Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

DAMPAK SANKSI EKONOMI TERHADAP RUSIA OLEH USA DAN EROPA BAGI
INDONESIA

Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Hukum Internasional

yang diampu oleh:

Hanny Amelia, S.H, M.Kn.

Disusun oleh :

Yudi Abdul Rohim (211074)

Faujiah Pazrin (211078)

Kamilia Zahrah Salsabila Irbah (211063)

Wildan Saepuloh (211092)

Krisna anugrah (211199)

Muhammad Sobur (211075)

Alif Shabr Ulum (211079)

Ade Ramadhan (211082)

KELAS A2

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, "DAMPAK SANKSI EKONOMI TERHADAP
RUSIA OLEH USA DAN EROPA BAGI INDONESIA" dapat kami selesaikan dengan baik.
Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniakan kepada kami
sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka
maupun melalui media internet.Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan
dalam penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini,
kami mohon maaf. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca
agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Bandung, ....... 2022

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Krisis Ukraina merupakan salah satu topik hangat dalam perbincangan dunia internasional.
Konflik terkait Krimea, wilayah otonomi khusus di semenanjung selatan yang berkehendak
untuk memerdekakan diri dan memilih bergabung kedalam federasi Rusia. Sebuah krisis
yang bermula dari rentetan aksi protes masa terhadap pemerintahan di daerah barat Ukraina,
menjadi aksi referendum di bagian lain yaitu Krimea. Seolah mengungkit sejarah lama,
Ukraina memang pernah tergabung dalam federasi Uni Soviet hingga akhirnya tahun 1991
memilih untuk memisahkan diri. Hubungan ekonomi Rusia dan Ukraina terjalin sangat erat
sejak kemerdekaannya pada tahun 1991 pada masa terpecahnya Uni Soviet, hubungan yang
lebih bersifat ketergantungan terhadap Rusia, dibutuhkan dalam masa transisi menjadi negara
yang mandiri. Ukraina merupakan salah satu negara pendiri Commonwealth of Independent
States (CIS), yaitu organisasi regional persemakmuran negara-negara bekas Uni Soviet yang
dibentuk pada awal runtuhnya Uni Soviet, yang menandakan bahwa Ukraina memiliki
hubungan yang sangat erat dengan Rusia pada awal pembentukannya. Pergeseran peta
geopolitik dimana European Union menjadi saingan terberat Rusia dalam pengaruhnya
terhadap Eropa timur membawa Ukraina dalam integrasi yang lebih cenderung ke Eropa. The
European Union’s 2 Partnership and Cooperation Agreement (PCA) dengan Ukraina pada
tahun 1994 menjadi awal mendekatnya Ukraina kedalam Uni Eropa. Perjanjian ini fokus
terhadap masalah–masalah ekonomi dan sosial, pemerintahan, kebebasan pers dan hak–hak
sipil. Perjanjian tersebut berlaku pada tahun 1998 dan berakhir pada tahun 2008. Setelah
bertemu pada EU–Ukraine Summit pada 1997, dan EU–Ukraine Summit pada 1998,
hubungan kedua belah pihak resmi berada pada kerangka European Neighborhood Policy
(ENP). 11

1
EUROPA - European Union Website. http://europa.eu/rapid/press-release_IP-98- 902_en.htm. EUROPA -
European Union Website. http://europa.eu/rapid/press-release_IP-98- 902_en.htm. Diakses Pada: 4/7/2016.
Pukul: 01.35 Wita
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pengaruh sanksi Uni Eropa terhadapa Rusia atas krisis Ukraina?
1.2.2 Bagaimana dampak sanksi barat terhadap rusia bagi dunia?
1.2.3 Bagaimana jika Indonesia memberikan sanksi terhadap rusia?

1.3. Tujuan
1.3.1 Mengetahui dan menjelaskan pengaruh sanksi Uni Eropa terhadap rusia atas krisis
Ukraina.
1.3.2 Mengetahui dampak sanksi barat terhadap rusia bagi dunia.
1.3.3 Mengetahui bagaimana jika Indonesia memberikan sanksi terhadap rusia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dampak Sanksi Uni Eropa Terhadapa Rusia Atas Krisis Ukraina

Berdasarkan sanksi asli yang telah ditetapkan oleh Rusia, termasuk di dalamnya tindakan
pembatasan terhadap individu tertentu, sanksi tersebut tidak memiliki efek yang Uni
Eropa inginkan terjadi di Rusia yaitu adanya tekanan pada elit politik yang bertanggung
jawab atas kebijakan luar negeri Rusia tersebut dan perubahan perilaku politik Rusia.
Sanksi terhadap individu menyebabkan apa yang disebut rally around the flag effect.
Alih-alih menggoyahkan dukungan publik untuk pemerintah, sanksi tersebut justru telah
membantu pemerintah Rusia untukmemobilisasi dan memberi dukungan masyarakat
kepada pemerintahan di Rusia Sanksi tersebut telah mengembangkan sikap patriotisme
dan nasionalisme di kalangan orang Rusia, dan banyak individu di antara elit politik yang
secara langsung ditargetkan oleh sanksi tersebut, menganggapnya sebagai tanda sah
keberpihakan dan kontribusi mereka kepada Rusia atas krisis Krimea. Individuindividu
yang telah menjadi target oleh pembekuan aset dan pembatasan perjalanan dalam sanksi
tersebut, dengan bangga menyatakan eksistensi mereka dalam daftar. Menurut survei
opini publik Levada Center, peringkat popularitas Presiden Rusia, Vladimir Putin,
bangkit secara cepat sejak diberlakukannya sanksi rezim tersebut. Dukungan untuk
presiden Rusia menunjukkan tren meningkat dengan angka tumbuh dari 63,5% di tahun
2013 menjadi 81,5% pada tahun 2014, dan 82% responden mendukung tindakan dan
kebijakan Putin.

Pengenaan sanksi terhadap Rusia membuat sebagian besar penduduk Rusia percaya
bahwa gagasan di balik tindakan sanksi pembatasan tersebut adalah untuk melemahkan
ekonomi Rusia dan membuat negara tidak stabil. Survei opini publik Levada pada
desember 2014, menunjukkan hasil bahwa hanya 12% responden yang mengaitkan sanksi
Uni Eropa terhadap aneksasi Krimea, selebihnya percaya bahwa sanksi tersebut semata-
mata karena sikap ketakutan akan perkembangan Rusia serta hanya ingin memberi
tekanan pada Rusia. Survei lain menunjukkan bahwa persatuan penduduk di Rusia juga
telah berkembang secara drastis, persentase orang yang percaya bahwa Rusia adalah
negara adidaya telah berkembang dari hanya 14% di bulan Maret 2014 sampai dengan
68% pada bulan November 20145 . Dengan fakta tersebut, dapat menjadi sebuah klaim
bahwa sanksi (baik terhadap individu maupun ekonomi) telah gagal menciptakan tekanan
bagi penduduk domestik di Rusia agar rezim tersebut perlu mengalami perubahan.

Menurut presiden Putin, dampak langsung pertama dari sanksi UE adalah “the
deterioration of bilateral trade and diplomatic relations between Russia and the EU” 6 .
Untuk dapat memahami dampak ekonomi dari sanksi Uni Eropa terhadap Rusia serta
mengapa negara tersebut rentan terhadap dampaknya, diperlukan sebuah gambaran
singkat mengenai sistem ekonomi Rusia saat ini. Vladislav Inozemtsev, direktur Center
for Post-Industrial Studies di Moskow 5 Levada Center.

memberikan definisi terhadap Rusia sebagai “negara yang tidak normal”7 . Inozemtsev
menjelaskan bahwa semasa rezim Putin, minyak dan gas merupakan prioritas utama yang
selalu dikembangkan, mengembalikannya kedalam kas negara dan mendistribusikannya
kembali ke masyarakat melalui biaya pensiun, gaji, dan investasi, alih-alih
mengembangkan sektor manufaktur dan industri yang terus mengalami kemunduran
semenjak jatuhnya Uni Soviet. Hal ini membuat Rusia menjadi ketergantungan terhadap
sumber pendapatan minyak dan gas sebagaimana yang disebut oleh Senator Amerika,
John Mc. Cain, sebagai “sebuah pompa bensin yang menyamar menjadi sebuah negara”.8
Pernyataan Mc. Cain ini tentu saja ditentang oleh beberapa ahli yang mengatakan bahwa
Rusia kini tidak sepenuhnya bergantung pad sektor minyak dan gas. Salah satunya adalah
Hellevig, memberikan argumen bahwa Rusia telah beralih dari sektor minyak mentah ke
ekspor produk olahan, dimana produksi makanannya meningkat dua kali lipat dari tahun
2000 sampai tahun 2013, dengan jumlah nilai ekspor makanan yang hampir 0 menjadi 16
miliar dolar. Selain itu, peraturan pajak, peradilan, administrasi publik serta peraturan
perundangan hukum yang diluncurkan oleh Putin memberikan hasil yang sangat positif
yaitu dengan menempati posisi puncak Foreign Direct Investment selama 2011 sampai
2013 serta PDB Rusia pada tahun 2012 sebanyak 2.015 miliar US Dollar, meningkat
lebih dari 1000% dalam 12 tahun.9 Dengan argumen tersebut, kini sulit mengatakan
bahwa Rusia hanya bergantung pada sektor minyak dan gasnya.2

