Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA

“ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR


INDUSTRI”

Dosen Pengampu: I Komang Gede, SE., MM.


Disusun oleh,
Anggota Kelompok 5:

Ni Made Ayu Yulita Fridayanthi (NIM. 1802021987)


I Wayan Wahyu Wirastama (NIM. 1802021988)
Ida Ayu Padmi Fridayuni (NIM. 1802022038)
Ni Putu Sri Wikanadi (NIM. 1802022039)

Kelas IIIA Akuntansi Sore


Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Hindu Indonesia
Tahun 2019
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
Perekonomian Indonesia yang membahas tentang “Analisis Pembangunan Sektor
Industri”.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas dari dosen, sebagaimana untuk
membahas materi tentang Analisis Pembangunan Sektor Industri agar mampu mengerti
dan memahami materi perkuliahan tersebut.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan di dalam
makalah ini. Jika ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini, baik disengaja maupun
tidak disengaja, kami mohon maaf. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, 15 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I 2

PENDAHULUAN 2

1.1 Latar Belakang 2

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penulisan 2

1.4 Manfaat Penulisan 2

BAB II 3

PEMBAHASAN 3

2.1 Analisis Industri Pengganti Impor 3

2.2 Analisis Industri Pendorong Ekspor 3

2.3 Analisis Teknologi dan Pengangguran 5

BAB III 7

PENUTUP 7

3.1 Simpulan 7

3.2 Saran 7

DAFTAR REFERENSI 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, industri adalah
kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi,
dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

Pembangunan industri merupakan salah satu upaya manusia dalam


meningkatkan kualitas hidup, tujuan dari pembangunan industri diantaranya adalah
untuk memperluas lapangan kerja, menunjang pemerataan pembangunan,
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Keberadaan industri
disuatu daerah baik dalam skala industri besar maupun skala industri kecil akan
memberi pengaruh dan membawa perubahan terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat sekitarnya.

Kebanyakan negara berkembang memajukan industrialisasi di negaranyaa


dengan harapan akan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Namun, karena terlalu
fokus pada produksi primer untuk diekspor, negara berkembang mengalami
ketidakstabilan pendapat yang diesebabkan karena persaingan barang impor yang
semakin besar dan nilai tukar barang impor negara berkembang rendah. Untuk
mengatasi masalah tersebut, penganti impor dan pendorong ekspor merupakan cara
terbaik untuk mengatasi masalah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana analisis industri pengganti impor?
1.2.2 Bagaimana analisis industri pendorong ekspor?
1.2.3 Bagaimana analisis teknologi dan pengangguran?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui analisis industri pengganti impor.
1.3.2 Untuk mengetahui analisis industri pendorong ekspor.
1.3.3 Untuk mengetahui analisis teknologi dan pengangguran.
1.4 Manfaat Penulisan
Dari makalah ini kita dapat mengetahui analisis industri pengganti impor,
analisis industri pendorong ekspor, dan analisis teknologi dan pengangguran.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Analisis Industri Pengganti Impor


STRATEGI PEMBANGUNAN SEKTOR INDUSTRI PENGGANTI IMPOR
( INWARD LOOKING )
Industri pengganti impor atau dapat dikatakan inward looking , pada dasarnya
berorientasi kepada PSS dalam negeri yang mengutamakan barang – barang olahan
dalam negeri. Tetapi dibatasi dalam mengimpor barang olahan, kerena dilindungi
dengan kebijakan proteksi. Jadi barang yang diimpor diusahakan tidak diimpor lagi,
tetapi diproduksi di dalam negeri.

Negara berkembang memajukan industrialisasi di negaranya dengan harapan


akan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Industrialisasi dilakukan melalui dua
cara, yaitu substitusi impor dan diversifikasi ekspor. Penyelenggaraan
industrialisasi membutuhkan banyak perlengkapan kapital, akan tetapi kebanyakan
negara berkembang belum mampu membuat perlengkapan kapital secara mandiri.
Untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan kapital, negara akan mengekspor barang
primernya agar dapat mengimpor barang kapital. Jadi perekonomian negara
berkembang dibangun atas dasar ekspor produksi barang impornya. Kebutuhan
negara berkembang akan barang kapital berkesinambungan dengan kebutuhan
negara maju untuk memelihara kelangsungan produksi barang-barang primer.
Karena terlalu fokus pada produksi primer untuk diekspor, negara berkembang
mengalami ketidakstabilan pendapatan dalam pembangunan ekonominya.

Ketidakstabilan pendapatan ini disebabkan oleh:


1. Persaingan barang impor semakin besar
2. Nilai tukar barang impor negara berkembang rendah
3. Fluktuasi harga produksi primer di pasar dunia
Untuk mengatasi kesulitan pendapatan devisa dan penggunaannya, substitusi
impor dan diversifikasi ekspor merupakan cara baik mengatasi masalah tersebut.
Melalui diversifikasi ekspor negara tidak hanya terpaku pada satu atau dua macam
barang ekspor, sehingga bila terjadi kerugian pada satu barang dapat diimbangi
dengan keuntungan dari barang lainnya. Karena dasar tukar barang industry lebih
tinggi dari barang produksi primer, negara dapat menghasilkan sendiri barang
kebutuhannya, hal tersebut akan mengurangi pengeluaran. Masalah yang terjadi
pada ekspor industri primer mengakibatkan kenaikan ekspor lebih lambat daripada
kenaikan impor. Ini disebabkan oleh elastisitas pendapatan lebih rendah akan
permintaan impor terhadap barang produksi primer.

Rendahnya elastisitas pendapatan terhadap impor produksi primer di negara


maju disebabkan oleh:

1. Kenaikan produksi barang primer di negara maju


2. Perubahan pola konsumsi yang menurunkan hasrat mengkonsumsi
3. Kemajuan teknologi yang mengurangi kebutuhan bahan baku
4. Perkembangan bahan sintetis
5. Diberlakukan peraturan yang membatasi impor barang produksi impor
Tingginya elastisitas pendapatan terhadap impor barang produksi di Negara
berkembang disebabkan oleh :

1. Bertambahnya jumlah penduduk dan berlakunya efek pamer internasional


2. Kebutuhan barang produksi semakin besar
3. Usaha meningkatkan hasil produksi primer guna meningkatkan pendapatkan
devisa
4. Dorongan untuk mendirikan industry subtitusi impor dan industry ekspor
Berhasilnya pembangunan ekonomi negara maju dimulai dengan
industrialisasi dengan menciptakan produk untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri. Setelah subtitusi berhasil, sebagian hasilnya diekspor ke luar negeri dan
ditukarkan dengan barang kebutuhan pembangunan. Negara berkembang selain
mengimpor barang industri juga mengekspor bahan makanan. Industri subtitusi
impor memerlukan banyak banyak alat dan mesin serta bahan makanan. Dalam
pelaksanaannya dibutuhkan banyak devisa untuk mengimpornya dan memicu
dinaikkannya pendapatan sektor ekspor. Kalau negara tidak berhasil menaikkan
pendapatan ekspornya, terpaksa harus mengadakan pinjaman luar negeri.
Pada awalnya industrialisasi didasarkan atas pasar dalam negeri dalam bentuk
barang substitusi impor. Adanya pasar tersebut mendorong industry substitusi
impor berkembang lebih pesat apabila disertai suatu proteksi sehingga akan
menghemat penggunaan devisa. Devisa yang dihemat dapat digunakan untuk
mengimpor barang kapital dan barang lainnya yang belum dapat diproduksi sendiri.

MOTIF-MOTIF SUBSTITUSI IMPOR

1. Bagi negara berkembang, substitusi impor dimaksudkan untuk mengurangi atau


menghemat penggunaan devisa. Devisa merupakan barang langka bagi negara
berkembang, maka dalam penggunaannya harus selektif. Penggunaan devisa
lebih ditekankan pada proyek-proyek yang mengurangi devisa namun
memberikan hasil cukup dan dapat menambah penghasilan devisa.

