Anda di halaman 1dari 4

UTS POLITIK BISNIS INTERNASIONAL

KELAS C
Ahmad Rizki - 6092001221

Konflik Rusia dengan Ukraina telah menjadi sebuah perbincangan hangat sepanjang
bulan Februari hingga Maret 2022, dimana Rusia melancarkan serangan kepada Ukraina yang
dibuntuti oleh alasan Ukraina yang akan bergabung dengan keanggotaan organisasi NATO
yang dipimpin oleh musuh Rusia yaitu Amerika Serikat yang berujung pada penyerangan
wilayah Ukraina. Konflik ini telah membuat banyak sektor-sektor Internasional terganggu,
terutama dengan sektor Politik Bisnis Internasional yang mana Rusia dan Ukraina adalah
salah satu pasar besar dalam kegiatan bisnis Internasional. Dimana pada kasus ini membuat
pergerakan ekonomi Rusia terhenti, setelah Uni Eropa mengeluarkan putusan untuk
Memberikan sanksi ekonomi untuk membatasi perekonomian Rusia, dalam hal ini adalah
pemberhentian eksport minyak Rusia, membekukan asset Rusia di bank sentral, dan melarang
melakukan eksport batu bara.1
Sanksi yang diberikan oleh Uni Eropa ini telah membuat pelaku bisnis internasional
harus menyikapi akan keberadaan kerja sama mereka dengan negara Rusia, para pelaku
bisnis internasional menyikapi dengan cara menghentikan kerja sama dan menarik bisnis
yang telah dilakukan dengan Rusia. Upaya yang dilakukan oleh pelaku bisnis internasional
ini juga dilakukan agar tidak diberikan sanksi oleh Uni Eropa karena akan mengindikasikan
adanya bantuan dana dari para pelaku bisnis internasional untuk mendanai konflik yang
terjadi. Kebijakan pelaku bisnis internasional yang dapat dijadikan contoh dalam menyikapi
penarikan bisnis dari Rusia adalah pada sektor minyak, seperti kebijakan negara Jerman yang
dilakukan dengan cara menutup saluran Nord Steam 2 yang pada lisensinya memang belum
mendapatkan izin untuk beroperasi tetapi Jerman melakukan penahan terhadap
oprasionalnya, Langkah itu diambil setelah Rusia secara resmi mengakui dua wilayah yang
memisahkan diri di Ukraina timur, dan mengirim pasukan ke sana. Dengan penutupan saluran
Nord Steam 2 akan membuat Rusia kehilangan pasokan dana terhadap kegiatan ekspor
impornya yang mana ini akan mempersulit Rusia dalam melakukan invansinya ke Ukraina.2
Selain kebijakan yang dilakukan negara Jerman, adapun kebijakan yang dilakukan
oleh Amerika Serikat yang berupaya untuk memperlemah keberadaan Rusia di Eropa dan

1
Daniele Palumbo, “Ukraine War: How Reliant Is the World on Russia for Oil and Gas?,” BBC News (BBC,
March 31, 2022), https://www.bbc.com/news/58888451. Diakses 18 April 2022.
2
BBC News, “Nord Stream 2: How Does the Pipeline Fit into the Ukraine-Russia Crisis?,” BBC News (BBC,
February 22, 2022), https://www.bbc.com/news/world-europe-60131520. Diakses 18 April 2022.
Ukraina. Sebagai negara yang memiliki kedekatan dengan Ukraina telah membuat
kepentingan kerja sama antara Amerika Serikat dan Ukraina menjadi terganggu, oleh karena
itu dalam menyikapi konflik AS melakukan penyetopan secara penuh impor minyak dari
Rusia. Pada dasarnya ekonomi Rusia sangat bergantung pada Energi, Rusia adalah produsen
minyak terbesar ketiga dibawah Arab Saudi dan Amerika Serikat. Dengan begitu AS tidak
hanya dapat menyulitkan ekonomi Rusia tetapi bisa menjadi peluang Amerika Serikat untuk
membuka produksi minyaknya hingga wilayah eropa.3

Banyaknya pelaku politik bisnis internasional cenderung menyikapi konflik Rusia dan
Ukraina ini, dengan cara memberikan keterbatasan ekonomi pada Rusia agar tidak melakukan
serangan terhadap Ukraina yang mana hal ini juga didorong oleh adanya sanksi internasional
yang dibuat oleh Uni Eropa kepada Rusia agar tidak bisa melakukan kegiatan ekonomi.
Dengan adanya sanksi ini juga telah membuat para pelaku politik bisnis internasional
berusaha untuk mengembangkan sayapnya dalam sektor-sektor ekonomi Rusia yang ditutup
oleh Uni Eropa, seperti hal nya Amerika Serikat yang berusaha untuk menjadi penganti
sumber produksi minyak yang baru di wilayah eropa.
Lalu dengan keberadaan sanksi yang berat kepada konflik Rusia-Ukraina ini juga
telah mendorong terjadi nya perubahan pasar yang cukup pesat, terutama dengan kegiatan
persaingan ekonomi perusahaan multinasional yang berada di wilayah Eropa. Kegiatan
perekonomian bagi perusahaan multinasional di Eropa telah mengalami banyak kendala
dikala konflik ini masih terjadi, sebagai contoh Toyota dan Nissan telah menghentikan ekspor
ke Rusia dengan alasan adanya masalah dengan logistik, yang kemudian ditambahkan lagi
oleh Toyota yang menghentikan produksi lokalnya.4

Akan tetapi persaingan perusahaan multinasional tidak berarti berhenti untuk berjalan
yang pada sesuai dengan misinya. Mungkin fakta dilapangannya pangsa pasar dan
maksimalisasi keuntungan yang dapat diterima lebih rendah daripada misi awal dari
perusahaan yang dapat mempengaruhi pasar Eropa dan dunia, ditambah lagi adanya
penarikan perusahaan multinasional di Rusia sebagai rasa solidaritas ini memang akan
memperburuk keadaan ekonomi perusahaan-perusahaan, tetapi perusahaan multinasional
3
BBC News, “War in Ukraine: West Hits Russia with Oil Bans and Gas Curbs,” BBC News (BBC, March 9,
2022), https://www.bbc.com/news/world-us-canada-60666251. Diakses 18 April 2022.
4
Maria Elena, “Perang Rusia vs Ukraina: Daftar Perusahaan Yang Hengkang Dari Rusia: Ekonomi,”
Bisnis.com, March 3, 2022,
2022.https://ekonomi.bisnis.com/read/20220303/620/1506539/perang-rusia-vs-ukraina-daftar-perusahaan-yang-
hengkang-dari-rusia. Diakses 18 April 2022.
dituntut untuk menyikapi konflik agar mencapai target yang seharusnya dan menciptakan
pasar yang bebas dalam bersaing untuk keberhasilan pangsa pasar dan maksimalisasi
keuntungan.
Dari penjelasan diatas sudah banyak dijelaskan bagaimana negara-negara Eropa
dalam kasus konflik Rusia dan Ukraina, menanggapi perubahan ekonomi yang terjadi sebab
dari sanksi Uni Eropa untuk Rusia yang tidak bisa melakukan aktivitas ekonomi. Lalu
kemudian hal yang akan dibahas selanjutnya adalah bagaimana Indonesia harus merespon
dan menyikapi terjadi konflik ini yang dapat berisiko terjadinya inflasi pada diri Indonesia.
Indonesia dalam bidang ekonomi memang bisa terlihat berdampak langsung akibat
terjadianya konflik Rusia dan Ukraina yang mana pasokan minyak-minyak yang menuju
Indonesia semakin berkurang dan harganya pun semakin mahal, bahkan telah mencapai harga
US$ 100 per barel. Selain kenaikan minyak, Indonesia juga sedang dalam perjalanan untuk
menghadapi krisis gandum yang mana itu berasal dari Ukraina.
Kenaikan harga-harga ini adalah sebuah ancaman besar untuk terjadi nya inflasi
terhadap Indonesia, untuk menyiasati ini maka Indonesia harus berkaca kepada kebijakan
ekonomi yang telah dibuat, apakah kebijakan ekonomi Indonesia saat ini sudah dapat
mengatasi hal-hal tak terduga semisal kenaikan minyak akibat konflik Rusia Ukraina. Ketika
Indonesia merasa sudah cukup dengan adanya kebijakan ekonomi untuk menahan lajunya
inflasi, maka Indonesia juga butuh memberdayakan UMKM dari masyarakat Indonesia untuk
berkembang. UMKM pada nyata sekarang sudah sangat mendorong maju perekonomian
Indonesia, tetapi sebagai pemerintahan Indonesia seharusnya juga mereka berusaha untuk
menjamin keterjangkauan ekonomi terhadap perkembangan UMKM yang guna membantu
menghilangkan ancaman inflasi.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai