Anda di halaman 1dari 4

Pengaruh Geopolitik, Krisis Pangan dan Energi Terhadap Kenaikan Inflasi di

Indonesia
Pengaruh Perang Rusia Ukraina
Mentri Keuangan Sri Mulyani mengatakan geopolitik Rusia dan Ukraina menjadi penyebab
utama tekanan inflasi di Indonesia. Bahkan secara global telah membuat dunia mengalami
krisis energi dan krisis pangan. "Ketegangan atau perang geopolitik Rusia dan Ukraina tiba-
tiba memiliki efek signifikan yang akan dirasakan secara global yang paling terlihat efeknya
pada krisis energi pangan dan juga tekanan inflasi bagi Indonesia," paparnya.1 Rusia dan
Ukraina merupakan dua dari banyak negara yang telah menjadi mitra dagang Indonesia. Nilai
ekspor Indonesia ke Ukraina dan Rusia masing-masing sebesar US$ 1,49 miliar dan US$
416,99 juta selama tahun lalu. Total nilai ekspor keduanya mencapai US$ 1,91 miliar.
Keberlangsungan perang di Ukraina secara tidak langsung memberikan dampak terhadap
inflasi.2 Berbagai komoditas termasuk minyak mencatatkan kenaikan harga akibat situasi
konflik. Harga minyak dunia jenis Brent per 21 Maret 2022 menembus level US$ 110,8 per
barel atau naik 29% selama dua bulan ke belakang. Angka tersebut bahkan hampir dua kali
lipat dari harga yang dipatok pemerintah dalam APBN 2022 sebesar US$ 63/barel. kenaikan
harga minyak akan berpengaruh terhadap kondisi fiskal dan harga-harga di dalam negeri.
Kenaikan harga minyak ini pun berdampak pada harga komoditas lainnya seperti bahan
pokok. Kementerian Perdagangan mengungkapkan sejumlah harga pangan seperti gandum,
kedelai impor, dan daging sapi melonjak disebabkan oleh konflik yang terjadi antara Rusia
dan Ukraina. Misalnya saja harga gandum, berdasarkan data Investing.com, per 21 Maret
2022 harga gandum di pasar internasional berada di level US$ 1.119,3/gantang atau naik
43,5% selama dua bulan ke belakang. Kenaikan harga gandum ini tentu berdampak ke
Indonesia. Sebab, industri makanan di Indonesia sangat bergantung kepada gandum impor
dan pasokan dari Ukraina. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, sepanjang 2021
Indonesia mengimpor biji gandum dan meslin 11,2 juta ton dengan nilai total US$ 3,45
miliar. Adapun Ukraina merupakan negara terbesar kedua pemasok gandum dan meslin bagi
Indonesia dengan kontribusi 24% dari total nilai impor gandum tahun 2021.3 Inflasi Indonesia
diprediksi awal dengan rata-rata 2,4%. Tahun ini kemungkinan besar dapat melonjak hingga
4%. Lonjakan harga di taraf dunia tentu akan berpengaruh pula pada kondisi dalam negeri.
Hal ini dipaparkan pula oleh Ekonom Bank UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja dalam
program PROFIT CNBC Indonesia TV, ia mengatakan dilihat dari sumber inflasi, terdapat
dampak PPN termasuk kenaikan cukai rokok 0,3-0,5%. Ditambah pula dengan dampak hari
raya dan lebaran yang akan cukup signifikan. Inflasi di akhir 2021 tercatat sebesar 1,87%,
sementara pada Februari 2022, inflasi mengalami kenaikan menjadi 2%. Artinya sederet
faktor tersebut dapat membuat inflasi di tanah air meningkat dua kali lipat. Mengingat
perubahan inflasi tersebut dapat menyentuh angka 4% di tahun 2022. Riset telah
1
Sri Mulyani “Geopolitik Rusia-Ukraina Jadi Penyebab Tekanan Inflasi di Indonesia”
(https://www.pajakku.com/read/622af310a9ea8709cb189691/Dampak-Perang-Ukraina-Inflasi-RI-Dapat-
Tembus-4-Persen)
2
Putri Novani Khairizka, “Dampak Perang Ukraina, Inflasi RI Dapat Tembus 4%”
(https://www.pajakku.com/read/622af310a9ea8709cb189691/Dampak-Perang-Ukraina-Inflasi-RI-Dapat-
Tembus-4-Persen)
3
Vika Azkiya Dihni “Dampak Ekonomi dan Harga Pangan Perang Rusia-Ukraina”
(https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/62425ef0216ee/dampak-ekonomi-dan-harga-pangan-perang-
rusia-ukraina)
menunjukkan, setiap 1% peningkatan pada laju inflasi dapat mengurangi pertumbuhan
ekonomi sebesar 0,21%. Dampak langsung perang Rusia-Ukraina pada perdagangan maupun
investasi memang relatif kurang signifikan. Namun, dampak tidak langsung dari kenaikan
beberapa harga komoditas berpotensi menambah tekanan pada inflasi domestik. Inflasi
domestik merupakan variabel utama dalam pengambilan kebijakan moneter. Faktor lain juga
perlu untuk diperhatikan adalah dampak pergerakan harga komoditas terhadap perdagangan
luar negeri, yang selama dua tahun ini menjadi penopang stabilitas nilai tukar Rupiah.4

