Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rania Andjani

NIM : 195030207111121
Absen : 18
Kelas :D

TUGAS 3 SEMINAR PEMASARAN


Dampak Perang Rusia Ukraina Terhadap Keadaan Ekonomi di Eropa, Amerika, dan
Indonesia.

Perang antara Rusia dan Ukraina masih terus berlangsung dan belum ada kepastian kapan
akan berakhir. Indonesia mungkin tak terlibat dalam perang tersebut salah satu diantaranya
karena berada jauh dari pusat konflik. Meskipun, dampak dari perang tersebut akan terasa secara
tidak langsung, khususnya ke perekonomian beberapa negara, namun dampak global ini dapat
mempengaruhi Indonesia, Amerika, dan Eropa.
Dampak pertama, pertumbuhan ekonomi global akan terancam lebih rendah ketimbang
prediksi semula lantaran kenaikan harga komoditas. Menurut Eisha, Peneliti dari Institute for
Development of Economics and Finance (Indef), Jika konflik berkepanjangan, akan berdampak
terhadap global supply chain. Supply chain saat ini telah mengalami hambatan logistik akibat
Covid-19 yang memicu kenaikan harga komoditas. Pertumbuhan ekonomi global pada 2022
diprediksi mencapai 4,4 persen dan pada 2023 sebesar 3,8 persen. Pertumbuhan di negara maju
diramalkan berkisar 3,9 persen pada 2022 dan 2,6 persen pada 2023. Sementara itu di negara
berkembang, pertumbuhan ekonomi akan mencapai 4,8 persen pada tahun ini. Eisha melihat
kenaikan harga komoditas akan mengganggu laju pertumbuhan ekonomi. Harga komoditas yang
terimbas konflik geopolitik ini utamanya adalah minyak bumi dan hasil olahan industri
pertambangan. Selama ini, Rusia dikenal sebagai produsen terbesar untuk minyak bumi, nikel,
alumunium, dan palladium. “Risiko perang akan dapat berdampak pada kenaikan harga minyak
bumi yang diperkirakan meningkat mencapai lebih dari US$ 100 per barrel untuk acuan,”
katanya. Kenaikan harga acuan minyak dunia mendorong harga bahan bakar minyak (BBM) di
Amerika dan Eropa melejit sampai 30 persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, salah satu
hal yang akan sangat terasa adalah kenaikan harga berbagai komoditas, seperti minyak, gandum
serta besi dan baja. Rusia telah menjadi negara penyumbang minyak mentah di dunia yang cukup
besar. Menurut data dari U.S. Energy Information Administration (EIA), Rusia merupakan
penghasil minyak mentah nomor tiga di dunia. Rusia mampu menghasilkan minyak sebesar 10,5
juta barel per harinya pada 2020. Meski masih kalah dengan Amerika Serikat dan Arab Saudi,
andil Rusia terhadap minyak dunia cukup besar, yakni 11%. Konflik yang dialami Rusia dengan
Ukraina tentu berpengaruh kepada terhambatnya pasokan minyak mentah dunia. Akibatnya,
harga minyak mentah mulai diperdagangkan naik semenjak perang kedua negara itu mulai. Pada
25 Februari 2022 atau sehari setelah Rusia melakukan invasi pertamanya kepada Ukraina, harga
minyak Brent maupun WTI sempat turun. Namun, harganya terus melonjak hingga ke angka
tertingginya pada 6 Maret 2022.

