Anda di halaman 1dari 9

Krisis Ekonomi Global 2008-2009

Gambaran Umum Krisis Ekonomi Global 2008-2009


Krisis adalah situasi yang merupakan titik balik (turning point) yang dapat membuat suatu
keadaan bertambah baik ataukah bertambah buruk. Jika dipandang dengan kacamata
bisnis, maka suatu krisis akan menimbulkan hal-hal seperti intensitas permasalahan akan
bertambah, masalah akan dibawa menjadi konsumsi public baik melalui media informasi
ataukah informasi dari mulut ke mulut, masalah akan mengganggu kelancaran bisnis dari
hari ke hari, masalah mengganggu nama baik perusahaan, masalah dapat merusak system
kerja dan menggoncangkan perusahaan secara keseluruhan, masalah yang dihdapi
disamping membuat perusahaan jadi panik juga tidak menutup kemungkinan membuat
masyarakat jadi panik, dan masalah akan membuat pemerintah ikut melakukan intervensi
dalam bidang ekonomi.
Inti dari segala penjabaran di atas bahwa krisis adalah suatu masalah. Masalah jelas akan
bermuara pada kerugian. Jika tidak ditanggulangi secara serius dan efektif, maka masalah
ini nantinya akan berkelanjutan bahkan bisa menjadi masalah yang tidak berkesudahan.
Ternyata, secara realita dunia saat ini, krisis tidak hanya dikenal dekat oleh perusahaan-
perusahaan. Krisis juga dapat menyerang sebuah negara dalam sistem perekonomiannya.
Jika krisis menyerang sebuah negara, artinya terdapat masalah yang tidak menutup
kemungkinan akan melahirkan anak-anak masalah lain dalam negara tersebut. Dan
mengingat dalam ilmu hubungan internasional, secara praktis dikatakan bahwa dalam dunia
ini, seyogyanya negara-negara yang ada saling menjalin hubungan satu sama lain, tidak
mengadakan proteksi dan menutup diri masing-masing, guna terciptanya perdamaian dan
saling membantu dalam pemenuhan kebutuhan masing-masing, maka jika ada satu negara
yang mengalami krisis internal dalam negerinya, dengan adanya saling ketergantungan,
maka akan memberi dampak negara yang berkaitan atau tergantung dengannya juga
terkena dampak krisis.
Hal ini sering kita sebut teori dependensi yaitu saling ketegantungan satu sama lain. Jika
ditinjau dari konfliknya atau masalahnya, dalam hal ini krisisnya, maka kita sering
menyebutnya teori domino, dimana jika terjadi kejatuhan yang menyenggol pihak lain, maka
pihak tersebut juga akan jatuh. Fenomena krisis yang merembes ke hampir seluruh pelosok
dunia inilah yang kemudian kita kenal dengan istilah krisis global, sebuah masalah krisis
yang mengglobal; globalisasi krisis.
Interkoneksi sistem bisnis global yang saling terkait, membuat efek domino krisis yang
berbasis di Amerika Serikat ini, dengan cepat dan mudah menyebar ke berbagai negara di
seluruh penjuru dunia. Tak terkecualikan Indonesia. Krisis keuangan yang berawal dari
krisis subprime mortgage (kredit perumahan) itu merontokkan sejumlah lembaga keuangan
AS. Pemain-pemain utama Wall Street berguguran, termasuk Lehman Brothers dan
Washington Mutual, dua bank terbesar di AS. Para investor mulai kehilangan kepercayaan,
sehingga harga-harga saham di bursa-bursa utama dunia pun rontok. Menurut Direktur
Pelaksana IMF Dominique Strauss-Kahn di Washington, seperti dikutip AFP belum lama ini,
resesi sekarang dipicu pengeringan aliran modal. Ia menaksir akan terdapat kerugian
sekitar 1,4 triliun dolar AS pada sistem perbankan global akibat kredit macet di sektor
perumahan AS. Ini lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 945 miliar dolar AS,.
Hal ini menyebabkan sistem perbankan dunia saling enggan mengucurkan dana, sehingga
aliran dana perbankan, urat nadi perekonomian global, menjadi macet. Hasil analisis Dana
Moneter Internasional (IMF) pekan lalu mengingatkan, krisis perbankan memiliki kekuatan
yang lebih besar untuk menyebabkan resesi. Penurunan pertumbuhan setidaknya dua
kuartal berturut-turut sudah bisa disebut sebagai resesi.
