Anda di halaman 1dari 30

2

proses perubahan fisik dan sosial. Proses perubahannya terus berlangsung


seiring dengan pembangunan sarana prasarana, dan fasilitas lainnya atau
dengan kata lain, perencanaan pariwisata dimulai dengan pengembangan
pariwisata daerah yang meliputi pembangunan fisik daya tarik wisata wisata
yang dipromosikan.
Pembangunan destinasi pariwisata daerah pada dasarnya merupakan
kegiatan yang kompleks dalam meningkatkan baik kuantitas maupun kualitas
layanan destinasi pariwisata kepada wisatawan. Dalam pelaksanaannya
diperlukan data dan informasi yang memadai terkait kondisi kepariwisataan di
daerah tersebut sebagai basis dari pengambilan kebijakan. Selain itu,
ketersediaan data dan informasi kepariwisataan daerah juga akan
memudahkan wisatawan dalam mengakses informasi untuk menentukan
rencana perjalanannya.
Terdapat dua isu penting dalam menyediakan basis data kepariwisataan
daerah yakni pengumpulan dan manajemen data kepariwisataan daerah.
Pengumpulan data berkaitan dengan kelengkapan data sedangkan manajemen
data terkait penyajian dan penyimpanan data. Kegiatan ini digagas dengan
maksud untuk melengkapi basis data kepariwisataan daerah untuk dikelola
secara digital dan terintegrasi dari tingkat kabupaten/kota, provinsi hingga
nasional. Dengan lengkapnya data kepariwisataan daerah yang terdigitalisasi
dari daerah sampai pusat diharapkan Indonesia siap memasuki transformasi
industri digital pariwisata.
Undang Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pasal 32
menyebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin
ketersediaan dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat untuk
kepentingan pengembangan kepariwisataan. Serta dalam Pasal 25 Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan
Pariwisata Nasional Tahun 2010-2025 menyebutkan bahwa arah kebijakan
Pembangunan Prasarana Umum, Fasilitas Umum, dan Fasilitas Pariwisata
meliputi: pengembangan, peningkatan dan pengendalian Prasarana Umum,
Fasilitas Umum, dan Fasilitas Pariwisata dalam mendukung perintisan,
pertumbuhan, meningkatkan kualitas, revitalisasi dan daya saing DPN
(Destinasi Pariwisata Nasional). Fasilitas pariwisata dapat berupa fasilitas
informasi dan pelayanan pariwisata, fasilitas pelayanan keimigrasian, pusat
informasi pariwisata (tourism information center), dan e-tourism kiosk.
3

Tahun 2022 menjadi langkah awal dalam pencapaian tata kelola destinasi
pariwisata yang baik melalui pelaksanaan pengembangan sistem informasi
kepariwisataan nasional yang terdiri atas pengumpulan data dan informasi
kepariwisataan daerah serta pemberian pemahaman kepada daerah atas
pentingnya ketersediaan data bagi pengambilan kebijakan pengembangan
kepariwisataan.
Berdasarkan hal tersebut, pada tahun 2023 akan dilaksanakan Tugas
Pembantuan Pengembangan Tata Kelola Destinasi Pariwisata yang merupakan
keberlanjutan pelaksanaan program sebagai upaya pengembangan tata kelola
di destinasi pariwisata. Tugas Pembantuan Pengembangan Tata Kelola Destinasi
Pariwisata bertujuan untuk:
a. Penguatan materi informasi terkait pengembangan aspek pariwisata dan
ekonomi kreatif daerah; dan
b. Peningkatan kapasitas pemangku kepentingan pariwisata dalam
pengembangan tata kelola destinasi pariwisata berbasis data (data based
policy) sebagai upaya peningkatan pelayanan wisata dan manajemen
pariwisata guna memperluas skala industri pariwisata.

Agar pelaksanaan program tersebut sesuai dengan tujuan dan sasaran yang
diharapkan maka diperlukan suatu Petunjuk Teknis Pelaksanaan Tugas
Pembantuan Pengembangan Tata Kelola Destinasi Pariwisata sebagai
panduan/pedoman bagi para pelaksana baik Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah serta pemangku kepentingan dalam melaksanakan kegiatan tugas
pembantuan mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi serta
pelaporan.

2. Maksud dan Tujuan

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Tugas Pembantuan Pengembangan Tata Kelola


Destinasi Pariwisata memiliki maksud dan tujuan sebagai berikut:
a. Sebagai pedoman/petunjuk bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah
daerah dalam pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan dana tugas
pembantuan;
b. Memberi petunjuk pemanfaatan dana tugas pembantuan bagi daerah;
4

c. Memberi acuan dan pedoman administrasi serta laporan


pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dan keuangan bagi
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
d. Menciptakan tertib laporan pelaksanaan kegiatan dan administrasi
keuangan pemanfaatan dana bagi daerah penerima dana tugas
pembantuan;
e. Sebagai alat kontrol mengukur keberhasilan kegiatan-kegiatan dana
tugas pembantuan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah; dan
f. Terciptanya tata kelola destinasi yang baik serta tersusunnya data dan
informasi kepariwisataan dan ekonomi kreatif daerah dalam mendorong
perkembangan pariwisata di daerah.

3. Sasaran

Sasaran dari pelaksanaan Tugas Pembantuan Pengembangan Tata Kelola


Destinasi Pariwisata adalah:
a. Terlaksananya kegiatan Pengembangan Tata Kelola Destinasi Pariwisata
berbasis data dan informasi.
b. Terlaksananya bimbingan teknis pengembangan tata kelola destinasi
pariwisata berbasis data (data-based policy) sebagai upaya peningkatan
pelayanan wisata dan manajemen pariwisata guna memperluas skala
industri pariwisata
c. Terlaksananya penguatan materi informasi terkait pengembangan aspek
pariwisata dan ekonomi kreatif daerah dalam platform yang sudah
disiapkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif.

4. Ruang lingkup

Ruang lingkup pelaksanaan Tugas Pembantuan Pengembangan Tata Kelola


Destinasi Pariwisata, antara lain:
a. Pelaksanaan bimbingan teknis pengembangan tata kelola destinasi
pariwisata berbasis data (data-based policy).
b. Workshop Pemahaman Indikator dan pengisian data kepariwisataan dan
ekonomi kreatif.
5

c. Pengumpulan dan pembaharuan data kepariwisataan dan ekonomi


kreatif.

5. Dasar
a. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara
(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2022 tentang Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022
Nomor 122);
c. Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2019 tentang Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 269);
d. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2019 tentang Badan Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 270);
e. PMK No. 248/PMK.07/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Berita Acara Negara Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 660);
f. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Kepala Badan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2021 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 184); dan
g. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 14 Tahun 2022 tentang
Penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan pada
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif.
6

6. Pengertian Umum

Petunjuk Teknis ini menggunakan istilah-istilah yang dijabarkan sebagai


berikut:

a. Tugas Pembantuan yang selanjutnya disebut TP adalah penugasan dari


Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk melaksanakan tugas
tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pelaksanaannya kepada yang menugaskan.
b. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari Anggaran
Pendapatan Belanja Negara yang selanjutnya disebut APBN yang
dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semua penerimaan dan
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan.
c. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara
Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan Menteri
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
d. Lembaga adalah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
e. Menteri adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
f. Pemerintah daerah adalah Pemerintah Provinsi yaitu Gubernur atau
Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
g. Gubernur adalah kepala daerah provinsi dan wakil pemerintah daerah
dalam pelaksanaan tugas pembantuan di daerah.
h. Perangkat Daerah Provinsi adalah unsur pembantu gubernur dalam
bentuk Dinas yang menyelenggarakan urusan Pariwisata di tingkat
daerah provinsi/daerah istimewa dan bertanggungjawab terhadap dana
tugas pembantuan di lingkup yang ditetapkan oleh gubernur.
i. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau
beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur
pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan
sumber daya baik yang bersifat personil (sumber daya manusia), barang
modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari
beberapa atau ke semua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan
7

untuk menghasilkan keluaran dalam bentuk barang/jasa.


j. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat
pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian/Lembaga.
k. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah
pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian
kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada
Kementerian/Lembaga yang bersangkutan.
l. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang disingkat menjadi DIPA adalah
dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh masing-masing
Perangkat Daerah Provinsi, yang berfungsi sebagai dokumen
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian/pengawasan, evaluasi/
pelaporan, serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah.
8

BAB II
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

1. Perencanaan

a. Tahap Administrasi
Tahapan proses perencanaan administrasi dalam pelaksanaan Dana
Tugas Pembantuan, adalah sebagai berikut:
1) Melakukan pengecekan dengan teliti dan seksama seluruh dokumen
DIPA dan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK). Pengecekan tersebut
meliputi jenis, jumlah, urut-urutan dan sasaran/volume kegiatan,
unit cost, perkalian, penjumlahan, nominal anggaran di setiap jenis
kegiatan dan total anggaran. Tujuan pengecekan agar tidak terjadi
perbedaan atau kesalahan ketik antara kedua dokumen tersebut.
Apabila terdapat perbedaan atau kesalahan ketik, segera sampaikan
usulan revisi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku. Standar biaya dan surat pertanggungjawaban mutlak
Standar biaya yang digunakan adalah standar biaya keluaran (SBK)
yang ditetapkan dalam peraturan menteri keuangan. Apabila terdapat
satuan biaya yang tidak diatur dalam ketentuan tersebut, dapat
dipergunakan standar harga perkiraan sendiri (HPS) yang ditetapkan
oleh Perangkat Daerah yang membidangi kepariwisataan. Satuan
biaya yang tidak dapat mengacu SBK maupun HPS dapat diajukan
dengan perkiraan sendiri selama disertai alasan yang patut dan
dilengkapi dengan surat pertanggungjawaban mutlak yang
ditandatangani KPA berikut data-data pendukungnya;

2) Menganggarkan biaya untuk setiap sub keluaran secara tertib dan


terkategori baik dalam komponen biaya utama maupun penunjang
yang sesuai dan konsisten terhadap kerangka acuan kegiatan (KAK)
sebagaimana distandarkan;

