Anda di halaman 1dari 3

STUDIUM GENERALE

Nama : Ian Azarya Aryanto


NIM : 13218055
Program Studi : Teknik Elektro
Fakultas/ Sekolah : STEI
Tema : Pertemuan 3 – Hilirisasi Riset Industri Bidang Maritim, Transportasi
Dan Industri HANKAM
Pembicara : Dr. Ir. Wahyu Pandoe, M.Sc.
Hari/ tanggal : Rabu, 2 Februari 2022
Kelas : Kelas Sit-In
RESUME *)
Pada pertemuan ketiga dari Studium Generale ini dibawakan oleh Bapak Wahyu Pandoe yang merupakan
seorang fungsional ahli perekayasa utama dari OR-PPT BRIN (Organisasi Riset Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Badan Riset dan Inovasi Nasional). Beliau dalam kehidupan profesionalnya telah menghasilkan berbagai publikasi yang
umumnya berkaitan dengan ocean engineering. Pertemuan kali ini diawali dengan video pembukaan mengenai rancang
bangun dari kapal pengawas perikanan kelas C, yang merupakan projek kerjasama BPPT dan KKP. Pada video
ditunjukkan proses dari perancanaan, rekayasa, manufacturing, rancang bangun projek hingga implementasinya di
lapangan.
Pada bagian pendahuluan, Bapak Wahyu menjabarkan mengenai apa yang dimaksu dari hilirisasi riset industri
sendiri. Presiden Joko Widodo selalu menyatakan pemerintah terus mendorong hilirisasi industri sehingga dapat keluar
dari jebakan negara pengekspor bahan mentah. Hilirisasi ini dilakukan untuk melepaskan ketergantungan Indonesia pada
produk-produk impor dari negara lain. Namun, Bapak Wahyu mengatakan bahwa hilirisasi juga harus dilakukan terhadap
hasil-hasil riset dan inovasi dalam negeri pula. Riset-riset yang telah dilakukan oleh negeri harus terus dilanjutkan hingga
prototyping, sertifikasi, hingga implementasi di lapangan. Bapak presiden memberikan arahan sendiri bahwa industri
nasional harus mampu untuk membuat berbagai produk dengan teknologi unggulan yang semuanya berasal dari dalam
negeri. Peningkatan dari tingkat komponen dalam negeri (TKDN) juga menjadi hal yang penting.
Namun, dalam keberjalanannya, program hilirisasi ini memiliki berbagai isu strategis dalam usaha peningkatan
adopsi teknologi dan produk inovasi. Tercatat bahwa dari segi pemanfaatan Iptek sebagai penghela pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan, kontribusi Iptek terhadap pertumbuhan ekonomi rendah, kontribusi TFP hanya 0,9% dari
total pertumbuhan ekonomi. Ekspor Indonesia juga masih didominasi produk dengan kompleksitas rendah. Terdapatnya
degradasi lingkungan yang dapat mengancam pembangunan yang berkelanjutan. Selain itu, diperlukannyapula sebuah
pendekatan berbasis pada budaya (sosial-humaniora) untuk menjadikan Iptek sebagai "agen pemberdaya”. Dari segi
peningkatan kapabilitas adopsi teknologi, Skor Global Innovation Index (GII) tahun 2020 adalah 26,49 (peringkat 85 dari
126 negara), 2021 ranking 87 cenderung turun, Skor Global Competitiveness Index (GCI) thn 2019 adalah 64.6 (peringkat
50 dari 141 negara). Nilai dari index ini relatif masih jalan di tempat, bahkan index pada tahun 2010 masih jauh lebih baik.
Selain itu, kapasitas infrastruktur Iptek juga masih belum memadai. Dari segi penciptaan ekosistem inovasi, hasil-hasil
riset inovasi belum sepenuhnya dapat dikonversi menjadi produk komersial, serta kemitraan Penta Helix masih perlu
diperkuat. Sedangkan dari sisi peningkatan efektivitas pemanfaatan dana Iptek-Inovasi, anggaran LITBANG (GERD) baru
mencapai 34 Triliun Rupiah atau sekitar 0,23% dari PDB, dan tersebar di berbagai kementerian/lembaga, sementara rata-
rata dunia adalah 2.27%. Hal ini juga menjadi tugas bersama termasuk pemerintah. 81% anggaran LITBANG bersumber
dari Pemerintah.
Dijabarkan sebuah gambaran proses inovasi dari BRIN oleh Bapak Wahyu bahwa terdapat urutan dari awal
ideasi, penciptaan purwarupa, industrialisasi, dan kemudian hingga komersialisasi itu sendiri. Namun, dalam
keberjalanannya pula, terdapat berbagai kendala dari masing-masing tahap tersebut. Dari sisi komersialisasi teknologi,
kendala yang dihadapi merupakan adanya gap antara inventor/inovator dengan industri. Inventor memiliki pikir technology
push, riset yang dilakukan terkadang tidak sejalan dengan kebutuhan industri, masih berbentuk prototipe, dan resiko
gagal yang dialami masih tinggi. Sedangkan dari sisi industri, terdapat pola pikir trader dan bukan R&D industri, cenderung
memiliki keinginan hasil yang instan, oleh karena hal itu, industri lebih menyukai impor. Selain itu industri juga tidak mau
menanggung adanya resiko gagal. Dari hambatan akibat adanya perbedaan pola pikir antara kedua pihak tersebut, perlu
adanya pendampingan dari pemerintah yang berkesinambungan agar invensi dan inovasi sampai ke tahap produksi
komersial. Untuk menjembatani valley of death (pemisah antara tahap prototipe dari inventor dan tahap produksi
komersial dari industri) tersebut, diperlukan unit fungsi alih teknologi dari sisi invensi, dan sisi komersialisasi perlu
melakukan substitusi impor, kemandirian, daya saing, dan pertumbuhan ekonomi.
Dalam penjelasannya, diberikan sebuah contoh penjembatan dan dukungan dari BRIN terhadap TRL dan MRL
di Indonesia. Bapak Wahyu memberitahukan bahwa BAPENAS dan kemenrisetdikti membuat Prioritas Riset Nasioan
(PRN) tahun 2020-2024 terhadap berbagai bidang, namun yang difokuskan oleh BRIN adalah pada bidang transportasi,
pertahanan dan keamanan, serta kemaritiman.
STUDIUM GENERALE

