Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN INDIVIDU BATCH 1

LAPORAN PENGENALAN KELITBANGAN

BIDANG KEBIJAKAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

NAMA : HARRY AGUNG GUMELAR


NIP : 199403132019031011
JABATAN : ANALIS KEBIJAKAN AHLI PERTAMA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


On the job Training (OJT) Kelitbangan merupakan rangkaian pembinaan Calon Pegawai
Negeri Sipil (CPNS) dalam rangka membentuk Aparatur Sipil Negara (ASN) yang siap
menghadapi era revolusi industri 4.0. OJT Kelitbangan merupakan sarana bagi CPNS untuk
mengenali dan memahami teknologi yang telah diteliti dan diterapkan oleh Balitbang,
sehingga teknologi yang dihasilkan dapat mendukung unit – unit pelaksana teknis dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya.

1.2. Permasalahan
Peserta OJT Kelitbangan adalah CPNS Kementerian PUPR yang berasal dari berbagai Unit
Organisasi dan background bidang keilmuan (teknis dan non-teknis). Sehingga tidak semua
CPNS Kementerian PUPR memiliki pengetahuan terkait produk – produk Litbang yang ada.

1.3. Tujuan dan Manfaat


Tujuan OJT Kelitbangan adalah untuk mengenali teknologi yang telah dihasilkan oleh
Balitbang Kementerian PUPR. Manfaat OJT Kelitbangan diantaranya :

1) Meningkatkan pengetahuan CPNS Kementerian PUPR terkait hasil Litbang PUPR.


2) Meningkatkan pemahaman penerapan teknologi hasil litbang PUPR di masa depan.
3) Meningkatkan kompetensi dan kemampuan CPNS Kementerian PUPR dalam bidang
kelitbangan.

2
BAB II
METODE

2.1. Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa
manusia, yang lebih memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar
kegiatan.

2.2. Teknik Pengumpulan Data


Tehnik pengumpulan data yang dilakukan adalah :
 Kajian Literatur (Studi Kepustakaan), melaksanakan kajian atas literatur – literatur
teknologi hasil Litbang.
 Focus Group Discussion (FGD), melaksanakan diskusi bersama kelompok dalam
penyelenggaraan OJT Kelitbangan atas paparan pemateri.
 Presentasi kelompok, mempresentasikan hasil diskusi atas studi kasus.
 Tanya Jawab, waktu khusus untuk tanya jawab terkait materi pemaparan.
 Kunjungan Lapangan, waktu khusus untuk meninjau langsung teknologi terapan
masing – masing Puslitbang.

2.3. Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian adalah PusKPT yang dilaksanakan di Hotel Grand Serela Kota Bandung,
dan kunjungan lapangan pada Pusat Air, Pusat Jalan dan Jembatan, dan Pusat Permukiman.

2.4. Waktu Penelitian


Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Oktober
2019.

3
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi (PKPT)

Selasa, 10 September 2019


1. KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR PUPR (POLICY BRIEF)
(Dicky Fransisco Simanjuntak, SIP)
Policy brief termasuk dalam tusi ketiga dalam litbang kebijakan PKPT. Policy brief merupakan
ringkasan permasalahan dan rekomendasi untuk menyelesaikan masalah. Policy brief
terfokus dalam satu area kebijakan, sebagai media mengeksplor kebijakan dan diringkas
dalam satu dokumen. Struktur yang wajib termasuk pada policy brief adalah ringkasan,
konteks/urgensi, pendekatan/metode, rekomendasi, implikasi dan kesimpulan. Output dari
policy brief adalah laporan analisis dan rekomendasi kebijakan.

2. KEBIJAKAN PENERAPAN TEKNOLOGI HASIL LITBANG


(M Andri Hakim, A. SE, M. Akt)
Kebijakan Penerapan Teknologi adalah langkah, tindakan, keputusan yang diambil dengan
tujuan memecahkan satu atau beberapa masalah. Konsepnya adalah merumuskan
(aktivitas), kebijakan (substansi), untuk menerapkan tujuan teknologi hasil litbang PUPR
(sebagai objek) secara meluas dan berkesinambungan pembangunan infrastruktur PUPR.
Alurnya 1) melakukan perumusan masalah, 2) mengatur agenda kebijakan, 3) menganalisis
perbandingan teknologi yang sama dalam pemilihan alternatif teknologi sebagai kebijakan
pemecahan masalah dan 4) kesimpulannya adalah penetapan kebijakan dan roadmap
kebijakan sebagai output kebijakan penyelenggaraan dan penerapan teknologi litbang PUPR.

3. FORUM BISNIS TEKNOLOGI


(Noviana Widyastuti, S.Si, MT)
Forum bisnis merupakan tusi ketiga dari kompetensi penerapan teknologi litbang PKPT.
Dalam alur penerapan teknologi, forum bisnis bertujuan untuk pemasaran teknologi agar
dapat diproduksi secara masif. Output dalam kegiatan forum bisnis adalah list teknologi dan
mitra bisnis, surat keberminatan dan perjanjian kerja sama (PKS). Outcome yang dihasilkan
adalah terlaksananya proses produksi dan industrialisasi teknologi. Syarat teknologi yang
dapat masuk dalam forum bisnis adalah 1) Proven Technology yang berarti teknologi sudah
pada tahap pilot project dan replikasi perdana, 2) Readiness Technology yang berarti
teknologi sudah dikaji kesiaperapannya dan memenuhi 6 rencana teknis dan rencana bisnis

4
dan 3) Champion Technology yang berarti teknologi mampu menjawab tantangan
permasalahan infrastruktur saat ini. materi dilakukan dengan pemaparan dan roleplay
konsultasi forum rencana untuk ilmu mengenai kondisi ideal dalam pelaksanaan forum bisnis
yang seharusnya dihadiri oleh berbagai elemen yaitu Kementerian PUPR, pemda setempat,
pengusaha dan masyarakat awam sehingga teknologi yang dipakai benar-benar efektif dan
profitable secara meluas dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas.

Rabu, 11 September 2019


4. PENILAIAN KESESUAIAN TEKNOLOGI (CLEARING HOUSE)
(Dian Asri Moelyani, ST, M.Sc)
Clearing house merupakan tusi keenam dalam penerapan teknologi litbang PKPT. Clearing
house merupakan suatu proses pembuktian kehandalan teknologi dari luar Badan Litbang
PUPR yang dapat memiliki nilai tambah jika diterapkan pada pembangunan infrastruktur
PUPR. Untuk pelaksanaan clearing house, inventor wajib mengikuti alur yang sudah ada
seperti yang pertama penyampaian proposal teknologi yang dapat melakukan registrasi pada
clearinghouse.pu.go.id melakukan audiensi, ekspose teknis, uji laboratorium, uji gelar,
monitoring dan evaluasi, surat keterangan teknologi bahwa dapat diterapkan dan yang
terakhir menyampaikan surat keterangan kepada pengusul teknologi. Kelengkapan dokumen
yang haru dipenuhi terdiri dari 6 rencana teknis dan 3 rencana bisnis. Rencana teknis terdiri
dari spesifikasi, metode perancangan, metode pelaksanaan, metode operasional dan
pemeliharaan, analisis harga satuan pekerjaan (AHSP), bukti teknis nilai competitiveness.
Rencana bisnis yang harus dipenuhi minimal dokumen terkait lingkungan, rantai pasok,
kelembagaan dan tenaga kerja.tujuan clearing house ini adalah untuk menyaring mana saja
teknologi dari luar kelitbangan bisa masuk dan dapat dimanfaatkan dalam pekerjaan
infrastruktur PUPR dan menjadi shopping list pengadaan barang dan jasa Kementerian
PUPR. Kesimpulan mengenai materi dan sesi tanya jawab serta kuis pengenalan alur clearing
house agar dapat dimengerti dan diterapkan pada unit organisasi yang memiliki kebutuhan
akan hal teknologi yang dimanfaatkan.

5. BUILDING INFORMATION MODELLING (BIM)


(Galih Primanda Permana, S.I.A.)
BIM merupakan kepanjangan dari Building Information Modelling. BIM merupakan teknologi
baru untuk mengetahui bentuk struktur bangunan serta material-material bangunan yang
ditampilkan secara tiga dimensi. Pemanfaatan BIM ini dilakukan mengingat sekarang adalah
era penerapan teknologi yang sangat cepat dan telah masuk dalam tahap revolusi 4.0 dimana
disrupsi teknologi makin masif. Kehadiran teknologi BIM akan memberi nilai tambah bagi
pelaksanaan infrastruktur PUPR. Dalam sudut pandang Digital Representation, BIM adalah

5
metodologi dimana suatu data terintegrasi dalam satu kesatuan model 3D. BIM mengandung
semua informasi mengenai elemen-elemen bangunan yang digunakan sebagai basis
pengambilan keputusan dalam kurun waktu siklus umur bangunan, sejak konsep hingga
demolisi. Sejalan dengan Permen PUPR 22/PRT/M/2018 yang menyatakan bahwa
penggunaan BIM wajib diterapkan pada Bangunan Gedung Negara tidak sederhana dengan
kriteria luas diatas 2000 m2 dan diatas dua lantai. Pemodelan BIM dapat dibagi menjadi 5
level, level yang pertama adalah 3D yang berfungsi untuk modelling, level yang kedua adalah
4D yang berguna untuk simulasi dalam hal scheduling pekerjaan bangunan, Level yang ketiga
adalah 5D yang berguna dalam cost planning untuk estimasi belanja anggaran yang
dikeluarkan. Selanjutnya adalah 6D yang berguna untuk menganalisa energi yang akan
dibutuhkan pada bangunan tersebut dan level yang teratas adalah 7D yaitu facility
management atau yang akan dimanfaatkan sebagai standar operasi dan pemeliharaan.
Dengan materi yang didapat serta diskusi dalam tanya jawab dan kuis interaktif berbasis web
kahoot didapatkan kesimpulan manfaat penggunaan BIM yaitu peningkatan efisiensi dan
akurasi, proses desain dan konstruksi lebih ramping dan transparan, akurasi dalam
perhitungan dan menghindari kesalahan mulai perencanaan hingga pelaksanaan dan waktu
pelaksanaan lebih cepat.

