Anda di halaman 1dari 19

0

EKONOMI ISLAM KUNCI PENYELESAIAN KRISIS


EKONOMI GLOBAL DAN DOMESTIK

TUGAS MATA KULIAH


HUKUM EKONOMI PEMBANGUNAN

Dosen : Dr. Evita Isretno Israhadi S.H., M.H., M.Si.

Oleh :

1. Dwi Tunggal Adi Rahmanto : NIM: 22730514


2. Nama
3. Nama
4. Nama
5. Nama
6. Nama
7. Nama
8. Nama

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM DOKTOR HUKUM
UNIVERSITAS BOROBUDUR
JAKARTA, 2023
1

EKONOMI ISLAM KUNCI PENYELESAIAN KRISIS EKONOMI


GLOBAL DAN DOMESTIK

A. Pendahuluan
Saat ini dunia berada dalam krisis ekonomi global yang juga
berpengaruh terhadap ekonomi domestik masing-masing negara di dunia
termasuk Indonesia. Bank Dunia dalam laporannya yang berjudul “Is a Global
Recession Imminent?” memprediksi kemungkinan terjadinya resesi ekonomi
global pada tahun 2023 serta tahun selanjutnya. Disebutkan dalam laporan
tersebut, bahwa sejak awal tahun 2023, telah memburuknya prospek
pertumbuhan dengan cepat ditambah dengan kenaikan inflasi dan pengetatan
kondisi pembiayaan, telah memicu perdebatan tentang kemungkinan
terjadinya resesi global - kontraksi PDB per kapita global. 1 Prediksi tersebut,
terasa semakin nyata dengan beberapa indikasi yang sudah mulai terjadi,
seperti kenaikan suku bunga acuan secara agresif yang dilakukan bank sentral
berbagai negara dalam upaya meredam laju inflasi.
Terjadinya krisis ekonomi global tersebut adalah ketika bank sentral di
seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga sebagai respons
terhadap inflasi, dunia mungkin akan menuju resesi global pada tahun 2023
serta tahun selanjutnya dan serangkaian krisis keuangan di negara-negara
emerging market dan berkembang yang akan berdampak jangka panjang.
Perkiraan kenaikan suku bunga dan tindakan kebijakan lainnya saat ini
mungkin tidak cukup untuk mengembalikan inflasi global ke tingkat
sebelumnya.2
Ketidakpastian global saat ini sangat mengkhawatirkan banyak negara,
termasuk Indonesia. Akibat kenaikan harga energi hingga suku bunga acuan di

1
World Bank, Is a Global Recession Imminent?, https://www.worldbank.org/en/research/
brief/global-recession
2
World Bank, Risk of Global Recession in 2023 Rises Amid Simultaneous Rate Hikes, Press
Release, 15 September 2022, https://www.worldbank.org/en/news/press-release/2022/09/15/risk-
of-global-recession-in-2023-rises-amid-simultaneous-rate-hikes
2

berbagai negara, inflasi menjadi melonjak. Sudah terdapat 5 negara di dunia


dengan lonjakan inflasi hingga di atas 80%. Ancaman resesi dan perlambatan
ekonomi global pada tahun 2023 serta tahun selanjutnya bukanlah tantangan
yang mudah, terutama akibat ketegangan geopolitik yang berimbas pada
disrupsi rantai pasok global berpotensi berimbas pada perekonomian
domestik. Disamping tantangan geopolitik dan resesi ekonomi tersebut, dunia
juga menghadapi tantangan perubahan iklim yang akan sangat mempengaruhi
keuangan negara, perekonomian, dan kesejahteraan rakyat.
Terdapat beberapa penyebab pemicu terjadinya resesi ekonomi global
antara lain:
1. Pandemi Covid-19
Walaupun sudah mulai mereda dan banyak negara yang telah
membebaskan warganya untuk beraktivitas seperti biasa. Namun pada saat
meluasnya wabah Covid-19 pada awal tahun 2020 sampai dengan awal
tahun ini, aktivitas ekonomi global menurun drastis. Setiap negara lebih
fokus untuk menangani Covid-19 dan menerapkan pembatasan aktivitas,
termasuk aktivitas ekonomi. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi secara
global pun mengalami kontraksi.
2. Perang Rusia-Ukraina
Perang yang berlangsung sejak bulan Februari 2022 lalu, telah
menghilangkan PDB global hingga USD2,8 triliun. Perang Rusia- Ukraina
mengganggu rantai pasok global ,sehingga menimbulkan krisis terutama di
sektor pangan dan energi, yang pada akhirnya mengakselerasi laju inflasi.
Perang Rusia-Ukraina merupakan faktor utama penyebab terjadinya resesi
ekonomi global.
3. Tingginya tingkat inflasi.
Dalam laporan World Economic Outlook edisi Oktober 2022, International
Monetary Fund (IMF) memproyeksikan laju inflasi global mencapai 8,8%
pada 2022 dan akan menurun pada tahun 2023 yaitu menjadi 6,5%. Inflasi
Indonesia menurut Bank Indonesia diproyeksikan menurun dan kembali ke
3

