Oleh :
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM DOKTOR HUKUM
UNIVERSITAS BOROBUDUR
JAKARTA, 2023
1
A. Pendahuluan
Saat ini dunia berada dalam krisis ekonomi global yang juga
berpengaruh terhadap ekonomi domestik masing-masing negara di dunia
termasuk Indonesia. Bank Dunia dalam laporannya yang berjudul “Is a Global
Recession Imminent?” memprediksi kemungkinan terjadinya resesi ekonomi
global pada tahun 2023 serta tahun selanjutnya. Disebutkan dalam laporan
tersebut, bahwa sejak awal tahun 2023, telah memburuknya prospek
pertumbuhan dengan cepat ditambah dengan kenaikan inflasi dan pengetatan
kondisi pembiayaan, telah memicu perdebatan tentang kemungkinan
terjadinya resesi global - kontraksi PDB per kapita global. 1 Prediksi tersebut,
terasa semakin nyata dengan beberapa indikasi yang sudah mulai terjadi,
seperti kenaikan suku bunga acuan secara agresif yang dilakukan bank sentral
berbagai negara dalam upaya meredam laju inflasi.
Terjadinya krisis ekonomi global tersebut adalah ketika bank sentral di
seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga sebagai respons
terhadap inflasi, dunia mungkin akan menuju resesi global pada tahun 2023
serta tahun selanjutnya dan serangkaian krisis keuangan di negara-negara
emerging market dan berkembang yang akan berdampak jangka panjang.
Perkiraan kenaikan suku bunga dan tindakan kebijakan lainnya saat ini
mungkin tidak cukup untuk mengembalikan inflasi global ke tingkat
sebelumnya.2
Ketidakpastian global saat ini sangat mengkhawatirkan banyak negara,
termasuk Indonesia. Akibat kenaikan harga energi hingga suku bunga acuan di
1
World Bank, Is a Global Recession Imminent?, https://www.worldbank.org/en/research/
brief/global-recession
2
World Bank, Risk of Global Recession in 2023 Rises Amid Simultaneous Rate Hikes, Press
Release, 15 September 2022, https://www.worldbank.org/en/news/press-release/2022/09/15/risk-
of-global-recession-in-2023-rises-amid-simultaneous-rate-hikes
2
dalam sasaran 3,0±1% pada 2023 dan 2,5±1% pada 2024. Menyikapi hal
ini, beberapa negara sudah menarik insentif moneter dan fiskalnya sebagai
upaya mengatasi risiko dari inflasi yang terus meningkat.
4. Kenaikan suku bunga acuan.
Bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga
acuan sejak semester kedua tahun ini, seperti Bank of England dan the
Federal Reserve (The Fed). Tekanan inflasi di negara Barat dan AS
membuat bank sentral terus menaikkan suku bunga acuan untuk
mengendalikan inflasi. Demikian halnya kenaikan suku bunga acuan di
negara-negara anggota G20 seperti Brasil, India, dan Indonesia. Kenaikan
suku bunga acuan secara bersamaan yang dilakukan oleh bank-bank
sentral di seluruh dunia akan memberikan dampak terhadap pertumbuhan
ekonomi dan dapat menyebabkan terjadinya resesi ekonomi global.
5. Penurunan permintaan global.
Akhir-akhir ini perusahaan di banyak negara mulai mengurangi hasil
produksinya karena permintaan global mengalami penurunan. Hal ini
menunjukkan kelesuan ekonomi dan menyebabkan pertumbuhan ekonomi
secara global akan berkontraksi.
Selain faktor penyebab di atas, yang utama adalah sistem ekonomi
kapitalisme yang ternyata tidak membawa kemanfaatan bagi umat manusia di
dunia, namun sebaliknya menimbulkan krisis ekonomi yang telah
menghancurkan kehidupan jutaan orang tidak hanya di Amerika dan Eropa,
namun juga di seluruh dunia. Situasi ini merupakan sebuah peringatan dan
karenanya semua negara yang mengalami krisis harus bangkit.