Sederet bank di Eropa juga telah menjadi korban, sehingga pemerintah di Eropa harus
turun tangan menolong dan mengatasi masalah perbankan mereka. Pemerintah Belgia,
Luksemburg, dan Belanda menstabilkan Fortis Group dengan menyediakan modal 11,2
miliar euro atau sekitar Rp 155,8 triliun untuk meningkatkan solvabilitas dan likuiditasnya.
Fortis, bank terbesar kedua di Belanda dan perusahaan swasta terbesar di Belgia, memiliki
85.000 pegawai di seluruh dunia dan beroperasi di 31 negara, termasuk Indonesia. Ketiga
pemerintah itu memiliki 49 persen saham Fortis. Fortis akan menjual kepemilikannya di
ABN AMRO yang dibelinya tahun lalu kepada pesaingnya, ING. Pemerintah Jerman dan
konsorsium perbankan, juga berupaya menyelamatkan Bank Hypo Real Estate, bank
terbesar pemberi kredit kepemilikan rumah di Jerman. Pemerintah Jerman menyiapkan
dana 35 miliar euro atau sekitar Rp 486,4 triliun berupa garansi kredit. Inggris juga tak kalah
sibuk. Kementerian Keuangan Inggris, menasionalisasi bank penyedia KPR, Bradford &
Bingley, dengan menyuntikkan dana 50 miliar poundsterling atau Rp864 triliun. Pemerintah
juga harus membayar 18 miliar poundsterling untuk memfasilitasi penjualan jaringan
cabang Bradford & Bingley kepada Santander, bank Spanyol yang merupakan bank
terbesar kedua di Eropa. Bradford & Bingley merupakan bank Inggris ketiga yang terkena
dampak krisis finansial AS setelah Northern Rock dinasionalisasi Februari lalu dan HBOS
yang dilego pemiliknya kepada Lloyds TSB Group.
Dari deskripsi-deskripsi di atas tentang bagaimana sebenarnya wajah ekonomi
internasional saat ini yang dicerminkan dalam perekonomian setiap negara-negara besar
yang selama beberapa lama ini kita yakini sebagai pemegang kendali dalam dunia ekonomi
politik internasional, kita pun dapat memahami dan mengetahui bahwa saat ini kita memang
tengah berada dalam sebuah keadaan krisis yang telah mengglobal. Sebuah krisis yang
akan merambas seperti geragih di tanah lapang jika tidak mendapatkan penanganan yang
serius oleh kita semua masyarakat internasional.
Penyebab Krisis Ekonomi Global 2008-2009
Krisis Global yang bermula Oktober 2008 lalu hingga saat ini sebenarnya adalah bukan
merupakan krisis yang pertama terjdi di dunia internasional. Krisis yang kemudian kita
pahami sebagai masalah-masalah ekonomi ternyata telah terjadi sejak abad ke-18.
Beberapa rentetan sejarah krisis global itu antara lain:
1. Kepanikan 1797, yang berlangsung selama 3 tahun dari 1797 hingga 1800. Akibat dari
deflasi Bank of England yang menyebar hingga lautan Atlantik dan Amerika Utara dan
menyebabkan hancurnya perdagangan dan pemasaran real estate di Amerika Serikat dan
sekitar Karibia. Ekonomi Inggris terpengaruh akibat adanya pembalikan deflasi selama
perang dengan Perancis saat terjadinya revolusi Perancis.
2. Depresi 1807, yang terjadi selama tujuh tahun sejak 1807 hingga 1814. Undang-undang
embargo Amerika Serikat 1807 pada saat itu diluluskan oleh kongres Amerika saat presiden
Thomas Jefferson memimpin. Hal ini menghancurkan industri yang terkait dengan
pengapalan. Kaum federal berusaha melawan embargo ini dan berusaha melakukan
penyelundupan di New England.
3. Kepanikan 1819, terjadi selama 5 tahun dari 1819 hingga 1824. Ini adalah finansial
pertama yang mempengaruhi keuangan Amerika Serikat secara besar-besaran, bank-bank
berjatuhan, munculnya pengangguran, dan merosotnya pertanian dan industri manufaktur.
Ini juga menandakan berakhirnya ekspansi ekonomi yang mengikuti Perang 1812.
