Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEREKONOMIAN INDONESIA

“ Dari depresi Dunia ke Ekonomi Perang 1929-1950 ”

DI SUSUN OLEH :

1. MUSGIRA
( C 301 17 208 )

2. PUTRI PEVRIYANTI NABILA ( C 301 17 340 )

3. CITRA SAVIRA ( C301


17 )

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS TADULAKO

2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya
atas rahmat, taufiq dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah inidengan Judul

“ Dari depresi Dunia ke Ekonomi Perang 1929-1950 ”


Penulis menyadari bahwa penulisan makalah yang penulis susun ini masih
jauh darisempurna dan memerlukan penyempurnaan.Selanjutnya dalam kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasihkepada dosen mata kuliah Etika
Profesi. Dalam kesempatan ini penulis memohon maaf sebesar-besarnya pada semua
pihak biladalam proses penyusunan makalah ini ada kesalahan yang telah penulis
lakukan baik yang sengaja maupun tidak sengaja. Atas permohonan maafnya penulis
ucapkan terima kasih.

Palu, 29 Maret
2019

penulis

i
DAFTAR ISI
COVER
Kata Pengantar ......................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................... ii
BAB I : Pendahuluan ................................................................................................ i
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan Manusia.............................................................................................. 1
D. Manfaat Penulisan .......................................................................................... 1
BAB II : Pembahasan ............................................................................................... i
A. Dari Depresi Dunia ke Ekonomi Perang 1929-1950 ...................................... i
B. Respons Kebijakan ......................................................................................... 3
C. Ekonomi Indonesia......................................................................................... 4
D. Masa sebelum kemerdekaan .......................................................................... 4
E. Masa pendudukan jepang, 1942-1945............................................................ 5
F. Masa Revolusi ................................................................................................ 7

BAB II : Pembahasan ............................................................................................ 13


A. Kesimpulan ........................................................................................................... 13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selama dasawarsa 1933-42 sektor industri dalam negeri mencatat perkembangan
pesat. Industri tekstil tumbuh pesat, dengan lokasi utama di jawa barat dari hanya 500
ATBM (alat tenun bukan mesin) pada tahun 1931 menjadi 49.000 ATBM dan 9.800
ATM (alat tenun mesin). Nama nama mesin beken seperti general motors, goodyear,
unilever, bata juga mulai masuk dan membangun pabriknya di sini. Sementara itu,
produksi berbagai barang lain kebutuhan konsumsi dalam negeri mulai dari sabun,
bola lampu, sepeda ,barang barang logam, cat, dan lain lain juga meningkat pesat.
Pangsa sektor industri olahan dalam PDB meningkat dari 8% pada 1931 menjadi 12%
pada tahun 1941.

B. Rumusan Masalah
Adapaun Rumusan masalah dari makalah ini ialah :
1. Bagaimana keadaan depresi dunia ke ekonomi perang 1929-1950?
2. Bagaimana Respons Kebiajakan Dalam Depresi Dunia ke ekonomi perang?
3. Bagaimana masa pendudukan jepang pada tahun 1942-1945?

C. Tujuan Penulis

Adapun tujuan penulis menulis makalah ini ialah :

1. Menjelaskan keadaan Depresi dunia ke Ekonomi Perang 1929-1950


2. Menjelaskan Respons Kebijakan Dalam Depresi Dunia ke Ekonomi Perang
3. Menjelaskan Masa pendudukan Jepang pada tahun 1942-1945

1
BAB 1
PEMBAHASAN

A. Dari Depresi Dunia Ke Ekonomi Perang 1929-1950

Badai Tiba ungkapan "hening sebelum badai" menggambarkan suasana


kehidupan ekonomi yang baik dan tenang di hindia belanda sebelum depresei dunia
melanda kawasan ini. Hindia belanda menikmati "zaman normal". Sebetulnya,
semenjak pertengahan 1920-an sudah ada tanda tanda harga. Komoditi ekspor
andalan hindia belanda mulai merosot. Tetapi, tak seorang pun memperkirakan
bahwa harganya benar benar terjun bebas pada akhir 1929 dengan akibat buruk yang
berkepanjangan bagi kehidupan negeri ini.