3) Mencetak Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) dengan menggunakan


aplikasi RKA-KL Tahun 2023;
9

4) Menyusun Informasi Kinerja Anggaran dan Program, Rincian Alokasi


Anggaran, Rencana Penyerapan Dana (RPD) setiap bulannya;

5) Membentuk dan menetapkan Pejabat Pengelola Keuangan di


daerahnya;

6) Membentuk dan menetapkan tim pengelola keuangan dalam rangka


kegiatan tugas pembantuan;

7) Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan anggaran disesuaikan


dengan anggaran yang tersedia dalam DIPA tugas pembantuan;

8) Menyusun Kerangka Acuan Kegiatan (KAK)/Term of Reference (TOR),


Rincian Anggaran dan Belanja (RAB), spesifikasi teknis dan analisis
harga satuan;

9) Melakukan perencanaan substansi kegiatan sesuai dengan ruang


lingkup kegiatan Dana Tugas Pembantuan yang diatur dalam
petunjuk teknis, dalam rangka pencapaian program Pengembangan
Tata Kelola Destinasi Pariwisata; dan

10) Melakukan pengadaan barang dan jasa sesuai dengan ketentuan


perundangan yang berlaku.

b. Tahap Substansi
Tahapan perencanaan substansi dalam pelaksanaan Dana Tugas
Pembantuan, meliputi kegiatan sebagai berikut:

1) Pelaksanaan Sosialisasi Tugas Pembantuan Pengembangan Tata


Kelola Destinasi;

2) Pelaksanaan bimbingan teknis pengembangan tata kelola destinasi


pariwisata berbasis data (data-based policy);
3) Pelaksanaan Workshop pemahaman indikator dan pengisian data
kepariwisataan dan ekonomi kreatif.

4) Dinas Pariwisata Provinsi berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah


Kabupaten/Kota terkait kegiatan pengumpulan data kepariwisataan
dan ekonomi kreatif daerah; dan
10

5) Pengumpulan dan pembaharuan data kepariwisataan dan ekonomi


kreatif daerah melalui survei lapangan, yang dilaksanakan dalam
waktu maksimal 3 (tiga) bulan;

6) Pengisian data kepariwisataan dan ekonomi kreatif dalam Sistem


Informasi Kepariwisataan Nasional;

2. Penganggaran
Berdasarkan Keputusan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor
SK/19/KU.00.02/MK/2023 tentang Kegiatan yang Dilaksanakan Melalui
Tugas Pembantuan pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun Anggaran 2023,
Kemenparekraf/Baparekraf mengalokasikan dana Tugas Pembantuan untuk
pelaksanaan Pengembangan Tata Kelola Destinasi Pariwisata kepada 34 (tiga
puluh empat) provinsi sebagai berikut:

No Provinsi Pagu (Rp) No Provinsi Pagu (Rp)


1 DI Aceh 600.000.000 18 Nusa Tenggara Barat 300.000.000
2 Sumatera Utara 800.000.000 19 Nusa Tenggara Timur 600.000.000
3 Sumatera Barat 500.000.000 20 Kalimantan Barat 400.000.000
4 Riau 400.000.000 21 Kalimantan Selatan 400.000.000
5 Kepulauan Riau 300.000.000 22 Kalimantan Tengah 400.000.000
6 Jambi 300.000.000 23 Kalimantan Timur 300.000.000
7 Bengkulu 300.000.000 24 Kalimantan Utara 300.000.000
8 Sumatera Selatan 500.000.000 25 Gorontalo 300.000.000
9 Kep. Bangka Belitung 300.000.000 26 Sulawesi Selatan 600.000.000
10 Lampung 400.000.000 27 Sulawesi Tenggara 500.000.000
11 Banten 300.000.000 28 Sulawesi Tengah 400.000.000
12 DKI Jakarta 300.000.000 29 Sulawesi Utara 400.000.000
13 Jawa Barat 700.000.000 30 Sulawesi Barat 300.000.000
14 Jawa Tengah 850.000.000 31 Maluku 350.000.000
15 Jawa Timur 900.000.000 32 Maluku Utara 300.000.000
16 DI Yogyakarta 300.000.000 33 Papua 700.000.000
17 Bali 300.000.000 34 Papua Barat 400.000.000
11

BAB III
PELAKSANAAN

1. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan Tugas Pembantuan Program Pengembangan Destinasi dan


Infrastruktur Tahun Anggaran 2023 untuk Pengembangan Tata Kelola
Destinasi Pariwisata dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi. Adapun tugas
dari tiap-tiap pelaksana adalah sebagai berikut:

a. Sekretaris Kementerian/Sekretaris Utama c.q Biro Perencanaan dan


Keuangan, bertugas untuk:
1) Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah Provinsi dari tahap
persiapan administrasi hingga pelaporan;
2) Melaksanakan dan mengkoordinasikan pemberian dana tugas
pembantuan ke Pemerintah Daerah Provinsi;
3) Melakukan pemantauan dan evaluasi program tugas pembantuan; dan
4) Menyusun dan melaporkan pelaksanaan program tugas pembantuan
secara keseluruhan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;

b. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur, bertugas


untuk:
1) Menyiapkan Sistem Informasi Kepariwisataan Nasional dari level
Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional;
2) Sosialisasi tata cara pengisian dan penggunaan Sistem Informasi
Kepariwisataan Nasional;
3) Menyusun Petunjuk Teknis pelaksanaan Tugas Pembantuan
Pengembangan Tata Kelola Destinasi Pariwisata;
4) Melaksanakan pembinaan terhadap pelaksanaan dana tugas
pembantuan yang dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah;
12

5) Melaksanakan koordinasi dan memberikan asistensi kepada


Pemerintah Daerah Provinsi dalam penyusunan, perencanaan dan
timeline pelaksanaan program dan anggaran kegiatan tugas
pembantuan;
6) Melakukan pemantauan dan evaluasi dalam pelaksanaan dana tugas
pembantuan; dan
7) Menyampaikan laporan pelaksanaan dana tugas pembantuan yang
disampaikan Pemerintah Daerah kepada Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

c. Pemerintah Daerah Provinsi, bertugas untuk:


1) Melaksanakan koordinasi secara berkala dengan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif c.q Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur
dalam rangka pelaksanaan pemanfaatan dana tugas pembantuan di
wilayah kerjanya;
2) Melaksanakan kegiatan tugas pembantuan sesuai dengan Petunjuk
Teknis Tugas Pembantuan Pengembangan Tata Kelola Destinasi
Pariwisata;
3) Menunjuk 1 (satu) orang penanggung jawab di tingkat provinsi sebagai
administrator Sistem Informasi Kepariwisataan Nasional;
4) Membuat laporan laporan evaluasi kinerja, program, dan anggaran,
laporan keuangan dan pelaksanaan kegiatan kepada Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif.

Secara substansi, pelaksanaan Tugas Pembantuan Pengembangan Tata


Kelola Destinasi Pariwisata dilaksanakan melalui:

1) Pelaksanaan Bimbingan Teknis pengembangan tata kelola destinasi


pariwisata berbasis data (data-based policy), dengan tujuan untuk
memberikan pemahaman kepada para pelaku wisata di daerah dalam
peningkatan pelayanan wisata dan manajemen pariwisata guna
13

memperluas skala industri pariwisata dengan platform informasi real


time, mengintegrasikan penyedia jasa pariwisata dan peran masyarakat
lokal, dengan rincian:

a. Peserta
Peserta bimbingan teknis adalah para pelaku wisata yang sudah
terdata dalam sistem informasi kepariwisataan nasional tahun 2022
dengan minimal peserta sebanyak 40 orang. Adapun peserta berasal
dari unsur-unsur sebagai berikut:
1) Pengelola Daya Tarik Wisata
2) Pengelola Akomodasi
3) Pengelola Jasa Makanan/Minuman

b. Materi
Materi yang disampaikan pada bimbingan teknis meliputi substansi
yang termuat dalam Modul Tata Kelola Daya Tarik Wisata yang
disusun oleh Direktorat Tata Kelola Destinasi Pariwisata. Materi dalam
modul tersebut meliputi:

1) Potensi Daya Tarik Wisata Provinsi dan Kebijakan Pengelolaannya;


2) Pengelolaan Daya Tarik Wisata dalam Membangun Sistem
Kepariwisataan;
3) Pengelolaan Pengunjung Sesuai Daya Dukung dan Daya Tampung;
4) Pengelolaan Dampak dan Mitigasi Bencana dalam Pengelolaan Daya
Tarik Wisata;
5) Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
Pengelolaan Daya Tarik Wisata; dan
6) Pemantauan dan Evaluasi dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata

c. Narasumber
Narasumber dalam bimbingan teknis pengembangan Tata Kelola
Destinasi bertindak sebagai fasilitator yang dianggap memiliki
kompetensi untuk menyampaikan materi yang tertuang dalam Modul
Tata Kelola Daya Tarik Wisata. Narasumber ditentukan berdasarkan
14

keahlian dan tugas fungsinya sesuai dengan materi yang diberikan.


Narasumber dapat berasal dari unsur sebagai berikut:

1) Instansi pusat yang memiliki kompetensi dalam memberikan


informasi mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan sistem
informasi dalam pengembangan potensi destinasi pariwisata.
2) Instansi Daerah yang dalam hal ini merupakan Perangkat Daerah
yang terkait dengan manajemen daya tarik pariwisata
3) Pakar/Praktisi di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif (Akademisi,
praktisi/tenaga ahli) yang memiliki kompetensi dalam memberikan
materi terkait manajemen daya tarik pariwisata
4) Pakar/Praktisi di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif (Akademisi,
praktisi/tenaga ahli) yang memiliki kompetensi dalam memberikan
materi terkait teknologi informasi dan komunikasi untuk pariwisata.

