A. PENDAHULUAN
Beberapa waktu yang lalu kita pernah mendengar bahwa ada prediksi 20
tahun kedepam tidak akan ada invasi ke Indonesia. Pernyataan ini menuai banyak
kontroversi dan sempat menjadi perdebatan publik. Terlepas dari benar atau
tidaknya prediksi tersebut sejarah mencatat bahwa dalam usaha untuk meramal
tentang kapan, dimana, siapa yang akan terlibat, dan mengapa suatu konflik dapat
terjadi, banyak negara bahkan negara maju sekalipun seperti Amerika Serikat dan
negara-negara Eropa mengalami kegagalan (Cohen, 2020). Hal ini menunjukan
bahwa dalam menyusun kekuatan pertahanan sebuah negara tidak bisa secara
meyakinkan bergantung pada hasil prediksi yang dalam 20 tahun kebelakang tidak
menunjukan hasil yang akurat. Hal ini juga pernah disampaikan oleh U.S. Secretary
of Defense Robert Gates “Since Vietnam, we have never once gotten it right…” yang
kurang lebih artinya “Sejak perang Vietnam kita (US) tidak pernah sekalipun
melakukannya dengan benar (Prediksi Konflik).
Keadaan ini juga semakin dibuktikan dengan pecahnya perang terbuka antara
Ukrania dan Rusia yang terjadi pada Februari lalu. Konflik ini menunjukan bahwa
kesiapan sebuah negara terhadap kemungkinan konflik menjadi sangat penting
terlepas dari apapun prediksi yang dapat disimpulkan dan analisa strategis dari
setiap konflik sangat diperlukan untuk mempelajari “the Nature of the conflict” dan
dampak dari konflik tersebut baik yang positif maupun negatif serta meminimalisir
resiko yang mungkin terjadi sebagai dampak sistemik dari konflik tersebut. Oleh
karena itu maka kajian ini akan membahas konflik yang saat ini sedang terjadi
antara Ukrania dan Rusia serta mengkaji secara lebih dalam tentang dampak apa
saja yang sedang dan kemungkinan akan berpengaruh terhadap Indonesia. Untuk
mengetahui secara komprehensif kajian ini akan mengawali dengan beberapa kajian
literatur tentang kejadian yang menjadi latar belakang konflik Ukrania-Rusia.
Berlangsungnya perang selalu berdampak signifikan pada kondisi dunia
secara umum termasuk kepada stabilitas keamanan dan politik dunia, di sisi lain,
perang juga memiliki pengaruh dan dampak yang substansial diantaranya terhadap
keberlangsungan ekonomi dunia. Perang antara kedua negara tentu tidak hanya
akan berdampak pada kedua negara yang berperang, melainkan juga bisa ke
berbagai negara, seperti di Indonesia, perang dapat membuat harga bahan
pangan di Indonesia meningkat.
Lebih dari dua tahun terakhir, seluruh dunia sedang berjuang untuk
memulihkan kondisi global akibat terdampak pandemi covid-19 dan masih akan
berlanjut karena hingga saat ini belum ada tanda-tanda pandemi akan berakhir.
Masalah covid belum tuntas, dunia diberikan pekerjaan tambahan untuk memulihkan
kondisi dari perang Rusia dan Ukraina yang berlangsung hingga saat ini dan belum
bisa diprediksi kapan akan berakhir.
B. KAJIAN LITERATUR
Perang Rusia-Ukraina sangat mempengaruhi situasi dunia dan menjadi topik
yang banyak dibicarakan. Berbagai media massa dan elektronik diramaikan oleh
berita tentang perang yang diawali dari konflik berkepanjangan antara Rusia dengan
NATO dan Amerika tersebut . Berawal dari pecahnya Unisoviet dan kemudian
direkrutnya Ukraina untuk menjadi anggota NATO pada 2008 lalu. Runtuhnya
negara federasi Rusia yang saat itu dikenal dengan nama USSR atau the Union of
Soviet Socialist Republics, atau yang dikenal dalam bahasa Rusia sebagai CCCP
((Союз Советских Социалистических Республик) tidak hanya meruntuhkan
hegemoni barat dan timur dua negara yang dulu dikenal dengan negara adi daya
tapi juga merubah secara sangat siknifikan konstelasi politik dunia.
Negara-negara pecahan dari Uni Soviet setelah merdeka banyak yang
memutuskan untuk tidak lagi menjadi bagian dari kekuatan sosialis negara Rusia
bahkan banyak diantaranya begabung dengan dunia barat bahkan Uni Eropa. Tidak
hanya dalam bidang ekonomi namun juga dari sisi pertahanan beberapa negara eks
Soviet bergabung ke dalam pakta pertahanan NATO. Ukrania sendiri pada saat
masa-masa krisis menjelang konflik terbuka dengan Rusia sedang berpolemik
tentang wacananya untuk masuk menjadi salah satu anggota NATO. Rusia dan
Ukraina memiliki hubungan secara geopolitik yang tidak bisa dipisahkan. Konflik
Rusia-Ukraina yang semakin memanas sejak saat itu memunculkan banyak
kecemasan dari berbagai macam pihak akan timbulnya perang dunia ke-3. Rusia
telah melakukan latihan militer besar-besaran di perbatasan Ukraina pada aal 2022,
hal ini membuat presiden Amerika Serikat Joe Biden mengultimatum Rusia untuk
tidak menyebabkan perang dan akan mengenakan sanksi ekonomi jika Rusia
bersikeras. Namun, peringatan itu tidak digubris oleh Rusia, hingga pada tangal 22
Februari Rusia melancarkan serangannya ke Rusia.