6. MUDA PROFESIONAL
(Dr. Ahmad Taufiq, ST, MT)
Dalam kesempatan kali ini pemberian motivasi kepada calon ASN PUPR untuk senantiasa
melakukan riset dikarenakan untuk mengahadapi disrupsi teknologi yang semakin meluas,
Kementerian PUPR membutuhkan riset-riset berbasis teknologi, instansi berharap dengan
bonus demografi yang dipenuhi oleh generasi muda yang memiliki jiwa 3C yaitu Critics,
Creative dan Connectivity mampu menjawab tantangan dalam berbagai riset yang dibutuhkan
oleh Kementerian PUPR. Harapan kedepan, ASN PUPR selalu melaksanakan pekerjaan
dengan berbasis pengembangan dan riset secara berkala demi terjaminnya mutu SDM
PUPR.

Kamis, 12 September 2019


7. PEMETAAN DAN PRAKTEK KEBUTUHAN TEKNOLOGI (RESEARCH PLANNING)
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
(Andrio Firstiana Sukma, ST)
Pemetaan kebutuhan teknologi atau research planning merupakan tusi pertama dalam
penerapan teknologi litbang PKPT. Research planning bertujuan memetakan teknologi yang
dibutuhkan sesuai permintaan pasar dan tantangan kedepan untuk diteliti lebih lanjut. Dalam
proses pemetaan teknologi diawali oleh proses identifikasi kebutuhan dalam kesesuaian

6
teknologi yang dipakai. Ruang lingkup dalam pemetaan kebutuhan teknologi adalah
identifikasi permasalahan/isu dan tantangan nasional, menentukan tema kajian kebutuhan
teknologi, inventarisasi program terkait tema dan identifikasi teknologi yang digunakan,
analisis isu teknologi dalam rangka efisiensi dan peningkatan daya saing, identifikasi
ketersediaan teknologi (Balitbang dan luar), sinkronisasi kebutuhan pengembangan
teknologi/modifikasi teknologi luar/inovasi baru, Penyusunan rekomendasi kebutuhan litbang
teknologi, kemudian dilakukan penyusunan kisi-kisi pelaksanaan litbang untuk masing-masing
teknologi yang direkomendasikan. Itu semua dilakukan apabila skenario awal teknologinya
tersedia, namun apabila teknologi tidak tersedia maka perlu adanya penelitian terapan terkait
teknologi luar tersedia lalu dilakukan proses ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) dan apabila
teknologi dari luar masih tidak tersedia maka dilakukan proses penelitian baru. Dalam
penyajian paparan dijelaskan list daftar penelitian litbang di bidang jalan dan jembatan. Untuk
materi presentasi didapatkan pengetahuan tentang teknologi jalan dan jembatan yang cocok
untuk mendukung pariwisata di Pulau Bali. Isinya diantara lain identifikasi eksisting kawasan,
kebutuhan teknologi, ketersediaan teknologi, dan sinkronisasi kebutuhan pengembangan
teknologi. Untuk teknologi yang disesuaikan dengan kondisi eksisting adalah penggunaan
proteksi lereng dengan tanaman Vetiver, penahan reruntuhan batuan, aspal karet dan
penggunaan beton kinerja tinggi. Dengan demikian kesimpulannya memahami teknologi yang
dipakai sudah tersinkron dengan hasil pemetaan kebutuhan teknologi.

8. PEMETAAN DAN PRAKTEK KEBUTUHAN TEKNOLOGI (RESEARCH PLANNING)


BIDANG PERMUKIMAN
(Nino Heri Setyoadi, S.Sos, M.Si)
Saat penyajian paparan dijelaskan list daftar penelitian litbang di bidang pemukiman. Untuk
materi presentasi didapatkan pengetahuan tentang teknologi pemukiman yang cocok untuk
mendukung pariwisata di sekitar Candi Borobudur. Isinya diantara lain identifikasi eksisting
kawasan, kebutuhan teknologi, ketersediaan teknologi, dan sinkronisasi kebutuhan
pengembangan teknologi. Untuk teknologi yang disesuaikan dengan kondisi eksisting adalah
teknologi bambu laminasi dan teknologi IPAL dan IPAS. Dengan demikian kesimpulannya
memahami teknologi yang dipakai sudah tersinkron dengan hasil pemetaan kebutuhan
teknologi.

9. PEMETAAN DAN PRAKTEK KEBUTUHAN TEKNOLOGI (RESEARCH PLANNING)


BIDANG AIR
(Irwan Kusdariyanto, S.Sos, M.Si)

7
Saat penyajian paparan dijelaskan list daftar penelitian litbang di bidang sumber daya air.
Untuk materi presentasi didapatkan pengetahuan tentang teknologi sumber daya air yang
sesuai dalam penanggulangan bencana. Isinya diantara lain identifikasi eksisting kawasan,
kebutuhan teknologi, ketersediaan teknologi, dan sinkronisasi kebutuhan pengembangan
teknologi. Untuk teknologi yang disesuaikan dengan kondisi eksisting adalah teknologi sistem
polder pengendali banjir perkotaan, drought early warning system dan sistem warning longsor
berbasis seluler. Dengan demikian kesimpulannya memahami teknologi yang dipakai sudah
tersinkron dengan hasil pemetaan kebutuhan teknologi.

Jumat, 13 September 2019


10. PENYIAPAN DAN PRAKTEK KESIAPTERAPAN TEKNOLOGI JALAN DAN
JEMBATAN
(Henniko Okadha, ST)
Penyiapan kesiapterapan teknologi berada pada tusi kedua penerapan teknologi pada litbang
PKPT. Kesiapterapan teknologi adalah analisa penerapan lapangan apabila ada teknologi
laian yang bisa menggantikan. Tujuan penyiapan kesiapterapan teknologi adalah menyusun
dokumen kelayakan awal dan memastikan kelengkapan dokumen. Output yang dihasilkan
adalah rekomendasi penerapan teknologi dan teknologi tersebut siap diterapkan di lapangan.
Dicontohkan pada paparan bahan tayang terdapat identifikasi kesiapterapan salah satu
teknologi yang dimiliki oleh bidang jalan dan jembatan. Untuk materi presentasi didapatkan
pengetahuan tentang kesiapterapan teknologi aspal dengan campuran karet lateks. Isinya
diantara lain identifikasi manfaat dan alur rantai pasok. Dengan demikian kesimpulannya
dapat memahami teknologi yang dipakai sudah siap diterapkan dalam rekomendasi
kesiapterapan kebutuhan teknologi.

11. PENYIAPAN DAN PRAKTEK KESIAPTERAPAN TEKNOLOGI SDA


(Yeni Nur’aini, SE, M.Eng)
Pada paparan bahan tayang terdapat identifikasi kesiapterapan salah satu teknologi yang
dimiliki oleh bidang sumber daya air. Untuk materi presentasi didapatkan pengetahuan
tentang kesiapterapan teknologi IPAL ternak, sabodam modular dan absah modular. Isinya
diantara lain identifikasi manfaat dan alur rantai pasok. Dengan demikian kesimpulannya
dapat memahami teknologi yang dipakai sudah siap diterapkan dalam rekomendasi
kesiapterapan kebutuhan teknologi.

8
12. PENYIAPAN DAN PRAKTEK KESIAPTERAPAN TEKNOLOGI PERMUKIMAN
(Enfy Diana Dewi, ST., MUP)
Pada paparan bahan tayang terdapat identifikasi kesiapterapan salah satu teknologi yang
dimiliki oleh bidang pemukiman. Untuk materi presentasi didapatkan pengetahuan tentang
peluang industri teknologi RUSPIN (Rumah Unggul Sistem Panel Instan). Isinya diantara lain
ancaman pendatang baru, kekuatan daya tawar pembeli, ancaman produk pengganti dan
kekuatan penyedia jasa. Dengan demikian kesimpulannya dapat memahami teknologi yang
dipakai sudah siap diterapkan dalam rekomendasi kesiapterapan kebutuhan teknologi.

Senin, 16 September 2019


13. REPLIKASI PERDANA TEKNOLOGI JALAN DAN JEMBATAN
(Ahyar, S.ST, MT)
Replikasi perdana dilakukan PKPT puslitbang masing-masing bidang pada fase alih teknologi
dalam proses bisnis Litbang PUPR. Replikasi perdana berada pada tusi keempat pada
penerapan teknologi litbang PKPT. Replikasi perdana bertujuan untuk show case perdana
pertama kali sebagai sarana pengenalan teknologi. Produk bidang jalan dan jembatan yang
telah dilakukan replikasi perdana oleh PKPT adalah Jembatan untuk Desa Asimetris
(JUDESA), Produk Asbuton Butur Seal dan CPHMA, Ruang Henti Khusus (RHK), Campuran
Aspal Plastik, Tambalan Cepat Mantap (TCM), Jalan Wisata, Material Lokal, Campuran Aspal
Karet dan Vetiver/Hydroseeding.

14. REPLIKASI PERDANA TEKNOLOGI SDA


(Bastin Yungga A., ST, MM)
Produk bidang sumber daya air yang telah dilakukan replikasi perdana oleh PKPT adalah
teknologi beton ferosemen untuk jaringan irigasi tersier di kabupaten Sleman, jaringan irigasi
perpipaan di kabupaten Magelang, pemecah gelombang ambang rendah berbahan karung
geotekstil rangka bambu di Kabupaten Demak, pengaman pantai blok beton 3B di Kabupaten
Pulau Morotai.

15. REPLIKASI PERDANA TEKNOLOGI PERMUKIMAN


(Dimas Hastama Nugraha, ST, M.Eng)
Produk bidang permukiman yang telah dilakukan teknologi replikasi perdana oleh PKPT
adalah teknologi Menara aerasi, pengolahan biofil, teknologi reverse osmosis dan kolam
Sanita yang kesemuanya di sinergikan menjadi sau dalam output rest area di Menara Tele
Kawasan Wisata Danau Toba di Kabupaten Samosir. Pada sesi terakhir, untuk materi
presentasi didapatkan pengetahuan tentang replikasi perdana terkait pengoptimalan KASPN
wilayah morotai dengan memberikan pelayanan teknologi air bersih dan sanitasi yang baik.

9
Manfaat replikasi perdana untuk memberikan akses kebutuhan air bersih dan sanitasi yang
layak di KASPN. Dengan demikian kesimpulannya dapat memahami teknologi yang dipakai
sudah dilaksanakan replikasi perdana dan siap dipraktekkan di lapangan.

Selasa, 17 September 2019


16. PERENCANAAN PROGRAM DAN ANGGARAN
(Elias Wijaya Panggabean, ST, MT)
Tugas perencanaan program dan anggaran yaitu penyiapan bahan, penyusunan kebijakan
teknis, program dan anggaran di Balitbang PUPR. Perencanaan merupakan proses untuk
menentukan tindakan masa depan yang tepat dengan memperhitungkan sumber daya yang
tersedia. Pemrograman merupakan penyusunan instrumen kebijakan yang berisi satu atau
lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran
dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang
dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Penganggaran termasuk suatu rencana kegiatan
yang dinyatakan dalam ukuran keuangan. Penganggaran memainkan peran penting di dalam
perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan. Anggaran juga untuk meningkatkan
koordinasi dan komunikasi. Alur pemrograman terkait dengan RPJMN dan siklus APBN
sampai pelaksanaan DIPA.

17. MONITORING DAN EVALUASI


(Nuraini, ST, MT)
Monitoring adalah aktifitas yang ditujukan untuk memberikan informasi tentang sebab dan
akibat dari suatu kegiatan yang sedang dilaksanakan. Monitoring diperlukan agar kesalahan
awal dapat segera diketahui dan dapat dilakukan tindakan perbaikan, sehingga mengurangi
risiko yang lebih besar. Evaluasi adalah kegiatan menilai tingkat kinerja suatu pelaksanaan
kegiatan. Evaluasi bertujuan menentukan kinerja dilihat dari tujuan dan sasaran. (berhasil
atau gagal), tingkat efektifitas dan efisiensi (biaya, manfaat dan waktu), mengukur
keluaran/output (volume dan kualitas), manfaat dan dampak (positif maupun negatif) serta
mengetahui apabila ada penyimpangan dengan cara membandingkan antara tujuan, sasaran
dengan pencapaian target. Kendala Pemantauan dan evaluasi adalah psikologis yaitu
pemerintah masih alergi kegiatan evaluasi, kemudian SDM karena kurangnya jumlah
evaluator, ekonomis krena biaya pengumpulan dan pengolahan data yang tinggi, teknis yaitu
data tidak tersedia dan tidak update, yang terakhir politis terdapat deal dan bargaining. Untuk
materi presentasi didapatkan pengetahuan mengenai pekerjaan simulasi Menara dan
menyesuaikan antara rencana desain, RAB dan praktek hasil pekerjaannya yang disimpulkan
menambah pengetahuan mengenai sinkronisasi perencanaan, pemrograman, penganggaran
dengan monitoring dan evaluasi.

10
1.2. Biro Kepegawaian, Organisasi dan Tata Laksana

18. KINERJA PEGAWAI JABATAN FUNGSIONAL


(BKO – Sekretariat Jenderal PUPR)
Kinerja pegawai membahas mengenai sebaran Aparatur Sipil Negara baik PNS maupun Non-
PNS. Sebaran dikalasifikasikan antar pulau, unit organisasi dan jenis kelamin. Kemudian
dijelaskan mengenai pengenalan jabatan fungsional yang berisi daftar jabatan fungsional
yang ada serta metode-metode yang berkaitan dengan pendaftaran menjadi jabatan
fungsional di Kementerian PUPR. Jadi disimpulkan bahwa mendapatkan ilmu di dunia
kepegawaian di ruang lingkup PUPR.

1.3. Puslitbang Sumber Daya Air (Pusair)

Rabu, 18 September 2019


18. KUNJUNGAN LAPANGAN IPAL DOMESTIK PDAM TIRTAWENING BANDUNG
(PDAM Tirtawening Bandung)
PDAM Tirtawening Bandung merupakan BUMD dari Pemkot Bandung, yang kemudian
memiliki asset berupa IPAL Bojongsoang Bandung seluas 85 Ha. IPAL ini digunakan untuk
pengolahan limbah domestik. Penggunaan IPAL ini sesuai dengan landasan hukum dari
Permen PUPR dan Permen KLHK. Tujuan IPAL ini adalah menyaring air hasil limbah
domestik dari status BOD 500 menuju BOD 30 yang kemudian dialirkan ke sungai CItarum.
Sumber air limbah terdiri dari rumah tangga, hotel, restoran, rumah sakit, mall, dan lain-lain.
Kendala awal adalah kondisi topografi Bandung yang berbentuk cekungan sehingga
diperlukan perpompaan dan perpipaan di beberapa tempat, kemudian rumah tangga yang
berubah menjadi home industry sehingga pembuangan limbah menjadi illegal, kemudian
luapan sungai saat banjir, kerusakan proteksi kolam dan dimanfaatkan sebagai pemancingan.
Dapat disimpulkan bahwa dengan pengenalan langsung dilapangan menambah nilai tambah
akan pemikiran baru untuk kunjungan ke IPAL Bojongsoang.

19. KUNJUNGAN LAPANGAN PUSLITBANG SDA BANDUNG


(Puslitbang SDA)
Pusat Teknologi Litbang Bidang SDA berlokasi di Bandung. Dalam Puslitbang SDA juga
terdapat serupa PTSP yaitu PINTU yang pelayanannya pembayaran melalui PULSA
(Pelayanan Uji Laboratorium dan Sertifikasi Teknis). Disimpulkan kunjungan lapangan dapat
mengetahui infor dan teknologi di bidang SDA dan mengetahui secara visual kondisi alat
kalibrasi.

11
Kamis, 19 September 2019
20. PROFIL BALAI LITBANG HIDROLOGI DAN TATA AIR
(Heruyoko)
Balai HITA membuat pelayanan kalibrasi dan menjadi lembaga inspeksi kinerja Pos Duga Air
serta kegiatan laboratorium. Hasil litbang HITA adalah SI Pusat Studi Hidroinformatika,
FEWS, ABSAH, ABDULAH, DSS-RIBASIM dan sumur resapan. Disimpulkan mendapat
pengetahuan mengenai profil dan tujuan Balai.

21. PENGENALAN HIDROLOGI


(Oky Subrata, ST., MPSDA)
Siklus hidrologi adalah dasar umum untuk mengetahui keberadaan air. Bangunan buatan
pendukung pengairan harus berdasarkan analisa hidrologi. Produk hidrologi asalah satunya
kebutuhan analisis perencanaan bendungan. Kemudian melakukan koreksi dari beberapa
kesalahan perencanaan.

