Makalah
OLEH
ROBET SINAGA
NIM 16612011122
Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini dibuat berdasarkan kebutuhan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Perekonomian Indonesia, serta untuk kebutuhan kami agar dapat lebih memahami tentang
perkembangan industrialisasi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya. Penulis menyadari
masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini karena keterbatasan referensi.
Mengingat keterbatasan itu, maka penulis membuka selebar-lebarnya kritik dan saran dari ibu
dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia khusunya, serta dari rekan-rekan pembaca pada
umumnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Pangkalan Bun
2020
DAFTAR ISI
3. Menurut klasifikasi Jean Fourastie,sebuah ekonomi terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama
terdiri dari produksi komoditas (pertanian, peternakan, ekploitasi sumber daya mineral).
Bagian kedua proses produksi barang untuk dijual dan bagian ketiga sebagai industri layanan.
Proses industrialisasi didasarkan pada perluasan bagian kedua yang kegiatan ekonominya
didominasi oleh kegiatan bagian pertama.
2.2 Klasifikasi Industri
1. Klasifikasi Industri berdasarkan Bahan Baku
Tiap-tiap industri membutuhkan bahan baku yang berbeda, tergantung pada apa yang akan
dihasilkan dari proses industri tersebut. Berdasarkan bahan baku yang digunakan, industri
dapat dibedakan menjadi:
Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam.
Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil perikanan, dan industri hasil kehutanan
Industri nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasilhasil industri lain.
Misalnya: industri kayu lapis, industri pemintalan, dan industri kain.
Industri fasilitatif atau disebut juga - industri tertier. Kegiatan industrinya adalah dengan
menjual jasa layanan untuk keperluan orang lain. Misalnya: perbankan, perdagangan,
angkutan, dan pariwisata.
2. Klasifikasi Industri berdasarkan Tenaga Kerja
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat
orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota
keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau
anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/ tahu,
dan industri makanan ringan.
Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, Ciri
industri kecil adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga kerjanya berasal dari
lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri
batubata, dan industri pengolahan rotan.
Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang.
Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki
keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu.
Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik.
Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri
besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan
saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih
melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya: industri tekstil, industri
mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.
3. Klasifikasi Industri berdasarkan Produksi yang dihasilkan
Berdasarkan produksi yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:
Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu
pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau
digunakan secara langsung. Misalnya: industri anyaman, industri konveksi, industri makanan
dan minuman.
Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang membutuhkan
pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau digunakan. Misalnya: industri pemintalan
benang, industri ban, industri baja, dan industri tekstil.
Industri tertier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau benda yang dapat
dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung, melainkan berupa
jasa layanan yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan masyarakat. Misalnya:
industri angkutan, industri perbankan, industri perdagangan, dan industri pariwisata.
4. Klasifikasi Industri berdasarkan Bahan Mentah
Berdasarkan bahan mentah yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
Industri pertanian, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang diperoleh dari hasil
kegiatan pertanian. Misalnya: industri minyak goreng, Industri gula, industri kopi, industri
teh, dan industri makanan.
Industri pertambangan, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang berasal dari hasil
pertambangan. Misalnya: industri semen, industri baja, industri BBM (bahan bakar minyak
bumi), dan industri serat sintetis.
Industri jasa, yaitu industri yang mengolah jasa layanan yang dapat mempermudah dan
meringankan beban masyarakat tetapi menguntungkan. Misalnya: industri perbankan, industri
perdagangan, industri pariwisata, industri transportasi, industri seni dan hiburan.
5. Klasifikasi Industri berdasarkan Lokasi Unit Usaha
Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan kegiatan industri.
Berdasarkan pada lokasi unit usahanya, industri dapat dibedakan menjadi:
Industri berorientasi pada pasar (market oriented industri), yaitu industri yang didirikan
mendekati daerah persebaran konsumen.
Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented industri), yaitu industri yang
didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki banyak
angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.
Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry), yaitu industri yang
didirikan dekat atau ditempat pengolahan. Misalnya: industri semen di Palimanan Cirebon
(dekat dengan batu gamping), industri pupuk di Palembang (dekat dengan sumber pospat dan
amoniak), dan industri BBM di Balongan Indramayu (dekat dengan kilang minyak).
Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan di tempat tersedianya
bahan baku. Misalnya: industri konveksi berdekatan dengan industri tekstil, industri
pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan laut, dan industri gula berdekatan lahan tebu.
Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose industry), yaitu industri yang
didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di mana saja,
karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan di mana
saja. Misalnya: industri elektronik, industri otomotif, dan industri transportasi.
6. Klasifikasi industri berdasarkan proses produksi
Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi:
Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah
jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain.
Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.
Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi
sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen.
Misalnya: industri pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri
meubeler.
7. Klasifikasi industri berdasarkan barang yang dihasilkan
Berdasarkan barang yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:
Industri berat, yaitu industri yang menghasilkan mesin-mesin atau alat produksi lainnya.
Misalnya: industri alat-alat berat, industri mesin, dan industri percetakan.
Industri ringan, yaitu industri yang menghasilkan barang siap pakai untuk dikonsumsi.
Misalnya: industri obat-obatan, industri makanan, dan industri minuman.
8. Klasifikasi industri berdasarkan modal yang digunakan
Berdasarkan modal yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
Industri dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN), yaitu industri yang memperoleh
dukungan modal dari pemerintah atau pengusaha nasional (dalam negeri). Misalnya: industri
kerajinan, industri pariwisata, dan industri makanan dan minuman.
Industri dengan penanaman modal asing (PMA), yaitu industri yang modalnya berasal dari
penanaman modal asing. Misalnya: industri komunikasi, industri perminyakan, dan industri
pertambangan.
Industri dengan modal patungan (join venture), yaitu industri yang modalnya berasal dari
hasil kerja sama antara PMDN dan PMA. Misalnya: industri otomotif, industri transportasi,
dan industri kertas.
9. Klasifikasi Industri berdasarkan subjek pengelola
Berdasarkan subjek pengelolanya, industri dapat dibedakan menjadi:
Industri rakyat, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik rakyat, misalnya: industri
meubeler, industri makanan ringan, dan industri kerajinan.
Industri negara, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik Negara yang dikenal
dengan istilah BUMN, misalnya: industri kertas, industri pupuk, industri baja, industri
pertambangan, industri perminyakan, dan industri transportasi.
10. Klasifikasi Industri berdasarkan cara pengorganisasian
Cara pengorganisasian suatu industri dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti: modal, tenaga
kerja, produk yang dihasilkan, dan pemasarannya. Berdasarkan cara pengorganisasianya,
industri dapat dibedakan menjadi:
Industri kecil, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif kecil, teknologi sederhana,
pekerjanya kurang dari 10 orang biasanya dari kalangan keluarga, produknya masih
sederhana, dan lokasi pemasarannya masih terbatas (berskala lokal). Misalnya: industri
kerajinan dan industri makanan ringan.
Industri menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relative besar, teknologi
cukup maju tetapi masih terbatas, pekerja antara 10-200 orang, tenaga kerja tidak tetap, dan
lokasi pemasarannya relative lebih luas (berskala regional). Misalnya: industri bordir, industri
sepatu, dan industri mainan anak-anak.
Industri besar, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal sangat besar, teknologi canggih
dan modern, organisasi teratur, tenaga kerja dalam jumlah banyak dan terampil,
pemasarannya berskala nasional atau internasional. Misalnya: industri barang-barang
elektronik, industri otomotif, industri transportasi, dan industri persenjataan.
11. Klasifikasi Industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian
Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga pengklasifikasian industri
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 yang dikeluarkan
oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Adapun pengklasifikasiannya adalah
sebagai berikut:
Industri Kimia Dasar (IKD)
Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan: modal yang besar, keahlian yang
tinggi, dan menerapkan teknologi maju. Adapun industri yang termasuk kelompok IKD
adalah sebagai berikut:
1) Industri kimia organik, misalnya: industri bahan peledak dan industri bahan kimia tekstil.
2) Industri kimia anorganik, misalnya: industri semen, industri asam sulfat, dan industri kaca.
3) Industri agrokimia, misalnya: industri pupuk kimia dan industri pestisida.
4) Industri selulosa dan karet, misalnya: industri kertas, industri pulp, dan industri ban.
Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE)
Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah logam menjadi mesin-mesin
berat atau rekayasa mesin dan perakitan. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai
berikut:
1) Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya: mesin traktor, mesin hueler, dan
mesin pompa.
2) Industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya: mesin pemecah batu, buldozer, excavator, dan
motor grader.
3) Industri mesin perkakas, misalnya: mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, dan mesin pres.
4) Industri elektronika, misalnya: radio, televisi, dan komputer.
5) Industri mesin listrik, misalnya: transformator tenaga dan generator.
6) Industri kereta api, misalnya: lokomotif dan gerbong
7) Industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya: mobil, motor, dan suku cadang kendaraan
bermotor. Industri pesawat, misalnya: pesawat terbang dan helikopter.
8) Industri logam dan produk dasar, misalnya: industri besi baja, industri alumunium, dan
industri tembaga.
9) Industri perkapalan, misalnya: pembuatan kapal dan reparasi kapal.
10) Industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya: mesin produksi, peralatan pabrik, the blower,
dan kontruksi.
Aneka Industri (AI)
Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan bermacammacam barang
kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut:
1) Industri tekstil, misalnya: benang, kain, dan pakaian jadi
2) Industri alat listrik dan logam, misalnya: kipas angin, lemari es, dan mesin jahit, televisi, dan
radio.
3) Industri kimia, misalnya: sabun, pasta gigi, sampho, tinta, plastik, obatobatan, dan pipa.
4) Industri pangan, misalnya: minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi, garam dan makanan
kemasan.
5) Industri bahan bangunan dan umum, misalnya: kayu gergajian, kayu lapis, dan marmer
Industri Kecil (IK)
Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit, dan teknologi
sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga, misalnya: industri kerajinan, industri
alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).
Industri pariwisata
Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai ekonomis dari kegiatan wisata.
Bentuknya bisa berupa: wisata seni dan budaya (misalnya: pertunjukan seni dan budaya),
wisata pendidikan (misalnya: peninggalan, arsitektur, alat-alat observasi alam, dan museum
geologi), wisata alam (misalnya: pemandangan alam di pantai, pegunungan, perkebunan, dan
kehutanan), dan wisata kota (misalnya: melihat pusat pemerintahan, pusat perbelanjaan,
wilayah pertokoan, restoran, hotel, dan tempat hiburan).
2.3 Sejarah Sektor Industri di Indonesia
Tahun 1920an industri modern di Indonesia hampir semua dimiliki oleh orang asing,
walau jumlahnya hanya sedikit. Indutri kecil yang ada pada masa itu berupa industry rumah
tangga seperti penggilingan padi, pembuatan gula merah (tebu dan nira), rokok kretek,
kerajinan tekstil, dan sebagainya tidak terkoordinasi dengan baik.
Perusahaan modern hanya ada dua, yaitu pabrik rokok milik British American Tobaco
(BAT) dan perakitan kendaraan bermotor General Motor Car Assembly. Depresi ekonomi
yang melanda Indonesia tahun 1930an meruntuhkan perekonomian, megakibatkan
menurunnya penerimaan ekspor dari 1.448 gulden menjadi 505 gulden (1929) yang
mengakibatkan pengangguran. Melihat situasi tersebut pemerintah Hindia Belanda mengubah
system dan pola kenijakan ekonomi dari sector perkebunan ke sector industry, dengan
memberi kemudahan dalam pemberian ijin dan fasilitas bagi pendirian industry baru.
Berdasarkan Sensus Industri Pertama (1939), industry yang ada ketika itu
mempekerjakan 173 ribu orang di bidang pengolahan makanan, tekstil dan barang logam,
semuanya milik asing. Pada masa PD II kondisi industrialisasi cukup baik. Namun setelah
pendudukan Jepang keadaannya terbalik. Disebabkan larangan impor bahan mentah dan
diangkutnya barang capital ke Jepang dan pemaksaan tenaga kerja (romusha). Setelah
Indonesia merdeka, mulai dikembangkan sector industry dan menawarkan investasi walau
dalam tahap coba-coba. Tahun 1951 pemerintah meluncurkan RUP (Rencana Urgensi
Perekonomian). Program utamanya menumbuhkan dan mendorong industry kecil pribumi
dan memberlakukan pembatasan industry besar atau modern yang dimiliki orang Eropa dan
Cina.
2.4 Perkembangan Industrialisasi
Perkembangan industi yang pesat dewasa ini memang tidak terlepas dari proses
perjalanan panjang penemuan-penemuan baru dalam bidang industria di mana selain
penemuan-penemuan baru di bidang industry masih ada lagi factor yang menyebabkan terjadi
industrialisasi, di antaranya yaitu pengaruh dari perkembangan revolusi hijau. Di mana
revolusi hijau ini menyebabkan upaya untuk melakukan modernisasi yang berdampak pada
perkembangan industrialisasi yang ditandai dengan adanya pemikiran ekonomi rasional.
Pemikiran tersebut akan mengarah pada kapitalisme. Dengan industrialisasi juga merupakan
proses budaya dimana dibagun masyarakat dari suatu pola hidup atau berbudaya agraris
tradisional menuju masyarakat berpola hidup dan berbudaya masyarakat industri.
Perkembangan industri tidak lepas dari proses perjalanan panjang penemuan di bidang
teknologi yang mendorong berbagai perubahan dalam masyarakat. Industrialisasi ini juga
berhasil menjerat Indonesia untuk masuk didalamnya, dimana Industrialisasi di Indonesia
ditandai oleh :
a) Tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja.
b) Banyaknya tenaga kerja terserap ke dalam sektor-sektor industri.
c) Terjadinya perubahan pola-pola perilaku yang lama menuju pola-pola perilaku yang baru
yang bercirikan masyarakat industri modern diantaranya rasionalisasi.
d) Meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat di berbagai daerah khususnya di kawasan
industri.
e) Meningkatnya kebutuhan masyarakat yang memanfaatkan hasil-hasil industri baik pangan,
sandang, maupun alat-alat untuk mendukung pertanian dan sebagainya.
Dari hal di atas, pemerintah Indonesia mulain tertarik akan perkembangan
industrialisasi di Indonesia. Untuk itu pemerintah berupaya untuk meningkatkan
industrialisasi di Indonesia, upaya yang dilakukan pemerintah diantaranya yaitu:
a) Meningkatkan perkembangan jaringan informasi, komunikasi, transportasi untuk
memperlancar arus komunikasi antarwilayah di Nusantara.
b) Mengembangkan industri pertanian
c) Mengembangkan industri non pertanian terutama minyak dan gas bumi yang mengalami
kemajuan pesat.
d) Perkembangan industri perkapalan dengan dibangun galangan kapal di Surabaya yang
dikelola oleh PT.PAL Indonesia.
e) Pembangunan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang kemudian berubah menjadi
PT. Dirgantara Indonesia.
f) Pembangunan kawasan industri di daerah Jakarta, Cilacap, Surabaya, Medan, dan Batam.
Dengan adanya tekhnologi baru dan revolusi industry, masyarakat dunia sekarang ikut
menikmati segala macam barang dan jasa yang bermutu dan jumlahnya pun semakin
meningkat. Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang turut menikmati kemajuan dari
perkembangan industry.
2. Manufaktur
Setelah kerajinan industri makin berkembang diperlukan tempat khusus untuk bekerja agar
majikan dapat mengawasi dengan baik cara mengerjakan dan mutu produksinya. Sebuah
manufaktur (pabrik) dengan puluhan tenaga kerja didirikan dan biasanya berada di bagian
belakang rumah majikan. Rumah bagian tengah untuk tempat tinggal dan bagian depan
sebagai toko untuk menjual produknya. Hubungan majikan dengan pekerja (buruh) lebih
akrab karena tempat kerjanya jadi satu dan jumlah buruhnya masih sedikit. Barang-barang
yang dibuat kadang-kadang juga masih berdasarkan pesanan.
3. Sistem pabrik
Tahap sistem pabrik sudah merupakan industri yang menggunakan mesin. Tempatnya di
daerah industri yang telah ditentukan, bisa di dalam atau di luar kota. Tempat tersebut untuk
untuk tempat kerja, sedangkan majikan tinggal di tempat lain. Demikian juga toko tempat
pemasaran hasil industri diadakah di tempat lain. Jumlah tenaganya kerjanya (buruhnya)
sudah puluhan, bahkan ratusan. Barang-barang produksinya dibuat untuk dipasarkan.
2.11 Pertumbuhan Industri di Indonesia Era Globalisasi
Pertumbuhan Ekonomi (PDB) Indonesia pada Triwulan II-2011 dibandingkan
Triwulan II-2010 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 6,49 persen. Pertumbuhan ini
didukung oleh semua sektor, yang mana pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh Pengangkutan
dan Komunikasi sebesar 10,65 persen, Perdagangan Hotel & Restoran sebesar 9,64 persen,
dan Konstruksi sebesar 7,4 persen. Industri pengolahan non migas tumbuh sebesar 6,61
persen. Hal ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun 2010
yang hanya tumbuh sebesar 5,12 persen.
Sampai pada tahun 2011 triwulan II, struktur Perekonomian Indonesia masih tetap
didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar 24,30 persen ini jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan (15,6 persen)
dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (13,7 persen). Kontribusi sektor industri pada
Triwulan II-2011 ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I tahun 2011 sektor
industri pengolahan non migas pada triwulan I tahun 2011 menyumbang sekitar 21,1 persen.
Sektor industri telah memberikan sumber pertumbuhan ekonomi yang terbesar yaitu sebesar
1,6 persen. Sama halnya dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang juga
memberikan sumber pertumbuhan ekonomi sebesar 1,6 persen. Sektor pengangkutan dan
komunikasi sebesar 1,0 persen, sedangkan sumber pertumbuhan dari sektor lainnya masih
kecil yaitu dibawah 1,0 persen.
Ditinjau dari komponen-komponen penggunaan PDB bahwa pengeluaran konsumsi
rumah tangga mempunyai konstribusi terbesar terhadap PDB yaitu sebesar 54,3 persen pada
triwulan II tahun 2011 dengan laju pertumbuhan sebesar 2,6 persen, pembentukan modal
tetap bruto sebesar 31,63 persen dengan sumber pertumbuhan sebesar 2,1 persen.
Berdasarkan analisis pertumbuhan per cabang industri Triwulan II/ 2011, untuk
pertama kalinya sejak 2005 pertumbuhan industri non migas berada di atas pertumbuhan
ekonomi (ekonomi hanya sebesar 6,4 persen dan sektor pengolahan industri non-migas 6,61
persen). Dan dari 9 cabang industri non migas seluruhnyamemiliki pertumbuhan positif.
Pertumbuhan industri non migas tertinggi dicapai oleh Industri Logam Dasar, Besi dan Baja
sebesar 15,48 persen diikuti Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 9,34 persen
dan Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki sebesar 8,03 persen. Adapun nilai
pertumbuhan industri non migas terendah dicapai oleh Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan
Lainnya sebesar 3,01 persen. Namun, secara keseluruhan hasil tersebut cukup
menggembirakan karena pertumbuhan sektor industri barang kayu tersebut pada beberapa
tahun sebelumnya memiliki nilai negatif.
Sampai dengan Triwulan II ini pertumbuhan industri yang dapat dicapai sebesar
6,61 persen dengan nilai PDB sebesar Rp. 144.750,6 miliar. Pertumbuhanpada triwulan II
tahun 2011 mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan pada triwulan yang sama
tahun 2010 (5,12 persen). Hal ini didukung oleh kinerja semua cabang industri yang semakin
membaik, dan memiliki pertumbuhan positif seperti industri logam dasar, besi dan baja;
industri Makanan, Minuman dan Tembakau; serta industri tekstil, barang kulit & alas kaki.
Pertumbuhan industri non-migas selama semester I/2011 dibandingkan dengan
semester I/2010 mencapai pertumbuhan sebesar 6,20 persen lebih tinggi dibandingkan
dengan semester I/2010 sebesar 4,72 persen, namun masih lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan ekonomi semester I/2011 yang sebesar 6,48 persen.
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa perkembangan sektor industri sudah bangkit.
Dalam rangka menjaga nilai pertumbuhan Industri Non Migas yang saat ini sudah berada di
atas pertumbuhan ekonomi perlu diciptakan iklim investasi yang kondusif dan meminimalkan
biaya ekonomi tinggi melalui akselerasi pembangunan infrastruktur dan hilirisasi. Di samping
itu, perlu diperhatikan lingkungan global saat ini yang persaingannya semakin ketat sehingga
pembangunan industri perlu dipercepat dan dilakukan secara terintegrasi dengan sektor
ekonomi lainnya.