Nama : Ian Azarya Aryanto


NIM : 13218055
Program Studi : Teknik Elektro
Fakultas/ Sekolah : STEI
Tema : Pertemuan 3 – Hilirisasi Riset Industri Bidang Maritim, Transportasi
Dan Industri HANKAM
Pembicara : Dr. Ir. Wahyu Pandoe, M.Sc.
Hari/ tanggal : Rabu, 2 Februari 2022
Kelas : Kelas Sit-In

Contoh dari produk pada bidang transportasi adalah FS Kereta Api (semi) Cepat Jakarta-Surabay (kereta
perkotaan LRT dan ATR), yang dalam perencanaannya memiliki milestone road map tahunan, yaitu pada tahun 2020 lalu
ditargetkan proses Kliring Teknologi HST dan desain dasar HST, 2021 detail desain HST, 2022 manufaktur desain proses
produksi dan pengujian komponen, 2023 integrasi HST dan uji fungsional, dan 2024 uji prototipe HST. Selain itu, produk
lainnya merupakan teknologi pertahanan keamanan yang sementara berupa produk yang tergolong classified, yang
merupakan projek kerjasama dari kementrian pertahanan dan BRIN. Projek Hankam yang dapat disebutkan adalah
inovasi teknologi Puna Alap-alap, layanan misi operasi terlaksana dari jalur kereta api semi cepat Cirebon-Tegal, rencana
teknologi pemetaan gempa Mataram (Lombok), pemetaan anak Gunung Krakatau pasca Tsunami, pemetaan ladang
Ganja untuk membantu Badan Narkotika Nasional, inovasi rudal dan roket, kapal selam mini dan nasional, PUNA PTTA
Medium Altitude Long Endurance. Dari sisi teknologi maritim, produk berupa shipbuilding standardization, harbour tug
dual fuel, sea reservoir embankment structure for NCICD (National Capital Integrated Coastal Development), serta Sistem
Urugan dengan Perkuatan Wadah (SUPW). Terdapat sebuah kendala yang dihadapi dari sisi maritim, yaitu dari segi
standarisasi komponen dari kapal.
Pada bagian terakhir, disampaikan gambaran bahwa amanah P3DN dalam regulasi diwajibkan bagi lembaga
negara, kementrian, LPNK, SKPD, BUMN, BUMD, BUMS (pemmbiayaan APBN/APBD, kerjasama pemerintah dengan
BUMS, dan mengusahakan sumber daya dikuasai oleh negara). Bapak Wahyu berpesan bahwa BRIN akan selalu
mendukung kerjasama dari riset, invensi, dan inovasi oleh mahasiswa kedepannya demi kemajuan Indonesia.
Keterangan:
1. Lembar resume ini diserahkan setelah kegiatan selesai kepada petugas
2. Resume dapat ditulis tangan atau diketik
3. Untuk mengetahui jadwal kuliah berikutnya silahkan bergabung di Grup Telegram via tautan: https://t.me/joinchat/UH0m0KzwrrkexnbE
4. Official Line Account @qpu8078z

Anda mungkin juga menyukai