4. Kepanikan 1837, saat itu, ekonomi Amerika jatuh secara tajam disebabkan kegagalan
bank dan kurangnya keyakinan pada uang kertas. Spekulasi pasar menyebabkan bank di
Amerika berhenti bertransaksi dalam bentuk koin emas dan perak.
5. Kepanikan 1857, Kejatuhan Perusahaan Asuransi Hidup dan Kepercayaan Ohio
menimbulkan ledakan spekulasi di sektor transportasi Amerika Serikat. Lebih dari 5000
bisnis gagal kurang dari setahun sejak terjadinya kepanikan dan kaum pengangguran
melakukan protes di kawasan urban.
6. Kepanikan 1873, Terjadi selama enam tahun disebabkan masalah ekonomi di Eropa
mengakibatkan jatuhnya Jay Cooke & Company, bank terbesar di Amerika Serikat. Hal ini
juga menimbulkan spekulasi terhadap perang saudara di Amerika. Undang-undang koin
1873 juga memberikan kontribusi dalam jatuhnya harga perak yang menghancurkan
industri pertambangan Amerika Utara.
7. Depresi Berkepanjangan (The Long Depression), Sesuai namanya, depresi ini menelan
waktu 23 tahun sejak 1873 hingga 1896. Runtuhnya Bursa Efek Vienna menyebabkan
depresi ekonomi yang menyebar ke seluruh dunia. Ini sangat penting dicatat dimana pada
periode ini, produksi industri global meningkat pesat. Di Amerika Serikat misalnya,
pertumbuhan produksi mencapai empat kali lipat.
8. Kepanikan 1893, Terjadi selama tiga tahun hingga 1896. Terjadi akibat kegagalan
Reading Railroad Amerika Serikat dan penarikan investor Eropa terhadap pasar saham
serta jatuhnya bank-bank.
9. Resesi Perang Dunia I, Terjadi selama tiga tahun hingga 1921. Terjadinya hiperinflasi di
Eropa menyebabkan kelebihan produksi besar-besaran di Amerika Utara.
10. Depresi Besar 1929 (The Great Depression), Depresi yang paling besar dan dikenang
sepanjang sejarah. Terjadi selama 10 tahun sejak 1929 hingga 1939. Pasar saham di
seluruh dunia saat itu berjatuhan dan bank-bank di Amerika Serikat mengalami
kebangkrutan. Jutaan pengangguran bermunculan dan kemiskinan merajalela.
11. Resesi 1953, Terjadi selama satu tahun. Setelah periode inflasi perang Korea berakhir,
banyak uang yang ditransferkan untuk keamanan nasional Amerika Serikat. Berubahnya
kebijakan The Fed yang lebih membatasi tahun 1952 menyebabkan terjadinya inflasi yang
lebih lanjut.
12. Krisis Minyak 1973, Terjadi selama dua tahun hingga 1975. Naiknya harga minyak yang
ditetapkan oleh OPEC dan tingginya biaya yang dikeluarkan Amerika Serikat pada Perang
Vietnam menyebabkan terjadinya stagflasi di Amerika Serikat.
13. Resesi Awal 1980, Terjadi di awal tahun 1980 selama dua tahun, revolusi Iran membuat
melonjaknya harga minyak dan munculnya krisis energi 1979. Pergantian rezim di Iran
menyebabkan menurunnya pasokan minyak sehingga harga minyak melambung. Ketatnya
kebijakan moneter di Amerika Serikat untuk mengontrol inflasi menyebabkan terjadi resesi
lainnya.
14. Resensi Awal 1990, Terjadi selama satu tahun dimana perdagangan produk industri
dan manufaktur menurun.
15. Resesi Awal 2000, Terjadi selama dua tahun dari 2001 hingga 2003. Keruntuhan bisnis
dot-com, serangan 11 September, dan skandal pembukuan menyebabkan krisis di sekitar
Amerika Utara.
16. Depresi Ekonomi 2008, Depresi yang saat ini tengah melanda dunia. Hal ini disebabkan
beberapa faktor diantaranya naiknya harga minyak yang menyebabkan naiknya harga
makanan di seluruh dunia, krisis kredit dan bangkrutnya berbagai investor bank,
meningkatnya pengangguran sehingga menyebabkan inflasi global. Bursa saham di
beberapa negara terpaksa ditutup beberapa hari termasuk di Indonesia, harga-harga
saham juga turut anjlok. Diperkirakan depresi ekonomi kali ini separah/ lebih parah dari
depresi besar ekonomi 1929.