Ketegangan Antara Cina dan Taiwan


Salah satu faktor lain yang dapat mendorong inflasi Indonesia terus merangkak naik adalah
dari ketegangan Cina dan Taiwan. Otoritas perdagangan dan bea cukai Cina membatasi
perdagangannya dengan Taiwan dengan menghentikan ekspor dan impor beberapa
komoditas, Rabu (3/8).5 Kebijakan tersebut diumumkan di tengah meningkatnya ketegangan
antara kedua negara atas kunjungan Ketua Parlemen Amerika Amerika Serikat, Nancy Pelosi,
ke Taiwan. Jika hal tersebut membuat ekonomi Taiwan melambat karena Cina memperluas
embargo perdagangan ke Taiwan, maka akan turut mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia.
Pasalnya Nilai ekspor Indonesia ke Taiwan sepanjang Semester I tahun ini mencapai US$
4
Putri Novani Khairizka, “Dampak Perang Ukraina, Inflasi RI Dapat Tembus 4%”
(https://www.pajakku.com/read/622af310a9ea8709cb189691/Dampak-Perang-Ukraina-Inflasi-RI-Dapat-
Tembus-4-Persen)
5
Tia Dwitiani Komalasari,” Hubungan Memanas, Cina Umumkan Pembatasan Perdagangan dengan Taiwan”
(https://katadata.co.id/tiakomalasari/berita/62ea2c170ccd6/hubungan-memanas-cina-umumkan-pembatasan-
perdagangan-dengan-taiwan)
4,18 miliar. Nilai tersebut naik hampir dua kali lipat dari periode yang sama tahun lalu US$
2,74 miliar serta jauh di atas realisasi 2020 sebesar US$ 1,93 miliar. Lebih dari 60% dari nilai
ekspor tersebut berupa besi dan baja serta bahan bakar mineral. Nilai ekspor besi dan baja
Indonesia ke Taiwan mencapai US$ 1,38 miliar pada semester I, menyerap 9,5% dari total
ekspor besi dan baja Indonesia. Nilai ekspor bahan bakar mineral US$ 1,33 miliar, nilai
tersebut setara 4,2% dari total ekspor Indonesia US$ 31,94 miliar. Di sisi lain, konflik juga
bisa menghambat pengiriman barang dari Taiwan ke dalam negeri. Nilai impor Indonesia dari
Taiwan sepanjang enam bulan terakhir mencapai US$ 2,36 miliar. Nilai tersebut naik
dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 2,09 miliar. Sepertiga dari impor Indonesia
tersebut berupa mesin dan perlengkapan elektrik. LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB)
Universitas Indonesia Teuku Riefky menyebut konflik antara Cina dan Taiwan bisa
memperburuk kondisi rantai pasok global yang saat ini juga sedang terganggu akibat perang
di Ukraina. Hal ini bisa memicu suplai barang ke Indonesia menurun dan memicu kenaikan
harga. Sehingga salah satu risiko lain yang timbul dari ketegangan tersebut adalah potensinya
mendorong inflasi Indonesia terus merangkak naik.6
Krisis Pangan
Krisis Pangan adalah kondisi kelangkaan Pangan yang dialami sebagian besar masyarakat di
suatu wilayah yang disebabkan oleh, antara lain, kesulitan distribusi Pangan, dampak
perubahan iklim, bencana alam dan lingkungan, dan konflik sosial, termasuk akibat perang.
7
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, krisis pangan dan energi yang terjadi di dunia
internasional memberikan tekanan terhadap inflasi domestik di sepanjang tahun 2022. Kepala
BPS Margo Yuwono mengatakan, tekanan ini juga sebenarnya terlihat dari inflasi pada bulan
Juli 2022 yang kembali meningkat. BPS mencatat, inflasi pada bulan Juli 2022 sebesar 0,64%
(month on mont/mom) atau secara tahunan mencapai 4,94% (year-on-year/yoy). Ini
merupakan tingkat inflasi, khususnya secara tahunan, pada bulan laporan merupakan yang
tertinggi sejak Oktober 2015. “Krisis pangan dan energi yang terjadi secara gobal memang
memberi tekanan pada inflasi domestik, bahkan di sepanjang tahun 2022. Khususnya
komponen energi yang terus menguat,” tutur Margo dalam pembacaan hasil inflasi Juli 2022,
Senin (1/8) secara daring. Peningkatan harga kedua kelompok ini terlihat dari indeks harga
komoditas global komponen energi yang pada Juni 2022 sebesar 171,24 atau meningkat dari
160,92 pada bulan Mei 2022. Peningkatan harga energi di level ini akhirnya membuat
pemerintah menaikkan harga-harga energi domestik, khususnya bahan bakar minyak (BBM)
dan gas non subsidi. Serta tarif listrik golongan rumah tangga R2 atau dengan daya 3.500 VA
ke atas serta golongan pemerintah. Margo memerinci, untuk harga Pertamax turbo saja
tercatat rata-rata naik sebesar 12%, kemudian Dexlite naik 16%, Pertamina Dex naik 20%,
serta gas LPG 12 kg naik 14%. Pun harga listrik golongan rumah tangga R2, R3, dan
pemerintah P1 dan P3 menunjukkan rata-rata kenaikan 17,64% dan golongan pemerintah P2
naik 36,61%. Sedangkan harga pangan, mencatat indeks sebesar 151,50 atau lebih rendah
dari 159,04 pada bulan Mei 2022. Namun, ini masih relatif tinggi bila dibandingkan dengan
tahun 2021. Krisis pangan ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya gangguan rantai
pasok dunia, meningkatnya sejumlah harga pangan global, ketergantungan Indonesia

6
Abdul Azis Said “Konflik Cina dan Taiwan Memanas, Potensi Ancam Ekonomi Indonesia”
(https://katadata.co.id/yuliawati/finansial/62f2562636509/konflik-cina-dan-taiwan-memanas-potensi-ancam-
ekonomi-indonesia)
7
Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan
terhadap produk impor, gangguan cuaca, efek pelemahan kurs rupiah hingga kendala
distribusi di dalam negeri.8

8
Bidara Pink, “BPS: Krisis Pangan dan Energi Global Beri Tekanan ke Inflasi Indonesia”
(https://nasional.kontan.co.id/news/bps-krisis-pangan-dan-energi-global-beri-tekanan-ke-inflasi-indonesia)

Anda mungkin juga menyukai