Anda di halaman 1dari 121

PORTOFOLIO

STUDI PEMECAHAN MASALAH PADA BIDANG


INDUSTRI DENGAN KEILMUAN TEKNIK
INDUSTRI MENDUKUNG ETIKA
PROFESIONAL INSINYUR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Insinyur

DISUSUN OLEH:

RYAN PRAMANDA
NIM. 2104512010091

PROGRAM STUDI PROGRAM PROFESI INSINYUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

STUDI PEMECAHAN MASALAH PADA BIDANG INDUSTRI


DENGAN KEILMUAN TEKNIK INDUSTRI MENDUKUNG
ETIKA PROFESIONAL INSINYUR

Disusun Oleh:
RYAN PRAMANDA
NIM. 2104512010091

Program Studi Program Profesi Insinyur


Fakultas Teknik
UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Mengetahui,
Kepala Bagian Teknik Mesin dan Industri Pembimbing

Dr-Ing. Ir. Teuku Edisah Putra S.T.,


Dr. Ir. Muhibbuddin, M.Eng., IPM. M.Sc., Ph.D., IPM., ASEAN Eng.
NIP. 198303132009041008 NIP. 19800507200641004

Disetujui pada tanggal: Juni 2022


Koordinator Program Studi

Prof. Dr. Ir. Sofyan M. Saleh, M.Sc. Eng., IPU


NIP. 195905121987021001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat yang tidak pernah putus
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Portofolio yang berjudul:
“Studi Pemecahan Masalah Pada Bidang Industri Dengan Keilmuan Teknik
Industri Mendukung Etika Profesional Insinyur”.
Fortofolio ini disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Profesi
Insinyur yang sedang penulis ikuti pada Program Profesi Insinyur Universitas Syiah
Kuala (USK) Tahun 2022. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Portofolio ini
tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Marwan., IPU. sebagai Rektor Universitas Syiah Kuala.
2. Bapak Dr. Ir. Alfiansyah Yulianur BC sebagai Dekan Fakultas Teknik Universitas
Syiah Kuala.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Sofyan M. Saleh, M.Sc. Eng., IPU. sebagai Ketua Program Studi
Profesi Insinyur Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
4. Bapak Dr. Ir. Muhibbuddin, M.Eng., IPM. sebagai Kepala Bagian Teknik Mesin
dan Industri Program Studi Profesi Insinyur Fakultas Teknik Universitas Syiah
Kuala.
5. Dr-Ing. Ir. Teuku Edisah Putra S.T., M.Sc., Ph.D., IPM., ASEAN Eng., sebagai
Pembimbing.
6. Tenaga Pengajar pada Program Studi Profesi Insinyur Fakultas Teknik Universitas
Syiah Kuala.
7. Ayahanda, Ibunda, adik-adik dan seluruh anggota keluarga yang selalu mendukung
serta senantiasa mendo’akan untuk kesuksesan penulis.
Penulis sangat berharap hasil Portofolio ini dapat bermanfaat bagi kita semua
serta saran dan kritik yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang

Banda Aceh, 02 Juni 2022


Penulis,

RYAN PRAMANDA
NIM. 2104512010091

ii
RINGKASAN

Seorang insinyur diharuskan memiliki berbagai aspek kemampuan berdasarkan


ABET (Accreditation Board for Engineering and Technology) Engineering Criteria 2000,
seperti mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan engineering, mampu merancang,
melaksanakan eksperimen dan menganalisis serta menafsirkan data atau hasil uji,
mampu memecahkan masalah engineer, mampu berperan dalam tim multidisiplin,
mampu berkomunikasi dan lain sebagainya.
Teknik industri merupakan bagian dari ilmu teknik yang mempelajari bidang
desain, perbaikan, dan penggunaan dari sistem integral yang terdiri dari unsur-unsur
manusia, bahan-bahan, informasi, peralatan serta energi. Secara lebih spesifik lagi, ia
adalah pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan ilmu matematika, fisika,
serta ilmu-ilmu sosial ditambah dengan prinsip & metode dari analisis keteknikan &
desain untuk mengkhususkan, memprediksi, serta mengevaluasi hasil yang akan
didapatkan dari suatu sistem.
Yang menjadi bidang pekerjaan atau pembahasan dari teknik industri adalah
sistem integral yang terbentuk dari manusia, material/bahan, informasi, peralatan, serta
energi. Dasar-dasar keilmuan dari teknik industri sendiri adalah bersifat multidisiplin
atau lintas bidang, hal ini disebabkan teknik industri tidak melulu bertumpu pada ilmu
matematika atau fisika saja, namun juga ilmu sosial serta manajemen.
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Tugas utama seorang dosen adalah mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, juga seni melalui Tri Dharma Pendidikan Tinggi. Selain
melaksanakan perkuliahan juga tutorial, dosen diharapkan dapat terus melakukan
penelitian pada bidang keahliannya dan memberikan bimbingan kepada mahasiswa.
Sebagai seorang ilmuwan, dosen perlu mempublikasikan secara teratur karya tulis
ilmiah dan hasil penelitiannya di konferensi akademik.
Profesionalisme Insinyur adalah sikap mental dalam bentuk komitmen dari
anggota suatu profesi untuk selalu mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesinya.
Profesionalisme merupakan pemahaman seorang profesional dalam menjalankan
profesinya. Profesionalisme menunjukkan perpaduan antara kompetensi yang dikuasai

iii
dengan karakter yang menunjukkan adanya tanggung jawab secara moral. Peran
profesionalisme ditunjukan dengan cara meimplementasikan tujuh tuntunan sikap dan
perilaku Insinyur Indonesia yaitu: (1) Mengutamakan keselamatan, kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat; (2) Bekerja sesuai dengan kompetensinya; (3) Hanya
menyatakan pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan; (4) Menghindari terjadinya
pertentangan kepentingan dalam tanggung jawab tugasnya; (5) Membangun reputasi
profesi berdasarkan kemampuan masing-masing; (6) Memegang teguh kehormatan,
integritas & martabat profesi; (7) Mengembangkan kemampuan profesionalnya.
Katrya Portofolio ini menyajikan keterkaitan nilai-nilai; kode etik dan etika profesi
insinyur profesionalisme; profesionalisme keinsinyuran dan keselamatan, kesehatan
kerja dan lingkungan untuk kasus-kasus yang pernah dilaksanakan dan diimplemantasi
sebagai perwujudan meneguhkan Catur karsa dan Sapta Dharma, kesesuaian dengan
judul Studi Pemecahan Masalah Pada Bidang Industri Dengan Keilmuan
Teknik Industri Mendukung Etika Profesional Insinyur yaitu dapat dikatakan
bahwa implementasi keinsinyuran mestinya sesuai dengan ilmu yang dimiliki ketika
memndaptkan ilmu dibidang keinsinyuran salah satunya adalah Sarjana Teknik yaitu
bidang Teknik Industri. Peran keilmuan insinyuran bidanh Teknik Industri tersebut
akan melibatkan secara langsung serta dimanfaatkan langsung oleh masyarakat. Studi
kasus yang disajikan dalam portofolio ini adalah 2 (dua) penelitian bidang Teknik
Industri, 2 (dua) pengabdian tentang keteknikan, dan 2 (dua) kegiatan yang secara
langsung berhubungan kepada masyakarat yang lebih banyak yaitu ingin mengetahui
tentang implementasi yang dirasakan menggunakan fasilitas pemerintah.

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................................i


KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii
RINGKASAN ................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktik Keinsinyuran ..................................................................................... 3
1.3 Ruang Lingkup Praktik Keinsinyuran....................................................................... 3
1.4 Permasalahan................................................................................................................ 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 5
2.1 Insinyur dan Profesi Insinyur .................................................................................... 5
2.2 Peran Etika dan Teknologi......................................................................................... 6
2.3 Etika Engineering (Etika Profesi Insinyur) ................................................................. 7
2.3.1 Kode Etik Insinyur Indonesia ............................................................................. 11
2.3.2 Profesionalisme Keinsinyuran.............................................................................. 18
2.3.3 Perbedaan profesi, profesional, profesionalitas, dan profesionalisme .............. 18
2.3.4 Catur Karsa dan Sapta Dharma dalam Persatuan Insinyur Indonesia (PII) ..... 20
2.4 Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan................................................... 22
2.4.1 Bagian-bagian dari Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan................ 23
2.5. Keilmuan Teknik Industri ........................................................................................ 24
2.5.1 Sejarah Keilmuan Teknik Industri ....................................................................... 24
2.5.2.Teknik Industri terhadap Profesionalisme Insinyur .......................................... 29
2.5.3.Tenaga Pengajar Keilmuan Teknik Industri. ...................................................... 35
BAB III. STUDI KASUS ............................................................................................... 36
3.1. Studi Kasus 1 ....................................................................................................................... 36
3.2. Studi Kasus 2 ....................................................................................................................... 46
3.3. Studi Kasus 3 ....................................................................................................................... 57
3.4. Studi Kasus 4 ....................................................................................................................... 74
3.5. Studi Kasus 5 ....................................................................................................................... 94
3.6. Studi Kasus 6 .....................................................................................................................101
BAB IV ..........................................................................................................................109
4.1 Umum ..................................................................................................................................109
4.2 Kesimpulan..........................................................................................................................110
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 111

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Engineering Era Early and Modern ........................................................................... 25


Gambar 2.2 Kaitan Teknik Industri dengan Teknik lainnya ........................................................ 25
Gambar 2.3 Kompetensi Sistem Terintegrasi (Integrated System) ............................................. 26
Gambar 2.4 Evolusi Teknik Industri ............................................................................................... 27
Gambar 3.1 Hasil Ukuran Helm Ergonomi.................................................................................... 40
Gambar 3.2 Surat Tugas dan publikasi Studi Kasus 1 ................................................................... 46
Gambar 3.3 Kegiatan Sosialisai Alat Pemotong Adonan kerupuk Tempe................................. 51
Gambar 3.4 Dokuemen pendukung studi kasus 4 ......................................................................... 56
Gambar 3.5 Foto tim PKM bersama mitra sebelum pelaksanaan PKM .................................... 59
Gambar 3.6 Foto tim PKM bersama mitra ketika pelaksanaan PKM ........................................ 59
Gambar 3.7 Wadah pemijahan atau perkawinan ............................................................................ 59
Gambar 3.8 Kolam pembesaran ....................................................................................................... 60
Gambar 3.9 Wadah dalam toples...................................................................................................... 60
Gambar 3.10 Ikan cupang hias kelas kontes ..................................................................................... 61
Gambar 3.11 Ikan hias guppy.............................................................................................................. 62
Gambar 3.12 Pengolahan pakan hidup artemia ................................................................................ 62
Gambar 3.13 Flowchart breeding ikan hias cupang dan guppy ..................................................... 65
Gambar 3.14 Teknologi kultur penetasan artemia ........................................................................... 65
Gambar 3.15 Rak Budidaya Ikan ........................................................................................................ 66
Gambar 3.16 Cacing sutra.................................................................................................................... 66
Gambar 3.17 Sosialisasi cara budidaya ikan hias cupang dan guppy ............................................. 67
Gambar 3.18 Proses perkawina ikan .................................................................................................. 67
Gambar 3.19 Burayak atau anak ikan yang telah dipisah dari indukan ......................................... 67
Gambar 3.20 Kultur Artemia .............................................................................................................. 68
Gambar 3.21 Pembagian bibit ikan kepada masyarakat dan kelompok ........................................ 68
Gambar 3.22 Kolan pembesaran ikan ................................................................................................ 69
Gambar 3.23 Kolam jentik nyamuk sebagai pakan alami................................................................ 69
Gambar 3.24 Ruang pamer ikan kontes dan penjualan (a) Cupang (b) Guppy ........................... 69
Gambar 3.25 Perawatan ikan jika kondisi ikan kurang sehat .......................................................... 70
Gambar 3.26 Dokumen Pendukung .................................................................................................. 74
Gambar 3.27 Data variabel yang dibutuhkan .................................................................................... 78
Gambar 3.28 Linear Regression .......................................................................................................... 78
Gambar 3.29 Linear Regression Statistics ......................................................................................... 79
Gambar 3.30 Compute Variable ......................................................................................................... 79
Gambar 3.31 Descriptives ................................................................................................................... 80
Gambar 3.32 K-Means Cluster Analysis ............................................................................................ 80
Gambar 3.33 K-Means Cluster: Save ................................................................................................. 80
Gambar 3.34 K-Means Cluster: Options ........................................................................................... 81
Gambar 3.35 Initial Cluster Centers ................................................................................................... 81
Gambar 3.36 Iteration History ............................................................................................................ 81
Gambar 3.37 Final Cluster Centers .................................................................................................... 82
Gambar 3.38 ANOVA ......................................................................................................................... 82
Gambar 3.39 Number of Cases in Each Cluster .............................................................................. 83

v
Gambar 3.40 Cluster membership ...................................................................................................... 84
Gambar 3.41 Provinsi Pada Setiap Cluster ........................................................................................ 86
Gambar 3.42 Statistik Deskriptif Pada Cluster 3 .............................................................................. 86
Gambar 3.43 Statistik Deskriptif Pada Cluster 3 Provinsi Pada Setiap Cluster ........................... 87
Gambar 3.44 Diagram Hasil Analisis K-Means Cluster. ................................................................. 88
Gambar 3.45 Dokumen Pendukung Studi Kasus 5 .......................................................................100
Gambar 3.46 Dokumen pendukung Studi Kasus 6 .......................................................................108

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Objek dan Keilmuan Teknik Industri ............................................................................... 27


Tabel 3.1 Tugas Pelaksana Studi Kasus ............................................................................................ 37
Tabel 3.2 Tugas Pelaksana Studi Kasus 2 .......................................................................................... 47
Tabel 3.3 Perbandingan Sebelum dan Sesudah Menggunakan Alat .............................................. 52
Tabel 3.4 Luaran Yang Telah Dicapai ................................................................................................ 53
Tabel 3.5 Tugas Pelaksana Studi Kasus 3 .......................................................................................... 57
Tabel 3.6. Breeding ikan cupang dan guppy...................................................................................... 70
Tabel 3.7 Target luaran yang dicapaian .............................................................................................. 71
Tabel 3. 8 Tugas Pelaksana Studi Kasus 4 ......................................................................................... 75
Tabel 3.9 Cipta karsa dan Sapta Darma yang diterapkan : .............................................................. 96
Tabel 3.10 Cipta karsa dan Sapta Darma yang diterapkan : ..........................................................103

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etika adalah ilmu tentang hal yang baik dan buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral; kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlaq; nilai
mengenai nilai benar dan salah, yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika
profesi adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional
terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam
rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat. Etika Profesi
adalah suatu tindakan refleksi atau self control dalam pekerjaan yang dilakukan untuk
kepentingan sosial atau sendiri dalam suatu bidang keahlain tertentu. Etika Profesi
adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi atau lingkup
kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering (rekayasa), science,
medis/dokter, dan sebagainya.
Berdasarkan pertimbangan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat
(3),Pasal 8 ayat (3), Pasal 17, Pasal 22, dan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2014 tentang Keinsinyuran, pada 12 April 2019, Presiden Republik Indonesia telah
menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2019 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2014 tentang Keinsinyuran. Lingkup
Pengaturan dalam PP ini meliputi: a. disiplin teknik Keinsinyuran, dan bidang
Keinsinyuran; b. program profesi Insinyur; c. registrasi Insinyur; d. Insinyur Asing; dan
e. pembinaan Keinsinyuran. Keinsinyuran mencakup disiplin teknik Keinsinyuran dan
bidang Keinsinyuran, bunyi Pasal 3 PP ini.
Disiplin teknik Keinsinyuran, menurut PP ini, merupakan bagian dari rumpun
ilmu terapan sebagai aplikasi ilmu dalam teknik dengan menggunakan kepakaran dan
keahlian berdasarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
meningkatkan nilai tambah dan daya guna secara berkelanjutan dengan memperhatikan
keselamatan, kesehatan, kemaslahatan, serta kesejahteraan masyarakat dan kelestarian
lingkungan, demikian bidang Keinsinyuran merupakan kegiatan profesi yang
memerlukan keahlian teknik. Menurut PP ini, Program Profesi Insinyur
diselenggarakan untuk: a. memberikan arah pertumbuhan dan peningkatan

1
profesionalisme Insinyur sebagai pelaku profesi yang andal dan berdaya saing tinggi,
dengan hasil pekerjaan yang bermutu serta terjaminnya kemaslahatan masyarakat; dan
b. meletakkan Keinsinyuran Indonesia pada peran dalam pembangunan nasional
melalui peningkatan nilai tambah kekayaan tanah air dengan menguasai dan
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi serta membangun kemandirian
Indonesia.
Keilmuan Teknik Industri dapat dinyatakan bahwa cakupan profesi
keteknikindustrian sangatlah luas dan tersebar di berbagai bidang. Akan tetapi, ada satu
hal yang harus dicermati, yaitu bahwa bidang-bidang yang dicakupi oleh teknik industri
adalah bidang-bidang yang masuk dalam kategori sociotechnical system, yaitu socio
(manusia) dan technical (faktor teknologi) adalah dua faktor utama yang saling
berinteraksi di dalamnya. Peranan Program Studi Teknik Industri, yang menghasilkan
pencapia lulusan teknik industri dapat bekerja sebagai tenaga teknik yang dapat
memproduksi sesuatu di dalam perusahaan. Profesi teknik industri sebenarnya tidak
dapat terlepas dari bagaimana definisi teknik industri itu sendiri. Dari definisi yang
diberikan oleh IIE (Institute of Industrial Engineering) mengenai teknik industri, dapat
dijelaskan bahwa profesi teknik industri bergerak dalam beberapa kegiatan, mulai dari
merancang, meningkatkan, dan menginstalasi sebuah sistem yang terintegrasi. Posisi
profesi insinyur teknik industri identik dengan posisi-posisi seperti project manager,
product engineer, process engineer, logistic and inventory control, quality control, quality assesement,
ergonomist / safety / HSE, team designer, dan sebagainya.
Teknik Industri merupakan satu prodi studi di bawah Fakultas Teknik yang ada di
perguruan tinggi. Prospek kerja lulusan Teknik Industri bisa dianggap besar karena
saat ini banyak perusahaan ingin memanfaatkan teknologi-teknologi baru. Dibanding
bidang studi teknik lainnya, Teknik Industri dikenal cenderung lebih sosial. Hal
tersebut karena pola penerapannya. Pembahasan dalam Teknik Industri melibatkan
beberapa studi manajemen meski program studi ini turunan dari Teknik Mesin.
Kompetensi dasar wajib yang harus dimiliki mahasiswa untuk
menguasai Teknik Industri adalah kemampuan di bidang fisika. Fokus
dari Teknik Industri adalah perancangan, peningkatan, dan pemasangan sistem
terintegrasi yang dapat diwujudkan melalui sinergi peranan material, energi, peralatan,
dan manusia. Dalam dunia kerja lulusan Teknik Industri atau sering disebut sebagai
Insinyur Industri bertugas merancang sistem efisien yang mengintegrasikan pekerja,

2
mesin, bahan, informasi, dan energi untuk membuat produk atau menyediakan
layanan, sebagaimana dikutip dari collegegrad.com. Teknik Industri tersusun atas tiga
bagian utama, yakni manufaktur, manajemen industri, dan tekno ekonomi.
Tersusunnya tiga bagian utama tersebut karena adanya keterkaitan antara sistem dan
manusia..
Universitas Syiah Kuala mendukung pembangunan infrastruktur dan industri
Indonesia dengan mempertimbangkan semakin ketatnya persaingan global dalam
pekerjaan keinsinyuran sebagai bagian dari pemenuhan kewajiban Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2014 tentang Keinsinyuran No.674 / C.C /
KL/2016 Direktur Biro Pendidikan Tinggi Iptek Kemenristekdikti yang meminta
terselenggaranya program profesi insinyur di Universitas Syiah Kuala bekerjasama
dengan persatuan Insinyur Indonesia (PII) dengan ini akan dianugerahi gelar Insinyur
(Ir). Maka dari latar belakang portofolio untuk mendukung amanat keinsinyuran
tersebut dengan judul Studi Pemecahan Masalah pada Sektor Industri dengan
Keilmuan Teknik Industri Mendukung Etika Profesional Insinyur.

1.2 Tujuan Praktik Keinsinyuran


Tujuan praktik keinsinyuran adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan membuat rencana rekayasa dengan memanfaatkan sumber daya dan
membuat evaluasi teknis yang komprehensif dengan memanfaatkan ilmu
pengetahuan, sains dan teknologi.
2. Kemampuan memecahkan masalah teknis melalui pendekatan disiplin tunggal dan
interdisipliner sebagai perwujudan profesionalisme keinsinyuran.
3. Kemampuan penelitian dan membuat keputusan teknis sesuai dengan etika profesi
dan standar teknis standar keinsinyuran secara strategis dan akuntabel sebagai
perwujudan profesionalisme keinsinyuran.

1.3 Ruang Lingkup Praktik Keinsinyuran


Ruang lingkup praktik keinsinyuran yang akan dibahas pada makalah ini antara
lain; tentang pengalaman yang telah dilaksanakan dibidang keinsinyuran sebagai tenaga
ahli keilmuan teknik industri yang sesuai dengan peran dan cakupan etika profesi teknik
industri, sebagai berikut:
a) Filosofi Keinsinyuran di Industri tersebut.

3
b) Arah perkembangan Industri
c) Sistem Industri (engineering)
d) Tugas mengatasi masalah (kasus)

1.4 Permasalahan
Permasalahan Keinsinyuran yang pernah dilaksanakan yaitu pengambilan
keputusan dan tindakan atas suatu masalah berdasarkan dari keilmuan Teknik Industri
sebagai penerapan profesionalisme keinsinyuran.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada BAB ini menjelaskan hal yang fundamental bagi para ahli keinsinyuran yang
menangani bidang keteknikindutrian, yaitu: Kode etik dan etika profesi insinyur,
Profesionalisme keinsinyuran, serta Keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan.

2.1 Insinyur dan Profesi Insinyur


Seseorang yang bidang pekerjaannya adalah dalam bidang engineering disebut
engineer. Apabila dilihat dalam kamus, kata engineer ini dalam bahasa Indonesia
diartikan salah satunya adalah menjadi kata insinyur. Kata insinyur ini merupakan kata
serapan dari bahasa Belanda ‘ingineur’. Dalam kamus bahasa Indonesia kata insinyur
ini artinya sarjana teknik (sipil, listrik, pertambangan, pertanian, dan lain sebagainya).
Memang di negara kita kata insinyur sering dihubungkan dengan seorang yang telah
menyelesaikan pendidikan tinggi dalam bidang teknik dan mendapatkan gelar sarjana
teknik. Namun apabila dihubungkan dengan definisi engineering seperti yang telah
diberikan sebelumnya yang dimaksud dengan insiyur adalah seseorang yang
mempunyai profesi engineering. Jadi kata insinyur disini tidak menunjukkan atau
berkaitan dengan suatu gelar akademik, tapi sesuatu yang berkaitan dengan profesi
engineering atau ada juga yang mengatakan bahwa insinyur itu adalah suatu gelar
profesi.
Dalam tulisan ini kita menggunakan kata insinyur dalam artian seorang yang
profesinya dalam bidang engineering. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
professional adalah seorang yang mempunyai profesi. Jadi professional engineer
sebenarnya adalah seorang yang profesinya di bidang engineering. Di Amerika serikat
seorang bisa disebut professional apabila orang tersebut mempunyai lisensi dan
prosedur untuk mendapatkan lisensi tersebut diatur oleh masing-masing pemerintah
negara bagian. Seorang insinyur yang berlisensi mempunyai hak istimewa dan
kewajiban untuk menandatangani dokumen produk. Tanda tangan tersebut sebagai
jaminan dari insinyur bahwa produknya telah memenuhi syarat-syarat teknis dan sesuai
dengan standar. Berdasarkan undang-undang produk-produk misalnya bangunan
tinggi, jembatan tidak dapat dibangun untuk kepentingan umum jika tidak
mencantumkan tandatangan insinyur yang berlisensi pada dokumen produk. Di

5
Amerika Serikat kebanyakan insinyur tidak mempunyai lisensi sebagai professional,
hanya sekitar 20-25% dari keseluruhan jumlah di negara itu yang berlisensi. Weil (2002)
menyatakan bahwa banyak juga diantara mereka yang tidak memiliki lisensi tersebut
menyatakan diri mereka sebagai seorang professional engineer meskipun mereka tidak
mempunyai gelar Professional Engineer (PE) seperti yang diberikan pada seorang
insinyur yang berlisensi.
Pedoman Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET) (2000)
didalam Wignjosoebroto (2010) suatu badan non pemerintah yang berwenang
mengevaluasi dan mensertifikasi program pendidikan engineering berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan menyatakan: untuk dipertimbangkan menjadi terakreditasi,
program-program engineering harus dirancang untuk menyiapkan lulusannya untuk
praktek engineering pada suatu level professional. Walaupun titik beratnya adalah
kriteria dan evaluasi yang ditetapkan ABET, penetapan akreditasi ini memberikan suatu
bentuk dalam sertifikasi engineer. Bahkan Weil (2002) berpendapat bahwa di Amerika
Serikat nampaknya seorang yang lulus dari program engineering yang engineer
terakreditasi serta memegang posisi engineering dapat dianggap sebagai professional
engineer (dengan huruf p kecil), dan sejalan dengan hal ini lulusan itupun memenuhi
syarat untuk diterima menjadi anggota organisasi profesi.

2.2 Peran Etika dan Teknologi


Kemajuan teknologi yang semakin cepat telah banyak membawa perubahan
dalam hidup manusia. Teknologi telah memecahkan banyak persoalan yang dihadapi
manusia dan dapat membawa kehidupan manusia menjadi lebih berkualitas. Namun
tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan teknologi yang telah dicapai itu selain membawa
dampak positif juga membawa dampak negative. Penemuan-penemuan dalam bidang
teknologi yang semakin hari semakin tidak terhitung jumlahnya itu telah banyak
menimbulkan masalah dan kesulitan baru yang harus dihadapi manusia. Teknologi
bukan hanya membawa kemudahan bagi kehidupan manusia tapi juga membawa
dampak buruk. Bahkan bukan hanya pada manusia saja, banyak temuan teknologi
tersebut telah mengganggu kelangsungan hidup makhluk lain dan merusak
keseimbangan alam dan lingkungan. Penemuan senjata nuklir,misalnya, telah banyak
menimbulkan korban ketika senjata itu digunakan pada perang dunia ke dua..
Penggunaan lemari pendingin, air conditioning yang menggunakan Freon sebagai zat

6
pendingin akhir-akhir ini diduga oleh para ilmuwan dapat berakibat pada pemanasan
global yang disebabkan efek rumah kaca. Masih banyak contoh lagi dimana penemuan
teknologi disadari bisa berdampak buruk. Kemajuan teknologi pada akhirnya
menghasilkan banyak masalah etis. Terkadang masalah tersebut dapat diselesaikan
secara mudah menggunakan aturan etika yang ada namun dengan kemajuan teknologi
yang cepat membuat kita tidak mempunyai aturan yang dapat memandu kita untuk
berperilaku benar ketika menggunakan teknologi yang baru. Kesadaran akan dampak
teknologi seharusnya membuat kita untuk lebih berhatihati dalam bertindak dan
melakukan antisipasi terhadap hasil tindakan tersebut dengan pertimbangan etis di
dalam pikiran kita. Memutuskan menggunakan teknologi baru sekedar karena
teknologi tersebut dapat mempermudah kehidupan kita bukanlah hal yang terbaik.
Hidup akan lebih mudah dengan teknologi namun bagaimana teknologi tersebut dapat
mempengaruhi lingkungan dan masyarakat disekitar kita. Manusia mempunyai
kewajiban moral terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan ketika
berhadapan dengan keputusan yang melibatkan teknologi.

2.3 Etika Engineering (Etika Profesi Insinyur)


Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos yang berarti karakter, watak,
kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang
dimiliki individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah
dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Dalam hal ini Campbell (1993)
dalam Wignjosoebroto (2000) mendefinisikannya sebagai “the discipline which can act as
the performance standard or reference for our control system”. Selanjutnya apakah yang
dimaksudkan dengan etika profesi insinyur itu ? Menurut Bennet [1996], etika profesi
keinsinyuran dapat didefinisikan secara sederhana sebagai “the study of the moral issues and
decisions confronting individuals and organizations involved in engineering”. Pengenalan dan
pemahaman mengenai etika profesi keinsinyuran ini perlu dilakukan sedini mungkin,
bahkan beberapa perguruan tinggi teknik sudah mencantumkannya dalam kurikulum
dan mata kuliah khusus.
Menurut Wignjosoebroto (2010) menyatakan bahwa Accreditation Board for
Engineering and Technology (ABET) sendiri secara spesifik memberikan persyaratan
akreditasi yang menyatakan bahwa setiap mahasiswa teknik (engineering) harus mengerti
betul karakteristik etika profesi keinsinyuran dan penerapannya. Dengan persyaratan

7
ini, ABET menghendaki setiap mahasiswa teknik harus betul-betul memahami etika
profesi, kode etik profesi dan permasalahan yang timbul diseputar profesi yang akan
mereka tekuni nantinya; sebelum mereka nantinya terlanjur melakukan kesalahan
ataupun melanggar etika profesi-nya. Langkah ini akan menempatkan etika profesi
sebagai “preventive ethics” yang akan menghindarkan segala macam tindakan yang
memiliki resiko dan konsekuensi yang serius dari penerapan keahlian profesional.
Pada dasarnya kode etik profesi dirancang dengan mengakomodasikan
beberapa prinsip etika (Harris, 1993; Fleddermann, 1999) seperti:
(a) Etika kemanfaatan umum (utilitarianism ethics), yaitu setiap langkah/tindakan yang
menghasilkan kemanfaatan terbesar bagi kepentingan umum haruslah dipilih dan
dijadikan motivasi utama;
(b) Etika kewajiban (duty ethics), yaitu setiap sistem harus mengakomodasikan hal-hal
yang wajib untuk diindahkan tanpa harus mempertimbangkan konsekuensi yang
mungkin bisa timbul, berupa nilai moral umum yang harus ditaati seperti jangan
berbohong, jangan mencuri, harus jujur, dan sebagainya. Semua nilai moral ini jelas
akan selalu benar dan wajib untuk dilaksanakan, sekalipun akhirnya tidak akan
menghasilkan keuntungan bagi diri sendiri;
(c) Etika kebenaran (right ethics), yaitu suatu pandangan yang tetap menganggap salah
terhadap segala macam tindakan yang melanggar nilai-nilai dasar moralitas. Sebagai
contoh tindakan plagiat ataupun pembajakan hak cipta/karya orang lain, apapun
alasannya akan tetap dianggap salah karena melanggar nilai dan etika akademis;
(d) Etika keunggulan/kebaikan (virtue ethics), yaitu suatu cara pandang untuk
membedakan tindakan yang baik dan salah dengan melihat dari karakteristik
(perilaku) dasar orang yang melakukannya. Suatu tindakan yang baik/benar
umumnya akan keluar dari orang yang memiliki karakter yang baik pula. Penekanan
disini diletakkan pada moral perilaku individu, bukannya pada kebenaran tindakan
yang dilakukannya;
(e) Etika sadar lingkungan (environmental ethics), yaitu suatu etika yang berkembang di
pertengahan abad 20 ini yang mengajak masyarakat untuk berpikir dan bertindak
dengan konsep masyarakat modern yang sensitif dengan kondisi lingkungannya.
Pengertian etika lingkungan disini tidak lagi dibatasi ruang lingkup penerapannya
merujuk pada nilai-nilai moral untuk kemanusiaan saja, tetapi diperluas dengan

8
melibatkan “natural resources” lain yang juga perlu dilindungi, dijaga dan dirawat
seperti flora, fauna maupun obyek tidak bernyawa (in-animate) sekalipun.
Dengan adanya kode etik profesi, maka akan ada semacam aturan yang bisa
dijadikan “guideline” untuk melindungi kepentingan masyarakat umum. Disamping itu
kode etik profesi ini juga bisa dipakai untuk membangun “image” dan menjaga integritas
maupun reputasi profesi, serta memberikan gambaran tentang keterkaitan hubungan
antara pemberi dengan pengguna jasa keprofesian.
Menurut Wignjosoebroto (2010) Pendidikan tinggi sains-teknologi yang
berkualitas global tidak lagi bisa diselenggarakan dengan kurikulum ataupun metoda
pengajaran yang “konvensional”, dan untuk itu harus dilakukan perubahan-perbaikan
untuk memenuhi standard lulusan yang memiliki kompetensi/kualifikasi minimum
yang dipersyaratkan oleh ABET 2000. Kemampuan dasar yang menjadi acuan standard
untuk menentukan kompetensi/kualifikasi lulusan (insinyur) menurut ABET-
Engineering Criteria 2000 seperti tersebut diatas saat ini sudah disosialisasikan,
diterapkan dan dikembangkan di Amerika Serikat dan ada kecenderungan untuk
selanjutnya akan ditetapkan sebagai acuan internasional. Bahkan mengatur kebijakan
keinsinyuran melalui Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 tahun 2014 tentang
keinsinyuran serta guna meningkatkan pembangunan infrastruktur dan Industri
Indonesia dengan memperhatikan meningkatnya kompetisi global dalam pekerjaan
keinsinyuran, serta melaksanakan surat Direktur Jenderal Kelembagaan Ilmu
Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti No.
674/C.C/KL/2016 yang memberikan tugas kepada Universitas Syiah Kuala untuk
menyelenggarakan Program Profesi Insinyur Universitas Syiah Kuala bekerjasama
dengan Persatuan Insinyur Indonesia membuka Program Studi Program Profesi
Insinyur. Untuk selanjutnya lulusan dari Program Studi ini akan diberikan gelar
Insinyur (Ir).
Banyak para insinyur yang menerjemah tentang keinsnyuran diantaranya
seperti Fleddermann (2004) dalam Wignjosoebroto (2010) mengungkapkan bahwa
Etika engineering adalah studi tentang keputusan moral yang harus dibuat oleh para
insinyur dalam praktek engineering. Martin (2005) dalam Wignjosoebroto (2010)
mengungkapkan bahwa Etika engineering adalah studi tentang keputusan, kebijaksanaan,
dan nilai yang diinginkan secara moral dalam praktek dan riset engineering. Naagarazan
(2006) dalam Wignjosoebroto (2010) Etika engineering mempunyai tujuan:

9
1. memahami nilai moral yang seharusnya sebagai pedoman untuk profesi engineering
2. memecahkan isu moral dalam engineering
3. memberikan penilaian moral dalam engineering. Hal ini berhubungan dengan
sekumpulan masalah moral dan isu yang berkaitan dengan engineering
Tujuan lain dari etika engineering adalah menemukan sekumpulan prinsip
moral dari kewajiban, hak, dan teladan yang harus disahkan oleh insinyurdan
menerapkannya pada situasi konkrit.
Fungsi kode etik ibarat pedoman yang menunjukkan arah moral bagi suatu
profesi. Kode etik dihasilkan berkat penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah
tertentu yaitu profesi, dengan demikian kode etik dapat dipandang sebagai produk etika
terapan. Selaraas pandangan tersebut Wright (2002) menyebutan bahwa Kode etik
tidak hanya melindungi masyarakat tetapi juga membangun dan memelihara integritas
dan reputasi dari profesi. Menurut Bersten (2011) menyatakan bahwa perlu dipahami
bahwa dengan adanya kode etik tidak serta merta menghentikan pemikiran etis. Kode
etik tidak menggantikan pemikiran etis, tapi sebaliknya selalu didampingi oleh refleksi
etis. Suatu kode etik dapat dinilai kembali, disesuaikan, direvisi, apabila diperlukan atau
apabila terjadi perubahan situasi (misalnya munculnya teknologi baru).
Wright (2011) mengungkapkan bahwa di Amerika Serikat misalnya, ketaatan
terhadap kode etik engineering merupakan hal yang sifatnya tanpa paksaan atau sukarela
(voluntary). Tidak ada perangkat yang dapat digunakan untuk memberi sangsi kepada
seseorang yang melanggar kode etik. Biasanya suatu organisasi profesi akan mengambil
salah satu tindakan berikut terhadap anggotanya yang melakukan pelanggaran terhadap
aturan atau perilaku profesi, yaitu:
1. Mengeluarkan peringatan
2. Membekukan lisensi yang bersangkutan selama beberapa waktu,
3. Menghentikan secara permanen lisensi yang bersangkutan.

2.3.1 Kode Etik Insinyur Indonesia


Kode Etik Insinyur di Indonesia terbagi atas 2 bagian, diantaranya adalah
Kode etik atas dasar prinsip dan Kode etik atas dasar norma.
2.3.1.1 Kode Etik Atas Dasar Prinsip
Insinyur menegakkan dan memajukan integritas, kehormatan dan martabat

10
profesi engineering dengan :
1. Menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk peningkatan
kesejahteraan manusia;
2. Bersikap jujur dan tidak memihak, dan melayani dengan kesetiaan
masyarakat, petinggi mereka dan klien;
3. Berjuang untuk meningkatkan kompetensi dan keahlian profesi rekayasa, dan
4. Mendukung masyarakat profesional dan teknis disiplin ilmu mereka.
2.3.1.2 Kode Etik Atas Dasar Norma
Kode Etik Atas Dasar Norma yang harus dimiliki seorang Insinyur (engineer),
pada saat berinteraksi di lapangan terdapat 7 asas sebagai berikut:
1. Insinyur harus memegang hal terpenting seperti keselamatan, kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat dalam pelaksanaan tugas profesional mereka ;
2. Insinyur harus melakukan pelayanan sesuai bidang kompetensi mereka ;
3. Insinyur harus mengeluarkan pernyataan publik secara objektif dan benar ;
4. Insinyur harus bertindak dalam hal-hal yang profesional untuk setiap petinggi
atau klien secara jujur kepada agen atau pengawas, dan harus menghindari
konflik kepentingan individu ;
5. Insinyur akan membangun reputasi profesional mereka atas jasa layanan
mereka dan tidak akan bersaing dan bersikap tidak adil dengan orang lain ;
6. Insinyur harus bertindak sedemikian rupa untuk menjaga dan meningkatkan
kehormatan, integritas dan martabat profesi ;
7. Insinyur harus melanjutkan pengembangan profesi mereka sepanjang karir
mereka, dan harus memberikan peluang bagi pengembangan profesional untuk
insinyur lainnya yang berada di bawah pengawasan mereka.
Adapun pedoman yang disarankan untuk digunakan dalam beretika dasar,
antara
lain :
1. Insinyur harus memegang hal terpenting seperti keselamatan, kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat dalam pelaksanaan tugas profesional mereka.
a. Insinyur harus mengakui bahwa hidup, keselamatan, kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat umum tergantung pada teknik penilaian,
keputusan dan praktek yang dimasukkan ke dalam struktur, mesin, produk,
proses dan perangkat ;

11
b. Insinyur tidak akan menyetujui atau menyegel rencana dan/atau spesifikasi
yang bukan dari desain yang aman bagi kesehatan dan kesejahteraan publik
serta tidak sesuai dengan standar teknis yang berlaku ;
c. Jika penilaian profesional insinyur dikesampingkan dalam keadaan dimana
keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan publik langka, Insinyur harus
memberitahu klien atau petinggi dari konsekuensi yang mungkin dan
memberitahukan otoritas dan situasi tepat yang lain, yang mungkin
diperlukan ;
d. Insinyur harus memiliki pengetahuan atau alasan untuk dapat dipercaya oleh
orang lain atau perusahaan yang mungkin melanggar setiap ketentuan atau
pedoman ini. Mereka akan menyajikan informasi tersebut kepada otoritas
yang tepat secara tertulis dan harus bekerja sama dengan kewenangan yang
sesuai dalam memberikan informasi lebih lanjut atau bantuan yang
mungkin diperlukan;
e. Insinyur harus mencari peluang untuk melayani urusan kewarganegaraan
secara konstruktif dan bekerja untuk kemajuan, kesehatan, keselamatan dan
kesejahteraan komunitas mereka ;
f. Insinyur harus berkomitmen untuk meningkatkan lingkungan dan
meningkatkan kualitas hidup.
2. Insinyur harus melakukan pelayanan sesuai bidang kompetensi mereka.
a. Insinyur akan melaksanakan tugas untuk melakukan rekayasa bila terdaftar
dalam kualifikasi pendidikan atau pengalaman yang terlibat di bidang teknis
dan teknik tertentu ;
b. Insinyur dapat menerima tugas yang membutuhkan pendidikan atau
pengalaman di luar bidang kompetensi mereka sendiri, tetapi hanya dibatasi
pada tahap- tahap proyek yang mampu mereka layani secara berkualitas.
Semua tahapan lain dari proyek tersebut harus dilakukan oleh kualifikasi
asosiasi, konsultan, atau karyawan ;
c. Insinyur tidak wajib melampirkan tanda tangan dan atau segel untuk
rencana rekayasa apapun atau dokumen yang berhubungan dengan materi
pelajaran yang mereka kurang berkompeten berdasarkan pendidikan atau
pengalaman, atau untuk setiap rencana, ataupun dokumen yang tidak
memiliki kesiapan kendali secara langsung di bawah pengawasan mereka.

12
3. Insinyur harus mengeluarkan pernyataan publik secara objektif dan benar.
a. Insinyur harus berusaha untuk memperluas pengetahuan publik dan
mencegah kesalahpahaman tentang prestasi teknik ;
b. Insinyur harus benar-benar obyektif dan jujur dalam semua laporan,
pernyataan, atau kesaksian secara profesional. Mereka harus mencakup
semua yang relevan dan bersangkutan dengan informasi dalam laporan atau
kesaksian tersebut ;
c. Insinyur, ketika melayani sebagai ahli atau saksi teknis sebelum pengadilan,
komisi, atau pengadilan lainnya, harus menyatakan pendapat rekayasa jika
dilandasi pengetahuan yang memadai tentang fakta-fakta yang telah
dikeluarkan pada latar belakang kompetensi teknis dalam materi pelajaran,
dan atas keyakinan dan kejujuran terhadap ketepatan dan kepatutan
kesaksian mereka ;
d. Insinyur tidak akan menerbitkan laporan, kritik, atau argumen rekayasa yang
menyangkut hal-hal yang terinspirasi atau dibayar oleh pihak yang
berkepentingan, atau pihak lain, kecuali mereka telah diawali komentar
mereka dengan cara eksplisit atau mengidentifikasi diri mereka sendiri,
dengan mengungkapkan identitas dari pihak atau pihak atas nama yang
bersangkutan, dan dengan mengungkapkan keberadaan apapun berupa
bunga atau uang mereka yang dimiliki atau didapat dalam hal-hal instan ;
e. Insinyur harus bermartabat dan sederhana dalam menjelaskan pekerjaan
dan jasa mereka, dan akan menghindari tindakan apapun yang cenderung
untuk mempromosikan kepentingan mereka sendiri demi mengorbankan
kehormatan, integritas dan martabat profesi.
4. Insinyur harus bertindak dalam hal yang profesional untuk setiap petinggi atau
klien secara jujur kepada agen atau pengawas, dan harus menghindari konflik
kepentingan individu.
a. Insinyur harus menghindari semua konflik kepentingan yang dikenal
dengan petinggi atau klien mereka dan harus segera memberitahukan
petinggi atau klien mereka dari setiap bisnis asosiasi, kepentingan, dari
keadaan yang dapat mempengaruhi penilaian atau kualitas pelayanan mereka
;
b. Insinyur harus berada dibawah tingkat kesadaran dalam melakukan tugas

13
apapun yang akan sengaja dapat menciptakan potensi konflik atau
kepentingan individu antara mereka sendiri dan klien atau petinggi mereka;
c. Insinyur tidak akan menerima kompensasi, keuangan atau sebaliknya,lebih
dari satu pihak untuk melayani proyek yang sama, atau untuk melayani
proyek yang sama dan berkaitan, kecuali keadaan sepenuhnya diungkapkan
atau disetujui kepada, untuk, dan oleh semua pihak yang berkepentingan ;
d. Insinyur tidak akan meminta atau menerima keuangan atau pertimbangan
berharga lainnya, termasuk desain teknik bebas, dari bahan atau peralatan
pemasok untuk menentukan produk mereka;
e. Insinyur tidak akan meminta atau menerima gratifikasi secara langsung atau
tidak langsung dari kontraktor, agen mereka, atau pihak lain yang
berhubungan dengan klien mereka atau pengusaha, sehubungan dengan
pekerjaan yang mereka pertanggungjawabkan;
f. Insinyur tidak akan meminta atau menerima kontrak teknik dari pihak
pemerintahan dimana suatu pokok, pejabat atau karyawan dalam organisasi
mereka berfungsi sebagai anggota;
g. Insinyur harus menerima informasi yang datang kepada mereka dalam
menjalankan tugas dan menjamin kerahasiaannya, dan tidak akan
memanfaatkan informasi demi keuntungan pribadi, jika tindakan tersebut
merugikan kepentingan klien, petinggi, atau masyarakat;
h. Insinyur harus bertindak secara adil kepada semua pihak ketika
menyelenggarakan suatu kontrak konstruksi (atau lainnya);
i. Sebelum melakukan pekerjaan untuk orang lain dimana Insinyur dapat
membuat perbaikan, rencana, desain, penemuan, atau catatan lain yang
mungkin sesuai dengan hak cipta atau hak paten, mereka akan masuk ke
dalam perjanjian yang positif tentang kepemilikan;
j. Insinyur harus mengakui dan menerima kesalahan mereka sendiri ketika
terbukti salah dan menahan diri dari memanipulasi atau mengubah fakta
untuk membenarkan keputusannya;
k. Insinyur tidak akan menerima pekerjaan di luar bidang profesi mereka atau
uang tanpa sepengetahuan petinggi mereka;
l. Insinyur tidak akan berupaya untuk menarik karyawan dari petinggi lain
menggunakan keterangan palsu atau menyesatkan;

14
m. Insinyur tidak akan meninjau pekerjaan insinyur lain kecuali dengan
pengetahuan tentang insinyur tersebut, kecuali tugas/perjanjian kontrak
untuk pekerjaan yang telah dihentikan.
5. Insinyur akan membangun reputasi profesional mereka atas jasa layanan
mereka dan tidak akan bersaing dan bersikap tidak adil dengan orang lain.
a. Insinyur tidak akan membayar atau menawarkan suatu hal untuk melakukan
kecurangan, baik secara langsung maupun tidak langsung, kepada komisi,
kontribusi politik, atau hadiah, atau pertimbangan lain dalam rangka untuk
profesionalitas kerja, dan berusaha mendapat gaji melalui kerja lembaga;
b. Insinyur harus melakukan negosiasi kontrak untuk bidang jasa secara adil
dan atas dasar kompetensi dan kualifikasi untuk jenis profesi yang
diperlukan;
c. Insinyur harus menegosiasikan metode dan tingkat kompensasi yang
sepadan dengan yang telah disepakati oleh pihak yang bersangkutan. Sebuah
pikiran yang searah antara satu pihak dengan pihak lain dalam suatu kontrak
sangat penting untuk menimbulkan rasa keyakinan. Kepentingan umum
mengharuskan bahwa biaya teknik harus dilakukan secara adil dan wajar,
tetapi bukan berarti adanya pertimbangan atau pengendalian dalam memilih
seorang individu atau perusahaan untuk menyediakan kontrak;
d. Insinyur tidak akan berupaya untuk menggantikan insinyur lain yang bekerja
setelah menyadari bahwa langkah yang pasti telah diambil terhadap
pekerjaan yang lain atau setelah mereka dipekerjakan;
e. Insinyur tidak diperbolehkan untuk meminta, mengusulkan atau menerima
suatu komisi secara kontingen dalam keadaan apapun, dimana penilaian
profesi mereka akan dikompromikan/didiskusikan, atau di saat darurat
dengan ketentuan yang telah digunakan sebagai alat untuk mempromosikan
atau mengamankan komisi seorang profesional;
f. Insinyur tidak akan memalsukan atau mengizinkan penafsiran yang salah
atas mereka, atau asosiasi mereka, kualifikasi akademis atau profesional;
g. Insinyur dapat mengiklankan bidang profesinya hanya sebagai sarana
informasi dan terbatas pada hal berikut:
a) Kartu dan daftar suatu profesi diakui dan layak untuk dipublikasikan,
asalkan adanya konsistensi dalam ukuran dan berada dalam bagian

15
publikasi secara teratur yang dikhususkan untuk bidang profesi seperti
kartu dan listing. Informasi yang ditampilkan harus dibatasi oleh nama
perusahaan, alamat, nomor telepon, symbol yang sesuai, nama-nama
peserta pokok dan bidang praktek dari perusahaan tersebut secara
berkualitas.
b) Tanda pada peralatan, kantor, dan lokasi proyek yang memberikan
pelayanan kepada mereka terbatas pada nama perusahaan, alamat,
nomor telepon dan jenis pelayanan yang sesuai.
c) Brosur, kartu nama, kop surat dan lainnya seperti representasi
pengalaman, fasilitas, personil dan kapasitas untuk membuat suatu
pelayanan, menyediakan dan tidak menyesatkan terhadap tingkat
partisipasi dalam proyek-proyek yang bersangkutan dan
pendistribusiannya tersebut tidak pandang bulu.
d) Bagian listing diklasifikasikan direktori telepon, nama, alamat, nomor
telepon dan spesialisasi di mana perusahaan tersebut telah memenuhi
syarat tanpa menggunakan jenis khusus atau tebal.
h. Insinyur dapat mempersiapkan artikel untuk persiapan atau penyajian fakta
yang bermartabat dan bebas dari kesombongan atau implikasi pujian.
Artikel tersebut tidak akan berarti tanpa partisipasi langsung dari mereka
dalam pekerjaan yang bersangkutan kecuali kredit yang diberikan kepada
orang lain untuk berbagi pekerjaan.
i. Insinyur dapat memperpanjang izin untuk nama-nama mereka yang akan
digunakan dalam iklan komersial, yang mungkin diterbitkan oleh produsen,
kontraktor, pemasok bahan, dll, hal tersebut hanya dapat dilakukan dengan
cara yang sederhana, mengakui martabat dari partisipasi dan lingkup dari
proyek atau produk yang dijelaskan. Izin tersebut tidak termasuk dukungan
publik terhadap produk proprietary ;
j. Insinyur dapat mengiklankan perekrutan personil dengan publikasi
ataudengan distribusi khusus. Informasi yang disajikan harus ditampilkan
dengan cara yang bermartabat, terbatas pada nama perusahaan, alamat,
nomor telepon, simbol yang sesuai, nama-nama peserta pokok, bidang
praktek di mana perusahaan yang memenuhi syarat dan gambaran
perusahaan yang sesuai, kualifikasi yang dibutuhkan dan manfaat yang

16
didapatkan ;
k. Insinyur tidak dikatakan kompeten apabila desain yang digunakan bertujuan
untuk mendapatkan komisi dalam proyek-proyek tertentu, kecuali adanya
ketentuan yang telah dibuat untuk kompensasi yang layak didapatkan untuk
semua desain yang dikirim ;
l. Insinyur tidak harus melakukan tindakan rekayasa apapun terhadap
pelayanan yang dilakukan secara gratis, kecuali terdapat pada bidang profesi
jasa untuk organisasi yang sifatnya non-profit sipil, amal, agama atau yang
lainnya. Ketika menjabat sebagai anggota organisasi tersebut, insinyur
berhak mempergunakan pengetahuan teknik pribadi mereka dalam
organisasi yang bersangkutan.
6. Insinyur harus bertindak sedemikian rupa untuk menjaga dan meningkatkan
kehormatan, integritas dan martabat profesi.
a. Insinyur harus menyadari tindakan dengan tidak menggunakan izin dari
nama atau nama perusahaan dalam usaha bisnis oleh setiap orang atau
perusahaan yang mereka tahu, atau memiliki alasan lain agar dipercaya
terlibat dalam bisnis atau praktek-praktek profesi yang bersifat penipuan
atau tidak jujur.
b. Insinyur tidak akan menggunakan asosiasi dengan non-insinyur,
perusahaan, atau kemitraan sebagai tindakan menutup-nutupi untuk
tindakan yang tidak etis.
7. Insinyur harus melanjutkan pengembangan profesi mereka sepanjang karir
mereka, dan harus memberikan peluang bagi pengembangan profesional untuk
insinyur lainnya yang berada dibawah pengawasan mereka.
a. Insinyur harus mendukung bidang profesi masyarakat dan teknis
menyangkut disiplin mereka ;
b. Insinyur akan berusaha untuk memperluas pengetahuan umum teknik, dan
tidak akan berpartisipasi dalam suatu hal yang tidak benar, tidak adil atau
manipulasi laporan yang berlebihan tentang bidang profesi teknik ;
c. Insinyur harus menjunjung tinggi semua prinsip yang sesuai dan
kompensasi yang memadai untuk mereka yang terlibat dalam pekerjaan
rekayasa ;
d. Insinyur harus menetapkan tugas profesional insinyur yang akan digunakan

17
dalam pelatihan dan pengalaman mereka sejauh mungkin, dan
mendelegasikan fungsi-fungsi yang lebih rendah untuk subprofesi atau
teknisi ;
e. Insinyur harus menyediakan calon karyawan rekayasa dengan informasi
yang lengkap tentang kondisi kerja dan status yang diusulkan pada tempat
kerja mereka, dan setelah bekerja harus menjaga segala informasi maupun
perubahan yang terjadi pada mereka.
2.3.2 Profesionalisme Keinsinyuran
Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam
bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan
dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Profesionalisme merupakan komitmen
para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus
menerus. Dalam bekerja, setiap manusia dituntut untuk bisa memiliki
profesionalisme karena di dalam profesionalisme tersebut terkandung kepiawaian
atau keahlian dalam mengoptimalkan ilmu pengetahuan, skill, waktu, tenaga,
sember daya, serta sebuah strategi pencapaian yang bisa memuaskan semua
bagian/elemen.
Profesionalisme juga bisa merupakan perpaduan antara kompetensi dan
karakter yang menunjukkan adanya tanggung jawab moral. Syarat-syarat yang
diperlukan dalam profesionalisme :
1. Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang
hanya mungkin diperoleh dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai,
sehingga kinerjanya didasarkan pada keilmuan yang dimilikinya yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah (masa pendidikan atau masa belajar
minimal 3 tahun) ;
2. Ada dukungan organisasi profesi (organisasi dalam bidangnya);
3. Penghasilan yang menjamin hidup (seorang yang bekerja dibidang profesi
harus dibayar tetap atauada penghasilan yang tetap) ;
4. Ada dukungan masyarakat (stake holder). Suatu profesi selain dibutuhkan oleh
masyarakat juga memiliki dampak terhadap sosial kemasyarakatan, sehingga
masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap setiap efek yang
ditimbulkannya dari pekerjaan profesinya itu ;
5. Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan kepada latar

18
belakang pendidikan yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat, sehingga
semakin tinggi latar belakang pendidikan akademik sesuai dengan profesinya,
semakin tinggi pula tingkat penghargaan yang diterimanya (Mampu bekerja
secara profesional, mengikuti aturan-aturan yang ditentukan) ;
6. Ada kode etik (tata tertib atau cara kerja yang profesional).
2.3.3 Perbedaan profesi, profesional, profesionalitas, dan profesionalisme
Istilah profesi, profesional, profesionalitas, dan profesionalisme
merupakan istilah yang sering kita jumpai dalam suatu kegiatan, khususnya dalam
hal penyelenggaraan pelayanan publik. Secara sekilas, hampir tidak ada perbedaan
dari beberapa istilah tersebut. Akan tetapi, istilah profesi, profesional,
profesionalitas dan profesionalime ternyata memiliki perbedaan pengertian yang
cukup nyata.
1. Profesi
Profesi merupakan jabatan atau pekerjaan pada bidang tertentu yang menuntut
keahlian dan dapat dipertanggungjawabkan. Keahlian tersebut diperoleh dari
pendidikan dan pelatihan resmi. Kata profesi berasal dari bahasa latin,
proffesio, yang memiliki dua pengertian, yaitu janji dan pekerjaan. Didalam
pengertian luas, profesi adalah kegiatan apa saja dan siapa saja untuk
memperoleh nafkah yang dilakukan dengan keahlian tertentu.
2. Profesional
Profesional merupakan orang yang yang menyandang suatu pekerjaan atau
jabatan yang dilakukan dengan keahlian atau keterampilan tinggi. Profesional
akan memengaruhi penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan sesuai
profesinya. Profesional merujuk pada sebutan orang yang menyandang profesi
dan sebutan terhadap penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja
sesuai profesinya. Penyandangan gelar profesional ini telah mendapatkan
pengakuan secara formal dan nonformal. Misalnya pemberian gelar insinyur
profesional.
3. Profesionalitas
Profesionalitas adalah sebuah sebutan terhadap kualitas sikap anggota suatu
profesi terhadap profesinya. Profesionalitas juga terkait dengan derajat
pengetahuan dan keahlian yang dimiliki untuk dapat melakukan tugastugasnya.
Profesionalitas merupakan bentuk sikap para anggota profesi yang benar-benar

19
menguasai dibidangnya dan sungguh- sungguh terhadap profesinya.
4. Profesionalisme
Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk
komitmen dari anggota suatu profesi untuk selalu mewujudkan dan
meningkatkan kualitas profesinya. Profesionalisme merupakan pemahaman
seorang profesional dalam menjalankan profesinya. Profesionalisme
menunjukkan perpaduan antara kompetensi yang dikuasai dengan karakter
yang menunjukkan adanya tanggung jawab secara moral.
2.3.4 Catur Karsa dan Sapta Dharma dalam Persatuan Insinyur Indonesia
(PII)
Di Indonesia dalam hal kode etik telah diatur termasuk kode etik sebagai
seorang insinyur yang disebut kode etik insinyur Indonesia dalam “Catur Karsa dan
Sapta Dharma” insinyur Indonesia. Wignjosoebroto (2011) menyatakan bahwa
Struktur dari suatu kode etik profesi biasanya diawali dengan hal-hal yang bersifat
umum seperti yang tercantum dalam bagian pendahuluan atau mukadimah (preambule).
Selanjutnya diikuti dengan sekumpulan pernyataan dasar atau canon. Pada bagian
canon diuraikan dan dijelaskan hal-hal yang bersifat khusus. Kode etik Persatuan
Insinyur Indonesia (PII) diberi nama Catur Karsa Sapta Dharma Insinyur Indonesia
yang terdiri dari 2 bagian, yaitu : Prinsip dasar yang terdiri dari 4 (empat) prinsip dasar
dan 7 (tujuh) tuntunan sikap (Canon), yang secara lengkapnya adalah sebagai berikut.
2.3.4.1 Catur Karsa
Catur karsa adalah 4 prinsip dasar yang wajib dimiliki oleh setiap Insinyur
Indonesia antara lain :
1. Mengutamakan keluhuran budi;
Menurut buku Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada Sekolah Dasar (SD) melalui
laman https://brainly.co.id/tugas/2676169 ada 6, dan dalam implementasinya
boleh satu atau salah beberapa dari point-point sebagai berikut.
1) Menghargai dan Menghormati Orang yang Lebih tua/dewasa.
2) Membiasakan Sikap 5S: Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun.
3) Tidak boleh memiliki Sikap Negatif. Misalkan: Iri/dengki, Sombong,
Pamer/riya, Tak Acuh/cuek.
4) Hidup saling membantu menolong orang yang kesusahan.

20
5) Menjalankan Kewajiban dan Hak tanpa ada mengganggu Kewajiban dan hak
orang lain.
6) Bersikap adil, bijaksana, dan bertanggung jawab.
2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan
kesejahteraan umat manusia ;
3. Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat sesuai dengan
tugas dan tanggung jawabnya dan ;
4. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional
keinsinyuran.
Keempat prinsip dasar ini menyimpulkan Insinyur Indonesia dituntut
menjadi insan yang memiliki integritas (budi pekerti luhur) dan semata-mata
bekerja mendahulukan kepentingan masyarakat dan umat manusia dari
kepentingan pribadi dengan senantiasa mengembangkan kompetensi dan keahlian
keteknikannya. Seiring dengan berjalannya catur karsa maka insinyur Indonesia
dituntut untuk memegang teguh etika dan integritas di dalam menjalankan tugas
dan tanggung jawabnya dimana pun bekerja sehingga bisa tetap mempertahankan
reputasi profesinya dari waktu ke waktu. Substansi utama kode etik insinyur tidak
lain adalah etika dan integritas. Apa pun yang insinyur lakukan entah itu dalam
rangka pengembangan kompetensi keinsinyuran atau pun dalam rangka
membangun hasil karya keinsinyuran tetap saja selalu mengacu pada prinsip etika
dan integritas. Salah satu tuntunan sikap dan perilaku insinyur yakni membangun
reputasi profesi berdasarkan kemampuan masing-masing.
2.3.4.2 Sapta Dharma
Sapta Dharma merupakan tujuh tuntunan sikap dan perilaku Insinyur
Indonesia, yaitu senantiasa :
1. Mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat ;
2. Bekerja sesuai dengan kompetensinya ;
3. Hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan ;
4. Menghindari terjadinya pertentangan kepentingan dalam tanggung jawab tugasnya;
5. Membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan masing-masing ;
6. Memegang teguh kehormatan, integritas & martabat profesi ;
7. Mengembangkan kemampuan profesionalnya.
Apabila dibaca lagi lebih seksama, sapta dharma substansinya adalah sama

21
dan seiring dengan catur karsa, bahwa Insinyur Indonesia dituntut untuk
memegang teguh etika dan integritas didalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya di mana pun bekerja sehingga bisa tetap mempertahankan reputasi
profesinya. Substansi utama kode etik Insinyur tidak lain adalah etika dan
integritas. Apa pun yang Insinyur lakukan entah itu dalam rangka pengembangan
kompetensi keinsinyuran atau pun dalam rangka membangun hasil karya
keinsinyuran tetap mengacu pada prinsip etika dan integritas.

2.4 Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan


Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Lingkungan atau yang disingkat
dengan K3L adalah program yang menciptakan suasana kerja yang sehat, aman
dan nyaman. Hal ini menjadikan pekerja dan perusahaan memiliki daya saing yang
lebih kuat. Alasan utama perusahaan mewajibkan K3L diantaranya diwajibkan
oleh undang-undang tenaga kerja, hak asasi manusia, dan mengurangi beban
ekonomi para pekerja.
Keuntungan pada program K3L yaitu terciptanya hasil kerja yang optimal,
karena suasana kerja yang nyaman akan menghasilkan produksi yang lebih banyak
dan lebih bermutu. Jadi program K3L bisa mempengaruhi kuantitas dan kualitas
hasil produksi. Perusahaan yang menerapkan program K3L biasanya
mengaplikasikan K3L di lingkungan perusahaan.
Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja bertujuan untuk menjamin
kesempurnaan atau kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya
dan budayanya. Secara singkat, ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan
keamanan kerja adalah sebagai berikut :
1. Memelihara lingkungan kerja yang sehat ;
2. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan
sewaktu bekerja ;
3. Mencegah dan mengobati keracunan yang ditimbulkan dari kerja ;
4. Memelihara moral, mencegah, dan mengobati keracunan yang timbul dari kerja. ;
5. Menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan, dan ;
6. Merehabilitasi pekerja yang cedera atau sakit akibat pekerjaan.
Keselamatan kerja mencakup pencegahan kecelakaan kerja dan
perlindungan terhadap terhadap tenaga kerja dari kemungkinan terjadinya

22
kecelakaan sebagai akibat dari kondisi kerja yang tidak aman dan atau tidak sehat.
Syarat-syarat kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja ditetapkan sejak tahap
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan, dan penyimpanan bahan, barang, produk
teknis, dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan.
2.4.1 Bagian-bagian dari Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan
Bagian-bagian dari Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan adalah
sebagai berikut, yaitu:
1. Keamanan Kerja
Keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya
suasana kerja yang aman, baik berupa materil maupun non materil.
a) Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat material diantaranya adalah :
1) Baju kerja
2) Helm
3) Kaca mata
4) Sarung tangan
5) Sepatu
b) Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat nonmaterial adalah sebagai
berikut.
1) Buku petunjuk penggunaan alat
2) Rambu-rambu dan isyarat bahaya.
3) Himbauan-himbauan
4) Petugas keamanan
2. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani,
maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit
atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja
maupun penyakit umum. Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan,
keselamatan, dan keamanan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan
bebas dari penyakit. Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9
Tahun 1960, Bab I pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan

23
keadaan jasmani, rohani, dan kemasyarakatan.
3. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya
selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan
salah sau faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun
didunia ini yang menginginkan terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat
bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu
dilaksanakan. Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai
berikut:
a. Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja yang telah dijelaskan diatas
b. Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
c. Teliti dalam bekerja
d. Melaksanakan Prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan
kesehatan kerja.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesehatan, keselamatan, dan
keamanan kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja agar selalu dalam
keadaan sehat dan selamat selama bekerja di tempat kerja. Tempat kerja adalah
ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, atau sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan usaha dan tempat terdapatnya sumber-sumber bahaya.

2.5. Keilmuan Teknik Industri


2.5.1 Sejarah Keilmuan Teknik Industri
Dalam bukunya Kurniasih, dkk (2020) Profesi Teknik Industri lahir sejak
persoalan industri terjadi, sejak manusia harus mewujudkan sesuatu untuk memenuhi
keperluan hidup; persoalan produksi muncul pada zaman Pra Yunani Kuno; saat
manusia menggunakan batu sebagai peralatan bekerja; alat-alat yang digunakan
mengalami perbaikan secara terus menerus dengan cara coba-coba dan manusia
melakukan seleksi alat yang sesuai untuk keperluan kerja; perbaikan-perbaikan ini tidak
lain hanya untuk meningkatkan produktivitas pada persoalan produksi dan ini terjadi
hingga saat ini. Era teknik (Engineering Era) pada awal mulanya (early) dan jaman
moderen (modern) tergambar seperti di bawah ini.

24
Gambar 2. 1 Engineering Era Early and Modern
Early Engineering Era terjadi ketika Egyptian Engineering (3200 BC), Mesopotamian
Engineering (2000 BC), Greek Engineering (500 BC), Roman Engineering (320 BC),
Oriental Engineering dan Europan Engineering. Sedangkan untuk Modern Engineering terbagi
menjadi 2 (dua) bagian yaitu sebagai berikut:
a. Big Five Engineering terdiri dari civil, mechanical, electrical, chemical dan industrial engineering.
b. Newer Engineeering terdiri dari nuclear, computer, bioengineering, environmental, dan
sebagainya.
Adapun kaitan antara Teknik Industri dengan disiplin Teknik lainnya seperti terlihat
pada gambar di bawah ini.

Gambar 2. 2 Kaitan Teknik Industri dengan Teknik lainnya


Kaitan Teknik Industri dengan Teknik lainnya 5 (lima) disiplin Ilmu Teknik Indtri
adalah:
a. Civil Engineering dan Mechanical Engineering
mathematics + physics disebut dengan steam engine
b. Electrical Engineering
mathematics + physics electrical science yaitu pada masa munculnya Telegraph: Samuel Morse
Carbon Filament dan Lamp: Thomas Edison

25
c. Chemical Engineering
mathematics + physics + chemistry yang diebut dengan synthetic material
d. Industrial Engineering
mathematics + physics + man yang disebut dengan integrated system
Amri (2014) menjelaskan bahwa kenapa Teknik Industri lahir, alasannya adalah
sebagai hasil renovasi industri, kebutuhan untuk melatih orang secara teknik agar bisa
menrencanakan, mengatur dan mengelola operasi dari sistem kompleks yang besar
serta kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi sistem operasi. Teknik
Industri berkaitan dengan perancangan, perbaikan dan instalasi dari sitem terintegrasi
yang terdiri dari manusia, bahan, informasi, pelatan dan energi. Teknik Industri
membutuhkan pengetahuan khusus dan keterampilan dalam bidang matematika, fisika
dan ilmu sosial yang diterapkan bersama-sama dengan prinsip-prinsip dan metode dari
teknik analasis dan perancangan untuk menentukan, memprediksi dan mengevaluasi
hasil yang diperoleh daru suatu sistem. Objek perancangan dari Sistem Terintegrasi
(Integrated System) terdiri dari manusia (people) ditambah peralatan ditambah material
ditambah informasi dan ditambah energi. Kompetensi dari Sistem Terintegrasi
(Integrated System) dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2. 3 Kompetensi Sistem Terintegrasi (Integrated System)


Era Perkembangan Teknik Industri Kronologi pengembangan evolusi Teknik
Industri dimulai pada tahun 1494 hingga tahun 200 an terlihat pada Gambar di bawah
ini.

26
Gambar 2. 4 Evolusi Teknik Industri
Kemudian diikuti oleh pemikiran Teknik Industri itu sendiri adalah Scientific
Management dengan Man-Machine System pada akhir Abad 18, Administration and
Behavior Management dengan Human and Organization pada akhir Abad 18,
Management Science dengan Optimization and Modelling pada awal Abad 20 dan
System and Integrated dengan Integrated System pada pertengahan Abad 20. Objek
dan Keilmuan Teknik Industri terlihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Objek dan Keilmuan Teknik Industri

Objek Komponen Keilmuan Kinerja


Ergonomi,
Manusia, Mesin, Produktifitas
Stasiun Kerj Ekonomi Teknik,
Bahan Efisiensi
Psikologi Industri
Persediaan, PPC,
Pengendalian
Manusia, Mesin, Kualitas, QCD (Quality
Manufaktur
Bahan Perancangan Tata Cost Delivery)
Letak, QR dan
Modelling
Manajemen,
Tenaga Kerja,
Perusahaan Kepemimpinan, ROI, IRR, ROE
Fasilitas, Bahan
Ilmu Perilaku
Tenaga Kerja, Kebijakan,
Kualitas,
Sistem Industri Bahan, Pendekatan,
Kesejahteraan
Infrastruktur Sistem

Perkembangan Teknik Industri sampai Tahun 1950


1. Tokoh-tokoh
a) Adam Smith (17760): Specialisation, Productivity
b) Charles Babbage (1832) ; Pembagian Kerja
c) Fredrick W. Taylor (1905): Scientific Management

27
d) Frank and Lilian Gilberth (1912): Micro-Motion Study
e) Fayol : The 14 Principle of Management
2. Organisasi
a) Society to promote The Science of Management (1912)
b) The Taylor Society (1915)
c) Society Industrial Engineers (1917)
3. Konsep-Konsep:
a. Welath of Nations : Spesialisasi / Keahlian untuk Produtivitas
b. Economy of Machine and Manufacturers : Pembagian kerja
c. Principles of Science Management
d. Human Factors : Micro-Motion Economy
e. Principle of Management
Perkembangan Teknik Industri adalah sebagai berikut.
1. Perkembangan Teknik Industri pada Tahun 1950 sampai 1970 American Institute of
Industrial Engineers (AIIE) pada tahun 1948 ada bidang perhatian seperti tektik tata
cara; pengukuran kerja; pengendalian yang terdiri dari produksi persediaan, mutu
biaya dan anggaran; evaluasi jabatan dan sistem pengupahan yang terdiri dari analisis
jabatan, analisis kinerja, upah perangsang dan administrasi pengupahan; serta
rancangan dan fasilitas pabrik terdiri dari tata letak, pengadaan dan peremajaan
peralatan, perancangan produk, perkakas dan peralatan. Dalam sarana terdri dari
statistika, penelitian operasional dan psikologi industri.
2. Perkembangan Teknik Industri pada Tahun 1970 sampai 1990 AIIE menjadi IIE
dimana bidang perhatiannya adalah bidang industri yang terdiri dari antariksa, bank
dan keungan, industri elektronika, pemerintahan, seni, grafis, pelayanan kesehatan,
retail, industri baja, transportasi dan distribusi serta utilitas; bidang sistem manusia
dan informasi terdiri dari komputer dan sistem informassi, ekonomi teknik,
ergonomi, hubungan kerja dan industri manajemen, pengukuran kerja dan tata cara;
bidang sistem produksi yang terdiri dari manajemen energi, perancangan dan
perencanaan fasilitas, sistem manufaktur, penelitian operational, pengendalian
produksi dan persediaan serta pengendalian mutu dan keandalan.
3. Perkembangan Sejak 1990 Topik-topik baru yang timbul adalah Computer Integrated
Manufacturing (CIM), Decision Support System (DSS), Just In-Time Process Planning (JIT),
perkembangan variassi sistem produksi, penelitian operasional, manajemen sumber

28
daya manusia dan sebagainya, knoeledge-based management dan lain-lain, topik-
topik lama tetap berkembang serta Ergonomi dan sebagainya. Perkembangan tahun
ini didasari oleh perkembangan komputer dan teknologi informasi.
4. Proyeksi Perkembangan Abad ke-21 Proyek perkembangan Abad 21 sangat
dipengaruhi oleh teknologi informasi. Hal- hal yang mempengaruhi adalah
perubahan pola kerja, gaya hidup dan bentuk transaksi; perubahan gaya
kepemimpinandan manajemen; pergeseran pengendalian kekuasaan ekonomi dan
politik. Ada juga perubahan pola kerja, gaya hidup dan transaksi yang terdiri dari
kerja idividual, outsourching/networking dan modal maya serta internet driven yang
terdiri dari e-commerce, e-mail, distance learning dan service. Kepimpimpinan masa depan
terdiri dari visioner, kreatif, transformamatif, komunikatif, memperdayakan, integratif-
networking-sinergis, high-touch and high-tech, antisipatif, adaptif dan kompeten.
Pengendali kekuasaan yaitu bergeser dari pimpinan negara ke pimpinan pengendali
informasi.

2.5.2. Teknik Industri terhadap Profesionalisme Insinyur


2.5.2.1 Pengertian Teknik Industri
Kurniasih, dkk (2020) Pengertian Teknik Industri berdasarkan IIE (Institute of
Industrial and System Engineering) adalah sebagai berikut: “Industrial Engineering is concerned
with the design, improvement, and installation of integrated system of people, materials, information,
equipment, and energy. It draws upon specialized knowledge and skill in the mathematical, physical,
and social sciences together with the principles and methods of engineering analysis and design to specify,
predict, and evaluate the result to be obtained from such system”. Teknik Industri adalah suatu
teknik yang mencakup bidang desain, perbaikan, dan pemasangan dari sistem integral
yang terdiri dari manusia, bahan-bahan, informasi, peralatan dan energi.
Hal ini digambarkan sebagai pengetahuan dan keterampilan yang spesifik pada
metematika, fisika, dan ilmuilmu sosial bersama dengan prinsip dan metode dari
analisis keteknikan dan desain untuk mengkhususkan, memprediksi, dan mengevaluasi
hasil yang akan dicapai dari suatu sistem. Teknik Industri berkenaan dengan proses
untuk memperbaiki performansi keseluruhan dari sistem yang dapat diukur dari
ukuran-ukuran ekonomi, pencapaian kualitas, dampak terhadap lingkungan, dan
bagaimana semua hal tersebut dapat memberikan manfaat pada kehidupan manusia.
Teknik Industri juga dapat diartikan sebagai suatu teknik manajemen sistem, yaitu

29
suatu teknik yang mengatur sistem tersebut secara keseluruhan dengan
mempertimbangkan aspek-aspek yang terkait. Aspek-aspek tersebut antara lain
manusia sebagai aspek terpenting, mesin dan material. Teknik Industri mengatur agar
sistem tersebut berjalan dengan cara yang paling produktif, efektif dan efisien.
2.5.2.2 Profesi Teknik Industri
Wignjosoebroto (2010) menyatakan bahwa Seorang sarjana teknik industri
menjadikan industri sebagai titik awal dan pusat pengembangan karirnya. sarjana teknik
industri terlibat dalam pengorganisasian, desain tempat kerja dan laju aliran materi
dalam proses produksi di pabrik. Lapangan kerja bagi sarjana teknik industri di zaman
sekarang meluas, tidak hanya di manufaktur tetapi juga di bidang non-manufaktur
seperti rumah sakit, toko retail, perbankan, dan lain-lain. Dalam buku sumber, profesi
teknik industri memiliki kompetensi-kompetensi berikut:
1. Work Design and Measurement yaitu Teknik mengukur performa kerja supaya standar
waktu kerja dapat ditentukan. Dengan begitu, jadwal kerja harian dapat dirancang
dari jadwal produksi total (jangka panjang). Di bidang ini juga digunakan
Predetermined Time Systems.
2. Plant Location and layout yaitu Kemampuan tata letak dan lokasi pabrik, meliputi
mengumpulkan, melakukan kompilasi, dan mengevaluasi data yang diperlukan
untuk membuat keputusan lokasi terbaik untuk pabrik.
3. Engineering Economy yaitu Kemampuan mengimplementasikan sisi ekonomi dalam
engineering. Sesuai yang diajarkan oleh Henry Towne.
4. Production Planning and Inventory Control yaitu Kemampuan mengeset level
keseluruhan output manufaktur untuk mendapatkan rating produksi yang bisa
meraih target perusahaan dan menjaga production force tetap stabil
5. Statistical Quality Control yaitu Kemampuan mendata output kerja secara statistik.
6. Linear Programming yaitu Kemampuan menyederhanakan langkah kerja dan juga
menyusun sistem kerja yang linear sehingga mempermudah produksi.
5. Operations Research yaitu Kemampuan untuk survei dan riset mengenai sistem operasi
yang baik dan efisien.
Dengan keahliannya, profesi-profesi yang tersedia bagi seorang sarjana teknik
industri di antaranya:
A. Konsultan yaitu Seorang sarjana teknik industri dapat mengevaluasi sitem kerja
sebuah perusahaan dan mendesain sebuah solusi sistem yang lebih baik, untuk

30
meningkatkan produktifitas perusahaan. 6 fungsi utama dari seorang Konsultan,
yaitu:
1) Mengembangkan dan mengoptimalisasikan potensi-potensi yang ada dalam
suatu perusahaan atau industri.
2) Memberikan saran-saran, menerapkan pengalaman-pengalamannya dalam suatu
perusahaan.
3) Menganalisa permasalahan yang ada dalam suatu perusahaan.
4) Sebagai katalisator, dengan mengembangkan sistem manajerial. Mengadakan
pelatihan dan pembelajaran.
5) Menginovasikan, memadukan, dan menerjemahkan teknologi, program, dan
pemecahan masalah.
B. Supervisor yaitu Bidang ini mengawasi jalannya sistem produksi di pabrik.
Supervisor membutuhkan pengetahuan tentang ergonomi kerja, statistik dan ilmu
teknik industri lainnya.
C. Manajer yaitu Sejak ditemukannya scientific management oleh Taylor dan
administrative and behaviour management, sarjana teknik industri meiliki kompetensi
untuk mengatur dan mengoptimasi kerja organisasi.
2.5.2.3 Profil Lulusan Teknik Industri
Amri (2014) Profil dan Kompetensi Sarjana Teknik Industri: Mampu
mengidentifikasi, menformulasikan, dan memecahkan masalah-masalah sistem integral
menggunakan alat-alat pokok analitikal, komputasional, dan/atau eksperimantal.
Mempunyai wawasan luas sehingga dapat memahami dampak penerapan keilmuan
Teknik Industri terhadap konteks global/sosial. Mampu berkomunikasi secara efektif.
Mampu bekerja sama dalam kelompok yang bersifat multi disiplin, baik dalam peran
sebagai pemimpin maupun anggota kelompok Kurniasih, dkk (2020).
Mampu menerapkan teknik dan alat analisis baru yang diperlukan dalam
menjalankan praktik profesi ke-teknik-industrian-nya. Memahami dan menyadari
tanggung jawab profesi dan etika.
2.5.2.4 Basic Knowledge And Tools dan kelompok keahlian
Basic Knowledge And Tools dan kelompok keahlian adalah sebagai berikut:
Basic Knowledge: Tool:
> Mathematics > Industrial Engineering Method
> Physical Phenomena > Systemic and Integrated

31
> Engineering Sciences Process:
> Social Sciences > Design
Secara garis besar kelompok keahlian Teknik indutri adalah sebagai berikut:
1. Rekayasa Sistem Manufaktur:
a) Perancangan (Design): mampu merancang sistem manufaktur dimulai dari
penjabaran kebutuhan pasar menjadi parameter design dan rancangan produk
serta sistem manufakturnya.
b) Perekayasaan (Engineering): memahami rekayasa transformasi produksi
khususnya yang terkait dengan interajsi man, machine dan material.
c) Fabrikasi (Manufacturing): mampu menangani proses pembuatan produk serta
menguasai metode pengoperasian pabrik dan fungsi manajemen yang terkait
serta perbaikannya (improvement).
d) Wawasan usaha (Business Insight): mampu mengidentifikasikan kebutuhan pasar
serta peluang usaha dan memperkirakan kelayaka usahanya.
2. Rekayasa Manajemen Industri ·
a) Perancangan (Design): mampu merancang sistem manajemen yang sesuai
dengan karakteristik sistem manufakturnya. ·
b) Pengoperasian (Operation): memahami dan mampu menangani proses
manajemen (Planning, Organizing, Actuating, Controlling), mampu untuk
memimpin, memotivasi serta bekerja sama dengan berbagai unsur yang terkait
(Leadership). ·
c) Perbaikan (Improvement): mampu mengenali masalah dan melakukan perbaikan.
d) Wawasan Usaha (Business Insight): mampu mengidentifikasikan kebutuhan pasar
serta peluang usaha dan memperkirakan kelayakan usahanya serta
merealisasikannya.
2.5.2.5 Peranan etika Profesi dalam Bidang Keilmuan Teknik Industri
Kurniasih, dkk (2020) Menyatakan bahwa Teknik Industri adalah suatu teknik
yang mencakup bidang desain, perbaikan, dan pemasangan dari sistem integral yang
terdiri dari manusia, bahan-bahan, informasi, peralatan dan energi. Hal ini digambarkan
sebagai pengetahuan dan keterampilan yang spesifik pada metematika, fisika, dan ilmu-
ilmu sosial bersama dengan prinsip dan metode dari analisis keteknikan dan desain
untuk mengkhususkan, memprediksi, dan mengevaluasi hasil yang akan dicapai dari
suatu sistem. Teknik Industri berkenaan dengan proses untuk memperbaiki

32
performansi keseluruhan dari sistem yang dapat diukur dari ukuran-ukuran ekonomi,
pencapaian kualitas, dampak terhadap lingkungan, dan bagaimana semua hal tersebut
dapat memberikan manfaat pada kehidupan manusia.
Teknik Industri juga dapat diartikan sebagai suatu teknik manajemen sistem,
yaitu suatu teknik yang mengatur sistem tersebut secara keseluruhan dengan
mempertimbangkan aspek-aspek yang terkait. Aspek-aspek tersebut antara lain
manusia sebagai aspek terpenting, mesin dan material. Teknik Industri mengatur agar
sistem tersebut berjalan dengan cara yang paling produktif, efektif dan efisien. Seperti
yang dijelas kan sebelumnya bahwa Etika Profesi adalah suatu tindakan refleksi atau
self-control dalam pekerjaan yang dilakukan untuk kepentingan sosial atau sendiri
dalam suatu bidang keahlain tertentu. Etika profesi sangat penting dalam bidang
keteknikan dikarenakan suatu profesi harus mempunyai tanggung jawab, keadilan, dan
otonomi. Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasil, serta
terhadap dampak dari profesi tersebut untuk kehidupan orang lain. Keadilan disini
menuntut suatu profesi memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
Otonomi dalam etika profesi dimaksudkan agar setiap profesional memiliki dan di beri
kebebasan dalam menjalankan profesinya. Apabila profesi keteknikan dilakukan tanpa
etika maka akan berakibat fatal terhadap intuisinya, orang-orang yang bekerja dalam
suatu intuisi tersebut, masyarakat luas, serta akan berakibat fatal terhadap lingkungan.
Profesi dalam bidang keteknikan harus dilakukan dengan kesadaran penuh terhadap
pengabdian kepada masyarakat (Kurniasih, dkk, 2020).
Kurniasih, dkk (2020) meyatakan bahwa untuk lebih menghayati Kode Etik
Profesi Sarjana Teknik Industri dan Manajemen Industri Indonesia dalam
operasionalisasi sesuai bidang masing-masing, dan sadar sepenuhnya akan tanggung
jawab sebagai warga negara maupun sebagai sarjana, akan panggilan pertumbuhan dan
pengembangan pembangunan di Indonesia maka kami Sarjana Teknik Industri dan
Manajemen Industri bersepakat untuk lebih mempertinggi pengabdian kepada Bangsa,
Negara dan Masyarakat. Selaras dengan dasar negara yaitu “PANCASILA” maka
disusunlah kode etik profesi berikut ini yang harus dipegang dengan keyakinan bahwa
penyimpangan darinya merupakan pencemaran kehormatan dan martabat Sarjana
Teknik dan Manajemen Industri Indonesia.
PASAL 1:

33
Dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya Sarjana Teknik Industri dan
Manajemen Industri akan selalu mengerahkan segala kemampuan dan pengalamannya
untuk selalu berupaya mencapai hasil yang terbaik didalam keluhuran budi dan
kemanfaatan masyarakat luas secara bertanggung jawab.
PASAL 2:
Dalam melaksanakan tugas yang melibatkan disiplin dan pengetahuan lain, Sarjana
Teknik Industri dan Manajemen Indutstri akan senatiasa menghormati dan menghargai
keterlibatan mereka, dan akan selalu mendayagunakan disiplin Teknik Indutri dan
Manajemen Industri akan dapat lebih dioptimalkan dalam upaya mencapai hasil
terbaik.
PASAL 3:
Sarjana Teknik Industri dan Manajemen Industri bertanggung jawab atas
pengembangan keilmuan dan penerapannya dimasyarakat, dan akan selalu berupaya
agar tercapai kondisi yang efisien dan optimal dalam segenap upaya bagi perbaikan
dalam pembangunan dan pemeliharaan sistem.
PASAL 4:
Sarjana Teknik Industri dan Manajemen Industri mempunyai rasa tanggung jawab yang
tinggi dan di dalam melaksanakan tugasnya tidak akan melakukan perbuatan tidak jujur,
mencemarkan atau merugikan sesama rekan sekerja.
PASAL 5:
Sarjana Teknik Industri dan Manajemen Industri akan selalu bersikap dan bertindak
bijaksana terhadap sesama rekannya dan terutama kepada rekan mudanya; selalu
mengusahakan kemajuan untuk meningkatkan kemampuan dan kecakapan, bagi
dirinya pribadi, bagi masyarakat maupun bagi pengebangan Teknik Industri dan
Manajemen Industri di Indonesia (http://istmi.or.id).
2.5.3. Tenaga Pengajar Keilmuan Teknik Industri.
Tenaga pengajar di sebuah perguruan tinggi tidak dipanggil guru; mereka
disebut “dosen”. Walaupun kata “dosen” sendiri secara etimologi berasal dari bahasa
belanda “docent” yang juga bermakna “guru”, profesi dosen sendiri memiliki peran yang
sedikit berbeda dalam proses pendidikan anak didiknya ketimbang guru pendidikan
dasar dan menengah. Seorang dosen tidak hanya dituntut untuk mentransformasi
keilmuannya pada para mahasiswa, tetapi juga menjalankan tri dharma perguruan tinggi
secara utuh, yakni Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, dan

34
Pengabdian Kepada Masyarakat. Peran dosen yang sangat luas ini membuatnya
menjadi unsur yang signifikan dalam pendidikan di perguruan tinggi.

35
BAB III
STUDI KASUS

Pada Studi Kasus yang akan dijabarkan, pengalaman kegiatan keinsinyuran keilmuan
teknik industri dalam berbagai sektor industri. Kemudian dari masing-masing
pengalaman dijabarkan keterkaitan terhadap Kode Etik dan Etika Profesi Insinyur,
Profesionalisme Keinsinyuran serta keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan.

3.1. Studi Kasus 1

Studi Kasus Pertama : Penelitian Kerja Sama Antar Perguruan Tinggi (PKPT)
Tahun 2019
Judul Studi Kasus : Peningkatan Manajemen Keselamatan Transportasi
Dengan Merancang Alat Pelindung Diri Transportasi Yang
Ergonomis
Instasi : Kementrian Riset dan Teknologi
Jangka Waktu : 1 Tahun
Penanggung Jawab : Ketua LPPM dan PM Universitas Samudra
Pelaksana Studi : Meri Andriani, S.T., M.T., Ryan Pramanda, S.T., M.T.,
Kasus Suheri, , S.T., M.T., Ari Widyanti, S.T, M.T, Ph.D., Ir.
Yassierli, M.T, Ph.D
Studi Kasus ini lebih : Profesionalisme Keinsinyuran dan Keselamatan,
difokuskan pada Kesehatan Kerja dan Lingkungan

Indikator keberhasilan yang dilaksanakan Studi Kasus 1 antara lain:


1. Identifikasi Masalah
Mengidentifikasi masalah yang terdapat pada transportasi dimana objek penelitian
adalah pengendara sepeda motor, instrument yang digunakan adalah kuesioner.
2. Menetapkan tujuan Studi Kasus
Setelah diidentifikasi masalah yang didapat dari instrument yang digunakan,
kemudian ditetapkan tujuan penelitian.

36
3. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari data primer dan data sekunder.Data primer terdiri dari data
hasil observasi dan kuesioner.Checklis dilakukan untuk mengidentifikasi
pengendara sepeda motor yang tidak dan menggunakan helm dilihat dari segi umur,
pendidikan dan jenis kelamin.Pengukuran denyut nadi dilakukan untuk melihat
beban pengendara sepeda motor pada saat tidak dan menggunakan helm yang
dikaitkan dengan thermal tropis. Kuesioner dilakukan untuk mendapatkanhelm
yang diinginkan dan reaksi pengendara sepeda motor terhadap rancangan. Data
antropometri dilakukan dengan cara melakukan pengukuran dimensi kepala
pengendara sepeda motor. Instrumen yang dipergunakan adalah kamera, body
martin,rol, pulpen dan buku. Data sekunder didapat dari buku dan jurnal yakni lebih
memperdalam mengenai metode yang akan dipergunakan.
4. Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan, kemudian data diolah dengan menggunakan metode
quality fuction deployment, fisiologi, kansei enginering, uji statistik dan antropometri.Pada
pengolahan data juga dilakukan simulasi perhitungan menggunakan software SPSS.
5. Desain Helm Ergonomis
Desain baru dapat dilakukan setelah mendapatkan hasil dari persentil. Gambar dari
desain menggunakan software autocad.
6. Kesimpulan
Memberikan kesimpulan hasil dari penelitian yang telah dilakukan yakni mengetahui
berapa persen tidak menggunakan helm ditinjau dari segi umur, pendidikan dan
jenis kelamin.Mendapatkan helm diinginkan dan merancang helm yang ergonomis
buat pengendara sepeda motor.

Tugas Pelaksana Studi Kasus 1 dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut.
Tabel 3.1 Tugas Pelaksana Studi Kasus

Bidang
No Nama Instansi Uraian Tugas
Ilmu
1 Meri Andriani, UNSAM Teknik - Mempersiapkan instrument
S.T., M.T. Industri dan mengkoordinir tim dalam
penelitian.

37
- Mengadakan penelitian
kelapangan
- Membuat desain dan
menyusun rancangan hasil
akhir penelitian
2 Ryan UNSAM Teknik - Melaksanakan penelitian
Pramanda, Industri dengan ketua tim.
S.T., M.T. - Menyusun laporan hasil akhir
penelitian.
- Mengumpulkan data
- Membuata simulasi
perhitungan dengan SPSS
3 Suheri, S.T., UNSAM Teknik - Melaksanakan penelitian
M.T Industri dengan ketua tim.
- Menyusun laporan hasil akhir
penelitian.
- Mengumpulkan data.
- Mengambarkan perancangan
dengan autocad.
4 Ari Widyanti, ITB Teknik - Mereview proposal dan
S.T, M.T, Ph.D Industri publikasi
- Mengarahkan proses
penelitian
5 Ir. Yassierli, ITB Teknik - Mereview proposal dan
M.T, Ph.D Industri publikasi
- Mengarahkan proses
penelitian

Ringkasan Studi Kasus 1


Latar belakang dari penelitian adalah WHO (2009) melaporkan bahwa setiap tahun
ratarata 30.000 jiwa meninggal dunia akibat kecelakaan lalulintas di jalan, dengan
Indonesia menempati peringkat ketiga paling tinggi dalam jumlah korban meninggal
dunia di antara negara-negara ASEAN. Hal ini menunjukkan terjadinya kecelakaan

38
lalulintas di Indonesia disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya berkendara dengan aman dan selamat. Tujuan penelitian adalah identifikasi
penggunaan helm, identifikasi helm yang diinginkan, menganalisis fisiologi pengendara
sepeda motor berkaitan dengan thermal tropis, merancang helm ergonomis, dan
menganalisis reaksi pengendara sepeda motor terhadap helm yang dirancang.Tahapan
penelitian yaitu melakukan observasi ke tiga daerah yakni kota Medan dan Bandung
mewakili daerah terbanyak kendaraan dan kota Langsa mewakili paling sedikit
kendaraan dibandingkan kota Medan. Pada tahun pertama, metode survey dilakukan
dengan sistem check list untuk pengendara sepeda motor yang tidak menggunakan
helm dan dikaitkan dengan umur, pendidikan serta jenis kelamin, metode fisiologi
digunakan untuk melihat beban pengendara motor pada saat tidak memakai dan saat
memakai helm yang dikaitkan dengan thermal tropis, metode Quality Function
Development, metode Antropometri dan metode Kansei Engineering dilakukan
sebagai panduan dalam merancang helm. Salah satu aplikasi dasar ergonomi adalah
penggunaan pendekatan antropometrik untuk desain dan evaluasi produk.Mendesain
ulang helm ergonomis menggunakan metode antropometrik adalah tujuan dari
penelitian ini.Dalam penelitian ini, peserta terdiri dari 102 wanita dan 102 pria yang
terlibat secara sukarela. Berdasarkan studi pendahuluan, kami menemukan dimensi
kepala berikut yang dianggap penting untuk desain helm, termasuk: Lebar kepala,
Menton ke atas kepala, Menton diametrik ke belakang kepala, Hidung ke atas kepala,
Pronasale ke belakang kepala, Lebar muka, dan mata ke belakang kepala. Data
antropometrik disajikan dalam makalah ini, dan data desain ukuran helm yang
diusulkan dibahas.

Metode Pelaksanaan Studi Kasus 1


Partisipan adalah orang dewasa Aceh (berkisar antara 18 hingga 22 tahun) yang terdiri
dari 102 wanita dan 102 pria yang terlibat secara sukarela dalam penelitian ini dan para
partisipan dipilih secara acak. Pengukuran kepala antropometri dilakukan dengan
menggunakan antropometer Martin, karena fleksibilitasnya

Hasil dan Pembahasan Studi Kasus 1


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendesain ulang helm sesuai dengan dimensi
antropometrik orang dewasa Aceh. Studi pendahuluan kami menunjukkan

39
ketidaknyamanan menggunakan helm karena ukurannya yang tidak sesuai untuk
pengguna. Ada beberapa metode untuk menentukan ukuran standar suatu produk,
metode yang sering digunakan didasarkan pada persentil. Dalam hal ini, persentil ke-5
digunakan sebagai referensi untuk ukuran S, persentil ke-50 untuk ukuran M, persentil
ke-95 untuk ukuran L. Penelitian ini memiliki beberapa batasan yang perlu
dipertimbangkan. Pertama, jumlah sampel cukup rendah mengingat populasi orang
dewasa Aceh (mis. 5,19 juta, BPS, 2019). Penelitian lebih lanjut termasuk lebih banyak
sampel diperlukan untuk memperkuat hasilnya. Kedua, pengukuran yang dilakukan
secara manual mungkin memiliki masalah terkait dengan kurangnya keandalan,
sehingga diperlukan metode pengukuran yang lebih canggih dan andal. Meskipun
memiliki keterbatasan, penelitian ini dapat dilihat sebagai langkah pertama dalam
pengukuran antropometri kepala di Indonesia, yang difokuskan pada Aceh. Desain
ukuran helm yang ergonomis berdasarkan ukuran antropometri ditunjukkan pada
Gambar dibawah ini.

Gambar 3.1 Hasil Ukuran Helm Ergonomi


Kesimpulan Studi Kasus 1
Ada tujuh dimensi kepala yang dianggap penting untuk desain helm, yaitu: Lebar
kepala, Menton ke atas kepala, Diametri kepala ke belakang kepala, Hidung ke atas
kepala, Pronasale ke belakang kepala, Lebar muka, dan mata ke belakang kepala. Data
setiap dimensi disajikan, dan ukuran helm diusulkan.

Daftar Pustaka
N. A. Affandy, Z. Lubis, and F. Bustomi, “Evaluasi Kinerja Angkutan Umum Trayek
Lyn Merah Jurusan Sukodadi – Paciran Kabupaten Lamongan Berdasarkan

40
Kepuasan Pelayanan,” J. Tek. Angkutanumum J. Tek., vol. 5, no. 52, pp. 523–530,
2013.
E. H. Purwanto, “MOTOR DARI CEDERA KEPALA Significances Helmets
Standard (SNI) as a Protective Bikers From Head Injury,” 2015.
H. Sulistio, “Keselamatan Transportasi Jalan Di Indonesia Saatnya Ada Perubahan,”
vol. 8, no. 2, pp. 89–102, 2008.
E. Prasetyo and Agri Suwandi, “Rancangan Kursi Operator SPBU Yang Ergonomis
Dengan Menggunakan Pendekatan Antropometri,” Pros. Semin. Nas. dan Work.
Pemodelan dan Peranc. Sist. 2011 ISBN 978-602-19492-0-7, pp. 169–177, 2011.
M. S. M. Amin and D. Samsudi, “PEMANFAATAN LIMBAH SERAT SABUT
KELAPA SEBAGAI BAHAN PEMBUAT HELM PENGENDARA
KENDARAAN RODA DUA,” Pros. Semin. Nas. UNIMUS 2010, pp. 314–318,
2010.
S. YP, I. Suriadi, and iw Surata, “APLIKASI ERGONOMI UNTUK
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PENGERAJIN SENI UKIR BATU
PARAS DI DESA SAKTI NUSA PENIDA,” vol. 15, pp. 185–192, 2016.
E. Purba, “Analisis Beban Kerja Fisiologis Operator Di Stasiun Penggorengan Pada
Industri Kerupuk,” e-Jurnal Tek. Ind. FT USU, vol. 5, no. 2, pp. 11–16, 2014.
F. H. Ananda, Y. M. Hasibuan, and V. R. Lubis, “Analisis Bbeban Kerja
Fisiologis dan Psikologis Karyawan Stasiun Loading Ramp di PT. Perkebunan
Nusantara IV (PERSERO) Unit Usaha Ajamu,” pp. 1–11.
M. Andriani, Dewiyana, and C. I. Erliana, “Analisa Subyektifitas dan Beban Kerja
Secara Ergonomi Untuk Meningkatkan Produktivitas,” Jurutera, vol. 02, no. 01, pp.
1–4, 2015.
R. Siregar and L. N. Huda, “Pada Sekolah Dasar Swasta X,” vol. 3, no. 1, pp. 24–30,
2014. dan H. H. Roberta Zulvi Surya., Siti Wardah, “Penggunaan Data
Antropometri dalam Evaluasi Ergonomi Pada Tempat Duduk Penumpang Speed
Boat Rute Tembilahan - Kuala Enok Kab . Indragiri Hilir Riau,” Malikussaleh Ind.
Eng. J.Vol.2 No.1 4-8 ISSN 2302 934X, vol. 2, no. Fakultas Teknik dan Ilmu
Komputer, Universitas Islam Indragiri, Tembilahan, Riau, pp. 4–8, 2013.
M. Andriani and Subhan, “Perancangan peralatan secara ergonomi untuk
meminimalkan kelelahan di pabrik kerupuk,” Semin. Nas. Sains dan Teknol. 2016
Fak. Tek. Univ. Muhammadiyah Jakarta, no. November, pp. 1–10, 2016.

41
Muhammad and M. Fadilla, “PERANCANGAN DESAIN PRODUK ALAT
TULIS KANTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY
FUNCTION DEPLOYMENT,” vol. 44, no. 1, pp. 1–6, 2016.
L. L. Salomon et al., “STRATEGI PENGEMBANGAN PLASTIC SHOPPING
BAG BERDASARKAN PREFERENSI KONSUMEN DENGAN
PENDEKATAN METODE KANSEI ENGINEERING (STUDI KASUS  : PT
ERA) DEVELOPMENT STRATEGY OF PLASTIC SHOPPING BAG BASED
ON CONSUMER PREFERENCES WITH KANSEI Latar belakang Seiring m,”
pp. 175–187, 2015.
N. Rahmayani, Yuniar, and A. Desrianty, “Rancangan Kemasan Bedak Tabur (Loose
Powder) Dengan Menggunakan,” vol. 03, no. 04, pp. 170–179, 2015.
G. S. Putra et al., “Perancangan Desain Troli Supermarket Menggunakan Implementasi
Metode Kansei Engineering,” e-Proceeding Eng., vol. 4, no. 2, pp. 2453–2459,
2017.
I. Z. Sutalaksana and A. Widyanti, “Anthropometry approach in workplace redesign
in Indonesian Sundanese roof tile industries,” Int. J. Ind. Ergon., vol. 53, pp. 299–
305, 2016.
N. Ansori, A. Widyanti, and I. Z. Sutalaksana, “Safety Outcomes in Small-Size and
Medium-Size Metal Enterprises in Indonesia: Are They Different?,” IEEE Int.
Conf. Ind. Eng. Eng. Manag., vol. 2019–December, pp. 93–97, 2019.
A. Febrianti, Y. Yassierli, and M. Mahachandra, “Evaluasi Tingkat Kelelahan pada
Pengemudi Bus di Kota Bandung,” J. Rekayasa Sist. Ind., vol. 5, no. 2, p.118, 2017.
M. Siska and Henedy, “Perancangan Helm Anak Yang Ergonomis (Studi Kasus Di Tk
an-Namiroh Pekanbaru),” no. 155, pp. 71–79, 2012.

Putusan keinsinyuran yang diambil:


1. Identifikasi Masalah
a) Menganalisa akibat kecelakan yang timbul dari kecelakaan lalulintas berdasarkan
data World Health Organization (WHO) yang merupakan Organisasi
Kesehatan Dunia yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB). Organisasi ini memiliki tanggung jawab untuk memberikan arah dan
kebijakan dalam penanganan kesehatan masyarakat dunia, menyatakan bahwa

42
Indonesia menempati peringkat ketiga paling tinggi dalam jumlah korban
meninggal dunia di antara negara-negara ASEAN.
b) Mengingat data antropometrik Indonesia ada perbedaan etnis. dalam penelitian
ini, berfokus pada orang dewasa Aceh, karena Aceh adalah provinsi yang
menderita kecelakaan sepeda motor dan cedera kepala yang tinggi, Kecelakaan
sepeda motor dan cedera kepala yang tinggi di Aceh tertuang pada berita media
online (merdeka.com) yang menunjukkan pada tahun 2018 terdapat 738 orang
meninggal dunia akibat kecelakaan kereta, dimana kecelakaan ini didominasi
usia 16 tahun hingga 30 tahun.
2. Menetapkan tujuan Studi Kasus
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur antropometri Aceh dan
menggunakan data untuk mendesain ulang ukuran helm. Semakin cocok helm
untuk pengendara sepeda motor, semakin banyak mereka akan menggunakan helm,
dan risiko cedera fatal akan diminimalkan.
3. Pengolahan Data
a) Peserta adalah orang dewasa Aceh (berkisar antara 18 hingga 22 tahun) yang
terdiri dari 102 perempuan dan 102 laki-laki yang terlibat secara sukarela dalam
penelitian ini dan para peserta dipilih secara acak. Usia peserta yang berkisar
antara 18 tahun hingga 22 tahun, dengan alasan kecelakaan yang terjadi tahun
2018 didominasi rerata kisaran usia tersebut.
b) Desain baru dapat dilakukan setelah mendapatkan hasil yaitu rancangan berupa
Gambar dari pengukuran tubuh dari desain menggunakan software autocad.
4. Kesimpulan
Ada tujuh dimensi kepala yang dianggap penting untuk desain helm, yaitu: Lebar
kepala, Menton ke atas kepala, Diametri kepala ke belakang kepala, Hidung ke atas
kepala, Pronasale ke belakang kepala, Lebar muka, dan mata ke belakang kepala.
5. Hasil Penelitian
Hasil Penelitian ini dipublikasi pada Seminar Internasional.

Penerapan Catur Karsa pada kegiatan ini adalah:


1. Mengutamakan keluhuran budi;
Yaitu: Seseorang yang memiliki keluhuran budi atau perilaku yang
bertanggungjawab merupakan salah satu indikasi bahwa orang tersebut

43
mengimplementasikan makna dari catur karsa yang berarti pelaksana Studi Kasus 1
sebagai insinyur yaitu penyelesaian tugasnya yaitu Studi Kasus 1 yang telah
dilaksanakan pada tahun 2019.
2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan
umat manusia;
Yaitu: Studi Kasus 1 ini dilaksanakan secara bersama setiap anggota memiliki
tugasnya masing-masing sehingga Studi Kasus 1 dapat diselesaikan secara baik.
Hasil dari penelitian dari Studi Kasus 1 tersebut dipublikasikan secara ilmiah.
3. Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat sesuai dengan tugas
dan tanggung jawabnya;
Yaitu: Hasil Studi Kasus 1 yang telah dilaksanakan akan dikembangkan sebagai ilmu
Teknik Industri dan akan referensi yang berkaitan pada mata kuliah.
4. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional
keinsinyuran.
Yaitu: Dengan telah dilaksanakan Studi Kasus 1 ini secara langsung memperoleh
penambahan ilmuan dan meningkatkan profesional dengan cara mendukung
kebijakan pemerintah dibidang penelitian dan pengabdian.

Penerapan Sapta Dharma yang utama adalah:


1. Mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat;
Yaitu: Penyelesaian Studi Kasus 1 ini adalah sebagai rekomendasi pemerintah dalam
mengutamakan keselamatan, Kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dibidang
lalulintas dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan.
2. Bekerja sesuai dengan kompetensinya;
Yaitu: Penyelesaian Studi Kasus 1 ini adalah sebagai penambhan ilmu dan wawasan
yang sesui ilmu kompetensinya, karena penelitian yang telah dilaksanakan adalah
wujud dari tanggungjawab sebagai tenaga pendidik pengasuh mata kuliah yang
berkaitan yaitu Ergonomika dan Keselamatan Kesehatan Kerja.
3. Hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan;
Yaitu: Studi Kasus 1 ini adalah bagaian dari pada pendapat dari pada referensi yang
diperoleh dari keilmuan Teknik Industri.
4. Menghindari terjadinya pertentangan kepentingan dalam tanggung jawab tugasnya;

44
Yaitu: Studi Kasus 1 dilaksanakannya publikasi secara internasional dalam upaya
saling berbagi dan memperoleh keilmuan baru Ketika saling diskusi seminar.
5. Membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan masing-masing;
Yaitu: Dilaksanakan publikasi dengan upaya membangun reputasi profesi keilmuan
Teknik Industri.
6. Memegang teguh kehormatan, integritas & martabat profesi;
Yaitu: Pelaksanaan Studi Kasus 1 adalah bagian dari memegang teguh sebagai dosen
Teknik industri yang melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
7. Mengembangkan kemampuan profesionalnya.
Yaitu: Setelah dilaksanakan Studi Kasus 1 tersebut bagian dari pengembangan
professional dibidang ilmu Teknik Industri.

Realisasi Studi Kasus 1.


Mitra sangat berperan dalam penelitian ini. Mulai dari transfer knowledge yaitu
memberian penjelasan bagaimana cara mempublish ke jurnal internasional. Hal
pertama yang disuruh oleh Mitra adalah review jurnal yang berkaitan dengan keyword
penelitian kita. Dalam proses transfer knowledge ini Mitra menyediakan ruangan untuk
peneliti, selain itu Mitra juga mengenalkan instrument yang dipergunakan untuk
penelitian. Mitra juga memperbolehkan peneliti menggunakan alat-alat yang berada di
Laboratorium mereka, serta memperlihatkan cara penelitian yang dilakukan oleh Mitra.
Selain sambutan yang sangat hangat, Mitra juga selalu mengingatkan peneliti untuk
publish naskah dari hasil penelitian. Naskah untuk Internastional Confrence ICET4SD
yang merupakan tujuan dari jurnal tambahan, Mitra mereview naskah sebelum submit.

45
Dokumen pendukung

Gambar 3. 2 Surat Tugas dan publikasi Studi Kasus 1

3.2. Studi Kasus 2

Studi Kasus Kedua : Pengabdian Kepada Masyarakat


Tahun 2018
Judul Studi Kasus : Alat Pemotong Adonan Kerupuk Tempe Upaya
Peningkatan Taraf Ekonomi Home Industy di Gampong
Paya Bujok Teungoh, Kota Langsa
Instasi : Universitas Samudra
Jangka Waktu : 1 Tahun
Penanggung Jawab : Ketua LPPM dan PM Universitas Samudra
Pelaksana Studi : Ryan Pramanda, S.T., M.T., Dewiyana, S.T., M.T.
Kasus

Indikator keberhasilan yang dilaksanakan Studi Kasus 2 antara lain:


Terdapat lima metode yang digunakan pada program ini, yaitu metode Observasi,
permasalahan yag dialami, keluaran atau solusi, sosialisai, publikasi. Penjelasannya
sebagai berikut:

46
1. Observasi
Disini peneliti melakukan terjun langsung ketempat pembuatan kerupuk tempe
yang berada di daerah Gedubang Aceh, yag bertujuan untuk mengetahui langsung
bagaimana cara kerja pembuatan kerupuk tempe tersebut.
2. Permasalahan Yang Dialami
Pada saat melakukan observasi si peneliti melihat kesalahan pada pekerja, yang
hanya menggunakan pisau dapur saja dalam memotong adonan kerupuk tempe.
Disini sangat tidak efisien dalam hal pemotongan adonan kerupuk, diantaranya
memelurkan waktu lama dalam pemotongan, sipekerja mengalami kelelahan pada
tangan dikarenakan bekerja terus menerus (continu), dan hasil potongan kerupuk
tidak sesuai dengan yang diharapkan.
3. Keluaran atau solusi
Dari permasalahan yang diatas si peneliti berencana untuk membuat suatu alat
pemotong kerupuk yang bersifat semi manual, yang mempunyai dua fungsi kerja
yaitu pertama alat bisa digunakan dengan menggunakan tangan dan fungsi kedua
itu bisa digunakan dengan kaki.
4. Sosialisasi
Setelah alat sudah dibuat, penelitih melakukan pengenalan kepada masyarakat yang
bertujuan agar masyarakat mengetahui fungsi alat dan cara pemakaiannya.
5. Publikasi
Dalam publikasi membuat jurnal yang bertujuan supaya masyarakat luar bisa
mengetahui, dan tidak hanya di sekitaran kampus melainkan diluar kampus.

Tugas Pelaksana Studi Kasus 2 dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut.
Tabel 3.2 Tugas Pelaksana Studi Kasus 2

Bidang
No Nama Instansi Uraian Tugas
Ilmu
1 Ryan UNSAM Teknik - Mempersiapkan instrument
Pramanda, Industri dan mengkoordinir tim dalam
S.T., M.T. penelitian.
- Mengadakan penelitian
kelapangan

47
- Membuat desain dan
menyusun rancangan hasil
akhir penelitian
2 Dewiyana, UNSAM Teknik - Melaksanakan penelitian
S.T., M.T. Industri dengan ketua tim.
- Menyusun laporan hasil akhir
penelitian.

Ringkasan
Usaha mikro adalah usaha yang bersifat menghasilkan pendapatan dan dilakukan oleh
rakyat menengah kebawah. Sedangkan pengusaha mikro adalah orang yang berusaha
di bidang usaha mikro. Keberadaan pengusaha mikro sangat besar kontribusinya bagi
perekonomian negara. Gampong Paya Bujok Teungoh adalah salah satu desa yang
terdapat di kota Langsa provinsi Aceh, disini terdapat beberapa pengusaha mikro yang
turut berkontribusi dalam Produk Domestik Bruto (PDB). Produk yang dihasilkan
adalah kerupuk tempe, dalam proses pembuatannya masih menggunakan cara-cara
manual tanpa menggunakan teknologi yang tepat seperti memotong adonan dengan
menggunakan pisau dapur saja. Untuk itu perlu diterapkan teknologi tepat guna yaitu
alat pemotong kerupuk tempe. Sehinggga masyarakat mengetahui bahwa
menggunakan alat pemotong adonan kerupuk tempe mampu meningkatkan
produkifitas taraf ekonomi home industry. Dengan menggunakan alat ini, membuat
masyarakat yang produksi kerupuk tempe tidak mengalami injury saat memproduksi
kerupuk serta menambah keinginan masyarakat untuk meningkatkan produksi dengan
cara mengajak masyarakat lain untuk berkembang bersama dalam upaya meningkatkan
taraf ekonomi pada Gampong Paya Bujok Teungoh Kota Langsa.

Metode Studi Kasus 2


Adapun metode pelaksanaan kegiatan pengabdian ini menggunakan metode
pendekatan secara langsung, ceramah dan praktik. Adapun tahapan yang dilakukan
dalam pelaksanaan kegiatan ini meliputi:
a. Tahap Persiapan
Sosialisasi dilakukan di daerah tujuan pelaksanaan program pengabdian pada
masyarakat yang melibatkan aparat desa setempat. Target masyarakat yang dijadikan

48
Mitra adalah anggota Wirausaha Kerupuk Tempe. Pada kegiatan program sosialisasi
akan dipilih 10 orang warga desa yang tergabung dalam kelompok Wirausaha Kerupuk
Tempe.
Dalam tahapan persiapan ini, tim pelaksana kegiatan pengabdian kepada masyarakat
melakukan diskusi dengan kelompok Wirausaha Kerupuk Tempe dan aparat Desa
setempat dengan tujuan untuk:
1) Memberikan informasi tentang tujuan dan maksud program pengabdian masyarakat
tersebut dilaksanakan.
2) Melakukan pendataan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat khususnya
Wirausaha kerupuk tempe
3) Melakukan diskusi tentang pemanfaatan teknologi dalam meningkatkan
produktifitas kinerja usaha mikro
4) Mendiskusikan lokasi dan jadwal pelaksanaan program kegiatan pengabdian ini.
b. Ceramah
Tim menyiapkan materi dan bahan peraga yang akan disampaikan pada peserta.
Materi yang akan disajikan adalah sebagai berikut :
1. Keunggulan produk menggunakan alat pemotong tempe secara ekonomi jika
dibandingkan dengan sebelum menggunakan alat pemotong adonan kerupuk tempe
2. Tahapan proses penggunaan alat pemotong adonan
3. Manajemen wirausaha mandiri untuk mengembangkan produk kerupuk tempe
c. Evaluasi Kegiatan
Keberhasilan pelaksaan pengabdian kepada masyarakat yang diusulkan ini akan
dievaluasi selama pelaksanaan berjalan. Evaluasi awal dilakukan oleh tim pelaksana
dalam dua hal kegiatan, yaitu:
1. Kegiatan inti pada saat peserta menerima materi penggunaan alat pemotong adonan
kerupuk tempe
2. Diluar kegiatan inti, yaitu meninjau jumlah produksi kerupuk tempe yang dihasilkan
setelah tim pelaksana melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat serta
memberi arahan bagaimana memulai wirausaha mandiri
Adapun kriteria penilaian meliputi pemahaman materi penerapan penggunaan alat
yang telah diberikan selama proses kegiatan berlangsung. Evaluasi selanjutnya
dilakukan oleh Anggota Komisi Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat guna
menilai keberhasilan pelaksanaan kegiatan. Sedangkan evaluasi akhir yaitu evaluasi

49
dampak kegiatan pengabdian ini akan dilakukan oleh tim pelaksana kegiatan usaha
mikro pengolahan kerupuk tempe yaitu alat pemotong adonan kerupuk tempe.
Partisipasi Mitra
Berdasarkan hasil survey dan diskusi dengan wirausaha kerupuk tempe, masyarakat
sangat tertarik mengenai pelatihan penggunaan alat pemotong adonan kerupuk tempe.
Hal ini disebabkan karena produksi kerupuk tempe memberi manfaat pada kehidupan
yang lebih layak bagi usaha mikro ini, bahkan memberikan nilai tambah bagi keluarga.
Sebelumnnya para usaha mikro kerupuk tempe sudah berusaha meminta bantuan
kepada tokoh masyarakat agar diberikan bantuan alat pemotong adonan agar
mempermudah pemotongan adonan kerupuk. Selain itu alat pemotongan adonan
kerupuk tempe sangat diminati oleh masyarakat karena dapat dilakukan secara
sederhana dengan memanfaatkan bahan-bahan produksi mereka. Kerupuk tempe juga
mempunyai daya jual yang tinggi sehingga dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat.

Hasil dan Pembahasan Studi Kasus 2.


Sosialisasi dan pelatihan alat (prototype) pemotong adonan kerupuk tempe
dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 2018 Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa.
Sasaran kegiatan ini adalah masyarakat desa Gampong Paya Bujok Teungoh yang
berjumlah 10 orang antusiasme masyarakat yang hadir pada kegiatan Sosialisasi dan
pelatihan penggunaan alat pemotongan adonan kerupuk tempe sangat baik. Hal ini
terlihat dari respon masyarakat dalam bentuk tanya jawab mengenai proses pembuatan
kerupuk tempe dengan menggunakan alat pemotong adonan.
Sosialisasi dan pelatihan dimulai dengan kata sambutan dari salah satu masyarakat
yang menyambut kedatangan tim pengabdi, dilanjutkan pemberian materi dan praktik
penggunaan alat pemotong adonana kerupuk tempe dengan arahan dari tim
pengabdian masyarakat Universitas Samudra.

50
Gambar 3.3 Kegiatan Sosialisai Alat Pemotong Adonan kerupuk Tempe

Penggunaan alat pemotong adonan kerupuk tempe ini masih belum familiar di
kalangan masyarakat, umumnya diolah hanya mengguanakan manual (pengirisan
dengan menggunakan pisau dapur biasa). Oleh karena itu, dilakukan pelatihan produksi
kerupuk dengan menggunakan alat pemotong adonan kerupuk tempe. Manfaat
penggunaan alat pemotong kerupuk adalah sebagai mempercepat proses pemotongan
kerupuk yang lebih efektif dan efisien.
Langkah-langkah dalam pembuatan kerupuk tempe adalah sebagai berikut.
1. Persiapan adonan tepung kanji 2 kg, tepung roti 1 kg, kacang kedelai ¼ kg, garam,
penyedap rasa, pewarna makanan secukupnya
2. Semuanya bahan diaduk merata selama 10 menit
3. Adonan yang sudah di aduk merata dimasukan ke dalam loyang berbahan
alumunium kira-kira sampai ketebalan yang diinginkan.
4. Adonan yang dimasukan ke dalam loyang dikukus selama ½ jam.
5. Setelah adonan dikukus, adonan didiamkan selama beberapa jam, dengan takaran
tidak terlalu lembek dan tidak terlalu keras.
6. Takaran yang dirasakan agar mudah dilakukan pada tahap memotongan atau
pengirisan bahan baku adonan kerupuk tempe.
Berdasarkan hasil dari sosialisasi dan pelatihan produksi kerupuk tempe dengan
menggunakan alat pemotong tempe menunjukkan minat untuk memproduksi secara

51
kontinu. Dengan menggunakan alat pemotong adonan kerupuk proses pembuatannya
tidak membuat masyarakat merasakan kelelahan dan merasakan sakit saat memotong
adonan kerupuk tempe. Berdasarkan analisis situasi yang terjadi di lapangan, mengingat
bahan baku kerupuk tempe yang digunakan mudah diperoleh dan harga relatif murah,
dapat disimpulkan bahwa adanya peluang membuka usaha produksi kerupuk tempe di
daerah Gampong Paya Bujuk Teungoh Kota Langsa, karena alat yang digunakan
mampu memproduksi lebih banyak dari pada diproduksi secara manual.
Hasil dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilaksanakan di
Gampong Paya Bujuk Teungah Langsa Kota Langsa mendapat respon yang yang
positif dari masyarakat yang mayoritas adalah kaum Ibu-ibu yang mengikuti kegiatan
tersebut. Hal ini tercermin dari masyarakat yang antusias ketika mengikuti sosialisasi
yang dilakukan dengan ikut aktif pada saat pemaparan persentasi dan juga pada saat
diskusi. Poto kegiatan Pengabdian kepada masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 1.
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyrakat.
Manfaat dan perbandingan sebelum dan sesudah menggunakan alat pemotong
adonan kerupuk adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3 Perbandingan Sebelum dan Sesudah Menggunakan Alat

Sebelum Menggunakan Alat Sesudah Menggunakan Alat


Kuantitas produksi rendah (4 jam Kuantitas produksi meningkat (4 jam
menghasilkan 4 kg setiap hari produksi) menghasilkan 8 kg setiap hari produksi)
Menghabiskan waktu yang panjang (1 kg Mempersingkat waktu (2 kg setiap jam
setiap jam nya) nya)
Ketebal irisan adonan yang dihasilkan Ketebalan irisan yang dihasilkan konstan
tidak konstan / tidak teratur / teratur
Kelelahan pada leher Tidak merasakan kelahan pada leher
Kelelahan pada tangan Tidak merasakan kelelahan pada tangan
Sering terjadi injury saat pemotongan Belum terindikasi terjadinya injury saat
adonan pemotongan adonan

Luaran Yang Dicapai


Luaran yang dicapai pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat di Gampong Paya
Bujok Langsa yaitu

52
Tabel 3.4 Luaran Yang Telah Dicapai

No Jenis Luaran Indikator Capaian Keterangan


1 Publikasi Ilmiah Pada jurnal ber Accepted Sudah Publikasi
ISSN
2 Produk Alat pemotong Sudah Terlaksana
adonan kerupuk
tempe

Kesimpulan Studi Kasus 2


Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan program pengabdian masyarakat
”Alat (prototype) pemotong adonan kerupuk tempe upaya meningkatkan taraf
ekonomi home industry di Gampong Paya Bujuk Teungoh Kota Langsa” adalah
1. Adanya pengetahuan bahwa menggunakan alat pemotong adonan kerupuk tempe
mampu meningkatkan produkifitas taraf ekonomi home industry
2. Adanya pengetahuan bahwa dengan menggunakan alat ini, membuat masyarakat
yang produksi kerupuk tempe tidak mengalami injury saat memproduksi kerupuk
3. Adanya keinginan masyarakat untuk menambah produksinya dengan mengajak
masyarakat lain untuk berkembang bersama dalam upaya meningkatkan ekonomi
pada Gampong tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Ulrrich, Karl T. dan Eppinger, Steven D, 2000 Perancangan dan Pengembangan
Produk, Salemba Teknika, Jakarta.
Bernard, B.P. and Fine, L.J. 1997. Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors.
A Critical Review of Epidemiologic Evidence for Work-Related Musculoskeletal
Disorders of the Neck, Upper extremity, and Low Back. NIOSH US Department
of Health and Human Services. New York: Taylor & Francis.
Panero dan Zelnik. 2003. Dimensi Manusia & Ruang Interior. Jakarta: Erlangga.
TEKNOIN, Vol. 11, No. 1, Maret 2006, 13-24 17
Sanders, Marks S., & Cornic, Erness J. 1993. Physical Works end Human Factor
Engineering. USA : McGraw – Hill Inc.
Wignjosoebroto, Sritomo (2006). Aplikasi Ergonomi dalam Peningkatan
Produktivitas dan Kualitas Kerja di Industri. Keynote Seminar Nasional

53
Ergonomi & K3 - “Peranan Ergonomi dan K3 untuk Meningkatkan Produktivitas
dan Kualitas Kerja” yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Ergonomi Indonesia
dan Laboratorium Ergonomi & Perancangan Sistem Kerja Jurusan Teknik
Industri FTI-ITS, tanggal 29 Juli 2006 di Kampus ITS, Sukolilo-Surabaya.
Wignjosoebroto, Sritomo (2006). Indonesia Ergonomic’s Road map. Where We Are
Going? Makalah disampaikan dalam Indonesia Panel: Ergo Future 2006 –
International Symposium on Past, Present, and Future Ergonomics, Occupational
Safety and Health, tanggal 28-30 Augustus 2006 di Universitas Udayana –
Denpasar, Bali.
NREL. (2010). From invention to innovation. Golden, Colorado: National Renewable
Energy Laboratory, U.S. Department Of Energy
Tahapan prototipe. (2004, Nopember 19). Republika, p. 4.
Ulrich, K. T. & Eppinger, S. D. (2015). Product design and development. New York:
Mc Graw-Hill.

Penerapan Catur Karsa pada kegiatan ini adalah:


1. Mengutamakan keluhuran budi;
Yaitu: Seseorang yang memiliki keluhuran budi atau perilaku yang terpuji
merupakan salah satu indikasi bahwa orang tersebut mengimplementasikan makna
dari catur karsa yang berarti pelaksana Studi Kasus 2 sebagai insinyur yaitu
penyelesaian tugasnya yaitu Studi Kasus 2 yang telah dilaksanakan pada tahun 2018.
2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan
umat manusia;
Yaitu: Studi Kasus 2 ini dilaksanakan secara bersama setiap anggota memiliki
tugasnya masing-masing sehingga Studi Kasus 2 dapat diselesaikan secara baik.
Hasil dari penelitian dari Studi Kasus 2 tersebut dipublikasikan secara ilmiah.
3. Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat sesuai dengan tugas
dan tanggung jawabnya;
Yaitu: Hasil Studi Kasus 2 yang telah dilaksanakan akan dikembangkan sebagai ilmu
Teknik Industri dan akan referensi yang berkaitan pada mata kuliah yaitu
Perancangan dan Pengembangan Produk.
4. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional
keinsinyuran.

54
Yaitu: Dengan telah dilaksanakan Studi Kasus 2 ini secara langsung memperoleh
penambahan ilmuan dan meningkatkan profesional dengan cara mendukung
kebijakan pemerintah dibidang penelitian dan pengabdian.

Penerapan Sapta Dharma yang utama adalah:


1. Mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat;
Yaitu: Penyelesaian Studi Kasus 2 ini adalah sebagai rekomendasi pemerintah dalam
mengutamakan keselamatan, Kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dibidang
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memberi pengetahuan caraa penggunaan
alat tersebut dari hasil pengabdian yang telah dilaksanakan.
2. Bekerja sesuai dengan kompetensinya;
Yaitu: Penyelesaian Studi Kasus 2 ini adalah sebagai penambahan ilmu dan wawasan
yang sesui ilmu kompetensinya, karena penelitian yang telah dilaksanakan adalah
wujud dari tanggungjawab sebagai tenaga pendidik pengasuh mata kuliah yang
berkaitan yaitu Perencanaan dan Pengembangan Produk.
3. Hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan;
Yaitu: Studi Kasus 2 ini adalah bagaian dari pada pendapat dari pada referensi yang
diperoleh dari keilmuan Teknik Industri.
4. Menghindari terjadinya pertentangan kepentingan dalam tanggung jawab tugasnya;
Yaitu: Studi Kasus 2 dilaksanakannya publikasi secara nasional dalam upaya saling
berbagi dan memperoleh keilmuan baru ketika saling diskusi seminar atau
monitoring dan evaluasi.
5. Membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan masing-masing;
Yaitu: Dilaksanakan publikasi dengan upaya membangun reputasi profesi keilmuan
Teknik Industri.
6. Memegang teguh kehormatan, integritas & martabat profesi;
Yaitu: Pelaksanaan Studi Kasus 2 adalah bagian dari memegang teguh sebagai dosen
Teknik industri yang melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
7. Mengembangkan kemampuan profesionalnya.
Yaitu: Setelah dilaksanakan Studi Kasus 2 tersebut bagian dari pengembangan
professional dibidang ilmu Teknik Industri.

55
Realisasi Studi Kasus 2
Tingginya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat
pada pembuatan kerupuk tempe dengan menggunakan alat pemotong adonan
kerupuk, dapat diperoleh beberapa saran yaitu :
1. Perlu dilaksanakan pelatihan ketrampilan secara berkelanjutan bagi masayarakat
Gampong Paya Bujok agar menghasilkan produksi kerupuk tempe dengan kunatitas
yang lebh tinggi.
2. Perlunya membangun jiwa wirausaha masyarakat yaitu untuk memproduksi
kerupuk tempe sebagai produk yang dapat dijual secara luas.
3. Curah hujan yang tingi pada musim hujan, sehingga para pengabdi ingin membuat
alat baru yaitu pengering produksi kerupuk tempe ini pada musim hujan.
4. Perlunya pendampingan dari pihak akademisi dan pemerintah bersama para
masyarakat yang memliki usaha kerupuk tempe dalam upaya meningkatkan taraf
ekonominya, hal itu pula dapat meningkatkan ekonomi di pemerintah Kota Langsa
juga.

Dokumen pendukung

Gambar 3.4 Dokuemen pendukung studi kasus 4

56
3.3. Studi Kasus 3

Studi Kasus Ketiga : Pengabdian Kepada Masyarakat


Tahun 2021
Judul Studi Kasus : Teknologi Breeding Ikan Hias Cupang Dan Guppy Kelas
Kontes Sebagai Usaha Pemulihan Ekonomi Dimasa
Pandemi Pada Kelompok Tani Mitra Jaya Farm (MJF)
Desa Sidodadi Kota Langsa
Instasi : Universitas Samudra
Jangka Waktu : 1 Tahun
Penanggung Jawab : Ketua LPPM dan PM Universitas Samudra
Pelaksana Studi : Ryan Pramanda, S.T., M.T., Novianda, S.T., M.Si.
Kasus Fadhliani, S.T., M.Si.
Studi Kasus ini lebih :
difokuskan pada

Tugas Pelaksana Studi Kasus 3 dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut.
Tabel 3.5 Tugas Pelaksana Studi Kasus 3

Bidang
No Nama Instansi Uraian Tugas
Ilmu
1 Ryan UNSAM Teknik - Mempersiapkan instrument
Pramanda, Industri dan mengkoordinir tim dalam
S.T., M.T. pengabdian.
- Mengadakan pengabdian
kelapangan
- Membuat desain dan
menyusun rancangan hasil
akhir pengabdian
2 Novianda, UNSAM Teknik - Melaksanakan penelitian
S.T., M.Si. Informatika dengan ketua tim.
- Menyusun laporan hasil akhir
pengabdian.

57
3 Fadhliani, UNSAM MIPA - Melaksanakan pengabdian
S.T., M.Si. Biologi dengan ketua tim.
- Menyusun laporan hasil akhir
pengabdian.

Indikator keberhasilan yang dilaksanakan Studi Kasus 3 antara lain:


Analisis Situasi
Ikan cupang banyak dibudidaya oleh masyarakat kota langsa, salah satunya Desa
Sidodadi adalah desa yang terletak di wilayah kota langsa provinsi Aceh, jaraknya 1,1
Km dari Universitas Samudra terdapat kelompok budidaya ikan hias yang bernama
Mitra Jaya Farm (MJF) membudidayakan ikan cupang dan ikan guppy. Hasil survey
yang dilakukan oleh tim pengabdi diharapkan akan memberi solusi terhadap
permasalahan mitra, dengan turun langsung meninjau ke lokasi mitra pengabdian
untuk mendapatkan informasi dengan melakukan wawancara.
Mitra Jaya Farm (MJF) sehari-hari kelompok tersebut melakukan breeding ikan
untuk mendapatkan keturunan yang berkulitas sehingga harga jual menjadi lebih baik.
Untuk kelancaran budidaya ketersediaan pakan menjadi salah satu keutamaan dalam
budidaya ikan cupang dan guppy, karena pakan alami di anggap lebih baik dari pakan
jadi, untuk itu kelompok tersebut membudidayakan sendiri pakan hidup yaitu berupa,
kutu air, jentik nyamuk, cacing sutra dan artemia yang diproses dengan menggunakan
teknologi alat aerator untuk memecahakan cangkang dan proses kembangbiak cacing
sutra.
Budidaya ikan cupang perlu perawatan khusus, seperti menjaga kualitas air dan
suhu, oleh katena itu pengabdian ini memiliki tujuan untuk menghasilkan ikan cupang
dan guppy kelas kontes, sehingga diperlukan perawatan khusus, salah satunya dengan
menerapkan wadah penyimpanan menggunakan styrofoam, penggunaan styrofoam
dianggap efektif karena apabila dalam keadaan hujan dan cuaca dingin disa di tutup
rapat untuk menjaga suhu agar menjadi hangat, keadaan yang tertutup juga dapat
membuat ikan merasa lebih nyaman.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dari Tim PKM dosen Universitas
Samudra (UNSAM) perlu melakukan pembinaan kepada Kelompok Tani Mitra Jaya
Farm Desa Sidodadi Kota Langsa untuk Breeding Ikan Hias Cupang Dan Guppy Kelas

58
Kontes SebagaiUsaha Pemulihan Ekonomi Dimasa Pandemi Melalui pembinaan ini
Tim PKM berupaya untuk membina dengan baik.
Mitra
Mitra dalam pengabdian ini adalah kelompok budidaya ikan hias Mitra Jaya (MJF)
yang berlokasi di Jalan Titi Gantung No. 3 Desa Sidodadi Kota Langsa. Dalam
kunjungan sosialisasi untuk kerjasama mitra tim pengabdian mengambil beberapa
dokumentasi tentang mitra. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui keadaan dan
situasi mitra dalam breeding ikan hias, dan mengetahui permasalahan yang dihadapi
mitra sehingga dengan demikian tim PKM akan mencari solusi untuk mengatasi
persoalan yang dihadapi mitra.

Gambar 3.5 Foto tim PKM bersama mitra sebelum pelaksanaan PKM

Gambar 3.6 Foto tim PKM bersama mitra ketika pelaksanaan PKM
Pada breeding ikan cuapang dan guppy, ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu
mulai dari tempat pemijahan, kolam pembesaran hingga pemindahan ke toples atau
soliter untuk dijual.

Gambar 3.7 Wadah pemijahan atau perkawinan

59
Gambar 3.8 Kolam pembesaran

Gambar 3.9 Wadah dalam toples


Breeding Ikan Hias
Breeding ikan hias menjadi salah satu sumber pendapatan bagi kelompok budidaya
Mitra Jaya Farm (Farm). Dimasa pandemi usaha budidaya ikan hias bisa membantu
memulikan perekonomian. Selain mudah dilakukan, membiakkan hewan yang hidup
di air ini cukup menyenangkan. Jika seseorang berhasil melakukan breeding dengan
cepat akan menghasilkan anakan yang banyak. Teknik budidaya ikan
memiliki treatment masing-masing, tergantung jenis ikan yang akan dibudidaya, sebab
ikan hias memiliki cara berkembang biak berbeda. Ada ikan yang bertelur dan beranak.
Kalau lebih mudah breeding yang beranak, karena ada istilah indukannya bisa
menggendong anakan. Kalau yang bertelur lebih ekstra perawatan.
Jenis ikan cupang
Jenis cupang atau Betta spp. di dunia tercatat sebanyak 79 jenis, dan 51 jenis berada
di Indonesia (Fishbase, 2017). Ikan cupang dibagi menjadi dua jenis berdasarkan
kacamata para pencintanya, yakni ikan cupang hias, kontes dan ikan cupang aduan.
Berikut ciri keduanya
a. Ikan cupang hias kelas kontes
1. Bentuk sirip dan ekor menjuntai panjang
2. Warna tubuh terang, tidak kusam. Memiliki varian warna yang menarik dan
atraktif

60
3. Gerakannya tenang. Bila melihat ikan cupang lain atau sedang bercumbu dengan
betina, ekornya akan mengembang sempurna dan menunjukkan bentuk khas
4. Ikan cupang hias sering dilombakan dalam hal keindahan warna. Jenis-jenis ikan
cupang itu seperti, serit (crown tail), bulan separuh (halfmoon), laga (plakat),
cagak (double tail) dan akhir-akhir ini jenis giant.

Gambar 3.10 Ikan cupang hias kelas kontes


Cupang adu biasanya berasal dari spesies Betta Splendens, Betta Imbellis, Betta
Mahachai dan variasi silangannya. Perlombaan adu cupang kerap digelar di Asia
Tenggara, padahal itu sebenarnya adalah hal illegal. Sebab itu sebenarnya adu ikan
cupang juga tidak boleh dilakukan, sebab dalam konferensi hewan internasional yang
dilakukan pencinta hewan disebutkan bahwa hewan juga punya hak untuk hidup.
Ikan Guppy
Guppy adalah ikan yang sangat mudah berkembang biak. Masa kehamilan ikan ini
berkisar antara 21–30 hari (rata-rata 28 hari) bergantung pada suhu airnya. Suhu air
yang paling cocok untuk berbiak adalah sekitar 27 °C (72 °F).
Alih-alih bertelur, ikan gupi mengandung dan melahirkan anaknya (livebearers). Setelah
ikan betina dibuahi, daerah berwarna gelap di sekitar anus yang dikenal sebagai ‘bercak
kehamilan’ (gravid spot) akan meluas dan bertambah gelap warnanya. Menjelang saat-
saat kelahirannya, bintik-bintik mata anak-anak ikan dapat terlihat dari kulit perut
induknya yang tipis dan menerawang. Seekor induk gupi dapat melahirkan burayak
(anak ikan) antara 2–100 ekor pada setiap kelahiran, tetapi kebanyakan antara 5–30
ekor saja. Beberapa jam setelah persalinan, induk gupi telah siap untuk dibuahi lagi

61
Gambar 3.11. Ikan hias guppy
Tujuan Pengabdian
Adapun tujuan dari pengabdian ini adalah :
1. Menjadikan kelompok budidaya yang mandiri dalam mengolah usaha
2. Memberi pengetahuan dan pendampingan kepada kelompok budidaya cara
budidaya ikan cupang dan guppy kelas kontes
3. Memberi pengetahuan teknologi cara budidaya pakan alami
4. Menjadi kan box styrofoam sebagai wadah untuk budidaya iakan huna menjaga
kesetabilan suhu ikan.
5. Meningkatkan kualitas hasil budidaya sebagai usaha pemulihan ekonomi di masa
pandemi
Teknologi breeding
Teknologi breeding yang dilakukan yaitu mulai dari pengolahan pakan hidup dan
alat yang digunakan seperti PH meter untuk mengukur kandungan air. Hal tersebuit
dilakukan dengan tujuan agar pembudidaya mudah dalam penyediaan pakan hidup,
serta mengetahui pH serta kandungan yang terdapat di dalam air, sehingga dapat
diambil keputusan apakah air harus diganti atau tidak. Kualitas air dan makanan salah
satu penentu keberhasilan dalam breeding ikan cupang dan guppy.

Gambar 3. 12 Pengolahan pakan hidup artemia

62
Permasalahan Mitra
Dalam menjalankan usaha budidaya ikan hias khususnya cupang dan guppy
tentunya memiliki permasalahan seperti kualitas air, wadah/tempat dan ketersediaan
pakan hidup. Berikut ini merupakan beberapa maslah yang di hadapi dalam budidaya
ikan cupang dan guppy.
1. Sulitnya mencari pakan hidup/alami
2. Cuaca hujan membuat ikan menjadi kurang sehat
3. Tidak mengetahui kandungan air
4. Hasil ternakan tidak maksimal
5. Persaingan harga jual
Pakan merupakan salah satu penentuan keberhasilan dalam usaha budidaya cupang
dan guppy, karena tidak cukup jika hanya diberikan pelet. Ikan cupang dan guppy lebih
baik diberikan pakan hidup/alami seperti jentik nyamuk, cacing sutra dan artemian.
Untuk menghindari cuaca ekstrem ikan sebaiknya ditempatkan ke dalam box
styrofoam, karena styrofoam memiliki suhu yang stabil.
Potensi dan peluang usaha
Peluang usaha budidaya ikan hias tcrutama cupang dan guppy bisa dibilang
sangat menguntungkan. Dalam pembudidayaan ikan cupang memang terbilang mudah.
Dimana budidaya ikan cupang dan guppy tidak membutuhkan tempat luas dan modal
yang besar, dapat dilakukan sebagai usaha rumahan yang menjanjikan. Keunggulana
budidaya ikan cupang dan guppy ini memang memiliki daya tahan yang bagus. Dimana
pemeliharaan ikan cupang dan guppy dapat dilakukan dengan mudah. Peminat ikan
cupang dan guppy juga sangat tinggi menjadikan potensi bisnis ini menguntungkan.
Untuk menjalankan budidaya ikan cupang, jika iya tentunya sangat menarik jika
budidaya ikan cupang ini untuk dilakukan. Prospek bisnis budidaya ikan cupang dan
guppy ini memang sangat cerah dan pertumbuhannya sangat bagus dari waktu ke
waktu, tidak banyak kerugian jika bergelut dalam bisnis budidaya ikan cupang dan
guppy.

Peluang usaha
Peluang usaha dalam bisnis ikan cupang dan guppy dapat dilihat dari konsumen dan
pemasaran, berikut beberapa peluang usaha yang perlu diperhatikan dalam bisnis
budidaya ikan cupang dan guppy.

63
1. Konsumen bisnis budidaya ikan cupang dan guppy
Konsumen budidaya ikan cupang dan guppy memang tidaklah sulit, konsumen
budidaya ikan cupang dan guppy cukup besar mulai dari orang-orang yang suka
memelihara ikan hias jenis ikan cupang
2. Pemasaran budidaya ikan cupang dan guppy
Dalam berjualan budidaya ikan cupang dan guppy, bisa memasarkannya dengan
cara menjualnya ke pasar atau langsung ke pengepul. Serta juga bisa memasarkan
langsung ikan cupang ke pecinta ikan cupang dan melalui media online.
3. Anggota Kelompok budidaya ikan cupang dan guppy
Anggota dalam menjalankan bisnis budidaya ikan cupang dan guppy bisa
memanfaatkan anggota dari kelompok budidaya mitra jaya farm (MJF)
4. Harga jual budidaya ikan cupang
Patokan harga untuk budidaya ikan cupang dapat buat dalam hitungan per ekor atau
borongan, dimana harga mulai Rp 5.000 hingga Rp 500.000 bahkan bisa lebih.

Solusi Penyelesaian Masalah


1. Merekomendasikan untuk memulai budidaya pakan hidup seperti, jentik nyamuk,
cacing sutra dan artemia
2. Gunakan wadah styrofoam untuk menghindari cuaca hujan panas karena akan
membuat suhu lebih baik dan bisa diatur
3. Penggunaan alat PH meter dapat mengetahui kandungan air
4. Budidaya cupang dan guppy bisa jadi usaha untuk memulihkan perekonomian
dimasa pandemi karena memiliki harga jual yang tinggi dan pemeliharaan ikan yang
mudah.

Metode Pelaksanaan Kegiatan


Tim pengabdi akan melakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada kelompok
budidaya ikan hias Mitra Jaya Farm (MJF). Stelah sosialisasi maka akan dilakukan
perancangan rak budidaya pengembangbiakan ikan. Adapun langkah-langkah dalam
matode pelaksaan yang akan dilakukan oleh tim pengabdi dapat dilihat pada flowchart
3.1 di bawah ini;

64
ya tidak

Gambar 3.13 : Flowchart breeding ikan hias cupang dan guppy

Gambar 3.14 Teknologi kultur penetasan artemia

65
Gambar 3.15. Rak Budidaya Ikan

Perancangan teknologi pakan


Dalam budidaya ikan cupang dan guppy, tim pengabdi menerapkan teknik budidaya
pakan hidup seperti cacing sutra, kultur artemia, kutu air, jentik nyamuk dan juga
menggunakan pelet merek mem frime

Gambar 3.16. Cacing sutra


Kepakaran Dalam Menyelesaikan Permasalahan Mitra
Adapun keparakan yang harus dimiliki dalam menyelasaikan permasalah dan
kebutuhan mitra dalam pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut:
1. Interaktif dalam berdialog dengan masyarakat dan kelompok Mitra Jaya Farm (MJF)
2. Memiliki keterampilan dalam breeding cupang dan guppy
3. Memanfaatkan teknologi pada breeding cupang dan guppy serta memiliki
keterampilan dalam mengolah makanan alami.

HASIL
Pengabdian diikuti oleh masyarakat dan anggota kelompok tani Mitra Jaya farm
yang rata-rata terdiri darfi laki-laki dan memiliki hobi budidaya ikan. Kegiatan
dibimbing oleh tim PKM yang terdiri dari dosen-dosen Fakultas Teknik Universitas

66
Samudraa. Kegiatan dilaksanakan dengan sesi sosialisasi dan tanya jawab serta praktek
budidaya ikan hias cupang dan guppy kelas kontes. Ketua kelompok tani Mitra Jaya
Farm menyambut baik dan berterima kasih atas kegiatan yang telah dilaksanakan di
kelompoknya. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan semangat masyarakat dan
kelompok tani untuk budidaya dengan tahapan yang benar sehingga mendapatkan hasil
yang maksimal.

Gambar 3.17 Sosialisasi cara budidaya ikan hias cupang dan guppy

(a) (b) c)
Gambar 3.18. (a) (b) (c) Proses perkawina ikan

Setelah dilakukan sosialisasi kemudian dilanjutkan dengan praktek cara pembenihan


ikan menggunakan box styrofoam. Praktek dilakukan dengan pemilihan indukan yang
baik, kemudian menunggu indukan betina bertelur hingga dilakukan pemisahan
indukan dari anaknya memerlukan watu 1 minggu. Tim tidak menunngu hingga
bertelur namun hanya memberikan keterangan dan dilanjutkan pemantauan pada
minngu yang akan datang.

Gambar 3.19 Burayak atau anak ikan yang telah dipisah dari indukan

67
Setelah usia burayak sudah satu minngu terhitung dari mulai menetas maka indukan
sudah busa dipisahkan dari anakan dan indukan akan jalani perawatan untuk
dikembangbiakkan pada bibit indukan yang lain, sedangkan burayak dirawat secaara
intensif dan harus memperhatikan makanan yang akan diberikan.

Gambar 3.20 Kultur Artemia

Artemia digunakan sebagai pakan awal untuk burayak dimulai dari usia 5 hari hingga
2 minggu, setelah usia 2 minggu burayak diberi pakan kutu air untuk kelangsungan
pertumbuhannya. Waktu lamanya kultur artemia selama 24 jam.

(a) (b)
Gambar 3.21 (a) (b) Pembagian bibit ikan kepada masyarakat dan kelompok

Pembagian bibit dilakukan dengan harapan agar ikan yang dibudidaya oleh
masyarakat dan kelompok nantinya menghasilkan anakan-anakan yang berkualitas,
karena salah satu cara untuk menghasilkan anakan yang kualitas ditentukan juga oleh
indukannya.

68
(a) (b)
Gambar 3. 22 (a) (b) Kolan pembesaran ikan
Kolam pemebsaran berguna sebagai tempat perkembangan ikan, dengan jumlah
yang banyak dan ukuran yang semakim besar tentunya diperlukan juga tempat yang
luas agar ikan dapat bergerak bebas sehingga terbentuk body atau foam yang baik.

(a) (b)
Gambar 3.23 (a) (b) Kolam jentik nyamuk sebagai pakan alami
Tim Pengabdian juga membuat kolam untuk wadah pemeliharaan jentik nyamuk
sebagai alternatif ketersediaaan pakan hidup, karena pakan hidup menjadi salah satu
pakan terbaik untuk perkembangan ikan.

(a) (b)
Gambar 3.24. Ruang pamer ikan kontes dan penjualan (a) Cupang (b) Guppy

69
Ikan yang telah memasuki usia 4 bulan kemudian dipilih yang berkualitas untuk
dipindahkan ke dalam toples yang tersedia di ruang pamer, untuk di jual dan di
konteskan.

Gambar 3. 25 Perawatan ikan jika kondisi ikan kurang sehat


Pada tabel 1 menjelaskan tentang jenis ikan yang dibudidaya, sifat pembiayakannya dan
pemberian pakan sesuai umur agar ikan tumbuh dan berkembang dengan baik.
Tabel 3.6. Breeding ikan cupang dan guppy

Bertelur Pakan
Jenis Pakan ikan
No atau Sifat pembiakan burayak
Ikan > 1 bulan
beranak < 1 bulan
Bertelur setelah
proses perkawinan, Artemia 1-
dan perlu jantan 2 minggu. Jentik, cacing
1 Cupang Bertelur
untuk proses 2–4 dan pelet
perkawinan minggu
selanjutnya kutu air
Cukup sekali kawin,
bisa beranak berkali- Artemia
kali dengan jarak dan kutu Jentik, cacing
sekitar 3 minggu air 1-2 dan pelet
2 Guppy Beranak
tanpa jantan kedua minggu.
untuk proses kawin 2–4
selanjutnya minggu
pelet

70
Luaran Yang Dicapaian
Adapun target dan luaran yang telah dicapai dalam pengabdian ini yaitu:
Tabel 3.7 Target luaran yang dicapaian

NO Jenis Luaran Indikator Capaian


Luaran Wajib
1. Publikasi Ilmiah pada jurnal sinta 4 Submithted
DINAMISIA
2. Publikasi pada media masa online viralutama Published
3. Link youtube Published
Target luaran dari pengabdian ini nantinya akan dipublikasi pada jurnal ilmiah
DINAMISIA : Universitas Lancang Kuning , Sinta 4, Riau dan akan dipublikasi pada
media online www.viralutama.co.id, serta link youtube kegiatan
https://www.youtube.com/watch?v=vPZ-DA-Osy4

KESIMPULAN
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan pengabdian yang telah dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Masyarakat dan kelompok tertarik untuk membudidayakan ikan cupang dan guppy
kelas kontes
2. Masyarakat dan kelompok menyatakan bahwa kegiatan ini memberi manfaat dan
men ingkatkan pengetahuan tentang budiddaya ikan cupang dan guppy
3. Harga jual ikan kontes lebih mahal dibandingkan dengan yang bukan kontes
4. Masalah yang harus ditindaklanjuti yaitu persoalan air yang kurang baik dan
memerlukan bak penampungan yang besar, untuk air eundapan.

DAFTAR PUSTAKA
Jurnal:
Yusuf, A., Y. Koniyo & A. Muharram. 2015. Pengaruh Perbedaan Tingkat
Pemberian Pakan Jentik Nyamuk terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Cupang.
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, Volume 3 (3): 106 – 110.
Buku:

71
Atmadjaja J, Sitanggang M. 2008. Panduan Lengkap Budidaya dan Perawatan Cupang
Hias. Jakarta. 164 hal
Mujiman, Ahmad. 2008. Makanan Ikan. Pengetahuan lengkap tentang jenis-jenis
makanan ikan, cara memproduksi, dan aplikasinya. Penerbit Penebar Swadaya.
192 hal.
Sumber Internet
http://infoikancupang.blogspot.com/2009/11/biolagi-dalam-ikan-cupang.html.
[Diakses tanggal 28 September 2021].
https://www.aquaama.my.id/2018/10/cara-memilih-ikan-guppy-untuk-
kontes.html [Diakses tanggal 28 September 2021]

Penerapan Catur Karsa pada kegiatan ini adalah:


1. Mengutamakan keluhuran budi;
Yaitu: Seseorang yang memiliki keluhuran budi atau perilaku yang terpuji
merupakan salah satu indikasi bahwa orang tersebut mengimplementasikan makna
dari catur karsa yang berarti pelaksana Studi Kasus 3 sebagai insinyur yaitu
penyelesaian tugasnya yaitu Studi Kasus 3 yang telah dilaksanakan pada tahun 2021.
2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan
umat manusia;
Yaitu: Studi Kasus 3 ini dilaksanakan secara bersama setiap anggota memiliki
tugasnya masing-masing sehingga Studi Kasus 3dapat diselesaikan secara baik. Hasil
dari penelitian dari Studi Kasus 3 tersebut diseminarkan pada kegian monitoring
dan evaluasi.
3. Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat sesuai dengan tugas
dan tanggung jawabnya;
Yaitu: Hasil Studi Kasus 3 yang telah dilaksanakan akan dikembangkan sebagai ilmu
Teknik Industri dan akan referensi yang berkaitan pada mata kuliah yaitu
Perancangan dan Pengembangan Produk.
4. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional
keinsinyuran.
Yaitu: Dengan telah dilaksanakan Studi Kasus 3 ini secara langsung memperoleh
penambahan ilmuan dan meningkatkan profesional dengan cara mendukung
kebijakan pemerintah dibidang penelitian dan pengabdian.

72
Penerapan Sapta Dharma yang utama adalah:
1. Mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat;
Yaitu: Penyelesaian Studi Kasus 3 ini adalah sebagai rekomendasi pemerintah dalam
mengutamakan keselamatan, Kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dibidang
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memberi pengetahuan teknologi dan
bahan-bahan dari hasil analisis pengabdian yang telah dilaksanakan.
2. Bekerja sesuai dengan kompetensinya;
Yaitu: Penyelesaian Studi Kasus 3 ini adalah sebagai penambahan ilmu dan wawasan
yang sesui ilmu kompetensinya, karena penelitian yang telah dilaksanakan adalah
wujud dari tanggungjawab sebagai tenaga pendidik pengasuh mata kuliah yang
berkaitan yaitu Perencanaan dan Pengembangan Produk.
3. Hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan;
Yaitu: Studi Kasus 3 ini adalah bagaian dari pada pendapat dari pada referensi yang
diperoleh dari keilmuan Teknik Industri.
4. Menghindari terjadinya pertentangan kepentingan dalam tanggung jawab tugasnya;
Yaitu: Studi Kasus 3 dilaksanakannya publikasi secara nasional dalam upaya saling
berbagi dan memperoleh keilmuan baru ketika saling diskusi seminar atau
monitoring dan evaluasi.
5. Membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan masing-masing;
Yaitu: Dilaksanakan publikasi dengan upaya membangun reputasi profesi keilmuan
Teknik Industri.
6. Memegang teguh kehormatan, integritas & martabat profesi;
Yaitu: Pelaksanaan Studi Kasus 3 adalah bagian dari memegang teguh sebagai dosen
Teknik industri yang melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
7. Mengembangkan kemampuan profesionalnya.
Yaitu: Setelah dilaksanakan Studi Kasus 3 tersebut bagian dari pengembangan
professional dibidang ilmu Teknik Industri.

Realisasi Studi Kasus 3


Berdasarkan pelaksanaan kegiatan pengabdian yang telah dilakukan, tim pengabdi
memberi sebagai berikut:

73
1. Kelompok Mitra Jaya Farm (MJF) harus tetap semangat, semoga kegiatan ini
memberi manfaat dan terus dikembangkan budidaya cupang dan guppy kontes.
2. Budidaya cupang dan guppy kontes harus mendapatkan perlakuan khusus, maka
dari itu diperlukan ketekunan dan kesabaran dalam pelaksanaannya.
Dokumen Pendukung

Gambar 3.26. Dokumen Pendukung

3.4. Studi Kasus 4

Studi Kasus : Penelitian Mandiri


Keempat Tahun 2021
Judul Studi Kasus : Data Mining K-Means Pada Covid-19 Indonesia Tahun
2021
Instasi : Universitas Samudra
Jangka Waktu : 1 Tahun
Penanggung Jawab : Ketua LPPM dan PM Universitas Samudra
Pelaksana Studi : Ryan Pramanda, S.T., M.T., Dewiyana, S.T., M.T.,
Kasus Wiky Sabardi, S.T., M.T.

74
Studi Kasus ini lebih :
difokuskan pada
Indikator keberhasilan yang dilaksanakan Studi Kasus 4 antara lain:
Dalam penelitian ini akan dilakukan tahap-tahap untuk menganalisis data yang
diperoleh antara lain.
1. Mengidentifikasi tingkat persebaran Studi Kasus COVID-19 dalam Provinsi di
Indonesia.
2. Memperoleh data dari publikasi buku Badan Pusat Statistik di 34 Provinsi dan
laporan data Kemenkes dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
3. Menguji asumsi multikolinearitas.
4. Analisis dengan metode K-Means Cluster.
5. Menarik kesimpulan.
Tugas Pelaksana Studi Kasus 4 dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut.
Tabel 3. 8 Tugas Pelaksana Studi Kasus 4
Bidang
No Nama Instansi Uraian Tugas
Ilmu
1 Ryan UNSAM Teknik - Mempersiapkan instrument
Pramanda, Industri dan mengkoordinir tim dalam
S.T., M.T. penelitian.
- Mengadakan penelitian
kelapangan
- Membuat desain dan
menyusun rancangan hasil
akhir penelitian
2 Wiky Sabardi, UNSAM Teknik - Melaksanakan penelitian
S.T., M.T. Industri dengan ketua tim.
- Menyusun laporan hasil akhir
penelitian.
- Mengumpulkan data
- Membuata simulasi
perhitungan dengan SPSS

75
3 Dewiyana, S.T., UNSAM Teknik - Melaksanakan penelitian
M.T Industri dengan ketua tim.
- Menyusun laporan hasil akhir
penelitian.
- Mengumpulkan data.
- Mengambarkan perancangan
dengan autocad.

Ringkasan Studi Kasus 4


Dalam penelitian ini akan dianalisis Studi Kasus pengelompokkan K-Means Cluster
34 Provinsi di Indonesia berdasarkan tingkat persebaran Studi Kasus COVID-19.
Kmeans Cluster adalah salah satu metode dan clustering non-hierarki yang berusaha
mengelompokkan data ke dalam suatu cluster sehingga data yang memiliki karakteristik
sama dikelompokkan ke dalam satu cluster yang sama. Tujuan dalam penelitian ini
menggunakan metode K-Means Cluster untuk mengetahui tingkat persebaran Studi
Kasus COVID-19 kategori tinggi, sedang, dan rendah pada masing-masing Provinsi di
Indonesia. Ada beberapa aspek yang bisa diukur seperti jumlah penduduk, kepadatan
penduduk, Studi Kasus positif terinfeksi COVID-19, pasien yang sembuh, dan pasien
yang meninggal dunia.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi berupa
data sekunder yang diperoleh dari publikasi buku Badan Pusat Statistik dan data
Kemenkes RI di Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Data yang digunakan yaitu
jumlah penduduk (𝑋1), kepadatan penduduk (𝑋2), positif (𝑋3), sembuh (𝑋4), dan
meninggal (𝑋5) dan dianalisis menggunakan software SPSS. Dari hasil penelitian
dengan metode K-Means terbentuk menjadi 5 cluster. Cluster 1 termasuk Studi Kasus
yang tinggi berisi 2 Provinsi. Cluster 2 termasuk Studi Kasus yang sedang berisi 3
Provinsi. Cluster 3 termasuk Studi Kasus yang rendah berisi 29 Provinsi dan dibagi lagi
menjadi 3 cluster dengan mengelompokkan berdasarkan tingakatannya. Karakteristik
cluster 1 kategori tinggi berisi rata-rata 𝑋2, 𝑋3, 𝑋4, dan 𝑋5 berada di atas rata-rata
populasi. Cluster 2 kategori sedang berisi rata-rata 𝑋2, 𝑋3, 𝑋4, dan 𝑋5 berada di bawah
rata-rata populasi. Cluster 3 kategori rendah tingkat pertama berisi rata-rata semua
variabel berada di atas rata-rata populasi. Cluster 4 kategori rendah tingkat kedua berisi
rata-rata 𝑋1 dan 𝑋3 berada di atas rata-rata populasi. Cluster 5 kategori rendah tingkat

76
ketiga berisi rata-rata 𝑋3, 𝑋4, dan 𝑋5 berada di bawah rata-rata populasi. Variabel yang
memberikan perbedaan paling besar adalah variabel kepadatan penduduk dengan nilai
F sebesar 26,641 dan nilai signifikan 0,000. Provinsi yang memiliki nilai paling besar
pada variabel kepadatan penduduk adalah Provinsi DKI Jakarta.
Metode Pelaksanaan Studi Kasus 4
Populasi dalam penelitian ini adalah 5 variabel yaitu jumlah penduduk; kepadatan
penduduk; Studi Kasus positif terinfeksi COVID-19; pasien yang sembuh; dan pasien
yang meninggal dunia.
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Jumlah penduduk (x1)
2. Kepadatan penduduk (x2)
3. Studi Kasus positif terinfeksi COVID-19 (x3)
4. Pasien yang sembuh (x4)
5. Pasien yang meninggal dunia (x5)

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data dan informasi melalui


pengumpulan data yang diperoleh dari publikasi buku Badan Pusat Statistik dan data
Kemenkes RI di Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Dalam hal ini data yang
digunakan dari publikasi buku Badan Pusat Statistik adalah data berupa jumlah
penduduk dan kepadatan penduduk yang dikumpulkan dari katalog yang berjudul
Statistik Indonesia 2020 (BPS-Statistics Indonesia, 2020). Sedangkan data yang
digunakan dari Kemenkes RI di Badan Nasional Penanggulangan Bencana adalah data
Laporan Media Harian COVID-19 tanggal 31 Mei 2020 yang terdiri dari 3 variabel
yaitu yaitu Studi Kasus positif terinfeksi COVID19; pasien yang sembuh; dan pasien
yang meninggal dunia (BNPB, 2020).

Analisis Data Dan Alur Penelitian


Pengumpulan data
Data diakses pada laman https://covid19.go.id/ diakses pada Juni 2020 sebagai
berikut.

77
Gambar 3. 27 Data variabel yang dibutuhkan
Analisis Data
Langkah-langkah dalam analisis K-Means Cluster adalah sebagai berikut.
1. Pilih menu Analyse, Regression, Linier. Masukkan variabel No ke dependent
dan masukkan variabel 𝑋1, 𝑋2, 𝑋3, 𝑋4 dan 𝑋5 ke independent(s).

Gambar 3.28 Linear Regression

78
2. Pilih menu Statistics dan centang pilihan Covariance Matrix dan Collinearity
Diagnostics kemudian klik continue dan ok.

Gambar 3.29 Linear Regression Statistics


3. Jika data belum memenuhi uji asumsi multikolinearitas, maka data perlu
ditransformasi ke Logaritma Normal terlebih dahulu. Pilih Transform,
Compute Variable, isi Target Variable dengan nama baru sebagai variabel dari
hasil transformasi dan isi pada kolom Numeric Expression sesuai gambar dan
lakukan pada semua variabel.

Gambar 3.30. Compute Variable


4. Pilih menu Analyze, kemudian pillih Descriptive Statistics dan Descriptives.
Pada kotak dialog Descriptives, masukkan variabel LN_𝑋1, LN_𝑋2, LN_ 𝑋3,

79
LN_ 𝑋4, dan LN_𝑋5 ke kotak variable(s) dan centang Save Standardized
values as variables. Kemudian klik ok.

Gambar 3.31 Descriptives


5. Pilih menu Analyze, pilih Classify, kemudian pilih K-Means Cluster. Masukkan
variabel Zscore: LN_𝑋1, LN_𝑋2, LN_ 𝑋3, LN_ 𝑋4, dan LN_𝑋5 ke dalam
variable(s) dan masukkan variabel Kab_Kota ke dalam Label Cases by.
Kemudian isi kotak Number of Cluster dengan angka 3.

Gambar 3.32 K-Means Cluster Analysis


6. Pilih menu Save, kemudian centang kotak Cluster membership dan Distance
from cluster center, pilih Continue.

Gambar 3.33 K-Means Cluster: Save

80
7. Pilih menu Options, kemudian centang kotak Initial cluster centers dan
ANOVA table, pilih Continue.

Gambar 3.34 K-Means Cluster: Options


Hasil dan Pembahsan Studi Kasus 4
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian analisis cluster dengan metode K-Means
untuk clustering Provinsi di Indonesia berdasarkan tingkat Studi Kasus persebaran
COVID-19 tanggal 31 Mei 2020 menjadi 3 cluster, yaitu Studi Kasus persebaran tinggi,
Studi Kasus persebaran sedang, dan Studi Kasus persebaran rendah.

Gambar 3.35 Initial Cluster Centers

Gambar 3.4.8 Initial Cluster Centers merupakan proses clustering data pertama
sebelum data tersebut dilakukan iterasi dan data ini adalah proses untuk
pembentukan 3 cluster. Jadi, tabel di atas tidak dianalisis.

Gambar 3.36 Iteration History

81
Tabel di atas merupakan proses iterasi dalam pengelompokan cluster dari tabel initial
dan menghasilkan proses iterasi sebanyak 2 kali. Pada iterasi 1 terjadi centeroid yang
tidak signifikan dan pada iterasi 2 terjadi centeroid yang signifikan. Jadi, semua cluster
sudah terbentuk dan iterasi berhenti pada iterasi 2 dengan jarak minimum 10,573.

