Anda di halaman 1dari 2

ISU EKONOMI RESESI YANG AKAN TERJADI PADA 2023

Oleh

Narizka Putri

Resesi diawali dari pelemahan ekonomi global yang memengaruhi


perekonomian dalam negeri negara-negara di dunia. Semakin kuat ketergantungan
ekonomi satu negara pada perekonomian global maka semakin cepat pula terjadinya
resesi di negara itu. Oleh sebab itu, negara berkembang yang perekonomiannya
bergantung pada ekspor barang tambang dan bahan baku akan lebih cepat merasakan
suasana resesi. Pengaruh pelemahan ekonomi global terhadap munculnya resesi diantara
negara-negara di dunia tidak sama. Beberapa negara sudah terpuruk, seperti Jerman,
Jepang, Hong Kong, Perancis, Italia dan Singapura. Para pakar ekonomi di Indonesia
sudah memberikan signal akan datangnya resesi.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, memprediksi ekonomi dunia akan


masuk jurang resesi di tahun 2023, seiring dengan tren kenaikan suku bunga acuan yang
dilakukan sebagian besar bank sentral di dunia secara bersamaan. Pihaknya mengatakan,
proyeksi resesi ekonomi di tahun depan mengacu pada studi Bank Dunia (World Bank)
yang menilai kebijakan pengetatan moneter oleh bank-bank sentral akan berimplikasi
pada krisis pasar keuangan dan pelemahan ekonomi. "Kalau bank sentral di seluruh dunia
melakukan peningkatan suku bunga secara cukup ekstrem dan bersama-sama, maka dunia
pasti mengalami resesi di tahun 2023," ujarnya dikutip dari Kompas.com, Senin
(27/9/2022). Tren kenaikan suku bunga tercermin dari bank sentral Inggris yang sudah
menaikkan suku bunga sebanyak 200 basis poin (bps) selama 2022. Begitu pula dengan
bank sentral Eropa yang sudah menaikkan 125 bps, serta bank sentral Amerika Serikat
(AS) yang sudah menaikkan 300 bps. Sektor-sektor tersebut akan bergerak pada tiga
kondisi, yaitu cyclical, defensif, dan stabil atau stagnan.

Sektor properti jelas akan masuk kategori ini atau mengalami penurunan harga.
Sebab properti bukan kebutuhan prioritas di saat-saat resesi. Negara pun terus
membangun berbagai proyek dengan mengeluarkan anggaran secara jorjoran
disamping memberi kemudahan pada pihak swasta berinvestasi. Tujuannya tak
lain agar transaksi ekonomi dalam negeri tidak mati. Kesempatan kerja dapat
diselamatkan, penghasilan dapat dipertahankan dan daya beli tetap terjaga.
Mempertahankan hal ini tidak mudah dikala pertumbuhan ekonomi melambat
(resesi) karena cukup berat dan memerlukan upaya all out. Masyarakat seharusnya perlu
diberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai resesi. Sebab dampak yang diberikan
ketika terjadi resesi cukup buruk walaupun sebenarnya resesi adalah hal yang biasa dan
kerap terjadi dalam sebuah siklus perekonomian.

Perlu dilakukan persiapan dan pemahaman ekstra agar masyarakat dapat bertahan
dimasa sulit. Resesi ekonomi biasanya terkait dengan adanya penurunan harga atau
deflasi atau sebaliknya, kenaikan harga yang tajam atau inflasi dalam proses yang disebut
stagflasi. Harga pangan dan kebutuhan pokok lainnya akan beranjak naik dan hal itu akan
berbanding terbalik dengan pendapatan dan kesempatan kerja yang ada. Jadi, penting bagi
kita untuk menabung, meninjau kembali investasi serta mempersiapkan dana darurat
untuk menghadapi resesi pada tahun 2023 mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Dzulfaroh, Ahmad Naufal. 2022. Jika 2023 Resesi, Sektor Mana Saja yang Alami
Penurunan dan Kenaikan?
https://www.kompas.com/tren/read/2022/11/17/203000565/jika-2023-resesi-
sektor-mana-saja-yang-alami-penurunan-dan-kenaikan-?page=all. Diakses pada
21 November 2022 pukul 13:37

Miraza, B. H. (2019). Seputar Resesi dan Depresi. Jurnal Ekonomi KIAT, 30(2), 11-13.

NPM : 2201102010142

Anda mungkin juga menyukai