DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
KRISTIAN FELLOWSHIP ()
YESICA CLAUDYA SIHOMBING (3203331013)
YOGA TRI BUWONO (3203331034)
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Dimana atas
segala hikmat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
"Tantangan Industri Indonesia Di Era Global, Pembangunan Kawasan Industri Dan
Dampaknya". Makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian tugas ini, serta kepada ibu Dr. Novida Yenni, M.Si selaku Dosen
Geografi Industri di Universitas Negeri Medan yang telah memberikan arahan serta
bimbingan kepada penulis.
Penulis sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan penulis sendiri
khususnya.
Kelompok 8
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................3
A. Tantangan Industri Indonesia Di Era Global.................................................3
B. Pembangunan Kawasan Industri.....................................................................8
C. Dampak Pembangunan Kawasan Industri....................................................18
BAB III PENUTUP...................................................................................................22
A. Kesimpulan........................................................................................................22
B. Saran..................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi menjadi tantangan bagi masyarakat dunia yang tak mengenal batas
wilayah. Era globalisasi memberi dampak yang cukup luas dalam berbagai aspek
kehidupan, termasuk tuntutan dalam penyelenggaraan pendidikan. Salah satu
tantangan nyata tersebut adalah bahwa pendidikan hendaknya mampu menghasilkan
sumber daya manusia yang memiliki kompetensi utuh, dikenal dengan kompetensi
abad ke-21. Kompetensi abad ke-21 merupakan kompetensi utama yang harus
dimiliki siswa agar mampu berkiprah dalam kehidupan nyata pada abad ke-21. Pada
abad ke-21 ini, sekolah ditantang untuk mampu menciptakan pendidikan yang dapat
ikut menghasilkan sumber daya pemikir yang mampu ikut membangun tatanan sosial
dan ekonomi sadar pengetahuan sebagaimana layaknya warga dunia di abad ke-21
(Etistika, 2016: 1).
Kawasan industri adalah suatu daerah yang didominasi oleh aktivitas industri
yang mempunyai fasilitas kombinasi terdiri dari peralatan peralatan pabrik (industrial
plants), sarana penelitian dan laboratorium untuk pengembangan, bangunan
perkantoran, bank, serta fasilitas sosial dan fasilitas umum (Dirdjojuwono, 2004).
Pembangunan kawasan industri di Indonesia pertama dimulai pada tahun 1973 yaitu
dengan berdirinya Jakarta Industrial Estate Pulo Gadung (JIEP), kemudian tahun
1974 dibangun Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), selanjutnya dibangun
Kawasan Industri Cilacap (tahun 1974), menyusul Kawasan Industri Medan (tahun
1975), Kawasan Industri Makasar (tahun 1978), Kawasan Industri Cirebon (tahun
1984), dan Kawasan Industri Lampung (tahun 1986) (Kwanda, 2000).
1
Akan tetapi keberadaan industri mempunyai pengaruh yang dapat memberikan
dampak dalam masyarakat, dampak yang dirasakan oleh masyarakat bisa dalam
berbagai bentuk yang berbeda, baik itu dampak positif maupun negatif yang berujung
pada perubahan. Perubahan yang terjadi biasanya meliputi bidang sosial, ekonomi,
politik dan budaya yang tidak dapat dipungkiri dan dihindari bahwa dalam dinamika
kehidupan perubahan senantiasa terjadi, baik dalam hal kecil maupun besar dan
perubahan dalam arti kemajuan atau sebuah kemunduran akan tetap ada baik disadari
maupun tidak.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sejumlah tantangan industri masih dihadapi Indonesia dalam era global ini
diantaranya, sebagai berikut:
3
7. Belum adanya pusat-pusat inovasi. Anggaran pemerintah untuk penelitian dan
pengembangan (R&D) masih sangat terbatas, hanya 0,1% hingga 0,3% dari
PDB. Pemerintah sendiri menargetkan anggaran litbang dapat naik setidaknya
mencapai 2% untuk masuk ke industri global. Saat ini juga belum ada pusat
litbang yang kuat yang disponsori pemerintah atau swasta.
8. Hingga saat ini juga belum ada insentif fiskal yang komprehensif untuk
mengadopsi teknologi industri global.
9. Persoalan peraturan dan kebijakan yang masih tumpang tindih, ditangani oleh
beberapa kementerian seperti industri hulu (upstream) migas yang dikelola
oleh Kementerian ESDM namun industri tengah (midstream) dan hilir
(downstream) dikelola oleh Kementerian Perindustrian.
Ketujuh sektor itu, yakni industri pupuk, petrokimia, oleochemical, baja, keramik,
kaca, dan sarung tangan karet. Lebih lanjut, dampak positif terhadap fasilitas
penurunan harga gas ini, antara lain beberapa perusahaan mulai merencanakan untuk
memperbarui teknologi agar dapat memanfaatkan gas bumi dengan lebih efisien.
Sementara itu, mengenai tantangan infrastruktur dan utilitas, Kemenperin telah
mendorong melalui pembangunan kawasan industri. Selama lima tahun terakhir
terjadi pertumbuhan, dari 89 kawasan industri pada tahun 2016 menjadi 128 kawasan
industri di tahun 2020.
4
Selanjutnya, terkait penciptaan tenaga ahli sektor industri yang kompeten,
Kemenperin menginisiasi program pendidikan dan pelatihan vokasi yang mengusung
konsep dual system.Disamping itu,Kemenperin juga melaksanakan program
pendidikan setara Diploma 1 yang bekerjasama dengan industri. Mengenai tantangan
pada tekanan produk impor, Kemenperin telah memiliki program subtitusi impor 35
persen pada tahun 2022. Jurus ini perlu bersinergi dengan kementerian dan lembaga
terkait, seperti Kementerian Perdagangan. Dalam upaya mendorong penguatan sektor
IKM, Kemenperin akan memperkuat platform digital untuk pelaku IKM melalui
program Smart Sentra, Smart Material Center, Smart Packaging Center dan Smart
IKM. Manfaat dari program ini adalah dapat menciptakan nilai tambah bagi pelaku
IKM dan meningkatkan permintaan terhadap produk IKM.
5
Berikutnya, Kemenperin memacu hilirisasi nikel dalam rangka meningkatkan
nilai tambah bahan baku nikel dan kobalt yang tersedia di Indonesia. Bahan baku ini
dapat digunakan dalam pembuatan baterai kendaraan listrik. Smelter berperan untuk
menguatkan struktur industri dalam negeri agar lebih berdaya saing di kancah global.
Saat ini, Indonesia memiliki 30% dari cadangan bijih nikel dunia, sehingga menjadi
jaminan bahan baku untuk investasi di sektor baterai kendaraan listrik, yang pada
akhirnya akan menarik investasi di sektor kendaraan listrik. Beberapa perusahaan
yang akan memproduksi bahan baku baterai listrik nikel-kobalt, di antaranya adalah
PT QMB (Sulawesi Tengah), PT. Halmahera Persada Lygend (Pulau Obi), PT Weda
Bay Nickel (Maluku Utara), dan PT Smelter Nikel Indonesia (Banten).
6
Berdasarkan catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada
Januari-Desember 2020, sektor industri menggelontorkan dananya sebesar Rp272,9
triliun atau menyumbang 33 persen dari total nilai investasi nasional yang mencapai
Rp826,3 triliun. Hasilnya, realisasi investasi secara nasional pada tahun lalu
melampaui target yang dipatok sebesar Rp817,2 triliun atau menembus 101,1 persen.
Industri nasional juga tengah menghadapi tantangan domestik. Adapun tiga isu utama
yang terkait hal tersebut, yaitu rendahnya belanja hasil produksi dalam negeri,
kebijakan hirilisasi industri yang masih bergerak lambat, transformasi otomatisasi dan
digitalisasi revolusi industri global yang tidak merata baik dari sisi sektoral maupun
skala industri. Belanja APBN dan BUMN memiliki peluang besar untuk mengungkit
lebih tinggi pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang diperkirakan akan mendapat
tambahan pertumbuhan ekonomi hingga 1,7 %.
7
Hilirisasi di sektor industri petrokimia juga dinilai sangat strategis karena
menghasilkan bahan baku primer untuk menopang banyak industri manufaktur hilir
penting seperti tekstil, otomotif, mesin, elektronika, dan konstruksi. Berikutnya,
terkait percepatan transformasi industri global, sejak peta jalan Making Indonesia
Global diluncurkan Presiden Joko Widodo pada tahun 2018, pemerintah melalui
Kemenperin telah menempuh banyak upaya untuk mengembangkan iklim industri
global. Upaya tersebut antara lain selfassessment INDI Global bagi perusahaan
industri dan BUMN
8
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Kawasan Industri
adalah sebidang tanah luas yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang
yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah
memiliki Izin Usaha Kawasan Industri, dimana nantinya lokasi tersebut akan menjadi
tempat pemusatan kegiatan industri.
9
Penciptaan kawasan perindustrian ditujukan untuk pembangunan industri di daerah
guna mempertinggi daya tarik dari daerah tersebut.
10
dipengaruhi oleh beberapa kriteria terkait lokasi. Selain itu dengan dikembangkannya
suatu Kawasan Industri juga akan memberikan dampak terhadap beberapa fungsi di
sekitar lokasi kawasan. Adapun kriteria pemilihan lokasi Kawasan Industri, antara
lain:
Oleh karena itu, idealnya jarak terhadap permukiman yang ideal minimal 2 (dua) km
dari lokasi kegiatan industri.
11
3. Jaringan Transportasi Darat
Jaringan transportasi darat bagi kegiatan industri memiliki fungsi yang sangat
penting terutama dalam rangka kemudahan mobilitas pergerakan dan aksesibilitas
logistik barang dan pergerakan manusia yang dapat berupa jaringan jalan dan jaringan
rel kereta api. Jaringan jalan untuk kegiatan industri harus memperhitungkan
kapasitas dan jumlah kendaraan yang akan melalui jalan tersebut, sehingga dapat
diantisipasi sejak awal kemungkinan terjadinya kerusakan jalan dan kemacetan. Hal
tersebut penting untuk dipertimbangkan karena untuk mengantisipasi dampak
permasalahan transportasi yang ditimbulkan oleh kegiatan industri. Kawasan Industri
sebaiknya terlayani oleh jaringan jalan arteri primer untuk pergerakan lalu-lintas
kegiatan industri.
Jaringan listrik menjadi syarat yang penting untuk kegiatan industri karena
proses produksi kegiatan industri sangat membutuhkan energi yang bersumber dari
listrik untuk keperluan mengoperasikan alat-alat produksi. Dalam hal ini standar
pelayanan listrik untuk kegiatan industri tidak sama dengan kegiatan domestik,
dimana perlu kestabilan pasokan daya dan tegangan. Kegiatan industri umumnya
membutuhkan energi listrik yang sangat besar, sehingga perlu diperhatikan sumber
pasokan listriknya, baik yang bersumber dari perusahaan listrik negara, maupun yang
disediakan oleh perusahaan Kawasan Industri. Selain energi listrik terdapat beberapa
industri yang memerlukan jenis energi lain (BBM, batubara, dan gas) seperti industri
petrokimia dan besi baja. Oleh karena itu, dalam merencanakan Kawasan Industri
harus memperhatikan kebtuhan energi masing-masing tenan.
12
5. Jaringan Telekomunikasi
Kegiatan industri tidak akan lepas dari aspek bisnis terkait pemasaran maupun
pengembangan usaha, sehingga jaringan telekomunikasi seperti telepon dan internet
menjadi kebutuhan dasar bagi pelaku kegiatan industri untuk menjalankan
kegiatannya.
6. Pelabuhan Laut/Outlet
13
8. Kondisi Lahan
a. Topografi
Daya dukung lahan erat kaitannya dengan jenis konstruksi pabrik dan jenis
proses produksi yang dilakukan. Jenis konstruksi pabrik sangat dipengaruhi oleh daya
dukung jenis dan komposisi tanah, serta tingkat kelabilan tanah, yang sangat
mempengaruhi biaya dan teknologi konstruksi yang digunakan. Mengingat bangunan
industri membutuhkan pondasi dan konstruksi yang kokoh maka agar diperoleh
efisiensi dalam pembangunannya sebaiknya nilai daya dukung tanah (sigma) berkisar
antara ∂: 0,7 – 1,0 kg/cm2.
c. Kesuburan Lahan
14
Tingkat kesuburan lahan merupakan faktor penting dalam menentukan lokasi
peruntukan Kawasan Industri. Apabila tingkat kesuburan lahan tinggi dan baik bagi
kegiatan pertanian maka kondisi lahan seperti ini harus tetap dipertahankan untuk
kegiatan pertanian dan tidak dicalonkan dalam pemilihan lokasi Kawasan Industri.
Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya konversi lahan yang dapat
mengakibatkan menurunnya tingkat produktivitas pertanian sebagai penyedia
kebutuhan pangan bagi masyarakat dan dalam jangka panjang sangat dibutuhkan
untuk menjaga ketahanan pangan (food security). Untuk itu dalam pengembangan
Kawasan Industri pemerintah daerah harus bersikap tegas untuk tidak memberikan
izin lokasi Kawasan Industri pada lahan pertanian, terutama areal pertanian lahan
basah (irigasi teknis).
e. Ketersediaan Lahan
15
pendukungnya seluas 1–1,5 Ha untuk tempat tinggal para pekerja dan berbagai
fasilitas penunjang. Hal ini berarti, apabila hendak dikembangkan 100 Ha Kawasan
Industri di suatu daerah maka di sekitar lokasi harus tersedia lahan untuk fasilitas
seluas 100–150 Ha, sehingga total area dibutuhkan 200–250 Ha.
f. Harga Lahan
Salah satu faktor utama yang menentukan pilihan investor dalam memilih
lokasi peruntukan industri adalah harga beli/sewa lahan yang kompetitif, artinya bila
lahan tersebut dimatangkan sebagai kavling siap bangun yang dilengkapi infrastruktur
dasar dan penunjang yang harganya dapat dijangkau oleh para pengguna (user).
Dengan demikian, dalam pemilihan lokasi Kawasan Industri sebaiknya harga lahan
(tanah mentah) tidak terlalu mahal. Disamping itu, agar terjadi transaksi lahan yang
adil dan menguntungkan semua pihak, masyarakat dapat terlibat menanamkan modal
berupa lahan yang dimilikinya dalam investasi Kawasan Industri sehingga membuka
peluang bagi masyarakat pemilik lahan untuk merasakan langsung nilai tambah dari
keberadaan Kawasan Industri di daerahnya. Pelaksanaan partisipasi masyarakat ini
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
D. Prinsip Pembangunan
16
Tata Ruang Wilayah Nasional. Kesesuaian tata ruang merupakan salah satu syarat
bagi perizinan Kawasan Industri.
4. Efisiensi
17
efisiensi dalam aspek lokasi dan infrastruktur serta aspek pelayanan bagi tenan akan
mendapatkan lokasi kegiatan industri yang sudah tertata dengan baik yang dilengkapi
dengan infrastruktur yang mampu meningkatkan daya saing tenan tersebut.
Sedangkan bagi pemerintah dan pemerintah daerah akan menjadi lebih efisien dalam
pembangunan infrastruktur yang mendukung dalam pembangunan dan
pengembangan Kawasan Industri.
Situasi dan kondisi keamanan yang stabil merupakan salah satu jaminan bagi
keberlangsungan suatu Kawasan Industri sehingga diperlukan adanya jaminan
keamanan dan kenyamanan berusaha dari gangguan keamanan seperti gangguan
ketertiban masyarakat, tindakan anarkis, dan gangguan lainnya terhadap kegiatan
industri di dalam Kawasan Industri. Dalam menciptakan keamanan dan kenyamanan
berusaha, pengelola Kawasan Industri dapat bekerjasama dengan pemerintah daerah
setempat dan pihak keamanan. Apabila dipandang perlu, pemerintah dapat
menetapkan suatu Kawasan Industri sebagai Objek Vital Nasional Industri (OVNI)
untuk mendapatkan perlakuan khusus.
18
mengenai perluasan pembangunan industri di daerah pedesaan tentu memberikan
pilihan pekerjaan baru bagi masyarakat desa. Keberadaan industri seringkali juga
dapat menstimulasi kemajuan sektor lain, salah satunya yaitu ketersediaan sarana dan
prasarana. Pengembangan kawasan industri di pedesaan, biasanya dibarengi dengan
pembangunan jalan dan infrastruktur lainnya. Dengan kemajuan sarana dan prasarana
ini tentu memberikan kemudahan kepada masyarakat desa dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
19
Untuk mendukung aktivitas perusahaan atas industri yang bertanggung jawab
pada lingkungannya Internasional Standard Operational (ISO), juga mengeluarkan
petunjuk teknis pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang akan
dilakukan oleh perusahaan (ISO 26000). Melalui ISO 2600 dan peraturan yang
diberikan oleh negara, perusahaan industri yang melakukan aktivitas perusahaan
dapat mengurangi dampak aktivitas industri yang merugikan bagi lingkungan dan
masyarakat hingga dampak negatif dapat dihilangkan dalam aktivitas perusahaan baik
sosial maupun lingkungan. Kawasan industri mampu mendukung pembangunan
pedesaan yang ada di sekitarnya melalui pengelolaan yang optimal.
20
6. Perputaran uang yang terjadi di masyarakat sekitar kawasan industri juga
mengalami perputaran yang cepat dibandingkan dengan perputaran uang
dalam sektor pertanian di masyarakat.
Adanya dampak positif dari kawasan industri juga ditambah adanya dampak
negatif dari adanya kawasan industri, diantaranya adalah:
1. Kemacetan lalu lintas di sekitar kawasan indusri yang panjang ketika jam
pulang kerja.
2. Terjadi kesenjangan pendapatan antara masyarakat sekitar dengan para
masyarakat pendatang.
3. Mulai hilangnya budaya sekitar dengan adanya individualisme di masing ±
masing penduduk (penduduk asli) dan penduduk pendatang.
4. Kebersihan lingkungan yang tidak terjaga dengan baik.
5. Mulai timbul potensi hiburan-hiburan malam di sekitar kawasan industri yang
akan menimbulkan dampak negatif bagi para pekerja khusunya pekerja yang
merupakan pendatang.
Dampak yang ditimbulkan dari adanya pembangunan industri baik itu yang
sifatnya positif ataupun yang berdampak negatif bagi masyarakat sekitar kawasan
industri, mereka harus bisa beradaptasi pada kemajuan lingkungan yang ada. Hal
tersebut diperlukan agar masyarakat tetap terus berkembang dan terus maju meskipun
banyak pendatang yang hadir di dalam lingkungan mereka sehingga masyarakat
sekitar bisa memanfaatkan situasi yang ada untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Begitu juga bagi pemerintah seharusnya juga memberi kontrol terhadap
pelaku bisnis, meskipun dalam industri pendapatan daerah bersumber dari industri,
21
pemerintah harus bisa fokus dalam memberi kontrol dan pengawasan agar masyarakat
tidak merasa terugikan dengan adanya industri di tengah masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
22
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
23