Pada bulan oktober 1929,harga saham di bursa new york jatuh. Macam macam
rumor, tetapi yang fatal adalah berita bahwa ada sejumlah bank yang tidak bisa
membayar uang simpanan nasabahnya. Masyarakat panik, takut kehilangan uangnya,
mereka menyerbu bank bank untuk mengambil simpanan nya. Ini mengakibatkan
kesulitan likuiditas berantai pada operasi perbankan dan akhirnya menyebabkan
banyak banyak bank tutup atau bangkrut. Krisis perbankan menyebabkan pembiayaan
dan pelayanan bayar membayar yang biasanya di sediakan oleh perbankan pun
mendek. Akibatnya, kegiatan perdagangangan dan produksi (sektor rill) macet dan
tidak terlalu lama kemudian di ikuti oleh PHK besar besaran. Banyak orang yang
kehilangan mata pencaharian dan penghasilan. Tiba tiba saja daya beli mereka turun.
Barang barang yang sudah di produksi oleh pabrik pabrik tidak laku, para produsen
mengurang volume produksinya. Stok barang tidak laku produsen mengurangi lagi
produksi dan kemudian melepas karyawannya. Siklus ini terus berlanjut, apabila tidak
ada langkah penyelamatan, ia akan berlanjut dan membawa seluruh perekonomian
makin dalam di kubangan depresi ekonomi. Spiral tidak berhenti di satu negara
karena adanya keterkaitan antara negara di bidang perdagangan, keuangan, dan

2
informasi proses yang sama cepat dengan merembet dari amerika ke eropa sampai
negara negara lain, termasuk hindia belanda. Hindia belanda ikut terkena imbas
depresi itu tanpa harus menunggu terlalu lama. Komoditi ekspor andalannya sulit
mendapatkan pembeli harganya anjlok. Keterangan tangan ekonominya yang sangat
tinggi pada ekspor menyebabkan dampaknya terasa berat bagi masyarakat luas .
Salah satu penyebabnya, pemerintah mengambil kebijakan yang salah, yaitu
mempertahankan sistem standar emas (yang sudah di tinggalkan oleh negara negara
pesaing hindia belanda) sampai tahun 1936 . Kebijakan ini membuat harga komoditi
ekspor kita mahal dan kalah bersaing. Pada tahun itu kebijakan perdagangan bebas
yang di terapkan sejak tahun 1870 resmi di tinggalkan. Mulai tahun itu impor
brrbagai barang kebutuhan dalam negeri di atur dengan sistem kuota (pembatasan
jumlah) yang terperinci, untuk memberi ruang bagi industri dalam negeri
berkembang.

B. Respons Kebijakan

Membenahi struktur ekonomi domestik. Pengalaman pahit masa depresi ini


membuka mata pemerintah hindia belanda bahwa ketergantungan yang berlebihan
pada dunia luar mengandung resiko tinggi. "Ekonomi ekspor impor"yang
mengendalikan pada beberapa komoditi ekspor saja dan tergantung pada impor untuk
kebutuhan pokoknya ternyata rawan terhadap gejolak ekonomi dunia. Struktur
ekonomi seperti itu sebenarnya merupakan konsekuensi logis dari kebijakan
pemerintah pada masa sebelumnya, yaitu kebijakan yang seratus persen
mengandalkan pada perdagangan bebas yang kita utarakan sebelumnya. Sewaktu
harga komoditi ekspor utama hindia belanda bagus yang berlangsung hampir terus
menerus selama lebih dari seperempat abad sejak awal abad 20, negeri ini
memperoleh manfaat maksimal dari keterbukaan dan keterkaitannya dengan pasar
global. Pemerintah mulai menyadari bahwa harus ada keseimbangan antara di satu
pihak keterbukaan dan keterkaitan dengan pasar dunia dan di pihak lain struktur
ekonomi dalam negeri yang tahan gejolak.

3
Demikianlah, terjadi perubahan pikir di kalangan penguasa disini. Depresi dunia
ini membuat pemerintah hindia belanda mengubah arah kebaikannya secara
mendasar. Sektor sektor ekonomi di luar sektor komoditi ekspor utama terutama
sektor industri dan pangan yang dapat mengganti barang barang impor dan sekaligus
dapat menjadi sumber penghasilan penduduk di pacu pembangunannya. Pemerintah
banting setir pada tahun 1993 adalah tahun titik balik. Kebijakan pengaturan impor
itu juga mempunyai tujuan lain.