Dengan naiknya harga minyak mentah dunia, Indonesia akan pula merasakan dampaknya
mengingat konsumsi emas hitam di Indonesia tergolong tinggi. Menurut data BP Global
Company, rata-rata konsumsi minyak di Indonesia sebesar 1,56 juta barel per harinya. Konsumsi
minyak Indonesia berkontribusi sebesar 1,4% terhadap totalnya secara global. Sementara,
produksi minyak mentah Indonesia baru mencapai 708.000 barel minyak per hari (mbopd).
Artinya, Indonesia harus melakukan impor minyak dari negara lain untuk menutupi konsumsi
yang lebih tinggi. Karena Indonesia masih harus melakukan impor, harga minyak global tentu
akan mempengaruhi tarif bahan bahan bakar minyak (BBM) di pasar domestik. Saat ini saja, PT
Pertamina (Persero) sudah menaikkan harga BBM umum atau non-subsidi jenis Pertamax Turbo,
Dexlite, dan Pertamina Dex di kisaran Rp500-Rp1.100 per liter pada 3 Maret 2022.
Disisi lain, Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Asset Management
Indonesia (MAMI) Katarina Setiawan mengatakan bahwa pasar langsung menunjukkan reaksi
negatif. Selain indeks pasar keuangan di berbagai negara terkoreksi, harga minyak dan emas
mengalami kenaikan. Hal ini terjadi karena Rusia merupakan salah satu pengekspor energi,
produk pertanian, dan logam terbesar di dunia. Menurut dia, peningkatan ketegangan diprediksi
akan memicu kenaikan harga energi dan berbagai komoditas serta nilai tukar dolar AS, yang
tentunya akan berdampak pada peningkatan inflasi.
Sementara, neraca perdagangan Indonesia terhadap Ukraina memberikan defisit sebesar
US$0,62 miliar pada 2021. Impor dari Ukraina sebesar US$1,04 miliar, lebih besar ketimbang
ekspornya yang senilai US$0,42 miliar. Di sisi lain, Indonesia masih dapat memanfaatkan
peluang dari perang Rusia-Ukraina. Momentum ini salah satunya terbuka dari meningkatnya
harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Meski Rusia dan Ukraina bukan produsen
CPO terbesar di dunia, perang kedua negara tersebut telah menutup ekspor minyak bunga
matahari dari wilayah Laut Hitam. Para pedagang pun mengalihkan permintaan minyak nabati ke
CPO, yang kemudian turut menguatkan harganya. Kenaikan harga CPO dapat menguntungkan
Indonesia karena tanah air merupakan produsen terbesar komoditas tersebut di dunia. Gabungan
Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat, produk CPO Indonesia mencapai 46,89
juta ton pada 2021. Sementara, BPS mencatat ekspor CPO Indonesia sebanyak 26,9 juta ton
dengan nilai US$28,52 miliar. Secara volume, ekspor CPO Indonesia mengalami penurunan
1,57% dari tahun sebelumnya yang sebanyak 27,33 juta ton. Namun, nilai ekspor CPO Indonesia
justru meningkat signifikan 54,66% dari tahun 2020 yang sebesar US$18,44 miliar karena
kenaikan harganya secara global. Berkaca pada peristiwa tahun lalu, Indonesia punya potensi
meraup nilai ekspor CPO lebih tinggi pada 2022 karena harga komoditas tersebut semakin
melambung. Tak hanya CPO, Indonesia juga mampu meraup untung dari penjualan batu bara
dan nikel. Pasalnya, kedua komoditas tersebut juga mengalami kenaikan harga yang signifikan.
Dari adanya peperangan ini terdapat 2 dampak yaitu positif dan negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Amerika, dan juga Eropa. Utama nya bagi Indonesia sebagai
negara berkembang Indonesia tetap dapat melihat konflik ini sebagai peluang untuk bangkit di
sektor pertambangan khususnya.

Sumber:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20220314
https://dataindonesia.id/bursa-keuangan/detail/menakar-dampak-perang-rusiaukraina-ke-indon
esia
https://ekonomi.bisnis.com/read/20220316/9/1511323/sri-mulyani-ungkap-ngerinya-dampak-per
ang-rusia-ukraina-gimana-efeknya-ke-indonesia
https://katadata.co.id/redaksi/indepth/62222a5dd742d/dua-sisi-dampak-ekonomi-dari-perang-ru
sia-ukraina

Anda mungkin juga menyukai