2. Substitusi impor timbul bila pemerintah suatu negara berusaha memperbaiki


neraca pembayarannya, baik melalui kuota maupun tarif. Kebijakan macam ini
akan mengurangi jumlah barang impor namun permintaannya masih besar.
Negara akan berinisiatif untuk menghasilkan barang pengganti. Hal ini akan
meningkatkan keuntungan sektor industri.

3. Beberapa negara mengadakan industrialisasi dengan tujuan memenuhi


kebutuhan dalam negeri dan adanya semangat kemerdekaan cinta produk dalam
negeri. Keadaaan ini mendorong timbulnya substitusi impor pada barang
konsumsi pokok maupun barang kapital. Jadi industri substitusi impor dalam
kasus ini tidak terlalu mempertimbangkan biaya, yang penting tujuan politis
dapat tercapai melalui usaha sendiri.

4. Anggapan bahwa industri subtitusi impor bukan untuk mengurangi atau


mengganti barang impor, namun karena pemerintah bertujuan untuk
mengembangkan perekonomian dalam negeri.

Adanya substitusi impor akan diperoleh keuntungan, berupa penghematan


devisa atau pertumbuhan infrastruktur. Kadang kenyataan tidak sama dengan
konsep teori. Walaupun menurut teori sangat untung, pada kenyataannya hasil yang
dicapai tidak seperti harapan. Ini dikarenakan ada permasalahan dalam
menghasilkan substitusi impor. Masalah yang muncul dalam usaha substitusi impor
antara lain:

1. Kualitas barang yang dihasilkan

Kebanyakan kualitas barang yang dihasilkan dalam negeri sering kali lebih
rendah dibandingkan barang impor. Kualitas yang rendah akan menurunkan
kepercayaan konsumen di luar negeri.

2. Biaya produksi

Pada tahap awal industrialisasi membutuhkan banyak modal dan capital yang
dibutuhkan juga banyak. Langkanya faktor capital pada Negara berkembang
memaksa untuk mendatangkan capital dan tenaga ahli dari luar negeri. Sebagai
hasil dari multplier effeck itu tidak dapat ditekan biaya produksinya, sehingga
mengakibatkan harga lebih mahal dibanding produk impor.

3. Efisiensi alokasi faktor produksi. Dalam suatu perkembangan ekonomi


diperlukan berbagai macam faktor, antara lain :

a. Faktor Kapital merupakan factor langka. Namun seringkali penggunaannya


kurang efisien. Untuk mendorong mandirinya industry substitusi impor dapat
diterapkan proteksi.

b. Tenaga kerja negara berkembang pada umumnya kurang terdidik. Untuk


mengatasinya perlu mendidik tenaga kerja yang ada ataupun dengan
mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri. Namun mendatangkan tenaga ahli
dari luar seringkali mengkonsumsi capital.

c. Sumber daya alam, Negara berkembang mempunyai sumber daya alam yang
potensial. Namun baru sedikit yang diolah. Untuk mengolahnya
membutuhkan teknologi dan kemampuan wiraswasta yang memadai.
Hendaknya dipilih secara selektif sumber daya mana saja yang potensial
mendukung perekonomian.
d. Wiraswasta dan teknologi, jumlah wiraswasta masih belum tercukupi, ini
karena mungkin terbentur oleh keadaan sosial-budaya, system politik,
ataupun adat-istiadat setempat. Penggunaan wirasawasta harus seefisien
mungkin dengan pertimbangan berbagai alternative.