22. PENGENALAN PUSAT STUDI HIDROINFORMATIKA


(Pian Sopiyan Amsori, S.Si,)
Tujuan pusat studi hidroinformatika adalah memberikan info potensi banjir kekeringan,
ketersediaan air dan database hidrologi yang mengacu pada skema studi hidroinformatika
bernama DELFT FEWS outputnya peta statis, peta dinamis, model dan database.

23. PENGENALAN PERALATAN HIDROLOGI


(Isnan Fauzan Akrom, ST., MPSDA)
Peralatan hidrologi terdapat 3 jenis pos pengamatan yaitu Pos Duga Air, Pos Klimatologi dan
Pos Curah Hujan). Ada banyak produk SDA yang diamati oleh pos termasuk bendunga, situ,
embung, dan lain-lain. Disimpulkan bahwa untuk pengamatan hidrologi dibutuhkan beberapa
peralatan pendukung.

24. PENGENALAN TEKNOLOGI SABO


(Arif RM, S.Si, M.Eng.Sc)
Sabo berasal dari Bahasa Jepang yang berarti pengendali pasir. Sabo merupakan dam
khusus untuk penghalang debris dari bencana sedimen primer dan sekunder. Bencana primer
yaitu longsor, erupsi dan degradasi gempa. Sedangkan bencana sekunder yaitu banjir lahar
dan banjir debris. Sabodam konstruksinya menghabiskan Rp 200 M untuk lebar 16 meter.
Disimpulkan bahwa mendapatkan ilmu pengetahuan konstruksi sabodam.

12
25. TEKNOLOGI RING NET BARRIER UNTUK PENGENDALIAN ALIRAN DEBRIS
(Alidina Nurul Hidayah, ST., M.Sc.)
Teknologi Ring Net Barrier digunakan untuk pengendalian aliran debris berbentuk jaring.
Aliran debris adalah aliran sungai dengan konsentrasi sedimen tinggi dengan aliran keiringan
sangat curam. Teknologi ini merupakan modifikasi dari merek teknologi dari Swiss yaitu
Geobrugg. Teknologi modifikasinya adalah dalam bentuk jarring dan bentuk pengait jarring
tersebut. Hal ini sudah dilakukan di Swiss, Korea dan Peru. Teknologi ini adalah alternatif
sabodam dalam kondisi darurat. Disimpulkan bahwa didapatkan pengetahuan dari pekerjaan
dan pengenalan fungsi Ring Net Barrier.

Jumat, 20 September 2019


26. TEKNOLOGI SABODAM MODULAR
(Ragil AY, ST, M.Eng)
Teknologi sabodam modular hadir untuk memberi alternatif konstruksi dari sabodam
konvensional. Terdapat banyak faktor perbandingan antara sabodam modular dan
konvensional. Khususnya pada biaya yang mampu ditekan menjadi Rp 19,5 M. teknologi ini
merupakan pilot project Puslitbang SDA dengan PT. WIKA Beton. Dalam pilot project ini
dibutuhkan survey awal pembuatan peta topografi rencana yang dilakukan di perbatasan Kab.
Kediri dengan Kab. Malang. Sabodam modular terdiri dari banyak modul untuk
penyambungannya. Kesimpulan teknologi ini mampu menekan biaya serta waktu sehingga
menjadi lebih efisien daripada pembangunan sabodam konvensional.

27. TEKNOLOGI UNTUK PENGELOLAAN IRIGASI


(Hanhan A. Sofiyuddin, STP, M.Agr)
Irigasi merupakan usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air untuk penunjang
pertanian terdiri dari saluran primer, sekunder, tersier dan kuarter. Irigasi tebagi menjadi irigasi
air tanah, tambak, pompa, rawa dan permukaan. Total terdapat 7,14 juta Ha daerah irigasi.
Isu utamanya adalah kerusakan salurah, perubahan iklim dan tata guna lahan. Teknologi yang
ada adalah ferosemen, saluran modular beton precast, pintu air fiberglass, irigasi perpipaan,
irigasi sprinkle dan irigasi mikro. Kesimpulan bahwa teknologi pengelolaan sangat bermacam-
macam dan mampu menjawab permasalaahn infrastruktur irigasi nasional.

28. TEKNOLOGI LINING SALURAN IRIGASI


(Hanhan A. Sofiyuddin, STP, M.Agr)
Teknologi lining saluran dilakukan agar mencegah kehilangan air akibat rembesan. Mencegah
gerusan, erosi, mengurangi biaya pemeliharaan dan mecegah berkembangnya tumbuhan air.
Sesuai SE DJ SDA No. 4 Tahun 2017 tentang penganjuran penggunaan beton precast.

13
Teknologi lining yang dipakai adalah ferosemen, beton precast modular dan geosintetik
semen (GCCM). Teknologi lining saluran membantu merehabilitasi saluran irigasi dengan
tanggap dan cepat serta bermutu tinggi.

29. TEKNOLOGI BALAI LITBANG BANGUNAN HIDRAULIK DAN GEOTEKNIK


KEAIRAN
(JAMES ZULFAN, ST., M.Sc)

BalaI BHGK memiliki fungsi pengkajian teknolgi yang berkaitan dengan bangunan hidraulik
dan geoteknik. Fasilitasnya Lab. Hidraulika, Mekanika Tanah, Mekanika Batuan kantor di
PUSAIR DAGO.

Teknologi

1. Bangunan Penangkap Sedimen (S. Cikamiri, Garut), yang terdiri dari:


a. Cek dam (dinding sungai) berfungsi untuk menahan sedimen
b. Kantung lumpur; dan
c. Bendungan (pintu air)
Fungsi penangkap sedimen bergua untuk menekan biaya operasional cek dam
konvensional dan mengurangi illegal mining terhadap pasir di aliran sungai.
Dampaknya terhadap masyarakat adalah munculnya komunitas dan padat karya
terhadap pasir yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

2. Modular Bangunan Air


a. Bendung Modular Cikarag, Majalengka
b. Check dam Modula Kali Sadie Lombok
c. Bendung Tiley Hulu, Pulai Morotai
Modular ini menggunaka tetra pod yang dapat disusun dan dibongkar pasang

3. KRIB Sejajar Aliran Sungai, (Sungai Segah, Kab. Berau Kaltim)


Merupakan teknologi untuk memperlambat aliran sungai dengan menggunakan
penetrable sheet pile sehingg akan mengunrangi daya hantam air dan mengurangi
pengikisan sungai.

4. Airlock System Pada Intake Bendungan

14
Meode pengaturan alir intake dengan pintu air konvensional sering bermasalah
dengan terjadi sedimen atau karat yang menyebabkan adanya penghambat
aliran.inovasi yang dilakukan adalah dengan menggunakan udara dan v shape.

5. Hydraulic Elevator Dam


6. Peredam Energi Ganda
7. Uji model Fisik dan Numerik

30. PENGENALA BANGUNAN AIR DI SUNGAI


(Marta Nugraha Hidayat, ST., M.Sc)

Bangunan air di sungai, adalah prasarana fisik yang berada di badan air sungai, tujuan
pembangunan Bangunan Air

a. Memanfaatkan dan mengembangkan potensi sungai


b. Mengatur penggunaan sumber daya sungai
c. Melindungi/mengendalikan bahaya sungai
d. Menanggulangi dampak negative sungai
e. Melestariakn potensi dan pra sarana sungai
f. Mengamankan/menanggulangi kendala sungai

Macam/jenis bangunan air

Bangunan Pemanfaatan

Bendung Tetap (Weir), berfungsi untuk meninggikan muka air agar dapat disadap secara
gravitasi. Masalah yang diahadapi adalah, sedimen yang masuk ke bangunan pengambil,
gerusan di hilir, benturan batu, kikisan pasir dan kerikil, erosi buluh.

Bendung Gerak (Barrage), perbedaannya adalah pintu srong atau radial, bukaan pintu dapat
dioperasikan diatur pada knsisi muka air yang diinginkan, contoh penerapan Bendung gerak
Walahar-karawang, pamarayan-serang, Rentang – Cirebon, Ajibaru-lampung, Simpean-
Jatim, Serayu-Jateng. Keuntungan Bendung Gerak adalah dapat mengendalikan debit air di
hilir.

Bendung Karet (Rubber Dam), bahan tubuh bending terbuat dari karet yang dapat
dikembang kempiskan saat dioperasikan. Contoh Bendung Karet. Bend. Karet Rambatan
Indramayu, Kumpul Kista Cirebon,

Bendung Gergaji digunakan sebagai alternatif bending gerak, pelimpah bendungan,


berfungsi untuk mendapatkan kapasitas pelimpahan lebih besar, mendapatkan tinggi tekan

15
yang lebih stabil akibat perubahan debit. Diterapkan di Ciwadas-Krawang, Pejompongan-DKI,
Tami & Kalibumi, Irja.

Bangunan Saringan Bawah (Tyroll) berfungsi untuk menyadao air dari dasar sungai,
mennghemat tinggi tanggul, daoat diterapkan pada sungai berliku/berjalin

Bendungan/waduk/embung, Berfungsi untuk menyimpat dan mengatur aliran air, serta


meningkatkan energy potensial air, dengan masalah dampak perbubahan morfologi sungai
(Agredasi & Degrredasi).

