Anda di halaman 1dari 39

The Dynamics Economics of Europe (Economic system to Financial Crisis)

Studi Kasus : Blue Economy Europe


Disusun Untuk Memenuhi Penugasan Kelompok Mata Kuliah Studi Kawasan
Eropa yang diampu oleh:
Aswin A. Azis, S.SIP.,MDevSt

Disusun Oleh :
Kelompok 2 Kelas B-5

Gusti Maulida Fadillah 195120400111009


Andri Kamajaya 195120400111018
Mercusia Pritasari A. 195120400111030
Islamia Dewi Setyorini 195120401111035
Zilva Hurrita A. U 195120407111060

PRODI HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...........................................................................................................2


BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................3
1. 1. Latar Belakang.....................................................................................3
1. 2. Rumusan Masalah ...............................................................................6
1. 3. Tujuan Penulisan .................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................8
2. 1. Kerangka Konseptual : Keynesianisme .............................................8
2. 2. Fase Perekonomian Eropa ................................................................11
2. 3. Sistem Ekonomi Eropa ......................................................................20
2. 4. Studi Kasus : Blue Economy .............................................................29
BAB III PENUTUP ..............................................................................................35
3. 1. Kesimpulan .........................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................37

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Perang dunia merupakan fenomena yang memberikan dampak dan

pengaruh besar terhadap negara-negara di dunia, tidak hanya secara fisik

saja melainkan juga dalam sektor-sektor lainnya. Perang inter-war di Eropa

sangat mempengaruhi ekonomi negara-negara di Eropa. Berbagai negara

diluar Eropa meningkatkan industrinya, persaingan ekonomi semakin

tinggi, sedangkan perang di Eropa masih belum berakhir. Setelah perang

dunia pertama, Amerika Serikat menjadi suatu negara dengan pertumbuhan

ekonomi tercepat dan terkuat. Perang juga meninggalkan warisan bagi

pengelolaan keuangan domestik di semua pihak yang berperang. Sebagian

besar perang tak terelakkan telah dibayar melalui pinjaman dalam negeri,

dan pembayaran utang itu hampir tak terhindarkan menghasilkan anggaran

yang tidak seimbang. Setelah perang, semua pemerintah menghadapi

pilihan tentang sejauh mana mereka akan membayar utang perang melalui

defisit yang dimonetisasi oleh bank sentral. Inflasi yang diakibatkannya

akan mengikis nilai klaim terhadap pemerintah dan merusak keuangan

rumah tangga. Pada awal 1920-an, pemerintah Eropa barat memilih untuk

menstabilkan anggaran mereka dan memberi penghargaan kepada para

3
penyewa. Biayanya adalah deflasi yang parah, dan tingkat pengangguran

yang tinggi di Inggris dan Prancis.1

Pilihan pemerintah Eropa tengah untuk tidak menstabilkan diri

dengan cepat memiliki konsekuensinya sendiri yang cukup menghancurkan.

Austria, Hungaria, Polandia, dan Jerman mengalami inflasi pertama dan

kemudian hiper-inflasi. Tidak adanya stabilitas harga membuat perencanaan

bisnis dan strategi investasi jangka panjang menjadi tidak mungkin. Ketika

negara-negara ini stabil, mereka membutuhkan bantuan eksternal: diberikan

dalam kasus Austria dan Hongaria oleh Liga Bangsa-Bangsa (pada tahun

1922 dan 1923), dan untuk Jerman oleh konsorsium pinjaman internasional

yang berhubungan dengan penyelesaian reparasi tahun 1924 (the Rencana

Dawes). Harapan dari semua pihak yang terlibat dalam pengaturan

stabilisasi adalah bahwa kembalinya tatanan ekonomi akan segera

membawa kembalinya kepercayaan, dan juga masuknya uang asing untuk

pembangunan kembali.2

Sejak berakhirnya perang dunia pertama, investasi dan pinjaman

dari Amerika Serikat ke dalam Eropa semakin meningkat. Bertumbuhnya

dan berlanjutnya ekonomi Eropa diikuti dengan interkonektivitas ekonomi

antara Eropa dan Amerika Serikat.3 Pada tahun 1920an, negara-negara di

1
James, Harold. 2000. The Fall and Rise of the European Economy in the Twentieth Century. New
York: Oxford University Press.
https://drive.google.com/file/d/1e1J4VRZWQuEwk_Qt9JdWvtPI7vRAArFJ/view?usp=drive_web
&authuser=0.
2
Ibid.
3
MIA. n.d. “De.” Marxist Internet Archive. https://www.marxists.org/glossary/events/d/e.htm.

4
dunia banyak yang mengalami ketidakstabilan ekonomi akibat jatuhnya

harga saham di Wall Street, New York, Amerika Serikat. 4 Begitu juga

dengan Eropa yang memiliki interkonektivitas ekonomi dengan Amerika

Serikat. Fenomena tersebut disebut sebagai Great Depression, yang

kemudian Eropa berupaya untuk keluar dari depresi ekonomi tersebut

dengan melepas penggunaan gold standard dan melakukan revitalisasi

ekonomi melalui welfare capitalism yang terbukti secara efektif

mengurangi tingkat pengangguran.5

Pada tahun 1944, hasil negosiasi antara Anglo-Amerika terkait

Bretton Woods System menjaga visi tatanan ekonomi liberal yang diikuti

dengan adanya keanggotaan dalam institusi internasional yaitu IMF,

International Bank for Reconstruction and development (IBRD), dan

GATT. IMF berfungsi sebagai instrumen promosi pentingnya kerjasama

finansial global. IBRD berfungsi untuk memberi bantuan pada negara-

negara yang ingin melakukan pemulihan stabilitas ekonomi pasca perang.

Sedangkan GATT berfungsi sebagai organisasi yang membuat regulasi

perdagangan internasional. Namun, pada implementasinya, sistem ini tidak

memberikan banyak kontribusi terhadap pemulihan ekonomi Eropa dan

pada akhirnya sistem ini pun runtuh.6

4
Vadhia, Lidyana. 2020. “Sejarah Depresi Hebat: Berawal di AS hingga Berimbas ke Seluruh
Dunia.” Detik Finance. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5189086/sejarah-depresi-
hebat-berawal-di-as-hingga-berimbas-ke-seluruh-dunia.
5
Digital History. 2021. “The Great Depression in Global Perspective.” Digital History.
https://www.digitalhistory.uh.edu/disp_textbook.cfm?smtid=2&psid=3433.
6
Loc. cit.

5
Pada tahun 1945, AS merencanakan program bantuan luar negeri AS

yang paling efektif sebagai upaya untuk mencegah kemerosotan ekonomi

Eropa pasca perang, perluasan komunisme, dan stagnasi perdagangan

dunia, Rencana tersebut berusaha untuk merangsang produksi Eropa,

mempromosikan penerapan kebijakan yang mengarah ke ekonomi yang

stabil, dan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan perdagangan

antara negara-negara Eropa dan antara Eropa dan seluruh dunia. Marshall

plan, melalui Economic Cooperation Administration (ECA) memberikan

bantuan dolar ke Eropa untuk membeli komoditas seperti makanan, bahan

bakar, dan mesin serta memanfaatkan dana untuk proyek-proyek tertentu,

terutama untuk mengembangkan dan merehabilitasi infrastruktur. Ini juga

memberikan bantuan teknis untuk meningkatkan produktivitas,

menawarkan jaminan untuk mendorong investasi swasta AS, dan

menyetujui penggunaan dana pendamping mata uang lokal .7

1. 2. Rumusan Masalah

Setelah memahami latar belakang sebelumnya dan urgensi dari

penulisan ini, maka rumusan masalah yang digunakan adalah “Bagaimana

kebijakan Blue Economy sebagai salah satu bentuk perkembangan ekonomi

Eropa?”

7
Every CRS Report. 2018. “The Marshall Plan: Design, Accomplishments, and Significance.”
Every CRS Report. https://www.everycrsreport.com/reports/R45079.html.

6
1. 3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan ini adalah, untuk memahami Blue

Economy sebagai salah satu bentuk perkembangan ekonomi Eropa

7
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1. Kerangka Konseptual : Keynesianisme

Selama terjadinya Great Depression pada tahun 1930-an, teori

ekonomi klasik tidak mampu menjelaskan bagaimana krisis ekonomi global

dapat terjadi maupun menawarkan solusi dalam menghadapi serta

memperbaiki permasalahan tersebut. Ekonomi Keynesianisme kemudian

muncul sebagai teori ekonomi makro yang dikembangkan oleh ekonom

Inggris, John Maynard Keynes, sebagai respon atas terjadinya Great

Depression yang berimbas pada politik ekonomi internasional. Depresi

ekonomi seperti peningkatan pengangguran, penurunan output

perekonomian membuat masyarakat global menjadi skeptis terhadap asumsi

teori ekonomi klasik yang pada awalnya mempercayai bahwa invisible hand

mampu menjaga keseimbangan pasar. Keynes menyoroti ekonomi klasik

yang percaya dengan invisible hand dalam mekanisme pasar, sehingga

kemudian menyebabkan terjadinya krisis global. Pemikiran ekonomi klasik,

laissez faire capitalism, menjadi teori populer pada masa itu yang percaya

bahwa pasar tanpa intervensi publik dan pemerinta. h mampu mencapai

keseimbangannya sendiri. Pada 1936 melalui bukunya “The General

Theory of Employment, Interest, and Money”, Keynes menekankan pada

urgensi peran pemerintah dalam mengelola dan mengontrol proses

8
mekanisme pasar terkait arus permintaan dan penawaran (supply and

demand)8.

Keynesianisme berargumen bahwa pemerintah berperan dalam

mengendalikan jalannya perekonomian sosial sekaligus menjaga relasi

internasional. Perspektif ini menawarkan solusi dalam menangani krisis

melalui upaya memperbesar pengeluaran negara. Kerangka tersebut dikenal

dengan Keynesian Demand Management yang dalam ekspektasinya,

kemudian akan meningkatkan jumlah uang yang beredar seiring dengan

tingginya permintaan (demand) konsumen9. Peningkatan di berbagai sektor

ekonomi tersebut kemudian mendorong peningkatan investasi yang

membantu memulihkan tabungan bank negara. Saat Great Depression

terjadi, masyarakat cenderung merespon dengan meminimalisir kegiatan

jual-beli sehingga arus perputaran uang beredar menjadi terhambat.

Berdasarkan Teori Keynesianism, hal tersebut yang mengakibatkan

berhentinya perputaran uang dalam skala nasional hingga global yang

melumpuhkan mekanisme pasar.

Teori Keynesianisme menyebutkan bahwa output ekonomi dari

suatu barang dan jasa merupakan perpaduan dari empat komponen yaitu

konsumsi (consumption), investasi (investment), pengeluaran pemerintah

(government purchases), dan selisih nilai ekspor dan impor (net exports)10.

8
Joseph A. Schumpeter and John Maynard Keynes, “The General Theory of Employment, Interest
and Money.,” International Relations and Security Networks, 1936,
https://doi.org/10.2307/2278703.
9
Sarwat Jahan, Ahmed Saber Mahmud, and Chris Papageorgiou, “What Is Keynesian Economics?,”
Finance and Development : International Monetary Fund 51, no. 3 (2014): 53–54.
10
Jahan, Mahmud, and Papageorgiou.

9
Hubungan antara konsumsi dan investasi digambarkan Keynes melalui

siklus model ekonomi yang mana keduanya bersumber dari pendapatan.

Kemudian, Keynes juga mencoba menjelaskan alur investasi pemerintah

yang mengarahkan pada peningkatan tabungan (saving). Dalam empat

komponen yang dinyatakan Keynes, pemerintah berperan dalam

meningkatkan output ekonomi melalui intervensi negara dalam

mengendalikan dan mengontrol peningkatan maupun penurunan

pertumbuhan ekonomi atau dikenal dengan business cycle11.

Menurut Keynesian, terdapat tiga prinsip utama dalam

mendeskripsikan bagaimana ekonomi bekerja. Pertama, terkait dengan

permintaan agregat (aggregate demand) yang dipengaruhi oleh keputusan

ekonomi publik dan private yang saling tumpang tindih. Keputusan sektor

private berpotensi menyebabkan kerugian output makroekonomi, yang

memerlukan kebijakan aktif dari pemerintah misalnya melalui stimulus

fiskal. Dalam menghindari terjadinya kolaps, Keynesianisme menawarkan

mekanisme ekonomi campuran (mixed economy) yang menggabungkan

partisipasi sektor private dengan diawasi oleh pemerintah. Kedua, terkait

harga (prices) khususnya upah (wages) sebagai respon atas lambatnya

perubahan atas penawaran dan permintaan (supply and demand) yang juga

berdampak pada tenaga kerja. Ketiga, yaitu terkait perubahan permintaan

agregat (changes of aggregate demand) dengan mempertimbangkan

11
Peter Townsend, “The Restoration of ‘Universalism’ : The Rise and Fall of Keynesian Influence
on Social Development Policies,” UNRISD Social Policy and Development, 2002.

10
fluktuasi dalam komponen konsumsi (consumption), investasi (investment),

pengeluaran pemerintah (government purchases) yang menyebabkan

perubahan output ekonomi.

Pada tahun 1930-an, negara Swedia mengadopsi teori Keynesianism

dengan menetapkan kebijakan demand-oriented and income-raising policy,

yang kemudian mendorong terjadinya Perjanjian Saltsjobaden pada 1939

antara serikat pekerja (union) dengan organisasi pengusaha12. Keynes

menambahkan bahwa pemerintah harus menetapkan strategi dalam

menyelesaikan permasalahan dalam jangka pendek sebagai prioritas,

dibandingkan menunggu kekuatan pasar bekerja meskipun dampaknya

dapat dirasakan jangka panjang dengan menegaskan, “In the long run, we

are all dead,”. Oleh karena itu, Keynesianisme berupaya

mengkampanyekan urgensi suatu negara untuk terlibat dan berpartisipasi

dalam organisasi ekonomi dan perdagangan internasional. Ekonomi

Keynesian menjadi teori dan kebijakan yang dominan pasca Perang Dunia

II hingga tahun 1970-an, ketika banyak negara mengalami stagflasi, yang

dihadapkan dengan inflasi serta melambatnya pertumbuhan ekonomi.

2. 2. Fase Perekonomian Eropa

Dalam masa perkembangannya, Eropa mengalami naik dan turun

pada perekonomiannya. Dan, bab ini nantinya akan memberikan penjelasan

12
Harold James, “The Fall and Rise of the European Economy in the Twentieth Century,” in The
Oxford History of Modern Europe, 1996, 193–94.

11
tentang pertumbuhan Eropa pasca perang serta memahami peyebabnya atas

keberhasilan dan kegagalan yang dialam. Pertumbuhan perekonomian

Eropa dilihat dengan tiga periode yakni Golden Age, Growth Slowdown,

dan The New Era Period 13.

Pertama, Golden Age (1950-1973) dimana masa ini menunjukkan

mulainya fase baru pada perkembangan ekonomi setelah mealui depresi di

tahun 1930 dan merupakan kebangkitan setelah berakhirnya Perang Dunia

II.14 Seperti, pertumbuhan produkivitas tenaga kerja yang sangat cepat. Di

masa ini terdapat upaya peniruan teknologi, berdirinya institusi, pengaturan

pembatasan tuntutan upah dengan imbalan pemindahan laba cepat untuk

investasi, upah menjadi lebih tinggi, pasar tenaga kerja semakin ketat,

dukungan pembentukan perusahaan besar “nasional”, dan dukungan pada

sistem usaha kecil juga menengah.

Kedua, Growth Slowdown (1973-1995) dalam era ini pertumbuhan

produktivitas dan pendapatan melambat dimana pasokan tenaga kerja habis

dan pasokan tenaga kerja dalam negeri yang murah atau terjangkau tidak

ada lagi. Terdapat kesenjangan pada pendapatan per kapita, penurunan

tingkat produktivitas tenaga kerja, dan penurunan jam kerja per orang

sebanyak 11%. Beberapa poin sebelumnya menunjukkan adanya masalah

pada pasar tenaga kerja seperti tingginya tingkat pengangguran, standari

13
Nicholas Crafts and Gianni Toniolo, “EUROPEAN ECONOMIC GROWTH, 1950-2005: AN
OVERVIEW,” in Discussion Paper (London: Centre for Economic Policy Research, 2008), 30,
www.cepr.org/pubs/dps/DP6863.asp.
14
Marcel P Timmer et al., “Productivity and Economic Growth in Europe: A Comparative Industry
Perspective Are Grateful To,” no. April (2007), www.conference-board.org/.p.6

12
pendidikan yang buruk, dan serikat pekerja yang tinggi. Kesejahteraan

Eropa meningkat pada 1970-an, sehingga mendorong meningkatnya biaya

tenaga kerja juga pengangguran structural.15

Ketiga, The New Era Period (pertengahan 1990-an) di masa ini

terdapat reformasi pasar tenaga kerja untuk upaya mengurangi angka

pengangguran dan meningkatkan partisipasi Angkatan kerja. Angka

produktivitas dan investasi semakin tinggi pada industry teknologi dan

komunikasi. Fenomena ini didorong dengan adanya inovasi pada teknologi

informasi serta komunikasi.16

International Capital Movements (1947-1951) : Pasca Perang

Dunia II, terdapat upaya untuk memulihkan Kembali perekonomian Eropa.

Peningkatan dan pertahanan kehidupan ekonomi Eropa salah satunya

didapatkan dari adanya bantuan eksternal negara-negara di Kawasan.

Bantuan pemerintah ini didapat dari United Nations Relief and

Rehabilitation dan Marshall Plan Marshall Plan merupakan program

ekonomi yang dibentuk Amerika Serikat tahun 1947-1951 guna

memberikan bantuan ekonomi bagi negara Eropa yang terdampak perang.

Contoh negara yang terbantu adalah Austria, bantuan Marshall Plan

menyumbang 14% terhadap pendapatan nasional.17 Bantuan-bantuan ini

15
Timmer et al.
16
Timmer et al.
17
T. C. W. Blanning, “The Oxford History of Modern Europe,” Uma Ética Para Quantos? XXXIII,
no. 2 (1996): 81–87,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15003161%5Cnhttp://cid.oxfordjournals.org/lookup/doi/10.
1093/cid/cir991%5Cnhttp://www.scielo.cl/pdf/udecada/v15n26/art06.pdf%5Cnhttp://www.scopus.
com/inward/record.url?eid=2-s2.0-84861150233&partnerID=tZOtx3y1.p. 201

13
juga berupaya untuk membangkitkan Kembali pertanian dan industri mesin,

kimia, maupun baja Eropa. Dalam masa ini, peran Amerika Serikat sangat

penting membantu peningkatan PDB negara.

Akan tetapi, bantuan Marshall tidak diperpanjang dan terhenti pada

1952. Akan tetapi, mulai tahun 1950-an, Amerika Serikat tetap memberikan

modal berupa investasi langsung pada pabrik-pabrik yang ada di Eropa. Di

dalamnya juga berkaitan dengan pertukaran teknologi dan manajerial. Di

masa ini, inovasi yang ada dengan pemahaman teknologi dan manajerial

yang didapatkan mendorong meningkatnya produktivitas pada jangkauan

bisnis yang luas.18 Dan peningkatan ini disebut sebagai revolusi industri.

New Technology : Selanjutnya, peningkatan ekonomi Eropa juga

ditunjukkan dengan adanya teknologi-teknologi baru yang diciptakan dan

dikembangkan. Teknologi ini hadir melalui Lembaga penelitian dari

Universitas Cambridge dan Manchester (Inggris), Pennsylvania (Amerika

Serikat) dengan studi pengoperasian komputer elektronik, dan Princeton

Institute for Advanced Study, tempat pengembangan aplikasi mesin baru

oleh John Von Neumann.19 Karena kebutuhan dana dan kemampuan sdm

yang tinggi, maka pengembangan teknologi ini hanya dapat dilakukan oleh

perusahaan multinasional. Dan perusahaan domestik hanya mampu meniru

dengan kemampuan dan kapasitas terbatas yang dimiliki.

18
Blanning.p.201
19
Blanning.p.202

14
Seri computer pertama di Eropa diawali oleh IBM 360 (1964),

computer yang terjangkau dan mampu dignakan untuk proses komersial

luas. Ini merupakan hasil produksi dari Amerika Serikat. Akan tetapi,

Prancis berusaha mendirikan industry komputernya sendiri. Dengan ini

Prancis membentuk Plan Calcul yakni, program pemerintah Prancis untuk

memproduksi dan mempromosikan industry computer nasional Prancis dan

Eropa. Plan ini didorong oleh politik aspirasi dan pertimbangan ekonomi

juga ilmiah. Dengan konsepsi.20 Plan ini disetujui oleh Charles de Gaulle

yakni pemimpin Prancis, sebagai upaya untuk memulihkan status Prancis

dan kemerdekaan nasional yang utuh. Charles mereorganisasi tentara,

melakukan pengembangan peralatan untuk pencegahan nuklir, memperkuat

ekonomi negara, dan proyek ilmiah salah satunya computer melalui

Compagnie Internationale pour l'Informatique (CII).21 Produksi computer

ini juga merupakan bentuk Prancis untuk mengurangi ketergantungannya

terhadap AS, sekaligus mencegah perluasan dominasi AS di Eropa.

Akan tetapi, dengan kebutuhan produksi yang besar, Prancis

hampir tidak dapat memenuhi jumlah yang dibutuhkan. Dan, begitu

dengan rencana pembentukan perusahaan multinasional (UNIDATA) di

20
“France : First the Bomb , Then the " Plan Calcul " Author ( s ): John Walsh Source : Science ,
New Series , Vol . 156 , No . 3776 ( May 12 , 1967 ), Pp . 767-770 Published by : American
Association for the Advancement of Science Stable URL : Http://Www.Jstor.Org/Stable/1721969”
156, no. 3776 (2016): 767–70.p.767
21
Chantal Lebrument and Fabien Soyez, “The Plan Calcul (1971-1979),” in The Inventions of Louis
Pouzin, One of the Fathers of the Internet (Springer, 2019), 35–66,
https://doi.org/https://doi.org/10.1007/978-3-030-34836-6_5.

15
tingkat Eropa yang gagal dalam 4 tahun. Fenomena ini membuktikan

bahwa pengembangan teknologi melebihi kemampuan ekonomi negara.

Mass Consumption of Goods and Services : Perekonomian

Eropadi akhir tahun 1950-an, mengalami perkembangan memasuki masa

dimana terdapat konsumsi secara massal terhadap barang maupun jasa yang

tahan lama. Selain perluasan teknologi modern, peningkatan ekonomi

diharapkan juga memunculkan peningkatan keamanan serta kesejahteraan,

memberi waktu luang bagi pekerja, menyediakan konsumsi pribadi yang

besar (barang dan jasa tahan lama), mencari kekuatan yang lebih besar bagi

bangsa. 22

Saat itu, mobil yang mulanya merupakan barang mewah dan hanya

dikendarai elit, memasuki masa dimana keluarga dengan pendapatan rata-

rata juga dapat membeli. Pada tahun 1950, terhitung terdapat 515.600 mobil

pribadi yang digunakan. Selain itu, lemari es juga telah dimiliki oleh setiap

rumah. Di masa ini pekerjaan industry tradisional mengalami penurunan,

sedangkan konsumsi jasa mengalami peningkatan. Seperti, jasa periklanan,

perbankan, pariwisata, dan layanan medis.23

Trade Liberalization : Adanya modal yang masuk dari Amerika

menunjukkan adanya peningkatan ketersediaan dollar. Kondisi ini juga

mendorong adanya keseimbangan pada neraca internasional dan

memudahkan terjadinya liberalisasi perdagangan. Dalam masa ini terdapat

22
Walt Whitman Rostow, “Teori Rostow,” The Stages of Economic Growth : A Non Communist
Manifesto, 1960.p.12
23
Blanning, “Oxford Hist. Mod. Eur.”p.203

16
kerja sama yang dibentuk oleh 6 negara-negara Eropa yakni Belgia, Prancis,

Jerman Barat, Italia, Luxem bourg, dan Belanda. Yakni, membentuk

European Coal and Steel Community (ECSC). Dan, selanjutnya

menandatangani perjanjian Roma serta dilanjutkan dengan pembentukan

MEE untuk menciptakan kerjasama ekonomi yang lebih luas. 24 Dan, selain

6 anggota tersebut, MEE juga membuka kesempatan untuk anggota baru.

Dan di tahun 1973, Inggris, Irlandia, dan Denmark bergabung. Sedangkan

di tahun 1980-an , Yunani, Portugal, dan Spanyol. MEE ini merupakan

pasar bersama negara-negara Eropa, mereka menganut prinsip terkait

keterbukaan pasar dan pergerakan bebas. Yakni, kebebasan lalu lintas

barang, jasa, penduduk, juga penghapusan bea impor dan regulasi transaksi.

Liberalisasi yang dilaksanakan cukup sukses dan tumbuh secara cepat.

Melalui data yang ada, 39.8% perdagangan dunia terlibat dengan negara

anggota MEE.

Dan, di dalam perjanjian Roma juga terdapat pengaturan kebijakan

ekonomi nasinal dalam upaya menjaga keseimbangan neraca pembayaran,

stabilitas harga, dan tingkat pekerjaan yang tinggi.25 Selain membentuk

regulasi tersebut, MEE juga membentuk mekanisme perlindungan pertanian

yakni kebijakan pertanian bersama (CAP). Karena, pertanian dinilai

sensitive pada perubahan ekonomi. Di dalamnya kebijakan ini dijelaskan

bahwa terdapat intervensi harga untuk menstabilkan pasar.

24
Blanning.p.204
25
Blanning.

17
Government and growth : Pertumbuhan ekonomi pastinya akan

selalu terikat dengan pemerintah. Karena, pemerintah berperan sebagai

pembuatan kebijakan. Tiap negara Eropa memiliki perbedaan kebijakan dan

pertumbuhan. Misalnya, Prancis yang menggunakan “didikatif” dan alokasi

kredit dengan lelang terorganisir. Jerman dan Italia, melakukan pendekatan

intervensionis, dan berhasil meliberalisasi harga dengan cepat. Kebijakan

liberalisasi berdampak kecil dengan hasil langsung (output) seperti Jerman

di tahun 1948, mengeluarkan biaya sosial cukup besar, akan tetapi dalam

jangka panjang (outcome) telah menciptakan adanya struktur insentif pada

pertumbuhan berkelanjutan.

Dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengaturan

kelembagaan adalah hal penting. Meskipun suatu negara memiliki tenaga

kerja sangat berkualitas dan terampil, memiliki modal, dan juga teknologi

yang baik. Pemerintah harus melihat revolusi industry, panduan investasi,

dan proyeksi target.26

The end of the post war miracle : Terdapat pertumbuhan tenaga

kerja dan meningkatnya tuntutan upah. Mendorong adanya kebijakan

moneter yang akomodatif. Dalam masa ini terdapat militansi serikat pekerja

dimana tahun 1968, Angkatan kerja Prancis terlibat pada pemogokan di

Jerman dan Italia. Dan, pada tahun 1973, terdapat guncangan akibat kendali

yang diambil produsen minyak Timur Tengah.27 Akan tetapi, negara-negara

26
Blanning.
27
Blanning.

18
Eropa berupaya untuk mengurangi ketergantungan dengan menghemat

bahan bakar. Dan, dengan berbagai permasalahan yang ada, pemimpin

Prancis dan Jeriman memiliki inisiatif memulihkan stabilitas ekonomi.

Closer European co-operation : di masa ini, pemimpin Eropa

meningkatkan kerjasama. Dengan fenomena kejatuhan minyak yang ada

mendorong upaya stabilitas moneter Eropa. Dalam upaya kerjasama ini

terdapat dua hal yakni, melakukan pemecahan masalah konstitusional

jangka Panjang. Dan, pada Desember 1985 terdapat pengubahan pada

perjanjian Roma terhadap Langkah-langkah menciptakan pasar internal

tunggal. Kedua, UU Eropa menciptakan satu komunitas dan memperluas

standar nasional. Dan, di tahun 1991 di Maastricht terdapat perjanjian

berupa pembentukan Uni Eropa. Dimana, Uni Eropa ini yang sampai saat

ini masih berdiri, dan menaungi perekonomian negara-negara Eropa.

De-industrialization : masa ini menunjukkan proses perkembangan

industry. Deindustrialisasi sebagai sebuah proses yang alami serta terjadi

atas pertumbuhan ekonomi serta perubahan struktur ekonomi. De-

industrialisasi disini sebaga hasil pembangunan ekonomi yang berhasil

dicapai dan menjadi ciri negara maju. 28 Pada 1970, terdapat krisis industry

Eropa akibat guncangan minyak memberikan ketakutan dan pesimisme bagi

negara-negara Eropa. Pengangguran juga semakin meningkat, mendorong

ekonom Eropa untuk merevisi perhitungan terkait tingkat pengangguran

28
Vinko Kandžija, “Deindustrialization As a Process in the Eu,” Ekonomski Vjesnik/Econviews -
Review of Contemporary Business, Entrepreneurship and Economic Issues 30, no. 2 (2017): 399–
414.

19
non-inflasi. Akan tetapi, negara-negara Eropa harus berupaya

meningkatkan dan mempertahankan kestabilan ekonominya.

2. 3. Sistem Ekonomi Eropa

Jika ditelusuri dengan menggunakan kerangka pemikira teori

Rostow maka dapat dicirikan terdapat 5 perkembangan ekonomi Eropa: 1)

Tahap Masyrakat Tradisional 2) Tahap Prasyarat Lepas Landas 3) Tahap

Lepas Landas 4) Tahap Menuju Kematangan 5) Tahap Konsumsi Tinggi.

Tahap Masyarakat Tradisional ialah fakta ekonomi masyarakat

itu masih berkembang dalam batas fungsi produksi. Ciri-ciri dari tahap ini

yaitu: a) tingkat produksi per kapita dan tingkat produktivitas para pekerja

masih sangat terbatas. Sebagian besar sumber daya masyarakat digunakan

untuk sector tertentu b) struktur sosial dalam pertanian masih bersoiofat

hierarkis dimana anggota masyarakat kemungkinan kecil mengadakan

mobilitas vertical. Hubungan keluarga dan kesukuan sangat besar

pengaruhnya terhadap organisasi masyarakat dan dalam menentukan

kedudukan seseorang c) kebijakan Pemerintah Pusat dipengaruhi oleh tuan

tanah yang berkuasa di daerah. Di eropa sendiri, hal ini masih terjadi

sekiranya sebelum Reinassance dimulai. Pada saat itu, kelas sosial sangat

terlihat. Para peasant atau commoners yang bekerja di pertanian tidak dapat

mendapatkan keuntungan yang memikat lantaran mereka diwajibkan untuk

membayar pajar demi keselamatan diri mereka. Sistem ekonomi yang kaku

dan cenderung berfokus pada feodalisme membuat inovasi dibidang

perekonomian menjadi sangat stagnan.

20
Dalam perkembangannya, sistem perekonomian di Eropa dapat

dicirikan kedalam tiga jenis yaitu: Welfare State (Keynesianisme), Sosialis,

dan Liberalis Kapitalis. Perkembangan ini sejatinya dipengaruhi oleh

gerakan revolusi dan perang. Kedua hal ini yang menjadi pendorong

beberapa variabel perubahan yang membuat terciptanya ketiga sistem

ekonomi di Eropa.

Tahap Prasyarat Lepas Landas atau Pre-Condition to Take Off

adalah tahapan yang memiliki ciri sebagai berikut: a) tahapan yang dicapai

oleh negara-negara Eropa, Asia Timur dan Timur Tengah dilakukan dengan

merobak masyarakat tradisional lama yang sudah ada b) Tahapan yang

dicapai oleh negara-negara Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan

Selandia Baru yang dilakukan tanpa merombak masyarakat tradisional lama

yang sudah ada. Tahap ini menjadi ciri kemajuan Eropa Barat dengan

meningkatnya perkembangan sains modern dan adanya transformasi

pemikiran masyarakat yang mengarah pada upaya eksplorasi pulau baru

untuk meningkatkan teknologi. Meningkatnya pasar dalam internal Eropa

dan eksternal tidak hanya menghasilkan aktivitas perdagangan yang intensif

akan tetapi juga meningkatkan spesialisasi produksi, meningkatkan

ketergantungan antar-kawasan dan internasional, dan juga meningkatkan

insentif pasar untuk meningkatkan jumlah produksi. Menurut Rostow

sendiri, Inggris merupakan negara Eropa pertama yang mampu berada pada

21
tahap pre-take off, yang dipengaruhi oleh sekularisme, transformasi

pemikiran dan kapibilitas kapal nya yang mampu mendorong perdagangan29

Tahap Lepas Landas memiliki ciri yaitu: a) berlakunya kenaikan

dalam penanaman modal yang produktif dari 5% atau kurang menjadi 10%

dari produk nasional neto b) terjadinya perkembangan satu atau beberapa

sector industry dengan tingkat laju pertumbuhan yang tinggi c) segala

gejolak0gejolak untuk membuat perluasan di sector modern e) potensi

eksternalitas ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan lepas landas sehingga

menyebabkan pertumbuhan akan terus menerus terjadi. Tahapan Lepas

Landas ini dipimpin oleh 3 sektor yaitu: industry katun tekstil (Britain and

New England); rel kereta api (AS, Prancis, Jerman, Kanada, dan Rusia), dan

kayu (Swedia)30

Tahap Menuju Kemantangan memiliki ciri-ciri yaitu: a) keadaan

perekonomian yang terus menerus bertumbuh meskipun kadang-kadang

disertai dengan laju yang fluktuatif b) terjadi perluasan pemakaian

teknologi modern secara menyeluruh pada kegiatan-kegiatan

perekonomian c) timbul industry industri baru dengan cepat dan

tertinggalnya industri-industri lama. Sehingga barang-barang yang

dulunya impor sekarang mampu diproduksi di dalam negeri sendiri.

29
W.W Rostow, “The Stages of Economic Growth1,” Political Studies 10, no. 1 (1962): 65–67,
https://doi.org/10.1111/j.1467-9248.1962.tb00978.x.
30
Rostow. Hal.7

22
Dibawah ini merupakan data terjadinya kematangan teknologi dari beberapa

negara di dunia.

Sumber: W.W Rostow

Tahap Konsumsi Tinggi, pada tahap konsumsi tinggi ini

pendapatan riil perkapita meningkat sampai pada suatu titik dimana

sejumlah besar orang dapat membeli barang-barang konsumsi selain

kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan papan. Rostow juga

menyebutkan ada tiga macam tujuan masyarakat yang saling bersaing

untuk mendapatkan sumber daya dan dukungan politik antara lain: a)

Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara tersebut terhadap negara

lain b) Menciptakan suatu welfare state yaitu kemakmuran yang lebih

merata kepada penduduknya dengan cara mengusahakan terciptanya

pembagian pendapatan yang lebih merata melalui sistem perpajakan

yang progresif. c) Meningkatkan konsumsi masyarakat dari konsumsi

kebutuhan primer menjadi konsumsi kebutuhan sekunder dan tersier.

Dalam kaitannya dengn perkembangan ekonomi Eropa pasca PD II,

terjadi penurunan tingkat ekonomi yang ditandai dengan sedikitnya

permintaan pasar. Hal ini disebabkan oleh dampak PD II dimana negara-

negara terlilit oleh hutang dan kehilangan banyak sumber daya manusia.

23
Untuk meningkatkan jumlah permintaan secara agregat maka menjadikan

sistem kebijakan Keynesian menjadi hal yang paling optimal saat itu.

Negara Swedia merupakan negara yang paling dekat dalam

mengimplementasi kebijakan Keynesian. Negara Swedia memiliki aliansi

politik antar partai yang diwakili oleh kaum buruh dan petani yang mana

orientasi kebijakan mereka berfokus pada permintaan dan peningkatan

pendapatan31. Dengan AS, sebagai negara yang kuat dari sisi ekonomi pasca

PD II, AS memberikan bantuan Marshall Plan dan adanya penetapan standar

kawasan integrasi Eropa melalui Single European Act, akhirnya membantu

meningkatkan perekonomian Eropa dengan menghapus diskriminasi

dagang anggota dan pemberian kredit dengan jumlah tertentu melalui sistem

kliring. Hal ini kemudian mendorong tingkat pertumbuhan, permintaan

produk dan jasa, serta peningkatan arus modal ke negara-negara Eropa.

Liberalis Kapitalis : Adapun mengenai kelahiran ekonomi

kapitalis itu sendiri, hal ini tidak bisa dipisahkan dengan Adam Smith,

seorang pemikir terkemuka di abad 18 yang telah mngehasilkan pemikiran

liberal melalui bukunya The Wealth of Nations. Smith, dengan sistem

pasarnya memunculkan pengetahuan tingkah laku ekonomi yang belum

pernah ditemui sebelumnya yang kemudian menjadi bahan analisa bagi

terbentuknya sebuah tubuh ilmu yang makin utuh. Pandangan, pemikiran,

analisa dan teoriteorinya yang tertuang secara detail dalam bukunya tersebut

Blanning TCW, “The Fall and Rise of the European Economy in the Twentieth Century,” in The
31

Oxford History of Modern Europe, 3rd ed. (Oxford: Oxford University Press, 2000).

24
mendasari lahirnya sebuah sistem ekonomi yang sampai sekarang berlaku,

yakni sistem ekonomi kapitalis. Buku Smith sesungguhnya merupakan

gambaran, kupasan dan sekaligus ramalan tentang kehidupan ekonomi pada

zamannya. Dengan ketajaman dan kekuatan nalar, kekayaan gagasan serta

keyakinan seorang filsuf pada jamannya, Smith melihat di balik gejala yang

menjadi pusat perhatiannya, sesuatu yang kemudian disebutnya sebagai

hukum-hukum sistem pasar.

Dengan adanya semangat laissez-faire, yang mendorong masyarakat

untuk memiliki kebebasan dari otoritas pemerintah dan kebebasan ikut serta

dalam memberikan pendapat pemerintah. Adanya kasus Corn Laws yang

terjadi di Britania Raya pada 1815, membuat semangat untuk bebas dari

otoritas pemerintah dan keinginan untuk desentralisasi kekuasan pasar

semakin meningkat32.

Sosialis : Sistem ekonomi sosialis merupakan salah satu sistem

ekonomi yang menjadikan pemerintah sebagai pihak yang berperan penting

dalam mengendalikan dan mengatur semua kegiatan ekonomi. Sistem

ekonomi sosialis muncul di akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 sebagai

reaksi dari perubahan ekonomi dan sosial yang diakibatkan oleh revolusi

industri. Revolusi industri ini memang memberikan keberkahan buat para

pemilik pabrik pada saat itu, tetapi di lain pihak para pekerja justru malah

semakin miskin. Pada tahun 1840-an, istilah komunisme mulai muncul

32
Bradford Balaam, N. David; Dillman, “The Economic Liberal Perspective,” in Introduction to
International Political Economy, 6th ed. (New Jersey: Pearson Educationa, 2018).

25
untuk menyebut sayap kiri yang militan dari paham sosialisme. Istilah ini

kemudian digunakan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels untuk

menggambarkan pergerakan yang membela perjuangan kelas dan

mengaruskan revolusi untuk menciptakan sebuah masyarakat kerjasama

(society of cooperation) Di dalam sistem ini, pemerintah memiliki

kekuasaan penuh dalam merencanakan, mengambil keputusan ekonomi,

dan mengatur semua kebijakan yang bertujuan untuk pemerataan

kesejahteraan rakyat, serta memberikan kesetaraan dalam menangani semua

masyarakat, baik itu miskin maupun kaya. Terbentuknya sistem ekonomi

sosialis tidak terlepas dari pemikiran Karl Marx dan juga Frederic Engles.

Kedua orang tersebut mulai mengenalkan sistem ekonomi ini melalui

bukunya yang berjudul The Communist Manifesto. Dalam buku tersebut

mereka memberikan beberapa kritik kepada penerapan sistem ekonomi

kapitalis. Dimana menurut mereka sistem ekonomi tersebut menimbulkan

banyak masalah internal negara. Sehingga sangat tidak layak untuk

diterapkan di sebuah negara.

Sistem ekonomi kapitalis dapat menimbulkan masalah antara

pemilik modal dan kaum buruh. Selain itu, sistem ekonomi ini juga

menghadirkan individu yang selalu ingin bersaing dalam kegiatan ekonomi

atau produksi. Kegiatan ekonomi yang ada di dalam sistem ekonomi

kapitalis juga tidak diawasi oleh pemerintah. Jadi, pihak swasta memiliki

kendali penuh atas bisnis ataupun usaha mereka.

26
Keyensianisme/ Welfare State : Dalam perkembangannya, John

Maynard Keynes (1883-1946), seorang ekonom Inggris yang mengkritik

Perjanjian Versailles. Dengan menentang prinsip-prinsip laissez-faire, ia

memberikan landasan teoritis bagi kebijakan manajemen-permintaan, yang

secara luas diadopsi pemerintah negara-negara Barat pada awal periode

pasca PD II. Pada tahun-tahun terakhir hidupnya, Keynes berusaha untuk

membentuk tatanan sistem moneter internasional dengan membentuk

sistem Bretton Woods, termasuk IMF dan Bank Dunia33. Dalam kaitannya

dengn perkembangan ekonomi Eropa pasca PD II, terjadi penurunan tingkat

ekonomi yang ditandai dengan sedikitnya permintaan pasar. Hal ini

disebabkan oleh dampak PD II dimana negara-negara terlilit oleh hutang

dan kehilangan banyak sumber daya manusia. Untuk meningkatkan jumlah

permintaan secara agregat maka menjadikan sistem kebijakan Keynesian

menjadi hal yang paling optimal saat itu. Negara Swedia merupakan negara

yang paling dekat dalam mengimplementasi kebijakan Keynesian. Negara

Swedia memiliki aliansi politik antar partai yang diwakili oleh kaum buruh

dan petani yang mana orientasi kebijakan mereka berfokus pada permintaan

dan peningkatan pendapatan34.

Jika melihat ke belakang, salah satu warisan dampak dari setiap perang

ialah redistribusi pendapatan dan penyempitan perbedaan keterampilan

untuk menciptakan kelas konsumsi baru. Akan tetapi, sulit untuk

33
Andrew Heywood, “Ekonomi Dalam Era Global,” in Politik Global (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2017), 193.
34
TCW, “The Fall and Rise of the European Economy in the Twentieth Century.”

27
menciptakan keadaan yang lebih harmonis pasca perang, karena tetap

terjadi konflik yang disebabkan oleh kontroversi upah dan kondisi kerja.

Akhirnya dibeberapa negara, terjadi kesepakatan antara pengusaha dan

serikat pekerja yang mengawali keadaan ekonomi yang lebih harmonis.

Contohnya, adanya pakta Swiss tahun 1973, yang mengubah hubungan

perburuhan yang sebelumnya sangat buruk menjadi model untuk diikuti

oleh negara-negara lain.

Pandangan Keynes ini, kemudian menjadi dasar Amerika Serikat

sebagai negara pemenang dari sisi ekonomi pasca PD II. Pada akhir tahun

1940-an AS mengalami pertumbuhan ekonomi pesat dengan lonjakan

pertumbuhan produksi AS yang taajam, hal ini yang kemudian membantu

mengatasi Great Depression. Setelah PD II, AS memainkan peranan yang

lebih jauh lagi untuk menata kembali dunia. Menurut AS, pecahnya PD II

yang disebabkan oleh kelalaian negara-negara dunia untuk melakukan

aktivitas perdagangan internasional, untuk mencegah hal tersebut terulang

lagi maka perlu diadakannya insitusi ekonomi internasional yang

terstruktur. Menjaga perdamaian dimasa depan akan membutuhkan sistem

internasional yang terbuka, di mana mata uang harus dapat ditukar dan

diperdagangkan secara non-diskriminatif.

Bretton Woods System : Pada konferensi Bretton Woods Juli 1944,

hasil negosiasi ini menunjukan bahwa visi tatanan ekonomi liberal tetap

ada; tetapi keanggotaan dalam IMF dan Bank Dunia membebankannegara-

negara surplus kewajiban untuk membantu pembangunan di tempat lain.

28
Mata uang akan diperbaikidalam kaitannya satu sama lain (sistem 'nilai

nominal tetap') untuk mencegah devaluasi kompetitif yang telah menjadi

cirikehancuran tatanan internasional pada 1930-an. Satu klausul dalam

Articles of Agreement IMF dipandang oleh para perunding Inggris sebagai

kemenangan terbesar mereka: klausul itu memberi izin kepada negara-

negara anggota untuk mendiskriminasi produk negara-negara dengan 'mata

uang langka' (yaitu terhadap produk-produk Amerika Serikat).

2. 4. Studi Kasus : Blue Economy

Adanya permasalahan perubahan iklim serta kekhawatiran terhadap

sektor-sektor kehidupan yang terdampak olehnya membuat masyarakat

internasional harus menemukan solusi dan tindakan preventif terhadap

permasalahan ini. Uni Eropa sudah sangat menyadari hal ini, dan melalui

Komisi Eropa meluncurkan European Green Deal. European Green Deal

merupakan berbagai kebijakan dan tindakan dari Uni Eropa untuk

mengubah Uni Eropa menjadi perekonomian yang lebih modern, efisien

dalam sumber daya, dan kompetitif serta dengan tidak adanya dampak

buruk bagi lingkungan35. Bersama dengan European Green Deal, Uni Eropa

membawakan program sustainable blue economy. Program sustainable blue

economy diharapkan bisa membantu membawakan European Green Deal

dan meningkatkan ekonomi Eropa menjadi lebih baik.

35
European Commission, “The European Green Deal,” European Commission 53, no. 9 (2019): 24,
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004.

29
Sustainable blue economy sebagai salah satu program yang dibawakan

oleh Uni Eropa sendiri adalah pengembangan bagian ekonomi yang

mencakup semua industri dan sektor yang terkait dengan lautan dan pesisir

seperti segala industri yang bekerja di dalam laut seperti perkapalan,

perikanan dan pembangkit energi, dan yang bekerja di pesisir seperti

pelabuhan, galangan kapal, budidaya sumber daya laut, dan wisata seperti

pantai36. Istilah blue economy berasal dari Gunter Pauli dalam bukunya “The

Blue Economy”. Buku tersebut menyorot keuntungan potensial dari

menghubungkan dan menggabungkan permasalahan lingkungan dengan

solusi saintifik yang terinspirasi dari proses yang bisa dilihat di alam, untuk

menciptakan solusi yang bermanfaat bagi lingkungan dan juga finansial

serta sosial37. Sebagai bagian dari European Green Deal yang memiliki

fokus terhadap perekonomian yang lebih ramah terhadap lingkungan,

sustainable blue economy memiliki harapan untuk menciptakan kegiatan

maritim dan pesisir bisa berdampingan dengan pembangunan ekonomi,

meningkatkan mata pencaharian dan inklusi sosial dengan melawan krisis

iklim, melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistem, menggunakan

sumber daya secara bertanggung jawab, dan mewujudkan ambisi Eropa

tanpa polusi38.

36
European Commission, “Putting the Blue into the Green. Sustainable Blue Economy,” no. May
(2021): 1–2.
37
Gunter Pauli, “The Blue Economy,” no. February (2011): 14–17.
38
European Commission, “Sustainable Blue Economy - Questions and Answers,” no. May 2021
(2022).

30
Terdapat berbagai kontribusi utama yang diberikan di dalam sustainable

blue economy terhadap negara-negara Eropa dalam Uni Eropa yaitu:

• Pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 90% dari

transportasi maritim39. Hal ini sangat penting mengingat

transportasi maritim mencakup 80% transportasi yang

digunakan dalam perdagangan internasional. Pengurangan emisi

gas kaca ini juga memiliki dampak dalam mengurangi polusi

udara, air dan suara di lautan. Dalam masalah ini, Uni Eropa

melalui paket proposal Fit for 55 akan mengusulkan serangkaian

langkah legislatif untuk mendorong penyebaran bahan bakar

terbarukan atau rendah karbon dan pasokan listrik di pelabuhan.

• Meminimalisirkan dampak lingkungan dari sektor nelayan dan

perikanan dengan spesifikasi terhadap alat memancing dan

jaring ikan, wilayah yang diperbolehkan, serta musim untuk

memancing40. Uni Eropa melalui Komisi Eropa sekarang sedang

menyiapkan laporan tentang pelaksanaan langkah-langkah ini

dan akan menerbitkan rencana aksi baru dengan tujuan

memastikan keseimbangan dalam sektor perikanan dan

keanekaragaman hayati.

39
European Commission, “Developing a Sustainable Blue Economy in the European Union,” no.
May (2021): 2021–22.
40
European Commission, “Putting the Blue into the Green. Sustainable Blue Economy.”

31
• Membuat sektor-sektor yang dibawakan sustainable blue

economy lebih berkelanjutan41. Daur ulang kapal menjadi salah

satu kegiatan utama dalam mengurangi polusi di lautan. Hal ini

juga didampingi daur ulang alat pancing. Untuk daur ulang kapal

besar, Uni Eropa memiliki seperangkat standar yang ambisius

dalam Ship Recycling Regulation, yang rencananya akan direvisi

oleh Komisi Eropa pada tahun 2023 untuk kemungkinan

memperluas cakupannya.

• Memperluas sumber daya energi terbarukan di kawasan lepas

pantai yang bisa mencakup kebutuhan listrik dari negara-negara

Eropa di Uni Eropa42. Pada tahun 2020, Komisi Eropa

menerbitkan strategi energi terbarukan lepas pantai Uni Eropa

baru yang bertujuan untuk melipatgandakan kapasitas energi

terbarukan lepas pantai pada tahun 2030 hingga tahun 2050.

• Meningkatkan pangan yang lebih berkelanjutan di Eropa43.

Pangan berkelanjutan membutuhkan penangkapan ikan yang

bertanggung jawab untuk membawa stok ke tingkat yang

berkelanjutan, terdapat juga budidaya yang berkelanjutan dari

sumber makanan dan pakan baru, misalnya dari produksi alga

yang didukung oleh Uni Eropa.

41
European Commission, “Developing a Sustainable Blue Economy in the European Union.”
42
European Commission.
43
European Commission.

32
• Mengembangkan solusi yang berdasarkan lingkungan terhadap

permasalahan seperti naiknya permukaan laut, polusi, dan

eutrofikasi44. Hal ini berusaha untuk diselesaikan melalui

infrastruktur yang ramah lingkungan dan penelitian dari

ilmuwan negara-negara Eropa.

Pergeseran ekonomi di Uni Eropa ke arah yang keberlanjutan dalam

sustainable blue economy akan membuka peluang nyata untuk pekerjaan

dan bisnis baru. Pada tahun 2021 terdapat 4.5 juta pekerjaan dan 650 milliar

Euro dari sektor perekonomian yang berhubungan dengan lautan dan

pesisir45. Adanya pembangkit listrik terbarukan di kawasan lepas pantai,

infrastruktur hijau, dan wisata berbasis lingkungan menawarkan prospek

ekonomi yang besar, serta keuntungan lingkungan bagi negara-negara

Eropa di dalam Uni Eropa.

Sustainable blue economy yang dibawakan oleh Uni Eropa selaras

dengan ide-ide yang dibawakal dalam teori ekonomi Keynesianisme. Teori

ini membawakan sistem ekonomi yang melibatkan negara maupun sektor

swasta dalam pasar. Uni Eropa melalui sustainable blue economy

menciptakan demand dari negara, industri dan masyarakat negara-negara

Eropa untuk meningkatkan perhatian dan konsumsinya terhadap sumber

daya yang berkaitan dengan lautan dan pesisir. Adanya program seperti

pengadaan sistem industri laut dan pesisir yang sustainable dan pengadaan

44
European Commission.
45
European Commission, “Sustainable Blue Economy - Questions and Answers.”

33
pangan alternatif adalah contoh penggerak ekonomi yang berusaha

dibawakan oleh Uni Eropa. Adanya potensi peningkatan lapangan kerja dan

omzet bagi negara-negara Eropa dalam program ini bisa meningkatkan

partisipasi dari negara-negara Eropa.

Selain itu, teori Keynesianisme juga mendorong pengeluaran yang

lebih banyak untuk menggerakkan pasar. Penerapan dari teori ini dapat

dilihat dalam bagaimana Uni Eropa mendanai program sustainable blue

economy ini. Negara-negara dalam Uni Eropa harus menggunakan berbagai

alat dan dana yang mereka miliki untuk melakukan transisi ke sustainable

blue economy, terutama melalui European Maritime, Fisheries and

Aquaculture Fund with recovery funds46. Komisi Eropa dan Bank Investasi

Eropa akan menyelaraskan upaya untuk mengurangi polusi di laut Eropa.

