Anda di halaman 1dari 17

lOMoAR cPSD| 23789063

MAKALAH KELOMPOK

INDUSTRI, INOVASI DAN INFRASTRUKTUR DAN BERKURANGNYA


KESENJANGAN

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Suistainable Development Goals

Yang Diampu Oleh:

Yurika Witazora,M.Pd

Yang Disusun Oleh:

Kelompok 7

1. Muhammad Farizha Reyhan (2171020140)


2. Jusi Dalipa (2171020132)
3. Mareta Anggraeni (2171020028)

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

i
lOMoAR cPSD| 23789063

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah dengan judul
" Industri, Inovasi dan Infrastruktur dan Berkurangnya Kesenjangan" dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah Suistainable Development Goals dengan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
belum dapat dikatakan sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan dalam pembuatan makalah lainnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan khususnya pada para pembaca, akhir kata kami
mengucapkan terima kasih.

Bandar Lampung, 28 Maret 2023

Penulis

ii
lOMoAR cPSD| 23789063

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana maksud dari tujuan SGDs ke-9 .......................................................... 3


2.2 Bagaimana maksud dari tujuan SGDs ke-10 ........................................................ 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 13


3.2 Saran .................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 14

iii
lOMoAR cPSD| 23789063

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan
hidup masa sekarang dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan hidupgenerasi
mendatang. Istilah Sustainable Development atau pembangunan berkelanjutan sangat
familiar di kalangan masyarakat. Istilahnya tersebut pertama kali diperkenalkan sebagai
tujuan sosial pada konferensi pertama PBB dalam bidang Lingkungan Hidup di
Stockholm pada tahun 1972. Pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)
telah menjadi tren global masa kini (United Nations Conference on Trade and
Development., 2018).
Saat ini masyarakat dunia tengah menghadapi permasalahan yang sulit
dihindarkan. PBB mencatat bahwa penduduk dunia akan mencapai sembilan milyar pada
pertengahan abad 21 yang saat ini diperkirakan telah mencapai sekitar 7,3 miliar jiwa.
Permintaan bahan makanan dan bahan bakar semakin meningkat. 54% penduduk dunia
bermukim di perkotaan dan diperkirakan melonjak menjadi 66% pada tahun 2050.
Disamping itu, kesenjangan pendapatan semakin meningkat. Kemiskinan dan
pengangguran masih mewarnai sebagian besar belahan dunia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana maksud dari tujuan SDGs ke-9 Membangun Infrastruktur yang
Tangguh, Meningkatkan Industri Inklusif dan Berkelanjutan, serta Mendorong
Inovasi ?
2. Bagaimana maksud dari tujuan SDGs ke-10 Mengurangi Kesenjangan Intra dan
Antar Negara ?

1
lOMoAR cPSD| 23789063

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masasalah tersebut dapat diketahui tujuan berikut ini:
1. Dapat mengetahui maksud dari tujuan SDGs ke-9 Membangun Infrastruktur yang
Tangguh, Meningkatkan Industri Inklusif dan Berkelanjutan, serta Mendorong
Inovasi.
2. Dapat mengetahui maksud dari tujuan SDGs ke-10 Mengurangi Kesenjangan Intra
dan Antar Negara.

2
lOMoAR cPSD| 23789063

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Membangun Infrastruktur yang Tangguh, Meningkatkan Industri Inklusif dan


Berkelanjutan, serta Mendorong Inovasi.
a. Dinamika Capaian Pembangunan Berkelanjutan Industri, Inovasi Dan
Infrastruktur.

Pembangunan industri yang inklusif dan berkelanjutan telah dimasukkan,


bersama dengan infrastruktur dan inovasi yang tangguh, sebagai Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan 9 dalam Agenda 2030 untuk Pembangunan
Berkelanjutan. Agenda 2030 dan Agenda Aksi Addis Ababa fokus pada relevansi
pembangunan industri yang inklusif dan berkelanjutan sebagai dasar pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan.

Dalam Paragraf 11, Agenda Aksi Addis Ababa berkomitmen untuk


“mengidentifikasi aksi dan mengatasi kesenjangan kritis yang relevan” dengan
Agenda 2030 dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan “dengan tujuan untuk
memanfaatkan sinergi yang cukup besar, sehingga pelaksanaannya akan
berkontribusi pada kemajuan orang lain ”. Oleh karena itu, Agenda telah
mengidentifikasi berbagai bidang lintas sektor yang dibangun di atas sinergi ini. Di
antara bidang-bidang lintas sektoral, paragraf 15 dan 16 Agenda Aksi Addis Ababa
masing-masing berfokus pada “mempromosikan industrialisasi yang inklusif dan
berkelanjutan” dan pada “menghasilkan lapangan kerja penuh dan produktif serta
pekerjaan yang layak untuk semua dan mempromosikan usaha mikro, kecil dan
menengah .

Paragraf 2 Deklarasi Lima berbunyi: “industrialisasi adalah pendorong


pembangunan. Industri meningkatkan produktivitas, penciptaan lapangan kerja dan
menghasilkan pendapatan, sehingga berkontribusi pada pengentasan kemiskinan

3
lOMoAR cPSD| 23789063

dan mencapai tujuan pembangunan lainnya, serta memberikan peluang untuk inklusi
sosial, termasuk kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan dan anak perempuan,
dan penciptaan lapangan kerja yang layak bagi kaum muda.

Seiring berkembangnya industri, hal itu mendorong peningkatan nilai tambah


dan meningkatkan penerapan sains, teknologi, dan inovasi, oleh karena itu
mendorong investasi yang lebih besar dalam keterampilan dan pendidikan, dan
dengan demikian menyediakan sumber daya untuk memenuhi tujuan pembangunan
yang lebih luas, inklusif, dan berkelanjutan. ” Hubungan yang saling menguatkan
antara pembangunan sosial dan industri dan potensi industrialisasi untuk
mempromosikan, secara langsung dan tidak langsung, berbagai tujuan sosial seperti
penciptaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, kesetaraan gender, standar
ketenagakerjaan, dan akses yang lebih besar ke pendidikan dan perawatan kesehatan
juga diidentifikasi dalam Bab II dari Rencana Implementasi Johannesburg.

Agenda 21 dan Deklarasi Rio tentang Lingkungan dan Pembangunan


memberikan kerangka dasar untuk diskusi kebijakan dan tindakan pada hal-hal yang
terkait dengan industri dan pembangunan berkelanjutan. Meskipun peranbisnis dan
industri, sebagai kelompok utama, secara khusus dibahas dalam Bab 30, isu-isu yang
terkait dengan industri dan pembangunan ekonomi, pola konsumsi dan produksi,
pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan hidup di seluruh Agenda 21,
termasuk bagian 4. , Sarana implementasi.1

b. Macam-macam Target Pembangunan Berkelanjutan Industri, Inovasi Dan


Infrastruktur.
1. Menjamin akses universal ke jasa infrastruktur jalan dan komunikasi mobile
dan broadband
Terdiri 2 aspek antara lain :
➢ Akses terhadap jalan untuk segala cuaca/all weather road (persentase akses
pada [x] km jarak ke jalan)

4
lOMoAR cPSD| 23789063

Akses jalan yang bisa dilewati dan handal sepanjang tahun sangat penting
untuk banyak proses pembangunan pedesaan, termasuk akses ke masukan,
pasar, pendidikan, dan pelayanan kesehatan. Indikator ini menggambarkan
proporsi penduduk yang yang memiliki jarak [x km] dari tempat tinggal ke
jalan yang andal dan bisa dilewati sepanjang tahun. Sebaiknya jalan tersebut
harus diaspal untuk memastikan akses untuk kendaraan berat.
Ketersediaan di Indonesia
Saat ini belum tersedia data penduduk dengan akses terhadap jalan allweather
road dengan jarak x km. Pendekatan yang pernah digunakan untuk
mengetahui penduduk yang memiliki akses terhadap jalan menggunakan data
hasil pendataan PODES. Jenis jalan yang diasumsikan dari hasil PODES
adalah jalan untuk segala musim/all season road karena keterangan jenis jalan
tidak dirinci pada pendataan. Keterbatasan data ini menjadi tantangan untuk
menambahkan keterangan yang lebih rinci pada PODES mengenai akses
penduduk desa terhadap infrastruktur jalan, terutama jalan untuk segala cuaca
(all weather road-seperti jalan aspal kondisi baik dan sedang) karena akses
ini sangat penting untuk mengurangi kemiskinan, ketimpangan, dan
meningkatkan pembangunan di perdesaan
➢ Langganan broadband handphone per 100 penduduk perkotaan/pedesaan
Akses Broadband adalah tehnologi pendukung utama yang dapat
memberikan keuntungan ekonomi (akses ke ekonomi formal, akses ke pasar
regional dan global untuk pengusaha lokal, dan akses ke layanan perbankan);
manfaat kesehatan (menghubungkan tenaga kesehatan dengan sistem
kesehatan nasional); dan mendorong partisipasi warga dalam pemerintahan.
Hal ini diproyeksikan bahwa dalam beberapa tahun mayoritas penduduk
dunia, termasuk di sub-Sahara Afrika, akan memiliki akses mobile
broadband. Indikator ini mengukur jumlah pelanggan broadband per 100
penduduk.
Ketersediaan di Indonesia
Data untuk indikator ini dipublikasikan oleh ITU (International
Telecommunication Union) dengan menggunakan konsep dan definisi

