Anda di halaman 1dari 6

Nama :I Made Agus Adi Kurniawan

No : 58
Fak/jur : AKUNTANSI C PAGI
Nim : 120211704

1 Kebijakan pemerintah dalam mengatasi inflasi dan pengangguran dapat menyebabkan


dilemma karena salah satu kebijakan pemerintah dalam mengatasi keduia itu adalah
memperbanyak import oleh karena itu banyak produsen-produsen lokal yang di rugikan
karena import dari luar negeri , Untuk mengatasi pengangguran: Bank Sentral perlu
menurunkan suku bunga dan Kementerian Keuangan menambah pengeluaran pemerintah
yang dapat diikuti pula dengan pengurangan pajak. Langkah tersebut akan menyebabkan
kenaikan dalam pengeluaran agregat sebagai akibat: kenaikan investasi, kenaikan
pengeluaran pemerintah, dan kenaikan pengeluaran rumah tangga (konsumsi). Untuk
mengatasi inflasi: Tindakan yang perlu dijalankan Bank Sentral adalah mengurangi
penawaran uang dan menaikkan suku bunga. Kebijakan moneter ini akan mengurangi
investasi dan pengeluaran rumah tangga (konsumsi). Seterusnya Kementerian Keuangan
perlu pula mengurangi pengeluaran dan menaikkan pajak individu dan perusahaan.
Langkah tersebut dapat mengurangi pengeluaran pemerintah, mengurangi investasi, dan
mengurangi pengeluaran rumah tangga.seharusnya kebijakan pemerintah harus
dilaksanakan oleh institusi masing-masing agar lebih efektif sehingga kebijkakan tersebut
bisa berjalan dengan bersamaan
2 Bank sentral mengaplikasikan kebijakan moneter untuk mengatur persediaan uang di
Indonesia agar bisa menahan inflasi serta mencapai pekerja penuh Kebijakan moneter
pada dasarnya adalah kebijakan yang memiliki tujuan agar mencapai keseimbangan
internal (pertumbuhan yang tinggi, pemerataan pembangunan, stabilitass harga) serta
keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran dan tercapainya tujuan
ekonomi makro, yaitu menjaga stabilitas ekonomi yang bisa diukur dengan kesempatan
kerja, kestabilan jarga dan neraca pembayaran internasional yang seimbang. Saat ini
indoneisa sedang mengalami deflasi yang lumayan parah dikarenakan Badan Pusat
Statistik (BPS) mencatat pandemi COVID-19 telah mengganggu pola inflasi di
Indonesia. Hingga Juli 2020 ini, BPS menyatakan pergerakan inflasi sudah meninggalkan
trennya seperti yang terjadi di 2019. Kepala BPS Suhariyanto menyatakan salah satu
buktinya terlihat dari Juli 2020 yang mengalami inflasi minus 0,1% alias deflasi. Deflasi
ini tentu tidak biasa karena terjadi dua bulan sesudah periode Ramadan yang berakhir per
Mei 2020. Jika mengikuti pola 2019, maka deflasi baru terjadi 3 bulan sesudah Ramadan.
Pada September 2019 sesudah 3 bulan dari Juni 2019 misalnya, terjadi inflasi minus
0,27%. “Saya sampaikan pada rilis sebelumnya juga inflasi tahun ini beda jauh dengan
inflasi tahun sebelumnya karena ada pandemi COVID-19,” ucap Suhariyanto dalam
konferensi pers virtual, Senin (3/8/2020). Gangguan COVID-19 pada inflasi Indonesia
sebelumnya juga sudah terlihat pada rendahnya inflasi di bulan Ramadan yang jatuh
selama April-Mei 2020. Inflasi keduanya tercatat hanya 0,08 dan 0,07%. Idealnya inflasi
seharusnya terjadi di Ramadan seperti Mei-Juni 2019 di kisaran 0,68 dan 0,55%.
Suhariyanto mengatakan kondisi Ramadan 2020 memang berbeda karena jumlah uang
yang beredar tak banyak. Hal ini merupakan imbas dari penurunan permintaan dan
perputaran uang yang bersumber dari penurunan aktivitas ekonomi karena COVID-19.
“Memang tidak wajar, situasi tidak normal,” ucap Suhariyanto. Baca juga: Anomali di
Balik Rendahnya Inflasi Ramadan dan Lebaran 2020 Secara lebih detail, gangguan pola
ini juga tampak dari kelompok-kelompok pengeluaran yang dicatat BPS secara berkala.
Yang paling kentara adalah rendahnya inflasi pendidikan padahal bulan Juli bertepatan
dengan pembukaan tahun ajaran baru. Inflasi Juli 2020 hanya 0,16% dengan andil 0,01%.
Salah satu komponen yang mendapat perhatian BPS adalah kenaikan biaya sekolah SD
dengan andil 0,01%. Berbeda dengan Juli 2018-2019, inflasi sub sektor pendidikan waktu
itu mencapai 1,29% dan 1,16%. Sementara itu inflasi perlengkapan pendidikan Juli 2018-
2019 adalah 0,56% dan 0,66%. Di samping pendidikan, inflasi dari kategori makanan,
minuman, dan tembakau juga mengalami perubahan. Selama Juli 2018 dan 2019,
kelompok pengeluaran ini mengalami inflasi 0,45% dan 0,24%. Di 2020, justru tercatat
inflasi minus 0,73% alias deflasi dengan andil minus 0,19%. Kelompok bahan makanan
juga sama. Selama Juli 2019 terjadi inflasi 0,8% dengan andil 0,17%. Periode yang sama