Jika ditinjau secara historis, maka krisis global yang tengah kita rasakan saat ini hampir
bisa dikatakan sama dengan The Great Depression yang terjadi juga di Amerika sekitar
tahun 1929 lalu. Terdapat berbagai macam kemiripan baik apa yang terjadi maupun
penyebab dari krisis global ini. Setelah membaca beberapa bahan mengenai krisis global
ini, maka saya dapat menjabarkan dalam poin-poin beberapa penyebab krisis global yang
bermula Oktober 2008 lalu hingga saat ini, sebagai berikut :
1. Defisit anggaran keuangan Amerika yang tercermin sejak laporan keuangan
Amerika 2007 silam akibat inflasi, perang Irak, kebebasan regulasi markt yang liar,
dan persaingan ekspor impor dengan negara lain.
2. Kasus Subprime Mortgage, paket pengkreditan rumah yang ditujukan untuk orang
miskin Amerika yang memiliki catatan peminjaman buruk.
3. Gaya hidup bergantung kredit yang melebihi batas, namun di bawah kesanggupan
membayar, bahkan tidak sedikit peminjam yang sebenarnya memiliki kredit rating
yang jauh di bawah standar tetap diberikan pinjaman demi kemudahan dan
kelancaran utang dan perekonomian Amerika.
4. Pengganti fungsi US Dollar dan penjaminan emasnya sebagai alt nvestasi menjadi
media utang oleh Fed Reserve
5. Terseretnya perbankan dan lembaga-lembaga besar keuangan Amerika sebagai
efek berantai sejak kredit macet subprime mortgage (dibutuhkan likuiditas dana kas
yang besar sehingga memicu penarikan massal dana besar-besaran dari bursa
Amerika termasuk dari negara-negara lain untuk menambal Wall Street)
6. Efek persiapan pemilu Amerika yang akan menentukan bentuk perekonomian
seperti apa yang akan berlanjut demokrat ataukah republik, sehingga investor
terlebih dahulu mengantisipasi the worst case scenario dalam pergerakan ekonomi
Amerika dengan pergerakan ancang-ancang kabur dari bursa.
Sebagai salah satu negara maju dunia, Amerika Serikat jelas memiliki peranan yang
cukup besar dalam dunia ekonomi politik internasional. Wall Street, pasar saham
terbesar yang terdapat di Amerika pun adalah pasar saham terbesar di dunia. Dunia
yang tanpa batas tempat kita berpijak saat ini, lebih seringnya kita sebut dengan istilah
Globalisasi, membuat keterkaitan antara berbagai pihak menjadi sangat erat, terlebih
dalam dunia ekonomi khususnya saham, sehingga, kepanikan-kepanikan yang terjadi
satu wilayah khususnya di pasar saham akan dengan sangat cepat mempengaruhi
pasar di wilayah lain. Inilah penyebab terjadinya krisis yang mengglobal.
Analisis Krisis Global 2008-2009
Untuk menganalisis lebih lanjut mengenai krisis global 2008-2009 ini, saya akan
menggunakan perspektif ekonomi politik internasional yang strukturalis. Perspektif
strukturalis ini melihat bahwa adanya sebuah struktur internasional yang belaku di dunia.
Perspektif strukturalis ini sebenarnya sangat dekat dengan pendekatan Marxis yang banyak
menggunakan sistem kelas.
Jika Marxis banyak mengkritik tatanan ekonomi dunia dengan kelas borjuis dan proletar,
untuk strukturalis ini sendiri lebih mngedapankan ke pihak-pihak yang memiliki modal dan
tidak memiliki modal. Karena adanya hubungan kelas antara pihak yang bermodal dan tidak
bermodal ini pun kemudian menimbulkan adanya sebuah ketergantungan.
Perspektif strukturalis sebenarnya hampir mirip dengan World System Theory yang
dikemukakan oleh Wallerstein. Jika dalam strukturalis telah dikatakan bahwa dunia ekonomi
politik internasional ini telah memiliki strukturnya sendiri, maka Wallerstein pun juga
mengatakan bahwa dunia ekonomi politik internasional ini telah memiliki sistem sendiri
dimana pihak-pihak menempati kelasnya masing-masing dan menjalankan rutinitasnya satu
sama lain yang pada akhirnya akan bermuara pada suatu ketergantungan.