Kedua belah pihak akan bekerja sama dalam studi pasar yang komprehensif

dan membangun jalur proyek yang dapat diinvestasikan untuk menghindari

dan mengurangi polusi, seperti, biodegradabilitas, daur ulang, dan

penggunaan kembali di sepanjang rantai nilai plastik. Atas dasar itu, kedua

belah pihak akan mempertimbangkan solusi yang tepat untuk meningkatkan

akses ke pembiayaan, termasuk melalui fasilitas pengurangan risiko,

penyediaan ekuitas atau pinjaman, hibah, semua ditujukan untuk memberi

insentif kepada pemodal swasta dan publik untuk menyediakan likuiditas

tambahan untuk proyek-proyek tersebut47.

46
European Commission.
47
European Commission.

34
BAB III

PENUTUP

3. 1. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diamati bahwa

interkonektivitas ekonomi antara Eropa dan Amerika Serikat pasca

berakhirnya Perang Dunia menyebabkan terjadinya Great Depression.

Dalam upaya keluar dari kondisi krisis ekonomi, Eropa berusaha melepas

penggunaan gold standard sekaligus melakukan revitalisasi ekonomi

melalui welfare capitalism dalam menekan pengangguran. Krisis ekonomi

di Eropa menggeser pemikiran dan teori klasik bahwa intervensi pemerintah

dalam mekanisme pasar tidak dapat menjamin stabilitas pasar. Ekonomi

Keynesianisme menegaskan urgensi peran pemerintah yang signifikan

dalam perekonomian nasional maupun global dalam menyusun regulasi dan

menetapkan kebijakan sebagai respon menghindari maupun menangani

krisis. Peran otoritas negara dan pemerintah dalam mengatur kebijakan

ekonomi nasional kemudian juga mendorong urgensi keterlibatan negara

dalam organisasi ekonomi dan perdagangan internasional.

Apabila diamati perkembangannya, teori Rostow menyatakan

bahwa sistem Ekonomi Eropa mengalami 5 tahapan di antaranya tahap

masyarakat tradisional, tahap prasyarat lepas landas (pre-condition to take

off), tahap lepas landas, tahap menuju kematangan, hingga tahap konsumsi

tinggi. Tahapan tersebut kemudian mengantarkan kawasan Eropa pada

perkembangan sistem ekonomi seperti Welfare State (Keynesianisme),

35
Sosialis, dan Liberalis Kapitalis. Melalui dinamika dan transisi yang terjadi

tersebut, kemudian juga menyebabkan transformasi terkait karakteristik

ekonomi kawasan ini seperti pembentukan institusi sebagai bentuk integrasi

internal kawasan hingga spesialisasi dan spesifikasi ekonomi sebagai

bentuk mekanisme sharing market.

Salah satu kebijakan European Union (EU) yaitu Blue Economy

digunakan sebagai studi kasus, yang kemudian mencoba menjelaskan peran

pemerintah sebagai aktor dominan dalam sistem dan proses ekonomi.

Dalam kasus ini, Blue Economy mengacu pada transisi sustainable blue

economy yang berupaya mendorong demand negara dalam menarik

perhatian sekaligus partisipasi masyarakat Eropa terhadap kesadaran akan

sumber daya laut dan pesisir. Blue Economy juga menggambarkan surplus

yang didapat negara-negara anggota atas dilakukannya kerjasama

komprehensif sekaligus membangun proyek bersama yang meningkatkan

akses serta pertumbuhan ekonomi.

36
DAFTAR PUSTAKA

Balaam, N. David; Dillman, Bradford. “The Economic Liberal Perspective.” In

Introduction to International Political Economy, 6th ed. New Jersey: Pearson

Educationa, 2018.

Blanning, T. C. W. “The Oxford History of Modern Europe.” Uma Ética Para

Quantos? XXXIII, no. 2 (1996): 81–87.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15003161%5Cnhttp://cid.oxfordjourna

ls.org/lookup/doi/10.1093/cid/cir991%5Cnhttp://www.scielo.cl/pdf/udecada/

v15n26/art06.pdf%5Cnhttp://www.scopus.com/inward/record.url?eid=2-

s2.0-84861150233&partnerID=tZOtx3y1.

Crafts, Nicholas, and Gianni Toniolo. “EUROPEAN ECONOMIC GROWTH,

1950-2005: AN OVERVIEW.” In Discussion Paper, 30. London: Centre for

Economic Policy Research, 2008. www.cepr.org/pubs/dps/DP6863.asp.

European Commission. “Developing a Sustainable Blue Economy in the European

Union,” no. May (2021): 2021–22.

———. “Putting the Blue into the Green. Sustainable Blue Economy,” no. May

(2021): 1–2.

———. “Sustainable Blue Economy - Questions and Answers,” no. May 2021

(2022).

———. “The European Green Deal.” European Commission 53, no. 9 (2019): 24.

https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004.

37
“France : First the Bomb , Then the " Plan Calcul " Author ( s ): John Walsh Source :

Science , New Series , Vol . 156 , No . 3776 ( May 12 , 1967 ), Pp . 767-770

Published by : American Association for the Advancement of Science Stable

URL : Http://Www.Jstor.Org/Stable/1721969” 156, no. 3776 (2016): 767–70.

Heywood, Andrew. “Ekonomi Dalam Era Global.” In Politik Global, 193.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017.

Jahan, Sarwat, Ahmed Saber Mahmud, and Chris Papageorgiou. “What Is

Keynesian Economics?” Finance and Development : International Monetary

Fund 51, no. 3 (2014): 53–54.

James, Harold. “The Fall and Rise of the European Economy in the Twentieth

Century.” In The Oxford History of Modern Europe, 193–94, 1996.

Kandžija, Vinko. “Deindustrialization As a Process in the Eu.” Ekonomski

Vjesnik/Econviews - Review of Contemporary Business, Entrepreneurship and

Economic Issues 30, no. 2 (2017): 399–414.

Lebrument, Chantal, and Fabien Soyez. “The Plan Calcul (1971-1979).” In The

Inventions of Louis Pouzin, One of the Fathers of the Internet, 35–66.

Springer, 2019. https://doi.org/https://doi.org/10.1007/978-3-030-34836-6_5.

Pauli, Gunter. “The Blue Economy,” no. February (2011): 14–17.

Rostow, W.W. “The Stages of Economic Growth1.” Political Studies 10, no. 1

(1962): 65–67. https://doi.org/10.1111/j.1467-9248.1962.tb00978.x.

Rostow, Walt Whitman. “Teori Rostow.” The Stages of Economic Growth : A Non

38
Communist Manifesto, 1960.

Schumpeter, Joseph A., and John Maynard Keynes. “The General Theory of

Employment, Interest and Money.” International Relations and Security

Networks, 1936. https://doi.org/10.2307/2278703.

TCW, Blanning. “The Fall and Rise of the European Economy in the Twentieth

Century.” In The Oxford History of Modern Europe, 3rd ed. Oxford: Oxford

University Press, 2000.

Timmer, Marcel P, Robert Inklaar, Mary O’mahony, Bart Van Ark, Vivian Chen,

Ben Cheng, and Reitze Gouma. “Productivity and Economic Growth in

Europe: A Comparative Industry Perspective Are Grateful To,” no. April

(2007). www.conference-board.org/.

Townsend, Peter. “The Restoration of ‘Universalism’ : The Rise and Fall of

Keynesian Influence on Social Development Policies.” UNRISD Social Policy

and Development, 2002.

39

Anda mungkin juga menyukai