Penyampaian materi oleh narasumber dapat dilihat dalam tabel


sebagai berikut:
Sesi Materi Fasilitator Durasi
1 Potensi Daya Tarik Praktisi Bidang 60 menit
Wisata Provinsi dan Manajemen DTW
Kebijakan
Pengelolaannya;
2 Pengelolaan Daya Praktisi Bidang 90 menit
Tarik Wisata dalam Manajemen DTW
Membangun Sistem
Kepariwisataan;
3 Pengelolaan Praktisi Bidang 60 menit
Pengunjung Sesuai Manajemen DTW
Daya Dukung dan
Daya Tampung;
15

4 Pengelolaan Dampak Praktisi Bidang 90 menit


dan Mitigasi Bencana Manajemen DTW
dalam Pengelolaan
Daya Tarik Wisata;
5 Pemanfaatan Praktisi Bidang 90 menit
Teknologi Informasi Teknologi
dan Komunikasi Informasi
dalam Pengelolaan
Daya Tarik Wisata;
dan
6 Pemantauan dan Praktisi Bidang 60 menit
Evaluasi dalam Teknologi
Pengelolaan Daya Informasi
Tarik Wisata

Pemilihan narasumber Bimbingan Teknis oleh Perangkat Daerah


Provinsi selaku pelaksana tugas pembantuan wajib dikonsultasikan
kepada Direktorat Tata Kelola Destinasi selaku pembina.

d. Pelaksanaan
Bimbingan Teknis dilaksanakan selama 1 (satu) hari fullboard meeting
di lokasi yang telah ditentukan oleh dinas yang menangani urusan
pariwisata. Peserta kegiatan akan mendapatkan uang saku dan uang
transportasi sesuai dengan Satuan Biaya Masukan tahun anggaran
2023.

2) Workshop Pemahaman Indikator dan pengisian data kepariwisataan dan


ekonomi kreatif yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Provinsi
dalam rangka verifikasi data hasil survei dan pengisiannya dengan
rincian:
16

a. Peserta
Peserta workshop terdiri dari tim surveyor, penanggung jawab
pengelola website dan instansi terkait di tingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif yang secara
keseluruhan berjumlah 40 orang.

b. Materi
Materi yang disampaikan pada workshop meliputi penyampaian
Indikator dan mekanisme pengisian dan pembaharuan data
kepariwisataan dan ekonomi kreatif ke dalam Sistem Informasi
Kepariwisataan Nasional

c. Narasumber
Narasumber ditentukan berdasarkan keahlian dan tugas fungsinya
sesuai dengan materi yang diberikan:

1) Instansi pusat yang memiliki kompetensi dalam memberikan


informasi mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan sistem
informasi dalam Pengembangan potensi destinasi pariwisata.
2) Instansi Daerah yang dalam hal ini merupakan Perangkat Daerah
yang terkait dengan pengumpulan data dan informasi pariwisata
3) Pakar/Praktisi di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif
(Akademisi, praktisi/tenaga ahli) yang memiliki kompetensi dalam
memberikan materi Indikator Sistem Informasi Kepariwisataan
Nasional.

Pemilihan narasumber workshop oleh Perangkat Daerah Provinsi


selaku pelaksana tugas pembantuan wajib dikonsultasikan kepada
Direktorat Tata Kelola Destinasi selaku pembina.
17

d. Pelaksanaan
Workshop dilaksanakan selama 1 (satu) hari dalam bentuk fullday
meeting di lokasi yang telah ditentukan oleh Dinas yang menangani
urusan pariwisata. Peserta kegiatan akan mendapatkan uang saku
dan uang transportasi sesuai dengan Satuan Biaya Masukan tahun
anggaran 2023

e. Keluaran
Keluaran dari pelaksanaan workshop ini adalah meningkatnya
pemahaman tentang indikator dan tata cara pengisian data pariwisata
dan ekonomi kreatif dalam Sistem Informasi Kepariwisataan Nasional.

3) Pengumpulan dan pembaharuan data kepariwisataan dan ekonomi


kreatif dilaksanakan melalui survei lapangan, dalam kurun waktu
maksimal 3 (tiga) bulan dengan menggunakan tenaga surveyor yang
terdiri dari:

a. Koordinator Surveyor

Pemerintah Daerah Provinsi menunjuk 1 (satu) orang tenaga


koordinator surveyor melalui skema penunjukkan langsung dengan
kualifikasi minimal S2 semua jurusan yang memiliki pengalaman
dalam penelitian dan pengambilan data survei minimal 3 tahun.
Koordinator Surveyor memiliki tugas dan fungsi yaitu:
1) Melakukan koordinasi tim surveyor dalam pengumpulan data
kepariwisataan dan ekonomi kreatif;
2) Melakukan koordinasi pengisian data kepariwisataan dan ekonomi
kreatif dalam Sistem Informasi Kepariwisataan Nasional;
3) Melakukan reviu data kepariwisataan dan ekonomi kreatif yang
dikumpulkan oleh tim surveyor; dan
4) Melakukan koordinasi dan melaporkan secara berkala kepada Dinas
Pariwisata Provinsi dalam proses pengumpulan dan pengisian data.

Kepada Koordinator surveyor dibayarkan honorarium yang besarannya


mengacu pada Upah Minimum Provinsi (UMP) ditambah 50 persen.
18

b. Surveyor

Pemerintah Daerah Provinsi menunjuk tenaga surveyor melalui skema


penunjukkan langsung sejumlah kabupaten/kota di wilayahnya
dengan kualifikasi minimal S1 semua jurusan yang berpengalaman
dalam pengambilan data survey minimal 1 tahun.

Surveyor memiliki tugas dan fungsi yaitu:


1) Melakukan pengumpulan data kepariwisataan dan ekonomi kreatif
daerah melalui survei lapangan;
2) Melakukan pengisian data kepariwisataan dan ekonomi kreatif
dalam Sistem Informasi Kepariwisataan Nasional;
3) Melakukan koordinasi dan melaporkan hasil pengumpulan data
pariwisata dan ekonomi kreatif kepada koordinator surveyor.

Kepada Koordinator surveyor dibayarkan honorarium yang besarannya


mengacu pada Upah Minimum Provinsi (UMP) ditambah 10 persen.

2. Administrasi Umum dan Keuangan

a. Peruntukan Dana Tugas Pembantuan

Dana Tugas Pembantuan diberikan kepada pemerintah daerah penerima,


yaitu Perangkat Daerah yang membidangi urusan kepariwisataan. Dana
tugas pembantuan sebagaimana dimaksud dialokasikan untuk:
a. Pelaksanaan Bimbingan Teknis pengembangan tata kelola destinasi
pariwisata berbasis data (data-based policy);
b. Pelaksanaan Workshop pemahaman indikator dan pengisian data
kepariwisataan dan ekonomi kreatif;
c. Pengumpulan data kepariwisataan dan ekonomi kreatif di daerah,
yang meliputi:
1) honor tenaga surveyor, yang besarannya mengacu pada Upah
Minimum Provinsi (UMP) ditambah 50 persen (koordinator
surveyor) dan 10 persen (surveyor);
2) sewa kendaraan, yang pembayarannya berdasarkan
bukti/kuitansi penyedia jasa sewa yang sah;
19

3) biaya telekomunikasi secara lumpsum sebesar Rp200.000 per


bulan.
d. Rapat-rapat dan perjalanan dinas kabupaten/kota dalam rangka
koordinasi pelaksanaan tugas pembantuan pengembangan tata
Kelola destinasi pariwisata;
e. Perjalanan Dinas bagi Narasumber yang ditunjuk oleh Pemerintah
Pusat;
f. Pembayaran Honorarium Penanggung Jawab Pengelola Website
(PIC administrator) Sistem Informasi Kepariwisataan Nasional
dengan mengacu pada Standar Biaya Masukan Tahun 2023
g. Perjalanan dinas dalam rangka menghadiri sosialisasi dan kegiatan
yang terkait dengan Tugas Pembantuan Pengembangan Tata Kelola
Destinasi Pariwisata yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat
dengan mengacu pada Standar Biaya Masukan Tahun 2023.

Anggaran dana Tugas Pembantuan tidak dapat digunakan untuk:


a. Pembayaran Honorarium Kelompok Kerja;
b. Perjalanan dinas luar negeri, studi banding ke luar negeri, dan
pameran luar negeri;
c. Perjalanan dinas dalam negeri dalam rangka koordinasi dengan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif;
d. Perawatan bangunan kantor milik Pemerintah Daerah;
e. Kegiatan yang menimbulkan aset dan dicatat dalam neraca; dan
f. Barang/kegiatan lainnya yang bersifat rutinitas kantor yang
pembiayaannya harus disediakan dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.

b. Manajemen Pelaksanaan Dana Tugas Pembantuan

Administrasi tugas pembantuan mencakup pelaksanaan:


a. Administrasi pengadaan barang dan jasa.

b. Dana tugas pembantuan mencakup diantaranya:


20

1) mempelajari teknis pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan


Anggaran (DIPA) dan tata cara pertanggungjawaban pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);
2) membuka rekening ke Bank Pemerintah;

3) mengurus Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ke kantor Pelayanan


Pajak;
4) menyiapkan Buku Kas Umum/Buku Kas Harian, untuk
pembukuan transaksi baik penerimaan dan pengeluaran
bendahara pengguna anggaran;
5) menyiapkan buku pembantu pengawasan pelaksanaan Mata
Anggaran Kegiatan (MAK);
6) menyiapkan Buku Uang Muka, Buku Pembantu Bank, dan Buku
Pembantu Pajak;
7) menyiapkan surat keputusan yang terkait dengan pelaksanaan
anggaran seperti tim teknis atau kelompok kerja;
8) menyiapkan rencana kegiatan dan anggaran.

Pencatatan dan pengelolaan keuangan dalam pelaksanaan Tugas


Pembantuan dilakukan secara terpisah dari APBD dan APBN Tugas
Pembantuan.

Pengelolaan dana tugas pembantuan dilaksanakan sesuai dengan


Peraturan Menteri Keuangan No. 248/PMK.07/2010 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan.

Perangkat Daerah yang mendapatkan alokasi Dana Tugas


Pembantuan bidang pengembangan destinasi pariwisata merupakan
Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran / Barang (UAKPA/B) Tugas
Pembantuan dan penanggung jawab UAKPA/B Tugas Pembantuan
adalah kepala Perangkat Daerah bidang kepariwisataan.
21

c. Mekanisme Pelaksanaan Anggaran


Pelaksanaan dan penatausahaan dana tugas pembantuan mengacu
pada peraturan perundang-undangan di bidang keuangan, dan
khusus untuk mekanisme revisi harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:

1) Pergeseran rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau


pengurangan pagu anggaran termasuk rinciannya serta ralat
karena kesalahan administrasi mengacu pada Peraturan Menteri
Keuangan;

2) Melakukan koordinasi dan integrasi dalam pelaksanaan kegiatan


dana tugas pembantuan sesuai ruang lingkup kegiatan dalam
pencapaian program Pengembangan Tata Kelola Destinasi
Pariwisata di daerah.

3) Alokasi anggaran dana tugas pembantuan yang telah dialokasikan


untuk setiap program pelaksanaan Pengembangan Tata Kelola
Destinasi Pariwisata tidak dapat dialihkan atau direvisi untuk
membiayai kegiatan lain;

4) Dalam kondisi yang darurat/mendesak, pergeseran rincian


anggaran yang mengakibatkan penambahan/pengurangan pagu
kegiatan di masing-masing kegiatan masih diperkenankan
sepanjang mendapat persetujuan dan rekomendasi dari Pimpinan
Unit Eselon I yang bersangkutan dengan memperhatikan Catatan
Hasil Reviu (CHR).
22

BAB IV

PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

1. Pelaporan dan pertanggunggjawaban

Penerima dana tugas pembantuan diwajibkan untuk melaporkan hasil


kegiatannya kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan Pemerintah.
Pemerintah Daerah yang mendapatkan alokasi Dana Tugas Pembantuan
Tahun 2022, diwajibkan untuk membuat laporan pelaksanaan kegiatan dan
keuangan dana tugas pembantuan sesuai mekanisme yang diatur pada
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2022 tentang Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan dan Peraturan Menteri Keuangan No. 248/PMK.07/2010
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya
yang mengatur mengenai Tugas Pembantuan. Pertanggungjawaban dan
pelaporan dana tugas pembantuan disampaikan setiap bulanan, triwulan
dan setiap berakhirnya tahun anggaran. Pertanggungjawaban dan pelaporan
dana tugas pembantuan mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu:

a. Laporan Evaluasi Kinerja, Program dan Anggaran


Laporan evaluasi kinerja, program dan anggaran terdiri dari
perkembangan realisasi penyerapan dana, pencapaian target keluaran,
kendala yang dihadapi, dan saran tindak lanjut.
23

Format Laporan Evaluasi Kinerja, Program dan Anggaran

PERENCANAAN DAN REALISASI

TAHUN ANGGARAN …

Satuan Kerja
No Sasaran Indikator Output Komponen/ TW Fisik Capaian Kinerja Penyerapan Anggaran Uraian Uraian Dokumen Keterangan
Strategis Kinerja Aktivitas Target Realisasi Satuan (%) Target Realisasi (%) Target Realisasi (%) Target Capaian Data Kegagalan/
Dukung Keberhasilan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
TW 1
TW 2
TW 3
TW 4

Petunjuk Pengisian:
Kolom 1 : Diisi oleh Satker Eselon II yang membawahi.
Kolom 2 : Diisi oleh Satker Eselon II yang membawahi.
Kolom 3 : Diisi oleh Satker Eselon II yang membawahi.
Kolom 4 : Diisi nama output sesuai RKAKL
Kolom 5 : Diisi nama aktivitas (Rincian Kegiatan yang mendukung
output) sesuai RKAKL
Kolom 6 : Diisi periode triwulan.
Kolom 7 : Diisi target waktu (triwulan) penyelesaian fisik
kegiatan/aktivitas sesuai KAK secara kumulatif, bila
selesai pada triwulan 3 (tiga) maka pada triwulan 4
(empat) diisi dengan angka yang sama
Kolom 8 : Diisi realisasi waktu (triwulan) penyelesaian fisik
kegiatan/aktivitas secara kumulatif, bila selesai pada
triwulan 3 (tiga) maka pada triwulan 4 (empat) diisi
dengan angka yang sama.
Kolom 9 : Diisi nama satuan fisik dari hasil kegiatan/aktivitas
(naskah, kegiatan, kode, dan lain-lain).
Kolom 10 : Diisi capaian realisasi.
Kolom 11 : Diisi target proses penyelesaian (% target progres) per
triwulan secara kumulatif.
Kolom 12 : Diisi realisasi penyerapan (% realisasi keuangan) per
triwulan secara kumulatif
24

