Anda di halaman 1dari 7

LITIGASI DAN NON LITIGASI

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA

RUSIA DAN UKRAINA


ESSAY

Disusun Oleh :

Nama : Yasmin Meliza Poluakan

NIM : 210200482

Semester/Kelas :2/D

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS HUKUM

ILMU HUKUM

2022
Abstrak

Hingga kini tak kunjung usai ketegangan yang terjadi antara Rusia - Ukraina. Dua
negara yang dahulu pernah berada dibawah naungan Uni Soviet tersebut sebenarnya sudah
lama memiliki hubungan yang kurang harmonis. Sejak 1991 Ukraina telah mendeklarasikan
kemerdekannya dan juga telah membangun hubungan diplomatik yang disusul dengan
kesepakatan beragam perjanjian dan kerja sama dengan Rusia. Namun seiring berjalannya
waktu hubungan kedua negara ini kerap mengalami pasang surut. Ketegangan antar dua
negara ini mulai kian memanas pada tahun 2014. Dimana saat itu Presiden Ukraina Viktor
Yanukoyych memiliki kedekatan dengan rusia yang dianggap masyarakat berpotensi
mengembalikan Ukraina sebagai bagian dari Uni Soviet.Demonstrasi pun terjadi akibat
kebijakan Viktor yang lebih memilih memiliki hubungan dagang dengan Rusia dan menolak
menandatangani Persetujuan Asosiasi Politik dan Perdagangan Bebas antara Ukraina dengan
Uni Eropa dan NATO.Sehingga mengakibatkan masyarakat menggulingkan Viktor dari
jabatannya. Akibat kekosongan pemerintahan yang terjadi saat itu,dimanfaatkan oleh negara
Rusia mengambil alih suatu wilayah strategis dari Ukraina untuk masuk kedalam lingkup
negaranya.

Setelah masalah yang terjadi pada tahun 2014 tersebut,pasang surut ketegangan kedua
negara ini tak kunjung reda, namun semakin memanas dan menyita perhatian seluruh dunia.
Ketegangan tersebut pasalnya datang dari Rusia yang mengerahkan ratusan ribu tentaranya di
perbatasan Ukraina. Usut punya usut hal tersebut dilakukan rusia karena menganggap
kedekatan NATO dengan Ukraina dapat menjadi ancaman bagi Rusia.Tulisan ini akan
menjelaskan bagaimana historis antar kedua negara ini serta penyebab ketegangan yang
terjadi. Permasalahan yang sudah terjadi sejak lama sudah seharusnya menjadi perhatiann
masyrakat internasional untuk membantu mengupayakan penyelesaiannya secara damai.
Maka dari itu dalam tulisan ini juga akan membahas bagaimana jalur yang cukup efektif
dalam menyelesaikan sengketa dua negara ini.

Kata kunci : Ketegangan, Rusia-Ukraina, dan Penyelesaiannya.


Pendahuluan

Awal tahun 2022 dunia kembali di hebohkan dengan konflik Rusia-Ukraina yang
semakin memanas akibat di luncurkannya serangan rudal oleh Rusia ke Ukraina. Sebenarnya
konflik perseteruan antar dua negara ini sudah terjadi sejak lama.Pada mulanya kedua negara
bertetangga itu adalah sahabat ketika masih di bawah naungan Uni Soviet.Namun pada 1991,
bubarnya Uni Soviet membuat rakyat Ukraina melakukan referendum dan memutuskan pisah
dari Rusia sebagai 'saudara tua'-nya, lalu menjadi negara merdeka. 1 Setelah Rusia dan
Ukraina berdiri sendiri menjadi negara merdeka, kedua negara membangun hubungan
diplomatik pada 14 Februari 1992 yang disusul dengan kesepakatan beragam perjanjian dan
kerja sama pada tahun 1997. 2 Rusia dan Ukraina memiliki hubungan secara geopolitik yang
bersinggungan. Secara geopolitik Ukraina berada di dua sisi, dimana pro-Eropa berada di
bagian barat, sedangkan pro-Rusia berada di bagian timur. Situasi kedua negara sempat akur
selama lebih dari satu dekade.

Namun pada 2014, muncul serangkaian unjuk rasa untuk menuntut Rusia tidak ikut
campur dalam persoalan di Ukraina. Pasalnya, kedekatan presiden Ukraina saat itu, Viktor
Yanukovych dengan Rusia dianggap dapat 'mengembalikan' Ukraina sebagai bagian dari Uni
Soviet puluhan tahun lalu. Para pengunjuk rasa menggulingkannya dalam ‘Revolusi Martabat
(Revolution of Dignity)’. Revolusi ini berhasil mendongkel kepemimpinan Viktor karena
penolakan Presiden Ukraina tersebut untuk menandatangani Persetujuan Asosiasi Politik dan
Perdagangan Bebas antara Ukraina dengan Uni Eropa dan NATO (North Atlantic Treaty
3
Organization) atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara. Pelengseran Viktor menyebabkan
konflik pada pemerintahan Ukraina hingga terbagi menjadi dua golongan, pro Uni-Eropa dan
pro-Rusia. Pro-Rusia berasal dari masyarakat serta politisi Crimea. Sayangnya, kepentingan
Rusia dalam menyelesaikan konflik internal Ukraina menjadi upaya pemanfaatan Rusia untuk
mendapatkan wilayah Crimea. Tak hanya itu, Rusia juga menyerang Donbas yang merupakan
jantung industri negara Ukraina. Lebih dari 14.000 orang kehilangan nyawanya dalam
konflik bersenjata antara pasukan Ukraina dan separatis yang didukung Rusia tersebut. Tak
berselang lama, kepemimpinan presiden baru Petro Poroshenko menghasilkan perjanjian
damai Minsk pada 2015 untuk mengakhiri kekerasan.

1 https://www.cnnindonesia.com/internasional/20220307133347-134-767772/kronologi-alasan-putin-dan-
situasi-terkini-rusia-gempur-ukraina (diakses 20 Maret 2022).
2 https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XIV-4-II-P3DI-Februari-2022-229.pdf

(diakses 20 Maret 2022)


3 https://www.enbeindonesia.com/opini/pr-1522842059/analisis-singkat-tentang-krisis-rusia-ukraina (diakses

20 Maret 2022)
Proshenko juga yang memulai pendekatan dengan Uni Eropa dan Nato. Akan tetapi,
itulah yang membuat Putin meradang,ia berpendapat bahwa kedekatan Ukraina dengan Uni
Eropa dan NATO berpotensi ancaman bagi Rusia. Sebab, ada kemungkinan pangkalan
militer NATO dibangun di dekat perbatasan Rusia-Ukraina. Rusia dalam tuntutan
keamanannya mengatakan mereka tidak ingin Ukraina menjadi negara anggota NATO dan
ingin menghentikan semua latihan NATO di dekat perbatasannya, serta penarikan pasukan
NATO dari Eropa Tengah dan Timur. 4 Namun, AS dan NATO menolak tuntutan Rusia. Barat
mendukung Ukraina dan berjanji akan menyerang Rusia secara finansial jika pasukannya
maju ke Ukraina.

Pada November 2021, Ukraina yang saat itu dipimpin oleh Volodymyr Zelensky
mendapat desas-desus Rusia akan melakukan invansi.Hal ini diketahui dari citra satelit yang
menangkap adanya konsentrasi pasukan militer Rusia berada di dekat perbatasan Ukraina
yang diperkirakan mencapai 100.000 orang tentara. Hal ini membuat Presiden Amerika
Serikat (AS) Joe Biden mengancam Rusia akan mendapat sanksi ekonomi jika tidak
menurunkan ketegangan di perbatasan.Namun, Putin menepis anggapan bakal melakukan
invasi. Di sisi lain, ia meminta NATO menyetop aktivitas di Eropa Timur sekaligus meminta
agar negara-negara pecahan Uni Soviet tidak diterima sebagai anggota.Tetapi pada akhirnya,
walaupun rusia menepis akan melakukan invansi terhadap Ukraina.Putin pun meluncurkan
invansi secara bergulir. Ia beralasan hal ittu dilakukan untuk melindungi warga wilayah
Donbas yang meliputi Donetsk dan Luhansk dari kungkungan pemerintah Ukraina.Kremlin5
bahkan mengeklaim rakyat Donbas mengalami genosida dan menyamakannya seperti
perlakukan Nazi kepada orang-orang Yahudi.Namun Presiden Ukraina Zelenskyy yang
memiliki darah keturunan Yahudi membantah klaim tersebut.

Sudah memasuki lebih dari 2 minggu,invansi yang dilakukan rusia belum juga
mereda.Tak sedikit sudah tentara ataupun warga sipil yang tewas akibat bersiteru ini.
Beberapa pihak mulai dari beberapa para petinggi negara hingga PBB dan beberapa negara
lain pun berusaha meredakan peperangan ini. Akan tetapi, presiden dari kedua negara ini
Putin dan Zelenskyy belum menunjukkan adanya tanda-tanda akan menghentikan gencatan
senjata ini. Kedua pihak masih menahan asumsi bahwa hal yang mereka lakukan adalah
benar menurut versi masing-masing.

4 https://www.solopos.com/ini-kronologi-perang-rusia-versus-ukraina-1263132 (diakses 20 Maret 2022)


5 Kremlin adalah kantor presiden Rusia
Metodologi

Dari pemaparan sengketa antara negara Rusia-Ukraina tersebut, tentu dibutuhkan


metodologi6 damai dari sudut pandang hukum. Secara garis besar bentuk penyelesaian
sengketa dapat dilakukan melalui dua cara yaitu jalur litigasi maupun jalur non-litigasi.
Dalam peraturan perundang-undangan tidak ada yang memberikan definisi mengenai litigasi,
namun dapat dilihat di dalam Pasal 6 ayat 1 UU 30/1999 tentang Arbitrase yang pada intinya
mengatakan bahwa sengketa dalam bidang perdata dapat diselesaikan para pihak melalui
alternatif penyelesaian sengketa yang dilandasi itikad baik dengan mengesampingkan
7
penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
litigasi merupakan proses menyelesaikan perselisihan hukum di pengadilan yang mana setiap
pihak bersengketa memiliki hak dan kewajiban yang sama baik untuk mengajukan gugatan
maupun membantah gugatan melalui jawaban.8
Selain itu juga terdapat jalur non-litigasi yang berarti penyelesaian sengketa yang
dilakukan menggunakan cara-cara yang ada di luar pengadilan atau menggunakan lembaga
alternatif penyelesaian sengketa. 9 Penyelesaian sengketa di jalur non litigasi ada berbagai
bentuk. Salah satunya adalah arbitrase. Arbitrase, menurut UU No 30 Tahun 1999 adalah cara
penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian
arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. 10
Berdasarkan kedua jalur penyelesaian sengketa tersebut.Menurut pendapat saya dalam
menyelesaikan kasus Rusia-Ukraina ini dapat di selesaikan dengan menggunakan jalur
litigasi.Karena, sengketa antar dua negara ini sudah berlarut lama dan memakan korban serta
kerugian yang sangat merugikan. Di perlukan campur tangan pengadilan untuk menengahi
perseteruan antar dua negara ini. Sebab, dahulu pun pernah digunakan jalur non-litigasi
antara negara ini dengan membuat perjanjian arbitrase secara tertulis oleh kedua pihak yang
bersangkutan.Namun tetap saja pada akhirnya tidak membuahkan hasil yang baik.

6 Metodologi merupakan ilmu/cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan tata cara
tertentu dalam menemukan kebenaran.
7 Bunyi Pasal 6 ayat (1), “Sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan oleh para pihak melalui

alternatif penyelesaian sengketa yang didasarkan pada itikad baik dengan mengesampingkan penyelesaian
sengketa secara litigasi di Pengadilan Negeri.
8https://www.academia.edu/29831296/Penyelesaian_Sengketa_Litigasi_dan_NonLitigasi_Tinjauan_terhadap_

Mediasi_dalam_Pengadilan_sebagai_Alternatif (diakses pada 20 Maret 2022)


9 https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-manado/baca-artikel/13628/Arbitrase-Dan-Alternatif-Penyelesaian-

Sengketa.html (diakses pada 20 Maret 2022)


10 https://pkpajakarta.com/mengenal-bentuk-bentuk-penyelesaian-non-

litigasi/#:~:text=Penyelesaian%20non%2Dlitigasi%20adalah%20penyelesaian,dengan%20lembaga%20alternati
f%20penyelesaian%20sengketa (diakses pada 20 Maret 2022)
Kesimpulan

Dari pemaparan di bagian sebelumnya yang menceritakan historis terjadinya konflik


antara Rusia dan Ukraina pada tahun 1991 yang awalnya merupakan bagian dari naungan Uni
Soviet.Kemudian dikarenakan pasca-Uni Soviet runtuh, Ukraina mendeklarasikan
kemerdekaan negaranya. Awal perseteruan memanas antar dua negara ini dimulai pada tahun
2014 dimana terjadi aksi unjuk rasa untuk menggulingkan Presiden Ukraina Viktor
Yanukovych yang pro-Rusia. Demonstrasi pro-Uni Eropa terjadi akibat penolakan terhadap
kebijakan Viktor yang saat itu memilih berhubungan dagang dengan Rusia dan menolak
penandatanganan Persetujuan Asosiasi Politik dan Perdagangan Bebas antara Ukraina dengan
Uni Eropa dan NATO.

Sejak kejadian tersebut masalah pun datang silih berganti di antara Rusia dan
Ukraina. Hingga akhirnya menyebabkan terjadinya invansi yang dilakukan terhadap rusia
kepada ukraina yang memakan banyak korban dan kerusakan. Walaupun sudah
mengakibatkan kerugian yang cukup besar, hingga saat ini belum terdapat titik temu untuk
penyelesaian sengketa antar dua negara ini.

Maka dari itu dengan mengkaji dari bentuk penyelesaian sengketa yang dapat
dilakukan melalui dua cara yaitu jalur litigasi maupun jalur non-litigasi. Saya berpendapat
bahwa sengketa antar dua negara ini dapat di selesaikan dengan melalui jalur litigasi atau
proses menyelesaikan perselisihan hukum di tengahi oleh pengadilan yang mana setiap pihak
bersengketa memiliki hak dan kewajiban yang sama baik untuk mengajukan gugatan maupun
membantah gugatan melalui jawaban. Sebab cara ini saya anggap lebih efektif dan tegas
untuk menghentikan peperangan karena sudah terdapat hukum-hukum yang mengadilinya.
Daftar Pustaka

Sita Hidrayah.(2022). Eskalasi ketegangan Rusia-Ukraina.Diakses pada 20 Maret


2022, dari https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XIV-4-II-P3DI-
Februari-2022-229.pdf

CNN Indonesia.(2022). Kronologi, Alasan Putin, dan Situasi Terkini Rusia Gempur
Ukraina.Di akses pada 20 Maret 2022, dari

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20220307133347-134-767772/kronologi-
alasan-putin-dan-situasi-terkini-rusia-gempur-ukraina/1

Abu Nadzib.(2022). Kronologi Perang Rusia Versus Ukraina.(Solopos.com) Di akses


pada 20 Maret 2022, dari https://www.solopos.com/ini-kronologi-perang-rusia-versus-
ukraina-1263132

Christianus Wai Mona.(2022). Analisis Singkat Tentang Krisis Rusia-Ukraina.(Enbe


Indonesia). Di akses pada 20 Maret 2022, dari

https://www.enbeindonesia.com/author/5163/Christianus-Wai-Mona

Adibatus.(2019). BAB II Tinjauan Pustaka tentang Penyelesaian


Sengketa.(Universitas Muhammadiyah Malang,2019). Diakses pada 20 Maret 2022, dari
http://eprints.umm.ac.id/51082/3/3_BAB%20II.pdf

ICJR Learning Hub.(2021). Mengenal Bentuk-Bentuk Penyelesaian Non-Litigasi. Di


akses pada 20 Maret 2022, dari https://pkpajakarta.com/mengenal-bentuk-bentuk-
penyelesaiannonlitigasi/#:~:text=Penyelesaian%20non%2Dlitigasi%20adalah%20penyelesaia
n,dengan%20lembaga%20alternatif%20penyelesaian%20sengketa

Anda mungkin juga menyukai