Anda di halaman 1dari 13

Krisis Energi Dan Krisis Pangan Indonesia Disebabkan

Perang Russia Dan Ukraina


Jurnal Intermediate Training ( LK-II )
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
CABANG LUBUKLINGGAU

OLEH : RIKI SUBAGIA


Email : (rikisubagia295@gmail.com)

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


CABANG LUBUKLINGGAU
Riki Subagia
HmiCabangLubuklinggau
Email : rikisubagia295@gmail.com

ABSTRAK
Konflik Rusia dengan Ukraina memberikan dampak bagi perekonomian global, tidak terkecuali
Indonesia. Konflik ini memberikan pengaruh bagi kinerja perdagangan antara Indonesia dengan
kedua negara. Komoditas utama ekspor ke kedua negara, merupakan komoditas utama Indonesia
yakni CPO dan turunannya, sementara 25,91% impor tepung gandum berasal dari Ukraina.
Tulisan ini bertujuan untuk membahas bagaimana dampak perang Rusia melawan Ukraina bagi
Indonesia. Salah satu dampak yang berat adalah kenaikan harga energi secara global. Kenaikan ini
menekan kondisi fiskal karena meningkatnya subsidi untuk penggunaan BBM dan LPG. Setiap
kenaikan harga minyak mentah US$1 per barel berdampak pada kenaikan subsidi LPG sekitar
Rp1,47 triliun, minyak tanah Rp49 miliar, dan beban kompensasi BBM lebih dari Rp2,65 triliun.
Selain itu, kenaikan ICP US$1 per barel berdampak pada tambahan subsidi dan kompensasi listrik
sebesar Rp295 miliar. DPR perlu mendorong Pemerintah untuk mengambil langkah-langkah
antisipatif agar tingkat inf asi terkendali di tengah harga beberapa komoditas global yang
meningkat.
Kata Kunci: krisis energi, krisis pangan, Indonesia, perang, Russia ukraine

ABSTRACT
The conflict between Russia and Ukraine has an impact on the global economy, and Indonesia is
no exception. This conflict has an impact on trade performance between Indonesia and the two
countries. The main export commodity to the two countries is Indonesia's main commodity,

