Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PERMASALAHAN PEMBANGUNAN INDUSTRI MANUFAKTUR DI INDONESIA

Dosen Pembimbing : Zainul Bahri, SE, ME

Disusun Oleh:

1. 2. 3. 4. 5.

Tuti Maryati Lia Pretty S Sigit Trawoco Sahuri Ramadhon Rifai

(ERC1A011036) (ERC1A011007) (ERC1A011067) (ERC1A011092) (ERC1A011012)

ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JAMBI 2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Permasalahan pembangunan industry Manufaktur di indonesia ini,dapat selesai tepat waktu. Penulisan makalah yang berjudul Permasalahan pembangunan Industri Manufaktur di Indonesia ini, bertujuan untuk mengetahui factor-faktor apa saja yang menjadi penghambat perkembangan industry manufaktur di Indonesia. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, itu dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas. Namun berkat bantuan dan dorongan serta bimbingan dari bapak Zainul Bahri, SE, ME selaku dosen matakuliah.serta berbagai bantuan dari berbagai pihak, akhirnya pembuatan makalah ini dapat teselesaikan tepat pada waktunya. Penulis berharap dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca umumnya serta semoga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan datang. Jambi, 15 novembe 2013

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................................... DAFTAR ISI ............................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 2.1 Konsep industri....................................................................................... 2.2 Teori Pertumbuhan ................................................................................

i ii iii 1
1 2 3 4 4 11

BAB III

PEMBAHASAN .......................................................................................... 3.1 Peranan Sektor Industri di Indonesia..................................................... 3.2 Indikator Perkembangan Sektor Industri manufaktur............................. 3.3 Masalah yang Dihadapi Industri Manufaktur Indonesia ......................... 3.4 Kelemahan Organisasi dan Tantangan Sektor Industri ......................... 3.5 Arah Kebijakan Pembangunan Industri ................................................. 3.6 Kegagalan Indonesia Menerapkan Sistem Industri ...............................

14 14 14 15 19 20 22 23 24

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
Sasaran utama pembangunan jangka panjang negara ini adalah pencapaian struktur ekonomi yang seimbang yaitu terdapatnya kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kemampuan dan kekuatan pertanian yang tangguh. Hal ini berarti bahwa antara sektor pertanian (dan kehutanan) dan sektor industri diperlukan adanya keterkaitan yang kuat baik keterkaitan kedepan maupun keterkaitan ke belakang dalam mencapai tujuan masing-masing sektor tersebut. Adanya keterkaitan ini terlihat dengan adanya perkembangan pengolahan hasil pertanian dan industri agro (agroindustry). Agroindustri adalah suatu kegiatan lintas disiplin yang memanfaatkan sumber daya alam (pertanian) untuk industri. Transformasi struktural perekonomian Indonesia menuju ke corak yang industrial tidak dengan sendirinya melenyapkan nuansa agraritasnya. Berbagai teori pertumbuhan ekonomi klasik dan studi empiris Bank Dunia menunjukkan, bahwa sukses pengembangan sektor industri di suatu negara selalu diiringi dengan perbaikan produktivitas dan pertumbuhan berkelanjutan di sektor pertanian. Selain menyediakan kebutuhan pangan bagi penduduk serta menyerap tenaga kerja, sektor pertanian juga merupakan pemasok bahan baku bagi sektor industri dan menjadi sumber penghasil devisa.

1.1 Latar Belakang


Keputusan Indonesia untuk membuat pertanian menjadi landasan perencanaan pembangunan negara memang tidak sejalan dengan kebijaksanaan konvensional. Pada akhir decade enam puluhan, ketika pemerintah Orba meluncurkan rencana pembangunan ekonominya, sebagian besar literature dalam bidang ekonomi mengidentikkan pembangunan dengan industrilisasi. Hal ini terlihat lebih nyata lagi misalnya dalam penanaman negara yang sudah mencapai standar hidup yang tinggi bagi penduduknya sebagai negara industry. Meskipun Indonesia telah mengadopsi kebijakan yang mendahulukan pertanian, tim ekonomi negara tetap punya komitmen besar terhadap industrilisasi sebagai sebuah pilar bagi strategi pembangunan ekonomi negara. Mereka juga sadar bahwa program yang keliru untuk mencapai

