Anda di halaman 1dari 12

DAMPAK PERANG RUSIA DAN UKRAINA TERHADAP PEREKONOMIAN DI NEGARA

INDONESIA

Fatria Noviani 1, Fina Lestari 2, Komala Mala Hayati3, L. Rahmat Yoshie R.A4, L. Abdullah
Sani5

Prodi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu


Pendidikan, Universitas Mataram

PEDAHULUAN

Perang antara Rusia dan Ukraina telah mengguncang politik dunia dan pasar
internasional, sehingga krisis global ini menghadirkan tantangan baru bagi hubungan
internasional. Hal ini tentu akan berdampak panjang pada ekonomi global. Invasi Rusia
ke Ukraina telah menjadi peristiwa global dengan implikasi besar bagi semua negara.
Invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022 menandai kembalinya perang antar
negara, sesuatu yang belum pernah terjadi di Eropa sejak 1945. Dengan demikian,
perang antara Rusia dan Ukraina berdampak sangat serius pada pasar global,
berpotensi berdampak besar pada ekonomi keliling dunia. Konflik Rusia-Ukraina telah
menciptakan bencana krisis kemanusiaan dan mengancam stabilitas hubungan
geopolitik. Perang telah menambah kekhawatiran tentang melambatnya pertumbuhan
global, meningkatnya inflasi dan utang, serta meningkatnya kemiskinan (Orhan, 2022).
Dampak utama konflik Rusia-Ukraina terhadap perekonomian dunia adalah kenaikan
harga energi dan hilangnya kepercayaan di pasar keuangan.

Rusia dan Ukraina adalah pemain utama di pasar minyak, gas, gandum, listrik,
makanan, dan pupuk global. Rusia adalah produsen dan pengekspor minyak terbesar
ketiga di dunia, pengekspor gas alam terbesar kedua, dan pengekspor batu bara
terbesar ketiga. Rusia juga pengekspor gandum terbesar di dunia dan pengekspor
minyak bunga matahari terbesar kedua. Selain itu, Rusia juga mendominasi
perdagangan pupuk dunia dan merupakan pengekspor pupuk terbesar. Ukraina
memainkan peran penting dalam memasok pasar dunia sebagai pengekspor minyak
bunga matahari terbesar, pengekspor jagung terbesar keempat dan pengekspor
gandum terbesar kelima.
Sebagai pemasok utama logam dan mineral, perang antara Rusia dan Ukraina
tentunya akan mengganggu pasokan mineral dan logam, yang tentunya akan
mempengaruhi produksi di sejumlah industri. Hal ini menyebabkan perubahan harga
atau ketersediaan pangan dan energi yang akan berdampak langsung pada masyarakat
dan negara di seluruh dunia. Rusia dan Ukraina memainkan peran penting dalam pasar
energi, pangan, dan pupuk global. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengantisipasi
konflik yang muncul.

Jika salah satu negara yang berkonflik menjadi pemain utama di pasar minyak
dunia, maka perang tersebut akan menimbulkan apa yang disebut dengan “short effect”,
yaitu kenaikan harga minyak karena gangguan pasokan atau gangguan. peningkatan
permintaan (Coleman, 2012; Kilian, 2009; Kilian, 2014). Rusia adalah salah satu
penghasil dan pengekspor minyak dan energi terbesar di dunia. Jika konflik militer
membuat Rusia terkena sanksi internasional dalam bentuk pembatasan
kemampuannya untuk mengekspor minyak dan gas, eskalasi berikutnya pasti akan
menjadi kenaikan harga energi global. Kenaikan harga energi hanya akan mendorong
inflasi. Oleh karena itu, mengingat banyak negara yang berperan sebagai penggerak
ekonomi global seperti China, Jepang, dan Eropa merupakan net importir energi,
kenaikan harga minyak akan membatasi pertumbuhan global. Kecuali Amerika Serikat,
yang swasembada energinya, harga minyak yang tinggi akan menyebabkan transfer
sebagian pendapatan dari konsumen ke produsen, yang pada akhirnya akan
menciptakan potensi negatif di sisi permintaan (Liadze , I. et al. , 2022).
TINJAUAN TEORITIS

1. Tinjauan Teori Geopolitik


Dari segi geopolitik, situasi krisis di Krimea dan Donbass bukan hanya konflik
antara Rusia dan Ukraina. Berikut adalah beberapa aspek analitis dari kedua belah
pihak dalam pemeriksaan geopolitik konflik:
a. Rusia menegaskan dirinya sebagai kekuatan besar di Eropa Timur
Ukraina sebagai sabuk putus, juga dikenal sebagai zona penghancur,
merupakan area potensi ketidakstabilan dalam konflik antara kekuatan besar
yang saat ini berperang di Ukraina. Ukraina, sebagai sabuk yang putus, adalah
kawasan strategis yang secara politis terbagi menjadi zona persaingan antara
Amerika Serikat, Uni Eropa, dan NATO melawan Rusia. Dan berlanjutnya konflik
di timur Ukraina sekarang menyiratkan tingkat konflik dan perpecahan yang
tinggi di wilayah tersebut. Negara-negara Barat, melalui Uni Eropa dan Amerika
Serikat, mencoba untuk mempengaruhi Ukraina, yang secara historis
dipengaruhi oleh Uni Soviet di masa lalu, dan Rusia di masa sekarang. Bagi Rusia,
dengan menyatukan kembali Krimea dan DonBass, akan menunjukkan
keberadaannya sebagai negara adidaya yang seimbang dengan kekuatan Barat
yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa. Sementara itu, perluasan
pengaruh Uni Eropa atas Eropa Timur dipandang sebagai bentuk penghinaan
yang melemahkan kekuatan dan hegemoni Rusia di kawasan 'Eropa Timur'. Dari
sudut pandang Rusia, pendekatan UE ke Ukraina merupakan ancaman bagi
negaranya. (Dinna Wisnu, 2014) Sementara itu, bagi pihak Ukraina,
mempertahankan Krimea dan Donbass merupakan syarat negara berdaulat
merdeka yang menentang campur tangan asing dalam urusan dalam negerinya.
b. Hubungan Rusia dengan Krimea dan Donbass
Mayoritas penduduk Krimea dan Donbass adalah warga negara
berbahasa Rusia. Mereka berbagi kesamaan ras dan budaya dengan Rusia.
Sehingga Rusia merasa perlu untuk melindungi dan mengembalikan rakyatnya
ke Crimea dan Donetsk sebagai bagian dari negara Rusia. Sementara itu, untuk
pihak Ukraina, Krimea dan Donbass adalah bagian dari Ukraina yang merdeka
dan berdaulat, meskipun di masa lalu mereka adalah bagian darinya. dari Uni
Soviet. . Ukraina tidak mentolerir campur tangan atau gerakan asing yang
mengancam integritas teritorial negaranya. Akibatnya, Ukraina menganggap
pendukung Rusia dan mereka yang mencoba mengadakan referendum sebagai
separatis yang mencoba memisahkan diri dari Ukraina.
c. Sumber daya alam di Krimea dan Donbass.
Bagi Rusia, Ukraina adalah wilayah politik, ekonomi, dan militer yang
sangat penting di negara itu. Secara ekonomi, Ukraina adalah jembatan yang
menghubungkan gas dari Rusia ke Eropa. (Alfiansyah, 2015) Selain itu, situasi
ekonomi Ukraina yang bergantung pada ekspor baja, batu bara, bahan bakar
dan minyak, bahan kimia dan biji-bijian ke Rusia, memberikan keuntungan
tersendiri bagi Rusia (Fadly 2015). Uni Eropa. Hal ini menunjukkan bahwa
Ukraina merupakan kawasan transit energi strategis bagi Rusia dan Uni Eropa.
PEMBAHASAN

Konflik yang terjadi di Rusia dan Ukraina telah menyebabkan harga minyak dunia
meroket, konflik yang berkepanjangan ini telah memaksa beberapa perusahaan asing
untuk keluar dari Rusia yang juga berdampak pada negara lain. Dengan demikian,
Pemerintah Rusia menghadapi ketakutan akan gagal bayar utang publik negaranya.
Akibatnya dari hal tersebut, berdampak terhadap ekonomi global yang tidak mulus.
Dampak ekonomi dari perang Rusia melawan Ukraina telah banyak sekali mengguncang
perekonomian dunia, yaitu sebagai berikut:

Harga Komoditas Melonjak

Harga minyak dan gas naik karena masalah pasokan, dengan Rusia menjadi salah satu
produsen dan pengekspor bahan bakar fosil terbesar di dunia. Brent Laut Utara,
menurut standar internasional, mencapai $90 per barel pada Februari 2022. Pada 7
Maret 2022, harga melonjak menjadi $139,13, mendekati level tertinggi dalam 14
tahun, dan harga tetap sangat fluktuatif. Harga gas juga meroket, dengan patokan Eropa
TTF Belanda mencapai rekor tertinggi sepanjang masa sebesar 345 euro pada 7 Maret
2022. Pemerintah Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Inggris Raya telah mengumumkan
larangan gas Rusia. Sementara itu, Uni Eropa (UE) menghindari sanksi terhadap sektor
energi Rusia, karena negara-negara seperti Jerman sangat bergantung pada pasokan gas
Rusia. Bahan baku lain yang diproduksi secara massal di Rusia telah melonjak, termasuk
nikel dan aluminium. Rantai pasokan industri otomotif menghadapi gangguan karena
suku cadang penting yang berasal dari Ukraina.

Ancaman Pangan

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres


memperingatkan bahwa konflik tersebut dapat berdampak luas di luar Ukraina.
“(Menyebabkan) badai kelaparan dan runtuhnya sistem pangan global,” katanya.
Sementara itu, Rusia dan Ukraina adalah mangkuk gandum dunia, menyumbang 30%
dari ekspor gandum dunia. Harga serealia dan minyak goreng naik. Organisasi Pangan
dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa atau FAO mengatakan jumlah orang yang
kekurangan gizi bisa meningkat dari 8 menjadi 13 juta tahun ini dan tahun depan. Kapal
tersebut tidak akan meninggalkan Ukraina dan ada kekhawatiran tentang musim tanam
yang akan datang di negara tersebut. Pemerintah AS, India, dan Eropa telah mampu
mengisi kekurangan biji-bijian. Tapi bisa lebih rumit untuk mengganti minyak bunga
matahari dan jagung, Ukraina adalah eksportir terbesar dan keempat terbesar di dunia.

Akibat perang rusia dan ukraina mempengaruhi pasar yang mengulangi


guncang lagi atas peristiwa tersebut. Padahal pasar global dan pasar saham baru saja
mengawali tahun dengan baik karena baru saja perekonomian pulih dari pandemi
Covid-19 yang menyerang dunia pada tahun lalu. Sehingga bisa dikatakan setelah
pendemi merupakan awal dari pemulihan dari perusahaan dalam berbagai negara dan
dapat dibukukan dalam hasil yang positif. Akan tetapi dari perang tersebut dapat
membawa pengaruh volatilitas ke pasar internasional di negara. Seperti pda
perusahaan yang ada di Rusia, Bursa Efek Moskow ini merupakan salah satu bursa
saham terbesar di Rusia dengan kantor pusat terletak di Moskow, perdagangan saham,
obligasi, derivatif dan mata uang ditutup selama tiga minggu setelah perang di ukraina.
Bursa Efek Moskow kembali dibuka setelah penangguhan dari perang rusia dan ukraina
sehingga dibuka kembali pada hari Senin tanggal 21 Maret 2022. Dari penutupan
Bursa Efek Moskow tersebut melumpuhkan berbagai sektor perbankan dan sistem
keuangan Rusia dan nilai rubel anjlok.

Di era globalisasi saat ekonomi mulai pulih dari dampak pandemi Covid-19,
dunia kembali dikejutkan dengan deklarasi konflik antara Rusia dan Ukraina,
ketegangan ini akan merugikan ekonomi internasional dan menghambat pemulihannya.
khususnya di Indonesia. Konflik ini dapat menurunkan ekspor nonmigas Indonesia dan
menghambat impor bahan pokok, yang dapat menyebabkan peningkatan beberapa
produk penting salah satunya BBM.

Dalam massa dewasa ini, isu-isu politik dan ekonomi telah berkembang
sedemikian rupa seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan dalam hal ini tidak
dapat dipahami dengan baik tanpa menghargai perkembangan historis pemikiran,
gagasan dan lembaga yang ada. Menurut Clark (1998), sebelum mulai mengkaji
ekonomi politik, harus diingat bahwa semua sejarah pada akhirnya bergantung pada
interpretasi dan tidak ada interpretasi tunggal sejarah ekonomi politik yang bersifat
universal. Demikian pula yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, berdampak negatif
terhadap perekonomian dunia semua negara, termasuk juga negara Indonesia.
Hubungan ekonomi antara negara Rusia dan Indonesia berkembang perlahan sejak
berakhirnya Perang Dingin sampai saat ini .

Pada tahun 2016, total omzet perdagangan antara kedua negara mencapai $2,6
miliar. Ini adalah minyak, gas, dan petrokimia yang menyumbang 64% dari ekspor
Rusia ke Indonesia. Kemudian, pada 2015, karet dan pangan menjadi impor utama
Rusia. Kedua negara juga secara aktif mengejar sejumlah proyek energi bersama dalam
beberapa tahun terakhir, termasuk pengembangan ladang minyak lepas pantai di Laut
Jawa. Selain itu, Rusia juga membahas proyek pembangunan pembangkit listrik 1,8
gigawatt di Indonesia senilai $2,8 miliar. Kemudian, pada November 2017, Rosneft dan
Pertamina, sebuah perusahaan energi Indonesia, menandatangani kesepakatan besar
baru senilai $15 miliar untuk mengembangkan kompleks petrokimia dan minyak baru
di Jawa Timur. Kemitraan ini diharapkan menjadi pusat distribusi minyak regional
utama di seluruh Asia Tenggara. Kedua negara ini juga membahas kemungkinan kerja
sama pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir tradisional untuk Indonesia.
Maka setelah terjadinya perang rusia dan ukraina banyak sekali permasalah dalam
perekonomian dalam negara indonesia seperti naiknya harga produksi.

Membahas masalah ekonomi pembangunan dan ekonomi politik di NSB (negara


berkembang), termasuk negara Indonesia yang lahir setelah Perang Dunia II. Indonesia
merupakan negara dengan semangat dan keinginan yang besar untuk mengejar
ketertinggalan dari negara-negara maju dalam bidang ekonomi. Negara Indonesia
memiliki berbagai macam permasalahan yang kompleks, yaitu tingkat perkapita yang
rendah, ditambah dengan permasalahan demografis yang sangat serius berupa
kepadatan penduduk dan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat. . Oleh karena itu,
pembangunan ekonomi merupakan kebutuhan yang sangat diperlukan dan sangat
mendesak, belum lagi dampak perang di Rusia dan Ukraina.

Akibat konflik dari Rusia-Ukraina, akan mempersulit bagi para perusahaan dan
penjual minyak Eropa untuk mendapatkan sumber energi dari Rusia. Rusia adalah
produsen minyak terbesar kedua di dunia, menjual sebagian besar minyak mentahnya
ke kilang Eropa dan memasok dua perlima pasokan gas Eropa. Oleh karena itu, dapat
diprediksikan bahwa konflik Rusia-Ukraina akan menimbulkan guncangan pasokan
energi dan berujung pada kenaikan harga energi global (Ozil, P.K., 2022). Rusia adalah
produsen minyak dan gas terbesar di dunia, dan tindakan internasional yang
memberlakukan pembatasan perdagangan terhadap Rusia telah menyebabkan
kenaikan harga minyak dan gas dunia (Khudaykulova, M. et al., 2022). Kenaikan harga
minyak dunia yang tiba-tiba disebabkan oleh dampak perang di Eropa antara Rusia dan
Ukraina, yang menyebabkan goncangan ekonomi yang signifikan terhadap ekonomi
global. Buntut dari perang ini adalah dampak dari kenaikan harga minyak di sebagian
besar dunia termasuk juga negara indonesia. Ledakan minyak global dinilai
berpengaruh signifikan terhadap kondisi ekonomi di Indonesia. Harga minyak yang
tinggi ternyata tidak menguntungkan bagi negara manapun, termasuk di belahan dunia
mana pun di Asia, apalagi di negara kita. Kenaikan harga BBM disebabkan tingginya
harga bensin dunia serta pasokan dalam negeri yang tidak mencukupi dibandingkan
permintaan. Besaran subsidi harga BBM yang hampir mencapai VND 520 triliun ini
sangat besar dan menguras APBN, sehingga Pemerintah menilai sangat mendesak untuk
menaikkan harga BBM bersubsidi dan nonsubsidi. membuat perhitungan yang sangat
hati-hati dan akurat dalam menghitung kenaikan harga bensin domestik. Dengan
semakin meningkatnya dampak kenaikan harga BBM maka akan terjadi dampak secara
simultan dan eksponensial terhadap inflasi harga yang akan mempengaruhi
fundamental ekonomi makro Indonesia.

Dampak negatif dari konflik Rusia-Ukraina terhadap Indonesia bukan hanya


pada minyak BBM saja akan tetapi banyak sekali konflik yang lainnya antara lain harga
gandum yang lebih tinggi, harga minyak yang lebih tinggi, nilai tukar rupiah yang turun,
dan ekspor impor yang turun. Dalam hal ini menyangkut situasi perdagangan Indonesia
dengan Rusia dan Ukraina. Konflik antara Rusia dan Ukraina telah mempengaruhi
penurunan perdagangan Indonesia dengan kedua negara tersebut, meskipun dikatakan
bahwa perdagangan Indonesia dengan Rusia dan Ukraina terlalu kecil. Karena
perdagangan diatur dengan penegakan aturan melalui peraturan pemerintah
berdasarkan UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja adalah upaya penciptaan kerja
melalui usaha kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan koperasi dan usaha mikro,
kecil, dan menengah, peningkatan ekosistem investasi dan kemudahan berusaha, dan
investasi Pemerintah Pusat dan percepatan proyek strategis nasional. akan tetapi
meskipun hubungan perdagangan Indonesia dengan Rusia dan Ukraina terlalu kecil
tetapi berdampak yang sangat besar bagi indonesia. Dengan demikian banyak yang
menjadi tugas negara indonesia untuk memjukan tujuan nasional negara indonesia
Adapaun beberapa langkah yang perlu diambil oleh negara indonesia untuk bisa
menciptakan lapangan kerja komersial yang terkait dengan pertukaran barang dan jasa,
untuk tujuan nasional maupun dalam suatu negara. Adapun neraca perdagangan
Indonesia dengan Rusia dan Ukraina.

1. Perdagangan Indonesia dengan Rusia


Sebagian besar ekspor Indonesia ke Rusia terdiri dari lemak hewani atau nabati
dan bahan mentah. diikuti oleh karet dan produk karet, mesin dan peralatan listrik.
Dalam hal impor Rusia ke Indonesia, sebagian besar produk yang diimpor dari Rusia
adalah besi dan baja serta minyak bumi.
2. Perdagangan antara Indonesia dan Ukraina Indonesia terutama mengekspor ke
Ukraina produk-produk yang terbuat dari lemak dan minyak nabati atau hewani,
yang tetap menjadi komoditas utama Indonesia, diikuti oleh kertas atau karton dan
alas kaki. Dari sisi impor Ukraina ke Indonesia, produk yang paling banyak diimpor
oleh Indonesia adalah gandum, serta mesin dan peralatan mekanik.
Selain dampak negatif, perang antara Rusia dan Ukraina juga memberikan
dampak positif yaitu konflik antara Rusia dan Ukraina berdampak positif terhadap
neraca perdagangan di Indonesia, seperti peningkatan proyeksi devisa saham
Indonesia di bisnis batu bara dan minyak sawit mentah (CPO).
KESIMPULAN

Konflik di Rusia dan Ukraina telah menyebabkan harga minyak dunia meroket, konflik
yang berkepanjangan ini telah memaksa beberapa perusahaan asing untuk keluar dari
Rusia, yang juga berdampak pada negara lain. Pemerintah Amerika Serikat (AS),
Kanada, dan Inggris Raya telah mengumumkan larangan minyak Rusia. Bahan baku lain
yang diproduksi secara massal di Rusia telah melonjak, termasuk nikel dan aluminium.
Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa atau FAO mengatakan
jumlah orang yang kekurangan gizi bisa meningkat dari 8 menjadi 13 juta tahun ini dan
tahun depan. Konflik ini dapat menurunkan ekspor nonmigas Indonesia dan
menghambat impor bahan pokok, yang dapat menyebabkan peningkatan beberapa
produk penting. Pada tahun 2016, total omzet perdagangan antara kedua negara
mencapai $2,6 miliar. Ini adalah minyak, gas, dan petrokimia yang menyumbang 64%
dari ekspor Rusia ke Indonesia. Membahas masalah ekonomi pembangunan dan
ekonomi politik di NSB (negara berkembang), termasuk negara Indonesia yang lahir
setelah Perang Dunia II. Rusia adalah produsen minyak terbesar kedua di dunia,
menjual sebagian besar minyak mentahnya ke kilang Eropa dan memasok dua perlima
pasokan gas Eropa. Kenaikan harga minyak dunia yang tiba-tiba disebabkan oleh
dampak perang di Eropa antara Rusia dan Ukraina, yang menyebabkan goncangan
ekonomi yang signifikan terhadap ekonomi global. Harga minyak yang tinggi ternyata
tidak menguntungkan bagi negara manapun, termasuk di belahan dunia mana pun di
Asia, apalagi di negara kita, Indonesia. Dampak negatif dari konflik Rusia-Ukraina
terhadap Indonesia antara lain harga gandum yang lebih tinggi, harga minyak yang
lebih tinggi, nilai tukar rupiah yang turun, dan ekspor impor yang turun. Konflik antara
Rusia dan Ukraina telah mempengaruhi penurunan perdagangan Indonesia dengan
kedua negara tersebut, meskipun dikatakan bahwa perdagangan Indonesia dengan
Rusia dan Ukraina terlalu kecil. Karena perdagangan diatur dengan penegakan aturan
melalui peraturan pemerintah berdasarkan UU No. 11 Tahun 2020, sejumlah langkah
harus diambil untuk menciptakan lapangan kerja di sektor perdagangan terkait dengan
pertukaran barang dan jasa. tujuan maupun dalam suatu negara. bangsa. . Dari sisi
impor Ukraina ke Indonesia, produk yang paling banyak diimpor oleh Indonesia adalah
gandum, serta mesin dan peralatan mekanik.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar Khairul, (2011) EKONOMI POLITIK. Penerbit Alaf Riau Publishing.

Bakrie, C. R., Delanova, M. O., & Yani, Y. M. (2022). Pengaruh Perang Rusia Dan Ukraina
Terhadap Perekonomian Negara Kawasan Asia Tenggara. Caraka Prabu: Jurnal
Ilmu Pemerintahan, 6(1), 65-86.

Damanhuri, D. S. (2010). Ekonomi Politik dan Pembangunan: Teori, Kritik dan Solusi bagi
Indonesia dan Negara Sedang Berkembang. PT Penerbit IPB Press.

DANO, D. (2022). ANALISIS DAMPAK KONFLIK RUSIA–UKRAINA TERHADAP HARGA


BAHAN BAKAR MINYAK INDONESIA. CENDEKIA: Jurnal Ilmu Pengetahuan, 2(3),
261-269.

Ekici, F., Orhan, G., Gümüş, Ö., & Bahce, A. B. (2022). A policy on the externality problem
and solution suggestions in air transportation: The environment and
sustainability. Energy, 258, 124827.

Hamsyir, H., Setyoko, B., & Marihot, M. (2022). STUDI KASUS PERANG MODERN
ANTARA RUSIA DAN UKRAINA TAHUN 2014: TINJAUAN ASPEK STRATEGI DAN
HUBUNGAN INTERNASIONAL. NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan
Sosial, 9(1), 248-254.

Khudaykulova, M., Yuanqiong, H., & Khudaykulov, A. (2022). Economic consequences


and implications of the Ukraine-russia war. International Journal of Management
Science and Business Administration, 8(4), 44-52.

Suryana, A. T., Fariyanti, A., & Rifin, A. (2014). Analisis perdagangan kakao Indonesia di
pasar internasional. Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar, 1(1), 29-40.

Wardani, W., Suriana, S., Arfah, S. U., Zulaili, Z., & Lubis, P. S. (2022). Dampak kenaikan
Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Inflasi dan Implikasinya Terhadap
Makroekonomi di Indonesia. AFoSJ-LAS (All Fields of Science Journal Liaison
Academia and Society), 2(3), 63-70.

ZEHFRI, M. F. (2022). DAMPAK KONFLIK RUSIA–UKRAINA TERHADAP SISTEM


PERDAGANGAN INDONESIA (Doctoral dissertation, Universitas Pancasakti Tegal).
Listiyanto, E. (2008). Kenaikan Harga Minyak Dunia: Penyebab dan Dampaknya
Terhadap Subsidi Energi di Indonesia. Bisnis & Ekonomi Politik, Vol.9 (3).

Sony Hendra Permana. (2022). Dampak Perang Rusia-Ukraina Terhadap Perekonomian


Indonesia. Pusat Penelitian DPR RI, Vol. XIV, No. 5.

Josh F Erseth,Ukraina Negara di Perbatasan, Humanist Forlag Postboks 9076 2014

Slawomir Turkowski, Hybrid Warfare, The Essence, Struktur and Course of The Cobflict,
Warsaw 2021PP.

Agustin Vidya. (2013). Paper tentang Perekonomian Indonesia dalam Era Globalisasi.

Anda mungkin juga menyukai