Anda di halaman 1dari 6

Nama : M NUR IKHSAN

NIM : 1817303065

Prodi : HTN

Tugas Hukum Diplomasi

Forum G20 sebagai ajang solusi pemulihan kehidupan Negara

The Group of Twenty ( G20 ) nama ini sebelumnya mungkin pernah kalian
dengar? Mungkin setelah di boikotnya Rusia dari keanggotaan G20 oleh Amerika
Serikat barulah kita sering mendengar nama organisasi kumpulan Negara ini.
Mengetahui sejarah berdirinya The Group of Twenty (G20) tentunya dapat
meningkatkan wawasan kita tentang sebagaimana pengaruh G20 terhadap dunia
termasuk kehidupan kita saat ini. Sejarah The Group of Twenty (G20) sendiri dibentuk
tahun 1999 pada awalnya merupakan pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur
Bank Sentral dalam upaya memperluas pembahasan kebijakan yang bermanfaat untuk
menyelesaikan krisis ekonomi dan keuangan global.

Sebagai forum ekonomi G20 beranggotakan 19 negara, yaitu AS, Argentina,


Brasil, Australia, Kanada, Meksiko, Turki, Indonesia, Korea Selatan, Jepang, China,
Jerman, Inggris, India, Arab Saudi, Afrika Selatan, Italia, Prancis, Rusia, dan satu
organisasi regional yaitu Uni Eropa Adapun Managing Director International Monetary
Fund (IMF) dan Presiden Bank Dunia bersama Ketua International Monetary and
Financial Committee dan Development Committee turut serta pada pertemuan Menteri
Keuangan dan Gubernur Bank Sentral secara ex officio.

Sejarah terbentuknya G20 bermula dari kekecewaan masyarakat internasional


atas kegagalan G7 dalam mencari solusi permasalahan ekonomi global saat itu.
Pandangan yang muncul saat itu adalah pentingnya negara-negara berpenghasilan
menengah dan mereka yang memiliki pengaruh ekonomi sistemik untuk diikutsertakan
dalam negosiasi guna mencari solusi atas permasalahan ekonomi global.
Pada awal terbentuknya The Group of Twenty (G20), G20 menitikberatkan pada
upaya reformasi sistem keuangan global sebagai salah satu kunci dalam merespon
krisis ekonomi global. Sejalan dengan perbaikan kondisi ekonomi dunia, pada KTT G20
2009 di Pittsburgh, AS, tujuan G20 dirumuskan lebih jelas, yaitu menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkelanjutan, dan seimbang.
Untuk mewujudkan hal tersebut, KTT G20 di Cannes, Prancis pada tahun 2011
menyepakati bahwa G20 memiliki tanggung jawab untuk mengkoordinasikan kebijakan
mereka dan menghasilkan kesepakatan politik yang sangat penting dalam mengatasi
tantangan akibat kondisi saling ketergantungan ekonomi global. Sebagai forum
ekonomi utama dunia yang memiliki posisi strategis karena secara kolektif mewakili
sekitar 65% populasi dunia, 79% perdagangan global, dan setidaknya 85% ekonomi
dunia, berbagai pertemuan G20 mengedepankan diskusi untuk membangun komitmen
politik.
Para pemimpin pemimpin ekonomi utama dunia dalam menyelesaikan tantangan
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global, termasuk masalah keuangan,
perdagangan, infrastruktur dan investasi, energi, ketenagakerjaan, pemberantasan
korupsi, pembangunan, pertanian, dan teknologi, inovasi, dan ekonomi digital. Untuk
membahas masalah tersebut, G20 dibagi menjadi dua jalur, yaitu the financial track and
the Sherpa track.
The financial track, yang terdiri dari Menteri Keuangan dan Gubernur Bank
Sentral dari seluruh anggota G20 secara khusus membahas sejumlah agenda terkait
sektor keuangan. Sementara itu, the Sherpa track membahas agenda lain yang berada
di luar sektor keuangan, serta mempersiapkan berbagai dokumen yang akan dibahas.
Oleh karena itu, Sherpa umumnya ditunjuk langsung oleh Kepala Pemerintahan/Negara
dan dipandang sebagai perwakilan mereka di berbagai pertemuan G20.
Seiring perkembangannya, tujuan G20 kini adalah mewujudkan pertumbuhan
global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif. Sejak 2008, G20 telah
bersidang setidaknya sekali setahun, dengan pertemuan puncak yang melibatkan
kepala pemerintahan atau negara masing-masing anggota, menteri keuangan, menteri
luar negeri, dan pejabat tinggi lainnya. Sementara itu, Uni Eropa diwakili oleh Komisi
Eropa dan Bank Sentral Eropa.
Tidak hanya pejabat kenegaraan, forum ini juga diikuti oleh negara-negara lain,
organisasi internasional, dan organisasi non-pemerintah diundang khusus untuk
menghadiri KTT. Adapun, IMF dan Bank Dunia adalah lembaga yang diundang rutin
dan permanen dalam perhelatan G20. Pada 2010, dibentuk pula pembahasan di sektor
pembangunan. Sejak saat itu, G20 terdiri atas Jalur Keuangan (Finance Track) dan
Jalur Sherpa (Sherpa Track). Sherpa diambil dari istilah untuk pemandu di Nepal,
menggambarkan bagaimana para Sherpa G20 membuka jalan menuju KTT (Summit).
Melihat kondisi diberbagai belahan Negara dunia manapun yang mana sedang
mengalami krisis moneter. Krisis ini di sebabkan faktor peperangan yang melibatkan
dua Negara di eropa yaitunya Negara rusia dan ukraina. Perperangan ini memicu
terjadinya inflasi di berbagai Negara. Inflasi terjadi dikarenakan tidak adanya aktivitas
perdagangan antar Negara yang pada akhirnya Negara-negara yang mempunyai hasil
produksi tidak bias mendistribusikan dan menyebabkan roda ekonomi di berbagai
Negara terhenti.
Dilihat dari suku bunga bank pada tahun ini di naikan beberapa persen guna
menekan terjadinya inflasi tap dampak yang di timbulkan adalah segala bahan
kehidupan manusia menjadi mahal dan berdampak ke semua kalangan elemen
masyarakat. Jauh sebelum terjadinya peperangan yang menyebabkan kondisi ekonomi
di penjuru dunia menjadi lebih parah adanya sebeuah wabah penyakit yang mana
penyakit tersebut sangat berbahaya karna penyakit tersebut dapat menular dan pada
akhrinya menyerang sebagian besar manusia yang hidup di muka bumi.
Penyakit itu adalah virus corona. Dari wabah penyakit yang disebabkan virus
corona perekonomian diseluruh dunia lamabat laun menajdi hancur. Melihat peran
penting manusia dalam berjalannya roda perekonomian dalam kehidupan di sebuah
Negara dengan hal itu Negara tidak akan mengalami yang namanya sebuah krisis
moneter.
Dengan adanya G20 sebagai forum yang membahas ekonomi dunia sangat
menguntungkan dalam menangani dalam bidang finansial. Internasional. G20 juga
memiliki peran dimana memajukan ekonomi serta membangun ekonomi kembali seerta
melalui pemulihan. Di tahun ini G20 yang akan diadakan di Indonesia.
Untuk itu, sebagai Presidensi G20, Indonesia mengusung semangat pulih
bersama dengan tema “Recover Together, Recover Stronger". Tema ini diangkat oleh
Indonesia, menimbang dunia yang masih dalam tekanan akibat pandemi COVID-19,
memerlukan suatu upaya bersama dan inklusif, dalam mencari jalan keluar atau solusi
pemulihan dunia.
Untuk mencapai target tersebut, Presidensi Indonesia fokus pada tiga sektor
prioritas yang dinilai menjadi kunci bagi pemulihan yang kuat dan berkelanjutan, yaitu:

(1) Penguatan arsitektur kesehatan global

Berkaca dari pandemi yang saat ini masih berlangsung, arsitektur kesehatan
global akan diperkuat. Tidak hanya untuk menanggulangi pandemi saat ini, namun juga
untuk mempersiapkan dunia agar dapat memiliki daya tanggap dan kapasitas yang
lebih baik dalam menghadapi krisis kesehatan lain ke depannya.

(2) Transformasi digital

Transformasi digital merupakan salah satu solusi utama dalam menggerakkan


perekonomian di kala pandemi, dan telah menjadi salah satu sumber pertumbuhan
ekonomi yang baru. Untuk itu, Presidensi Indonesia akan berfokus kepada peningkatan
kemampuan digital (digital skills) dan literasi digital (digital literacy) guna memastikan
transformasi digital yang inklusif dan dinikmati seluruh negara.

(3) Transisi energi

Guna memastikan masa depan yang berkelanjutan dan hijau dan menangani
perubahan iklim secara nyata, Presidensi Indonesia mendorong transisi energi menuju
energi baru dan terbarukan dengan mengedepankan keamanan energi, aksesibilitas
dan keterjangkauan. Dengan berbagai kegiatan sepanjang tahun tersebut, tentu
terdapat banyak manfaat strategis dari Presidensi G20. Potensi ini dapat diukur dari
aspek ekonomi, politik luar negeri, maupun pembangunan sosial.
Pertama, diharapkan Presidensi G20 berdampak langsung bagi perekonomian,
melalui peningkatan penerimaan devisa negara. Lebih dari 20 ribu delegasi
internasional diperkirakan akan hadir kepada pertemuan yang akan diselenggarakan di
berbagai daerah di Indonesia.

Pengalaman sebelumnya pada Presidensi Turki, Argentina, Tiongkok, dan


Jepang menunjukkan adanya dampak positif ke dalam negeri. Tercatat jumlah
kunjungan delegasi internasional mencapai lebih dari 13 ribu. Diperkirakan juga bahwa
setiap KTT G20 menghasilkan pemasukan lebih dari $100 juta atau Rp1,4 Triliun
kepada host country.

Kedua, di bidang politik, sebagai Ketua G20, Indonesia dapat mendorong kerja
sama dan menginisiasi hasil konkret pada ketiga sektor prioritas, yang strategis bagi
pemulihan.

Ini adalah momentum bagi Indonesia untuk memperoleh kredibilitas atau


kepercayaan dunia, dalam memimpin pemulihan global. Dalam diplomasi dan politik
luar negeri, kredibilitas adalah modal yang sangat berharga.

Ketiga, di bidang pembangunan ekonomi dan sosial berkelanjutan. Presidensi


G20 menjadi momentum untuk tunjukkan bahwa 'Indonesia is open for business'. Akan
terdapat berbagai showcase atau event yang menampilkan kemajuan pembangunan
Indonesia, dan potensi investasi di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai