Anda di halaman 1dari 146

TEKNOLOGI PLTN UNTUK INDONESIA

Rekomendasi Berbasis Kesiapan Teknologi


Untuk Pembangunan Dalam Waktu Dekat
Dilarang mereproduksi atau memperbanyak seluruh atau sebagian dari
buku ini dalam bentuk atau cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.
© Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang No. 28 Tahun 2014
All Right Reserved
TEKNOLOGI PLTN UNTUK INDONESIA
Rekomendasi Berbasis Kesiapan Teknologi
Untuk Pembangunan Dalam Waktu Dekat

Tim Penulis:
Susyadi
Sriyono
Iman Kuntoro
Hendro Tjahjono
Julwan Hendry Purba
D.T. Sony Tjahyani
Andi S. Ekariansyah
Sukmanto Dibyo
Almira Citra Amelia

Pengarah:
Geni Rina Sunaryo

BATAN Press
© 2017 Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)
Pusat Diseminasi dan Kemitraan

Katalog dalam Terbitan (KDT)


Teknologi PLTN Untuk Indonesia: Rekomendasi Berbasis Kesiapan Teknologi
Untuk Pembangunan Dalam Waktu Dekat / Tim Penulis, Susyadi ... [at.
al.]. -- Jakarta: BATAN Press, 2018.
xvi + 115 hlm; 14,8 x 21 cm

ISBN 978-979-8500-87-9
1. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir I. Susyadi

621483

Copyeditor : Mukhlis Akhadi


Proofreader : Anhar R. Antariksawan dan Heru Santosa
Desainer sampul & Isi : Agus Rial

Cetakan pertama, Maret 2018

Diterbitkan oleh:
BATAN Press, anggota Ikapi
Jl. Lebak Bulus Raya No. 49
Ged. Perasten Kawasan Nuklir Pasar Jumat
Jakarta Selatan 12440
Telp.: +62 21 765 9401; Faks.: +62 21 7591 3833
E-mail: batanpress@batan.go.id
PENGANTAR PENERBIT

B uku ‘Teknologi PLTN Untuk Indonesia’ ini merupakan salah satu


buku terbitan BATAN Press yang membahas tentang Reaktor Nuklir.
Belum banyak buku yang spesifik membahas tentang teknologi PLTN di
Indonesia. Buku ini lebih membahas aspek teknologi PLTN yang digagas
oleh Tim Penyusun yang disusun sedemikian rupa, sehingga alur pikir
teknologi yang nantinya dapat dipilih untuk Indonesia berdasarkan hasil
pengkajian yang mendalam.
Di samping itu, buku ini sangat baik untuk pembaca terutama
pengambil keputusan dan para akademisi yang berminat terkait dengan
hal tersebut, untuk dapat menjadi pertimbangan dalam pemilihan PLTN
untuk Indonesia.
Buku ini menyajikan berbagai aspek tipe teknologi PLTN, mulai dari
yang saat ini masih beroperasi, dan banyak negara yang menggunakan
teknologi tersebut, seperti PWR, BWR dan PHWR, hingga ke perkembangan
teknologi baru yang mengarah ke reaktor modular daya kecil atau sering
disebut SMR (Small Modular Reactor) dan reaktor generasi ke IV.
Teknologi PLTN yang penempatannya mengambang (floating)
juga disinggung dalam buku ini. Bahkan hampir semua teknologi PLTN
yang pernah ada di dunia dijelaskan secara detail dan informatif untuk
melengkapi pengetahuan PLTN bagi pembaca. Peran masing-masing
aspek, seperti berbagai jenis moderator: air, air berat, garafit, dan lain-
lain, dijelaskan secara gamlang baik fungsi dan keunggulan, maupun
kelemahannya masing-masing.
Pembaca juga akan dikenalkan teras reaktor, yang sangat vital dalam
teknologi PLTN. Pemilihan basis teknologi PLTN yang sesuai dengan
karakter geografi Indonesia, kesesuaian perundangan yang mendukung.
Pemilihan kapasitas jaringan, aspek kegempaan dan rekomendasi.
Penerbit mengharapkan khasanah buku mengenai seri reaktor
dan buku-buku terbitan BATAN Press yang diterbitkan, menjadikan
pengetahuan yang luas bagi pembaca, dan dapat menjadi bahan diskusi
di lingkungan akademisi maupun media publik lainya.

BATAN Press

Teknologi PLTN Untuk Indonesia v



KATA PENGANTAR

P embangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) merupakan salah satu sumber


energi yang telah banyak digunakan di negara maju untuk menopang
kesejahteraan dan pengembangan industri. Sejak dikembangkan pertama
kali, ragam teknologinya telah berkembang menjadi sangat banyak.
Berbagai konsep desain teknologi reaktor nuklir untuk pembangkitan
listrik telah diterapkan oleh negara-negara pengguna. Namun demikian,
ketersediaan informasi tentang teknologi ini di Indonesia sangat terbatas.
Oleh karena itu BATAN, dalam hal ini PTKRN, menyusun buku
‘Teknologi PLTN Untuk Indonesia’ guna membantu masyarakat Indonesia
memahami teknologi reaktor nuklir yang ada. Selain itu buku ini juga dapat
membantu para pemangku kepentingan (stakeholder) yang memerlukan
bahan pertimbangan dalam menentukan tipe yang tepat terkait teknologi
yang telah siap dan sesuai untuk diterapkan di Indonesia.
Buku ini menyajikan berbagai tipe teknologi PLTN, dari yang saat
ini telah banyak digunakan seperti PWR, BWR dan PHWR, hingga ke
perkembangan teknologi baru yang mengarah ke reaktor modular daya
kecil dan reaktor generasi ke IV. Pembahasan dilakukan secara sederhana
dan informatif guna meminimalisir hambatan teknis bagi masyarakat awam
dalam memahami istilah dan jargon terkait dengan teknologi PLTN. Selain
itu di dalamnya juga dibahas aspek peraturan yang relevan, serta kondisi
geografis di Indonesia yang terkait dengan aspek kegempaan. Analisis
tentang pilihan teknologi yang cocok bagi Indonesia dibahas dengan
menggunakan beberapa parameter yang relevan. Oleh karenanya buku
ini layak untuk dibaca sebagai sumber pengetahuan teknologi PLTN.
Dengan selesainya penulisan buku ‘Teknologi PLTN Untuk Indonesia’
ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh
tim penulis dan pihak lain yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian
buku ini di bawah koordinasi Ir. Susyadi, M.Eng. Semoga bermanfaat bagi
generasi mendatang.

Pengarah,
Dr. Geni Rina Sunaryo, M.Sc
Kepala PTKRN-BATAN

Teknologi PLTN Untuk Indonesia vii


PRAKATA

P uji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga buku Teknologi
PLTN Untuk Indonesia ini dapat diselesaikan. Buku ini memuat kajian
berbagai macam tipe teknologi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN)
baik yang saat ini telah beroperasi maupun yang masih dalam proses
pengembangan. Dokumen ini dibuat guna membantu para pemangku
kepentingan (stakeholders) yang memerlukan bahan pertimbangan dalam
menentukan tipe PLTN yang tepat terkait teknologi yang telah siap dan
sesuai untuk diterapkan di Indonesia.
Pengkajian teknologi PLTN dilakukan dengan mengikuti pedoman
pelaksanaan kajian teknologi yang dikeluarkan oleh Badan Tenaga
Atom Internasional (International Atomic Energy Agency, IAEA) untuk
membantu negara anggota dalam melakukan kajian dengan benar.
Meskipun demikian, tidak seluruh aspek yang ada pada pedoman tersebut
diperhitungkan sehingga sifatnya adalah kajian awal. Pengkajian ini
merupakan proses evaluasi yang dapat membantu pengambil keputusan
memilih teknologi PLTN yang memenuhi tujuan kebijakan pengembangan
energi nasional. Dalam proses ini berbagai aspek dalam teknologi PLTN
ditinjau, dievaluasi dan dibandingkan dengan seksama sehingga diperoleh
rekomendasi teknologi yang sesuai untuk Indonesia.
Dalam penyusunan dokumen ini Tim Penulis menyadari bahwa
waktu dan sumber acuan yang dapat dipakai sangatlah terbatas. Oleh
karenanya, tidak tertutup kemungkinan di kemudian hari dengan adanya
data yang lebih baru akan terjadi perubahan rekomendasi. Akhirnya kami
berharap semoga buku ini bermanfaat bagi yang memerlukan.

Jakarta, Nopember 2017


Tim Penulis

Teknologi PLTN Untuk Indonesia ix


DAFTAR ISI

PENGANTAR PENERBIT.................................................................... v
KATA PENGANTAR.............................................................................. vii
PRAKATA............................................................................................. ix
DAFTAR ISI.......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... xiii
DAFTAR AKRONIM.............................................................................. xv
BAB 1. PENDAHULUAN..................................................................... 1
BAB 2. STATUS TEKNOLOGI PLTN................................................... 5
2.1. PLTN yang sedang beroperasi dan sedang dibangun.... 5
2.1.1. PLTN berbasis di daratan (land based NPP)........ 5
2.1.2. PLTN terapung (floating NPP)............................... 6
2.2. Teknologi PLTN dalam tahap desain............................... 7
2.2.1. Reaktor air ringan tipe PWR dan BWR................. 8
2.2.2. Reaktor air berat (Pressurized Heavy Water
Reactor, PHWR)................................................... 15
2.2.3. Reaktor modular daya kecil (Small Modular
Reactor, SMR)...................................................... 19
2.2.4. Reaktor generasi IV.............................................. 34
2.3. Teknologi PLTN berbasis thorium.................................... 43
BAB 3. BASIS PEMILIHAN DAN TEKNOLOGI PLTN YANG
SESUAI................................................................................... 51
3.1. Peraturan Pemerintah..................................................... 51
3.2. Pertimbangan Lokasi...................................................... 52
3.2.1. Pertimbangan kapasitas jaringan......................... 52
3.2.2. Pertimbangan Kerawanan Gempa........................ 53
3.3. Teknologi PLTN Yang Sesuai.......................................... 60
BAB 4. PEMERINGKATAN TEKNOLOGI PLTN................................... 79
4.1. Kriteria Penilaian.............................................................. 79
4.2. Pembobotan Kriteria........................................................ 84
4.3. Perhitungan Penilaian...................................................... 87
BAB 5. REKOMENDASI...................................................................... 89
REFERENSI......................................................................................... 93
DAFTAR ISTILAH................................................................................. 103
INDEKS................................................................................................ 107
BIOGRAFI PENULIS............................................................................ 113

Teknologi PLTN Untuk Indonesia xi


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tipe PLTN yang sedang beroperasi di seluruh dunia


per 31 Desember 2016........................................................ 5
Tabel 2. Tipe PLTN yang sedang dibangun di seluruh dunia
per 31 Desember 2016........................................................ 6
Tabel 3. Karakteristik reaktor FLEXBLUE 160 MWe......................... 32
Tabel 4. Sumber daya nuklir di Indonesia.......................................... 44
Tabel 5. Sumber thorium di beberapa negara................................... 44
Tabel 6. Reaktor generasi baru yang memenuhi dan/atau
berpotensi memenuhi kriteria PP No. 2 tahun 2014 dalam
waktu dekat.......................................................................... 61
Tabel 7. Reaktor yang desainnya sudah siap namun belum ada
purwarupa............................................................................ 62
Tabel 8. Kriteria penilaian dan faktor bobotnya.................................. 85
Tabel 9. Ringkasan data teknis reaktor yang dipertimbangkan......... 86
Tabel 10. Pemberian skor reaktor daya besar generasi III/III+............ 87
Tabel 11. Pemberian skor reaktor daya jenis SMR.............................. 88

xii Teknologi PLTN Untuk Indonesia


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema PLTN tipe KLT40S............................................... 7


Gambar 2. Desain ACPR 1000+........................................................ 9
Gambar 3. Sistem reaktor APR+........................................................ 11
Gambar 4. Desain dan tata letak CAP1400....................................... 12
Gambar 5. Tata letak komponen dan desain pengungkung
VVER-1200A/501............................................................. 14
Gambar 6. Diagram sistem primer VVER-1500................................. 15
Gambar 7. Diagram sistem AHWR.................................................... 16
Gambar 8. Reaktor ACR-1000 dan komponen utamanya................. 18
Gambar 9. Desain reaktor Holtec SMR-160...................................... 20
Gambar 10. Bejana reaktor IRIS.......................................................... 22
Gambar 11. Desain reaktor mPower................................................... 23
Gambar 12. Desain reaktor NuScale................................................... 25
Gambar 13. Desain reaktor RITM-200................................................. 26
Gambar 14. Reaktor VVER-300/478................................................... 28
Gambar 15. Desain reaktor Westinghouse SMR................................. 29
Gambar 16. Desain reaktor ACP 100................................................... 30
Gambar 17. Desain Hull dan tata letak komponen utama reaktor
FLEXBLUE....................................................................... 33
Gambar 18. Berbagai reaktor HTGR yang telah dibangun.................. 36
Gambar 19. Sistem reaktor GT-HTR300............................................. 37
Gambar 20. Reaktor PBMR-400.......................................................... 39
Gambar 21. Desain reaktor 4S............................................................ 40
Gambar 22. Gambar desain reaktor SVBR-100.................................. 42
Gambar 23. Kapasitas terpasang jaringan listrik di beberapa wilayah
di Indonesia...................................................................... 53

Teknologi PLTN Untuk Indonesia xiii


Gambar 24. Peta tektonik kepulauan Indonesia dan sekitarnya.......... 54
Gambar 25. Data episenter gempa utama di Indonesia untuk
magnitude, m > 5,0 dalam rentang tahun 1900-2009...... 55
Gambar 26. Peta tektonik dan sesar aktif di Indonesia....................... 56
Gambar 27. Peta percepatan puncak (PGA) di batuan dasar (SB)
untuk probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun......... 57
Gambar 28. Peta respon spektra percepatan 0,2 detik (SS) di batuan
dasar (SB) untuk probabilitas terlampaui 10% dalam 50
tahun................................................................................ 58
Gambar 29. Peta respon spektra percepatan 1,0 detik (S1) di batuan
dasar (SB) untuk probabilitas terlampaui 10% dalam 50
tahun................................................................................ 58
Gambar 30. Sistem pembangkit uap nuklir dan desain pengungkung
AP1000............................................................................ 64
Gambar 31. Desain reaktor APR-1400................................................ 65
Gambar 32. Desain reaktor EPR......................................................... 66
Gambar 33. Desain PLTN VVER-1000................................................ 68
Gambar 34. Desain PLTN VVER-1200 (AES-2006)............................ 69
Gambar 35. Desain PLTN ABWR (GE-Hitachi).................................... 70
Gambar 36. Desain PLTN Hualong One (HPR1000)........................... 72
Gambar 37. Desain PLTN CAREM-25................................................. 73
Gambar 38. Desain PLTN HTR-PM..................................................... 74
Gambar 39. Modul reaktor KLT-40S.................................................... 77
Gambar 40. Perkembangan Generasi PLTN........................................ 104

xiv Teknologi PLTN Untuk Indonesia


DAFTAR AKRONIM

AECL : Atomic Energy of Canada Limited


AHWR : Advanced Heavy Water Reactor
AP : Advanced Passive
APR : Advanced Power Reactor
AVR : Arbeitsgemeinschaft Versuchsreaktor
BAPETEN : Badan Pengawas Tenaga Nuklir
BARC : Bhabha Atomic Research Centre
BWR : Boiling Water Reactor
CAREM : Central Argentina de Elementos Modulares
CGNPC : China Guangdong Nuclear Power Corporation
CGNPG : China General Nuclear Power Group
COL : Combined Construction and Operating License
DG : Diesel Generator
ENEA : Energia Nucleare ed Energie Alternative
EPR : European Pressurized Reactor
EPRI URD : EPRI Utility Requirement Document
EUR : European Utility Requirement
FBR : Fast Breeder Reactor
FNPP : Floating Nuclear Power Plant
FNR : Fast Neutron Reactors
FOAKE : First Of a Kind Engineering
FPU : Floating Power Unit
GCR : Gas Cooled Reactor
GDA : Generic Design Assessment
GDWP : Gravity Driven Water Pool
HEU : High Enriched Uranium
HI-SMUR : Holtec Inherently-Safe Modular Underground Reactor
HTGR : High Temperature Gas-Cooled Reactor
HTR-PM : High Temperature Gas Cooled Reactor – Pebble Bed Module

Teknologi PLTN Untuk Indonesia xv


IAEA : International Atomic Energy Agency
IRIS : International Reactor Innovative & Secure
IRWST : In Containment Refueling Water Storage Tank
KEPCO : Korea Electric Power Corporation
KHNP : Korea Hydro and Nuclear Power
KINS : Korea Institute of Nuclear Safety
LEU : Low Enriched Uranium
LFTRs : Liquid Fluoride Thorium Reactors
LWGR : Light Water Graphite Reactor
MOX : Mixed-Oxide
MSRs : Molten Salt Reactors
MWe : Megawatt electric
MWt : Megawatt thermal
NRC : Nuclear Regulatory Commission
OPR : Optimum Power Reactor
PHRS : Passive Heat Removal System
PHWR : Pressurized Heavy Water Reactor
PLTN : Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
PRHR : Passive Residual Heat Removal
PWR : Pressurized Water Reactor
R&D : Research and Development
RWST : Refueling Water Storage Tank
SBO : Station Blackout
SG : Steam Generator
SINAP : Shanghai Institute of Applied Physics
SMR : Small Modular Reactor
SNERDI : Shanghai Nuclear Engineering Research and Design Institute
SNPTC : State Nuclear Power Technology Corporation
THTR : Thorium High Temperature Reactor
TQNPC : Third Qinshan Nuclear Power Company
US-DOE : United States Department of Energy
WNA : World Nuclear Association

xvi Teknologi PLTN Untuk Indonesia


BAB 1 PENDAHULUAN

D engan semakin menipisnya sumber energi berbasis fosil dan dampak


buruk pada lingkungan yang diakibatkan oleh pembakaran berlebihan
dan terus menerus sumber energi tersebut, maka penggunaan tenaga
nuklir untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional perlu menjadi prioritas.
Secara umum Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah lama
mempersiapkan infrastruktur untuk menyongsong era pembangkit listrik
tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia. Kesiapan diarahkan pada sumber
daya manusia serta perangkat keras penunjangnya. Di antaranya melalui
pengoperasian tiga reaktor nuklir riset yang telah berlangsung selama
puluhan tahun dengan selamat serta pengelolaan instalasi pengelolaan
limbah radioaktif dan instalasi teknologi bahan bakar nuklir.
Sementara itu, teknologi PLTN telah berkembang jauh dan beragam
sejak pertama kali digunakan secara komersial pada tahun 1954 di
Obninsk, Rusia. Teknologi reaktor nuklir saat ini bervariasi dengan rentang
yang luas. Dari sudut pandang sistem pendingin, teknologinya mencakup
reaktor berpendingin air ringan, air berat, gas dan metal cair. Dari segi
energi neutronnya, terdapat jenis reaktor termal dan reaktor cepat. Dari
penerapan sistem keselamatannya, saat ini berkembang penggunaan
teknologi sistem pasif, yang merupakan peningkatan keandalan yang
signifikan dibanding sistem keselamatan aktif pada reaktor desain era
sebelumnya. Dari segi wujud bahan bakarnya, ada reaktor nuklir berbahan
bakar nuklir pellet di dalam kelongsong, ada yang berwujud matrik grafit
triso berbentuk bola kecil (pebble) dan ada pula yang berupa uranium
terlarut dalam garam cair. Dalam hal unsur bahan nuklirnya, ada yang
menggunakan uranium, plutonium, thorium ataupun kombinasi dari dua
atau tiga unsur tersebut. Tiap-tiap teknologi tersebut memiliki keunggulan
dan kelemahan antara satu dan lainnya dalam pengaplikasian yang sesuai

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 1


BAB 1 Pendahuluan

dengan kebutuhan. Selain itu sebagian sudah terbukti secara komersial


dan sebagian lainnya masih dalam taraf pengembangan. Mengingat
variasi yang sangat beragam tersebut, maka pemilihan teknologi PLTN
yang telah siap dan sesuai untuk kondisi di Indonesia menjadi penting
untuk dilakukan. Buku ini mendiskusikan beberapa pendekatan yang
dilakukan dalam rangka pemilihan tersebut. Dokumen ini dibuat dengan
struktur yang mencakup pandangan yang luas terhadap teknologi PLTN,
diawali dengan Bab 2. STATUS TEKNOLOGI PLTN yang memaparkan
status dari berbagai PLTN, yaitu yang sudah beroperasi, sedang dibangun
dan masih dalam tahap desain. Pada bagian ini ditinjau reaktor-reaktor
jenis air ringan baik yang berbasis di daratan maupun yang terapung,
reaktor modular daya kecil (small modular reactor, SMR), reaktor air berat,
reaktor generasi ke-empat dan reaktor berbasis teknologi thorium.
Pada Bab 3. BASIS PEMILIHAN TEKNOLOGI PLTN diuraikan lan-
dasan dari pemilihan PLTN yang dilakukan oleh Tim Penulis dokumen ini.
Dalam bab ini Tim membahas dua unsur utama yakni peraturan pemerin-
tah (PP) dan kondisi lokasi. Peraturan pemerintah yang diacu adalah PP
No. 2 tahun 2014 tentang Perizinan Instalasi Nuklir dan Pemanfaatan Ba-
han Nuklir dimana pilihan teknologi reaktor di Indonesia wajib memenuhi
kriteria yang ada pada peraturan tersebut. Untuk kondisi lokasi, diuraikan
pertimbangan kapasitas jaringan dan aspek kegempaan.
Berdasarkan beberapa desain reaktor yang memenuhi PP No.
2 Tahun 2014 tersebut kemudian ditetapkan peringkat teknologi yang
cocok untuk Indonesia. Diskusi mengenai topik ini disajikan dalam Bab 4.
PEMERINGKATAN TEKNOLOGI PLTN. Pembahasan mencakup kriteria
penilaian dan metoda penentuan peringkat dalam menentukan reaktor
yang terbaik diantara reaktor-reaktor yang ada. Untuk maksud tersebut,
metodologi yang digunakan mengacu pada dokumen IAEA Nuclear Energy
Series No. NP-T-1.10. Secara teknis kajian teknologi dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
a) Menyusun kriteria dengan memperhatikan tujuan program
pengembangan energi nasional dan kriteria teknis;
b) Memeriksa status teknologi PLTN daya besar dan daya kecil (SMR)
terbaru saat ini;

2 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Pendahuluan BAB 1

c) Memeriksa kesesuaian teknologi yang tersedia dengan kriteria yang


ada; dan
d) Melakukan pemeringkatan dengan menggunakan metode Multi
Attribute Utility Theory. Matrik penilaian ditampilkan dalam bentuk
tabel.

Pada bagian terakhir yakni Bab 5. REKOMENDASI, diberikan hasil


akhir kajian. Rekomendasi teknologi PLTN dari yang telah dianalisis
diperingkat berdasarkan total nilai yang didapat pada tahap sebelumnya.
Mengingat teknologi PLTN terus mengalami perkembangan dan kemajuan,
maka di masa depan proses kajian rekomendasi pemilihan PLTN ini perlu
direvisi untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi yang ada saat itu.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 3


BAB 2 STATUS TEKNOLOGI PLTN

2.1. PLTN yang sedang beroperasi dan sedang dibangun


Menurut data dari IAEA, pada akhir tahun 2016 terdapat sebanyak
448 PLTN dari berbagai tipe dan daya yang sedang beroperasi di seluruh
dunia. Selain itu ada 59 unit yang sedang dalam pembangunan [1]. Reak-
tor-reaktor tersebut terdiri atas berbagai tipe, antara lain: PWR, BWR,
PHWR, FBR, LWGR, GCR dan HTGR. PLTN-PLTN tersebut ada yang
berbasis di daratan dan ada juga yang terapung di air.

2.1.1. PLTN berbasis di daratan (land based NPP)


Data distribusi jumlah PLTN yang sedang beroperasi dan dibangun
di daratan dari masing-masing tipe dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel
2. Kedua tabel tersebut menunjukkan bahwa PLTN yang paling banyak
beroperasi dan sedang dibangun di seluruh dunia adalah tipe PWR.

Tabel 1. Tipe PLTN yang sedang beroperasi di seluruh dunia per 31


Desember 2016 [1]
Tipe Jumlah Daya total Negara
reaktor unit (MWe)
PWR 289 271.856 Armenia, Belgia, Brazil, Bulgaria, Cina, Czech Republic,
Finland, France, Jerman, Hungaria, India, Iran, Jepang,
Korea, Belanda, Pakistan, Rusia, Slovakia, Slovenia,
Afrika Selatan, Spanyol, Swedia, Swiss, Ukraina,
Amerika Serikat
BWR 78 75.323 Finlandia, Jerman, Jepang, India, Mexico, Spanyol,
Swedia, Swiss, Amerika Serikat
PHWR 49 24.629 Argentina, Canada, Cina, India, Korea Selatan,
Pakistan, Romania
FBR 3 1369 Cina, Rusia
LWGR 15 10.219 Rusia
GCR 14 7720 United Kingdom

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 5


BAB 2 Status Teknologi PLTN

Tabel 2. Tipe PLTN yang sedang dibangun di seluruh dunia per 31


Desember 2016 [1]

Tipe Model Jumlah Daya (MWe) Negara


reaktor per unit
PWR CAREM Prototype 1 25 Argentina, Brazil,
VVER-491 5 1109 Belarusia, Cina,
PREKONVOI 1 1245 Finlandia, Perancis,
HPR1000 4 1000 India, Korea Selatan,
Pakistan, Rusia,
CNP-1000 3 1000
Slovakia, Uni Emirat
CPR-1000 1 1000
Arab, Ukraina,
ACPR-1000 4 1061 Amerika Serikat
EPR-1750 2 1660
EPR 2 1600
AP-1000 8 1117
VVER V-428M 2 990
APR-1400 7 1340
ACP1000 2 1014
CNP-300 1 315
VVER-213 2 440
VVER-392M 1 1114
VVER V-320 1 1011
VVER 2 1035
BWR ABWR 2 1325 Jepang
PHWR PHWR-700 4 630 India
HTGR HTRPM 1 200 China
FBR PFBR Prototype 1 470 India

2.1.2. PLTN terapung ( floating NPP)


Di antara reaktor yang sedang dibangun saat ini, terdapat 2 PLTN
terapung yang sedang diselesaikan konstruksinya di Rusia dan diberi
nama KLT-40S [2-4]. Wujud unitnya menyerupai kapal laut yang berisi
sistem pembangkit uap nuklir, sistem turbin dan sistem keselamatan (lihat
Gambar 1). Kapal yang siap memberikan suplai listrik sebesar 32 MWe
di mana saja ini hanya membutuhkan dermaga sederhana untuk dapat
terkoneksi ke lokasi yang diinginkan.

6 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Status Teknologi PLTN BAB 2

Gambar 1. Skema PLTN tipe KLT40S [2]

Setiap unit terapung memiliki 2 buah reaktor masing-masing dengan


daya termal 150 MWt dan dapat menghasilkan daya listrik bruto 35 MWe
atau secara keseluruhan 70 MWe. Unit terapung KLT-40S dapat pula
difungsikan secara kogenerasi untuk desalinasi atau aplikasi pemanasan.
Aplikasi desalinasi dapat menghasilkan air antara 20 ribu sampai 100 ribu
meter kubik per jam.
Secara prinsip, teknologi PLTN dengan unit terapung merupakan
kombinasi antara teknologi reaktor dengan teknologi kapal. Sistem
reaktor yang digunakan dapat dipilih yang telah mapan seperti halnya
pada konsep KLT-40S, yaitu teknologi reaktor PWR. Pengembangan
pembangkit terapung (tenaga disel) telah dimiliki oleh PT PAL, sehingga
pengembangan PLTN terapung nasional merupakan peluang yang
menarik.

2.2. Teknologi PLTN dalam tahap desain


Teknologi desain PLTN saat ini terus berkembang. Negara-negara
yang sebelumnya telah membangun reaktor terus menyempurnakan desain
mereka dan membuat desain-desain baru. Desain reaktor baru tersebut

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 7


BAB 2 Status Teknologi PLTN

mencakup reaktor berdaya besar maupun berdaya kecil (SMR), Generasi


III/III+ serta reaktor Generasi IV. Beberapa diantaranya ditampilkan pada
bahasan berikut.

2.2.1. Reaktor air ringan tipe PWR dan BWR

ACP300 dan ACP600 (China) [5]


ACP300 dan ACP600 adalah PWR Generasi III yang didesain oleh
CNNC (China National Nuclear Corporation), China. Desain kedua reaktor
ini merupakan pengembangan teknologi dari tipe reaktor CNP300 dan
CNP600 dimana desainnya disesuaikan dengan kriteria PWR Generasi
III/III+. Reaktor CNP300 (memiliki daya termal 999 MWt /340 MWe gross)
merupakan reaktor desain asli China yang telah dibangun di Qinshan unit
1 serta dijual kepada Pakistan untuk lokasi PLTN Chasma. Desain ACP
menggunakan sistem pengungkung ganda (double containment), siklus
pengisian bahan bakar (refueling) 18-24 bulan, instrumentasi dan kontrol
secara digital, dan didesain mempunyai usia selama 60 tahun. Reaktor
sistemnya menggunakan 2 loop dengan mengurangi kerapatan daya
linear sehingga akan meningkatkan marjin keselamatan. Penambahan
sistem pasif ditujukan untuk meningkatkan kemampuan sistem pada saat
kejadian station blackout (SBO).
Pada desain ACP terdapat beberapa sistem pasif antara lain sistem
pemindah panas sisa secara pasif (PRHR), sistem injeksi keselamatan
secara pasif, sistem pemindah panas pengungkung secara pasif dan
sistem penurunan tekanan (depressurization). Fitur teknis lainnya untuk
meningkatkan tingkat keselamatan adalah persediaan air yang cukup
besar pada pendingin primer, sehingga tidak diperlukan tindakan operator
dengan segera setelah terjadi kecelakaan, dan implementasi pertahanan
berlapis yang lebih ketat dari generasi sebelumnya untuk setiap level pada
sistem atau komponen.

ACPR1000+ (China) [5]


Reaktor ACPR 1000+ merupakan desain berbasis reaktor generasi

8 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Status Teknologi PLTN BAB 2

II+ CPR1000 (PWR berdaya 1150 MWe) yang dikembangkan menjadi


teknologi berbasis Generasi III+ oleh CGNPC, China. Dibandingkan dengan
desain CPR1000, ACPR1000+ mempunyai beberapa fitur yang lebih
unggul antara lain: desain seismik sebesar 0,3 g PGA (CPR1000 sebesar
0,2 g PGA), pengungkung ganda (CPR1000 pengungkung tunggal), dan
menggunakan IRWST (In Containment Refueling Water Storage Tank)
sedangkan CPR1000 menggunakan RWST eksternal (External Refueling
Water Storage Tank). Berbeda dengan CPR1000, ACPR 1000+ dinyatakan
sebagai hak paten dari CGNPC dan direncanakan untuk ditawarkan di luar
China. Desain ACPR1000+ telah sesuai dengan persyaratan EPRI URD
(Electric Power Research Institute Utility Requirements Document) dan
EUR (European Utility Requirement). Misalnya, persyaratan core damage
frequency yang harus lebih kecil dari 1 x 10-5 / reactor year, large release
frequency < 1 x 10-6 / reactor year dan nilai core thermal margin > 15% [6].
Desain dan pengungkung ganda ACPR 1000+ ditunjukkan oleh Gambar 2.

Gambar 2. Desain ACPR 1000+ [5]

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 9


BAB 2 Status Teknologi PLTN

Desain ACPR 1000+ memenuhi persyaratan keselamatan


berdasarkan pengalaman kejadian di PLTN Fukushima Daiichi di mana
terjadi padam total (SBO) yang lama pasca gempa dan tsunami. Sistem
keselamatan terdiri atas 3 rangkaian (train) yang saling independen dan
dipisahkan lokasinya, yakni sistem diletakkan dalam kompartemen yang
berbeda. Pengungkung didesain untuk melindungi dari tumbukan pesawat
terbang (airplane crash) dan ledakan eksternal. Fitur teknis lainnya
antara lain: mampu memitigasi kecelakaan parah secara efektif, dengan
core damage frequency (CDF) lebih kecil dari 1 x 10-5 / reaktor tahun,
margin termal dari teras reaktor yang lebih baik dengan mengurangi
rapat daya linear, siklus bahan bakar 18-24 bulan, dan faktor kapasitas
92 % serta usianya didesain mencapai 60 tahun. Sistem bantu yang juga
dikembangkan antara lain dengan meningkatkan keselamatan sistem
penyimpan bahan bakar bekas serta mengurangi volume limbah.

APR+ (Korea Selatan) [5, 7, 8]


APR+ merupakan versi Generasi III+ dari APR-1400 yang
dikembangkan oleh perusahaan Korea Hydro & Nuclear Power (KHNP),
dengan tujuan mendapatkan desain yang lebih aman dan lebih ekonomis.
Desain first of a kind engineering (FOAKE) telah diselesaikan dan
optimalisasi desain dilakukan pada tahun 2013 – 2015 (bertujuan untuk
mencapai lama konstruksi hanya 36 bulan, termasuk pemuatan bahan
bakar) dan selanjutnya akan dipasarkan ke luar Korea. Daya dari APR+
adalah 1500 MWe. Fitur desain sebagian besar sama dengan APR-1400,
kecuali menggunakan 4 diesel generator (DG). CDF lebih kecil dari 1 x
10-6 /reaktor tahun (CDF APR-1400 sebesar 6,22 x 10-6 / reaktor tahun).
Desain APR+ seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.

10 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Status Teknologi PLTN BAB 2

Gambar 3. Sistem reaktor APR+[8, 9].

Keunggulan dari desain pada APR+ adalah menerapkan sistem


pengganti air umpan secara pasif (Passive Auxiliary Feedwater System,
PAFS) dan mengefektifkan sistem pendingin teras darurat (Emergency
Core Cooling System, ECCS). PAFS ditujukan untuk meningkatkan
keandalan Auxiliary Feedwater System (AFS) pada saat SBO. Untuk
kejadian LOCA, kemampuan ECCS ditingkatkan dengan menambahkan
fitur baru antara lain: injeksi bejana secara langsung (improved Direct
Vessel Injection, DVI+), tangki injeksi keselamatan (Safety Injection
Tanks, SIT) yang dilengkapi dengan Fluidic Devices (FD). Selain itu juga
disediakan sistem mitigasi kecelakaan parah secara berlapis. Fitur yang
disediakan untuk memitigasi kecelakaan parah adalah sistem depresurisasi
reaktor darurat (Emergency Reactor Depresurization System, ERDS) yang
mampu menurunkan tekanan secara cepat pada saat kecelakaan parah.
Desain dibuat berdasarkan konsep N+2 dimana N mereprerentasikan
jumlah train yang diperlukan dalam operasi normal sementara itu angka 2
menunjukkan bahwa ada 2 cadangan train yang siaga.

CAP1400/AP1400 (China) [5, 10, 11]


CAP1400/AP1400 merupakan evolusi dari AP1000 yang didesain
oleh SNPTC dan SNERDI, China. Desain ditujukan untuk daya 4040
MWt (1520 MWe) dan merupakan PWR 2 loop dengan teknologi sistem
pasif yang mirip dengan AP1000 dan direncanakan untuk penjualan

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 11


BAB 2 Status Teknologi PLTN

internasional. Konstruksi pertama untuk CAP1400 adalah di Shidaowan,


Rongcheng, China. Desain dan tata letak CAP1400 ditunjukkan dalam
Gambar 4.

Gambar 4. Desain dan tata letak CAP1400 [11].

Aspek penting dari CAP1400 adalah instalasinya hanya terdiri dari


5 gedung utama, dimana pengurangan jumlah gedung dan perlengkapan
sistem keselamatan untuk meminimalisasi luasan tapak yang diperlukan.
Fitur teknis yang diunggulkan antara lain fitur keselamatan secara pasif,
pencegahan dan mitigasi kecelakaan parah yang komprehensif, CDF
sebesar 4,02 x 10-7 / reaktor tahun, marjin yang cukup untuk kejadian
eksternal (desain seismik 0,3 g; berdasarkan konsep “Dry Site”), sistem
pemindah panas sisa secara pasif, sistem injeksi keselamatan secara
pasif, dan lain-lainnya. Berdasarkan kejadian padam total dalam waktu
lama seperti di PLTN Fukushima Dai-ichi, maka dalam desain reaktor ini
diterapkan beberapa fitur untuk mengantisipasi kejadian serupa, yakni
sistem keselamatan pasif yang mampu mempertahankan dalam kondisi
selamat untuk waktu 72 jam setelah kecelakaan dan dilengkapi juga

12 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Status Teknologi PLTN BAB 2

dengan sistem pendingin pengungkung secara pasif (Passive Containment


Cooling System). Sistem/komponen yang tak berhubungan langsung
dengan keselamatan (non-safety related systems) seperti pompa-pompa
yang tak bertugas sebagai sistem keselamatan dapat digunakan sebagai
sistem pendingin teras dari waktu setelah 72 jam sampai dengan 7 hari
setelah kecelakaan. Selain itu juga peningkatan kemampuan pendinginan
kolam penyimpan bahan bakar bekas. Secara umum desain CAP1400
menerapkan konsep keselamatan pasif dengan kriteria keselamatan yang
cukup tinggi serta sesuai dengan regulasi yang berlaku di China, Eropa
dan Amerika Serikat.

VVER-1200/501 (Rusia) [5, 12]


VVER-1200A/501 merupakan konsep dari perkembangan Generasi
III+ untuk desain VVER-1200 AES-2006 yang menggunakan 2 loop
dengan kemampuan pembangkit uap yang lebih besar (tipe AES-2006
menggunakan sistem primer 4 loop) dan desain pengungkung yang lebih
kompak (diameter lebih kecil yaitu 40 meter, sedangkan VVER-1200/491
AES 2006 sebesar 44 meter). Desainnya direncanakan berdaya 3300
MWt (1300 MWe), dan akan dibangun di tiga tempat di Rusia (Kursk II
sebanyak 4 unit, Kola II sebanyak 2 unit, Smolensk sebanyak 2 unit).
Tata letak komponen utama dan desain pengungkung VVER-1200A/501
ditunjukkan dalam Gambar 5.
Tujuan dari perkembangan desain dibandingkan dengan VVER
lainnya adalah meminimalisasi beberapa biaya, yakni: konstruksi,
manufaktur, pemasangan dan perawatan. Pengembangan fitur teknis
VVER-1200A/501 antara lain: menaikkan efisiensi ekonomi instalasi,
menaikkan daya pembangkit uap dan pompa pendingin primer, menerapkan
persyaratan sistem keselamatan dengan cara keragaman, tidak saling
bergantung dan ganda, mengurangi berat komponen yang termasuk
dalam sistem primer, dan lain-lainnya. Sistem keselamatan dioptimalkan
dengan mengasumsikan kegagalan secara bersamaan antara sistem aktif
dan pasif.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 13


BAB 2 Status Teknologi PLTN

Gambar 5. Tata letak komponen dan desain pengungkung


VVER-1200A/501[13]

VVER-1500 dan VVER-1800 (Rusia) [5, 14]


VVER-1500/448 merupakan PWR 4 loop yang mempunyai daya 4250
MWt (1560 MWe) dan menggunakan pengungkung ganda. Desainnya
mempunyai sistem pemindah panas sisa secara pasif melalui media udara
(air-cooled passive heat removal system, PHRS) untuk pengungkung
primer. Sedangkan VVER-1800 menerapkan desain identik dengan
VVER-1500 tetapi menggunakan 3 loop (600 MWe setiap loop). Diagram
sistem primer VVER-1500 ditunjukkan dalam Gambar 6.
Desain VVER-1500/1800 ditujukan untuk 3 (tiga) hal yaitu
meningkatkan keselamatan untuk memenuhi kriteria Eropa (EUR),
mengurangi biaya agar kompetitif dengan pembangkit fosil, serta
mengembangkan desain berdasarkan pengalaman operasi VVER
dan PWR. Jaminan keselamatan yang diterapkan pada desain adalah

14 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Status Teknologi PLTN BAB 2

pengendalian reaktivitas yang lebih andal, sistem keselamatan berdasarkan


sistem aktif dan pasif, fitur keselamatan teknis untuk memitigasi kecelakaan
dasar desain dan kecelakaan parah. Secara teknis yang ditonjolkan dalam
desain ini adalah menaikkan efisiensi ekonomi instalasi dengan menaikkan
kapasitas pembangkit uap, penggunaan sebagian sistem pendingin teras
darurat berdasarkan sistem pasif, dan sistem pemindah panas secara
pasif pada pembangkit uap. Frekuensi kerusakan teras (CDF) didesain
lebih kecil dari 1 x 10-6 / reaktor tahun. Pada saat kecelakaan parah,
reaktor mempunyai fitur yang mampu menampung lelehan teras (corium)
ke dalam perangkap khusus (special trap) yang terletak di luar bejana
reaktor. Waktu pakai bejana reaktor didesain selama 60 tahun, sedangkan
untuk peralatan/komponen sekitar 50 tahun.

Gambar 6. Diagram sistem primer VVER-1500 [15]

2.2.2. Reaktor air berat (Pressurized Heavy Water Reactor, PHWR)

AHWR (India) [5, 16]


AHWR (Advanced Heavy Water Reactor) didesain oleh Bhabha
Atomic Research Centre (BARC), India dan merupakan reaktor dengan

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 15


BAB 2 Status Teknologi PLTN

moderator air berat, berdaya 920 MWt/340MWe. AHWR didesain berbahan


bakar uranium-233/thorium-232 oksida yang dikombinasi dengan
plutonium-thorium oksida, dan ditujukan untuk reaksi fisi secara swa-
lanjut (self-sustaining) dalam uranium-233. AHWR pertama direncanakan
beroperasi sekitar tahun 2020. Diagram sistem AHWR seperti ditunjukkan
dalam Gambar 7.

Gambar 7. Diagram sistem AHWR.[17, 18]

16 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Status Teknologi PLTN BAB 2

AHWR mempunyai 452 kanal pendingin primer bertekanan yang


berisi air ringan dengan menggunakan Calandria vertikal (tipe PHWR
pada umumnya menggunakan Calandria secara horizontal). Saat
darurat, panas reaktor dipindahkan melalui sistem pasif menggunakan
isolation condenser yang dibenamkan dalam tangki 6000 m3 (Gravity
Driven Water Pool, GDWP), dengan demikian mampu mendinginkan
teras untuk 3 hari. Pendingin pengungkung juga menggunakan sistem
pasif. Desain pengungkung menggunakan pengungkung ganda dengan
mempertahankan tekanan negatif di anulus di antara pengungkung
tersebut. Frekuensi kerusakaan teras didesain sebesar 1 x 10-8 / reaktor
tahun.

ACR-1000 (Canada) [19]


ACR-1000 (Advanced CANDU Reactor) adalah reaktor tipe PHWR
Generasi III+ berdaya 1200 MWe yang didesain guna memenuhi harapan
industri dan publik untuk pembangkit listrik yang aman, handal, ramah
lingkungan, dan murah. Pembangkit listrik nuklir ini dikembangkan oleh
AECL dari pengalaman dan umpan balik yang diperoleh dalam desain,
konstruksi dan pengoperasian selama bertahun-tahun. Saat ini ACR-
1000 telah menyelesaikan tahap 3 dari review yang dilakukan oleh Komisi
Keselamatan Nuklir Kanada (CNSC). Inovasi desain reaktor ini antara lain:
• Memiliki desain teras yang lebih padat, sehingga mengurangi jumlah
air berat dan biaya yang lebih rendah.
• Penggunaan air ringan sebagai pendingin reaktor, sehingga
mengurangi beban sistem pembersihan dan pemulihan air berat serta
menyederhanakan sistem pembersih atmosfir containment.
• Meningkatkan burn-up bahan bakar dengan menggunakan bahan
bakar uranium pengkayaan rendah, yang terkandung dalam bundel
bahan bakar advanced CANFLEX®-ACR.
• Dapat digunakan untuk jenis bahan bakar lain seperti oksida campuran
(mixed oxides, MOX) dan bahan bakar thorium.
• Margin keselamatan bahan bakar yang ditingkatkan
• Peningkatan efisiensi termal instalasi melalui penggunaan tekanan
tinggi dan suhu yang lebih tinggi pada pendingin dan sistem uap.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 17


BAB 2 Status Teknologi PLTN

• Peningkatan kinerja melalui penggunaan perangkat lunak sistem


informasi perawatan dan operasional SMART CANDU™.
• Penurunan kuantitas limbah bahan bakar hingga 60% bila dibanding
generasi CANDU yang sekarang.

Desain ACR-1000 memiliki sejumlah fitur sistem pasif, yang beberapa


di antaranya merupakan peningkatan desain dari sistem yang telah ada
pada pembangkit CANDU. Ilustrasi desain ACR-1000 dan komponen
utamanya ditampilkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Reaktor ACR-1000 dan komponen utamanya [19].

18 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Status Teknologi PLTN BAB 2

2.2.3. Reaktor modular daya kecil (Small Modular Reactor, SMR)


Selain reaktor-reaktor berdaya besar sebagaimana dipaparkan di
atas, terdapat juga beberapa reaktor modular daya kecil yang sedang
dilakukan pengembangan desain, Reaktor ini memiliki ciri umum sebagai
berikut :
• Daya reaktor kurang dari 300 MWe.
• Dapat terdiri atas beberapa modul reaktor dalam satu sistem pembangkit
listrik.
• Modul reaktor dirangkai dalam pabrik dan dibawa menggunakan
kapal/kereta api menuju lokasi dan dirangkai dengan bagian sistem
pembangkit lainnya secara modular.

Berikut ini diuraikan secara ringkas reaktor-reaktor tersebut.

HI-SMUR/SMR 160 (Amerika Serikat) [5, 20, 21]


HI-SMUR/SMR-160 (Holtec Inherently-Safe Modular Underground
Reactor) didesain oleh Holtec LLC, dengan kapasitas 160 MWe. Reaktor
yang diestimasi seharga USD 650 juta (turnkey menurut perhitungan
pada tahun 2015) ini didesain untuk siklus refueling 4 tahun dan usia
pengoperasian 80 tahun. Holtec bekerja sama dengan US-DOE untuk
membangun reaktor pertamanya di Savannah River National Laboratory.
Reaktor ini mengandalkan gravitasi alamiah untuk menjalankan semua
sistem yang berkaitan dengan keselamatan. Karena itu SMR-160 diklaim
sangat aman, dan dapat dibangun berdekatan dengan pusat pemukiman
penduduk. Gambar 9 berikut menampilkan desain reaktor SMR-160.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 19


BAB 2 Status Teknologi PLTN

Gambar 9. Desain reaktor Holtec SMR-160 [22]

Inovasi inovasi teknologi pada reaktor ini antara lain:


• Teras reaktornya terletak cukup dalam di bawah tanah.
• Reaktor dapat di start-up tanpa menggunakan daya listrik dari luar
(black start capability)

20 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Status Teknologi PLTN BAB 2

• Cadangan air yang besar di sekitar teras membuat kejadian bahan


bakar tak terendam (uncovered) menjadi hampir tidak mungkin.
• Akses yang mudah terhadap komponen kritis untuk perbaikan dan
pengujian saat reaktor sedang bekerja (in-service).
• Tak ada penetrasi untuk instrumentasi pada bagian bawah bejana
reaktor sehingga kecil kemungkinan terjadi kecelakaan akibat
kebocoran yang tak disengaja.
• Air pendingin reaktor tidak menggunakan boron sehingga memberi
batas atas alamiah dari kejadian kecelakaan reaktivitas serta umur
reaktor yang menjadi lebih panjang.

Saat ini reaktor SMR-160 masih dalam tahap desain konsep dan
penyelesaian laporan analisis keselamatan awal (Preliminary Safety
Analysis Report/PSAR).

IRIS (Konsorsium 10 negara) [5, 23]


Pengembangan pertama reaktor IRIS (International Reactor
Innovative & Secure) dipimpin oleh Westinghouse. Namun, Westinghouse
kemudian menarik diri dari proyek ini pada tahun 2010.
Saat ini pengembangan dilanjutkan oleh konsorsium institusi dari
berbagai negara antara lain Oak Ridge National Laboratory (Amerika
Serikat), the University of California Berkeley (Amerika Serikat), Ansaldo
Nucleare (Italia), Politecnico di Milano (Italia), University of Pisa (Italia),
Politecnico di Torino (Italia), ENEA (Italia), Mangiaraotti Nuclear (Italia),
Maire Tecnimont (Italia), ATB Riva Calzoni (Italia), SAIPEM/ENI (Italia),
Rolls Royce (Inggris). IRIS merupakan reaktor air tekan (PWR) generasi
baru yang berkapasitas medium 335 MWe
Reaktor IRIS merupakan reaktor tipe PWR Integral, di mana seluruh
komponen utama sistem pembangkit uapnya diletakkan di dalam satu
bejana tunggal. Bahan bakarnya menggunakan bundel standar reaktor
PWR Westinghouse yakni perangkat bahan bakar kelongsong pipa
bermatrik 17x17 dengan waktu penggantian sekitar 3,5 tahun. Sebagai
pembangkit uap digunakan 8 buah tipe helical di mana uap dibentuk

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 21


BAB 2 Status Teknologi PLTN

pada bagian dalam tube-nya. Selain itu, untuk sistem kendali dayanya
digunakan mekanisme penggerak batang kendali (CRDM) yang terletak
di dalam bejana sehingga menghilangkan resiko terjadinya kecelakaan
reaktivitas akibat terlontarnya batang kendali (rod ejection). Saat ini status
disainnya pada tahap basic design. Gambar 10 menunjukkan komponen
yang terintegrasi di dalam bejana reaktor IRIS.

Gambar 10. Bejana reaktor IRIS [24]

mPOWER (Amerika Serikat) [5, 25]


Reaktor mPower adalah reaktor PWR integral modular berdaya 530
MWt/180 MWe yang dikembangkan oleh perusahaan Generation mPower
LLC (mayoritas saham dimiliki oleh Babcock & Wilcox Nuclear Energy,
Inc.). Perusahaan ini bersama dengan Tennessee Valley Authority berniat
membangun 4 modul mPower di Clinch River, Tennessee. Interaksi untuk
pra-sertifikasi desain modul pertama oleh vendor telah diajukan pada ke

22 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Status Teknologi PLTN BAB 2

US-NRC sejak tahun 2009. Pada tahun 2012, Departemen Energi Amerika
Serikat memilih desain mPower untuk didukung dengan dana federal
guna pengembangan desain dan teknologinya. Pada tahun 2014 aplikasi
untuk mendapatkan sertifikasi disain dihentikan oleh mPower karena
belum adanya kepastian pihak yang akan menggunakan reaktor tersebut.
Status pengembangan reaktor ini sekarang terhenti. Secara umum,
desain reaktor mPower menggunakan sistem keselamatan pasif sehingga
keberadaan pembangkit diesel darurat tidak diperlukan. Selain itu, jumlah
fluida pendinginnya sangat besar sehingga tidak mengalami kejadian
adanya bagian bahan bakar yang tidak terendam air (core uncovery) saat
terjadi kecelakaan basis desain. Sistem primernya menggunakan 8 pompa
sirkulasi yang terletak di atas steam generator, namun demikian pompa-
pompa tersebut tidak termasuk sebagai komponen yang penting untuk
keselamatan reaktor (non-safety related). Ilustrasi dari modul mPower ini
ditunjukkan pada Gambar 11.

Gambar 11. Desain reaktor mPower [26]

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 23


BAB 2 Status Teknologi PLTN

NuScale (Amerika Serikat) [5, 27]


NuScale adalah reaktor PWR modular daya kecil jenis integral yang
inovatif. Desain unit modulnya terdiri atas bejana reaktor yang berisi
sistem pembangkit uap dan teras yang dilingkupi oleh pengungkung
(containment) dari metal baja dan diletakkan dalam kolam beton berisi air
serta berada di bawah permukaan tanah. Pengungkung memiliki tekanan
desain sekitar 3,4 MPa namun bertekanan vakum saat operasi normal.
Bangunan reaktor dapat berisi antara 1 sampai 12 modul. Setiap modul
reaktor NuScale memiliki keluaran daya termal 160 MWt atau listrik 50
MWe, atau kapasitas totalnya 600 MWe untuk 12 modul. Reaktor ini
menggunakan mekanisme sirkulasi alam pada sistem primernya, sehingga
tidak diperlukan pompa untuk menggerakkan fluida pendingin. Selain
itu sistem pembangkit uapnya adalah tipe helikal. Perusahaan pembuat
NuScale telah mengajukan sertifikasi desain ke US-NRC, dimana dokumen
aplikasinya diterima oleh NRC pada tanggal 6 Januari 2017. Selanjutnya
pada bulan Maret 2017 NRC menerbitkan surat penerimaan (acceptance
letter) untuk memproses sertifikasi tersebut [28]. Kerjasama internasional
dilakukan oleh pembuat reaktor ini, diantaranya dengan Prancis yang
pada bulan Desember 2015 melakukan penandatangan kontrak dengan
Areva untuk pembuatan perangkat bahan bakar (fuel assemblies). Desain
reaktor NuScale ditunjukkan pada Gambar 12. Dengan desain yang
menggunakan pendinginan sirkulasi alam saat terjadi kecelakaan, sistem
Pressurizer yang terintegrasi, tidak menggunakan pompa primer dan
sistem pengungkung yang kompak dan kuat, sebagaimana terlihat pada
Gambar 12, NuScale memiliki banyak keunggulan antara lain:
• Fitur keselamatan yang jauh lebih andal dan lebih baik.
• Konstruksi di lokasi yang lebih cepat dan lebih mudah.
• Persyaratan lokasi yang lebih fleksibel.
• Mudah diintegrasikan dengan sistem kelistrikan lokal, baik untuk beban
dasar, jaringan listrik berukuran kecil, maupun untuk penggunaan
panas proses.