SUBSTITUSI IMPOR DALAM INFLASI

Inflasi dapat menguntungkan dalam suatu perekonomian, namun tak jarang


inflasi banyak merugikan. Keuntungannya adalah inflasi dapat membawa perbaikan
bidan ekonomi maupun nonekonomi. Pada negara maju, inflasi lunak mendorong
kegiatan ekonomi dan pembangunan yang berdampak pada tingkat full
employment. Hal ini tidak dapat terjadi pada negara berkembang dikarenakan:

1. Negara kekurangan wiraswasta

2. Negara mempunyai sedikit excess capacity

3. Inflasi tidak diikuti naiknya investasi riil

4. Pendapatan masih rendah

Dampak negatif inflasi:

1. Struktur harga, struktur harga yang sehat tercapai apabila terjadi


keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Adanya inflasi membuat
harga barang naik, tetapi naiknya harga yang tidak seimbang membuat
struktur harga keseluruhan rusak. Demikian yang menjadikan
pertumbuhan ekonomi menjadi tersendat.

2. Investasi dan konsumsi, ketika inflasi simpanan berbentuk uang


mengalami kemerosotan nilai, berakibat pada turunnya tingkat daya beli
masyarakat dan tingkat nilai mata uang. Namun investasi nonproduktif
akan meningkat disebabkan tindakan spekulatif pada masa itu. Akibatnya
semakin lebar tingkat konsumsi antara masyarakat kaya dengan
masyarakat miskin. Dalam jangka panjang akan terjadi peralihan
konsumsi terhadap barang impor dengan adanya demonstration effect.
3. Perniagaan internasional, inflasi mengakibatkan kenaikan biaya produksi
barang impor yang memicu munculnya disparitas harga antara biaya
produksi dan harga ekspor. Sehingga volume ekspor mengalami
penurunan, yang artinya turunnya pendapatan devisa. Karena pendapatan
devisa turun, otomatis konsumsi impor mengalami kemerosotan. Impor
cenderung kearah barang konsumtif dan spekulatif. Bila negara
mengalami dispartas harga, harusnya kegiatan ekspor terhenti. Namun
sebagian negara tidak melakukannya, karena dengan terhentinya ekspor
pendapatan devisa akan berkurang. Andaikata tetap dibelakukan ekspor
pada saat disparitas harga, dapat menimbulkan penyelundupan barang
atau pasar gelap. Solusi tepat adalah dengan menghilangkan inflasi

4. Distribusi penghasilan dan kekayaan. Ketika inflasi golongan orang


berpendapatan rendah akan mengalami kerugian, sedangkan golongan
spekulatif mengalami keuntungan. Hal ini berakibat pada tidak meratanya
distribusi pendapatan masayarakatnya, sehingga kesejahteraan masyarakat
akan menurun. Pada negara berkembang inflasi menghambat pelaksanaan
industrialisasi dan keberhasilan substitusi impor.

SUBSTITUSI IMPOR DI BERBAGAI SEKTOR

Substitusi impor dianggap ada apabila pada suatu barang tingkat produksinya
meningkat lebih cepat daripada impornya. Namun ini mempunyai kelemahan bila
ternyata produksi dalam negeri tetap sedangkan impor menurun karena berbagai
pembatasan.

1. Industry Barang Konsumsi Pokok

Sebagian besar Negara berkembang memulai dengan membangun industry


yang menghasilkan barang pokok, walaupun tak jarang membangun dengan basic
capital. Alasan suatu negara memulai industry yang menghasilkan barang pokok:

a. Tingkat pendapatannya masih rendah.

b. Efek pamer pada Negara sedang berkembang

c. Pasar barang konsumsi lebih luas ketimbang pasar barang capital


d. Tingkat teknologi yang lebih sederhana dan mudah

2. Industry Pangan (Pertanian)

Pada Negara berkembang untuk memperoleh pendapatan devisa dilakukan


dengan cara menalukkan ekspor dan mengurangi impor serta dihubungkan dengan
usaha mencapai swasembada (self sufficiency) pangan bidang pertanian.
Seandainya swasembada pangan telah tercapai, dilakukan inisiatif ekspor. Untuk
mencapai tujuan yang direncanakan dibutuhkan kenaikan produksi melalui kredit-
kredit produksi, pemasaran hasil yang lebih baik, perluasan tanah serta perbaikan
tanah pertanian, dll. Agar pembangunan pertanian berhasil perlu memperhatikan
beberapa factor berikut :

1. Pemasaran hasil pertanian harus terjamin


2. Harus ada perubahan teknologi terus menerus
3. Tersedianya alat-alat bagi petani di tempat bekerja
4. Ada motivasi bagi petani untuk lebih produktif
5. Adanya tranportasi murah dan efisien

3. Industry Jasa

Pembangunan ekonomi membutuhkan banyak capital dan tenaga kerja.


Apabila suatu Negara tidak mencukupi skill tenaga kerjanya, maka akan
mengimpor tenaga ahli dan teknisi dari Negara maju. Selain mengusahakan
substitusi ekspor di bidang industry dan pertanian dapat mencoba bidang jasa.

Pendorong negara berkembang untuk beralih pada industri jasa adalah:

a. Negara berkembang banyak mengirimkan warga negaranya ke negara


maju untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik

b. Masih bergantungnya jasa pengangkutan pada pihak luar yang berakibat


mahalnya harga.

2.2 Analisis Industri Pendorong Ekspor


Analisis industri pendorong ekspor yakni strategi yang memfokuskan pada
pengembangan industri nasional lebih berorientasi ke pasar internasional dalam
usaha pengembangan industri. Ekspor komoditi primer secara langsung berangsur–
angsur diganti dengan ekpor komoditi yang sudah diolah di dalam negeri. Strategi
pendorong ekspor dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang
tinggi hanya bisa direalisasikan jika produk – produk yang dibuat didalam negeri
dijual disuatu pasar

Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil :

1. Nilai tukar harus realistis

2. Adanya insentif untuk peningkatkan ekspor

3. Tingkat proteksi impornya harus rendah

Menurut Anne Krueger (1978). Wakil presiden bank dunia, ada 4 faktor yang
dapat menerangkan mengapa strategi industrialisasi promosi ekspor dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat ketimbang strategi substitusi
impor, ke empat faktor tersebut adalah:

1. Kaitan Sektor Pertanian dengan Sektor Industri

Pertumbuhan sektor pertanian yang pesat penting sekali bagi pertumbuhan


ekonomi pada umumnya, namun pengalaman dari korea selatan (yang sejak
tahun 1961 telah menempuh strategi promosi ekspor) telah menunjukkan bahwa
dengan strategi promosi ekspor, kaitan antara keberhasilan sektor pertanian dan
keberhasilan sektor industri tidak begitu erat seperti di bawah strategi substitusi
impor. Hal ini disebabkan karena di NSB telah menempuh strategi promosi
ekspor ternyata telah berhasil cukup cadangan devisa untuk mengimpor pangan
(jika perlu) dari pada negara-negara yang telah menempuh strategi substitusi
impor.karena strategi substitusi impor ternyata justru mempunyai kepadatan
impor yang tinggi. Dengan demikian biaya oportunitas impor pangan tinggi
sekali, karena devisa yang langka ini tidak dapat digunakan untuk impor yang
lainnya yang penting, misalnya barang-barang modal untuk pembangunan.

2. Skala Ekonomis

Bagi industri-industri dimana faktor skala ekonomi (economices of scale)


adalah penting,maka strategi promosi ekspor akan dapat memberikan dorongan
yang kuat kepada perusahaan-perusahaan baru dari pada dibawah substitusi
impor. Karena perusahaan-perusahaan ini dapat menyusun rencana investasi.
Produksi dan pemasaran mereka atas dasar potensi pasar domestik dan pasar
ekspor. Dengan strategi promosi ekspor sejak semula dapat dibangun pabrik
dengan skala ekonomi yang efisien, oleh karena dalam membangun pabrik-
pabrik tersebut para industrialis sudah merencanakan untuk memasarkan
sebagian dari produksi mereka dari pasar dunia.