industrilisasi secara terburu-buru bisa menjadi boomerang yang menyebabkan disalokasi ekonomi, investasi terbuang percuma, dan penghamburan kekayaan negara yang langka. Bukti statistic darai zaman Sukarno terlalu sedikit dan masih kacau sehingga sukar untuk memperkirakan keadaan industrilisasi Indonesia pada masa tersebut. Namun demikian, bukti yang tersedia mengisyaratkan bahwa pada masa permulaan Orba, Indonesia termasuk negara yang paling rendah tingkat industrilisasinya diantara negara-negara sedang berkembang yang besar. Memandang ke belakang, akhir decade Sembilan puluhan, saat Indonesia mulai menjadi negara industry baru (NIC, Newly Industrialized Country), orang bisa dengan mudah berpikir bahwa kita telah berhasil. Namun, dalam prosesnya, kita kadang-kadang membuat kesalahan yang membawa kepada jalan buntu. Ada banyak pengalaman berharga yang kita peroleh terutama pada tahun-tahun awal. Pengalamanpengalaman ini bisa disarikan sebagai berikut : Proteksionisme, sukses kebijakan industry tak lepas dari terpeliharanya nilai tukar mata uang yang realistis Strategi ekonomi harus bersifat fleksibel dan realistis, sehingga dapat diubah sesuai dengan perkembangan situasi, dan bila perlu dihentikan kalau sudah kadaluwarsa. 1.2. Rumusan Masalah Dalam lima tahun terakhir, laju pertumbuhan industri cenderung melambat, bahkan di bawah pertumbuhan ekonomi.padahal pada priode sebelumnya pertumbuhan industri selalu di atas pertumbuhan ekonomi, serta krisis keuangan global semakin memperparah keadaan yang kurang menguntunkan ini.Jika permasalahan ini tidak segera diatasi maka perekonomian indonesia akan semakin terpuruk dan tidak dapat melangkah maju menuju ekonomi yang sejahtera. Dalam makalah ini kami akan membahas beberapa aspek yang berkaitan dengan pembangunan industri, terutama pada industri manufaktur di Indonesia, yaitu: 1. Sejauh manakah peranan industri manufaktur dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia? 2. Apa saja yang menjadi permasalahan dalam pembangunan Industri Manufaktur di Indonesia? 3. Kebijakan-kebijakan apa yang telah diambil pemerintah dalam meningkatkan daya saing industri manufaktur di Indonesia?

1.3. Tujuan Penulisan Berdasarkan pada permasalahan di atas tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahuai dan menganalisis sejauh mana peran sektor industri manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. 2. Untuk mempelajari Indikator-indikator apa saja yang menjadi permasalahan dalam perkembangan industri Manufaktur di Indonesia. 3. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan apasaja yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan daya saing industri Indonesia terhadap Industri negara maju lainnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 KONSEP INDUSTRI Menurut UU No. 5 tahun 1984 tentang Perindustrian, INDUSTRI Kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan /atau barang jadi menjadi barang yang nilainya lebih tinggi untuk penggunanya, Termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. 6 Konsep yang berkaitan dengan industri adalah sebagai berikut : 1. Bahan mentah adalah semua bahan yang didapat dari sumber daya alam dan/atau yang diperoleh dari usaha manusia untuk dimanfaatkan lebih lanjut, misalnya kapas untuk inddustri tekstil, batu kapur untuk industri semen, biji besi untuk industri besi dan baja. 2. Bahan baku industri adalah bahan mentah yang diolah atau tidak diolah yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam industri, misalnya lembaran besi atau baja untuk industri pipa, kawat, konstruksi jembatan, seng, tiang telpon, benang adalah kapas yang telah dipintal untuk industri garmen (tekstil), minyak kelapa, bahan baku industri margarine. 3. Barang setengah jadi adalah bahan mentah atau bahan baku yang telah mengalami satu atau beberapa tahap proses industri yang dapat diproses lebih lanjut menjadi barang jadi, misalnya kain dibuat untuk industri pakaian, kayu olahan untuk industri mebel dan kertas untuk barangbarang cetakan. 4. Barang jadi adalah barang hasil industri yang sudah siap pakai untuk konsumsi akhir ataupun siap pakai sebagai alat produksi, misalnya industri pakaian, mebel, semen, dan bahan bakar. 5. Rancang bangun industri adalah kegiatan industri yang berhubungan dengan perencanaan pendirian industri/pabrik secara keseluruhan atau bagian-bagiannya. 6. Perekayasaan industri adalah kegiatan industri yang berhubungan dengan perancangan dan pembuatan mesin/peralatan pabrik dan peralatan industri lainnya.

