Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK BURUK BAGI INDONESIA AKIBAT KRISIS RUSIA-

UKRAINA

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ukraina terletak di tenggara Eropa dan merupakan negara terbesar di

Benua Eropa dengan luas wilayah sebesar 603,628 km². Oleh karena itu, Ukraina

menjadi negara perbatasan terbesar di benua Eropa. Hampir secara keseluruhan

Ukraina terdiri dari dataran dan menghabiskan sebagian besar dataran Eropa

Timur.1

Dalam sejarahnya, Ukraina pernah berada di bawah kekuasaan

Republik Uni Soviet setelah Perang Dunia II dan kemudian memperoleh

kemerdekaannya pada tanggal 24 Agustus 1991, tepatnya setelah pembubaran Uni

Soviet. Tanggal tersebut kemudian diperingati sebagai hari Kemerdekaan Ukraina.

Pada bulan Maret 2014, terjadi pencaplokan wilayah Krimea di Ukraina oleh

Republik Rusia, sehingga mengakibatkan peperangan antara Ukraina dan

Rusia di Donbass, yang mana hal tersebut kian membuat konflik domestik di

Ukraina semakin memanas.2

Konflik dalam negeri yang terjadi di Ukraina sampai saat ini masih

terus bergulir. Konflik bersenjata yang terjadi di Ukraina Timur ini berawal dari

gelombang demonstrasi rakyat melawan Presiden Yanukovych yang pro-Rusia

sejak November 2013. Pemicu gelombang protes rakyat tersebut adalah keputusan

1
2
Presiden Yanukovich untuk tidak menandatangani kerja sama ekonomi yang

ditawarkan oleh Uni Eropa. Presiden Yanukovich justru menandatangani

kesepakatan kerja sama ekonomi dengan Rusia yang berisikan komitmen Rusia

untuk segera melakukan investasi sebanyak puluhan miliar dollar AS di Ukraina.

Akhirnya, keputusan yang diambil oleh Presiden Yanukovych untuk melakukan

kesepakatan kerja sama ekonomi dengan Rusia tersebut memicu aksi protes rakyat

besar-besaran terhadap Pemerintah Ukraina. Demonstrasi besar-besaran ini

akhirnya mengakibatkan tumbangnya pemerintahan Yanukovich.

Setelah pemerintahan Ukraina yang dipimpin oleh Yanukovych

terguling, Petro Poroshenko yang pro-Barat dilantik sebagai presiden yang baru.

Pada rezim baru ini, Ukraina memilih untuk bersikap pro-Barat dan Uni Eropa

serta menunjukkan sikap represif dengan melarang penggunaan bahasa Rusia

sebagai bahasa resmi di Ukraina Timur. Hal tersebut mendapat kecaman dari

Rusia dan masyarakat yang tidak menyetujui sikap tersebut, khususnya dalam hal

kerja sama dengan Uni Eropa dan negara-negara Barat. Pihak-pihak yang tidak

menyetujui adalah masyarakat pro-Rusia yang bertempat tinggal di wilayah

Krimea, Ukraina Timur atau Selatan. Pihak masyarakat yang bersikap pro-Rusia

di Krimea tersebut melakukan demonstrasi sebagai wujud atas rasa kekecewaan

terhadap Presiden Poroshenko yang sangat kooperatif dengan pihak Barat dan Uni

Eropa.

Kemudian, berbagai aksi protes membesar dan berubah menjadi

gerakan separatisme pro-Rusia yang dimulai di wilayah Krimea. Krimea adalah

sebuah wilayah otonom Ukraina yang dihuni oleh penduduk yang mayoritas
merupakan keturunan Rusia dan berbahasa Rusia. Lalu, keinginan dari gerakan

separatis pro-Rusia di Krimea semakin kuat untuk melakukan pemisahan wilayah.

Ketegangan akibat konflik Rusia dan Ukraina diperkirakan memberikan dampak

rambatan ke ekonomi makro Indonesia. Menurut analisis ekonom Bank Mandiri,

dampak kepada Indonesia ini melewati beberapa jalur dampak, seperti sektor

finansial, sektor komoditas, serta jalur perdagangan. Ekonomi Bank Mandiri

menyebut, konfik Rusia-Ukraina dampaknya bisa positif, tetapi bisa juga negatif.