Dalam perspektif strukturalis, dikatakan bahwa struktur ekonomi politik global dapat
mempermudah negara-negara berkembang dalam perekonomiannya dengan cara
membuatnya tergantung pada negara-negara inti kapitalis.
Dunia yang kita pijak saat ini adalah dunia dengan arus globalisasi yang sangat kuat di
berbagai pihak. Dalam bidang ekonomi, globalisasi ekonomi terjadi dalam sistem ekonomi
kapitalis yang secara terpaksa dimasyarakatkan pada negara-negara berkembang di dunia.
Dalam bidang politik, globalisasi politik terjadi dalam sistem politik demokratis yang juga
terpaksa dimasyarakatkan pada negara-negara berkembang di dunia.
Jika paham-paham baik dalam ekonomi maupun politik ini berhasil diadopsi oleh negara-
negara berkembang yang sebenarnya belum siap atau bahkan tidak membutuhkan paham
seperti ini, maka akan bermuara pada ketergantungan yang akan terjadi di kemudian hari
apabila paham-paham tersebut berhasil diadopsi. Dari analisis ini, maka dapat saya
simpulkan bahwa era globalisasi juga memegang peranan penting dalam ketergantungan
negara-negara berkembang terhadap negara maju karena sebenarnya ketergantungan
adalah salah satu semangat tersembunyi dari globalisasi.
Struktur dunia juga telah ditanamkan sejak dulu, sejak Bretton Woods dicetuskan di New
Hampshire Juli 1944 lalu sebagai sebuah solusi untuk membangun kembali perekonomian
dunia dan negara-negara yang berjatuhan pascaPerang Dunia II saat itu.
Bretton Woods saat itu lahir sebagai sebuah sistem yang mengatur perekonomian dunia
agar berjalan tetap pada jalur dan diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan di setiap
negara yang meratifikasinya. Sistem ini kemudian menyepakati sebuah sistem fixed
exchanged rate dengan mata uang Dollar Amerika Serikat sebagai satu-satunya mata uang
yang dapat dikonversikan ke emas. Mengingat Amerika Serikat lah yang memiliki cadangan
emas terbesar dunia, yakni 2/3 dari emas dunia adalah kepemilikan Amerika Serikat. Selain
itu, adanya juga peluang untuk mendominasi dunia yang dilihat Amerika Serikat jika
cadangan emasnya berhasil digunakan sebagai alat tukar internasional. Namun, sistem ini
semakin menemukan kelemahannya sendiri seiring dengan perjalanannya. Terjadinya
inflasi memberi pengaruh besar bagi era fixed exchanged rate yang kemudian dikenal
dengan Nixon Shock yang menentapkan berubahnya era fixed exchanged rate menjadi
floating exchanged rate dan sekaligus penanda berakhirnya sistem Bretton Woods.
Namun, terdapat struktur bentukan Bretton Woods System yang tidak runtuh seiring dengan
runtuhnya sistem ini, yakni apa yang kemudian kita kenal dengan istilah Unholy Triangle,
IMF, Bank Dunia, dan WTO.
Pada dasarnya, IMF adalah lembaga publik yang didanai oleh pembayar pajak dari seluruh
dunia. Meski demikian, IMF sekadar bertanggung jawab kepada para menteri keuangan
dan direktur bank sentral negara-negara anggotanya, bukan kepada rakyat pembayar pajak
atau kepada masyarakat yang menjadi kelompok sasaran berbagai programnya.
Kontrol atas IMF dilakukan oleh perwakilan negara anggota lewat pengambilan suara
yang rumit dengan bobot suara masing-masing negara ditentukan oleh kekuatan
ekonominya. Tak heran bahwa negara-negara industri memiliki bobot suara terbesar
dengan AS sebagai satu-satunya pemegang hak veto.
Antara IMF dan Bank Dunia terdapat pembagian kerja dan fungsi. Bank Dunia, umumnya,
memberikan kredit jangka panjang kepada pemerintahan untuk mendanai proyek-proyek
pembangunan dan infrastruktur, seperti jalan, pembangkit tenaga listrik, sekolah,
bendungan, pelabuhan, jembatan. Sementara itu, IMF menentukan apakah sebuah negara
layak menerima kredit. Negara penerima kredit harus melaksanakan program penyesuaian
struktural, mencakup privatisasi dan penyunatan anggaran layanan masyarakat seperti
kesehatan dan pendidikan.
