Anda di halaman 1dari 29

KEBIJAKAN MONETER DALAM PEMBANGUNAN

(KRISIS EKONOMI AMERIKA SERIKAT TAHUN 1929 -1939 (THE GREAT


DEPRESSION)

DISUSUN OLEH
EIRENE LUSIANA SIMATUPANG (01021281621086)
RAHMADONA (01021381621139)

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis ekonomi atau yang sering disebut dengan nama krisis moneter
merupakan suatu peristiwa atau kondisi menurunya ekonomi suatu Negara.
Beberapa Negara pernah mengalami yang namanya krisis dalam
perekonomian negaranya. Karena krisis merupakan kejadian yang simultan
dan memiliki effek yang akan menyebar keberbagai Negara. Banyak yang
menyebutkan bahwa Krisis moneter merupakan hasil dari ekonomi kapitalis
yang sepenuhnya bergantung pada sistem pasar yang ada. Akibatnya pasar
tidak terkendali dan mengakibatkan terjadinya krisis. Sebagian besar negara-
negara di dunia pernah mengalami krisis ekonomi, bahkan AS juga pernah
mengalaminya.
Amerika Serikat yang dikenal sebagai negara adidaya merupakan salah
satu Negara maju yang perekonomian negaranya mampu menguasai ekonomi
dunia. Akibat AS banyak mengandalkan utang maka AS mengakibatkan
krisis finansial besar-besaran.Krisis ekonomi di Amerika pertama kali terjadi
pada tahun 1819, dikenal sebagai “Panic of 1819” krisis tersebut merupakan
akhir dari ekspansi ekonomi besar-besaran yang terjadi diseluruh dunia,
setelah amerika perang melawan inggris dan memenangkannya.
Krisis ekonomi amerika selanjutnya terjadi pada tahun 1857, kali ini
dikarenakan ekspansi bank yang mengucurkan utang salah satunya adalah
bisnis trasnportasi kereta api, dan saat perusahan kereta api bangkrut karena
tidak mendapatkan penumpang lagi dan tidak mampu bayar. Maka terjadilah
krisis yang juga ditambah dari akibat sebuah perusahaan asuransi yang
mengalami kebangkrutan dan gagal membayar utangnya senilai US$ 7 juta.
Saat itu nilai tersebut adalah nilai yang sangat besar. Selanjutnya
krisis ekonomi amerika terjadi pada tahun 1930an atau yang biasa dikenal
dengan sebutan“Great Depresson”.
Tahun 1930an adalah tahun peristiwa mengenaskan mengenai depresi
besar-besaran yang terjadi di berbagai penjuru dunia, termasuk negara super
power, Amerika Serikat. Depresi ini terjadi begitu dahsyatnya sehingga
menyebabkan melemahnya ekonomi, meningkatnya tingkat pengangguran,
dan berbagai hal lainnya yang menyebabkan kondisi ekonomi Amerika pada
saat itu sangat terancam.
Oleh karena itu lah dalam pembahasan kali ini kami mengambil topik
mengenai pristiwa krisis ekonomi di negara Amerika Serikat pada tahun 1929-
1930 dan akan membahas lebih rinci pada bab selanjutnya penyebab, dampak,
dan tindakan pada peristiwa krisis moneter Amrika Serikat atau lebih dikenal
dengan ‘Great Depression’.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu krisis ekonomi
2. Bagaimana kondisi Amerika Serikat pada peristiwa ‘Great Deression’
3. Bagaimana Kronologis dan dampak dan akibat dari peristiwa ‘Great
Depression di Amerika Serikat.
4. Apa yang menyebabkan terjadinya ‘Great Depression’
5. Bagaimana kaitan peristiwa Great Depression dan dengan penjelasan dari
sisi Aggregate Demand dan Model IS-LM?
6. Bagaimana Dampak Peristiwa tersebut bagi Indonesia dan Negara-negara
lainnya?
7. Apa saja kebijakan pemerintahan Amerika Serikat dalam mengatasi
pristiwa ‘Great Depression’

1.3 Tujuan
Penulisan ini bertujuan untuk melihat penyebab, dampak dan akibat dari
terjadinya peristiwa ‘Great Depression’ dan kebijakan pemerintah dalam
mengatasinya peristiwa ‘Great Depression’.
1.4 Kerangka Pemikiran
PDB ↓ Deflasi
GREAT DEPPRESSION
Pengangguran ↑ tajam

Ekonomi yang tumbuh pesat


Bangkrutnya perusahaan” di AS
Spekulasi besar-besaran dipasar
saham Bak banyak gulung tikar (60 bank gulung
tikar, 254 bank di bulan November, 354
desember)
Harga saham melejit mencapai
puncaknya (60 bank gylung tikar, 254 dibulan
Total kerugian
November, 34430
dimiliar
bulan $desember
AS/ 10 kali dari
Belanja konsumen ↓ anggran belanja negara pemerintah federal

Kredit macet
Produksi ↓ (output menumpuk)

Banyak orang membeli kredit barang


Mempelambat laju produksi secara kresdit dalam bentuk hutang ,
Kredit ↑
Harga saham terus mengalami
kenaikan mencapai tingkat yang Daya beli terus menurun ↓
tidak dapat diperkirakan

Upah ↓
Investor menjual saham secara
massal
Produksi ↓

24 oktober 1929 12,8 juta


Pengeluaran ↓, Investasi ↓
sahamiperdagangkan “kamis
hitam” Lima hari kemudian 16
juta saham diperdaggangkan Konsumen menghilang ditengah
“selasa hitam” jatuhnya psar modal

Jutaan saham berakhir tidak Investor yang membeli saham dengan


berharga uang pinjam disapu bersih
1.5 Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penulisan ini adalah adanya keterkaitan yang erat
mengenai penyebab, dampak dan akibat dan upaya pemerintah serta variabel-
variabel lainnya dalam peritiwa ‘Great Depression’ di Amerika Serikat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Krisis Ekonomi