Saat ini status desain reaktor NuScale sedang dalam tahap pengkajian
(review) oleh badan regulasi nuklir Amerika Serikat (US-NRC) dan dalam
tahap penyempurnaan desain rinci.

24 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Status Teknologi PLTN BAB 2

Gambar 12. Desain reaktor NuScale [27]

RITM-200 (Rusia) [5, 29]


Reaktor RITM-200 merupakan reaktor berkapasitas kecil (175
MWt/55 MWe) tipe PWR integral yang dibuat oleh perusahaan OKBM
Afrikantov. RITM-200 menggunakan uranium diperkaya kurang dari 20%,
dan hanya perlu refueling setiap 7 tahun. Umur reaktor didesain mencapai
40 tahun. RITM-200 dapat diaplikasikan pada kapal pemecah es (ice
breaker) dengan 2 unit tiap kapal, dan dapat juga digunakan di anjungan
pengeboran lepas pantai (marine oil drilling platform) atau sebagai reaktor
berbasi di daratan (land-based reactor). Desain RITM-200 ditunjukkan pada
Gambar 13. Sistem pembangkit uapnya terdiri atas empat pembangkit uap
tipe tabung lurus (once through) yang ditempatkan di dalam satu bejana
reaktor (terintegrasi). Sementara itu pompa utamanya terletak pada ruang
eksternal dengan soket horizontal untuk steam generator. Desain RITM-200
mengkombinasikan sistem keselamatan aktif dan pasif untuk menghadapi
kondisi tak normal dan kecelakaan dasar desain. Sifat-sifat intrinsiknya
diarahkan untuk mendapatkan: kendali otomatis terhadap densitas daya
teras dan pemadaman daya secara otomatis, pembatasan tekanan dan
temperatur pendingin primer, dan penjagaan integritas bejana reaktor

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 25


BAB 2 Status Teknologi PLTN

sewaktu terjadi kecelakaan parah. Saat ini desain rincinya telah selesai
dan komponen-komponennya sedang difabrikasi untuk penyelesaian
konstruksi sepasang RITM-200 pada kapal pemecah es dan ditargetkan
selesai pada tahun 2020.

Gambar 13. Desain reaktor RITM-200[30]

VVER-300/478 (Rusia) [5, 31]


VVER-300/478 adalah reaktor berdaya kecil, yang merupakan
VVER versi 2 untai (loop) dengan daya 850 MWt/300 MWe (gross)

26 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Status Teknologi PLTN BAB 2

yang didesain untuk masa layanan 60 tahun. Unitnya mencakup bejana


tekan reaktor yang vertikal dengan penutup pada bagian atas (top head)
dimana pada bagian dalamnya terdiri atas protective tube unit, core barel,
core baffle, teras yang berisi 85 bundel bahan bakar, batang kendali dan
instrumentasi detektor. Unit penggerak batang kendalinya diletakkan di
bagian atas. Bejana reaktor ditempatkan dalam ruang kosong beton yang
diberi pelindung biologis, termal dan sistem pendingin. Desain VVER-300
dilakukan berbasis hal sebagai berikut:
• Ditujukan untuk wilayah yang memiliki kapasitas jaringan listrik yang
kecil.
• Struktur, material, parameter teknis perpindahan panas untuk
pembangkit uap, pompa pendingin utama dan pipa-pipa utama secara
optimal digabungkan dengan perangkat yang sama dengan yang
digunakan oleh VVER-640 (V-407).
• Terasnya didesain dengan menggunakan bundel bahan bakar yang
sama dengan yang dipakai pada VVER1000 sehingga telah memiliki
pengalaman operasi yang panjang.
• Lelehan teras saat terjadi kecelakaan parah akan ditahan di dalam
bejana reaktor karena bagian luar bejana didinginkan.
• Isolasi kebocoran dari sistem primer ke sekunder tanpa menimbulkan
pelepasan radioaktif ke lingkungan.

Keunggulan desain reaktor ini mencakup sistem pembuang panas


sisa pasif (passive decay heat removal system), memiliki pengungkung
ganda (steel-lined pre-stressed concrete & reinforced concrete) dan
adanya penampung lelehan teras (core catcher). Tekanan desain
pengungkungnya adalah 0,5 MPa dan dirancang memiliki laju kebocoran
pada kondisi kecelakaan parah (leak rate) 0,2 % volume per hari. Lama
konstruksi diharapkan 54 bulan. Tata letak reaktor VVER -300/478 dan
pengungkungnya ditunjukkan pada Gambar 14. Status desain reaktor ini
telah mencapai desain rinci.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 27


BAB 2 Status Teknologi PLTN

Gambar 14. Reaktor VVER-300/478 [31]

Westinghouse SMR (Amerika Serikat) [5, 32]


Westinghouse SMR adalah reaktor PWR integral yang modular dan
berdaya kecil dengan kapasitas 800 MWt/225 MWe yang menggunakan
sistem keselamatan pasif, dimana bila terjadi kedaan darurat dapat
tetap aman tanpa intervensi operator hingga 7 hari. Reaktor ini memiliki
masa siklus pengisian ulang bahan bakar (refueling) 24 bulan. Reaktor
Westinghouse SMR menggunakan beberapa komponen dari desain
AP1000 dan menerapkan tingkat keselamatan yang tinggi sehingga
memiliki sumber pemicu kecelakaan yang lebih sedikit (fewer accident
scenarios). Perusahaan listrik Ameren Missouri berencana mengajukan
gabungan lisensi konstruksi dan operasi (Combined Construction and
Operating License, COL) ke badan regulasi nuklir Amerika Serikat (US-
NRC), untuk membuat 5 reaktor Westinghouse SMR di Callaway (sebagai
pengganti EPR). Desain reaktor Westinghouse SMR ditunjukkan pada
Gambar 15. Westinghouse SMR ditawarkan dengan kemampuan utama
antara lain:

28 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Status Teknologi PLTN BAB 2

• Fitur keselamatan pasif yang didesain untuk dapat memadamkan


reaktor secara otomatis serta menjaganya tetap dingin tanpa intervensi
manusia atau penggunaan daya listrik selama 7 hari.
• Penggunaan bahan bakar yang lebih sedikit sehingga potensi jumlah
material radioaktif yang dapat keluar saat terjadi kecelakaan lebih
sedikit.
• Pembuangan panas secara pasif menggunakan cadangan air yang ada
di lokasi, dimana memanfaatkan sifat-sifat alamiah seperti evaporasi,
kondensasi dan gravitasi.
• Didesain dengan posisi pengungkung berada di bawah tanah sehingga
integritasnya untuk menahan pelepasan zat radioaktif menjadi lebih
baik.

Saat ini status desain reaktor ini masih dalam tahap desain
konseptual.

Gambar 15. Desain reaktor Westinghouse SMR [33]

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 29


BAB 2 Status Teknologi PLTN

ACP100 (China) [34]


Desain ACP100 (dikenal juga dengan nama Linglong One) bersifat
modular dan dibuat oleh CNNC (China National Nuclear Corporation).
Reaktor ini adalah reaktor air tekan berdaya 100 sampai 150 MWe yang
dirancang multi fungsi baik untuk sumber listrik, sumber panas atau untuk
desalinasi air laut. Suatu pembangkit yang memanfaatkan reaktor ini
dapat memiliki konfigurasi yang fleksibel, dengan satu hingga delapan
modul reaktor per unit pembangkit. ACP100 merupakan reaktor inovatif
berdasarkan teknologi reaktor PWR, dimana desainnya mengadopsi sistem
keselamatan pasif dan teknologi reaktor yang terintegrasi. Ketika terjadi
kecelakaan, intervensi operator tidak diperlukan dalam 72 jam pertama.
Pemerintah kota Hunan Hengyang dengan CNNC telah menandatangani
perjanjian proyek kerjasama untuk bersama-sama mengembangkan serta
mempromosikan proyek Hengyang ACP100. Gambar 16 menunjukkan
desain reaktor ACP100.

Gambar 16. Desain reaktor ACP 100 [35, 36]

30 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Status Teknologi PLTN BAB 2

Fitur-fitur teknis unggulan ACP100 antara lain:


• Sistem primer yang terintegrasi di dalam bejana sehingga mengeliminasi
kemungkinan terjadinya kecelakaan LOCA akibat pecahnya pipa
pendingin utama.
• Reaktor dan kolam bahan bakar bekas diletakkan di bawah tanah
sehingga menurunkan ancaman bahaya eksternal dan pencegahan
terjadinya pelepasan bahan radioaktif menjadi lebih baik.
• Memiliki kelembaman/inersia termal yang besar karena memiliki volume
pendingin yang besar sehingga saat terjadi transien kecelakaan,
temperatur meningkat secara lebih lambat.
• Sistem pencegahan dan mitigasi kecelakaan parah dengan metode
penggenangan ruang bejana (cavity flooding) dan penggunaan sistem
pengeliminasi hidrogen di pengungkung menjamin integritas fungsi
pengungkung.

Meskipun status desainnya saat ini adalah desain dasar (basic design),
reaktor ini rencananya dalam waktu dekat akan segera dikonstruksi.

FLEXBLUE (Prancis) [2, 37]


Flexblue merupakan reaktor modular daya kecil dengan kapasitas
160 MWe yang dirancang dan dikembangkan oleh perusahaan DCNS,
Prancis. PLTN ini diadopsi dari pembangkit daya (propulsi) nuklir kapal
selam militer yang sebelumnya pernah dioperasikan oleh negara tersebut.
Propulsi nuklir ini digunakan untuk menggerakkan kapal selam, dan
mensuplai energi listrik yang dibutuhkan selama operasinya. Setiap modul
diletakkan di dasar laut yang tenang dengan kedalaman hingga 100
meter. Modul tambahan dapat dipasang sesuai dengan perkembangan
kebutuhan. Flexblue dirancang untuk bisa dioperasikan dari jarak jauh atau
dari suatu ruang kendali di daratan. Walaupun demikian, setiap unit juga
sudah mencakup ruang kendali yang memungkinkan operator melakukan
pengendalian untuk mengatasi operasi-operasi kritis seperti waktu start-
up dan ketika dilakukan perawatan. Kabel bawah laut digunakan untuk
mengalirkan listrik yang dihasilkan ke jaringan distribusi. Flexblue dibuat
sepenuhnya di pabrik/galangan kapal utama dan kemudian dibawa

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 31


BAB 2 Status Teknologi PLTN

menggunakan kapal pengangkut ke tempat tujuan. Pengisian bahan bakar,


perawatan besar atau pembongkaran juga membutuhkan transportasi ke
suatu galangan kapal pendukung (yang dapat juga bersifat lokal). Dengan
terendamnya Flexblue di bawah air, kebutuhan pembuangan kalor akhir
tersedia secara permanen dengan kapasitas tak terbatas. Selain itu
juga tersedia sistem keselamatan pasif melalui pendinginan teras dan
pengungkung secara alamiah. Dengan posisinya di bawah laut, maka juga
terhindar dari bahaya luar seperti hantaman pesawat, tsunami, badai dan
terlindungi dari tindakan kriminal. Menurut perancangnya, berdasarkan
pengalaman operasi kapal selam selama ini, keandalan propulsi nuklir ini
sangat memuaskan karena tidak pernah ada laporan kecelakaan nuklir
yang terjadi. Karakteristik utama Flexblue ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik reaktor FLEXBLUE 160 MWe [38]

Tipe reaktor PWR


Pendingin Air
Umur operasi 60 tahun
Berat Hull 20000 ton
Daya termal/listrik 530 MWt/160 MWe
Siklus bahan bakar 40 bulan
Tekanan pendingin 15,5 MPa
Tekanan steam generator 6,2 MPa

Konstruksi bangunan pengungkung (hull) Flexblue berbentuk


silinder. Panjang dan diameter silinder disesuaikan dengan daya Flexblue.
Ada beberapa tipe rancang bangun Flexblue yang ditawarkan, yaitu daya
50-250 MWe. Silinder pengungkung untuk daya 160 MWe mempunyai
panjang 146 m, diameter 14 m, dan berat 20.000 ton. Semua komponen
utama reaktor (teras reaktor, turbin, generator, kondenser) berada di dalam
hull, seperti ditunjukkan pada Gambar 17.

32 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Status Teknologi PLTN BAB 2

Gambar 17. Desain Hull dan tata letak komponen utama reaktor FLEXBLUE [38].

Siklus produksi daya dari Flexblue berkisar 40 bulan. Pada setiap


akhir siklus, unit Flexblue diangkat ke fasilitas pendukungnya. Reaktor
kemudian diisi bahan bakar baru dan sekaligus dilakukan perawatan
periodik. Perawatan menyeluruh dilakukan setiap 10 tahun dan reaktor
dalam kondisi padam selama proses pengangkutan. Hanya sistem
yang diperlukan untuk pembuangan panas sisa, sistem kontrol dan
sistem pemantauan yang dibutuhkan dalam proses pengangkutan yang
bekerja. Pada akhir umurnya, unit reaktor diangkut kembali ke fasilitas
pembongkaran sehingga proses pemulihan tapak ke kondisi semula
berlangsung relatif cepat dan mudah. Untuk pengaturan tingkat neutronik,
reaktivitas reaktor dikendalikan tanpa menggunakan larutan boron. Hal ini
memudahkan proses pengolahan dan penurunan limbah radioaktif. Suatu
modul Flexblue terdiri dari bagian turbin-generator, bagian belakang dan
bagian depan. Kedua bagian terakhir tersebut mencakup baterai darurat,
ruang kendali sekunder, proses-proses penunjang, panel-panel kontrol
untuk I&C, suku-suku cadang, ruang untuk pekerja, dan perlengkapan
kedaruratan. Juga terdapat redundansi terhadap kabel-kabel penyalur
informasi dan daya listrik dari modul ke pusat kendali di daratan. Beberapa
unit Flexblue bisa dioperasikan dalam lokasi dan sistem pendukung

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 33


BAB 2 Status Teknologi PLTN

yang sama. Pengungkung reaktor dibatasi oleh sektor-sektor berikut:


lambung di sisi samping dan dinding di sektor sisi depan dan belakang.
Sebagian besar dari dinding pengungkung logam bersentuhan langsung
dengan air sehingga menyediakan pendinginan yang sangat efisien
tanpa membutuhkan penyemprot pengungkung atau alat penukar panas.
Terdapat dua tangki air yang besar sebagai tangki keselamatan, yakni
dapat bertindak sebagai pembuang panas akhir serta sebagai sumber
injeksi pendingin pada saat kecelakaan. Dalam kondisi kecelakaan,
sistem aktif yang dirancang untuk pendinginan normal atau pada proses
pemadaman digunakan jika daya arus bolak-balik tersedia. Jika tidak
tersedia, maka sistem pasif akan terpicu secara otomatis ketika set-point
untuk kondisi darurat tercapai. Dalam seluruh skenario kecelakaan, kondisi
padam selamat dicapai dan dipertahankan dalam periode tertentu tanpa
dibutuhkan tindakan operator. Daya baterai darurat hanya diperlukan untuk
membuka dan menutup katup-katup dan untuk pemantauan (monitoring).
Kemampuan pemantauan secara mandiri selama adalah 14 hari dan dapat
diperpanjang dengan mengisi ulang baterai. Walaupun fitur keselamatan
telah dirancang untuk mencegah kerusakan teras, pengungkung masih
dirancang untuk bertahan terhadap kecelakaan parah yang menyebabkan
pelelehan teras. Dalam hal ini, strategi mitigasinya dilakukan dengan
mempertahankan lelehan teras tetap berada di dalam bejana dengan
melakukan pendinginan dinding luar bejana secara pasif.
Teras reaktor tersusun dari 77 bundel bahan bakar klasik 17x17
dengan panjang aktif sebesar 2,15 m. Pengkayaan dipertahankan di
bawah 5% dan reaktivitas dikendalikan tanpa menggunakan boron
terlarut. Karakteristik terakhir ini mengurangi limbah radioaktif dan
menyederhanakan sistem kendali kimiawi.

2.2.4. Reaktor generasi IV


Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi, para ilmuwan nuklir terus
melakukan riset dan menyempurnakan desain reaktor untuk mendapat
PLTN yang jauh lebih aman dari yang ada sekarang. Ada berbagai variasi
konsep desain dan semuanya digolongkan sebagai reaktor generasi ke-IV.
Tipe reaktor-reaktor tersebut digolongkan adalah sebagai berikut:

34 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Status Teknologi PLTN BAB 2

Kategori reaktor termal:


• Very High Temperature Reactor (VHTR)
• Molten Salt Reactor (MSR)
• Supercritical Water Cooled Reactor (SCWR)
Kategori reaktor cepat:
• Gas Cooled Fast Reactor
• Sodium Cooled Fast reactor
• Lead Cooled Fast Reactor

Berikut ini adalah beberapa contoh reaktor generasi IV yang


pengembangan desainnya telah cukup maju.

High Temperature Gas Cooled Reactor (HTGR)


Perhatian masyarakat internasional terhadap teknologi reaktor
berpendingin gas semakin meningkat pada beberapa tahun terakhir,
terutama dengan pengakuan terhadap potensi desain HTGR (high
temperature gas cooled reactor) yang dapat memberikan efisiensi termal
yang tinggi (di atas 40%) serta kemampuan pembangkitan listrik dengan
biaya yang kompetitif [39, 40], sehingga cocok untuk negara-negara
sedang berkembang. Selain itu reaktor ini juga multi guna karena dapat
menjadi sumber panas dalam proses produksi hidrogen dan desalinasi
air laut. Karakteristik keselamatan utamanya terletak pada desain bahan
bakar yang tidak memungkinkan terjadinya pelelehan saat kecelakaan
[41]. Teras reaktor didesain untuk tidak mengalami temperatur melebihi
1600°C pada semua kondisi kecelakaan yang dipostulasikan. Temperatur
tersebut masih jauh untuk menyebabkan pelelehan material bahan bakar.
Reaktor jenis ini telah dikembangkan selama 5 dekade oleh berbagai
negara antara lain: China, Prancis, Jepang, Korea Selatan, Rusia, Afrika
Selatan and Amerika Serikat.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 35


BAB 2 Status Teknologi PLTN

Gambar 18. Berbagai reaktor HTGR yang telah dibangun [42].

Pengembangan teknologi HTGR didukung penuh oleh IAEA dengan


mengkoordinasikan pertemuan-pertemuan teknis tentang perkembangan
teknologi dan melalui pembentukan Technical Working Group on Gas
Cooled Reactors dimana Indonesia merupakan salah satu anggotanya.
Beberapa reaktor riset dan komersial jenis HTGR yang pernah dibangun
ditampilkan pada Gambar 18.
Selain itu, dengan berbasis pada pengalaman riset dan operasi
yang telah ada maka dikembangkan desain-desain baru HTGR seperti:
GT-HTR300 (Jepang), PBMR-400 (Afrika Selatan), GT-MHR (Rusia),
MHR-T (Rusia), MHR-100 (Rusia), HTMR-100 (Afrika Selatan), SC-HTGR
(Amerika Serikat), dan Xe-100 (Amerika Serikat). Ada dua jenis desain
HTGR, yakni tipe Prismatic dan Pebble bed. Contoh dari reaktor dengan
desain-desain tersebut diuraikan berikut ini.
GT-HTR300 (Jepang)
GT-HTR300[43] merupakan reaktor temperatur tinggi berpendingin gas
berdaya 300 MWt yang multiguna, aman dan dapat ditempatkan pada
lokasi yang fleksibel. Sebagai reaktor generasi ke-IV, reaktor GT-HTR300
menawarkan keunggulan di atas reaktor air ringan dengan temperatur
fluida pendinginnya yang dapat mencapai 850°C - 950°C. Bahan bakarnya
menggunakan keramik triso yang dibundel dalam blok prismatik dan

36 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Status Teknologi PLTN BAB 2

sistem konversi dayanya menerapkan metoda konversi langsung turbin


gas (siklus Brayton) sehingga diharapkan dapat memberikan efisiensi
termal sebesar 45-50% [2]. Desain reaktor ini dapat dilihat pada Gambar
19. Fitur keselamatan reaktor ini dicapai melalui pendekatan berikut:
• Sifat bahan bakarnya yang berupa partikel berselubung keramik,
integritasnya tetap terjaga pada temperatur 1600°C.
• Pendingin reaktor adalah gas helium yang secara kimia bersifat inert
sehingga tidak mengalami perubahan fase dan tidak menyebabkan
munculnya gas yang eksplosif.
• Teras reaktor yang bermoderator grafit didesain memiliki karakteristik
reaktivitas negatif, densitas daya yang rendah serta konduktivitas
termal tinggi.

Sebagai konsekuensinya, panas peluruhan teras reaktor dapat dibuang


melalui pendinginan alamiah di luar bejana reaktor untuk periode yang
lama (lebih dari satu bulan) tanpa harus mengandalkan peralatan tertentu
atau tindakan/aksi operator, meskipun untuk kondisi kecelakaan parah
sekalipun seperti LOCA dan station blackout. Status pengembangan
reaktor ini sekarang adalah dalam tahap penyelesaian desain dasar.

Gambar 19. Sistem reaktor GT-HTR300 [2, 43]

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 37


BAB 2 Status Teknologi PLTN

PBMR-400 (Afrika Selatan)


Reaktor Pebble Bed Modular Reactor 400 (PBMR-400) adalah reaktor
jenis HTGR yang merupakan pengembangan dari desain reaktor negara
Jerman HTR-Module. Reaktor ini dirancang bersifat modular sehingga
memungkinkan adanya penambahan modul sejalan dengan peningkatan
permintaan listrik. Selain itu PBMR dapat dioperasikan sebagai penyuplai
beban dasar maupun sebagai load–following serta dapat dikonfigurasi ke
ukuran yang sesuai dengan keperluan pengguna [2].
Reaktor ini merupakan tipe pebble bed bermoderator grafit dan
berpendingin helium dengan skema pengelolaan bahan bakar multi-pass.
Di teras bahan bakar pebble bersirkulasi (keluar dari bawah bejana dan
dimasukan kembali ke reaktor dari atas menggunakan perangkat pengelola
bahan bakar (fuel handling system) rata-rata sebanyak 6 kali sampai batas
fraksi bakar (burn up) maksimum tercapai. Desain tersebut membuat
faktor puncak daya (power peaking factor) dan temperatur bahan bakar
maksimum menjadi relatif rendah, baik saat operasi normal maupun saat
kondisi kecelakaan kehilangan pendingin sehingga menjadi lebih aman.
Saat terjadi kehilangan aliran pendingin terasnya memiliki kemampuan
pemindahan panas secara pasif melalui konduksi, konveksi dan radiasi
ke arah dinding bejana yang kemudian didinginkan oleh sistem pendingin
ruang bejana (cavity) dan reaktivitas lebihnya (excess reactivity) terkendali
melalui pengaturan pada pengisian bahan bakar kontinyu (continuous
refuelling). Reaktor mampu bermanuver mengikuti beban antara 40% -
100% daya nominal. Desain reaktor PBMR-400 dapat dilihat pada Gambar
20.

38 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Status Teknologi PLTN BAB 2

Gambar 20. Reaktor PBMR-400 [2]

Sodium Cooled Fast Reactor


4S (Jepang) [5, 44]
4S (Super-Safe, Small and Simple) disebut juga “nuclear battery”, yakni
reaktor cepat berpendingin Natrium berdaya 30 MWt/10 MWe dengan
masa refueling setiap 10 sampai 13 tahun. Sistem pendingin darurat
secara pasif terdapat pada Reactor Vessel Auxiliary Cooling System
(RVACS). Reaktor terletak di bawah permukaan tanah (underground),
dengan isolator seismik untuk mengurangi dampak gempa. Bejana reaktor
memiliki pelindung di sekelilingnya. Dalam desain, Toshiba bekerja sama
dengan Central Research Institute of Electric Power Industry (CRIEPI)
dan Argonne National Laboratory (ANL) serta Westinghouse. Diperkirakan
reaktor versi 50 MWe dari 4S ini mempunyai potensi sesudah tahun
2020. Reaktor 4S yang menggunakan neutron cepat ini diharapkan dapat
memberikan energi listrik dengan harga antara 5 sampai 13 cent $/kWh.
Desain reaktor 4S ditunjukkan pada Gambar 21. Status desain saat ini
adalah penyempurnaan desain rinci.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 39


BAB 2 Status Teknologi PLTN

Gambar 21. Desain reaktor 4S [45]

BN-1200 (Rusia) [46]


BN-1200 (2800 MWt, 1220 MWe) merupakan pengembangan dari seri
BN-600 dan BN-800 yang oleh desainernya (IPPE) dimaksudkan sebagai
reaktor cepat Generasi IV berpendingin natrium, dengan ukuran besar
dan memiliki 4-loop. Konsep desain reaktor ini mencakup 3-loop sistem
pemindah panas sisa pasif (passive decay heat removal system) dan core
catcher. Reaktor ini termasuk reaktor pembiak di mana dapat memproduksi
bahan bakar nuklir lebih banyak (mengubah material nuklir fertil menjadi
material fisil) dari bahan bakar nuklir yang dikonsumsi sehingga bersifat
lebih ramah lingkungan. Target desain CDF dari BN-1200 adalah kurang
dari 1x10-6/reaktor tahun. Peningkatan fitur keselamatan diantaranya:
• Penempatan sistem pembuang panas darurat (Emergency Heat
Removal System/EHRS) menggunakan penukar panas yang otonom
(Autonomous Heat Exchanger/AtHX) di dalam bejana reaktor
meningkatkan efisiensi EHRS.
• Penempatan primary circuit cold trap (CT1) di dalam bejana reaktor

40 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Status Teknologi PLTN BAB 2

mengeliminasi pipa sodium radioaktif di luar bejana.


• Penggantian bursting disks pada sirkuit sekunder menjadi skema
pasif untuk membuang hasil-hasil interaksi sodium dan air saat terjadi
kehilangan tekanan pembangkitan uap mengeliminasi pemutusan
sirkuit pada kondisi misoperasi bursting disks.
• Mengkombinasikan tangki buffer dengan tangki MCP2 meningkatkan
karakteristik teknis dan ekonomi.

Pada Februari 2017 Rosatom mempertimbangkan untuk membangun


BN-1200 di Beloyarsk setelah sebelumnya dilakukan penundaan
pembangunan beberapa kali untuk melakukan perbaikan terhadap
desainnya [47].

Lead Cooled Fast Reactor


SVBR-100 (Rusia) [48]
SVBR-100 adalah reaktor modular daya kecil 100 MWe berpendingin lead-
bismuth eutectic yang sedang dikembangkan oleh AKME Engineering,
Rusia. Teras reaktor, steam generator dan pompa sirkulasi utamanya
ditempatkan di dalam bejana mono-blok. Gambar 22 menunjukkan desain
reaktor SVBR-100. Keunggulan dari reaktor ini antara lain:
• Sistem keselamatannya menggunakan kombinasi antara sistem pasif
dan aktif.
• Pendingin lead bismuth secara kimia bersifat inert terhadap air dan
udara.
• Tata letak reaktor yang bersifat integral
• Sistem primernya bertekanan rendah yang mendekati tekanan atmosfir.
• Kecelakaan yang fatal, meskipun yang menyebabkan kerusakan
pengungkung, tidak menyebabkan pelepasan radioaktif ke lingkungan.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 41


BAB 2 Status Teknologi PLTN

Gambar 22. Gambar desain reaktor SVBR-100 [49]

Dimensi reaktor ini sangat kecil sehingga dapat ditransportasikan


menggunakan kereta api, kendaraan jalan raya, kapal sungai dan dapat
dibangun di lokasi dekat pemukiman. Prototipe reaktor ini rencananya akan
dibangun di Dimitrovgrad, wilayah Ulyanovsk, Rusia. Status desainnya
saat ini adalah sedang menyelesaikan desain rinci guna mempersiapkan
kemungkinan pembangunan di tahun 2020an.
Reaktor didesain menggunakan bahan bakar uranium nitrida dengan
tingkat pengkayaan 19,8% dan jangka pengisian ulang (refueling) 10 tahun.
Pengalaman penggunaan pendingin timbal telah dimiliki oleh Rusia dalam
aplikasi sebagai penggerak kapal selam. Berdasarkan tingkat kesiapannya
atau Technology Readiness Level (TRL), teknologi reaktor berpendingin
timbal diletakan pada tingkat 3. Pengalaman yang masih kurang dalam
manajemen konsentrasi oksigen dalam siklus pendingin untuk mereduksi
perilaku korosif dari timbal merupakan aspek yang membatasi nilai TRL
tersebut [50].

42 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Status Teknologi PLTN BAB 2

2.3. Teknologi PLTN berbasis thorium


Walaupun cadangan uranium diperkirakan masih cukup, namun
penggunaan uranium secara terus menerus akan menyebabkan jumlah
cadangannya semakin menipis. Karena itu, dalam rangka menjaga
keamanan energi dan keberlanjutan (sustainability) energi nuklir, maka
perhatian dunia juga mengarah pada penggunaan thorium sebagai
bahan bakar nuklir alternatif. Thorium merupakan logam transisi yang
memiliki ukuran butiran yang besar dan pada umumnya berada dalam
mineral tertentu seperti dalam bentuk monazite (thorium posfat). Monazite
mengandung sekitar 12% thorium oksida (ThO2) dan merupakan sumber
terbesar thorium. Jumlah thorium di bumi jauh lebih melimpah dibandingkan
dengan uranium [51].
Seperti halnya uranium, thorium dapat digunakan sebagai bahan
bakar nuklir. Oleh karena thorium tidak bersifat fisil maka tidak dapat
langsung digunakan sebagai bahan bakar dalam reaktor nuklir (dengan
neutron termal) sehingga harus disertai dengan bahan fisil uranium
diperkaya (LEU), plutonium (Pu) atau U-233 (hasil transmutasi thorium).
Dengan demikian pada tahap awal bahan bakar, thorium harus dicampur
dengan LEU atau Pu, dalam bentuk senyawa oksida thorium (ThO2)
dengan oksida plutonium (PuO2) atau oksida thorium dengan oksida
uranium (UO2) untuk menghasilkan thorium-MOX (Mixed-oxide).
Penggunaan thorium sebagai bahan bakar reaktor nuklir dipandang
lebih aman, lebih murah dan lebih ramah lingkungan. Thorium lebih
aman karena tidak memiliki isotop yang bersifat fisil sehingga tidak dapat
digunakan sebagai senjata nuklir. Pengambilan thorium lebih murah dari
uranium karena jumlahnya yang melimpah di bumi, yaitu sekitar tiga kali
lebih banyak dari jumlah uranium [51]. Pada bijih mentahnya konsentrasi
thorium ada dalam jumlah yang lebih tinggi (2-10%) dari uranium (0,1-1%).
Total cadangan thorium di Indonesia sendiri diperkirakan adalah sebesar
121.500 ton seperti ditunjukkan pada Tabel 4 [52]. Jumlah ini dapat dipakai
untuk mengoperasikan ±150 PLTN berdaya 1.000 MW (umur operasi 40
tahun). Tabel 5 menunjukkan sumber thorium di beberapa negara [53].

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 43


BAB 2 Status Teknologi PLTN

Tabel 4. Sumber daya nuklir di Indonesia [52].

Jenis Sumber Jumlah Deposit Total


Daya Spekulatif Hipotetik
uranium 59.200 ton U3O8 3.800 ton U3O8 63.000 ton U3O8
thorium 1.500 ton 120.000 ton 121.500 ton

Tabel 5. Sumber thorium di beberapa negara [53].

Negara Jumlah Deposit (ton)


Australia 489.000
USA 400.000
Turki 344.000
India 319.000
Brazil 302.000
Venezuela 300.000
Norwegia 132.000
Mesir 100.000
Rusia 75.000
Greenland 54.000
Kanada 44.000
Afrika Selatan 18.000

Selain itu, bahan bakar thorium lebih bersih dan ramah lingkungan
karena menghasilkan limbah elemen transuranik yang lebih sedikit.
Sebelum digunakan sebagai bahan bakar, thorium perlu melalui beberapa
proses pengujian, analisis, perijinan, dan kualifikasi. Siklus bahan bakar
thorium memiliki keunggulan dalam hal keamanan energi jangka panjang
oleh karena potensinya untuk berkelanjutan (self-sustaining fuel) tanpa
memerlukan reaktor neutron cepat.

44 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Status Teknologi PLTN BAB 2

Thorium merupakan bahan fertil yang apabila menyerap neutron akan


menjadi bahan fisil U-233. Pada dasarnya, uranium-233 telah digunakan
sebagai bahan bakar untuk beberapa jenis reaktor, seperti: Pressurized
Heavy Water Reactors (PHWR), High Temperature Gas Cooled Reactors
(HTGR), Boiling Water Reactors (BWR), Pressurized Water Reactors
(PWR), Fast Neutron Reactors (FNR), Molten Salt Reactors (MSRs,
LFTRs).
Kombinasi bahan bakar thorium dengan HEU sebagai komponen
penggerak reaksi fisinya (fissile driver) sudah banyak digunakan sebagai
pembangkit listrik. Thorium High Temperature Reactor (THTR) 300 MWe di
Hamm-Uentrop, Jerman yang beroperasi antara tahun 1983 dan 1989 telah
menggunakan bahan bakar thorium-HEU. Pada tahun 1989, operasional
reaktor ini dihentikan karena alasan teknis. Peach Bottom HTR 40 MWe
di Amerika Serikat juga merupakan reaktor berbahan bakar thorium-HEU
yang beroperasi pada tahun 1967 – 1974. Fort St Vrain HTR 330 MWe
di Colorado – Amerika Serikat merupakan reaktor komersial skala besar
sebagai penerus reaktor Peach Bottom yang beroperasi pada tahun 1976
– 1989 dan juga menggunakan bahan bakar thorium-HEU. Light Water
Breeder Reactor dengan bahan bakar thorium di Shippingport, Amerika
Serikat yang beroperasi dari tahun 1977 sampai 1982 menggunakan
U-233 sebagai fissile driver-nya. Indian heavy water reactors (PHWRs)
juga telah menggunakan bahan bakar thorium.
Penelitian terkait dengan penggunaan thorium sebagai bahan bakar
telah dimulai sejak 40 tahun yang lalu. Beberapa penelitian yang melibatkan
bahan bakar thorium berdasarkan jenis reaktor yang digunakan diuraikan
di bawah ini.

Heavy Water Reactors[54]


Bahan bakar thorium untuk CANDU sudah didesain dan diuji
di laboratorium AECL di Chalk River selama lebih dari 50 tahun. Jenis
bahan bakar yang diuji adalah campuran ThO2-UO2, (dengan LEU dan
HEU) dan campuran ThO2-PuO2. Pada bulan Juli 2009, Atomic Energy
Canada Limited (AECL), the Third Qinshan Nuclear Power Company

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 45


BAB 2 Status Teknologi PLTN

(TQNPC), China North Nuclear Fuel Corporation (CNNFC) dan Nuclear


Power Institute of China (NPIC), bergabung untuk mengembangkan
dan mendemonstrasikan penggunaan bahan bakar thorium untuk
kemungkinannya sebagai bahan bakar skala besar pada reaktor CANDU.
Diputuskan bahwa thorium sebagai bahan bakar pada desain reaktor
Enhanced CANDU 6 secara teknis layak dan ekonomis untuk digunakan
[54].

Advanced Heavy Water Reactor (AHWR) [16]


AHWR dikembangkan oleh India untuk dapat menggunakan bahan
bakar thorium [16]. Reaktor ini menggunakan bahan bakar thorium-
plutonium atau thorium-U-233 dengan kemampuan pembangkitan daya
sebesar 300 MWe.

High Temperature Gas Cooled Reactors [55, 56]


Inggris mengoperasikan reaktor HTR Dragon dari tahun 1964 sampai
tahun 1973 dengan pembangkitan daya sebesar 20 MWth selama 741 hari
untuk daya penuh [55]. Reaktor ini menggunakan bahan bakar thorium-
HEU dengan mode ‘breed and feed’ dimana U-233 yang dihasilkan selama
operasi menggantikan konsumsi U-235 dengan kecepatan yang sama.
Sementara itu Jerman mengoperasikan Arbeitsgemeinschaft Versuchs
Reaktor (AVR) di Jülich selama lebih kurang 750 minggu antara tahun
1967 dan 1988 [56]. Jenis reaktor ini adalah pebble bed reactor berukuran
kecil dengan pembangkitan daya 15 MWe dengan bahan bakar thorium-
HEU.

Light Water Reactors [57-59]


Studi kelayakan penggunaan bahan bakar thorium untuk PWR telah
dimulai pada proyek Jerman dan Brasil pada tahun 1980. Namun program
ini kemudian dihentikan pada tahun 1988 karena alasan non-teknis. Di
Rusia, desain Radkowsky Thorium Reactor merupakan tipe reaktor LWR
(VVER) yang menggunakan bahan bakar thorium dengan pengkayaan
uranium (20% U-235) atau plutonium [57]. Saat ini bahan bakar thorium-
plutonium oxide (Th-MOX) untuk LWR juga sedang dikembangkan di

46 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Status Teknologi PLTN BAB 2

Norwegia untuk melihat kemungkinan penggunaan thorium sebagai


sumber energi [58]. Selain itu penggunaan bahan bakar thorium pada
reaktor advanced reduced-moderation BWR (RBWR) yang didesain oleh
Hitachi Ltd dan JAEA juga telah dipelajari [59]. European Framework
Program telah mendukung sejumlah penelitian yang terkait dengan
pengembangan bahan bakar thorium untuk reaktor tipe LWR.

Molten Salt Reactor [60, 61]


Pada tahun 1960, Oak Ridge National Laboratory (ORNL) Amerika
Serikat, mendesain dan membangun Molten Salt Reactor (MSR) untuk
demonstrasi penggunaan U-233 sebagai fissile driver. Reaktor ini
beroperasi pada tahun 1965-1969 dengan daya 7,4 MWt. Varian MSR
berbahan bakar thorium itu sering disebut dengan Liquid Fluoride Thorium
Reactor (LFTR) yang menggunakan U-233 sebagai fissile driver [60].
Selain itu, China Academy of Sciences pada bulan Januari 2011 juga
meluncurkan program R&D untuk LFTR yang dikenal dengan Thorium-
breeding Molten-Salt Reactor (Th-MSR atau TMSR)[61]. Pusat penelitian
TMSR rencananya akan memiliki prototipe MSR 10 MWt di Shanghai
Institute of Applied Physics (SINAP) dengan target operasi tahun 2025[62].
Reaktor berbahan bakar lelehan garam (LF-MSR) memiliki proses
pengolah-ulang bahan bakar secara online, sehingga memberikan
tantangan tersendiri dalam pengelolaan safeguard. Tingkat kesiapan
teknologi LF-MSR saat ini berada pada level TRL=3. Kesiapan teknologi
instrumentasi untuk penggunaan dalam lelehan garam merupakan kendala
yang harus diatasi.

Accelerator-Driven System [63, 64]


Accelerator-driven System (ADS) adalah reaktor jenis baru yang
memproduksi daya meskipun dalam kondisi subkritis sepanjang hidupnya.
Sebagai perbandingan, reaktor nuklir di dunia saat ini menggunakan
konsep kondisi ‘kritis’ untuk menjaga kontinuitas reaksi berantai. Pada
reaktor subkritis, jumlah neutron yang diproduksi akibat reaksi fisi lebih
sedikit dibandingkan jumlah yang hilang sebagai akibat dari serapan dan
kebocoran dari sistem, oleh karenanya reaktor ini membutuhkan suplai

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 47


BAB 2 Status Teknologi PLTN

neutron eksternal untuk menjaga daya reaktor yang konstan. Sumber


neutron ekstenal berasal dari interaksi antara berkas foton energi tinggi
dengan inti atom berat seperti timbal (lead) melalui proses yang dalam
fisika nuklir dikenal dengan sebutan spalasi (spallation). Daya di dalam
reaktor akan meningkat dengan sebanding dengan besarnya neutron
eksternal. Reaktor jenis ini selain dapat digunakan untuk pembangkit
listrik, juga berpotensi sebagai sarana untuk membakar limbah radioaktif
melalui proses transmutasi yang mengubah limbah umur panjang menjadi
elemen yang lebih stabil atau yang waktu paruhnya lebih pendek sehingga
jumlahnya menurun secara signifikan dengan cepat. Saat ini sedang diteliti
apakah bisa menggunakan bahan bakar thorium. Salah satu variannya
adalah ADTR yang desainnya dipatenkan oleh UK [63]. Selain itu, negara
India juga tertarik pada reaktor ini untuk pemanfaatan thorium yang sangat
banyak di negara tersebut [64].

Research Reactor ‘Kamini’ [65]


Kamini (Kalpakkam Mini reactor) adalah reaktor riset mini 30 kW milik
India yang operasi kondisi kritis pertamanya tercapai pada tahun 1996.
Reaktor India ini tidak mendukung secara langsung R&D untuk bahan
bakar thorium. Akan tetapi Kamini memanfaatkan hasil dari siklus thorium
dari reaktor FBTR (Fast Breeder Test Reactor). Kamini adalah reaktor
berpendingin dan bermoderator air ringan dengan reflektor berilium dan
berbahan bakar U-233 dalam bentuk plat aluminium.

Aqueous Homogeneous Reactor(AHR)


AHR adalah tipe reaktor dimana garam nuklir (biasanya uranium
sulfat atau uranium nitrat) dilarutkan dalam cairan pendingin dan
moderator sebagai bahan bakarnya, sehingga disebut reaktor homogen
(homogenuous). Sebagai media pelarut dapat digunakan air berat atau
air ringan murni. Salah satu reaktor jenis ini adalah Kema Suspensie Test
Reactor (KSTR). Ini adalah reaktor yang beroperasi pada tahun 1974 –
1977 di Belanda dengan pembangkitan daya 1 MWth menggunakan bahan
bakar oksida thorium – HEU yakni berupa campuran 14% UO2 perkayaan
tinggi (90% U-235) dan 86% ThO2 dalam konsentrasi 400 g/l.

48 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Status Teknologi PLTN BAB 2

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan


thorium oksida sebagai bahan bakar reaktor nuklir untuk menggantikan
uranium sudah dikembangkan di beberapa negara. Oleh karena thorium
bukan material fisil, maka untuk dapat digunakan sebagai bahan bakar
dalam reaktor nuklir thorium tersebut harus terlebih dahulu dicampur
dengan LEU atau Pu dalam bentuk senyawa oksida thorium (ThO2) dengan
oksida plutonium (PuO2) atau oksida thorium dengan oksida uranium (UO2)
untuk menghasilkan thorium-MOX (Mixed-oxide).
Penggunanan bahan bakar thorium telah dikaji sebagai bahan bakar
alternatif untuk beberapa tipe reaktor nuklir seperti PHWR, HTR, BWR,
PWR, FNR, MSRs, LFTRs. Namun demikian, penggunaan bahan bakar
thorium untuk reaktor nuklir masih memerlukan penelitian lebih lanjut
untuk memastikan kelayakannya secara komersial.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 49


BASIS PEMILIHAN DAN
BAB 3 TEKNOLOGI PLTN
YANG SESUAI

3.1. Peraturan Pemerintah


Untuk menentukan desain PLTN komersial yang sesuai untuk
dibangun Indonesia, maka peraturan-peraturan yang relevan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir
(BAPETEN) perlu diperhatikan secara seksama. Di antara peraturan yang
ada, salah satu yang cukup penting dan relevan untuk dalam studi ini
adalah PP no.2 tahun 2014 Pasal 6 ayat 4 yang berbunyi:
Dalam hal Pembangunan Reaktor Daya komersial, selain persyaratan
izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), harus memenuhi
kriteria :
a. Semua struktur, sistem, dan komponen yang penting untuk
keselamatan dalam Reaktor Nuklir telah teruji pada lingkungan yang
relevan atau sesuai dengan kondisi operasi, dan diterapkan dalam
purwarupa; dan
b. Telah diberikan izin operasi secara komersial oleh badan pengawas
dari negara yang telah membangun Reaktor Daya komersial.

Penjelasan dari ayat tersebut adalah:


Huruf a
Yang dimaksud dengan “purwarupa” adalah Reaktor Nuklir yang digunakan
untuk pengujian fitur desain, memiliki kemiripan desain dengan Reaktor
Nuklir standar dalam semua fitur dan ukurannya, tetapi memiliki fitur
keselamatan tambahan untuk melindungi pekerja dan masyarakat, dari
dampak kecelakaan yang mungkin terjadi selama periode pengujian.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 51


BAB 3 Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai

Huruf b
Yang dimaksud dengan “beroperasi secara komersial” adalah beroperasi
pada daya penuh dengan disambungkan pada grid listrik dan berorientasi
untuk memperoleh keuntungan.

Secara implisit, peraturan tersebut menyatakan bahwa reaktor yang


dapat dibangun di Indonesia adalah reaktor yang paling tidak desainnya
telah diimplementasikan dalam wujud purwarupa dan/atau telah ada
reaktor yang dibangun dan mendapatkan lisensi operasi dari negara asal
reaktor tersebut.

3.2. Pertimbangan Lokasi

3.2.1. Pertimbangan kapasitas jaringan


Untuk menentukan besarnya daya PLTN yang akan dibangun pada
satu wilayah, maka perlu dipertimbangkan kapasitas terpasang jaringan
listrik di wilayah tersebut. Salah satu dasar dari pertimbangannya adalah
bahwa satu pembangkit listrik tidak boleh mendominasi suplai dari jaringan
yang ada pada wilayah tersebut. Hal ini untuk mengantisipasi apabila
PLTN tersebut untuk sementara harus di non-aktifkan guna keperluan
perawatan. Bila ada satu pembangkit yang dominan maka akan sulit
melakukan pengaturan pembagian beban kepada pembangkit-pembangkit
lain yang ada untuk menutup kekurangan listrik saat pembangkit dominan
tersebut tidak beroperasi. Analisis kapasitas terpasang di beberapa pulau
di Indonesia telah dilakukan sebagaimana pada referensi [66]. Nilainya
ditampilkan pada Gambar 23.

52 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai BAB 3

Gambar 23. Kapasitas terpasang jaringan listrik di beberapa wilayah


di Indonesia [66]

Pada Gambar 23 terlihat bahwa wilayah pulau Jawa dan Sumatra


memliki kapasitas jaringan listrik terpasang yang cukup tinggi (34,4 GWe
dan 9,3 GWe), sedangkan wilayah di luar itu, yakni Kalimantan, Sulawesi,
Papua serta pulau-pulau di Indonesia Timur lainnya memiliki kapasitas
jaringan yang masih rendah. Dari kondisi tersebut dapat di simpulkan
bahwa wilayah Jawa dan Sumatra cocok untuk desain PLTN berdaya
besar (>1000 MW) dan wilayah lainnya cocok untuk desain PLTN berdaya
kecil (< 300 MW) atau SMR. Pada daerah yang kapasitas terpasangnya
tinggi, dapat juga digunakan beberapa SMR yakni dengan membangunnya
beberapa unit dalam satu lokasi. Tentunya dengan melihat aspek kelayakan
ekonominya.

3.2.2. Pertimbangan Kerawanan Gempa.


Wilayah Indonesia menempati zona tektonik yang sangat aktif karena tiga
lempeng besar dunia dan sembilan lempeng kecil lainnya saling bertemu,
dan membentuk jalur-jalur pertemuan lempeng yang kompleks seperti
ditunjukkan pada Gambar 24 [67].

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 53


BAB 3 Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai

Gambar 24. Peta tektonik kepulauan Indonesia dan sekitarnya [68]

Keberadaan interaksi antar lempeng ini menempatkan wilayah


Indonesia sebagai wilayah yang sangat rawan terhadap gempa bumi [68,
69]. Tingginya aktivitas kegempaan ini terlihat dari hasil pencatatan dimana
dalam rentang waktu 1897-2009 terdapat lebih dari 14.000 kejadian gempa
dengan magnituda M > 5,0. Kejadian gempa-gempa utama (main shocks)
dalam rentang waktu tersebut dapat dilihat dalam Gambar 25. Dalam
kurun waktu 2003 sampai dengan 2009 telah tercatat berbagai aktifitas
gempa besar di Indonesia, yaitu Gempa Aceh disertai tsunami tahun 2004
(Mw = 9,2), Gempa Nias tahun 2005 (Mw = 8,7), Gempa Yogyakarta tahun
2006 (Mw = 6,3), Gempa Tasikmalaya tahun 2009 (Mw = 7,4) dan Gempa
Padang tahun 2009 (Mw = 7,6) [70]. Kejadian gempa utama dalam rentang
waktu tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber seperti, dari katalog
gempa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Nasional
Earthquake Information Center U.S.Geological Survey (NEIC-USGS),
beberapa katalog perorangan Abe, Abe dan Noguchi, serta Gutenberg &
Richter, dan katalog Centennial dimana merupakan kompilasi katalog Abe,
Abe & Noguchi, dan Newcomb & McCann [69].

54 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai BAB 3

Gambar 25. Data episenter gempa utama di Indonesia untuk magnitude, M>5,0
dalam rentang tahun 1900-2009 [70]

Dalam mengantisipasi bahaya gempa, pemerintah Indonesia telah


mempunyai standar peraturan perencanaan ketahanan gempa untuk
stuktur bangunan gedung yaitu SNI-03-1726-2002. Pencegahan kerusakan
akibat gerakan tanah dapat dilakukan melalui proses perencanaan dan
konstruksi yang baik dan dengan memperhitungkan suatu tingkat beban
gempa rencana. Sehingga dalam perencanaan infrastruktur tahan gempa
perlu diketahui rencana beban gempa yang dapat diperoleh berdasarkan
peta hazard gempa Indonesia. Indonesia pertama kali mempunyai peta
hazard gempa pada tahun 1983, yaitu dalam Peraturan Perencanaan
Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung (PPTI-UG1983) [69]. Peta gempa
ini membagi Indonesia menjadi enam zona gempa. Gambar 26 memberikan
informasi tentang tatanan tektonik dan sesar aktif yang digunakan untuk
perhitungan peta hazard gempa Indonesia.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 55


BAB 3 Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai

Gambar 26. Peta tektonik dan sesar aktif di Indonesia [69, 70]

Beberapa sesar aktif yang terkenal di Indonesia adalah sesar


Sumatra, sesar Cimandiri di Jawa barat, sesar Palu-Koro di Sulawesi, sesar
naik Flores, sesar naik Wetar, dan sesar geser Sorong. Keaktifan masing-
masing sesar ditandai dengan terjadinya gempa bumi. Gempa dangkal
(kedalaman 0-50 km) yang terjadi pada periode 1900-1995 dengan skala
Richter 5,5 atau lebih, membuktikan lokasi-lokasi daerah aktif gempa di
Indonesia. Prediksi gempa bumi yang mencakup luasan daerah, kisaran
waktu maupun kisaran skala sebagai Berdasarkan sejarah kekuatan
sumber gempa, aktifitas gempa bumi di Indonesia bisa dibagi dalam 6
daerah aktifitas [71].
1. Daerah sangat aktif dengan magnitudo lebih dari 8 mungkin terjadi di
daerah ini, yaitu di Halmahera, pantai utara Papua.
2. Daerah aktif dengan magnitudo 8 mungkin terjadi dan magnitudo
7 sering terjadi, yaitu di lepas pantai barat Sumatra, pantai selatan
Jawa, Nusa Tenggara, Banda.
3. Daerah lipatan dan retakan dengan magnitudo kurang dari 7 mungkin
terjadi, yaitu di pantai barat Sumatra, kepulauan Suna, Sulawesi
Tengah.
4. Daerah lipatan dengan atau tanpa retakan dengan magnitudo kurang

56 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai BAB 3

dari tujuh bisa terjadi, yaitu di Sumatra, Jawa bagian utara, Kalimatan
bagian timur.
5. Daerah gempa kecil dengan magnitudo kurang dari 5 jarang terjadi,
yaitu di daerah pantai timur Sumatra, Kalimantan Tengah.
6. Daerah stabil, tak ada catatan sejarah gempa, yaitu daerah pantai
selatan Papua, Kalimantan bagian barat.

Pembagian ini masih bersifat regional, dengan perkataan lain bahwa


untuk analisis resiko gempa pada suatu bangunan yang terletak pada
suatu tempat di satu kota, memerlukan analisa mikro yang memasukkan
beberapa unsur seperti lapisan tanah tempat bangunan, ketebalan lapisan,
respon tanah dan bangunan terhadap getaran [71].
PPTI-UG1983 diperbaharui pada tahun 2002 dengan keluarnya Tata
Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung SNI
03-1726-2002. Peraturan pengganti ini disusun dengan mengacu pada
UBC 1997. Peta gempa yang ada dalam SNI 2002 tersebut berupa peta
percepatan puncak atau Peak Ground Acceleration (PGA) di batuan dasar
(SB) untuk probabilitas terlampaui 10% dalam masa layan bangunan 50
tahun atau bersesuaian dengan perioda ulang gempa 500 tahun. Standar
perencanaan selalu diperbarui guna mengakomodir perkembangan iptek
dan data-data kejadian gempa terbaru.
Dengan adanya kejadian gempa-gempa besar seperti gempa
Aceh tahun 2004, maka sudah selayaknya peta gempa yang ada perlu
direvisi. Dalam upaya merevisi peta gempa Indonesia ini dan untuk
mengintegrasikan berbagai keilmuan terkait bidang kegempaan, maka
pada tahun 2009 di bawah koordinasi Kementerian Pekerjaan Umum
telah dibentuk Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010 [69, 70]. Dengan
menggunakan pendekatan probabilitas, Tim telah menghasilkan peta PGA
dan spektra percepatan untuk perioda pendek 0,2 detik (Ss) dan perioda
1,0 detik (S1) dengan kemungkinan terlampaui 10% dalam 50 tahun, 10%
dalam 100 tahun, dan 2% dalam 50 tahun atau yang mewakili tiga tingkat
potensi bahaya (hazard) gempa yaitu 500, 1000 dan 2500 tahun. Hasil
analisis dari masing-masing tingkat bahaya gempa ini ditampilkan dalam
bentuk kontur.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 57


BAB 3 Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai

Gambar 27. Peta percepatan puncak (PGA) di batuan dasar (SB) untuk
probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun [69]

Peta percepatan puncak (PGA) dalam bentuk kontur di batuan


dasar (SB) untuk perioda pendek (0,2 detik) dan perioda 1,0 detik dengan
kemungkinan terlampaui 10% dalam 50 tahun ditunjukkan pada Gambar
27, Gambar 28 dan Gambar 29. Peta Gempa Indonesia 2010 digunakan
sebagai acuan dasar perencanaan dan perancangan infrastruktur tahan
gempa, termasuk pengganti peta gempa yang ada di Standard Peraturan
Perencanaan Ketahanan Gempa Indonesia (SNI-03-1726-2002).

58 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai BAB 3

Gambar 28. Peta respon spektra percepatan 0,2 detik (SS) di batuan dasar (SB)
untuk probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun [69]

Gambar 29. Peta respon spektra percepatan 1,0 detik (S1) di batuan dasar (SB)
untuk probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun [69]

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 59


BAB 3 Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai

Dalam konteks pembangunan PLTN, kriteria penentuan lokasi tapak


PLTN telah diatur oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir sebagaimana
dituangkan dalam Perka BAPETEN antara lain:
• Nomor 5 Tahun 2015 tentang Evaluasi Tapak Instalasi Nuklir untuk
Aspek Kegunungapian [72].
• Nomor 6 Tahun 2014 tentang Evaluasi Tapak Instalasi Nuklir untuk
Aspek Meteorologi dan Hidrologi [73].
• Nomor 8 Tahun 2013 tentang Evaluasi Tapak Instalasi Nuklir untuk
Aspek Kegempaan [74].
• Nomor 4 Tahun 2008 tentang Evaluasi Tapak Reaktor Daya Untuk
Aspek Geoteknik Dan Pondasi Reaktor Daya [75].
• Nomor 5 Tahun 2007 tentang Ketentuan Keselamatan Evaluasi Tapak
Reaktor Nuklir [76].

Dari segi teknis, desain PLTN dapat disesuaikan kekuatannya atau


diberi fitur tambahan untuk menahan aspek ancaman eksternal dan alam
sebagaimana halnya gempa bumi. Namun demikian, hal tersebut tentu
akan menyebabkan biaya konstruksi/harga yang meningkat. Berdasarkan
dari uraian di atas, maka tidak semua lokasi di Indonesia cocok sebagai
lokasi PLTN. Secara umum, semakin jauh calon tapak PLTN dari lokasi
pertemuan lempeng (patahan), maka semakin stabil wilayah tersebut dan
semakin cocok untuk lokasi PLTN.

3.3. Teknologi PLTN Yang Sesuai


Dari ketentuan di atas, maka dilakukan seleksi terhadap beberapa
desain PLTN generasi baru yang ada, baik yang sudah beroperasi,
sedang dibangun, telah disertifikasi, maupun yang sedang dalam tahap
pengembangan desain. Dari berbagai pilihan yang ada, maka berdasarkan
referensi dari sumber-sumber yang telah diuraikan di atas, reaktor-reaktor
generasi baru pada Tabel 6 memenuhi dan/atau berpotensi memenuhi
kriteria PP No. 2 tahun 2014 pasal 6 ayat 4 dalam waktu dekat.

60 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai BAB 3

Reaktor-reaktor pada Tabel 6 tersebut merupakan reaktor yang


telah beroperasi atau setidaknya desainnya telah lengkap dan sedang
dalam tahap konstruksi sehingga dalam waktu dekat (kurang dari 5 tahun)
diperkirakan telah komisioning. Dari Tabel 6, terlihat bahwa terdapat 7
reaktor daya besar dan 3 reaktor daya kecil (SMR). Untuk SMR, ketiganya
merupakan desain baru yang inovatif dan masih dalam tahap konstruksi
sehingga perlu beberapa tahun lagi untuk memastikan kinerjanya. Namun
demikian, ketiga reaktor tersebut berpotensi untuk dapat memenuhi
peraturan pemerintah. Dalam jangka yang lebih panjang (5-10 tahun)
beberapa reaktor lainnya mungkin saja mendapat pesanan untuk dibangun,
mengingat reaktor tersebut telah selesai desainnya, namun secara bisnis
belum mendapat customer. Reaktor yang termasuk dalam kategori ini
ditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 6. Reaktor generasi baru yang memenuhi dan/atau berpotensi


memenuhi kriteria PP No. 2 tahun 2014 dalam waktu dekat

Nama reaktor Type Daya (MWe) Pemasok Status


AP1000 PWR 1100 Westinghouse, Konstruksi
Amerika
APR-1400 PWR 1400 KEPCO-KHNP, Operasi
Korea Selatan
VVER-1000 PWR 1000 OKB Gidropress, Operasi
AES-91/92 Rusia
Hualong One PWR 1000 CNNC, China Konstruksi
VVER-1200 PWR 1200 OKB Gidropress, Operasi
AES-2006 Rusia
EPR PWR 1650 AREVA, Perancis Konstruksi
ABWR BWR 1350 GE-Hitachi, Jepang Operasi
CAREM-25 PWR/SMR 25 CNEA, Argentina Konstruksi
KLT-40S PWR/SMR 35 OKBM Afrikantov, Konstruksi
Rusia
HTR-PM HTGR/SMR 200 HSNPC, China Konstruksi

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 61


BAB 3 Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai

Pada Tabel 7 terdapat empat reaktor daya besar, satu reaktor daya
menengah dan dua SMR yang telah selesai desainnya. Reaktor-reaktor
tersebut hanya akan dapat memenuhi persyaratan PP no. 2 tahun 2014
bila dalam waktu dekat mendapatkan pesanan (customer) dan segera
mulai dikonstruksi.

Tabel 7. Reaktor yang desainnya sudah siap namun belum ada


purwarupa

Nama reaktor Type Daya (MWe) Pemasok


ATMEA1 PWR 1100 MHI-AREVA
ESBWR BWR 1535 GE-Hitachi
APWR PWR 1700 Mitsubishi
Kerena BWR 1250 AREVA
ACR-1000 PHWR 1200 AECL
EC 6 PHWR 700 AECL
SMART PWR 100 KAERI
ACP100 PWR 100 CNNC

Deskripsi tentang reaktor-reaktor yang berpotensi memenuhi syarat


sebagaimana pada Tabel 6 adalah sebagai berikut.
AP1000 (Amerika Serikat)
Reaktor AP1000 (Advanced Passive 1000 MWe) merupakan PLTN
Generasi III+ tipe PWR yang didesain oleh Westinghouse, Amerika Serikat
dengan kapasitas pembangkitan daya listrik 1117 MWe (lihat Gambar 30).
Saat ini beberapa unit AP1000 sedang dibangun di China untuk rencana
operasi tahun 2018 [77] dan di Amerika Serikat untuk rencana operasi
tahun 2019 [78]. Pengembangan AP1000 adalah berbasis pada teknologi
PLTN AP600 dan teknologi PWR rancangan Westinghouse lainnya
yang telah teruji dengan pengalaman operasi lebih dari 35 tahun. Badan
regulasi Amerika serikat telah mengeluarkan Sertifikat Desain reaktor ini
yang mempertimbangkan ketahanan terhadap jatuhnya pesawat terbang

62 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai BAB 3

komersial besar berdasarkan peristiwa serangan 11 September 2001 di


Amerika Serikat. Secara formal badan regulasi nuklir Amerika Serikat telah
mensyaratkan seluruh desain baru reaktor untuk mempertimbangkan
hal tersebut sejak 17 Februari 2009 [79]. Inggris juga saat ini tengah
melakukan kajian terhadap reaktor ini di bawah proses Generic Design
Assessment (GDA), walaupun desain AP1000 telah memenuhi kriteria
EUR sejak tahun 2007. Penawaran untuk membangun AP1000 telah
diajukan kepada Kanada, Republik Czech, India, Lithuania, Polandia, Afrika
Selatan, dan Inggris [80]. Keunggulan AP1000 adalah desain keselamatan
yang menerapkan teknologi keselamatan pasif secara maksimal (yakni
mengusahakan semua sistem yang berhubungan dengan pendinginan
kondisi darurat sudah menggunakan sistem pasif seperti: PRHR, ADS,
PXS, ECCS, dan mengurangi kebutuhan sistem aktif) sehingga rancangan
sistemnya menjadi lebih sederhana dan dapat dibuat menjadi bentuk
modular dari beberapa sistem bantunya. Ciri utama teknologi keselamatan
pasif adalah menerapkan fenomena gaya alamiah sebagai penggerak
dari sistem seperti gas bertekanan (accumulator), aliran akibat gravitasi
(core makeup tank), aliran sirkulasi alami dan konveksi alamiah (sistem
pembuang kalor sisa secara pasif dan sistem pendinginan pengungkung
secara pasif). Teknologi untuk memitigasi kecelakaan parah juga disertakan
yang ditunjukkan dengan adanya sistem pendinginan dinding eksternal
bejana tekan secara pasif untuk menahan lelehan teras agar tetap di
dalam bejana tekan (dikenal dengan istilah in-vessel retention strategy).

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 63


BAB 3 Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai

Gambar 30. Sistem pembangkit uap nuklir dan desain pengungkung AP1000 [81]

APR-1400 (Korea Selatan)


APR-1400 (Advanced Power Reactor) merupakan model PLTN
Generasi III tipe PWR yang didesain oleh Korea Engineering Company
(KOPEC), Korea Selatan dengan kapasitas pembangkitan daya listrik
1455 MWe. Desain APR-1400 dikembangkan berdasarkan desain OPR-
1000 (Optimum Power Reactor 1000 MWe) dengan tambahan fitur desain
PLTN System 80+ buatan Combustion Engineering, Amerika Serikat [82].
Desain APR-1400 dimulai sejak 1992 dan memperoleh sertifikasi dari
Korea Institute of Nuclear Safety (KINS) pada tahun 2003. Aplikasi untuk
memperoleh sertifikasi desain dari US-NRC diajukan pada tahun 2014 dan
hingga kini sedang dalam proses kajian teknis berdasarkan persyaratan
keselamatan Amerika Serikat. Saat ini empat unit APR-1400 sedang
dibangun di Korea Selatan untuk rencana operasi tahun 2015 hingga
2018, ditambah dengan empat unit lainnya untuk rencana konstruksi
2014 dan 2017. Di luar Korea Selatan, 4 unit APR-1400 sedang dalam
tahap konstruksi di Uni Emirat Arab untuk pengoperasian mulai tahun
2017 hingga 2019 [83]. Fitur keselamatan teknis untuk mengantisipasi
kecelakaan kehilangan pendingin terdiri dari 4 jalur terpisah sistem
injeksi keselamatan yang bekerja secara aktif dan pasif untuk langsung

64 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai BAB 3

ke dalam bejana reaktor melalui pipa direct vessel injection (DVI). Sistem
injeksi air pendingin secara aktif akan mengambil air pendingin dengan
pompa tekanan tinggi dari in-containment refueling water storage tank
(IRWST), sementara injeksi pendingin secara pasif dilakukan melalui 4
safety injection tank (SIT). Teknologi untuk memitigasi kecelakaan parah
ditunjukkan dengan adanya sistem pendinginan bejana reaktor secara
eksternal dan sistem penggenangan ruang kosong di bawah bejana
reaktor untuk mendinginkan lelehan teras. Desain APR-1400 dapat dilihat
pada Gambar 31.

Gambar 31. Desain reaktor APR-1400 [83]

EPR (Eropa)
European Pressurized Reactor (EPR) merupakan PLTN hasil desain
bersama antara AREVA NP (Perancis) dan Siemens AG (Jerman) dengan
kapasitas daya pembangkitan listrik 1650 MWe (lihat Gambar 32) [84].
Desain EPR dikembangkan berdasarkan gabungan dua desain PLTN
tipe PWR yaitu N4 (Perancis) dan Konvoi (Jerman). Desain tersebut telah
ditetapkan memenuhi kriteria EUR sejak Desember 1999, dan juga telah
disetujui oleh Inggris dan Perancis pada 2004. Di Amerika Serikat, desain
EPR masih dalam tahapan sertifikasi desain oleh US-NRC. Saat ini empat
unit EPR sedang dalam proses konstruksi yaitu di Finlandia (Olkiluoto unit

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 65


BAB 3 Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai

3, rencana operasi 2018), di Perancis (Flamanville unit 3, rencana operasi


2017) [84], dan dua unit di China (Taishan Unit 1 dan 2, rencana operasi
2017 dan 2018 [85]). Fitur keselamatan teknis untuk mengantisipasi
kecelakaan kehilangan pendingin terdiri dari 4 jalur terpisah sistem injeksi
air pendingin yang bekerja secara aktif dan pasif untuk mengalirkan air
pendingin ke dalam bejana reaktor melalui pipa lengan dingin atau panas.
Sistem injeksi aktif menggunakan pompa tekanan tinggi dan tekanan
rendah untuk menarik air dari in-containment refueling water storage tank
(IRWST) yang berada di bawah bejana reaktor. Teknologi untuk memitigasi
kecelakaan parah ditunjukkan dengan adanya kompartemen penyebar
lelehan teras yang diperkuat dengan lapisan pelindung. Selain itu lelehan
teras yang mungkin terjadi dapat didinginkan melalui penggenangan air
pendingin dari IRWST. Desain pengungkung EPR dibuat dalam bentuk
beton ganda dengan tebal 2,6 m. Dinding dalam berupa beton pra-tekan
dan beton diperkuat untuk dinding luar.

Gambar 32. Desain reaktor EPR [84]

66 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai BAB 3

VVER1000 (Rusia)
VVER (Water-Water-Energetic-Reactor) adalah istilah PLTN tipe
PWR yang khusus dikembangkan oleh Rusia terutama oleh badan usaha
milik negera ROSATOM (melalui anak perusahaan OKB Gidropress).
Perbedaan utama antara VVER dan PWR (non-Rusia) antara lain [86]:
penggunaan pembangkit uap horizontal, teras berbentuk heksagonal,
dan perbedaan penggunaan material pada sistem primer dan sekunder.
Secara umum, desain VVER telah memenuhi semua standar keselamatan
yang ditetapkan secara internasional termasuk oleh US-NRC. VVER
mengklasifikasi desain reaktornya berdasarkan kelas daya yang
dihasilkan, dimana VVER1000 merupakan PLTN Generasi III dengan
kapasitas pembangkitan daya listrik 1060 MWe (Lihat Gambar 33). Desain
VVER1000 diawali dengan seri desain standar V-320 dan telah dibangun
sebanyak 23 unit di Rusia, Ukraina, Bulgaria dan Republik Ceko pada
kurun waktu 1985 - 2011. Berdasarkan desain tersebut, kemudian dibangun
seri V-428 (AES-91), V-412 dan V-466 (AES-92) dengan pembaruan
teknologi, perbaikan keekonomian, dan implementasi konsep kecelakaan
yang melampaui dasar desain melalui kombinasi sistem keselamatan aktif
dan pasif. Dua unit AES-92 telah beroperasi sejak tahun 2013 di tapak
Kundankulam India, sementara dua unit AES-91 telah beroperasi di China
sejak 2007 dan dua lainnya direncanakan beroperasi tahun 2018. AES-91
dibangun berdasarkan persyaratan operator Finlandia, sementara AES-
92 dibangun untuk memenuhi persyaratan EUR. Kedua desain VVER
memiliki desain pengungkung ganda dan dilengkapi dengan penampung
lelehan teras (core catcher).

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 67


BAB 3 Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai

Gambar 33. Desain PLTN VVER-1000 [86, 87]

VVER-1200
VVER-1200 (atau AES-2006) adalah desain VVER terbaru yang
memenuhi semua persyaratan keselamatan internasional untuk PLTN
Generasi III+ dengan kapasitas pembangkitan daya listrik daya 1198
MWe dan terdiri dari dua desain yaitu seri V-491 dan V-392B. Desain
VVER-1200/491 merupakan desain dengan sistem keselamatan aktif
dan sedang dibangun di tapak Leningrad II dan juga ditawarkan di luar
Rusia, sementara desain VVER-1200/392B menambahkan desain
sistem keselamatan pasif dan sedang dibangun di Novovoronezh II dan
Kaliningrad dan beberapa direncanakan dibangun di Nizhny Novgorod,
Russia. Selain itu, kemungkinan desain VVER-1200 adalah PLTN
pertama yang akan dibangun di tapak Ninh Thuan, Vietnam. Desain
VVER-1200 sudah mempertimbangkan kejadian di PLTN Fukushima Dai-

68 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai BAB 3

ichi, yaitu adanya pendinginan teras reaktor tanpa suplai listrik eksternal
jangka panjang, pembuangan kalor sisa teras jangka panjang, dan
proteksi integritas pengungkung pasca pelelehan teras. Teknologi untuk
memitigasi kecelakaan parah ditunjukkan dengan adanya perangkap
lelehan teras (corium trap) di bawah bejana reaktor berbentuk struktur
baja kerucut dengan berat 800 ton. Struktur tersebut berdinding ganda di
mana celahnya diisi dengan bahan ferritic dan aluminium oxide granuler
yang akan menetralisir lelehan teras. Desain pengungkung terdiri dari
dua lapis struktur yaitu bagian dalam berupa dinding beton bertulang pra-
tekan berlapis baja dan bagian luar berupa dinding beton yang diperkuat.
Ilustrasi desain VVER-1200 dapat dilihat pada Gambar 34.

Gambar 34. Desain PLTN VVER-1200 (AES-2006) [88]

ABWR (GE-Hitachi)
ABWR (Advanced Boiling Water Reactor) adalah PLTN tipe BWR
Generasi III dengan kapasitas pembangkitan daya listrik 1350 MWe (lihat
Gambar 35). Terdapat dua desain ABWR, yaitu yang dikembangkan oleh
GE-Hitachi dan Toshiba (EU-ABWR dan US-ABWR). Desain rinci ABWR
telah memenuhi kriteria EUR pada Desember 2001. Sertifikasi desain
telah diterima dari Amerika pada tahun 1997 dan aplikasi perpanjangan

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 69


BAB 3 Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai

sertifikasi telah dimasukkan sejak 2010. Selain telah dibangun 4 unit di


Jepang, beberapa unit telah ditawarkan kepada Finlandia, Uni Arab Emirat,
dan Inggris (kemungkinan membangun 2 atau 3 unit di tapak Oldbury dan
Wyfa, bila telah menerima Generic Design Approval [89]). Desain sistem
pendinginan teras darurat pada ABWR dibagi menjadi 3 divisi, dimana
setiap divisi terdiri dari pompa injeksi tekanan tinggi dan rendah, serta
kemampuan membuang kalor. Untuk menghadapi kemungkinan matinya
listrik eksternal secara total (station blackout), instalasi ABWR juga
dilengkapi dengan tiga genset darurat dan satu tambahan genset gas untuk
mendukung pendinginan teras dan pembuangan kalor sisa. Teknologi untuk
memitigasi kecelakaan parah ditunjukkan dengan adanya struktur beton
bertulang balsatic di bawah bejana reaktor untuk menampung lelehan
teras. Desain pengungkung ABWR terdiri dari bejana pengungkung primer
dan bangunan pengungkung sekunder. Bejana pengungkung primer
dibuat dari struktur beton bertulang dengan lapisan baja di bagian dalam,
sementara bangunan pengungkung sekunder dibangun menutupi bejana
pengungkung primer untuk memperkuat fungsinya.

Gambar 35. Desain PLTN ABWR (GE-Hitachi) [90]

70 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai BAB 3

Hualong One
Desain Hualong One merupakan penyatuan dari desain ACP-
1000 dan ACPR-1000 (lihat Gambar 36). ACP-1000 adalah PWR yang
dikembangkan oleh China National Nuclear Corporation (CNNC). Desain
ini merupakan versi 1000 MWe yang dikembangkan dari desain CNP-
1000 yang memiliki sistem primer 3 untai (dikembangkan dengan bantuan
vendor Westinghouse dan Framatome sejak tahun 1990an). Sedangkan
ACPR-1000 adalah PWR yang dikembangkan oleh China General
Nuclear Power Group (CGNPG) yang merupakan versi maju dengan
pengungkung ganda dari desain CPR-1000 (1086 MWe, berbasis desain
PWR di tapak Gravelines 5 dan 6 di Perancis). Dua unit ACPR-1000
sedang proses pembangunan sejak 2013 di tapak Yangjian 5 dan 6. Pada
awalnya dua unit ACP-1000 direncanakan dibangun di tapak Fuqing 5 dan
6, namun pada perkembangan selanjutnya CNNC dan CGNPG bekerja
sama untuk membangun PLTN Generasi III dengan mengkombinasikan
desain ACP-1000 dan ACPR-1000 yang diklaim memiliki hak intelektual
yang independen. PLTN tersebut diberi nama ACC-1000 / HPR1000
atau Hualong One dengan daya 1150 MWe, dimana desain terasnya
mengadopsi desain ACP-1000, umur reaktor 60 tahun, siklus bahan bakar
yang lebih lama (18 – 24 bulan), kombinasi sistem keselamatan aktif dan
pasif, dan desain pengungkung ganda. Diperkirakan desain ini yang akan
dibangun China di tapak Fuqing 5 dan 6, di tapak Fangjiashan 3 dan 4,
di tapak Karachi Nuclear Power Complex di Pakistan dan Argentina [91].

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 71


BAB 3 Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai

Gambar 36. Desain PLTN Hualong One (HPR1000)[92]

CAREM-25 (Argentina)
CAREM–25 (Central Argentina de Elementos Modulares) adalah
PWR jenis integral dimana seluruh komponen pembangkit uapnya berada
di dalam bejana reaktor dengan kapasitas daya termal 100 MWt dan daya
listrik netto 25 MWe (8 MWe dengan kogenerasi desalinasi air), yang
sesuai untuk daerah terpencil [93]. Konsep CAREM telah diperkenalkan
sejak 1984 oleh Argentina’s Comision Nacional de Energia Atomica
(CNEA), dan satu modul purwarupa CAREM-25 sedang dibangun di
Argentina berdekatan dengan tapak Atucha untuk rencana operasi
2019[94]. Modul tersebut ditujukan untuk menguji fitur inovatif di dalamnya
sehingga bisa ditingkatkan menjadi desain CAREM dengan kapasitas
daya listrik yang lebih besar yakni 150 - 300 MWe. Beberapa karakteristik
desain CAREM-25 adalah sistem pendingin primer terintegrasi,
mekanisme penggerak batang kendali hidraulik di dalam bejana, sistem
keselamatan pasif dan aliran pendingin secara sirkulasi alam. Sistem
keselamatan CAREM-25 terdiri dari dua sistem proteksi reaktor, dua
sistem pemadam reaktor, sistem pembuang kalor sisa secara pasif, sistem
injeksi tekanan rendah, sistem depresurisasi, dan pressure suppresion

72 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai BAB 3

containment. Dengan mengadopsi sistem pendinginan primer terintegrasi,


kemungkinan kecelakaan yang dipostulasikan terjadi pada tipe PWR
seperti kecelakaan kehilangan pendingin ukuran besar dapat diabaikan.
Selain itu tidak diperlukan daya listrik eksternal atau tindakan operator
untuk memitigasi kecelakaan terpostulasi selama 36 jam (grace period).
Desain pengungkung CAREM-25 terdiri dari bejana pengungkung silindris
yang dibuat dari dinding beton bertulang eksternal dengan tebal 1,2 m
dengan lapisan baja di bagian dalam. CNEA mengklaim bahwa CAREM
adalah desain yang sudah siap dan dapat dioperasikan dalam waktu 10
tahun untuk kemudian ditingkatkan skalanya di masa mendatang. Desain
reaktor CAREM dapat dilihat pada Gambar 37.

Gambar 37. Desain PLTN CAREM-25 [95]

HTR-PM (China)
HTR-PM (High Temperature Gas Cooled Reactor – Pebble Bed
Module) merupakan reaktor China yang desain rincinya dikembangkan
oleh Tsinghua University’s Institute of Nuclear and New Energy Technology
(INET) dan merupakan versi komersial dari reaktor eksperimental HTR-
10 [96]. Reaktor didesain menggunakan grafit sebagai moderator dan
gas helium sebagai pendingin. Kapasitas daya listrik yang dihasilkan

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 73


BAB 3 Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai

sebesar 210 MWe dengan efisiensi sekitar 40%. Desain HTR-PM terdiri
atas 2 (dua) jenis. Yang pertama berupa 1 (unit) reaktor dengan daya
458 MWt, sedangkan yang terbaru berupa 2 (unit) reaktor yang masing-
masing berdaya 250 MWt. Desain yang terbaru sedang dibangun di tapak
Shidaowan, China untuk rencana operasi produksi listrik pada tahun 2018
[96, 97].

Gambar 38. Desain PLTN HTR-PM [96, 98]

Setiap unit reaktor dihubungkan ke pembangkit uap helikal satu


aliran (once through) untuk menghasilkan uap panas lanjut (superheated
steam) dan mengalir melalui katup pengatur menuju satu turbin. Bejana
reaktor berisi 420.000 elemen bakar TRISO dengan pengkayaan 8,9%.
Desain dari reaktor ini mempunyai kerapatan daya 10 kali lebih rendah dari
reaktor berjenis reaktor air ringan, sehingga memiliki sifat keselamatan
yang melekat (inherent safety) lebih tinggi. Kalor sisa akan dibuang secara
pasif dari teras melalui mekanisme alamiah, seperti konduksi atau radiasi,
yang akan menjaga temperatur bahan bakar berada di bawah 1620°C saat
terjadi kecelakaan. Hal ini meniadakan kemungkinan terjadinya pelelehan

74 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai BAB 3

teras dan pelepasan produk fisi ke lingkungan sehingga tidak memerlukan


sistem pendinginan teras darurat dalam desainnya. Fitur keselamatan
aktifnya adalah berupa insersi batang kendali untuk pemadaman reaktor,
dan penghentian operasi turbin. Reaktor HTR-PM dapat beroperasi secara
terus menerus karena pemuatan bahan bakarnya dilakukan secara online
(on-power refuelling). Pembangunan jenis reaktor pebble bed sebagaimana
HTR-PM perlu mempertimbangkan aspek gempa secara seksama. Studi
yang dilakukan di fasilitas SAMSON, Jülich, Jerman menunjukkan bahwa
akan terjadi pemadatan (compaction) pada bagian teras saat terjadi
goncangan sehingga dapat memberikan dampak perubahan reaktivitas
[99]. Desain reaktor HTR-PM ditampilkan pada Gambar 38.

KLT-40S (Rusia) [100]


KLT-40S adalah reaktor jenis PWR yang didesain untuk menghasilkan
kapasitas daya 35 MW listrik per modul. Masa konstruksinya sangat
pendek yaitu 4 tahun. Pemeliharaan dan penggantian bahan bakar
dapat dilakukan di Rusia. Unit daya terapungnya (Floating Power Unit,
FPU) memerlukan daerah perairan terlindungi berkedalaman air 12-15 m
dengan luas sekitar 30.000 m2. PLTN kapal terapung KLT-40S ini memiliki
kapabilitas kogenerasi dimana dapat menyediakan panas dan daya listrik
yang handal bagi konsumen (penduduk) terisolasi dan terpencil dan dapat
digunakan untuk mendesalinasi air laut atau sebagai pembangkit daya
untuk anjungan produksi minyak di laut.
Reaktor ini mempunyai desain modular dengan teras reaktor, steam
generator (SG) dan pompa sirkulasi utama yang terhubung dengan nozel
pendek. Reaktor mempunyai 4 sistem untai pendingin dengan sirkulasi
paksa, SG bertipe once through dan sistem keselamatan pasif. Jalur uap
keluar dari SG melewati bejana melalui katup katup tertentu dan akhirnya
ke ruang turbin untuk menghasilkan listrik.
KLT-40S didesain dengan solusi keselamatan yang teruji, antara
lain struktur unit SG yang kompak, pemicu pemadaman darurat reaktor
yang bervariasi, sistem pembuang panas darurat, eliminasi kekurangan-
kekurangan yang ada berdasarkan pengalaman operasi reaktor prototipe,
serta program komputer dan prosedur perhitungan yang tersertifikasi.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 75


BAB 3 Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai

Sebagai tambahan, terpasang pula penghalang radiasi di FPU


untuk mencegah pelepasan radioaktif karena kecelakaan, yang bersifat
aktif dan pasif. Sistem keselamatan aktif dan pasif adalah untuk
pemadaman reaktor, pembuangan panas darurat, pendinginan teras
darurat dan pengungkungan hasil radioaktif. Sistem keselamatan KLT-
40S mempertimbangkan pencegahan kecelakaan dan sistem mitigasi,
sistem penghalang radiasi dan manajemen kedaruratan dalam melindungi
personil, penduduk dan lingkungan.
Penggunaan bahan bakarnya sangat efisien yang dilakukan dengan
cara memperbaiki siklus bahan bakar, pemrosesan ulang bahan bakar
bekas, dan peningkatan fraksi bakar dengan penggunaan bahan bakar
dispersi (yakni keramik terdispersi dalam matrik inert) yang membuatnya
lebih ketat terhadap aktivitas prolifesi nuklir [100]
Penggantian bahan bakar dapat dilakukan setelah beroperasi selama
3-4 tahun. Tingkat perkayaan bahan bakarnya kurang dari 20% dimana
masih memenuhi syarat non-profilerasi. Saat ini pembangunan FPU
pertama sedang berlangsung dan diharapkan menghasilkan listrik pada
tahun 2019 [101]. Modul reaktor KLT40S dapat dilihat pada Gambar 39.

76 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Basis Pemilihan dan Teknologi PLTN yang Sesuai BAB 3

Gambar 39. Modul reaktor KLT-40S[102]

Dari reaktor-reaktor yang sudah dibahas di atas, maka AP1000,


APR1400, VVER1000, VVER-1200, Hualong One, ABWR, cocok untuk
dibangun di Jawa dan Sumatra sedangkan reaktor HTR-PM, CAREM
dan KLT-40 sebaiknya untuk wilayah Indonesia bagian Tengah dan
Timur. Khusus untuk KLT-40 harus dipertimbangkan aspek tsunami dalam
penentuan lokasinya.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 77


PEMERINGKATAN
BAB 4 TEKNOLOGI PLTN

4.1. Kriteria Penilaian


IAEA melalui dokumennya ‘Nuclear Energy Series, No. NP-T-
1.10’ memberikan petunjuk bagaimana melakukan penilaian terhadap
berbagai pilihan desain reaktor yang ada kepada negara-negara anggota
yang berniat untuk memanfaatkaan nuklir dalam memenuhi kebutuhan
energinya. Dalam dokumen tersebut, dijabarkan kriteria-kriteria spesifik
dari tiap aspek teknologi yang disarankan untuk dipertimbangkan. Di
dalam masing-masing aspek, terdapat kriteria-kriteria maupun subkriteria
yang jumlah total nya mencapai lebih dari 300. Masing-masing kriteria
dapat memiliki faktor bobot yang berbeda sesuai dengan kepentingan
nasional masing-masing negara. Secara umum aspek-aspek dimaksud
terbagi dalam kelompok sebagai berikut [103]:
1) Pertimbangan spesifik tapak
Parameter spesifik tapak akan mempengaruhi desain. Berdasarkan
kepentingannya, parameter ini mempunyai nilai faktor yang tinggi.
Lingkup yang dipertimbangkan di dalamnya antara lain ekologi dan
lingkungan, temperatur, kejadian eksternal, rencana pengembangan
dan lain lain. Kajian dari parameter ini untuk menjamin bahwa
teknologi serta karakteristik dan konfigurasi yang diusulkan sesuai
dengan karakateristik tapak yang ada.
2) Integrasi jaringan
Parameter ini untuk menggambarkan antarmuka (interface) antara
desain PLTN dan sistem jaringan pada saat operasi baik kondisi normal
maupun abnormal, kondisi anomali di jaringan serta kombinasinya.
Dari tingkat kepentingannya, parameter ini mempunyai nilai faktor
yang tinggi. Hal ini karena fitur yang unik dan rumit dari pengelolaan

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 79


BAB 3 Pemeringkatan Teknologi PLTN

antarmuka jaringan bisa mempengaruhi keselamatan, ekonomi dan


kendalaan operasi fasilitas. Lingkup yang dipertimbangkan dalam
parameter ini adalah:
• Kestabilan jaringan, ukuran, kapasitas yang ada saat ini dan
pengembangannya, koneksi pembangkit dengan jaringan;
• Pengoperasian pembangkit pada kondisi jaringan normal,
terganggu dan terisolasi;
• Persyaratan atau kebutuhan daya dari luar (off-site) untuk PLTN;
• Kemampuan pembangkit memenuhi kebutuhan daya internal;
• Keterbatasan jaringan terhadap pembangkit;
• Kemampuan pemutus jaringan pada kondisi padam (blackout).
Kajian dilakukan untuk menjamin keselamatan dan keandalan
operasi baik untuk kondisi normal, abnormal, kecelakaan maupun
kondisi kecelakaan parah.
3) Keselamatan instalasi nuklir
Keselamatan nuklir ditujukan untuk mencapai kondisi pengoperasian
yang layak, mencegah kecelakaan atau memitigasi konsekuensi
kecelakaan, sehingga perlindungan terhadap personil, masyarakat
dan lingkungan dari bahaya radiasi dapat terpenuhi. Dari tingkat
kepentingannya, parameter ini mempunyai nilai faktor yang
tinggi [103]. Kajian dilakukan untuk memeriksa item-item penting
dan fitur yang membedakan keselamatannya dari desain yang
berbeda. Hal tersebut tergantung dari lingkup desain reaktor yang
dipertimbangkan. Keselamatan nuklir merupakan tujuan kebijakan,
maka perlu melakukan evaluasi sehingga pendekatan dan hasilnya
dapat dijelaskan secara jelas pada pembuat kebijakan. Evaluasi
meliputi sistem instalasi, program dan prosedur kedaruratan dan
respon kecelakaan parah untuk instalasi dan lingkungan sekitarnya.
4) Karakteristik dan kinerja teknis
Karakteristik dan kinerja teknis terdiri atas 10 (sepuluh) aspek yaitu:
• Ukuran unit (PLTN)

80 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Pemeringkatan Teknologi PLTN BAB 4

• Umur instalasi
• Teknologi yang telah teruji
• Standarisasi
• Simplifikasi
• Kemudahan konstruksi
• Kemampuan operasi, inspeksi, perawatan dan keandalan
• Faktor ketersediaan dan faktor kapasitas
• Kemampuan manuver
• Evaluasi sistem utama dan komponen
5) Kinerja bahan bakar nuklir dan siklus bahan bakar
Parameter ini ditujukan untuk menentukan semua operasi yang
terkait dengan produksi energi nuklir, termasuk didalamnya
pertambangan dan pengolahan bahan nuklir (uranium atau thorium),
pengkayaan uranium, fabrikasi bahan bakar nuklir, operasi reaktor
nuklir (termasuk reaktor riset), pengolahan ulang bahan bakar bekas,
semua kegiatan pengelolaan limbah (termasuk dekomisioning)
yang berkaitan dengan operasi terkait dengan produksi energi nuklir
dan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait. Tingkat faktor
kepentingan dari parameter ini termasuk menengah [103]. Kajian
dilakukan untuk tujuan mengevaluasi ketersediaan pasokan bahan
bakar, pengalaman teknologi dalam bahan bakar (fabrikasi, kinerja
dan panjang siklus) serta dukungan yang berkaitan dengan bahan
bakar bekas.
6) Proteksi radiasi
Parameter ini untuk menunjukkan perlindungan terhadap masyarakat
dari efek paparan radiasi pengion, serta cara untuk mencapai hal
tersebut. Tingkat faktor kepentingan dari parameter ini termasuk
menengah [103]. Kajian dilakukan untuk memeriksa dengan seksama
evaluasi dosis dengan tujuan untuk memvalidasi hasil dibandingkan
dengan pengalaman aktual dari program proteksi radiasi dan paparan
personil.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 81


BAB 3 Pemeringkatan Teknologi PLTN

7) Pengaruh lingkungan
Faktor ini adalah mengenai dampak yang ditimbulkan oleh
pengoperasian PLTN selama masa operasinya terhadap lingkungan
sekitar. Tingkat kepentingan dari kriteria ini terdiri dari sejauh mana
penggunaan air tawar berpengaruh terhadap kehidupan flora dan
fauna, dampak berdirinya bangunan PLTN terhadap lahan alami dan
tanah basah, pelepasan radionuklida ke lingkungan, dampaknya
terhadap industri lokal dan ekonomi sekitar, dan dampaknya terhadap
situs arkeologi.
8) Keamanan instalasi dan tapak
Faktor ini menunjukkan sejauh mana desain PLTN dapat mencegah,
mendeteksi, dan merespon tindakan pencurian, sabotase, akses
tidak sah, pemindahan secara ilegal, atau tindakan mencurigakan
lainnya terkait bahan nuklir, zat radioaktif atau fasilitas sejenis.
Tingkat kepentingan dari kriteria ini secara umum termasuk rendah
[103] karena sudah menjadi tanggung jawab dari otoritas keamanan/
negara dimana lokasi PLTN tersebut berada. Elemen keamanan
antara lain rencana keamanan, sistem kendali akses instalasi yang
terintegrasi, keragaman dan redundansi fasilitas keamanan, sistem
komunikasi keamanan, dan bangunan akses keamanan dan fasilitas
keamanan terkait untuk menghadapi ancaman keamanan.
9) Lingkup tanggung jawab pemilik
Faktor ini menunjukkan apakah tanggung jawab pemilik atau operator
PLTN sudah didefinisikan dengan jelas dalam hal kewajiban dan
kesempatan untuk menjamin keberlangsungan dan penyelesaian
fasilitas. Termasuk di sini adalah persyaratan pemilik/operator dalam
hal desain, konstruksi, dan pengujian awal operasi PLTN. Kriteria ini
melihat sejauh mana keterlibatan pemilik telah ditetapkan termasuk
tingkat keterlibatan pemilik/operator secara umum, tanggung jawab
pemilik/operator terkait infrastruktur tapak, tanggung jawab pemilik
terhadap balance of plant (BOP), siapa yang menyediakan fasilitas
simulator dan pelatihan, dan tanggung jawab mengenai pelaksanaan
konstruksi dan pengujian awal operasi.

82 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Pemeringkatan Teknologi PLTN BAB 4

10) Isu-isu mengenai pemilik teknologi dan pemasoknya


Aspek ini adalah tentang hubungan antara pemilik teknologi dan
pemasoknya, termasuk kemampuan dan riwayat pemasok, berapa
lama mereka telah berhubungan, dan isu-isu lainnya mengenai
kualitas dan ketepatan waktu berdasarkan data saat ini atau
catatan pengalaman yang ada. Tingkat kepentingan dari kriteria ini
termasuk tinggi karena berhubungan dengan kemampuan pemilik
teknologi untuk menyelesaikan instalasi sesuai kesepakatan desain.
Beberapa hal yang dilihat antara lain sejauh mana tanggung jawab
pemilik teknologi dalam hal pasokan, program kualitas, hubungan
dengan subkontraktor, dan penunjukan personil kunci; bagaimana
status pemilik teknologi reaktor, apakah hanya sebagai kontraktor,
konsorsium dengan pembuat turbin, atau konsorsium model lainnya;
dan model kontrak yang ditawarkan kepada pemilik teknologi, apakah
turnkey, supply package, build-own-operate, build-operate-transfer,
dll.
11) Kemampuan menyelesaikan proyek sesuai jadwal
Kemampuan pemilik teknologi untuk menyelesaikan semua
aspek proyek termasuk desain, konstruksi, dan operasi sesuai
jadwal dan harga yang disepakati. Tingkat kepentingan kriteria ini
adalah menengah dan terdiri dari jadwal pengadaan barang yang
membutuhkan waktu lama, jadwal penyiapan tapak, dampak kondisi
lokal seperti peraturan mengenai buruh, cuaca atau infrastruktur
transportasi, jadwal proyek terintegrasi seperti enjinering, pengadaan,
konstruksi, dan start-up.
12) Transfer teknologi dan dukungan teknis
Aspek ini menggambarkan sejauh mana transfer teknologi dari
beberapa fitur desain, konstruksi, dan persyaratan operasi fasilitas
dapat diwujudkan. Selain itu, aspek ini juga terkait dengan apakah
dukungan teknis cukup tersedia dari operator instalasi yang sepadan
termasuk dari grup industri yang memungkinkan kerjasama instalasi
atau membagi pengalaman operasi. Tingkat kepentingan dari kriteria

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 83


BAB 3 Pemeringkatan Teknologi PLTN

ini termasuk tinggi karena transfer teknologi bisa berkaitan dengan


kebijakan nasional negara anggota IAEA, sementara dukungan
teknis akan menentukan keberlangsungan pengoperasian instalasi
untuk jangka panjang.
13) Keekonomian
Aspek ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan biaya pembangkitan
(levelized cost), biaya modal, biaya operasi dan perawatan,
biaya bahan bakar, dan biaya dekomisioning dari PLTN. Tingkat
kepentingannya termasuk tinggi karena berhubungan langsung
dengan kelayakan ekonomi dari pembangkitan listrik [103].

4.2. Pembobotan Kriteria


Sebagian besar kriteria pada aspek yang ada tersebut memerlukan
investigasi dokumen dan klarifikasi kepada pendesain reaktor. Biasanya
hal tersebut akan dapat dilakukan saat proses tender/pengadaan sedang
berlangsung, di mana hubungan yang resmi antara calon pemasok dan calon
pengguna PLTN telah terjalin. Mengingat bahwa pada saat ini tahap tender
belum dilakukan, maka pertimbangan pemilihan reaktor yang dilakukan
pada dokumen ini lebih disederhanakan. Indonesia telah menyusun
dokumen URD (User Requirement Document) dan CUC (Common User
Considerations) yang isinya banyak mengadopsi dokumen EUR (European
Utility Requirement). Dengan tetap mempertimbangkan dokumen tersebut,
Tim Penyusun memutuskan bahwa aspek yang dijadikan dasar serta
pembobotannya adalah sebagaimana terdapat pada Tabel 8. Kriteria di
bawah ini merupakan ekstraksi dari pengelompokan di atas yang menurut
Tim sangat relevan dengan kondisi Indonesia. Aspek teknis terkait dengan
reaktor yang sedang dipertimbangkan ditampilkan pada Tabel 9. Pada
kriteria ini, Tim Penyusun menempatkan faktor-faktor keselamatan teknis,
strategi penanganan kecelakaan parah dan kemudahan akses teknologi
menjadi faktor yang terpenting sehingga memiliki bobot tertinggi, yakni
15%. Sementara itu status lisensi, safeguardability dan jumlah unit yang
telah dibangun menjadi faktor yang relatif kurang menjadi prioritas dalam

84 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Pemeringkatan Teknologi PLTN BAB 4

memilih jenis reaktor, sehingga hanya memiliki bobot 5%. Faktor sisanya,
yakni desain CDF, teknologi pengungkung, lama pembangunan, refueling
time dan faktor kapasitas, memiliki tingkat kepentingan menengah dengan
bobot 10%.

Tabel 8. Kriteria penilaian dan faktor bobotnya

Nomer Kriteria Bobot (%)


1 Fitur keselamatan teknis (aktif, pasif, semi pasif, 15
redundansi, diversity)
2 Desain frekwensi kerusakan teras (CDF) 10
3 Strategi kecelakaan parah (core catcher, invessel 15
core retention, passive hydrogen recombiner)
4 Teknologi pengungkung (single, double) 10
5 Lama pembangunan (modularity) 10
6 Kemudahan akses teknologi 15
7 Status lisensi (operation, construction) 5
8 Safeguard – ability 5
9 Waktu refueling/maintenance dan faktor kapasitas 10
10 Jumlah yang sudah dibangun 5






Teknologi PLTN Untuk Indonesia 85


Tabel 9. Ringkasan data teknis reaktor yang dipertimbangkan

86
Fitur AP1000 APR1400 VVER-1000 AES-91 Hualong one VVER-1200 AES- EPR ABWR CAREM 25 KLT-40S HTR-PM
AES-92 2006
BAB 3

Sistem Pasif secara penuh Semi sistem pasif Kombinasi sistem Kombinasi sistem Kombinasi sistem Semi sistem pasif Semi sistem pasif Pasif secara penuh Semi sistem pasif Inherent dan pasif
keselamatan teknis pasif dan aktif. pasif dan aktif Pasif dan aktif secara penuh.
Redundansi and 2 train, dengan 4 train, dengan 4 train, dengan 3 train, dengan 4 train, dengan 4 train, dengan 3 train, dengan 2 train, dengan 2 train, dengan Tidak ada sistem
diversity sistem keragaman sistem keragaman sistem keragaman sistem keragaman sistem keragaman sistem keragaman sistem keragaman sistem keragaman sistem keragam-an sistem injeksi keselamatan
keselamatan kerja ataupun kerja ataupun kerja ataupun kerja ataupun kerja ataupun kerja ataupun kerja ataupun kerja ataupun kerja ataupun
sumber pendingin sumber pendingin sumber pendingin sumber pendingin. sumber pendingin sumber pendingin sumber pendingin sumber pendingin sumber pendingin
Desain frekwensi 5 x10-7 per tahun 10-5 per tahun 1 x10-7 per tahun < 10-6 per tahun 10-6 per tahun 6.1 x 10−7 per tahun 1,6 x 10-7 per tahun 10-7 per tahun ≤ 10-7 per tahun 0
kerusakan teras reaktor reaktor reaktor reaktor reaktor reaktor reaktor reaktor reaktor
(CDF design)
Strategi kecelakaan In vessel corium Spreading core crucible-type core In vessel corium Core catcher / core Core catcher (core Sistem In vessel corium In vessel corium Tidak ada pelelehan
parah retention, battery catcher with catcher, retention melt pot melt speading penggenangan retention retention teras.
powered hydrogen convoluted vent path compartment). drywell secara pasif Passive cavity
igniters & passive Hidrogen (Fusible Valve) cooling system.
hydrogen recombiners. Menampung debris
recombiners. pada bagian bawah
drywell (Basaltic
Concrete )
Sump cover
Teknologi Double contain- Single large volume Single containment Double Shell Double containment Double contain- Single Containment Single containment Steel leak-tight Tidak ada
Pengungkung ment. Bagian containment with with containment with with passive ment, tahan dengan Pressure with Pressure containment pengungkung, hanya
Pemeringkatan Teknologi PLTN

luarnya beton dan. steel lined interior. steam sup-pression passive containment cooling serangan pesawat suppression pool suppression pool confinement
Bagian dalamnya system) containment cooling and . active spray militer (RCCV)
metal dengan and active spray system

Teknologi PLTN Untuk Indonesia


kemampuan system
pendinginan secara
pasif.
Lama 5 – 6 tahun <5 tahun 5 – 8 tahun 62 bulan 54 bulan 5 tahun 48 bulan ~36 bulan 48-60 bulan 5 tahun
pembangunan
Kemudahan akses Informasi tersedia, Informasi, tersedia, Informasi mudah Informasi sangat Informasi terbatas Informasi terbatas Informasi terbatas, Informasi terbatas Informasi Sangat Informasi Sangat
teknologi mudah diakses dan mudah diakses dan diakses dan terbatas. memiliki simulator terbatas terbatas. Memiliki
dipahami. dipahami. Memiliki dipahami, memiliki untuk pelatihan simulator untuk
Pengalaman simulator simulator operator. pelatihan simulator
pembangunan di
China menunjukkan
bahwa transfer of
technology terjadi.
Status Reaktor Konstruksi Operasi Operasi Konstruksi Konstruksi Konstruksi Operasi Konstruksi Konstruksi Konstruksi
Safeguard –ability Sesuai kriteria IAEA. Sesuai kriteria IAEA. Sesuai kriteria IAEA. Sesuai kriteria IAEA. Sesuai kriteria IAEA. Sesuai kriteria IAEA. Sesuai kriteria IAEA. Sesuai kriteria IAEA. Perlu kajian Sesuai kriteria IAEA.
Dapat diinspeksi. Dapat diinspeksi Dapat diinspeksi Dapat diinspeksi Dapat diinspeksi Dapat diinspeksi Dapat diinspeksi Dapat diinspeksi /pertimbangan lebih Dapat diinspeksi
lanjut.
Waktu Siklus 18 Bulan, 93% 18 Bulan, 90% 12 - 24 bulan, 18 bulan, 18 Bulan 12 - 24 bulan 18 - 24 bulan, >87 % 24 bulan, 30-36 bulan, Penggantian secara
Refueling 92 % >90 % >90 % >90% >90 % kontinyu
/maintenance dan
faktor kapasitas
Jumlah yang sudah 4 unit 8 unit 31 unit 2 unit 6 unit 3 unit 7 unit 1 unit 1 unit (2 modul) 1 unit (2 modul)
/ sedang dibangun
Pemeringkatan Teknologi PLTN BAB 4

4.3. Perhitungan Penilaian


Berdasarkan kriteria di atas, maka disusunlah matrik untuk menilai
skor relatif pada masing-masing model reaktor yang dinilai. Metode yang
dipakai adalah Simple Multi Attribute Rating Technique yang merupakan
turunan dari Multi Attribute Utility Theory (MAUT) [104]. Dalam penilaian
ini, skor berada dalam rentang antara 1 - 5, di mana angka yang lebih
tinggi menunjukkan keadaan yang lebih baik. Dari berbagai sumber dan
data yang didapat pada public domain (informasi umum), hasil pemberian
skor ditampilkan pada Tabel 10 dan Tabel 11. Dalam hal ini Tim hanya
membuat penilaian pada reaktor Generasi III atau yang lebih baru. Untuk
reaktor generasi II, meskipun masih ada yang sedang dikonstruksi, karena
pertimbangan aspek teknologi maka tidak disertakan.

Tabel 10. Pemberian skor reaktor daya besar generasi III/III+

Nomer AP APR VVER-1000 Hualong VVER-1200 EPR ABWR


Kriteria 1000 1400 AES-91 one AES-2006
AES-92
1 5 4 4 4 5 3 3
2 5 4 3 4 5 5 5
3 5 4 4 4 4 4 4
4 5 3 4 5 5 4 3
5 5 5 5 5 5 5 5
6 5 4 4 4 4 5 4
7 4 4 5 4 4 4 5
8 5 5 5 5 5 5 5
9 5 4 4 4 4 5 5
10 5 5 4 4 3 3 3
Rata-rata 4,85 4,20 4,10 4,25 4,45 4,30 4,10
terbobot

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 87


BAB 3 Pemeringkatan Teknologi PLTN

Tabel 11. Pemberian skor reaktor daya jenis SMR

Nomer Kriteria CAREM 25 KLT-40S HTR-PM


1 5 4 5
2 4 5 5
3 5 5 5
4 4 3 4
5 5 4 4
6 4 4 4
7 4 4 4
8 5 3 5
9 4 5 5
10 3 4 4
Rata-rata terbobot 4,4 4,2 4,5

Tabel 10 dan Tabel 11 berisi nilai dari skor untuk masing masing
reaktor yang penilaiannya diberikan dengan pendekatan expert judgement.
Pada saat pemberian skor, masing-masing anggota Tim Penulis memberi
penilaian pada kriteria/aspek yang telah ditentukan berdasarkan
pandangannya terhadap desain reaktor tersebut. Mayoritas anggota Tim
Penulis adalah para peneliti di bidang teknologi dan keselamatan reaktor
yang telah berkecimpung dalam bidangnya selama lebih dari 15 tahun.
Keahlian tim dapat dilihat pada biografi penulis. Pada bagian bawah
tabel, nilai skor dijumlahkan setelah memperhitungkan faktor bobotnya
sebagaimana pada Tabel 10 dan 11.

88 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


BAB 5 REKOMENDASI

D engan mengacu pada PP No. 2 Tahun 2014 Pasal 6 ayat 4, maka telah
dilakukan kajian pada sejumlah PLTN yang sudah beroperasi, yang
sedang dibangun, yang telah disertifikasi atau yang sedang dalam tahap
pengembangan desain untuk memperoleh jenis PLTN yang potensial
dapat dibangun dan dioperasikan di Indonesia. Kajian ini dilakukan dengan
menggunakan data dan informasi yang sudah dipublikasi baik dalam
bentuk buku dan jurnal ilmiah serta dokumentasi IAEA. Jenis reaktor
yang dikaji hanya terbatas pada reaktor Generasi III atau yang lebih baru.
Sementara untuk reaktor generasi II, meskipun ada negara masih sedang
membangun, karena pertimbangan aspek teknologi maka tidak disertakan
pada kajian ini.
Kriteria yang dipakai untuk mengkaji PLTN yang berpotensi untuk
dibangun di Indonesia diambil dari dokumen IAEA No.NP-T-1.10. Dokumen
ini menyebutkan lebih dari 300 kriteria yang dapat dipakai untuk mengkaji
PLTN. Dengan melihat kondisi kebutuhan di Indonesia maka ditetapkanlah
10 kriteria pemilihan dengan variasi bobot 5%, 10% dan 15%. Adapun
kriteria dengan bobot terbesar (15%) adalah fitur keselamatan teknis,
strategi kecelakaan parah dan kemudahan akses teknologi. Sementara itu,
besar CDF, tipe pengungkung, lama pembangunan dan waktu refueling/
maintenance serta faktor kapasitas diberi bobot 10%. Kriteria dengan
bobot terkecil yaitu 5% diberikan pada status lisensi, safeguard – ability
dan jumlah unit yang sudah dibangun.
Dengan memberikan skor berskala 1 sampai dengan 5 pada setiap
kriteria dari tipe PLTN yang potensial, maka diperoleh urutan PLTN yang
dapat direkomendasikan untuk dibangun dalam waktu dekat di Indonesia.
Berdasarkan skor terbobot sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya,

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 89


BAB 5 Rekomendasi

kami merekomendasikan pilihan reaktor mengikuti urutan total dari nilai


yang didapat. Adapun urutan reaktor daya besar tersebut adalah:
1. AP1000,
2. VVER-1200 AES-2006,
3. EPR,
4. Hualong One,
5. APR 1400,
6. VVER-1000 AES-91/92 dan ABWR.

Dalam urutan terlihat bahwa reaktor AP1000 memiliki skor rata-rata


terbobot yang paling tinggi. Hal ini karena reaktor ini memiliki ciri antara
lain:
(1) Menerapkan teknologi sistem pasif secara penuh pada sistem
keselamatannya;
(2) Memiliki angka probabilitas kerusakan teras saat terjadi kecelakaan
parah yang rendah yakni 5 x 10-7 per tahun reaktor, dimana jauh lebih
baik dari nilai yang direkomendasikan IAEA sebesar 10-5 per tahun
reaktor;
(3) Menerapkan strategi penanganan lelehan teras secara in vessel
corium retention (IVR), yakni dinding bejana reaktor pada bagian
luarnya digenangi sehingga bejana menjadi tahan terhadap panas
lelehan dan lelehan tetap berada di dalam bejana;
(4) Teknologi pengungkungnya berganda, yakni bagian dalam adalah
metal yang dindingnya dapat didinginkan secara pasif dari luar
menggunakan air dan udara, sedangkan bagian luarnya adalah beton
bertulang yang tahan terhadap beban jatuhnya pesawat komersial;
(5) Lama pembangunannya relatif wajar yakni sekitar 5-6 tahun;
(6) Desainer AP1000 menerapkan teknologi yang sudah sangat dikenal,
yakni teknologi reaktor air ringan dimana informasi tentang teknologi
ini sangat mudah diperoleh serta tersedia di ruang publik, termasuk
desain reaktornya, sehingga mudah untuk terjadi akses teknologi;

90 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Rekomendasi BAB 5

(7) Reaktor ini telah direviu desainnya serta telah tersertifikasi di negara
asalnya;
(8) Menerapkan desain reaktor yang mudah untuk diaudit dalam rangka
safeguard;
(9) Waktu siklus pengisian ulang bahan bakarnya yang wajar yakni 18
bulan;
(10) Sebanyak 4 unit saat ini sedang dibangun yakni dua unit di Amerika
Serikat dan dua unit di China.

Sementara itu, untuk reaktor daya kecil (SMR) yang berpotensi


dibangun di Indonesia adalah
1. HTR-PM,
2. CAREM 25,
3. KLT-40S.

Dibanding tiga alternatif pilihan yang ada, reaktor HTR-PM menempati


urutan pertama karena reaktor ini memiliki karateristik sebagai berikut:
(1) Fitur keselamatan teknis yang sangat baik, yaitu memiliki pendekatan
keselamatan secara intrinsik dan pasif. Secara instrinsik, teras reaktor
didesain untuk menghentikan sendiri reaksi fisi sebagai akibat dari
kenaikan temperatur. Panas yang tersisa dari teras akan disalurkan
ke lingkungan secara alamiah melalui konduksi dan konveksi via
dinding bejana dan kemudian dibuang keluar oleh sistem pendingin
ruang bejana reaktor (reactor cavity) secara pasif;
(2) Terasnya tidak mengalami pelelehan saat terjadi kecelakaan terparah
yang dipostulasikan (CDF=0). Reaktor didesain sedemikian sehingga
temperatur bahan bakar tidak melampaui 1600°C untuk semua mode
kecelakaan, sementara batas pelelehan material bahan bakar yang
berupa grafit sangat jauh di atas nilai tersebut;
(3) Strategi menghadapi kecelakaan parahnya sangat sederhana,
yakni panas difasilitasi untuk keluar dari teras secara pasif dengan
mekanisme yang sederhana;

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 91


BAB 5 Rekomendasi

(4) Teknologi pengungkungnya terdiri atas dua bagian yakni pengungkung


dalam yang menggunakan beton bertulang yang tebal serta penutup
luar yang relatif tidak bertugas melindungi reaktor;
(5) Lama pembangunannya relatif wajar yakni sekitar 5 tahun;
(6) Teknologinya merupakan teknologi lama yang dihidupkan kembali.
Meskipun tidak sepopuler teknologi reaktor berpendingin air namun
informasi tentang teknologi HTGR cukup tersedia di ruang publik.
Kelemahannya adalah informasi desain spesifik HTR-PM terbatas;
(7) Status desain telah disetujui oleh badan regulasi di negara asal dan
telah disetujui untuk dikonstruksi;
(8) Menerapkan desain reaktor yang mudah untuk diaudit dalam rangka
safeguard;
(9) Waktu pengisian ulang bahan bakarnya menerapkan pola online/
kontinyu, yakni penggantian bahan bakar dapat dilakukan saat
reaktor sedang beroperasi sehingga waktu ketersediaan pasokan
listrik relatif lebih tinggi dari reaktor yang harus dipadamkan dulu saat
pengisian ulang bahan bakarnya;
(10) Saat ini reaktor HTR-PM sedang dibangun dan sudah dalam tahap
akhir. Awal tahun 2018 direncanakan akan beroperasi.

Dalam penyusunan dokumen ini Tim menyadari bahwa waktu dan


sumber acuan yang dapat dipakai sangatlah terbatas. Oleh karenanya
tidak tertutup kemungkinan di kemudian hari dengan adanya data yang
lebih baru terjadi perubahan pemeringkatan rekomendasi.

92 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


REFERENSI

[1] IAEA. Nuclear Power Reactors in the World. 2017 Edition ed.
Vienna:IAEA; 2017.
[2] IAEA. Advances in Small Modular Reactor Technology Developments:
A Supplement to IAEA Advanced Reactors Information System
(ARIS). Vienna, Austria:IAEA; 2014.
[3] Kostin V., Panov Y.K., Polunichev V., Shamanin I. Floating power-
generating unit with a KLT-40S reactor system for desalinating sea
water. Atomic Energy. 2007. 102(1):31-35.
[4] Veshnyakov K., Kiryushin A., Panov Y.K., Polunichev V. Floating
nuclear heat and power station with KLT-40S type reactor plant for
remote regions of Russia. 2000.
[5] Sholly S.C. Advanced Nuclear Power Plant Concepts And Timetables
For Their Commercial Deployment. Vienna, Austria: University of
Natural Resources and Life Sciences Vienna, 2013.
[6] Lambert T., Nghiem X.H. Review of the Deployment of and
Research into Generation III & IV Nuclear Fission Reactors for
Power Generation. PAM Review: Energy Science & Technology.
2015. 1:90-108.
[7] Song C.-H., Kwon T.-S., Yun B.-J., Choi K.-Y., Kim H.-Y., Jun H.-G.,
et al. Thermal-hydraulic R&Ds for the APR+ Developments in Korea.
in: 18th International Conference on Nuclear Engineering. 2010. pp.
823-28.
[8] IAEA. APR + (Advanced Power Reactor Plus) [Accessed: July 20
2017]. Available from: https://aris.iaea.org/PDF/APR.pdf.
[9] KEPCO. APR+ [Accessed: 10 January 2018]. Available from: https://
www.kepco-enc.com/eng/contents.do?key=1534
[10] Wang J., Chang H., Zheng W., Zhou Z. In-vessel retention of molten
core debris for CAP1400. in: 18th International Conference on
Nuclear Engineering. 2010. pp. 569-75.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 93


Referensi

[11] WANG X. Introduction of CAP1400:SNERDI; 2015.


[12] MOKHOV V. Advanced Designs of VVER Reactor Plant. EDO
“GIDROPRESS. 2004.
[13] GIDROPRESS. Design of high-power reactor plant WWER-1200A
[Accessed: 30 October 2017]. Available from: http://www.gidropress.
podolsk.ru/en/projects/vver-1200a.php
[14] Vasil’chenko I., Kobelev S., V’yalitsyn V., Mal’chevskii D. Succession
in choosing structural solutions for a VVER-1500 core. Atomic
Energy. 2005. 99(6):844-48.
[15] «GIDROPRESS O. WWER-1500 reactor plant [Accessed: October
30 2017]. Available from: http://www.gidropress.podolsk.ru/en/
projects/wwer1500.php.
[16] Sinha R., Kakodkar A. Design and development of the AHWR—
the Indian thorium fuelled innovative nuclear reactor. Nuclear
Engineering and Design. 2006. 236(7):683-700.
[17] IAEA. Status of Small and Medium Sized Reactor Designs. 2012.
[18] Srivastava S. Advanced Heavy Water Reactor [Accessed: 30
October 2017]. Available from: https://www.slideshare.net/
SudhakarSrivastava/advanced-heavy-water-reactor.
[19] AECL. ACR-1000 Tecnical Summary. Canada: AECL; 2007.
[20] Makhijani A. Light water designs of small modular reactors: facts
and analysis. Takoma Park: Institute for Energy and Environmental
Research. 2013.
[21] Holtec. Holtec Technical Bulletin Essentials of SMR-160 Small
Modular Reactor 2015.
[22] Holtec. SMR-160 Delivers High Performance with a Smaller Footprint
[Accessed: 30 October 2017]. Available from: https://smrllc.com/
features/economical-and-efficient/.
[23] Carelli M.D., Conway L., Oriani L., Petrović B., Lombardi C., Ricotti
M., et al. The design and safety features of the IRIS reactor. Nuclear
Engineering and Design. 2004. 230(1):151-67.

94 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Referensi

[24] Carelli M.D., Petrović B., Čavlina N., Grgić D. IRIS (International
Reactor Innovative and Secure)–Design Overview and Deployment
Prospects. Nuclear Energy for Europe. 2005.5-8.
[25] Halfinger J.A., Haggerty M.D. The B&W mPower™ Scalable,
Practical Nuclear Reactor Design. Nuclear technology. 2012.
178(2):164-69.
[26] mPower. Generation mPower]. Available from: http://www.
generationmpower.com/technology/
[27] Ingersoll D., Houghton Z., Bromm R., Desportes C. NuScale
small modular reactor for Co-generation of electricity and water.
Desalination. 2014. 340:84-93.
[28] USNRC. Application Review Schedule for the NuScale Design
[Accessed: 2 December 2017]. Available from: https://www.nrc.gov/
reactors/new-reactors/design-cert/nuscale/review-schedule.html.
[29] Zverev D., Pakhomov A., Polunichev V., Veshnyakov K., Kabin S.
RITM-200: new-generation reactor for a new nuclear icebreaker.
Atomic Energy. 2013. 113(6):404-09.
[30] Lyncean. Manufacturing the Reactor Vessel for an RITM-200 PWR
for Russia’s new LK-60 Class of Polar Icebreakers [Accessed: 2
December 2017]. Available from: http://www.lynceans.org/all-posts/
manufacturing-the-reactor-vessel-for-an-ritm-200-pwr-for-russias-
new-lk-60-class-of-polar-icebreakers/
[31] IAEA. Status report 84 - VVER-300 (V-478) (VVER-300 (V-478))
[Accessed: 1 November 2017]. Available from: https://aris.iaea.org/
PDF/VVER-300(V-478).pdf
[32] Fetterman R.J., Harkness A.W., Smith M.C., Taylor C. An overview
of the westinghouse small modular reactor. in: ASME 2011 Small
Modular Reactors Symposium. 2011. pp. 75-82.
[33] Adams R. Small modular reactors—US capabilities and the global
market. ANS Nuclear Café, April. 2014. 9.
[34] Xu B. Research of ACP100-small modular reactor of China. 2013.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 95


Referensi

[35] Davis W. China Hints at Push for Floating NPPs [Accessed:


2 December 2017]. Available from: http://ansnuclearcafe.
org/2017/01/25/china-hints-at-push-for-floating-npps/#sthash.
scUyIBkH.dpbs
[36] CNNC. ACP100 Multipurpose Small Modular Reactor [Accessed:
2 December 2017]. Available from: http://www.czec.com.cn/en/
technology/acp100.html.
[37] Bugat A., Felten P., Lecomte M., Poimboeuf J., Briffod F., Perrier S.
Flexblue: an immersed SMR with a new and challenging nuclear
paradigm. 2014.
[38] Lumbanraja S.M. KAJIAN IMPLEMENTASI FLEXBLUE DI
INDONESIA. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir. 2014. 16(2).
[39] Kadak A. High Temperature Gas Reactors: Briefing to Digital Power
Capital [Accessed: 2 November 2017]. Available from: http://web.
mit.edu/pebble-bed/Presentation/HTGR.pdf
[40] Zhang Z., Sun Y. Economic potential of modular reactor nuclear
power plants based on the Chinese HTR-PM project. Nuclear
Engineering and Design. 2007. 237(23):2265-74.
[41] Lohnert G. Technical design features and essential safety-related
properties of the HTR-module. Nuclear Engineering and Design.
1990. 121(2):259-75.
[42] ZHENG. Small Reactors R&D in China. 2013.
[43] Yan X., Kunitomi K., Nakata T., Shiozawa S. Design and Development
of GTHTR300. in: Proceedings of the First International Topical
Meeting on HTR Technology (HTR2002). 2002. pp. 22-24.
[44] Ueda N., Kinoshita I., Minato A., Kasai S., Yokoyama T., Maruyama
S. Sodium cooled small fast long-life reactor “4S”. Progress in
Nuclear Energy. 2005. 47(1):222-30.
[45] Corporation T. Super-Safe, Small And Simple Reactor (4S, TOSHIBA
DESIGN). 2013.
[46] Rachkov V., Poplavskii V., Tsibulya A., Bagdasarov Y.E., Vasiliev B.,
Kamanin Y.L., et al. Concept of an advanced power-generating unit

96 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Referensi

with a BN-1200 sodium-cooled fast reactor. Atomic Energy. 2010.


108(4):254-59.
[47] Kanunnikova T. Russia embarks on building advanced BN-1200
fast breeder reactor [Accessed: 3 November 2017]. Available from:
http://russianconstruction.com/news-1/26553-russia-embarks-on-
building-advanced-bn-1200-fast-breeder-reactor.html.
[48] Zrodnikov A., Toshinsky G., Komlev O., Stepanov V., Klimov N.
SVBR-100 module-type fast reactor of the IV generation for regional
power industry. Journal of Nuclear Materials. 2011. 415(3):237-44.
[49] AKME-Engineering J. SVBR-100: New Generation Nuclear Power
Plants for Small and Medium-Sized Power Applications. Russia:OKB
Gidropress.
[50] Gougar H.D. Assessment of the Technical Maturity of Generation IV
Concepts for Test or Demonstration Reactor Applications, Revision
2. Idaho National Laboratory (INL), Idaho Falls, ID (United States),
2015.
[51] Power T. Uranium and the Uranium Fuel Cycle [Accessed: 3
November 2017]. Available from: http://www.thoriumpowercanada.
com/technology/the-fuel/thorium-vs-uranium-fuels/
[52] BATAN. Indonesia Nuclear Energy Outlook. 2014.
[53] IAEA-NEA. Uranium 2007: Resources, Production and Demand.
2007.
[54] Boczar P., Chan P., Dyck G., Ellis R., Jones R., Sullivan J., et al.
Thorium fuel-cycle studies for CANDU reactors. Thorium fuel
utilization: Options and trends. 2002.25.
[55] Simon R., Capp P. Operating experience with the dragon high
temperature reactor experiment. Proceedings on High Temperature
Reactors. 2002.1-6.
[56] Bäumer R., Barnert H., Baust E., Bergerfurth A., Bonnenberg H.,
Bülling H., et al. AVR-experimental high-temperature reactor. 1990.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 97


Referensi

[57] Radkowsky A., Galperin A. The nonproliferative light water thorium


reactor: a new approach to light water reactor core technology.
Nuclear technology. 1998. 124(3):215-22.
[58] Bagla P. Thorium seen as nuclear’s new frontier. Science. 2015.
350(6262):726-27.
[59] Zhang G., Seifried J., Vujic J., Greenspan E. Variable enrichment
thorium-fueled boiling water breeder reactor. Ratio (Trans-Th).
2013. 1:0.98335.
[60] Bahri C.N.A.C.Z., Majid A.A., Al-Areqi W.M., Mohamed A.A., Idris
F.M., Hamzah K., et al. Advantages of liquid fluoride thorium
reactor in comparison with light water reactor. in: AIP Conference
Proceedings. 2015. p. 040001.
[61] Xu H. Thorium energy and molten salt reactor R&D in China. in:
Thorium Energy for the World.Springer; 2016. pp. 37-44.
[62] WNA. Molten Salt Reactors [Accessed: 3 November 2017]. Available
from: http://www.world-nuclear.org/information-library/current-and-
future-generation/molten-salt-reactors.aspx
[63] Rhodes C.J. Current Commentary: Thorium-based nuclear power.
Science progress. 2013. 96(2):200.
[64] Degweker S.B. Accelerator Driven Reactor Systems [Accessed:
November 16 2017]. Available from: http://www.barc.gov.in/
publications/eb/golden/reactor/toc/chapter8/8_1.pdf.
[65] NTI. Kalpakkam Mini Reactor [Accessed: 16 November 2017].
Available from: http://www.nti.org/learn/facilities/852/
[66] Indicative Requirements to Prevent Fukushima type Accident for
Embarking Countries Planning to Deploy SMRs: Hearing before
the CM on Finalizing TECDOC on Considerations to Enhance the
Performance of Engineered Safety Features of Small Modular
Reactors in Coping with Extreme External events(2015 ).
[67] Bird P. An updated digital model of plate boundaries. Geochemistry,
Geophysics, Geosystems. 2003. 4(3).

98 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Referensi

[68] Milsom J., Masson D., Nichols G., Sikumbang N., Dwiyanto B.,
Parson L., et al. The Manokwari trough and the western end of the
New Guinea trench. Tectonics. 1992. 11(1):145-53.
[69] Umum K.P. Peta Hazard Gempa Indonesia 2010 sebagai Acuan
Dasar Perencanaan dan Perancangan Infrastruktur Tahan Gempa.
Jakarta: tp. 2010.
[70] Masyhur Irsyam, Wayan Sengara, Fahmi Aldiamar, Sri Widiyantoro,
Wahyu Triyoso, Danny Hilman Natawidjaja, et al. Ringkasan Hasil
Studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia. Bandung:Teknik Sipil ITB;
2010.
[71] Mutiarani A. Keaktifan Tektonik Indonesia [Accessed: 2 December
2015].
[72] Bapeten. Perka Bapeten No.5 Tahun 2015 tentang Evaluasi Tapak
Instalasi Nuklir untuk Aspek Kegunungapian. Jakarta 2015.
[73] Bapeten. Perka Bapeten Nomor 6 Tahun 2014 tentang Evaluasi
Tapak Instalasi Nuklir untuk Aspek Meteorologi dan Hidrologi.
Jakarta 2014.
[74] Bapeten. Perka Bapeten Nomor 8 Tahun 2013 tentang Evaluasi
Tapak Instalasi Nuklir untuk Aspek Kegempaan. Jakarta 2013.
[75] Bapeten. Perka Bapeten Nomor 4 Tahun 2008 tentang Evaluasi
Tapak Reaktor Daya Untuk Aspek Geoteknik Dan Pondasi Reaktor
Daya. Jakarta 2008.
[76] Bapeten. Perka Bapeten Nomor 5 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Keselamatan Evaluasi Tapak Reaktor Nuklir. Jakarta 2007.
[77] News W.N. Three Chinese reactors approach commissioning
[Accessed: 3 November 2017]. Available from: http://www.
world-nuclear-news.org/NN-Three-Chinese-reactors-approach-
commissioning-2407174.html
[78] Patel S. New Construction Milestones for AP1000 Units]. Available
from: http://www.powermag.com/new-construction-milestones-
ap1000-units/

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 99


Referensi

[79] Holt M. Nuclear power plant security and vulnerabilities:DIANE


Publishing; 2009.
[80] Matzie R.A., Worrall A. The AP1000 reactor-the nuclear renaissance
option. Nuclear Energy. 2004. 43(1):33-45.
[81] Westinghouse. AP1000 Overview]. Available from: http://www.
technologyreview.com/article/411028/new-nukes/
[82] KEPCO. What is the APR1400 Reactor? [Accessed: 3 November
2017]. Available from: http://home.kepco.co.kr/kepco/EN/G/
htmlView/ENGBHP00102.do?menuCd=EN07030102
[83] Kim I., Kim D.-S. APR1400: Evolutionary Korean Next Generation
Reactor. in: 10th International Conference on Nuclear Engineering.
2002. pp. 845-51.
[84] Weisshäupl H. Severe accident mitigation concept of the EPR.
Nuclear Engineering and Design. 1999. 187(1):35-45.
[85] Nuclear W. China revises commissioning dates of EPRs]. Available
from: http://www.world-nuclear-news.org/NN-China-revises-
commissioning-dates-of-EPRs-2202174.html
[86] ROSATOM, GIDROPRESS. Reactor Plant for NPP: WWER-1000.
2008.
[87] Agrawal S., Chauhan A., Mishra A. The VVERs at KudanKulam.
Nuclear Engineering and Design. 2006. 236(7):812-35.
[88] ROSATOM. The VVER Today: Evolution, Design, Safety. 2014.
[89] Yamada K., Tajima S., Tsubaki M., Soneda H. ABWR design and its
evolution-primary system design of ABWR and ABWR-II. GENES4/
ANP2003, No-1161, Kyoto, Japan. 2003.
[90] Energy G.E. ABWR, Plant General Description. 2006.
[91] Peachey C. Chinese Reactor Design Evolution [Accessed: 5
December 2015].
[92] NEI. UK GDA progress for China’s Hualong One [Accessed: 2
December 2017]. Available from: http://www.neimagazine.com/
news/newsuk-gda-progress-for-chinas-hualong-one-5981572.

100 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


Referensi

[93] Delmastro D., Santecchia A., Mazzi R., Fukami M.I., Gómez S., de
Soler S.G., et al. CAREM: An advanced integrated PWR. Small and
Medium Sized Reactors: Status and Prospects. 2002.223.
[94] WNA. Nuclear Power in Argentina [Accessed: November 16 2017].
Available from: http://www.world-nuclear.org/information-library/
country-profiles/countries-a-f/argentina.aspx
[95] CNEA. Proyecto “CAREM” [Accessed: November 16 2017].
Available from: http://www2.cnea.gov.ar/proyectos/carem/el_
proyecto/antecedentes.php.
[96] Zhang Z., Wu Z., Wang D., Xu Y., Sun Y., Li F., et al. Current
status and technical description of Chinese 2× 250MW th HTR-
PM demonstration plant. Nuclear Engineering and Design. 2009.
239(7):1212-19.
[97] Yuan K. China’s next HTR [Accessed: November 16 2017]. Available
from: http://www.neimagazine.com/features/featurechinas-next-
htr-5907644/
[98] Liu Z., Li Z., Sun J. Bypass flow in small absorber sphere
channels of the high-temperature gas-cooled reactor pebble-
bed module. The Journal of Computational Multiphase Flows.
2017.1757482X17748785.
[99] Reitsma F. HTGR Safety Design. IAEA Course on High temperature
Gas Cooled Reactor Technology; Oct 22-262012.
[100] IAEA. KLT-40S [Accessed: 20 June 2016]. Available from: https://
aris.iaea.org/PDF/KLT-40S.pdf
[101] Pavel Ipatov, Mikhail Kucheryavenko, Sergey Zavyalov, Veniamin
Ryzhkov, Zverev D. Rosatom to launch world’s first floating nuclear
power plant [Accessed: 7 November 2017]. Available from: http://
www.ee.co.za/article/rosatom-launch-worlds-first-floating-nuclear-
power-plant.html
[102] Kessides I.N., Kuznetsov V. Small modular reactors for enhancing
energy security in developing countries. Sustainability. 2012.
4(8):1806-32.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 101


Referensi

[103] IAEA. IAEA Nuclear Reactor Technology Assessment for Near Term
Deployment:IAEA; 2013.
[104] Baker D., Bridges D., Hunter R., Johnson G., Krupa J., Murphy J.,
et al. Guidebook to decision-making methods. Developed for the
Department of Energy, Washington DC. 2002.
[105] GIF. Technology Roadmap Update for Generation IV Nuclear
Energy Systems [Accessed: 20 June 2016]. Available from: https://
www.gen-4.org/gif/upload/docs/application/pdf/2014-03/gif-tru2014.
pdf.