2.2 Dampak Sanksi Barat Terhadap Rusia Bagi Dunia

a. Pasokan tidak stabil, harga energi diprediksi lebih tinggi

Harga minyak dan gas alam melonjak setelah adanya pemberian sanksi terbaru terhadap
Rusia pada akhir pekan lalu karena para pedagang mengantisipasi adanya gangguan
pasokan dari Rusia. Negara ini menjadi salah satu eksportir minyak dan gas terbesar di
dunia. Selain itu, Ukraina juga menjadi negara transit utama untuk pasokan gas dari
Rusia. Sejauh ini sanksi belum menargetkan sektor energi secara langsung, tetapi para
pedagang khawatir bahwa Moskow dapat membalas dengan membatasi ekspor minyak
dan gas dan bahwa sanksi Barat pada akhirnya dapat diperluas untuk secara langsung
merugikan sektor energi Rusia. "Pasokan energi Rusia sangat berisiko, baik karena
ditahan oleh Rusia sebagai senjata atau ditarik dari pasar karena sanksi," Louise Dickson,
analis pasar minyak di Rystad Energy, mengatakan dalam sebuah catatan. Ada juga
kekhawatiran bahwa mengeluarkan bank-bank besar Rusia dari sistem pembayaran

2
GAME THEORY. http://gametheory101.com/courses/international-relations-101/rallyround-the-flag-effects/.
Diakses 1/8/2017 pukul 17.25 WITA 2 Wan Wang, Impact of Western Sanctions on Russia in the Ukraine Crisis,
Journal of Politics and Law, Vol. 8, No. 2; 2015, p. 4.
SWIFT dapat mempersulit pembelian minyak dan gas dari Rusia. Bank Eropa Societe
Generale dan Credit Suisse dilaporkan telah berhenti mendanai pembelian semua
komoditas dari Rusia.  Keadaan ini membuat banyak orang di Eropa merasa cemas
karena sepertiga pasokan gas ke Eropa dan sekitar seperempat minyak berasal dari
Rusia. Gangguan apa pun dalam pasokan gas membuat orang-orang di Eropa tidak punya
cukup gas untuk memanaskan rumah mereka. Tagihan listrik pun akan sangat tinggi
karena terbatasnya bahan bakar.3

b. Harga pangan melonjak

Krisis ini juga telah meningkatkan kekhawatiran akan kelancaran pasokan biji-bijian
seperti gandum dan jagung, dan minyak sayur. Harga gandum di pasar berjangka di
Chicago telah melonjak setelah menyentuh tertinggi dalam sekitar 13 tahun terakhir pada
hari Jumat (25/02), jagung juga diperdagangkan pada level harga yang tinggi. Rusia dan
Ukraina bersama-sama menyumbang sekitar 30% dari ekspor gandum global,
menyumbang hampir seperlima perdagangan jagung, dan sekitar 80% dari ekspor minyak
bunga matahari internasional. Kedua negara ini adalah merupakan pemasok utama
gandum ke Timur Tengah dan Eropa, dengan Turki dan Mesir menjadi importir gandum
terbesar dari Rusia. Para ahli khawatir bahwa operasi militer Rusia akan semakin
meningkatkan harga pangan di negara-negara konflik seperti Libya, Yaman, dan
Lebanon, dan memperdalam krisis pangan di negara-negara tersebut. Konflik tersebut
telah mengganggu ekspor dari pelabuhan Laut Hitam, yang digunakan untuk mengirim
biji-bijian ke Asia, Afrika, dan Uni Eropa. Pada hari Senin (28/02), Mesir terpaksa
membatalkan tender pengadaan gandum setelah hanya menerima beberapa penawaran
dengan harga yang sangat tinggi. 

c. Inflasi diperkirakan tetap tinggi

Bagi kebanyakan orang di seluruh dunia, dampak ekonomi dari konflik Ukraina dan


sanksi akan dirasakan dalam bentuk inflasi yang lebih tinggi yang terutama disebabkan
oleh harga energi, logam dan pangan yang lebih tinggi. Harga aluminium telah melonjak
ke rekor tertinggi, melampaui puncaknya pada tahun 2008 saat krisis keuangan global.
Pedagang khawatir bahwa gabungan sanksi terhadap Rusia dan kebijakan ritel dari
Moskow dapat mengganggu pasokan aluminium global. Rusia memproduksi sekitar 6%
dari aluminium dunia. Sementara pasokan logam yang padat energi dalam proses
produksinya juga akan terpukul oleh harga energi yang lebih tinggi. Kekurangan daya
juga dapat menyebabkan lebih banyak pabrik ditutup akibat tidak bisa berproduksi.
"Adanya gangguan baru dalam rantai pasokan global adalah risiko utama dan, paling

3
Apa Dampak Sanksi Barat Terhadap Rusia bagi Kita Semua? https://www.dw.com/id/pengaruh-sanksi-
terhadap-rusia-bagi-dunia/a-609850132:50 30/03/2022
tidak, harga komoditas ini kemungkinan akan tetap tinggi untuk beberapa waktu, ini
membuat inflasi global lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama," kata Jason Tuvey
analis dari Capital Economics.Dengan demikian, invasi tersebut berisiko menggagalkan
pemulihan ekonomi global akibat pandemi COVID-19. Ketidakpastian seputar pemulihan
ekonomi pada akhirnya dapat menunda rencana bank-bank sentral di seluruh dunia untuk
menaikkan suku bunga. Ini berarti sejumlah pihak bisa sedikit bernapas lega karena
adanya bunga hipotek murah dan bunga rendah untuk pinjaman pribadi.

2.3 Dampak Jika Indonesia Beri Sanksi Terhadap Rusia

Pemerintah Ukraina secara resmi meminta dukungan kepada Indonesia untuk mendukung
negara tersebut dalam menghadapi perang dengan Rusia. Hal ini disampaikan oleh
kedutaan Ukraina di CORE Indonesia Muhammad Faisal, bila Indonesia terlalu dalam
mencampuri urusan Rusia dan Ukraina, seperti ikut memberi sanksi kepada Rusia, maka
akan berdampak buruk pada Indonesia. “Mememungkinkan atau tidak, ya
memungkinkan saja menerapkan sanksi. Tapi masalahnya untungnya apa buat kita. Itu
kan kita harus berpikir untung ruginya,” kata Faisal kepada Kompas.com, Senin
(7/3/2022). Baca juga: Jangan Sampai Salah Beli, Ini Perbedaan Koin dan Token Kripto
Faisal menilai, di tengah pemulihan ekonomi nasional saat ini, fokus Indonesia adalah
untuk kembali ke kondisi sebelum pandemi. Namun, untuk memberikan sanksi ke Rusia,
Faisal menilai Indonesia belum memiliki kemampuan, dari segi fiskal. “Karena, ruginya
itu kalau sampai terjadi balas membalas, embargo mengembargo satu sama lain ini
dampaknya bagi ekonomi akan buruk, juga bagi dunia. Saat pandemi, kita juga dari
ekonomi tidak punya cukup anggaran fiskal yang kuat, dan belum juga pulih ekonominya
dari pandemi,” jelas Faisal. Maka dari itu, Faisal menilai, kondisi balas membalas ini
akan merugikan bagi Indonesia. Apalagi, secara langsung Indonesia tidak memiliki
urusan langsung sama sekali secara politik dengan kedua negara tersebut. “Kalau
menurut saya, jangan ikut-ikutan. Bahkan kalau bisa kita berusaha untuk menenangkan
pihak yang bertikai itu. Kalau kita mendukung salah satu pihak, ini bisa merugikan diri
kita sendiri. Politik luar negeri kita kan bebas aktif, jadi kita harus konsisten,” kata dia.
Faisal juga mengatakan, perang berkepanjangan bisa mendorong ekonomi Indonesia
kembali ke masa krisis. “Perang berkepanjangan bisa membuat pertumbuhan ekonomi
kita kembali ke krisis. Jadi krisis global bisa menjalar sampai Indonesia, dari
perdagangan, inflasi yang mengalami peningkatan, dan PDB yang melambat, bahkan
minus,” ucapnya. Sementara itu, Direktur CELIOS (Center of Economic and Law
Studies) Bhima Yudhistira justru menilai Indonesia akan mendapatkan dampak positif
jika memberikan sanksi ke Rusia. Ia mengatakan, bila Indonesia ikut memberikan sanksi
ekonomi kepada Rusia, maka negara lain akan menganggap Indonesia layak menjadi
destinasi investasi yang mengendepankan stabilitas ekonomi dunia. “Sanksi ini bukan
lantas Indonesia berada pada blok Barat ya. Ini bukan sekedar ikut-ikutan, tapi bisa
dibaca justru sebagai peluang menampung dana-dana investasi asal Eropa dan AS,” kata
Bhima saat dihubungi Kompas.com, Senin. Menurut Bhima, pemerintah Indonesia harus
bersikap tegas terhadap konflik di Ukraina dengan melakukan sanksi terhadap
kepentingan ekonomi Rusia di Indonesia. Misalnya kata dia, pemblokiran aset pelaku
usaha Rusia, hingga pelarangan beberapa komoditas impor dari Rusia seperti besi baja,
gandum, pupuk hingga kertas dan plastik. “Ini karena, imbas konflik Ukraina yang
berkepanjangan sangat merugikan ekonomi Indonesia yang tengah berada dalam proses
pemulihan paska naiknya kasus Omicron. Harus ada pesan bahwa Rusia perlu segera
hentikan agresi di Ukraina dan fokus pada kepentingan kolaborasi untuk pemulihan
ekonomi global,” ujar Bhima. Bhima menjelaskan, saat ini ada banyak investor hengkang
dari Rusia dan mencari negara alternatif sebagai basis produksi khususnya disektor
manufaktur. Hal itu dinilai akan menjadi angin segar bagi iklim investasi di Tanah Air.
“Kalau Indonesia dalam situasi konflik Rusia pasif, apalagi saat ini menjadi Presidensi
G20 maka Indonesia akan kehilangan momentum mengejar relokasi investasi,” jelas
Bhima. Sementara terkait perdagangan, Bhima menilai Indonesia juga harus mendorong
substitusi produk impor asal Rusia. Misalnya besi baja yang bisa diambil alih oleh
Krakatau Steel untuk mengisi gap kebutuhan didalam negeri. “Soal pupuk, BUMN juga
harusnya siap ya take over impor dari Rusia. Selain momentum menampung dana
investasi global, peran untuk substitusi impor juga terbuka lebar,” kata dia. Sebelumnya,
Presiden Jokowi sudah beberapa kali mengeluarkan pernyataan terkait invasi Rusia ke
Ukraina melalui akun Twitter-nya. Presiden Jokowi meminta kedua negara tersebut untuk
berhenti perang, karena mensengsarakan umat manusia, dan membahayakan dunia.
Adapun negara ASEAN pertama yang memberikan sanksi kepada Rusia atas invasi yang
dilakukan terhadap Ukraina adalah Singapura. Singapura melarang bank dan lembaga
keuangan lainnya milik Rusia untuk berbisnis di Singapura.4