Dari jalur sektor finansial, perang Rusia-Ukraina menyebabkan obligasi Amerika

Serikat (AS) atau US Treasury turun karena naiknya investasi ke aset safe

havenhaven, Perang dapat berisiko pada kenaikan harga komoditas dari Rusia-

Ukraina. Russia adalah salah satu produsen dunia minyak bumi, kalium karbonat

(potash) bahan baku pupuk, dan industri pertambangan seperti nikel, alumunium

dan palladium. Rusia dan Ukraina juga merupakan negara pengekspor utama

gandum, perang Rusia-Ukraina dapat berdampak pada kenaikan harga minyak

bumi yang diperkirakan meningkat mencapai lebih dari $100/barrel. Sementara

itu, harga bahan bakar minyak meningkat di AS dan Eropa sebesar 30%. Antai

pasokan global sebelumnya sudah mengalami hambatan logistik akibat COVID-

19. Konflik Rusia-Ukraina yang berkepanjangan, sambungnya, berisiko

memperburuk supply chain dan memicu kenaikan harga komoditas.

Perang dapat berisiko pada suplai komoditas dan logistik menjadi terhambat, lalu

infrastruktur utama seperti pelabuhan di area Laut Hitam rusak akibat perang, maka

negara maju dapat memberikan sanksi banned atas komoditas Rusia. Tetapi,sanksi ini
juga dapat memperburuk harga komoditas karena pasokan komoditas alam dari Rusia

untuk global ikut turun.

Imbas perang Rusia – Ukraina terhadap perekonomian di Indonesia karena apa pun

ketegangan kedua negara itu akan merugikan perekonomian global dan mengganggu

proses pemulihan ekonomi dunia, termasuk Indonesia, dampak konflik Rusia ke Ukraina

dan sanksi Uni Eropa ke Rusia dapat terjadi melalui beberapa transmisi di antaranya

lonjakan harga komoditas, lonjakan harga energi, dan supply chain shockshock,

Kombinasi dari ketiga hal itu akan berdampak bagi perekonomian global termasuk

Indonesia yang saat ini masih mengalami dampak dari adanya pandemi Covid-19,

Sektor perdagangan internasional akan mengalami koreksi, meski nilai dagang

IndonesiaDan Rusia sebenarnya di posisi positif awal tahun 2022 berbanding tahun

lalu,yang perlu diperhatikan dari konflik Rusia dan Ukraina itu adalah kemungkinan

inflasi global karena kenyataan itu akan terjadi mengingat sasaran pertama dari konflik

adalah terhambat-nya rantai pasok global, sehingga mengganggu pemulihan ekonomi

global yang tengah terjadi saat ini, Dengan begitu pertumbuhan ekonomi global akan

terkontraksi nyata. Selebihnya akan mengakibatkan melandai-nya konsumsi dan

investasi global yang disebabkan terganggunya arus barang dan jasa internasional,

sehingga sektor ekspor impor mengalami performasi yang menurun


TUJUAN MASALAH

1.Bperdasarkan pemaparan latar belakang tersebut di atas, maka Permasalahan

yang timbul dalam penelitian ini dirumuskan oleh penulis sebagai Berikut.

a. Dampak Perekonomian Di Indonesia Selama Krisis Ukraina-Rusia

b. Menemukan Jalan Keluar saat terjadi penurunan ekonomi akibat konflik

rusia-ukraina

1.Dampak Pasar Modal Indonesia

Hubungan Rusia dengan Indonesia bersifat nostalgic, sehingga dampak langsung adanya

invasi Rusia ke Ukraina lebih ke arah sektor perdagangan, meskipun Rusia-Ukraina

bukan mitra dagang utama Indonesia.“Konflik itu dapat berdampak pada bahan

makanan yang diimpor oleh Indonesia dari Ukraina, terutama gandum, besi dan baja (23

persen), dan lainnya 2 persen, produsen mi, roti, dan tepung bergantung pada impor

gandum dari Ukraina, sehingga perlu diversifikasi untuk komoditas tertentu, kemudian

56 persen dan 88 persen ekspor Indonesia ke Rusia dan Ukraina adalah minyak sawit

mentah (CPO). Sementara, impor terbesar dari Rusia adalah besi dan baja dan dari

Ukraina adalah gandum, sehingga tekanan di sisi pasokan gandum perlu menjadi

perhatian bagi pasokan pangan domestik.


Ukraina adalah top supplier bagi gandum Indonesia karena lumbung gandum banyak

berlokasi di daerah timur (Ukraina Timur) berdekatan dengan daerah yang diduduki oleh

pasukan Rusia. Data dari APTINDO menggambarkan bahwa konsumsi terigu di Indonesia

tumbuh 4,6 persen pada tahun 2021. Lonjakan konsumsi terigu domestik didorong oleh

kembali hidupnya perekonomian dan perkembangan bisnis bakery, sehingga jika harga

gandum naik, maka pelaku bisnis di sektor itu akan terkena dampak paling besar.

Dalam Jangka Pendek kenaikan harga batu bara dan kelapa sawit akan berdampak

positif pada ekspor Indonesia, tetapi dalam jangka menengah adanya risiko ekonomi

akan berdampak pada melemah-nya permintaan komoditas tersebut, sehingga investor

dapat beralih ke safeheaven assets karena volatilitas yang tinggi di pasar keuangan dan

modal.

“Shock lain yang terjadi di global supply chain adalah Rusia merupakan

pemasok utama Palladium global (40 persen ekspor global dari Rusia). Palladium adalah

input untuk industri otomotif dan pembuatan chip, sehingga supply chain untuk industri

itu akan terpengaruh,”

2.DAMPAK BAHAN POKOK


Dampak ekonomi Indonesia dari ketegangan Rusia-Ukraina akan paling terasa di sektor

keuangan, Hal ini terlihat dari kondisi Rupiah yang sudah melemah dan bergerak di Rp

14.500, dan bisa terus bergerak mendekati level Rp 15.000.“Dalam kondisi konflik, jika

eskalasinya semakin meluas dan melibatkan banyak negara, ini bisa berdampak pada

stabilitas di kawasan, dan tentunya ini akan merugikan prospek pemulihan, stabilitas

moneter yang ada di Indonesia, karena bertepatan dengan tapering off dan kenaikan

suku bunga yang terjadi di negara-negara maju Harga komoditas, juga menjadi efek

ekonomi yang dihadapi Indonesia.

“Dengan minyak mentah yang sudah tembus USD 100 per barel, akan

meningkatkan inflasi dan membuat biaya pengiriman (logistik) menjadi jauh lebih mahal.

Efeknya adalah harga kebutuhan pokok semakin meningkat, daya beli masyarakat

semakin rendah, dan efek terhadap subsidi energi juga akan membengkak cukup

singnifikan,” imbuhnya. Dengan demikian pemerintah sebaiknya segera melakukan

APBN perubahan untuk menyesuaikan kembali beberapa indikator khususnya nilai tukar

rupiah, juga inflasi.

PENYELESAIAN MASALAH
Duta Besar RI untuk Polandia Periode 2014 – 2019 Peter F. Gontha mengatakan bahwa

Rusia memiliki perbatasan darat dengan banyak negara. apa pun yang terjadi terhadap

Rusia akan mengakibatkan dampak ekonomi terhadap banyak negara. Duta RI berharap

pemerintah dapat menyikapi dampak krisis Rusia-Ukraina dengan kebijakan yang tepat,

sehingga perdagangan sektor energi dan komoditas nasional dapat sepenuhnya

bermanfaat bagi negara dan masyarakat luas. Sanksi ekonomi yang dijatuhkan Amerika

Serikat terhadap Rusia, menurut Duta RI, akan menjadi preseden bagi negara-negara

yang berniat berinvestasi ke negara lain. Di sisi lain, rencana Rusia untuk melakukan

serangan cyber ke pasar modal, perbankan dan perdagangan di Amerika Serikat juga

akan menciptakan dampak negatif bagi negara-negara di dunia termasuk Indonesia,

tetapi Indonesia harus mewaspadai ancaman serangan cyber tersebut,” Ketika

permintaan Rusia dan Ukraina melemah terhadap sejumlah pasokan komoditas dan

produk dari China, maka secara tidak langsung akan berpengaruh bagi negara-negara

yang memiliki hubungan perdagangan dengan China, termasuk Indonesia. Menurut

Ketua Koordinator Bidang Kebijakan Publik dan Isu Strategis DPP Partai NasDem Suyoto,

tidak ada seorang pun dapat memperkirakan perang Rusia-Ukraina akan berakhir

dengan cepat. Suyoto menyarankan agar Indonesia bisa berperan dalam mengupayakan

perdamaian dalam konflik tersebut. “Indonesia perlu memainkan peran diplomasi yang

soft

KESIMPULAN

Adanya perang Rusia-Ukraina berpengaruh besar terhadap situasi politik dan sosial

bangsa Indonesia, seperti kedatangan perwakilan negara Ukraina dan perwakilan negara

Rusia beberapa waktu yang lalu meminta dukungan pada Negara Indonesia,
MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

UNIVERSITAS 45 MATARAM

DI SUSUN OLEH

.
.

JECHRIS YUAN TAMAPEKU

LALU APRIALDI SYAHRIAL

FERLI ARMADANI

JIHAD ARSYADI

ALFIN JOHARI

Dosen Pengampu :

SYAIFULLAH, S.H., M.H.

Anda mungkin juga menyukai