GEOPOLITIK
Secara geopolitik Ukraina berada di dua sisi, di mana pro-Eropa berada di
bagian barat, sedangkan pro-Rusia berada di bagian timur. Kedua negara pernah
menjadi bagian dari Uni Soviet, namun pasca-Uni Soviet runtuh, Ukraina
mendeklarasikan kemerdekaan negaranya pada 24 Agustus 1991. Setelah Rusia
dan Ukraina berdiri sendiri menjadi negara merdeka, kedua negara membangun
hubungan diplomatic pada 14 Februari 1992 yang disusul dengan kesepakatan
beragam perjanjian dan kerja sama pada tahun 1997. Seiring berjalannya waktu,
hubungan bilateral kedua negara mengalami pasang surut, di antaranya pergantian
kepemimpinan yang membawa Ukraina ke arah Barat yang mengakibatkan mulai
berkurangnya peran Rusia. Selain itu, Ukraina juga memiliki keinginan untuk menjadi
anggota Uni Eropa, dan dalam perkembangannya kemudian muncul keinginan dari
pemimpin Ukraina pro-Eropa untuk menjadi anggota NATO.
Harapan bersama masyarakat dunia dan prioritas mutlak, yaitu keselamatan
seluruh masyarakat yang terkena dampak langsung terhadap perang akan cepat
kembali dan perdamaian serta stabilitas global kembali stabil. Akan tetapi, karena
sulit untuk memprediksi terobosan diplomatik atau penurunan eskalasi militer yang
signifikan dalam jangka pendek, sanksi kemungkinan akan terus berlanjut dan
meluas. Dan sementara, konflik di Ukraina bukan satu-satunya keadaan darurat
keamanan yang dihadapi dunia, konflik itu berdampak luas karena efeknya yang
luas terhadap keamanan dan kemakmuran global.
Ukraina dan Federasi Rusia termasuk di antara lumbung roti dunia. Pada 8
April 2022, Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO)
menerbitkan rekor indeks harga pangan. Harga pangan tahun ini 34% lebih tinggi
dari tahun lalu dan tidak pernah setinggi ini sejak FAO mulai mencatatnya, demikian
pula, harga minyak mentah telah meningkat sekitar 60%, dan harga gas dan pupuk
meningkat lebih dari dua kali lipat (dapat dilihat gambar di bawah ini).
Dampak potensial terhadap supply chain atau rantai pasokan. Saat dunia
internasional baru saja keluar dari situasi ekonomi yang rapuh yang disebabkan oleh
pandemi, konflik yang terjadi antara Ukrania-Rusia serta efek dari berbagai sanksi
yang diberikan menambah beban pada pemulihan rantai pasokan yang baru saja
berusaha pulih dari terpaan pandemic Covid-19. Dampak dari rentetan kejadian ini
mulai terlihat pada fluktuasi harga minyak, tersendatnya pasokan logam dasar
seperti nikel, aluminium, dan paladium dapat memukul produksi industri dan rantai
pasokan yang lebih luas. Rusia dan Ukraina menyumbang seperlima dari semua
produksi gandum global dan 70 persen ekspor minyak bunga matahari. Ini adalah
pasokan penting untuk bisnis pertanian pangan di seluruh dunia, dan mereka akan
segera merasakan krisis pasokan ini yang diakibatkan oleh terganggunya rantai
pasokan. Negara-negara seperti Aljazair, Mesir dan Nigeria adalah beberapa
importir makanan pokok Rusia dan Ukraina terbesar, dan konflik antara Ukrania-
Rusia dapat memberikan dampak terhadap langkanya pasokan makanan untuk
negara-negara ini yang pada akhirnya akan meningkatkan resiko terjadinya
kekacauan dan ketidaksabilan keamanan untuk negara-negara tersebut. Tentu saja
hal ini berpotensi untuk menjadikan konflik menyebar kenegara-negara lainnya.
Dampak dan resiko siber yang meningkat. jika melihat tindakan dan
ancaman keamanan siber terhadap entitas terutama di Ukraina, serangan malware
untuk mengganggu infrastruktur siber ikut meningkat. Tetapi negara-negara yang
menargetkan pemerintah Rusia dengan sanksi atau menawarkan dukungan publik
untuk Ukraina dapat terjebak dalam pembalasan dendam dan menghadapi risiko
serangan dunia maya serupa yang dapat memengaruhi keuangan dan infrastruktur
penting lainnya serta sistem TI mereka. Intinya adalah ada ancaman keamanan
siber yang meningkat secara global. Semua negara dan organisasi harus bergerak
ke posisi siaga tinggi dalam hal keamanan siber dan melindungi aset mereka yang
paling penting termasuk Indonesia. Membangun rencana dan ketahanan keamanan
siber dengan cepat menjadi prioritas utama bagi banyak negara di dunia dan harus
dipertimbangkan secara serius.