Anda di halaman 1dari 13

KRISIS EKONOMI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia
Dosen Pengampu : Mawar Janati Alfarisi, ME

Disusun Oleh :
Dela Fauziah ( 2018.7.3.1.00084 )
Fitriani ( 2018.7.3.1.00089 )

PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAI BUNGA BANGSA CIREBON
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT sebab karena limpahan rahmat-Nya


sehingga kami mampu menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Krisis
Ekonomi” dosen kami yang terhormat Ibu Mawar Janati Alfarisi, ME untuk
memenuhi tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia dapat tersusun hingga
selesai.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Cirebon, Januari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .....................................................................................


Daftar Isi ...............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................4
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................5

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis-jenis krisis ekonomi ...................................................................6
2.2 Faktor penyebab kerentanan krisis ekonomi Indonesia.......................7
2.3 Tingkat kerentanan ekonomi................................................................8

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................12

Daftar Pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Krisis ekonomi atau yang sering disebut dengan nama krisis
moneter merupakan suatu peristiwa atau kondisi menurunnya ekonomi
suatu Negara. Beberapa Negara pernah mengalami yang namanya krisis
dalam perekonomian negaranya. Karena krisis merupakan kejadian yang
simultan dan memiliki efek yang akan menyebar keberbagai negara.
Banyak yang menyebutkan bahwa krisis moneter merupakan hasil dari
ekonomi kapitalis yang sepenuhnya bergantung pada system pasar yang
ada. Akibatnya pasar tidak terkendali dan mengakibatkan terjandinya
krisis. Sebagian besar negara-negara di dunia pernah mengalami krisis
ekonomi, bahkan Amerika Serikat juga pernah mengalaminya. Indonesia
pun tidak dapat mengelak dari permasalahan tersebut, dimana Indonesia
dilanda oleh suatu krisis ekonomi yang diawali dari krisis nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1997.
Kecenderungan melemahnya rupiah semakin menjadi ketika terjadi
penembakan mahasiswa Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998 dan aksi
pejarahan pada tanggal 14 Mei 1998. Sejak berdirinya orde baru tahun
1966-199, terjadi krisis rupiah pada pertengahan tahun 1997 yang
berkembang menjadi suatu krisis ekonomi yang besar. Krisis pada tahun
ini jauh lebih parah dan kompleks dibandingkan dengan krisis-krisis
sebelumnya yang pernah dialami oleh Indonesia. Hal ini terbukti dengan
mundurnya Soeharto sebagai presiden, kerusuhan Mei 1998, hancurnya
sector perbankan dan indicator-indikator lainnya, baik ekonomi, social,
maupun politik. Faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab suatu krisis
moneter yang berubah menjadi krisis ekonomi yang besar, yakni
terjadinya depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
lebih dari 200% dan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan diuraikan mengenai Krisis Ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis-jenis krisis ekonomi?


2. Apa faktor penyebab kerentanan krisis ekonomi Indonesia?
3. Bagaimana mengukur tingkat kerentanan ekonomi?

1.3 Tujuan

4
1. Untuk mengetahui jenis krisis ekonomi.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab kerentanan krisis ekonomi
Indonesia.
3. Untuk mengetahui tingkat kerentanan ekonomi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis-Jenis Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi mempunyai dua sifat yang berbeda. Pertama,krisis
ekonomi yang terjadi secara mendadak atau muncul tanpa ada tanda-tanda
sebelumnya, yang umumnya disebut goncangan ekonomi tak terduga.