Gambar 3.37. Final Cluster Centers


Pada Gambar 3.4.10. di atas adalah hasil dari proses akhir dalam clustering
yang membentuk cluster sebanyak 3 untuk masing-masing variabel. Variabel pada tabel
Final Cluster Centers merupakan hasil untuk nilai standarisasi. Untuk melihat
pengujian tingkat signifikansi antar cluster dan mengetahui perbedaan di setiap cluster,
maka perlu dilakukan uji ANOVA. Ketentuan penggunaan angka F dalam analisis
cluster ialah bahwa semakin besar angka F hitung (jika dilakukan uji Hipotesis, maka F
hitung akan lebih besar dari F tabel) dan tingkat signifikansi (sig) < 0,05; maka semakin
besar perbedaan antara ketiga cluster yang terbentuk (Bastian et al., 2018). Berikut
adalah hasil dari uji ANOVA:

Gambar 3. 38. ANOVA


Hipotesis:
𝐻0: Ketiga cluster tidak mempunyai perbedaan yang signifikan.
𝐻1: Ketiga cluster mempunyai perbedaan yang signifikan.
Jika angka signifikan > 0.05; 𝐻0 diterima 𝐻1 ditolak.
Jika angka signifikan < 0,05; 𝐻0 ditolak 𝐻1 diterima.

82
Pada tabel 4.8 dapat dilihat variabel yang membedakan berturut-turut:
1. Jumlah Penduduk dengan nilai F = 4.857 dan sig. = 0.015.
2. Kepadatan Penduduk dengan nilai F = 26.641 dan sig. = 0.000.
3. Positif dengan nilai F = 7.835 dan sig. = 0.002.
4. Sembuh dengan nilai F = 7.522 dan sig. = 0.002.
5. Meninggal dengan nilai F = 9.611 dan sig. = 0.001.
Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa semua variabel memiliki nilai signifikansi
(sig.) <0,05, maka ketiga cluster mempunyai perbedaan yang signifikan dan diperoleh
hasil bahwa variabel kepadatan penduduk adalah variabel yang paling membedakan
anggota dari ketiga cluster karena mempunyai nilai F terbesar diantara variabel yang
lain yaitu 26,641 dan nilai signifikan 0,000.

Setelah dilakukan uji ANOVA, didapatkan tabel untuk melihat jumlah anggota pada
setiap cluster yang terbentuk yang bisa dilihat sebagai berikut.

Gambar 3.39. Number of Cases in Each Cluster


Berdasarkan Gambar 3.4.11. di atas, tidak ada data yang missing dan pada cluster 1
terdapat jumlah anggota sebanyak 2 provinsi, cluster 2 sebanyak 3 provinsi, dan cluster
3 sebanyak 29 provinsi. Dapat dilihat pada output SPSS dibawah ini.

83
Gambar 3.40. Cluster membership

Penafsiran dari tabel cluster membership adalah sebagai berikut.


1. Cluster 1 Pada cluster 1 menghasilkan 2 provinsi, yaitu Provinsi DKI Jakarta yang
memliki jarak sebesar 4,946 dan Provinsi Jawa Barat memiliki jarak sebesar 4,946.
Meskipun memiliki jarak antar titik yang sama, tetapi Provinsi DKI Jakarta yang
lebih dominan dengan jumlah penduduk sebanyak 10558, kepadatan penduduk
sebanyak 15900, positif sebanyak 7348, sembuh sebanyak 2082, dan meninggal
sebanyak 517. Karena kepadatan penduduknya melebihi jumlah penduduk, maka
daerah tersebut memiliki daerah yang padat sehingga penyebaran pada COVID-19
menjadi lebih mudah dan mempunyai Studi Kasus penyakit COVID-19 yang lebih
tinggi
2. Cluster 2 Pada cluster 2 menghasilkan 3 provinsi, yaitu Provinsi Bali memiliki jarak
sebesar 5,432, Provinsi Jawa Tengah memiliki jarak sebesar 4,211, dan Provinsi Jawa

84
Timur memiliki jarak sebesar 4,925. Dari ketiga provinsi tersebut, Provinsi Jawa
Timur yang memiliki Studi Kasus COVID-19 paling dominan dari positif sebanyak
4857, sembuh sebanyak 609, dan meninggal sebanyak 396 dengan jumlah penduduk
sebanyak 39699 dan kepadatan penduduk sebanyak 831.
3. Cluster 3 Pada cluster 3 menghasilkan 29 provinsi, yaitu Provinsi Aceh memiliki
jarak sebesar 1,841, Provinsi Banten memiliki jarak sebesar 4,449, Provinsi Bangka
Belitung memiliki jarak sebesar 1,939, Provinsi Bengkulu memiliki jarak sebesar
1,796, Provinsi DI Yogyakarta memiliki jarak sebesar 1,673, Provinsi Jambi
memiliki jarak sebesar 1,626, Provinsi Kalimantan Barat memiliki jarak sebesar
1,196, Provinsi Kalimantan Timur memiliki jarak sebesar 2,070, Provinsi
Kalimantan Tengah memiliki jarak sebesar 1,840, Provinsi Kalimantan Selatan
memiliki jarak sebesar 2,281, Provinsi Kalimantan Utara memiliki jarak sebesar
1,716, Provinsi Kepulauan Riau memiliki jarak sebesar 1,197, Provinsi Nusa
Tenggara Barat memiliki jarak sebesar 2,517, Provinsi Sumatera Selatan memiliki
jarak sebesar 6,270, Provinsi Sumatera Barat memiliki jarak sebesar 2,475, Provinsi
Sulawesi Utara memiliki jarak sebesar 2,572, Provinsi Sumatera Utara memiliki jarak
sebesar 3,679, Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki jarak sebesar 1,051, Provinsi
Sulawesi Selatan memiliki jarak sebesar 3,789, Provinsi Sulawesi Tengah memiliki
jarak sebesar 1,269, Provinsi Lampung memiliki jarak sebesar 3,869, Provinsi Riau
memiliki jarak sebesar 2,921, Provinsi Maluku Utara memiliki jarak sebesar 1,740,
Provinsi Maluku memiliki jarak sebesar 1,504, Provinsi Papua Barat memiliki jarak
sebesar 1,740, Provinsi Papua memiliki jarak sebesar 3,030, Provinsi Sulawesi Barat
memiliki jarak sebesar 1,804, Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki jarak sebesar
1,779, dan Provinsi Gorontalo memiliki jarak sebesar 1,902. Dari 29 provinsi
tersebut, Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki Studi Kasus COVID-19 paling
dominan dari positif sebanyak 1541, sembuh sebanyak 596, dan meninggal
sebanyak 74 dengan jumlah penduduk sebanyak 8851 dan kepadatan penduduk
sebanyak 193.
Berikut adalah tabel berisi Provinsi pada masing-masing cluster dan gambar berisi
Provinsi yang memiliki Studi Kasus tertinggi pada setiap cluster.

85
Gambar 3.41. Provinsi Pada Setiap Cluster
Pada cluster 3 yang berisi 29 Provinsi akan dipecah kembali menjadi 3 cluster yang
terbagi menjadi Studi Kasus tingkat pertama, kedua, dan ketiga dari cluster yang
memiliki kategori persebaran Studi Kasus COVID-19 yang rendah. Berikut adalah
tabel statistik deskriptif dan gambar hasil tafsiran angka untuk masing-masing variabel
pada cluster 3.

Gambar 3.42. Statistik Deskriptif Pada Cluster 3

Berdasarkan perhitungan yang dihasilkan dari masing-masing variabel pada cluster 3,


didapatkan karakteristiknya sebagai berikut:
1. Cluster 1 Karakteristik yang terdapat pada cluster 1 berisi variabel jumlah penduduk
dan kepadatan penduduk berada di atas rata-rata populasi. Sedangkan variabel
positif, sembuh, dan meninggal berada di bawah rata-rata populasi. Provinsi yang
berada pada cluster 1 termasuk dalam kategori tingkat ketiga.
2. Cluster 2 Karakteristik yang terdapat pada cluster 2 berisi variabel jumlah penduduk,
kepadatan penduduk, positif, sembuh, dan meninggal berada di atas rata-rata

86
populasi. Provinsi yang berada pada cluster 2 termasuk dalam kategori tingkat
pertama.
3. Cluster 3 Karakteristik yang terdapat pada cluster 3 berisi variabel jumlah penduduk
dan positif berada di atas rata-rata populasi. Sedangkan variabel kepadatan
penduduk, sembuh, dan meninggal berada di bawah rata-rata populasi. Provinsi
yang berada pada cluster 3 termasuk dalam kategori tingkat kedua.
Pengelompokkan Provinsi Pada Cluster 3 Setelah dilakukan uji K-Means Cluster pada
cluster 3 yang berisi 29 Provinsi, didapatkan tabel cluster membership yang dapat
dilihat outputnya dan disimpulkan sebagai berikut.

Gambar 3.43. Statistik Deskriptif Pada Cluster 3 Provinsi Pada Setiap Cluster

Berdasarkan tabel di atas, pada tingkat pertama berisi Provinsi yang berada di cluster
2, yaitu Provinsi Banten, DI Yogyakarta, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat,
Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Lampung.
Pada tingkat kedua berisi Provinsi yang berada di cluster 3, yaitu Provinsi Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kepulauan Riau,
Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Riau, Maluku Utara, Maluku,
Papua Barat, dan Papua. Sedangkan pada tingkat ketiga berisi Provinsi yang berada di
cluster 1, yaitu Provinsi Aceh, Bangka Belitung, Bengkulu, Jambi, Sulawesi Barat, Nusa
Tenggara Timur, dan Gorontalo.

Kesimpulan Studi Kasus 4


Hasil cluster yang didapat berdasarkan uji ANOVA menunjukkan bahwa semua
variabel yang digunakan mempunyai perbedaan yang signifikan pada ketiga cluster yang
terbentuk dan variabel yang memiliki perbedaan paling besar pada ketiga cluster yang
terbentuk adalah variabel kepadatan penduduk dengan nilai F sebesar 26,641 dan nilai
signifikan 0,000. Karena variabel kepadatan penduduk memiliki perbedaan paling besar

87
terhadap cluster yang terbentuk dalam tingkat Studi Kasus persebaran COVID-19,
maka Provinsi yang memiliki jumlah kepadatan penduduk terbesar di Indonesia yaitu
Provinsi DKI Jakarta dan DKI Jakarta. Dalam hasil analisis ini, terdapat 5 variabel
untuk mengelompokkan Provinsi di Indonesia berdasarkan tingkat Studi Kasus
persebaran COVID-19 pada tanggal 31 Mei 2020, yaitu variabel jumlah penduduk
(𝑋1), kepadatan penduduk (𝑋2), positif (𝑋3), sembuh (𝑋4), dan meninggal (𝑋5).
Sebelum dilakukan uji K-Means Cluster, data harus memenuhi asumsi klasik dalam
clustering yaitu uji multikolinearitas yang berfungsi untuk menguji ada atau tidaknya
variabel independen yang mempunyai kemiripan antar variabel independen lain.
Karena data terjadi multikolinearitas, maka data tersebut dilakukan standarisasi dengan
melakukan transformasi data ke dalam bentuk logaritma natural. Setalah dilakukan
transformasi data dan dilakukan ulang uji multikolinearitas, data tersebut tidak terjadi
multikolinearitas sehingga data dapat dilanjutkan uji K-Means Cluster.
Dalam hasil analisis K-Means Cluster dapat disimpulkan kelompok cluster mana yang
memiliki tingkat Studi Kasus persebaran COVID-19 yang tinggi, sedang, dan rendah
berdasarkan karakteristik pada masing-masing cluster. Pada cluster dengan tafsiran
angka untuk masing-masing variabel berfungsi untuk menentukan cluster mana yang
memiliki tingkat tinggi, sedang, dan rendah, dapat dilihat pada Diagram Hasil Analisis
K-Means Cluster.

Gambar 3.44. Diagram Hasil Analisis K-Means Cluster.

88
Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Bastian, A., Sujadi, H., & Febrianto, G. (2018). Penerapan Algoritma K-Means Clustering
Analysis Pada Penyakit Menular Manusia (Studi Kasus Kabupaten
Majalengka). 14(1), 26–32.
BNPB. (2020). Laporan Media Harian Covid19 Tanggal 9 April 2020 Pukul 12.00 Wib.
2020, 1, 6575.
https://loker.bnpb.go.id/s/GugusTugasCovid19?path=%2FData
Kemenkes#pdfviewer
BPS-Statistics Indonesia. (2020). Statistik Indonesia 2020 Statistical Yearbook of
Indonesia 2020. Statistical Yearbook of Indonesia, April.
https://doi.org/10.3389/fpsyg.2015.00002
Christiani, C., Tedjo, P., & Martono, B. (2013). Analisis Dampak Kepadatan Penduduk
Terhadap Kualitas Hidup Masyarakat Provinsi Jawa Tengah. 102–114.
Ediyanto, Novitasari Mara, M., & Satyahadewi, N. (2013). Pengklasifikasian
Karakteristik Dengan Metode K-Means Cluster Analysis. Buletin Ilmiah Mat.
Stat. Dan Terapannya (Bimaster), 02(2), 133–136.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25 Edisi 9.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Helilintar, R., & Farida, I. N. (2018). Penerapan Algoritma K-Means Clustering Untuk
Prediksi Prestasi Nilai Akademik Mahasiwa. Jurnal Sains Dan Informatika, 4(2), 80.
https://doi.org/10.34128/jsi.v4i2.140
Kemenkes RI. (2020). Tanya Jawab Seputar Virus Corona. 119–135.
Mantra, I. B. (2011). Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Pancasa, Sti, R., & Khaerunisa, E. (2018). Analisis Dampak Laju Pertumbuhan
Penduduk Terhadap Aspek Kependudukan Berwawasan Gender Pada Urban
Area Di Kota Serang. Tirtayasa Ekonomika, 13(1), 130.
https://doi.org/10.35448/jte.v13i1.4231
Rauhan, A. (2019). Pengolahan Data Menggunakan Machine Learning. 021, 2–4.
https://library.universitaspertamina.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789
/ 162/Jurnal Ilmiah.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Slusarczyk, B. (2018). Industry 4.0 – Are we ready? Polish Journal of ManagementStudies,
17(1), 232–248. https://doi.org/10.17512/pjms.2018.17.1.19

89
Santoso, S. (2014). Mahir Statistik Multivariat Dengan SPSS. Jakarta: PT Elek Media
Komputindo.
Simamora, B. (2005). Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Umum.
Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sukestiyarno. (2016).
Olah Data Penelitian Berbantuan SPSS. Semarang: UNNES.
Tecuci, G. (2012). Artificial intelligence. Wiley Interdisciplinary Reviews: Computational
Statistics, 4(2), 168–180. https://doi.org/10.1002/wics.200
World Health Organization. (2020). Tatalaksana klinis infeksi saluran pernapasan akut
berat ( SARI ) suspek penyakit COVID-19. World Health Organization, 4(March),
1–25.
Yulianto, S., & Hidayatullah, K. H. (2014). Analisis Klaster Untuk Pengelompokan
Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Indikator Kesejahteraan
Rakyat. Statistika, 2(1), 56–63.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/statistik/article/view/1115

Putusan keinsinyuran yang diambil:


1. Identifikasi Masalah
a) Seluruh negara termasuk Indonesia saat ini digemparkan oleh suatu
masalahyang diakibatkan virus Severse Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) (WHO,2020). Permasalahan ini berawal dari kota
Wuhan, Hubei, Cina pada akhir tahun 2019 yang membuat kepanikan karena
sudah memakan banyak korban jiwa. World Health Organization (WHO)
merilis sebutan Coronavirus Disease (Covid-19) bertepatan pada tanggal 11
Februari 2020. Covid – 19 awal dilaporkan di Indonesia oleh WHO bertepatan
pada tanggal 2 Maret 2020 sejumlah dua kejadian. Data tanggal 14 Oktober 2021
dari laman https://covid19.go.id/ memperlihatkan jumlah Studi Kasus yang
terkonfirmasi sebesar 251.788.329 Studi Kasus dan 5.077.907 Studi Kasus
kematian di dunia serta jumlah Studi Kasus yang terkonfirmasi sebesar
4.250.855 Studi Kasus dan 143.659 Studi Kasus kematian di Indonesia.
b) Tingginya jumlah Studi Kasus terkonfirmasi tersebut merupakan kumulatif dari
jumlah Studi Kasus dari setiap provinsi di Indonesia. Dimana dari 34 provinsi
di Indonesia yang memiliki karakteristik pasien yang berbeda atau beragam.

90
Artinya tingkat keparahan tiap provinsi berbeda. Beberapa provinsi yang
memiliki tingkat keparahan tinggi seharusnya lebih berusaha untuk menaruh
perhatian dan memberi perlakuan khusus terhadap provinsinya. Sementara itu,
pemetaan terhadap provinsi yang dilakukan berdasarkan kedekatan karakteristik
akan lebih memiliki makna karena dapat memberikan data atau informasi
tentang kelompok provinsi yang terbentuk.
2. Menetapkan tujuan Studi Kasus
Tujuan dari penelitian ini adalah penerapan metode K-Means Cluster untuk
mengelompokkan provinsi berdasarkan penyebaran Studi Kasus covid 19 di
Indonesia
3. Pengolahan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi berupa
data sekunder yang diperoleh dari publikasi buku Badan Pusat Statistik dan data
Kemenkes RI di Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Data yang digunakan
yaitu jumlah penduduk (𝑋1), kepadatan penduduk (𝑋2), positif (𝑋3), sembuh (𝑋4),
dan meninggal (𝑋5) dan dianalisis menggunakan software SPSS
Kesimpulan
4. Dari hasil penelitian dengan metode K-Means terbentuk menjadi 5 cluster. Cluster
1 termasuk Studi Kasus yang tinggi berisi 2 Provinsi. Cluster 2 termasuk Studi Kasus
yang sedang berisi 3 Provinsi. Cluster 3 termasuk Studi Kasus yang rendah berisi 29
Provinsi dan dibagi lagi menjadi 3 cluster dengan mengelompokkan berdasarkan
tingakatannya. Karakteristik cluster 1 kategori tinggi berisi rata-rata 𝑋2, 𝑋3, 𝑋4, dan
𝑋5 berada di atas rata-rata populasi. Cluster 2 kategori sedang berisi rata-rata 𝑋2,
𝑋3, 𝑋4, dan 𝑋5 berada di bawah rata-rata populasi. Cluster 3 kategori rendah tingkat
pertama berisi rata-rata semua variabel berada di atas rata-rata populasi. Cluster 4
kategori rendah tingkat kedua berisi rata-rata 𝑋1 dan 𝑋3 berada di atas rata-rata
populasi. Cluster 5 kategori rendah tingkat ketiga berisi rata-rata 𝑋3, 𝑋4, dan 𝑋5
berada di bawah rata-rata populasi. Variabel yang memberikan perbedaan paling
besar adalah variabel kepadatan penduduk dengan nilai F sebesar 26,641 dan nilai
signifikan 0,000. Provinsi yang memiliki nilai paling besar pada variabel kepadatan
penduduk adalah Provinsi DKI Jakarta.

91
5. Hasil Penelitian
Hasil Penelitian ini peneliti kepentingan sebagai dosen dalam pemenuhan
tridaharma perguruan tinggi, hasil tidak publikasi secara ilmiah, hanya monitoring
dan evaluasi. Penelitian ini sangat membantu dan menjadi referensi media mata
kuliah statistika industry dan penelitian mandiri ini menjadi referensi peneliti sebagai
kesiapan untuk membantu perencanaan Studi S3 Teknik Industri di ITS tahun 2022.

Penerapan Catur Karsa pada kegiatan ini adalah:


1. Mengutamakan keluhuran budi;
Yaitu: Seseorang yang memiliki keluhuran budi atau perilaku yang terpuji
merupakan salah satu indikasi bahwa orang tersebut mengimplementasikan makna
dari catur karsa yang berarti pelaksana Studi Kasus 4 sebagai insinyur yaitu
penyelesaian tugasnya yaitu Studi Kasus 4 yang telah dilaksanakan pada tahun 2021.
2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan
umat manusia;
Yaitu: Studi Kasus 4 ini dilaksanakan secara bersama setiap anggota memiliki
tugasnya masing-masing sehingga Studi Kasus 4 dapat diselesaikan secara baik.
Hasil dari penelitian dari Studi Kasus 4 tersebut di diskusikan secara internal melalui
monitoring.
3. Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat sesuai dengan tugas
dan tanggung jawabnya;
Yaitu: Hasil Studi Kasus 4 yang telah dilaksanakan akan dikembangkan sebagai ilmu
Teknik Industri dan akan referensi yang berkaitan pada mata kuliah Statistik
Industri dan implementasi bimbingan Tugas Akhir mahasiswa.
4. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional
keinsinyuran.
Yaitu: Dengan telah dilaksanakan Studi Kasus 4 ini secara langsung memperoleh
penambahan ilmuan dan meningkatkan profesional dengan cara mendukung
kebijakan pemerintah dibidang penelitian dan pengabdian.

Penerapan Sapta Dharma yang utama adalah:


1. Mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat;

92
Yaitu: Penyelesaian Studi Kasus 4 ini adalah sebagai rekomendasi pemerintah dalam
mengutamakan keselamatan, Kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dibidang
pengedalian covid-19.
2. Bekerja sesuai dengan kompetensinya;
Yaitu: Penyelesaian Studi Kasus 4 ini adalah sebagai penambhan ilmu dan wawasan
yang sesuai ilmu kompetensinya, karena penelitian yang telah dilaksanakan adalah
wujud dari tanggungjawab sebagai tenaga pendidik pengasuh mata kuliah yang
berkaitan yaitu Statistika Industri dan lain-lain.
3. Hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan;
Yaitu: Studi Kasus 2 ini adalah bagaian dari pada pendapat dari pada referensi yang
diperoleh dari keilmuan Teknik Industri.
4. Menghindari terjadinya pertentangan kepentingan dalam tanggung jawab tugasnya;
Yaitu: Studi Kasus 2 dilaksanakannya publikasi secara internasional dalam upaya
saling berbagi dan memperoleh keilmuan baru ketika saling diskusi seminar.
5. Membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan masing-masing;
Yaitu: Dilaksanakan publikasi dengan upaya membangun reputasi profesi keilmuan
Teknik Industri.
6. Memegang teguh kehormatan, integritas & martabat profesi;
Yaitu: Pelaksanaan Studi Kasus 2 adalah bagian dari memegang teguh sebagai dosen
Teknik industri yang melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
7. Mengembangkan kemampuan profesionalnya.
Yaitu: Setelah dilaksanakan Studi Kasus 2 tersebut bagian dari pengembangan
professional dibidang ilmu Teknik Industri.

Realisasi Studi Kasus 4.


1. Pada penelitian ini lebih banyak ditambahkan informasi berupa grafis supaya
pembaca lebih paham mengenai pembahasan dalam penelitian ini.
2. Mengumpulkan data yang lebih lengkap dan terbaru untuk memetakan kelompok
Studi Kasus COVID-19 dan merancang metode klasifikasi yang lebih akurat sesuai
data pada website covid19.go.id
3. Pengelompokkan provinsi ini membuktikan bahwa perilaku covid-19 berada pada
kota-kota besar.
Dokumen Pendukung Di buku penelitian sedang dicari

93
3.5. Studi Kasus 5

Studi Kasus Kelima : Surveyor dan Analisis Data

Judul Studi Kasus : Pengukuran Kepuasan Masyarakat Terhadap


Penyelenggaran Publik dibidang Kesehatan di Kota
Surabaya
Instasi : Pemerintah Kota Surabaya
Jangka Waktu : 6 Bulan
Penanggung Jawab : Kepala Bagian Organisasi dan Tata Laksana Pemkot
Surabaya
Pelaksana Studi : Tim Mahasiswa Magister Teknik Industri ITS
Kasus Ryan Pramanda, Ramadhana Dio Gradianta, Hilyatun
Nuha, Nadiya Firma Zulfana.
Studi Kasus ini lebih :
difokuskan pada

Deskripsi tugas yang dilaksanakan pada Studi Kasus 5 sebagai Industrial Engineering
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai Surveyor
a. Tentukan informasi apa yang ingin Anda peroleh melalui survei.
Informasi telah diperoleh arah dari pihak pemerintah Kota Surabaya
b. Tentukan responden yang menjadi sampe penelitian. Untuk tahap ini
Anda dapat mengingat kembali materi mengenai sampling design.
Data diambil infomasi dari masyarakat (responden) melalui wawancara.
c. Susun pertanyaan wawancara atau kuesioner.
Pertanyaan sudah dipersiapkan oleh pihak Pemerintah Kota Surabaya dengan
bantuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berupa Tablet Android
yang di dalamnya telah ada fitur aplikasi dalam pengisian data yang diperlukan.

d. Tentukan metode survei, apakah melalui telepon atau in-home.


Metode survei secara langsung karena jawaban dari responden dijawab secara
spontan.

94
e. Pengumpulan data di lapangan. Sebelum menjalankan survei sebaiknya
Anda melakukan briefing dengan tim lapangan Anda.
Pihak Pemerintah Kota Surabaya secara berkala memdampingi dalam kegiatan
survey
f. Proses data yang sudah diperoleh. Untuk mempermudah Anda dapat
menggunakan software statistik. Jika menggunakan software statistik
maka kita perlu melakukan pengkodean terlebih dahulu agar data
tersebut dapat dibaca oleh program tersebut.
Data yang diperoleh langsung tersimpan dalam aplikasi yang ada dalam
perangkat android tanpa memerlukan alat tulis kantor.
g. Membuat laporan.
Tidak membuat laporan
2. Sebagai Analisis Data Statistika
Tim menjalankan menganalisis hasil dari data dengan aplikasi analisis statistika
seperti Microsoft Excel, SPSS dan MiniTab sesuia kebutuhan.
3. Interpretasi Hasil Analisis Statistik
Tim tidak ikut interpretasi hasil analisis statistik karena informasi tersebut adalah
sepenuhnya tangguang jawab pihak Pemerintah Kota Surabaya.

Area kerja:
Puskesmas dan UPT Laboratorium Kesehatan di lingkungan Pemerintah Kota
Surabaya.

Keputusan keinsinyuran yang diambil sebagai Surveyor dan Analisis Data


1) Mengikuti bimbingan teknis terkait rencana kerja proses Surveyor dan Analisis
Data melibatkan semua tim yang telah diberikan Surat Tugas dari Pemerintah Kota
Surabaya Bagian Organisasi dan Tata Laksana.
2) Berkoordinasi secara rutin dengan pihak Pemerintah Kota Surabaya Bagian
Organisasi dan Tata Laksana tentang kebutuhan survey lapangan dan dokumen-
dokumen pendukung dan alat-alat yang diperlukan.
3) Melakukan koordinasi melalui Pemerintah Kota Surabaya Bagian Organisasi dan
Tata Laksana terhadap lokasi Kesehatan yang di survey.
4) Memahami penggunaan alat-alat yang diperlukan ketika melaksanakan survey.

95
5) Memahami kultur, budaya, kebiasaan sosial ketika dalam pelaksanaan survey.
6) Melaksanakan survey dengan tata cara dan arahan setiap lokasi sesuai arahan dari
pimpinan lokasi survey.
7) Pengumpulan data yang diperlukan menyesuaikan kecukupan data, rentang waktu
pelaksanaan yang telah terjadwal, selalu berkomunikasi dengan tim secara rutin,
efektif dan efesien.
8) Melakukan Analisa ketika data telah dkumpulkan.

Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan:


Untuk memastikan keselamatan kesehatan kerja, langkah pertama yang dilakukan
adalah
1. sesama tim saling mengingatkan tentang pentingnya menjaga Kesehatan.
2. sesama tim saling mengingatkan tentang menggunakan masker dalam melaksanakan
tugas karena tim berhadapan langsung kepada masyarakat yang sedang memerlukan
pelayanan kesehatan (pasien).
3. sesama tim saling mengingatkan tentang berhati-hati dalam pelaksanaan tugas ketika
mengendarai transportasi yang dimiliki seperti sepeda motor, dan lain-lain
selanjutnya, menggunakan helm dan safety lainnya, membawa surat lengkap dan
mematuhi rambu-rambu lalu lintas.

Tabel 3.9 Cipta karsa dan Sapta Darma yang diterapkan :


Cipta Karsa yang
A. Deskripsi
diterapkan
1 Mengutamakan 1. Bekerja sama dengan Tim untuk
keluhuran budi menyelesaikan tugas setiap anggota tim,
sehingga saling melengkapi jika anggota tim
ada keperluan yang lebih mendesak.
2. Setiap anggota tim melaksanakan tugasnya
masing-masing sehingga setiap tim
brtanggungjawab dengan tugas yang telah
disepakati bersama.

96
3. Seseorang yang memiliki keluhuran
budi atau perilaku yang bertanggungjawab
merupakan salah satu indikasi bahwa orang
tersebut mengimplementasikan makna dari
catur karsa yang berarti pelaksana Studi
Kasus 5 sebagai insinyur yaitu penyelesaian
tugasnya yaitu Studi Kasus 5 yang telah
dilaksanakan pada tahun 2015.
2 Menggunakan 1. Setiap anggota mampu melaksanakan
pengetahuan tugasnya yang telah dibekali dengan
dan kemampuannya kemampuan teknologi informasi.
untuk kepentingan 2. Menyampaikan informasi serta memberikan
kesejahteraan umat informasi dengan data yang sesuai dari hasil
manusia survey di lapangan.
3. Menganalisis Statistika sesuai dengan data
yang telah dikumpulkan.
3 Bekerja secara sungguh- 1. Setiap anggota tim rutin saling memberikan
sungguh untuk informasi jika terjadi kendala di lapangan.
kepentingan masyarakat 2. Setiap anggota tim selalu berusaha
sesuai dengan tugas dan memperolah data sesuai target atau jadwal
tanggung jawabnya yang telah ditentukan.
3. Memastikan hasil analisis dari pengujian
stastiska sesuai denga kaidah ilmu statistika.
4. Hasil Studi Kasus 5 yang telah dilaksanakan
akan dikembangkan sebagai ilmu Teknik
Industri dan akan referensi yang berkaitan
pada mata kuliah.
4 Meningkatkan 1. Mengikuti kegiatan yang dilibatkan oleh
kompetensi dan pihak Pemerintah Kota Surabaya dalam
martabat berdasarkan menginterprestasi data agar dari Hasil Analisa
keahlian profesional Statistika tersebut sangat bermanfaat bagi
keinsinyuran masyakarakat di Kota Surabaya, sehingga

97
semakin meningkatkan keahlian profesial
keinsinyuran di bidang Teknik Industri.
2. Dengan telah dilaksanakan Studi Kasus 5 ini
secara langsung memperoleh penambahan
ilmuan dan meningkatkan profesional
dengan cara mendukung kebijakan
pemerintah dibidang pembangunan daerah
dibidang Kesehatan.
Sapta Dharma yang
B Deskripsi
diterapkan
1 Mengutamakan 1. Penyelesaian Studi Kasus 1 ini adalah sebagai
keselamatan, kesehatan rekomendasi pemerintah dalam
dan kesejahteraan mengutamakan keselamatan, Kesehatan dan
masyarakat. kesejahteraan masyarakat dibidang
Kesehatan dari hasil kegiatan yang telah
dilaksanakan, serta menjaga kebugaran tubuh
dan menggunakan perlengkapan safety ketika
melaksanakan tugas mencari data.

2 Bekerja sesuai dengan 1. Semua pelaksanaan tugas yang telah


kompetensinya. direncanaka sesuai dengan kompetensi
keinsinyuran keteknikanindustri.
2. Setiang anggota tim sesuai dengan tugas
kompetensinya
3. Penyelesaian Studi Kasus 5 ini adalah sebagai
penambhan ilmu dan wawasan yang sesui
ilmu kompetensinya, karena penelitian yang
telah dilaksanakan adalah wujud dari
tanggungjawab sebagai tenaga pendidik
pengasuh mata kuliah yang berkaitan yaitu
Ergonomika dan Keselamatan Kesehatan
Kerja

98
3 Hanya menyatakan 1. Data survey dan hasil analisis statistika adalah
pendapat yang dapat data murni, data yang diperoleh langsung
dipertanggungjawabkan responden tanpa merubah data yang telah
diperoleh.
2. Studi Kasus 5 ini adalah bagaian dari pada
pendapat dari pada referensi yang diperoleh
dari keilmuan Teknik Industri.
4 Menghindari terjadinya 1. Komitmen dalam pelaksanaan tugas yang
pertentangan telah disepakati adalah agar tidak terjadinya
kepentingan dalam pertentangan dalam pelaksanaannya.
tanggung jawab 2. Setiap tim telah dibekali bimbingan teknis
tugasnya. sehingga setiap tim memahami tugas
dimaksud adalah untuk kepentingan bersama
sehingga agar upaya tidak terjadi
pertentangan dalam pelaksanaan tugasnya.
3. Menerima kritikan dan saran guna
mendukung tercapaikan kegiatan dengan
maksimal dan semakin membentuk diri
menjadi lebih profesiaonal dalam
mengahadapi orang lain.
5 Membangun reputasi 1. Berkomitmen menyelesiakan tugas tepat
profesi berdasarkan waku.
kemampuan masing- 2. Bekerja yang sesuai dengan perjanjian yang
masing. telah disepakati, seperti tertuang pada
perjanjian kontrak atau bimbingan teknis.
3. Setiap tim saling berkoordinasi baik sesama
tim maupun pihak Pemerinta Kota Surabaya.
4. Setiap tim adalah rekomendasi dari pihak ITS
sehingga dapat dinyatakan bahwa kegiatan
sesuai dengan profesinya
6 Memegang teguh 1. Menjaga kekompakan setiap tim.
kehormatan, integritas 2. Melaksanakan setiap kegiatan harus
& martabat profesi. semaksimal mungkin, sebaik mungkin.

99
3. Melaksanakan setiap kegiatan sesuai dengan
kode etik keinsinyuran dalam upaya
meneguhkan nilai-nilai integritas dan
meningkatkan martabat seorang insinyur
yang berkualitas.
7 Mengembangkan 1. Setiap tim adalah mahasiswa magister Teknik
kemampuan Industri ITS yang direkomendasi oleh Pihak
professionalnya Manajemen Departemen Teknik Industri
ITS, dengan upaya implementasi ilmunya
secara langsung di masyarakat.
2. Setiap tim jika terdapat kendala yang tidak
dapat diselesaikan oleh setiap tim, maka
setiap anggota mencari solusi yang bijak dari
pihak Departemen Magister Teknik Industri
ITS sebelum mencari solusi dari pihak
Pemerintah Kota Surabaya.
3. Setelah dilaksanakan Studi Kasus 5 tersebut
bagian dari pengembangan professional
dibidang ilmu Teknik Industri.

Dokumen Pendukung

Gambar 3.45. Dokumen Pendukung Studi Kasus 5

100
3.6. Studi Kasus 6

Studi Kasus Keenam : Surveyor dan Analisis Data

Judul Studi Kasus : Microfinance Occupational Safety and Health (OSH)


Instasi : Kab. Magetan dan Kab. Ponorogo
Jangka Waktu : 1 Bulan Surveyor dan 1 Bulan Analisis Data
Penanggung Jawab : Potensi Darah dan Pmberdayaan Masyrakat (PDPM) dan
Lembaga Penelitian dan Pengabdian keada Masyarakat
(LPPM) – ITS Surabaya
Pelaksana Studi : Bagus Salira Yudha, Rahmadita Filaili, Ryan Pramanda
Kasus
Studi Kasus ini lebih :
difokuskan pada

Deskripsi tugas yang dilaksanakan pada Studi Kasus 6 sebagai Industrial Engineering
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai Surveyor
a. Tentukan informasi apa yang ingin Anda peroleh melalui survei.
Informasi telah diperoleh arah dari pihak Potensi Darah dan Pmberdayaan
Masyrakat (PDPM) dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian keada Masyarakat
(LPPM) – ITS Surabaya
b. Tentukan responden yang menjadi sampe penelitian. Untuk tahap ini
Anda dapat mengingat kembali materi mengenai sampling design.
Data diambil infomasi dari masyarakat (responden) melalui wawancara.
c. Susun pertanyaan wawancara atau kuesioner.
Pertanyaan sudah dipersiapkan oleh pihak Potensi Darah dan Pmberdayaan
Masyrakat (PDPM) dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian keada Masyarakat
(LPPM) – ITS Surabaya dengan bantuan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) berupa Tablet Android yang di dalamnya telah ada fitur aplikasi dalam
pengisian data yang diperlukan.
d. Tentukan metode survei, apakah melalui telepon atau in-home.
Metode survei secara langsung karena jawaban dari responden dijawab secara
spontan.

101
e. Pengumpulan data di lapangan. Sebelum menjalankan survei sebaiknya
Anda melakukan briefing dengan tim lapangan Anda.
Potensi Darah dan Pmberdayaan Masyrakat (PDPM) dan Lembaga Penelitian
dan Pengabdian keada Masyarakat (LPPM) – ITS Surabaya secara berkala
memdampingi dalam kegiatan survey
f. Proses data yang sudah diperoleh. Untuk mempermudah Anda dapat
menggunakan software statistik. Jika menggunakan software statistik
maka kita perlu melakukan pengkodean terlebih dahulu agar data
tersebut dapat dibaca oleh program tersebut.
Data yang diperoleh langsung tersimpan dalam aplikasi yang ada dalam
perangkat android tanpa memerlukan alat tulis kantor.
g. Membuat laporan.
Tidak membuat laporan
2. Sebagai Analisis Data Statistika
Tim menjalankan menganalisis hasil dari data dengan aplikasi analisis statistika
seperti Microsoft Excel, SPSS dan MiniTab sesuia kebutuhan.
3. Interpretasi Hasil Analisis Statistik
Tim tidak ikut interpretasi hasil analisis statistik karena informasi tersebut adalah
sepenuhnya tangguang jawab pihak Potensi Daerah dan Pmberdayaan Masyrakat
(PDPM) dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian keada Masyarakat (LPPM) – ITS
Surabaya.

Area kerja:
Kab. Magetan dan Kab. Ponorogo Provinsi Jawa Timur.

Keputusan keinsinyuran yang diambil sebagai Surveyor dan Analisis Data


1) Mengikuti bimbingan teknis terkait rencana kerja proses Surveyor dan Analisis Data
melibatkan semua tim yang telah diberikan Surat Tugas dari Potensi Daerah dan
Pmberdayaan Masyrakat (PDPM) dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian keada
Masyarakat (LPPM) – ITS Surabaya.
2) Berkoordinasi secara rutin dengan pihak Potensi Daerah dan Pmberdayaan
Masyrakat (PDPM) dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian keada Masyarakat

102
(LPPM) – ITS Surabaya.tentang kebutuhan survey lapangan dan dokumen-
dokumen pendukung dan alat-alat yang diperlukan.
3) Melakukan koordinasi melalui Potensi Daerah dan Pmberdayaan Masyrakat
(PDPM) dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian keada Masyarakat (LPPM) – ITS
Surabaya. terhadap lokasi Kesehatan yang di survey.
4) Memahami penggunaan alat-alat yang diperlukan ketika melaksanakan survey.
5) Memahami kultur, budaya, kebiasaan sosial ketika dalam pelaksanaan survey.
6) Melaksanakan survey dengan tata cara dan arahan setiap lokasi sesuai arahan dari
pimpinan lokasi survey.
7) Pengumpulan data yang diperlukan menyesuaikan kecukupan data, rentang waktu
pelaksanaan yang telah terjadwal, selalu berkomunikasi dengan tim secara rutin,
efektif dan efesien.
8) Melakukan Analisa ketika data telah dkumpulkan.

Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan:


Untuk memastikan keselamatan kesehatan kerja, langkah pertama yang dilakukan
adalah
1. Sesama tim saling mengingatkan tentang pentingnya menjaga kesehatan fisik.
2. Sesama tim saling mengingatkan tentang berhati-hati dalam pelaksanaan tugas
ketika mengendarai transportasi yang dimiliki seperti sepeda motor, dan lain-lain
selanjutnya, menggunakan helm dan safety lainnya, membawa surat lengkap dan
mematuhi rambu-rambu lalu lintas.

Tabel 3.10 Cipta karsa dan Sapta Darma yang diterapkan :

Cipta Karsa yang


A. Deskripsi
diterapkan
1 Mengutamakan 1. Bekerja sama dengan Tim untuk
keluhuran budi menyelesaikan tugas setiap anggota tim,
sehingga saling melengkapi jika anggota tim
ada keperluan yang lebih mendesak.
2. Setiap anggota tim melaksanakan tugasnya
masing-masing sehingga setiap tim

103
brtanggungjawab dengan tugas yang telah
disepakati bersama.
3. Seseorang yang memiliki keluhuran
budi atau perilaku yang bertanggungjawab
merupakan salah satu indikasi bahwa orang
tersebut mengimplementasikan makna dari
catur karsa yang berarti pelaksana Studi
Kasus 6 sebagai insinyur yaitu penyelesaian
tugasnya yaitu Studi Kasus 6 yang telah
dilaksanakan pada tahun 2015.
2 Menggunakan 1. Setiap anggota mampu melaksanakan
pengetahuan tugasnya yang telah dibekali dengan
dan kemampuannya kemampuan teknologi informasi.
untuk kepentingan 2. Menyampaikan informasi serta memberikan
kesejahteraan umat informasi dengan data yang sesuai dari hasil
manusia survey di lapangan.
3. Menganalisis Statistika sesuai dengan data
yang telah dikumpulkan.
3 Bekerja secara sungguh- 1. Setiap anggota tim rutin saling memberikan
sungguh untuk informasi jika terjadi kendala di lapangan.
kepentingan masyarakat 2. Setiap anggota tim selalu berusaha
sesuai dengan tugas dan memperolah data sesuai target atau jadwal
tanggung jawabnya yang telah ditentukan.
3. Memastikan hasil analisis dari pengujian
stastiska sesuai denga kaidah ilmu statistika.
4. Hasil Studi Kasus 6 yang telah dilaksanakan
akan dikembangkan sebagai ilmu Teknik
Industri dan akan referensi yang berkaitan
pada mata kuliah.
4 Meningkatkan 1. Mengikuti kegiatan yang dilibatkan oleh
kompetensi dan pihak Potensi Daerah dan Pemberdayaan
martabat berdasarkan Masyrakat (PDPM) dan Lembaga Penelitian
dan Pengabdian keada Masyarakat (LPPM) –

104
keahlian profesional ITS Surabaya dalam menginterprestasi data
keinsinyuran agar dari Hasil Analisa Statistika tersebut
sangat bermanfaat bagi masyakarakat di Kab.
Magetan dan Kab. Ponorogo Jawa Timur,
sehingga semakin meningkatkan keahlian
profesial keinsinyuran di bidang Teknik
Industri.
2. Dengan telah dilaksanakan Studi Kasus 6 ini
secara langsung memperoleh penambahan
ilmuan dan meningkatkan profesional
dengan cara mendukung kebijakan
pemerintah dibidang pembangunan daerah
dibidang Kesehatan.
Sapta Dharma yang
B Deskripsi
diterapkan
1 Mengutamakan Penyelesaian Studi Kasus 1 ini adalah sebagai
keselamatan, kesehatan rekomendasi pemerintah dalam mengutamakan
dan kesejahteraan keselamatan, Kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat. masyarakat dibidang Kesehatan dari hasil
kegiatan yang telah dilaksanakan, serta menjaga
kebugaran tubuh dan menggunakan
perlengkapan safety ketika melaksanakan tugas
mencari data.
2 Bekerja sesuai dengan 1. Semua pelaksanaan tugas yang telah
kompetensinya. direncanaka sesuai dengan kompetensi
keinsinyuran keteknikanindustri.
2. Setiang anggota tim sesuai dengan tugas
kompetensinya
3. Penyelesaian Studi Kasus 6 ini adalah sebagai
penambhan ilmu dan wawasan yang sesuai
ilmu kompetensinya, karena penelitian yang
telah dilaksanakan adalah wujud dari
tanggungjawab sebagai tenaga pendidik

105
pengasuh mata kuliah yang berkaitan yaitu
Ergonomika dan Keselamatan Kesehatan
Kerja
3 Hanya menyatakan 1. Data survey dan hasil analisis statistika adalah
pendapat yang dapat data murni, data yang diperoleh langsung
dipertanggungjawabkan responden tanpa merubah data yang telah
diperoleh.
2. Studi Kasus 6 ini adalah bagaian dari pada
pendapat dari pada referensi yang diperoleh
dari keilmuan Teknik Industri.
4 Menghindari terjadinya 1. Komitmen dalam pelaksanaan tugas yang
pertentangan telah disepakati adalah agar tidak terjadinya
kepentingan dalam pertentangan dalam pelaksanaannya.
tanggung jawab 2. Setiap tim telah dibekali bimbingan teknis
tugasnya. sehingga setiap tim memahami tugas
dimaksud adalah untuk kepentingan bersama
sehingga agar upaya tidak terjadi
pertentangan dalam pelaksanaan tugasnya.
3. Menerima kritikan dan saran guna
mendukung tercapaikan kegiatan dengan
maksimal dan semakin membentuk diri
menjadi lebih profesional dalam menghadapi
orang lain.
5 Membangun reputasi 1. Berkomitmen menyelesiakan tugas tepat
profesi berdasarkan waku.
kemampuan masing- 2. Bekerja yang sesuai dengan perjanjian yang
masing. telah disepakati, seperti tertuang pada
perjanjian kontrak atau bimbingan teknis.
3. Setiap tim saling berkoordinasi baik sesama
tim maupun pihak Potensi Daerah dan
Pmberdayaan Masyrakat (PDPM) dan
Lembaga Penelitian dan Pengabdian keada
Masyarakat (LPPM) – ITS Surabaya.

106
4. Setiap tim adalah rekomendasi dari pihak ITS
sehingga dapat dinyatakan bahwa kegiatan
sesuai dengan profesinya
6 Memegang teguh 1. Menjaga kekompakan setiap tim.
kehormatan, integritas 2. Melaksanakan setiap kegiatan harus
& martabat profesi. semaksimal mungkin, sebaik mungkin.
3. Melaksanakan setiap kegiatan sesuai dengan
kode etik keinsinyuran dalam upaya
meneguhkan nilai-nilai integritas dan
meningkatkan martabat seorang insinyur
yang berkualitas.
7 Mengembangkan 1. Setiap tim adalah mahasiswa magister Teknik
kemampuan Industri ITS yang direkomendasi oleh Pihak
professionalnya Manajemen Departemen Teknik Industri
ITS, dengan upaya implementasi ilmunya
secara langsung di masyarakat.
2. Setiap tim jika terdapat kendala yang tidak
dapat diselesaikan oleh setiap tim, maka
setiap anggota mencari solusi yang bijak dari
pihak Departemen Magister Teknik Industri
ITS sebelum mencari solusi dari pihak
Potensi Daerah dan Pmberdayaan Masyrakat
(PDPM) dan Lembaga Penelitian dan
Pengabdian keada Masyarakat (LPPM) – ITS
Surabaya.
3. Setelah dilaksanakan Studi Kasus 6 tersebut
bagian dari pengembangan professional
dibidang ilmu Teknik Industri.

107
Dokumen Pendukung

Gambar 3.46. Dokumen pendukung Studi Kasus 6

108
BAB IV
PENUTUP

4.1 Umum
Dalam penerapannya, para lulusan ilmu keteknikan harus memiliki
kemampuan profesi keinsinyuran khususnya dalam keahlian ilmu Teknik industry
dengan menjunjung kode etik dan etika profesi insinyur serta profesionalisme untuk
kepentingan lingkungan sosial dan masyarakat secara amanah dan berkelanjutan sesuai
dengan peraturan perundangan dan konstitusi Indonesia yang berlaku.
Peran Pendidikan Tinggi serta peran Para Pendidik dibidang keteknikan adalah
bagian dari implementasi dalam menunjung tinggi sikap profesionalisme keinsinyuran
yaitu secara langsung berbagai ilmu kepada masyarakat dibidang penelitian dan
pengabdian yang disesuiakan dengan bidang ilmu Teknik yang dimilikinya.
Teknik Industri adalah salah satu bidang bagian keprofesian insinyur yang
membidangi keilmuan yang diadukan antara teknik dan sosial, maka diharapkan agar
keilmuan teknik industri dapat diterapkan kepada masyarakat dengan memegah teguh
prinsip-prinsip kode etik insinyur yaitu Catur Karsa dan Sapta Darma menunjukkan
perpaduan antara kompetensi yang dikuasai dengan karakter yang menunjukkan adanya
tanggung jawab secara moral.
Dalam penerapannya saat bekerja tim, mengoptimalkan semua anggota tim dan
resource yang ada sesuai dengan kompetensinya masing masing untuk memastikan
proses pekerjaan dan penunjangnya termasuk sumber daya manusia menggunakan
bahan dan alat sessuai dan tepat sasaran serta perlu menanamkan rasa sosial yang baik,
saling kerja sama tangungjawab bahkan mengutamakan keselamatan dalam bekerja
yaitu Safe Incident Free Operation (SIFO) dengan mengutamakan prinsip keselamatan
kerja K3L dan baik dalam kondisi dalam atau luar ruangan, dan juga dalam dalam
keadaan lalu lintas.
Selalu menerapkan prinsip kerja sama inter dan antar tim untuk mencapai
resolusi bersama dengan berdasarkan kejujuran, saling percaya dan menjunjung tinggi
integritas profesi tanpa ada konflik kepentingan.
Memastikan setiap kegiatan penuh rasa inisiatif kehandalan dan efisiensi yang
akan dilakukan melalui proses menetapkan atau mendifinisikan (Define), mengukur
(Measure), menganalisa (Analysis), Perbaikan (Improvement) dan Pengendalian

109
(Control) yang tepat dan memastikan setiap keputusan yang diambil telah melalui
proses kajian yang tepat sesuai standar dan kode teknis oleh kumpulan orang orang
tepat yang kompetent dan ahli dibidangnya.
Ilmu dan kompentensi para tim kerja selalu berkembang setiap saat dengan
program pendidikan dan pelatihan yang tepat tiap tahun. Selalu mengabdikan
pengetahuan dan keterampilan pekerja dalam berbagai forum bersama baik itu didalam
lingkungan pekerjaan maupun diluar pekerjaan (seminar atau konferensi) sebagai
bentuk tanggung jawab untuk andil aktif dalam memberikan edukasi dan transfer
wawasan/pengalaman profesi kepada masyarakat.

4.2 Kesimpulan
Dalam praktiknya adanya keselarasan kode teknik industri dengan kode etik
insinyuran dalam mengembangkan keilmuan di Indonesia yang sesuai dengan Nomor
11 Tahun 2014 Tentang Keinsinyuran yang tercantum pada pasal 3 dan terangkum
sebagai berikut.
1. Dalam melaksanakan tugas selalu mengerahkan segala kemampuan dan
pengalamannya untuk selalu berupaya mencapai hasil yang terbaik didalam
keluhuran budi dan kemanfaatan masyarakat luas secara bertanggung jawab.
2. Dalam melaksanakan tugas yang melibatkan disiplin dan pengetahuan lain senatiasa
menghormati dan menghargai keterlibatan mereka, dan akan selalu
mendayagunakan disiplin Teknik Indutri akan dapat lebih dioptimalkan dalam
upaya mencapai hasil terbaik.
3. Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab atas pengembangan keilmuan dan
penerapannya dimasyarakat, dan akan selalu berupaya agar tercapai kondisi yang
efisien dan optimal dalam segenap upaya bagi perbaikan dalam pembangunan dan
pemeliharaan sistem.
4. Dalam melaksanakan tugas mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi dan di
dalam melaksanakan tugasnya tidak akan melakukan perbuatan tidak jujur,
mencemarkan atau merugikan sesama rekan sekerja.
5. Dalam melaksanakan tugas akan selalu bersikap dan bertindak bijaksana terhadap
sesama rekannya dan terutama kepada rekan mudanya; selalu mengusahakan
kemajuan untuk meningkatkan kemampuan dan kecakapan, bagi dirinya pribadi,
bagi masyarakat maupun bagi pengembangan Teknik Industri di Indonesia.

110
DAFTAR PUSTAKA

Accreditation Board for Engineering and Technology. 2000. Annual Report. New
York, 2000.
Amri (2014). Bahan Ajar Pengantar Teknik Industri. Fakltas Teknik. Unversitas
Malikussaleh. Aceh Utara.
Kurniasih, Eka., Pardi, Raudah (2020) Teaching Factory. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Bersten, K, (2011) “Etika”, Gramedia Pustaka Utama.
Bennett, F. Lawrence. The Management of Engineering: Human, Quality,
Organizational, Legal, and Ethical Aspects of Professional Practice. New
York: John Wiley & Sons, Inc., 1996.
Fleddermann, Charles B., (2004) “Engineering Ethics”, 2nd ed, Prentice Hall.
Fleddermann, Charles B. Engineering Ethics. Upper Saddle River, NJ. : Prentice
Hall – Engineering Source, 1999.
Harris JR., Charles E., et.al. Engineering Ethics : Concepts and Cases. Belmont :
Wadsworth Publishing Company, 1995. Martin, Mike W., Schinzinger, Roland,
(2005) “Introduction to Engineering Ethics”, 2nd ed, McGraw Hill
Purba, Sukarman dkk (2020) Etika Profesi: Membangun Profesionalisme Diri,
Yayasan kita menulis.
Wright, Paul H., (2002) “Introduction To Engineering, 3rd ed, John Willey &
Sons,Inc.
Weil, Vivian, (2002) ‘Engineering Ethics’ in Science and Technology Ethics, edited
by Raymond E.Spier, Routledge.
Wignjosoebroto, Sritomo, (2011) “Profesional Engineer dan Etika Profesi”,
Wignjosoebroto, Sritomo. (2000) Business & Professional Ethics. Modul Pelatihan
Program Profesi Insinyur, Persatuan Insinyur Indonesia (PII).
Wignjosoebroto, Sritomo (2011). Etika Profesi (Insinyur). Perlukah Dimasukkan
dalam Kurikulum Pendidikan Tinggi Teknik/Teknologi? Makalah disampaikan
dalam acara Seminar dan Diskusi Nasional Badan Kerja Sama Jurusan-Jurusan
Teknik Industri Seluruh Indonesia (BKS-TI)

Sumber e-book online


https://books.google.co.id/books?id=qXgCEAAAQBAJ&pg=PA23&lpg=PA23&d
q=Dalam+melaksanakan+tugas+yang+dipercayakan+kepadanya+Sarjana+Teknik+
Industri+dan+Manajemen+Industri+akan+selalu+mengerahkan+segala+kemampua
n+dan+pengalamannya+untuk+selalu+berupaya+mencapai+hasil+yang+terbaik+di

111
dalam+keluhuran+budi+dan+kemanfaatan+masyarakat+luas+secara+bertanggung
+jawab.+iatmi&source=bl&ots=woptVrzdja&sig=ACfU3U3BvauKysibBZqo7eJgo
FYJnY7Feg&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiVl6OV-
oL4AhU98XMBHRY1AG0Q6AF6BAgVEAM#v=onepage&q=Dalam%20melaksa
nakan%20tugas%20yang%20dipercayakan%20kepadanya%20Sarjana%20Teknik%20
Industri%20dan%20Manajemen%20Industri%20akan%20selalu%20mengerahkan%2
0segala%20kemampuan%20dan%20pengalamannya%20untuk%20selalu%20berupay
a%20mencapai%20hasil%20yang%20terbaik%20didalam%20keluhuran%20budi%20
dan%20kemanfaatan%20masyarakat%20luas%20secara%20bertanggung%20jawab.%
20iatmi&f=false

112

Anda mungkin juga menyukai