Sudaryatno Sudirham
8/25/2012
Kuliah Terbuka
ppsx beranimasi tersedia di
www.ee-cafe.org
8/25/2012
Buku-e
8/25/2012
Isi Kuliah:
1. Pendahuluan
2. Besaran Listrik dan Peubah Sinyal
3. Model Sinyal
4. Model Piranti
5. Hukum-Hukum Dasar
6. Kaidah-Kaidah Rangkaian
7. Teorema Rangkaian
8. Metoda Analisis
9. Aplikasi Pada Rangkaian Pemroses Energi (Arus Searah)
10. Aplikasi Pada Rangkaian Pemroses Sinyal (Dioda & OpAmp)
11. Analisis Transien Rangkaian Orde-1
12. Analisis Transien Rangkaian Orde-2
8/25/2012
8/25/2012
Analisis di
Kawasan Waktu
Analisis di
Kawasan Fasor
Analisis di
Kawasan s
(Transf. Laplace)
Sinyal Sinus
Keadaan Mantap
Keadaan Transien
Keadaan Mantap
Keadaan Mantap
Keadaan Transien
8/25/2012
8/25/2012
air terjun,
batubara,
minyak bumi,
panas bumi,
sinar matahari,
angin,
gelombang laut,
dan lainnya.
8/25/2012
mekanis,
panas,
cahaya,
kimia.
8/25/2012
10
10
8/25/2012
energi listrik
ditransmisikan
pengguna tegangan
tinggi
GENERATOR
BOILER
TURBIN
TRANSFORMATOR
energi mekanis
diubah menjadi
energi listrik
GARDU DISTRIBUSI
pengguna
tegangan menengah
pengguna
tegangan rendah
11
11
8/25/2012
Penyediaan Informasi
informasi ada dalam berbagai bentuk
tersedia di di berbagai tempat
tidak selalu berada di tempat di mana ia dibutuhkan
Berbagai bentuk informasi dikonversikan ke
dalam bentuk sinyal listrik
Sinyal listrik disalurkan ke tempat ia dibutuhkan
Sampai di tempat tujuan sinyal listrik dikonversikan
kembali ke dalam bentuk yang dapati ditangkap oleh
indera manusia ataupun dimanfaatkan untuk suatu
keperluan lain (pengendalian misalnya).
12
12
8/25/2012
Penyediaan Informasi
Jika dalam penyediaan energi kita memerlukan
mesin-mesin besar untuk mengubah energi yang
tersedia di alam menjadi energi listrik, dalam
penyediaan informasi kita memerlukan rangkaian
elektronika untuk mengubah informasi menjadi
sinyal-sinyal listrik agar dapat dikirimkan dan
didistribusikan untuk berbagai keperluan.
13
13
8/25/2012
14
14
8/25/2012
15
15
8/25/2012
16
16
8/25/2012
Piranti
Elemen
(Simbol Piranti)
17
17
8/25/2012
18
18
8/25/2012
Penyalur daya
19
19
8/25/2012
20
20
8/25/2012
21
21
8/25/2012
Keadaan transien
keadaan transien
Misal: pada waktu penutupan saklar
22
22
8/25/2012
23
23
8/25/2012
Hukum Ohm
Hukum Kirchhoff
Hukum-Hukum Rangkaian
Kaidah-Kaidah Rangkaian
Teorema Rangkaian
Metoda-Metoda Analisis
Rangkaian Ekivalen
Kaidah Pembagi Tegangan
Kaidah Pembagi arus
Transformasi Sumber
Proporsionalitas
Superposisi
Thevenin
Norton
Substitusi
Milmann
Tellegen
Alih Daya Maksimum
24
24
8/25/2012
25
25
8/25/2012
Akan tetapi kedua besaran dasar ini tidak dilibatkan langsung dalam
pekerjaan analisis
Yang dilibatkan langsung dalam pekerjaan analisis adalah
arus
tegangan
daya
26
26
8/25/2012
27
27
8/25/2012
v(t)
Sinyal waktu kontinyu
(sinyal analog)
v(t)
Sinyal waktu diskrit
Dalam pelajaran ini kita akan mempelajari rangkaian dengan sinyal waktu
kontinyu atau sinyal analog, dan rangkaiannya kita sebut rangkaian analog.
Rangkaian dengan sinyal diskrit akan kita pelajari tersendiri.
28
28
8/25/2012
Peubah Sinyal
Besaran yang dilibatkan langsung dalam pekerjaan analisis
disebut peubah
arus
dengan simbol: i
satuan: ampere [ A ]
(coulomb/detik)
sinyal yaitu:
tegangan
dengan simbol: v
satuan: volt [ V ]
(joule/coulomb)
daya
dengan simbol: p
satuan: watt [ W ]
(joule/detik)
Tiga peubah sinyal ini tetap kita sebut sebagai sinyal, baik untuk
rangkaian yang bertugas melakukan pemrosesan energi maupun
pemrosesan sinyal.
29
29
8/25/2012
Arus
Simbol: i, Satuan: ampere [ A ]
i=
dq
dt
30
30
8/25/2012
Tegangan
Simbol: v
Satuan: volt [ V ]
v=
dw
dq
31
31
8/25/2012
Daya
Simbol: p,
Satuan: watt [ W ]
dw
dt
dw dw dq
=
= vi
dt
dq dt
32
32
8/25/2012
Referensi Sinyal
Perhitungan-perhitungan dalam analisis bisa
menghasilkan bilangan positif ataupun negatif,
tergantung dari pemilihan referensi sinyal
tegangan diukur antara
dua ujung piranti
piranti
33
33
8/25/2012
Konvensi Pasif:
Referensi tegangan dinyatakan dengan tanda
+ dan
di ujung simbol piranti;
piranti
34
34
8/25/2012
35
35
8/25/2012
i1
i2
B
2
+
v1
+ v2
+
v3 3
referensi tegangan
piranti
i3
referensi tegangan
umum (ground)
36
36
8/25/2012
v [V]
i [A]
12
24
-3
12
D
E
menerima/ memberi
daya
72
-4
24
p [W]
96
72
37
37
8/25/2012
Muatan
Simbol: q
Satuan: coulomb [ C ]
Muatan, yang tidak dilibatkan langsung dalam
analisis, diperoleh dari arus
dq
Arus i =
dt
Muatan
q=
t2
idt
38
38
8/25/2012
Energi
Simbol: w Satuan: joule [ J ]
Energi, yang tidak dilibatkan langsung dalam analisis,
diperoleh dari daya
Daya
p=
dw
dt
Energi
w=
t2
pdt
39
39
8/25/2012
CONTOH: Tegangan pada suatu piranti adalah 12 V (konstan) dan arus yang
mengalir padanya adalah 100 mA. a). Berapakah daya yang diserap ? b). Berapakah
energi yang diserap selama 8 jam? c). Berapakah jumlah muatan yang dipindahkan
melalui piranti tersebut selama 8 jam itu?
+ v = 12 V
b).
piranti
p [W]
1,2
i = 100 mA
0
w=
t2
pdt =
t [ jam ]
c). i [mA]
100
0
q=
8
t2
idt =
t [ jam]
100 10 3 dt = 100 10 3 t
8
0
= 0,1(8 0) = 0,8 Ah
40
40
8/25/2012
+ v = 200 V
piranti
i=
i=?
p = 100 W
w=
t2
p 100
=
= 0,5 A
v 200
41
41
8/25/2012
0,05 2
1,25
q = idt = 0,05tdt =
t
=
= 0,625 coulomb
0
0
2
2
0
5
42
42
8/25/2012
100
200
300
400
500
600
700
800
43
8/25/2012
a). p = 220 cos 400t 5 sin 400t = 1100 sin 400t cos 400t = 550 sin 800t W
b). daya merupakan fungsi sinus. Selama setengah perioda daya bernilai
posisitif dan selama setengah perioda berikutnya ia bernilai negatif. Jika pada
waktu daya bernilai positif mempunyai arti bahwa piranti menyerap daya,
maka pada waktu bernilai negatif berarti piranti memberikan daya
= 550 W
c). pmaks
diserap
d). pmaks
diberikan
= 550 W
44
44
8/25/2012
Pernyataan Sinyal
Kita mengenal berbagai pernyataan
tentang sinyal
Sinyal periodik & Sinyal Aperiodik
Sinyal Kausal & Non-Kausal
Nilai sesaat
Amplitudo
Nilai amplitudo puncak ke puncak (peak to peak
value)
Nilai puncak
Nilai rata-rata
Nilai efektif ( nilai rms ; rms value)
45
45
8/25/2012
v(t)
t
0
aperiodik
periodik
v(t)
0
46
46
8/25/2012
Sinyal periodik
Sinyal ini berulang
secara periodik v(t)
setiap selang
waktu tertentu
perioda
t
amplitudo puncak ke puncak
47
47
8/25/2012
Nilai-Nilai Sinyal
Nilai sesaat
yaitu nilai sinyal pada
saat tertentu
Nilai puncak
atau amplitudo maksimum
v(t)
t3
0
t1 t2
t
Amplitudo minimum
48
48
8/25/2012
Vrr
1
=
T
t 0 +T
v( x)dx
t0
6V
6V
0 1 2 3 4 5 6 7 8 t
0
4V
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 3
1 2
Vrr =
v(t )dt =
6dt
3 0
3 0
1
2 1
= (6t ) 0 = (12 0) = 4 V
3
3
1 3
1 2
v(t )dt = 6dt 6dt
2
3 0
3 0
1
2
3
= (6t ) 0 (6t ) 2 = 4 2 = 2 V
3
Vrr =
49
49
8/25/2012
V rms =
1
T
t 0 +T
[v(t )]
dt
t0
62 = 36
(4)2 = 16
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 t
2
Vrms =
1 2
6 dt =
3
1
(36t ) 20 =
3
72
V
3
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Vrms =
3
2
1 2
2
6
dt
+
4
dt
=
3
2
0
1
(72 + 16 ) =
3
88
V
3
50
50
8/25/2012
CONTOH: Tentukanlah nilai, tegangan puncak (Vp), tegangan puncakpuncak (Vpp), perioda (T), tegangan rata-rata (Vrr), dan tegangan efektif dari
bentuk gelombang tegangan berikut ini.
6V
Vp = 6 V
Vrr
1
=
3
Vrms =
4 5
V pp = 6 V
;
2
7 8 t
T = 3s
1
6dt + 0dt = (6 2 + 0 ) = 4 V
2
3
6 2 dt +
1
0 2 dt =
(36 2 + 0) = 4,9 V
2
3
51
51
8/25/2012
CONTOH: Tentukanlah nilai tegangan puncak (Vp), tegangan puncakpuncak (Vpp), perioda (T), tegangan rata-rata (Vrr), dan tegangan efektif dari
bentuk gelombang tegangan berikut ini.
6V
t
0
4V
1
Vp = 6 V
1
Vrr =
3
Vrms
1
=
3 4
V pp = 10 V
;
2
6 7
T = 3s
3
1
6dt + 4dt = (6 2 4 1) = 2,66 V
2
3
2 2
6 dt +
1
(36 2 + 16 1) = 5,42 V
(4) 2 dt =
2
3
52
52
8/25/2012
0
1
Vp = 6 V
Vrr
V pp = 6 V
1 2
= 3tdt +
4 0
Vrms =
T = 4s
1 63
(6 6(t 2))dt + 0dt =
= 2,25 V
2
3
4
2
9t 2 dt +
(6 6(t 2)) 2 dt +
0 dt = 3,0 V
4 2
53
53
8/25/2012
v = sin t V
00
Vp = 1V ;
V pp = 2 V;
2
T = 2 ;
Vrr = 0 V
-1
Vrms =
1
sin 2 tdt
2
d sin x cos x
= sin 2 x + cos 2 x
dx
1 = sin 2 x + cos 2 x
Vrms =
=
1
sin 2 tdt =
2
d (sin x cos x)
= 2 sin 2 x
dx
dx d (sin x cos x)
= sin 2 xdx
2
dx d (sin x cos x)
= sin 2 xdx
2
1 t 1
sin t cos t
2 2 2
0
1 2 1
1
( 0 0) =
V
2 2 2
2
54
54
8/25/2012
v = sin t V
Vp = 1V ;
Vrr =
V pp = 1 V;
T = 2 ;
1
1
1
1
sin tdt =
(cos t ) 0 =
(1 + 1) =
2 0
2
2
Vrms =
=
1 2
sin tdt =
2 0
1 t 1
sin t cos t
2 2 2
0
1 1
1
( 0 0) = V
2 2 2
2
55
55
8/25/2012
v = sin t V
T =2
Vp = 1V ;
Vrr =
V pp = 1 V;
T = 2 ;
1 2
1
1
1
2
sin tdt =
sin tdt = (cos t ) 0 =
(1 + 1) = V
2 0
0
Vrms =
1 2 2
1 2
1 t 1
sin tdt = 2
sin tdt = 2 sin t cos t
0
2 2
2 0
0
1 1
= 2 (0 0) = 1 V
2 2
56
56
8/25/2012
3. Model Sinyal
57
57
8/25/2012
58
58
8/25/2012
1,2
1,2
00
t20
Anak tangga
00 0
t 20
-1,2
-1,2
Sinus teredam
Eksponensial ganda
1,2
0
0
20
-1,2
Sinus
Deretan pulsa
Gelombang persegi
1,2
0
0
Eksponensial
20
Gigi gergaji
Segi tiga
59
59
8/25/2012
t
VA
v = V Au (t ) = 0 untuk t < 0
t
VA
v
0
Ts
v = u (t ) = 0 untuk t < 0
= 1 untuk t 0
= V A untuk t 0
Amplitudo = 1
Muncul pada t = 0
Amplitudo = VA
Muncul pada t = 0
v = V Au (t Ts ) = 0 untuk t < 0
t
= V A untuk t Ts
Amplitudo = VA
Muncul pada t = Ts
Atau tergeser positif sebesar Ts
60
60
8/25/2012
v = [V A e t / ] u (t )
0.368VA
t /
61
61
8/25/2012
Contoh
v1 (t ) = 5e t / 2u (t ) V
10
Konstanta waktu = 2
v [V]
5
v2
v2 (t ) = 10e t / 2u (t ) V
v3
Konstanta waktu = 2
v1
0
t [detik]
10
v3 (t ) = 10e t / 4u (t ) V
Konstanta waktu = 4
62
62
8/25/2012
Gelombang Sinus
v T0
VA
00
- 2
VA
-2
V-1,2A
-1,2
Dapat ditulis
v = V A cos[2 t / To ]
1
T0
TS
v = V A cos[2(t Ts ) / To ]
v = VA cos(2 t / To)
T0
v
V1,2A
2
T0
dengan = 2
maka
Ts
(sudut fasa)
T0
v = V A cos[ 2 f 0 t ] atau
v = V A cos[ 0 t ]
63
63
8/25/2012
Dipandang
sebagai terdiri
dari dua
gelombang
anak tangga
0
v
A
t
T1
T2
A
v = Au (t T1 )
t
T1
T2
Muncul pada t = T1
v = Au (t T2 )
Muncul pada t = T2
v = Au (t T1 ) Au (t T2 )
64
64
8/25/2012
Impuls Satuan
v
Impuls simetris thd sumbu tegak
dengan lebar impuls diperkecil
namun dipertahankan luas tetap 1
Impuls simetris
thd sumbu tegak
Luas = 1
v
(t)
t
0
v = ( t ) = 0
=1
untuk t 0
untuk t = 0
65
65
8/25/2012
Fungsi Ramp
v
r(t)
v(t ) = r (t ) = t u (t )
Kemiringan = 1
r (t ) = K (t T0 ) u (t T0 )
0 T0
Kemiringan fungsi ramp
Pergeseran sebesar T0
66
66
8/25/2012
Sinus Teredam
v = sin(t ) V Ae t / u (t )
VA
= V A sint e t / u (t )
0.5
0
0
Maksimum pertama
fungsi sinus < VA
10
15
20 t 25
-0.5
67
67
8/25/2012
a).
v1 = 4 u(t) V
v2
b).
1 2 3 4 5
4V
0
c).
v3
4V
1V
0
0
3V
v3 = 4u(t)3u(t2) V
t
1 2 3 4 5
dipandang
sebagai tersusun
dari dua
gelombang anak
tangga
v2 = 3 u(t2) V
v3
4V
va = 4u(t) V
t
1 2 3 4 5 v = 3u(t2) V
b
68
68
8/25/2012
d).
v4 v = 4u(t)7u(t2)+3u(t5) V
4
4V
0
3V
t
1 2 3 4 5 6
v4
va = 4u(t) V
4V
vc = 3u(t5) V
t
0
1 2 3 4 5 6
7V
vb = 7u(t2) V
69
69
8/25/2012
v1 = 2t u(t) V
b).
v2
0
t
1 2 3 4 5 6
t
1 2 3 4 5 6
4V
2(t2) u(t2) V
2tu(t) V
c).
v3
4V
0
t
1 2 3 4 5 6
Dipandang
sebagai tersusun
dari dua fungsi
ramp
v3
4V
0
t
1 2 3 4 5 6
2(t2) u(t2) V
70
70
8/25/2012
v4
4V
4V
0
t
1 2 3 4 5 6
2tu(t) V
t
1 2 3 4 5 6
2(t2) u(t2) V
2tu(t) 4(t2)u(t-2) V
v5
e). 4V
0
2tu(t) 2(t2)u(t2)
4u(t5)
f).
v6
4V
2tu(t) 2(t2)u(t2)
4u(t2)
t
1 2 3 4 5 6
t
1 2 3 4 5 6
71
71
8/25/2012
00
v1
v2
t [detik]
0
0.1
0.1
0.2
0.2
0.3
0.3
0.4
0.4
-5-5
-10
-10
t / 0,1
u (t ) V
72
72
8/25/2012
Spektrum Sinyal
Suatu sinyal periodik dapat diuraikan atas komponen-komponen
penyusunnya. Komponen-komponen penyusun tersebut
merupakan sinyal sinus.
Kita juga dapat menyatakan sebaliknya, yaitu susunan sinyalsinyal sinus akan membentuk suatu sinyal periodik.
Komponen sinus dengan frekuensi paling rendah disebut
komponen sinus dasar, sedang komponen sinus dengan
frekuensi lebih tinggi disebut komponen-komponen harmonisa.
Komponen harmonisa memiliki frekuensi yang merupakan
kelipatan bulat dari frekuensi sinus dasar. Jika sinus dasar
memiliki frekuensi f0, maka harmonisa ke-3 mempunyai
frekuensi 3f0, harmonisa ke-7 memiliki frekuensi 7f0, dst.
Berikut ini adalah suatu contoh penjumlahan sinyal sinus yang
akhirnya membentuk gelombang persegi.
73
73
8/25/2012
sinus dasar
74
8/25/2012
Frekuensi
f0
2 f0
4 f0
Amplitudo (V)
10
30
15
7,5
Sudut fasa
90
180
75
8/25/2012
40
180
30
90
Sudut Fasa [ o ]
Amplitudo [ V ]
Spektrum Amplitudo
20
10
0
0
-90
0
0
Frekwensi [ x fo ]
-180
Frekwensi [ x fo ]
76
76
8/25/2012
77
77
8/25/2012
Deret Fourier
Suatu fungsi periodik
dapat dinyatakan
sebagai:
f (t ) = a 0 +
f (t ) = a0 +
atau
Komponen searah
a0 =
dimana:
an =
bn =
1
T0
2
T0
2
T0
a 2 + b 2 cos(n t )
n
0
n
n
n =1
Amplitudo
komponen sinus
T0 / 2
/2
T0 / 2
/2
T0 / 2
/2
bn
= tan n
an
Sudut Fasa
komponen sinus
f (t )dt
f (t ) cos(2nf 0 t )dt
f (t ) sin(2nf 0t )dt
78
78
8/25/2012
bn = 0
-T0/2 T0/2
y (t ) = a o +
[a n cos(n0t )]
n =1
To
Simetri Ganjil y (t ) = y (t )
y(t)
A
T0
t
a0 = 0 dan a n = 0
y (t ) =
[bn sin(n0t )]
n =1
79
79
8/25/2012
a0 = A /
2A/
n genap; an = 0 n ganjil
1 n2
b1 = A / 2 ; bn = 0 n 1
an =
T0
a0 = 0
T0
8A
n ganjil; an = 0 n genap
(n) 2
bn = 0 untuk semua n
an =
80
80
8/25/2012
Amplitudo
[rad]
a0
0,318
0,318
a1
0,5
1,57
b1
0,5
a2
-0,212
0,212
b2
a4
-0,042
b4
a6
-0,018
b6
0,042
0,018
0.6
[V]
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
5
6
harmonisa
81
81
8/25/2012
0.6
[V]
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
5
6
harmonisa
v hasil penjumlahan
0.4
Sinus dasar
0
0
90
180
270
[o ]
360
-0.4
82
8/25/2012
4. Model Piranti
83
83
8/25/2012
Piranti
pasif
aktif
menyerap
daya
memberi
daya
84
84
8/25/2012
i
linier
piranti
arus melewati piranti
tidak linier
85
85
8/25/2012
Resistor
i
batas daerah
linier
nyata
model
R
v
Simbol:
v R = R iR atau iR = G vR
1
R
R disebut resistansi
dengan G =
G disebut konduktansi
Daya pada R : pR =
vR iR = iR2 R
vR2 G
vR2
=
R
86
86
8/25/2012
CONTOH:
v R = 40 sin 314t V
Resistor : R = 4
i R = 10 sin 314 t A
100
80
V 60
A
W40
pR
vR
20
iR
0
-20
-40
0.01
0.02
0.03
0.04
t [detik]
-60
87
87
8/25/2012
Kapasitor
iC
C
C
simbol
1
dvC/dt
t
dv
iC = C C
dt
1
vC = vC (t0 ) +
iC dt
C
t0
Konstanta proporsionalitas
C disebut kapasitansi
dvC d 1 2
= CvC
dt
dt 2
Energi : wC =
1
C vC2 + konstanta
2
Energi awal
88
88
8/25/2012
CONTOH:
Kapasitor : C = 2 F = 2 106 F
dvC
= 80000 cos 400t V
dt
200
vC
V
mA 100
W
iC
pC
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
t [detik]
-100
-200
89
8/25/2012
Induktor
L
diL
dt
1/L
simbol
1
vL
t
di
vL = L L
dt
1
iL = iL (t0 ) +
vL dt
L
t0
Konstanta proporsionalitas
L disebut induktansi
diL d 1 2
= LiL
dt dt 2
Energi : wL =
1 2
Li L + konstanta
2
Energi awal
90
90
8/25/2012
CONTOH:
Induktor : L = 2,5 H
vL = L
vL = 200sin400t Volt
1
di L
iL = v L dt = 0,2 cos 400t + iL 0 A
dt
L
p L = v L i L = 20 sin 800t W
200
V
mA
W
vL
100
iL
pL
0
0
-100
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05 t
[detik]
-200
91
91
8/25/2012
92
92
8/25/2012
Resistor
Kapasitor
v R = R iR
dv
iC = C C
dt
Induktor
vL = L
di L
dt
konstanta proporsionalitas
Secara Fisik
L
R=
A
resistivitas
L: panjang konduktor
A: luas penampang
A
C =
d
konstanta dielektrik
A: luas penampang elektroda
L = kN 2
konstanta
N: jumlah lilitan
d: jarak elektroda
93
93
8/25/2012
Induktansi Bersama
i1
Dua kumparan terkopel
secara magnetik
Induktansi sendiri
kumparan-1
v1
L1 = k1 N12
i2
v2
L2 = k 2 N 22
Induktansi sendiri
kumparan-2
Kopling pada
kumparan-2 oleh
kumparan-1
= L1
di1
di
M 2
dt
dt
v 2 = L2
di2
di
tegangan
M 1 Persamaan
di kumparan-2
dt
dt
94
8/25/2012
Kopling magnetik
bisa positif (aditif) bisa pula negatif (substraktif)
Untuk memperhitungkan
kopling magnetik
digunakan
Konvensi Titik:
Arus i yang masuk
ke ujung yang
bertanda titik di
salah satu
kumparan,
membangkitkan
tegangan
berpolaritas positif
pada ujung
kumparan lain
yang juga
bertanda titik.
Besarnya
tegangan yang
terbangkit adalah
M di/dt.
i1
i2
substraktif
aditif
i1
1
2
i1
i2
i2
v1
v2
i1
i2
v1
v2
v1 = L1
di1
di
+M 2
dt
dt
v1 = L1
di1
di
M 2
dt
dt
v2 = L2
di2
di
+M 1
dt
dt
v2 = L2
di2
di
M 1
dt
dt
95
95
8/25/2012
Transformator Ideal
i1
i2
v1
v2
L1 = k1 N12
L2 = k 2 N 22
M 12 = k12 N1 N 2
M 21 = k 21 N 2 N1
di1
di
di
di
M 2 = N1 k M N1 1 k M N 2 2
dt
dt
dt
dt
di
di
di
di
v 2 = L2 2 M 1 = N 2 k M N 2 2 + k M N 1 1
dt
dt
dt
dt
v1 = L1
k1 = k2 = k12 = k21 = kM
v1
N
= 1
v2
N2
v1 i1 + v2 i2 = 0
i2
v
N
= 1 =m 1
i1
v2
N2
96
96
8/25/2012
CONTOH:
+
v1
_
+
v2
50
_
N1/N2 = 0,1
v1 = 120sin400t V
v2 = ( N 2 / N1 ) v1 = 1200 sin 400 t V
i2 = v2 / 50 = 24 sin 400 t A
i1 = ( N 2 / N1 ) i2 = 240 sin 400 t A
97
8/25/2012
Saklar
i
i
simbol
simbol
v
saklar terbuka
i = 0 , v = sembarang
saklar tertutup
v = 0 , i = sembarang
98
98
8/25/2012
v = vs (tertentu) dan
i = sesuai kebutuhan
+
Vo
Vo
Karakteristik i - v
sumber tegangan
konstan
Simbol sumber
tegangan
konstan
vs
+
_
Simbol sumber
tegangan bervariasi
terhadap waktu
99
99
8/25/2012
i = is (tertentu) dan
v = sesuai kebutuhan
Is
Is , is
v
Karakteristik
sumber arus ideal
v
+
Simbol
sumber arus ideal
100
100
8/25/2012
CONTOH:
+
40V
beban
Sumber Tegangan
5A
beban
Sumber Arus
vbeban = vsumber = 40 V
ibeban = isumber = 5 A
pbeban= 100 W v = 20 V
pbeban= 200 W i = 5 A
pbeban= 200 W v = 40 A
101
8/25/2012
Sumber Praktis
Sumber praktis memiliki karakteristik yang mirip dengan keadaan dalam
praktik. Sumber ini digambarkan dengan menggunakan sumber ideal
tetapi tegangan ataupun arus sumber tergantung dari besar pembebanan.
i
vs +_
Rs
+
v
is
ip
v
Rp +
102
8/25/2012
CCVS
+
_
i1
VCVS
r i1
+
v1
_
+
_
v1
CCCS
VCCS
i1
i1
+
v1
_
g v1
103
8/25/2012
Top
1
vN vP VCC
Ro
vP +
Ri
vN +
iN
io
(vP vN )
masukan
non-inversi
+
+
vo
keluaran
masukan
inversi
catu daya negatif
104
104
8/25/2012
OP AMP Ideal
Suatu OPAMP ideal digambarkan dengan
diagram rangkaian yang disederhanakan:
masukan non-inversi
masukan inversi
vp ip
vn
vo
keluaran
in
vP = vN
iP = iN = 0
105
105
8/25/2012
vN
io
vo
R
iN
v P = vs
v N = vo
vP = v N
vo = vs
106
106
8/25/2012
iN
vo
v P = vs
R1
vN =
R2
R2
vo
R1 + R2
vP = vN
umpan balik
vo =
R2
vo = v s
R1 + R 2
R1 + R 2
vs
R2
107
107
8/25/2012
CONTOH:
vo = ?
2k
+
5V +
iB = ?
pB = ?
vo iB
2k +
vB
1k
vN =
iB =
RB =1k
v p = vN
iP = iN = 0 =
5 vN
vN = 5 V
2000
1
1
v o v o = 5 V v o = 15 V
1+ 2
3
vo
RB
p B = v B i B = v o i B = i B2 R B
108
8/25/2012
109
109
8/25/2012
110
110
8/25/2012
Hukum Ohm
Relasi Hukum Ohm
v = iR
resistansi
Resistansi konduktor
Suatu konduktor yang memiliki luas penampangn merata, A,
mempunyai resistansi R
l
R=
A
111
8/25/2012
CONTOH:
Seutas kawat terbuat dari tembaga dengan resistivitas 0,018 .mm2/m. Jika kawat
ini mempunyai penampang 10 mm2 dan panjang 300 m, hitunglah resistansinya.
Jika kawat ini dipakai untuk menyalurkan daya (searah), hitunglah tegangan jatuh
pada saluran ini (yaitu beda tegangan antara ujung kirim dan ujung terima saluran)
jika arus yang mengalir adalah 20 A. Jika tegangan di ujung kirim adalah 220 V,
berapakah tegangan di ujung terima? Berapakah daya yang diserap saluran ?
Sumber
220 V
i
i
Beban
i = 20 A
l 0,018 300
=
= 0,054
A
10
Saluran balik
Saluran dialirai arus 20 A, terjadi tegangan jatuh antara sumber dan beban :
Vsaluran = iRsaluran = 20 0,108 = 2,16 V
Tegangan di beban = tegangan sumber tegangan jatuh di saluran :
vterima = 220 2,16 = 217,84 V
112
112
8/25/2012
Hukum Kirchhoff
Ada beberapa istilah yang perlu kita fahami lebih dulu
Terminal : ujung akhir sambungan piranti atau rangkaian.
Rangkaian : beberapa piranti yang dihubungkan pada terminalnya.
Simpul (Node) : titik sambung antara dua atau lebih piranti.
Catatan : Walaupun sebuah simpul diberi pengertian sebagai
sebuah titik tetapi kawat-kawat yang terhubung langsung ke titik
simpul itu merupakan bagian dari simpul; jadi dalam hal ini kita
mengabaikan resistansi kawat.
Simpai (Loop): rangkaian tertutup yang terbentuk apabila kita berjalan mulai
dari salah satu simpul mengikuti sederetan piranti dengan melewati
tiap simpul tidak lebih dari satu kali dan berakhir pada simpul tempat
kita mulai perjalanan.
113
113
8/25/2012
114
114
8/25/2012
+ v2
2
i2
i4 + v4
B
4
i1
i5
i3
loop 1
loop 2
loop 3
+
5 v5
C
HAK untuk simpul :
simpul A : i1 i2 = 0
loop 1: v1 + v2 + v3 = 0
simpul B : + i2 i3 i4 = 0
loop 2 : v3 + v4 + v5 = 0
simpul C : + i1 + i3 + i4 = 0
loop 3 : v1 + v2 + v4 + v5 = 0
115
115
8/25/2012
+ v1
a).
vs R1 R
2
+
v2
vs + v1 + v2 = 0
+
vL
v s + v1 + v L = 0
+
vC
v s + v1 + vC = 0
vs = i1 R1 + i2 R2
+ v1
b).
vs R1
L
v s = i1 R1 + L
di L
dt
+ v1
c).
vs R1
+ v1
C
+ vL
d).