Krisis adalah istilah lama dalam teori siklus bisnis, merujuk pada
perubahan tajam menuju resesi, titik balik ditandai oleh kemajuan atau
kemunduran yang tajam. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia krisis
adalah keadaan yang berbahaya, keadaan genting, kemelut, dengan suram
dalam berbagai hal seperti ekonomi dan moral. Krisis ekonomi adalah transisi
yang tajam dimana terjadi penurunan siklus bisnis dan secara umum
memperlambat kegiatan perekonomian. Perubahan ekonomi yang terjadi
secara cepat tersebut mengarah pada turunnya nilai tukar mata uang dan harga
kebutuhan pokok yang semakin tinggi. Krisis ekonomi dapat melanda suatu
Negara apabila perubahan ekonomi sudah tidak dapat dibendung lagi.
Proses terjadinya krisis ekonomi mempunyai 2 sifat yang berbeda yaitu :
Secara mendadak atau muncul tanpa ada tanda-tanda sebelumnya. (goncangan
ekonomi tak terduga).
Krisis Ekonomi yang sifatnya tidak mendadak, dimana melalui suatu proses
akumulasi yang cukup panjang. Seperti krisis ekonomi global (periode 2008 –
2009). Diawali dengan krisis keuangan serius di AS akhirnya merembet ke
negara-negara maju (Jepang, dan Eropa)
Krisis ekonomi dibedakan menurut jenis dan sumbernya Menurut Jenisnya
yaitu :
1. krisis) nilai tukar, yang ditandai oleh depresiasi nilai tukar rupiah
terhadap dollar.
2. krisis utang luar negeri yang besar jumlahnya, yang dibuat oleh swasta
dan pemerinta.
3. mungkin juga dihinggapi krisismenurunnya kepercayaan masyarakat
terhadap berbagai institusi ekonomi dan finansial.
Berdasarkan sumbernya krisis ekonomi bersumber dari :
1. Dalam (Internal ) , misalnya : sektor pertanian (gagal panen akibat
perubahan cuaca ekstrim yang tidak teransipasi sebelumnya, bencana
alam (banjir
2. Luar (Eksternal) , krisis ekonomi global 2008-2009
Krisis ekonomi berasal dari sumber-sumber yang berbeda juga
mempunyai proses dan jalur-jalur trnsmisi dampak yang berbeda.

2.2 Krisis Ekonomi Amerika Serikat (Great Depression)


The Great Depression tercatat sebagai peristiwa terbesar jatuhnya
perekonomian dunia. Peristiwa kelam ini berlangsung selama 1 dekade (1929
– 1939) saat jabatan pemerintahan dipimpin oleh Herbert Hoover dan
menyerang seluruh sektor perekonomian. Depresi dimulai dengan
peristiwa Selasa Hitam, yaitu peristiwa jatuhnya bursa saham New York pada
tanggal 24 Oktober dan mencapai puncak terparahnya pada 29 Oktober 1929.
Depresi ini menghancurkan ekonomi baik negara industri maupun negara
berkembang, volume perdagangan internasional berkurang drastis, begitu pula
dengan pendapatan perseorangan, pendapatan pajak, harga, dan keuntungan.
Kota-kota besar di seluruh dunia terpukul, terutama kota yang pendapatannya
bergantung pada industri berat, kegiatan pembangunan gedung-gedung
terhenti, wilayah pedesaan yang hidup dari hasil pertanian juga tak luput
terkena dampaknya karena harga produk pertanian turun 40 hingga 60 persen.
Depresi ini menghancurkan ekonomi baik negara industri maupun negara
berkembang.
Depresi Besar merupakan pukulan telak bagi perekonomian Amerika
mengingat sepanjang 1920 ekonomi mereka berkembang begitu pesat.
Ekonomi tumbuh pesat, kekayaan negara meningkat lebih dari dua kali lipat
sehingga periode tersebut sempat disebut sebagai “The Roaring Twenties”.
Ekonomi yang tumbuh pesat memicu spekulasi besar-besaran di pasar saham.
Indeks saham melejit hingga mencapai puncaknya pada Agustus 1929.
2.3 Kronologis dan Dampak krisis ekonomi Amerika Serikat
Ekonomi yang tumbuh pesat memicu spekulasi besar-besaran di pasar
saham. Indeks saham melejit hingga mencapai puncaknya pada Agustus 1929.
Ekonomi Amerika memasuki masa resesi selama musim panas 1929, ketika
belanja konsumen menurun dan mengakibatkan barang-barang menumpuk,
sehingga memperlambar laju produksi. Pada saat yang sama, harga saham
terus mengalami kenaikan dan pada musim gugur 1929 mencapi tingkat yang
tidak dapat diperkirakan. Pada 24 Oktober 1929, investor mulai menjual
saham mereka secara massal.
Pada saat itu 24 Oktober 1929, tercatat sekitar 12,8 juta saham
diperdagangkan hari itu, yang kemudian dikenal sebagai "Kamis Hitam."
Lima hari kemudian pada "Selasa Hitam" sekitar 16 juta saham
diperdagangkan pasca gelombang kepanikan susulan melanda Wall Street.
Jutaan saham berakhir tidak berharga dan para investor yang telah memberli
saham "margin" (dengan uang pinjaman) disapu bersih
sepenuhnya.Sebagaimana konsumen yang menghilang di tengah jatuhnya
pasar modal, penurunan pengeluaran dan investasi mendorong pabrik dan
bisnis lain untuk memperlambat produksi dan konstruksi mulai memikirkan
nasib karyawan mereka. Bagi mereka yang cukup beruntung untuk tetap
bekerja, upah akan jatuh dan daya beli terus menurun. Banyak orang Amerika
terpaksa untuk membeli secara kredit jatuh ke dalam utang. Total kerugian
dalam minggu itu mencapai 30 miliar dolar AS, 10 kali lipat dari anggaran
belanja tahunan pemerintah federal AS dan lebih besar dari seluruh biaya yang
dikeluarkan oleh AS guna membiayai Perang Dunia II. Runtuhnya lantai bursa
menyebabkan banyak bank gulung tikar. Awal tahun 1930, ada 60 bank
gulung tikar, disusul 254 bank di bulan November, dan 344 bank di bulan
Desember. Salah satu bank yang gulung tikar adalah Bank of the United
States, bank keempat terbesar di New York, dengan 450.000 depositor.
Kondisi ini berefek domino pada bangkrutnya banyak perusahaan. Angka
pengangguran mencapai hampir 25% tahun 1933. Pendapatan Domestik Bruto
(PDB) anjlok hingga 29% dan harga saham kehilangan nilainya hingga hampir
90%. Sementara itu terjadi deflasi, harga-harga jatuh hingga 30%.

Berdasarkan data yang tertera di atas dapat dilihat terjadinya


penurunan tingkat konsumsi. Peristiwa pada hari tersebut adalah adanya stock
market crash di Wall Street yang menyebabkan frustasi berkepanjangan bagi
warga Amerika Serikat. Crash tersebut menyebabkan warga mengalami
kerugian yang sangat dahsyat sehingga harus memangkas tingkat pengeluaran
mereka untuk konsumsi. Kekhawatiran akan keadaan keluarga pun membuat
mereka memilih untuk menurunkan konsumsi dan memilih untuk
menyimpannya saja. Tingkat investasi di AS menurun drastis dari 40,4 hingga
mencapai titik terendah 4,7 dari tahun 1929 hingga 1932. Penurunan investasi
ini diindikasikan berasal dari investasi perumahan. Dikarenakan tren
perumahan begitu menjanjikan di tahun 1920an, pembangunan perumahan
langsung meningkat tajam. Namun disaat akhirnya masyarakat tersadar bahwa
mereka telah mencapai tingkat overbuilding, permintaan akan perumahan
anjlok. Penurunan drastis inilah yang menyebabkan tingkat investasi
dalam real estates & housing turun. Selain itu adanya blunder dalam
pembuatan regulasi perbankan membuat tingkat investasi semakin anjlok
selama masa depresi tersebut dan pengangguran meningkat tajam . hal tersebut
berdampak pada kondisi perekonomian Amerika Serikat diantaranya :
1. Harga saham secara perlahan terus turun. Puncaknya terjadi pada 24
Oktober 1929 ketika terjadi pelepasan saham-saham secara masif.
Sebanyak hampir 13 juta lembar saham berpindah tangan dalam waktu
sehari. Indeks saham jatuh sangat dalam hanya dalam waktu sehari. Dow
Jones Industrial Average (DJIA) jatuh hingga 11 persen dalam sehari.
Peristiwa itu disebut publik dengan “Black Thursday”. Yang dikarenakan
keadaan sosial Amerika pra krisis1929 diantaranya:
a. Stagnansi dunia industri Amerika pada akhir tahun 1925.
b. Kelebihan produksi di industri automobil pada tahun 1928.
c. Peningkatan tingkat suku bunga dari 4,06% per tahun menjadi 7,6%
per tahun pada tahun 1927. Hal ini disebabkan besarnya angka
pembelian secara kredit yang tidak dibayarkan secara lancar dan juga
besarnya modal milik orang-orang Amerika yang diinvestasikan di
luar negeri.
d. Peningkatan pola konsumsi masyarakat tidak diiringi dengan
peningkatan pendapatan sementara mayarakat semakin banyak
membeli barang-barang sekunder dengan sistem kredit.
e. Kelebihan produksi pun kemudian membuat banyak barang tidak laku
di pasaran.
f. Perekonomian Amerika Serikat pun memburuk dan mencapai puncak
pada saat jatuhnya nilai saham di Wallstreet pada tahun 1929.
2. Kepercayaan konsumen lenyap setelah jatuhnya pasar saham. Mengutip
Michael Bernstein di bukunya The Great Depression: Delayed Recovery
and Economic Change in America, 1929-1939 (1987) jatuhnya pasar
saham menyebabkan penurunan daya beli, menyusutnya investasi,
guncangan sektor industri, dan merebaknya pengangguran. Merebaknya
pengangguran menyebabkan kredit macet meningkat, dan penyitaan aset
melonjak.
3. Produksi negara turun. Petani tidak mampu memanen hasil ladang mereka
dan terpaksa membiarkannya membusuk di ladang. Di lain sisi, jumlah
tunawisma merebak di kota-kota Amerika. Tak ada harapan, sedangkan isi
perut terserang kelaparan.
4. Jumlah pengangguran meningkat tajam

5. Kondisi perbankan juga tak jauh beda. Pada musim gugur tahun 1930,
gelombang pertama melanda karang perbankan. Masyarakat yang
kehilangan kepercayaan menarik dananya di perbankan secara besar-
besaran serta memaksa bank untuk melikuidasi pinjaman guna melengkapi
cadangan kas. Belum pulih seutuhnya, sapuan berikutnya terjadi pada
musim semi dan gugur di tahun 1931 sampai 1932. Puncaknya, pada tahun
1933, banyak bank tutup.

2.4 Peyebab terjadinya ‘Great Depression’


Dapat dikatakan Depresi besar atau Great Depression merupakan suatu
peristiwa kemerosoton atau depresi ekonomi terparah yang khususnya
melanda Amerika, namun juga berpengaruh pada negara-negara lain di
berbagai penjuru dunia. Peristiwa ini terjadi di tahun 1929 hingga awal 1940,
yang mana disebabkan karena:
1. Perang Dunia I
Perang dunia I bisa menjadi pendorong timbulnya Malise karena pada
saat itu kondisi Negara-negara belum begitu stabil, sehingga menyebabkan
Negara-negara yang terlibat dalam perang tersebut, belum sepenuhnya
dapat mengontrol sistem perekonomian negaranya.
2. Kegagalan bank (bank failures)
Sepanjang tahun 1930, kegagalan bank besar terjadi dan lebih dari
9.000 bank gagal. Sebagian besar deposito bank tidak diasuransikan.
Akibatnya, sejumlah orang kehilangan tabungan mereka akibat kegagalan
bank. Karena keadaan ekonomi yang tidak menentu dan masalah
kelangsungan hidup bank, orang-orang tidak mau pergi untuk pinjaman
baru. Pemerintah tidak lagi mampu memberikan jaminan terhadap
simpanan yang terisisa,akibatnya bank dalam keadaan uninsured dan tidak
lagi dapat memberikan pinjaman bagi nasabah. Keadaan ini semakin
memperburuk situasi karena mayoritas masyarakat kehilangan uangnya,
dan sehingga kesulitan ekonomi tidak hanya dirasakan oleh negara
melainkan sudah berdampak pada masyarakat luas.
3. Menurunnya daya beli masyarakat (Reduction in Purchasing)
Adanya stock market crash dan hilangnya simpanan masyarakat di
bank menyebabkan daya beli masyarakat menurun dan bahkan masyarakat
tidak mampu membeli barang. Inimenyebabkan perusahaan harus berhenti
melakukan produksi, dan akibatnya para pekerja pundiberhentikan
sehingga angka pengangguran ketika itu naik hingga 25%. Ini
menyebabkan roda perekonomian tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, dan keadaan depresi ekonomi pun semakin parah.
Depresi ini menghancurkan ekonomi baik negara industri maupun negara
berkembang. Volume perdagangan internasional berkurang drastis, begitu
pula dengan pendapatan perseorangan, pendapatan pajak, harga, turunnya
daya beli, dan adanya penjualan saham secara masal sehingga
mengakibatkan jatuhnya bursa saham.
Kota-kota besar diseluruh dunia terpukul, terutama kota yang
pendapatannya bergantung pada industri berat. Kegiatan pembangunan
gedung-gedung terhenti. Wilayah pedesaan yang hidup dari hasil pertanian
juga tak luput terkena dampaknya karena harga produk pertanian turun 40
hingga 60 persen. Begitu pula dengan sektor primer lain seperti
pertambangan dan perhutanan.
4. Sistem kapitalisme yang menimbulkan over produksi
Malaise juga terjadi akibat perekonomian kapitalisme Amerika Serikat
yang mengandung resiko besar karena ketergantungan tinggi terhadap
pasar. Disinilah sumber konyradiksi utama dari kapitalisme, pasar bebas
menyebabkan setiap orang bebas melakuan ekspansi ekonomi,namun
pasar akan memilih yang terbaik, dalam artian yang bermutu bagus dan
memiliki harga murah. Bagi produsen berarti tingkat efrisiensi dan
efektisitas harus tinggi sehingga bisa menekan harga sehingga setiap
produsen berpacu untuk berproduksi, Karena terjadi produksi masal, maka
biaya produksi semakin turun, sehingga melahirkan hokum ekonomi
“Penawaran akan menciptakan permintaan” (Supply Side Economy).
Keaadaan ini menguntugkan konsumen ( pemakai barang) karena bisa
memilih barang yang terbaik dari banyak produsen yang menciptakan
barang. Namun keadaan ini mewlahirkan over produksi karena terlalu
banyak barang yang diproduksi namun permintaan tak sebanding dengan
barang yang ditawarkan.
Dengan adanya over produksi mengakibatkan penurunan harga dan
penyerapan tenaga kerja, karena tidak bekerja pengangguran menekan
konsumsi barang yang menyebabkan bertambahnya lagi jumlah
pengangguran., kemudian berdampak lagi pada siklus penurunan harga
pendapatan mulai menghilang, menyebabkan meningkatnya kebutuhan
dalam skala ekonomi yang berdampak pada penurunan gaji,pengurangan
jam kerja dan sejenisnya.
Dengan demikian siklus penurunan ini terus berlanjut hingga sebagian
populasi kehilangan pekerjaan mereka dan menyebabkan berkurangnya
jumlah pendapatan nasional.
5. Jatuhnya bursa saham
Sebelum over produksi yang terjadi pada tahun 1930, pada tahun 1929
bursa saham di seluruh dunia mengalami kemunduran sehingga
mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi global yang memberikan
dampak pada kehidupan masyarakat Hindia Belanda. Kebalikan dari yang
terjadi di Amerika pada tahun 1930, disini kegiatan produksi mengalami
penurunan dan banyak kuli pabrik dan perkebunan harus mengalami
kerugian karena pabrik dan perkebunan harus ditutup. Sehingga
mengakibatkan banyaknya pengagguran.
Depresi ekonomi ini juga bermula ketika pada tahun 1925 dan 1927, The
Fed menurunkan suku bunga, akibatnya jutaan warga AS berbondong-
bondong meminjam uang dan para produsen pun banyak melakukan
produksi. Banyak pula yang menginvestasikan dalam bentuk saham,
harga-harga saham terus meningkat karena terlalu banyaknya orang yang
ingin menginvestasikan uang pinjamannya dalam bentuk saham dan
puncaknya terjadi 24 Oktober 1929. Ketika saat itu pasar menagalami
kerugian 14 miliar dolar AS.
Beberapa cara mulai ditempuh oleh pimpina-pimpinan Bank dengan
membeli saham-saham ungulan namun, semua itu tidak berhasil hingga
terjadi penjualan saham secara masal, total kerugian meningkat mencapai
30 Milyar Dollar AS.
Runtuhnya bursa saham mengakibatkan banyaknya bank gulung tikar,
pada awal tahun 1930 sebanyak 60 bank gulung tikar, kemudian pada
bulan November sebanyak 244 bank dan pada bulan Desember 344 Bank.
Salah satu bank yang mengalami gulung tikar adalah Bank of the United
States salah satu bank besar di Amerika Serikat dengan 450.0000
depositor. Bisa dibayangkan bank memiliki banyak depositor melalui
investasi saham sehingga membuat saham banyak diminati orang dan
terjadinya penjualan saham secara masal. Bank-bank tersebut juga
mengalami kerugian karena penurunan suku bunga bank.
Jatuhnya bursa saham pada bulan Oktober 1929 di Amerika atau yang
lebih sering disebut Black Tuesday disinyalir sebagai penyebab utama
dari Great Depression. Peristiwa ini menyebabkan hampir seluruh
pemegang saham mengalami kerugian yang ditaksir lebih dari empat
milyar dolar Amerika. Pemerintah Amerika berusaha mengatasi dampak
dari jatuhnya bursa saham dengan memaksa sebagian besar bank untuk
tutup, akibatnya terjadi kepanikan yang efeknya tidak hanya dialami oleh
penduduk Amerika melainkan sudah lintas negara. Kepanikan ini
membuat masyarakat yang khawatir simpanan mereka di bank hilang
berbondong-bondong mendatangi bank yang masih buka untuk dapat
menarik uang simpanan mereka. Hal ini secara cepat berimbas pada
terjadinya kebankrutan di sejumlah bank, dan terjadinya Great Depression
diakhir 1930 tidak dapat terelakkan lagi.
6. Jatuhnya standar emas
Jatuhnya bstandar emas mempertajam terjadinya krisis ekonomi dunia
karena di Austria standar emas mulai diberhentikan dan pada tahun 1933
mulai berlaku di berbagai Negara karena satndar emas tidak dapat
ditukarkan secara bebas dan standar emas tidak dapat mengatasi krisis
pembayaran yang hebat.dan emas juga digunakan untuk membayar
hutang selama perang.
Faktor politik pemicu kredit tahun 1929
1. Pemerintah Amerika turut andil menjadi penyebab terjadinya krisis
ekonomi 1929.
2. Salah satunya adalah kebijakan proteksionisme (kebijakan melakukan
perlindungan terhadap barang-barang produksi dalam negeri). Dalam
kebijakan tersebut diberlakukan pajak yang sangat tinggi atas barang-barang
import. Hal ini menimbulkan reaksi dari negara-negara lain yang kemudian
turut menaikkan pajak yang tinggi atas barang-barang hasil produksi
Amerika.

2.5 Kaitan peristiwa Great Depression dengan penjelasan dari sisi Aggregate
Demand dan Model IS-LM
Pengaruh Kurva IS
Seperti yang telah kita ketahui bahwasanya kurva IS dapat menjelaskan
aggregate demand dari sisi pasat barang dan jasa (keynessian cross).
Pergeseran kurva yang terjadi dapat menjelaskan pengaruh berbagai faktor
tertentu terhadap perubahan tingkat output atau pendapatan (Y) dan tingkat
bunga (r).
Terdapat suatu hipotesa mengenai penyebab terjadinya ‘Great Depression’ ini
yaitu spending hypothesis. Hipotesis in menjelaskan bahwa terjadinya
penurunan tingkat spending dalam pasar barang dan jasa membuat
perekonomian mengalami depresi. Penurunan tingkat spending ini terlihat dari
kontraksi kurva IS.
Penyebab kontraksi kurva IS dapat dilihat dari berbagai hal. Pertama, adanya
penurunan tingkat konsumsi nasional selama tahun 1929 hingga tahun 1933
(139,6 menjadi 112,8). Black Tuesday (29 Oktober 1929) disebut-sebut
sebagai penyebab utama terjadinya penurunan tingkat konsumsi. Peristiwa
pada hari tersebut adalah adanya stock market crash di Wall Street yang
menyebabkan frustasi berkepanjangan bagi warga Amerika
Serikat. Crash tersebut menyebabkan warga mengalami kerugian yang sangat
dahsyat sehingga harus memangkas tingkat pengeluaran mereka untuk
konsumsi. Kekhawatiran akan keadaan keluarga pun membuat mereka
memilih untuk menurunkan konsumsi dan memilih untuk menyimpannya saja.
Penyebab kedua adalah dari segi investasi. Tingkat investasi di AS menurun
drastis dari 40,4 hingga mencapai titik terendah 4,7 dari tahun 1929 hingga
1932. Penurunan investasi ini diindikasikan berasal dari investasi perumahan.
Dikarenakan tren perumahan begitu menjanjikan di tahun 1920an,
pembangunan perumahan langsung meningkat tajam. Namun disaat akhirnya
masyarakat tersadar bahwa mereka telah mencapai tingkat overbuilding,
permintaan akan perumahan anjlok. Penurunan drastis inilah yang
menyebabkan tingkat investasi dalam real estates & housing turun. Selain itu
adanya blunder dalam pembuatan regulasi perbankan membuat tingkat
investasi semakin anjlok selama masa depresi tersebut.
Dan ketiga, adalah dari sisi pengeluaran pemerintah. Tingkat terus mencapai
defisit di awal tahun 1930.Para pejabat negara pun akhirnya mengeluarkan
kebijakan fiskal, namun hanya berkonsentrasi pada menjaga stabilitas keadaan
anggaran negara, yaitu mengurangi defisit anggaran, tidak fokus pada
penjagaan tingkat produktifitas dan rasio tenaga kerja negara saat itu. Ketiga
hal di atas menjadi alasan mengapa kontraksi kurva IS terjadi, dan
mencerminkan terjadinya depresi besar-besaran di Amerika Serikat.
Efek Penurunan Harga
Kita mengetahui sebelumnya bahwasanya setiap penurunan tingkat harga
akan meningkatkan pendapatan secara riil. Contohnya dengan jumlah uang Rp
500.000 individu dapat membeli katakanlah 4 buah pakaian kualitas ekspor
seharga Rp 125.000 per buah. Namun, apabila harga pakaian tersebut turun
menjadi Rp 100.000 per buah, maka pendapatan riil individu tersebut
meningkat sehingga kini ia dapat membeli 5 potong pakaian.
Analogi ini ternyata terbantahkan dalam keadaan ‘The Great Depression’.
Adanya deflasi yang terjadi hingga 25 persen justru menyebabkan
meningkatnya tingkat pengangguran di AS dari 3,2% pada tahun 1929 hingga
mencapai 25,2% pada tahun 1933. Selain itu deflasi ini juga menyebabkan
tertekannya tingkat pendapatan masyarakat. Dengan begitu teori sebelumnya
terbantahkan bahwa penurunan harga saat deflasi tidak menyebabkan
peningkatan pendapatan.
Adalah Arthur Pigou, ekonom yang berargumen bahwasanya real money
balances merupakan bagian penting dalam kesejahteraan rumah tangga.
Dengan menurunnya tingkat harga, real money balances rumah tangga
meningkat sehingga mereka dapat melakukan spending lebih banyak. Dengan
analogi ini, Pigou berpendapat bahwa keadaan deflasi akan memberikan efek
stabilisasi atas perekonomian itu sendiri, dengan meningkatnya real money
balance akan menggeser kurva IS-LM secara ekspansif dan meningkatkan
pendapatan riil.
Namun, sebagian ekonom lain berpendapat bahwa penurunan tingkat harga
yang terjadi saat perekonomian depresi justru menekan tingkat pendapatan
ketimbang meningkatkan pendapatan riil itu sendiri. Teori pertama
adalah debt-deflation theory. Teori ini menjelaskan bahwa adanya pengarunh
ekspektasi dan tidak diekspektasinya suatu perubahan harga terhadap tingkat
pendapatan.
Teori ini menjelaskan dengan mekanisme keadaan debitur dan kreditur. Nilai
riil dari jumlah uang yang dipinjam oleh debitur dipengaruhi oleh tingkat
harga (jika meminjam Rp 100.000 maka nilai riilnya adalah Rp 100.000/P,
dimana P adalah tingkat harga). Maka semakin rendah tingkat harga, nilai riil
jumlah yang yang dipinjam akan meningkat, yang notabenenya nilai riil
tersebut mencerminkan purchasing power debitur. Debt-deflation theory ini
menjelaskan bahwa redistribusi kekayaan ini berpengaruh pada tingkat
konsumsi pada barang dan jasa. Saat seorang debitur meminjam uang, ia akan
mengurangi konsumsinya demi melunasi hutang tersebut, sementara kreditur
akan menggunakan uang tersebut untuk konsumsi. Namun kenyataannya
jumlah uang yang dikurangi dari konsumsi debitur lebih besar dari jumlah
yang ditambah pada konsumsi kreditur. Hal ini lah yang menyebabkan
pengurangan tingkat spending sehingga menggeser kurva IS ke kiri dan
mengurangi tingkat pendapatn nasional.
Teori kedua menjelaskan efek dari ekspektasi terhadap deflasi itu sendiri.
Semakin banyak orang yang berekspektasi bahwa harga akan turun, nilai Eπ
akan semakin negatif. Dengan begitu masyarakat akan mengurangi
pengeluaran pada investasi dan akan menggeser kurva IS dari IS1 ke IS2 ,
kemudian akan mengurangi tingkat pendapatan nasional dari suatu negara.
Itulah kira-kira yang terjadi saat masa depresi besar-besaran di Amerika
Serikat
Skema:
kecenderungan menabung berlebihan Konsumsi Y
Pengeluaran Pemerintah Anggaran defisit I Y
Ekspektasi Harga turun investasi Y
2.6 Dampak The Great Depression (Malaise) bagi Indonesia dan Negara-negara
lainnya
1. Indonesia
Malaise atau The Great Depression juga berdampak buruk bagi
perekonomian Indonesia pada saat itu Indonesia masih dikuasai oleh
Belanda. Di Indonesia terjadi kemerosotan ekonomi,jutaan orang
meninggal akibat kelapran karena kehilangan pekerjaan, karena
mengalami kerugian seperti contohnya petani banyak memproduksi padi
dan di Ekspor ke berbagai Negara termasuk Belanda namun karena terlalu
banyaknya barang yang di produksi sehingga membuat konsumen berpikir
untuk mencari yang terbaik, dann tidak semua produksi hasil petani
tersebut yang diminati konsumen.
Namun semua itu dimanfaatkan Jepang karena sudah sejak lama sumber-
sumber bahan di Indonesia berupa minyak,karet,bauksit,timah dan bahan-
bahan starategis lainnya bernilai penting bagi Jepang, saat depresi tersebut
mulai terasa di Indonesia, Jepang melakukan penembusan ekonomi secara
damai. Dengan itu rakyat Indonesia mulai bersimpati kepada Jepang
karena barang Jepang murah dikala banyak rakyat Indonesia kehilangan
pekerjaanya.
2. Jerman
Negara-negara di Eropa terutama Jerman terkena dampak dari terjadinya
Malaise karena Negara-negara di Eropa, menggunakan Capital Amerika
(Modal Amerika) namun,karena adanya krisis dan karena kerugian yang
diderita Amerika mencapai milyaran dollar, pinjaman itu terpaksa harus
segera dikembalikan dan sebelumnya Jerman telah mengalami kerugian
karena kalah dalam perang dunia I melawan Inggris sehingga kapal-kapal
dagang Jerman harus diserahkan ke Inggris.dan semua Industri Jerman
harus diserahkann ke Inggris itulah yang membuat keadaan ekonomi
jerman menjadi sangat kacau.
3. Australia
Australia sangat bergantung pada Industri namun karena jatuhnya
permintaan akibat adanya over produksi dan jatuhnya harga
mengakibatkan upah buruh juga jatuh.Dampaknya lebih terasa pada tahun
1932 karena pengangguran mencapai titik tertinggi namun, kenaikan
daging dan woll beberapa tahun kedepan mulai menstabilkan
perekonomian Australia.
4. Amerika Latin
Negara-negara di Amerika Latin pun terkena imbasnya karena Negara-
negar di Amerika Latin banyak yang meminjam uang ke Bank dan
menginvestasikan kedalam bentuk saham
5. Inggris
Akibat perekonomian yang kacau di Jerman dan kekalahan Jerman di
perang dunia sehingga memaksa Jerman untuk menyerahkan industrinya
pada Inggris namun industry Jerman di Inggris lebih berkembang di
bandingkan Industri Inggris.
6. Belanda
Sekitar tahun 1931-1937 Belanda tenggelam dalam Depresi yang berlarut-
larut yang dikarenakan jatuhnya pasar saham di Amerika,masalah-masalah
internal,kebijakan pemerintah,over produksi namun tidak dibarengi
dengan konsumsi,dan turunnya harga emas dan depresi ini membuat
politik Belanda tidak stabil dan semua dapat teratasi kembali saat harga
emas kembali naik.
7. Brazilia
Akibat over produksi Brazilia yang dikenal sebagai penghasil kopi harus
membakar kopinya di gerbong kereta api. Malaise yang melanda dunia
pada tahun 1930 ini melahirkan teori Developmentalisme, secara
sederhana yaitu perekonomian tidak bisa semata-mata berjalan secara
Inviseble hands, karena dapat berujung pada krisis. Untuk itu diperlukan
pihak lain yaitu Negara. Setelah itu keluarlah New Deal yang
dirancangkan oleh Presiden Roosevelt untuk mengatasi krisis yang terjadi
tersebut.

2.7 Kebijakan pemerintahan Amerika Serikat dalam mengatasi pristiwa ‘Great


Depression’
1. Pemerintah AS mengeluarkan kebijakan proteksionis, The Smoot-Hawley
Tariff Act pada bulan Juni 1930. Yakni dengan menaikkan tarif impor
sampai 50%. Tujuan kebijakan ini adalah untuk meningkatkan permintaan
terhadap produk domestik dan meningkatkan pendapatan dari tarif.
Kebijakan ini ternyata justru memperparah keadaan dengan pengangguran
yang semakin meningkat tajam.

Tariff impor 50%

Inpor di AS turun drastis

Mencipatkan penganguran di negara-nega eksportir

Sebagai respon negara lain juga menerapkan


kebijakan proteksionis

Ekspor AS terganggu
Perdagangan Internasional AS menurun 33%

Perusahaan eksportir di AS mengalami kerugian

Produksi ekspor ↓

Pengangguran ↑ (477 orang 1931, 15 jt orang 1933)

2. Pergantian presiden kepada Franklin D. Roosevelt memunculkan harapan


akan berakhirnya krisis. Melaksanakan program yang dibuat oleh presiden
baru Amerika bernama Franklin D. Roosevelt. Program yang bernama
“New Deal” ini berisi 47 program yang dibagi dalam dua tahapan eksekusi
dari 1933 sampai 1939. Program-program yang tertera dalam “New Deal”
meliputi penutupan dan pemeriksaan kepada semua bank agar dapat sehat
secara finansial, pemotongan gaji pegawai pemerintah maupun militer
sebesar 15%, mempekerjakan sekitar 3 juta orang selama 10 tahun untuk
menggarap lahan publik, mendanai pekerjaan di bidang pertanian,
konstruksi, pendidikan, maupun kesenian, dan juga memberikan pinjaman
pada para petani untuk menyelamatkan ladang ternak dari penyitaan.
Kebijakan-kebijakan yang diluncurkan Roosevelt melalui “New
Deal” perlahan memperlihatkan hasil. Pada tahapan pertama, pertumbuhan
ekonomi Amerika mencapai angka 10,8%. Lalu, pada tahapan kedua,
pertumbuhan ekonomi turun meski masih di angka tinggi yakni 8,9%.
Pada tahun 1936, pertumbuhan ekonomi kembali naik dan menyentuh
angka 12,9%.
Pada Hari Pengukuhan, Franklin D. Roosevelt (4 Maret 1933), setiap
negara bagian AS telah memerintahkan semua bank yang tersisa untuk
menutup diri pada akhir gelombang keempat kepanikan perbankan dan
Departemen Keuangan AS tidak memiliki cukup uang untuk membayar
semua pekerja pemerintah. Meskipun demikian, Franklin D. Roosevelt
berusaha memproyeksikan energi tenang dan optimisme, ia menyatakan
bahwa “satu-satunya hal yang harus kita takuti adalah ketakutan itu sendiri.”.
Selama 100 hari jalannya pemerintahan Roosevelt, pemerintahannya
mengeluarkan undang-undang yang bertujuan untuk menstabilkan produksi
industri dan pertanian, menciptakan lapangan kerja dan mendorong
pemulihan ekonomi.
Setelah menunjukkan tanda-tanda awal pemulihan pada awal musim
semi 1933, ekonomi terus membaik selama tiga tahun ke depan, di mana
PDB riil (disesuaikan dengan inflasi) tumbuh pada tingkat rata-rata 9 persen
per tahun. Resesi tajam menghantam pada tahun 1937, disebabkan sebagian
oleh keputusan Federal Reserve persyaratan untuk meningkatkan cadangan
uang. Meskipun perekonomian mulai membaik kembali pada tahun 1938,
kontraksi parah yang kedua dibalik banyak keuntungan dalam produksi serta
lapangan kerja yang berkepanjangan.
Depresi ekonomi dunia telah memicu munculnya gerakan-gerakan
politik ekstrimis di berbagai negara di Eropa, terutama kemunculan rezim
Nazi Adolf Hitler di Jerman. Agresi Jerman merambah Eropa pada tahun
1939 mengakibatkan WPA mengalihkan perhatiannyauntuk memperkuat
infrastruktur militer Amerika Serikat, meskipun AS sebagai negara
mempertahankan netralitasnya selama awal Perang Dunia II. Dengan
keputusan Roosevelt untuk mendukung Inggris dan Prancis dalam perjuangan
melawan Jerman dan Kekuatan Blok Sentral lainnya, manufaktur pertahanan
siap melangkah, memproduksi lebih banyak dan lebih banyak pekerjaan di
sektor swasta.
Ketika Jepang menyerang Pearl Harbor pada Desember 1941 dan
menyebabkan deklarasi perang AS, pabrik-pabrik di negara AS kembali pada
kekuatan produksi penuh. Hal tersebut memperluas produksi industri, serta
wajib militer meluas mulai tahun 1942, mengurangi tingkat pengangguran di
bawah tingkat sebelum depresi ekonomi.
Skema penerapan kebijakan New Deal
a. Program New Deal I