5
lOMoAR cPSD| 23789063

mereka. Data pada tahun 2000-2008 bersumber dari Dirjen Pos dan
Telekomunikasi, PT. Indosat, dan PT. Telkom, sedangkan pada tahun 2009-
sekarang dari Kementerian Komunikasi dan Informatika. Data belum bisa
dirinci berdasarkan gender.
2. Mempercepat adopsi teknologi baru untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Terdiri 2 aspek antara lain :
➢ [Indeks kinerja infrastruktur TIK]
Teknologi Informasi dan Komunikasi dan teknologi canggih lainnya sangat
penting untuk pembangunan ekonomi dan pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan lainnya. Indeks yang akan dikembangkan ini dapat menelusuri
kualitas dan kinerja infrastruktur TIK di setiap negara.
Ketersediaan di Indonesia
Indikator ini dapat dikembangkan oleh BPS pada Direktorat Statistik
Keuangan, Teknologi Informasi, dan Pariwisata terkait inovasi di bidang
sains dan teknologi.
➢ Peneliti dan teknisi di bidang penelitian dan pengembangan (per sejuta
orang)
Perkembangan, difusi, dan adopsi teknologi memerlukan staf terlatih yang
terlibat dalam penelitian dan pengembangan. Indikator ini mengukur jumlah
peneliti dan teknisi yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan per juta
orang. Negara-negara dapat mempertimbangkan indikator ini sebagai proksi
untuk “pekerja teknologi”.
Ketersediaan di Indonesia
Data yang tersedia terkait indikator ini hanya data dari LIPI tentang jumlah
peneliti di masingmasing Kementerian/Lembaga. Pengumpulan data untuk
ketersediaan indikator dapat dilakukan oleh BPS (Statistik Keuangan,
Teknologi Informasi, dan Pariwisata) terkait inovasi di bidang sains dan
teknologi.
3. Menciptakan lapangan kerja di sektor industri yang secara signifikan akan
berpengaruh terhadap kontribusi sektor industri terhadap PDB secara
berkelanjutan.

6
lOMoAR cPSD| 23789063

Terdiri 2 aspek antara lain :


➢ Nilai tambah sektor industri manufaktur sebagai persentase terhadap PDB
Indikator ini adalah ukuran kontribusi output industri terhadap
perekonomian suatu negara. Industri manufaktur secara luas didefinisikan
sebagai “transformasi bahan fisik atau kimia menjadi produk baru,” terlepas
dari proses (dengan mesin atau dengan tangan), lokasi (pabrik atau rumah),
atau metode penjualan (grosir atau eceran). Nilai tambah adalah output
bersih dari sektor manufaktur, dihitung setelah menambahkan semua output
dan mengurangi input antara, ditentukan oleh International Standard
Industrial Classification (ISIC) revisi 3, dan dihitung tanpa dikurangi
depresiasi aset fabrikasi, atau deplesi dan degradasi sumber daya alam.
Indikatornya diukur sebagai bagian dari produk domestik bruto (PDB).
Ketersediaan di Indonesia
Indikator ini dapat diperoleh melalui Survei Industri Besar dan Sedang dan
Survei Industri Mikro dan Kecil Tahunan dan dapat dirinci menurut
subsektor sesuai dengan KBLI.
➢ Jumlah emisi gas rumah kaca terkait energi dan industri menurut jenis gas
dan sektor, dinyatakan sebagai emisi berbasis produksi dan permintaan
(tCO2e)
Indikator ini menelusuri jumlah gas rumah kaca (GRK) per ton CO2
ekuivalen (tCO2e), dirinci menurut gas (termasuk CO2, N2O, CH4, HFC,
PFC, dan SF6) dan sektor (termasuk penyulingan minyak bumi, listrik dan
produksi panas, industri manufaktur dan konstruksi, transportasi, bangunan
komersial dan residensial, emisi fugitive, serta emisi dari proses industri)
sesuai dengan pedoman Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim
(IPCC) tahun 2006 untuk inventarisasi GRK nasional, dan bab khusus untuk
energi dan emisi industri terkait. UNFCCC mengumpulkan data emisi gas
rumah kaca, diperkirakan dengan metode penghitungan berbasis produksi
(kadang-kadang juga disebut berbasis wilayah). Dalam pendekatan ini,
semua emisi yang terjadi “di dalam wilayah nasional dan daerah lepaspantai
dimana negara tersebut memiliki yurisdiksi” (seperti yang

7
lOMoAR cPSD| 23789063

didefinisikan oleh IPCC 2006 pedoman inventarisasi GRK nasional)


ditugaskan kepada tiap negara.
Ketersedian di Indonesia
Data emisi GRK yang dihitung di Indonesia mengacu pada Rencana Aksi
Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) yang diterbitkan
sebagai Perpres No. 61/2011. Sektor utama yang menjadi target penurunan
emisi GRK adalah (i) Kehutanan dan Lahan Gambut, (ii) Pertanian, (iii)
Energi dan Transportasi, (iv) Industri, serta (v)Pengelolaan Limbah.
Penyediaan data emisi ini merupakan tanggungjawab masing-masing
Kementerian yang membawahi sektor utama tersebut dengan Bappenas
sebagai penanggungjawab utama RAN-GRK. 2

2.2 Mengurangi Kesenjangan Intra dan Antar Negara


a. Dinamika Capaian Pembangunan Berkelanjutan Mengurangi Kesenjangan
Intra dan Antar Negara
Pelaku utama kemajuan ekonomi adalah negara-negara dengan tingkat
perekonomian tinggi. Prinsipnya kemajuan ekonomi signifikan bagi seluruh negara
pada umumnya, karena sejak konfederasi gagal perlahan-lahan menghentikan
gugatan-gugatan yang dilakukan pemerintah setempat untuk menggugurkan
ketenteraman.
Kesenjangan antara orang kaya dan miskin melebar, bahkan di dalam masing-
masing negara. Tren ini membahayakan kemampuan masyarakat internasionaluntuk
mempertahankan kondisi ekonomi yang stabil yang mendukung pasar terbuka.
Keberadaan syarat-syarat yang berbeda dalam kondisi ekonomi yang tidak sama
membuat kesenjangan antar negara terus meningkat.
Kesenjangan pendapatan antar negara merupakan masalah global yang
membutuhkan solusi global. Ini termasuk memperbaiki peraturan, memantau pasar
dan lembaga keuangan, dan mendorong bantuan pembangunan dan investasi asing
langsung di bidang-bidang yang paling membutuhkannya. Mempromosikan
pergerakan yang aman dan pergerakan orang juga merupakan kunci untuk

8
lOMoAR cPSD| 23789063

menjembatani perbedaan yang melebar. Mengurangi kesenjangan adalah salah satu


dari 17 tujuan global yang ditetapkan dalam Agenda 2030 untuk Pembangunan
Berkelanjutan. Pendekatan terpadu sangat penting untuk mencapai semua tujuan.
Untuk mengatasi kesenjangan pendapaan intra negara, strategi perkembangan
dengan yang diterapkan selama ini telah mengarah pada perkembangan dengan
karateristik daerah tertentu, yaitu:
1.) Mengembangkan wilayah yang memiliki potensi dan pengaruh pertumbuhan
ekonomi nasional, serta fokus pada percepatan pengembangan pusat pusat
pertumbuhan dan kawasan metropolitan;
2.) Pengembangan wilayah dengan skala ekonomi regional dan potensi ekonomi
lokal, dengan fokus pada pengembangan pusat pusat kegiatan regional/lokal,
pedesaan dan kota-kota menengah;
3.) Pembangunan daerah dengan infrastruktur dan pelayanan yang belum
berkembang, dengan fokus pada daerah tertinggal, daerah perbatasan, dan
kepulauan.

Strategi ini dilaksanakan untuk mengatasi berbagai masalah utama


pembangunan yang menyebabkan ketimpangan intra negara, yang meliputi:

1. Konektivitas dan aksesibilitas yang tidak merata;


2. Pelayanan dasar yang tidak merata;
3. Belum optimalnya pemanfaatan sumber daya alam (SDA) lokal dalam
pembangunan, yang juga dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik wilayah;
4. Belum optimalnya pengembangan kawasan dengan keragaman budaya dan
sosial budaya masyarakat;
5. Kebijakan afirmatif dan pendanaan pembangunan yang tidak merata;
6. Pemerataan pusat-pusat pertumbuhan.3
b. Macam-macam Target Pembangunan Berkelanjutan Mengurangi
Kesenjangan Intra dan Antar Negara
1. Mengurangi hingga setengahnya proporsi rumah tangga yang pendapatannya
kurang dari setengah median pendapatan nasional

9
lOMoAR cPSD| 23789063

Terdiri 2 aspek antara lain :


➢ Indikator ketimpangan pada batas atas dan bawah distribusi pendapatan:
proporsi pendapatan nasional bruto dari 10 persen penduduk terkaya atau
rasio Palma
Rasio Palma berusaha untuk mengatasi beberapa keterbatasan koefisienGini,
yang gagal memperhitungkan perubahan struktur demografi (misalnya efek
dari ledakan pertumbuhan penduduk atau populasi yang menua) dan tidak
sensitif terhadap perubahan ekor (atas dan bawah) dari distribusi pendapatan,
dimana pada bagian tersebut banyak terjadi perubahan. Denganmenggunakan
rasio sederhana yang bertentangan dengan pengukuran koefisien Gini yang
lebih kompleks ini dapat lebih intuitif bagi para pembuat kebijakan dan
warga negara. Sebagai contoh, tingginya nilai Palmajelas menggambarkan
apa yang perlu diubah yaitu untuk mempersempit kesenjangan dapat
dilakukan dengan meningkatkan kontribusi pendapatan 40 persen penduduk
termiskin dan/ atau dengan mengurangi kontribusi 10 persen penduduk
terkaya.
Ketersediaan di Indonesia
Untuk menghitung ketimpangan pendapatan di Indonesia, BPS
menggunakan data pengeluaran rumah tangga berdasarkan hasil Susenas.
Penghitungan ketimpangan dengan menggunakan rasio Palma belum
dilakukan sehingga nantinya dapat dihitung dengan menggunakan data
pengeluaran tersebut. Namun, sebaiknya ada peningkatan kualitas
pengumpulan data sehingga indikator dapat dihitung dengan menggunakan
data pendapatan bukan dengan pendekatan pengeluaran. Data dapat dirinci
berdasarkan desil maupun persentil, dan berdasarkan wilayah.
➢ Persentase rumah tangga dengan pendapatan di bawah 50 persen dari
pendapatan rata-rata (“kemiskinan relatif”)
Kemiskinan relatif didefinisikan sebagai persentase rumah tangga dengan
pendapatan kurang dari setengah dari pendapatan rata-rata nasional. Ini
merupakan indikator ketimpangan di bagian bawah distribusi pendapatan,

10
lOMoAR cPSD| 23789063

yang menjadi penyebab pengucilan sosial dan merusak persamaan


kesempatan.
Ketersediaan di Indonesia
Indikator ini dapat dihitung dengan data pengeluaran penduduk dari Susenas.
Dapat dirinci menurut jenis kelamin dan usia kepala rumah tangga dan
berdasarkan wilayah kota-desa tetapi belum bisa dirinci berdasarkan etnis,
agama, bahasa, disabilitas, dan status adat.
• Indikator Tambahan :
1.) Koefisien Gini
Koefisien Gini mengukur sejauh mana distribusi pendapatan atau
pengeluaran konsumsi antar individu atau rumah tangga dalam suatu
perekonomian menyimpang dari distribusi pemerataan sempurna.
Koefisien Gini bernilai 0 menunjukkanpemerataan sempurna, dan nilai
1 menunjukkan ketimpangan sempurna. Koefisien ini adalah indikator
ketimpangan pendapatan yang terkenal, dan telah digunakan selama
lebih dari 100 tahun. Indikator ini dihitung dan dipublikasikan oleh BPS
setiap tahunnya pada level provinsi dan dapat juga dihitung hingga level
kabupaten/kota.
2.) Persistensi pendapatan/ upah
Indikator ini adalah ukuran dari mobilitas sosial ekonomi antargenerasi,
yang secara umum didefinisikan sebagai hubungan antara status sosial
ekonomi orang tua dan status anakanak mereka yang akan menjadi
dewasa. Mobilitas ekonomi dapat diukur baik melalui upah atau
pendapatan, dan dinyatakan sebagai sebagian pendapatan orang tua atau
upah yang tercermin dalam keturunan mereka. Persistensi pendapatan ini
belum pernah diukur secara nasional di Indonesia.

2. Mencapai keuangan publik internasional dan domestik untuk Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan yang memadai, yaitu proporsi BPR terhadap
pendapatan nasional bruto sebesar 0,7 persen untuk semua negara
berpenghasilan tinggi
Terdiri 4 aspek antara lain :

11
lOMoAR cPSD| 23789063

➢ Bantuan Pembangunan Resmi (ODA) netto untuk negara kurang berkembang


sebagai persentase terhadap pendapatan nasional bruto negara maju
Indikator ini mengukur kemajuan terhadap komitmen bantuan. Kisaran target
yang disepakati untuk indikator ini adalah 0,15-0,2 persen. Indikator ini
adalah indikator untuk negara maju.
➢ ODA sebagai persentase dari pendapatan nasional bruto negara rentan
Indikator ini adalah jumlah ODA yang diterima oleh suatu negara sebagai
persentase dari pendapatan nasional bruto. ODA merupakan pinjaman luar
negeri yang berasal dari suatu negara atau lembaga multilateral, yang
ditujukan untuk pembangunan ekonomi atau untuk peningkatan
kesejahteraan sosial bagi negara penerima dan memiliki komponen hibah.
Data untuk indikator ini dapat diperoleh dari Kemenkeu (ODA) dan BPS
(Pendapatan nasional bruto). Data ODA dapat dirinci berdasarkan negara/
lembaga kreditor.
➢ Biaya rata-rata remitansi
Remitansi semakin penting bagi banyak negara, tapi pengukuran yang akurat
masih sulit dilakukan. G20 berkomitmen untuk mengurangi biaya remitansi
rata-rata global sebesar 5%, sehingga peningkatan metodologi statistik
diperlukan untuk pengumpulan data agar dapat memantau biaya remitansi.
Indikator ini dapat dikembangkan oleh Bank Indonesia/ Kementerian
Keuangan dengan mengacu pada ukuran internasional.
➢ Indikator migrasi
Indikator ini akan menelusuri migrasi dan mobilitas penduduk yang tertib,
aman, dan bertanggung jawab. Setelah indikator dikembangkan, survei
Pencacahan Migrasi Internasional dan Remitan yang terintegrasi oleh
Susenas dapat menjadi sumber data. Selain itu, cakupan survei tersebut juga
dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan data indikator migrasi ini.4

12
lOMoAR cPSD| 23789063

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembangunan industri yang inklusif dan berkelanjutan telah dimasukkan, bersama


dengan infrastruktur dan inovasi yang tangguh, sebagai Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan 9 dalam Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan. Agenda 2030
dan Agenda Aksi Addis Ababa fokus pada relevansi pembangunan industri yang inklusif
dan berkelanjutan sebagai dasar pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Seiring
berkembangnya industri, hal itu mendorong peningkatan nilai tambah danmeningkatkan
penerapan sains, teknologi, dan inovasi, oleh karena itu mendoronginvestasi yang
lebih besar dalam keterampilan dan pendidikan, dan dengan demikian menyediakan
sumber daya untuk memenuhi tujuan pembangunan yang lebih luas, inklusif, dan
berkelanjutan.

Kesenjangan antara orang kaya dan miskin melebar, bahkan di dalam masing-
masing negara. Mengurangi kesenjangan adalah salah satu dari 17 tujuan global yang
ditetapkan dalam Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan. Pendekatan terpadu
sangat penting untuk mencapai semua tujuan. Untuk mengatasi kesenjangan pendapaan
intra negara, strategi perkembangan dengan yang diterapkan selama ini telah mengarah
pada perkembangan dengan karateristik daerah tertentu.

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa makalah di atas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat di pertanggung jawabkan maka dari itu kami mengharap
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

13
lOMoAR cPSD| 23789063

DAFTAR PUSTAKA

Zubair, M. Zubair. 2019. Pembangunan Berkelanjutan Industri, Inovasi Dan Infrastruktur.


Conference Paper

Sutopo, Agus, dkk. 2014. Kajian Indikator Sustainable Development Goals (SDGs). Jakarta:
Badan Pusat Statistik

Rahadian, A. H. (2016). Strategi Pembangunan Berkelanjutan. Prosiding Seminar STIAMI,

https://www.kompasiana.com/sabrinagz/6163bfbd6e7f0126893c9713/mengurangi-kesenjangan-
intra-dan-antar-negara (Diakses pada tanggal 14 Desember 2021pukul 20.40 WIB)

14

Anda mungkin juga menyukai