Anda di halaman 1dari 7

THE GREAT DEPRESSION

The Great Depression tercatat sebagai peristiwa terbesar jatuhnya perekonomian dunia.
Peristiwa kelam ini berlangsung selama 1 dekade (1929 – 1939) dan menyerang seluruh sektor
perekonomian diindikasikan dengan turunnya total produksi sebesar 25 – 50%. Tingkat
pengagguran menanjak sebesar 25% di AS dan 33% di beberapa negara lainnya. Diawali dengan
terjadinya perang dunia I dimana negara banyak menghabiskan biaya untuk memenuhi seluruh
kebutuhan perang.

Dampak dari Perang Dunia I. Selain identik dengan pengrusakan, penjarahan dan
pendudukan, perang juga menghabiskan banyak sekali biaya untuk memenuhi seluruh kebutuhan.
Beberapa negara yang terlibat Perang Dunia I telah menghabiskan biaya bahkan terlilit hutang.
Perang Dunia I menjadi pertanda negara-negara di Dunia meninggalkan “standar emas” karena
seluruh cadangan emas telah habis untuk membiayai perang. Sebagai akibatnya, uang kertas
dicetak lebih banyak dari cadangan emas yang dimiliki sehingga inflasi menjadi tinggi dan daya
beli masyarakat jatuh secara signifikan.

Beberapa dampak yang muncul akibat perang dunia 1:

 Instabilitas geopolitik dan munculnya negara dengan kekuatan baru. Akibat lain dari
perang adalah hancurnya tatanan ekonomi dan supremasi hegemoni negara-negara raksasa.
Dimulai dengan revolusi Rusia pada 1917 melalui perang saudara, perpecahan internal,
dan kejatuhan ekonomi. Hal tersebut mengakibatkan Rusia sebagai kekuatan ekonomi
terbesar ke-5 di Dunia pada 1913 mulai menurunkan dominasinya pada struktur ekonomi
global. Kemudian diikuti dengan runtuhnya kekaisaran Ottoman di Turki dimana
munculnya negara-negara baru di dari semenanjung Balkan dan Timur Tengah. Munculnya
negara-negara tersebut secara langsung membutuhkan tatanan ekonomi baru, permodalan
baru, mencetak uang baru, pembangunan infrastruktur.
 Imbalance perekonomian. Akibat perang menyebabkan negara-negara penderita harus
merekonstruksi kondisi perekonomian sejak awal. Mereka sebagai korban perang adalah
negara-negara dengan kondisi perekonomian yang terpuruk, mata uang yang terdepresiasi,
inflasi yang tinggi, tingkat pengangguran yang tinggi serta hutang yang menumpuk
diantara sesama negara. Hanya sedikit negara yang muncul sebagai pemenang diantaranya
Kanada, Amerika Serikat, Australia, dan Argentina.
 Hubungan Antara Negara. Buruknya kondisi perekonomian suatu negara dapat menyebar
dengan sangat cepat lalu bertansformasi dikarenakan besarnya pengaruh negara tersebut
terhadap negara-negara lainnya. Ketika Dunia sedang mereparasi kondisi
perekonomiannya akibat perang, Amerika Serikat justru tumbuh menjadi kekuatan
Ekonomi Dunia. Hal tersebut berakibat pada banyaknya negara yang berhutang pada AS
untuk memulihkan kondisi perekonomiannya.
 U.S Stock Market Crash. Sama halnya dengan teori Schumpeter dan Hyman Minsky
mengenai Instabilitas finansial. Hipotesis utama adalah Instabilitas dalam perekonomian
disebabkan oleh Stabilitas. Ketika Perang Dunia I pecah, Amerika Serikat muncul sebagai
kekuatan ekonomi dunia. Pertumbuhan yang stabil, masuknya teknologi-teknologi baru
dan perkembangan pasar saham. Namun stabilitas selalu diikuti dengan perilaku spekulatif
para pelaku Ekonomi. Setiap warga Amerika ingin berpartisipasi pada pasar saham untuk
menciptakan kemakmuran individu. Kehancuran tersebut terjadi setelah ledakan spekulatif
yang terjadi pada periode tahun 1920an di mana jutaan warga Amerika melakukan
investasi besar-besaran pada bursa saham, hingga menggunakan dana pinjaman guna
membeli saham. Pada bulan Agustus 1929, para pialang secara teratur memberikan
pinjaman bagi investor kecil melebihi dari 2/3 nilai saham yang dibeli investor kecil
tersebut. Sebanyak 8,5 miliar USD disalurkan sebagai pinjaman, lebih besar dari jumlah
uang yang beredar di Amerika saat itu. Meningkatnya harga saham merangsang orang
untuk melakukan investasi, mereka berharap harga saham akan meningkat lebih tinggi lagi.
Spekulasi inilah yang menjadi pemicu dari kenaikan harga saham pada saat itu dan
menciptakan "gelembung ekonomi" (economic bubble). Rata-rata nilai P/E (price to
earnings ratio) dari saham komposit S&P adalah 32.6 pada bulan September 1929 , yang
jelas-jelas di atas dari angka normal dalam catatan sejarah.

Dengan bunga kredit yang sangat rendah, setiap pelaku ekonomi menciptakan buble
economic seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja. Puncaknya pada Kamis, 24 Oktober
1929, indeks Dow Jones terkoreksi sebesar 20% dalam dua hari. Hal tersebut menimbulkan
kepanikan para investor. Karena tidak mampu membayar, banyak broker menarik saham mereka
dan mendorong harga yang lebih rendah serta memaksa perusahaan menjadi bangkrut. Seperti
dapat diprediksi, hal tersebut diperburuk dengan banyaknya Bank yang dilikuidasi. Dalam keadaan
tersebut, tidak ada yang dapat diharapkan Amerika Serikat sebagai negara Superpower.
Mimpi buruk Amerika Serikat mulai datang pada September 1929, ketika harga saham secara
perlahan terus turun. Puncaknya terjadi pada 24 Oktober 1929 ketika terjadi pelepasan saham-
saham secara masif. Sebanyak hampir 13 juta lembar saham berpindah tangan dalam waktu sehari.
Indeks saham jatuh sangat dalam hanya dalam waktu sehari. Dow Jones Industrial Average (DJIA)
jatuh hingga 11 persen dalam sehari. Peristiwa itu disebut publik dengan “Black Thursday”.

Lima hari kemudian, pada 29 Oktober 1929, tepat hari ini 89 tahun lalu, krisis di bursa saham
mencapai titik terparah. Enam belas juta lembar saham terjual dalam suasana kepanikan luar biasa.
Orang-orang menyebut kejadian ini dengan "Black Tuesday" dan menjadi salah satu hari yang
paling dikenang dalam sejarah ekonomi dunia.

The Great Depression tercatat sebagai peristiwa terbesar jatuhnya perekonomian dunia.
Peristiwa kelam ini berlangsung selama 1 dekade (1929 – 1939) dan menyerang seluruh sektor
perekonomian diindikasikan dengan turunnya total produksi sebesar 25 – 50%. Tingkat
pengagguran menanjak sebesar 25% di AS dan 33% di beberapa negara lainnya.

Kepercayaan konsumen lenyap setelah jatuhnya pasar saham. Mengutip Michael Bernstein di
bukunya The Great Depression: Delayed Recovery and Economic Change in America, 1929-
1939 (1987) jatuhnya pasar saham menyebabkan penurunan daya beli, menyusutnya investasi,
guncangan sektor industri, dan merebaknya pengangguran. Merebaknya pengangguran
menyebabkan kredit macet meningkat, dan penyitaan aset melonjak.

Sementara itu, produksi negara turun. Petani tidak mampu memanen hasil ladang mereka dan
terpaksa membiarkannya membusuk di ladang. Di lain sisi, jumlah tunawisma merebak di kota-
kota Amerika. Tak ada harapan, sedangkan isi perut terserang kelaparan.

Kondisi perbankan juga tak jauh beda. Pada musim gugur tahun 1930, gelombang pertama
melanda perbankan. Masyarakat yang kehilangan kepercayaan menarik dananya di perbankan
secara besar-besaran serta memaksa bank untuk melikuidasi pinjaman guna melengkapi cadangan
kas. Belum pulih seutuhnya, sapuan berikutnya terjadi pada musim semi dan gugur di tahun 1931
sampai 1932. Puncaknya, pada tahun 1933, banyak bank tutup.
KEBIJAKAN DARI PEMERINTAH

The Fed sebagai bank sentral amerika menggunakkan standar emas dalam mengambil berbagai
macam kebijakan, dimana kebijakannya berubah menjadi kontraktif pada awal 1928 untuk
memerangi spekulasi di pasar saham New York dan untuk menangkap aliran emas yang sebagian
dimulai oleh kemudahan finansial sebelumnya. Aliran emas adalah penentu utama perubahan
kebijakan, meskipun relatif kecil terhadap cadangan AS. Tujuan utama The Fed pada tahun 1928
dan 1929 adalah untuk meredam spekulasi dengan cara menaikkan tingkat suku bunga di bursa
saham sementara , untuk menekan ekonomi.

Kebiijakan yang dilakukan pada masa Pemerintah Hoover dalam hal berupaya memberi
solusi berupa dukungan kepada bank-bank lewat pinjaman pemerintah namun hal terjadi
kegagalan yang ditujukkan dengan meningkatnya pegangguran bahkan sampai ke dalam rentang
15 juta orang dan diteruskan ke kepada Franklin D. Roosevelt yang diawali dengan kebijakan
meloloskan undang-undang baru yang disebut sejarawan Lawrence Davidson dengan “kapitalisme
berjaring pengaman subsidi.” Dan kongres ini menghasilkan program yang bernama “New Deal”
ini berisi 47 program(Unemployment ,CCC – Civilian, Conservation Corp, PWA – Public Works
Administration, TVA – Tennese Valley Authority, Recovey Plans, NRA – National Recovery Act,
AAA – Agricultural Adjustment Admin, Prevention Reforms, FDIC – Federal Deposit Insurance
Corporation, SEC – Securities and Exchange Commission) yang dibagi dalam tiga tahapan
eksekusi dari 1933 sampai 1939. Program-program yang tertera dalam “New Deal” meliputi
penutupan dan pemeriksaan kepada semua bank agar dapat sehat secara finansial, pemotongan gaji
pegawai pemerintah maupun militer sebesar 15%, mempekerjakan sekitar 3 juta orang selama 10
tahun untuk menggarap lahan publik, menukar emas dengan mata uang dolar, mendanai pekerjaan
di bidang pertanian, konstruksi, pendidikan, maupun kesenian, dan juga memberikan pinjaman
pada para petani untuk menyelamatkan ladang ternak dari penyitaan.

Kebijakan “New Deal” pada awalnya memberikan hasil yang baik dari tahun 1933-1936 meskipun
begitu kebijakan ini banyak sekali mendapat kritikan karena dianggap sosialis atau tidak
mencerminkan nilai Amerika pada kebiasaannya dan dianggap bahwa kebijakan “New Deal” akan
membawa Amerika dalam gaya fasisme yang dijalankan Mussolini atau Hitler. Namun pada tahun
1937 kebijakan ini tak berjalan mulus dan mengalami krisi kembali saat Federal Reserve
memutuskan untuk meningkatkan persyaratan guna memperoleh cadangan uang. Terlebih, saat itu
Roosevelt juga memotong pengeluaran pemerintah yang membuat ekonomi mengalami kontraksi
di angka 3,3%.

Dan pada awal 1938 perekonomian mulai kembali normal lagi dan pada tahun inilah
adalah masa awal dimulai nya perang dunia ke 2 yang menyebabkan banyak terciptanya lapangan
kerja maka berakhiralah masa the great depression. Dan masuk ke dalam tahapThe Great
Moderation pada lain hal, merupakan keadaan pasca Great Inflation dan Great Depression dimana
tingkat inflasi relative stabil dan rendah pada tahun 1980an. Perubahan yang terjadi terhadap
struktur ekonomi diyakini menjadi salah satu factor penyebab the great moderation Selain dari
factor perubahan struktur yang berdampak positif terhadap situasi ekonomi, hal lain yang diduga
menjadi pemicu terjadinya The Great Moderation adalah kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
dan disahkan mendukung perusahaan dan bidang industry untuk berkembang. Kebijakan moneter
yang diambil oleh bank sentral yang mandiri kemudian mentitik beratkan kepada kestabilan barang
& jasa serta uang itu sendiri. Pada tahun 1970an chairman dari Federal Reserve, Paul Volcker
berhasil “menjinakan” kenaikan inflasi – 2% pada tahun 1960an naik menjadi 12% pada tahun
1970an.

TEORI

Teori yang menyangkut mengenai The Great Depression :

1. Keynesian

Penyebab Great Depression menurut Keynesian bagaikan sebagai ‘kesalahan magnet’


(“magneto trouble”) yang merujuk pada salah satu bagian penting sistem kelistrikan di sebuah
mobil. Maksudnya, ibarat sebuah mobil, kesalahan yang terjadi pada saat depresi besar bukan
terletak di ‘mesin’-nya tetapi pada sistem kelistrikannya. Apabila masalah ini cepat diselesaikan
maka mobil ekonomi pun dapat berjalan normal kembali, tanpa perlu mengeluarkan biaya yang
sangat besar untuk perbaikan sebuah mobil, namun ia berpendapat juga bahwa penyebab Great
Depression yakni kolaps pertumbuhan di tahun 1930-an terjadi akibat hilangnya peluang investasi
dan turunnya permintaan investasi. Kebijakan fiskal yang lemah,yang direfleksikan dalam perilaku
buruk dari surplus full employment dari tahun 1931 hingga 1933,saling menyalahkan,yang secara
khusus membuat depresi semakin buruk. Pengalaman depresi tersebut menunjukkan bahwa
perekonomian swasta secara inheren tidak stabil bahwa resesi dapat terjadi secara spontan sebagai
akibat dari ramalan seenaknya. Pengalaman tahun 1930-an , secara implisit atau eksplisit,
merupakan landasan untuk meyakini bahwa kebijakan stabilisasi yang aktif diperlukan untuk
menjaga kinerja perekonomian. Teori Keynes ini menelurkan banyak intervensi kebijakan
ekonomi pada era terjadinya Great depression. Pada teori keynes, konsumsi yang dilakukan oleh
satu orang perekonomian akan menjadi pendapatan untuk orang lain pada perekonomian yang
sama. Sehingga apabila seorang membelanjakan uangnya, ia membantu meningkatkan pendapatan
orang lain. Siklus ini terus berlanjut dan membuat perekonomian apat berjalan secara normal.
Ketika Great Depression melanda,masyarakat secara alami bereaksi dengan menahan belanja dan
cenderung menimbun uangnya. Hal ini berdasarkan teori Keynes akan mengakibatkan berhentinya
siklus perputaran uang dan selanjutnya membuat perekonomian lumpuh.

2. Milton Friedman “ Moneteris”

Penyebab Great depression oleh kaum monetaris,Milton Friedman dan mitra kerjanya
selama ahun 1950-an mereka mengutamakan peran kebijakan moneter dalam menentukan perilaku
output maupun harga. Pandangan bahwa kebijakan moneter di tahun 1930-an mengalami
ketidakberdayaan disanggah pada tahun 1963 oleh friedman dan schwartz dalam buku mereka
monetary history. Mereka beragumen bahwa Depresi itu, jauh dari pernyataan bahwa uang
tidaklah penting, “merupakan kesaksian tragis terhadap pentingnya faktor-faktor moneter”.
Mereka berpendapat bahwa keahlian dan gaya,bahwa kegagalan the fed mencegah ambruknya
bank dan penurunan persediaan uang dari tahun 1930 hingga 1933 merupakan tanggung jawab
yang luas,seserius kejadian resensinya. Pandangan moneter ini, pada gilirannya, hampir diterima
sebagai penjelasan ortodoks mengenai depresi.

3. Sala-i-Martin dan Sachs (1991)

mengenai Teori bahwa nilai tukar tetap mengirimkan goncangan agregat dengan menggunakan
anggapan dalam studi terbarunya tentang transmisi guncangan agregat antara negara-negara
sebagai model untuk area mata uang Eropa. Nilai tukar tetap ditetapkan di Amerika Serikat oleh
mata uang umum; mereka ditetapkan antara negara-negara pada 1920-an dengan standar emas.
Pandangan saat ini tentang Depresi Hebat memberi standar emas peran utama dalam penyebab dan
penularannya.
Transmisi

The FED sebagai bank sentral amerika serikat r ( paling terendah ) Ekspansi
Kredit

Jumlah saham di
tangan masyarakat Harga saham Demand saham Spekulasi

Rasa
Tabungan rill Cadangan kas Bank-bank umum ketidakpercayaan
masyarakat bank umum mengalami liquid masyarakat
terhdap The Fed

Pendapatan rill Masyarakat menjual


Harga saham kembali sahamnya
masyarakat
sehingga

Kurva IS-LM

Anda mungkin juga menyukai