namely CPO and its derivatives, while 25.91% of wheat flour imports come from Ukraine. This
paper aims to discuss how the impact of the Russian war against Ukraine for Indonesia. One of the
severe impacts is the increase in global energy prices. This increase put pressure on fiscal
conditions due to increased subsidies for the use of fuel and LPG. Each increase in the price of
crude oil of US $ 1 per barrel has an impact on the increase in subsidies for LPG of around Rp.
1.47 trillion, kerosene of Rp. 49 billion, and fuel compensation expenses of more than Rp. 2.65
trillion. In addition, an increase in ICP of US $ 1 per barrel has an impact on additional subsidies
and electricity compensation of Rp. 295 billion. The House of Representatives needs to encourage
the Government to take anticipatory steps to control inflation amidst rising global commodity
prices.
Keywords: energy crisis, food crisis, indonesia, war, russia ukraine
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perang antara Rusia dan Ukraina telah mengguncang politik global dan
pasar internasional sehingga krisis global ini membawa tantangan baru ke dalam
hubungan internasional. Hal ini tentu akan menghasilkan dampak jangka panjang
pada ekonomi di seluruh dunia. Invasi yang dilakukan oleh Rusia ke Ukraina
menjadi peristiwa global yang memiliki implikasi besar terhadap seluruh negara.
Invasi Ukraina oleh Rusia pada 24 Februari 2022 menandai kembalinya perang
antar negara yang menjadi sesuatu yang belum pernah dialami sejak tahun 1945
sehingga perang antara Rusia dan Ukraina memiliki implikasi yang sangat serius
bagi pasar global yang berpotensi menghasilkan dampak yang berjenjang pada
ekonomi di seluruh dunia. Rusia dan Ukraina merupakan aktor penting pada pasar
minyak, gas, gandum, energi, makanan, dan pupuk global. Rusia adalah produsen
dan pengekspor minyak terbesar ketiga di dunia, pengekspor gas bumi terbesar
kedua, dan pengekspor batubara terbesar ketiga. Rusia juga merupakan
pengekspor gandum terbesar di dunia dan pengekspor minyak bunga matahari
terbesar kedua. Selain itu, Rusia juga mendominasi perdagangan pupuk global dan
menjadi pengekspor pupuk terbesar. Ukraina sama pentingnya dalam memenuhi
pasar global seperti pengekspor minyak bunga matahari terbesar, pengekspor
jagung terbesar keempat dan pengekspor gandum terbesar kelima.
Sebagai pemasok utama logam dan mineral tentu dengan adanya perang
Rusia dan Ukraina akan mengganggu pasokan mineral dan logam yang pasti akan
mempengaruhi produksi di sejumlah sektor industri. Hal ini menyebabkan
terdapat perubahan dalam harga atau ketersediaan makanan dan energi yang akan
berdampak langsung pada masyarakat dan negara di seluruh dunia. Rusia dan
Ukraina memiliki peranan yang penting bagi pasar energi, makanan, dan pupuk
global sehingga sangat penting untuk mengantisipasi konflik yang muncul.
Berdasarkan Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan
(UNCTAD) pada awal 2022, Rusia dan Ukraina secara kolektif menyumbang
lebih dari setengah perdagangan global minyak dan biji-bijian, sekitar seperempat
dari semua yang diperdagangkan gandum dan barley, dan sekitar seperenam dari
jagung yang diperdagangkan.7 Kedua negara tersebut merupakan pemasok yang
sangat penting bagi negara- negara yang mengalami defisit pangan di Afrika Utara
dan Timur Tengah, Afrika sub-Sahara dan Asia Selatan dan Tenggara. Rusia dan
Ukraina menyumbang 100 persen dari impor gandum ke Somalia, lebih dari 80
persen ke Mesir, 75 persen ke Sudan, dan lebih dari 90 persen ke Laos, dan sekitar
95 persen impor minyak bunga matahari ke Cina dan India serta lebih dari 37
persen impor minyak dan gas bumi ke Asia Tenggara.8 Selain itu, sebagian besar
negara Amerika Selatan dan Tengah, Afrika Barat dan Eropa termasuk Ukraina
sendiri sangat bergantung pada Rusia untuk impor pupuk mereka, terutama untuk
kalium. Dengan demikian, Rusia mendominasi dalam berbagai komoditas
terutama dalam ekspor gas alam untuk bahan bakar produksi pupuk nitrogen di
seluruh Eropa dan Asia Tenggara.
Invasi Rusia ke Ukraina tentu mengganggu ekonomi global yang
berkepanjangan ditambah akibat dari pandemi COVID-19. Meskipun beberapa
ekonomi negara telah bangkit kembali dengan cepat setelah COVID-19. Tetapi
dalam perang Rusia dan Ukraina menyebabkan tekanan inflasi dan gangguan
rantai pasokan yang besar.9 Hal ini berkaitan dengan kontribusi peningkatan
harga energi dan pangan sehingga menimbulkan krisis karena pemerintah dari
berbagai negara mengurangi dukungan atau ikut campur terkait dengan perang
Rusia dan Ukraina. Dari krisis yang terjadi antara Rusia dan Ukraina tentu
berimbas kepada bidang ekonomi dan tentu konflik tersebut menimbulkan
restrukturisasi perdagangan internasional. Meskipun tidak diketahui kapan
restrukturisasi terjadi. Akan tetapi, tentu negara yang memiliki hubungan dengan
Rusia atau Ukraina akan memiliki pengaruh besar terhadap kepentingan nasional.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aknolt Kristian Pakpahan
bahwa Rusia dapat memberlakukan sanksi balasan atau larangan ekspor, dan
negara-negara lain sehingga dapat terkena imbasnya dan kepentingan mereka
dirugikan. Hal ini yang menyebabkan restrukturisasi perdagangan internasional
akan terjadi. Meskipun perang berakhir, sanksi ini akan terus ada seperti proses
ekspor dari Rusia ke pasar global secara signifikan akan memiliki pengaruh dan
berubah atas perang Rusia dan Ukraina. Selain itu, dari perspektif keamanan tentu
efeknya dapat dirasakan secara langsung. Untuk mencegah agresi lebih lanjut dan
menanggapi peningkatan ancaman terhadap negara-negara NATO dan Uni Eropa
yang berbatasan dengan Rusia, diperlukan pencegahan yang efektif, baik secara
konvensional maupun nuklir. Hal ini diperkuat oleh Jerman bahwa telah berjanji
untuk menghabiskan €100 miliar dari anggaran 2022 untuk pertahanan nasional,
kemudian terdapat seruan lain (terutama dari Prancis) untuk membentuk kekuatan
pertahanan pan-Eropa untuk mencegah agresi di masa depan dari pihak Rusia atau
pihak lain.11 Secara kolektif, NATO dan UE perlu memperjelas bahwa mereka
akan siap untuk menggunakan kekuatan ini.
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa hubungan perekonomian antara
negara di seluruh dunia memiliki pengaruh yang sama atas perang RusiaUkraina
dan salah satunya negara di kawasan Asia Tenggara. Secara absolut atas perang
yang terjadi mengakibatkan kenaikan harga minyak dunia yang mempengaruhi
perekonomian dunia. Diketahui bahwa terdapat beberapa kenaikan harga
komoditas seperti minyak bumi, gas bumi dan hasil pertambangan yang
dikenakan kepada seluruh dunia. Kawasan Asia Tenggara menjadi kawasan yang
bergantung terhadap Rusia dalam komoditas minyak bumi selain letak geografis
yang tidak terlalu jauh jika dibandingkan dengan Amerika Serikat. Rusia menjadi
salah satu yang memiliki peran di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, hubungan
perekonomian dan militer Rusia memiliki keterikatan dengan beberapa negara di
Asia Tenggara seperti Vietnam, Indonesia dan Thailand. Berdasarkan hubungan
ekonomi yang terjalin antara Vietnam dan Rusia mendapatkan total perekonomian
lebih dari 2% PDB. Selain itu, Indonesia dan Thailand memiliki total perdagangan
sekitar 1% PDB.12 Meskipun, perekonomian seluruh dunia berdampak atas
perang yang terjadi dimana mendapatkan kurang dari 1% PDB.13 Tetapi, ketiga
negara tersebut memiliki hubungan ekonomi yang cukup erat. Selain itu, Vietnam,
Indonesia dan Thailand juga menjadi negara yang memiliki hubungan militer
yang cukup dekat seperti pembelian alutsista dan lain sebagainya.
Berdasarkan data diatas bahwa Indonesia berada di urutan teratas dalam
hubungan dengan Rusia, meskipun dalam kasus ini seluruh negara mengalami
penurunan dalam hubungan bilateral tetapi Asia Tenggara memiliki kasus menarik
atas perang yang terjadi.
Hubungan ekonomi antara Rusia dan Indonesia berkembang perlahan
sejak Perang Dingin. Pada tahun 2016, total perdagangan antara kedua negara
mencapai $2,6 miliar. Hal ini dalam komoditi minyak, gas dan petrokimia yang
menyumbang 64% dari ekspor Rusia ke Indonesia. Kemudian, pada tahun 2015,
karet dan bahan makanan menjadi komoditi terbesar dari impor Rusia.25 Kedua
negara juga secara aktif mengejar sejumlah proyek energi bersama dalam
beberapa tahun terakhir, termasuk untuk mengembangkan ladang minyak lepas
pantai di Laut Jawa. Selain itu, Inter RAO Rusia juga telah membahas proyek
untuk membangun pembangkit listrik 1,8 gigawatt di Indonesia sebesar $2,8
miliar. Kemudian, pada November 2017, Rosneft dan Pertamina, sebuah
perusahaan energi Indonesia menandatangani perjanjian baru yang besar, senilai
$15 miliar untuk mengembangkan kompleks kilang minyak dan petrokimia baru
di Jawa Timur. Kerjasama ini diharapkan menjadi pusat regional utama untuk
distribusi minyak di seluruh Asia Tenggara. Kedua negara juga membahas
kemungkinan kerjasama untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir
tradisional untuk Indonesia.
Rusia dan Indonesia juga telah meningkatkan kerja sama ekonomi di
bidang lain yakni pembuatan pesawat Rusia Sukhoi baru-baru ini membuat
terobosan ke pasar penerbangan Indonesia yang sedang berkembang. Pada tahun
2011, PT Sky Aviation, sebuah maskapai penerbangan Indonesia, membeli 12
Sukhoi Superjet-100 seharga $380 juta.26 Selain itu, Indonesia juga dilaporkan
mempertimbangkan untuk membeli pesawat MS-21 untuk pasar sipil dan pesawat
amfibi Be-200 untuk militernya. Perusahaan Rusia juga tengah menggarap
berbagai proyek infrastruktur di Indonesia. Pada bulan Maret 2016, Russian
Railways dilaporkan terlibat untuk membangun sistem kereta api baru sepanjang
183 km di Kalimantan Timur, dengan proyek diperluas menjadi 575 km pada
tahun 2017. Pada tahun 2016, diumumkan bahwa Rusia telah setuju untuk
menginvestasikan $3 miliar untuk membangun pabrik aluminium baru di
Kalimantan Barat
B. Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah
yang terjadi perihal tentang energy dan pangan nasional sebagai berikut;
1. Menanamkan nilai-nilai pengetahuan didalam kehidupan bernegara di
tengah konflik Russia dan ukraina
2. Bagaimana menghadapi tantangan resisi global yang disebabkan perang
Russia dan ukraina
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan terbesut yaitu untuk menjadi pemahaman bagi warga
Negara Indonesia dalam berkehidupan bernegara yaitu tentang prekonomian
nasional terkhusus energi dan pangan yang dapat menjadi suatu tantangan bagi
pemerintah Indonesia maupun pemerintahan provinsi kabupaten kota.

D. Dampak Konflik
Dampak Konflik terhadap Kinerja Perdagangan Indonesia
Konflik antara Rusia dan Ukraina yang saat ini masih berlangsung
berpotensi mengganggu kinerja perdagangan Indonesia dengan kedua negara.
Konflik tersebut dapat menurunkan ekspor nonmigas Indonesia dan menghambat
impor gandum sehingga berpotensi meningkatkan kenaikan harga sejumlah bahan
pangan di dalam negeri. Porsi perdagangan Indonesia dengan Rusia dan Ukraina
sesungguhnya nilainya tidak terlalu besar. Konflik saat ini yang terjadi
diperkirakan hanya memberikan dampak berada pada kisaran 1%, baik untuk
ekspor maupun impor (Media Indonesia, 26 Februari 2022). Namun komoditas
perdagangan ke kedua negara merupakan komoditas yang cukup penting bagi
Indonesia, seperti minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan produk turunannya.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, total nilai perdagangan Indonesia
dengan Rusia pada tahun 2020 dan 2021 masing-masing USD1,93 miliar dan
USD2,74 miliar. Angka ini membaik setelah terjadi tren penurunan mulai tahun
2018 (Gambar 1). Adapun komoditas ekspor Indonesia ke Rusia antara lain CPO
dan turunannya, karet dan produk karet, sepatu, elektronik, coklat, dan kopi.
Sementara komoditas impor Indonesia dari Rusia antara lain besi baja dan produk
kimia. Selanjutnya total nilai perdagangan Indonesia dengan Ukraina pada tahun
2020 dan 2021 masing-masing mencapai USD1,18 miliar dan USD1,45 miliar.
Sebaliknya tren perdagangan antara Indonesia dengan Ukraina cenderung
meningkat. Jumlah total perdagangan pada tahun 2017 hanya sebesar USD835
juta (Gambar 1). Adapun komoditas ekspor Indonesia ke Ukraina antara lain CPO
dan produk turunannya, kertas, dan bubuk coklat. Sementara komoditas impor
Indonesia dari Ukraina adalah biji dan tepung gandum, serta besi
Dampak Konflik terhadap Harga Komoditas di Indonesia
Krisis yang terjadi antara Rusia dan Ukraina turut memberikan dampak
terhadap kenaikan harga energi secara global. Kenaikan harga ini akan sangat
berpengaruh bagi Indonesia. Di satu sisi, sebagai eksportir terbesar dunia batubara
termal, kenaikan harga batubara akan meningkatkan nilai ekspor Indonesia secara
signifikan. Namun di sisi lain, kenaikan harga minyak akan menjadi masalah
karena saat ini Indonesia merupakan net importir minyak mentah. Bahkan neraca
perdagangan Indonesia sering defisit karena tingginya nilai impor minyak bumi
(Bisnis Indonesia, 25 Februari 2022). Saat ini konsumsi BBM nasional mencapai
1,4 juta-1,5 juta barel per hari, namun kemampuan produksi minyak bumi
Indonesia kurang dari 700.000 barel per hari (Kompas, 25 Februari 2022).
Kenaikan harga minyak dunia tercermin dari harga minyak mentah
Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) pada perdagangan 24 Februari 2022
yang mencapai USD95,45 per barel, sementara harga minyak West Texas
Intermediate (WTI) telah mencapai USD96,27 per barel dan harga minyak Brent
mencapai USD101,86 per barel berdasarkan data Bloomberg pada 28 Februari
2022. Kenaikan harga ini berpotensi memperbesar biaya impor komoditas energi,
di mana impor migas Indonesia pada tahun 2021 telah mencapai USD196,20
miliar atau setara Rp2.805 triliun dengan menggunakan kurs Rp14.300 per dolar
AS (Bisnis Indonesia, 1 Maret 2022).
Kenaikan harga minyak ini akan menekan kondisi fiskal Indonesia karena
meningkatnya beban subsidi, khususnya untuk penggunaan BBM dan LPG yang
ditanggung dan berpotensi melebihi asumsi APBN 2022. Berdasarkan data dari
Kementerian ESDM, setiap kenaikan harga minyak mentah 21 Sumber: Kompas,
2022. Gambar 1. Perkembangan Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Rusia
dan Ukraina (dalam Juta USD) USD1 per barel akan berdampak pada kenaikan
subsidi LPG sekitar Rp1,47 triliun, subsidi minyak tanah Rp49 miliar, dan beban
kompensasi BBM lebih dari Rp2,65 triliun. Selain itu, kenaikan ICP juga
memberikan dampak terhadap subsidi dan kompensasi listrik, di mana setiap
kenaikan ICP sebesar USD1 per barel berdampak pada tambahan subsidi dan
kompensasi listrik sebesar Rp295 miliar (Bisnis Indonesia, 1 Maret 2022).
Kenaikan harga minyak juga berdampak pada sektor lainnya, khususnya
transportasi dan industri yang mengkonsumsi BBM nonsubsidi. Kenaikan harga
minyak ini akan meningkatkan harga keekonomian BBM sehingga berpotensi
mendorong peningkatan harga BBM nonsubsidi di Indonesia yang saat ini masih
menjadi salah satu yang termurah dibandingkan negara-negara di kawasan
ASEAN. Sebagai gambaran, harga BBM nonsubsidi di Singapura sebesar
Rp28.500/liter, Thailand Rp19.300/ liter, Laos Rp19.200/liter, Filipina
Rp18.500/liter, Vietnam Rp16.800/ liter, Kamboja Rp16.500/liter, dan Myanmar
Rp15.300/liter (CNBCIndonesia.com, 28 Februari 2022).
Dampak konflik Rusia-Ukraina ini juga berpotensi menaikkan harga
komoditas lainnya, khususnya gandum. Saat ini Rusia dan Ukraina merupakan
salah satu negara penghasil gandum terbesar, di mana Rusia dan Ukraina
menghasilkan sekitar 13% dari produksi gandum global (Kompas, 2 Maret 2022).
Kenaikan harga ini tentu akan sangat berpengaruh bagi Indonesia yang saat ini
merupakan negara pengimpor gandum. Total impor gandum Indonesia pada tahun
2021 mencapai USD3,54 miliar, di mana 25,91% atau USD919,43 merupakan
impor dari Ukraina (Kompas, 26 Februari 2022). Adanya konflik antara Rusia dan
Ukraina ini akan berdampak langsung pada terganggunya pasokan gandum impor
dari Ukraina. Selain itu, konflik ini juga akan menyebabkan kenaikan harga
gandum secara global yang selanjutnya akan berimbas pada industri pangan dalam
negeri yang membutuhkan gandum sebagai bahan bakunya seperti mie, tepung
terigu, roti, kue, dan lain-lain.
Saat ini kenaikan harga gandum masih belum berdampak secara langsung
terhadap harga produk olahan di tingkat konsumen karena industri masih memiliki
stok bahan baku. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia
(Gapmmi) masih mempertimbangkan rencana untuk menaikkan harga pangan
olahan berbahan baku gandum akibat terganggunya pasokan gandum (Bisnis
Indonesia, 26 Februari 2022). Namun, jika perang berlangsung lama, kenaikkan
harga pangan olahan berbahan gandum tidak akan terelakkan lagi.
Adanya kenaikan harga energi dan komoditas pangan, khususnya gandum,
secara global juga akan memengaruhi hargaharga komoditas tersebut di dalam
negeri. Ketergantungan yang tinggi terhadap kedua komoditas tersebut
dikhawatirkan juga akan mendorong kenaikan harga komoditas lainnya, sehingga
akan memicu terjadinya inflasi yang tidak terkendali. Hal ini harus diwaspadai
oleh Pemerintah, terlebih di tengah kondisi ekonomi 22 yang belum membaik
akibat pandemi Covid-19, sehingga menambah beban bagi masyarakat
E.Manfaat Penulisan
a) Manfaat Akademis
Secara Akademis, kegunaan penulisan jurnal ini diharapkan mampu menjadi
bahan imformasi dan referensi bagi pembaca dalam mengkaji resisi global
terhadap prekonomian nasional
b) Manfaat Praktis
Secara Praktis, penulisan jurnal ini mampu memberikan edukasi tentang
gambaran mengenai resisi global terhadap energi dan pangan serta tantangan dan
penguatan prekonomian nasional dalam menghadapi dinamika globalisasi
II. Tinjauan Pustaka Dan Metode
A. Tinjauan Pustaka
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu (1) teknik analisis konten;
mengambil inti dari suatu gagasan atau informasi sehingga ditarik sebuah
kesimpulan yang sesuai dengan tema penelitian, (2) analisis induktif; untuk
mengorganisir hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan berbasis pengalaman
yang telah dimiliki dengan kesesuaian tema yang telah dibahas, dan (3) deskriptif
analitik; metode ini dengan cara menguraikan sekaligus dengan menganalisis data
yang telah ditemukan sehingga dapat menjawab masalah yang akan dibahas yaitu
krisis energi dan pangan nasioanl disebabkan perang russia dan ukraina.
B. Metode
Penelitan ini termasuk kedalam jenis penelitian kualitatif, dengan cara
mengumpulkan bahan-bahan kepustakaan, membaca dan mencatat serta
menganalisis segala sesuatu yang bersesuaian dengan tema yang akan diangkat
yaitu krisis energi dan pangan nasioanl disebabkan perang russia dan ukraina.
Keseluruhan data harus sesuai dengan tema penelitian yang sudah ditentukan
sehingga ketika sudah terkumpul akan dilakukan sebuah analisis data, sehingga
menghasilkan sebuah penelitan yang diharapkan untuk bagi para pembaca.
III. Kesimpulan
Invasi yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina akan sangat
memberikan dampak bagi perekonomian global, tidak terkecuali Indonesia.
Konflik ini akan berakibat terganggunya pasokan komoditas energi dan pangan
global, dalam hal ini gandum, sebab kedua negara merupakan pemain utama
global dan kedua komoditas ini. Konflik tersebut akan memberikan pengaruh bagi
kinerja perdagangan antara Indonesia dengan kedua negara. Meskipun saat ini
volume perdagangan Indonesia dengan kedua negara tidak begitu besar, namun
komoditas perdagangan utama merupakan komoditas yang penting bagi
Indonesia.
Dampak lain yang cukup berat akan dirasakan oleh Indonesia adalah
adanya kenaikan harga energi, khususnya minyak dan gas bumi secara global, di
mana Rusia merupakan pengekspor 10% dari total minyak dunia. Kenaikan harga
ini akan menekan kondisi fiskal Indonesia karena meningkatnya beban subsidi,
khususnya untuk penggunaan BBM dan LPG. Setiap kenaikan harga minyak
mentah USD1 per barel akan berdampak pada kenaikan subsidi LPG sekitar
Rp1,47 triliun, subsidi minyak tanah Rp49 miliar, dan beban kompensasi BBM
lebih dari Rp2,65 triliun. Selain itu, setiap kenaikan ICP sebesar USD1 per barel
berdampak pada tambahan subsidi dan kompensasi listrik sebesar Rp295 miliar.
Hal ini juga akan mendorong pada kenaikan biaya transportasi, logistik, dan
industri yang mengkonsumsi BBM nonsubsidi, yang pada akhirnya dapat
menaikkan harga komoditas lainnya.
Kondisi ini perlu menjadi perhatian bagi DPR, khususnya dampak krisis
prang Rusia dengan Ukraina terhadap kenaikan harga komoditas di dala negeri.
DPR juga perlu mendorong Pemerintah untuk mengambil langkah-langkah
antisipatif agar tingkat inflasi tetap terkendali di tengah harga beberapa komoditas
dan minyak mentah di pasar global yang meningkat. Untuk mengantisipasi
kenaikan harga gandum, DPR perlu mendorong pemerintah untuk mencari
alternatif pemasok gandum dari negara lain dengan kontrak jangka panjang untuk
memastikan pasokan dan harga gandum tetap stabil. Sementara itu DPR juga
perlu terus mendorong pemerintah untuk mengoptimalkan penggunaan energi dari
gas alam untuk kebutuhan industri dalam rumah tangga sehingga dapat
mengurangi ketergantungan akan minyak bumi.
Rekomendasi Ditawarkan
Generasi muda perlu memahami semua ini, bahwa resesi global dengan
seluruh aspeknya memberikan landasan yang amat kuat bagi peningkatan energi
dan pangan dalam negeri, peningkatan cintah tanah air, dan peningkatan iman dan
taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang disertai sikap keterbukaan, sikap
kebersamaan, dan sikap kemitraan, serta sikap harmoni serta langkah-langkah
dalam tantangan dan penguatan sumber daya alam dan peningkatan sumber daya
manusia dalam menghadapi dinamika resesi global yang terjadi, sebagai berikut :
1. Meningkatkan kekuatan pangan dalam menghadapi resesi dan krisis
global. dengan cara, meningkatkan Pemahaman dan kepedulian terhadap
perang terjadi, mengurangi eksklusivisme sosial, mengurangi kesenjangan
sosial, meningkatkan kepedulian bagi penyelenggara Negara serta
menjadikan indonesia sebagai kukuatan besar dalam menghadapi resesi
global yang saat ini terjadi di seluruh dunia akibat perang russia dan
ukraina.
2. Penguatan sumber daya alam dalam menghadapi resesi global adalah
dengan meningkatkan Sumber daya manusia Indonesia yang unggul sesuai
dengan arahan pemerintah, serta mempunyai daya saing yang tinggi.
3. Mempertahankan kekuatan pangan dan energi Negara Indonesia demi
menjaga harkat dan martabat Negara Kesatuan Republic Indonesia.
V. Daftar Pustaka
Aknolt Kristian Pakpahan. (2022). Invasi Rusia ke Ukraina dan Perekonomian

Global. Diakses dalam https://unpar.ac.id/invasi-rusia-ke-ukraina-dan-


perekonomian-global/ pada 10 Februari 2022

Arlan, A. (2020). Asean, Indonesia Dan Rusia Timur Jauh: Peluang Dan

Diversifikasi [Asean, Indonesia And Russia Far East: Opportunities And


Diversification]. Verity: Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional
(International Relations Journal), 11(22), 5-16

Deutsche Welle. (2022). Rusia VS Ukraina, Ada Apa di Balik Respon Diam Asia

Tenggara?. Diakses dalam https://news.detik.com/dw/d-


5973923/rusia-vs-ukraina-ada-apa-di-balik-respons-diam-asia-tenggara
pada 10 Mei 2022

“Dampak Perang Rusia-Ukraina


Kian Nyata Bagi RI, Ini Buktinya”, 28 Februari 2022,
https://www.cnbcindonesia. 23

Terimbas Perang Rusia-Ukraina,

Harga Gandum Dunia Melonjak ke Level Tertinggi Sejak 2008”, 2 Maret


2022, https://money.kompas.com/ read/2022/03/02/160300526/ terimbas-
perang-rusia-ukraina - harga-gandum-dunia-melonjak- ke-level-tertinggi?
page=all, diakses 3 Maret 2022.

Anda mungkin juga menyukai