Anda di halaman 1dari 91

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Dunia mengalami pergeseran paradigma yang akan melahirkan terobosan-

terobosan baru di berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam perkembangan

hukum internasional, yang kini telah mengalami perubahan secara drastis. Salah

satu terobosan tersebut adalah Perang Dingin (Cold War), yang menjadi periode

polarisasi yang mendorong setiap kawasan baik negara berkembang maupun

negara maju berusaha mempertegas kembali keadaannya dengan kecenderungan

mengkonsolidasikan dirinya dalam skema kerja sama dan perjanjian yang

melibatkan hubungan antar bangsa (hubungan internasional).1

Adapun timbulnya hubungan internasional ini disebabkan kepentingan

dua negara saja tidak dapat menampung kehendak banyak negara sehingga

diperlukan suatu pengaturan internasional yang mengorganisir setiap upaya untuk

mencapai tujuan bersama sekaligus kepentingan masing-masing negara tetap

terjamin.2

Sejak pertengahan abad ke-17 perkembangan kerja sama antar negara ini

semakin kompleks dengan rupa kerjasama ekonomi, politik, pertahanan dan

keamanan, lingkungan, serta berbagai bidang lainnya yang diwujudkan dalam

konferensi-konferensi internasional dan melembaga menjadi: komisi

(commission), serikat (union), dewan (council), liga (league), perserikatan bangsa-

1Anthonius Sitepu, “Konsep Integrasi Regionalisme dalam Studi Hubungan Internasional”,


sebagaimana dimuat dalam http://repository.usu.ac.id/bitsream/pdf diakses pada tanggal 01
Oktober 2016 Pukul 20.00 Wib.
2 Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional, UI Press, Jakarta, 1990, hlm. 1

1
2

bangsa (united nations), persemakmuran (commonwealth), komunitas

(community), kerja sama (cooperation).3 Namun, dewasa ini yang kerap ditemui

adalah kerjasama di bidang pembentukan pusat-pusat kekuatan ekonomi baru atau

integrasi ekonomi.

Pada dasarnya integrasi ekonomi, menurut Tinbergen, merupakan

penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dan

menghapuskan semua pembatasan (barriers) yang dibuat terhadap bekerjanya

perdagangan bebasdengan membentuk kerja sama dan unifikasi.4

Studi integrasi ekonomi regional termasuk bagian yang perlu diperhatikan

dalam hukum internasional, mengingat eksistensinya berdampak masif

mempengaruhi dunia. Konsep integrasi ekonomi regional sendiri melintasi batas

kedaulatan setiap negara dimana aliran dana bebas keluar masuk dari satu negara

ke negara lainnya dengan regulasi moneter yang beragam dari satu pemerintah ke

pemerintah lainnya, bukan tidak mungkin jika kawasan integrasi ini berisiko

terimbas krisis yang terjadi di satu negara.5

Krisis dapat dipahami dalam banyak pengertian. Dalam pendekatan

terminologi ekonomi krisis merupakan istilah yang digunakan pada bidang

ekonomi dan mengacu pada perubahan drastis perekonomian mengarah pada

turunnya nilai tukar mata uang dan harga kebutuhan pokok yang semakin tinggi.6

3 Ibid., hlm 2
4 Tinbergen, ” Intangible Barriers to International Trade”, sebagaimana dimuat dalam
http://archive.nbuv.gov.ua/Portal////Soc_Gum/Ecoroz/2012_4/, diakses pada tanggal 01 Oktober
2016 Pukul 20.00 Wib.
5 Departemen Keuangan, Depkominfo, dan Bappenas, “Memahami Krisis Keuangan Global:
Bagaimana Harus Bersikap”, 2008, hlm.2
6Wikipedia,”Krisis Ekonomi”, penelusuran melalui id.wikipedia.org/wiki/ krisis_ekonomi,
diakses pada tanggal 01 Oktober 2016 Pukul 20.00 Wib.
3

Definisi krisis untuk negara-negara maju di Utara sangat seragam, yakni

serbuan atas meluasnya kesulitan-kesulitan untuk melayani tumpukan hutang

negara-negara berkembang yang telah mengancam stabilitas sistem finansial

internasional.7 Sementara dalam pendekatan keuangan, krisis diartikan sebagai

situasi dimana lembaga keuangan atau aset kehilangan nilai dalam jumlah besar.

Abad 19 dan 20 menilai krisis sebagai gejolak yang melanda dunia perbankan dan

sejumlah resesi dengan dampak besar. Termasuk dalam kategori krisis keuangan

ini adalah krisis bursa saham, krisis mata uang dan juga sovereignity.8

Demikianpun pengertiannya, krisis menempatkan pada situasi yang penuh

kemelut bagi sebuah negara. Sejarah mencatat beberapa kasus krisis ekonomi

yang pernah terjadi di dunia diantaranya: Great Depression pada tahun 1929-1930

yang menjadi catatan ekonomi terburuk dalam sejarah AmerikaSerikat disebabkan

oleh runtuhnya pasar saham (stock market crash).9

Sejak krisis ekonomi mulai pada tahun 2008, hampir separuh negara

anggota Uni Eropa mengalami ancaman kemiskinan yang meningkat namun tidak

merata. Jerman, misalnya, krisis tersebut tidak begitu parah mempengaruhi

kehidupan sosial penduduknya atau mengharuskan organisasi-organisasi bantuan

untuk memberikan bantuan pangan. Sebaliknya di Yunani, banyak warga yang

tidak mampu lagi membayar asuransi kesehatan. Menurut organisasi bantuan,

Medico Internasional, Spanyol dan Irlandia menderita krisis akibat runtuhnya

7 Jelly Leviza, ”Tanggung Jawab Bank Dunia dan IMF sebagai subjek Hukum Internasional”, PT.
Sofmedia, Jakarta, 2009, hlm.7
8 Ibsen Martinez ,”Latin America and the Great Depression”, Library of Economic and Liberty.
http://www.econlib.org/library/Columns/y2009/Martinezgreatdepression.html diakses pada tanggal
01 Oktober 2016 Pukul 20.00 Wib.
9 Ibid.
4

pasar properti yang sekaligus memicu krisis perbankan. Tahun 2011, Portugal

menyerah pada tekanan pasar keuangan. Dalam rentang waktu satu tahun, negara

ini telah menghabiskan lebih dari setengah fasilitas kredit dari pemimpin Eropa.10

Data juga menunjukkan sejak bangkrutnya Yunani, krisis berantai melanda

satu demi satu negara di benua tersebut seperti Irlandia, Spanyol, menjalar ke

Italia, Inggris, Jerman dan terakhir melanda Perancis, yang masuk ke jurang krisis

akibat utang.11

Sebagaimana Charles Kindleberger menggambarkan pola krisis oleh

karena faktor demikian: default oleh negara debitur utama (domino default) oleh

debitur-debitur besar dan kecil, diikuti oleh kegagalan dari bank utama dan bank-

bank lainnya. Runtuhnya kepercayaan atas sistem finansial internasional tersebut

pada akhirnya mengakibatkan terjadinya penyusutan atas berbagai aktifitas

ekonomi dan perdagangan internasional. Ada juga faktor lain seperti: kredit

macet, meningkatnya suku bunga dunia, resesi global dan harga-harga komoditas

yang rendah maka tingkat pinjaman negara mulai menghadapi kegagalan dalam

melakukan pembayaran pinjaman. Variasi kausa krisis tersebut bermuara pada

satu hal yang sama yaitu betapa berpengaruhnya konsekuensi sebuah krisis bagi

kehidupan internasional.12

Kecenderungan terjadinya satu per satu kejatuhan perekonomian dunia

mendorong berkumpulnya para pakar dan pengambil kebijakan ekonomi berbagai

negara untuk serius mengambil waktu memformulasikan strategi sampai akhirnya

10 Bernd Riegert,” Negara Uni Eropa yang Tergantung pada Dana Penyelamatan” sebagaimana
dimuat dalam http://www.dw.de/negara-uni-eropa-yang-tergantung-pada-dana-penyelamatan/a-
16050903, diakses pada tanggal 01 Oktober 2016 Pukul 20.00 Wib.
11 Ibid.
12 Ibid.
5

lahir tiga institusi penting: dua lembaga keuangan internasional yaitu Bank Dunia,

IMF dan suatu lembaga perdagangan internasional ITO.13

Keberadaan International Monetary Fund (IMF) sebagai salah satu

organisasi keuangan internasional yang memegang peran utama dalam

memberikan pinjaman internasional. Eksistensi IMF sebagaimana tertuang dalam

Pasal 1 Anggaran Dasar IMF bahwa tujuan pendirian IMF adalah:14

1. Untuk mendorong kerjasama moneter internasional melalui sebuah

lembaga yang permanen yang menyediakan mekanisme untuk konsultasi dan

kerjasama dalam pemecahan permasalahan moneter internasional.

2. Untuk membantu tercapainya perluasan dan keseimbangan pertumbuhan

perdagangan internasional, dan untuk menyumbang tercapainya tingkat

pendapatan nasional yang tinggi serta untuk pengembangan sumber daya

produktif dari semua negara anggota sebagai tujuan utama kebijakan ekonomi.

3. Untuk mendorong stabilitas nilai tukar, mempertahankan sistem nilai tukar

yang teratur antar negara anggota serta untuk mencegah terjadinya persaingan

untuk melakukan depresiasi mata uang.

4. Untuk membantu penciptaan dari sistem pembayaran multilateral antar

negara anggota dan penghapusan hambatan transaksi valuta asing, yang

menghambat pertumbuhan perdagangan dunia.

5. Untuk menciptakan kembali kepercayaan di negara anggota dengan

memberikan bantuan keuangan secara temporer dengan tetap memperhatikan

unsur keamanan dana tersebut, sehingga dapat memberikan kesempatan untuk

memperbaiki ketidakseimbangan neraca pembayaran tanpa harus

13 Cyrillus Harinowo, IMF Penanganan Krisis & Indonesia Pasca IMF, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2004 , hlm 79
14 Ibid, hlm.80
6

menggunakan cara-cara yang merusak kemakmuran nasional atau

internasional.

Berdasarkan uraian tersebut, secara konkret kiprah IMF didominasi pada

pemberian pinjaman bagi anggota yang menghadapi masalah neraca pembayaran.

Selain itu IMF juga mendukung proses penyesuaian dan kebijakan reformasi

untuk mengoreksi permasalahan mendasar perekonomian suatu negara.

Dari uraian latar belakang penelitian tersebut maka penulis memilih judul

skripsi ini tentang : "Kedudukan Negara Yang Dinyatakan Bangkrut Oleh

International Monetary Fund (IMF) Berdasarkan Hukum Internasional".

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang tersebut di atas maka permasalahan yang

akan dikemukakan dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana kedudukan International Monetary Fund (IMF) dalam hukum

internasional ?

2. Bagaimana kewenangan International Monetary Fund (IMF) dalam

penanganan krisis ekonomi global ?

3. Bagaimana kedudukan negara yang dinyatakan bangkrut oleh

International Monetary Fund (IMF) berdasarkan hukum internasional ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan.

1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui kedudukan International Monetary Fund (IMF) dalam

hukum internasional.
7

b. Untuk mengetahui kewenangan International Monetary Fund (IMF)

dalam penanganan krisis ekonomi global.

c. Untuk mengetahui kedudukan negara yang dinyatakan bangkrut oleh

International Monetary Fund (IMF) berdasarkan hukum internasional.

2. Manfaat Penulisan

Seperti pada umumnya dalam setiap penulisan skripsi pasti ada manfaat

yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan dalam penulisannya. Manfaat

secara umum yang dapat diambil dalam penulisan skripsi ini terdiri dari manfaat

yang bersifat teoritis dan manfaat yang bersifat praktis.

a. Secara teoritis adalah untuk menambah pengetahuan dalam mempelajari

Hukum Internasional serta dapat bermanfaat untuk memperluas wawasan

mengenai kedudukan negara yang dinyatakan bangkrut oleh International

Monetary Fund (IMF) berdasarkan hukum internasional.

b. Secara praktis, penulisan ini diharapkan dapat digunakan menjadi acuan

dalam kerangka berpikir bagi upaya dan solusi penyelesaian permasalahan

kedudukan negara yang dinyatakan bangkrut oleh International Monetary

Fund (IMF) berdasarkan hukum internasional.

D. Keaslian Penulisan.

Berdasarkan informasi yang diketahui dan penelusuran kepustakaan yang

dilakukan khususnya di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

penulisan skripsi terkait dengan judul : “Kedudukan Negara Yang Dinyatakan


8

Bangkrut Oleh International Monetary Fund (IMF) Berdasarkan Hukum

Internasional” belum pernah ditulis sebelumnya.

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini

merupakan hasil karya yang asli dan bukan merupakan hasil jiplakan dari skripsi

orang lain. Skripsi ini dibuat berdasarkan hasil pemikiran sendiri, refrensi dari

buku-buku, undang-undang, makalah-makalah, serta media elektronik yaitu

internet dan juga mendapat bantuan dari berbagai pihak. Berdasarkan asas-asas

keilmuan yang rasional, jujur, dan terbuka, maka penelitian dan penulisan skripsi

ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

E. Tinjauan Pustaka.

Dalam skema hukum internasional, seperti yang diuraikan J.G Starke

bahwa hukum internasional adalah sekumpulan hukum (body of law) yang

sebagian terdiri dari asas-asas dan karena itu biasanya ditaati dalam hubungan

negara-negara itu sama lain15 dikenal juga cabang ilmu hukum organisasi

internasional, hukum perjanjian internasional dan hukum ekonomi internasional.

Pasal 102 ayat (1) Piagam PBB menguraikan bahwa Hukum Organisasi

Internasional ialah cabang dari Hukum Internasional yang dipersatukan oleh

badan PBB16 dan yang semata-mata menyangkut organisasi internaisonal publik

serta terdiri dari perangkat-perangkat norma-norma hukum yang berhubungan

dengan organisasi internasional termasuk badan di bawah naungannya dan pejabat

sipil internasionalnya.

Kedudukan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional

tidak dapat diragukan lagi, meskipun pada awalnya belum ada kepastian tentang

15 J.G Starke, Pengantar Hukum Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm.3
16 Pasal 102 ayat (1) Piagam PBB
9

hal itu17 sehingga memberikan kewenangan baginya sebagaimana diatur hukum

internasional, misalnya membuat perjanjian. Seperti pendapat Mc Nair dalam

bukunya The Law of Traties tentang kewenangan organisasi internaisonal: If fully

sovereign state possesses a treaty power when acting alone, it is not surprising to

find the same power attribute to an international organization which they have

created from the members of which usually sovereign states.18

Hak dan kewajiban organisasi internasional tersebut adalah benar-benar

kewajiban sebagai organisasi internasional dan bukan hak dan kewajiban negara-

negara yang menjadi anggota organisasi internasional tersebut secara individual.19

Dalam pembahasan isu internasional juga melibatkan sumber-sumber

hukum internasional sebagaimana termuat dalam Pasal 38 ayat (1) Statuta

Mahkamah Internasional (International Court of Justice) yaitu:20

1. Perjanjian-perjanjian Internasional (International Conventions)

2. Hukum Kebiasaan Internasional (International Custom)

3. Prinsip umum hukum Internasional (The general principlesof Law

Recognized by Civilized Nations)

4. Putusan-putusan Pengadilan Internasional dan ajaran sarjana ahli (Subject

to the Provisions of Article of 59, Judicial Decisions and the teachings of the

most highly qualified publicists of the various nations, as subsidiary means

for the determination of rules of law.

17 Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Bina Cipta, Bandung 1982, hlm.
95.
18 Mc Nair, The Law Of Trreaties, The Claredon Press, Oxford, 1961, hlm.50
19Sri Setianingsih Suwardi, Pengantar Hukum Organisasi Internasional, UI Press, Jakarta, 2004,
hlm. 9
20 Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional (Statute of The International Court of
Justice)
10

Dengan demikian Article Agreement of International Monetary Fund

terhitung sebagai perjanjian internasional yang memiliki kekuatan sebagai sumber

hukum internasional.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan

yuridis normatif adalah pendekatan yang melakukkan analisa hukum atas

peraturan perundang-undangan dan keputusan hakim dalam penulisan ini

pendekatan yuridis normatif digunakan untuk meneliti norma-norma hukum yang

berlaku yang mengatur tentang kewenangan suatu negara terhadap jurisdiksi

ekslusif atas kapal di laut lepas sebagaimana yang terdapat dalam perangkat

hukum internasional maupun perjanjian internasional.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian bersifat deskriptif yaitu metode

penelitian yang menggambarkan semua data yang kemudian dianalisis dan

dibandingkan berdasarkan kenyataan yang sedang berlangsung dan selanjutnya

mencoba memberikan pemecahan masalahnya.

2. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bahan hukum primer (primary research / authoritative records) 21 yaitu

bahan-bahan hukum yang mengikat yang merupakan landasan utama yang

digunakan dalam penelitian ini. Bahan hukum primer yang digunakan dalam

21 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006,
hlm.113
11

penelitian ini adalah dokumen berupa traktat atau perjanjian internasional

sebagai anggaran dasar dari organisasi ekonomi seperti Article of Agreements

International Monetary Fund (IMF). Lebih jauh juga penelitian ini menjajaki

tulisan ilmiah dalam buku, jurnal, surat kabar, serta bahan-bahan lain yang

berkaitan.

b. Bahan hukum sekunder (secondary research/ not authoritative records)22

yaitu bahan hukum yang menunjang dan memberi penjelasan mengenai bahan

hukum primer seperti buku-buku, jurnal ilmiah dan pendapat para ahli hukum

internasional.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk

guna kejelasan dalam memahami bahan hukum primer dan sekunder 23 berupa

kamus hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah studi

kepustakaan. Hal ini dilakukan yakni untuk mendapatkan landasan dalam

menganalisa data-data yang diperoleh dari berbagai sumber yang dapat dipercaya

maupun tidak langsung (internet) yang berhubungan dengan materi yang dibahas

dalam skripsi ini.

4. Analisis Data

Data yang terdapat dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif.

Analisis data kulitatif adalah proses kegiatan yang meliputi, mencatat,

mengorganisasikan, mengelompokkan, dan mensitensiskan data selanjutnya

22 Ibid, hlm.114.
23 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2005, hlm.52
12

memaknai setiap kategori data, mencari dan menemukkan pola, hubungan-

hubungan, dan memaparkan temuan-temuan dalam bentuk deskriptif naratif,

bagan, flow chart, matriks maupun gambar-gambar yang bisa dimengerti dan

dipahami oleh orang lain.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman untuk mendapatkan jawaban atas

rumusan permasalahan, maka pembahasan akan diuraikan secara garis besar

melalui sistematika penulisan. Tujuannya agar tidak terjadi kesimpangsiuran

dalam menguraikannya lebih lanjut mengenai inti permasalahan yang akan dicari

jawabannya. Pada bagian ini terdapat ringkasan garis besar dari lima bab yang

terdapat dalam skripsi. Setiap bab terdiri dari beberapa sub-bab yang akan

mendukung keutuhan pembahasan setiap bab. Sistematikannya adalah :

BAB I : PENDAHULUAN.

Dalam Bab I ini dibahas mengenai latar belakang yang

menjelaskan alasan pemilihan judul penelitian yang kemudian akan

dilanjutkan dengan perumusan masalah dan diikuti dengan tujuan

penelitian serta manfaat dari penelitian. Bab ini juga membahas

mengenai keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan serta

metodelogi penelitian yang digunakan dan diakhiri dengan

sistematika penulisan.

BAB II : KEDUDUKAN INTERNATIONAL MONETARY FUND (IMF)

DALAM HUKUM INTERNASIONAL


13

Dalam Bab ini berisi tentang Pendirian International Monetary

Fund (IMF), Pengertian International Monetary Fund (IMF),

Fungsi International Monetary Fund (IMF), Tujuan International

Monetary Fund (IMF), Kedudukan International Monetary Fund

(IMF), Wewenang International Monetary Fund (IMF).

BAB III : KEWENANGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND (IMF)

DALAM PENANGANAN KRISIS EKONOMI GLOBAL.

Dalam Bab ini berisi mengenai Krisis Ekonomi Dalam Konteks

Regional Dan Global, Hak dan Kewenangan International

Monetary Fund (IMF) dalam Menangani Krisis Ekonomi Global,

Peranan International Monetary Fund (IMF) dalam Menangani

Krisis Ekonomi Global.

BAB IV : KEDUDUKAN NEGARA YANG DINYATAKAN BANGKRUT

OLEH INTERNATIONAL MONETARY FUND (IMF)

BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL.

Dalam Bab ini berisi tentang Negara Bangkrut, Pengertian Negara

Bangkrut, Sebab dan Akibat Suatu Negara Dinyatakan Bangkrut,

Dasar Suatu Negara yang Dinyatakan Bangkrut Oleh International

Monetary Fund (IMF) Menurut Hukum Internasional, Penyelesaian

Suatu Negara Yang Dinyatakan Bangkrut Oleh International

Monetary Fund (IMF) Menurut Hukum Internasional.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN


14

Merupakan Bab penutup dari keseluruhan rangkaian bab-bab

sebelumnya yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan

uraian skripsi ini dan dilengkapi dengan saran-saran.


BAB II

KEDUDUKAN INTERNATIONAL MONETARY FUND (IMF)


DALAM HUKUM INTERNASIONAL

A. Pendirian International Monetary Fund (IMF).

1. Pengertian International Monetary Fund (IMF)

IMF atau dalam bahasa Indonesia disebutkan sebagai Dana Keuangan

Internasional merupakan sebuah organisasi internasional dibawah naungan

organisasi PBB. IMF merupakan salah satu orgasnisasi internasional yang

bergerak di bidang ekonomi dengan tujuan utama untuk membantu negara-negara

anggotanya yang mengalami krisis dalam bidang ekonomi khususnya untuk

menjaga stabilitas keuangan dalam posisi terkendali, mendorong kerjasama

moneter, serta memfasilitasi perdagangan internasional. IMF juga meningkatkan

pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Serta mengurangi kemiskinan negara

anggotanya menjadi agenda utama dari berdirinya organisasi ini.

IMF adalah salah satu badan khusus dalam system Perserikatan Bangsa-

bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional pada tahun 1945 untuk

membantu mempromosikan kesehatan perekonomian dunia. Dengan markas

besarnya berlokasi di Washington, D.C., IMF diperintah oleh keanggotaannya

yang hampir global yang terdiri dari 184 negara. IMF adalah lembaga sentral dari

sistem moneter internasional yaitu sistem pembayaran dan nilai tukar

internasional di antara mata-mata uang nasional yang memungkinkan

dilaksanakannya kegiatan bisnis di antara negara-negara di dunia.24

24 Jeremy Clift, Dana Moneter Internasional, Washington, D.C. 2003, hlm.2

1
IMF adalah organisasi dunia yang bertugas mengatur sistem keuangan

internasional dan menyediakan pinjaman kepada negara-negara yang

membutuhkannya.25 IMF dimulai ketika pertama kali didirikan pada tanggal 27

September 1945 sebagai bagian dari usaha memperbaiki kerusakan perekonomian

internasional akibat Perang Dunia II. Tujuan IMF adalah meningkatkan kerja

sama moneter internasional, mengembangkan ekspansi dan pertumbuhan yang

seimbang dalam perdagangan internasional, dan meningkatkan stabilitas kurs

Negara anggota. IMF sekarang ini bermarkas di Washington DC, Amerika Serikat.

IMF adalah salah satu organisasi ekonomi internasional yang membantu

anggota-anggotanya keluar dari permasalahan ekonomi terutama yang

menyangkut masalah pembangunan dalam negara tersebut. IMF menjadi

organisasi yang digunakan oleh beberapa negara sebagai ‘penyelamat’ mereka

dari masalah-masalah ekonomi yang menghimpit negara tersebut.

Awal berdirinya organisasi ini sebenarnya sudah konsisten dalam menjaga

perekonomian internasional dalam keadaan stabil serta tidak terpengaruh oleh

keadaan-keadaan yang dapat mengancam arus berjalannya ekonomi dunia. IMF

menjadi organisasi yang bergerak dalam bidang perekonomian untuk

menyelamatkan negara-negara dari keterpurukan krisis.

IMF hadir untuk membantu negara terutama negara yang telah menjadi

anggota dari organisasi ini. Kesediaan IMF untuk membantu suatu negara dalam

mengahadpi krisis, misalnya, sering menjadi suatu bahan spekulasi sehingga

akhirnya sangat menentukan turun naiknya nilai tukar negara yang bersangkutan.26

Sebuah keadaan yang mempertanyakan sebenarnya bagaimanakah ketentuan yang

25 http://www.pengertianahli.com/2015/01/imf-pengertian-tujuan-dan-sejarah-imf.html, diakses
pada tanggal 01 Oktober 2016 Pukul 20.00 Wib.
26 Cyrillus Harinowo, Op.Cit, hlm. 81
ada berdasarkan peraturan dalam organisasi ini untuk membantu perekonomian

sutu negara.

Hal yang menarik dari awal terbentuknya IMF adalah bahwa sebenarnya

negara-negara mengirimkan para pengambil kebijakan di bidang perekonomian

untuk berkumpul membicarakan bagaimana menyelesaikan permasalahan

ekonomi di masing-masing negara setelah terjadinya perang dunia kedua tersebut.

Jadi para pemikir dari IMF sendiri adalah memang mereka yang memahami

permasalahan perekonomian dari masing-masing negaranya untuk kemudian

dibahas dan dibicarakan dalam pertemuan tersebut.

Konferensi Keuangan Internasional tersebut berlangsung pada tanggal 1

Juli dan berakhir pada tanggal 22 Juli tahun 1944.27 Konferensi yang berlangsung

di Bretton Woods, Amerika Serikat ini dihadiri oleh perwakilan 44 negara. Salah

satu negara yang mengutus ekonom terkenal dari negaranya yaitu Amerika Serikat

dan Inggris, dimana delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Harry Dexter White,

sedangkan delegasi Inggris dipimpin oleh John Maynard Keynes.28

Keynes memberikan sumbangan pemikiran yang pada saat itu menjadi

perkembangan perekonomian dunia sebagai acuannya. Menurut Keynes dalam

sistem ekonomi pasar bebas, pasar tidak boleh ditinggalkan pada kehendaknya

sendiri, tetapi disini semua negara harus berpartisipasi untuk meregulasi agar tidak

terjadi kegagalan pasar, free-riding (penunggang bebas) dan monopoli. Harus

terdapat kontrol yang dapat meminimalisir terjadinya permasalahan dalam sistem

ekonomi pasar ini. Semuanya adalah bentuk untuk mengurangi kebijakan

27 Ibid., hlm. 73.


28 Ibid., hlm. 74.
perdagangan, pembayaran dan nilai tukar yang memiliki dampak yang

menghambat perdagangan internasional

Dalam konferensi tersebut perdebatan-perdebatan mengenai

keberlangsungan perekonomian dunia berlangsung sengit terutama pada bagian

pengawasan dari berlangsungnya sistem perdagangan bebas tersebut. Keynes

menyebutkan kemudian, keyakinan bahwa pemerintah harus memikul tanggung

jawab bersama untuk mengatur sistem ekonomi internasional pun tumbuh dan

satu negara ditunjuk untuk memangku tanggung jawab sebagai pemimpin global

yang dianggap mampu untuk mengemban tugas untuk mengawasi jalannya

perekonomian dunia.

Konferensi yang berlangsung pada saat itu jelas mengutamakan

penyelesaian permasalahan ekonomi yang terjadi terutama setelah meletusnya

Perang Dunia II yang mengeluarkan biaya perang yang tinggi dari masing-masing

negara yang berseteru. Kebijakan ekonomi liberalis yang ditetapkan oleh

mekanisme pasar serta banyaknya biaya yang dikeluarkan akibat perang

menyebabkan dunia ekonomi kapitalis mengalami masa sulit dengan adanya

inflasi tinggi dan banyaknya pengangguran.

Konferensi yang terjadi di Bretton Woods juga adalah sebagai reaksi dari

negara-negara atas kebijakan proteksionisme pada tahun 1930-an. Pada saat itu

negara-negara liberalis dalam sistem perdagangan bebas berusaha untuk

menyelamatkan produk-produk mereka sehingga tidak mengalami kerugian yang

sangat besar. Negara-negara yang menganut paham liberalis kemudian tidak dapat
mengontrol perekonomian ketika lahir negara-negara dominan lainnya selain

Inggris dan Amerika Serikat.29

Industri yang sebelumnya dikuasai oleh Inggris sebagai salah satu negara

dengan perkembangan industri yang cukup pesat menjadi tidak lagi diakui sebagai

kiblat perekonomian dunia ketika konstalasi politik dunia berubah pada sekitar

tahun 30-an tersebut. Perkembangan dari ekonomi liberalis juga terganggu

manakala negara-negara seperti Amerika Serikat harus mengurusi permasalahan-

permasalahan perang yang timbul pasca Perang Dunia II sambil harus terus

memantau bagaimana perkembangan perekonomian dunia. Pola perekonomian

internasional tersebut secara drastis berubah ketika terjadi

Great Depression pada 1929 hingga 1934 yaitu krisis besar yang terjadi

karena krisis yang sifatnya struktural. Pada saat itu perekonomian dunia runtuh,

perdagangan internasional mandek, terjadi inflasi dan pengangguran yang massif

dan sporadis yang dipicu oleh proteksi perdagangan serta devalusai mata uang

yang dilakukan banyak negara.30

Konferensi Bretton Woods menjadi salah satu jalan keluar dalam

menyikapi permasalah yang terjadi pada waktu itu terutama bagi negara-negara

dalam memikirkan jalan keluar untuk permasalahan-permasalahan ekonomi

mereka. Dalam negosiasi-negosiasi yang terjadi di Bretton Woods ini sebenarnya

ingin mengurai krisis yang sedang terjadi yang dianggap salah satu penyebab

utamanya adalah proteksionisme perdagangan negara-negara pada waktu itu.

Kemudian negara Amerika Serikat dan Inggris sebagai pelopor berlangsungnya

konferensi ini, terutama Amerika Serikat mengundang beberapa negara untuk

29 Ibid, hlm.76
30 Richard, Peet, Bretton-Woods: Emergence of a Global Economic Regime, Zed Books, London,
2003, hlm. 30.
dapat berdiskusi dan memutuskan rencana yang akan diambil untuk

menyelesaikan krisis tersebut dengan mengadakan konferensi.

Hal yang menarik adalah ketika beberapa kalangan dalam bukunya

menyebutkan bahwa Inggris dan Amerika Serikat dalam konferensi ini memiliki

kepentingan laten. Kedua negara ini ingin mengetahui perkembangan

perekonomian dunia pasca terjadinya Perang Dunia II dengan mengundang

beberapa negara untuk membicarakan permasalahan ekonomi mereka. Konferensi

yang terjadi di Bretton Woods dikatakan sebagai suatu formalitas belaka atas

kesepakatan sebelumnya antara Inggris dan Amerika yang telah berjalan

negosiasinya selama dua setengah tahun dalam rangka untuk mengontrol

kebijakan perekonomian internasional.31

Apa yang menjadi kepentingan dari kedua negara ini tentu saja terkait

dengan proses pengagregasian kepentingan nasional dari masing – masing negara.

Kepentingan nasional yang mungkin saja menjadi tujuan dari negara tersebut

mengingat bahwa Amerika dan Inggris pada saat itu menginginkan adanya sebuah

tatanan dunia yang dikuasai oleh mereka. Kedua negara tersebut menginginkan

eksistensi mereka di dunia internasional tetap berjalan dan mereka juga dapat

melaksanakan apa yang menjadi kepentingan nasional negara mereka sehingga

tercipta kesinambungan dalam hubungan internasional dan kerjasama dalam

organisasi tersebut.

31 Ibid, hlm.40
IMF juga mulai membenahi diri dengan menghasilkan kebijakan-

kebijakan baru yang sesuai dengan kondisi perekonomian dunia saat ini. IMF

melalui direktur pelaksana utamanya saat ini, Christine Lagarde menggagas agar

negara-negara anggotanya saat ini lebih mengutamakan kejasama multilateral

terutama dalam permasalahan krisis global yang terjadi. Kerjasama tersebut tentu

saja mendorong proses terjadinya mekanisme perdagangan yang menguntungkan

masing-masing negara anggota. 32

Dalam hal kebijakan, IMF melakukan perubahan dalam proses pemberian

pinjaman terhadap negara anggotanya. Hal yang dibahas dalam sidang tahunan

IMF pada 9 – 14 Oktober 2012 yang lalu di Tokyo mengisyaratkan IMF benar-

benar harus membenahi diri melalui kebijakannya. Menurut Ligarde, IMF akan

lebih memiliki dimensi kemanusiaan dalam kebijakannya. Pertumbuhan ekonomi

yang bersifat inklusif atau melibatkan seluruh sektor ekonomi, termasuk UMKM,

adalah kunci penting untuk keluar dari krisis saat ini. 33 Kebijakan inilah yang

diharapkan mampu mengatasi krisis kepercayaan negara-negara di dunia terhadap

isu tentang dampak buruk yang terjadi jika bekerjasama dengan IMF.

Salah satu misi IMF adalah membantu negara-negara yang mengalami

kesulitan ekonomi yang serius, dan sebagai imbalannya, negara tersebut

diwajibkan melakukan kebijakan-kebijakan tertentu, misalnya privatisasi badan

usaha milik negara. Di saat negara-negara anggota IMF kekeurangan dana dalam

menjalankan perekonomiannya, atau bisa di sebut juga dengan krisis keuanagan,

maka IMF yang membantunya dengan cara memeberikan bantuan dana untuk

menstabilakan perekonomian negara-negara yang tergabung dalam anggota IMF

32 http://internasional.kompas.com/read//Sidang.IMF.Didominasi.Pembahasan.Krisis.Glo bal.
diakses pada tanggal 01 Oktober 2016 Pukul 20.00 Wib. .
33 Ibid
dengan tujuan membantu negara yang bermasalah dengan perekonomiananya agar

bisa stabil kembali.34

2. Fungsi International Monetary Fund (IMF)

Kerjasama yang dilakukan oleh negara-negara anggota IMF tentu saja

memiliki dampak terhadap negara tersebut dengan organisasi ini ataupun negara-

negara yang bersedia memberikan bantuan terhadap negara yang memerlukan.

Peranan pemerintah sebagai pihak yang tentu saja mengetahui apa yang menjadi

kepentingan nasional dalam negaranya merupakan fokus yang harus dibawa ke

tengah-tengah hubungan kerjasama dengan organisasi ini. Sebaliknya, pihak yang

memberikan bantuan tetap mengedepankan kepentingan nasionalnya.

Kepentingan yang pada akhirnya tentu saja menjadi bekal bagi sebuah

negara untuk hadir dan ikut berperan serta aktif dalam sebuah kerjasama

internasional haruslah didasarkan kepada apa yang menjadi tujuan untuk

kesejahteraan masyarakat banyak. Pemerintah melalui sebuah mekanisme

seharusnya mampu menganalisis apa yang dibutuhkan oleh masyarakat dan

mencoba untuk mengagregasi kepentigan tersebut dalam kerjasama dengan

organisasi internasional ataupun kerjasama dengan negara-negara lain.

IMF bertugas untuk membantu negara-negara anggota yang mengalami

kesulitan ekonomi dengan cara meminjamkan bantuan dana dengan suku bunga

pinjaman yang ditetapkan. Sebagai syaratnya, negara penerima bantuan pinjaman

diminta mengikuti kebijakan IMF dan Bank Dunia dalam mengatur perekonomian

Negara itu. Misalnya, dengan melakukan privatisasi badan usaha milik Negara

34http://humairabisa.blogspot.co.id//imf-dan-dampaknya-bagi-perekonomian.html, diakses pada


tanggal 01 Oktober 2016 Pukul 20.00 Wib.
dan menerapkan sistem ekonomi pasar. IniIah yang sering merugikan

perekonomian negara penerima bantuan. Oleh karena itu, sejak reformasi 1998

Indonesia bertekad mengurangi ketergantungan kepada IMF.

Bantuan yang diberikan oleh IMF adalah berupa pencairan dana atau

bantuan dana terhadap negara-negara yang membutuhkan bantuan tersebut. Dana

yang tentu saja berasal dari negara-negara anggotanya untuk kemudian diberikan

kepada negara anggota yang sedang mengalami krisis. IMF memfasilitasi

bantuan-bantuan tersebut melalui mekanisme yang diatur dalam organisasi ini.

IMF yang merupakan institusi keuangan internasional memiliki standar

operasionalisasi dan independen, dimana institusi ini dapat diibaratkan sebagai

lembaga koperasi simpan pinjam (credit union) karena mewajibkan setiap

anggotanya untuk membayar sejumlah dana sebagai iuran yang akan digunakan

sebagai dana untuk membantu negara-negara anggotanya apabila terjadi

kesulitaan dalam neraca pembayaran. Keputusan untuk menentukan iuran yang

harus dibayar negara-negara aggotanya akan disesuaikan dengan kondisi

cadangan devisa anggota-anggotanya, yang mana jumlah iuran yang harus dibayar

sebesar 25% dari ketentuan iuran yang disepakati dalam bentuk cadangan devisa

atau SDR (special drawing right) sedangkan dalam kondisi-kondisi tertentu maka

IMF dapat meminta negara anggotanya untuk membayar penuh iuran tersebut.35

Ketentuan untuk membayar iuran bagi setiap negara anggotanya berguna

untuk menjalankan fungsinya demi mencapai tujuan yaitu menjaga kestabilan

35 http://peter-sina.blogspot.co.id/2011/09/sejarah-konteks-tujuan-dan-fungsi-imf.html, diakses
pada tanggal 01 Oktober 2016 Pukul 20.00 Wib.
neraca pembayaran dan stabilitas nilai tukar. Adapun kedua tujuan tersebut

memiliki implikasi dalam mendorong perekonomian negara-negara untuk secara

berkelanjutan bertumbuh ekonominya dan hal ini terbukti dari membaiknya

kondisi perekonomian negara-negara eropa terkususnya eropa barat dalam

mendongkrak perekonomiannya. Seiring dengan berjalannya waktu maka

keberadaan IMF semakin mewarnai perekonomian dengan semakin banyaknya

negara yang menajadi anggotanya tepatnya 184 negara sehingga dapat dikatakan

bahwa dengan terbentuknya IMF maka akan semakin memperkokoh globalisasi

dan dampaknya terasa hingga sekarang. Dampak kehadiran IMF yang

termanifestasi dalam berbagai kebijakan-kebijakan seputar kebijakan makro

ekonomi seperti liberasasi perdagangan, system nilai tukar mengambang,

kebijakan fiskal yang yang berimbang, kebijakan moneter berdasarkan pasar dan

dorongan meningkatkan ekspor guna memperkuat cadangan devisa suatu negara.

IMF juga memiliki tiga fungsi yang berperan dalam pencapaian dua

tujuannya. Adapun fungsi tersebut adalah:36

a. Pemantauan, yang diartikan sebagai tanggung jawab mengawasi system

keuangan internasional dan mengawasi kepatuhan setiap negara anggota

dalam memenuhi kewajibannya untuk mengimplementasi kebijakan-kebijakan

yang kondusif bagi pertumbuhan yang terpadu seperti stabilitas harga,

membantu memajukan pengaturan pertukaran yang stabil dan menghindari

manipulasi nilai tukar, serta memberikan data perekonomiannya kepada IMF

sehingga dapat memantau kondisi ekonomi dan keuangan di seluruh dunia

serta memeriksa apakah kebijakan di negara anggota terbukti benar menurut


36 Ibid
sudut pandang internasional maupun nasional. Selain itu juga IMF memiliki

kewengan dalam memperingatkan negara anggota untuk mewaspadai bahaya

yang mengintai, dengan demikian pemerintah dapat mengambil tindakan

pencegahan.

b. Peminjaman, yang diartikan sebagai institusi yang memberikan pinjaman

kepada negara-negara yang mengalami kesulitan dengan neraca

pembayarannya. Tujuan utama peminjaman bagi negara-negara berpendapatan

rendah adalah demi pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan.

Sedangkan fungsi ketiga yaitu bantuan teknis dan pelatihan. Fungsi ketiga ini

membuat IMF membantu negara-negara anggotanya dalam memberikan saran

untuk mengembangkan institusi pembuat kebijakan dan instrument kebijakan

ekonomi yang kuat.

3. Tujuan International Monetary Fund (IMF).

IMF memiliki dua tujuan yaitu menjaga keseimbangan neraca

perdagangan dan menjaga stabilitas nilai tukar merupakan dua tujuan yang

mencerminkan liberalisasi perdagangan dan memperkuat globalisasi dengan

berbagai implikasinya.37 Adapun beberapa implikasi dari dua tujuan IMF tersebut

adalah semakin terbukanya perdagangan antara negara yang diharapkan memiliki

dampak positif karena keberadaan suatu negara akan memiliki pilihan yang lebih

luas dalam memperdagangkan hasil produk dan jasanya atau dengan kata lain

37 Ibid
yaitu memiliki pilihan ekspor-impor yang lebih luas sehingga diharapkan akan

memperkuat cadangan devisanya.

Keterbukaan pasar akan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena

akan semakin banyaknya investasi langsung maupun tidak langsung yang akan

mendorong mobilitas sumber daya semakin efisien, namun kebijakan ini memiliki

persyaratan yaitu dibutuhkannya transparansi dan pemerintah yang demokratis

dalam mempersiapkan iklim investasi yang baik seperti penerapan prinsip-prinsip

GCG dan penegakkan hukum yang baik.

Stabilitas nilai tukar yang diharapakan bermanfaat menjaga keseimbangan

perdagangan internasional sehingga tidak memiliki distorsi harga dalam

implementasi ekspor dan impor. Hal ini didasari bahwa apabila terjadi goncangan

pada nilai tukar yang menyebabkan terdepresiasi mata uang negara tertentu (soft

currency) dan berakibat pada naiknya biaya impor sehingga akan berakibat pada

ketidakseimbangan neraca pembayaran dan sebaliknya. Lebih lanjut bahwa

dengan ketidakseimbangan neraca pembayaran akan mempengaruhi cadangan

devisa suatu negara dalam membiayai permintaan mata utang untuk transaksi

bisnis. Sebagai contohnya yaitu pada saat krisis moneter dimana negara-negara

asia terkususnya asia tenggara yang mengalami kesulitan cadangan devisa maka

IMF dapat membantu dengan memberikan bantuan financial dan berbagai bantuan

teknis lainnya sehingga secara perlahan-lahan terjadi perbaikan pada kinerja

ekonomi.38

38 Ibid.
Tujuan IMF mulanya untuk menata alat pembayaran (uang) yang nilai

standarnya rusak akibat perang dunia ke-II. Namun, seiring peradaban manusia

yang semakin maju dan semakin kompleks permasalahan perekonomian dunia,

tujuan utama organisasi IMF pun bertambah. Tujuan utama berdirinya IMF terdiri

dari:39

a. Membantu memperlancar kerja sama melalui perundingan-perundingan

dalam bidang keuangan.

b. Membantu memperlancar perdagangan intemasional.

c. Membantu memecahkan permasalahan perekonomian negara anggota

sehingga dapat memperluas kesempatan kerja.

d. Membantu negara anggota untuk memperbaiki dan mengatasi kesulitan

pembayaran luar negeri melalui pemberian pinjaman.

e. Mengusahakan tercapainya stabilitas nilai mata uang (valuta) dan

mewujudkan sistem pembayaran internasional sehlngga dapat mengurangi

hambatan perdagangan antarnegara.

f. Membantu mengatasi ketidakseimbangan struktur neraca pembayaran

negara-negara anggota.

g. Mempromosikan kerjasama moneter internasional melalui lembaga

permanen yang menyediakan mekanisme untuk konsultasi dan kolaborasi

tentang masalah moneter internasional.

h. Memudahkan perluasan dan pertumbuhan yang seimbang dari

perdagangan internasional, dan dengan demikian ikut mendukung pembinaan

dan pemeliharaan tingkat kesempatan kerja maupun pendapatan riil yang


39 Jeremy Clift, Op.Cit, hlm.9
tinggi dan pengembangan sumber daya produktif semua anggota sebagai

tujuan utama kebijakan ekonomi.

i. Mempromosikan stabilitas nilai tukar, untuk memelihara pengaturan

pertukaran yang tertib di antara anggota, dan untuk menghindari depresiasi

pertukaran yang kompetitif.

j. Membantu pembentukan sistem pembayaran multilateral dalam rangka

menghormati transaksi berjalan antara anggota dan untuk menghapuskan

pembatasan valuta asing yang menghambat pertumbuhan perdagangan dunia.

k. Memberikan kepercayaan diri bagi para anggotanya dengan menyediakan

sumber daya umum IMF yang tersedia bagi mereka dengan tetap menjaga

keamanan sumberdaya secara memadai, sehingga mamapu memberi

kesempatan kepada anggota untuk mengoreksi ketidaksesuaian dalam neraca

pembayaran mereka tanpa mengambil langkah-langkah yang menghambat

kemakmuran nasional atau internasional.

l. Sejalan dengan hal di atas, untuk memperpendek waktu dan mengurangi

tingkat ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran internasional para

anggota.

Anggaran Dasar IMF (Articles of Agreement) dengan jelas termuat poin-

poin yang menjadi tujuan dari dibentuknya organisasi ini. Dalam hal ini, Pasal 1

dari Anggaran Dasar tersebut yang berisikan “tujuan pendirian” menyebutkan :40

40 Cyrillus Harinowo, Op.Cit, hlm. 80


a. Untuk mendorong kerjasama moneter internasional melalui suatu lembaga

yang permanen yang menyediakan mekanisme untuk konsultasi dan kerjasama

dalam pemecahan permasalahan moneter internasional.

b. Untuk membantu tercapainya perluasan dan keseimbangan pertumbuhan

perdagangan internasional, dan untuk menyumbang tercapainya tingkat

employment dan tingkat pendapatan nasional yang tinggi serta untuk

pengembangan sumber daya produktif dari semua negara anggota sebagai

tujuan utama kebijakan ekonomi.

c. Untuk mendorong stabilitas nilai tukar, mempertahankan sistem nilai tukar

yang teratur antar negara anggota serta untuk mencegah terjadinya persaingan

untuk melakukan depresiasi mata uang.

d. Untuk membantu penciptaan dari sistem pembayaran multilateral

antarnegara anggota dan penghapusan hambatan transaksi valuta asing yang

menghambat pertumbuhan perdagangan dunia.

e. Untuk menciptakan kembali kepercayaan di negara anggota dengan

memberikan bantuan keuangan secara temporer dengan tetap memperhatikan

unsur keamanan dana tersebut, sehingga dapat memberikan kesempatan untuk

memperbaiki ketidakseimbangan neraca pembayaran tanpa harus

menggunakan cara-cara yang merusak kemakmuran nasional atau

internasional.

f. Berkaitan dengan hal-hal di atas, untuk memperpendek jangka waktu dan

mengurangi tingkat kesulitan yang terjadi dalam permasalahan

ketidakseimbangan neraca pembayaran negara-negara anggota.


Melalui uraian tujuan dari organisasi ini dapat dilihat bahwa IMF juga

memiliki kepentingan terutama yang berkaitan dengan eksistensi organisasi

tersebut di tengah-tengah negara anggotanya. IMF sebagai organisasi keuangan

fokus menganalisa mengenai apa yang menjadi permalasahan perekonomian

negara anggotanya. Kemudian IMF mencoba untuk menyelesaikan permasalahan

tersebut dengan menyampaikan dan membahasnya dalam forum-forum yang

dilakukan antar negara anggota.

Mengingat bahwa IMF merupakan sebuah organisasi yang memberikan

bantuan terhadap negara anggotanya, tentu perlu memahami darimana bantuan

tersebut berasal. Hal tersebut dikarenakan agar kita mengetahui bagaimana sifat

dan lembaga ini bekerja dalam memberikan bantuannya kepada negara-negara

anggotanya.

Negara anggota yang terdiri dari negara-negara pemberi pinjaman dan

penerima pinjaman tentu saja memiliki peranan besar. Pada akhirnya kembali lagi

peranan dari masing-masing utusan pemerintah ataupun kepala pemerintah

menjadi sangat disoroti mengingat bahwa IMF sebelumnya menyampaikan apa

yang menjadi permasalahan ekonomi secara menyeluruh terhadap forum antar

negara dalam organisasi ini. Negara-negara kemudian melakukan analisis

terhadap apa yang terjadi pada negara mereka dan coba untuk meleburkan

permasalahan tersebut terhadap apa yang menjadi kepentingan negara lainnya.

Dalam proses yang demikian, tentu saja IMF memiliki peranan yang

sesuai dengan tujuannya. Proses yang terjadi haruslah sesuai dengan aturan main

yang ada dalam organisasi ini. Sebagai sebuah organisasi internasional, prosedur-
prosedur inilah yang harus diikuti jika sebuah negara tergabung dalam

keanggotaan IMF dan juga ikut bekerjasama dengan IMF melalui tujuan-tujuan

yang ingin dicapai oleh organisasi ini

B. Kedudukan International Monetary Fund (IMF)

IMF dalam hukum internasional adalah berkedudukan sebagai subjek

hukum internasional. Subjek hukum atau subject van een recht dalam kajian ilmu

hukum diartikan sebagai sesuatu yang menurut hukum berhak/berwenang untuk

melakukan perbuatan hukum atau siapa saja yang mempunyai hak dan cakap

bertindak dalam hukum, atau sesuatu pendukung hak yang menurut hukum

berwenang/berkuasa bertindak menjadi pendukung hak (rechtsbevoegheid) dan

kewajiban.41

Adanya kemampuan sebagai pemilik hak dan pemikul kewajiban tersebut

menempatkan subjek hukum dapat melakukan hubungan hukum dengan subjek

hukum lainnya. Secara umum, yang dapat dikatakan sebagai subjek hukum

ialah:42

1. Individu atau perorangan (Natuurlijk persoon)

2. Badan hukum (Recht persoon/ Legal person).

Sebagai subjek hukum, individu atau perorangan memiliki derajat yang

sama dihadapan hukum tanpa memandang asal usulnya, agama atau kepercayaan,

ras atau etnis, maupun jenis kelamin. Padanya juga melekat hak-hak asasi manusia

yang dewasa ini, khususnya pada negara hukum modern, sangat diatur, dilindungi

41 R Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm.227


42 C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
1989, hlm. 118
serta dijunjung tinggi. Badan hukum merupakan suatu konstruksi yuridis yang

dapat menunjukkan eksistensinya dalam berbagai bidang kegiatan.43

Pendapat tersebut secara sederhana dapat dibawakan pada taraf

internasional bahwa yang disebut subjek hukum internasional ialah setiap

pemegang segala hak dan kewajiban menurut ketentuan hukum internasional.

Tidak dapat dipungkiri jika negara mengambil tempat sebagai pribadi utama,

mengingat pada awal mula kelahiran hukum internasional, hanya negaralah satu-

satunya entitas yang dipandang sebagai subjek hukum internasional.

Pendefinisian hukum internasional (international law) sendiri diberikan

karena hukum ini mengatur hubungan antara bangsa dengan bangsa atau dapat

dikategorikan sebagai negara pada masa itu (inter: antara, nation: bangsa dan

law: hukum).44 Dahulu, banyak bermunculan negara merdeka seperti

perkembangan di negara Kota Yunani, begitu juga pasca reruntuhan kekuasaan

Romawi. Negara-negara tersebut menaati adat-istiadat yang muncul diantara

mereka.45

Sudah menjadi kodratnya ketika lebih dari satu individu hidup sebagai

masyarakat maka dibutuhkan ketentuan untuk mengatur segala yang mereka

lakukan. Dalam hal ini negara memiliki kesederajatan makna dengan masyarakat

internasional yang membutuhkan regulasi.

Perkembangannya negara diperhitungkan sebagai aktor hukum yang

memberi sumbangsih besar bagi hukum internasional. Dalam berbagai hubungan

internasional, perjanjian internasional maupun keputusan-keputusan dan resolusi


43 Ibid.
44 J.G Starke, Op.Cit, hlm. 10
45 Ibid, hlm.11
internasional, pendapat negara selalu dipertimbangkan dalam hubungan

internasional.46

Dalam praktik yuridis, negara juga menjadi pihak yang dibebankan

kewajiban dengan klausula “Duty on State” seperti pada sejumlah perjanjian

maupun konvensi internasional berikut: United Convention on the Law of the Sea

(UNCLOS), Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (DUHAM), maupun

Konvensi Keanekaragamanhayati.47

Uraian tersebut memberi arti betapa primernya posisi sebuah negara

sehingga tidak ada kekuasaan tertinggi yang dapat memaksakan keputusan-

keputusannya kepada negara atau yang acap kali disebut dengan kedaulatan

negara. Hanya saja, tidak semua negara dapat diikutkan sebagai subjek hukum

internasional. Ketentuan administratif dan limitatif telah dicanangkan dalam

hukum internasional, yaitu dalam hal ini ketentuan Articles 1 Montevideo (Pan

American) The Convention on Rights and Duties of State of 1933. Untuk

menyebut sebuah entitas sebagai negara ada empat kriteria yang telah dianggap

mencerminkan hukum kebiasaan internasional. Pasal tersebut berbunyi demikian:

“The States as a person of international law should possess the following

qualification: a permanent population; a defined territory; a government; and a

capacity to enter into relations with other States.”48

Studi kemudian hari menuai sebuah perdebatan pasalnya berdasarkan

hukum kebiasaan internasional, dibutuhkan juga subjek hukum lain yang perlu

46 Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika
Global, Alumni, Bandung, 2011, hlm.3
47 Ibid, hlm.5
48 Lihat Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933
mendapat kedudukan sebagai subjek hukum internasional. Jadi dapat diuraikan

bahwa subjek hukum internasional adalah sebagai berikut:

a. Negara yang berdaulat.

Awalnya memang hanya negara merdeka dan berdaulat saja yang

diperhitungkan, tetapi pada perkembangannya ada negara bagian yang

mempunyai hak dan kewajiban terbatas atau dilakukan oleh pemerintah

federalnya, seperti Bellorusia dan Ukraina pada masa Uni Sovyet49 yang

mendapat tempat sebagai subjek hukum internasional. Negara termasuk subjek

hukum istimewa dan terpenting (par excellence) dan lebih lanjut negara

tersebut haruslah memuat unsur-unsur tertuang dalam Pasal 1 Montevideo

Convention on Right and Duties of States 1993.

b. Tahta Suci Vatikan.

Tahta Suci Vatikan (Stato della Citta del Vaticano) merupakan subjek hukum

internasional yang telah ada sejak dahulu. Hal ini didasarkan pada sejarah

bahwa pada zaman dahulu Paus tidak hanya Kepala Gereja Roma melainkan

juga memiliki kekuasaan duniawi.50 Kewenangan Tahta Suci awalnya memang

terbatas masalah kemanusiaan dan perdamaian umat, sehingga terkesan

sebagai kekuatan moral belaka. Namun dalam perjalanannya pengaruh Paus

sebagai Kepala Tahta Suci atau pemimpin Gereja Katolik diakui dalam hal

sekuler di seluruh penjuru dunia,khususnya di semenanjung Italia. Tepatnya

pada tahun 1870, dalam gerakan penyatuan Italia daerah yang dikuasai Paus

disita menjadi wilayah bagian Italia termasuk ketika Roma dianeksasi. Hal ini

49 Mochtar Kusumaatmadja, Op.Cit..,hlm.70


50 Ibid, hlm.71
diresponi Gereja katolik Roma dan sempat menimbulkan konflik yang

akhirnya diselesaikan melalui Perjanjian Lateran (Laterant Treaty 1929)

dimana pemimpin Italia mengakui Negara Vatikan sebagai negara merdeka

dan berdaulat dibawah pemerintahan Tahta Suci. Italia juga memberikan ganti

rugi terhadap penderitaan yang dialami Vatikan.51

c. Organisasi internasional.

Oranisasi internasional dewasa ini muncul disebabkan:52

1) Pesatnya perkembangan teknologi dan komunikasi, sehingga

timbul keinginan untuk mengatur secara kolektif

2) Meluasnya hubungan internasional serta banyak hal yang tidak

dapat diselesaikan secara bilateral atau saluran diplomatik sehingga para

ahli hukum beberapa negara menggagas pembentukan organisasi

internasional.

d. Individu.

Individu dijadikan sebagai subjek hukum internasional (dalam arti terbatas)

pertama kali sejak diadakannya Perjanjian Perdamaian Versailles (1919), 53 ia

dapat bertindak atas nama dan untuk dirinya sendiri dalam wilayah hukum

internasional. Demikian pula individu dapat dibebani kewajiban-kewajiban

internasional dan dimintakan pertanggungjawaban atas perbuatannya yang

bertentangan dengan hukum internasional. Contoh dalam pasal-pasal

Perjanjian Versailles tersebut telah dimungkinkan individu (perseorangan)

51 Taufik Adi, Ensiklopedi Pengetahuan Dunia Abad 20, Javalitera, Yogyakarta, 2010, hlm.107
52 Syahmin A.K., Pokok-pokok Hukum Organisasi Internasional, Bandung:Penerbit Bina Cipta,
1985, hlm.51
53 Mochtar Kusumaatmadja, Op.Cit.., hlm. 74
mengajukan perkara ke hadapan Mahkamah Arbiter Internasional.54 Tendensi

hukum internasional memberikan pertanggungjawaban langsung kepada

individu telah dikukuhkan dalam Genocide Convention dimana kekejaman

yang dilakukan oleh pasukan Jerman pada Perang Dunia II mengedepankan

'individual criminal responsibility' yang kemudian diterima oleh Majelis

Umum PBB tanggal 9 Desember 1948.55

e. Komite Internasional Palang Merah Internasional (International

Committee of Red Cross) Contrary to popular belief, the ICRC, is not a non-

governmental organization in the most common sense of term, nor is it an

inter-state organization such as the United Nations. Because it limits its

membership to Swiss nationals only, and because new members are selected

by the Committee itself (a process called cooptation), it does not have a policy

of open and unrestricted membership for individuals like other legally defined

NGOs.56 ICRC merupakan subjek hukum internasional yang mempunyai arti

tersendiri dalam hukum internasional. Lahir dari perkembangan sejarah dan

kemudian diakui sebagai subjek hukum internasional dalam konvensi yaitu

Konvensi Jenewa 1949 tentang perlindungan korban perang.57

f. Pihak Bersengketa atau Pemberontak (Belligerent)

Menurut Mochtar Kusumatmadja pengakuan belligerensi berawal dari

munculnya konsepsi baru tentang pengertian bangsa-bangsa yang dianut

54 Ibid.
55 J.G Starke, Op.Cit., hlm. 82
56International Comimitee of The Red Cross”, dikutip dari http://en.wikipedia.org/wiki/
International_Committee_of_the_Red_Cross diakses pada tanggal 01 Oktober 2016 Pukul 20.00
Wib
57 Mochtar Kusumaatmadja, Op.Cit., hlm.120
negara dunia ketiga, yaitu bangsa-bangsa yang pada hakekatnya mempunyai

hak asasi: hak untuk menentukan nasib sendiri; untuk bebas memilih sistem

ekonomi, politik dan sosial sendiri; untuk menguasai sumber kekayaan alam

dari wilayah yang didudukinya.58 Kaum pemberontak mencapai tingkatan

yang lebih tinggi dibanding pihak yang bersengketa baik secara politik,

organisasi dan militer. Dalam batas-batas tertentu sudah mampu

menampakkan diri tidak hanya ke dalam (wilayah nasional) tetapi juga keluar

pada tingkat internasional. Pengakuan terhadap kaum pemberontak bersifat

politis, dengan empat indikator yang harus dipenuhi yakni:59

1) Kaum pemberontak itu harus terorganisasi dan teratur di bawah

pemimpinnya yang jelasl

2) Kaum pemberontak harus menggunakan tanda pengenal atau

uniform yang jelas yang menunjukkan identitasnya

3) Kaum pemberontak harus sudah menguasai sebagian wilayah

secara efektif sehingga benar-benar wilayah itu berada di bawah

kekuasaannya

4) Kaum pemberontak harus mendapat dukungan dari rakyat

diwilayah yang didudukinya.

Subjek hukum internasional yang dikonsentrasikan dalam hal ini ialah

organisasi internasional. Pengertian organisasi internasional salah satunya dapat

ditemukan dalam Konvensi Wina 1969 tentang Perjanjian Internasional dan

Konvensi Wina 1986 tentang Hukum Perjanjian Antar Negara dan Organisasi

58 Ibid, hlm.79
59 Lihat Protokol Tambahan 1977 Protocol Additional to Geneva Conventions of 12 August 1949
and Relating to Protection of Victims of International Armed Conflict
Internasional atau Antara Organisasi Internasional bahwa organisasi internasional

merupakan suatu organisasi antar pemerintah.60

Secara umum berdasarkan Piagam PBB bahwa ada dua jenis organisasi

internasional yaitu: 61

a. Organisasi internasional antar pemerintah atau International

Governmental Organizations (IGOs)

b. Organisasi non pemerintah atau Non Governmental Organizations

(NGOs).

Organisasi internasional antar pemerintah atau International

Governmental Organizations (IGOs) adalah organisasi permanen yang dibentuk

oleh dua negara atau lebih dengan membawa aktivitas yang menjadi kepentingan

bersama.62 Menilik dari catatan sejarah, organisasi, IGOs mengambil tempat

dalam perhatian hukum internasional ketika tidak memadainya sistem konferensi

ad hoc untuk memecahkan masalah politik yang timbul dari hubungan

internasional, bahkan bagi pengaturan hubungan antara kelompok rakyat sebuah

negara yang berbeda dari kepentingan.

Selain pembentukan International Governmental Organizations (IGOs),

saat itu diwarnai juga dengan pembentukan organisasi-organisasi non-pemerintah

atau International Non-Governmental Organizations (IGOs (NGOs). Data Union

60 Pasal 2 ayat 1(i) Konvensi Wina 1969 dan 1986


61 Pasal 71 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
62Clive Archer, “International Organizations”, (1983), hlm.35: mendefinisikan organisasi antar
pemerintah sebagai struktur formal berkesinambungan yang didirikan berdasarkan perjanjian antar
anggota (pemerintahan maupupun bukan pemerintahan) dari dua negara berdaulat atau lebih
dengan tujuan yang menjadi kepentingan bersama”.
of International Associations mencatat berdampingan dengan perkembangan

IGOs yang berjumlah 7 pada tahun 1970-an menjadi 37 pada 1909, perkembangan

NGOs lebih cepat dengan pencapaian 176 pada waktu yang sama.63

Non Governmental Organisations (NGO's) adalah suatu lembaga yang

didirikan atas prakarsa swasta atau non-pemerintah. Menurut Yearbook of

International Organizations kini terdapat lebih dari 6.500 NGOs yang memiliki

keanggotaan dan wilayah operasi di sejumlah negara.

Ruang lingkup kegiatan NGOs ini sangat luas dan beraneka ragam: Bidang

humaniter seperti Komite Internasional Palang Merah Internasional atau

(International Committee of Red Cross/ICRC) yang didirikan oleh Henry Dunant

di tahun 1949 dan sangat berperan dalam pembentukan rezim hukum perang,

Amnesty International ataupun dewan gereja. Bidang politik seperti Federasi

Sosialis, Komunis, Liberal. Bidang ilmu pengetahuan seperti the Institute of

International Law Assosiation. Bidang olahraga seperti Komite Olimpiade

Internasional dan bidang perlindungan lingkungan seperti Greenpeace.64

Perkembangan NGOs mampu mencuri perhatian terhadap lembaga-

lembaga formal dunia, misalnya Bank Dunia. Contohnya, saran dari NGOs

kepada Bank Dunia untuk membatalkan keputusan membiayai proyek pembangkit

tenaga listrik di Nepal cukup diperhitungkan.65 Terhadap Protokol Kyoto, NGOs

seperti Friends of Earth dan WWF juga aktif meningkatkan kewaspadaan

mengenai bagaimana protokol itu dilaksanakan. Begitu juga kajian HAM


63 Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika
Global, Alumni, Bandung, 2011, hlm.460
64 Ibid, hlm.54
65 Margaret P Karns, International Organizationz: The Politics and The Process of Global
Governance, Lynne Rienner, London, 2004, hlm.10
internasional, NGOs memberi perhatian ditandai dengan maraknya forum-forum

HAM di tingkat universal maupun regional dan lokal.

Kemudian hari timbul wacana tentang pengajuan NGOs sebagai subjek

hukum internasional, hal ini didasari pada kiprah NGOs yang memperoleh status

konsultatif pada badan-badan tertentu seperti Dewan Ekonomi dan Sosial PBB. 66

Namun sampai saat ini NGOs ditegaskan bukan subjek hukum internasional meski

kontras dengan keberadaannya yang makin berperan besar dalam proses

pembentukan hukum internasional.

Kembali pada organisasi internasional antar pemerintah atau International

Governmental Organizations (IGOs) Schwarzenberger menyatakan bahwa

berdasarkan fungsinya organisasi internasional dibagi dalam lima (5) klasifikasi

sesuai dengan:67

a. Durasi atau lamanya; adhoc, provisional dan organisasi yang permanen

b. Sifat kekuasaannya; judicial, conciliatory, governmental, admininistrative,

co-operative dan legislative. Jika memberikan bantuan sepenuhnya tergolong

comprehensive tetapi jika sebaliknya maka tergolong non-comprehensive.

c. Sifat homogen atau heterogen sasarannya yakni organisasi yang memiliki

satu atau beberapa maksud dan tujuan sejalan dengan sifat sesungguhnya,

juga tujuannya adalah politis dan fungsional yang disebutkan dalam ekonomi,

sosial, kemanusiaan dan kelembagaan

d. Bidang yurisdiksinya: personal scope menyangkut universal, universalist

dan sectional, geographical scope berupa global, regional dan local,

66 Lihat Pasal 71 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa


67 Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional, UI Press, Jakarta, 1990, hlm.113
substantive scope berupa general dan limited, temporal scope berupa limited

dan unlimited

e. Tingkat integrasi yang meliputi lembaga internasional dan lembaga

supranasional.

Penjelasan berikutnya ialah untuk klasifikasi organisasi internasional

berkekuasaan supra nasional mampu mengeluarkan keputusan maupun peraturan

yang langsung mengikat baik individu, pemerintah bahkan negara, misalnya Uni

Eropa yang didirikan berdasarkan hasil Perjanjian Roma 25 Maret 1957.68

Hal yang membedakan antara organisasi internasional dengan negara ialah

organisasi internasional merupakan himpunan dari negara-negara bukanlah subjek

asli (mengingat predikat par excellence yang melekat pada negara). Organisasi

internasional ialah subjek hukum “buatan” yang dibuat oleh negara-negara yang

menciptakannya melalui perjanjian internasional. Menurut segi kewenangan-pun

organisasi internasional cenderung lebih sempit dibanding negara-negara.69

Organisasi internasional sebagai subyek hukum internasional dapat

melakukan hubungan bukan saja antara mereka sendiri, tetapi juga dengan subyek

hukum internasional lain. Organisasi-organisasi internasional dapat juga

menggunakan pengaruhnya dan menerapkan batasan-batasan terhadap kebijakan-

kebijakan dan cara-cara negara-negara anggotanya.70

Urgensi dari keberadaan subjek hukum internasional ialah kejelasan

mengenai pertanggungjawaban hukum dalam kancah hubungan internasional.

68 Ibid
69 Ibid
70 Margaret P Karns, International Organizationz: The Politics and The Process of Global
Governance, Lynne Rienner, London, 2004, hlm.8
Berbicara mengenai pertanggungjawaban maka personalitas hukum (legal

personality) menjadi hal penting yang harus dipastikan melekat padanya.71

Personalitas dari suatu subjek hukum internasional adalah ukuran dari

kapasitasnya untuk bertindak. Beberapa negara, seperti individu-individu dalam

hukum nasional, memiliki personalitas hukum yang berukuran penuh. Lainnya,

seperti perusahaan dalam hukum nasional, hanya memiliki personalitas hukum

sesuai yang disetujui terhadap mereka.72

Begitu juga dengan organisasi internasional dalam kiprahnya di dunia

internasional, maka persyaratan akan personalitas hukum menjadi hal yang mutlak

dimiliki agar mampu bertindak dalam hubungan internasional, untuk

melaksanakan fungsi hukum seperti membuat kontrak, membuat perjanjian

dengan suatu negara atau mengajukan tuntutan dengan negara lainnya.

Tanpa personalitas hukum, sebuah organisasi internasional tidak dapat

bertindak secara sah menurut hukum. Hukum yang dimaksud baik personalitas

hukum terhadap hukum nasional terkait dengan kekebalan dan keistimewaan bagi

organisasi internasional itu sendiri di wilayah negara anggota berikut juga pejabat-

pejabat sipil organisasi tersebut. maupun hukum internasional.73

Personalitas organisasi internasional semakin diakui setelah adanya kasus

“ Reparation For Injuries Case”, dimana Majelis Umum PBB berdasarkan

Resolusi 258(III) meminta pendapat hukum tentang apakah PBB memiliki

kemampuan hukum (legal capacity) untuk mengajukan tuntutan kepada

pemerintah yang bertanggung jawab atau tidak. Dalam kesimpulannya,


71 Boer Mauna, Op.Cit, hlm.78
72 Ibid
73 Sumaryo Suryokusumo, Op.Cit, hlm.
Mahkamah Internasional memberikan Advisory Opinion yang terkenal tanggal 11

April 1989 berjudul: “Reparation for Injuries Suffered in the Service of the United

Nations” yang menempatkan PBB sebagai pribadi internasional yang dapat

mempertahankan haknya dengan jalan mengajukan tuntutan atau klaim

internasional.74

Sebuah studi yang dikeluarkan oleh Mahkamah Internasional menyatakan

personalitas hukum sebuah organisasi internasional berbeda dengan negara-negara

yaitu adanya pembatasan prinsip spesialitas. Ini berarti organisasi internasional

hanya dapat melaksanakan kapasitas yuridik yang dimiliki dalam tujuan tetap

piagam konstitutif organisasi itu.75

Berdasarkan uraian diatas, dapat dielaborasi secara teoritis dan akademis

mengenai kapasitas yang lekat pada kepemilikan personalitas dalam beberapa

aspek berikut:76

a. Organisasi-organisasi internasional dapat membuat perjanjian

internasional dengan negara anggota, negara lain atau organisasi internasional

lainnya seperti termaktub dalam Pasal 6 Konvensi Wina tentang Hukum

Perjanjian antara Negara-Negara dan Organisasi- Organisasi Internasional

b. Organisasi-organisasi internasional memiliki hak legasi pasif untuk

mengadakan hubungan dengan misi-misi tetap negara anggota yang

menghendaki dan hak legasi aktif untuk melaksanakan misi diplomatik di

74 Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional-Buku I Bagian Umum, Binacipta,


Bandung, 1989, hlm 7.
75 Ibid, hlm.9
76 Boer Mauna, Op.Cit.,hlm 480-482
negara atau bahkan organisasi internasional tertentu seperti yang dilakukan

PBB dan Uni Eropa.

c. Organisasi internasional memiliki hak untuk mengajukan pengaduan

internasional atas kerugian yang diderita.

d. Organisasi internasional memiliki otonomi keuangan dan kapasitasnya

untuk mempunyai anggaran belanja sendiri.

Apabila pada konstitusi organisasi internasional tidak menyatakan secara

eksplisit akan personalitas hukum dari organisasi tersebut, maka personalitas

hukum masih akan dinikmati oleh organisasi tersebut ketika adanya kesediaan

dari suatu negara untuk mengadakan sebuah perjanjian dengan organisasi tersebut,

maka dapat dianggap sebagai pengakuan terhadap personalitas hukumnya.

3. Wewenang International Monetary Fund (IMF)

Secara akademis keberadaan organisasi internasional terbukti memiliki

personalitas hukum yang melahirkan suatu akibat lain yaitu kepemilikan

wewenang dalam kegiatan operasionalnya. Penjelasan utama mengenai wewenang

sebuah organisasi internasional dapat dilihat dari kebijakan dan keputusannya

yang memiliki kekuatan hukum. Adapun kebijakan berkekuatan hukum tersebut

memiliki pengaruh kuat dan dapat dirasakan didalam keanggotaannya.

Organisasi internasional memiliki wewenang seperti: 77

a. Membuat ketentuan hukum untuk memperlancar kegiatan internal

b. Mengikuti konvensi-konvensi internasional, sebagaimana diatur dalam

Pasal 6 Konvensi Wina tahun 1986 yang memberikan kepada organisasi

77 Ibid.
internasional kapasitas untuk membuat perjanjian internasional dengan subjek

hukum internasional lainnya

c. Memberikan bantuan ekonomi, keuangan, administratif atau dalam hal-hal

tertentu bantuan militer kepada negara lain.

d. Representasi diplomatik seperti hak legasi, pengawasan regularitas

penyelenggaraan pemilu dan sebagainya.

Wewenang internal ini muncul sebagai reaksi adanya konsensus tiap

negara di awal pembuatan organisasi yang secara langsung dapat menekan negara

dalam mematuhi mekanisme birokrasi. Hal ini disempurnakan dengan mekanisme

pengawasan negara-negara anggota yang tidak melaksanakan kewajiban yang

telah disepakati sebelumnya dan menjatuhkan sanksi seperti tercantum dalam

Pasal 19 Piagam PBB.78

Hukum internasional menegaskan eksistensi organisasi internasional yang

memiliki personalitas hukum sangat membantu pembentukan hukum internasional

sehingga pengaruh wewenang ini juga meluas diluar keanggotaannya. Seperti J.G

Starke mengungkapkan bahwa: “Decisions or determinations of the Organs of

International Institutions, or of international conference, may lead to the

formation of rules of international law in a number of different ways” .79

Keputusan tersebut mengikat bukan hanya para anggotanya tetapi juga

masyarakat internasional,80 contohnya keputusan Mahkamah Internasional dalam

perkara perikanan Norwegia dan Inggris tahun 1951, dimana Mahkamah tersebut

78 Pasal 19 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa


79 J. G Starke, Op.Cit, hlm.50
80 Sri Setianingsih Suwardi, Pengantar Hukum Organisasi International, UI-Press, Jakarta, 2004,
hlm.16
membenarkan cara penarikan garis pangkal lurus (straight base line). Keputusan

tersebut masyarakat internasional dalam Konvensi Hukum Laut 1958.81

Kondisi demikian sekaligus membawa respon adanya tanggung jawab

internasional yang harus dipatuhi dibalik wewenang yang dilekatkan, seperti

ketika tiap-tiap perbuatan atau kelalaian dilakukan organisasi internasional tidak

sesuai dengan ketentuan hukum ataupun perjanjian internasional maka

pertanggungjawaban organisasi internasional bukan sesuatu yang mustahil.

Salah satu kasus mengenai pertanggungjawaban organisasi internasional

ialah penuntutan terhadap PBB untuk minta ganti rugi dari tindakan-tindakan

yang dilakukan pasukan pemeliharaan perdamaian PBB di Kongo ( Operation des

Nation Unies au Congo/ONUC) tahun 1960-an yang menimbulkan banyak pihak

mengajukan tuntutan ke tribunal nasional yaitu peradilan Belgia namun PBB

menempatkan tanggung jawabnya melalui persetujuan ganti rugi dengan Republik

Kongo tanggal 27 November 1961 dan Belgia 20 Febuari 1965.82

Lebih lanjut jika dikonsentrasikan kepada keberadaan IMF, dapat dilihat

pada Pasal 1 Ayat 1 bagian (ii) dari Convention on The Privileges and Immunities

of The Specialized Agencies 1947 yang mendaftarkan IMF termasuk dalam badan-

badan khusus PBB. Hal ini dibuktikan pada kriteria bahwa IMF keberadaannya

didasarkan pada suatu perjanjian antar pemerintah yang menyepakati Articles of

Agreements of The International Monetary Fund sebagai konstitusinya. Meskipun

merupakan badan khusus, keberadaan IMF cenderung lebih lama dibanding PBB

sehingga tidak dikategorikan sebagai alat perlengkapan PBB. Akan tetapi IMF

juga wajib beroperasi dalam aturan main yang disetujui dalam prinsip dan tujuan

81 Keputusan Mahkamah Internasional tentang Perikanan keputusan tanggal 18 Desember 1951.


82 Boer Mauna, Op.Cit., hlm.483
Piagam PBB.83 Mengindahkan hukum hak asasi internasional sebagai bagian dari

hukum internasional publik, prinsip-prinsip hukum umum dan semua sumber

hukum.84

Seperti diketahui bahwa memasuki Perang Dunia ke-II gagasan akan

perlunya lembaga keuangan internasional mulai dirintis. Tepatnya pada 1944-

1945 diadakanlah Konferensi Moneter dan Keuangan PBB (United Nations

Monetary and Financial Conferences) diadakan di Hotel Mount, Bretton Woods,

New Hampshire, Amerika Serikat.

Sekitar 730 orang policymakers dan para pakar keuangan internasional

dari 45 negara hadir untuk menulis kembali aturan-aturan sistem keuangan

internasional sehingga dampak Perang Dunia II tidak akan mengulangi

perdagangan dan kebijakan moneter yang buruk pasca Perang Dunia I. Konferensi

ini menghasilkan dasar-dasar bagi pendirian dua lembaga keuangan internasional

yakni IMF dan Bank Dunia atau dikenal juga dengan Lembaga Bretton Words

(Bretton Woods Institutions.).85 Jika dikualifikasikan mengenai subjek hukum

internasional baik itu negara (state actor) dan bukan negara (non state actors)

maka dapat dibuktikan bahwa kedua lembaga ini khususnya IMF termasuk

sebagai organisasi internasional (non state actors).

Terpenuhinya keseluruhan syarat tersebut semakin menjelaskan posisi IMF

sebagai organisasi internasional yang eksis di bawah naungan hukum

internasional. Dengan kata lain untuk mencapai sasaran yang ditetapkan oleh

negara-negara anggota yang membentuknya, organisasi internasional tentunya

83 Pasal 41 dan 42 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa


84 Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional
85Jelly Leviza, Op.Cit, hlm. 24
harus dilengkapi dengan personalitas hukum yang memungkinkannya untuk

melaksanakan tugas dengan baik.86

Lebih jauh, untuk membuktikan apakah organisasi internasional

mempunyai hak dan kewajiban menurut hukum internasional, maka harus kembali

melihat akta atau perjanjian dasar berdirinya organisasi tersebut. Sebab, organisasi

internasional dibatasi oleh kewenangan konstitusional, membuat lembaga-

lembaga ini berbeda secara mendasar dari negara-negara sebagai subyek hukum

internasional. Secara praktis fungsi sebuah organisasi internasional yang tidak

berada dalam ketentuan-ketentuan tegas konstitusinya, prima facie adalah di luar

kewenangannya. Hal ini termaktub dalam International Court of Justice yang

merujuk pada organisasi seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa dan sebagainya:

Sementara suatu negara memiliki keseluruhan hak dan kewajban internasional,

hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari suatu kesatuan seperti organisasi ini harus

bergantung pada tujuan-tujuan dan fungsi-fungsinya seperti yang dirinci atau yang

tersirat dalam dokumen-dokumen konstitusi dan yang berkembang dalam

praktek.87

Bagi IMF personalitas hukum sekaligus hak dan kewajibannya ditetapkan

dalam pasal-pasal sebagai berikut: 88

a. Pasal IX (2) “Status of Fund” dari AD IMF yang menyebutkan bahwa:

“The Fund shall posses full juridical personality and in particular the

capacity to contract….”

86 Boer Mauna, Op.Cit.,hlm.476


87 ICJ 1949, 180
88 Article IX(1) Article of Agreements International Moneter Fund
b. Pasal IX AD-nya IMF juga menyebutkan keabsahan personalitasnya: “to

enable the Fund to fulfill the functions with which it is entrusted, the status,

immunities and privileges set forth in this Article shall be accorded to the

Fund in the territories of each member”.

c. Pasal IX (1) Anggaran Dasar IMF bahwa: ”To enable the Fund to fulfill

the functions with which it is entrusted, the status, immunities and privileges

set forth in this Article shall be accorded to the Fund in the territories of each

member”.

Jika diluaskan akan personalitas IMF terhadap hukum nasional maka

lahirlah kekebalan menyangkut hal-hal sebagai berikut:

a. Kekebalan dari proses peradilan (immunity from judicial process).89

b. Kekebalan dari tindakan-tindakan lain (immunity from other action).90

c. Kekebalan atas arsip-arsip (immunity of archives).91

d. Kekebalan pembatasan aset-aset (freedom of assets from restrictions).92

e. Perlakuan khusus untuk berkomunikasi (privilege for communications).93

f. Kekebalan dan perlakuan khusus bagi para karyawan dan pekerja

(immunities and privilegs of officers and employees).94

g. Kekebalan dari pajak (immunities fo taxation).95

IMF juga memiliki personalitas hukum yang dapat dibuktikan menurut:

89 Article IX (2) Article of Agreements International Moneter Fund


90 Article IX (3) Article of Agreements International Moneter Fund
91 Article IX (4) Article of Agreements International Moneter Fund
92 Article IX (5) Article of Agreements International Moneter Fund
93 Article IX (6) Article of Agreements International Moneter Fund
94 Article IX (7) Article of Agreements International Moneter Fund
95 Article IX (8) Article of Agreements International Moneter Fund
a. Hubungan dengan organisasi internasional lain (relations with other

international organizations).96

b. Hubungannya dengan negara-negara bukan anggota (relations with non

member countries) yaitu antara IMF dengan PBB.97

Meskipun IMF ditentukan dan dibatasi oleh konstitusinya, namun dalam

keadaan tertentu demi efektivitas tugas dan tujuannya maka dimungkinkan untuk

melakukan interpretasi hukum sepanjang berkaitan dengan kewenangannya. Hal

ini mengacu bukan hanya pada konstitusi mereka tapi juga telah diakui dalam

hukum internasional.98

96 Article X Article of Agreements International Moneter Fund


97 Article XI Article of Agreements International Moneter Fund
98 Jelly Leviza, Op.Cit, hlm.149
BAB III

KEWENANGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND (IMF) DALAM


PENANGANAN KRISIS EKONOMI GLOBAL

A. Krisis Ekonomi Dalam Konteks Regional Dan Global.

Sebuah analisa menunjukkan bahwa kekuatan ekonomi sebuah negara atau

kawasan tidak menjadi jaminan luput akan terjadinya krisis. Periode sebelum

tahun 2000 krisis umumnya terjadi pada negara-negara berkembang atau

berpendapatan menengah, tetapi setelahnya terjadi pergeseran kepada negara-

negara yang memiliki kekuatan ekonomi yang besar di masa lalu. Lebih dari itu

krisis paska tahun 2000 menampilkan ciri dominan yaitu dampak kerugian yang

semakin meluas (contagion effect) ke banyak negara dan kawasan.99

Potret krisis regional mengetengahkan fenomena yang secara sederhana

mengguncang suatu kawasan. Katakan saja seperti krisis moneter yang terjadi

pada tahun 1997-1998 atau disebut krisis keuangan Asia. Krisis yang bermula di

Thailand ini terjadi akibat: ekspansi ekonomi yang terlalu agresif dan serangan

spekulatif terhadap mata uang Bath; membesarnya defisit transaksi berjalan di

dalam neraca pembayaran akibat kenaikkan impor yang besar; depresiasi Bath

terhadap dollar AS; jatuhnya harga saham; tersendatnya laju pertumbuhan

investasi, termasuk penjadwalan ulang sejumlah proyek besar serta kondisi krisis

politik hingga terjadinya perombakan kabinet serta lengsernya pimpinan

pemerintahan.100

99 Departemen Keuangan Indonesia, “Peningkatan Kapasitas Pendanaan IMF dalam


Penanganan Krisis Global” dalam www.fiskal.depkeu.go.id/2010/adoku/2012 diakses pada
tanggal 01 Oktober 2016 Pukul 20.00 Wib
100 Kompas, “Penyebab-Penyebab Utama Tiga Krisis Ekonomi Besar Selama Periode 1997-
2011”, diakses pada tanggal 01 Oktober 2016 Pukul 20.00 Wib

1
Berkaitan dengan hal tersebut, posisi ekonomi Indonesia di Asia saat itu

cederung tak sehat dimana tanda-tanda krisis moneter tidak dapat dielakkan

seperti: utang luar negeri Indonesia tercatat 138 miliar dolar AS; kondisi sosial

demografi yang diwarnai konflik pribumi dan non pribumi di sektor bisnis 101 serta

kemerosotan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang meningkat sampai empat

kali lipat sehingga para debitur sektor swasta kesulitan membayar utangnya. Bank

Sentral Bank Indonesia juga tidak mampu menjamin pinjaman luar negeri.

Akhirnya IMF dilirik sebagai pilihan terakhir dan tercatat ada 11 paket

kesepakatan Indonesia dengan IMF sampai April 1998.102

Selain krisis dua negara ini, keadaan perekonomian tiga negara lain di Asia

juga tergolong tidak baik yaitu Malaysia, Filipina dan Korea Selatan. Menurut

data IMF sepanjang Maret 1997 sampai Juli 1999, tiga negara tesebut juga silih

berganti mengalami perombakan kebijakan, pemerintahan bahkan kemerosotan

nilai mata uang.103

Sejarah mencatat peristiwa ini sebagai krisis keuangan Asia dengan

pemicu utama kondisi pilar ekonomi masing-masing negara yang terbilang gawat

dan terlibat dalam pasar Asia sehingga aset-aset bermasalah dikelimanya

menghambat laju perekonomian bahkan matinya sektor usaha, tingginya inflasi,

suku bunga. Dapat dikonklusikan meskipun krisis ini menjadi sorotan dunia tetapi

pribadi yang menderita akibat krisis ini adalah mereka yang berada di kawasan

tersebut, belum sampai pada tahap merosotnya gairah perekonomian dunia.

101 Jelly Leviza, Op.Cit, hlm.226


102 Ibid, hlm.269
103 IMF, “East Asian Crises’ Cronology” http://www.imf.org/ external/pubs/ ft/op/opfinsec/
index.htm diakses pada tanggal 01 Oktober 2016 Pukul 20.00 Wib
Berbeda halnya dengan krisis global,seperti negara adidaya yang tak luput

dari pengalaman krisis. Resiko akan dampak krisis ini terbilang mendunia. Pada

tahun 2006-2008, dimana salah satu kebijakan pemerintah Amerika Serikat waktu

itu ialah pemberian pinjaman kepemilikan rumah (mortgage) yang mudah tanpa

jaminan cukup terhadap warganya. Abainya penerapan prinsip kehati-hatian

(prudential principe) dengan mempelajari profil dan karakter debitur

menimbulkan semua lapisan masyarakat bahkan seorang berpenghasilan rendah

sekalipun dapat memperoleh subprime loan tersebut dengan mudah.

Tahun 2006 laporan pertumbuhan Amerika Serikat menunjukkan predikat

kurang memuaskan sehingga surat berharga properti di Amerika Serikat turut

terkena imbasnya. Baik debitur maupun investment banker selaku penerbit hutang

dengan jaminan mortgage makin terbelit kredit macet dan gagal bayar

pinjamannya (default) dalam jumlah besar dan merata.104

Data mencatat bahwa Amerika Serikat menyumbang sekitar 20 % terhadap

ekonomi global, krisis yang dialaminya secara otomatis mempengaruhi pasar uang

(financial market) di belahan Asia. Negara-negara seperti Jepang, Korea, China,

Singapura, Hongkong, Malaysia, termasuk Indonesia yang kebetulan sudah lama

memiliki surat-surat berharga pada perusahaan-perusahaan tersebut dan ekspor

negara-negara Asia juga terkena imbasnya. Contoh paling dekat adalah

perekonomian Singapura. Setiap kali perekonomian Amerika turun sampai dengan

2 %, maka ekonomi Singapura ikut terseret turun 2-3%. Laporan kuartal IV-2007,

perekonomian Singapura yang biasanya tumbuh sekitar 9 %, turun ke 6 %.105

104 Tim Asistensi Sosialisasi Kebijakan Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan
Depkeu-RI., “Buku Putih Bank Century”, Departemen Keuangan, Jakarta, 2010, hlm25.
105 Edy Suandi Hamid, La Riba-Jurnal Ekonomi Islam:Akar Krisis Ekonomi Global dan
Dampaknya Terhadap Ekonomi Indonesia, Vol III No.1, Juli 2009, hlm.3
Bahkan, perekonomian Cina dengan reputasi kekebalan terhadap resesi

negara lain, juga terkena imbas. Indeks Shanghai turun dan mulai mengantisipasi

penurunan ekspor ke Amerika Serikat dengan mengalihkan ke pasar regional,

termasuk Indonesia. Upaya untuk mempertahankan pertumbuhan ekspor itu harus

diwaspadai karena akan membuat banjirnya produk Cina ke Indonesia. 106 Krisis di

jantung kapitalisme global sanggup melemahkan perekonomian dunia bahkan

mengundang perhatian dan keterlibatanforum internasional maupun lembaga

keuangan dunia seperti G-20, IMF, bahkan Bank Dunia.

Regulasi yang lunak dan kegagalan di sektor finansial yang dialami

Amerika Serikat ditengarai menjadi faktor penting krisis yang terjadi di kawasan

Benua Eropa. Efeknya sangat terasa ditandai dengan indeks-indeks harga saham

di sejumlah pasar saham di dunia seperti Dow Jones Industrial Average (Amerika

Serikat) , Hang Seng (Hong Kong), Kospi (Korea Selatan) dan Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) juga terjadi kemerosotan.107

Secara valid analisa IMF pada 6 November 2008 menyatakan Jepang

mengalami pertumbuhan ekonomi negatif (-0,2) pada 2009. Sementara China

mengalami penurunan dari 11,9% pada 2007 dan diprediksi terus turun menjadi

8,5% pada 2009. Demikian juga dengan India yang berturut-turut mengalami tren

penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu 9,3% pada 2007 dan dipredikisi terus

106 Agus Salim Hussein, Memahami Krisis Keuangan Global:Bagaimana Harus Bersikap,
Departemen Keuangan, Bapennas, Menteri Komunikasi dan Informatika, Jakarta, 2008, hlm.21
107 http//www.com.Kompas, Internasional, diakses pada tanggal 01 Oktober 2016 Pukul 20.00
Wib
turun menjadi 6,3% pada 2009.108 Semakin panjang dan lama krisis perekonomian

suatu wilayah, semakin hancur juga kondisi perekonomian wilayah lain.

Rentetan resesi akbar tersebut menunjukan karakterisitik dominan yang

mengerucut pada hal yaitu: masifnya dampak sebuah krisis kawasan. Sebagai

penjelasan akan analisa ini, tak dapat dielakkan adalah faktor dari globalisasi dan

interconnected antara pilar-pilar perekonomian. Seperti sektor perbankan yang

berperan sebagai penyedia sarana pembayaran ketika mengalami kegagalan (bank

failure) akan menyeret kegagalan perusahaan (corporate failure) dan

memperlambat masalah pembayaran (payment settlement).

Pilar kedua dimana para pelaku bisnis global terinjeksi pada satu bursa

saham global sehingga keuntungan korporasi bukan saja di satu kawasan tersebut,

sebaliknya kejatuhan bursa tersebut merupakan pelepasan saham-saham secara

bersamaan. Jika diikuti dengan kebijakan ekonomi yang tidak konsisten,

kepanikan di pasar uang, pecahnya gelembung finansial, moral hazzard,109

ketiadaan aturan baku maka permasalahan krisis semakin menjadi.110

Terbukti bahwa baik industri finansial maupun perbankan memainkan

peran signifikan dalam sebuah negara. Keguncangan yang satu berdampak negatif

108 Tim Asistensi Sosialisasi Kebijakan Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan
Depkeu-RI.
109 Moral Hazzard merupakan istilah yang menggambarkan lemahnya penegakan peraturan
hukum oleh pemerintah seperti membiarkan perbankan dan lembaga keuangan untuk memberi
jaminan dan kredit melebihi dari modalnya sendiri, sehingga menyebabkan investasi berlebih dan
berisiko. Teori Moral Hazard pernah digunakan oleh Krugman untuk mengidentifikasi krisis Asia
1997. Selengkapnya dalam http://www.macroeconomics.tu-
berlin.de/fileadmin/fg124/financial_crises/lecture/14-moral_hazzard.pdf diakses pada tanggal 01
Oktober 2016 Pukul 20.00 Wib
110 Radelet, “The East Asian Financial Crises: Diagnosis, Remedies, Prospects”, sebagaimana
dimuat dalam http://www.earth.columbia.edu/sitefiles/file/about/director/
documents/BPEA19981withRadelet-TheEastAsianFinancialCrises.pdf diakses pada tanggal 01
Oktober 2016 Pukul 20.00 Wib
pada seluruh sistem (systemic risk). Semua pelaku ekonomi dunia baik yang

menikmati maupun tidak hasil perekonomian tersebut tak luput dari dampaknya.

Inilah yang pada kemudian hari dikenal sebagai efek domino yang

merupakan fenomena perubahan berantai berdasarkan prinsip geo-politik dan geo-

strategis. Pendapat ini muncul sebagai konsekuensi dari konsideran geografis,

maka obyeknya adalah negara-negara yang secara geografis berdekatan, misalnya

terletak dalam satu kawasan, termasuk efek domino sebuah krisis ekonomi juga

akan menghapus batas sektor perekonomian dengan hal-hal publik yang dikaji

hukum internasional. Krisis global menambah perkembangan bagi hukum

internasional itu sendiri, seperti semakin berperannya organisasi keuangan

internasional.

B. Hak dan Kewenangan International Monetary Fund (IMF) dalam

Menangani Krisis Ekonomi Global.

Keberadaan IMF sangat diperhitungkan dan dibutuhkan oleh negara-

negara anggota khususnya dalam membantu penanganan krisis ekonomi global.

IMF sebagai lembaga independen akan membantu tercapainya konsensus

kebijakan penanganan krisis oleh negara-negara anggota dan memperkuat

bantalan krisis (firewall) kawasan. Kehadiran IMF diharapkan dapat mempercepat

penyelesaian krisis dan mendorong pemulihan ekonomi dunia.

IMF memiliki kekuatan keuangan dan pengalaman untuk langkah dan

membantu negara-negara terhutang, sehingga tetap mempertahankan kepanjangan

tangannya melalui para pemimpinnya.111 Point penting yang dapat dikaji secara

hukum internasional adalah dalam pendekatan pertama ialah sebagaimana yang

111 Tv One News,”Bank Sentral Eropa Tolak Bentuk IMF Eropa”, sebagaimana dimuat dalam
ttp://ekonomi.tvonenews.tv/berita/view/bank_sentral_eropa_tolak_bentuk_imf_eropa diakses pada
tanggal 01 Oktober 2016 Pukul 20.00 Wib
diatur dalam Pasal V (2) Anggaran Dasar IMF tentang batasan untuk operasi dan

transaksi IMF. Pasal ini menekankan: “Jika diminta, IMF dapat memutuskan

untuk memberikan pelayanan finasial dan teknis, termasuk pengadministrasian

sumber-sumber yang diberikan oleh negara anggota, sesuai dengan tujuan dari

IMF. Operasi yang termasuk pemberian pelayanan finansial tersebut tidak

ditanggung oleh IMF. Pelayanan dalam sub bagian ini tidak memberikan

kewajiban pada suatu negara anggota tanpa persetujuan darinya terlebih

dahulu.”112

Konotasi dari pasal ini melibatkan unsur: negara-negara dibawah anggota

IMF yang menjadi pihak pertama yang berkebutuhan dengan IMF, di sisi lain IMF

sebagai pihak yang dimintakan keterlibatannya. Manifestasi hubungan hukum

kedua pihak dilakukan melalui pengalokasian dana dan kebijakan internal yang

harus ditanggung sendiri oleh Uni Eropa, seperti Economic Adjusment Program

yang berisi kebijakan pengetatan anggaran dan penghematan yang harus

dilakukan Yunani.

Berkenaan dengan hubungan hukum ini lebih lanjut diatur dalam Pasal X

Anggaran Dasar IMF mengenai ‘Hubungan dengan Organisasi Internasional

Lainnya’ yaitu: “IMF bekerja sama dalam persyaratan dalam perjanjian ini

dengan setiap perjanjian untuk organisasi internasional umum dan dengan

organisasi internasional umum yang memiliki tanggung jawab secara khusus

dalam bidang yang berkaitan. Semua perjanjian untuk kerja sama tersebut yang

mana akan melibatkan perubahan terhadap ketentuan dari perjanjian ini dapat

berlaku hanya setelah amandemen perjanjian ini berdasarkan Pasal XXVIII.”113

112 Article V (2) Articles of Agreements International Monetary Fund


113 Articles X, Articles of Agreements International Monetary Fund (IMF)
Dua pasal ini bermuara pada kesimpulan bahwa peran serta IMF tidak ada

tindakan bersifat salah wewenang.atau salah kompetensi. Kenyataannya memang

IMF berbisnis berkenaan di bidang kebijakan ekonomi makro dan kebijakan

sektor keuangan.

Pasal IV ayat 3 (b) AD- IMF menyatakan sebagai berikut: “…The

principles adopted by the Fund shall be consistent with cooperative arrangements

by which member maintain the values of their currencies in relation to the value

of the currency of currencies of other members, as well as with other exchange

arrangements of a member’s choice consistent with thepurpose of the Fund and

Section 1 of this Article. These principles shall respect the domestic social and

political policies of members and in applying these principles the Fund shall pay

due regard the circumstances of members.”114

Menurut pasal tersebut, IMF akan menerapkan prinsip sesuai dengan

perjanjian bersama yang dibuat oleh anggota untuk memelihara nilai mata uang

mereka. Prinsip-prinsip ini akan mengacu pada kebijakan sosial dan politik

domestik negara-negara anggota dan penerapannya akan didasarkan pada keadaan

yang dialami oleh setiap anggota. Hal ini mengandung makna bahwa IMF secara

normatif tidak akan menerapkan prinsip-prinsip yang bertentangan dengan

kebijakan sosial dan politik negara anggota seingga meminimalisir paksaan

maupun intervensi.

Dengan kata lain, IMF memang mengembalikan semua ketentuan yang

direkomendasikan untuk diratifikasi sesuai dengan kebutuhan internal negara

anggota. Akan tetapi setiap negara anggota yang mengikatkan diri wajib tetap
114 Article IV (3)(b)) Article of Agreements International Moneter Fund
tunduk pada ketentuan IMF, sehingga dalam menerapkan kebijakan domestik

perlu berhati-hati.

Derivasi ketentuan di atas, IMF akan mengerahkan fungsi pengawasannya.

IMF menugaskan perusahaan pengawasan untuk kebijakan tingkat perdagangan

negara-negara anggota, dan menerapkan prinsip yang spesifik sebagai pedoman

anggota. Setiap anggota wajib memberikan informasi (keterbukaan) yang

diperlukan IMF untuk pengawasan tersebut.

Pada Pasal XI AD IMF tentang Hubungan dengan Negara-Negara Non

Anggota, IMF melarang negara anggota untuk ikut serta dalam kerja sama dengan

negara non anggota yang akan berlawanan dengan ketentuan IMF.115 Jika hal ini

tidak ditepati oleh negara anggota, IMF dapat mengambil peran tegas terhadap

setiap hal yang dapat bertentangan dengan perjanjiannya dengan negara anggota.

Dilihat dari perspektif yuridis maka keterlibatan IMF dalam menangani

krisis suatu negara tidak dapat dikatakan sebagai suatu bentuk pelanggaran sebab

kedua organisasi internasional tersebut diatas sudah mengikatkan diri dalam

kesepakatan dan perjanjian internasional yaitu Memorandum of Economic and

Financial Policies. Meskipun IMF ditentukan dan dibatasi oleh konstitusinya,

namun dalam keadaan tertentu demi efektivitas tugas dan tujuannya maka

dimungkinkan untuk melakukan interpretasi hukum sepanjang berkaitan dengan

kewenangannya. Hal ini mengacu bukan hanya pada konstitusi mereka tapi juga

telah diakui dalam hukum internasional.116

115 Article XI (1) Article of Agreements International Moneter Fund


116 Jelly Leviza, Op.Cit, hlm.149
C. Peranan International Monetary Fund (IMF) dalam Menangani

Krisis Ekonomi Global.

Melihat pada catatan sejarah perekonomian secara global, sudah banyak

rekam jejak IMF dalam mengembangkan tingkat pertumbuhan perekonomian

dunia. Konsentrasi peranan IMF adalah memberikan pinjaman valuta asing

kepada negara yang mengalami masalah neraca pembayaran. Pinjaman IMF ini

memotivasi respon dari negara peminjam dengan beberapa penyesuaian yang

wajib dilakukan dengan tujuan pembelanjaan sesuai dengan pendapatannya.

Sebelum sampai pada peranan IMF dalam penanganan krisis ekonomi

global, perlu juga diuraikan mengenai peranan IMF dalam krisis ekonomi sebuah

negara. Selama tahun 1990-an IMF telah memprioritaskan usahanya seperti

kegiatan berikut:117

1. IMF membantu negara-negara yang perekonomiannya rusak karena

terjadinya invansi terhadap Kuwait dan Pengaruh Perang Teluk 1980-an.

2. Memberikan bantuan keuangan dan teknik kepada negara-negara Eropa

Timur yang sedang berupaya beralih dari sistem ekonomi terpusat kepada

sistem ekonomi pasar.

3. IMF juga membantu krisis ekonomi domestik di Pakistan – disebabkan

oleh banjir, tingginya harga minyak, dan inflasi yang terus meningkat, dan

masalah anggaran yang merusak stabilitas ekonomi.

4. Kawasan Asia, krisis yang terjadi pada awal tahun 1997, diawali karena

ketidakmampuan mempertahankan sistem nilai tukar mata uang Bath Thailand

sebagai akibat dari permainan para spekulator.118

117 Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Rajawali Press, Jakaarta,
1991, hlm.104
118 Cyrillus Harinowo, Op.Cit, hlm 21.
Pelayanan lain yang diberikan IMF adalah dengan menyediakan bantuan

teknis seperti: pada tahun 1960-an dimana banyak negara merdeka mencari

bantuan dalam mendirikan bank sentral dan kementerian keuangan mereka; pada

tahun 1990-an, ketika negara di Eropa tengah dan bagian timur dan bekas Uni

Soviet memulai pergantian mereka dari sistem ekonomi yang berdasarkan

perencanaan terpusat ke sistem berdasarkan pasar.

Tahun 1996, Bank Dunia dan IMF membuka inisiatif HIPC255 untuk

mengurangi beban hutang negara termiskin di dunia. Sejumlah negara mememuhi

persyaratan inisiatif tersebut mendapat pengurangan hutang dalam syarat nominal

berjumlah lebih dari $6 juta. Sebagian kebijakan IMF berkolaborasi dengan Bank

Dunia untuk membantu memastikan bahwa sumber daya yang disediakan oleh

pengurangan hutang tepat sasaran.119

Tampak ada stigma akan keberadaan IMF sebagai sebuah harapan baru

bagi negara-negara miskin untuk dapat memperoleh dana segar yang diperlukan

untuk membangun kondisi sosial dan ekonomi negara yang bersangkutan. Jika

dibawakan dalam konteks yang lebih luas yaitu krisis ekonomi global, IMF telah

menorehkan prestasi peranannya juga.

Secara singkat berturut-turut sejak tahun 2008-2014 ini IMF membantu

penanganan krisis Amerika Serikat dan Eropa. Untuk krisis Amerika Serikat, The

Fed sebagai bank sentral negara tersebut mengambil peranan utama dengan

positioning yang tepat mengembalikan stabilitas keuangan internasional yang

sempat merosot akibat gagal bayar para banker-nya sementara IMF berusaha

merilis decoupling, agar keadaan krisis tidak menjalar ke seluruh dunia, dengan

119 http://www.imf.org/external/about/hipc.htm diakses pada tanggal 01 Oktober 2016 Pukul


20.00 Wib
melakukan mitra kerja dengan negara lain. Dalam krisis Eropa tercatat peranan

IMF lebih mendominasi dalam pemberian bail out 30 milyar Euro dalam skema

Stand By Arrangement (SBA), Memorandum of Understanding on Specific

Economic Policy Conditionality sampai titik lahirnya institusi Troika.120

Ibarat dua sisi mata uang, peranan IMF di kancah pemberian dana bantuan

tidaklah selalu sempurna seperti apa yang dimandatkan. Ini merupakan point

penting untuk dikritisi bahwa bantuan yang diberikan oleh IMF ini seringkali juga

memberikan masalah baru bagi negara-negara yang menerima bantuan.

Penyebabnya antara lain sederet kondisionalitas yang harus dipenuhi oleh negara

anggota sebagai peminjam yang menimbulkan adanya intervensi dalam kehidupan

nasional suatu negara. Negara-negara berkembang dalam hal ini tidak memiliki

posisi tawar yang memadai terhadap ketentuan kondisionalitas yang ditetapkan

pada proses peminjaman dan menimbulkan dependensi tinggi terhadap

IMF.Sementara bagi negara maju, peranan IMF sarat dengan manuver politik dan

intervensi kedaulatan.

Seperti yang terjadi di Indonesia sendiri, sekitar awal tahun 2003

Pemerintah Indonesia terpaksa mengambil kebijakan kenaikan Tarif Dasar Listrik

dan BBM sebagai kondisionalitas dan rekomendasi IMF. Terjadi pelarian modal

(capital flight), penurunan nilai tukar rupiah secara drastis, akhir tahun 1998 lebih

dari 50% penduduk Indonesia hidup dibawah garis kemiskinan. Rekomendasi

IMF untuk menutup 16 bank bermasalah membuat gejolak bank rush. Terhadap

120 Ibid.
hal ini, analisa IMF dianggap tidak tepat sasaran, seperti tak ada bedanya dengan

peristiwa yang membuat Indonesia keluar dari IMF pada 1966.121

Dalam kaitannya dengan krisis moneter Asia, IMF juga menuai argumen

kritiknya seperti program IMF terlalu seragam, padahal masalah yang dihadapi

tiap negara tidak seluruhnya sama dan program IMF terlalu banyak mencampuri

kedaulatan negara yang. Faktanya, IMF telah gagal memberikan solusi kepada

tiga negara Asia (Thailand, Korea dan Indonesia).122

Begitu juga sepanjang menangani kemelut Yunani-Uni Eropa, IMF juga

sempat membuka tabir kesalahannya dengan mengakui bahwa IMF mengklaim

pihaknya dan Uni Eropa salah mengatasi mekanisme bailout pertama senilai 110

miliar Euro karena asumsi tinggi dan restrukturisasi hutang agak telat

dilakukan.123

Jelas tiada kesempurnaan bahkan pada lembaga moneter tingkat

internasional sekalipun sehingga esensi kedaulatan negara dan kebijaksanaan

pemerintah yang berwenang di bidang moneter memegang peranan penting

sebelum mengakses keterlibatan dan bantuan IMF. Hal ini pernah dilakukan

China, negara yang umumnya menolak rekomendasi kebijakan ataupun asistensi

baik dari IMF, Bank Dunia, maupun WTO. Hasilnya, dewasa ini perekonomian

China berkembang pesat dan berpredikat sebagai salah satu negara yang

menopang perekonomian dunia.

121 Revrisond Baswir, “Sidang Tahnan MPR 2003 Harus ‘Gugat’ Kejahatan IMF”, Pikiran
Rakyat, 6 Agustus 2003 sebagaimana diakses pada tanggal 01 Oktober 2016 Pukul 20.00 Wib
122 Ibid.
123 MonexNews, “Pengakuan Dosa IMF Menuai Kecaman di Yunani”,Jumat 7 Juni 2013
sebagaimana diakses pada http://www.monexnews.com diakses pada tanggal 01 Oktober 2016
Pukul 20.00 Wib
BAB IV

KEDUDUKAN NEGARA YANG DINYATAKAN BANGKRUT OLEH


INTERNATIONAL MONETARY FUND (IMF) BERDASARKAN
HUKUM INTERNASIONAL

A. Negara Bangkrut.

1. Pengertian Negara Bangkrut.

Istilah bangkrut mungkin sering didengar dan biasanya istilah ini

digunakan untuk perusahaan yang sudah tidak mampu beroprasi lagi.

Bangkrut dalam arti luas (sebuah negara) adalah dimana sebuah negara

tidak mampu lagi membayar hutang-hutangnya dan mata uang negara tersebut

menjadi tidak bernilai di mata dunia. Ini berarti negara tersebut tidak lagi mampu

membayar untuk barang-barang yang dibeli (impor).124

Sama seperti sebuah perusahaan, negara bangkrut atau menjelang bangkrut

memiliki indikasi tertentu, yaitu hilangnya kontrol atas wilayah negara,

ketidakmampuan memberikan pelayanan publik, banyaknya hutang negara,

tingginya tingkat korupsi dan kriminal, menurunnya perekonomian secara tajam

dan yang terakhir adalah ditinggalkan oleh penduduknya.125

Kasus bangkrutnya negara Islandia (Iceland) merupakan kasus pertama di

dunia dimana sebuah negara dikatakan bangkrut akibat krisis finansial global.

Islandia adalah sebuah negara berbasis kepulauan yang memiliki penduduk

sebanyak 320.000 jiwa dengan luas 103.000 km persegi yang berada di Atlantik

Utara. Negara ini terkenal dengan sumber mata air panas, geyser dan gunung api

124 https://elfri.wordpress.com/2009/05/27/bisakah-sebuah-negara-bangkrut/ diakses pada


tanggal 01 Oktober 2016 Pukul 20.00 Wib
125 http://www.orbitdigital.net/article/ negara-bisa-bangkrut diakses pada tanggal 01 Oktober
2016 Pukul 20.00 Wib

1
aktif. Islandia merdeka dan membentuk negara republik pada tahun 1944 dan

menjadi sebuah negara dengan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa. Namun di

akhir 2008 negara ini diserang serbuan krisis finansial dan membuat negara ini

seketika jatuh miskin.

Pada awal tahun 2000, akibat dari privatisasi sektor perbankan Islandia

juga mengalami booming kredit global. Seluruh bank melakukan expansi secara

luas ke seluruh dunia dan mata uang asing memenuhi negara tersebut dengan

pertumbuhan yang luar biasa. Kredit dikucurkan untuk pasar hipotek (mortgage)

baik lokal maupun di wilayah Inggris dan Skandinavia. Dalam waktu yang singkat

(5 tahun) seluruh bank berubah dari domestic lenders (peminjam lokal) menjadi

sebuah international financial intermediaries.126

Krisis global financial 2008 memperjelas ketergantungan ekonomi Islandia

pada sector perbankan. Sebagai akibatnya ekonomi tergara tersebut masuk ke

jurang keruntuhan. Pada bulan Oktober 2008, pemerintah mengambil alih kendali

3 Bank utama sebagai dukungan untuk menstabilitasasi sistem finansialnya.

Dalam waktu singkat Islandia menjadi negara pertama di Eropa yang meminta

IMF untuk emergency financial aid sejak tahun 1976.127

Bisnis tidak berjalan mulus, saham tidak bisa dijual untuk mendapatkan

uang dari bank. Bank terbesar di Islandia ditutup perdagangannya serta dinyatakan

bangkrut dan seluruh nasabah tidak dapat mengambil uangnya. Untuk mengatasi

masalah tersebut, pemerintah membuat sebuah perjanjian peminjaman dengan

126 Ibid
127 Ibid
Rusia senilai US$ 5.4 Milyar untuk menutupi kewajiban bank-bank tersebut.

Akibat lain adalah turunnya nilai mata uang Islandia menjadi tidak berharga.

2. Sebab dan Akibat Suatu Negara Dinyatakan Bangkrut.

Mengetahui sebab dan akibat suatu negara dinyatakan bangkrut dapat

dikemukakan contoh negara Yunani yang mengalami kebangkrutan. Yunani

dikabarkan bangkrut atau krisis keuangan karena tidak mampu membayar hutang

senilai 1,54 miliar euro (Rp 22 triliun) ke IMF yang jatuh tempo tanggal 6 juli

2015.128 Permasalahan keungan yunani ini sebenarnya sudah bermula sejak lama,

dan di tahun 2015 Yunani resmi dinyatakan bangkrut karena tidak mampu bayar

hutang ke IMF. Ini semua disebabkan karena manajemen perekonomian yunani

yang tidak rapi plus pelaku korupsi, dan banyaknya pengemplang pajak.

Beberapa negara yang selama ini memiliki perekonomian baik tetapi utang

mereka melonjak tinggi berpotensi mengalami kebangkrutan jika tidak segera

mencari solusi untuk mengatasinya. Negara tersebut seperti Jepang, Yunani,

Jamaika, Libanon, Italia, Barbados, Portugal, Irlandia, Amerika Serikat dan

Singapura.129

Berikut hal-hal yang terjadi jika negara bangkrut adalah:130

a. Pasar saham akan crash.

b. Semua lembaga keuangan akan gagal.

128 http://www.academia.edu/9593709/Studi_Kasus_Krisis_Finansial_Yunani, diakses pada


tanggal 01 Oktober 2016 Pukul 20.00 Wib
129 http://bisnis.liputan6.com/read/481965/ini-yang-terjadi-saat-negara-bangkrut diakses pada
tanggal 01 Oktober 2016 Pukul 20.00 Wib
130 Ibid.
c. Program pendanaan pemerintah akan berakhir sehingga tidak ada lagi

jaminan bagi masyarakat, seperti kesehatan, pertahanan, keamanan,

pendidikan, dukungan infrastruture seperti jalan dan lainnya. Ketika sebuah

negara bangkrut, maka banyak sistem di negara tersebut yang selama ini

menjadi ketergantungan rakyatnya hilang. Seperti, penghentian pasokan

listrik, aparat keamanan tak lagi bekerja, penutupan pompa bensin, toko-toko

kehabisan stok makanan, pekerja pos berhenti mengirim email, bank tutup dan

lainnya. Kondisi ini yang terjadi di Argentina pada 1999. Saat itu orang-orang

kaya mengambil uang mereka dan melarikan diri dari negara tersebut. US$ 40

miliar uang negara lari ke luar negeri dalam satu malam. Kondisi itu

mengakibatkan perbankan kolaps, diikuti keruntuhan mata uang nasional

negara itu. Warga Argentina begitu putus asa dan panik dan banyak dari

mereka bermalam di depan mesin teller otomatis untuk menarik uangnya.

Pemerintah pun membekukan semua rekening bank untuk satu tahun, hanya

memungkinkan orang untuk menarik sejumlah kecil sebesar $ 250 per

minggu.

d. Pelaku bisnis akan menutup usaha mereka sehingga tidak ada lagi

pekerjaan. Masih mengambil contoh dari Argentina. Pada bulan Desember

2001, konfrontasi antara polisi dan warga menjadi pemandangan umum, dan

kebakaran kerap terjadi di jalan utama di Buenos Aires. Presiden Argentina

mengumumkan keadaan darurat, yang hanya menyebabkan lebih banyak

konflik dan kekacauan. Akhirnya, situasi menjadi begitu kacau dan


diperkirakan 30.000-40.000 tunawisma dan pengangguran baru muncul

dengan mengais-ngais di jalan untuk bertahan hidup. Tingkat pengangguran

merupakan indikator yang sangat baik dari negara mana akan bangkrut

berikutnya. Korporasi tidak ingin mempercayakan masa depan mereka ke

negara yang tidak stabil dengan keuangan yang lemah. Pekerjaan sehingga

akan terwujud selama ekonomi yang baik telah pergi di tempat lain.

e. Ekspor dan produksi sulit. Produk Argentina ditolak oleh beberapa negara,

karena kekhawatiran produk yang diekspor merupakan barang gagal, atau

rusak. Pertanian juga terpengaruh. USDA menempatkan pembatasan pada

makanan Argentina dan obat-obatan tiba dari Amerika Serikat.

f. Terjadi kerusuhan massal sementara aparat keamanan tidak ada. Mereka

yang ditinggalkan akan merasa terjebak, muncul kemarahan dan sebagai

sasaran akan ditujukan ke bank, lembaga keuangan, dan instansi atau pejabat

pemerintah.

g. Setiap orang akan mulai saling melakukan segala cara untuk mendapatkan

pasokan makanan.

h. Orang kaya akan menguasai negara dan mengubah sistem demokrasi

menjadi kediktatoran.

i. Korupsi merajalela dan justru dilakukan oleh lembaga yang sebenarnya

mempunyai tugas pokok melindungi rakyat, masyarakat, dan negara terhadap

gangguan korupsi itu.

j. Hutang luar negeri yang semakin menumpuk.


B. Dasar Suatu Negara yang Dinyatakan Bangkrut Oleh International

Monetary Fund (IMF).

Lembaga keuangan internasional didirikan untuk menangani atau

mengatasi masalah-masalah keuangan yang bersifat internasional, baik berupa

bantuan pinjaman atau bantuan lainnya. Pemberian bantuan yang dilakukan oleh

lembaga keuangan internasional dapat bersifat lunak yang berarti dengan suku

bunga yang rendah dan jangka waktu pengembaliannya relatif panjang. Kemudian

bantuan internasional juga dilakukan dengan tujuan komersil, yang biasanya

dilakukan oleh lembaga keuangan internasional swasta.

Dana Moneter Internasional (DMI) atau International Monetary Fund

(IMF) adalah organisasi internasional yang bertanggung jawab dalam mengatur

sistem finansial global dan menyediakan pinjaman kepada negara anggotanya

untuk membantu masalah-masalah keseimbangan neraca keuangan masing-

masing negara. Salah satu misinya adalah membantu negara-negara yang

mengalami kesulitan ekonomi yang serius, dan sebagai imbalannya, negara

tersebut diwajibkan melakukan kebijakan-kebijakan tertentu, misalnya privatisasi

badan usaha milik negara.

Ciri-ciri kebangkrutan sebuah negara menurut International Monetary

Fund (IMF) adalah karena negara tersebut mengalami gagal bayar utang. Contoh

negara yang mengalami kebangkuran adalah :131

1. Yunani resmi menjadi negara bangkrut setelah tidak bisa membayar

utangnya ke International Monetary Fund (IMF) sekitar Rp. 22 triliun yang

jatuh tempo 30 Juni 2015. Yunani menambah panjang daftar negaranegara di


131 http://bisnis.liputan6.com/read/481965, Op.Cit.
dunia yang lebih dulu dinyatakan bangkrut secara ekonomi. 132 Pada Maret

2012 lalu, Yunani juga tidak bisa membayar utang-utangnya senilai USD138

miliar, atau sekitar Rp1.794 triliun. Namun, Yunani mendapat bantuan dari

partnernya di Eropa berupa suntikan dana (bailout). Ini yang menjadi pemicu

terjadinya krisis lanjutan di Yunani saat ini.

2. Argentina dengan utang USD95 miliar.

Pada November 2001, mata uang Argentina dipatok sama dengan dolar AS

dalam bertahun-tahun. Namun ternyata, nilai tukar mata uang Argentina

dengan mata uang asing menjadi tidak akurat. Akhirnya muncul kepanikan,

dan warga Argentina mulai menarik uang dari perbankan, namun ditahan oleh

pemeintahnya. Pada Juli 2014, Argentina dinyatakan gagal bayar (default),

tidak bisa membayar utangnya kepada kreditur.

3. Jamaika dengan utang USD7,9 miliar

Kejadiannya pada Februari 2010, pemerintah negara ini melakukan belanja

anggaran besar bertahun-tahun, dan tingginya inflasi membuat Jamaika tidak

bisa membayar utang-utangnya. Saat itu, 40% dari anggaran pemerintah

dialokasikan untuk membayar utang. Ekonomi Jamaika yang bergantung pada

pariwisata, menderita karena resesi ekonomi di AS pada akhir 2008.

4. Ekuador dengan utang USD3,2 miliar

Pada Desember 2008, Ekuador menyatakan tak mau membayar utangnya.

Presiden Ekuador saat itu, Rafael Correa mengatakan tidak kepada

krediturnya. Alasannya, utang-utang dari hedge fund asal Amerika Serikat

(AS) dinilai tidak bermoral.


132 Ibid.
5. Zimbabwe dengan utang USD4,5 miliar

Pada 2008, Zimbabwe, salah satu negara di kawasan Afrika juga mencatatkan

kisah kelam dalam sejarah perekonomiannya. Kala itu, salah satu negara

miskin di Afrika ini terlilit utang sebesar USD4,5 miliar.

6. Nauru dengan utang USD240 miliar.

Nauru di era tahun 1980-an merupakan negara makmur. Namun Nauru

akhirnya bangkrut karena pemerintah telah melakukan investasi buruk

sehingga memaksa negara melakukan pinjaman. Pada 2001, Nauru membuat

perjanjian dengan Australia untuk melakukan pinjaman yang membuatnya

menjadi ketergantungan. Utangnya mencapai USD240 miliar.

Indikasi kebangkrutan suatu negara adalah:133

1. Hilangnya kontrol atas wilayah negara.

2. Ketidakmampuan memberikan pelayanan publik.

3. Banyaknya hutang negara.

4. Tingginya tingkat korupsi dan kriminal.

5. Menurunnya perekonomian secara tajam.

6. Ditinggalkan oleh penduduknya.

Hal yang terjadi jika negara bangkrut adalah:134

1. Pasar saham akan crash

2. Setiap orang akan mulai saling melakukan segala cara untuk mendapatkan

pasokan makanan

133 http://www.academia.edu/9593709, Op.Cit.


134 Ibid.
3. Korupsi merajalela dan justru dilakukan oleh lembaga yang sebenarnya

mempunyai tugas pokok melindungi rakyat, masyarakat, dan negara terhadap

gangguan korupsi itu.

4. Semua lembaga keuangan akan gagal

5. Orang kaya akan menguasai negara dan mengubah

6. Utang luar negeri yang semakin menumpuk

7. Pelaku bisnis akan menutup usaha mereka sehingga tidak ada lagi

pekerjaan

8. Ekspor dan produksi sulit

9. Terjadi kerusuhan massal sementara aparat keamanan tidak ada

C. Penyelesaian Suatu Negara yang Dinyatakan Bangkrut Oleh

International Monetary Fund (IMF) Menurut Hukum Internasional

Setiap negara dalam memenuhi kebutuhannya akan mengadakan hubungan

dengan negara lain. Baik dengan tujuan ekonomi, sosial, politik serta kebudayaan.

Dengan meluasnya hubungan tersebut maka tidak menutup kemungkinan suatu

negara akan mempunyai hubungan dengan tidak hanya dengan satu negara

tertentu saja namun hampir seluruh negara di dunia.

Untuk menentukan penerapan arti kata diplomatik itu sendiri belum

terdapat keseragaman yang pasti, yang dikarenakan banyaknya pendapat para ahli

hukum yang berbeda, sehingga berbeda pula pengertian yang dikemukakan.

Penggunaan kata “Diplomatik” yang berbeda didasarkan menurut

penggunaannya:135

135 Sumaryo Suryokusumo, Hukum Diplomatik Teori dan Kasus, Alumni, Bandung, 1995, hlm.2
1. Ada yang menyamakan dengan “politik luar negeri” bila digunakan dalam

“Diplomatik RI di Afrika perlu ditingkatkan”.

2. Diplomatik dapat pula diartikan sebagai “perundingan” seperti sering

dinyatakan bahwa “masalah Timur Tengah hanya dapat diselesaikan melalui

diplomasi”. Jadi dengan perkataan lain diplomasi disini merupakan satu-

satunya mekanisme, yaitu melalui perundingan.

3. Dapat pula diplomasi diartikan sebagai “dinas luar negeri” seperti dalam

ungkapan “selama ini ia bekerja untuk diplomatik”.

4. Ada juga yang menggunakan secara kiasan seperti “Ia pandai

berdiplomasi” yang berarti “bersilat lidah”.

Sebagai pemahaman lebih jauh, Ian Brownlie memberikan pengertian

diplomasi yaitu: “…. Diplomacy comprises any means by which states establish

or maintain mutual relations, communicate with eachother, or carry out political

or legal transactions. In each case through their authorize

agents”.Terjemahannya: Hubungan Diplomatik yang dimiliki tiap-tiap negara

untuk mendirikan atau memelihara komunikasi yang secara harmonis satu sama

lain, atau melaksanakan politik atau transaksi-transaksi yang sah dalam tiap-tiap

kasus melalui wewenang tiap-tiap negara.136

Hal senada juga dijelaskan oleh NA Maryan Green: The Chief purpose of

establishing diplomatic relations and permanent missions is to serve as means

byand through which states are able to communicate with each other, yang artinya

pembukaan hubungan diplomatik dan misi yang tetap yakni untuk melayani dan

136 Syahmin Ak, Op.Cit. hlm.228


digunakan sebagai alat sehingga negara-negara tertentu dapat saling

berkomunikasi.137

Sedangkan menurut E. Satow, menjelaskan: “ Diplomacy is the

application of intelegence and act to the conduct of official relations between the

governments of independent states, extending sometimes also to their relations

with vassal states or more brierly still, the conduct of business between states by

peaceful means”. Terjemahannya: Penerapan Hubungan Diplomatik secara resmi

diantara negara-negara maju dengan negara-negara yang sedang berkembang yang

bertujuan membentuk kedamaian.138

Pengertian yang diberikannya lebih ditujukan kepada subjek para

perwakilan diplomatik yakni mengenai tingkah laku, perbuatan yang

diperbolehkan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pejabat diplomatik.

Pengertian lain dari diplomacy adalah cara-cara dan bentuk yang dilakukan dalam

pendekatan dan berunding dengan negara lain untuk mengembangkan hubungan

antar negara.139

Dari beberapa pengertian tersebut dapat dilihat bahwa untuk adanya

hubungan diplomatik itu harus terdapat beberapa faktor yang mendukung, antara

lain:140

1. Adanya hubungan antar negara untuk merintis kerjasama dan persahabatan

2. Hubungan tersebut dilakukan melalui pertukaran misi diplomatik,

termasuk para pejabatnya

137 Ibid.
138 Ibid.
139Boer Mouna, Op.Cit, hlm.465
140 Syahmin A.K, Op. Cit, hlm.229
3. Para pejabat diplomatik tersebut harus diakui statusnya sebagai misi

diplomatik

4. Agar para diplomat tersebut dapat melakukan tugas dan fungsinya dengan

efisien, mereka perlu diberikan kekebalan dan keistimewaan diplomatik yang

didasarkan dalam hukum diplomatik, hukum kebiasaan internasional serta

perjanjian-perjanjian lainnya yang menyangkut hubungan diplomatik antar

negara.

Hubungan Diplomatik berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

Hal ini dapat terjadi bila diperhatikan kebutuhan manusia itu sendiri sehingga ia

memerlukan orang lain. Begitu juga dengan hubungan diplomatik sebagai suatu

lembaga yang mempunyai maksud untuk bernegosiasi dengan negara lain sebagai

pencapaian suatu tujuan adalah sama tuanya dengan sejarah. Perkembangan ini

dapat kita lihat melalui contoh-contoh pengiriman perwakilan diplomatik bangsa-

bangsa.

Bermula dari hubungan antar manusia, kemudian berkembang kepada

kebutuhan suatu kelompok dengan kelompok lainnya dan semakin lama meluas

menjadi hubungan yang lebih luas antara satu negara dengan negara lain sebagai

kelompok manusia yang paling besar.

Thucydides, seorang sarjana Yunani mengatakan bahwa pada dasarnya

hubungan diplomatik tersebut telah lama ada.Negara Yunanai telah mengenal

hubungan ini pada zaman Romawi, terbukti dengan upacara yang diadakan setiap

tahun dalam rangka menerima misi-misi negara tetangga.Disamping itu telah

dikenal pula beberapa perjanjian-perjanjian atau traktat yang mengatur pola


hubungan diplomatik tersebut.Missionaris yang datang tersebut selalu

diperlakukan dengan khas, dihormati serta dijamin keselamatannya sekaligus

diberikan berbagai fasilitas dan keistimewaannya.141

Bukti bahwasanya missi diplomatik telah dikenal sejak dahulu dalam

pergaulan antar bangsa dapat kita lihat bahwa terdapat dalam beberapa traktat

seperti traktat yang dibuat oleh Raja Ennatum dari negara Lagash (Messopotamia)

dengan kota Umma yang dikalahkannya. Perjanjian tersebut diperkirakan berusia

diatas 1000 tahun dihitung sejak perjanjian selanjutnya ditemukan orang yang

bertuliskan dalam bahasa Someriah.Demikian juga halnya di Mesir, ditemukan

pula data (traktat) pada batu yang dipahat yakni mengenai raja-raja Mesir dengan

Kheta pada tahun 2000 SM.

Pengiriman dan penerimaan oleh bangsa-bangsa kuno ditandai

bahwasanya walaupun tidak ada hukum internasional modern yang diketahui, para

duta besar dimana-mana menikmati perlindungan khusus dan kekebalan tertentu,

walaupun tidak berdasarkan hukum namun berdasarkan agama, duta besar

dianggap amat suci.142

Walaupun kedutaan tetap tidak diketahui hingga akhir abad pertengahan,

kenyataan bahwa Paus mempunyai perwakilan tetap disebut aprocrisiarri.Namun

hal ini tidak sampai pada abad ke-13 bahwa duta tetap yang pertama membuat

kemunculannya. Republik Italia dan Venesia khususnya, mengambil contoh

dengan terus menempatkan perwakilan-perwakilannya pada ibukota-ibukota yang

141Mohd. Sanwani Nst, Sulaiman, Bachtiar Hamzah, Hukum Internasional (Suatu pengantar),
Kelompok Studi Hukum & Masyarakat, F.H, USU, Medan, 1992, hlm.68
142 Ibid
lain untuk menegosiasikan urusan dan permasalahan internasional mereka dengan

lebih baik.143

Menurut Baharuddin A. Ubani, perwakilan diplomatik yang bertindak

sebagai saluran diplomasi negara mempunyai fungsi ganda, yaitu:144

1. Menyalurkan kepada pemerintah negara pemerintah mengenai politik luar

negeri pemerintah diplomat tersebut, serta penjelasan seperlunya tentang

negaranya untuk menumbuhkan pengertian yang baik dan mendalam

mengenai negaranya.

2. Menyalurkan kepada pemerintah negaranya perihal politik luar negeri

penerima dan melaporkan semua kejadian, peristiwa serta perkembangan

setempat, lengkap dengan keterangan dan penjelasan keadaan setempat.

Penjelasan dan analisis yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam menentukan politik luar negerinya

Negara dalam rangka membangun kembali perekonomian agar segera

keluar dari krisis keuangan, maka negara tersebut meminta bantuan dari lembaga-

lembaga keuangan internasional, salah satunya International Monetary Fund

(IMF) dengan harapan dapat memberikan bantuan secara ekonomi agar segera

terbebas dari krisis tersebut. IMF bersedia memberikan paket bantuan, namun

sebagai konsekuensinya maka negara yang meneriba bantuan harus tunduk pada

syarat-syarat yang diajukan, antara lain harus dilakukan deregulasi terhadap

peraturan-peraturan yang ada.

143 Ibid
144 Syahmin Ak, Op.Cit, hlm.239
Sebagai salah satu Lembaga Bretton Woods (Bretton Woods Institution),

IMF memiliki esensi mengekspresikan prinsip tentang bagaimana perdagangan

dan pembayaran internasional harus dilakukan serta memberikan keabsahannya. 145

Berbasis pada esensi itu, IMF mengkonsentrasikan diri pada tujuan-tujuan yang

secara substansial dimuat dalam Pasal I The Articles of Agreement IMF yaitu

sebagai berikut:146

1. Untuk mempromosikan kerjasama moneter internasional melalui lembaga

permanen yang menyediakan mekanisme untuk konsultasi dan kolaborasi

tentang masalah moneter internasional

2. Untuk memudahkan perluasan dan pertumbuhan yang seimbang dari

perdagangan internasional, dan dengan demikian ikut mendukung pembinaan

dan pemeliharaan tingkat kesempatan kerja maupun pendapatan riil yang

tinggi dan pengembangan sumber daya produktif semua anggota sebagai

tujuan utama kebijakan ekonomi.

3. Untuk mempromosikan stabilitas nilai tukar, untuk memelihara pengaturan

pertukaran yang tertib di antara anggota, dan untuk menghindari depresiasi

pertukaran yang kompetitif.

4. Untuk membantu pembentukan sistem pembayaran multilateral dalam

rangka menghormati transaksi berjalan antara anggota dan untuk

menghapuskan pembatasan valuta asing yang menghambat pertumbuhan

perdagangan dunia.

5. Untuk memberikan kepercayaan diri bagi para anggotanya dengan

menyediakan sumber daya umum IMF yang tersedia bagi mereka dengan tetap

145 Jelly Leviza, Op.Cit, hlm.25


146 Article I (1) Article of Agreements International Moneter Fund
menjaga keamanan sumber daya secara memadai, sehingga mampu memberi

kesempatan kepada anggota untuk mengoreksi ketidaksesuaian dalam neraca

pembayaran mereka tanpa mengambil langkah-langkah yang menghambat

kemakmuran nasional atau internasional.

6. Sejalan dengan hal di atas, untuk memperpendek waktu dan mengurangi

tingkat ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran internasional para

anggota.

Tujuan IMF juga semakin signifikan karena meluasnya keanggotaan.

Jumlah negara anggota IMF sudah bertambah empat kali lipat dibandingkan awal

pembentukannya.147

Meluasnya keanggotaan IMF dan perubahan di dalam perekonomian

dunia, telah membuat IMF beradaptasi dengan bertanggung jawab mengatur

sistem finansial global dan menyediakan pinjaman kepada negara anggotanya

untuk membantu masalah-masalah keuangan. Salah satu misinya adalah

membantu negara-negara yang mengalami kesulitan ekonomi yang serius, dan

sebagai imbalannya, negara tersebut diwajibkan melakukan kebijakan-kebijakan

tertentu, misalnya privatisasi badan usaha milik negara.

Semua tindakan, kebijakan dan keputusan IMF dibuat berdasarkan tujuan-

tujuan yang ditentukan dalam Anggaran Dasarnya dan untuk mencapai tujuan

tersebut, IMF melakukan:148

1. Pemantauan perkembangan dan kebijakan ekonomi dan keuangan dari

negara-negara anggotanya dan pada tingkat global, dan memberikan nasihat

147 Jelly Leviza, Op.Cit, hlm27


148 Seksi Grafik IMF, “Buku Pedoman tentang IMF: Apakah Dana Moneter Internasional
itu?”,N.W Washington D.C: 2001, hlm.3.
dan masukan kebijakan kepada anggotanya berdasarkan pengalamannya yang

lebih dari lima puluh tahun.

2. Memberikan pinjaman kepada negara anggota yang menghadapi masalah

neraca pembayaran, juga untuk mendukung proses penyesuaian dan kebijakan

reformasi yang bertujuan untuk mengoreksi permasalahan medasar

perekonomian.

3. Menyediakan bantuan teknis dan pelatihan di bidang yang menjadi

keahliannya kepada pemerintah dan bank sentral dari negara anggotanya.

4. Berkolaborasi secara aktif dengan Bank Dunia, bank-bank pembangunan

regional, Organisasi Perdagangan Dunia, lembaga-lembaga PBB, dan badan-

badan internasional lainnya. IMF dan Bank Dunia bekerja secara erat di

bidang lain termasuk penilaian sektor keuangan.

Dekade 1970-an yang ditandai oleh serangkaian krisis finansial turut

mendorong proses perombakan peranan IMF dalam pasar-pasar keuangan

internasional yaitu membantu sejumlah negara dengan cara yang komprehensif.

Tahun 1996, Bank Dunia dan IMF membuka Inisiatif HIPC149 untuk

mengurangi beban hutang negara termiskin di dunia. Inisiatif ini dipandang

sebagai sarana untuk membantu negara bersangkutan mencapai pertumbuhan

ekonomi dan mengurangi kemiskinan. Selain itu, IMF juga menyediakan

dukungan bagi pemerintah yang sedang membangun strategi mereka, tetapi tanpa

menentukan hasil akhir.

149 Heavily Indebted Poor Countries (HIPC) merupakan kelompok negara penghutang
berpendapatan rendah. Selengkapnya dalam http://www.imf.org/external/np/exr/facts/hipc.htm
diakses pada tanggal 01 Oktober 2016 Pukul 21.00 Wib.
Adapun sejumlah fasilitas Pinjaman IMF terhadap anggota ialah sebagai

berikut: 150

1. Fasilitas Pinjaman Siaga adalah inti kebijakan pinjaman IMF. Skema ini

memberikan kepastian kepada negara anggota bahwa bantuan pinjaman siaga

digunakan sampai sejumlah tertentu, biasanya selama 12–18 bulan, untuk

mengatasai masalah neraca pembayaran jangka pendek.

2. Fasilitas Pendanaan yang Lebih Panjang. Dukungan IMF bagi anggotanya

berdasarkan Fasilitas ini memberikan kepastian bahwa sebuah negara anggota

bisa menarik sampai sejumlah tertentu, biasanya selama tiga sampai empat

tahun, untuk membantu negara itu mengatasi masalah ekonomi struktural yang

menyebabkan kelemahan serius dalam neraca pembayarannya.

3. Fasilitas Pertumbuhan dan Pengurangan Kemiskinan adalah fasilitas

berbunga rendah untuk membantu negara anggota termiskin menghadapi

masalah neraca pembayaran yang terlalu lama. Biaya bagi para peminjam

disubsidi melalui hasil dari penjualan emas milik IMF di masa lalu, bersama

dengan pinjaman dan dana bantuan yang disediakan kepada IMF untuk tujuan

tersebut oleh anggota-anggotanya.

4. Fasilitas Cadangan Tambahan, menyediakan pembiayaan jangka pendek

tambahan kepada negara anggota yang mengalami kesulitan neraca

pembayaran yang terkecuali karena hilangnya kepercayaan pasar yang

mendadak dan mengganggu yang tercermin dalam arus modal keluar.

5. Kredit Kontinen (Contingent Credit Lines—CCL). Bantuan untuk

memudahkan anggota melaksanakan kebijakan ekonomi kuat agar

150 Syamsul Arifin, IMF dan Stabilitas Keuangan Internasional: SuatuTinjauan Kritis, Elex
Media Komputindo, Jakarta, 2007, hlm.91
memperoleh pembiayaan IMF jangka pendek ketika menghadapi hilangnya

kepercayaan pasar yang mendadak dan mengganggu, biasanga diakibatkan

dari “penularan” kesulitan di negara lain.

6. Bantuan Darurat yang diperkenalkan tahun 1962 untuk membantu negara

anggota mengatasi masalah neraca pembayaran yang timbul dari bencana alam

yang mendadak dan tidak disangka, bentuk bantuan ini diperpanjang di tahun

1995 untuk mencakup situasi tertentu di mana anggota telah keluar dari

konflik militer, untuk membantu pembangunan kapasitas administratif dan

institusional.

Dalam level akuntabilitas, IMF bertanggung jawab kepada negara anggota,

dan pertanggung-jawaban ini penting untuk efektifitasnya. Secara struktur,

pekerjaan sehari-hari IMF dilaksanakan oleh IMF memiliki Dewan Gubernur,

Dewan Eksekutif, seorang Direktur Pelaksana, dan staff, dan penasihat sebagai

berikut :151

1. Dewan Gubernur, di mana semua anggota negara terwakili, adalah

kekuasaan tertinggi dalan organisasi IMF. Setiap negara anggota menunjuk

seorang Gubernur biasanya menteri keuangan negara tersebut atau Gubernur

bank sentral negara (atau seorang ekonom senior yang dipercaya) dan seorang

Gubernur Alternatif. Dewan Gubernur berhak untuk memilih dan menunjuk

Direktur Eksekutif yang merupakan arbiter utama pada isu terkait penafsiran

Anggaran Dasar Perjanjian IMF. Isu-isu kebijakan kunci yang berkaitan

dengan sistem moneter internasional dipertimbangkan dua kali per tahun

dalam komisi Gubernur yang disebut Komite Keuangan dan Moneter

151 Articles XII (1) Articles of Agreements International Monetary Fund (IMF)
Internasional Pertemuan Tahunan biasanya termasuk dua hari sesi pleno, di

mana para Gubernur berkonsultasi satu sama lain dan menyampaikan

pandangan negara-negara mereka untuk isu-isu di bidang ekonomi dan

keuangan internasional. Selama Rapat, Dewan Gubernur juga membuat

keputusan tentang bagaimana isu-isu moneter internasional terkini harus

ditangani dan menyetujui resolusi yang sesuai. Pertemuan Tahunan dipimpin

oleh seorang Gubernur dengan kepemimpinan yang bergilir di antara

keanggotaan setiap tahun. Setiap dua tahun, pada saat Rapat Tahunan,

Gubernur Bank memilih Direktur Eksekutif dan Dewan Eksekutif.152

2. Dewan Eksekutif, Dewan Eksekutif, pihak yang bertanggung jawab untuk

menjalankan usaha IMF, dan untuk tujuan ini akan menjalankan segala

wewenang yang didelegasikan kepadanya melalui Dewan Gubernur. Dewan

Eksekutif terdiri dari Direktur Eksekutif dengan Direktur Pelaksana.153

3. Direktur Pelaksana dan Staff : Dewan Eksekutif memilih seorang Direktur

Pelaksana yang bukan merupakan Gubernur atau Direktur Eksekutif. Direktur

Pelaksana tersebut akan menjadi ketua dari Dewan Eksekutif, tapi tidak

memiliki suara dalam pengambilan keputusan dalam hal pembagian yang rata.

Direktur Pelaksana akan menjadi kepala staf operasional IMF dan

menjalankan, berdasarkan pengarahan dari Dewan Eksekutif, usaha IMF.

Berdasarkan pengawasan umum dari Dewan Eksekutif, bertanggung jawab

untuk organisasi, penunjukan, dan pembubaran staff IMF. Direktur Pelaksana

dan staff IMF, tidak akan tunduk kepada kekuasaan selain dari IMF. Setiap

152 Articles XII (2) Articles of Agreements International Monetary Fund (IMF)
153 Articles XII (3) Articles of Agreements International Monetary Fund (IMF)
anggota IMF tunduk terhadap ketentuan ini dan tidak mempengaruhi staff

tersebut dalam pelaksanaan fungsinya.154

Pejabat IMF adalah pegawai sipil internasional yang bertanggung jawab

kepada IMF, tidak kepada pemerintah nasionalnya (negaranya). Organisasi ini

memiliki sekitar dua pertiga para ahli ekonomi sebagai staf professional. Ada 80

perwakilan ditempatkan di negara anggota untuk membantu memberi nasihat

tentang kebijakan ekonomi. IMF mempunyai kantor penghubung di Paris dan

Tokyo untuk melaksanakan hubungan dengan lembaga regional dan internasional,

serta dengan lembaga swadaya masyarakat; IMF juga berkantor di New York dan

Jenewa, sebagai penghubung ke lembaga lain di dalam sistem PBB.155

Ada satu komite gabungan Dewan Gubernur IMF dan Bank Dunia disebut

Komite Pembangunan, yang bertugas memberi nasihat dan melaporkan kepada

Dewan Gubernur IMF dan Bank Dunia tentang kebijakan pembangunan,

ekonomi, dan hal-hal lain yang penting bagi negara-negara berkembang. Tujuan

utama pembentukan IMF adalah sebagai organisasi internasional yang meliputi

upaya promosi perluasan secara seimbang perdagangan dunia, stabilitas nilai

tukar, pencegahan devalusasi mata uang kompetitif, dan mengoreksi secara tertib

persoalan neraca pembayaran suatu negara.

Umumnya berbagai mandat IMF tersebut juga disempurnakan dengan

melaksanakan fungsi pengawasannya yang dikemas dalam tiga cara berikut:

1. Pengawasan Negara. Dalam bentuk konsultasi komprehensif teratur

(biasanya tahunan) dengan negara anggota secara individu tentang kebijakan-

kebijakan ekonomi mereka, dengan diskusi interim seperlunya. Konsultasi

154 Articles XII (4) Articles of Agreements International Monetary Fund (IMF)
155 Jeremy Clift, “Buku Pedoman Tentang IMF”, Washington, 2003. hlm, 13
tersebut disebut “Article IV Consultations” karena dimandatkan oleh Pasal IV

piagam IMF.156

2. Pengawasan Global. Menyangkut peninjauan kecenderungan dan

perkembangan ekonomi global oleh Dewan Eksekutif IMF. Pengkajian utama

semacam ini adalah berdasarkan pada laporan Ramalan Ekonomi Dunia

(World Economic Outlook) disiapkan oleh staf IMF, biasanya dua kali setahun,

sebelum pertemuan Panitia Moneter dan Keuangan Internasional yang

diadakan dua kali setahun. Elemen lain dalam pengawasan global IMF adalah

biasanya diskusi tahunan Dewan tentang isu pembangunan, prospek, dan

kebijakan dalam pasar modal internasional, laporan staf tentang hal-hal ini

juga diterbitkan. Dewan Eksekutif juga mengadakan diskusi informal yang

lebih sering tentang perkembangan pasar dan ekonomi dunia.

3. Pengawasan Regional. IMF memeriksa kebijakan yang dilaksanakan

berdasarkan perjanjian regional. Ini termasuk, misalnya, diskusi Dewan

tentang perkembangan di Uni Eropa, Uni Moneter dan Ekonomi Afrika Barat,

Komunitas Moneter dan Ekonomi Afrika Tengah, dan Uni Mata Uang Karibia

Bagian Timur. Manajemen dan staf IMF juga berpartisipasi dalam diskusi

pengawasan kelompok negara semacam itu seperti G-7 (Kelompok Tujuh

negara industri utama) dan forum APEC (Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik).

Salah satu mandat IMF yang penting adalah penegasan fasilitas

pembiayaan yang bersifat kondisional (bersyarat), dalam arti pemerintah negara

penerima harus memenuhi serangkaian syarat yang ditentukan oleh IMF sesuai

dengan tujuan pemberian pinjaman itu sendiri. Selama 25 tahun pertama

156 Article IV, Article of Agreements International Moneter Fund


pendiriannya, distribusi dana IMF mulai menetapkan kebijakan ekonomi yang

harus ditempuh oleh negara penerima atau disebut kondisionalitas.

Kondisionalitas ini dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas

penggunaan sumber daya IMF dengan mendorong pihak penerima untuk berlaku

sedemikian rupa guna mengatasi kekacauan neraca pembayaran secepat mungkin.

IMF menekankan negara terlibat juga dalam kebijakan yang dapat mereka kontrol

yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.157

Kondisionalitas ini diinterpretasikan oleh pejabat-pejabat IMF dalam

ketentuan Pasal V Bagian 3 (a) Anggaran Dasar IMF khususnya pada kalimat:

”conditions governing the use of the Fund’s general resources” atau diartikan

sebagai kondisi-kondisi yang berkaitan dengan penggunaan sumber-sumber daya

umum IMF. Bunyi lengkap dari pasal tersebut, yakni: “The Fund shall adopt

policies on the use of its general resources, including policies on stand by or

similar arrangements and may adopt special policies for special balance of

payment problem, that will assist members to solve their balance of payment

problem in a manner consistent with the provisions of this Agreement and that

will establish adequate safeguards for the temporary use of the general resources

of the Fund”.158

Hal ini kemudian dilanjutkan dengan prinsip dan pedoman-pedoman

kondisionalitas yang diterapkan dalam penggunaan sumber dana umum IMF

seperti disebut dalam Keputusan Dewan Eksekutif IMF tanggal 2 Maret 1979. 159

Tujuan pencanangan kondisionalitas ini tidak bergeser jauh dari tujuan

157 Forum Ekonomi International Monetary Fund, “Persyaratan IMF: Sebanyak apa cukup itu”,
Washington DC. 2001, diakses pada tanggal 01 Oktober 2016 Pukul 21.00 Wib.
158 Jelly Leviza, op. Cit., hlm.66
159 Ibid.
makroekonomi dari program-program IMF yaitu untuk memastikan bahwa upaya-

upaya yang dilakukan oleh negara peminjam guna mencapai keseimbangan

eksternal tidak bersifat destruktif terhadap kemakmuran, nasionalnya.

Kondisionalitas diimplementasikan dalam program-program yang telah dirancang

kemudian dipantau apakah kebijakan telah ditempuh dalam waktu dan cara

tepat.160

Policy program” tersebut kemudian dideskripsikan dalam suatu Letter of

Intent (LoI) dengan suatu Memorandum of Economic and Financial Policies

untuk diajukan sebagai permohonan pinjaman dan bermuara pada kesepakatan.161

160 Tujuan makroekonomi dari program-program bantuan IMF menurut Pedoman


Kondisionalitas yaitu untuk untuk menyelesaikan masalah-masalah neraca pembayaran tanpa
menimbulkan langkah destruktif bagi kesejahteraan nasional. Chandrasekhar, “IMF-World Bank:
Search for Legitimacy”, Businessline, Chennai, Oktober 2002, diakses pada tanggal 01 Oktober
2016 Pukul 21.00 Wib.
161 Letter of Intent (LoI) atau nota kesepakatan adalah dokumen yang berisi apa yang harus
dilakukan oleh sebuah negara agar bisa memperoleh pinjaman IMF. LoI memuat kebijakan-
kebijakan berskala besar yang harus diimplementasikan oleh pemerintah. IMF, “About Country
Policy Intentions Documents” sebagaimana dikutip dari
http://www.imf.org/external/np/loi/mepuba.htm#loi diakses pada tanggal 01 Oktober 2016 Pukul
21.00 Wib.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka diperoleh

kesimpulan yaitu :

1. Kedudukan International Monetary Fund (IMF) dalam hukum

internasional terbukti memiliki personalitas sebagai subjek hukum

internasional menurut hukum yang mengaturnya, seperti penjelasan berikut:

a. IMF memiliki kapasitas membuat perjanjian-perjanjian

internasional berdasarkan Lisbon Treaty Pasal 2 (B) TEU dan Pasal 216

(1), Pasal 220 (1) TFEU serta Pasal IX (2) tentang “Status of Fund” dan

Pasal IX dari AD IMF.

b. IMF memiliki kapasitas berhubungan dengan subjek hukum

internasional lain menurut Lisbon Treaty Pasal 2(b) TEU dan Pasal 216

dan berdasarkan ketentuan pasal X dan XI AD-IMF.

Personalitas ini memampukan IMF dalam mengerjakan tujuan dan

kegiatannya di mata hukum internasional. Seperti IMF dalam memajukan

kerja sama moneter internasional melalui institusi yang menyediakan berbagai

fasilitas terkait (Pasal 1 Articles of Agreements).

2. Kewenangan International Monetary Fund (IMF) dalam penanganan

krisis ekonomi global didasarkan pada ketentuan Pasal V (2) Anggaran Dasar

IMF yang menekankan IMF bertindak memberi bantuan sepanjang diminta

oleh negara peminjam. Pasal X Anggaran Dasar IMF juga memungkinkan

1
IMF membentuk perjanjian internasional dengan subjek lain. Economic

Adjustment Programme Greece: Memorandum of Understanding on Specific

Economic Policy Conditionality. Kewenangan IMF sejalan dengan amanat

dan mandat konstitusi sehingga peranan IMF dikaitkan dengan

kewenangannya tidak dapat dikatakan sebuah pelanggaran secara yuridis.

3. Kedudukan negara yang dinyatakan bangkrut oleh International Monetary

Fund (IMF) berdasarkan hukum internasional, maka program pendanaan

pemerintah akan berakhir sehingga tidak ada lagi jaminan bagi masyarakat,

seperti kesehatan, pertahanan, keamanan, pendidikan, dukungan infrastruture

seperti jalan dan lainnya dan banyak sistem di negara tersebut yang selama ini

menjadi ketergantungan rakyatnya hilang.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan :

1. Berdasarkan kedudukan IMF sebagai organisasi internasional yang

memiliki mandat atau kewenangan sesuai Anggaran Dasar, maka diharapkan

IMF tidak melakukan tindakan di luar batas kewenangan tersebut. Keduanya

dibatasi oleh Anggaran Dasar sebagai hukum tertinggi dalam aktivitasnya.

2. IMF diharapkan tetap fokus dalam penanganan masalah krisis ekonomi

atau neraca pembayaran yang dialami negara anggotanya. Sebab, organisasi

internasional memang dibatasi oleh kewenangan konstitusional dan tidak

dibenarkan berada diluar ketentuan-ketentuan tersebut (prima facie).

3. Peranan IMF dalam menangani krisis diharapkan tidak memaksakan

terlalu banyak prasyarat (conditionalities), sebagian di antaranya bersifat


politis dan sering masuk dalam wilayah mikro-ekonomi, yang berada di luar

mandat dan kompetensi IMF. Prasyarat yang berlebihan tersebut menimbulkan

program IMF tidak memiliki fokus dan justru kehilangan prioritas dalam

penanganan krisis.
1

Anda mungkin juga menyukai