Anda di halaman 1dari 61

KOMPONEN ELEKTRONIKA

Disusun oleh :

Syafril Ramadhan. (190301087)

PROGAM STUDI DIPLOMA III AERONAUTIKA

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI KEDIRGANTARAAN


YOGYAKARTA

2020

i
KATA PENGANTAR

  Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan naskah buku elektronika dasar
tentang komponen elektronika.
Naskah buku ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan naskah buku ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan naskah buku imi.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki naskah buku
elektronika dasar ini.
Akhir kata saya berharap semoga naskah buku elektronika dasar tentang komponen
elektronika ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Buton, 22 Juni 2020

Syafril Ramadhan

ii
Daftar Isi

iii
Daftar Gambar

Gambar 1. 1 Resistor..................................................................................................................................2
Gambar 1. 2 Simbol Resistor.......................................................................................................................3
Gambar 1. 3 Keterangan Kode Warna Resistor...........................................................................................5
Gambar 1. 4 Resistor dengan 4 Cincin Kode Warna...................................................................................5
Gambar 1. 5 Resistor dengan 5 Cincin Kode Warna...................................................................................6
Gambar 1. 6 Resistor dengan 6 Cincin Warna.............................................................................................6
Gambar 1. 7 Resistor Kawat........................................................................................................................9
Gambar 1. 8 Resistor Arang........................................................................................................................9
Gambar 1. 9 Resistor Oksida Logam.........................................................................................................10
Gambar 1. 10 Bentuk dan Simbol Resistor Tetap......................................................................................10
Gambar 1. 11 Resistor Kawat....................................................................................................................11
Gambar 1. 12 Resistor Batang Karbon......................................................................................................11
Gambar 1. 13 Resistor Keramik................................................................................................................12
Gambar 1. 14 Resistor Film Karbon..........................................................................................................12
Gambar 1. 15 Resistor Film Metal.............................................................................................................13
Gambar 1. 16 Bentuk dan Simbol Resistor Tidak Tetap............................................................................13
Gambar 1. 17 Potensiometer......................................................................................................................14
Gambar 1. 18 Trimpot...............................................................................................................................14
Gambar 1. 19 NTC dan PTC.....................................................................................................................15
Gambar 1. 20 Resistor Rangkaian Seri......................................................................................................17
Gambar 1. 21 Resistor Rangkaian Parallel................................................................................................17

iv
v
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ilmu yang mempelajari tentang gerakan elektron dalam ruang hampa atau ruang
berisi gas bertekanan rendah, seperti pada tabung hampa, tabung gas semikonduktor
dari superkonduktor beserta kegunaannya disebut dengan Elektronika. Selain itu
Komponen elektronika adalah suatu alat yang terbentuk dari suatu unsur kimia yang
berfungsi berbeda antara satu dengan yang lain dalam suatu peralatan listrik atau
peralatan elektronika.
Dalam peralatan elekronika yang kompleks, kita akan dapat menemukan
komponen-komponen elektonika seperti Kapasitor, Resistor, Diode, Intregatian Circuit
(IC) dan Transformator (TRAFO).
Bagaimana cara memulai belajar elektronika? Banyak buku-buku panduan begitu
mudah di dapat kan di pasaran yang dijual beragam harga, tergantung isi dan kwalitas
buku tentunya. Selain itu banyak tutorial-tutorial tentang elektronika yang ditulis dalam
artikel di internet dalam blog maupun web.
Pada dasarnya belajar clektronika selalu dimulai dengan pengenalan dasar
komponen-komponen elektronika itu sendiri. Dan untuk tahap selanjutnya baru masuk
kedalam pemahaman yang lebih mendalam. misalnya pembuatan sirkuit/rangkajan
elektronika dalam skala dasar maupun yang lebih kompleks.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang termasuk komponen dasar elektronika serta fungsi dari masing masing
komponen dasar elektronika?
2. Bagaimana prinsip kerja masing-masing komponen dasar elektronika?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian komponen-komponen elekronika.
2. Mengenal komponen-komponen dasar elektronika.
3. Mengetahui jenis-jenis komponen dasar elektronika.
4. Mengetahui dan mempelajari fungsi masing-masing komponen dasar elektronika.
5. Mempelajari prinsip kerja komponen dasar elektronika.

1
BAB II PEMBAHASAN

KOMPONEN-KOMPONEN ELEKTRONIKA

A. RESISTOR

a. Pengertian Resistor

Gambar 1. 1 Resistor

Resistor adalah komponen dasar elektronika yang berfungsi untuk menghambat


atau membatasi aliran listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian elektronika.
Sebagaimana dengan fungsi resistor yang bersifat resistif dan termasuk komponen
pasif. Satuan atau nilai resistansi dari suatu resistor disebut Ohm dan dilambangkan
dengan symbol omega (). Sesuai hukum ohm bahwa resistansi berbanding terbalik
dengan jumlah arus yang melaluinya dan berbanding lurus dengan tegangannya.

V : Tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar (Volt)


I : arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar (Ampere)
R : nilai hambatan listrik (resistansi) yang terdapat pada suatu penghantar
(ohm)Selain nilai resistansinya (ohm) resistor juga memiliki nilai yang lain seperti
nilai toleransi dan kapasitas daya yang mampu dilewatkannya. Semua nilai yang
berkaitan dengan resistor tersebut penting untuk diketahui dalam perancangan suatu

2
rangkaian elektronika oleh karena itu pabrikan resistor selalu mencantumkan dalam
kemasan resistor tersebut.
Simbol resistor dalam bentuk gambar yang sering digunakan dalam suatu desain
rangkaian elektronika.

Gambar 1. 2 Simbol Resistor


1. Rating Daya

Kapasitas daya pada resistor merupakan nilai daya maksimum yang mampu
dilewatkan oleh resistor tersebut. Nilai kapasitas daya resistor ini dapat dikenali dari
ukuran fisik resistor dan tulisan kapasitas daya dalam satuan Watt untuk resistor
dengan kemasan fisik besar. Menentukan kapasitas daya resistor ini penting
dilakukan untuk menghindari resistor rusak karena terjadi kelebihan daya yang
mengalir sehingga resistor terbakar dan sebagai bentuk efisiensi biaya dan tempat
dalam pembuatan rangkaian elektronika.

Banyak resistor tetap yang di rancang untuk menghantarkan listrik pada rating
daya tidak lebih dari seperempat watt (250 mW). Daya maksimum ini tidak boleh
dilampui. Ada beberapa resistor yang dibuat dengan rating daya yang lebih besar,
misalnya 0,5 A ; 1 A ; 5 A. Beberapa di antaranya bahkan mampu bekerja dengan
daya hingga beberapa ratus watt. Rating ini lebih besar di bandingkan dengan yang di
pakai untuk resistor-resistor daya rendah pada umumnya. Resistor-resistor dengan
rating daya setinggi ini biasanya terdiri dari sebuah kumparan kawat tipis yang
dililitkan paDa sebuah inti keramik.

3
2. Toleransi Resistor

Toleransi resistor merupakan perubahan nilai resistansi dari nilai yang tercantum


pada badan resistor yang masih diperbolehkan dan dinyatakan resistor dalam kondisi
baik. Pada umumnya pada badan resistor terdapat cincin warna keempat, yang di
tempatkan pada ujung yang berlawanan dengan ketiga cincin lainnya. Cincin warna
ini menunjukkan toleransi atau tingkat kepresisian resistor. Cincin ini menunjukkan
seberapa jauh nilai tahanan aktual resistor akan menyimpang ( atau berbeda ) dari
nilai tahanan nominal yang di nyatakan oleh kode warna resistor.
Nilai toleransi resistor ini ada beberapa macam yaitu resistor dengan toleransi
kerusakan 1% (resistor 1%), resistor dengan toleransi kesalahan 2% (resistor2%),
resistor dengan toleransi kesalahan 5% (resistor 5%) dan resistor dengan toleransi
10% (resistor 10%).
Nilai toleransi resistor ini selalu dicantumkan di kemasan resistor dengan kode
warna maupun kode huruf. Sebagai contoh resistor dengan toleransi 5% maka
dituliskan dengan kode warna pada cincin ke 4 warna emas atau dengan kode huruf J
pada resistor dengan fisik kemasan besar. Resistor yang banyak dijual dipasaran pada
umumnya resistor 5% dan resistor 1%.
3. Kode Warna Resistor

Untuk menentukan nilai resistansi suatu resistor dapat diketahui dengan 2 cara.
Untuk resistor dengan fisik yang besar biasanya nilai resistansi sudah tertulis di badan
resistor. Namun, untuk resistor dengan fisik yang lebih kecil biasanya nilai
resistansinya dilambangkan dengan kode warna.

4
Gambar 1. 3 Keterangan Kode Warna Resistor

a. Resistor Dengan 4 Cincin Kode Warna

Maka cincin ke 1 dan ke 2 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke 3
merupakan faktor pengali kemudian cincin kode warnake 4 menunjukan nilai
toleransi resistor.

Gambar 1. 4 Resistor dengan 4 Cincin Kode Warna

b. Resistor Dengan 5 Cincin Kode Warna

Maka cincin ke 1, ke 2 dan ke 3 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke
4 merupakan faktor pengali kemudian cincin kode warna ke 5 menunjukan nilai
toleransi resistor.

5
Gambar 1. 5 Resistor dengan 5 Cincin Kode Warna

c. Resistor Dengan 6 Cincin Warna

Resistor dengan 6 cicin warna pada prinsipnya sama dengan resistor dengan 5
cincin warna dalam menentukan nilai resistansinya. Cincin ke 6 menentukan
coefisien temperatur yaitu temperatur maksimum yang diijinkan untuk resistor
tersebut.

Gambar 1. 6 Resistor dengan 6 Cincin Warna

1.
4. Fungsi Resistor

Dalam rangkaian listrik, resistor memiliki peran penting untuk membatasi arus


dan berperan penting pada bagian aktif seperti transistor dan IC. Berikut beberapa
fungsi yang terdapat pada resistor yaitu sebagai berikut.

a) Membatasi arus dan tegangan pada transistor.


Transistor pada dasarnya membutuhkan tegangan dasar yang rendah untuk
membuat tegangan tinggi mengalir melalui terminal. Namun tegangan dasar cukup

6
rentan terhadap arus tinggi, sehingga resistor dibutuhkan untuk mmebatasi arus
menyediakan tegangan dasar pengaman.

b) Membatasi arus pada LED.


Seperti pada transistor, LED juga terlalu sensitif terhadap arus tinggi. Resistor
yang ditempatkan pada rangkaian dengan LED akan membuat arus mengalir sesuai
yang dibutuhkan.
c) Pengatur waktu dalam rangkaian.
Komponen pengatur waktu pada rangkaian timer dan oscillator selalu
menggunakan kombinasi resistor dan kapasitor. Waktu dibutuhkan untuk mengisi
atau membuang muatan listrik dan memicu rangkaian. Resistor secara efektif
digunakan untuk mengatur proses pengisian dan pembuangan muatan tersebut dengan
nilai yang bervariasi untuk mendapatkan interval waktu yang berbeda.
d) Melindungi arus pendek.
Inisiasi pengaktifan power supply dapat menimbulkan tegangan berbahaya bagi
rangkaian listrik yang dapat berbahaya bagi komponen penting. Resistor
yang terhubung secara seri dengan terminal power supply pada rangkaian dapat
membatasi tegangan meningkat secara mendadak dan menghindari bahaya yang dapat
terjadi. Resistor tersebut umumnya memiliki nilai yang rendah sehingga tidak akan
mempengaruhi kapasitas dari rangkaian secara keseluruhan.

b. Bahan-Bahan yang Terkandung dalam Resistor


1. Film Karbon

Selapis film karbon diendapkan pada selapis substrat isolator, dan potongan
memilin dibuat untuk membentuk jalur resistif panjang dan sempit. Dengan
mengubah lebar potongan jalur, ditambah dengan resistivitas karbon (antara 9 hingga
40 µΩ-cm) dapat memberikan resistansi yang lebar[1]. Resistor film karbon
memberikan rating daya antara 1/6 W hingga 5 W pada 70 °C. Resistansi tersedia
antara 1 ohm hingga 10 MOhm. Resistor film karbon dapat bekerja pada suhu di
antara -55 °C hingga 155 °C. Ini mempunyai tegangan kerja maksimum 200 hingga
600 v.

7
2. Film Logam

Unsur resistif utama dari resistor foil adalah sebuah foil logam paduan khusus
setebal beberapa mikrometer. Resistor foil merupakan resistor dengan presisi dan
stabilitas terbaik. Salah satu parameter penting yang memengaruhi stabilitas adalah
koefisien temperatur dari resistansi (TCR). TCR dari resistor foil sangat rendah.
Resistor foil ultra presisi mempunyai TCR sebesar 0.14ppm/°C, toleransi ±0.005%,
stabilitas jangka panjang 25ppm/tahun, 50ppm/3 tahun, stabilitas beban 0.03%/2000
jam, EMF kalor 0.1μvolt/°C, desah -42dB, koefisien tegangan 0.1ppm/V, induktansi
0.08μH, kapasitansi 0.5pF.

3. Komposisi Karbon
Resistor jenis ini terdiri dari sebuah unsure resistif yang berbentuk tabung dengan
kawat atau tutup logam pada kedua ujungnya. Badan resistor ilindungi dengan cat
atau plastic dan diberi kode warna sesuai dengan nilai resistansinya. Unsure resistif
dibuat dari campuran serbuk karbon dan bahan isolator (biasanya keramik). Resin
digunakan untuk melekatkan campuran. Resistansinya ditentukan oleh perbandingan
dari serbuk karbon dengan bahan isolator. Resistor komposisi karbon sering
digunakan sebelum tahun 1970-an, tetapi sekarang tidak terlalu popular karena
resistor jenis lain mempunyai karakteristik yang lebih baik. Resistor komposisi
karbon memiliki kelemahan seperti toleransi dan resistansinya berubah jika dikenai
tegangan lebih. Selain itu, jika resistor menjadi lembab panas solder dapat
mengakibatkan perubahan resistansi dan resistor menjadi rusak. Walaupun begitu,
resistor ini sangat reliable jika tidak pernah diberikan tegangan lebih ataupun panas
lebih. Resistor ini masih diproduksi, tetapi relative cukup mahal. Resistansi nya
berkisar antara beberapa mili Ohm hingga 22 Ohm.

c. Jenis-Jenis Resistor
1. Resistor berdasarkan Bahannya

Berdasarkan jenis dan bahan yang digunakan untuk membuat resistor dibedakan
menjadi resistor kawat, resistor arang dan resistor oksida logam atau resistor metal
film.

8
a) Resistor Kawat (Wirewound Resistor)

Gambar 1. 7 Resistor Kawat

Resistor kawat atau wirewound resistor merupakan resistor yang dibuat dengan
bahat kawat yang dililitkan. Sehingga nilai resistansiresistor ditentukan dari
panjangnya kawat yang dililitkan. Resistor jenis ini pada umumnya dibuat dengan
kapasitas daya yang besar.

b) Resistor Arang (Carbon Resistor)

Gambar 1. 8 Resistor Arang

Resistor arang atau resistor karbon merupakan resistor yang dibuat dengan bahan
utama batang arang atau karbon. Resistor karbon ini merupakan resistor yang banyak
digunakan dan banyak diperjual belikan. Dipasaran resistor jenis ini dapat kita jumpai
dengan kapasitas daya 1/16 Watt, 1/8 Watt, 1/4 Watt, 1/2 Watt, 1 Watt, 2 Watt dan 3
Watt.

c) Resistor Oksida Logam (Metal Film Resistor)

9
Gambar 1. 9 Resistor Oksida Logam

Resistor oksida logam atau lebih dikenal dengan nama resistor metal film
merupakan resistor yang dibuah dengan bahan utama oksida logam yang memiliki
karakteristik lebih baik. Resistor metal film ini dapat ditemui dengan nilai tolerasni
1% dan 2%. Bentuk fisik resistor metal film ini mirip denganresistor kabon hanya
beda warna dan jumlah cicin warna yang digunakan dalam penilaian resistor tersebut.
Sama seperti resistorkarbon, resistor metal film ini juga diproduksi dalam beberapa
kapasitas daya yaitu 1/8 Watt, 1/4 Watt, 1/2 Watt. Resistor metal film ini banyak
digunakan untuk keperluan pengukuran, perangkat industri dan perangkat militer.

2. Resistor berdasarkan Nilai Resistansinya

Kemudian berdasarkan nilai resistansinya resistor dibedakan menjadi 2 jenis yaitu


resistor tetap (Fixed Resistor) dan resistor tidak tetap (Variable Resistor)

a) Resistor tetap(Fixed Resistor)


Resistor tetap merupakan resistor yang nilai resistansinya tidap dapat diubah atau
tetap. Resistor jenis ini biasa digunakan dalam rangkaian elektronika sebagai
pembatas arus dalam suatu rangkaian elektronika.

Gambar 1. 10 Bentuk dan Simbol Resistor Tetap

Resistor tetap dapat kita temui dalam beberpa jenis, seperti :

10
 Resistor Kawat

Gambar 1. 11 Resistor Kawat

Resistor Kawat adalah jenis resistor yang baru pertama kali di gunakan pada saat
rangkaian elektronika masih menggunakan tabung hampa. Bentuk fisik dari resistor
ini bervariasi dan memiliki ukuran yang cukup besar. Karena memiliki resistansi yang
tinggi dan tahan terhadap panas yang tinggi, resistor ini hanya dipergunakan dalam
rangkaian power. Sampai saat ini, jenis yang masih di pakai adalah jenis yang
memiliki lilitan kawat pada bahan keramik, kemudian di lapisi dengan bahan semen.

 Resistor Batang Karbon (Arang)

Gambar 1. 12 Resistor Batang Karbon

Resistor ini terbuat dari bahan karbon kasar yang kemudian di beri lilitan dan
tanda dengan kode warna yang berbentuk gelang. Untuk dapat membaca nilai
resistansi dari setiap warna gelang tersebut dapat menggunakan tabel kode warna.
Jenis resistor ini terbentuk setelah adanya resistor kawat. Saat ini sudah jarang orang
yang menggunakan resistor batang karbon di dalam rangkaian-rangkaian elektronik.

11
 Resistor Keramik

Gambar 1. 13 Resistor Keramik

Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, khususnya di bidang elektronik.


Pada saat ini telah tercipta jenis resistor yang terbuat dari bahan dasar keramik atau
porselin dan dilapisi dengan kaca tipis. Karena memiliki bentuk fisik yang kecil dan
juga nilai resistansi yang tinggi, resistor ini paling banyak digunakan dalam rangkaian
elektronik. Rating daya yang dimiliki resistor keramik sebesar 1/4 Watt, 1/2 Watt, 1
Watt dan 2 Watt.

 Resistor Film Karbon

Gambar 1. 14 Resistor Film Karbon

Resistor ini merupakan hasil dari pengembangan resistor batang karbon. Sejalan
dengan perkemangan teknologi, telah terbentuklah resistor yang dibuat dari karbon
dan dilapisi dengan bahan film yang berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh
luar. Nilai resistansi sudah tercantum dalam bentuk tabel kode warna. Karena
memiliki nilai resistansi yang tinggi dan juga bentuk fisiknya kecil, resistor ini juga
banyak digunakan di dalam berbagai rangkaian elektronika. Rating daya yang
dimiliki resistor ini adalah 1/4 Watt, 1/2 Watt, 1 Watt dan 2 Watt.
12
 Resistor Film Metal

Gambar 1. 15 Resistor Film Metal

Bentuk dari resistor film metal hampir sama dengan resistor film karbon. Hanya
saja resistor ini tahan terhadap perubahan temperatur dan memiliki tingkat kepresisian
yang tinggi karena nilai toleransi yang mencapai 1% atau 5%. Jika di bandingkan
dengan jenis Fixed Resistor lainnya, resistor ini memiliki kepresisian yang lebih
tinggi karena memilik 5 gelang warna bahkan ada juga yang terdapat 6 gelang warna.
Resistor film metal banyak digunakan dalam rangkaian elektronika yang memiliki
tingkat ketelitian tinggi, seperti alat ukur.

b) Resistor Tidak Tetap (Variable Resistor)


Variable Resistor adalah jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah dan
diatur sesuai dengan keinginan. Pada umumnya Variable Resistor terbagi menjadi
Potensiometer, Rheostat dan Trimpot.Bentuk dan Simbol Variable Resistor  

Gambar 1. 16 Bentuk dan Simbol Resistor Tidak Tetap

13
 Potensiometer

Gambar 1. 17 Potensiometer

Potensiometer adalah jenis variable resistor yang nilai resistansinya dapat kita
rubah dengan cara memutar porosnya melalui tuas yang sudah di sediakan. Pada
umumnya, resistor ini terbuat dari kawat atau karbon dan paling banyak digunakan
dalam rangkaian elektornika. Saat ini telah banyak potensiometer yang terbuat dari
bahan karbon karena memiliki ukuran yang lebih kecil dan resistansi yang cukup
besar. Perubahan nilai resistansi terbagi menjadi dua, yaitu linier dan logaritmatik.
Untuk mengetahui apakah potensiometer tersebut linier atau logaritmatik dapat dilihat
dari huruf yang tertera pada bagian belakang. Apabila tertera huruf “B” maka
potensiometer tersebut bersifat logaritmatik, sedangkan jika tertera huruf “A” maka
potensiometer tersebut bersifat linier.

 Trimpot

Gambar 1. 18 Trimpot

14
Trimpot atau biasa di sebut Tripotensiometer adalah resistor yang nilai
resistansinya dapat berubah. Sifat dan karakteristik trimpot tidak jauh berbeda dengan
potensiometer, hanya saja bentuk fisik trimpot lebih kecil dibandingkan dengan
potensiometer. Perubahan nilai resistansi tersebut juga dibagi menjadi 2, yaitu linier
dan logaritmatik. Untuk mengubah nilai resistansi dengan cara memutar lubang
tengah pada badan trimpot dengan menggunakan obeng.

 NTC dan PTC

Gambar 1. 19 NTC dan PTC

NTC (Negative Temperature Coefficient) dan PTC (Positive Temperature


Coefficient) merupakan resistor yang nilai resistansinya dapat berubah apabila terjadi
perubahan temperatur di sekelilingnya. Nilai resistansi NTC sendiri akan naik apabila
temperatur di sekelilingnya turun, Sedangkan nilai resistansi PTC akan naik jika jika
temperatur di sekelilingnya naik. Kedua resiston ini paling sering digunakan sebagai
sensor karena dapat mengukur suhu atau temperatur daerah di sekelilingnya.

d. Prinsip Kerja Resistor

Dengan menggunakan resistor pada rangkaian listrik, kita dapat mengurangi arus
listrik hingga ke besaran yang diharapkan. Karena fungsi yang terdapat di dalamnya,
resistor merupakan komponen utama yang digunakan pada alat elektronik. Meskipun
bentuk resistor dari luar terlihat seragam, bagian dalam resistor biasanya berbeda
berdasarkan material yang digunakan. Pada bagian dalam, kita akan menemukan
batang keramik dipasang pada bagian inti dan diselubungi oleh kawat tembaga di
bagian luarnya.

15
Jumlah tembaga yang dipasang mempengaruhi besaran hambatan. Semakin
banyak kawat tembaga yang dililit dan semakin tipis tembaga, semakin besar
hambatan yang terdapat di dalamnya. Resistor dengan hambatan lebih rendah yang
dirancang untuk kebutuhan rangkaian listrik bertenaga rendah, biasanya tidak
menggunakan tembaga melainkan lilitan dari karbon.

Jika sebuah resistor di anggap sebagai sebuah bendungan& arus air yang mengalir
dianggapsebagai arus listrik. Umpamanya sebuah sungai terdapat dua bendungan
yang digunakan untuk membagi air tersebut. Bendungan pertama sebagai resistor 1
dan bendungan kedua sebagai resistor 2. maka besarnya arus air tergantung dari besar
kecilnya  bukaan pintu bendungan yang di buka. Semakin besar pintu bendungan
dibuka, semakin besar juga arus air yang akan melewati pintu bendungan tersebut,
dan jika bukaan di tiap-tiap pintu bendungan tersebut sama besarnya maka arus air
yang mengalir akan terbagi rata  di kedua pintu bendungan tersebut.jadi bila
menginginkan arus yang besar maka kita pasang resistor yang nilai resistansi
(tahanan) nya kecil, mendekati nol atau sama dengan nol atau tidak dipasang sama
sekali dengan demikian arus tidak lagi dibatasi.

e. RANGKAIAN RESISTOR
1. Resistor dalam Rangkaian Seri

Beberapa hambatan yang salah satu ujungnya dihubungkan dengan salah satu
ujung hambatan yang lain disebut hubungan hambatan seri. Resistor yang disusun seri
selalu menghasilkan resistansi yang lebih besar. Pada rangkaian seri, arus yang
mengalir pada setiap resistor sama besar. R1, R2, dan R3 disusun secara seri, resistansi
dari gabungan R1, R2, dan R3 dapat diganti dengan satu resistor pengganti yaitu Rs.
Resistor yang dirangkai secara seri mempunyai nilai pengganti, yang besarnya dapat
dirumuskan: Jika semua nilai R yang disusun sama, dapat ditulis:   

16
Gambar 1. 20 Resistor Rangkaian Seri

2. Resistor dalam Rangkaian Parallel


Beberapa hambatan yang masing-masing ujungnya dihubungkan menjadi satu
disebut hubungan parallel. Resistor yang disusun secara paralel selalu menghasilkan
resistansi yang lebih kecil. Pada rangkaian paralel arus akan terbagi pada masing-
masing resistor pada masing-masing resestor, tetapi tegangan pada ujung-ujung
resistor sama besar.
Pada rangkaian fresestor disamping untuk R 1, R2, dan R3 disusun secara paralel,
resistansi dari gabungan R1, R2, dan R3 dapat diganti dengan satu resistor pengganti
yaitu Rp. Resistor yang dirangkai secara paralel mempunyai nilai pengganti, yang
besarnya dapat dirumuskan:

Gambar 1. 21 Resistor Rangkaian Parallel

17
B. KAPASITOR

a. Pengertian Kapasitor
Kapasitor adalah alat yang dapat menyimpan energy di dalam medan listrik, dengan
cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kapasitor memiliki
satuan yang disebut Farad, sesuai dari nama sang penemu Micahel Farad (1 Farad = 9 x
1101). Kondensator juga dikenal sebagai "kapasitor", namun kata "kondensator" masih
dipakai hingga saat ini. Pertama disebut oleh Alessandro Volta seorang
ilmuwan Italia pada tahun 1782 (dari bahasa Itali condensatore), berkenaan dengan
kemampuan alat untuk menyimpan suatu muatan listrik yang tinggi dibanding komponen
lainnya.

Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu
bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum,
keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka
muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan
pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi.

Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya
muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutub positif, karena terpisah oleh bahan
dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak ada konduksi
pada ujung-ujung kakinya. Di alam bebas, phenomena kapasitor ini terjadi pada saat
terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif di awan.

Kapasitor atau kondensator atau biasa disebut dengan kapasitor polar, identik dengan
mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu positif dan negative dan memiliki cairan
elektrolit, biasanya berbentuk tabung. Sedangkan kapasitor yang satunya disebut
kapasitor non polar, kebanyakan nilai kapasitasnya lebih rendah, tidak mempunyai kutub
positif ataupun negative pada kakinya, berbentuk pipih dan berwarna hijau, merah, dan
coklat. Mirip seperti kancing atau tablet.

18
Gambar 2. 1 Lambang Kapasitor Polar dan Kapasitor Non Polar

b. Kegunaan Kapasitor
Telah dijelaskan di atas bahwa guna dari kapasitor adalah menyimpan muatan listrik.
Dalam beberapa sistem pengapian mobil, misalnya, sebuah kapasitor (disebut kondensor)
menyimpan sementara muatan pada saat poin breaker dari distributor terbuka. Jika tidak
ada kondensor, muatan akan melonjak jauh dan merusak poin.
Selain itu kapasitor juga berfungsi :
 Sebagai kopling diantara satu rangkaian dengan tertentu rangkaian lannya di power
supply
 Sebagai penyaring / filter didalam rangkaian power supply
 Dalam rangkaian antena berfungsi sebagai pembangkit gelombang / frekuensi
 Pada lampu neon adalah untuk penghemat daya listrik
 Pada rangkaian yg ada terdapat kumparan dan terjadi pemutusan / terputusnya arus
maka akan terjadi loncatan listrik, nah kapasitor lah yang berfungsi untuk mencegah
terjadinya loncatan listrik ini
 Pada pesawat penerima radio fungsinya untuk pemilih panjang frekuensi /
gelombang yang akan ditangkap.

c. Prinsip Kerja Kapasitor


Kapasitor terdiri dari 2 plat penghantar yang terpisah oleh foli isolator (dielektrik).
Waktu plat bersinggungan dengan tegangan listrik, plat negative akan terisi electron-
elektron. Jika sumber tegangan dilepas, electron-elektron masih tetap tersimpan pada plat
kapasitor (ada penyimpanan muatan listrik).

19
Gambar 2. 2 Cara kerja Kapasitor

Jika kedua penghantar yang berisi muatan listrik tersebut dihubungkan, maka akan
terjadi penyeimbangan arus, lampu menayala lalu padam.

d. Jenis-Jenis Kapsitor
Kapasitor terbagi 2, yaitu kapasitor polar dan kapasitor non polar. Kapasitor polar
yaitu kapasitor yang memiliki 2 kutub di kedua ujungnya, yakni kutub positif dan kutub
negative, kapasitor jenis ini terbuat dari bahan elektrolit dan berbentuk tabung, serta nilai
kapasistansi nya lebih besar. Kapasitor non polar, yaitu kapasitor yang tidak memiliki
kutub pada kedua ujungnya, biasanya terbuat dari bahan keramik dan berbentuk seperti
kancing, nilai kapasistansinya lebih kecil dari kapasitor polar.
Jenis kapasitor atau kondensator juga dapat dibagi menjadi beberapa bagian, menurut
kegunaannya yakni :
1. Kondesator Tetap (FixedI CapacitorA)
Kapasitor yang nilainya konstan dan tidak berubah, kondensator tetap terbagi 6
macam:
a) Kapasitor Keramik (Ceramic Capasitor)
Kapasitor Keramik adalah Kapasitor yang Isolatornya terbuat dari Keramik
dan berbentuk bulat tipis ataupun persegi empat. Mempunyai kapasitas mulai dari
beberapa piko Farad sampai dengan ratusan Kilopiko Farad (KpF). Dengan
tegangan kerja maksimal 25 volt sampai 100 volt, tetapi ada juga yang sampai
ribuan volt.

20
Gambar 2. 3 Kapasitor Keramik

b) Kapasitor Polyester (Polyester Capacitor)


Pada dasarnya sama dengan kondensator keramik, begitu juga dengan cara
menghitung nilai kapasitasnya. Bentuknya seperti permen dang memiliki warna
hijau, coklat, dan sebagainya

Gambar 1 Kapasitor Polyester


c) Kapasitor Kertas (Paper Capacitor)
Kapasitor ini isolatornya dibuat dari bahan mika, nilai kapasitor ini biasanya
kisaran 50pF sampai 0.02µF. Masih sama seperti Kapasitor Polyester
dan Kapasitor Kertas, kapasitor mika ini juga dapat dipasang bolak-balik karena
tidak mempunyai polaritas arah.

Gambar 2Kapasitor Kertas


d) Kapasitor Mika (Mica Capacitor)
Kapasitor Mika adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari bahan
Mika. Nilai Kapasitor Mika pada umumnya berkisar antara 50pF sampai 0.02µF.
Kapasitor Mika juga dapat dipasang bolak balik karena tidak memiliki polaritas
arah.

21
Gambar 3Kapasitor Mika
e) Kapasitor Elektrolit (Electrolyte Capacitor)
Kapasitor Elektrolit adalah yang bahan Isolatornya terbuat dari Elektrolit
(Electrolyte) dan berbentuk Tabung / Silinder. Kapasitor Elektrolit atau disingkat
dengan ELCO ini sering dipakai pada Rangkaian Elektronika yang memerlukan
Kapasintasi (Capacitance) yang tinggi. Kapasitor Elektrolit yang memiliki
Polaritas arah Positif (-) dan Negatif (-) ini menggunakan bahan Aluminium
sebagai pembungkus dan sekaligus sebagai terminal Negatif-nya.

Gambar 4 Kapasitor Eletrolit


Pada umumnya nilai Kapasitor Elektrolit berkisar dari 0.47µF hingga ribuan
microfarad (µF). Biasanya di badan Kapasitor Elektrolit (ELCO) akan tertera
Nilai Kapasitansi, Tegangan (Voltage), dan Terminal Negatif-nya. Hal yang perlu
diperhatikan, Kapasitor Elektrolit dapat meledak jika polaritas (arah)
pemasangannya terbalik dan melampui batas kamampuan tegangannya.
f) Kapasitor Tantalum
Sebenarnya perbedaan kapasitor ini dengan yang lainnya tidak terlalu banyak,
hanya saja kapasitor ini memakai logam Tantalum yang dijadikan terminal
anodanya. kapasitor ini mampu bekerja pada suhu yang tinggi melampaui

22
kapasitor elektrolit lainnya dan mempunyai kapasitansi yang besar namun bisa di
packing dengan ukuran yang kecil. Oleh karena itu kapasitor jenis ini harganya
lebih mahal, biasanya kapasitor ini digunakan pada peralatan elektronika yang
ukurannya kecil seperti komponen komputer, handphone dan barang elektronika
lainnya yang ukurannya kecil.

Gambar 5 Kapasitor Tantalum


2. Kondensator Tak Tetap (Variabel Capasitor)
Jenis ini kapasitasnya dapat diubah, secara fisik kondensator ini mempunyai poros
yang dapat diputar dengan menggunakan obeng untuk mengubah nilai
kapasitasnya.kondeksator tak tetap terbagi atas 2 yaitu:
a) Varco (Variable Condensator)
Kapasitor ini terbuat dari Logam dengan ukuran yang lebih besar dan pada
umumnya digunakan untuk memilih Gelombang Frekuensi pada Rangkaian Radio
(digabungkan dengan Spul Antena dan Spul Osilator). Nilai Kapasitansi VARCO
berkisar antara 100pF sampai 500pF

Gambar 6 Kondesator Variabel


b) Kondesator Terminal
Trimmer adalah jenis Kapasitor Variabel yang memiliki bentuk lebih kecil
sehingga memerlukan alat seperti Obeng untuk dapat memutar Poros
pengaturnya. Trimmer terdiri dari 2 pelat logam yang dipisahkan oleh selembar
Mika dan juga terdapat sebuah Screw yang mengatur jarak kedua pelat logam
tersebut sehingga nilai kapasitansinya menjadi berubah. Trimmer dalam

23
Rangkaian Elektronika berfungsi untuk menepatkan pemilihan gelombang
Frekuensi (Fine Tune). Nilai Kapasitansi Trimmer hanya maksimal sampai
100pF.

Gambar 7 : Kondesator Terminal

e. Pengukuran Kapasitor
Kapasitor diukur berdasarkan satuan yang disebut “farad” (dilambangkan dengan
simbol “F”). Satuan ini menetapkan berapa banyak elektron yang dapat disimpan oleh
kapasitor. 1 Farad menyatakan jumlah elektron yang sangat banyak. Kapasitor diukur
dengan satuan “micro-farad” (F) (micro-farad adalah sepersejuta farad).
Selain diukur dalam satuan farad, kapasitor juga memiliki rating tegangan maksimum
yang dapat ditanganinya. Ketika mengganti kapasitor, jangan menggunakan kapasitor
dengan rating tegangan yang lebih rendah. Ada tiga faktor yang menentukan kapasitas
sebuah kapasitor:
 Luas pelat-pelat yang memiliki daya konduksi
 Jarak di antara pelat-pelat yang memiliki daya konduksi
 Bahan yang digunakan sebagai dielektrik.
Kapasitor yang bermuatan dapat mengirimkan energi simpanannya sama seperti yang
dapat dilakukan oleh baterai (meskipun penting untuk dicatat bahwa, tidak seperti baterai,
kapasitor menyimpan listrik, tetapi tidak menghasilkannya). Ketika digunakan untuk
mengalirkan arus walaupun dalam jumlah kecil, kapasitor memiliki potential untuk
menyimpan tegangan sampai beberapa minggu lamanya.

24
C. TRANSISTOR

a. Pengertian Transistor
Transistor adalah sebuah komponen elektronika yang digunakan untuk penguat,
sebagai sirkuit pemutus, sebagai penyambung, sebagai stabilitas tegangan, modulasi
sinyal dan lain-lain. Fungsi transistor juga sebagai kran listrik yang dimana berdasarkan
tegangan inputnya, memungkinkan pengalihat listrik yang akurat yang berasal dari
sumber listrik.

Transistor pertama kali ditemukan oleh tiga orang fisikawan yang berasal Amerika
Serikat pada akhir tahun 1947 adalah Transistor jenis Bipolar. Mereka adalah   John
Bardeen, Walter Brattain, dan William Shockley. Dengan penemuan tersebut, perangkat-
perangkat elektronik yang pada saat itu berukuran besar dapat dirancang dalam kemasan
yang lebih kecil dan portabel (dapat dibawa kemana-mana). Ketiga fisikawan tersebut
mendapatkan Hadiah Nobel Fisika pada tahun 1956 atas penemuan Transistor ini. Namun
sebelum ketiga fisikawan Amerika Serikat tersebut menemukan Transistor Bipolar,
seorang fisikawan Jerman yang bernama Julius Edgar Lilienfeld sudah mempatenkan
Transistor jenis Field Effect Transistor di Kanada pada tahun 1925 tetapi Julius Edgar
Lilienfeld tidak pernah mempublikasikan hasil penelitiannya baik dalam bentuk tulisan
maupun perangkat prototype-nya. Pada tahun 1932, seorang inventor Jerman yang
bernama Oskar Heil juga mendaftarkan paten yang hampir sama di Eropa.

Gambar 2.1 Transistor Bipolar dan Simbol Transistor

Transistor seperti gambar diatas dapat disebut juga transistor bipolar atau transistor
BJT (Bipolar Junction Transistor). Transistor bipolar adalah inovasi yang menggantikan

25
transistor tabung (vacum tube). Selain dimensi transistor bipolar yang relatif lebih kecil,
disipasi dayanya juga lebih kecil sehingga dapat bekerja pada suhu yang lebih dingin.

b. Jenis-Jenis Transistor

Jenis-Jenis Transistor dan cara kerja transistor pada umumnya dibagi menjadi dua


jenis yaitu; Transistor Bipolar (dwi kutub) dan Transistor Efek Medan (FET – Field
Effect Transistor).

1. Transistor Bipolar

Transistor Bipolar adalah jenis transistor yang paling banyak di gunakan


pada rangkaian elektronika. Jenis-Jenis Transistor ini terbagi atas 3 bagian
lapisan material semikonduktor yang terdiri dari dua formasi lapisan yaitu lapisan P-
N-P (Positif-Negatif-Positif) dan lapisan N-P-N (Negatif-Positif-Negatif). Sehingga
menurut dua formasi lapisan tersebut transistor bipolar dibedakan kedalam dua jenis
yaitu transistor PNP dan transistor NPN.

Masing-masing dari ketiga kaki jenis-jenis transistor ini di beri nama B (Basis),


K (Kolektor), dan E (Emitor). Fungsi transistor bipolar ini adalah sebagai pengatur
arus listrik (regulator arus listrik), dengan kata lain transistor dapat membatasi arus
yang mengalir dari Kolektor ke Emiter atau sebaliknya (tergantung jenis transistor,
PNP atau NPN).

Gambar 2.2 Bentuk Transistor Bipolar dan simbol transistor Bipolar

26
2. Transistor FET (Field Effect Transistor)

Transistor Efek Medan 9 FET-Field Effect Transistor) merupakan jenis transistor


yang juga memiliki 3 kaki terminal yang masing- masing di beri nama Drain (D),
Source (S), dan Date (G). Cara kerja transistor ini adalah mengendalikan aliran
elektron dari terminal Source ke Drain melalui tegangan yang diberikan pada
terminal Gate.

Gambar 2.3 Transistor FET Field Effect Transistor

Perbedaan antara transistor bipolar dan transistor FET adalah jika transistor


bipolar mengatur besar kecil-nya arus listrik yang melalui kaki Kolektor ke Emiter
atau sebaliknya melalui seberapa besar arus yang diberikan pada kaki Basis,
sedangkan pada FET besar yang mengalir pada Drain ke Source atau sebaliknya
adalah dengan beberapa besar tegangan yang di berikan pada kaki Gate.
c. Fungsi Transistor
Transistor memiliki beberapa fungsi di antaranya adalah :
 Amplifier : Penguat
 Mixer       : Mencampur Frekuensi
 Rectifier   : Penyearah
 Switcher   : Penghubung (saklar)
 Oscilater   : Pembangkit getaran
Contoh Rangkaian Elektronik Menggunakan Transistor
1. Sebagai Saklar
Kebanyakan kita pada sistem kontrol menggunakan Arduino atau jenis
mikrokontroller lain nya, menggunakan Transistor sebagai switch atau saklar.

27
Sebagai contoh mengontrol Relay AC dengan Arduino. Pada dasar nya tegangan
output Arduino tidak sanggup mengontrol Relay AC. Apalagi jika di hubungkan
langsung akan menyebabkan kerusakan pada Arduino itu sendiri.
2. Transistor Sebagai Driver Motor DC
Fungsi transistor yang lazim dilihat pada system kontrol adalah sebagai driver
atau pengendali motor DC. Motor DC akan off atau on jika kondisi transistor dalam
keadaan saturasi atau cut off. Tidak hanya on off saja, transistor ini juga bisa
berfungsi sebagai penentu arah putaran motor DC. Apakah motor nya berputar searah
jarum jam atau berlawanan dengan jarum jam. Rangkaian nya sering di sebut
dengan H-Bridge resistor.Salah satu rangkaian nya bisa dilihat pada gambar di bawah
ini.

Gambar 2.4 Rangkaian Transistor Sebagai Driver Motor DC

3. Saklar sebagai Pembangkit Sinyal Flip – Flop


Pada rangkaian flip flop juga terdapat dua transistor. Dimana led pada gambar di
bawah akan hidup dan padam secara bergantian. Penyebab led hidup dan padam atau
pembangkin sinyal pada rangkaian ini di sebabkan RC pada rangkaian.

Gambar 2.5 Rangkaian Transistor Sebagai Driver Motor DC

28
4. Transistor Sebagai Penguat Arus
Transistor juga pada umumnya di gunakan sebagai penguat Arus pada rangkaian
power supply regulator. Biasanya ini di gunakan sebagai sumber power supply
Arduino atau mikrokontroller lain. Sebagai contoh pada gambar di bawah ini. Jika
tanpa transistor maka output Tegangan 7805 adalah 5Volt. Namun kemampuan Arus
yang dia lewati sekitar 500mA. Artinya jika beban nya nanti melebihi 500mA maka
LM7805 akan mengalami kerusakan.
Untuk itu kita membutuhkan transistor sebagai penguat Arus. Sebagai contoh
pada rangkaian di atas. Jika tidak salah, Current colector nya adalah 15A. Dengan itu
maka rangkaian regulator tegangan di atas mampu di bebani sebesar 15A ( di
sarangkan kurang dari 15A).

d. Menentukan Kaki dan Jenis Transistor


Untuk menentukan jenis transistor dan ketiga kakinya maka dapat menggunakan dua
cara, yang pertama dengan melihat pada datasheetnya. Sedangkan yang kedua dengan
melakukan pengukuran/ tes kondisi menggunakan AVOmeter/ multitester. Pada
kesempatan kali ini kami akan menjelaskan cara kedua yaitu dengan melakukan tes
kondisi menggunakan multitester, yaitu:

1. Menentukan Kaki Basis, Sekaligus Menentukan Jenis Transistor. 

Untuk menentukan kaki basis kita harus tau karakter kaki basis ini, yaitu yang
dimiliki pada jenis PNP. Pada tahap ini kita harus memisalkan kaki-kaki transistor
tersebut dengan nama lain, sebagai contoh kaki 1, kaki 2, dan kaki 3. Kemudian atur
multitester ke Ohm meter x10 atau x10 0 kemudian kita cari kaki basis dengan.
Hubungkan probe merah ke salah satu kaki, misal kaki 1 kemudian probe hitam
dihubungkan ke kedua kaki yang lain, apabila multitester memberikan nilai ukur
resistansi yang rendah (jarum bergerak lebar) pada keduanya maka kaki 1 adalah kaki
basis untuk transistor PN P. Dan N PN apabila probe pada posisi kaki 1 adalah probe
hitam dengan hasil ukur seperti sebelumnya. Jika hanya pada satu kaki 2 atau 3 saja
yang bergerak kemungkinan basis-nya 2 atau 3. Ulangi lagi, carilah konfigurasi
sampai diketemukan jarum multitester bergerak semua. Pastikan basis sudah ketemu
dan jenis transistor NPN atau PNP:

29
Gambar 2.6 Menentukan Basis dan Jenis Transistor

NPN : Kaki basis probe hitam, kaki emitor dan kolektor probe merah maka jarum
bergerak. kemudian bila dibalik kaki basis probe merah, kaki emitor dan kolektor
probe hitam jarum tidak bergerak.

PNP: Kaki basis probe merah, kaki emitor dan kolektor probe hitam maka jarum
bergerak. kemudian bila dibalik kaki basis probe hitam, kaki emitor dan kolektor
probe merah jarum tidak bergerak.

2. Menentukan Kaki Kolektor dan Emitor. 

Kaki basis sudah ditentukan kemudian kita dapat menetukan kaki kolektor dan
emitor dengan konsep transistor sebagai saklar. Untuk menetukan kaki kolektor dan
emitor setting multmeter di pindah ke Ohm meter x10 KOhm , Kemudian lakukan
teknik berikut. Misalnya transistor N PN . Hubungkan probe hitam pada salah satu
kaki selain basis dengan cara menempelkan probe bersama jari tangan kita (probe dan
kaki transistor dipegang jadi satu). Hubungkan probe merah pada kaki yang lain (juga
selain basis) dan jangan disentuh dengan jari tangan.

Sentuh kaki basis dengan jari tangan (dengan tujuan memberikan bias pada kaki
tersebut mengingat tubuh kita juga memiliki energi listrik potensial). Jika jarum
multitester tidak bergerak, balik posisinya ke kaki yang lain. Sentuh kembali kaki
basis dengan jari tangan. Jika jarum meter bergerak cukup lebar maka bisa dipastikan
kaki yang dipegang bersama probe hitam adalah kolektor, kaki yang lain (probe

30
merah) adalah emitor. Untuk transistor PNP caranya sama cuma posisi probe
merah dan probe hitam dibalik.

(Gambar 2.7 Menentukan Kolektor dan Emitor)

Untuk kaki emitor pada kemasan tertentu biasanya ditandai sirip pada kemasan
transistor. Kemudian tanda untuk kaki kolektor adalah huruf c, tanda titik bulat, titik
kotak atau titik segitiga yang berada di kemasan transistor.

Menguji transistor memakai AVO digital atau yang analog bergotong-royong


sama,hanya ada perbedaan sedikit.Pengukuran transistor dengan AVO digital dan
analog balasannya berkebalikan.Mari kita bahas semuanya. Tansistor itu dasarnya
yaitu diode/dioda. Dan dioda dapat kita identikkan dengan LED. Walaupun LED dan
dioda sangat beda dalam implementasinya, tapi LED itu dioda yang mengeluarkan
cahaya. Makara LED itu juga punya pin positif dan negatif.

Hal ini yang akan kita jadikan ajaran pada pengukuran transistor juga. Transistor
PNP akan terdeteksi sebagai NPN kalau didefinisikan dengan warna probe yang kita

31
gunakan. Jika probe merah yaitu positif dan probe hitam yaitu negatif, maka kalau
memakai AVO analog, transistor akan aktif kalau probenya dibalik.

3. Menentukan Kaki Transistor (Emitor, Kolektor, Basis)

Menentukan Kaki Transistor dengan AVO Digital / Analog. Kaki transistor


menyerupai dua buah dioda yang disambung berhadapan atau bertolak belakang.
Tentunya kalau kita menganggap sisi depan yaitu sisi positif dan belakang yaitu sisi
negatif.

a) Menentukan Basis
Kaki basis yaitu kaki yang berkebalikan dengan kaki emitor dan kolektor. Jika
basis positif, maka emitor dan kolektor bernilai negatif. Jika basis negatif, maka
emitor dan kolektor yaitu positif. Jika dibentuk skemanya, transistor jenis NPN
dan PNP diambil dari jenis kaki-kaki transistor (Emitor-Basis-Kolektor).
 (Emitor-Basis-Kolektor) -> ( E - B - C ) == ( N - P - N ) <- (Negatif-
Positif-Negatif)

 (Emitor-Basis-Kolektor) -> ( E - B - C ) == ( P - N - P ) <- (Positif-


Negatif-Positif)

32
D. DIODA

a. Pengertian Dioda
Dioda adalah komponen elektronika aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor dan
mempunyai fungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah tetapi menghambat arus
listrik dari arah. Dioda dapat disamakan sebagai fungsi katup di dalam bidang
elektronika. Diode sebenarnya tidak menunjukan karakteristik kesearahan yang
sempurna, melainkan mempunyai karakteristik hubungan arus dan tegangan kompleks
yang tidak linier dan sering kali tergantung pada teknologi atau material yang digunakan
serta parameter penggunaan.

b. Fungsi Dioda
Fungsi dari Dioda antara lain:

 Untuk alat sensor panas


 Sebagai saklar atau pengaman
 Untuk rangkaian clamper dapat memberikan tambahan partikel DC untuk sinyal AC
 Untuk menstabilkan tegangan pada voltage regulator
 Untuk penyearah
 Untuk indikator
 Untuk alat menggandakan tegangan
 Untuk alat sensor cahaya

c. Cara Kerja Dioda


Cara kerja dioda mempunyai 3 kondisi, yaitu

1. Kondisi tanpa tegangan (unbiased)


Pada kondisi tidak diberikan tegangan akan terbentuk suatu batasan medan listrik
pada daerah P-N junction. Diawalai dengan proses fusi yaitu bergeraknya muatan
elektron dari sisi n ke sisi p. Hal ini terjadi diawali dengan proses difusi, yaitu
bergeraknya muatan elektro dari sisi n ke sisi p. Elektron-elektron tersebut akan
menempati suatu tempat di sisi pyangdisebutdengan holes. Pergerakan elektron-
elektron tersebut akan meninggalkan ion positif di sisi n, dan holes yang terisi dengan
elektron akan menimbulkan ion negatif di sisi p. Ion-ion tidak bergerak ini akan

33
membentuk medan listrik statis yang menjadi penghalang pergerakan elektron pada
dioda.
2. Kondisi tegangan positif (forword biased)
Dalam kondisi ini bagian anoda disambungkan dengan terminal positif sumber
listrik dan bagian katoda disambungkan dengan terminal negatif. Adanya tegangan
eksternal akan mengakibatkan ion-ion yang menjadi penghalang aliran listrik menjadi
tertarik ke masing-masing kutub. Ion-ion negatif akan tertarik ke sisi anoda yang
positif, dan ion-ion positif akan tertarik ke sisi katoda yang negatif. Hilangnya
penghalang-penghalang tersebut akan memungkinkan pergerakan elektron di dalam
dioda, sehingga arus listrik dapat mengalir seperti pada rangkaian tertutup.
3. Kondisi tegangan negatif (reverse biased)

Pada kondisi ini, bagian anoda disambungkan dengan terminal negatif sumber
listrik dan bagian katoda disambungkan dengan terminal positif. Adanya tegangan
eksternal akan mengakibatkan ion-ion yang menjadi penghalang aliran listrik menjadi
tertarik ke masing-masing kutub. Pemberian tegangan negatif akan membuat ion-ion
negatif tertarik ke sisi katoda (n-type) yang diberi tegangan positif, dan ion-ion positif
tertarik ke sisi anoda (p-type) yang diberi tegangan negatif. Pergerakan ion-ion
tersebut searah dengan medan listrik statis yang menghalangi pergerakan elektron,
sehingga penghalang tersebut akan semakin tebal oleh ion-ion. Akibatnya, listrik
tidak dapat mengalir melalui dioda dan rangkaian diibaratkan menjadi rangkaian
terbuka.

d. Jenis – Jenis Dioda


1. Dioda Penyearah (Rectifier)

Dioda penyearah adalah jenis dioda yang terbuat dari bahan Silikon yang
berfungsi sebagai penyearah tegangan / arus dari arus bolak-balik (ac) ke arus
searah (dc) atau mengubah arus ac menjadi dc. Secara umum dioda ini disimbolnya.

34
Gambar 8 Simbol dan Contohnya Dioda Penyearah

2. Dioda Zener

Dioda Zener merupakan dioda junction P dan N yang terbuat dari bahan dasar
silikon. Dioda ini dikenal juga sebagai Voltage Regulation Diode yang bekerja pada
daerah reverse (kuadran III). Potensial dioda zener berkisar mulai 2,4 sampai 200
volt dengan disipasi daya dari ¼ hingga 50 watt.
Fenomena tegangan breakdown dioda ini menginspirasi pembuatan komponen
elektronika kerabat dioda yang bernama Zener. Tidak ada perbedaan struktur dasar
dari Zener dengan dioda. Dengan memberi jumlah doping yang lebih banyak pada
sambungan P dan N, ternyata tegangan breakdown dioda bisa makin cepat tercapai.
Jika pada dioda biasanya baru terjadi breakdown pada tegangan ratusan volt, pada
Zener bisa terjadi pada angka puluhan dan satuan volt. Di datasheet ada Zener yang
memiliki tegangan Vz sebesar 2 volt, 5.6 volt dan sebagainya. Fungsi dari komponen
ini biasanya dipakai untuk pengamanan rangkaian setelah tegangan Zener.

Gambar 9 Simbol dan Dioda Zener

Perhatikan rangkaian berikut, input tegangan akan yang masuk ke rangkaian lain
dan beban akan dibatasi oleh dioda zener. Jika input tegangan dibawah 5.6V, dioda

35
tidak menghantarkan arus sehingga arus akan mengalir ke rangkaian lain dan beban.
Jika input tegangan mencapai 5,6 V atau lebih maka dioda zener akan terjadi
brekadown dan arus akan mengalir melalui dioda, bukan ke rangkaian atau beban.

3. Dioda Emisi Cahaya (Light Emitting Diode)

Dioda emisi cahaya atau dikenal dengan singkatan LED merupakan Solid State
Lamp yang merupakan piranti elektronik gabungan antara elektronik dengan optik,
sehingga dikategorikan pada keluarga “Optoelectronic”. Sedangkan elektroda-
elektrodanya sama seperti dioda lainnya, yaitu anoda (+) dan Katoda (-). Ada tiga
kategori umum penggunaan LED, yaitu :

 Sebagai lampu indikator


 Untuk transmisi sinyal cahaya yang dimodulasikan dalam suatu jarak tertentu
 Sebagai penggandeng rangkaian elektronik yang terisolir secara total. Simbol
bangun fisiknya dan konstruksinya diperlihatkan pada gambar berikut.

Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan LED adalah bahan Galium
Arsenida (GaAs) atau Galium Arsenida Phospida (GaAsP) atau juga Galium
Phospida (GaP), bahan-bahan ini memancarkan cahaya dengan warna yang berbeda-
beda. Bahan GaAs memancarkan cahaya infra-merah, Bahan GaAsP memancarkan
cahaya merah atau kuning, sedangkan bahan GaP memancarkan cahaya merah atau
hijau. Seperti halnya piranti elektronik lainnya , LED mempunyai nilai besaran
terbatas dimana tegangan majunya dibedakan atas jenis warna.

Gambar 10 Simbol dan Bentuk Dioda LED

Sedangkan besar arus maju suatu LED standard adalah sekitar 20 mA. Karena
dapat mengeluarkan cahaya, maka pengujian LED ini mudah, cukup dengan
menggabungkan dengan sumber tegangan dc kecil saja atau dengan ohmmeter dengan

36
polaritas yang sesuai dengan elektrodanya.LED konvensional terbuat dari mineral
inorganik yang bervariasi sehingga menghasilkan warna sebagai berikut:
 Aluminium Gallium Arsenide (AlGaAs) – merah dan inframerah
 Gallium Aluminium Phosphide – hijau
 Gallium Arsenide/Phosphide (GaAsP) – merah, oranye-merah, oranye, dan
kuning
 Gallium Nitride (GaN) – hijau, hijau murni (atau hijau emerald), dan biru
 Gallium Phosphide (GaP) – merah, kuning, dan hijau
 Zinc Selenide (ZnSe) – biru
 Indium Gallium Nitride (InGaN) – hijau kebiruan dan biru
 Indium Gallium Aluminium Phosphide – oranye-merah, oranye, kuning, dan
hijau
 Silicon Carbide (SiC) – biru
 Diamond (C) – ultraviolet
 Silicon (Si) – biru (dalam pengembangan)
 Sapphire (Al2O3) – biru
LED biru dan putihLED biru pertama kali dan bisa dikomersialkan menggunakan
substrat galium nitrida. LED ini ditemukan oleh Shuji Nakamura tahun 1993 sewaktu
berkarir di Nichia Corporation di Jepang. LED ini kemudian populer di penghujung
tahun 90-an. LED biru ini dapat dikombinasikan ke LED merah dan hijau yang telah
ada sebelumnya untuk menciptakan cahaya putih.

4. Dioda Cahaya ( Photo Diode )

37
Dioda cahaya ini bekerja pada daerah reverse, jadi hanya arus bocor saja yang
melewatinya. Dalam keadaan gelap, arus yang mengalir sekitar 10 A untuk dioda
cahaya dengan bahan dasar germanium dan 1A untuk bahan silikon. Kuat cahaya dan
temperature keliling dapat menaikkan arus bocor tersebut karena dapat mengubah
nilai resistansinya dimana semakin kuat cahaya yang menyinari semakin kecil nilai
resistansi dioda cahaya tersebut. Penggunaan dioda cahaya diantaranya adalah
sebagai sensor dalam pembacaan pita data berlubang (Punch Tape),dimana pita
berlubang tersebut terletak diantara sumber cahaya dan dioda cahaya. Jika setiap
lubang pita itu melewati antara tadi, maka cahaya yang memasuki lubang tersebut
akan diterima oleh dioda cahaya dan diubah dalam bentuk signal listrik. Sedangkan
penggunaan lainnya adalah dalam alat pengukur kuat cahaya (Lux-Meter), dimana
dalam keadaan gelap resistansi dioda cahaya ini tinggi sedangkan jika disinari cahaya
akan berubah rendah. Selain itu banyak juga dioda cahaya ini digunakan sebagai
sensor sistem pengaman (security) misal dalam penggunaan alarm.

Gambar 11 Simbol, struktur, dan Bentuk Dioda Photo

5. Dioda Varactor

Dioda Varactor disebut juga sebagai dioda kapasitas yang sifatnya mempunyai


kapasitas yang berubah-ubah jika diberikan tegangan. Dioda ini bekerja didaerah
reverse mirip dioda Zener. Bahan dasar pembuatan dioda varactor ini adalah silikon
dimana dioda ini sifat kapasitansinya tergantung pada tegangan yang diberikan
padanya. Jika tegangan tegangannya semakin naik, kapasitasnya akan turun. Dioda

38
varikap banyak digunakan pada pesawat penerima radio dan televisi di bagian
pengaturan suara (Audio). 

Gambar 12 Dioda Varactor

6. Dioda Schottky (SCR)

Dioda SCR singkatan dari Silicon Control Rectifier. Adalah Dioda yang


mempunyai fungsi sebagai pengendali. SCR atau Tyristor masih termasuk keluarga
semikonduktor dengan karateristik yang serupa dengan tabung thiratron. Sebagai
pengendalinya adalah gate(G).SCR sering disebut Therystor. SCR sebetulnya dari
bahan campuran P dan N. Isi SCR terdiri dari PNPN (Positif Negatif Positif
Negatif) dan biasanya disebut PNPN Trioda.

Gambar 13 Simbol dan Contoh Dioda SCR

7. Menentukan Kaki Dioda

Ada 2 macam kaki diode yaito Katoda dan Anoda. Bagaimana cara
mengetahuinya ? Caranya mudah, anda hanya perlu memerhatikan tanda yang
bergaris hitam pada dioda. Kaki dioda yang dekat dengan garis berbentuk gelang

39
seperti gelang resistor namun biasanya berwarna hitam adalah kaki Katode atau kutub
negatif.

Cara yang lebih mudah untuk mengetahuinya dalah dengan menggunakan


multimeter arahkan saklar pemilih pada posisi ohm meter, dan anda hubungkan kedua
penghubung multimeter dengan dioda (anoda dan katoda) jika jarum multimeter tidak
bergerak baliknya kedua kabel yang anda hubungkan ke dioda. Jika multimeter
bergerak kabel hitam multimeter menunjukkan anoda (+) dan merah menunjukkan
katoda (-).

40
E. INTREGATED CIRCUIT (IC)

a. Pengertian Intregated Circuit (IC)

Kita dapat mendefiniskan Rangkain Terintregasi (Integrated Circuit-IC) sebagai


komponen atau elemen mandiri di atas permukaan yang kontinu membentuk rangkaian
yang terpadu. Komponen atau elemen tersebut dapat berupa diode, transistor, resistor,
kapasitor dan lainnya terdefinisi di atas wafer silicon atau bahan semikonduktor yang
lain. Setelah melalui proses pabrikasi yang kompleks akhirnya IC digunakan dalam
rangkaian yang terbungkus rapi dan mudah digunakan seperti gambar 1 IC.

Gambar 1 IC

Definisi lain dari Integrated Circuit (IC) adalah Komponen Elektronika aktif yang
terdiri dari gabungan ratusan, ribuan bahkan jutaan Transistor, Dioda, Resistor dan
Kapasitor yang diintegrasikan menjadi suatu Rangkaian Elektronika dalam sebuah
kemasan kecil. Sebelum ditemukannya IC, peralatan Elektronik saat itu umumnya
memakai Tabung Vakum sebagai komponen utama yang kemudian digantikan oleh
Transistor yang memiliki ukuran yang lebih kecil. Tetapi untuk merangkai sebuah
rangkaian Elektronika yang rumit dan kompleks, memerlukan komponen Transistor
dalam jumlah yang banyak sehingga ukuran perangkat Elektronika yang dihasilkannya
pun berukuran besar dan kurang cocok untuk dapat dibawa berpergian (portable).

b. Jenis Integrated Circuit (IC)

Berdasarkan Aplikasi dan Fungsinya, IC (Integrated Circuit) dapat dibedakan menjadi


IC Linear, IC Digital dan juga gabungan dari keduanya.

41
1. IC Linear

IC Linear atau disebut juga dengan IC Analog adalah IC yang pada umumnya
berfungsi sebagai berikut :

 Penguat Daya (Power Amplifier)


 Penguat Sinyal (Signal Amplifier)
 Penguat Operasional (Operational Amplifier / Op Amp)
 Penguat Sinyal Mikro (Microwave Amplifier)
 Penguat RF dan IF (RF and IF Amplifier)
 Voltage Comparator
 Multiplier
 Penerima Frekuensi Radio (Radio Receiver)
 Regulator Tegangan (Voltage Regulator)

IC analog adalah IC yang tersusun oleh beberapa rangkaian (linier) dan beroperasi
dengan menggunakan sinyal sinusoidal. Macam- macam IC analog (linier) :

a) IC Op-Amp
Disebut amplifier operasional atau op-amp merupakan salah satu jenis IC
analog yang berfungsi sebagai rangkaian penguat. IC Op- Amp, s dibedakan
menjadi dua macam/jenis yaitu:
 Op- Am Inverting

Gambar 2 IC Op-Am Inverting

Op-amp inverting merupakan rangkaian penguat yang tegangan


keluarannyaberbanding terbalik dengan tegangan masuknya. Sinyal masuk ke op-

42
amp inverting melalui input inverting dan menghasilkan keluaran dengan sudut
fase yang berkebalikan dengan sudut fase tegangan masukan.

 Op-Amp Non-Inverting

Gambar 33 IC Op-Am Non Inverting

Penguat operasional non inverting termasuk dalam sistem analog linier, yaitu
sitem yang menghasilkan tegangan keluaran sebanding dengan tegangan masukan
yang diberikan. Penguat operasional non inverting adalah penguat yang sinyal
masukannya diberikan pada input non-inverting dan menghasilkan output dengan
sudut fase sama dengan sudut fase tegangan input.

b) IC timer 555

IC timer 555 merupakan IC linier yang berfungsi sebagai rangkaian pewaktu


monostable dan osilator estable. IC 555 merupakan jenis IC yang terkenal
didalam dunia elektronika analog/linier.Pada penggunaannya , IC 555 dapat
dikategorikan dalam beberapa fungsi rangkaian, antara lain sebagai berikut:

 Rangkaian Monostable

Gambar 1 Rangkaian Monostable

43
Pada rangkaian monostable , IC 555 berfungsi sebagai penghasil pulsa diskrit.
Pulsa akan dihasilkan pada saat IC 555 menerima siyal pemicu. Lebar pulsa yang
dihasilkan dipengaruhi oleh hubungan RC (resistor dan kapasitor). Pulsa akan
berhenti setelah kapasitor menerima 2/3 tegangan catu daya.

 Rangkaian Astable

Gambar 55 Rangkaian Astable

Pada rangkaian astable, IC 555 berfungsi sebagai penghasil sinyal kotak


(pulsa) dengan frekuensi tertentu secara terus menerus. R1 menghubungan Vcc
dan pin7 (pin discharge), R2 menghubungkan pin 7(pin discharge), pin 6
(threshold), dan pin 2 (trigger). Kapasitor melakukan pengisian pada R1 dan R2,
serta hanya melakukan pengosongan pada R2. PO ada rangkaian estable,
frekuensi pulsa hanya dipengaruhi oleh nilai R1, R2, dan C.

2. IC Power

Gambar 44 IC Power

IC Power merupakan jenis IC yang beroperasi pada catu daya . Umumnya , IC


power digunakan pada rangkaian regulator, adaptor dan power supply.

44
3. IC Digital

Perbedaan utama dari IC Linear dengan Digital ialah fungsinya, dimana IC digital
beroperasi dengan menggunakan sinyal kotak (square) yang hanya ada dua kondisi
yaitu 0 atau 1 dan berfungsi sebagai switch/saklar, sedangkan IC linear pada
umumnya menggunakan sinyal sinusoida dan berfungsi sebagai amplifier(penguat).
IC linear tidak melakukan fungsi logic seperti halnya IC-TTL maupun C-MOS dan
yang paling populer IC linier didesain untuik dikerjakan sebagai penguat tegangan.
Dalam kemasan IC linier terdapat rangkaian linier, dimana kerja rangkaiannya
akan bersifat proporsional atau akan mengeluarkan output yang sebanding dengan
inputnya. Salah satu contoh IC linear adalah jenis Op-Amp. IC Digital pada dasarnya
adalah rangkaian switching yang tegangan Input dan Outputnya hanya memiliki 2
(dua) level yaitu “Tinggi” dan “Rendah” atau dalam kode binary dilambangkan
dengan “1” dan “0”.
Berbeda dengan IC analog (linier) , IC digital beroperasi pada tegangan 0 volt
(low) dan 5 volt (high). IC digital tersusun dari beberapa rangkaian logika AND, OR,
NOT, NAND, NOR,dan XOR). IC digital sering digunakan sebagai aplikasi sakelar
cepat. Pada perkembangannya, IC digital merupakan jenis yang paling banyak
digunakan dalam segala bidang elektronika, karena ukurannya kecil dan memiliki
fungsi yang sangat lengkap.
Hal yang perlu dingat bahwa IC (Integrated circuit) merupakan Komponen
Elektronika Aktif yang sensitif terhadap pengaruh Electrostatic Discharge (ESD).
Jadi, diperlukan penanganan khusus untuk mencegah terjadinya kerusakan pada IC
tersebut.

4. TTL (Transistor transistor Logic)

IC yang paling banyak digunakan secara luas saat ini adalah IC digital yang
dipergunakan untuk peralatan komputer, kalkulator dan system kontrol elektronik. IC
digital bekerja dengan dasar pengoperasian bilangan Biner Logic(bilangan dasar 2)
yaitu hanya mengenal dua kondisi saja 1(on) dan 0(off).

45
Jenis IC digital terdapat 2(dua) jenis yaitu TTL dan CMOS. Jenis IC-TTL
dibangun dengan menggunakan transistor sebagai komponen utamanya dan fungsinya
dipergunakan untuk berbagai variasi Logic, sehingga dinamakan Transistor.

Dalam satu kemasan IC terdapat beberapa macam gate (gerbang) yang dapat
melakukan berbagai macam fungsi logic seperti AND,NAND,OR,NOR,XOR serta
beberapa fungsi logic lainnya seperti Decoder, Encoder, Multiflexer dan Memory
sehingga pin (kaki) IC jumlahnya banyak dan bervariasi ada yang 8,14,16,24 dan 40.
Pada gambar diperlihatkan IC dengan gerbang NAND yang mengeluarkan output 0
atau 1 tergantung kondisi kedua inputnya. Apabila terjadi permasalahan pada IC jenis
TTL maka sebaiknya dilakukan hal-hal sebagai berikut :

 IC logika biasanya dikendalikan oleh suatu detak (Clock) dari sumber


detak (Oscilator). Periksa bagian-bagian pembangkit detak, misalnya IC
NE 555. Untuk memeriksa keluaran detak dari NE 555, periksa pin 3 dari
IC NE 555, sudah menghasailkan detak berupa pulsa atau belum.
 Periksa jangan sampai ada kaki (pin) yang dalam keadaan mengambang.
Kaki masukan yang tidak terhubung kemana-mana akan dianggap
berlogika '1' oleh chip IC TTL.
5. IC- CMOS

Selain TTL, jenis IC digital lainnya adalah C-MOS (Complementary with


MOSFET) yang berisi rangkaian yang merupakan gabungan dari beberapa komponen
MOSFET untuk membentuk gate-gate dengan fungsi logic seperti halnya IC-TTL.
Dalam satu kemasan IC C-MOS dapat berisi beberapa macam gate(gerbang) yang
dapat melakukan berbagai macam fungsi logic seperti AND,NAND,OR,NOR,XOR
serta beberapa fungsi logic lainnya seperti Decoders, Encoders, Multiflexer dan
Memory.
Mempunyai salah satu ciri dengan tegangan input lebih fleksibel yaitu antara 3,5
Volt sampai 15 Volt akan tetapi, tegangan input yang melebihi 12 Volt akan
memboroskan daya. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menghindari
kerusakan pada IC CMOS sebelum dipasangkan kedalam rangkaian. Hal ini perlu
dilakukan karena walaupun dari pabrik telah diberi proteksi berupa dioda dan resistor

46
dijalan masuknya namun usaha ini belum menjamin seratus prosen. Tindakantindakan
untuk menyelamatkan IC jenis CMOS.
IC CMOS harus selalu disediakan dengan kaki-kakinya ditanam dalam foil
plastik menghantar, bukan pada busa atau polistrin yang dikembangkan atau dalam
bahan pembawa dari aluminium. IC CMOS tidak boleh dikeluarkan dari dalam
kemasannya sampai ia sudah siap untuk dipasangkan pada rangkaian.

Berhati-hati untuk tidak menyentuh pin-pin (kaki) IC CMOS sebelum


dipasangkan pada rangkaian karena elektrostatik dari tangan manusia dapat merubah
dan menambah muatan oksidasi. IC CMOS harus merupakan komponen terakhir
yang dipasangkan pada papan rangkaian. Jangan dimasukan atau ditanggalkan
sementara tegangan catu daya disambungkan. Gunakan pemegang atau soket IC yang
vsesuai untuk menjaga kestabilan oksidasi dan muatan dalam IC CMOS.

Kalau IC CMOS perlu dipasangkan pada papan rangkaian dengan langsung


disolder maka pakailah besi solder yang sangat kecil bocorannya serta solder harus
dibumikan. Meskipun IC CMOS tidak memiliki kekebalan sebagaimana IC jenis
lainnya. Masa genting dan mengkhawatirkan hanyalah ketika melepas IC CMOS dari
busa foil plastik pelindungnya dan ketika memasangkannya ke dalam rangkaian.
Setelah kedua pekerjaan itu terlampaui semua akan berjalan biasa-biasa saja.

Pada papan rangkaian IC CMOS kaki-kaki yang tidak dipergunakan harus tetap
diberi kondisi tertentu, seperti '0' atau '1', tetapi tidak boleh dibiarkan tidak terhubung.
IC CMOS akan cepat rusak. IC merupakan salah satu komponen elektronik yang
mudah rusak karena panas, baik panas pada saat disolder maupun pada saat IC
bekerja. Untuk menghindari kerusakan IC karena panas pada saat disolder maka perlu
dipasang soket IC, sehingga yang terkena panas kaki soketnya. Sedangkan untuk
menghindari kerusakan IC karena panas pada saat IC bekerja, maka pada IC perlu
dipasang (ditempelkan) plat pendingin dari aluminium atau tembaga yang biasanya
disebut heatsink.

47
c. Keunggulan IC

IC telah digunakan secara luas diberbagai bidang, salah satunya dibidang industri
Dirgantara, dimana rangkaian kontrol elektroniknya akan semakin ringkas dan kecil
sehingga dapat mengurangi berat Satelit, Misil dan jenis-jenis pesawat ruang angkasa
lainnya. Desain komputer yang sangat kompleks dapat dipermudah, sehingga banyaknya
komponen dapat dikurangi dan ukuran motherboardnya dapat diperkecil. Contoh lain
misalnya IC digunakan di dalam mesin penghitung elektronik(kalkulator), juga telepon
seluler(ponsel) yang bentuknya relatif kecil.Di era teknologi canggih saat ini, peralatan
elektronik dituntut agar mempunyai ukuran dan beratnya seringan dan sekecil mungkin,
dan hal itu dapat dimungkinkan dengan penggunaannya IC.
Selain ukuran dan berat IC yang kecil dan ringan, IC juga memberikan keuntungan
lain yaitu bila dibandingkan dengan sirkit-sirkit keonvensional yang banyak
menggunakan komponen, IC dengan sirkit yang relatif kecil hanya mengkonsumsi sedikit
sumber tenaga dan tidak menimbulkan panas berlebih sehingga tidak membutuhkan
pendinginan (cooling system).

d. Kelemahan IC
Pada uraian sebelumnya nampak seolah-olah IC begitu sempurna dibanding
komponen elektronik konvensional, padalah tak ada sesuatu komponen yang tidak
memiliki kelemahan.Kelemahan IC antara lain adalah keterbatasannya di dalam
menghadapi kelebihan arus listrik yang besar, dimana arus listrik berlebihan dapat
menimbulkan panas di dalam komponen, sehingga komponen yang kecil seperti IC akan
mudah rusak jika timbul panas yang berlebihan.
Demikian pula keterbatasan IC dalam menghadapi tegangan yang besar, dimana
tegangan yang besar dapat merusak lapisan isolator antar komponen di dalam IC Contoh
kerusakan misalnya, terjadi hubungan singkat antara komponen satu dengan lainnya di
dalam IC, bila hal ini terjadi, maka IC dapat rusak dan menjadi tidak berguna.

48
F. TRANSFORMATOR (TRAFO)

a. Pengertian Transformator
Transformator atau sering disebut dengan istilah Trafo adalah suatu alat listrik yang
dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Maksud dari perubahan taraf
tersebut diantaranya seperti untuk menurunkan Tegangan AC dari 220VAC ke 12 VAC
ataupun menaikkan Tegangan dari 110VAC ke 220 VAC.

Gambar 2 Transformator

Transformator atau Trafo ini bekerja mengikuti prinsip Induksi Elektromagnet dan
hanya dapat bekerja pada tegangan yang berarus bolak balik (AC).Trafo memegang
peranan yang sangat penting untuk pendistribusian tenaga listrik.
Trafo menaikan listrik yang berasal dari pembangkit listrik oleh PLN hingga ratusan
kilo Volt untuk di distribusikan, dan kemudian Trafo lainnya menurunkan tegangan
listrik tersebut ke tegangan yang diperlukan untuk setiap rumah tangga maupun
perkantoran yang pada umumnya menggunakan Tegangan AC 220Volt.
Hampir setiap rumah di kota maupun desa dialiri listrik yang berarus 220V di
Indonesia. Dengan adanya arus 220V ini, kita dapat menikmati serunya drama Televisi,
terangnya Cahaya Lampu Pijar maupun Lampu Neon,  mengisi ulang handphone dan
juga menggunakan peralatan dapur lainnya seperti Kulkas, Rice Cooker, Mesin Cuci dan
Microwave Oven. Arus listrik 220V ini merupakan jenis arus bolak-balik (AC atau
Alternating Current) yang berasal dari Perusahaan Listrik yaitu PLN. Tegangan listrik
yang dihasilkan oleh  PLN pada umumnya dapat mencapai puluhan hingga ratusan kilo
Volt dan kemudian diturunkan menjadi 220V seperti yang kita gunakan sekarang dengan
menggunakan sebuah alat yang dinamakan Transformator. 
49
b. Fungsi Transformator
1. Distribusi dan Transmisi Listrik
Seperti yang kita ketahui bahwa jarak antara pembangkit listrik dengan beban
listrik yang digunakan oleh pelanggan relatif terlalu jauh. Sehingga akan terjadinya
drop tegangan. Untuk itu kita harus menaikkan tegangan sebelum distribusi dan
transmisi listrik jarak jauh agar drop tegangan tidak terlalu besar serta lebih murah
karena kabel yang digunakan lebih kecil (semakin besar tegangan besar maka arus
semakin kecil sesuai dengan Hukum kekekalan energi).Transformator daya yang
sering kali digunakan untuk menaikkan atau menurunkan tegangan. Seperti
Perusahaan Listrik Negara (PLN), Tegangan yang di hasilkan oleh pembangkit
sebesar 13,8 KV lalu di naikkan menjadi 150 KV lalu diturunkan ke 380 V untuk di
distribusikan ke rumah – rumah.
2. Rangkaian Kontrol
Pada peralatan elektronik seperti komputer, charger dan berbagai macam
peralatan  lainnya, transformator sering kali digunakan untuk menurunkan tegangan
agar dapat digunakan pada tegangan kontrol (5 Volt, 12 Volt,dsb). Begitu juga
rangkaian kontrol motor pada pabrik, Trafo dipakai untuk meng energize dan
meng dienergize kontaktor yang dipakai untuk menghidupkan dan mematikan motor
induksi.
3. Rangkaian Pengatur Frekuensi
Dalam dunia radio frekuensi, transformator juga sering kali digunakan untuk
mengatur besaran frekuensi yang dihasilkan. Hanya saja bentuk dan dimensinya jauh
lebih kecil di bandingkan trafo yang sering kali digunakan pada rangkaian kontrol
apalagi transformator atau trafo transmisi listrik.
c. Prinsip Kerja Transformator
Pada sebuah Trafo yang sederhana pada dasarnya terdiri dari 2 lilitan atau kumparan
kawat yang terisolasi yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder. Kebanyakan
Transformator, kumparan kawat terisolasi ini dililitkan pada sebuah besi yang dinamakan
Inti Besi (Core).
Ketika kumparan primer dialiri arus AC (bolak-balik) maka akan menyebabkan
medan magnet atau fluks magnetik disekitarnya. Kekuatan medan magnet (Densitas
Fluks Magnet) tersebut di pengaruhi pada besarnya arus listrik yang dialirinya.

50
Semakin besar arus listriknya maka semakin besar pula medan magnetnya. Fluktuasi
medan magnet yang terjadi pada kumparan pertama (primer) akan menginduksi GGL
(Gaya Gerak Listrik) dalam kumparan kedua (sekunder) dan akan terjadi pelimpahan
daya pada kumparan primer ke kumparan sekunder. Maka terjadilah pengubahan taraf
tegangan listrik ini baik dari tegangan rendah menjadi tegangan yang lebih tinggi maupun
dari tegangan tinggi menjadi tegangan yang rendah.

Sedangkan Inti besi pada Transformator atau Trafo pada umumnya ialah kumpulan
lempengan-lempengan besi tipis yang terisolasi dan ditempel berlapis-lapis dengan
gunanya untuk mempermudah jalannya Fluks Magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik
kumparan dan untuk mengurangi suhu panas yang sering ditimbulkan. Perhatikan gambar
di bawah ini agar lebih mudah memahami :

Gambar 32 Lempengan Trafo

Rasio lilitan yang berada pada kumparan sekunder terhadap kumparan primer
menentukan rasio tegangan pada kedua kumparan tersebut.Contoh, 1 lilitan pada
kumparan primer dan 10 lilitan pada kumparan sekunder akan menghasilkan tegangan 10
kali lipat dari tegangan input pada kumparan primer. Jenis Transformator ini biasanya
disebut Transformator Step Up.

Sebaliknya, jika terdapat 10 lilitan pada kumparan primer dan 1 lilitan pada kumparan
sekunder, maka tegangan yang dihasilkan Kumparan Sekunder adalah 1/10 dari tegangan
input pada Kumparan Primer. Transformator jenis ini sering disebut dengan
Transformator Step Down.

d. Jenis-jenis Transformator
1. Transformator Step UP
51
Trafo Step Up ialah Trafo yang berfungsi untuk menaikan level teganan AC atau
taraf dari rendah ke taraf yang lebih tinggi. Komponen tegangan sekunder dijadikan
tegangan Output yang lebih tinggi yakni dapat ditingkatkan dengan cara
memperbanyak lilitan di kumparan sekundernya sehingga jumlah lilitan kumparan
primer lebih sedikit. Trafo step up ini digunakan sebagai penghubung trafo generator
ke grid di dalam tegangan listrik.

Gambar 4 Transformator Step UP


2. Transformator Step Down
Trafo Step Down ialah Trafo yang berfungsi menurunkan taraf level tegangan AC
dari taraf yang tinggi ke rendah. Pada Trafo jenis ini, Rasio untuk jumlah lilitan pada
kumparan primer lebih banyak daripada jumlah lilitan pada kumparan yang sekunder.
Trafo step down digunakan untuk mengubah tegangan grid yang tinggi menjadi
yang lebih rendah dimana dapat digunakan untuk peralatan rumah tangga.
Contohnya, untuk menurunkan taraf tegangan listrik dari PLN (220V) menjadi
taraf tegangan yang dapat disesuaikan dengan peralatan elektronik dirumah.

Gambar 44 Transformator Step Down

3. Transformator AutoTransformator

52
Jenis trafo ini hanya memiliki satu jumlah lilitan, dalam trafo ini sebagian lilitan
primer di sebut juga sebagai lilitan sekunder. Dalam lilitan arus sekunder selalu
menghadap ke arus primer. Menggunakan trafo ini mempunyai keuntungan karna
mempunyai bentuk yang kecil dan performa yang dihasilkan lebih bagus dari pada
yang mempunyai jumlah dua lilitan.

Gambar 1 Transformator Auto Transformator

4. Transformator Autotransformator Variabel


Trafo jenis ini pada bagian tengahnya dapat diubah yang memungkinkan
perubahan pada bagian lilitan primer dan sekundernya.

Gambar 5 Transformator Autotransformator Variable

5. Transformator Isolasi
Pada Trafo ini jumlah lilitan primer dan sekunder mempunyai jumlah yang sama,
dan mempunyai tegangan primer dan sekunder yang sama pula.

53
Gambar 6 Transformator Isolasi

6. Transformator Pulsa
Trafo ini sebenanya dirancang untuk menghasilkan gelombang atau getaran pulsa,
trafo ini biasa menggunakan bahan yang cepat naik sehingga ketika pada titik tertentu
arus primer yang di trafo ini akan menghasilkan fluks magnet.

Gambar 6 Transformator Pulsa


7. Transformator Tiga Fase
Trafo jenis biasa pada elektonika dihubungkan secara bersamaan untuk bekerja
dengan arus primer dan sekundernya, biasanya lambang pada arus primer adalah (Y)
dan arus pada sekundernya ( Δ ).

Gambar 8 Transformtaror Tiga Fase

54
BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan
Dari paparan di atas, penyusun dapat menyimpulkan bahwa Pengetahuan untuk mengenal satu
demi satu komponen-komponen elektronika memang penting sekali sebab bila tidak, maka
seseorang tidak akan mungkin bisa menyusun rangkaian menurut skema dengan sempurna.
Maka dari itu untuk belajar elektronika, sebaiknya kenali dahulu arti elektronika itu sendiri,
pelajarilah komponen-komponen dasar yang terdapat dalam elektronika serta masing-masing
prinsip kerjanya. Hal ini dapat mempermudah proses pembelajaran dan pemahanan lebih
mendalam mengenai konsep awal untuk mempelajari elektronika.

B. Saran
Menyadari bahwa penyusun buku masih jauh dari kata sempurna, masih terdapat banyak
kekurangan dalam penyusunan buku ini Baik dalam pengolahan maupun penyusunannya. Oleh
sebab itu. kritik dan saran lainnya dari para pembaca sangat penyusun harapkan.

55
DAFTAR PUSTAKA

56

Anda mungkin juga menyukai