Keruntuhan yang melanda Bretton Woods pada tahun 1970-an saat itu tidak diiringi dengan
keruntuhan Unholy Triangle ini karena masih sangat dibutuhkannya peranan ketiga badan
ini untuk membantu dan mengatur skema/struktur perekonomian internasional. Saat itu
memang ketiga badan ini masih menjalankan peranan dan fungsinya sebagaimana
mestinya. Namun, yang terjadi di masa sekarang, ketiga badan ini hanya menimbulkan
ketergantungan yang sangat besar antara negara berkembang dan negara maju.
Amerika sebagai salah satu aktor yang memiliki peranan besar baik dalam pembentukan
struktur perekonomian dunia juga dalam pembentukan Unholy Triangle tadi seperti induk
dalam rumah tangga perekonomian dunia. Karena itu, jika ada yang tidak beres pada induk
dalam struktur perekonomian tadi, maka secara perlahan tapi pasti akan memberi pengaruh
juga pada anak-anak nya yang bergantung padanya.
Krisis global memang adalah suatu hal yang riskan terjadi dalam dunia ekonomi politik
internasional jika dipandang dari perspektif strukturalis khususnya sistem dunia yang
menyebabkan ketergantungan di berbagai pihak.
Solusi Krisis Ekonomi Global 2008-2009
Untuk solusi yang menurut saya sebaiknya dicanangkan dalam menanggulangi krisis global
2008-2009 ini, ada 3 poin yang akan saya tawarkan, antara lain:
1. Perwujudan Sistem Ekonomi Mandiri
Sistem Ekonomi Mandiri menurut saya adalah sebuah solusi yang baik untuk setiap negara
di dunia ini. Kepercayaan diri akan potensi masing-masing adalah hal yang sangat penting
sebelum perwujudan ekonomi mandiri ini. Perlu diingat, ekonomi mandiri yang saya
tawarkan bukannya ekonomi mandiri yang kemudian bermuara pada tidak adanya interaksi
internasional yang menghiasi dunia internasional. Interaksi harus tetap ada, namun
kuantitasnya perlu dibatasi agar nantinya tidak bermuara pada sebuah fenomena
ketergantungan lagi. Karena toh kita semua telah diberi rezeki masing-masing dalam hidup
ini.
2. Perkuat system regionalisasi ekonomi
Sistem Regionalissi ekonomi juga merupakan salah satu solusi yang saya tawarkan untuk
penyelesaian krisis global 2008-2009 ini. Sistem Regionalisasi Ekonomi, jika terwujud
menurut saya akan memberikan rasa keterikatan secara batin yang lebih besar ketimbang
kerja sama dengan negara-negara yang tidak se-region. Rasa keterikatan yang lebih besar
itu jelas timbul dari kesamaan budaya leluhur yang tidak jauh beda dari negara-negara yang
terdiri dari satu region. Selain adanya kesamaan budaya leluhur, tentu tentang
pemahaman, paradigma, dan pola pikir dalam melihat sebuah persoalan hampir sama. Hal
ini kemudian saya percaya dapat meminimalisir terjadinya konflik internal. Selain itu, solusi
sistem ekonomi region ini juga saya tawarkan dari semangat kerja sama dan gotong
royong. Bahwa untuk suatu hal yang dihadapi secara bersama tentu akan lebih mudah
teratasi dari pada sendiri-sendiri
Dari kedua poin solusi yang saya tawarkan di atas tentu tidak akan berhasil jika tidak
dibarengi dengan aktor-aktor ekonomi politik internasional yang memiliki mental yang baik.
Sebagus atau seideal apa pun sebuah sistem dibuat, jika tidak dilakukan oleh individu-
individu yang baik secara pikiran dan hati, maka sistem tersebut tentu tidak akan berjalan
dengan baik. Karena itu, hal paling utama yang perlu dipersiapkan adalah, sumberdaya
manusia yang terlatih secara skill dan mental untuk menghadapi derasnya cobaan dalam
dunia ekonomi politik internasional.

Anda mungkin juga menyukai