3. Persaingan

Suatu segi positif yang penting dari strategi promosi ekspor adalah bahwa
persaingan dipasar ekspor mengaharuskan para industralis untuk menjajagi
berbagai cara untuk menekan biayaproduksi mereka sampai ketingskt yang
serendah-rendahnya sehingga hasil-hasil produksinya mereka bisa bersaing
dalam hal harga (price competitive) dipasar ekspor, maka persaingan ketat
dipasar ekpor juga akan mengahruskan para industriawan untuk mengadakan
pengendalian mutu (quality control) yang ketat pula, mengadakan modifikasi
dalam desain barang-brang sesuai dengan perubahan selera masyarakat dalam
kemajuan teknologi baru, an memastikan pengadaan barang-barang sesuai
dengan jadwal engadaan yang telah ditetapkan.

4. Kekurangan Devisa

Pengalaman NSB, termasuk Indonesia, telah menunjukkan bahwa


kekurangan devisa telah menghambat pertumbuhan ekonomi yang pesat, pada
tingkat makro ekonomi, skala investasi nsioanal perlu dikurangi, jika
diperkirakan bahwa ditahun-tahun mandatang akan dihadapi masalah
kekurangan devisa. Pada tingkat mikro ekonomi, berbagai proyek pembangunan
mungkin perlu dijadwalkan kembali (seperti yang dilakukan indonesia pada
tahun 1983 sebagai akibat dari defisit tarnsaksi berjalan telah dialami sejak
tahun 1982 dengan berakhirnya rizki minyak dan demikian juga pada tahun
1991 sebagai akibat dari adanya booming investasi pasca deregulasi perbankan)
atau terpaksa dihentikan jika impor bahan-bahan baku, barang-barang setengah
jadi, dan barang-barang modal tidak dapat dilanjutkanakibat kekurangan devisa.
Meskipun NSB telah menempuh strategi promosi ekspor tentu tidak bebas
dari masalah tekanan pada neraca pembayaran dan kekurangan devisa, namun
strategi yang bertujuan untuk memperoleh devisa sebanyak mungkin melalui
ekspor barang-barang jadi (manutactured exports) akan lebih berhasil dalam
memupuk cadangan devisa yang memadai dari pada strategi substitusi impor
yang ternyata sering memperbesar kekurangan devisa pertalian dengan
kepadatan impor yang tinggi dari berbagai industri substitusi impor.

2.3 Analisis Teknologi dan Pengangguran


Teknologi merupakan sains terapan, khususnya para ilmuan dan
insinyur. Dalam penggunaan ini, pengertian teknologi mengacu pada alat dan mesin
yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah di dunia nyata. Teknologi pada
umumnya berdampak positif bagi manusia, tetapi terdapat juga dampak negatif.
Pada perkembangan zaman sekarang ini manusia mampu menciptakan berbagai
macam teknologi baru yang mampu digunakan untuk membantu berbagai pekerjaan
manusia dalam berbagai bidang, baik pertanian, pertambangan, transportasi dan
industri. Tujuan utama diciptakannya teknologi oleh manusia ini sebenarnya adalah
untuk memudahkan manusia itu sendiri dalam hal pemenuhan kebutuhan
ekonominya.
Namun, dengan kemunculan teknologi-teknologi baru ini yang semula
diharapkan mampu memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat, dan mampu
menyerap banyak tenaga kerja dari masyarakat. Justru yang terjadi adalah
walaupun manusia mampu menciptakan teknologi dan semakin lama berkembang
dalam berbagai bidang dengan semakin pesat, tetap saja tidak mampu menyerap
pertambahan populasi manusia yang tentunya semakin menambah pula jumlah
tenaga kerja.
Dalam bidang pertanian misalnya, dengan ditemukannya teknologi mesin
pengolahan tanah yang berupa traktor maka mengakibatkan para pekerja pertanian
atau buruh tani yang tadinya mengolah sawah dengan cara mencangkul menjadi
tergantikan peranya dan tidak mempunyai pekerjaan lagi. Sedangkan pada sektor
industri misalnya dengan adanya mesin-mesin produksi yang semakin lam
berkembang menjadi semakin pesat, maka peran manusia yang tadinya sangat
dibutuhkan dalm proses produksi menjadi tidak lagi bagitu penting dan sangat
kecil. Kemudian menurut Sri Mulyani, profesi analis kredit yang selama ini
dilakukan manusia, tetapi kelemahannya pekerjaan manusia bisa dipengaruhi
berbagai perasaan, tidak seperti mesin. "Manusia bisa dipengaruhi rasa laper, rasa
sedih, belum kalau ditelepon temennya, ditelepon bosnya. Tolong ini dikasih
kredit”.Namun, teknologi canggih melalui komputer sudah bisa membuat analisa
dengan model seperti itu sehingga bisa mengetahui mana yang perlu diberikan
kredit dan mana yang tidak, yang bukan tidak mungkin menggantikan peran
manusia.
Dengan kata lain peran manusia dalam kegiatan produksi barang menjadi
tergantikan dengan mesin-mesin produksi. Dengan demikian maka sebuah pabrik
tidak lagi membutuhkan tenaga kerja yang banyak dalam proses produksinya dan
tidak mampu menyerap angkatan kerja yang ada.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Dalam mengatasi kesulitan pendapatan devisa dan penggunaannya, substitusi
impor dan diversifikasi ekspor merupakan cara baik mengatasi masalah tersebut.
Melalui diversifikasi ekspor negara tidak hanya terpaku pada satu atau dua macam
barang ekspor, sehingga bila terjadi kerugian pada satu barang dapat diimbangi
dengan keuntungan dari barang lainnya. Karena dasar tukar barang industry lebih
tinggi dari barang produksi primer, negara dapat menghasilkan sendiri barang
kebutuhannya, hal tersebut akan mengurangi pengeluaran. Masalah yang terjadi
pada ekspor industri primer mengakibatkan kenaikan ekspor lebih lambat daripada
kenaikan impor. Ini disebabkan oleh elastisitas pendapatan lebih rendah akan
permintaan impor terhadap barang produksi primer. Substitusi Impor dapat
dilakukan dalam berbagai cara seperti substitusi dalam inflasi, substitusi dalam
berbagai sector seperti konsumsi pokok, konsumsi pangan , dan konsumsi jasa.
Industri pendorong ekspor yakni strategi yang memfokuskan pada
pengembangan industri nasional lebih berorientasi ke pasar internasional dalam
usaha pengembangan industry. Strategi industrialisasi pendorong ekspor dapat
membantu perkembangan perekonomian dipengaruhi oleh factor keterkaitan
industry sektor pertanian dengan sector industry, skala ekonomis , persaingan
dipasar ekspor, dan kekurangan devisa.
Berkembangnya teknologi yang semakin pesat tentu memberi pengaruh
terhadap penggunaan tenaga kerja. Pengaruh dalam sisi negatife maupun sisi
positif. Dalam sisi positif tentunya akan mempermudah pekerjaan manusia
memecahkan masalah dalam hal pekerjaan, dengan demikian proses produksi
berjalan lancer dan meningkatkan hasil produksi . Kendati demikian , dampak
negative perkembangan teknologi dapat menjadi boomerang terhadap tenaga kerja.
Ketika semua pekerjaan diambil alih oleh mesin dan teknologi maka penyerapan
tenaga kerja akan berkurang karna telah diambil alih oleh mesin dan teknologi ,
dengan demikian dapat menambah angka pengangguran.
3.2 Saran
DAFTAR REFERENSI

https://www.unpi-cianjur.ac.id/berita-2518-perkembangan-teknologi-pengaruhi-tingkat-
pengangguran

http://mettadevi96.blogspot.com/2015/03/tugas-perekonomian-indonesia.html

http://daniapurbawati.blogspot.com/2015/03/perekonomian-indonesia-bab-2.html

Anda mungkin juga menyukai