Pengertian Industri di Indonesia

Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Dengan demikian, industri merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-bahan industri diambil secara langsung maupun tidak langsung, kemudian diolah, sehingga menghasilkan barang yang bernilai lebih bagi masyarakat. Kegiatan proses produksi dalam industri itu disebut dengan perindustrian. Sebagai negara agraris, peranan industri dalam perekonomian Indonesia dengan sejarah perkembangannya tidaklah begitu amat berarti. Di zaman dahulu, kalaupun beberapa penduduk menggunakan industri kerajinan sebagai salah satu mata pencaharian. Peranannya hanya sekedar untuk tambahan penghasilan atau pekerjaan sambilan. Biasanya malah lebih berupa kerajinan yang bertendensi artistik daripada kewiraswastaan; atau lebih berupa aspek kerja budaya daripada komersial. Jadi, hal itu sangat berbeda dari saat ini atau masa sekarang. Pertanian justru tidak mendapat respek yang mendalam, namun maufakturinglah yang diunggulkan. Padahal, kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat. Maka seharusnyalah kita tidak mengesampingkan peran pertanian di Indonesia. Apalagi lahan di Indonesiapun terpampang luas di seluruh Nusantara.
Pembagian Industri di Indonesia Industri (perindustrian) di Indonesia merupakan salah satu komponen perekonomian yang penting. Perindustrian memungkinkan perekonomian kita berkembang pesat dan semakin baik, sehingga membawa perubahan dalam struktur perekonomian nasional. Perindustrian dapat dibagi menurut jumlah tenaga kerja, tingkat produksi dan jenis kegiatannya.

Penggolongan industri menurut jumlah tenaga kerja

(a) Industri kecil : industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari 10 orang, misalnya industri rumah tangga.

(b) Industri menengah : industri yang menggunakan tenaga kerja antara 10 50 orang. Modal usahanya sudah besar, misalnya dalam bentuk CV dan PT

(c) Industri besar : industri yang menggunakan lebih dari 50 orang, dan antara pemimpin perusahaan dan karyawannya tidak saling mengenal. Modal usaha jauh lebih besar dan penjualan hasil produksinyapun lebih luas

Penggolongan industri menurut tingkat produksi

(a) (b)

Industri berat : penggunaan mesin untuk produksi alat-alat berat. Industri ringan : Penggunaan mesin untuk memproduksi barang jadi.

(c) Industri dasar : Industri yang menggunakan mesin-mesin untuk memproduksi bahan baku atau bahan pendukung bagi indutri lainnya. (d) Industri rumah tangga :Industri yang menghasilkan kerajinan tangan.

Penggolongan industri menurut jenis kegiatannya. (a) Aneka industry : Industri yang menghasilkan macam-macam barang keperluan masyarakat. (b) (c) Industri logam dasar : Mengolah logam dan produksi dasar. Industri kimia dasar : Mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.

(d) Industri kecil :Industri dengan jumlah tenaga kerja dan modal sedikit dengan teknologi sederhana.

Perkembangan dan Penerapan Industri di Indonesia

Perkembangan industri melibatkan berbagai penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di Indonesia, kegiatan pembangunan ditunjang oleh tumbuhnya berbagai jenis industri dengan berbagai jenis kegiatan

Aneka Industri Bidang ini mempunyai peranan yang cukup besar dalam pembangunan industri secara keseluruhan, yakni dapat menjadi penghubung antara industri hulu dan industri hilir. Industri hulu adalah industri yang memproduksi bahan baku dan bahan penolong untuk keperluan industri lainnya. Contohnya : industri besi, baja, pemintalan, dan lainlain. Sedangkan industri hilir adalah industri yang memakai bahan dasar dari hasil industri hulu untuk memproduksi baran yang siap dipakai konsumen.

Di Indonesia, aneka industri memanfaatkan teknologi yang lebih sederhana dan memperluas kesempatan kerja, sehingga disini dapat menyerap tenaga kerja. Jadi, dengan aneka industri, pembangunan Indonesia dapat maju bahkan berghasil memproduksi barang ekspor.

Industri Logam Dasar Perkembangan industri ini berkembang pesat. Kenyataan ini menyebabkan industri dasar mempunyai peran yang cukup besar dalam proses industrialisasi.

Industri Non Manufakturing Industri-industri yang bergerak di bidang ini ialah industri pariwisata, industri pertambangan dan penggalian, serta pertanian, kehutanan, dan lain-lain. Dalam hal ini, berarti industri-industri seperti itu juga akan mampu memberikan kontribusi bagi devisa negara. Karena hasilnya pun dapat dijadikan sebagai komoditi ekspor. Oleh karenanya, industri ini menjadi sangat penting, bahkan memiliki peranan yang sangat berarti bagi perekonomian negara. Namun, banyak negara juga tidak memiliki potensi ini. Di Indonesia pertambangan dan pertanian menjadi sub terpenting mengingat mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani (negara agraris). Itulah yang menyebabkan industri di Indonesia semakin beragam.

Industri Manufaktur

manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenag kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Istilah ini bisa digunakan untuk aktivitas manusia, dari kerajinan tangan sampai ke produksi dengan teknologi tinggi, namun demikian istilah ini lebih sering digunakan untuk dunia industri, dimana bahan baku diubah menjadi barang jadi dalam skala yang besar. Manufaktur ada dalam segala bidang sistim ekonomi. Dalam ekonomi pasar bebas, manufakturing biasanya selalu berarti produksi secara masal untuk dijual ke pelanggan untuk mendapatkan keuntungan.