102 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


DAFTAR ISTILAH

PLTN: Pembangkit listrik yang memanfaatkan panas reaktor nuklir sebagai


penghasil uap untuk memutar turbin.
PLTN Berbasis di daratan (Land Based NPP): PLTN yang beroperasi di
daratan baik di permukaan tanah maupun di bawah tanah.
PLTN terapung (Floating NPP): PLTN yang ada dan terpasang di dalam
kapal atau diangkut tongkang serta bersandar di pelabuhan.
Uranium pengkayaan rendah (Low Enriched Uranium, LEU): Bahan
bakar nuklir yang tingkat prosentasi isotop uranium 235 nya kurang dari
20% dari total (U-235 dan U-238). Pengkayaan ini menjadi batas untuk
pemenuhan perjanjian non profilerasi nuklir.
Umur operasi (service life): Panjang usia desain PLTN
Siklus penggantian bahan bakar (refueling cycle): jangka waktu operasi
PLTN tanpa padam hingga penggantian bahan bakar.
Generasi Reaktor: Perkembangan teknologi PLTN sejak penggunaan
secara komersial tahun 1950 yang dikelompokkan dalam 4 generasi (lihat
Gambar 40).
• Generasi I: Generasi purwarupa PLTN. Dibangun sekitar tahun 1950-
1970.
• Generasi II: Generasi PLTN komersial daya besar. Dibangun sekitar
tahun 1970 - 1990 an.
• Generasi III: Peningkatan kinerja PLTN generasi II melalui teknologi
bahan bakar yang ditingkatkan, umur lebih panjang (sekitar 60 tahun),
efisiensi termal yang lebih baik, penerapan sistim pasif, standarisasi
desain, strategi mitigasi kecelakaan parah yang lebih baik, penurunan
CDF dan LERF.
• Generasi III+: Perbaikan desain dengan perbaikan tingkat keselamatan
dibanding Generasi III serta peningkatan keekonomian.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 103


• Generasi IV: Desain reaktor yang memiliki peningkatan signifikan dari
segi keselamatan, keandalan, ekonomi, proliferasi, proteksi fisik dan
keberlanjutan suplai bahan bakar dibanding generasi sebelumnya.

Gambar 40. Perkembangan Generasi PLTN [105]

Sistem pasif: Sistem yang bekerja dengan menggunakan daya gerak


alamiah seperti tekanan, grafitasi, sirkulasi alam dan lain-lain atau tidak
menggunakan mesin/peralatan berpenggerak listrik.
Diversity: Perangkapan sistem atau komponen tetapi dengan teknologi/
pendekatan yang berbeda.
Redundansi: Perangkapan sistem atau komponen reaktor untuk tujuan
keandalan fungsi.
Penahanan lelehan teras di dalam bejana (invessel corium retention):
Sistem mitigasi kecelakaan yang berfungsi untuk mencegah keluarnya
radioaktif ke lingkungan dengan mencegah lelehan teras keluar dari
bejana reaktor.
Penangkap lelehan teras reaktor (core catcher): Sistem mitigasi
kecelakaan yang berfungsi untuk mencegah keluarnya bahan radioaktif

104 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


ke lingkungan dengan menampung lelehan teras yang keluar dari bejana
menggunakan material khusus yang didesain agar lelehan teras dapat
dikontrol temperaturnya.
Perjanjian Non Proliferasi Nuklir (Nuclear Non-Proliferation Treaty):
adalah suatu perjanjian yang ditandatangani pada 1 Juli 1968 yang
membatasi kepemilikan senjata nuklir, yang diikuti oleh 187 negara
berdaulat. Perjanjian ini memiliki tiga pokok utama, yaitu nonproliferasi,
pelucutan senjata, dan hak untuk menggunakan teknologi nuklir untuk
kepentingan damai.
Pengungkung (containment): adalah bangunan yang melingkupi reaktor
nuklir yang biasanya terbuat dari beton pra-tekan yang didesain dalam
keadaan darurat, mampu mengungkung zat atau gas radioaktif. Pada
reaktor generasi baru, pengungkung dapat terdiri atas dua lapis (berganda).

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 105


INDEKS

A
ABWR xiv, 6, 61, 69, 70, 77, 87, 90, 100, 107
Accelerator-driven System 47, 107
ACP xiii, 8, 30, 71, 107
ACP100 30, 31, 62, 95, 96, 107
ACP300 8, 107
ACP600 8, 107
ACPR 1000+ xiii, 8, 9, 10, 107
ACR-1000 xiii, 17, 18, 62, 94, 107
AHR 48, 107
AHWR xiii, xv, 15, 16, 17, 46, 94, 107
AP1000 xiv, 11, 28, 61, 62, 63, 64, 77, 90, 99, 100, 107, 123
APR+ xiii, 10, 11, 93, 107
APR 1400 87, 90, 107
APR-1400 xiv, 6, 10, 61, 64, 65, 107
APWR 62, 107
ATMEA1 62, 107

B
balance of plant 82, 107
batang kendali 22, 27, 72, 75, 107
beroperasi ix, xi, xii, 2, 5, 16, 45, 47, 48, 52, 60, 61, 67, 75, 76, 89, 92,
103, 107, 128
biaya pembangkitan 84, 107
BN-1200 40, 41, 97, 107
BWR vii, xi, xv, 5, 6, 8, 45, 47, 49, 61, 62, 69, 107

C
cadangan thorium 43, 107
CANDU 17, 18, 45, 46, 97, 107

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 107


CAP1400 xiii, 11, 12, 13, 93, 94, 108
CAREM xiv, xv, 6, 61, 72, 73, 77, 88, 91, 101, 108
CDF 10, 12, 15, 40, 85, 89, 91, 103, 108
Common User Considerations 84, 108
core catcher 27, 40, 67, 85, 104, 108
CPR1000 9, 108
CUC 84, 108

D
daratan xi, 2, 5, 25, 31, 33, 103, 108, 128
dermaga 6, 108

E
EC 6 62, 108
ECCS 11, 63, 108
EPR xiv, xv, 6, 28, 61, 65, 66, 87, 90, 100, 108
EPRI xv, 9, 108
ESBWR 62, 108
EUR xv, 9, 14, 63, 65, 67, 69, 84, 108
expert judgement 88, 108

F
FBR xv, 5, 6, 108
Fitur teknis 8, 10, 12, 108
Flexblue 31, 32, 33, 96, 108
Floating Power Unit xv, 75, 108
FOAKE xv, 10, 108
fosil 1, 14, 108
FPU xv, 75, 76, 108
fraksi bakar 38, 76, 108
Fukushima Dai-ichi 12, 68, 108

G
garam nuklir 48, 108

108 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


GCR xv, 5, 109
Generasi I 103, 109
Generasi II 103, 109
Generasi III 8, 9, 10, 13, 17, 62, 64, 67, 68, 69, 71, 87, 89, 103, 109
Generasi IV 8, 40, 104, 109
GT-HTR300 xiii, 36, 37, 109

H
high temperature gas cooled reactor 35, 109
HTGR xiii, xv, 5, 6, 35, 36, 38, 45, 61, 92, 96, 101, 109, 123
HTR xiv, xv, 38, 45, 46, 49, 61, 73, 74, 75, 77, 88, 91, 92, 96, 101, 109
Hualong One xiv, 61, 71, 72, 77, 90, 100, 109

I
IAEA ix, xvi, 2, 5, 36, 79, 84, 89, 90, 93, 94, 95, 97, 101, 102, 109, 113,
117, 128
in vessel corium retention 90, 109
IRIS xiii, xvi, 21, 22, 94, 95, 109
IRWST xvi, 9, 65, 66, 109
IVR 90, 109

K
Kamini 48, 109
kapal laut 6, 109
Keekonomian 84, 109
Kema Suspensie Test Reactor 48, 109
Kerena 62, 109
KHNP xvi, 10, 61, 109
KLT-40 77, 109
KLT-40S xiv, 6, 7, 61, 75, 76, 77, 88, 91, 93, 101, 109
Korea Institute of Nuclear Safety xvi, 64, 109
kriteria xii, 2, 3, 8, 13, 14, 51, 60, 61, 63, 65, 69, 79, 82, 83, 84, 87, 88,
89, 109, 128
Kriteria xi, xii, 79, 82, 84, 85, 87, 88, 89, 109

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 109


L
lingkungan 1, 17, 27, 40, 41, 43, 44, 51, 75, 76, 79, 80, 82, 91, 104, 105,
110
LOCA 11, 31, 37, 110
Low Enriched Uranium xvi, 103, 110
LWGR xvi, 5, 110

M
mPower xiii, 22, 23, 95, 110
Multi Attribute Rating Technique 87, 110
multi-pass 38, 110

N
NuScale xiii, 24, 25, 95, 110

O
OKBM 25, 61, 110

P
pasif 1, 8, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 23, 25, 27, 28, 29, 30, 32, 34, 38,
39, 40, 41, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 71, 72, 74, 75, 76, 85, 90, 91, 103, 104,
110, 119
PBMR-400 xiii, 36, 38, 39, 110
pemasok 83, 84, 110
pembangkit uap xiv, 6, 13, 15, 21, 24, 25, 27, 64, 67, 74, 110
PEMERINGKATAN xi, 2, 79, 110
Penangkap lelehan teras reaktor 104, 110
pengungkung ganda 8, 9, 14, 17, 27, 67, 71, 110
peringkat 2, 110, 128
Perizinan 2, 110, 128
Peta gempa 55, 57, 110
PGA xiv, 9, 57, 58, 110
PHWR vii, xi, xvi, 5, 6, 15, 17, 45, 49, 62, 110
PLTN 1, 3, 4, vii, ix, xi, xii, xiii, xiv, xvi, 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 31, 34,

110 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


43, 51, 52, 53, 60, 62, 64, 65, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 79, 80,
82, 84, 89, 103, 104, 110, 113, 123, 125, 127, 128
plutonium 1, 16, 43, 46, 49, 110
PP No. 2 xii, 2, 60, 61, 89, 111, 128
PP No. 2 Tahun 2014 2, 89, 111, 128
PSAR 21, 111
PWR vii, xi, xvi, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 14, 21, 22, 24, 25, 28, 30, 32, 45, 46,
49, 61, 62, 64, 65, 67, 71, 72, 73, 75, 95, 101, 111, 123, 127

R
Reaktor xi, xii, xiii, xv, 5, 8, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 28, 30, 31, 33,
34, 35, 38, 39, 40, 42, 46, 47, 48, 51, 60, 61, 62, 73, 75, 91, 99, 103, 111,
113, 115, 117, 119, 121, 123, 127
refueling cycle 103, 111
REKOMENDASI xi, 3, 89, 111
RITM-200 xiii, 25, 26, 95, 111

S
Siklus penggantian bahan bakar 103, 111
SMART 18, 62, 111, 125
SMR xi, xii, xiii, xvi, 2, 8, 19, 20, 21, 28, 29, 53, 61, 62, 88, 91, 94, 96,
111, 128
station blackout 8, 37, 70, 111
status 2, 22, 24, 29, 31, 83, 84, 89, 101, 111, 128
SVBR-100 xiii, 41, 42, 97, 111

T
Teknologi pengungkung 85, 111
terapung xi, 2, 5, 6, 7, 75, 103, 111, 128
thorium xi, xii, 1, 2, 16, 17, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 81, 94, 97, 98, 107,
111
Thorium xvi, 43, 45, 46, 47, 97, 98, 111, 128
THTR xvi, 45, 111
Toshiba 39, 69, 111

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 111


U
URD xv, 9, 84, 111
US-NRC 22, 24, 28, 64, 65, 67, 111

V
VVER-300 xiii, 26, 27, 28, 95, 112
VVER-640 27, 112
VVER-1200 xiv, 13, 61, 68, 69, 77, 87, 90, 112
VVER-1200A/501 xiii, 13, 14, 112

W
Westinghouse xiii, 21, 28, 29, 39, 61, 62, 71, 100, 112

112 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


BIOGRAFI PENULIS

Susyadi, lahir di Jakarta pada tanggal 6 Juni 1968.


Bekerja di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)
sejak tahun 1993. Menyelesaikan pendidikan dasar dan
menengahnya di Jakarta dan kemudian melanjutkan
studi sarjana S-1 Teknik Nuklir di Universitas Gadjah
Mada (UGM), Yogyakarta pada tahun 1987. Selanjutnya
pada tahun 1997-1999 medapatkan beasiswa dari
pemerintah Australia untuk menyelesaikan gelar Master di bidang Teknik
Komputer dari universitas RMIT, Melbourne, Australia. Selama berkarir di
BATAN, banyak meneliti di bidang teknologi keselamatan reaktor nuklir,
khususnya aspek termohidraulika, baik untuk reaktor riset maupun reaktor
daya. Selain itu penulis juga pernah terlibat dalam program kerjasama
riset antara BATAN dengan JAERI/JAEA pada tahun 2004 dan 2006
untuk bidang keselamatan PLTN. Pada tahun 2012-2014 ditugaskan ke
badan nuklir internasional IAEA sebagai tenaga ahli cost free expert (CFE)
dan konsultan pada Nuclear Power Technology Development Section
(NPTDS), divisi Nuclear Energy, IAEA. Pernah diundang sebagai pengajar
tunggal pada workshop yang diselenggarakan oleh Malaysia Nuclear
Agency tentang penggunaan program komputer RELAP5 untuk reaktor
riset pada tahun 2008. Selain itu juga sebagai salah satu pembicara
kunci pada workshop yang diselenggarakan oleh komisi tenaga atom
Pakistan (PAEC) di Islamabad, Pakistan tahun 2015 tentang Design,
Engineering and Operational Aspect of SMRs. Berbagai workshop yang
berkaitan dengan aspek keselamatan reaktor nuklir telah diikuti, baik di
dalam maupun luar negeri. Sekarang bekerja pada Pusat Teknologi dan
Keselamatan Reaktor Nuklir – BATAN

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 113


BIOGRAFI PENULIS

Sriyono, lahir di Boyolali, Jawa Tengah pada 17


September 1968. Setelah tamat SMA Negeri 1 Surakarta
pada Tahun 1987, melanjutkan pendidikan di Teknik
Nuklir UGM, Yogyakarta. Lulus sarjana pada tahun 1993
kemudian meniti karier kerja di BATAN sampai saat
ini. Melanjutkan studi S-2 di Magister Sistem Informasi
Universitas Gunadarma, dan lulus pada tahun 2002.
Jabatan terakhir adalah Peneliti Madya IV-C. Bidang kompetensi penelitian
yang ditekuni adalah kimia pendingin reaktor nuklir. Beberapa pelatihan
luar negeri yang pernah diikuti antara lain: mengikuti Scientist Exchange
Program di ATR-Fugen Japan selama 6 bulan pada Tahun 1997 dalam
bidang Hydrogen Water Chemistry. Pada Tahun 2007, mendapatkan
fellowship di School of Engineering, University of Tokyo selama 1 tahun
dalam kajian dan eksperimen aplikasi ‘air superkritis’ pada reaktor nuklir.
Selain aktif dalam penelitian, saat ini terlibat juga dalam desain Reaktor
Daya Ekperimental (RDE) Merah Putih. Mengajar beberapa perguruan
tinggi swasta di Jakarta di bidang teknologi nuklir dan informasi.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 115


BIOGRAFI PENULIS

Iman Kuntoro, adalah peneliti di bidang Teknologi


Reaktor Nuklir di PTKRN-BATAN, lahir di Purwokerto,
4 Oktober 1954. Pendidikan Sarjana Teknik, Insinyur,
Fakultas Teknik UGM jurusan Teknik Nuklir dengan
spesialisasi Teknologi Reaktor, 1980. Masuk pertama di
BATAN 1 Januari 1978 sebagai staf di Dinas Reaktor
PPBMI, Yogyakarta. Jabatan struktural yang pernah
disandang adalah Kasubid Bahan Bakar Reaktor PPBMI, 1981-1985,
Kasubid Operasi Reaktor PRSG, 1985-1986, Kabid Operasi Reaktor
PRSG, 1986-1992, Kabid Fisika Reaktor PRSG, 1992-1996, Kepala bidang
Pengembangan Teknologi Reaktor, P2TRR, 1999-2002 dan Kepala Pusat
P2TRR, 2002-2007, Kepala Pusat PTBIN, 2008-2011. Tugas Luar Negeri:
Partisipasi desain reaktor RSG-GAS di Interatom, Jerman, 6 bulan,1983;
Manajemen operasi reaktor riset di JAERI, Jepang 2 bulan, 1988; Analisis
keselamatan In Pile Loop di Ansaldo, Itali, 1 bulan, 1994; Partisipasi
desain TC-ISFSF di AEA, Inggris, 5 minggu, 1997; Mengikuti beberapa
workshop tentang Utilization of Research Reactor dan Reactor Safety di
Jepang, 1999, Australia, 2003; Korea, 2003, Vietnam, 2004, Thailand,
2005 dan China, 2006; Mengikuti beberapa kali IAEA Technical Meeting
dalam bidang keselamatan reaktor, di IAEA Wina, Austria, (2003 - 2006).

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 117


BIOGRAFI PENULIS

Dr. Ir. Hendro Tjahjono, lahir di Lamongan, 14 Juni


1958 adalah peneliti di bidang keselamatan reaktor
nuklir. Setelah menamatkan kuliah S1 di Teknik Elektro
ITB Bandung pada tahun 1983, bekerja di Pusat
Penelitian Teknik Nuklir Bandung. Berangkat ke Perancis
tahun 1985 untuk menempuh program Doktor. Program
DEA (S2) bidang fisika energi diselesaikan di INPG
Grenoble Prancis di tahun 1987. Program Doktor bidang Teknik Mesin
(Konversi Energi) ditempuh di institut yang sama hingga selesai pada
tahun 1991. Sepulang dari Prancis, melakukan penelitian keselamatan
reaktor nuklir sambil melaksanakan tugas struktural di BATAN sebagai
kepala bidang di 4 bidang berbeda mulai dari Instalasi Termohidrolika,
Bidang Sistem Proteksi Reaktor, Bidang Sistem Proteksi dan Simulasi
serta Bidang Evaluasi dan Pengembangan Keselamatan Instalasi, di mulai
dari tahun 1992 s/d 2006. Karir sebagai pejabat fungsional peneliti secara
penuh baru dimulai tahun 2005 hingga sekarang. Fokus penelitian yang
sedang dilakukan terakhir ini terkait dengan metode pendinginan reaktor
nuklir secara pasif. Selain sebagai peneliti, pengalaman sebagai dosen di
perguruan tinggi juga dijalaninya, baik untuk program sarjana maupun
pascasarjana, antara lain di ITB (hingga 1997), Universitas Gunadarma,
ISTN, Universitas Jayabaya, SGU dan ITI.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 119


BIOGRAFI PENULIS

Dr. Julwan Hendry Purba, adalah Peneliti pada Badan


Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Topik penelitian yang
ditekuni adalah analisis keselamatan nuklir, analisis
resiko, probabilitas fuzzy dan computational intelligent.
Telah mempublikasikan hasil penelitiannya dalam
bentuk bagian dari buku yang terbit secara internasional
(Computational Intelligence Systems in Industrial
Engineering, vol. 6, Atlantis Press, pp. 131-154 dan Artificial Intelligence
and Soft Computing, vol. 1, Springer, Berlin/Heidelberg, pp. 194-201) dan
lebih dari 20 buah karya tulis ilmiah pada jurnal dan prosiding seminar
yang bereputasi Internasional dan Nasional seperti Fuzzy Sets and
Systems, Annals of Nuclear Energy, Progress in Nuclear Energy,
International Journal of Computational Intelligence and Applications,
International Journal of Nuclear Knowledge Management, dan Atom
Indonesia. Memperoleh Penghargaan Publikasi Ilmiah Internasional dari
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) pada tahun 2016, pemenang
kedua Atom Indonesia Best Paper Award pada tahun 2014 dan Australian
Development Scholarships pada tahun 2001-2003 untuk meraih gelar
Master di Monash University, Melbourne – Australia dan pada tahun 2009-
2013 untuk meraih gelar Doktor di University Technology of Sydney,
Sydney - Australia. Gelar sarjana strata – 1 diperoleh dari Teknik Nuklir,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta – Indonesia. Menjadi Ketua Editor
Jurnal Teknologi Reaktor Nuklir Tri Dasa Mega dan Associate Editor di
Atom Indonesia Journal. Selain itu juga, menjadi Reviewer pada berbagai
jurnal internasional bereputasi yang diterbitkan oleh Elsevier, Springer,
World Scientific, Science and Engineering, Taylor & Francis, dan IOS
Press. Pada tahun 2016, Elesevier memberikan pengakuan sebagai
Recognised Reviewers untuk Safety and Health at Work dan Annals of
Nuclear Energy. Pada tahun 2017, Elsevier kembali memberikan
pengakuan sebagai Recognised Reviewers untuk Journal of Loss

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 121


Prevention in the Process Industries dan Reliability Engineering and
System Safety. Menjadi Dewan Editor pada International Conference on
Nuclear Energy Technologies and Sciences (ICoNETS2017 &
ICoNETS2015) dan pada The 4th International Conference on Applied
Mechanics, Mechatronics and Intelligent System (AMMIS2016). Profil
lengkap dapat dilihat di http://himpenindo.batan.go.id/index.php/
member?id=103

122 Teknologi PLTN Untuk Indonesia


BIOGRAFI PENULIS

D.T. Sony Tjahyani, mendapatkan gelar sarjana teknik


nuklir dari Universitas Gadjah Mada dan pascasarjana
teknik nuklir dari Kyoto University. Sekarang bekerja
pada Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir
– BATAN sebagai peneliti utama bidang teknologi
keselamatan reaktor, khususnya dalam analisis
keselamatan probabilistik. Beberapa judul karya tulis
ilmiah juga pernah dihasilkan, antara lain “Probabilistic Analysis on the
Failure of Reactivity Control for the PWR”, “Analysis on the Adequacy
Level of Defence in Depth for the Modular HTGR”, dan “Analisis Skenario
Kegagalan Sistem Untuk Menentukan Probabilitas Kecelakaan Parah
AP1000”. Sebagai narasumber pada beberapa penyusunan peraturan
keselamatan reaktor terkait dengan persiapan pembangunan PLTN di
Indonesia. Selain itu juga sebagai pengajar pada diklat “National Basic
Professional Training Course” dan “Reactor Engginering and Safety II” di
Pusdiklat – BATAN untuk mata ajar “Basic Principle of Nuclear Safety”,
“Level 1 Probabilistic Safety Assessment” dan “Level 2 Probabilistic Safety
Assessment”.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 123


BIOGRAFI PENULIS

Andi Sofrany Ekariansyah, lahir di Malang pada


tanggal 15 Agustus 1971. Menyelesaikan studi setingkat
S1 di Fachhochschule Georg-Simon Ohm di Nuenrberg,
Jerman, pada tahun 1997 dalam bidang Teknik Mesin
dengan fokus Teknik Energi. Setelah itu langsung
bekerja di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)
sebagai peneliti bidang keselamatan reaktor daya nuklir
hingga sekarang. Pada awal mengabdi di BATAN telah mengikuti beberapa
program peningkatan keahlian mengenai teknologi dan keselamatan nuklir
seperti Course on Safety Analysis and Safety Regulation of Nuclear Power
Plant di Jepang selama 3 bulan dan diikuti dengan program pertukaran
peneliti juga di Jepang selama 1 tahun dengan fokus pada Probabilistic
Safety Assessment. Kegiatan yang berkaitan dengan persiapan
pembangunan PLTN juga pernah diikuti seperti studi reaktor daya kecil
SMART di Korea dengan kemampuan desalinasi air laut untuk kemungkinan
pembangunan di pulau Madura dan studi kelayakan pembangunan reaktor
daya di Pulau Batam. Pengalaman sebagai penelitian selama lebih dari 20
tahun dengan publikasi karya ilmiah skala nasional maupun internasional.
Pernah mengikuti program Training of Trainer mengenai Nuclear Safety
Engineering di Jepang sehingga dipercaya sebagai pengajar beberapa
topik mengenai keselamatan reaktor nuklir di BATAN.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 125


BIOGRAFI PENULIS

Sukmanto Dibyo, lahir di Cepu pada tanggal 29


Agustrus 1958. Lulus Pasca Sarjana S-2 Teknik Kimia
ITB 1993. Peneliti Utama bidang teknologi reaktor nuklir.
Bekerja di BATAN pada Pusat Reaktor Nuklir RSG-GA.
Siwabessy (1985-2008). Pusat Teknologi Keselamatan
Reaktor Nuklir (2009 - sekarang). Kursus yang pernah
diikuti : Design Method for Core Thermalhydraulic of
Research Reactor, JAERI (1989-1990); Research assessment of
multiphase multi-component flow model, Oarai Engineering Center, (1995),
Nuclear Safety Analysis Course, NSRA (2008); dan Workshop on review
exercise for transient and accident analysis Nuclear Power Plant, Selangor
(2015). Riset yang terkait dengan PLTN yang pernah dilakukan: Analisis
Pemisahan Uap Kering Pada Separator Pembangkit-Uap PLTN. Studi
proses reflooding pada teras reaktor air tekan (Pressurized Water Reactor,
PWR), Desain Termal Kondensor Pada Sistem Pendingin Reaktor PWR.
Design Analysis On Operating Parameter Of Outlet Temperature And Void
Fraction In RDE Steam Generator. Simulation of Spray Injection in the
Pressurizer Using RELAP5. Analysis on Operating Parameter Design to
Steam Methane Reforming in Heat Application of RDE.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 127


BIOGRAFI PENULIS

Almira Citra Amelia, lahir di Jakarta, 5 September 1991,


adalah putri pertama dari Herry Gunawan (alm) dan Tety
Ganewati. Menikah dengan Muhammad Faizal dan
dikaruniai satu anak, yaitu Muhammad Shaquille Alfatih.
Menamatkan Sekolah Dasar di SD Islam Assyafiiyyah
Bekasi tahun 2003; SMP Plus Islamic Village, tahun
2006; SMA Negeri 42 Jakarta, tahun 2009. Kemudian,
melanjutkan pendidikan Diploma 3 di Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Negeri Jakarta dan memperoleh gelar Ahli Madya tahun
2012. Setelah kelulusan bekerja di perusahaan swasta dan pada tahun
2015 menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil di Badan Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN) pada Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir (PTKRN)
dan menjadi PNS tahun 2016. Jabatan Fungsional saat ini Pranata Nuklir
Keterampilan sejak tahun 2017, dengan Bidang Pengembangan Fasilitas
Keselamatan Reaktor. Mengikuti Training Course On High Temperature
Gas – Cooled Reactor Technology tahun 2015, Workshop Modelling and
Performance Prediction of HTR Fuel tahun 2016, Workshop on Neutronic
and Thermal Design of HTTR tahun 2017.

Teknologi PLTN Untuk Indonesia 129

Anda mungkin juga menyukai