C. Ekonomi Indonesia

Kalah pentingnya, yaitu melindungi jaringan perdagangan dalam negeri (yang di


dominasi oleh perusahaan perusahaan belanda) dari ancaman penguasaan luar negeri,
khususnya jepang yang secara agresif melakukan strategi banting harga dab penetrasi
jaringan perdagangan di hindia belanda. Menjelang pecah perang dunia II industri
dalam negeri mendapatkan dorongan tambahan melalui pesanan dan pembelian oleh
pemerintah dalam rangka persiapan perang

Selama dasawarsa 1933-42 sektor industri dalam negeri mencatat perkembangan


pesat. Industri tekstil tumbuh pesat, dengan lokasi utama di jawa barat dari hanya 500
ATBM (alat tenun bukan mesin) pada tahun 1931 menjadi 49.000 ATBM dan 9.800
ATM (alat tenun mesin). Nama nama mesin beken seperti general motors, goodyear,
unilever, bata juga mulai masuk dan membangun pabriknya di sini. Sementara itu,
produksi berbagai barang lain kebutuhan konsumsi dalam negeri mulai dari sabun,
bola lampu, sepeda ,barang barang logam, cat, dan lain lain juga meningkat pesat.
Pangsa sektor industri olahan dalam PDB meningkat dari 8% pada 1931 menjadi 12%
pada tahun 1941.

D. Masa Sebelum Kemerdekaan

Tahap pembangunan industri melalui subtitusi impor tahap asal atau tahap mudah
dan tahap berikutnya atau tahap sulit hindia belanda pada waktu itu masih tahap pada
tahap mudah. Dengan intetvesi mendarat, industri dalam negeri merespon dan

4
tumbuh. Pada tahap selanjutnya, di perlukan intervensi dan keterlibatan pemerintah
yang makin besar untuk memperoleh respons serupa. Makin banyak peraturan dan
perizinan di keluarkan, makin rawan kebijakan terhadap korupsi dan kolusi. Proteksi
yang berlebihan bukan hanya membebani konsumen yang pentingnya juga harus di
perhatikan, melainkan juga rawan terhadap penyelundupan. Birokrasi yang lemah,
kepentingan bisnis, dan kepentingan politik yang merambah luas adalah kombinasi
fatal bagi kebijakan industrialisasi ini. Birokrasi kolonial hindia belanda termasuk
yang paling efesien di dunia. Ini adalah salah satu kunci keberhasilan mereka dalam
melaksanakan kebijakan yang sarat pengaturan dan regulasi. Sesuatu yang belum
tercipta di era indonesia merdeka. Pengambil kebijakan harus pandai mendeteksi
depan kebijakan seperti itu berjalan baik dan kapan justru merugikan semua pihak.
Kita tidak dapat melihat bagaimana kelanjutan kebijakan pemerintah hindia belanda
ini karena pada tahun 1942 hindia belanda jatuh ke tangan jepang. Era penjajahan
belanda berakhir dan sepanjang dasawarsa 1940 an negeri ini mengalami masa yang
penuh gejolak dan situasi yang serba tidak normal.

E. Masa Pendudukan Jepang, 1942-1945

Ekonomi Perang . kehidupan ekonomi dindonesia dalam dasawarsa 1940-an


dapat dirangkum dalam satu ungkapan, yaitu kehidupan “ekonomi perang”.
Memasuki dasawarsa ini dunia mengalami peristiwa besar yang intensitas
pengaruhnya jauh lebih dahsyat daripada depresi ekonomi, dan Indonesia kali inipun
tidak dapat menghindarinya. Perang dunia II pecah. Didaratan Eropa, satu demi satu
negara jatuh ke tangan jerman. Diasia khususnya di Asia timur dan Asia tenggara,
satu demi satu jatuh ke tangan jepang. Pada tahun 1942, singapura-benteng
pertahanan andalan inggris-jatuh dan indonesia tidak bwerselang lama juga jatuh ke
tangan jepang. Pada maret 1942, belanda menyerah, berakhirlah masa kekuasaan
belandab yang panjang diindonesia hanya diganti oleh kekuasaan yang lebih keras
dan lebih eksploitatif.

5
Selama tiga stengah tahun dibawah kependudukan jepang. Indonesia beroperasi
dengan modus darurat perang. Salah satu sistem utama dari sistem ekonomi ini
adalah bahwa hampir semua segi kehidupan diatur dengan peraturan-peraturan ke
penguasa perang; institusi-institusi masa damai dibekukan; kepentingan “bersama”,
yaitu memenangi perang. Diatas segalanya; ruang gerak individu sangat dibatasi.
Ekonomi dioperasikan berdasarkan “perintah” (command economy) ; transaksi
sukarela (mekanisme pasar) hanya terjadi diselah selah sempit (dan semakin sempit)
dalam perekonomian Indonesia yang tersisa, yang kebetulan tidak diatur oleh sang
penguasaha.

Kepentingan ekonomi utama penguasa perang adalah menjadikan indonesia


sebagai penyangga kegiatan perang jepang. Artinya, ekonomi dioperasikan terutama
untuk menghasilkan barang-barang dan barang barang pendukung perang, bukan
untuk kebutuhan hidup rakyat. Produksi minyak bumi, hasil-hasil pertambangan,
bahan pangan digenjot untuk bahan pasukan perang digaris depan. Penduduk
indonesia memperoleh apa yang tersisah atau residu kegiatan dari utama itu. Secara
prinsip sistem ini tidak berbedah dengan sistem kolonial, yaitu mengekstraksi
semaksimal mungkin surplus ekonomi dari indonesia demi kepentingan ibu negeri .
Yang berbeda adalah cara ekstraksinya pada zaman belanda dengan sitem tanam
paksa dan kemudian sistem liberalnya, pada zaman jepang dengan perintah dan
peraturan penguasa jepang. Sistem kerja paksa yang disebut romusa jauh lebih brutal
dibandingkan dengan sistem tanam paksa. Pada masa pendudukan jepang, tingkat
kesejahteraan masyarakat indonesia merosot drastis, jauh lebih buruk dibandingkan
sewaktu malaise mencapai puncaknya. Kelangkaan kebutuhan sehari=hari dan
bahkan kelaparan sudah menjadi berita sehari-hari.

Ciri utama lain dari ekonomi perang adalah keterisolasian dari dinia
luar.ekonomi indonesia yang sebelunya sangat terbuka dan terintegrasi dengan dunia
luar serta merta menjadi ekonomi tertutup karena perang menutupmjalur hubungan
normal dengan negara lain. Alat transportasi laut dimobilisasi untuk tujuan perang.

6
Kondisi ekonomi. Dimasa pendudukan jepang , terjadi kerusakan pada sarana
prasarana produksi. Sebagian karena politik bumi hangus belanda dan sebagian lagi
karena tidak adanya pemeliharaan yang memadai. Akibatnya aktivitas produksi
dibanyak sektor merosot tajam, penyebab kemunduran ekonomi menjadi lengkap:
sistem ekonomi komando yang tidak efisien, putusnya hubungan dengan luar negeri,
kekurangan alat transportasi, serta rusaknya sarana dan prasarana produksi. Kuantitas
maupun kualitas kehidupan ekonomi ini merosot drastis. Masa ini bukan hanya masa
malaise melainkan masa kesengsaraan total bagi bangsa kita. Pendudukan jepang
mengakhiri dengan telak penjajahan belanda diindonesia beserta sistem dan
institusipendukungnya yang telah ratusan tahun mendominasi kehidupan dinegeri ini,
jepang melakuklan perombakan besar besaran terhadap sistem administrasi
pemerintahan dalam negeri, sistem administrasi dualistis, binnendlas beestur dan
pangreh praja dibubarkan dan diganti dengan satu sistem administrasi yang
sepenuhnya dikendaliukan oleh penguasa perang. Karena desakan kebutuhan , orang
orang diindonesia terpelajar direkrut untuk mengisi posisi posisi yang kosong
ditinggalkan oleh pejabat pejabat belanda, meskipun posisi posisi kunci tetap
dipegang oleh orang jepang.

F. Masa Revolusi 1945-1949

Suasana konflik berlanjut. Pada bulan agustus 1945, jepang meyerah kepada
sekutu. Ditanah Air, peristiwa ini membuka peluang sejarah yang langka bagi bangsa
indonesia. Pada masa kekosongan terjadi, para pemimpin bangsa indonesia dengan
cerdas menangkap peluang emas untuk menyatakan kemerdekaanya suatu langka
taktis yang ternyata mendapat sambutan luar biasa dari rakyat. Empat tahun
berikutnya tercatat sebagai masa konflik terus menerus antara pemerintah indonesia
yang baru lahir dan belanda yang ingin menguasai kembali jajahannya. Agresi
pertama belanda pada bulan juli 1947 diikuti dengan agresi kedua pada bulan

7
desember 1948. Konflik fisik terus terjadi antara pasukan dan gerilyawan republik
dengan pasukan belanda.

Drama dan romantika perjuangan masa revolusi ini direkam dalam buku buku
sejarah nasional kita. Disini kita hanya mencatat bahwa dalam masa ini kegiatan
produksi perdagangan dan kegiatan ekonomi pada umumnya terganggu oleh konflik
dan penuh ketegangan itu. Keadaan diperparah dengan adanya blokade laut belanda ,
sebagai tekanan terhadap republik. Ekspor tidak jalan,impor kebutuhan pokok juga
terhenti. Tidak ada statistik yang merekam secra sistematis ekonomi indonesia dimasa
ini, tetapi produksi nasional diperkirakan merosot drastis.

Kondisi ekonomi. Masa ini mencatat terjadinya kerusakan luar biasa terhadap
aset produktif di negeri ini yang menurut sejumlah laporan bahkan lebih besar
daripada yang terjadi semasa pendudukan jepang . belanda datang dengan sasaran
strategis menguasai kembaki aset aset produktifnya dalam keadaan baik. Sebaliknya,
taktik gerilyawan republik adalah membumuhanguskan aset aset sebelum sempat
dikuasai oleh belanda. Ini semua mempunyai implikasi luas bagi republik muda ini
sewaktu memasuki masa damai pada masa dasawarsa berikutnya. Tingkat kerusakan
yang terjadi selama dasawarsa 1940-an digambarkan oleh seorang ahli sejarah
ekonomi sebagai berikut :

“persoalan yang dihadapi indonesia pada tahun 1950 digambarkan secara ringkas
dalam laporan yang disususn oleh de javasche bank tiga tahun sebelumnya sebagai
bagian dari permohonan belanda untuk mendapatkan marshall aid (catatan penulis:
bantua pembangunandari amerika serikat). Dokumen ini menekankan bahwa tidaklah
mungkin untuk mengukur secara lengkap kerusakan fisik yang dialami indonesia
selama dan sesudah perang, tetapi dokumen itu menyebut angka perkiraan kerugian
dua milyar dollar dihitumg dari nilaai dollar tahun 1939, jumlah ini kurang lebih
sama dengan nilai PDB indonesia pada tahun itu. Dokumen ini memberikan perkiraan
produksi diberbagai sektor sebagai presentasen tingkat produksi sebelum perang”

8
Masa produksi yang ditandai dengan dua perkembangan lain , yaitu inflasi dan
pergerakan penduduk yang luar biasa antar daerah serta antar kota dan desa.

Inflasi timbul karena adanya kelangkaan kronis barang-barang kebutuhan


masyarakat dan penambahan uang yang beredar yang tidak terkendali . kelangkaan
barang kronis kebutuhan rakyat adalah konsekuensi langsung dari turunnya kapasitas
produksi, terganggunya kegiatan rutin produksi sehari hari dan terhentinya ekspor
impor karna blokade belanda. Sedangkan pertumbuhan uang beredar bersumber dari
pencetakan uang oleh republik untuk memenuhi kebutuhan pemerintahan yang
perjuangannya terus meningkat, karena defisit anggaran terus menerus yang hanya
bisa ditutup dengan mencetak uang baru. Pada waktu itu, institusi-institusi normal
pengumpul pendapatan negara pajak, bea masuk, cukai dan lain-lain tidak berfungsi.
Sebagai catatan pertambahan yang menggambarkan kekisruhan suasana, pada waktu
itu beredar tidak satu mata uang, tapi beberapa secara bersamaan: ada uang yang
dikeluarkan pemerintah pusat republik, ada uang republik yang dikeluarkan oleh para
pengusaha daerah , ada sisa-sisa uang pendudukan jepang, dan ada masa yang
dikeluarkan oleh De Javasche Bank masing-masing mempunyai nilai sendiri sendiri
terhadapa barang. Kepercayaan orang pada masing masing mata uang , yang paling
kurang dipercaya biasanya tidak pernah disimpan lama oleh pemegangnya dan
secepatnya dibelanjakan, artinya, “kecepatan sirkulasi” (Velocity of cicculatoin) nya
paling tinggi. Uang de javasche bank, yang volume sirkulasinya tidak tersandra oleh
defisit anggaran, menjadi pilihan masyarakat untuk dipegang atau disimpan.
Menjelang akhir masa ini, tinggal dua mata uang yang dominan uang republik
indonesia dan uang de Javasche Bank. Baru pada awal dasawarsa 1950-an, keduanya
dilebur menjadi satu mata uang nasional yang dikeluarkan oleh bank Indonesia ( eks
De Javasche Bank yang dinasionalisasi pada 1953).

Masa revolusi juga mencatat tercajidnya pergerakan penduduk besar besaran


antar daerah dengan konsekuensi luas pada kehidupan sosial, ekonomi, dan politik

9
ditanah air. Ini adalah awal dari proses urbanisasi besar yang berkelanjutan dalam
dekade dekade selanjutanya sampai saat ini.

Kilas Balik

Kita telah menelusuri perjalanan ekonomi Indonesia dari masa penjajahan


Belanda, Penduduk Jepang, sampai masa revolusi fisih di akhir tahun 1940-an. Yang
dapat kita simpulkan dari perjalanan sejarah itu adalah bahwa kondsi ekonomi yang
dialami dalam suatu masa adalah hasil interaksi antara tiga hal :

a. Kebijakan eknomi yang di ambil;


b. Situasi politik yang mengispirasi mewadahi kebijakan tersebut; dan
c. Perkembangan dunia yang mempengaruhi keadaan dalam negeri.

Kebijakan ekonomi selalu diputuskan dan dilaksanakan dalam suatu konteks


perpolitikan yang berkembang di masanya. Selanjutnya, keduanya-kebijakan dan
situasi ekonomi serta pandangan dan situasi politik di dalam negeri-dipengaruh oleh
perkembangan dunia, baik yang bersifat ekonomi (seperti depresi dunia) ataupun
yang bersifat politik (seperti Perang Dunia). Mari kita ingat kembali secara tepat alur
perjalanan sejarah ekonomi Indonesia sampai tahap ini. Kita mulai dengan VOC.
Untuk makin meningkatkan keuntungannya, VOC memutuskan untuk mengambil
langkah politk, yaitu nenguasai secara langsung atau tidak langsung teritori demi
teritori di Indonesia.

Melalui diplomasi maupun operasi militer, keberhasilannya dalam ekspansi


territorial membuat VOC bukan lagi sekedar kongsi dagang biasa. Melainkan sudah
menjadi sebuah pemerintahan di teritori yang di kuasainya. Disebut “pemerintah
kasi” karena tujuannya sebagai kongsi dagang tidak berubah, yaitu memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya bagi pemegang saham. Sejarah juga menunjukkan
bahwa untuk melaksanakan kebijikan ekonomi, diperlukan lembaga atau institusi
pelaksana, yang secara generic kita sebut “birokrasi”.

10
VOC, dengan jumlah pengawai yang terbatas, dapat melaksanakan kebijakan
ekonominya karena membangun system kolaborasi dengan para penguasa birokrasi
atau tradisional. Setelah berlangsung dua abad, karena berbagai sebab, tetapi terutama
karena salah kelola dan korupsi, VOC bangkrut dan diambil alih oleh pemerintah
Belanda. Konteks politk pu berubah, mulai ssat itu Indonesia adalah Hindia Belanda.
Meskipun nuansanya berbeda dengan VOC.

Diterapkan system ekstraktif modern. Dalam kurun waktu satu abad ) abad 19),
secara bertahap Hindia Belanda dibangun menjadi kawasan dengan sisem pemerintah
lengkap yang memiliki system birokrasi, hukum keuangan, dan jaringan infrastruktur
sendiri seperti layaknya suatu “ negara” bagian dari kerajaan Belanda. Kebijakan
ekonomi untuk mencapai tujuan politik itu berubah dengan perjalanan waktu. Mula-
mula Sistem Tanam Paksa yang semua dilaksanakan dan dikendalikan oleh negara
melalui aparat birokrasi pemerintah, sekali lagi, dengan koloborasi birokrasi
tradisional. Kemudian karena perubahan suasana perpolitikan di Belanda, kebijakan
ekonomi itu berubah menjadi kebijakan ekonomi “liberal” yang membuka luas
investasi swasta dan menganut prinsip perdagangan bebas.

