Anda di halaman 1dari 11

Rangkuman Bab IV Krisis Ekonomi

A. Jenis Krisis Ekonomi dan Jalur Transmisi Dampaknya

Suatu Perubahan ekonomi dapat menjelma menjadi suatu krisis ekonomi.

Dilihat dari proses terjadinya, krisis ekonomi mempunyai dua sifat yang berbeda.
Pertama, krisis ekonomi yang terjadi secara mendadak atau muncul tanpa ada
tanda-tanda sebelumnya, yang umum disebut goncangan ekonomi tak terduga.
Misalnya, kenaikkan harga minyak mentah yang sangat besar dipasar internasional
pada tahun 1974, yang dilakukan oleh OPEC. Kenaikkan harga tersebut
merupakan suatu reaksi keras dari negara-negara di kawasan Timur Tengah
terhadap keberpihakan negara-negara Barat terutama AS dan Eropa Barat terhadap
israel yang sedang terlibat suatu perang besar dengan negara-negara Arab,
Khususnya Mesir, Suria, Irak, dan Yordania. Oleh karena itu, dunia atau negara-
negara pengimpor minyak, termasuk AS,Eropa Barat ( atau sekarang Uni
Eropa/UE), Jepang dan Cina, kenaikan harga minyak tersebut disebut sebagai
krisis minyak. Sedangkan bagi Indonesia yang saat itu masih menjadi salah satu
pengekspor minyak di dunia, peristiwa tersebut merupakan suatu keuntungan besar
(oil boom) yang memberikan pemasukan yang sangat besar (yang tidak terduga
sebelumnya) bagi pemerintah. Krisis lainnya yaitu krisis keuangan Asia yang
terjadi pada periode 1997-1998 yang juga melanda Indonesia bisa juga masuk di
dalam kategori ini, walaupun bagi Indonesia derajat kedadakannya jauh lebih
rendah dibandingkan krisis minyak tahun 1974 bagi negara-negara pengimpor
minyak. Karena sebelum ekonomi Indonesia dilanda krisis Asia tersebut, ekonomi
Thailand sudah terlebih dahulu tergoncang oleh krisis tersebut. Beberapa bulan
setelah uang Thailand, bath mengalami suatu depresiasi yang besar, rupiah mulai
ikut goncang yang terjadi sekitar pertengahan tahun 1997 yang mencapai
klimaknya pada pertengahan pertama tahun 1998, saat nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS sempat mencapai di atas Rp 10.000, dibandingkan sebelumnya sekitar
2000 rupiah per satu dolar AS pada awal tahun 1997.

Sedangkan krisis ekonomi yang sifatnya mendadak, melainkan melewati


suatu proses akumulasi yang cukup panjang, adalah seperti krisis ekonomi global
yang terjadi pada periode 2008-2009. Krisis ini diawali dengan suatu krisis
keuangan yang paling serius yang terjadi di AS setelah depresi pada dekade 30-an,
yang akhirnya merembet ke negara-negara maju lainnya seperti Jepang dan Eropa
lewat keterkaitan-ketarkaitan keuangan global. Setelah beberapa bulan kemudian
ekonomi dunia mulai mengalami resesi yang ditandai dengan penurunan
pendapatan dan permintaan global yang juga berimbas pada perekonomian
Indonesia dan banyak negara lainnya di dunia.

Selain dapat dibedakan menurut prosesnya seperti pembahasan tersebut di


atas, krisis ekonomi juga dapat dibedakan menurut jenis atau sumbernya. Sumber-
sumber krisis ekonomi yang berbeda mempunyai jalur-jalur transmisi
dampak,efek-efek, dan sektor-sektor ekonomi, rumah tangga dan kelompok-
kelompok masyarakat yang rentan terhadap suatu krisis ekonomi yang juga
berbeda.

Suatu krisis ekonomi di suatu negara atau wilayah bisa berasal dari luar atau
dari dalam negara/ wilayah tersebut.

1. Krisis Produksi

Krisis Produksi adalah termasuk tipe krisis ekonomi yang bersumber


dari dalam negeri. Krisis tersebut bisa bentuk penurunan produksi domestik
secara mendadak dari sebuah (atau sejumlah) komoditas pertanian, misalnya
padi/beras. Penurunan tersebut berakibat langsung pada tingkat pendapatan
rill dari para petani dan buruh tani padi.

2. Krisis Perbankan

Krisis Perbankan adalah kesempatan kerja dan pendapatan yang


menurun di subsektor keuangan tersebut. Pada fase kedua, krisis perbankan
merembet ke perusahaan-persuhaan yang sangat tergantung pada sektor
perbankan dalam pembiayaan kegiatan-kegiatan produksi / bisnis mereka.
Perusahaan tidak bisa lagi mendapatkan pinjaman dari perbankan karena
subsektor keuangan tersebut sedang mengalami kekurangan dana atau
bangkrut, atau perusahaan-perusahaan masih bisa mendapatkan kredit tapi
dengan tingkat suku bunga pinjaman yang jauh lebih tinggi dibandingkan
pada saat dalam keadaan normal.

3. Krisis Nilai Tukar


Suatu perubahaan kurs dari sebuah mata uang, misalnya rupiah
terhadap dolar AS dianggap krisis apabila kurs dari mata tersebut mengalami
penurunan atau depresiasi yang sangat besar prosesnya mendadak atau
berlangsung terus-menerus yang membentuk sebuah tren yang meningkat
( rupiah per satu dolar AS). Dampak langsung dari perubahaan tersebut
adalah pada ekspor dan impor.

4. Krisis Perdagangan

Dalam hal krisis-krisis ekonomi yang berasal dari sumber-sumber


eksternal, ada dua jalur utama, yaitu perdagangan dan investasi / arus modal.
Di dalam jalur perdagangan itu sendiri ada dua sub-jalur, yaitu ekspor dan
impor ( barang dan jasa). Dalam jalur ekspor, misalnya ekspor barnag , suatu
krisis bagi negara eksportir bisa terjadi karena harga di pasar internasional
dari komoditas yang diekspor turun secara derastis atau permintaan dunia
terhadap komoditas tersebut menurun secara signifikan.

5. Krisis Modal
Terakhir, suatu pengurangan modal di dalam negeri dalam jumlah
Besar atau penghentian bantuan serta pinjaman luar negeri akan menjadi
sebuah krisis ekonomi bagi banyak negara miskin di dunia, seperti Afrika
dan Asia Tengah yang ekonomi mereka selama ini sangat tergantung pada
ULN atau hibah internasional.

B. Jalur Tansmisi Kunci dan Indikator Monitoring Dampak Krisis


Bagian pertama dari bab ini telah membahas beberapa tipe dari krisis ekonomi
dunia yang pernah dialami dalam setengah abad terakhir ini, dan kemungkinan
besar akan muncul lagi dimasa depan, melihat kenyataan bahwa perekonomian
dunia (khususnya perdagangan,produksi,investasi,keuangan dan pasar faktor-
faktor produksi) semakin terintegrasi.

C. Analisis Empiris
1. Krisis Keuangan Asia 1997-1998
Krisis keuangan Asia adalah periode krisis keuangan yang menerpa hampir
seluruh Asia Timur pada Juli 1997 dan menimbulkan kepanikan bahkan
ekonomi dunia akan runtuh akibat penularan keuangan.

Krisis ini bermula di Thailand (dikenal dengan nama krisis Tom Yam Gung
di Thailand seiring jatuhnya nilai mata uang baht setelah pemerintah
Thailand terpaksa mengambangkan baht karena sedikitnya valuta asing yang
dapat mempertahankan jangkarnya ke dolar Amerika Serikat. Waktu itu,
Thailand menanggung beban utang luar negeri yang besar sampai-sampai
negara ini dapat dinyatakan bangkrut sebelum nilai mata uangnya jatuh. Saat
krisis ini menyebar, nilai mata uang di sebagian besar Asia Tenggara dan
Jepang ikut turun, bursa saham dan nilai aset lainnya jatuh, dan utang
swastanya naik drastis.

Indonesia, Korea Selatan, dan Thailand adalah negara-negara yang terkena


dampak krisis terparah. Hong Kong, Laos, Malaysia, dan Filipina juga
terdampak oleh turunnya nilai mata uang. Brunei, Cina, Singapura, Taiwan,
dan Vietnam tidak kentara dampaknya, namun sama-sama merasakan
turunnya permintaan dan kepercayaan investor di seluruh Asia.

Meski sebagian besar negara di Asia memiliki kebijakan fiskal yang bagus,
Dana Moneter Internasional (IMF) turun tangan melalui program senilai
US$40 miliar untuk menstabilkan mata uang Korea Selatan, Thailand, dan
Indonesia, negara-negara yang terdampak parah dalam krisis ini. Upaya
menghambat krisis ekonomi global gagal menstabilkan situasi dalam negeri
di Indonesia. Setelah 30 tahun berkuasa, Presiden Soeharto terpaksa mundur
pada tanggal 21 Mei 1998 di bawah tekanan massa yang memprotes
kenaikan harga secara tajam akibat devaluasi rupiah. Dampak krisis masih
terasa hingga 1998. Tahun 1998, pertumbuhan Filipina anjlok hingga nol
persen. Hanya Singapura dan Taiwan yang agak terhindar dari krisis ini,
tetapi keduanya sempat mengalami tekanan besar; Singapura ikut tertekan
karena ukuran dan letak geografisnya antara Malaysia dan Indonesia. Tahun
1999, sejumlah analis mengamati bahwa ekonomi di Asia mulai pulih.

2. Krisis Ekonomi Global 2008-2009


Krisis Global yang bermula Oktober 2008 lalu hingga saat ini sebenarnya adalah
bukan merupakan krisis yang pertama terjdi di dunia internasional. Krisis yang
kemudian kita pahami sebagai masalah-masalah ekonomi ternyata telah terjadi
sejak abad ke-18.

Beberapa rentetan sejarah krisis global itu antara lain:

1. Kepanikan 1797, yang berlangsung selama 3 tahun dari 1797 hingga 1800.
Akibat dari deflasi Bank of England yang menyebar hingga lautan Atlantik dan
Amerika Utara dan menyebabkan hancurnya perdagangan dan pemasaran real
estate di Amerika Serikat dan sekitar Karibia. Ekonomi Inggris terpengaruh
akibat adanya pembalikan deflasi selama perang dengan Perancis saat terjadinya
revolusi Perancis.

2. Depresi 1807, yang terjadi selama tujuh tahun sejak 1807 hingga 1814.
Undang-undang embargo Amerika Serikat 1807 pada saat itu diluluskan oleh
kongres Amerika saat presiden Thomas Jefferson memimpin. Hal ini
menghancurkan industri yang terkait dengan pengapalan. Kaum federal berusaha
melawan embargo ini dan berusaha melakukan penyelundupan di New England.

3. Kepanikan 1819, terjadi selama 5 tahun dari 1819 hingga 1824. Ini adalah
finansial pertama yang mempengaruhi keuangan Amerika Serikat secara besar-
besaran, bank-bank berjatuhan, munculnya pengangguran, dan merosotnya
pertanian dan industri manufaktur. Ini juga menandakan berakhirnya ekspansi
ekonomi yang mengikuti Perang 1812.

4. Kepanikan 1837, saat itu, ekonomi Amerika jatuh secara tajam disebabkan
kegagalan bank dan kurangnya keyakinan pada uang kertas. Spekulasi pasar
menyebabkan bank di Amerika berhenti bertransaksi dalam bentuk koin emas
dan perak.

5. Kepanikan 1857, Kejatuhan Perusahaan Asuransi Hidup dan Kepercayaan


Ohio menimbulkan ledakan spekulasi di sektor transportasi Amerika Serikat.
Lebih dari 5000 bisnis gagal kurang dari setahun sejak terjadinya kepanikan dan
kaum pengangguran melakukan protes di kawasan urban.

6. Kepanikan 1873, Terjadi selama enam tahun disebabkan masalah ekonomi di


Eropa mengakibatkan jatuhnya Jay Cooke & Company, bank terbesar di
Amerika Serikat. Hal ini juga menimbulkan spekulasi terhadap perang saudara
di Amerika. Undang-undang koin 1873 juga memberikan kontribusi dalam
jatuhnya harga perak yang menghancurkan industri pertambangan Amerika
Utara.

7. Depresi Berkepanjangan (The Long Depression), Sesuai namanya, depresi ini


menelan waktu 23 tahun sejak 1873 hingga 1896. Runtuhnya Bursa Efek Vienna
menyebabkan depresi ekonomi yang menyebar ke seluruh dunia. Ini sangat
penting dicatat dimana pada periode ini, produksi industri global meningkat
pesat. Di Amerika Serikat misalnya, pertumbuhan produksi mencapai empat kali
lipat.

8. Kepanikan 1893, Terjadi selama tiga tahun hingga 1896. Terjadi akibat
kegagalan Reading Railroad Amerika Serikat dan penarikan investor Eropa
terhadap pasar saham serta jatuhnya bank-bank.

9. Resesi Perang Dunia I, Terjadi selama tiga tahun hingga 1921. Terjadinya
hiperinflasi di Eropa menyebabkan kelebihan produksi besar-besaran di
Amerika Utara.

10. Depresi Besar 1929 (The Great Depression), Depresi yang paling besar dan
dikenang sepanjang sejarah. Terjadi selama 10 tahun sejak 1929 hingga 1939.
Pasar saham di seluruh dunia saat itu berjatuhan dan bank-bank di Amerika
Serikat mengalami kebangkrutan. Jutaan pengangguran bermunculan dan
kemiskinan merajalela.

11. Resesi 1953, Terjadi selama satu tahun. Setelah periode inflasi perang Korea
berakhir, banyak uang yang ditransferkan untuk keamanan nasional Amerika
Serikat. Berubahnya kebijakan The Fed yang lebih membatasi tahun 1952
menyebabkan terjadinya inflasi yang lebih lanjut.

12. Krisis Minyak 1973, Terjadi selama dua tahun hingga 1975. Naiknya harga
minyak yang ditetapkan oleh OPEC dan tingginya biaya yang dikeluarkan
Amerika Serikat pada Perang Vietnam menyebabkan terjadinya stagflasi di
Amerika Serikat.

13. Resesi Awal 1980, Terjadi di awal tahun 1980 selama dua tahun, revolusi
Iran membuat melonjaknya harga minyak dan munculnya krisis energi 1979.
Pergantian rezim di Iran menyebabkan menurunnya pasokan minyak sehingga
harga minyak melambung. Ketatnya kebijakan moneter di Amerika Serikat
untuk mengontrol inflasi menyebabkan terjadi resesi lainnya.

14. Resensi Awal 1990, Terjadi selama satu tahun dimana perdagangan produk
industri dan manufaktur menurun.

15. Resesi Awal 2000, Terjadi selama dua tahun dari 2001 hingga 2003.
Keruntuhan bisnis dot-com, serangan 11 September, dan skandal pembukuan
menyebabkan krisis di sekitar Amerika Utara.

16. Depresi Ekonomi 2008, Depresi yang saat ini tengah melanda dunia. Hal ini
disebabkan beberapa faktor diantaranya naiknya harga minyak yang
menyebabkan naiknya harga makanan di seluruh dunia, krisis kredit dan
bangkrutnya berbagai investor bank, meningkatnya pengangguran sehingga
menyebabkan inflasi global. Bursa saham di beberapa negara terpaksa ditutup
beberapa hari termasuk di Indonesia, harga-harga saham juga turut anjlok.
Diperkirakan depresi ekonomi kali ini separah/ lebih parah dari depresi besar
ekonomi 1929.

Jika ditinjau secara historis, maka krisis global yang tengah kita rasakan saat ini
hampir bisa dikatakan sama dengan The Great Depression yang terjadi juga di
Amerika sekitar tahun 1929 lalu. Terdapat berbagai macam kemiripan baik apa
yang terjadi maupun penyebab dari krisis global ini. Setelah membaca beberapa
bahan mengenai krisis global ini, maka saya dapat menjabarkan dalam poin-poin
beberapa penyebab krisis global yang bermula Oktober 2008 lalu hingga saat
ini, sebagai berikut :

1. Defisit anggaran keuangan Amerika yang tercermin sejak laporan keuangan


Amerika 2007 silam akibat inflasi, perang Irak, kebebasan regulasi markt yang
liar, dan persaingan ekspor impor dengan negara lain.

2. Kasus Subprime Mortgage, paket pengkreditan rumah yang ditujukan untuk


orang ‘miskin’ Amerika yang memiliki catatan peminjaman buruk.

3. Gaya hidup bergantung kredit yang melebihi batas, namun di bawah


kesanggupan membayar, bahkan tidak sedikit peminjam yang sebenarnya
memiliki kredit rating yang jauh di bawah standar tetap diberikan pinjaman demi
kemudahan dan kelancaran utang dan perekonomian Amerika.

4. Pengganti fungsi US Dollar dan penjaminan emasnya sebagai alt nvestasi


menjadi media utang oleh Fed Reserve

5. Terseretnya perbankan dan lembaga-lembaga besar keuangan Amerika


sebagai efek berantai sejak kredit macet subprime mortgage (dibutuhkan
likuiditas dana kas yang besar sehingga memicu penarikan massal dana besar-
besaran dari bursa Amerika termasuk dari negara-negara lain untuk menambal
Wall Street)

6. Efek persiapan pemilu Amerika yang akan menentukan bentuk perekonomian


seperti apa yang akan berlanjut demokrat ataukah republik, sehingga investor
terlebih dahulu mengantisipasi “the worst case scenario” dalam pergerakan
ekonomi Amerika dengan pergerakan ancang-ancang kabur dari bursa.

Sebagai salah satu negara maju dunia, Amerika Serikat jelas memiliki peranan
yang cukup besar dalam dunia ekonomi politik internasional. Wall Street, pasar
saham terbesar yang terdapat di Amerika pun adalah pasar saham terbesar di
dunia. Dunia yang tanpa batas tempat kita berpijak saat ini, lebih seringnya kita
sebut dengan istilah Globalisasi, membuat keterkaitan antara berbagai pihak
menjadi sangat erat, terlebih dalam dunia ekonomi khususnya saham, sehingga,
kepanikan-kepanikan yang terjadi satu wilayah khususnya di pasar saham akan
dengan sangat cepat mempengaruhi pasar di wilayah lain. Inilah penyebab
terjadinya krisis yang mengglobal.

3. Krisis Utang Zona Euro

melihat kondisi makro ekonomi PIGS ini dari Yunani, negara yang sudah dua
kali mendapat dana talangan dari IMF dan Eropa. Terakhir, dia menerima
bantuan diputuskan pada 21-22 Juli dengan nilai 109 miliar euro atau sekitar
Rp 1.314 triliun. Situasi negara ini lumayan parah karena muncul perlawanan
dari rakyat yang tidak mau menanggung kesalahan para bankir dan eksekutif
pemerintahan. Saat ini, rasio utang Yunani terhadap PDB mencapai 143%.
Utangnya menumpuk sampai 328 miliar euro. Defisit pada tahun 2010
bahkan mencapai 10,5%. Kondisi ini memprihatinkan. Jika pertumbuhan
rata-rata pada tahun 1995-2008 mencapai 3,6 persen, dari tahun 2009 sampai
2015 diramalkan -3%. Angka ini menunjukkan jauhnya penyembuhan
Yunani dalam waktu dekat. Semuanya disebabkan oleh kebijakan
pengambilan utang untuk membiayai proyek pemerintah, manipulasi
akunting, serta sistem pengawasan pajak yang lemah juga bisa dikatakan akar
dari persoalan di Yunani. Selain itu, kekuatan ekonomi Yunani yang tidak
kompetitif sangat tergantung dari proyek pemerintah. Dan inilah yang
sekarang sedang dirombak oleh pemerintahan George Papandreou. Namun,
bukanlah yang ringan karena tekanan waktu ditambah reaksi negatif rakyat
menyebabkan kesulitan bagi Pemerintah Yunani sekarang. Selanjutnya
Portugal juga menjadi masalah di zona mata uang euro ini. Negeri ini juga
tergolong sakit secara ekonomi. Rasio utang terhadap PDB pada 2010
mencapai 93% dengan utang menggunung sampai 195 miliar euro. Defisit
anggarannya mencapai -9,1% terhadap PDB. Demikian juga
pertumbuhannya jika dipakai standar tahun 1995-2008 rata-rata 2,2 persen,
maka 2009-2015 akan mengalami -1,5%. Portugal tidak mengalami beban
peminjaman publik dalam sektor properti, tetapi belanja pemerintah yang jor-
joran menyebabkan terperosok ke krisis ditambah produktivitas sektor swasta
yang rendah. Selanjutnya Irlandia. Inilah negara kedua yang dilaporkan jatuh
ke jurang krisis ekonomi dengan rasio utang terhadap PDB mencapai 96,2%.
Utangnya juga besar, mencapai 148 miliar euro dengan defisit anggaran
-32,4% terhadap PDB. Sampai 2008, Irlandia menikmati pertumbuhan cukup
tinggi untuk skala Eropa, yakni 6,5%. Proyeksi setelah itu adalah 0,5%. Salah
satu penyebabnya adalah peminjaman secara membabi buta untuk sektor
properti yang tak terjamin pertumbuhannya. Dengan belanja besar,
pemerintah sekarang semakin terpuruk karena harus membantu perbankan
yang terlilit utang. Selain Yunani, Portugal, dan Irlandia, Spanyol juga parah
kondisinya. Negara matador ini juga mengalami prahara ekonomi dengan
rasio utangnya terhadap PDB pada 2010 sebesar 60,1%. Jumlah total utang
Spanyol mencapai 638 miliar euro dengan angka defisit -9,2 %. Pertumbuhan
tahun 2009- 2015 diperkirakan tidak mencapai angka minus, tetapi rendah
sekali, yakni 0,8%, padahal sebelumnya antara 1995 dan 2008 rata-rata
mencapai 3,5%. Akar persoalan di Spanyol mirip dengan Irlandia di mana
sektor perumahan yang menggelembung ditambah sektor konstruksi yang
buruk menyeret negeri ini ke jurang krisis. Tingkat pengangguran 20%
memperparah situasi di Spanyol. Satu lagi yang menjadi sorotan adalah
Italia. Saat ini, rasio utang terhadap PDB adalah 119% dengan utang
mencapai hampir 1,9 triliun euro ditambah defisit mencapai -4,6% terhadap
PDB. Italia sudah dikhawatirkan akan gagal bayar utang juga karena dilanda
krisis politik disertai ketidakmampuan pemerintah melakukan reformasi. Jika
Yunani yang skalanya kecil bisa diberi talangan, sulit sekali di atas kertas
mau membantu Italia dengan dana talangan mengingat utangnya
menggunung. Dari kinerja ekonomi seperti itu, beban di Eropa sangat besar
harus ditanggung Jerman, Perancis, dan Inggris. Tiga negara ini takkan
membiarkan krisis berkelanjutan, tetapi pada saat yang sama mereka juga
mengalami tekanan ekonomi dalam negeri yang besar. Inggris, misalnya,
sudah jelas terkena dampak krisis Eropa dengan perampingan anggaran dan
PHK besar-besaran di sektor publik dan swasta.

Dampak krisis

Zona mata uang euro dibentuk tahun 1999 dengan anggota sekarang mencapai 16
negara, yakni Jerman, Perancis, Spanyol, Portugal, Irlandia, Italia, Yunani, Belgia,
Belanda, Lusemburg, Slovenia, Austria, Malta, Finlandia, Siprus, dan Slowakia.
Namun, Inggris sejak awal lebih memilih tidak ikut dan tetap dengan mata uang
poundsterling, tetapi tetap harus menanggung krisis ini. Negara-negara yang
tergabung ke dalam PIIGS ini merupakan 40% dari PDB zona euro. Jika
diproyeksikan kepada jumlah penduduk PIIGS ini bisa dikatakan hampir separuh
penduduk zona mata uang Eropa. Dari skala yang hampir setengah dari kekuatan
zona euro ini, gejolaknya akan dirasakan seluruh Eropa, bahkan sampai ke Asia.
Bursa saham global juga terkena sentimen negatif karena khawatir akan krisis di
Eropa, terutama jika Italia dinyatakan gagal bayar utang. Di Eropa sendiri,
khususnya di Inggris, emas menjadi sandaran para investor. Mata uang sudah tidak
bisa diandalkan lagi. Kini, harga emas harganya lebih dari 1.000 poundsterling
atau Rp 13 juta per ounce untuk pertama kalinya. Gema krisis ini juga sampai ke
Asia dan Indonesia. Mungkin, bagi Indonesia tak akan begitu terasa dampak krisis
Eropa ini karena, antara lain, hanya satu persen nilai ekspor nasional ke benua ini.
Transaksi keuangan juga berkisar pada angka 10% dari PDB nasional. Lalu
pemodal Eropa di Indonesia juga angkanya di bawah 2%. Walaupun imbas secara
langsung kecil, negara kawasan, apalagi seperti Jepang dan China, akan merasakan
krisis di Eropa. Bisa saja mereka juga akan mencari pasar baru di Asia Tenggara
yang akan meningkatkan kompetisi di dalam negeri juga dan derasnya impor
produk manufaktur.

Anda mungkin juga menyukai