+
vs R1
L
C
v s = i1 R1 +
1
iC dt
C
v s + v1 + v L + vC = 0
+
vC
v s = i1 R1 + L
di L 1
+
iC dt
dt C
116
116
8/25/2012
i1 R1
a).
+ v1
+
v3
i1 R1
b).
c).
R1
+ v1
+
v3
d).
i1 R1
+ v1
+
vL
i2
+ v2
R3
i3
R2
+ v1
+
vL
i1
R2
i1 i2 i3 = 0
i2
+ v2
i1 i2 i L = 0
v1 v2 v3
=0
R1 R2 R3
v1 v2 1
v L dt = 0
R1 R2 L
iL
L
C iC
A
R3
+ vC
i3
C
dv
v
v1
C C 3 = 0
R1
dt
R3
i1 iC i L = 0
dv
v1
1
C C
v L dt = 0
dt
L
R1
iC
+ vC
iL
i1 iC i3 = 0
117
117
8/25/2012
118
118
8/25/2012
simpul super AB
i2 + v2
A
2
+
i1
v1 1
i4
+ v4
4
i5
i3
5 v5
loop 3
C
simpul super AB
i1 i3 i4 = 0
v1 + v2 + v4 + v5 = 0
119
119
8/25/2012
CONTOH:
v=?
i4
i5
3
4
i1= 5A B i2= 2A
C i = 8A
3
simpul super
ABC
i4 + i1 i3 = 0 i4 = i3 i1 = 8 5 = 3 A
Simpul C
i2 + i5 i3 = 0 i5 = i3 i2 = 8 2 = 6 A
loop ACBA
v + 3i5 4i2 = 0 v = 3 6 4 2 = 10 V
120
120
8/25/2012
121
121
8/25/2012
+
v1
i1
1
+
v2
i2
2
1
i1
i2
+
v2
Hubungan paralel
v1 = v2
Hubungan seri
i1 = i2
122
122
8/25/2012
i
R1
+
Rekiv
R2
Vtotal
123
123
8/25/2012
G1
itotal
itotal
Gekiv
i2
G2
124
124
8/25/2012
i1
C2
i2
CN
iN
Kapasitor Paralel :
Cek = C1 + C 2 + +C N
C1
C2
CN
Kapasitor Seri :
1
1
1
1
=
+
+ +
C ek C1 C 2
CN
B
125
125
8/25/2012
L1
L2
+ v1
+ v2
LN
+
vN
Induktor Seri :
Lek = L1 + L2 + + LN
L1
L2
LN
Induktor Paralel :
1
1
1
1
=
+
+ +
Lek L1 L2
LN
126
126
8/25/2012
CONTOH:
i=?
v = 30 sin(100 t) V
C1=100F
i
+
C2=50F
1
1
1 50 + 100
3
100
10 4
=
+
=
=
Ctot =
F =
F
Ctot 100 50
5000
100
3
3
i = Ctot
dv 10 4
=
3000 cos 100 t = 0,1 cos 100 t A
dt
3
dv
= 0,15 10 3 3000 cos 100 t = 0,45 cos 100 t A
dt
127
127
8/25/2012
Sumber Ekivalen
vs
R1
+ vR
+
v
i
bagian
lain
rangkaian
R2
bagian
lain
rangkaian
Sumber arus
Sumber tegangan
Dari sumber tegangan menjadi
sumber arus
v s = is R2
is
iR +
v
R1 = R 2
is =
vs
R1
R 2 = R1
128
128
8/25/2012
CONTOH:
30V
R1=10
R2=10
3A
is
i3
2,5 A
R1
20
i1
R2
30
i2
50 V
R1
20
R2
30
129
129
8/25/2012
Transformasi Y -
Rangkaian mungkin terhubung atau Y. Menggantikan hubungan dengan
hubungan Y yang ekivalen, atau sebaliknya, dapat mengubah rangkaian menjadi
hubungan seri atau paralel. C
R3
RB
Hubungan RA
Hubungan Y
R1
R2
B
RC
Ekivalen dari Y
R R + R 2 R3 + R1 R3
RA = 1 2
R1
Ekivalen Y dari
R1 =
R B RC
R A + R B + RC
RB =
R1 R 2 + R 2 R3 + R1 R3
R2
R2 =
RC R A
R A + R B + RC
RC =
R1 R 2 + R 2 R3 + R1 R3
R3
R3 =
R A RB
R A + R B + RC
R
3
R = 3 RY
RY =
130
130
8/25/2012
is
60 V
10
20
+ v1
+ v2
30
vtotal
+
v3
v1 = 10 V ; v2 = 20 V ; v3 = 30 V
131
131
8/25/2012
is
1A
R1
10
i1
itotal
i2
R2
20
i3
R3
20
i1 =
G1
(1 / 10)
is =
1 = 0,5 A
Gtot
(1 / 10) + (1 / 20) + (1 / 20)
i2 =
G
G2
is = 0,25 A ; i3 = 3 is = 0,25 A
Gtot
Gtot
132
132
8/25/2012
133
133
8/25/2012
Proporsionalitas
Keluaran dari suatu rangkaian linier adalah
proporsional terhadap masukannya
x
masukan
y=Kx
keluaran
R1
Penjelasan:
masukan
+
_
vs
R2
vo =
R1 + R2
vs
R2
+
vo keluaran
R2
K =
R1 + R2
134
134
8/25/2012
CONTOH:
A
(a )
+
vin
+
vo1
60
120
120
v o1 =
v in = ( 2 / 3) v in ; K 1 = ( 2 / 3)
120 + 60
(b)
+
vAB
80
(c)
vin
40
+
vo2
40
v o2 =
v AB = (1 / 3) v AB K 2 = 1 / 3
40 + 80
40
v o3 =
v AB
40 + 80
A
+
80
60
120
40
B
+
vo3
40 120 || ( 40 + 80 )
=
40 + 80 120 || ( 40 + 80 ) + 60
= (1 / 3) (1 / 2 ) = 1 / 6 v in
v in
K 3 = (1 / 6 )
135
135
8/25/2012
Prinsip Superposisi
Keluaran dari suatu rangkaian linier yang dicatu oleh lebih dari
satu sumber adalah jumlah keluaran dari masing-masing sumber
jika masing-masing sumber bekerja sendiri-sendiri
Suatu sumber bekerja sendiri apabila
sumber-sumber yang lain dimatikan
Cara mematikan sumber:
a. Mematikan sumber tegangan berarti membuat tegangan
sumber itu menjadi nol, artinya sumber ini menjadi hubungan
singkat.
b. Mematikan sumber arus adalah membuat arus sumber menjadi
nol, artinya sumber ini menjadi hubungan terbuka.
136
136
8/25/2012
CONTOH:
matikan v2
10
v1=12V
10
+
vo1
_
10
12V
10
vo1 =
12 V = 6 V
10 + 10
+
vo
_
10
matikan v1
v2=24V
10
+
vo 2 =
10
24V
+
vo2
_
10
24 V = 12 V
10 + 10
vo = vo1 + vo 2 = 6 + 12 = 18 V
137
137
8/25/2012
Teorema Millman
Apabila beberapa sumber arus ik yang masing-masing memiliki
resistansi paralel Rk dihubungkan seri, maka hubungan seri
tersebut dapat digantikan dengan satu sumber arus ekivalen iekiv
dengan resistansi paralel ekivalen Rekiv sedemikian sehingga
i ekiv Rekiv =
Contoh:
R i
k k
dan
R ekiv =
iekiv 20 = 1 10 + 2 10
i1=1A
i2=2A
R1=10
R2=10
iekiv=1,5A
Rekiv=20
Rekiv = 10 + 10
138
138
8/25/2012
Teorema Thvenin
Suatu rangkaian bisa
dipandang terdiri dari
dua seksi
B
Teorema Norton
Seksi
sumber
Seksi
beban
139
139
8/25/2012
seksi
sumber
+
vht
VT
+
_
RT
140
140
8/25/2012
i=0
seksi
sumber
+
vht
RT
VT
vht = VT
VT
+
_
RT
ihs= VT /RT
141
8/25/2012
Penjelasan:
+
R1
vs
R2
Dengan
mematikan
sumber maka
R1
R2
RT
RT = R1 paralel dengan R2
142
142
8/25/2012
seksi
sumber
IN
RN
143
143
8/25/2012
VT
+
_
RT
VT = vht
RT = vht / ihs
IN
RN
IN = Ihs
RN = vht / ihs
RT = R yang dilihat
dari terminal ke arah
seksi sumber dengan
semua sumber mati
RT = RN
144
144
8/25/2012
CONTOH:
A
+
20
24 V
10
20
B
VT = V AB = V A'B =
RT = 10 +
RT = 20
VT = 12 V
B
20
24 = 12 V
20 + 20
20 20
= 20
20 + 20
145
145
8/25/2012
146
146
8/25/2012
_+
RT
+
v
RB
sumber
beban
i
RN
IN
RB
p maks
V
= T
2
2
VT VT
2R = 4R
T
T
sumber
beban
p maks
I2R
I
= N RB = N N
4
2
147
147
8/25/2012
CONTOH:
A
20
+
24 V
A
10
Hitung RX agar
terjadi alih daya
maksimum
RX = ?
20
Lepaskan RX hitung RT , VT
20 20
= 20
20 + 20
20
VT =
24 = 12 V
20 + 20
RT = 10 +
Hubungkan kembali Rx
Alih daya ke beban akan maksimum jika RX = RT = 20
dan besar daya
maksimum yang bisa
dialihkan adalah
p X maks
(12) 2
=
= 1,8 W
4 20
148
148
8/25/2012
Teorema Tellegen
Dalam suatu rangkaian, jika vk mengikuti
hukum tegangan Kirchhoff (HTK) dan ik
mengikuti hukum arus Kirchhoff (HAK), maka:
vk ik = 0
k =1
CONTOH:
+
10 V _
is
R1= 2
i
R2= 3
10
i=
=2 A
2 + 3
is = 2 A
(menyerap daya)
= 8 + 12 = 20 W
149
149
8/25/2012
Teorema Substitusi
Suatu cabang rangkaian antara dua simpul dapat disubstitusi oleh cabang
baru tanpa mengganggu arus dan tegangan di cabang-cabang yang lain
asalkan tegangan dan arus antara kedua simpul tersebut tidak berubah
vk
Rk
ik
+
vsub
vk
Rsub
ik
v sub = v k R sub i k
150
150
8/25/2012
151
151
8/25/2012
30
+ vx
20
10
D
10
30
30
E
B
0,4 A
30
10
30
B
0,4 A
10
10
vx =
6 = 1,5 V
15 + 10 + 15
30
30
+ vx
6V
15
15
E
15
10
15
E
152
152
8/25/2012
i1
36 V
Misalkan
i4 =
i2 =
i2
vo = 1 V
i5 =
vB
4
=
= 0, 2 A
20 20
vA
= 0 ,5 A
20
K =
B
20
i
20 4
10
i5
30
20 10
vo
= 0,1 A
10
i 3 = i 4 + i5 = 0 ,3 A
i1 = i 2 + i 3 = 0 ,8 A
vo
1
1
=
=
vs
vs
18
+
vo
v B = 0,1(30 + 10 ) = 4 V
v A = v B + i3 20 = 10 V
v s = v A + i1 20
= 10 + 0 , 8 10 = 18 V
v o ( seharusnya ) = K 36 = 2 V
153
153
8/25/2012
Metoda Superposisi
+
30 V _
30 V
20
Vo1 =
20
1,5A
10
10
30 = 10 V
10 + 20
+
Vo1
+
Vo
10
20
1,5A
=?
10
+
Vo2
20
Vo2 =
1.5 10 = 10 V
20 + 10
Vo = Vo1 + Vo2 = 20 V
154
154
8/25/2012
i1
A
20
30 V
+
_
A
10
i2
20
+
v0
10
=?
vo =
ht
= v A' B
20
30 = 15 V
20 + 20
RT = 10 +
10
15 = 5 V
10 + 20
20 20
= 20
20 + 20
15 V
+
_
20
+
v0
10
B
155
155
8/25/2012
vs
Rs
R1
+
v1
v1 =
v1
+
vo
RL vo= ?
R1
vs
R1 + R s
vo = v1 =
R1
vs
R1 + R s
156
156
8/25/2012
157
157
8/25/2012
iM
=0=
G i (v M
i =1
vi )= vM
i =1
i =1
Gi Givi
158
158
8/25/2012
Kasus-Kasus
vB
B
vA
A
i1
G1
i3
v A (G1 + G2 + G3 ) v B G1 vC G2 v D G3 = 0
G3
D
vA
A
vB
vC
G2
vD
i2
G1
vC
G2
v A (G1 + G2 ) I s vB G1 vC G2 = 0
(nilai arus langsung dimasukkan ke persamaan)
Is
vD D
vB
B
vA
A
G1
Vs
E
vE G3
D
vD
vC
G2
G4
F
vF
159
8/25/2012
CONTOH:
R1
20
0,4
A
R2
v B (G1 + G 2 + G 3 ) v A (G1 ) v C (G 3 ) = 0
v C (G 3 + G 4 + G 5 ) v B (G 3 ) v D (G 5 ) = 0
0 v A 8
1 1 0
1 4 2 0 v B = 0
0 2 5 2 vC 0
0 1 2 v D 0
0
vD =
10
20 R4
v A (G1 ) 0 .4 v B (G1 ) = 0
v D (G 5 + G 6 ) v C (G 5 ) = 0
R3
R5
10
R6
20
E
D
10
1
0
0
20
v A 0,4
20
1
1
1
1
1
v 0
+ +
0
20 20 20 10
B
10
=
1
1 1 1 1
0
0
+ + vC
10
10 20 10 10
1 1
1
0
0
+ vD 0
10
10 10
0 v A 8
1 1 0
0 3 2 0 v B = 8
0 0 11 6 vC 16
0 16 v D 16
0 0
16
16+ 6vD 16+ 6
8+ 2vC 8 + 4
=1 V vC =
=
= 2 V vB =
=
= 4 V vA = 8+ vB =12 V
16
11
11
3
3
160
160
8/25/2012
CONTOH:
A
Simpul super
15 V
C
B
+
R1
20
R3
10
R2
20 R4
R5
10
20
10 R6
E
v A (G 3 + G 1 ) v B G 1 = 0
Simpul
super
v B (G 1 + G 2 ) + v C (G 4 + G 5 ) v A G 1 v D G 5 = 0
v B v C = 15
v D (G 5 + G 6 ) v C G 5 = 0
1 1
0
0
+
v A 0
20
10 20
1
1
1 1 1 1
+ +
20
20 20 20 10
10 vB = 0
v 15
0
1
1
0
C
1
1
1
0
0
+ vD 0
10
10 10
0
0
3
1
1
5
0 vA 0
6 vB 0
=
0 14 6 vC 75
0 0 22 vD 75
0
9
1 0
0 vA 0
2 3 1 vB 0
=
1 1 0 vC 15
0 1 2 vD 0
161
161
8/25/2012
B
IB
IA
arus D
mesh
E
ID
IC
G
162
162
8/25/2012
Dasar
Tegangan di cabang yang berisi resistor Ry yang menjadi
anggota mesh X dan mesh Y adalah
vxy = Ry ( Ix Iy )
Sesuai dengan HTK, suatu mesh X yang terbentuk dari m
cabang yang masing-masing berisi resistor, sedang sejumlah
n dari m cabang ini menjadi anggota dari mesh lain, berlaku
n
n
m n
0 = IX
Rx +
R y IX I y = IX
Rx +
Ry
I yR y
x =1
y =1
x =1
y =1
y =1
m n
163
8/25/2012
Kasus-Kasus
A
C
R3
R1
R2
R1
v1
IY
R2
v2
IX
R5
IX
IY
v1
I Z (R 4 + R 6 + R 7 ) I X R 4 = 0
C
R6
R4
IZ
i1
R5
F
D
R6
R4
E
Mesh ABFA :
IY (R1 + R2 ) I X R2 v1 = 0
Mesh BCEFB :
I X (R2 + R 4 + R5 ) IY R2 I Z R 4 + v 2 = 0
mesh super
B
R1
R3
Mesh CDEC :
R7
IZ
R4
R5
Mesh BCEFB :
I X (R 2 + R 3 + R 4 + R 5 ) I Y R 2 I Z R 4 = 0
R6
IX
IY
IZ
164
8/25/2012
CONTOH:
20 B
A
30 V
IA
10 D
20
20
10 C
IB
IC
10
Mesh ABEA :
Mesh BCEB :
Mesh CDEC :
I A (20 + 20 ) I B 20 30 = 0
I B (20 + 10 + 20 ) I A 20 I C 20 = 0
I C (20 + 10 + 10 ) I B 20 = 0
40 20 0 I A 30
20 50 20 I B = 0
0
20 40 IC 0
IC = 0,25 A
IB = 0,5 A
4 2 0 I A 3
0 8 4 I B = 3
0 0 12 IC 3
IA = 1 A
165
165
8/25/2012
CONTOH:
A
1A
20 B
10 C
IA
IB
10
20
20
IC
10
Mesh ABEA : I A = 1
Mesh BCEB :
0
0 I A 1
1
20
50
20
IB = 0
0 20 40 IC 0
IC = 0,25 A
1 0 0 I A 1
0
5
I B = 2
0 0 8 I C 2
IB = 0,5 A
IA = 1 A
166
166
8/25/2012
CONTOH:
mesh super
20
A
20
IA
10
IC
IB
1A
mesh super
10
20
10
I C (20 + 10 + 10 ) I B (20 ) = 0
40 30 20 I A 0
1
0
I B = 1
0 20 40 I C 0
IC = 1/3 A
IB = 2/3 A
4 3 2 I A 0
7
2
I B = 4
0 0 12 IC 4
IA = 1/3 A
167
167
8/25/2012
10k
B
5k
1V
v1
v1 =
A: vA = 1V
100v1
B:
vD =
10V
vC
= 0,06v D
100
1 k
vB v A vB vC
+
=0
10
RF
C : vC = 100v1
D:
vD vC vD
+
=0
5
1
v C = 6v D
R F = 1515 k 1,5 M
168
168
8/25/2012
169
169
8/25/2012
Alat Ukur
Alat pengukur tidak bisa dibuat besar karena harus ringan agar dapat
bereaksi dengan cepat. Alat ukur yang kecil ini harus ditingkatkan
kemampuannya, dengan mempertahankan massanya tetap kecil.
10
Rs
50 mA
v = 750 V
750
= 50 10 3
R s + 10
Rs =
750
50 10 3
10 = 14990
170
8/25/2012
100 A
Ish
10
50 mA
Rsh
I sh + 50 10 3 = 100
I sh R sh = 10 50 10 3
R sh =
10 50 10 3
100 50 10
= 0,005
171
171
8/25/2012
Pengukuran Resistansi
Hubungan antara tegangan dan arus resistor
adalah
V
VR = RiR atau R = R
iR
Dengan hubungan ini maka resistansi R dapat
dihitung dengan mengukur tegangan dan arus
resistor.
Ada dua kemungkinan rangkaian pengukuran
yang dapat kita bangun seperti terlihat pada
diagram rangkaian berikut.
172
172
8/25/2012
Rangkaian A
Rangkaian B
A
+
IR = I
V
RV
RV : resistansi voltmeter
R=
IR
VR
V
=
I R I (V / RV )
IR
R
VR = V IRA
RA : resistansi ampermeter
R=
VR V IRA V
=
= RI
IR
I
I
173
173
8/25/2012
Saluran Daya
Energi disalurkan ke beban melalui saluran. Pada
umumnya saluran mengandung resistansi. Oleh karena
itu sebagian dari energi yang dikirim oleh sumber akan
berubah menjadi panas di saluran.
Daya yang diserap saluran adalah
I s2 Rs
Is adalah arus saluran dan Rs adalah resistansi saluran
Is dan Rs ini pula yang menyebabkan terjadinya
tegangan jatuh di saluran
Berikut ini satu contoh penyaluran daya dari satu sumber ke dua beban
174
174
8/25/2012
Contoh:
40+20=60A
Sumber
+
+
0,4
550V
V1
0,03
20A
40A
0,8
+
V2
20A
0,06
175
175
8/25/2012
0,8
+
V1
0,03
+
V2
40A
20A
0,06
0,86
550V
40A
20A
176
176
8/25/2012
CONTOH:
A
vA = 255 V
0,01
D
0,015
0,025
100A
180A
vD = 250 V
VB VC
VB VA
+ 100 +
= 0
2 0 , 01
2 0 , 025
VC
1
255
1
VB
+
= 0
+ 100
0 , 05
0 , 02
0 , 05
0 , 02
70 V B 20 V C = 12650
V B = 251 , 3 V
V C = 247 ,1 V
I AB =
VC V B
V VD
+ 180 + C
= 0
2 0 , 025
2 0 , 015
VB
1
250
1
VC
+
= 0
+ 180
0 , 03
0 , 03
0 , 05
0 , 05
53 , 3V C 20 V B = 8153 , 3
V A V B 255 251,3
=
= 185 A ; I BC = I AB 100 = 85 A; I DC = 180 I BC = 95 A
R AB
0,02
177
177
8/25/2012
Contoh:
X
0,04
0,05
A
250V
0,1
C
60A
V A = V X 0,05 50 = 247,5 V
V B = 250 0,1 20 = 248 V
VC = 250 0,04 60 = 247,6 V
50A
B
20A
178
178
8/25/2012
Contoh:
X
V
V
1
1
V A
+ 50 B X = 0
+
0,1 0,05
0,05 0,1
V
V
V
1
1
1
V B
+
+
+ 20 A C X = 0
0,1 0,15 0,1
0,1 0,1 0,15
250V
0,04
0,05
0,1
V
V
1
1
VC
+
+ 60 B X = 0
0,15 0,04
0,04 0,15
0,15
A
50A
60A
0,1
30 V
B
20A
VA
495
2 V B = 1239
125 VC
VC = 247,63 V; V B =
30954
+ 50 10 V
80
V
3
95
V
3
5000
+ 20 10 V
+ 60
20
V
3
20
V
3
= 0
6250
30
10
30
80
20
20
95
VA
2500
= 0
= 0
49 50
V B = 7440
VC
18570
1239 + 2 247,64
495 + 247,75
= 247,75 V ; V A =
= 247,58 V
7
3
179
179
8/25/2012
Contoh:
I2
30A
B
I1
70A
80A
C
0,02
0,01
I3
0,02
D
0,01
I6
F
120A
0,03
I5
60A
0,01
E
I4
60A
I1
0 2 2 1 3 2
I2
70
0 0 2 1 3 4
I3
0 0 0 1 3 6
I4
0 0 0 0 3 7
I5
450
0 0 0 0 0 1
I6
81
150
390
I 6 = 81 A ; I 5 = 39 A ; I 4 = 21 A ; I 3 = 39 A ; I 2 = 41 A ; I1 = 11 A
180
180
8/25/2012
181
181
8/25/2012
iD
ideal
0
Dioda konduksi :
v
iD > 0 , vD = 0
+
va
v +
vD
i
Dioda konduksi :
iD
iD > 0 , v > va
0 va v
182
182
8/25/2012
v
i
+ vD
+
RL
I as
1
=
2
=
1
id (t ) =
2
0
0
0
Ias
Vm sin t
d (t ) + 0
R
L
0
1 Vm
[cos t ] = Vm = I m
2 RL
RL
0
183
183
8/25/2012
Rangkaian Jembatan
D1
D2
A
v +
Vm
v1
v2
D4
D2
i1
i2
v
i
D1
+
RL
B
D3
C
i
Ias
t
I as =
2 Vm 2 I m
=
RL
184
184
8/25/2012
Filter Kapasitor
iD
iR
iC
+ vD
C
+
vR
RL
vC = v R
15
Vm
10
vC + RC
vR=vC
vC
5
0
-5 0
-10
V
m
-15
v R = RiR = R (iC ) = RC
0.05
0.1
dvC
dt
dvC
=0
dt
dvC
1
=
dt
vC
RC
0.15
vC = vC 0 e (1 / RC ) t
qC = C vC = I as (T T ) I asT
C yang diperlukan
C=
I asT
I
Vas
= as =
vC
fvC RfvC
185
185
8/25/2012
Pemotong Gelombang
+ V
Dioda
+
v1
_
+
vD
konduksi
+
vR
tak konduksi
i=
vR
v1 V
>0
R
vR = iR = v1 V
v1
V
0
t
vR = v1 V, dengan bagian negatif
ditiadakan oleh dioda
186
186
8/25/2012
CONTOH:
A
+
vs
vD
+
iD
+
2V
v2
Dioda
vs
v A = 2 V
konduksi
v 2 = 2 V
vs < 2 V
v s = vA
tak konduksi
v2
v2
v2 = v s
10
[V]
v2=v1
5
0
v1
0
-5
v2
v2
v1
-10
187
187
8/25/2012
CONTOH:
+ 4,7 V
iA
+
vA
+ D
1
0,7 V
vA= 1 V
D1
D2
1k
P
iB= ?
D2
+
vP
konduksi
tak konduksi
vP = 1,7
tak konduksi
konduksi
vP < 1,7
konduksi
konduksi
vP = 1,7
tak konduksi
0,7 V
vP < 0,7
vP = 0,7
vP = 0,7
iB
tak mungkin
mungkin
iB =
4,7 0,7
mA
1
tak mungkin
tak konduksi
188
188
8/25/2012
+VCC vo
8
keluaran
Top
1
masukan
inversi
iP
vP +
vN +
iN
vN vP VCC
io
+ vo
Diagram disederhanakan
189
189
8/25/2012
v o = (v P v N )
vP vN
VCC
Parameter
Rentang nilai
Nilai ideal
105 108
Ri
106 1013
Ro
10 100
VCC
12 24 V
190
190
8/25/2012
+
iP
Ro
vP +
Ri
vN +
iN
+ (v v )
P
N
io
+
vo
vo VCC
atau
VCC
vP = vN
iP = iN = 0
191
191
8/25/2012
Penguat Non-Inversi
vN =
iP
vP
vs
vN
vo
R1
iN
R2
vP = vN =
vo =
R2
vo
R1 + R 2
R2
vo = vs
R1 + R 2
R1 + R2
vs
R2
umpan balik
K=
R1 + R 2
R2
192
192
8/25/2012
CONTOH:
2k
vo i B
5V
2k +
vB
1k
vB = ?
iB = ?
RB =1k
v p = vN
iP = 0 =
5 vP
vP = 5 V = vN
2000
1
v N = vo
3
vB = vo = 15 V ; iB =
Resistansi
masukan :
pB = ?
vo = 3v N = 15 V
vB
= 15 mA ; pB = vBiB = 225 mW.
RB
Rin =
vin
5
=
= karena iin = iP = 0
iin iin
193
193
8/25/2012
CONTOH:
iin
B
+
vs
R4
R3
R2
R5
+
vo
R1
A
VT
R3
RT
vo
=?
vs
+
vo
R2
VT =
R1
v P = VT =
vN
R5
vs
R 4 + R5
R1
=
vo
R1 + R 2
R5
R1
vs =
vo
R4 + R5
R1 + R2
vo
R5
R + R2
=
1
v s R4 + R5
R1
R5
R 4 R5
v s ; RT =
R 4 + R5
R 4 + R5
Resistansi masukan
Rin =
vs
= R 4 + R5
iin
194
194
8/25/2012
i1
R1
vs
i2
A
R2
iN
vN
vP
vo
1
v
v
1
+ i N s o = 0
v N
+
R1 R 2
R1 R 2
vs vo
+
=0
R1 R 2
R
sehingga v o = 2 v s
R1
195
195
8/25/2012
vN
vo
io
R
iN
196
196
8/25/2012
CONTOH:
iin
vs
R1
R2
+
R3
+
vo
1
v
v
1
+ i N s o = 0
v N
+
R1 R 2
R1 R 2
v
v s v o
R2
+
=0 o =
R1
R2
vs
R1
Rin =
Rin =
Rin =
v in
vs
=
= R1
iin vs / R1
vin
vs
=
iin (v s vo ) /( R1 + R2 )
vs
R1
1
=
=
v s (1 vo / v s ) /( R1 + R2 ) (1 + R2 / R1 ) /( R1 + R2 ) ( R1 + R2 ) /( R1 + R2 )
197
197
8/25/2012
CONTOH:
vs
iin
+
R4
R1
R2
R5
+
vo
R3
vo
R
R2
= 2 =
VT
RT
R1 + (R4 || R5 )
RT
VT
R2
+
vo
v o v o VT
R5
R2
=
v s VT v s
R1 + R 4 || R5 R 4 + R5
=
R3
Rin =
VT =
R5
v s ; RT = R1 + (R4 || R5 )
R4 + R5
R 2 R5
( R1 R5 + R1 R 4 + R 4 R5 )
vs
= R4 + R1 || R5
iin
R4 ( R1 + R5 ) + R1R5
R1 + R5
198
198
8/25/2012
Penjumlah
i1
R1
i2
R2
v1
v2
RF
iN
vN
vP
1
v
v
v
1
1
+ i N 1 2 o = 0
v N +
+
R1 R2 RF
R1 R2 RF
iF
vo
v1 v2 vo
+
+
=0
R1 R2 RF
v
v
R
R
v o = R F 1 + 2 = F v1 F v 2 = K 1 v1 + K 2 v 2
R1
R2
R1 R 2
vo =
K n vn
dengan
Kn =
RF
Rn
199
199
8/25/2012
CONTOH:
R
v1
vo
v2
vo =
R
R
v1 v 2 = (v1 + v 2 )
R
R
v1
v2
vo
R
v
v
1 1
vP + + iP 1 2 = 0
R R
R R
v + v2
vP = 1
2
vN =
vo
2
v1 + v 2 v o
=
v o = v1 + v 2
2
2
200
200
8/25/2012
i2
R1
v1 +
R2
iN
R3
v2
+
vo
R4
v o1 =
R2
v1
R1
Jika v1 dimatikan:
iP
R1
R4
v o2 =
v2
R1 + R 2
R3 + R4
Jika v2 dimatikan:
vN =
atau
R1
v o2
R1 + R 2
R4
v o2 =
R3 + R4
vP =
R4
v2
R3 + R 4
R1 + R 2
R1
v 2
R4 R1 + R2
R
v2 = K1v1 + K 2 v2
vo = vo1 + vo2 = 2 v1 +
R1
R3 + R4 R1
Jika kita buat R1 = R2 = R3 = R4 maka vo = v2 v1
201
201
8/25/2012
Integrator
iR
iC
+ R
iN
vs
vN
vP
+
vo
v
d
1
v N C (v o v N ) s = 0
dt
R
R
vs
d
= C (v o )
R
dt
1
RC
v o = v o ( 0)
atau
vo ( t )
d (v o ) =
1
RC
vo =
1
RC
d (v s ) =
1
RC
v o ( 0)
v s dt
v dt
s
v dt
0
Diferensiator
iC
+ C
vs
iN
vN
vP
iR
A
R
+
vo
vN
v
d
C (v s v N ) o = 0
R
dt
R
vo
d
= C (v s )
R
dt
+
vs =
1
RC
atau
vs ( 0)
v o dt
vs (t )
atau
v o = RC
v dt
0
dv s
dt
202
202
8/25/2012
Diagram Blok
v1
v1
vo
v1
R1
R2
K =
vo
R1
R1 + R 2
R2
R1
vo
v1
K1
+
R2
vo
K
2
RF