Kolom 13 : Diisi capaian realisasi


Kolom 14 : Diisi target penyerapan (rencana penarikan) per triwulan
secara kumulatif.
Kolom 15 : Diisi realisasi penyerapan (% realisasi keuangan) per
triwulan secara kumulatif
Kolom 16 : Diisi capaian realisasi.
Kolom 17 : Diisi uraian rencana proses pelaksanaan
kegiatan/aktivitas (rencana progres kinerja)
Kolom 18 : Diisi uraian realisasi proses pelaksanaan
kegiatan/aktivitas (rencana progres kinerja)
Kolom 19 : Diisi dengan melampirkan softcopy data dukung per
triwulan sesuai proses pelaksanaan kegiatan/aktivitas
Kolom 20 : Diisi keterangan/penjelasan tentang bila tercapainya
sesuai target (gagal) apa penyebab/kendalanya serta
solusi yang diharapkan.

b. Laporan Keuangan
Laporan ini terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Catatan Atas
Laporan Keuangan, dan Laporan Barang. Semua barang yang dibeli atau
diperoleh dari pelaksanaan kegiatan tugas pembantuan merupakan
barang milik negara. Untuk itu satuan kerja yang mendapatkan dana
tugas pembantuan harus melakukan penataan negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Laporan keuangan dibuat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai sistem akuntansi instansi dan laporan barang dibuat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai penatausahaan barang milik negara.
25

Format laporan Keuangan

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB
RINGKASAN
I. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
II. NERACA
III. LAPORAN OPERASIONAL
IV. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
A. Penjelasan Umum
B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi
Anggaran
C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca
D. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Operasional
E. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Perubahan
Ekuitas
F. Pengungkapan Penting Lainnya
VI. LAMPIRAN DAN DAFTAR

c. Laporan Pelaksanaan Kegiatan


Laporan ini terdiri atas laporan pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan
yang telah dilaksanakan. Laporan pelaksanaan kegiatan juga memuat
kondisi barang.
27

Format Laporan Pengumpulan Data Surveyor

COVER
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Manfaat
1.3 Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan
BAB II : PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.1 Pengumpulan Data Sekunder
(list data sekunder)
2.2 Pengumpulan Data Primer
(list data primer atraksi, akomodasi dan jasa
makanan-minuman)
2.3 Penginputan Data dan Informasi ke dalam
Sisparnas
BAB III : PENUTUP
3.1 Permasalahan dan Saran Pemecahan
3.2 Rekomendasi kebijakan pelaksanaan
kedepan
LAMPIRAN KUESIONER

Tata Cara Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Dana Tugas


Pembantuan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur
mengenai sistem akuntansi dan pelaporan keuangan Pemerintah Pusat.
Tata Cara Penyusunan dan Penyampaian laporan BMN hasil pelaksanaan
Dana Tugas Pembantuan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan yang
mengatur mengenai penatausahaan BMN.
28

BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pembinaan dilakukan dalam bentuk pengendalian dan evaluasi.


Pengendalian dan evaluasi dilakukan oleh Sekretaris Kementerian bersama
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur melalui Direktorat
Tata Kelola Destinasi dan Sekretariat Deputi. Pengawasan dilakukan oleh
inspektorat utama Kementerian. Gubernur melakukan pengendalian dan
evaluasi kepada Perangkat Daerah provinsi pelaksana tugas pembantuan.
Hasil pengendalian dan evaluasi dapat dijadikan acuan pengambilan
kebijakan dalam pengalokasian program tugas pembantuan di tahun
berikutnya.
29

BAB VI
SANKSI ADMINISTRATIF

Pemberian sanksi dalam pelaksanaan kegiatan tugas pembantuan mengacu


pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008
tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas
Pembantuan serta Ketentuan Perundang-undangan.

Perangkat Daerah penerima dana tugas pembantuan yang secara sengaja


atau lalai tidak menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
dana dimaksud kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dikenakan sanksi berupa penundaan
pencairan dan/atau penghentian alokasi pendanaan.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan


Ekonomi Kreatif dapat memberhentikan penyelenggaraan Tugas
Pembantuan dengan ketentuan:

1. Adanya kebijakan pengelolaan keuangan negara;


2. Adanya perubahan kebijakan program dan kegiatan urusan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan
Ekonomi; dan
3. Adanya pelanggaran sanksi terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan
Ekonomi.

Selain itu Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata


dan Ekonomi Kreatif tidak diperkenankan mengalokasikan Dana Tugas
Pembantuan untuk tahun berikutnya apabila Perangkat Daerah penerima
dana Tugas Pembantuan:

1. Tidak memenuhi target kinerja pelaksanaan kegiatan Tugas


Pembantuan tahun sebelumnya yang telah ditetapkan;
30

2. Tidak pernah menyampaikan laporan keuangan dan barang sesuai


ketentuan yang berlaku pada tahun anggaran sebelumnya;
3. Melakukan penyimpangan sesuai hasil pemeriksaan Badan
Pemeriksa Keuangan, Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan, Inspektorat Jenderal atau aparat pemeriksa
fungsional lainnya; dan/atau
4. Tidak bersedia menerima hibah terhadap BMN yang disetujui untuk
diterima.

Anda mungkin juga menyukai