dalam sasaran 3,0±1% pada 2023 dan 2,5±1% pada 2024. Menyikapi hal
ini, beberapa negara sudah menarik insentif moneter dan fiskalnya sebagai
upaya mengatasi risiko dari inflasi yang terus meningkat.
4. Kenaikan suku bunga acuan.
Bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga
acuan sejak semester kedua tahun ini, seperti Bank of England dan the
Federal Reserve (The Fed). Tekanan inflasi di negara Barat dan AS
membuat bank sentral terus menaikkan suku bunga acuan untuk
mengendalikan inflasi. Demikian halnya kenaikan suku bunga acuan di
negara-negara anggota G20 seperti Brasil, India, dan Indonesia. Kenaikan
suku bunga acuan secara bersamaan yang dilakukan oleh bank-bank
sentral di seluruh dunia akan memberikan dampak terhadap pertumbuhan
ekonomi dan dapat menyebabkan terjadinya resesi ekonomi global.
5. Penurunan permintaan global.
Akhir-akhir ini perusahaan di banyak negara mulai mengurangi hasil
produksinya karena permintaan global mengalami penurunan. Hal ini
menunjukkan kelesuan ekonomi dan menyebabkan pertumbuhan ekonomi
secara global akan berkontraksi.
Selain faktor penyebab di atas, yang utama adalah sistem ekonomi
kapitalisme yang ternyata tidak membawa kemanfaatan bagi umat manusia di
dunia, namun sebaliknya menimbulkan krisis ekonomi yang telah
menghancurkan kehidupan jutaan orang tidak hanya di Amerika dan Eropa,
namun juga di seluruh dunia. Situasi ini merupakan sebuah peringatan dan
karenanya semua negara yang mengalami krisis harus bangkit.
Sistem ekonomi kapitalisme yang mengakibatkan resesi ekonomi
berdampak pada penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi
seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan. Selain karena
meningkatnya harga-harga secara tajam, sehingga menyebabkan ekonomi
menjadi stagnan atau dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi, resesi
4

ekonomi juga bisa terjadi karena turunnya harga-harga atau deflasi. Situasi ini
dapat membuat ekonomi global ke depan akan menjadi lebih gelap.
Secara global perlambatan ekonomi akibat krisis ekonomi akan
membuat sektor riil menahan kapasitas produksinya, sehingga Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) akan sering terjadi bahkan beberapa perusahaan
mungkin menutup dan tidak lagi beroperasi. Kinerja instrumen investasi akan
mengalami penurunan sehingga investor cenderung menempatkan dananya
pada bentuk investasi yang aman. Ekonomi yang semakin sulit pasti
berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat karena mereka akan lebih
selektif menggunakan uangnya dengan fokus pemenuhan kebutuhan terlebih
dahulu. Hal ini dapat dilihat pada mayoritas negara-negara di Eropa, di mana
masyarakatnya lebih memprioritaskan kebutuhan hidup sehari-hari atau
kebutuhan primer seperti kebutuhan pokok.
Secara domestik ancaman resesi ekonomi global terhadap Indonesia
akan ditandai, antara lain:
1. Permintaan ekspor produk jadi Indonesia, seperti tekstil dan kerajinan
menurun, terutama dari Amerika Serikat, Eropa, dan Tiongkok.
2. Penurunan harga beberapa komoditas minyak mentah, minyak sawit
mentah (CPO), dan logam dasar.
3. Kenaikan suku bunga di negara-negara maju yang menyebabkan aliran
modal mengalir ke luar negeri.
4. Pertumbuhan ekonomi melambat.
5. Meningkatnya beban biaya usaha akibat depresiasi rupiah.
Ancaman akan terjadinya resesi ekonomi global ini perlu disikapi oleh
pemerintah dengan melakukan langkah antisipatif untuk terus mendorong
kinerja perekonomian nasional. Walaupun kinerja perekonomian nasional saat
ini cukup positif, namun jika resesi ekonomi global benar-benar terjadi maka
Indonesia diyakini akan terkena dampaknya dan dapat menyeret Indonesia ke
dalam “jurang” resesi ekonomi tersebut. Hanya saja Indonesia tertolong
dengan adanya sektor riil seperti Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan
5