Ambang Tajam, untuk mengukur debit air

31. PENGEMBANGAN RAWA


(Palinggoman Smanungkalit, ST., MPSDA)

Rawa, Suatu daerah yang airnya tergenang secara terus-menerus maupun periodik atau
suatu tempat yang memiliki drainase buruk. Maka semua perencanaan berkaitan dengan
rawa berhubungan dengan pengembangan drainase.

Lingkup Rawa: Rawa Pasang Surut dan Rawa Lebak > masih alami atau sudah
dikembangkan.

Rawa Pasang Surut Terletak di tepi pantai muara sungai (luas 20,1 jt Ha).

Rawa Lebak terletak di upland (13,3 Jt Ha)

ZONA RAWA, ZONA I, ZONA II, ZONA III

Hidro – Topografi Rawa Pasang Surut, Kategori A, Kategori B, Kategori C, Kategori D.

Penetapan Fungsi Rawa ditetapkan melalui peta rawa

Fungsi Rawa berdasarkan mirozoning yaitu,

a. Fungsi Lindung
b. Fungsi …..

 Debit air 1 l/detik dapat digunakan untuk 1000 orang

SURVEI INVESTIGASI DESAIN (SIDLACOM)


Dibagi dua kelompok yakni SID pengembangan dan pembukaan lahan baru. jika SID untuk
eksisting maka memakai laporan lama, jika belum ada menggunakan kajian2 literatur.

16
32. PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU (IWRM)
(Ir.Isnugroho, CES.)
Sumber di dunia relative konstan namun demikian sumber air yang bisa dimanfaatkan
berkurang karena jumlah penduduk selalu meningkat sedangkan air yang dimanfaatkan
tetap dan kualitasnya cenderung menurun. Sungai adalah ASET VITAL suatu kawasan
atau daerah. Daerah Aliran Sugai (DAS) suatu bentang lahan yang dibatasi oleh
punggung bukit pemisah aliran yang berfungsi untuk menerima dan menyimpan air hujan.
Konfrensi den Haag, mengenai air 1) mengutamakan air untuk kebutuhan air minum, 2)
menjamin tersedianya air bagi produksi pangan, 3) melindungi fungsi air dalam
mendukung berlanjutnya, 4) mengusakan pembagian sumber air seadil mungkin, 5(
mengelola resiko guna menjamin keberlanjutan air bersih, 6) memberi nilai kepada ai, 7)
membangun badan yang mengelola air secara berkelanjutan. Pengelolaan SDA di
Indonesia berbasis pada wilayah sungai. Terdapat 128 wilayah sungai di Indonesia
berdasarkan Pemen PUPR No. 04/PRT/M/2015. Otoritas pengelolaan wilayah sungai;
sungai dalam Kabupaten/Kota dilakukan oleh Pemkot/kab, lintas kab/kota dilakukan oleh
pemprov, lintas provinsi oleh pempus/negara, lintas negara oleh pemerintah
pusat/negara. Pengelola wilayah sungai adalah Balai Wilayah Sungai dengan sebutan
sebagai Institusi Pengelola Wilayah Sungai > River Basin Organization (RBO).
Pemerintah tidak dapat melakukan pemungutan biaya air sehingga yang melakukan
adalah Perum Jasa Tirta. Prinsip pengelolaan SDA secara terpadu berbasis wilayah
sungai “One River Basin, One Coordinated Plan, One……”
Yang menjadi integrated adalah adanya koordinasi horizontal yang interdisciplinary dan
banyak stakeholder sehingga dapat menghindari konflik antar sector. Maka dari itu perlu
adanya kerangka kelembagaan IWRM yakni Tim Koordinasi Pengelola SDA (TKPSDA)
yang berisikan perwakilan dari Regulator: Menteri Gubernur, Bupati, Walikota, DInas;
Developer: Proyek Pem. Invest Swasta; User/Public: pertanian perkotaan energy
industry perkebunan pakar LSM; Operator: BPDAS, PJt, BPSDA, BWS/BBWS. Inti
kegiatan pengelolaan SDA adalah a) Konservasi SDA, b) Pendayagunaan SDA, c)
pengendalian daya rusak air. Guna keakuratan perencanaan, pelaksanaan maupun
pengoperasian, harus didukung sistem pengelolaan Data yang handal dan didukng peran
masyarakat.

17
33. PENGELOLAAN BANJIR
(Tauvan Ari Praja)
Penyebab Banjir & Genangan adalah 1) Topografi, 2) Land Subsidence, 3) Naiknya muka
air laut akibat pemanasan global, 4) Perubahan tata guna lahanm, 5) Kapasits
Sungai/Saluran. Pengelolaan banjir terpadu dilakukan dengan 1) Pengurangan Resiko
Banjir dengan penanganan a) Pembangunan pengendali banjir, b) pembangunan
pengendalian aliran permukaan. Dan 2) pengurangan resiko kerentanan kawasan
terhadap banjir dengan cara a) pengelolaan dataran banjir dan b) perencanaan antisipatif
terhadap korban banjir.
Konsep pengurangan resiko besarnya banjir Menahan di Hulu > Menjaga Ditengah >
Menarik Ke Hilir. Dibagi per kawasan hulu: Kawasan pabrik air dan kawasan Lindung,
menahan di hulu dengan kawasan penyangga; menjaga ditengah dengan kawasan
pemaka air dan kawasan budidaya; Menarik di hilir dengan kawasan muara/lindung
pantai.

34. BALAI LITBANG SUNGAI


(Asep Seulaeman, ST., MT.)
Terbentuknya balai litbang sungai dimulai dari laboratorium proyek bengawan solo yang
merupakan sungai pajang di jawa 600 Km. Tugas melaksanakan penelitian dan
pengembangan bidang sungai. Hasil Litbang sungai 1) Pelindung tebing sungai, 2)
Aplikasi Pemantau Sungai, 3) Pemanfaatan energy aliran sungai,4) Restorasi Sungai.
Pelindung tebing sungai menggunakan Bio Engineering dengan menggunakan bambo’s
dan Dumpstones sebagai dinding penahan tanah, dan Geocell dengan materi geotekstil
yang berfungsi untuk melindungi dinding sungai dari erosi.
Aplilakasi pemantau sungai “Sungai Kita” terdapat dua jenis untuk pengelola dan user
masyarakat untuk mamantau ketinggian air sungai. Inspeksi sungai dan prasarana
Sungai (ISPS) untuk memberikan kemudahan pengambilan data kondisi sungai.
Pemanfaatan energy aliran sungai merupakan energy potensial jika memiliki debit tinggi
dan ketinggian air secara umum digunakan untuk PLTA. Saat ini teknologi yang
dimanfaatkan oleh Balai sungai anatara lain POMPA AIR TENAGA HIDRO (PATH) dan
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO.
Restorasi Sungai pemanfaatan sungai sebagai prasarana air dan pengembangan wisata
air, mendukung konektifitas antara transportasi darat dan air, dan mengembalikan
ekosistem asli sekitar sungai.perbedaan restorasi, normalisasi, dan naturalisasi,
normaliasasi berkaitan dengan degradasi dan agradasi normalisasi mengembalikan
kembali fungsi-fungsi sungai, sedangkan naturalisasi adalah penggunaan bahan2

18
alamiah dan ramah lingkungan, sedangkan restorasi adalah pegembalian kembali kondisi
dan fungsi2 sungai kepada kondisi awalnya.

35. FLOATING WETLAND


(Yulia )
Teknologi Floating Wetland, berguna untuk menurunkan kadar polutan melalui proses
penyaringan, memecah polutan menjadi lebih ramah lingkungan. Wetland apung dapat
dikombinasikan dengan teknologi lain contohnya Biocord. Struktur Wetland Apung terdiri
dari… . Parameter desain Wetland Apung Kedalaman air untuk tanaman, Hydraulic
Retention Time (HRT), Surface Coverage. Kelebihan floating wetland tidak berpengaruh
fluktuasi air, mampu mereduksi BOD, memberikan ekosistem baru pada hewan, Floating
Wetland di uji cobakan di OuxBow Daraulin 2016 dan di OuxBow Bojongsoang, pilot
project wetland apung bersumbu di GedeBage 2019.

36. PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR


(Ir. Iskandar A. Yusuf, M.Sc)
Isu dan Permasalahan Banjir di Musim Hujan, Kering di Musim Kemarau, Pencemaran
sepanjang tahun Upaya PKA melalui 1) Rencana Pendayagunaan Air (Q80%
dipergunakan untuk irigasi) 2) Klasifikasi Mutu Air dan Baku Mutu Air, 3) Pemantauan
Kualitas Air, 4) Status Mutu Air, 5) Mutu Air Sasaran. Sedangkan PPA adalah 1)
Inventerisasi dan identifikasi Sumber Pencemaran Air, 2) Perhitungan Data Tampung
mutu Air Limbah.