5
Contohnya, kenaikan harga minyak mentah yang sangat besar di pasar
Internasional pada tahun 1974, yang dilakukan oleh OPEC.
Sedangkan krisis ekonomi yang sifatnya tidak mendadak,
melainkan melewati suatu proses akumulasi yang cukup panjang, adalah
seperi krisis ekonomi global yang terjadi pada periode 2008-2009. Krisis
ini diawali dengan suatu krisis keuangan yang paling serius yang pernah
terjadi di AS setelah depresi pada decade 30-an, yang akhirnya merembet
ke negara-negara maju lainnya seperti Jepang dan Eropa lewat keterkaitan
keuangan global.
Suatu krisis ekonomi disuatu negara atau wilayah bisa berasal dari
luar atau dari dalam negara/ wilayah tersebut. Bersumber dari dalam,
misalnya penurunan produksi suatu komoditas secara mendadak. Di sector
pertanian, misalnya, gagal panen akibat perubahan cuaca ekstrem yang
tidak terantisipasi sebelumnya, atau karena bencana alam seperti banjir
besar yang menggenangi lahan persawahan. Berikut ini akan dibahas jenis-
jenis krisis ekonomi yang mana dunia atau banyak negara pernah
mengalaminya dalam 50 tahun belakangan ini, atau yang kemungkinan
besar akan terjadi lagi dimasa mendatang.
1. Krisis Produksi
Krisis produksi adalah termasuk jenis krisis ekonomi yang
bersumber dari dalam negeri. Krisis tersebut bisa dalam bentuk penurunan
produksi domestic secara mendadak (atau sejumlah) komoditas pertanian,
misalnya padi atau beras.

2. Krisis Perbankan
Dampak langsung atau fase pertama dari efek krisis perbankan
adalah kesempatan kerja dan pendapatan yang menurun disubsektor
keuangan tersebut. Pada fase kedua, krisis perbankan merembet ke
purusahaan-perusahaan yang sangat tergantung pada sector perbankan
dalam pembiayaan kegiatan-kegiatan produksi bisnis mereka. Perusahaan-
perusahaan tersebut tidak bisa lagi mendapatkan pinjaman dari perbankan
karena subsector keuangan tersebut sedang mengalami kekurrangan dana
atau bangkrut, atau perusahaan-perusahaan masih bisa mendapatkan kredit
tetapi dengan tingkat suku bunga pinjaman (R) yang jauh lebih tinggi
dibandingkan pada saat perbankan dalam keadaan normal.

3. Krisis Nilai Tukar


Suatu perubahan kurs dari sebuah mata uang, misalnya rupiah
terhadap dollar AS di anggap krisis apabila kur dari mata uang tersebut
mengalami penurunan atau depresiasi yang sangat besar yang prosesnya
mendadak atau berlangsung terus-menerus yang membentuk sebuah trend

6
yang meningkat (rupiah per satu dollar AS). Dampak langsung perubahan
tersebut adalah pada ekspor dan impor. Menurut teori konvensional
mengenai perdangan internasional, depresiasi nilai tukar dari suatu mata
uang terhadap misalnya dollar AS yang membuat daya saing harga (dalam
dollar AS) dari produk-produk buatan negara dari mata uang tersebut
membaik, yang selanjutnya membuat volume ekspornya meningkat.

4. Krisis perdangangan
Hal krisis-krisis ekonomi yang berasal dari sumber-sumber
eksternal ada dua jalur utama yaitu perdangan dan investasi atau arus
modal. Di dalam jalur perdangan itu sendiri ada dua sub jalur, yaitu ekspor
dan impor (barang dan jasa). Sebagai contoh, harga dunia atau permintaan
pasar global bagi ekspor-ekspor utama Indonesia dari komoditas-
komoditas pertanian penurunan, maka pendapatan petani dan buruh tani
dari komoditas-komoditas tersebut didalam negeri juga merosot.

5. Krisis Modal
Terakhir, suatu pengurangan modal didalam negeri dalam jumlah
besar atau penghentian bantuan serta pinjaman luar negeri akan menjadi
sebuah krisis ekonomi bagi banyak negara miskin di dunia, seperti di
Afrika dan di Asia Tengah yang ekonomi mereka selama ini sangat
tergantung pada ULN atau Hibah Internasional.

2.2 Faktor penyebab kerentanan krisis ekonomi Indonesia

1. Indonesia semakin terbuka dibandingkan pada awal pemerintahan


orde baru (1996). Ekonomi Indonesia telah lama menjadi bagian dari
tujuan penting kawasan Asia Tenggara bagi Investasi Asing jangka
pendek. Makan Indonesia menjadi sangat rentan terhadap pelarian
modal (ketika krisis 1997-1998) akibatnya mata uang rupiah
mengalami suatu depresiasi dengan krisis ekonomi terbesar sepanjang
sejarahnya..
2. Ekspor komoditi primer yang dilakukan Indonesia ditengah laju yang
menurun seperti; pertambangan dan pertanian. Konsekuensinya, setiap
ketidakstabilan permintaan dunia terhadap komoditi tersebut
mengakibatkan goncangan bagi ekonomi Indonesia.
3. Dalam dua decade terakhir Indonesia semakin tergantung pada impor
dari sejumlah produk makanan diantaranya; beras, gandum, jagung,
daging, sayur-sayuran dan buah-buahan, juga minyak.
Konsekuensinya dari ketergantungan ini menjadi ketidakstabilan dari
harga-harga produk dipasar internasional, gagal panen di negara-
negara asal.

7
Efek negative yang signifikan terhadap pengeluaran konsumsi namun
juga akan mengancam keamanan pangan.
4. 20 tahun belakangan ini banyak TKI (termasuk wanita) yang bekerja
di LN, sehingga pembangunan ekonomi sangat bergantung pada
pengiriman uang dari TKI di LN. Konsekuensinya pada saat tuan
rumah dimana TKI bekerja mengalami krisis dan memaksa TKI
berhenti bekerja, maka jumlah uang yang rutin dikirim akan berkurang
sehingga banyak desa di Indonesia mengalami kemiskinan.
Contoh : pada saat Dubai di Timur Tengah mengalami kebangkrutan
keuangan tahun 2009, banyak TKI yang bekerja di sector bangunan
berhenti sebelum waktunya.
5. Indonesia sebuah negara dengan jumlah poulasi yang besar, arti:
tingkat konsumsi makanan domestic tinggi, akselerasi laju
pertumbuhan output di sector pertanian menjadi krusial dan hal ini
tergantung pada beberapa faktor eksogen, maka Indonesia sangat
rentan terhadap perubahan-perubahan udara yang tidak normal seperti
fenomena el-nino menyebabkan gagal panen sehingga ketahanan
pangan terancam dan juga berakibat pada inflasi yang tinggi dan krisis
keuangan pemerintah karena harus mengimpor beras yang banyak.
2.3 Mengukur tingkat kerentanan Ekonomi
Definisi
Seperti yang disebutkan dalam tulisan akademi, oleh Adfer, dkk. (2004)
dan Briguglio, dkk. (2008), kerentanan bukan suatu konsep yang langsung,
berbeda dengan konsep kemiskinan. Secara umum, kerentanan merujuk
kepada potensi kerugian atau kerusakan yang diakibatkan oleh goncangan
eksogen. Dibidang ekonomi, kerentanan ekonomi merujuk pada resiko-resiko
yang disebabkan oleh goncangan eksogen (bisa dari sumber-sumber internal
maupun eksternal) terhadap tiga sistem kunci dari ekonomi, yaitu produksi,
distribusi, dan konsumsi.
Indikator
Indikator-indikator kerentanan adalah metodologi paling umum yang
digunakan dalam mengkaji tingkat kerentanan. Cara standarnya dengan
mengkompilasi suatu daftar dari indikator-indikator yang menggunakan
sejumlah kriteria, seperti kontinuitas mengikuti suatu kerangka kerja
konseptual definisi-definisi ketersediaan data dan sensitivitas terhadap
goncangan-goncangan. Briguglio, dkk (2008) mengatakan bahwa pemilihan
indikator adalah sesuatu yang subjektif. Namun demikian, untuk
meminimalisasi subjektivitas , mereka menekankan bahwa pemilihan harus
berdasarkan kriteria yang benar terkait dengan cakupan yang tepat.
Analisis Empiris

8
Menurut tingkat agresi, kerentanan ekonomi dapat dikaji pada tingkat
makro, yakni bisa sebuah negara, sebuah wilayah, misalnya provinsi atau
kabupaten, atau suatu kelompok masyarakat/komunitas, dan pada tingkat
mikro yaitu pada tingkat individu (seseorang) atau tingkat RT.
Indikator pada tingkat makro
A. Luas ekonomi/pasar
Suatu negara atau wilayah kecil dalam arti jumlah populasinya
sedikit membatasi kemampuannya untuk mendapatkan keuntungan dari
skala ekonomis dan menjadi penghambat bagi kemungkinan produksi.
B. Kepadatan dan struktur penduduk
Semakin besar populasi, dan semakin banyak angkatan kerja, atau
semakin besar SDM yang tersedia, maka semakin banyak produksi yang
bisa dilakukan.
C. Lokasi Geografi
Derajat keterbukaan ekonomi suatu wilayah juga sangat
ditentukan, diantara faktor-faktor lainnya oleh lokasi geografinya.
D. Struktur konsumsi rumah tangga
Krisis pangan terjadi disuatu wilayah ketika persediaan atau
produksi makanan lebih rendah daripada kebutuhan atau konsumsi
makanan diwilayah itu.
E. Keterbukaan Ekonomi
Suatu wilayah dengan derajat keterbukaan ekonomi yang tinggi
menandakan wilayah tersebut melakukan ekspor dan impor (jika wilayah
tersebut berada disuatu negara, berarti tidak hanya melakukan
perdagangan dengan negara-negara lain, tetapi juga dengan wilayah-
wilayah lainnya didalam negeri) secara intensif.
F. Ketergantungan dan difersifikasi ekspor
Wilayah-wilayah dengan suatu ketergantungan ekspor yang sangat
besar, diukur dengan rasio ekspor terhadap PDB.
G. Ketergantungan dan diversivikasi impor
Wilayah-wilayah dengan derajat ketergantungan impor yang
tinggi, terutama impor-impor strategis seperti energi (minyak bumi atau
gas), makanan, SDA krusial lainnya.
H. Deversifikasi ekonomi
Semakin tinggi pangsa output (presentase) dari, industri
manufaktur atau sektor pertanian dalam pembentukan PDB, semakin
tinggi tingkat konsentrasi atau semakin rendah tingkat deversifikasi
ekonomi.
I. Pendapatan riil perkapita

9
Pendapat riil perkapita sering digunakan sebagai sebuah indikator
kesejahteraan, yang menandakan daya beli dari sebuah ekonomi.
J. Kemiskinan
Suatu indikasi untuk tingkat sensitivitas maupun tingkat ketahanan
suatu wilayah terhadap goncangan.
K. Kemajuan Pendidikan
Kemajuan pendidikan umumnya dianggap sebagai suatu
determinan penting dari kemampuan suatu wilayah/komunitas dalam
menghadapi dan menanggulangi suatu krisis atau bencana.
L. Kemampuan teknologi
Teknologi adalah determinan paling penting selain SDM bagi
pembangunan dan kemajuan atau kesejahteraan ekonomi. Jadi wilayah
dengan kemampuan teknologi tinggi memiliki ketahanan lebih besar
terhadap goncangan dibandingkan wilayah dengan kapabilitas rendah
dalam pengembangan atau penguasaan teknologi.
M. Infrastruktur sosial-ekonomi
Hipotesis terkait tingkat kerentanan (ketahanan) ekonomi
diwilayah yang infrastruktur sosial dan ekonominya maju lebih rendah/
tinggi dibandingkan wilayah yang masih terbelakang atau wilayah pertama
yang lebih mampu/ cepat untuk pilih kembali krisis ekonomi dengan
kerugian lebih kecil dibandingkan dengan wilayah infrastruktur sosial-
ekonominya buruk.
N. Modal sosial
Pentingnya modal sosial diakui umum sebagai suatu faktor krusial
dalam membangun dan memelihara kepercayaan yang harus ada untuk
kepaduan dan kemajuan sosial.
O. Stabilitas ekonomi makro
Stabilitas ekonomi makro berhubungan dengan suatu
keseimbangan ekonomi internal (yakni permintaan agregat sama dengan
penawaran agregat), yang dimanifestasikan dalam suatu fiskal atau posisi
keuangan dan anggaran pemerintah (pengeluaran pemerintah relatif
terhadap pendapatan pajak dan pendapatan pemerintah lainnya) yang
berkelanjutan.
P. Efisiensi pasar ekonomi mikro
Sebuah ekonomi akan mendapatkan lebih banyak keuntungan dari
semua sumber daya produktif yang ada dialokasikan melalui mekanisme
harga yang tidak terdistoris.

Indikator- indikator pada tingkat mikro


Sebelumnya telah dibahs indikator-indikator kerentanan ekonomi
pada tingkat makro dengan fokus pada tingkat provinsi, tetapi tentu yang
menjadi masalah adalah kerentanan individu atau RT, terutama dari

10
kelompok miskin. Hal ini sangat jelas bahwa kerentana ekonomi dari suatu
negara dari tingkat makro berasosiasi dengan kerentanan pada tingkat
mikro, tergantung pada bagaimana suatu krisis mempengaruhi ekonomi
tersebut dan kehidupan masyarakat secara individu maupun kelompok,
misalnya RT. Kerentanan suatu RT mempunyai tiga komponen utama :
I. Goncangan pada pendapatan/ penghasilan RT tersebut, yang
tergantung pada besarnya dan sifat dari goncangan itu sendiri,
dari keterbukaan serta ketahanannya terhadap goncangan pada
tingkat makro.
II. Kepekaan dari RT tersebut terhadap goncangan itu.
III. Kapasitas dari RT tersebut untuk bereaksi, yaitu tingkat
ketahanannya. Apabila suatu daerah , semua RT ternya rentan,
maka itu akan terrefleksikan oleh ketahanan yang rendah dari
daerah itu (pada tingkat makro). Dengan kata lain, ada suatu
hubungan positif antara derajat ketahanan (tingkat kerentanan)
pada tingkat makro dan tingkat mikro (Guillaumont,2001).

BAB III
PENUTUP

11
3.1 Kesimpulan
Indonesia sangat rentan terhadap setiap tipe atau bentuk goncangan
ekonomi, baik yang menurut sumbernya berasal dari dalam negeri atau dari
sumber-sumber eksternal seperti krisis ekonomi global 2008-2009 yang berasal
dari suatu krisis keuangan di AS.
Ada sejumlah alasan kenapa perekonomian Indonesia sangat rentan
terhadap hampir semua tipe krisis ekonomi seperti berikut :
1) Ekonomi Indonesia semakin terbuka dibandingkan, pada awal
pemerintahan orde baru (1996).
2) Walaupun dengan suatu jalur yang menurun, Indonesia masi tetap
bergantung pada ekspor dari banyak komoditi primer, yaitu pertambangan
dan pertanian.
3) Dalam dua dekade terakhir, Indonesia semakin tergantung pada impor dari
sejumlah produk makanan yang penting, termasuk beras, daging, gandum,
jagung, sayur-sayuran, buah-buahan , dan minyak.
4) Dalam 20 tahun belakangan ini semakin banyak tenaga kerja Indonesia
(TKI) termasuk wanita yang bekerja diluar negeri.
Hubungan-hubungan antar indikator dibagi menjadi 16 yaitu :
 Luas ekonomi/pasar
 Kepadatan dan struktur penduduk
 Lokasi Geografi
 Struktur konsumsi rumah tangga
 Keterbukaan Ekonomi
 Ketergantungan dan difersifikasi ekspor
 Ketergantungan dan diversivikasi impor
 Deversifikasi ekonomi
 Pendapatan riil perkapita
 Kemiskinan
 Kemajuan Pendidikan
 Kemampuan teknologi
 Infrastruktur sosial-ekonomi
 Modal sosial
 Stabilitas ekonomi makro
 Efisiensi pasar ekonomi mikro

DAFTAR PUSTAKA

http://tugaskimochi.blogspot.com/2016/08/ Kerentanan Terhadap Krisis

12
Ekonomi.(diakses pada tanggal 23 Januari 2020).

http://kforkindly.blogspot.com/2014/08/Kerentanan Terhadap Krisis


Ekonomi.
Html(diakses pada tanggal 30 Januari 2020 pkl 21:00).

Santika. 2015. Krisis ekonomi di Indonesia. Tersedia Online


[http://sciencesantika.blogspot.com] di unduh pada tanggal 23
Januari 2020.

Tambunan, Tulus T.H. 2016. Perekonomian Indonesia Era Orde Lama


Hingga
Jokowi. Bogor: Ghalia Indonesia

13

Anda mungkin juga menyukai