digunakannya sistem ekonomi Islam atau ekonomi syariah di sektor keuangan,


sehingga masih mampu bertahan akibat resesi global terhadap ekonomi
domestik.
Sehubungan terjadinya krisis ekonomi global dan domestik yang
melanda negara-negara di dunia, maka sebagai kunci penyelesaiannya adalah
melalui implementasi ekonomi Islam atau ekonomi syariah secara parsial
maupun global. Sebagaimana dikemukakan oleh Presiden Turki Recep Tayyip
Erdogan pada Konferensi Internasional Ekonomi dan Keuangan Islam ke-12,
15 Juni 2020, bahwa “Islamic tools offer a “key” to get out of the economic
woes the world is now facing”.3 (Alat-alat Islam menawarkan “kunci” untuk
keluar dari kesengsaraan ekonomi yang kini dihadapi dunia).
Pernyataan tersebut cukup beralasan, hal ini dikarenakan terjadi krisis
ekonomi global saat ini merupakan bukti gagalnya sistem ekonomi kapitalis
dan Indonesia yang merupakan bagian dari ekonomi kapitalis sangat rentan
akan dampaknya. Seharusnya ekonomi Indonesia yang sebagian besar
mayoritas muslim, lebih mengutamakan ekonomi Islam atau ekonomi syariah
seluas-luasnya, yaitu ekonomi berazaskan keadilan.
Sekarang ini, ekonomi Indonesia hanya ditopang oleh sekelompok kecil
pengusaha besar, pengusaha asing, dan BUMN. Selain itu, telah terjadi
penguasaan modal oleh oligarki yang menguasai hampir seluruh kekayaan dan
sumber daya negara. Pengusaha asing tidak bisa diharapkan untuk menopang
ekonomi Indonesia, karena investasi mereka pada umumnya bersifat padat
modal, padat teknologi, dan jangka pendek. Investasinya kurang menyerap
tenaga kerja dan setiap saat mereka bisa membawa ke luar dananya, sebab
Indonesia menganut sistem devisa bebas. Apabila krisis ekonomi global
berlanjut, maka pengusaha besar dan BUMN tidak bisa bertahan, terlebih
apalagi ditinggal pergi para investor asing. Hal ini akan menimbulkan efek
domino kepada APBN, karena mereka menarik modalnya dan tidak bisa
membayar pajak. Akibatnya, pemerintah tidak bisa melakukan pembangunan,
3
Islam21C, 2020, Erdogan: Islamic economic system can lead world out of crisis, June 21st,
https://www.islam21c.com/news/erdogan-islamic-economic-system-can-lead-world-out-of-crisis/
6

disebabkan oleh kecilnya penerimaan negara. Maka akan terjadi penurunan


investasi dan kelesuan ekonomi, PHK, kemiskinan dan pengangguran akan
bertambah banyak. Dengan demikian, akan menganggu seluruh sendi
perekonomian, termasuk perekonomian rakyat Indonesia. Krisis ekonomi
global saat ini juga pasti memukul UKM dan ekonomi kerakyatan. Hal ini
Mengingat sebagian produk masyarakat mensuplai industri besar dan sebagian
lagi produknya dijual di pasar internasional, akan mengalami pukulan karena
krisis tersebut melemahkan daya beli masyarakat dunia (Amerika Serikat,
Eropa dan negara industri lainnya).
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa sistem ekonomi kapitalisme
telah mengakibatkan kesenjangan dan krisis ekonomi, tidak mampu mengatasi
akibat tersebut dengan cara sistemnya sendiri. Terhadap permasalahan ini
hanya ekonomi Islam-lah sebagai kunci yang mampu menyelesaikan krisis
global dan domestik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana ekonomi Islam kunci penyelesaian krisis ekonomi global dan
domestik?

C. Pembahasan
Ekonomi Islam atau ekonomi syariah adalah bagian dari hukum Islam
khususnya mengatur kegiatan ekonomi umat Islam berdasarkan berdasarkan
syariat Islam yang bersumber kepada Al Qur’an da Ass-Sunnah serta ijma’
para ulama dengan tujuan untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
Evita Isretno Hadi menyatakan, bahwa ekonomi syariah merupakan ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang
dilhami oleh nilai-nilai Islam.4 Menurut S. M. Hasanuz Zaman, ekonomi
4
Evita Isretno Israhadi, 2018, Bahan Ajar Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Hukum
Universitas Borobudur, Jakarta, hlm. 1.
7

Islam adalah “studi ekonomi yang berdasarkan prinsip-prinsip Islam, atau


ekonomi yang sesuai dengan syariah”.5
Menurut Zainuddin Ali, pengertian Ekonomi Syariah adalah kumpulan
norma hukum yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits yang mengatur
perekonomian umat manusia.6
Menurut Pasal 1 angka 1 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah,
“Ekonomi syariah adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh orang
perorang, kelompok orang, badan usaha yang berbadan hukum atau tidak
berbadan hukum dalam rangka memenuhi kebutuhan yang bersifat komersial
dan tidak komersial menurut prinsip Syariah”.7
Ekonomi Islam memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Allah adalah Pemelihara
Salah satu komponen inti sistem ekonomi Islam adalah konsep
Tuhan yang Maha Pemberi segala sesuatu. Menurut keyakinan Islam,
Tuhan telah menciptakan semua sumber daya yang digunakan selama
hidupnya. Allah bertanggung jawab untuk memberi makan dan memberi
makan semua makhluk-Nya dan juga manusia. Islam tidak hanya
menganjurkan agar umat Islam tidak berdiam diri demi rezekinya, tetapi
juga mendorong seseorang untuk melakukan yang terbaik untuk mencari
nafkah dengan menggunakan segala cara yang halal (Halal) dan adil.
2. Allah adalah Pemilik Nyata Segalanya dan Manusia hanyalah wakil di
muka bumi
Langit dan seluruh alam semesta adalah kepunyaan Allah Tuhan
Yang Maha Esa, namun Dia memberikan kewenangan kepada manusia
untuk memanfaatkan benda-benda yang berkaitan dengan keberadaannya

5
S. M. Hasanuz Zaman, 1984, “Definition of Islamic Economics”, Journal of King Abdulaziz
University: Islamic Economics, Vol. 1, No. 2, p. 1.
6
Aan Anshori, 2016, “Digitalisasi Ekonomi Syariah”. Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis
Islam, Vol.7 No.1, hlm. 4.
7
Mahkamah Agung RI, 2011, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Direktorat Jenderal Badan
Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Jakarta, hlm. 1.
8

di bumi. Sedangkan menurut keyakinan kapitalisme, manusia adalah


pemilik segala sesuatu yang dimilikinya.
3. Larangan Bunga (Riba)
Bunga (riba) merupakan salah satu komponen utama sistem
kapitalisme, dan bersifat moderat dalam sosialisme, namun dilarang dan
dihapuskan dalam sistem ekonomi Islam. Selain itu memungut bunga
merupakan dosa utama dalam Islam menurut keyakinan Islam.
4. Kebijakan Moderasi
Islam yang tidak mempunyai kebijakan radikal, namun mengikuti
jalan tengah dan menjauhi hal-hal ekstrem. Moderasi adalah kebijakan
terbaik menurut Islam.
5. Keadilan
Menurut keyakinan Islam, produksi dan distribusi kekayaan harus
setara, adil dan mengikuti keadilan, dan kepemilikan adalah sah dan harus
untuk penghidupan. Sedangkan sistem ekonomi kapitalisme menyatakan,
seperti hal-hal alamiah lainnya yang tidak ada persamaan antar umat
manusia, mengapa harus ada persamaan ekonomi dalam kepemilikan
kekayaan. Dalam Islam juga disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa
ketimpangan ini merupakan bagian dari tatanan ekonomi Ilahi dan adanya
dengan ketimpangan tersebut Allah bermaksud menguji manusia menurut
keyakinan umat Islam untuk mengetahui apakah mereka bersyukur
kepada-Nya atau tidak.
6. Larangan Menimbun Kekayaan
Islam jelas mengutuk penimbunan segala sesuatu demi mendapatkan
keuntungan, dan mereka yang menimbun hartanya diancam masuk neraka.
Selain itu, Islam tidak menganjurkan penimbunan kekayaan dan berusaha
memotivasi orang untuk mengedarkan kekayaan ke seluruh lapisan
masyarakat.
Sistem ekonomi Islam mencakup politik, ekonomi, dan masyarakat dan
pada kenyataan telah berhasil menyeimbangkan kepentingan pribadi melalui
9

upaya individu melalui instrumen pembagian keuntungan-kerugian, seperti


mudharabah (usaha patungan) dan murabahah (kontrak konsensual) dengan
melarang riba (bunga) dan gharar (spekulasi), yang menyebabkan disparitas,
dan mempromosikan altruisme sebagai hubungan timbal balik, bantuan
melalui wakaf, sadaqah dan zakat dalam ummah (komunitas) dengan prinsip
kesetaraan (egaliter). Dengan kata lain, ekonomi Islam mempunyai potensi
untuk mengubah kapitalisme menjadi sistem ekonomi berikutnya di zaman
modern, seperti halnya ekonomi Islam membawa inovasi moral dan keuangan
di Abad Pertengahan.
Peluang ekonomi Islam sebagai kunci penyelesaian krisis ekonomi
global dan domestik adalah cukup beralasan. Sistem syariah di sektor
perbankan dan industri keuangan perlahan-lahan mulai diterima masyarakat
dunia. Meski berlabel Islam, sistem ini telah menembus kehidupan negara-
negara non muslim.
Hal ini dapat dilihat dengan diterimanya prinsip-prinsip ekonomi Islam
oleh negara-negara Eropa terutama Inggris. Ditandai dengan adanya enam
bank di Inggris yang beroperasi dengan basis syariah, yakni Bank of London
and the Middle East (BLME), Al-Rayyan Bank, Gatehouse Bank, Qatar
Islamic Bank United Kingdom (QIB UK), European Islamic Investment Bank,
dan Abu Dhabi Islamic Bank United Kingdom (ADIB UK). Keenam bank
syariah tersebut memegang total aset dengan rentang $0,146 hingga $2,149
miliar dollar. Selain itu, terdapat Islamic Windows, istilah untuk
layanan/produk perbankan Islam yang ditawarkan oleh bank konvensional,
yang sudah dijalankan oleh 16 bank konvensional di Inggris.
Negara Inggris telah mengakui bahwa ekonomi Islam atau ekonomi
syariah lebih banyak diminati oleh sebagian besar masyarakat dan tahan
banting terhadap goncangan fluktuasi ekonomi global yang tidak menentu
sebagai akibat diterapkan sistem ekonomi kapitalisme di dunia saat ini.
Bahkan London juga menjadi pusat bisnis dan keuangan syariah di kawasan
Eropa saat ini bukan negara Indonesia dengan jumlah muslim terbesar di
10