Sistem ekonomi kapitalisme yang mengakibatkan resesi ekonomi
berdampak pada penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi
seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan. Selain karena
meningkatnya harga-harga secara tajam, sehingga menyebabkan ekonomi
menjadi stagnan atau dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi, resesi
4
ekonomi juga bisa terjadi karena turunnya harga-harga atau deflasi. Situasi ini
dapat membuat ekonomi global ke depan akan menjadi lebih gelap.
Secara global perlambatan ekonomi akibat krisis ekonomi akan
membuat sektor riil menahan kapasitas produksinya, sehingga Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) akan sering terjadi bahkan beberapa perusahaan
mungkin menutup dan tidak lagi beroperasi. Kinerja instrumen investasi akan
mengalami penurunan sehingga investor cenderung menempatkan dananya
pada bentuk investasi yang aman. Ekonomi yang semakin sulit pasti
berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat karena mereka akan lebih
selektif menggunakan uangnya dengan fokus pemenuhan kebutuhan terlebih
dahulu. Hal ini dapat dilihat pada mayoritas negara-negara di Eropa, di mana
masyarakatnya lebih memprioritaskan kebutuhan hidup sehari-hari atau
kebutuhan primer seperti kebutuhan pokok.
Secara domestik ancaman resesi ekonomi global terhadap Indonesia
akan ditandai, antara lain:
1. Permintaan ekspor produk jadi Indonesia, seperti tekstil dan kerajinan
menurun, terutama dari Amerika Serikat, Eropa, dan Tiongkok.
2. Penurunan harga beberapa komoditas minyak mentah, minyak sawit
mentah (CPO), dan logam dasar.
3. Kenaikan suku bunga di negara-negara maju yang menyebabkan aliran
modal mengalir ke luar negeri.
4. Pertumbuhan ekonomi melambat.
5. Meningkatnya beban biaya usaha akibat depresiasi rupiah.
Ancaman akan terjadinya resesi ekonomi global ini perlu disikapi oleh
pemerintah dengan melakukan langkah antisipatif untuk terus mendorong
kinerja perekonomian nasional. Walaupun kinerja perekonomian nasional saat
ini cukup positif, namun jika resesi ekonomi global benar-benar terjadi maka
Indonesia diyakini akan terkena dampaknya dan dapat menyeret Indonesia ke
dalam “jurang” resesi ekonomi tersebut. Hanya saja Indonesia tertolong
dengan adanya sektor riil seperti Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana ekonomi Islam kunci penyelesaian krisis ekonomi global dan
domestik?
C. Pembahasan
Ekonomi Islam atau ekonomi syariah adalah bagian dari hukum Islam
khususnya mengatur kegiatan ekonomi umat Islam berdasarkan berdasarkan
syariat Islam yang bersumber kepada Al Qur’an da Ass-Sunnah serta ijma’
para ulama dengan tujuan untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
Evita Isretno Hadi menyatakan, bahwa ekonomi syariah merupakan ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang
dilhami oleh nilai-nilai Islam.4 Menurut S. M. Hasanuz Zaman, ekonomi
4
Evita Isretno Israhadi, 2018, Bahan Ajar Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Hukum
Universitas Borobudur, Jakarta, hlm. 1.
7
5
S. M. Hasanuz Zaman, 1984, “Definition of Islamic Economics”, Journal of King Abdulaziz
University: Islamic Economics, Vol. 1, No. 2, p. 1.
6
Aan Anshori, 2016, “Digitalisasi Ekonomi Syariah”. Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis
Islam, Vol.7 No.1, hlm. 4.
7
Mahkamah Agung RI, 2011, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Direktorat Jenderal Badan
Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Jakarta, hlm. 1.
8
berbasis bunga, tidak ada bagian yang disisihkan untuk masyarakat miskin.