4
Ini Dampak jika Indonesia Ikut Beri Sanksi ke Rusia https://money.kompas.com/read/2022/03/07/114033426/ini-
dampak-jika-indonesia-ikut-beri-sanksi-ke-rusia?page=all
2:50 30/03/2022
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Jadi dapat disimpukan bahwa dampak jika indonesia beri sanksi terhadap rusia
Pemerintah Ukraina secara resmi meminta dukungan kepada Indonesia untuk mendukung
negara tersebut dalam menghadapi perang dengan Rusia.Namun demikian, menurut
Direktur Eksekutif CORE Indonesia Muhammad Faisal, bila Indonesia terlalu dalam
mencampuri urusan Rusia dan Ukraina, seperti ikut memberi sanksi kepada Rusia, maka
akan berdampak buruk pada Indonesia.Menurut Bhima, pemerintah Indonesia harus
bersikap tegas terhadap konflik di Ukraina dengan melakukan sanksi terhadap
kepentingan ekonomi Rusia di Indonesia.

B. SARAN
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.Karena kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.Dan kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian penutup dari kami, terima kasih yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://europa.eu/rapid/press-release_IP-98-902_en.htm. Diakses Pada: 4/7/2016.

http://gametheory101.com/courses/international-relations-101/rally-round-theflag-effects/. Diakses
1/8/2017

Apa Dampak Sanksi Barat Terhadap Rusia bagi Kita Semua? https://www.dw.com/id/pengaruh-sanksi-
terhadap-rusia-bagi-dunia/a-60985013c Diakses2:50 30/03/2022

Ini Dampak jika Indonesia Ikut Beri Sanksi ke Rusia


https://money.kompas.com/read/2022/03/07/114033426/ini-dampak-jika-indonesia-ikut-beri-sanksi-ke-
rusia?page=all Diakses 2:50 30/03/2022

Anda mungkin juga menyukai