dunia. Harus diakui bahwa Indonesia belum mampu memimpin ekonomi


syariah secara global. Bahkan di tingkat nasional, ekonomi syariah melalui
perbankan baru di angka sekitar 5 persen. Tingkat pengaplikasian ekonomi
syariah, pertama di negara-negara Timur Tengah. Kemudian Malaysia dan
ketiga Inggris. Negara-negara tersebut memiliki kesadarannya tinggi.
Mengerti prinsip-prinsip yang benar seperti keseimbangan, keadilan, dan bagi
hasil. Di seluruh dunia, aset keuangan syariah diproyeksikan tumbuh menjadi
US$ 3,5 triliun pada 2021 dari sebelumya US$ 2 triliun. Berdasarkan laporan
dari Refinitiv dan Islamic Corporation for the Development of Private Sector
(ICD), aset keuangan syariah global akan terus naik menjadi USD 3,69 triliun
di 2024.
Di tengah keguncangan ekonomi global, ekonomi syariah diyakini dapat
menjadi kunci penyelesaian krisis ekonomi global dan domestik dunia. Telah
kita ketahui bahwa ekonomi konvensional atau yang sering disebut ekonomi
kapitalisme hanya mengeruk keuntungan sebesar-besarnya, sehingga
meninggalkan keadilan. Ketika pada suatu fase (ekonomi kapitalisme) ini pada
titik nadir tidak mampu lagi mengatasi krisis yang terjadi dan mencari
keseimbangan baru, maka ekonomi Islam-lah sebagai kunci penyelesaiannya.
Perekonomian Islam dan kapitalis mempunyai beberapa perbedaan, yang
paling mendasar adalah bahwa perekonomian Islam dicirikan oleh pelarangan
bunga (riba) dan spekulasi (gharar) dan penegakan pembagian keuntungan-
kerugian sesuai syariah (mudharabah, murabahah, salam, dll). Perbedaan
mendasar antara kapitalisme dan ekonomi Islam adalah bahwa dalam ekonomi
sekuler, motif keuntungan dan kepemilikan pribadi memiliki kekuasaan yang
tidak terbatas dalam mengambil keputusan. Kemampuan ekonomi kapitalisme
tidak dipengaruhi oleh nilai-nilai Ketuhanan atau Ilahi.8
Ekonomi Islam bertujuan untuk pembangunan moral, memajukan
persatuan, keadilan sosial, distribusi yang adil dan merata, peredaran kekayaan
dan menyediakan kebutuhan dasar manusia. Dalam perekonomian kapitalisme
8
V. Rivai dan A. Arifin, 2010, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi, Bumi
Aksara, Jakarta, hlm. 17.
11

berbasis bunga, tidak ada bagian yang disisihkan untuk masyarakat miskin.
Yang kaya mengumpulkan semua kekayaannya, sementara yang miskin tidak
memiliki apa-apa.
Meysam Salimi menyatakan, bahwa dalam konteks Islam, terdapat
keyakinan tentang keadilan dan kewajaran dalam bidang ekonomi. Tidak ada
tingkat bunga (riba) yang besar yang merupakan ciri utama kapitalisme.
Menurut pandangan Islam, manusia adalah wakil Tuhan di muka bumi dan
mempunyai kewenangan kepemilikan yang terbatas dalam hal produksi,
sedangkan dalam perspektif kapitalisme tidak ada batasan tersebut. Dalam
sistem ekonomi Islam terdapat intervensi pemerintah terhadap aktivitas
ekonomi, sehingga menjamin kesejahteraan warga kurang mampu. Selain itu,
beberapa spesifikasi khas sistem ekonomi Islam seperti penghapusan bunga,
lembaga sadaqat dan zakat, konsep halal dan haram, pemerataan kekayaan,
larangan penimbunan dan penekanan pada peredaran kekayaan, kepedulian
terhadap kesejahteraan orang miskin tidak berada dalam sistem perekonomian
kapitalisme.9
Sedangkan dalam ekonomi kapitalisme adanya kepemilikan pribadi
yang tidak terbatas atas alat produksi, perdagangan dan distribusi; kebebasan
ekonomi; motif keuntungan sebagai insentif untuk kegiatan produktif; pasar
bebas dan persaingan; adanya monopoli; perbankan dan lembaga kepentingan;
kesenjangan yang besar dalam distribusi kekayaan; eksploitasi ekonomi
terhadap yang lemah oleh yang kuat dan lain-lain yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Pertama, dalam ekonomi kapitalisme terdapat hak yang tidak terbatas
atas kepemilikan pribadi atas properti dalam sistem ekonomi kapitalisme oleh
setiap warga negara. Orang-orang ini dapat memperoleh, atau mengalihkan
properti mereka dengan cara apa pun tidak mengenal halal dan haram. Juga
kebebasan dalam sistem kapitalis, kebebasan ekonomi yang tidak dibatasi dan

9
Meysam Salimi, 2012, “A Comparative Analysis on Capitalism and Islamic Economic
System”, March 1, Available at SSRN: https://ssrn.com/abstract=2019019 or
http://dx.doi.org/10.2139/ ssrn.2019019
12

tidak adanya campur tangan negara dianggap sebagai ciri utama dari
perspektif ini. Setiap warga negara mempunyai kebebasan untuk memulai,
membentuk dan mendirikan perusahaan dan usaha apa pun. Orang-orang
dalam sistem ini mempunyai kebebasan penuh untuk memperoleh pendapatan
sebanyak-banyaknya dan membelanjakan pendapatannya sesuai keinginannya.
Kedua, dalam sistem ekonomi kapitalisme ini, karena kebebasan
ekonomi yang tidak dibatasi, lazimnya anggota organisasi memperoleh
kekayaannya melalui cara-cara kotor seperti perjudian dan prostitusi,
penyelundupan, pemasaran gelap, pengambilan keuntungan, penimbunan,
spekulasi, penipuan, serta eksploitasi, pemalsuan.
Ketiga, karakteristik inti kapitalisme lainnya adalah persaingan, yang
akibatnya dapat membawa perusahaan pada kehancuran. Untuk mencegah
agar tidak terjadi kebangkrutan, maka usaha-usaha kecil didorong untuk
melebur menjadi usaha-usaha besar sehingga timbullah monopoli atau kartel.
Dalam sistem Monopoli persaingan bebas hancur dan terjadi inflasi harga
yang pada akhirnya dapat menimbulkan pengangguran. Oleh karena itu, buruh
dan konsumen sama-sama dieksploitasi dalam situasi seperti ini. Selain itu,
ada beberapa aspek negatif lain mengenai monopoli termasuk siklus
perdagangan, produksi yang tidak terencana, persaingan yang berlebihan,
peningkatan akumulasi modal yang menyebabkan ketidakseimbangan antara
penawaran dan permintaan dan akibatnya menyebabkan resesi ekonomi.
Keempat, pembentukan sistem perbankan untuk meminjam uang dan
menghasilkan bunga adalah tujuan utama bentuk perekonomian kapitalistik.
Untuk kegiatan bisnis, pertukaran dan industri diperlukan dana yang besar
untuk proyek-proyek yang berbeda dan tidak ada individu atau perusahaan
yang dapat mengaturnya.
Kelima, akibat lain dari kewenangan yang tidak terbatas atas kebebasan
ekonomi kapitalisme dan kurangnya kendali atas kepemilikan pribadi secara
praktis telah mengarah pada eksploitasi pihak yang lemah oleh pihak yang
kuat dalam masyarakat kapitalis. Dalam sistem ekonomi kapitalis, misalnya
13

pekerja dieksploitasi, petani, orang miskin, pelayan, rakyat dieksploitasi


masing-masing oleh tuan tanah, orang kaya, tuan dan penguasa, dan yang
paling parah, perbendaharaan negara dieksploitasi dan dijarah oleh orang-
orang yang berkuasa. Uang adalah agama setiap orang. Akibatnya, semua
orang berusaha mengeksploitasi orang lain secara ekonomi demi
mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya.
Kritik lainnya terhadap kelemahan ekonomi kapitalisme, sehingga
mengakibatkan krisis ekonomi global dan domestik secara garis besar adalah:
1. Ketimpangan dan ketidakstabilan ekonomi.
2. Kesenjangan social.
3. Distribusi uang dan penguasaan modal yang tidak adil.
4. Kesediaan terhadap monopoli pasar atau oligopoli (dan pemerintahan oleh
oligarki).
5. Imperialisme ekonomi dunia.
6. Eksploitasi dari segi budaya dan ekonomi.
7. Penindasan terhadap pekerja dan anggota serikat pekerja.
8. Banyaknya pengangguran;
Selain itu, terlalu sistem ekonomi kapitalisme yang berlaku saat ini
berkonsentrasi pada pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, menyebabkan
pengabaian faktor-faktor kualitatif, seperti moral, budaya dan spiritual, yang
merupakan ciri khas manusia dan terlalu menekankan pada faktor ekonomi
dan teknologi. Negara-negara penganut ekonomi kapitalisme pun hingga kini
belum mampu mengatasi krisis ekonomi yang terjadi, malah sebaliknya adalah
terjadi kemiskinan warga masyarakat di mana-mana melanda negara-negara
Eropa dan Amerika. Terhadap masalah ini sebagian negara-negara di dunia
terutama Eropa secara perlahan-lahan beralih dari sistem ekonomi kapitalisme
menggunakan ekonomi Islam yang dinilainya sebagai jalan tengah yang dapat
menghindarkan negara dari jurang kehancuran ekonomi.
Bukti ekonomi Islam kunci penyelesaian krisis ekonomi global dan
domestik yang terjadi saat ini contoh adalah perbankan syariah, bahwa secara
14

internasional, bank syariah nampaknya lebih tahan terhadap penurunan


ekonomi global dan krisis keuangan internasional dibandingkan bank
konvensional. Perbankan syariah cenderung menghindari investasi spekulatif,
seperti derivatif, yang diyakini banyak analis ekonomi dan keuangan dunia
menyebabkan krisis keuangan yang berdampak pada bank konvensional.
Sementara bagi banyak pengamat, keuangan Islam berfungsi sebagai sarana
pemulihan krisis keuangan internasional. Industri keuangan Islam dianggap
oleh banyak orang tidak banyak berisiko karena transaksi keuangannya
didukung oleh aset fisik. Dalam hal ini sistem ekonomi Islam
mendistribusikan risiko antara penyedia modal dan penggunanya secara
seimbang dan dengan melakukan penyeimbangan otomatis dalam kegiatan
ekonomi, secara signifikan mengurangi risiko sistemik.
Menurut Aneesh A, Abdul Khadar and Parameshwara, keunggulan
ekonomi Islam adalah semua produk keuangan dan layanan lainnya berfungsi
tanpa bunga. Contohnya perbankan syariah adalah perbankan bebas bunga.
Hal ini mencakup bisnis simpanan dan kredit, tetapi juga perbankan investasi
dan asuransi. Sistem ini didasarkan pada prinsip-prinsip yang diberikan oleh
hukum Islam. Misalnya: Umat Islam tidak diperbolehkan menerima atau
membayar bunga atas uang yang dipinjamkan atau dipinjamkan. Tidak hanya
nilai dan norma agama dan etika tetapi juga tanggung jawab sosial merupakan
aspek utama perbankan syariah. Sistem perbankan syariah tidak hanya
dirancang untuk umat Islam, tetapi juga untuk umat lainnya. Dalam perbankan
syariah, tidak diperbolehkan membebankan bunga, namun demikian, bank
harus menghasilkan uang untuk bertahan hidup dan menutupi
pengeluarannya.10
Di tingkat domestik, kekuatan perbankan syariah dalam menahan
dampak krisis ekonomi global di Indonesia telah terbukti pada 1998. Krisis
ekonomi global kala itu telah menyebabkan hampir semua bank konvensional

10
Aneesh A, Abdul Khadar and Parameshwara, 2022, “Islamic Finance - A Best Solution To
The Global Financial Crisis”, July 4, Available at SSRN: https://ssrn.com/abstract=4153491 or
http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.4153491
15

bangkrut. Hanya Bank Muamalat sebagai satu-satunya bank syariah relatif


kuat menahan krisis. Meski hanya jalan di tempat, setidaknya bank itu tidak
bangkrut.
Di sisi lain sejumlah Bank konvensional mengalami kolaps dan pada
saat itu (1998) dibantu pemerintah melalui Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
(BLBI) senilai Rp 650 triliun yang akhirnya banyak bermasalah. Bantuan
tersebut sepenuhnya diberikan ke Bank konvensional. Namun Bank syariah
ternyata terbukti mampu bertahan hingga kini tanpa bantuan dana likuiditas.
Krisis ekonomi global kemudian terulang lagi pada 2008 yang lebih
mengguncang pasar modal. Namun, krisis ekonomi terus terulang hingga pada
2011 dan telah menjangkau Amerika Serikat dan Eropa. Dengan berbagai
pengalaman krisis itu, ekonomi syariah sudah terbukti bisa bertahan. Oleh
karena konversi ke ekonomi syariah untuk perbankan bisa jadi solusi
Indonesia keluar dari krisis ekonomi selanjutnya. Konversi perbankan ke
syariah, maka sektor riil akan otomotis terselamatkan.
Alasannya, nilai Finance to Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah
Indonesia saat ini telah menembus 98 persen. Ini artinya, dana pihak ketiga
telah hampir seluruhnya disalurkan kembali ke masyarakat. FDR 95 persen ini
hampir semua ke sektor riil, sementara bank konvensional dengan LDR (Loan
to Deposit Ratio) hanya 60-70 persen lebih banyak lari ke modal, bukan sektor
riil. Secara objektif kita harus mengakui ketahanan perbankan syariah
terhadap hantaman krisis ekonomi global dan domestik.
Berdasarkan uraian di atas, maka potensi ekonomi Islam sebagai kunci
penyelesaian krisis ekonomi global dan domestik tidak perlu diragukan lagi.
Ekonomi Islam kunci penyelesaian krisis ekonomi global dan domestik
tersebut didasarkan:
1. Sistem kapitalis rentan terhadap krisis ekonomi pada periode-periode
sebelumnya, sedangkan sistem ekonomi Islam adalah alternatif yang ideal.
16

