Anda di halaman 1dari 2

INDONESIA TERANCAM RESESI DI TAHUN 2023

Menurut situs resmi Otoritas Jasa Keuangan, secara umum resesi dapat dipahami sebagai
keadaan dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan berdasarkan produk
domestik bruto (PDB), jumlah pengangguran, serta tingkat pertumbuhan ekonomi yang
bernilai negative selama dua kuartal secara berturut-turut. Dikutip dari CNBC Indonesia,
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati SE, MSc, PhD berulang kali menjelaskan
bahwa kondisi perekonomian global sedang tidak baik-baik saja. Hal ini tercermin dari
risiko resesi ekonomi yang menjadi momok menakutkan bagi setiap negara di dunia,
termasuk Indonesia.
Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2022 tumbuh1,81 % dibandingkan
triwulan sebelumnya. Di sektor manufaktur, sektor layanan kesehatan dan sosial tumbuh
paling tinggi sebesar 7,12 %. Sementara itu, dari sisi pengeluaran, komponen belanja
konsumsi negara (PK-P) tumbuh paling tinggi sebesar 11,22 %.
Perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,72% (y-year) pada triwulan-2022
dibandingkan triwulan-2021. Di sisi manufaktur, industri pengangkutan dan pergudangan
tumbuh paling tinggi sebesar 25,8%. Dari sisi pengeluaran, ekspor barang dan jasa tumbuh
paling tinggi sebesar 21,64%.
Meskipun demikian, angka ini tidak menjamin masyarakat sejahtera secara menyeluruh.
faktanya beberapa kelompok mengalami kenaikan penghasilan sampai tiga kali lipat dari
yang meraka peroleh saat ini, sedangkan kelompok lainnya masih menetap atau menurun
dari pendapatan sebelumnya bahkan ada yang tidak memperoleh pendapatan sama sekali
karena menganggur yang diakibatkan oleh PHK.
Ekonomi global pada tahun 2023 masih berpotensi bergerak lambat dengan angka
pertumbuhan sekitar 2% yang pada awalnya mencapai angka 2,6%.
Kondisi perekonomian global tahun ini dan tahun depan masih terus bergejolak. Tingginya
tingkat inflasi di dunia akibat dari krisis pangan dan juga energi membuat semakin
mendorongnya kebijakan moneter yang agresif.
Stabilitas ekonomi dan perdagangan global belum kembali normal pasca pandemi Covid-
19 yang diperparah dengan terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina. Kedua negara
tersebut merupakan produsen utama komoditas dunia seperti minyak dan gas, gandum,
kedelai, pupuk dan lain-lain. Pasokan bahan baku tersebut terhambat di beberapa negara
Eropa sehingga menyebabkan krisis energi dan pangan. Akibatnya, harga komoditas naik
tajam. Inflasi tidak dapat dihindari karena pasokan minyak, gas, dan makanan semakin
menipis.
Dilansir dari Bank Indonesia, Stabilitas eksternal cukup terjaga, transaksi akan berjalan
dengan surplus 0,4% dan defisit 0,4% PDB pada 2023 serta surplus 0,2% dan defisit 0,6%
PDB pada tahun 2024.
Saat ini Indonesia mulai mengalami keterpurukan ekonomi yang ditandai dengan
pemutusan hubungan kerja (PHK) massal salah satu perusahaan e-commerce tanah air,
yang secara tidak langsung berarti pemutusan hubungan kerja karyawan ini karena
berkurangnya daya beli masyarakat sehingga menyebabkan banyaknya angka
pengangguran. Pengangguran pada dasarnya tidak dapat dihilangkan sama sekali, karena
sebaik apapun suatu negara mengelola perekonomiannya, pengangguran tetap ada.
Pengangguran selalu menjadi masalah, bukan hanya karena menganggur berarti
membuang-buang uang. Namun, juga menimbulkan dampak sosial yang negatif, seperti
meningkatnya tindak kriminal, pelanggaran etika.
Seiring dengan kenaikan harga bahan baku, kenaikan harga bensin menjadi salah
satu faktor yang membuat masyarakat berhemat dan berhemat daripada membeli barang-
barang pokok dan esensial yang tidak begitu penting. Perekonomian yang semakin sulit
tentunya akan berdampak pada melemahnya daya beli masyarakat karena masyarakat akan
lebih selektif dalam menggunakan mata uangnya dengan berfokus pada pemenuhan
kebutuhannya terlebih dahulu. Faktor utama yang mencegah Indonesia terhindar dari
resesi ekonomi berikutnya pada tahun 2023 adalah distribusi barang dan jasa di
masyarakat dan kekuatan mata uang, karena fenomena akhir-akhir ini nilai euro jatuh
mendekati dolar atau bahkan terkadang nilai dolar lebih tinggi dari euro.Karena resesi
ekonomi ini tidak dapat dihindari di masa depan, maka pemerintah dan masyarakat dapat
mengambil langkah-langkah sendiri untuk mencegah dan membendung dampak dari
penurunan ekonomi tersebut agar tidak terlalu berat di kemudian hari. Hal ini sangat
mengancam masyarakat Indonesia. Jika inflasi terus berlanjut, banyak produsen yang akan
bangkrut karena produknya relatif lebih mahal, sehingga tidak ada yang mampu
membelinya. Dan akan semakin jelas bahwa kesenjangan antara kemiskinan dan kekayaan
dalam masyarakat akan menimbulkan sentimen ekonomi dan kecemburuan, yang pada
akhirnya dapat menimbulkan penjarahan . Perlu koordinasi antara pemerintah dan
masyarakat. Pemerintah harus menerapkan kebijakan untuk masyarakat dan mengeluarkan
kebijakan yang transparan.
Adapun kebijakan yang harus dilaksanakan di Indonesia yaitu:
1. Kebijakan Moneter
2. Kebijakan Makroprudensial
3. Kebijakan Sistem Pembayaran
4. Kebijakan Pendalaman Pasar Uang
5. Kebijakan Ekonomi-Keuangan Inklusif dan Hijau

Anda mungkin juga menyukai