita1 parti\•l penaf\a•bur c.npa kor•k•i
geO•~tri l~•cructen. Ck•p•ri-.e~ da1ar telah dilatukan aanurwt petu:njuk liter•tur. Di1ispulk1n b1hv1
incen1it1• •inar-X yang datang kurang tin91& untuk 81C_.erik.an dAt• ha.buT•• 1•na lalk untuk d1olah.

ABSTRACT

STUDY 01 SMALL AlfCt.t X•IA'f SCATIUJMC KITllOO. The Sul l An11c X-ray Sc•ttat' it1& .. tbod h•I 'betn
•tudltd tor tha c•••
of dilute liquid •olutioo. O.acrlption of the ba•ic theory. IAG~6 lhf.aadau
lntCl'lifMn~ and data r•duct\on at• pre•ented ••well •• th• s>r·ell•lnary 'experiMot. Ol1cu.11loo o'J. the
baaic theory to th~ determination of the radiu• of aycet!on, voll..lllM. and ~ol4tculcY weiaht of the p•rtlcle
b•••d on the it1teRaity c:\lr""lc ot the partic\llate •catterin,g. Th• radu.ction. data aethod ha• been
iapJemented bJ meaoa of• co•puter progcao which calculate the intenalt1 ot the 1catt1rin1 perticle
without geDlllttry 1a1~rument cotrcctlou1. Preliai.n•ry c•peTlaent hat been done in eccocdanc• with the
in1truction of literature. It 1- round that the inten•ity ot X-re71 doe• not produce ada~uace •c•tterina
d•t• tor ae1nir.gful •naly1i1. '

FENDAltULUAN sekitar 10 sampai 1000 Angstrom dalam


larutan cair maupun padat.
Hamburan Sinar-X Sudut Kecil
Parameter yang dapat dianalisis
(Small Angle X-ray Scattering atau
melalui metode SAXS adalah ukuran
disingkat SAXS) telah dike.nal sebagai
partikel, bentuk, massa, dan distribusi
metode untuk penelaahan struktur par-
elektroo partikel. Teknik analisisnya
cikel berukuran koloid. Metode ini la-
telah berkembang dalam variasi maupun
zimnya mengamati hamburan pada audut
mutunya, antara lain teknik "atlas0,
sekitar 0 sampai JO derajat serta banya
teknik aproksimasi dengan bola-bola
dapat digunakan jika sistem yang ditin-
pejal, teknik "label" serta teknik aoa-
jau mempunyai inhomogenitas kerapacan
lisis fungsi distribusi jarak. Analisis
elektron. Dengan demikian. metode 101
terhadap partikel dalam hal ini, aelain
dapat digunakan uncuk menyelidiki ma-
menyelidiki struktur global partikel,
kromolekul. at au pol imer
.-dalam orde
. juga sampai pada penyelidikan scruktur
• Pusat Aplika.si lsoto·p den Radi•si, BA.TAN bila terdapat inhomogenita• kerapatan
•• Pusat Penelitian Te)nik Nuklir, IAfA.~
••• Pus•t Fer•nakat Nuklir dan Rekayaaa, ~TAH elektron pada partikel itu 1endiri.

287
~erdasarkan ha! tersebut, metode ini pi k , dalam vakum, di s i nae i oleh be r-'

be r gun a untuk merepelajari morfo1ogi ka~ sinar-X, mak~ elekt~on-elektron


pare i.ke l . dalam molekul akan menghamburkan si-
lr.tensitas hamburan fune,; i sudut nar-X dcngan intensita3, I{h), yang
yang merupakan besaran yang d:ukur berk3it~n dengan struktur molekul ~e-
langsung dari eksperimcn dapac sP~ara b3gaimilna dinyata.kan oleh pe r s amaan
langsung memberikan informasi mengenai
beberapa parameter. P~rameter-pa~aaeter f(h) e \:f.J f.f. sin hrij_
l 1 ) ------- 1)
tersebut adalAh jari-jari girasi, volu- hrij
h- 4•sin 9
mP. p~rtikel~ berat ~olekul, dan fungsi ~ dcngan ze menyaLakan suduc
d Ls t r i hus i j ar ak , Parameter tersebut antara berkas sinar datan8 dan sioar
d ap ar mE>mberikan k ont; r ibus i untuk mcla- I 0terhambur;
panjang gelombang
kukan analisis sec ar a ke s e Lu euhan d.l:ri
lJ = j a r ak an t ar a atom
.sinar-X; r .. Ke
partikel yang ditinjau. dan j dalam molekul dengan penjumlahan
Uraian dalam ro~kalah ini akan me- di1'11mkan t e rh adap seluruh atom. f.
2 l
nyajikiln hal-hal yang meujadi elcmen t.!L-J
'meZ : 1. (h) ana J og dengan f. adalah
J
untuk menerapkan metode SAXS. Hal-ha! f panjang hamburan ato~ ke i yang dapat
terschut terdiri atas dasar c.eori. jug a dipandang sebagai t ras formas i
instrumentasi, reduksi d~la serca eks- t'ourier dari distribusi k e r apar an ,
pc r i men. Pcmbahasau dilakukan untuk elekcron atom ke i. I(h}• banyaknya
s i s t em berupa Lar ur an enc e r , di mana focon yang dihamburkan oleh molekul per
c f ek Lnt c r aks L aotQr partikel di dc:t!am satuan sudur ruang pada suatu h. tanpa
Larucan dapat di~balkan. Uraian coeri me~perhitungkan koreksi polarisasi.
mencakup pemb<"hat:ian paramecer jari-jari
Bila si$tem yang disinari merupa-
gi ras i , volu1ne partikel, dan be r ar t • kan La r u t e n po l i.me
· r , maka pe r samaan ( J )
molekul pa r t Lke l . lnstrumencasi yang
m~sih ~apat berlaku, asalkan larutannya
digunaka11 adalah Small Ang:e Goniometer
s.:ingat encer dan fakcor fl (analog
(SAG-6) buatan Shimadzu. Selain itu,
dengan f.) diganti manjadi f .-v .P me-
program kompucer disiapkan pula u~tuk J 1 l
rlg ingat adanya medium pelarut.
Pak tor
mereduksi data intensitas hamburan eks-
v.I adalan volume yang tidak dapat diisi
perinen menjadi intensitas hamburan
oleh pelaraL karena adanya atom i,
parcikel tanpa koreksi geometri instru-
sedangkan P = rata-rata kerapacan pan-
men.
j eug h ambu r an pe la rut.

TEORI l-\enurnt G\lHlU.a ( l'H9) yan11 di.ku-


tip olPh PETER 8. MOORE (l,p.362) kurva
6ila suatu molekul tunggal isotro- rt(h) dari setiap molekul pada nilai h

288
kccil setalu berbentuk Gaussian. Perbe- kel, V, sebagai berikut
duan an t ar a molekul-molekul yane lain
. 2 T (0)
bedanya h any a terletak pad a lobar G•us- v =in~~--------------------
Q 4)
siannya. Melalui ekspansi deret panekar
persamaan terhadap hr dan mempPr-
(I) PenPntuan voiume partikel dengan cara
hatikan dua suku pertama deret c e r s ebut ini sAngat bergantung pada ketelitian
dapat ditunjukkan ANDEREC ~-.!!! (2,p. mengekstrapolasi menuju sudut nol untuk
329) bahwa kurva I(b) untuk h kecil mempcroleh I (0) dan ekstrapolasi me-

ad a Lah Gaussian di-Jn Lebe r Gau s s i nnn ya nuju sudut besar d•lam memperoleh Q.
memberikan informasi mcngenai jari-jari Bila ''intensitas absolut'', yaitu

glrasi parlikel polimer. Untuk h kccil: intensitas dihagi dengan in-


hamburan
tens Lt as datang diketahui maka berat
l 2 2
r [h) "' I (0) exp(-J R9h > ------- 2) molekul partikel dapat dihitung. KRATKY
(1951) menurunkan perumusan berat mo-
Oengan de11ikian, kurva ln I(h) tcrhadap lekul dari I(O) yang dikutip oleh GLAT-
h2 akan tinier. Ekstrapolasi menuju h•O TER (3,p. 151) sebagai berikut
kurva tersebut akan memberikan n i La i,
M = I (0) 21,0 .a2
1(0), sedangkan kemiringannya reembe r i-' p llitz,d.O -----·- ... ---- 5)

kan nilai jari-jari girasi, R


s dengan
Jari-jari girasi pada hakekatnya 6e:-;ata11 I I Ix 1 t) dt dx
P s
a o
adalah jari-jari inersia dalam mekanl- I0(x,t)= intensitas datang fungai dari
ka. Besarnya sama dengan akar kuadrat tinggi fukus (2t) dan lebar fokus (x).
rata-rata jarak semua eletroo dad Sedangkan ~z2 = (Zz-v~p·) dcngan v2•
pusat gravitasi. Dengan demikian, jari volume spesifik partikel sebanyak z2
-jari girasi merupakan parameter yang mol. Satuan konsentrasi pa~tikel, c,
memberikan gambaran secara intuitif adalah (g/cm3) dan ketebalan sampel d
mengenai panjang pertikel. dinyatakan dalam cm.

Menurut POROO (1951) yang dikutip


o l eh O. GLATTER (3,p.153), besaran "in- IN$TRUM£NTl\SI
var i an'", Q, d i be r ik an oleh persamaan :
Pada prinsipnya, instrumentasi un-
Q =of - I(h) h2 dh ----------·---- 3) tuk eksperimen hamburan sinar-X sudut
kecil dapat dibagi meojadi tiga bagian,
Kombinasi besarny~ Q dengan intensitas yaitu pembangkit sinar-X, spektroaeter
hamburan pada sudut nol I (0) dapat eina:r-X, dan s i st em penc e t at an . Dal am

dipakai untuk menentukan volume pa~ti- eksperimen ini, instrumen yang digu-

289
nakan Small Ang!~ Goniometer (SAC-6)
buata:t Shimadz11.
KomronPn pembangkit sinar-X berupa
Sist~m detektor yang digunakan adalah
tabt1113 .c. i nar-X yang d ~gunakan da 1 am
detektor sintilasi.
pPrr1l ... tan ini ttdalah Cu dengan kf.tpa-
Kalibrasi instrumP.n inl pada pr1n-
.c; i t .:-1s maksima.l 60kV, 2kW. Tegan grin op-
sipnya terdiri atas riga tahap. Tahap
t imo I c ahung ~inar-X target Cu adc Iuh
pcr t ama , mengn t u r k edudukan gon i ome r e e
3-4 k~li vk dcngan vk odalah tegangan
agar bcrka~ sjnar yang keluar selu-
Qk•itusi kulit k Bari targcc Cu (4).
ruhr.ya ma suk ke dalam blok kolimator
V a d a l ah 9.0 kv , o lch k ar eun itu,
k . cu dan t e r t angk ap oleh detektor. Tahap kc-
optitr.HL pembangkit sjnar-X
rl11a. mcncari posisi incesitas maksimal
terletok di antnra 27-36 kV.
dalam keadaan slit blok kolimator dan
'fnbung sinar-X anode Cu tersebut
slit detektor terpaeang. Dalam ta-
mcmpun yu i. jendela pemanc e r e n si11~r-X
h~p ketiga, kedudukan dctektor diatur
att;Ju fokus yi'.lng berbentuk garJ.~ <lan
s~mpai di~pl3y pengcndali posisi sudut
b e r uku r an 0. J x 10 mm. Fokus .i u i d i Le-'
mcnunjukkan a~gka nol yang berarti
takkao vt:rtikal.
posisi intcnsitas maksimal. Hasil dari
Kame r a spek t r ome t e 1· SAG-6 Sit i madzu
ketigo tahap kalibrasi tersebut diper-
ada 1 ah kamera t i pe s 1 i l yaitu, kamera.
l Lh nr.knn grafik ku r vanya pad·& Ca:ubu-r 3.
yang sistem ko 1 in1«S i. nya U i b angun oleh
"Bl ank-r t e s t" yaitu penc ac ehan da-
sis tern slir se pe r t i cerlihac pads G..-1m-
Lnm k on d is i ek s pe e imen a e sungguhnya ,
bar dan Gambar 2. SI i r I dan 2 her-
tetapi tanpa sampel perlu dilHkuknn
fungs i s ebaga i ko l imo t or sedangkan slit
un t uk me Li b a t; d i pe r gens I b e rk as s i nar
J be r fung s i untuk menyerap h ambur an
langsuns dan intensitas l~Lar belakang
parasic pada daerah sudur kecil yang
yang akan digunakan seb~g~i batas dan
di sebabk an olch slir I dan 2. Dengan
ko r ek s i Ln c ens Lt as hambu r an . Gambar 4
demikian, pengukuran intensitas hnm-
ud e l ab kurv a blank-Les dengan uku r an
bu r an unruk penghambur kuar dapat
slit dan jarak seperti yang ditunjukkan
dimulal dari garis 3 atau 4 (Gambar 2).
d a Lam Ca1ubar I. Divergensi sinar lang-
Bila penghamburnya lemah, sudut ham-
suug , b ;II 0.070°.
bu r an minimal yang dlamati, £0 adalah :

sin e0 a __ ',a RF.DUkSI HATA


F
---------- 6)
Dato yang diperoleh dari ekspcri-
men bcrupa kurva intensitas hamburan
don maksimal ukuTan partikcl, D, adalah total bukan merupakan intensit~s ham-

290
bu ran part ikal )'.ang hendak ditinjau. makalah ini menggunakan ekstrapol•si
Untuk mcndapatkan intcnsitas partikel, linicr yang mengasumsikan pengaruh kon-
dilakukan pcngurangan antara intensitas scncrasi lemah dan konsentrasinya juga
larutan, r2(h), terhedap In t cns i r as rendah.
pe La rut , I1(h). Suku lif(h), oleh LUZZATI (1960)
Intensitas larutan merupakan ku- yang dikutip oleh K. MULLER (3,p.232)
adrat jumlab dari amplitudo bamburan memenuhi pers8maan
semua jenis iohomogenita8 ke~apatan•
elektron yang dilintasi berkas sinar + rif(h) -------- 10)

sebagai berikut :
yang mana pada h besar nilai lif(h)
konstan. Kemiringan kurva r3(h). h3.

terhadap hl memberikan nilai konstanta


Iif(h). Oengan demikian intensitas
masing-masing adalah amplitudo hamburan partikel sesuagguhnya, l(h), dapat di-
seluruh sampel(s), volume partikel tak peroleh. Program komputer untuk meng;,
terlarut (v), partikel berukuran koloid hitung l(h) telab dibuat.
(i), partikel berukuran lebih kecil
dari koloid (if), dan pelarut (sf).
t:K:SPER IMEN
Suku-suku A dan A. merupak.an elemen
v •
dalam hamburan partikel, A. Karena Langkah-langkah untuk pengukuran
ukuran sampel jauh lebih besar dari rutin metode Hamburan Sinar-X Sudut
ukuran koloid, maka A2 dan suku-suku Kecil telah diuraikan dalam literatut'
perkalian dengannya dapat diabaikan. oleh K. MULLER (3,p.216). 8agian eks-
Dengan aproksimasi demikian, selisih perimen berikut ini dimaksudkan untuk
I2(h) - 11(h) menjadi membuat catatan dari prakcek yang telah
dil~kukan menurut anjuran dalam lite-
ratur tersebut.
Untuk mengataai kesalahan peng-
di mana Jp adalah suku-suku interf~ren- ukuran titik
si antar partikel. - Helakukan pengukuran dengan modus
Untuk mengeliminir JP dilakukan "step scanning" berulangkali kemudian
ekstrapolasi menuju konsentrasi mende- diambil nilai rata-ratanya. Dengan
kat i no l , at au kondisi Lar ut an encer. ·demikian, fluktuasi intensitas dan
Sederetan kurva I(h) untuk berbagai . I • • II I
prob 1ema ket1dak-stabilan pOSLSl co-
konseatrasi kemudian diekstrapolasi unter" dapat dikoreksi.
menuju konsentrasi nol. Metode dalam - Melakukan pengukuran berulang dalam

291
selang lebih p~ndek adalah lebih baik lisih kerapatan elektron antara parti-
daripada sekali·gus seluruhnya. Prak- kel dan pelarut, acau yang dikenal
lek tersebut untuk mengacasi kemung- dengan sebutan kontras. Untuk pengukur-
kin an adanya kesalahan sistematik an hamburan partikel dipilih kontras
eksperimen. Dalam hal tidak ada ke- maksimal. Dalam hal ini peranan pelarut
salahan sistematik eksperimen, maka dan persiapan sampel sangat menentukan.
nisbah antara standar deviasi harga- Eksperimen yang menyangkut kedua
harga intensitas pada sudut tercentu aspek terakhir di at as telah dilakukan
dari nilai rata-rata inte~sitasnya terhadap serbuk Bovine Serum Albumin
terhadap kesalahan statistik inten- (BSA) yang dilarutkan dalam pelarut
sitas raca-rata cersebut adalah satu. NaCl (5). Data eksperimen dengan modus
Sampel berupa larutan seharusnya "continue" hasil seperci
memberikan
ditaruh dalam cuvet yang tidak boleh yang disajiksn dalam Cambar 7. Seha-
menyerap maupun menghambur ainar-X ter- rusnya data hamburan yang laik untuk
l~lu kuat. Dalam eksperimen ini telah diolah terletak di sebelah luar kurvs
dicoba wadah sampel berupa tabung kaca blank. Munculnya kurva larutan di se-
setebal 0,7 mm namun intcnaitas ainar-X belah dalam telah disimpulkan berasal
sang.at banyak diserap sehingga trsns- dad kurang tingginya intensitas berkas
misinya kurang dari '20%. Untuk snenga- ainar-X yang datang, dan kemungkinan
tasi absorpsi wadah kac a yang terlalu kurang sempurnanya persiapan sampel
tinggi telah diusahakan penggunaan yang d i l akukan , Saran untuk mengatasi
dengan kantong plastik. Hasilnya menun- hambatan tersebut adalah pengadaan ta-
jukkan absorpsi yang dapat diabaikan. bung sinar-X yang masih baru atau pema-
(Gambar 5 den Gambar 6). kaian cuplikan scandar.
Untuk memperoleh intensitas ham-
buran maksimal, ketebalan sampel ha- l(,ES!Ml'ULAN
rus optimal. Kar.ena walaupun intensitas
Dalam penelitian ini telah dipe-
hamburan naik secara linie~
dengan
Lajar I metode Hamburan Sinar-X Susut
semakin tebalnya sampel, absorpsi oleh
Kecil. MetodP. ini berguna untuk mempe-
aampel akan naik secara eksponensial.
lajari •truktur partikel berukuran ko-
Dengsn demikian berarti bahwa bila par-
loid. XA.<i.ts yang diambil adalah hambur-
tikel penghaNburan lemah, maka untuk
an partikel dalam larutan oncer. Dasar
memperoleh , intensitao berkas datang
teori yang dibahas ditujuksn untuk
yang cukup tinggi.
memperoleh pacametcr jari-jari girasi,
Faktor Lain yang memberi kontribu- volume $arts berat molekul partikel.
si pada intenAitas hamburan adalah se- Penguku<an intensitas hamburan dilaku-

292
kan dengan inttr~men Small Angle Gonio- techniques for the etudy of bio-
logical macromolecules and macro-
meter SAG-6 Sbimauu. Untuk mempermudah molecular aggregates, Method of
mereduksi data ekaperimen telah disiap- Experimental Physica, 20 (1982)
337.
kan program komputer. Kaail ekaperimen
menunjukkan perlunya pemakaian tabung 2. FLUGOE, S., Encyclopedia of Pbyaica
sinar-X yang baru aerta sampel atandar (Volume XXXII Structural Re-
search), Springer-Verlag, Berlin
demi kclanjutan pemanfaatan metode ini. (1957).

UCAPAN TERIMA KASIH 3. GLATTER, O., KRATKY, O., Small Angle


X-ray Scattaring, Academic Preaa,
Penulia menyampaikan pernyataan London (1982).
terima kasih kepada Dr. Tjia May On
(Departemen Fiaika ITB) atas bimbingan 4. SHIMADZU, Instruction Manual SAG-b,
Kyoto, (19 .. ).
yang telah diberikan.
5. LUMBAftRAJA, K.M., Analiai• bamburan
DAITAR FUSTAKA sinar-X sudut kecil psda larutan
encer, Laporan Tugas Akhir Pasca
I. MOORE, P.B., Small-Angle scattering Sarjana, ITB, Bandung (1987).

293
ti l I
II
fo); 1
1•rl1

Jot t JY
10 •r(d•teottl"f 1lic)
slit
1tit v
(11r pr1vc•tin1 slit)
c..b•r 1. Sisten ..._ere

C..Ur ?. Cuet·• slit dqan :Is• 1Jlt: a, 7, •·

10

Gaabar l. Kurva inte:nsitas aaksiaal p..,.a su:iut


nol.

294
so

40

30
wad ah
kaca '
20

10

Gaber 4. Kurva ''blank .. teat11• !ial9bat 5. kurva 'lblank" dan k1.11·va t1b1.111a li.~C•
tebaaai •·adah sapel.

60

so
Blank,
•o Blank
30
BSA
2

.,_ ,.__ 20

Ga111bar 6. Kurva "blank" dan k.urva plastik G111b1r 7. Hadl peniulcuran uaptl llSA
seb111ai wadah saapel.

295
DISKUSI M.M. MlTROSUHARDJO:
Mohon dijelaskan manfaat hasil pene-
litian Anda? Apa sasaran yang ingin
LILI M. MOELJADI dlcapai 1
Sebagai orang awam, apakah manfaat
langsung dari panelitian yang Anda la- KRISNA M.L. :
kukan?
Seandainya hambatan intensitas berkas
sinar datang teratasi, maka kita dapat
KRISNA M.L.
dengan segera melakukan eksperimen de-
Manfaat langsung metode SAXS: ngan cuplikan larutan encer untuk meng-
I. Untuk mengukur parameter ukuran, hi tung parameter, uperti terse but di
bentuk, massa serta diatribusi elek- atas. Sasaran awal adalah melakukan
tron partikel koloid. eksperimen dengan analisis yang benar
2. Study morfologi partikel dalam ka- untuk sistem yang paling sederhana.
itannya untuk mempelajari fungsi bi-
ologi partikel koloid. HARWIKARYA
I. Andaikata experimen anda berhasil,
ROCHESTRI SOFYAN: apa aplikasinya yang dapat berguna?
Mohon diterangkan suatu contoh aplikasi 2. Anda tidak berhaail melihat hamburan
pemakaian metode hamburan sinar X sudut pada experiment, apakah ini juga di-
kecil r
aebabkan oleh pengoperasian alat
yang belum terlalu baik?
KRISNA M.L. :
Penelitian struktur protein glabular. KRISNA M.L. :
Pungsi biologi protein globular sangat I. Sudah dijawab.
dipengaruhi oleh struktur tertier atau 2. Tidak, karena dengan pengoperasian
quarternair polypeptida yang terdapat yang sama telah dilakukan pengukuran
pada protein tersebut. Maksudnya adalah hamburap pada cuplikan sabun padat
kemampuan merespons interaksi dengan dan intensitas hamburannya terlihat.
molekul lain melalui perubahan konfor-
Di samping itu, menurut literatur,
masinya.
intensitas hamburan harus terletak
pada daerah sudut lebih besar dan
divergensi berkas sinar datang,

296
PENGARUH DAHAN, PENGAWET SEKUNOER PAOA KESTABILAN LAl'EKS ALAM IRADIASI

Marga Ut ama "

ABSTRAK

PENGARUH &AKA.~ PENCAll!.T SEKU!<DER PAOA ~8STA81LAN LATEKS ALAM lRADIASt. Eapat bahan penaavtt
·~~und~r. yeicu 7.l)C (Zinc Diethyl nithiocarbemat). ZnO, asam boret, dan amonium laurJt •••ina·Deain1
dit•111b•hk•n pad'• l•tek• atem, l•lu divulk11niaa1i radieti denaon doeis 20, 10, d•n 40 kGy. Sifat 1ate.k•
ala11 ir•di.asl d•n fil111 k•l'~tny• dif!m'3ti, kll'lnudian d Ieve tuee L. Katil yan• diperoleb menunjukllan bahwa
latek• ala• ira4iaai yana dib•ri b•h•n pengawet •~kund~r •monillLll laurat 0,2% merupekan lattkl 111•
iradiaai y•ng l¢bih stabil bila dibandingkan dengon yang •enggunakan bahan gen9awet lalnnya. 04t1D.lkian
pule tcgan1an putua film k•retnya lcbih beik.

ABSTRACT

EPFtCT OF SECONUAR~ PRESRRVlNC ACENTS ON THE StAB!LlTY OP IRRADIATED NATURAL RUBB!R LAT8I. four
kind• of secondary p~••~rving •gent• t.•. ZOC (Zin<" Diethyl Oithioc•rb111Lt.t). tnO. boric •Cid, and
•1m11)nlum laurato. t!a.Ch vae added to netur•l ""'bb•r letex, then iiro<".••ted by l'adi•tion vulcaniaation vith
do••:it ~t 20. JO. and 40 kCy. The propertiet of th• irradi•ted n8t:ur•l rubber latex and it• tubber fil•
ve r e cru!e$urcd, 1tod then ve ee eveluat~d. the -reevltf thowed that at1W1oniunt l•urate 0.2% vat the beat
tccondary pre•ervLn1 •&eut •e compered with the others. tince ii prodoced the eare •table iTtadiated
• ~•tural rubb~r l•tex. Ten1ite strength of iL• ~ubbe~ film wa• elao hi&h•r then the othert.

PENDAHULUAN pelindung yang terdiri dari protein dan


fosfolipid dalam air (5, 6). Bila di-
Latek& karet alam (Hevea brasil1-
gambarkan partikel karet tersebut ada-
ens1s) adalah dispcrsi butir-butir ka-
lah sebagai berikut :
ret yang di dalamnya terkandung bcbe-
capa maca.m senyawa kimia, yaitu prote-
in, fosfolipid, loko-trienol, sterol,
dan esternya, karotenoid, plastokroma-
nol, lipid, karbohidrat, glutation,
asam amino bebas, asam askorbat, basa
nitrogen, asam nukleotida, plastokuinon
triRonelein, dan argotiochin. Bahan-ba-
han tersebut berkadar antara 0,02 dan
1. partikel karet
l,5Z berat lateks (1-4).
2. lapisan protein dan
Kemantapan lateks disebabkan par- fosfolipid (beTlllUat-
tikel karet dikelilingi oleh lapisan an negatif)
3, lapisan air (bermuat-
• Pusat Aplikasi lsotop don Radill$1, BATAN an positif

297
Dengan menambahkan bahan pengavec pengaruh peoambahan beberapa j~nis ba-
primer, yaitu amonia, maka fosfolipid han l)engawet sekunder ke dalam lateks
akan terhidrasi menghasilkan asam lemak alam pekat sebelum diiradiasi terhadap
dan bereaksi dengan amonia membencuk kestabilan lateks iradi3si yang diha-
sabun amonium. Sabu~ ini diserap oleh silkan. Bahan pengawet sekunder yang
partikel karet sehingga lateks bertaa- digunakan ialah ZnO, ZDC, campuran asam
bah mantap selama penyimp.anan. Oi sam- borat dan amonium laurat, dan amonium
ping itu, protein juga terhidrolisis laurat. Parameter kestabilan lateks
membencuk polipeptida dan asam amino iradiasi yang diamati ialab waktu ke-
yang larut dalam air. Akan ~etapi, stabilan mekanik, kekentalan, kadar
jalannya reaksi jauh lebih lambar bila KOR, dan kadar amonia. Sifat mekanik
dibandingkan dengan reaksi pertama (6). film karet dari lateks iradiasi, yaicu
Oleh karena amonia mudah menguap modulus, tegangan putus, dan perpan-
dan ada kemungkinan akan hilang •elama janga~ putusnya juga diamaci.
cransport~si dari kebun ke tempat peng-
olahan lareks, maka supaya lateks t~t3p
TATAKERIA
dalam keadaan stabil, perlu dit81lbah
bah~n pengawec sekunder, misalnya na- llaluvt, Bahao yang digunakan ialah
trium laurat, natriu~ pentaklorfenat lateks kebun berkadar karet kering 35 -
(SPP), seng di~til ditiok3rbamat (ZDC), 40% yang berasal dari pohon /levea ·
campuran asarn borat da~ amonium laurat. braslliensi.s var Let as GT J, dar I per-
etilen diamin tetra asam asetat (EDTA), kebunan Pasir Waringin Serang. Seng
dan mnonium laurat (7,8). KARTOllAIU>OJO oksida, seng dietildiciokarbamac, asam
dkk. (9) melaporkan bahwa lateks alam borat, amonium laurat, dan karbon te-
dengan baban pengavet sekunder a~ooia lraklorida yang dlgunakan semuanya ber-
sebanyak 0,8% berat laceks ternyala kualitas pro analisis.
tidak man tap aetelah mengalami iradiasi
gamma 60c o, karena wakcu kestabilan A.l.o.J:.. Pemekatan l•teks dilakukan
mekaniknya menurun dari 1540 detik pada dengan •lat pemusing berkecepatan 7000
dosis 5 kGy menjadi 430 detik pada do- putarAn per menit. Iradiasi dilakukan

sis 20 kGy. Oleh karena icu, amonia ti- dalam iradlator panorama 60co deng3n

dak dapac digunakan eebagai bahan pe- laju dos i s 2 kGy/jam. Alat untuk pc-
ngawet sekunder pada proses vulkanisasi ngujian sifat lateks dan film karct

radiasi secara pengadukan, karena hal ialah Klaxon stirrer, Viskometcr Van

ini akan mengakibatkan penggumpalan. Gila, dan Instron Tensile Tester. Alat
untuk tempat mengiradiasi 'loteks pekat
Dalam penelitian akan dipelajari ialah tangki Al berkapasitos 65 liter

298

(' .,
I'· .
yang dilengkapi dengan pengaduk dao mo- karetnya, yaitu modulus, tegangan pu-
tornya. tus, dao perpanjangan putusnya diten-
tukao dengan berdasarkan AS'IM (10, II).
PV!teka.t.a.n La.telu. Seratus kg la-
teks yang baru disadap dari pohon karet
HASU. DAI< PfM9AHASAI<
multi-mula diberi baban pengaw4!t primer
amonia cair dengan kadar .!:. 1%. Kemudian Basil pengamatan beberapa sifat
dibawa ke pabrik pemekatan latcks yang laleks yang berpengarub langsung pad a
memerlukan waktu 2 jam. Latcks tcrsebut kestabilao lateks baik kemancapan ki-
dimasukkan kc dalam alat pemusing untuk mia, maupuo kemantapan mekanik, yaitu
dipekatkan. Lateks pekat yang kcluar kadar amonia, bilangan KOH, kekentalan,
dari alat pemusing langsung dibubuhi dan waktu kestabilan mekanik diper-
bahan pengawet sckunder sambil diaduk libackan pads Tabel I. Terlihat bahwa
pelan-pelan. Jcnis bahan pengawet se- kadar amonia lateks iradiasi dengan
kunder yang digunakan ialah seng diecil menggunakan beberapa macam bahan pe-
ditiokarbamat (ZDC, 0, 1%), seng oksida ngawet sekunder, yaitu ZOC, ZnO, AB +
(ZnO, 0, 1%), campuran asam bout dan Al, dan Al tidak berbeda. Hal ini di-
amonium laurat (AB+ Al, 0,24 : 0,05%) sebabkan penguapan gas amonia sewaktu
den w1onium l aur a t (Al, 0,05%). Masing- diiradiasi hampir tidak ada, karena
111.. sing contoh lateks yang telah diberl selama iradiasi, lateks tersebut di-'.
bahan pengawet sekunder dimasukkan ke tempatkan dalam wadah yang tertutup
<lalam jerigen plastik dan disimpan se- rapat. Di samping itu, terbentuknya gas
lama I - 2 bulan (Gambar I). anonia akibat iradiasi pads protein
dalam serum lateks tidak terlalu banyak
P.1t.06 M Vu.lf~M.i. Ra.tl.ia..M l.a.teh6
( 12).
Alam, Dua liter lateks alam pekat yang
Bilangan KOH 1 ar eks i r ad i as i yang
teLah diberi bahan pengawet, mula-mula
diberi pengawet sekunder campu:ran asam
diberi bahan pemeka CC14 sebanyak 4 psk
borat dan amonium laurat ternyata lebih
(per seratus bagian karet) dalam bentuk
tinggi daripada dalam lateks iradiasi
emulsi. Kemudian diaduk pelan-pelan dan
dengan bahan pengawet lainnya. Hal ini
diiradiasi deogan dosis 20, 30, dan 40
karena dengan adanya asam borat, pro-
kGy. Selama iradiasi, lateks dalam ke-
tein terhidrolisis me~bentuk asam amino
adaan tertutup rapat dan tidak diaduk.
yang reaksinya berjalan sangat cepat,
sebingga jumlah asam bcrtambah banyak.
K11Al i r as lateks Lr ad i as i, yaitu bi- Akibatnya bilangan KOH lebih tinggi
langan KOH. kekentalan, dan waktu ke- daripada lateks yang diberi bahan pe-
stabilan mekaniknya, serta sifat film ng01wet la.in.

299
Kekentalan lateks iradiasi umumnya kanisasi secara pengadukan. Waktu ke-
lebih tinggi daripada lateks yang belum srabilan mekanik lateks yang diberi
diiradiasi. Hal ini mungkin disebabkan pengawet amonium laurat te~nyata lebih
karena protein pee.ah akibat iradiasi, d~ri SOD detik sebelum diiradiasi, dan
lalu kestabilan lateks berkurang, se- setelah diiradiasi menjadi 1200 detik.
hingga kekenralan menaik. Dalam proses Hal :ni menunjukkan bahwa lateks yang
vulkanisasi ~adiasi lateks alam dengan diberi pengawet amonium !aural dapat
c ar a pengadukan pada wak.tu iradiasi, digunakan untuk proses vulkanisasi ra-
kekentalon mcrupakan parameter yang sa- diasi secara pengadukan, karena peng-
ngat penting, karena dengan bertambah- gumpalan selama proses dapat dihindar-
ny~ kekentalan, maka •akin besar pula kan.
tenaga yang diperlukan untuk mengaduk
Has'l pe~gamatan beberapa sifat
lateks tersebut. Dari Tabel 2 cerlihat
mekanik film karet dari lateks iradia-
bahwa lateks iradiasi yang diberi bahan
si, yaitu pcrpanjangan putus, modulus
pengawet amonium laurat mempunyai ke-
600%, perpanjangan t e t ap , dan tegaugan
kentalan yang paling rendah bila diban-
putus diper~ihatkan pada Tabet 2. Tabel
dingkan dengan lateks yang diberi bahan
tersebut menunjukkan bahwa perpanjangan
pengawet lainnya. Salah satu cara yang
putus film k~ret yang diberi pengawet
telah dilakukan untuk mengendalikan
sekunder amonium laurat dan ZnO hampir.
kenaikan kekentalan agar tidak terlalu
tidak berbeda antara dosis iradiasi 20,
tinggi ialah dengan menurunkan kadar
30, dan 40 kGy. Akan tetapi, pada film
padatan atau kadar kar~t kering. Hal
karec dari lateks iradiasi yang dibe-
ini dapat dilihat pada Ga~bar 3, yang
ri penga~et lain ternyata perpanjangan
menunjukkan bahwa kenaikan kekentalan
putusnya menurun dengan naiknya dosis
lateks iradiasi yang berkadar 59% tidak
iradiasi.
setajam pada lateks iradiasi yang ber-
kadar padatan 61%, walaupun dosis ira- Modulus 600% dan perpanjangan te-

diasi dinaikk3n s3mpai 50 kGy. tap fi~m karet dari lateks iradiasi
dengan dosis 20, 30, dan 40 kGy ternya-
Dalam prose! vulkanisasi radiasi ta berbeda, yaitu modulus naik dengan
lateks slam dengan mecode pengadukan, naiknya dosis iradiasi, sedangka~ per-
waktu kestabilan mekanik merupakan fak- panjangan tetap turun. Henaiknya modu-
tor yang sangat pent ing. Basil peneli- lus dan menurunnya perpanjangan tetAp
tian terdahulu (IJ) menunjukkan bahwa cersebut disebabkan jumlah p•ngikatan
dengan waktu kstabilan mekanik rendah, silang antara poliisopren yAng satu dan
yaitu kurang dari 500 detik, lateks yang lain mPningkat dengan naiknya do-
slam menggumpal pada waktu proses vul- •i• irAdiasi (14).

300
Tegangan putus film karet ternyata putus film karet lateka iradi.aai cen-
dipengaruhi. oleh jenis bahan pengawet derung meningkat seauai dengan beearnya
dan dosis iradiasi. Terlihac bahwa te- teeangan putus aw4l. Hal yang sama
gangan putus film karet yang mengandung terjadi pula pada modulus 600%, tetapi
pcngawct amonium laurat relatif lebih perpanjangan putus hampir tidak berbe-
tinggi daripada film karet yang diberi da. Inl herarti bahwa sebelum divulka-
pengawet lain. Jadi, bila ditinjau dari nisasi radiasi, lateks tersebut audah
t~gangan putue film karet yang dihasil- mengalami vulkanisasi awal atau pra-
l«m, maka lateks i rad ias i dcngan penga-' vulkanisasi. Salah satu cara untuk men-
wet amonium laurat lebih baik daripada dapatkan lateks alam pravulkaniaaai
yang diberi pengawet lain. Gambar 2 ialah dengan memberikan bahan pengawet
memperlihatkan perubahan tegangan putus sekunder bersulfur organik, misalnya
dan modulus 600% Li Im karet untuk TMTD (tetramethyl thiouram ~isulphide).
sarung tangan yang dibual daci lateks Jadi, untuk mendapatkan film karet
iradiasi dengan dosis 30 kGy dan d i be r i lateks slam iradiasi dengan tegangan
bahan pemeka CC14 4 p•k d .. 11 bahan putus tinggi misalnya di atas 240 kg/
pengawet sekunder amonium laural 0,2%, cm,2 diperlukan bahan baku ~ateks
- alam
se lama penyimpanan dalam suhu kao1ar, dengan film karet yang me~punyai te-
Terlihat bahwa tegangan putus film gangan putua misalnya di atas
tinggi,
2 walaupun dosia
40 kg I cm, . .
1ra d'1as1. dan ·
karet mengalami kenaikan sampai penyim-
panan 3 bulan, lalu menurun kembali, kadar bahan pemeka CCL4 ikut juga ber-
sedang modulus 600%-nya terus menunjuk- peran.
kan peningkatan sampai 9 bulan penyim-
panan · KESIMPULAN

Sifat lateks dan film karet dari I. Penambahan bahan pengaw~' sekunder
lateks alam sebelum dan sesudah diira- ZDC (seng dietil ditiokarbamat), ZnO
di as i, yang diambil dari beberapa pabrik (seng oksida), campuran asam borat,
pengolahan lateks yang berlokasi di dan amonium laurat, atau amonium
Malaysia dao Indonesia tertera di Tabel laurat saja pada proses 'Vulkanisasi
3. Tabel ini secara umum menunjukkan radiasi lateks alam, akan mengha-
babwa kadar padatan dan kekentalan silkan lateks iradiasi depgan sifat
lateks alam lebih besar daripada lateks yang berbeda-beda.
iradiasi. Hal ini disebabkan adanya 2. Dari keempat macam baban. pengawet
bahan pemeka berupa cairan pada proses tersebut, amonium laurat dengan ka-
vulkanisasi radiasi lateks alam terse- dar 0,2% berat lateks dan ~adar NH3.
but. Di samping terlihat bahwa tegangan sebesar 0.6 - 0,8% berat, merupakan

301
bahan pengawec y<tng t<lrbaik, sebab 4. HO SON LIE, Lateks pekat, Menara
Perkebunan, 43 4 ( 1964) 82.
dape t menghasilkan Lat.ek s iradiasi
yang scabil dan film karec yang 5. THIO GOAN LOO, Pra koagulasi dari
lateks kebun, Menara Perkebunan,
mempunyai cegangan putas tinggi. 27 9 (1958) 207.
3. Lateks alam dengan film karet berte-
6. SUSEKO, S., Studi mengenai beberapa
gangan put us t inggi, apabila d i i r a-
faktor yang mempengaruhi pcng-
diasi .
dengan s1nar gamma 6oc o, akan gumpalan lateks serta peningkatan
mutu karet sk;m, Ph.D. Thesis,
menghasilkan lateks alam iradiasi Universitas Pajajaran, Bandung
yang film karetnya bertegangan putus (1980).
tinggi pula, walaupun dosis iradiasi 7. TRIWIJOSO, S.U., Tinjauan spesifi-
dan kadar CC14 juga ikut berperan. kasi lateks pekat dan pengujian-
nya, Menara Perkebunan, 43 I
(1975) 29.
UCAPAN TERIMA ICASIH 8. U1AMA, M., SUYITNO, dan DANU, S.,
Survei beberapa pabrik pengolahan
Ucapan terima kasih disampaikan lateks di Jawa dan Suma t e r a , .Ja-
kepada Saudara Dian Iramani, Valuyo,
karta (1982), tidak dipublikasi-·
kan.
dan Ibu Samsinah D., serca segenap
karyawan pabrik pengolahan Lateks Pasir 9. KARIOWARDOYO, S., and SUNDARDI,
Studies og0tbe preparation and
Waringin yang telah membantu penulis
uses of Co gamma rays irra-
melaksanakan penelitian ini. Ucapan ce- diated natural latex, J. Appll.
Sci.,~ (1977) 3077.
rima kasih disampaikan pula kepada Ibu
Ir. Sri Utami T. atas saran yang dibe- JO. ASTM, Standard specification for
concentrated amonia preserved;
rikan dalam meuyusuo rencana penelitian
creamed and centrifuged natural
ini. latex, D 107-71, Annual Book of
ASTK, part 28 (1971) 505-17.

II. ASTM, lest for rubber properties


DAFT AR PUST AKA
in tension, Annual Book Standard,
part 37 (1977) D.412.
I. VAN CILS, C.E., dan SUHARTO, H.,
Aliran lateks komposisi dan sifat 12. JAMES, B.O., Principle of Radiation
lateks, Menara Perkebunan, 44 2 Chemistry, Bdward Arnold Ltd.,
( 1976) 7 I. London ( 1969),
2. NOBLE, R.J., Latex, Palmerton Pu- 13. UTAMA, M., Lateks radiasi sebagai
blishing Co., tnc., New Yo<k bahan dasar murah untuk pembuatan
( 1953). sarung tangan secara sederhana.
Hajalah SATAN, 24 I (1983) 96.
J. SUSENO, S., dan SUDJONO, I., Pe-
ngaruh pH terhadap penggumpalan
lateks kebun dan ei[at karet yang 14. PUIG, J.R., Radiation curing of
diperoleh, Menara Perkebunan, 43 natural rubber latex, CAPRI, CEN,
( 1975) 133. CEA, Franch (1970).

302
•I leftlV'I IOH (') • (d:e•talan ( c;p)•

.. .. ... .,.,.. ... ...


Ol0l040 0 l0l040 OlOlO•O

,. , ,
zoc
ZnO
o.•' o.66 o ... o,64
o,•6 o.•• o.6~ o,6S
0,13 0,13 0111 C,13
O,ll 0,13 O,ll Cl,13 ,. Ill 2)1 2l4 lOO
SlS
200 100
... • AL
Al
0,69 O,t.4 0,6J 0,62
o,6• o,6J o.•1 o,66
0,11 0111 O,lS 0,11
0,1• 0,13 0.1• 0,11
12

"'
112
u .
216 210
ts
371
&SO
)()6
KO
296llO
HO 111$

• Na•JI rat•·r•t• d•ri i;t1a tali ul1na1n percol)au


Wts • vtltu k•)tabllen -•a.nil

T••I 2. Sifat fll9 t•ret datl tatc•a lHdtaii Mn.a.an bcbth?t .. ea ~an peapwt ietmde1'

Jer.is penJlwer Do.sis il'Wii.•si P~rp.nja•1en putus MDN1us2600' PG?*f\JU.left tetap T•IUI*" r'W1
()Gy)" (\) t (~al.. )' oi- (k&/<' ) •

zoc

U<)
10
lo
••lO .
1100
960

l030
I*
...
tt,J
l•,1
1s1t
l,2
..'·''..
1,11
10,00
113,7
llJ,1
t0,7
7715
lO
•O 1050 '·'
l•,6
lZ, Z:t
'·''
)1,1
t1,1
lit • Al lO
JO
••
llOO
900
10,I
'!: 7
11,11
7,70
••
......
100,1

It,• 147,1
Al lO
JO
•O
1100
1000
1000
10.•
l.S,6
'·''
a.os
•,67
1$0,7
lSS,7

• lllsil rat1 .. rat1 dart tlt.t. lalt ttlaq•n ptttoba•


••tatals tcrlalu •ent.al 11hlnp.• ti~U d•ps.t ditMlat fl ta ••rct

.S, $1.ftt l•t•'-• dlaa Ill• k•l'•·t dari l•t•• 11.l• stb•lua dci ••sudllh diirlldi·
Tllbtl
••• d•11J&11 4o•S• "° •nr.
kid•,. cc14 • • ,.. (PfT ••l"•tm ha.1tu -..... 1 k•·
l'•t), L•tlk• d!uhll da.rl ..... •.r•pa ,...rlk ,.,._IOlMan l•t•i;•,

-
Jeftls l'lotis Si f•t l&tl!'b· Stf•t ftl• 1t•1-t•

,.. ...
llttk.t (kGy) War
p9Clat•11
lt\e,...
t11&n
lt>dulUJ
,.,...
Tepnpn P1TJ911JlllJ11t1

(\) (cpl Oatca'l (katca'i (\)

.... ...
•1 •..s

.. '·' ,
0 31 1050
•• ssi.o 1' 2s11 1050
IO\tTlte&l'd. 0
•o
62• .)1
s•.1 31
•••
1.s,o 250
21 1000
1000
°""lop 0 61,tJ 4l t,1 0 1000
•o S&,9 )2 ?3,9 2<l 1000
F•ldl 0
•o
62,01
s119
St
41 •••
11,1
4Z
us
97S
10$0
0 61,6 1,1 •o 1000
tA• Lattt
•o
0
51,1 "
37 21:,9 ?SI
3.4
10$0
Mmlol< 61,•
s•,•
4l
'·' 1050

'' Wert
••
0
••
6S,O
59,l
119
..
" ?1,•
S,7
16,7
21•

UI
16
1000
1000
l07S

• Hul.l r•t•·r•t• dari U1a. k•li vlap;n pc~••·

303
I BAtlA.h' Pf.lHU.wtT PAIMf:JI
SAHAH PfHGA.W!T SEllt.lDEll
I. 1.winte c•lr
2, fon1111 in 20\
20\ .. ts .111 lAS Utlnil

0
l&tt-ltJ ktbu"
"-11 S- 7 a/I
J l • ..
lattks kebun
daJu •anP,uk
volume 100 •1
I ...........I 111) d•l•
vol~
tanr\l
100 1 lpn•h•••>
lattk• ,.ktt
dalu Jtrtt ..
11~1--40 1
C.har t. Pro••• pe•cflatan lttek1 \eh1.1n d!npu .. ntcun•••n b.t..•n
r prt-.er dtn Jekund•r. P.•P•.t
I

.- --~·
.....o...
80
I /
lSU 2S
/
,I
200
«:
70
_,.;
-..
I!
.- ,- /

.
60 ,'
e
-i
20 . .... o
150
! / '
... o-:"
o···
!• .... ""; •' .. o·
• ~• 50
o···· .. o···
100
IS i <

11
w

so •o •

0 '-------~-------IO
) 6 g
U. penyiapanan fil• kartt (bulan) IO 20 JO
Do1t1 1ra4i•t1 (klly)
•o, so
G.-bar 2, T•aans•tt pVt\.ls d&n 90dulu1 600' liln 'k•ret
s•tvnt taritar' s•b•t•1 tunasl dart lma Pt· Ca.bar 3, Katet1t.1.lan l•t•li• alUI t•b11at tun.111 dtri
nyt.,•n1nnys, 601t1 tr&dt•1l.
••• , • • • : latefrs b•n111ur 0 buln; , , • , ••• , • : leader P&d•taft S9'
l•ttlc1 b•l"UfMlr 2 bulan: ................. : lt•d•t pad•tan 61\
..............
-
t
1 latekt benm.1r 4 bulal'I L•telts •1• btrktdar CX:l4 4 ptk, d•n
r.t.ua laurat 0,2 ,.k,
"'°"
Dost• iradl•ti JO kOy, CCl4 4 pslt

304
I
l
: I
I t
DISKUSI sehingga pH lateks 01Cnjadi 9 - 10,
Akibatoya selai~ menambah muatan ne-
MARSONCKO, ERMIN K. H., dan gatif di sckeling partikcl karet,
lS)llNlNGS!H : 11aka lat.,ks akan menjadi s t ab Ll , ka-

I. Bagimana mekanisine bahan pengawet rena muatan neg~tip akan tolak-mcno-

sekunder sehingga berfungsi sebagai lak dcngan mualan negatif


bahan pengawet?
2. Bila bahan pengawet primer cukup ba-
2. Mohon dijelaskan hubunga.n an tarn pe-
oyak, asam yang akan timbul sedikit,
ngawet primer dan sekunder?
seh~ngga pemberian bahan pengawet
sekunder sedikit pula. Jadi, perbe-
MARGA UTAMA :
daan fungsi antara pengawet primer
I. Late~s Segar akan segera menggumpal
dan sekunder prinsipnya sama.
dengan sendirinya jika didiamkan an-
tara 4 - 24 jam sesudah penyadapan,
NAZIR ABDULLAI!:
karena timbulnya pembentukan asrun.
Hasil penelitian Anda menunjukkan baha3
Asam dapat timbul karcna bakteri
pcogawet, Remberikan basil terbaik pada
yang bcr3sal dari ud9ra atau alat
lateks alam yang diiradiasi dengan 40
sadap menguraikan karbohidraat, pro-
kGy. Bcrapa besar dose-rate yang Anda
teio, dan lemak yang beras~l dari
gunakan? Apakab basil ini akan lain·
serum lateks ala.m. Sumbe' lain asam
bilama3a dose-rate dinaikkan atau ditu-
yang dapat menggumpalkan lateks ia-
runkan ?
lah adanya protein yang terhidro-
lisis menjadi asam amino dengan ban-
MARG!\ UTAMA :
tuan enzim. Di samping itu, asam
Dose-rate yang digunakan ialah sekitar
dapat terbentuk bila ion-ion lutoid
0,176 kGy tiap jam. Bila kenaiakan dose
pee ah.
-rate sedikit, misalnya sampai Mi:ad/
Untuk memantapkan lateks alam
jam tidak berpengarub terhadap kualitas
tersebut, maka pembentukan asam ha-
lateks alam iradiasi. Akan tetapi, bila
rus ditekan dengan cara mengurangi
kenaikkao dose-rate terlalu tinggi, mi-
atau menghidari adanya bakteri, ya-
salnya l Mrad/detik, kami belum mene-
itu dengan membP.rikAn h~han pP.ng~wP.t
liti.
primer, yaitu NH3 yang bila dila-
rutkan dalam air akan terjadi reaksi
HERWillARNT S. :
sebagai berikut.
Barapa % k.emurnia~ bahan pengawer .~e-
__ _..NH+ •OH
4 kunder untuk amonium laurat dan amoniak

Ion OH memperbesar kebasaan lateks

305
MARGA UTAMA:
Kami gunakan amonium l3urat dan NH3.
teknis scsuai dengan yaog digunakan
skala pabrik oleh PTP XI.

306
KOPOLIMERISASI RADlASI EMULSI CAMPURAN CLISlOlLMETAKRILAT. VlNILASETAT,
DANN-DUTIL AKRlLAT. PENGARUH KADAR BAHAN PENGEMULSJ TWEEN-20.

Arlis Zubir*, dan ¥. Sundardi*

ABSTRAK

XOPOLIHE:Rl!N\St llADIAS( tKW"'LSI CAKPUA.\JI CLlSlOU MlTAK,llU.T. Vl)ilL ASElAT • DAW M-IUTll A.t:llUT.
PE"CARVK KADAR .!AHAN PEIG!HUl.Sl t\lttM-20. l.ecep•tcn kop0li.eri•a•i e.ultl d•n ke1t1bila~ eaiul1i ca•pur•n
gllll411 Qecakril•t (CHA}, vinil eact•t (VAc), dan non:ial b~til •k•il•t (M•IA) dipeng&ruhi oleh jenia d•n
kadar b•h•n peng1m~l1i (eaulaifier). Tel•h 4il•~ukao ptrcob•an ko1oli.eriaa1i 1--.il1l c11tpuran CMA, VAc,
dan N·8A aenggunakaa baban p.-n&•11Ul1i tveen-20 deog~n kadc~ 1-tOl berat campuran IM>n1>91:r. Pa4a do1i1
iradlasi 2,4 kCy ternyata bahva e-.il1i denaan kMUir --"•• pe.nseDUlai 4, $, d•~ 6% atrupakan c.ulsi yang
•tabil dtn me•bentuk haoya tedikit auepalam pada peRyiapainan aaapat) bulan. Kadar ~ah•n p•nae.ulsi I, 2,
dan )1 mengha1ilkan eaul1i yan1 tldak ttabil dan laoiau.ng terpi1ab. Haltin k·tCil 'k:ad1r bahan pe.ngC19l.llti,
dip4rluk1n do1i1 y101 lebih tincai untuk ~ncapai koavtr1i te~itar 901. Ptmbeatuk•n koa1ulan p1lin1
b1ny1k t~riadi pada eoulti yan1 aeogtndu~t 6% bahan ptngeeulsi.

A8SlRALT

P.ADIATIOM ::OPOLlltf.RIUT[OM Of GLYCIDTL llElllACULATE. UllYL ACETATE, AND N-BIJTYI. ACRYLAT•E HlXTUU:.
EFFECT Of TW!EN-20 EMULSIFIER CO"CE.NTRATlOJ. CopOlyatriiation r•te aod ~aiulaion stability of glyci4yl ....
thJcrylate {CHA), vinyl acetate (YAc), •md aoraal b~tyl acrylate (R!A) are inlluenced by the type and
conceet r ae Ice of emulsifier. the effect of th.e ewlsifie:r ccecencr at Ica on the C>IA ..VA.c.-NIA emul•Lon
polyoeritation has been 1tudi,d~ TY~~n·l-0 w .. used as the e.ulaifier vie~ concentration of 1-6 veiaht
percent of •onomer mi~cure. Polyc.eiitation rate inci•ase• vith the incr•a•-• of ~-.Jlsifier conceatracion.
At 2.L kCy irradi~tion doae, elll.ll•ion containing'• S, and 6% ec.ulsifier are aore stabl• th•n rho•~
contall\lng I, 2. and ll eaulaifiitr. toillgul\19 irtere.ase with the Inc eeee e of ~w.1l5ifi.•t" conc•ntr•cion.
Emulaiotl which ccet e Ins 6J ea1uleificr h•• the- highe.et coagul'* content.

PENOAH\JlUAN
cat emulsi khusus untuk. kayu dan logam.
Pada proses kopolimerisasi radiasi Kopolimer ini tahan terhadap cuaca dan
emulsi, fungsi bahan pemgemulso ialab pelarut organik bila dibandingkan de-
sebagai bahan untuk menstabilkan parti- ngan kopolimer berbentuk tinier yang
k.P.l P.mu 1 s i. pemakaiannya terbatas pada cat tembok
Kopolimerisasi radiasi emulsi cam- saja. Untuk cat kayu dan logam umumya
pur an glisidil metakrilat (GMA), vinil masih digunakan pelarut organik yang
aserat (VAc), dan normal butil akrilat pe~aianaya dapat mcnycbabkan 'keru-
(N8A) menghasilkan kopolimer yang dapat gian karena di samping harganya mahal,
membentuk ikatan silang dan digunakan juga dapat menyebabkan terjedinya po-
sebagai bahan pengikat untuk pembuatan lusi di udara sekitarnya.
Tujuan percobaan ini ialah untuk
• Pusat·Apllkasi Isotop d$D Rod!asi, BATA!i mempelajari pengarub kadar bahan peng-

307
em\.:: lsi pad a enul s L Jika
kestabilan di mana R adalah kecepatan polimerisa-
p
bah an peugemul s I di larutkan dalam air, si, k ada l ah tetapan propagasi, (M)
p
maka molekul-molekul bahan pengemulsi adalah k•d"r monomer dalam partikel
terseb~t akan membentuk kelompok kecil polimer, (N) adalah jumlab partikel po-
yang dinamakan micelle (I). Bagian hi- limer setiap liter bahan organik, dan
d r oka rbon dari molekul bahan pengemul- NA adalah bilangan Avogadro. Jumlah
si tersusun di bagian micellP. •..dang partikel per sacuan volume bahan orga-
gugus bidrofilik akan terdapat pada nik adalah salah satu faktor yang mem-
permukaan micelle. Sebagian kecil ba- peagaruhi kecepatan emulsi.
han pengeculsi akan larut dalam air dan SHlTH dan EWAR1 yang dikutip oleh
t e r j ad i keseimbangan diaamis aut ar a 81...\CKL.EY ( 3) beranggapan bahwa molekul-
micelle dan molekul bahan pengellkllsi molekul bahan pengemulsi menempati luas
yang terdapat dalam air. Jika larutan permu~aan yang sama dalam micelle dan
bahan pengemulsi dicampur dengan mono- parti~el polimer. Jadi selama waktu
mer yang sedikit larut daliml air, seba- pP.mbentukkan partikel polimer, seluruh
gian kecil monomer akan larut dalam luas pP.rcukaan micelle dan partikel
micelle dan akan mengembang. Monomer polimer ada Lah tetap. Juga aliran di-
. sisanya akan terdispersi sebagai drop- fusi radikal, yaitu juclah par c i ke I
let yang saris tengahnya bergantung yang memasuki sebuah partikel per sa-
pada kecepatan pengadukan, biasanya tuan luas per satuan wakcu tidak ber-
tidak kurans dari Iµ. gantung pada ja~i-jari partikel. Maka
Mekanisme polimerisasi emulsi yang
jumlah partikel (N) dinyatakan menurut
sampai sekarang diterima oleb uoum rumus sebagai berikut
ade l ah hasil karya HARKIN dkk. (I).
Pen j abe r an secara kuantit at if di lakukan Ii 0,37 (p/µ)0•4 (as i0•6 ......• (2)
9

oleh SMITH-EWAR1 yang dikutip oleh VAN


der HOFF (2) dan dikenal sebagai teori di mana p adalah kecepatan p~oduksi
Tadikal, µ adalah kecepatan pertambahan
SMITH-EWART yang menyatakan babwa dalam
vo Iuee radikal, a adalah I ua s pe.rmukaan
hat emulsi yang ideal, jumlah radikal
pukul-rata yanR terdapat pada setiap yang ditempati oleb satu moleku1 bah an
pengcrnulsi, dan S5 adalah jumlah bahan
partikel polimer adalah sebesar 0,S.
pengemulsi. BARTHOI.OME dkk. yang diku-
Kecepatan polimerisasi dapat ditulis
tip oleh VAN der-HOFF (2) tclah mc.ng-
sebagai berikut
uji perhitungan t~rsebut dengan melaku-
k (M) (N) kan percobaan-percobaan dan menyata-
p
R
p
------------ ~ . ( I) kan bahwa jumtah partikel polimer yang
terbenLuk sebanding dengan jumlah ini-

308
siator pangkat o.• 4 dan sebanding de- bagian campu~an monomer, dan akhirnya
ngen )um\a'n 'na'nan '()engettu\.si '()a~.gkat \:radiasi d\.\.anjut\<.an selama \ jam \ag\..
0,6. Laju dosis dikalibrasi menggunakan do-
simeter Fricke. Konvcrsi monomer menja-
BAHA!i DAN METODE
di polimer dihitung aecara gravimetri.
Monomer yang digunakan ialah gli- Polimer yang terjadi diendapkan dengan
s Id i I me t ak r i Lat , vinil a se c ar , dan penambahan alkohol, Sebaaian emulsi di-
N-bulil akcilal ya11g sudah dim1.1rnikan aimpan dalam tabuna tertutup untuk pe-
dcngan penyul ingan pada t ekanan reudah , ngamatan kestabilan emulti selama pe-
Sebagai bahan pengikat silang digunakan nyimpanan, Untuk menentukan ~ fracti-
etilen glikol dimetakrilat (l!COM). Un- on dllakukan ekstrakai dengan berba11ai
tuk mengurangi terbetuknya koagulan di- pe l.aru t ,
tambahkan polivinil alkohol (PVA). Kestsbilan termal polimer ditentu-
Komposisi emulsi monomer ialah kan den1an Thermal Analyae'r Shimad&u DT
sebagai berikut 30 denaan variasi kecepatan kenaikan au-
GMA -------------------- 12 g r an hu, Energi aktivasi untug de&radasi ter-
VAc -------------------- I 14 grao mal dihi tung dengan mengukur perubahan
N-BA ------------------- I 14 gram puncak ekeotermal dengan kenaikan kece-
patan pemanasan menurut peraalQSan seba-
ECOM ------------------- 6 gram
PV/I -------------------- 3 gr~m gai berikut (4)
Twecn-20 ------------- l-6i berat
campuran monomer Log 6 • - 0, 4 S 7 E 8 ( I /Tm ) / R • • . (3 l

Air suling -------------- 492 ml


Air suling sebanyak 492 ml dalam di mana 8 adalah kecepatan petnanasan,
tabung gelas kapasitas 700 gram ditam- R adalail konstanta gas, E. a adalah
bah 3 gram dan tween-20 lalu diaduk energi aktivasi, dan I m adalah suhu
sampai homogen. Kemudian ditarabahkan puncak ( "K). Dari grafik log B terba-
sepertiga bagian campuran CMA, VaC, dap l/T, didapatkan garis lurus dengan
['l
N-BA, da ECDM kedalam larutan terse- ke~irinsan sebanding dengan energi ak-
but. Cam?uran ini diradi~$i pada laju tivo.si~
dos is 0,8 kCy/jam dal.am ir ..diator pa-
HASIL DAN PEMDAHA~AN
norama 60 Co sam b'l1 d'ia 1·1r1. gas .
n1tro-
gen. Setelah S3tu I jam, iradiasi di- Dari percobaan ini didapatkan bah-
hentikan lalu ditambah lagi sepertiga wa kopolimerisasi.radiasi emulsi cam-
bagian carnpuran bagian monomer. Kemu- puran GMA, VAc, dan N-BA pada dosis
d i aniradiasi dilanjutkan selama I j ara , iradiasi yang sama tetapi dengan kadar
dihentikan untuk menambah sepertiga bahan pengemulsi yang berbeda mcnun-

309
Tobe! I. P.nianih kadar b&han peng-.lsi pad& l<ecepatan
pol111erlsasi dan kldn koagulan e.. puren 11on-r
yan1 d1lradia$i 2,4 kGy.

JCadar behan J:onversl (\) k&dar ko•cutan ae·


pengemulsi ( \) gera setellih 1~& •
dlasl (\)

I
2
3
c 2,91
s 2,37
4 O,M

jukkan hasil ko~versi yang berbeda kadar bahan pengemulsi.


pula. Tabel dapat dilihat, bahwa Pada Tabel 2 ternyata bahwa ke-
makin kecil kadar bahan pengemulsi, stabilan emulsi berkura~g dengan ber-
konversi juga semakin kecil. Henurur caobahnya kadar baban pengemolsi. Emul-
teuri SMITH dan EWART, jumlah partikel si dengan kadar bahan pngemulsi ~ dan
palimer berta~bah banyak dengan ber- 6%, setelah disimpan lebih dari 3 bulan
tambah besarnya bahan pengemulsi, se- membentuk koagulan yang cukup banyak
hingga kecepatan polimerisasi juga akan bila dibanding dengan emulsi dengan
berrambah. Pada Tabel I dapat dilibat kadar bahan pengemulsi y3ng lebih ke-
bahw~ emulsi dengan kadar bahan peng- cil. Emulsi dcngan kadar bahan peng-
emulsi 6% yans diiradiasi dengan do- emulsi 4%, meski9un konversinya hanya
sis 2 .'• kGy konvers inya mencapai 96%, mencapai 78% tetapi lebih stabil selsms
sedang emulsi dengan kadar bahan peng- penyimpanan.
crnulsi 4% dcngan dosis iradiasi yang
sama hanya mencapai konversi 78%. Emul- Kopolimer campuran GMA, VAC, dan

si dengan kadar bahan penge..ulsi I, 2, NBA diekstrak dengan berbagai pelarut


dan 3% tidak stabil dan langsung ter- selama 24 jam untuk menentukan persen-

pisah, sehingga konversinya tidak di- tase ~onomer yang berubah menjadi ko-
tentukan. polimer keikatan silang. Pada Tabcl 3
Dengan bertambahnya jumlah parti- dapat dilihat bahwa persentase fraksi
kel polimer, maka luas permukaan selu- !!!.!.. cukup tinggi, yaitu lebih dari 60%.
ruh parcikel polimer juga makin besar Kopolimer berikatan silang terjadi ka-
sehingga cerdapat kesempatan yang lebih rena penambahan EGDH yang berfungsi
banyak bagi radikal untuk berdifusi ke sebagai bahan pengikat silang (croaa-
dalam fase air. Oleh sebab itu, jumlah linking agent). Bagian yang larut dalam
radikal pukul rata dalac setiap parti- pelarut adalah homopolimer.
kcl berkurang de~gan bertacbah besarnya Pada gambar Ida 2 dapat dilihat

310
Tabel 2. Pena1ruh kodar boll•n pen1enulsl pod• p<1obmt\11Con
'k.Qaaulan tel&~• penyimpt.nan. 00111 ir•diaai 2,• \Gy.

hdor bthan Kadar koagulan (\)


pengeoulsl
(\) I 3 s 7 9
11innu bul&n bul•n 1>ulan bulan bulan

4 1,20 1,(17 1,88 3,07 11,56 16,S4


s l,63 2,54 6,01 10,3~ 20,75 27 ,IS
6 I, 71 2,98 S,42 11,IS 19,37 J0,23

kurva data dan teroogram TGA dari ko- KESIMPUlAN


polimer campuran GMA, VAc, dan N-BA
pada berbagai kecepatan kenaikan suhu. Kopolimerisasi campuran glisidil
Pada kurva OTA ternyata terdapat bebe- metakrilat, vinil asetat, dan N-butil
rapa puncak endotermik, yaitu 117, 360, akrilat dengan bahan pengemulsi Tween-
dan 417°C pada kecepatan kenaikan suhu 20 secara radiasi ga111111a pada dosis 2,4
30°C/mc·nit. lni menunj ukkan bahwa ko- kGy dapat menghasilkan emulsi kopolimer
po timer terse but mengalaol bcbcrapa yang stabil pada peny impanen lebih dari
tingkat degradasi. Termogram TGA pad a satu bulan. Emulsi dengan kadar bahan
gambar 2 rnenunjukkan pula bahwa ko- pengemulsi 4% adalah emulsi yang paling
polimer tersebut mengalaai beberapa stabil selama penyimpanan. Berdasar-
tingkat degradasi termal walaupun tidak kan analisis termal kopolimer CMA-VAC-
sejelas pada kurva DTA. Berdasarkan NBA, ternyata bahwa kopolimer teraebut
rumus 3/ didapatkan harga encrgi ak- m~ngolami beberapa tingkat degradasi.
tivasi E8 sebesar 56,58 kkal/mol.

Tabel l. F:k~t.raksi kopoli.mer GMA-VAc..NBA den~an berbagai pelat'ut

Xadar bahan Xon,·ersi Gel fraction (. \ )


pengemulsi (\)
(~) Benien Aseton Sil en Heksan

4 78,01 66,69 64,,83 69,07 9.l,83


s 86,85 66,4l 65,S8 67,52 94,88
6 96,40 69,32 70.,65 i2,29 94,43

311
OAFTAft PUSTAKA A1:1er. Chem. Soc. (1962) 6.

3. BLACKl.Y, D.C., Emulsion Polymeri2a-


I. HARKIN, W.D., Emulsion polymeriza- tion-Theory and Practice, Applied
Sci. Pub. Lt d , , Essex (1975).
t Lon, J. Am. Chem. Soc. 69 ( 1947)
1428.
4. SUNDARDI, F., and ZUBIR, A., Radia-
tion emulsion polymerization of
2. VAN der liOFF,
8 .M. E., "Kinetics of N-butyl acrylate, glycidyl metha-
emulsion polymerization", Poly- crylate and methacrylic acid, J.
merization and Polycondensation Macromol. Sci. Chem. A22/2 (1985)
Process (Adv. Chem. Ser. 34), 1647.

312
0 100 JOO soo
S\lhu ... ~C

Gambar 1, Kurva OTA kopolimer campuran


GMA, VAc, dan N-BA pada kece-
patan kenaikan suhu yang ber-
beda.'

100

,;•

'
.
-
~
!
so

( ••••.•• ) 30°C/11enit
'( ) zooC/•~ni t
( ••••••• ) S°C/11enit

0 200 400 .600

Gambar · 2, Ternogram TGA kopolimer cam-


puran GMA, VAc, dan pada ke-
cepatan ~enaikan suhu yang
berbeda.

313
D!SKUSI 2. Ditinjau dari segi ekonomi> mana
yang lebih menguntungkan proses po-
ISMillINGSIH : limerisasi radiasi emulsi atau pro-
Apakah ketiga puncak e~dotermik terse- ses polimerisasi secara konvensio-
but selalu merupakan puncak dekomposisi nal ?
dar: kopolimer (pada analisis OTA). Ba-
sil dengan persentase konversi maksimal ARLIS ZUBIR:
apakah dapac dikristalkan? I. Pol ivinil alkohol her fungsi sebagai
thickener agent PVA dilarutkan dalam
ARLIS ZURTR: air--> larutan agak kental. Sehing-
Ketiga puncak endotermik pada kurva ga apabila campuran monomer + air
OTA, yaitu 117, 360, dan417°C. Kemung-· diradiasi kemungkinan terbentuknya
k i nan :
koagulan dapat dikurangi karena da-
Titik leleh (ada 3 macam mono111er lam suasana larutan yang agak kental
---> 3 macam kopolimer) parcikel-partikel polimer tidak sa-
Dekomposisi kopolimcr. ling menempel/membentuk koagulan.
Jadi, bclum pasti hanya merupakan de-
2. Aspek ekonomi polimerisasi radiasi
komposisi. Saya bclum mencoba mengkris-
emulsi belum dilakukan. Yang pasti
talkan kopolimcr tersebut. polimerissi radiasi lebih mudah di-
lakukan karena cidak membutuhkan pe-
MARSONGKO: manasan sehingga dapat dilakukan pa-
I. Apakah fur.gsi polivinil alkohol da- da suhu kamar dan tidak membutuhkan
lam percobaan ini? inisiator bahan kimia.

314
STUDI PEMDUATAN KONDOM LATEKS ALAM IRADJASI

Marga lltama•, Made Sumarti*, Herwinarni S.*, Sudr ad i at I.*, Dian Iramani*,
Siti l)ni Sholikhati•, F. Sundardi*, R.~. Sumitra••, Sudarmadi***, dan
K. Makuuchi ....

ABSTRAK

STUOl PEMBUATAN KONOOM l.ATtk~ ALAM lRADtASt. Pembuaten kondom dari latek• .1 .. iradia•i )'•n1b•ilt
dilakukah ~kAla lab~~~torium meupun ?ab~ik d•n&an kapasitat 46 gfo1/jam tele.h dilakukan. f•ktor
Eapat
)'•n& d•p•t lllf'fflpf'ngaruhi kualit.aa kondqra, y•itu kecepacen peoncclu;>an (5, 10. 1$, 20, den 30 cm/mooit)1
'c.adar- pedatan (48. 49, 50. 51, ,l, dan )3%), keder ~uooni.:i (0,70; 0,90; 1,10; l,JO; den 1,.SOJ) dan a\lhu
pemanaaan (IOO't telama IC den 30 •cni.t, dan oo•c 1cla111e 1,5 C:eo 3 ja111) tclah dtpolajari . .laberapa
pora•ctcr yang ~enctrikan kvalitaa kondoe, yaitu ~cb•l. \esang•n putu•, aodulu•, d1y• rtk1h, dan
keboco~en kqndom telah dievaluaai. Hatil yang diperoleh menunjukktn b1~va d1ngan nalkny• kece91t1n
pence lupa11 d•u k•d• r pa!Jatan 1 t ebal Iton.tom men ingl(e t , seaen tar a 1 tu teg•ng1n putu1 da'I\ eodulu1 rel at if
••m•. Kvndi.ai optimtl proses p~mbu&t•n kondom ialah kadar p1d1t1n tekitar )1%1 denaan ktk1ntal1n ttkitat
26 cp. kecepattn ptn(elupan aekitar )} c•/iaenit, pemanafan kondom 10-0·c ael••• 10 •eolt din so·c 1elama
1,) jam. Pada kondiai ttrsebut kondon yang diperoleh meM~nuhi atandac pemakaian, v1l1Ul)l.1~ lateka alaa
ir1di••i telah diaiopan 9 bul1n.

ABSTRACT

STUD¥ OM THf: PRODUCTION OF COffOOM FROM 1RR.ADIAT60 LATEX. Tl1e prvdvct.ion ot condotn !com 1.-t>adi.ated
. ~•~ural rubber lacex in laboratory and faccory scale with capasicy ~6 grosa/h haa been ca~ried out. Four
factors vh f ch can influence the quality cf condom e.g. speed of dipplng (,, 101 IS, 20, •nd 30
cm/nnnute}, totail solid content (48, 49. SO, )I, SZ, arid .S'.)%), amooia content (0,70; 0,90; 1,10; 1130;
and 1,50%) and heating temp~raturc ( 1ao·c in 10 •nd )0 Mi"uces, ~~d ao·c in l,S and) hour•) have been
studied. the parameter wich can indtc~ce the qu~l1ty of condoM e.g. thickness, tensile atrenath. modulut.
!)loving Stft".ngth, ""d freetom from hole have been evet uacec , Tke result •!lowed that b_y inc:.reatin& tht
~ipping $peed and total solid content. the chickneft of cond~m inc:c•~et, while the tentil• ttrensth and
modulus not so much differe~ce. The optimu~ cond~tion for producing condocn ere,. f•llovs: total 1olid
eontent •to1..·.nd Sl.l. w;t~ v\$(4'~i(y ~round 26 C'p, dipping .'l:(Ht4'd Around I') r.ffl/minute•, h•atin.a teaiper•ture.
IQO•c in 10 11dnu~e~ and 80°C ia I,) hOUf9. The condom is produced chis opt\1J.om C(lnditlon c:"'n s•ti.11(y t.h~
standaTd ra~virt~•ntt, although the i~r•di•ted lalex ~•• atoraaed i~ 9 ftl06th.

PENDAHUlUAN sanya direncanakan diekspor ke Amerika


Serikat atau negara lain sebagai komo-
Pada tanggal 25 Februari 1987 Ba-
diti non migas (1-3).
pak Presiden RI Suharto berkenan me-
Pembuatan kondom dengan cara kon-
resmikan pabrik ko11dom di Banjaran,
vensional, yaicu denga:> vulkanisasi be-
Bandung. Pabrik tersebut berkapasitas
lerang dimulai sejak tahun 1932. Pada
produksi 900.000 gros per tahun. Oleh
car a i n i , lar eks ya:>g divulkanisasi di
karena kebutuh~n kondom di dalam negcri
samping dihPri belerang dalam bentuk
hanyo sckicar 500.000 gros, maka si-
dispersi juga bahan kim:a tambahan,
yaicu sens oksida, song dibutil ditio-
• Pusat Aplika.<1i Isotop den Radiasi, BATA~
•• Kl mi.a Ferm• karbamat, natrium hidroksida, dan 4-me-
••• 9KKBN - Pusat
•••• TRC~E. JAF.RI, Jep•ns til 6 tercbutilfenol. Kondom yang diha-

31.5
silkan dengan cara ini me:nenubi stanrlal:" T,\TA KERJA
pemakaian (4,5).
Bahan, Sebagai bahan peneliclan
La eeks alam iradiasi yang sudah
digunakan lateks alam iradiasi berkua-
diproduksi oleh PAIR-BATAN sejak cahun
liras kondom. Lateks ini berasal dari
1984 dengan kapasicas 500 con per ta-
perkebunan Pasir Waringin, PTP XI yang
bun merupakan laceks alam yang sudah
dipanen pada bulan November 1986, kemu-
divulkanisasi dengan sinar gauna 60Co
dian diiradiasi dengan sinar gamma 60co
sebagai sumber radiasi, tanpa mPngguna-
pada dosis 45 kGy, kadar CC14 5 psk
kan bahan kimia tambahan. Oleh karena
(perseracus bagian berat karet), di
laceks terakhir ini tidak mengandung
IS
bahan kimia '
cambahan, mak~ barang karet
PAIR-BATAN.,
dengan
pada
17 Agustus
tanggal
1987. Bedak
sampa]
silikat
yang dihasilkan tidak meng,indung residu
sebagai pengering, dan minyak silikon
bahan kimia, jadi untuk barang kar~t
sebagai pelumaB kondom.
kedokr e r an, misalnya sarung t engan be-
dah, kondom sangat baik (6-9). Alat, Mesin pembuat kondo~ yang

Berdasarkan data tersebut, makalah digunakan buatan Doka Jerman Barat.

ini akan mambahas cara pebuacan kondom Mesin ini dapat dipakai membuac kondom

laceks alam iradiasi yang dikerjakan, skala laboratorium dengan 8 buah kondom

baik skala laboratoriu~ maupun pabrik. sekali pcncelupan. Selain I cu, t e l ah .

Beberapa faktor yang mempengaruhi prn- digunakan pula mesin pembuat kondom

ses pembuatan kondom lateks alam ira- skala besar mililk pabrik kondom San-

diasi, yaitu ~Pngaruh kecepata~ pence- jaran yang mampu menghasilkan 2000
Lupan , kadar padatan, kadar NR3, pe- kondom sekali celup. Alat-alat untuk

manasan, dan daya simpan laceks alam menguji kualitas kondom adalah Instron

iradiasi tclah dievaluasi. Di samping tester ripe 1122, alat peniup, dan
sebagair.ya. Dis amping i tu, "Scaning
itu, par~mcter yang m~neirikan ku~litas
Electron :!ficroscope" tipe Jeol d i.guna-
kondom, yaitu tebal, leraL, panjang,
lcba r , kan untuk mengatahui permukaan kondom.
moduLus, perpanjangan pucus,
tegangan putus, daya rekah, dan kebo- MexcdP-,PP-mbua.tan Kondom Skala
corau kondom juga telah dievaluasi. La bo11.a.tcJt.lum (GambaA 1 J, Seratus kg
Tujuan pe~elitian ini ialah mencari lateks alam ir~diasi dituangkan ke da-
kondlsi optimal proses pembuatan kondom lam tangki Adan diaduk oleh pengaduk

laceks alam lradiasi sehingga kondom B. Tujuan pengadukan ialah di aamping
yang dihasilkan pada kondisi optimum m~ratakan partikel kaTct di datarn ta-
tersebuc dapat memenuhi standar pema- teks juga untuk menghindari terjadinya
kaian. film karet di bagian atas lateks. Sela-

316
ma lateks dalam keadaan teraduk, ee- tersebut kering, digulung poda bagian
takan kondom dicelupkan dengau keee- ~awah, dao dilepaskan oleh bahan anti
pat an s,
10, 15, 20, 50, 70, atau 90 Lengket yang memancar dengan kccepatan
cm/menit. Cetakan yang sudah basab de- tinggi sehingga kondom lepas dari ce-
ngan lateks teraebut dipanaskan pada takannya. Untuk menghilangkan air yang
suhu 80, 100, 120, atau 14o•c. Pence- berada di dalam kondom digunakan mesin
Iupan dan pemanasan ini dilakukan dua pemusing, kemudian dimasukkan ke dalam
kali untuk menghindari kebocoran kon- pemanas yang berputar. Pemanas tersebut
dom. Setelah film karet yang melekat berisi bedak silikat, mula-mula bersuhu
pada cetakan kondom tersebut kering, 40°C, kemudian aetelah I jam, bedak
dikupas di dalam bahan anti lengket diambil dengan cara membuka pembung-
Quartamin D 86 P berkadar 0,25%. Kondom kusnya, kemudiao dipanaskan sampai ao·c
baaah dihilanskan airnya deogan cara selama 1/2 jam. Selesai pemanaaan, kon-
pemusingan, kemudian diberi bedak si- dom diangin-anginkan, kemudian diuji
likat den dipanaskan pada suhu so•c kualitasya.
selams 1,5 atau 3 jam. Kondom lateks
Uj-<. ~ Kondom IA.U.lu. A.tam
alam iradiasi yang sudah kering siap
1~-<.. Cara pcngujiao kualitas kon-
dievaluasi kualitasnya.
dom, yaitu tcbal, berat, paojang, le-
l'vnbLLa..ta.n Kondom Sil.a.ta. Pa.bM.h. bar, modulus, tegan&an putus, dan peT-
lGrunbo.A. 2), 'Iiga ratua dua puluh kg La- panjangan putus, prosedurnya diseauai-
teks alam iradiasi di tuangkan ke dalam kan dengan standar ASnl (10), sedang
tangki peocelup pertama atau taogki daya rekah dengan JIS (11) dan kebo~
pencelup pertama atau tangki pencelup coran dengan BS (12). Untuk mengetahui
kedua. Lateks yang berada di dalam pennukaan kondom secara terinci digu-
kedua tangki tersebut didinginkan pada oakan ''Scaning Electron Microscope"
suhu 20°C, kemudian diaduk dan dibi- tipe Jeol dengan perbesaran 10000 kali.
arkan semalam. Dua ribu bush cetakao
kondom bertur.ut-turut dicelupkan ke
HASU. DAii PEMBAll.ASAN
dalam tangki pencelup I, dengan keee-
patan tetap, yaitu sekitar 15 em/me.nit, Ada empat faktor penting yang per-
kemudi~n cctakan kondom yang bas ah lu diamati pada pembuatan kondom la-
dengan lat4'ks dik4'ringkan dengan m4'ng- teks alam i=adiasi skala laboratorium,
gunakan lampu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 8, yaitu pengaruh kecepatan pencelupan,
dan 12. Hal yang sama diulangi lagi kadar padatan, kadar amonia, dan penga-
pada tangki pencelup II. Setelab film rub pemanasan. Dari ke empat faktor
karet yang melekat pada cetakan kondom itu, hanya dua faktor yang dapat dia-

317
m~ti dala~ skala.pabrik, yaitu pe~garuh yaitu 0,04 sampai dengan 0,09 mm, maka
kadar padatan dan pemanasan. kecepatan pencelupan bervaciasi dari 10
sampai dengan 20 cm/menit.
Penga1tuh Kecepa..tan Pvicelu.,oan,
Karena kecepatan pence lupan berpengarull PengMUh Kado.Jr. Pad(Wm, Dari basil
langsung terbadap jum:ah produksi kon- penelitian pendabuluan menunjukkan bah-
dom yang dihasilkan, yaicu dengan naik- wa, lateks alam yang berkadar padatan
nya ke ce pe t an pencelupan, jumlah kcndom tinggi akan mempunyai kekentalan tonggi
yang dihasilkan meningkat, maka kondom pula, namun belum tentu lateks yang
yang dihasilkan perlu diketahui kua- kadar padatannya sama mempunyai keken-
litasoya. Pada percobaan ini, la~eks talan yang sama. Hal ini disebabkan
yang digunakan berkadar padatan 52%, oleh pengarub umur lateks setelah di-
pencelupan dilakukan dua kali deogan simpan dan cara membuat lateks alam
kecepacan bervariasi antara 5 sampai iradiasi (13). Pada percobaan ini la-
dengan 30 cm/menit. Hasil yang dipero- teks yang digunakan mempunyai umur yang
leh disajikan di Tabel I. Tabel ini berbeda, yaitu lateks pertama berumur 2
menuojukkan bahwa dengan naiknya kece- bulan dan yang kedua berumur 9 bulan.
pata' pencelupan, cebal kondom mening- Hubungan antara kadar padatan dan
kat, sementara itu modulus, perpan- kekentalan dan tebal kondom disajikan
jangan putus, dan tegangan putus tidak dalAm Gambar 3. Dari gambar terlihat
berbeda nyata. Suatu hal yang perlu behwa , lateks yang berumur lebih t ua
diperhatikan ialah apabila kecepatan mempunyai kekentalah lebih tinggi, wa-
pencelupan di atas 20 cm/menit, maka laupun kadar padatannya sama, akibotnya
setelah cetakan keluar dari lateks akan kondom yang dihasilkan lebih tcbal.
cerjadi tetesan dari ujung cetakan kon- Untuk mendapukan kondom yang t ebe Lnya
dom ke lateks di dalam tangki pencelup. 0,05 mm diperlukan lateks alam iradiasi
Hal ini dapat menimbulkan gelembung yang berkadar padatan 51%, dengan ke-
udara di dalam lateks yang pada akhir- kentalan 26 cp. Distribusi tcbal kondom
nya mungkin dApAr mPnimbulkan kebocoran yang dihosilkan dalam akala loborato-
kondom yang dihARilkan. Meningkatnya rium da~ pabrik untuk 100 buah kondom
ketebalan kondom disebabkan karena jum- disajikan pada Gambar 4. Kondom yang
lah latP.k• yang menempel pada cetakan dihasilkan skala pabrik lebih rata
kondom lehih bRnyak pada kecepatan daripada skala laboratorium. Hal ini
ringgi daripada kecepatan rendah se- disebabkan oleh kondisi pencelupan pada
hingga film karet yang terbentuk lebih akala pabrik lebih stabil daripada
tebal. Untuk mendapatkan kondom yang skala laboratotium, misalnya suhu pada
tebalnya sesuai dengan standar ASTM, skala pabrik 20 .!. o,s·c. sedangkan pada

318
skala laboratorium
. -
29 + 2°C. tak jenuh rantei polisopren yang belum
mengadaksn pengikatan silang dengan
Penga1u1.h Ke!rlM AmoiWt. Penggunaan rantai poliisopren yang lain sehingga
amonia di dalam lateks alam iradiasi terbentuk peroksida yang bersifat leng-
adalah sebagai bahan pengawet sekundec. ket dan berwarna coklat (IS).
Kadar amonia untuk lateks berkualitas
kondoro antara o,7 sampai dengan 1,2%
berat lateks (14), maka dalam percobaan Secara visual, lateks alam iradiasi
ini kadar amonia yang digunakan adalah yang sudah disimpan 9 bulan warnanya
0,7; 0,9; 1,1; 1,3; dan I,:>% berat tidak berbeda dengan yang disimpan
lateks. Tabel 2 manyajikan pengaruh ka- atau 2 ,bulan, asal tempat penyimpamm-
dar amonia terhadap sifat fisik dan nya tertutup rapat dan bahan pengawet
mekanik kondom. Secara umum walaupun cukup banyak. Dalam penclitian ini,
kodor amonia bcrbeda-beda, sifat fisik lateks alam iradiasi berkadar amonia
den mekanik kondom yang di has ilkan 1,40% berat lateks disimpan dalam drum
relatif Sama, akan tctapi kadar amonia- plastik kedap udara selama,0, 3, 6, dan
aya yang terlalu tinggi sehingga me- 9 bulan. Sifat fisik mekanik kondom
n Irnbu l kan pemborosan dan bau tcrlalu yang dihasilkari disajikan dalam Tabel
merangsang di ruangan pencelupan. Hal 4. Kondom yang diproduksi dari lateks
ini sangat mengganggu kesehatan. alam iradiasi berumur 6 bulan mempunya) '
tcgangan putue maksimum sekitar 270
PengMuh PemanMan. Tujuan pema- kg/cm2, scdangkan yang disimpan 3 dan 9
nasan pada pembuatan kondom lateks alam bulan bertcgangan putue sekitar 240
i r ad l as I bukan untuk vu l keu i s as L, me- kg/cm,2 sementara itu yang disimpan 0
lainkan hanya untuk pengeringan. Baik bulan sekitar 220 kg/cm.2 Naiknya
pada skala laboratorim maupun pabrik, t e gangan put us ini d iduga karena lat eke

pemanasan dilakukan tiga kali, yaitu alam iradiasi yang sudah disimpan lama,
pemanasan awal dua kali pada suhu 1oo•c setelah dibuat kondom dapat membentuk
selama 5 menit, pemanasan akhir pada film karet yang lebih sempurna. Hal ini
suhu ao·c selama 1,5 atau 3 jam. Hasil dapat dilihat pada Gambar 5. Pada gam-
yang diperoleh disajika,; dalam Tabel 3. bar ini terlihat permukaan kondom yang
Waktu yang diperlukan untuk pemanasan diperbesar 10.000 kali yang dibuat dari
akhir bila terlalu lama (3 jam) dapat lateks alam iradiasi berumur 0, 6, dan
mengakibatkan warna kondom lebih co<- 9 bulan. Gambar ini menunjukkan bahwa
lat, dan tegangan put us film karetnye permukaan kondom yang dibuat dari la-
sedikit menurun. Hal ini disebabkan teks alam iradiasi yang sudah disimpan
3danya peristiwa oksidasi pada ikatan 6 bulan lebih rata daripada permukaan

319
film lainnya sehingga daya adesif an- lebih hPsar pula, yaitu masing-noasing
tara partikel karet makin kuat, aki- bernilai 1,389 dan 1,051 gram. Hal ini
batnya tegangan putus makin tinggi. ma~ih ~emenuhi standar ASTM, yaitu
Tabel 4 tersebut menunjukkan pula bahwa berat maksimalnya 1,700 gram untuk se-
modulus film karet kondom meningkat tiap kondom. Nilai tegangan pucus, per-
dengan meningkatnya penyimpanan lateks panjang~n putus, dan modulu3 berturut-
alam iradiasi. Hal ini disebabkan oleh turut menunjukkan nilai 240-250 kg/cm2,
adanya pP.ristiwa pengikatan silang tam- 850%, dan 43-49 2
kg/co. Nilai-nilai
bahan selama lateks disimpan (16). tersebut lebih tinggi dari standar
ASTH, JIS, dan BS. Hal ini menunjukkan
Ko~om We.lu.
bahwa kekuatan kondom lateks alam
d.UU.,i.. Untuk mengetahui kualitas kon-
iradiasi melebihi nilai standar-standar
dom lateks alam iradiasi yang akan
tersebut. Selalin itu, daya rekahnya
diproduksi dalam skala konersial, maka
pun melebihi standat JIS, yaitu 34-35
pembuatan kondom skala pabrik dilakukan
liter, dan jumlah kebocoran untuk 100
di pabrik kondom Banjara~ dengan kapa-
buah kondom yang mewakili 10.000 kondom
sitas produksi 46,6 gros/jam. Percobaan
di bawah scandar BS, yaitu 2,4 buah.
dilakukan selama 24 jam ranpa berhenti
Data tersebut secara umum dapat dika-
· dengan tiga kali ulangan, yaicu tanggal
takan bahwa kondom lateks alam iradiasi
18 Februari 1987. 6 April 1988, dan 5
yang diproduksi ~kala pabrik sifat fi-
Mei 1988. Kondisi optimal percobaan
sik dan mekaniknya memenuhi standar pe-
yang dilakukan adalah kadar padatan +
mak.aia:l.
51%, viskositas .:_ 26 cp, suhu pemanasan
awal dengan me~ggunakan lampu nomor I,
2, l, 4, 5, 8, ~an 12. Pada mesin C, KESIMPULAN

suhu pemanasan akhir 8o•c selama 1,5 Dari uraian tersebut dapat disim-
jam. Hasil pengamatan sifat fisik dan pulkan bahwa, empat faktor yang mem-
mekanik kondom yang diproduksi dari pengaruhi proses pembuatao kondom, baik
pabrik disajikan pada Tabel 5. Tabel dalam skala laboratorium maupun pabrik,
ini menunjukkan b~hva tebal rata-rata yaicu pengaruh kecepatan pence l upan ,
kondom dari lateks alam iradiasi yang kadar padatan, kadar amonia, dan penga-
bcru11ur 3 bulan • 0,044 mm, sedangkan ruh pemanasan telah diteliti dan dieva-
yang berumur 10 bulan - 0,058 mm. Hasil luasi. Dengan naiknya kecepatan pence-
kondom yaag lebih cipis cersebut di- lupan dan kadar padatan, kondom yang
sehabkau oleh kadar padacan da.n ke- dihasilkan lebih cebal, sedangkan sifat
kentalannya yang lebih rendah. Karena mekanik kondom, yaitu perpanjangan pu-
kondom lebih tebal, maka beratnyapuo tus dan tegangan putu$ tidak berbcda

320
nyata. Kadar amonia tidak mempengaruhi, 2. ANNONIME, Jangan salahgunakan kon-
baik terhadap tebal maupun sifat meka- dom, Prioritaa, Jakarta, 26 Fe-
bruari 1987.
nik kondom, sedangkan suhu pemanasan
yang terlalu tinggi atau waktu pema- 3. ANNOllIME, Kondom Indonea ia s iap
tcmbus pasaran Amerika, Kompas,
nasan yang terlalu lama di samping da- J•karta, 7 Juli 1988.
pat menurunkan kekuatan kondom, JUga 4. ANNONlME, British Patent Number
warna kondom lebih coklat. Untuk menda- 368.295, Improvement relating to
patkan kondom yang memenuh i s r andar a method of and aparaturs for
making dipped rubber articles,
ASTM, .ITS, d an RS, maka kada r padar an accepted ( 1932).
lateks alam i.radiasi berkua Li t as kondom
sekit"f 51%, kekentalan sekitar 26%, ) , CALVERT, IC 0. , Polymer and 'fhe i r
Application, Applied SciP.nce Pu-
dPngan pemanasan awal J00°C selama 5 blishers Ltd., London (1983).
menit (untuk skala laboratorium), lampu
6. UTAMA, M., "Characterization of ir-
nomor , J, 2, 3, 4, 5, 8, dan 12 (untuk radiated natural rubber latex
skala pabrik), dan pemanasan akhir 80°C from pilot scale experiment'', Po-
lymer Science and Technology '86,
selama 1,5 jam. Dengan menggunakan kon- (R~gional Symposium, Bandung
disi proses skala pabrik tcrsobut, maka 1986), ITB, Bandung (1986), belum
diterbitkan.
kondom yang dihasilkan menmpunyei tebal
sckitar 0,055 mm dengan sifat fisik dan 7. UTAMA. M., Lateks radiasi sebagai
bahan dasar murah untuk pembuatan ·
mckanik memenuhi standar pemakaian. wa- sarung tangan secara sederhana,
laupun lateksnya disimpan selama 9 bu- Majalah BATAN XVI 3 (1983) 99.
lan kondom masih tetap prima. 8. UTAMA, M., "Studi pemakaian lateks
alam iradiasi untuk pembu::.tan ba•
rang karet di tujuh pengrajin
l:CAPAN TERl~IA KASlll
karet", Proses Radiasi (Risalah
Seminar Nasional, Jakarta, 1986),
Pusat Aplikasl Isotop dao Radiasi
Para pcnuli& mengucapkan terima - BATAN, Jakarta (1986) 87.
kasih kepada semua pihak yang telah
9. UIAMA, M., Pembuatan lateks alam
membantu menyelesaikan penelitian ini, pravulkanisasi radiasi, Majalah
sampai berhasil yaitu kepada Dr. K. BATAN XVIII 3 (1985), 56.
Makuuchi (JAERI, JEPANG), Ir. Edi
Dwipayana, Drs. A. Rafiq Baraja (Kimia 10. AMER. SOC. FOR TESTING MATERIALS,
Standard Specification for rubber
Farma), contraceptives (Condom), ASTM
D-3492-83, ASTM, Philadelphia
(1984).
DAFTAR PUSTAKA

II. JIS, Rubber Condoms, T 9111-1985.


I. ANNONll!I!, Tanamkan secara dini ke-
luarga kecil, Suara karya, Jakar- 12. BSI, Specification for Rubber Con-
t~, 26 Februari 1987. doms, BS 3704, 1979.

321
13. SAMSINAtt, u., QODRI, A.E., DULGANI, ject, National Family Planning
R., don NUGRAHA, T., Laporan Eva- Coordinator Board (BKKBN), Ja-
Luas I Pab r i k Pengo Lahan Lateks karta (1988), tidak diterbitkan.
Pekat Perkebunan Pasir ~aringin,
FTP XT, Jakarta (1985), tidak 15. ABED~EGO, Pengolahan Karee Alam,
diterbitkan. BPP Bogor, (1980).
14. ANONYMOUS, Imp l emcn t e t ion prog.ram 16. SUliDARDI, F., KARTOWARDOYO,S.,
for the modernizatioo of Latex UTAl'.A, H., Radiasi gamma gan
6 Co
reffining facilities for condom pada lateks karet slam, Majalah
and medical rubber products pro- SATAN IX 4 ( 1976) I I.

322
Tab•l r , P•t11•r.1h •«•?•t•• f:CJ)(~h•'.Nn t•rhldtp \lfat t11iJ d&n •cQ.nik
kofld.M l•t•l.s ala• lr.dJasl \Jetl-'•r pad•ur Sl\ .yanc.~Jbuat
d•!~ •ia.l. l.aboretcraY191. '*'•• mionl• o.to\, suhu pes1n•s&ft
lOO (. 10 •••t.
Aci;epatan
r•nctl~•n
ftlQ/•tni e ~
---- C•J
T~I
•ondo.
Hocfu1u:s
600\
(IJ/<a1)
tq;;n.Ji.11
p!Jt\..S 2
(l•1c. I
..
Perpu.Jana-
putus
(\)
KeteTa~aan

JO
s
...
0.02
J) " WI
220 ...
190 .u1tar J ll.Up&•

•.,·°".
IS
0
H m .ao
'"
JO O,ll
Ji
,. uo
us
MO

-·--- "°°

raueJ 1. Peai;ar1.1h );adar .01.1• ttrh.a:la, silat ftstk d&n •tkantk l:olldoa
lateks ll- it"ld)ISi )'Ut dlbut stt.la labOl'IC.Orh.ut, lf.dar Pl•
llrt:l•n $2\, kecep-tta• p3ncol.apen I~ ca/aet1i:, .,_\:tu pu.an.asan
l!: nc•1t J.111.c.l• ,.uhu l~C.
-------------
~d:H re.,aJ MQdv1"'~ Tqao,:•n ht~'IJ•'l.l~r,
a.aoni a Kt-ttr•nt•n
kondo• 6!)fl\ l p.itus .. putws
(\) (•) (11/Q ) Cla/c:m•) (\)

v. 10 o,(isa Jl 2'5 Ut
u.vo
l,l:J
tl.<:61
(l,IJ59
l2
Jl
1;0
2)0 ..
900

l, lJ
l,SO
c.oss
(,USSI
!•

" ...
111 uo
Ito

fabel l, ·Petiiarv.h p9At1u1• teiftdq slt'•t tsallc dlln .. tu.ill konda. 1•1
dlbutt ska la laboratorl~. lid.tr ~•• 1, lJ\ ,· lr:1d1r 'P~•t.u\
Sl'• ktC'epat1n ilfl'(tlqu JS Cll/ar11tt.

W1\tu petl.&n•~an pad•


,.11c:elupa~ t te.t II ..,.,
Mod\lJus ro,..•1an. hif'Pln11.11,1JUt
puM
I.ttera.1111n
Jl)(IOr; M"C ():1/c:. l) "''"' 1>
{\Jlc. (I)

10 ••nit i.s , ... 31 129 910


i.e Ju )~ ?ll 990 '-•ma co'itlat
30 unit 1,S )u 30 HO 920
J 10 Ju 35 230 ••• V&m& COtl&t

323
T•l'i~J ', Si fat ftst>. den •el:anik kondo111 l•teks alu tra.diu.t rans ta ...
teksnya disillJ)•n O, J, 61 11111 9 hul•n. K~d•r .-oni• J,to\,
k.ct•r J>lld•tan 52\,

L••• pmyi•.· Modulus Tes-."'lltl\ Porpal\j•nt1n K•tc-r.naa.n


p•n•n L•teks 600- 2 putus 2 p.lCU•
{bul1.n) (k1/o l Ckrl-:• ) (\)

D 2S
JD '"' ......
e•o
•'
2'3
l6 170
• 4l 240 ••• •arn. col:l•t

St fat St•l'ldar
l ti nr IS! JIS
Kun.Int l.,coklat-cotlat1.11
1. tebal
'''"' (•) o,44 o,oa·i o,osa
2. o,oc - 0.051
l, Lobn C..J 52 49 49 52 • 2
•. ~.. , •• ( c.. 1 us us us 1eo t 10
s. aer1t (f'J'~) 1,os1 1 ,s6 113g 1 ;10••
6, Modulus WO\ 0<11ca2J
. l
•a 43
40
40
l'S
49
45
? • lc1•:11an put\1$ (ltt/ta )
•• 150
230
140
2)1)
240
244
140
1'0
100 lCO
170
t. Pcrpanjanaan JNlu~ (\} A 19• 199 aso 7'0 600• 'so•
9. 01.y1 ret:lh (\lteT u6•t•)
• 189
34
900
l6
900
!S
700 S40' 600•
10. Jum\ah kebOCOTlft tia~ 100 1.0 2,' 3"
londo• Y•ftt aew1kllt 10000
kondOll

A• Stb•1Ull pensusantan •• HSl1t. •alctlrul


8 • Stsudah penps1n1an 1o"c. 11 l•• • Hi lai alnlmll

324

g ~
o"

-o
s-,
u
....
_ ... ~ .. uo
.
..

~s
.••
.....
,. ~
-··- .
, 0

.• b"
• .8
i o-

"' c: •

0 0
i

1-i _,
..
.. • .
g ~ ~
!"'!>!
... Ii
0 =
.; ~ 0
0
o. :!! u.
0 0 0 0
N
o.
0
~
~ !!,
cc

.0 .0
~
~~11.
N~

D• . ... ..• --
..
~
~

.
• c

•• 0 :J :>· ... -
'°'°.!!

··~__.....
c .... Cl'I 'V..,

! . ~
:!
a e: w ..
• '~~
j ••
..•
<l .. ••...• __!':.
N
c .!
• ... .,. >-

. ',,,'' .....~
c .,,"Cf ••

~ l -. ,o
··11
..I• •.
1 c
-, <, l!'to>.
i ••
"I I "'"'--
-E !!IS

...
~ a•, '\ \\ ~ ;;;
~
--··--

.... ..
......
e ....
l
e,
~
"..•
.;?
0 ·.' ' ' '\\
0 .. ::
.. ..•• •s--••
• CC.-.>(
>.. ,.. .....
...,

.= .
~!l
c ·~·~\Q,•~
-, \ • ......o--
-8"U=C:
cc •

.. ·. ' \
\
-e 0

ii :;;i '
.' \ \ \ •• ~~
y

..
~ -• -•• c: c;.
u
: ~
·.8
2. •
.,_
..:

~(»
'-'..\.·.\;, \ ~ ii~~

~
:.• • • "
........ lo( w

•Q•<J
.
1
•• ~
... ...... ...
0 •N • .. .. ~
0
~ ..;
• •

..,t
H N N N

"' (d>) Vft•im~;aJ

325
DISKUSI 2. Kondom merek 2-5 diproduks~ di Ko-
rea.
3. Kondom merek 2-5 tidak menggunakan
WINARTl ANDAYANI : lat~ks alam iradiasi.
Apa yang dimaksud dengan lateks al.am
iradiasi berkualicas kondom? AGUS ISMANTO :
I. Pada wakcu diadakan percobaan di pa-
MADE SUMARl' I : brik, digunakan perlakuan tcrtentu.
Laceks alam iradiasi adalah lateks alam Apakah tidak mengganggu produksi pa-
yang divulkanisasi dengan sinar y 60co
brik?
sebagai sumber radiasinya. Oengan pe- 2. Dari hasil pe~elitian yang dilaku-
nambahan CC14 sebanyak 4 p.~k (per se- kan, ~pakah ada uji kenikmatan, an-
ratus berat karet). Pada dosis 45 kCy tara lain dikaitkan dengan koleba-
asam lemak etirisnya rendah di bawah lannya?
0,02, MST ~ 1800 dP.ti.k, kekentalan 90
cp, sehingga keku,.tan mekanlknya lebih MADE SUMARTI :
tinggi. ). Tidak mengganggu, karena kami memang
diber i waktu oleh pihak pabrik Ban-
HERWINARN[ S. : jar an, Bandung.
Berapa pP.rsentase kemurnian cct4? 2. St<dang dikerjakan oleh Biomedis BKK-
BN bekerja sama dengan Universitas
MADE SUMARTI : Erlangga. Uji coba dilakukan di dae-
CC14 yang digunakan CC14 teknis dengan rah, Surabaya.
kemurnian + 92 %.

DJOHARLY :
SUTJlPTO SUDIRO J. Apa beda tegangan putus dan perpan-
I. Ada berapa pabrik kondom di Indone- jangan putus 1
sia? 2. Bagaimana cara menentukan keduanya 1
2. Apakah kondom merek 2-5 itu dipro-
duks i p_abrik llanjarau 1 MADE SUMARTI :
3. Apakah kondom merek 2-5 menggunakan I. Tegangan putus adalah beTapa gaya
bahan lateks alam iradiasi 1 yang dipakai sampai film k"ret pu-
2 .
tus, dalam kg / cm. PerpanJangan pu-
MADE SUMARTI : tus adalah berapa persentase panjang
I. Pabrik kondom di Indonesia ada satu, yang dibutuhkan sampa; putus.
yailu pabTik kondom Banjaran, Ban- 2. Keduanya diukur dMgan alat Instron
dung. fA1;tP.r..

326
SOFNI M. :
I. Dari penelitian rlid•patkan bahwa
kondom yang dihasilkan dalam skala
pabrik lebih rata dar Ipada skala la-
borDtorium. Bagaimana hasil kondom
dalam skala laboratorium. Apakah
dalam skala laboratorium ini sudah
dapat dipergunakan oleh konsumen?
2. Bagai1nana pula dengan sifat sterili-
sa•iny•, bila dibandingkan dengan
skala pabrik?

MADE SUMARTI :
I. Pada skala pabrik lebih rata k.arena
suhu udara pencelupan sekitar 20°C +
0,5°C. Sedang pada Skala labora-
torium kurang rata karena suhu pen-
celupao sekitar 29°C ~ 2°C. Skala
lahoratorium masih harus diuji cob a
dulu.
2. Kondom tidak pe r l u s t ar i L. Namun,
lokasi pembuatan kondom dilakukan
sebersih mungkin supaya kondom yang
dihasilkan steril.

327
DAHAN PEMEKA UNTUK VULKANISASI RAOIASl LATEKS ALAM. I. KOMBINASI
MONOMER AKRlLAT MONOFlJNGSIONAL-KARBONTF.TRAKLORIOA t CCl4l

Yanti Sabarinah S.*, clan F. Sundardi•

ABSTllAK

BAl\An PEHEKA UNTUK Vl/LlCA~!SASI RAD!AS! LATHKS ALA.~. t. KOM&INASl MONOMER AKRILAT-HONIJF11NC-
SlONAL-KAR80NT£TRAKLOR10A (CCl~), Telah dilakukan penelltian untuk menta•nti et•u o•naur•nai pe•~k•l•n
CClli Jebagai baha:. pemeka pada vulk1nitati radi1uti l e t ek s •lam.. Tia• jenis 1101\0111cr •krilat O'I011oful1a•i01\•l
: n-bucilakrilat (nBA). mttil•krilat (KA) d•n metilm•thakrilat (MMA) dcngan betm•c•m-iaaca• kOn••ntta•i
telah dicoba. Monomer yang dapat diha£•pkan ••baaai b•h~~ p~mek• adalab n8A. Kombinati monomer ter1tbut
dentt•n CCl (I pak - I p•k) •.ttngat etekcif. Doai• it'.:idi~•i untuk mcnC•P•i kekuaL•n ta£ik •1kti1tum adal1h
10 key. Ktiuatan tarHt mak1lou111 t•raantung p;tda "green atl"~ngth" latek• ala:m. file ltartt Y•na dih11ilk1n
tidak beTbau mnnomer d•n m•mpunyai ketahen•n cerhad~p pcnau••11g•n pad• 1o•c 11ap1l h•ri kt 1 me•kipun
Mtngalami P•ncoklttan.

ABSTRACT

StHS!TltEK roR RADIATIOK VULCANIZATlOK OP NR LATEKS. I. COHBlNATlOK OP ACRYLIC lfONOFUNCTION.IL


ttOHOH:r.R•CARBO~ TlTRACKLORJOt (CCl ). An inve•tigation hat been C•r~i1d out to 1ub1titutt or reduct tht
eeeeeet ree Ien of CCl a.a aen1itiitr. three ac:r.ilie Mvt'u.wnerl were u•ad 1 n-butyl•C'tyl1te (nlA).
nt:tylac:rylate (MA} and4metylmetha~rylate (MMA! in v•l"ious eoneent£1tion. nBA w11 tht pr01l'litin1 •o~ootr ••
, 1en1iti&1r. lea combination vith CC14 (lphr-lphr) was the RO•t effective. lrrad~ation doae to obtain cht
~ximue tensile 1ttength depended on the g~een strength of do NR. The rubber !11• had no mo~o~t odour
and ict aaeing propercitt at 7o•c for 7 days were con•ide~ed exellcnt evtn it wa• brevnina.

PEHDt-HULUAN nomer akrilat polifungsional {PPM) da-


pat menunjukkan efisicnsinya sebagai
Pemakaian monomer pada vulkanisasi pengganti CC14. Dijclaskan bahwa, efi-
r ad i as i Lat eks alam telah banyak dipe- siensi monomer tersebut c i-d ak hanya
lajari, baik untuk meningkatkan mutu
bergantung pada kereaktifannya terhadap
lateks iradiasinya maupun sebagai ba- partikel karet1 tetapi juga pada ke-
han pemeka pada vulkanisasi itu sen- lorutannye dalam partikel karet. Peng-
diri. Karbontetraklorida (CC14) sebagai amatan terhadap beberapa PPM yang di-
bahan pemeka bersifat toksis terhadap
pakai rnenunjukkan bahwa kelarutannya
lingkungan sekitarnya, sehingga pema- dalam partikel karet naik dengan kena-
kaian monomer sebagai bahan pemeka di- ikan sifat hidrofobiknya, tetapi e·fi-
harapkan lebih menguntungkan.
sien•inya sebagai baban pemeka naik
Percobaan oleh HAKUUCHI dan HAGI- jika sifat hidrofiliknya naik. Sifat
WARA (1,2) telah menunjukkan hahwa mo- hidrofobik suatu monomer bergantung pa-
da struktur kimianya. Kestabilan lateks
' Pus e t' Aplikas~ Iaoecp da~ Radiasi, 8A7AN alam juga sagac dipengaruhi oleh si-

329
fat monomer, mi~alnya lateks yang me- dan poli (2EHA). Hal ini menunjukkan
ngandung neopentilglikol dimethakri- bahwa tidak terjadi reaksi kimia pe-
lat (NPG) lebih stabil datipada yang nempelan poli (2EHA) pada molekul LIR.
mengandung neopentilglikol diakri lat Ikatan yang terbentuk adalah ikatan
(A-NPG), karena adanya 2 buah gugus fisika berupa lilitan antara molekul-
mecil yang menyebabkan NPG bersifat molekul poll (2EHA) dan molekul-molekul
hidrofobik. Sebagai bahan pemeka A-NPG kar e r .

lebih efektif, cecapi dapat meoyebabkan Dibandingkan dengan CC14, monomer


koagulasi lateks. Oleh sebab ctu, pe- akrilal kurang toksis, tetapi harganya
nambahan pelarut yang tidak mempunyai cukup mahal. Jika diperhitungkan faktor
I
s~fa't scavening effect perlu diberikan ekonomi, maka CC14 lebih cenderung
jika dipakai A-NPG. Pelarut tersebut digunakan sebagai bahan pemeka. Untuk
tidak boleh mempunyai efek proteksi mengurangi sifat toksisnya, pemakaian-
radiasi dan tidak menangkap radikal nya harus dikurangi tanpa met1gura-
behAs yang terbentuk kareoa radia- ogi kekuatan tarik film karet dan ke-
si. Effek PFM disebabkao oleh fungsi- stabilan lateks iradiasinya. Kombi-
nya sebagai pengikAt silang (crosslink nasi CC14 -monomer akrilat sebagai ba-
agent). Mekanisme ak_!>P.:lP.rasinya terdiri han pemeka mulai dipelajarai (4). De-
atas dua cahap, yaitu penempelan PFH ngan komhinasi ini diharapkan. sifat
pada molekul-molekul karet kemudian film karet Akan lebih baik karena efek
pcngikatan silang PFM yang menempel pemeka CC14 dan efek pengikatan silang
pada molckul karet tersebut. mononer akri!At. Jika sistem ini dapat
dikembangkan, maka CC14 sebagai bahan
Selanjutnya HAKUUCHI dan TSUSHDIA
pemeka dapat dikurangi. Salama ini vul-
(3) mempelajeri pcm~k4in monomer akr:.-
kanisasi radiasi lateks alam yang di-
lat monofungsional sebagai bah an pet11e-
lakukan di PAIR-BATAN masih mengguna-
ka. Dari beberapa monomer yang dipa-
kan S psk cc14 dan dosio iradiasi 30-
kai, nBA dan 2-etilheksilakrilat (2EllA)
40 kGy.
adalah yang e!ektif, sehingga memberi-
Pe~clitian ini meinpelajari kombi-
kan kekuatan tarik maksimum pada dosis
nasi CC14-110llOlllet ak r i l a t mono fungs I>
30 kGy. Mekanisme ak.selerasi oleh
anal sebagai bahan pemeka vulkanisasi
monomer akrilat monofungsional dipela-
radiasi lateks alam untuk mengurangi
jari dengan meradiasi campuran karel
sitar toksia CC14 ranpa menurunkan mutu
isopren cair (LlK)-2-etilheksilakri-
lateks maupun kekuatan film karetnya.
lat (2EHA). Analisis G~C sampel ya~g
diiradiasi 30 kGy menunjukkan adanya
dua puncak absorbsi. masing-masing LIR

3.30
BAH.vi DAN METODE yang telah diencerkan. Konaentrasi CC14

Lateks alam yang dipakai diperoleb sebesar psk dipakai dalam camvur-
an CC14-monomer sebagian bahan pe-
dati PTP XI Pasir Waringin, Jawa Barat
dcngon kadar jumlah padalan (KJP) 60% meka.
dan kadar karet kering (KKK) 59%. La- Fraksi gel ditentukan setelah men-
ceks diencerkan dengan larutan ammonia cuc1 film karec secara terus menerus
selama 72 jam dengan pelarut tolue:i.
1.64 hingga mencapai KJP 50%.
Kerapatan ikata~ silang dihitung dP.ngan
Monomer akriklat yang dipakai ada-
lah nBA, MA, dan MHA. Monomer-monomer ru~us yang diturunkan dari rumus FLORY

tersebut adalah teknis dan d Ipaka i den REHllER (5)


• tanpa pemurnian, kecuali pem-
langsurig
Vo • k x Q-5/3
bebasan inhibitornya. CC14 dipakai tan-
pa pemurnian. Pelarut toluen dan bensen
di m.ana k • 4.71 x 1020 dan q adalah
masing-masing dipakai untuk penentuan
volumetric swelling ratio dalam pelarut
fraksi gel dan kerapatan ikatan silang.
benzen murni :
riadiasi dilakukan pada suhu ruang
da l are ·iradiator !RPASENA (30 kCi) de-
ngan laju dosis 4 kGy/jam.
Roncangan percobaan yang dipakai
w1 dan w2 adalah berat film karet
adalah ; rancangan acak Lengkap (RAL)
sebelum dan setelah direndam 24 jam
dengan.,etode faktorial. Parameter yang
dalam benzen. PR adalah dens i t as ka-
diamati adalah sifat fisika filo karet,
ret (0,93). PB adalah densitas benzen
kerapaten ikatan •ilang, dan fraksi
(0,87).
~el. Sifat fisika film karet yang diuji
ads Lah kekuatan tarik, modulus, perpan-
11.ASIL DAN PEMBAHASAN
jangan putus, dan perpanjangan tetap
sesuai dengan scandar pengujian ASTM E6.u.l2.n.6i /.lonomvi. label I
menun-
0412-80 memakai mesi~ penguji INSIRON jukkao sifac fisika film karet lateks
1122. ~engusangan film karet dilaku- iradiasi jika nl!A, MA dan MMA masing-
kan dalam "geer oven" pada suhu 1o·c. masing dipakai sebagai baban pemeka
Viskosilas lateks iradiasi diukur pa- pada vulkanisasi radiasi. Uji ~· dari
da suhh ruang dengan sistem agitasi data yang diperoleh menunjukkan bahwa
oenggunakan VISCOSIC E-12 pada kece- nBA cukup efektif sebagai bahan pemeka.
patan agitasi 100 rpm. Modulus maupun kekuatan tarik film ka-
Konsentrasi monomer yang d t t aabeh- ret lebih tinggi jika nBA dipakai se-
kan diperhitungkan terhadap KKK lateks bagai baban pemeka, demikian juga per-

331
panj angan tecap dan pe rpan j angan pu- rik aklbat banyaknya molekul poli (nBA)
t us akan lebih rendah. dalam parllkel karet. Pada konsen-
Kenaikan modulus dan penurunan crasi 4 psk, lateks iradiasi menjadi
perpanjangan pucus serta perpanjangan sangat kenral sehingga ridak dapac di-
recap menunjukkan bahwa adanya monomer tuang menjadi film karet untuk diuji.
dan radiasi sinar gamma menyebabkan
f6,(,i.£en6.l Caltf)Wliln /,fonome,t-CC.t4•
pembentukan ikacan di dalam partikel
Tabet 2 menunjukkan sifat fisika film
karec. Lateks iradiasi yang mengandung
karet jika nBA, MA dan MMA masing-~a-
nBA memberikan kekuatan tarik yang cu-
sing dicampur dengan I psk CC14 seba-
kup tinggi meskipun kerapatan ikatan
gai bahan pemeka. Campuran I psk nBA
silangnya dan fraksi gel masih sangac
dan I psk CC14 memberikan kekuatan
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa ikat-
carik maksimum (213.43 kg/cm2) meskipun
an silang yang cerjadi dalam pa r t i ke I
kerapatan ikatan silang dan fraksi
karec hanyalah ikaran fisika (entang-
gelnya masih rendah pada dosis 10 kGy.
lement) seperti ikatan yang terjadi
H~l ini mP.nunjukkan bahwa campuran ini
antara molekul poli (2EHA) dan LIR (3).
dapat dipakai sebagai bahan pemeka.
Dari struktur kirnianya, KHA bersi-
Campuran in i tP.1 ah d~pat mAngurAngi
fat lebih hdrofobik daripada MA dan nBA
pemakaian CC14 sebagai bahan peme-
sehingga lebih mudah di ab so r bs i oleh
ka. Selama ini konsentrasi CC14 yang
portikcl karct. Karena ikstan silang
dipakai •dalah 3-5 psk dan dosis 30-50
yang t er j ad I hanya mecupakan "en t nng-'
kCy untuk mencapai kekuatan tarik mak-
1ement01 maka temperatur gelas (T )
g simum.
polimer sangat mene1ltukan. T po l i
g Tabel 3 menunjukken efek dosis
("21.\) ( 105°C) Leb ih Linggi <libanding
iradiasi pads sifat fisika film karet
poti (MA) (6°C) dan poli (nBA) (-53°C).
de ngen b ahan pemeka nBA-CC14 (I : I).
Pa<la suhu iradiasi (30°C), radikal be-
Kekuatan tarik maksimum (194.04 kg/cm2)
bas n8A bebas bergerak dan mudah mem-
diperoleh pada dos is iradiasi 30 kGy.
bencuk "entanglement". MA sukar diab-
Nilai ini Leb ib rendah daripada ni -
sorbsi oleh partikel karet sehigga
lai maksimum label 2 karena "green
pembentukkan entanglement tidak·efekrif
strength" lateksnya berbeda. Kerapat-
meskipun T nya rendah.
' g an ikaran silang masih rendah, tetapi
Kekuatan tarik
maksimum (178.75 menunjukkan kenaikan dengan kenaikan
kg/cm2) dicapai. pada konsenrrasi nBA 2 dosis iradiasi. Dosis di atas 30 kGy
psk, setelah itu menurun lagi. Penurun- hampir tidak terjadi kenaikan ikatan
an ini diduga karena berkurangnya kris- silang (Gambar ll. Perpanjangan tetap
tqlisasi molekul karet pada saat dita- dan perpanjangan putus menurun dengan

332
kenaikan dosis ~~~diasi. an film karet p3da suhu 70°C menyeb3b-
kan panguapan molekul air s sh i ngg a ko-

2 me~unjukk•n efek konsencrasl nBA hc s i mo Le ku l kar e c s crnak i.n kuat dan

terhadap viskositas lateks iradiasi. 1nenaikkan e l as t i s i t as film karet se ee-


Makin tinggi konsent r as I nBA, v i skos i+ ldh direncanskan.

t as lateks i r ad i.as i makin t ingg i , Hal


inl dlsebabk•n oleh sl(at hidrofilik KESIMPUlAt~
nBA yang mendehidrasi moLekul air pada
n Butilakrilat dapat dipakai seba-
pe rrnuk aan pa r t i ke I karet. Makin banyak
gai bah an pemck a ped a vulkan i s as I r a>
air yang
v i skoa i t as 1At~k$;
,
did1lhidrasi,
d an akh i r nya
makin tinggi
tP.rhP.11-
dias i lateks alam. lkatan silang yang
terbentuk anlara poli(nBA) <.Ian molekul
tuk pasta. Adanya I psk CCL4 dalam
k t h berupa entanglement j
campur an nBA - CCl.4 menyebabkan se<likit
a r e anya s a a ,

'Pcngcnccrrnn. s ch i.wgga v i.skoGitna lo.tc1cts


sehingga kekuata tariknya cukup -tinggi
iradiosi aga;. l cb ih r cnd ah mc sk i.pun meskipun kerapatan ikatan silang dan

jugi meogalumi kenaikan. fraksi gelnya masih sangat rendah. Kam-


binasi nRA-CCt4 (I psk - I psk) sebagai
KPhllummi T P.Jt ha.d a.p PengUA1JM9a.11 .•
bahan peme.ka member ikan s ifat fisika
'rabel 4 menunjukkan h a s i I uji pene-
yang baik pada dosis i r ad i as i 30 kGy.
usangan film karet. Modulus dan ke-
Film karet yang d i per o l eh menunjul<-
kuatan tarik mcnunjukkan kenaikan p3da
kan ke t ah anan terhadap pengusangan, te-
aw~l pengusangan dan mulaj menurun
tapi tctap mcngalami pcncoklatan.
s s t e l ah har i 'ke 7. Kekuatan c ar i k mc-
nunjukkan kenaikan 10-20% dari 172.21
kg/cm2 menjad:i 191, 9 kg/cm2 sete lah DAFT/l.R PUSTAKA

mcnge l em i pengusangan 3 h er i d an rue-r


I. MAKUUCH1, K., and HAG Ho/ARA, M. , Ra-
nu run mendeka't~ kekuatan t a r i.k awol dia rion vulcanization of NR latex
( sebe l um d i.usangkan ) p ada pengusangan with polifunction~l monomers I. J.
Appl. Polym. Sci . .?.2., ( 1984) 965.
se l an j ut nya . I'e r l i.ha t b ahwa , film k a re t
2. MAKUllC.Hr. K.' an(I HAGIWARA, M., Ra-
yang mengandung' nBA-CCl, ,, r ahan t e rh ad ap
diation ,ulcanit~tion of NR latex
pengusangan meskipun belum d i t amb ah an- vith polifunctional monomers II.
1
Rad i ac . Phys. Chem. '.IA ( 1984) 203.
rioksidan. Kerapatan ikatan silang mu-
lai menurun setelah pcngusangan lebih 3. MAKUUCIIT, K., and TSUSIUMA, K., "Ra-
dari 7 hari. Warna film kacet setelah diation vulcanization of NR latex
with acrylic monomers", Interna-
diusangkan meni ad I k ecok Lat an . tional Rubber r.o~feren~e, Kuala
Perpanjangan tetap menur.un setelah Lumpur, Malaysia (1985).

film kacet diusangkan. Diduga, pemanas- 4. DEVENDRA. R., "Radiation vulcaniza-

333
tion of NR lateks. Development of
Sensitizer". IAEA, EAG Meeting on
RVNRL, Takasaki (1986)

S. FLORY, P.J., and REH!IER J., J.Chim.


Phys. 11 ( 1943) 521.

334
0

.
• 0 ..
~
e
~
..
0

'• .. - ~ g 0
0
N

'"
...- 0

- 0

::: •• 0
0
i

0
..

:: 0 8
N
0
~'
M
s. 0

l 0
0

...
-
N
N

.
;!
•'
..•
.,;
;!
•'
-::
!•
N
0

:S
..... ... N~~:
....
~--
N
!
~

..
!•
~
.,; "'.,;• ~
-
N
0
0 0

.~..
~
•• .:!
~

335
TabcJ 3, Efe\ do.s1J irtdi••l terh•dap slft.t fitika flln ke.ret,

~,1. (kGy)
10 20 JO 40 so 60

M>dulus ~.00' 6.U 6.00 8.58 1.10 8,85 t,43


(k1/c11')
Modulu• ~00\ 15.83 16.07 20.12 22, Z·J lS,'1 2',84
(klfc• )
1Ctku1t•n tutk 188,6!1 192.68 194,04 162,68 152, 9.1 147,26
(k1/c.a2)
Porp1n1. putus 1061 1025 ssa
( ') 980 909 600

Pe~anj. ttt1p JS 29 25 u 15 IS
100 ( ' )
Kerapiatan ik. •1- 12.27 16.01 1.a.21 19,'1J 2l.2l 22,76
1...,, (1ol•ca-S)
Frakai 1•1 sa,30 7'S, 75 '2,20 81,99 90,Sl 91,l6
( \ )

nlA-CCl4 : 1:1 (psl/psk)


L&Ju dosiJ : • \Gy/j1• 2
Green .stre-nstti : JO kf/C•

T1bel 4, Slfat ftJlka fl In karet setelah ponsus•n••n.

•• Pet11u1a111at1 Chari)
J 14 21

Modulut lOO\ 7,95 •.os 8,2) 1.19 r.se 7,37


(k1/ce2)
Modulue !00\ 16,J3 16, 3'4 17,7J 16,49 15. ll 14,78
{1c1/c1a )
leku•t.n tartll 172,21 117. 94 191,U 110, 13 113,S1 171. IO
(k1/Cll2)
Ptrpln~, putut 967 1100 967 967 1000 1045
( '
fter\j. t•t•p ,, 20 16 12 10 10
100 ( \ )
lerapatan
Jar.1 (xlO ca· )
lk,g•i- 20,15 1•.•• t•.9• 18,30 11 .ss 17,63

fraksl 1tl so. 30 39.0) 34,SZ )2,94 43,36 St,3'


( ')
•Ll•CCh : 1 :I (tk/psk)
llcutt lradt1at 1 .O \f:y f<t \Oy/J•1t)
• ••helu• p1n1u1t.nl&t'I

336
50

;;
~•
•! 25
•c
':
~

2 3 4
... (p••>
l,i•b&r 2. Efll'l komentT&.Ji ntA tcrf\ad&p vlakoslt&J ll•
teU tc..tl•.tl.
I • t11npe 1 ps\ CCI
0 • dlftl•• I p.t ed.
do1ta lradtasl 10 \'Cy (• lGy/Jaa)

30 100

·re
=2
.:,
.
~ 15

•:
~


~

~

0 10 50 60 0

G••>-T l, !foe)" dosis tradt.a.si terha.d•p ..•rapat&ll t\atm


sil&nl :tu fntsi 111.
•tA CCl4 (l p,tk • 1 pi\.)
LA.ju dooSlt • kGy/j ..

ll7
OISKIJSI YANT! SABARINAll :
Mengukur ikatan silang
Swelling ratio dan Crosalink density
M. SULISTYATI : Fraksi-gel.
Ragaimana c ar a mendeteksi ikatan silang
yang terjadi polimer yang dihasilkan? MARSONCKO
Pada Tabel 1, dengan kadar dan dosls
YANT! SABAHiNAH: rodiasi yang sama dari ketiga monomer
Ikatan silang dapat diketahui dari mo- yang digunakan, ternyata tegangan putus
dulus dan diukur dari swelling ratio- jauh lebih besar dengan menggunakan
nya. Dalam penelitiao ini ditentukan nBA, molron dijelaskan ?
juga crosslink density (kerapatan ikat-
an silang) dengan merendam potongan uji YANT! SABARINAH:
dalam pelarut toluena dan kerapatan Perbedaan efektivitas nBA, MA, dan MMA
ikatan silang ditentukan dengan r umus adalah karena sifat monomer (hidrofobik
FLORY dan REHNER. Fraksi-gel juga dapat (MMA) arau hidrofilik (nBA dan MA} dan
dipakai sebagai indikasi ad•nya ikatan juga Tg (glass transition temperature)
.silang. Makin tinggi ikAtan silang, karena kerapatan ikatan silang hanya
swelling rAtio makin rendah dan kera-
merupakan entanglement.
patan ikatan silang serta fraksi-gel Tg poli (nBA) • -53°C.
roakin ti.nggi.
Tg poli (MAJ • 6°c.
Pada suhu iradiasi (30°C), radikal nBA
SRI HARIAN! S. :
bebas bergerak dan mudah membentuk en-
BAgaimana cara mengukur besarnya ikatan
tanglemen. Monomer MA sukar diabsorbsi
s i lang yang terjadi pada monomer yang oleh partikel karet, sehingga kurang
rligunakan?
efektif sebagai pemeka.

338
SIFAT FJSIK DAN MEKANIK VULKANISAT CAMPURAN KARET ALAM DAN KOPOLIMER
KARET ALAM STIREN

Marga Utama*, W. So!iarti*, dan S. Kartowardoyo**

ABSTRAK

ABS tit.Al
SIFAT FISlK DAii llEKAJIIK VUl.IUJUSAT CAllPlllA• KAllET At.All DAii lOPOLlllER XJ.l!T AlJ.11 · STIUll.
Kopoli..ri111l iradi••i 1ciran "'- d1l1• lattk• alaa 4enaao varia•l tad•t etiran da~ 4oei1 ir1dlaai t•leh
dip1l1jari. ltfat ti1ik den a1kanik •ulka~i••C c••tur•n karat al .. daft \ar•c al .. 1tirtn 41n11a l&.edat
karat ala• 1tir1n 0, ll, )0, 75, dan ICO p1k (lM:r ••ratua b11laa b1r1t karat), ai11lnra ttt••&&n pucu1.
llh>dulu11 ?ttpanjangan putu1, kttahantn klkl11 dan ketahaaan 1obtk ttlah diev1lu11l. H11il yana di11rol1h
m.enunjukk1n b1hv1 campuren k1r1c al .. dan karet al .. aclren (lO p1k •tiren) dansan koapoeiaj I i I, dapat
aanghaailkaa t1a1ng1n p~tul ttrtin11i, ptrptoj•ngen tetap, kerap1tan ••••· dan kecaha.aan ktki• t1rtndah
bila dib1~din1k1n denaen koapo•i•i Y•t\l l1lo.

ABSTRACT

ABSTRACT
PHYSICAL Allll M!CHAIHCAL PROPUTl&S OF VDLCA!llZAtt fROH A·llUTUU OP M>.TUIW. llUIUI JJlll 11.\TUIW.
RUllB~ STYl.EN COPOL'O!!l. The r&di1tioo copoly.eri&etion of acyrtnt ln:o natUTal Tubber latex vitb
vari•ticn of atyren conc1ntr•tioa. and irrediation do1t be• baen ttudied. The phytic•1 aod · .. chanical
propertiet o! vulcanlcate !rom. a aixture of natural tubber and natutal rubber 1tyTeu1 cop0l,...1r with
variation of compoaltion i.e. o. 2~. ~O. 1~. an4 100 phT (part hua4~•d of rubb•r) •ucb •• tan1ilt
etrenath. eodijlUI, elonaatlon at br•a.k. abr•eion raalata"ce, •pd te•r re1(at•nc• hav1 ba•n eveluatad. tba
re1ult1 1hovtd that the •tx·tur.1 of n•tvral rubber aed natural rubbe..r •tyren copol,..r (30 phr 1t7ren1)
vith compo•iton of I : I. cen prcduc• ch• hi1hatt t•n1ile atrengt'h, the lovc•t pcf'a&ncat eee , d•n.•ity•
•nd abra1ion re1i1ti~c• co•~•red than th•t the other• co.poalclon.

,910AHULUAN
tentu bola dibandingkan barang karet
Penggunaan karet alam uncuk in- dari karec alam, misalnya untuk karec
dustri barang jadi mengalami perubaban nicril memiliki sifat lebih Cahan mi-
nyata sejak cahun 1979, karena telah nyak daripada karec alam. Para indus-
dicemukan karet sintecis yang mempunyao tri~wan, berusaha mendapackao barang
sifat yang tidak dimiliki oleh karet jadi karet yang memiliki sifat tertentu
alam, sehingga pada tabun 1979 pe- yang unggul dengan cara menambahkan
makaian karet alani menuru~ meojadi 60%, kar e t siocetis k'e dalam karet alam (I).
pada hal pada tabun 1950 masih 100%. Kar~t alam stiren adalah karet
Hal ini cerjadi karena karec sintecis yang dibuat dari lateko alam yang di-
memiliki beberapa sifac yang mengun- kopolimerisasi radiasi dengan stiren.
cungkan untuk barang-barang karet ter- Sifat fiaik dao mekanik vulknisat karet
alam stircn lebih baik daripada sifat
fisik dan mekanik vulknisat karet alam
• Pusat Aplikasi Isotop dan Rodiasi, SATAN
•• Salai Pen•1itian PtTktbunan Bator (2).

339
Sol sepatu merupakctn baraog jadi campuran merck "Bas r i f f'", Rheometer
11•
k a re t yang s angat, dibulul1l'.an oleb ma- ee r ck "Toyoseiki Shore A Dur oaet er ,

syarakat. Kebutuhan setiap rahun me- Tensiometer merck Instron type 1122,

ningkat karena jumlah penduduk mening- Grasselli Insttassion Tester

kat. Pa:la pada rahun 1987 kebutuhan sol Oven", dan peralatan pembuat potongan

sepatu di Indonesia sekitar 10 juts uji.


pa s ang (3).
Untuk mendapatkan sol separu ber- Swe1t Po.da. La-te.lu Alo.r.i. Seratus 101
ku,lir~s baik, sebaiknya digunakan ba- lateks alam diberi stiren dalam ben-

h•n y~ne m"mpunyai perl)anjangan putus, tuk emulsi dengan CC14 sebanyak 4 psk

tagangan putus, dan ketahanAn •obek sebagai bahan pemeka


kemudian diira-
60
yans tinggi don katahanan kikis, per- diasi dengan ainar Gamma Co. Jumlah
manen aet yang rendah dan ketahanan stiren yang ditambahkan sebanyak 10,

lcnturnya boik (4,5). 20. 30, 40, dan 50 psk, sedang dosis
Makelah iai mcnyojikon haoil pe- iradiasi yang diRunakan ialah 2, 4, 8,
nelitian sifat fisik dan mekanik vul- dan 10 kGy. Latek alam stiren yang

kani~al camputbU karet alam stir~n dc- dihasilkan diukur derajat konversinya

ngan tujuan di samping sebMgai bahau dengan m~neukur berat polimer dan mo-

informasi kepnda para induslriawan ba- nomer yang dicampurkan. Setelah diper-

rang jadi karet, juga mencari komposisi oleh kondisi optimum, maka dibuatl~h

campuran karet alam stiren dan karet lateks alAm •tiren dalam jumlah 100
alam yang optimum untuk mendapatkan liter. La t ak s kar e t alam stiren r e e-'
sebut d ibuat kr ep untuk pe r cobaan be-·
sifat vulkanisat yang cocok sebagai
rikutny3, yaitu pembuatan kompon sol
bahan dasar sol sepatu.
sepatu d~n vulkanisatnya.

TATA KERJA PembwU:an VulluuU.6a.t Kornpon Cain-


&i.lt£ut. Karet alam SIR 20 produksi ~ KaJtd: Al.M dan Ka!t:d st<A~n. se-
pabrik ka r e t Sukamaju, dan lateks alam be lum karet dimasukkan ke dalam gi-
dari parkebunan Pasir Waringin, ke- Jingan, maka ia dipanaskan dahulu sam-
duanya berasal dari PTP XI. Stiren, pai subunya 70 !. 2•c, kemudian campuran
b ahon+b ab an vulkanisat. yaitu asam ste- karet alam dan karet alam stiren dengan
arat, Zeosil, ZnO, Me~captobenzothi- kompnsisi yang berbeda-beda dimasukkan,
azol (MBT), Tctr'1l!lethylthiouramdisul- dan digiling dengan kecepatan rol depan
fida (TMTD), Ionol, dan Belerang. 40 Cl)m, rol belakang 32 rpm, diberi
Ata,t.. !radiator ranorame dcngan ~sam stearat, celah dibuka sedikit

ak t iv i t aauya 20.000 Ci. Gilingan pen- demi sedikit selama 3 menit sam:pai

340
ka r c t t cr scbut; t>.lnstik. Oalam koadaan yang aama. Dari kedua gambar teraebut
plnstik, muka ZnO ditambankan, kemudl- da~at ditarik keaimpu\an, banwa kondiai
on bcrturut-turut MBT, Zeoa>l, lono\, optimum prose& ia\an kadar atiren 40
TMtD, dan terakhir belerang dengan kom- psk dan dosis irsdissi 10 kCy. Sc-
posisi tertera pada Tabel I. lanjutnya dibuat karct alam stircn
Setelah kompon tersebut dikelu dalnm jumlah bcsar dcng~n menggunakan
orkan dari ailingan d itandai a rah kondis i. optimum c e r s ebut untuk per-
penarikkannya, disimpan pada suhu 27°C cobaan pembuatan vulkanisatw
pada kelembapan 65% selama 16-24 jam, Sl{a:t F.u..u~ da.n Me.luuuk vu.e..'i.ari.t-
dipotong-potong •esuai dengan potongan ~a.t. Parameter yang harus diamati untuk
uji, tlipanaskan pada suhu 150°C pada mendapatkan sol sepatu yang baik ialah
tekanan 70 kg/cm2 selama 15 menic. tegangan putus, ketah .. nan kikis, dan
Vulkanisat diuji sifat fisik dan me- ketati .. nan retak-lentur. Ketahanan re-
kaniknya. lak-lentur dikatakan baik bila sol
Pen9uj.ian Sl6CLt F.i.6.<.lat dim Meluui.lh sepatu ter•ebut tidak retak, walaupun
Vu.ll&1U.6CLt. Pengujian sifat fisik dan tlilekukkan sampai 150.000 kali putaran.
mekanik vulkanisat, yaitu kekerasan, label 2 menunjukkan tegangan pucus,
berat jenis, modulus, tegangan putus, ketahanan kikis, dan ketahanan recak-
perpanjangan putus, ketahanan sobek, lentur vulkanisat karet alam yang di-
ketahanan kikis, perpanjangan tetap, campur dengan berbagai kadar karet alam
ketahanan retak lentur sebelum dan stiren. Tabel ini menunjukkan bahva
sesudah pengusangan 70° selama 167 jam tegangan putus mencapai maksimum, yaitu
disesuaikan denga~ standar ASTM (6). 183 kg/cm2 pada campuran karet alam dan
karet alam sriren I : I, di samping itu
HASIL DAN PEMBAHASAN pada kondisi ini ketahanan kikisnya
mencapai minimum_, yaitu I ,04 mm/kgm.
P1to6U KopoliJne.Jt,U~.l Ra.clia.6.l. ru-
Teaanaan putus tersebut meningkat men-
juan proses ini ialah mencari kondisi 2
j ad i 225 kg/cm, setelah diusangkan
optimum. Untuk mendapatkan kondis: op-
timum, maka dua faktor yang perlu di- 70°C selama 166 jam.
teliti ialah variasi dosis radiasi dan Ketabanan sobek dan perpanjangan
var i as i kadar s t i-ren yang ditambahkan tetap vulkanisat campuran karec alam
ke dalam lateks alam. Gambar 't menun- dengan karet alam stiren tidak berbeda
jukkan hubungan antara dosis iradiasi nyata, sedangkan berat jenis karet alam
dengan konversi, sedangkan Gambar 2 yang dicamp.ur dengan k are r alam s t i r en
menunjukkan hubungan anta~a kadar sti- lebih ~ecil daripada karet alam, yaitu
r-en dengsn derajat konversi pada. dosis masing-masing 1,269 dan 1,094. Ral ini

341
menguntungkan untuk bahan dasar sol daripada vulkanisat karet alam saja,
sepatu karena di sampiog lebih kuat yaitu tegangan putus dan modulus lebih
juga lebih ringan. tinggi, sedangkan ketahanan kikis dan
Modulus dan perpanjangan putus berat jenis lebih rendah.
vulkanisat karet yang dicau>pur dengan UCAPAN TERIMI\ KASlll
karet alam stiren yang bervariasi ka-
darnya disajikan pada Gambar 3. Gambar Para penulis mengucapkan ba.nyak
ini me.nunjukkan bahwa dengan naiknya terima kasih kepada Sdri. Budiningsih
kadar karet al.am. stiren, modulus me- yang celab membantu menyelesaikan pe-
ningkat> perpanjangan putus mcnurun. nelitian ini.

Modulus dan kekerasan vulkaoisat-vul-


OAETAll PUSTAKA
kanisat yang diusangkan 70°C selalllB 166
· jam lebih besar, sedangkan perpanjangan I. HANGKUSUWONDO, S., Hasalab perda-
putus lebih kecil daripada sebelum gangan karet Indonesia di pasar
dunia, Menara Perkebunan 47 43
diusangkan untuk scmua variasi kadar ( 1979) sa .
karet alam stircn.
2. SllNllARllT, F., SOFIARTI, W., "Kopel i-
Pcrbandingan s ifat-sifat
antara merisasi tempel monomer atiren
. fisik dan mekanik vulkanisac campuran pada laceks karet alam secara
ra~ias;. I. Pengaruh -Kloroform
karct alam-karet alam stirea (I I) dao Karbontetraklorida", Pcoses
dcngan Sii untuk sol sepacu elah raga Rad iasi, (Risalah Seminar Na-
sional, Jakarta, 1986), PAIR-
tertera di Tabel 3. Tabet ini me- BArAN, Jakarta (1986) 231.
nunjukkan bahwa secata U111um sifat
3. A~NONIM, Buku Petunjuk Produksi In-
vulkanisat campuran a lam karet dan donesia, Yayasan Indonesia Mandiri"
ka?'et a lam stiren untuk separu dan PT Elnusa Yellow, Jakarta
olah (1986).
raga belum memenuhi standar SI!.
4. SONARTI, S .• Buletin penguJian ai-
fat-sifat fisik, BPP Boger, (1970)
KESIMPULAN 123.

Karee alam sciten yang berkadar 30 S. MU'LLI~S, L., Persyaratan dalam pem-
buatan barang jadi karet alam dan
psk bila dicampurkan ke dalam karet karet sintetia, MenAra Perkebunan
alam dengan perbandingan I : I kemudian 47 5 (1979) 143.

dibuat vulkanisac akan mempunyai sifat 6. ASTH, Standard Teat Method for Rub-
fisik dan mekanik yang lebih baik ber Properties, D 624-81 (1984).

342
T11.be: I. lMPOsisl kOllpon $01 Sitplt\l.

8ahtA y~nl dlJ)Crtu..a.l•n lollpollSl

• • c • E

Katti 111111 Sil 2n 100


l.artt el• Jtlrcn (lA-St) 0 "ts 50
so
lS

7S
0
100

..,.
dtftl•n ladar psl, It kCy
%""

Jonol
10
1,5
1,S
10
I ,S
I ,S
10
I ,S
1,S
10
r.s
1,S
10
1,S
l,S
.-., •• st.e•"•t
,.' 1 I I I
Zeot t 1 lO lO •• 20
lMl1J o,s o,s o,s o,s o,s
It ltr11.r,1 (S) 1,4 2,4 2,4 2,4 2,4

Tabe-1 2. Sifat ti,i»i din •tktnJk ntltanis•t c.-puran 1t1rtt •laa d.ln ~trtt •Jd
"tlren •o p~k.

lo111pos.lsl TtJllnlU'I Lt~an•q letahaftan l•t.&h-.. 1•1'1lt p,,_.,._• .,


ICA. IA-St l"it'• 2 tl)1s niU:-1.-t- .sobf.k z ''"-f•3 •••(\)
C>1/ca l c.. , ... , tur (la/ao ) (1/ .. )

100 0 14Zbe 1,2rf'4-e b•lk 19,?be 61 lOcd.


1.:zit
7' ZS 118 1,61 bdk ..... 1,119 ,_.,•«
so so us• 1,04 hdk 21,1.cle I ,094d ,,zs
2S 1S 1s9• i , l lc h•Jk :z.•*IP: 1,093 s.J1
0 100 121b 1,16C:d halk 1a,ah 1,10C l,335b
., b, e, d, d•n e •enunjulltn pasa1.1Jan Y•~r tid•l krhed.a ey•tt (p~O,OS)

nbel l, PeTtiandll\j:&n antaTa slfat ftall. d.n Mkao.ik vu11tant1at C•·


P\lr•n- tant &lu (CA) • keT•t al.• ttlrt-1- (O..ST) J)a4& koa,..
poaiai so : SO densan >t-.nq .. wl s¢pttu aenurut SlJ, 1104-
64 (s.ol •tp&t1" olah n1&).

Si fat
~-
CA du
so! so
IWiT
SII
1)04-... 84

TeJ•ftl•n t.ertk 2'00\, k&/ca2 l1 <$'


1
1'e1an11n putus, kt/~ l&S 100•
Perp•nJ•nl•n putus. \ 660 iso•
k•kf!t'&S&r. (ShoTe A) 4S ~ 1$
.:'.•rapatar. u.s.a, ttca3 1,094 1, I - J .s
Per~anJar1an tetap. \
Ketaha.nen 'obct, lJ/C11 2
l
Keta.ha11u.liltt, na 1•1
s
2l
1,04
...
20••

1.s••
ketal\an.an ntalt-ltntur, 1 SO tc~ tide'" ni-sk tJlak Teta.t

flini-....
• na \s l!llUll

343
1-00 [
, ..
,,
1:;
6
eo
~
••
A/ •
e
<!. 60 / /. ~
,
•c 6C / i' •


c
••
••
c
~0

""..•

••
«-»
~;~~~/
Vo'
/> ,,..
; .. • . . o
. .... o ~0
~
e.!I• 40
t;:,/.
.......
... . . ..
o-:" .. -- !;/
,
/, o;<,
'<>

2·)
c:/• 20


0 2 • •
tlosls Jraadlasj
8 10
(1cGy)
ll 10 20 30 40 SO 60 10
Kadar 3tlren (psk)
CA.nh~r 1. P!nga,u~ dosis ~edla;t terh•d•p perscntaJe G1u,tiar 2, 11ena1Huh ~ad1r stiren c~rhidai: pcr.H!ntase
kon\•eTjf jla(la P'fCle-s \l)JM)Jl•erl511si radia- \011vers1 flda 1)ro1cs kopolinerts•sf radt-
sj !tlr~n ~e dalam 1acet5 alsM p•d• kadar osi sttren \e Jalan late~s alam ~an p1da
stlren 10 psk (o .... o), 20 psk {t-~tl. 40 p~k do~i~ lntd;asi 6 kC·y (¢>~ ..¢), .e 'kGy <•· ..
(A ·-"l, ••• so psk C• --•J. """ t n kCi}' CA- ~6)
.
f),

~

so
/'
? __..-
•' •' ().. "
·-----· <>
/
t
a /' c-:
t / /
c
•• •• -----•" / ·'


~
~ • lt>•u(ali pentu.u'fl8lU'I 10°c
l 1\6 JAlll

"
0 10 20 ,. •• SO liO 70
•• 00
Kadar karct alam stlr~n ('sk)
Gnnihilr J. Pencaruh pena111>ahan ).aTet elrtlt stlrc:ri L~Tht1d•P A11ke'tasan
volk•rdsat <..fllfll)llr•n l:aTet alam d•n liiarat &111111 stlr~r ..

344
.-.e~odah prnru•ana-.. 10°c

·----.
1M J ..
·-·- -·-·O-·-·-·-·-
-· ·<>-·-·- -·- ... o...
-·-·-
0 10 10 .. 100

Cubar 4, l"en1•nih pt~


P4•tl.NI Y\llk.an.19'at
kare-t •1•
~".,.. ltar•t al••
.ttlr•• ~•rh•d.a?
d•n 11.ar•t
f"!"pUt:e.l'la•n
1ld atire1'1 •

...
~:----- - A--
JO

-
~ ZD r-----_.,/ _, ,, -----'4

4) S~h.- p~1.npl'I
--- ·----·A'
A setelah p...n114a..naa11 10°c. 166 , .. I
10 20 30
••
(psk)
100

Ga.1•i:•"T S, lle•J•rWI pen•Mdle.n ltattt •I .. stltu1 t"1!adap .ocll.alU& 200\


Yulk.anisat ..;a~r&I\ Jr:.r-et .t .. d.an kuet s e+ren, •t-

~ . ..
.."J ••
KOPOLIMERISASI RADIASI MONOMER METILMETAKRILAT PADA KARE'f ALAM

Sudradjat Iskan<lar*, F. Sundordi*, K. Makuuchi**, dan


Dian I.*

ADSTRAJ(

XOPOLIMERlSASt RADlASI KONOHEQ H6Tll..MF.TAKRJl.AT PAOA KARET ALAH. PC'o••• kopoli111~ritasi cedi~Ai
mooo1Der metilllletak.rilat (M:MA) pada kecct olom (KA} dcr1g:1n metod• a\mt.iltal'\ 11en9gun•k•n ainar g•n111
Cobalt-60 »~~•s•l aunber rad1•$i pade doais 10, 25, SO dan 1001 kCy deng~n k•dar monom.c!r dale~ \al'tt
seba.nyak 25, SO, Jo1i 100% c e ten dilakukan. yang dlpcl'Ol(lh
lh11i.l tU.HH.1njukkan bahv• pt'owOs ini dapat
dilakukan dengan 111udah dan d apar memodifikasl i:;i(aL li!$ik t<A u1isalnya \c:kcr•sen, modul•Js, pet:paojong41n
t~t .. p, ket•hanan sobek, teg3ngan putus, po ros i r as , per sen pensembangan d1;tlaut bet\t.en, dao pc:r.gu.t•t1i•"'·
Kena i'kkan den penurunan s i. fat t ( s i k KA l(.opoJ lmer di penga ruh L oleh dos i., I rad is& i dan kun:st:nC.t ut 1 eeeeee e .
Btt'at jenis KA kopolimer lebih tir.ggi d.arioud,,1 K1\

ABSTRACT

RADIATION C05'0LYKERIZ..\TION Of' HETHYLMETHl\t:l<Yl_,f1l'~ HO?o.'OMER rxto NATURA\. R.UBIER. the 'C'ad ia.t ion
(;opolyW5rization af methylO'IC(:'lacrylate (>tHA) fft()nompr into nut1,1ral tubbtr (NK) by simutcaneou• technique
utina Co J8mma t•Y8 vith irradiation doset o( 10, 25. SO, and 100 kGy, and concentration of monotne~ in
NR vtre 25, )O. and 100% by weight h~~ been done. Jt was found thbt irradiation rechni~ue cen bt uaed
ea•lly for the prepar•t'o~ of grattcd ~R. and ~ill modify the p~ytieal propertiet of NR, aucn ••
hardnes5. modulus. pecoanen set, tear scrcn&th, tensil~ strength, pJrosity, avellina ratio in benten, and
•c•ing. The ~h~nee of NR topotyir.er propercies vas markedly influenced by irradiation dote an( monoai.er
concentC"acion. The rlf'n~icy of NR copolyeer was foun.d r e be higher than that of NR.

PEND A HU LUAN

peue r apan proses kopo Lime r i s as I r ad i as i.


Reberapa peneliti telah mencoba
monomer pada KA dalam bentuk padatan.
memodifikasi KA dengan metode kopoli-
Diharapkan proses ini dapat dipakai
merisasi radiasi monomer pada KA dalaffl
un tuk proses akhir pembuatan barang-ba-
bentuk lateks (J). Oleh karena produk-
rang jadi dan dapat memodifikasi
KA,
si karet di Indonesia berdasarkan sta-
sifat fisik KA. Di dalam penelitian ini
tistik tahun 1987 sebanyak I juta ton
dipakai monomer metilmetakrilat dengan
per tahun, dan lateks KA sekitar 43
harapan kopolimer KA yang dihasilkan
ribu ton (2), sedang kebutuhan konsumen
bersiiat termoplastik elastomer, se-
akan lateks KA pertahunnya masih bclum
hingga lebih berdaya guna karena dapat
terpenuhi, mab di po Laj a r i kemungkiMn
dir.P.t•k ulang. Masalah yang dipelajari
dalam penelitian ini ditekankan pada
• Pwoat Aplikasi tsntop dan Radtasi, RA.TAN proses kopolimerisasi dan sifat fi<ik
•• Takasaki Radiation Ch~mistry ncstarc~
Establii;hJJ.er.t, JAF.Rr kopolimer KA yang dibasilkan.

347
BAHAN DAN METODE misalnya P~ yang terikat pada KA, KA,
dan karec berikatan silang, diekstrak-
Sahatt. Lateks pekat diperoleh dari
s: dengan tetrabidrofuran (THF), untuk
Perkeounan Pas i r Waring i n PTP XI, -'""'"
memisahl<an karet: bar ikat an silang, ka-
Barat. Kadar karet kering (!GCK) lateks
rena karet berikatan silang tidak larut
sekitar 60% dan kekental~n:>ya sekitar
dalam THF. Ekstraksi dilakukan pada su-
50 cp. Fil~ karet kering d1peroleh de-
hu kamar se l ama 7 hari, lalu per sen
nean menunngkan lateks di atas kaca,
konversi monomer yang berubah menjadi
dan diuapkan pada suhu kamar. MonOC1er
polimer, kada r e k s t r ak ase t on , daa
metilmetakrilat buatan Mitsubisi Rayon
fraksi yang tidak larut dalan Till' di-
Co. Ltd., Jepang, dicuci dengan larutan
hitung secara gravimetri.
5% natrium hidroksida dalam air suling,
Pe.ngl.l.6angan. Pengusangan dilakukan
dan dikeringkan dengan kalsium klorida
dcngan memanaskan •lllllpel dalam geer
murni. Bahan kimia lainnya berkualitas
oven pada suhu 70°C sel ama 7 bar i ,
p.a. dan tidak dimurnikan.
60co, 'Penge.mbangan Va.tam Senz:e.n. Film
~ !radiator Panoramik
k.aret dengan ukuran tertentu direndam
Instron model 1122, Shore Dura meter
dalam b~nzen selama 3 hari dengan kemi-
Hardness tipe "A-2", Shimadzu Infrarad,
rlngan 45°. Persentase pertambahan be-
·Scanning Elektron Microocopc (SEH) JSH-
rat dihitung secara gravimetri.
T300, Jepang, ~ ~ Toyoseiki, me-
sin penggiling da:> pengepres panas To- 'Penguj.ia.n S.i.6a.t F.Uifl.a.. Sifat n-
yoseiki, Differential Scanning Calori s i ka kopolimer KA diuji menurut ASnl.

meter (DSC), Dupo:>, Kanada.


Me.:tod~. Diagram analisis kopolimer HASIL DAN PEMBAHASAN
MMA-KA dapat dilihat pada Gambar I.
Kira-kira JO g film KA direndau dalam 'Pe11gembd.ngan Vo.twne da.n 8e.iut.t Ka-
monom ER HMA selama waktu tertentu ~. PP.rsentase pe r t ambahan volume dan
hingga menyerap monomer sebanyaL 25, herat karPt setelab direndam dalam
50, dan 100%, lalu dibungkus dengan aonomer dan setelah diiradiasii dapat
film mylar, dan diradiasi dengan sinar dilihat pada Gambar 2 - 5. Terlihat
gamma pada dosis 10, 25, 50 dan 100 bahwa berat KA sebelum perendaman,
kGy, dengan laju dosis 4 kGy per jam suhu, dan lama parendaman mempengaruhi
pAdA ,;uhu k:imAT~ pcrtambahan volume dan berat karet
/Jetode. Pem.l1iaha.n. Dua gram kopoli- setela~ direndam dalam monomer dan di-
mer KA diekstrak dengan aseton uncuk iradiasi. Hal ini disebabk3n pada snat
memisahkan polimetilmetakrilat (P~IA). perendaman, molckul-molckul monomer mo.-
Bagian yang tidak lorut dalam ascton auk ke dalal!I partikcl KA. Scmakin ri-

348
ngan k ar et a lam yang di rend am. s:eoa.- dosis iradiasi mempeogaruhi peraen kon-
kin luas permukaan KA yang dioasuki versi, kadar homopolimer, dan ·jumlah
monomer, sehingsa semakin besar persen ikatan siiang karet, sedang kenaikkan
pertambahan volume dan berat se~elah konsentrnsi conomer mempengaruhi jumlah
perendaman. Demikian pula waktu peren- PMMA.
d~mDn, scmakin lama proses pcrcndaman Pe.nguoangatt, Iabel 2 menunjukkan
bcrlangsung, aemakio banyak monomer sifat fisik kopolimer karet alam sete-
yang masuk ke dalam partikel-partikel l ah pengusangan. Ted ihat bahwa kopo-
KA. Kenaikan auhu perendaman menye- l imer KA lebih tahan terhadap peng-
babkan energi vibrasi atom-atom atau usangan daripada KA," khususnya pada do-
molekul-molekul KA, dan jarak rata-rata s is tinggi. Hal ini disebabkan fraksi
antara atora-atom molekul KA bertam- yang be~ikatan silang lebih banyak.
b ah , sehingga mono1uet yang masuk k~ ~ Irt6114 MeJID.h_. Gaml>ar 6 - 9
dalam partikel KA lebih banyak. menunjukkan spektra infra merab ko-
1'e.nga11.u!t Vo1>-U I ltild.<.M,/. da.n Kon- polimer l<A, KA, PMMA murni, dan homo-
~e.l'Ltluu.l Monome,1.. Pengaruh dosis irac:H- polimetilmetakrilat. Pada spektra KA
asi dan konsentrasi monomer terhadap terlihat gugus CHR1K2•CHR2(Cis) pada
sifat fisik KA kopolimer sebelum dar. 1660 cm- I ,"CH2 pada 2845 cm-I , CH3 pada
-I
setelah pengusangan terlihat pada rabel 1446 da~ 1375 cm , sedang pada spektra
dan 2. "fabel ini menunjukkan bahva PMMA aurn i terlihat gugus CH3 pada 1448
-I -I
kenaikkan dosis iradiasi maupun kon- ca pada 2940 cm dan akrilat
-I
sentrasi monomer me~2ikkan kekerasan pad a dan 1150 c.m Gugus-gugus
(K), modulus JUU (M-JUU), modulus bUU pada spektra PMMA terlihat pula pada
(M-600), ketahanan sobek (KS), tegangan spektra homopotimetilmetakrilat, sedang
putus (TP), dan berat jenis (BO), se- pada spektra kopolimear KA terlihat gv-
dang perpanjaogao tetap (PT), perpan- gus-gugus dari spektra P~ dan KA. ttal
jangan putus (PP), dan persen pengea- ini menunjukltan bahva P~ terikat
bangan berat (PPB) menurun dengan dalam kopolimer KA, baik berupa graft
oaiknya dosis iradiasi dan tidak begitu maupun homopolimer.
terpengaruh oleh naiknya konsentrasi, Bentuk. Pe.nampo.ng Me.Un.tAng KopoU-
kecuali PP, Terlihat pula bahva sifat meA KA.Scannina electron microscope
fisik kopolimear KA lebih tinggi da- dipakai untuk mendeteksi bentuk penam-
ripada KA. Perubahan sifat fisik ko- pang<11elintang kopolimer KA. percobaan
polimer KA erat hubungaonya dengan menunjukkao bahwa KA berbentuk porous
perubahan kimia yang terbentuk dalam dan porousitas kopolimear berkurang de-
kopolimer .KA seperti terlihat pad a ngan bertambahnya dosis iradiasi maupun
label 3 •. label ini menunjukkan bahwa konsentrasi monomer. Caobar JO dan 11

349

menunjukkan pen.:iop~ng aetintang KA dan styrene on natural rubber latex,


Majalah Ba can XVII ( 1984) 96.
kopolimer KA.
2. ANOMHI, Ruku pe tun juk Pr oduks ; ln-
dones ia, Indonesia Mandiri, PT.
KESIMPULAN
Elnusa, The Yelow pages, Jakarta,
(1987). .

Proses kopolimerisasi radiasi da- 3. PENDLE, T.D., Properties and Appli-


pat memodifikasi s i fat f i s i.k KA, se- c.ation of Block and Gr3ft Copo-
lymers of Natural Rubber, Nat.
hingga memu;1gkinkan untuk dicerapkan Rubber Producers Assoc., Tech.
s ebaga i proses akh i r produks I barang- Inf. Sheet No. 87.
bar~ng jadi karet ya:lg sesuai dengan 4. UTAMA, M., KAROHA, M.S., dan DARSO-
sifat yang di~ilikinya. Kenaikkan dan NO, Studi perbaikan daya tahan
terhadap minyak dan panas alam
penurunan sifac fisik kopolimer KA dengan metode kopolimerisas~ Ra-
dipengaruhi oleh dosis iradiasi dan diasi, (PAIR./P.203/1986), Pu-
sat Aplikasi Isotop dan Radiasi,
konsentrasi conoa.er. BATAN, Jakarta (1986).

UCAPAN TERIMA KASlll S. SUNDARDI, F., and KADARIJAH, S., Ra-


Radiation grafting of methyl-
Penulis mengucapkan terima kasih methacrylate monomer on natural
rubber latex, (PAIR.IT. 118/1983),
kepada saudara llambang, Armanu. Guna- Pusat Aplikasi lsotop dan Radia
wan, dan ~ekan-rekan kelQmpok polimer si, BATAN, Jakarta (1983).
PAIR-Satan atas segal.a bantuan yang 6. Clll\RLESSBY, A., Atomic Radiation and
telah diberikan sehingga penclitian ini Polymer, Pergamon Press LTD.,
( 1960).
dapat berjalan dengan lancar.
7. DERBUIDA, R., "Masa Oepan Karee Alam
OAl'TAR PUSTAKA
di Indonesia'', Karet (Prosiding
Pe r t emuan , Pu rwak ar t.a , 1986), Ba-
I. SUNDARDI, F. , and SOF IARTI, W. , Ra- lai Penelitian Perkebunan Sungai
d iar ion grafc-copol.ymerization of Putih, Pu rwak a r t a ( 1986).

350
r~., 1. P9'\11.n1fl dosjs
pen.,...,•njtln.
tT1t'lesl r•t1• ,lf•t (ttlf\ \<\f"n1l_.,. lCA, ~•heh•·

no1t•
(kGy)
r
(thOte)
PT
(\)
w.M>n2
(kl/al )
MRt.002
(kt/CO )
Tl> 2
(l.t/(11 ) ·~ .. 2)
0.1
rr
(\)
., .
Ct/ct>')
PPO
(\)

t , konsentTJ.St rono"e'" 0 psk


0
10
22. 4
21,7
411,3
2$,6
•••
S,2
•.•
7,)
!.t ,4
51,'l
ll,B
,16,4
1066
1042
·o,9179
0 .9188 38SS
2$ 22,5 1$,6 S,1 7,7 74,9 \6,6 1000 0,9l8l IU9
so 2t.,7 12,I 6,0 8,Z 7l,1 11,6 10.12 0 ,919C ·109S
100 22,9 9,0 6,·1 9,o 70,0 H~,7 ~·4 ·0,917J 834

10
2$
so
100
3tJ,•
12,t
S.S,6
3S,S
11,4
8,t
1,•
6,9
. ·"
!I. ·fonsen'rt'I

~.s
11),3
J 3,'
''·"
Sl,3
•• 66,0
. '95,3
'fl(lllt)lll~T

''' ,0
lU,O
143,2
\57.~
1$ l)S\
12 ,'l
12,6
ll,~
ll,~
al•
,6,
728
681
0,9248
o,t976
0 ,9S9"
0,9614
,,~
1706
~403
887
11 J. 1COnllt11.tft'I 110ncmer SCF p~k
10 31,4 9,2 ll,9 137 ,9 20&,s sS,2 ~·1 0,99.&6 4'l1Z
ts 40,8 8,1 21,2 ise,s l00,3 . ra,s 66'4 0,9905 lfl)
so 41,t 6,4 24 ,6 \74,4 222:,) ao 1 1 066 0,9958 1044
44,l 63,ti 61• o,!>956 707
100
'·' l6,5 ?06,7
IV, konael'lttasl
25() ·'
:MllOIWr 100 Pfk
10 SP.I 11,'> t \ 1,1 240,4 90,l 'SOl t ,0401 4743
2s
so
Sfl,9
61 ,6
6),0
10.1
6,6
4,S
105,B
1"4S,7
lt>J,t
248,2
257,t
259,7
n,o
9S,·8
97.14
.,.
Ol
444
t.03P8
1,0280
1,0384
1156
1059
7%3
100

Tlh•l 2. Pena•M 403iS ir.,dJei'i p1d• sif1t ltsik >.oroJ~DeT KA, set~l•h
pren,..-s•nran.

~tis
• PT M-3()02 M·600 T1' 2 PP •• ,,,
(\Cl)') (shOJ'O) (\)
('~'""' )
(kit/c•2) (kjt/C• ) "" 2 )
(kJt/e• (\) (1/c•li (\)

I, J:onsentra1SI W()n09eT 0 J1Sk


0 zo,o so,o 4,~ 4,8 19,? ~.l 1043 0,9181
10
2$
50
19,,
21,1
21.s
31,7
16,7
13,8
'·'
'·'
S,4
S,<
, •1
8,4
28,S
s1.n
53,l
'·'
8,0
9,0
111! 0,$1177
1040 0,91615
lOQO 0 ,9177
4S35
2211
1287
1-:)0 23,6 8,8 S,9 10 .1 63,4 10,4 916 'O,PJ96 191
t t , Kontent f'llS i monot1er 2~ p•'k
10 27,l 1s,o ti,2 20,1 ISS,9 11,J 82l 0,9635 4560
2S
50 '°•'
Jl,4 ••• •••
7,9 9,?
<45,?
47 ,9
10519
llS16
. 11,s
·~2,0
75g
738
671
01t66l. • 1847
o,~664 1261
716
100 33,7 •,7 13,2 86,Q 114, 7 9,8 9\9686
JI I. knnsentr-ast JJIOl'IOlle r t SO psk
34,4 12,9 11,1 37,l 139,0 · io;1 '728 0;9197 4SOS
10
ZS 38,7 •,6 tt,7 llJ,!i 169. ), 18,1' 661 ,O,ff9S' 2506
so 39,S 5,8 22,6. -1•7 ,0
218 ,lJ
1821 IS
231,3
S6,0
·86,'3 .
66J
~02
1;0034·
0,,9)3
.lSOJ
792
100 41,8 •,2 39,6
IV. l(onsentr.a.sj mcnomer IOC P•k
10 S6,J ll,J 6S,o 117•• s 2 '.,. .ser 1,0407 4lS6
25 S7,7 10,! 91,S 18S,s i'-.S,'2 463 1·,040; S09l
so ss,s 1,7 l~l,9 i4(),S 63,9 444
4S0'
• ,l,043?
1,'0f19
3996
i62
100 64,? •.• 140,.9 240,8 7~,4

351
T...,el ~J. Pongaruh tr.adia.si pada konversi nono•er, ekstralc: ase~n~~ ~an
~•• ian rans tidok larut dal •• :rHF (8nn1J •
..
llooh tradiasi Konversi F.kstrak aseti>A PTLM'·
{l:Gy) o herat} (\ herat) (\ herat)

I. Konsent~~i aonoa.er 0 psk


10 3,D 65,6
25 3,0 76,6
so 3,0 s~.o
100 J,O '3,4
II, KonsentT1s i nonmer 25 pot
10 1S,4 3,7 51,1
25 91,7 s ,ll 69,2
so 93,S 6,8 17,9
100 u,s S,l U,1
III. Konsentrasi monoaer so ,,..
10 88,2 11,4 0,1
25 94,4 16,7 63,9
so 95,3 19. 8 74,9
100 95,1 19,2 76,0
·IV. Konsentra51 IJIOnQmcr tee psk
10 89,6 i8,3 38,9
25 95,4 ~0,3 ·52,3
so 95,6 34,6 ~7'.,3
100 94, 7 37 ;3 59,S

3.52
lar•t • NIU

lint •t--JW.A t.°'011 .. =='--'

Test flsU:a

._ ......
fJts.t.ra\.sl
(11fF)

ltarTt t•nt ~rU••t&n


sllflAJ
l'ltt•t JqJt

100 100

.~:
~
.:
••
~• so
//•
.y
,
.;
;
0
> so

~
/;· c


':i L

-...=..:..·=====:.:
L
••
.
L

..•"
·" 2S
Ii lS
"•
~•

O C',S S 10 XI 10 20
Wale.tu penfldaaan, wnl t •al:tu pe-ret'ld.:.&n, 'Jllel\it.

Caabar 2. KubUftJIR U1t1ra wa~tu peTcnd.,..a~ C...a:- .\. H\hut11aa -'-•r• ws>.tu perendm•n
klTC1 •1• 4.al• WCl'ftOWI' "'4A llan k.-ttt al- d.•1 .. ~r NC.\. dan
peTt•lltan 8tt•t kuet.
Suhu: a, -20 C ••scMlia iT~di.ui;
per-ta11li.Mui ~h.-e \:a"''•
SOhu: a. -20 C' •• sf'b•1ua lradi1si; .)
bcr•t ..,.1 6,5 g. voluao awal 7 ,0 c111
••setelah lr-adiasi ..,, sctel&h iradi asi
lr'c o.s~el\8 lralllasi; 3
b , ·it'c o:sebeltm tTadia.sl; volm.e ••1 7,5 cir,
berat .-aJ 1,o z. ·e-:se~ltih lradiasi
••sctel.ab iT"-1.atl.

353
l
..
8
~-.,,.o
,,..,.- ..
8
.. .-
0
0
- -~
~

..
h
~

i
--y .. il ..
:l
0
s:
.. -
o-
$3-g -e
~ 8'
- e !• .. ..••
e-
~~ .... .. I •• ~

1:. f
c
• ~

c =!
$.
~
r
- s ...oi •
~
- ... t

f-~l
0
~
- ..
0 M
~c
0

"'~ • ••• s i
c •'
••
! •c• :;;
:;; ~
-•• •c ~ -
J:
..5
z

- ..
~• §
..•
0
8 ..0

i
N e,
<.....,.,;;; ~jj N

..~·t
lli

r: ..:;: ..8
0
.;
f .
0

0•
•'
~
' i
• ~
..
IC
N
••
' c•
- .. 8
0
~ 0 0
1e
.2 • 0
N
0 ..

=
0 0
• 0
£ ., 0

'Js1111su..ii
' ' 'l•Jah•.IJ,

.. e t~!l:I
•-.: --
' -
I .. Ji.!:. li
>.. o,.e
1: ·-
• . "'i
• •
.· 11!~
2: E!Jte .. ~ t 1N

.
=~ ;~ ,o-1
• a•jii
~

. _,_.-/ • 2
~
jlr'i~.:
..
:; &;.!. ~ ~·
0
::
0
~ .. 0 ~
l

354
80

..
'\OC
.." l {\
....
- ~
~
'"
';;
~
• ..,
)lO.O
....
, ...
l!
/;• J-ttO
1J5t

' ....
lJl~

see
<11000 lDOO 2000 ISOO
'11a•un •e109h•"•• ...!yoo 500

C:aah1:r 1. s~~tra lair-a •*tah p>l;.aetil•ct .. lrll•i .umt.

ID I

""
,,~..
,,. ...
,,.
;;
i
•c
•• . . ...
/;• ,. ,..,

• ,
~001)
..
lOOO
11.$0

zeeo
"
iJ1s1>
t••S
'·~· see •oo
ISOO 10~
8llMl•ft JC)o-h•q, ar, ·

f'•tlilf;tT 9, .~p.ktT'• iftfr·a kT#i lapati.Mt li•ftriltA,

355
G•mhar 10. Pennmpang nelintar.g karet al!lll'., perhesaran
5000 x

Gamhar 11. PenAmp~ng melin~ang knp~lim~r, pB1'iP~1ran


5000 x

356
OISkUSI

SRI MARIANI S. :
Dosis berapa yang dapat memberikan ha-
sil terbaik untuk kttret alam yang telah
mengalami kopolimerisasi 1

r •:
SUDRAJAT lSKANDAR
Do sis terbaik kopolimer KA-PHMA tergan-
tung pad a penggunaannya, untuk yang
" tahan terhadap pengusal\gan diperlukan
do sis 100 kGy.

357
MOO!f'ICATION Of NATURAL RUBBER LATEX AND rrs APPLICATION

F, Yoshii*, K. Makuuchi*, I. Ishigaki', M, Utama••, S. Iskandar••,


Kadarijah S. '*, Arlis Z,H,**, llian I,*, IC, Sumarti'*, Hendnarni S.**
Siti ll.S. 0, and Fl. Sundardi ••

ABSTRACT

HODIFlCATIOV OF NATURAL KUl~£R LATEX AHO lT$ APPLICATION. Craft 9olyaeri1ation t•te of ..thyA
metbacrylate (HMA) en natural rubber 'l•ttX (tr«L) va• sreatly acc:eltt•t•d by eddln.1 carbon. tetrachloride.
Adheelvt lru• t1HA grafted NlU. val .~repared and c•rboo tetrachloride in 1raftin1 w11 tavcw1bl1 tor it1
bonding atrengih.. Craft polyiDeri1ation of HHA on natural rubber ("MR) occurred aot• e11ilr by l111>r1an.1tlot1
1Dttbod in electron btam itt•diation. Pr0<:eatabilit1 ol ~her.oplaatic ela1toiner prepared fro.~ araft•d
NR va• i1nptoved b,} adding oil. ~

AUSTRAi(

l•tekt
MOOlPIJCASI LATEKS KAR.Ei ALAM CAH APt.lKASnrYA.

alan y•ng ditenpel Hl'.A tel•h ditiapk•n dan cc1, dat .. pen~pelma ioi ···~•i
L-eju kopoliaerlaati t•aptl •til Dtt•k-l'il•t (KHA) '•4•
k:ai:et alem t•ngat •eninak•t dengan pen,,.~•b•n kacbon t.ttre1c.lorida (CC14). Adhtlif lettk.1 ktTtt
untu- k•kuatan ik•t•n.
Kopoll111erlsa1l te.arpel H>'.A pad• k.arec al•• d.ap•t becl•ngtuna le&Jih audah dtna•n •etode impr•an••l iradiaet.
bt.rkal elektron. Xe~dmpuan prose~ elaltoa.tr tefa10pla•tik yaog dibu•t darl ktTet l)&m yan1 ditt•pel tlCA
meningkat d~ngan pc1:1a11:ih-0~•n ainyak. .

JNTKOUUCTION

Recent~y. modified natural rubber MBG lacP-x prepared from grafting of


such as epoxidized rubber was presented comonomer in HMA and butyl methacrylate.
in order to c~tcnd use of natural rub- have been used in the adhesive field
ber latex (NRL). 'For modification of ( 1-5)
polymer, it is' known that g<"aft polyme- We have been studying the modifi-
ri~ation of monomer on trunk polymer is cation of natural rubber latex (NRL) by
greatly effective. Radiation grafting grafting of methyl mcthacrylate (HMA)
of acrylonitri.le, methyl tne tb ac ry l at e , in the field of radiation processing on
butyl acrylate and vinyl pyridine on cbe basis o( bilateral cooperation bec-
NRL were reported, respectively. Appli- ween JAERI and BATAN, since 1964.
cation as adhesive and thennoplastic Jn this paper, grafting behavior
rubber from MMA grafted NRL are expec- of MMA on NRL and application of MMA
ted. By catalyst method, heveaplus KG grafted NRL on adhesive and thermoplas-
latex prepared from grafting of MMA and tic elastomer were investigated.

Taka~aki Rp.diatlon Ct.~mtstry Research Es-t.at>lishmrn~, JA.ERI


••Centre tor th~ Application of Isotopes and R&dlation, BATAN

J!j9

'.
EXPERIMF.HT AL adhesive were wood and natural rubber
sheets. Two test pieces were used for
PJtocecfUJt.e 06 Gl'.a6-Ung blj Grurmi-114!1
one sample. Adhesive of the·MMA grafted
1JtJta.clUtti..on. MMA. monomer vas added into
NRL w.ere coated 1o1itbin marker of test
NRL or vulcanized NRL including 0.02
phr LK2 and 5 phr carbon tetrachloride piece. Then, the other test piece vas
connected on the plate coated of adhe-
against rubber content. The mixture was
sive. After connectiony the sample were
scirred slowly by an electric stirrer
for about 2 hr at 25°C and then stored pressed for 10 min under JO kg/cm 2
pressure for shear strength sample. The
overnight. The graft polymerization was
tensile strP.ngth of adhesive were fixed
carried out by irradiating NRL includ-
by rubber band to prevent separation of
ing MMA at dose rate of I kGy/hr wi.th
test pieces. The sample were cured at
gamma-rays frOlll 60co in air at room
various temperatures to accelerate vul-
teMperature. After grafting, in order
canization of adhesive between test
to carry out processability test, graf-
pieces. Measurement of strength proper-
ted NR sheets were prepac~d by casling
ties were carried out with 5 mm/min of
on glass plales.
cross head speed using a tensile ma-
chine ( Instrone).
ImpJr.egna.tlon GJto.6.tbtg by flPP.tlta"
Beam 1.1!1!.~n. Radiation vulcanized
llea~u1te111e11.t o~ Tg and PJr.oce..i~-
rubber sheet (RVNR) with 2-ethyl bexy-
abllliy Tiu:t. Tbe dyn•mic mechanical
lacrylate or n-butyl acrylate as sen-
relaxation was mP.a~ured by using a tor-
sitizer and NR sheet were prepared for
sion pendulum typ<' aparatus (Resca RD
impregnation grafting of MMA. The sheet
1100) ar O. 1-1 Hz frequency in the tem-
were immersed in MMA monomer up to 25,
peraturP range -150°C - 140°C.
50, and 100 phr of monomer content. The
Sample of prosessability and flow
sheet including HMA vere wrapped with
tPSt of MMA grafted NR were prepared as
maylar film to prevent monomer evapora-
follows, MMA grafted NR was masticated
tion. Tmpregoation grafting was carried
by rolling at 15-~0 times in cnhance-
out by electTon be.am irTadiation.
111ent processability. Then, oil of 10
Bonding St.11.engt. h 06 Adhuivt. phr, BHT of O. I phr and stcaric acid of
Test pieces to determine the bonding 3 phr in kneader were added between S
strength of adh~sive according to JIS and IS min at 70-80°C and grafted NR
K nA49 on tensile strength and JIS K containing some addi tives
1 were pcessed
6950 on shear strength are prepared, as to get sheet.
shown in Fig. t. Materials used to In flow test. viscosity was es-
estimate the Strength properties of timated by Ln jec r i ng iu I mm diameter

360
nozzle MMA grafted NR using Capiro wood and shear strength for PVC-NR
Graph at various tempe~atures. sheets depend largely on the degree of
grafting and these strength increase

l'ESULTS AND DISCUSSION with increasing degree of grafting. The


tensile strength are higher with the
GM.~~ ol MMA on /.JRL and Adhe.- addition of carbon tetrachloride than
1>lrm P11.ope1i.t.le;, 06 GM6.ted La:te.x. The
without carbon tetrachloride. Accor-
r~rhon tetrachloride is supperior as 3
dingly, addition of carbon tetrachlo-
sentitizer for reducing dose in r~di-
ride in grafting are useful for en-
ation vulcanization of NRL (6). It is
hancement in adhesion properties of
well known that carbon tetrachloride
grafted latex. It was found that the
is also an effective chain transfer
tensile strength of cast film was hi-
agent in radical polymerization. Fig.
gher in the carbon tetrachloride added
2, show& effect of cacbon tetrachloride system than that without carbon te-
in grafting of MMA on NRL. By addition
trachloride system. Accordingly, from
of carbon tetrachloride, grafting rate
these facts, it is predicted that by
1~ remarkably accelerated at earlier
addition of carbon tetrachloride in
stage (I kGy) and degree of grafting
latex, length and number of HMA grafted
reaches to maximum at 3 ~Cy. The latex
chain differ largely from latex without
grafted MM.A in present of carbon tetra-
ca cbon t"t r ach Lor Ide . Higher tensile
chloride was more stable for storage strength of cast film show higher adhe-
after grafting than those without car-
sion properties of MHA grafted latex.
bon tetrachloride. Thus, it was con-
Bence, it become apparent that the
cluded that grafting of MMA on NRL
mechanical properties of grafted cast
occours effectively at lower doses by
film is related to the bonding strength
adding carbo11 tetrachloride.
of latex.
In order to confirm the possibi-
lity for adhesive of MMA grafted latex l"'1lfle{J111:tt.Um. G1ta6u.ng by Elec-tlton
prepared by radiation to be used as Ream lkkad.i.a.t~cn. Absorption rate of
adhesive .• adhesion test for wood or HKA on KR or radiation vulcanized NR
poly (vinyl cbloride)-NR sheet were with 2-ethyl hexylacrylate monomer are
carried out. ThP. tensile strength for shown in Fig. S. The MMA is absorbed
wood and shear strength for PVC-NR more easily in NR than vulcanized fi-
sheets as a function of the degree of lms. This finding means that penetra-
grafting with and without carbon tetra- tion rate of the MMA in vulcanized film
chloride are shown in Fig. 3 and 4, is retarded by crosslinking structure.
respectively. The tensile strength for Sioce, abao r pt Lon rate of MMA monomer

361
depend on thP thickness of rubber fil~, polypropylene (PP) which are typical
pr~p•r•tion of film of uniform thick- ther~oplastics, arc vell-know as po-
ne s s i,:; ve r y important for graftin.g. lymer materials of injection moulding.
Fig. 6, sh~w conversion curves in im- Io this case, viscosity io melting is
pregnation grafting. Graft polymeri- very important factor for processabi-
zation rate increase with increasing lity of thermoplastic polymer. Fig. 9,
dose. Conversion is the lovest in 100 shows viscosity of MMA grafted NR, PVC
phr MMA for rubber in various MHA coo- and PP. Since, the apparent viscosity
tent. tn the cas" or 25 and 50 phr HMA, of PP and PVC decrease remarkably vith
100% MMA 01onomer is converted to po- increasing temperature, injection mo-
1 ymer (polymethyl methacrylate) at 100 ulding is advantageous at higher tem-
kGy by Lr r ad i ar Ion . perature. In case of MMA grafted NR, by
adding oil, processabililty is Improved
Tg 06 /.t/.lA G1ta.6ted NR, In order to
because of decrease i~ vis~nslty. De-
confirm Tg and molecular mobility of
crease in viscosity Ag~inst raising
grafted NR. dynam;c viscoelastic pro-
temperature is smal1Pr compared with PP
~Prties were Measured. Fig. 7. shows
and PVC. Table I, shows mechanical
loss ( .. T) and shear modulus (C) in
properties of HMA grafted NR sheet
dynamic viscoelastic properties of cast
including oil. Tensile strength and.
film prepared from NR grafted HMA of
hardness are higher in grafted MMA on
100 phr ... and .. relaxation of loss
vulcanized NR with 2-EHA than grafted
show mobility of grafted HMA and rub-
MMA o~ NR without vulcanization. The
ber, respectively. The peak of loss and
tensile strength oC grafleu ~R with 50
large decrease of shear modulus reflect
phr MMA after vulcanization is almost
phasr transition of polymer. In Fig. 7,
the same as that PVC. It appears that
Tg of rubber and grafted HMA correspond
from these results, injection moulding
co .-relaxation and, .-relazacion. res-
of ~.A grafted NR is possible.
pectively. t'ig. 8, shows Tg rubber at
different MMA content in grafting. As
R EFERENCF'.S
the P.rafted liMA component increases,
the Tg is shifted at higher tempera- I. COCKBA TN, E.T. , PENDLE, T. D. , and
ture. This finding shows that rubber TURNER, D. T., J. Polym. se r., 39
4109 (1959).
component of grafted NR become more
rigid by grafting of MMA. 2. SONDARDI, F., ZUBIR, A., SABARINAH,
Y .• and SOFlARTI, W., -'. Macromol.
Sci. Chem, !i 1369 (1987).
YltlJC~Mtb-ilUy Te~ t F OJI. TheJl.rr'O -
3. GEORGE, K.M., CLARAMMA, N.~., and
pilll>t~c NR. Poly (vinyl chloride) and THOMAS, B.V., Radiat. Phys. Chem.,

362
30 189 ( 198?). 5. BLOOM, G.F., Rubber Department, 5 34
( 1952). -
4. LENKA, S., NAYAK, P.L., DAS. A.P.,
and HOllANTY, I.B., Angew. Makro- 6. MINOURA, Y., and ASANO, H., J. Appl.
mol. Chemie,~ 107 (1984). Polyni. Sci., i 14 (1961).

Table I tensiie stceogh tf Ul 1rla\ed IR inchding oil


Oil : 10 p~r

IH lain Kudness 1100 ib Eb


Phr Shm A k1/u' k1/n' l
50 Un1ulcani1ation 38.6 6.5 39.9 480
50 Yulcanization 11.9 11. 0 H.6 435
100 Unvulcanization 16.8 24.6 53.8 400
lOG Yulcanizalien 10.9 35.6 16.9 250
PT& 41.6 19.0 99.1 180

363
(a) &upportet:

\
100

Vl

-- 100 mm '5
L.

~50
0
Cb) QI
...en
QI
0

"'
0

0"--'-~.L--'-~...__.~
0 2 3 4 5 6
Dose, kGy
Fig.I Test pieces of bonding strength Fig. 2 Effect of CCL, on degree of
(al shear stren9th, (bl tensile strength 9f2fting.
( •) 5 phr CCL,, (o] without CCL,

- .-------:-..

-

5'----'--•1-....__ _.___ _.__ _J


5'---~'~--'~--'·~____..,______.
JO 40 60 70 80 90 50 60 70 90 100
Degree of grafting :1. Degree of grafting ,°I.
Fi9.J ~ffect of CCL. on tensile strength Fig. 4 Effect of CCL. on shear strength of
of grafted latex for wood. grafted latex for co111binated PVC-Rubber.
( •) 5 phr CCL., ( o) without CCL. (.) 5 pbr CCL,; ( 0) Iiithout CCL.

364
120

-
;--•
100

-ss 80
v
<60
:I:
:I:

40

20

5 10 15 20 25
Time (minutes)

fig.5 Absorption of HKA on HR.


( o) RR, ( •) Volcaniied IR with
2-ethyl hexylacrylate.

100 100

80 80

60 60

--"'
,.?

40
...
I!)
20

00 20 /,() 60 80 100 20 40 60 80 100


Oose(kGy) oose(kGY)
Fiq .6 I1pregnation 9raftinq by BB irradiation.
(al 'n, (bl Vulcanized BR with 2-etllyl berylacrylate
IOO. content : (A ) 25 phr, ( o) 50 pbr, ( • ) 100pbr

365
,
! 0

.....
0

·-"'"'....
+'
&
....
.,..
0

ea: .. ....,...
<..)

........ "'
E ......
"'
.........,,
0

...
........... ....
~ 1'l
... ~""'
:!!! .....
/!;;
r-
-.......
..... ~

·...-"" ~ ~

(.~ ouAp) 9 SB{Dpol Jeaqs

..., Ila
....~"'.,. .....!':l
..,
0 .....
"'
.....
,..,
::! g'

"'
6
......
.....
-""
~

--e...
....
"" ~
....
-s,
C>
~

-...."'
~ N"

...~ ii
~

.c:
""
00

......
....""
---
-8.
C>

(.lllO eaAp) 9 snynpoc I?a~s

366
s

>
(!) 4 •
0_,

Q;" 3 ..
"'
·5
Q,

-"'
>:
0
u
2 "'

.~ 1 "
>

010""'0--1-1--s
·o--2-'!i-0--2"-
'so---1300
Temp. C 'c I
Fig.9 Comparison of viscosity at high te1perature.
("' ) SO phr MHA 9raft~d Ni,
( •) 50 phr Y.MA grafted BR including oil,
(ti) poly(vinyl chloride),
(e>I polypropylene

367
DISCUSSION 2. To carry out injection molding. high
plasticity needs. So, oil is added.
UJOHARLY; HowevPr, to decrease by addition of
How is the optimal dose for graft poly- oil ~nd it i~ almost same as that

1neriiar Ion of MMA on NRL 7 PVC.

I'. YOSHll ; ISMININGSIH :

From relationship bet"1een the grafting I. MMA grafted NRL can much the proper-

yield and dose, all MMA g re f t.s at 0.5 ties of PVC-NR? What is the end use

Mrad.
for this product ? What will be the
economic prospect of this product 7

SUDRAJAT ISKANOAR: 2. The increase of grafting yield tend

I. Would you please tell us the physi- to Lnc r e as e tensile strength. Is

cal properties of NR-PHMA copolymer chis result always true for the much

after molded by using injection mol- higher total dose?


ding masliae, if you have?
2. And how if it (I') is comparing with
the physical properties of NR - PMl'IA ~. YOSHII

before injected? I. MMA grafted NR will be use as mare-


rials of shoes boor, pakin and car-
F. YOSHT I part. In Japan there are some syn-
1. We havP. not inje~tinn m~chine. Pro- thesis thermoplastic rubber. It good
cess ability test to carried out product is produced from MMA grafted
Ln j ec t i on molding has been investi- NR, cost of that product is lower
gated. We a~e going to ~arry out then synthesis thermoplastic NK.
injection molding of MMA grafted NR 2. Yes. It need higher dose slightly
in early next year? for much MMA content in grafting.

368
KOl'OLIMERISASI RADIASI STIREN PADA LATEKS ALAM IRAOIASI

Artis Zub i r ", Man~a lltnma", dan F, Sunda r d i "

ADSTRAK

KOPOLlKEUSASI RAD!AS! STlllEN PADA LATE~S ALAM lRADlASI. Kopolh .. rhad radiui • 1cireo donpn
• ~on1entr1st t~ndah pada latek1 al•~ iradies{ telah ditelitl. P•na•met•n penaaTuh doaia iradiaai d.an
konaentra1i ttiren ~il1kukan terhadap pH d•~ kekent•l•n l•t~k• tert• 1ifat-•ifat .. ~anik fil• karat haall
kopolimtt~l•tl, miealny• modulu•, tt!•""l•n putua, pet"panjana•n putu•, p-•~l"enjan11n tatap, dan kakar•••·
Kalil penelitian ••nunjukkan bahw• {r1dia1i dan panambahen 1tir1n dap•t aeninakatkan •odulua den C•a•n .. n
.pucu" fllm ke ee r , Oosi1 .i.t"adia•i Gptl11111 barki1ar antara aatu ••ni.pal dua21cey danaan "onaantra1t atif•R 2
pak. Pad• kondi1i ini <•a••••" pvtu• fil~ karet meninaket d•ti 166 kale• .enj•dt2•ekit•T 200 talc• d•n
••teleh fil• kotet dl8imp•n ••l•-- 6 bul&n cea•na•n putu• n•'k •enc•p•i 2)7 kale•

ABSTRACT

RADIATlON COPOLYMF.RIZATION OF STYR!Nl!: lN lRRAOIATED NATURAL LllTIX. Study of ro41aclon


copolyt11-efizttion oC styttnt vich low conccnttetion on icr~di•ted natural lettz hal b••n carried out. 1bt
effect o! irradiation doae and concentration of styrene va• obttrvtd on pH. vitco•ity of l•tex IQd
mechenice: ptoptrtic• ot rubber fil• tuch •• eodulut. ttntilt ttrenath. tlooaatioft at break. pt~Atnt
•et. hsrdne••· Retultt ol the experieent showed thee Lrrediation dott end additioo ol •tyre•• lwprO'led
the modulu1 and ten1ile strength ot the rubber fila. The optiaun do1e run betveao !"• aad cwo key •11rant
concentration of 2 phr. In this condition maxi•um r ens Ll e etre.ngth of 166 kc/~• to 100 ~a/c• vet
realiaable. After •ix month of ttOr•s• t•nsile •tr•ngth incr••••d frowi 200 ka/c• to 257 kale•. •

PENDAHUl.UAl'I sas1• Ta d'1as1• gatDDla 60co mem1'l'L'


1~1 bebe-
rapa kclcbihan bila dibandingkan dengan
Studi tentang lateks alam ir~di"si
lateks alam vulkanisasi bclcrang, di
di Indonesia dimulai sejak tahun 1974
antaranya barang karct yang dihasilkan
di samping be r t c juan memperbaiki siht
tidak mengandung bahan kimia yang be-
-sifat latPkS >lam juga dimaksudkan un-
racun (2).
tuk mempe~panjang daya simpannya, mi-
MARGA UTAMA (3) melakukan pene-
salnya walaupu~ disimpan S3mpai 6 bulan
litian pemakaian lateks alam iradiasi
lateks alam iradiasi masih stabil (I).
oleh pengrajin karet di Jakarta dan
Latcks alam iradiasi dapat diguna-
Jawa Barat yang memproduksi baton uda-
kan untuk pembuatan barang-barang karet
ra, sarung tangan, bola bleder, topeng,
anta~a lain sarung tangan, baton uda~a,
dan benang karet. Hasil pengamatan se-
boneka, dan copeng , Barang karet yang
lama beberapa bulan menunjukkan, barang
dibuac dari lateks alam yang divulkani-
karet dari lateks alam iradiasi tanpa
bahan pe~arna ditumbuhi jamur dan leng-
• Pusat Aplikasi lsotop dan Radlasi, BATAN ket. Akan tetapi. hal tersebut tidak

369
f
r e rj ad t. pada barang karet yang berwar- karet alam
na. Hal inf diduga karena dalam lateks P0 • radikal P
M a monomer
alam iradiasi tersebut masih ada ikatan M0 • radikal M
tak jenuh rantai poliisopren. Selain
Diharapkan ikatan yang terbentuk antara
itu, diduga dalam bahan pewarna terkan-
radikal monomer stiren dengan ikatan
dung zat anti jamur. SaJ.ah satu cara
tak jenuh rantai poliisoprena lateks
yang dapat dipakai untuk memperbaiki
alam iradiasi dapat mengur•ngi atau
sifat lateks alam iradiasi ialah dengan
menghindarkan pelengketan dan pertu~
metode kopolimerisasi radiasi monomer
buhan jamur pada karet a l am hasil kopo-
pada lat·eks slam iradiasi. Mekanisme
limerisas i .
reaksi kopolimerisasi radiasi adalah
sebagai berikut (4).
TATA KERIA

Inisiasi :
Balurn, Lateks alam iradiasi yang
Co-60
M -1\./V\t--> M•
disimpan lebih dari 6 bulan, monomer
stiren yang dimurnikan dengan pencucian
Co-60 ( ~).
p -1\JVY'---> p.

Propagasi : Al.af.. tr.adiator lateks 60co kapa-


sitas 190.000 Curie untuk meradiasi
P + nM ---------> P(M)0
lateks. Instron Testing Machine untuk
M0 + nM --------> {M) 0
mengukur sifat-sifat fisik mekanik film
n+ 1•
TPl"'mi 1'laS i karet hasil kopolimerisasi. pH meter
Fisher Model 230 A dan viscosimeter
r(M)0 + R0 ---------> P(M) nH +RH
VISCONIC-Tokyo Keiki.
p (M) •
n
+ R0 -------------l> P(M)R
Me.tode, Proses kopolimerisasi r a-
(M) o + R0 ---------~> (M)R
diasi dilakukan dengan mencampur mono-
(M)0 n+ I + R0 -------> (M) n+I
+RH
mer stiren dengan lateks alam iradiasi
dengan konsentrasi 2, 4, 6, dan 8 psk
Adisi :
(per seratus karet). Campuran diaduk
P(M) 0
1 --------~> P(M)P0 sampai homogen lalu diradiasi pad a
(M) o + p ----------> (M)n+lp• dos is I , 2, 3. 4 , 5, dan 6 kCy s amb il
n
dialiri gas nitrogen. Setelah radiasi.
di mana R0 ~ radikal P0, P{M)0, atau pH dan kekencalan I at.eka di uku r kersu-
(M) • dian dituang ke dalam plat gelas untuk
n+ I
P • rantai poliisoprena mendapatkan film kar e r yang akan diukur

370
s~fat fisik mekaniknya. Setelah kering stiren 8 psk dan diradiasi pada dosis 6
pada suhu ruang, film karet lalu dicuci kCy lalu disimpan selama 6 bulan ke-
d~ngan air kemudian dipaoaskan dalam kentalsnnya s~makio meningkat karena
oven pada 70°C selam jam. Sebagian terjadi degradasi lapisan protein. Di
film karet dibuat dumb-bell untuk peng- samping itu mungkin juga disebabkan
ukuran tcgangan putus, modulus, perpan- oleh pembentukaa HCl akibat terjadinya
jangan putus, dan pcrponjongon tetap. radiolisis CC14 yang ditambohkan ke da-
Sebagia11 lainnya dimasukkan kc ddom lam latcks alam sebelum iradiaai.
kantong plastik den disimpan sclama
Pengaruh iradiasi dan penambahan
enam bulan untuk pengamatan pertumbuhan
stiren terbadap modulus 300% dan 600%
jamur dan pelengketan serta panguuh
dapat dilihat pada Tabet 3. Semakin
peuy i.apanan film ka ret terhadap s ifat
tinggi dosis iradiaei dan konscntr3Si
fisik mekanik. Pengukuran sesuai dengan
stiren dalam lateka modulus 300% juga
ASTM D 412-80 (6).
meningkat. Pada dosis iradiasi 5 kCy
deogan stiren 8 psk modulus 300% men-
HASIL DAN PEM BAHASAN capai 21 kg/cm2. Modulus 300% lateks
Data pada Tabel memperlihatkan iradiasi adalah 17 kg/cm2• lradiasi dan
hasil per.gamatan peogaruh iradiasi dan penambaban stiren juga berpengaruh ter-
penambahan monomer stiren terhadap ke- hadap modulus 600%. Pada dosis iradiasi:
kent a Laa lateks alam iradiasi. lradiasi 5 kCy dengan st~ren 6 psk modulus 600%
dan penambahan stiren meoyebabkan la- mencapai 90 kg/cm2. Modulus 6001 lateks
teks semakin kental. Pada dosis iradia- alam iradiasi tanpa stiren adalab 61
si 6 kCy dengan stiren 8 psk kekentalan kg/cm.2 Pengarub penyimpanan film karet
lateks adalah 151 cp. Hal ini diduga terbadap modulus 300% dan 600% disaji-
karena terjadi perubahan muatan protein kan pada Tabel 4. Film karet yang me-
lateks sebagai akibat penambahan stiren nganduog stiren setelah disimpan selama
sehingga kekentalan lateks meningkat. 6 bulan mengalami penurunan modulus
l<Pk<>ntalan l ar sks alam Lr ad i.as i adalah 300% dan 600l kecuali untuk film karet
sekitar 71 cp. Penel it;an ini juga 111J>m- yang mengandun,g stiren lebih dari 6 psk
perlihatkan bahwa dosis iradiasi d~n dengan dosis iradiasi di atas 3 kCy,
penambahan stiren tidak berpengaruh yang mengalami kenaikao. Hal ini diduga
terhadap pH lateks hasil kopolimeri- di samping disebabkan oleb pembentukan
sasi~ ikatan silang antara molekul-molekul
Pengaruh penyimpanan terhadap ke- poliisopren karet juga karena terjadi
kcntalan latcks stircn dopat dilihat proses kopolimerisasi antara karet alam
pada Tabel 2. Latcks yang mcngandung dengan stiren.

371
Hasil penga~atan pengaruh iradiasi Hasil pengamatan secara visual me-
dan penambahan stiren terhadap tegangan nunjukkan setelah penyimpanan selama
putus film karet dikemukakan di Tabel enam bulan pada film karet tidak terli-
5. Iradiasi lateks yang mengandung sti- hat pertumbuhan jamur dan tidak terjadi
ren menyebabkan tegangan putus c.en- peleogketan.
deruns meningkat. Tegangan putus lateks
a l ara iradiasi tanpa stiren adalah se- ICESIMPUL"N
2
kit:ir 166 kg/cm, yang ternyata tidak
Kopolimerisasi radiasi stiren pada
mengalami kenaikan meskipun diradiasi
lateks slam iradiasi dapat menaikkan
lagi dengan dosis aampai 6 kGy. Pada
modulus dao tegangan putus film karet
dosis iradiasi antara satu sampai dua
haail kopolimerisasi radiasi. Kenaikan
kGy dcngan konsentrasi stiren 2 psk
dosis ·iradiasi dan konsentrasi stiren
tegangan putus naik menjadi sekitar 200
tidak berpengaruh terhadap perpanjangaa
kg/cm2. Pengaruh pcnyimpanan film karet
pucus, perpanja~gan tetap, dan keke-
terhadap tegangan putus dapat dilihat
rasan tilm karec. Dosis iradiasi opti-
pada Tabel 4. Film karet yang mengan-
mum adalah I - 2 kGy dengan konsentrasi
dung s t i r en lebih dari 2 p sk s e t e Lah
stiren maksimum 2 psk. Pada kondisi ini
d.i s Impa« selama 6 bulan mengalami pc cc-
gangan putus kecuali pada dosis iradi- tegangan putus film karet naik dari 166
asi I kGy. Akan tetapi, yang mengandung kg/cm2 menjadi sekitar 200 kg/cm2
stiren 2 psk dengan dosis iY~diasi
ant:ara I sampai 6 kGy tegangan pntusnya
cenderung meningkat dan mencapai m~k-
Penulis mengucapkan te rima kas ih
simum pada dosis iradiasi 2 kGy, yaitu
kepada Dian lramani, Walujo, dan rekan
naik dari sekitar 200 kg/cm2 menjadi
-rekan di .nstalasi Fasilitas tradiasi
257 kg/cm2. Meningkatnya nilai tegangan
yang telah membantu pelaksanaan pene-
putus ini disebabkan semakin kuatnya
litian iai.
daya adesif antara partikel karet.
Tabel 3 menunjukkan bahwa iradiasi
dan penambahan stiren tidak berpengaruh DAFTAR PUSTAK ...
tchadap perpanjangan putus, perpanjang-
I. UTAMA, M., Pembuatan lateks alam
an t e t ap , daa keke r as an . 'l'etapi setelah pravulkanisasi radiasi, Msjalah
film karet disimpan selama 6 bulan, BATAN, XVIII 3 (1985) 56.
pada umumnya perpanjangan putu• cen- 2. SUNDAROl F., UTAMA M., dan SOEPARMO,
derung meningkat sedangkan perpanjangan Pembuatan barang-barang karet dari
lateks pekat yang divulkanisasi
tetap dan kekerasan relatif sama (Tabel secara radiasi (PPPJ/T.43/1974),
4). Pusat Penelitian Pasar Jumat,

372
BATAN, .fakarta ( 1974). Polymer System, John Wiley & Son.,
New York ( 1962).
3. U'fAMA, M., "Studi penaka i an lateks
aLHm iradiasi untuk pembuatan
5. Bl.OUT, E.R., HOHENSTEIN, W.P., and
barang karet di tujuh pengrajin HARK. H., Monomer Styrene, Inter-
kar e t", Proses Radiasi (R:,.~Jah science, Inc., New York (1949).
Seminar N<1sional, Jakarta, 198S),
Pusac Aplikasi Isotop dan Kadiasi
- BATAN, Jakarta (1986) 87. 6. Amer. Stand~rds Testing and Mate-
rials, Anauals Book of ASTM D
4. CHAPIRO, A., Radiation Chemistry of 412-80, ASTM. Philadelphia ( 1982).

l'abtl J. ~rskre?"istl~ l•te.\.s a.a .. lradlul 11r<1 d1to;irollnerl•••I


dcn1•11 1tlnn.

P1rt:a'-v6n Hull i?!"~tan


Dosi• lT•dl•s1 lor._1entrul Pt 1.ek•nt&lu
(llGy) stir•n. (psk) (cp)

,, 0 9,11 7l,l1
0
•'
9,90 11.ig
9,61 86,IS
6
e
l
'·''
9,80
91,,J
13-S ,01
9,11 69,0•
•6 9,84
917S
U,13
9S,tl
8 t,al 137,tl
1


l
•6
9,ao
9,77
9,71
9,69
····~
ss.rs
11,,1,
1J7 ,4'>
3 1
•6

....
9,86
9,M
9, 7:
83.35
91,11
116,JJ
140,00
4 2 9,71 ,,, l4
•• 9,61
9,7S
96,37
ltt,68

s 1

6
• ....
9,71

9,6S
9,6S
1•1,.0
11,IJ
91,i4
lll,S2
• 9,61 1Cl1l0
I
•6

....
9,86
9,61
9,SS
11.as
101,1&
111,'0
JS l, 16

Tibet 2, Pc-n1aruh tonseatTasi sti~a terti&dap kt>kentalaa Iateks.


Oo"is iradlqf 6 kCy,

lftllS"l"trll.'i StiTl!J.'!t
(psk)
nol •utar
r.... "t•l•" ..
tr.a;• Hui an--
1
.,_. 1 l6,4
• 101,8 t~a,s
6 118,• 414,3
8 Bl,0 •&•,2

373
Tabtl J. H'°"lJ pcn1•atan k•rlkwrlstll: fl1• kaNtt at .. lradi•ti Y•ns dlkopoll••l'i•a•l
d•t1.J&11 ttir•n

Oo•i• lonsentrul Modulus Modu.lus re1anca.n P•rpan,a.nr- P•rpanjaq. ktktr11ui


(kC)f) atirn J<lO\ 600\ putut an putus 111 tetap (ll(ort)
(p•k) (kf/C112) (kJ/ca2) {kt/ca2) (\) (')

0 0 17 u 166 751 s,o 44,S


2
• ..
16
u
62
13
222
184
775
713
6,6
3,3
45,S
45,S
••16
.
... s
6 168 700 3,3
10 s,o ... s
I
., 211 748
2
•6

17
18
10 . 12
204
174
uo
,,.
714
70S
6,7
3,3
3,3
s,o ....
46
... s

."'·'
19 12 211 760

,. .. ,.
2 IS 56 201 715 6,3 6
•6 17 76 U7 717 s,o

u 78
,..
723 3,S

' 2
••

16
19
19
19
.,." ... 51
211
207
us
21l
,,.
717
728
7U
•,O
1,3
s,o
3,3
s,o
....."'·'
...s
44

••
16
19
So
79
••16
211
182
716
728
a,s
s,o
...,,,
43
46

.
19 21• 7SI 3,3
• 20
is
19' 720
•••1,0
2
••
11S 1 .. ••...s
••

20
19
.... ...
90
us
210
11•
717
s,o
l.3
"''·'
• 2
••
21
10
19
18
74
II
211
192
,..
214
720

,..
793

,,.
728
s,o
'·'
s,o
3,3
..••.s
•s
• 22 IS
··~---·-·
s,o '46,S

374
Tabel • • K1rUtcrt•tik 11111 >.aret alu lre.di•si )'•nl dikopolJ.•t!snl dar\llln
.stlren sctol•h pel\)'illlpan•n .selue.*""" .,.ulen.
Cotls lonsentr•ii Modulus KodUIU$ Tt11an1•11 Ptu11anj 1n1~ PerpanJ1n1• K•lc•r .. an
(kGY) ttiren lMI 2 600\ l J)l,ltJJ 2 tn put\lt "" t•t•p (ahor•)
(F1k) (kJ/c• ) (kl/"' ) (kf/<• ) (') (')

0
•'
I< ••SS ,,.
25' ,...,.,., •s,e•• ....
4$

••
I
14
16

..
" ..
••
so
!OS
m
800
'·'
l,l

••
••
260 852
'·'
•••
lS 119 ?9J s,o 4S,J
,.
18 SJ 226 81' • ,1 4J,l

2

.. 52
••••
\S2
2S7
764

...,.,
SS2
•,t
'·''·''•'
••
••4S
•• ..
IS
l7
••
S6 ...
171
214 '"
• ••
4S1S
45
l 2

u
••., Zl6

...,,.
an J,J
••• ••••
..
TS?
15
" 165

..
lG
G 221
'·' ''

•2 ..
16
"•• •• r
119
,., '·'
'·'S,7 "

••
l5
16
16
50

I ••
01
169
229
l:i6
814
6':i3 •••
s,o .....
43
42,5

5
••'
•,.
1•
IS
,.
17
45
vr
0
97
.,.
228
,
169

IG4
,.,
SS!

U8
752
J,J
•••s,o·
l,J ....
4S,S

•• !66 J,3 46.

..
6 l•

•••
IS
l7
!8
S2
47

··--- -- ---·-·------··-
176
19>
U9
757
806
)25
•••
•••
s,o ..
4S15
46

375
DJS KU SI dari kehalusao film karetnya yang cocok
dengan kulit manusia.
DADANG SUDRAJAT:
I. Apa kira-kira yang menyebablcan pe- M. SULISTYATI :
ngaruh penyimpanan selama b bulan Lateks manakah yang paling bagus untuk
akan menaikkan tegangan putus menja- diaplikasikan, misalnya uncuk sarung
di 257 kg/cm2? tangan? Apakah yang mempunyai tegangan
2. Apakah suhu mempengaruhi sifat fisik putus tinggi atau yang rendah, supaya
mekanik selama penyimpanan? sarung tangan icu dapat Cahan lama, da-
pac dipakai untuk beberapa kali?
ARLIS ZUBIR :
I. Karena semakin kuatnya daya adesif ARLIS ZlJBIR :
antara partikel polimer selama pe- Aplikasi jenis lateks untuk sarung ta-
nyimpaoaa. ngan tergantung pada penggunaan snung
2. Ya, karena penyimpanan pada ruang AC cangan yang akan dibuat, misalnya ap•-
berbeda dengan penyimpanan pada suhu kah tegangan putusnya harus tinggi dan
kamar. Karet lateks alam iradiasi. sebagainya, sesuai dengan standar yang
jika disimpan pada suhu kamar ke- sudah ada. Contoh : untuk sarung tangan
mungkinan akan mengalami penurunan industri, persyaratan beTbeda deng3n.
sifat fisik mekanik setelah waktu sarung tang~n bedah. Rhusus untuk sa-
tertentu, misalnya karena cumbuh ja- rung tangan bedah di samping ada pcr-
mur pada karet acau lengkec. Di salD"" syaratan tegangan putus tertentu, se-
ping itu, sifat fisik mekanik pada harusnya tidak boleh dipakai be rkaLi
karct dipengaruhi oleh keleabapan -kali. Akan tetapi, di Indonesia bia-
ruangan. sanya dipakai berulang - ulang setelsh
disterilisasi.
M.T. SAMSINAH D. :
Apakah basil kopolimcrisasi radiasi MADE SUMARTI :
stiren pada lateks radiasi dipakai juga Hengapa s e r e l ah graftiog stiren film
uo cuk mQ!llbuat kondom tanpa efek sam- karet lidak lengket?
ping?
ARLIS ZUBIR :
ARLIS ZUBIR: K3rena ikatan tak jenuh rantai poli-
Lateks alum iradiasi lebih baik diban- isoprena t e Lah diisi oleh polistiren.
dingkan dengan LA-Stircn kar.,na lateks
alam iradiasi tanpa pena•bahnn monomer RUSLAN :
stiren sehingga lebib cocok ditinjnu I. Hc~gapa pada dosis radiasi di atas 2

376
kGy tegangao putuo film karct mcnu- bula11 tetjadi k~11~ikkan teg~ngan putus
ru~? karena kemungkinan bertambah kuatnya
2. Apa kelebihan dau kekurangan kopol i- daya adesif antara partikel - partikel
m~~isasi radiasi stiren pada Lateks karet. Modulus turun hanya untuk dosis
r e d Las i , j ika dibandingkan dengau daa konseotrasi s t Ir en yang rendah.
kopo l Imec Is as i c-udi<1~i s c i r en pada Akan tetapi, untuk koosentrasi/dosis
l~Lcks ~arel alam? tinggi modulus naik. Hal ini kemungkin-
an disebabkaa terjadioya ikatan silang
ARL[S ZIJBUl : ancara KA dan polistiren.
J. Tegangnan putus film karet naik pada
dosis 1-4 kGy dan meocapai opti~al WIHARTI A. :
pada dosis 2 kGy dengan kadar stiren Hengapa jamur mudah tu~buh dan terjadi
2 psk. Pada kondisi ini tegangan keleng~etan pada lateks iradiasi t•npa
putus film karetnya naik selama pe- bahan pewarna sedangk~n pAda hasil ko-
nyimpanan. polimerisasi stiren ridak 7
2. Kclebihan radiasi stireo pada lateks
iradiasi adalah dosis dao konsentra- A.U. IS ZUB!R !

si stiren relatif kecil. Kekurang- K.ar:ena setelah <likopolime:rissi dengan


annyn kita mPlakuk::in 2 x radiasi st iren kem.uogkinan ikatan t ak j enuh .,
yang hn"rti membu t ub kan lebih ~a- rantai poliisoprcna yang mesih ads su-
ny:tk wAktu. dah digraftiog dcngan senyawa polisci-
rcn. Tcrjadinya jamur disebabkan oleh
DARSONO : adanya protein. Pada percobae1n pel"tum-
Mengapa dalam penyimpanan 6 bulan tc- bohan jamuc hanya diamati secara visu-
sangan putus film karct tcrsebut naik al. Diduga baik be:ihan pewaC'na maupun
scdangkan modulusnya tu~un? stiren dapat berfungsi sebagai anti
jamur.
ARL!S ZUBIR :
Se r c l ah film karet disimpan s e Laraa 6

37 I
KOPOLIMERISASI TEMPEL MONO}IER MMA PAOA LAlEKS KARET ALAM SECARA RADIASI
PENCARUH WAKTU .PENOIAMAN DAN AOITIF

Kadarijah*1 F. Sundardi*, K, Makuuchi**, dan S. Tskandar*

ABSTRAK

KOPOLLMERISASI Tl!KPEL HONOHER K!:TILHETAKRILAT PADio. LATIKS KAll:T ALAM SECAllA RADIASI. PlllCAl\11 VAKTll
PBllDIAMAP DAN AOITJP. PtnS•tU.b V•lttu pendi•t'l•n d•n •ditif P•d• kopoll••Ti1a1i te•pal aono.er MMA pada
Lacek• keret alam aecara radia1i telah dipelajari. D1ri ha1il ~ercobaan dlp1roleh b1hwe1 k1k1nc1lan
camput"·an l1tek.1 1t1ret ala• - HHA tebelun •taupun ae1udah radiaei c.ende.l'una nailt "•r•••••ft den11n naitnya
vakcu peendla11an. Ptnaacuh •dlt.if, tcperti CCL4, ttanol, 4-Mtoktiftnol, dan 1-oktil Mr'kaptaa, ~Jv.1•
telah dipelajari. Penaabahan CC14 ternyata ••n••t me•penaaruhi reakai kopolimerie11i pada·•val rtdit•l.
ttl•Pi tida\ demikian pada penambahart etanol. 4--.tokiifenol maupun 8~oktil ..rkaptan. Kenaikkan
penaabahan cct4 ju&• menaikk•n konver•i. Kekentalan Mooney film \a~et Kopo1ieer tempel-PMKA naik d•~aan
neiknye kandungan CCl4 den do•i1 radia•i. Akan tetapi, penambahan 4-metok•ifenol •aupun 8-oktil afrK•ptan
dipetolah ke\ent•lan Moonty m•kin ••nur~n.

ABSTRACT

RADIATION CRAFT COPOLYMERIZATION OF METHYLMETllACRYLATE ONTO NATURAL RVBBER LATEX. BFP!CT OF STANDING
TIME ANO ADDITIVES. Effect of standing ti~e and additive• on radiation graft copolyaerization of
aethylmeth•crylate onto natural rubber have been 1cudied. It appetrt thtt vi1co1ity ot NaL-MHA •ixtu~•
. before ind afte~ irradittion increaaes with lncreasin1 in ataodlng tiee. The influence of addit!~•• 1uch
11 CClli. e e.aeot • 4-metoxyphenol end 8'"'0Ctyl 11erc1pt..en alao have been •tudied. lt ie fO\lnd that CCt4 .uch
influeoce the cont•rtion in t)'le beginina of il'radiatioo but did not to for anotheT additivte. th• ..
conver•ion increaaes with incttatina in CCL4 concentration. The Koone)' vltcoeity of ll'•ft1d fila.
increaae1 with increasing in irreedlation doJe 1nd concentration of Ccl4• Th• Mooney viecoeity dact•••••
virh iftcteaeing in 4-methoxyphenol and 8-octyl m•tCa~tan •ddition.

PENDAHULUAN teks KA-MMA sehelum dan sesudah radiasi


perlu dipelajari. Selain pengaruh pen-
Proses kopolimerisasi tempel mono-
diaman campuran lateks KA-MMA sebelum
mer metilmetakrilat pada lateks karet
radiasi, pengaruh beberapa aditif (ba-
alam secara radiasi telah banyak dipe-
han pemeka) yang bersifat sebagai ra-
lajari oleh beberap~ peneliti (l, 2, 3,
dikal formina agent ataupun radikal
1,,), Partikel k a ee t mud ah mengembang di
scavenger pada proses kopolimerisasi
dalam monomer metilmetakrilat sehingga
tempel monomer MMA pada latcks karet
partikel karet akan m~mbcsar don diduga
alam perlu dipelajari.
menyebabkan naiknya kekentalan campuran
Percobaan yang lalu menunjukkan
lateks karet alam-MMA. Oleh karena itu,
bahwa dosis radia&i untuk kopolimerisa-
penge ruh waktu peud i araa» c aepuran 1<:1-
s i tempel radi«si Dtonomer MMA pada la-
• P\Jsat Apllkui !sotop d•n Radiasi; SATAN teks karet alam ialah sekilar 3 kGy
•• Takasaki Radiation Chenistry Research
Establishlllent, JAER! untuk mencapai konversi sekitar 75%

379
(5). Penambahan ~aha~ pemeka yang mem- 'cometer Van Gils dan Visconic. Pem-
punyai G value lebib t i.uggi. dari k ar e t buatan kompou vulkaoisat karet.-PMMA
a I am maupuu MM.A m i s a l nya CCl c.tau rn- d i guuakau Test Mixing Roll Machine dan
' 4 --
dical scavenger, diharapkar. dosis ra- Press Machine, sedangkan sifac fisik
diasi yang diperlukan lebih rendah. film vulkanisac diukur dengan Instron
Penambahan aditif dalam campuran lateks Tensile Tester 1122. Kekentalan film
KA~MMA diduga juga, selain mempengaruhi karet - PMMA diukur dengan visconeter
kecepatan polimerisasi, akan mempenga- Mooney dan partikel karet-PMMA dilihat
ruhi sifat-sifat film kopolimer karet. dengan elektron mikroskop.
Penelitian ini bertujuan untuk . ·t.1e.-toqe. Kopolimer tempel laceks
mendapatkan informasi pengaruh aditif karet alam-PHMA dibuac dengan mencam-
terhAdAp kP.r.~patAn reakRi po1imeri~a8i
purkan monomer metilmetakrilat seba-
serta sifat - sifat fisik lateks da~
nyak 30 gram dan mengandung U,5 gram
filmnya. asam oleat ke dalam 161 gram lateks
karet alam yang diencerkan dengan 45
TATA ICERJA gram larutan amonia 1.5%. Campuran cer-
sebut diaduk selama satu jam kemudian
Pel'!e.f..,i,-t-i.!tl?., La t ak s karet
Ba.fta.n
diAar:ng dan diradiasi. Waktu pAndiaman
alam yang digunakan untuk percobuan di-
(standing time) adalah 0, 3, 6, 9, 12,:
peroleh dari Perkebunan Karet Pasir Wa-
18, dan 24 jam. Laju dosis yang diguna-
ringint Jawa Ba r e t , yang berkadar kar e t
kan satu kGy, sedangkan dosis radiasi-
keringnya sekitar 60% dan kekentala•••Y~
nya sampai tiga kGy. Kekentalan sert4
50 cP. Larutan amonia dalam air (1.5%)
jumlah padatan dari lateks kopolimer
diperguoakan unluk pengenceran. Monomer
diukur, kemudian dibuat film karet yang
metilmetakrilat yang dipergunakan dicu-
selanjutnya dibuat kompon vulkan~sat
ci lebih dahulu dengan larutan NaOH 5%
yang mengandung I% ZnO, I% ZDC dan IX
kemudian disuling pada tekanan rendah.
sulfur. Pembuatan film vu l kan l sat. d Ll a-'
Karboncecrakhlorida, etanol, 4-metok-
kukan dengan Tesl Presa selama 60 menit
sifenol dan 8-oktil merkaptan digunakan
pada suhu 1oo•c. Sifat fisik film vul-
tanpa pemurnian.
kanisac diukur dengan Instron Tester.
PVUJ.f.o..ta.n. lradiasi dilakukan da- Aditif yang digunakan dalam perco-
lam iradiator Panorama 60 Co, taju do- baan ini adalah CC14, etanol, 4-metok-
sis dikalibrasi dengan Fricke do,.i.me- sifenol, dan 8-oktil markaptan. Kon-
tPr. Kekentalan campuran lateks karet sent,<aai CC14 yang d itambahkan antara
alam - monomer yang belum diradiasi dan 0 sampai dengan 5 psk, sedangkan penam-
yang sudah diradiaai diukur dengan Vis- b•haa etanol dari 0 sampai dengan 2.5

380
psk. Konscntrasi 4-metoksifenol dan 8- adicif CC16, etanol, 4-metoksifenol,
0ktll merkaptan yang ditambahkan 0,2~ dan 8-oktil merkaptan terhadap sifat
dan 0,50 psk. Oasis radiasi yang digu- -sifat lateks dan·film karec-PMMA ko-
nakan sampai dengan 3 kGy, selanjutnya po l Lee r . Tabet 3 dan 4 me1:1per lihatkan
sitat fisik lateks dan film karet 4opo- pengaruh radiasi, CCl, I dan etanol. Pada
r Ime r diamati. tabel tersebut dapat dilihat bahwa, pe-
nambahan Gct4 5 psk pada dosis radiasi
1 l<C'! l<el<entalan latP\c.5 l<a~et-l?MllA ha-
nya naik sedik~t bila dibandingkan de-
Pengaruh waktu pendiamao (standing ngan penambahan etanol 2.5 psk pada
time) campuran latcks karet alam dan dosis radiasi yang sama.
MMA scbelum dan sesudah iradiasi disa- Pengaruh CC14 dan etanol terhadap
jikan pada Tabel I. Pada tabel tersebut konversi disajikan pada Tabel 5 dan 6.
dapat dilihat bahwa kekentalan lateks Pena11bahan cct4 sangat mempengaruhi ke-
.sebelum dau sesudah radiasi naik deugao cepatan reaksi polimerisasi pada awal
bertambahnya waktu p~ndiaman. Bal i~i ir~diAsi. Penarebahan cct4 sebanyak 5
dapat diterangkan bahwa karet mudah me- psk pada dosjs 0.6 kGy konversi sudah
ngcmbang di dalam monomer MMA. Parcikel mencapai 39.5% dibandingkan 2.9% untuk
karet yang mengembang akan l!lenyebabkan penambahan I psk CC14 pada dosis ra-
naiknya kekentalan campuran lateks - diasi yang sama.
tlMA sebelum radiasi. Oalam suasana al-
Kekuatan tarik film karet kopoli-
kali seperti dalam lateks karet alam,
monomer MMA cenderung terh1drol1sis mer disajikan pada Tabet 7 dan 8. Ke~
menjadi asam dan alkohol. Senyawa ter- kuatan tarik film naik dengan naiknya
dosis radiasi. Bertambahnya koosentcasi
sebut j•J.e;a akan mengganggu kestabilan
campuran lateks karet alam-MMA scbclum cct4 mCl!lbcri scdikit kena i kan pada ke-
radiasi dan menaikkan kekentalan cam- kuatan tarik film, scdangkan et:inol
puran. Naiknya kekentalan sebelum radi- tidak.memberikan pen~aruh terhadap kc-
kuatan tarik.
asi akan menyebabkan naiknya kekentalan
sesudah radiasi. Kekcotalan Mooney film karet ko-
poli:ner disajikan pada Tabel 9 dan 10.
Sifat fisik film vulkanisat ka-
Radiasi dan penambahan CC14 sangat mem-
rec-PMl>!A disajikan pada Iabel 2. Sifat
pengaruhi kekentalan Mooney film karet_
fisik film vulkanisac tidak banyak ter-
kopolimer. Konsentrasi CC14 5 psk dan
pengaruh oleh waktu pcndiaman (standing
dosis radiasi 3 kGy diperoleh nilai
time).
Mooney 251 (ML.1+4) dibandingkan deng~n
Tabel 3 - 14 menunjukkan pengaruh nilai Mooney J84(ML.1+4) untuk kontrol

381
(tanpa CC14). Penambahan etanol sampai film karet kopolimer. 4-Metoksifenol
dengan 2.5 psk tidak mempengaruhi nilai ha:lya sedikit mempengaruhi kecepatan
Mooney film karetnya. reaksi po:imerisasi dan kekentalan la-
Tabel 11 dan 12 meuunjukkan fraksi eeks kcpo Lime r . Keku at an t ar Ik d au ke-'
tak Lar ur fili< k a r e t kopol Iee r dalam kent al ao Mooney film karer ko po l Ime c
aset on , Pe nambahan CCll: maupun etanol s e dikit lebih rendah bila d Lbarul i.ngkan
Lidak ~~mpengaruhi fraksi tak larut da- de~gan kontrol. Penambahan 4-metoksi-

lam asecon. fe:lol juga tidak memberikan petbedaan


ya:lg berarri pada jumlah fraksi rak
Pengaruh 8-oktil merkaptan terha-
larur setelah ekstraksi dengan aseton.
dap kecepatan reaksi polimerisasi daJl
Mikrograf eletron mikroskop partikel
sifac 1 a t ek s s e r c a film karet kopol imec
karet kopolimer dapat dilihar pa~a
dapa t dilihat pada Tabel 13. Pemuabahan
gambar I, 2, 4, 5, dan 6.
8-oktil merkaptetn tt:cnyala menurunkan
kecep~t~l' r~~ksi polimerisasi. Hal ini
dapal d i l i hat, pada konsentrasi 8-okcil KESIMPULAN

merkaplan 0.5 psk konversi hanya t1enca-


Waktu pendiaman (standing time)
pai sekitar 631 dibandiogkan dengan 831
tidak banyak me:npengaruhi kecepatan re-
bila tidak ditambah 8-oktil merkapcan,
aksi kopolimerisasi tempel meupun sifat
pada dosis radiasi yang sama J kCy.
fisik.a film karet kopo l ime r , Deugau
8-0ktil merkapcan sebagai chain trans-
demikian, untuk pembuatan lateks karec
:er agenr dapat menghambac reaksi po-
alam kopoli~er, campuran lateks karet
.Tme e Ls as t . Dapat dilihat pula bahva,
alam - MM.\ cidak perlu didiamkan tebih
kekcncalan lateks kopolimer naik dengan
dahulu, dapat langsung diradiasi sece-
be r c ambahnya konsentrasi 8-oktil mer-
lah pengadukan selaoa I jam.
kapcan, sedangkan kckuacan tarik dan
Dari empat macam bahan aditif yang
kekentalan Mooney film karec kopolomer
dipeJajari, ternyata hanya CCl 4 yang
cenderong menurua. Peaambahan 8-oktil
sangat mempengaruhi kecepatan reaksi
merkapcan sangat mempengaruhi jumlah
koplimerisasi tempel monomer MMA pada
fraksi tak larut dalam aseton. Praksi
lateks karet alam. Konsentrasi CCI4 5
tak larut dalam asecon turun dengan na-
psk pada dosis :.8 kGy,konversi sudah
iknya konsentrasi 8-okcil merkaptan.
mencapai sekitar 88%.
Hal ini meaunjukkan bahwa pembe:ltukkan
homo-PMHA bertambah.
DAFTAR PUSTAl(A
14 m~nunjnkkan pengaruh 4-
mPtnk~ifenol terhadap kecepatan reak-
I. COOPER. W., VAUGHAN, G., MILLER, S.,
~i pol imer·sasi dan sifat lateks serta ond FIELDER, H., Craft copolymer

382
from natural cubbe r latex using 4. AUGIER, O.J., and TURNltR, O.t.,
visible, uitra violet and gamma Graft interpolymer formed by ga11111a
ray i o i r i ae i on , J. Polym. Sci. irradiation of methylmethacrylate
XXXIV ( 1959) 651. and natural rubber mixtures, J.
l'olym. Sci. XLL ( 1949) 167.
2. COCKBAlN, E.G., PENDLE. T.D., and
'l'UKN~R. T.D, Formation of graft S. SUNDARDI, F., and KADARIJAH, Radi-
copolymer by gamma irradiation of ation grafting of methylmetha-
natural rubber latex and methylme- crylate monomer on natural rubber
thacrylate, J. Polym. Sci. XXXIX latex, (PAIR/TllB/1983), Pusat Ap-
(1959) 419. likasi Isotop dan Radiasi, BATAN,
Jakarta ( 1983).
3. COOPER, W., SEWELL, P.R. ,1 and VAU-
GHAN, G., Radiation graft copo- 6. COOPER, W., and VAUGHAN, G., The Ki-
lymerzatiun in <1.queous dispersioo, netics of graft copolymerization,
J. Polym. Sci., XLL (195~) 167. J. Polym. Sci. XXXVll (1959) 241.

383
Tabel 1, Pena•ruh 11a1'tu pendi1r11an t-.rhad•JI ket:cntalan CtllPUftn latet1
sebelu• dtn sesudah ~•diasi, konstntrast ~ 30 phr, dotit
radiasi J ~Gy .
. lfaktu Sebel\111 :rt.diqi Setud.ah T&dlatl IORV•Tli
pet1dl•flan IC11'.-nt•)M (\)
(J .. ) IC•ftd\lftl•~ Kekmt•l•n K~d~l\llft
(111,a.S) p•d•tatl (\) (MPa.S) r-d•t•11 (\)
o 22.A 4].2 21,4 54.1 t9,0
J 18.4 43.6 A?.2 54. s U.J
6 ll.7 43.2 Sl.D s•.t •s.s
9 Jl .9 43.2 64.1 54.! M,4
l2 ll.7 4l.4 95.l $4.4 M.2
is 43.9 43,4 191, 2. 54.? U,4
II 1S4 ,4 4l.9 Sl4,i S4.4 79,4
14 143 ,2 44,2 $4, l 74, l

Tabel 2. Sifat flsika V'lflkanisat ftln ~aret kopolt111er,

.....
Waktu p.ndt~

Cl••)
Kekutt.&.n
tarlk 2
(kr/"' >
Perp1AJ•n1•n
putus
(\)
f•rpa.nJ anaan
tltt'p
(\)
IC•tal\a.nan
tobelt z
Ckalc• I

6

211,S1
217.28
266, 9)
...
9';'G
l044
JO.O
30,84
30,0
11, ,,
11,tl
11, 1G
9 24S, 44 l032 lo.a• tl,49
12 22'7,69 1nl')4 J0.3' ll,10
IS
14
24
222.56
lSl,7'
ltl,30 ...
992
1028
30,0
JO.O
30,0
J 1.61
12.tl
l.l.8]

Ttbel r. Pen1aruh radj11l dan cc1, terhadap k•k•ntalan l•t•kt


kopo l hni!!r,

OOtt• Xtktntalan ., •. s
r•d1•••
(kG)') o• 1. e- 2 ,Ot s.e- •.o• $.O•

0 11 •• 16.6 lS,9 19~ I u.1 11.t


0.6 18,6 u.~ 19,1 20.0 21,, 2l. I
1,2 22.0 u.r 21.2 20.0 10.s 20.6
1.• 20.1 20.2 20.a 20.) 11.s 21.J
2 •• 22.3 21,I 19,6 21.2 20,1 20.0
J.O 21,J 20,? 11,8 21,4 21.• zo.t
~nscntra.at CC14. psk,

T&Lel .c, Pttnt•ruh odle1l d1TI .. tanol tel'h&da~ letktnt•la.n l•ttll:I


kOpG) i•e,.,

no1t1 l(ekent1lan •P..$


1&dt11t e-
(kCy)
0, 5. 1,0" 1. s• z.o• 2.1·

0 11,J lt,6 lt.4 18,., 17.0 lt,J


0,6 18,4 10,6 lt,t tt,2 19,1 17,I
I. 2 11.1 21 ,l 21,2 lt,2 20,l 20.J
l. 4 20.A
2.4
J.O
2 l. 8
21.t
"·'
21,4
21.1
20.0
21.0
21.S
20,S
ll .8
22.5
2%,l
22.0
2!.0
21,S
22.S
21.0

Konsentra" l et eno I, •••


384
T•b~l S. Pent•Tuh r1di1ti d•ft CCl4terh•dap lt.onve~st.

Ootit Konv11rs l \
redlast
lkGy) •• 1.0• ?.O• 3.0' 4.0• s.e-

v
••i •, 2 lA,&
2.7
(tt. s
l,9
62.9
17.6
70.2
24 ••
70.1
39.S
77.0
\.8 65.7 11 .1 71.2 u.• !2.7 H.2
2 .• 16. l '3.0 84.2 86.4 86.1 ,88.2
3.0 ao.• 86.9 as.9 88.2 87,8 89.S
------···---·
• Ko11t1tntr••i r.c14, ,p•ll

1'abel e, Pen1lruti radtasi dan ttanol ttTh•d•p konversl,

J'losi' l:onveorel
radtasl
(kCy) •• o.s• 1,0• 1.s· 1.0· 2,s•

0
••I,•2 O,l
3Z,1 ...... 1.0
Sl,2
0,1
•S.S
O.>
44,3 l4,2
l •• s1,g 69.i 72.S 71. 7 74.2 '7.1
2 •• 73,l '8,S t2,6 82,6 76.2 77 .3
3,0 80, 3 85. 3 86.3 86.& ll.6 12.4

Ji:qn•mi:.Tasl et•nol, psk..

T•bel 7, P•n1•r11h t'1dt1sl da" r.c:,, to1'h•d•p \:c-\:u1t1t1 tarlk ftla


keree kaf)Oll11er,

DoalJ K11kuat•n t1rlk. k&/C•l


r1dl11t
(kGy) •• 1,0• 2.0· 3,0• •.o• s,o•

0 34,0 JJ.9 31,$ 30,0 34,t l<.2


0.6 40,11 32.0 30,4 3.. , l 5),J
l. z "·'
1 ••
!.•
J.O
Sl.6
62.7
7l,l
Sl,2
....
64. l
70.7
86.0
Sl ,6
68,4
96.6
99,8
73.7
86.6
95.1
ao.s
86.1
8•.I
86.7
9t.S
80,9
92.6
107.9
119.0

• Xonsmtras,i ((14• psk,

Tab•1 8, Pen1•ruh Y•diasl 4.,.. •t•11.ol terh••ap li:ekuat•n t•.rili: fila


ku•t kopotta.r.

Doti• 2
a'.eku•t•n tarik. k1/c11
Rad!•ti
(kGy) •• o • .s· 1.0· 1.s• 2.0• 2.5•

0 •O.O 40.J 43,S 36,4 Jl,1 41,2


••• 36,6 JJ.9
s~.1
)6,J JS,7 41.2 32,0
1.2
1,8

'·'
3,0
Sit,9
74,J
76.9
9:0. 7
69,9
,a,1
98.8
65,2
78,6
13,8
78.J
51.3
7t.l
79.S
65.8
62.0
10.0
86.8
61.1
....
... 9.0
oo.o
11.•

k.011s.ntrasi etlnGl 0 psk.

385
Tab~: 9. Ptont•l"'Uh r-ad.J.ui ha CC14 t•rh.da.p ktlen·t.alan ~Qlftey lil•
Wet kOJoliM-r.

Dos!• S:.l!nt.aJn Hootlq (Mi , .. ,, )bone)'


rad1u1
(kGy) o· 1.0- t.o- 3.o· •.o• s.o•

0 101. l 1~.l 1(6.1 101. 7 109,6 10•.o


O.t 109.t 110.4 ~1S. l 114.0 l2,.S
1.1 l2l.t 146.0 1S7 ,1 l6S.2 114,S lt7.S
I.I ISl.t JM.t 2(0.6 20).l 2) 1.8 127.l
16S, t
'·'
l.O ll(.~ 236.1
219.0
14).S
223,$
2)1.1 245,S
1.a.s
251,.t

lcft.sentr•Ji cc14,
'"'·
Tab~l 10. Pen1•r\lh r;adlasl d.an et&nol ttoriltdap kek~t&lan tiib011ay
ftla l.u-et kopo11aer.

Do.sis
Tlldi••f

talntalu Hocm.er: !.!!!: 1.-•>1 ,.,..~
(lC)') o.s· 1.0· I .s- 2.0· 2,i•

0 10!.,I 101.6 1oa.2 101. J 106,7 106.2


G,6 109.0 IOl.S IOU !OP.I
1.2 IU.S 12.S..l JJ2, l 124, l 124,6 112,0
1.4 146,9 tsa.t
, ....
14~.o U9.l ISl,4
>.x.c• 17S,4
119,t
JS!,6
111,6
166,0
l 17, I
167, 1
lt4,l
167,7
llt,1
l)Z,l

1Qlloi~ntras1 etanol. pst.

Ta~l 11. Penfaruh a:14 'el'heda, lre\ei t.ak l•:vt flla kat\lt kopoli·
•tr dalaa •s•ton.

0o•1• FrUsl tak lorut \


ra41asl
(kGy) e- 1.0• l ,O• J,o• 4,0• s.e-

D.6
I. I
0 S<.t
S•.£
t4.1
...."·'
9'.6
~S.l
9',S
94,S
04,)
'6,3
95,7
t6,S
9$,I
I.I
''·' 9J.J ''·'
'2.6 ''·'
92.•
tS,t
u.a
tl.t
u.s
'·'
l.O
9l.l
92,1
t2.s
91.0
ti.I
91.6
tt.•
91,1
t.S.I
t2.S
91,0
tl.t
tontcntra.si cc1 ... p.1:-C.

!at-el 12, Pent&.ruh .tuol taYh.&d.p frakst till: ltrut ftl.9 karat 1copoli•
tWT dalaa as.et.on,

o.. u fftbl t ..& l•rvt


r&dittl
OGy) o• o,s• r.e- r.s-' 2.0· 2.$•

0
''·' ,..... ,, ...••.-.o
...••.s,
96,t 96,7
o.6
I. l
I.I
2 ••
95.t
95.'
H,4
ts .. J
....
97.0
••••
tl.t
96,6
96,J
96.1
'6,S
06,2
t6,0
9s.s ....
fS.2
ti.I
s.e
''·' ,.... tl.l
95.•
U.I ''·'
94,6 95,I ts.o
Son.tm'It ras i tt&ft01,

386
T1bel lJ. Pnalftlh 1-ottll•r••ptM ttthad1p kce~taa pollanlu.tt, strat lat.tkt, d&n
fil• ••nt kopollMJ, b.smtrul litCA lO 1hT.

lO...SMt-rlfi
1--oktilMT ..
It apt an
( ~·}
( ..,.
Oo•i• ra4l••i
)
lonveTtl
( I :
IC.eJ1cnt•lan
(lih,S)
Sll•t Ht. ...._,..,bf'!_lbcr
lib.at•
ttrlk 2
(tsfm J
-..,.
ltt•t•lu
()IL 1'4)
Fra\1S tat latvt
4alaa atetcm
( \ )

0 0 17.6 11.S 10(,.C 9'.4


0.6 0,2 11 • .J 2s.1 106.6 H.S
1.2 39.1 10,l 124.I
I.I 69.0 21.4
••••
H.I 100,5
96.•
IS.7
2,4 79.1 21.6 tl.t 154. 7 M.I
J,0 t).S 21 • .i 1ot.s 16'.S OJ,J
o.zs 0 17.J lt,2 105.1 16.l
0.6 0.2 11.1 Zt.l 106.l 96.)
1,2 12,1 25,I lt.t 112.1 96,I
•••
z.• 4S. l
60.S
Jl,S
36,6
SJ.t
70.~
120, 7
IJO,I ........
91,S
s.e 67.t l7 .? 74,0 lSS.l
e.s 0 11.• .24,. 104,l 96.2
0,6 0.2 17, I 2•.0 106,J 96.l
1,2 17,9 l1.J 41,J 10•.• 1•.1
I.I 41,S $j,9 61, 7 111.1 to.•
l.• SS,J 39,4 67,) ras,e 17,2
J.0 6].7 40.1 ss.s JlO.C-
••••

Tabel 1•. Per11~ •·••tol1ifenol


).uet kopoJ.ilMr.
pad• ke~e~tan pollatrltl*l, ti!at J&teb, din ftla
J.onsn.uasJ M J.O pM;

J'.o.lUC'lllT•.ai Oc:l•i• J'•4i••1 Conv•Tsl kbntalb Si fat !ii• karct lopo)l.mtr


4 •etc~9i., ( ldly ) ( \ ) c.h.S)
fmol lekuatu lekenta.l• fT&bl t&t la.rut
( phr t.arllt 2 Mocn.e)' d&.laaUetoll
(kf/a) (IO., .. , ( \ )

0 0
0.6
16.9
16.9
24,7
19.1
1C2.S
16'.0
ts.•
}S,6
1.2 4&.J 20,l •6.S U•.1 9S.6
1.a 73,l 20.6 14,9 146,I 9'.S
2.• 32,9 20,9 IOS,6 155,l U,?
J.O 86, I 11.• 11.S. l 110.• !>2.4
0.15 0 l?.' 2l, l 10•.9 !K>.1
0,6 0,6 16,I 11.l lo.t.l 96.l
1.2 11.1 21.a J4.6 117,7 96,0
1.a 65,9 2Z.6 l•.6 1)3,1 9S.S
2,4 71.6 2l.• u.s 141,• 93,0
s.e 83.2 ll.4 110,6 1s1.1 91.6
c.s 0 16,9 24.7 IOS,1 96,0
o.6 0,1 11.S 20.S 96.0
1,2
1.•z.•
11.s
61.l
77. 7
2.l. 2
ll,4
ZS.7
....,
J6.1
)1,9
JJ7.•
1)4.•
1«7.6
9S,9
95,7
t2.6
3.0 83.6 24, l lCS.l ISt.9 91.6

387
C:a11h1n- I. Mi kro~r~f par-t i ke t knre t a la:n

tiambar 2. 'likro11rnf pa:rtllrP.1 ki11"et kopolimcr

388
rs :z BS., ..n S
Gaml>ar 3, Wikrograr par t i kel kare t kopo l Iner yang ee-
rtgar.<l'..ln~ CC:! d

Gamhar ~ Mjkrograf par t i ke I karet kopo l imer yang me-


n?anchmJ! e t ano 1

389
·.u
:c; C8C8 ·03
Gl!lllhar S. •likrog;r:if partikel kar-e t kopolimer yang me-
ngftndung 8-()ktil merkaptan

l,,...

.... , .__,
,.

.... ~ ... s
... ~-- " .... J-'..

,_ ---
•tf•:"~ : ; ':, "'=-'"~ l..IUUU ..."
Gamhar 6. Mikroj!Taf partHel karet kopolimer yanll me-
ngandung A-~etoksifenol

390
OISKU.SI meter Mooney. Pengukuran visko1ita1
dengan viskositas Mooney ini sam.a
SOFNT M. : dengan pengukuran gesekan antara Ro-
Mengap~ kekentalan Mooney film kopo- tor oleh suatu tenaga dengan karet
limer tempel - PMMA karet alam mengala- sebagai tahanannya. Jika kekentalan
mi kenaikan dengan naiknya konsentrasi tinggi, ka~et keras dan sebaliknya
CC14 dan dosis radiasi, sedong pada jik.a viskositaa r endah , karet lunak
penambahan 4-metoksifenol dan 8-oktil atau lebih elastie karena tenaga
merkaptan kekentalannya menurun? yang diperluk3n untuk mcmutar Rotor
lebih kecil
KAOARlJAll: 2. Hubungan kekentalan Mooney dengan
Ni lai kekentalan 11oon.ey dapat dipakai sifat fisik adalah, jika kekuatan
juga untuk mengukur kekerasan yang ber- tarik dengan kekentalan Mooney ting-
lawanan dengan elaatisitas. PenaMbaha~ gi, maka kekuatan ta<ik akan naik
CC14 akan membentuk banyak, radikal pula.
yang ekan mempengaruhi t e r j ad i nye kopo-
Lime r as a s i , polimer yauH t~t"jc.di juga MARSONGKO

Lcb'ih banyak, d au kemungk Lnen r e r j ad i. Pada label I, terlihat dengaa penyim-


homopolimer juga ada. Hal ini yan11 me- panan semakin lama kon\rersi semakin tu-
ny .. babkan ltaret kopolimer ke ee s daa ke- run, mengapa? Mohoo dijelaskan.
mungk i n an juga terjadi pulimer- pada
pe rmukaan partikel. P"nambahan 8-okt iL
merkaptao meourunkan konversi seh.ingga l(Al)ARIJAH :
kopolimer KA-PHMA yang cerbencuk lunak Fada suasana basa/alkali monomer HMA
dan menyebabkan kekentalan. Mooney tu- akan terhidrolisis menjadi asam meta-
cun . krilat dao metanol yang larut dalam
air. Makin bercambah waktu pendiaman,
SUKIYATI : hidrolisis juga akaa bertamah. Reak-
I. Apaxah yang didefinisikan deng.an ke- si be~jalan terus, cetapi metanol yang
kcntalan Mooney (apakah suatu stan- terlarut tidak terhitung (terukur).
dar kekentalan ?) Perhicungan konversi secara grafimetri
2. Bagaimana hubungao kekentalan dan sehingga konversi kelihatannya menurun.
sifat tisik ?
RRMill K. H. :
KADARIJAR : Hengapa penambahan CC14 sangat mempe-
I. Kekentalan Mooney adalah kekentalan ngaruhi reaksi kopolimerisasi pada awal
karet yang diukur dengan alat v i sko- radiasi, tetapi tidak demikian untuk

391
etanol, ·4-metoksifenol dan 8-oktil mer-
kaptan?

KADARIJAH :
CC14 merupakan radical forming agent.
Dengan radiasi, cr.14 akan membentuk
radikal yang daps r mPnambah tumbuhnya
reaksi polimeris~si antara monomer dan
partikel karet. Etanol dan 4-metoksi-
fenol adal·ah radical Scavenger yang
larut dalam air. Oi sini air merangkap
radical, yaug larut dalam fase air se-
hingga kopo1imerisasi terjadi hanya
pada paTtiwe·l- karat-. Sedangkan 8-ok-
til merkaptan mc>rupakan Charn transfer
agent yang akan menghambat reaksi po-
limerisasi sehingga konversi turun yang
diartikan pul~ kecepatan reaksi poli-
merisasi menurun.

ANlK SUNARNI :
S~t~lah Anda mendapalkan "ac.Jitif11, apa-
kah tindakan selanjutnya?

KADARIJAH

Dosis radiasi yang dibutuhkan pada pro-


ses kopolimerisasi tempel MMA yang
telah dilakultan adalah 3 kGy untuk men-
capai konversi 75%. Dengan penambahan
adirif CC14 ternyata pada dosis radiasi
2 kGy konversi dapat me~capai 88%. Hal
ini berarti. untuk proses kopolimerisasi
tcmpel HMA pada lateks karet alam da-
pat diturunkan Aehi"gga secara ekonomis
akan lebih mAnguntongkan.

392
PENGGUNAAN LATEKS KOPOLIMER KA-PMMA SEBAOAI DAHAN PEREKAT KAYU LAPIS

Kadarijah*, I. Marliyanti*, F. Sundardi*, 11arsono*,


Dian I.*, dan K. Makuuchi**

AOSTRAK

P!NCCUN'MN LATEKS k0P01.TKF.:t KA-PHMA Sll!BACAI BAHAN PEREKAT J.AYU L"Pl,S. Pena:R,unaan l•tekl kopolimet
tempel k•ret •lam-poli•otilmetakcilat u~tv\ p•t~k•t keyu lapi& telah dipelajari. Pengaruh jumlah petekat,
waktu2 'em•n•••n den taken•n pad• keteauhen r~k•t k•yu lapia telah dlevalva1i, Keteguhan tekat ••~ltaT 7
k1/c• d•p•t diperoleh i•na•n •1111.akaL •ejum\ah pe~•k~t 36 - 4S gram u~tuk ~ayu lapit ukur1n 30 • )0 cm,
teko.nan aekit•T 20 ka/cm d•n aubu pC!'mat'31t~n 11s,•c "'"'""'"' ' men it.

ABSTRACT

TH& APL!CAT!ON OF NR-PHl1A CRAPT COPOLYMER LATEX AS PLYWOOD AOHESIV&. Method ot netural
cubber-poLYm.ethylmethacrylatt graft copolymer latex at adhe&ivt for plyvood h•• bten ttuditd. The effect
ot the •mout1t of adhetive, for2curin1 ti•e and prtsture on bondln1 ttrcn&th have been evaluated. A
bonding strength o1 abouc 7 ka/cm2 can be obt•ined by usin& J6 - 45 gram• of RR·P~ ar•ft latex for 30 x
30 cm. prP.saure of about 20 kg/cm and Gurina time at llS C for 5 ~inute&.

PENOAHULUAN

sintetis, misalnyo urea forroaldehid.


Telah lama dikenal, bahwa lateks
Urea formaldehid sebagai perekat kayu
kopolimer karet alam-polimetilmetakri-
1.at yang biasa disebvt MG lateks di- lapis mempunyai kckurangan, yaitu odo-

gunakan sebagai bahan perekat, berupa nya em~si gas formaldehid yang d apzrt

lateks maupun dalam bentuk larutan (I).


uienimbulkan gangguan terhadap kesehatan
bila kayu lapis tersebut digunakan da-
Dalam tul i s an yang terdahu 11.1, re lab
dilaporkan studi pengunaan lateks kopo- lam ruangan tertulup. Pada awal tahun

limer tempel karet alam polimetilmeta- 1980, batas e111isi gas forwaldehid kayu
lapis mulai dipermasalah~an, Lerutama
krilat yang diperoleh dengan iradiasi
sinar gamma u~tuk perekat kayu dan PVC di negara ~ropa Barat dan Amerika Utara

(2), olch karena itu penggunaan lateks (3). Dengan adanya peningkatan indvstri
kayu lapis dan industri kayu lainnya
KA-PMMA perlu dikcmbangkan.
yang cukup pesat di Indonesia, maka
.Sek a rang ini, bahan perekat yang
produksi perekat pada saat ini belum
uipakai untuk kayu lapis adalah perekat
memenuhi kebutuhan industri kayu.
• Pusat Aplikasi tsotop dan Radiasi, BATAN Penelitian ini dilakukan untuk
•• Takasaki Radittion Chemistry Research
Establish11ent •.JA£RI mendapatkan informasi kemungkinan la-

393
eeks KA-PMMA sebagai bahan perekat ka- panas di l akuk.an pada suhu I 15' Celcius
yu lapis. selama 5. 10, dan JS menit dengan te-
2
kan~n 20, 30, dan 40 kg/cm.
Pengu.j.ian Kayu L~. Ukuran con-
toh uji dapat dilihat pada Cambar I.

Pembut;;l.:ttt La.telu. KopoUmelt Te.mpel Contoh direndam dalam air panas pada

Unf.uk &than Pe11.eka;t. Lateks karet ala~ suhu 60°C selama 3 jaa, kemudian diren-

yang digunakan untuk percobaan berasal dam dalam air dingin sampai suhu kamar.

dari Perkebunan Karet Pasir W~ringin, Keteguhan rekat diukur dengan alat
Jawa Barat. Monomer M!o!A teknis yang Instron Tester dalam keadaan basah.

digunakan dimurr.ikan lebih dahulu de-


ngan larutan NaOH 5%. Kemudian lima
HASIL DAN PEMBAHASAN
jenis lateks kopolimer tempel KA-PMMA
dengan komposisi seperti pada Tabel Sifat campuran lateks karet alam
dipersiapkan. dan MMA sebelum dan sesudah radiasi
Monomer MMA ditambahkan ke dalam dapat dilihat pada Tabel 2. Pada Tabel
l at eks karel alam, kemudian diaduk de- tersebut dapat d i l lhat bahwa konsentra-
ngan pengaduk 1 i s t r ik selama. s a t u j an ,

si dan cadiasi hanJla sedikit mempenga-


La l u d i r.ad i as i . Dosis r ad i as i yang di- ruhi pH campuran lateks, tetapi banyak
eu~akan 5 kCy dengan laju dosis kGy mempengaruhi kekentalan dan jumlah kan-
per jam. Sctelah radiasi diukur kcken- dungan padatan. Kekencalan dan jumlah
t~lan, pH, jumlah padatan d~n konversi. kandungan padacan bertambah dengan ber-
Permukaan dan ukuran partikel lateks cambahnya konsentrasi MMA.
kopc l i me r- t erspe I l<A-PMHA dilihat dengan Tab el 3 menunjukkan pengaruh pe-
menggun.:ikan aikro$kop clektron (SEK). nyimpanan terhadap kekentalan lateks
Pe111b=ta11 Kayu. Lap<.6 •. Kayu lapis kopo l Ime r tempel. Dapat dilihat bahwa
bcrupa tripleks dibuat dari venir me- kekentalan lateks KA-PMMA naik k ar ena
ranti merah Gcngan perekat lateks ko- walttu penyimpanan. Pada penyiml)anan 5
pclimer cempel KA-PHMA. Veni-: meranti bulan, lateks kopolimer jenis I, ll,
mer uh di pet o l eh dar i PT. Sal ya lndah dan IV kekentalannya masih baik.
Woodbased l~dustcied, Anyec. Jumlah pe- Per.gaTuh waktu pemanasan terhodap
rekaL yang dipakai sebanyak 27 g, 36 g keceguhan rekat kayu lapis dapat dili-
dan 45 g untuk setiap contoh yang hat pada Tabel 4. Dani tabel dapat di-
berukuran 30 x 30 cm. Pengempaan dingin 1 ihat bahwa keteguhan> rekat t i dak ba• •
dilakukan dengan tekanan 10-20 <.g/r:.m2 nya',t dipencaruhi o Ieh lamanya pemanuan
sclama 20 - 30 menit dan pengempaan antara 5 ""'nit sampai 15 menit, se-

394
hinggo waktu pe~anoson 5 mcnit sudah • OAFTAR PUSl'AKA

. ·cukup. kc tcguhan rckat sed i-


Scdangken
I. SEMEGEN, S. T., "Niitural Rubber",
ki t bereamoah dengan bortambahnya Jum- Rubber Technology, Van Nistrand
lah perekat yang dilaburkan pada Venir. Reinhold, New York (1959) 152.
rengaruh tekanan terhadap kete- 2. YOSHI, F., at all, Bond strength of
guhan rekat dapat dilihat pada Tabel 5. adhesive prepared by radiation
grafting of meathylmethacrylate
Keteguhan rekat kayu lapis tidak banyak onto naturAl ruber latex, JA.ERl
d i penge r uh i o l eh t ekanau , juwli:ih pe re- memo, 63 - 189 (1988).
kat jenis perekat yang d i Labur kan ,
dan 3. SUTIGNO, P., SUWAROIWANGSA, Pengaruh
Hal tn1 terlihat bahwa keteguhan rekat Komposisi perekat terhadap emisi
formaldehida dao keteguhan rekat
hampir merata sekitar 7 kg/cm2. kayu lapis, Jurnal Penelitian
Permukaan dan ukuran partiket la- Ha~il Hutan, ~ 2 (1981) 20.
teks KA-l'MMA diamati dengan menggunakan
4. KARYADI, D., lLHAMSYAH, P~rek~t. or-
SEM dan hasilnya dapat dilihat pada ganik sintetis, Pengembangan In-
Gambar 2 s ampa i 7. Pada ..d.krograp dapat dustri Bahan Bangunan (Lokakarya
Nasional, Bandung 1981), BBPPlK,
dilihat bahwa ukuran partikel KA- PMMA Bandung (1981) 13.
tidak banyak nerhPda dengan karet alam, 5, SUNDARDI, F., and KADARIYAH, Radia-
tctapi bealuk partlkelnya sangat ber- rion grafting of methyl metha-
crylate monomer on natural rubber
beda. Latex, J. Appl. Polym. Sci., 29 ·:
Pengaruh cuaca diukur dengan alat ( 1qR4) 1515.
Weather Ohmeter terhadap keteguhan rP,- b. KLIWON, S., lSKANDAK, M.l., SU'flGNO,
kat kayu lapis dapat dilihat pada Ta- P., Sifat venir dan kayu Lapis be-
berapa jeais kayu Indonesia, Jur-
bel 6. Pada tabel tersebut menunjuk- nal Penelitian Hasil Hutan, 3 4
kan bahwa pengaruh cuaca terhadap ke- ( 1986) I.
teguhan rekat kayu lapis selama 80 jam 7. SUMADlWANGSA, S., Campuran terigu
tidak bsnyak berubah. dan sagu sebagai ekstender perekat
kayu lapis, Jurnal Penelitian Ha-
sil Hutan, 3 4 (1986) 9.

KESIMPULA~

Late ks kopol im.er tempel KA-PMMA


dapat digunakan sebagai bahan perekat
kayu lapis dcngan keteguhan rekat an-
tara 6 - 7 kg/cm2 dan jumlah pcrekat
yang dibutuhkan sekitar 36 - 45 gram
uut uk kayu lapis ukur an 30 x 30 cm.

395
Tabel I, k~posisi j~is perek•t lattks ko~oli~er tempel
ICA- ?f.folA.

Kompos is I II 111 IV \'

U.teks (KKK• 60\) 100 :oo lOC 100 100


Larut•n &IM)ftl•k• l~\ 56 56 56 56 S6
MonOfller H<A 20 40 60 40 40
Asa oleat o,5 O,S o,s 0. 5 o,s
CCl41 pslc 5
E~anol, ps), 2,S

Tabel 2. Sifat C&mftlran lateks k'T~t •l•• - MMA sebelt.n dan sesudah r1tdie.si.

Jenis SehelUI radlasi


- -··----
Ses1.1dah radi&si
lat.elcs
pH Kekental&n kar.dunian Xckentalan
·---
• (aPa.s) padataft,
(\)
"" (mPa.>)
Kandunran
padatan
(\)

l 10,20 7.83 3S,6S 10.50 10,24 46.11


II I0,2l 11.52 32,19 10,50 23,20 51.41
III 10,25 16,0 29,61 10.48 SS,57 54,96
IV 10,0 11,26 31, !O 10,10 21.62 51,D?
v 9,98 10,84 32,02 10.10 21.lZ SI.OS

Tabet 3, rcn,aruh penyis:pana'ft pada kekent.a l en latelcs kcpe-


lilltr telll"'I.

JeniJ i.e:tentalan, ~Pa.s


l ate\:s o• 2• 3· •• s•

10, 24 12,80 11,90 13.31 15,61


!I 23.20 64,Sl 53,88 38.40 50,43
IV 21,63 45,31 53,76 64 ,36 57,40
v 21.12 91,00 76,80 138,2• 380, 00

• bula.1'

396
Tabel 4, Pen1aruh w&ktu pe-9&1\ISlln pa<la ketetuhan reltat
k&Y\I laph.

J .. 1a1i 2
W1ktu K•c...-uh•n relc• e , Ckst .. >
per•kat, peaana-1-
s/lOxlO an II Ill IV v
(cm) (Mnlt)

27 s S,94 S, 19 4.49 s.o S,87


17 10 6,09 4,77 3.23 s.s s S,17
27 IS 6.94 6.98 4,10 s. 74 5, 87
36 s 5,0 7,11 7,40 7, 76 6,57
36 10 7.19 7,24 6.97 7,26 1.11
l6 IS 6.81 6,11 7.21 7.6.s 7,S7
•5 5 8,27 7,87 6,47 5,90 6.91
45 10 7,l6 6,43 7,72 6,43 S,40
45 15 8,21 8.43 7. 71 7,02 S,87

Tabol S, Pen1aru11 tehnan plda teteflll., rekat kayu hpi s.

J1o11lah Tekanan2 lete1uhan rekat, (q/CD2)


perek&t, (k1/cn)
1/SOx:IO II Ill IV v
(ca)

36 20 6, I s.a 7,1 6,6 6,8


36 30 6,9 6,9 5,7 7 ,l 6,8
36 40 6,4 6,4 1.0 7,2 7,4
45 lO 6,9 7. I 1.0 6,9 7 ,4
45 30 6,4 8,S i •• 7,8 7,7
45 40 6,2 7. 9 t, l 7,8 7. 7

Tahel 6. Penaaruh cuaea terhad•p ketcauh&11. rekat kayu lapis


diukur de11.1an alat Weather OMeter.

Jeni$ KeteJUJ.hn nkat 1 Cl<a/a2)


l•teks
o· 20• 40• 60°
·ao•
·--
I 4,9l S,68 S,16 s.•7 s. 77
II S,27 6,23 6,SO 1,00 8,07
la 7,40 4,96 4,16 6,93 6,51
lb 6,65 6.45 5,62 6, 78 6,51
le 6.72 S.54 S,55 5,85 s,85
Id 6.24 6.60 6,28 S,77 S,30

Jualah pereltat J6 s untuk tayu lap1 s ukuran lt> x .)0 cm, tekan·
an 20 k1/a121dan pell&nasan pada suhu 11s c
0 sel ..t 5 Denit
,. waltu d•Ia jam
la • lateks I • zno O,S psk le• lateks • ZnO 1.S psk
lb • lateks I • ZnO 1,0 psk Id• lateks •ZnO 2,0 psk

397
1~
31. 7

-
J. 2..,.
__

8
82.6-
J •..,2__ ,...1~1.___

,f:ff:
•e~~ j 111111. IE.u!ll!IEilad

Ga11bar 1. tkuran Clntoh u!i.

11~ M--.:r"'I
;) U IU
... t J:'tS a

Galllbar 2. Mikrograf partikol karet alan

398
Gambur 3, Mikrograf par t i ke l kar-et, kopo l i ner- I

Garnbar 4. Mikrograf partikel karet kopolimer II

. 399
r

GamhaT ~. ~lil<Tograf par-t Ike I kar et kopo l imer TIT

1.·1·l--.: ••.1::
.•; • t• >' !. I I

I"

Gamhar 6. ~likrograf partikel karet, ko;>olirner IV

400
Gambar 7. Mikro2raf partike l karet kopo l irner v

DISKUSI I SNI MARLIYANTI :


I. Oalam pe11ulisan yang akan datang,
akuu di pc l i' j a L' i, kemungkianan peman-
EOIH SUllAJl : f a a l un te1Ula::;l untuk nen Lngkackan
I. Kslsu diperhatikan bany•k tardapat ku•llLos perekat bermutu rendah.
jenis perekat dengan kualitas ber- 2. Saya rasa, perlu dipelajari keaung-
µiacam-macam dari yang baik sekali kinannyn.
s ampa i t i dak b a ik . Oil tum us aha pe-'
ningkatan kualiLa~ per~kcrl, a~~kcil1 JENNY :
k i r a+k i r a pengaruh i r ad i as i dcipa L I. Apakah pe r ek.a t lateks ini sama baik-
dimanfaatkan ? nya b i In dipergunakan untuk jenis
2. Pada peaelican Anda, apakah tidak kayu yang berbcda-beda, misalnya ja-
lebih baik menggunakan bahan perekac ti, eboney, dan sebagainya.
dengan kualicas balk yang sudah ada, 2. Mengapa dipergunakan kayu lapis me-
kemudian dilakukan iradiasi sehingga ranti dalam percobaan?
has i l yang d iperoleh kua l i t asnya le-
bih baik daripada yang sudah ada/ ISNI MA'ILIYANII:
tersedia. 1. Kami tidak melakukan pengujian ter-

401
hadap kayu jati atau laionya.
bih 111enguntuugka11 dibantlingan dengan
z. Karena bahan penelician yang kami perekat sintetis (urea formaldehid),
dapackan haoya meranti merah. jika ditinjau dari scgi ekonomis-
nya?
SUDRAJAT ISKANDAR: 2. Mengapa pada proses penguapan panas
Lateks kopolimer tempel dapat digunakan d i Lakukan pada suhu I 15 °C ? Apa pe-
sebagai bahan perekat kayu lapis, ba- ngaruhnya jika suhu diubah?
gaimana jika dibanding dengan perekat
konvens ional ? ISNI MARLIYANTI :
I. Belum dipelajari (kalau dilihat dari
ISNI MARLIYANTT : gangguan kesehatan, lebih mengun-
HG lateks yang dibuat secara konven- tungkan karena lateks kopolimer ci-
sional~ ternyata keteguhan rekatnya se- dak ada emisi gas yang dapat meng-
dikit lebih tinggi. Pada penelitian ini ganggu kesehacan.
juga mencoha untuk mengembangkan MG 2. Di licerarur suhu 115°C. Pernah di-
lateks ~P.(~ra radiasi. coba pada suhu 100°C, tecapi ternya-
ca proses penguapan belum sempurna.
~
MARSONGKO :
·xatau dilihat dari Tabel I, kekentalan ANlK SUNARNI :
pada jenis lateks I lebih kecil/encer Hengapa kandungan padatan setelah radi-
dibandingkan dengan keke~taldn dari je- asi menjadi lebih tinggi 1
nis latcks lainnya. Mohon dij~l~skan?

ISNI MARLIYANTI :
ISNI MARLIYANTI: Karer.a terjadi grafting monomer MMA
Jenis lateks I, yaitu konsentrasi mo- pada lateks setelah diradiasi.
nomer 20/100 lateks. Dalam scasana basa
monomer MMA mudah terhidrolisis menjadi SIJRARNI SADI
asam d~n alkohol sehingga ttenyebabkan Sampai seberapa jauh hasil penelitian
kestabilan perekat karet terganggu dan ini diterapkan pada pP.mhuaran kayu la-
k~k~nlalan naik. Di &amping itu, dengan pis pada indu•tr' kayu lapis?
p~namuahan monomer akan mengakibat~an
pengembangan partikel sehingga menye- HJ\T MARLIYANTI
babkan kekentalan naik. PPnPJ;c;an ini masih dalam skala labo-
HENOIG WlNARNO ratorium dan belum diaplikasikan pada
I. Apakali p~nggunaan MG lateks ini le- pabrik pembuatan kayu lapis.

4Q2
PEMBUATAN SARUNG TANGAN OOKTER DARI l.ATEKS KAR.ET ALAM IRADIASI

llcrwinarni s.•, Made Sumarti*, dan Marga Utama*

ABSTRAK

P8H8UAtAM SARUlfC TANCA.N DOKTlR DAlt LATIXS KA.a:&? ALA.H DlRADlSI. lap•t f•ktor pcrle\u•n untuk aoeJDbu•t
••runs t•na.•n. dokt•t lat•k• alu iTadi••i y.i1.itu lc.e:Ccnt.al•n. k•cepatac peocelu.p•.n. j"•L•b pancel'lpan·, d•n
1 ... p•nyimp•n•n latek• ala• iiadla•i telah dikerjak•n. S1lat fl1ik 1arvn1 tenaan karet ataalnye teb1l
fil•, 111odulu1, tea•n.s•n putua; perpanj•na•n putua. dan perpanjan1•n ttt•p ttlah di1val1.1a1i. tla1il yana
diperolah •enunj ... kkan bebw• deng•n naiknya kek1ntal1n. kecep1:1~ ptacelup&d0 dan ju.ml1h pencelupan, tebel
Cil• karet neninakac, 1e111Cnt1ra ltu aoctulua. ptrpaojangan putu•, dan perp12jana1n tetap tida.k btrbeOa
nyata. Xonditi opti•wn pro•ea pe•bu•t•n sarung tangan dokte: adalab ~ebagai berikut, ke\entalaa 34 cp
kecep•t•n pencelupan IS c•/..,nit d11n1an dua k•li celup dan laai pen7i•p1n1n l1tek1 al .. iradial~ 2 - 4
bulan. Dea11n atnaau~•~•n kondiai taraebut. ••runa tanaan 1ang dl~a1ilk•n cukup balk dan 9e.1D1nuhi 1tandar
p1mak1l1n.

ABSTRACT

PllODUCIMG AX.AKINA.1'LON m.OV£S FIOK lRRADIATIO l\ATUIAL lUlliBEI LATEX. FO\.lr fa.ctore treat11•nt ft>r
producing the ex1m.inatio11 a;Lcvea fro• irt'1diated aatut'al t'1.bber latca i.e. •iacoaity. 1~ed of dippin1.
total number of dippin11 and atora .. ti2• ct irradiated latex have bee.a done. The phytical pro,ertiea of
Tubber alovet such •• thichnt11. aodulua, tenaile 1trtt.gcb, eloo:gation at bre1k. aad p11r••?1tnt b11 ••t
ban ev•luated. Tbt re1ult 1bov11d that the chickne1a increase with increa1ina in vi1coeicy. 1p1•d of
dippina, .find tot._l a.U91ber of dipping. vbile the aodulua. ttcntile 1tr·e111th. elona•tloa 1.t break. and··
per ..r.1nt 1et aot 10 QUCh ditttr. The optimua condition of proce.sa f-or ~roducin1 the .._dic.l 1love1 are
II follov vi•co1ity ii l4 es-, •peed of dipping {1 IS cm/aio'.JC:e vic-h ree ti•• o( dippin.1 and th•
irradieted l1tex w11 1tored for 2 - 4 eonth. U•inc rhi1 condition it can be produced the 1lov•• which
••tiafy th~ ata3dard requir~m.enc.

PENDAHULUAll tar IOD milyar rupiah yang perlu diper-


bitungkan uncuk devisa negara (I).
Dengan adanya penyakit AID, maka
permintaan sarung t angan dokter (Exaai- Pembttatao sarung tangan de::igan ca-
ra vulkanisasi belerang telah dikeoal
oation Gloves) dunia meningkat drastis,
orang sejak lima puluh tabun yang lalu,
yaitu 12 milyar pasang setiap tahunnya.
Oari jumlah ini sekitar 8 milyar akan sedangkan pembuatan s~rung tengan in-

dipenuhi oleh Thailand, Malaysia, Sri dustri dari lateks alam itadiasi dite-

Lanka dan RRC, sedang sisanya oleh In- liti lima tahun yang lalu. Basil yang

donesia. Bila setiap pasang sarung ta- diperoleh menunjukkan kualitas sarung
ngan seharga Rp. 100,-, maka nilai eks- tangan industri lateks alam iradiasi
por non migas uncuk saruns tangan scki- cu~up me~enuhi standar pemakaian (2,3).
tulisan ini membabas peabuata~ sa-
rung tangan dokter dari lateks alam
• P~$~t Aplikasi rsotop dan Aadiasi, BATft.N iradiasi. Beberapa faktor yang mempe-

403
.~ h'-
ngaruhi proses p~u.buacan, yaitu varia- 20, 40, 60, dan 80 cm/menit. Kemudian ··
si kadar padatan, kecepatan pencelup- lateks yang menempel pada cetakan di-
an, umur lateks, da~ dosis sterilisasi keringkan di dalam pemanas yang suhunya
telah dikerjakan, dan parameter yang 70° C selama I jam, saruag rangan ini
mencirikan kuatitas sarung tangao ter- siap diuji kualitasnya.
sebut, yaitu tcgangan putus, kerataan Untuk oenguji sitar fisis dan me-
tcbal, dan kebocoran dievaluasi~ kanik, yaitu tegangan putus, modulus
Tujuan pe~elitian i ni ialah di perpanjangan putus dan perpaajangan te-
samping sebagai bahan informasi unruk cap, prosedurnya disesuaikan dengan
para industriawan barang karet, juga ASTH (4).
sebagai persiapan pembuacan sarung
tangan dokter skala pabrik.
HASIL DM Pl:MBAHASAN

Pada umumnya, pembuatan sarung ta-


TATA KERJA
ngan ska I a pabrik ada 4 faktor pen ting
Bar.an. Sebagai bahan penelirian yang harus diteliti, yaitu kekentalan,
digunakan latek• alam iradiasi ber- keceparan pencelupan, jumlah pencelup-
ku~litas kondom. lateks ini berasal da- an, dan lama penyimpanan lateks alam
ri lateks alam simpanan bulan November iradiasi.
1986, kemudian diiradiasi dengan sio~r Oleh karena sarung tangan yang di-
60 .
gamma Co pada dosis iradiasi 45 kGy, h as i l kan di samping untuk sarung tangan
dengan kadar CCI 4 S spk, (perseratus dokter JOga untuk sarung: tang.an bedah
bagian berat karet). Bahan anti le~gkec yang ~Pka I i pakai terus d:buang, maka
Quartcrmin D 86 P dan bedak silikat. C'ara sterilisasi d~ngan radiasi juga
diteliti.
Ala:t, Mesin celup otomatis beserta
cetakan sarung tangan porselen buatan Pe.1tga.w.h Ke.he.1t.tata..n La.te/u, Bebe-
OOKA, Jerman Barat, Alac pemanas dan rapa peneliti melaporkan bahws keken-
•lat penguji sifat mekanik sarung ta- talan lateks alam tidak saja bergantung
ngan, yaitu Instron tester ripe 1122. pada k.adar padatannya, tctapi juga ber-
gantung pada Cara pcngolahan lateks
Me-tode. !':eracus kg lateks alam mulai dari pohon sampai ke pabrik peme-
iradiasi dengan berbagai kadar pBdatan, kat en . Lar ek s yang diolah dengan meng-
dimasukkan ke dalam bak pencelup (Cam- gunakan bahan pengawet sekunder laurat
bar I). Cetakan sarung dicelupkan ke kepekatannya akan lebih rendah daripada
dalam latcks alam iradiasi cersebut menggunak.an amonia ( 5). Pengaruh k epe-
.deng~n kcccpotan bervariasi yaitu 10, katan terhadap tebal sarung tangan dan

404
sifat mekaniknya disajikan pada Gambar celupan 60 cm/manit, yeitu sekitar 222
2 dan Gambar 7. Cambar 2 menunjukken kg/cm. Oleh karena tebal sarung tangan
bahwa dengan naiknya kekentalan, tebal dokter menurut ASTM sekitar 0,15 ... ,
sarung tangan baik bagian ujung jari, raaka kecepatan pencalupan yang harua
telap•k tangan, maupun pergelangan akan dilakukan pada pembuatan skala pabrik
na Ik , karena lebih banyak lateks yang nanti aekitar 10 cm/menit. Meningkat-
menempel pada cetakan. Tebal film karet nya tcbal film karet tersebut disebab-
pada bagian ujung jari lebih tebal da- kan karena dengan kccepatan pencelupan
ripada telapak, dan bagian telapak le- tinggi, lateks yang menempel pada ce-
bih tebal dari pergelangan. Hal ini takan lebih banyak, dan langsung membe-
disebabkan karena adanya gaya grafitasi ku setelah cetakan berada d Lat as -t-ateks
ketika cetakan sarung tangan ditarik akibat adanya udara bebaa yang mempe-
dari dala.m lateks, bagian pergelangan ngaruhi permukaan lateks yang menempel
akan mengalir ke arab ujung jari. Tabel pada cetakan film karet tersebut .•
7 menunjukkan bahwa baik modulus, te-
Jumtah Pe.nc.e.tupan. Tujuan pence-
gangan putus, maupun perpanjangan putus
lupan dilakukao lebih dari satu kali
sarung tangan lateks alao iradiasi yang
ialah untuk mengurangi, bahkan meng-
beranrioksidan lebih tinggi daripada
hindari kebocoran sarung tangan, ter-
film sarung tangan lateks alam iradiasi
utama ontuk sarung tangan bedah. Dalam'.
yang tidak mengandung antioksidan. Bal
penelitian ini, pencelupan dilakukan 2,
ini diduga dengan adanya bahan anti-
3, dan 4 kali. Rasil pengamatan sifat
ok•id•n film karet satung tangan ter-
fisik dan mekanik sarung tangan yang
hindar dari oksidasi waktu pemanasan
dibuat dengan jumlah pencelupan ber-
sehingga sarung tangan lebih kuat dan
Yariasi tertera di Tabel 3. Tabel ini
ulet (6).
111enunjukkan bahwa untuk mendapatkan
PengaJtuh Kece.po.,ta.lt Pence.lupan. Ta- teb.al film sarung tangan sekitar 0, 10 -
be 1 2 menyajikan sifat fisik dan ueka- 0,20 DID pcncelupan cukup dilakukan dua
nik sarung tangan lateks alam iradia&i kali. Jumlah pencelupan tidak mempe-
yang cara pembuatannya dilakukan dengan ngaruhi bafk modulus, tegangan put us,
kecepatan pencelupan yang bervariasi. maupun perpanjangan putus, sedangkan
Tabel tersebut menunjukkan bahwa dengau perpanjaogan tetap meourun dengan naik-
naiknya kecepatan pencelupan, tebal nya jumlah pencelupan. Menurunnya per-
film karet sarung tangan meningkat. panjaogan tetap di sebabkan karena ada-
Saik modulus maupun perpanjangan putus oya kenaikan waktu pemanasan, sehingga
tidak berbeda nyata. Tegangan putus jumlah pengikatan silang antara poli-
mencapai maksimum pada kecepatan pen- isopren bertambah (6,7).

405
Pe.ngaJo-.U.h Pen!f',{m)mlan La:te,~..! Aeam juga untuk •Arnng tangan bedah yang
I~a.d).(u,l. Peneliti terdahulu melaporkan secar a teri.nci nilainya dapat dilihat
bahva sifac fisik dan mekanik film ka- pada T~bRl 6 (8,9).
ret lateks alam iradiasi meningk•t, bi-
la lateks alam iradiasiny• disimpan be-
KESIMPULAN
berapa bulan (6). Hal yang Sama terjadi
pn l a pada penelitian ini. Tabel 4 me- Dari uraian tersebut dapat di-
ounjukkan bahwa dengan naiknya lama pe- simpulkan bahwa, ada 4 faktor penting
nyimpanan laceks ~lDm iradiasi tegangan yang dapat mempcngarohi kualita• sarung
putus meningkat, baik film karet dari cangan pada pcmboatan sarung tangan
lateks bcrantioksidan maupun yang tanpa lateks alam iradiasi, yaitu kekentalan
antioksidan, bahkan setelah dipanaskan lateks, kecepatan pencelupan, jumlah
70°C selama 7 hari tegangan putus sa- pencelupan, dan lama penyimpanan lateks
rong tangan yang berantioksidan ionol alam iradisi. Uncuk mendapatkan sarung
meningkat dari 175 menjadi 199 kg/cm, tangan dokter yang memenuhi standar
da~ dari 195 menjadi 208 kg/cm, sedang p~makaian, maka keke~talan sekitar 34
tanpa ionol dapat menangkal pcristiwa cp. dengan kadar padatan 58%, kecepatan
ok s idas i. pencelupan sekitar 15 cm/menit dengan
dua kali celup. Lateks alam iradiasi
PengOJtult S-Wr..i.Uoa.t.l Ra.d).(u,J., Oleh yang disimpan 4 bulan setelah dibuat
karena sasaran penclitian ini disamping sarung tangan pada kondisi tersebut
pembuatan sarung tangan dokter juga sa- kemudian diiradiasi dengan dosis 20
rung tangan bedah, maka pengaruh st~-
kGy di samping sarung tangan tersebut
rilisaai radiasi terhadap kualitas sa- steril juga kualitasnya meningkat dan
rung tangan tersebut juga dievaluasl. dapat digunakan di samping sarung
Tabe 1 S meriun jukkan bahwa dengan tangan doktP.r (examination gloves) juga
naiknya dosis radiasi, modulus 600% sarung tangan bedah (surgical gloves)
menurun, tegangan putus meningkat, se- yang memenuhi standa~ pemakaian.
mentara itu perpanjangan putus maupon
perpanjangan tetap relatif sama. Pada
UCAFAN TERIMA KASJll
dosis iradiasi 10 kGy baik jamur maupun
bakteri sudah tidak ada lagi. Pads Para penulis mengucapkan teri-
dosis 20 kGy tegangan putus mencapai ma kasih kepada Saudari Siti Umi
maksimum, yaicu diatas 240 kg/cm. Hal Sholikhati, Saudara Waluyo, dan Saudata
ini membuktikan bahwa RAT11ng tangan Mamad Yasin yang telah membantu me-
lateks alam iradiasi. di samping dapat nyelcs~ikan penelitian ini. Juga kepada
digunakan untuk sarung tangan dokter. Dr. K. Makuuchi di TRCE JAERI dan Ir.

406
F. Sundardi y3n~ tclah memberikan pe- 412-83 ( 1984).
tunjuk yang berguoa, tidak lupa di-
5. UTAMA, M., SA.MSINAH, M.T., HIRWINAR-
uc apk an terima kas Ih , st , S., SUMARATI, M., dan ISKAN-
DAR, S., "Pengaruh kebersihan dan
waktu penyimpanan pada kualitas
01\fT/\R PUSTl\KA lateks alaro iradiasi", Aplikasi
lsotop dan Radiasi (Risalah Sim-
posium III, Jakarta, 1986), BATAN,
J. ANNONIME, Ekapor lateks Indonesia Jakarta (1988) 207.
masih kctinggalan dari Singapura,
Kompas, Jakarta, tanggal 25 Juli
1988 6. L"TAMA, M., Pembuatan lateks alam
pravulkanisasi radiasi, Majalah
SATAN, 28 (198S) 56.
2. UTAMA, M., Lateks radiasi sebagai
bahan dasar murah untuk pembuatan 7. SUNDARDI, P., SUKARNO, JC,, UTAMA,
sarung tangctn s~cara sederhana, M., Radiasi gamma Co-60 pada la-
Hajalah SATAN, 16 l (1981) 96. teks karet alam, Majalah BATAN, !.!.
(1976) 94.
3. UTAMA, M., "Studi pemakaian lateks
alam iradiasi untuk pembuatan ba- 8. AMER. SOC. OF TESTING MATERIALS,
rang karet di 7 peograjin k'1ret", Standard Specification for rubber
Proses Radiasi, (Risalah Seminar examination glove, ASTM D 3578-77,
l'iasional, Jakarta, 1986), PAIR ASTM, (1982).
BATAN, Jakarta. (1986) 87.
9. AMER. SOC. OF TESTING
MATERIALS,
4. AMER. SOC. OF TESTING
MATERIALS, Standard Specification for rubber
Standard Test Method for Rubber surgical glove, ASTM D 3577-78a,
Preparation in Tension, ASTM D ASUI, Philadelphia ( 1982).

407
Tabel l, Spesifika>i lateks •laa lr&dlasl hasil
prod'Jksl Skala ?ilot 1700 Jta/22 jlll,

Jmis penavj 11111 L&teks iradiati

A, t.ateli:s
1. l'.adar ta:-ct ke:rin&,
2. Kadar pa4a.tan, \
3. X&d.ar aaonia.t, \
' 57,96
S!,79
1,66
•• Bi 1-.iaan VFA
s. Xekentalan, c9 0,02
32,Sl
6, pH
10.~
B. ftl• k&ret secara tuanc
r, Modulus 600\, ~a/ca 27,41
2. Te1•111an putus, kale• 225,39
J, Perp1111jan1a11 putus, \ 950
4. Perman.en set. \ lS,O

Tlb41 2, Pentaruh k•eep&tan pencelu:pan terhadap tebal rat.a-Tata tile ka•


ret ••run1 unpn dmsan 2 k&li ~eelupu, kek'"1Ult.n 56 cP,
k&dar· padat"" 60\, dan bU""'an asu •ensuap (VP") 0,103,

kecepat:&n
pence I up..
Tebal 11, lOO z l<.600 2 TeJl1lllJI Perpanj .,.,.,.
(a) (k1/c• ) (kJ/Cll) putu1
(ce/9enit) "''""'
(1(1/ca 2) (\)

10 0,11 9 u 166 1050


20 0,23 7 11 189 1067
40 0,2i 7 li 145 1033
60 0,29 a 17 222 1067
80 0,47 7 17 220 1067

Tabel 3. Sifat nekanik fila ka.,..t S•1'1nl tanaan dokter lateks ala.a ir&diaii.
lateks alu iradi.aii telah beruaur 4 butan, kekentalan 34 cP, tanpa
penalrlbahU1 Mtioksldan, kectp&t1.J1 pencelupan 20 ca/menit den11.n ka-
dar pad•t:en 60'.

Jualah Sople Tebal H,600 l Te1an1an Perpanj&ntan Porpanjan1an


pencelupan c-> (k1/<21 ) putus 2 puti.JS tet1.p
Ctr/cm J ( \ ) ( \ )

2 X.11 tp e, 1 7 10 218 1067 11


I> 0,22 ll 21S JOJ3 11
l koli

• tall
tp

tp
p
0 ,21
o,2c
O,l
ll
•o
JO
221
222
226
1066
1013 6•
10l3 6
p 0,37 37 215 lOSO 7
Tp • tanpa pcnanasan
p • pe-.na1an

408
Tabel 4. Sifat •ekanik flla ka.rtt S&J'W\I tllnl&n dokter latelts al&a
iradiasl. Lateks &1&11 lr&dia~t tel•h beruau.r 2,4 dan e bu-
lan. 8ahen ptaeka cc14 s psk, dosls so krad, ke~epatan pen-
c:elupan 10 ca/•enit sebany&k ' tali celup.

TA A
2 bln • bln 6 bin 2 bln • bin 6 bin

lCelcentalan (cP) 56,36 s. ,0 27 ,64 •s,o 34 31


~dutu3 A 3Z 21 28 33 41 30
(k1/ca ) B la 25 21

TeJ•naan p~- A ISO 200 2ZS 160 175 us


tus (k1/cm) B 171 199 208
Perp1J1j•n1an A 833 900 925 an 820 900
putus (\) 5 933 900 967
Perpanjang&Jl 7
tetap (\) " 8
3 7 7 3 3

A• Tanpa pens~sa.naan
B • Oenaan pcn1us•naan, 10°c~ 7 harl
TA· T..n?• anticksidan
A - Antiok.sldan

f•bf!l S. Pe-n1.aruh iradlasi terh•d1p saruna tantan lateks alaa lTadlasi.

Sal"Unl t..an9a.r. I.Al


Oasis Tebal M.600 Te1an1~n PerpanJon.1an Perpanjan1an leter1111an
(111111) (k1/ca) 2J te:ap
(kGy} (k1/cm2J putus
(k&/Cll ( ) '
0 uj•0,26 32 181 900 5 1,3 x 102
TT•0,27 31 208 880 s tl.lmbuh
Ps•O,Jl 32 163 S67 5 j 11111\lT

10 uj•014S 28 195 917 5 tidak


TT•0139 z; 215 933 5 ada·
Ps-0,38 29 235 933 5
IS uj•o,38 21 238 983 s
Tl'•0,37 27 247 967 5
Pr0,37 22 20S 967 s
20 uJ•O, 4 24 2'1 967 5
iT•·J,38 23 279 1000 5
Pa•0,35 23 213 967 s
25 uj•O,lS 21 220 9l3 s
TI•0,33 21 230 975 5
Pc•O,ll 20 227 983 s
3S uj•0,32 16 230 1000 s
Tr•0,26
Ps•0,27
21
20 ,,,
236 1000
1000
s
.5

409
Ga.mbar 1, Al1t pencelup pada pcabu1tan saruna ta~aan l•teks
alam lradiasi, A. t.ngkt pencelup,

410
o, -6~-·
~:r:::~- ... --·-··---li-
----.~:..
?·~

~
~ 0,2 A ,2

20 JO •o so 60 20 30 40 so 60
Kekentalan (cp) [ekentalan (cp)
kec:epatan pmulup&n 10 ao/•enl t

-
!
-...0,J
J e'
~
0,2 •

20 JO 40 SO 60 20 so .40 SO 60
Kekentalan (cp) Kebntalon (c:p)
ICecepatAA penGelupan IS ""1•..,lt

Gui::,u 2. Pen&•f\Jh kekent&l&.r\ te.rhadap tebal fll• bret 11run1 tanaan latek·s alu
iradia1i.
A • l•teks al .. iradta1i tanpa anttcksidan
e • l•teks .• 1 .. iradta.st bnantiotstclc:n
4--A • ba1lu j&TI
0--o • 1"11140 tel apak
x.---·x • 1"11tan per1atansan

411
DISJ<USI dibutuhkan di seluruh Indonesia. Sasa-
rannya ke konsumen baru ke produsen.

L. A:<DINI :
HENJlG WI:<ARNO :
I. Apa hubungan penyakit AIDS dengan Dalam makalah disebutkan bahwa penyim-
pcrminta~n sarung tangan dokter yang
panan lateks iradiasi untuk waktu be-
meningkat? berapa bulan akan meningkatkan sifat
2. Apakah meningkatnya permincaan sa- fisik & mekanik. Berapa la.ma waktu
rung cangan cersebuc bukan discbab- optimalnya untuk penyimpanan ini dan
kan hal-hal lain? faktnr-faktor apa yang menyebabkan me-
ningkacnya sifat fi1ik dan mekanik la-
HERWINARNI : teks iradiaai tersebut ?
I. Deng an adanya penyakic AIDS, sarung
tang an yang dibutuhkan adalah a a rung HERWlNARNl :
tangan yang aekali pakai dibuang Wakcu ope imalnya 6 bulan (pada peneli-
sehingga untuk memenuhinya membutuh- tian cerd ..hulu). Faktur yang menye-
k8n jumlah yang banyak, maka peniin- babkan adalah timbulnya croslinking ae-
CAAll AArung tangan meningkat.
hingga ikatan silang naik.
2. Meningkatnya permintaan S8rung tA-
• ngan diteatukan oleh sipemakai. SUHARNI SADI :
Sa!ung taagaa dari lateks yang diiradi-
SUORAJAT ISKANDAR:
asi apakah lebih menguntungkan daripada
Berdaaarkan statistik tahun 1987, pro- cara konvensional (misalnya kualitaA,
duksi lateka karet alam di Indonesia harga, dan sebagainya)?
sekitar 43 cibu ton tiap tahun dan me-
aurut beberapa media masa kebutuhan
konsumen akan lateks karet alam belum . BERWINARNI :
terpenubi. Setelah diketahui diperoleb Ya, sebab pr ose snya lebih cepat , t anpa
kondisi yang layak pembuatan sarung penambahan zat kimia sedang kualitasnya
tangan dengan menggunakan lateks alam bampir sama dengan sarung cangan vulka-
irad~asi, apakah tindak lanjur dari pe- nisasi belerang.
nelitian ini?
DJOHARLY :
HERWINARNI : Saya masih belum jelas, mengapa justru
Kami sedang mengadakan survei ke be- dengan kecepatan pencelupan yang cinggi
ber3p3 <umah aakit dan pabrik untuk ketebala~nya makin tinggi, bukan seba-

mengetahui jumlah aa<ung tangan yang liknya ?

412
HERWINARNI : sarong tangan sudah ada, yaitu di
Dengon odi:inya kec.epatan penc.clupan at.au Bogor, Pand~an Jawa Timur, dan Serna-
pena ik an y<111g t Iugg i , latek& yang me- rang.

nempel paua c"lakan lebih banyak se- 2. Sampai sekarang bAru diuji cob a
hlngga film karel yang d i beucuk lebih pembuatan sarung tangan •kala pabrik

t eba l. di Semarang dan sudah disiapkan 10,5


ton lateks alam iradiasi.

HARSOJO
ROCHBSTRI SOFYAN
I. Apakah S<!t<!lah jadi sarung taugan Dapatkah diterangkan ndanya korelasi
kemud i an di i r ad i as I Lag i , meugingat aotara peningkatan AIDS dan pcnggunaan
pada pembu~tan saruns tang~~ dapac saruag tangao? Karena agak sulit untuk
terj~di kont3minasi mikroba. dimengerti, berbeda dengan penggunaan
2. Apakeh ada pengaruh t e rb adap el .. 11- jaru~ suotik dan alat tranfusi.
tisitDS sarung taogau bila dilakukan
iradiDsi tcrhadap latcksny~ kcmudian HERi/INA.RN I
dilakuk~n tcrhadap sarung tungan- Meourut berita yang dapat dipertang-
nya? g~ngjawabkan bahwa dengan adanya penya-
kit AIDS, maka permintaan sarung tangan.
HERWINARNI : mcoingkat. Hal ini mcngingat untuk me-
I. Pnda peue l it iC:tn In i, kami mene ob a
nangani penyakit AIDS perlu dibutuhkan
me r ad Ias i pada dos i s I Mrad sehi.ngga sarung tangan yang sekali pakai buang,
mikroba dan bakteri sudah tidak ada. sebingga permintaan sarung tangan ter-
2. Ada, terbukti dengan adanya modulus sebut meningkat.
turun, hal ini akan lebih elascis,
er.ak dipakai. Sarung tangan yang M.M. SIJLISTYATI :
sudah jadi perlu disterilkan dengan Dikalakan bahwa pada pros~s digunakan
radiasi. antioksidaa, tetap; lernyata pada per-
lakuan yang ditambahkan antioksidan
M.T. SAMSINAH U, dan SU'TJIPTO S. : akan menambah modulus teg~ngan putus.
J. Apa~ah di Indonesia sudah ada pabrik Bagaimana proses terjadinya?
saruog tangan untuk operas! ?
2. Apakah penemuan penelitian sudah bi- HEKWINARNI :
sa diproses secara pabrik? Dengan adanya AO (ionol) akan menangkal
peristiwa oksidasi dengan udara se-
HERWTNARNI : hiogga sarung tangan tersebut kuat dao
I. Sepanjang pengerahuan kami pabrik ul et .

413
.
APPLICATION OF NMR ON RADIATION PROCESSING

N. Hayakawa*

ARSTRACl'

APPLICA'[lOh OF 'tMJt ON RADU.TIOH ?ROCESSJNG. NMI\ h•S been u1ed i" m•ny •ct.•ntitic: tielda. In thia
cP.vtev, so&e exampl•a vhich NMR is applied on the (1eld1 of r~di~tlon procea1in1 for 1tudyina ~•dLatlon
chenic•l produc.tfl •nd poly_.,. Atruct\.lr~ for111ed by r•diation •I'"• ~l1cTibed'vith brlef eJtplanatlon of the
pri.11cip1r

AllSTIUK

AP~lKASI NMR DAUM PROSES RJ\OlASI. NllR tthh digunakan dalu berbagai bldani illDll. ltbn,opo , contoh
pcnggunaaB NMR dalan bida~& pro1e1 r1dt•ti untuk studi produk kiait den •truktur poli .. r 1•n1 ttrb•ntuk
oleb r•ditti dibthat dens•~ penje~•••a prin•ip kerja 1ecara 1in1kat.

INTI\ODUCTION field. In NMR transition between the

Nuclea magnetic resonance (NMR) energy leveles is detected by applying

has been used in varieties of scienti- radio wave to sample in applied field.

fic field. It used to determine molP.- The frequency of the radio wave, that

cular Structure of materials. to study is energy diHerence of the Leve les ,

molecular motion in materials 1 P.tr.. ln tlependen the nuclear species and the

che field of radiation processing, ma- strength of the magnelic field (ex. 270
tcrial whi~h is exposed by radiation MHz for proton and 67.9 Miiz for 13-car-
rh:..nges the molecular structure re- bon at 6.35 tesra).
suiting in some modification of the To identify the molecular structu-
properties of the materi.31. NMR is uti- re, chemical shifts of NMR absorption
lized to identify the change as a po- peakes and their hyper fine splitting
werful tool. are utilized. The chemical shift is due
to small change of the applied magnetic
PRINCIPLES fielded at individual nucleus. It is
depend on the chemical structure of the
For nucleus which has spin, the
group in which the nucleus heloog and
spjn energy stotc splits is a magnetic
to which the nucleus is near by. The
chemical shift is measured from a re-
• TakasakS Radiation Cheai3try Research
EstabJi;hnent. JAE~l ference )eak (usually tetramethylsilane

415
is used). The difinicion is shown in Fig. I.
Chemical shift (6 ) = ln Fig. 2, proton NMR spectra of
106 x (vobs "rns>fz ppm isotactic polytnethylmethacrylate (PM-
MA) (a) and syndiotactic PMMA (b) are

where Z is operational frequency of the shown. Is the chemical shift of methyl


spectrometer. The range of chemical peaks (around 1.25 ppm) and the methy-
shift is about 10 ppm for proton and lene proton spectra (around 2 ppm), the
13c.
300 ppm for This indicate that 13c difference between isotactic and syndi-
NMR exceeds proton NMR for identifica- otactic polymer is clearly obserbable.
tion of chemical structure. However, Difference in stereochemical configura-

13 c
measurement takes lon~er time
NMR tion of groups surrounding the methyl
than proton one because of the it's lo- group and me.thylen group induces these
wer natural abondance. Hyperfine split- difference in the spectra.
ting is due to the spin-spin inter-
In Fig. 3, radiation polymerized
action of a given nucleus with other
po lyacryl,oni trile is compared with the
nucleus belonging to the nearest group.
one polymerized using r edex catalyst.
This provides the informat:.on about the
Th e radiation polymerization was car-
group.
ried out in urea canal complex in which
tnonomcr regularly aligns in the c anat "
NMR 'IN RADIATION PROCESSING of urea crystal. The proton NMR spectra
Stv.eo1tegu.taM.tv 06 ~a,&.a:Ucn Po- showed clear difference between radis-
Ma.te;Uall., Stereoregular icy
.f_!Jllletvi.zed tion polymerized polymer (2) and (3)
of polymer has been studied wilh HMR and catalystic one (I). The spectra (2)
for many k:.nds of vinyl po Lyme r s • ln and (3) were identified to i&otactic
13
these polymer, meso dyad and racemic polymer. C NMR spectra of the saee
dyad are exist (dyad denote that a se- ~ampl~s show mor e clear difference as

quence which contains two asymetric in l'ig. 4, which is the methylene car-

carbons). Polymer ~hich only cons:st of bon spectra. tn t he spectrum of at ac t i,c


meso dyads is isotactic and one which polymer, three peaks corresponding to
has only racemic dyad is syndiotactic. t sor ac r tc (at 26 .4 ppm from TMS), h ece-'

In atactic (heterotactic) polymer, both rotacric (at 27 ppm), and syndiotactii


meso and racemic dyads exist at ran- (at 27,3 ppm) are observed. For the
dom. When isotactic polymer takes trans isotactic polymer polymerized by radia-
-trans conformation, substituents align tion show no syndiotactic peak. From
same side and they changes the side this spectrum, it is determined this
alternately for syndiotactic polymer as polymer has the isotacticity of 90Z.

416
SeJ?uence A 11'1.l If" -i.1> o 6 Cop&tlfmeJt, action. The number of the change, that
When two kind of monomer are polymeri- is product, is usually very small. For
zed, in some case alternating polymer example, a product whose G-value is 2,
in which monomers bonded alternately, the yield of the product is 2 x I0-5.
tetrafluoroethylene-propylene copolymer mole/g after the irradiation of JO
is an example of such polymer. Fluo- Mrad. This yield is near to the limit
rine NMR was used to analize irregular of detection even for the high field
sequence (RFFR,RFFF) in regular (R•'RF) spectrometer. Then rather high dose is
sequence. 19F NMR spectrum of the al- required for the analysis of radiation
ternating polymer i• •hown in Fig. 5 chemical products, particularly pro-
a). The spectrum i~ Fig. 5 b) is also ducts of the polymer chain. In the ra-
alternati.ng polymer but deuterated pro- diation chemic3l reaction, radiation
pyl.Pne was used for smplifing the NMR oxidation reaction occurs rather high
sper.tYum. This spectrum was analizcd yield. Radiation oxidation of poly-
and all peakes were identified to flu- ethylene was studied with use of poton
orine i.n regular sequence. If po Ly- and IJC l"MR.
meriz~tion carried out in tetraflu- Powdery polyethylene crystalized
oroethylene r i.ch i. condition, irregular from xylene is predominantly oxidized
sequences are introduc~d 1n Lo the by .. -ray irradiation is air. The main
polymer chain. Fig. 5 c) shows the product was identified as carboxylic
spectrum of the polymer. On addition lo acid. The detailed analysis of the oxi-
peaks of regular sequences (hatched dation products was made with use of
13c
line), new peaks are obseri>ed. These . NMR. Fig. 6. shows the 13c NMR
new peaks were identified to the irre- spectra of polyethylene which irradia-
gular sequence. This identification was ted in air to 400 Mrad with .identified
utilized for analysis of irregularity groups. Methyl groups at chain and
in radiation polymerized polymer. Table exist in unirradiated polyethylene.
I, shows the results. The copolymer How~vtor, the peak intensity increase
formed by radiation has larger irr~gu- with dose. In Fig. 7, yealds of each
larity of alternation than the chemi- product is plotted against dose. Becau-
cally polymerized one. se of high dose irradiation, secondary
reaction would occur. The cur~etends to
P1toduw Ana.f.y1>-il> 06 RadA.a;tic11 ce- level off.
mlcal React..icn, When materials are i r-
radiated by ionizing radiation, many Many polymers are
chemical changes occur in the material crosslinked by radiation. The cross-
as~ cesult of radiation chemical re- linking make the polymer unsoluble in

417
solvent, that is. che gel is formed. It· line. The hroad line was assigned to
makes difficult the ide~tification of gel and narrow line to sol. This dif-
crosslinking by means of high reso- ference in linwidth result from the
lution NMR because of broadenning of differAnce in molecula~ motion in &am-
NMR line. Fig. 8, shows polyethylene ple. The sol is the molecules which
irradiated to 100 Mrad. The irradiation disolved in solvent and the mo~ecular
in air causes oxidative degradation of chAins can move freely, while the gel
polymer chain as shown previously and is not soluble and is only swelied by
no gel formed. The NMR line iR narrow solvent, then the ~olecutar motion res-
(spectrum b). On the other hand, the tricted largely. The NMR relaxation
gel is formed when the irradiation car- time (T2) is also sensitive to the mo-
ried out in vaccum. On the NMR spectrum lecular motion and has been used for
(a), broad line appe~rs with the narrow studying crosslinking.

Table 1 Irregularity of Alternation and Fluorine Content


lrregularjt.y
or Fluorine cont•nt
alternation Pluorine ton tent ••lculated Irom
RFFR/ measured by irregularity or
Somplc NT. x 10-• RFRF ion electrode, % alternation,%
lrradi3lion 5.5 15.5 M.I SU
process 13.7 16.0 55.1 54.6
2U 17.~ 55.6 54.7
Chen1ical 7.8 13.0 M.O 5U
process 15.S u.o 53.9 54.6
26.3 14.5 ~3.1 54.5

K.Yamaguchi,N.Haynknwa,and J.Okarooto J.Appl.polym.sci.22,2653,(1978

418
l•I ... I<)

Synd1ot.1u:tir poly.er Atactio pol1111er

FiCJ. 1

••

"'

o (H'JI'.)
e)Pred<*J.nan.tlr 1tciotecttc polr-r

b)Prieto.in•ntl7 •1adtoc.att.lc polr.,.r

419
(I) ( 2) (3) (l)Pe>l.ym~riz-e-d t.11 •qv.o.•• •oln.
by ~h@ r-,dor r.atalr•t
(Z)fQlJ~•rized in cen•l cot1plea.
5xH} r/h at ...79 C (or lh
AH/urea•l/3
( })AW/ureo•l/1

JR
Y.Toahll, T.Abt,•nd Y.lo~r••i lou~un1hi Roabun•hu 34:.477.(197')'

Attcttc poly .. r

r19 • i l:!cNMa •pect·ra of pol7acr1lonitrlle(67. 9tlHe)

420
··-.,,.
,,., .,,,,,,,
',.,. C)

"'"·
I ,.-' RF~R
" It

ii)

r19. '
l'c XKR epectra of 1rrdtat1
d polyethyle.ie(2S.l.MH~J

400 Kr•d in e1.r

frrud,

~JJJ' l.l
~~m~-·-o~l~~~J-o-~.-o_.
~Jk~'-o.....Jo~
d h I
-cH2CH1Cli2COOH I ·COOH )

g b •
.,._CH2CH2CH2CH3

e I mI e
l:
-CH2CH2CH2 CH2CH2CH2- ( .co
0
• I k I •
-tHzCH2CH2~H c1-1,ctt2CH2- ( fe-o.OH )

0H

421
••
.
..
••

Pig. 7 f.S.•14 "• Doae c;1;1rvn

..
••
IOIU

F1•1. 8 Mil .,.ctr• of lrrffl•ted ,.11tth7le:u~(«11tall.tne "°wdcr)


•) trra:1l•tccl to lOON,..o l• ••c.via
•> ln•dtaU.S co lOClflred u air

··•1.t.. .. r .bTi,- .. • J.Pot,..Sc:t.c..i.e.. 14, lSlJ, (1976)

422
DISXUSI

KRISNA :
•m~ll field. Biochemistry and drug che-
J. What is the solvent of powdery poly-
mistry, and chemical analy•i• a~e large
ethylene crystarized 1n on example?
field of NMR. Recently, in medical fi-
2. What is the criteria to chOO$e the eld NMR is used aa NMRCT.
solvent for one sampl~?

HAZLY HILHY
HAYAKAWA
We k~ow that to make NMR spectrum i•
I. Xylene.
not difficult but to evaluate the data
2. First aud most important is that it
is a big problems. What ia the best me-
desolves the samples very vell.
thod of analysis to be combined with
Secoud is that the s igna 1 of the
NMR spectrum to support evaluating da-
solvent does not over lapping your ta?
s emp l e s signal.

HAYAKAWA:
NAZtR ABDULLAH :
first, observe spectrum compared with
·Could you tell us in vhat field of ac-
data accumulated (books or compiled in
tivities nMR could be utilized besides
computer). Second, reagents which i• '·
io radiation processing?
considered to be similar structure or
to have simillar group. Some case, se-
HAYAKAWA:
veral method of HMR mesurements are
NMR use in radiation processing is the combined for identify the spectrum.

42)
PENCARUH BAHAN PENCEMASAN PADA MANGCA lRADlASI.

HaTsono S.*, dan Munsiah Maha*

ABSTllAK

PEBCAKUH BAH.AH PE~C!MAS PAOA HAMCCA llAOIASl. Telah dilaku\•n pen1 .. at1n t•rhad1p p4m1aru~ '•haD
penaem•t pede d1ya li•pan ••n&1• y101 dtberi beber•~• perlakuan. yaitv iradia•i ••oa--n doti1 0,15 kCy,
pencelup11 dalam air ~•na•t (35•c. S 91olt), ko.bina1J peecal~paa air ~anaac d-.a lradia•l, ••rca koactol.
181\an p1age .. 1 y1n1 diaunakaa ialah tert11 •cr1n1, k1rt11 ci1u, •itatil•, 4 .. caa.,. pea1e..8. tcaa111
Indraaayu 11na dipetik lana1un1 4ari kebun petanl •ula--.ula dlcvei 4•aaan al~ 'ran, l1lu 4l1a1iak1a
•••pai kerin3 1ebelum dt~rt pcrla\uan pan•• dan d1kca••· Man11• t-.udian Cf.iaa1uk~•a
karton bera~kat yar.g berk1p11ic11 16 b~ah, lalu diiradi11t.
'' dat ..
dan di1iapan dal .. tubu t..._r. Batil
••t•-
pengemeteu •eu1.1nju)d1•n b•h•• •u•uc boboc ••n&.&• t•t•-r•t• tetelell 9en7ta,enan I, 2, d.10 l •i11111u tdal1b
8181, 14,81, den 19,41. Jualah ••n11• yana ••t•na opciau. ••teleh p-enyi"'enan I, 2, den 3 aia11u adal1h
l),e.l, )7.4%, den 81, 71. D•ti pen1•aaten Yitu•l tern71t• b.i,v1, pf"n&e:.. t vl;t1tila ...berik•n helil 1••1
tidek •t.-uatken karefta buah ••njadi bu•uk 1tbtlu• ••t•o1. Pena.,..• k1rta1 9e'l'&RI t•raj•t• aie•bariken
Ail.ti oraanoleptilc paling tinui dibandinak.in dengan pena• .. • l1in. yana diavna.'kan. Perl•kuan .. naa• 1••1
terbaik ialah itedia•i denaan p•n&1 .. 1 kert•• aera~g. Dena•• c•~• ini. daya eia,an ••n&a• dapat .-ncapai
11kitar 2 •in11u. .

ABSTRACT

ErP!CT Of PACJCAClflC tlATElllAL O)I 1'-RA.OlAl&D .rJANtet. A atudy on the •ftact of ) kiD41 of packaaiaa
a1r;cri1l1 on the k.eepin1 qualicy of .. n.1oe• treated with irl'ediation lit O. 7$ ):Cy, hot watit' dippioa.
(.5~·c, 5 minutes). c011bia1clon of hot veee e dipplna aod J.rr1dlatioc. end th• control h•d. b••• certi•d
out. l'ht p•ckagin& ••ttrialt u1ed were ti1tu• P•P•r. ltt•v raper. vttatll•, ind vithout •ae:k.-ain1. · l"\'e•h
lndr ..._yu Kan1oe1 picked up trOID a f1r.er11 a•rden v~re va•h•d wlch C•P w1c1r and atr-4.ria4 before Ch•
trt.tt11Mntt. Cardbd•rd boxta divided in~o 16 ttctiont vere u•ed to pick the ..naoe1 for irradiation and
tcorag•. The result• ahoved that th• avet"•&.t w.-isht 1011 ot aanaoe• alt•~ heifl.a ke't for I, 2, nd l
Wt•kl v.r• 8.4%, 14.81, ·~d t9.41. rtepectively. 9itafila di4 not aiv• faCilfaCtOrt te•Y\ta, elnce the
fruit• became rotten befot"e aature. Str1v p•per &•••th• b••t 1an1ory •~ore ••Ol'I& th• ,.cke1in1 ••t•rtal8
u•cd. The b~tt •cthod for prolonaing the ahalf-Jife of ..nao ia irt"1di1tion •t 0.7) kC,.. tiaaly vr~pped
in 1trav pa~er. ay thi• mechod th• ••010~1-Can be 1cor•d for 1bou.t 2 veeka at allbiant te.,ccat•r••1

PENOAHULUAN Karesidenan Cirebon dari tahun 1927


sampai 1931 telah mengekspor mangga se-
Puluhan jenis mangga terdapat di
nilai Nf 392 000.
banyak daerah di Indonesia, terutama di
Jawa, Bali, dan Madura (I). Beberapa Pengangkutan mangga ke pasat di-
lakukan decgan berbagai cara pengemas-
jenis mangga tertentu cukup disukai
oleh konsumen, baik di dalam maupun an, misalnya dengan keranjang bambu
y~ng diberi bahan pelindung untuk me-
lu~r negeri sehingga mcmpunyai nilai
ngurangi kerusakan fisik, seperti ker-
~konomi yang tinggi sebagai komoditas
ekspor. SUDIBYO (2) melaporkan bahwa tas koran, daun pisang, atau kertas se-
men. Sering pula mangga diangkut dalam
• Pusat Aplikasl lsotop G81l Rldiasi, IATAH peti kayu yar.g dindingnya diberi sela

.425
untuk aerasi. THOMSON (3) 81etaporkan BA HAN DAN METODt
bahwa mangga yang d i kemas dah111 k an r cng
polietilen yang diberi lubang-lubang 8aftn.r., Jen is mangga untuk percoba-
memberikan hasil yang baik. Cara penge- an ialah M<1nggH Iudramayu yang dipetik
masan yang tidak balk dapat menyebabkan langsung dari kebun petani di desa Ja-
kerusakan buah mangga sekitar 40% sela- yavinangun, Indramayu. Buah yang dipe-
ma pengangkutan (4). tik semuanya dalam keadaan maturing
Sela in dengan pcngemasan yang atau ea.E.!1. mature menurut kriteria
baik, daya simpan mangaa dapat pula WARDLAW dan LEON.~IU) yang dikutip oleh
diperpanjang dengan diberi perlakuan SUDIBYO (2). TH1\da visualnya ialah ku-
tertentu, misalnya dengan meaggunakan lit licin berpupur putih tipis, warna
larutan CaC12 4% (5), ata11 dAngan cara hijau kekuningan. Berat buah antara 245
pencelupan dalam air hangAt, lilin sampai 550 g. MAngga diangkut ke labo-
parufin, lilin fungicida, dan hidraoid ratorium Pusat Aplikasi tsocop dan Ra-
maleat pada suhu tertentu (6 - 8). diasi (PAIR) Ba<an, Jakarta dalam peti
Pcrlakuan y3ng mulai banyak dikem- kayu berukuran 45 x 40 x 30 cm. Setiap
bangkan untuk mcmperpanjang daya sim- pcti be r i s l 50 buah mangga yang di susu»
pao mangga Segar ialah dengan irodJ.asi dengan menggunakan jerami aabagai pt-
gamn1a (8 - 11) karena hernat energi d an lindung ancara mangga dcngan dinding
tidak mempengaruhi kesegaran buah. peti. Tebal dinding peti sekitar I cm,
Penelitlan le•d•hulu yang dil•- dan lcbar papan dinding 8 - 10 cm. An-
kukan di Pus~t Aplikasi lsotop dan Ra- tara dua papan terdapat jarak 2 - 3 cm
diasi, Batan (II) menghaailkan informa- uncuk ae res L
si bahva kombinasi perlakuan pencclupan
dalam air hangat (55"C, S menic) dan /.let.ode, Sec ibanya d t laboratodum,
iradiasi 0.75 kCy dapat memperpanJang
· mangga dicuci dengan air kran hingga
daya simpan ~angga arumanis sampai 2 bersih, dianginkan di atas meja beralas
1ninggu tan pa me111pen11aruh i kadar 8 -ka- kertas merang sampai kering, lalu diba-
roten, vitamin C, dan nilai organolep- gi menjadi empat kelompok perlakuan,
ciknya. yaitu tanpa perlakuan atau kontrol (a),
Penelitian ini bertujuan untuk diiradiasi den11an dosis 0,75 kGy pada
mencnri jenis pengemas yan~ sesuai un- laju dosis I kGy/jam (b), dicelupkan
tuk dap8t mcmperpanjang daya simpan dalan air hangac (5S"C, S menit) (c),
managa yang diberi perlakuan iradiasi. dan kombinasi pencelupan air hangat dan
iradiasi (d). Masing-maeing kelompok
perlakuan kenudian di kemas dalam 3
jenis pengemasan, yaitu tanpa pengemas
426
scbagai kontrol (A), kertas tisu (8), Uj! organoleptik menggunakan 6
ke r t as merang (C), dan vitafilm (D). orang panelis yang menilai bau, teks-
Mangga tersebut dibungkus satu demi sa- cur, peoampilan, \rt.1arna, dan r asa mang·-
cu, lalu dimasukkan ke dalam kotak kar- ga. Hilai yang diberikan antara yang
con bersekat yang diberi lubang aerasi. berarti sangat jelek dan 7 yang berarti
Sctlap kotak berisi 16 buah, da_, di- sangac baik, dengan nilai batas pene-
si mpan pad a suhu kamar. Susut. bobot rimaan 4 (14). Pengukuran kekerasan
mangga dan jumlah mangga yang matang mangga dilakukan dengan Universal Test-
optimal diamati setiap hari, sedangkan ing Instrument model 112 buatan lHSTRON
kadar gula pereduksi, 6 karoten, pH, Ltd. yang d i.Lengk ap i. dengan Hagnes Tay-
dan kadar pektin diukur setelab penyim- lor l'uncture berdiameter 11 m ...
panan 0 dan 3 mi~ggu. Selain itu juga
dilakukan uji organoleptik dan kekeras-
HASIL DAI'> PEM DA HASAN
an buah tiap minggu.
Su4u.t: Robot. Hasil pengamatan su-
Pengukuran susut bohot dilakukan
s~t bobot mangga selama penyimpanan
dengan menggunakan timbangan merk BER-
dapat dilihat pada Gambar I. Terlihat
KEL tipe E, dan peneotuan kematangan
pod~ Ga~bd< I babwa, susut bobot me-
optimum dilakukan secara visual.
uingke1l selama penyimpanan dao te-rlihat
Kadar gula pereduksi diukur dengan
juga IJohwo mangga yang d ikemas dengan ·
metode LEES (12) menggunakan alat High
vitafilm susur bobotnya lebih rendah
Performance Liquid Chromatography Wa-
daripada kedua pengemas lainnya dan
ters model 4.41 yang dilengkapai dengan
kont r of . Hal ini mungkin disebabkat\
detekcor ultraviolet (UV) dan menggu-
oleh virafilo menghalangi respirasi
nakan kolom Bondapack C-18 dengan tase
mangga sela11a penyimpanan. Pada 11angga
bergerak tetrahidrofuran 126 ml, meca-
tanpa pcngemas .(A) dan yang d ikemas
nol 150 ml, dan air 330 ml.
dengan kertas tisu (S) terlihat bahwa,
Pcngukuran B karoten juga dila- perlakuan iradiasi (b) memberikan susut
kukan dcngan metode LEES (12) dengan bobot yang Jcbih rendah daripada perla~
menggunakan spcktrofotometer merk PER- kuan lainnya. Secara keseluruhan, susut
KIN-ELMER Lambda 4, yang dilengkapi bobor mangga setelah penyimpanan I, 2,
de:igan rekorder 561. Pengukuran d i.Laku+ dan 3 minggu adalah 8,8%, 14,8%, dan
kan pada panjang gelombang 254 nm. 19.4%.
Untuk mengukur pH digunakan pH-meter
merk KARL KOLB. Kadar pektin ditentukan Jwrilafi Rtuth Matang. Jumlah buah
dengan menggunakan metode HAJUE dao mangga yang matang optimal dapat dili-
SOMMER ( 13). hat pada Gambar 2. Terlihat pada Gambar

427
2 bahwa., peny::mpan"n meningkatkan buan jadi sekitar 2,5%. Namun, dari kelompok
yang matang optimum dan menunjukkan pengenas D ini hanya sedikic sekali
juga bahwa pengemas vitafilm tidak ya~g tidak menjadi busuk dan itu pun
me ngh.36 i 1 kan buah yang mat ang optimal dagingnya terasa masam kepahitan.
korena buah 1Denjadi busuk ~P-belum- ma-
Kadalt 8-fuvto;te.tt, l!asil pengamatan
t•ng. Hal ini mungkin disebabkan olfh·
kadar S karoten mangga dapat dil ihat
respirasi .yang sangat terganggu oleh
pada Tabel 2. Jelas terlihat pada Tabel
vitafilm sehingga proses pematangan ci-
2 itu bahva , setelah penyimpanan 3
dak berjalan lancar. Kulit mangga tetap
minggu kadar S karoten mangga kelompok
herwarna hijau, tidak berubah kuning
A, B, dan C meningkat. Hal ini seauai
kemerahan •eperti mangga yang dikemas
dengan warna buab yang menjadi makin
dengan pengemas lainnya atau kontrol.
kemetahan selama penyimpanan. Menutut
Selama penyimpanan timbul bercak hitam
MAXIE dan SOMMER (13), bat ini akibat
pada kulit yang makin lama makin me-
penguraian beberapa pigmen penyusun.
lebar serta menembus ke daging. Daging
Pada waktu buab masih hijau, warna pig-
buah tetap bcrwarna kuning dan rasanya
""'" klorofil menutupi pigmen karotenoid
tetap masam bercampur pahit. Kalau di-
karena keduanya terikat dalam substansi
amati lebih aeksama, mak~ perlakuan
lemak di dalam kloroplas. dengan bcr-
dengan iradiasi (b) selalu memberikan
tambahnya masa simpan, molekul kloro- ·.
hasil buah matang yang lebih sedik::t
fil terurai sehingga molekul karotenoid
tlibantli~gkan perlakuan lainnya. Secara
muncul membentuk ikatan klorofil yang
keseluruhan, jumlah buah yang matang
lebib dominan. Hal ini menyebabkan ka~
optimal setelah penyimpanan I, 2, dan 3
dar 8 karoten meningkat. Mangga kelom-
minggu adalah l~,8%, 37,4%, dan 81,7%.
pok D setelah penyimpanan 3 minggu ka-
Kada.Jt. Gula Pvr.e.dulu..i.. Ras i l penga- dar ~ karotennya dapac dikacakan tidak
ma tan kadar gula pereduksi m.angga da- meningkat. Hal ini sesuai dengan warna
pat dilihat pada Tabel I. Terlihat pada daging buah yang tetap kuning pucat
Tabel bahwa, penyimpanan 3 minggu setelah penyimpanan 3 minggu.
meningkatkan gula per~duksi mangga se-
suai dengan rasa manis y~ng aakin nyata pH, Tabel 3 merupakan hasil penga-
selama penyimpanan. Perlakuan iTAdiasi matan pH mangga. Terlihat pads Tabel 3
dan pencelupan air hangat tidak mempe- bahw~. peny~mpanan 3 minggu meningkat-
ngaruhi gula peteduksi. Setelah penyi...- kan pH m~ngga kelompok A. B. dan C dari
panan 3 minggu gula pereduksi mangga sekitar 3,3 - 3,8 menjadi sekitar 4,4 -
kelompok A, B, dan C meningkat menjadi S~O. sesuai dengan TAAA mangga yang
sekitar 2,2% sedangkan kelompok D men- semula agak masam menjadi semakin mAnis

428
eeloma penyimpa~on. Mangga kelompok D kekerasan buah mangga dapat dillhac
mcngalomi peningkatan pll lebih rendah pada Tabet 6. Jelas terlihat pada Tabel
daripada kelompok A, B, dan C. Hal ini 6 b>1hwa, penyimpanan menurunkan keke-
sesuai pula deogan ra~anya yang lebih rasan buah. Perlakuan pendahuluan tidak
masam daripada ketiga kelo~pok lainnya. dapac menghasilkan kekerasan buah yang
berbeda. Mangga kelompok D kekerasannya
Kad1111. Pek-tin, Hasil pengamatan ka-
lebih tinggi daripada kelompok A, B,
dar pektin dapat dilihat pada Tabel 4.
dan C. Hal ini diseb~bkan oleh proses
Terlihat bahwa pektjn mangga sangat
pematangan buab yang terhambat pada
menurun ~etelah penyimpanan 3 mLnggu.
kelompok D. Akibatnya, proses pemecahan
Kada~ pP.ktin menurun karena selama pe-
makromolekul, hemiselulose, dan pekt in
nyimpanan pada jaringan buah terjadi
yang mempengan1hi tekstur buah juga
perubahan dari protopektin menjadi pek-
tP.rhambat.
tin dengan berat molckul yang lebih
rendah dan mudah larut (15).
Penurunan kadar pektin pada mangga KESIMP\JLAN

kclompok D tidak setajam penurunan ke- I. Per lakuan iradiasi 0,75 kGy lebih
lompok A, B, dan C. Hal ini dls~bab- efektif daripada peocelupan dal•m
kan oleh proses pemasakan jaringan buah air hangat (5S°C, 5 menit)' ar au kom-
yang cldak normal karena bahan pengemas binasi keduanya dalam mP.nghambac ke- ·
vitafilm yang digunakan menghambat ter- m.:1tanean.
jadinya respirasi aerobik. 2. Penggunaan pengemas vitafilm menye-
UjA.. Otlgano£epWi. Ci tar as a nangga babkan mangga cidak dapat matang
pada penyimpanan minggu ke-0 dan ke-1 sempucna, tetDpi susut bobot mangga

seluruhnya baik dan dapat diterima oleh selama penyimpanan dapat ditekan
panelis (label 5). Setelah penyimpanan oleh pengcmas vicafilm.
2 minggu, mangga kelompok D sebagian 3. Uosis iradiasi 0,75 kGy cukup untuk
besar tidak dapat diterima oleh pa- memperpanjang daya simpan mangga
nelis, sedangkan kelompok A, B, dan C sampai lebih dari 2 minggu.
seluruhnya masih dapat diterlma. Se- 4. Cara perlakuan mangga yang ter~aik
telah penyimpanan 3 minggu, kelompok D ialah iradiasi 0,75 kGy dengan pe-
selnrvhnya sudah ditolak panelis, se- ngemas kercas merang.
dangkan kelompok lainnya hanya mangga
kelompok C dengan perlakuan d yang ti- UCAPAN TERIMA 1\ASIH
0

dak dapat ditcrima.


Penul is me nguc apkan cerima kasih
KekeJt.cuan Bua.h. Has i L pcngamatan kepada s~udaca A. Sudradjac, Cecep M.

429
Nurcahya, Da~ma~i, dan Suryono yang Univ. Puerto Rico, XI 3 (1970)
26.
membantu melaksanakan penelitian ini.
9 . CLARKE, I. D. , "Rad is t ion techniques
and the export of mangoes from
DAFT AR PUSTAKA the Philippines", Dis infestation
of Pruit by Irradiation, (Proc.
Panel Honolulu, 1970), IAEA,
I. KUSUMO, S.,SUHENDRO, R., POERNOMO, Vienna (1971) 59.
dan SOEMINTO, T.J., Mangga (lfa-
ngivera indica L.), Lembaga Pe- 10. l?ABLO, 1.S., MANALO, J.A., and CAR-
nelitian Hortikultura, Jakarta DEil), V.A.~ "Sensory chemical,
(1975) and nu-crit'hmal evaluation on the
efect -0f 'klntzing ~adiation on
2. SUOIBVO, M., Percobaan pengepakan mangoes (1fangivera imflca L.)
buah 'm.angga gedong, Bull. Penel. Carabao var i e t y'", Dis inf es tat ion
Hort, .!.!.!. I (1975) 24. of Fruit by Irradiation, ·(Proc.
Panel, Honolulu, 1970), lAEA,
3. THOMSON, A.K., The storage of mango Vienna (1971) 101.
fruits, Trop. Agric. (Trinidad),
~ I (1971) 63. II. PtfRWAMI'O, 7..1. , dan MAHA, M. , Pe-
ngaruh perlakuan panas, iradiasi
4. ZERRUDO, J.V., and CARANDANG, I.P., gaana, dan kombinasi perlakuan
Improved packaging of mangoes, J. pada daya simpan mangga (Hangi-
Hort. Science 48 (1973) 227. vera in~ica L.) segar, {PAIR/
P.200/1986), Pusat Aplikasi Iso-
5. BROTO, W., rengaruh perendaman da top dan Radiasi, BATAN, Jakarta
lam lsrutan CaCl2 dan Ca(N03)2. ( 1986).
pada bebeupa tingkat kevakuman
kematangan mangga gedoag, Seri- 12. LEES, R., Laboratory Handbook of
al Sub Balai Penelit. Hort. Ps. Method for Food Analysis, 2nd
Minggu No. 32/1/L/86, Jakarta ed., CRC Press, Ohio (1971).
( 1986).
13. MAXIE, B.G., and SOMMER, N.F.;
6. LAKSMINARAYANA, S., KIUSHNAPRASAD, "Changes in some chemical consti-
C .A., and SU!UllAH, S .M., aoc- tuents in irradiated fruits and
water treatment to regulate ri- vegetables", Preservation of Fru-
pening end reduce spoilage of it and Vegetables by Ralliation,
Alphonso mangoes, J. Horr. Sci. (Proc. Panel, Vienna, 1968),
49(1974)365. TA£A, ViRnna (1968) 39.

7. MUSA, S. K. , Pre l imanary invest iga- 14. CLARKI!, l.D., "Effect of ionizing
t inn orl thP. ~roragP and ripe.ning radiation on the storage proper-
of "Totapur i 11 1111angoes in the ties. of fruits" 1 Preservation of
Sudan, Trop. Sci._!.! 2 (1974) 65. Fruits and Vegetables by Ra-
diation, (Proc. Panel. Vienna,
8. CUEVAS-RUIZ, J., GRAHAM, H.D., and 1968), =IAEA, Vienna (1968) 65.
LUSE, R.A., Ga11111a irradiation
effects on biochemical cc.aponents 15. MEYER, L.11., FC>Od Chemis·try, R.ein-
of Puerto Rican mangoes, J. Agr. hold Publ. Co., New York (1960).

430
T•btl 1. fCTIJAtuh jftnJJ pen1e1a1s, perl&kuan ~Mellulu•~ du T-.h•I J. Pen.1•nl'i J••i• Pf."l•u, l'•Fla•u•n ,.,.d-1\uh.-n, d•n
Pl""'"P•n11n P•da k•~h1t ~la ;itn6ul"t aa.ru- (\).

. .,.
penyl11Pm•n pad• pH llPll•·

J(lni•
pel'l.JeMJ
Per1.k-.111 .Jl.,ar, C•i~a:sv; Jut• Per11k\l1n Mui sia,.n c..1n1111l
0 3 pen...., D 3

,.,,,,.
f'IC'l'llCll'la>
l'ontrol
lr•diai-1
Ponc•Jvpen elr 'luiaat
Komhlna..si
0,11
O,S4
0,4t
O,>t
'·"
. ..
Z,OL
1,ts
,.._.
Tupi lontf'O!
Iradlul
Pt-.nct"l~
x-1,...1
llr l\ll\lll.
l,75
3,SJ
3,70
lf6S
.. ,.
s.ee
4,73
5,13
~.t'll.$
_.er•nt
J..ontrol
lr•dlasl
0.11
n.1•
.......
1.tl

'·'' ......
X.ttn tCJfttrol
Irtdlul
l,65
J,l)
4,13
4,40

···'
Pencel'loptn air 1'11n1a.t- 0061 PtA«l~ asr ft111aa1 l,7)
Ko.... lfl••• 0,6Z ~tnut 3,U •,•s
K•rtas kontTOl 0,66 1,tz 14il't•• l0fttto1 l,65 •,15
tJsu Jndi•si o,6.c 1,01 tltu ITadlul l,6J •,10
Pencalt.ip•W'I air har.aat
Wollhlnut
O,SJ
0,64
1,01
2,0)
re.111c.lU"pan atr ha:•s•t
'°'61nul
l1SI
S,lJ . ....
•,tl

vi tall I• Kont.TOI o,•9 2,54 Yltatita lo11t.rol J,J5 4,SO


ln.dlasl
Pence:lvpan .aJr h•"•"'
COllhln.atJ
o,ss
c,st
o,61
2,53
1,67
2,30
lndtasl
Pnc•.luptA 111' Pl&rtJlt
~Jnut
S,>S
3,31 .. ,,.
4,21
41SS
'·70

rata·r•t• ~r& l u1an11n percohaan. lta.tlJ 1't.t.tl·nta. d1Tl J ultttpn :tercobu.n.


"'' 11

Tehtt 2. Penaaruh Jen.ls pen,....s, porla);u.n p1nd,..ulua d.a Tab•t ·4, Pn,..... jeals penJft&.1, perllkuan pt.ndahuluan, da:i
penyi11p1nan p1da kedar •·••roten .an11• C•a/100J) • penyhpan&n p.d1 \adu ;iektln (\) ll&ftJI•·

.... ,. :tlMplft (•t"8Jlll)


..
0 l 0 3

!Control
ll'adla1I
1,64
s.,as
9,11
1,01
--......
'"""" ltontro1
Indiul
s,10
1,:zs
•,10
1,00

--
h-M-elu,aft d,. hana•t 9,06 11,&J ,..llCl'h1pui.dT' he:lll•t o.es e.ss
.... 3 r.olibl ft .. t t,lS
XowblM.st
Kontrol l,S.t ••••
10,47
1,10

Irldl1~l .t,lt 1,11 lont:Tol o,to o.6s


Pcne.lup111 air hantat l,61 10,1• IT-4ia:tL 1,10 019$
lOllb1n&Ji 6,12 s,sa P.nc.h1pian d.r P\&ft.lat 0,10 o,ss
Co9inul 1,65 o,as
ICertts lontr,,1 6,11 t,$1
ti'IJ 11'td1••1 $,2(! a,st lOoU'<>l l,l> 0175
Ptl'!c:tlupa" a1 r hari.1;1t a s2
1 10,17 IT-..U.&1l t,1S 1,lS
1oatnasl 7,6• 7,61 P•nc•lupu &lr 'h:ept. l,75 1,00
lOllbiflUl 1,00 o.oo
\'i tafi 111 .:011trot
Jr•diul
•.t•
J,59
4,44
6,9t 'lltafl la kontroJ S,15 l,6S
P•neelupan air hlftil•t
lQ'ltb lnas l
••••
4,61 .. ,.,
4,Sl Jrad.11tl
P•aca h1p.a#I. a:lr k*1'1&•t
ke9htn .. t
i , "'
s,os
1,6.S
J ,10
J, 75
l,3S

431
Tabel ·~. Pen1arut1 Jenls p.;n1,111a•, perlal.uan per111itl'li.-l~n, •••
11•u pon7l111plllla.r1 pude c1taf'asa """'d•·

Jon11
pen1011as
Perla\:van M•it .. ~t11paa
0 I ,
(•innu)

T•npf. Xof\tN1 s ,04> 6,90 S,4S 4,SIO
pena••• lrtdtt•t A,tC s.60 s.so 4,20
Pencell13':anaiT hlntat 6,40 6,?S 6~•0 4,60
KoMtnast 6.JO s,oo 5,50 .. , 10
ltertu
•Tana
Kont'l'Ol
tradlt1I
4,90
a,lS
s, 11)
S,25
•.•~
A,90
.. , 10
4,SO
'•ncalupan a,t,. h•na•t S ,OS 4,70 s ,10 S,40
1I01!Mtl"••t •,60 s,os
'·'° •.60 1,10
ICtrtat 1Con~to1 6,20 S,lS 4,90
1f'alia111t l\,~i. s.M 4,10 4,60
t.1•1.f
fltl'le•lupal"+
IC~P>lt1a1t .... ""'''" $,iS
4,90
4,to
S,10
', 10
',i.o
l,10
s,to
2,10
Vt tafll• ltonttol 4,fiO 4.lO S,AO
2,00
lrW111I
r.nctlupan Air h•nfa\
(Qlfl\t"iul
'·•,to"'
5,15
S,30
S11D
4,15
l, llO
3,60
1,tO
3,4n
l,90

Uall 1 rata .. Tata darl 0 oran1 pan11Il1,


101•1'1 \trJtl•ll 1l•n 1 •o'l'hatv•, "t 1 ..1 4 I l'!tCfll
P•"•~'""'"·

Tlbel •6, Penaan.d\ Jent1 ptftremas, poTltkuan pendahuluan, don


.... penY111pana.n pad• ktktrd•n uau• ();1).

Jenls hrtakuan MltA t i•pan c..tt1uul

....,. •
penaem•t 0 l 2

l,, I, 8 2,4
""'"'•'
KontTOl
f1'1dl 1si
P9nc.elupan •1 r hana•t
'·'
·a.a
11.2
1,8
2,3 •
I, 1
i,e
1,9
1,S
lonbinul 9,6 1,1 1,6 2,0
Kert.as ICont.rol 19,1 •,2 2.3 2,0
attanf Tr-.dl ,., 11 .. 1 3,9 1,6 1,6
Ptncetup1n ell' han••t 17.8 3,4 1,9 1,9
Kolllbln11l 11,& 2,? l,S 1,9
ICertaa: tcontrol 12,9 2,8 2 .. 2. 1.1
•isu lradittl 13,l 1,9 l,l I,'
1.9 a,e
Pen<'•lupa" al r hanr•t
kombtnasi
12.1
12,0 '·'
2,2 1,9 1,1
l,7
?3,1. 6,• •.1
Vitafillfl lonfr·o~
1,.1dlasl
P•nc-:ftlupat1 •1'1" ha.naat
21 ,6
22,3
4,6
S,2
•.•
3,l
2,6
2,4
l01l'bina.si 21,• 4,S 3,8 3,0

llaat 1 Ttta·T•ta darl l utan111n peTcnhaan.

432.
..
~
~
~
25

20 •
•bed
25
10
8
• <j

abC(l "•<l
:I
~
15
, cd
LS
• c~
10 10
"!l~
s
5

2 l 2 l
Mua stnipan {ninggu)

25 cd 25
:;;
~ "h
~ 20 ·cd 20
0 .h
'8
,;, IS 15
.o
~
!l"... 10
oh 10 •b d
5
s rr ~
l 2 3 l 2 3
llasa s impan ( •inuul
Gambar 1, Htstosr .. penaaruh lda penyi11panan dan pe:rlakuan pad1 1usut
hobot man11• dala• heherapa jenis pen1emas.
A. tanpa penae11as, R. pen.,..as kartas tisu, c. Pen1 ..as ker-
tas 111eran1, dan o. pen1•••• vltafll•. a. tanpa perlakuan, b.
\rad1as1, c. ~encelupan air ~an1at, den d. konb1nas1 lradla-
si d111 pencelu~1n air han11t,

433
100 c 100 • c
• B ~
80 80.
60 60 . e
• c
a
~
40 •o
c~
20 20
ab 1
I l l l 2 l
Meise sl•pan (11!n11u)

100 cd 100
c • 0
ao d 80
60 d 60
40 co

20
abl n 2 3
20

2 3
Masa st11p1n (mlnuw
Gllll>ar ·2, Khtoir• penaanlh h•t penyillJlanandan perlaltuan )>ad• buall aa-
tan1 dala beberapa Jonis pen11•u.
A. tanp1 J)enlemAJ,18. pen1e•a• k•l"tas tisu, C. p•~ae• .. ktrt&t
Ner1na, dan D. pen1e91.3 vttaftl•. a. tanpa perla>tuen, h. i?a.di-
1.si, ·c. pencelupln dt' h1nrat, daft :d .. lr:a.binat! lY&di.. 1 dan
pencelUJ)*ll ail' 1lanr1t.

434
OISKUSI tuk memperpanjang proses pematangan
buah mangga ?

TATl NAPITUPU!.U : 2. Kami belum jelas ten tang kontrol.


Peny lmpanan buah yang d i Lakukan pada Apakah kontrol berarti tidak diira-
pene titian Anda di l akuk an pada suhu ka- diasi ataukah tidak dikemas ?
mar. Bagaiman3 jiku musim hujen/kemH-
rau, apukah berpengaruh terhadap hasil HARSONO S. :

pcncli t Lan ? I. Betul. Tujuannya untuk memperpanjang


proses pematangan, berarti memper-

HARso!io s . : 'panjang tya simpan buah mangga.


Maogga buk a« mt:t'Upcskan buah s epen j eng 2. °Koncrol lam pene!itian ini berarti
tuhun, s eh Iugga penelitian ini tidak t idak diiradiaai dan tidak died up
nt~n1bedakan musim hu j an dan kemar au , Sa- dalam air hangat. Kontrol ini dibagi
ya sependapat bahva hasil penelician dalrua 4 perlakuan pengemaaan, yaitu
I
mus;m hujan akan berbeda dengan musim dengan kcrtns tisu, kertae me~ang,
kemarau. vit~film, • dao tanpa pengemas.

I
YENNY : SOFNI M.
I . 8agaimana Anda menentukan buah mang- J. Apa yang dimaksud dengan nilai orga-
ga untuk kontrol dalam penel itian noleptik dan apa saja yang termasuk
ioi 'I peoilaian ini?
2. Bagaimana Anda menentukan keragaman 2. Bagaimana jika dipakai p~ng.,,,.as je-·
buab mangga (besar, usia) dalam pe- rami, yang mungkin lebib mudah dida-
nelitian? pac daripada kertas merang?

HARSONO S. : llARSONO S. :
I. Penilaian organoleptik adalah peni-
I. Pengelompokan buah uncuk kontrol dan .·
perlakuan dilakukan secara acak. laian subyektif citarasa buah mangga
2. Keragaman besar/berat buah tidak di- yang dilakukan oleh sekelompok pane-
persoalkan h~n~r, yang menj~di per- lis. Parameternya,bau, warna. rasa,
c;mhangan kaml adalah sampel harus dan penampilan.
seragam dalam kematangan, yaitu pada 2. Pengemas jerami dapat lebih mudah
stadium early maturing dan maturing. didapat daripada kert·as merang. Akan
tetapi, kertas merang lebih mudah
TOTT! TJlPTOSUMIRAT digunakan untuk mengemas mangga satu
J
I. Apakah pcnelitian ini tujuannya un- per satu, dan mudah disterilkan.

435
I. MADE SUDtANA: cak kena &etah, atau bekas gigitan ae-
I. Apak•h Anda iuRa •engukur kadar Vl- rangga w~laupun dagingnya cukup balk.
tomin C manaa•. dan baaaiman hubunR- Jadi, m•salah kami di a1mping daya
onny• d@ngan lama penyimpanan serta cahan YA~8 tidak lama juaa kulit yang
bahan pengeauu ? cidak h~rAih. S1ran kaml supaya diada-
2. Apa aebab ado perbedaan ha1il antara kan penelitian •ejak dari pohon sampa{
bahan pengemas 1 konSWIKln 1gar kulit manaaa dapat tetap
beu ih.
HARSONO S. :
I. KadAr vitamin C juaa diukur. Ternyn-
ta vitAmin C tidak terpengaruh oleh HARSOHO S. :
lr•di•si dosis 0,75 KCy. tetapi le- Tertm~ ka1ih ate• tanggapan dan saran
bih menurun akib•t penylmpanon. Pe- Anda.
ngemns vitafilm hanya ~edikit •enu-
runkan kandungan vitamin C ~@lama NAZrR ABDULLAH d•n EDDY:
penyimpenon. I. Apakah pernah dicoba, bagaimana pe-
ngaruh pe•akaian vacuum p•cked pade
2. Ha:si J pe11gamatan untu.A. m.:as I ng-raasing iaangga iradiasi?
bohan p"ngeaaa berbeda, karena ker- 2. Apakah belul baban pengemaa memberi-
tas tisu dan k~rtaa merang tidok kan pengaruh pada mangga iradiosi ?·
kedap udar a •eh iugga mengakibetkan Apa(ah bukan faktor aer•si yang le-
resplrasi buah dapat berl•ngsung bo- bib berpengarub?
ik. Vitafilm kedap udara dan meng-
11anggu kelanearan resptrasi nangga. HARSO!IO S. :
I. Penggunaan vaccUlll packed belum per-
ULFA T. : nah dkoba.
Apakah mangga iradiasi ini telah dlla- 2. He•~ng betul aerasi yang berpensaruh
kukan uji coba ke pa1aran 1 pada kPaatangan maogga, dan vltatilm
lebih tldak ada aerasinya daripada
HARSONO S. kertas mtrang etAu kertas tisu.
Belu111.
llINlORO H.S., StmIRMAN, DJOHARLY,
D. HARDIN UMAR : dan SRI HARlANI S.
Pengalaman kami oebagai eksportir, kon- I. Hengapa pcnyicpanan dengan kertas
sum•rn menghendaki mongga yang kuli t- merang haailnya paling balk?
nya bersib/mulus. Kaaun, ka11i meneri•~ 2. Mengapa pencelupan air hangat 55°C-5
maagga dari petani kulitnya bercak-ber- me.nit dapat. menunda kcmacangan?

436
HARSONO S. : HARSOJO:
I. Kertas merang memberikan aernsi yang Apakah ada rencana uotuk melakukan pe-
cukup, banyak t erdapat di pasaran, nelitian mengenai pengemasan buah du-
harganya cukup murah, dan mudah di- rian, mengingat buah tersebut baunya
sterilkan. sangat tajam, sehingga perlu kemasan
2. Pencelupan ss•c-5 mentit dapat meng- yang efektif untuk mengurangi bau, te-
inaktivasi etilen oksida. penyebab tapi rasanya tidak berubah.
kematangan buah mangga. Selain itu,
pencelupan air hangat dapat menghi- HARSONO:
langkan cemaran kapang pada kulit Belum ~d8 rencana meneliti pengem4san
huah. ibuah durian utub karena bentuk buahnya
sangat bes~r den durinya tajam.
ROCll&STRI SOFYAN :
I. Berapa suhu dc.n kelembapao ruang pe- RASHA!I MULIANA
nyimpanan selama pengamatan ? I. Bagaimana cara pelaksanaan pengirim-
2. Bila kami cidak salah tangltap, ke- an buah mangga ke Eropa pada tahun
simpulan lebih mempertimbangkan ha- 1927, mengingat transportasi waktu
sit pengamatan orgauoleptik/visual. itu makan waktu lama.
8agaimana dengan penentuan kuanti- 2. Adakab kemungkinan iradiasi dapat
tatif lain ? memperpanjang w·aktu penyimpanan le-
J. Dalam penelitian ini apakah diten- bih lama lagi, misalnyg 3 bulan 1
tukan kedapatulangan metode penen- Hal ini mengingat bahwa pengangkutan
tuan? dengan kapal lauc makan waktu se-·
Iden 5 minggu sedangkan biaya pe-
HARSONO S. : ngic-iman dcngan pesawat udara Rp
I. Suhu kamar pada penelitian ini 28 + 16.000,-/kg ?
4°C, kelembapan 70 + 10%.
2. Kami menganggap pen Ll a i ao organo- llARSONO S . :
leptik penting karcna konsumen akhir I. Acuan pustaka tidak menyebutkan ca-
selalu hanya menggunakan organolep- ra tra~sportasi dan perseotase buah
tik. Heskipun demikian, pengamatan yang masih bisa dimakan setibanya di
parameter sifat fisika dan kimia ju- rempac tujuan.
ga diamati karena penting untuk men- 2. Penelitian lanjutan masih mungkin
dukung kesimpulan penelitian. dilaku~an, terutama dengao pengemas
3. Metode untuk mengukur parameter su- vitafilm yang dibungkuskan hanya se-
dah dilakukan uji kedapatulangannya lama satu atau dua minggu, kemudian
sebelum penelitian dimulai. setelah dibuka masih disimpan lagi

437
dalam keadaan.tanpa pengemas. HARSONO S. :
I. Pengamatan dilakukan selama musim
£DOY 0. ~angga tahun 1987/1988.
1. Bagaimana pengaruh iradiasi te~hadap 2. Kertas tisu dapat memperpanjang daya
kadar vitamin C? awet mangga, tetapi terlalu mudah
2. Bagaimana tentang aplik~si iradi~si sobek dan harganya lebih mahal dari-
ini mempengaruhi harga jual? pada kertas mp.rang.
3. Tadi disebutkan bahwa vitafila meru- 3. Vitafilm dipilih sebagai pengemas
sak buah maogga karena menghalangi karena tipis dan lentur sehingga da-
pernafasan. Bagaimana kalau viLa!ilm pat mengcmos mongga mengikuti bentuk
I cu di bed o2 ? buah. Selain itu, vitofilm transpa-
ran dan dayat menampilkan buah de-
HARSONO S. : ngan cukup menarik
I. Kandungan vitamin C tidak berubah
akibat iradiasi, tetapi menurun aki- SUDlRMAN:

bat penyimpanan. Zat apa yang berperan dalam proses pe-


2. Harga ditencukan sesud~h ~da studi matangan mangga dan apa pengaruh lradi-
kelayakan ekonomisnya. terut~m~ r~n- asi terhadap zat tersebut ?
tang break~ point (citik impas- HARSONO $. :
nya). Kalau titik itu sudah dikeca- Blilen oksida dapat menjadi inaktif ba-
hui, meke volume yan.g diiradiasi ik oleh pencelupan air hangat maupun
h<1rus melebiht titik itu. oleh iradiasi.
3. Kami b"lum mencoba membcri tambahan
o2, terapi hal itu mungkin dilaksa- ALl RAHAYU :
nakan. I. Faktor apa yang dihambat baik oleh
iradiasi maupun pencelupan air ba-
HARTATI : ngat? Dimana letak berbedaannya?
I. Berapa lama Anda mengadakan peneli- 2. Tampaknya vitafilm dapat menghambat
tian sehingga dapat menyimpulkan hal penguapan s~hingga susut bobot hanya
-hal sepP.rti yang disaji.kan? sedikit. Apakah pla~cik lain juga
2. Mengapa dalam .s i erpu l ac- tidak dise- begitu ?
butkan tentang pengemas kertas ti-
su? llARSONO S. :
3. Atas pertimbengan apa dipilib penge- I. Yang diha111bat adalah etilcn oksida.
mas vitafilm, karena pads dasarnya Pe r Lakuan iradiasi dilakukan dengan
vitafilm dapat dilalui udara? kombinasi pencelupan diharapkan da-

438
pat memberikan efek sincrgiatik. OJOllARLY:
2. Tidak semua plnstik bersifat kedap Bagailllana kriteria buah mangga matang
udara, sehinggn tidak semua plastik Optimal ?
memberikan hasit serupa
HARSONO S. :
SUKIYATI : Buah m~ngga matang optimal ialah buah
I. Bagaimuna mangga matang optimal di- mangga yang cukup matang dan apabila
t~nlultan (kriterianya). Apakah hanya disimpan sehari lagi dia akan terlalu
secara visual (organoleptik) atau ranum. ;

,
dite~~ukan kadar pektin, gula pere-
'
dults.i,:•f'-karoten, pH, dan sebagai- SRI HARWlf S.
nya? I. Apakah yang menyebabkan susut bobot
2. Dari Gambar 2, histogram pengaruh selama penyimpanan?
lama penyimpanan dan perlakuan C 2. Saran: Seandai=-ya mangga iradi~s·i
terlih'at pencelupan air hangat (c) ini sudah siap dipaearkan alangkah
dan kombinasi iradiasi dan pencelup- baik.ny;i b i La diadakan pcnclitfon lc-
an (d) has iJ nya s ama . Apaltah e idak bih lanjut mengenai kcmungkinan ada-
t eb ib . baik dipilih alternatif (c ) , nya toksin/carrier penyebab kanker
I
yaitu hanya dengan penc e l upan · air yang mungkin • ada dalam buah mangga
hang at. ? iraoiasi.
. '

BA~SONO S. : BARSONO S. !:

I. Mangga matang optimal ditentukan ba- I. Susut bobot disebabkan adanya peng-
nya secara visual, seperti juga yang uapan air selama proses pematangan
di1altultan para konsumen mangga yang melalui pori kulit mangga.
membeli di pasar. Pengamatan kuan- 2. Terima kasih atas saran Anda. Akan
t i tat i·fc juga d i Lakukan , berfungsi tetapi, kelompok pakar dalam Joint
untuk 'mcmbnndingltan dengan penga- Expert Coamittee of Food Irradiation
matan subycktif ini. (JECFI) yang terdiri dari tokoh YAO,
2. Perlakuan (c) mcmang lebih bailt da- VHO, dan IAEA telah menyebutkan bah-
ripada (d), tetapi perlakuan (b) va sampai dosis 10 kGy adalah aman
lebih baik daripada keduanya karena t anpa ~yar-at.

iradiasi dapat dilakukan dengan ke-


ring dan lebih praktis.

439

'
L.A. SIJBAGYO :

Mengapa dipilih aangga lndramayu? Saya


kira rasa mangga arumanis atau manalagi
lebih enak rasanya.

llARSONO S.
Pe:mi 1 ihau jeuis mat'lgga disesuaikan de-
ngan keadaan lingkungan. Selera sese-
orang dapat berbeda dengan orang lain.
Mungkin penelitlan selanjutnya menggu-
nakan jenia mangga lain.

' ARLIS ZU!IR:


Apakah aangga yang diteliti berasal da-
ri pobon yang saaa 7 Karena umur pohon
dapat berpcngaruh pada mutu buah dan
apakah buah mangga dipanen pada W3ktu
yang sama 1

IL\llSONO S • :
Pcngambilan mangga hanya dari satu po-
bon tidak mungkin dilakukan karena sam-
pel yang diperlukan bcbcrapa ratus bu-
ah, tetapi saapel diambil pada bari
yang sama. Kondisi buab juga tidak jauh
berbeda, yaitu semuanya dalam fase ear-
.!I. maturing dan maturing.

440
PENGARUH IRADIASI GAMMA PADA KARAKTERISTIKA KIMIA BUI KOPI.

Rahayuningsih Chosdu*, dan Z.I. Purwanto*

AUSTRAi(

Pl"GAIWll llADIASI G.\MKA. PAOA IC.AlllCTERISTfK.A KUIIA IJJI K.OPl. P•aelitia.n t•atan.1 penprWI •i•ar a-.a
P•d• ktr•kteci•ti.ke kopi t•l•h dila\tu·it.n. liji Ttopi dik• ... dalu) .. e.. P•n.1• .. •• r•itY kal.•ne •••
keru~J aoni untuk •••p•I
yana d{lT1dia1l dena•n doat. 2 kC7, chin dal .. arlen91e7er 1caril u~tuk 1••1
dllradi••i 5 dan 10 kCy. Stttlah dllradla1i 1e\a1l•n •.aapal lancauna diaJ1alial1, 4an 1t11ftya dlai.,aa
••l••• 2, l, 4, da~ 6 bulan. Pa~..etat yana di .... tl ialah kadar air, kafain, dan l~k. aert• pM daft
dartvatlf 11.. k kopi yang dianaliaia d~n11n ~pcktrofotoaeter. Haailnya -.en~njWtkaa bahwa iradi11i 1..,11
do1ia 10 It.Cy tidak ••ni•~ulkan pitl'ubahari pada pa:-aeeter 71n1 dipel'ik••· Perubaban baa.ya terjadi pe.da
&adar lem.ak k&rena perlaku&n ptn1c••••n d•n peny~apan•n.

ABSTRACT

!PflCT Or CNtHA lKRADlAllOK OM CHU(ICAL CHAlt.ACf!IJstlCS Of COFFE:E )!AN. $tudlea on irt'adiacion


effect oa cheaical c;:haracttri1tic• ot cottet be1a vert: carrit.d out. Colt•• be.an were packed in ac..e-cil•
•rlen..yer tor the) •Ad 10 kGy irradlated a ..ple•. and ia Ct3 and ·jute ba1 for the 2 k(;y irr-4iacion
•••Pl••· •A!ttr btina irradiated,• pert of tht 1aapltt v•• analy1ed directly. 1nd the Tiit VITI etortd
tor 2. 31 4, 1nd 6 &ontha. th1 p1r1at:ttr1 otttrved vere aoitture, caffeine and lipid content•• pH, and
d1riv1tiv•• of lipid ar.alyaed vith apectrophotoeettr. Th• rtaultt tbovtd that irradiated up to 10 kCy did
not aive any ch1n1e• o~ tht paremettra. Sianlficant chanae vaa only found in the 11,id contcat ot cotftt
bean, c1u1•d by 1toraa1 ind packa1in1 treatment•.

PENOAHULUAN Batan (1 - 3). Pengawecan dengan tek-


I
nik radiasi mempunyai beberapa keun-
Penelitian tentang pengawetan ko-
' tungan, diantaranya t~dak terjadi ke-
moditas· hasil pertanian perlu dikem-
naikkan suhu, dan juga tidak mening-
bangkan. dalam rangka turut menunjang
galkan residu, sehingga peruraian se-
program· pemerintah dalam menambah de-
nyawa dalam bahan karena kenaikkan su-
visa negata imelalui pen i.ngkat an ekspor
hu selama proses dapat dicegah (4).
komoditJS nonmigas.
Radiasi sangat menguntungkan bila
Penelitian pemanfaatan sinar gamma
ditinjau dari aspek mikrobiologi, ka-
untuk mengawetkan has i I pe r t an i an se-
rena dapat membasmi mikroorganisme
pert i bebuahan , beb i.j Lan , sayur-mayur,
perusak bahan makanan. Akan tetapi dari
dan rempah-.rempah te lah dilakukan di
aspek kimia kadang-kadang tidak meng-
rusat Aplikasi Isotop dan Radiasi,
untungkan karena dapat mengakibatkan
peruraian senyawa kimia yang d.i kan-
• Pusat Aplik&.3~ Isotop dan R&diasi, BATA.-~ dungnya. Oleh karena itu, penelitian

441
efek radiasi pad~ biji kopi dengaa do- iv i cas 153,444 kCi. z at, kimia misal-
ak t
sis yang lebih tinggi daripada dosis nya pat r o l eum er er , aceton, dan d i e t i I>
yang diperlukan untuk membasmi serang~ eter yang digunakan untuk analisis ki-
ga, kapaog dan bakteri, perlu dite- mia berkualitas pro analisis buatan
liti. Herek.
Biji kopi mengandung beberapa per- Kadar dan ·karakteristika spekttum
~Anyawaan kimia diant~ranya kafein ulrr.a vi~let lemak biji kopi ditentukan
2%, mlnyak kopi 10 - 15%, serta se- dengan menggunakan spektrofotometer ul-
nyawa-senyawa lain seperti protein~ se- tra violet merk Perkin Elmer lambda 5.
lulosa, hemiselulosa, dan minyak me- Kadar kafein ditentukan dengan meng-
nguap (5). Kualitas biji kopi sangat gunakan alat High Performance Liquid
dipengaruhi oleh senyawa kafein yang Chromatograph (HPLC) Waters model 4.41
dikandungnya. Senyawa ini ialah derivat yang dilengkapi dengan dete.ktor ultra
1 senyava purin yang mempunyai gugus violet don kolom u Bondapak C 18; pH
metil C ~ 0 yang mµdah mengalami ok- diukur' dengan pH Ionmeter model 230 A
sidasi membent.uk kafeol (6). Oleh ka- buatan Fisher.
rena senyawa kafein dan asam lemak biji
kopi mudah mengalami oks idas i, maka
1 ~ancangan PeJt.cobaan, Percobaan di-
pene t Lr i an r eut ang peugar uh iradiasi
lakuka~ scbagai percobaan faktorial;
ganuna pada ka r ak t e r i s t i ke kimi.a kopi
yang menggunakan rancangan acak leng-
pe r Iu dilakukan.
kap. Percobaan dilakukan dcngan tigs
Penelic ian ini bercujuan uncuk
ulangan.
mempelajari pengaruh itadiasi gamma
sampai dosis 10 kGy pada kadar dan
1'.ene11.:tua11 Kada.11. Lema.I~. sepuluh
karakteristika kimia senyawa kafein dan
gram bubuk kopi diekstraksi dengan 50
lemak kopi.
ml .Petroleum eter dalam alat soxlet
selama 6 jam. Kadar lemak dihitung
BAllAN DAN /tlETODE
dengan cara menguapkan petroleum etet
B~h.an cl4~ Bahan penelitian
AR.a;t.. y•ng tercampur dengan lemak, lalu se-
yang digunakan dalam penelitian ini telah ker~ng ditimbang sampai kons-
ialah biji kopi varietas Arabika yang tan~

dipcrolch dari PTP XXVI Jember, Jawa


Timur dengan kadar air awal scbcsar l'e1ie'1-tua11 KaJt.akte.!t..U.tlfw. Sp¢h.tltU/lt
9,6%. Ultltct. Violet. Lemak hasil ekstraksi
$umber rsdiasi yang digunakan ia- dilarutk~n dcngan dietileter dalam labu
lah iradi.ator gamma kobalt-60 dengan JOO ml, kcmudian dipipet sebnnyak 0,2

442
ml dolom lobu 100 nl dan diencerkan yer steril, diiradiasi dengan doaia O,
lagi sampai 100 ml. Larutan tcrscbut S dan JO kGy serta diaimpan eelama 0,
selonjutr.yo dianalisis karakteristika- 3, dan 6 bul an diperlihatka.n pads Tabet
nya dc~gan spektrofotometer ultra vi- ). Te1hh<1l ada penurunan kadar lemak
olet. kupi ~elama penyimpanan dalam kaleng,
baik pada sampel yang tidak maupun yang
Pene.ntuan Kada1t Ka~ e...ln !le.ngan diiradiasi dengan dosis 2 kGy (Tabet
HPLC, Setengah gram bubuk kopi ditim- I). Penurunan tersebut rata-rata ae-
bang dcngan teliti, keoudian di.masuk- kitar 13% pada sampel yang telah di-
kan ke dalam erlcnmeyer JOO ml. Lemak simpan selama 2 bulan. Perubahan kadar
yang t~rdapa~ pada kop~ dickstrak de- leaa~ tersebut diduga karena pengemas
ngan petroleum eter sebanyak 30 ml kaleng kedap udara dan uap air, dan
sampai 3 kali, ~alu disetrifus pada ke- merupakan isolator panas yang baik. Hal
cepatan 2000 rtm selama JO menit. Ca- ini menyebabkan subu kopi dalam kal,ng
iran yang paling atas dibuang, lalu cukup untuk mengoksid~s·.i ikat,an rang ap
residun)a dimasu~kan kP dal•m gelas pada lemak (di samping radikal bebas
piala 100 ml dengan cara membilas de- yang terbentuk karena radiasi juga ma-
. ngan air suling sampa i volumenya 90 ml. sih berperan). Kondisi kemasan dalam
1oo•c kaleng tidak mP.nimhulkan perubahan ia-
selama 25 men'~. lalu didinginkan. l•- dar kafP.in knpi baik setetah diiradiasi
rutan yang telah diogin dipi~dahkan ke maupnn RPtelah disimpan selama 6 bulan.
dalan labu ukur JOO ml, dan volumeoyo TidaK adanya perubahan kadar kafein ini
ditetapkan hingga 100 ml dengan air juga dijumpai pada kopi yang dike-
su l i ng . Ko Lom yang diguoakon dala1:1 mas del111a karuna 1oni walaupun terlihat
percoba~n adalah u Bondapak C 18, se- kadar lemak mengal'111li sedikit penurunan
dang fase bergcraknya adalah metanol - yang kurang berarti.
asam asctat - air (20 + I+ 79).
Tabel 2 menunjukkan basil penen-
tuan kadac air pH kopi'selama penyia-
HASIL DAN PEMBAHASAN panau 6 bulan dalam kaleng dan karung
Tabel I dan 2 menunjukkan hasil goni. Oleh karena bahan pengemas karung
peneotuan kadac aic, kafein, lemak, dan goni tidak kedap uap air, maka terlihat
pll kopi yang dikemas dalam kaleng dan ada pe3urunan dan kenaikan kadar air
karung gon l , da:> diiradiasi dengan do- selama penyimpanan. Kopi yang dike~as
sis 0 dan 2 kGy, serta disimpan se- dalam pengemas kaleng tidak mengalami
lama o, ?•• 4 dan 6 bu Ian. Hasil ana- perubaban kadar air baik akibat perla-
iisis kopi yang dikemas dalam erler.me- kuan iradiasi maupun pe~yj,inpanan. r,a-

443
I
'
d i as i dan penyimpanan r i dak menimbul- disimpan &ampai 6 bulan. Hal ini sesuai
kan perubahan pAda pH kopi, yaitu 5,59- dengan hasil penentuan kadar lemak pada
5,76 pada kopi yang dikemas dalam Tabel 3. Gambar 3 memperlihatkan basil
kaleng. pH kopi dalam karung goni sc- absorbsi ultra violet derivatif DI, 02,
dikit agak tinggi, yaitu sckitar 5,70 - 03, dan D4, senyawa lemak dari kopi
6,00. yang dikemas dalam kaleng dan dii-
Hasil percobaan efek radiasi sam- -radiasi dengandos is 2 kGy, sedang
pai dosis 10 kGy diperlihatkan pada Gambar 4 untuk kopi yang dikemas dalam
Tabel 3. Percobaan aspek kimia ini di-
karung gon i , Hasilnya menunjukkan bahwa
lakukan dalam peng~mas erleru:ieyer yang
baik perlakuan iradiasi dosis 2 kGy
diberi tutup k~pas steril. Data yang
maupun penyimpanan sampai 6 bulan tidak
diperoleh menunjukkan bahwa iradiasi
mengubah karakcerist ika lemak, t at api
sampai dosis 10 kGy tidak menimbulkan pengaruh bahan pe~gemas ada perhedaan.
perubahan pada kadar lemak, kadar ka-
'• f e i. n ,
kadar air, dan pH kopi. Bahan
KESIMPULAN
pengemas yang digunaka3 adalah erlenme-
yer dengan cutup kapas ya3g tidak kedap lradiasi de~gan dosis 2 sampai 5
uap air, sehingga dapac menyebabkan kGy, tidak menim~ulkan perubahan pada
kenaikan kadar air sekitar 20% setelah kadar air, kadar lemak, kadar kafein,
penyimpanan 6 bulan, demikian pula ka- dan pH kopi. Dosis radiasi sampai 10
dar lemaknya. Kadar kafein dan pH tidak kGy juga tidak menimbulkan perubaban
banyak berubah akibat perlakuan penyim- parameter-parameter yang doamati ter-
panan. Kadar le:nak kopi selain dir~nt11- sebut. Perubahan hanya terjadi karena
kan kadarnya jugs diamati karakteris- efek penyimpanan.
tik~nya dengan menggunakan Spektrofo-
tometer Ultra Violet. Basilnya ditun- UCAPA~ TERIMA KASIH
jukkan pada Gambar I 5. Abeorbsi
ultra violet derivatif DI, D2, OJ, dan Penulis mengucapakan terima kasih
04 untuk efek radiasi sat11pai dos is 10 kepada Saudara Tatang Iriawan, Basril
kGy dapat dilihat pad a Gambar I dan 2. Abbas, Darmawi, dan Suryono di bidang
Iradiasi sampai dos is 10 kGy tidak Proses Kadiasi atas bantuan yang telah
menimbulkan perubahan pada karakteris- diberikan sehingga penelitian ini dApat
terlaksana.
tika lecnak yang dianalisis de11gan de-
rivatif SpektroCoLometer Ultra Violet,
OAFTAR PIJSTAKA
cetapi absorbsi Ultra Violet senyawa
l eiaek dari kupi kontrol berbeda dengan
I. ABDULLAH, N. , "Pengawetan bahan ma-
yang diiradiasi dengan dosis JO kGy dan kanan dengan proses iradiasi, su-

444
atu altcrnatif yang perlu diper- ( 1984) 169.
timbangkan", Pengawetan Makanan
Dengan Tradiasi (Risalah Seminar 4. HILMY, N., "Penetapan dosie ste-
Nasional, Jakuta, 1983), BATAN, rilisasi dan pasteurisasi radia-
Jakarta (1984) 99. si", Penggunaan Radiasi untuk Ste-
rilioasi Alat Kedokteran (Diakuai
2. SIAGIAN, E.G., HARSOJO, dan ANDINI, Panel, Jakarta, 1980), BAIAN, Ja-
S., "Pernberantasan kapang perusak karta ( 1981) 42.
ber as dcngan iradiasi'', Pengawet-
an Makanan Dengan lradiasi (Ri- 5. CLAUS, E.P., Pharmacognosy, F 4th
salah Seminar Nasional, Jakar.ta, Ed., Lea and Febiger, (1961).
1983), BATAN, Jakarta (1964) 203.
6. KREISER, W.R., and MARTIN, A.R.,
3. MAHA, ~l., dan HARSOJO, "Peningkatan High pressure liquid chromatogra-
mutu udang beku dengan iradiasi", phic determination of theobromine
Pengawetan Makanan Dengan Ira- and caffeine in cocoa and choco-
diasi {Riealah Seminar Nasional, late products, J. As&oc. of Anal.
J ...karta, 1983), BATAN, Jakarta Cham., ~. 6 ( 1978) 1424.

445
fabel ·1. ladar ten;lk dan ltafein hiji kop1 yant <tll:emas dalnm ~arunt ao-r:i den kalene dan
dilradiesi den1•n dosts 2 kC.Y,

Ponyi11panan Pcnrtaas kelena P1ngnu Soni


(~utan)
Kadar leJ1al (\) ltadaT ltafei n (\) Kadar 1... ak (\) k•d•r l1fein (\)
0 • .,,. 2 l.Gy t) kC)' 2 kCy o kCy 2 tr.)' 0 kGy , It~

0 13,46 lJ,Sl l,Jl 1'1 J 11, 27 11, )7 l,O• 1,02


2 ll ,S4 10,00 t '11 1 'l J 12. ':'<I 9,42 1,16 1,14
lJ,09 I I ,61 l,U!' 1 'lf> .H1,~8 10,b!l 1 ,20 1,19
l i,Sl 11,29 I, 2 I l, l~ lfl,t:9 l0,4F. I ,JS I, I 4
~·-- -- ·- .. -·--


label 2, J;adar air den pll hlji k·opl yang diknas dalam kllJtni dan ltanm1 aeru dan dliradlut.
den1an cl?Sj~ 2 kGy.

renyt11panan
(hulp)
Kad•r
Pen1em11:s 1t1Jena
air (\) Xadar •iT (\)
PenaeMu .... H
0 \Cy 2 kCy 0 >Cy "" 2 lc(;y 0 lc.r.y 2. ltCy 0 kOy 2 kOy

0 1,2, 8,SS S,62 S,62 13,78 t!,57 SJ70 S,70


2 1,96 9,~ 5,71 S,72 lS,24 14,47 .s,t:i S,t4
• 6,45 a,a1 s,s9 s,::1 12,46 1%140 s,t6 s,n
• t,86 9,00 S,76 S,?S 11,54 ll,60 S,97 6,00

T;1hel :l. kfdar 11r, l••'k• d1.n katoin s6rt• Jfl ht j S kop1 yan1 cliiTarliest densen doaSt S dsn 10 'kGy.

, r•n)"11tJlanan Kad1r air (\) pi k1d1T lemak (\) radar kafein (\)
'
O,ulaft)
• kGy s kGy 10 kGy 0 kGy S kGy lO kC)' 0 kGy s kr.y 10 JtGy 0 kGy S ltOy lO kOy

e •.ts t,Ol
•••• 5,71 S,62 S,t'13 ) ) I Jl 10 f ,,
10,09 l,?2 1,26 t,11
l 11,0J 11,02 11,06 5' 76 s,ao s , )6 13,9(1 1•, 10 ll,l• I, l(I l,16 a,16
6 11,80 11,t6 u ,18 ~,86 S,65 S,62 13,4~ 13 ,48 13, 14 i ,21
·------ '·'' l ,26
··----

446
'I

lei

J
10 kCy. 6 b•I•" lb)

Camhar 1. Spcktrmn absorb$l ultra violet derivatif n1, o2, o3,


dan o4 l•ak kopi )'a-ng diiTaditsl.
(al o tG~: (h) s k('1: (el lo kGy.

1~)

(b) (<)

Gamber 2, S'J)ektrun absorbsi ultra violet derivatif'Dt. 02 D1, dan


1

,4 let'lsk kopi y&Af dttTadia~i dan disin'Pt.n 6 hulan.


(al 0 kGy; (bl S ~Gy; (c) 10 kGy.

447
:;; ----- s- I -
~ -s-' ' -:;
- -l..

I Z_ ~ ~~

II J_ __ -_l J .,_
~.

__l t~
_l_
__),_

1 ••
f

"
=» I -:71
.
-- -- -~-- - ~-· -~
- . "
i

z z.. ~
.· . l
J _j
( _1-
L I
I I •

::;;; _;7
~
.!
~
-
v

l
1 -= j
- J
- L I
- l
'
- J I l
448
D!SKllSI yang dikema• di dal1mnya, aecara
umum rasa dan aroma tfdak berubah.
DARMAWAll : Perubaban kedua unaur teraebut umum-
Apa yang menyebabkan kenaikan kadar air nya terjadi akibat kenaikan kadar
pada pcnyimpanaa 6 bulan dan dosis ra- air di atas 12 - 13 %. Apabila kadar
diasi 10 kGy? Kohon penjelasan. air berada di ataa nilai tersebut,
maka metabolisme di dalam biji kopi
ZUllArDAR I. :
akan berubah: protein skan terpecah
Erlen meyer steril hanya ditutup kapas
menjadi amonia (timbul bau ape_!<jbu-
selama penyimpanan. Oleh karena itu, auk); aldehida, dan dimethyl sulfide
walaupun dalam jumlah kecil masih tcr- denga::i enzim oksidaae juga akan di-
jadi aeraai den hal ini tarnyata dapat pecah menjadi aaam bebaa (raaa dan
berpengaruh pada kestabilan kadar air bau menjadi apek); lemak didegradasi
bahan aelama penyimpanan. Meskipun dc-
mikian, kenaikan ini tidak aebesar ke-
oleh enzim lipa1e sehingga akan me•·
ngubab aroma kopi (akibat terbentuk-
r··
naikan kadar air biji kopi yang dikemas nya asam lemak bebas); dan karbohi-
di dalam karung goni. drat (komponen pati dan gula) akan
di pee ah oleh eniim membentuk alkohol
ALI RAHAYU: (berbau tape). Akibat adanya peru-I
I. Kalau seandainya iradia.si ltu ada bahan kadar air ( > 131 ) , otomatis ·
efeknya, sifat (karateristik) kimia terjadi perubahan senyawa kimia se-
apa yang akan dipengaruhiaya? hingga harga kopi turun.
2. Pcngemas kaleng ternyata aenyebabkan·
perubahan kadar lemak, bagaimana de-· SRI HARl...Nl S. :
ngan rasa dan aroma karena bila kea- .J.Jika tidak salah lemak tidak men~~
daan faktoc ter•ebut juga berubah,• uap, kiranya dapat diterangkan b~
maka hacga akan turun ? gaimana kadar lemak berkurang 1
2. Setelah penyimpanan 6 bulan kadar
ZUBAIDAH 1. : air dan lemak naik. Seberapa be s ae
I. Tidak ada. Perubahan sifat/karakte- kadar lemak naik dan apa yang menye-1 :I
I

ristika biji kopi yang telab diira- babkannya ?


diasi, ternyata hanya dipengarubi
oleh faktor lainnya, yaitu bahan pe- ZOSAIDAfl 1. :
ngemas dan penyimpanan (suhu, RH, I. Kadar lemak menurun akibac adanya
dan waktu ) . perubahan suhu di dalam pengemas se-
2. Selama pengemas kaleng tidak berpe- lama penyimpanan. Dalam hal ini,
ngaruh nyata pada kualitas biji kopi jenis kaleng yang digunakan adalah

449
kalcng biasa tanpa lapisan khusus. ZUBAIDAH I. :
Kaleng merupakan bahan isolator pa- I. Karena di dalam percobaan tersebut
nas yang baik, sehingga dapat mena- ingi~ oemhandingkan antara penggu-
ikkan suhu di bagian dalamnya dan ne an kemasan kcme r a i a l (go·ni) dengon
berakibac pula pada kcstabilan suhu icemasan pc r cob aan (kalcng) uncuk
bahan yang dikemasnya. Jkatan rang- mencegah kerusakan biji kopi akibat
k~p atau ikatan tidak jenuh, kemudi s e r engen s e r angge . Kema.san erlen me-
an akan terdegradasi akibat adanya yer steril diharapkan tidak akan
reaksi oksidasi. Di saqping itu, ra- ~crpengaruh sama sekali pada karak-
dikal bebas yang cerbencuk agak ber- teristika kimia biji kopi yang akan
peran pula akibat radiasi mengingat diiradiasi dengan dosis r~durisasi
lemak bersifat radiosensitif. Heski- sehingga pengaruh lain/luar tidak
pun demikian, biji kopi yang diira- ?erperan selama pen~amatan.
diasi dengan dosis sampai 2 key
tidak mengalami perubahan yang nyata 2. Karena ketidakseragaman sampel. Se-
pada kadar lemaknya. perti diketahui sampel dikirim lang-
2. Kenaikan/penurunan kadar lemak dise- sung dari jemh~r dengan transportasi
babkan pula adanya pengaruh proses darar. Kemungkinan lain adanya pe-
fermentasi dari buah yang diolah ngemas goni yang dapat berpengoruh
menjadi biji kopi. Biji kopi yang sec•ra langsung terhadap kestabilan
disimpan pari;, suhu 27°f. - RR 50% k~dar a i r dan l ejnak s c Lama pc r j a l cn-

- .. - .. c, ... 1 . • ..•. H1.... Kacakc.e-


ristika kimia (pen~litiAn cerdahu-
lu). DADANG S.
I. Kemur.gk.jnan tad.ff pe r ubah an r as a a e ce-
SUO!RHAN: lah menjadi kopi bubuk 7 Apakah pe-
I. Mengapa digunakan pengeaas kacung nelitian ini telah ditelici sampai
goni dan kaleng pada iradiasi 2 kGy menjadi kopi bubuk 7
sedangkan pada tr~diasi 5 dan 10 kGy 2. Bila belum disarankan penelitian dl-
digunakan pengem~s erlcn meyer, me- lanjutkan sampai menjadi kopi bu-
ngingat untuk membandingkan penggu- buk?
naan pengemas harue dilakukan pada
iradiasi yang sama atau sebaliknya? ZUBA IDAH I. :
2. Men~apa pada penyimpanan aampai 6 I. Tidak. Kopi yang diteliti hanya bor·
bulan kadar lemaknya naik ~ bentuk kopi yang telah melownti pro•

450
pengolahan aw~I, yaitu memi- dirintis, sepengctahuan kami sampai
sahkan bijinya dAri berbagai lapisau deogen saat i~i baru secara visual
kulit luar. Kopi yang digunakan da- saja?
lam penelitian ini lazim disebut
g[een coffee. Hemans benar. Di sam- ZUBATOAH I. :
ping itu, proses lain yang be~penga- I. tamba11an biaya • biaya kemasan (ka-
ruh pada kualitas kopi bubuk adal•h leng) dan biaya radiasi saja.
cara pcnyangraian. Selama biji kopi 2. Mungkin yang Anda maksud organo-
si Sang r-a I , ter jadi peLuballan l l s ik leptik artalah dengan Cara yang lebih
dan kimia seperti sw~lling, peng- teliti. Di laboratorium, kami mela-
uapan air, terbencuknya senyawa vo- kukan uji ~rganoleptik terhadap biji
latile, karamelisasikarbohidrat, kopi yan)l mentah, yaitu dari segi
pengurangan serat kasar, denaturasi warna .• b ..... dan penampilan secara
< '
protein, terbentuknya gas co2 seba- umum> secara visual. Hal ini akan
gai hasil oksidasi dan terbentuknya menolong p~~gujian objP.ktif yAne be-
aroma khas pada kopi. Hal tersebut rupa analisis karakteristika kimia.
yang memperkuat terjadinya penurunan Secara visual tampak perubahan/per-
kualitas kopi bubuk apabila tidak bedaan warna antara biji kopi yang
dilakukan dengan cara yang benar. disimpan di dalam kalcng dan penyim-,
2. Terima kasih. Saran anda aka1l k am i panan di dalam karung goni. Biji ko-
pertimhangkan. pi di dalam karung goni berubab agak
kekun~ngan sedang biji kopi yang
SAMS INAH D. :
di&impan di da l am kahmg Le tap ber-
I. Penelitian ini baik sekali untuk di-
warna hijau, oersih, dan segar sam-
hitung juga nilai ekonomisnya, yakni
pai pada penyimpanan 6 bulan. Hasil
berapa tambahan biaya dalam pe r l aku-
inipun ternyata dapat menunjang pem-
an ini, karena hal ini sangat bergu-
bahasan atau data pengamatan secara
na di bidang perkebunan?
objektif. Jadi, menurut kami, orga-
2. Apakah h~nAr hahva penilaian mutu
noleptik merupakan pengujian subjek-
kop; dapat dilakukan secara orga-
tif/visual yang dapat meaunjang data
noleptik dan apakab ini sudah mulai
pengu.j ian objektif.

451
I

STUD! PENGARUH IKAOIASI DAN DAHAN PENCEMAS UNTUK MENINGKATKAN MUTU


BIJI KA.KAO.

llarsono Soetlarman-

l\USTRAK

S1VDI fENCARUH lRADIASI DAN BAHAM PEHCtHAS UNTUK MENINCKAUAN HUTU HJ! IUlltAO. Telah dilakukan
•ebuah atud; ttntang pengaruh iradiasi dan ~ahan penp,emas unt1J1t 111.eni.ngkatkaa outu b i j i kakao Kualita1
tktpor. tujuan atudi ini adalah untuk •endaoatkan dosia iradiaai dan b1han ptaateuit yang aesuai untuk
meningkatkan daya timpan dan Mutu biji kakao. Biji kakao dipilih ~arena aetupakan kOl»ndita• •k•pnr yAna
nilainya tinggi dan •••• d~ranny• b•i\. Ooais iradia1i yang digunakan •••pai ) kCy d•~ bahan pengem.as
adalah k• J f'tlP,, k ~t-,u1g aoni. dan llaruna p las r 1.1t pol i•t i 1 en t anpa laiainae L, lij i ltaltoo unC:\lk •••~ I bcra•_, l
rl~ri Subang. (Java 8a~at). dan Jember, (Java Tiir.ur). fcngam1t•n dilaku~an •etiep 2 bula3 aa•pai pe-
nyi.mpanan 6 bulan. Dari paraaic:tof yang dia•ati. ternyata kader air. akc.ivi.t .. • air- (a), dan pll bijl
cokl.at tidak tctpongaru.h oleh iradiasi, penyimp,1nan, d•n jenia kem.aaan. Kadar leu\. lida\ cerp-et•a•ruh
olrh iradia1i d•n penge .. aan, tetapi 1edikit meningkat ltttlah penyl•p•nan 6 bulan. Kadar aaam lemak
bebat jug• meninskat setelah penyiapanan 6 bulan, tetapi tak tecpengaruh oleh iradiati dan pengeiu.aan.
Dosis itadi11i latDpal l kCy m1enurunk1n kandungan rnikroba total, dan kapana dan kha•it 1ekitar I 2
dttimal. Penyiepanan •••pai 6 bulan •enurunkan kandun&~n miktoba total aert1 kapang dan kh~ir sekitar 1-
2 dtti~l. Kapang dan khaair pada 11opel yang diiradiasi tatnjadi lebih rentan tel .. • penyiapanan,
tehingga 1ec:elah 6 bulan jualahnya di bavah 10 ee I per gram. l•h•:'I karuna platti.k dan 1.e.1cung goni dapat
digunakan 1tbagai ptngemaa biji k.akto ekspor dengan ha•i1 aemu••ka~.

ABSTRACT

SlUDY O" lHE EFF8CT OF IRRADIATION AND PACl<ACINC ~.ATERIAL ON TH~ SHELF-LIFE OF COCOA 8£ANS. A studv
on the effect of irradiation and packai;ting lllalcrial C·R che shelf life o{ cocoa be11ns hA1t hit-.n' carried
out. The ai• of thi6 study is to find an appropriate dose of irradiarion and packaains macerial to
pre>long rbe 1helf·life and keepin&"'Cluality of t:CJ('OA heene . The irr-.diation dose used eeee up to l 'It.Cy and
th~ packagina aatcrials used wer~ tin C•n. jute baa. and single L~ycr poly~thylene bag. The cocoa sacple&
u"ed veee lroo Sub•"t• We5t Java. al\d Jember, E3st J~va. Observation. were done every 2 ruonthlj, up to ()
mor.ths. of •tor•ge. The rocults showed th•t 11oiature con tent, a • •nd pH of cocoa beans were noc
· infl'"er..ced by irradi•tion, atorag~ time. and pat:k•ging materiel. Th~ tat and free f1tty tcid content vere
l\Ot irifluenced by irr•diat.i.on ~111uJ packaging 1Dtcerial. but increate.d due to 6 111onth1 of 4C:o:-a,e.
Irradiation dose of J lC7 dtcreaaed the tocal •icrobial ioad down to f - 2 log cycle. A six-eonth 1torage
decreased che total microbial. lf!_d c:1ould and yeast load down to I - 2 log cyc Ie , Mould and yeast ia
irradialt.d ta.mplet ~ere more vulnerable duci~g storage time, $0 that the a~ount vas less chan 10 cells
per gra••· flaetic bag and jute bag can bt used to pack the cocoa bean• aac:iafactorily.

PENDAllULUAN yang didapat dari perkebunan rakyac,


perkebunan swasta besar, dan PTP/PNP
Kakao sebagai salah satu hasil
sebagian besar diekspor sebagai 'fine
perkebunan Indonesia mempunyai peran
flavour cacao' dengan nilai ekspor yang
cukup penting dalam perdagangan, baik
lebih tinggi daripada bentuk lai.nnya
di dalam maupun di luar negeri sebagai
( 2). Akan tetapi, k akao ekspor yang
komoditas non migas (I). Hasil k akao
berupa bubul< maupun biji harus memenuhi
persyaratan tentang kadar air, cemaran
• Pusa t Aplikasi Isotop dan Radiasi., AATAN seraogga, kapang dan khamir, serta

453
.f

adanya biji berkecambah (3). Kerusakan lakukan segera setelah iradiasi dan
kakao dapat terjadi selama penyimpa~an setelah penyimpanan 2, 4, dan 6 bulan. ·
di dalam gudang atau selama pengangkut- Parameter yar.g diaroati adalah kadar
an. Selain itu, biji kakao mungkin ju- air, w •, pH, Kadar lemak,
a, asam lemak
ga dicemari oleh jasad renik (4). Biji bebas, kandungan bakteri total, kan-
kakao ekspor biasanya dikemas dalam dungan kapang dan khamir.
karung @ 60 kg dan diletakkan dengan Kedua. Biji kakao kualitas eltspor
susunan tertentu supaya mendapat aerasi diperoleh d ar i PT Perkehunan XXVl .Jem-
yang cukup. Walaupun begitu, kerusakan her, .Jawa Timur. Sampel d i kemas dal•m
akibat salah penanganan masih dapat 3 jenis pengemas, yaitu karung goni,
ter jadi. kaleng, dan karung plastik polietilen
Dengan perlakuan kombinasi antara tanpa laminasi, masing-masing kemaean
iradiasi dnn boh~n pcugcmas yang baik. bcrisi sekitar 0,5 kg, kemudian dii-
kcrusakan atau penurunan mutu biji ka- radiasi 3 kGy dan disimpan dalam suhu
kao dan beberapa jenis rempah diharap- kamar. Waktu pengamatan dan parameter
kan dapat dicegah (5, 6, 7). yang diamati sama dengan bagian perta-
Tujuan studi ini adalah untuk ma.
mendapatkan dosis iradiasi dan bahan Mu.ode- Kadar air biji k akao dia-
pengemas yang sesuai untuk meningkatkan mati dengan menggunakan OHAUS Moistu-
daya simpan dan mempertahankan mutu bi- re DetPrmination Balance. dan • w
ji kakao. tentukan dengan BECKMAN Higroline.
ngukuran pH dilakukan dengan pH-raeter
BECKMAN digital model 4500. Kadar lemak
DAHAN DAN METOOE diukur dcngan metode LEES (8),scdangkan
8ahan. Sampel penelitian terdiri kandungan asam lcmak bcbas dcngan me-
dari 2 bagian. tode MEYER (9). Untuk pengamatan kan-
Pertama. Biji kakao kualitas eks- dungan mikroba total digunakan media
por diperoleh dari PT Perkebunan XIII Tryptose Soya Broth (TSB) yang ditambah
Subang, Jawa Barat. Sampel diberi per- dengan yeasl extract dan agar teknis
lakuan udara panas (90°C, 15 oenit) ke- dengan perbandingan 30 g, 3 g. dan 15 g
mudian dikemas dalam kantong polietil- ( 10). Suhu inkubasi 3o•c selama 3 - 5
en tebal 0,08 mm, masing-masing kantong hari. l:ntuk menghitung kandungan ka-
berisi sekicar 0,5 kg. Sampel lalu di- pang dan kllamir digunakan media Oxyte-
iradiasi dengan dosis 0, I, 2, dan 3 cracycline-Glucose Yeast Extract Agar
kGy pada !radiator Panorama Serba Guna (OGYEA) dengan suplemennya sebanyak JO
dengan laju dosis 5 kGy per jam dan di- ml dan 500 ml agar. Suhu inkubasi 22
simpan pada suhu kamar. Pengamatan di- 25°C selama 5 hari (II).

454
HASIL DAN rEMBAKASAN tal sekitar I desimal dan penyimpanan
sampai · 6 bu 1 an dapat menurunkan ken-
Sampel pertama. dungan mikroba total sekitar I - 2 de-
simal. Kontaminasi ava l kapang dan kha-
S.\.6a.t F .\../> -lk. Has il pengama tan
s i- mir sekitar 103 sel/gram dan periaku-
fat fisik biji kakao yang meliputi an pemanasan dapat mAnurunkan kandungan
kadar air, a, dan pH dapal dilihal pa- kapang dan khRmir sekitar desimal.
da Tabel I." Kadar air awal biji ka- Iradia•i mengakibatkan kapang dan kha-
kao, baik kontrol maupun yang diberi mir makin Tentan sclama penyimpanan
perlakuan, adalah sekitar 6% dan tidak sehingga setelah 6 bulan kandungan ka-
terpengaruh oleh lama penyimpanan. Juga pans dan khamir umumnya hanya kurang
a w awal yang sekitar 0,5 dan pH sekitar dari 10 scl per gram.
5 tidak berubah karena penyimpanan
sampai 6 bula~. Jadi, perlakuan udara
Sampel kedua.
panas dan iradiasi sampai 3 kGy tidak
mengubah sifat fisik biji kakao. Kac/a.lt. A-<A. Kadar air biji kakao
dalam berbagai pengemasan sekitar 64
l(ac/M Lent:1.k rhn A./>am Lerra.h. 8ebit.l. (Iabel 4) dan tidak berubah setolah
Hasil pengamatan kadar lcmak dan asam penyimpanan 6 bulan. Hal ini berbeda
lemak bebas biji kakao dapat dilihat dengan laporan AMOAKO-ATTA dkk ( 12) ·.
pada Tabel 2. Terlihat bahwa, perlakuan yang menyatakan bahwa di Ghana kadar
udara panas dan iradiasi sampai) kGy air kakao yang semula 6.4% akan
tidak mempengaruhi katlar lemak kakao. meningkat menjadi 8.9% setelah disimpan
Kadar awal asau1 lemak be bas, ya itu 40 hari. Hal ini mungkin diakibatkan
sekitar 1,3% juga tidak berubah oleh oleh perbedaan cara.memprose• dari buah
perlakuan udara panas dan iradiasi kakao menjadi biji yang siap ekspor.
sampai dosis 3 kGy. Penyimpanan sampai Bah an pengemas dan j.r ad i.as i J kGy t idak
6 bulan nyata meningkatkan kadar asam mempengaruhi kadar air.
lemak bebas sesuai dengan ketengikan
yang makin meningkat secelah penyimpan- pH, Has il pengamatan pl! bij i kakao
an. dapat dilihat pada Tabel 5. Terlihat
bahva , pH kakao t i dak be rubah akibat
IM.lvtco4garU6me, Kontaminasi awal
iradiasi 3 kGy, peny i.mpanan sa.mpai 6
mikroba total biji kakao sekitar 104.
bulan, dan bahan pengemas.
sel/gram (Tabel 3) dan pe r Lakuan udara
panas rnenurunkan k andougun mikroba to- Kada»: LerM.k. Kadar lemak bi j i
ta L sampai I desimal. Iradiasi 3 kGy kakao sekitar 38% pada bulan ke-0 dan
dapal menurunkan kandungan mikroba to- sedikit meningkat setelah penyimpanan 6

455
bulan (Tabel 6). Kadar lCJDak ini bcr- bulan menurunkan kandungan kapang dan
va r i as i bcrga.ntung pada pencuciaonya. khamir kurang dari I desimal. Jenis
WARYUDI (I~) melaporkan balowa. kadar pengemas tidak berpengaruh pada kapang
lemak biji kakao yang dikeringkan tanpa dan khal!lir. Iradiasi 3 kGy dapat me-
pencucian adalah 36.78% dan bila dicuci nur-unkan kandungan kapang dan khamir
bersih akan meojadi 40.98X. lr•di.asi sekitar I desi1:1al. Ka-pang d.an kt;amir
dan bahan pengemas tidak cempengarubi dalam sampel yang diiradiasi t er l ihar
kadar lemak. lebih rent an dan mud ab mat l , sehingga
setelah penyimpanan 2 bulan maka kapang
Mam Lemak Bebat., Hasil pengamar an
dan khamir sudah ridak terdeteksi lagi.
kadar asam lemak bebas kakao dapat
dilihat pada Tabel 7. Penyimpanan 6
bulan cenderung meniRgk.atkan ~Sjalll la11ak KESlldruLAN

bebas kakao, s~dangkan pengema6an dan


I. Kaleng baik diguoakao untuk penge-
iradiasi 3 kGy tidak mempengaruhi asam
mas biji kakao, tetapi harganya cu-
lemak bebas kakao.
kup mahal. Karung goni dan karung
M.<lvtoba To,to.l. Konraminasi awal plastik polietilen lebih baik, Ka-
mikroba total biji kakao sekitar 104. rena murah dan mudah didapac.

sel/gram (Tabet 8). Jenis pengemas dan 2. Dosis iradiasi 3 kGy menurunkao kan-
pPnyimpanan sampai 6 bulan tiaak dungan mikroba total, serra kapang ·
mempel'lgaruhi karulu_naan oikroba total. dan khamir dalam biji kakao sekitar
Iradiasi 3 kGy dapat menurunkan kan- 2 desimal. Mikroorganisme dalam sam-
dungan mikroba total sekitar 2 desi- pel yang diiradiasi lebih susah men-
• pertahankan hidupnya selama penyim-
mal. Terlihat juga lliahwa, mikrolra dalam
sampel yang diiradiasi lebih rent.an p-anan &ehingga secelah 6 bulan jum-
daripada yang kontrol sebingga setelah lah mikroba total kurang da.ri •l.O
penyimpanan 6 bulaa kandungan mikroba sel/gram. serta kapang dan khamir
total kurang dari 10 sel/gram. setelah penyi.mpanan 2 bulan sudah
cidak terdeteksi lagi.
Ka,pang dcttt Kham.<.Jt, Konta11inasi
awal kapang dan khamir dalam biji kakao
hanya sekitar 102 ael/gram (Tabel 9). UCAFAN TE.RIMA KASIH
Hal ini disebabkan oleh kadar air biji
kakao yang c;.ykul!: rendah dan. p,,.ses Penulis met1gucapkan terima kasih
penger ingannya d i Lakukan secara ber s ih kepada Saudara Oarmawi, Dewi S. Panger-
sehingga tidak memungkinkan kapang dan teni, dan A. Sudradjat yang telah mem-
khamir berkembang. Penyimpanan sampai 6 banLu penelitian ini.

456
DAFTAR PUSTAkA
on (Proc. Symp. Colo11bo, 1980),
IAEA, Vienna ( 1981) 349.
I. RARAHAP, Sambutan peuga r ahan
H.,
Menteri Muda Urusan PeninRkatan 7. WETZEi., K., HUEBNER, B. and BAER,
Produksi Tanaman Karas pada Pekan M., 111rradiation of onions, spi-
Dagang dan Pengembangan Coklat ces, and enzyme solutions in tha
II, Surabaya, 26 - 29 Dese•hPr Cerman Democratic Republic", Food
1984 (tidak dipublik~sikan). Irradiation Processing (Proc.
Symp. Washington, 19115) IAEA, Vi-
2. ALGAMAR, K •• Pidato Kepala Badan enna (1985) 35.
Pengembangan Ekspor Nasional pada
Pekan Dagang Pengembangan Coklat 8. LEES, R., tahoratory Handbook of
II, Surabaya, 26 - 29 Desembcr Methods of Food Analysis, 2nd.
1984 (tidak dipublika~ikan). ed., CRC Press, Ohio (1971).
3. AMOAKO-ATTA, B., MEIER, 8., and 9. MEYER, L.H., Food Chemistry, Rein-
ODAMTTEl'I, G. T. , "Dry heat and hold Publ. Co, Nev York (1960).
radiation combination effects on
Asp&r<.Tillus £1avua Link. in- JO. MOSSEL, D.A.A., and TAMINGA, S.K.,
fecting cocoa beans0, Combination Hetboden voor het Microbiologi•ch
Processes in Food Irradiation, Onderzock van Levensmiddelen,
(Proc. Symp., Colombo, 1980) B.V. Unitgeverij PC Noordervliet,
IAEA, Vienna ( 1981) 153. Z@is;t ( 1973).
11. ANONY~ous. The Oxoid Manual. 5th.
4. AWAY, Y., Isolasi jasad renik pada ed., Oxoid Ltd., Hampshire
limbah pengolahan coklat dari ( 1982).
perkP.hunan Banjarnegara, Henara 12: AMOAKO-ATTA,B., ODAMTTBN, G.T., and
Perkebunan, 'j I I ( 1983) 24. APPIAH, V., "Ln f Luenc a of rela-
tive humidity oo radiosensitivity
5. KlSS, and FARKAS, J., "Combined
I.,
of Aspergillus Elavu·s Link, fo-
effect of gamma irTadiation and !ecc ing cocoa beans", Combina-
heat treatment on microflora of tion Process in Food Irradiati-
spices", Combination Processes in on (Proc. Symp. Colombo, 1980),
Food Irradiation (Proc. Symp. IAEA, Vienna, ( 1981) 161.
Colombo, 1980), IAEA, Vienna
( 1981) 107.
13. WAHYUDI, T. , "Pengaruh pencucian
terhadap kecepatan pengeringan
6. DIEHL, J.F .. , "Effects of coebi na- dan mutu biji kakao", Makalah
tion processes on the nutri- Pekan Dagang dan Pengenbangan Co-
tive va Lue of food", Combinat- klat II, Surabaya 26 - 29 Desem-
ion PTocesscs in Food Irradiall- ber 1984 (tidak dipublikasikan).

457
T&)el J. Pon1an.itt peman-.san. tradiast, dtn penytmpanan pada kadar air (\), aktivttaJ air (\)~ 4an pK bljl takao

terlal:uan Oo•b ladar 1ir ..... pH


(>Cy) Penylllpa.ft&n (lNlan) Penylmpanan (bul&n) PtnYllpUl&n {bulan)
0 l 6• 0 2 6• 0 l • 6

Xontrol 0
I
l
S.92
6,S7
6.S•
.... 7

...... ..
6,Sl
6 ... 2
6,31
6.27
6.01
6.10
6.2S
0,S4
O,Sl
O,Sl
0.6&
e, 71
·0.61
0,6S
o.sa
o.s2
0,56
0,S9 . ... •.at•.u
4,81 •.11
4,79 •.•7
....4.U
4,90
4.PS
S.llO
0,60.
••••
l 6.84 6.lt
....
·6.15 O,Sl 0,10 0,58 O.S• ... 82 •.11 •.•s
... ,.
.... ........
Pe1111nuan 0 S,92 6.06 6,JS 0,41 0,64 O,S7 0,54 C,90 4,97 •.11 4,99
(tOCC. ts .. _ 1 6,01 6,lJ 6.18 6,17 0, SI 0.67 0.57 0,$1 ••• 4 • ,17 4,97
nt t) l S.94· ,,11 6,47 6,07 O.Sl 0,69 0,61 0,53 ... 92 •.tt 4,9S
l 6,16 6,0J 6,J2 6,0S o.~2 0,69 e,64 o;s1 •.tl S.00

Rata-reta d•rt J ulan,..."

T•b•l 2, P•nt•nJh PClllan&•lft1 lr..tlasl, daa peir.yillpanaft pada l•a.k. 4al\ aa111
1..u beb.. £') blJI kal<..,

Pcrl•kuu .....
(tGy)
...... (\)
PmyUipeMn fbo 191\J
"' ... 1-.k Mbu (\)
P1n)'bf:i"an (bult.n)
0 2 6 • 0 l
• •
l'.ontrol 0
I
11.00
37.6t ,....
Jt,OS )I.IS
Sl,20
lt.46
,... ,
Jt,SS
1.11 1.U. 1,U. ·2.11

....
l,lO ·J.SI 1,94 2,11
2 37 ,11 37.IO U,3'1 1,Jt 1, 1·1 1.15 l,06
l 17.40 J7,IJ st • .sz lt,04 1.•t 1,17 2.11
rman•5•n 0 l7,IC Jl,01 J7.96 St,00 1.26 I, 70 1,99 2,07
(9r00(:, 15 ... I 31,47 J7,7S Jl.28 J.8,10 I.JO ·t.•:Z· ·1,70 1,10
ritt) I
J
31,4$
ll.U
l•.•• '4,00
ll,11 Je,11
J7,95
SI, 76
l,21
l.ll
l.86
l,'6
I.Pl
t.to
1,71
1.76

,,.ta•nta dut , u.1a1111n.

••

tabtl J, P1tt1tu1run pen&n•••n. tradtast, dan penylapan1n pada Jtmtal\ k1ndunp"


'Pll~roh1 dan Jial•l'I k1ri1n1/kha•lr (1oa .1el/1r•) t11t111 htjl ~akao.

00Sl9 Nikrcb• tot.II l9Jlatll dial\ lch•lr


(kt.y) renyi•P•n•n {hul•n) Ptnrtap&ftan (bul 1n)
0 2 4 6 0 ' • •

r.antTol 0 <.SI 4,6) 3,11 2.~· 3,49 2,7t ·2.13 1.02


I
2 '·''
J,36
-4.63
4,SI
Z,tl
l,11
2,S7
2,0S
3,30
.S, ll
l,61
2,57
1,03
I, 76
<I
<I

,..." "
(Oof'tr.,
,,1 t)
... 1$ --
l
0
,
l
,_ ..l

),41
J.12
J,30
l,23
3.18
l,45
J. 20
'. :tO

"·"'
J.24
2,41
....
l.'6

:z.•t
l,t2
1,IL
·2.11
1,1)
2,16
·l,17
l,11
-i ,02
1,04
1,'4
2,U
l,05
1,10
<I
<l
<I
<I
l 2.9S ~.12 1.14 1.60 2.21 1,71 1.51 tt

b.ta-tata dart 3 1.1l1n1an


tt • tt4U t1rde1tkJl

4S8
'l•\l.:\ '· ''-"l"n;h \.rM\•i\., "W\•n ie"lall\1 da" \u• 'PtT!.Y\~U1.an fl6& \a.\\at
•\r (\) \>1.)1 'kl'k•O.

lo1l'f\a?!" ...(\ \\\\\aTI)

• i
• b

P•nt .. u ll•l•na 1
Konlrol 6,68 ,,,50 6,SS 6,SO
l1"aclia1l ~.01 6,12 6,41 6 ,15
Pcn1ens lean.in•
k.ontrol 6,11 6,0D 6,14
lJadl111 6,•• 6,06 6,Jl
5, 96
6,11
hnt•u• k•"'"' 1onl :
Kon trot 6,08 6,09 6,41 6,1•
Iradtdi $,ii •,ow 6,l5 6,01
Rltl•Tltl dlrl J k•l I ul&nltJI

Tabal s. P•naaruh iradi•$ l, ball.an pons-....,


1 d.n 1-• pmyi•pan•n pad• pH
t.tJ1 11u.o.

Penyt11;1•n1n (bulln)
? • '

Penlf!llllS katen1
(ofttrol •.18 4.11
•.H •.•o 4,72
lrtdlatl
Ptnltlftl••lt•run1 plutik :
4.19
'·'~ •.6t

Kmtrol •.92 •.ts 4,98


tr&dl&sl
Pencemt karun1 got11
4,92 •.ts '·''
4,i17 4,96

Tahel S. Pent.aruh iradtut, b.tlan p•naeaas, d&n laN penyi•p&Jlln ped1 pH


htjt ll.11.lr:.oo.

Peny l91p.nan (but in)


0
• •
Pen11au kalt>nl :
Jo11troJ 4, Sf 4,8l 4.,80 •• 72
lradt&tl •.ao
P&nJet11s karu111 pl astik '·'' 4,7t 4,69

ICo•trol
lradtut
'enr-u k•1•\n11 ~ t
•.91
... 92
4,9S
•.SIS
4,96
•.97 '·'·
•.96

101\'ll'Ol 4.9l s.ee : 4,90 4.98


lradl'aai 4,92 4,99 4,94 4.ta

ltata .. rat• d•ri l lcali \ll1n11n

459
;atoeJ e, P•11iranlh 1Te4!ui, bahan prttJete.', dall -p81yl~anan pad• klldu
1-.1 (\) biJt tuao.

~,.Yhlp.«tl&n lbuhn)
0 2 •
~-~I
6

Kont:rol l7.l1 17.16 J7,fS s.....


lradi•.>f 17.69 ll.57 51.SI st.•
fen1ema.s t.ni'fl.J plut-it. :
IClatl'OI l&,)l J7.l4 Jt.SP lt.7J
lr&d.iui 17,6'1 l.9. 21 l7,71 !l.lS
k&nan1 1coi :
lontroJ
trlldit.s~
ll.tJ l7. l~ ll.OO sa:s.•
l,.ll 31,11 ll.21 SP.Sl

a..ta•Tat:a d.tr1 J kal ~ 11lus1an

Tabel 7. ten.1ana. tractta.st, hlhu p.tft,f_.,, 4h penyi•panan Jltd• k1nM1·


an *'U 1eaali. bcbu (\) 'l!t katao.

Pe11:yt.apaA.n c~.1 ..>


0 l
• ~
P~1eaas ••ttn1 :
l'.-31'tLTOl 1.$6 l.,~l ·l.9J 2, lO
lradla.si l.•O 1.76 1.11 r.se
P•l'lf..._. \•run! plutll
l'ontnl l,21 l,OS l.S7 I.JO
lr-a4Ja.ti l.14 1,06 l.40 ·l.13
hl'l1eeu h""' I 12!.!. :
lofttftl l ,Ot 1.12 I.SO ·l,SO
lr•4tut 1.01 l,11 1.27 ·l.2J
lllat&·r•t.• d•?"i l kall ulen11111

T•h•1 II, l'enJanda tradlut. ti.ah11t ~fMu. ~u pen-yh1paN1n pad• kand\D'IJM


•l~rntia tetal htjt kalfltt (Jot srl/1r·dl.

"°' ,_,
().1';y)
J~11ls IM"" 1uwris Pt: ny 1-r&-IUI • (bul u)

------ • l
• 6

0 t.!ft\1
laru.fl.J pl•"t tl
(.t1•l
'·'°'
•.06•
'.261
4.471
J,8,1
l.9AS
l.7t•
J.97J
l,1'19S
4,021
S,KI
J.657
J <aiettl
X•l'Ullil
Goal
plutl"'
l .S4•
1,06•
2,to•
. . ,.
1.2&0

l.f7l
< I
J ,t7l
I• 7t4
< l
• l
< I
-------
T•hel 9. P•n1•nit1 tT-41~.si, bahu ,..:\ICM.•, du ~e.rtyta~nan pad• \andunsan
lapana daft kh•lr ~IJI kU:ao (tor s•l/fr-111).

Do•t• Jnit ,.na..aa Paftyl.a;ta•an (bul11:1)


(l<ly)
0 2 • 6

0 r1t•n1 2.6tt l,.S.6• 1.500 l. 766

3
l•Nl'll pl••ti\
Gol',I
lal•nr
2 .S65
2.11'
I
'·'"
2.011
tt
l.l•S
2,061
tt
2.17J
2.000
tt
Janm• pla.sti\ 1.565 tt tt tt
... I l.l3' tt tl tt
tt • ta)' t•rde.tllt11tl

460
OISKVSI yang telah diizinkan untuk diedarkan
setelah iradiasi adalah rempah-rem-
pah, dengan dosis JO kGy untuk mem-
S. SULANDARI : basmi mikroba, umbi - umbian, dengan
Kami memang tertarik pada masalah peng- dosis 0,15 kGy untuk menunda pertu-
awetan bahan makanan. Kami juga telah nasal1, dan bebijian, dan dengan do-
melakukan pengawetan telur, yaitu ae- sis I kGy untuk membasmi serangga.
ng an berbagai "BS ~. pPndinginAn dAn
sehAgai nya , r e rur ams e feknyH pada kua- M.T. SAMSINAH D. :
l i tAn internal, t e t e p i. t i dak dengan J. Biji kakao yang diteliti dari pengo-
i radius i. lahaG memakai fermentasi atau yang
I. Bagaimana pendapat Anda bila usaha nonfermentasi 7
untuk mcmpcrlo.mbat turunnys kualicas 2. Pengemasan dengan kaleng, ap ak ah

.int e r oa I ce l.ur dilakukan d engen i r a- menggunakan lapisan dalam (seperti


diasi dan apakah dapat dilakukan? pad<> Liguor) 1

2. Ca-.:a/perla
kuau i\·adiasi i ui , aµ<-Jkah 3. Pad a kelembapan berapa yang baik un+

telah dit~r~pk~n di m~sy~r('Jk~t dda tuk menyimpan kakao 7


apakah sudah mendapar pengakuan dar[
Departemen Kesehatan ? HARSONO S. :
J. Memukai fermcntasi.
HARSONO S. : 2. T i d ak mengguna.kau lap is an dalam.

I. Sep.engctahuan kami belum ada yang 3. Pada pc i us i.pnye makin r endah ke l em-
melakukan pen~awetan Celur Segar dan bap~n tempat menyimpan makin baik.

utuh dengan iradiasi. Yang telah Kelembapan udara pada pengamatan ka-
d:lakukan di beberapa negara adalah mi sekitar 40iL
iradlasi t epung telur unruk bahan
pembuat pastry, untuk mencegah kon- H.J.D. LATUPAPUA:
tamioasl mikroba patogen. Mengapa digunaka~ dosis 3 kGy?
2. lradiasi untuk pengawecan makanan di
Indonesia telah mendapat izin dsri HARSONO S. :

DepaTtemen Kesehatan berdasarkan Su- Pada penelitian sebelumnya t e l ah t er -


rat Keputusan Menteri Nomor 826/ bukti hahwa dosis 3 kGy sudah cukup un-
1987. Tiga kelompok jenis makanan tuk menghilangkan bakteri koli.

461
PENDINGINAN'SEBAGAI SUATU CARA MENGATASJ KERUSAKAN SAYUR

IJ. Mardi n Umar-

ABS'TRAK

P!llDlllQlllAR S!IAGAI SUATU CAllA MENCATASI l!RUSAICAll SAYUll, Coro in! harua didukuna olob lan1-
k•h ..lat1gkab yana •endahuluinya. L1nak1h"'llt'l&k1h tet.ftb\lt belie.me den1•n 1n:o••• 1t•ndf.n.1inen, tr11porta1l1
11rt1 l1a1k1h-l1n1k•h tevaktu ••njual adal9h 1eba11i 1u1tu ••t•rantai ~11l1t1n paaeaptft•n. UfttUk ..autai
pan1n baru1 ditlntukan vaktu 1•n1 te~t dan car• ••~•tik yana balk. Perlaku•n pad• •••C panan ••~1•t
••n1ncuk1n lana~ah berikutnya, t1re11uk .dl dalamnya aortaat, altc,... k••••· dan lain-lain. P~o•••
pandln1inan aetelah panaft lebih capat l•blh baik. Oleh kar~nanye diperlukan unit pendinainan di lokaat
partanian. Uncuk p•n1an1k~t1n ~. 1udan1 pendi~sinen di loka•i ~ertenien untuk p•na•naKut•• k• 1u4•DI
~endin1in di pu••t pe••••~•n jug• dlperluk•n kend•r••n pendingi• (refriaeretor truck). Jtdi k•l•u proat•
pendin1inee (~ chein •Y•te•) ~•rk••lna•bungen d•p•C dll•kuk•n, ••k• karuaekan 7•n• terjadl 7an1 •••C
lni b•rnilal ratuaan JUt• rupieh, d•p•t diattal. Selain itu kon•u•en Jua• acnd•P•t eayur yana bat'lll.ltU
beik, den •••p•h yana tewjedi karcna kcru1akan •ayui dapat dihinderi. lni ee•u• akan ••l'll'•rbaiki C"lcra
CcYhedep aayur den paearnya aekaligua.

ABSTRACT

COOLIWC AS A MEA..MS TO PREVENT VEGETABLE DAMAGE. T~e cooling ty1tem muat be 1upported by 1a.e atepl.
Th••• ttepa alon1 vith coollna. trenaport•tion. end 1.allln1 •Y•te• •\together co.po1•1 po•thar..,aat
activity chain. Harveatina ayeta11 •nd appropriate ti•• m.uet be cort1idared caTeful.11. Traat .. nt• ch,t'rtna
h•~v••t. includina aradi"* and p•ckatlna. •iaht afl•Ct the tre•imantt •ft•rward•. Th• •oon•r • coollna
pro••• for poetharveet product ia conducted, th• better reeulte c•n be obtained. Therefore. coolioa uoite:
at far••T area• end r~friaer•co~ ttucka to tra1po~t veg~t•blea to ••rket• •r• n••dad. If ch• cool cheio
eyat~• C•a be conducted. da-..gc of product whith v~lyc1 hundred• of million• Tupi•h• can ba avoided.
Con11,119cr1 will a•t batt•r quelity v•g•tabl••· en4 •ariculturel w••t•
ceu•ed by da .. a• cea. b• T•duced.

rENDAHULUAN maka makin cepat pula hilangnya unsur


vitamin yang ada dalam komoditas terse-
Tidak dapat dipungkiri, sayur dan
but.
buah adalah makanan yang penuh dengan
Persoalannya sekarang, bagaimana
vitamin dan mineral yang d(perlukan
usaha kita untuk memperpanjaog usia
oleh tubuh. Pada dasarnya sayur/buah
kesegoran sayur don buah yang baru
yang telah dipetik icu masih hidup,
dipetik, agar masyarakat dapat mengkon-
"berna ras" t dan mengeluarkan panas.
sumsinya masih dala~ keadaan segar.
Selama sayur/buah tersebut masih hidup,
ma&ih penuh dengan kandungan protein,
maka kandungan vitamin dan mineral
vitamin, dan mineral.
serta protein masih utuh. Makin pendek
Ada berbagai cara yang dapat di-
usia kehidupan suatu komoditas sayur,
tempuh untuk dapat mempertahankan kese-
garan sayur dan buah, misalnya dengan
• PT J(e~asayur Jaya, Jakarta cara pendinginan (chilling), iradiasi,

463
atau pembubuhan lilin (edible vax) pada sayur ini dari lokasi pcrtanian dibawa
kulit suatu produk (I). ke Jakarta, setelah bebe r apa kali mela-
Ce r e apapuu yang akau d i r erepuh , lui proses angkut dengao pikulan atau
ada satu prakondisi yang harus dipe- kendacaan mengikuti pC'OSe& j a Iu r dis-
nuhi, yaitu komodiras cersebuc barus tribusi seperti pada Gambar I (3).
dalam keadaan betul - betul baik, tidak Perlu dijelaskan bahwa jalur dis-
cacac. Tidak ada kerusakan pada kulic, tribusi ini •di>lah yang terjadi pada
bebas dari kerusakan akibat bencuran umu~nya. Secara khusus bisa saja ter-
(mechanical damages), belum layu, dan jadi beberapa saluran diabaikan, ber-
lain-lain (2). gantung kepada 111asing-masing tingkat,
Dalam makalah ioi akan dibahas ha- untuk mendekati konsumen.
nya masalah pendinginan sebagai salah Di samping panjangnya jalur dis-
satu cara untuk memperpanjang usia cdbusi yang ada, perhkuan pada saat
kA<Agaran say"r, dan langkah-langkah pengengkur en dan bogkar muat juga ae-
sebelumnya yang diperlnkan sehA&Ai pra:- ngat buruk (4). Rincian perlakuan ter-
knndisi untuk meodapatkan hasil maksi- sebut adalah sebagai berikut:
mum.
- Dari lokasi pertanian eayur, dia~gkut
1'ul Ls an ini dibuat berdasarkan
dengan pikulan ke pinggir jalan, di-
fakta di lapangan yang ditemui, dan
Lumpuk, m~~unggu dacangnya pick up
juga bersumber dari bebcrapa ahli yang
mengambil sayu~ itu.
datang dalam rangka penanganan pascapa-
- Waktu unruk menunggu kendaraan ini
neu produk sayur di Indones i e .
dapat sampai berjam-jam, dan sayur.
hanya d ilerakkan begicu saja. Kalau
TINJA~N PENA:-ICA~AN PASCA PAN[N :s.-.YUR ada hambatan penjemputan, maka sayur
OEWASAINI
akan terjemur oleh sinar matahari.
Buruk atau baiknya perlakuan pas- - Adakalanya kendaraan tidak datang,
capanen dapat diukur dari besar kecil- maka sayur akan terlantar sampai ke-
nya kerusakan yang terjadi di pasar. esokan harinya.
Dari data yang disajikan pada Tabel - Cara memuac sayur ke dalam kendaraan
dapac disimpulkan bahwa perlakuan pas- cukup kasar, dan sayur ditumpuk seba-
capanen terhadap sayur mayur dan buah nyak mungkin. Kadang-kadang masih ad1
sangat buruk. Bal ioi telah dibuktikan orang yang duduk di atas cumpukan
juga dengan pengamatan di IApang~n~ .i;Ayur.

KitA i>mhil e on t oh •awi bij au (caisim), - Sayttr ini diba.wa ke tempat pen am ..

knmoditA~ ini ~etelah dipecik diikat l)Ungan y~ng lP.hih besar. Kalau kon-
dengan tali bambu dalam unic 10 kg, disi jalan buruk, maka sayur akan

464
terbaoting-ban~ing. perlakuan yang diterima oleh komoditas
- Sesampai di tempat penampungan sayur yang bernama sayur ini. Hal tidak pro-
di.turunkan dengan perlakuan yang sama fesional inilah yang mengakibatkan kita
kasaruya seperti saat petnuatan . tidak bisa bersaing dengan negara lain
... Si:lyur ini masih menaoti bebe r apa saat dalam bidang sayur mayur. Kalau puluhan
sampai. truk datang untuk meogaogkut tahun yang lalu kita dapat bangga se-
ke pasar di luar kota. bagian besar sayur yang dikonsumsi di
- Pada saat dimuat ke atas truk, sayur Malaysia uan Singapura berasal dari
kembali mendapat perlakuan kasar, di- Medan, Indonesia. Namun., saat ini pasok
tumpuk-tumpuk, dipadatkan. Biasanya kita ke negara tersebul tidak berarti
,dimuat melebihi kapasitas muat ken- sama sekali karena perlakuan pascapanen
daraan. kita tetap tidak berubah dibandingkan
- Setelah menempuh jarak puluhan kilo- puluhan tahun yang lalu. Sedangkan ne-
meter, oahkan kadang sampai :!. 200 km, gara lain betul-betul menangani de1\gan
sayur sampai di pasar tujuan (Pasar baik dan profesional.
Induk Kramatjati misalnya). Setelah
sampai belum tentu langsung d i.t uruu-
KERUGIAN YANG TIM llUL
kan, sebab masih diperlukan negosiasi
dengao pedagang. Dari c~ra perlakuan dan penanganan
tidak baik tersebut didapat
- Waktu diturunkan ke kios pedagang
oleh buruh bnngkar muat di Pasar ln- kerugian materl yang tidak sedikit.

duk Kramatjati, kembali sayur terse- Sebagai concoh ke rus akau yang t e r jadi
di Pasar Induk Kramatjaci dapat
but mengalami per) akuan sewenang-we-
dihitung kerugian yang tidak sedikit.
nang.
seperti terlihat pad a Tabet dan
- Di kios pedagang inilah sortasi ulang
dilakukan. Degradasi mencapai 20-50%. disimpulkan sebagai berikut:

- Pada saat pe~b•li (pedagang pengecer)


datang, kembali po.rlakuan kasar dia- l•rwel:•• r•tl• At'f!I "•'I• ,... To1tl llt-r~l""- 1'ottl •uvfl•
U•'>• ,.., "•rt u ,., "• ~r ~•'l'I ,.... ••'-"'
•11 S<IC,00
lami oleh s eyur , yaitu pada saat
me:nuat ke dalam pick up untuk dibawa
ke pasa di dalam kota. Berbagai jenis llli adalah kerugiao yang te'L'jadi
sayur ditumpuk dalam satu kendaraan, di Jakarta saja. Belum lagi kalau
lalu para pemilik sayur naik ke pick dihitung kerugian yang terjadi secara
up, duduk di atas sayuran tersebut. nasional akibat perlakuan yang tidak
Dengan penjelasan di atas dapat baik tadi.
dibayangkan betapa merana dan parahnya Siapa yaog memikul kerugian

465
tersebut? Tentulah petani pemikul y;>ng rus ada perlakuan supaya tidak terjad
paling besar. Oleh karena itulah pada benturan yang mengakibatkan kerusaka
umumnya kehidupan petAni secara tucun (mechanical damage). Untulc itu car
temurun sama saj~. Tetap dalam kondisi yang paling baik adalah mengemas produ
yang memprihatinkan. pada saat pemetikan. Perlalcuan da
Pemikul kerugian lain adalah kon- kemasan yang digunakan berbeda-beda
s11men. Mereka terpaksa membayar sayur k.aren.a umumnya sayur masih tnengalam
lebih mahal dari yang seharusnya. Pada- perlakuan lain, misalnya pencucian, da
hal mereka telah dihadapkan pada posisi lain-lain.
tanpa pilihan, y~icu: sayur yang ku- Sesuai dengan apa yang telah dise
rang bermutu k~rena penanganan yang butkan di atas, maka kemasan yang di
seada.nyD. perlukan dalam penanganan sayur dapa
Kcrusakan yang menimbulk~n kecu- dibedakan dalam 2 golongan sesuai de
gian teraebut juga menimbulkan da111pak ngan fungsi dan pengguuaaennya , yait
tnerugikan lain, antara lain: Pemerio- kemasau uutuk distribusi dan untuk. p~n
tah terpaksa mengcluarkan biaya cukup jualctn eceran.
besar untuk menangoni sampah sayur. Ju-
ga kerugiau kactina gangguan pencemaran
KEMASAN DISTRIBl.51
lfogkung<m dim kesehacan 11asyaraltat.
Proyek QTA-26 Departemen Kopetasi
yaitu proyek bantuan Belanda yang mena
METOD[ KEMAS
ngani perlakuan pasca panen sayur-ma
Kemasan pada suatu produk berfung-
yur, telah memberilcan saran jenis da
si disamping untuk mempeniudah penang-
ukurao kemasan yang baik untuk berbaga
anan dan pengangkucan (handling and
produk sayur unLuk keperluan distri
transportation), juga untuk melindungi
busi. Spesifikasi yang disarankan her
produk dari benturan antara ~e~Ama
dasarkan scandar Eropa dan disesuika
produk. dan a:ntara produlc dengan b4'nda
dengan kondisi sayur Indonesia. Kemasa
lain (physical). Fung~i lain adalah un-
uncuk distribusi yang disarankan dapa
tuk menimbulkan dayA rarik hagi pembeli dilihet pada Tabel 2.
(sales promotion), dan untuk menetapkan
satuAn berat, selain fungsi lainnya.
ltDllASAN EC£RAN
Sayur sebagai produk canam.an yang
mud ah rusak C(!arishable) perlu dilin- Kcm~san eceran ad aLah lcemasao khu·
dungi secara fisik d ar i awa l. waktu sus untuk konsumsi rumah tangga. sacua.
pan en d i l akukan S4mpili ia bc eede di beratnya berkisar antar• 200 g dan 1001
tangan konsumen. Artinya aejak awal ha- g tiap bungkus. Kemaaan eceran sayu:

466
-mayur di lndone~ia diperkenalkan oleb menempel sendiri. Ada juga yang dikema&
pasar swalayan yang saat ini sudab deogan ~antong jaring plastik (net),
banyak dijumpai di banyak koca besar. misalnya k~ntang. Komodita5 sayur atau
Sistem swalayan memang mengharuskan se- buah ada juga yang dikemas deugan ta-
tiap barang yang dijual sudah dikemas, dab/pir ing plascik, baru kemutlian di-
dengan mencantu~kan berat, harga, da~ bungkus dengan lembaran plastik.
kemungkinan penjetasan lainnya. Hal di Hengingat bahwa sayur itu masih
atas memuugkinkan setiap orang yang bernapas, maka kemasan berlubang adalah
berbelanja dapat bekecja cepat tanpa tepat. Namun, banyak juga sayur atau
harus tawar meoawar. buab sagar yang dikemas dengan plastik
ta~pa lubang. Tindakan ini dapat menga-
Masalah kemasan eceran ini pada
kibatkan sayur cepat rusak.
umu111nyf;I belum dipraktekkart di pBSar
Sekitar 3 tahun yang lalu sebuah
tradisional. Tawar menawar masih ber-
perusabaan kemasan di Amerika bernama
Laug suug , barang harus ditimbaog dahu-
WR Grace telah menemukan suatu teknolo-
Iu , dau tidak jarang terjadi perteng-
gi pembungkus yang diberi nama "CRISPAC
karan dala~ p~oses jual be1i tersebut.
Perforated ~·ilm" untuk membungkus sayur
Namun, a~a juga pedagang di pasar tra-
dan buab scgar (j). Piascik f;lm ini
disional yang menjual sayur dalaa ke-
berpori, yang besar dan banyaknya pori
masan eceran seperti di pasar swalaya11.
disesuaikan dengan jenis s ayur yang
Telah disebutkan di atas bahwa akan dibungkus, sesuai dengao panas
pada dasarnya sayur atau tenaman horti- yang ditimbulkan sayur tersebut. Prin-
kultur« l~innya masih hidup, melakuksn sipnya makin besar satuan panas yang
pernafasan, dan menimbulkan panas se- keluar dari suatu produk makin banyak
tel ah dipetik. Oleh kareaa itu, dalam lubangnya. Diperoleh informasi bahwa
ere Lakukan pengemasan harus d Lj ag a agar lubang yang paling sedikit adalab 9
pe cnaf as an ini tidak mengganggu, baik bcah per inei persegi dan maksimal 30
pada kemasan dis l r ibus i 111<:1upu11 kemasan buab. Bahan yang digunakan adalah poly-
eceran. propylene jenis "food grade".
Pasar swalayan saat ini mengguna- Hal ini berbeda dengan yang seka-
kan beberapa jenis bahan p~ngemas untuk rang cerlihat di beberapa tempat yaitu
kemasan eceran. Sebagian besar ?roduk pengunaar. kantong plastik bukan untuk
sayur dikemas dalam kantong plastik makanan. Dikhawacirkan hal ini menim-
biasa, baik yang dilubangi untuk perna- bulkan akibat yang nerugikan kesehatan.
pasan, maupun yang tidak dilubang:.
MtTOO£ 1'£..'jDJNGl!'IAN
Selain icu ada yang menggunakan fi~m
p l as t ik jenis "shrinkage" yang dapat P~da sem~a reaksi kimia, makin

467
rendah temperatur mengaidbatklln makin yaitu s~yur atau buah dimasukkan ke
pernapasan, dan kemampuan dalam bejona tekan yang di dalamnya
lambatnya
terjadi pro~cs pendinginan. AdA cara
untuk memproduksi panas juga akao me-
lain ya i t u "forced air cooling", yaitu
nur-un • VANDELBO (6) 'dari Bioteknisk
ditiupkau udara dingin ke d3lam ruangan
lnscirut Denmark, menggambarkan dalam
Gambar 2 tentang cerjadinya panas pada pendingin yang telah ditempati s ayur
temper~tur penyimpanan yang berbeda. acau buah, sedangkan udara panaonyo di-

Tcrllhat bahwa prin•ip pendingioan sa- hisap (exhaust) melalui saluran lain

yur dan buoh adalah untuk mP.mperlambat (7).


pernapasan dnn sekal.igus untuk menu-
Ketiga cara proses pedingioan awal

r unkan pr oduk s i pan as. K3 l au ha l in i


ini dapal digunakan unt uk semua komn-

d i t as . "Forced air
cooling" biasanya
telah di.lakukan, maka dengan sendirinya
lehih murah daripada 0vacuum cooling",
usio sayur dapat dipecpanjang dan mu-
sedangkan "hydrocool inR" ban yak diguna-
tuoya dapat dipercahankan. VANOELBO (6)
kan uncuk b11Ah dan umbi.
j uga memberi cont oh day a u1han suatu
Proses penyimpanan dalam gudang
produk, yaitu bunga kubis (cauliflo-
pendingin ("chilled storaite") dilakukan
wer), yang daput dilihat pada Gambar ).
dengon mcnjaga kondi•i suhu dan ke-
Puda Tabet 3 dupat dilihoc suhu
lembapan scpcrti teclihat pada Tabel 3,
dan kelecnbapan (RH) ya11g diperlukon un -
agar lama waktu penyinpanan mencapai
tuk menyimpau sayur <ldn buah, dan lama
tlngkaL maksimal (&).
daya simpan pad• sayur dun buah (3 dan
4). Dolam pengangkucan da~ di~tribusi

Dalucn melakukan pendlnginan l~tha- se r r a pcnju3lan bendaknya alst angkut

dap sayur dan buah, ada 2 tahap prose• dan a Iat penjua l (showcase) d i.lengkapi

pe~dinginan dilakukan, yaitu proses dengan pcngatur suhu d3n kelembapan,

tHmdinginan awal (precool ing), dan pe-' agar kes~garaa dapat dipcrtahankan.

nyirnpanau pada ruang pendingin (sto- Oengan k"'mi kiall menjclang sayur /buah
d i konsums L, pr ose s pt!ndinginan harus
rage).
berlanjuc terus, mulai dari lokasi per-
PruSt!S pendinginao awal (preco-
tanian (~cooling), distribusi (refri-
oling) yaicu secepc.tnya sayut"/buah se-
gerated truck), pergudangan (chill-
te lah dipanen harus s ege e a d ituruoka1l
ed storage) sampai dengan penjualon
suhunya sampai mencapai 0°C. Untuk
(chilled showcase).
"pr ec oo 1 Ing" ini dapat d ilakukan be-
be r apa c ar a , misaloya "Hydrf,,. 'COoling, Bahkan di rumah tenggapun sebaik-

yaitu disemprot atau direndam dalam air nya sayur disimpan di lemari es, se-

cooling", belum d i konaums i , Proses pendinginan


d ing i n l°C, atau "vacuum

468
In i disebut p roses pendioginan be r-: of Agric. ( 1968).
Lan jut an . (cool ~in system). Art inya 2. KADER, A .A. , KASMIRE, R. F., MIT-
kalau salah satu proses tidak ada, maka CHELL, F.G., REID, M.S., SOMMER,
N.F., and THOMSON, J.f., Postha-
hasil maksimal tidak akan tercapai (9). verst technology of Horticultural
corps, Agr. and Natural Resources
Publication Div. of Agr. and Natu-
KESIMPULA~ ral Re sou r ce s , Univ. of Califor-
nia, Berkeley ( 1984).
Untuk mendapatkan daya tahan pe-
). BEATTIC, B.B., Storage conditions
nyimpanan yang maksimal, harus di Laku- for fruits and vegetables, Ag fac t s
H. 1.4.2., 1st Ed,. Dill. of Plant
kan proses pendingioan yang berkelao-
Industries, Dept. of Agric., NSW,
jucan (cool chain system). Jelas cara A11srralia (1985).
ini memerlukao biaya cukup besar. Namun
4. SHARP, A.K., Transporting fresh pro-
kalau dibandiogkan dengan kerugian yang ducts in refrigerated trucks,
timbul o l eb pP.rlakua-. Agfocu; 1.4.3, ISL Ed., Div. of
Agric. Services, Dept. of Agtic.,
mungk i n b l aye be sar itu akan dapat di- NSW, Australia (1985).
imbangi dengan penekana~ kerusakan sa-
S. AGFACT, 1.4.1, 1st Ed., Div. of
yur/buah akibat perlakuan yang salah. Pllint Industries, Department of
Untuk itu masih dipcrlukan studi Agric., NSW, Australia (1964).
yang lebih mendalom den praktek pem- 6. VANDELBO, P., Cooling of Fruits and
buktian di lapangan. Oleh karenanya, vegetables, A task full of per-
spectives, Bioteknisk Institut,
sangat diperluka~ kelerlibatan Pem~- Kolding, Demark (1987).
r i nt ah dan par c Ls i pas i me1syarakat lain
7. CEl.1.ARlUS, C. W., Pre feasibility
yang bergerak di o i deng ag r i b i s n i s s a- study for the rehabilitation of
wholesale market - Vegetables and
yur dan buah serta jenis horrikultura Fruits, Pasa·c Tnduk Kramatjati,
lainnya. Jakarta, Indonesia, Techn. Coope-
ration ProjP.~t Tndonesia The
Netherlands (1982).
OAFTA,R PUSTAKA
8. PT KEMASAYUR JAVA, Studi kelayakan
dan rencana kerja, PT Kemasayur
I. HANOENBURG, R.E., The Commercial Jaya. Jakarta ( 1987).
Storage of Fruits, Vegetables, ~nd
Flrist a~d Nursery Stock, Agri- 9. AAK, Petunjuk praktis be r Laniim s a-
cu lt ur-e Handbook No. 66, Agricul- yuran, Penerbit Kanisius, Yogya-
tural Research Service, US Dept. karta (1986).

469
470
'•t•.ni

Ped•l•lll
penav-.~I ll•cl t
7
!
::::-
.;•
700
60~
-: . ..,.
Peda1an1 penflJllpul
Mnen1lh
~ soo
=
-;;
=...•
... I
I

hd•a•n1
p.!:l\l'!l'f!U 1 he.sal'
-..
~
2
JOG
100 •ortel

100
i ~~

Ptdtt•nt bt'lT
1nt1rd1etM
• ~ 10 u ---
20 a
Suhu <"c>
<"...ti•Y 2. Produksl panu olth worul dan '~r.

P•d•l•"I b•••1'
P1KJ

Sut puel)

~•
l ~

;;";;1ecer
\\~
Sut
Konn•en
Ju&l •• •• •• o0c
• 10 •• so •• lua
se
ptnylmpenan ( l'l•rt)
CiUlb1r ·l. Preae.s dttt?"ibust sayur 41 Jwa auet/ Ge;llber l. Peft\J:nu\lft 9Jtu bUrtJ• k.ubSs t~l .. • ptnyiapa.n&G
J ... e:r\a. da} • btrb&ll1 S~Q.

471
DISK US I bandingan sistem pengolah antara •a-
yur kita dengan ltota-kota negara
ASEAN lainnya 7
DEWl S.P.
Apakah seriup proses pendinginan awal MARDIN UMAR :
ha r-u.s o•c. padahal metabol isine set iap I. RAnya ada satu perusahaan.
jenis sayur iru mengeluarlton panas yan11 2. llaru dimnlai.
berbeda ? 3. Thailand dAn Malaysia telah melaku-
kannya.

Diambtl yang cerPndah. HENDIG WlNARNO :


Scbclum sampai ketAngan konsumen. sa-
NAZLY ll il111y. DARMAWAN, dan L.A. yuran mengalami berhAgai perlaltuan (di-
SUBAC.VO lempar, diinjak, d i dudok i , dan sebagai-
Henurut Anda berapa besar biaya untult nya). Henurut Anda epAkah pendinginan
membangun "Cold ,;rorAse.11 di Pasar l(ra- merupakah alternatif yang paling utama
mat Jae i . Apaltah pPnAnganan yang baik untuk mengat~si kerusakan sayuTan, me-
ini cidalt altan men•mhAh hArga jual 1 ngingat mcskipun didinginkan kal1111 f)P.Y'-

Apaltah p~nAnganan yang baik hanya eko- lakuan/penanganonnya kurang baik tidak
nomis untuk komnd i r i ekspor ? cakc.u dapat me:ngatAsi kerusakan 1
C3tstan tambahsn : Philipina aempuny3i
11~
acorage11 yAng lli;iingat be s ar , khu- MARDIN UMAR :
sus untuk komodit: ~ayur ekspor. Pengaw~tau dilakukan untuk s ayur yang
haik/bukan yang rusalt.
MARDIN UMAR:
Blaya tambahan yang timbul diltompen- H. T. SAM~INAH D. :
sasikan dengsn kerusakan yang dapat I. Apakah SPmna jenis sayur dapat di-
dihindarkan. Dengan demikian, tidal< ba- simpan dalam •uhu dingin/kulkas?
nyak perbcdaan harga. 2. Bagaimana sebaiknya, sayur-sayur dl-
cuci dulu baru diRwetkan atau tidak
DJOllARLY: usah d i cuc i langsnng didinginkan ?
I. Ada berapa buah peru•uhaan sejenis 3. Apakah becul sayur hAyam tidak boleh
PT Kemasayur di Jakarta 1 dimakan setelah dimaSAk dan disimpar
2. Sampai sejauh mana saot ini k&rja dan apa sebabnya :
sama ~nlat~ PT Kemasayur de~gan Ba-
tan ? HARDIN UMAR :
3. Apakah sudeh pernah dilakukan per- I. Kentang don bawa~g meTah jangan. Sa-

472
yur lain terbatas waktunya kareoa
humiditinya lemari cs tidak terkon-
trol.

2. Scbaiknya d i.cuc i menjelang dipakai


atau mcnjelang dlgunakan p~da pema-
k e.i e n t c r akh i r .
J. Kami tidak tahu.

DARMAWAN
Apt;t·k~h p co se s peud i ug i.uan i.n i t e Lah di-
' rerapkan oleh PT Ke~asayur dan juga
relah disebarluaskan pada masyarakat/
padagang s ayur ?

'MAlll)lN UMAR :
Mas i h da lam pe r c ob aan untuk ekspor, ho-
tel, dan swalayan.

473
l'ENGGUNAAN IRAOl;.SI Ul'\TUK MEMPERPANJAl\G ~YA SIMPAN JAM UR MERA NG
rvotvM<tllA vol~ul SEGAR

Munsiah Maha*, dan Dewi Sekar P.*

ABSTRAK

PENGGUNAAM llADlASI UN'TUX !1.!MP!R.PAHJAHC DAYA SlKPAJf JAKU• KtlANC (Volvarlell• voJvao .. ) $Ee.AR. Ja•ur
1Dtr1n1 dlbtt•ihkan. la1u dlkeaa1 d•laa 9 ••~•• bahan pens~••• dan diir1d!a1i denaan doaia O - ~ kCy.
Ktaudia~ di1i•p1n pada 4 ••c•• •uhu, yaitu auhu k .... r. t6•c, IS - 1a•c. 4.,.. }•c. Dari pcn&•••t•n
1ubj•krif t•rlihat b•hwa p•n1• ... • yana terb•lk ialah wadah 1tyrofo. 71n1 ditutupi denaan Cllm polietilen
btrlub1n1-lub1na. Oo1i1 lradiaai terb•ik I - ) ~Cy, dao 1uhu pc~yiapanan 15 - 1e•c. J&IMlr ••r•n1 7an1
dikem.aa. diiradi11i dan di•i•pan p1d1 aubu dc•lkfan dapat tahan •••pal 1 harl d1l&11 kcadaan '•lk,
ttd1n1k1n yana tidak diiradi11i h1ny1 tahan l hari. lradiea1 d~ngan doala J - ) kCy dapat •enurunkan
kandu~gan mikroba jamur tebe••r J - 5 deei•a1. Jtdangk.an •ifat org1nolt9tiknya tidak betubah. lnd1k•
pcncoklatan J••ur •er•n& yans ditradia1i I - 3 kCy tttnyata le,ih t .. bat peningkatannya daripada jaaur
1•n1 tidak dilr1dia1i 1ela~• penyi•,ana,_

ABSTRACT

USl OP IR.RADlATlON TO EXTEND T'H!. SlltLF-1,.tFt OF f'1l.ESEi STRAW KUSHtlOOMS (volvari11tlla volvacea). fr•ah
111uahromie were cleaned, then p.ackaged in 9 diCCec'C"nl pKk•glag a.at-eri•l•, and irradiated at 0 - ) lr.Cy.
The aushr:oocu \tle,-c c.hcn •t i1.1vm Lc:ape:r•tu.res, 26•c, IS. - 1a•c, and )•c. l'tom tul>jte:tive evaluation, it
· •ppcared that packazlng uaing molded polystyrene fo.. tray overvrapped with perforated tov dtntity
~olyethylen~ film gave the teat result. ~he opti11t.1nt irrad••tion dott vas I - ) kCy, ind the auitable
storase i:emperaturc: v.-..i; 1.5 - ·e•t:. t'Tt:-sh •ulfh(\J'Oa pac.,.aige.d, lrr.aidlated and atcred at suc.h conditiont,
couLd b~ stored foe J days in gvod qvwlity, vhile the unicc~diated control could be •cored only tot 3 ·
day•. lrradia.tlo11 dose <iC I - 1 kCy could redu:- ... the aicrobial load of m•JthtOOl'bl by 3 - } log cycles,
whil~ the oraar.o:~ptic wl\rlbutt~ vcrc ~Lall nur•al. lrOV111na inde• of •ushrooms Irradiated ft I - ) kGy
cnc r eaeed a l cee e thiln ?f rhit un.rr.-diated 1>ttes d.,ring storage

PENDAHULUAN Jamur pangan ada beberapa macam,


Jamur pangan termasuk jenis ta-
antara lain jamur merang, jamur cham-
naman hortikultura kelas mewah yang pigoon, jamur tiram, jamur kuping, dan
ruulai baoyak dibudidayakan, cerutama di ja~ur payuog. Jamur pangan yang paling
Jawa dan Sumatra. Harganya popoler di lndonesi;t s aa t ini ialah
relacif
mahal bila dibandingkan deogan sayuran jamur tllerang. Jamur digemari masyarakat
jenis lain, tetapi ternyata digemari kareoa rasanya enak seperti daging ayam
masyarakat baik di dalam maupun di luar dao bergizi tinggi. Selain mengandung
negeri. Hal ini ter lihac dari daya se- banyak protein, jamur juga mengandung
rap pasar yang tetap kuat serta per- beberapa macam vitamin dan mineral yang
mintaan untuk ekspor yang terus me- sangat dibutubkan oleh tubub, dan tidak
$ '
ningkat ( I ) . mcngandung kholesterol (2).
Jdmur meraug biasauya dipasarkan
PiJsat A?l1kast lsotop dan Radjasi, BATAN dalam keadaan Segar, ~edangkan untuk

475
ekspor diolah dengan cara pcngalengan. sak atau terluka. Reaksi ini dikatali-
Namun banyak permintaan dar: luar ne- sis oleh enzim polifenol oksidase atau
geri, misalnya Malaysia dan Singapura polifenolase. Enzim tersebut akan meng-
yang menghendaki jamur segar. Bal ini katalisis oksidasi senyawa fenol yang
sukar dipenubi karena jamur merang ha- tidak berwarna menjadi lwinon yang
nya cahao sehari pada suhu kamar. Pe- berwarna meran coklat. Selanjutnya ku-
nyimpanan pada suhu rendah kuraog 1tem- inon bergabung dengan derivacif asam
bancu karena jamur akan menjadi coklac amino membentuk senyawa kompleks berupa
dan berair pada suhu yang terlalu pigmen coklaat (3).
dlngin. Pencoklatan enzimatis dapat dice-
Perubahan mutu yang cepat cerlihat gab dengan pemanasan atau penambahan
pada jamur segar ialah mengering. ba- zat kimia yang dapat me.nghambat akti-
tang bertambah panjang, cudung •ekAr, vi r e s enz i.e , Akan tetapi c ar a ini dapat
warna berubah menjadi coklat, berair mempengaruhi kesegaran dan sifat orga-
atau berlendir, dan ditumbuhi kapang. noleptik jamur atau dapat menimbul-
Perubahan tersebut terjadi akibat peng- kan masalab residu zat kimia yang tidak
ut=tpan. Tespirasi, proses pematangan, diiogini.
oksidasi enzimatia dao nonenzimatis, Suatu proses dingin yang tidak
serta pembusukan mikrobiologis. Agar meninggalkan residu zat kimia
pada
jamur dapnt disimpan agak lama, semua makanan dan dapat diterapkan pada jamur
pcrubahan tersebut harus dapal ditekan. segar uncuk memperpanjang daya simpan-
Cara yang dapat dilakukan ialah dengan nya ialah iradiasi. Beberapa peneliti
mengatur kondisi penyimpanc.n, terucama rerdahulu (3-7) telah membuktikan bah-
suhu dan sistew pengemasannya. Henurut wa iradiasi dengan dosis radurisasi
CJIO dkk (3), suhu penyimpanan yang dapat menekan proses pematangan, pencn-
rerbaik untuk jamur merang ialah 15 - klatan dan pembusukan beberapa jenis
20°C, dan kondisi pengemasao harus jamur sehingga daya ~impannya dapat
sedemikian rupa sehingga terjadi kese- lebih lama. Dari hasil-hasil peneli-
imbangan antara co2 dan 02 yang masih cian rPrsebut ternyata dosis ir~diasi
memungkinkan respirasi aerobik berlang- dan knnnisi penyimpanan yang tepat sa-
sung, tetapi dengan kecepatan yang ngat beTgantung pada jenis jamur.
rendah.
Teknik iradiaai audah dilegalisasi
Masalah yang sangat menonjol pada penggunaannya untuk jamur di beberapa
penyi.mpanan jamur merang segar ialoh negara, yaitu di Bela11da dengan dosis
timbulnya pencoklatan akibat reaksi ok- 2,5 kGy, di Cekoslowakia dengan dosis 2
sidasi terutama pad~ ja~ingan yang ru- kGy, di Hongaria dengan dosis 2,5 dan 3

476
kCy, di Repub Li k Rakyat Cina dengan Pe.mlUJuut Pengeim.6. . Vo.t..U.
J e.n,U
dosis kGy, di Yugoslavia deogan dosis IJVtad.lMl, d4n Suhu. Pe.ny.ciriJ(l1Mn, Jamur
sampai 10 kGy untuk ja~ur
kering, di dikemas dalam 9 macam bahan pengema•
Korea dengen dos is kGy, dan di Israel yang telah disediakan, tiap kemasan
dengan do•i• 3 kGy (8). berisi 200 g, lalu diiradiasi dengan
Oalam penelitian ini akan ditentu- dosis O. 1/2, I, 2, 3, 4, dan 5 kGy.
kan dosis iradiasi dan kondisi penyim- Kemudian jamur di•impan dalam 4 macam
panan yang tepat untuk memperpanjang suhu , yaitu suhu kamar (:_ 30°C), 26°C
daya simpan jamur merang yang dibudida- (ruang AC), 15 - 18°C, dan 5°C. Per-
yakan di Indonesia. ubaha~ Mutunya ditentukan secara su-
bjektif dengan mengamati warna, bau,
B.AHAN 'DAN METODE tekstur, dan penampilan fisiknya. Dari
hasil pengamatan ini ditentukan jenis
Bahan. Jamur merang segar yang di-
pengemas, batas dosis iradiasi, dan
gunakan dalam penelitian ini dibeli
subu penyimpanan terbaik
akan yang
dari pedagang pengumpui di pasar Keba-
diteliti lebih laojut untuk mengetahui
yoran Lama Jakarta. Umur pasca paneo
daya si~pan jamur pada kondisi ter-
jamur pada saat digunakan sudah sekitar
sebut.
20 jam, dan selatta IS jam terakhir di-
simpan terbuka dalam ruang AC. SPbP- Pcnen.tua.n Va.ya Slmptn. Jamur di-
lum dikemas. jamur diber•ihkan dengan bcrsihkan lalu dikemas wadahdalam
tangan dari kotoraa sjsa merang dan ta- styrofom dan ditutupi deugan film po-
nah yang menempel. lietilen yang diberi beu~rapa lubang
B~han pengemas yang digunakan ada veotilasi. Tiap kemasan berisi 200 g
9 rnacam, yaitu kantong poliprolilen, jaaur. Kemudian jamur diiradiasi dengan
kantong polietilen dcngan atau tanpa dosis O, I, 2, dan 3 kGy dan disimpan
lubang ve~tilasi, wadah styrofom ditu- pada suhu 15 - 18°C. Perubahan mutunya
tupi film polipropilen, wadah styrofom diamati setiap 2 hari sampai penyimpan-
ditutupi vitafilm, wadah plastik ditu- an b hari secara subjektif. kimia dan
tupi vitafilm, piring kertas ditutupi mikrobiologi. Parameter yang diamati
vitafilm, dan wadah styrofom ditutupi
ialah sifat organoleptik, pH, kadar
film polietilen dengan atau tanpa lu-
air, indeks pencoklatan, dan kandungan
bang ventilasi. Lubang-lubang ventilas~
mikroba jamur. Percobaao meoggunakan
dibuat dcngan menggunakan batang peng-
rancangao aca~ lengkap pola faktorial
aduk gelas yang dipanaskan. Tebal dengan 2 ulangan.
plastik yang digunakan I a l ah : P1' 38 /l
PE 27 ;u dan vit..Cilm 17 /'· Me-tod~ Per.g<lmett4n. Sifat organo-

477
leptik diamati secara subjektif dengaa dan jareur menjadi coklat kotor. Dalam
mencatat semua perubahan yang terde- suhu kamar, pengembunan sudah terjadi
teksi pada war~a, bau, tekstur, dan pe- dalam 15 menit setelah pengemasan.
nampilan jamur secara keseluruhan. Pada kemasan dengan penutup vita-
Pengukuran di lakukan dengan pH-meter
pH film, pengembunan tidak terjadi, kare-
merk Karl Kolb setelah 10 g jamur di- na uap air hasil espirasi dapat kelu-
hancurkan dalam 40 nl air suling dan a r- perlahan-lahan melalni v it af i Im . Hal
didiamkan 15 menit. Setiap kali peng- :ni menyebabka~ jamur terlihat lebih
ukuran, pH air suling juga diultur. Ka- kering dan bersih, tetapi kapang lebih
dar air ditentukan dengan metode pe- cepat tumbuh dan ""'nutupi permukaan
ngeringan dalam oven pada suhu J05°C jamui-. Selain itu, pertnukaan janur yang
selama 6 jam. Indeks pencoklataa diukur bersinggungan langsung dengan vita-
dengan cara mengekstrasi pigmen coklat fil~ terlihat cepat menjadi coklat.
dengan larutan etanol 60%, laltt nilai Hal ioi menunjukkan bahwa reaksi pen-
absorbansinya dibaca dengan ~pektro- coklatan enzimatis lebih cepat terja-
fotometer merk Perkin £lmer Lambda 5 di pada bagiac tersebut, karena o2 da-
pada panjang gelombang 400 nm (9). ri udara dapat masuk melalui vita-
Kandungan mikroba total ditcntukan pada film, lalu langsung mengenai jaringan
media plate count agar dengan metodc kulit yang rusa~ akibat gesekan dengan
tuang. vitafitm. Peru~ahan warna jamur dalam
kemasan vitafilm makin cepat terjadi
HASIL DAN PEMBAHASAN setelah iradiasi.
Piring ker r as c epat bas ah La'lu
PengaJtult Jen.U
Pe119enn.6, Dari 9
11elengkung bila d Igunak an unt uk menge-
macam bahan pengemas yang dicoba ter-
mas jamur merang.
nyata yang paling baik ialah wadah sty-
rofom yang ditutupi dengan film PE ber- Pe11gaJl.U!t Vo.&-U IJr.ad.Ut&{.. Dari 6
lubang. Dengan pengemas ini, perubahan dosis iradiasi yang dicoba cernyata do-
warna, dehidrasi, dan jumlah uap air sis yang terbaik ialah I - 3 kGy. Di-
yang mengembun di dalam kemasan dapat bawah dosis I kGy terlihat jamur cepat
ditekan. Pada kemasan yang relatif ke- busuk dan diserang kapang. Hal ini
dap uap air, yaitu kantong PP, kantong menunjukkan bahwa dosis tersebut kurang
PE, wadah styrofom +PP atau PE tanpa efektif untuk menekan pembusukan yang
lubang ventilasi terlihat uap air cepat di~P.h~bk~n olP.h mikrnb~. Dengan do-
mengembun dalam kemasan lalu tergenang sis 4 dan 5 kGy jamur tidak mengalami
pada dasar kemasan. Hal ini menyebabltan perubahan sifat organoleptik langsung
pembusukan bakteriologis cepat terjadi setelah iradiasi. Akan tetapi satelah

478
disimpan. jamur yang menerima dosis Pada suhu 5°C, ba Lk kontrol maupun
tersebut cenderung lebih cepat menjadi yang difradlasi s ampe L 3 kGy hanya ta-
'
coklat daripada 3amur yang mcncrima han sampai 2 be r L. Setelab itu jamur
dosis lebih rendah. Hal ini dapat di- sudah cidak d isukai karena berair dan
sebabkan oleh perubahan struktur ja- berwar:ia coklat.
ringan sel yang memungkinkan reaksi Hasil ini menunujukkan bahwa suhu
pencoklatan oksidatif lebih mud~h ter- penyimpanan yang terbaik untuk jamur
j ad i , merang cidak sama dengan untuk jamur
Dari pustaka (8) ternyata dosis 1- lain. Peneliti terdahulu melaporkan
3 kGy merupakan batas dosis yang umum bahwa suhu penyimpanan terbaik untuk
digunakan dibeberapa negara yang telah jamur champignon ialah 3 - s·c (4), dan
melegalisa5i proses ini. untuk jamur mutiara 4°C (7).

Pettga.wh Suhu. Pen1j.lmp<1.111u1, sonu Daya $.lmpan JamW1. Me1tang TIUtclUl.4.l.


penyimpanan terbaik untuk jamur merang !lasil percobaan untuk menentukan daya
yang diteliti ternyata 15 - 18°C. Dalam simpan ja~ur rner~og yang dikemas dalam
suhu kamar, jamur cepat mengering lalu wadah styrofom yang ditutupi dengan
mengkerut, dan ditumbuhi kapang. Bila film PE berlubang lalu diiradiasi de-
dikemas dalam pengemas yang kedap uap ngan dos is I' 2, dan 3 kGy clan disim-
air, jamur sangat cP.p~t busuk dan pan pad a suhu 15 -
18 •c dapat dilihat ·
berair. Jamur yang diir~rliasi 2 - 3 kGy pad a Tabcl I -
4.
hanya bertambah heherapa jam daya sim- Pada Tabel I terlihat b ahwa sampai
pannya bila dibandingkan dengan kon- penyimpanan hari ke-2, sifat organolep~
trol pada suhu kamar. Perbedaan yang tik jamur, yaitu warnca, liau, tekstur
menonjol antara kontrol dengan yang di- dan penampilannya tidak berbeda anta-
i r ad i as i. selama peny-impanaa ialah jum- ra kuntrul dengan yang dioradiasi I - 3
lah kapang yang menyerangnya. Makin kGy. Akan cetapi pada hari ke-4 kon-
cinggi dosis iradiasi yang digu~akan, trol sudah mulai busuk sehingga daya
makin sedikit jumlah kapaug yang tumbuh simpannya dapat dibatasi sampai 3 hari
pada permukaan j amur . saja. Jamur yang diiradiasi I - 3 kGy
Pada penyimpanan dalam ruang AC masih balk sampai hari ke-6, dan bahkan
(26°C), masalah yang timbul hampir sama sampai hari ke-7 masih dapat diterima
dengan yang dijumpai pada suhu kamar, secara organoleptik. Dengan demikian,
yaitu serangan kapang dan dehidrasi. daya simpannya dapar d ibat as i sampai 7
~erbedaannya hanya pada saac mulai hari, k:arena bart1 pada hari ke-8 jamur
timbulnya yang lebih lambat sekitar I - mulai busuk.
2 hari. Tabel 2 memperlihatkan bahYa seca-

479
ra umum pH jamur yang tidak diiradia- (JO). Sidik ragam data indeks penco-
si meningkat lebih cepat daripada ja- klatan mcnunjukkan bahwa interaksi an-
mur yang diiradia~i selama penyimpan- tara perlakuan iradiasi dan pe~yimpan-
an. Hal 'i i
n se sua i dengan hasil penga- an berpengaruh nyata pada parametet
matan organelept:k, yaitu pada kontrol tersebut (p<.0.01).
cepat timbul bau amoniak yang merans- Pada Tabel 4 terlihat bahwa ira-
sang setelah penyimpanan. Amcniak da- d:asi dengan dosis I, 2, dan 3 kGy ma-
pat berasal dari hasil dekomposisi siog-masiog dapat menurunkan kandungar
protein dan akcn mcn i ngka r kan ni l a i, ptt , mikroba jamur sekitar 3, 4, dan 5 de-
Dari s i di k 't'agamnya ternyata b•lh- simal. Penurunan ini berpengaruh nya-
\18 interaksi antaraperlakuan iradi- ta pada proses pembusukan oleh mikro-
asi dan penyimpanan berpengaruh nyata ba seperti terlihat pada hasil peng-
pad a pH jamur (p<0,01). Nilai pH }'i:lllg amaran subyektif (Tabel I). Tabet 4
re lat if tinggi pad a hari ke-2 dapat memperliharkan pula bahwa kandungan mi-
disebabkan oleh amon i.ak yaug be r as a l kroba jamur merang segar cukup tinggi,
darl pupuk yang digunakan. yaicu s ek i r ar 108 set/g, sehingga jamux
akan cepat busuk bila tidak dicangani
Kadar air jamur relatif stabil se-
dengan baik.
lama penyimpana~ yallu sekitar 92~
(Tabel 2). Hal ini mcnunjukkan hahwa
kondisi penge:nasan dan penyimpanan yang KESIMPUlAN

digunakan telah mampu mcnekan respirasi Dori hasil penelitian ini dapa
dan penguapan air dari jamur merang. dislm?ulkan bahwa dosis iradiasi da
Pada Tabel 3 tcrlihat bahwa indeks ko~disi penylmpanan yang tepat untu
pencoklatan jarnur tcrus meningkat se- memperpanjang daya simpan jamur meran
lama penyimpanan, ba ik pada kont ro t segar ialah dos is i r ad i as i I - 3 kGy
maupun pads ye.rig diiradiasi. Pad a jamur suhu penyimpanan 15 - 18°C, dan baha
yang telah diiradiaai peningkatannya pengemasnya wadah styrofom yang ditu
lebih lambat kar ena s ebag i an enzim po- tup i dengan film polierilen densita
lifenol oks idas e yang berperan da l om rcndah yang diberi beberapa lubang ven
proses pencoklacan enz imatis: Lelah 1ne- tila~i. Uengan kondisi seperci ini
ngalama i inaktivasi. Dari husil pe- jamur merang segar dapat disimpan sam
nelitian terdahulu yang dilakukan di pai I hari, sedangkan yang tidak dii
PALI\, 8!\TAN Jakarta celah d i ke t ahu i r ad.i as i hanya tahan sampai 3 h ar i ,
bahwa iradiasi dengan dosis I - 3 kGy
UCAPAN TERIMA KASIH
dapat menurunkan akt iv i cas poll reno l
oks i das e jamur mer ang sebesar 23 - 37% Penulis menyampalkna terima kasj

480
kepada Saudara C~cep H. Nurcahya, Ah~ad harvest handling of fresh fruits
and vegetables, Food ·Technologi
Sudrajat, dan Suryono alas baotuannya
( 1986) 117.
dalam pelaksanaan penelitia~ ini.
6. LIU, S., WU, C., and LIN, A., Pre-
liminary research on the techno-
OAFTAR FUSTAKA economic fea•ibility of irra-
dialiun pr~servation of mush-
I. LINGGA, P., Jamur uotunguya merang- room.s, Practical Application of
sang, Info Agribisnis, Sisipan Food lrradiatioa in Asia and the
Trubus, 4 (1988) 9. Pacific (Proc. Sem. Shanghai,
1986), IAEA, Vienna ( 1988) 201.
2. ANONIH, Pedoman Teknis Budidaya Ja-
mur, Kcrjasama antara Proyek Pem- 7. S~ll?lANI, N.V., Hempelajarl peng-
binaan dan Pengembangan Hutan awetan jamur mutiara (Pleurotus
Se.rha Guns Pusat dengan Lenbaga ostre.otus) dengan iradiasai ga111111a
Penelitian Institut Pertania~·· Bo- dari Co-60, Skripsi Sarjana, Fa-
ger ( 1985). kultas Teknologi Pertanian Bogor,
Bogor ( 1987).
3. CHO, K.Y., YUNG, K.H., and CHANG,
S.T., "Preservation of cultivated
mushrooms," Tropic_al Mushrooms 8. ANONYMOUS, Supplement to Food Irra-
Biological Nature and Cultiva- diation Newsletter J1. (1988).
tion Methods, (CHANG, S.T., and
QUIHIO, T.H. eds), The Chine- 9. LEES, R., Laboratory Handbook of
se University Press, Hongkong Methods of Food Analysis, 2nd.,
(1982). the Chemical Rubber Co., Cleve-
land, Ohio (1971).
4. LAMGERAK, O.Is., The influence of
irradiation and packaging upon JO. SOFYAN, R., "Studi tentang polife-
the keeping quality of fresh nol oksidase jamur merang (volva-
mushroom, Association EURATOK rie.lla volvacea ) dan perubah-
ITAL, P.O. Box 48, Wcgcningcn. an aktivitasnya akibat iradiasi
gamma," Proses Radiasi (Risalah
5. KADER, A.A., Potensial application Seminar Nasional Jakarta, 1986),
of ionizing radiation '" post- PAIR-BATAN, Jakarta (1986) 433.

481
T•h•! l. H•si 1 l)emeriksean _,uhy9t ti f a\lt\l )IU'IVr Mt"'l'91'18 )'fll'll Ji k•11111:s. 4t.l oil tiiada!\ styrolo• • fil• PE
berluban1.. tuhan1 Iatu d:iradlasi din di•lap1n. p11da !\uhu JS .. 1a0c.

....
Sil!Jl&n
0
Posl·a Jr11dl1s I (kGy)

(h .. 1)

0 ~•rna putih k•kunlna..


a.n. bau no111•l. tek&·
tur, din ptn..~tlan
baik
2 sd• sd• ••• •d•
4 "''''" •1•k c;okl1t,
b•u art1uni•k IM!nye•
na:•t tdt1tur- liaik,
ds11 pen.,.ri
haik
lan. •••It ~-·~
Warns, ~au. tek$tUT,
Jlll\ penampil•n m1Sih
Suia. Ce.rc-.n 1 )Cy s .... dena..,. 1 \Gy

• N1rn• cokl•~ hj (Alfi,


hau •enyena•t, teks
warPe1 bau, tekstuT,
4•~ p~n..-pil~n m4sih
Wan1a, ba\t1 4a.i tek.ti
tuT •a5ih balk, da1in1
,.ft..
tu~ le•bak le~ali,
pilan )el~k, dan
htr1endlr
~,d) &J&k coklat, dan pld•
h11lan luar tiabul btft•
tlk herwe:rna jSn11•
-----=~--·-·-----
Tabel z. Pen1arvh iradiasi dan pcny1npan1tn patt11 pH dan kadar Rir l&mur 1neran1.
······-· .
Mas a
tiap1n •
______ ..£!!..•..•_ ------- Kadar air (\)

(had) 0 kGy 1 kGy 2 kGy 3 kGy 0 kGy I kGy 2 kGy 3 kGy


·-----···-- --
0 4.83.f S.l3r.d 5 .Jlrd S.•73ab 9Z.00 91.SS 92.02 91.27

2 S.9o•b s.65•bc 5.9011> 6.08" 91.99 90.58 91.00 90.36

4 s.ss= s .o3def 4.9o4•f s.2s•0• 92.17 91.99 91.59 91 .72

6 6.oa• •.73£ 4.ss•r 4.88dof 92.45 91.92 91.36 92.49


---·--····--
H&.ail rac.a-rat• d1ri 2 ula.naan per(.ohaan
81 1 Nilai rata ... rata yana tidal< ditan:J!"i dengan
•••• huruf yt1J\i saa• herarti
herhe<la nys.t.:1 (p< 0.01)

Tabet J. Pen1aruh iradlasl dan penyimpanan pad• lndeks


pencoklatan j&11ur merang.

i.!asa Indeks iione·ok 1 atan (C10400)


simpan
(hari}
0 kGy kGy Z kGy 3 kGy

0 O.Z8lf 0.34S8f 0.$87d•f 0 .l76rlef


2 'Q •. 144•f o. 323 t o.363def o .388det

4 o.•52cde ·0.366def 0.4S9cd 0 .441 cde

6 0. 7421 o.S?4b o.s09bc 0.464cd

Hasll rata-rata dari 2 ulana:1n percob•an


*• • • • • f Nila I r•ta-rat.a yanr tidak ditandai denaan huruf
yana sama bereTti berbeda nyat1 (p<O.Ot).

482
Tabel 4. Pen1•ruh iradiaai dan penyimpanan p•da ~•ndunaan ntkroba
jamur merana.

,,...
slnipan
(harl)
.. 0 kGy
Total mLktoha
l kGy
(se l/ &)
2 kGy 3 kGy

0 3,28 x 108 J,OS x !OS 1 ,96 x 104 2,13 x lOl


2 ~,13 i 109 6,J9 • 106 4,05 x 106 4f11 x 10~

1010 1
4 1,07. 4,78 x 108 2,11 x 108 4,0 x 10

b 1, 78 • 1010 l,28. 109 S,03 x 108 1,12 x 108


----·--·
HUil rata-rat1 darL 2 u1an11n percobaan.

DJSKUSI
LINDA
Apakah ada pengaruh gizi pada jamur me-
SIU HARIANI s. : rang yang telah diiradiasi dan apakah
I. Bagaimana cur a mengukur indeks peu- ada perubahan rasa?
coklatau ?

2. Apakah sudah dipi.kirkan segi eko- MUlrn !AH MAHA :


nomisnya untuk pell)aSc.ran selanjutnya Pengarub gizi ada, tetapi dengan dosis
ditinjuu dae i lama penyimpan.i:liu dan 1-3 kGy perubahan tersebut relatif ke-
kemasan yang memC:t1kai biaya secel~h c i l . Sebagai contoh, dengan dos is 1 - l
radiasi kGy ternyata banya ada sedikit peru-
bahan terhadap vitamin C-nya, yaitu
MUNSIAH MAHA: vitamin yang tergolong peka tethadap
I. Secara apektrofotomctrik pigmcn cok- radiasi seperti yang dilaporkan oleh
lat dickstraksi dengan alkohol 60% Saudari Aryanti. Dengan dosis yang di-
lalu dibaca absorbansinya pada pan- anjurkan (1-3 kGy) tidak ada perubahan
jang gelombang 400 mm. rasa.
2. Jamur merang term~suk s~yuran mDhal
(Rp 3000/kg). Pengcmas yang dianjur- I. MADE SUDIANA:
kan banyak dijual di pasar dengan Pada makalah Anda dilakukan perhitungan
harga yang r~latif murah. Dengan do- junl ah mikroba, yaitu kapang ( jamur).
sis iradiasi 1-3 kGy diperkirakan Jamur apa saja yang ditemukan dan ba-
biaya iradiasi hanya beberapa persen gaimana sifat karakteristiknya 1 Bagai-
dari harga per satuan be rat j emur , mana dengan bakteri, apakah tidak' di-

483
Lakukan pengukuran jumlah populasi den
jcnisnya? Mohon dijelaskan.

MUNSit.H MAHA:
Yang dihitung bukan jumlah kapang, te-
tapi total mikroba (total plate count).
Jdent Lf ikas i mikroba yang ada cidak di-
Lakukan ,

SUKIYATI
I. Penggunaan iradiaRl untuk memperpan-
jang day.::t $l impa_n jamur me rang kurang
lP.hih ~~ma dengan cara pendinginan
yang dikemukakan oleh penyaji ma-
kalah P. 16 (Saudara Hardin Umar).
Dilihat dari segi cara/metode, mana
yang lcbih ekonomis/murah?
2. Pcnurunan kadar vitamin C karcna Ta-
diasi pcrlu rneudapttc p~rhatlctn pula.

MUNSIAH MAHA :
I• Segi praktis dan ekonomisnya bergan-
tung pad a c.ersedianya sarana ira-
diasi dan ruang penyimpanan dengan
suhu rend ah yang diperlukan. Kami
mengRunakan kulkas biasa untuk pe-
nyimpanan (suhu 15-18°C, kelembapan
rendah), sedangkan penyaji makalah
P. 16 (Saudara Hardin Umar mengguna-
kan ruang pendingin khusus (suhu
o•c. kelembapan tinggi).
2. Penurunan kadar vitamin C sudah di-
telici oleh peneliti lain .

484
PERUDAllAN KADAR VITAMIN C JAM UR MERANG f Vo/•<Qriellu ""'"'cea) AKIBAT IRAOlASl
GAMMA

Aryan ti"'

ADSTRAK

PIRC8AHAM KADAR VITAH'llf C JAH'Ul MIR.AMC (Volv•r1eU.. "Olv...r.•A) AX.fl.AT llADtASl CAMKA. P•nel ltlan i1'i
btr,ujuan untuk aen1etehul k•dar vltaaln C jaaur aerana daa perubahann7a a~i~at lradia•i ........ Ja-.ir
Dtrenc diiradla•i d•n1an do1ia dari 0 •••pai S kcr pad.a lajy doata SkCy/j ... k..udiaa ..etna~ .. •tn1
d{ubil JO 11'•11 dan d!buat •k1traknya dala• 90 al •e:taloatet-·••irtat 6E. &katTak 7a.01 dipaToleh
dlreaktikao d•naan o-faoilen-diam.in (OFO), k~IN•lan aeny~a kulnoJt.alin 7•~1 .,_rfloret•D blru dl~kur
intan1ica1aya dana-n Spectrofluorophotometer Sbia.d..&v 11\1-$20. laail percobaan dart) ulaaaan .. nuajukkaa
bahva ktdac vic-..in C jaour •eran1 r•n& d:iiradiaai Z kC1 bctbcd.a ot•'-• deos•n &ontrol, 7.•ka.i .. ns•l-1
P•D\lrunan 9,031. lradi••i l kCy, 4 kCy, d•o S k~7 •••ina-aaai.na ae.Dberikaa pea.aaru:h 1•n.1 1•n..1•t ayat•
deo1•n penurun•n kadar vitamln C •e.be•ar 12.~Jl, t6.1}1, den 18,131

ABSTRACT

THE CHANCES JM VITAH.ltf C CONTEN'T OF ST'RAW !f\JSl!R.OCIH (voJvar.1.•.11.a vclv•eM) CAUSED IT CAM!A
lRRADlATION. The pu~posr or chit rtprri~nt i~ c~ d•t~n1in• ch~ vit .. in C (Oont•nt nf atr•w au•hroo. •nd
it• ~~•ns•• after irradiation. Hushroo. vas irradiated witA the do•e varied froa 0 to S kCy at a dot•
Tate of S kCy/hr. A 101 of MU•hroc:ia'• ••tr•ct prep•r•d in 61 •c•t•t•-••t•pho•phate waa r•actad with
.o~pt'ienilendi••ine (OPO) to produce a blue (luotcaccnt quinoa.alin coopouad. The iftten•ity of th• c~un4
va• •eaauted uaing Shiaadau Sp«ctrofluorophotCHU:ter RF-SZO. fhe rcaulc of the •xp•ri .. nt ot ~hrea
replic•t•• 1howed that ir-r•di.•ti.on •t Z 1tCy r-tduced the vit•min C c.untent o! ••hrooca by 91031 ••
P\lrthcr•Or-• irr•dlacion ac ), •. and S Jc.Cy reduced ene vitaain C eeae eee by 12.631, 160131, end 18.131 ,
rcapectively.

PENOAHULUAN yang terkandung di dalam jamur merang,·


karena menurut PROCTOR dkk. (3) vitamin
Jamur merang mempunyai nilai gi2i
C yang diiradiasi 10 kGy akan mengha-
yang cukup tinggi serta rasa yaog gurih
silkao asan dehidroaskorbar dan asam
seperti daging. 6udidaya jamur merang
dikecoglukonat. Salah satu metode spe-
di Indonesia mempunyai harapan yang cu-
sifik untuk menentukan kadar vitamin C
kup menggembirakan baik untuk memenubi
total dalam berbagai makanan dar. sayur-
kebutuhan pangan dalam negeri maupun
an celah dipelajari oleb DEUTSTCH dan
untuk keperluan ekspor (I).
WEeKS yang dikutip oleh DEVRIES (4),
Teknik pengawetan sayuran dengan
yakni dengao mengoksidasi vitamin C
iradiasi telah dikembangkan di negara
menjadi asam dehidroaskorbat dengan
-negara maju (2). Tradiasi di sa~ping
menggonakan i od in 0 ,0 I N seb aga i peng-
bermanfaat dapat mempengaruhi vitamin C
oksid. Asam dehidroaskorbat yang rer-
bentuk direaksikan dengan o-fenilen-
• Pusat Aplikasi l~otop dan R,aCiasi, B~T~H diamin {OFD) dan menghasilkan senyawa

485
kuinoksali~ yang memberikan floresen NA ) dengan sumber ra d 1as1
i · ~O"co d an 1 ai~.
biru. Kemudian intensitasnya diukur de- dos i s 5kGyi,jam. Jamur merang dimasukkar
ngan Spekcrofluorometer, yaitu suatu ke dalam kantong-kantong plastik seba-
alac yang menggunakan sumber eksitasi nyak 4 - 5 buah, kemudian diiradiasi
sinar UV yang menghasilkan floresen dengan dosis 0, I, 2, 3, 4, dan 5 kGy.
pada daerah panjang gelombang 200 - 800
nm (5). Penectuan vitamin C dapat pula
Ja:nur merang yang telah di iradias i
dikerjakan secara titrasi atau dengan
dengan dnsis 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 kGy
HPLC. Cara titrasi pengerjaannyA se-
masing-rnasing diambil JO gram, diiris
derhana dan cepat, tetapi kurang peka,
-iris kecil, lalu dimasukkan ke dalas
sedang dengan HPLC kepekaannya tidak
gelas piala 250 ml. Setelah ditambahi
jauh berbeda dengan Spektrofluoronetrik
90 ml larutan metafosfac-asetac 6% ke-
karena keduanya berdasarkan atas pem-
mudian diblender dcngan Bamix selama 5
bentukan senyowa y4ng berfloresensi.
menit pada keeepatan putar maksimua
Cora Spektrofluorometrik dipilih karena
10000 rpm. nomogenat dipicdahkan ke da-
lebih praktis dan lebih murah.
lam Labung pemusing 50 ml dan dipusing
Peoelitian ini bectujuan untuk me-
selama 40 menit pada kecepatan putar
ngetahui kadar vit~min C jamu~ merang.
maksimum 12000 rpm dalam alat pemusing
dan besarnycc pengaruh iradiasi gamma
dingin Damon model B-20 A. Supernatan
dalam batas dosis radurisasi pada kadar
diambil sebagai ekstrak jamur merang
vitamin C jamur merang yang ditentukan
yang mengandung vitamin C.
secara Spektrofluorometrik.

Pe.ne.ntua11 VLtam.in C. Penentuan vi-


TATA KERJA
tamin C dilakukan menurut metode "Hita-

PVt.ettlu..l ~. Semua pereaksi ki- chi Sci enc ific Instrument". Sebanyak 2

mia yang digunakau b~ckualitas pt'o ana- ml eks c r ak d imasukkan ke da lam t abung

litik, dan vitamin C baku diperoleh reaksi 20 ml lalu ditambahi 0,4 ml io-

dari BDH Chemical, Led. England. din 0,01 H dan dikocok selama 3 menit.
Kelebihan iodin dihilangkan dengan mc-
Co~oh 1anwt Me.1ta119, Jcnis jamur
nambahkan 0,4 ml natrium tioaulfat 0,01
yang digunakan sebagai bahan penelitian
N dan diko~ok lagi selama 3 menit. Ke-
ialah jamur merang (Volvaclella volva-
mudian dit~mbDhi 2 ml o-fenilcn-diamin
cea1 yang diperoleh dari pasar Hayescik
(OFD) 0,01% dan didiamkan di tempat
Jakarta.
gelap selama 15 mcnit. Kuinoksalin yang
1Jt.ad.i.a4i, Iradiasi dilakukan di terbentuk akan memb~rlkan floresen ber-
!radiator Panorama Serbs Cuna (IRPASE- varna biru dan diukur absorbannya de-

486
ngan Spcktroflourometer Shimadzu RF-520 Statistik belum nyata terhadap kontrol,
pada punjang gelombang eksitasi 350 nm tetapi pada dosis 3 kGy dan dosis yaog
dan cmisi 428 nm. PengerJ~~t1 untuk lebih besar dari 3 kGy kadar vitamin
blanko sama, kecuali ekstrak jamur me- C-nya telah sngat nyata menurun.
rang diganti d~ngan air suling. Penen- Menurut PROCTOR dan GOLDBLITH (7),
t uan larutan standar
dilakukan pula de- d i t i.n j au dari s t rukt ur kimianya vitamin
ngan konsentrasi bervariasi. C lebih peka terhadap radiasi daripada
Pad a penelitian ini semua perco- vitamin yang La i n , PAdA dos i s 2 kGy,
baan dikerjakan duplo dengan 3 ulangan penurunAn v;tRmin C dalam berbsgai je-
dan dianalisis dengan rancangan acak nis bush-buahan bervariaai dari I sam-
lengkap. pai 71%. Akan tetapi, pada pepaya dan
pisang iradiasi 0,5 kGy ternyata dapat
llASIL UAN PEMBAHASAN meningkatkan kadar vitamin C-nya sampai
20%.
Hasil penelitian perubahan kadar
Dari penelitian MAXIB (8) dilapor-
vitamin C dalam jamur merang akibat
kan bahwa pada buah jeruk Y•ng dlira-
iradiasi gamma dapat dilihat pada tabel
d i as I 4 kGy, penucunan kadar vitamin
berikut.
C-nya tidak nyata setelah disimpan 24

T&b•I 1. Pertjiahan ll•d•r vituin C JMAlr ••r•n.t all;ibat


jam, tetapi setelah 40 hari pada subu
irldtasi , .. ,.
59° F kadar vitamin C-nya berkurang se-
Doais lradta,t K1d1r vlt••in C r•t•·r•t•
besar 95%.
Cl<Gy) (p,..)
Fase fisiologi buah juga berpenga-
7,53 ruh pada kadar vitamin. Tomat menjelang
6,g?
6. 9~.·
masak bila diiradiasi 4 kGy vitamin
6,SI•• C-nya hanya menurun 8.6%, sedang tomat
• 6,2"7••
6, l z· .. yang telah masak dan diiradiasi 3 kGy
vitamin C-nya berkurang 20,4% (9). Da-
&HT s\. 0,62J eHT 1\ • o,ai1
IX (~) S,209 lam h al i n i , lc.adar vitamin C tomat
• berbedll ft)'lta terhadap tor.trot () < O ,OS)
•• btrbeda ••ns•t nyata terl\ad•p kontrol (pc 0,01) masak hampir dua kali kadar vitamin C
tomat menjelang masak, sehingga tomat
masak yang diiradiasi masih mengnndung
Dari tabel di atas ternyata bahwa kadar
sebanyak S mg/100 gram vitamin C.
vitamin C j amur mereng menurun akibat
iradiasi gamma. Makin tinggi dosis ir~- Mekanisme ketahanan vitamin c
diasi yang digunakan, semakin nyata pe- terhadap radiasi menu rut
PROCTOR dan
nurunan kadar vitamin C-nya. Pada dosis GOLDBL ITH (7' 10) dipengaruhi oleh ada-
J kGy penurunan kadar vitamin C secara nya niasin dan riboflavin yang be r>

487
tindak sebagai _pel in dung v itlllBin c SATAN, Jakarta (1983).
terhadap radiasi. Umumnya buah-buahan LOCKHART, E . E. ,
3. PROCl 0R,
0 B.E .•
mengandung kedua jenis vitamin tersebut and C:OI.DBLTTH, S.A .• US Report
Contract no. DA44-109-QM-1749
dalam jumlah yang sangat kccil (II). (1955).
Kadar riboflavi~ dalam jamur merang ha-
4. DEVRIES, W.J., Semiautomated flu-
ny~ sebesar I - 1,5 ppm. orometric methods for determi-
natio~ of vitami~ C in foods;
Collaborative scudy, J. AOAC 66 6
KESIMfUl.AN (1983) 1371.

5. HORECKER, R.B., Fluorescent Assay


Kadar vitamin C ja~u~ merang yang
in Biology and Hedir.inA, Ith. ed.
tidak diiradiasi ialah sebesar 7,53 Acade~ic P4ess, New York, London
(1962).
ppm. Jamur merang yaug diir«diasi I kGy
belum mengalami peuurunan kadar vitamin 6. ANONYMOUS, Hitachi Scientific Ins-
trument Technical Data, Kyoto,
C yang nyata, t~tapi jc.muc merang yang
Japan ( 1982).
diiradiasi dengan tlosis 3, 4, dan 5 kGy
7. PROCfOR., B.E., and GOLDBLITH, S.A.,
telah mengalami penurunan kadar vitamin Effect of sort x-rays on vita-
C yang sangat nyata, yaitu noasing-ma- mins (niacin, riboflavin and as-
corbic acid), Nucleaonics 5 3
sing sebesar 12,63; 16,73; dan 18,73%. ( 1949) 56.

8. HAXTE, F. .c .. EAKS, I.L., and SOMMER:


UCAPAN TERIMA"KASlll N.F., Some physiological effects
of gamma irradiation on lemon
Penul is mengu.capkan terima ke1s ih fruit, Radiat. Bot.~ (1964) 405.
kepada Dr. R. Sofyan dan Dr. Ir. M. 9. ABDEL KADER, A.S., MORRIS, L.L.,
lsmachin atas saran dan petunjuk yang and ~IE, E.C., The effect of
ga:mia i r r ad i at i on on the pos che r-'

diberikan selama peneliti~n Loi. vest behavior of tomato fruit,


USAEC Rep. UCO 34p80-3 (1965).
DAFTAR PUSTAKA JO. PROC.TOR, B.E., and COLDBLITH, S.A.,
Effect of high volcagc x-rays on
I. GENDER, R., 8ercocok Tanam Jamur vitamin (niacin), Nucleaonics 3
Merang, Sandling (1qs2). (1948) 147.

2. RIDWAN, M., "Pemanfaatan teltnologi I!. WATT, 8.IC, and MERR1L, A.L., Com-
r3diasi untuk pengawetan makan- position of foods raw, processed,
an", Pengawecan Hakanan (Risalah prepared, US. Dept. Ag rig. lland-
S~minar Nasional, Jakarta, 1983). book 8 ( 1950) 147.

488
Tabel 1, Perubahan kadar vitamin C j8Jllur merang al<ibat
iradiasi g1111111a.

Oasis iradiasi l(adar vitamin· C rata-rata.


(kGy) (ppm)

0 7,53
1 6 ,97
2 6,85*
3 6 58**

4 6 27"*

5 6,12 ...

RNT 5% c 0,623 BNT l\ c 0,827


1(1(
(\.) s '209
• herbeda nyata terhadap kontrol (l)'< O ,OS)
** herbeda sangat nyata terhadap kontrol (p < 0 ,01) '

DISKUSI '
duksi tidak dapat dihilangkan karena
bahan pengoksid 2,6 (cloroindofenol)
HUSIN R.M. : tidak begitu kuat mengoksid, eedang de-
Alasan penggunaan metode spektrofloro- ngan spektofloro bahan pengoksidnya cu-
metri pada penetapan kadar vitamin C ? kup kuat.
Apakah tidak ada cemaran lain atau re·
duktor lain yang mengganggu penetapan NAZLY HILMY :
kadar vitamin C tersebut? I. Vitamin C dalam sayur dapat terurai
oleh udara hal ini sudah dibuktikan
ARYANTI : oleh beberapa p~neliti. Apakah Anda
Karena metode spektroflorometri cukup juga melakukan penelitian efek udara
peka dan murah bila dibandingkan dcngan (penyimpanan) pada jamur merang yang
metode titrasi. Dapat juga dilakukan tidak diiradiasi 7
dengan metode HPLC, tetapi bahan kimia 2. Melihat jumlah penurun tidak begitu
Y•ng dip~rlukan cukup mahal, meskipun besar, apakah perubahan kadar vita-
d i peka i , Bila dibandingkan au tetra me- min C kelompok sampel aangat rendah
tode spektrofloro dan metode ticrasi, (P < 0.05). Berapa kelompok sampel
pad~ Cara citrasi direduktan dan pere- dilakukan ?

t.89
ARYANTI : ARYANTI
I. Pada penelitian j<J.mur mcrang yang I. Keduanya ingin dic:ipai, baik meto-
lain kami hanya mclakukan pengamatan de maupun perubahan kadar vitamin
t·anpa mel ihat kadat: vitamin C-uya. C-nya.
2. Kami melakukan J ul angau dan duplo, 2. Ya~ karena vitamin C tersebut sudah
karena sampel jamur merang yang di- ter<,ks id~si, letapi s ec ar a struktur
gunakan berganci-ganti, sehingga vi- ki m i a kami tidak melakukan. Namun,
tamin C-nya berbeda. dar i hasil spektrofloro t er sebuc su-
dah dapat terlihat (dimana vitamin C
HENDIG WINARNO: yang telah teroksidasi oleh radi-
I. Dari t r anapar ans i, yang Anda perli- asi, kemudian direaksikan terjadi
hatkan. disebutkan bahw .. tujuan pe- .9uenching dengan iodin. todin t idak
nelitian adalah metode penggunaan berfungsi sebagai pengoksid, akan
alat spektroflorometri untuk menen- t e t ap i. ·Sebagai pengganggu pada penr-
tukan perubahan kandungau vitAmin C. ben t ukan flooresen.
Hal Ln i rasanya tidak sesuai dengan
judul makalah. Mana yang menj ad i SULISTYATI M. :
topik/maealah, "pakah met ode peng- I. MPngAp• y•ne d;detAk~i vitamin C da-
gun.:i:in dot :itau pe cubab an vitamin lam jamur merang?
C-nya ? Apabilo yang mcnjadi topik 2. Dasar apakah yang dipakai, sedang
me t ode pe egguo a.an alat (spektroflo- kandungan protein mungkin lebih pan-
rometri) seperti pada tujuan, se- ting?
mestinya data yang diperoleh harus 3. Mengap• penelitian tidak d i Len juck an
dibHndingkan dengan melode Hlantlar ca'ta iWenaikkan kadar vitamin C de-
yang sudah b i as a dilakukan. ngan irradiaai ?
2. Dosis irradiasi 2 kGy dikatakan me-
rupakan dosis optimal dari vitamin C . ARYANTI :
mengalami penurunan sekitar 9,0J%. I. Karena jamur ada Lah t<!rlllasuk k e Lom-'
Apakah penuranan lebih dari Q,03% pok sayuran yang kemungkinan kadar
(misal pada dosis 3 kGy vitamin C vitamin c-nya cukup baik.
turun sekitar 14%) akan mempengaruhi 2. Kadat" pt"otein sudah ditentukan, ya-
11>.l tu jamur ? Berdasarkan spa Anda itu 3,61%.
menyimpu Lkan bahwa dosis 2 kGy (vi- 3 . .Bel um dilakukan, mud ah-mud ah untuk
tAmin tu run 9,03%) mP.mpunyAi do,;is masa yang akan datang dapat dilaksa-
optimal? nakan.

490
l'ENCEGAttAN l'ERl\JMll\JliAN Asflerituru OAt-; l'KVU\JKSI AFLA'IUl\.SIN PADA UAHAN
PANGA:-1 OENCAN IRAOIASL

Ha r s ono S.*, Tam i k a z u K.**, d an Ra hayun i ngs i h C.*

A8STRAK

PENCEGA~ PERTllllllUl!AN Asporqillu1 DAN PKOOUr.SJ AF1.ATOKS1N PADA BAHAN PANGAN llW)lAS!. 'l'elah
dilakuktn studi tentang pencegahan pertu~buh~n A~pergJllus dan pcoduksi 3flatoksin pada beberap• jtni1
bar.an ci.alonan denaan teknik iradiaai. &ahan 111ak3n~n yang digunakt'Jn tltbagai sair.pel penelltaian ialah P••tn
kacang yang dikontaminasi dengan A. f1aVU6 L. den ditradiasi dengan dosia 0~ I, 2.5, dan S ~Cy kemudian
diamati tegerA ~~relah iradla~i don setiap minggu tampai penyinipanan 6 minggu deng1n para~eter kadar air,
ka.~:.'t lemak, proteir., pM, pertumbl.1h.i.n kl'llj!'l\1,e, dan produkti aCl•toksin. Di ssmpin& ltu digun•li.an j>Jga
ee11.pf: l bcb ij i~n ya i tu bol'at, k>.:tkao, d an pe 1 it Y"'"8 di kon t ami na6 i dengan A a ~r4aJ.t:icus IFO )0 119. A•
toKica~ius IPO 30l08, A. tlavus va~. columnar is SG6, ~~n A. f1Avu• var columneria S7~ d1~ dii~adiaai
dcng•n do•is ae1rpei 10 kCy. Pengamatan kanduns•n be?"bagei mikrobe, ptrtllll"lbuh.11n ka:-ang, den .p:odukti
eflatokain dilakvkbn selama pcncltti.Qn. Jugo. dilakukan pengamat••1 degt'adaai allatoltsin dengen ~r4dia•i.
Ha• i l nya "Stcnun jukk.an bahv.-. podn. paste kscoog yang \. i.d.:i.k di i rad iae i peTtuaibu.han lc.apena tan produks i
aflatokstnnya lebih cepat daripada ~amp~l yaug diiradia6i. 00$i& 6 - 8 kCy teleh depat diaunek•n untuk
memba1111i kapang peogha.sll aCloltOkRin padil sar:ipel bt:bijillu yans dJ.gunakan d•l•m pet'C-obaea. Deri cmpat
jen~• •f~at~ksin. yang dl~mati yaitu a1, a2, c1• d3n G1 ternyata jenl1 n1 selalu diproduk&i tctbanyek
dar1pada 1en1s la1ntiV1:1.

ABSTRACT

PJl.8'/ENttot: OP AaPcrgJl.lu!:: CROWT}I ANO Af-'l.ATOxln PRODUCTION JN FOODSTUFFS B\' IRRADIATION. A Altudy en
tint peeveur t on of A$JUtrglJlus growth ~nd aflaco'ltin production in foodat\Jff:; heve been cartied eu e . The··
foodatuffs $aoplc u~i;d was pe anur paste c ant emi nc t ed b7 A. fl.,vu!'I L .. "nd irradiated vith doae• \IP to 5
kGy, then examined Jmced{~tely atcer irradiation ~nd weekly uv cu a w~~k• o! storage. The para~etera
observed were moisture, fat., and p tot.c In content, as vetl as pH. mould gtuwt.h, •nJ atl•'-Oxio p-roduccion.
Crain samples, i.e. rice, cocoa, and nutmeg ~ere also used, tA'llch ~ere ~ontfmtinated by A. p~ra$1t1cus IfO
30179, A. tox1carius lFO )0108, A. lla-,,us var. cotuenar Le ::;46, and~. ElovU$ var. columnatis S74, •l'ld
chen irradiated with dost~ vp to 10 kGy. Observation on the microflora contamination, mould growth, and
aflatoxin production were also conducted. Aflstoxin degradation by i1radi•tion was detel"Clined as veil.
The ce&u)ts showed that unir~adiated peanut paste had m~uld growth and aflatoxin production more than
i.r red Le t ed ones. ncs e e or 6 to 8 kG)' can be ue ed to tliminated moulds producjng arletoxin. ll wae found
th6t ~fl~roxin B1 production ~as high~r than B2• t1• •nd C2.

PENDAllULUAN
suhunya s e sua a • A. fliovus ada l sh s a l ah

Aspergillus f1avus tcroasuk kQlas satu kapang penghasil toksin y~ne djs~-
Fungi '(mperfecti a:tau Deuteromycetes, but aspergillus flavus toksin atau di-
ya itu kapang yang b any ak m.cngkotamina- singkat menjadi af l s t oks i n (2). Kemud i>

si bahan mak'1~an (I). Kapang ini mu- on d Ikc t ahu i b ahwa a f Lat ok s i n j ug s di-
dah tumbuh pada media yang lembap dan produksi ol~rt bcbc r apa Aspergil.Zus la-
in dan Penicillium.
Aflatoksin ialah senyawa organik
• Pusat Aplikasi rsotop dan ~adia$i, 3AT~N lieterosiklik berupa metabolic yang ber-
•• Takasaki Radiation Cl1e;nistry Res ee.r cb
Est4blishment, JAERI sifat :oksik {J). Aflatoksin B1, B2, GI

491
dan c2 adalah beherapa jenis rer~en- n~ telah diketahui bahwa membasmi afla-
ting yang banyak dihasilkan oleh A. tnksin jauh lebih sulit daripada mcm-
£lavus dan A. parasiticus. Aflatoksin basmi kapang yang menghasilkannya (6).
dapat menyebabkan kerusakan berat pada Tujuan studi ini ialah untuk men-
hati, yang segera disusul dengan kema.- dapackan dosis yang sesuai untuk men-
~ian penderita. Kalau dosisnya ren- degradasi aflacoksin dan dosis untuk
dah dapat menimbulkan karsinoma ha- menbasmi Asperglllus.
ti primer (4).
Usaha untuk mendegradasi aflatok- BAHAI\ DAN M ETODE

sin telah dilakukan dengan berbagai Reberapa jenis baha~ makanan yang
cara. DOYLE dkk (5) melaporkan bahwa digunak~n sebagai sampel panelitian ia-
degradasi aflatoksir. dapat dilakukan lah pasta kacang tanah, biji pala, dan
dengan cara fisika, kimia, dan biolo- biji kakao yang diperolen dari pa-
gi. Namun ternyata cidak ada satupu~ sar di Jakarta, serta beras slip yang
perlakuan tunggal yang berhasil baik didapat dari pasar Takasaki, Jepang.
dalam mendegradasi aflatoksin . tanpa Biakan murni A. parasitlcus IPO 30179,
mempengaruhi nilai gizi bah~n makana~ A, toxicarias IFO 30108, A. flavus var .
. yang dicemarinya. columnaris S74, dan A. rlavus var.
RAhAn mak.anan pada u:numoy;a iterup:.-
columnaris S46 didapat dar i laboracori- ·
kan media yang baik untuk pertumbuhan um pengembangan Proses Radiasi, Taka-
kapang. Kapang dan Khamir akan lebih sa~i. Pasta kacang tanah diiradiasi de-
mudah tumbuh bila kadar air bahan ~a- ngan dosLs' 0, I , 2 . 5 , dan 5 kGy di
kanan cukup tinggi. Bahan m3kan3n y3ng !radiator Panorama Serbaguna, PAIR, la-
mut unya tinggi b Las anya kadar airnya lu disimpan dalam suhu kamar. Peng-
tidak melebihi ketentuan standa~. agaT amacan dilakukan segera setelah iradi-
tidak terlalu cepat ditumbµhi ka- asi dan setiap minggu sampai penyimpan-
pang dan lthamir. Standardisasi kadar an 6 minggu. Parameter yang diamati
air dilakuka~ karena telah disadari adalah produksi aflatoksin, kadar le-
bahwa bahan makanan yang terkontami- mak. protein, kadar air dan pH. Bahan
nasi Aspergillus mungkin mengandung mAkAnAn lainnya diiradiasi di iradiator
aflatoksin yan~ dapat membahay~kan kon- Departemen Pengembangan, TRCRE, Taka-
sumen. saki dengan dosis sampai 10 kGy untuk
Jradiasi gat1111a dapat dcgunakan se- diamati kandungan kapa~gnya.
bagai salah satu cara untuk menghindar- Untuk mengamati produksi aflatok-
kan bahan makanan dari cemaran kapang sin oleh Aspergillus, dilakukan inku-
dan khamir penghasil aflatoksin, kare- basi Aspergillus dilakukan dengao men-

492
campurkan 30 g sampel de~gan IS ml air ditambah dengan agar teknis 6 g untuk
suling dan disimpan 24 jam. Sesudah itu 1000 ml media. Kedua jenis media terse-
kalau sampelnya beras, sampet diku- but pH-nya harus 7.0. Cemaran kapang
kus selama jam lalu didinginkan, osmofilik dihitung dengan media malt
kemudian diinokulasi. Sampel lain .ang- extract (HE) 50 g, ditambah NaCl 75 g
suog diinokulasi tanpa dikukus. Sete- dan agar teknis 20 g. Kandungan kapang
lah didiamkao selama 24 jam, sampel di- dan khanir dihitung dengan media ~IB 10
aduk eampai rat•, lalu diinkubasi sc- g. ditambah agar teknis 20 g, dan eks-
o
lama 10 hari pada suhu 26 C dan kelem- trak khamir dan glukose masing-masing
bapan nisbi 85%. Setelah itu sampcl di- 4 g. U3cuk antibiotik diberikan klo-
ekstraksi dan dihitung kancl11ngAn ;ifl;i- ramfeoikol 10 mg dalam 1000 ml media.
toksinnya, kemudian didcgradasi dengan Kedua jenis media ini pH-nya 6.0 - 6.8.
iradiasi dosis tinggi, yaitu 500 kCy. Penciituan KariaJt. A6latc fu..&i Val.am
Pi11en-tua11 Kadevr. A ~<Ltok6.l11, Le.nail, Be.b.i.j.i.a.n, Ekstraksi aflatoksin dad
P~ote.ln, AA/t, nan pl(, Pasta kacang ta- sampcl bebijian dilakukan dengan metode
n eh d i s impon dn Lam s uhu k ama r dengan RH WOODS and AURAND (8) menggunakan. pe-
80%. Aflatoks in yang d i.has ilkan oleh misah mctanol, pcncucian dil3kukan J
pasta kacang selama penyi~panon diukur kal~, yaitu deogan n-heksan, benzen
dengan me code GOl.DBATT (4), dengan asam as~cac (95.5 : 4.5), dan etil eter
menggunakan HPLC me r k WATERS Model 441 - n-heksan (6 : 4). Pembacaan dilakukan
lNJ.V6K, dengan kolom u-porasil dan pc- dengan BPLC merk SBIMADZU menggunakan
La rur kloroform-asecon (9 : I). Peaba- panjang gelombang 365 nm.
caan dilakukan pada panjang gelombang
365 nm. Pengamacan kadar lemak dan
protein dilakukan dengan metode EGAN llASIL DAN PEMBAHASAN
(i). Kadar air diukur dcngan OHAUS Mo-
Jumlah kapang yang cumbuh dan kan-
isture Determination Balance, dan pll
duo~ao aflacoksin dalam pasta kacang
diu~ur deogan pH-Meter meek KARL KOLB.
dilihat pada Tabel I. Pada penyimpan-
Penel1fua11 Kamlu.11ga11 an I minggu, kapang sudah tumbuh dan
Kandung an mikroba total dan bakt e r i menghasilk~n aflacoksin padA kontrol.
pembentuk spo r s d ih i r ung dP.ngan me- Kandungan aflatoksin terus meningkat
dia nutrient agar (NA) 23 g, clitamhah sacpai penyimpa.nan 3 minggu, d an mulai
dengan glukose dan ekstrak khamir ma- menurun sesudahnya. Pada sampel yang
sing-masing 5 g, dan ~H2Po4 2 g unc.U diiradiasi kCy pertumbuha1 kapang
1000 m. media. Kandungan bakteri koli cukup banyak, tetapi produksi aflatok-
dihitung deogan Mac Conkey Agar 50 g sin lebih lambat daripada kontrol. Ka-

493
dar aflatoksin pada sampel I kCy terus untuk biji pala diperlukan dosis iradi-
meningkat sampai penyimpanan 6 minggu. asi 8 kGy.
Pada sampel iradiasi 2.5 dan 5 kGy Hasil pengamacan pertumbuhan ka-
tidak terlibat adanya pertuobuhan ka- pang pada pala dapat dilihat pada Gam-
pang serta produksi aflatoksinnya juga bar 3. A. ,Parasft!cus ·U'O 30 179 baru
tidak terdeteksi. terlihat tumbuh ser e 1 ah 3 had i noku la-
Ra~il p~ng1>111atan kadar lemak dan s i, dan jumlab sel kapang tidak me-
protein dapat dilihat pada Tabel 2 dan ningkat lagi setelah hari ke-8, yaitu
Tabel 3. Terlihat bahwa kadar lemak dan sekitar 10 6 sel /g. Dengan iradiasi 2
pi-otein menurun akibat penyimpanan kGy saat tumbuhnya dapat ditunda 3
sampai 6 minggu. Namun, kadar lemak hari, dan sampai hari ke 14 jumlahnya
tidak tcrpcng~ruh oleh iradiasi samp3i tetap lebih rendah sekitar desimal
dosis 5 kGy, sedangkan protein pasta de r i pade kontrol. A. flavus var. co-
kacang sedikit menurun skibat iradiasi. lumnar is S46 walaupun terlihat mulai
Kadar air pasta kacang tidak ber- tumbuh juga pada bari ke-3, tetapi jum-
ubah akiba~ iradiasi, tetapi sangat lah selnya lebih sedikit daripada IFO
meningkat akibat penyimpanan (Tabel 4). 30179. Iradiasi dosis 2 kGy menghambat
Peningkatan ini lehih Linggi lerjadi permulaan tumbuh S46 sampai hari ke-
pada kontrol dan iradiasi I kGy daripa- 12, dan jumlahnya 3 desimal lebih ren-
da sampel iradiasi 2.5 dan 5 kCy. dah daripada kontrol.

Samp~l pasta kacang tanah me.m.pu- Basil pe~gamatan produksi aflalok-


nyai pH awal sekitar 6.20 (Tabel 5). pll sin pada pala dan beras dapat dilihat
cidak terpeogaruh oleh iradiasi, tetapi pad a tabel 6. Keempat je)liS Aspergl-
makin menurun akibaL penyimpanan. se- llus ternyata paling baik cumbuh pad a
suai dengan rasa pasta yang cakin asam. media beras, kurang baik pada media
Kandungan mikroorganisme pada biji pala , dan tidak tumbuh pa,da media biji
pal a dapat dilihat pada Gambar I • dan kakao. Diantara keempat macam aflatok-
biji kakao pada Gambar 2. Kontaminasi sin, cernyata jenis B1 diproduksi oleh
awal mikroba dalam biji pala sekitar se111ua biakan Asperg!llus sedangkan
106 sel/g sedangkan dalam biji kakao jenis G2 haoya diproduksi oleh IF9
sekitar I desimal lebih rendah. Hal ini 30179 dan IFO 30108. Oiancara keempaC
mungkin disebabkan penanganan dan pro- jenis aflatoksin, yang paling banyak
ses pengeringan biji kakao lebih ber- diproduksi ialah jenis B1• dan yang pa-
sih daripada biji pala. lradiasi de- ling sedikit jenis c2.
ngan dosis 6 kGy telah dapat membaS111i Hasil degradasi aflatoksin jenis B
mikroba dalam biji kakao, sedangkan dengan iradiasi pada beras dapat dili-

494
hat pada Gambar 4, dan jenis G pada l>AFTl\R PUSTAKA

Gambar 5. Terlihat bahwa jenis s2 dan


G2 lebLh sulit terdegradasi daripada I. SAMSON, R.A., HOEKSTRA, E.S., and
jcni.s \\ dan c1•
Nilai D'.)7 aflatok- OORSCHOT, C.A.N. van, Introduction
1 to Food-borne Fungi, Centraalbu-
sin B1 adalah 220 kGy (Gambar 4), se- r-e au voor Sch imme !cultures, lns-
dangkan B2 760 kGy (Gambar 5). Afla- t i tute of the Royal Netherlands
Academy of Arts and Sciences,
toksin B lcbih sulit terdegradasi da- Delft ( 198 I) .
ripada aflatoksin G, sebab nilai 037
2. PSOTI1A, C., Aflatoxinen, Pharm,
jenis G1 165 kGy, den j~nis c2 580 kCy Wcekbl., 106 (1971) 309.
(Gambar 5).
a. ITO, II., llZUl<A, H.,t and:'!!/\T@, T.,
Ldentification of Jf:;perglllus iso-
lated from rice · and their ra-
KESIMPULAN
diosensicivity, Agr. Biol. Chem.,
37 4 ( 1973) 789.
I. Bah an makanan berkadar air Llngg.i
dapat ditumbuhi kapang setelah dl-
'
4. GOLDBATT, L.A., Aflatoxin, Academic
Press, New York - London (1969).
simpan 3 hari, dan setelah I mcngl
gu sudah mulai memproduksi aflal 5. DOYLE, H.P., APPLEBAUM, R.S., BRAC-
KET, R.E .• and MARTH, E.H., Phy-
toksin pada pasta kacang. Ycrtumr sical Chemical, and biological de-
buhan Aspergillus pada beras palinf gradation of mycotoxin in foods
and agricultural collltlodities, J.
baik, pada pala kurang baik, dah Food Protektion, 45 10 (1982) 964.
pada biji kakao tidak baik.
6. MARTATT, T. , Pengaruh radiasi s inar
2. Oosis iradiasi paling rendah 165 kGy gamma terhadap pertumbuhan As-
dapat mcndegi-3dasi aflatoksin G1 dah pergil]us flavus dan pertumbuhan
aflatoksin, Skripsl Sarjana far-
paling tinggi 760 kGy untuk B2 sam~ masi. Univ. Pancasila, Jakarta
pai manjadi 37% untuk membasmi ka- (1985).
pang hanya diperlukan dosi~~6 sam; 7. EGAN, H., KIRK, R.S., and SAW\'ER.
pai 8 kGy. R., Pearson's Chemical Analysis
of Foods, 8th., Ed., Churchill
Livingstone, New York (1981).

UCl\PAN TERIMA KASIH 8. WOODS, A.E .. , and AURAND, L.W., La-


boratory Manual in Food Chemistry,
P•nulis mengucapkan terima kasih The AVl Publ. Co. Westport, Con-
necticut ( 1977).
kepada JAERI yang telah membcrikan
kesempatan melakukan penelitian d; Ta-
kasaki Radiation Chemistry Research
Establishment.

495
T•b•l:l. Pengal'Uh iradia.si dan penyimpanan pada pertumbuhan tapang (\) dan
k1ndun1an aflatoks!TI (ppm} dalam P••ta kacana tanlh.

P~nytspanan 0 kGy I kGy 2,S kGy 5 kGy


(lllinuu}
Xp Af Kp M Kp Af Xp Af

0 0 tt 0 tt 0 tt 0 tt
l 100 1,83 40 tt 0 tt 0 tt
2 100 10,82 100 0,48 0 tt 0 tt
3 100 16,28 100 S,67 0 tt '0 tt
4 100 11,01 100 6,87 0 tt 0 tt
6 100 llj82 100 14,SI 0 tt 0 tt

Rata-rata dart 3 kali ulan1an


Kp • Xapana yan1 tumbuh
Af • Xandun1an aflltoks!n
tt • Tak terdetAksi

Tabel ·2, Pen11ruh penyl"l'ui•n dan !radi1si pada kadat


hmak (\) puta kacana.

Pon1iC1p&nan nos is iradiasi (kGy)


C•tnarul 0 1 2,S s
0 45,2S 4S,25 45,25 •s. as
I 43,61 44,60 44,16 43,94
2 42.18 4~,15 4S,17 42,84
! 30,6.S 42, 78 41,lS 40, ..6
4 38,01 42,01 40,18 35,85
s J6,82 41,54 39,61 33,97
6 34,40 40,41 38,64 32,85

R.ata .. rata dat"i 3 kall uhnaan,

Tabel · 3, Pensanih penylmpanan dan iradlasi pada kadar


protein (\) pasta kacana.

Penyimpanan Dos is lrad!asl (lcGy


(mln111u) 0 1 2,5 5

0 25,32 25,36 2S,28 lS,30


I 24,26 24,80 24,95 24,90
2 ll,27 23,29 23,58 23,76
3 23,13 22,42 23,04 22,99
4 22,84 22,J9 22,11 ll,O
5 22,45 21,76 20,42 20,85
6 11,63 21,38 19,06 20,11

Rata-rata dari 3 keli ulangan.

496
f1hel •, C•11nt1ruri Pfl\)'t~•"'*" d.an '''"11)l P•~• "adu f11b~I fl,
11 r (\) P••t• lt•c:u1.1. Pn~d\Atl •fl•Wkihl Oalm. p•I• d•n flUI )'•fll
4tlnokvl••t de1111n • J•n'•
Atls-rt4!Juf Cu.a/I),

P:.r1yu1p1t1•n
l•i!\f.fltl

no.t.l' ira<i•-'i C•<itJ
"< ., •, •,
'·' '
1, lO l.lO 1 .zt • ,lO ... ~
,p1r11J'tJ~v• JFO lC179 o •• o.o o.r s.'
ll,SS
ts. \IO
Hl,;s
:n' T$
u ,60
:1,to
:~, 70
ll,70
9,7)
14, 4(!
11 ,IO
21, It
9,1~
14,•S
40,10
;1.•s
.... IJ•w& "'', c.li.r.• ri•
to•i.r:~411-1 lPO )0101
••• 0,1 ••• •••
'·'
•••
••
fl1vu1 V•T, c»h11u11ri$ ~14
\0,1S 2i.u. i40M

..•• . ·'
u. '0 17 ·'"
Jl,4S l.S,ld Jti,in
~
rro )Cl19
P•T·••1clc~•
t!•vu• .. 1.r • co11111r•• r11 S•6
1, 7
0.1 '·'
&,l
'· 7
I, I
T•birl s, 'cnt•Nl'I ptn)'tepan.1r
F•tC.• kt(•·'I•
d•n ltadlUt p..t• J'I
..
•• to•le•.rl~•
r1111•u• "''·
TFO lOlOI
\.1JJ11llr•rl1
~'·
e,5
"'·' '·' 10.0
0,7

Pery111p1n•n ncai• 1 r1dl1:i! (lGr-)


<••1tt,uJ
0 I
'·' '
",
I
6,19
s ·''
6,ZD
S,97 '·''
•,o•
6,20
6,0•
I'·s.o" ........
s,t2 S,ti 6,tl
l s , '1 , S,7f S,tr; S,17
•s S,69
S,4S S,7J
S,Sl
S,SI
• S,69 s.s~ s,1• S,4S

f.•t••r•t• o•r~ l \•H ¥l•n1t1•1,

:
; '
i

i' '

ltllurl pt•~
""''~ J5'0f•


..._ ..,, 1. tuna su:k,i,,..,.i aiiRob. dtl•
......,,,- l, I.Un-• ••t1., ... t •hrob• , ..... lit1110
pal.- dea1.a lnd.iuf. 411111.t lrlldr•1L

497
i'i ~
~
0
"~ ~
~ ,.
<!;
;'!
0
::: 0 ~
::! ~
. .:•
.. -.
~ c
~ .;· Q ~
~ ~
• : N ~
" s
lo
0 0
£
;; "
I
<l
0
;jt
-
••> ~
c
·;
:>

0 0
~
: .;
2~ q
/"' 0 u
~
.•• .;
·--~
--o
~o
~
·~
2:::
-o
-e c

-
0
0

~ :::
>:
s,

•• > 0 0
u~
c

e . ::...··-
:;: >:

~--·
•• .:: .;:. ·=-
u

.
~
__.

-~,. .-
" 8 :
g -a
~ .
O•
.. 'l

~·.
N
28
:: :
4
••
~o 0
2 -·.
.; ~
0
2
E.1i
o! 0
.
c
I
.;
'

0 ·> i
u
• ~ ~
0 0 0 0
2 2 !'?
•Jat •lt•S n11p
0
" ~ 0
• • 0
~ .2 ••
(\! 1,HS)ll)~flJ" lfWIWI 'IQt •t••S ftl•P
(\) U!ll!Oll(Jt <(S(U'lr

r
)!: ~
il 0
!!:. •
:
~ ~· •
:: "'\ !
0

• 161) IJA-'•t
{I/lit ~!Wit

498
DISKUSI deteksi dengan metode yang dipakai ?
3. Berapa jumlah aflatoksin yang dapat
SUSfANA : menimbulkan efek pada manusia atau
Apakah dapat diketahui secara visual mematlkan?
bahwa suatu makanan sudah mengandung
aflatoksin, mengingat aflatoksin sangat llARSONO S.

berbahaya bagi manusia 1 I. Dengan metode HfLC/metode Graldbalt.


Hasil degradasi tidak ditentukan,
HARSONO S. : tetapi yang dicencukan adalah sisa
Secara visual sulit. makanan yang sudah aflatoksin yang tidak didegradasi.
terkontaminasi dengan Aspergillus fla- 2. Sekitar > 0,01 ppm.
vus (hijau lumutl lebih baik dibuang. 3. 30 ppb, kalau dikonsumsi dapat mema-
tikan > 30 ppb kanker hati.
l>IJC:TATMIH :
s~tam~ m~nggunakan iradiasi untuk mem- NtKHAM:
basmi Aspergil !us penghasil aflatoksin, I. Pada dosis berapa aflatoksin dapat
ap ak ah Anda pernah mcnggunakan c a ra La- didegradasi dan senyawa apa yang
in. misalnya deogan pemanasan. Hal i11i terdegradasi serta apa hasil degra-
kHmi t~nyakan karena iradiasi dapat dasi?
mengubah struktur gen/genotika dAri A•- 2. Bagaimana cara mendeteksi secara vi~
pergillus. Dengan demikian. Aspergillus sual bahwa suatu produk mengandung
yang d i pe r l akukan dengan iradiasi mung- aflatoksio dan apakah produk terse-
kin saja manjadi strain yang ganas yang but masih dapat dikonsumsi setelah
dapat membahayakan kehidupan manusia diiradiasi, mengingat aflatoksin su-
(khususoya untuk Aspergillus yang di- kar didegradasi?
iradiasi tidak sampai mati) 1 HARSONO S. :
I. Rasil degradasi tidak dianalisis,
HARSOllO S. : tetapi yang dianalisis adalah sisa
Be lum. Has i 1 pene 1 it ian dengan dos is aflacoksin yang tidak didegradasi
2,5 kGy, eetelah 6 minggu belum diha- oleh radiasi. Menurut literatur + 25
si l kan af l a t ok s i n , tetapi mungkin As- kGy, bergantung pada konsentrasi pe-
pergillus belum habis terbasmi? larut )'ang d i.gunakan , dose rate, dan
sebagainya.
NELLY : 2. Aflatoksin tidak berwarna, sulit di-
I. Bagaimana metode penetapan kadar af- deteksi. bahan makan yang sudah ter-
latoksin dan hasil degradasinya 1 cemar Aspergillus flavus (hijau lu-
2. Berapa jumlah minimum yang dapat di- mut) lebih baik dibuang.

499
PAPARAN RADIAS! DI SEK1TAR IRPASENA DAN JRKA

Made Sumatra*, Kicky L.T.K.", d an Puguh 'lartiyasaA

ABSTRAK

PAPARAH lAOIASI 01 5lklTAR lRPASENA DAM IRKA. Ttlah dil•kukan pen1ukur1n pap•r•n radiatl di ••kitar
lf•di1tor X•r•t Ala11 (lllCA) dan ?radiator Ptnot••• Serba1un1 (lkPASIKA). P1n1ukuraft dilaku-en a1tlap
bulan ••J•k Januari 1987 ••mpai dena•n bulan Juni 1988. Hatllnya manunjukkan ~ahw• laju dottt ••k•l•~• 4l
••kittr IklA 1d1l1h 20 ~Sv/J••· a1danak1n \i11r1n l1Ju dotit di ••kit•r IRPAS!IA p1d1 u111.n1nya •••ih di
bavah bat•• yan& dii1ink1n 2) µSv/ja•. akan tttap( pade beberap• t••P•t .. n~nju\~an laju doaie y1a1 cukup
tin11i aelabihi bat•• yang diiiikan.

ABSTRACT

MOIATIOH ~XPOSUU A,OUND 1R.PASENA ANO IRKA. Jtadiation eJtpoture IMllUt'tlltntt b1v1 been carritd out
•round Natural aubb1r lttedi•tor (lRkA) end Hultipurpo1t Ptnoram• Irradlator (Iia'ASE•A>. Th• ••••ur••1nt1
were ctrrltd out every month fro• J•nuary 1987 to Junl 1988. The retult• 1hov1d chat ae~iaum dote rate
around lRXA V4f 20 µSv/hour. vhil~ range• of doae rite around JRPAS!KA in gtnertl ltill under peralttible
li1tit Le , 25 t1S'l/bour, buc in 1tveral l ec at i ens the dose race ve ee high enovgh, it it 11ort: than
per•i1sible li•it.

PENOAHULUAN sumber •ehesar 1,48 P Bq (40 kCi).


Walaupun kedua iradiator tersebut
Untuk melaksanakan penelitian di
dibangun dengan disain yang telah mem-
bidang proses radiasi, Pu.sat Aplikasi
perhitungkan keselamatan terhadap baha-
lsotop dan Radiasi telAh membangun dua
ya radiasi. namum 9emantauan pap~ran
buan fasilitas iradiasi, yaitu Iradia-
radiasi di aekitar iradiator tersebut
tor Panorama Serbaguna (IRPASENA) dan
perlu dilakukan aecara bcrkala untuk
!radiator Karet Alam ( IRKA). kedua
60Co mengetahui sccara dini kalau terjadi
iradiator tersebut menggunakan
kebocoran radiasi akibat keruaakan pada
sebagai ~umber radiasi sinar ganma.
dinding beton pelindung ataupun sebab-
[RPASENA selesai dibangun pada bulan
sebab lainnya. Bidang Keselamatan Kerja
April 1978 dengan kekuatan sumber 2,9 p
dan Kesehatan berkewajiban untuk men-
Rq (78 kCi), sedangkan IR.KA selcsai di-
jaga agar tidak terjadi bahaya yang di-
bangun pada bulan Oesember 1983 dengan
sebabkan oleh radiasi sinar gamma mau-
kekuatan 7,955 P Bq (215 kCi). Pada bu-
pun sumber radiasi lainnya dan menjaga
lan Agu6tus 1986 IRKA mendapat tambahan
agar pekerja radiasi tidak memperoleh
dosis radiasi melebihi batas yang di-
• Pusat ,l\pl lka.si lsotop dan Radia.'>i, RA1'AN izinkan.

501
Laporan dalam mAkAlAh ini adalah liputi ruang saf I dan II, dinding
hasil pemantauan p~paran radiasi di se- belakaog atas, atap dan "ceiling
kitar IRPAS£NA dan IRKA yang dilakukan hatch". Loka~i-lokasi tersebut tcrtera
setiap bulan muloi bulan Januari 1987 pada Gambar 4-6.
sampai bulan Juni 1988.

HASll.. l>AN PEMllAHASAN


DA fl AN DAN M ETOOIT
Titlk pengukuran dapat dilihat pa-
Pelt.a.la.tan da 11 Wah.tu. Pera lat an
d~ Gambar 1-6, sedangkan kisaran laju
yang d i gunakan untuk mP.neukur pAparan
paparan radiasi cercera pada label
radiasi di daerah IRPASENA dan IRKA dan 2.
terdiri atas surveimeter SPP2NF, sur-
veimeter viktoren dan teletekto~~ Peng- 1~KA, Dari Tabel I t e r Lihe t bah>
ukuran dilakukan setiap bulan, sejak wa, laju paparan radia1i di semua titik
Januari 1987 sampa i, dengan bulan Juni pcngukuran di sekitar titik pengukuran
1988. di sekitar IRKA lebih rendah dari 25
µSv/jam. Laju dosis paparan sebesar 25
Lokali~. Oenah TRPASENA dan IRKA di µsv/jam merupakan laju dosis yang maaih
komplek Pusat Aplikasi Tsotop dan Ra- dapat diterima oleh seorang pekerja
diasi tertera pada Gambar I. Pengukuran cad i as i c anpa menimbulkan aus tu penga-
di daerah IRPAS!!NA dan s ek i t ar nya di la- terhadap kesehatan (1-3). Laju
ruil
kukan setiap bulan di tempat yang sama, dosis tertinggi yang terukur sebesar 20
Y"; tu di hagian depa:> ,gedung IRPASENA, pSv/jam, yaicu di tempat mesin penarlk
di bagian kiri, di hAgian hP.lakang, di lantai I. Dari hasil pengukuran ter-
bagiao kanan, dan bagian atas. Selai11 sebut, lingkungan kerja di sekitar IRl<A
itu juga dilakukan pengukuron di gedung dapat dikatakan aman dari bahaya ra-
Proses Radiasi lantai I, II, dan atap,
dias.i.
di gedung Kimia lantai I dan II, di
jalan IRPASENA - Kimia, jalan IRPASENA lRPASENA. Kisaran penguku~an laju
- IRKA. Pengukuran di daerah lRl<A dila- dosia di sekitar IRPASBNA tertera pada
kukan di lantai I meliputi tempat mesin Tabel 2. Laju dosis yang melebihi 25
penarik, dinding depan, dinding ruang µSv/jam terjadi di lubang "aling" (60
lateks, dinding belakang, dinding pe- µSv/jam Sillllpai 180 µSv/j&m) dan di
ruroses~n air, ruang staf 1, ruang ad- "ceilling hatch" (30 pSv/ sampai 75
mini~L~asi, ruang kontrol. ~uang per- µSv/jam). Pada lubang dinding bela-
temuan, ruang scat 11 1 dan ruang pe- kang, laju dosis berkisar antara 15
mrosesan alr. Lokasi di lancai II me- ~Sv/jam dan 25 µSv/jam dan pada ~u-

502
bong ongin bagian dcpan ruang iradiasi KESIMPVLAN
berkisar antara·l2 sampai 20 µSv/jam.
Laju dosia di tempat pengukuran yang Dari hasil pengukuran ini dapat
lain maksimum 10 µSv/jam. disimpulkan bahwa, laju dosis di se-
Lubang "sling" tempat laju dosis kitar IRKA aman dari bahaya radiasi,
mencapai. 180 µSv/jam terletak di rutmg demikian pula lingkungan di sekitar
IRPASENA pada umunya aman dari bahaya
operator kurang lebih 3 meter
diata~
·radiasi. Hanya di beberapa tempat perlu
lantai. Pengukuran laju dosis di meja
mendapat pengamatan khusus agar laju
operator sekitar 0,5 µSv/jam. Rata-
rata waktu yang diperlukan untuk me- dosis dapat ditekan lebih rendah lagi.
Kenaikkan dosis "back ground" perlu
lakukan radiasi kurang lebih 8 jam/hari
mendapat perhatian, terutama pada pe-
sehingga laju dosis yang diterima ope-
nggunaan alat cacah level rendah.
racor/pekerja kurang lebih 4 µSv/hari
acau sebesar kurang lebih 150 µSv/
tahun. Jumlah tersebut masih jauh di UCAPANTERIMA KASIH

bawah jumlah yang diperkeriankan, yaitu


Ucapan terima kasih disampaikan
sebesar 50 mSv/tahun. Walaupun demi-
kepada Saudara Agus Hermanto dan M.
kian, kemungkinan timbulnya kerusakan
Tohir, anggota Bidang Keselamatan Ker-
j.aringan tertentu t anpa suatu dosis
ja dan Kesehatan, Pusat Aplikasi Isotop
ambang ("stochastic" "effect") pe r Iu
dan Radi.asi, yang telah membantu dalam ·
diperhacikan.
pelaksanaan pekerjaan ini.
Laju dosis yang besar di meja
operator kemungkinan disebabk~n oleh DAFTAR PUSTAKA
laju doais yang besac di sekitar lubang
I. BA'l'AN, Ketentuan Keselamatan Kerja
"sling". Agar laju dos is yang be sa r Terhadap R.adiasi, BATAN Jakarta
tersebut dapat diperkecil, maka perlu (1983)
perhatian serta perlakuan khusus ter- 2. IAEA, Radiation Protektion Proce-
hadap lubang "sling". durs s , (Safety Series No 38) IAl!A,
Vienna (1973)
Pengamatan lebih lanjut menun- 3. MARTIN, A., and HARBISON, S.A.rd An
j ukkan bahwa bi.la IRPASENA dioperasikan ltroduction to Radiation, 3 ED,
Chapman, and Hall, New York (1986)
dapat meninggikan dos is "back" "ground"
Clatac belakang) seki tar 400 cpd (ca-
cab an per detik), Hal ini dapat meng-
ganggu pencacahan, terutama bila meng-
gunakan alat cacah level rendah.

503
Tabel 1, «iaaran leju P•P•Tan TA~i•sl di daer•h l~KA sej•~
Janiu,TJ 1!>8' 5•fflJ)•; den111n Junl 198#1,
TabeJ 2, Kisara~ laj~ paparan T&di•t! di dae1ah lR~iSP.NA
JanuaT~ 1987 sa19pal dent•n Juni 1988,
••J•~
No. Lc\:.a.s i. pr.ant au.an KiSlTan l~ju dosts • c, Lokasl ~•ancauar. Kls1ran ••Ju do1l1
(,,.Sv/J1.•} (.Svtj.,.y

~!. G1!d11nJ 1APA.sr""'A

~.·
- Hesil'I per •• ri\: 20 0,1 a, 11.Aj 1 an dt'p•r.
•nlndlnf depan l, s n ,1 Pintu J ,$
..Oindln1 ru•nt l&t.f'k5 l,O 012: • OJndi n1 •••
- Oindins belakan1 0,5 0,2: - t,uba.nt slina •••
1ao 0 60,0
..
Dtndlna pe11ro!lesa11 •t" 1,0 0.1 • Lut'ians .lft 1I n
1
10,0 12,0
...
Auant staf I 1, 0 0 ,1 .. Meja operator 0,6 o,s
·Ruan• adlltnistrasi 110 011
• Ruans tontTol 11 0 0 ,I b, ta,aia11 kiri
• Rur.n1 pe•t.•uan 1.0 0,1 • (Hndlnt daJ• 2,• e.s
- ftuan, tttf lJ
• Ru&rtl ,..rosesan air
1,0
1,0
0,1
0,1
.. Cin(llnr lvar
c ... ,ian bcil•\:•ni
10.,0
•••
~!!. • Oind!nt 1,s - o,s
.. luh•n• 2s10 15,o
.. Ruana st•f I l,O 0,1
- Ruana staf IJ 1,0 O,l d. Rati•~ kan&n
• nJndt.n1 l,O
- Olndlnt b8lalant 1,0 0,2
•••
- A.tap
- Ctlllnt beech
1,0
1,s
0,1
011
••
- Lul:-ana
1aa1an atas
••• r,e
----·------·---··---------------- • A.ta,
- Ce-ilin1 hatch
z,s
75,0
o,s
30,0
Gedvna PTo•es Radlas.t
• L1nt•l l 1,0 0,3
.. t.antli JI 1,0 0,3
- •t•p r.s 0,2
Gtduna Ki•I•
- 1..1\nt•i r 1,0 0 ,1
.. L.tntal t I 1,0 0,1
Jelan IRPASE~A • Xtata. 0 .s •.•
s Jo Jan IRPASF.NA - P""P• air o,s o,s
• Jal an IRl'ASENA " IRKA o,s •••
" Luba.n1 sl jna : luhll'll pad& dindlftt 1{ftdlator 11ntuk t_,.t
kawat peaattk 11.11b•~ Co,

.... .Stat ••• ''-'

L ••
.... ;.:~·. '
1 -.

. ,1._·:--------.
-. ·.· -
G:'''."'-T.

0
·•••ll•t 1,

li&all•I' ), h11 lt>hU lro41HOf (n•I Aaa (l•U)


r
oiMI 1n<l1Uff raa1r-
llr"'lll ,.11..,
a, ~int• lrMh1er
e, Olntll.. .....
lr-Nltt.,.

e , Ltib•I 11ln1 (dj Ila.I).


d, Lj,jl!Uf aaell1((4J ltll)
•· MtJ• opn·1tOJ"
Pt11oru1 hrt1111.11a {HPASVU)
1. Dl .. •111 alti J ... r
ti, DIMlnt
t, ~
J, Dl .. llt Un•
btlllk•1
(JI AU.I

t, l.Mllf (41 bMIUI)