di tahun 2020 malah tercatat inflasi minus 1,06% dengan andil minus 0,19%. Sejumlah
penyebabnya terkait turunnya harga sejumlah komoditas pangan. Antara lain bawang
merah dengan andil deflasi 0,11%, daging ayam ras 0,04%, bawang putih 0,03%. Lalu
ada penurunan harga beras, cabai rawit, kelapa, dan gula pasir dengan andil masing-
masing 0,01%. Sebaliknya penyumbang inflasi tertinggi di Juli 2020 ini adalah
pengeluaran perawatan pribadi dan jasa lainnya. Inflasinya mencapai 0,93% dengan andil
0,06%. Kedua angka itu adalah yang tertinggi dari 11 kelompok indikator yang dipantau
BPS. Komoditas penyumbang inflasi dalam kategori ini adalah kenaikan harga emas
yang terjadi di 80 dari 90 kota IHK yang menjadi basis data BPS. Andil inflasi emas
sendiri mencapai 0,05%. Sejalan dengan itu harga emas Antam juga menunjukkan
kenaikan hingga di posisi puncak Rp1,028 juta per gram. Padahal selama 2019 hingga
sebelum pandemi COVID-19 di awal Maret 2020, harganya berfluktuasi di kisaran
Rp600-700 ribu per gram. Sejumlah penyebab kenaikan harga emas bisa ditelisik dari
keputusan sebagian masyarakat untuk berinvestasi di aset yang dinilai lebih aman dari
inflasi dan penurunan nilai mata uang. Belum lagi pandemi COVID-19 dikhawatirkan
terus berlanjut dan kasusnya masih naik. Baca juga: Saat Indonesia Tak Siap Hadapi
Lonjakan Pengangguran 2020 Ilusi di Balik Ucapan Jokowi: Waspadai Gelombang II
Corona Penurunan Daya Beli Salah satu perubahan terbesar yang diakibatkan COVID-19
pada inflasi hingga semester I 2020 adalah pergerakan inflasi yang memberi sinyal
penurunan daya beli. Inflasi tahunan Juli 2020 menunjukkan tanda terus menurun dari
April ke Juli 2020. Secara berturut-turut dari 2,67% menjadi 2,19%, 1,96%, dan 1,54%.
Inflasi tahun kalender Juli 2020 juga mencapai 0,98%. Idealnya inflasi pada Juli tiap
tahunnya selalu di atas 1% seperti tahun 2019 di kisaran 2,36%. Suhariyanto bilang
COVID-19 telah menyebabkan tren inflasi Indonesia dan berbagai negara melambat
bahkan mengarah deflasi. Ia bilang pada periode ini angka inflasi mencatat gangguan
yang ditimbulkan dari lonjakan PHK dan perubahan skema kerja menjadi WFH sehingga
memukul permintaan yang berimbas pada suplai. Pelemahan daya beli ini menurutnya
juga terlihat dari anjloknya inflasi inti. Pada Juli 2020 angkanya hanya 0,16% dengan
andil 0,11% padahal tahun 2019 lalu 0,33% dengan andil 0,2%.
3 Pada dasarnya perdagangan internasional meliputi export dan import , jika kita
mengexport suatu produk , produk itu akan di jual dengan lebih mahal dibandingkan
dijual secara lokal,sehingga menambah deficit suatu negara , Perdagangan internasional
memberikan keanekaragaman barang dan jasa. Kita dapat membayangkan jika Indonesia
tidak mempunyai hubungan perdagangan internasional dengan negara lain di dunia.
Keanekaragaman barang dan jasa yang diperdagangkan di pasar dalam negeri Indonesia
akan sangat terbatas. Misalnya, kita tidak menemui komputer buatan Amerika, tidak ada
jam tangan buatan Swiss, atau mobil dari Jepang. Sekalipun Indonesia dapat
mengembangkan industri substitusi impor untuk memproduksi mobil sendiri, biaya
produksinya akan melebihi harga mobil impor dari Jepang suatu contoh sebuah negara
membatasi perdagangan internasional adalah di bagian export benih lobster di Indonesia ,
karena memang diluar mereka membeli benih lobster dengan harga yang lebih tinggi
yaitu kisaran Rp 30.000./benih tetapi jika kita membudidayakan lobster tersebut kita akan
untung lebih banyak yaitu samai Rp 700.000/ekor terkadang import dan export harus kita
batasi ,supaya produsen-produsen lokal tidak kalah pamor dengan produsen luar , kita
harus import barang yang tidak kita punya dan export barang jadi , jika kita mengexport
barang mentah kita akan rugi banyak maka dari itu ada beberapa perdagangan
internasional yang di batasi
4 Jika di sebuah negara pertumbuhan ekonominya sangat stabil , di ikuti dengan jalanya
pembangunan ekonomi , pertumbuhan ekonomi di cirikan dengan sdm yang berkualitas
sehingga memerlukan fasilitas fasiltas yang dapat memanfaatkan sumber daya manusia
tersebut maka dari itu di sebuah negara maju yang di dominasi oleh sdm yang berkualitas
mereka mempunyai pembangunan yang sangat memumpuni dan bisa memanfaatkan
semua sumber daya yang ada di negara tersebut jadi jika negara tersebut bisa
memanfaarkan sumbner daya yang ada otomatis akan mendorong ekonomi di negara
tersebut
5 Penyebab Resesi Ekonomi di Suatu Negara