Ditinjau dari aspek regional, struktur perekonomian Indonesia pada Triwulan II-2011
masih didominasi oleh kelompok provinsi di Jawa dan Sumatera. Kelompok provinsi di
Jawa memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 57,7 persen, kemudian
diikuti oleh Sumatera sebesar 23,5 persen, Kalimantan 9,5 persen, Sulawesi 4,7 persen, Bali
dan Nusa Tenggara 2,5 persen serta Maluku dan Papua 2,1 persen.
Provinsi yang memberikan sumbangan terbesar di Jawa adalah DKI
Jakarta (16,2 persen), Jawa Timur (14,8 persen), Jawa Barat (14,3 persen) dan Jawa Tengah
(8,4 persen). Sedangkan provinsi penyumbang terbesar di Sumatera adalah Riau (6,6 persen),
Sumatera Utara (5,3 persen) dan Sumatera Selatan (3,1persen). Adapun provinsi penyumbang
terbesar di Kalimantan adalah Kalimantan Timur sebesar 6,4 persen, sedangkan provinsi
penyumbang terbesar di Sulawesi adalah Sulawesi Selatan sebesar 2,3 persen.
Berdasarkan hal tersebut, percepatan pembangunan industri di daerah perlu terus
dilakukan melalui pendekatan:
Pertama, mengkonsentralisasikan lokasi pembangunan industri pada wilayah yang
memiliki potensi keunggulan komperatif yang besar melalui pembangunan pusat-pusat
pertumbuhan industri (growth center), dilengkapi dengan mengembangkan klaster industri
dan pengembangan kompetensi inti industri daerah. Pendekatan ini dilakukan secara terpadu
dengan sektor ekonomi lainnya.
Kedua : meningkatkan kemampuan masyarakat dilokasi industri tersebut, sehingga
dituntut masyarakat untuk investasi di bidang pendidikan di dukung oleh fasilitas yang
disediakan pemerintah dan swasta, sehingga akan memberikan dampak positif bagi
pembangunan industri yang semakin efisien dan efektif serta memberikan dampak berguna
bagi daerah setempat.
Ketiga : Meningkatkan investasi di sektor industri yang dapat dilakukan oleh pihak
swasta dan investasi infrastruktur yang diharapkan dilakukan oleh pihak pemerintah dan
swasta.
Keempat : Peningkatan penguasaan pasar dalam negeri melalui upaya pemanfaat
produk dalam negeri dan penguasaan pasar internasional.
Pendekatan yang digunakan dalam mempercepat pembangunan industri dilakukan
dengan mengkombinasikan pendekatan sektoral yaitu mengembangkan klaster industri dan
pendekatan regional yang berlandaskan pada keunggulan komparatif yang dimiliki oleh
masing-masing daerah.
2.12 Permasalahan Dalam Industri Manufaktur
Secara umum, industry manufaktur di Negara-negara berkembang masih terbelakang
jika dibandingkan dengan sector yang sama di Negara maju, walaupun di Negara-negara
berkembanga ada Negara-negara yang industrinya sudah sangat maju.
Dalam kasus Indonesia, UNIDO (2000) dalam studinya mengelompokkan masalah
yang dihadapi industry manufaktur nasional ke dalam 2 kategori, yaitu kelemahan yang
bersifat structural dan yang bersifat organisasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pengaruh atau dampak perkembangan industri sangat besar sekali terhadap
perkembangan perekonomian Indonesia. Industri memegang peranan yang menentukan
dalam perkembangan perekonomian sehingga benar-benar perlu didukung dan diupayakan
perkembangannya.
Upaya pemerintah dalam meningkatkan perindustrian di Indonesia dapat dilakukan
melalui dua cara, yaitu dari segi regulasi yang dilakukan dengan memperbarui Undang-
Undang Perindustrian yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan, dan dari segi birokrasi
yang dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas SDM dan mempermudah
pengurusan ijin usaha.
3.2 Saran
Dengan melihat pengaruh perindustrian terhadap perkembangan perekonomian, maka
sudah selayaknya apabila pemerintah bersikap serius dan segera melakukan perubahan, baik
terhadap regulasi maupun birokrasi yang terkait dengan perindustrian agar pendapatan
ekonomi nasional ikut semakin meningkat seiring berkembangnya era globalisasi
DAFTAR PUSTAKA
Kharisma. 2010. Ekonomi untuk Sekolah Menengah Atas Semester II. Solo: CV. HaKa MJ
Rosyidi, Suherman. 2011. Pengantar Teori Ekonomi. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA