Anda di halaman 1dari 12

BAB 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Amerika Serikat adalah Negara adikuasa yang sangat berpengaruh terhadap Negaranegara lain didunia. Terlalu banyak persoalan-persoalan krusial yang melibatkan dan melintasi dimensi kemanusiaan. Jutaan masyarakat miskin dipenjuru dunia seolah nasibnya digantungkan pada gonjang ganjing krisis global, seperti harga bahan bakar minyak dan masalah ketahanan pangan. Hal ini pun menjadi ancaman serius bagi Negara-negara di dunia, terutama Negara berkembang. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Negara-negara yang ada di bumi ini tengah menghadapi suatu krisis keuangan secara global. Diakui ataupun tidak, krisis yang sedang dihadapi hampir semua Negara yang ada ini merupakan imbas dari krisis financial yang terjadi di Negara adidaya, Amerika Serikat. Krisis ekonomi yang terjadi di amerika serikat mengherankan banyak orang. Banyak yang terkejut mengapa Negara sebesar Amerika Serikat bisa mengalami krisis ekionomi atau moneter yang merontokan pasar saham dan keuangan di Amerika Serikat dan bahkan di dunia. Pada awal krisisnya hanya sebatas melanda Negara Amerika Serikat, Eropa, dan negara Negara yang bergabung di Uni Eropa. Aliran gelombang krisis yang keras ternyata sampai di kawasan Asia. Para investor yang menanamkan modalnya pada sektor non riil mulai menarik kembali dana-dana mereka yang tertanam di lantai bursa. Penarikan dana dengan dominasi mata uang asing oleh investor di beberapa Negara kawasan Asia tujuannya adalah menutupin kerugian keuangan yang tengah melanda Negara-negara investor tersebut.

TUJUAN Dalam pembuatan makalah ini, saya memiliki beberapa tujuan, yaitu : Tujuan umum: 1. Agar para pembaca dapat mengetahui pengertian umum, penyebab, dampak, dan sikap kita terhadap krisis global yang sedang terjadi akhir-akhir ini 2. Untuk memberikan saran-saran kepada para pembaca bagaimana sebaiknya kita menyikapi krisis global tersebut 3. Untuk menbuka takbir-tgakbir permasalahan yang melatarbelakangi terjadinya krisis global, sebagai dampak krisis yang dialami oleh Negara Amerika Serikat.

Tujuan Khusus: 1. Sarana penunjang untuk mengeluarkan pendapat penulis terhadap permasalahan krisis global, serta pengaruhnya terhadap perekonomian nasional 2. Sebagai penunjang nilai semester di mata kuliah hukum bisnis

RUANG LINGKUP PERMASALAHAN

Dampak yang terjadi akibat dari krisis hebat yang dialami Amerika Serikat sangat terasa bagi kita. Kebanyakan dari kita mengeluhkan apa yang tengah terjadi sekarang. Tidak hanya para pelaku ekonomi saja yang merasakan, tetapi kita sebagai masyarakat dan juga sebagai consumer merasakan dampaknya. Bicara lebih lanjut mengenai para pelaku ekonomi, mereka adalah orang-orang yang jelas-jelas terkena dampak dari krisis ini. Mereka harus berfikir keras bagaimana cara pandang mereka dalam mencari celah untuk mendapatkan profit atau laba dari kegiatan ekonomi yang mereka lakukan, tanpa mengakibatkan kerugian dalam usaha mereka itu sendiri.

BAB II PEMBAHASAN Krisis keuangan yang tengah terjadi di Amerika Serikat sudah terlihat tanda-tandanya beberapa waktu yang lalu, tetapi baru dianggap serius oleh pemerintah Indonesia sejak tanggal 8 Oktober 2008 saat ISHG di BEI turun tajam sampai 10.38% dan mengaruskan pemerintah menghentikan kegiatan di pasar bursa modal beberapa hari. Sebenarnya banyak akibat yang dirasakan oleh Indonesia dengan adanya krisis keuangan di Amerika Serikat, baik akibat positif seperti turunnya harga minyak dunia yang menembus $61 per barel, dan akibat negative seperti turunnya nilai rupiah, berkurangnya nilai export, turunnya investasi atau terjadi flyingout, namun demikian akibat negative lebih banyak dirasakan bagi perokonomian Indonesia terutama bagi sector riil yang mempunyai pangsa export, pemerintah harus sungguh-sungguh menangani masalah ini karena pada akhirnya apabila tgidak tertangani dengan benar akan mengakibatkan distabilitas Negara atau sering orang bilang akan terjadi krisis seri kedua.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Negara-negara yang ada di bumi ini tengah menghadapi suatu krisis keuangan secara global. Diakui ataupun tidak, krisis yang sedang dihadapi hampir semua Negara yang ada ini merupakan imbas dari krisis financial yang terjadi di Negara adidaya, Amerika Serikat. Krisis ekonomi yang terjadi di amerika serikat mengherankan banyak orang. Banyak yang terkejut mengapa Negara sebesar Amerika Serikat bisa mengalami krisis ekionomi atau moneter yang merontokan pasar saham dan keuangan di Amerika Serikat dan bahkan di dunia. Ada beberapa kasus yang dianggap sebagai penyebab terjadinya krisis saat ini, antara lain: 1. Penumpukan hutang nasional hingga mencapai 8.98 trilyun dollar AS sedangkan PDB hanya 13 trilyun dollar AS 2. Terdapat program pengurangan pajak korporasi sebesar 1.35 trilyun dollar (akibatnya pandangan AS berkurang) 3. Pembengkakan biaya perang Irak dan afganistan (hasilnya Irak tidak aman dan Osama Bin laden tidak tertangkap juga) setelah membiayai perang Korea dan Vietnam 4. CFTC ( Commodity Futures Trading Commision) sebuah lembaga pengawas keungan tidak mengawasi ICE (Inter Continental Commision) sebuah badan yang melakukan aktifitas perdangangan berjangka, dimana ICE turut berperan mendongkrak harga minyak hingga USD 100/barel 5. Subprime Mortgage: kerugian surat berharga property sehingga membangkrutkan Merryl Lynch, Goldman Saschs, Mitsubishi UFJ 6. Keputusan suku bunga murah dapat mendorang spekulasi.

Aktor-aktor yang berperan dalam krisis financial di Amerika Serikat :


a.Kriditor perumahan murah Banyak perusahaan di AS memiliki spesialisasi memberikan kridit perumahan bagi orang-orang yang sebenarnya tidak layak di beri kridit subpime lenders. Para perusahaan tersebut berani memberikan kridit karna kalo terjadi gagal bayar, perusahaan tinggal menyita dan menjual kembali rumah yang di kriditkan. Untuk membiayai kridit ini, para perusahaan ini umumnya juga meminjam dari pihak lain dengan jangka waktu yang pendek sekitar 1-2 tahun, padahal kridit yang membiayai merupakan kridit perumahan jangka panjang sampai 20 tahun. Sehingga terjadi ketimpangan (mismatch) kridit. Akibat gagal bayar terhadap kridit perumahan tersebut, membuat banyak perusaahan kridit perumahan ini tidak mampu membayar kembali utangnya, yang ujungnya bangkrutnya beberapa perusahaaan tersebut. Saham perusahaan lain yang tidak mengalami kebangkrutan juga ikut terimbas sentiment negative dan membuat takut para investor investor.

Selain pinjaman dari pihak ketiga, para perusahaan pembiayaan kridit rumah ini juga menerbitkan semacam Efek Beragun Aset (EBA) yang dijual kepada perbangkan dan investor, baik kepada institusi maupun kepada individu keberbagai Negara. EBA juga merupakan instrument untuk membagi resiko. Namun yang terjadi justru sebaliknya, kekhawatarin terhadap kemungkinan gagal bayar para debitor yang tidak layak tersebut justru berdampak pada investor secara global baik yang memiliki EBA, maupun investor yang hanya terimbas sentiman negative.

b.Perusahaan pemeringkat Perusahaan pemeringkat seperti Moodys dan Standart and Poors diduga ikut mengambil bagian dalam krisis subprime mortage ini. Perusahaan-perusahaan pemeringkat ini dinilai terlalu lamban mengantisipasi gagal bayar utang kridit perumahan itu. Padahal tugas lembaga pemeringkat adalah mengevaluasi obligasi atau instrument utang lainnya dan memberikan rating yang mencerminkan resiko instrument utang tersebut.

c.Investment banks (Bank Investasi) Investment Banks seperti Goldmas sachs, Bear Stearns juga ikut terlibat dalam terjadi krisis subprime mortagage ini. Karena mereka memiliki spesialisasi mengembangkan instrument investasi seperti EBA yang dijual ke perbangkan dan institusi keuangan. Investment Banks ini juga terkena imbas dan merugi di beberapa dana investasinya yang terkait dengan utang beresiko tinggi. Sementara Bank sentral dan private equity fund dicatat sebagai pihak yang paling besar terimbas dari dampak krisis ini. Private equity fund adalah manajer investasi yang merancang pembelian dan penjualan perusahaan. Mereka umumnya meminjam uang dengan bunga rendah yang digunakan untuk membeli saham di bursa. Saham yang dibeli umumnya di jaga performance agar menarik minat investor lain untuk membeli. Saham tersebut akan dijual setelah harganya tinggi dalam waktu yang tidak lama. Sedangkan bank sentral dunia seperti Bank of England (BOE), US Federal Reserve (The Fed) dan Eropean Central Bank (ECB) sebagai pihak yang merancang tingkat suku bunga demi mengontrol inflasi dan menjaga pertumbuhan ekonomi. Kebijakan tingkat bunga rendah itulah yang memicu pasar untuk melakukan investasi besar di perumahan. Namun kini bank sentral harus menggelontarkan banyak dana ke pasar untuk menyuplai kebutuhan dana kas yang besar.

Dampak krisis Amerika Serikat pada Negara-negara didunia:


Pemilik surat utang Subrime Mortage bukan hanya perbankan di Amerika Serikat, tetapi juga perbangkan di Australia, Cina, India dan Negara-negara lainnya. Dampaknya, harga saham perbangkan di seluruh dunia jatuh. Hal ini pun menyalut kekhawatiran para pelaku pasar, karena bermasalahnya bank akan berdampak pada melemahnya kegiatan perekonomian.

Peraturan Bank Indonesia tidak memungkinkan perbankan membeli surat utang berperingkat rendah, sehingga perbankan Indonesia tidak memiliki surat utang subprime Mortage. Akan tetapi. Karena harga saham perbankan dinegara tetengga jatuh, investor asing juga menjual saham perbankan dan non perbankan di Indonesia. Investor local akhirnya juga

ikut melakukan aksi jual. Apalagi harga saham dan obligasi di Indonesia sudah naik banyak, maka investorpun melakukan aksi ambil untung. Inilah yang menyebabkan harga saham turun, imbas hasil obligasi naik dan kurs rupiah melemah, bahkan minat terhadap penawaran saham BNI juga sempat terganggu Sterilnya perbankan dan korporasi Indonesia dari kepemelikan subprime mortgage menyebabkan dampak krisis pada pasar keuangan domestic berupa pelepasan surat berharga domestic terutama SUN dan SBI oleh investor asing. Pada bulan Juli dan Agustus 2007 terjadi penurunan kepemilikan asing pada SUN dan SBI yang cukup signifikan.investor asing diperkirakan equity friendly dan cenderung mengalihkan penanaman dari SUN pada equity

atau risk free treasury bill. Hal ini terkait dengan tingginya suplai risk SUN atas potensi penurunan SUN rupiah (neraca pembayaran Indonesia 2007) Pada bulan Agustus 2007, harga-harga saham di BEJ mengalami koreksi, akibat masih berlanjutnya tekanan di bursa Wall Street dan regional, mengakibatkan IHSG turun 89,112 poin atau 4,11% pada satu jam pertama perdagangan tanggal 15 agustus 2007. Turunnya IHSG memicu melemahnya nilai tukar rupiah saat itu, dari Rp 9.000,- menjadi Rp 9.400. Dow Jones Average juga kehilangan 207,61 poin atau turun 1,57%. Masih dalam priode waktu yang sama, indeks Nikkei mengalami kemerosotan 267,22 poin. Penurunan dratis ini dapat dilihat dalam grafik perkembangan pasar modal di Asia Pasifik dan pasar modal di Barat dan Jepang. Koreksi besar-besaran yang terjadi akibat krisis subprime mortgage ini juga merambat ke sektor-sektor lainnya. Kepanikan antara bulan Februari-Maret 2007 dan semua bidang -6%, dan pada bulan Juni-Juli 2007 saham-saham mortgage turun lagi hingga -41% dan saham-saham keuangan -18%. Dampak subprime mortgage Amerika Serikat di Indonesia memang besar juga dampaknya terhadap Negara-negara lainnya, karena adannya peraturan BI yang tidak memungkinkan perbangkan membeli surat utang berperingkat rendah, namun sebenarnya dampak krisis financial ini masih tersisa di dunia. Pada 3 Maret 2008, tempointeraktif.com menyebutkan bahwa pasar saham Asia jatuh setelah UBS AG memprediksikan bahwa perusahaan keuangan global kemungkinan akan kehilangan sekitar US$ 600 miliar karena kridit macet hipotek perumahan subprime mortgage di Amerika Serikat. Westpac Banking Corp merugi 3,3 persen sedangkan Macquarie Group Ltd. Kembali tergelincir di hari ketiga. Pemasukan uang dalam perdagangan Amerika menurun 4,7 persen dari penutupan saham di Tokyo 29 Februari 2008, dimana Sony Corp rugi 3.6%, setelah Yen menguat terhadap dollar, sehingga mengurangi pendapatan di luar negri. Index Australia

anjlok hingga 2.9% menjadi 5,410.90 pada pukul 10.12 di Sydney. Index New Zealands NZX 50, yang menjadi patokan Asia untuk memulai perdagangan, turun 1,1% menjadi 3,542.16 di Wellington

Dampak krisis Amerika Serikat terhadap Ekonomi Indonesia


Ada beberapa hal yang bias di baca sebagai dampak atas krisis global ini terhadap perekonomian di Indonesia. Berikut ini saya paparkan dampak resesi global ini terhadap perekonomian Indonesia: Melemahnya nilai tukar .nilai tukar rupuiah pada tanggal 10 oktober sempat menembus Rp 9.860 per USD. Di pasar antar Bank, rupiah bahkan sempat menembus Rp 10.000 per USD. Investor dunia panic parah. Akibatnya bursa saham Indonesia turun sebanyak 41% (sebelum kegiatannya dihentikan untuk sementara mulai Rabu, 8 Oktober 2008). Harga saham bener-bener turun drastic Krisis perbankan global bisa mempengaruhi sector riil ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Karena sector perbankan AS sedang terpuruk, kekurangan modal, dan enggan meminjamkan dollarnya, termasuk ke bank-bank Internasional di Eropa dan \Asia. Akibatnya, perbankan internasional kekurangan dollar untuk member pinjaman kepada pengusaha dunia, yang membutuhkan dollar untuk investasinya (untuk impor mesin, bahan baku, dan sebagainya) termasuk di Indonesia. Dampak resesi ekonomi AS dan Eropa terhadap Indonesia tentunya negative, 8 tetapi karna NET ekspor (ekspor dikurang impor) hanya mengerekkan 8% dari produk domestic bruto (PDB) Indonesia, maka dampaknya relative kecil dibandingkan dengannegara tetangga yang bergantunggan ekspornya ke AS besar, misalnya Hongkong, Singapura, dan Malaysia. Pada Negara berjumlah penduduk banyak seperti Indonesia belanja masyarakatnya merupakan motor penggerak ekonomi yang kuat, untuk ekonomi Indonesia, dampak negative kenaikkan harga bahan bakar minyak sebesar 125% pada 2005 jelas lebih besar dari pada dampak resesi ekonomi AS Krisis financial global dan lumpuhnya system perbankan global yang yang berlarut akan berdampak sangat negative terhadap Indonesia, karna pembiayaan kegiatan investasi di penyerapan tenaga kerja melambat dan akibatnya daya beli masyarakat turun, yang akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Dalam situasi seperti ini tentunya yang biasa dilakukan adalah efisiesi. Bisa jadi itu dilakukan dengan melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK. Itu sudah menjadi konsekwensi kalo daya saing produk kita terus berkurang sementara biaya produksi meningkat.

Dampak secara global


Krisis global di AS kali ini menimbulkan dampak luar biasa secara global. Hal ini bisa dilihat dari kepanikan investor dunia dalam usaha mereka menyelamatkan uang mereka di pasar saham. Mereka beramai-ramai menjual saham sehingga bursa saham terjun bebas. Sejak awal 2008, bursa saham Cina anjlok 57%, India 52%, Indonesia 41% (sebelum semua kegiatan dihentikan sementara) dan zona eropa 37%. Sementara pasar surat utang terpuruk, mata uang Negara berkembang melemah dan harga komoditas anjlok, apalagi para speculator komoditas minyak menilai bahwa resesi ekonomi akan mengurangi konsumsi energy dunia. Krisis pasar modal (saham dan surat utang) global pada dasarnya hanya mempengaruhi investor pasar modal. Tetapi krisis perbankan global bisa mempengaruhi sector riil ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Inti cerita yang terjadi adalah sector perbankan AS sedang terpuruk, kekurangan modal, dan enggan meminjamkan dollarnya, termasuk ke bank-bank internasional di eropa dan Asia. Akibatnya, perbankan internasional kekurangan dolar untuk member pinjaman ke para pengusaha dunia yang membutuhkan dollar untuk investasi (untuk impor mesin, bahan baku dan sebahagiannya) termasuk di Indonesia.

Dampak Di Indonesia
Dampak resensi ekonomi AS dan Eropa terhadap Indonesia tentunya negative, tetapi karna NET ekspor hanya mengerakan sekitar 8% dari produk domestic brouto (PDB) Indonesia, maka dampaknya relative kecil dibandingkan dengan Negara tetangga yang ketergantungan ekspornya ke AS besar misalnya hongkong,Singapura dan Malaysia 1.Melemahnya nilai tukar rupiah Akibat krisis moneter di AS, nilai tukar rupiah melemah dan sempat menembus Rp 9.860 per USD. Di pasar antar bank. Melemahnya rupiah yangterjadi saat ini masih sejalan dengan beberapa mata uang lainnya Berbeda dengan krisis 1997, BI kini juga mengetahui pencatatan valas perbankan bank. BI juga tetap waspada dan terus menjaga agar tidak terjadi pergerakan gejolak yang terlalu besar. BI sebagai bank sentral meminta pasar tidak panic menghadapi situasi saat ini Turbelensi di pasar financial saat ini terjadi di seluruh dunia. Bank sentral akn terus memantau perkembangan ekonomi global, dan berusaha agar dampaknya bisa seminimal mungkin. 2.Jatuhnya bursa saham Dampak lain yang terjadi akibat krisis moneter di AS adalah jatuhnya bursa saham yang terjadi dalam pertengahan Oktober 2008. Meskipun para ahli ekonomi menilai kecil kemungkinan krisis ini menjelma menjadi krisis ekonomi berupa ambruknya perbankan dan

sektor riil. Namun untuk meningkatkan kepercayaan pelaku pasar, pemerintah sebaiknya focus menjaga daya beli masyarakat Para ahli menilai tingkat krisis yang dihadapi Indonesia sangat berbeda dengan AS, Eropa, dan Negara maju lainnya. Di AS, krisis telah masuk ke semua sektor, mulai dari pasar modal, perbankan dan sektor riil Namun di Indonesia krisis hanya terjadi di pasar modal, krisis yang terjadi di pasar modal dinilai tidak mudah bertransmisi ke sektor lain mengingat kontribusi pasar modal dalam system keungan Indonesia sangat kecil. 3.Bidang Ketenagakerjaan Krisis ekonomi AS sangat berdampak terhadap masyarakat khususnya tenaga kerja. Departemen ketenagakerjaan AS, baru saja mengumumkan jumlah pengangurfan mencapai 6.1% jauh lebih tinggi dari prediksi yang diakibatkan oleh krisis. Jumlah ini meningkat menyusul pemutusan hubungan kerja (PHK) ribuan tenaga kerja akibat krisis ekonomi. Perubahan tingkat strategi kebijakan DPR AS terhadap paket kebijakan penyelamatan ekonomi atau RUU Bailout dengan dana sebesar US$ 700 miliar ternyata belum mendongkrak kepercayaan pasar. 4.Menurunnya daya beli masyarakat Krisis ekonomi AS dan global berdampak pada ekonomi Indonesia, karena masih banyak kebutuhan dalam negri Indonesia yang masih mengandalkanimport dari Negara lain. Berdampak ke kost( karena terjadi selisih nilai tukar mata uang) harga menjadi mahal, sehingga inflansi tinggi, daya beli masyarakat menurun. Buntutnya makin banyak rakyat miskin dan pengangura. Penganguran dan kemiskinan tidak perlu mengkambing hitamkan krisis ekonomi global (walau sebetulnya berpengaruh juga), tapi seharusnya kita menyadari dan mengakui bahwa fundamental ekonomi di Indonesia memang lemah Kita terlalu terpaku untuk mengampungkan sesuatu dengan sedikit-sedikit melakukan import tanpa berusaha untuk mengembangkan dan memperkuat perekonomian Indonesia, ketahanan pangan pun lemah. Memang dalam jangka pendek dan hitung-hitungan dagang mungkin menguntungkan. Tetapi begitu terjadi krisis, dampaknya lagsung terasa, makanya jangan heran Indonesia menjadi sasaran produk murah dari luar negri yang kasusnya bermacammacam seperti susu yang mengandung melamin dan sbgnya

Langkah-langkah Indonesia dalam menghadapi krisis global


Dalam capital inflow melalui pasar modal berkurang, diharapkan bisa terkompensasi dari aliran dana lainnya. Diantaranya, mengenjot ekspor yang neraca perdagangan dan penanaman modal asing lagsung (FDI)