$trbttU'l1 ( JRrASl!lilf,),
r, Olfldlnt •tri •11.a

504
-·-=-·-

---
-----···
•.:::. .,:;;::;i':-@
~~~_::1_:_::;_:::::
. .. .. ,

'-~~~~~'--~~~~~~~~~ ~-~
•• 11,U ....
.c.a.,
.."· ,.f:!.!Q•-.
e,
.., ...
l • .....,, .. U•• h'4lu,or , .... ,._

tti.
;;'iT;TllP
'•tf'41P• u.~l>S.l.M)
~t •, ~ 1.-.0htor
.. l'tat.llll ll'TU
11, .. Mt.t wru,nu
..,.,.t u •• 1th•• ,..,.11 ,..,•.
•· oaw1111 •tu/1u.,
•· tlMlnl r•11.I hto~t
c. C.tU•I M,_f:h

Jl,)1111 lltfllll ......


...

~······L·

• '·

. ~- tJ
· r:-i •
• J.

Guti.r s, o...• 1t4W'lf Jr•1Uuor i..tol •1.. , lMtai J.

._ ...
•• 1-l•lll .. ,.,nt1Ui
'·r , ...,.......
•· 0ttvh11 uchhlt
b. 01_.l"I ...,_ .. \s.,,..
'·..
ot...... , •• 1•1•1'• ,~ ,..~ "--' •• ,._,I
.. •• Ollldt111 <ll1pu 1~1
•l•'"''
•••·
Ob••lna t...11,: •Uf JI •· -.. 1uf n I. IPl.Mht •to.'1up
1uM11111 wru e, tl .. Ja1 bcht..W11 •h• t• C.111111 lutO
t, e, OlMlfll ll'IV ''''
··-· 1t•t t

sos
DISK US!
2. Bagaimana kalau suato ruangan yang
telah dibangun mempunyai paparan ra-
diasi di ata~ ketentuan yang diizin-
LINDA :
kan (ruangAn tempat bekerja) ?
Apuk3h ada efek terhadap para pekerja
akibat interaksi cemaran kimia pada air HADE Sl"MATRA :
kolam dengan sinar gamma yang dipan- I. Syarat umum uu tuk s ebuah iradiator
carkan oleh sumber, dimana pada waktu ialah paparan radiasi ke lingkungan
pengurasan para pekerja cerkena air tidak melebihi batas yang diizinkan
re r sabur ? (peraturan proteksi radiasi dari 8A-
TAN).
MADE SUMATRA 2. Kalau terjadi kebocoran radiasi ke
Perlu dilakukan penelitian pada air ruang kerja, kebocoran tersebut ha-
tencang kandungan bakteri dalam air dao rus diperbaiki dengan memberikan pe-
sifat-sifat kimia air. lindung (shielding) misalnya dengan
r:mbal atau beton. Kalau kebocoran
M. T - SAMS fNAR D. : radia~inya tidak diperbaiki, fasili-
Pada $;~.at i n i sa r ana korape r e r sudah di- tas radiasi akan diRegel/tidak boleh
m:lRyHr.akatkan, meng i nga r a l ar ini juga digunakan. lnstan~i yang berwewenang
ada pcngaruh radi~si, bagaimanakah cara menyegel adalAh Biro.Pengawasan Te-
yang digunakan untuk prcventif pura pe- naga Atom, BATAN.
laksananya?
1 MADE SUDIANA :

MADE SUMATRA: Jika diketahui .:id.'.l suD.tu kebocoran pada


Kalau laju dosis (dose rate) dari alat iradiator yang ada di PAIR, langkah apa
kompucer lebih kecil darl 2,5 uSv/jam, yang di lakukan ?
...,
kita tid~k perlu kh~walir tcrhadap ba-
haya radiasi. Meskipun demikian, laju MADE SUMATRA:
dosis perlu diketahui/diukur. o~~~~h radia~i perlu diamankan terlebih
dahulu dengan.memberi batas pada daerah
DJOHARLY : bahaya. Selanjucnya, memperbaiki kebo-
I. Bagaimanakah persyaracan sebuah ira- coran dcngan memberi pelindung (shi-
diator yang baik sehingga paparan elding), misalnya menambah beton atau
radiasinya relatif kecil ? c imbal.

506
EFFECT OF ELECTRON BEAM IRRAOIAl'ION ON l'OLVMER MATERIALS IN THE
STERILIZATION . .

F, Yoshii*, K. Makuuchi*, and I. Ishigaki*

ABSTRACT

EFfiCT Of !LtCTRO~ HfAM lRJAOlAT[ON ON POLYMER MArERJALS IN THE STERILIZATION. In relataion to


tteriliastion of medical supptiea, the degree ot tfe;1tradation b)· gamna-ray and electron bea• itradiation1
of ~Ol)ptopylen• (pp) vere compared. Th~ electron be•M irradiated PP we• •ore •table than ae11111A1-ray1
irr1diated one again•t dot~ and •torage •ftet ittadt•tlon. Since thlt dearedation la due to oaidation,
dearee ot oxidatio~ vat estimated by chemilumineacence (CL) e•itted by t•ccmbin•tion of petoxy r•dital
<ROO.). The oxidative l.tyers of PP icradiatcd 11ith e l ect r on beam shoved u-1haped profi.L.tt '' vell •• PP
lrradiated vith gat:nJ11-rays in the (TOSS•Aection or rilm. The degree of'oxidation by irradiation vith
electron be•~ was very small, CL intensicy al the !urface ere• vtJ only one~thlrd that for the
gaana-irr~diated sampl~s. It wa1 (Ound thal CL analy•i• are tavor1ble lo~ eatimation of, dtaradatlon in
irradiated potymet

ABSTRAK

PiNGAkUtt 1RAOJ.A!:il UEKKAS £LfKl'RON f'ADA 8AHAN POLll'EI\ Oi\Ll\H :>TEK.11.LSASt. Dalam hubungannya d1:n1•n
stttrilis"4si a l at cedokre r an , t~lah d1b ..n<lfngk41n rt .. Yl)jllf df'gradasi akibat e Lnar gallDla den btrk•t tllllktron
pad• po\ipropilen (PP). 'ftp )'•ft& dlira.di••i d•na•n berk•• tlektf:on ttf"nyat• Lebih 1cat>ll terhad1p doale
. dan penyi•P•n•n. Karen,:i dear•d••i dipenaarubi o~aldasi, nake derajat ok1ida1l dtpat d1duaa dena•n
men11unak1n ke~iluminea~n1 (CL) yang di~atilk•n oteh rekonbin•ai radikal perok1( (ROO.). Lapiean
oktidetil PP yan3 diiradi~•' dengan berkaa elektron 111enghaailkan pro.tit pen1mpat11 lintan1 fila lletbencuk.
U tcpetti jua• peda PP yens ditradiati do~g•n sinar gann•. Derejac oklidaei akibat iradiaei den1•n berkae
elelttron eangat kcci 1, intenait•~ CL pada deer ah permukaan hany,a eepertiga dibandingkan dtna•n eaapel
yana diir1di11i dena•n einat 1•11111•. Ternyat• behva aneliale CL dapat digunakan untuk .,.ndua• de1radeei
pada pollmer yang diiradiati.

INTRODUCTION compared i.r i th gamma-ray. Hovever, s te-


r i I i z at i on technique i.rith electron beam
C~cmna-cay irradiation has · been
could probably be developed gradually
used widely for the sterilization of
1n the near future, because of easy
the medical supplies such as syringes
handling of its facility.
and surgery gloves. The sterilizatioo
Polymer such as polyethylene, po-
of medical supplies with electron beam
lypropylene, and poly (vinyl chloride)
is cacried out in a few countries. In
gave been widely used as materi.al6 of
the case of sterilization with electron
medical supplies. It is well known that
beam, its application are limited to
pp degrades easily during irra-
thin materials such as surgery gloves,
diatlon of gamma-ray and storage after
since the penetration is very small
irradiation. This degradation reaction
of gamma-irradiated PP is oxidative by
• Taka1aki Radiation Chemi,~ry Research
Establishment, JAERJ t~e radical mechanism. [t has been re-

507
ported that chemiluminescence (CL) i~ Deusi Sangyo Co, Ltd. Gate time for CI
obserbed by recombination of peroxy ra- me~suremen~ was J sec. The CL measure-
dical (ROO.) fon1ed by oxidation. H.,..,- ment was carried out within 24 hr afte1
ever. CL ~nalysis of irradi~L~d pol~r irradiation. The oxidative layer wa!
and systematic studies on physical pro- determined as follows. First CL count•
perties of PP irradiated with eleccron from a I mm thick of film polymer wer•
beam have not b~en carried out. measured. Then. CL counts were measurec
In this paper, degree of the de- after scraping away 50 um of surfac<
gradation of the isotactic PP by gamma layer from both sides of the sample.
-ray and electron beam irradiations Tile decrease in CL counts emitted 50 ua
were comphred. Further110re, rel~tion ~ ltgic'kness by scraping was plotted as •
between CL and degree of degradati~n of function of thickness. The CL 11easure-
P~ was investigated. ment was carried out at 80°C.

EXPERJMENTAt. ; : llESUl TS AND DISCUSSION

Ma .t: e.11.,£ a l.6 a n d VvtcuU.a.ti.on. c011- V~on 06 PP. It has been re-
mercl~l PP were used for irradiation. ported that PP degr~des in two stage6
Dumb bell cest pieces I ... thick were aS a cesult of radiation sterilization,
prepared for tensile strenglh test. during irrAdiation and during storage.
Gamma-ray irradiation from 66co
It is Pv)dent chat this procees is due
was ca r r ied our at an exposure C"ate nf , •to chain scission in view of the decre-
10 kGy/hr. Electrnn beam icradiarinn 1 .ase in molecular weight of the PP. Fig.
was done at a beam current of I mA ~c- I, shows deg radat Lon of rP dur ing i r r a-:
celerator (2 Kev, 30 mA). Samples were d iat ion. The decrease in elongation at
irradiated by repeating 10 kGy/pass break reflectts degradation of poly~ers.
(1.43 kGy/S) to prevenr ther""'l accu- Tr ran be seen that the s~mple irra-
mulat ion. diated wic.h g.:amma.-'ray is more easi-
ly degraded th11n that irradiated wirh
Me.aAulte.me.n.t~ 06 El.onga.t.i.on a.t electron beam. Next, degradation of PP
BILe.ttk and CL. Elonration ftt brP.~k was during Storage after 25 and 50 kGy
determined from stress-strain ~urves irradiation are shown in Fig. 2. The
measuced by using an Tnstron Tensomater degradatiou .. occur at earlier stage up
(Hodel No. 1130). ~elected tension spe- to J months, while in lacer stage, de-
eds were 50 mm/min. gradation hardly change for storage.
CL of· irradiated sample (2x2 cm) D~gradotion behavior of 50 kGy electron
wer~ measured by using OX-7 of TOHOKU beam irradiated PP is same as that 25

508
kGy gamma-ray ir~adiation one. Elonga- Where ROO. la pcroxy radical and
tion of 50 kGy irradiated PP by gamma- R-CO -R " indicates an excited ke t one .
ray approches zero % at 3 months. These The intensity of the CL would be propo-
finding means that degradation of PP tional to the concentration of pcroxy
during storage after electron beam ir- r ad i cc Ls., Fig. 4, shows CL intensity as
radiation is smaller compared with th~t a function of dose. The CL intensity
after ganuna irradiation. increase with increasing dose. At a
Ihc relationship between (3) and lower dose up to 25 kGy, the dil ference
the used dose for PP i e r ed i e t ed with of CL intensity of polymer betw~en gam-
ganna-ray and e Lec c r on beam are shown m~-r~y ao<l electron beam irradiations
in Pig. 3. The decrease in (3) of Che ore relatively small, while in higher
polymer i r r ad i ac ed with electron beam dose such as 50 and 100 kGy, CL in-
is smaller than th«t vf the gamma-ray tensity are far different between ir-
irradiated one. This result corresponds radiation method. The CL intensity of
well to the fact that mechanical pro- irradiated samples are always larger
perties of the PP irradiated with elec- than those of one irradiated with elec-
crvn beam are more stable compared with tron beam. This face indicates that
the gamma irradiated one. peroxy radicals are more easily formed
in gamma-irradiated polymers compariqg
Rela.t.lori Be-tweeri Veg1tarfat.lo11 and
with electron beam irradiated ones. In
CL Inte1u.lty 06 l'olymeJt, It was know
case of gamma irradiation, the effect
that the degradation of polymer by ir-
of diffusion of oxygen into polymer
radiation in air is due to oxidation.
films during irradiation is larger,
In order to clarify relationship bet-
because samples are exposured for long
ween degradation and oxidative, CL ana-
times such as 5 and JO hr for given do-
lysis of irradiated PP was carried
se. On the contrary, in the case of
out. The CL is emitted from an excited
electron beam irradiation, the effect
ketone formed by recombination of the
of oxygen in polymer is relatively
peroxy radical in the termination step
small, because irradiation time is so
and the following reaction schemes are
short as sevecal secondsi even for 50
presented.
and JOO kGy. Accordingly, gamma-irradi-
RH ---------- R ated polymer would be more easily de-
ROO gradP.d th an "J ecr rnn irradiated
beam

2ROO
..
O*
R"-C-R I + ROH + 0
polymer. Thus, the CL can be used to
2 I 2 estimate degree of oxidation in irradi-
..
0
R"-c-n1 + h
ated polymers .

509
Relationships between the elonga- ar ouud the surface ar a higher doses
tion at break and CL intensity of PP rate at of 10 kGy/hr and it proceeds
irradiated with gamma-ray and electron even deeper from the surface for a lo-
be am .ar e shown in Fif!. 5. The degrada- wer dose rate, such as 2 kCy/hr. The
tion of polymer is il'ld~p~n<lent on kind depth of the oxidative layer estimated
of irradiation by gamma-ray aad elec- from the profile shown in Fig. 6, is
tron beam for CL il'ICt!nSity. It was as- 200 um at 10 kCy/hr and 300 um at 2
certained that CL analysis is favolable kGy/hr, The oxidative layer of electron
for estimation of degree of degradation beam irradiated l mm thickness PP is
iil irradiated polymers. Thus, CL ana- shown in Fig. 7. The CL intensity at
lysis may be possibly applicable to the film surface area is only one-third
quality control of sterilized medical that for the gaU111a-irradiated sample.
supplies by irradiation. Its U-shape is similar as that obtained
for the sample irradiated with gallllla
OJUda.ti.ve. La.yP.11 n6 Tit1tad.ia.J:ed PP.
-rays. It becomes apperent that the
It is well known that oxidative of po-
oxidative layer is formed in an elec-
lymers proceeds from the out~r area to
troh beam irradiated polymer as well as
thl) inner, because oxygen diffues from
a gamna-irradiaced polymer. From these
the surface of the polymer into the iu-
ner part. As d cs ce i vad in the previous results, it was concluded that degree
section, CL analysis
of oxidation in outer and inner por-
was useful (or
estimation of oxidative tions is smaller in electron beam irra-
de grada r i on in
irr"adiatcd polymer. diated fP than ga11111a-irradiated one.
Fig. 6, shows che
profiles of the oxidt1tivc layer for a
REFERENCES
film of I mm r h i ckne s s gamma-irradiated
at 2 kGy/hr and 10 kGy/hr. From rhe so I . WILi.IAMS, J. L, , DllNN, T.S., and
STANNBTT. V. T. , Radiat. Phy_ Chem.
results, it is evident that oxidation
..!129 (1982).
occu rs more easily around the surface 2. DUNN, T.S .• and WILLli\KS, J.L.,
Lhan inside polymer sheet. The oxi- lndust. Tech.,.!. 33 (1963).
J. :!11!ND£NllALL, C. D. , Angew. Chem. tn r •
dation of the polymer occurs mainly Ed. Engl., ~ 225 ( 1977) •

.510
500
10
;;
-....
x

D'
<I
c

..
.~
"'c
9 200
w

1000 so 100
Do,. CkGyl
0 o:---=-so=--~10:-o---15._o 20.._o...J
Fig.I Relatioru;hips betweeo elon91tion at
break and dose. Dose (kGY J
[o) ER inadiatloo (Dost rate, 1.0 kGy/s) Fiq.3 Molecular weight of irradiated PP.
(•) gma-rays irradiation (~) EB, (C>) 9a1111a-rays
(Dose rate, 10 key/hr!

10'

0 v
"'
Vl

.•... <,
!!
e:;)
0
(,)
....... 103

"'c
:~

00!---~2-=~4::::=:~6===:s;=:=:~10==~~
-"'
.E
I?
Slorogc lime ( rnonrn)
fig.1 De1radaticn during storage a1ter
~o 60 80 100
irraHatlon.
Oose(oGYI
(o] £8,15 KGr, (6) £8, 50 RGy
Fig.I Cbeail1111lnesceoce of irradiated PP.
( •) 91111Ll-ray, 21 kGy
is : (e.J BO·c. !•) 1oo·c
! • ) 9<Ma-ray, 50 Wy
gm1a uys : ( o I BO 'e, ( •) IOO'c

511
'>C.C ., >---- . ---
.--..,
~ ~~r.,
..
:x 4.00
0

.l:i •
i; 100 o
.2"
0
& 200

iU
•OO''-'-....,-:----~~u..W---....._...._........__J
.o? IOJ
10'
Counts/ S~c.

Fig.5 Relationships between elongation


dt break and chenilumnescence intensity.
(())EB, (~)9a11111a-rays

. .... ..
0 ( 0)
0
.... ~00 ~
I!! 00 -,
!!
~ 400 00 ~
- 300 3002
·S' 200
jj
.s; 100
00 e
.
'O
~
oo'I!!
<pm)
e
so 8
( b) ot> -
~ 60
~"' eo
50 40
00 ....
!!
00
!:~

§ 500
:01
~ 50 300 ~ Thickness (.,11 m )
"'
·;i 20 ooj fi9.J Oxidativt layer of El irradiated P?.
I ro 100 .s Cose rate, Lli l!Gy/sec, Total dose, 50 lGy
!IOO 00

Thickness ()J m )
!i9.6 Oxidative layer of 9~a rays irradiated PP.
Cose rate : (al 10 ~Gy/hr, (h) l kGy/hr
1otal dcse: iO kCy

512
OISCl.!SSION 4. What is the effect of antioxydant on
colour changes of plastic film?
W. H. SISl\ORO :
Oxydation of irradiated PP was deter- F. YOSHII

mined by count chcmiluminescense (CL). I. In case of EB mAchine, dose rate is


How do you measure CL? 1.4) kGy/sec. For 'Y rays irradia-
tion, dose rate is IO kGy/sec. Dose
F. YOSllII : rate of EB irradiation is 500 time

CL of irradiated sampl~ were measured of)'" rays irradiation.


by using, oxidation o( Tohoku Densbi 2. In case of EB irradlation, time is
2 very short, 2 or 3 m/n, So, diffu-
Sangyo Co, LTD. Sample size is 2 cm.
Sample ls sec in measurement cell in sion of oxygen for oxydative is re-
instrument CL (intensity of/see was me- tarded during irradiation.
asured). J. This machine detect photon from
irradiated sample. In this case, it
NAZLY K1LMY : is effect for measuring of pecoxy

J. What is the dose rate of EB machine radical.


and 1' rays used ? 4. Degree of dissoloration of irrad La-
2. What is the reasons why the oxyda- ted film is proportional to formed
tion using EB machine lowPr than -y- radical. Formed radical become unac-
rays (penetration o2 only?) tive by antioxydant in polymer. So,
3. What kind of instrument used c o mea- discoloration is avoided by addition
sured chemilumin~~eence? of antioxydant.

513
PENGARUH IRADl~SI l,;AMMA PADA SUSPENSI PROK/\IN BENZILPF.NISILIN DALAM
OLEUM OLIY ARUM.

Rahayuningsih C.*, l\azly II.-. and Citra W.A.-•

AISTRAI(

P!lfCARUK lllADlASl ~ PA.DA ~llSPEHSl PRO«AIN BEHZILPl.tllSlLl" DAJ..AK Ut.EUM OLlVAflUH, T~l•h dilekuk•n
Plt•C'l~ti.au 11fek i.c111diel'I' a•t1m.:a P•da fllll!lpt>n~t pcok1tln brn1ilp.-nlai)l11 daloa ol•ua olivaru• !::tei911 7•n1
dttalllb•h 1l\.l•inl1.u11 mvnv•tc•r•: ••u.pun t'd•~. Su1penti yin& tid•lc ditu11beh ••u•ln1U'll 111onO•C••t•t
dllr•dle1i dcna•n do1l1 0, 20, den 40 kCy, k•-.dieo di1l•p•n 1el••• O; l,Si den) bulen, 1edea1 eu1pe.01i
Y•I\& dltembeh elu•iniuw •ono1teeret tidek ••nael••i perl•kua~ ptnyimp1n•n, Pere .. ctr y1n1 dta .. ti lat••
vern•• bobot jenle,
pH, vi1ko1i~••• volune ~ndepan, bilanaen ••••· bil1n1•n iod, bi1en1an ptnyeb~n•n
lt1'·t• ku•lit•• d1n ku•ntlt•I ancibiotik•. b1ilnya ••ouojYkk•n bahva iredia1l dtl'l.aaa do111 20 d.aa •o kGy
d•p•t •enyeb•b••n ~tr~b•htn Vftna 1u1pen1l prO\•ln bcn~ilp•~l1illn, •P4•ng p1r•••ltr laln Y•na d1Pttik11
tldak Nnsal••l perub•h•n yana nyat• b•ik 1klb11,. perl•kuat1 '"•dl11l ••Uf>U"' P•l'l.Yi•oaaan. '·

ABSTRACT

tFFECT or CllH>IA l~RADl.ATIOH OH THE SUSPENSION OF PROC•lllE l!KtlLPl~ISILIM IN Ol.IVI OIL •• •tvd7 V••
cunducted on the •ftt1Ct of 1•ra1 irrKi,•tlon on th• •u•p•t11i.on of procaine ban1llpel'\itllln la olive olt
vlth or vith~t cht additlcn of •1u.loiu. •ono•te•r•t. Su•pea1lon of procaine b1n1llpanl1lli~ without tbe
•ddition or •lu~in~um mono1te1r1t va1 irradiated with do••• of 0 ; 20 ind 40 kC7 and •tored tor 0; I,)
ind 3 •o~th1, vhilt th• 1u1p1n1ion containln& aluminl~• MOno1te1rat ve1 only irt•diattd and not 1tored.
Th• p.araaet•r• ex .. ined ver1 color. apt:C,fic ac.vity, pH vl1co1lty. ••di••nt volv ... , acld value, iodine
volue. 1aponit1cation. value. ind the quallty 11 well •• quantlcy ol antfhiotic1. the rtaultt ahovtd th•t
irr•diatian vlth doae$ ot 20 ind 40 kCy mlght ch•nRe the color of the •u•p•n•ion. However no 1iani1icaJit~
~h•ftlf va• found~~ oth~r par.-eter• elth•r aa tbe etrect )f irr•diatlon Or' •to~•ae time.

POIDAHULUA~ kain benzilpenisilin dibuat dalam ben-


tuk suspensi karena kelarutannya dalam
Antibiotika adalah SPnyawa kimia
air kecil dan tidak atabil (4-6). Dalam
yang "1empunyei fungsi terapeutik sebs- •
.Penggunaannya secara parental, khu-
gai antimikroba. Dalam penggunaannya,
suanya sebagai obat aunt ik, salah satu
antibiotika dibuat dalam berbagai ben-
syarat yang harus dipenuhi oleh sediaan
tuk sedi&an, di antaranya aebagai ta-
t e r sebnt ialah steril. 'feknik sterili-
blet, kapsul, krim, salep, atau sus-
• sasi yang digunakan untuk mensterilkan
pensi. Prokain benzilpenisilin adalab
sediaan yang sensitif terhadap panas
s a l ah satu senyawa autibiotika yang
umumnya dengan peoanganan secara asep-
tersedia dalam bentuk suspen•i dan di-
tis, tetapi cara ini tidak menjamin
gunakan sebagai obat suntik (1-3). Pro-
kesterilan obat (4).
Radiasi gaDlll\a adalah pancaran ge-
• Pusat Apllkasl lsotop d811 Radi•si, 8ATAN
•• Universitaa Andal1s, Pad&r.J lombang elektromagnctik yang berenergi

.51.5
tinggi. Ditinjai~ dari aspek mikrobio- pula unt uk pemeriksaan setelah 1,5 dan
logi, sinar gamma sangat menguntungkan 3 bul an penyimpanan.
karena mernhunuh rnikroorganism~ pada Suspensi PBP dalam oleum olivarum
suhu kamar, sehingga dapat digunakan dengan penambahan aluminium monosce-
dalam proses sterilisaei tcrutama untuk arat dibuac dengan cara mencampurkan
sediaan yang sensitif tcrhadap panas. 133,7958 gram PBP dan 9 gram aluminium
Pe-nelitian ini bertuju~n untuk monoscearat 450 ml oleum olivarum (tat
mempelajari pengaruh ir~diasi ga111tna uji). Zat uji dimasukkan ke dalam 9
pada ka r akt e r Ls t ika ki1nia dan fisika vial, masing-masing diisi 50 ml, lalu
prokain ben•ilpenisilin dalam oleum d i tutup dengan cutup karet dan kemudian
olivarum, untuk mengelahui kemungkinan dilapisi dengan kertas aluminium. Vi-
penggunaan sinar g~llUJ\a datam upaya men- al-vial tersebut dimasukkan ke dalam 3
stcrilkan sediaan oUac suntik suspensi dus, masing-masing dus 3 vial, lalu 2
prokain benzilpenisilin dalam oleum dus diiradiasi dengan dosis masing-ma-
olivarum.
sing 20 dan 40 kGy dengan laju dos Ls 3
kGy{jam. SPlanjutnya dilakukan pemerik-
9AHAH l>AN METOl>E saan t~rhadap zat uji tersebut.
RAn~angan percobaan yang digunnkon
Bahan antibiotika don pembavanya
ialah rancangan acak lengkap pola fak-
yang digunak&n dalam pereobaan ini
torial dengan 2 macam perlakuan yaitu
dipPrn!eh dari ogcn pnbrik farmasi di
dosis iradiasi dan lama pcnyimpanan
JakArta. sedans bahQn kimia untuk ana-
serta 3 ulangan percob3an.
liRis buacan Merck.
Suspensi prokain bentilpPnisilin PP.1tgama:t'1rn. V.U.ua.l, 10 ml zat uji
(PBP) dalam oleum olivarum dibu;ir de- dimasukkan ke d•lam vial putih lalu di-
ngan• cara mencampurkan 401,3875 gram amat i "''arnanya
.
PBP ke dalam 1300 ml oleum olivarum
PengukUJtan llobot .1el1.ll., Piknometer
(zac uji), Zat uji rlimasukkan ke dalam
kosong diri.mhang, lalu d i i.s i dengan air
27 vial. masing-masing diisi 50 ml lolu
s;uline d,qn ditirnbang. Kemudian air su-
ditutup dengan rutup karet dan dilapi-
1;ng rlihuang dan piknometeT dikering-
si dengan kPrtas aluntinium. \'i:.il-vial
kHn, lalu diisi zat uji dan ditimbang.
tersebut dimasukkan ke dalam 3 du• yang
Bobot jenis sama dengan bobot zat uji
masing-ma~ing berisi 9 vial, lalu 2 dus
dibagi bobot air.
diirada~i dengan dosis mssing-masing 20
dan 40 kCy dengan laju dosis 3 kGy/jam. Pengulztvu:tn pH, 5 gTam zac uji di-
Selanjutnya dilokukan pemeriksaan m~- larutkan dalam 25 ml ecanol 95%, lalu
sing-maRing sebanyak 3 vial, dcmikian pH l•pisan etanol diukur dengan alat pH

516
meter merk Fisher lipe 230 A. naogas air selama I jam sambil sering
digoyang, lalu dititrasi selagi panas
PengukUM.n VM.kN.lta.6, Zat uj i. 8e-
dengan HC! menggunakan indikator fenol-
hlinyak 2 ml dimasukkan ke dalam alac
ftalein. Penetapan blangko juga dila-
viskosimeter merk Keibe, kemudian diu-
kur hargs visko&itasnya. kukan.

Pengukwtan Vo!W!le Ewlapan. Zat uj i Arr.all..ti.i.Ji 1le.11g1u1 HPLC. Zat uj i se-


sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam ge- banyak 50 gm dilarutkan dengan metanol
las ukur 10 lalu dibiarkan minggu. eampai 100 ml dan disaring. Kemudian
Endapan yang terbentuk diukur tingginya dianal isle dt:ngan alat HPLC merk Waters
lalu dibagi volume awal. model 441 dengan kondisi sebagai beri-
ku t ;
P~a.an Rll<:tngan ~am, Contoh Fast: bergerak Metanol :air •
ditimbang 10 gram dalam crlenmeyer d.,n 90: 10
ditambah 50 ml ca11puran etanol-eter Jumlah sampel 5 yl
(I : I) yang telah dinetralkan dengan Kol om y Bondapack c 18
Na OH O. I N menggunakan fe-
indikator Detektor u. v. I 280 nm
nolftalein, lalu dititrasi dengan laru- Kecepatan aliran 2 ml I menit
tan KOii eampai berwarna merah muda yang Kecepatan kertas 0,5 cm I menit
stabil selama 15 me11it. Sensitivitas 0,05

Pemvi,llu.aan Rltangan Tod. Sebanyak AYla!M.M. Ve.ngan S,ie.lU:Jto~otf!m?tP.ll


0,? gram zat uji ditimbang dalam erlen- U, V, Mula-mula ditimbang sebanyak SO
meyer, lalu dilarutkan dengan 10 ml mg zat uji dan dilarutkan dengan 111e-
koroform, dan ditambah 25·ml pereaksi tanol sampai 100 ml, lalu dipipet 5 ml
Hanus. Campuran dibiarkan di tempat ge- dan diencerkan sampai 50 ml. Kemudian
lap selama I jam sambil dikocok. Selan- panjang gelombang maksimu111, absorbsi,
jutnya campuran ditambah 10 ml KI 15% Rerta turunan pertama dan kedua d3ri
l a Iu dititrasi dengan larutan standar •enyawa PBP ditentukan dengan a lat
Na2s2o3 sampai warna kuning iod hampir spektrofotometer U.V. buatan Perkin
hilang, kemudia~ ditambah 2 ml larutan Elmer Lambda 5.
amilum 1% dan titrasi diteruskan s ampa i
warna biru hilang.
llASIL OAN PEMBAHASAN
Pemrnlu.aan &Uangctn l'enyo;bul'.a:n.
Zat uji ditimbang 2 gram dalam erlenme- Perlakuan iradiasi gamma dengan
yer, ditambah 25 ml larutan KOH - eta- dosis 20 dan 40 kGy berpengaruh pada
nol 0,5 N, dan direfluks di atas pe- warna PBP dalam oleum olivarum. Peru-

517
bahan warna yang ter jad i yaitu dar i pensi PBP dalam oleum olivarum tidak
kuning Leereh menjadi kuning lemah kehi- menunjukkan perubahan yang nyata akibat
j auan diduga beras.al dari minyak lemak perlakuan iradiasi sampai dosis 40 kGy
yang tligunakan sebagai pembawa dan pe- dan sampai 3 bulan. Kadar PBP dalam
larut obat sunrik (Tabel I). Pada umum- suspensi juga tidak berubah akibat
nya perubahan warna minyak lemak dika- kedua perlakuan tersebut (label 3).
renakan oleh oksidasi ikatan rangkap Karakteristika fisika yang lain juga
pada asam lemak akibat perlakuan ira- diamaci, yaitu bnbot jenis, viskositas,
diasi dengan sinar gamma. Akan tetapi, dan volume endapan yang hasilnya dapat
nasil pengukuran bilangan iod dan bi- dilihat pada Tabel 4. Data tersebut
langan penyabunan suspensi PBP dalam mempe r l ib a r kan bahwa perlakuan Lr ad Las.I
oleum olivarum tidak menunjukkan adanya s•mpai dosis 40 kCy dan penyimpanan
perubahan yang nyata akibat iradiasi sampai 3 bulan juga tidak menimbulkan
(Tabel 2). Bilangan iod berkisar antar~ perubahan yang nyata pada karakteris-
10,09 dan 10, 72, dan bilangan pP,nyabun- tika fisika yang diukur.
an antara 199,44 dan 202,58. Perubahan Dalam penelitian ini juga dipe-
warn~ Ruspensi diduga tidak b~r~sal lajari peng3ruh iradiasi gauaa sampai
dari Rntibiotika PBP, karena ha) ini dosis 40 kCy padn suspensi PBP dalam
tidak ditunjang hasil 'ana l i si s ko r ak- olcum olivarum yang ditambah dengan
~eriscika kimia PBP dalam suspcnsi yang aluminium monostearat. Haail pengukuran
diperiksa d1>ngan menggunakan alat HPLC parameter yang diperiksa diperlihatkan
dan derivatif spcktrofoto~eter ultra pada Gambar 2 dan Tabel 5. Terlihat
violet (Gambar 1-4). Kromatogram HPLC bahva volume endapan, visk~sitas, pH,
dan spcktrum ultra violet sampai de- bobot jenis, bilangan asam, dan bilang-
rivatif kedua serta panjang s~lombang an penyabunan suspensi, serta kadar
maksimum antibiotika PBP tidak menga- PBP, kromatogram HPLC dan spektrum ul-
lami perubaban baik akibal perlakuan tra violet antibiotika tidak mengalami
iradiasi sampai dosis 40 kGy maupun pe- perubaban akibat iradiasi sampai dosis
nyimpanan sampa.i 3 bulan. 40 kGy.

Kualitas minyak lemak yang digu-


Kf.~IMPULAN
nakan untuk pembawa atau pelarut obat
suncik sangat dipengaruhi oleh banyak- Karakteristika fisika dAn kimia
nya asam lemak bebas yang dikandung- suspensi prokain benzilpeniailin dalam
nya, yang dapat diketahui dari bilangan o leum olivarum baik yang t i dak maupun
asamnya. Oalam penelitian ini, ha s i l yang ditambah hAhan pensuspensi atumi-
pengukuran bilangan asam dan pH sus- nill'ftl monostearat tidak mengalami peru-

518
bahan akibat per~akuan iradiasi sampai OAFTAR PUSTAKA,
dosis 40 kGy. Perubahan yang terjadi
I. AGOES, dan GOESWIN, Larutao Paren-
hanya pada warna suspensi. Oleh karena t'r a l, Bandung ( 1967).
itu, iradiasi dapat digunakan untuk
2. ANONIH, Data Obat di Indonesia, Ed.
mensterilkan suspensi P8P dalam oleum V, Grafidian Jaya, Jakarta (1985).
olivarum.
3. ANONIH, f'ormularium Nasional, Ed.
II, Jakarta ( 1978).

4. ANONIM, Farmakope Indonesia, Ed.III,


UCAPAN TERIMA KASIH Departcmen Kcschatan R.I., Jakarta
(1979).

5. ANONYMOUS, the United States Pharma-


Penulis mengucapkan terima kasih copeia, 19th Rev. USP Conv. Inc.
kepada saudara Tatang Iriawan, Basril (1975).
Abas, dan para tekni•i lain di labo- 6. BAS RY, T. R., dan RILMY. N., "Efek
ratorium sterilisasi 1 Bidang Proses dosis sterilisasi sinar gamma pada
s a l ep a"', Penggunaan Radiasi
mat
Radiasi PAIR atas bantuan yang telah Untuk S~rilisasi Alat Kedokteran
diberikan sehingga penelitian ini dapat (Diskus.i Panel, Jakarta, 1981),
berjalan lancar. Badan Tenaga Atom Nasional, Ja-
karta, (1981).

Ttihel r, ll•itll pens1m1t•n 11lSU•l w1trna suspen.sl prat•tn T1beJ 2. 3tlan1an 1od d•n biltnsan 9eny1bunan 1uspenst
hentll'f>tifli&ll1o d•1Pl olwa oliv~nm. prokaln ti.enitlpenlsiltn dalaa oleun 01tv1run,

Penyl1pM1n l'losJs lradia9J (tCyJ P1nylt1pen1n Do!lt 1radt.- Ill l1n11n l'i l1n11n
(bula•) (bu Jani ul( ~Qy) lod ~ny.Munan
0 20
••
0 kl klh tu·. 0 ~ l0,16 Jtt.eo

'
1,S kl
kl ..
>)h •1•
klb 1,s
20
••0
2•
10,09
L0,6·J
l0,2S
IO,S4
202, SS
%00,0)
200,4?
1'9,44
le lh • kunin,t IHilh kehiJaua.r. ••0 l0,61 :oo,o:s
Jc I • 'kunlna l••tl'I '3 l0,60 199. 7l
10,6$
20
40 l0,72 '"·"
199,••

f.t,•t ·l, 8i1Mpn uan dan pll SU.SJH'lnili prc-kain hcnril·


penisilin dala• ole1t11 oliv•T'\11111.

Pcflyi11pan1n
(bu?an)
Dosts iT•dl·
as! (kGy) .....
Bilan11n
""
0 0 2a.ao S,68
20 28,7J S 168
•o 28,7l s, 70
r.s 0 za, 7"! S,69
20 28, 16 S,68
•o 28, 74 S,68
3 0 28, 7& s, 1(
20 1a.1~ s,10
40 lt,73 51611

519
Tai<• I .. 111u11 f>•nP·"~'"
btnl"i 1,,u.1111111.
'<Ii•• ft~llo.a dan lo•..tu o•I'°'"·'' polal" 1a~tl $, ltt\l pcr,, ..... u,.. 1lfn fhllto dM lt1t1 suopitt11I prol;d11
)ll'\l1lpe11t11 lt!'I dtl .. ol'1111 o)h1~
11111\11 -OH••ttt.
)'t•f .fl t ... th 1111 ~

• l\i>,,, u ••,•• , cu~.->


Pt11)'llQltNlll :lo•h Ir•~ 114'1ot \'b\osh1u Vol-
~11\91'1) 41•0 Ocr) J~J\~J (poio) Ol(•ptn "''
(t4•f
{\)
l'u~i.r )'wit
~1,.. .......
• !O ••
• l,00!11
1,Wlll
I ,$?6U
1,$•16
C, ~lO
il,lll "·'
lt ,o

'""
W.r11a 1,...ptl'ltl

•.:.
1,Mn\ '.~ 111, rt, 7~l
0, tsc
, ••1
&o!>ot Jtnl• "
l,non '"
l ,00$)
Uh
) ,OOSl

.....,
1,0000 t,!.'H lt ·'
l,000• 1,SlJ~ 0'1)0 2,,1 Yh\ntlltt lPOht) l,1Ut 1,Hll I ,Jut
1,01101 ! ,!.11, e , ~•o 19 ,2 \'O)\llU IAdllJIU C,9J o,tl O,t2
,, .s
·~
0, 1)1
1,000\
1,00(1•
~.!>•)!>
! ,!>••• 0,7U
19
19,•
II 1.,.,.,. aµ• 21,47 ;1,l& !t,•9
l.000) :.$?•• e. 1Jo 29 ,} 111 ~'"'""
Ill "1'11.&n loci
v.,..,,,.,,."'" 191,il
11~)2 "'···
11,)11
,.J,tf
'1,lO
••J.n lllP (\I
., "·"" ••,•a H,to
S, Tfl
~.·• f.,6•

... " (Ulll~t


<ulllr.1 .....
lcMll
•t11t l•i:•11

. ...

' ... ,. <1.-1r J. ltOlllOfY .. HPU:: p,o't1.ll\ 11111.HI•


t.#!•r I, 1,...1W1••
,.,.,,,,j"'lu:
., ..,lC troltln llrl\11t.,..n1u1111 .. IP •11tPt1t.1t
tlll-l• •l11a oll.itl"lm p1d1. ,.l'!)lt .. ••"'·
'"•r•I• lttr,lll• ten\tlll" <l•I.,. .,..,..,.. •• ,....,.h
ll1111H ... 11hl1lll 4tl.,.. ol- oU•
nrtll':.J1111W1 ptn•b..,•n 11 ... 1111•
Ji• 0 I• 111 ltula11: C • S kulall, - •Of»Uta~n

520
" lrCr
. "''

11

n111111n &, c,...•t••r*' tl'Ot"9


I.
I\
t•1'•;Moll'I pro\tl11 ~t1ltlpt111Ullfl
•• , ...... ,.. ... , pr.\•111 ....... ,,_.111.111 ..... ,_ ,,_
•lhl"'9 •tllp!I 0911·0\·t tlt.aollll ... 90-tlllNI,

r.uhar •. h••tosni• tpttltrua '''""'" 1"'"'"


litJ1ii•1,.111A1l11 d.tl• llllptMl flt't•
~•In ll•11tll,...hlll" • ., .. 01- o)t~
,.,... '"' Jl'Jl)'l•elltl\,
'• 0 liulti.: ~ • J,S 11-v.tlUI: c • J !lit•
Ifill,

DISICUSI
pada karakteristika kimia lebih sensi-
tif. daripada pocens I antibiotika.

SUKIYATI : DEW! S. P. :
Apakah pengujian antibiotika PBP sete- Apakah tidak terjadi perubahan akci-
lah diiradiasi hanya dilakukan dari vitas antibiotika setelah dan sebelum
sifat fisik dan kimianya, apakah tidak iradiasi?
perlu ditentukan potenai antibiotika
PBP 1 RAHAYUNINGSill:
Parameter yang diperiksa baru persya-
RAHAYUNINGSIB: ratan-persyaratan pada farmakope, se-
Belum dilakukan, tetapi efek radiasi dang potensinya belum diperiksa.

521
PENCARUH IRAOJASI DOSIS STERILJSASI PADA GELATIN l)AN KAPSUL GELATIN

Erizal*, Nikham~, dan Nazly H.*

ABSTRAK

PliflCARUH IRADIASI DOSIS STERIL1SASI PADA GELATIN DAN l(APSUL C!LATIN. T•lah dlp<lajari p•naa•uh
jr9d11ti dotia 1te~ili•••i dan petubahan tifat ti1ika-ki•it
pads kandungtn •ikrooraanit~• 1eL1tin (G) din
twp•ul gelatin (KC). C dan kC •••lna-~••ing diktllllit dalam botol gel11 din kantona platcik poli•tllen,
ke-.idl1n dilradiaai dena•n do1i1 o. 10, 20. 30, '0· den 50 kC7. S1ba1iaa 11m,el l1ng1un1 di1n1li1i1,
1ed1ng\1n 1i1anya dlti•ptn padt 1uhu ka.. t teltaa) dan 6 bulan. H11il y1na diperolth mtnunjukkan bahwa
dotit 10 kGy tel1h dap1c m1ng~J:!angk1n •••u• jenit ml\roor1ani1•e yaa1 ..n1kont1min11i G din io,
~erubahan vi1co1it11, pK, d1q I 1 beraantun& pad• doaia itadlati 1an1 dtpekei. 1Tadi11i den1•n
dotit 1aan.p1i SO kC, p1d1 penyi•P•~,n 0, l, dan 6 bul•n tid•k menyebabkan perub•h•n •p•ktru. tl dan
apektrua ••t'•p•n \IV dart (; dan KC.

ABSTRACT

lON!ZlNC RAOIAllON EFFECTS AT STEKlLIZEO DOSES ON GELATINE AHD GELATIN! CAPSUt.&. tff<cto of ionizing
Tadiation at sterilized doses on microorganism content and phyaico-cbe•ic1l chang•• of 1elatine and
geJatirie Capsules has been studied. Cielatine was packed, in glaae bottle 1.nd gt.latine capaulea in
polyethylene pl as t ic-1 bags, then it radiated a.t· the doJot of 0 • I 0, 20, 30, 40, ind SO kCy. Somoe t1mp lea
were directly ar.alyted a~d the rest vere stored for land 6 aontha at room teaperacure. The r11ultt
ahowed that low do1es (JG ~Cy) vould be tufficient to eliminate all (Dlcroor1ani•• which contaeinata
gelatine and capsule ge l e t i ne , The ch3n&ts on vlscosity. pH, and tl valu•_. of ielatine ind
ttlatine capsules dependtnt ~n tht doses used. lrtadiatiOC'I up to '0 k~yCf:l,tb) •nd 6 mo~tha ato~•a• d~d
not &iv~ any Chantel on ll and UY spectT~ of P,rl~rin~ ~nd g~lati"e cap•ule•.

PENOAHULUAN latin membentuk gel (~ strength)


adalah suatu parameter yang penting.
Gelatin adalah salah s at u jen is
Menurut WARD (1958) yang dikutip oleh
senyawa kompleks protein yang digunakan
OTHMER (I), kemampuan gelatin membentuk
sebagai bahan baku dalam industri ma-
gel dalam larutan adalah pada selang
kanan, fotografi, dan farmasi. Di da-
suhu 35-40°C, sedangkan pada suhu yang
lam industri farma•i, gelatin biasanya
lebih tinggi dari suhu tcrscbut gelatin
digunakan untuk bahan pengganti plasma,
akan mersbentak s o l . Molekul gelatin da-'
pengemulsi lemak, pelapis tablet, bahan
lam larutan cncer sangat peka terhadap
baku kosmetik, dan sebagian besar di-
pcrubahan suhu, pH, dan adanya enzim
gunakan untuk membuat kapsul (I).
atau bakteri karena faktor-faktor ter-
Ditinjau dari segi teknologi peng-
sebut dapat menyebabkan degradasi mo-
gun~annya. viskositas dan kemampuan ge-
lekul gelatin ( 1, 2). Terdegradasinya
molckul gelatin akan mengurangi nilai
• Pusat Aplika.si Isotop dan -R.-.dlasl, DATAN viskositas dan ''gel strength'' larutan

523
gelatin yang akan menyebabkan menurun- elektron hidra$i hasil radiolisis air
nya kualitas gelatin. TIEMSTRA (2) dan (7). Oleh karena hal-hal tersebut, me-
LING (3) telab dapat meramalkan kondisi tode lain perlu dicari untuk sterili-
pH dan suhu yang berkaitan dPngan laju sasi gelatin atau kapsul gelatin dal'1D!
degradasi larutan gelatin berdasarkan kerangka memperbaiki kualitasnya. Hal
persamaan-persamaan empirik yang ditu- ini akan dicob~ deng~n iradiasi sinar
runkan dari pPnelitian berbagai jenis gamna pada gelatin dan kapsul gelatin,
gelatin yang seri~gkali dipakai dalam khususnya dalam kondisi kering.
industri makanan dan f~rmasi. Penelitian ini bertujuan menda-
patkan dosis iradiasi yang tepat untuk
Sccara biologis, gelatin ada-
menghilangkan mikroorganisme yang ter-
lah media yang baik bagi pertumbuhan
dapat pada gelatin dan kapsul ge-
mikroorganisme dan selayaknyalah ge-
latin dengan mengamati kandungan mikro-
latin dan kapsul gelatin mengandung
organisme dan perubahan sifat fisika-
mikroorganisme (4). Untuk me~gatasi ma-
kimia gelatin pada dosis tersebut.
salah adanya bakteri dalam gelatin,
umumnya dilakukan sterilisasi pemana~an
kering (I, 5, 6). Sterilisasi ini mPm- DAHAN UAN Ml:IOUE

punyai kelemahan, yaitu terjadiny~ ke-


Ba ftal'l T'ene.lltiii.n, Sebagai bahan
rusakan pada molPkul gelatin •kibat
penelitian digunakan butiran gelatin
pemakaian suhu y~ng relatif tingg~
dan kap•ul gelatin yang diperoleh dari
(150°C). Kemungkinan Cara lain yang da-
PT KAPSULlNDO, Cibinong. Gelatin dan
par digunakan untuk ste~ilisasi selatin
kapsul gelatin masing-masing dikemaR
at•u kapsul gelatin adalah menggunakan
dalam botol gelas ukuran 100 ml dan
r~knik fumigasi memakai gas etilen ok-
kantong plastik polietilen.
sida atau iradiasi sinar gamma. PATEL
dkk. (4) 3elaporkan bahwa teknik fumi- T'enq.i.apal'l Ba.ho.n dan T'vr.t.alw.a.n. Ge-
ga s i memaka i g4s et i ten oks ida untuk latin diiradiasi dalam iradiator IRPA-
sterilisasi gelatia kapsul ge La r in 01em- SENA dengan laju dosis 5 kGy/jam dan
punysi kelemahan-kelemahan. yaitu su- kemudian d i s Impan pada suhu kamar,
karnya gas etilen oksitla menembus (pe- Dosis iradiasi yang dipilih adalah 0,
netrasi) butir•n gelatin atau kapsul 10, 20, 30, 40, dan 50 kGy. Parameter
ge l at i n , adanya reaksi hidroksi etilen yang diamati pada bahan yang dikemas
oksida yang bersifar toksis. lradiasi dengan kantong plastik adalah kandungan
sinar gamma pada larutan gelatin juga mikroorganisme, sedangkan pada bahan
mempunyai kelemahan, yaitu terjadinya yang dikemas dengan botol gela• adalah
degradasi molekul gelatin kare~a adanya viskosicas, pH, spektrum IR, spektrum

524
serapan dan nilai E 11/I cm UV pa.da pe- suling dengan p@n8ngas air pada suhu
nyimpanun 0, 3, dan 6 bulan. 37°C sclama 2 jam. pH nya komudian dt-
tentukan deneAn menggunakan pH meter
Pt11guj i an Kolll.ami.M.4.i IU.kA001:ga-
buatan Fl~HER.
lU..\me. Media yang digunakan dalam pe-
ngujian kontamina1i mikroorganisae ada-
HASIL OAP< PEMllAllASAl'I
lah larutan thioglycollatc buaton Difeo
menurur ~etode yane certcra dalum PAR- Tabet I dan 2 menunjukkan jumlah
MAKOPE AMER.l.KA USP XIX (8). 40 ml media kontami no•; owal kandungan mikrooq1r
dimasukkan kedalam tabung gelal ukuran nisme daa hasil uji stctilisasi g~l~Lin
100 ml,jumloh tabung untuk setiap dosis dan kopsul gelatin. Pada Tabel ter-
adalah 20 buab, lalu disterilkan da- lihat bohwa, kandungan mikroorguni•me
lam autoclave. Selaajutnya dimasukkan I yang terdapat pada gelatin adatah 0-9
gram sompel kedalam 1etiap tabung. In- mikroba den pada kapsul gelalin adalah
kubasi dilakuken sela11a tiga alnggu 0-7 mlkroba per gram bahan. PATEL dkk.
pada suhu 32°C. Kontaminasi mlkroorga- (4) mendopatkan kandungan mikroorgar.ia-
nisme yang tumbuh pad6 media dihitung me yong tcrdapat pada gelatin s~kitar
berdasarkon peraentase, yaitu ju•lah 10 mikroba/gr dan pada kopsul gela-
tobung yang terkontaminasi setiap do- tin relatif sangat besar, yaltu antara
sis terhadap jumlah yang dipakai dalam 280 sampai 8600 mikroba/gram. Rendahnya :
pengujian kontamtnasi mikroorganisme. kandungan mikr~organisme yang cerdapat
pada kapsul gelatin yang dipakai dalam
P~n¢.n.WAn Vi.6flo1;Ua.6. Met ode yang
penelitian ini diduga dlsebabkan oleh
digunakan untuk menentukan viskositas
adanya zat pengawet yang dapat rnencegah
adalah seperci yang dilakukan olch PA-
tumbuhnya aikroba. Pada label 2 ter-
TEL dkk. (4). 8ahan dengan berat 0, 2
lih"t bahwa, dosis 10 kGy telah dapat
gram dilarutkan dalam 10 •1 larutAn 0,1
menghilangkan semua jenis mikroorga-
N NaCl pada suhu 37°C selama 2 jam.
nisae yang aengkontaminasi gelatin dan
Kemudian larutan gelatin laogaung di-
kapsul gelatin. Hal yang hampir sama
r ent ukan viskositasnya, sedangltan la-
juga didapatkan oleh PATEL dkk. (4)
rutan kapsul gelatin dilakukan sen-
yang mela~rkan bahwa identifikasi je-
trlfuse untuk me•isahkan zat tambaha,,
nis mikroorganisme yang menp;,kontami:\a-
lalu pada filtratnya dilakukan pene~-
si gelatin dan kapsul gelatin, yaitu
cuan viskositas denaan alat vi~kosi-
~taph9lococcus c1ereus, Staph9lococcns
mecer buatan TOKI SAHCYO Co. 1.td.
pidermlsand, dan Flavobacterium.
Pene.n.tUlln pl{. 8ahan dengan berat Tabet 3 dan 4 menunjukkan pengaruh
0,2 gram dilarutkan dalmn 2S al ~ir perlakuan iradiasi dan penyimpanan ge-

525
latin pada visk~sitas larutan gelatin bat radi~si atau penyimpanan diduga di-
dan kapsul gelatin dalam air. Terlihat sebabkan oleh terdegradasinya molekul
bahwa, kenaikan dosis iradiasi menye- gelatin.
babkan penurunan sangac nyata dari
Hasil pengamatan pH larutan gela-
viskositas gelatin dan kapsul gelatin
tin dan kapsul gelatin yang diiradiasi
(p<0,05). Penyimpanan selama 3 bulan
dengan dosis 0, JO, 20, 30, 40, dan SO
tidak menyebabkan perubahan viskositas
kGy serta disimpan selama 0, 3, dan 6
larutan gelatin dan kapsul gelatin,
bulan disajikan pada Tabel 5 dan 6. pH
sedangkan penyimpanan 6 bulan menye-
ge lacio dan kapsul gelatin berkisar
babkan perubahan nyata viskositas, baik
antara 4,9 dan 5, I. Menurut OTHMER (l),
gelatin maupun kapsul gelatin (p<0,05).
jenis gelatin yang umum diperdagangkan
Hal yang hampir sama didapackan juga
terdir; atas 2 jenis, yaitu gelatin
oleh PATEL dkk. (4), walaupun pene-
tipe A (proses hidrolisa asam-kolagen)
li.ci.an dila«ukan pada dosis yang
dan tipe B (proses basa-kolagcn). Ge-
relatif tinggi (0-6 Mrad) terhadap
latin tipe A mcmpunyai titik isoelek-
gelatin dan 3 jenis kapsul. Didapatkan
trik pada pH sekitar 7 sampai 9, se-
bahwa tidak terdapat pe<bedaan yang
da~gkao gelatin ripe B pada pH sekitar
. nyata efek iradiasi dosis 20 kCy ter-
4,8 sampai 5,0. Berdasarkan hal ini
hadap cfck iradiasi dosis 30 kCy pada
dapat diduga bahva gelatin yang d Ipaka t "
kapsul gelati~, sedangkan pada gelatin
dalam penelitian ini adalah tipe B.
cfck iradiasi dosis 10 kGy tidak ber-
Pada Tabel 5 dan 6 terlihat bahwa
beda nyat~ d~ngan efek iradiasi dosis
dengan menaiknya dosis iradiasi menye~
20 kGy.
babkan perbedaan yang nyata pK gelatin
Menurut OTHMER (I), molekul gela- dan kapsul gelatin (p<0,05). Penyim-
tin terdiri sekitar IS jenis asam ami- panan selama 3 bulan tidak menyebab-
no yang berikatan dengan cara ikacan kan peTbedaan yang nyata baik gelatin
peptida dan selain itu dalam molekul maupun kapsul gelatin, sedangkan pe-
gelatin juga terikat senyawa-senyawa nyimpanan selama 6 bulan tidak me-
seperti gula, aldehida, dan derivat nyebabkan perbedaan yang nyata pada
aldehida. Menurut WEST dkk. (13), carA kapsul gelatin (p<0,05). Menurut WEST
asam-asam amino tersebut be.rg;:a.bt.1ng alc:an dkk. (13), sifat kea•aman senyawa-se-
mempengaruhi viskositas larutan gela- nyawa yang terdiri ates acam-asam amino
tin. Makin panjang struktur molekul seb aga i komponen utama, mis'alnya pro-
gelatin makin besar viskositasnya dan tein nt3u gcl4tin, ditentukan oleh ada-
sebaliknya. Terjadinya penurunan vis- nya gugus -NH2- dan -co2H-. Gugus -NH2-
kositos gelatin dan kapsul gelatin aki- sangat sukar terhidrolisi5, tetapi mu-

526
dah teroksidasi yang, dapat d!sebabkan lihat pada Tabel 7. Hal yang hampir
oleh enzim, uksidator at au sebab lain sama juga didapatkan oleh PATEL dkk.
yang reaksinya adalah sebagai berlkut. (4).

Menurut COOPER (12), Senyawa ge-


NH2 0

~I
latin-zat warna pada kapsul gelatin,

I
R-C-C-OH
! (0)
-------> R-C-C-OH + NH 1
baik
larutan
terd•pat dalam bentuk padat naupun
terbentuk berdasarkan ikatan
I a a
- 3
elektrostatika
pada gelatin
dan ikatan hidrogen,
ikatan hidrogen
dan
ant at:
H
As. Amino As. Keto molekul. Terjadinya perubahan ikatan-
ikataa ini pada senyawa gelatcn-zat
Asam keto bersifat lebih asam diban- warna atau dalam gelatin dapat di-
0 sebabkan karena bersenyawa dengan suatu
dingkan asam amino karena gugus -C-
(l
pada asam keto mempunyai sifat day a zat lain atau sebab lain ditunjukkan
penarik elektron yang relatif lebih dengan perubahan spektrum UV at au oilai
JX
besar dibandingkan gugus -~~2 pada asam serapannya E 1 cm' Hal yang sama
(l
amino. Hal ini mungkin yang menyebabkan mungkin terjadi pada gelatin dan kapsul
penurunan pH atau kenaikkan •ifat asam gelatin.
gelatin dan kapsul gP.latin sebagai SpP.ktrum IR gelatin dan kapsul
akibat iradiAsi atau penyjmpanan. gelatin yang diiradiasi dengan dosis 0,
Spektrum serapan UV turunan kedua 10, 20, 30, 40, dan 50 kGy serta
gelatin dan kapsul gelatin dapat di- disimpan selama 0, 3, dan 6 bulan di-
lihat pada Gambar I serta nilai El% sajikan pada Gamber 3-14. Tidak ter-
1 cm
dapat dilihat pada Tabel 7. Terlihat lihat adanya perubahan spektrum IR
bahwa, perlakuan iradiasi satnpai 50 kGy akibat iradiasi atau penyimpanan baik
dan penyimpanan sampai 6 bulan tidak pada kontrol maupun sampel gelatin dan
menyebabkan perubahan spektrum gelatin kapeu I gelatin.

(Gambar 1-J) dan spektrum kapsul ge- Menurut FROOD dkk. (1977) yang
latin (Gambar sampai 50
4-6). rradiasi dikutip oleh COOPBR (12), menyatakan
kGy menyebabkan perubahan nilai E11% babwa molekul-molekul gelatin yang ter-
CIO
&elatin dan kapsul gelatin. Pe- diri sekitar 18 jenia radikal asam
nyimpanan sampai 6 bulan tidak me- amino saling berikatan dengan ikatan
nyebabkan penurunao nilai El% hidrogen
l cm antar moleku1, baik yang
gelatin, tetapi menyebabkabn pcnurQnan terdapat dalam bentu~ padat maupun
nilai El% kapsul gelatin, baik dalam bentuk larutan. Tidak terjadinya
l cm
kontrol maupun sampel yang dapat di- perubahan ikatao-ikatan hidrogen ter-

527
sebut diaebabkan bersenyawa dcngan zat memberikan banluan dan advis
dalam
lain atau sebab lain yang ditunjukkan penelitian ini, serta kepada Saudari
oleh t idak adanya perubahan spektrum IR Lely Hardiningsih yang telah memberikan
pada daerah frekuensi 3600-3000 cm- II bantuan dalam melaksanakan penelitian
(regana -N-R- dan -0-H), 1625 cm-l Ln i ,
regang c=O) dan 1520 cm (regang -N-R-),
Hal yan1 sa""' mungkin terjadi pada DAFTAR PUSTAKA
gelatin dan kapsil gelatin yang di-
I. OTHMRR, K., Encyclopedia of Chemi-
teli ti.
cal Technology, second Ed. Inter-
science..!£ (1966) 499.
KESIMPUL.AN 2. TIEMSTRA, P.J., Degradation of ge-
I.at in, food Technology 22 (1968)
Beberapa simpulan dari basil per- 1151-1153. . -
cobaan ini dapat ditarik, antetra le1in 3. LING, C.N., Thermal degradation of
sebagai berikut . gelatin as applied to processing
of gel mass, J. Pharm. Sci. 67 2
I. Jradiasi 10 kGy dapat menghilangkan (1978).
se:nua jenis mikroorganisme, baik
4. PATEL, K.M., TANRY, M., SHARMA, G.,
yang terdapat pada gelatin maupun and GOPAL, N.G.C. t "Radiat:inn RA

kapsul gelatin. processing aid for upgrading ge-


latin and gelatin capsules", Sym- ·
2. Perubahan viskositas, pH, dan nilai posium on application of Radi-
E !% baik pad a ge I at in maupun oi$otopes in Chemical and Me-
l Clll calurgical Industries (1978).
kapsul gelatin bergantung pada dosis
iradiasi yang dipakai. 5. GOODMAN, and GILMAN, The Pharmaco-
logical Basis of Therapeutic, The
3. Iradiasi dengan dosis sampai 50 kGy Macmillan Co., N.Y. (1960).
pada penyimpanan 0, 3, dan 6 bulan
6. MARTINDALE, The Extra Pharmacopo-
tidak menyebabkan perubahan spektrum iea, 26 sa., The Pharmaceutical
IR dan spekcrum serapan UV dari Press ( 1973).
butiran gelatin dan kapsul gelatin. 7. VYSOTSKAYA, Investigation of the
effect of water radiolysys pro-
ducts on viscosity and light di-
UCAPAN TERIMA KASIH ffusion of gelatin solutions,
(Abstrak INIS 15:030406, 1984/
Penulis mengucapkan terima kasih I 985).
kepada Bapak Ichson Rizal manager pro- 8. UNITED STATES PKARMACOPOIEA XIX,
duksi PT KAPSULINDO yang telah Mack Puhli~hing Co., Easton Pa
(1975) 592.
berikan gelatin dan kapsul gelatin.
Ucapan yang s ama disampaikan ke'pada Dr. 9. O'RAVER, and GREEN, C.L., Numerical
error analysys of derivative
Fauzi Syuaib dari ITB yang telah banyak spectrometry for the quantitative

528
analysyA of mixtures, A~olyt. speclrophoto~etry, J. Pharm. Sci.
Chemistry 4'e 2 < 1916> 312. 2l 3 ( 1984) 413.
10. SCHMIT, A., Derivative Spectroscopy 12. COOPER, J.W., BOWARD, C.A., and DO-
on introduction practical
with NAT,0, Liquid
E-, and solid
examples. Bodenseswerk Perkin solution interaction of primary
l!lmer and Co. Cabb. Uberl ingan, certified colorants with phar-
iE. West Germany. m~<'~otical gelatin, J. Phare.
Sci. 62 7 ( 1973) 1156.
II. Davidson, A.G., and HASSAN, S.M.,
Assay of benzenoid drugs in 13. WEST, MASON, TODD, and BRUGCEN, V.,
tablet and capsules formulation Textbook of Biochemistry, 4 Ed.,
by second derivative ultra violet The Macmillan Co., Canada (1966).

T•bel 1. K~nt1minaal awal al•rob• dart a•- Tabel 4, v;skosil•~ l•nican kapsul C•l•cin pa1a su~~
Ja:J,n clan k1pt\1l t•l•tin, kt.J11•r (c:p) ",

JU111)&h •ikroba l'lo•l• ,Pltft)'lllpantn (bulan)


per 1ra111 b.a.ar1 (kGy)
• l

C.l1tl11 0 ••
lapful &•latJn 0 • 1
10
• 1,91 !
l,7SI !
0,08
0100
1,91 ! 0.11
1,1l !. c,ot
1 ,71 ! 0,09

,. 1,79 ! o,oo 1,13 .! 0109


1,to .:.0.09
1,MJ !. 0,09
lO 1,73 !. 0,09 l, 7J !. 0,09 1,40 !.0,11
••so ,1,60 ! O,OS 1146 : o,ot t,•0.:.0,11
l,SJ ! o,oo 1,.ce ! o,o, J,J4!0,0&
T•~•l 2, H,.11 ujt sto~ills&tl 1ttattn dan ••psul
a•l•tin (\). • •11.r11 i:urata dJJtrttl denaan tla:r-ntan belt.unya dar·I
J ulanaan.
Doslt T•bel ~. pll laruta11 aelatin',
(kGy)
ICapsul 1el1tln
Do•••
(\Cy)
Peny1t11p&l\ar. (bUl&l'I)
0 100 (0/10). 0 6
100 (0/20)
10 0 (20/20) 0 (20/20)
20
30
0 (20/20)
0 (20/20)
0 (20/20).
0 (20/20) • •,97 ;, O,Ol • ••• .:. 0,12 -. 7S
•.~1
!. 0 0.f
1

••so 0 (20/20)
0 (20/20)
0 (20/20)
0 (2~/20)
10
20
4 ,97 !
4,91.:. 0,00
O,OJ •.•o
4,f):.
.! o,oo
e.es
:o,oa
4,1'2 ,!0,09
JO s,01 ! o;oz •,•• .:. o,o• •_,9& !. o,o.J
( l) .. J1.111Jah tabuna •tcril/J\llfl)ah t1bun1 YPoa 40 s.cs ! 0,04 .,,6 ! 0,02 4,90 ! 0,07
dip0a1 dal• ujJ tterilitas, 50 s ..02 ! c.oe s,oo .:.0,02 4,at ! o .. o•
----··

'T'a'."leJ l, Vislco!lt1$ tat'ut•n Jf'l11tin ptda suhv k•••r (cp)'


oosls pal\ yi ll!p•n •n O"Nl•n)
(k(;y)
:>os t.) 0 J •
_ .. (\.Cy;
0
-·--~·-··-~·
--···.

-
i'eny;mp~

---· '
-·-
(hul•n)

0 s,10;. o,04 s.20 !. o,oo 4,9l ! 0,04


0 l,17.: 0,11 2,10 .:. o,ot 1, 12 .:. 0,09
10 S,ZO !.O,Oi S,19 ! 0,01 •.9J: o,cw
L,,z ! c.oe lO S,11 !. 0,01 s.10 .!. c.es 4,811 ! O,Ol
10 1,16 !.0,09 1,SJ ~ o,oo lO s,o•.:. o,o~ 5,09 !. 0,01 4,81 !. 0,01
20 1.19 z: 0,00 1,79:. o.oo 1,SJ ! o,oo
40 i,09 ! 0,0(1 s,.i6 ~ o,o4 4,8il z: o,oo
so i ,1• .!. o,oo 11s3: 0100 11.SJ .:,O,CO
so S,10 !,O,OS S,00 .!. 0,00 (,85 !. 0,00
••
so
1,66 ! 0,13 1,60!0,0t 1.••! o,ot
1,60 ~ 0,09 1,Sl ! 0,00 1,34 ! o,oa • Hara• pv.T•t• disei-tei d1;n1en Jimpatl•"' b•"uat• d•ri
l Ulll'll•fl·

529
T&bel

----·· .
'· Nil&i i!'oaaolatin dan taps,:1 Jell\tlri (A)"•

Penyiapl.nan Oosls Celattn ~psul


(l)u1an) oe» 1el•tin
--------
0
,,..
0
10
O,S2
o,s2
O,Sl
o,so
o ,SI
a,so
o.•9
0,48
•o o.se >J,48
;' o.se 0.48

"
IC
ae
O,Sl
U1!:tl
o,s2
0,4~
o,•s
O,•S
JO O,SJ o, ...
••;o o,s1
O,SJ
0,•3
l),•1
6 0 D,Sl ;>,116
lO o,Sl o,•6
?o o,s: 0,•6
se O,Sl O,•S
••,. 0,5)
O,Sl
0,43
0,42

A • Aapllt.udo.
·------ ··-------

{._Its. • 2&1 n•, •lr1 " 21!. n1ti}


~~2 o.~2 O,!:tl 0 ,Sl 0,50 o,so
(•t I (•) {•) I
1--
{.} :-- (.) :- - ,---
-~ I
I
I
I I
I
(•)

I
I I
I '
• I
'
I

l
I

.. 1
I
I I
I I
I
I
• " 0
I
'
I
I

'I
I

I
I
I
I
(-) (·) I
(.) (-)I I ( -I

0 .,,. ID kOy :o k<i)' 10 kGy 40 kGy SO kCy

,,. ,,. 2JO 2'0 270 210 270 IJO 170 llCI 270

r..bar l, Spektro Ultra. Violet turu'ft•" ••dul ,.. 11titt 0 hul&n.

530
,.,
·~ ........ ,.., ......
. -- ... ... o.••

·0
..w.
o,•1

-.
O,H

·t '-·. !1 \
'I
J
rr "'-- • l ·~' --
i1' --
iI
'

(·J
~ ···~
i -, , -t- r.) H (.)

0 kG7 't •Cy 10 ....,. .,., 40 \Ii)' )0 ,.;,.

-----
"' "'
.,.-------"' "'
•woj#oflf
,,. ...----'"
Cd"91•'1f (IW) "' "' ... ,,.
r•••••f J. 'iP<thtt llhn 'Vo4ht hlnM!tl' ,.,.,.1 t•hll" 0 "whn,

~'
.. f-
:: .
1' h
~
... ?.
~· ~
• n
~
''
q~·
.. ~
.. ~·
ll •
0 f>l
~i

n
,SG
• •0
= l: ~

~ :t
§' ~
s•

, 'I' ~I
;
!
"
u
·•~" ,,,... UHi ,.)~'
·~
~ ;, !
!•~0
Ul
"'°
I

16l0 I SOC USO lSOll


H hl'Can ttloM•n• (1•$iO-.oUOO a '1l
14SLI 1 SCO

•• ..
l; ,l·
:::;. .::
!I 0 ~~
~
•.
~ &-• :- !'
8 . ~~
:: .
'.°
:
: I I

,.
• J
.I
d11 \
'
I

v
rree J.0(1) J.Too IOOll )700 )000

tthllJUI 10~ ... (SlCO-lOO" :•'11 J.?(0


• lxr-Tno' J.'
lll•lllSI lfl.it•t;I (J700•.X<IC 01°t)
JtM'""TQOCI

klilln •. ·'i9•"''• 111fr• ••TUI J•ht111 J. •'lilltn.

.531
I
'
~ <j'
~ 0
ll ~ ~ ~
~ .

~ ~
:
n

D 2 • 2:
~~
~ ~
~~
0 ~ . v=
~

~1 I
''I
'
I

• I j
\ r ,r' I
! ·;\,
, '.' I
I
I
I

'
11\'iitw t.u'I UoOft 1o1tif1 1tM 16t.ll ISOO 16S~ >SH .noo sooo ~1~iooo ~too JOOO Jtoo )000 noe oo
u1-., ... t•I-· (!tSo.tSOO ee·11 tll•1•n 1•1GlllMrlf (J'OO.JQc» m·l)
,,._., ~. ;,.-ln-~I~• teult 1e•• 11.11 •boil•··· O..Otr 10, !.frtt-tfl l•f'fl .. .-... 11.,.uJ l•ltt1.0 O buJt•.

I
I I
I

I~ 0
~
~
••
~~
•:;.
l~~.. . ~ ~ .S·

" "•
i
n . :·-1 i
~~
••
, :;
1-
I
. ~
"
:;
• •
s
:r
~• ~
. ~

)
''
I
I ,,
l '•
I

,,
l~C>O })CIC' Hto )OOO l-~00 »OO J700 WIG> lJOt! 1000 111$0 BOO
'
l•U lSOf1 J6$( 110) ltSO tlO& ltt.O 11«1
Ultll .. 11 t•:-'i1r1f f))flfl.)Mll ._•It H 1•111- 1•1.a.1111 (ltSt-lUO ••11

r 11 r l
l
n
I
' I

I l ~- ~ .l/
~.
,, ~
~ . ..
~$ ~~
.
4· ~· .~·"~. I
'
0 ~ •
0
ii
2 i :i
S .t
0
:t. f
:< ~ e It
'' s
~ e, '
I
I
I,'.
i i '
1 '
! i
\I- .

I I
II
'
i..se UOO 16~ lioc. l6~ 1$,00 USO ISOO llllO .M011 ,00(1 t(OO JtOO 1000 JtOll ioOOO Jlot JOOO
ttl1111.-._, 111-..,,_1 flolt.Wl.lHIP C•.I> lllM\,ltn t•l•1a111 Utt>-JOO o"1)

532
s- sl!
•• ..
II~ . II.
u :!' §'
. ii
=. s• ~ • ~
'.
..,! z. I
I
II .:: I,.
' I I '
s i
~
I'
f
I
I
i I

I
''
1I I,·
' I
\ I \I '•
''J
'
,/
"v '''.!
" '·
It.SO H(O l•)O IS.00 1.S(I 1~00 lO)O l\Oil 16)0 lSOCI ''>0 )OOC: 1130 .JCOfl HOO JOO< J'OC JOO' l~OO)400
Ult'l!pn '''°'"•"• ll•S0.1~0(• c•'11 IJlt"'t .. ltl•b-. CJ'OC-J<I" a'1J
liMh•~ l..'-..llP"'t(;;· l\&f/ ..
0
••!! ... ,_,l ttht111 t ._,t•~.

DISK US!
seh~ngga tidak diketahui berapa je-
nisnya.
NELLY: 3. Kapsul gelatin memang bukan produk
I. Berapa jumlah kontaminasi kuman awal akhir, tetapi perlu diradiasi karcna
pada kapsul gelatin yang Anda perik- ingin mcngctahui cfek fisika-kimia-
sa? nya.
2. Dosis JO kGy menghilangkan S•mua je-
nis mikroorganisrne yang ada , s emu l a ARYANTI :
ada berapa? Gelatin yang dipakai dalam penelitian
3. Apakah kapsul g e Lat Ln memang perlu ini berasal dari protein apa (nabati
diradiasi ? atau hewani) dan dapatkah diteraagkan
p~rbedaao antara gelatin dari protein
NIKRAM: nabati dengan gelatin dari protein he-
I. Jumlah kontaminasi kuman awal pada wani (khusus untuk babi) 1
kapsul gelatin 0-7 sel per gr bahan
sedangkan pada gelatin 0 - 9 sel per NIKHAM:
gr bahan, Gelatin yang digunakan adalah gelatin
2. Kandungan mikroorganisme dalam pe- import, sedangkan dengan protein tidak
nelitian ini tidak diindentifikasi kami te lit i ,

533
PENGARUH PENGURASAN DAN IRADIASI l'ADA MIKROllA AIR KOLMI !RADIATOR

N. Hilmy•, Rahayuningsih C.*, dan Taty Erlinda*

ABSTRAK

PEllCARUK P&~GUltASAN DAW IRAOIASI PADA HIKROBA AIR lOLAH !RADIATOR KOBALT-60. Toloh dilokuko•
peneliti•n peoaaruh penaut•••a kolam iradietor P•d• kanduQaan mikroba air kola~. Dl •••pln1 itu jua•
diteliti tfek radiaai aenma pad1 mikroba air kolam. •erta kemunaklnan adanya baktari pato1en dan bakteri
JIRI tehan r1d!a1l. S ..pal di1m~il ltbelwn dan ettudah kolam di~ura•. kanudian •••P•l diiradia1l p1da
• do1i1 0, I, 2. din 3 kCy. Mlkroba yana i;uaibuh diitolaai dan diidenttfl.kaal. ••rta dit1l\tukan da,.a
tahanny1 ttthadap iradiaai 11aaa. ~•ail pe~elitian ••~Y•t•••a b1hv1 kandu•••• alk~oba air k~l•• aebtlu.
dikuraa relatif lebih tin11i da'fip•d• •e•udah di1t•.•t"••· Hittrob•
J:t•toa•n tidak dlte1Nkan pad• •tw.ia •••••1
air kOl••· Hikrob• yana dorainan d•n t•h•n r•dia•L •d•l•h HJcrococeu• 1p. b•rvatn• ••r•h, 4•• .. 0J1Ju4 •P·
ber1~or& dtn9an hara• D-10 berturut-turut adalah 0,940 din 1.961 kCy~ Mi~rob1 tar•ebut ti4•k petqa4n.

ADSTRACr

8FPHClS Or lLUSKlNC AND IRRAOIATlON ON MICROD85 Of 6D~ !RRADIATOR POOL. Ru ..t<h on the effec'ta of
flu1ing and cleanina of itr1di1tor pcol on it• microbiel content, aa vell •• nvmber of r1di1tloA
r11i1tant bacteria ha• been doQe. Sample• ~tre taken 1tvtr1l tim1a before and after cleanin1 the ,ool,
&ftd thtn vert irr1diated •t do1e1 of 0: I; 2: and l kCy. Tht 1urvived aicrobe1 vert i1ol1ctd and
· id1atifi1d. and their retittant to irradietion were dete?'111.in1d. The' te1ult1 1hovtd that au•ber of
•icrobial content before flu1hins waa hi1her than after flu1hing of the pool. No p•tho1entc b•ct•~i• v•r•
found ln •11 •t1111le1 inve1tia•ted. The dominant and re1iatant •i~rohe~ v~rt round to bt •red Hlcrococeua
1p and apoTe foreing aaclJJu• •P with o-10 value of 0.940 and J.96t kCy, re1pectiv4ly. Wou1 var•
pathogen.

PF,NOAHlll.lJAN
~yarHLan t~rlentu tenLan8 der~jal k~-
Pada akhir tahun 1983 telah di- keruhan, warna, pH, kadar mineral dan

bangun sebuah iradiator Kobalt-60 di klorin, kesadahan, serta jumlah kation


Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, dan anionnya. Persyaratan tersebut di-
BATAN dengan aktivita~ sumber radiasi perlukan agar air yang selalu terkena
terpasang sekitar 200.000 Ci. Sumber radiasi selama sumber disimpan tidak
radiasi Kobalt-60 disimpan dalam kolam menimbulkan persenyawaan baru yang ti-
yang se l a l u diisi dengan air beoas dak diinginkan . .E'ersenyawaan tersebuc
mineral sekitar 68 mJ Air dalam kolam dapat timbul akibat interaksi antara
digunakan sebagai perisai .s inar gamma cemaran kimia yang terkandung dalam air
yang dipancarkan oleh sumbe.r radiasi. dengan sinar gamma dari sumber radiasi
Air kolam iradiator mcmpunyai per- Kobalt-60. Air yang mengandung banyak
cemaran dapat juga menimbulkam korosi
pada wadah sumber atau peralatan
• Pusat Aplikasi Isotop den Radiasi, BATA~ diator lainnya. Agar persyaratAn

535
kolam selalu terpenuhi, sirkulasi dan dasar kolam, serta dekat penyimpan-
pemurnian air dilakukan dengan teratur an sueibe r {Gambar I). Sampel air diam-
( I). b i l d""&"n al a t khusus y;ing s te r i l ,
Pemurnian air kolam nanya menyang- lalu dimasukkan ke dalam ~adah steril.
kut pemurnian dari cemaram kimia, ti- u~tuk setiap pengambilan sampel dibu-
dak termasuk cemaran mikroba. Pada po- tuhkan 10 1 air kolam.
sisi tAr~impan, sinar gamm.a dari sumber
Untuk mengisolasi mikroba yang ra-
radiasi akan berinteraksi dengan mi- han radiasi, sampel dijradiasi dengan
kroba ~ir kolam. Diperkirakan mikroba dosis 0, I, 2, dan 3 kGy dengan laju
yang sensitif terhadap radiasi akan dosis sekitar 2 kGy/jam. Setelah iradi-
mat i.
asi sampel disaring dengan kertas sa-
Pcnclitian ini bertujuan untuk me- ring 0,22u. Kertas saring ditanam pa-
monitor kandungan SCYta melihat penga-
da media "Difeo Plate Count Agar" dan
ruh w·aktu antara dua peoguraHan t e r-' diinkubasikan selama 21 hari pada suhu
b adap kandungau mikruba t e r sebut . Juga 30°C. Mikroba yang tumbuh diamati, di-
melihar kemungkinan adanya oikroba yang hitung dan dilakukan pewarnaan Gram.
tahan radiasi dan bersifat patogen yang Juga dilakukan isolasi mikroba yang
dapar meacemari lingkungan melalui air tahan radiasi dengan metode kering,
buangan ketika kolam dikuras. yaitu dengan mengiradiasi kertas SaYing.
yang mensandung mikrobs pada dosis IS
BAHAN DAN lolETOOE kGy. Setelah iradiasi kerras saring
tersebut ditanam pada media "Difeo Try-
Ukuran kolam iradiator adalah S x ticase Soya Broth", selama 21 hari.
2 x 7m. Kolam diisi dengan air yang te- Mikroba yang tumbuh diisolasi dan di-
lah dimurnikan dengan alat penukar ion. centukan harga o10nya secara kering.
Air tersebut selalu disirkulasi dengan Metode mikrobiologi dilaksanakan menu-
kecepatan lm3/jam. Sirkulasi dimak- rut HILMY dkk (2 - 4). Mikroba yang ta-
sudkan untuk membersihkan air d;ari han radiasi diidentifikasi menurut BU-
partikel-partikel debu dan zat kim~a CHANAN er al (5). Peng~mhil;in sampel
yang tidak diinginkan. Air sirkulasi dilakukan pada Yaktu kolam akan diku-
dimurnikan lagi sebelum masuk kembali ras. baru dikura4, dan waktu diantar3
ka kolam. Kekurangan air kolam akibat dus pengur383n. Pengam3tan dilakukan
penguapan selalu ditambah dengan air mulai bulan Februari 1985 sampai Mei
yang tclah dimurnik4n. 1988 dengan perittcian pengambilan sam-
Sampcl c Lr d i amb i I dari 14 lokasi pel sebagai berikut : Sampel I diam-
y3ng tcrlct~k di ?Crmukaan, tengah, dan bil pad a bul an Februad 1985, kolam

536
dikuras bulan Mei 1985. Sampel II di- tersebut meningkat sampai kolam diku-
ambil Februari 1986, sampel Juni
Ill ras.
1986, dan sampel IV bulan Agustus 1986.
Pada bulan September 1986 kolam dikuras Dari Tabel I juga dapat dilihat
Lagi. Slllllpel V diambil bulan Oktober bahwa jumlah kandungan mikroba di per-
1986, sampel VI pada bulan Oktober mukaan kolam lebih rendah daripada di
1987, dan aampel VII pada bulan Juli dasar kolam. Mikroba yang dominan ter-
diri dari mikroba berbentuk coccus,
1988. Bulan Agustus 1988 kolam dikuras
Cram positif, dan bcrwarna me rah.
Lagi. Berdasarkan data pemakaian ira-
diator, sumber radiasi Kobalt-60 banya Setelah diidentifikaei mikroba tersebut
digunakan sekitar 80% dari waktu yan8 adalah Hicrcoccus sp. Di samping Hi-
tersedia, aedangakan selAma waktu si- crococcus sp, Baciilus ap berspora juga
sanya aumber berada pada posisi ter- domina~ (Tabel 2 dan J). Mikroba anae-
simpan. Jika sumber digunakan, eumber rob ditemukan sekitar 1% dari jumlab
akan naik turun sekitar 72 kali dalam kandungan mikroba. Akibac sumber tu-
24 jam. run-naik, konsentrasi oksigen dalam air
akan relatif tinggi sehingga dapat
menghalangi pertumbuhan mikroba anaerob
HASIL DAN PEMBAHASAN
di dasar kolam. Persentase mikroba yang
Haail pengamatan jumlah kandungan domioan pada setiap lokasi sampling dan ··
mikroba dalam air kolam dapat dilihat waktu setelah pengurasan dapat dilihat
pada fabel I. Sampel I, IV dan VII di- pada Tabel 4. Terlihat bahwa jumlah
ambil pada waktu kolam akan dikuras. mikroba dominan meningkat sesuai deogan
Jumlah kandungan mikroba berkisar anta- waktu setelah pengurasan. Juga dapat
ra 10/ml aampai sekitar 200/ml. Jumlah dilihat bahwa mikroba dominan tersebut
kandungan nikroba air kolam sesudah lebih banyak ditemukan pada permukaan
dikuraa yaitu sampel II dan V berkisar kolam. Jumlah kandungan mikroba air
antara 10/ml sampai 60/ml. Jumlah ihi kohm meningkat sesuai dengan bertam-
relatif rendah jika dibandiogkan dengan bahnya waktu aetelah pengurasan, dan
jumlah kandungan mikroba air kolam jumlah mikroba tersebut paling tinggi
•ebelum dikura1. Hal ini mungkin di- pad a waktu kolam akan dikuras (fabel
sebabkan oleh pengaruh mikroba yang 5). Mikroba yang tahan iradiasi dengan
dikandung lumpur yang mengendap pad a dosis 15 kGy terdapat disemua lokasi
daaar kolam. Pada waktu sumber tu run dalam kolam. Umumnya mikroba yang tahan
dan naik lumpur yang mengendap akan radiasi tersebut terdiri dari Bacillus
ikut naik sebingga mempengaruhi kan- sp berspora dengan harga 010 tertinggi
dungau mikroba air kolam. Jumlah lumpur 1,934 kGy (Tabel 6). Setelah diiden-

537
tifikasi, mikroba yang dominan adalah 3. Mikroba yang dominan terdiri dari
Bacillus cereus. Hicrococcus sp dan Bacillus ~P ber-
Hasil pengamatan dan isolasi mi- spora. Mikroba tersebut juga tahan
kroba yang tahan radiasi dosis I, 2, radi8si dengan harga n10 masing-ma-
dan 3 kGy dapat dilihat pada Tabel 7. sing 0,940 dan 1,961 kCy.
Mikroba yang tahan radiasi terdiri daTi 4. Mikroba patogen tidak ditemukan da-
Hicrococcus sp yang berwarna merah, lam air kolam iradiator.
dengan harga n10 0,940 + 0,095 kGy
(Tabel 8).
UCAPAN TERlMA KASlH
Hasi} pengamatan pH air kolam ira-
diator menyatakan bahwa tidak terda- Penulis mengucapkan terima kasih
pat perbedaan yang nyata antara pl! air yang sebesaT-besarnya kepada semua staf
kolam yang belum dikuras denga:> air lnscalasi Iradiasi, Pusat Aplikasi Iso-
kolam yang telah dikuras. Harga pH air top da Radiasi BATAN atas bantuannya
kolam berkisar antara 5,2 dan 6,S de- mengambil sampel penelitian.
ngan pH raca-rata 6,2. Pada pH tersebut
hampir semua jenis mikroba aerob dapat
OAfTAR PUSTAKA
hidup.
Dari hasil isolasi mikroba patogen I. ANONYMOUS, Instruction Manual of La-
tex lTradiator, Kimura Chemical
tidak ditemukan rnikroba E.coli, strep- Plants Co, Ltd. Amagaaaki, Japan
tococcus sp, Stapylococcus sp, F.ntero- (1983).
bacteriaceae, Pseudomonas sp dan bak-
2, HILMY,N,, SRI BAGIAWATI, dan 8ASSRY,
teri koliform. T,H., Radiation aterili&ation doae
deteT111ination uaina fraction posi-
tive and the moat reeietant isola•
ted bacteria, Majalah BATAN ·xvtr
1 (1984) 94, ~
Dari hasil penelitian pengamatan
3. HILMY, N,, dan CHOSDU, R., Pembuatan
mikroba air kolam iradiator dapat dita- indikator biologi untuk 1teri.liaa-
rik beberapa kesimpulan sebagai ber- si dari apora Bacillus pum1llus,
Majalah BATAN·~ l (1983) 20,
ikuc
I. Penguras~n kolam iradiator mempenga- 4, HILMY, N., Isolation of radiD re•
aiatant bacterial eporee, Majalah
ruhi jumlab dan jenis kandungan BATAN XII l (1979) 36,
mikrobanya. Jumlah mikroba menurun
5. 8UCHANAN, R.E., and GIBBONS, N.E.,
setelah pengurasan. Bergey's Manuaihof Determinative
2. Jumlah mikroba yang dominan akan me- Bacteriology, 8 . ed. The Wilkins
Conipany, BaltimoTe (1974).
ningkat menurut vaktu antara dua
ka li pengur asan.

538
., I 1 ., •• ••l
- ..
•2

-16
•2

., '°co
l1llllO/I
•,
••
~ ~I .r, r,

tatui ... ri-1 $


A •At•• M.S • atr slrkula1l
T • Ttn1M


<••suk)
I • lavll'I IS • air •1.r\ul••i s.....
9 • Oe.ltat sumbt-r (i.cluaT)
A9' • •~P hu•l'lllln 60Co •; •.1 ••
I

P•.nMllP&al a .. pin.1

loku l pon1Ulbll- s ..
M IUpel
[I HI IV v VI VII

AIU 9!3.• ll!.l,2 21!3.2 159!:117 27!_1.l llO:Sl 11!1,6


T•nph 11_!2,l 60.!lS 11,,:22 21•!1• SS:12 ltS::.Jl
'':'
.....
.... .i.

Air buanp.l\
14!2,3
20t44l
811,l
11.!•.1
6!1,2
22.:5,6
ll&!,40
lt~IS
Zll.:,12
lll.44
47t,J.0
21.tt
1SO.tl3
104.t)l
S0.,122
40"

.....
SOtl 112,ao 49,,:1 l '20:3S 60J,12
Air 11rkulu1 20.:• 36!12 71:15 2tS;71 49_!,7 to!)I 61,!10

S-,.1 I, JV. danVtl : lol• aka.I\ dlkuru


II dtft V : Kolaa b•n.1 di•uras
Ill din VI : Atlt•r• d~• p1n1uras1n

Tabel 2. Korfoloai dan distrihusi m1kr0ba air ~olan I radiator


seb•Iu• dikur1s.

Hor!olo1i dan JU11lah ni~roba (\)


prewanaan Gru Sanipcl l 5~•1 JV
A T 9 A T B

Bat•na berspo"a (•) 11,S •,4 9,4 1,7 1,0 1, 7


....... ( +) 0 9,5 3,2 0 1,0 2,3
11••1111 C-J 12.s
?S
•.s
7S
0
11.2 93,3
0 0
91
2,3
Pl.7
Cocc.u• (•)
Coccue (•l 0 0 r.~ 0 0 0
Lain-ldn 9 6,S 3,0 0 0 0

539
Tabel J. MorCologi den distrihusi naikroba ai7 tolu !radiator
setela.loi dilluras.

Norfo1011 dll\ J\Jlllah aikr<lho (\)


pewarn..n Gra• SOl!p<l rr s.. pel v
A T a A T B

B:atan1 berSJ)Or& (•) 3,5 12,0 3,8 2,S 4,5 10,3


Batalla (•) 1,2 0 21,0 5,5 l4,2 29,2
Batang (-) I ,2 6,J 2,• o,s 10,7 8,S
Coccus (•) 91,0 73,7 6115 90 41,2 50,4
Cooov• (-) 1,1 6,8 2,6 0,6 l,• I, I
Lain-lain 1,0 1,2 1,7 0,9 6,o o,s
A • Atas kolu
T • Ten1ah 'kola.m
R e Oa~ar lcolam

Tahe1 4. Persenrase m1kro'.'la yang doaina~ pllda set1ap lokasi


simplina dan ~aktu ~ctelah pengurasan.

Kode t'f1~tu setelah ;iensuras.,. (~ulon)


1 o).•:S i
I 0 ll 16
----------
Al 9 86 66 100
A2 2,6 93,3 94 100
Al 8,6 TD 100 100
Bl 19,4 90,S s,1 99 ,a
82 S,9 15,, II 97
83 54 82,6 lt) 94
84 TO 97 52 97
Tl 42 0 70,l 90
T2 16 37,1 ao 99
TJ 35 7 >O 99
T4 93 98 13 98
s 27 ,3 57 0 98
AB 53 m m 96

TD = Tidak <li lak11~n11

Tabel S. .Jufl'l.ll'lh J1ikroha/11J pNI Wtiap lotasi s,.pli~a dan


wakt\l se~elah penrura.san.

Lok~si tr.'aktu setelah pen(Qr•s•n (bul••l


9 lJ 16

Al
A2
~'24 6
s
lO
17
52?
120
Al 27 14 llO
Bl !OJ 7 84 309
02 49 9 109 IOI
Al 29 7 273
B4 42 221 171
Tl 60 s 45 167
T2 S< 8 36 127
T3 l8 6 127 329
T4 19 244 316 253
s 49 6 37 133
AP- 108 22 201 ll5
MS 248 720 ns

S40
tTabel 6. Kara• D10 beber•p• Jeni• a.cJJJu• 1p ber1pora Y•l\I tahan
radlul IS kCy ~arl beberapa lokul u11plln1 woktu sote·
lah pensurasan.

Lohsl Waktu setellh penrurasan (bulon)


' lJ 16

Al l,&•3 1,441
Al l,595
Al
A4 1, 779
Bl l ,519
82 1,635
u 1,312
84 l,459
Tl
T2 l,S24 1,659
Tl 1.ss2
T4 1,329 1,•30
s 1 ,934
AB 1, 227 1,438
"6 1,602

A • Pemukun kolan
R • Dasar kola•
T ~ Ten1ah koloae
S ,. SUlllhe-r radi:'''
AS = A..i r huRne•n
M'5 • A;r 'itkula:si (aa<11kl

Tlbel,7. Jlllll1h It.le~ sp (Derlh) d•l•n air kol&m irodlotor


sebetua dan -Se$udlih djiradla.si l - 3 kGy.

l.Ok&sl Jualah Dlkroba/100 ml


0 kGy 1 t<.'y 2 tGy 3 tGy

A2 3'00 7320 200 40


Ai
A4
7700
111600
•O?O
•oso
SlO
220

16
Tl 11400 i160 320 80
rs 111100 Z9•0 100 so
s
Bl
7200
7500
llSO
3320
130
300 12

82 8950 3995 1150 11
84 10400 46711 2800 10

TaheJ I. liar&• 010 Ntcro~ sp (11erllh),

Lobs! Ni !al n1t' (tCyl D10 TIU·r•t& (kGy)


------------- ··---- ..... ··------
A 0,573•6 0,940 .:_ 0,09S
T 1,0754.\
~ 0,87321
--------------------------
A • Atas kola.o
T • T•naah kol aa
B • JawlSh tr:ola•

541
DISKUSI

I MADE SUDIANA:
1. Apakah pada penelitian Anda tidak
ditemukan kapang dan khamir. Hal ini
mengingat beberapa kapang dan khamir
yang patogen dapat kica temukan pada
air yang tergenang 1
2. Anda hanya mengamati air kolam p~da
bagian,atas. tengah, dan bawah, apa-
''
kab t i.dak dilakukan penelitian ter-
hadap mikrobia yang menPmpel pada
dinding sumber iradiasi?

NAZLY Hil,MY :
I. Tidak ditPmukan kapang dan khamir.
Ha] ini mungkin d i se babk an ail' se-
lalu hPrsir~ulasi. Oi samping itu,_
kapAng dan khamir juga sangat scnai-
tit terhadap radiasi.
2. Tidak dilakukan. PenP.litian hanya
dilakukan pada sampel air dekat sum-
ber. Diperkirakan mikroba yang me-
nempel pada sumher akan lepas ke
da]am air karena sumber sel~lu naik
-turun (72 x sehari).

542
EFEK KOMBINASI VAKUM DAN IRADIASI GAMMA PADA OAYA TAHAN SPORA
Baciliuspw11ilus 01\N Baciltus ccreus UAl..AM KONDISI KERJNG

Nikham•, dan Nazly H.*

ABST~AlC

EFEK KOMOlNASI \'AKUMDA~ IRADlA$t GA.'01.A fADA UAYA 'IA.HAN SPORA &C.10:JV$ ,pua.!lus daa hc:1.lJus c.r•u•
OALAH KONDISI KERINC. iela~ dllakukan peoelit1an p'n&aruh peTlakuen koobina1i vakum-it•~iatl daa
ir,dia1i•valcum pada 1po5• ba'~terl B, pu.a.!lus dao B. cerevs. Kondlsl yana 4iaunakan lalah kead1an vakua
pa(a ttkanan 1,9 • 10 .. Torr stlant• ., 2. dan J jam pad• 1uhu kaca.t, yaltu )0 • 2•c dan lTadiui pad•
doait O; 5~ 7,5 dan io kCy dcngan laju dotis 4 kCy/jam. Saapel disiaplt.n dale» fondi1i kerina. lT1diaai
dllakukan data~ suasana atrob dengan RH sekitac 90%. Waktu an~aca pesakuoa~ dan ir,dia•i ..upun iradiae!
den pea1kuaan tidak lebjh dirl 2 jam. Hasi! pc,elitlan menunjuk~an b•hva tidak tetlihar •d•ny~ perbed•••
y•ng ny•t• (p<O,OS) pad• ha~a• OLO dar[ jenis spora kacena pertakuan ~o.hina•i ir•di••i-vaku. ••upun
Y•kum-·ir-adta1i den3an harl~ 010 pada perl•kuan ir-adiaa.i ~•j•.

ABSTRACT

Tttt EfFECTS orCOH»i!NETO TREATMENT OF VACCU1'1 AND GAMMA IWOIATIOM ON srosss R£SJSJAJICE OF ~aoillu•
Pum!l~s and Bacillus ce:vus lH ORY CUKOtilON. Investigations on the effecta of collhin~ vaccU8-i~r•di•tion
and irradi•tton-vaccum tre~lmenta on tpOre1 of B. pu~Jlus and 8. C'1!reux have be•n done. Cqnditiona used
ve re veccum •t 1.9 x 10- Torr exposure for I. 2 end l hour.- •t tOOll te:•P•ra:urcs i.e (JO + 2•)c •nd
irradiation at doses of O; ~; 7,S •nd tO kGy vhit •do•~ Tate of 6 kCy/hovr. Saaple• ~ere Pr•pared ia
dry condition •:td iTr•diation v•1.earried out ln aerobic •t•t• t1ith lUI 90% and t.he c£ .. r•n.sed betwe•P
irradiatior. and veccue or veccua a!"ld il't~c1i•tion was no~ •or• th•n 2 hov .. a , The Te.•ulta ahovcd that the ...
D10 value didn1t give signifii:.;inc C:iffer-enc:• b•t'-'etn the co-.bine vacc.u.-irradi•tion, •nd
irradiation-vaccum treAtMf'nlJt f~r- s~ore• Co•pat•4 o,
to 0 v.aolul' of icradiatlon tr-e•t."9e1\ts (p<O.OS).

PENOAllULUAN
dosis sterilisasi 25 kGy, yaitu dosis
Berdasarkan telaah pustaka meoun- yang diterima secara resmi di berbagai
jukkan bahwa, teknik sterilisasi radia- negara, termasuk Indonesia (I, 2).
si pengion sangat menguntungkan karena Untuk mengatasi masalab tersebut,
prosesnya tidak menaikkan subu, sebing- berbagai cara perlakuan kombinasi, se-
ga dapat digunakan untuk mensterilkan perci iradiasi-paoas, iradiasi-UV, ira-
alat yang tidak tahan panas. ~amun.
diasi-tekanan, dan iradiasi-zat kimia
pemakaian teknik tersebut untuk menste-
telah dilakukan. Perlakuao kombinasi
rilkan sediaan obat, bahan baku obat.
iradiasi-panas dan sebaliknya untuk me-
dan jaringan biologi memberikan masa-
nurun daya tahan kuman B. pumilus dan
lah, karena bagian sediaan tersebut
B. cereus telah di lakukan. Hasil me-
dapat terurai oleh radiasi pe~gioa pada
nunjukkan bahva kombiaasi paaas pada
suhu 60, 70, 80. dan 90°C selama jam,
• Pusst Aplikasi Iso top dan R.ad.ia.si1 SATAN kemudian diiradiasi pada dosis O; 5;

543
7,5; d an 10 kGy serta pada dosis O; 3; tiannya mungkin dapar dipercepat.
6; 9; dan 12 kGy. ti dak memberikan Kellli'tiao sel akibat perlaktian ira-
pengaruh yang nyata tPrhadap harga 010 diasi '
t~rutama disebabkan oleh keru-
kum~n ters~but dalam keadaan karing~ sakan pada DNA (8-12). Ini dikenal
jika dibandingkan dengan iradiasi saja sebagai pengaruh langsung dari radiasi
(3). pengion. Pengaruh yang tidak langsung
B.eberapa bas i 1 pene 1 i c Lan menun- ialah pengaruh dari radikal bebas ion
jukkan bahwa perlakuan kombinasi panas- OH- dan H2o2 yang dihasilkan radioli-
Lr ad i as i dapat, meurbe r Lkau efek .sinel:"gis sis air. Pengaruh tidak langsung dari

yang nyata pada kum•n dalam keadaan i r ad i as i ters~but melipuci kegiatan


basah, sedangkan penelitian serupa da- reduksi dan oksidasi kimia yang mirip

lam keadaan ke r tng belum b anyak d i l a- dengan keracunan kimia (S,13). Namun

kukan (4-6). menurut ALPER (14) diperkirakan bah~•.

Cara lain untuk mengarasi masalah kemampuan sel untuk memperbaiki diri

dosis iradiasi tersebut ialah dengan terjadi dalam waktu 2 jam setelah

menggunakan perlakuan kombinasi vakum iradiasi. Proses tersebut selanjutnya

dan iradiasi dan sebaliknya untuk me- dipakai sebagai dasar untuk pelaksanaan

nurunkan ct.i:ay;a r ah an spor a H. plrmiln.c:, kombinasi.


dan B. cereu.~. Kuman terse but unrumnya Penelitian ini bertujuan untuk

mengkontaminasi al At k edok t e r an , s ed l a- mendapatkan suatu teknik kombinasi va-


an farmasi dan d8pat oembusukkan bahao kum dan iradiasi gamma yang optimal
makanan. sehingga berbahaya bagi kese- untuk menurunkan daya tahan spora kedua
hatan. Yang mcnarik perhatian, jika b•kceri tersebut.
ditinjau dari bidang mikrobiologi ra-
d i as i , ial~h kuman tersebut sangat ta- BAHAN DAN METODI:

han terhadap radiasi• panas, dan bahan Bah11.11 Pene.t.lt..lct11. Sampel. kuman
kimia, oleh sebab itu kuman tersebut y .. ng dipakai ialah B, pumilu• E 601
digunakan sebagai indikator biologi un- ,\TCC 21142 diperoleh dari "Australia
ruk prose$ ster:lisasi (;)_ Atomir Energy Comission" dan B. cereus

Pada u1numnya, mikroba dalam kon-- c I/ 118 - IOK diperoleh dari Wina.

dis i divak.umkcul akan terhambet per- Austria. Pembiak:>n, panent dan pe-

b~hkan dapat mengcilatni nentuan angka koman digunakan media


rumbuhannya,
plasmolisis, yairu cairan protoplasma "Trypticase Soy Agar" (TSA). Pemilihan

keluar dari sel dan pecahnya sel dapat media didasarkan pada hasil penelitian
diikuti (7). Mikroba dengan kondisi Lerdahulu, yang dilakukan dengan meng-
demikian lalu diiradiasi, maka kema- gur.akan berbagai macam media, aeperti

544
"Plat<? Count Agar" dan 11Nutrieot Agar" jam. Tekanan yang digunakan sekitar
(IS). Semua media yang d i paka I de Leui 10-Z Torr, karena tekanan yang lebih
penel itian ini adalab bu&tan OXOlD, r endah da r i cek anan
tersebut diperki-
sedongkan balran kimia la innya buatan rakan dapat merusak produk yang akan
MERCK. disterllkan. Setelah perlakuan tersebut~
Parten Strnin s, pu-
Spo1ttt Kuman. sampel d i b i akkan pada media tSA, ke-
milus dan B. ce r eu s dibiakkan pada mudian dleramkan selama 7 hari pada
media ISA yang dieram dalam suhu 30 + suhu 30 + 2•c. Jumlah koloni bakteri
2°C selama 24 jam. Satu koloni yang dihitung setiap hari. Harga 010 dihi-
baik dipilih dari biakan tersebut, tung dengan komputer dan datanya diolah
kemudian dibiakkan pada media TSA dan secara statistik (16).
dieram selama 4-7 hari (sporulasi se- 1'..adill.bi dan Vakwn, Cara percobaan
kitar 95%). Spora dipanen dalam air so- per l akuan koinb inas I i rad i as i-va:kum e araa

ling steril. Suspensi dipusing dengan dcngan kombinasi vakum dan iradiasi,
alat "HITACHI CENTRIFUGE" 03P-22 pada hanya dilakukan iradiasi dahulu, kemu-
ker.Ppatan 3.000 rpm selama 20 m~nil, dian diikuti dengan perlakuaa kondisi
kemud ian d i cuc I 3 kill i dcngno n i r- au- vokum, Waktu an t a r a i e ad i as i <Ian pe+
ling steril. Setelah bcrsih, 9uspensj makuman juga tidak lcbih dari 2 jam.
s por a kun1.o.n d i buat dcngan air a c l i ng
yang mengandung sekitar 10 spora v•r HASIL l>AN PEMMllASAH

ml. Suspensi sckitar 0,01 ml dllel~~k~n


Ollihat dari harga D IO' kcdua j e-:
pada "cove r glas:>" dan d i a t u r ae t Ip i s
nis spora untuk perlakuan kombinasi
mungkin sehingga diperkirakan terbenruk
vakum-iradiasi dan iradiasi-vakum pada
lapisan satu sel. Sellap snmpel ne-
kuin~n n. pumilus dan B. cereu_s,. ter-
ngandung sekitar 109 spora kuman.
nyata tidak memberikan perbedaan yang
nyat .. (p<0,05), dibandingkan dcngan
baan perlakuan kombinasi vakum dan perlakuan icadiasi (Tabel I}. Basil
icadiasi, sampel dimasukkan ke dalam penelitlaa tertlahulu untuk perlakuan
tabung vakum selama I, 2, dan 3 jam kumbinasi panas-iradiasi dan sebaliknya
pada tekanan 1,9 x 10 -2 Torr. Setelah juga tidak memberikan efek yang nyata
divakumkan, sa~pel diicadiasi pada do- pada harga·o10 spora dan bentuk vege-
sis O; 5; 7,5; dan 10 kGy dengan laju tatif kuman B, pu.milus dan 8. cereus1
dosis 4 kGy/jam yang diukur dengan dibandingkan dengan perlakuan iradiasi
dosimeter Fricke. Setiap perlakuan me- saja (p<0,05) (3).
nggunakan 3 sampel. Waktu antara pe- gfek perlakuan kombinasi vakum-
aakuman dan I r ad i as i. tidak lebih dar i 2 iradiasi dan iradiasi-vakum pada B.

545
pumilus dan 8. cereus dapat dilihat Kurva regresi hubungan antar.a jum-
pada Gambar I. Kurva efek kombinasi lah bakteri yang masih bidup dan per-
perlakuan tersebur ada tiga. yaitu kur- lakuan kombinasi vakum-iradiasi dan se-
va efek iradiasi. kombinasi vakum-ira- baliknya pada bakteri B. pumilus dan B.
diasi dan iradiasi-vakum tidak berbeda cerP.11.< (Cambar 2) t e rnyar a t idak mem-
nyata, tetapi yang digambarkan hanya berikan efek yang nyata, jika dibanding
satu saja. Ternyata bahwa. inaktivasi dcngan pe r l akuao iradiasi.
dari bakreri karena pP.rlakuan vakum
sendiri tergantung pada lamanya pama-
KESIMPULAN
kuman. Oalam hal ini. pemakuman ~elama
jam dapat aengaktivasi kedua jenis Has i L penelitian ini dapat disim-
bakteri tersebut sebagai satu dasimal, pulkan bahwa perlakuan kombinasi vakum-
kemudian stabil pada pemakuman ~el~m~ 2 iradiasi dan iradiasi-vaku~ dalam kon-
dan 3 jam. Pada pemakuman I jam pcrtam• disi kcring tidak memberikan efek yang
~ungkin semua bentuk vegetatif m~ti. nyata ~·da barga 010 spora B. pumilus
sedangkan bentuk •pora masih dapat b~r- dan 1,1. cereus, btla dibandi11gkan dengan
t~han poda kondisi t~rscbut. Oalom pe- perlakuan iradiasi tanpa vakum (p<0,05)
nelitian ini. kondisi Vftkom yang dico-
bakan ha~ya poda tckonan 1,9 10-z
x

torr dan divakumkan seluma I, 2, dan 3


DAFJAR fUSTAKA
jam pada suhu k ama r , kemud Lan d iir"<t-
diasi pada dosis O; 5; 7,5; 10 kGy I. British Pharmacopoeia, vol. !!•
London HMSO ( 1980) A-196.
dengan laju dosis 4 kGy/jam. Kondisi
ini term.asuk tidak begitu be r at bag i 2. The Unired States Pharmacopoeia,
vol. XX, National ~·ormulary, vol.
kedua jenis bakteri tersebul eehingga XV, Mach Publishing Co., Eeston
tidak memberikan efek yang nyata. Hasil Pa USA (1980) 1037.
penelitian yang serupa yang dilakukan 3. HILMY, N., dan NIKHAM,· Efak Kombi-
oleh HORNECK dan BUCKER (17) menyatakan nasi Panas dan Iradiasi pada Pa-
y11 Tahan Bacillus pumUus dan
bahwa kondisi vakum sampai x I0-7 nncillus cereus dalam Kondisi
Torr dapat mengurangi jumlah sel baktc- Kering (PAIR/P.204/1986), Pusat
r i ~schsrichi.a coli 8/r dan B. subtilis Aplikasi.Isotop dan Radiasi, Ba-
168 sekitar 2 - 5%, jika •P.l d;oeh•r tan, Jakarta (1986).

dalam s ar u l;apii;, ro::tnpa hAhan tambahan. 4. STF.GEMAN, H., MOSSEL, D.A.A., and
PlLNIK, W., "Studies on the sen-
Lebih lanjut dinyatakan bahwa spora B.
sirizing mechanism of pre Lr r a-
subtilis masih dapat bertahan hidup diation to a subsequent heat
lrealmenl on bacte~ial1'1 Spora
secara utuh pada tekan•n vakum 2 x 10-l
Researsh 1976, Academic Press.
Torr s@1ama 20 bari. London (1977) 565.

546
5. CRECZ, N., RO\lLEY, J.B., and HATSU- 11. WILLS, P.A., "Basic of radiation
YAMAt A., '"the action of irra- microbiology for food prntecti-
diation on ber-r e r t a and viruses", on" Commercialization of Ionizing
Preservation of food by ion1~1ng Energy Treatment of Food, (Proc.
Radiation, CRC Press lnc., Boca. Locas Heigh, Hew South Wales
Raton (1983) 167. Australia, 1985).
6,- TRAUTH, Jr, C.A., and SIVINSKI, I}. EYMERY, R., "Design of radiation
H.D., "Synergistic effects of Sterilization facilities'', Lndus-
head and irradiation treatment trial Sterilization, DukP Univ.
(thermoradiation) in the steril- Press, Durham North Carolina
itation of medical product", Ra- ( 1973) 153.
diosterilization of Hedical Pro-
ducts 1974 (Proc. of Synp. Bom- 13. FARKAS, J., Microbiology implica-
bay, 1974), IAEA, Vienna (1975) tions of food irradiation, IPPIT
3. Report No. 18, Pilot Pl3nt for
food Irradiation, wageningen, The
7. YUTONO, SOEDARSOMO, J., HARTADI,S., Netberlanda (1981).
SITI, K.S., SUHADI, D., dan SU-
TANTO, Pedoman Praktikun Mikro- 14. ALPER, T., "Mechanism of cell deat h
biologi Umum, Dept. Mikrobiologi, due to ioni7.ing radiation", Ste-
Pak. Pertantan, Univ. Cajah M3da, rilization by Ionizing Radiati-
Yokyakarta (1973), on Multi Science Ltd., Quibeec
(1978) 9.
8. PATEL, K.M., "Hicrobiologieal 3s-
pects of radiation sterilizat- 15. HlWIY, N., dan CHOSOU,R., Pembuatan
ion", UNOP Regional (RCA), ln- Tndikator Biologi untuk Steril-
dustrial Training Dersorrt r e t i on on isasi Dari Spora Bacillus pu-
Radiation Sterilization of Me- milus, Majalah Ba t an XVI No. I
dical Product, Compilation of ( 1983) 20.
Lectures Isotope, Group Bhabha
Atomic Research Centre, Trombay, 16. STEEL, R.G.D., and TORIE, J.W.,
India (1983) 130. Pr illc'iples and Procedurs of Sta-
t lst ics a Biometrical Approach
9. DAVIES, D.J.G., and HOBBS, R.J., 2nd ed., International Student
11 Principles of Sterilization", Editor, Mc. Grow Hill, Kogukusha
Pharmaceutical Microbiology, Ltd. ( 1980).
Blackwill Scientific publica-
tions, Oxford, Loudon, Edin burg. 17. HORNECK, G., and BUCKER, H., "In-
Melbourne (1977) 280. creased radiosensitivity of mi-
croorga_nism by vacuum treatment"
,
IO. SYKES, G., Desinfactlon and Steril- Combination Processes in Food
ization 2nd ed. E & F.N. Spnn Irradiation (Proc. of a Symp.,
Ltd, London ( 1965). Colombo, 1980), IAEA.

547
T.... l I. tktl• ~IO (k!;7) boliliUft •• ,.. .. 11... 4.,. .. C•t•J.I.

. .. L11.- ,... r11t1oo.r. ko11c1:u ..,,._. tJ~•)

i~·
\ lr•dft,I V•k1ai • .... tt.. I
Ou) ln41Ul IHil:••I
. ....
.. ,,_,, ...
()

'
'
••• ..: 0,4;
.t •• !. o,,
'•J .: o,t
l,• .:._ <O,l '·' ! O, I
l ,• .:.II, I
• -}-----t ,, .o. v•4-·ulidlut Un
..
•. ,.,_, '· •••
•' •
• o, J
:. ·'·'
2,J;. O,l
'·'
t,l ! r.c l,• !. o,o 1,1.:.0,1
i' ·,,~
'·' '·' 2.1 .!. o,o l,t.:. 0,0
!!
' ~.s ~ 1,1 l,J .:. O,• l,1 ! O,l

1--_.
·'--~~~-r-~~t~-----=:::.,....J
·' )
ll•uh lnollltll ClGr)
i..;. peiau--. :..::11111!.li •al .. O-> i.- pert•\11111 kondhl v1•..a {JUI.)

_,
I :. 1
, .._
+-----r.... . . . ..
• ltMhtl
£
... ,.,,
11..ii •• 1 • .,.
.. ,,l.,,..IH4il11t 4wi

+
1T•ol,O.J,

c y .. -··· • ,

-l
~ .
'-"•• l. tf.1 l<•lllf11H lu.cllul·..1~U1p.tl1 b&Jtffl f, ~·•
(A) cl•11 •, N,..,., fll .

....,, ...,Ju....,. '"""'"' "'' .. Cl-l


)

_, ... .. ,,.,
O ttll-..Sl'Nl ... t ll&f

. ·'·' .
1ru1 .. 1 ..... 111ia

•Y • . 1,7 • I
., ..

·'
<, 6 • DISKUSI

l,S 10
llo.1lt ll'Mllul (II.Of)
G..'bu ), ......... rtPIJI ~&il11rt I, ~11• u.) 'llM DAOANG SUDRAJAT:
..... ,.~ 0).
8;<g8im<1na aplikasi dari pene Li t i an Pfek
kombinasi vakum dAn iradiasi gammu?

NIKRAM:
9asil penelitian ini dapat diaplikasi-
k~n untuk mensterilkan produk - produk
tertentu y~ng tidak tahan dosis tinggit
misalny3 dosis stcrilisosi 25 kGy.

548
PENGEKANGAN El'(ZIJ\1 PAl'AIN OENGAN IRAOIASI GAMMA

Rah<1yuningsih C.*, Nazly II.*, dan Candrawati*

ABSTRAK

P!HC£.KANCAN EN1IM PAPAJN DENCAH llf.A.DIASl CA.Hl!A. felah dilakukan penelitian pcngekansan eazim papain
delam monoeer 14C, A 14G. dan H!ttA dengan iradi•ai 1a:una pada auhu rend•h. Doeie radi••i yang digunakan I
~r~~ dengan l•ju d?sis 0,4 Hrad/jaa. Kastl percobaa~ ini ~enunjukkan bahva kon••ntra9i •ubttrac •~rta
1en1s dan konaen<r•al •onomer yang digunakao •e•pengaruhi aktivitat tnii•.

ABSTRACT

IMM03l~IZATIO~ OF fAPAlN ENtYHE BY GAMMA lk.RAOJATION. An experiment va~ ~arried out to 1tudy the
illllmbilizaclon of papain tn£yme b~ the use ga-.. itradiation at low t"'peratut• in 14C, A f4C, .,nd KEHA
aonomel"t. Crraoiation dose used va1 I Mrad vith the dot,. r at e .::it 0.4 Hr'ad per: ho.,r. The reaulc• of
experiment showed thit th~ concentration nf subttrate, v~riQCy •nd ccncectretion ot •oncmer Ultd
influencP.d the a~tlvity of enzy•e.

· PENDAHULUAN

ri mikroorganisme agar tidak cerbentuk


Enzim adalah senya~a kimia, ter produk lain yang tidak dikehendaki. Pe-
ma<uk dalam kelompok protein yang mem- makalan enzim yang tidak dikekang juga
punya i peranan pent ing dalam akt i v i »
kurang menguncungkan karena enzim tidak
ta< biologi yaitu mengkatslisis reaksi dapal dipakai ulang, sehingga proses
oksidasi-reduksi, hidrolisis, isomeri- produksi menjadi tidak ekonomis teru-
sasl, dan pembentukan ikatan baru (I). tnma jika menggunakan enzim yang mahal
Berda&arkan sifat-sifat tersebut, en- dan sisa enzim harus diisolasi dari
zim banyak dimanfaatkan dalam industri produk, dan kontinuitas mutu produk
farmasi, makanan, bahan kimia, kedok- tidak cerjamin (3). Agar enzim dapat
teran, pertanian, dan lain-lain (2). digunakan secara berulang harus dalam
Pemanfaatan enzim sebagai bioka- bentuk terkekang. Untuk pengekangan en-
talisator dalam proses industri dapat ~im antara lain digunakan teknik ca-
langsung dari mikroorganisme. tetapi rriP.r binding yaitu dengan mengikat-
car a ini sukar dilakukan karena kond i s i
kan enzim pada suatu matrik yang ber-
selama proses harus steril. Selain itu sifat larut dnlam air. Dalam pemilih-
produk industri harus dipisahkan da- an matrik perlu diperhatikan ukuran
partikel, luas permukaan, perbandingan
• Pusat Aplikasi J5otop dan Radias), RA.TAN gugus hidrofilik, dan hidrofobik serta

549
komposisi kimia matrik. Teknik peng- dibuat dengan melarutkan ampaa tahu ke
ikatan enzim pada matrik dapat dila- dalam buffer fosfat pH 7.4 kemudian
kukan berdasarkan ads or ps i f i
s i k , gay a di panask an dal.'.lm penangas air selama 20
elektrostatik at au ika"tan kovalen. Me- menit. Konsentrasi substrat untuk stok
tode lain ialah cross linking dida- adslah 5 dan 10%.
sarkan pada pembentukan ik:it:in intra-
molekuler antara molekul-molekul cn2im, VegJtadtU>~ Am~ Tahu. Vengan Enu'.m
dan metode entrapping didasarkan pada Papa}..n, Konsentrasi subet r at ampas tahu
penempatan enzim dalam kisi suatu yang digunakan untuk pe rc obaan adalah
polimer au dalam m~z:1bran yang ber-
at 1% dan konsentrasi enzim O, 1%. Sebanyak
sifat semipermeabel (4). Enzim yang 0,2 gram ampas tahu ditimbang dalam
tel ah dikekang dapat digunakan untuk erlenmeyer 100 mt, kemudian ditambah 19
mengatasi berbagai masalah yang diha- ml buffer fosfat pH 7,4 lalu dipanas-
dapi baik oleh industri pengolahan ma- kan selama 20 menic, setelah dingin
upun industri ene~gi, pertanian. kcse- ditamball dengan 1 ml larutan papain 2%.
hatan, elektronika, serta masalah lim- Hahan cersebut kemudian diinkubasi pa-
bah industri dan pencemaran lingkung:in. da suhu kamar selama 5 jam. Setelah
Penelitian ini bertujuan untuk inkubasi diberi sebanyak 20 ml larut-
mempelajari pengckangan enzim protea- an 10% TCA, lalu disentrifus hingga
se dengan teknik radiasi dalam ma- cndapan terpisah. Tingkat degradasi
trik pol i ner pada suhu rendah (-78° c), suhstrat ditencukan berdasarkan in-
menggunakan ampas tahu sehagai •ub•- tcnsitas se rapan cab ay a dari Larut an
trar. jernih bagian atas yang diukur pada'
panjang gelombang 280 nm dengan spek-
trorotometer Perkin Elmer Lambda S,
monurut metode KUMAKURA dkk. (5). Sela-
in iru juga dilakukan percobaan degra-
Substrat yang digunakan dalam per- d•si substrat dengan menggunakan berba-
cobaan ini adalah ampas tahu yang di- gai tingkat kensentrasi en~im yaitu
peroleh dari pabrik tahu di Ciputat. 0,025; 0,050; 0,075; 0, 100; 0, 150; dan
Jakarta. Enzim. monomer dan pereaksi 0,200, dengan selang waktu degradaai
yang digunakan dalam percobaan dipP.r- y•ng be cbeda yaitu O; 2,5; dan 5 jam.
oleh dari Jepang. n; lahoratorium ampas
tahu dikerine~an dalam oven pada suhu Deg,..adiu.~ Ampiu. Tllhu Ve11ga11 Enu'.m
60• r. Sll1!lpai mencapai kadar air 101. T~yp6.&i, Substrat amps.a tahu 5% yang
Selanjutnya digiling dan diayak dengan tclah dipanaskan selama 20 menit di-
penyaring ukuran 200 mesh. Subatrat gunakan aebagai eubatrat. Kemudian

5SO
'
substrat tersebut didegradaai dengan setelah pengocokan tabung dimasukkan ke
cn~im trypsin 0, 1% pada subu 40°C se- dalam wadah berisi es kering dan
lama selang vaktu O; 6; 12; dan 24 jam. metanol (-78° C) dan diiradiasi pada
Pengukuran intensitas serapan cahaya dos is Mrad (laju dosis 0,4 Mrad/jam).
dilakuka~ •eperti percobaan di atas. ~nzim yang telah diiradiasi dikeluarkan
dari tabung. dirajang, lalu digunakan
Veg!Ulda/J.(. Subl.-tlutt Pada ReJLbaglU'..
untuk mendegradasi ampas tahu selama
Tb19ka,t Kortdentluu..l Sub6t.'llU da.n Enz.b!i.
2,5 jam. Enzim digunakan secara ber-
Berbagai tingkat konsentrasi ampas tahu
ulang sampai Lima kali untuk pendegra-
yai cu 0, 10; 0,25; 0,50; 0,75; 1,00;
dasian ampaa tahu.
1,50; dan 2 ,00% masing-otaoing didegra-
dasi dengan bermacam-macam tingkat kon-
llASIL DAN 'EMBAHASAN
•entrasi enzim yaitu 0,005; 0,010;
0, 15; 0,025; 0,050; dan 0,75% dengan Penelitill'll dilakukan secara ber-
waktu degr~dasi 5 jam, Hasil degradasi tabap diavali dengan percobaan memakai
diukur terhadap iatensitas serapan ca- native enzim kemudian dilanjutkan de-
hayo pada 280 nm. ngan pengekangan enzim dengan iradiasi
gamma. Hasil percobaan dengan native
Pengekangan fnz)m Vengan Rad.iiu.<.. diperlihatkan pada Gamhar 1-4. Jenis
Monomer yang digunakan untuk mengekang enzim yang digunakan yaitu papain dan
enzim papain ialah 14G dan A 14G tripsin dan sebagai substr~t dipakai
masing-masing dengan konseatrasi 30; limhah tahu. Penggunaan enzim tripein
50; dan 70% dan koosentrasi enzia 0,005 untuk mPndegradasl ampas tahu ternyata
dan 0,010%. Percobaan ini menggunakan tidak menimbulkan kenaikan intensitas
substrat dengan konsentrasi I dan 2%. serapan cahaya (280 nm) produk hasil
Percobaan pengekangan juga dilakukan degradasi (Cambar I). Penurunan ter-
menggunakan monomer HEMA dan 14G dengao hadap intensitas serapan cahaya diduga
konsentrasi JO; 50; dan 70% dan eozim karcna di dalam limbah tahu masih me-
papa i n 0, I dan 0,2%, se rr a koneentrasi ngandung bahan anti tripsin yang ber-
substrat dan 2%. Sejumlah buffer asal dari kedelai. Hasil yang ber-
fos fat yang telah mengandung enz.im t~nlaagan diperoleh dari percobaan de-
pap;oin pad a berbagai konsentrasi se- ngan menggunakan enzim papain (Gambar
bagaimana disebut di acas di11asukkan 2), yaitu adanya kenaikan intensitas
ke dalam tabung kemudian ditan:Oab 11000- serapan cahaya (280 nm) dari produk
mer sesuai dengan perbandingao yang di- basil degradasi. Kenaikan tersebut men-
tcntukan dalam percobaan. Setelah itu capai sekitar 80% dari serapan awal
campuran dikocok hingga homogen. Segera setelah proses deg.radasi berlangsung

551
selama 5 jam pada suhu 40°C dcngan kan pada Gambar 5. Basil pcrcobaan ini
konsentrasi enzim d~n substral beTtu- mcmpcrlihatkan bahwa pcnggunaan enzim
rut-turut 0,1% dan 1%. Hasll percobaan konsentrasi 0,025% oenaikkan intensitas
sclanjutnya yaitu peng~rilh waktu de- s e r apnn cahaya (280 nm) dari produk
gradasi pada berbagai ti~gkat konsen- dcp,radasi yang berasal dari konsentras'i
trasi enz Ie pape i n t e r hadap subs t r at 1,00%; 1,50%; <lan 2,00% substrat. Gam-
ampas tahu kons en t r as i 1% disajikan bar 6 sampai 9 menyajikan hasil perco-
pada Gambar 3. Dari berbagai konsen- baan penge.kangan enzim dengan menggu-
trasi enzim yang di~oba, yaitu 0,02St; nakan monomer A 14G, 14G, dan HEMA de-
0,050%; 0,075; dan 0,100% ternyata nr,an konsentrasi substrat 1% dan 2%
tidak menunjukkan perbedaan terhadap scrta konsentrasi enzim bervariasi an-
intensitas serapan cahaya (280 ~na) dar i tara 0,005 dan 0,200%. Aktivitas en-
produk hasil degradasi, mc~kipu~ proses zim papain yang terkekang dalam mono-
hidrolisis telah berlangsung selama 5 mer A 14 dan 14G yang dipakai secara
jam. Dibandingkan dengan kon<~n~r~<i berulang untuk mendegradasi substrat
enzim yane 1 eh ih e nc e r , k ons onr ra s i ampa s t ahu konsene r as i 1% disajikan
papa in 0, 150% dan 0,200% mt•nghasllkan pada Cambar 6, dan Cambar 7 untuk kon-
produk dcgradasi )'30g rn<>olliki i,tcn- ,;t~nt:-r;:Ji;i subs r r ac 2%. Untuk konsen-
s i tas scrapan r3h.•y~ ( 280 nm} yanr; l r as i subst r ar 1% akcivitse enzim mu-
lebih tinggi. Hasil pcrcobaan dcgradRRi Ja-mula menu~un baik yang dikekang
bcrbA~aj tingkat konsentrasi s ob s t r a t dalam monomer A 14G msupun 14G, tetapi
dan enz.im di sa i ikan pada Camba r 4 . ~etelah pemakaian ulang yang keempat
Pemakaian konsentrasi enzim 0,005; kali aktivitasnya meningkat. Enzim pa-
0,010; dan 0, 15% ternyata tidak banyak pain yang terkekang memperlihatkan ak-
menunjukkan perbedaan terhadap inren- tivltas yang lebih tinggi jika digu-
sitas serapan ~ahaya (280 nm) dari nakan mendegradasi substrat lebih ting-
produk rfp2r~rl;1.t;i snh s t r a t dengan kon- gi darlpada •ubstrat koosentrasi 1%.
SPntrasi 0, 10! s•mpai 1%. Perbedaan la- Cambar 7 menunjukkan bahwa pc1114kaian
ju degradasi hanya rerjsdi pada ko:>sen- bcrulang kali enzim papain yang ter-
c r as i subs r r at 2%. Hal ini ditunjukan kekang dalam monomer A 140 konsen-
oteh kenaikan intensitas scr~p~n ~ahaya r r as i .10% cenderung t idak berubah ak-
dari produk degradasi yang lebih tajam t i v i l asnya dalam meodegradasi •ubs-
pad a konscntrosi cntim ysng lebih l rat dengan konsentrasi 0,005 dan
p<!kat. llasil percobaa:> yang bertujuan 0,010%. Demikian pula jika pengekangan
mempelajari pengaruh k ena Ikan konsen- enzim dilakukan dengan monomer 14G.
lrasi enzim terhaCap degradasi substrat Gambar 8 dan 9 menunjukkan pengaruh pe~
yang berbeda konsentrasinyn diperlihac- mskaian ulang terhadap aktivitas enzim

552
popnin konsentrasi 0, 100 dan 0,200
yang U<:APAN TERIMA ~ASlll
d ikckang da loai mo11oa1er A I 4G dan HEMA
untuk mendegradas! sub•trat aaipas tahu Ucapan tcrima kas ib penulis sam-
konsentrasi I dan 2Z. Aktlvitas enzim paikan Kaecsu sebagai
papain yang dikek3ng dalam monome r HEMA konsulcan lAEA, saudara tacang lriawan,
konscntra~i 30 dan 50% yanR digunakan saudara Ba~ril Abbas dan saudari Fe-
uerulang kali relatit lebih scobil di- brida Anag serta para teknisi lain di
bandingkan papa in yang dikekang dalam A laboratorlum Sterilisasi Instalaai Fa-
14C baik pada konsenc r es I substrat IX silitas !radiator yang tolah membe-
maupun 2%. rikan bantuan hingga ponelitian ini
dapat berjalan lancar.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapal di- llAPr AR PUST AK A


simpulkan bahwa enzim p•p.•in murnt
dapat dikekang dalam monomer deni;a11
I. SU~AMIHAROJA, T.M., Oiokimla, ln•ti-
teknik iradiasi ean1110. uj; coba pcmo- ruc Pertnnian Bogor, (1975).
kaian entim pRp~in yang telah dikckon~
2. SKINNER, K. J., and WASHINGTON, C.
untuk monrlegradasi limbah tahu jug~
1!1'1., Special Report, August .
reluh dilakukan, letapi belum diper- (1975).
oleh hasil yang memuasko~. 3. KAETSU, I. , Immobilization of bio-
Perlu dilakukan penelitian lebih funct ional substances, Radiation
Phys. C:hem. 18 I - 2, ( 1981~
lanjut mcngenai kondisi optimum penge- )43.
kangan cnsim papain dengan radlasi.
4. CHI8ATA. r., Lramob i Li ze d Enzymes
Demikian pula e11•im yang lain terutama John Willey and Sons, New York
yang sumbernya berasal darl alam, s e- (1978).
hingga dapal digunakan untuk mengolah 5. KUMAKURA, M., KAETSU, l., Behavior
limbah menghasilkan produk yang ber- of enzyme activity in immobilized
manfaac. proteases.. Int. J. Biochem., 16
11, ( 1984) 1159.

.5.53
l ' ~)
1,1

(. J

1,0 •


""'
c

-"
0
N
u,7

Q.
•~~
"
1 .......... - ... r ·-.,...-
o, ~

I 2 3 4 s
1 ~ 12
war.~u doCT•d~s1 (jae)
24
" Wt1k tu deeTadili (JH)

Ca.M:>ttr l. l>etrild~~1 !'>uhstT&t ~1mpas ti.- r.-.mh11r 2. O•JT&dRSI allpU tahu konsentrasi
hu konsent-rBSi S\ d!!:ngar1 on· 1\ densan enti• papa!n I' p&da
ti- tTypsin konscntrA~i 1\ suh\1 30°c.
pad;s sul1u 40nr..


o: o.o2S\
,,..· .• • 1 n.1nc1\
/,. --:\\

~~'.)
(/
a /

&:

0
fl,U10'\
., ....:·:>·...

./
f'
'
rt , • !i
wa~.tu l1c1rai!.ati lj•1111
G111r.ar l, nasit dej!T&d••• J\1bitTlt i"P•" Lah"'
\o"tcntr111tt 1\ ol~ htrh•l•i liOl'I·
s e .. trasl te11ia~ai•n enli• p.apli" s e ,

IP• 11111& JAM

554
i
a::.
2,:)

1:~ t~·
.> - '/ ~· - ! 'i'

Ii
'·"
!
a
1,0

---·
~

~-·.
1,0 M 1,0
1,0

i~ ,/.--· •
~ £---· •
t ~
/"':::a----0
JI

00
.....-:.-· •
/-· JI•

00
;.,..---::_.
;..---...--
l
00
~--
0 1,5
Wa~tu d•lr•d11i (J1a)
••
s 0 z,s
..
Wakt• d•sr•du! (ju)

Ctllltl•r 4. Plftflrull llona1ntr11l enr.1• p1p1Jft din ltcmt•nt1'1ll •llh•tHt


s 0
••kt~ ••rr..._.l
tlt1'1'ad•p
•c
l,S
{J&al

"-••tt d•rr•~
s

dtti ae l ... liM j ...


(oru1n.tr1sl en&h1 : o.005\ ~4A) j 0,010\ (41); 0 OlS' (4C')
ICCH11e"t.-1:sl t\lh~tr1t tD•O,L0\;61 O,tS\; l>l0,50\;•l017$\;41 1,0G\J 1:1,50\·1~J,OO\.

' ... I .
:~.·--·-.
• , 1.

.-/ .: - • •• 1
/ --~
••c
~ l,':
/
././
•••
.,
c •

/

,.,
/
... ... --~
_.,.,.- -·
'i
¥
c

?.-_::
...-----..
~-1,Q

-:
o----o
..•• c
•~ '·"
...---"
•/ o~--o
i•• Ji-
••

----
/ __ e ~
JI ...---"
~
v---
0 ~ ~
•• 00
0 2,S
Well t\l dt1Tad1JI

"
G.-.r S. Ptnt•nh
IJ••l
s

kon.sentrt.tl
e
..
•aktu dear&d.a..41
r.s

tnzl• PIP•I• tlen. konse11tra.s!


5
(J .. J

11.i:11tr1t
Wall-tu
0 l,S s
de1r•dui (Ju)

tel'tladap hutl
sc
dttT&dut
...... 11 .. , ....
ion.sentra1J 1n•i• : o,02$' (SAJ; o.oso\ (SI); 0,75\ (SC).
lonsentr•~t aubat.r•t :Q10,lf>\i6~ o.2S\; e:o,so\;a: o.1s\;a.t 1,001; •:t,S0\;..,12,.

100
100

;;-
e,
! •
.~"
~ ••
• ~
60 •o
~
" ~=
....~>
!
~" ~

JO JO

Peti•~•l•n ulana' • s
' 3
P--.ka.ian ull.tll
• s
•• ••
Go.llb•r t.. Pen,.1'Uh pNiakdan ul•n1 te'ltladap Utivit.•s en.ii• papain yanf teri-eku1 d•1• .oa~:r
A 14C (G.... r 6A) dan micnc.er 14C (C•lllb•r 66) p•d• substrat upu. tM1: bet!ton~trnrMt
l\ denJell. betb•t•l \inak&t ptrbaadln1•n 90no1'1r : tnlt• :
01(30 : o,OOS);A~ (lO ! 0,010); o: (50: o,OOS)
•• cso : 0,0101 ••; (10 ; o,oos); •: c10 : 0,0101

555
100 t<))

d_"
:;
-
.!!,. "•
c ·,;
.~-
.
----
---·-
. ~
e
-;;
c
• • •
..
c
• ••
...~ ·-j
~ •
~ to
::I ~

'30 '--~-~--------
2 J 4
Pcaak1ian ul•n1 '
lA
G&llb•r 1. Pen"f'\lh p•Ul11n ul1t11 te"'-ada1 Utlvitu eatfe Yaftl tnl•~•rtl dal• mnoe•r
A l4G (GMt,u 1A) dan l4G (Guba:- 18) pad• ttftt\•t konsntt'ui •••trat 1' Ur.
h•rb•t•i tl"'k•t J>et'b•~tnr•n .O:ft;o.l~r : enti• : ui.t- : ·
CJ:.(.\n o.oos):6: c10: 0,,10)10: (so o.oos)
•i.(SO: 11,fltO):•: {JIJ : o.·10S);er (50 = o.tUO)

)1)1; IOI>

z :;;-
~
.~ ;;c
·~• •
..•• 60 ..'.! ..,
;
.!

~
.
:I

JO 30

• •
..
3 1 l 5
Pem•k.•ian '.llanr P_..lla.r'I u11n1
8A

G&Jm11r- -1 Pi:n111nJh pt9-1);11an ulan1 ~erhadlp Ut••lt&s c:ntJa yan1 tst\fta.n1 daJu _,.n0»er
A14G {Ca.-nhJIT 8.4) dan Uf.'IA (Ciut••1 88) p.d:a ko111~nlra.lloi ~~•t.rat 1\ din bcrbasat
cin1k11t P•rft•nd1t111n "llono•ey ! entf•
O (.lO · 0,1); 6 (la • D,1): o. (s.l : 0,1)
•(SO : 0,2;,; •: (?O : 0,1); e. t7n : t>,?)

1(11 , .,.,

" ~
"• .
c


> 60
11

JO'----~------~
J
P•••ilaian utans
' • 2
r-..1tatu ' utatt.1• s
•• ti
c.- • .,. 9. Pe1111-,dl pt••k•l•• '11Ma tel'ha4ap ll.tt•it•• ••&.t. ptpaln yan1 4illN•n.a daJu
ll011o .. r A l'G (tA) 4111. HD4A (91} p&da kot1•••tr1_.1 1W1tr1t
tln1~at per'hoaftdin1•11 •oncet!' : •r::ri•
dan b•r'lli&l•i 2:'
Ot(JO; O.l)~A•
•1(70: 0,1): •i
(JO 1 D,Z)10: (SO
(?O 1 0.2):e; (SO O,l)
0.1)

556
OlSKUSI

ERMIN :
Mensapa dipitih dosis I Mrad untuk pe-
ngekangan enzim dan apakah perlakuan
tcrscbut ( ir~diasi tldak mengurangi
aktivites enzim?

RAHAYUNINGSIJI :

Oosis tersebut memang dosis yang &e&uai


untuk mengubah manot11er menjadi polimer.
KaTena enzim diiradiasi dalam kondisi
boku ( -78°C l dan suhu sat1gat rendah,
kemungkinan peugaruh radiasi sangat ke-
cil terhadap akcivitas enzim.

557
KETUA SIDANG

SI flt\NG PLENO Ir. Wan<lowo Batan

KELO~t'OK lNWSTRl DAN llIDrol.OGl

Sidang KclollpOk I Or. Ir. ~bch. Ismachin Batan


Sidang Xeloll'{lOk tr Ir. Wandawo Batan
Sidang Kelol!l)Ok III Or. Ir. ll'idjang H. Sisworo Batan
Sidang Kelol11)0k IV Ir. Fl. Sundardi Batan
Si<lang KelollpOk V lsminingsih C., M.Sc. Balai Jlesar Litbang.
Industri Tekstil

KEWMPOK STERILIS/\SI UAN PIUSES AAJ)JA<;J

Sidang Kclo~ok I Llr. Sams i nah u, PT. PcrkebtDlan XI


Sidang KclOJit>Ok II Dr. Oerip Siswantoro Balai Penelitian
Perkebunan
Si<lang KclollllOk Ill Dr. Nazir Abdullah Ba tan
Sidang Kelompok IV Dr. Roches try Sofyan Batan
Sidang KelollpOk V Ur. ~clly D. Leswara Jurusan Farmasi
FMIPA - UI

559
SUSUNAN PANITIA

I. Penanggung Jawab Ir. Wandowo


II. Ketua Panitia Drs . F. Suhadi

111. Pengarah

Ketua Dra , Nazly Hilmy


Anggo~ 1. Dr. Pratiwi Sapto
2. Dr. Ir. Widjang Herry Sis~ro
3. Dr. Tr. Moc:h. lsmachin
4. Ir. Wandowo
S. Ir. Munsiah Maha
6. Ir. Fl. Sundardi
Sekretar i s Ors. Bagyo SoeminLo
IV. Penyelenggara
Ketua Ors. Indrojnnn
Sekretaris 1 . Drs. Bagyo Soeminto
2. Ir. Harsono Soedarman
Bendahara 1. Wahyugiastuti
2. Wartoyo
Persidangan I. Ora. Rahayuningsih Chosdu
2. Ora. Suwirma Syamsu
3. Ors. Singgih Sutrisno
4. Dra. Yanti Sabarinah
S. Ora. Arlia 2ubir
6. Ir. Trijono
7. Drs. Syafalni, M.Sc
B. Drs. Mauritz L. Tobing
9. Ors. Syamsul Abas Ras
10. Drs. Puguh Martiyasa
11. Ors. 11.ldjono
Dokunen tasi/Reprod11ks i 1. Suhari, B. Sc
2 . R. Duma di San Loso
Knnsumsi 1. Ir. Herwinarni S.
2. A. Ojaelani, B.A.
Akanodasi/Transportasi R. Supcna

560
DAfl'AR PESERTA

1'eserta .Pembawa tfakalah

Agung Santoso PAIR Batan


Anik Sunami PAIR lla tan
Ar l i s Zubir PAIR Batan
Aryan ti PAIR BaLan
Djiono PAIR Batan
Erizol PAIR Batan
Gatot Trimulyadi. PAIR Batan
Ginuk Sumami Puslitbang Hasil Hutan
Harsono Soedannan ·PAIR Ba tan
N. Hayakawa JAF.!U
Herwinami l'AJR Bat.an
Nazly Hilmy PAIR Batan
Indrojono PAIR Batan
K.adarijah PAIR Satan
Kicky LTK PAIR Ila.tan
Krisna Murni Lumbanraya PAJ.R Batan
Made Sumatra PAIR Batan
D. Man.Jin U11<1r PT. Kemasayur Jaya
Marga Utama PAIR Batan
Mirzan T. Razzak PAIR Batan
M.M. Mitrosuhardjo PAIR Batan
M.msiah Maha PAIR Batan
M. Muslich Puslitbang Basil Hutan
Ni.kham PAIR Baran
Nurwati Hadj ib Pus l itbang Hasil Hutan
N. Laksminingpuri PAIR Batan
Puguh Martiyasa PAIR Batan
Rahayunings ih Chosd11 PATR Batan
Simon PeLrus Gurusinga PAIR Ba tan
Sudradjat lskiindar PAIR Batan
Sugiarto Danu PAIR Batan
Supratman PAIR Batan
Syafalni PAIR Batan
Zainal Abidin PAIR Batan
Yanti Sabar inah S. l:'ATR Batan
F. Yoshii JllER1

Peserta Peninjau
Pumosulianto PT Dankos Laboratori
Hasyiro Gustam Yayasan Harapan Tani
Temu Heru Dal 111<1r PT. Perkebunan XXI - XXII (Persero)
M.T. Samsinah D. PT. Perke'ounan XI
Li any Suryadi PT. Waris
Dyah Supriati Balitbang Mikrobi.ologi -- LIP-I
Suliasih Balitbang Hikrobiologi - LIP!
Siciatmi.h Balitbang Hikrobiologi - LIPI
Nunik Sulistinah Balitbang Hikrobi.ol ogiv- LIPT

561
Sri Purwanings ih Balitbang Mikrobiologi - LIP!
LMi Agustiyani Balitbang Mikrobiologi - LIPI
Tatik Khusniati Balitbang Mikrobiologi - LlPI
J. Sulistyo Puslitbang Biol.ogi - LIP!
I. Made Sudfana Puslitbang Biologi - LIPI
H.J .D. Latupapua Puslitbang Biologi - LIPI
Rostiati Nonta Refina Natitupulu Balitbang Mikrobiologi - LIPI
Bekti Mardi Wiyat:i PT. Essex Indonesia
Eddy Djajasukma Balitbang Mikrobiologi - LIPI
Arianto Soebagio PT. Upjohn Indonesia
Sukirman Puslitbang Biologi - LIPI
Isminingsih G. Balai Besar Litbang Tndustri Tekst11
Oerip Siswantoro Balai Pcnclitian Perkebunan
Dudi D. Sastraatmadja Bal itbang Mikrobiologi - LIP!
Hartati Imamuddin Balitbang Mikrobiologi - LIPI
Nelly Dhevita l.eswara Jurusan Fannasi FMIFA - Ul
Agus Ismanto Puslitbang Hasil Hutan
Sulamo Hadi RS. Fatmawati
Rochestri Sofyan PPKTN Batan
Soediyatmo PPKTN Batan
Hiranichi Fl.Imoto PPKTN (expert)
Sukiyati Djajusman PPR Batan
Djajusman PPSM Batan
Toga Siagian PPrN Satan
Nazir Abdullah Ba tan
E.G. Siagian Biro Rina Program Satan
Edi h Suwadj i BBP Batan
Moh. Ruslan PPEN Batan
Faidil Sjoe' ib PAIR Batan
M. Soclistyati PAIR Batan
AgusLin Sumartono PAIR Batan
Ermin kat r in H. PAIR Satan
Winarti Andayani PAIR Batan
Hcndig Winamo PAIR Batan
Soetjipto Sudiro PAIR Batan
Nita Suhartini PAIR Batan
Susianan PAIR Batan
Lidia Andini PAIR Batan
Dadan~ Sudrajat PAIR Batan
HarSOJO PAIR Batan
Yenni Unar PAIR Batan
Suhami Sadi PATR Batan
Adria Aprilianti PAIR Satan
Syofni Marusin PAIR Batan
Ulfa Tamin PAIR Batan
Rintara lier Sasangka PAIR BaLan
Ba~yo Soeminto PAIR Satan
Al1 Rahayu PAIR Ba tan
M.ichson Arifin PAIR Batan
Darsono PAIR Batan
l.ely Hardiningsih PAIR Ba tan
Tati Erlinda B. PAIR Batan
Cecep M. Nurcahya PATR Satan
Febr ida Musyawir PAIR Satan

562
Wiwik Sofiarti PAIR Batan
Made SumarLi K. PAIR Batan
Dewi Sekar Pangerteni PAIR Batan
Lsni. Marliyant i l'AIR Batan
Candrawati PAIR Batan
Rosmina D.L. Tobing PAIR Batan
Gum wan PAIR 13atan
A 1 i p PAIR batan
Toorny Hu tabara t PAIR Satan
Harijono eAlR Batan
Mauritz L. Tobing PArR Batan
Mudjono PAIR Baton
Suhari PAIR Batan
Surti.panti S. PAIR Batan
Bustaman l'PBCN Ba tan
Suwirma Syamsu PAIR Batan
Sri Hariani PAIR Batan
Totty Tj iptosumi rat PA1R Batan
Sri Sulandari l\islitbang Hasil Hut.an
Jasni Puslitbang llasil Hutan
Ernawati K. Supardiyono Puslitbang Hasil Hutan
Sri Hartin Rahayu Puslitbang Basil Hutan
Esther Rumpan Puslitbang Basil Hutan

563
I I

Anda mungkin juga menyukai