R2
Penguat Inversi
RF
v2
v1
R
_ 2
+
Penguat Non-Inversi
v1
vo
v2
K1 =
RF
R1
RF
R2
vo
K2
Penjumlah
v1
v2
R1
R3
R2
R4
vo
v1
K1
K1 =
+
v2
vo
K2
R2
R1
R + R2
= 1
R1
R4
R + R
4
3
Pengurang
203
203
8/25/2012
Hubungan Bertingkat
v1
v3
v2
vo
v1
KK
1 1
v2
K2
v3
K3
vo
vo = K 3v3 = K 3 K 2 v2 = K 3 K 2 K1v1
204
204
8/25/2012
205
205
8/25/2012
Pengantar
Peristiwa transien dalam rangkaian listrik, yang walaupun
berlangsung hanya beberapa saat namun jika tidak ditangani secara
benar dapat menyebabkan terjadinya hal-hal yang sangat merugikan
pada rangkaian
206
206
8/25/2012
207
207
8/25/2012
208
208
8/25/2012
+
vs
A
+
vC
A
iL
L
B
209
8/25/2012
Karena hubungan antara arus dan tegangan pada induktor maupun kapasitor
merupakan hubungan linier diferensial, maka persamaan rangkaian yang
mengandung elemen-elemen ini juga merupakan persamaan diferensial
210
210
8/25/2012
Rangkaian RC Seri
vs
R
+
vin
A
i
iC
C
+
v
dv
HTK setelah
v
+
iR
+
v
=
v
+
RC
+v = 0
s
s
saklar tertutup:
dt
RC
dv
+ v = vs
dt
211
8/25/2012
Rangkaian RL Seri
S
+
R
vs
A
i
iL
L
B
HTK setelah
saklar tertutup:
vs Ri v L = vs Ri L
L
di
+ Ri = v s
dt
di
=0
dt
Inilah persamaan
rangkaian yang
merupakan persamaan
diferensial orde pertama
dengan arus sebagai
peubah rangkaian
212
212
8/25/2012
vs
+ R
vin
Ri + L
i
C
+
v
di
+ v = vin
dt
d 2v
dt 2
+ RC
dv
+ v = vin
dt
213
8/25/2012
is
iC
iL = i
+
v
iR + iL + iC = is
v =vL =L di/dt, sehingga iR = v/R dan iC = C dv/dt
v
dv
+i+C
= is
R
dt
LC
d 2i
dt 2
atau
L di
+ i = is
R dt
214
214
8/25/2012
215
215
8/25/2012
dy
+ by = x(t )
dt
216
8/25/2012
dy
+ by = 0
dt
Misalkan solusi
persamaan ini y0
dy
+ by = x(t )
dt
Misalkan solusi
persamaan ini yp
217
217
8/25/2012
x(t) = vs
vs
iL
L
B
218
8/25/2012
Tanggapan Alami
Tanggapan alami adalah solusi
khusus dari persamaan homogen :
dy
a dy
+ by = 0 atau
+ y=0
dt
b dt
y = K1est
219
219
8/25/2012
aK1se st + bK1e st = 0
yK1 (as + b ) = 0
atau
as + b = 0
Akar persamaan ini adalah s = (b/a)
Jadi tanggapan alami yang kita cari adalah
ya = K1e st = K1e (b / a ) t
Tetapan ini masih harus kita cari. Nilai
tetapan ini diperoleh dari
tanggapan lengkap pada waktu t = 0
Untuk mencari tanggapan lengkap kita
mencari lebih dulu tanggapan paksa, yp
220
220
8/25/2012
Tanggapan Paksa
Tanggapan paksa adalah solusi dari
persamaan:
dy
+ by = x(t )
dt
Jika solusi persamaan ini kita sebut yp(t), maka bentuk yp(t) haruslah
sedemikian rupa sehingga jika yp(t) dimasukkan ke persamaan ini maka ruas
kiri dan ruas kanan persamaan akan berisi bentuk fungsi yang sama.
Hal ini berarti x(t), yp(t), dan dyp(t) /dt harus berbentuk sama
Kita lihat beberapa kemungkinan bentuk fungsi pemaksa, x(t):
1. x(t) = 0. Jika fungsi pemaksa bernilai nol maka hanya akan ada tanggapan
alami; tanggapan paksa = 0.
2. x(t) = K. Jika fungsi pemaksa bernilai tetap maka tanggapan paksa yp juga
harus merupakan tetapan karena hanya dengan cara itu dyp /dt akan bernilai
nol sehingga ruas kanan dan kiri dapat berisi bentuk fungsi yang sama.
3. x(t) = Aet. Jika fungsi pemaksa berupa fungsi eksponensial, maka
tanggapan paksa yp harus juga eksponensial karena dengan cara itu
turunan yp juga akan berbentuk eksponensial, dan fungsi di ruas kiri dan
kanan persamaan rangakaian akan berbentuk sama.
221
221
8/25/2012
4. x(t) = Asint. Jika fungsi pemaksa berupa fungsi sinus, maka tanggapan
paksa akan berupa penjumlahan fungsi fungsi sinus dan cosinus karena
fungsi sinus merupakan penjumlahan dari dua fungsi eksponensial
kompleks.
e jx e jx
sin x =
2
e jx + e jx
cos x =
2
222
222
8/25/2012
223
223
8/25/2012
Tanggapan Lengkap
Dugaan tanggapan
y = y p + y a = y p + K1e s t
lengkap adalah
Ini masih dugaan karena
tanggapan paksa Dugaan tanggapan alami
tanggapan alami juga
masih dugaan
K1 masih harus ditentukan
melalui penerapan kondisi
awal yaitu kondisi pada t = 0
Kondisi Awal
Kondisi awal adalah situasi sesaat setelah penutupan rangkaian (jika saklar
ditutup) atau sesaat setelah pembukaan rangkaian (jika saklar dibuka);
Sesaat sebelum penutupan/pembukaan saklar dinyatakan sebagai t = 0Sesaat sesudah penutupan/pembukaan saklar dinyatakan sebagai t = 0+.
Pada induktor, arus pada t = 0+ sama dengan arus pada t = 0Pada kapasitor, tegangan pada t = 0+ sama dengan tegangan pada t = 0224
224
8/25/2012
Jika kondisi awal kita masukkan pada dugaan solusi lengkap akan kita
peroleh nilai K1
y (0 + ) = y p (0 + ) + K1 K1 = y (0 + ) y p (0 + ) = A0
y = y p + A0 e s t
Ini merupakan
komponen mantap dari
tanggapan lengkap;
ia memberikan nilai
tertentu pada
tanggapan lengkap
pada t =
Ini merupakan
komponen transien
dari tanggapan
lengkap;
ia bernilai 0 pada
t=
225
225
8/25/2012
226
226
8/25/2012
Contoh: x(t) = 0
Saklar S telah lama pada posisi 1. Pada t = 0
+
S dipindah ke posisi 2. Carilah tanggapan
vs= 12V
rangkaian.
1
+
v
2
R=10k
C=0.1F
v RC
dv
dt
dv
=0
dt
dv
1
+
v=0
dt RC
dv
+ 1000v = 0
dt
3. Persamaan karakteristik:
s + 1000 = 0 s = 1000
227
227
8/25/2012
memberikan : 12 = 0 + A0 A0 = 12
1000 t
V
8. Tanggapan lengkap menjadi : v = 12 e
228
228
8/25/2012
Contoh: x(t) = 0
A
Saklar S telah lama tertutup.
Pada t = 0 saklar S dibuka.
Carilah tanggapan rangkaian
+
vs =
50 V
S R =1 k
0
R =3 k
L=
0.6 H
50
= 50 mA
1000
vA
+i=0
3000
Karena vA = vL = L di/dt,
1 di
L +i = 0
3000 dt
1
di
0,6 + i = 0
3000
dt
0,6
Persamaan karakteristik:
di
+ 3000 i = 0
dt
0,6 s + 3000 = 0
229
229
8/25/2012
Persamaan karakteristik:
0,6 s + 3000 = 0
230
230
8/25/2012
Contoh: x(t) = A
i
S
+
-
2
1
12V
10k
0,1F
+
v
12 + 10 4 i + v = 0
Karena i = iC = C dv/dt
12 + 10 4 0,1 10 6
103
Persamaan karakteristik:
dv
+v = 0
dt
dv
+ v = 12
dt
10 3 s + 1 = 0
231
231
8/25/2012
12
v
[V]
1000t
12-12e
1000t
0.002
0.004
232
232
8/25/2012
vs=50cos10t u(t) V
15
vs
iC
1/30 F
+
v
10
v(0+) = 0
Kondisi awal dinyatakan bernilai nol:
v (0 + ) = 0
v
v
1
1
1
v + + iC s = 0 v + iC = s
15
6
15
15 10
1
1 dv vs
v+
=
6
30 dt 15
iC = C dv/dt
Persamaan karakteristik:
dv
+ 5v = 100 cos 10t
dt
s + 5 = 0 s = 5
233
233
8/25/2012
Persamaan karakteristik:
s + 5 = 0 s = 5
234
8/25/2012
Konstanta Waktu
Lama waktu yang diperlukan oleh suatu peristiwa transien
untuk mencapai akhir peristiwa (kondisi mantap) ditentukan
oleh konstanta waktu yang dimiliki oleh rangkaian.
1
+
v
2
C
iR
dv
1
+
v=0
dt RC
s+
1
=0
RC
va = K1e
s=
1
RC
1
t
RC
235
8/25/2012
Tanggapan alami:
va = K1e
1
t
RC
= RC
t /
Tanggapan paksa
236
8/25/2012
+
vs
R0
R
di
= R i
dt
Persamaan karakteristik:
Tanggapan alami:
ia =
R
t
K1e L
di R
+ i=0
dt L
s+
R
=0
L
s=
R
L
237
8/25/2012
Tanggapan alami: ia =
R
t
K1e L
L
R
i = i p + ia = i p + K1e t /
Tanggapan paksa
238
238
8/25/2012
S
+
vs -
2
1
R
C
+
v
vs + Ri + v = 0
Karena i = iC = C dv/dt
vs + Ri + v = 0
RC
dv
+ v = vs
dt
s = 1 / RC
= RC
Tanggapan lengkap: v = v p + va = v p + Ke
t /
239
239
8/25/2012
Simpul A:
iC = C dv/dt
R1
iC
C
+
v
R2
1
v
1
+ iC s = 0
v +
R1
R1 R2
R + R2
dv vs
+ C
v 1
=
R
R
dt
R1
1 2
Persamaan karakteristik:
R + Cs = 0
s = 1 / R C
Tanggapan alami:
Tanggapan lengkap:
R + R2
R = 1
R
R
1 2
va = Ke (1 / R C )t = Ke t /
= R C
v = v p + va = v p + Ke t /
240
240
8/25/2012
= RC
= L/R
R1
=R C
*
R2
R + R2
R = 1
R1R2
241
8/25/2012
242
242
8/25/2012
243
243
8/25/2012
vC
iL
y m 0 = y (0 + ) e t /
tanggapan masukan nol
244
8/25/2012
y s 0 = y f y f (0 + ) e t /
Tanggapan status nol
Status final
t=
245
8/25/2012
y = y s 0 + ym 0
= y f (t ) y f (0+ ) e t / + y (0+ ) e t /
Konstanta waktu
ditentukan oleh
elemen rangkaian
246
246
8/25/2012
247
247
8/25/2012
d2y
dt 2
+b
dy
+ cy = x(t )
dt
dengan arus
sebagai peubah status
248
8/25/2012
Tanggapan Alami
Tanggapan alami adalah solusi persamaan rangkaian di
mana x(t) bernilai nol:
d2y
dy
a 2 + b + cy = 0
dt
dt
Dugaan solusi y berbentuk fungsi eksponensial ya = Kest dengan nilai
K dan s yang masih harus ditentukan.
Kalau solusi ini dimasukkan ke persamaan, akan diperoleh
atau
Ke st as 2 + bs + c = 0
Bagian ini yang harus bernilai nol yang
memberikan persamaan karakteristik
as 2 + bs + c = 0
249
249
8/25/2012
as 2 + bs + c = 0
Persamaan karakteristik yang berbentuk persamaan kwadrat itu
mempunyai dua akar yaitu
b b 2 4ac
s1, s2 =
2a
Dengan adanya dua akar tersebut maka kita mempunyai
dua solusi homogen, yaitu
y a 2 = K 2 e s2 t
250
8/25/2012
Tanggapan Paksa
Tanggapan paksa adalah solusi persamaan rangkaian di
mana x(t) 0:
a
d2y
dt 2
+b
dy
+ cy = x(t )
dt
251
8/25/2012
Tanggapan Lengkap
Tanggapan lengkap adalah jumlah tanggapan alami
dan tanggapan paksa
y = y p + ya = y p + K1e s1t + K 2e s2t
Tetapan ini diperoleh melalui penerapan kondisi awal
Jika rangkaian mengandung C dan L, dua elemen
ini akan cenderung mempertahankan statusnya.
Jadi ada dua kondisi awal yang harus dipenuhi
yaitu
vC (0 + ) = vC (0 )
dan
iL (0 + ) = iL (0 )
252
252
8/25/2012
Kondisi Awal
Secara umum, kondisi awal adalah:
y (0 + ) = y (0 )
dan
dy +
(0 ) = y ' (0 + )
dt
253
8/25/2012
as 2 + bs + c = 0
dapat mempunyai tiga kemungkinan nilai akar, yaitu:
a). Dua akar riil berbeda, s1 s2, jika {b2 4ac } > 0;
b). Dua akar sama, s1 = s2 = s , jika {b24ac } = 0;
c). Dua akar kompleks konjugat s1,s2 = j jika {b24ac } < 0.
Tiga kemungkinan akar ini akan memberikan tiga
kemungkinan bentuk tanggapan
254
254
8/25/2012
S 1 2
+
15 V
+
v
iC
0,25 F
i
8,5 k
Pada t = 0- : i (0 ) = 0 dan v (0 ) = 12 V
di
+ Ri = 0
dt
2
d 2v
dt
d 2v
dt 2
R dv
v
=0
L dt LC
+ 8,5 103
dv
+ 4 106 v = 0
dt
255
255
8/25/2012
Persamaan karakteristik:
s 2 + 8,5 103 s + 4 10 6 = 0
dvC (0 + )
=0
dt
256
256
8/25/2012
Kondisi awal:
v(0 ) = 15 V
dv(0 + )
=0
dt
500t
+ K 2 e 8000t
Dugaan tanggapan lengkap: v = 0 + K1e
15 = K1 + K 2
0 = 500 K1 8000 K 2
0 = 500 K1 8000(15 K1 )
K1 =
8000 15
= 16
7500
K 2 = 1
257
8/25/2012
v
8
4
0
0
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
-4
258
8/25/2012
Contoh-2
1H
S
+
19 V
+
v
iC
0,25 F
i
8,5 k
Sebelum saklar dibuka arus hanya melalui induktor. Dioda tidak konduksi.
i L (0 ) =
vC ( 0 ) = 0 V
19
= 2 mA
8500
di
+ Ri = 0
dt
d 2v
dv
v LC 2 RC
=0
dt
dt
d 2 v R dv v
2
=0
L dt LC
dt
d 2v
dt 2
+ 8,5 103
dv
+ 4 106 v = 0
dt
259
259
8/25/2012
dvC (0 + )
i L (0 ) = iC (0 ) = C
= 2 10 3
dt
+
dvC (0 + )
2 10 3
=
dt
C
260
260
8/25/2012
dv (0 + )
2 10 3
Kondisi awal: v(0 ) = 0
=
= 8 10 3
dt
0,25 10 6
+
K1 =
8000
1,06
7500
K 2 = K1 = 1
Arus induktor : i L = iC = C
dv
0,25 10 6 530e 500t 8000e 8000t
dt
261
8/25/2012
v
[V]
0. 5
0
0
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
-0. 5
-1
262
8/25/2012
v [V]
12
[V]
0. 5
0
0
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
-0. 5
0
0
-4
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
-1
Untuk kedua peristiwa ini yang di-plot terhadap waktu adalah tegangan kapasitor
Seandainya tidak ada induktor, penurunan tegangan kapasitor akan terjadi
dengan konstanta waktu
263
263
8/25/2012
Tanggapan alami
y (0 + ) = y p (0 + ) + K1 + K 2
y (0 + ) = y p (0 + ) + K1s + K 2 ( s + )
y (0 + ) y p (0 + ) = K1 + K 2 = A0
y (0 + ) y p (0 + ) = ( K1 + K 2 ) s + K 2 = B0
B A0 s
A0 s + K 2 = B0 K 2 = 0
dan
B A0 s
K1 = A0 0
264
264
8/25/2012
1 e t
y = y p + A0 + ( B0 A0 s) +
st
e
1 e t
t
= lim e 1 = t
lim +
0
0
y = y p + [A0 + ( B0 A0 s) t ] e st
y = y p + [K a + K b t ] e st
ditentukan oleh kondisi awal
265
265
8/25/2012
Contoh-3.
1H
S 1 2
+
15 V
+
v
iC
0,25 F
i
4 k
di
+ iR = 0
dt
d 2v
dv
LC 2 + RC + v = 0
dt
dt
d 2v
dv
+ 4 103 + 4 106 v = 0
2
dt
dt
Persamaan karakteristik:
s 2 + 4 103 s + 4 10 6 = 0
266
266
8/25/2012
dv +
dv
(0 ) = 0
= K b e st + (K a + K bt ) s e st
dt
dt
dv +
(0 ) = 0 = K b + K a s K b = K a s = 30000
dt
Jadi : v = (15 + 30000t ) e 2000 t V
267
267
8/25/2012
v = 30000 t e 2000 t
5
0
0
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
-5
-10
v = 15 e 2000 t
-15
268
268
8/25/2012
dan
s2 = j
y = y p + K1e ( + j) t + K 2e ( j) t = y p + K1e + j t + K 2e j t e t
K1 (cos t + j sin t ) K 2 (cos t j sin t )
( K1 + K 2 ) cos t + j ( K1 K 2 ) sin t
y = y p + (K a cos t + K b sin t ) e t
+
+
Kondisi awal pertama: y (0 ) = y p (0 ) + K a
K a cos t + K b sin t
K a = y (0 + ) y p (0 + )
+
+
t
Kondisi awal kedua: y (0 ) = y p (0 ) + {(K b K a ) sin t + ( K b + K a ) cos t}e
= y p (0 + ) + K a + K b
K a + K b = y (0 + ) y p (0 + )
269
269
8/25/2012
Contoh-4.
1H
S 1 2
+
15 V
+
v
iC
0,25 F
i
1 k
Pada t = 0+ : v(0 ) = 15 V ; i (0 ) = 0
v+ L
di
+ iR = 0
dt
d 2v
dv
LC 2 + RC + v = 0
dt
dt
d 2v
3 dv
+
1
10
+ 4 106 v = 0
2
dt
dt
Persamaan karakteristik:
s 2 + 1103 s + 4 10 6 = 0
270
270
8/25/2012
dv
Persamaan karakteristik : s 2 + 1000 + 4 10 6 = 0
dt
akar - akar : s1 , s2 = 500 500 2 4 10 6 = 500 j 500 15
v = 0 + (K a cos t + K b sin t ) e t
dv +
(0 ) = 0 = K a + K b
dt
K a 500 15
Kb =
=
= 15
500 15
271
8/25/2012
15 cos(500 15 t
v 10
[V]
5
15 sin(500 15 t )
0
0
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
-5
-10
-15
272
272
8/25/2012
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
-5
-10
-15
273
273
8/25/2012
vs =
26cos3t u(t) V
i
vs
1H
1
F
6
+
v
di
+v = 0
dt
dv
d 2i
RC + LC
+ v = vs
2
dt
dt
5 dv 1 d 2 v
+
+ v = 26 cos 3t
6 dt 6 dt 2
d 2v
dt 2
+5
dv
+ 6v = 156 cos 3t
dt
274
274
8/25/2012
d 2v
dt 2
+5
dv
+ 6v = 156 cos 3t
dt
156 + 0
5 156 0
= 2 ; As =
= 10
3 75
75 + 3
275
8/25/2012
1 dv +
dv
(0 ) (0 + ) = 12
6 dt
dt
Aplikasi kondisi awal pertama : 6 = 2 + K1 + K 2 K 2 = 8 K1
12 = 30 2 K1 3K 2
K1 = 6 K 2 = 2
Tanggapan lengkap : v = 2 cos 3t + 10 sin 3t + 6e 2t + 2e 3t V
i=
1 dv
= sin 3t + 5 cos 3t 2e 2t e 3t A
6 dt
Amplitudo tegangan
menurun
30
v [V] 20
i [A]
10
vs
Amplitudo arus
meningkat
0
-10 0
t [s]
i
10
-20
-30
276
276
8/25/2012
Kuliah Terbuka
Analisis Rangkaian Listrik di Kawasan Waktu
Sudaryatno Sudirham
277
277