2. Filosofi ekonomi kapitalis bertumpu pada belanja konsumen, melalui


penciptaan permintaan, sedangkan penerapan filosofi ekonomi Islam
didasarkan pada konsumsi rasional untuk mengurangi permintaan.
3. Sistem perbankan komersial (kapitalis) bergantung pada pinjaman dan
bunga, sedangkan sistem perbankan Islam bergantung pada investasi
sumber daya keuangan.
4. Jual beli hipotek dalam sistem perbankan komersial (kapitalis) telah
menyebabkan perluasan utang lebih lanjut. Praktik ini tidak diperbolehkan
dalam sistem perbankan Islam.
5. Tindakan pengobatan sistem perbankan komersial (kapitalis) terfokus pada
suntikan dana untuk membantu lembaga yang bermasalah (kreditur), tanpa
membantu peminjam (debitur). Sedangkan sistem perbankan Islam
menggunakan bagian debitur, untuk membantu debitur, dan menyediakan
akomodasi dan makanan yang dibutuhkan bagi orang yang bangkrut,
sesuai dengan kondisinya.
6. Bank syariah sudah terbukti tidak terlalu terkena dampak krisis keuangan
global dibandingkan bank komersial lainnya.
7. Industri perbankan syariah setiap tahun mengalami peningkatan, baik
secara kualitatif maupun kuantitatif, serta permintaan terhadap produk
keuangan syariah, sehingga meningkatkan motivasi masyarakat untuk
beralih ke perbankan syariah.
8. Penerapan sistem perbankan Islam yang tepat akan membantu mengurangi
dampak krisis ekonomi global saat ini, karena kemampuannya yang luar
biasa dalam memperbaiki gangguan akibat penerapan kapitalisme
kontemporer.
9. Perbankan syariah telah membuktikan kemampuannya dalam memberikan
alternatif Islam dalam menghadapi dampak krisis keuangan, berfokus pada
instrumen keuangan dan produk ekonomi Islam, baik dalam menarik atau
menginvestasikan modal.
17

10. Potensi bisnis syariah dunia, yakni dengan diterimanya ekonomi syariah di
negara-negara non muslim Eropa dengan mengadopsi perbankan dan jasa
keuangan Islam di mana Inggris saat sebagai pusat ekonomi syariah dunia.
Berdasarkan uraian di atas, maka diharapkan ke depan, bukan ekonomi
Islam bukan saja sebagai kunci penyelesaian krisis ekonomi global, akan
tetapi juga kunci penyelesaian krisis ekonomi domestik. Seperti halnya
Indonesia diharapkan dapat memimpin implementasi ekonomi syariah di
kancah dunia, karena memiliki potensi jumlah penduduk muslim terbesar di
dunia.

D. Penutup
Ekonomi Islam kunci penyelesaian krisis ekonomi global dan domestik
merupakan suatu keniscayaan. Hal ini telah terbukti sejak beberapa abad sejak
lahirnya ekonomi Islam, di mana negara-negara yang menganut ekonomi
syariah yang tidak pernah mengalami krisis ekonomi. Demikian pula pada saat
ini negara-negara Timur Tengah yang menganut ekonomi syariah tidak
mengalami dampak signifikan akibat krisis global.
Krisis ekonomi global dan domestik yang terjadi saat ini adalah akibat
ekonomi kapitalisme, sehingga terjadi ketimpangan-ketimpangan ekonomi
pada sebagian besar negara-negara dunia yang pada gilirannya berdampak
pada merosotnya kestabilan ekonomi masing-masing negara di dunia termasuk
Indonesia.
Berdasarkan kenyataan, maka hanya ekonomi Islam-lah sebagai kunci
penyelesaian krisis ekonomi global dan domestik. Hal ini dapat terwujud
tergantung good will masing-masing negara di dunia termasuk Indonesia
untuk serius menggunakan ekonomi Islam sebagai perekonomian negara
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
18

DAFTAR PUSTAKA

Aan Anshori, 2016, “Digitalisasi Ekonomi Syariah”, Jurnal Ekonomi Keuangan


dan Bisnis Islam, Vol.7 No.1.

Aneesh A, Abdul Khadar and Parameshwara, 2022, “Islamic Finance - A Best


Solution To The Global Financial Crisis”, July 4, Available at SSRN:
https://ssrn.com/abstract=4153491 or http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.
4153491

Evita Isretno Israhadi, 2018, Bahan Ajar Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas
Hukum Universitas Borobudur, Jakarta.

Islam21C, 2020, Erdogan: Islamic economic system can lead world out of crisis,
21st June, https://www.islam21c.com/news/erdogan-islamic-economic-
system-can-lead-world-out-of-crisis/

Mahkamah Agung RI, 2011, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Direktorat


Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Jakarta.

Meysam Salimi, 2012, “A Comparative Analysis on Capitalism and Islamic


Economic System”, March 1, Available at SSRN: https://ssrn.com/
abstract=2019019 or http://dx.doi.org/10.2139/ ssrn.2019019

S. M. Hasanuz Zaman, 1984, “Definition of Islamic Economics”, Journal of King


Abdulaziz University: Islamic Economics, Vol. 1, No. 2.

V. Rivai dan A. Arifin, 2010, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan
Aplikasi, Bumi Aksara, Jakarta.

World Bank, Is a Global Recession Imminent?, https://www.worldbank.


org/en/research/ brief/global-recession

World Bank, Risk of Global Recession in 2023 Rises Amid Simultaneous Rate
Hikes, Press Release, 15 September 2022, https://www.worldbank.org/
en/news/press-release/2022/09/15/risk-of-global-recession-in-2023-rises-
amid-simultaneous-rate-hikes

Anda mungkin juga menyukai