37. TEKNOLOGI BALAI LITBANG LINGKUNGAN KEAIRAN


(Taty Yuniarty)
Teknologi Instalasi Pengolahan Air Limbah Sederhana (IPALS) teknologi yang mengolah
limbah cair yang dikeluarkan oleh industry, domestic, dan ternak agar tidak mencemari
sungai. IPALS terdiri dari IPAL ternak, Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) untuk limbah
domestic.
Instalasi Pengolahan Air Sederhana untuk pengolahan air menjadi air baku.
Ekoteknologi untuk menurunkan beban BOD kemudian dikembangkan oleh Ecotech
Garden dan Saringan Tetes Bertingkat dan Berarasi (ECOSATIRA)
Teknologi Bioremediasi untuk menghidupkan kembali mikroorganisme yang telah
tercemar di sungai.
Penanggulangan Masalah Eceng Gondok Menggunakanikan Koan

19
Teknologi Sirkulasi Air Permukaan Untuk Mencegah Eutrofikasi (terlalu subur) yang
disebabkan alga-alga terlalu banyak berkembang.
Akuifer Buatan Simpanan Air Hujan (Absah) Modular untuk menangkap air hujan sebagai
cadangan air baku pada musim kering.
Teknologi Wetland Apung

38. PENGENALAN LAYANAN BALAI LITBANG LINGKUNGAN KEAIRAN


()
Mendukung dengan melakukan pengujin kualitas air dan sedimen.

20
1.4. PUSLITBANG JALAN DAN JEMBATAN

39. TEKNOLOGI CORRUGATED MORTAR BUSA


(Andriansyah)
Material mortar busa merupakan campuran semen, pasir, air dan busa untuk peringanan.
Kriteria mortar busa adalah mempunyai berat yang ringan dengan nilai densitas dari
material mortar mempunyai berat isi 5-12 kN/m3, mempunyai nilai flow berkisar
180+20mm, dapat memadat sendri karena berprilaku seperti beton dan mengeras sesuai
dengan waktu pemeraman yang ditetapkan, mempunyai kuat tekanan yang cukup tinggi
cth dalam 14 hari mencapai 1000kN. Pengujian yang dilakukan uji flow, foam, dan tekab
bebas minumun (UCS). Latar belakang penggunaan mortar busa adalah akibat adanya
isu penurunan pada oprit jembatan, masalah tanah lunak dan gambut, instabilitas tanah
timbunan.

40. TEKNOLOGI TIMBUNAN RINGAN


Bermanfaat untuk timbunan fondasi jalan dan oprit jembatan di tanah lunak,
meminimalkan masalah penurunan timbunan, mengatasi masalah stabilitas timbunan,
tidak dibutuhkan dinding penahan timbunan,… material timbunan ringan semen, pasir,
air. Kemudian diproses melalui foam agent + air > Foam Generator> Foam> Truk Mixer
> Pengecoran. Uji skala penuh material ringan mortar busa dilakukan di Cirebon tahun
2009.

41. BIDANG STANDARDISASI DAN KERJASAMA


()
Dalam mengirim barang/material kelapangan harus memiliki kriteria tertentu sesuai
dengan standard yang telah ditetapkan oleh PUPR. Bidang standardisasi menerbitkan
naskah-naskah ilimiah yang diteliti oleh Pusat Jalan dan Jembatan. Memiliki mitra kerja
sama dari Luar Negrei, Perguruan Tinggi, Badan Usaha, Asosiasi, Pemerintah Pusat, dan
Swasta. Prinsip kerja sama Simbiosis Mutualisme, Berat sama dipikul ringan sama
dijinjing, bermanfaat untuk masyarakat. Jenis kerja sama Penelitian Bersama, Penerapan
teknologi pusjatan, dan komersialisasi teknologi pusjatan.

42. PENGENALAN PERPUSTAKAAN DAN JURNAL PUSJATAN


(Anita Rahmawati)

21
Tugas memenuhi kebutuhan info pegawai pusjatan baik dalam hal pengelolaan bahan
pustaka maupun layanannya dalam rangka mendukung kegiaan litbang di pusjatan.
Fungsinya antara lain mengembangkan koleksi,.. .fasilitas perpustakaan Pusjatan area
penyimpanan referensi, koleksi dalam bentuk cd, koleksi jurnal, ruang baca, katalog
online.

43. PERKERASAN JALAN


(Roni Yohannes)
Isu Aspal terkini Penyebab kerusakan jalan adalah beban lalu lintas, lingkungan, desain
konstruksi, material, pemeliharaan. Penyerapan aspal nasional adalah 3% Asbuton,
Produ asli pertamina 20%, Aspal Impor 77%. Pertamina sebagai salah satu produk aspal
nasional akan mengurangi produksinya. Data panjang jalan nasional yang dikelola
pusat/BM hanya 47.017 sedangkan pemerintah daerah jalan kab/kota 409.000. namun
jika dilihat status keantapan jalannya jalan nasional dari 2015- 2017 sudah mantap,
sedangkan jalan pemprov dan kab/kota masih belum mantab. Tahun 2010 ada
penurunan kemantapan jalan nasional disebabkan oleh adanya penyerahan jalan
provinsi daerah kepada pemerintah pusat. Visium Kemen. PUPR tahun 2030 adalah 99%
yang terintegrasi antar moda jalan mantap dengan menggunakan sebanyak-banyaknya
material local dan menggunakan teknologi recycle. Di daerh timur isunya adalah sulitnya
mendapatkan material local yang memenuhi standar (sub-standar) maka bagaimana
menanganinya? Dibuat spek khusus untuk mendekati kondisi tertentu atau material sub-
standar di rekayasa agar memenuhi standar. Strukturtur perkerasan perkerasan lentur
menerima beban paling besar di permukaan kemudiaan disalurkan ke lapisan bawahnya
sedangkan kalau lapisan keras yang menerima beban adalah lapisan atas (beton)
menerima dan lapisan bawah menerima sisanya.

 Lapis aus
 Lapis antara
 Lapis Pondasi mendukung lapis permukaan dan mengurangi tegangan dan
regangan
 Lapis pondasi bawah sebagai lantai kerja, menyebarkan beban di atasnya,
sebagai lapis perata, dan mengalihkan infiltrasi air
 Tanah dasar menyiapkan lapisan diatasnya mendukung beban diatasnya.

22
Tanah dasar harus cukup ketinggian sehingga tidak mempengaruhi muka air tanah sebab
jika mempengaruhi muka air tanah akan mengurangi power dari lapisan. Callifornian
Base R..(CBR) untuk mengukur kekuatan keras jalan.
Kinerja perkerasan yang diinginkan adalah kuat, aman, nyaman, indah, dan awet.
Kondisi perkerasan, kondisi kritis : alur 10 mm retak 15% pada wheel track, kondisi failure
alur 20 mm.
Deformasi memanjang dan melintang
Kerusakan pada permukaan deformasi,…
Prinsip Desain

44. BAHAN PERKERASAN JALAN


(Madi Hermadi, SS ,MM)
Jenis Perkerasan jalan kaku dan lentur yang membedakan keduanya adalah bahan keras
lebih kuat pengikatnya.
bahan perkerasan kaku kerasnya (keringnya) tidak bisa jadi cepat (perlu didiamkan lama
1 bulan) sedangkan lentur dapat digunakan langsung setelah kering. Perkerasan semi
kaku adalah gabunan keduanya menggunakan agregat besar dan campuran beraspal,
kelemahannya bisa berongga. Untuk mengatasinya adalah diisi semen untuk mencegah
adanya void. Unbond layer adalah lapisan tanpa pengikat. Dari masing-masng teknologi
bahannya berbeda. Dalam bahan perkerasan jalan harus memahami tulang/bertulang,
agregat, kelas semen, campuran dingin tanpa menggunakan AMP (cold mix aspal
cair/emulsi) pelarutan digunakan untuk menguapkan dengan bahan premium, minyak,
dan solar untuk melarutkan dengan air diberikan sabun untuk melarutkan minyak dengan
air menggunakan emulsi fire (protein), campuran hangat menggunakan suhu dibawah
hotmix dengan menggunkan zat adiktif untuk mengeraskan agregat. Macam-macam
campuran hangat antara lain surfaktan (emulsi fire), wax (campuran lilin), dan cara foam
aspal.
Karakteristik aspal, harus homogen tidak peka terhadap perubahan suhu di lapangan
agar tahan terhadap deformasi permanen, cukup elastis ehingga tidak mudah retak,
aman saat pengerjan, tidak cepat mengalami penuaan, mudah dikerjakan. Alat uji kinerja
aspal Uji Sifat rheology aspal, Pengkondsian penuaan jangka pendek aspal, dan
Pengkondisan penuaan jangka panjang aspal. Performance Grade (PG) aspal ditentukan
berdasarkan temperature maksimum > PG 58-10.

23
45. TEKNOLOGI WARM MIX ASPAL (WMA)
(Neni Kustianti, ST, MT)
Campuran beraspal yang lebih rendah + 30C dari hot mix. Hot mix Asphalt butuh
menggunakan AMP. Jika menggunakan AMP maka memerlukan bahan yang banyak dan
mengeluarkan emisi yang tinggi. Kerusakan jalan yang sering terjadi alur & retak, lalu
lintas semakin berat di Indnesia, iklim yang panas dan curah hujan yang tinggi,
penghematan bahan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Kajjian pusjatan
terhadap aspal hangat di lab. Penggunaan jenis aspal di Indonesia: Campuran beraspal
yang digunakan HMA, untuk lalulintas sedang aspal pen 60 (semakin tinggi penetrasi
semakin lembek aspal, vice versa), untuk lalin berat : Aspal modifikasi, HMA dengan
ASMOD perlu temperature tinggi, kesulitan mencapai temperature yang tinggi di AMP.
WMA Teknologi campuran beraspal, yang dapat menurunkan temperature sampai 30C
tetapi penyelimutan agregat saat pencampuran di unit pencampur aspal dan saat
penghamparan di lapangan mempunya workability yang dapat dicapai maksimum. Aspal
menggunakan ukuran viskositas dengan satuan centistop (cSt). Perbedaan campuran
HMA dan WMA adalah pada campuran beraspal panas (HMA) temperature pencampuran
(170 + 20 cST) dan pemadatan (280 + 30 cSt) didasarkan atas sifat viskositas sedangkan
untuk WMA. Klasifikasi campuran beraspal HMA >135C, wma 100C. bagaimana WMA
dibuat? Menurunkan temperature tapi masih mudah menyelimuti agregat dengan baik,
material yang dipakai zeoloit, polimer, dan wax.keuntungan WMA menurunkan
temperature pencampuran, penghematan biaya, mengurangi emisi, sifat aspal lebih awet
karena proses pemanasan lebih rendah, ketahanan terhadap air lebih baik karena
mengandung anti stripping, ketahanan terhadap alur lebih tinggi dari campran beraspal
lainnya. WMA yang dikembangkan oleh PUSJATAN adalah WMA econuska
(pengembangan dengan korea), lead cape, dan zeolit.

46. PEMELIHARAAN PERKERASAN KAKU


(Neni Kusnianti)
Pemeliharaan adalah memulihkan fungsi sistem yang telah ada dan memperpanjang
waktu pelayanan, tapi tidak meningkatkan kapasitas beban/kekuatan. Konstruksi
perkerasan kaku dan sambungan secara umum antara lain sambungan memanjang,
melintang, tekstur permukaan, permukaan halus/licin, tebal slab, material beton, ruji (besi
polos), lapis pondasi, tulangan pengikat (besi ulir), tanah dasar, lapis pondasi.
Perkerasan kaku lebih mahal dalam initial cost dan pemeliharaan. Macam-macam
Kerusakan kaku antara lain adalah faulting, pumping, keretakan, silen rusak, penurunan
tanah. Cara memelihara perkerasan kaku adalah 1) evaluasi perkerasan dengan

24
memberi informasi kualitatif menentukn penyebab kerusakan dan alternatif penanganan
kerusakan…teknologi penanganannya antara lain slab stabilization and jacking, partial
depth repairs, full depth repairs, load transfer restoration, joint and crack sealing.

47. TEKNOLOGI DAUR ULANG RECYLING ASPHAL PAVEMENT (RAP) UNTUK

CAMPURAN BERASPAL PANAS


(Dani Hamdani, MT)
Ruang jalan terdiri dari Ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, ruang pengawasan jalan,
bangunan. Dalam ruang manfaat jalan terdiri dari jalur lalu lintas, bahu jalan, saluran tepi,
ambang pengaman, dan badan jalan. Isu pembangunan jalan adalah tidak
memperhitungkan peninggian jalan, membutuhkan agregat terbatas. Manfaat metode
daur ulang adalah menggunakan material asphalt lama sehingga menghemat, menjaga
kelestarian alam dan elevasi permukaan tidak menjadi tinggi. Jenis campuran beraspal
LTBA B-Halus, LTBA B-Kasar, AC-WC, AC-BC, AC-Base. Sifat RAP harus merupakan
bahan bersih, keras, bebas dari lempung, atau bahan yg tidak dikehendaki lainnya. syarat
bahan RAP kadar aspal min 3,8, penetrasi pada 25C, 200g, 5 detik, 0,1 mm min 5,
agregat kasar... untuk menghidupkan (rejuvenille) aspal lama menggunakan bahan
peremaja yakni bahan yang didalamnya terkandung dan tersusun senyawa aromatic
ringan.

48. PENGANTAR ILMU GEOLOGI DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH


(Andi Sata M, ST. MT.)
Geomorfologi/fisiografi adalah perubahan2 secara fisik dan kimiawi yang dialami oleh
bumi. Pola aliran sungai terbentuk dipengaruhi oleh topografi. Stadium sungai terdiri atas
sungai stadium muda (berbentuk v) dan stadium tua (berbentuk u). Pembagian satuan
geomorfologi berdasarkan kemiringan lerengnya yaitu datar, sangat landau, landau, agak
curam, curam, sangat curam, curam sekali. Stratigrafi ialah ilmu pemerian strata atau
lapisan, sedangkan batuan adalah agregasi atau kumpulan dari mineral2. Klasifikasi
batuan beku berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku lelehan, korok, dalam.
Sedangkan berdasarkan sifat kimianya dan komposisi mineral yaitu batuan beku asam,
intermediate, basa, ultrabasa.

25
49. PENGANTAR TANAH PROBLEMATIK
(Ahmad Numan, ST., MT.)
Tanah lunak dan gambut meliputi 20 jt Ha atau sekitar 10% dari luas total daratan
Indonesia. Tanah Problematik terdiri dari tanah lunak, gambut, dan ekspansif. Klasifikasi
tannah problematic terdiri dari inorganic dan organic. Inorganic terdiri dari berbutir kasar
dan halus sedangkan organic terdiri dari kadar organic tinggi dan gambut. Tanah
inorganic merupakan tanah yang terbentuk melalui pelapukan batuan dasar yang ter erosi
dan tersedimen. Sedangkan tanah organic merupakan tanah yang terbentuk melalui
pelapukan tumbuhan atau hewan. Tanah lunak adalah tanah yang menyebabkan
masalah ketidakstabilan dan penurunan jangka panjang yang tidak dapat ditolirir, tanah
tsb mempunyai kuat geser yang rendah, kompresibilitas yang tinggi dan waku kondisi
yang lama. Gambut adalah jenis tanah yang memiliki kadar organic >75%, gambut
berdasarkan kandungan seratnya dikelompokkan menjadi amorf (tua) dan Fibros (muda).
Tanah Ekspansif merupakan tanah yang memiliki penyerpan air tinggi di musim hujan
dan mengeluarkan air banyak di kemarau. Problem pembangunan jalan pada tanah
ekspansif adalah menyebabkan kecembungan pada jalan, retak memanjang dari tepi
bahu sampi tengah perkerasan akibat kembang susut tanah. Untuk menangananinya
adalah dengan penentuan zona aktif dari fluktuasi kadar air untuk pemasangan membran.
Ketentuan pembangunan dan peningkatan jaringan jalan pada tanah problematic teridiri
dari kondisi fungsional dan kondisi structural. Kondisi fungsional merupakan pengukuran
parameter terhadap kinerja perkerasan jalan. Kondisi structural ialah….
Solusi dilaksanakan melalui tahapan identifikasi kondisi tanah dan
masalahnya>preliminary investigation>penyelidikan tanah detil (lapngan dan lab)>
analisis dan evaluasi stabilitas dan/atau penurunan> pemilihan metode
penanganan>perancangan>pelaksanaan konstruksi penanganan>monitoring dan
evaluasi kinerja.survei dan investigasi pendahuluan dilakukan secara visual
(REKONESAN) dilkukan terhadap kondisi topografi dan morfologi, kondisi geologi,
kondisi cuaca dan curah hujan. Kondisi keberadaan tanah lunak dan gambut terdiri dari
tanggul alami, lembah anak sungai, rawa, delta, dataran pantai, gosong pasir.

50. PELAPISAN PVD


(Putu)

51. QUALITY CONTROL FONDASI TIANG


(Asep Hilman Rosadi)

26
52. ADVIS TEKNIS DALAM PELAKSANAAN JEMBATAN
(Almud Hibzah)
Permenpupr No. 15/PRT/M/2015 tentang organisasi dan tata kerja pupr pusjatan memiliki
fungsi melakukan advis teknis. Advis teknis merupakan pelyanan untuk membantu
stakeholder dalam mengatasi masalah2 teknis pelaksanaan pekerjaan fisik bidang jalan
dan jembatan. Hasil advis teknis adalah rekomendasi teknis untuk meningkatkan kualitas
pekerjaan. Advis teknis dilakukan untuk memeriksa kondisi jembatan secara berkala dan
memberikan rekomendasi agar kondisi jembatan mencapai umur rencananya.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan visual, non-destructive, destructive,
dan uji pembebanan. Klasifikasi pemeriksaan yakni mempunyai ketrampilan dan
kompetensi dalam bidang pemeriksaan dan jembatan, memahami struktur jembatan dan
kerusakannya, mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kondisi jembatan, mempunyai
dedikasi dan motivasi kerja yang baik.
 Pemeriksaan visual membutuhkan Ahli struktur, jembatan diperlukan untuk mengetahui
karakteristik jembatan, lalu pemeriksaan visual yang dilakukan pada jembatan antara
lain:
1. Jenis dan penyebab kerusakan jembatan;
2. Kerusakan lantai akibat beban kendaraan;
3. Retak pada flens gelagar baja.
 Pemeriksaan visual dilaksanakan pada beberapa elemen jembatan:
1. Aliran sungai/tanah

Pemeriksaan jembatan memiliki tujuan spesifik memeriksa keamanan jembatan saat layan,
menjaga lancarnya lalulintas, menyediakan data/kondisi jembatan, memeriksa pengaruh
beban dan jumlah kendaraan, memantau keaadan jembatan jangka panjang, menyediakan
informasi mengenai kapasitas jembatan.

PEMERIKSAAN KHUSUS JEMBATAN (DT dan NDT)


Tujuannya untuk mengetahui kondisi jembatan secara lebih spesifik dan dilanjutkan untuk
mengujui kondisi tersebut. Sistematikan pengujian
Koordinasi instansional>Pemeriksaan detail visual>Pemeriksaan khusus terdiri dari
Pemeriksaan beton, Pemeriksaan geometri, Pengujian Statis, Pengujian Dinamis, Pengujian Baja
kemudian dianalisis dan evaluasi data>pelaporan.

27
53. TEKNOLOGI LITBANG DALAM PEKERJAAN JEMBATAN
(Ignatius Tommy Yuliarsa ST)

54. PENGUJIAN DAN PENGENDALIAN MUTU DALAM PELAKSANAAN PEKERJAAN


JEMBATAN
(HADI GUNAWAN)
Tujuan Pengujian dan Pengendalian Mutu, agar struktur dan material yang
direncanakansesuai dengan desain awal yang direncanakan dan dapat dimanfaatkan
sesuai dengan masa layak. Caranya dengan lakukan, awasi, dan nilai setiap tahapan
pekerjaan sesuai Spesifikasi. Pra Pelaksanaan Pekerjaan Desain struktur, faktor
geografis, faktor lingkungan, ketersediaan dan kecukupan material, SDM, SD Alat, dan
NSP Manual. Selama pelaksanaan pekerjaan memperhatikan kesesuaian design,
kualtas material, kinerja alat, faktor cuaca, jumlah dan hasil pengujian. Pasca
pelaksanaan pekerjaan melalu pembongkaran, mutu hasil pelaksanaan, perbaikan hasil,
perawatan, inventarisir (pencatatan, daftar), initial data. Kriteria desain jembatan diukur
dri kekuatan dan stabilitas struktur, kenyamanan dan keselamatan (bagi pengguna jalan),
kemudahan (dalam pelaksanaan dan pemeliharaan), ekonomis, pertimbangan aspek
lingkungan, social dan aspek keselamatan jalan, keawetan dan kelayakan jangka
panjang, estetika, umur rencana, pembebanan BM 100 unruk semua jembatan
permanen, lebar jembatan minmum jalan nasional adalah kelas A pada lanti jembatn.
Superelevasi/kemiringan melintng maks 5%, material beton lantai 30 MPa, bangunan
atas 30 Mpa, untuk estetika pada daerah wisata, material baja (tulangan diameter
d<d13:BJTP24, diameter d<d13:BJTD32/39, var diameter tulangan dibatasi paling
banyak 5 ukuran), fasilitas pemeliharaan, jalan inspeksi, kemudahan pemeriksaan. Jenis
bahan yang dikendalikan air, semen Portland,pasir, batum mortar, beton, baja struktur,
baja tulangan, karet, plastic. Teknik pengendalian pengambilan sampel, frekuensi
pengujian, waktu pengujianm metode uji, metode evaluasi, hasil uji. Pemeriksaan terdiri
dari inventory, routine, detailed, special. Jenis pengujian lab pre construction test terdiri
dari material selection dan conformity with specification. Standar dan pedoman dalam
pelaksanaan pekerjaan jembatan; SNI spesifikasi bahan, metode uji, persyaratan umum.
Sedangkan pedoman merupakan spesifikasi pelaksanaan, perencanaan pelaksanaan.
Standar berlaku nasional sedangkan pedoman berlaku hanya ada

28
55. Balai Litbang Sistem dan Teknik Lalu Lintas
(Haliena Armela)
Output layanan berupa layanan teknis, modul, pedoman tentang jalan. Pendeka

56. ROADMAP LITBANG DAN PENERAPAN (KESELAMATAN)


(UNTUNG CAHYADI, ST., MT.)
Sistem manajemen keselamatan jalan untuk mewujudkan menjamin tersedianya
infrastruktur jalan yang lebih berkeselamatan. Mengacu kepada sistrans dan sislognas.
Self explaining road, self enforcement road & forgiving road suatu konsep membuat jalan
lebih berkeselamatan dan ramah untuk seluruh pengguna jalan. Dasar pemikiran agar
pengguna jalan memliki konsistensi info terkai jalan, lingkungan jalan, rambu dan marka.
Isunya adalah pengguna jalan dan kecepatan. Prinsip-prinsip mudah dipahami, memiliki
desain standar yang jelas dan dapat dikenali, mencegah kesalahan pengguna jalan.
Survey dan penilaian keselamatan jalan (iRAP) yang diusung oleh masyarakat karena
kekhawatiran masyarakat terhadap kecelakaan lalu lintas. Skor survey menggambarkan
peluang terjadinya kecelakaan serta tingkat keparahan yang akan diderita apabila terjadi
kecelakaan lalulintas. Program assessment dilakukan dengan mengidentifikasi bahaya
yang terjadi di jalan. Pengumplan data menggunakan kendaraan survei yang dilengkapi
pengmpul data digital untuk merekam citra. iRAP merupakan penilaian internasional
dengan penerapan di Indonesia melalui laik fungsi jalan milik PUPR. Pengaman jalan
menggunkan rel pengaman, safety roller, marka jalan, dan kondisi jalan.

57. TEKNOLOGI JALAN DAN JEMBATAN YANG RAMAH LINGKUNGAN


(Gugun Gunawan, ST., MT.)
Latar belakangnya adalah pembangunan bertujuan meningkatkan kemakmuran dengan
konsep pembangunan berkelanjutan yang rendah emisi dan ramah lingkungan. Upaya
melaksanakan pembangunan ramah lingkungan dengan menggunakan kajian TJRL.
Kegiatan yang dilakukan adalah MAPI, PLH, Pemanfaatan Limbah dan Bahan Lokal.
Dalam menjag lingkungan pusjatan telah membuat standar pdoman dan manual
(pemanfaatan LB3).

29
58. PERAN INTELEGENT TRANSPORT SYSTEM (ITS) DALAM PENYELENGGARAAN
INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN
(Taufiq, ST., MT.)
Latar belakang penyelenggara jalan yang baik akan menghasilkan performa yan baik,
kebutuhan akan big data, Pusjatn membentuk research group untuk program penelitian
ITS. Teknologi PUSJATAN yang sudah dikembangkan dikategorikan kedalam 3 grup
yakni Alat, Sistem, Metode.terobosan dari alat diantaranya PLATO (alat penghitung),
SINDILA (Sistem Informasi Dini Lalu Lintas), JAKI (Jalan Kita) untuk pelaporan jalan
rusak yang dapat dipakai masyarakat, SIMBAGAS (Sistem informsi Bagas) untuk
memantau kondisi kesehatan jembatan.WIM BRIDGE sistem pengukuran beban
kendaraan secara aktual pada kendaraan yang melewati jembatan tsb. APILL portable,
Indonesian Road Data Center Operation (IRoDCO) untuk mengintegrasikan data secara
sistematik untuka memaksimalkan data sistem pemeliharaan jalan.

59. ROADMAP TEKNOLOGI JALAN PERKOTAAN


(Harlan Pangihutan Adeltua, SE., MT.)
Roadmap merupakan referensi dari Renstra, yang bersifat komprehensif hingga teknologi
tersebut teraplikasi. Latar belakang perkembangan social ekonomi wilayah perkotaan
yang pesat, kendala dalam penyediaan infrastruktur, ketidakseimbangan demand and
supply pada sistem jaringan jalan perkotaan, mendukung kebijaka PU, perlu pendekatan
terpadu, dan percepatan penanganan masalah. Tujuan roadmap untuk menyediakan
teknologi jalan perkotaan yang dapat mewujudkan jaringan jalan perkotaan yang
berwawasan lingkungan dengan menggunakan aspek perencanaan.

60. PENGENALAN KELITBANGAN BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN


(Ferry , SE., MT.)

61. PENGENALAN TUSI BALAI AIR MINUM DAN PLP


(Ir. Fijtriani Anggraeni, MT.)
Tugas Balai Air Minum dan PLP adalah melaksanakan penelitian dan pengembangan
bidang air minum dan penyehtan lingkungan permukiman.

30
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

31
DAFTAR PUSTAKA

32

Anda mungkin juga menyukai