2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi


Ada beberapa teori mengenai pertumbuhan seperti yang diuraikan sebagai berikut: Teori Rostow dan Teori Harrord-Domar Teori Rostow menjelaskan bahwa ada tahap-tahap yang dilewati suatu negara dalam pertumbuhan ekonomi. Salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi adalah dengan memperkuat tabungan nasional. Teori ini diperjelas lagi dengan teori Harord-Domar yang menyebutkan bahwa semakin banyak porsi PDB yang ditabung akan menambah capital stock sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kedua teori tersebut menjelaskan bahwa tingkat tabungan dan capital stock yang tinggi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun beberapa studi empiris menunjukkan hasil yang berbeda antara negara-negara di Eropa Timur dan di Afrika. Hal ini menunjukkan adanya faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, seperti kualitas SDM dan infrastruktur pendukung Todaro : 2006).

Teori Transformasi Struktural Teori ini berfokus pada mekanisme yang membuat negara-negara miskin dan berkembang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cara mentransformasi struktur perekonomiannya dari yang semula sektor pertanian yang bersifat tradisional menjadi dominan ke sektor industri manufaktur yang lebih modern dan sektor jasa-jasa. Teori ini dipeloperi oleh W. Arthur Lewis. Menurut Lewis, dalam perekonomian yang terbelakang ada 2 sektor yaitu sektor pertanian dan sektor industri manufaktur. Sektor pertanian adalah sektor tradisional dengan marjinal produktivitas tenaga kerjanya nol. Dengan kata lain, apabila tenaga kerjanya dikurangi tidak akan mengurangi output dari sektor pertanian. Sektor industri modern adalah sektor modern dan output dari sektor ini akan bertambah bila tenaga kerja dari sektor pertanian berpindah ke sektor modern ini. Dalam hal ini terjadi pengalihan tenaga kerja, peningkatan output dan perluasan kesempatan kerja. Masuknya tenaga kerja ke sektor modern akan meningkatkan produktivitas dan meningkatkan output. Terdapat beberapa teori industrialisasi. Seluruh negara di dunia melaksanakan proses industrialisasi, untuk menjamin pertumbuhan ekonomi (Chenery dalam Tambunan, 2001). hal ini menunjukkan bahwa sektor industri telah dipercaya oleh seluruh dunia sebagai satu-satunya leading sektor yang membawa suatu perekonomian menuju kemakmuran, sektor industri dijadikan leading sektor sebab sektor ini mempunyai begitu banyak kelebihan dibandingkan sektor pertanian, kelebihannya diantara lain produksinya mempunyai dasar, nilai tukar (term of trade) yang tinggi, nilai tambah besar, bagi pengusaha mempunyai keuntungan yang besar, dan proses produksinya lebih dapat dikendalikan oleh manusia. Industrialisasi di setiap negara mempunyai corak yang berbeda-beda, dalam implementasinya ada empat teori yang dilaksanakan oleh beberapa negara yang melandasi industrialisasinya (Dumairy, 2001). Adapun 4 teori tersebut adalah:

1. Keunggulan komparatif (Comparative advantage), Jenis industri yang dikembangkan oleh


negara yang menganut teori ini adalah industri yang merupakan keunggulan komperatif negara tersebut.

2. Keterkaitan industri (industrial linkage), Jenis industri yang dikembangkan oleh negara yang
menganut teori ini adalah industri yang mempunyai keterkaitan yang luas dengan sektor-sektor ekonomi lain.

3. Penciptaan kesempatan kerja (employment creation), Jenis industri yang dikembangkan oleh
negara yang menganut teori ini adalah industri mempunyai penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar.

4. Loncatan teknologi (technology jump) Jenis industri yang dikembangkan oleh negara yang
menganut teori ini adalah industri yang mempunyai teknologi tinggi sehingga akan terjadi alih ekonomi bagi sektor-sektor lain.

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Peranan Sektor Industri di Indonesia
Industrialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi, dan perdagangan antarnegara yang pada akhirnya sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat mendorong perubahan struktur ekonomi. Di bawah ini adalah diagram yeng menggambarkan peran sektor industri dalamperekonomian tiga dan empat sektor: Sesuai dengan data EPS yang diolah Kementerian Perindustrian pada triwulan III 2012 misalnya, sektor ini menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 7,3% yoy. Walaupun industri migas mengalami kontraksi sekitar 5%, namun tingginya pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas mengakibatkan Sektor Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 6,4% yoy. Pertumbuhan sebesar 6,4% tersebut Sektor Industri Pengolahan menjadi motor pertumbuhan utama dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi terbesar pada triwulan III 2012. Meskipun ketidakpastian perekonomian dunia masih terus berlangsung, namun kondisi perekonomian Indonesia tetap berjalan dengan pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada triwulan III 2012 pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 6,2% (yoy), dan merupakan pertumbuhan tertinggi kedua di Asia setelah China, dan ke-5 tertinggi di dunia. Dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,2% itu, Sektor Industri Pengolahan menyumbang pertumbuhan sebesar 1,62%. Kemudian diikuti oleh Sektor Perdagang'an, Hotel, dan Restoran yang menyumbang sebesar 1,22% dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi menyumbang sebesar 1,02%. Sedangkan kontribusi sektor-sektor lainnya di bawah 1%. Dicapainya pertumbuhan Industri Non Migas sebesar 7,3% pada triwulan III 2012, tidak saja lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan II2012 sebesar 6,1%, tetapi juga lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan III tahun 2011 yang mencapai 7,2% (yoy). Dengan pertqmbuhan sebesar 7,3% tersebut, fnaka pertumbuhan Industri Npn Migas kembali lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasibnal. Dan dengan pertumbuhan tersebut, maka secara kumulatif hingga triwulan III tahun 2012, pertumbuhan Industri Non Migas mencapai sebesar 6,5%.

Pertumbuhan industri tersebut didukung oleh tingginya tingkat konsumsi masyarakat, dan meningkatnya investasi di sektor industri secara sangat signifikan sehingga menyebabkan tetap terjaganya kinerja sektor industri manufaktur hingga saat ini. Beberapa investasi yang menonjol pada JanuariSeptember 2012 nilai investasi PMA pada Industri Non Migas mencapai sekitar US$ 8,6 milyar, atau meningkat 65,9% terhadap nilai investasi pada periode yang sama tahun 2011. Sementara nilai investasi PMDN pada Januari-September 2012 mencapai Rp 38,1 triliun, atau meningkat sebesar 40,19% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Dicapainya pertumbuhan industri non migas sebesar 6,5% hingga triwulan III 2012 didukung oleh kinerja pertumbuhan sebagian besar kelompok Industri Non Migas, yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi. Pertumbuhan tertinggi dicapai kelompok Industri Pupuk, Kimia & Barang dari karet sebesar 8,91%. Kemudian diikuti kelompok Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam sebesar 8,75%. Kelompok Industri Makanan, Minuman dan Tembakau, di ururutan berikutnya dengan pertumbuhan 8,22%, dan kelompok Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya sebesar 7,52%. Urutan berikutnya kelompok Industri Logam Dasar Besi dan Baja yang tumbuh sebesar 5,70%, dan kelompok Industri Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki sebesar 3,64%. Hasil-hasil yang dicapai tidak terlepas dari kebijakan dan upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah serta didukung oleh para pelaku usaha dan masyarakat dalam rangka pengembangan dan peningkatan daya saing industri nasional. Program dan upaya yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan industri yang menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi nasional menjadi program prioritas yaitu: 1) Program Hilirisasi Industri Berbasis Agro, Migas, dan Bahan Tambang Mineral. 2) Program Peningkatan Daya Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik, dan Ekspor. 3) Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah dan lain sebagainya. Tantangan dan peluang industri tahun 2013 masih sangat tergantung pada kondisi perekonomian Amerika Serikat dan Uni Eropa yang masih diwarnai ketidakpastian. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran banyak kalangan. Akan tetapi, dengan terus membaiknya kinerja sektor industri non migas dan pesatnya peningkatan investasi di sektor ini, maka pada tahun 2013 pertumbuhan indutri non migas diperkirakan bisa mencapai sedikitnya 6,8%. Bahkan jika upaya-upaya maksimal bisa dilakukan, industri non migas diperkirakan bisa tumbuh sekitar 7,1%, dimana dalam hal ini Industri Pupuk, Kimia & Barang dari karet, Industri Semen & Barang Galian bukan logam; Industri Makanan & Minuman, dan Industri Otomotif diharapkan bisa menjadi motor pertumbuhan industri manufaktur.

Apabila berbagai permasalahan yang menghambat pertumbuhan sektor industri seperti penyediaan infrastuktur, ketersediaan gas, listrik dan iklim investasi yang kondusif dapat ditemukan solusinya, maka sektor industri di yakini dapat berperan lebih besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

3.2 Indikator Perkembangan Sektor Industri manufaktur 1. % NTM terhadap PDB 2. % NTM dalam total ekspor
Sector industry manufaktur di banyak Negara berkembang mengalami perkembangan sangat pesat dalam tiga decade terakhir. Asia Timur dan Asia Tenggara dapat dikatakan sebagai kasus istimewa. Lebih dari 25 tahun terakhir, dijuluki a miraculous economic karena kinerja ekonominya sangat hebat. Dari 1970 hinga 1995, industry manufaktur merupakan contributor utama. Untuk melihat sejauh mana perkembangan industry manufaktur di Indonesia selama ini, perlu dilihat perbandingan kinerjanya dengan sector yang sama di Negara-negara lain. Dalam kelompok ASEAN, misalnya kontribusi output dari sector industry manufaktur terhadap pembentukan PDB di Indonesia masih relative kecil, walaupun laju pertumbuhan output rata-ratanya termasuk tinggi di Negara-negara ASEAN lainnya. Struktur ini menandakan Indonesia belum merupakan Negara dengan tingkat industrialisasi yang tinggi dibandingkan Malaysia dan Thailand.

3.3 Masalah yang Dihadapi Industri Manufaktur Indonesia


Permasalahan pokok yang dihadapi oleh industri manufaktur terdapat 2 macam, yakni secara structural dan secara organisasi. 1. Permasalahan dalam structural sebagai berikut:

Basis Ekspor dan Pasarnya yang sempit. Hal ini menyangkut pada produk pruduk yang di hasilkan industri ini memiliki kualitas yang menurun sehingga standar ekspor yang ada tidak terpenuhi. Terlebih lagi pasaran yang mulai berkurang yang menyebabkan barang produksi menumpuk tak terdistribusi. Ketergantungan Pada Impor yang sangat tinggi. Indonesia sangat kurang dalam segi SDMnya, sehingga banyak meg-impor tenaga kerja asing beserta mesin mesin produksi. Dalam hal ini, membuat tenaga kerja Indonesia bukan bertambah maju, akan tetapi semakin anjlok nilainya

Konsentrasi Regional Pada permasalahan ini, industri tidak sepenuhnya berkaembang secara merata. Artinya di Indonesia hanya terpusat akan satu daerah saja yang dikembangkan dalam sector industri manufaktur ini. Tidak adanya Industri yang Berteknologi menengah Seperti disebutkan sebelumnya, ketergantungan terhadap teknologi juga amat sangat mempengaruhi lajunya pertumbuhan industri ini, maka dari itu dibutuhkannya alat-alat yang berteknologi menengah keatas agar bisa menciptakan hasil produk yang bermutu tinggi serta mempunyai kualitas ekspor yang baik pula.

2. Permasalahan dalam segi organisasi. Merupakan hal yang harus diperhatikan :

Masalah Organisasi, Hukum, dan Good Corporate Governance Dilihat dari aspek struktur organisasi perusahaan, kegiatan berproduksi pada sebagian besar industri manufaktur di Indonesia masih dikelompokkan dibawah "kotak" yang dinamakan Direktur Produksi. Sedangkan dengan berkembangnya informasi dan komunikasi serta dampak dari globalisasi, industri manufaktur di negara-negara maju telah menggunakan penamaan Direktur Operasi yang fungsinya adalah mengelola aspek desain, kualitas, sumber daya manusia, strategi proses, strategi lokasi, strategi lay-out, supply chain management (SCM), inventory management, scheduling, dan maitenance sebagai kesatuan yang terpadu. Masalah Biaya dan Pendanaan Industri manufactur pada umumnya adalah industri padat modal dan Mempunyai operating leverage (rasio antara biaya tetap dan biaya variabel total) yang tinggi. Sebagai industri padat modal (pada umumnya), sebuah industri Manufaktur harus menekan biaya variabel serendah-rendahnya. Oleh karena itu (mengingat biaya variabel yang antara lain mencakup biaya buruh langsung), adalah sangat naif pendapat yang mengatakan bahwa suatu industri padat modal sekaligus dapat menjadi industri padat karya. Masalah Kemampuan Penguasaan Cross-Functional Area Total Quality Management, misalnya, masih belum menjadi agenda penting dalam pertemuan RUPS pada beberapa BUMN walaupun topik ini sangat penting bagi industri manufaktur; rapat lebih banyak memfokuskan diri pada aspek keuangan saja, yaitu laba atau rugi. Demikian

pula, kita tahu bahwa hidup matinya sebuah perusahaan Tergantung pada empat perspektif utama, yaitu: prespektif pemasaran, operasi/produksi, keuangan, dan learning organization & pertumbuhan. Masalah Suku Cadang dan Entrepreneurship Salah satu penyebab dari kemahnya daya saing industri manufaktur di Indonesia adalah tidak siapnya pemasok suku cadang untuk produk industri manufaktur. Oleh sebab itu entrepreneurship berbasis teknologi (technopreneurship) sudah mutlak dikembangkan di Indonesia. Salah satu cara meningkatkan kemampuan intrepreneurship di Indonesia adalah dengan menciptakan inkubator bisnis di industri, tentunya dengan bekerjasama dengan penyedia dana bagi pebisnis pemula (venture capital) seperti PT PNM(Persero), Venture Capital yang berada di berbagai propinsi, dan lain-lain. Masalah kepemimpinan Dari semua industri penghasil produk dan jasa, learning process paling banyak terjadi di sektor industri manufaktur; oleh sebab itu dari pemimpin perusahaan sektor industri ini sangat dibutuhkan: - Pemimpin yang mampu mengatasi konflik antar fungsi-fungsi manajemen - Pemimpin yang visonary, Masalah Change Management Untuk menyehatkan BUMN, sudah banyak konsultan kelas dunia yang diminta bantuannya; sebut saja AT Kearney, Booz Allen Hamilton, Japan Indonesian Forum, dan masih banyak lagi. Semuanya berbicara mengenai jargon-jargon management yang mutahir, seperti restrukturisasi, revitalisasi, reengineering, reborn, reviving dan seterusnya, semuanya bertujuan untuk menyehatkan perusahaan. Lemahnya sumber daya manusia (SDM) Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia masih berpendidikan rendah. Insinyurinsinyur hasil lulusan dalam negri juga masih kurang baik dari segi kualitasnya, masih kurang dalam problem-solving serta kurang kreatif dan kurang mampu dalam melakukan riset serta

pengembangannya. Maka dari itu, peran pemerintah sangat diperlukan dalam bidang pendidikan agar kualitas pendidikan di Indonesia ditingkatkan.

3.4 Kelemahan Organisasi dan Tantangan Sektor Industri


Kelemahan-kelemahan yang dihadapi sektor industry terdiri dari: 1. Industri Skala Kecil dan Menengah masih Underdeveloped 2. Konsentrasi Pasar 3. Lemahnya Kapasitas untuk Menyerap dan Mengembangkan Teknologi 4. Lemahnya sumberdaya manusia Tantangan utama yang dihadapi oleh industri nasional saat ini adalah kecenderungan penurunan daya saing industri di pasar internasional. Penyebabnya antara lain adalah meningkatnya biaya energi, ekonomi biaya tinggi, penyelundupan serta belum memadainya layanan birokrasi. Tantangan berikutnya adalah kelemahan struktural sektor industri itu sendiri, seperti masih lemahnya keterkaitan antar industri, baik antara industri hulu dan hilir maupun antara industri besar dengan industri kecil menengah, belum terbangunnya struktur klaster (industrial cluster) yang saling mendukung, adanya keterbatasan berproduksi barang setengah jadi dan komponen di dalam negeri, keterbatasan industri berteknologi tinggi, kesenjangan kemampuan ekonomi antar daerah, serta ketergantungan ekspor pada beberapa komoditi tertentu. Sementara itu, tingkat utilisasi kapasitas produksi industri masih rata-rata di bawah 70 persen, dan ditambah dengan masih tingginya impor bahan baku, maka kemampuan sektor industri dalam upaya penyerapan tenaga kerja masih terbatas. Di sisi lain, industri kecil dan menengah (IKM) yang memiliki potensi tinggi dalam penyerapan tenaga kerja ternyata masih memiliki berbagai keterbatasan yang masih belum dapat diatasi dengan tuntas sampai saat ini. Permasalahan utama yang dihadapi oleh IKM adalah sulitnya mendapatkan akses permodalan, keterbatasan sumber daya manusia yang siap, kurang dalam kemampuan manajemen dan bisnis, serta terbatasnya kemampuan akses informasi untuk membaca peluang pasar serta mensiasati perubahan pasar yang cepat.

Dalam rangka lebih menyebarkan industri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, maka investasi di luar Pulau Jawa masih kurang menarik bagi investor karena terbatasnya kapasitas infrastruktur ekonomi, terbatasnya sumber daya manusia, serta kecilnya jumlah penduduk sebagai basis tenaga kerja dan sekaligus sebagai pasar produk.

3.5 Arah Kebijakan Pembangunan Industri


Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara, sehingga fokus dari strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing industri manufaktur yang berkelanjutan di pasar internasional. Untuk membangun daya saing yang berkelanjutan. Esensi daya saing yang berkelanjutan tersebut terletak pada upaya menggerakkan dan mengorganisasikan seluruh potensi sumber daya produktif untuk menghasilkan produk innovative yang lebih murah, lebih baik, lebih mudah di dapat dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan permintaan pasar. Strategi pembangunan industri manufaktur ke depan dengan mengadaptasi pemikiran-pemikiran terbaru yang berkembang saat ini, yaitu pengembangan industri melalui pendekatan klaster dalam rangka membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Dalam jangka menengah, peningkatan daya saing industri dilakukan dengan membangun dan mengembangkan klaster-klaster industri prioritas sedangkan dalam jangka panjang lebih dititikberatkan pada pengintegrasian pendekatan klaster dengan upaya untuk mengelola permintaan (management demand) dan membangun kompetensi inti pada setiap klaster. Strategi pengembangan industri di masa depan menggunakan strategi pokok dan strategi operasional. Strategi pokok, meliputi : Memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai pada klaster dari industri yang bersangkutan, Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai, Meningkatkan sumber daya yang digunakan industri, Menumbuh-kembangkan Industri Kecil dan Menengah.

Sedangkan untuk strategi operasional terdiri dari: Menumbuh-kembangkan lingkungan bisnis yang nyaman dan kondusif, Penetapan prioritas industri dan penyebarannya, Pengembangan industri dilakukan dengan pendekatan klaster, Pengembangan kemampuan inovasi teknologi. Strategi pengembangan industri Indonesia ke depan, mengadaptasi pemikiran terbaru yang berkembang saat ini, yang berhubungan dengan era globalisasi dan perkembangan teknologi abad 21, yaitu pendekatan pengembangan industri melalui konsep klaster dalam konteks membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Pada dasarnya klaster industri adalah upaya pengelompokan industri inti yang saling berhubungan, baik dengan industri pendukung (supporting industries), industri terkait (related industries), jasa penunjang, infrastruktur ekonomi, dan lembaga terkait. Untuk menentukan industri yang prospektif, dilakukan pengukuran daya saing, baik dari sisi penawaran maupun sisi permintaan, untuk melihat kemampuannya bersaing di dalam negeri maupun di luar negeri. Konsep daya saing internasional, merupakan kata kunci dalam pembangunan sektor industri, oleh karenanya selain sinergi sektoral, sinergi dengan seluruh pelaku usaha, serta seluruh daerah yaitu kabupaten-kabupaten/kota merupakan hal yang sangat penting. Strategi Substitusi Import dan Promosi Ekspor dalam Pertimbangan Sektor Industri antara lain : 1. Bahan baku dan faktor produksi lainnya tersedia 2. Potensi permintaan Dalam Negeri yang memadai 3. Pendorong perkembangan sektor industri manufaktur di dalam negeri 4. Dapat memperluas kesempatan kerja 5. Mengurangi ketergantungan impor

3.6 Kegagalan Indonesia Menerapkan Sistem Industri


Berikut beberapa daftar kegagalan yang di alami Indonesia dalam menerapkan Sektor Industri, antara lain: 1. Bahan Baku dan TK bukan yang siap digunakan 2. Pasar yang dilayani adalah pasar domestik 3. Ketergantungan impor 4. Kesempatan kerja tidak berkembang 5. Nilai tambah negatif 6. Struktur pasar didominasi oleh produsen 7. Pasar besar tetapi tidak dapat dikuasai ( produksi, harga . Proteksi ( tarif dan non tarif) yang berlebihan : Ada dua jenis tarif : a. Ad valorem b. Effective Rate of Protection (ERP)

BAB III PENUTUP


Industri manufaktur adalah suatu usaha atau perlakuan untuk mengolah bahan mentah menjadi barang jadi dalam jumlah yang banyak. Di dalamnya terdapat input-proses-output. Tiga unsure tersebut dapat kita kait kan dengan tiga unsur Sin Lam Min. Permasalahan yang ada merupakan hal yang harus kita selesaikan bersama untuk menjadikan sector ini lebih baik serta berperan banyak dalam memberikan pemasukan Negara melalui ekspor-ekspor barang jadi. Dalam penyeleseian permasalahan juga terdapat unsur Sin Lam Min, Manusia-Ibadah-Allah. Yakni ketika manusia (pemimpin perusahaan industri maufaktur misalnya) menyeleseikan permasalahan yang ada (Ibadah) dan untuk mensejahterakan masyarakat yang berkaitan serta untuk memajukan bangsa dalam sekrtor industri tersebut dan bertujuan akhir semata hanya beribadah kepada (Allah). Sehingga terjadi keseimbangan suatu bidang ekonomi serta teknologi yang diisi dengan Spiritual untuk mencapai surga dunia dan akhirat.

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

http://cs0506.wordpress.com/2010/11/27/perkembangan-industri-di-indonesia/ sumber dokumentasi Arsyad. L., (2001), Peramalan Bisnis Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. Arsyad. L., (2004), Ekonomi Pembangunan, STIE YKPN, Yogyakarta. Blank. L., & Tarquin. A., (2002), Engineering Economy, Mc. Graw Hill, New York.

Anda mungkin juga menyukai