Keinginan tersebut akan dipenuhi dengan sejumlah langkah. Langkah konvensional dilakukan dengan memberikan insentif kepada dunia usaha. Kebijakan non konvesional juga dilakukan dengan pemangkasan deficit APBN. Sebab, pembiayaan melalui penerbitan surat utang makin sulit dilakukan. Selain situasi masih tak menentu, liquiditas di pasar modal akan mongering. Apalagi setelah pemerintah AS menganggarkan dana program penyelamatan darurat senilai US$ 700 miliar (sekitar 6.440 triliun). Selain dari pajak yang dibayar oleh rakyat AS, dana tersebut akan dicarikan dari penerbitan obligasi di pasar Langkah lainnya adalah melaksanakan program jarring pengaman social yang tidak konsumtif sehingga mampu menciptakan lapangan kerja. Upaya lain adalah dengan menjaga stabilitas harga pangan dan energy. Kridit juga akan tumbuh cepat di kisaran 36%. Pertumbuhan kridit itu diharapkan tetap mendukung laju ekonomi dan inflasi yang wajar. Presiden menganjurkan 10 langkah yang dapat ditempuh dalam upaya antisipasi dampak krisis global yang tengah melanda dunia saat ini, yaitu: 1. Terus memupuk rasa optimism dan saling bekerjasama sehinga bisa tetap kepercayaan masyarakat 2. Pertumbuhan ekonomi sebesar 6% harus terus dipertahankan antara lain dengan terus mencari peluan ekspor dan investasicsertga mengembangkan perekonomian domestic 3. Optimalkan APBN 2009 untuk terus memacu pertumbuhan dengan tetap memperhatikan social safety net dengan sejumlah hal yang harus diperhatikan infrastruktur, alokasi penanganan kemiskinan, ketersediaan listrik serta pangan dan BBM 4. Kalangan dunia usaha di minta mendorong sector rill agar dapat bergerak. bila itu dapat dilakukan maka pajak dan penerimaan Negara bisa terjaga dan juga tenaga kerja dapat terjaga juga. BI dan perbankan nasional harus membangun system agar kridit bisa mendorong sector riil. Pemerintah juga akan menjalankan kewajibannya untuk memberikan insentif dan kemudahan secara proposional 5. Semua pihak agar lebih kreatif menangkap peluang dimasa krisis antara lain dengan mengembangkan pasar di Negara-negara tetangga dikawasan Asia yang tidak secara langsung terkena pengaruh krisis keuangan AS. kita harus mendorong produk kita agar kompetitif dan memiliki daya saing yang baik, katanya 6. Galakkan lagi penggunaan produk dalam negri sehingga pasar domestic akan bertambah kuat. kepada mentri saya minta untuk memberikan insentif dan disinsenif agar penggunaan produk dalam negri dapat meningkat, kalo perlu juga akan dikeluarkan intruksi agar pengadaan barang dan jasa didepartemen mengutamakan produk dalam negri, kata presiden 7. Perkuatan kerjasama lintas sector antara pemerintah, Bank Indonesia, dunia perbankan serta sector swasta. cegah timbulnya ketidakpercayaan dan saya mengingatkan semua pihak memiliki peran yang penting, ujarnya

8. Semua kalangan diminta menghindari sikap ego sentries dan memandang remeh masalah yang dihadapi. Hilangkan budaya ego sentries dan juga kebiasaan bussines as usual , tegasnya

Komentar pelaku ekonomi terhadap krisis global


Kepala dinas perkebunan Riau, Susilo: kami tidak bisa berbuat apa-apa karena kondisi ini dipengaruhi oleh krisis ekonomi internasional, ditambah dengan masa panen raya di berbagai Negara. Kita hanya bisa berdoa semoga krisis ini cepat berakhir sehingga harga sawit dan karet normal kembali. Presiden Direktur PT. Bakrieland Development Tbk (ELTY), Hiramsyah S Thaib: propespek bisnis property ditengah krisis ternyata tidak seburuk yang diperkirakan banyak orang, justru dengan adanya krisis akan menimbulkan titik keseimbangan baru, pada sektor property. Koreksi pasti ada, tapi ini justru menjadi ujian bagi pemain property. Nantinya akan ada titik keseimbangan baru, pengaruh krisis ekonomi terhadap tingkat demand dan supply memang tidak terasa, termasuk di kita, artinya hanya pengembang property yang kuat secara fundamental yang dapat bertahab dalam krisis ini, ini akan menguji masing-masing pengembang, mereka akan bertanya pada diri mereka sendiri apakah fundamental saya sudah kuat, Pemimpin Bank Indonesia (BI) Semarang, M.Zaini Aboe Amin IKK (Indeks Keyakinan Konsumen) terhadap kondisi perekonomian Indonesia memasuki tahun 2008 diawali dengan keyakinan yang kembali pesimistis setelah pada Desember 2007 berada pada level keyakinan optimistis tertinggi sejak 7 bulan terakhir. Keyakinan konsumen terhadap akan membaiknya perekonomian pada 6 bulan mendatang juga semakin berkurang. Pada survey Januari 2008, ekspetasi terhadap kenaikkan harga secara umum pada 6 bulan mendatang akan semakin meningkat Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono: Saya mengatakan aman-aman saja, tidak goyah, dan saya mempunyai keyakinan apabila kita bersatu, bersinerja untuk mengatasi permasalahan ini secara bersama-sama saya yakin krisis ekonomi tahun 2007 dan 2008 insya Allah tidak akan terjadi lagi. Saya ingin berikan contoh sebagai pelajaran berharga, kenapa kita dulu begitu jatuh dalam krisis yang saya kira sebagai catatan penting dalam sejarah negri kita ini.

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN Pada awalnya krisis hanya sebatas melanda Negara Amerika Serikat, Eropa, dan Negaranegara yang bergabung di Uni Eropa. Namun , aliran gelombang krisis yang keras ternyata sampai dikawasan Asia. Para investor yang menanamkan modalnya pada sektor non riil mulai menarik kembali dana-dana mereka yang tertanam dilantai bursa. Penarikan dana dengan dominasi mata uang asing oleh investor di berbagai kawasan Asia tujuannya adalah menutupi kerugian keuangan yang tengah melanda Negara-negara investor tersebut Kebijakan penarikan dana semakin agresif seiring dengan keringnya liquiditas Negaranegara investor. Perilaku ini bisa kita cermati dengan meroketnya bunga pasar uang antar bank. Sebelumnya munculnya krisis keuangan global yang dipicu ambruknnya beberapa lembaga keuangan di besar AS, pertemuan mentri keuangan Asia Eropa di korea Selatan pada Juni 2008 hanya membahas pelajaran yang dapat diambil Asia dari integrasi system keuangan di benua Eropa serta pendekatan pasar yang dimungkinkan dari kesepakatan mengatasi perubahan iklim

SARAN Selain menyediakan cash untuk keperluan kita dan keluarga, mulailah membeli dan pakailah produk-produk dalam negri. Sekarang semua Negara membutuhkan cash, istilahnya tidak ada yang membeli dagangan mereka, semua Negara maunya jualan produk mereka supaya dapat cash. Untuk apa kita memberikan rakyat, tapi Negara lain yang mendapatkan pendapatannya. Jadi, pakailah semua produk dalam negri, mulai kita mulai dari diri kita sendiri Produk impor yang menggiurkan sudah banyak masuk ke wilayah Indonesia. Itu sebabnya dagangan dari Negara lain yang tidak laku di USA karena USA dan Negaranegara kaya dan maju sudah bangkrutsehingga minatpun menjadi berkurang. Harga barang-barang itu murah, tapi sekali lagi..untuk apa kita mmemberi makan Negara lain sementara Negara-negara itu tidak mempunyai kapasitas lagi member kita makan. Ini bukan kondisi normal lagi ketika perdagangan antar Negara terjadi karena saling membutuhkan. Bagi yang punya rekasadana saham, jika nilai investasi kalian sudah di bawah 50%, biarkan saja, jangan dijual, karna kalo dijual maka uang tersebut benar-benar akan tinggal sedikit. Biarkan saja, karna nanti akan kembali lagi pada kondisi normal. Tapi kali ini memang lama, minimal 2 tahun bahkan lebih, sekali lagi, ini krisis yang sangat besar, terbesar sepanjang dunia modern.

DAFTAR PUSTAKA Muarif, Samsul, dkk. 2008. Obamas miracle ( kemenangan Dari Jakarta). Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu.

http:// www.riau.co.id/index.php?module=articles&func=dispaly=1&aid=7936

http://doniriadi.blogspot.com/2008/10/krisis-ekonomi-global-dan-solusi.html

http://www.suaraindonesianews.com/2008/10/10-jurus-sby-menghadapi-krisis-keuangan.html

http://www.yauhui.net/10-jurus-sby-menghadapi-krisis-global-keuangan-dunia

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=1160595

http://www.suarapembaca.detik.com/read/2008/10/29/094311/471/pengaruh-krisis-global-kesektor-riil

Republika

Padang Ekspress

Seputar Indonesia

Kompas

Anda mungkin juga menyukai