Undang-undang darurat Penganktifan Bank secara


perbankan (Emergency Bank Nasional
Act)

Pemerintah menjamin seluruh


deposito

Kepercayaan Masyarakat

Economy Act Penghematan pengeluaran


Negara melalui pemotongan
uang para kongres

Efisiensi anggaran Ekonomi


Civilian Conservation Corps Lapangan Kerja untuk
Reforestation Relief Act Pengangguran usia muda di
daerah pedalaman

Pengangguran

Kriminalitas

Gold standats Abandoned Act Kontrak rakyat dengan


pemerintah > 20 dollar dibayar
dengan uang logam emas

Perdagangan luar negeri

Penggalian emas di Eropa

Secara keseluruhan Program New Deal I belum berhasil karena angka


pengangguran di AS masih sangat tinggi

b. Program New Deal II


Work Progres Administration

Lapangan pekerjaan

Rural Electrification Administratife

Penyedian Listrik di daerah daerah pedalaman

National Youth administration

Membatu biaya pendidikan dengan memberikan pekerjaan paruh waktu

Banking Act

Memperkuat kontrol the Fed

Kekuatan bank swasta

Secara keseluruhan Program New Deal II berhasil menurunkan Pegangguran,


meningkatkan pendapatan, harga listrik murah dan penyediaan fasilitas yang
memadai
BAB III
KESIMPULAN

The Great Depression tercatat sebagai peristiwa terbesar jatuhnya perekonomian


dunia. Peristiwa kelam ini berlangsung selama 1 dekade (1929 – 1939) saat
jabatan pemerintahan dipimpin oleh Herbert Hoover dan menyerang seluruh
sektor perekonomian. dimulai dengan peristiwa Selasa Hitam, yaitu peristiwa
jatuhnya bursa saham New York pada tanggal 24 Oktober dan mencapai puncak
terparahnya pada 29 Oktober 1929. tersebut berdampak pada kondisi
perekonomian Amerika Serikat diantaranya adalah harga saham secara perlahan
terus turun, kepercayaan konsumen lenyap setelah jatuhnya pasar saham.
menyebabkan kredit macet meningkat, dan penyitaan aset melonjak, Produksi
negara turun, jumlah pengangguran meningkat tajam, kondisi perbankan juga tak
jauh beda. Pada musim gugur tahun 1930, gelombang pertama melanda karang
perbankan. Masyarakat yang kehilangan kepercayaan menarik dananya di
perbankan secara besar-besaran serta memaksa bank untuk melikuidasi pinjaman
guna melengkapi cadangan kas. Belum pulih seutuhnya, sapuan berikutnya terjadi
pada musim semi dan gugur di tahun 1931 sampai 1932. Puncaknya, pada tahun
1933, banyak bank tutup.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. “A Review of Keynesian Theory”. [online]. Tersedia


dalamhttp://www.huppi.com/kangaroo/Keynesianism.htm. Diakses pada 25 Maret
2013.

Anonim. 10 Maret 2003. October 29, 1929: 'Black Tuesday'. [online]


Tersedia dalamhttp://articles.cnn.com/2003-03-10/us/sprj.80.1929.crash_1_stock-
market-black-great-crash?_s=PM:US. Diakses pada 25 Maret 2013.

Anonim. The Great Depression in Europe. [online] http://www.stocks-


simplified.com/Great-Depression-in-Europe.html. Diakses pada 25 Maret 2013.

Frieden, Jeffrey A. 2006. “The Established Order Collapses” dalam Global


Capitalism: Its Fall and Rise in the Twentieth Century, New York: W.W. Norton
& Co. Inc., pp. 173-194.

Miskhin, Frederic S. 2011. “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar


Keuangan” Jakarta: Penerbit Salemba Empa.

Plano, Jack O. and Olton, Roy. 1999. “Kamus Hubungan Internasional”,


terjemahan Drs. Wawan Juanda, Jakarta: Penerbit Putra A. Baldwin.

Anda mungkin juga menyukai