Memasuki abad 20 dan selama hampir dasawarsa pertama abad tersebut, system
ekonomi colonial “liberal” ini mengalami masa kejayaannya, dengan kinerja ekonomi
yang jauh melampaui apa yang dicapai di zaman VOC maupun zaman Sistem Tanam
Paksa. Dibalik itu semua ada perkembangan mendasar yang memungkinkan semua
itu terjadi, yaitu terbentuknya system administrasi pemerintah colonial yang efektif,
system hukum terpadu, dan terbangunnya jaringan infrastruktur yang makin luas.
Namun menjelang akhir dasawarsa ketiga abad 20, kondisi berubah. Dunia diguncang
oleh depresi eknomi yang parah. Ekonomi Hindia Belanda yang sangat terbuka
leangsung terkena imbasnya.

Tidak berapa lama kemudian, Perang Dunia II pecah. Jepang menguasai


Indonesia dan konteks politik pun berubah lagi. Ekonomi Indonesia dikelola sebagai

11
“ ekonomi perang”. Transaksi sukarela (mekanisme pasar) dibekukan dan diganti
dengan system ekonomi komodo. Indonesia mengalami keterisolasian dengan dunia
luar, saran dan prasana produksi mengalami kerusakan. Tiga setahun kesengsaraan
yang luar biasa. Kemudian konteks politik berubah lagi . Republik Indonesia yang
baru diproklamasikan harus menghadapi konflik terus-menerus dengan Belanda,
suasa ketidakpastian keamanan dan politik ini tidak memungkinkan dilaksanakan
kebijakan ekonomi yang konsisten dan berkesinambungan. Ekonomi dan politik
adalah dua sisi dari satu mata uang.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Depresi dunia berawal dari New York, kemudian dengan cepar merembet ke
seluruh dunia. Proses deflasi terjadi panic, krisi perbankan, sector rill macet,
PHK daya beli masyarakat merosot, stock barang tak laku meningkat, pro dosen
mengurangi produksi dan karyawan.
2. Hindia Belanda terkena imbasnya melalui anjolknya harga komiditi ekspor
utama. Proses deflasi terjadi juga di sini dan dampaknya tidak hanya terbatas di
sector modern, tapi juga ke sector tradisional. Dampak deprsi di Hindia Belanda
lebih panjang daripada di negara-negara lain karena pemerintah tetpa
mempertahakan standar emas yang pada waktu itu sudah banyak ditinggalkan
oleh negara-negara lain.
3. Timbulnya kesadaran untuk meningkatkan ketahan ekonomi dalam negeri
terhadap gejolak ekonomi dunia. Kebijakan perdagangan bebas ditinggalkan dan
kebijakan pengaturan dan substitusi impor diambil untuk memperkuat struktur
ekonomi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada ekspor-impor yang
berlebihan. Produksi di Indonesia pada tahun 1942. Kebijakan substitusi impor
berhasil karena masih ada pada “ tahap mudah” dan ditopang oleh birokrasi yang
efektif.
4. Tahub 1942 Belanda di Indonesia menyerah kepada Jepang, mengakhiri ratusan
tahun kolonialisme Belanda di Indonesia dan berwal dari tiga setengah tahun
masa pemerintahan Jepang yang keras. Ekonomi Indonesia menjadi “ ekonomi
perang’’. Tujuan utama seluruh kegiatan ekonomi adalah untuk memenuhi
kebutuhan perang Jepang, bukan kebutuhan masyarakat. Ekonomi dijalankan
melalui “ perintah” penguasa perang, transaksi suka rela (mekanisme pasar)
sangat terbatas dan hanya terjadi di celah-celah sempit sektor ekonomi yang tidak
terjangkau penguasa. Kesejahteraan rakyat sangat menurun.

13
5. Selama empat tahun setelah jepang menyerah pada bulan Angustus 1945,
Indonesia terus-menerus mengalami situasi konflik sebagai akibat dari
konfrontasi anatra Republik yang baru berdiri dan Belanda yang ingin kembali
menguasai tanah jajahannya. Masa revolusi diwarnai oleh :
a. Penurunan produksi nasional sebagai akibat dari kerusakan kapasitas
produksi di semua sector;
b. Hambatan kegiatan rutin memproduksi perdangangan;
c. Blokode laut Belanda.
6. Kilas balik perjalanan perekonomian Indonesia selama lebih dari 3 abad
menunjukkan bahwa ekonomi dan politik adalah dua sisi dari suatu mata uang.
Biasanya politiklah yang mendikte ekonomi. Pandangan politik dan sasaran
politik menentukan sasaran dan corak kebijakan ekonomi yang dipakai untuk
mencapai sasaran tersebut. Tema ini berulang dari masa ke masa.

14

Anda mungkin juga menyukai