Yang kaya mengumpulkan semua kekayaannya, sementara yang miskin tidak
memiliki apa-apa.
Meysam Salimi menyatakan, bahwa dalam konteks Islam, terdapat
keyakinan tentang keadilan dan kewajaran dalam bidang ekonomi. Tidak ada
tingkat bunga (riba) yang besar yang merupakan ciri utama kapitalisme.
Menurut pandangan Islam, manusia adalah wakil Tuhan di muka bumi dan
mempunyai kewenangan kepemilikan yang terbatas dalam hal produksi,
sedangkan dalam perspektif kapitalisme tidak ada batasan tersebut. Dalam
sistem ekonomi Islam terdapat intervensi pemerintah terhadap aktivitas
ekonomi, sehingga menjamin kesejahteraan warga kurang mampu. Selain itu,
beberapa spesifikasi khas sistem ekonomi Islam seperti penghapusan bunga,
lembaga sadaqat dan zakat, konsep halal dan haram, pemerataan kekayaan,
larangan penimbunan dan penekanan pada peredaran kekayaan, kepedulian
terhadap kesejahteraan orang miskin tidak berada dalam sistem perekonomian
kapitalisme.9
Sedangkan dalam ekonomi kapitalisme adanya kepemilikan pribadi
yang tidak terbatas atas alat produksi, perdagangan dan distribusi; kebebasan
ekonomi; motif keuntungan sebagai insentif untuk kegiatan produktif; pasar
bebas dan persaingan; adanya monopoli; perbankan dan lembaga kepentingan;
kesenjangan yang besar dalam distribusi kekayaan; eksploitasi ekonomi
terhadap yang lemah oleh yang kuat dan lain-lain yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Pertama, dalam ekonomi kapitalisme terdapat hak yang tidak terbatas
atas kepemilikan pribadi atas properti dalam sistem ekonomi kapitalisme oleh
setiap warga negara. Orang-orang ini dapat memperoleh, atau mengalihkan
properti mereka dengan cara apa pun tidak mengenal halal dan haram. Juga
kebebasan dalam sistem kapitalis, kebebasan ekonomi yang tidak dibatasi dan
9
Meysam Salimi, 2012, “A Comparative Analysis on Capitalism and Islamic Economic
System”, March 1, Available at SSRN: https://ssrn.com/abstract=2019019 or
http://dx.doi.org/10.2139/ ssrn.2019019
12
tidak adanya campur tangan negara dianggap sebagai ciri utama dari
perspektif ini. Setiap warga negara mempunyai kebebasan untuk memulai,
membentuk dan mendirikan perusahaan dan usaha apa pun. Orang-orang
dalam sistem ini mempunyai kebebasan penuh untuk memperoleh pendapatan
sebanyak-banyaknya dan membelanjakan pendapatannya sesuai keinginannya.
Kedua, dalam sistem ekonomi kapitalisme ini, karena kebebasan
ekonomi yang tidak dibatasi, lazimnya anggota organisasi memperoleh
kekayaannya melalui cara-cara kotor seperti perjudian dan prostitusi,
penyelundupan, pemasaran gelap, pengambilan keuntungan, penimbunan,
spekulasi, penipuan, serta eksploitasi, pemalsuan.
Ketiga, karakteristik inti kapitalisme lainnya adalah persaingan, yang
akibatnya dapat membawa perusahaan pada kehancuran. Untuk mencegah
agar tidak terjadi kebangkrutan, maka usaha-usaha kecil didorong untuk
melebur menjadi usaha-usaha besar sehingga timbullah monopoli atau kartel.
Dalam sistem Monopoli persaingan bebas hancur dan terjadi inflasi harga
yang pada akhirnya dapat menimbulkan pengangguran. Oleh karena itu, buruh
dan konsumen sama-sama dieksploitasi dalam situasi seperti ini. Selain itu,
ada beberapa aspek negatif lain mengenai monopoli termasuk siklus
perdagangan, produksi yang tidak terencana, persaingan yang berlebihan,
peningkatan akumulasi modal yang menyebabkan ketidakseimbangan antara
penawaran dan permintaan dan akibatnya menyebabkan resesi ekonomi.
Keempat, pembentukan sistem perbankan untuk meminjam uang dan
menghasilkan bunga adalah tujuan utama bentuk perekonomian kapitalistik.
Untuk kegiatan bisnis, pertukaran dan industri diperlukan dana yang besar
untuk proyek-proyek yang berbeda dan tidak ada individu atau perusahaan
yang dapat mengaturnya.
Kelima, akibat lain dari kewenangan yang tidak terbatas atas kebebasan
ekonomi kapitalisme dan kurangnya kendali atas kepemilikan pribadi secara
praktis telah mengarah pada eksploitasi pihak yang lemah oleh pihak yang
kuat dalam masyarakat kapitalis. Dalam sistem ekonomi kapitalis, misalnya
13
10
Aneesh A, Abdul Khadar and Parameshwara, 2022, “Islamic Finance - A Best Solution To
The Global Financial Crisis”, July 4, Available at SSRN: https://ssrn.com/abstract=4153491 or
http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.4153491
15
10. Potensi bisnis syariah dunia, yakni dengan diterimanya ekonomi syariah di
negara-negara non muslim Eropa dengan mengadopsi perbankan dan jasa
keuangan Islam di mana Inggris saat sebagai pusat ekonomi syariah dunia.
Berdasarkan uraian di atas, maka diharapkan ke depan, bukan ekonomi
Islam bukan saja sebagai kunci penyelesaian krisis ekonomi global, akan
tetapi juga kunci penyelesaian krisis ekonomi domestik. Seperti halnya
Indonesia diharapkan dapat memimpin implementasi ekonomi syariah di
kancah dunia, karena memiliki potensi jumlah penduduk muslim terbesar di
dunia.
D. Penutup
Ekonomi Islam kunci penyelesaian krisis ekonomi global dan domestik
merupakan suatu keniscayaan. Hal ini telah terbukti sejak beberapa abad sejak
lahirnya ekonomi Islam, di mana negara-negara yang menganut ekonomi
syariah yang tidak pernah mengalami krisis ekonomi. Demikian pula pada saat
ini negara-negara Timur Tengah yang menganut ekonomi syariah tidak
mengalami dampak signifikan akibat krisis global.
Krisis ekonomi global dan domestik yang terjadi saat ini adalah akibat
ekonomi kapitalisme, sehingga terjadi ketimpangan-ketimpangan ekonomi
pada sebagian besar negara-negara dunia yang pada gilirannya berdampak
pada merosotnya kestabilan ekonomi masing-masing negara di dunia termasuk
Indonesia.
Berdasarkan kenyataan, maka hanya ekonomi Islam-lah sebagai kunci
penyelesaian krisis ekonomi global dan domestik. Hal ini dapat terwujud
tergantung good will masing-masing negara di dunia termasuk Indonesia
untuk serius menggunakan ekonomi Islam sebagai perekonomian negara
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
18
DAFTAR PUSTAKA
Evita Isretno Israhadi, 2018, Bahan Ajar Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas
Hukum Universitas Borobudur, Jakarta.
Islam21C, 2020, Erdogan: Islamic economic system can lead world out of crisis,
21st June, https://www.islam21c.com/news/erdogan-islamic-economic-
system-can-lead-world-out-of-crisis/
V. Rivai dan A. Arifin, 2010, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan
Aplikasi, Bumi Aksara, Jakarta.
World Bank, Risk of Global Recession in 2023 Rises Amid Simultaneous Rate
Hikes, Press Release, 15 September 2022, https://www.worldbank.org/
en/news/press-release/2022/09/15/risk-of-global-recession-in-2023-rises-
amid-simultaneous-rate-hikes