Secara umum, ekspansi dan pertumbuhan ekonomi tidak dapat bertahan selamanya.
Diwartakan Business Insider, penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan biasanya
dipicu oleh kombinasi faktor-faktor yang kompleks dan saling berhubungan, termasuk:

- Guncangan ekonomi. Peristiwa tak terduga yang menyebabkan gangguan ekonomi yang
meluas, seperti bencana alam atau serangan teroris. Contoh terbaru adalah pandemi
COVID-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia.

- Kehilangan kepercayaan konsumen. Ketika konsumen mengkhawatirkan keadaan


ekonomi, mereka memperlambat pengeluaran mereka dan menyimpan uang. Karena
hampir 70% dari PDB bergantung pada belanja konsumen, seluruh perekonomian dapat
melambat secara drastis.

- Suku bunga tinggi. Suku bunga tinggi membuat harga rumah, mobil, dan pembelian
besar lainnya mahal. Perusahaan mengurangi pengeluaran dan rencana pertumbuhan
mereka karena biaya pembiayaan terlalu tinggi dan mengakibatkan perekonomian
menyusut.

- Deflasi. Kebalikan dari inflasi, deflasi berarti harga produk dan aset turun karena
penurunan permintaan yang besar. Ketika permintaan turun, harga juga turun sebagai
cara penjual mencoba menarik pembeli.

Orang-orang menunda pembelian, menunggu harga yang lebih rendah, menyebabkan


spiral yang terus menurun atau aktivitas ekonomi yang lambat dan pengangguran yang
lebih besar.

- Gelembung aset. Dalam gelembung aset, harga barang-barang seperti saham teknologi
dot-com atau real estat sebelum Great Recession naik dengan cepat karena pembeli
percaya harga akan terus meningkat.

Namun, kemudian gelembung pecah, orang kehilangan apa yang mereka miliki di atas
kertas dan ketakutan muncul. Akibatnya, orang dan perusahaan menarik kembali
pengeluaran, sehingga memberi jalan pada resesi.

Dampak Resesi Ekonomi


1
Resesi bersifat destruktif karena biasanya menciptakan pengangguran yang tersebar luas.
Itulah mengapa banyak orang akan terkena dampak saat resesi terjadi. Ketika tingkat
pengangguran meningkat, pembelian konsumen semakin turun. Bisnis bisa bangkrut.

Dalam banyak resesi, orang kehilangan rumah ketika mereka tidak mampu membayar
cicilan rumah. Kaum muda sulit mendapatkan pekerjaan yang baik setelah lulus sekolah.
Resesi juga bisa membuat orang lebih sulit untuk mendapatkan peluang dan promosi
baru.

Mereka yang tetap bekerja mungkin akan tidak mengalami kenaikan gaji - atau harus
bekerja lebih lama atau menerima pemotongan gaji.

Namun, dampak resesi biasanya tidak dirasakan sama di seluruh masyarakat, dan
ketidaksetaraan dapat meningkat.
1. Sector wisata
2. Sector produksi
3. Sector ekonomi
4. Sector transportasi
5. Sektir sosial
6. Sector pangan
Berikut adalah sector yang terkena dampak resesi saat ini
Pendapat saya tentang kebijakan dengan mendiskonkan beberapa keperluan listrik pajak
dan lain lain sebenernya masih belum cukup dikarenakan banyak sekali masyarakat yang
telah kelihalangan pekerjaanya, walaupun sudah diberikan diskon atas kewajibanya
masyarakat yang kehilangan pekerjaanya tetap tidak bisa membayar
Sector yang menurut saya yang akan cepat bangkit adalah sector pangan
Karena mau tidak mau sector pangan harus di pulihkan terlebih dahulu , karena
pemerintah tidak bisa memilih rakyatnya mati akan corona ataupun mati kelaparan
Jika pemerintah lebih memilih rakyatnya mati kelaparan seluruh bangsa ini akan terpecah
belah kerusuhan di mana mana , itulah salah satu dilemma pemerintah saat ini

Anda mungkin juga menyukai